M. Farras Apfrisya
NIM.1802124121
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................14
1.5 Sistematika Penulisan..........................................................................15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................16
2.1 Landasan Teori....................................................................................16
2.1.1 Teori Agency..........................................................................16
2.1.2 Teori Akuntansi Positif...........................................................18
2.1.3 Konservatisme Akuntansi.......................................................21
2.1.4 Ukuran Perusahaan.................................................................33
2.1.5 Financial Distress....................................................................35
2.1.6 Risiko Litigasi.........................................................................38
2.1.7 Insentif Pajak..........................................................................44
2.2 Penelitian Terdahulu............................................................................47
2.2 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................50
2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis.....................................................57
2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Konservatisme
Akuntansi.............................................................................................57
2.2.2 Pengaruh Financial Distress Terhadap Konservatisme
Akuntansi.............................................................................................58
2.2.3 Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi. .
................................................................................................60
2.2.4 Pengaruh Insentif Pajak Terhadap Konservatisme Akuntansi....
................................................................................................61
i
2.4 Model Penelitian..................................................................................63
BAB III......................................................................................................................64
3.1 Metode Penelitian................................................................................64
3.2 Jenis dan Sumber Data........................................................................67
3.3 Metode Pengumpulan Data.................................................................67
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel..................................68
3.4.1 Variabel Dependen (Y)...........................................................68
3.4.2 Variabel Independen...............................................................69
3.5 Metode Analisis...................................................................................75
3.5.1 Statistik Deskriptif..................................................................75
3.5.2 Uji Normalitas Data................................................................76
3.5.3 Uji Asumsi Klasik...................................................................77
3.5.4 Analisis Regresi Linier Berganda...........................................79
3.5.5 Pengujian Hipotesis................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................83
ii
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengukur kinerja manajemen dan memberikan informasi bagi pihak internal seperti
komisaris, direktur, manajer, dan karyawan maupun pihak eksternal seperti investor,
perusahaan terutama laba yang menjadi salah satu fokus utama bagi pihak
daya melaba dalam jangka panjang, evaluasi kinerja perusahaan, memprediksi laba
di masa yang akan datang, dan menaksir risiko investasi atau pinjaman kepada
perusahaan. Laba yang cenderung negatif dapat membuat penilaian kinerja keuangan
perusahaan menjadi kurang baik dan akan mengurangi kepercayaan banyak pihak.
2
sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut sehingga perusahaan lebih fleksibel dalam
dan mengukur asset dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang
akuntansi ditujukan pada metode laba yang melaporkan laba atau asset yang lebih
rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman
akan menerima perlindungan atas risiko menurun dari neraca yang menyajikan asset
bersih dan laporan keuangan yang melaporkan buruk secara tepat waktu (Haniati dan
Fitriany, 2010).
3
mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada lingkungan bisnis yang
laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang
diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan asset cenderung rendah, serta
cenderung tinggi. Akibatnya, laporan keuangan akan menghasilkan laba yang terlalu
Lafond dan Watts (2006) juga menjelaskan bahwa laporan keuangan yang
akan diperoleh.
penyajian laporan keuangan tahun 2005. Pada laporan keuangan PT KAI tahun 2005
tercatat perusahaan itu mendapat keuntungan sebesarRp 6,9 Miliar, setelah diteliti
dan dikaji lebih rinci ternyata perusahaan itu merugi sebesar Rp 63 Miliar. Kasus
Garuda Indonesia tahun anggaran 2018. Pada tahun 2018 GIAA dan PT Mahara
Aero Teknologi melakukan kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam
penerbangan. Menurut catatan kontrak GIAA dan Mahata, kerja sama itu
membuahkan pendapatan dalam bentuk piutang senilai US$ 239 Juta atau sekitar
3,47 triliun. Garuda tidak mengeluarkan investasi sama sekali dan mendapatkan
pembayaran.
Teknologi yang belum melunasi pembayaran utang sampai akhir tahun 2018 sebagai
pendapatan. Atas piutang itu, Garuda Indonesia mengklaim untung US$ 5,01 juta
dari kerja sama dengan Mahata. Setelah menyajikan ulang laporan keuangan tahun
5
buku 2018 ternyata Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang
dilaporkan sebelumnya. Garuda merugi US$ 175 juta atau setara 2,45 triliun. Salah
satunya disajikan kembali pada pos pendapatan lain-lain bersih, yaitu dengan angka
US$ 38,9 juta dari sebelumnya US$ 278,8 juta. Disini terjadi penyusutan pendapatan
tingkat kepercayaan dari pengguna laporan keuangan suatu perusahaan. Dilihat dari
kasus yang terjadi mengenai manipulasi laporan keuangan, perusahaan lebih sering
melaporkan laba dan asset terlalu tinggi dari yang seharusnya dilaporkan. Hal
keputusan.
hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih yang salah satu pihak
disebut prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain yang disebut agen (agent)
untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian
decision making kepada agen. Prinsipal memberikan tanggung jawab kepada agen
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab
6
agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. prinsipal
dibuat berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori agensi
saham, dan regulator (politisi) adalah rasional dan mereka berusaha untuk
memaksimalkan utility mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi dan
akan menyebabkan understatement terhadap laba pada periode kini yang dapat
sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode sebelumnya. Selain itu
untuk dipertahankan.
Beberapa faktor yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
alat ukur untuk menilai apakah perusahaan tersebut tergolong besar atau kecil.
