Anda di halaman 1dari 197

i

MANAJEMEN PRODUKSI
DAN OPERASI
INTERNASIONAL

Oleh

Cokorda Gede Putera Yudistira, SE., MM.

PRODI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BALI
2013
ii

PRAKATA

Penulisan buku ajar Manajemen Operasi Internasional untuk


Sarjana Terapan ini bertujuan untuk memberikan tuntunan
kepada mahasiswa diploma IV (sarjana terapan) dalam memahami
materi mata kuliah Manajemen Operasi Internasional. Buku ini
diharapkan dapat menambah dan menyediakan materi ajar yang
inovatif dan memadai bagi mahasiswa sesuai dengan tuntutan
kebutuhan industri sehingga mampu meningkatan daya saing
lulusan.
Karena Manajemen Operasi Internasional pada hakikatnya
merupakan praktek bisnis yang dilakukan secara global, literaturnya
pun sewajarnya menjadi luas, bukan hanya manajemen operasi saja,
tetapi termasuk juga perdagangan internasional, bisnis internasional,
teknologi, dan manajemen lintas budaya. Namun tetap penekannya pada
bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan bisa
berkembang. Karena itu efisiensi dalam memperoleh faktor-faktor
produksi menjadi kajian utamanya. Tentu saja karena efisiensi juga
ditentukan oleh penyerapan produk, pasar luar negeri juga harus
menjadi dasar dalam keputusan operasi internasional.
Walaupun sederhana, semoga buku ini menjadi bacaan yang bisa
memberikan pengetahuan dasar dalam memahami manajemen operasi
terutama oleh para mahasiswa Politeknik Negeri Bali. Kritik dan saran
untuk memperbaiki buku ini sangat diharapkan dari para pembaca.
Tanpa itu kami tidak akan mampu menyempurnakan buku ini yang
diharapkan bisa terpakai di dunia pendidikan maupun di dunia praktek.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
mendorong penulisan buku ini. Untuk itu kami ucapkan terimakasih
kepada Ketua Jurusan Administrasi Niaga yang telah mendorong kami
untuk menulis.

Badung, Oktober 2013


Penyusun
iii
iv

DAFTAR ISI

BAB 1. DORONGAN OPERASI INTERNASIONAL .......................... 7


BAB 2. MODEL-MODEL OPERASI INTERNASIONAL .................... 20
BAB 3. STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL ... 40
BAB 4. INOVASI DAN DESAIN PRODUK .......................................... 55
BAB 5. PENGEMBANGAN PRODUK DAN PENGENDALIAN
KUALITAS ............................................................................ 65
BAB 6. MANAJEMEN RANTAI SUPPLAI DAN PERSEDIAAN
BAHAN ................................................................................. 83
BAB 7. SUMBER DAYA MANUSIA DAN BUDAYA......................... 106
BAB 8. PEMILIHAN LOKASI .............................................................. 121
BAB 9. KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN RESIKO BISNIS 140
BAB 10. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ..................................... 156
BAB 11. ETIKA DALAM KEGIATAN OPERASI INTERNASIONAL 177
v

Lampiran 1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Perekonomian dan Industri ....................................


Gambar 1.2 Harga Laptop di Indonesia dan Taiwan ..............................
Gambar 1.3 Perbedaan Harga Pakaian di AS dan Indonesia..................
Gambar 1.4 Terjadinya Export dan Import ............................................
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Multinasional Korporasi ....................
Gambar 3.1 Curva Break Event Point ...................................................
Gambar 3.2 Model Strategi Korporate ...................................................
Gambar 3.3 Tingkatan Strategi MNC ...................................................
Gambar 3.4 Analisis SWOT ..................................................................
Gambar 4.1 Siklus Kehidupan Produk ...................................................
Gambar 4.2 Pertumbuhan Perusahaan....................................................
Gambar 4.3 Siklus Kebutuhan Pasar .....................................................
Gambar 4.4 Pengembangan Produk .......................................................
Gambar 5.1 Dimensi Kualitas ................................................................
Gambar 5.2 Kegiatan Pemeriksaan Kualitas .........................................
Gambar 5.3 Bagan Pengendalian Kualitas .............................................
Gambar 5.4 Curva Penerimaan dan Penolakan Kualitas Produk ..........
Gambar 5.5 Siklus Perbaikan Kualitas Produk ......................................
Gambar 6.1 Model Persediaan ..............................................................
Gambar 6.2 Biaya Persediaan ................................................................
Gambar 6.3 Model Persediaan Besi .......................................................
Gambar 6.4 Model Kehabisan Persediaan .............................................
Gambar 6.5 Struktur Produk ..................................................................
Gambar 6.6 Lama Proses Penciptaan Produk.........................................
Gambar 6.7 Model Rantai Supply ..........................................................
Gambar 8.1 Analisis Pulang Pokok ........................................................
Gambar 8.2 Model Lokasi Gaya Tarik Memusat ...................................
Gambar 10.1 MIS dan Fungsi Organisasi ................................................
Gambar 10.2 Lingkungan Bisnis ..............................................................
Gambar 10.3 Aliran Informasi .................................................................
Gambar 10.4 Pertukaran Informasi antar Bagian .....................................
vi

Gambar 10.5 Model Dasar Komunukasi .................................................


Gambar 10.6 Organisasi Fungsional Perusahaan .....................................
Gambar 10.7 Sistem Informasi Manajemen Pemasaran ..........................
Gambar 10.8 Sistem Informasi Manajemen Produksi .............................
Gambar 10.9 Sistem Informasi Manajemen Keuangan ...........................
vii

Lampiran II
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Ekonomi secara Umum ...........................................


Tabel 1.2 Keuntungan Komparatif .....................................................
Tabel 1.3 Ongkos Komparatif ............................................................
Tabel 6.1 Nilai Persediaan ..................................................................
Tabel 6.2 Pengelompokkan Model ABC ............................................
Tabel 6.3 Tingkat Pelayanan ..............................................................
Tabel 7.1 Jadwal Kerja Giliran ...........................................................
Tabel 8.1 Faktor-Faktor Penentu Lokasi ............................................
Tabel 8.2 Biaya Lokasi Beberapa Negara .........................................
Tabel 8.3 Metode Transportasi ...........................................................
Tabel 8.4 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 8.5 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 8.6 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 8.7 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 8.8 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 8.9 Metode Transportasi ..........................................................
Tabel 9.1 Kemungkinan Risiko Bisnis ...............................................
Tabel 9.2 Standard Deviasi .................................................................
Tabel 9.3 Alternatif Keputusan ..........................................................
Tabel 10.1 SIM dalam Keputusan Terstruktur .....................................
1

BAB DORONGAN OPERASI


1 INTERNASIONAL

1. PENDAHULUAN
Kegiatan operasi Internasional berawal dari kegiatan perdagangan internasional
(international trade/business). Ilmu ini merupakan cabang dari ilmu ekonomi umum
(economics). Sekedar mereview saja, bahwa ekonomi adalah suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
(unlimited) namun harus berhadapan dengan sumber-sumber (resources) yang terbatas
(unlimited) namun harus berhadapan dengan sumber-sumber (resources) yang terbatas
(scarce). Ilmu ekonomi merupakan pohon dari keseluruhan ilmu yang memepelajari tata
cara kekhususan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat
materi. Tokoh utamanya yang sangat terkenal adalah Adam Smith dengan bukunya An
Inquiry into the Nature and causes of the Wealth of nation, 1776. Konsep ini kemudian
dikembangkan oleh para ahli lainnya seperti Gunnar Myrdal, John Kenneth Galbraith,
Keneth E. Boulding, Michael P. Todaro dan tokoh-tokoh ekonomi lainnya.
Satu hal yang harus dipahami dari definisi di atas adalah bahwa ekonomi
berkaitan dengan perrilaku manusia. Manusia secara keseluruhan, ibukan hanya perilaku
orang-orang yang mempelajari ilmu ekonomi saja, tapi termasuk juga orang-orang yang
mempelajari disiplin lainnya atau yang berkiprah dalamj kegiatan di luar ilmu ekonomi
dalam menghadapi dan menangani sumber-sumber yang terbatas tadi. Adanya
keterbatasan dari sumberdaya dan adanya kebutuhan yang tidak terbatas itu
memunculkan suatu pertanyaan :
a. Produk (barang dan atau jasa) iapa yang sebaiknya harus dihasilkan?
b. Berapa kapasitasnya?
c. Bagaimana caranya produk itu harus dihasilkan?
d. Untuk siapa produk itu dihasilkan?
Pertanyaan ini terus menjadi pembahasan udan berkembang ke masalah lainnya
yang selanjutnya membagi ilmu ekonomi menjadi kajian yang bersifat makro
(macroeconomics) dan yang bersifat mikro (microeconomics). Masalahnya pun menjadi
kompleks sehingga masing-masing harus dikaji secara tersendiri. Kajian dalam makro
ekonomi berkenaan dengan masalah-masalah yang bersifat umum seperti :
1. Produk Domestik Bruto
2. Pendapatan Nasional
2

3. Pengangguran
4. Inflasi
5. Kebijaksanaan fiskal dan moneter dan
6. Perdagangan internasional
Karena kajiannya bersifat umum (public), maka kebijakannya juga merupakan
kebijakan yang bersifat umum. Di lain sisi kajian mikro ekonomik berkenaan dengan
masalah-masalah yang bersifat khusus seperti:
1. Supply and demand dalam pasar individu (perusahaan)
2. Harga faktor-faktor produksi
3. Struktur biaya produksi untuk barang dan jasa yang dihasilkan
4. Distribusi pendapatan dalam masyarakat (populasi)
Karena kajiannya bersifat khusus, maka kebijakannya juga merupakan kebijakan
yang bersifat individu atau tersendiri.
Dari uraian tersebut dapat disusun suatu ikhtisar bahwa kajian tentang ekonomi
secara garis besar bisa dijelaskan dari dua sisi, yaitu sisi pemerintah dan sisi perusahaan
(lihat Tabel 1.1).
3

Tabel 1.1
Kajian Ekonomi secara umum
Dari Sudut Pandang Pemerintah Dari Sudut Pandang Perusahaan
1. Barang dan jasa apa yang harus 1. Bagaimana merancang produk?
dihasilkan?

2. Bagaimana barang dan jasa itu dibuat? 2. Bagaimana menetapkan orang,


menentukan biaya produksi, memilih
teknologi yang akan dipakai, seberapa
besar investasi yang diperlukan?
3. Untuk siapa barang dan jasa itu dibuat? 3. Segmen pasar mana yang akan dicapai?

Dari ikhtisar tersebut dapat dibaca bahwa dari sudut pandang pemerintah,
ekonomi merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk memanfaatkan
sumberdaya yang dimilikinya untuk kemaslahatan bagi seluruh negeri. Kebijakan itu
meliputi industri-industri apa saja yang bakal didahulukan untuk dikembangkan untuk
kesejahteraan masyarakat. Dari sudut pandang perusahaan, ekonomi berarti
melaksanakan kebijakan pemerintah dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa
dengan menghasilkan produk tertentu sebagai bagian dari suatu industri.

