Anda di halaman 1dari 24

“KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM

DAN MASALAH LINGKUNGAN”

Oleh : KELOMPOK 4

Nama : RIZKY RAFLIANSYAH 1711021008


ENDRI HERMAWAN 1711021015
HENDRI SAPUTRA 1711021021
MUHAMMAD TEGAR PAMUNGKAS 1711021053
ABDIRROHMAN 1711021062
RISKI MAULANA 1711021084
Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Mata kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Dosen :

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM DAN MASALAH LINGKUNGAN”

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan serta bertujuan untuk menggali lebih
dalam dan menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam belajar sebuah
pemahaman Kelangkaan Sumber Daya Alam Dan Masalah Lingkungan dalam
kehidupan.

Terlepas dari itu semua, kami sepenuhnya sangat menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata
bahasa maupun pembahasan materi. Oleh karena itu dengan sangat terbuka kami
menerima segala kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu penilis yang
di harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dengan demikian, kami berharap semoga dengan mempelajari makalah ini


dapat menambah literasi dan pemahaman bagi para pembaca, dan kedepan nya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Bandar Lampung, 10 September 2019

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Masalah ................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1. Pasar Monopoli ................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Pasar Monopoli .................................................... 3
2.1.2 Ciri-ciri Pasar Monopoli ........................................................ 4
2.1.3 Permintaan Pada Pasar Monopoli .......................................... 5
2.1.4 Nilai Produk Penjualan (Total Revenue) Pasar Monopoli ...... 7
2.1.5 Nilai Penjualan AR dan MR............................................... 8
2.1.6 Maksimisasi Keuntungan Monopoli Jangka Pendek.............. 9
2.1.7 Maksimisasi Keuntungan Monopoli Jangka Panjang............. 10

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah sumber daya timbul karena adanya ketidakseimbangan antara


sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Ada
empat masalah yang berkaitan dengan keberadaan sumber daya, yaitu masalah
kependudukan dengan lingkungan hidup, masalah produktivitas lahan dan
manusia, masalah kualitas lingkungan dan masalah penyebaran sumber daya.
Hukum kelangkaan merupakan landasan fundamental bagi keberadaan ekonomi
sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam.
Salah satu aspek krusial dalam pemahaman terhadap sumber daya
alam adalah memahami juga kapan sumber daya tersebut akan bukan hanya
konsep ketersediaannya yang harus kita pahami, melainkan juga konsep
pengukuran kelangkaan sumber daya alam. Aspek kelangkaan ini menjadi sangat
penting karena dari sinilah kemudian muncul persoalan bagaimana mengelola
sumber daya alam yang optimal.

Dengan kekayaan bumi yang dimiliki oleh suatu Negara, dan dengan
semakin banyaknya penduduk suatu negaratersebut yang akan terus memakai
aatau menggunakan sumber daya yang ada maka dibutuhkan pengukuran yang
tepat agar tidak terjadi kelangkaan sumnerdaya alam di Negara tersebut. Ataupun
dengan memikirkan bagaiman mengganti sumberdaya yang sudah langka atau
akan habis dengan mencari penemuan – penemuan baru agar tidak terjadi
kesulitan atau ketidaksejahteraan dalan masyarakat suatu Negara dikarenakan
adanya kelangkaan sumber daya alam.

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang
muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia
pada umumnya. Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat

1
diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat
terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kelangkaan sumber daya alam dan masalah
lingkungan?
2. Apa indikator kelangkaan sumber daya alam ?
3. Bagaimana kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam ?
4. Bagaimana kualitas lingkungan barang publik ?
5. Bagaimana model kegagalan barang publik ?
6. Bagaimana pendapat teori Coase ?
7. Bagaimana intervensi pemerintah terkait kelangkaan kelangkaan
sumber daya alam dan masalah lingkungan ?

1.3.Tujuan
1. Untuk kelangkaan sumber daya alam dan masalah lingkungan.
2. Untuk mengetahui indikator kelangkaan sumber daya alam.
3. Untuk mengetahui kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya
alam
4. Untuk mengetahui kualitas lingkungan barang publik
5. Untuk mengetahui kegagalan barang publik
6. Untuk mengetahui pendapat teori Coase tentang kelangkaan sumber
daya alam dan masalah lingkungan
7. Untuk mengetahui intervensi pemerintah terkait kelangkaan
kelangkaan sumber daya alam dan masalah lingkungan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelangkaan Sumber Daya Alam Dan Masalah Lingkungan

2.1.1 Pengertian Kelangkaan Sumber Daya Alam

Kelangkaan adalah suatu keadaan saat manusia ingin


mengonsumsi jauh lebih banyak dari apa yang diproduksi atau suatu keadaan saat
apa yang diinginkan manusia jauh lebih banyak dari yang tersedia.Sedangkan
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam dan di bawah
permukaan bumi yang secara langsung ataupun tidak langsung bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat manusia.

Faktor Penyebab Kelangkaan Sumber Daya Alam antara lain :

a. Perbedaan Letak Geografis

Sumber daya alam biasanya tersebar tidak merata di setiap daerah.


Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya bahan tambang.Namun,
ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan air.Perbedaan ini
menyebabkan sumber daya menjadi langka dan terbatas, terutama bagi daerah
yang tidak mempunyai sumber daya yang melimpah.

b. Ketidakpedulian Manusia terhadap Lingkungan

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting


keberadaannya. Dahulu hutan di Indonesia menjadi paru-paru dunia. Selain itu
hasil dari hutan seperti rotan, damar, dan kayu dapat dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan. Hutan dapat juga dijadikan sebagai tempat resapan air
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.Namun sekarang keberadaannya sudah
sangat mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan banyak orang yang menebangi
pohon-pohon di hutan tanpa memerhatikan pelestariannya sehingga sekarang ini
banyak hutanhutan yang gundul. Di samping itu, sumber daya hutan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan semakin berkurang
jumlahnya.

3
c. Pengeksploitasian Sumber Daya Alam yang Berlebihan

Manusia tidak memiliki rasa puas, sehingga mereka akan merasa tidak
cukup dengan apa yang mereka dapat. Bagi mereka yang serakah pasti akan selalu
mengeduk sumber daya alam seperti, barang tambang, emas, batu bara, nikel dan
lain sebagainya secara terus menerus. Akibat dari pengeksploitasian berlebihan
yang mereka lakukan itu akan menyebabkan sumber daya alam yang tersedia
berkurang dan ujung-ujungnya akan mengakibatkan kelangkaan. Mereka tidak
memikirkan apa yang akan terjadi jika pengeksploitasian yang berlebihan tu
dilakukan secara terus menerus.

d. Bertambahnya Manusia dibumi, yang Hidupnya Tidak Merata

Semakin banyaknya pertumbuhan manusia dibumi yang hidupnya


tidak merata maka akan semakin langka pula sumber daya alam yang ada. Sumber
daya alam yang terdapat di Pulau Jawa akan cepat habis dari pada Sumber daya
alam yang terdapat di Kalimantan karena jumlah penduduk di Kalimantan lebih
sedikit daripada di Jawa, karena semua kegiatan orang Indonesia berpusat di
Jawa, maka tidak heran jika Sumber Daya Alam yang terdapat di Jawa akan cepat
habis dibanding Sumber Daya Alam yang terdapat di Kalimantan.

Sumber daya alam dapat dibedakan menurut sifatnya, yaitu sumber


daya fisik berupa tanah, air, dan udara serta sumber daya biotik berupa pertanian,
perkebunan, hutan dan peternakan. Perpaduan antara sumber daya fisik dan
sumber daya biotik disebut sumber daya lingkungan alam, misalnya keindahan
panorama alam, pegunungan, lembah, pantai, dan panorama dibawah permukaan
laut.

Kandungan sumber daya alam di bumi ada yang melimpah dan ada
pula yang sedikit atau terbatas. Demikian pula peresebarannya, ada sumber daya
alam yang terdapat disemua daerah, tetapi adapula yang hanya berada didaerah-
daerah tertentu, seperti emas, batu bara, dan minyak bumi.

4
2.1.2 Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap
lingkungan biofisik. Environmentalisme, sebuah gerakan sosial dan lingkungan
yang dimulai pada tahun 1960, fokus pada penempatan masalah lingkungan
melalui advokasi, edukasi, dan aktivisme.Masalah lingkungan terbaru saat ini
yang mendominasi mencakup perubahan iklim, polusi, dan hilangnya sumber
daya alam. Gerakan konservasi mengusahakan proteksi terhadap spesies terancam
dan proteksi terhadap habitat alami yang bernilai secara ekologis.Tingkat
pemahaman terhadap bumi saat ini telah meningkat melalui sains terutama
aplikasi dari metode sains.Sains lingkungan saat ini adalah studi akademik
multidisipliner yang diajarkan dan menjadi bahan penelitian di berbagai
universitas di seluruh dunia.Hal ini berguna sebagai basis mengenai masalah
lingkungan.Sejumlah besar data telah dikumpulkan dan dilaporkan dalam
publikasi pernyataan lingkungan.

Manusia memiliki pengaruh besar untuk keseimbangan


ekosistem.Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi memudahkan manusia dalam
mengatsi semua masalah hidupnya. Namun disisi lain, dampak kemajuan IPTEK
dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan & ketidakseimbangan ekosistem.
Kerusakan yang tampak nyata adalah kerusakan hutan akibat penebangan, &
kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yang sebagian besar terjadi karena ulah
/ perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab.

5
2.2 Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam
Kelangkaan sumber daya energi ternyata sudah menjadi isu sentral yang
akan membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun hal tersebut dapat teratasi jika
pemikiran manusia berkembang untuk membatasi kelangkaan sumber daya alam
dan energi.

2.2.1 TIPE KELANGKAAN SUMBER DAYA

a) Kelangkaan absolut (absolute resource scarcity or Malthusian


scarcity) didefinisikan kelangkaan sumber daya alam secara fisik.
b) Kelangkaan relatif (Relative Resource Scarcityricardian Scarcity)
yang terjadi ketika suatu sumber daya masih cukup tersedia tetapi
distribusinya tidak merata atau tidak seimbang.

2.2.2 INDIKATOR KELANGKAAN


Berbicara masalah kelangkaan tidaklah meyakinkan tanpa bukti
empiris yang menyertainya.Bukti tersebut biasanya menunjukan indikator
seberapa jauh kelangkaan sumber daya alam menghadang laju pertumbuhan
ekonomi.Indikator tersebut bisa berupa indikator fisik misalnya konsep cadangan,
maupun indikator ekonomi seperti harga, sewa, dan biaya produksi.

1. HARGA
Dari semua indikator kelangkaan, nampaknya harga menjadi indikator
paling banyak dipakai meskipun belum bisa menggambarkan keseluruhan
pengorbanan.Perubahaan kelangkaan terukur melalui harga merupakan konsep
ekonomi bukan konsep fisik. Harga sebagai indikator kelangkaan antara lain :
a) Perubahan kelangkaan yang terukur melalui harga merupakan konsep
ekonomi bukan konsep fisik.
b) Proses pemanfaatan sumber daya alam dan energi diukur
kelangkaannya melalui gerakan harga, terutama kaitannya dengan
kemungkinan substitusi antar faktor produksi.
c) Indeks harga sebagai ukuran kelangkaan.

2. BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi sebenarnya hanya merupakan salah satu bagian dari
keseluruhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya alam dan energi.Untuk
melihat kelangkaan dari segi biaya seharusnya dilihat pula bagaimana sewa dan

6
biaya lingkungan.Namun karena sulitnya memperoleh data sewa dan biaya
lingkungan, maka biaya produksi sering dipergunakan sebagai indikator produksi.

2.2.4 UPAYA MENGATASI KELANGKAAN SUMBER DAYA

Penemuan sumber daya baru


Teknologi telah pula dipercaya manusia untuk mengatasi persoalan
ini.Pada prinsipnya teknologilah yang mendasari setiap usaha untuk menghindari
adanya kelangkaan sumber daya alam dan energi. Proses perkembangan teknologi
tidak akan pernah berhenti baik secara kebetulan maupun memang dicari karena
desakan keadaaan misalnya kelangkaan sumber daya alam dan energi.

Re-produce – budidaya

Kemajuan teknologi dalam bidang geologi, foto udara, survei tanah, survei
hutan, survei hidrologi, penginderaan jarak jauh dan lain-lain memungkinkan
dapat dijangkaunya lokasi sumber daya alam dan energi. Inovasi teknologi
memang sampai saat ini terbukti mampu mengatasi sebagian masalah kelangkaan
atau paling tidak menghambat proses percepatan kelangkaan. Selain membantu
proses penemuan cadangan baru, teknologi juga mampu membantu proses
substitusi dalam produksi.

