LABA PERUSAHAAN
(Studi kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019)
PROPOSAL PENELITIAN
WIDI HERTANTI
201667024
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
3.3 Populasi dan sampel .....................................................................................31
3.4 Sumber data ..................................................................................................32
3.5 Metode pengumpulan data ...........................................................................32
3.6 Definisi operasional variabel ........................................................................32
3.6.1 Variabel dependen .....................................................................................33
3.6.2 Perataan laba ....................................................................................... 33
3.7 Variabel independen .....................................................................................34
3.7.1 Ukuran perusahaan ............................................................................. 34
3.7.2 Profitabilitas........................................................................................ 34
3.7.3 Financial leverage ............................................................................... 35
3.7.4 Kepemilikan Institusional ................................................................... 35
3.7.5 Net profit margin ................................................................................ 36
3.8 Metode analisis data .....................................................................................36
3.8.1 Statistik deskriptif ............................................................................... 36
3.9 Uji asumsi klasik ..........................................................................................36
3.9.1 Uji Normalitas .................................................................................... 36
3.9.2 Uji Multikolinearitas........................................................................... 37
3.9.3 Uji Autokorelasi ................................................................................. 37
3.9.4 Uji Heteroskedastistas ........................................................................ 38
3.10 Analisis regresi linear berganda .................................................................38
3.11 Uji Hipotesis ...............................................................................................39
3.11.1 Uji parsial (Uji t).............................................................................. 39
3.11.2 Uji Simultan ( Uji F) ........................................................................ 39
3.11.3 Koefisien Determinasi (𝑅2) ............................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran teroritis..............................................................27
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, dunia bisnis mengalami perkembangan yang begitu
pesat dan kompetitif. Manajer perusahaan selalu berusaha lebih kreatif dan inovatif
dalam memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai dan kualitas
perusahaan, dengan harapan dapat menarik minat investor untuk berinventasi pada
perusahaan tersebut.
Untuk menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan berusaha
untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan laba pada setiap periodenya. Laporan keuangan
wajib mampu menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara jelas karena
laporan keuangan adalah instrumen penting untuk memberi tahu pihak eksternal
perusahaan dalam hal ini adalah para investor dan kreditor tentang pengambilan
keputusan yang berkaitan terhadap investasi dana para investor dan kreditor
tersebut (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001).
Bagi investor laporan keuangan dapat memberikan informasi analisis
bagaimana perusahaan mengembangkan dana investasinya untuk dijadikan
keuntungan bagi investor. Salah satu informasi penting dalam pengambilan
keputusan adalah laba. Hal inilah yang menunjukan bahwa laporan keuangan
memiliki peranan yang sangat penting (Rosita, 2008). Laporan keuangan
merupakan sumber informasi atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak, baik internal maupun
eksternal perusahaan (Kasmir,2011). Laporan keuangan memberikan informasi
yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan yakni mengenai likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan lain-lain. Laporan keuangan merupakan sarana
untuk pengambilan keputusan ekonomi berbagai pihak ( A. Djayanti, 2015).
Perhatian yang besar bagi investor terhadap kenaikan tingkat laba perusahaan
menjadi salah satu alasan yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan
disfunctional behaviour ( perilaku tidak semestinya), dimana dalam konsep Teori
1
Keagenan, tindakan ini di pengaruhi oleh adanya asymmetric information
(Budiasih, 2009). Oleh karena itu manajer biasanya melakukan keuntungan dalam
kinerja laporangn keuangan yang stabil. Menurut Kustono (2009), perataan laba
(income smoothing) merupakan salah satu teknik perekayasa laba dengan tujuan
menampilkan figur arus laba yang stabil. Variabel yang digunakan dalam penerapan
praktik perataan laba dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,
financial leverage, kepemilikan institusional, dan net profit margin. Praktik
perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda
dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002).
Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan
yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (Suwito dan Herawaty, 2005).
Perataan laba merupakan campur tangan manajemen dalam pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri agar manajer dapat
memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan. Perataan laba meliputi
penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah
laba pada suatu periode sama dengan jumlah periode sebelumnya. Tindakan
perataan laba telah dianggap tindakan yang rasional dan logis tetapi perataan laba
ini sendiri dapat merugikan pihak yang lainnya. Perataan laba akan menambah bias
laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai pelaporan keuangan yang
mempercayai angka laba dari hasil rekayasa (Setiawati dan Na’im 2000). Praktik
perataan laba merupakan fenomena yang umum sebagai usaha manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk., 2002).
Menurut Budiasih (2009), ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva,
dimana semakin besar jumlah aktiva pada perusahaan semakin baik kinerja
perusahaan dalam menghasilkan dana untuk membayar hutang. Tetapi bila terjadi
penurunan laba secara tdak langsung dari penurunan aktiva akan menyebabkan
dampak buruk bagi perusahaan, sehingga perusahaan ukuran besar lebih diduga
melakukan praktik perataan laba. Perusahaan yang berukuran besar adalah
perusahaan dengan nilai aset yang sangat bagus. Dimana perusahaan besar akan
mendapatkan perhatian lebih dari banyak kalangan seperti analis, investor, dan
pemerintah (Benny, 2014) . Penelitian Arif Setiawan (2015), menunjukkan bahwa
2
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba yaitu
bahwa perusahaan yang mempuyai ukuran perusahaan besar cenderung akan
melakukan perataan laba jika dengan ukuran perusahaan kecil. Hal ini karena
perusahaan besar memiliki perhatian yang lebih dari publik serta pemerintah
sehingga perusahaan tersebut akan dipandang bagus oleh publik karena laba yang
dihasilkan stabil.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada
laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun kreditor dalam menilai
sehat atau tidaknya perusahaan. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Selain digunakan sebagai alat untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas juga
dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola
sumber-sumber yang dimilikinya ( Sartono 2010). Profitabilitas menggambarkan
kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektivitas
operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Profitabilitas diduga mempengaruhi
praktek perataan laba karena perhatian investor yang besar pada tingkat
profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk melakukan perataan laba.