2. EKONOMI DAN INDUSTRI


Banyak yang kurang memahami bahkan bingung tentang pengertian ekonomi dan
industri. Industri merupakan kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang sejenis atau
yang memiliki keterkaitan dalam membentuk produk akhir. Misalnya perusahaan
pemintalan (mengolah serat kapas menjadi benang), perusahaan pertenunan (menganyam
benang menjadi kain), perusahaan pencelupan (memberi warna kain), perusahaan garmen
(mengubah kain menjadii pakaian),I perusahaan bordir, perajutan (pembuatan kaos)
semuanya tergabung dalam industri tekstil. Berbagai jenis perusahaan kimia tergabung
dalam industri kimia. Berbagai perusahaan yang beroperasi dalam bidang keuangan
seperti bank yang bergabung dalam industri jasa keuangan, dan sebagainya. Apabla
keseluruhan industri-industri yang ada dalam suatu negara digabungkan menjadi satu
maka terbentuknya perekonomian suatu negara.
Secara makro kegiatan perekonomian suatu negara dikelompokkan menjadi
sektor-sektor. Kegiatan-kegiatan yang relatif homogen atau memiliki ciri-ciri yang sama
dikelompokkan ke dalam suatu sektor. Awalnya sektor-sektor ekonomi tersebut
dikelompokkan ke dalam tiga sektor, yaitu sektor primer, sekunder, dan sektor tertier.
Sektor primer terdiri dari pertanian dan upertambangan dan sebagainya yang memiliki
kemiripan disebut sebagai sektor agrikultur. Sektor sekunder yang terdiri dari pengolahan
hasil-hasil sektor primer, air, listrik, dan gas, yang selanjutnya disebut sebagai sektor
4

manufaktur. Sedangkan sektor tertier merupakan kelompok kegiatan yang terdiri dari
perdagangan, transportasi, keuangan dan pemerintahan. Sektor itu selanjutnya hdisebut
sebagai sektor jasa atau service.
Gambar 1.1
Model Perekonomian dan Industri

EKONOMI

A A B B

A A B B

INDUSTRI
INDUSTRI
C C D D

C C D D

Keterangan :
A = Perusahaan-perusahaan yang mengolah produk A
B = Perusahaan-perusahaan yang mengolah produk B
C = Perusahaan-perusahaan yang mengolah produk C
D = Perusahaan-perusahaan yang mengolah produk D

Dalam perkembangan selanjutnya, pertumbuhan ketiga sektor tersebut ternyata


tidak sama. Sektor jasa memiliki percepatan yang tertinggi dari ketiga sektor tersebut dan
berkembang menjadi beberapa cabang. Jkrn itu untuk lebih memudahkan analisis para
ahli memecah ketiga sektor tersebut menjadi sembilan sektor industri.
(1) Sektor industri pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan
(2) Sektor Pertambangan dan penggalian
(3) Sektor Industri Pengolahan
(4) Sektor Listrik dan Air Minum
(5) Sektor Bangunan
5

(6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,


(7) Sektor Pengangkutan dan Komunukasi,
(8) Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
(9) Jasa-jasa lainnya.

3. SISTEM EKONOMI
Dalam menentukani produk apa, bagaimana, dan untuk siapa produk dibuat,
timbulah berbagai sistem ekonomi dan pemerintahan. Pada dasarnya terdapat 4 (empat)
sistem yang menentukan kebijakan ekonomi suatu bangsa. Keempat sistem tersebut
adalah (1) Komunisme, (2) Fasisme, (3) Sosialisme, (4) Kapitalisme.
Komunisme (comunism) dengan tokohnya Karl Mark, merupakan sistem ekonomi dan
sekaligus bentuki suatu pemerintahan. Ciri-cirinya :
(1) Tidak ada kepemilikan kekayaan oleh anggota masyarakat
(2) Negara sebagai majikan, sedangkan rakyat sebagai pekerja atau abdi negara
(3) Setiap orang bekerja hanya untuk Negara
(4) Pemerintah menentukan produk apa yang akan dihasilkan dan siapa yang
harus menghasilkannya.
(5) Tidak ada iprofit motive
(6) Kegiatan politik dikontrol secara ketat.
Fasisme (Facism) dengan tokohnya Hitler dan Mussolini, merupakan sistem jeko dan
juga sekaligus bentuk pemerintahan. Ciri-cirinya.
(1) Bersifat diktator
(2) Pemerintah sebagai pemilik semua perusahaan (owns all major industries)
(3) Anggota masyarakat boleh memiliki tanah udan mengembangkan usaha
tetapi atas persetujuan pemerintah (subject to approval of the state).
(4) Setiap perusahaan yang dianggap penting, bisa diambil alih Negara tanpa ada
kompensasi (are not given compensation).
(5) Negara sebagai corporate state
Sosialisme (Socialism) juga bisa berupa sistem jeko dan bentuki suatu pemerintahan.
Ciri-cirinya :
(1) Sumber-sumber produksi (tanah, pabrik, mesin-mesin) bisa dimiliki oleh
anggota masyarakat (individu) tetapi kepemilikannya diatur oleh negara.
(2) Keputusan produk yang akan dihasilkan, berapa banyak, dimana, untuk siapa
dan dengan harga berapa ditentukan oleh negara.
6

(3) Untuk kepentingan negara, pemerintah bisa mengambil alih perusahaan atau
bahkan seluruh industri tetapi dengan memberikan kompensasi kepada
pemiliknya yang ditentukan oleh negara.
(4) Setiap usaha yang dibangun lebih bersifat sosial daripada profit motive.
Kapitalisme (Capitalism), lebih merupakan falsafah (philosophy) dari kegiatan ekonomi,
yang ada dalam pikiran ahli-ahli ekonomi barat (waktu itu) dan bukan suatu bentuki
pemerintahan. Menurut konsep ini perekonomian suatu masyarakat akan maju apabila :
(1) Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber produksi (tanah,
pabrik, mesin-mesin).
(2) Setiap individu bebas mengolah sumberdaya alam, menentukan produk apa
yang akan dibuatnya,
(3) Setiap individu bebas mendistribusikan produk yang dihasilkannya kepada
siapa produk itu akan diberikan.
(4) Setiap individu bebas menentukan harga berapa produknya akan dijual
(bersaing di pasar).
(5) Setiap individu bebas mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
(6) Pemerintah tidak ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan
perorangan atau swasta (disebut laissez faire).
Saat ini sistem perekonomian yang murni seperti di atas tidak ditemui lagi. komunisme
dan fasisme hancur, sosialisme tidak berkembang, kapitalisme menimbulkan
ketidakadilan dan kesengsaraan kepada sebagian besar anggota masyarakat. Hanya
sosialisme dan kapitalisme yang bisa bertahan dan berkembang. Sosialisme bisa bertahan
karena sifatnya yang sosial (ada perasaan kebersamaan) sehingga mendorong anggota
masyarakat untuk saling memperhatikan. Kapitalisme terus berkembang karena mampu
mendorong inovasi untuk menciptakan efisiensi dan teknologi.
Dalam sistem kapitalisme anggota masyarakat terdorong untuk berusaha menjadi
entrepreneur dan bersaing untuk menciptakan produk-produk baru dengan harga yang
murah menarik konsumen. Waktu betul-betul dihargai, cara-cara (teknologi) baru yang
lebih efisien dalam pengolahan produk agar lebih cepat, lebih murah, dan kualitas tinggi
terus diteliti. Inilah yang disebut bimbingan tangan-tangan yang tidak kelihatan (invisible
hand). Dengan bimbingan invisible hand ini setiap anggota masyarakat didorong untuk
gigih dalam penelitian dan pengembangan teknologi. Dengan demikian para pengusaha
akan mampu bertahan (survive), mendapatkan jkeun (profit), dan mengembangkan
usahanya (growth).
Dalam perkembangan selanjutnya, sistem sosialis dan kapitalis beradopsi satu
sama lain. Dalam sosialis dimasukkan penghargaan atas hasil kerja seseorang, misalnya
penetapan gaji yang didasarkanui pada prestasi kerja. Demikian juga masyarakat
diikutsertakan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi. Dalam sistem
7

kapitalis, penguasaan faktor-faktor ipdi tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh swasta tetapi
diatur oleh pemerintah, sehingga sumber-sumber daya untuk hajat hidup orang banyak
tidak dikuasai oleh pribadi.

4. MASALAH EFISIENSI
Karena terbatasnya faktor-fakki produksi, efisiensi menjadi fokus kajian para tokoh
ekonomi. Menurut konsep ini, semua faktor produksi harus saling mendukung untuk
menciptakan sinergi agar memperoleh manfaat yang maksimal. Konsep manajemen
diperkenjalkan untuk mengkoordinir faktor-faktor produksi tersebut. Tokoh-tokohnya
antara lain Charles Bobbage (1832), F.W. Taylor (1890), Frank iand Lilian Gilbert
(1910), Henry Gantt, Ford, dadn H. Emerson (1913). Karena koordinasi faktor-faktor
input ini terkait dengan kegiatan pengolahan untuk menciptakan nilai tambah dalam
bentuki produk baru, mulailah era manajemen operasi dikembangkan. Penekanannya
utamanya pada kajian teknologi industri. Para tokohnya adalah FW Harris (1915), Elton
Mayo (1933) dan tokoh-tokoh lainnya.
Efisiensi akan terus menjadi pusat perhatian dan kajian para ilmuwan karena
terdorong untuk memanfaatkan dan memelihara sumberdaya yang terbatas dan untuk
memaksimalkan kebutuhan yang tidak terbatas. Upaya meningkatkan efisiensi ini
mencapai titik terang dan pergerakannya lebih cepat setelah teknologi yang berbasis
komputer diperkenalkan dalam 1950 oleh AT&T, Du Pont dan IBM. Masyarakat dunia
sejak saat itu memasuki teknologi informasi sebagai era baru dalam mengkaji berbagai
kebutuhan dan keterbatasannya.
Walau teknik-teknik yang baru terus diperkenalkan dalam berproduksi, tetapi
karena adanya uperbe sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing Negara, tetap
menimbulkan perbedaan dalam efisiensi. Perbedaan itu antara lain :
1. Perbedaan dalam sumberdaya alam (natural resources) yang dimiliki
2. Perbedaan dalam keterampilan sumberdaya manusia (human resources)
3. Perbedaan pada modal yang dimiliki (capital resources)
Adanya perbedaan dalam kondisi tersebut menimbulkan perbedaan dalam ongkos
produksi. Perbedaan ini selanjutnya menentukan perbedaan dalam harga produk yang
dijual. Ahli ekonomi seperti Ricardo dan Mill (ekonomi klasik) menyebutkan perbedaan
ongkos produksi ini sebagai perbedaan supply. Misalnya kondisi alam menentukan
perbedaan jumlah produk yang dihasilkan sehingga menimbulkan harga produk yang
mahal atau murah. Demikian juga dengan cara pengolahan (teknologi) akan menentukan
ongkos yang berbeda pada produk yang dihasilkan. Perbedaan ini pada mulanya
ditunjukkan oleh banyaknya jamj kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
produk pada tiap-tiap negara. Karena total ongkos produksi akan dibagi dengan jumlah
produk yang dihasilkan, maka timbullah uperbe dalam ongkos produksi.
8

Perbedaan keterampilan menyebabkan perbedaan dalam efisiensi. Misalnya


kualitas sepeda motor Cina dan Jepang berbeda karena kemampuan dalam cara
mengkoordinir sumberdaya manusianya (salah satu faktor produksi). Keterampilan
sumberdaya manusia ini terutama dalam kemampuan managerialnya yang mampu
memberikan kontribusi terhadap efisiensi (Heizer, 2000). Secara keseluruhan
keterampilan human resources ini akan terwujud dalam bentuk produktifitas kerja.
Produktifitas kerja ini selanjutnya akan menentukan tidak hanya kemampuan kelompok
saja, tapi juga kemampuan suatu bangsa dalam menghasilkan produk. Produktifitas
bangsa Jepang terkenal sangat tinggi, karena kemampuan individunya ditunjang oleh
kemampuannya dalam berorganisasi untuk mengkoordinir sumberdaya yang terbatas itu.
Lalu, dimana posisi Manajemen Operasional Internasional (MOI)? MOI
merupakan ilmu tersendiri dan merupakan salah satu kajian dalam sudut pandang
perusahaan. Kajian ini mempermasalahkan tentang bagaimana perusahaan bisa bertahan
hidup dan berkembang. Karena alasan itu perusahaan harus mencari sumber-sumber
faktor produksi yang bisa memberikan daya saing terhadap perusahaan. Untuk
mendapatkan daya saing seperti itu, perusahaan didorong untuk beroperasi di luar negeri.
Bagaimana mengatasi permasalahan yang muncul manakala beroperasi di luar negeri,
merupakan kajian dalam manajemen operasi internasional.

