2.1.3.Audit internal................................................................................................... 38
Pelaporan Keuangan................................................................................................. 79
i
2.2.2 Hubungan Pelaksanaan audit internal dengan Kecurangan Pelaporan Keuangan
.................................................................................................................................. 82
.................................................................................................................................. 89
Perusahaan................................................................................................................ 92
3.4. Jenis Data, Instrumen Penelitian dan Alat Ukur Penelitian ................................. 109
ii
3.8.Trasformasi Data .................................................................................................. 113
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
……………………………………………………………………………....……..5
Tabel 3.2 Ketentuan Kecocokan Model atau Model Fit ..................................... 127
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
ini menjadi topik yang menarik untuk diteliti sejak pertengahan tahun 1900an
perusahaan juga harus mengejar tujuan sosial, khususnya yang berkaitan dengan
dari risiko lingkungan dan risiko sosial (Sarwono Kusumaatmadja, 2015). Banyak
(Tripple Bottom Line): Profit, People and Planet. Kita ketahui bahwa banyak
mengandung racun (Tridiyah Maestuti, 2016), kasus Freeport (Rizal Ramli, 2015)
dan juga kasus kebakaran hutan di Riau (Imam Hendargo, 2014) serta beberapa
yang melanggar Amdal. Lebih lanjut Merah Johansyah (2015) minta agar Bank
Mandiri dan Bank Indonesia menghentikan dan mengoreksi kebijakan kredit dan
Dampak Lingkungan) ini, yaitu PT. FSP yang juga anak Grup Bayan Resources,
Kalimantan.
3
keuangan, karena fungsi mereka menarik sumber daya keuangan dari ekonomi dan
redistribusi untuk bisnis yang mencari sumber keuangan dalam rangka membiayai
proyek-proyek baru atau proyek dalam pembangunan (Matei et al, 2013). Industri
(Frainggade, 2016).
finance atau arah jalan rencana Keuangan Berkelanjutan. Roadmap tersebut berisi
juga untuk meningkatkan daya tahan dan daya saing lembaga jasa keuangan.
industri keuangan baik dalam jangka menengah maupun panjang dan menjadi
acuan bagi OJK dan pelaku industri jasa keuangan serta pihak lain yang memiliki
meningkat dari tahun ke tahun, dalam lima tahun terakhir tingkat perbandingan
antara jumlah kredit yang dipinjamkan perbankan dengan total Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) meningkat sampai 36,2%
(Arman, 2014). Setelah krisis keuangan internasional, banyak bank telah mengubah
cara mereka beroperasi dengan mengubah filosofi bisnis mereka, yaitu dari
(sustainability) yang baik bagi bank dan juga masyarakat untuk bekerja di
bahwa beberapa negara besar seperti Jerman, Amerika, China dan Jepang terbukti
“3Ps”, yaitu: aspek ekonomi (profit), aspek sosial (people) dan aspek lingkungan
(planet).
dan Lingkungan untuk tahun 2015, hanya dua dari 11 bank (yang disurvey oleh
dan hak-hak buruh, (Fanggidae et al. 2016). Lebih lanjut Fanggidae et al. (2016)
dan lingkungan yang mereka biayai, tetapi tidak sebagai bagian integral dari
pengambilan keputusan, seperti dalam pemberian kredit dan investasi, dalam upaya
terbaik atau melakukan ‘race to the top’ dalam hal meningkatkan sensitivitas
hak asasi dan lingkungan hidup (Fanggidae et al., 2016). Hasil yang diperoleh dari
bahwa bank-bank di Indonesia masih jauh ketinggalan dari cabang bank asing yang
Nilai Konsolidasi
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Dari Gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa Lembaga Responsi Bank yang
melakukan survey Pemeringkat Bank tahun 2016 atas Laporan keberlanjutan tahun
2015, dari 11 bank yang masuk kategori 4 bank BUKU 4 (Bank Umum Kelompok
Usaha) dengan total aset Rp30 triliun ke atas; 4 bank BUKU 3 terbesar dengan total
aset Rp5 triliun – Rp30 triliun; dan 3 bank asing di Indonesia, ternyata bank umum
Indonesia masih tertinggal jauh untuk masalah pelaporan keberlanjutan. Hal ini
yang mendasari peneliti tertarik mempelajari lebih jauh kenapa bank di Indonesia
Corporate Social Responsibilty (CSR) masih digunakan dengan maksud dan tujuan
yang sama (Montiel, 2008, Van Marwick, 2013; Baumgartner, 2014; Garavan et
al., 2010, Van der Byl & Slawinski, 2015). Menurut Montiel (2008) meskipun telah
berevolusi dari sejarah yang berbeda, baik CS maupun CSR mendorong menuju
masa depan umum dan keduanya memiliki visi yang sama yaitu bermaksud untuk
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sustainability pada aspek sosial dan
dengan manajemen laba juga diteliti oleh Hsiang-Lin Chihet al. (2007) yang
7
dan lingkungan.
Demikian pula Hummel & Ising (2015) dan Gargouri et al. (2010) juga
management juga rendah. Hal ini dijelaskan bahwa perusahaan yang melakukan
manipulasi laba maka mereka juga cenderung untuk tidak terlalu memperhatikan
Pavlović, 2013; Kaseem, 2012; Haryono Umar, 2016; Hassan et al., 2008;
mempengaruhi Keberlanjutan Perusahaan (Hummel & Ising, 2015). Hal ini dapat
Sustainability) yang berkaitan dengan unsur ekonomis (profit) karena tidak dapat
bertahan secara finansial. Kita ketahui bahwa untuk memenuhi keberlanjutan aspek
8
Perusahaannya dari segi kinerja ekonomi dan harus ditutup (Nelson, 2016).
keuangan yang tidak berkualitas karena tidak sesuai dengan tujuan kerangka konsep
waktu dan mudah dipahami (IFRS QC4, 2010). Namun pada kenyataannya masih
temuan Badan Pemeriksa Keuangan (Harry Aziz, 2016). Kasus Bank Lipo (2011),
PT. Kimia Farma (2001) dan kasus PT. KAI juga merupakan permasalahan yang
Disamping itu ada 108 kasus perbankan dalam kurun waktu 2014-2016
(Nelson, 2016). Jenis kasus yang banyak terjadi di perbankan dari 2014 sampai
kuartal III 2016 ini (Gambar 1.2) adalah kasus kredit 55 persen, rekayasa
rakyat (BPR). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Potensi tindak pidana perbankan juga
9
banyak dilakukan oleh orang yang bekerja di bank itu sendiri (Haryono Umar,
2017).
Fraud pada pelaporan keuangan atau manajemen laba terjadi ketika manajer
kontrak yang berdasarkan angka akuntansi laporan keuangan (Haely & Wahlen,
al. (2009) menyebutkan bahwa skandal Enron, WorldCom dan di tempat lain telah
saham. Dari kasus besar tersebut dapat kita lihat bahwa Kecurangan Pelaporan
Keuangan yang dilakukan oleh Enron Worldcom dan Lehman Brothers (Amoa,
overstating asset, sales dan profit, maupun understating liabilities dan expenses
kecurangan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam hal
seolah-olah laba yang diterima lebih besar dari laba yang sebenarnya. Masih banyak
terlihat lebih besar sehingga mendapatkan reward atau bonus (Hasan Bisri, 2013).
Demikian juga Ali Samsuri (2016) mengatakan bahwa direksi PT. Timah Tbk. telah
release laporan keuangan semester I-2015 yang mengatakan bahwa efisiensi dan
strategi yang telah telah membuahkan kinerja yang positif, padahal kenyataanya
Menurut Standar Perikatan Audit 240, salah saji dalam laporan keuangan
antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya (yang
berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan) adalah tindakan yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja (SPA 240, 2013). Kecurangan Pelaporan
disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan
tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar
11
(CGMA, 2012), tindakan fraud terdiri dari: (a) Asset misappropriation; (b)
terjadi di sektor publik (yang menyangkut keuangan negara), hanya ada satu
kategori yaitu korupsi. Akuntan diharapkan dapat ikut serta memberikan kontribusi
kongkret dalam aktivitas bangsa melawan fraud (korupsi). Para akuntan Indonesia
(fraud) bukan sebaliknya malah menjadi fasilitator untuk mulusnya kegiatan fraud
termasuk industri jasa keuangan (IJK) yang masih menyimpan potensi fraud atau
penyimpangan yang tertinggi hingga saat ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 12 Mei 2016, proses sengketa yang berasal
dari sektor bank masih tertinggi mencapai 54 persen diikuti kemudian dengan
Pasar Modal
Lembaga Pembiayaan
Asuransi
Bank
Kejadian fraud antara lain menimpa Bank Panin dimana Deputi Direktur
Direktorat Pengawasan Bank 3 (Bank Indonesia), Riyanti Sali (2013) waktu itu
fraud terjadi pada industri jasa keuangan dan perbankan, pemerintahan dan sektor
publik dan perusahaan manufaktur. Dari data tersebut yang tertinggi adalah sektor
2014). Melihat sifat operasionalnya maka tidak mungkin mencapai zero fraud risk
perbankan juga menyeruak seperti yang diungkap oleh SWIFT (Society for
global tengah mendapat serangan hebat. Untuk ketiga kalinya, hacker membobol
sistem perbankan global dan mencuri jutaan dollar Amerika (SWIFT, 2016).
Report on Occupational Fraud 2016 terlihat bahwa industri jasa keuangan dan
perbankan mendapatkan peringkat paling tinggi dalam kejadian fraud yang dapat
bahwa terjadi indikasi manajemen laba pada bank syariah di Indonesia. Penelitian
Adriani (2014), Hanani (2016), Indriasari (2016) menemukan bahwa terjadi praktik
internal. Penelitian Skousen et al. (2008) didasari dua tipe Kecurangan Pelaporan
Keuangan, yang pertama adalah yang dilakukan oleh top management yang
investor dan menurunkan reputasi perusahaan dan juga akuntan professional yang
berhubungan dengannya.
oleh middle management dalam rangka untuk memperoleh bonus dan kompensasi.
Dari gambar 1.3 dapat dilihat bahwa kerugian median paling besar nilainya
pada perusahaan besar besar seperti Lucent, Xerox, Rite Aid, Cendant, Sunbeam,
and Tyco di USA (Rezaee, 2015) dan juga kasus fenomenal Lehman Brothers
karakteristik kualitatif utama, antara lain relevan dan penyajian yang jujur (faithful
yang dihasilkan dalam proses akuntansi tidak lagi memenuhi karakter kualitatif
keputusan.
untuk mendeteksi fraud antara lain dalam urutan dari yang tertinggi salah satunya
sudah sering akrab di telinga kita, seperti kasus Enron, WorldCom, dan Adelphia
sedangkan faktor lainnya salah satunya adalah permasalahan Audit Internal yaitu
independensi auditor.
Gellinas & Dull (2008:228) menyatakan bahwa laporan kerugian dari PWC
(Price Waterhouse Cooper) dan AFCE mengenai kerugian akibat terjadinya fraud
mendeteksi adanya fraud disamping juga Fraud Detection Program dan Detection
ACFE melihat internal control sebagai salah satu alat untuk mendeteksi
peran dari proses pengendalian internal merupakan unsur penting dalam suatu
sumber daya seperti manusia, dan peralatan yang didisain untuk mengubah data
keuangan dan data lainnya menjadi informasi (Boodnar & Hopwood, 2010:1)
& Enggar, 2016). Dalam teori Fraud Triangle, Sistem Informasi Akuntansi dengan
untuk melakukan tindakan fraud. Gellinas & Dull (2008: 222) menyatakan bahwa
sistem pengendalian internal dan proses rivew yang sedang berjalan dapat
Akuntansi, banyak Bank yang merasa sistem keuangan sudah bagus ternyata bisa
ditembus juga, hal tersebutlah yang harus menjadi perhatian (Nelson Tampubolon,
organisasi bisnis (Hla & Teru, 2015). Penelitian lainnya menemukan bahwa
17
mendasari akan terjadinya fraud (Goreva et al. 2013; Smith, 2016). Kesuksesan
antara lain oleh kompetensi user (Sri Mulyani & Nunung N., 2015).
segera mendeteksi adanya suatu problem atau fraud sebelum menjadi lebih besar.
