Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KEUANGAN, ARUS KAS, PAJAK DAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, S.E., M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh :

Kelompok I

Asyim asy Ari (1708822036)


Aulia Dwi Kumala (1708822042)
Eka irianingsih (1708822057)
Fajri Akbar (1708822019)
Imron Nur Halim (1708822056)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

PENDAHULUAN............................................................................................................iii

BAB III LAPORAN KEUANGAN, ARUS KAS DAN PAJAK......................................1

3.1 Laporan Keuangan dan Laporan-Laporan Lainnya.....................................................1

3.2 Laporan Posisi Keuangan.............................................................................................1

3.3 Laporan Laba Rugi.......................................................................................................3

3.4 Laporan Arus Kas.........................................................................................................4

3.5 Laporan Ekuitas Pemegang Saham..............................................................................5

3.6 Manfaat dan Keterbatasan Laporan Keuangan............................................................6

3.7 Arus Kas Bebas............................................................................................................6

3.8 Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)...............................8

3.9 Pajak Penghasilan........................................................................................................8

3.9.a Pajak Perseorangan...............................................................................................9

3.9.b Pajak Penghasilan Badan Usaha..........................................................................9

BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN.............................................................10

4.1 Analisis Rasio............................................................................................................10

4.2 Rasio Likuiditas.........................................................................................................11

4.2.a Rasio Lancar.......................................................................................................11

4.2.b Rasio Cepat atau Rasio Acid Test.......................................................................11

4.3 Rasio Manajemen Aset...............................................................................................12

4.3.a Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)..................................12

4.3.b Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (Days Sales Outstanding - DSO)12

4.3.c Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)...............................12

4.3.d Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover Ratio).................................13

4.4 Rasio Manajemen Utang (Debt Management Ratio).................................................13


i
4.4.a Total Utang Terhadap Total Modal (Total Debt to Total Capital)......................13

4.4.b Rasio Time Interest Earned - TIE.......................................................................14

4.5 Rasio Profitabilitas.....................................................................................................13

4.5.a Margin Operasi...................................................................................................13

4.5.b Margin Laba (Profit Margin)..............................................................................14

4.5.c Pengembalian Atas Total Aset (Return on Total Asset - ROA)...........................15

4.5.d Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa (Return on Common Equity—ROE).15

4.5.e Pengembalian Atas Modal Yang Diinvestasikan (Return on Invested Capital—ROIC)


.....................................................................................................................................15

4.5.f Rasio Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba (Basic Earning Power — BEP) 15

4.6 Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios)....................................................................16

4.6.a Rasio Harga terhadap Laba Per Saham (Price/Earnings—P/E ratio)................17

4.6.b Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku (Market/Book Ratio)...........................................17

4.7 Menyatukan Rasio: Persamaan Dupont.....................................................................18

4.8 Potensi Penyalahgunaan Pengembalian Atas Ekuitas (ROE)....................................19

4.9 Menggunakan Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja............................................20

4.9.a Perbandingan Dengan Rata-Rata Industri..........................................................20

4.9.b Benchmarking....................................................................................................21

4.9.c Analisis Tren.......................................................................................................21

4.10 Penggunaan dan Keterbatasan Rasio.......................................................................21

4.11 Melihat Dibalik Angka-Angka.................................................................................22

KESIMPULAN................................................................................................................25

ii
PENDAHULUAN

Laporan keuangan berisi banyak informasi berguna yang membantu


manajer dalam menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan serta mengukur
dampak yang diharapkan dari berbagai proposal. Manajer yang baik perlu
memiliki pemahaman mendalam terhadap laporan keuangan utama. Pihak luar
perusahaan pun sangat mengandalkan laporan keuangan ketika menentukan
apakah mereka akan membeli saham perusahaan, meminjamkan dana kepada
perusahaan, atau memasuki relasi bisnis jangka panjang dengan perusahaan.

Dengan melihat laporan posisi keuangan, kita dapat melihat ukuran suatu
perusahaan, jenis asset yang dimilikinya dan bagaimana perusahaan mendanai
asset-aset tersebut. Dengan melihat laporan laba rugi, kita dapat melihat apakah
penjualan perusahaan naik atau turun, serta melihat apakah perusahaan melakukan
suatu investasi baru, atau meningkatkan dana melalui pembiayaan, melakukan
repo utang atau ekuitas, ataupun membayar dividen.

Kita dapat mempelajari banyak hal secara singkat dari laporan keuangan,
tetapi seorang analis keuangan yang baik tidak langsung menerima angka-angka
tersebut. Analis tersebut harus menggali lebih dalam lagi untuk mengetahui apa
yang memicu angka-angka tersebut serta menggunakan intuisi dan pengetahuan
terhadap industri tersebut untuk menilai arah perusahaan pada masa depan.

Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan


menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat untuk menghasilkan
keputusan yang tepat. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi
berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan
keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Ada beberapa
definisi analisis laporan keuangan menurut para ahli sebagai berikut: Menurut
Harjito dan Martono (2011:51), Analisis laporan keuangan merupakan analisis
mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba
rugi. Menurut Harahap (2011:190), Analisis laporan keuangan berarti
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non-kuantitatif

iii
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Berdasarkan pendapat
oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan yang melibatkan neraca
dan laba rugi untuk mendapatkan informasi kondisi keuangan suatu perusahaan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat.

