Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH PDRB, PENANAMAN MODAL ASING, JUMLAH PENDUDUK

DAN KEMISKINAN TERHADAP INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP


DI PULAU JAWA AHUN 2015 - 2018

(Proposal Skripsi)

Oleh :
Endri Hermawan

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 13


A. Kajian Teori........................................................................................ 13
1. Lingkungan Hidup....................................................................... 13
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)................................. 15
3. Penanaman Modal Asing (PMA)................................................ 16
4. Kepadatan Penduduk................................................................... 17
5. Kemiskinan.................................................................................. 18
6. Hubungan Variabel X terhadap Y............................................... 19
B. Tinjauan Empiris................................................................................ 21
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26
D. Hipotesis............................................................................................. 27

III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 28


A. Jenis Data dan Sumber Data................................................................. 28
B. Definisi Opersional Variabel Penelitian............................................... 28
C. Spesifikasi Model Penelitian................................................................. 29
D. Metode Analisis.................................................................................... 30
1. Analisis Data Panel...................................................................... 30
2. Estimasi Model............................................................................ 31

i
Pendekatan Common Effect........................................................ 31
Pendekatan Fixed Effect.............................................................. 32
Pendekatan Random Effect......................................................... 32
3. Langlah Penentuan Model Panel................................................. 33
Uji Chow..................................................................................... 33
Uji Hausman................................................................................ 34
4. Uji Statistik.................................................................................. 34
Uji Parsial (Uji t)......................................................................... 34
Uji F Statistik (Uji F)................................................................... 35
Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................... 36
5. Uji Asumsi Klasik...................................................................... 37
Uji Normalias Residual.............................................................. 37
Uji Heteroskedastisitas............................................................... 37
Uji Autokorelasi......................................................................... 38
Uji Multikolinearitas.................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 40

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Kategori Nilai IKLH Nasional..................................................... 6
3.1 Jenis dan Sumber Data................................................................. 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 IKLH Provinsi Pulau Jawa Tahun 2015 – 2018........................... 4
1.2 Nilai IKLH Provinsi Pulau Jawa Tahun 2018.............................. 5
1.3 PDRB Provinsi Pulau Jawa 2015 – 2018..................................... 10
2.1 Kerangka Pemikiran..................................................................... 26

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama

makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik serta menyatu

dengan lingkungan sekitarnya. Ini berarti bahwa manusia seharusnya

hidup berdampingan secara harmonis dengan lingkungan sekitar dan tidak

dapat dipisahkan interaksi antara satu dan lainnya. Anggapan homo

homini lupus tidaklah benar. Sudah seharusnya manusia menyadari bahwa

yang mereka membutuhkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi

kelangsungan hidupnya dan bukanlah lingkungan membutuhkan manusia

untuk kelangsungan hidup mereka. Setiap aktivitas manusia memenuhi

kebutuhannya akan berdampak pada lingkungan sekitar yang diambil

sumber daya alam nya, semakin tinggi aktivitas eksploitasi untuk

kebutuhan ekonomi maka akan berdampak juga terhadap kualitas

lingkungan akibat dampak dari aktivitas tersebut. Oleh karena itu sangat

diperlukan Recovery dan upaya untuk menjaga kualitas lingkungan hidup

agar dapat anak cucu kita nantinya dapat merasakan sumber daya alam

yang sangat melimpah ini.

Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) berkomitmen untuk menjaga

kualitas lingkungan hidup di seluruh dunia agar lebih baik lagi. Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup merupakan implementasi dalam menghadapi

tantangan keberlanjutan lingkungan, merupakan bagian dari agenda

Millenium Development Goals (MDGs) yang berjumlah 8 target tujuan

untuk menjamin keberlangsungan dari lingkungan dan menjadi prinsip

1
pembangunan berkelanjutan yang dimulai sejak tahun 2000 yang

merupakan konsesnus dalam kemitraan global dalam upaya untuk

bagaimana bisa mewujudkan dunia lebih baik lagi.

Ketimpangan pembangunan dan keberlanjutan dirumuskan kembali

pada tahun 2015 dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

yang berisi 17 target pembangunan yang berfokus pada pengelolaan

kelestarian lingkungan air bersih, sanitasi layak, penanganan perubahan

iklim laut dan daratan. Indeks kualitas lingkungan hidup sendiri

merupakan indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas lingkungan

dan sebagai sarana untuk mengevaluasi efektivitas dari program – program

yang dilakukan Pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia Jika melihat data Indeks Kualitas Lingkungan Hidup enam

Propinsi yang ada di Pulau Jawa dalam empat tahun terakhir terdapat

pergerakan yang fluktuatif.

Data PDRB Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi

Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun namun apakah

pertumbuhan ekonomi tersebut meningkatkan kualitas lingkungan, atau

pada suatu kondisi tertentu pertumbuhan ekonomi justru menurunkan

kualitas lingkungan seperti yang disampaikan Kutznet (Panayouto, 2003).

Hal ini seperti penelitian yang di lakukan oleh Anggi Rahajeng (2014)

mendapatkan hasil bahwa IKLH = 74,07101 – 7,10E-05 PDRB. Model

regresi tersebut nilai konstanta sebesar 74,07101 berarti bahwa jika PDRB

dianggap konstan maka rata-rata nilai IKLH adalah sebesar 74,07101

sementara koefisien regresi PDRB sebesar -7,10E-05 menunjukkan bahwa

2
jika PDRB naik sebesar satu milliar, maka akan menurunkan nilai IKLH

sebesar -7,10E-05. Dengan kata lain, adanya peningkatan pertumbuhan

ekonomi di Indonesia akan menurunkan kualitas lingkungan hidup.

Lei Jianga, Hai-feng Zhou, Ling Bai , Peng Zhou (2017) meneliti

tentang pengaruh Penanaman modal asing terhadap Degradasi Lingkungan

Di China dengan hasil penelitian investasi langsung asing memiliki

limpahan teknologi spasial yang signifikan, meningkatkan kualitas udara

kualitas di Cina. Studi ini juga menemukan bahwa tidak ada bukti kurva

berbentuk U terbalik antara pendapatan dan polusi udara..

Abdulloh Nashiruddin Wafiq (2018) dalam penelitian menjelaskan

bahwa tingkat ke eratan hubungan antara kepadatan penduduk dengan

kualitas lingkungan hidup adalah sedang. Selain itu, pertumbuhan

ekonomi di ketahui memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan

terhadap kualitas lingkungan hidupdi 33 Provinsi Indonesia.