ERP. Oleh sebab itu Sistem ERP memerlukan komiten manajemen dan perubahan
kemungkinan akan terjadi pencurian data dan sebagainya apabila tidak ada general
Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa sistem informasi di dunia
rakyat mampu menerapkan sistem Audit Internal andal dan efektif, serta dapat
penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku (Zulmi, 2014). Di lain pihak, Bank
Syariah Mandiri (BSM) tersangkut kasus fraud yang terjadi di BSM cabang Bogor
dan BI meneliti kasus pemberian kredit fiktif sebesar Rp 102 miliar tersebut. Bank
Indonesia meneliti fraud di suatu bank yang disebabkan oleh kelalaian sumber daya
Alamsyah, 2013).
(service) untuk organisasi (Moeller, 2005: 3). Audit Internal modern yang efektif
harus mengenali potensi fraud dari praktek bisnis yang ada sebagai bagian dari
Panin adanya kecurangan sebesar Rp30 Milyar yang melibatkan manajemen dan
salah satu Pimpinan Cabang, berhasil ditemukan oleh Auditor Internal Bank Panin
adalah mengawasi pembentukan kebijakan dan praktik akuntansi oleh bank dan
meninjau aspek kualitatif dari praktik akuntansi bank, termasuk estimasi akuntansi
2012). Internal audit dan komite audit keduanya berperan dalam rangka tatakelola
perusahaan.
Penelitian Mulyani & Fettry (2016) menemukan bahwa peran komite audit
sebagai salah satu dari mekanisme tatakelola dapat memastikan kualitas pelaporan
keuangan. Komite audit bertugas mengawasi tugas dari Audit Internal pada
perusahaan (IIA, 2016). Coram et al. (2008) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki fungsi Audit Internal lebih dapat mendeteksi adanya fraud dibandingkan
yang tidak memiliki fungsi Audit Internal. Demikian juga penelitian lainnya
melihat kaitan antara Audit Internal dengan fraud (James, 2003; Norman, 2010).
manipulasi laba (Christ et al, 2015; Prawit et al., 2009; Scheneider, 2013). Menurut
DeZoort & Harrison (2008) Auditor Internal yang memiliki persepsi yang tinggi
internasional (Enron, Wordlcom, dsb) dan nasional (PT. Kimia Farma, Bank Lipo,
20
adanya kaitan budaya perusahaan dalam hal integritas yaitu penurunan etika dari
pelaku usaha. Kermis & Kermis (2014) menyatakan bahwa proses akuntabilitas
keuangan berawal dari individu dan diakhiri juga oleh ketetapan individu apakah
yang dilakukan melanggar atau tidak. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan
adanya peran dari seluruh aspek yang terkait dengan pelaporan keuangan, untuk
Collaboration. 2014).
pelaporan keuangan dapat terjadi dihubungkan dengan etika dan teori Planned
mengintai di setiap sudut, budaya yang kuat dalam etika dan complience adalah
dasar dari program manajemen risiko yang kuat. Skandal dan krisis organisasi yang
banyak terjadi di awal tahun 2000-an dapat diambil pelajaran bahwa tanpa budaya,
etika dan complience, organisasi akan selalu mengandung resiko (Deloitte, 2015).
Keuangan. Lebih lanjut Morgan & Burnside (2014) menyatakan bahwa beberapa
Pelaporan Keuangan.
Keberlanjutan Perusahaan.
Keberlanjutan Perusahaan.
Perusahaan.
22
Perusahaan.
Menurut Sekaran (2013:5) tipe penelitian ada dua macam, yaitu Applied
Research dan Basic Research. Applied Research adalah penelitian yang bertujuan
dan memerlukan solusi yang tepat waktu. Sedangakan Basic Research bertujuan
(Sekaran, 2013:5).
23
fenomena yang ada yaitu permasalahan pada Pelaporan Keuangan dan dampaknya
Tujuan dari Basic Research penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil
penelitian terkait dengan premis dan hasil penelitian terkait bukti empiris dari
kajian:
Keberlanjutan Perusahaan.
Keberlanjutan Perusahaan.
24
Keuangan.
Keuangan.
Keuangan.
Keberlanjutan Perusahaan.
keberlanjutan Perusahaan.
ilmu yaitu dalam bentuk pengujian terhadap hipotesis. Diharapkan dapat diketahui
pengujian hipotesis tersebut dapat dikonfirmasi bahwa konsep atau teori yang
bahwa isu Keberlanjutan Perusahaan merupakan isu terkini yang penting untuk
BAB II
definisi tepat dalam domain tertentu untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana
hubungan yang logis terikat sehingga teori memberikan prediksi spesifik. Lebih
lanjut menurut Wecker (1998:362) teori itu penting bagi penelitian dan praktisi
karena (1) menciptakan kerangka kerja analisis; (2) menyediakan metode yang
efisien untuk pengembangan lapangan; (3) memberikan penjelasan yang jelas untuk
dunia pragmatis.
adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
pencapaian tujuan. Premis dasar dari Stakeholders Theory adalah bahwa semakin
kuat hubungan perusahaan dengan pihak eksternal, akan lebih mudah untuk
mencapai tujuan perusahaan; sebaliknya apabila lebih buruk hubungan maka akan
stakeholders didasarkan pada kepercayaan, rasa hormat, dan kerja sama (Wilson,
2003).
28
dengan asumsi bahwa nilai-nilai (values) adalah merupakan hal penting dan secara
(shared sense) dari nilai yang mereka buat, dan apa yang menyatukan stakeholders.
Hal ini juga mendorong manajer untuk menjadi lebih jelas tentang bagaimana
mereka ingin melakukan bisnis, khususnya jenis hubungan bagaimana yang mereka
inginkan dan butuhkan dengan para Stakeholders untuk memenuhi tujuan mereka.
yang masuk kategori stakeholder adalah pemegang saham dan investor, karyawan,
pelanggan, dan pemasok. Di luar kategori tersebut, masih menjadi tantangan karena
tidak ada kriteria yang jelas untuk mendefinisikan stakeholder (Wilson, 2003).
dan juga pemerintah dan subsistemnya yang dapat menyebabkan dan merespon
perubahan iklim atau perubahan budaya karena pemasaran dan periklanan, maka
stakeholders dengan tanggung jawab sosial dan kinerja, menyatakan bahwa sudah
banyak peneliti mencoba untuk menemukan ukuran kinerja sosial dan untuk
ukuran kinerja sosial juga melakukan dengan baik pada ukuran ekonomi yang lebih
tradisional.
berbeda bisa memiliki tujuan, prioritas, dan tuntutan yang berbeda. Pemegang
saham dan investor ingin hasil optimal atas investasi mereka; karyawan ingin
tempat kerja yang aman, gaji yang kompetitif dan keamanan kerja; pelanggan
menginginkan barang dan jasa berkualitas dengan harga yang adil; masyarakat
setempat ingin investasi masyarakat; regulator ingin sesuai dengan peraturan yang
teorinya. Penelitian tanggung jawab sosial dilihat dari sudut pandang stakeholders
diawali dengan artikel Harrison & Freeman (1999) yang mengatakan bahwa isu
Untuk memahami apa itu Sistem Informasi Akuntansi maka berikut akan
dibahas apa itu sistem, sistem informasi dan Sistem Informasi Akuntansi. Sistem
elemen yang saling bekerjasama dengan tujuan yang sama untuk menghasilkan
sehingga membantu suatu sistem yang lebih luas dalam mencapai tujuan. Arus
informasi (information flow) tidak hanya dari pihak manajemen tetapi juga bagi
Setalah kita membahas Sistem dan Informasi maka selanjutnya kita kaji
komunikasi, data resource dan prosedur yang kebijakan yang menyimpan, me-
penyimpana data. Demikian pula Dull et al. (2012:14) menjelaskan bahwa Sistem
informasi adalah sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari integrasi
Azhar Susanto (2008), Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem baik
fisik maupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama
secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi
yang berguna.
Sistem Informasi adalah suatu kumpulan sub-sub sistem atau komponen bersifat
fisik atau non fisik yang saling berintegrasi dan bekerjasama secara harmonis untuk
(user).
sistem informasi manual dan sistem informasi berbasis komputer. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa sistem informasi komputer memiliki komponen sistem antara lain
adalah: (1) Hardware; (2) Brainware; (3) Prosedur; (4) Database; (5) Software; (6)
Setelah kita memahami apa itu Sistem dan Sistem Informasi, maka
selanjutnya kita bahas apa itu Sistem Informasi Akuntansi. Bodnar dan Hoopwood
sumber daya seperti manusia dan peralatan yang didisain untuk mengubah data
keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Demikian pula menurut Wilkonson
dalam suatu entitas atau perusahaan yang terdiri dari sumberdaya fisik dan
menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang mencatat dan
melaporkan transaksi bisnis dan alur dana dalam organisasi dan kemudian
atau komponen-komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan
secara harmonis untuk mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan yang
data secara otomatis (4) Terdiri dari komponen-komponen antara lain: hardware,
perlu pahami apa yang dimaksud dengan efektifitas. Menurut Nabizadeh & Omrani
(2014), efektifitas adalah seberapa jauh dampak dari pekerjaan yang dilakukan
dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari pembahasan sebelumnya kita
menjadi perhatian. Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sistem
informasi yang efektif adalah sistem informasi yang berkualitas yang menghasilkan
informasi yang relevan, akurat, tepat waktu, conciseness, clarity, quantifability dan
investasi capital, dan memperkuat fungsi dari corporate governance (Zhai & Wang,
2016). Oleh sebab itu diperlukan sistem informasi yang efektif sehingga
34
basis yaitu:
Teru & Hla (2015) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi yang
(Teru & Hla, 2015). Lebih spesifik Dull et al. (2012:225) membahas pentingnya
(Information System Audit & Control Association) pada tahun 1996 mengeluarkan
perusahaan yang efektifitas dan efisien; (2) Keandalan laporan keuangan dan (3)
35
(2010:12) juga menyatakan bahwa aspek paling penting dalam Sistem Informasi
perhatian utama bagi para akuntan (sebagai pengguna Sistem Informasi Akuntansi)
dimana akuntan harus terlibat dalam mendisain sistem informasi untuk memastikan
(Wilkinson et al., 2000:234). Informasi yang dibutuhkan oleh user diperoleh dari
diperlukan untuk peroses pengambilan keputusan yang efektif (Teru & Hla,
2015:1).
Akuntansi dapat diukur dari: (1) Effective internal control ;(2) Efective security
Adequate Disclosure ;(6) Cost Effectiveness and ;(7) Independen Internal and
yang berkualitas baik bagi manajemen maupun pihak luar (Neogy T.,2014).
internal dan (4) sejauh mana sudah memfasilitasi transksi perusahaan (Mndzebele,
36
(1) Systems quality,yaitu mengukur karakteristik dari sistem yang ada, dari segi
usability, availability, reliability, adaptability dan response time.
(2) Information quality,mengukur isi dari informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi yang meliputi :complete, relevan, mudah dimengerti, dan aman
(secure).
(3) Service quality, yaitu adanya dukungan keseluruhan dari pembuat sistem,
departemen Sistem Informasi, Unit-unit organisasi dan juga dari provider
jasa internet (pihak luar).
(4) Usage, yaitu menyangkut segala sesuatu tentang penggunana sistem seperti
sifat penggunaan, pola navigasi, banyaknya site yang bisa dikunjungi,
banyaknya transaksi.
(5) User satisfaction, yaitu kepuasan dari pengguna Sistem Informasi
(6) Net benefit, yaitu mengukur biaya dan manfaat dari adanya Sistem
Informasi yang ada, yang meliputi antara lain: cost saving, Perluasan Pasar,
penurunan biaya operasional, dsb.
