ADE AWALUDIN
1708819025
Halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
2.1 Teori Agensi (Agency Theory) ............................................................................... 6
2.2 Beban Pajak Tangguhan ........................................................................................ 7
2.3 Akrual ...................................................................................................................... 9
2.4 Arus Kas Operasi .................................................................................................. 11
2.5 Manajemen Laba .................................................................................................. 12
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 16
2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 17
2.8 Hipotesis ................................................................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 22
3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 22
3.2 Metode Penentuan Populasi dan Sampel ............................................................ 22
3.3 Metode Penelitian.................................................................................................. 23
3.4 Operasional Variabel Penelitian .......................................................................... 23
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................................ 26
3.5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................................... 26
3.5.2 Pengujian Hipotesis........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berfikir................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
tidak wajar atas sejumlah kasus. Diantaranya 16 kasus dugaan pelanggaran pasal
91 dan 92 tentang Perdagangan semu dan Manipulasi pasar. Dan juga pada tahun
2007 Bapepam memeriksa PT. Agis,Tbk karena adanya manipulasi laporan
keuangan PT. Agis Elektrinik, yaitu pemberian informasi laba yang secara material
tidak benar yang seharusnya total pendapatan yang disajikan PT. Agis Elektronik
sebesar 466,8 miliar namun disajikan sebesar 800 miliar.
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa
praktik manajemen laba sudah lumrah dilakukan oleh para manajer untuk
menghindari melaporkan kerugian dengan berbagai motivasi manajemen laba dan
fenomena yang terjadi adalah timbulnya masalah keagenan.
Menurut Philips, Pincus dan Rego (2003) dalam Yuliati (2004), ada dua
insentif utama yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu
menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian. Insentif yang pertama
bertujuan untuk menghindari perusahaan melaporkan penurunan laba yang
berhubungan dengan hipotesis perataan laba (income smoothing hypothesis).
Insentif yang kedua yaitu untuk menghindari kerugian kerugian. Hal ini dilakukan
karena perusahaan yang mengalami kerugian berpotensial menurunkan harga
saham, menurunkan kepercayaan investor dan kreditur, serta mendorong
dilakukannya pemeriksaan pajak oleh aparat pajak.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengunakan basis yang ada pada
akuntasni. Transaksi akrual memberikan kebebasan pada manajer untuk
menentukan jumlah transaksi secara fleksibel yaitu dengan menaikkan atau
menurunkan porsi laba rugi dan neraca. Dari sisi efisiensi beban pajak lebih
menguntungkan memilih basis akrual karena biaya administrasi dan umum
dibebankan pada saat timbulnya kewajiban (Suandy,2006: 134).
Dalam banyak penelitian, deteksi terhadap manajemen laba dilakukan
dengan menggunakan berbagai ukuran akrual seperti abnormal akrual dan total
akrual (penjumlahan normal akrual dan abnormal akrual). Namun, ditemukan fakta
bahwa akrual ternyata memiliki kelemahan. Penelitian yang dilakukan Guay (1996)
dalam Yulianti (2004), mununjukkan bahwa penggunaan discretionary accrual
3
pada sumber pendanaan dari luar. Penelitian ini mencoba untuk mereplikasi
penelitian yang dilakukan Philips, Pincus dan Rego (2003) serta Satywati (2007)
yaitu menguji apakah beban pajak tangguhan lebih berpengaruh dalam mendeteksi
manajemen laba untuk menghindari melaporkan penurunan laba dan menghindari
melaporkan kerugian, serta menguji pengaruh dari akrual dan arus kas operasi
dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari melaporkan penurunan laba
dan menghindari melaporkan kerugian.
dengan PPh terutang menurut Purba (2009:14), dapat dikategorikan dalam dua
kelompok:
1. Perbedaan permanen atau tetap
Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketetapan peraturan perundang-undangan
perpajakan, ada beberapa penghasilan yang tidak objek pajak sedangkan secara
komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Perbedaan ini
mengakibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial secara permanen.
2. Perbedaan temporer atau waktu
Perbedaan ini terjadi berdasarkan ketentuan peraturan Undang-Undang Perpajakan
merupakan penghasilan atau biaya yang diperoleh dikurangkan pada periode
akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode sekarang,
misalnya:
a. Metode penyusutan, yang diakui fiskal adalah saldo menurun dan garis lurus.
b. Metode penilaian persediaan, yang diakui fiskal adalah FIFO dan Rata-rata.
c. Penyisihan piutang tak tertagih, yang diakui fiskal kecuali untuk perusahaan
pertambangan leasing, perbankan dan asuransi.
d. Rugi laba selisih kurs, yang diakui fiskal adalah kurs dari Menteri
Perekonomian sedangkan yang diakui oleh akuntansi adalah kurs dari Bank
Indonesia.