Ukuran perusahaan juga dimana jumlah aset suatu perusahaan menjadi salah satu
indikator untuk menentukan berapa besar biaya politis yang harus ditanggung
perusahaan (Biduri et al., 2019). Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan
memiliki standar kinerja dan cenderung memiliki profit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, oleh karena itu perusahaan besar
lebih sering menghadapi risiko yang lebih besar. Perusahaan yang tergolong besar,
jawab sosial perusahaan dan akan membayar biaya politis yang lebih besar. Sehingga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Atika et al (2020), Hotimah dan Retnani
al (2019) dan Sinambella dan Almilia (2018) menunjukkan ukuran perusahaan tidak
financial distress. Menurut (Rahayu, 2017) Financial Distress adalah suatu kondisi
dimana perusahaan atau individu tidak dapat menghasilkan pendapatan atau laba
yang cukup. Sehingga tidak dapat membayar kewajiban utangnya. Financial Distress
juga dapat diartikan sebagai gejala awal kebangkrutan perusahaan akibat penurunan
ketika perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan maka situasinya akan menjadi
lebih sulit. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan maka akan cenderung
diawasi secara lebih ketat oleh berbagai pihak untuk itu perusahaan perlu
(Fitriani & Ruchjana, 2020) dan (Sugiyarti & Rina, 2020) bahwa financial distress
penelitian yang dilakukan oleh (Wiecandy & Khairunnisa, 2018), (Amalina et.al,
konservatisme akuntansi.
risiko litigasi. Risiko litigasi merupakan risiko yang melekat pada perusahaan yang
9
regulator yang merasa dirugikan oleh perusahaan tersebut. Ketika ancaman terjadi
investor dan masyarakat selain itu adanya tuntutan hukum yang dialami perusahaan
akan merusak citra perusahaan sehingga akan berimbas ke harga saham. Risiko
litigasi jika sudah terjadi akan mengakibatkan perusahaan mengeluarkan biaya yang
besar untuk menyelesaikan tuntutan hukum tersebut. Dengan adanya risiko litigasi
Penelitian yang di lakukan oleh (Mumayiz & Cahyaningsih, 2020) dan (Sugiarto &
akuntansi. Bertolak belakang dengan penelitian yang di lakukan oleh (Wiecandy &
yang diberikan pemerintah kepada investor luar negeri maupun dalam negeri untuk
aktivitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu yang mempengaruhi kegiatan
dan kemudahan bagi wajib pajak. Salah satu insentif tersebut adalah penurunan tarif
pajak, dimana tarif pajak badan mengalami penurunan dari tarif progresif
berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 dirubah menjadi tarif tunggal. Perubahan tarif
pajak ini memberikan dampak tersendiri bagi perusahaan khususnya yang telah Go
public karena beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi lebih kecil.
maka perubahan tarif pajak ini memberikan insentif bagi manajer untuk melakukan
konservatisme akuntansi.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Harini et al (2020) dan Sugiyarti dan
Bertolak dengan penelitian yang di lakukan oleh (Safira, 2020) menyatakan insentif
(Sugiyarti & Rina, 2020) yang berjudul pengaruh insentif pajak, financial distress,
11
sampel penelitian, yaitu dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI tahun
mendapatkan data terbaru dan memberikan gambaran terkini secara lebih akurat
menyarankan menambahkan variabel risiko litigasi dan juga hasil nya masih belum
dipilih oleh peneliti adalah perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi.
Alasan peneliti memillih sektor tersebut karena perusahaan sektor transportasi dan
utilitas merupakan salah satu sub sektor dari sektor infrastruktur di Bursa Efek
masyarakat, distribusi aliran produk dan jasa dan menjadi sistem pelayanan
pendapatan masyarakat. Hal tersebut akan menarik investor dan kreditor untuk
menanamkan modal dan memberikan pinjaman. Maka dari itu perlunya jaminan
sebagai variabel dependen, dan empat variabel independen lainnya yaitu ukuran
perusahaan, financial distress, risiko litigasi, dan insentif pajak. Dengan judul “
akuntansi ?
akuntansi ?
akuntansi ?
akuntansi ?
14
1. Bagi manajemen
3. Bagi Peneliti
akuntansi.
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari tiga bab dan dilaporkan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab satu berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
Bab dua berisi tentang teori-teori yang digunakan, penelitian terdahulu, kerangka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terjadinya konflik, sebab adanya perbedaan kepentingan antara pihak pengelola dan
pihak pemilik. Dimana pemilik ingin perusahaan beroperasi dengan baik sehingga
perusahaan ingin mendapatkan kompensasi yang tinggi dari pihak pemilik atas
kinerja yang telah diberikan. Pihak manajemen beranggapan jika laba yang
dihasilkan tinggi maka kompensasi yang diberikan tinggi pula. Namun ketika kinerja
konsep yang mendeskripsikan hubungan antara principal (pemberi kontrak) dan agen
(penerima kontrak), principal mengontrak agen untuk bekerja demi kepentingan atau
kepada agen untuk mencapai tujuan tersebut. Agen bertanggung jawab atas
pencapaian tujuan tersebut dan agen menerima balas jasa dari prinsipal. Dalam
organsiasi perusahaan, prinsipal adalah para pemegang saham dan agen adalah
manajemen puncak (dewan komisaris dan direksi), prinsipal dapat juga manajemen
18
semakin tinggi pencapaian tujuan prinsipal maka semakin tinggi pula balas jasa yang
asimetri (assymetries information). Konflik ini terjadi ketika salah satu pihak lebih
banyak mengetahui informasi dari pada pihak yang lainya. Contohnya pihak
pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena manajemen setiap hari berhubungan
perusahaan. Para pemegang saham yang memiliki informasi yang terbatas akan
penerapan prinsip konservatisme mengakui biaya dan kerugian lebih cepat dan
terlihat rendah dan aset bersih bernilai rendah. Melaporkan laba yang rendah dan aset
melaporkan laba dan a aset terlalu tinggi. Namun penerapan konservatisme akuntansi
harus dilakukan secara tepat, ketika diaplikasikan secara tepat maka perusahaan akan
19
Menurut Watts & Zimmerman (1986), teori akuntansi positif berusaha untuk
menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan alasan yang
menyebabkan suatu peristiwa. Dengan kata lain, teori akuntansi positif dimaksudkan
menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam teori akuntansi positif
didasarkan pada proses kontrak atau hubungan keagenan antara manajer dengan
kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan
institusi pemerintah.
akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan tujuan mereka. Teori
kebijakan akuntansi yang menurut mereka baik. Menurut Chariri dan Ghozali (2007)
dapat didorong oleh adanya empat masalah pengontrakan yaitu asimetri informasi,
20
masa kerja terbatas manajer, kewajiban terbatas manajer, dan asimetri pembayaran
akuntansi liberal, tetapi kreditor (dalam kontrak utang) dan pemegang saham (dalam
Menurut Watts & Zimmerman (1986) dalam teori akuntansi positif terdapat
tertentu:
dilaporkan pada periode berjalan guna untuk meningkatkan nilai bonus yang
dapat diperoleh.
deviden maupun capital gain dari saham yang dimilikinya. Sebaliknya, jika
keamanan dananya.
namun hanya mengakui pendapatan dan asset ketika sudah yakin diterima.
2016). Hal yang hampir serupa juga dinyatakan Watts (2003) yang mendefinisikan
perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur asset dan laba serta
segera mengakui kerugian dan utang yang mempunyai kemungkinan yang terjadi.
metode yang melaporkan laba atau aset yang lebih rendah serta melaporkan
semua kemungkinan yang akan terjadi bila pendapatan tidak berjalan atau tidak
sebagai usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang (a)
mengakui aset dan pendapatan yang sudah terealisasi tetapi mempercepat pengakuan
kewajiban dan beban walaupun hal tersebut masih kemungkinan dan belum
konservatisme dalam laporan keuangan membuat laba dan aset lebih rendah dan
pelaporan keuangan yang pesimistik, hal tersebut dapat menetralisir sikap optimisme
para pengguna laporan yang terlalu belebihan dalam melaporan hasil usahanya.
24
perusahaan di masa yang akan datang, namun di sisi lain penggunaan konservatisme
akuntansi digunakan untuk mengurangi risiko dan optimisme yang berlebihan oleh
berlebihan, karena akan menyebabkan kesalahan dalam perhitungan laba atau rugi
sebenarnya (Sulastri & Anna, 2018). Konsekuensi yang timbul dari kerugian atau
kebangkrutan akan lebih berbahaya dari pada keuntungan. Pendapat yang menentang
mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Sulastri & Anna, 2018). Kiryanto &
konservatisme akan cenderung bias karena tidak bisa mengambarkan keadaan yang
sebenarnya. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesesuaian antara beban yang
periode pertama biaya yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat, sehingga laba
menurun. Sedangkan pengakuan pendapatan terjadi pada periode kedua yang akan
meningkatkan nilai laba. Oleh karena itu beberapa peneliti tidak setuju dengan
25
penerapan prinsip konservatisme. Terlepas dari pendapat yang pro dan kontra
1. Contracting Explanation
yang efisien antara perusahaan dan berbagai pihak eksternal. Atas dasar
terbatas, dan tanggung jawab yang terbatas. Moral hazard adalah suatu tipe
asimetri informasi dimana satu orang atau lebih pelaku bisnis dapat
2. Litigation Risiko
haknya investor dapat saja melakukan litigasi dan tuntutan hukum terhadap
26
keuangan.
b. berita baik.
3. Taxation
dengan tujuan mencocokkan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Ada
4. Regulation
nilai terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Selain itu
28
pada saat terjadinya perubahan, baik perubahan atas rugi ataupun laba tetap
baik terefleksi dalam laba yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena
harus segera diakui sehingga mengakibatkan bad news lebih cepat diakui
Dimana ∆NIt adalah net income sebelum adana extraordinary items dari
tahun t-1 hingga t, yang diukur dengan menggunakan total assets awal nilai
dan arus kas kegiatan operasi jika hasilnya negatif maka perusahaan
(2002) :
Keterangan :
market to book ratio (MTB) yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000).
net asset measure yaitu dengan MTB (market to book ratio) jika rasio ini
EPSit
= 𝛼0 + 𝛼1𝐷𝑅𝑖𝑡 + 𝛽0𝑅𝑖𝑡 + 𝛽1𝐷𝑅𝑖𝑡+∈ 𝑖𝑡
Pit
32
Keterangan:
measure (AACF).
Keterangan:
Total DCFOt : Dummy 0 bila CFOt lebih besar sama dengan 0 dan
Keterangan:
𝐸𝑅𝑖𝑡
𝐶𝑖𝑡 =
𝑁𝑂𝐴𝑖𝑡
Keterangan:
Accrued Items.