Salah satu tantangan pembangunan nasional maupun regional

(daerah) di Indonesia adalah masalah pendayagunaan sumber daya untuk

ekonomi dan pengelolaan sumber daya berwawasan lingkungan.

Pengembangan sumber daya wilayah berperan ganda dalam perannya

sebagai modal pertumbuhan ekonomi (Resourced Based Economy) dan

sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (Life Support Economy).

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, keberhasilan pembangunan

wilayah senantiasa dikaitkan dengan daya dukung lingkungan yang diukur

dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup atau biasa disebut IKLH.

Dalam istilah internasional, IKLH sering disebut sebagai Environmental

3
Quality Index (EQI). Indeks ini menggambarkan indikasi awal untuk

melihat kondisi lingkungan hidup pada sebuah periode tertentu (Lobdell et

al., 2014).

Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi di Indonesesia dilakukan

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

IKLH Provinsi = (IPA x 30%) + (IPU x 30%) + (ITH x 40%)

Keterangan :

IKLH Provinsi : Indeks Kualitas Lingkungan Hidup tingkat

Provinsi

IPA : Indeks Pencemaran Air

IPU : Indeks Pencemaran Udara

ITH : Indeks Tutupan Lahan

Berikut ini adalah tabel IKLH di enam provinsi yang ada di pulau jawa

pada tahun 2015 sampai tahun 2018

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Gambar 1.1
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa (Dalam skala 1 – 100)

4
Dari data grafik diatas terlihat bahwa Indeks Kualitas Lingkungan

Hidup dari keenam provinsi di Pulau Jawa cenderung mengalami trend

fluktuatif. Propinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan IKLH paling

rendah dibandingkan kelima provinsi lain yang ada di Pulau Jawa yang

pada akhir tahun 2018 sebesar 45.21. Sedangkan IKLH terbesar dipegang

oleh Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah IKLH sebesar 68.27 pada akhir

2018 meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2017

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Gambar 1.2
N ilai IKLH dan N ilai IKLH Kate gor i Baik Provinsi Pulau Jaw a tahun 2018

Dari grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap provinsi

yang ada di pulau jawa memberi kontribusi terhadap nilai nasional secara

proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah nya

terhadap total penduduk dan luas wilayah Indonesia. Provinsi yang

memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai IKLH Nasional adalah Jawa

Barat dengan nilai IKLH 68,27 dengan nilai masih kurang dari kategori

5
baik yaitu 82, Sedangkan DKI Jakarta menempati provinsi terendah dalam

menumbangkan nilai IKLH dengan nilai 45,21 dengan yang kurang dari

kategori baik yaitu 82. Peningkatan nilai IKLH Nasional tahun 2018 lebih

banyak dipengaruhi oleh provinsi dengan persentase kontribusi menengah,

hal ini perlu adanya strategi untuk meningkatkan IKLH provinsi yang

masih memiliki nilai rendah khususnya di provinsi yang ada di pulau Jawa.

Dari peningkatan indeks kualitas lingkungan hidup yang diterbitkan

oleh Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan memiliki tujuh

golongan kategori paling rendah adalah waspada, dan yang paling tinggi

adalah kategori unggul. Penentuan klasifikasi dilakukan sebagai berikut :

o Predikat Kisaran Nilai IKLH


1 Unggul IKLH > 90
2 Sangat baik 82 IKLH ≤ 90
3 Baik 74 < IKLH ≤ 82
4 Cukup 66 < IKLH ≤ 74
5 Kurang 58 < IKLH ≤ 66
6 Sangat Kurang 50 < IKLH ≤ 58
7 Waspada IKLH ≤ 50
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Tabel 1.1Kategori nilai IKLH Nasional

Berdasarkan gambar 1.2 tentang nilai iklh dan nilai IKLH kategori

baik provinsi pulau jawa tahun 2018 terdapat Terdapat 3 provinsi dengan

predikat cukup baik (60 < IKLH ≤70) yaitu Jawa Tengah, D I

Yogyakarta dan Jawa Timur, Kemudian terdapat 2 provinsi yang berada

pada predikat kurang baik (50 < IKLH ≤ 60) yaitu Jawa Barat dan

6
Banten. Adapun provinsi yang berada pada predikat sangat kurang

baik( 40< IKLH ≤ 50 ) adalah DKI Jakarta.

Berdasarkan pemaparan data di atas, provinsi – provinsi di pulau

Jawa yang belum ada satu provinsi pun yang mendapatkan predikat baik,

artinya perlu adanya strategi untuk mendorong perbaikan kualitas

lingkungan hidup provinsi – provinsi di pulau Jawa yang memiliki

predikat nilai IKLH terkecil terutama pada provinsi DKI Jakarta karena

mendapatkan predikat sangat kurang baik.

Dalam Analisis Kuznets tentang pengaruh pembangunan ekonomi

terhadap Indeks kualitas lingkungan hidup secara teoritis diungkapkan

dengan munculnya teori Environmental Kuznets Curve (EKC). Teori

Environmental Kuznets Curve menyatakan bahwa untuk kasus di negara

sedang berkembang seiring dengan perjalanan waktu, teknologi dapat

merusak kelestarian alam dan lingkungan,sebaliknya untuk negara maju

seiring dengan perjalanan waktu dalam kemajuan teknologi, maka

kelestarian lingkungan hidup semakin bisa dijaminkeberadaannya.

Berdasarkan pada penemuannya tersebut, bentuk kurva EKC adalah huruf

U terbalik (Munasinghe dalam Gupito, 2012).

Dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan untuk menjaga

pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan diduga akan

berpengaruh pada kualitas lingkungan hidup. Dalam kaitan nya dengan

permasalahan kualitas lingkungan hidup dewasa ini akan dihadapkan pada

rangkaian permasalahan yang saling berhubungan, diantaranya

pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam yang semakin terbatas,

7
peningkatan jumlah penduduk yang semakin tinggi, kemiskinan serta

pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Permasalahan - permasalahan

tersebut akan menjadi Multiplier Effect khususnya pada kualias

lingkungan hidup apabila penanganan nya tidak tepat. Lingkungan

memberikan makna atau arti penting bagi manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya serta memberikan sumber kehidupan bagi

manusia agar dapat hidup sejahtera.

Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus

Besar Bahasa Indonesia), dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke

keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam

keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi,

sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Kesejahteraan

mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakin

rendah tingkat kemiskinan maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan

penduduk. Kemiskinan menjadi suatu keadaan seseorang yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Seseorang yang dikatakan

tergolong miskin akan berusaha untuk mencapai kesejahteraannya untuk

memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam yang diambil secara terus

menerus dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan tanpa adanya perbaikan

kembali terhadap sumber daya alam tersebut lama kelamaan semua itu

akan habis dan hilang. Determinan kerusakan lingkungan tidak hanya

disebabkan oleh kemiskinan dan pertumbuhan jumlah penduduk ataupun

penanaman modal asing yang tidak seperti yang diharapkan, Pertumbuhan

ekonomi yang tidak diimbangi dengan distribusi pendapatan diduga akan

8
menyebabkan ketimpangan pendapatan yang berdampak positif terhadap

kerusakan lingkungan hidup.

Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perlu dilakukan di berbagai aspek, namun seluruh kegiatan

ekonomi memerlukan sumber daya alam/lingkungan sehingga antara

kegiatan ekonomi dan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Lingkungan

dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan ekonomi, suatu

negara harus dapat memanfaatkan sumber daya alam sebaik dan seefisien

mungkin guna mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga penggunaan

sumber daya alam diarahkan untuk melindungi lingkungan dalam

menumbuhkan perekonomian. Oleh karena itu, konsep dari Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri

dari lingkungan, sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan di mana

dari ketiga faktor lingkungan ini memiliki korelasi dan keterkaitan antara

satu dan lainnya.

Proses pembangunan yang dilakukan setiap daerah memiliki tujuan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing - masing daerah.

Pembangunan merupakan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada

pemerintah dan negara di mana masyarakat dianggap pasif menjadi objek

pembangunan. Pada hakikatnya pembangunan adalah proses perubahan

yang berjalan secara terus menerus untuk mencapai suatu kondisi

kehidupan yang lebih baik secara materil maupun spritual (Todaro, 2006).

Isu penting dalam pembangunan ekonomi dalam beberapa dekade

terakhir adalah isu keterkaitan antara pembangunan ekonomi dan

9
perubahan kualitas lingkungan yang cenderung menurun, salah satu bukti

adalah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem

dibeberapa wilayah termasuk Indonesia khususnya di Pulau Jawa.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi

adalah Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencerminkan jumlah nilai

tambah yang dihasilkan seluruh aktivitas produksi didalam perekonomian.

Produk domestik bruto yang dihasilkan oleh suatu daerah disebut sebagai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB menunjukkan

kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah.

Suatu daerah yang memiliki angka PDRB tinggi, memiliki arti daerah

tersebut semakin produktif. Berikut rata-rata PDRB atas dasar harga

konstan 2010 Provinsi – Provinsi yang ada di Pulau Jawa tahun 2015-2018

Sumber :Publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia


Gambar 1.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Pulau Jawa Tahun 2014 - 2018 (Miliar Rupiah)

Berdasarkan gambar 1.3 PDRB di Pulau Jawa Tahun 2015 -2018

setiap provinsi memiliki nilai rata-rata yang berbeda dan selalu mengalami

kenaikan setiap tahunnya meskipun idak erlalu signifikan. Provinsi DKI

Jakarta memiliki jumlah PDRB terbesar di bandingkan dengan provinsi –

10
provinsi lain dengan jumlah 1.736.291 Milliar Rupiah pada tahun 2018.

Dan provinsi DIY sebagai provinsi dengan jumlah PDRB terendah dengan

jumlah 98,024 Milliar Rupiah pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh PDRB, penanaman modal asing, jumlah

penduduk dan kemiskinan terhadap indeks kualitas lingkungan hidup

secara parsial di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun 2018 ?

2. Bagaimana pengaruh PDRB, penanaman modal asing, jumlah

penduduk dan kemiskinan terhadap indeks kualitas lingkungan hidup

secara simultan di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB, penanaman modal asing, jumlah

penduduk dan kemiskinan terhadap indeks kualitas lingkungan hidup

secara parsial di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun 2018 ?

2. Untuk mengetahui pengaruh PDRB, penanaman modal asing, jumlah

penduduk dan kemiskinan terhadap indeks kualitas lingkungan hidup

secara parsial di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun 2018 ?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

11
1. Memperoleh informasi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Pulau Jawa tahun 2015 – 2018

2. Penelitian ini diharap dapat dijadikan sebagai masukkan kepada

pemerintah, pelaku ekonomi, dan masyarakat serta stakeholder terkait

dalam menjaga indeks kualitas lingkungan hidup yang berkualitas

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

3. Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai referensi penelitian yang

akan datang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan ekonomi lingkungan

12
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Lingkungan Hidup

Menurut (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018)

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup adalah suatu kesimpulan informasi

yang memuat kondisi lingkungan hidup dalam kurun waktu tertentu

biasanya 1 (satu) tahun, yang selanjutnya angka indeks akan

diterjemahkan pada suatu kondisi yang baik atau sebaliknya. Semakin

jauh angka indeks dengan angka 100, mengartikan bahwa upaya untuk

melindungi dan mengelola lingkungan hidup harus semakin ditekan.

Sedangkan menurut (Federal Environment Agency, 2007) indeks kualitas

lingkungan adalah skor untuk diartikan ke beberapa kategori, dan

mengukur seberapa negara dalam pemenuhan kebijakan lingkungan atau

keberhasilan kebijakan lingkungan. Tujuan dari pengukuran indeks

kualias lingkungan yaitu untuk peningkatan kondisi keberhasilan dalam

kebijakan lingkungan.

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari

lingkungan sosial (sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan

lingkungan alam (ecosystem) di mana ke tiga sub sistem ini saling

berinteraksi. Masing-masing subsistem ini akan meningkatkan kondisi

seimbang lingkungan hidup, di mana kondisi ini akan memberikan

jaminan yang berkelanjutan yang akan memberikan peningkatan kualitas

hidup setiap makhluk hidup di dalam nya. Kerusakan atau degradasi

13
lingkungan juga dapat menurunkan laju pertumbuhan ekonomi melalui

tingginya biaya yang ditanggung negara berkembang akibat dari beban

yang tingkat produktivitas sumber daya alam yang semakin berkurang.