5. PERDAGANGAN ANTAR NEGARA


Mengapa timbul perdagangan antar negara? Alasan utamanya adalah karena adanya
perbedaan harga atas barang yang sama di dua negara. Apabila harga laptop di Taiwan
Rp. 6.000.000,- sedangkan di Indonesia Rp. 8.000.000,- maka bagii orang Indonesia lebih
baik imembeli dari Taiwan daripada membuatnya di Indonesia. Demikian juga apabila
harga kayu di Indonesia Rp. 20.000 per m3 sedangkan di Singapore Rp. 40.000 per m3
maka bagi Singapore lebih baik membeli kayu dari Indonesia daripada memproduksinya
sendiri. Lagi-lagi dalam istilah ekonomi, keadaan ini disebut sebagai perbedaan supply
dan demand dalam suatu negara dibanding dengan negara lain, lihat gambar 1.1 dan 1.2.
Oleh mashab klasik (Hecksher-Ohlin), perbedaan supply dan demand ini disebut
perbedaan ongkos produksi, yang timbul karena penggunaan berbagai faktor produksi.
Ahli-ahli manajemen operasi seperti Mkonks, Schroeder, Render dan ahli manajemen
operasii lainnya menuyebut faktor-faktor produksi tersebut sebagai komponen input.
Adanya perbedaan penggunaan dalam proporsi faktor produksi antar negara akan
menentukan ongkos produksi walaupun menggunakan teknologi yang sama. Perbedaan
ongkos ini akan terus mendorong terjadinya perdagangan antar negara.
9

Gambar 1.2
Harga Laptop di Indonesia dan Taiwan
(dalam 1000 an)

Menurut Ricardo dan Mill, perdagangan kedua negara akan terhenti apabila ongkos
produksi menjadi sama. Tetapi kondisi ini tidak mungkin terjadi karena faktor alam
(endowment factor) tidak mungkin menjadi isama di setiap negara. Di lain hal,
permintaan (demand) antara negara-negara berbeda pula. Permintaan pada hakitkatnya
mencerminkan pendapatan dan selera masyarakat konsumen (test and income) dan
tentunya memiliki perbedaan pula. Adanya perbedaan pendapatan dan selera ini sangat
menentukan permintaan terhadap barang yang ditawarkan. Walaupun barang yang
ditawarkan sama, tidak memiliki perbedaan dalam harga, tapi image suatu masyarakat
atas suatu produk selalu berbeda. perbedaan image ini akan menentukan permintaan atas
jumlah barang yang sama karena adanya hperbe selera. Kondisi ini bisa dilihat pada
kurva supply dan demand yang terjadi di Inggris dan Indonesia atas harga suatu produk
(Gambar 1.3).
Misalnya harga celana jeans buatan Indonesia Rp. 300.000,- per potong,
sedangkan harga buatan Inggris Rp. 500.000,--. Kualitasnya sama dan telah diuji dengan
standar internasional. Perbedaan harga terjadi karena harga faktor produksi (dalam hal ini
harga tenaga kerja) berbeda di Inggris dan ijndo. Permintaan celana jeans lebih tinggi di
Inggris karena income masyarakat Inggris lebih tinggi dan merata daripada di Indonesia.
Bagi orang Inggris lebih baik mengimport pakaian jeans tersebut dari Indonesia daripada
membuatnya di Inggris. Sebaliknya bagi Indonesia lebih baik mengekspornya ke Inggris
karena lebih menguntungkan daripada dijual di Indonesia sendiri.
10

Gambar 1.3
Perbedaan harga pakaian
Di AS dan Indonesia

Di Indonesia sendiri, walaupun jeans buatan AS lebih mahal darii buatan dalam negeri,
tapi jeans buatan AS lebih laku daripada jeans buatan dalam negeri. Ini karena selera
masyarakat Indonesia masih luar negeri minded,I makai jean buatan AS tersebut lebih
laku dari buatan Indonesia sendiri. Masalah selera ini selanjutnya menjadi kajian
tersendiri bagi bagian pemasaran dan psikologi dalam mempengaruhi konsumen untuki
meningkatkan penjualan barang (promosi). Adanya pengaruh selera seperti ini
menimbulkan permintaan atas pakaian jean dari AS dan mendorong terjadinya import
oleh pengusaha Indonesia walaupun pakaian jeans sudah dihasilkan di dalam negeri.
Gambar 1.4
Terjadinya export dan import
S
D
Surplus

Shortage

Perbedaan selera dan pendapatan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap


jumlahnya permintaan sehingga menimbulkan terjadinya kekurangan (shortage) atau
kelebihan (surplus) atas barang yang ditawarkan (Lihat gambar 1.4). Kekurangan
(shortage) adalah siatuasi dimana jumlah barang yang diminta (demanded) melebihi
11

jumlah yang ditawarkan (supplied) atau suatu titik yang berada pada harga di bawah titik
keseimbangan (equilibrium). Sedangkan jkelebihan (surplus) adalah situasi dimana
jumlah barang yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Baik kondisi suhortage
maupun surplus dua-duanya akan mendorong timbulnya perdagangan antar Negara.

6. KEUNTUNGAN ABSOLUT
Konsep keuntungan absolute (absolute advantage) dikembangkan dalam teori ekonomi
klasik (classical economics theory) pada abad ke-18. Tokoh-tokohnya antara lain Adam
Smith, David Hume dan John Lock. Sebelum muncul teori ekonomi klasik (sering disebut
mashab klasik), di negara-negara Eropa berkembang mashab Merkantilisme. Mashab ini
dimulai pada abad ke-16 hingga abad ke-17 dengan tokoh-tokohnya antara lain Sir John
Child, Thomas Mun, dan Jean Bodin. Para tokoh ini menekankan agar logam mulia
dijadikan sebagai patokan ukuran kemakmuran suatu negara. Menurut mereka, semakin
banyakj logam mulia dimiliki oleh suatu Negara maka negara itu akan semakin kaya.
Karena itu pentingnya peranan pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi
terutama yang berkaitan dengan export-import. Misalnya dengan mengutak-atik
instrument tarif, quota dan subsidi untuk meningkatkan kemakmuran negara.
Bertentangan dengan mashab Merkantilisme, mashab klasik menekankan
dibatasinya hperanan pemerintah dan dikembangkannya perdagangan bebas. Konsep ini
dikenal dengan sebutan Laissez-Faire (bebas campur tangan) yang selanjutnya disebut
liberalisme ekonomi. Menurut konsep ini, dalam perdagangan bebas orang akan bekerja
keras dan bebas dalam menentukan produk yang akan dihasilkannya sehingga akan
mendorong terciptanya spesialisasi dalam berproduksi. Spesialisasi inilah yang akan
menentukan keuntungan yang maksimal. Spesialisasi ini akan mendorong pula tiap-tiap
negara untuk menentukan produk apa yang paling menguntungkan untuk dihasilkannya
walaupun ia mampu membuat berbagai macam produk. Timbulnya pemikiran spesialisasi
ini didorong oleh suatu kenyataan bahwa masing-masing negara memiliki perbedaan
(seperti dijelaskan dia tas) yang selanjutnya menimbulkan perbedaan pada ongkos
produksi. Menurut prinsip absolute advatanges suatu bangsa semestinya
mengkhususkan diri pada suatu produk yang bisa dihasilkan dengan biaya yang rendah.
Ini dimungkinkan karena keunggulan sumberdaya yang dimilikinya, baik secara alam
ataupun keahliannya.
Negara-negara di daerah tropis dapat menghasilkan pisang, pepaya, nenas,
kelapa, karet, kopi dan hasil bumi lainnya secara lebih murah dibandingkan di negara-
negara sub-tropis. Komkoditi tersebut ternyata disenangi pula oleh masyarakat di negara
sub tropis. Di lain pihak, negara-negara sub-tropis dapat menghasilkan gandum, pear,
anggur, peach dan komoditi lainnya secara lebih murah,I yang juga disenangi oleh
masyarakat di negara-negara tropis. Perbedaan ini tidak hanya dalam iklim saja tapi juga
dalam kekayaan mineral. Tidak semua negara bisa menghasilkan besi, batu bara, gas,
minyak bumi, emas dan mineral lainnya, tapi komoditi ini dibutuhkan oleh setiap negara
12

di dunia. Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya keuntungan absolute (absolute


advantage) bagi negara-negara tropis atau negara-negara sub-tropis. Dengan
mengkhususkan diri pada keunggulan yang dimilikinya masing-masing negara akan
memperoleh keuntungan atas pertukaran produk yang dihasilkannya.

7. KEUNTUNGAN KOMPARATIF
Dari teori keuntungan absolute, selanjutnya berkembang teori keuntungan comparative
(Compaative Advantage Theory). Teori ini dikembangkan oleh ahli ekonomi dengan
tokohnya David Ricardo. Menurut teori ini negara A dan negara B bisa menjalin
perdagangan walaupun negara A tidak memiliki keuntungan mutlak dalam menghasilkan
berbagai produk. Misaalnya Jepang mampu menghasilkan produk manufaktur 10 unit per
jam dan mampu menghasilkan produk pertanian 8 ton per jam. Menurut teori keuntungan
absolute, Jepang dan Indonesia tidak mungkin bisa berdagang karena Jepang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan kedua macam iproduk tersebut. Jepang mampu
menghasilkan produk manufaktur produk manufaktur 10 unit lebih besar dari Indonesia
yang hanya 6 unit, demikian juga dalam menghasilkan padi, Jepang mampu
menghasilkan 8 ton produk pertanian walaupun lebih kecil dari Indonesia yang 10 taon.
Jadi negara mana yang secara komparatif lebih baik dan dalam bidang apa?
Tabel 1.2
Keuntungan Komparatif
Negara Produk Manufaktur Produk Pertanian
Jepang 10 unit 8 ton
Indonesia 6 unit 10 ton

Menurut teori keuntungan comparative, Jepang dan Indonesia bisa berdagang


kalau Jepang menspesialisasikan diri pada produk manufaktur dan Indonesia pada produk
pertanian. Kuncinya adalah waktu yang dikorbankan untuk menghasilkan suatu produk.
Untuk menghasilkan barang manufaktur, kemampuan bangsa Indonesia hanya 6/10
bangsa Jepang, sedangkan untuki produk pertanian kemampuan Indonesia 10/8 bangsa
Jepang. Dengan demikian, produk pertanian lebih efisien apabila dihasilkan di ijndo,
sedangkan produk manufaktur lebih efisien dihasilkan di Jepang. Akan lebih
menguntungkan bagi Indonesia apabila mengimpor produk manufaktur dari Jepang dan
sebaliknya akan lebih menguntungkan bagi Jepang apabila mengimport produk pertanian
dari Indonesia.
Kejnapa Jepang tidak menjual saja kedua produknya ke Indonesia sehingga akan
menghasilkan devisa yang banyak bagi Jepang? Jawabannya karena Indonesia tidak akan
memiliki devisa kalau tidak menjual produknya ke luar negeri. Indonesia akan membeli
produk manufaktur dari Jepang dengan yen atau dollar. Kedua mata uang asing itu hanya
akan didapat kalau Indonesia mampu menjual produknya ke Jiepang atau negeri lain.
13

Demikian juga, dollar yang masuk ke Jepang, sebagai hasil penjualan produknya, tidak
akan disimpan saja dalam sebuah peti, tapi akan dikeluarkanj lagi untuk membeli barang-
barang atau jasa-jasa dari negara lain yang dibutuhkan Jepang. Kalau Indonesia
berdagang dengan 10 negara, dan Jepang juga berdagang dengan sepuluh negara lainnya,
dan 10 negara tersebut berdagang dengan negara-negara lainnya, maka terjadilah
perdagangan internasional.

