1
BAB IV - LAPORAN ARUS KAS...............................................................................................................94
A. Definisi Laporan Arus Kas.........................................................................................................94
B. Manfaat Laporan Arus Kas.......................................................................................................94
C. Klasifikasi Laporan Arus Kas.....................................................................................................94
D. Penyajian Laporan Arus Kas.....................................................................................................97
A. Pengertian Akuntansi
Akuntansi bisa juga disebut sebagai bahasa bisnis, karena akuntansi bisa
mengkomunikasikan informasi mengenai sebuah perusahaan kepada pengguna laporan
akuntansi.
1. Pengguna Intern
Pengguna intern adalah pengguna laporan akuntansi untuk mengelola usaha. Dalam
hal ini adalah pihak manajemen. Manajemen pada seluruh tingkat menggunakan laporan
akuntansi untuk perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan perusahaan. Agar
fungsi ini dapat berjalan dengan baik maka manajer memerlukan informasi yang
mendalam dan tepat waktu. Biasanya bagian akuntansi akan menyediakan semacam
laporan yang disebut dengan laporan intern. Salah satu isi dari laporan intern adalah
perbandingan keuangan dari berbagai alternatif kegiatan operasi, proyeksi pendapatan
yang dapat diperoleh oleh perusahaan dengan adanya kampanye penjualan, dan prediksi
kebutuhan uang tunai tahun mendatang. Semua laporan mengenai posisi keuangan dan
hasil yang dicapai atas sebuah kegiatan usaha secara keseluruhan harus disiapkan
sehingga pihak manajemen dapat mengambil keputusan dengan tepat.
2. Pengguna Ekstern
Pengguna ekstern adalah pengguna laporan akuntansi dari pihak luar perusahaan yang
berpotensi atau mempunyai kepentingan terhadap perusahaan secara langsung maupun
tak langsung.
1. Petugas pajak (DJP), untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan,
2. Pembuat peraturan perundangan (OJK dan BEJ), untuk mengetahui apakah
perusahaan sudah beroperasi sesuai dengan peraturan yang berlaku,
3
Bagi pelanggan, informasi akuntansi sangat diperlukan untuk menilai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama yang terlibat dalam perjanjian jangka panjang.
6. Pemerintah
Pemerintah dan lembaga-lembaga yang berada dibawah kekuasaannya, informasi
keuangan sangat diperlukan untuk menilai alokasi sumber daya, aktivitas perusahaan
guna menetapkan kebijakan pajak, kebijakan ekonomi lainnya, serta pembinaan yang
diperlukan.
7. Masyarakat
Bagi masyarakat, informasi akuntansi diperlukan guna menilai kecenderungan
dan perkembangan terakhir perusahaan, rangkaian aktivitas, dan kontribusinya pada
perekonomian nasional.
C. Jenis-jenis Perusahaan
A. Laporan Keuangan
Dalam perusahaan manufaktur terjadi baik biaya periode maupun pokok produk.
Harga pokok produk dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau
menghasilkan produk jadi. Karena harga pokok produk terjadi dalam usaha mendapatkan
aktiva, maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan aktiva. Biaya periode erat
hubungannya dengan periode waktu terjadinya pengeluaran biaya. Pengeluaran ini tidak
langsung berhubungan dengan proses menghasilkan produk. Oleh karena itu biaya periode
dibebankan sebagai biaya pada periode pada terjadinya biaya tersebut. Termasuk dalam biaya
periode adalah biaya penjualan dan biaya umum & administrasi.
Rekening ini didebet dengan biaya pemakaian bahan baku (kredit: rekening
pembelian bahan baku), biaya tenaga kerja (kredit: rekening biaya tenaga kerja), dan biaya
overhead pabrik (kredit: biaya overhead pabrik). Pada akhir tahun, melalui jurnal penutup,
rekening ini dikredit dengan persediaan akhir bahan baku, persediaan akhir barang dalam
proses, dan sisanya dipindahkan ke rekening rugi-laba. Jumlah yang dipindahkan ke rekening
rugi-laba mencerminkan harga pokok barang yang selesai diproduksi pada periode yang
bersangkutan.
3. Rekening persediaan bahan baku
Jika perusahaan menggunakan sistem akuntansi umum, maka persediaan bahan baku
yang ada dalam persediaan harus ditentukan dengan cara melakukan perhitungan fisik.
Kemudian melalui jurnal penutup dicatat ke dalam rekening persedian bahan baku.
Barang-barang yang masih dalam keaadaan belum selesai dikerjakan pada akhir
periode tersebut disebut persediaan barang dalam proses. Jika perusahaan menggunakan
sistem akuntansi umum, penentuan jumlah barang dalam proses pada akhir periode dengan
caraperhitungan fisik yang kemudian ditutup jurnal penutup.
Siklus akuntansi perusahaan manufaktur sama dengan siklus akuntansi perusahaan dagang.
Akuntansi perusahaan manufaktur dengan sistem fisik:
Rekening Persediaan Bahan Baku hanya digunakan untuk mencatat nilai bahan baku yang
masih tersisa, baik di awal maupun akhir periode.
Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan Baku, tetapi
dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat pada jurnal berikut:
Rekening Persediaan Barang Dalam Proses hanya digunakan untuk mencatat nilai barang
yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir periode.
Rekening Persediaan Barang Jadi hanya digunakan untuk mencatat nilai barang jadi pada awal
dan akhir periode.
Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penyesuaian untuk
perusahaan dagang.
Neraca Lajur untuk perusahaan manufaktur pada prinsipnya sama dengan neraca lajur untuk
perusahaan dagang, tetapi ditambahkan kolom untuk skedul harga pokok produksi.
1. Persediaan (Inventory)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut
biaya manufaktur (manufacturing cost) atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini
digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-
barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru
dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (Raw Material Cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat
dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku
adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang
menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan
langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam
perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek
Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku
dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung
dengan barang yang dihasilkan.
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal
ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan
barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan
proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua
biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak
langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir
periode. Biaya overhead ini seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-
masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati
bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut
sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
sering pula disebut sebagai biaya utama (ptime cost), yaitu biaya yang merupakan komponen
utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing
unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan
atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu
biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka
operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan
atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini
dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair.
Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban
masing-masing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos
yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi
merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan
untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban
pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh
jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika
komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus
dapat mengklasifikasikan setiap
beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu
bagian/seseorang akan diukur.
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok
produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok
produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses
awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama
suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured
statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
13
Biaya Bahan 30.000 30.000
Habis Pakai
Biaya Penyst. 120.000 120.000
Gedung Pabrik
Biaya Penyst. 60.000 60.000
Mesin
Biaya Pemasaran 40.000 40.000
Penjualan 1.500.000 1.500.000
………. ……….. 715.000 27.000
Harga Pokok 688.000
Produksi
715.000 715.000
JURNAL PENUTUP
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang.
Dalam perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi digunakan untuk menutup
semua rekening yang akan dilaporkan di Skedul Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini
kemudian ditransfer ke rekening Ikhtisar Rugi-Laba.
Contoh:
Des. 31 Harga Pokok Produksi Rp 715.000
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 10.000
Persediaan Bahan Baku 5.000
Pembelian Bahan Baku 100.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 200.000
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 50.000
Biaya Listrik dan Air 140.000
Biaya Bahan Habis Pakai 30.000
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 120.000
Biaya Penyusutan Mesin 60.000
(untuk menutup rekening-rekening
Persediaan Bahan Baku awal, Barang
Dalam Proses awal, dan rekening-rekening
Biaya produksi)
15
31 Persediaan Barang Dalam Proses Rp 18.000
Persediaan Bahan Baku 9.000
Harga Pokok Produksi Rp 27.000
(untuk mencatat persediaan akhir barang
dalam proses dan bahan baku)
SOAL 1
Perusahaan memproduksi barang dan menggunakan metode pesanan untuk menghitung harga
pokok produksinya. Biaya overhead dibebankan ke produk berdasarkan biaya tenaga kerja
langsung. Pada awal tahun diperkirakan total biaya tenaga kerja langsung adalah
Rp.200.000,- dan total biaya overhead adalah Rp.330.000,- saldo perkiraan persediaanawal
tahun adalah sebagai berikut :
Persediaan Bahan Baku Rp.25.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses (BDP) Rp.10.000,-
Persediaan Barang Jadi Rp.40.000,-
Selama tahun berjalan transaksi yang terjadi adalah sbb :
a. Bahan baku yang dibeli secara kredit Rp.275.000,-
b. Bahan baku yang dikirim ke pabrik untuk diproses sebesar Rp. 280.000,- termasuk
didalamnya bahan penolong sebesar Rp. 60.000,-
c. Biaya Gaji dan Upah adalah sbb:
i). Tenaga kerja langsung Rp.180.000,-
ii). Tenaga kerja tidak langsung Rp.
72.000,- iii). Komoisi penjualan Rp. 63.000,-
iv). Gaji bagian administrasi Rp. 90.000,-
d. Biaya sewa yang telah jatuh tempo sebesar Rp. 18.000,- sebesar ==Rp. 13.000,- untuk
kegiatan pabrik dan sisanya untuk administrasi dan penjualan.
e. Biaya utilitas pabrik sebesar Rp. 57.000,-
f. Beban iklan yang terjadi Rp. 140.000,-
g. Beban penyusutan peralatan sebesar Rp. 100.000,- sebesar Rp.88.000,-untuk peralatan
pabrik dan sisanya untuk administrasi dan penjualan.
h. Biaya overhead pabrik dibebankan ke peoduk
i. Barang selesai dengan harga pokok produksi sebesar Rp. 675.000,-
j. Total penjualan sebesar Rp, 1.250.000,- denan harga pokok penjualan Rp.700.000,-
Diminta :
1. Buat jurnal untuk masing-masing transaksi diatas
2. Tentukan ove/underrapplied overhead dan buat jurnal koreksi
3. Susunlah laporan rugi laba dengan disertai juga perhitungan harga pokok produksi.
SOAL 2
Data Keuangan untuk Neraca Saldo per 31 desember 2010 PT. BSI adalah sebaga berkut:
Kas Rp. 100.000
Persediaan bahan baku Rp. 120.000
Persediaan barang dalam proses Rp. 80.000
Persediaan barag jadi Rp. 200.000
Porskot asuransi Rp. 48.000
Mesin pabrik Rp. 1.000.000
Perabot kantor Rp. 200.000
Pembelian bahan baku Rp. 1.500.000
Biaya BTKL Rp. 1.000.000
BTKTL Rp. 400.000
Pemakaian Bahan penolong Rp. 100.000
Biaya sewa gedung Rp. 400.000
BOP lain2 Rp. 100.000
Biaya administrasi kantor Rp. 200.000
Akumulasi penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan perabot kantor Rp. 40.000
Modal saham Rp. 1.000.000
Laba ditahan Rp. 308.000
Penjualan + Rp. 4.000.000+
Jumlah Rp. 5.448.000 Rp. 5.448.000
Data Untuk AJP adalah sebagai berikut:
1. Porskot asuransi untuk mesin pabrik selama dua tahun . asuransi sampai dengan 31
desember 2011 dan dibayar per 1 januari 2010
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung yang belum dibayarkan sebanyak Rp. 40.000
3. Sewa gedung untuk beban pabrik sebanyak 80% dan beban kantor 20%
4. Mesin pabrik disusutkan 10% pertahun dan perabot 5% .masing2 harga perolehan
dianggap tidak memiliki nilai residu
5. Persediaan bahan baku 31desember 2010 senilai Rp. 50.000, persediaan barang dalam
proses Rp. 60.000 dan persediaan barang jadi Rp. 100.000
Dari data diatas buatlah Work Sheet atau neraca lajur, harga pokok produksi,harga pokok
penjualan,rugi laba ,neraca dan laporan laba ditahan per 31 Desember 2010.