Kewajiban pajak tangguhan harus diakui untuk setiap beda temporer kena
pajak. Namun, tidak semua beda temporer dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal.
Menurut Purba (2009:35) terdapat pengecualian-pengecualian sebagai berikut:
1. Kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari beda temporer investasi pada
perusahaan asosiasi, anak perusahaan dan joint venture tidak diakui apabila
induk perusahaan dan patner dapat mengendalikan waktu reversal beda
temporer tersebut.
2. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang muncul dari
pengakuan awal goodwill yang berasal dari penggabungan usaha.
3. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang muncul dari
pengakuan aktiva dan kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan merupakan
9
2.3 Akrual
Dalam akuntansi dikenal dengan istilah basis akrual dan basis kas.
Pedekatan yang sering digunakan adalah pendekatan akrual Akuntansi akrual yang
dianggap lebih baik daripada akuntansi basis kas. Akrual adalah suatu metode
perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu terhutang (Muljono,2009:2008).
Teknik akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan
keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan
untuk pengambilan keputusan ekuitas (Elingga, 2008:52).
Menurut PSAK (2009), laporan keuangan disusun berdasarkan akrual.
Dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
(bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.
Model akrual melibatkan perhitungan total akrual. Model-model akrual
menurut Belkaoui (2007:202) adalah sebagai berikut:
1. Model Healty (1985) menyatakan kelemahan model akrual adalah menganggap
keseluruhan akrual ditimbulkan oleh manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen. Padahal kenyataannya, sebagai akrual perusahaan juga disebabkan
oleh kegiatan operasional dan tidak menggambarkan manajemen laba. Total
akrual dalam manajemen laba dibagi menjadi dua jenis yaitu:
10
a. Discretionary Accrual
Adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen. Akrual yang muncul akibat
diskresi manajemen atau berada di bawah kebijakan manajemen. Hal ini
biasanya digunakan sebagai pengukur dalam manajemen laba laba dan
besarnya merupakan hasil modifikasi angka-angka pada laporan keuangan
untuk memenuhi tujuan manajemen sehingga keberadaan Discretionary
Accrual menendakan rendahnya kualitas laba. Efek dari kualitas laba yang
rendah adalah tidak adanya prediktif value dari laba, yang berarti informasi
mengenai laba perusahaan ini tidaklah menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya dari perusahaan sehingga informasi laba menjadi bias bagi
penggunanya.
b. Non Discretionary Accrual
Adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk suatu
standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Total akrual terdiri atas
dua komponen Yaitu Discretionary Accrual (DA) dan Non Discretionary
Accrual (NDA). Model yang digunakan untuk menghiting total akrual
sebagai berikut:
TACCit= EBEIit – (CFOit – EIDOit)
TACCit= Total akrual perusahaan I untuk tahun t
EBEIit = Pendapatan sebelum pos-pos luar biasa perusahaan i tahun t
CFOit = Arus kas dari operasi perusahaan i tahun t
EIDOit = Pos luar biasa dan arus kas penghentian operasi perusahaan I tahun
t
Rekayasa menaikan atau menurunkan akrual antara lain dapat
dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau beban. Perekayasa
laba tersebut termasuk salah satu praktek manajemen laba melalui
perekayasaan akrual. Discretionary Accrual dapat dilakukan melalui
kebijakan pemilihan kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual
11
namun bersifat subjek dan kontekstual, salah satu contoh dengan cara
memperbesar atau memperkecil pencadangan aktiva pajak tangguhan
dengan pertimbangan laba yang akan datang dapat menutup atau tidak
menutup terpulihkannya aktiva pajak tangguhan.