8. BIAYA KOMPARATIF
Selain dilihat dari teori keuntungan absolut dan keuntungan komparatif, iperdagangan
antar negara bisa juga timbul atas teori biaya komparatif (cost comparative theory).
Menurut teori ini perdagangan internasional akan terwujud karena adanya perbedaan
dalam biaya produksi, terutama sekali dalam biaya tenaga kerja (wage of labor). Apabila
ongkos tenaga kerja rendah, maka harga output yang hdihasilkannya akan rendah pula.
Ongkos kompaatif ini erat kaitannya dengan keuntungan komparatif, hanya saja kalau
keuntungan komparatif ditinjau dari produk akhir yang dihasilkan sedangkan ongkos
komparatif ditinjau dari sisi proses produksi. Dua-duanya akan menentukan harga dari
produk akhir itu sendiri (lihat tabel 1.3).
Tabel 1.3
Ongkos Komparatif
Negara Biaya Tenaga Kerja Produk Pertanian
Inggris $ 7 / jam $ 0,30 / buah
Indonesia 0,5 / jam 0,25 / buah

Misalnya ongkos tenaga kerja ijndo hanya 7% ongkos tenaga kerja Inggris,
namun demikian ongkos produk pertanian Indonesia 83% harga produk pertanian Inggris.
Karena itu bagi Inggris menggunakan tenaga kerja Indonesia akan lebih efisien daripada
memproduksii apel di Indonesia, kesimpulannya adalah bahwa Indonesia mensuply
tenaga kerja ke Inggris dan Inggris mensupply apple ke Indonesia.
Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (human resources) merupakan salah
satu faktor produksi yang sangat penting di dalam perekonomian isuatu bangsa.
Keterampilannya akan menentukan jumlah produk yang dihasilkan. Dalam manajemen
operasi keterampilan ini akan menentukan tingkat produktifitas tenaga kerja itu sendiri.
Produktifitas ini secara keseluruhan akan menentukan produktifitas suatu bangsa. Pada
contoh di atas, bangsa Jepang dan Inggris memiliki produktifitas yang lebih tinggi dari
bangsa Indonesia. Karena tenaga kerja itu harus dibayar maka besarnya biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan akan dibebankan kepada hasil produksi. Lebih besar ongkos
tenaga kerja akan lebih besar biaya per unit produknya dan akan lebih mahal harga jual
per unitnya. Di Jepang hasil pertanian lebih mahal 1 daripada hasil manufaktur, sedang
di Indonesia hasil manufaktur dua kali lebih mahal daripada hasil pertanian.
14

Sekarang ini hubungan antar negara yang didasarkan pada keuntungan


komparatif murni hampir sulit ditemui karena :
(1) Eksport-import tidak lagi dilakukan secara barter
(2) Produktifitas tenaga kerja masing-masing negara memiliki perbedaan
(3) Harga barang dipengaruhi pula oleh kegiatan transportasi selain oleh faktor
produksi lainnya
(4) Faktor-faktor lain seperti politik sangat berpengaruh terhadap penentuan
jumlah barang yang akan dihasilkan joleh suatu negara. Misalnya dalam
menghasilkan barang-barang yang akan menentukan keamanan negara.
Namun kemampuan sumberdaya manusia akan sangat menentukan comparative
advantage suatu negara. Ongkos tenaga kerja hanya berpengaruh kecil terhadap biaya
produksi tapi produktifitasnya akan menentukan tingkat efisiensi secara keseluruhan. Hal
itu terjadi karena kemampuan SDM suatu negara dalam menciptakan berbagai produk
sebagai hasil rekayasanya. Misalnya bio engineering, new product engineering,
manufacturing engineering, information system engineering, computer aidded design,
computer aidded manufacturing dan sebagainya.

9. KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF


Persaingan murni yang dianjurkan oleh Adam Smith dalam jprakteknya hanya
menguntungkan negara maju (developed country) karena kemampuan negara maju dalam
jtekn. Selain karena teknologinya negara maju diuntungkan pula oleh perilaku masyarakat
negara yang sedang berkembang (developing country) dalam mengkonsumsii produk-
produk untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun negara maju tidak memiliki isumberd
alam, terutama bahan-baku, tapi mereka memilikii sumberdaya manusia yang terampil.
Keterampilan sumberdaya manusia ini mampu mengembangkan teknologi baru dan
produk-produk baru. Keterampilan ini pada gilirannya menghasilkan produk-produk yang
memiliki kualitas tinggi dengan harga yang lebih rendah sehingga memiliki daya saing
yang tinggi. Dengan kemampuannya itu negara maju seringkali mendiktekan harga
kepada negara yang sedang berkembang.
Di lain pihak perilaku (attitude) dari masyarakat negara yang sedang berkembang
yang selalu memandang produk-produk negara maju lebih tinggi kualitasnya dari buatan
sendiri. Kondisi ini memperparah lemahnya daya saing produksi dalam negeri sehingga
banyak perusahaan-perusahaan yang gulung tikar alias bangkrut. Kebangkrutan ini
menimbulkan efek ganda (multiplier effect) terhadap penyerapan tenaga kerja dan pada
akhirnya terhadap pendapatan masyarakat itu sendiri. Kalau kondisi ini terus dibiarkan
akan menimbulkan gejiolaki politik yang bisa menghancurkan negara. Karena itu industri
dalam negeri perlu dilindungi, dan untuk ituu pemerintah membuat beberapa
kebijaksanaan seperti tarif, dan non-tarif.
15

Tarif
Tarif adalah suatu kebijakan pemerintah untuk mengenakan pajak atau bea masuk
terhadap barang-barang yang diimport. Dengan pengenaan bea masuk tersebut makai
harga barang import menjadi tinggi sehingga diharapkan bisa mempengaruhi konsumsi
masyarakat terhadap barang tersebut. Kalau pemakaian barang import sedikit, masyarakat
lebih banyak menggunakan produk dalam negeri. Ini akan berdampak positif terhadap
produksi dalam negeri yang akan mampu bertahan hidup dan tumbuh. Pada gilirannya
akan terbuka lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja yang akan mengurangi
pengangguran, pendistribusian pendapatan dalam masyarakat, peningkatan pendapatan
negara dari pajak, bahkan juga berpengaruh positif terhadap balance of payment karena
berkurangnya import.
Ada 2 (dua) macam bentuk tarif yang biasa digunakan yaitu :
Tarif yang didasarkan pada nilai barang yang diimport disebut advalorem tarif,
Tarif yang didasarkan pada unit barang disebut specific tax.

Advalorem tarif, pertama perhitungannya agak sulit karena itu memerlukan ketelitian
tinggi. Penilaiannya bisa didasarkan pada .ci.f (cost, insurance, freight) atau f.o.b. (free
on board). Specific tax perhitungannya lebih sederhana karena didasarkan pada jumlah
unit barang yang masuk. Misalnya sebuah perusahaan mengimport mobil sebanyak 200
unit yang terdiri dari berbagai jenis mobil, untuk jitu pemerintah menetapkan bea masuk
sebesar 50% dari harga mobil tidak terkecuali merk mobil apaan.

Non-tarif
Kebijaksanaan non-tarif dibagi ke dalam dua golongan yaitu :
1. Quota, dan
2. Subsidi
Quota adalah suatu kebijakan pemerintah untuk membatasii jumlah import atau
sering disebut juga sebagai jumlah maksimum barang-barang yang boleh diimport. Quota
ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan jumlah barang dalam negeri karena adanya
kekurangan barang yang diminta, jadi ada kelebihan permintaan (excess demand) yang
tidak tercukupi oleh produksi dalam negeri. Tapi hanya barang-barang tertentu saja
artinya tidak isemua produk dikenakan quota. Harga dibiarkan mengambang bahkan
seringkali dibiarkan sama dengan harga di luar negeri (lebih tinggi dari harga dalam
negeri). Kualitas barang memiliki kesamaan atau dianggap sama, sehingga dengan
adanya quota ini, diharapkanji permintaan produksi dalam negeri akan meningkat pula.
16

Izin import untuk barang yang dikenakan quota biasanya diberikan kepada perusahaan
tertentu misalnyah obat-obatan karena memiliki standar kualitas yang baku.
Subsidi adalah suatu kebijakan pemerintah yang tujuannya untuk membatasi
import agar tidak melebihi jumlah yang telahh ditetapkan. Subsidi tersebut diberikan
dalam bentuk bantuan uang tunai yang langsung diberikan kepada perusahaan. Dalam
prakteknya subsidi tersebut sering berupa pengurangan harga faktor produksi misalnyau
harga bahan bakar, bahan mentah atau bantuan upah tenaga kerja. Dengan subsidi ini
diharapkan produk domestik mampu bersaing dengan produk import karena
menggunakan komponen input yang murah (disubsidi) sehingga ongkos produksinya juga
murah. Di Indonesia subsidi diberikan bukan hanya kepada pengusaha saja tapi juga
kepada masyarakat pada umumnya miaslnya subsidi bahan bakar minyak yang dirasakan
bukan hanya kalangan industri tapi juga anggota masyarakat pada umumnya.
Dilihat dari penggunaannya, quota, tarif dan subsidi memilikii tujuan yang
berbeda. tarif dan quota ditujukan untuk melindungi industri dalam negeri tapi merugikan
konsumen karena dengan adanya tarif dan quota harga barang menjadi lebih tinggi
dibanding dengan harga di pasar bebas (free trade). Subsidi memberikanj keuntungan
kepada konsumen karena kebijakan ini tidak menyebabkan kenaikan harga. Dengan
adanya subsidi diharapkan perusahaan dapat meningkatkan produksinya sehingga
keuntungan perusahaan juga akan bertambah. Ini akan berakibati pada peningkatan
penerimaan pemerintah dari pajak.
Kebijakan pemerintah dalam tarif, quota dadn subsidi sebenarnya ditujukan untuk
mengurangi sekecil mungkin ketergantungannya kepada nej lain sebagai indikator
kelemahanj suatu negara. Lebih kecil ketergantungan kepada negara lain lebih makmur
negara tersebut. Dalam hal negara-negara berkembang ketergantungannya kepada negara
maju sangatlah tinggi. Memang tidak ada negara yang bisa sepenuhnya melepaskan diri
dari negara lain, tapi ketergantungan negara maju terhadap negara lain relatif lebih kecil
daripada negara berkembang.

10.KERJASAMA EKONOMI
Adanya keinginan negara-negara (terutama negara maju) untuk melindungi
kepentingannya dengan menggunakan tarif dan non-tarif maka timbulah persaingan yang
tidak sehat. Negara yang kuat dengan seenaknya menggunakan instrument tersebut untuk
menindas negara yang lemah, bahkan jdiantara negara kuatpun bisa saling
menghancurkan karena perang tarif (tarif ward). Misalnya negara A mengenakan tarif
yang tinggi atas barang dari negara B. akibatnya barang negara B tidakj laku di negara A
karena harganya sangat mahal. Negara B membalasnya dengan mengenakan tarif yang
tinggi pula atas barang dari negara A. Terjadilah perang tarif yang akhirnya merugikan
kedua belah pihak.
17

Untuk menghindari terjadinya perang tarif tersebut timbullah gagasan untuk


membentuk kerjasama ekonomi antara beberapa negara, misalnya kerjasama ekonomi
antar negara-negara Eropa, Asean, Amerika Latin dan sebagainya. Mulailah era baru
dalam jkegi ekonomi bangsa-bangsa. Kerjasama ini secara garis besar ada dua kategori,
yaitu kerjasama jdalam produksi dan distribusi barang dan jasa (goods and service), dan
kedua dalam jkerjasama fiskal dan moneter (monetary and fiscal). Namun secara khusus
kerjasama jeko ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
(1) Kerjasama perdagangan dalam produk tertentu dua negara misalnya
kerjasama hanya dalam jpembebasan tarif untuk produk karet dan kopi
antara Indonesia dan Philipina. Kerjasama seperti ini disebut Preferential
Trading Agreement.
(2) Kerjasama antara beberapa negara dalam pembebasan tarif yang mencakup
keseluruhan produk. Kerjasama ini disebut perdagangan bebas (Free Trade)
(3) Kerjasama ekonomi yang lebih luas lagi yang menyangkut faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja dan modal. Kerjasama seperti ini disebut
sebagai Custom Union.
(4) Kerrjs ekonomi yang lebih luas lagi yang tidak hanya menyangkut barang
dan jasa tapi juga fiskal dan moneter dalam menentukan tingkat bunga dan
perpajakan. Kerjasama ini disebut Common Market.
(5) Kerjasama yang lebih luas lagi yang memasukkan bukan hanya bidang
ekonomi saja tapi juga bidang politik, sosial dan budaya. Kerjasama ini
disebut Economic Union misalnya EEC (European Economic Community).