Akuntansi dengan melihat: (1) user information satisfaction dan (2) perceived
Sistem Informasi Akuntansi dalam hal (1) AISs usage, (2) User Satisfaction, (3)
a. System Quality (Delone & McLeon, 2013; Teru & Hla, 2015):
1. Adaptability
2. Reliability
3. Usability
1. Completeness
2. Relevan
3. Understandability
4. Security
1. Easy to use
2. Easy to learn
standards
2.1.3.Audit internal
akuntansi yang dulu dilakukan secara manual dimana peran auditor diperlukan
Perkembangan fungsi Audit internal yang dulunya hanya sebagai internal check
procedure hingga berkembang menjadi risk based auditing, dimana jasa audit
merupakan elemen penting dalam penerapan sistem akuntansi yang pada gilirannya
internal dianggap sebagai tulang punggung akuntansi bisnis karena mencatat semua
lebih besar dan semua memerlukan informasi yang relevan, reliable dan tepat
39
Internal sesuai dengan IIA (Institute of Audit internal) sebagai fungsi penilaian
independen yang dibuat dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menilai dan
reputasinya.
memiliki elemen yaitu: (1) independen dan objektif; (2) melakukan aktifitas
assurance dan consulting; (3) memberi nilai tambah dan memperbaiki sistem
merupakan fungsi yang independen dan obyektif yang melakukan dua fungsi yaitu
40
assurance dan consulting untuk memberi nilai tambah perusahaan dalam mencapai
tatakelola.
melihat sektor lain selain bank, namun krisis keuangan global menekankan akan
Garcia, 2012:730). Berkaitan dengan hal tersebut maka cukup penting untuk
prinsip yang harus dilaksanakan dalam fungsi Audit Internal di Bank yang meliputi
konseptual yang dikeluarkan oleh Institute of Internal Auditor (IIA) untuk memberi
(Prabowo et al., 2014:439). IPPF ini mengeluarkan dua guidance yaitu mandatory
guidance (bersifat wajib dan penting dalam pelaksanaan Audit Internal) dan
41
dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum Bab III pasal
8 bank wajib menerapan fungsi Audit Intern bank sebagaimana ditetapkan dalam
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (Prabowo et al., 2014:441), yang
dewan direksi, manajemen puncak dan stakeholder lainnya; yaitu dengan melihat:
(1) Audit Internal sebagai aktifitas Value added; (2) Pendekatan sistematis untuk
mengevaluasi efektifitas proses; (3) Fungsi yang efektif dalam aktifitas Audit
Internal; (4) Memberikan nilai tambah pada proses tatakelola; (5) Satus
yang perlu dianalisa, yaitu: (1) Membangun perencanaan audit secara keseluruhan;
42
dari: (1) Kompetensi Departemen Audit Internal; (2) Ukuran Departemen Audit
Internal; (3) Koordinasi dengan Auditor External; (5) Dukungan manajer; (6)
Kualifikasi profesional ketua Auditor Internal; (2) Ukuran (size) bagian Audit
standar kualitas external audit, yaitu: (1) Kompetensi Audit Internal; (2) Tingkat
objektivitas Auditor Internal; (3) Evaluasi pekerjaan Audit Internal yang berkaitan
1. Basic Measures
a. Kepuasan Auditee
b. Kepuasan Staff audit
c. Banyaknya temuan
d. Prosentase implementasi atas rekomendasi
2. Service to Stakeholders
43
menilai peran dan efektifitas dari Audit Internal pada perusahaan. Chen (2011) dan
Alzeban & Gwilliam (2014) menilai efektifitas Audit Internal dari sudut pandang
efektifitas Audit Internal sesuai dengan acuan dari Bassel committee yaitu dari
proses Audit Internal. Di sisi lainnya Al-Matari & Fadzil (2014) dan Ziegenfuss et
al. (2012) menilai efektifitas Audit Internal melihat dari sisi kompetensi dan
al. (2010) mencoba mengukur kinerja Audit Internal dengan membuat matriks
a. Kepuasan Auditee
c. Independensi Auditor
3. Aktivitas Audit Internal (Dubis et al. ,2010; Al-Matari & Fadzil, 2014;
Cascarino (2007):
memiliki dua level dari sisi visibility dan resistensi untuk berubah, dimana dalam
level yang tidak terlalu terlihat (visible), ”culture” adalah nilai yang disebarkan
kesejahteraan karyawan) (Kotter, 2008:14). Di sisi lain ada culture yang lebih
visible, yaitu dimana pola perilaku atau gaya organisasi dimana karyawan baru akan
secara otomatis mengikuti karyawan yang lama (misalnya: lingkungan kerja keras,
perusahaan hanya melihat program etika dan kepatuhan sebagai aktivitas yang
hanya tertulis dan bahkan juga dianggap penghalang dalam mencapai tujuan.
kejadian kecurangan memiliki etika dan kepatuhan formal tertulis (Deloitte, 2015).
paling tidak ke seluruh top manajer. Di sisi lain Stanford (2010:17) lebih membahas
yang dapat diprediksi (seperti iklim) yang tidak mudah diubah yang terbentuk dari
kinerja, inovasi, dan sebagainya. Corporate Culture merupakan invisible asset bagi
bahwa Culture dari perusahaan yang membuat perusahaan sukses (Flamholtz &
Randle (2011:4).
‘cara bagaimana kita melakukan usaha’, dalam arti pengetahuan yang kolektif,
komplek dan multifaceted (aneka segi) tentang pembelajaran dan nilai, yang tidak
selalu mudah diketahui atau dihargai dengan pengamat sederhana. Lebih lanjut
profit jangka pendek, menciptakan produk baru yang inovatif, dan sebagainya).
2001:42).
sebuah koin dimana sisi yang satunya adalah leadership; selain ada di dalam
kita baik di dalam maupun di luar perusahaan. Lebih lanjut dicontohkan apabila
(2009:4).
dari organisasi dan strukturnya, yang terpancang dalam tujuan perusahaan, strategi,
struktur dan mempengaruhi pekerja, pelanggan, investor dan komunitas yang lebih
organisasi.
yang bersifat symbolis, dapat menyatukan, stabil dan sulit diubah. Lebih lanjut
dan merasakan; yang merupakan seperangkat asumsi yang ada dalam perilaku
aktifitas harian.
sekumpulan norma dan nilai yang secara luas disebarkan dan kuat dipertahankan
dalam suatu organisasi. Menurut Guiso (2015:5) definisi tersebut sejalan dengan
model ekonomi neoklasik dalam mendifinisikan “culture” dan lebih mudah diukur
dalam penelitian empiris. Berkaitan dengan kualitas informasi, Sri Mulyani dan
48
disimpulkan bahwa Budaya Perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk
perilaku baik individu maupun perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada
kinerja perusahaan.
dalam pembahasan corporate value adalah nilai (value) dan keyakinan (beliefs).
Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa culture dibagi menjadi: asumsi dasar (basic
assumption), nilai dan artefact (yang tampak nyata). Mowat (2002:9) menyatakan
bahwa fokus dari Budaya Perusahaan dilihat dari sisi tangible (nyata) dan
intangible (tidak tampak), antara lain: Sikap pekerja, preferensi perilaku dan
penghargaan (reward structure), yaitu apa yang menjadi perhatian manajemen dan
(kegiatan perbaikan) dengan dilihat dari komitmen manajerial dan karyawan serta
keahlian keahlian; penggunanaan informasi dari sistem informasi yang ada untuk
dilakukan perbaikan; keyakinan manajer dan pekerja terhadap apa yang menjadi
system yang memiliki 2 sumbu dari mulai organik sampai mekanistik; (yaitu apakah
perusahaan lebih fokus pada fleksibilitas dan spontanitas atau pada pengendalian,
internal atau external (yaitu apakah perusahaan bergantung lebih pada aktifitas yang
ke dalam 4 tipe dari dua sumbu yaitu: Tipe Clan, Adhocracy, Hierarcry dan Market.
Masing-masing tipe memiliki atribut yang terdiri dari terdiri dari (1) Dominant
Atribute, (2) Leader Style, (3) Bonding dan (4) Strategic Emphases (Deshpande et
al., 1993). Berkaitan dengan rencana penelitian yang akan diajukan, maka tipe
organisasi yang relevan dengan penelitian adalah tipe Clan dan Hierarcry.
Omar et al. (2015:370-371) mengemukakan ada dua hal yang digunakan dalam
mengukur Budaya Perusahaan, yaitu
1. Ethics Training.
2. Reward Measures.
50
disebutkan bahwa Budaya Perusahaan yang kuat memiliki dua elemen penting
yaitu: (1) a high level of agreement about what is valued (yaitu: tingkat kesepakatan
yang tinggi tentang apa yang bernilai , dan (2) a high level of intensity with regard
1. Organizational Value.
2. Tone of the Top.
3. Consistency of messaging.
4. Middle managers who carry the banner.
5. Comfort speaking up.
6. Accountability.
7. The hire-to-retire life cycle.
8. Incentives and rewards.
9. Procedural justice.
integritas dan respect (70%). Namun dalam penelitian Guiso et al. (2015), nilai
karena dianggap siapapun bisa meng-claim atau mencantumkan seperti itu. Guiso
et al.(2015: 10) menggunakan nilai Budaya Perusahaan dengan melihat apa yang
terdiri dari:
1. Integrity
2. Teamwork
3. Innovation
4. Respect
5. Quality
51
6. Safety
7. Community
8. Communication
9. Hard work
b. Integritas
c. Etika bisnis
2. Leadership (Desphande et al., 1993; Hagberg & Heifitz, 2000; Koren &
a. Tone of the top, Pimpinan mendorong karyawan patuh pada hukum dan
sesuai etika
3. Integritas karyawan (Guiso et al., 2015; Omar et al., 2015; Stresse et al.,
2016)
b. Teamwork
fraud tidak hanya berkaitan dengan ’salah’ atau ’benar’; yaitu apabila angka dalam
laporan keuangan salah namun dilakukan perbaikan untuk menjadi benar, maka
tidak ada indikasi fraud. Namun sebaliknya apabila ada unsur kesengajaan dalam
dimana pemerintah dan regulator sekarang fokus pada tanggung jawab manajemen
untuk program manajemen fraud yang efektif (Omar et al.,2014). Lebih lanjut
Omar et al. (2014) menyatakan bahwa tidak peduli apakah organisasi yang besar
atau kecil ataupun di negara mana perusahaan anda berada, selama ada manusia
yang terlibat dalam suatu organisasi, maka akan selaluada resiko fraud.
(kecurangan). Untuk itu akan dibahas dahulu apa itu fraud. Kranacher et al. (2010),
menjelaskan bahwa fraud adalah perbuatan curang yang disengaja dengan cara
fraud didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu
53
keuntungan yang tidak adil atau illegal. Hall (2013:117) menyatakan bahwa fraud
merupakan representasi palsu dari fakta yang material, yang dibuat oleh salah satu
pihak untuk pihak lain dengan maksud menipu dan membujuk pihak lain untuk
atau ketidakjujuran yang dilakukan oleh satu atau lebih individu dengan maksud
memperoleh keuntungan. Lebih lanjut Gee (2014) menjelaskan bahwa elemen yang
Fraud terjadi karena beberapa alasan, antara lain adalah adalah yang dikenal
54
dengan Fraud Triangle Theory ditemukan oleh Cressey (1973). Fraud Triangle
terdiri dari:
bawah tekanan, baik dari pihak luar ataupun di dalam entitas, untuk
mencapai yang diharapkan (dan mungkin tidak realistis) target laba atau
adanya peluang untuk memiliki wewenang yang lebih besar, namun adanya
karakter atau nilai-nilai etika yang memungkinkan mereka secara sadar dan
sengaja melakukan tindakan yang tidak jujur; namun bahkan jika individu
karakteristik pribadi pelaku fraud. Secara teoritis, fraud akan lebih mudah untuk
55
dilakukan jika pelaku adalah koersif (paksaan), percaya diri dan memiliki
ukuran baik dan benar dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dan
kelompoknya. Untuk itu kurangnya nilai integritas merupakan salah satu pemicu
Fraud bisa terjadi dari dalam yang dilakukan oleh pihak internal (Internal
Fraud) yaitu karyawan, manajer, pemilik perusahaan ataupun dari pihak luar seperti
pelanggan, vendors dan pihak lainnya (ACFE, 2016). Sedangkan Internal Fraud
penggunaan dan penerapan secara sengaja akan asset ataupun sumber daya
perusahaan.