SOAL 3
Persediaan barang dalam proses awal Rp. 40.000, Persediaan bahan baku awal Rp. 60.000
sedangkan bahan baku tersedia dipakai sebanyak Rp. 810.000 jumlah pemakaian bahan baku
Rp. 785.000, BTKL Rp. 500.000
Biaya TKTL Rp. 220.000, bahan penolong Rp. 50.000, BOP lain2 Rp. 50.000,biaya asuransi
mesin Rp. 12.000,biaya sewa gedung pabrik Rp. 160.000 dan biaya depresiasi mesin pabrik
Rp, 50.000 sedangkan persediaan barang dalam proses akhir periode Rp. 30.000
Hitunglah besarnya Harga Pokok Produksinya.
SOAL 4
1. SEKILAS TENTANG PERUSAHAAN
Dunia Boneka baru diresmikan pendiriannya pada tahun ini dan tepatnya adalah
pada tanggal 9 November oleh Albert. Albert adalah pemilik tunggal perusahaan
Dunia Boneka. Perusahaan berkedudukan di Jalan Ciputat Raya No. 155 Jakarta
Selatan. Dunia Boneka merupakan distributor tunggal dari pabrik-pabrik boneka
untuk Indonesia. Perusahaan menjual boneka ke distributor, dan dari distributor
ke agen dan dari agen menjual ke pedagang besar dan pedagang eceran.
Berikut adalah daftar pemasok dan produk yang dijual ke Dunia Boneka:
Daftar distributor Dunia Boneka adalah:
Mega untuk wilayah Jakarta, berkedudukan di Jl. Sunter 11, Jakarta.
Inti untuk wilayah Luar Pulau Bagian Indonesia Barat, yang berkedudukan di Jl.
Arengka No. 18, Pekan Baru.
Jaya untuk wilayah Luar Pulau Bagian Indonesia Timur, yang berkedudukan di
Jl. Asia No. 6, Makassar.
Departemen Penjualan
Memiliki tugas dan tanggung jawab:
Melakukan kunjungan ke tempat distributor dan agen
Mengusulkan bentuk-bentuk promosi yang efektif;
Membuat laporan penjualan kepada Albert;
Departemen Logistik
Memiliki tugas dan tanggung jawab:
Mengatur pengiriman boneka ke distributor;
Mengatur penyusunan barang di gudang;
Meminta kepala gudang untuk membuat laporan penerimaan
Meminta sisa stok gudang dari Kepala Gudang.
Sistem Pembayaran:
Menerima Faktur dan Nota Pengiriman Barang dari Pemasok
Mencari Nota Penerimaan Barang dan Nota Pemesanan Barang
Mencocokan Faktur, Nota Pengiriman Barang dengan Nota Penerimaan
Barang dari gudang dan Nota Pemesanan Barang dari bagian pembelian;
Memeriksa perhitungan (pengalian dan penjumlahan dalam Faktur)
Jika semua faktur sudah selesai diperiksa dan benar, dibuat Voucher
Pembayaran;
Pencatatan dilakukan setelah Voucher Pembayaran dibayar dengan
adanya tanda tangan oleh Albert atau penerima uang dalam Voucher
tersebut;
Untuk pembayaran di atas Rp. 10 juta harus ada persetujuan dari Albert;
Untuk pembayaran di bawah Rp. 10juta cukup persetujuan Erika, manajer
keungan perusahaan;
Untuk pembayaran di bawah Rp. 1 juta dilakukan secara tunai;
Pembayaran di atas Rp. 1 juta dilakukan melalui bank;
Voucher yang sudah dibayar dilakukan pencatatan ke dalam jurnal.
Jadi, pembayar perusahaan terdiri dari dua, yaitu pengeluaran kas melalui
bank dan pengeluaran kas melalui kas kecil atau kas kantor. Perusahaan
selalu menggunakan kas kantor/kas kecil untuk melakukan pembayaran yang
kecil nilainya, seperti: parkir, pengisian bensin, retribusi dan lain-lain.
Sistem Penjualan
Bagian penjualan menerima Nota Pesanan Pembelian dari Distributor;
Mengkonfirmasi batas kredit dan saldo persediaan di gudang;
Jika batas kredit melebihi batas yang diperkenankan maka harus
mendapat persetujuan dari manajer penjualan;
Jika batas kredit tidak melebihi batas yang diperkenankan dan sisa
persediaan dapat memenuhi permintaan distributor maka bagian
penjualan akan membuka Nota Pengiriman Barang dan didistribusikan
kepada bagian gudang;
Berdasarkan Nota Pengiriman Barang maka bagian gudang akan
mengumpulkan, menghitung dan mengemas barang yang tertera dalam
Nota Pengiriman Barang tersebut untuk dikirim ke Distributor;
Setelah barang dikirim maka pada sore harinya paling lambat keesokan
harinya, supir akan menyerahkan Nota Pengiriman barang kepada gudang
dan selanjutnya diteruskan ke Departemen Akuntansi dan Keuangan,
bagian Piutang;
Bagian piutang melakukan pencatatan terhadap transaksi penjualan
dengan mendebit Piutang dan mengkredit Penjualan.
Sistem Penerimaan Pembayaran
Bagian Piutang membuat Daftar Tagihan dalam rangkap dua dan
mengumpulkan Faktur-faktur yang jatuh tempo;
Bagian piutang menyerahkan faktur kepada Penagih dan meminta tanda
tangan pada daftar Tagihan dan mengarsip Daftar Tagihan yang asli;
Pada sore harinya, Penagih pulang ke kantor dan menyerahkan hasil
tagihan berupa giro atau uang kas kepada Kasir;
Kasir menghitung hasil tagihan dan membuka Voucher Penerimaan
Pembayaran;
Penagih dan bagian Piutang melakukan pemeriksaan terhadap hasil
tagihan dan bagian Piutang menerima Voucher Penerimaan Pembayaran
dan sisa Faktur yang belum tertagih;
Bagian Piutang melakukan pencatatan terhadap pembayaran piutang
tersebut;
Bagian Kasir mendistribusikan Voucher Penerimaan Pembayaran kepada
staf Akuntansi bagian Penerimaan Pembayaran untuk melakukan
Pencatatan;
Tetapi dalam perusahaan Dunia Boneka, pembayaran sering diterima
lewat transfer bank oleh Distributor setelah bagian Piutang menelepon
untuk meminta pelunasan atas Faktur yang jatuh tempo;
Setelah adanya konfirmasi dari pihak bank, bagian kasir membuat
Voucher Penerimaan Pembayaran dan mendistribusikan salinannya
kepada Bagian Piutang dan Staf Akuntansi Penerimaan Pembayaran.
3. BUKTI TRANSAKSI
a. Faktur Penjualan (11 lembar)
b. Faktur Pembelian (6 lembar)
c. Voucher Pembayaran (14 lembar masing-masing Kas = 5 lembar dan Bank 9
lembar)
d. Voucher Penerimaan Pembayaran (10 lembar)
e. Memo (1 lembar)
f. Memo Debit (2 lembar)
g. Memo Kredit (2 lembar)
4. JURNAL KHUSUS
a. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)
b. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Journal/Cash Payment Journal)
c. Jurnal Pembelian (Purchase Journal)
d. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
e. Jurnal Umum (General Journal)
5. BUKU BESAR
Perkiraan-perkiraan yang digunakan dalam menjawab kasus Dunia Boneka
adalah sesuai dengan bukti, isilah kode Ref dengan nomor halaman dan jenis
jurnal khusus.
6. BUKU BESAR PEMBANTU
Buku Besar Pembantu perusahaan Dunia Boneka adalah Buku Besar Pembantu
Piutang Dagang dan Buku Besar Pembantu Hutang Dagang.
Buku Besar Piutang Dagang terdiri dari:
Piutang Dagang Mega
Piutang Dagang Inti
Piutang Dagang Jaya
AKTIVA TETAP
1700 Tanah
1710 Bangunan
1711 Akumulasi Penyusutan – Bangunan
1720 Peralatan
1721 Akumulasi Penyusutan – Peralatan
1730 Komputer
1731 Akumulasi Penyusutan – Komputer
1740 Kendaraan Bermotor
1741 Akumulasi Penyusuran – Kendaraan Bermotor
HUTANG LANCAR
2000 Hutang Dagang
2001 Hutang Gaji
MODAL
3000 Modal, Albert
3001 Prive, Albert
PENJUALAN
4000 Penjualan
4010 Retur Penjualan
4011 Potongan Penjualan
BEBAN OPERASIONAL
6000 Beban Gaji
6001 Beban Insentif
6002 Beban Iklan
6003 Beban Penyusutan – Gedung
6004 Beban Penyusutan – Peralatan
6005 Beban Penyusutan – Komputer
6006 Beban Penyusutan – Kendaraan Bermotor
6007 Beban BBM
6008 Beban Parkir
6009 Beban Cadangan Piutang Tak Tertagih
BEBAN ADMINISTRASI DAN UMUM
6601 Beban Gaji
6602 Beban Asuransi
6603 Beban Listrik
6604 Beban Telepon
6605 Beban Retribusi Jaga Malam
6606 Beban Penyusutan – Gedung
6607 Beban Penyusutan – Peralatan
6608 Beban Penyusutan – Komputer
6609 Beban Administrasi Bank
6610 Beban Perlengkapan Kantor
PENDAPATAN LAIN-LAIN
7000 Pendapatan Jasa Giro
BEBAN LAIN-LAIN
7500 Beban Pajak atas Jasa Giro
8. SOAL PERUSAHAAN MANUFAKTU BULAN NOVEMBER DAN
DESEMBER
i. Bukti Transakti
Bukti 1
DUNIA BONEKA
BUKTI MEMO
Tgl. 9 November 20… No. 1
Bukti 2
MIKI DOLLS
FAKTUR NO. 81
Kepada Yth. Tgl: 9 - Nop - 20….
Dunia Boneka PO: 1
Ciputat Raya 155 Termin 2/10, n/30
Jakarta
Hormat kami
Mike
Bukti 3
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
001 Kepada Yth.
PO: 236 MEGA
Tgl: 10 - Nop -20… Jl. Sunter 11
Termin: 1/10, n/30 Jakarta 11000
Hormat kami
Nelly
Bukti 4
NORITA 0052
FAKTUR PENJUALAN
Kepada Yth.
Tgl: 10 - Nop -20… Dunia Boneka
Kredit: 45 hari Ciputat Raya 155
Jakarta
Hormat kami
Nori
Bukti 5
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Bukti 6
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
X Kas Bank
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
002 Kepada Yth.
PO: 006 INTI
Tgl: 14 - Nop -20… Jl. Arengka 18
Termin: 1/10, n/30 Pekan Baru
Hormat kami
Nelly
Bukti 8
Naruto 009
FAKTUR PENJUALAN
Kepada Yth.
Tgl: 17 - Nop -20… Dunia Boneka
Kredit: 45 hari Ciputat Raya 155
Jakarta
Hormat kami
Anto
Bukti 9
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Bukti 10
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
X Kas Bank
Bukti 12
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
X Kas Bank
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
003 Kepada Yth.
PO: 000 Jaya
Tgl: 19 - Nop -20… Jl. Asia 6
Termin: 1/10, n/30 Medan
Hormat kami
Nelly
Bukti 14
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
004 Kepada Yth.
PO: 239 MEGA
Tgl: 21 - Nop -20… Jl. Sunter 11
Termin: 1/10, n/30 Jakarta 11000
Hormat kami
Nelly
Bukti 15
MIKI DOLLS
FAKTUR NO. 93
Kepada Yth. Tgl: 23 - Nop - 20….