iv
BAB III
LAPORAN KEUANGAN, ARUS KAS DAN PAJAK

3.1 Laporan Keuangan dan Laporan - Laporan Lainnya


Laporan tahunan (annual report) adalah laporan paling penting yang
dikeluarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dan terdiri atas dua jenis
informasi. Pertama, terdapat bagian verbal, yang disajikan sebagai surat dari
direktur utama, yang menjelaskan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan
membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi kegiatan operasi
perusahaan pada masa mendatang. Kedua, laporan tahunan yang memberikan
empat laporan keuangan dasar:
1. Laporan posisi keuangan, yang menunjukkan aset apa yang dimiliki oleh
perusahaan dan siapa yang memiliki hak atas aset tersebut pada tanggal
tertentu.
2. Laporan laba rugi, yang menunjukkan penjualan dan biaya perusahaan
(keuntungan) selama periode lalu.
3. Laporan arus kas, yang menunjukkan berapa banyak kas perusahaan pada
awal tahun, berapa banyak kas pada akhir tahun, dan apa yang dilakukan
oleh pensahaan sehingga kas bertambah atau berkurang.
4. Laporan ekuitas pemegang saham, yang menu,njukkan iumlah ekuitas
yang dimiliki oleh pemegang saham pada awal tajun, hal-hal yang
meningkatkan atau menurunkan ekuitas, serta ekuitas pada akhir tahun.
Laporan - laporan tetsebut saling terkait satu sama lain; dan dibuat bersama-
sama. Laporan tersebut memberikan gambaran akuntansi dari kegiatan operasi
perusahaan dan keadaan keuangan.

3.2 Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan merupakan “gambaran” keadaan suatu perusahaan
pada suatu titik waktu tertentu. Gambar 3.1 menunjukan ilustrasi sederhana suatu
laporan posisi keuangan (balance sheet).

1
Gambar 3.1

Seperti ditunjukan pada Gambar 3.1, asset dibagi menjadi dua bagian utama
yaitu, asset lancer dan asset tetap atau asset jangka Panjang. Aset lancer terdiri
dari asset – asset yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam satu tahun. Aset
jangka Panjang adalah asset yang dapat digunakan lebih dari satu tahun. Pabrik
dan peralatan biasanya dilaporkan setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
Terdapat dua jenis klaim terhadap asset – liabilitas dan ekuitas pemegang
saham. Liabilitas lancer terdiri atas klaim yang harus dibayar dalam jangka waktu
satu tahun. Utang jangka Panjang meliputi obligasi yang memiliki masa jatuh
tempo lebih dari satu tahun.
Ekuitas pemegang saham (stockholders equity) bisa dipandang dengan du
acara. Pertama, ekuitas pemegang saham merupakan sejumlah dana yang harus
dibayar oleh pemegang saham kepada peruahaan Ketika perusahaan menjual
saham untuk mendapatkan modal dan juga semua saldo laba selama tahun – tahun
tersebut.

Ekuitas pemegang saham = Total asset – Total Liabilitas

2
Saldo laba (retained earning) tidak hanya berupa saldo laba pada tahum
terakhir, tetapi merupakan total kumulatif semua laba yang diperoleh perusahaan
selama beroperasi. Ekuitas pemehang saham bisa dianggap sebagai sisa (residual).
Berikut beberapa point tambahan tentang laporan posisi keuangan yang
harus diperhatikan:
1. Kas versus asset lainnya
2. Modal kerja
3. Total hutang versus liabilitas
4. Sumber dana lainnya
5. Penyusutan
6. Nilai pasar versus nilai buku
7. Dimensi waktu

3.3 Laporan Laba – Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan yang merangkum pendapatan, beban dan
laba perusahaan selama satu periode pelaporan.

Gambar 3.2

Tabel 3.2 menyajikan laporan laba rugi Allied tahun 2014 dan 2015. Laba
persaham yang menunjukan bahwa dari semua poin yang terdapat dalam laporan
laba rugi. EPS menjadi poin paling penting bagi pemegang saham. Allied

3
memperoleh laba $2.35 per lembar saham pada 2015, menurun dari $2.44 pada
2014. Meskipun pendapatan Allied menurun tetapi perusahaan masi dapat
menaikkan deviden dari $1.06 menjadi $1.15.
Laba operasi (EBIT) = Pendapatan – Beban operasi
= $3.000,0 - $2.716,2
= $283,8 Juta

Dari laporan laba rugi Allied kita dapat melihat bahwa laba operasi
perusahaan naik dari $263.0 juta pda 2014 menjadi $238.8 juta pada 2015.
3.4 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan bagaimana hal – hal
yang mempengaruhi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
mempengaruhi arus kas perusahaan. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3,
laporan arus kas merupakan laporan akuntansi yang menunjukkan berapa banyak
kas yang dihasilkan oleh perusahaan.

4
Berikut adalah penjelasan dari laporan arus kas yang ditunjukkan pada tabel 3.3.
a. Kegiatan operasi. Bagian ini menunjukkan hal-hal yang terjadi sebagai
bagian dari operasi yang berjalan dengan normal.
b. Laba neto. Laba neto tidak sama dengan kas dari operasi, penyesuaian
yang ditunjukkan dalam laporan lain harus dibuat.
c. Penyesuaian dan amortisasi. Allied mengurangi penyusutan ( perusahaan
tidak memiliki beban amortisasi) yang merupakan biaya non kas. Oleh
karena itu penyusutan harus ditambahkan kembali ke dalam laba neto
ketika menentukan arus kas.
d. Kenaikan persediaan.
e. Kenaikan piutang usaha.
f. Kenaikan hutang usaha.
g. Kenaikan upah dan pajak yang masih harus dibayar.
h. Kas neto yang disediakan oleh (digunakan untuk)kegiatan operasi.
i. Aktivitas investasi jangka panjang.
j. Tambahan untuk property, pabrik dan peralatan.
k. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi.
l. Aktivitas pendanaan.
m. Kenaikan wesel bayar.
n. Kenaikan obligasi.
o. Pembayaran deviden kepada pemegang saham.
p. Kas neto yang disediakan oleh aktivitas pendanaan.
q. Ringkasan perubahan kas dan setara kas sepanjang tahun.
r. Penurunan neto dalam kas.
s. Kas dan setara kas pada awal tahun.
t. Kas dan setara kas pada akhir tahun.

3.5 Laporan Ekuitas Pemegang Saham


Laporan Ekuitas Pemegang Saham adalah laporan yang menunjukkan
seberapa banyak ekuitas perusahaan berubah sepanjang tahun dan mengapa
perubahan tersebut dapat terjadi. Perubahan dalam ekuitas pemegang saham
selama periode akuntansi dilaporkan dalam laporan ekuitas pemegang saham.