11.GLOBALISASI
Istilah globalisasi menunjuk kepada aktivitas perdagangan dimana batas-batas teritorial
tunduk pada aturan-aturan pasar bebas. Istilah zona pasar bebas ini pada awalnya digagas
oleh GATT (General Agreement on Tarif and Trade) yang mengusahakan terbentuknya
perjanjian umum tentang penghapusan tarif dalam perdagangan antar negara. Gagasan ini
diprakarsai oleh 23 negara di Gneva 1947 dan terus bergema ke seantero dunia sehingga
akhirnya pertemuan itu diikuti oleh lebih dari 118 negara. Sasaran utamanya adalah
menciptakan aturan perdagangan internasional untuk menghindari proteksionisme,
transaksi yang tidak jujur dalam perdagangan multilateral, menghapus kebijaksanaan
yang menghambat investasi dan bahkan melindungi hak cipta (intellectual property
right). Setelah pertemuan pada putaran ke 8 yang terkenal dengan putaran Uruguay,I
suatu persetujuan tentang perdagangan multilateral dicapai yang disalurkan melalui
organisasi perdagangan internasional WTO (World Trade Organization). Beberapa hal
dijadikan prijnsip dasar yang dikembangkan dalam GATT :
18

(1) Penghapusan tarif secara bertahap. Kalau negara A menurunkan tarif atas produk
dari negara B, maka negara B harus pula menurunkan tarif atas produk negara A.
(2) Menghilangkan perbedaan (non-discrimination) antara negara yang melakukan
perdagangan baik negara maju maupun negara berkembang.
(3) Tidak dibenarkan melakukan quota.
Sejak GATT didirikan, muncul blok perdagangan bebas yang bersifat regional
misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa EEC (European Economic Community) yang
didirikan tahun 1968. Blok-blok perdagangan bebas lain pun bermunculan seperti Zona
Perdagangan Bebas Amerika Utara NAFTA (North American Free Trade Agreement)
1992), zona perdagangan bebas asean AFTA (Asean Free Trade Area) 1992, zona
kerjasama ekonomi Asia-Pasific AFEC (Asia Pacific Economic Cooperation) 1993).
Tujuan dibentuknya blok-blok perdagangan tersebut secara umum adalah kerjasama yang
saling mendukung diantara anggota dalam masing-masing zona perdagangan terutama
dalam bidang investasi. Dalam kerjjs operasi ekonomi ini setiap produk yang datang dan
keluar dari negara anggota zona ekonomi bebas tanpa ada hambatan apapun. Produk dari
masing-masing negara akan berkompetisi memperebutkan konsumen yang tersebar di
negara anggotanya.
Dari sekian zona ekonomi ini, nampaknya perkembangan di Asia-Pasific yang
sangat mengesankan jkrn pertumbuhannya sangat cepat dibanding zona ekonomi lainnya.
Pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik itu rata-rata mencapai 7% per tahun sedangkan zona
jlainnya hanya berkisar 4%. Tetapi perkembangan ini terhambat oleh terjadinya krisis
moneter 1997 yang menghancurkan sendi-sendi ekonomi yang telah dibangun.

12.KESIMPULAN
Efisiensi merupakan alasan utama mengapa suatu perusahaan beroperasi di luar negeri.
Ini berkaitan dengan penggunaan input yang minimal untuk menghasilkan output yang
lebih besdar. Efisiensi menekankan adanya perhatian atas biaya faktor produksi dalam
kualitas dan dalam memenuhi harrapan konsumen. Akan tetapi karena ada perbedaan
yang dimiliki oleh masing-masing negara menimbulkan perbedaan dalam efisiensi.
Perbedaan itu meliputi :
1. Perbedaan dalam harga faktor ipdi,
2. Perbedaan dalam sumberdaya alam,
3. Perbedaan dalam teknologi,
4. Perbedaan dalam tarif dan non-tarif
Semua itu pada akhirnya menimbulkan perbedaan dalam biaya operasional
(comparative cost) yang pada akhirnyau pada comparative advantage. Dalam kaitannya
dengan kemampuan daya saing untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
19

perusahaan akan terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi tersebut. Salah satunya ad
dengan beroperasi di luar negeri. Kegiatan operasional ini lebih lebih mendesak setelah
memasuki era globalisasi dimana batas-batas negara menjadi kabur.

13.BAHAN DISKUSI
1. Apa bedanya operasi internasional dengan perdagangan internasional?
2. Kenapa efisiensi menjadi alasan utama untuk beroperasi di luar negeri?
3. Adakah hubungan antar tingkat efisiensi dengan :
a. Keuntungan absolute
b. Ongkos comparative
4. Apa sebenarnya keuntungan absolute itu? Apa bedanya dengan ongkos
comparative?
5. Mengapa globalisasi menjadi dorongan yang kuat untuk meningkatkan efisiensi
6. Apakah kebijakan tarif dan non-tarif bisa menghambat perkembangan
perusahaan?
7. Apakah multinational corporation sebenarnya? Apa bedanya dengan perusahaan
biasa? Jenis-jenis perusahaan apa saja yang digolongkan dengan national
corporation?
8. Mengapa timbul perdagangan antar negara? Adakah negara yang memiliki
segalanya sehingga bisa membuat barang apa saja secara menguntungkan?
9. Apa sebenarnya globalisasi itu? Samakah dengan liberalisasi? Bagaimana
awalnya globalisasi itu? Samakah beroperasi di tingkat internasional dengan
globalisasi?
10. Apakah globalisasi berarti kerjasama ekonomi? Kerjasama ekonomi yang
bagaimanakah yang bisa digolongkan ke dalam globalisasi?

BACAAN LEBIH LANJUT


Ace Partadiredja, 1984, Pengantar Ekonomika BPFE Yogyakarta.
Griffin, Ricky W., Ebert, Ronald J., 2004, Business Seventh Edition, Prentice Hall.
Heizer and Render, 2004, Operation Management Sevent Edition, Prentice Hall.
Keat, Paul G., 2003, Managerial Economics Fourth Edition, Prentice Hall.
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operation Management Copenhagen Business
School.
20

BAB MODEL-MODE OPERASI


2 INTERNASIONAL

1. PENDAHULUAN
Suatu perusahaan disebut hidup apabila dalam perusahaan itu ada kegiatan untuk
mengolah produk. Untuk dapat mengolah produk harus ada bahan, alat-alat, dan orang-
orang untuki mengolahnya (tenaga kerja). Apabila perusahaan itu ingin terus hidup dan
berkembang, ibahan-bahan harus terus tersedia dan produk yang dihasilkan harus bisa
diterima joleh konsumen. Untuk mengamankan sisii pasokan ini, perusahaan dituntut
mencari sumber-sumber lain yang bisa menjamin tersedianya faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan sesuai dengan persyaratannya. Namun tidak setiap faktor produksi itu tersedia
dalam jumlah yang mencukupi di satu temipat, tapi tersebar di berbagai tempat yang jauh
di luar batas-batas negara. Demikian juga penyerapan pasar darii produk yang
dihasilkannya seringkali pasar domestik tidak mampu menyerap seluruh produksinya.
Untuk mengatasinya perusahaan memilih beroperasi langsung di negeri yang
dianggapnya bisa mengatasi masalah-masalah seperti itu.

2. MODEL-MODEL BENTUK USAHA


Model bentuk iusaha yang bagaimanakah yang sebaiknya digunakan untuk beroperasi di
luar negeri itu? Tentunya ada banyak model organisasi perusahaan yang bisa digunakan,
mulai dari perusahaan kecil perorangan yang sangat sederhana hingga perusahaan besar
dan rumit.i perusahaan-perusahaan itu bisa digunakan untuk beroperasi di luar negeri.
Secara garis besar, kegiatan operasi itu bisa diwujudkan dalam bentuk usaha sebagai
berikut :
1. Perusahaan perorangan (propritorship)
2. Perusahaan persekutuan (partnership)
3. Korporasi (corporation)
4. Perusahaan patungan (joint venture)
5. Holding company
6. Business trust
7. Multinational Corporation
Semua bentuk organisasi usaha seperti itu bisa digunakan untuk beroperasi di luar
negeri, dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi itu sendiri, untuk tujuan
21

apa operasi di luar negeri itu dilakukan, apakah untuk memasarkan produk, mendapatkan
bahan mentah, atau untuk mendapatkan teknologi yang diinginkan.

3. PERUBAHAN BESAR DAN KECIL


Kegiatan operasi di luar negeri bisa dilakukan bukan saja oleh perusahaan besar, tapi bisa
juga perusahaan kecil. Suatu perusahaan dikategorikan besar atau kecil dinilai dari :
(1) Jumlah pekerjanya,
Kategori kecil bila tenaga kerjanya < 100 orang
Kategori menengah bila tenaga kerjanya 100 1500 orang
Kategori besar bila tenaga kerjanya > 1500 orang
(2) Teknologinya
Teknologi berkaitan dengan modal yang dimilikii perusahaan. Teknologi
yang tinggi memperlihatkan modal yang besar sehingga sering disebut
sebagai capital intensive. Di lain sisi, teknologi yang sederhana bisa
memperlihatkan perusahaan kecil, tapi bisa juga sebagaii perusahaan besar
bila tenaga kerjanya banyak. Perusahaan yang seperti ini disebut labor
intensive.
(3) Omzet penjualan
Omzet dan luasnya daerah penjualan akan menentukan besar kecilnya
perusahaan. Perusahaan kecil biasanya pemasarannya hanya lokal, sedangkan
perusahaan besar biasanya meliputi export import.
Semua itu hanya merupakan patokan penilaian ukuran besar perusahaan,
ukuran yang pasti tidak jelas. Di ijndo jumlah tenaga kerja 1000 orang bisa
dikatakan perusahaan besar, sedangkan di AS jumlah sebesar itu masih
tergolong kecil.

4. PERUSAHAAN PERORANGAN
Perusahaan perorangan banyak macamnya, mulai dari pedagang asongan, tukang baso,
pengrajin kayu, pandai besi, warung tegal, penjahit pakaian, hingga toko eceran.
Perusahaan perorangan bisa termasuk kegiatan pertanian, perkebunan, atau nelayan.
Perusahaan perorangan pada hakikatnya dimiliki sendiri dan diusahakani oleh
pemiliknya. Kegii usaha ini mengambil porsi terbesar dalam denyut nadi kegii
perekonomian bangsa. Di Amerika Serikat usaha ini mengambil porsi 73% dari seluruh
kegiatan bisnis, tapi di ijndo belum ada data yang jelas. Namun kalau melihat kondisi
perekonomian Indonesia seperti sekarang ini kemungkinan perusahaan perorangan bisa
mencapai porsi 90%. Perusahaan perorangan bisa saja menjadi perusahaan besar kalau
kriteria perusahaan besar memang terpenuhi. Namun pada umumnya perusahaan
perorangan sulit menjadi perusahaan besar,
22

1. Sulit menambah modal untuk memperbesar usaha


2. Tanggungjawab yang tidak terbatas. Kalau punya utang harus dilunasi walaupun
harus menjual peralatan dapurnya.
3. Sulit mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jkalau pemiliknya atau tokohnya
meninggal dunia biasanya perusahaannya juga ikut hancur.
Pada umumnya orang memilih membuka usaha sendiri karena :
1. Mudah untuk memulai
2. Tidak memerlukan modal yang besar
3. Tidak sulit dalam menentukan lokasi. Bisa di depan rumah sekalipun
4. Dalam kegiatan yang kecil, tidak memerlukan ijin usaha
5. Mudah dalam mengambil keputusan (tidak perlu memikirkan pendapat orang
lain).
6. Keuntungan bisa dimiliki sendiri.