Dunia Boneka PO: 4
Ciputat Raya 155 Termin 2/10, n/30
Jakarta
Hormat kami
Mike
Bukti 16
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
005 Kepada Yth.
PO: 009 INTI
Tgl: 24 - Nop -20… Jl. Arengka 18
Termin: 1/10, n/30 Pekan Baru
Hormat kami
Nelly
Bukti 17
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
006 Kepada Yth.
PO: 000 Jaya
Tgl: 26 - Nop -20… Jl. Asia 6
Termin: 1/10, n/30 Medan
Hormat kami
Nelly
Bukti 18
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Kas X Bank
Bukti 20
naruto 012
FAKTUR PENJUALAN
Total 165,000,000
Hormat kami
Anto
Bukti 21
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Bukti 22
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
X Kas Bank
Hormat kami
Nelly
Bukti 24
NORITA 0086
Faktur Penjualan
Kepada Yth.
Tgl: 2 - Des - 20 ….. Dunia Boneka
Kredit: 45 hari Ciputat Raya 155
Jakarta
Hormat kami
Nori
Bukti 25
DUNIA BONEKA
MEMO KREDIT
001 Kepada Yth.
Tgl: 03 - Des - 20 ….. Jaya
Tgl Faktur: 19 - Nop - 20 ….. Jl. Asia 6
No. Faktur: 003 Medan
Total 60,000
Erika Nelly
Bukti 26
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Bukti 28
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 6 - Des - 20…. No. 08
Yth. Shelly Cek #123453
DUNIA BONEKA
Faktur Penjualan
008 Kepada Yth.
PO: 018 INTI
Tgl: 08 - Des - 20 ….. Jl. Arengka 18
Termin: 1/10, n/30 Pekan Baru
Hormat kami
Nelly
Bukti 30
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 10 - Des - 20…. No. 06
Dari: Mega
Bukti 31
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 10 - Des - 20…. No. 09
Yth. Car Rental Cek #123453
Hormat kami
Nelly
Bukti 33
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 14 - Des - 20…. No. 10
Yth. DEF Advertising Cek #123453
Hormat kami
Nelly
Bukti 35
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Tgl: 17 - Des - 20…. No. 07
Dari: Inti
Bukti 37
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Tgl: 19 - Des - 20…. No. 09
Dari: Jaya
Terbilang: Dua Puluh Tiga Empat Ratus Tiga Puluh Delapan Ribu Dua Ratus Lima Puluh Rupiah.
Disetujui Oleh Diperiksa Oleh Dibuat Oleh Diterima Oleh
Bukti 39
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 22 - Des - 20…. No. 12
Yth. Miki Dolls Cek #123457
Hormat kami
Nelly
Bukti 41
DUNIA BONEKA
Voucher Penerimaan
Kas X Bank
Tgl: 26 - Des - 20…. No. 10
Dari: Mega
Terbilang: Dua Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah.
Disetujui Oleh Diperiksa Oleh Dibuat Oleh Diterima Oleh
Dengan Hormat,
Bersama ini kami debitkan Hutang Kami sebesar:
No. Keterangan Kuantitas (buah) Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
1 Doraemon 3 15,000 45,000
Total 45,000
Erika Nelly
Bukti 43
DUNIA BONEKA
MEMO KREDIT
002 Kepada Yth.
Tgl: 26 - Des - 20 ….. INTI
Tgl Faktur: 23 - Des - 20 ….. Jl. Arengka 18
No. Faktur: 011 Pekan Baru
Dengan Hormat,
Bersama ini kami debitkan Piutang Anda sebesar:
No. Keterangan Kuantitas (buah) Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
1 Naruto 2 22,500 45,000
2 Sponge Bob 2 21,000 42,000
Total 87,000
Erika Nelly
Bukti 44
DUNIA BONEKA
MEMO DEBIT
002 Kepada Yth.
Tgl: 26 - Des - 20 ….. Naruto
Tgl Faktur: 01 - Des - 20 ….. Daan Mogot KM 19
No. Faktur: 012 Jakarta
Dengan Hormat,
Bersama ini kami debitkan Hutang Kami sebesar:
No. Keterangan Kuantitas (buah) Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
1 Naruto 2 17,000 34,000
2 Sponge Bob 2 16,000 32,000
Total 66,000
Erika Nelly
Bukti 45
DUNIA BONEKA
Voucher Pengeluaran
Kas X Bank
Tgl: 28 - Des - 20…. No. 13
Yth. PQR Computer Cek #123458
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analsiis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan
manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah
perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan
dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki
perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan
modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan
tergambar kinerja manajemen selama ini.
Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi
keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus
dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang ada,
mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya untuk
meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolehnya selama ini.
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan
keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan
adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode;
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
C. Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis
yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan
keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil
analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterprestasikannya.
Dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa
dipakai, yaitu sebagai berikut.
Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain:
1) Angka-angka dalam rupiah;
2) Angka-angka dalam persentase;
3) Kenaikan atau penurunan jumlah rupiah;
4) Kenaikan atau penurunan baik dalam rupiah maupun dalam persentase.
Analisis trend atau tendensi merupakan analisi laporan keuangan yang biasanya
dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari period eke periode sehingga
akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta
seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.
Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode.
Analisis ini juga untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal
kerja perusahaan dalam suatu periode.
Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam suatu periode.
Selain itu, juga untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode
tertentu.
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-
pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan
laporan laba rugi.
Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya
suatu kredit dikucurkan oleh lembaha keuangan seperti bank. Dalam analisis ini digunakan
beberapa cara alat analisis yang digunakan.
Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba
kotor dari peride ke satu periode. Kemudian juga untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya
laba kotor tersebut antara periode.
Analisis titik pulang pokok disebut juga analisis titik impas atau break even point.
Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan produk dilakukan
dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan
jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis horizontal jika dibandingkan
dengan analisis vertikal. Dalam analisis horizontal, kita akan tahu tejadinya perubahan-
perubahan terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode lain. Seperti
misalnya kenaikan atau penurunan komponen-komponen yang ada di laporan keuangan.
Sementara itu, dalam analisis statis hal tersebut tidak terlihat. Kemudian, laporan analisis
horizontal akan mempermudah kita untuk mengambil keputusan hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan, sehubungan dengan perubahan yang terjadi.
Perubahan dalam laporan keuangan neraca untuk suatu periode dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, misalnya:
Dari hasil analisis perbandingan laporan keuangan ini, dapat diketahui sifat dan
tendesi perubahan yang terjadi. Kemudian, hasil analisis ini dapat ditunjukan dalam bentuk:
1. Jumlah dalam rupiah;
2. Jumlah penurunan dalam rupiah;
3. Jumlah kenaikan dalam rupiah;
4. Perbandingan dalam persentase;
5. Perbandingan dalam bentuk rasio.
Agar analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan baik, maka
perlu dibuatkan kolom-kolom terlebih dulu. Tujuannya adalah agar lebih mudah untuk
melihat dan membandingkan satu sama lainnya. Bentuk kolom-kolom dalam analisis
perbandingan secara horizontal dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
sebagai berikut.
PT RAY IBRAHUM, Tbk
NERACA
PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2006 dan 2007 (dalam jutaan)
Periode Naik/Turun
Pos-pos dalam Tahun Tahun
Neraca 2006 2007 Rupiah % Rasio
Aktiva Lancar
1. Terjadi peningkatan pada tanah sebesar Rp1.200,00 atau sekitar 40% dari tahun
2006 sebesar Rp3.000,00 menjadi Rp4.200,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya pembelian tanah untuk keperluan perusahaan.
2. Terjadi peningkatan pada mesin sebesar Rp1.000.00 atau sekitar 40% dari tahun
2006 sebesar Rp2.500,00 menjadi Rp3.500,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya pembelian penambahan mesin baru.
3. Terjadi penurunan pada kendaraan sebesar Rp500,00 atau sekitar 33,3% dari tahun
2006 sebesar Rp.1500,00 menjadi Rp1.000,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya penjualan terhadap kendaraan lama dan ada kendaraan
yang umur ekonomisnya sudah berakhir.
4. Akumulasi penyusutan meningkat sebesar Rp.500,00 atau sekitar 12,5% dari
tahun 2006 sebesar Rp400,00 menjadi Rp450,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan penambahan aktiva tetap dari mesin.
5. Total aktiva tetap meningkat sebesar Rp1.650,00 atau sekitar 25,5% dari tahun
2006 sebesar Rp6.600,00 menjadi Rp8.250,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena penambahan aktiva tetap lebih besar dari yang dikeluarkan.
6. Total aktiva lain menurun sebesar Rp110,00 atau sekitar 25% dari tahun 2006
sebesar Rp360,00 menjadi Rp250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan ada
sebagian komponen aktiva lainnya sudah selesai seperti bangunan dalam proses.
7. Total aktiva meningkat sebesar Rp1.500,00 atau sekitar 18,8% dari tahun 2006
sebesar Rp8.000,00 menjadi Rp9.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya peningkatan jumlah aktiva secara keseluruhan.
1. Utang bank menurun sebesar Rp300,00 atau sekitar 54,6% dari tahun 2006
sebesar Rp550,00 menjadi Rp250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya pelunasan terhadap utang bank yang sudah jatuh tempo.
2. Utang dagang meningkat sebesar Rp100,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006
sebesar Rp100,00 menjadi Rp200,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya pelunasan terhadap utang tersebut.
3. Utang wesel lunas atau menurun sebesar Rp100,00 atau sekitar 10% dari tahun
2006 sebesar Rp100,00 menjadi Rp0 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya pelunasan terhadap utang tersebut.
4. Utang lainnya meningkat sebesar Rp50,00 atau sekitar 100% dari tahun 2006
sebesar Rp50,00 menjadi Rp100,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan utang seperti utang gaji dan utang pajak.
5. Total utang lancar menurun sebesar Rp250,00 atau sekitar 31,1% dari tahun 2006
sebesar Rp800,00 menjadi Rp550,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya
utang yang sudah jatuh tempo atau lunas lebih besar ketimbang memperoleh utang
baru.
Sisa Utang Jangka Panjang:
1. Utang bank tiga tahun menurun sebesar Rp800,00 atau sekitar 29% dari tahun
2006 sebesar Rp2.750,00 menjadi Rp1.950,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena sebagian utang sudah lunas.
2. Utang obligasi menurun sebesar Rp550,00 atau sekitar 27,5% dari tahun 2006
sebesar Rp2.000,00 menjadi RP1.450,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya pelepasan obligasi (dijual).
3. Terjadi penambahan pada utang hipotek sebesar Rp1.550,00 atau sekitar 100%
dari tahun 2006 sebesar Rp0 menjadi Rp1.550,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya penambahan utang hipotek dengan jaminan aktiva tetap
perusahaan selama lima tahun.
4. Total utang jangka panjang menurun sebesar Rp200,00 atau sekitar 4% dari tahun
2006 sebesar Rp4.750,00 menjadi Rp4.950,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya penambahan utang jangka panjang lebih kecil
ketimbang pelunasannya.
Sisa ekuitas:
1. Modal setor meningkat sebesar Rp500,00 atau sekitar 25% dari tahun 2006
sebesar Rp200,00 menjadi Rp2.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya tambahan modal dari penjualan saham.
2. Cadangan laba meningkat sebesar Rp1.050,00 atau sekitar 23,3% dari tahun 2006
sebesar Rp450,00 menjadi Rp1.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena jumlah cadangan dari tahun sebelumnya ditambah cadangan sekarang.
