Oleh :
Febriani L. Paledung 17061102276
Inry Margaretha 17061102280
Olifia V. Antula 17061102299
7/B5
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
2.1 Kajian Teori.............................................................................................................9
2.1.1. Rasio Profabilitas...........................................................................................9
2.1.2 .Net Profit Margin...........................................................................................9
2.1.2.1 Pengertian Net Profit Margin.............................................................9
2.1.2.2 Analisis Penilaian Net Profit Margin................................................10
2.1.2.3 Perhitungan Net Profit Margin.........................................................11
2.1.3. Earning Per Share (EPS)..............................................................................11
2.1.3.1 Pengertian Earning Per Share...........................................................11
2.1.3.2 Analisis Penilaian Earning Per Share...............................................12
2.1.3.3 Perhitungan Earning Per Share ........................................................12
2.1.4. Return on Assets (ROA)..............................................................................13
2.1.4.1 Pengertian Return on Assets............................................................13
2.1.4.2 Analisis Penilaian Return on Assets................................................14
2.1.4.3 Perhitungan Return on Assets..........................................................14
2.1.5 Harga Saham.................................................................................................15
2.1.5.1 Pengertian Harga Saham..................................................................15
2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham...........................15
2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................................17
2.3...........................................................................................Hubungan Antar Variabel 18
2.4....................................................................................................Kerangka Pemikiran 19
2.5...................................................................................................Perumusan Hipotesis 20
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................21
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................................21
2
3.2 Populasi dan Sampel..............................................................................................21
3.2.1 Populasi.........................................................................................................21
3.2.2 Sampel...........................................................................................................21
3.3 Data dan Sumber Data...........................................................................................21
3.4 Metode Pengumpulan Data....................................................................................22
3.5 Metode Analisis.....................................................................................................22
3.6 Defenisi Operasional Variabel...............................................................................24
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ......................................................27
4.1...............................................................................Deskripsi Data dan Pembahasan
............................................................................................................................. 27
4.2.....................................................................................................Hasil Uji Statistik
..............................................................................................................................29
4.3.............................................................................................................Pembahasan
..............................................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal pada saat ini merupakan tempat yang sangat tepat bagi perusahaan
untuk mencari dana segar dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Perusahaan mendapatkan dana segar
tersebut dengan cara menerbitkan dan menjual saham ke pasar modal. Setelah saham
diterbitkan, investor dapat menginvestasikan dana kepada perusahaan dengan cara
membeli saham perusahaan dan dana tersebut dapat untuk digunakan bagi kepentingan
perusahaan dan investor.
Investasi pada pasar modal adalah suatu bentuk penanaman modal yang
dilakukan oleh investor untuk menyalurkan sejumlah dana pada suatu entitas (badan
usaha) dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Berinvestasi dalam
bentuk saham di pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi yang
menjanjikan, akan tetapi tentunya juga ada berbagai macam resiko yang akan dihadapi
oleh investor jika berinvestasi di pasar modal. Keuntungan dalam berinvestasi berupa
selisih harga saham (capital gain) maupun resiko kerugian selisih harga saham (capital
loss) dapat terjadi kerena adanya fluktuasi harga saham yang disebabkan oleh
permintaan dan penawaran yang terjadi antar investor di pasar bursa (Wibowo, 2015).
Oleh karena hal itu, untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh berinvestasi di
pasar modal para investor harus terlebih dahulu mempertimbangkan informasi-
informasi yang ada sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
Sebelum investor memutuskan untuk berinvestasi dengan membeli saham
suatu perusahaan di pasar modal, tentunya investor akan terlebih dahulu menganalisis
dan menilai kinerja dari perusahaan. Salah satu cara untuk mengukur kinerja dari
sebuah perusahaan dapat dilakukan dengan cara melihat harga saham dari perusahaan
tersebut. Fluktuasi yang terjadi atas harga saham mencerminkan tingkat kinerja dari
sebuah perusahaan atau emiten. Harga saham yang diperdagangkan di pasar modal
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, contohnya
kinerja keuangan, kinerja manajemen, kondisi perusahaan, dan prospek perusahaan.