Salah saji dalam laporan keuangan dapat timbul baik akibat fraud ataupun
kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang menghasilkan salah saji
laporan keuangan adalah disengaja atau tidak disengaja (ISA 240, 2009;157).
dari kondisi keuangan suatu perusahaan yang dilakukan melalui salah saji yang
disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
salah saji yang disengaja termasuk kelalaian dari jumlah atau pengungkapan dalam
Statement Fraud didefinisikan sebagai salah saji atau penghilangan data akuntansi
laporan akan mengandung perilaku disengaja dan ceroboh baik dengan tindakan
dari:
Keuangan atau financial statement fraud adalah manipulasi laporan keuangan yang
57
dilakukan oleh manajemen untuk membuat perusahaan terlihat lebih baik (atau
Kecurangan Pelaporan Keuangan adalah (1) dilakukan oleh manajemen (2) salah
saji yang disengaja dan material dan (3) dapat menyesatkan pengguna pelaporan
keuangan (users).
alasan (yang telah dipertimbangkan untung ruginya), dengan tujuan utama antara
Isu sentral penelitian akuntansi adalah sejauh mana manajer mengubah laba
perusahaan (Mahama, 2015; Omar et al., 2014, Harrington, 2005, Franceschetti &
Koschtial, 2013, Drábková, 2014; Aris et al., 2015; Roshchina, 2016; Ahmed &
model Jones (1991) dan modified Jones Model (Jones et al., 2008; Drábková,2014;
Score 1983 (Altman et al., 2013, Drábková, 2014, Mahama, 2015, Aris et al., 2015).
Jones Model dan Altman Z-Score Model. Aris et al. (2015) menggunakan Beneish
Keuangan.
(1991), manipulasi yang dilakukan oleh manajer dapat dilihat dari porsi akrual
59
Sedangkan Altman Z Score adalah model yang pertama dirancang oleh E.I.
Altman pada tahun 1968, untuk menentukan perusahaan yang kemungkinan masuk
digunakan untuk model keuangan yang berisi delapan variabel yang dapat
manipulasi biasanya dilakukan inflasi pada pendapatan dan deflasi pada biaya, oleh
sebab itu Beneish menemukan bahwa variabel yang dapat membuat manipulasi
Keterangan:
tand t-1.
3. AQI :Asset quality index.Ratio of non-current assets other than property
plant and equipment (PPE) to total assets
4. SGI :Sales growth index. ratio of sales in year t to sales in year t-1
5. DEPI : Depreciation index in year t-1 vs the corresponding rate in year t.
6. SGAI : Sales and general and administrative expenses index.
7. LVGI : Leverage index of total debts to total assets in the t and t-1.
8. TATA : Total accruals to total assets in the t-period.
1999:10-12):
DSRI adalah rasio hari penjualan dalam piutang pada tahun pertama di
mana laba manipulasi terungkap (tahun t) dengan ukuran yang sesuai pada tahun t-
1. Ini adalah alat pengukur variabel apakah piutang dan pendapatan berada di dalam
besar dalam banyaknya hari penjualan dalam piutang bisa jadi merupakan hasil dari
Beneish berharap peningkatan besar dalam hari penjualan dalam piutang terkait
dengan kemungkinan lebih tinggi bahwa pendapatan dan laba yang dilebih-
lebihkan.
GMI adalah rasio marjin laba kotor pada tahun t-1 terhadap marjin kotor
61
pada tahun t.Ketika GMI lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan kondisi margin
kotor yang tidak sehat yang menunjukkan kondisi buruk. Jika perusahaan dengan
prospek yang buruk, maka besar kemungkinan untuk terlibat dalam manipulasi
laba. Benesih (1999) menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara GMI dan
AQI adalah rasio aset tidak lancar selain aset tetap (PPE) terhadap total aset.
AQI merupakan pengukuran perubahan resiko relaisasi asset, sehingga Jika AQI
hubungan positif antara AQI dan probabilitas manipulasi laba. Peningkatan risiko
SGI adalah rasio penjualan pada tahun t terhadap penjualan di tahun t-1.
perusahaan yang tumbuh dipandang oleh para profesional lebih mungkin untuk
melakukan fraud laporan keuangan karena adanya kebutuhan mencapai target laba
Depi adalah rasio tingkat depresiasi pada tahun t-1 terhadap tingkat yang sesuai
pada tahun t. Tingkat penyusutan pada tahun tertentu sama dengan depresiasi
/(depresiasi + PPE net). DEPI yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa tingkat
bahwa perusahaan telah melakukan revisi meningkat atas masa manfaat perkiraan
aset atau mengadopsi metode baru yang dapat meningkatkan laba. Beneish lebih
lanjut menjelaskan bahwa diperkirakan ada hubungan positif antara Depi dan
dalam penjualan sebagai sinyal negatif akan prospek perusahaan masa depan,
sehingga menurut Beneish diprediksi adanya hubungan positif antara SGAI dan
LVGI adalah rasio total utang terhadap total aset pada tahun t terhadap rasio
yang sama di tahun t-1. Jika LVGI lebih besar dari 1 menunjukkan peningkatan
Total akrual dihitung sebagai perubahan modal kerja selain kas dikurangi
penyusutan. Menurut Beneish, penggunasn total akrual terhadap total aset untuk
mem-proxy sejauh mana kas melaporkan laba, dan mengharapkan akrual positif
63
yang lebih tinggi (dikurangi kas) terkait dengan kemungkinan adanya manipulasi
laba.
Ketika entitas mencapai M-skor lebih tinggi dari -2,22, dihitung dari
telah memanipulasi data akuntansi untuk periode akuntansi atau sangat termotivasi
untuk memanipulasi data akuntansi. Apabila M-skor kurang dari -2,22, maka
periode akuntansi. Jika M-skor lebih besar dari -2,22, maka itu merupakan sinyal
manipulasi data akuntansi. Jones model hanya memfokuskan pada nilai akrual
semakin terasa, di mana ada orang yang kaya dan di belahan dunia lain banyak
orang yang masih hidup sangat miskin; ada orang yang bekerja dan di tempat lain
banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan (Benn & Griffiths, 2014:3). Hal
yang baik dan dapat memenuhi kehidupan di masa yang akan datang, maka harus
ada pola kehidupan yang baru dan saling bekerja bersama (Benn & Griffiths,
2014:3).
prosedur yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa merusak masa depan (Brockett
dalam mengubah sumber daya alam menjadi kesejahteraan telah membentuk dunia
sosial maupun fisik dimana kita hidup, oleh sebab itu perlu adanya modifikasi
berkembang karena adanya peningkatan tekanan akan energi, harga komoditas dan
& Ebner (2010:77) merupakan level mikro dari Sustainable Development, dengan
terhadap aspek sosial dan lingkungan dalam operasional usaha dan interaksinya
menjadikan perusahaan lebih sukses dalam hal aspek lingkungan, sosial, dan
perusahaan.
CSR menerapkan teknik pencegahan polusi dan program daur ulang. Hal tersebut
menurut Montiel (2008) yang membuat tumpang tindih penelitian CSR dan CS.
Meskipun CS dan CSR telah berevolusi dari sejarah yang berbeda, mereka menuju
masa depan yang sama. Keduanya berbagi visi yang sama, yang bermaksud untuk
(Montiel, 2008).
kebutuhan stakeholders dan juga efisiensi serta efektivitas proses bisnis. Untuk
1. Sustainable Development
3. Stakeholders Theory
Berkelanjutan untuk industri jasa keuangan yang berada di bawah otoritas OJK,
yaitu perbankan, pasar modal dan Institusi Keuangan Non-Bank (OJK, 2014).
Rencana kerja strategis Keuangan Berkelanjutan meliputi tiga area yang mencakup:
Berkelanjutan.
1. Meningkatkan daya tahan dan daya saing LJK (Lembaga Jasa Keuangan)
environment;
maupun adaptasi atas perubahan iklim menuju ekonomi rendah karbon yang
kompetitif.
69
keberlanjutan sebagai hal penting bagi keberhasilan masa depan bisnis mereka,
sementara hanya 38% percaya bahwa mereka dapat secara akurat mengukur nilai
sustainability inisiatif mereka (UN, 2013). Global Compact yang didirikan oleh
jangka panjang dan untuk memastikan bahwa pasar memberikan nilai (value) di
Sustainability, yaitu:
sustainability.
A. Dimensi Ekonomi
kesuksesan secara ekonomi dan tidak hanya aspek finansial. Baumgartner & Ebner
perusahaan. Dimensi ini terutama diukur oleh dampak, tetapi dalam strategi
C. Dimensi Sosial
hubungan dengan para stakeholders sekarang dan di masa depan. Hal ini
mereka pada perusahaan. Dimensi sosial dibagi menjadi aspek internal dan aspek
eksternal:
b. Aspek Eksternal: Perilaku etika dan hak asasi manusia, kegiatan non-
perusahaan dan organisasi agar menjadi lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada
ekonomi global yang berkelanjutan. Misi GRI adalah untuk membuat Pelaporan
dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, dan tata kelola
masyarakat, dan ekonomi (GRI, 2016). Menurut GRI, terdapat dua jenis
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Pelaporan Keuangan
komputer dan lainnya (Hall, 2016:112). Sistem Informasi Akuntansi yang ada harus
dengan Sistem Informasi Akuntansi untuk mencegah terjadinya fraud antara lain
adalah membatasi akses fisik dan akses jarak jauh (remote) terhadap sistem hanya
eksternal dan internal sehingga memiliki dampak yang tidak diinginkan terhadap
80
integritas dan ketepatan pelaporan keuangan organisasi dan juga image perusahaan
secara keseluruhan.
jenis lain dari kejahatan, dengan alasan antara lain: kurangnya personil dan
pelaku fraud melakukan penipuan. Penelitian Welch & Welch (2011) menemukan
bahwa cara utama yang digunakan untuk melakukan fraud dalam sistem informasi
antara lain adalah melakukan jurnal fiktif dan adanya kelemahan pengendalian
internal, seperti kurangnya pemisahan tugas, kurangnya otorisasi yang tepat, dan
fraud yang terjadi berkaitan dengan sistem informasi lebih rumit, lebih sulit untuk
SAP (System Application and Product) yang dapat mencegah terjadinya fraud.
Lebih lanjut Kuhn & Sutton (2006:78) mengusulkan adanya teknologi sistem
81
memerlukan biaya investasi baik dalam sumber daya manusia maupun arsitek
teknologi.
Brazel & Dang (2008) menyatakan bahwa banyak perusahaan yang sudah
tiga tahun pertama penerapan ERP, terlihat kecenderungan kenaikan pada nilai
dan pelaporan jujur manajer perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa dampak dari
pelaporan (misreporting).
terhadap sistem informasi yang sangat tinggi, maka ancaman terhadap keamanan
Keuangan
seperti pemrosesan transaksi dan sebagainya (Gee, 2015). Lebih lanjut Gee
menegaskan pentingya pengendalian agar proses berjalan lancar, aset terkendali dan
pencatatan serta pelaporan yang akurat. Untuk itu Gee (2015) menegaskan perlunya
Audit Internal yang memadai sehingga dapat melihat adanya indikasi anomali
transaksi akuntansi sehingga dapat mencegah terjadinya fraud. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh Audit Internal dalam mengindikasikan adanya fraud antara
lain adalah : (1) Adanya data outliers; (2) Data inliers, namun tidak diharapkan (3)
Terlalu banyak atau terlalu sedikit transaksi; (4) Adanya transksi yang tidak jelas;
(5) Hubungan antara transksi yang tidak biasa; (6) Waktu tak terduga dari transaksi
atau peristiwa; (7) Perkiraan atau saldo perkiraan yang tidak biasa;(8) Inkonsistensi;
(9) Kesenjangan atau duplikat dari nomor transaksi; (10) metode pembayaran tak
fraudulent sangatlah beragam, dan Audit Internal yang efektif diharapkan dapat
83
melihat adanya ”red flags” (tanda terjadinya sesuatu yang mencurigakan) dan
yang memiliki fungsi Audit Internal cenderung dapat mendeteksi dan melaporkan
fraud dibandingkan yang tidak memiliki fungsi Audit Internal. Coram et al. (2008)
menemukan bahwa perusahaan yang memiliki fungsi Audit Internal ternyata lebih
lainnya dilakukan oleh Christ et al.(2015:37) yang melihat pengaruh rotasi Auditor
menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan model staf rotasi pada fungsi
84
dapat mengurangi efek negatif hasil penelitian tersebut (Christ et al., 2015).
Prawitt et al. (2009) meneliti hubungan antara kualitas fungsi Audit Internal
laba. Demikian juga Schneider (2013) melakukan penelitian untuk melihat apakah
Audit Internal maka semakin besar pula efek pencegahan (deterrent effect).
Auditor Internal. Penelitian ini menemukan bahwa Auditor Internal percaya bahwa
manajemen terlibat dalam praktek manajemen laba yang meningkatkan laba (Al-
khabash & Al-Thuneibat, 2008). DeZoort & Harrison (2008) melakukan penelitian
tentang persepsi tanggung jawab Auditor Internal terhadap deteksi fraud. Hasil
jawab dan kinerja brainstorming pada Auditor Internal yang melaporkan persepsi
tanggung jawab yang lebih tinggi untuk mendeteksi fraud dan juga di brainstrome
lebih banyak terntang prosedur audit untuk mendeteksi fraud (DeZoort & Harrison,
2008).
85
fungsi Audit Internal dengan kualitas pelaporan keuangan pada Bank. Penelitian
Gras-Gil et al. (2012) menemukan bahwa bank dengan kualitas pelaporan keuangan
yang tinggi memiliki hubungan yang lebih besar antara auditor internal dan auditor
Hasil penelitian menunjukkan aktifitas audit yang fokus terhadap keuangan dan
2013). Prawitt et al. (2011) melakukan penelitian untuk melihat apakah perusahaan
eksternal periode sebelum SOX (Sarbanes Oaxley Act) memiliki resiko yang tinggi
akuntansi.
Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, maka dapat kita lihat bahwa
Keuangan
Perilaku tidak etis terjadi dalam beberapa bentuk antara lain adalah adanya
dalam tekanan untuk melaksanakan program yang terjadi pada kasus besar Enron
(Mahama, 2015:5). Lebih lanjut Mahama (2015) menjelaskan bahwa hal penting
yang bisa dipelajari berkaitan dengan budaya Enron adalah buruknya moral top
manajemen sehingga dapat menciptakan iklim etika yang buruk yang menyebabkan
menekankan integritas dan komitmen terhadap nilai etika dan kompetensi untuk
mencegah terjadinya fraud. Hal lainnya yang berkaitan dengan budaya organisasi
filosofi manajemen, gaya operasional dan risk apetite yang dapat mencegah atau
meminimalisir fraud.
87
yang jujur, maka penting dilakukan pelatihan kepada seluruh karyawan mengenai
kesadaran tentang fraud. Karyawan perlu mengetahui mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dilakukan dan itu mereka dapatkan dari pendidikan yang mereka
transparansi dalam apapun yang dilakukan, dan diharapkan menjadi pelopor anti-
bahwa perlu adanya riset yang lebih fokus dalam meneliti penyebab Kecurangan
Pelaporan Keuangan dalam area yang telah diteliti. Demikian pula Elias (2004)
melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara nilai etika perusahaan dan
persepsi manajemen laba. Hasil penelitian Elias (2004) menemukan bahwa ada
hubungan antra nilai etika dan manajemen laba dengan melihat tanda peringatan
awal.
tindakan fraudulent, karena beberapa individu memiliki karakter, sifat dan nilai
etika yang dengan kesadaran dan niat mereka melakukan kegiatan yang tidak jujur.
Bahkan individu yang jujur pun dapat melakukan tindakan fraud apabila
Budaya Perusahaan yang jujur dan etis yang dapat mencegah terjadinya manajemen
88
laba. Demikian pula penelitian Puji Lestari dan Winwin Yadiati (2014) menemukan
Keuangan organisasi.
pula Graham et al. (2016) melakukan penelitian tentang seberapa besar pentingya
Budaya Perusahaan yang buruk dan tidak efektif dapat meningkatkan kesempatan
Omar & Hasnan (2015) juga melakukan penelitian untuk melihat dampa
Keuangan. Hasil penelitian Omar & Hasnan (2015) menemukan bahwa budaya
(Hipotesis 3).
Perusahaan
Krisis global yang terjadi belakangan ini diakibatkan antara lain adanya
permasalahan etika yang dilakukan baik oleh perusahaan maupun individu, yang
unsur pelanggaran Budaya Perusahaan dan nilai etikanya, yang tentunya akan
dari perusahaan namun juga merupakan hal yang sangat utama (sentral) bagi
Keberlanjutan Perusahaan.
banyak dilakukan; dan tentunya perusahaan harus lebih melindungi diri dari fraud
di masa yang akan datang (Wu et al., 2016). Bozzolan et al.(2015) meneliti
timbal balik antra manajemen laba ril dan manajemen leba akrual. Penelitiannya
90
menemukan bahwa negara dengan peraturan yang kuat tentang CSR sedikit
Sustainability Index (DJSI), Global Reporting Inisiative (GRI) dan Three bottom
line. Menurut Christofi et al. (2012:158) skandal fraud yang terjadi pada
resiko dalam elemen keuangan, lingkungan dan sosial maka perusahaan memiliki
negara. Steurer & Konrad (2010:25) menemukan bahwa salah satu permasalahan
berkaitan dengan problem fraud dan korupsi. Problem yang berhubungan dengan
fraud dan korupsi menurut Steurer & Konrad (2010) seharusnya dapat dilihat dalam
manipulasi dilakukan agar perusahaan terlihat sustainable (Omar & Hasnan, 2015).
fraud antara lain: (1) melakukan manajemen laba; (2) memanipulasi laba dan (3)
91
pula halnya Gras-Gil et al. (2016) melakukan penelitian tentang tanggung jawab
sosial (CSR) dengan manajemen laba. Hasil penelitian Gras-Gil et al. (2016) juga
secara sosial.
hubungan dua arah (bi-directional) antara CSR dan earning management pada Bank
praktik Earning Management, namun mereka juga aktif dalam kegiatan CSR,
perusahaan. Penelitian yang sudah ada melihat hubungan dua variabel tersebut dari
dua arah. Seperti penelitian Van der Byl & Slawinski (2015) yang melihat interaksi
antara CSR dan Earning Management. Van der Byl & Slawinski (2015) meneliti
apakah manajer yang memanipulasi laba akan menggunakan akitivitas CSR untuk
mengamankan diri. Untuk itu peneliti bermaksud menguji dugaan yang lebih
Keberlanjutan Perusahaan
energy yang digunakan, air, kayu dan jenis sumber alam yang digunakan. Lebih
informasi untuk menjadikan usaha lebih baik dalam mengelola sumber daya yang
terbatas.
dilakukan secara aman dengan menjamin generasi masa yang akan datang
maka diperlukan pula perubahan dala, Sistem Informasi yang ada (Nowdury, 2014).
toxicity dan emission. Berkaitan dengan hal tersebut berkembang istilah Green IT,
Urhuogo & Chandan (2012) melihat bahwa efektifitas dari Sistem Informasi
dapat membantu manajemen bertanggung jawab secara sosial (melalui Triple Bottm
Line) terhadap komunitas perusahaan dan masyarakat secara luas. Melville (2010)
bahwa (1) dimensi kebijakan bisnis CSR memiliki dampak yang signifikan
terhadap sistem informasi akuntansi; (2) kebijakan bisnis dan kebijakan lingkungan
Perusahaan
tanggung jawab sosial dan keberlanjutan, maka berdampak pada pelaksanaan Audit
sustainability dan prakteknya dan tentunya melihat resiko yang ada dan
akan mempertanyakan dua hal yaitu “how are we doing?” dan “where do we need
to make improvements?” (Ackers, 2008). Dua hal tersebut merupakan tugas utama
keberlanjutan dan tanggung jawab sosial sesuai dengan harapan stakeholder, maka
menurut Florea & Florea (2011) semakin besar pula resiko yang dihadapi
95
perusahaan. Oleh sebab itu tugas audit internal untuk dapat mengidentifikasi resiko
jawab perusahaan dan keberlanjutan, termasuk tren, persyaratan, dan alat-alat, akan
Senal et al.(2012), tujuan dari keberlanjutan harus dapat diukur dan hasilnya harus
dilaporkan ke Pihak internal dan eksternal. Pihak stakeholders harus yakin secara
independen bahwa ukuran tersebut dilakukan secara akurat dan tepat sebelum
dilaporkan(Senal et al.,2012). Hal tersebut merupakan tugas dan fungsi dari Audit
(Hipotesis 6).
Perusahaan. Lebih lanjut Linnenluecke & Griffiths (2010) membahas beberapa hal
antara lain apakah yang merupakan budaya perusahaan yang berorientasi pada
Sustainability, apakah ada konsep terpadu dari budaya perusahaan yang beririentasi
96
mempengaruhi kinerja dan hubungan lebih baik dengan para stakeholders (Eccles
et al., 2011). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Li (2008) menemukan bahwa
budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat tinggi dari implementasi
Corporate sustainability. Hal ini dijelaskan bahwa nilai dari budaya memiliki
2.3 Hipotesis
Pelaporan Keuangan
97
Pelaporan Keuangan
Keberlanjutan Perusahaan
Keberlanjutan Perusahaan
Perusahaan
Keuangan
BAB III
METODE PENELITIAN
pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang
sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda Sekaran
(2006).
Sekaran (2013:102), survei adalah sistem untuk mengumpulkan data dari atau
research studies, (2) Descrpitive research studies and (3) Hypotesis testing
terdiri dari (1) exploratory studies, when not much is known about the situation at
hand; (2) Descriptive studies, to collect data that describe the characteristic of
persons, events or situations; and (3) causal studies, to test weather or not one
discreptive verificative dan causal atau hypothesis testing atau disebut juga
berikut:
komponen-komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan secara
keputusan.
terdiri dari:
1. System Quality (Delone & McLeon, 2013; Teru & Hla, 2015):
a. Adaptability
101
b. Reliability
c. Usability
a. Completeness
b. Relevan
c. Security
d. Understandability
3. User Satisfaction (Delone & McLean, 2013; Nicolau 2000; Nabizadeh &
a. Easy to use
b. Easy to learn
standards
Audit internal adalah fungsi independen dan obyektif yang melakukan dua
fungsi yaitu assurance (keyakinan) dan consulting (konsultasi) untuk memberi nilai
102
a. Kepuasan Auditee
c. Independensi Auditor
5. Aktivitas Audit Internal (Dubis et al. ,2010; Al-Matari & Fadzil, 2014;
Cascarino (2007):
b. Integritas
c. Etika bisnis
2. Leadership (Desphande et a.l, 1993; Hagberg & Heifitz, 2000; Koren &
a. Tone of the top, Pimpinan mendorong karyawan patuh pada hukum dan
sesuai etika
3. Integritas karyawan (Guiso et al., 2015; Omar et al., 2015; Stresse et al.,
2016)
b. Teamwork
dilakukan manajemen yang menyebabkan salah saji material yang disengaja yang
matematis yang digunakan untuk model keuangan yang berisi delapan variabel
yang dapat mendeteksi manipulasi data akuntansi dengan menghitung M-score dari
model:
Keterangan:
Ketika entitas mencapai M-skor lebih tinggi dari -2,22, dihitung dari atas
telah memanipulasi data akuntansi untuk periode akuntansi atau sangat termotivasi
akuntansi period. M-skor lebih besar dari -2,22 sinyal bahwa perusahaan
jasa keuangan (adanya additional disclosure sektor jasa keuangan) adalah (GRI,
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Lingkungan
3. Aspek Sosial:
a. Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja
b. Hak Asasi Manusia
c. Masyarakat
d. Tanggung Jawab Atas Produk, terdiri dari:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Jenis data yang dapat digunakan dalam penelitian bila dilihat dari sumber
datanya, terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data pada penelitian ini
peneliti dari tangan pertama melalui survei, interviews, focus group, atau observasi
disebut sebagai data primer. Sedangkan data sekunder menurut Sekaran (2013:36)
adalah data yang sudah ada dan tidak perlu dikumpulkna oleh peneliti. Pnelitian ini
menggunakan kedua jenis data tersebut, yaitu data primer dan data sekunder.
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
sedang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam
memahami apa yang dimaksud dalam penelitian ini, dengan demikian item
instrumen ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab oleh pihak-
pihak yang dituju. Pada penelitian ini pihak yang akan menjawab item instrumen
dari kuisioner menjadi suatu ukuran data kuantitatif adalah Summated Rating
seberapa kuat subyek setuju ataupun tidak setuju dengan pernyataan skala lima poin
sebagai berikut:
orang, kejadian ataupun hal-hal yang menjadi ketertarikan peneliti untuk diselidiki.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank yang ada di Indonesia yang bisa dilihat
pada Lampiran 1.
3.5.2. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
Penelitian ini menggunakan sampel size minimum 100, karena dalam model
penelitian SEM penelitian ini terdiri dari 5 variabel konstruk atau kurang (Hair et
al.,2010:663). Teknik sampel digunakan apabila tidak seluruh kusioner yang yang
intrumen yang dibangun dapat mengukur konsep yang ingin. Pengujian validitas
dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dirancang dalam bentuk
skor total. Adapun korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product
Keterangan :
r = Koefisien korelasi pearson
X = Skor item pertanyaan
Y = Skor total item pertanyaan
n= Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument
Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% ( =5%) maka
apabila r hitung > r tabel berarti data yang digunakan dalam penelitian ini valid.
112
Dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel berarti bahwa data yang bersangkutan
tidak valid.
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split half) dengan langkah-
1. Bagi item-item yang valid menjadi dua item yaitu item ganjil yang dimasukkan
dihasilkan dua skor total yaitu skor total belahan pertama dan skor total
belahan kedua.
2. Korelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua
Spearman-Brown ):
2rtt
rtot
1 rtt
Di mana:
1. rtot rtabel, berarti data yang bersangkutan reliable dan layak digunakan
2. rtot rtabel, berarti data yang bersangkutan tidak reliable dan tidak layak
113
Selain itu, reliabilitas juga dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha yang
menunjukkan seberapa jauh suatu item berkorelasi secara positif dengan dengan
suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien cronbach alpha>
0.60.
adalah structural equation modelling (SEM) yang berbasis covariant yang dikenal
analisis ini dipilih atas pertimbangan antara lain tujuan penelitian yaitu untuk
Data variabel merupakan data dengan skala ordinal, maka agar dapat
dianalisis secara statistik, data tersebut harus dinaikkan skalanya menjadi interval
terkecil tersebut dijadikan satu. Dengan rumus Scale Value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan
Svmin.
Setelah ditransformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval maka data sudah
Dilakukan dua jenis analisis untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan
operasional;
hipotesis.
aspect of multiple regression (menguji hubungan tidak bebas) dan factor analysis
(mewakili konsep-konsep yang tidak diukur) untuk mengestimasi suatu seri dari
115
et al. 2010:551).
analisis regresi, SEM bisa terdapat beberapa variabel endogenous (dependen), dan
dalam mengukur variabel laten ditunjukan oleh besarnya loading (λ), pada analisis
data yang standardized (input matriks korelasi). Makin besar faktor loading (λ),
variabel laten. Pada program LISREL 8.80, batasan yang digunakan adalah hasil
pengujian loading tersebut dengan uji-t, bila hasilnya signifikan berarti indikator
1. Spesifikasi model
116
penelitian sebelumnya.
2. Identifikasi (identification)
nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan
3. Estimasi (estimation)
Pada tahap ini dilakukan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-
nilai parameter dengan menuggunakan salah satu motode estimasi yang tersedia.
Pada tahap ini dilakukan pengujian kecocokan antara model dengan data.
Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Googness Of Fit (GOF) dapat digunakan
5. Respesifikasi (respecification)
1) Spesifikasi Model
117
Pada tahap ini model awal berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya
Persamaan Struktural yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Persamaan
dalam penelitian ini akan diteliti dua tingkat faktor-faktor yang menjadi determinan
setiap variabel yang diteliti, dan sekaligus juga ingin melihat pengaruh dari masing-
Ketiga dimensi juga merupakan konsep abstrak yang tidak dapat diukur langsung
Pelaksanaan Internal Audit atas 3 dimensi. Ketiga dimensi juga merupakan konsep
abstrak yang tidak dapat diukur langsung sehingga merupakan variabel laten dan
dimensi. Ketiganya juga merupakan konsep abstrak yang tidak dapat diukur
masing dimensi merupakan konsep abstrak yang dapat diukur langsung sehingga
konsep abstrak yang dapat diukur langsung sehingga disebut sebagai variabel
gambar diagram jalur dari model diatas yang merupakan kombinasi model
1 X1.1
111
x
2 X1.2 112
x
11
3 113
x
X1.3
x
4 X1.4
121
x 11
5 X1.5 12
x
12
6 123
x
X1.6
x
12
124
x
7 X1.7
8 X1.8 131
x 1
x
132
x 13
9 X1.9 13
133
x
10 X1.10
x
11 X1.11
141
x 14
12 X1.12
142
x
14 11
1
13 X1.13 143
x
22
x
19 X2.5 222
2
22 22 2 2 2
z Z2 3
20 X2.6 231
x
3
z
21
x
X2.7
211
x 23 Z3 4
22 X2.8
212
x 13
21
23 X2.9 213
x
23
24 X3.1
311
x
25 X3.2
312
x
31
26 X3.3 313
x
x
31
27 X3.4 321
x
28 322
2
X3.5
x
32 X3.9
332
x
33
33 X3.10 333
x
(i) Mendefinisikan variabel-variabel laten yang ada dalam penelitian ini yaitu
tersebut.
sebagai berikut :
A. Dimensi
1.1 = 1.1
( x)
1
1.2 = 1.2 1
( x)
1.3 = 1.3 1
( x)
1.4= 1.4 1
( x)
B. Indikator
X1.1 = 1.1.1
( x)
11 + 1
X1.2 = 1.1.2
( x)
11 + 2
X1.3 = 1.1.3
( x)
11 + 3
X1.4 = 1.2.1
( x)
12 + 4
121
X1.5 1.2.2
( x)
= 12 + 5
X1.6 = 1.2.3 12 + 6
( x)
Keterangan :
1=Laten Variabel Efektifitas Sistem Informasi Akuntansi
11 = Efektifitas Sistem
12 = Kualitas Informasi
13 = Kepuasan Pengguna
14 = Efektifitas Pengendalian Internal
= Loding Faktor Observe Variable (indikator) Variabel Laten Efektifitas
( x)
i
A. Dimensi
2.1 = 2.1
( x)
2
2.2 = 2.2 2
( x)
2.3 = 2.3 2
( x)
B. Indikator
122
X2.1 = 2.1.1
( x)
21 + 15
X2.2 = 2.1.2 21 + 16
( x)
X2.3 = 2.1.3
( x)
21 + 17
X2.4 = 2.2.1
( x)
22 + 18
X2.5 = 2.2.2 22 + 19
( x)
X2.6 = 2.2.3
( x)
22 + 20
X2.7 = 2.3.1
( x)
23 + 21
X2.8 = 2.3.2
( x)
23 + 22
X2.9 = 2.3.3
( x)
23 + 23
Keterangan :
2 =Laten Variabel Pelaksanaan Internal Audit
21 = Perceived Contribution dari Auditee
22 = Manajemen Audit
23 = Efektifitas Audit Internal
i( x ) = Loding Faktor Observe Variable (indikator) Variabel Laten Eksogen
i = Kekeliruan Pengukuran pada Observe Variable Eksogen
X2.1-X1.9= = Indikator dimensi variabel Pelaksanaan Internal Audit
Budaya Perusahaan
A. Dimensi
3.1 = 3.1
( x)
3
3.2 = 3.2 3
( x)
3.3 = 3.3 3
( x)
B. Indikator
X3.1 = 3.1.1
( x)
31 + 24
X3.2 = 3.1.2 31 + 25
( x)
X3.3 = 3.1.3
( x)
31 + 26
123
X3.4 3.2.1
=
( x)
32 + 27
X3.5 = 3.2.2 32 + 28
( x)
X3.6 = 3.2.3 32 + 29
( x)
X3.7 = 3.2.4 32 + 30
( x)
X3.8 = 3.3.1 33 + 31
( x)
X3.9 = 3.3.2 33 + 32
( x)
X3.10 = 3.3.3 33 + 33
( x)
X3.11 = 3.3.4 33 + 34
( x)
X3.12 = 3.3.5 33 + 35
( x)
Keterangan :
Y.1 = 1.1
(y)
1 + ε1
Keterangan :
Keberlanjutan Perusahaan
124
Z.1 = 2.1
(z)
2 + ε2
Z.2 = 2.2 2 + ε3
(z)
Z.3 = 123 2 + ε4
(z)
Keterangan :
2 = Laten Variabel Keberlanjutan Perusahaan ( Z )
Z1 = Aspek Ekonomi
Z2 = Aspek Lingkungan
Z3.= Aspek Sosial
i( y ) = Loding Faktor Observe Variable (indikator) dalam Variabel Laten Endogen
i = Kekeliruan Pengukuran pada Observe Variable Endogen
2. Identifikasi
Sebelum tahap estimasi untuk mencari nilai dari persamaan simultan yang
parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak
ada solusinya. Dalam SEM diusahakan untuk memperoleh model yang over
Tabel 3.2
Notasi Keterangan
Variabel laten eksogen (variabel independen), digambarkan sebagai
ξ (ksi)
lingkaran pada model structural
Variabel laten endogen (variabel independen dan juga dapat menjadi
η (eta) variabel independen pada persamaan lain), juga digambarkan sebagai
lingkaran
γ (gamma) Hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
β (beta) Hubungan langsung variabel endogen terhadap variabel endogen
X Indikator variabel eksogen
Y Indikator variabel endogen
Hubungan antara variabel laten eksogen ataupun endogen terhadap
λ (lambda)
indikator-indikatornya
Kesalahan pengukuran (measurement error) dari indicator variabel
δ (delta)
eksogen
Kesalahan pengukuran (measurement error) dari indicator variabel
ε (epsilon)
endogen
Kesalahan dalam persamaan yaitu antara variabel eksogen dan/atau
ζ (zeta)
endogen terhadap variabel endogen
Sumber: Ghozali & Fuad , 2008: 22
endogen adalah q = 4
dan banyaknya parameter yang akan ditaksir adalah k = 100.
39 koefisien bobot faktor (λx1.1 sampai λx3.12dan λy1 sampai λz3);
39 koefisien kesalahan pengukuran (δ1 sampai δ35 dan ε1 sampai ε4);
10 koefisien bobot faktor dimensi variabel eksogen;
3 koefisien korelasi antar variabel eksogen (Φ);
2 koefisien kesalahan pengukuran variabel endogen (ζ) dan
7 koefisien jalur antar variabel laten (γ1 sampai γ6 )
positif, artinya jumlah seluruh parameter yang ada dalam model dapat diestimasi
dengan data yang dikumpulkan, serta hasil estimasi dapat diuji dengan berbagai
3. Estimasi (estimation)
Pada tahap ini dilakukan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-
nilai parameter dengan menuggunakan salah satu motode estimasi yang tersedia.
Input untuk mengolah data adalah matrika korelasi atau matrik varians-
kovarians dari semua indikator yang terlibat dalam model, diantaranya adalah
dalam model persamaan structural (SEM) dan Lisrel, maka dilakukan dengan
Pada tahap ini dilakukan pengujian kecocokan antara model dengan data.
Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) dapat digunakan
digunakan untuk melakukan pengujian model hasil estimasi dapat diterima atau
struktural hasil estimasi yang terbentuk, apakah fit (sesuai) dengan data yang
diperoleh atau tidak. Hipotesis statistik uji model struktural menggunakan uji 2
Model yang diuji akan dipandang fit (sesuai/baik atau dapat diterima) apabila nilai
2 rendah. Dalam pengujian ini nilai 2 yang rendah menghasilkan sebuah tingkat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yang mengindikasikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara matriks kovarian data dan matriks kovarians yang
diestimasi.
Chi-square menolak model dengan jumlah sampel besar. Nilai RMSEA 0,08
model (model yang diajukan) dengan null model. Nilai NFI yang
direkomendasikan untuk menyatakan model yang diteliti fit adalah > 0,90.
Tabel 3.2
ukuran reliabilitas yaitu construct reliability (CR) dan variance extracted (VE). Nilai
construct reliability (CR) dan variance extracted (VE) dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
2
n
i
i 1
CRi =
2
n n
i e i
i 1 i 1
n 2
i
i 1
VEi = (Hair ,et al, 2010: 619)
n
di mana :
i = Koefisien bobot faktor yang distandarkan untuk setiap indikator dari i sampai
ke-n.
ei= Koefisien kesalahan pengukuran untuk setiap indikator dari i sampai ke-n.
n = Banyaknya indikator dalam model pengukuran.
semakin tepat dan andal konstruk/ faktor laten yang terbentuk dari model
validitas dan reliabilitas yang memadai apabila model yang terbentuk memiliki
koefisien construct reliability tidak kurang dari 0,70 atau jika digunakan koefisien
variance extracted tidak kurang dari 0,50 (Hair,et al, 2010: 619).
5. Respesifikasi model
yang kurang cocok. Dalam kondisi ini peneliti membuat keputusan bagaimana
kembali.