(NIO+DEP−CFO)X(−1)
CONACC =
TA
Keterangan:
yaitu besaran akrual, apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan
34
Keterangan:
Cit : Net income sebelum extraordinary item dikurangan
depresiasi dan amortisasi
CFit : Cash Flow dari kegiatan operasional
yang dilihat dari besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan
dapat diukur dengan melihat total asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah (medium size)
serta perusahaan kecil (small size). Perusahaan besar tergolong memiliki profit yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, oleh karena itu
perusahaan besar lebih sering menghadapi risiko yang lebih besar. Perusahaan
besar dihadapkan dengan besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan
Biaya politis mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus
pemerintah, tarif pajak, tuntutan buruh, dan sebagainya (Watts dan Zimmerman,
35
1990). Pemerintah akan memungut pajak yang relatif tinggi kepada perusahaan
besar, karena seiring tingginya laba yang dihasilkan oleh perusahaan besar , maka
pajak yang harus dibayarkan akan mengikuti besarnya laba. Oleh karena itu, semakin
besar ukuran perusahan akan menyebabkan semakin besar pula biaya politis yang
berupaya untuk melaporkan laba secara konservatif dengan tujuan agar laba tidak
cenderung memiliki pemegang saham atau shareholders yang juga sangat banyak.
perusahaan.
konservatif untuk mengurangi biaya politis, perusahaan kecil akan lebih optimis
dalam melakukan pelaporan laba. Hal tersebut dikarenakan perusahaan kecil tidak
melakukan pelayanan publik dan kepentingan sosial lainnya sehingga pajak yang
dibayarkan pun relatif rendah. Oleh karena itu, mereka cenderung mengurangi
dapat diukur menggunakan log total aset yang dapat dilihat melalui aset lancar dan
kebangkrutan atau kepailitan, hal tersebut dapat dihindari dengan cara memprediksi
atau gejala awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi keuangan yang dialami
oleh suatu perusahaan. Sinyal-sinyal tersebut dapat berupa penurunan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan, mendapat surat tagihan dari bank akibat tidak tepat
hutang yang telah jatuh tempo dan perusahaan dalam kondisi tidak solvable dimana
nilai buku hutang lebih besar dari nilai buku aset. Perusahaan yang mengalami
sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif
selama beberapa tahun. Namun menurut (Fahmi 2017:93) financial distress adalah
diukur dengan metode altman Z-score melalui hasil penelitian pertama yang
dilakukan Hadi dan Anggreani (2008) menunjukkan bahwa model prediksi Altman
merupakan prediktor yang terbaik dan menunjukan metode yang paling popular
untuk melakukan prediksi financial distress. Selain itu, menurut Haron (2009)
melalui analisis diskriminan yang digunakannya. Edward I. Altman pada tahun 1968
merilis model Altman Z-score untuk Model pertama, kemudian pada tahun
Model 1 :
Z=1,2(X1)+1,4(X2)+3,3(X3)+0,6(X4)+0,999(X5)
Keterangan:
Z = Nilai Indeks Kebangkrutan
X1 = Modal Kerja/Total Asset
X2 = Laba Ditahan/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Nilai Pasar Saham/Total Hutang
X5 = Penjualan/Total Asset
bawah1,8. Sementara, Perusahaan yang memiliki skor diatas 3 berpeluang kecil untuk
38
bangkrut dan relatif aman. Sedangkan, skor antara 1,81 dan 3 mewakili zona hati-
hati.
Model Pertama Altman diatas tidak cocok untuk perusahaan kecil, non-
statistik dari perusahaan manufaktur publik. Selain itu, dia mengecualikan semua
perusahaan dengan aset kurang dari USD1 juta. Sehingga, diluar kategori tersebut,
Untuk perusahaan swasta, karena informasi harga saham tidak tersedia, Altman
mengganti nilai pasar ekuitas pada variabel X4 dengan nilai buku ekuitas pemegang
Model 2
Untuk Model 2, Z-Score yang bagus untuk perusahaan swasta berada diatas 2,9
berpeluang besar untuk bangkrut jika nilai Z-Score berada dibawah 1,23.
Model 3 :
Z = 6,56(X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4)
39
Untuk Model 3, nilai diatas 2,60 kemungkinan bangkrut sangat kecil dan nilai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) risiko adalah akibat yang
tindakan. Litigasi adalah proses dimana seorang individu atau badan membawa
tuntutan hukum dari pihak-pihak yang merasa dirugikan olehnya. Tuntutan hukum
dan litigasi dapat disebabkan adanya laporan keuangan yang tidak sesuai dengan
(Putri, 2018).