4
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar perusahaan, contohnya informasi ekonomi, politik dan kondisi pasar. Salah
satu cara menilai kinerja keuangan dari perusahaan adalah dengan cara melihat
laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, investor
dapat memperoleh informasi-informasi keuangan seperti liquidity ratios, financial
leverage ratios, turnover ratios, profitability ratios, dan market value ratios. Apabila
kinerja keuangan perusahaan tinggi maka investor akan mendapatkan keuntungan dari
kinerja keuangan perusahaan yang tinggi tersebut.
Ada dua cara dalam menganalisis harga saham di masa depan, yaitu analisis
teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah suatu metode dalam penilaian
saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham. berbasis
pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti
harga saham dan volume transaksi. Dengan menggunakan berbagai grafik yang ada
serta pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah
pergerakan harga saham di masa depan (Darmaji dan Fakhruddin, 2010: 160).
Sedangkan analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian
saham dengan cara mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait
dengan kondisi makro ekonomi, kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai
indikator keuangan dan manajemen perusahaan (Darmaji dan Fakhruddin, 2010: 149).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan umumnya
ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja
perusahaan. Analisis fundamental merupakan faktor yang sering digunakan untuk
memprediksi harga saham. Dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa informasi
fundamental antara lain: Rasio-rasio keuangan, arus kas, serta ukuran-ukuran kinerja
lainnya yang dihubungkan dengan harga saham. Rasio-rasio keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning per Share (EPS) yang semuanya
merupakan rasio profitabilitas.. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuangan perusahaan.
Di dalam Bursa Efek Indonesia terdapat sembilan sektor indeks saham yaitu
sektor pertanian, sektor bahan tambang, sektor industri dasar dan bahan kimia, sektor
5
industri lainnya, sektor hasil industri untuk konsumsi, sektor properti, real estate dan
konstruksi bahan bangunan, sektor transportasi, infrastruktur dan utilities, sektor
keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan investasi. Dalam penelitian ini penulis
memilih sektor industri dasar dan kimia khususnya pada sektor semen sebagai objek
penelitian karena perusahaan dalam bidang tersebut memegang peran yang sangat
penting bagi kehidupan manusia.
Berikut merupakan data perkembangan rata-rata ROA, NPM, EPS, dan Harga
Saham pada sektor semen:
Tabel 1.1 Perkembangan rata-rata ROA, NPM, EPS, dan Harga
Saham pada sektor semen
Tahun
Rasio
2015 2016 2017 2018 2019
ROA (%) 6,10 6,84 8,81 4,78 3,77
NPM (%) 14,35 13,02 7,01 5,70 6,90
EPS (Rp) 343 333 231 138 177
Harga Saham (Rp) 6081 4940 6232 5722 5565
6
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan memberikan pendapatan kepada para
pemegang saham tinggi.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti pengaruh Return On
Asset, Net Profit Margin dan Earning Per Share terhadap harga saham dengan judul,
“PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA) , NET PROFIT MARGIN, DAN
EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA
EFEK INDONESIA (BEI) (STUDI KASUS PADA SUB SEKTOR SEMEN,
PERIODE 2015-2019)”.
7
2. Untuk menganalisa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh atau tidak terhadap
Harga Saham pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia
(Sub Sektor Semen) yang terdaftar di BEI.
3. Untuk menganalisa Earning Per Share (EPS) berpengaruh atau tidak terhadap
Harga Saham pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia
(Sub Sektor Semen) yang terdaftar di BEI.
4. Untuk menganalisa Net Profit Margin (NPM) , Return on Assets (ROA) dan
Earning Per Share (EPS) berpengaruh atau tidak terhadap Harga Saham pada
perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia (Sub Sektor Semen)
yang terdaftar di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai praktik nilai tukar
dan inflasi terhadap harga saham.
2. Bagi Akademis
Dapat memberikan tambahan informasi untuk mahasiswa dan dosen sebagai
acuan dalam melakukan penelitian
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan judul tersebut.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan. Investor yang potensial akan menganalisis dengan
cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan
(profitabilitas), karena mereka mengharapkan deviden penggunaan aktiva perusahaan.
Rasio profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
tertentu. profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung
pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
2.1.2. Net Profit Margin (NPM)
2.1.2.1. Pengertian Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya.
Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah
dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan
Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya
digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola
perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan
peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan membandingkan
laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa persentase
pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-
operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para
pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya.