3.9.2.Pengujian Hipotesis
significance) estimasi parameter model struktural, yaitu koefisien jalur γi. Statistik
berikut:
130
1 X1.1
111
x
2 X1.2 112
x
11
3 113
x
X1.3
x
4 X1.4
121
x 11
5 X1.5 12
x
12
6 123
x
X1.6
x
12
124
x
7 X1.7
8 X1.8 131
x 1
x
132
x
13
13
9 X1.9
133
x
10 X1.10
x
11 X1.11
141
x 14
12 X1.12
142
x
14 11
13 X1.13 143
x
15 X2.1
1
211
x
16 X2.2
212
x
21
21
x Y
17 X2.3 213
x
12
y
18 X2.4
x
22
22 1
x
19 X2.5
2
222 22 2
20 X2.6
x
231
21 X2.7
x 1
211
x 23
22 X2.8
212
x
21
23 X2.9 213
x
24 X3.1
13
311
x
25 X3.2
312
x
31
26 X3.3 313
x
x
31
27 X3.4
x
32
28 322
2
X3.5
x
29 X3.6 323
x
32 32
3
324
x
30 X3.7
x
31 X3.8 33
331
x
32 X3.9
332
x
33
33 X3.10 333
x
34 X3.11
x
334
35 X3.12
x
335
sebagai berikut:
𝛾̂𝑖𝑗
𝑡2 =
𝑆𝐸(𝛾̂𝑖𝑗 )
Dengan kriteria uji adalah tolak hipotesis 0 (H0) jika nilai t hitung lebih besar 1,96.
Keberlanjutan Perusahaan.
2 X1.2 112
x
11
3 113
x
X1.3
x
4 X1.4
121
x 11
5 X1.5 12
x
12
6 123
x
X1.6
x
12
124
x
7 X1.7
8 X1.8 131
x 1
x
132
x
13
13
9 X1.9
133
x
10 X1.10
x
11 X1.11
141
x 14
12 X1.12
142
x
14
13 X1.13 143
x
18 1
z
22
X2.4 x
22
x
19 X2.5 222
2
22 22 2 2 2
z Z2 3
20 X2.6 231
x
3
z
21
x
X2.7
211
x 23 Z3 4
22 X2.8
212
x
21
23 X2.9 213
x
23
24 X3.1
311
x
25 X3.2
312
x
31
26 X3.3 313
x
x
31
27 X3.4
x
32
28 322
2
X3.5
x
29 X3.6 323
x
32 32
3
324
x
30 X3.7
x
31 X3.8 33
331
x
32 X3.9
332
x
33
33 X3.10 333
x
berikut:
sebagai berikut:
𝛾̂𝑖𝑗
𝑡𝑖 =
𝑆𝐸(𝛾̂𝑖𝑗 )
Dengan kriteria uji adalah tolak hipotesis 0 (H0) jika nilai t hitung lebih
besar 1,96.
berikut:
𝛽̂𝑖𝑗
𝑡𝑖 =
𝑆𝐸(𝛽̂𝑖𝑗 )
Dengan kriteria uji adalah tolak hipotesis 0 (H0) jika nilai t hitung lebih
besar 1,96.
berikut:
(Pengujian hipotesis mediasi) dilakukan dengan prosedur Sobel Test (Kline, 2011:
164). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung
variabel independen (X) ke variabel dependen (Z) melalui variabel (Y). Pengaruh
tidak langsung X ke Z melalui Y dihitung dengan cara mengalikan jalur X→Y (a)
dengan jalur Y→Z (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c’), dimana c adalah
ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya standard error pengaruh tidak langsung
ab
t
Sab
135
DAFTAR PUSTAKA
Abernathy, J. L., Beyer, B., Masli, A., & Stefaniak, C. (2014). The association
between characteristics of audit committee accounting experts, audit
committee chairs, and financial reporting timeliness. Advances in
Accounting, 30(2), 283-297.
Aghghaleh, S. F., Iskandar, T. M., & Mohamed, Z. M. (2014). Fraud Risk Factors
of Fraud Triangle and the Likelihood of Fraud Occurrence: Evidence from
Malaysia. Information Management and Business Review, 6(1), 1.
Ahmed, T., & Naima, J. (2016). Detection and Analysis of Probable Earnings
Manipulation by Firms in a Developing Country. Asian Journal of
Business and Accounting, 9(1), 59.
Al-Matari, E. M., Al-Swidi, A., & Fadzil, F. H. B. (2014). The Effect of the
Internal Audit and Firm Performance: A Proposed Research Framework.
International Review of Management and Marketing, 4(1), 34.
Altman, E. I., Danovi, A., & Falini, A. (2013). Z-score models' application to
Italian companies subject to extraordinary administration. Journal of
Applied Finance (Formerly Financial Practice and Education), 23(1).
Alzeban, A., & Gwilliam, D. (2014). Factors affecting the internal audit
effectiveness: A survey of the Saudi public sector. Journal of International
Accounting, Auditing and Taxation, 23(2), 74-86
Anang Sudarna. 2016. Ridwan Kamil Kembali "Disentil" BPLHD Jabar Terkait
Pencemaran Lingkungan oleh Pabrik. Tribun Jabar. Diunduh pada
2/1/2017 melalui: http://jabar.tribunnews.com/2016/06/21/ridwan-kamil-
kembali-disentil-bplhd-jabar-terkait-pencemaran-lingkungan-oleh-pabrik
Anto Prabowo. 2016. OJK: Potensi Fraud di Perbankan Masih Tertinggi. Diunduh
pada: 5/1/2017 melalui: http://www.aktual.com/ojk-potensi-fraud-
perbankan-masih-tertinggi/5 Juni 2016.
AO'Brien, J., Marakas, G. M., Hills, T. M. G., & Lalit, M. R. 2011. Management
information systems. McGraww Hill. P38
Aris, N. A., Arif, S. M. M., Othman, R., & Zain, M. M. (2015). Fraudulent
Financial Statement Detection Using Statistical Techniques: The Case of
Small Medium Automotive Enterprise. Journal of Applied Business
Research, 31(4), 1469.
Armand, Kreshna D . 2014. ICRA: peran bank untuk PDB makin tinggi.
Kontan.com. Melalui:
137
http://kesehatan.kontan.co.id/news/icra-peran-bank-untuk-pdb-makin-
tinggi. (21/09/16).
Benn, S., Dunphy, D., & Griffiths, A. (2014). Organizational change for corporate
sustainability. Routledge.
Benn, S., Dunphy, D., & Griffiths, A. (2014). Organizational change for
corporate sustainability. Routledge.
Bollen, K. A., Bauer, D. J., Christ, S. L., & Edwards, M. C. (2010). An overview
of structural equation models and recent extensions. Statistics in the social
sciences: Current methodological developments, 37-79.
Bozzolan, S., Fabrizi, M., Mallin, C. A., & Michelon, G. (2015). Corporate social
responsibility and earnings quality: international evidence.The
International Journal of Accounting, 50(4), 361-396.
138
Brazel, J. F., & Dang, L. (2008). The effect of ERP system implementations on
the management of earnings and earnings release dates. Journal of
Information Systems, 22(2), 1-21.
Chen, A. J., Boudreau, M. C., & Watson, R. T. (2008). Information systems and
ecological sustainability. Journal of Systems and Information Technology,
10(3), 186-201.
Chen, K. Y., & Elder, R. J. (2007). Fraud risk factors and the likelihood of
fraudulent financial reporting: Evidence from statement on Auditing
Standards No. 43 in Taiwan (p. 28). Working Paper. National Taiwan
University and Syracuse University, 36.
Chen, J. F., & Lin, W. Y. (2011). Measuring Internal Auditing's Value: Report 3.
Institute of Internal Auditors Research Foundation.
139
Chih, H. L., Shen, C. H., & Kang, F. C. (2008). Corporate social responsibility,
investor protection, and earnings management: Some international
evidence. Journal of Business Ethics, 79(1/2), 179–198.
Christ, M. H., Masli, A., Sharp, N. Y., & Wood, D. A. (2015). Rotational internal
audit programs and financial reporting quality: Do compensating controls
help?. Accounting, Organizations and Society, 44, 37-59.
Coenen, T. L. (2008). Essentials of corporate fraud (Vol. 37). John Wiley &
Sons.
Coram, P., Ferguson, C., & Moroney, R. (2008). Internal audit, alternative
internal audit structures and the level of misappropriation of assets fraud.
Accounting & Finance, 48(4), 543-559.
Delone, W. H., & McLean, E. R. (2003). The DeLone and McLean model of
information systems success: a ten-year update. Journal of management
information systems,19(4), 9-30.
Drábková, Z. (2013). Possibilities to reduce audit risk using the CFEBT model to
identify creative accounting and fraud in term of Czech accounting
standards. In Conference proceedings of the International Scientific
140
Dubis, Gregory S., Jain, Princy., Manchanda, Amipal & Thakkar, Rita. (2010).
Measuring Internal Audit Effectiveness and Efficiency. IPPF IAA Pratice
Guide.
Dull, Richard B., Gellinas, Ulric and Wheeler, Patric. 2012. Accounting
Information System. Cengage Learning, South Western.
Eccles, R. G., Ioannou, I., & Serafeim, G. (2011). The Impact of a Corporate
Culture of Sustainability on Corporate Behavior and Performance.
Working Paper Columbia University & the Sovereign Wealth Fund
Research Initiative.
Fanggidae Victoria, Rotua dan Dwi rahayu. (2016). Laporan Pemeringkat Bank,
Berdasarkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan 2015, Responsi
bank Indonesia. Melalui: http://responsibank.id/media/276940/laporan-
pemeringkatan-bank-2015.pdf
Flamholtz, E., & Randle, Y. (2011). Corporate culture: The ultimate strategic
asset. Stanford University Press.
Florea, R., & Florea, R. (2011). Internal Audit of CSR strategies. Economy
Transdisciplinarity Cognition, 14(1), 12.
Freeman, R. E., Wicks, A. C., & Parmar, B. (2004). Stakeholder theory and “the
corporate objective revisited”. Organization science, 15(3), 364-369.
Freeman, R. E., Harrison, J. S., Wicks, A. C., Parmar, B. L., & De Colle, S.
(2010). Stakeholder theory: The state of the art. Cambridge University
Press.
Garavan, T. N., Heraty, N., Rock, A., & Dalton, E. (2010). Conceptualizing the
behavioral barriers to CSR and CS in organizations: A typology of HRD
interventions. Advances in Developing Human Resources, 12(5), 587-613.
Gargouri, R. M., Shabou, R., & Francoeur, C. (2010). The relationship between
corporate social performance and earnings management. Canadian
Journal of Administrative Sciences/Revue Canadienne Des Sciences De
l'Administration, 27(4), 320-334.
Gee, S. (2014). Fraud and Fraud Detection: A Data Analytics Approach. John
Wiley & Sons
Gelinas, Ulric J., Richard B. Dull, and Patrick Wheeler. 2011. Accounting
information systems. Cengage learning. 2011.
Ghazali, I., Fuad, Structural Equation Modeling: Teori, konsep dan aplikasi
dengan program LISREL 8.80 Edisi. II Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2008.
Graham, J. R., Harvey, C. R., Popadak, J. A., & Rajgopal, S. (2016). Corporate
culture: Evidence from the field. 7th Annual Conference on Financial
Economics and Accounting Paper; Duke I&E Research Paper No. 2016-
33; Columbia Business School Research Paper No. 16-49
Gramling, A. A., CIA, C., Ramamoorti, S., CIA, A., & CFSA, C. (2003).
Research Opportunities in Internal Auditing. Institute of Internal Auditors
Research Foundation.
142
Grougiou, V., Leventis, S., Dedoulis, E., & Owusu-Ansah, S.2014. Corporate
social responsibility and earnings management in US banks. In Accounting
Forum (Vol. 38, No. 3, pp. 155-169). Elsevier.
Guiso, L., Sapienza, P., & Zingales, L. (2015). The value of corporate culture.
Journal of Financial Economics, 117(1), 60-76
Hair, J. F., Anderson, R. E., Babin, B. J., & Black, W. C. (2010). Multivariate
data analysis: A global perspective (Vol. 7). Upper Saddle River, NJ:
Pearson.
Halim Alamsyah. 2013. BI masih akan meneliti kasus fraud BSM. 13 Maret 2013.