5. PERSEKUTUAN (PARTNERSHIP)
Persekutuan merupakan pengembangan dari perusahaan perorangan. Kalau perusahaan
perorangan hanya dimiliki sendiri, makai persekutuan dimiliki oleh beberapa orang,
biasanya tidak lebih dari 9 (sembilan) orang atau kurang dari 10 orang. Dipilih ganjil
untuk memudahkan pengambilan keputusan. Masing-masing sekutu bisa
menginvestasikan danaya dalam jumlah yang sama atau berbeda. demikian juga
keuntungan yang diperolehnya tidak tergantung pada jumlah dana yang
diinvestasikannya, tapi tergantung pada perjanjian atau kontribusinya pada perusahaan.
Misalnya sekutu yang memiliki keahlian khusus mungkin akan memperoleh pembagian
keuntungan yang lebih besar.
Dalam perusahaan seperti ini dikejnal dua persekutuan, yaitu :
1. Persekutuan Umum (General Partnership)
2. Persekutuan Terbatas (Limited Partnership)
Persekutuan umum adalah persekutuan dimana masing-masing sekutu memiliki
kewajiban yang sama dan tidak terbatas atas utang-utang (unlimited legal liability)
perusahaan. Selain itu, semua sekutu memilikii peran aktif adlamj perusahaan karena itu
seringkali disebut sebagai active partner.
Persekutuan terbatas adalah persekutuan dimana hanya sebagian sekutu yang
memiliki kewajiban tidak terbatas atas utang-utang perusahaan. Sekutu terbatas tidak
aktif dalamj kegiatan perusahaan, mereka hanya sebagai investor saja, karena itu pada
akte pendiriannya juga dibedakan antara active (unlimited) partner dan limited partner.
Keuntungan dalam menggunakan bentuk perusahaan seperti ini adalah bisa
menutupi sebagian kelemahan perusahaan perorangan seperti :
23

1. Lebih mudah menambah modal


2. Lebih mudah berhubungan dengan pihak bank
3. Bisa memanfaatkan keahlian partner lain dalam operasi perusahaan.
Namun demikian terdapat pula kelemahannya, yaitu :
1. Adanya kewajiban yang tidak terbatas untuk general partner
2. Sulit mengambil keputusan karena adanya pembagian wewenang
3. Kelangsungan hidup perusahaan terancam bila salah seorang general partner
meninggal dunia
4. Sulit menarik dana yang telah diinvestasikannya
Dilihat dari kelemahan dan keuntungannya, persekutuan memungkinkan untuk bisa
menjadi perusahaan besar.

6. KOPERASI (COOPERATIVE)
Koperasi adalah bentuk lain dari kegiatan usaha. Di negara-negara maju, koperasi
dibentuk untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada perusahaan perorangan dan
persekutuan. Karena itu anggota-anggota koperasi biasanya terdiri dari pengusaha-
pengusaha perorangan. Mereka membentukj koperasi untuk menyatukan sinergi dalam
mencapai tujuan bersama. Koperasi bisa merupakan bentukan dari kumpulan modal,
kumpulan keahlian, atau dua-duanya (kumpulan modal dan keahlian). Perusahaan ini
dibentuk untuk mengatasi persoalan bersama seperti untuk mengatasi persoalan fakki
produksi seperti bahan baku atau pemasaran produk yang dihasilkan.
Perbedaan koperasi dari korporasi meliputi :
1. Kepemilikan koperasi ditunjukan oleh seseorang karena ia menjadi anggotanya
(anggota koperasi), sedangkan korporasi ditunjukan oleh sahamnya.
2. Modal awal koperasi ditentukan oleh besar simpanan pokok para anggota,
sedangkan korporasi oleh besar saham yang dimilikinya.
3. Pertambahan modal seara bertahap yang ditentukan simpanan wajib anggota per
bulan, sedang korporasi ditentukan oleh kesediaan pemegang saham.
4. Ketua koperasi tidak digaji, tapi manager dan pegawainya diberikan gaji.
Di Indonesia koperasi sangat populer karena dianggap sebagai wadah yang sangat cocok
untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Namun karena banyakj koperasi yang tidak
profesional, keberadaan koperasi belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kesulitan
yang terutama dihadapi oleh koperasi di Indonesia adalah :
1. Sulit mengambil keputusan karena banyaknya anggota, sedangkan tiap anggota
memiliki satu suara.
2. Banyak koperasi yang belum mampu mengangkat manager sehingga kurang
profesional.
24

3. Koperasi masih bersifat kegiatan sampingan sehingga kegiatannya tidak


terpokuspada upaya penucapaian sasaran.
4. Masih ada yang menganggap bahwa pasar koperasi adalah anggotanya, sehingga
tidak terpikir untuk mengembangkan usahanya jauh ke luar lingkungan yang
lebih luas.

7. KORPORASI (CORPORATION)
Korporasi merupakan suatu badan usaha yang secar legal dipertimbangkan sebagai
keseluruhan yang terpisah antara pemilik dan kewajiban perusahaan atas utang-utangnya.
Di Indonesia jenis perusahaan ini lebih terkenal dengan perusahaan terbatas. Dibentuk
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada perusahaan perorangan atau
persekutuan. Bentuk ini lebih fleksibel dan mampu berkembang lebih pesat. Keuntungan
yang dimiliki jenis perusahaan corporasi adalah :
1. Kewajiban pemilik hanyah dibatasi pada besarnya uang yang diinvestasikan
dalam perusahaan itu.
2. Umur perusahaan tidak terbatas.
3. Mudah mengembangkan perusahaan
4. Kepemilikan mudah dipindah tangankan
5. Investor tidak harus sebagai manager
6. Mudah memanfaatkan kemampuan para ahli
Koperasi bukan berarti tanpa kelemahan. Ini terutama karena timbulnya kerugian di sisi
investor dengan timbulnya pajak ganda yang dikenakanj kepadanya. Pajak ganda itu
timbuli pada saat perusahaan mendapat keuntungan (penghasilan perusahaan) dan pada
saat pembagian dividen bagi pemegang saham (penghasilan pribadi).
Secara keseluruhan perusahaan Korporasi ini dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu :
1. Perusahaan swasta (private corporation), yaitu bentuk perusahaan yang
didirikan untuk tujuan mendapatkan keuntungan (profit motive), misalnya
General Motor, General Electric, Toyota Astra, atau perusahaan lain yang
sejenis merupakan contoh dari bentuk perusahaan ini.
2. Perusahaan Negara (public or government corporation), yaitu perusahaan
yang dimiliki negara, termasuk juga perusahaan daerah (lokal), yang
tujuannya untuk kepentingan umum atau masyarakat.
3. Perusahaan terbuka (operated corporation), yaitu perusahaan yang
sahamnya diperjual belikan. Di Indonesia disebut perusahaan go public
(tbk).
25

4. Perusahaan tertutup (closed corporation), yaitu perusahaan yang sahamnya


hanya dimiliki oleh anggota keluarga atau kelompok pemegang saham dan
tidak diperjualbelikan.
5. Perkum sosial (jnon-profit corporation), yaitu kegiatan usaha yang
tujuannya sosial bukan profit motive. Misalnya perkum amal (charity),
yayasan, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.

8. PERUSAHAAN ASING (FOREIGN CORPORATION)


Perusahaan asing (foreign corporation), yaitu perusahaan yang beroperasi di dalam negeri
tetapi para pemiliknya (pemegang sahamnya) adalah warga negara asing. Para
pekerjanya, terutama pekerja tingkat bawah (first line manager) diambil dari negeri
dimana perusahaan itu beroperasi, tapi untuk tingkat menengah ke atas didatangkan dari
perusahaan induknya. Misalnya Teijin Fiber Corporation, ipe Jepang yang beroperasi di
Indonesia, lower managementnya diambil dari Indonesia, sedangkan kepala bagian ke
atas (middle dan top level manager) tetap dipegang oleh orang Jepang sendiri.
Perusahaan asing beroperasi di suatu negeri untuk :
1. Menghindari hambatan-hambatan dalam pemasukan barang
2. Memanfaatkan tenaga kerja yang murah
3. Untuk memudahkan memperoleh sumber bahan baku, atau
4. Untuk memudahkan menembus pasar yang diproteksi oleh negara tersebut.
Perusahaan ini memiliki peraturan perusahaan yang didasarkan pada peraturan
yang mengacu pada perusahaan induknya.

9. PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT VENTURE)


Istilah patungan (joint venture) peratma-tama muncul dan populer di Eropa pada abad ke
17 untuk melakukan kerjasama perdagangan dengan pedagang-pedagang di luar negeri.
Kerjasama ini bersifat sementara untuk melakukan jkegi operasi yang spesifik. Namun
dalam perkembangannya, joint venture tidak hanya kerjasama antar individu tapi antar
korporasi dengan korporasi dan berlangsung dalam jangka panjang. Misalnya perusahaan
Tekstile Jepang (Kuraray) yang mengadakan osii patungan dengan perusahaan di
Indonesia (Manunggal grup) untuk membuat bahan tekstil, atau perusahaan Sumitomo
Shoji Kaisha yang mengadakan joint venture dengan perusahaan Amerika.
Dalam kegiatan operasinya, joint venture tidak hanya pada satu produk yang
spesifik saja, tapi bisa diperluas dalam berbagai kegiatan. Sumitomo membentuk joint
venture untuk kegiatan perdagangan domestik, import, export, ke negara ketiga. Untuk
memperlancar kegiatan operasinya, Sumitomo juga terlibat adlam pendanaan (financing),
pergudangan (warehousing), penanaman modal (investment), transportasi, pertambangan
26

(mining), kehutanan, real estate, bahkan kepariwisataan (tourism). Kegiatan operasi


tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga mencapai 250.000 orang (Musselman,
1981).

10.PERUSAHAAN INDUK (HOLDING COMPANY)


Perusahaan induk adalah suatu korporasi yang mengendalikan korporasi lainnya.
Misalnya sebuah korporasi (perusahaan) mengalami kerugian. Dalam kondisi seperti itu
para pemiliknya berpikir untuk melepas sahamnya dan menjualnya kepada kelompok
usaha tertentu. Kalau sebagian besar saham korporasi tersebut dibeli oleh korporasi lain
maka korporasi yang dibeli itu biasanya menjadi bagian dari dan berada di bawah kendali
korporasi yang membelinya.
Setiap korporasi yang membeli saham-saham dan mengendalikan banyak
korporasi lainnya disebut sebagai holding company. Sebagai contoh adalah AT&T
(American Telephon and Telegraph) mengontrol 22 perusahaan telephon yang juga
korporasi yang tersebar di lima negara bagian. Holding company menentukan berbagai
kebijakan yang harus dilaksanakan oleh korporasi-korporasi yang tersebar di berbagai
negara.
Sebaliknya korporasi yang ada di berbagai negara harus melaporkan kegiatan dan
kemajuannya kepada holding company. Karena itu holding company terhadap disebut
juga sebagai parent company, sedangkan korporasi yang tersebar dan yang dikendalikan
oleh holding company disebut sebagai anak perusahaan atau subsidiary. Misalnya
perusahaan Jepang (Toyota) yang mengendalikan anak-anaki perusahaannya yang
tersebar di berbagai negara.