Pada penelitian I Nyoman Ari Widana N. dan Gerianta Wirawan yasa (2013),
mengungkapkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur. Prihat dan Gundono (2000)
profitabilitas yang dihitung dengan ROA (return on asset) dapat mempengaruhi
investor dalam berinvestasi. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi cenderung
melakukan praktik perataan laba dibandingkan yang memiliki ROA rendah. Laba
yang besar menandakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan baik. Investor
berharap dengan berinvestasi ke perusahaan yang mempunyai ROA yang besar
maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bukan hanya tingkat
ROA yang tinggi tetapi investor juga mengharapkan tingkat ROA yang stabil
3
Menurut Sartono (2001), financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan
utang untuk membiayai investasinya. Financial leverage menunjukan proporsi
sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman atau
hutang. Sehingga jika semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka semakin
besar juga risiko yang diperoleh investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Karena resiko terhadap utang tinggi, maka
investor perusahaan juga menginginkan keuntungan yang tinggi, dalam hal ini
dapat menimbulkan kecenderungan pada manajemen untuk memanipulasi laporan
keuangan dalam bentuk praktik perataan laba. Menurut Darsono dan Ashari (2005),
bagi investor semakin tinggi leverage akan mengakibatkan pembayaran bunga yang
tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembiyaan deviden. Financial
leverage juga diperkirakan berpengaruh terhadap perataan laba, karena semakin
tinggi rasio leverage maka semakin tinggi resiko yang harus ditanggung oleh
investor yang akan berinvestasi pada perusahaan, serta semakin tinggi pula
kecenderungan manajer untuk meratakan laba. Hal ini mengakibatkan perusahan
cenderung melakukan praktik perataan laba. Pada penelitian Yuyun Apitasari
(2018), menunjukan financial leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap
probabilitas perataan laba.
Kepemilikan institusional adalah jumlah presentase hak suara yang dimiliki
oleh institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator
presentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang
beredar (Beiner et al, 2003). Kepemilikan institusional merupakan pihak yang
paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam perusahaan karena
sebagai pemilik saham mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan
pihak yang memberi kontrol kepada manajemen dalam kebijakan keuangan
perusahaan. Siregar dan Utama (2006), menemukan hasil yang tidak konsisten
mengenai pengaruh kepemilikan intitusional terhadap praktik perataan laba.
Penelitian yang dilakukan Santoso, E.B., & Salim, S.N. (2012), berpendapat bahwa
kepemilikan intitusional tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menyebabkan kerja pengawasan yang
4
lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
tindakaan opportunistik manajer.
Menurut Sutrisno (2009), Net profit margin merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang di capai.
Semakin tinggi nilai net profit margin maka menunjukkan semakin baik.
Sebaliknya jika semakin rendah margin laba bersih berarti semakin rendah pula laba
bersih yang dihasilkan dari penjualan. Perusahaan yang memiliki laba stabil lebih
diminati oleh stakeholders, karena hal tersebut merupakan dasar yang menunjukkan
bahwa hasil kinerja manajemen yang bagus, dan semakin besar net profit margin
yang diperoleh makan pihak manajemen akan cenderung melakukan praktik
perataan laba. Pada penelitian Yuyun Apitasari (2018), menunjukkan bahwa Net
profit margin berpengaruh positif tidak signifikan terhadap probabilitas perataan
laba.
Manajemen perusahan cenderung melakukan manipulasi laba untuk
menunjukan kinerja keuangan yang stabil dengan perataan laba. Perataan laba akan
menambah bias laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai pelaporan
keuangan yang mempercayai angka-angka laba dari hasil rekayasa. Sehingga akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini laporan keuangan harus menggambarkan
informasi mengenai keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Penelitian ini bermaksud melakukan pengujian hasil dari beberapa penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
perataan laba karena terdapat ketidakonsistenan pada hasil penelitian sebelumnya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusaahan,
profitabilitas, financial leverage, kepemilikan institusional, dan net profit margin.
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai praktik perataan laba dengan judul penelitian “Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Perusahaan (Studi kasus
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2016-2019)”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi
bantuan kepada pemakai untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat
finansial. Dari laporan keuangan tersebut salah satu instrumen yang digunakan
adalah laba. Laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang
sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan
merupakan sumber informasi yang penting untuk melakukan praktik perataan laba.
Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai laba
menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
khususnya pihak eksternal.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan manfukatur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?
3. Apakah Financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-2019 ?
4. Apakah Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap praktik perataan
laba pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-2019 ?
5. Apakah Net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?
1.3 Tujuan penelitian
Dari uraian rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran perusahaan terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhdap praktik perataan laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
6
3. Untuk mengetahui pengaruh Financial leverage terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan institusional terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2016-2019.