5
Pemegang saham memperbolehkan manajemen untuk menahan laba dan
menginvestasikannya kembali dalam bisnis, menggunakan laba untuk menambah
pabrik dan peralatan, menambahkannya dalam persediaan dan semacamnya.
Perusahaan tidak sekedar menumpuk kas dalam rekening bank, oleh karena itu
saldo laba seperti yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan tidak
menunjukkan kas dan tidak tersedia untuk deviden atau lainnya.

3.6 Manfaat dan Keterbatasan Laporan Keuangan


Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Akan
tetapi investor juga harus berhati-hati ketika ketika mengulas laporan keuangan.
Meskipun perusahaan disyaratkan mengikuti GAAP, namun dalam beberapa kasus
masih ada perusahaan yang “memoles laporan keuangan”.
Pada akhirnya, perlu di ingat bahwa ketika investor menerima bata
akuntansi yang akurat, maka arus kaslah yang paling penting, bukan laba rugi
akuntansi.

3.7 Arus Kas Bebas


Arus Kas Bebas adalah sejumlah kas yang dapat di ambil tanpa
membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi dan menghasilkan arus
kas di masa mendatang. Sejauh ini kita focus pada laporan keuangan sebagaimana
laporan ini dipersiapkan oleh akuntan. Namun, laporan akuntansi dirancang
terutama untuk dapat digunakan oleh kreditur dan kolektor pajak, bukan untuk
manajer dan analis saham. Oleh karena itu, para pengambil keputusan perusahaan
dan analis sekuritas perusahaan sering kali mengubah data akuntasi untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk
menghitung arus kas bebas:

Arus kas bebas = [EBIT(1-Pajak) + Penyusutan dan amortisasi] –


[Belanja modal + Modal kerja operasi neto]

Istilah pertama mencerminkan jumlah kas yang dihasilkan oleh perusahaan


dari operasi terkini. EBIT sering kali disebut laba setelah pajak atau NOPAT.

6
Penyusutan dan amortisasi ditambahkan kembali karena kedua point ini tidak
mengurangi jumlah kas. Istilah kedua yang ada di dalam tanda kurung besar
menunjukkan jumlah kas yang diinvestasikan perusahaan dalam asset tetap dan
modal kerja operasi. Arus kas bebas positif menunjukkan bahwa perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan dana internal yang lebih dari
cukup untuk membiayai investasi perusahaan begitu juga sebaliknya.
Melihat laporan keuangan Allied, kita dapat mengumpulkan bagian-bagian
yang dibutuhkan untuk menghitung arus kas bebas perusahaan. Dapat dilihat pada
tabel 3.2, kita melihat bahwa laba operasi (EBIT) Allied pada 2012 sebesar $283.8
juta.
Karena tariff pajak Allied adalah 40%, laba operasi setelah pajak (NOPAT) =
EBIT(1-Pajak) = $283.8 juta (1-0.40) = $170.3 juta. Kita juga bias melihat bahwa
penyusutan dan amortisasi Allied pada 2015 sebesar $100 juta.
Dengan melihat tabel 3.3, kita dapat mengetahui bahwa total belanja modal
Allied pada 2015 sebesar $230 juta. Modal kerja operasi neto (NOWC) Allied
pada 2016 adalah sebagai berikut:

Arus kas bebas Allied negative menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak
bagus. Arus kas negative hamper semuanya dihubungkan dengan belanja modal
$230 juta untuk proses pmbangunan pabrik baru. Pabrik tersebut cukup besar
untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam beberapa tahun, sehingga tidak

7
diperlukan adanya penambahan pabrik baru hingga 2019. Oleh karena itu arus kas
bebas Allied tahun 2016 dan tahun-tahun ke kepannya seharusnya meningkat.
Sebagian besar perusahaan yang tumbuh dengan pesat memiliki arus kas
bebas yang negatif – asset tetap dan modal kerja yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhkan pesat perusahaan biasanya melebihi arus kas dari
operasi yang ada. Hal ini tidaklah buruk, mengingat investasi pada akhirnya
menguntungkan dan berkontribusi terhadap arus kas bebas.
3.8 Market Value Added (MVA) & Economic Value Added (EMA)

MVA adalah selisih antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dan nilai

bukunya seperti yang disajikan dalam posisi laporan keuangan.Nilai pasar

dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar.

Semakin tinggi nilai MVA, semakin baik kinerja manajemen bagi pemegang

saham perusahaan.

EVA yang terkadang disebut laba ekonomi merupakan estimasi laba ekonomi

yang sebenarnya dari suatu bisnis pada tahun tertentu dan seringkali berbeda dari

pendapatan akuntansi neto. EVA menghitung jumlah biaya seluruh modal yang

mencakup biaya utang dan modal ekuitas. Jika nilai EVA positif, laba operasi

setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan perusahaan untuk

menghasilkan laba tersebut, sehingga tindakan manajemen menambah nilai bagi

pemegang saham.

3.9 Pajak Penghasilan

PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi

atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.

Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,

hadiah, dan yang lainnya.

8
3.9.a. Pajak Perseorangan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh Orang Pribadi (PPh OP) adalah

pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak Orang Pribadi (OP) atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak maupun

bagian Tahun Pajak. Orang Pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang

mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun di

luar Indonesia.

3.9.b. Pajak Penghasilan Badan Usaha

Pajak Badan Usaha merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan

suatu badan usaha atau perusahaan, di mana penghasilan yang dimaksud

adalah setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak Badan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Penghasilan tersebut digunakan untuk keperluan apapun termasuk

menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan sebagainya.

9
BAB IV

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

4. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja bisnis atau perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian

dari proses pelaporan keuangan dimana biasanya sering dilakukan audit oleh lembaga pemerintah,

akuntan, firma, atau lembaga lainnya dengan tujuan untuk memastikan akurasi dan untuk tujuan pajak,

pembiayaan, atau investasi. Analisis laporan keuangan adalah suatu metode atau teknik yang digunakan

untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap laporan keuangan secara berkala dalam jangka waktu

tertentu.