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Juanda (2007) yang mengartikan
bahwa risiko litigasi sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang
litigasi dapat diukur dari berbagai indikator keuangan yang menjadi determinan
dimana para pihak memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan
yang bertentangan. Litigasi merupakan proses yang sangat dikenal (familiar) bagi
para lawyer dengan karakteristik adanya pihak ketiga yang mempunyai kekuatan
untuk memutuskan (to impose) solusi diantara para pihak yang bersengketa. Johnson
terjadinya litigasi dipicu oleh potensi yang melekat pada perusahaan berkaitan
dengan tidak terpenuhinya kepentingan investor dan kreditor. Apabila hak tersebut
merupakan risiko yang sudah terikat dalam setiap perusahaan. Jadi jika perusahaan
yang bersangkutan melakukan manipulasi pada pelaporan keuangan, hal ini dapat
Apabila hak mereka tidak dapat diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan, maka
Saputra (2016) mengatakan bahwa risiko litigasi bisa timbul dari pihak
kreditor maupun investor. Dari sisi kreditor, litigasi dapat timbul karena perusahaan
kreditor. Risiko litigasi yang berasal dari kreditor dapat diperoleh dari indikator
jangka panjang. Dari sisi investor, litigasi dapat timbul karena pihak perusahaan
menjalankan operasi yang akan berakibat pada kerugian bagi pihak investor yang
peraturan baru, tingkat kepemilikan saham asing, komposisi dewan direksi, kondisi
politik, lingkungan hukum dan peraturan dalam suatu negara, sensitivitas investor
dan tingkat keketatan aturan kontrak utang. Seluruh faktor tersebut merupakan
kinerja keuangannya.
risiko keuangan
harga saham yaitu nilai pasar saham, perputaran volume saham, beta saham,
return saham, serta return minimal. Nilai pasar (SIZE) merupakan nilai
43
dengan rata-rata saham yang beredar. Beta saham (BETA) merupakan slope
return suatu saham terhadap return pasar yang menggambarkan nilai risiko
dengan persamaan :
Keterangan :
7. Asset Growth
Asset growth adalah kenaikan aset yang dimiliki perusahaan, kenaikan aset
perusahaan rendah maka resiko litigasi yang dimiliki perusahaan rendah dan
ditimbulkan tinggi pula. Hal tersebut karena ketika kenaikan aset rendah
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔
𝑫𝑬𝑹 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
risiko litigasi perusahaan, yaitu semakin tinggi rasio ini maka akan semakin
besar risiko litigasi yang dihadapi perusahaan. Karena hutang yang dimiliki
jauh lebih besar dari ekuitas yang dimiliki perusahaan, yang akan digunakan
45
Insentif pajak adalah suatu bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan oleh
pemerintah kepada wajib pajak tertentu berupa penurunan tarif pajak yang bertujuan
untuk memperkecil besarnya beban pajak yang harus dibayarkan (Ayu, 2019).
Menurut Sitohang (2018) insentif pajak diberikan dengan tujuan yang telah
Insentif pajak juga mampu memotivasi perusahaan untuk memanajemen laba sebagai
bentuk penghematan pajak, sehingga dapat disebut sebagai bentuk manajemen pajak.
merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak,
biasanya wajib badan. Fasilitas yang diberikan berupa penurunan tarif pajak,
46
sehingga dapat memperkecil beban pajak yang harus dibayarkan. Insentif pajak ini
illegal. Karena seperti yang kita ketahui, banyak perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak secara illegal. Jadi dengan adanya insentif pajak ini diharapkan
wajib pajak.
(budgetair) dan juga berfungsi sebagai regulasi (regulerend) yaitu mengatur tatanan
dibayarkan oleh para wajib pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Perusahaan selalu
menghitung laba kena pajak sangat berkaitan dengan perhitungan laba dalam laporan
keuangan.
47
Pajak Penghasilan yaitu dengan diterbitkan Undang Undang No.36 Tahun 2008.
Undang Undang tersebut memberikan insentif dan kemudahan bagi wajib pajak.
Salah satu insentif tersebut adalah penurunan tarif pajak, dimana tarif pajak 41 badan
mengalami penurunan dari tarif progresif. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 (ada 3
lapisan : 10%, 15%, dan 30%) dirubah menjadi tarif tunggal berdasarkan UU PPh
No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku efektif pada tahun
2009, yaitu: (1) 28% (diefektifkan pada tahun 2009) dan 25% (diefektifkan pada
tahun 2010) untuk perusahaan dan (2) 5% lebih rendah dari tarif nomor (1) untuk
perusahaan yang telah go public dan minimal 40% jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Harini dkk, 2020). Serta
Tahun 2020 Pasal 5 ayat 1 huruf a dan b, yaitu penurunan tarif pajak penghasilan
wajib pajak badan menjadi 22% berlaku pada tahun pajak 2020 dan 2021, dan 20%
yang mulai berlaku pada tahun 2022. Dimana perubahan tarif pajak ini memberikan
khususnya yang telah go public karena beban pajak yang harus dibayarkan
perusahaan menjadi lebih kecil. Jika manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan
dengan meminimalkan beban pajak, maka perubahan tarif ini akan memberikan
perencanaan pajak sebagai ukuran insentif pajak sesuai dengan penelitian yang
Keterangan:
TAXPLAN (TP) :Perencanaan pajak
yang mempengaruhinya.
Atika dkk pada tahun 2021 melakukan penelitian tentang pengaruh insentif
pajak, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Hasil dari penelitian ini
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pada tahun yang sama Andani dan
Nurhayati juga meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, financial distress, dan
pengaruh insentif pajak, pajak dan cash flow terhadap konservatisme akuntansi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa cash flow berpengaruh. Sedangkan insentif
pajak dan pajak tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sugiarti dan
Rina pada tahun 2020 juga meneliti tentang pengaruh insentif pajak, financial
opportunity dan intensitas modal terhadap konservatisme akuntansi. Dari hasil dari
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Biduri dkk pada tahun 2019 yang
terhadap konservatisme akuntansi. Pada tahun 2019, Fitriani dan ruchjana melakukan
konservatisme akuntansi. Dari hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial
akuntansi.