Sebagai rasio keuangan perusahaan, NPM tidak hanya menjadi tolak ukur
besarnya laba terhadap pendapatan, tapi juga menilai efektifitas dan efisiensi
9
biaya produksi, biaya overhead (overhead costs) dan biaya-biaya dalam
mendukung operasional perusahaan.
Biaya produksi (the cost of goods sold atau disingkat COGS) bagi
perusahaan manufaktur merupakan komponen biaya vital dalam laporan laba rugi
(income statement) perusahaan dan salah satu faktor pengurang laba bersih
sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and taxes / EBIT). Komponen
biaya yang termasuk dalam biaya produksi atau COGS antara lain biaya bahan
baku (raw material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor costs). Biaya
operasional (operating costs), dapat juga disebut biaya overhead (overhead costs),
merupakan biaya yang diperlukan dalam menjalankan usaha perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2013: 107) “Net Profit Margin adalah
mengukur besarnya laba bersih perusahaan dibandingkan dengan penjualannya.
Menurut Hanafi dan Halim (2012: 81) “Net Profit Margin merupakan
rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu”.
Menurut Kasmir (2013:200), mendefinisikan Net Profit Margin (NPM)
sebagai berikut : “Net Profit Margin atau margin laba bersih merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan”.
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:299), mendefinisikan Net Profit
Margin (NPM) sebagai berikut : “Net profit Margin (NPM) adalah perbandingan
antara laba bersih dan penjualan”.
2.1.2.2. Analisis Penilaian Net Profit Margin (NPM)
Tujuan perhitungan Marjin Laba Bersih adalah untuk mengukur
keberhasilan keseluruhan bisnis suatu perusahaan. Marjin Laba Bersih (Net Profit
Margin) yang tinggi menunjukan perusahaan menetapkan harga produknya
dengan benar dan berhasil mengendalikan biaya dengan baik. Rasio Net Profit
Margin ini akan sangat berguna apabila membandingkan profitabilitas pesaing di
industri yang sama karena memiliki lingkungan bisnis dan basis pelanggan yang
sama serta memiliki struktur biaya yang hampir sama. Umumnya walaupun
10
tergantung dari jenis industri dan struktur bisnisnya, net profit margin dengan
persentase lebih dari 10% maka sudah dianggap sangat baik.
2.1.2.3. Perhitungan Net Profit Margin (NPM)
Menurut Agus Sartono (2010:123) Net Profit Margin (NPM) dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
laba setelah pajak
Net Profit Margin= x 100 %
penjualan
Laba setelah pajak yaitu selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang
dibebankan yang merupakan kenaikan bersih atas modal, setelah dikurangi pajak.
Sedangkan, Penjualan adalah sebuah usaha atau langkah kongkrit yang dilakukan
untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari
produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu
mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan
produsennya dengan pengelolaan yang baik.
11
Menurut Kasmir (2013:207), mendefiniskan Earing Per Share (EPS)
adalah rasio laba per lembar saham atau disebut nilai buku, merupakan rasio
untuk mengukur keberhasilan manajamen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham.
Menurut Tandelilin (2010:374) Earning Per Share (EPS) merupakan
rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earning Per Share
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar
saham. Earning Per Share umumnya menjadi perhatian para investor, semakin
besar nilai Earning Per Share, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh
investor untuk setia lembar sahamnya.
2.1.3.2. Analisis Penilaian Earning Per Share (EPS)
Nilai EPS sangat penting bagi investor karena akan menguraikan
keuntungan perusahaan berdasarkan basis per saham, yang berguna untuk
melacak kinerja selama periode waktu yang lama. Seiring berjalannya waktu,
jumlah total saham beredar perusahaan dapat berubah secara signifikan,
sehingga total pendapatan mungkin saja tidak mengindikasikan profibilitas yang
lebih tinggi bagi pemegang saham.
Selain itu, EPS juga dipakai dalam beberapa metrik penilaian, khususnya
rasio harga terhadap pendapatan yang dapat dipakai sebagai cara yang paling
banyak digunakan untuk membandingkan penilaian saham. Dengan membagi
harga saham saat ini dengan laba per saham, kita bisa mendapatkan dasar untuk
membandingkan perusahaan dengan penilaian historisnya sendiri atau dengan
perusahaan lain yang bergerak di bidang industri sejenis.