Analisis laporan keuangan perlu dibuat agar laporan keuangan yang sudah dibuat tidak hanya menjadi

sebatas laporan. Ada beberapa teknik analisis laporan keuangan yang dapat digunakan untuk berbagai

jenis laporan keuangan. Beberapa teknik tersebut meliputi analisis common size, analisis tren, analisis

persentase perubahan, dan analisis industri. Meskipun keempat teknik analisis laporan tersebut memiliki

fungsi yang berbeda, namun semuanya sama-sama dapat memberikan gambaran potensi finansial

perusahaan.

4.1 Analisis Rasio

Rasio keuangan menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain

dalam suatu laporan keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari

satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan-perbandingan yang dilakukan terhadap

pos-pos dalam laporan keuangan merupakan suatu perbandingan yang logis, dengan menggunakan

ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga hasil

analisisnya layak dipakai sebagai pedoman pengambilan keputusan.


10
4.2 Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-

utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban pada saat ditagih.

4.2.a. Rasio Lancar

Rasio lancar merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban –

kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin

tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Lancar dihitung

dengan rumus berikut:

Aset Lancar
Rasio Lancar=
Liabilitas Lancar

Standar industri dari rasio ini adalah 4,2 kali

4.2.b. Rasio Cepat atau Rasio Acid Test

Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancer yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.

Rasio Cepat dihitung dengan rumus berikut:

Aset Lancar −Persediaan


Rasio Cepat =
Liabilitas Lancar

Standar industri dari rasio ini adalah 2,2 kali

4.3 Rasio Manajemen Aset

Rasio aktivitas adalah kemampuan perusahaan dalam seberapa efektif perusahaan dalam

memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan

antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Semakin baik rasio efektivitas maka

semakin efisien persusahaan tersebut dalam memanfaatkan sumber dayanya.

4.3.a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

11
Rasio yang menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal.

Semakin cepat perputarannya semakin baik karena dianggap kegiatan penjulan berjalan cepat.

Rasio Perputaran Persediaan dihitung dengan rumus berikut:

Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan=
Persediaan

Standar industri dari rasio ini adalah 10,9 kali

4.3.b. Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (Days Sales Outstanding - DSO)

Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih adalah rasio untuk mengukur kemampuan untuk

menagih kas dari pelanggan. Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih dapat dihitung dengan

rumus berikut:

Piutang
DSO=
Rata−Rata Penjualan Per hari

Standar industri dari rasio ini adalah 39 Hari

4.3.c. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur efektifitas aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjulan

dengan kata lain mengukur seberapa besar aset tetap berkontribusi menciptakan penjualan. FATO

dapat dihitung dengan rumus berikut:

Penjualan
FATO=
Aset Tetap Neto

Standar industri dari rasio ini adalah 2,8 kali

4.3.d. Rasio Perputaran Aset Total (Total Asset Turn Over Ratio)

Rasio total asset turnover menunjukkan perputaran total aktiva yang diukur dari volume

penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan.

TATO dapat dihitung dengan rumus berikut:

Penjualan
TATO=
Total Aset

12
Standar industri dari rasio ini adalah 1,8 kali

4.4 Rasio Manajemen Utang (Debt Management Ratio)

Rasio manajemen utang atau Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

4.4.a. Total Hutang Terhadap Total Modal (Total Debt to Total Capital)

Rasio total utang terhadap total modal mengukur persentase modal perusahaan yang diberikan

oleh kreditur. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut:

Total Utang
Total Utang terhadap Total Modal=
Total Utang+ Ekuitas

Standar industri dari rasio ini adalah 36,4%

4.4.b. Rasio Times Interest Earned - TIE

Rasio times interest earned digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

pembayaran bunga tahunannya. Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak

(EBIT) dengan biaya bunga atau dengan rumus berikut:

Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT )


Rasio TIE=
Biaya Bunga

Standar industri dari rasio ini adalah 6,0 kali

4.5 Rasio Profitabilitas


Laporan akuntansi mencerminkan peristiwa yang telah terjadi di masa lalu serta
memberikan petunjuk terkait hal-hal penting yaitu kemungkinan yang akan terjadii di masa
depan,
4.5A. MARGIN OPERASI
Margin operasi (operating margin) dihitung dengan membagi laba operasi (EBIT-earnings
before interest and taxes) dengan penjualan sehingga laba operasi per dolar penjualan :
13
Margin operasi Allied sebesar 9,5% berada di bawah rata-rata industry yang berada pada
nilai 10%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa biaya operasi Allied terlalu tinggi. Hal ini sesuai
dengan rendahnya perputaran persediaan dan tingginya rasio jumlah hari penjualan belum
tertagih yang sudah kita hitung sebelumnya.
4.5B MARGIN LABA
Margin laba (profit margin) atau sering disebut dengan margin laba neto (net profit margin),
dihitung dengan membagi laba neto dengan penjualan :

Margin laba Allied sebesar 3,9% berada di bawah rata-rata industry yang sebesar 5% dan
hal ini terjadi karena dua alaasan. Pertama, margin laba Allied berada dibawah rata-rata industry
karena biaya operasi perusahaan yang tinggi. Kedua, margin operasi secara negative dipengaruhi
penggunaan utang yang besar oleh Allied. Untuk melihat point yang kedua, perlu diketahui
bahwa laba neto merupakan nilai setelah bunga (after intertest). Kombinasi antara operasi Allied
yang tidak efisien serta rasio utang yang tinggi menurunkan margin laba hingga di bawah rata-
rata industry pengolahan makanan. Selanjutnya Ketika dua perusahaan memiliki margin operasi
yang sama, tetapi memiliki rasio utang yang berbeda, kita dapat memperkirakan bahwa
perusahaan dengan rasio utang yang lebih tinggi akan memiliki margin laba yang lebih rendah