11.KORPORASI MULTINASIONAL
Perusahaan-perusahaan yang memiliki kegiatan operasi dengan membuka cabang-
cabangnya di negara-negara lain disebut sebagai perusahaan multinasional MNC
(Multinational Corporation). MNC membeli sumberdaya halam, membuat barang-barang
dan jasa (goods and services) dan menjualnya di berbagai negara. Dengan demikian ia
memiliki cabang-cabangnya di beberapa negara dan terus mengembangkan usahanya ke
seluruh dunia terutama jke negara-negara berkembang. Kegiatan operasinya tidak terbatas
pada hanya satu kegiatan usaha saja tapi merambah ke berbagai jenis produk (barang dan
jasa) sehingga disebut sebagai perusahaan berskala besar (large economics of scale).
Misalnya hIBM, perusahaan ini memiliki pabriknya hdi 45 negara, mendatangkan
komponen elektronika dari lebih 50 negara, kemudian mengeksport produknya
(computer) ke 130 negara. Lebih dari setengah pendapatannya (revenue) begitu juga
keuntungannya berasal dari luar negeri.
27

Negara-negara dimana cabang-cabang perusahaan itu berada disebut sebagai


home countries sedangkan negara dimana induk perusahaan itu berasal dan menjadi pusat
kebijakan usaha disebut sebagai host country. Antara induk dadn cabang terdapat
hubungan operasional yang kuat karena ada aliran dana (capital flow), transfer teknologi,
pengawasan managerial, dan pengaturan pemasaran barang-barang yang dihasilkan
ataupun perolehan bahan baku yang diperlukan. Negara-negara cabang (home countries)
secara relatif diberi kebebasan untuk mengatur modal, tapi kenyataannya sulit karena
sumberdaya manusia yang ada di home countries masih belum memiliki keahlian
(unskill) terutama yang menyangkut managerial. Tapi dalam hal pembuatan produk
(kegiatan produksi) dimana tenaga kerjanya mayoritas lokal (home countries)
pengaturannya diserahkan kepada manajer lokal pula. Tapi dalam hal keuangan, atau
pemasaran masih ditentukan oleh perusahaan induk.
28

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Multinasional Korporation

PRESDIR

DIR. MARKET DIR. PROD DIR. KEU DIR. SDM

DIR. WIL.A

DIR. WIL.B

DIR. WIL.C

DIR. WIL.D

Kesulitan mendapatkan bahan mentah atau komponen input lainnya di adlam


negeri memaksa perusahaan untuk mendapatkannya di negeri lain. Kesulitan
menadpatkan komponen input di dalam negeri ini bukan berarti sama sekali tidak ada,
hanya saja jumlahnya yang sangat terbatas. Mungkin tidak mencukupi kebutuhan atau
harganya yang relatif mahal sehingga tidak memungkinkan perusahaan untuk beroperasi
pada biaya yang bisa bersaing. Selain kesulitan di sisi input, kesulitan memasarkan
produknya menjadi alasan bagi perusahaan untuk mengemm operasinya ke negara lain.
Misalnya produsen mobil Jepang dadn Amerika yang bersaing bukan hanya di Jepang
saja atau di Amerika saja tapi juga di negara-negara lain di luar Amerika dan jepang.
Mobil-mobil Jepang dieksport ke Amerika, demikian juga mobil-mobil Amerika
dieksport ke Jepang. Mereka bersaing untuk memperoleh pasar di adlam negeri mereka.
Walaupun perusahaan Amerika bersaing dengan perusahaan Jepang di Amerika,
perusahaan Amerika belum tentu menguasaii pasar di Amerika. Demikian juga
perusahaan Jepang belum tentu menguasai pasar di negeri Jepang. Seringkali perusahaan-
perusahaan itu terdesak dan kalah bersaing di negerinya sendiri, ini terutama dialami
terutama oleh perusahaan-perusahaan dalam negara yang sedang berkembang (developing
country).
29

Untuk memperoleh laba yang maksimal dan untuk mempertahankanj


kelangsungan kehidupannya perusahaan berupaya mencari tempat beroperasi yang lebih
menguntungkan di negara-negara lain agar mampu :
1. Menurunkan biaya operasi (tenaga kerja, pajak, tarif dan biaya lainnya),
2. Meningkatkan supply chain,
3. Menyediakan barang dan jasa secara lebih baik,
4. Memasuki daerah pemasaran baru,
5. Meningkatkan kegiatan operasi perusahaan

12.PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER)


Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu strategi dalam menghadapi
saingan usaha. Penggabungan ini bisa terjadi antara dua atau lebih perusahaan bergabung
menjadi satu sehingga menjadi perusahaan yang besar.i jenis koperasinya bisa sejenis,
bisa dalam alur proses produksi, atau sama jsekali tidak ada kaitan produksi. Alasan
korporasi untuk melakukan merger adalah :
1. Untuk mengembangkan pasar,
2. Untuk memanfaatkan keringanan pajak,
3. Untuk menjamin ketersediaan faktor ipdi yang dibutuhkan seperti bahan baku,
dan
4. Untuk menjamin kebutuhan kas dalam rangka mkela ekspansi.

Ada 3 (tiga) jenis merger yang mungkin terjadi, yaitu :


Pertama, penggabungan secara vertikal (vertical merger). Penggabungan ini
terjadi pada perusahaan yang berada pada garis tahapan proses untuk menghasilkan suatu
produk. Perusahaan pembuat rel kereta api (rail road) bergabung dengan perusahaan
pengolah baja (steel) dan perusahaan penambangan batu bara (coal mining). Perusahaan
tenun (weaving) bergabung dengan perusahaan pembuat benang (spinning mills) dan
perusahaan penghasil serat (fiber manufacturing). Tujuan penggabungan ini adalah untuk
mengontrol sumber-sumber bahan bakunya dan proses produksi nya agar pasokan faktor
produksinya terjamin.
Kedua, ipenggb secara horizontal (horizontal merger). Penggabungan ini
melibatkan beberapa bisnis yang sama menjadi satu di bawah kepemilikan seseorang.
General Motor misalnya bergabung dengan beberapa perusahaan otomobil (automobil)
dan sparepartnya seperti battery, kaca mobil, atau tempat duduknya. Tujuannya adalah
untuk menekan persaingan.
Ketiga, penggabungan secara konglomerat (conglomerate). Penggabungan ini
melibatkan berbagai bisnis yang tidak memiliki kaitan produksi. Seorang pebisnis dalam
30

bidang otomobil berekspansi dalam bidang perbankan, pertanian, jperikanan, tekstil dan
sebagainya.

13.BUSINESS TRUST
Para peneliti menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan bentuk perusahaan seperti ini.
Perusahaan ini terbentuk dari sekumpulan pemiliki property, yaitu para pemilik uang atau
real estate, atau asset lainnya, untuk bergabung dalam suatu lembaga yang disebut
Trust. Lembaga ini (Trust) ini dikelola oleh seorang trustee, yaitu orang yang
dipercaya untuk mengurus property para anggotanya (investor) untuki tujuan
mendapatkan keuntungan (beneficiary). Masing-masing investor mendapat certificate of
trust dengan tanggung jawab sebatas dana yang diinvestasikan.
Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah :
a. Sederhana dalam pembentukannya
b. Biayah pembentukan kecil
c. Secara relatif bebas dari jangkauan peraturan pemerintah
Adapun kelemahannya adalah :
a. Pajak tetap dikenakan sebagaimana pada korporasi
b. Certificate pemilik tidak bisa diperjualbelikan sebagaimana pada saham
perusahaan.
c. Keterbatasan pada umur Trust itu
Bentuk perusahaan ini tidak populer bahkan hampir tidak dikenal di Indonesia,
tapi di Amerika Serikat terkenal sejak tahun 1960 dengan nama The Real Estate
Investment Trust (REIT). Namun pada tahun 1970 kepopulerannya memudar bersamaan
dengan resesi ekonomi dan meningkatnya inflasi sehingga banyak pemegang certificate
yang menderita kerugian.

14.ALTERNATIF BENTUK BADAN USAHA


Ada 4 (empat) strategi yang bisa digunakan dalam mengembangkan operasi internasional
(Heizer, 2004). Strategi ini digunakan untuk mendapatkan biaya yang rendah (low cost)
ataupun untuk merespon (quick response) kebutuhan konsumen dimana perusahaan
beraktivitas (lokal). Keempat strategi itu adalah :
(1) Strategi internasional (international strategy)
(2) Strategi multidomestik (multidomestic strategy)
(3) Strategi global (global strategy)
(4) Strategi transnasional (transnational strategy)
31

Strategi internasional (international strategy) dianggap paling mudah untuk memasuki


pasar global karena menggunakan proses produksi yang telah ada. Caranya dengan
export, dan lisensi (license). Produk yang dihasilkan dieksport atau bila tidak mencukupi
diberikan lisensi untuk membuat produk di negara pemasar. Cara ini dilakukan oleh
perusahaan pembuat Harley Davidson.
Keuntungannya :
(1) Memperkecil resiko
(2) Tenaga kerja ahli tersedia
(3) Tidak perlu mendesain ulang
(4) Memindahkan proses produksi yang ada

Kerugiannya :
(1) Kurang tanggap terhadap kebutuhan lokal,
(2) Barang yang dieksport dianggap bagus (menurut negara asalnya) padahal
kebutuhan pasar lokal mungkin berbeda.
(3) Biaya upengiriman yang tinggi (high transportation cost) karena jauhnya
jarak dari pabrik pembuatan keinginan pasar tujuan.

Strategi multidomestik (multidomestic strategy) ini bisa dilihat pada perusahaan


subsidiaries, franchise, atau joint venture. Kebanyakan restaurant fastfood seperti Mc
Donalds, Fried Chicken, Hoka-Hoka Bento, demikian juga supermarket seperti Wallmart
menggunakan strategi ini.
Strategi ini sangat populer karena :
(1) Memaksimumkan daya kompetisi
(2) Kekuasaan yang didesentralisir
(3) Sifatnya yang otonom,
(4) Mampu merespon kebutuhan masyarakat setempat dengan baik (quick response,
differensiation, maupun low cost)
Strategi global (global strategy) dianggap cocok untuk menekan biaya hingga titik paling
rendah (economies of scale), namun kurang tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan
pasar lokal. Perusahaan yang melakukan strategi ini antara lain Caterpilar, perusahaan
semicondutor dan perusahaan lainnya yang produk-produknya memiliki keseragaman
(standar) yang tinggi.
Strategi ini memiliki kecenderungan :
(1) Lebih bersifat sentralisasi,
(2) Koordinasi pusat, dan
32

(3) Standarisasi produk yang ketat.


Strategi transnasional dilakukan untuk memperoleh manfaat dari skala ekonomi
(economies of scale) dan menekankan kecepatan tanggap atas kebutuhan pasar lokal.
Dalam strategi ini perusahaan mengerahkan berbagai potensinya seperti bahan-bahan,
orang-orang, idea-idea, dan alat-alat dari dan keluar negeri untuk mencapai daya saing
yang tinggi baik secara differentiation, quick respond, atau low cost. Ciri utamanya
adalah membentuk jaringan network atas perusahaan-perusahaan subsidiarinya.

15.BAHAN DISKUSI
1. Mengapa kegiatan operasional menambah keluar negeri, tidak cukupkah kalau
beroperasi di dalam negeri saja?
2. Bentuk perusahaan apa yang cocok untuk mengembangkan operasi
internasional?
3. Bisakah perusahaan pribadi (perorangan) digunakan untuk melakukan operasi
internasional?
4. Apakah kegiatan opsi internasional itu hanya bisa dilakukan olehh perusahaan
besar saja?
5. Apa bedanya kegiatan operasi di dalam negeri (domestik) dengan kegiatan
operasi di luar negeri.
6. Apa bedanya korporasi, koperasi, perusahaan pribadi, dan perusahaan patungan?
7. Apa bedanya perusahaan asing dengan korporasi multinasional (multinational
corporation)?
8. Apa bedanya penggabungan perusahaan dengan bisnis kepercayaan (Business
Trust)?
9. untuk apa perusahaan melakukan merger? Ada berapa macam merger yang bisa
dilai perusahaan?
10. Dalam mengembangkan operasi internasional, strategi operasi apa yang
sebaiknya hdila agar bisa berhasil?