2. Model De Angelo
Porsi pilihan dalam model de angelo adalah perbedaan antara akrual total di
tahun peristiwa t disimbolkan dalam aktiva total (At-1) dan akrual bukan pilihan
(NDAt). Perhitungan akrual bukan pilihan (NDAt) bergantung pada akrual total
diperiode sebelumnya (TAt-t) disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan (At-
2), dengan kata lain:
NDAt = TAt – 1 / At – 2
3. Model Jones
Tujuan Utama dari model Jones adalah untuk mengendalikan pengaruh
perubahan dalam kondisi perusahaan pada akrual bukan pilihan. Akrual bukan
pilihan di tahun peristiwa disajikan sabagai berikut:
NDAt = α1 (1 / At - 1) + α2 (ΔREVt / At-1) + α3 (PPEt / At-1)
NDAt = akrual bukan pilihan di tahun t disimbolkan dengan aktiva total
keseluruhan
ΔREVt = pendapatan di tahun t dikurangi pendapatan ditahun t-1
PPEt = aktiva tetap kotor di tahun t
At-1 = aktiva total diakhir tahun t – 1
α 1, α2, α3 = parameter spesifik perusahaan.
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cash flow from
operations atau CFO) merupakan indicator yang menentukan apakah kegiatan
operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar
deviden, dan melakukan invstasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari
luar.
piutang tidak tertagih dan kebijakan mengenai umuraktiva tetap berwujud dan
tidak berwujud.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Menggeser periode biaya atau pendapatan sering juga disebut sebagai
manipulasi keputusan operasional. Misalnya: mempercepat atau menunda
pengeluaran promosi sampai ke periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau
menunda pengiriman produk ke pelanggan.
Perataan laba mengidentifikasi batas pelaporan laba (earnings threshold)
dan menemukan bahwa perusahaan yang berada dibawah earnings threshold akan
berusaha melawati batas tersebut dengan melakukan manajemen laba. Yulianti
(2005) menyebutkan bahwa terdapat dua macam earnings threshold yakni:
1. Titik pelaporan laba nol, yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk
menghindari pelaporan kerugian.
2. Titik perubahan laba nol, yang menunjukkan usahan manajemen laba untuk
menghindari penurunan laba.
Menurut Belkoui (2007:208) manajemen laba merupakan suatu hasil usaha
untuk melewati ambang batas. Tiga ambang batas penting bagi para eksekutif
adalah:
1. Untuk melaporkan laba positif yaitu melaporkan laba yang diatas nol.
2. Untuk menjaga kinerja saat ini, yaitu membuat paling tidak sama dengan kinerja
tahun lalu.
3. Untuk memenuhi alasan analis khususnya analis untuk peramalan laba.
Praktik-praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen
disesuaikan dengan motivasi melakukan manajemen laba. Manajemen laba
cenderung merekayasa labanya untuk menekan besarnya pajak yang dikeluarkan
sehingga perusahaan yang melaporkan laba yang lebih rendah atau kerugian
berpotensi melakukan manajemen laba. Yulianti (2005) membedakan perusahaan
yang memiliki laba dan yang mengalami kerugian supaya dapat memprediksi
perusahaan yang memanipulasi labanya.
16
Kerangka Pemikiran
Identifikasi Masalah
1. Rekayasa terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
2. Perlakuan kecurangan akuntansi dalam prktik manajemen laba masih sering
dilakukan
3. Penyalahgunaan terhadap fleksibilitas penyusunan laporan keuangan yang diatur
PSAK.
Middle Theory
Grand Theory
Perpajakan
Positive Accounting Theory (Watts dan
Zimmerman, 1986) Agency Theory (Jensen dan
Meckling.1976)
Stakeholder Theory (Freeman, 1984)
Tempat Penelitan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Deteksi Manajemen Laba Melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual dan Arus Kas Operasi (2014)
Judul Penelitian
Fakta
Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Akrual dan Arus Kas Operasi terhadap
Manajemen Laba
Jurnal Penelitian Sebelumnya
Variable X1
Deduktif
Beban Pajak Tangguhan
Variable X2 Variable Y
Variable X3
Hipotesis
H1 : Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Induktif
H2 : Akrual berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
H3 : Arus Kas Operasi berpegaruh terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Metodelogi Penelitian
Metode Deteksi Data Kuantitatif
Uji Regresi Logistik
Hasil
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
19
2.8 Hipotesis
Semakin besar presentase beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak
perusahaan menunjukkan standar akuntansi yang semakin liberal
(Yulianti,2005:118). Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal memiliki
hubungan positif dengan insentif pelaporan keuangan seperti financial distress dan
pemberian bonus, dengan adanya hal tersebut maka dimungkinkan manajer dapat
melakukan rekayasa laba dengan memperbesar atau memperkecil jumlah beban
pajak tangguhan yang diakui dengan laporan laba rugi.
Selisih negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal mengakibatkan
terjadinya koreksi negatif yang menimbulkan terjadinya beban pajak tangguhan
(Djamaludin, 2008:58). Baban yang besar akan menurunkan tingkat laba yang
diperoleh suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya beban yang sedikit akan
menaikkan tingkat laba yang diperoleh perusahaan.
Berdasarkan penelitian Philips (2003) membuktikan adanya praktik
manajemen laba dengan menggunakan beban pajak tangguhan. Penelitian yang
dilakukan Yulianti (2005) juga menemukan bukti empiris bahwa beban pajak
tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan probabilitas untuk
melakukan manajemen laba guna menghindari kerugian perusahaan. Manajemen
laba merupakan peluang bagi manajemen untuk merekayasa besarnya beban pajak
tangguhan guna menaikan dan menurunkan tingkat labanya. Beban pajak
tangguhan mengakibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun dengan demikian
memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang lebih besar di
masa yang akan datang dan mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan.
Berdasarkan penemuan tersebut maka diekspektasi peranan yang signifikan
antara beban pajak tangguhan dengan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan
dengan menaikkan atau menurunkan jumlah beban yang diakui dalam laporan laba
rugi. Dengan demikian dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1 : Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
20
Jumlah arus kas yang berasal dari aktifitas operasi merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, membayar dividen dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Dengan demikian
dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H3 : Arus kas operasi berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
22
23
eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan
pajak) (Harnanto, 2003:115). Perhitungan tentang beban pajak tangguhan dihitung
dengan menggunakan indicator membobot beban pajak tangguhan dengan total
aktiva. Hal ini dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total
aktiva pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan
proporsional.
DTE it = beban pajak tangguhan t / total asset t-1
2. Akrual (X2)
Akrual digunakan untuk menentukan penghasilan pada saat diperoleh dan
untuk mengakui beban yang sepadan dengan revenue pada periode yang sama,
tanpa memperhatikan waktu penerimaan kas dari penghasilan yang bersangkutan.
Perhitungan model akrual menggunakan model Jones (1991) yang telah
dimodifikasi oleh Dechaw et al. (1995):
TACCit = NIit -CFOit
Dimana :
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun t
CFOit = Kas dari operasi perusahaan i pada tahun t
3. Arus Kas Operasi (X3)
Arus kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang
dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang (Brigham
dan Houston, 2001). Arus kas operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifitas
operasi yang merupakan indicator penentu apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Perhitungan untuk variable ini
menggunakan model Jones (1991) dengan membobot arus kas operasi tahun t
dengan total aktiva pada tahun t-1.
CFO it = arus kas operasi t / total aktiva t-1
25
Tabel 3.1
Operasional Variabel
variabel bebas (Ghozali, 2009:268). Dengan alpha 5%, cara menilai model fit
ini adalah sebagai berikut:
1). Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti
bahwa model tidak fit dengan data.
2). Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti
bahwa model fit dengan data.
Dewi, Pindhiharti. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan
Akrual terhadap Earning Management (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia) Universitas Islam Negeri Syarief
Hidayatullah, Jurnal Akuntansi tahun 2011.
Djamaluddin, Subekti. Analisis Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Aliran Kas pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol.11 No. 1, Hal 52-74. 2008.
Hamzah, Ardi. Deteksi Manajemen Laba melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual
dan Arus Kas Operasi. Jurnal Akuntansi, Vol.8 No. 1 Juni 2014, Hal 19-29.
2014.
30
31
Philips, Pincus dan S.O. Rego. ”Earning management New Evidence Based On
Deferred Tax Expense”, The Accounting Riview. No. 78 pp 491-521. 2003.
Riduwan, Akhmad. Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode Berdasarkan PSAK N0.
46 Terhadap Koefisien Respon Laba Akuntansi. Simposium naisonal
Akuntansi. Surabaya:STIESIA. 2004.
Scott, William R. Financial Accounting Theory 3rd Edision. Prentice Hall Canada
Inc. 2003.
Winda, Sari R. “Kemampuan Laba Operasi dan Arus Kas Operasi dalam
Memprediksi Laba Operasi dan Arus Kas Operasi Masa Depan Pada
Perusahaan Manufaktur”, JAAI Vol.7 No. XII (131:24). 2008.