14
4.5C PENGEMBALIAN ATAS TOTAL ASET
Hasil bagi laba neto dengan asset total memberikan nilai pengembalian atas total asset
(return on total asset -ROA):

Pengembalian Allied senilai 5,9% berada jauh dibawah rata-rata industry, yaitu 9%. Hal ini
bukan hal yang baik tentu saja, memiliki ROA yang lebih tinggi lebih baik dari pada ROA yang
rendah. Perhatikan bahwa pengembalian atas asset (ROA) yang rendah dapat terjadi karena
penggunaan utang yang besar, yang dalam hal ini beban bunga yang tinggi akan menyebabkan
laba neto menjadi rendah.Hal ini merupakan salah satu alas an rendahnya ROA Allied.
4.5D PENGEMBALIAN ATAS EKUITAS SAHAM BIASA
Rasio akuntansi penting lainnya adalah pengembalian atas ekuitas saham biasa (return
common equity-ROE). Yang dihitung sebagai berikut:

Pemegang saham berharap mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini
menunjukkan seberapa baik investasi tersebut dari sudut pandang akuntansi. Pengembalian
Allied sebesar 12,5% berada di bawah rata-rata industry sebesar 15%, tetapi tidak sebesar
pengembalian atas total asset.
4.5E PENGEMBALIAN ATAS MODAL YANG DI INVESTASIKAN
Pengembalian atas modal yang di investaskan (return on invested capital-ROIC) mengukur
pengembalian total yang telah disediakan oleh perusahaan bagi investornya.

15
ROIC berbeda dari ROA dalam dua cara. Pertama, pengembaliannya berdasarkan modal
total yang diinvestasikan, dan bukan aset total. Kedua, pembilangnya menggunakan laba operasi
setelah pajak (NOPAT), bukan laba neto. Perbedaan utamanya adalah bahwa laba neto sudah
dikurangi dengan beban bunga setelah pajak, sehingga mencerminkan laba total yang tersedia
untuk pemegang saham, sementara NOPAT adalah jumlah dana yang terseedia untuk membayar
pemegang saham dan kreditur.
4.5 F RASIO KEMAMPUAN DASAR MENGHASILKAN LABA

Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power-BEP ratio) dihitung
dengan membagi laba operasi (laba sebelum bunga dan pajak – EBIT) dengan total aset:

Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum
dipengaruhi oleh pajak dan utang, serta berguna Ketika membandingkan perusahaan-perusahaan
dengan kondisi utang dan pajak yang berbeda. Karena rasio perputaran perusahaan yang rendah
dan margin laba penjualan yang buruk allied memiliki rasio BEP yang lebih rendah
dibandingkan rata-rata industry pengolahan makanan.
4.6 RASIO NILAI PASAR

ROE mencerminkan dampak dari semua rasio lainnya dan merupakan pengukuran akuntansi
terbaik untuk kinerja. Investor menyukai ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi terkait dengan
harga saham yang tinggi. Namun, hal lain juga ikut berperan. Sebagai contoh, leverage
keuangan biasanya meningkatkan ROE, tetapi juga meningkatkan risiko perusahaan sehingga
apabila ROE yang tinggi diperoleh dengan menggunakan banyak utang, harga saham akan lebih
rendah dibandingkan apabila perusahaan menggunakan lebih sedikit utang dan ROE yang lebih
rendah. Apabila rasio likuiditas, manajemen asset, manajemen utang, dan profitabilitas baik dan
apabila investor menilai bahwa rasio-rasio ini akan terus baik di masa depan, maka rasio nilai
pasar akan tinggi, harga saham akan sesuai dengan yang diharapkan, dan manajemen akan
dinilai telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

16
Rasio nilai pasar digunakan dalam tiga hal utama: (1) digunakan oleh investor ketika
memutuskan untuk membeli atau menjual saham, (2) digunakan oleh banker investasi ketika
menentukan harga saham dalam penerbitan saham dalam penerbitan saham baru (penawaran
umum) perdana-IPO), dan (3) digunakan oleh perusahaan ketika memutuskan penawaran yang
diberikan kepada perusahaan lain dalam potensi merger.

4.6A RASIO HARGA TERHADAP LABA PER SAHAM


Rasio harga terhadap laba per saham (price/earnings-P/E ratio) menunjukkan berapa banyak
yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan. Saham Allied
dijual pada harga $23,06, dengan laba per saham (EPS) sebesar $2,35, rasio harga saham
terhadap laba per saham (rasio P/E) adalah 9,8x.

4.6 B RASIO NILAI PASAR/NILAI BUKU

Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi lain terkait
bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh
investor dengan risiko rendah dan pertumbuhan yang tinggi memiliki rasio nilai pasar/nilai buku
yang tinggi. Untuk Allied, pertama kita menghitung nilai buku per saham :

Selanjutnya, kita membagi harga pasar per saham dengan nilai buku persaham untuk
mendapatkan rasio nilai pasar/nilai buku (market/book-M/B Ratio), yang mana untuk Allied
adalah 1,2x:

17
Investor bersedia membayar lebih rendah untuk setiap satu dolar nilai buku allied
dibandingkan rata-rata perusahaan pengolahan makanan. Hal ini konsisten dengan hasil temuan
yang lain. Rasio M/B biasanya lebih dari 1,0, artinya investor bersedia membayar saham lebih
besar dari nilai buku saham. Situasi seperti ini terutama terjadi karena nilai asset, seperti yang
dilaporkan oleh akuntan dalam laporan posisi keuangan perusahaan, tidak mencerminkan baik
inflasi maupun “goodwill”.
4.7 MENYATUKAN RASIO : PERSAMAAN DUPONT”

Dupont (DuPont Equation) suatu formula yang dikembangkan oleh staf keuangan
perusahaan kimia, DuPont, pada 1920-an. Berikut adalah perhitungan untuk Allied dan industry
pengolahan makanan :