Namun berbagai persoalan lingkungan hidup, dampaknya serta implikasi

terhadap keberhasilan pembangunan, sekarang ini semakin disadari yang

dapat mengarah pada degradasi lingkungan dan kerusakan yang terjadi

secara terusmenerus. Di mana degradasi lingkungan ini dapat

menurunkan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya harus dipikul

dengan biaya yang relatif tinggi.

Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya

mengambil tiga indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai,

kualitas udara, dan tutupanhutan. Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung

pada tingkat propinsi sehingga akan didapat indeks tingkat nasional.

Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi di Indonesesia dilakukan

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

IKLH Provinsi = (IPA x 30%) + (IPU x 30%) + (ITH x 40%)

Keterangan :

IKLH Provinsi : IKLH tingkat Provinsi

IPA : Indeks Pencemaran Air

IPU : Indeks Pencemaran Udara

ITH : Indeks Tutupan Lahan

14
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu alat

ukur atau indikator perekonomian suatu wilayah. PDRB menunjukkan

nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan

ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode. Perhitungan PDRB salah

satunya menggunakan pendekatan nilai tambah atau produksi, yang

berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam. Oleh karena itu, besaran

PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung

kepada pengelolaan sumber daya alam dan faktor produksi daerah

tersebut. Adanya keterbatasan dalam pengelolaan sumber daya alam dan

penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi

antar daerah. Namun, saat ini sumber daya alam mengalami penurunan

yang cepat tanpa adanya pengganti yang memadai. Daya dukung alam

semakin menurun, membuat pertumbuhan perekonomian masyarakat

terganggu kestabilannya.

PDRB didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi suatu daerah yang

secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan daerah tersebut

menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup

masyarakat. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk

mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu

dan merupakan salah satu pencerminan dalam melihat kemajuan ekonomi

suatu daerah. (Sadono Sukirno,2004).

15
3. Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam

negeri.Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang

dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Bentuknya dapat

berupa cabang perusahaan multinasional, anak perusahaan multinasional

(subsidiari), lisensi, joint venture, atau lainnya. Manfaat yang dapat

diharapkan dari suatu paket modal asing (FDI) berupa:

a) Penyerapan tenaga kerja(employment)

b) Alih teknologi

c) Pelatihan manajerial

d) Akses ke pasar internasional melalui ekspor.

Dilihat dari sasaran penjualan output nya, perusahaan multinasional

dapat dibedakan ke dalam dua kelompok :

1. Penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar domestik yang

biasanya cenderung menggunakan teknologi produksi yang padat

modal

2. Penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar luar negeri

yang besar nya cenderung menggunakan produksi berteknologi

padat karya karena lebih murah

16
4. Kepadatan Penduduk

Definisi kepadatan penduduk menurut (Badan Pusat Statistik,

2019)dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Kepadatan penduduk kasar, menujukan jumlah penduduk setiap

kilo meter persegi luas wilayah.

b. Kepadatan fisiologis, menunjukan jumlah penduduk setiap kilo

meter persegi untuk wilayah lahan yang ditanami.

c. Kepadatan agraris, menyatakan bahwa jumlah penduduk yang

bekerjasebagai petani untuk setiap kilometre persegi wilayah yang

ditanami.

Kepadatan penduduk dapat diukur melalui jumlah penduduk,

menurut (Direktorat Jendral Anggaran Kementrian Keuangan, 2015)

faktor-faktor yangmenyebabkan pertumbuhan jumlah penduduk adalah

1. Natalitas atau Kelahiran

2. Mortalitas atau Kematian

3. Migrasi atau Perpindahan Penduduk

Sedangkan menurut (sukirno, 2014) faktor yang menyebabkan

cepatnya perkembangan penduduk pada negara berkembang dijelaskan

dalam 3 (tiga) tahap.Tahap yang pertama yaitu tahap perkembangan

penduduk yang terjadi antara tahun1900 –1920, dimana tingkat

perkembangan penduduk lambat, artinya jumlahpenduduk tidak selalu

berkembang karena adakalanya jumlah penduduk berkurangsebagai

akibat wabah penyakit atau kelaparan. Pada tahap kedua antara tahun

1911-1913 dan 1957-1963 negara yang relatif kaya, tingkat kelahirannya

17
rendah dengandiiringi tingkat kematian yang menurun. Dengan negara

yang pendapatannya tidakterlalu tinggi, tingkat kelahirannya tinggi

dengan diiringi tingkat kematian tinggipula. Lalu pada tahap tiga yaitu

periode 1960 an jumlah penduduk dapat meningkathingga 8 kali lipat.

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pertambahan penduduk yaitu dari

kelahiran dan kematian.

Melalui teorinya Thomas Malthus mengemukakan tentang hubungan

antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Malthus menjelaskan

kecenderungan umum suatu negara untuk tumbuhan menurut deret ukur

(1,2,4,dst) yaitu menjadi dua kali lipat, sementara itu pada saat yang sama

hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaan pangan hanya

tumbuh menurut deret hitung (1,2,3,dst). Teori migrasi Todaro

merumuskan bahwa migrasi berkembang karena perbedaanperbedaan

pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di perdesaan dan di

perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat di desa maupun di

kota yang memiliki kondisi perekonomian cenderung lebih baik dari pada

di desa, hal ini yang membuat penduduk desa berniat untuk melakukan

perpindahaan atau migrasi ke kota dengan keinginan untuk mendapatkan

kehidupan yang layak dan lebih baik dibandingkan di desa.

5. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis

nilai standar kebutuhan minimum baik untuk makanan dan bukan

makanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan. Garis

Kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu

18
untuk dapat membayar kebutuhan makanan dankebutuhan bukan

makanan yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, perumahan,

transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. Kemiskinan tidak hanya

dialami oleh masyarakat perdesaaan karena sempitnya lapangan kerja,

akan tetapi di kota besar penduduk miskin juga banyak dijumpai dengan

karakteristik jenis pekerjaan yang minim keahlian serta pendapatan yang

rendah. Kemiskinan yang menimpa penduduk tidak hanya di perdesaan

saja melainkan di perkotaan yang berada di pinggiran kota ataupun

perkampungan kumuh di pusat kota dengan berbagai macam mata

pencaharian yang memiliki pendapatan rendah (Todaro, 2000).

Kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan kekurangan sumber daya

yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.

Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan

sumber daya yang tersedia pada kelompok ini dan membandingkannya

dengan ukuran yang baku. Sumber daya yang dimaksud dalam pengertian

ini mencakup konsep ekonomi yang luas tidak hanya merupakan

pengertian finansial, dalam hal ini kemampuan finansial keluarga untuk

memenuhi kebutuhannya, tetapi perlu kembali mempertimbangkan semua

jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6. Hubungan PDRB, Penanaman modal asing, jumlah penduduk,

dan kemiskinan dengan Indeks kualitas lingkungan hidup

Riza Damayanti dan Mutiah Salamah Chamid (2016) meneliti

tentang Analisis Pola Hubungan PDRB dengan Faktor Pencemaran

Lingkungan di Indonesia Menggunakan Pendekatan Geographically

19
Weighted Regression (GWR)dengan variabel penelitianPDRB atas dasar

harga konstan (Y), Indeks kualitas udara (X1), Indeks kualitas air

sungai(X2), Indeks tutupan hutan(X3),Kepadatan penduduk(X4). Hasil

penelitian menunjukkan persebaran PDRB mempunyai pola hubungan

yang negatif dengan kualitas lingkungan, dimana semakin rendah kualitas

lingkungan di suatu provinsi, PDRB akan semakin tinggi. Hal ini

dikarenakan berbagai kegiatan yang menunjangperekonomian, seperti

kegiatan industri, mobilitas penduduk yang menghasilkan polusi dari

kendaraan bermotor, limbah dari pabrik maupun rumah tangga, telah

berhasil meningkatkan PDRB, namun disisi lain kurang terjaganya aspek

lingkungan mengakibatkan kualitas lingkungan yangsemakin menurun.

Lei Jianga, Hai-feng Zhou, Ling Bai , Peng Zhou (2017) meneliti

tentang Does foreign direct investment drive environmental degradation

in China Indeks dengan KualitasUdara (Y), PDB Per Kapita (X1),

Penanaman Modal Asing Langsung (X2), Pangsa Sektor Tersier (X3),

Kepadatan Penduduk (X4), Konsentrasi PM2 (X5), Emisi SO2 (X6). Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa investasi asing langsung berhubungan

negatif dengan polusi udara di Cina. Selain itu, investasi langsung asing

memiliki limpahan teknologi spasial yang signifikan, meningkatkan

kualitas udara kualitas di Cina. Studi ini juga menemukan bahwa tidak

ada bukti kurva berbentuk U terbalik antara pendapatan dan polusi udara.

Meidiza Dwi Orchideaa , Sri Mulatsihb , Yeti Lies Purnamadewi

(2016) dengan Indeks kualitas lingkungan hidup (Y), Realisasi dana

dekonsentrasi (X1), Kepadatan penduduk (X2), Produk domestik regional

20
bruto (X3). Hasilnya menunjukkan bahwa indikator Kapasitas fiskal,

jumlah industri, luas tutupan lahan, dan jumlah pengaduan kasus

lingkungan memiliki pengaruh yang signifikanberpengaruh pada alokasi

anggaran dekonsentrasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

anggaran dekonsentrasi berpengaruh terhadappeningkatan kualitas

lingkungan.

B. Tinjauan Empiris
No. Peneliti Judul Alat Analisis Hasil

Anggi Pertumbuhan Variabel terikat : Hasil penelitian


1.
Rahajeng Ekonomi dan IKLH ini
(2014) Kualitas Variabel bebas : menunjukkan
Lingkungan PDRB, IPM bahwa kualitas
Hidup Indonesia lingkungan
2014: Analisis data hidup secara
Modifikasi panel negatif
Kurva Kutznet dipengaruhi
(2018) oleh pendapatan
perkapita dan
menarik karena
IPM pun
mempengaruhi
kualitas
lingkungan
secara negatif.

2.
Dr. Effects of Variabel teriikat : Hasiln
Mohammad Environmental Emisi CO 2 per Penelitian
Salahuddin, Quality on kapita menunjukkan
Professor Agricultural Variabel bebas : bahwa emisi
Jeff Gow, Productivity in Intensitas energi karbon dan
Professor sub Tabungan Tabungan
Nick Vink Saharan African nasional nasional yang

21
(2016) Countries: A disesuaikan
Second Analisis data menunjukkan
Generation panel Negara- tanda yang
Panel Based negara Afrika diharapkan.
Empirical Sahara selama Menurut kedua
Assessment periode 1984 – metode tersebut
2016 emisi CO2 per
kapita lebih
tinggi memiliki
tapi kecil
berdampak
negatif terhadap
produktivitas
pertanian di sub
-Sahara wilayah
Afrika.
Demikian pula,
peningkatan
ANS
merangsang
kenaikan kecil
dalam
produktivitas
pertanian..

3. Anhua Zhou, Impact of Variabel terikat :


Hasil Penelitian
Jun Li income Environmental
menunjukkan
(2020) inequality and Quality Income
bahwa
environmental Inequality
ketimpangan
regulation on
pendapatan dan
environmental Variabel bebas :
regulasi
quality: - Environmental
lingkungan
evidence from Regulation
memperbaiki
China - Population
lingkungan

22
- Economic kualitas, tetapi
Growth ketimpangan
- Technological pendapatan
Progress yang lebih
- Service Industry tinggi
- Industrialization mengurangi
- Urbanization kualitas
Respectively lingkungan, dan
heterogen
Analisis data berpengaruh
panel negara signifikan
China

4. Lei Jianga, Does foreign Variabel terikat : Hasil Penelitian


Hai-feng direct Indeks Kualitas menunjukkan
Zhou, Ling investment drive Udara bahwa investasi
Bai , Peng environmental Variabel bebas : asing langsung
Zhou (2017) degradation in - PDB Per Kapita berhubungan
China - Penanaman negatif dengan
Modal Asing polusi udara di
Langsung, Cina. Selain itu,
- Pangsa Sektor investasi
Tersier, langsung asing
- Kepadatan memiliki
Penduduk, limpahan
- Konsentrasi teknologi
PM2 spasial yang
- Emisi SO2. signifikan,
meningkatkan
Model kualitas udara
Ekonometrik kualitas di Cina.
Spasial dengan Tidak ada bukti
analisis kurva berbentuk
OrdinaryLast U terbalik
Square (OLS) antara
pendapatan dan

23
polusi udara.