5. Untuk mengetahui pengaruh Net profit margin terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu
memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi tindakan
perataan laba bagi investor dalam mengambilan keputusan yang tepat pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
b. Bagi calon investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
gambaran perataan laba bagi calon investor sebagai bahan pertimbangan
saat pengambilan keputusan berinvestasi nanti pada perusahaan yang
terdaftar di BEI.
c. Bagi akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
mahasiswa untuk dijadikan bahan referensi dan pengembangan penelitian
berikutnya mengenai variabel-variabel yang berkaitan dengan praktik
perataan laba dan varibel-variabel yang paling dominan dalam penelitian ini
yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas untuk mengetahui adanya praktik
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai pengembangan
pembelajaran bagi peneliti-penelitian berikutnya mengenai permasalahan
yang berkaitan dengan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, kepemilikan institusional, dan net profit margin terhadap faktor-
7
faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan (Theory Agency)
Teori Agensi merupakan suatu pendekatan yang dapat menjelaskan
timbulnya praktik perataan laba dalam konsep manajemen laba yang akan dibahas
dalam penelitian ini. Dalam konsep akuntansi modern, di dalam suatu perusahaan
terdapat pemisahan tugas antara prinsipal dan agen. Prinsipal merupakan orang
yang menanamkan modalnya ke dalam perusahaan sedangkan agen adalah orang
yang bekerja untuk prinsipal dan memberikan informasi kepada prinsipal (Nazira
dan Ariani, 2016).
Anthony dan Govindarajan (2005), hubungan agensi ada ketika salah satu
pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan,
melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada
agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan principal dan
CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai
keinginan mereka. Jensen dan Meckling dalam Watts dan Zimerman (1986),
menyatakan bahwa teori keagenan juga disebut terori kontraktual yang memandang
suatu perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota
perusahaan.
Topik income smoothing terkait erat dengan konflik manajemen laba
(eranings management). Seperti manajemen laba penjelasan konsep income
smoothing juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Hal ini
melahirkan suatu teori yang dinamakan teori keagenan. Teori keagenan (agency
theory) menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya (Noviana dan Yuyetta 2011).
Menurut Govindarajan dalam Budiasih (2007) menyatakan bahwa teori
agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi
memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
9
principal dan agent. Masalah yang mendasari teori keagenan (agency theory)
adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer. Kedua pihak masing-
masing saling memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan
terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari
hasil yang dicapai melalui aktivitas usaha (Zuhriya dan Wahidahwati, 2015).
Teori keagenan menunjukan bahwa kondisi informasi yang tidak lengkap
dan penuh ketidakpastian akan memunculkan masalah keagenan, yaitu adverse
selection dan moral hazard. Harmono yang mengutip Eisenhardt , teori keagenan
(agency theory) dapat menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai agent
dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. Dengan adanya
perbedaan kepentingan antara masing-masing pihak, terutama dari pihak manajer
yang kinerjanya diukur berdasarkan laba yang dihasilkan menyebabkan manajer
berusaha mencapai keinginannya tersebut dengan memanipulasi angka laba yang
terdapat di dalam laporan keuangan dengan cara manajemen laba dan salah satu
bentuknya adalah perataan laba (Santoso dan Salim, 2012).
2.2 Pengertian laba
Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba
yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Menurut Soemarso (2010), mengatakan bahwa laba adalah selisih
pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih
besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil
perhitungan secara periodik (berkala). Laba atau rugi ini belum merupakan laba
atau rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui
apabila perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan. Laba yang
dilaporkan oleh suatu perusahaan dalam laporan keuangan mencerminkan kinerja
perusahaan selama satu periode tersebut (Widiawati 2016).
Menurut APB (Accounting Principels Board) statement mengartikan laba
(rugi) sebagai kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode
akuntansi. Committee on Terminology mendefinisikan laba sebagai jumlah yang
berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi. Sofyan Syafri H (2011), mendefinisikan laba
10
sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan
kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Belkaoui (2012), menyebutkan
bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal
dari penjualan barang atau jasa.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada
kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran dan pengakuan
pendapatan.
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses)
dalam bentuk cost historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan (matching) antara
pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan
pendapatan tersebut.
2.3 Perataan laba
Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan yaitu
perataan laba (income smoothing). Perataan laba hanya merupakan salah satu aspek
dalam rekayasa laba. Assih dkk dalam Budiasih (2007), menyatakan perataan laba
adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba
yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham dan dapat
meningkatkan harga saham perusahaan. Ahmed (2011), mendefinisikan bahwa
perataan laba adalah pengurangan fluktuasi dari tahun ketahun dengan
memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-
periode yang kurang menguntungkan.
Beidelman (1973) dalam Gozhali dan Chariri (2007), menyatakan bahwa
perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja
untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang
dipandang normal bagi perusahaan. Akibatnya laporan keuangan yang disajikan
kepada para pemakai laporan keuangan tidak dapat diandalkan. Dalam hal ini
perataan laba mencerminkan suatu usaha di mana manajemen perusahaan
11
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik
akuntansi serta prinsip manajemen seperti seharusnya (Lay 2017).
Praktik perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat
menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak memadai,
bahkan terkesan menyesatkan. Ada beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan
untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Hepworth (1953),
menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah
memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan
siklus bisnis melalui proses psikologis, antara lain:
1. Mengurangi total pajak terutang
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang dihasilkan stabil yang mendukung
kebijakan deviden yang stabil pula
3. Meningkatkan hubungan manajer dengan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi
kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, siklus
peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan
gelombang optimisme atau pesimisme dapat diperlunak.
Abiprayu dan Irene (2011), mengatakan bahwa perataan laba merupakan
usaha untuk memperkecil laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba
normal dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih
kecil dari laba normal karena salah satu tujuan dilakukannya perataan laba adalah
untuk memberikan rasa aman kepada investor karena kemungkinan fluktuasi laba
yang kecil dan meningkatkan kemampuan perusahaan pada periode mendatang.
Sehingga pihak manajemen cenderung memberikan kebijakan dalam penyusunan
laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya bersifat jangka
pendek (Kusuma, 2003)
Beidelman dalam Belkaoui (2007), menyatakan bahwa ada dua alasan yang
digunakan manajemen untuk melakukan perataan laba (income smoothing).
Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat
mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan suatu aliran laba yang
12
berfluktuasi. Praktik perataan laba diharapkan memberikan pengaruh yang
menguntungkan bagi nilai saham perusahaan karena risiko perusahaan dapat
dikurangi. Argumen kedua berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk
mengantisipasi pola fluktuasi laba periodik dan kemungkinan mengurangi korelasi
pengembalian yang diharapkan dari perusahaan dengan pengembalian portofolio
pasar. Kriteria perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan dianggap melakukan praktik perataan laba apabila indeks
perataan laba lebih kecil dari pada 1
b. Perusahaan dianggap tidak melakukan praktik perataan laba apabila
indeks perataan laba lebih besar dari pada 1
Menurut Atmini dalam Suwito dan Herawaty (2005), tindakan perataan laba
mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh
manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Menurut Nasir, Arifin dan
suzanti (2002), menyatakan perataan laba diakibatkan oleh dua faktor:
1. Natural Smoothing (perataan alami)
Menyatakan bahwa proses perataan laba secara inheren menghasilkan satu aliran
laba yang rata
2. Intentional Smoothing (perataan yang disengaja)
Biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen dan dapat dikatakan bahwa
intentional smoothing berkenan dengan situasi dimana rangkaian earning yang
dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen.
Laba dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan perusahaan. Dewi
(2010), mengatakan bahwa salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah
memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan
dalam menghasilkan laba (earning per share). Adapun sasaran dalam melakukan
perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya dilakukan oleh pihak
manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi. Foster (1986) dalam
Simbolon (2010), mengklasifiksikan unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan
dalam praktik perataan laba, yaitu;
a. Unsur Penjualan
13
1. Saat pembuatan faktur, misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode
yang akan datang, tetapi pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan
dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
2. Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif.
3. Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan
produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk yang rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari
harga yang sebenarnya.
b. Unsur Biaya
1. Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah
menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa
faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode
akuntansi.
2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya
melaporkan biaya advertensi dibayar di muka untuk tahun depan sebagai
biaya advertensi tahun ini
2.4 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya perusahaan. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset
perusahaan ( Suwito dan Herawaty, 2005). Total aset yang dimiliki perusahaan
mencerminkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan didasarkan pada total aset,
penjualan, tenaga kerja, modal dan lainnya. Adapun pengukuran skalanya sebagai
berikut:
14
Menurut Machfoedz (1994), ukuran perusahan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi
dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah
(medium size), perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan pada total asset perusahaan. Sedangkan menurut Badan Standarisasi
Nasional membagi tiga jenis kategori ukuran perusahaan yaitu:
a. Perusahaan besar (large firm)
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan
lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun
b. Perusahaan menengah (medium large)
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan
lebih besar dari Rp. 1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar
c. Perusahaan kecil (small firm)
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil
penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun.
Moses (1987), menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar
memungkinkan untuk melakukan praktik perataan laba lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan lebih kecil. Perataan laba cenderung dilakukan
oleh perusahaan besar, karena perusahaan besar lebih mendapatkan tekanan yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran suatu
perusahaan maka semakin besar kecenderungan perusahaan untuk melakukan
praktik perataan laba, karena jika semakin besar maka akan ada pengawasan dari
pemerintah, karena kenaikan laba terlalu drastis akan menimbulkan bertambahnya
pajak bagi perusahaan. Praktik perataan laba menjadi tindakan yang rasional yang
dilakukan perusahaan karena manajer akan dianggap berusaha untuk
memaksimalkan laba untuk kepentingannya sendiri.
15
2.5 Profitabilitas.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal
saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal. Selain digunakan sebagai alat untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas juga
dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola
sumber-sumber yang dimilikinya ( Sartono, 2010). Profitabilitas menggambarkan
kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektivitas
operasi perusahaan dalam memperoleh laba.
Perusahaan pada umumnya lebih mementingkan masalah profitabilitas dari
pada masalah laba, karena laba yang besar belum tentu merupakan ukuran bahwa
perusahaan telah bekerja secara efektif dan efesien. Efesiensi baru dapat diketahui
dengan membandingkan laba yang diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal
yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Perusahaan sebaiknya tidak
hanya lebih memperhatikan masalah bagaimana usaha untuk memperbesar labanya
saja, tetapi juga yang lebih penting adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan
profitabilitasnya sehingga perusahaan biasanya lebih diarahkan untuk mendapatkan
titik profitabilitas maksimal dan bukan laba maksimal. Menurut Suwito dan
Herawaty (2005), profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau
tidaknya perusahaan yeng mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
Rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan rasio yang
mencerminkan hasil dari kebijakan keuangan dan keputusan operasiojal perusahan
( Bringham dan Houston 2011).
Macam-macam rasio profitabilitas, sebagai berikut :
1. Margin laba atas penjualan (Profit margin on sale)
Profit margin menghitung tingkat kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat diinterprestasikan sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efesiensi) pada periode
tertentu (Hanafi dan Halim, 2009). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
16
Sumber: Kasmir (2014)
Profit margin yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Margin laba yang rendah akan
mengindikasikan adanya masalah opersional, perusahaan dengan margin laba
yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi
atas investasi pemegang sahamnya karena penggunaan leverage keuangan(
Bringham dan Houston, 2006).
2. Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset)
Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aktiva tertentu. Menurut
Hanafi dan Halim (2009) Return onAsset (ROA) juga sering disebut sebagai
Return on Investment (ROI). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
17
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
ROE=𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚X 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DER =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
18
Sumber : Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim (2009)
Agus Sartono (2001), menyatakan bahwa financial leverage menunjukan
proposi atas penggunaan untung membiayai investasinya atau menunjukan
kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun
jangka panjang. Karena resiko terhadap utang tinggi, maka investor perusahaan
juga menginginkan keuntungan yang tinggi, dalam hal ini dapat menimbulkan
kecenderungan pada manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dalam
bentuk praktik perataan laba. Semakin tinggi financial leverage perusahaan maka
semakin besar motivasi manajer untuk melakukan praktik perataan laba. Sutrisno
(2000) mendefiniskan leverage sebagai penggunaan aktiva tetap atau sumber dana
dimana atas penggunaan dana tersebut, perusahaan harus menanggung biaya tetap
atau membayar beban tetap.
2.7 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah presentase hak suara yang dimiliki
oleh institusi (Beiner,dkk,2003) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007).
Kemampuan manajer perusahaan untuk mengelola laba secara oportunistik dapat
dibatasi oleh efektivitas pengawasan oleh para shareholder khususnya investor
institusional. Kepemilikan institusional merupakan pihak yang paling berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam perusahaan karena sebagai pemilik saham
mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan pihak yang memberi
kontrol kepada manajemen dalam kebijakan keuangan perusahaan. Proxy yang
digunakan dalam kepemilikan institusional yaitu menggunakan rumus
(Taswan;2003) :
19
oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku tindakaan
opportunistik manajer. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka
semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan ( Wening dalam Permanasari 2010).
2.8 Net Profit Margin
Net profit margin mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari
penjualan. Net profit margin dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. Menurut Alexandri (2008), menyatakan Net profit
margin adalah rasio yang digunakan unutk menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Sedangkan
menurut Sutrisno (2009) Net profit margin merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang di capai.
Adapun rumus net profit margin adalah sebagai berikut:
20
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Nama Judul Variabel Metode Hasil penelitian
peneliti dan penelitian penelitian
tahun
penelitian
1 Hartanza Faktor-faktor Variabel dependen Statistik Profitabilitas dan
Putra yang - Perataan laba deskriptif, kepemilikan manajerial
Hutamanjay mempengaruhi Variabel independen analisis berpengaruh negatif dan
a (2019) tindakan - Profitabilitas, regresi tidak signifikan terhadap
perataan laba financial logistik, tindakan perataan laba,
(studi empiris leverage menguji financial leverage dan
pada - ukuran keseluruha ukuran perusahaan
perusahaan perusahaan n model, berpengaruh positif dan
property dan - kepemilikan menguji signifikan terhadap
real estate manajerial kelayakan tindakan perataan laba
yang terdaftar model
di BEI tahun regresi,
2015-2017) menguji
koefesien
determinas
i,
pengujian
hipotesis
2 Dinda Ayu Pengaruh firm Variabel dependen Analisis Firm size secara parsial
Permata Sari size, financial - Perataan laba statistik memiliki pengaruh
(2018) risk, value of Variabel independen deskriptif, positif dan tidak
frim, dan net - Firm size, analisis signifikan terhadap
profit margin - financial risk regresi income smoothing,
terhadap - value of frim berganda financial risk secara
income - net profit model parsial memilki pengaruh
smoothing margin panel, positif dan signifikan
pada pengujian terhadap income
perusahaan model, smoothing, value of firm
manufaktur pengujian dan net profit margin
yang telah go hipotesis secara parsial memiliki
public di pengaruh kearah negatif
21
Bursa Efek dan tidak signifikan
Indonesia terhadap income
(2012-2014) smoothing
Secara simultan frim size,
financial risk, value of
firm, net profit margin
berpengaruh signifikan
terhadap income
smoothing
3 Burhanuddin Pengaruh Variabel dependen Analisis Profitabilitas dan firm
(2018) profitabilitas, - Perataan laba statistik size secara parsial
Debt Equity Variabel independen deskriptif, memiliki pengaruh
Ratio, - Profitabilita analisis positif dan tidak
kepemilikan - debt equity regresi signifikan terhadap
intitusional, ratio berganda perataan laba, debt to
dan firm size - kepemilikan model equity ratio secara parsial
terhadap institusional panel, memiliki pengaruh
perataan laba pengujian positif dan signifikan
model, terhadap perataan laba,
pengujian kepemilikan institusional
hipotesis secara parsial memiliki
pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
perataan laba. Secara
simultan profitabilitas,
firm size, kepemilikan
institusional, debt equty
ratio berpengaruh
signifikan terhadap
perataan laba.
4 Yuyun Analisis Variabel dependen Analisis Net profit margin dan
Apitasari faktor-faktor - perataan laba statistik ukuran perusahaan
(2018) yang Variabel independen deskriptif, berpengaruh positif tidak
mempengaruhi - Ukuran analisis signifikan terhadap
praktik perusahaan regresi probabilitas perataan
perataan laba - Profitabilitas logistic laba, profitabilitas
(income berpengaruh negatif tidak
22
smoothing) - financial signifikan terhdap
studi kasus leverage perataan laba, financial
pada - net profit leverage berpengaruh
perusahaan margin positif dan signifikan
yang terhadap probabilitas
tergabung perataan laba
dalam jakarta
islamic index
(2013-2017)
5 Redho Panji Pengaruh Variabel dependen Uji asumsi Leverage dan
Swastika Leverage, - Perataan laba klasik, kepemilikan manajeral
(2017) Kepemilikan Variabel independen analisis berpangaruh negatif tidak
Manajerial, - Leverage regresi signifikan terhdap
Kepemilikan - kepemilikan linear income smoothing,
Institusional, manajerial berganda, kepemilikan institusional
Proporsi - kepemilikan uji berpengaruh positif tidak
Dewan institusional hipotesis signifikan terhadap
Komisaris - proporsi income smoothing,
Independen dewan proporsi dewan komisaris
Terhadap komisaris independen berpengaruh
Income independen positif dan signifikan
Smoothing terhadap pertaan laba,
Pada secara simultan proksi
Perusahaan dalam agency cost yaitu :
Manufaktur leverage, kepemilikan
Yang manajerial, kepemilikan
Listed Di Bei institusional dan proposi
Periode 2011 dewan komisaris
– 2014 independen berpengaruh
signifikan terhadap
income smoothing.
