Disusun Oleh:
Fransiskus Dora
NIM 12010115420146
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
Daftar Tabel.............................................................................................................3
Daftar Gambar..........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................20
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................22
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................23
2
2.3.6 Pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Payout
Ratio…...............53
2.3.7 Pengaruh Return on Asset terhadap Debt to Equity Ratio...................54
2.3.8 Debt to Equity Ratio memediasi Institusional Ownership terhadap
Dividend Payout Ratio….....................................................................55
2.3.9 Debt to Equity Ratio memediasi Current Ratio terhadap Dividend
Payout
Ratio….....................................................................................56
2.3.10 Debt to Equity Ratio memediasi Return On Asset terhadap Dividend
Payout
Ratio…....................................................................................56
2.4 Kerangka Pemikiran........................................................................................58
3
3.5.4. Pengujian Hipotesis.............................................................................71
3.5.4.1 Uji Statistika t.......................................................................72
3.5.4.2 Uji Statistika F......................................................................73
3.5.4.3 Uji Mediasi...........................................................................71
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rerata DPR Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI
Tahun 2012-2018........................................................................16
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran..........................................................................58
5
BAB I
PENDAHULUAN
konsumen yang semakin sigap. Transaksi jual beli terjadi pada sektor domestik
maupun internasional tanpa ada batasan dalam kegiatan transaksi tersebut. Salah
satu pasar yang mengalami perkembangan yaitu pasar keuangan yaitu pasar
saham. Pasar saham merupakan media bagi investor yang akan menyalurkan dana
untuk berinvestasi.
membagikan dividen dengan menahan sebagian laba yang dapat digunakan untuk
investasi yang lain (Brigham & Gapenski, 1996). Menurut Sartono (2001)
6
pembagian dividen atau menahan laba untuk investasi perusahaan di masa depan.
Hasil pengumuman dividen akan ditangkap oleh pasar dan mendapatkan respon
saham. Investor akan diuntungkan apabila dividend payout ratio tinggi, tetapi
masa depan. Perusahaan kesulitan membayar dividen atau menahan laba untuk
untuk tahun ini dan menginvestasikan dana di masa depan. Perusahaan akan
7
pendanaan berkaitan dengan pinjaman jangka pendek dan keputusan manajemen
aset merupakan pengelolaan aset secara efisien (Horne & Wachowicz, 2012).
Kebijakan pendanaan dalam riset ini menggunakan ukuran Debt to Equity Ratio
besar serta laba perusahaan yang semakin menurun. Semakin besar hutang
besarnya biaya maupun hutang yang dimiliki oleh perusahaan Aasia Asif, et al
(2010).
Riset Aasia Asif, et al (2010), Nerviana (2015), Farahani & Jhafari (2013)
dan Mworia (2016) menjelaskan bahwa peningkatan debt to equity ratio diiringi
dengan menurunya dividend payout ratio. Hutang yang tinggi akan berakibat pada
tersebut digunakan untuk membayar hutang beserta bunga. Hutang yang tinggi
dari Moradi et, al (2012) yaitu peningkatan debt to equity ratio diiringi dengan
8
menjadi beban perusahaan nantinya (Sudana, 2009). Menurut Munawir (2002)
semakin kecil rasio hutang maka semakin baik posisi perusahaan. Namun berbeda
perusahaan setelah itu akan menambah daya ekspansi yang dilakukan perusahaan
perusahaan luar selain individu yang dapat membantu atas pengambilan keputusan
atas institusi, maka dapat menyebabkan kekuatan institusi itu meningkat dengan
Hasil riset Al Ajmi, et al (2009), Huang & Song (2006), Putri & Nasir
9
kinerja manajemen. Terdapat dua konflik yaitu antara investor dan manajer dan
konflik antara investor dan kreditur. Pemegang saham institusional yang tingi
ketiga yang ikut mengawasi kinerja manajemen yaitu kreditur. Monitoring yang
Institusional ownership yang tinggi akan menghadapi masalah agency yang lebih
(Tariq, 2015). Hasil riset Al Najjar (2016) serta Putri & Nasir (2006) menjelaskan
mengurangi biaya agensi dan monitoring dari investor institusi sudah tidak
dibutuhkan lagi. (Putri & Nasir, 2006). Riset tersebut bertentangan dengan riset
10
Likuiditas merupakan penilaian mengenai seberapa likuid perusahaan
likuditas salah satunya dengan Current Ratio. Current ratio yang baik yaitu
apabila aset lancar perusahaan lebih besar daripada hutang lancar. Likuiditas yang
cukup berdampak baik bagi perusahaan (Alkhatib, 2012). Menurut Rivai, Veithzal
dengan aset perusahaan yang segera dapat dicairkan. Variabel likuiditas yang
diukur dengan current ratio dalam riset ini dibutuhkan untuk melihat bagaimana
perusahaan.
Menurut Teori pecking order semakin likuid suatu perusahaan maka akan
& Saeed (2014), Jahanzeb & Bajuri (2014) serta Sarlija & Harc (2012)
adanya peningkatan current ratio diiringi dengan peningkatan debt to equity ratio.
Tingkat likuiditas yang tinggi akan semakin besar dalam membayarkan dividen
11
Berdasarkan riset terdahulu menunjukkan hasil yang searah dengan teori
bird in hand oleh Miller & Modigliani (1961) menjelaskan bahwa investor lebih
perusahaan di masa depan. Dividen yang diterima saat ini pasti dan lebih berharga
dividen dari waktu ke waktu. Riset Wasike (2015) adanya peningkatan likuiditas
diiringi dengan peningkatan kebijakan dividen. Perusahaan dengan arus kas yang
perusahaan dengan arus kas yang tidak stabil. Hal ini bertentangan dengan riset
Tariq (2015) yaitu adanya peningkatan current ratio diiringi dengan penurunan
secara efisien aktiva lancar yang dapat diubah menjadi keuntungan. Keuntungan
membiayai kebutuhan perusahaan dan sebagai investasi untuk operasi, selain itu
12
Menurut pecking order theory yang dikembangkan oleh Myers
asset diiringi dengan penurunan debt to equity ratio. Riset tersebut bertentangan
dengan hasil riset Saleem, et al (2013) yaitu adanya peningkatan return on asset
investor perusahaan. Menurut Miller dan Modigliani (1961) teori sinyal dapat
memberikan dividen yang lebih sedikit maka diambil sebagai sinyal negatif oleh
investor dan akan mengurangi nilai pasar perusahaan. Menurut teori sinyal
mengirim sinyal positif ke pasar tentang kinerja keuangan yang baik (Tariq,
karena besarnya tingkat dividen yang akan dibagikan, akan memiliki nilai yang
besar bagi pemilik saham. Hal tersebut akan berdampak pada pemilik saham akan
13
(2012) yang menjelaskan adanya peningkatan return on asset diiringi dengan
Sumber data riset ini didapat dari Bursa Efek Indonesia pada perusahaan
industri barang konsumsi. Alasan memilih pada bidang industri barang konsumsi
setiap hari dan selalu stabil dalam menghasilkan laba yang optimal. Hal ini
dibuktikan dengan industri barang konsumsi tumbuh sebesar 5,4% pada tahun
2018 dan pada tahun yang sama saham industri barang konsumsi menguat hingga
23% terbaik ketiga dari 10 sektor saham yang ada (sesuai data dari situs
Kemenperin). Selain itu sektor industri ini cukup diminati investor karena dari
data Price Book Value, semakin tinggi nilai price book value maka semakin tinggi
industri di Bursa Efek Indonesia tahun 2018. Sektor industri barang konsumsi
termasuk dalam price book value ketiga terbesar di bursa pada tahun 2018. Urutan
posisi PBV tahun 2018 yaitu Perdagangan, Jasa, dan Investasi dengan PBV
sebesar 6,43 kali, Industri Dasar dan Kimia sebesar 5,83 kali, dan Industri Barang
Konsumsi sebesar 5,58 kali. Price Book Value digunakan untuk pengambilan
keputusan investasi. Selain itu, price book value memberikan gambaran tentang
payout ratio terbesar dari tahun 2012-2018 sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rerata dividend payout ratio tahun 2012-2018
14
Sektor Industri Dividend Payout Ratio
Pertanian 0,05
Pertambangan 41,95
Industri Dasar dan Kimia 41,97
Aneka Industri 42,18
Industri Barang Konsumsi 42,35
Properti, Real Estate, dan Kontruksi 34,50
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 21,42
Keuangan 38,45
Perdagangan, Jasa, dan Investasi 38,49
Sumber: www.idx.co.id (diolah)
Grafik 1.1
Rerata DPR perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2012– 2018
Rerata DPR
44.42 43.73 46.45 44.34
42.52
39.42
35.62
Rata-Rata DPR
Sumber: Laporan Keuangan BEI (diolah)
Berdasarkan grafik 1.1 rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada tahun
2012 adalah 44.42%. Tahun 2013 dan 2014 turun sebesar 42,52% dan 35,62%.