5. Riza Analisis Pola Variabel terikat : rdasarkan


Damayanti Hubungan PDRB atas dasar analisis dan
dan Mutiah PDRB dengan harga konstan pembahasan
Salamah Faktor Variabel bebas : penelitian yang
Chamid Pencemaran - Indeks kualitas telah dilakukan,
(2016) Lingkungan di udara maka diperoleh
Indonesia - Indeks kualitas kesimpulan
Menggunakan air sungai bahwa
Pendekatan - Indeks tutupan persebaran
Geographically hutan PDRB
Weighted - Kepadatan mempunyai
Regression penduduk pola hubungan
(GWR) yang negatif
Metode dengan kualitas
Geographically lingkungan,
Weighted dimana semakin
Regression rendah kualitas
Data yang lingkungan di
digunakan dalam suatu provinsi,
penelitian ini PDRB akan
adalah data semakin tinggi.
sekunder 33 Hal ini
provinsi di dikarenakan
Indonesia. berbagai
kegiatan yang
menunjang
perekonomian,
seperti kegiatan
industri,
mobilitas
penduduk yang
menghasilkan
polusi dari

24
kendaraan
bermotor,
limbah dari
pabrik maupun
rumah tangga,
telah berhasil
meningkatkan
PDRB, namun
disisi lain
kurang
terjaganya
aspek
lingkungan
mengakibatkan
kualitas
lingkungan
yang semakin
menurun

No. Peneliti Judul Alat Analisis Hasil

6. Andi Setyo Analisis Variabel terikat : Hasil analisis


Pambudi Keterkaitan IPM menunjukkan
(2020) Indeks Variabel bebas- bahwa di
Pembangunan Indeks Harapan Sulawesi
Manusia Hidup Selatan nilai
Terhadap Indeks - Indeks IPM tidak selalu
Kualitas Pendidikan berbanding
Lingkungan - Indeks Standar lurus dengan
Hidup Di Hidup Layak IKLH
Sulawesi tergantung pada
Selatan etode analisis faktor-faktor
yang digunakan tertentu.
adalah kuantitatif
berbasis data

25
sekunder, baik
dalam bentuk
literature review

C. Kerangka Pemikiran
Konsep pemikiran dalam ini bertujuan untuk menggambarkan objek dan
permasalahan yang akan diteliti, sehingga munculah kerangka berfikir
berbentuk diagram sesuai dengan topik penelitian.Secara sederhana
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pembangunan Ekonomi

Limbah Produksi,
Penggunaan dan Pengolahan Pencemaran , Degradasi
SDA Untuk Kegiatan Produksi Kualitas Lingkungan Hidup

Indeks Kualias Lingkungan Hidup

Penanaman Modal Asing Jumlah


PDRB Kemisknan
Penduduk

D. Hipotesis Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

26
1. Diduga PDRB, penanaman modal asing, jumlah penduduk dan
kemiskinan terhadap indeks kualitas lingkungan hidup secara parsial
berpengaruh signifikan di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun 2018
2. Didiga PDRB, penanaman modal asing, jumlah penduduk dan
kemiskinan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap indeks
kualitas lingkungan hidup di Pulau Jawa Tahun 2015 sampai tahun
2018

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

27
Data yang digunakan adalah data gabungan antara data cross section

dan data time series yang disebut juga sebagai data panel. Data cross

section merupakan data enam provinsi di Pulau Jawa dan data time series

merupakan data dari empat tahun terakhir yakni Tahun 2015 - 2018.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Berikut ini variabel, simbol,

satuan dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

Variabel Simbol Satuan Sumber Data


Indeks Kualitas Kementerian Lingkungan
IKLH Skala nilai
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Milliar
PDRB Konstan PDRB Badan Pusat Statistik
Rupiah
Penanaman Modal
PMA Juta US$ Badan Pusat Statistik
Asing
Jumlah Penduduk POP Ribuan Badan Pusat Statistik
Kemiskinan POV Ribuan Badan Pusat Statistik
Tabel 1.3 Jenis dan sumber data

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH)

Indeks kualitas lingkungan hidup direpresentasikan dengan angka

nilai Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH)

2. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan Ekonomi direpresentasikan dengan PDRB yang dihitung

atas dasar harga konstan Tahun 2010 dan dinyatakan dalam milliar

rupiah.

28
3. Penanaman Modal Asing (PMA)

Penanaman Modal Asing direpresentasikan dengan realisasi investasi

penanaman modal luar negeri dan dinyatakan dalam Juta US$.

4. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan

sebagai jumlah penduduk dalam satuan ribuan.

5. Kemiskinan

Kemiskinan digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sebagai

tingkat jumlah penduduk miskin dan dalam satuan ribuan.

C. Spesifikasi Model Penelitian

1. Model Penelitian untuk Menguji Pengaruh PDRB, Penanaman

modal asing, jumlah penduduk dan kemskinan terhadap indeks

kualitas lingkungan

Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

IKLH it =β 0 + β 1 PDRBit + β 2 PMA it + β 3 POP it + β 4 POV it + ε it

Keterangan :

IKLHit = Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

PDRBit = Jumlah Produk Domestik Regional Bruto

PMAit = Realisasi Penanaman Modal Luar Negeri

POPit = Jumlah Penduduk

POVit = Jumlah Penduduk Miskin

29
 = Konstanta

1,2 = Koefisien

 = Residual (error term)

i = Provinsi

t = Waktu

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Data Panel

Observasi pada pelaku unit ekonomi seperti rumah tangga,

perusahaan atau negara, tidak hanya akan melakukan observasi terhadap

unit-unit tersebut tetapi dalam waktu yang bersamaan juga perilaku unit-

unit tersebut pada berbagai periode waktu. Gabungan data cross section

dan time series ini disebut data panel (panelpolled data). Ada beberapa

keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama,

data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross

section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga

menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua,

menggabungkan informasi dari time series dan cross section dapat

mengatasi masalah yang timbul (Widarjono, 2018).

2. Estimasi Model

30
Penelitian ini menggunakan metode General Least Square (GLS).

Dalam metode ini terdapat tiga macam pendekatan untuk pemilihan

model terbaik diantaranya sebagai berikut :

a. Pendekatan Common Effect

Model Menurut Widarjono (2018), teknik paling sederhana untuk

mengestimasi data panel adalah hanya dengan menggunakan kombinasi

data time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan data

tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu maka kita

bisa menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel.

Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. Dalam pendekatan

ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan

bahwa perilaku data antar perusahaan sama dengan berbagai kurun

waktu. Spesifikasi model dari pendekatan common effect adalah sebagai

berikut.

Y it = β0 + β 1 X 2 it ⁡+ β 2 X 2it + ε it

Keterangan :

Yit = Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X 1it,X2it = Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

0 = Intersep

1,2 = Koefisien Slope

it = Residual (error term)

b. Pendekatan Fixed Effect

31
Model Menurut Widarjono (2018), model yang mengasumsikan

adanya perbedaan intersep di dalam persamaan dikenal dengan model

regresi fixed effect. Teknik model fixed effect adalah teknik mengestimasi

data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap

adanya perbedaan intersep. Pengertian fixed effect didasarkan adanya

perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar

waktu (time invariant). Model estimasi ini seringkali disebut dengan

teknik Least Squares Dummy Variabels (LSDV). Spesfikasi model dari

pendekatan fixed effect adalah sebagai berikut.

Y it = β0 + β 1 X 2it + ¿ β 2 X 2it + β 3 D 1 + β 4 D 2 + β 5 D3 +ε it ¿

Keterangan :

Yit = Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X 1it,X 2it = Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

0 = Intersep

1,2 = Koefisiesn slope

D1, D2, D3 = Variabel dummy

it = Residual (error term)

c. Pendekatan Random Effect

Model Menurut Widarjono (2018), variabel dummy di dalam model

fixed effect untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang

sebenarnya. Variabel tersebut membawa konsekuensi berkurangnya

derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi

efisiensi parameter. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan

variabel gangguan (error terms) dikenal sebagai metode random effect.

32
Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin

saling berhubungan antarwaktu dan antarindividu. Spesifikasi model dari

pendekatan random effect adalah sebagai berikut (Widarjono, 2018).

Y it = β0 +❑i + β 1 X 1 it + β2 X 2 it + ε it

Y it = β0 + β 1 X 1 it + β 2 X 2 it +(ε it +❑i )

Y it = β0 + β 1 X 1 it + β 2 X 2 it + v it

Keterangan :

Y it = Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X 1it,X 2it = Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

0 = Intersep

1,2 = Koefisien slope

it = eit + i

3. Langkah Penentuan Model Data Panel

a. Uji Chow

Pengujian ini membandingkan model common effect dengan fixed

effect. Uji Chow dalam penelitian ini menggunakan program Eviews 10.

Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Chow adalah sebagai berikut :

H0 : Model Common Effect

Ha : Model Fixed Effect

H0 ditolak jika F-tabel lebih kecil dari nilai  . Sebaliknya H0 diterima

jika F-tabel lebih besar dari nilai  . Nilai F-tabel menggunakan sebesar

5%. Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Menerima model common effect, jika nilai Uji Chow < F-tabel

33
Ha : Menerima model fixed effect, jika nilai Uji Chow > F-tabel

b. Uji Hausman

Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random

effect. Uji Hausman menggunakan program yang serupa dengan Uji

Chow yaitu program Eviews 10. Hipotesis yang dibentuk dalam Uji

Hausman adalah sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

Ha : Model Fixed Effect

H0 ditolak jika Chi Square lebih kecil dari nilai . Sebaliknya H0diterima

jika Chi Square lebih besar dari nilai  . Nilai Chi Square menggunakan

 sebesar 5%.

Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Menerima model random effect, jika nilai Uji Hausman < nilai

Chi Square

Ha : Menerima model fixed effect, jika nilai Uji Hausman > nilai

Chi Square

4. Uji Statistik

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara individual dalam

menjelaskan variabel terikat. Uji ini dilakukan untuk melihat probabilitas

t hitung, ketika probabilitas kurang dari taraf signifikansi sebesar 5%

maka variabel bebas tersebut signifikan mempengaruhi variabel terikat.

Hipotesis yang digunakan :

34
H0:1 = 0 Variabel PDRB, PMA, jumlah penduduk dan kemiskinan

tidak berpengaruh positif terhadap indeks kualitas lingkungan

hidup di Pulau Jawa.

H0:1> 0 Variabel PDRB, PMA, jumlah penduduk dan kemiskinan

berpengaruh positif terhadap indeks kualitas lingkungan hidup

di Pulau Jawa.

Kriteria pengujian :

1. Apabila nilai absolut t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya variabel bebas yang diuji akan berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap variabel terikat.

2. Apabila nilai absolut t-hitung < t-tabel maka H0diterima dan

Haditolak, artinya variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap variabel terikat.

b. Uji F-Statistik (Uji F)

Uji yang menunjukkan apakah semua variabel independen atau

variabel bebas yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji ini dengan

melihat probabilitas F lebih kecil dari nilai kritis pada taraf signifikansi

5% maka dikatakan bahwa variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Hipotesis yang digunakan :

H0:1 = 0 secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel PDRB, PMA,

jumlah penduduk dan kemiskinan terhadap variabel terikat.

35
H0:1 0 secara bersama-sama ada pengaruh variabel PDRB, PMA,

jumlah penduduk dan kemiskinan terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian :

1. Apabila F statistik > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima,

artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata

dan signifikan secara statistik terhadap variabel terikat.

2. Apabila F statistik < F tabel maka H0 diterima dan Haditolak,

artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

nyata dan signifikan secara statistik terhadap variabel terikat.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Uji yang menunjukkan besarnya daya kemampuan menerangkan

variabel bebas terhadap variabel terikat pada model. Nilai R2 berkisar

antara 0 < R2< 1 sehingga kesimpulan yang akan diambil adalah :

1. Nilai R2 mendekati nol artinya kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas.

2. Nilai R2 mendekati satu artinya kemampuan variabel bebas

memberikan semua informasi untuk memprediksi variasi variabel

terikat.

5. Pengujian Asumsi Klasik

36
Uji Asumsi Klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least

Square (OLS).

Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

a. Uji Normalitas Residual

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Metode pengujian

normalitas ini menggunakan metode yang dikembangkan oleh Jarque-

Bera(J-B) (Agus, 2018).

Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui uji Normalitas :

H0 = Residual tersebar secara normal

Ha = Residual tidak tersebar secara normal

Nilai statistic J-B didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat

kebebasan (df) = 2.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi.Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi

adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.Jika Varians dari nilai

residual satu pengamatan kepengamatan yang lain bersifat tetap

(konstan) maka disebut homoskedastisitas, sedangkan jika varians dari

nilai residual satu pengamatan kepengamatan lain berbeda disebut

heteroskedasitas.

37
Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui uji Heteroskedastisitas:

H0 = Homoskedastisitas / Residu Seragam

Ha = Heteroskedastisitas / Residu Tidak Seragam

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan salah satu uji asumsi klasik dalam

analisis regresi linear berganda.Uji autokorelasi adalah untuk melihat

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, apakah terjadi

korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1).

Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui ujiAutokorelasi :

H0 = Tidak Terdapat Autokorelasi

Ha = Terdapat Autokorelasi

Uji statistik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah uji

Durbin-Watson.Metode DW digunakan untuk mendeteksi masalah

Autokorelasi. Uji Durbin-Watson dengan model sederhana seperti

persamaan sebagai berikut :

Y t =β 0+ β1 X t + e t

Berikut, gambar statistic Durbin-Watsond :

Ada autokorelasi + Tidak ada autokorelasi Ada autokorelasi -

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4

d. Deteksi Multikolinieritas

38
Multikolinieritas adalah adanya hubungan atau korelasi antara

sesama variabel bebas yang disertakan dalam model. Model regresi

dapat ditulis dalam persamaan regresi sebagai berikut :

Y i=β 0 + β 1 X 1 i+ β 2 X 2 i +e i

Untuk mendeteksi masalah multikolinieritas di dalam sebuah

model regresi berganda kita bisa menggunakan Metode VIF dan

Tolerance.

Dengan ketentuan VIF sebagai berikut :

a. 1 - <5 = Multikolinieritas Rendah

b. 5 - <10 = Multikolinieritas Sedang

c. ≥ 10 = Multikolinieritas Tinggi

Sedangkan, untuk menggunakan nilai tolerance (TOL) dapat dicari

menggunakan formula sebagai berikut :

TOL = (1 - R2j)

1
=
VIF j

DAFTAR PUSTAKA

39
BPS. Statistik Indonesia 2019. Jakarta. Badan Pusat Statistik.
BPS. Statistik Indonesia 2020. Jakarta. Badan Pusat Statistik.
Sukirno, sadono. 2008. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Suparmoko, M. 1997. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan) – Edisi
Ketiga. Yogyakarta : PT. BPFE – Universitas Gajah Mada.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi 1. Jakarta : Bumi Aksara.
Todaro, M. P & Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Sembilan Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014, “Konservasi Air Dan Tanah”.
Widarjono, Agus. 2018. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Kelima.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN
KLHK. 2018. Indeks Kualitas Lingungan Hidup Indonesia 2016. Jakarta :
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
KLHK. 2018. Indeks Kualitas Lingungan Hidup Indonesia 2017. Jakarta :
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
KLHK. 2018. Indeks Kualitas Lingungan Hidup Indonesia 2018. Jakarta :
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Abdelhafidh Dhrifi, Raouf Jaziri, Saleh Alnahdi. 2019. Does foreign direct
investment and environmental degradation matter for poverty? Evidence
from developing countries
Yu Haoa, Yunxia Guo , Yitong Guo, Haitao Wua, Siyu Renf. 2019. Does
outward foreign direct investment (OFDI) affect the home country’s
environmental quality? The case of China
Dr. Mohammad Salahuddin. 2020. Effects of Environmental Quality on
Agricultural Productivity in sub Saharan African Countries: A Second
Generation Panel Based Empirical Assessment
Désiré Avoma, Hilaire Nkengfacka, Hervé Kaffo Fotiob, Armand Totouom .
2019. ICT and environmental quality in Sub-Saharan Africa: Effects and
transmission channels
Anhua Zhou, Jun Li. 2020. Impact of income inequality and environmental
regulation on environmental quality: evidence from China

40
Riza Damayanti dan Mutiah Salamah Chamid . 2016. Analisis Pola Hubungan
PDRB dengan Faktor Pencemaran Lingkungan di Indonesia Menggunakan
Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR)
Meidiza Dwi Orchideaa , Sri Mulatsihb , Yeti Lies Purnamadewi . 2016.
Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Dana Dekonsentrasi Terhadap
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Anih Sri Suryani . 2018. Pengaruh Kualitas Lingkungan Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Di Provinsi Banten
Anggi Rahajeng.2014. Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan Hidup
Indonesia 2014: Modifikasi Kurva Kutznet
Dimas Swara Putra .2020. Analisis Environmental Kuznet Curve (Ekc) :
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Pertumbuhan Penduduk
Dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Degradasi Kualitas Air
Di Pulau Sumatera Tahun 2011 – 2017 (Skripsi). Universitas Lampung
Lamhot Hutabarat. 2010. Pengaruh Pdb Sektor Industri Terhadap Kualitas
Lingkungan Ditinjau Dari Emisi Sulfur Dan Co2 Di Lima Negara Anggota
Asean Periode 1980-2000(Skripsi). Universitas Diponegoro
Ananda Devy Karnila. 2019. Pengaruh Dana Dekonsentrasi Lingkungan Hidup,
Kepadatan Penduduk, Perumahan, Transportasi Darat Dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indonesia Tahun 2011-2017(Skripsi). Universitas Negeri Semarang
Rizky Adi Prasurya. 2016. Analisis Pengaruh Pdrb Terhadap Kualitas
Lingkungan Hidup Di Pulau Sumatera Tahun 2010-2014(Skripsi).
Universitas Lampung
Diah Ayu Hardini . 2011. Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk, Kemiskinan
Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kualitas Lingkungan Di Kota
Semarang Tahun 2001-2008(Skripsi). Universitas Negeri Semarang
Katrin Retno Gupito. 2012. Keterkaitan Pdrb Perkapita Dari Sektor Industri,
Transportasi, Pertanian Dan Kehutanan Terhadap Kualitas Lingkungan
Diukur Dari Emisi Co₂(Skripsi). Universitas Diponegoro
https://www.google.com/search?
q=penanaman+modal+asing+pdf&oq=penanaman+modal+asing+pdf&a
qs=chrome..69i57.10062j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://eprints.ums.ac.id/52199/3/BAB%20I.pdf
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TM-13-
Indeks_Kualitas_Lingkungan_Hidup.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/3990/3/BAB%20II.pdf

41

Anda mungkin juga menyukai