23
Leverage, Dan - Stable signifikan positif
Ukuran shareholdin terhadap perataan laba,
Perusahaan g financial leverage
Terhadap - Profitabilita berpengaruh negatif
Perataan Laba s terhadap perataan laba
- financial
leverage
- ukuran
perusahaan
7 Kartika Pengaruh Variabel dependen Analisis Umur perusahaan dan
Sari(2015) umur - perataan laba regresi keanggotaan dewan
perusahaan, Variabel independen linear direksi tidak berpengaruh
keanggotaan - Pengaruh berganda secara parsial, simultan
dewan direksi, umur maupun dominan
dan perusahaan terhadap perataan laba,
keberadaan - -keanggotaan auditor independen
auditor dewan direksi berpengaruh secara
independen, - keberadaan parsial dan dan dominan
terhadap auditor terhdap perataan laba`
praktik independen
perataan laba
pada
perusahaan
rokok yang
terdaftar di
BEI
8 I Nyoman Perataan Laba Variabel dependen Analisis Ukuran perusahaan,
Ari Widana Serta Faktor- - perataan laba statistik dividend payout ratio,
& Gerianta faktor yang Variabel independen deskriptif serta financial leverage
Wirawan mempengaruhi - ukuran Binary tidak berpengaruh
Yasa (2013) nya di Bursa perusahaan logistic signifikan terhadap
efek Indonesia - profitabilitas regression tindakaan perataan laba,
- dividend dengan sedangkan profitabilitas
payout ratio metode dan net profit margin
- net profit eror berpengaruh positif
margin signifikan terhadap
perataan laba
24
- financial
leverage
9 Eko Budi Pengaruh Variabel dependen Uji asumsi Profitabilitas dan
santoso & Profitabilitas, - perataan laba klasik, kelompok usaha tidak
Sherly Financial Variabel independen analisis berpengaruh terhadap
Novia Salim Leverage, - profitabilitas linear tindakan perataan laba,
(2012) Dividen, - financial berganda financial leverage dan
Ukuran leverage dividen berpengaruh
Perusahaan, - dividend negatif terhadap perataan
Kepemilikan payout ratio laba, ukuran perusahaan
Institusional, - ukuran dan kepemilikan
Dan perusahaan institusional berpengaruh
Kelompok - kepemilikan positif terhadap tindakan
Usaha institusional peratan laba.
Terhadap - kelompok
Pertaan Laba usaha
Studi Kasus
Pada
Perusahaan
Non-Finansial
Yang
Terdaftar Di
Bei
10 Andy Sri Pengaruh Variabel dependen Analsis Profitabilitas yang
Haryadi Profitabilitas, - Perataan laba deskriptif, diprosikan dengan ROE
(2011) Size Variabel independen analisis dan komisaris
Perusahaan, - Profitabilitas inferensial independen secara parsial
Dan - Size tidak berpengaruh negatif
Komisaris - Perusahaan signifikan terhadap
Independen - komisaris praktik perataan laba, size
Terhadap independen perusahaan secara parsial
Praktik tidak berpengaruh positif
Perataan signifikan terhadap
Laba( Income praktik perataan laba.
Smoothing) Profitabilitas, size
Pada perusahaan, dan
Perusahaan
25
Manufaktur komisaris independen
Yang secara
Terdaftar Di bersama-sama
Bursa Efek berpengaruh tidak
Indonesia signifikan terhadap
(BEI) Tahun praktik perataan
2006-2009 laba
11 Igan Faktor-faktor Variabel dependen Analisis Ukuran perusahaan,
Budiasih yang - perataan laba statistik profitabilitas, dan
(2009) mempengaruhi Variabel independen deskriptif, deviden payout ratio
praktik - ukuran analisis berpengruh positif
perataan laba. perusahana linear signifikan terhadap prakti
- profitabilitas berganda perataan laba. Sementara
- financial itu financial leverage
leverage tidak berpengaruh
- dividen signifikan terhadap
payout ratio praktik perataan laba.
26
Gambar 2.2
Kerangka pemikiran teoritis
Ukuran perusahaan
(XI)
H1
Profitabilitas
H2
(X2)
Perataan laba
Financial leverage
H3
(Y)
(X3)
H4
Kepemilikan institusional
(X4) H5
27
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai
berikut
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba
2.11.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan memperoleh laba dengan suatu
ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas
dianyatakan dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi,
pendapatan persaham, dan laba penjualan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat
dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
diperbandingkan satu dengan lainnya. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh
investor maupun kreditor dalam menilai sehat atau tidaknya perusahaan. Dengan
kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh
laba. Arif Setiawan (2015), dalam penelitiannya menyatakan profitabilitas
berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai
berikut.
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba
2.11.3 Financial leverage
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai
financial leverage. Financial leverage menunjukan proporsi sejauh mana
kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman atau hutang.
Semakin besar proporsi hutang yang digunakan maka semakin besar juga financial
leveragenya dan semakin besar proporsi hutang yang digunakan oleh perusahaan,
maka pemilik modal perusahaan sendiri akan menanggung resiko yang semakin
besar. Semakin besar financial leveragenya maka semakin besar motivasi
manajemen melakukan praktik perataan laba. Yuyun Apitasari (2018), menyatakan
financial leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba, hasil
penelitian ini didukung oleh Hartanza Putra Hatamanjaya (2019), menyatakan
financial leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba.
28
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai
berikut.
H3 : Financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba
2.11.4 Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional merupakan pihak yang paling berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam perusahaan karena sebagai pemilik saham
mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan pihak yang memberi
kontrol kepada manajemen dalam kebijakan keuangan perusahaan. Kepemilikan
institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik
keagenan antara pemegang saham dan manajer. Keberadaan kepemilikan
institusional dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen
dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh manajemen sehingga
dapat mengahalangi perilaku tindakan opportunistik manajer. Redho Panji Swatika
(2017), dalam penelitiannya menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap perataan laba sedangkan Burhanuddin (2018), dalam penelitiannya
menyatakan kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap perataan laba
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai
berikut
H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap perataan laba
2.11.5 Net profit margin
Net profit margin dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak
dengan penjualan bersih. Semakin tinggi nilai net profit margin maka menunjukkan
semakin baik. Perusahaan yang memiliki laba stabil lebih diminati oleh
stakeholders, karena hal tersebut merupakan dasar yang menunjukkan bahwa hasil
kinerja manajemen yang bagus, dan semakin besar net profit margin yang diperoleh
maka pihak manajemen akan cenderung melakukan praktik perataan laba. Yayu
Apitasari (2018), dalam penelitiannya menyatakan Net profit margin berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap perataan laba. Berbeda dengan penelitian Dinda
Ayu Permata Sari (2018), menyatakan bahwa net profit margin secara parsial
memiliki pengaruh kearah negatif dan tidak signifikan terhadap income smoothing
29
Berdasarkan uaraian diatas maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai
berikut
H5 : Net profit margin berpengaruh terhadap perataan laba
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian penjelasan (explanation research)
dengan pendekatan kuantitatif. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan
expalanatory research yaitu penelitian yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang
dirumuskan atau seringkali disebut sebagai penelitian penjelas. Karena dalam
penelitian ini menggunakan metode penjelasan (explanatory) dimana peneliti
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melaluli pengujian hipotesis
berdasarkan teori-teori sebelumnya. Penelitian kausal meneliti hubungan sebab
akibat antar dua variabel atau lebih.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini meneliti
perusahaan Manufaktur melalui media internet berupa situs web resmi
www.idx.co.id. Untuk estimasi waktu penelitian adalah satu bulan setelah proposal
ini disetujui.
3.3 Populasi dan sampel
Menurut Sugiyono (2006) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-
2019 yang berjumlah 168 perusahaan. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian
ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah perusahaan manufaktur dari bursa
efek indonsia periode 2016-2019 dengan jumlah laporan keuangan setiap
perusahaan yang akan diidentifikasi, maka jumlah populsi dalam penelitian ini 672
laporan keuangan.
Menurut Sugiyono (2006) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini metode sampel yang
digunakan adalah Purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan
31
kesesuaian karakteristik sampel, yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2016-2019
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2016-
2019
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada tahun
2016-2019
4. Laporan keuangan disajikan dalam rupiah.
5. Perusahaan mencantumkan kepemilikan institusional dalam
laporan keuangan selama tahun 2016-2019.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel diatas, dari 168 perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) diperoleh 53 perusahaan
manufaktur yang memenuhi kriteria, sehingga didapat sampel sebanyak 212
laporan keuangan.
3.4 Sumber data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (Indirantoro dan Supomo, 2002). Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2016-
2019 yang bisa diakses melalui website BEI yaitu www.idx.co.id .
3.5 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi, yang merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan
data sekunder yang digunakan dengan cara mempelajari dokumen terkait dengan
laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data dapat diperoleh
melalui website www.idx.co.id .
3.6 Definisi operasional variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel dependen/terikat
sebagai perataan laba dan yang menjadi variabel independen/bebas adalah ukuran
32
perusahaan, profitabilitas, financial leverage, kepemilikan institusional, dan net
profit margin.
3.6.1 Variabel dependen
3.6.2 Perataan laba
Perataan laba merupakan usaha yang disengaja untuk meratakan atau
memfluktuasikan tingkat laba oleh manajer sehingga pada saat sekarang dipandang
normal bagi perusahaan. Tindakan perataan laba dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan Indeks Eckel (1981). Perhitungan Eckel menggunakan Coefficient
Variation (CV) variabel penjualan dan variabel penghasilan bersih. Perhitungan
indeks eckel menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑉 ∆𝐼
Indeks perataan laba =
𝐶𝑉 ∆𝑆
Keterangan:
∆𝐼 : Perubahan laba dalam satu periode
∆𝑆 : Perubahan pendapatan dalam satu periode
CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan
Nilai dari CV ∆𝐼 atau CV ∆𝑆 dapat dihitung sebagai berikut:
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒
CV ∆𝐼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑉 ∆𝑆 =
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
Atau
∑(∆𝑥−∆𝑋)2
CV ∆𝐼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑉 ∆𝑆 = √ : ∆𝑋
𝑛−1
33
Keterangan:
∆𝑥 : perubahan laba (1) atau penjualan (s) antara tahun n dengan tahun n-1
∆𝑋 : rata-rata perubahan laba (1) atau penjualan (s) antara tahun n dengan
tahun n-1
n : banyaknya tahun yang diminati
3.7 Variabel independen
3.7.1 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan didasarkan pada total aset, penjualan,
tenaga kerja, modal dan lainnya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
semakin besar kecenderungan perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba,
karena jika semakin besar maka akan ada pengawasan dari pemerintah, karena
kenaikan laba terlalu drastis akan menimbulkan bertambahnya pajak bagi
perusahaan. Menurut Jogiyanto (2007), menyatakan ukuran aktiva digunakan untuk
mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma
dari total aktiva. Nilai total aset biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan
variabel keuangan lainnya, untuk itu variabel asset diperhalus menjadi Log Asset
atau Ln Total Asset.
34
total aset yang terdapat di laporan keuangan dan laporan laba rugi perusahaan dan
di kali 100% untuk memperoleh rasio profitabilitas perusahaan, adapun rumus ROA
adalah sebagai berikut:
35
3.7.5 Net profit margin
Net profit margin (NPM) dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. Semakin tinggi nilai net profit margin maka
menunjukkan semakin baik. Adapun rumus NPM adalah sebagai berikut:
36
3.9.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau variabel bebas (Ghozali,
2016). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas.
Sebuah model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen secara kuat. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas
dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dimana nilai
VIF harus dibawah nilai 10. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) hasil regresi
lebih besar dari 10 maka dapat dipastikan ada multikolinearitas di antara variabel
bebas tersebut. Untuk mengetahui nilai VIF pada model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika angka tolerance diatas 0.1 dan VIF < 10 dikatakan tidak terdapat gejala
multikolinearitas
b. Jika angka tolerance dibawah 0.1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala
multikolinearitas
a. Nilai D-W besar atau diatas 2 berarti tidak ada autikorelasi negatif
b. Nilai D-W antara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi atau bebas
autokorelasi
c. Nilai D-W kecil atau dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
37
3.9.4 Uji Heteroskedastistas
Uji Heteroskedastisitas memiliki pengertian bahwa variasi residual tidak sama
untuk semua pengamatan. Uji heteroskedastistas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dalam
satu pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastistas atau tidak terjadi heteroskedastistas. Untuk menguji
terjadi tidaknya heteroskedastistas digunakan uji Glejser. Apabila Sig. < 0.05 maka
tidak terdapat gejala heterokedastistas.
Keterangan :
Y : Perataan laba
𝛼 : Koefesien konstanta
𝛽 : Koefesien regresi
XI : Ukuran perusahaan
X2 : Profitabilitas
X3 : Financial leverage
X4 : kepemilikan institusional
e : eror 5%
38
3.11 Uji Hipotesis
3.11.1 Uji parsial (Uji t)
Uji t adalah analisis statistik dalam regresi berganda yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh varibael bebas (independen) secara sendiri-sendiri terhadap
variabel terkait (dependen). Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis
yaitu dengan cara membandingkan t hitung dan t tabel dengan 𝛼 = 5%. Ketentuan
diterima atau ditolaknya hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan t > 0,05 berarti tidak ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen
2. Jika nilai signifikan t < 0,05 berarti ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen
39
DAFTAR PUSTAKA
Abiprayu, Kris Brantas., dan Rini Demi Pangestusi Irene. 2011. “Pengaruh
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan
Devidend Payout Ratio terhadap Perataan Laba (Studi Kasus pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-
2009).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 2(1), 183–195.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. “Teori Akuntansi”. Buku satu - Edisi 5. Jakarta:
Salemba Empat
Bleidernan, C.R. 1973 “Income Smooting : The Role off Management”. The
Accounting Review, vol. 48(4). Hal 653-667
Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, dan
Financial Leverage terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Akuntansi dan Auditing, 3(1),
90–112.
40
Djayanti, A. (2015). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Financial
Leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. KELOLA, 2(3), 1-11.
Hartono, Jogiyanto. 2007. “Teori Portofolio dan Analisis Investas”i. Edisi ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Idris. 2006. Aplikasi “Model Ananlisis data Kuantitatif dengan Progrm SPSS”.
Padang: UNP.
Kustono, Alwan Sri. 2009. “Perataan Laba, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan.
Jurnal Ekonomi, Akuntansi dan Manajemen”, hal 41-58, Vol.3, No. 1 April
2009.
41
Machfoedz, M. 1994. “The Uselfunes of Financial Ratio in Indonesia”. Jurnal
KELOLA.
Moses. 1987. “Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using Accounting
Change”s. The Accounting Review. Vol 62 No2.
Nasir, Arifin dan Anna Suzanti. 2002. “Analisis Pengaruh Perataan Laba
Terhadap Risiko Pasar Saham dan Return Saham Perusahaan-perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta”. KOMPAK. Mei.
Nazira, Cut Fatimah., dan Nita Erika Ariani. 2016. “Pengaruh Jenis Industri,
Kepemilikan Manajerial, Operating Profit Margin, dan Dividend Payout
Ratio terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,
1(1), 158–170.
Noviana, Retno Sindi, Etna Nur Afri Yuyetta 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2006-2010)”. Jurnal Kuntansi &
Auditing. Volume 8. No. 1
Prihat, Assih dan Gudono, M. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan
Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol.3 : no.1
Sartono, Agus. 2001. “Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat.
Yogyakarta : BPFE. Budiasih, I G A N. 2009. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perataan Laba. AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4,
No. 1:44-50.
42
Sartono, Agus. 2010. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Sofyan Syafri Harahap. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Rajawali pers, Jakarta,
2011.
Sutrisno. (2000), Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, edisi Pertama,
Cetakan ketujuh, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
43
Watss, Ross L. Dan Jerold L. Zimmerman (1986). Positive Accounting Theory.
USA: Pretince-Hall
www.idx.co.id
Zuhriya, Syaidahtus dan Wahidahwati, 2015. “Perataan Laba dan Faktor Yang
Mempengaruhi Perusahaan Manufktur di BEI”. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 4 No. 7, h. 1-22.
44