Misalnya saja, investor yang ingin membandingkan EPS sebuah bank,
maka ia harus melihat angka EPS dari perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan pula. Karena EPS hanya satu angka, maka penting untuk
menggunakannya bersamaan dengan ukuran kinerja lainnya sebelum membuat
keputusan investasi.
2.1.3.3. Perhitungan Earning Per Share (EPS)
Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:154) Earning Per Share
(EPS)dihitung dengan rumus sebagai berikut :
12
laba bersih
earning per share=
jumlah sahamberedar
Laba bersih perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor
di pasar modal untuk menentukan pilihan dalam menanamkan investasinya.
Konsep Laba bersih adalah selisih antara pendapatan, harga pokok penjualan,
dan beban yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan. Sedangkan,
Saham beredar (outstanding stocks) adalah saham yang saat ini dipegang oleh
investor, termasuk saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan dan
masyarakat sebagai investor umum.
Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat
Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan
(laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya
atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat
dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan
dalam persentase (%).
Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor
untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada
aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Tingkat Pengembalian Aset atau Return on
Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on
investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital assets)
seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain,
uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau
imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang diperolehnya.
Menurut Kasmir (2014), ROA adalah rasio keuangan yang menunjukkan imbal
hasil atas penggunaan aktiva perusahaan.
13
Menurut Fahmi (2014), ROA adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai
sejauh mana modal investasi yang ditanamkan mampu menghasilkan laba yang sesuai
dengan harapan investasi.
Menurut Sawir (2005), ROA adalah rasio keuangan yang digunakan sebagai alat
analisis untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mendapatkan laba secara
menyeluruh.
Menurut Tandelilin (2010), ROA adalah suatu rasio yang menggambarkan sejauh
mana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan semua aset (aktiva) yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak.
14
Hasilnya kemudian dikalikan 100 jika hasilnya ingin diubah dalam bentuk persentase.
15
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar
saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian
yangcukupmembaik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi
yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan
obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan
harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga
mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah
biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba
perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang
juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan
sebagai labaditahan.Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga
saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah
sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya
16
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham
yang diterima.
17
Indonesia periode 2013-
2015)
Dewi Rosa PENGARUH EARNING Analisis Regresi Earning Per Share berpengaruh positif dan
Indah, PER SHARE TERHADAP Linear signifikan terhadap harga saham pada PT.
Parlia HARGA SAHAM PADA Sederhana Bank Mega Tbk.
(2017) PT. BANK MEGA Tbk
Imelda Pengaruh Earning Per Share Kuantitatif Secara serempak maupun parsial tidak ada
Khairani (EPS) dan Dividen Per pengaruh variabel bebas terhadap variabel
(2016) Share terhadap Harga terikatnya, dengan kata lain bahwa earning
Saham Perusahaan per share dan dividen per share tidak
Pertambangan yang berpengaruh terhadap harga saham pada
Terdaftar di Bursa Efek sector pertambangan.
Indonesia (BEI) Tahun
2011-2013
Afiah Aprilia Pengaruh Return on Assets Kuantitatif dan (1) ROA berpengaruh Positif dan
Abbas, (ROA), Return on Equity Kualitatif signifikan terhadap Harga Saham
Lukman (ROE), Earning Per Share (2) Return on Equity (ROE) berpengaruh
Chalid, (EPS) Terhadap Harga negative dan signifikan terhadap Harga
Suriyanti Saham Pada Perusahaan Saham
(2019) Makanan dan Minuman (3) Earning Per Share (EPS) berpengaruh
yang Terdaftar di Bursa Positif dan signifikan terhadap Harga
Efek Indonesia (BEI) Saham pada perushaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
18
menunjukkan bahwa tingginya biaya-biaya. Biaya yang tinggi biasnaya terjadi karena
operasi yang tidak efisiensi. Besar kecilnya rasio ini mempengaruhi harga saham
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Putra Rachmat Faisal (2018) menunjukkan
NPM berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
H2: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Harga Saham.
C. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham
Earning Per Share adalah rasio untuk mengukir besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan kepada pemegang saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Putra Rachmat Faisal (2018) , Fransisco F. G. Ginsu (2017) , Dewi Rosa (2017) dan
Afiah Aprilia (2019) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai EPS maka harga saham akan
meningkat.