Sinambela dan Almilia pada tahun 2018 yang meneliti tentang pengaruh
ukuran perusahaan, risiko perusahaan, intensitas modal, pajak, risiko litigasi, debt
akuntansi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas modal dan pajak
perusahaan, risiko litigasi, debt covenant, komite audit, dan kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pada tahun 2018, Sulastri dan
pada tahun yang sama juga dilakukan oleh wiecandy dan khairunnisa tentang
konservatisme akuntansi.
Penelitian pada tahun 2017 dilakukan oleh Sugiarto yang meneliti tentang
struktur kepemilikan public, peluang pertumbuhan, leverage, pajak dan biaya politik
dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi. Hasil dari penelitian ini
Sedangkan leverage, pajak dan biaya politik dan risiko litigasi berpengaruh.
berpengaruh
Kepemilika
n Manajerial
tidak
berpengaruh
- Risiko Litigasi
tidak
berpengaruh
tersebut tergolong kecil atau besar. Apabila perusahaan tergolong sebagai perusahaan
yang besar, perusahaan akan membayar pajak yang tinggi daripada perusahaan yang
tergolong kecil.
Menurut (Sari dkk, 2017) semakin besar laba yang diperoleh perusahaan,
yang berukuran besar diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap
lingkungan sekitarnya terkait tanggung jawab sosial. Selain itu perusahaan juga
menerapkan konservatisme karena beban pajak yang tinggi dari laba yang
ditimbulkannya.
politik, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar biaya yang politis
yang akan diberikan kepada perusahaan tersebut, seperti pemerintah yang akan
59
menetapkan pajak yang lebih besar pada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan
akan semakin berhati-hati dan berusaha untuk mengakui rugi terlebih dahulu
perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung akan menyajikan laba dengan
optimis agar dapat memperlihatkan kinerja yang baik. Berbeda dengan ukuran
lakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2019), Atika et al (2020)
bahwa:
yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk
lingkungan yang tidak pasti. Dengan demikian, financial distress perusahaan semakin
akuntansi, dan sebaliknya jika financial distress rendah manajer akan menurunkan
Financial distress yang tinggi tercermin dari nilai Z-Score yang semakin
rendah dan financial distress yang rendah tercermin dari nilai Z Score yang semakin
tinggi. Sementara tingkat konservatisme yang tinggi tercermin dari nilai Cit yang
distress yang tinggi maka perusahaan akan semakin konservatif dan begitupun pula
distress adalah laba. Selain itu, laba juga merupakan salah satu faktor yang
laba kecil, nilai Altman Z-score kecil dan mengindikasikan financial distress
meningkat dan juga ketika laba yang kecil maka perusahaan juga mencerminkan
tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika
keuntungan terjadi, maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah diakui. Dalam
tidak pasti. Dengan demikian, financial distress perusahaan semakin tinggi akan
konservatisme akuntansi. Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Fitriani &
Ruchjana, 2020) dan (Sugiyarti & Rina, 2020) bahwa financial distress berpengaruh
kesimpulan bahwa:
Risiko litigasi dapat diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan
meliputi kreditor, investor, dan regulator . Litigasi cenderung lebih banyak dihasilkan
oleh pernyataan yang berlebihan dibanding dengan pernyataan yang lebih rendah
dari laba atau asset bersih. Pelaporan laba yang besar atau aset yang besar akan
Karena biaya litigasi ekspektasian dari penyertaan yang berlebihan lebih tinggi
daripada penyertaan laba yang lebih rendah, maka manjemen dan auditor mempunyai
insentif untuk menyatakan lebih rendah laba dan aset bersih (Lasdi, 2008). Dengan
demikian biaya litigasi yang semakin besar mempunyai hubungan positif terhadap
yang akan dihadapi perusahaan dan dapat menimbulkan ancaman litigasi dari pihak
yang merasa dirugikan, sehingga perusahaan dapat mengeluarkan biaya yang tinggi.
akuntansi dalam pelaporan keuangan. Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
bahwa
melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah
ditetapkan. Adapun insentif pajak sendiri berarti bahwa suatu perangsang yang
ditawarkan kepada wajib pajak, dengan harapan wajib pajak termotivasi untuk patuh
terhadap ketentuan pajak (Verawaty et al., 2015). Macam insentif pajak diantaranya
adalah pembebasan pajak (tax holiday) dan pemotongan pajak (tax allowance).
akuntansi suatu perusahaan karena pajak penghasilan telah lama dikaitkan dengan
maka semakin besar pula perhatian pemerintah terhadap perusahaan tersebut dan
Atika et al (2020) dan Harini et al (2020) bahwa insentif pajak berpengaruh terhadap
bahwa:
dibawah ini :
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
atau hal-hal menarik yang ingin peneliti investigasi. Populasi adalah kelompok
orang, kejadian, atau hal-hal menarik di mana peneliti ingin membuat opini
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Sampel (sample) adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi
perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2016:6). Sampel dalam penelitian ini adalah
tepat dari populasi, sehingga studi terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat
atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran dan Bougie, 2019: 58).
Teknik atau pola pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Suharyadi dan Purwanto, 2016:19). Hal ini
untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan dan digunakan representatif dan
Efek Indonesia yang tidak mengalami delisting atau baru IPO selama periode
2018-2020.
periode 2018-2020
Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan metode purposive
sampling :
Tabel 3.1 Kriteria Sampel
Kriteria Jumlah
2018-2020
2020
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan oleh peneliti
(Sekaran dan Bougie, 2019:8). Sumber data yang digunakan merupakan publikasi
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dengan masalah penelitian, antara lain dari sumber dokumen, buku, jurnal, internet,
jawaban atas suatu masalah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
konservatisme akuntansi.
karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang memiliki ketidakpastian yang tercermin
laporan keuangan. Implikasinya yaitu pemilihan metode akuntansi pada metode yang
mengarahkan pada metode yang melaporkan laba dan asset yang lebih rendah atau
operating accrual yang mengacu pada Givolyn dan Hayn (2002). Menurut 65 Givoly
dan Hayn (2000) pengukuran ini difokuskan pada laporan laba rugi komperehensif
menghasilkan akrual yang terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan
antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi.
Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang
memudahkan analisa. Sehingga semakin besar nilai CONNAC maka akan semakin
tinggi penerapan prinsip konservatisme. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa
Dengan begitu, laporan laba rugi yang konservatisme akan menunda pengakuan
pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut
(NIO+DEP−CFO)X(−1)
CONACC =
TA
Keterangan:
besar atau kecilnya perusahaan serta menunjukan kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan yang cenderung dapat dilihat dan dapat menjadi perhatian para pemegang
memiliki profit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil,
oleh karena itu perusahaan besar lebih sering menghadapi risiko yang lebih besar.
Menurut Alfian dan Arifin (2013), variabel ukuran perusahaan dapat diproksikan
dengan logaritma natural total asset perusahaan. Logaritma natural digunakan karena
pada umumnya nilai asset perusahaan sangat besar, sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
perusahaan yang tidak bias membayar utangnya terutama pada utang jangka pendek
dikarenakan peusahaan sedang dalam fase krisis sehingga masuk dalam kategori
perusahaan.
72
Kesulitan keuangan dapat diukur dengan metode altman Z-score melalui hasil
penelitian pertama yang dilakukan Hadi dan Anggreani (2008) menunjukkan bahwa
model prediksi Altman merupakan prediktor yang terbaik dan menunjukan metode
yang paling popular untuk melakukan prediksi financial distress. Selain itu, menurut
akurasi 95% melalui analisis diskriminan yang digunakannya. Penelitian kali ini
Z=6,56(X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4)
X1 = Total Aset
X2 = Laba Ditahan
Total Aset
X3 = EBIT
Total Aset
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak
Kriteria Nilai Z
Zona Aman Z > 2,60
Zona Abu-Abu 1,1 < Z < 2,60
Zona Berbahaya Z < 1,1
Untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,1 berarti perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi. Untuk nilai Z-Score anatara 1.1
sampai 2,6 perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada grey
area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung
segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. Untuk nilai Z-Score lebih
besar dari 2,6 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang
yang dilakukan oleh Fitri (2015), risiko litigasi yang berasal dari
kreditor diukur dengan Debt Equity Ratio (DER). Semakin besar nilai DER
74
maka semakin besar pula tingkat risiko litigasi yang dialami oleh suatu
Menurut (Loen, SE., M.Si., 2021) insentif pajak adalah insentif yang
ukuran insentif pajak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng
Keterangan:
TAXPLAN (TP) :Perencanaan pajak
sebelum terjadinya
kebangkrutan
atau
76
likuditas.
Risiko Risiko litigasi yang Rasio
Litigasi(X3) berasal dari 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
kreditor diukur 𝐷𝐸𝑅 = 𝑥 100%
dengan debt equity 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
ratio (DER).
Semakin besar nilai
DER maka semakin
besar pula tingkat
risiko litigasi yang
dialami oleh suatu
perusahaan
Insentif Pajak Upaya Rasio
(X4) meminimalkan
pembayaran pajak 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑃ℎ 𝑥 (𝑃𝑇𝐼−𝐶𝑇𝐸)
perusahaan dibatasi TAXPLAN(TP)= 𝑇𝐴
oleh perencanaan
pajaknya.
Perhitungan
perubahan tarif
pajak penghasilan
menggunakan
proksi perencanaan
pajak sabagai
ukuran insentif
pajak.
Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya
digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan peneliti. Dalam
penelitian ini, alat statistik yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji
normalitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis.
Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata
rata (mean), standar deviasi, varian, nilai maksimum, nilai minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (Ghozali, 2016:19). Pada penelitian ini uji statistik deskriptif
digunakan untuk mencari gambaran nilai rata- rata (mean), standar deviasi, nilai
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016:154). Model persamaan regresi yang
baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Cara untuk mendeteksi
nilai residual terdistribusi dengan normal yaitu menggunakan analisis grafik atau
analisis statistik. Dalam penelitian ini, untuk menguji data terdistribusi normal atau
tidak normal menggunakan uji normal P-Plot dan uji Kolmogorov Smirnov. Dasar
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Jika data
menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal,
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
melakukan uji asumsi klasik dan memenuhi persyaratan teoritis dalam pengujian
statistik. Hal ini bertujuan guna menghindari adanya estimasi yang bias karena tidak
semua data dapat menerapkan model analisis regresi berganda. Jika persamaan
model regresi telah memenuhi persyaratan teoritis statistik berarti persamaan model
yang dihasilkan dapat digunakan untuk memprediksi nilai dari suatu variabel. Uji
antara variabel bebas (independen) ditemukan adanya tingkat korelasi yang tinggi.