Diunduh melalui: http://keuangan.kontan.co.id/news/bi-masih-akan-
meneliti-kasus-fraud-bsm
Hall, James A. 9th ed. 2016. Accounting Information Systems. Cengage Learning,
South Western.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8063/k.%20Naska
h%20Publikasi.pdf?sequence=12&isAllowed=y
Hayward, R., Lee, J., Keeble, J., McNamara, R., Hall, C., Cruse, S., ... &
Robinson, E. (2013). The UN Global Compact-Accenture CEO Study on
Sustainability 2013. UN Global Compact Reports, 5(3), 1-60.
Healy, Paul M., and James M. Wahlen. 1999. A review of the earnings
management literature and its implications for standard setting.
Accounting horizons 13.4 (1999): 365-383.
144
Hla, Daw, and Susan Peter Teru. 2015. Efficiency of Accounting Information
System and Performance Measures–. Int. J. of Multidisciplinary and
Current research 3.
IIA (Institute Of Internal Audit). 2016. How internal audit works with the audit
committee. Diunduh pada: 30/12/106.
https://www.iia.org.uk/resources/audit-committees/how-internal-audit-
works-with-the-audit-committee/
Imam Hendargo Abu Ismoyo. (2014). Penanganan Kasus Dan Upaya Pengendalian
Kebakaran Hutan Dan Lahan (KARHUTLA) KLH. KLH. Diunduh pada
7/8.2016 melalui: http://www.menlh.go.id/penanganan-kasus-dan-upaya-
pengendalian-kebakaran-hutan-dan-lahan-krhutla-klh/
K. Johl, S., Kaur Johl, S., Subramaniam, N., & Cooper, B. (2013). Internal audit
function, board quality and financial reporting quality: evidence from
Malaysia.Managerial auditing journal, 28(9), 780-814.
Kazama, Nobutaka. 2017. Toshiba crisis throws Japan’s corporate culture into
stark relief. Diunduh pada 14/3/2017 melalui:
https://www.businesslive.co.za/bd/companies/2017-03-14-toshiba-crisis-
throws-japans-corporate-culture-into-stark-relief/
Kim, Y., Park, M. S., & Wier, B. (2012). Is earnings quality associated with
corporate social responsibility?. The Accounting Review, 87(3), 761-796.
http://media.wiley.com/product_data/excerPT/05/EHEP0015/EHEP00150
5-1.pdf
Kuhn, J. R., & Sutton, S. G. (2006). Learning from WorldCom: Implications for
fraud detection through continuous assurance. Journal of Emerging
Technologies in Accounting, 3(1), 61-80.
Susy Liestiowaty. (2016). Bank prediksi potensi fraud masih tinggi, Rabu, 01 Juni
2016. Melalui: http://keuangan.kontan.co.id/news/bank-prediksi-potensi-
fraud-masih-tinggi
Lilik Martono. 2013. Lapor fraud Panin Rp 30 M, serikat RDP dengan DPR.
Kontan.co.id. Diunduh: 5/01/2017 melalui:
http://keuangan.kontan.co.id/news/fraud-bank-panin-rp-30-m-serikat-rdp-
dengan-dpr
Lou, Y. I., & Wang, M. L. (2011). Fraud risk factor of the fraud triangle assessing
the likelihood of fraudulent financial reporting. Journal of Business &
Economics Research (JBER), 7(2).
Mahama, M. 2015. Detecting Corporate Fraud And Financial Distress Using The
Altman And Beneish Models. International Jpournal of Economics,
Commerce and Mangement, UK, Vol.III issue 1.
Matei, Mirela, and Marian Cătălin Voica. 2013. Social Responsibility in the
Financial and Banking Sector. Economic Insights-Trends &
Challenges65.1 : 115-123.
Merah Johansyah. 2015 Ada Kasus Lingkungan Hidup, Bank Pun Diprotes. Ini
Penyebabnya. http://www.kliksamarinda.com/berita-380-ada-kasus-
lingkungan-hidup-bank-pun-diprotes-ini-penyebabnya--.html
Diunduh 10 Oktober 2016
Miller, A., Cook., J and Asmelash.,J. (2010). Corporate Governance in the Wake
of the Financial Crisis. United Nations Conference on Trade and
Development.
175.
Mustika, G., Sari, R. N., & Azhar L, A. (2015). Pengaruh Manajemen Laba
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Variabel
Anteseden Dan Variabel Moderasi.Akuntabilitas, 8(3), 238-253.
Nelson Tampubolon. (2014). Minimalisir Fraud, OJK Imbau Nasabah Sering Cek
Rekening. Liputan6. 13 Mei 2014. Melalui:
http://bisnis.liputan6.com/read/2049338/minimalisir-fraud-ojk-imbau-
nasabah-sering-cek-rekening?page=4. diunduh: 12 July 2016
Nelson Tampubolon. (2016). Sejak 2014, OJK Tindak Tegas 108 Kasus
Kejahatan Perbankan. CNNIndonesia. Diunduh pada 4 januari 2017.
Melalui: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161114120838-78-
172491/sejak-2014-ojk-tindak-tegas-108-kasus-kejahatan-perbankan/
Norman, C. S., Rose, A. M., & Rose, J. M. (2010). Internal audit reporting lines,
fraud risk decomposition, and assessments of fraud risk. Accounting,
Organizations and Society, 35, 546-557.
Omar, Normah, Zulaikha Amirah Johari, and Suhaily Hasnan. (2015). Corporate
Culture and the Occurrence of Financial Statement Fraud: A Review of
Literature. Procedia Economics and Finance 31 (2015): 367-372.
Pickett, K. S. (2010). The internal auditing handbook. John Wiley & Sons.
Popa, M., Florescu, M., & Bodea, C. (2008). Information System Quality
Evaluation Based on Audit Processes. In Proceedings of the World
Congress on Engineering (Vol. 1).
Prawitt, D. F., Smith, J. L., & Wood, D. A. (2009). Internal audit quality and
earnings management. The Accounting Review, 84(4), 1255-1280.
Prawitt, D. F., Sharp, N. Y., & Wood, D. A. (2011). Internal Audit Outsourcing
And The Risk Of Misleading Or Fraudulent Financial Reporting: Did
Sarbanes-Oxley Get It Wrong?Contemporary Accounting Research. June
2011.
Puji Lestari & Winwin Yadiati. 2014. The Effect Of Firm Size And
Organizational Culture On The Quality Of Financial Reporting In Sharia
Microfinancing Institution (Baitul Maal Wa Tamwil)(The Case Of Ex
150
Ratley, James D. 2016. Report To The Nation on Occupationan Fraud and Abuse.
Austin, Texas: Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE). Diunduh
[ada 10/10/2017. Melalui : https://www.acfe.com/rttn2016/docs/2016-
report-to-the-nations.pdf
Riyanti A. Y Sali. (2013). Bank Panin bantah fraud senilai Rp 30 miliar, Kontan,
Senin, 04 Februari 2013. Melalui:
http://keuangan.kontan.co.id/news/bank-panin-bantah-fraud-senilai-rp-30-
miliar.
Rizal Ramli. 2015. Rizal Ramli Bongkar Tiga Aib Freeport Terhadap Bangsa
Indonesia. Liputan6. Diunduh pada 2/10/2017, melalui:
http://bisnis.liputan6.com/read/2339684/rizal-ramli-bongkar-tiga-aib-
freeport-terhadap-bangsa-indonesia
Sajady, H., Dastgir, M., & Hashem, H. (2008). Evaluation of the effectiveness of
accounting information systems. International journal of information
science and technology, 6(2)
Sanusi, Zuraidah Mohd, Mohd Nor Firdaus Rameli, and Yusarina Mat Isa. (2015).
Fraud Schemes in the Banking Institutions: Prevention Measures to Avoid
Severe Financial Loss. Procedia Economics and Finance 28 (2015): 107-
113.
151
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/12/18/155455926/Penting.Laporan.
Keberlanjutan.Perusahaan.sebagai.Kewajiban
Schein, E. H. (2009). The corporate culture survival guide (Vol. 158). John Wiley
& Sons.
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. (2013). Research Methods for Business. United
Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.
Senal, S., Atilla, G., & Ateş, B. A. 2012. The Role Of Internal Auditing In
Sustainable Development And Corporate Social Reporting. International
Symposiumon Sustainable Development
Sims, R. R., & Brinkmann, J. (2003). Enron ethics (or: culture matters more than
codes). Journal of Business ethics, 45(3), 243-256.
SPA Audit no 240. (2014). Tanggung jawab Auditor Terkait Kecurangan dalam
Suatu Audit Atas Laporan Keuangan. IAPI.
Sri Mulyani. (2014). Buku Materi Pokok: Sistem Informasi Akuntansi. Universitas
Terbuka.
Sri Mulyani. (2016). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Analisis dan
Perancangan). Abdi Sistematika.
152
Sri Mulyani. (2016). Metode Analisis dan Perancangan Sistem. Abdi Sistematika.
Sri Mulyani & Enggar. (2016). The Influence of Manager Competency and
Internal Control Effectiveness Toward Accounting Information Quality.
International Journal of Applied Business and Economic Research,
Vol14/1
Sri Mulyani & Fettry, S (2016). The Influence Of Audit Committee Composition,
Authority, Resources, And Diligence Toward Financial Reporting Quality.
International Business Management, 10(9), 1756-1767.
Sri Mulyani & Yuhanis Ladewi. 2015. Critical Sucsess Factor For Implementing
of Enterprise Resource Planning System (ERP). International Journal of
Scientific & Technology Research vol 4, issue 05.
Sri Mulyani & Fitriati, A. (2015). Factors that affect accounting information
system success and its implication on accounting information quality.
Asian Journal of Information Technology, 14(5), 154-161.
Stanford, N. (2010). Corporate Culture: Getting It Right (Vol. 79). John Wiley &
Sons.
Stindt, D., Nuss, C., Bensch, S., Dirr, M., & Tuma, A. (2014). An Environmental
Management Information System for Closing Knowledge Gaps in
Corporate Sustainable Decision-Making
Strese, S., Adams, D. R., Flatten, T. C., & Brettel, M. (2016). Corporate culture
and absorptive capacity: The moderating role of national culture
dimensions on innovation management.International Business Review,
25(5), 1149-1168.
153
Teru, S. P., & Hla, D. T. (2015). Appraisal of Accounting Information System and
Internal Control Frameworks. International Journal of Scientific and
Research Publications.
Van der Byl, C. A., & Slawinski, N. (2015). Embracing tensions in corporate
sustainability: A review of research from win-wins and trade-offs to
paradoxes and beyond.Organization & Environment, 28(1), 54-79.
Welch, S., Madison, T., & Welch, O. J. (2011). An Analysis of Computer Fraud:
Schemes, Detection, and Outcomes. Issues in Information Systems.
Volume XII, No. 1, pp. 206-212, 2011
Wilkinson, Joseph W., Cerullo, Michael J., Raval vasant., Wong on Wing,
Bernard. (2000). Accounting Information System. John Willey and Son.
4th ed. P7
Wilson, M. (2003). What is it and where does it come from? Ivey Business
154
Wolfe, David T., and Dana R. Hermanson. (2004). The fraud diamond:
Considering the four elements of fraud. The CPA Journal 74.12 (2004):
38.
Wu, W., Johan, S. A., & Rui, O. M. (2016). Institutional investors, political
connections, and the incidence of regulatory enforcement against
corporate fraud.Journal of Business Ethics, 134(4), 709-726.
Yuen, Loretta.( 2016).Bank Singapura bentuk sistem anti cuci uang. Internasional
Kontan, 19 Mei 2016. Melalui:
http://internasional.kontan.co.id/news/bank-singapura-bentuk-sistem-anti-
cuci-uang
Zack, Gerry. (2015). The link between corporate culture and fraud. Fraud
Magazine. http://www.fraud-magazine.com/article.aspx?id=4294990480
diunduh: 01/12/16
Ziegenfuss, D., Lin, S., & Pizzini, M. (2012). Impact of internal audit function
quality and contribution on audit delays. Faculty and Researcher
Publications Collection.
Zhou, Jian, and Ken Y. Chen. (2004). Audit committee, board characteristics and
earnings management by commercial banks. Unpublished ManuscriPT .
Melalui:
Zulmi. (2015). Cegah Fraud, OJK Minta BPR Tingkatkan Sistem Pengawasan
Internal, 1 April 2015. Melalui:
http://finansial.bisnis.com/read/20150401/90/418522/cegah-fraud-ojk-
minta-bpr-tingkatkan-sisten-pengawasan-internal