H3: Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Harga Saham.
D. Pengaruh ROA, NPM, dan EPS terhadap Harga Saham
ROA , NPM , dan EPS merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan (Kasmir,2014). Semakin tinggi nilai profitabilitas berarti semakin baik
kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kenny Tandri (2019) tentang
hubungan ROA, NPM dan EPS terhadap Harga saham menunjukkan bahwa ROA ,
NPM , dan EPS secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham .
H4: ROA, NPM, dan EPS berpengaruh terhadap Harga Saham
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
19
Return on Asset H1
(X1)
H2
Net Profit Margin Harga Saham
(X2) (Y)
H3
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
22
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk melihat ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Sebuah model persamaan dapat dikatakan
tidak mengalami gangguan heterokedastisitas apabila titik-titik pada grafik scatterplot
menyebar secara merata dan tidak membentuk pola tertentu atau mengumpul di satu titik
tertentu.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dinamakan
ada masalah autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya.
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, diukur dengan menggunakan statistik Durbin-
Watson (DW-test). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut :
a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-
du), maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW terletak lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl), maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi
positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0,
berarti ada autokorelasi negatif.
3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Ghozali (2011: 13), regresi linier berganda yaitu menguji pengaruh dua
atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Disebut regresi berganda
karena banyaknya faktor yang mungkin mempengaruhi variabel tak bebas. Analisis
regresi bertujuan untuk mengetahui apakah regresi yang dihasilkan adalah baik untuk
mengestimasikan variabel dependen.
24
Variiabel independen (independent variable)adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dan earning per share
25
suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk
menghasilkan laba selama
suatu periode.
Variabel Dependen
Harga Saham Merupakan realisasi harga Nominal Harga penutupan saham
saham tertinggi ditambah (closing price)
dengan harga saham terendah,
kemudian dibagi 2 setiap
tahunnya.
26
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
2.6. Deskripsi Data dan Pembahasan
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 6 perusahaan jasa sub sektor semen yang
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.com , www.investing.com dan
www.idnfinancials.com . Data yang diteliti merupakan data dari tahun 2015 hingga
tahun 2018. Berikut ini merupakan daftar perusahaan yang digunakan sebagai sampel
penelitian
Tabel 4.1
Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten
1 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMBR PT Semen Baturaja Tbk
3 SMCB PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
4 SMGR PT Semen Indonesia Tbk
5 WSBP PT Waskita Beton Precast Tbk
6 WTON PT Wijaya Beton Tbk
Sumber : www.idx.co.id
1. Return On Asset (ROA)
Tabel 4.2
Rekapitulasi Data Return On Asset tahun 2015-2019
Return On Asset (%)
No Kode Rata-rata
2015 2016 2017 2018 2019
1 INTP 1.57 12.8 6.44 4.12 6.62 6.31
2 SMBR 10.6 5.93 2.89 1.37 0.53 4.264
3 SMCB 1.01 1.43 3.86 4.43 2.55 2.656
4 SMGR 11.86 10.2 4.17 6.07 2.97 7.054
5 WSBP 7.71 4.62 6.7 7.24 4.99 6.252
6 WTON 3.85 6.05 4.81 5.47 4.94 5.024
Sumber : Data sekunder diolah (2020)
27
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan
2019 tertinggi dipegang oleh perusahaan SMGR dengan ROA masing-masing tahun secara
berurutan sebesar 11,86% , 10.2% , 4.17% , 6.07% , dan 2.97%. Kemudian yang memiliki rata-
rata-rata ROA tertinggi dan terendah selama periode lima tahun yaitu perusahaan SMGR dan
SMCB dengan ROA sebesar 7,054% dan 2,264%.
2. Net Profit Margin (NPM)
Tabel 4.3
Rekapitulasi Data Net Profit Margin tahun 2015-2019
Net Profit Margin (%)
No Kode Rata-rata
2015 2016 2017 2018 2019
1 INTP 24.47 25.19 12.88 7.54 11.51 16.318
2 SMBR 23.83 17 9.45 3.81 1.5 11.118
3 SMCB 1.89 -3 -8.07 -7.97 4.51 -2.528
4 SMGR 16.79 17.35 7.34 10 5.87 11.47
5 WSBP 12.64 13.46 14.08 13.79 10.8 12.954
6 WTON 6.48 8.1 6.35 7.02 7.23 7.036
Sumber : Data sekunder diolah (2020)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa NPM yang paling tinggi, pada
tahun 2015-2019 dimiliki oleh INTP dengan persentase masing-masing secara berurutan
sebesar 24,47% , 25,19% , 12,88% , 7,54% , 11,51%. Sedangkan NPM yang paling
rendah, pada periode lima tahun yaitu perusahaan SMCB dengan NPM sebesar -7,97% .
Lalu rata-rata NPM tertinggi dan terendah untuk periode 5 tahun yaitu perusahaan INTP
dan WSBP.
3. Earning Per Share (EPS)
Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Earning Per Share tahun 2015-2019
Earning Per Share (Rp)
No Kode Rata-rata
2015 2016 2017 2018 2019
1 INTP 1183 1183 1051 311 498 845.2
2 SMBR 36 26 15 8 3 17.6
3 SMCB 23 -37 -99 -108 65 -31.2
4 SMGR 762 762 340 519 403 557.2
5 WSBP 33 33 38 42 32 35.6
6 WTON 19 31 38 55 58 40.2
Sumber : Data sekunder diolah (2020)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa EPS yang paling tinggi selama
periode lima tahun yaitu perusahaan INTP pada tahun 2015 dan 2016 sebesar Rp.
28
1183. Sedangkan EPS yang paling rendah selama lima periode yaitu perusahaan
SMCB pada tahun 2018 dengan EPS sebesar Rp. -108. Lalu rata-rata EPS tertinggi
dan terendah untuk periode lima tahun masing-masing dimiliki oleh perusahaan INTP
dan SMCB dengan EPS sebesar Rp. 845,2 dan Rp. -31,2.
4. Harga Saham
Tabel 4.5
5. Rekapitulasi Data Earning Per Share tahun 2015-2019
Harga Saham (Rp)
No Kode Rata-rata
2015 2016 2017 2018 2019
1 INTP 22325 15400 21950 18450 19025 19430
2 SMBR 291 2790 3800 1750 440 1814.2
3 SMCB 995 900 835 1885 1180 1159
4 SMGR 11400 9175 9900 11500 12000 10795
5 WSBP 490 555 408 376 304 426.6
6 WTON 990 825 500 376 450 628.2
Sumber : Data sekunder diolah (2020
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa harga saham yang paling tinggi
selama lima periode terjadi pada tahun 2015, dimiliki oleh perusahaan INTP dengan
harga sebesar Rp. 22.325 dan harga yang paling rendah terjadi pada tahun 2016 pada
perusahaan SMBR dengan harga sebesar Rp. 291.
2.7. Hasil Uji Statistik
1. Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar juga
dikenal dengan asumsi klasik. Tujuan Uji asumsi klasik, agar data yang diperoleh dapat
lebih akurat dan mendekati.
Asumsi klasik terdiri dari :
Tabel. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
29
Dari hasil analisis pada tabel, nilai du pada distribusi nilai tabel Durbin Watson
berdasarkan k(3) dan N(25) dengan signifikansi 5%. Dan didapatkan hasil Durbin Watson
(1,173) < du (1,65) < 4-du (2,3). Karena nilai Durbin Watson tidak terletak diantara du dengan
(4-du) maka hasil tersebut menunjukkan gejala autokorelasi.
a. Uji Multikolonieritas
Adanya korelasi antara variabel independen dalam satu regresi disebut dengan
multikolinieritas. Untuk mendeteksi multikolinieritas, yaitu dengan melihat nilai
tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria jika tolerance
value > 0,1 dan VIF < 10, maka disimpulkan tidak terjadi gejala multikolonieritas
dan jika tolerance value < 0,1 dan VIF > 10, maka disimpulkan terjadi gejala
multikolonieritas antar variabel pada model regresi.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk melihat ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Sebuah model persamaan dapat
30
dikatakan tidak mengalami gangguan heterokedastisitas apabila titik-titik pada grafik
scatterplot menyebar secara merata dan tidak membentuk pola tertentu atau
mengumpul di satu titik tertentu.
Gambar Hasil Uji Heterokedastisitas
31
Sumber : Hasil olah SPSS, 2020
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran data menyebar di sekitar garis bahkan
menempel pada garis dan mengikuti arah garis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini memenuhi uji normalitas atau mengikuti distribusi normal.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dua
variabel bebas (X) atau lebih terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan perhitungan
regresi linear berganda antara ROA, NPM, EPS dan Harga saham menggunakan SPSS
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
32
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan data hasil uji pada tabel di atas, maka persamaan Regresi Linear
Berganda sebagai berikut :
Y = 3858,479 - 379,276 X1 – 94,616 X2 + 19,395 X3
Persamaan regresi di atas dapat dijadikan sebagai berikut :
a) Nilai konstan (a) adalah 3858,479 dapat diartikan jika ROA, NPM dan EPS
nilainya 0, maka harga saham nilainya 3858,479 satuan.
b) Nilai koefisien regresi variabel ROA (b1) bernilai negative , yaitu - 379,276
maka dapat diartikan bahwa setiap peningkatan ROA sebesar 1% maka akan
menurunkan harga saham sebesar - 379,276.
c) Nilai koefisien regresi variabel NPM (b 2) bernilai negative , yaitu - 94,616 maka
dapat diartikan bahwa setiap peningkatan NPM sebesar 1% maka akan
menurunkan harga saham sebesar -94,616.
d) Nilai koefisien regresi variabel EPS (b 3) bernilai positif , yaitu 19,395 maka
dapat diartikan bahwa setiap peningkatan NPM sebesar 1% maka akan
meningkatkan harga saham sebesar 19,395.
3. Uji F
Tabel 4.8 Hasil uji F
ANOVAa
Coefficientsa
33
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model Summaryb
34
Tabel di atas menunjukkan nilai adjusted R2 pada penelitian ini diperoleh
sebesar 0,806 atau 80,6%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel Independen
ROA, NPM dan EPS mempengaruhi variabel harga saham sebesar 80,6% sedangkan
sisanya sebesar 19,4% dijelaskan oleh faktor lain selain faktor yang diajukan dalam
penelitian ini.
2.8. Pembahasan
1. Pengaruh Return On Asset Terhadap Harga Saham
Dari hasil analisis data pada tabel Uji t, dapat disimpulkan bahwa ROA tidak
berpengaruh terhadap harga saham dengan nilai signifikan sebesar 0,165 lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Return On Asset secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham. Peningkatan nilai ROA akan menyebabkan
penurunan pada Harga Saham. Hal sebaliknya pun juga berlaku. Yaitu ketika nilai ROA
mengalami penurunan akan menyebabkan Harga Saham meningkat.
Menurut Tandelilin (2010) Return On Asset merupakan rasio yang digunakan
untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
asset yang dimilikinya. Semakin besar laba perusahaan maka semakin tinggi juga minat
investor untuk menanamkan sahamnya.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ROA berbanding terbalik dengan
Harga Saham. Dengan kata lain, semakin bertambahnya nilai ROA maka semakin
menurunkan harga saham perusahaan. Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-
masing sehingga mempengaruhinya pun akan berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain.
Penelitian ini bertentangan dengan dengan penelitian Kenny Tandri (2019) yang
menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putra Rachmat Faisal
(2018) yang menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai ROA berarti justru
mengakibatkan penurunan Harga Saham dan sebaliknya.
35
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Net Profit Margin secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Peningkatan nilai NPM akan
menyebabkan penurunan pada Harga Saham. Hal sebaliknya pun juga berlaku. Yaitu
ketika nilai NPM mengalami penurunan akan menyebabkan Harga Saham meningkat.
Net Profit Margin merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih (net
profit) yaitu sesudah dikurangi pajak dengan penjualan. Menurut Lukman Syamsuddin
rasio NPM ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin besar nilai NPM menandakan kinerja perusahaan
semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai NPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. Dengan kata lain, semakin bertambahnya nilai NPM maka
semakin menurunkan harga saham perusahaan. NPM adalah rasio perbandingan antara
tingkat laba dengan tingkat penjualan.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra Rachmat
Faisal (2018) yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kenny Tandri(2019)
yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh negative signifikan terhadap Harga
Saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai ROA berarti justru
mengakibatkan penurunan Harga Saham dan sebaliknya.