Tahun 2015, 2016 dan 2017 rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) naik menjadi
39,42%, 43,73%, dan 46,45%. Kondisi tersebut turun pada 2018 sebesar 44,34%.
Naik turunnya nilai rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada gambar 1.1
15
regulasi pemerintah. Perusahaan mengatur sendiri kebijakan dividen yang akan
dibayarkan kepada investor. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, data yang
terkait dengan kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi dari
Tabel 1.2
Rerata Variabel Penelitian Pada Perusahaan Barang Konsumsi
Tahun 2012-2018
Tabel 1.2 terlihat fenomena gap pada industri barang konsumsi yaitu
16
menggunakan pendanaan yang lebih banyak maka akan mengurangi porsi
pembayaran dividen. Hal tersebut terjadi dana yang dimiliki perusahaan akan
Namun kondisi yang terjadi pada tahun 2012-2018 berfluktuatif. Pada tahun
2013-2014 ketika DER turun sebesar 0,03 kali diikuti oleh penurunan DPR
sebesar 6,9%. Selain itu terjadi pada tahun 2014-2015 ketika DER meningkat
sebesar 0,16 kali diikuti oleh peningkatan DPR sebesar 3,8% serta di tahun 2017-
2018 DER turun sebesar 0,05 kali diikuti oleh penurunan DPR sebesar 2,11%.
dari IO maka semakin baik terhadap perusahaan serta dapat mengurangi biaya-
biaya agensi, sehingga dividen yang dibayarkan dapat lebih rendah. Namun
DPR.
lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah. Terdapat
hal berbeda dengan kondisi di lapangan yaitu pada tahun 2014-2015 kondisi CR
17
turun sebesar 0,02 kali sedangkan DPR justru meningkat sebesar 3,8%. Selain itu
terjadi pada tahun 2017-2018 CR meningkat sebesar 0,03 kali sedangkan DPR
bahwa pada tahun 2013-2016 ketika ROA mengalami kenaikan pada tahun 2014
sebesar 0,78% DPR justru mengalami penurunan sebesar 6,9%. Selain itu pada
tahun 2014-2016 ROA mengalami penurunan sebesar 2,9% dan 0,25% sedangkan
terwujud.
dan menimbulkan adanya kesenjangan temuan atau research gap. Dari research
dependen belum dapat dipastikan pengaruhnya. Adapun research gap riset ini
sebagai berikut:
Tabel 1.3.
Research gap
No Reseach gap Peneliti Hasil
18
1. Adanya Taleb (2012) Positif signifikan
ketidaksesuaian hasil Gill, et al (2010)
riset tentang pengaruh
Aasia Asif, et al Negatif signifikan
Debt to Equity Ratio
(2010)
terhadap Dividend
Nerviana (2015)
Payout Ratio
Farahani dan Jhafari
(2013)
Mworia (2016)
3. Adanya Moradi et al (2012) Positif signifikan
ketidaksesuaian hasil Al – Nawaiseh (2013)
riset tentang pengaruh
Al Najjar (2016) Negatif signifikan
Institusional
Putri dan Nasir (2006)
Ownership terhadap
Dividend Payout Ratio
5. Adanya Wasike (2015) Positif signifikan
ketidaksesuaian hasil Ahmed (2015)
riset tentang pengaruh
Tariq (2015) Negatif signifikan
Current Ratio terhadap
Dividend Payout Ratio
7. Adanya Wasike (2015) Positif signifikan
ketidaksesuaian hasil N. Mohamed, et al
riset tentang pengaruh (2010)
Return On Asset
Andyni Yulfanis Negatif signifikan
terhadap Dividend
Aulia Masrifa (2012)
Payout Ratio
Sumber: Jurnal yang digunakan dalam penelitian
kesenjangan antara teori dan fenomena yang ada pada perusahaan di Indonesia
mengenai kebijakan dividen. Selain itu terdapat kesenjangan antara riset terdahulu
yang membahas tentang Dividend Payout Ratio. Untuk membatasi fokus riset ini
19
To Equity Ratio Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
variabel antara harapan riset dan kenyataan. Hubungan DER dengan DPR adalah
banyak maka akan mengurangi porsi pembayaran dividen. Namun kondisi yang
terjadi pada tahun 2012-2018 berbeda. Pada tahun 2013-2014 ketika DER turun
sebesar 0,03 kali diikuti oleh penurunan DPR sebesar 6,9%. Selain itu terjadi pada
tahun 2014-2015 ketika DER mengalami peningkatan sebesar 0,16 kali diikuti
oleh peningkatan DPR sebesar 3,8% dan di tahun 2017-2018 DER turun sebesar
0,05 kali diikuti oleh penurunan DPR sebesar 2,11%. ROA perusahaan memiliki
berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa pada tahun 2013-2016 ketika ROA
mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 0,78% DPR justru mengalami
penurunan sebesar 6,9%. Selain itu pada tahun 2014-2016 ROA mengalami
peningkatan sebesar 3,8% dan 4,31%. Hubungan positif antara CR dengan DPR
20
pembayaran dividen yang lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat
likuiditas yang rendah. Terdapat hal berbeda dengan kondisi di lapangan yaitu
pada tahun 2014-2015 kondisi CR turun sebesar 0,02 kali sedangkan DPR justru
meningkat sebesar 3,8%. Selain itu terjadi pada tahun 2017-2018 CR mengalami
peningkatan sebesar 0,03 kali sedangkan DPR justru menurun sebesar 2,11%. IO
Selain itu terdapat kesenjangan antara research gap yaitu perbedaan hasil
riset sebelumnya mengenai IO, CR, ROA, DER, dan DPR. Riset ini bertujuan
berpengaruh terhadap DPR disamping itu fenomena DPR selama 7 tahun terakhir
menunjukkan fluktuasi yang variatif. Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan
21
7. Apakah berpengaruh return on asset berpengaruh terhadap dividend payout
ratio?