Apabila ditemukan adanya tingkat korelasi yang tinggi antar variabel bebas
(independen), maka dapat dikatakan model regresi yang ada tidaklah baik (Ghozali,
dua variabel independen yang berkorelasi tinggi, dan hal ini menyebabkan model
Factore (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai Tolerance rendah dan nilai VIF
cenderung tinggi, yaitu apabila Tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2016:104).
79
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi. maka dinamakan ada problem
autokorelasi (Ghozali 2016:107). Model regresi yang baik adalah bebas dari
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya dan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Metode yang digunakan
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
Selain dengan melihat grafik scatter plot, dalam penelitian ini juga dilakukan
uji rank speareman untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas (Gujarat
a. Apabila nilai signifikansi atau sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai 0,05 maka
b. Apabila nilai signifikansi atau sig. (2-tailed) lebih kecil dari nilai 0,05 maka
Uji analisis regresi linier beganda selain bertujuan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel independen dalam penelitian ini adalah kesulitan keuangan, risiko litigasi,
biaya politik, dan insentif pajak. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
81
Keterangan:
Y : Konservatisme akuntansi
α : Konstanta
β1–β4 : Koefisien regresi
X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Financial Distress
X3 : Risiko Litigasi
X4 : Insentif Pajak
e : Standar error
1.6.11 Pengujian Hipotesis
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula sebaliknya, jika
tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Bila Ha diterima dan Ho
ditolak berarti ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel
1.6.11.1 Uji t
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula sebaliknya, jika
tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Bila Ha diterima dan Ho
ditolak berarti ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel
1.6.11.2 Uji F
dapat dikatakan mempengaruhi variabel dependen apabila hasil uji F (uji Anova)
“signifikan” atau memiliki nilai kurang dari 5% (α = 0,05), dan dikatakan “sangat
signifikan” apabila memiliki nilai kurang dari 1% (α = 0,001). Namun apabila uji F
memiliki 10% (α = 0,1) maka hasil “tidak signifikan” dan variabel independen secara
2015:461).
83
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tanpa melihat apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,
mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R 2 , nilai Adjusted R2dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,
84
Juanda, A. 2007. Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan
Antara Konflik Kepentingan dan Konservatisma Akuntansi. Simposium
Nasional Akuntansi X, 1–25.
KBBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Online. Diakses 27 Juli
2020. http://kbbi.web.id/litigasi
Lafond, Ryan., Watts, R.L. 2006. The Information Role of Conservative Financial
Statements. Diakses 30 Juli 2020. http://papers.ssrn.com
Loen, SE., M.Si., M. (2021). Pengaruh Financial Distress Dan Leverage Terhadap
Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 –
2019. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Krisnadwipayana, 8(2), 23–36.
https://doi.org/10.35137/jabk.v8i2.541
Mumayiz, N. A., & Cahyaningsih, C. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Konservatisme Akuntansi. Studi Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 3(1), 29–49. https://doi.org/10.21632/saki.3.1.29-49
Rahayu, S. 2017. Pengaruh Leverage, Risiko Litigasi, Financial Distress, Biaya
Politik dan Company Growth terhadap’ Konservatisme Akuntansi (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016. Skripsi.
Risdiyani, Fani, and Kusmuriyanto Kusmuriyanto. "Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Akuntansi." Accounting Analysis
Journal 4.3 (2015).
Savitri, E. 2016. Akuntansi Konservatisme Cara Pengukuran, Tinjauan Empiris dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Kesatu, Pustaka Sahila
Yogyakarta, Yogyakarta
Sinambela, M. O. E., & Almilia, L. S. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
konservatisme akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 21(2), 289–312.
https://doi.org/10.24914/jeb.v21i2.1788
Sugiarto, N., & Nurhayati, I. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016. Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan
Perbankan, 6(2), 102–116.
Sugiyarti, L., & Rina, S. (2020). Pengaruh Insentif Pajak, Financial Distress,
Earning Pressure Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Litbang
85
Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, 4(1), 10.
https://doi.org/10.32630/sukowati.v4i1.148
Suharni, S., Wildaniyati, A., & Andreana, D. (2019). Pengaruh Jumlah Dewan
Komisaris, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Modal, Cash Flow, Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Konservatisme (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017).
JURNAL EKOMAKS : Jurnal Ilmu Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi,
8(1), 17–24. https://doi.org/10.33319/jeko.v8i1.30
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2016. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Moderen Edisi 3 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sulastri, S., & Anna, Y. D. (2018). Pengaruh Financial Distress Dan Leverage
Terhadap Konservatisme Akuntansi. Akuisisi: Jurnal Akuntansi, 14(1), 59–
69. https://doi.org/10.24127/akuisisi.v14i1.251
Sumantri, I. I. 2018. Pengaruh Insentif Pajak , Growth Opportunity , dan Leverage
terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Pamulang, 122– 145.
Verawaty, Merina, C. I., & Yani, F. (2015). Insentif Pemerintah (Tax Incentives)
dan Faktor Non Pajak Terhadap Konservatisme Akuntansi Perusahaan
Perbankan di Indonesia. Sriwijaya Economic and Business Conference, 2009,
36–48. http://eprints.binadarma.ac.id/2591/
Watts, Ross L & Zimmerman, J. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice
Hall.
New York.
Watts, R. L. 2003. Conservatism in Accounting - Part I: Explanations and
Implications. SSRN Electronic Journal.
86