BACAAN LEBIH LANJUT


Flaherty, M. Therese, 1996, Global Management, McGraw-Hill Company.
Griffin, Ricky W., Ronald J. Ebert, 2004, Busiiness Pearson Prentice-Hall.
Heizer and Render, 2004, Operation Management Seventh Edition, Prentice Hall.
33

Kotler, Philip; Keller, Kevin Lane, 2006, Marketing Management Twelfth Edition,
Pearson International Edition.
Keat, Paul G., 2003, Managemerial Economics Fourth Edition, Prentice Hall.
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operation Management Copenhagen Business
School.
Musselman, Vernon; Hughes, 1991, Introduction to Modern Business: Issues and
Environment Eight Edition, Prentice Hall International Edition.
34

BAB STRATEGI OPERASI DALAM


3 LINGKUNGAN GLOBAL

1. PENDAHULUAN
Perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh para pendirinya. Ada
berbagai tujuan yang dikehendaki dan dapat diformulasikan ke dalam berbagai istilah.
Ada bertujuan untuk mencapai kesejahteraan karyawan, atau untuk melayani masyarakat,
atau ada juga untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam konsep ilmu ekonomi benar bahwa tujuan utama perusahaan (the
objectives of firms) adalah mencapai keuntungan maksimum (profit maximization).
Keuntungan maksimal ini bisa dicapai apabila :
Marginal revenue (MR) = Marginal Cost (MC)
MR = MC
atau dTR = dTC
Tapi dari sisi operasional konsep ini sangat sulit untuk dicapai karena dalam
prakteknya bagaimana menentukan bahwa marginal cost telah tercapai atau bahwa
marginal revenue telah tercapai. Selain itu kegiatan bisnis selalu dipengaruhi oleh
elemen-elemen lingkungan yang selalu berubah setiap saat. Teknologi, permintaan,
supply, kualitas, dan sebagainya semua selalu berubah sehingga menyulitkan menerapkan
formula seperti di atas.
Dalam konsep ekonomi, keuntungan maksimum selalu didasarkan pada asumsi
seteris faribus (kondisi lainnya tidak berubah). Kenyataannya dalam kegiatan operasional
semua faktor produksi selalu berubah, misalnya teknologi, bahan baku, permintaan dan
lainnya. Karena adanyaperub itulah maka kegiatan operasional perusahaan seringkali
banyak yang tidak mendapatkan keuntungan, justru banyak merugi, bahkan banyak yang
bangkrut. Konsep keuntungan maksimal dalam jilmu ekonomi hanya merupakan alat
analisis yang diperlukan untuk mengarahkan perilaku para pebisnis agar memaksimalkan
upayanya ke arah pencapaian laba yang sebesar-besarnya. Ijadi konsep itu hanya
merupakan konsep yang normative saja yang kenyataannya sangat sulit ditemui, namun
bukan berarti tidak penting, karena sangat berguna dalam menentukan pendekatan dalam
memecahkan masalah ekonomi.
35

2. KELANGSUNGAN HIDUP PERUSAHAAN


Para ahli manajemen dan organisasi seperti Robinson and Pearce (1982) mencoba
menafsirkan sasaran perusahaan secara lebih masuk akal. Menurut pendapat mereka,
tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba maksimal merupakan ketentuan umum namun
tidak berlaku dalam setiap praktek kegiatan bisnis. Pencapaian laba maksimal haruas
dielaborasi melalui tahapan-tauhapan :
(1) Mempertahankan kelangsungan hidup (Survival),
(2) Mendapatkan keuntungan (Profitability),
(3) Berkembang (Growth)
Pada awal kegiatan operasionalnya, perusahaan apa pun akan sulit mendapatkan
keuntungan karena banyak sekali ongkos yang harus dikeluarkan. Misalnya untuk
membeli mesin-mesin dan peralatan, membangun gedung, merekrut pegawai, membeli
bahan dan sebagainya. Di lain pihak hasil penjualan dari produk yang dihasilkan
perusahaan masih sedikit karena produk masih dalam jtahap pengenalan. Jadi pada
awalnya perusahaan apapun, baik besar maupun kecil akan mengalami kerugian. Kalau
perusahaan mampu mengatasi biaya-biaya atau ongkos-ongkos yang telah hdikeluarkan
(cost and expense) dengan penerimaan yang diperrolehnya (revenue), maka perusahaan
dapat survive, dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bisa
dicapai apabila kondisi TR = TC diuraikan sebagai berikut :
1. Penerimaan perusahaan (TR) merupakan hasil dari jumlah produk Q
yang terjual dikalikan dengan harga jual (P) produk itu sendiri atau TR =
PQ
2. Ongkos atau biaya operasional (TC) terdiri dari jumlah biaya tetap TFC
(Total Fixed Cost) ditambah dengan jumlah biaya tidak tetap TVC (Total
Variabel Cost) sehingga TC = TFc + TVc.
3. Jumlah biaya tetap ini dalam jangka pendek (suhort term) tidak berubah.
4. Jumlah biaya variabel akan dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan, sehingga TVC = VC . Q
5. Perusahaan bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya bila mampu
menjual produknya sebesar TR = TC
TR = TC
P.Q = TFc + TVc.Q TFc = Fc Tvc = Vc
PQ VcQ = Fc
Perusahaan akan bisa bertahan dalam kegiatan operasionalnya bila mampu
menghasilkan kapasitas dan menjual produknya sejumlah :

0
Q= , atau dalam bentuk uang
0
36

0
Q=
0
Dimana : TR = Penerimaan perusahaan (Total revenue)
TC = Biaya operasional (Total cost)
Q = Jumlah produk (Quantity)
FC = Biaya tetap (Fixed cost)
VC = Biaya variabel (Variable cost)
P = Harga produk (Price)
1 Vc/P = Contribution margin
Untuk ilustrasi kita umpamakan seorang entrepreneur muda yang baru tamat dari
fakultas ekonomi, mau membuka caf di sebuah tempat dimana para kawula muda biasa
bersantai. Caf ini menjual juice buah seharga Rp. 7.500 per cup. Bahan-bahannya terdiri
dari 7 (tujuh) jenis. Setelah dihitung dan dicoba secara teliti, biayanya ditetapkan sebesar
Rp. 4000 per cup. Tenaga kerja langsung yang menangani produksi sekaligus penjualan
ditetapkan Rp. 1000 per cup. Untuk membuka caf tersebut si pengusaha menyewa
tempat Rp. 2.000.000 per bulan dengan hari kerja 25 hari sebulan. Ia kemudian
mengangkat 2 (dua) orang supervisor untuk mengawasii jalannya operasional dan digaji
Rp. 1.500.000 per bulan. Harus mampu menjual berapa cup dalam per harinya agar si
pengusaha tersebut bisa terus membuka cafenya? Bisakah ia berkembang menjadi
perusahaan yang besar?
Dengan menggunakan rumus di atas, kita bisa mengelompokkan biaya-biaya
operasional sebagai berikut :
1. Biaya tetap (Fc) adalah sewa tempat (Rp. 2.000.000) dan tenaga bulanan 2 (dua)
orang supervisor (Rp. 3.000.000) sehingga jumlahnya Rp. 5.000.000,-
2. Variabel cost Vc adalah biaya bahan dan tenaga kerja langsung, sehingga jumlahnya
Rp. (4000 + 1000) = Rp. 5000.
3. Dengan memasukkan rumus di atas, maka akan diperoleh Q sebesar 2000 cup.

5.000.000 5.000.000
Q= = 2000 cup
7500 5000 2500
4. Karena hari kerja dalam sebulan adalah 25 hari, maka per harinyah ia harus mampu
menjual 2000 cup / 25 hari = 80 cup.
5. Dengan menjual sebanyak itu perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan
hidupnya karena biaya tetap FC sudah tertutupi.
Bukti : TR = 2000 cup @ Rp. 7500 = Rp. 15.000.000
Vc = 2000 cup @ Rp. 5000 = Rp. 10.000.000
Contribution margin = Rp. 5.000.000
37

Fc. = Rp. 5.000.000


Laba/Rugi = Rp. 0

Gambar 3.1
Curva Break Event Point

REVENUE

VARIABLE
BEP
COST

FIXED COST

2000
cup

6. Bila perusahaan ingin memperoleh keuntungan (profit) ia harus mampu menjual


lebih dari 2000 cup per bulan atau lebih dari 80 cup per hari (gambar 2.1)
7. Bila perusahaan terus mampu menjual lebih dari 2000 cup per bulan dan
keuntungannya terus dikumpulkan kemudian diinvestasikan kembali dalam
perusahaan, maka perusahaan akan tumbuh menjadi besar.

3. NILAI PERUSAHAAN
Kalau keuntungan perusahaan itu sebagian disisihkan (return earning) untuk
mengembangkan kegiatan operasionalnya. Maka lama kelamaan perusahaan kecil itu
menjadi besar. Apabila dengan perkembangannya itu, kegiatan operasional perusahaan
melewati batas-batas negara maka jadilah ia perusahaan multinasional. Seirama dengan
perkembangan perusahaan pemiliknya pun berubah yang asalnya sendiri menjadi
beberapa orang. Kalau perkembangannya terus berlangsung pemegang saham juga terus
bertambah menjadi puluhan, ratusan atau bahkan ribuan. Saham yang dimiliki juga
berbeda-beda besarnya karena diperjual-belikan di pasar modal. Apabila harga saham itu
terus meningkat maka nilai perusahaan pun menjadi naik. Kenaikan nilai perusahaan ini
digambarkan dengan kenaikan harga sahamnya di bursa efek.

D1 D2 Dn
P= + + .. +
(1 k ) (1 k ) 2
(1 k ) n
38

Dimana : P = Harga saham (stock price)


D = Laba yang dibagikan (dividend)
k = Biaya modal (dscount rate)
Apabila dividend sama dari tahun ke itahun, maka harga saham akan menjadi P =
D/k, namun bagaimanapun investor mengharapkan kenaikan dividend. Dalam hal dimana
dividend naik secara constant untuk setiap tahunnya, harga saham akan menjadi :
P = D1/(k g)
Dimana : D1 = dividend yang dibayarkan tahun mendatang
g = prosentase pertumbuhan per tahun

Contoh sederhana kita asumsikan bahwa perusahaan akan membayar dividend


Rp. 40.000,- untuk tahun yang akan datang. Dividend ini diharapkan akan tumibuh
sebesar 5% setiap tahunnya. Biaya modal yang berlaku dan diharapkan oleh para
stockholder yang didapat dari cash flow sahamnya adalah 12%. Di dalam masyarakat
terdapat 1 juta saham yang beredar. Berapa harga saham yang diharapkan terjadi di masa
mendatang? Dengan menggunakan rumus di atas, dengan gampang kita bisa
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang sebagai berikut :
P = 40.000 - /(12% - 5%) = 40.000 / 7% = Rp. 57.140,-
Mungkin perusahaan kecil seperti Justus akan menjadi besar? Mungkin saja,
jkalau mengamati sejarah perkembangan perusahaan-perusahaan besar yang sekarang
merajai dunia. Hampir semuanya bermula dari perusahaan kecil. Kita bisa melihat contoh
seperti McDonnal, Pizza Hut, Honda, Mitsubishi, atau perusahaan besar lainnya seperti
Bill Gate, atau bahkan Dell Computer sekalipun, isemuanya berasal dari kecil dulu.
Dengan demikian perusahaan ekcil yang dirintis oleh interpreneur di atas tidak mustahil
bahwa suatu saat ia akan menjadi perusahaan besar.

4. LABA MAKSIMAL
Apakah setelah menjadi besar perusahaan sudah mampu mencapai laba maksimal?
Sangat sulit membuktikannya karena tingkat revenue maksimal MR dan tingkat biaya
minimal MC erat kaitannya dengan skala ekonomis (economies of scale). Kondisi ini
sangat sulit dideteksinya dalam praktek sehari-hari. Yang jelas sebuah perusahaan
menjadi besar karena bukan semata-mata ditinjau dari sisi ekonomi saja, tapi juga dari
sisi lain seperrti :
1. Kemampuannya mempertahankan kelangsungan hidupnya (survive)
2. Mampu meraih keuntungan (profitability)
3. Mampu berkembang (growth)
39

4. Mampu menyediakan tempat kerja yang menyenangkan bagi pekerja.


5. Mampu menyediakan produk yang baik bagi para customernya.
6. Bertindak sebagai anggota masyarakat yang baik dengan memelihara
lingkungan
Dengan demikian, nilai perusahaan bukan semata-mata diraih karena
mendapatkan keuntungan yang maksimal semata. Demikian juga kelangsungan hidup
perusahaan bukan karena perusahaan mendapatkan keuntungan besar saja, tapi karena
kemampuannya memberikan manfaat bagi lingkungan. Lingkungan pada akhirnya mau
menerima produk perusahaan. Apabila produknya diterima terus maka perusahaan itu
akan berkembang menjadi besar.

5. VISI DAN MISI


Bedakah perusahaan kecil dibandingkan perusahaan besar? Dari segi ukuran, ya. