Anda di halaman 1dari 18

ALUR PERENCANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA


dan
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

Oleh

Nama : ENDRI HERMAWAN


NPM : 1711021015
Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Mata kuliah : Ekonomi Perencanaan


Dosen : Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si.,

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

Pembangunan nasional yang diimplementasikan melalui APBN, dalam hal ini,


pelaksanaan APBN perlu dipahami oleh seluruh stakeholder, baik dari proses dan
mekanismenya, regulasi yang melandasinya, jangka waktunya, maupun tanggung
jawabnya. Adapun tahap – tahap atau alur dari perencanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara sebagai berikut :

MEWUJUDKAN PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PEMERINTAH

Untuk mewujudkan pencapaian target pembangunan pemerintah dalam hal ini


Presiden dan Wakil Presiden yang tertuang kedalam Visi dan Misi program kerja,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

 Rencana Kerja Pemerintah (RKP)


 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
 Tugas dan Fungsi Kementerian Negara/ Lembaga
 Outcome Kementerian Negara/ Lembaga
 Output Kementerian Negara/ Lembaga a.l: Pembangunan
infrastruktur: jalan, jembatan, pelabuhan, tenaga listrik,
sarana dan prasarana transportasi, dan air minum.
Perlindungan sosial kepada masyarakat: fasilitas
pendidikan, kesehatan, perumahan, subsidi energi,
transportasi, pupuk dan benih serta pangan Pertahanan
keamanan dan ketertiban
 Peningkatan pertumbuhan ekonomi Penurunan
pengangguran Penurunan kemiskinan

DASAR HUKUM

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah sebuah alat atau sistem
yang berisikan daftar rencana tentang pendapatan dan pengeluaran belanja negara
dalam 1 tahun. Berikut ini merupakan dasar hukum dalam perencanaan dan
penetapan APBN. Dasar hukum yang utama dalam perancangan anggaran
pendapatan belanja negara (APBN) adalah

2
Undang–Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 23:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud


dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang–undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar–besarnya
kemakmuran rakyat;
2. Rancangan Undang–Undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

Undang - Undang No 1 tahun 1994

Dalam UU tersebut, berisi banyak sekali pasal-pasal mengenai pendapatan dan


belanja negara, beberapa diantaranya berisi tentang pajak, bea cukai, program-
program pemerintah dan lain sebagainya. Akan tetapi berikut adalah beberapa inti
dari isi UU tersebut:

1) APBN merupakan laporan keuangan negara yang disusun sesuai dengan


prinsip anggaran yang telah ditetapkan dan bersifat dinamis.
2) Bahwa APBN merupakan bagian dari pelaksanaan rencana untuk
pembangunan negara seperti yang sudah tertuang dalam BAB IV Garis
Besar Halauan Negara
3) Demi menjaga berlangsungnya pembangunan negara, dibutuhkan lembaga
yang mengatur dan mengawasi keuangan negara seperti BPK
4) Apabila terdapat sisa anggaran, dapat dipastikan bahwa belanja negara
lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan negara. Dalam hal ini
biasanya akan digunakan untuk pembangunan lain di tahun mendatang.
5) Beberapa pengeluaran rutin APBN terdiri dari sektor industri, pertanian,
transportasi, pariwisata, lingkungan hidup, kesehatan, keamanan dan lain
sebagainya.

ArtinyaUndang - Undang No 1 tahun 1994 terfokus pada aturan-aturan yang harus


dikerjakan dan dipertanggungjawabkan dalam pengelolaan keuangan negara.

3
Undang - Undang Nomor 17 tahun 2003

Dalam Undang – Undang ini menjelaskan, terdapat beberapa perubahan yang


mendasar tentang keuangan negara. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya
tentang:

a) Pengertian dan lingkup keuangan negara


b) Asas umum dalam pengelolaan keuangan
c) Penyusunan apbn dan apbd
d) Tentang kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam keuangan
e) Hubungan pemerintah pusat dengan lembaga atau instansi keuangan
f) Penentuan waktu pelaporan keuangan

Adanya perubahan-perubahan seperti diatas bertujuan agar mengantisipasi


terjadinya perubahan standar akuntasi yang terjadi di pemerintahan Indonesia,
dimana saat ini perubahan tersebut mengacu pada sektor akuntasi dalam skala
Internasional. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa ada perubahan dalam
penyusunan APBN, adapaun beberapa intinya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan anggaran negara


2. Pentingnya peran dpr dan dprd dalam penyusunan anggaran tahunan
3. Sistem akuntasi anggaran, termasuk klasifikasi, penyatuan serta
penggunaan kerangka anggaran

Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 berisikan tentang


pengelolaan dan pertanggungjawaban APBD yang terdiri dari 49 pasal mulai dari
ketentuan umum, anggota yang terlibat, asas yang diterapkan hingga tentang
kerugian APBD. Akan tetapi, dari 49 pasal yang termuat dalam PP no 105 tahun
2000, kita dapat mengambil poin-poin penting seperti :

1) APBD merupakan anggaran dalam masing-masing pemerintah daerah


yang dipimpin langsung oleh Kepala Daerah

4
2) Segala perangkat atau barang yang terdapat dalam Pemda merupakan
pembelian yang menggunakan dana dari pendapatan APBD (tidak
keseluruhan) atau dari pendapatan lain yang dianggap sah
3) Bendahara Umum memegang peranan penting dalam keuangan daerah
karena bertugas sebagai bagian yang mengatur serta mengelola pendapatan
dan pengeluaran kas daerah
4) Asas dalam pengelolaan keuangan daerah harus taat pada UU yang
berlaku, harus transparan, efektif, efisien dan dapat
dipertanggungjawabkan pelaporannya
5) Proses transaksi keuangan daerah harus melalui bagian kas daerah
6) Struktur laporan APBD harus memuat tentang pendapatan, belanja serta
pembiayaan daerah dalam jangka waktu 1 tahun terakhir, terhitung dari
Januari – Desember
7) Apabila terjadi perubahan pada laporan APBD, wajib ditetapkan selambat-
lambatnya 3 bulan sebelum tahun anggaran berakhir

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 juga mencakup rangkuman
umum tentang keuangan Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU no 22 tahun
1999 dan UU no 25 tahun 1999. Berikut adalah rangkuman yang terdapat dalam 2
undang-undang tersebut.

Undang - Undang No 22 tahun 1999 tentang PEMDA (BAB VIII, pasal 78 –


pasal 86)

Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa pertimbangan keuangan pemerintah Pusat


dan Daerah sudah diatur dalam undang-undang. Dalam undang-undang tersebut
berisini tentang harapan dapat terjadinya keseimbangan dan keuangan yang
transparan. Selain itu diharapkan juga distribusi akan kewenangan, pembiayaan
dan tata sistem keuangan dapat terwujud menjadi lebih baik agar pelaksanaan
ekonomi dapat berjalan dengan lancar.

Dengan demikian, tentunya proses pelaksanaan otonomi daerah tidak bisa dilihat
dari segi pendapatan dana daerah, akan tetapi harus diimbangi dengan sejauh
mana sistem pengelolaan keuangan daerah berjalan dengan baik. Dalam hal ini,

5
bisa dilihat dari manajemen keuangannya, apakah sudah adil, transparan, rasional
dan bertanggunjawab sesuai yang telah diamanatkan dalam undang-undang.

Undang – Undang No 25 tahun 1999 tentang Penimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Dalam undang-undang ini telah menetapkan beberapa ketentuan-ketentuan


sebagai berikut:

1. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan daerah harus sesuai


dengan yang diatur dalam peraturan daerah
2. Sistem dan cara mengolah keuangan daerah diatur sesuai dengan surat
keputusan kepala daerah dan masih bertolok pada peraturan daerah
3. Kepala Daerah diberi tugas untuk menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada DPRD tentang pengelolaan keuangan
daerah serta kinerjanya, dilihat dari efisiensi dan keefektifannya
4. Laporan keuangan daerah bersifat umum, sehingga masyarakat berhak
mengetahuinya
5. Langkah Penyusunan dan Pelaksanaan APBN

Dalam proses penyusunan APBN, terdapat beberapa langkah yang harus


dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang terlibat,
diantaranya:

 Perencanaan

Proses awal penyusunan APBN adalah melakukan rancangan APBN yang akan
digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Proses perencanaan biasanya dikerjakan
oleh beberapa badan terkait dan tentunya melalui proses diskusi yang cukup
panjang.

 Mengesahkan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara)

Apabila rancangan APBN telah selesai dan disetujui oleh presiden dan beberapa
lembaga terkait, maka RAPBN siap untuk disahkan dan digunakan.

6
 Pelaksanaan RAPBN

Setelah proses pengesahan, proses selanjutnya adalah melaksanakan apa yang


sudah tercantum dalan RAPBN tersebut. Apabila ditengah jalan terjadi sesuatu
diluar kendali, maka perlu dilakukan rapat mendadak agar tidak terjadi kerugian
APBN.

 Pengawasan

Proses yang cukup penting dalam penyusunan APBN adalah melakukan


pengawasan terhadap laporan final yang sudah disahkan serta melakukan
pengawasan terhadap pemakaian APBN di lapangan. Apabila secara langsung
maupun tidak langsung terjadi kesalahan yang dapat merugikan, maka perlu
adanya investigasi lebih lanjut.

 Pertanggung jawaban APBN

RAPBN yang telah disetujui dan dilaksanakan harus dipertanggungjawabkan


segala sesuatunya. Baik pertanggungjawaban terkait dana yang dikeluarkan
ataupun pendapatan yang diperoleh.

ALUR PROSES DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN

7
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau biasa (APBD) berisi rencana
keuangan suatu daerah dalam kurun waktu satu tahun. Untuk melakukan
penyusunan APBD, maka ada landasan hukum penyusunan APBD. Landasan
hukum ini menjadi dasar dan pedoman untuk menyusun APBD. APBD disusun
secara bersama-sama oleh pemerintah daerah selaku lembaga Eksekutif dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selaku lembaga legislatif.

APBD kemudian dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) dan memiliki


kekuatan hukum tetap. Pemerintah daerah yang dimaksud dalam penyusunan
APBD adalah gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah provinsi,
walikota dan perangkatnya yang memerintah kota administratif serta bupati dan
perangkatnya yang memerintah kabupaten.

DASAR HUKUM

Dasar hukum dalam perencanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daeran tertuang


ke dalam beberapa Undang – Undang sebagai berikut :

Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah (Bab


VIII, pasal 78 s.d 86;

Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Pemerintah Pusat.

Di dalam ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa:

a) APBD ditetapkan dengan peraturan daerah paling lambat satu bulan


setelah APBN ditetapkan.

8
b) Perubahan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya
tahun anggaran.
c) Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 25


yang berbunyi: “Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang , menyusun dan
mengajukan Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan
ditetapkan bersama”

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 4 yang berbunyi “Penyelenggaraan urusan
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD.
APBD harus disusun Pemerintah Daerah setiap tahun”. Undang-Undang ini juga
menyebutkan fungsi dan tujuan penyusunan APBD.

Dengan adanya peraturan perundang-undangan di atas, maka pemerintah daerah

dan DPRD daerah memiliki payung hukum atau dasar hukum yang melindungi

wewenang untuk menyusun APBD. Landasan atau dasar hukum APBD juga

mengamanatkan pemerintah daerah untuk menyusun APBD sesuai dengan tujuan

dan fungsi APBD dalam undang-undang. Peraturan di atas melindungi

kepentingan lembaga eksekutif daerah sebagai penyelenggara pemerintahan dan

lembaga legislatif daerah sebagai perwakilan rakyat untuk menyelenggarakan

pemerintahan sesuai dengan prinsip dan pelaksanaan otonomi daerah.

ALUR PERENCANAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

Proses perencanaan dan penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah

9
2. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon
anggaran sementara.
3. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD
4. Penyusunan rancangan perda APBD
5. Penetapan APBD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih


dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari
perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi
tiga kategori yaitu:

1. Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan


pemerintah daerah untuk periode 20 tahun;
2. Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 5 tahun;
3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan
tahunan daerah.

Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari Rencana Strategi (Renstra)


SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun, dan Rencana Kerja (Renja)
SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD.

Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan


sebagai berikut:

 SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi,


misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang
bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

 Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana


pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program kewilayahan.

10
 Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang
merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari
Renja SKPD untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja
Pemerintah.

 Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun


berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-
tahun sebelumnya.

 RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas,


pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemda maupun
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

 Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah


mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

 RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara


perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

 Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei


tahun anggaran sebelumnya.

 RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara


(PPAS)

Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan


hal penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya
sekedar harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang
jelas.

Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber


daya harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum
kebijakan ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat

11
menghitung pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya
terhadap pengeluaran sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.

Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan


para pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.

Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah (TAPD)


harus bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
untuk menjamin bahwa anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang sudah
ditetapkan (KUA dan PPAS); dan menjamin semua stakeholders terlibat dalam
proses penganggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Konsultasi dapat memperkuat legislatif untuk menelaah strategi pemerintah dan


anggaran. Dengan pendapat antara legislatif dan pemerintah, demikian juga
dengan adanya tekanan dari masyarakat, dapat memberi mekanisme yang efektif
untuk mengkonsultasikan secara luas kebijakan yang terbaik. Pemerintah harus
berusaha untuk mengambil umpan balik atas kebijakan dan pelaksanaan
anggarannya dari masyarakat, misalnya melalui survey, evaluasi, seminar dan
sebagainya. Akan tetapi, proses penyusunan anggaran harus menghindari tekanan
yang berlebihan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan para pelobi, agar
penyusunan anggaran dapat diselesaikan tepat waktu.

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setelah ada Nota
Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran
kepala daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan
paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan


APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan
keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan
alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masayarakat.
Sementara itu, penyusunan anggaran dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu

12
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), pendekatan
anggaran terpadu, dan pendekatan anggaran kinerja.

Pendekatan KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,


dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam
perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi
biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju. Kerangka pengeluaran jangka menengah digunakan untuk
mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Gambaran jangka menengah
diperlukan karena rentang waktu anggaran satu tahun terlalu pendek untuk tujuan
penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian terlalu besar bila perspektif
anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun). Proyeksi pengeluaran
jangka menengah juga diperlukan untuk menunjukkan arah perubahan yang
diinginkan. Dengan menggambarkan implikasi dari kebijakan tahun berjalan
terhadap anggaran tahun-tahun berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun akan
memungkinkan pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja)
dari program yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran tahunan
yang murni, hubungan antara kebijakan sektoral dengan alokasi anggaran
biasanya lemah, dalam arti sumber daya yang diperlukan tidak cukup mendukung
kebijakan/program yang ditetapkan. Akan tetapi, harus dihindari perangkap
dimana pendekatan pemograman multi tahun ini dengan sendirinya membuka
peluang terhadap peningkatan pengeluaran yang tidak perlu atau tidak relevan.

Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan


tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana dan untuk menghindari terjadinya duplikasi belanja.
Sedangkan penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar
biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan.

13
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilaksanakan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan keluaran yang diharapkan dari
kegiatan dengan hasil kerja dan manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Anggaran Berbasis Kinerja ini disusun berdasarkan pada :

1. Indikator kinerja

2. Capaian atau target kinerja

3. Analisis standar belanja (ASB)

4. Standar satuan kerja, dan

5. Standar pelayanan minimal

Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan


kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas
tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan
harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan
anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran
(penyelenggara pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil
proses dan penggunaan sumber dayanya.

Selanjutnya, beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan


dalam penyusunan anggaran daerah antara lain adalah (1) Pendapatan yang
direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) Penganggaran pengeluaran
harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah
yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau
tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; dan (3)
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang

14
bersangkutan harus dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas
Umum Daerah.

Penyiapan Raperda APBD

RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala
SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar
untuk penyiapan Raperda APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola
keuangan daerah yang untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.
Raperda tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran berikut ini :

 Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan

 Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi

 Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,


pendapatan, belanja, dan pembiayaan

 Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,


program, dan kegiatan

 Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan


pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan
negara

 Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan

 Daftar piutang daerah

 Daftar penyertaan modal (investasi) daerah

 Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah

 Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain

 Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum


diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini

 Dafar dana cadangan daerah, dan

15
 Daftar penjaman daerah.

Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan
dan dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih
dahulu kepada masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan
kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada
tahun anggaran yang direncanakan. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang
Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator
pengelola keuangan daerah.

Penetapan APBD

Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut :

 Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD

Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda
beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada
masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD
paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya
dari tahun anggaran yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama.
Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu)
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dimulai.

Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan


peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan.
Raperda APBD tersebut antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah
disepakati bersama. Raperda APBD ini baru dapat dilaksanakan oleh
pemerintahan kabupaten/kota setelah mendapat pengesahan dari Gubernur terkait.
Selanjutnya menurut Pasal 108 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
apabila dalam waktu 30 (tiga puluh hari) setelah penyampaian Raperda APBD
Gubernur tidak mengesahkan raperda tersebut, maka kepala daerah
(Bupati/Walikota) berhak menetapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala
Daerah.

16
 Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD

Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan


Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Bupati.Walikota harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.

Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan
kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan
aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau
peraturan daerah lainnya.

Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan
disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas ) hari kerja
terhitung sejak diterimanaya Raperda APBD tersebut.

 Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah


tentang Penjabaran APBD

Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan


kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi
Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah
itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan
oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal ditetapkan.

17
18

Anda mungkin juga menyukai