● Istilah pertama adalah margin laba yang menunjukkan berapa banyak yang diperoleh
perusahaan dari penjualan. Rasio ini bergantung pada biaya-biaya dan harga jual-jika
perusahaan dapat menjual dengan harga premium dan mempertahankan biaya tetap
rendah, margin laba perusahaan akan tinggi yang mana akan membantu nilai ROE.
● Istilah yang kedua adalah perputaran aset total. Perputaran aset total adaalah
“pengganda” yang menunjukkan berapa kali margin laba dihasilkan setiap tahunnya
Allied mendapatkan keuntungan 3,92% untuk setiap penjualan dalam dolar, dan aset
perusahaan berputar 1,5x setiap tahunnya, sehingga pengembalian atas aset (ROA)
adalah 3,92% x1,5 = 5,9%. Jadi, seluruh pengembalian aset sebesar 5,9% menjadi milik
pemegang saham. Oleh karena itu, pengembalian atas aset harus disesuaikan ke atas
untuk mendapatkan pengembalian atas ekuitas.
● Istilah yang ketiga adalah pengganda ekuitas yang merupakan fkator penyesuaian. Aset
Allied adalah 2,13 x ekuitas perusahaan sehingga kita harus mengalihkan pengembalian
atas aset sebesar 5,9% dengan 2,13x pengganda ekuitas untuk memperoleh nilai
pengembalian atas ekuitas (ROE) 12,5%
Perhatiakan bahwa ROE yang dihutng dengan persamaan DuPont sama dengan
ROE Allied, 12,5% yang sudah kita hitung sebelumnya. Apakah inti dari langkah -
langkah yang harus dilakukan ketika menerapkan persamaan DuPont utnuk memperoleh

18
ROE ? Jawabannya dalah bahwa persamaan DuPont membantu kita mengetahui mengapa

19
ROE Allied hanya 12,5% dibandingkan 15% untuk industri. Pertama, margin laba Allied
berada dibawah rata-rata, dimana hal ini menunjukkan bahwa biaya perolehan
perusahaan tidak dikendalikan sebagaimana mestinya dan perusahaan tidak dapat
menerapkan harga premium. Selain itu perusahaan menggunakan lebih banyak utang
daripada kebanyakan perusahaan sehingga biaya bunga yang tinggi mengurangi margin
laba. Kedua, perputaran total aset berada dibawah rata-rata industri yang menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki aset melebihi yang dibutuhkan perusahaan. pada akhirnya
karena pengganda equitas perusahaan relatif tinggi, penggunaan utang yang besar
mengimbangi sebagian margin laba dan perputaran yang rendah. Tingginya rasio utang
mengancam Allied dengan risiko kebangkrutan di atas rata-rata, sehingga perusahaan
ingin mengurangi tingkat leverage keuangannya. Akan tetapi, jika Allied mengurangi
utang pada level yang sama dengan rat-arat perusahaan dalamindustri tersebut tanp
adanya perubahan lain, pengembalian atas ekuitas (ROE) Allied akan turun secara
signifikan hingga 3,92% x1,5 x 1,67 = 9,8%.
Manajemen Allied dapat menggunakan persamaan DuPont untuk
mengindentifikasi cara-cara guna memperbaiki kinerja perusahaan. Dengan memusatkan
perhatian pada margin laba, tim pemasaran dan mempelajari pengaruh peningkatan harga
jual atau pengaruh pengenalan produk baru dengan margin yang lebih tinggi. Akuntan
biaya dapat mempelajarai berbagai beban serta bekerja sama dengan bagian teknik, agen
pembelian dan bagian operasional lainnya untuk mencari cara guna mengurangi biaya.
Manajer kredit dapat mempelajari cara untuk mempercepat penagihan yang akan
mengurangi piutang usaha, sehingga dapat meningkatkan kualitas rasio perputaran total
aset. Staf keuangan dapat menganalisis dampak kebijakan utang alternatif dan
menunjukkan bagaimana perubahan dalam leverage akan memengaruhi pengembalian
atas ekuitas (ROE) yang diharapkan dan risiko kebangkrutan.
4.8 POTENSI PENYALAHGUNAAN PENGEMBALIAN ATAS EKUITAS (ROE)

Pengembalian atas ekuitas (ROE) merupakan ukuran kinerja yang penting, tetapi kita tahu
bahwa manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkankekayaan para pemegang saham. Jika
perusahaan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ROE, apakah hal ini berarti bahwa
kekayaan pemegang saham juga akan meningkat ?, Jawabannya adlaah “belum tentu”. . Bahkan
terdapat tiga masalah yang mungkin akan muncul jika perusahaan terlalu mengacu pada
pengembalian atas ekuitas (ROE) dalam menugkur kinerja perusahaan.
Pertama, ROE tidak mempertimbangkan risiko. Pemegang saham memedulikan ROE, tetapi
mereka juga mempertimbangkan risiko. Sebagai gambaran, terdapat dua divisi di dalam satu
perusahaan. Divisi S memiliki arus kas yang stabil dan prediksi ROE sebesar 15%. Dilain pihak,
Divisi R memiliki ROE yang diharapkan sebesar 16%, tetapi arus kasnya cukup berisiko
sehingga ROE yang diharapkan bisa jadi tidak material. Jika manajer menerima kompensasi
hanya berdasarkan ROE dan ROE yang diharapkan ternyata tercapai selama tahun berikutnya,
manajer Divisi R akan menerima bonus yang lebih tinggi dibandingkan manajer S, bahkan
meskipun Divisi S ternyata menghasilkan nilai yang lebih tinggi bagi pemegang saham sebagai
hasil dari risko yang lebih rendah. Sama halnya, leverage keuangan dapat meningkatkan ROE

20
yang diharapkan, tetapi semakin besar leverage, semakin tinggi risikonya. Jadi, meningkatkan
ROE melalui penggunaan leverage belum tentu baik untuk dilakukan.
Kedua, ROE tidak mempertimbangkan jumlah modal yang diinvestasikan. Sebagai
gambaran, pertimbangkan suatu perusahaan yang harus memilih diantara dua proyek yang tidak
saling terkait. Proyek A membutuhkan investasi sebesar $50.000 dengan ROE yang diharapkan
sebesar 50%, sementara proyek B memerlukan investasi seebsar $1.000.000 dengan ROE
sebesar 45%. Kedua proyek tesebut sama-sama berisiko, dan biaya modal perusahaan adalah
10%. Proyek A memiliki ROE yang lebih tinggi, tetapi proyek ini jauh lebih kecil. Proyek B
menjadi proyek yang seharusnya dipilih karena proyek ini akan memberi lebih bagi kekayaan
pemegang saham.
Ketiga, fokus pada ROE dapat menyebabkan manajer membatalkan proyek yang
menguntungkan. Andaikan anda mengelola divisi perusahaan besar dan perusahaan menentukan
bahwa bonus semata-mata berdasarkan pada ROE. Anda memperhitungkan bahwa ROE divisi
anda tahun ini akan mencapai 45%.
Tiga contoh kasus tersebut menunjukkan bahwa ROE suatu proyek harus dikombinasikan
dengan risiko dan ukurannya untuk menentukan pengaruh proyek terserbut terhadap nilai
pemegang saham sebagaimana kita gambarkan dibawah ini:

4.9 MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA

Meskipun rasio keuangan membantu kita mengevaluasi laporan keuangna, sering kali sulit
untuk melakukan evaluasi terhadap perusahaan dengan hanya melihat rasio. Sebagai contoh,
ketika anda melihat perusahaan memiliki rasio lancar sebesar 1,2, akan sulit untuk menentukan
apakah hal tersebut baik atau buruk, kecuali anda melihatnya dengan perspektif yang tepat.
Manajemen Allied dapat melihat pada rata-rata industri, membandingkan rasio yang dimiliki
perusahaan dengan perusahaan tertentu atau “benchmark” dan dapat menganalisis tren disetiap
rasio. Kita akan membahas ketiga pendekatan tersebut pada bagian ini.
4.9A PERBANDINGAN DENGAN RATA-RATA INDUSTRI
Sebagaimana yang telah kita lakukan terhadap Allied, satu cara yang dapat dilakukan untuk
menilai kinerja adalah dengan membandingkan rasio-rasio kunci perusahaan terhadap rata-rata
industri.

21
4.9B BENCHMARKING
Analisis rasio melibatkan perbandingan dengan angka-rata-rata industri, tetapi Allied dan
banyak perusahaan lain juga membandingkan perusahaan mereka dengan sebagian pesaingutama
di Industri mereka. Inilah yang disebut dengan benchmarking, dan perusahaan yang digunakan
sebagai perbandingan disebut perusahaan benchmark.
Penyusunan benchmarking memudahkan manajemen Allied untuk melihat dengan tepat
dimana posisi perusahaan di dalam persaingan. Rasio komparatif dapat ditemukan di beberapa
sumber, termasuk Yahoo! Finance dan MSN Money. Banyak rasio yang berguna untuk
melakukan analisis dihimpun oleh Value Line, Dun and Bradstreet (D&B), serta Risk
Management Association yang merupakan asosiasi karyawan bagian kredit bank-bank AS. Data
laporan keuangan untuk ribuan perusahaan terbuka dapat ditemukan di situs-situs internet lain.
Karena perusahaan pialang, bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki akses terhadap data-
data tersebut, analisis sekuritas dapat dan memang membuat rasio-rasio perbandingan yang
disusun khusus untuk kebutuhan masing-masing.
4.9 C ANALISIS TREN

Analisis terhadap tren rasio sama pentingnya dengna tingkat absolutnya karena tren
memberikan petunjuk mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan apakah akan membaik atau
memburuk. Untuk melakukan analisis tren (trend analysis),kita hanya perlu memetakan rasio-
rasio yang selama ini diperoleh.
4.10 PENGGUNAAN DAN KETERBATAN RASIO