3. Total ekuitas meningkat sebesar Rp1.550,00 atau sekitar 63,3% dari tahun 2006
sebesar Rp2.450,00 menjadi Rp4.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena semua komponen ekuitas seperti modal setor dan cadangan laba meingkat.
4. Total passiva meningkat sebesar Rp1.500,00 atau sekitar 18,8% dari tahun 2006
sebesar Rp8000,00 menjadi Rp9.500 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
sebagian utang berkurang jumlahnya ketimbang bertambahnya ekuitas.
Kemudian pos-pos dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut.
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi:
1. Penjualan meningkat Rp1.400.000,00 atau sebesar 16,5% dari tahun 2006 sebesar
Rp8.500.000,00 menjadi Rp9.900.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya penambahan barang yang dijual dan laku dipasaran.
2. Harga pokok penjualan meningkat Rp1.100.000,00 atau sebesar 17,6% dari tahun
2006 sebesar Rp6.250.000,00 menjadi Rp7.350.000,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan seiring dengan meningkatnya penjualan.
3. Laba kotor meningkat Rp300.000,00 atau sebesar 13,3% dari tahun 2006 sebesar
Rp2.250.000,00 menjadi Rp2.550.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena penjualan yang meningkat.
4. Total biaya operasi meningkat Rp130.000,00 atau sebesar 12,2% dari tahun 2006
sebesar Rp1.065.000,00menjadi Rp1.195.000,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya penambahan biaya seperti biaya administrasi dan
umum, biaya penjualan dan biaya lainnya.
5. Laba kotor operasi meningkat Rp170.000,00 atau sebesar 14,4% dari tahun 2006
sebesar Rp1.185.000,00 menjadi Rp1.355.000,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena penjualan yang meningkat.
6. Penyusutan meningkat Rp50.000,00 atau sebesar 12,5% dari tahun 2006 sebesar
Rp400.000,00 menjadi Rp450.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan aktiva tetap.
7. Pendapatan bersih oeprasi meningkat Rp120.000,00 atau sebesar 15,3% dari tahun
2006 sebesar Rp785.000,00 menjadi Rp905.000,00 pada tahu 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan penjualan.
8. Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) meningkat Rp230.000,00 atau sebesar
27,1% dari tahun 2006 sebesar Rp850.000,00 menjadi Rp1.080.000,00 pada tahun
2007. Hal ini disebabkan karena penjualan yang meningkat.
9. Total biaya menurun Rp250.000,00 atau sebesar 28% dari tahun 2006 sebesar
Rp250.000,00 menjadi Rp180.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
jumlah utang bank yang berkurang (lunas).
10. Laba sebelum pajak (EBT) meningkat Rp300.000,00 atau sebesar 50% dari tahun
2006 sebesar Rp600.000,00 menjadi Rp900.000,00 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan.
11. Laba sesudah bunga dan pajak (EAIT) meningkat Rp240.000,00 atau sebesar 50%
dari tahun 2006 sebesar Rp480.000,00 menjadi Rp720.000,00 pada tahun 2007.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya penjualan.
E. Analisis Trend
Analisis trend atau tendensi merupakan analsiis laporan keuangan yang biasanya
dinyatakan dalam persentase tertentu. Dalam analisis trend perbandingan analisis dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis horizontal atau dinamis. Data yang digunakan
adalah data tahunan atau periode yang digunakan biasanya hanya dua atau tiga periode, akan
mengalami kesulitan untuk menganalisisnya lebih cepat.
Jika data yang digunakan lebih dari dua atau tiga periode, metode yang digunakan
adalah angka indeks. Dengan menggunakan angka indeks akan dapat diketahui
kecenderungan
atau trend atau arah dari posisi keuangan, apakah meningkat, menurun, atau tetap. Hasil
analisis trend biasanya dihitung dalam persentase.
Data keuangan yang akan digunakan untuk mengadakan analisis trend dengan
persentase adalah data yang paling awal. Kemudian, data tersebut dibandingkan dengan data
selanjutnya. Artinya data paling awal dianggap sebagai tahun dasar sebagai awal perhitungan.
Data awal tahun yang akan dianalisis kita anggap data normal di antara tahun yang akan
dianalisis. Sebagi contoh kita memiliki data dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Maka, tahun
dasar analisis yang kita gunakan adalah tahun 2000.
Angka indeks yang digunakan untuk tiap pos tahun dasar dalam laporan keuangan
diberi angka 100%. Kemudian, pos yang sama dalam periode dihubungkan dengan pos yang
sama pula pada tahun berikutnya. Caranya adalah dengan membagikan jumlah rupiah pos
yang sama tahun yang akan dianalisis dengan pos yang sama dengan tahun dasar.
Berikut ini contoh sederhana.
Total aktiva Lancar 1.060 1.380 1.450 1.620 130 137 153
Total aktiva tetap 1.940 2.020 2.200 2.580 104 113 133
Dalam analisis trend harus ditentukan tahun dasar sebagai pembanding. Baru kemudian
dicarikan angka indeksnya. Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai berikut.
Sebagai contoh dari neraca diatas, yaitu tahun dasar adalah kas tahun 2003 sebesar
Rp100,00 dan kas tahun 2004 adalah Rp140,00 maka, angka indeks adalah.
1. Uas kas yang ada pada akhir tahun 2005 sebesar 150% dari kas akhir tahun
2003.
2. Uang kas akhir tahun 2005 naik sebesar 50% jika dibandingkan dengan uas
kas tahun 2003.
3. Uas kas akhir tahun 2005 berjumlah 50% lebih besar dari uas kas akhir tahun
2003.
Selanjutnya, kas akhir tahun 2006 sebesar Rp80,00 maka:
1. Uas kas yang ada pada akhir tahun 2006 hanya sebesar 80% dari kas akhir
tahun 2003.
2. Uas kas akhir tahun 2005 turun 20% jika dibandingkan dengan uas kas tahun
2003.
3. Uas kas akhir tahun 2005 berjumlah 20% lebih keil dari uas kas akhir tahun
2003.
Demikian pula dengan piutang, di mana piutang pada akhir tahun 2004 sebesar
Rp680,00 maka:
Selanjutnya, untuk piutang pada akhir tahun 2005 sebesar Rp500,00 maka:
1. Piutang akhir tahun 2005 hanya sebesar 93% dari piutang akhir tahun 2003.
2. Piutang akhir tahun 2005 turun sebesar 7% jika dibandingkan dengan piutang
akhir tahun 2003.
3. Piutang akhir tahun 2005 berjumlah 7% lebih kecil dari piutang akhir tahun
2003.
Sementara itu, untuk piutang pada akhir tahun 2006 sebesar Rp540,00 maka:
1. Piutang akhir tahun 2006 sama dengan piutang akhir tahun 2003.
2. Piutang akhir tahun 2006 tidak mengalami perubahan terhadap piutang akhir
tahun 2003.
Pembahasan selanjutnya adalah perhitungan angka indeks untuk laporan laba rugi.
Pada dasarnya perhitungan angka indeks untuk laporan laba rugi tidak berbeda
dengan perhitungan di neraca. Untuk melakukan analisis, berikut ini laporan laba rugi
yang dimiliki oleh PT Ray Ibrahim Tbk.
PT RAY IBRAHIM, Tbk
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2003 dan
Penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp2.850,00, sedangkan penjualan tahun 2003
adalah Rp2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2004 sebesar 110% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan
penjualan akhir tahun 2003.
3. Penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 10% lebih besar dari penjualan akhir
tahun 2003.
Kemudian, untuk penjualan pada akhir tahun 2005 sebesar Rp3.000,00, sedangkan
penjualan tahun 2003 adalah Rp2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2005 sebesar 115% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2005 naik sebesar 15% jika dibandingkan dengan
penjualan akhir tahun 2003.
3. Penjualan akhir tahun 2005 berjumlah 15% lebih besar dari penjualan akhir
tahun 2003.
Selanjutnya, untuk penjualan pada akhir tahun 2006 sebesar Rp3.400,00, sedangkan
penjualan tahun 2003 adalah Rp2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2006 sebesar 131% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2006 naik sebesar 31% jika dibandingkan dengan
penjualan akhir tahun 2003.
3. Penjualan akhir tahun 2006 berjumlah 31% lebih besar dari penjualan akhir
tahun 2003.
Biaya penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp530,00, sedangkan biaya
penjualan tahun 2003 adalah Rp500,00, maka:
1. Biaya penjualan akhir tahun 2004 sebesar 106% dari biaya penjualan tahun
2003.
2. Biaya penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 6% jika dibandingkan dengan
biaya penjualan akhir tahun 2003.
3. Biaya penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 6% lebih besar dari biaya
penjualan akhir tahun 2003.
Kemudian biaya penjualan pada akhir tahun 2005 sebesar Rp550,00, sedangkan
biaya penjualan tahun 2003 adalah Rp500,00, maka:
1. Biaya penjualan akhir tahun 2005 sebesar 110% dari biaya penjualan tahun
2003.
2. Biaya penjualan akhir tahun 2005 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan
biaya penjualan akhir tahun 2003.
3. Biaya penjualan akhir tahun 2005 berjumlah 10% lebih besar dari biaya
penjualan akhir tahun 2003.
Untuk laba bersih pada akhir tahun 2004 sebesar Rp700,00, sedangkan penjualan
tahun 2003 adalah Rp440,00, maka:
1. Laba bersih akhir tahun 2004 sebesar 160% dari laba bersih tahun 2003.
2. Laba bersih akhir tahun 2004 naik sebesar 60% jika dibandingkan dengan laba
bersih akhir tahun 2003.
3. Laba bersih akhir tahun 2004 berjumlah 60% lebih besar dari laba bersih akhir
tahun 2003.
4. Laba bersih akhir tahun 2005 sebesar 177% dari laba bersih tahun 2003.
5. Laba bersih akhir tahun 2005 naik sebesar 77% jika dibandingkan dengan laba
bersih akhir tahun 2003.
6. Laba bersih akhir tahun 2005 berjumlah 77% lebih besar dari laba bersih akhir
tahun 2003.
Contoh perbandingan yang dapat dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya dalam
satu laporan keuangan adalah dengan membandingkan antara aset lancar terhadap kewajiban
lancar (sebagai rasio likuiditas) atau antara total kewajiban terhadap total aset (sebagai rasio
solvabilitas). Sedangkan contoh perbandingan yang dapat dilakukan antar pos yang ada di
antara laporan keuangan adalah dengan membandingkan antara laba bersih dengan total set
(sebagai rasio profitabilitas).
Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Untuk menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan maka sejumlah rasio
keuangan haruslah diukur atau digunakan secara bersama-sama. Namun demikian, jika
hanya satu aspek saja yang ingin dinilai maka pengukuran atau penggunaan satu atau
dua rasio keuangan dianggap sudah mencukupi.
Perhitungan rasio seharusnya didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah
diaudit oleh akuntan independen (akuntan publik). Laporan keuangan yang belum
diaudit masih diragukan kebenarannya sehingga raio-rasio yang dihitung juga dianggap
G. Rasio Likuiditas
1. Pengertian Rasio Likuiditas
Dalam praktek, tidak sedikit dijumpai perusahaan yang kerap kali mengalami
kesulitan finansial sehingga tidak ampu mendanai kegiatan operasionalnya maupun dalam
melakukan pembayaran utang. Perusahaan yang tidak memiliki cukup dana dalam melunasi
kewajibannya hampir dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut tidak akan sanggup
membayar apalagi melunasi seluruh utang-utangnya kepada kreditor secara tepat waktu pada
saat jatuh tempo. Belum lagi, seringkali juga dijumpai perusahaan yang mengalami kesulitan
dana hingga tidak mampu membayar gaji karyawan. Untuk jangka panjang, hal ini tentu saja
akan menganggu kesinambungan bisnis perusahaan serta juga dapat menimbulkan
ketidakpercayaan kreditor terhadap perusahaan di masa mendatang.
Kekurangan atau pun kelebihan kas di atas sesungguhnya bisa diatasi jika saja
manajemen perusahaan senantiasa melakukan analisis rasio keuangan secara berkala sehingga
dapat dimonitor dan dievaluasi perkembangan kondisi keuangan perusahaan dari waktu ke
waktu. Dengan melakukan analisis raiso keuangan secara berkala memungkinkan manajemen
perusahaan untuk secara efektif menentapkan langkah-langkah perbaikan, efisiensi, atau pun
antisipasi terhadap kemungkinan memburuknya kondisi keuangan perusahaan, termasuk
memanfaatkan kelebihan kas yang ada untuk kepentingan dan tujuan strategi perusahaan.
Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam emlunasi kewajiban
janga pendeknya dapat dilakukan dengan menggunakan rasio likuiditas.
Rasio likuiditas sering juga dikenal sebagai rasio modal kerja (rasio aset lancar), yaitu
rasio yang digunakan untuk mengkur seberapa likuid suatu persusahaan. Rasio modal kerja
ini dihitung dengan membandingkan antara total aset lancar dengan total kewajiban lancar.
Pengukuran dan evaluasi terhadap rasio ini dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga
dapat dilihat perkembangan kondisi tingkat likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
Untuk mengilustrasikan penetapan perusahaan pada kategori likuid atau tidak likuid,
misalkan bahwa PT. Cemerlang memiliki kewajiban lancar sebesar Rp. 100 juta. Total aset
lancar yang dimilikinya adalah Rp. 135 juta. Dalam kondisi ini, perusahaan dapat dikatakan
likuid, yaitu mampu membayar kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.
Sebaliknya, apabila perusahaan hanya memiliki total aset lancar yang jumlahnya lebih kecil
dari jumlah kewajiban lancarnya (Rp. 100 juta) maka perusahaan tersebut dikatakan tidak
likuid, yaitu tidak akan sanggup membayar kewajiban jangka pendeknya yang akan segera
jatuh tempo.
Pada saat PT. Cemerlang memiliki total aset lancar sebesar Rp. 135 juta, meskipun
dikatakan likuid (mampu membayar kewajiban lancar sebesar Rp. 100 juta), namun posisi
keuangannya ini juga tergolong mengkhawatirkan karena total aset lancar yang tersisa
hanyalah sebesar Rp. 35 juta. Jumlah ini tergolong sangat kecil dan beresiko terutama apabila
ada kewajiban lainnya (yang tidak terduga) yang memerlukan pembayaran dalam jangka
waktu segera. Oleh sebab itu, kondisi keuangan yang baik adalah tidak hanya sekedar likuid
melainkan juga harus memenuhi standar likuiditas tertentu, khususnya untuk menghadapi
kewajiban keuangan yang tidak terduga namun memerlukan pembayaran yang segera.
Dalam praktek, standar likuiditas yang baik untuk ukuran perbandingan antara total
aset lancar dengan total kewajiban lancar adalah 200% atau 2 : 1. Jadi, apabila perusahaan
memiliki kewajiban lancar sebesar Rp. 100 juta maka besarnya total aset lancar yang harus
dimiliki perusahaan adalah dua kalinya, yaitu sebesar Rp. 200 juta. Namun, perlu dicatat
bahwa standar likuiditas ini tidaklah mutlak karena harus diperhatikan juga faktor lainnya,
seperti tipe (karakteristik) industri, efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya.
Demikian juga, dalam rangka efisiensi biaya, perusahaan biasanya akan lebih memilih
untuk membeli persediaan barang dagang pada saat dibutuhkan, daripada menumpuk barang
di gudang. Hal ini akan mungkin dilakukan apabila adanya hubungan yang baik serta
kepastian kontrak yang jelas antara perusahaan dengan supplier mengenai jumlah kebutuhan
dan tata laksana pemesanan barang. Manajemen kas yang baik dan penerapan sistem
persediaan just- in-timedapat memperkecil jumlah aset lancar. Di samping itu, dengan sistem
persediaan just- in-time(membeli persediaan barang dagang pada saat dibutuhkan) akan
membuat perusahaan menjadi hemat karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk
kepentingan penyimpanan barang.
f) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya selama beberapa periode.
Aset lancar adalah kas dan aset lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi
menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus
operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Kas (cash on hand
dan cash in bank) merupakan aset yang paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan
investasi jangka pendek (surat-surat berharga), piutang usaha, piutang wesel, piutang
lain-lain, persediaan, perlengkapan, biaya bayar di muka, dan set lancar lainnya.
Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos (kiriman uang lewat
pos;money orders), dan deposito. Perangko bukanlah merupakan kas melainkan
biaya yang dibayar di muka (prepaid expense). Beberapa perusahaan menggunakan
istilah “kas dan setara kas” dalam melaporkan kas-nya.
Kas terdiri dari uang kas yang disimpan di bank (cash in bank) dan uang kas
yang tersedia di perusahaan (cash on hand). Sedangkan setara kas adalah investasi
jangka pendek yang sangat likuid, yang dapat dikonversi atau dicairkan menjadi
uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera, biasanya kurang dari tiga bulan
(90 hari). Investasi ini memang pada walnya sengaja dilakukan oleh perusahaan
dengan maksud untuk memperoleh pendapatan bunga dari uang kasnya yang
sementara waktu memang berlebih atau tidak terpakai dalam kegiatan operasional
perusahaan. Contoh dari setara kas adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank,
surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memiliki peringkat kredit
yang baik (commercial paper), serta utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah,
atau negara, dan investasi dalam dana pasar uang.
H. Rasio Solvabilitas
1. Pengertian Rasio Solvabilitas
Dalam menjalankan kegiatannya, tentu saja setiap perusahan membutuhkan
ketersediaan dana dalam jumlah yang memadai. Dana ini tidak hanya dibutuhkan untuk
membiayai jalannya kegiatan operasional peruusahaan saja, melainkan juga untuk membiayai
aktivitas investasi perusahaan, seperti biaya untuk mengganti atau membeli tambahan
peralatan dan mesin produksi yang baru, membuka kantor cabang baru, melakukan ekspansi
bisnis, dan sebagainya. Seorang manajer keuangan yang andal dituntut untuk memiliki
kepiawaian dalam mengelola keunagan perusahaan, termasuk kepiawaian dalam
mempertimbangkan alternative sumber pembiayaan perusahaan.
Yang dimaksud dengan pembiayaan utang (debt financing) adalah pembiayaan yang
dilakukan dengan cara menerbitkan surat utang, seperti wesel atau pun obligsi. Dalam hal ini,
kebutuhan dana perusahaan diperoleh dengan cara melakukan pinjaman atau berutang kepada
kreditor. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan ekuitas (equiti financing)adalah
pembiayaan yang bersumber dari modal sendiri (untuk jenis perusahaan perorangan dan
firma) atau pembiayaan yang dilakukan dengan cara menerbitkan surat ekuitas, yaitu saham
(untuk jenis perusahaan persero atau korporasi). Dalam hal ini (untuk jenis perusahaan
perseri atau korporasi), kebutuhan dana diperoleh dengan cara menjual saham kepada
investor (pemegang saham).
Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya jika
dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.
Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.
Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal.
Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang terhadap pembiayaan aset perusahaan.
Untuk menilai seberapa besar pengaruh modal terhadap pembiayaan aset perusahaan.
Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan
utang bagi kreditor.
Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan
modal bagi pemilik atau pemegang saham.
Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dujadikan sebagai
jaminan utang.
Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dujadikan sebagai
jaminan utang jangka panjang.
Untuk menilai sejauh mana atau berpa kali kemampuan perusahaan (yang diukur dari
jumlah laba sebelum bunga dan pajak) dalam membayar bunga pinjaman
Untuk menilai sejauh mana atau berpa kali kemampuan perusahaan (yang diukur dari
jumlah laba operasional) dalam melunasi seluruh kewajiban.
3. Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas
Biasanya penggunaan rasio solvabilitas disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan
perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan rasio solvabilitas secara keseluruhan tau
hanya sebagian berarti bahwa perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang
memang dianggap perlu untuk diketahui. Berikut adalah jenis-jenis rasio solvabilitas
yang lazim digunakan dalam praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya :
I. Rasio Aktivitas
1. Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam emnggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat
efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Rasio ini juga digunakan
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan hasil pengukuran rasio tersebut dapat diambil kesimpulan apakah perusahaan
telah secara efisien dan efektif dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
Dari hasil pengukuran rasio ini akan dapat diketahui mengenai kinerja manajemen
yang sesungguhnya dalam mengelola aktivitas perusahaan. Secara keseluruhan, rasio
aktivitas akan mengungkap: (a) perputaran piutang usaha; (b) berapa lama rata-rata
penagihan piutang usaha;
(c) perputaran persediaan; (d) beralam lama-rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga
akhirnya terjual; (e) perputaran modal kerja; (f) perputaran aset tetap; dan (g) perputaran total
aset.
Hasil pengukuran rasio di atas lalu dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
perusahaan, dan dapat juga dibandingkan dengan hasil pengukuran rasio untuk beberpa
periode sebelumnya serta rata-rata industri. Dari hasil perbandingan tersebut akan terlihat
apakah aktivitas perusahaan untuk periode yang sedang dianalisis telah sesuai denga target
atau belum, demikian juga akan dapat diketahui apakah kinerja manajemen mengalami
kemajuan atau kemunduran jika dibandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya.
Apabila dari hasil perbandingan tersebut ternyata menunjukan bahwa perusahaan tidak
mampu mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya atau bahkan mengalami
kemunduran kinerja, dalam hal ini
sangat penting bagi pihak manajemen untuk dapat dengan segera menganalisis penyebabnya
dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha berputar dalam
satu periode
Untuk menghitung lamanya rata-rata penagihan piutang usaha, serta sebaliknya untuk
mengetahui berapa hari rata-rata piutang usaha tidak dapat ditagih
Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan piutang usaha yang telah
dilakukan selama periode
Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam
satu periode
Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penjualan persediaan barang dagang yang
telah dilakukan selama periode
Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam
satu periode atau berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah
modal kerja yang diinginkan.
Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam
satu periode atau berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah
aset tetap yang digunakan.
Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam
satu periode atau berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah
total aset yang digunakan.
Rasio perputaran piutang usaha dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya
tingkat penjualan kredit dengan rata-rata piutang usaha. Yang diaksud dengan rata-
rata piutang usaha di sini adalah piutang usaha awal tahun ditambah dengan piutang
usaha akhir tahun lalu dibagi dengan dua. Sedangkan lamanya rata-rata penagihan
piutang usaha dihitung sebagai hasil bagi antara 365 hari (jumlah hari dalam setahun)
dengan rasio perputaran piutang usaha.
J. Rasio Profitabilitas
1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio probabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan adalah
sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara
menjual produk (barang dan/atau jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari
sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalisasi profit, baik profit jangka pendek
maupun profit jangka panjang. Manajemen dituntut untuk meningkatkan imbal hasil (return)
bagi pemilik perusahaan, sekaligus juga meningkatkan kesejahteraan karyawan. Ini semua
hanya dapat terjadi apabila perusahaan memperoleh laba dalam aktivitas bisnisnya.
Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Disamping bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio
ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun
penggunaan modal. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai alat
ukur untuk mengukur tingkat efektivitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan
ditunjukan lewat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi
perusahaan.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertenam dalam total
aset.
Semakin tinggi marjin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba
sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba bersih berarti
semakin rendah pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan besih. Hal ini dapat
disebabkan karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.
K. RUMUS RASIO – RASIO KEUANGAN
Quick Ratio Debt to Equity Ratio Inventory Turn Over Return On Equity
Aset Lancar - Persediaan Total Utang Harga Pokok Penjualan Laba Bersih
2 x 100% x 100% x 100%
Utang Lancar Total Modal Rata - rata Persediaan Total Modal
Cash Ratio Long Term Debt to Equity Ratio Working Capital Turn Over Net Profit Margin
Kas Utang Jangka Panjang Penjualan Laba Bersih
3 x 100% x 100% x 100%
Utang Lancar Total Modal Aset Lancar - Utang Lancar Penjualan
91
L. Soal – Soal Rasio Keuangan
SOAL 1
Terdapat dua perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi, sub sektor kosmetik dan
barang keperluan rumah tangga yaitu PT Jaga Hatiku dan PT Disaat Sendiri. Terdapat
laporan keuangan masing – masing perusahaan (terlampir). Tentukan :
Indonesia sendiri memiliki aturan khusus mengenai pelaporan arus kas yang diatur
oleh PSAK No.2 paragraf 01 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan diharuskan untuk
menyusun laporan arus kas dan menyajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan setiap periode.
2. Aktivitas Investasi
Menurut PSAK , aktivitas investasi ialah aktivitas yang perolehan dan pelepasan
aktiva jangka panjang serta investasi lainnya tidak setara dengan kas.Aktivitas
investasi harus dipisahkan, hal ini dikarenakan aktivitas tersebut mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran arus kas yang berhubungan dengan sumber daya yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Adapun contoh-contoh dari aktivitas investasi pada arus kas, sebagaimana
ditunjukan di bawah ini:
a. Pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap berwujud dan
jangka panjang , yang didalamnya termasuk biaya pengembangan kapitalis
dan aktiva yang dibangun sendiri;
b. Penerimaan kas dari aktiva berwujud seperti tanah, bangunan, dan peralatan.
Aktiva berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya;
c. Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan;
d. Uang muka ataupun uang pinjaman dari perusahaan lain;
3. Aktivitas Pendanaan
Menurut PSAK, aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang akan
mengakibatkan jumlah komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengukapan
aktivitas ini harus dipisah karena dapat memprediksi klaim terhadap arus kas oleh
para pemasok modal perusahaan.
Adapun contoh-contoh aktivitas pendanaan pada arus kas perusahaan ialah
sebagai berikut:
a. Penerimaan kas dan penerbitan saham;
b. Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau menebus saham
perusahaan;
c. Penerimaan kas dengan menerbitkan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman lainnya;
d. Pelunasan pinjaman;
e. Pembayaran dividen.
Pola normal aktivitas pendanaan pada laporan arus kas ialah positif atau negatif,
aktivitas pendanaan pada arus kas yang positif merupakan tanda bahwa perusahaan
tengah maju dengan pesat, sehingga operasi tidak dapat memberikan dana yang
cukup untuk perusahaan melakukan ekspansi. Sedangkan, aktivitas pendanaan pada
arus kas yang negatif dikarenakan perusahaan telah matang dan stabil, sehingga
dapat mengembalikan utang dan membayar lebih deviden tunai..
Bunga yang harus dibayarkan dan bunga serta deviden diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi, hal ini dikarenakan biaya perolehan sumber daya keuangan dan
hasil investasi.
Deviden yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan,
hal ini dikarenakan dapat membantu perusahaan dalam menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar deviden dari arus kas operasi.
Adapun metode yang digunakan dalam menyajikan laporan arus kas dengan metode
langsung dan tidak langsung, akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Langsung
Metode ini ialah metode yang melakukan pendekatan dengan mengkalkulasikan dan
melaporkan aliran kas dari aktivitas operasi yang merincikan penerimaan kas dan
pembayaran secara langsungDengan metode ini, adapun informasi mengenai kelompok
utama penerimaan kas dan pengeluaran kas dapat diperoleh dari:
i. Data catatan akuntansi perusahaan;
ii. Menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan
laba – rugI, yang digunakan untuk:
1. Perubahan pesediaan, piutang usaha, dan utang usaha dalam periode tertentu;
2. Pos bukan kas lainnya;
3. Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
Adapun contoh format dari arus kas metode langsung, ialah sebagai berikut: Format Arus Kas
Metode Langsung
PT XYZ
Statement Of Cash Flow - Direct MethodFor the Year Ended December, 31 20xx
(xxx)
Next cash provided (used) by
operatng activities xxx/(xxx)
Cash flows from investing activities
Sale of land xxx
Sale of equipment xxx
Purchase of equipment (xxx)
Net cash provided (used) by
investing activities xxx/(xxx)
Cash flows from financing activities
Redemption of bonds (xxx)
Sale of common stock xxx
Payment of devidens (xxx)
Next cash provided (used) by
financing activities xxx/(xxx)
Net increase (decrease) in cash xxx/(xxx)
Cash at beginning of period (xxx)
Adapun contoh arus kas dengan metode tidak langsung, ialah sebagai berikut: Tabel 1. 1 Format
PT XYZ
Statement Of Cash Flow - Direct
Method For the Year Ended December,
31 20xx
Cash flow from operating activities
Net income Xxx
Adjustment to net income:
add:
Increase in account payable xxx
Decrease in merchandise inventory xxx
3. Additional Information
Adapun informasi tambahan yang digunakan untuk pelaporan arus kas ini ialah:
a. Seluruh transaksi penjualan dan pembelian atas barang dagang dilakukan secara
kredit;
b. Selama tahun berjalan, terjadi;
i. Penjualan aktiva tetap yang nilai bukunya 620.000 dengan memperoleh uang
kas senilai 600.000. Harga perolehan aktiva tetap yang dijual 10.620.000.
Pembelian aktiva tetap 250.000 secara tunai
a. Indirect Method
PD SEMANGAT
Cash Flow Statement
For The Periode Ended Dec, 31 2009
I. Operating Activities
84.695.000
b. Direct Methode
Operating Activities
Cash Receipt from
Customer 282.700.000
Cash Payment:
1. To Supplier 121.325.000
2. For Operating Activities 71.930.000
3. For Interest Expenses
4. For Income
Tax Expenses 4.750.000
(198.005.000)
84.695.000
BAB V
KAS KECIL
14 Maret Membayar biaya pos untuk mengirim surat kepada beberapa pelanggan
Rp250.000
MEMO
14 Maret 2012
Dibayarkan kepada: Kantor Pos dan Giro
Untuk: Pengiriman surat kepada pelanggan
Sebesar: # Rp250.000 #
Keterangan: Resi pengiriman surat terlampir
(Supri) (Hamdani)
MEMO
20 Maret 2012
Dibayarkan kepada: Bpk. Sugiarto
(Manajer Pemasaran)
Untuk: Biaya transportasi dinas
Sebesar: # Rp1.500.000 #
Keterangan: Kuitansi pembelian tiket pesawat
dan voucher hotel terlampir
(Supri) (Hamdani)
Pembahasan:
Pada metode Imprest (tetap), tanggal 14 dan 20 Maret tidak dibuat jurnal. Namun agar
transaksi ini tidak luput dari pencatatan oleh akuntan, maka perlu dibuatkan memo
berdasarkan bukti transaksi yang ada.
Secara kronologis jurnal,, pada tanggal 1 Maret saldo Petty Cash Rp2.500.000. Namun,
pasda tanggal 14 Maret 2012, Petty Cash telah berkurang Rp250.000 menjadi Rp2.250.000.
atas transaksi ini, tidak dilakukan penjurnalan sehingga saldo Petty Cash yang tercatat tetap
Rp2.500.000.
Selanjutnya pada tanggal 20 Maret 2012 terjadi pemakaian kedua atas Petty Cash. Saldo
kas yang tersisa setelah pemakaian Rp750.000 (Rp2.500.000-Rp250.000-Rp1.500.000).
Namun atas transaksi ini, tidak dilakukan penjurnalan sehingga saldo Petty Cash yang tercatat
tetap Rp2.500.000.
Pada saat pengisian ulang atas dana kas kecil 31 Maret 2012, bagian akuntan memeriksa
memo atas pemakaian kas kecil dan mengreditkan saldo kas yang tersimpan di bank sebesar
jumlah pemakaian kas kecil.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa saldo Petty Cash tidak pernah dikreditkan
meskipun ada pemakaian atas Petty Cash. Pemakaian atas Petty Cash akan dijurnal di akhir
periode pengisian ulang dengan mengakui sebagai beban namun mengkreditkan saldo kas
yang tersimpan di bank.
Itulah lasan metode ini disebut sebagai Metode Tetap yaitu dengan menjaga kosistensi
nilai Petty Cash yang tercatat sebesar nilai pada awal pembentukannya.
10 Desember 2012 Dilakukan pengisian ulang atas kas kecil. Pemakaian yang terjadi
sejak 10 November 2012 hingga 10 Desember 2012:
26 Desember 2012 Diberikan bonus kepada karyawan berprestasi di akhir tahun sebesar
Rp2.500.000 (20% diambil dari dana kas kecil; sisanya akan
dibayarkan bersamaan gaji bulan Desember menggunakan dana
kas di bank)
Penyelesaian:
Metode Imprest Metode Fluctuation
10 Freight Out 700,000 Petty Cash 900,000
Desember Security Expenses 200,000 Cash on Bank 900,000
2012 Cash on Bank 900,000
14 Freight Out 850,000
Desember No Entry
Petty Cash 850,000
2012
20 Employee Receivable 500,000
Desember No Entry
Petty Cash 500,000
2012
26 Bonus For Employee 500,000
Desember No Entry
Petty Cash 500,000
2012
Tanggal 31 Desember 2012 merupakan akhir periode akutansi yang ditetapkan PT SUMBER
MAKMUR. Apabila PT SUMBER MAKMUR menetapkan metode Imprest, maka perlu
jurnal pnyesuaian. Apabila PT SUMBER MAKMUR menetapkan metode Fluktuasi, maka
data yang
dilaporkan tidak memerlukan jurnal penyesuaian, karena semua pengeluaran yang terjadi
pada periode tersebut telah dicatat.
1. Metode Imprest
Apabila tanggal pengisian ulang kas kecil dilakukan setiap akhir periode akutansi, maka perlu
disusun jurnal penyesuaian untuk mengakui beban periode berjalan dan transaksi yang
seharusnya dilaporkan di tahun berjalan. Apabila jurnal ini tidak dibuat maka ada beberapa
transaksi yang tidak dilaporkan di tahun tersebut ataupun dilaporkan di periode akutansi yang
sakah. Kekeliruan ini menyebabkan pelaporan akutansi menjadi tidak andal dan relevan.
Setelah dilakukan penyesyaian, untuk menjadi konsistensi pen pencatatan dana kas kecil pada
saat pengisian ulang 10 Januari 2013, maka pada 1 Januari 2013, perlu disusun jurnal
pembalik.
1 Januari 2013.
SOAL 1
Perhatikan transaksi dibawah ini dan tentukan transaksi manakah yang dapat dibayarkan
melalui dana kas kecil dan berikan alasan.
Toko parfum WANGI menetapkan cadangan atas kas kecil senilai Rp2.000.000 per bulan.
Transaksi yang melibatkan pembayaran dengan kas kecil adalah sebagai berikut:
Catatlah transaksi pengeluaran atas dana kas kecil dalam pos-pos berikut:
Diminta:
Catatlah dalam tabel pengeluaran kas yang menjelaskan nilai petty cash yang tercatat dan nilai
petty cash yang tersedia dengan menggnakan asumsi perusahaan menerapkan:
Imprest Method
Fluctuation Method
SOAL 3
Perhatikan transaksi pada soal 2 sehubungan dengan pencatatan kas kecil oleh Toko Parfum
WANGI. Transaksi yang terjadi selama bulan November:
Diminta:
Catatlah dalam tabel pengeluaran kas yang menjelaskan nilai petty cash yang tercatat dan nilai
petty cash yang tersedia dengan menggunakan asumsi perusahaan menerapkan:
Imprest Method
Fluctuation Method
BAB V
PENGANGGARAN PERUSAHAAN
A. Pengertian Penganggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang di susun secara sistematis dalam bentuk
angka dan dinyatan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk
jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena rencana yang
disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran sering kali di sebut juga
dengan rencan keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang mencapai posisi
penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat
diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan .
B. Kegunaan Anggaran
Dalam prakteknya, banyak dijumpai perusahaan yang mampu beroprasi tanpa
membuat suatu anggaran. Akan tetapi tanpa penyusunan suatu anggaran, perusahaan akan
mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja, kurang dapat mengoptimalkan efisiensi
dan produktivitas kerja, srta kurang dapat memanfaatkan kesempatan untuk perluasan usaha.
Berikut ini adalah manfaat penyusunan anggaran secara lebih lengkap :
1. Adanya Perencanaan Terpadu
Anggaran perusahaan dapat di gunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana
perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan
secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat
digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian.
1) Realistis. Artinya tidak terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis.
2) Luwes. Artinya tidak terlalu kaku, dan mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan
keadaan yang mungkin berubah. Untuk itu pihak manajemen perlu mengamati
perubahan lingkungan yang terus-menerus terjadi agar dapat melakukan penyesuaian
bilamana diperlukan
3) Kontinyu. Artinya membutuhkan perhatian terus-menerus dan tidak merupakan suatu
usaha yang insidetil
1. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa
menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak di capai
manajemen.
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga
anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangin
ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok
dalam upaya memcapai tujuan perusahaan.
4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka
memaksimalkan sumber daya.
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan
kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya tindakan
koreksi
Skenario anggaran dapat disusun dengan mudah di tampilan computer, tetapi yang
perlu dihayati adalah hakikat anggaran cenderung banyak persamaan nya dengan hubungan
antar manusia (human relations) daripada hanya sekedar rekayasa angka. Pengendalian biaya
di lakukan oleh manusia. Teknik-teknik kalkulasi yang telah di ciptakan untuk membantu
manajemen tidak akan berhasil jika realisasinya tidak benar. Oleh karena itu berhasil tidaknya
suatu anggaran tergantung dari sikap (attitude) para individu yang bersangkutan. Mekanisme
anggaran semata-mata merupakan teknik yang meyakini bahwa agar kinerja yang baik dapat
di capai, perlu ditetapkan suatu standar. Bila dalam suatu realisasinya terdapat kondisi yang
akomodatif, maka tujuan-tujuan yang telah di tentukan dapat berhasil. Dengan demikian
tampak bahwa anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan proses manajemen.
Proses manajemen adalah suatu kumpulan kegiatan yang saling berhubungan yang di
lakukan oleh manajemen dari suatu organisasi untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Dalam hal ini fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah:
Variable outflowadalah variabel yang di peroleh dari hasil proses produksi yang bisa
berupa barang, jasa, dan kontribusi sosial. Hasil proses produksi ini memberikan pendapatan
(revenue) bagi perusahaan. Perencanaan dan pengendalian variabel inflow dan outflow untuk
menghasilkan profit tersebut diilustrasikan gambar sebagai berikut:
Inflows outflows
Produk
Tenaga kerja (People)
jasa
Modal (Capital) ` Kontribusi sosial
Bahan-baku (planning and control)
(Materials) Operasional perusahaan(enterprise operation)
Keputusan perencanaan (Planning Decisions)
Keputusan tindakan (Activating Decisions)
Keputusan pengendalian (Controlling Actions)
Tindak lanjut ( Foolow Up)
Keuntungan (Profit)
÷
Investasi (Investment)
=
Pendapatan Investasi (Return on investment)
Gambar. 2
a. Mengukur hasil kegiatan actual (actual performance) dengan tujuan, sasaran atau
kinerja dan melaporkan penyimpangan yang timbul dalam performance report.
b. Membuat analisis atau penyimpangan yang timbul tersebut.
c. Membertimabangkan alternatif untuk pemecahannya.
d. Memilih alternatif untuk perbaikan.
e. Mengadakan perbaikan
f. Mengadakan perbaikan skenario dan implementasi alternatif tersebut serta
melakukan tindak lanjutnya.
Pengendalian harus di lakukan terus menerus sepanjang periode (misal setiap bulan)
dan bukan hanya pada akhir periode saja. Penilaian pada akhir periode saja akan
menyebabkan keterlambatan untuk melakukan perbaikan. Maka sebaikanya laporan
kinerja (Performance report) dibuat setiap bulan.
E. ADMINISTRASI ANGGARAN
1. Komite Anggaran (Budget Committee)
Penyusunan anggaran membutuhkan kerjasama antarmanajer. Semua harus
berpartisipasi di dalam menyusun sasaran, pengembangan rencana dan perumusan kebijakan.
Umumnya administrasi anggaran bisa didelegasikan kepada Komite Anggaran. Anggota
Komite Anggaran adalah masing masing pimpinan Departemen. Sering kali karyawan dari
Bagian Produksi, Bagian Penjualan, Bagian Keuangan dilibatkan dalam Komite Anggaran.
2. Departemen Anggaran
Komite Anggaran berbeda dengan Departemen Anggaran. Komite Anggaran
berkewajiban mengkaji ulang anggaran. Sedangkan Depaetemen Anggaran bertanggung
jawab atas sistem dan prosedur anggaran (Budged Manual). Secara lebih terinci, fungsi
Departemen Anggaran adalah:
3. Manual Anggaran
Manual dimaksudka untuk menyatakan tujuan, sasaran, prosedur, struktur organisasi
dan kewenangan serta pertanggungjawaban dalam penyusunan angggran.
5. Sistem Anggaran
Kondisi yang melingkupi perusahaan mempengaruhi kompleksitas anggaran. Pada
perusahaan kecil, sitem anggaran yang paling sederhana berwujud anggran tahunan untuk
pendapatan dan pengeluaran yang secara keseluruhan di tetapkan lebih dulu. Adapun rincian
anggran pendapatan dan pengeluarannya di susun belakangan. Dari uraian tentang anggaran,
dapat di spesifikasikan bahwa anggran merupakan alokasi untuk implementasi program kerja
dari berbagai macam bagian yang ada dalam perusahaan.
F. Jenis-Jenis Anggaran
Dalam menyusun anggran, perusahaan dapat mengacu pada ruang lingkup/intensitas
penyusunannya, fleksibilitasnya ataupun peride waktunya.
yaitu: anggaran yang ruang lingkupnya terbatas, misalnya anggran untuk bidang
produksi atau bidang keuangan saja.
b. Anggaran Komperehensif
yaitu: anggara dengan ruang lingkup menyeluruh, karna jenis kegatannya meliputi
seluruh aktivitas perusahaan di bidang marketin, produksi, keuangan, personalia dan
administrasi.
yaitu: anggaran yang di susun untik periode waktu tertentu dengan volume yang
sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut disusun rencana mengenai revenue,
cost, dan expenses.
yaitu: anggaran yang di susun untuk periode waktu tertentu, dengan volume tertentu
dan berdasarkan volume tersebut di perkirakan besarnya revenue, cost, dan expenses,
namun secara periodik dilakukan penilaian kembali.
G. Anggaran Komprehensif
Anggran Komprehensif dapat diartikan sebagai pemakaian secara luas konsep-konsep
penganggaran dalam setiap kegiatan perusahaan serta pemakaian pendekatan sistem secara
keseluruhan (total system approach) dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat di peroleh perusahaan bila melakukan
penyusunan budgetsecara keseluruhan (Komprehensif):
Adapun alas an mengapa perusahaan sulit atau tidak menyusun anggaran komprehensif
umumnya disebabkan karena:
Ada beberapa pedoman umum yang perlu di perhatikan dalam penyusunan Anggran
Komprehensif, yaitu:
1) Forecasting Anggaran
Yaitu: anggaran yang berisi taksiran-taksiran (forecast) tentang kegiatan-
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu dan taksiran taksiran
tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang
akan datang.
2) Variabel Anggaran
Yaitu: anggran yang berisi tentang tingkat perubahan biaya atau tingkat
variabilitas biaya, khusunya biaya-biaya yang termasuk kelompok biaya “semi
variabel”, sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.
4) Laporan Anggaran
Business budgeting yang komprehensif akan menyangkut penyusunan serta penerapan dari:
a. Tujuan umum dan khusus perusahaan baik untuk jangka panjag maupun jangka
pendek (subtentive plan)
b. Anggaran perusahaan (profit planning) yang dinyatakan secara kuantitatif baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang yang dirinci dalam kegiatan operasional dan
dampak keuangannya.
c. Laporan kegiatan dan foolow up-nya dalam bentuk rekaman hasil atau realisasi
pelaksanaan kegiatan yang telah di anggarkan dalam bentuk laporan kinerja
(performance report) secara inci.
a. Proyeksi penjualan, biaya, dan laba (sales, cost, and profit projections)
b. Proyek-proyek utama dan penambahan modal (Major projects and capital additions)
c. Aliran kas dan pembiayaan (cash flow and financing)
d. Kebutuhan personil (personnel requirements)
Anggaran tahunan merupakan rencana kegiatan perusahaan secararinci dalam satu tahun
anggaran yang di tuangkan dalam anggaran operasionaldan anggaran keuangan.
a. Anggaran operasional
1. Anggaran Laba/Rugi
2. Anggaran Pembantu Laba/Rugi
a. Anggaran penjualan (sales budget)
b. Anggaran produksi (production budget)
c. Anggaran biaya distribusi (distribution expense budget)
d. Anggaran biaya umum dan administrasi (Administrative expese budget)
e. Anggaran tipe apropriasi (appropriation-type budget)
Yaitu: anggaran yang memberikan batas pengeluaran yang diijinkan. Batas ini
umumnya merupakan batas maksimum perusahaan, anggaran seperti ini terbatas
penerapannya, karena sangat membatasi kegiatan perusahaan. Bagian-bagian yang
biasa menggunakan anggaran seperti ini misalnya, bagian penelitian dan
pengembangan (R&D), pemeliharaan dan bagian promosi.
b. Anggaran keuangan
Anggaran keuangan adalah anggaran yang memproyeksikan anggaran modal (ini
adalah bentuk anggaran jangka panjang,3 hingga 5 tahun atau lebih), anggaran kas,
anggaran neraca dan anggaran aliran kas perusahaan. Jenis anggaran yang di sebutkan
tiga terkhir adalah bentuk anggaran keuangan jangka pendek (1 tahun) .
1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu dapat di proyeksikan sebelum
rencana tersebut di laksanakan.
2. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap
tindakan yang dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi manajemen sekalipun
ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut.
3. Anggaran merupakan penilitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan patokan untuk
menilai baik buruknya suatu hasil yang di perolah.
4. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga setiap
manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Anggaran sekaligus
berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan dalam melakukan suatu
kegiatan.
5. Menggingat setiap manajer dan atau penyelia dilibatkan dalam penyusunan anggaran,
maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta (Sense Of
Participation).
1. Dalam menyusun anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Sering kali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran mengalami
perkembangan yang jauh berbeda dari pada yang direncakan. Hal ini berarti
diperlukan pemikiran untuk penyesuaian. Kemungkinan ini menghendaki agar
anggaran disesuaikan secara berkesinambungan dengan kondisi yang berubah-ubah
agar data dan informasi yang diperolah akurat.
3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara potensial dapat
menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (Human Relation) yang dapat
menghambat proses pelaksanaan anggaran.
4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subyektif pembuat kebijakan
(decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap/cukup.
F. SOAL – SOAL
SOAL 1
1. PT Palembang Indah memproduksi 3 jenis produk yaitu: Imco, Inside, san Penta. Data
penjualan dalam unit ketiga produk tersebut adalah sebagai berikut:
Tahun Imco Inside Penta
Diminta:
1. Membuat ramalan tingkat penjualan (tahun 1998) dalam unit untuk produk Imco
dengan metode Least Square, produk Inside dengan metode Semi Average dan
produk Penta dengan metode Trend Moment.
2. Menyusun anggaran penjualan tahun 1998 secara lengkap per-triwulan.
SOAL 2
2. Perusahaan BINTANG KEJORA yang menghasilkan produk X, untuk tahun 2001
mendatang akan mengadakan forecast penjualan yang lebih teliti agar tidak mengalami
kerugian.
Untuk maksud tersebut manajer operasional memberikan data sebagai berikut:
a. Penjualan perusahaan
b. Produk akan dijual di dua daerah, yaitu: Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan
perbandingan 2 : 3.
c. Harga jual/unit tahun 2001 naik 25% dari harga jual rata-rata enam tahun
sebelumnya, sedangkan harga jual/unit tahun 2002 akan dinaikkan sebesar 20% dari
harga jual tahun 2001.
d. Distribusi penjualan:
b. Perusahaan mengamati dengan cermat market share yang dicapainya dari tahun ke
tahun. Untuk tahun 2001, manajemen sudah cukup puas dengan market share yang
dicapainya pada tahun 2000.
c. Produk yang dihasilkan perusahaan dijual di tiga daerah pemasaran dengan distribusi
sebagai berikut: Jakarta 50%; Semarang 20%; Surabaya 30%. Harga jual per unit
produk di semua daerah adalah sama yaitu Rp 500,-
d. Distribusi penjualan per triwulan untuk semua daerah pemasaran adalah:
Triwulan I = 35% ; Triwulan II = 20%
Triwulan III = 30% ; Triwulan IV = 15%
Dari data di atas anda diminta untuk membuat:
1. Peramalan penjualan yang dapat dicapai perusahaan pada tahun 2001, dengan
meramalkan tingkat penjualan industri tahun 2001 lebih dahulu. Gunakan metode
peramalan Least Square (kuadrat terkecil).\
2. Menyusun anggaran penjualan Perusahaan RAJALAUT tahun 2001 secara lengkap.
SOAL 4
4. PT. Kinerja Unggul ingin mempertahankan posisinya di ketiga daerah penjualannya.
Penjualan per daerah selalu diperhatikan dengan seksama. Data perencanaan penjualan
yang dimiliki perusahaan sampai akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan menghasilkan kain mori jenis Prima sebagai bahan dasar pembuatan
batik. Data penjualan selama 8 tahun terakhir adalah:
b. Mori telah dijual di tiga daerah penjualan meliputi Riau, Lampung, dan Bengkulu.
Penjualan yang dicapai di masing-masing daerah sealam tiga tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
c. Persediaan Mori yang dimiliki pada akhir tahun 2000 ditaksir sebesar 1.200.000 m,
sedangkan persediaan untuk akhir tahun 2001 sebesar 15% dari volume penjualan
untuk tahun 2002.
Break even point sering disebut sebagai titik impas atau titik pulang pokok, yaitu
suatu keadaan perusahaan di mana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah
total biaya, atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi-labanya sebesar nol. Dalam
perencanaan laba dengan teknik break even digunakan asumsi sebagai berikut:
1) Harga jual produk per unit yang dianggarkan tetap konstan pada berbagai tingkat
volume penjualan dalam periode yang bersangkutan. Apabila anggapan ini tidak
terpenuhi maka penghasilan penjualan tidak dapat digambarkan dalam garis lurus.
2) Semua biaya yang dianggarkan dapat dikelompokkan dalam elemen biaya tetap dan
biaya variabel yang mempunyai tingkat variabilitas terhadap produk yang diproduksi
atau dijual.
3) Efisiensi dan produktivitas tidak berubah.
4) Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat linear
sepanjang jangkauan atau rentang yang relevan.
5) Biaya-biaya tidak berubah.
6) Bauran penjualan atau konstan.
7) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir.
Dalam menghitung titik impas (BEP) biasanya ada 3 pendekatan yang digunakan
yaitu: pendekatan persamaan, pendekatan marjin kontribusi, dan pendekatan grafik.
1. Pendekatan PERSAMAAN
Laba perusahaan adalah sebesar penghasilan penjualan dikurangi dengan semua biaya.
Secara sistematis persamaan break even dalam kuantitas atau volume penjualan:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃(𝑢𝑛𝑖𝑡) =
𝑃 − 𝑉𝐶(𝑢𝑛𝑖𝑡)
Persamaan atau rumus break even dapat dinyatakan pula dalam Rupiah dengan cara
mengalikan rumus break even dalam volume atau kuantitas dengan harga satuan atau (P)
sehingga rumusnya menjadi:
𝐵𝐸𝑃(𝑅𝑝) = 𝐵𝐸𝑃(𝑢𝑛𝑖𝑡)𝑥 𝑃
Rumus untuk mencari BEP dalam rupiah yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃(𝑅𝑝) =
𝑉𝐶
1− 𝑃
2. Pendekatan GRAFIK
Dengan pendekatan grafik, titik pulang pokok digambarkan sebagai titik perpotongan
antara garis penjualan dan garis biaya total.
Langkah 1
Buatlah grafik X dan Y dengan sumbu X menunjukkan jumlah unit (output) dan sumbu
Y menunjukkan biaya dan penerimaan.
Langkah 2
Buatlah titik pada sumbu Y yang menunjukkan nilai biaya tetap total (total fixed cost =
TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X.
Langkah 3
Buatlah titik pertemuan antara jumlah unit terjual dan jumlah rupiah dari unit terjual,
kemudian tarik grais dari titik O melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk disebut garis
penerimaan total (total revenue = TR).
Langkah 4
Tariklah garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada langkah 2 diatas)
yang menunjukkan garis biaya total (TC).
Titik pertemuan antara garis TR dan TC merupakan titik impas (BEP).
Berikut ini akan diberikan ilustrasi dari pendekatan GRAFIK:
TR
Rp
300.000.000
TC
BEP
75.000.000
FC
25.000.000
Unit
12.500 50.000
Contoh:
Penjualan Rp 300.000.000
Biaya Variabel Rp 200.000.000 (-)
Marjin Kontribusi Rp 100.000.000
Biaya Tetap Rp 25.000.000 (-)
Laba Operasi Rp 75.000.000
Contoh: Kegiatan PT Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada
penjualan (S) sebesar Rp 300.000,00. Biaya tetap (FC) yang dikeluarkan Rp
120.000,00. Diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan
per tahun. Untuk tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp
50.000,00.
Pertanyaan:
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan
penjualan atau:
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi, dari soal diatas:
VC = 300.000 – 120.000 = 180.000
Penjualan.............................................................................= Rp 425.000,00
VC (60% x sales)........... = Rp 255.000,00
FC................................... = Rp 120.000,00
Total Biaya............................................................................=Rp 375.000,00
Keuntungan...........................................................................= Rp 50.000,00
Sales minimal = x
𝐹𝐶+𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 120.000+0,2𝑥
𝑋= 𝑉𝐶 = 1−
6 = Rp 425.000
1− 𝑆 10
120.000 +
𝑋= 0,2𝑥
4
10
0,4x – 0,2x = 120.000
0,2x = 120.000
X = 600.000
ANALISIS BEP
SOAL 1
Perusahaan perakitan VCD PT SAFARI mempunyai data rencana produksi untuk bulan Juli
2001 scbagai berikut:
Pada bulan Desember 2001, data yang dimiliki PT SAFARI diperkirakan akan mengalami
perubahan sebagai berikut:
- Biaya tetap mengalami kenaikan sebesar 25% dari biaya tetap pada bulan Juli 2001.
- Biaya variabel mengalami penurunan sebesar 10% dari biaya variabel bulan Juli 2001.
- Harga jual juga akan mengalami penurunan sebesar 10%, akibat dari kelebihan
penawaran di pasar.
Hitunglah:
Biaya-biaya yang dikeluarkan diperhitungkan pada kapasitas terpakai adalah sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja sudah termasuk biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 8.000.000,-
(variabel). Dan 40% dari biaya pemasaran adalah biaya variabel. Biaya umum pabrik yang
tetap sebesar Rp 2.000.000,-. Biaya administrasi variabel sebesar Rp 200.000,- dan biaya
tetap sebesar Rp 1.000.000,-
Diminta:
1. Tentukan BEP (dalam unit dan Rupiah).
2. Untuk meningkatkan volume penjualan, pihak perusahaan berusaha meningkatkan
kualitas produk. Hal ini menyebabkan biaya variabel per unit naik sebesar 12%. Sejalan
dengan itu, volume penjualan diharapkan naik menjadi 68% dari kapasitas maksimal.
Apabila harga jual per unit konstan (tidak berubah), maka tentukan BEP yang baru, baik
dalam unit maupun Rupiah.
3. Apabila harga jual dinaikkan scbesar 15%, yang diikuti dengan peningkatan kualitas
produk sehingga biaya tetap secara totalitas naik sebesar 18%, maka tentukan BEP
(dalam unit dan Rupiah), dan hitung besarnya laba yang diperoleh, jika volume penjualan
diharapkan mencapai sebesar 90% dari kapasitas maksimum.
SOAL 3
PT. Best of The Best membuat sepatu untuk dijual. Saat ini perusahaan tengah menyusun
anggaran untuk tahun 2001 guna perencanaan laba. Laporan Rugi laba (budget tahun 2001)
untuk produk sepatu tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya Operasi:
- Biaya Pemasaran Rp 39.600.000,-
- B. Adm. & Umum Rp 26.400.000,-
Total Biaya Operasi = Rp 66.000.000
LABA OPERASI = Rp 30.000.000
Data lainnya:
1. Untuk TKTL, 25% dari totalnya bersifat variabel, sedangkan sisanya tetap.
2. Biaya listrik, 30% dari totalnya bersifat tetap, sisanya variabel.
3. Biaya pemeliharaan sebesar Rp 11.250.000,- adalah variabel, sisanya tetap.
4. Biaya pemasaran, 60% dari totalnya berupa biaya reklame (bersifat tetap),
sedangkan sisanya (40%) berupa komisi penjualan (bersifat variabel).
5. Biaya adm. & umum, terdiri dari Biaya gaji karyawan kantor (biaya tetap) sebesar
Rp 17.500.000,-, sedangkan sisanya berupa biaya klerk administrasi (biaya
variabel).
Berdasarkan informasi yang disajikan di atas hitunglah:
1. Marjin Kontribusi (secara total dan per unit).
2. Break Event Point (dalam unit dan rupiah).
3. Jika untuk tahun yang akan datang diperkirakan akan terjadi penurunan kurs dollar,
maka pihak manajemen perusahaan berusaha mengantisipasi hal itu dengan
membuat dua kebijakan yang akan dipilihnya, yaitu :
Kebijakan I:
Kebijakan II:
Diperkirakan volume penjualan akan turun sebesar 15%, maka harga jual terpaksa dinaikkan
sebesar 5%, sedangkan biaya tetap akan mengalami kenaikan 20%.
Gunakanlah indikator tingkat BEP dan besarnya laba untuk menentukan kebijakan
mana yang sebaiknya diambil oleh pihak manajemen perusahaan!