DAUR ULANG(recycling)
Saat ini teknologi daur ulang berkembang pesat dalam mengolah sisa-sisa
produksi dan konsumsi sehingga tidak terbuang percuma dan mengotori
lingkungan.Daur ulang memungkinkan dihematnya penggunaan sumber daya
alam dan energi asli sehingga jika sumberdaya alam dan energi asli memang
langka, penghematan tersebut sangat diperlukan.

SUBSTITUSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA DAN ENERGI

Perkembangan substitusi sumberdaya alam dan energi baik dalam


produksi maupun konsumsi sangat membantu proses pelambatan kelangkaan. Contoh:

7
perbaikan transportasi umum mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga bisa
menghemat energi.

BACKSTOP TEKNOLOGI

2.3 KEGAGALAN PASAR

2.3.1 PENGERTIAN KEGAGALAN PASAR

Kegagalan pasar adalah suatu kondisi dimana pasar mengalami kegagalan


dalam menyediakan kebutuhan pasar secara effisien. Dalam hal ini, mekanisme
pasar yang tidak effisien akan menyebabkan kebutuhan pasar yang dihasilkan
menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit. Implikasi ekstrim dari fenomena ini
adalah kolapsnya pasar tersebut sehingga tidak dihasilkannya lagi komoditas
pasar terkait. Kegagalan pasar juga dapat diartikan sebagai kegagalan dari suatu
institusi, yang berkaitan dengan pasar atau pengaturannya dalam menyokong
aktivitas yang diperlukan juga menghentikan aktivitas yang tidak diperlukan
dalam kegiatan pasar.

Kegagalan pasar terjadi ketika mekanisme harga gagal memperhitungkan


keseluruhan harga dan keuntungan yang berkaitan dengan penyediaan maupun

8
konsumsi dari suatu barang dan jasa. Hal ini kemudian berdampak pada alokasi
atau penggunaan yang tidak effisien. Istilah kegagalan pasar (market
failure) pertama kali digunakan pada tahun 1958, namun fondasi konseptual dari
kegagalan pasar telah muncul pada abad ke-18.

2.3.2 KETIDAK EFISIENAN SUATU PASAR

Pasar yang gagal adalah pasar yang tidak efisien. Ketidakefisienan dalam
suatu pasar berarti terdapat pengelolaan sumber daya atau distribusi yang tidak
optimum dari aktivitas pasar tersebut. Tentu, secara nyata, tidak terdapat pasar
yang efisien secara sempurna, ketidakefisienan dalam aplikasinya ditinjau
berdasarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap suatu aktivitas pasar tersebut.
Dalam sudut pandang ekonomi, terdapat berbagai konsep tentang ketidakefisienan
yang dapat diterapkan diberbagai kasus, diantaranya: ketidakefisienan Pareto,
ketidakefisienan produksi, ketidakefisienan faktor "X", ketidakefisienan alokasi,
ketidakefisienan dinamis dan ketidakefisienan sosial.

Ketidak Efisienan Pareto

Ketidakefisienan Pareto berkaitan dengan suatu konsep efisiensi yang


dicetuskan oleh Vilfredo Pareto seorang ahli ekonomi Italia. Ketidakefisienan
Pareto terjadi jika aktivitas ekonomi tidak berada di bawah pada kurva
kemungkinan produksi. Atau dapat dikatakan, ketidakefisienan Pareto terjadi saat
suatu aktivitas produksi gagal menghasilkan jumlah output optimum berupa
barang dan jasa karena tidak mengeksploitasi sumber daya dengan maksimum.
Pendekatan kegagalan pasar menggunakan konsep efisiensi Pareto mengabaikan
kegagalan pasar yang diakibatkan faktor ekologi seperti: aktivitas produksi yang
menggunakan sumber daya tidak terbarukan secara berlebih,
perubahan ekosistem, atau berkaitan dengan kemampuan biosfer untuk menyerap
limbah dari aktivitas produksi yang terjadi.

9
Ketidak Efisienan Produksi

Dalam suatu produksi terdapat istilah yang dinamakan biaya produksi.


Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu produsen saat
memproduksi suatu barang atau jasa. Pada suatu aktivitas pasar, biaya produksi
memiliki besaran yang bervariasi, bergantung pada metode, material, atau upah
buruh yang digunakan pada produksi tersebut. Ketidakefisienan produksi terjadi
saat produsen tidak menghasilkan suatu produk dengan biaya produksi per unit
produk yang minimum. Ketidakefisienan ini sangat mungkin terjadi dalam pasar
yang memiliki sedikit kompetisi ; terdapat praktik monopoli atau oligopoli dalam
pasar tersebut

Ketidakefisienan “X”

Ketidakefisienan X awalnya merupakan konsep yang hanya berkaitan


dengan ketidakefisienan pada suatu manajemen, namun secara luas dapat
dikaitkan dengan aktivitas pasar. Ketidakefisienan ini terjadi jika suatu perusahaan
tidak memberikan insentif terhadap suatu aktivitas produksi saat kuantitas produk
yang dihasilkan maksimum dari bahan yang digunakan. Tidak adanya insentif dari
manajemen membuat lesunya produksi dan meningkatkan harga produksi rata-rata
sehingga membuat pasar tidak berjalan dengan efisien. Ketidakefisienan X
berbeda dengan ketidakefisienan produksi karena ketidakefisienan X berkaitan

10
dengan insentif yang diberikan manajemen, sementara ketidakefisienan produksi
bergantung terhadap metode dan proses.

Ketidakefisienan Alokasi

Efektivitas dari suatu pendistribusian barang dan jasa dapat mempengaruhi


effisiensi dari suatu produksi. Ketika konsumen mendapatkan barang atau jasa
yang spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan mereka maka dapat dikatakan pasar
tersebut efisien secara alokasi. Pada keadaan ini harga yang dibayarkan konsumen
selalu sesuai dengan biaya marjinal produksi. Alasannya karena biaya yang
dibayarkan konsumen untuk setiap produk selalu berbanding lurus
dengan kepuasan marjinal yang mereka dapatkan. Efisiensi alokasi dapat
ditemukan pada pasar persaingan sempurna, karena produsen pada pasar ini
dianggap tidak memiliki kekuatan secara ekonomi untuk menaikan harga barang
secara sewenang-wenang. Agar bertahan maka produsen harus memproduksi dan
mendistribusikan barang yang paling dibutuhkan oleh masyarakat untuk
menutupi biaya marjinal. Sebaliknya monopoli dalam suatu pasar dapat membuat
pasar tersebut tidak efisien secara alokasi, praktik monopoli memiliki kekuatan
pasar untuk menaikan harga produk tanpa harus menyesuaikan sifat produk,
sehingga mengurangi kepuasan konsumen.

Ketidakefisienan Dinamis

Ketidakefisienan dinamis terjadi saat produsen tidak memiliki insentif


terhadap kemajuan teknologi. Ini berkaitan dengan kurangnya inovasi yang
berujung pada peningkatan biaya produksi, penurunan daya saing dan kualitas
produk, serta kurangnya pilihan yang ditawarkan terhadap konsumen. Terdapat
dua cara dimana suatu produsen dapat melakukan inovasi terhadap produknya:

1. Metode produksi yang baru, seperti mengaplikasikan suatu teknologi


baru pada proses produksi yang ada.

2. Produk baru, dimana produsen membuat suatu produk baru berkaitan


dengan perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.

11
Pasar yang efisien secara dinamis umumnya menawarkan pilihan dan
kualitas lebih dari suatu produk terhadap konsumen. Ini dikarenakan inovasi,
penelitian dan pengembangan dari suatu aktivitas produksi tidak hanya
berdampak pada efisiensi proses atau penurunan biaya produksi, namun juga
berdampak pada naiknya kualitas barang dan jasa yang ditawarkan pada
konsumen.

Ketidakefisienan Sosial

Ketidakefisienan sosial berkaitan erat dengan eksternalitas negatif dalam


ekonomi. Ketidakefisienan sosial terjadi saat mekanisme harga pasar tidak
memberi perhatian terhadap keseluruhan biaya dan manfaat yang berkaitan
dengan aktivitas ekonomi. Misalkan, suatu mekanisme harga pasar hanya
memberi perhatian terhadap biaya dan keuntungan privat yang muncul secara
langsung dari aktivitas ekonomi seperti produksi dan konsumsi. Sementara,
terdapat biaya lainnya yaitu biaya sosial yang ditanggung masyarakat dan
nantinya dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi seperti contohnya kerusakan
lingkungan akibat aktivitas produksi. Suatu pasar dikatakan efisien secara sosial
jika memperhitungkan dan memiliki kebijakan terhadap biaya sosial yang
ditanggung masyarakat.

2.3.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN PASAR

Beberapa faktor dianggap mempengaruhi kegagalan pasar antara lain


sebagai berikut (Reksohadiprodjo dan Pradono, 1996:36).

a) Sumber daya alam dan energi yang bisa digarap bersama (common
access). Sifat ini menutup kemungkinan terciptanya pasar dengan
hilangnya scarcity rent (harga yang harus dibayar oleh produsen komoditi
sumber daya alam dan energi untuk setiap tambahan (marjinal) sumber
daya alam dan energi yang bisa diproduksi saat ini) akibat kebebasan
pengusaha beroperasi. Contoh yang jelas pada sumber daya alam dan
energi tak bertuan adalah perikanan. Pada prinsipnya masalah sumber daya
lam dan energi ini bisa diatasi dengan pemberian hak milik yang jelas atau
batasan-batasan dalam eksploitasi.dalam prakteknya terutama di Negara

12
sedang berkembang hal ini sulit dilakukan karena belum cukupnya sarana
pengawasan dan kelembagaan lainnya.
b) Pengusaha kebanyakan mengesampingkan nilai lingkungan terutama
eksternalitas yang bersifat disekonomi atau tidak ditanggungnya biaya
sosial yang diakibatkan dari usahanya seperti populasi dalam segala
bentuk, kerusakan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut dan lain-lain.
c) Adanya monopoli meskipun bisa dikatakan lebih konservatif dibanding
persaingan namun disebut-sebut berproduksi di bawah kapasitas atau bias
ke bawah dinding pemanfaatan optimal dari segi sosial.
d) Tingkat bunga. Pemanfaatan sumber daya alam dan energi sangat
tergantung pada tingkat bunga: semakin tinggi semakin kecil usaha untuk
konservasi. Tingkat bungan yang digunakan oleh sektor swasta ternyata
lebih tinggi daripada tingkat bunga sosial yang berakibat lebih cepatnya
eksploitasi.
e) Perbedaan tingkat pajak pendapatan dapat pula mempengaruhi biasnya
pemanfaatan sumber daya alam dan energi. Pajak yang terlalu longgar
mungkin menarik datangnya investor di pasar sumber daya alam dan
energi sehingga menaikkan eksploitasi. Sebaliknya pajak bisa juga dipakai
sebagai penghalang bagi eksploitasi lebih lanjut.
f) Beberapa peraturan pemerintah berkenaan dengan sistem sewa, peraturan,
harga dan komitmen pemerintah (misalnya penyediaan infrastruktur) akan
mempengaruhi pula pola pemanfaatan sumber daya alam dan energi.

Faktor-faktor kegagalan pasar akan semakin memperkuat mereka yang


beraliran pesimis. Kegagalan pasar mendorong terjadinya pengguanaan berlebih
sumber daya alam dan energi dan semakin terabaikannya keperluan di masa
depan. Dan bias ini akan semakin melebar sebagai mana dipercaya oleh mereka
yang pesimis jika prospek hidup manusia semakin memburuk. Mereka yang
optimis tidak percaya kegagalan pasar akan terus berlangsung, karena aka nada
kebijakan-kebijakan untuk mengatasinya.

13
2.4 KUALITAS LINGKUNGAN : BARANG PUBLIK

2.5 MODEL KEGAGALAN BARANG PUBLIK

2.6 TEORI COASE

Pada kegiatan ekonomi yang menghasilkan eksternalitas akan terjadi


kemungkinan “tawar-menawar” antara pihak pencemar (polluter) dengan pihak
terkena dampak pencemaran (sufferer) dalam hal tingkat eksternalitas yang
disepakati. Dalam hal ini pihak pencemar 'akan menawarkan kompensasi kepada
pihak yang dicemari sejumlah tertentu sehingga dicapai jumlah yang disepakati
kedua belah pihak. Ronald Coase (Turner, er al, 1994).

Gambar 1 menjelaskan bahwa pencemar akan beroperasi pada QR yakni pada


kondisi keuntungan (profit) maksimal. Pada kondisi ini tingkat polusi juga
maksimal. Sementara itu, pihak yang dicemari lebih menginginkan tidak ada
polusi. Kondisi yang saling bertolak belakang ini yang kemudian menimbulkan
adanya tawar-menawar. Pada gambar terlihat, misalnya posisi tawar-menawar
pada titik d, maka pencemar akan memperoleh “gain” berupa keuntungan sebesar
O, a ,b, d sementara yang dicemari akan mengalami kerugian sebesar O, c, d.
Mengingat O, a, b, d, lebih besar dari O, c, d, maka masih dimungkinkan
terjadinya negosiasi dimana pencemar akan menawarkan kompensasi lebih besar
dari Ocd namun lebih kecil dari Oabd, demikian seterusnya. Pergerakan menuju d

14
dan seterusnya dikenal sebagai suatu “Social Improvement”. Jika pergerakan
kekanan ini disepakati pada titik tertentu oleh kedua belah pihak, maka kondisi
demikian dikenal dengan “pareto improvement” yang artinya bahwa paling tidak
ada satu pihak yang memperoleh keuntungan sementara tidak ada pihak yang
dirugikan. Nah, pergerakan tawar- menawar tersebut akhirnya akan mencapai titik
Q* yang merupakan titik optimum sosial. Pergeseran kekanan setelah QR tidak
“feasible” (layak) mengingat “net gain” (perolehan bersih) pencemar akan
menjadi lebih kecil dibanding dengan kerugian yang di alami pihak tercemar.

Jika kondisi tawar-menawar seperti ini terjadi maka menurut teori Coase
bahwa intervensi pemerintah tidak diperlukan pada kegiatan ekonomi dengan
eksternalitas karena pasar akan terkoreksi dengan sendirinya. Namun teori Coase
mengandung banyak kelemahan sehingga banyak yang mengkritik dengan
beberapa alasan utama seperti dijelaskan berikut ini.

1. Proses tawar-menawar sulit direalisasikan.

Proses tawar-menawar sebagaimana dimaksudkan oleh Coase hampir


tidak

pernah terjadi dalam dunia nyata terutama karena adanya biaya transaksi
(transaction costs) untuk membawa kedua belah pihak bernegosiasi. Kondisi ini
yang menyebabkan intervensi pemerintah bisa jadi lebih “feasible”. Jika T =
biaya transaksi, B = perolehan (manfaat) yang didapat pihak yang menanggung
biaya transaksi, dan G = biaya intervensi pemerintah, maka kemungkinan yang
terjadi adalah sebagai berikut:

(a) Jika T < B, proses tawar-menawar kemungkinan terjadi

(b) Jika T > B, proses tawar-menawar tidak akan terjadi sehingga


pendekatan dengan peraturan mungkin sekali diterapkan

(c) Jika T > G <B peraturan pemerintah sangat dimungkinkan


diterapkan karena lebih efisien.

2. Sulitnya menentukan pihak-pihak yang melakukan tawar-menawar.

15
Hal ini terutama terkait sekali dengan sumberdaya yang bersifat
“open access” (sumberdaya yang tidak dimiliki siapa-siapa). dan “common
property” (sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu). Pada
kondisi seperti ini sangat sulit menentukan siapa yang harus bernegosiasi dengan
siapa, mengingat setiap individu mempunyai akses untuk memanfaatkan
sumberdaya yang ada, sementara tidak ada insentif bagi setiap individu untuk
mengurangi aksesnya. Bahkan dalam konteks yang umum, seringkali terdapat
kesulitan untuk menentukan, misalnya, siapa yang pencemar (pollusers) dan siapa
yang menerima dampak pencemaran tersebut (sufferers).

3. Adanya kasus “ancam-mengancam” (threat-making) oleh pihak


pencemar.

Hal ini dapat terjadi jika pihak yang terkena cemaran harus
memberikan insentif pada pihak pencemar sebagai kompensasi untuk tidak
melakukan kegiatan ekonomi yang menyebabkan terjadinya pencemaran yang
kemudian diikuti oleh pencemar yang lain secara sengaja dengan tujuan meminta
kompensasi yang sama. Contoh: di beberapa negara dimungkinkan bagi
petani/peternak untuk menerima kompensasi berupa uang dengan cara tidak
melakukan aktivitas usahataninya agar tidak mencemari lingkungan atau untuk
mengurangi surplus hasil pertanian. Keadaan seperti ini bisa “dimanfaatkan” oleh
petani/peternak lain sambil “mengancam” untuk melakukan kegiatan usaha tani
nya dengan tujuan memperoleh kompensasi yang dimaksud.

2.7 INTERVENSI PEMERINTAH DALAM MENANGANI KELANGKAAN


SUMBERDAYA ALAM

Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara berlebihan tanpa


memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan
terhadap kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu peran pemerintah dalam
memberikan kebijakan tentang peraturan pengelolaan sumber daya alam (SDA)
menjadi hal yang penting sebagai langkah menjaga sumber daya alam (SDA)
yang berkelanjutan.

16
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditetapkan untuk
dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan lebih lanjut dari pemerintahan.
Pemerintah memiliki peran agar kebijakan tersebut diterapkan sebagimana
mestinya oleh masyarakat. Sesuai dengan undang-undang no 32 tahun 2004
tentang pemerintah daerah dan PP NO. 25 tahun 2000 tentang kewenangan daerah
dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dalam bidang lingkungan hidup
memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat
daerah :

1. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan


hidup

2. Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan

3. Membangun hubungan interpedensi antar daerah

4. Menetapkan pendekatan kewilayahan

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU NO. 32 tahun 2004


dengan PP NO. 25 tahun 2000, pengelolaan linghkungan hidup lebih di
prioritaskan di daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup
secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai
pembangunan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup :

a. Program peningkatan efektifitas pengelolaan, konservasi dan rehabilitasi


sumber daya alam (SDA)

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan


pelestarian sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara
dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah
termanfaatkannya, sumber daya alam (SDA) untuk mendukung kebutuhan bahan
baku industri secara efesien dan berkelanjutan. Sasaran lain diprogram ini adalah
terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kekuasaan akibat pemanfaatan
sumber daya alam (SDA) yang tidak terkendali dan eksploitatif.

17
b. Program pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkunagan
hidup

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas
lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan,
serta kegiatan industri dan transportassi. Sasaran program ini adalah tercapainya
kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sesuai dengan mutu lingkungan yang
ditetapkan

c. Program penataan kelembagaan dan penegakkan hukum, pengelolaan sumber


daya alam (SDA) dan pelestarian lingkungan hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem


hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan untuk untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan pelestarian lingkungan
hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya
kelembagaan bidang sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup yang kuat
dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksananya
upaya penegakkan hukum secara adil dan konsisten.

d. Program peningkatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA)


dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestFarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersedianya sara
bagi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Dari penjelasan diatas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai pembuat
kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal yang seharunya
dilakukan pemerintah

18
1. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan
SUMBER DAYA ALAM (sumber daya manusia) untuk ikut menjaga
SUMBER DAYA ALAM yang sudah ada, dengan mendorong mereka
melakukan corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung
jawab terhadap eksploitasi SUMBER DAYA ALAM (SDA) yang
dilakukan, dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaan melakukan
CSR
2. Mengkapanyekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang
sampah pada tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi kepada
pelanggar (Tanpa Pandang Levelitas)
3. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek
masyarakat, agar dapa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut
berperan serta memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM)
seperti pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia dalam
pengelolaan dan pengembangan program CSR.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Jadi Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu
atau segelintir perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang
tidak punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau
pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis tersebut. Dengan
kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak lain
sulit masuk didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan.

Dalam jangka pendek, pengusaha monopoli akan mencapai keuntungan


maksimum jika ia memproduksi dan menjual pada tingkat output di mana

19
perbedaan positif antara TR dan TC adalah paling besar. Atau ia meminimumkan
kerugian jika perbedaan negatif antara TR dan TC paling kecil.
Dalam jangka panjang perusahaan monopoli akan mencapai keadaan
keseimbangan pada saat memproduksi dan menjual produk sebanyak mungkin
dengan harga jual rendah dan biaya total rata-rata lebih kecil dari harga produk.
Jadi jelas bahwa dalam jangka panjang, perusahaan monopoli masih memperoleh
keuntungan di atas normal karena harga produk masih diatas biaya total rata-
ratanya

DAFTAR PUSTAKA

Pandjaitan, Sahala S.P. (2017). Teori Ekonomi Mikro lanjut. Bandar Lampung:
Anugrah Utama Rahrja (AURA).

Pindyck, Robert S and Daniel L. Rubinfeld. (2015). Mikroekonomi: Edisi


Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/publik/pasar-monopoli

https://www.scribd.com/doc/193470702/PASAR-MONOPOLI-DAN-
OLIGOPOLI

20
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/publik/pasar-monopsoni

http://ardhitamade.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-monopoli-monopsoni.html

21

Anda mungkin juga menyukai