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama:
(1) manajer, yangg menggunakan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan
memperbaiki operasi perusahaan, (2) analis kredit, termasuk pegawai bagian kredit di bank dan
analis peringkat obligasi yang menganalisis rasio untuk membantu menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar utang, dan (3) analis saham, yang tertarik dengan efisiensi, risiko
dan prospek pertumbuhan perusahaan. Beberapa potensi masalah dari keterbatasan rasio
adalah sebagai berikut:
1. Banyak perusahaan memiliki divisi yang beroperasi di industri yang berbeda sehingga
sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan serangkaian rata-rata industri yang berarti.
Oleh karena itu, analsisi rasio lebih bermanfaat bagi perusahaan kecil dengan fokus lebih
sempit dibandingkan perusahaan besar yang memiliki banyak divisi.
2. Sebagian besar perusahaan menginginkan hasil yang lebih baik di atas rata-rata sehingga
hanya dengan mencapai rata-rata kinerja bukan berarti bagus. Untuk mencapai target
kinerja tingkat tinggi, langkah terbaik adalah fokus pada rasio perusahaan-perusahaan
pemimpin industri. Benchmarking dapat membantu melakukan hal tersebut.
3. Inflasi telah banyak mengubah laporan posisi keuangan sejumlah perusahaan nilai buku
sering kali berbeda dengan nilai pasar. Nilai pasar akan lebih sesuai untuk berbagai
tujuan, tetapi secara umum kita tidak dapat memperoleh angka nilai pasar karena aset
seperti mesin yang digunakan tidak diperdagangkan di pasar. Selain itu, inflasi
22
memengaruhi nilai aset, biaya penyusutan, biaya persediaan, dan juga memengaruhi laba.
analisis rasio satu perusahaan dari waktu ke waktu atau analisis komparatif perusahaan
dari periode yang berbeda harus diinterpretasikan dengan hati-hati dan pertimbangan
yang kuat.
4. Faktor musiman juga dapat mengubah analisis rasio. Misalnya, Rasio perputaran
persediaan untuk perusahaan pengolah makanan akan sangat berbeda jika angka pada
laporan posisi keuangan yang digunakan untuk persediaan adalah angka tepat sebelum
akhir musim pengalengan dibandingkan dengan angka setelah akhir musim
pengalengan. Masalah ini dapat dikurangi dengan menggunakan rata-rata
bulananpersediaan (dan piutang) dalam perhitungan rasio perputaran.
5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing” (window dressing
technique)untuk meningkatkan laporan keuangan. seabgai gambaran orang cenderung
berpikir bahwa hedge fund yang besar menjadi semakin besar karena pengembalian
mereka yang tinggi menarik bagi investor.
6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mengubah perbandingan. Seperti yang telah
dicatat sebelumnya, penilaian persediaan dan metode penyusutan dapat memengaruhi
laporan keuangan sehinga mengubah perbandingan antar perusahaan. Jika satu
perusahaan menywa sebagian besar peralatan produksinya, perputaran aset tetap
perusahaan akan cenderungf tinggi karena aset yang disewa-guna sering kali tidak
muncul pada laporan posisi keuangan. Pada saat yang sama, liabilitas yang dhubungkan
dengan sewa-guna mungkin tidak muncul sebagai utang sehingga rasio laba tetap
rendah meskipun kegagalan dalam membayar sewa-guna usaha dapat menyebabkan
perusahaan bangkrut.
7. Sulit untuk mengatakan apakah suatu rasio tertentu itu “baik atau “buruk”.
Misalnya, rasio lancar yang tinggi mungkin mengindikasi posisi likuiditas yang kuat dan
berarti baik.
8. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang terlihat “bagus” dan beberapa
rasio lain yang terlihat buruk sehingga membuat kita sulit menilai secara keseluruhan
apakah perusahaan tersebut kuat atau lemah. Untuk mengatasi masalah ini, bank atau
pihak pemberi pinjaman lainnya sering menggunakan prosedur statistik untuk
menganalisis dampak akhir (net effect) dari sejumlah rasio serta mengklarifikasikan
perusahaan berdasarkan kemnungkinannya mengalami masalah keuangan.
4.11 MELIHAT DI BALIK ANGKA-ANGKA

Dengan mempelajari bab ini, diharapkan kemampuan anda meningkat dalam memahami
dan menginterpretasikan laporan keuangan. Faktor-faktor ini, seperti yang dirangkum oleh
American Association of Individual Investor (AAII), antara lain seabgai berikut:
1. Apakah pendapat perusahaan terikat pada satu pelanggan utama?, jika ya, kinerja
perusahaan mungkin akan turun secara drastis jika pelanggan tersebut pergi. Di lain
pihak, jika pelanggan tidak memiliki alternatif produk perusahaan yang lain, maka hal ini
menstabilkan penjualan.
23
2. Sejauh mana pendapatan perusahaan terikat pada satu produk utama? Perusahaan yang
berfokus hanya pada satu produk tunggal sering kali lebih efisien, tetapi
kurangnya

24
diversifikasi ini juga meningkatkan risiko karena pendapatan dari
beberapa produk menstabilkan laba dan arus kas dalam dunia
bisnis yang berubah-ubah.
3. Sejauh mana perusahaan bergantung pada satu pemasok?
Bergantung pada hanya satu pemasok tunggal akan
menyebabkan kurangnya bahan baku yang tidak dapat
diantisipasi, serta menjatuhkan penjualan dan laba.
4. Berapa persentase bisnis perusahaan terikat pada satu produk
utama? Perusahaan dengan persentase bisnis di luar negeri yang
tinggi sering kali dapat merealisasikan pertumbuhan yang lebih
tinggi dan margin laba yang lebih besar. Operasi bisnis di luar
negeri sering kali menyebabkan perusahaan memiliki risiko
politik dan masalah nilai tukar.

25
KESIMPULAN

Rasio dibagi dalam lima kategori yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen
asset, rasio manajemen utang, rasio profitabilitas dan nilai pasar. Rasio perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri dan dengan perusahaan-perusahaan yang
memimpin dalam industri tersebut (benchmarking). Perbandingan ini digunakan
untuk membantu memformulasi kebijakan meningkatkan kinerja perusahaan di
masa mendatang. Dengan cara yang sama, rasio yang dimiliki perusahaan dapat
dianalisis dari waktu ke waktu untuk melihat apakah kondisi keuangan perusahaan
membaik atau memburuk.

Satu-satunya rasio yang paling penting di mana manajemen memiliki


kendali atas rasio tersebut adalah pengembalian atas ekuitas (ROE) – rasio yang
lain juga penting, tetapi itu karena rasio yang lain menggunakan ROE. Satu
perangkat yang digunakan untuk menentukan ROE adalah persamaan DuPont:
ROE = Margin Laba x Perputaran Total Aset x Pengganda Ekuitas. Ketika
pengembalian atas ekuitas (ROE) perusahaan berada di bawah rata-rata industri
dan perusahaan benchmark, analisis DuPont dapat membantu menganalisis area
permasalahan yang harus diperbaiki.

Satu catatan: meskipun analisis rasio sangat bermanfaat, tetapi harus


digunakan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Langkah yang diambil untuk
meningkatkan satu rasio dapat memberikan dampak negatif terhadap rasio yang
lain. Sebagai contoh, perusahaan dapat meningkatkan ROE dengan menggunakan
utang lebih banyak, tetapi risiko utang tambahan dapat menyebabkan turunnya
rasio P/E dan juga harga saham perusahaan. Analisis kuantitatif seperti analisis
rasio dapat menjadi hal yang berguna, tetapi lebih penting lagi untuk
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brigham & Houston. 2020. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Agus Harjito dan Martono, 2011. Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Ekonisia

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas laporan Keuangan. Edisi
Pertam Cetakan ke sepuluh. Jakarta: PT Bumi Aksara.

27

Anda mungkin juga menyukai