36
saham perusahaan akan meningkat, yang berarti harga saham juga akan meningkat.
Teori ini sejalan dengan penelitian ini dengan hasil pengujian pada tabel Uji t dengan
koefisien regresi EPS positif (+) sebesar 19,395
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelda
Khairani (2016) yang menujukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap Harga
Saham.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putra Rachmat Faisal
(2019) yang menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai EPS maka akan meningkatkan
Harga Saham dan begitupun sebaliknya.
4. Pengaruh Return On Asset , Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap
Harga Saham.
Dari hasil analisis data pada tabel. Uji F dapat disimpulkan bahwa ROA, NPM
dan EPS secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Harga Saham
dengan nilai signifikan antara variabel ROA, NPM dan EPS sebesar 0,05 , artinya
ROA, NPM dan EPS secara bersama-sama berpengaruh terhadap Harga Saham. ROA,
NPM dan EPS termasuk ke dalam rasio profitabilitas. Dapat diketahui bahwa dalam
perusahaan semen rasio profitabilitas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan saham. Maka semakin baik rasio profitabilitas membuat minat para
investor untuk menanamkan modalnya. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kenny Tandry (2019) yang menunjukkan bahwa ROA, NPM dan EPS
secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Analisis dan penjelasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Return On Asset secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai ROA maka Harga Saham akan
menurun, begitupun sebaliknya. Semakin rendah nilai ROA maka Harga Saham
akan meningkat.
2) Net Profit Margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai NPM maka Harga Saham
akan menurun, begitupun sebaliknya. Semakin rendah nilai NPM maka Harga
Saham akan meningkat.
3) Earning Per Share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal
ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai EPS maka Harga Saham semakin
meningkat, begitupun sebaliknya. Semakin rendah nilai EPS maka Harga Saham
akan menurun.
4) ROA, NPM dan EPS secara bersama-sama berpengaruh terhadap Harga Saham.
ROA, NPM dan EPS merupakan rasio profitabilitas. Hal ini dapat diartikan bahwa
semakin tinggi nilai profitabilitas maka semakin tinggi juga Harga Saham.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga kesimpulan di atas, maka saran
yang bisa penulis sampaikan antara lain :
1) Bagi Investor
Bagi investor diharapkan agar berhati-hati dalam pengambilan keputusan untuk
menanamkan modalnya kepada perusahaan. Jika investor ingin melakukan investasi
dalam bentuk saham tidak hanya melihat dari resiko keuangan saja, tetapi harus
memperhatikan faktor-faktor lainnya.
2) Bagi Perusahaan
a. Perusahaan harus jeli dalam mengamati perkembangan ekonomi.
38
b. Harus menjaga stabilitas perusahaan, meninjau kembali struktur modal,
mengevaluasi kinerja keuangan maupun non keuangan dan juga mampu
meyakinkan investor maupun pihak-pihak lain yang berkaitan dengan
perusahaan akan profitabilitas perusahaan.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya perlu memperluas objek penelitian dan periode pengamatan
yang lebih lama sehingga jumlah sampel dan data yang dapat digunakan dalam
penelitian semakin banyak untuk mengetahui kondisi pasar modal yang
sesungguhnya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwaty, P., Enas, E., & Lestari, M. N. (2019). Pengaruh Net Profit Margin (NPM) dan
Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada PT. Bank
Central Asia Tbk, Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2017).
Business Management and Entrepreneurship Journal .
Faisal, P. R. (2018). Pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen .
Ginsu, F. F., Saerang, I. S., & Roring, F. (2017). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan
Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada Industri food &
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 - 2015). Jurnal
EMBA.
Indah, D. R., & Parlia. (2017). Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada
PT. Bank Mega Tbk. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JENSI) .
Khairani, I. (2016). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per Share terhadap
Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2011-2013. JurnalManajemen dan Keuangan .
Nurfalah, R. D. (2019). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE)
Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2015-
2017). Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam .
Tandry, K. (2019). Pengaruh Net Profit Margin, Earning Per Share dan Return Asset
Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan .
Priastriningrum. (2017). Pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS Terhadap Harga Saham Di
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat di BEI Tahun 2011-2013. Skripsi, Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi.
-situs www.idx.co.id
-situs www.idnfinancials.com
40
-situs www.investing.com
41