9. Apakah debt equity ratio memediasi pengaruh atas current ratio terhadap
10. Apakah debt equity ratio memediasi pengaruh atas return on asset terhadap
dengan DPR pada perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar pada BEI tahun
ratio.
22
9. Menganalisis pengaruh debt equity ratio dalam memediasi current ratio
10. Menganalisis pengaruh debt equity ratio dalam memediasi return on asset
1. Manfaat Teoritis
Variabel yang digunakan dalam riset ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk riset yang akan datang. Selain itu diharapkan riset ini dapat dijadikan
bahan untuk melihat adakah pengaruh dari variabel tersebut untuk dijadikan
2. Manfaat Praktis
23
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
24
menjalankan perusahaan. Teori keagenan merupakan teori antara pemegang
saham dan manajer.
Manajer mengejar keuntungan mereka sendiri dengan mengambil
keputusan keuangan dan mengabaikan kepentingan pemegang saham, sedangkan
pemegang saham berharap dapat meningkatkan kesejahteraan (Horne &
Wachowicz, 2012). Konflik ini mengarah ke biaya agensi seperti biaya
monitoring dan biaya kebangkrutan. Teori keagenan menjelaskan kepemilikan
institusional, aset tangibility dan likuiditas dapat mempengaruhi keputusan terkait
dengan struktur modal dan kebijakan dividen. Penggunaan pembiayaan hutang
dan dividen yang dibagikan sebagai alat untuk mengatasi masalah keagenan.
Menurut Rozeff (1982), Easterbrook (1984) dan Bhaduri (2002)
mengemukakanvbahwa pembayaran dividen dan hutang berpengaruh pada
berkurangnya arus kas yang lebih bawah pada pengawasan manajemen sehingga
keduanya dapat digunakan untuk mengurangi biaya agensi. Pembayaran dividen
dapat mengurangi masalah keagenan melalui pengurangan kelebihan arus kas
dalam organisasi (Jensen, 1986). Pengurangan kelebihan arus kas membuat kas
berkurang untuk manajer dalam mengembangkan perusahaan.
25
(Ross, 1977). Selain itu ekuitas digunakan pada perusahaan yang memiliki nilai
perusahaan yang rendah. Kinerja perusahaan yang baik dapat lebih banyak
menggunakan hutang karena mampu membayar kembali kewajibannya. Menurut
Brigham Houston (2001), prospek perusahaan sebagai isyarat tindakan yang akan
diambil oleh investor. Perusahaan dengan kinerja yang baik akan menghindari
penjualan saham baru dan akan mencari sumber modal yang lain termasuk
penggunaan hutang, sebaliknya perusahaan dengan kinerja buruk akan cenderung
untuk menjual saham baru.
Sesuai penjelasan Teori Pecking Order oleh Myers & Majluf (1984),
menjelaskan jika dalam sebuah kegiatan bisnis ditemukan informasi asimetris,
perusahaan mengikuti perintah saat mengambil keputusan tentang pendanaan.
Terdapat urutan dalam mengambil keputusan pendanaan yaitu:
26
dengan financial distress dan flotation cost. Terdapat dua jenis sumber
permodalan pada teori ini yaitu dari internal dan eksternal. Teori ini menjelaskan
perusahaan yang menguntungkan akan menggunakan hutang yang lebih sedikit
karena perusahaan tersebut memerlukan permodalan eksternal yang sedikit.
Sedangkan perusahaan yang kurang menguntungkan akan menggunakan hutang
dalam jumlah banyak karena permodalan internal tidak mencukupi dan
menggunakan hutang sebagai sumber eksternal.
27
Teori trade off memberikan hubungan positif antara struktur modal dan
profitabilitas. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi
hanya sebatas titik tertentu, penggunaan hutang yang melebihi titik tersebut dapat
menyebabkan menurunkan nilai perusahaan. Makna dari teori trade off adalah
menyeimbangkan antara manfaat dan risiko pengunaan hutang. Apabila
penggunaan hutang menambah manfaat pada perusahaan, maka hutang akan
ditingkatkan tetapi apabila penggunaan hutang berdampak negatif bagi
perusahaan maka tambahan hutang tidak diperbolehkan.
Keputusan yang tepat diperlukan agar dapat menghasilkan dividen saat ini
dan memaksimalkan nilai perusahaan. Tingginya pembayaran dividen akan
meningkatkan dividend payout ratio. Semakin besar dividend payout ratio berarti
laba bersih setelah pajak perusahaan juga tinggi. Semakin tinggi dividend payout
ratio dapat memberi keuntungan bagi pemegang saham tetapi laba ditahan
semakin kecil dan mengakibatkan melemahnya manajemen. Sebaliknya dividend
payout ratio yang rendah merugikan pemegang saham dan laba ditahan akan
semakin naik. Menurut Riyanto (2001) kebijakan dividen sebagai berikut :
28
1) Kebijakan dividen yang stabil
Pembagian dividen kepada para pemilik saham rutin dilakukan walaupun
tingkat pendapatan dan keuntungan perusahaan bersifat fluktuatif walaupun
tetap melakukan pertimbangan terlebih dahulu.
2) Kebijakan dividen dengan jumlah dividen
Pada kebijakan ini, dividen yang dibagikan pada para pemegang saham akan
diberikan sesuai dengan kondisi perusahaan pada saat periode dividen akan
dibagikan. Jika sebuah perusahaan kondisi keuangannya dan tingkat
keuntungannya dianggap baik, maka akan mempengaruhi besaran dividen
yang dibagikan, tetapi apabila perusahaan mengalami kondisi yang buruk
maka perusahaan membagikan dividen sesuai dengan batas minimal
pembayaran dividen.
3) Penetapan dividend payout ratio yang konstan
Dividen yang diterima jumlahnya setiap tahun konstan, tidak peduli
bagaimana kondisi keuangan dan bagaimana kondisi kinerja perusahaan.
4) Kebijakan dividen yang dapat berubah-ubah
Kebijakan pembayaran dividen disesuaikan dengan keputusan perusahaan dan
jumlahnya berubah-ubah.
29
yang dimiliki dari aset perusahaan. Laba perusahaan diperoleh yang akan
dibagikan atau ditahan dipengaruhi oleh nilai perusahaan.
2) Teori Bird in The Hand
Bird in The Hand pertama kali dijelaskan oleh Gordon dan Lintner
menganggap bahwa nilai perusahaan berasal dari pembayaran dividen yang
tinggi. Investor dianggap akan lebih menghargai pendapatan yang diterima
dalam bentuk dividen, dibandingkan keuntungan dari modal yang
diinvestasikan. Gordon berpendapat bahwa nilai diskonto dari dividen masa
depan lebih tinggi dari nilai sekarang dari dividen yang belum pasti. Gordon
berpendapat bahwa dividen yang akan diterima di masa depan memiliki
banyak ketidakpastian dibandingkan dengan dividen dalam waktu dekat
karena pemegang saham akan lebih memilih kembali harga saham tertentu
yang lebih tinggi untuk mendapatkan dividen dibandingkan dengan
perusahaan yang membayar dividen yang lebih rendah.
Selain itu Gordon dan Lintner menjelaskan bahwa seorang investor, lebih
menyukai keuntungan dalam bentuk dividen dibandingkan dengan return,
karena sudah pasti pendapatannya. Pendapat Gordon dan Lintner yang
dinamakan the bird in the hand fallacy oleh Modigliani & Miller. Pendapat
ini menganggap bahwa investor memandang bahwa satu pendapatan yang
diterima saat ini dan sudah pasti lebih berharga daripada pendapatan yang
masih di udara yang belum pasti.
3) Teori Preferensi Pajak
Kebijakan teori ini menyimpulkan, bahwa investor lebih menyukai
pembagian dividen yang sedikit karena (1) Pembayaran dividen memiliki tarif
pajak yang tinggi sehingga investor lebih suka dana yang diinvestasikan
dikembalikan lagi ke perusahaan. (2) Keuntungan atas penanaman kembali
akan menghasilkan kenaikan harga saham. (3) Pajak atas keuntungan tidak
langsung dibayarkan, pajak tersebut dibayar ketika saham terjual karena
pembayaran pajak di masa mendatang akan mempunyai biaya yang lebih
efektif (4) apabila saham perusahaan dimiliki oleh orang yang sudah
meninggal, maka akan menyebabkan tidak ada pajak keuntungan modal.
30
Teori ini menyebabkan investor akan menyukai perusahaan yang menahan
tingkat labanya dibanding melakukan pembagian dividen.
31
sendiri. Hal ini menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih untuk membiayai
investasi baru pertama menggunakan laba ditahan yang tersedia, kemudian
menggunakan utang, dan akhirnya dengan menerbitkan saham baru. Struktur
modal perusahaan terdiri dari berbagai sumber, yang disajikan dalam ekuitas dan
kewajiban.
32
peralatan atau mesin. Pembayaran yang dijadwalkan untuk dana ini
memperpanjang selama periode lebih dari satu tahun (Kennedy, 2013). Ekuitas
perusahaan untuk memperoleh dana tanpa menimbulkan hutang. Ini berarti bahwa
dana yang diperoleh melalui ekuitas tidak perlu dibayar kembali pada waktu
tertentu.
33
jumlah hutang dengan jumlah ekuitas perusahaaan. Rasio keuangan DER ini dapat
dihitung dengan rumus (Husnan & Pudjiastuti, 2004):
total ekuitas
DER =
modal sendiri
34
sehingga dividen yang dibayarkan dapat lebih rendah. Begitu juga sebaliknya
semakin besar pembayaran dividen akan mengurangi biaya agensi sehingga
keberadaan investot institusi sebagai monitoring sudah tidak dibutuhkan lagi
(Putri & Nasir, 2006).
2.1.8 Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas
b. Pengukuran Likuiditas
35
Current Ratio (CR) sering digunakan dalam rasio likuiditas. Semakin
besar current ratio maka akan menambah aktiva lancar dan akan berpengaruh
pada profitabilitas. Current ratio merupakan kewajiban jangka pendek yang harus
dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditor, pembayaran kewajiban tersebut
dengan aset perusahaan yang segera dapat dicairkan (Rivai et al., 2013).
Banyaknya dana yang tidak dipakai oleh perusahaan maka current ratio terlalu
tinggi dan semakin rendah current ratio menunjukkan masalah yang terjadi
didalam perusahaan. Rumus current ratio sebagai berikut (Husnan & Pudjiastuti,
2004):
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Kewajibanlancar
2.1.9 Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
36
perusahaan memberikan dividen kepada para pemegangan saham yang tinggi
pula.
b. Pengukuran Profitabilitas
Rumus return on asset sebagai berikut:
Earning after tax
ROA =
Total Assets
Return on Asset (ROA) dinyatakan dan diukur berdasarkan perbandingan jumlah
pendapatan bersih dengan total aset. Return on Asset mendefinisikan efisiensi
pada aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Indikator tersebut
menjelaskan bagaimana menguntungkan suatu perusahaan dalam kaitannya
dengan total aset.
37
adalah fungsi dari margin keuntungan, pajak, dan rasio pasar. Temuan riset ini
adalah DER berpengaruh positif terhadap DPR.
38
Exchange in Pakistan”. Riset yang bertujuan untuk mengetahui factor penentu
struktur modal di perusahaan Minyak dan Gas tercatat di Bursa Efek Karachi
Pakistan periode 2006-2011. Variabel dependen (leverage) dan variabel
independen (Firm Size, Tangibility Aset, Profitabilitas, dan Pertumbuhan
Penjualan). Hasil riset bahwa peningkatan profitabilitas diiringi dengan
peningkatan leverage.
Yusuf, B., Onafalujo, A., Idowu, K., & Soyebo, Y. (2014) yang berjudul
“Capital structure and profitability of quoted firms: the Nigerian perspective
(2000-2011)”. Riset tentang struktur modal dan profitabilitas dari konglomerat,
barang-barang konsumen, dan perusahaan jasa keuangan tercatat di Bursa Efek
Nigeria. Terdiri dari ukuran sampel 120 digunakan untuk riset. Riset ini
merekomendasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang ingin memaksimalkan
kekayaan pemegang saham harus meningkatkan leverage sementara perusahaan
yang memastikan kinerja pemangku kepentingan harus meningkatkan aset.
Leverage dan aset perusahaan dianggap sebagai struktur modal yang baik bagi
perusahaan.
39
Masnoon, M., & Saeed, A. (2014) yang berjudul “Capital Structure
Determinants of KSE Listed Automobile Companies”. Riset ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang menentukan struktur modal di di sektor otomotif Pakistan
selama lima tahun (2008-2012). Hal ini ditemukan bahwa struktur modal
memiliki korelasi negatif dengan profitabilitas, likuiditas, ukuran dan aset
berwujud, sementara itu berkorelasi positif dengan earning volatility.
Jahanzeb, A., & Bajuri, N. H. (2014) yang berjudul “Human Capital and
Determinants of Capital Structure: Empirical Evidence from Pakistan”. Tujuan
riset untuk menguji hubungan faktor penentu struktur modal dan leverage.
Analisis terdiri dari 176 perusahaan di Pakistan non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Karachi tahun 2003-2012. Terdapat hubungan yang signifikan negatif
antara profitability, liquidity terhadap leverage.
Šarlija, N., & Harc, M. (2012) yang berjudul “The impact of liquidity on
the capital structure: a case study of Croatian firms”. Riset ini bertujuan untuk
menyelidiki dampak likuiditas pada struktur modal perusahaan di Kroasia. Survei
telah dilakukan pada sampel 1058 perusahaan di Kroasia. Ada statistik korelasi
yang signifikan antara rasio likuiditas dan rasio leverage. Temuan riset
menunjukkan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage.
Peningkatan tingkat persediaan mengarah ke peningkatan leverage. Selain itu,
peningkatan kas aktiva lancar mengakibatkan penurunan leverage jangka pendek
dan leverage jangka panjang.
Al Ajmi et al. (2009) yang berjudul “Decisions on capital structure in a
Zakat environment with prohibition of Riba: The case of Saudi Arabia”. Tujuan
dari makalah ini adalah untuk menilai dan menjelaskan leverage pada perusahaan
Saudi (53 perusahaan) selama periode 2003-2007. Hasil riset menunjukkan bahwa
struktur modal suatu perusahaan secara positif dipengaruhi kepemilikan
institusional.
Huang & Song (2006) yang berjudul “The determinants of capital
structure: Evidence from China”. Makalah ini menggunakan data lebih dari 1200
perusahaan di China pada tahun 1994-2003. Hasil riset ini adalah kepemilikan
negara atau kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
40
struktur modal dan perusahaan China mempertimbangkan efek pajak dalam
pembiayaan utang jangka panjang. Berbeda dengan di negara-negara lain,
perusahaan China cenderung memiliki utang jangka panjang jauh lebih rendah.
Nuraina (2012) yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)”. Hasil riset menunjukkan
adanya pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
Andyni Yulfanis Aulia Masrifa (2012) yang berjudul “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan, Dengan Dividend Payout
Ratio Sebagai Variabel Intervening Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010”. Riset pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia pada 2006-2010. Temuan riset
menunjukkan adanya pengaruh negatif ROA terhadap DPR.
Wasike, Titus W. (2015) yang berjudul “Determinants of Dividend Policy
in Kenya”. Riset ini berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan menyelidiki
faktor-faktor penentu kebijakan dividen di Kenya. Menggunakan regresi panel
teknik untuk menganalisis 60 data perusahaan yang terdaftar di Bursa Nairobi
(NSE) tahun 2004-2014. Hasil riset ini adanya hubungan positif antara kebijakan
dividen dan profitabilitas. Selian itu terdapat hubungan positif antara likuiditas
dan kebijakan dividen.
Mohamed, N et al (2010) yang berjudul “Empirical Analysis of
Determinants of Dividend Payment: Profitability and Liquidity”. Menganalisis
faktor penentu pembayaran dividen pada 200 perusahaan yang terdaftar di pasar
saham Malaysia. Temuan riset ini menegaskan fakta bahwa profitabilitas dan
likuiditas adalah penentu penting dari pembayaran dividen.
Ahmed (2015) yang berjudul “Liquidity, Profitability and the Dividends
Payout Policy”. Studi ini menganalisis data dari 18 dari 24 bank nasional UEA
selama periode 2005-2012. Dividen payout ratio dianalisis dalam kaitannya
dengan likuiditas dan profitabilitas. Temuan utama adalah bahwa rasio
41
pembayaran dividen signifikan positif dengan likuiditas tetapi korelasi negatif dan
tidak signifikan dengan profitabilitas.
Al-Nawaiseh, M. (2013) “Dividend policy and ownership structure: an
applied study on industrial companies in Amman Stock Exchange”. Sampel riset
terdiri 62 perusahaan industri yang terdaftar di ASE dari tahun 2000-2006. Dalam
rangka untuk mencapai tujuan riset, setiap tahunnya dividen dan laporan tahunan
dipublikasi perusahaan yang diselenggarakan oleh ASE. Hasil riset adalah
institution berpengaruh signifikan positif terhadap dividend policy.
Al-Najjar, B., Al-Najjar, B., Kilincarslan, E., & Kilincarslan, E. (2016)
yang berjudul “The effect of ownership structure on dividend policy: Evidence
from Turkey”. Tujuan riset ini untuk mengetahui hubungan kepemilikan terhadap
kebijakan dividen perusahaan di Turki. Riset tersebut untuk mengetahui pengaruh
kepemilikan (keluarga), blockholders non-keluarga (investor asing, lembaga
keuangan domestik dan negara), dan pemegang saham minoritas terhadap
keputusan dividen pada periode 2003. Temuan riset ini adalah peningkatan
institutional ownership cenderung menurunkan dividend payout ratio.
42
study” Profitability terhadap Dividend
Size payout
Taleb (2012) Risk c. Growth, Size, Risk, RE
RE / BVE / BE tidak
berpengaruh terhadap
Dividend payout
2. “Determinants Variabel Dependen: a. Profitability, Cash
of dividend Dividend Payout Ratio flow, Corporate tax,
payout ratios: (DPR) Market to book value,
evidence from Debt to Equity ratio
United States” Variabel Independen: berpengaruh positif
Profitability terhadap Dividend
Gill, A., Biger, Cash flow Payout Ratio
N., & Tibrewala, Corporate tax b. Sales growth
R. (2010) Sales growth berpengaruh negatif
Market to book value terhadap Dividend
Debt to Equity Ratio Payout Ratio
3. “Impact of Variabel dependen: a. Debt ratio
financial Dividend berpengaruh negatif
leverage on terhadap Dividend
dividend policy: Variabel Independen: b. Dividend Yield,
Empirical Dividend Yield Change in Earning
evidence from Debt Ratio berpengaruh positif
Karachi Stock Change in Earning terhadap Dividend
Exchange-listed
Companies”
Aasia Asif, et al.
(2010)
4. “The effect of Variabel dependen: a. DER berpengaruh
financial ratios Dividend Payout ratio negatif signifikan
and company (DPR) terhadap DPR
size on dividend b. ROE dan PER
policy” Variabel Independen: berpengaruh positif
Current Ratio (CR) signifikan terhadap
Nerviana, R. Debt to Equity Ratio DPR
(2016) (DER) c. CR, TATO, Sales on
Total Asset Turnover Growth, Size tidak
(TATO) berpengaruh signifikan
Return on Equity terhadap DPR
(ROE)
Sales on Growth
Price Earning Ratio
(PER)
Size
43
5. “Impact of Variabel dependen: a. Debt ratio tidak
Financial Dividend signifikan terhadap
Leverage on Dividend
Dividend Policy Variabel Independen: b. Dividend Yield
at Tehran Stock Dividend Yield berpengaruh positif
Exchange: A Debt Ratio terhadap Dividend
Case Study in Change in Earning c. Change in Earning
Food Industry” berpengaruh positif
terhadap Dividend
Farahani &
Jhafari (2013)
6. “The Variabel dependen: Terdapat hubungan
Relationship Dividend Payout Ratio signifikan negatif antara
Between leverage dengan
Financial Variabel Independen: pembayaran dividen.
Leverage And Leverage
Dividend Pay
Out Ratio Of
Firms Listed at
The Nairobi
Securities
Exchange”
Mworia (2016)
7. “The Variabel Dependen: a. Growth berpengaruh
Determination of Leverage negatif terhadap
Capital Variabel Independen: Leverage
Structure of Oil Growth b. Size, Tangibility,
and Gas Firms Size Profitability
Listed on Tangibility berpengaruh positif
Karachi Stock Firm profitability terhadap Leverage
Exchange in
Pakistan”
Saleem Faiza.,
Bisma Rafique.,
et al. (2013)
8. “Capital Variabel Dependen: a. ROA tidak
structure and Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan
profitability of (DER) terhadap DER
quoted firms: the Debt to Asset Ratio b. ROA, ROE tidak
nigerian (DAR) berpengaruh signifikan
perspective” terhadap DAR
(2000-2011). Variabel Independen: c. ROE berpengaruh
signifikan terhadap
44
Return On Asset (ROA) DER
Yusuf, B., Return On Equity
Onafalujo, A., (ROE)
Idowu, K., &
Soyebo, Y.
(2014)
9. “The Variabel Dependen: a. Growth, age, size,
determinants of Leverage liquidity, asset
capital tangibility dan type of
structure: Variabel Independen: firm berpengaruh
Empirical Growth positif signifikan
evidence from Dividen Policy terhadap Leverage
Kuwait” Firm Age b. Profitability
Liquidity berpengaruh negatif
Gharaibeh, A. Ownership Structure signifikan terhadap
M. (2015) Profitability Leverage
Size c. Dividend, Ownership
Asset Tangibility Structure dan Risk
Type tidak berpengaruh
Risk signifikan terhadap
Leverage
10. “The Variabel Dependen: Profitability, Tangibility,
determinants of Leverage Growth, Size, Liquidity
leverage of listed tidak berpengaruh
companies” Variabel Independen: signifikan terhadap
Profitability Leverage
Alkhatib, K. Tangibility
(2012) Growth
Size
Liquidity
11. “Liquidity and Variabel Dependen: a. CR, QR, dan LR
Capital Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan
Structure: (DER) terhadap DER
Special
Reference to Sri Variabel Independen:
Lanka Telecom Current Ratio (CR)
Plc” Quick Ratio (QR)
Liquidity Ratio (LR)
Rajendran,
Kajananthan &
Achchuthan,
Sivapalan (2013)
12. “Capital Variabel Dependen: a. Profitability, CR,
Structure Debt to Equity Ratio Tangibility, Size
45
Determinants of (DER) berpengaruh negatif
KSE Listed terhadap DER
Automobile Variabel Independen: b. Earning Volatility
Companies” Profitability berpengaruh positif
Current Ratio (CR) terhadap DER
Masnoon, M., & Tangibility
Saeed, A. (2014) Size
Earning Volatility
13. “Human Capital Variabel Dependen: a. Tangibility,
and Leverage profitability, non-debt
Determinants of tax shield, Liquidity,
Capital Variabel Independen: Human capital
Structure: Size berpengaruh negatif
Empirical Tangibility signifikan terhadap
Evidence from Profitability Leverage
Pakistan” Growth b. Variabel size, growth,
NDTS of a Firm risk tidak berpengaruh
Jahanzeb, A., & Risk of a Firm signifikan terhadap
Bajuri, N. H. Liquidity Leverage
(2014) Human Capital of a
Firm
14. “The impact of Variabel Dependen: Liquidity berpengaruh
liquidity on the Leverage (Debt to negatif signifikan terhadap
capital Equity Ratio) Leverage
structure: a case
study of Variabel Independen:
Croatian firms” Liquidity (Current,
Ratio, Quick Ratio,
Šarlija, N., & Cash Ratio)
Harc, M. (2012)
15. “Decisions on Variabel dependen: a. Profitabilitas, ukuran,
capital structure Debt Ratio peluang pertumbuhan,
in a Zakat dan kepemilikan
environment Variabel independen institusional
with prohibition
Profitability berpengaruh positif
of riba : The Growth terhadap struktur
case of Saudi Government modal.
Arabia” Family b. Tangibility,
Risk kepemilikan
Al Ajmi et al. Dividend payment pemerintah,
(2009) Institusional kepemilikan keluarga,
Ownership (Inst) risiko bisnis,
Size pembayaran dividen,
Aset Tangibility dan likuiditas
46
Liquidity (CR) berpengaruh negatif
terhadap struktur
modal.
16. “The Variabel dependen: a. Kepemilikan
determinants of Debt Ratio institusional tidak
capital berpengaruh signifikan
structure: Variabel independen: terhadap struktur
Evidence fromProfitability (ROA) modal
China” Growth
Institusional
Huang & Song Ownership (Inst)
(2006) Size
Aset Tangibility
Tax
Non – Debt Tax Shields
(NDTS)
Volatility
Managerial Ownership
17. “Pengaruh Variabel Dependen: a. Kepemilikan
Kepemilikan Kebijakan Hutang institusional
Institusional dan (DER) berpengaruh signifikan
Ukuran Nilai Perusahaan terhadap nilai
Perusahaan (PBV) perusahaan.
Terhadap b. Ukuran perusahaan
Kebijakan Variabel Independen: berpengaruh signifikan
Hutang dan Nilai Kepemilikan terhadap nilai
Perusahaan Institusional perusahaan.
(Studi Pada Ukuran Perusahaan c. Kepemilikan
Perusahaan institusional
Manufaktur berpengaruh signifikan
Yang Terdaftar terhadap kebijakan
Di BEI)” hutang perusahaan
d. Ukuran perusahaan
Nuraina (2012) tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
perusahaan.
18. “Determinants Variabel Dependen: a. Profitability, Cash
of Dividend Dividend policy Flow, Tax berpengaruh
Policy in positif terhadap
Kenya” Variabel Independen: Dividend policy
Profitability b. Risk, Institutional
Risk Ownership, Growth
Wasike (2015) Cash Flow berpengaruh negatif
Tax terhadap Dividend
47
Institutional policy
Ownership
Growth
19. “Empirical Variabel Dependen Terdapat pengaruh
Analysis of Dividend policy signifikan positif antara
Determinants of profitabilitas dan
Dividend Variabel Independen: likuiditas terhadap
Payment: Profitability kebijakan dividen
Profitability and liquidity
Liquidity”
Mohamed, et al.
(2010)
20. “Pengaruh Variabel Dependen: a. Firm size, ROA
Karakteristik Price Book Value berpengaruh negatif
Perusahaan (PBV) terhadap DPR
Terhadap Nilai b. Sales growth,
Perusahaan, Variabel Mediasi: Leverage
Dengan Dividend Payout Ratio berpengaruh positif
Dividend Payout (DPR) terhadap DPR
Ratio Sebagai c. Firm size, ROA,
Variabel Variabel Independen: Leverage, DPR
Intervening Return On Asset (ROA) berpengaruh positif
Perusahaan Leverage terhadap PBV
Manufaktur Sales growth d. Sales growth
Yang Terdaftar Firm Size berpengaruh negatif
Pada Bursa Efek terhadap PBV
Indonesia
Periode 2006-
2010”
Andyni Yulfanis
& Aulia Masrifa
(2012)
21. “Liquidity, Variabel Dependen: a. Profitability tidak
Profitability and Dividend Payout Ratio berpengaruh
the Dividends (DPR) signifikan terhadap
Payout Policy” Dividend Payout
Variabel Independen: Ratio
Ahmed (2015) Profitability b. Liquidity berpengaruh
liquidity signifikan terhadap
Dividend Payout
Ratio
22. “Dividend Variabel Dependen: a. Leverage, Family,
48
policy and Multiple Ownership,
ownership Dividend Policy Stockholder, Insider
structure: an berpengaruh
applied study onVariabel Independen: signifikan negatif
industrial Leverage terhadap Dividend
companies inProfitability Policy
Amman StockFirm size b. Profitability, Firm
Exchange” Family size, Institution,
Multiple Ownership Foreigner
Al-Nawaiseh, M. Institution berpengaruh
(2013). Stockholder signifikan positif
Insider terhadap Dividend
Foreigner Policy
23. “Analisis Variabel Endogen: a. Institusional
Persamaan Manajerial Ownership ownership tidak
Simultan Institutional Ownership berpengaruh
Kepemilikan Risk signifikan terhadap
Manajerial, Debt DER
Kepemilikan Dividend Payout Ratio b. Institusional
Institusional, ownership
Risiko, Variabel Eksogen : berpengaruh
Kebijakan Free Cash Flow signifikan negatif
Hutang Dan IOS terhadap DPR
Kebijakan Profit c. DER tidak
Dividen Dalam Fix Asset berpengaruh
Perspektif Teori Size signifikan terhadap
Keagenan” VAL DPR
INV
Putri & Nasir
(2006)
Sumber: Jurnal yang digunakan dalam penelitian (diolah)
49
yang dilakukan Nerviana (2015), Farahani dan Jhafari (2013) dan Mworia (2016)
berpendapat bahwa terdapat pengaruh negatif antara DER terhadap DPR.
Berdasarkan temuan riset tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
50
Hipotesis 2: Adanya pengaruh positif anatara Institusional Ownership terhadap
Debt to Equity Ratio
51
Menurut Myers (1984) menyatakan pecking order theory disebut juga teori
asimetri informasi yang menganggap profitabilitas yang tinggi pada perusahaan
dapat berpengaruh pada hutang yang rendah. Teori ini menunjukkan profitabilitas
merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan saat merancang struktur modal
dan kebijakan dividen. Teori tersebut menjelaskan bahwa adanya pengaruh
negatif antara profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Sesuai riset Yusuf, B
(2014), menyatakan bahwa adanya pengaruh negatif antara ROA terhadap DER.
52
Pembayaran dividen dan kepemilikan institusional memiliki faktor
substitusi. Semakin besar pengawasan dari institusional ownership maka semakin
baik terhadap perusahaan serta dapat mengurangi biaya-biaya agensi, sehingga
dividen yang dibayarkan dapat lebih rendah. Begitu juga sebaliknya semakin
besar pembayaran dividen akan mengurangi biaya agensi sehingga keberadaan
investor institusi sebagai monitoring sudah tidak dibutuhkan lagi. (Putri dan Nasir,
2006). Selain itu sesuai dengan teori preferensi pajak, pemegang saham lebih
menyukai pembagian dividen yang sedikit karena (1) Pembayaran dividen
memiliki tarif pajak yang tinggi sehingga investor lebih suka dana yang
diinvestasikan dikembalikan lagi ke perusahaan. (2) Keuntungan atas penanaman
kembali akan menghasilkan kenaikan harga saham. (3) Pajak atas keuntungan
tidak langsung dibayarkan, pajak tersebut dibayar ketika saham terjual karena
pembayaran pajak di masa mendatang akan mempunyai biaya yang lebih efektif.
Teori ini menyebabkan investor akan menyukai perusahaan yang menahan
tingkat labanya dibanding melakukan pembagian dividen (Lucyanda, J, 2012).
Hasil riset Al Najjar (2016) serta Putri dan Nasir (2006) menjelaskan adanya
pengaruh negatif signifikan antara IO terhadap DPR. Berdasarkan temuan riset
tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 5: Adanya pengaruh negatif antara Institusional Ownership terhadap
Dividend Payout Ratio
53
Teori bird in hand oleh Miller dan Modigliani (1961) menjelaskan bahwa
investor lebih memilih mendapatkan dividen daripada laba ditahan yang
diinvestasikan perusahaan di masa depan. Investor menganggap dividen yang
diterima saat ini lebih berharga dan pasti daripada pendapatan di masa depan yang
belum pasti. Perusahaan dengan pengelolaan likuiditas yang efektif cenderung
untuk meningkatkan pembayaran dividen dari waktu ke waktu. Sehingga
tingginya CR berpengaruh positif pada tingginya DPR. Riset Wasike (2015)
menjelaskan adanya pengaruh positif antara arus kas terhadap kebijakan dividen.
Likuiditas atau arus kas merupakan faktor penentu penting dari kebijakan dividen.
Apabila pembayaran dividen lebih maka pasar akan melihat sebagai sinyal
positif tetapi sebaliknya apabila pembayaran dividen lebih kecil maka pasar akan
54
melihat sebagai sinyal negatif. Riset Tariq (2015) menjelaskan bahwa dalam teori
sinyal menjelaskan tentang profitabilitas dan kebijakan dividen sebagai ukuran
kesehatan keuangan perusahaan. Riset Wasike (2015) menyatakan adanya
pengaruh positif antara ROA terhadap DPR. Dengan semakin besarnya jumlah
keuntungan atau tingkat profitabilitas perusahaan akan memperbesar dividen yang
dibagi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan membayar dividen yang besar, maka
akan menimbulkan penilaian yang baik bagi perusahaan dimata investor. Selain
itu hasil riset Mohamed, et al (2010) menjelaskan hubungan positif antara ROA
terhadap DPR Berdasarkan temuan riset tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
Hasil riset Al Ajmi, et al (2009), Huang & Song (2006), Putri dan Nasir
(2006) dan Nuraina (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh positif IO
terhadap DER. Dalam riset Al Ajmi, et al (2009) menjelaskan bahwa leverage dan
kepemilikan isntitusional sebagai alat pemantau kinerja manajemen. Monitoring
yang ketat akan mendorong institusi untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya
55
di perusahaan tersebut. Dalam riset Aasia Asif, et al (2010) menjelaskan adanya
pengaruh negatif antara DER terhadap DPR. Perusahaan yang memiliki
institusional ownership yang tinggi maka akan meghadapi masalah agensi yang
lebih rendah sehingga dapat berpengaruh terhadap pembayaran dividen kepada
investor. Hasil riset Al Najjar (2016) serta Putri dan Nasir (2006) menjelaskan
adanya pengaruh negatif signifikan antara IO terhadap DPR. Berdasarkan temuan
riset tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
56
Hipotesis 9: Debt to Equity Ratio berperan sebagai mediasi Current Ratio
terhadap Dividend Payout Ratio
57
mengurangi nilai pasar perusahaan. Menurut teori sinyal profitabilitas perusahaan
adalah ukuran kapasitas untuk membayar dividen. Profitabilitas meningkat
cenderung meningkatkan pembagian dividen perusahaan. Hasil riset N. Mohamed,
et al (2010) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara ROA terhadap
DPR. Berdasarkan temuan riset tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 10: Debt to Equity Ratio berperan sebagai mediasi Return On Asset
terhadap Dividend Payout Ratio
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
3.
H5 (-)
Institusional
Ownership
H2
(+)
H3 (-) H1 (-)
Debt to Equity Dividend Payout
Current Ratio Ratio
Ratio
H4 (-)
Return On Asset
H7 (+)
H6 (+)
58
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan jenis datanya, data kuantitatif digunakan pada riset ini, yaitu
Sesuai dengan sumber datanya, riset ini menggunakan data sekunder. Data
konsumsi yang telah tercatat pada situs www.idx.co.id. Data ini merupakan data
59
Menurut Arikunto (2006), populasi merupakan keseluruhan objek dalam
tahun 2012-2018 merupakan populasi dalam studi ini. Sesuai data yang tercatat di
periode 2012-2018:
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang listing di BEI Periode 2012-2018
No Kode Nama Perusahaan
1. ADES PT. Akasha Wira International Tbk
2. AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3. ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk
4. BTEK PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
5. BUDI PT Budi Starch & Sweetener Tbk
6. CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
7. DLTA PT Delta Djakarta Tbk
8. DVLA PT Darya Varia Labiratoria Tbk
9. GGRM PT Gudang Garam Tbk
10. HMSP PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk
11. ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
12. IIKP PT Inti Agri Resources Tbk
13. INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
14. INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
15. KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
16. KICI PT Kedaung Indah Can Tbk
17. KLBF PT Kalbe Farma Tbk
18. LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk
19. MBTO PT Martina Berto Tbk
20. MERK PT Merek Tbk
21. MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
22. MRAT PT Mustika Ratu Tbk
23. MYOR PT Mayora Indah Tbk
24. PEHA PT Phapros Tbk
25. PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk
26. PYFA PT Pyridam Farma Tbk
27. RMBA PT Bentoel International Investasma Tbk
28. ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk
29. SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
60
30. SKBM PT Sekar Bumi Tbk
31. SKLT PT Sekar Laut Tbk
32. STTP PT Siantar Top Tbk
33. TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
34. TCID PT Mandom Indonesia Tbk
35. TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
36. ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
37. UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
38. WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk
Sumber: www.idx.go.id
Tabel 3.2
Seleksi Sampel Studi
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan barang konsumsi yang tercatat di BEI dari 2012-2018. 38
2. Perusahaan menyediakan data-data secara lengkap selama periode 21
2012-2018.
Jumlah sampel perusahaan 21
Sumber : Data Annual report 2018, diolah
yaitu:
Tabel 3.3
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1. CEKA Wilmar Cahaya Indonesia
2. DLTA Delta Djakarta
61
3. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur
4. INDF Indofood Sukses Makmur
5. MLBI Multi Bintang Indonesia
6. MYOR Mayora Indah
7. ROTI Nippon Indosari Corporindo
8. SKLT Sekar Laut
9. ULTJ Ultrajaya Milk Industry
10. GGRM Gudang Garam
11. HMSP Handjaya Mandala Sampoerna
12. PEHA Phapros
13. DVLA Darya Varia Labiratoria
14. KAEF Kimia Farma (Persero)
15. KLBF Kalbe Farma
16. MERK Merck
17. TSPC Tempo Scan Pacific
18. TCID Mandom Indonesia
19. UNVR Unilever Indonesia
20. WIIM Wismilak Inti Makmur
21. MRAT Mustika Ratu
Sumber: www.idx.go.id, diolah
Data yang diteliti pada studi ini dilakukan melalui metode observasi, yakni
yang digunakan studi ini adalah variabel dependen, independen, dan intervening.
Return on Asset. Variabel dependen nya adalah Dividend Payout Ratio. Penelitian
62
ini menggunakan variabel mediasi, yakni Debt to Equity Ratio. Definisi
variabel lain yang tidak bebas. Variabel ini disebut juga variabel bebas, stimulus,
atau prediktor.
proporsi saham yang dimiliki oleh institusi atau perusahaan yang masih
yang dilakukan oleh pemilik akan semakin efektif serta efisien, sebab
b. Current Ratio ( CR )
63
kewajiban jangka pendek nya. Menurut Harahap (2002), CR mencerminkan
Aset Lancar
CR =
Hutang Lancar
Current Ratio diambil langsung dari annual report pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Aset lancar adalah banyaknya aset yang dimiliki
tujuan mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin
Return On Asset diambil langsung dari annual report pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Rasio ini diukur dari laba bersih setelah pajak
64
terhadap total investasi yang merupakan penggunaan investasi perusahaan
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel mediasi nya adalah Debt to Equity
modal sendiri perusahaan guna membayar hutang. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus :
total debt
DER =
total equity
Debt to Equity Ratio diambil langsung dari annual report pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Total hutang adalah besarnya total hutang yang dimiliki
perusahaan, sedangkan Total ekuitas adalah besarnya modal sendiri yang dimiliki
oleh perusahaan.
variabel bebas atau independen dalam suatu penelitian. Variabel dependen nya
65
adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Rasio ini merupakan ukuran untuk
kebijakan dividen Menurut Darmadji (2001), dividen adalah pembagian sisa laba
dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk
Dividend Payout Ratio diambil langsung dari annual report pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Dividend per share adalah jumlah dividen yang
dibayarkan dibagi dengan saham yang beredar, sedangkan earning per share
Tabel 3.4
Definisi Operasional Variabel
66
kewajiban lancar atau (Harahap, 2002)
kewajiban jangka
pendeknya.
Program IBM SPSS versi 22 merupakan alat analisis dalam penelitian ini
institusional, Current Ratio, dan Return On Asset sebagai variabel bebas terhadap
Dividend Payout Ratio sebagai variabel terikat dengan Debt to Equity Ratio
berganda.
67
Untuk mengetahui pengaruh dari Institutional Ownership,Current Ratio
dan Return On Asset yang baik terhadap Dividend Payout Ratio dan melihat
Model 1:
Model 2
Keterangan :
IO : Institutional Ownership
CR : Current Ratio
α : Konstanta
ε : Variabel residual
68
Variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal atau tidak pada model
regresi dilakukan dapat menggunakan uji normalitas (Ghozali, 2013). Uji t dan uji
Pengambilan kesimpulan dalam uji statistik S-K test adalah sebagai berikut :
dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi (Ghozali, 2013). Dalam
Jika nilai tolerance > 10 % dan nilai VIF < 10, maka terbebasnya
multikolinearitas
69
Jika nilai tolerance < 10 % dan nilai VIF > 10, maka terjadi
multikolinearitas
dari residual semua pengamatan dalam model regresi yang digunakan (Ghozali,
2013). Model regresi yang baik seharusnya adalah yang homoskedastisitas atau
memiliki variance yang tetap dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
Kesimpulan :
heteroskedastisitas).
heteroskedastisitas).
70
Uji autokorelasi diterapkan untuk mengetahui keberadaan korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode kini (t) dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya (t-1) dalam suatu model regresi (Ghozali, 2013). Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam data penelitian ini akan digunakan
uji Lagrange Multiplier atau Breuch-Godfrey. Uji statistik ini sesuai untuk
diterapkan pada jumlah observasi yang besar yaitu di atas 100 (Ghozali, 2013).
H1 : Terjadi autokorelasi
b. Apabila nilai p-value > tingkat signifikansi (α = 5%), makaH0 diterima dan
fit) model penelitian. Nilai koefisien ini memiliki kisaran antara 0 hingga 1 (0 <
R² <1). Jika nilai R² semakin besar nilai maka kemampuan model penelitian untuk
independen adalah semakin baik. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai R² maka
71
model regresi yang digunakan semakin baik/ sesuai dengan tujuan penelitian.
Namun demikian, R² ini dapat bias berkaitan dengan jumlah variabel independen
berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel independen. Oleh karena itu,
penelitian.
ini akan dilakukan menggunakan Uji Statistik t, Uji Statistik F dan uji mediasi
3.
3.5.2
3.5.3
(Ghozali, 2013). Cara untuk melakukan Uji Satistik t dalam penelitian ini yaitu
Jika nilai t hitung > daripada t tabel, sehingga variabel dependen dapat
itu, untuk mengetahui hasi Uji Statistik t juga dapat dilakukan dengan melihat
72
nilai probabilitas (Sig.) yang dihasilkan output SPSS. Jika nilai probabilitas lebih
kecil dari tingkat kesalahan yang diterima (dalam hal ini 5%), sehingga variabel
sebagian.
(Ghozali, 2013) dilakukan dengan uji statistik F. Pengujian ini diaplikasikan guna
sebagai berikut (Gujarati, 2009). Adapun cara mengambil kesimpulan terkait Uji
Jika nilai F hitung > F tabel, maka model regresi akan lolos.
b) Melihat nilai probabilitas (Sig.) yang dihasilkan output uji statistik F. Jika
nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yang diterima (dalam hal
73
oleh variabel capital structure (DER). Tes sobel dilakukan untuk menguji
hipotesis mediasi yakni menguji seberapa besar pengaruh tidak langsung variabel
74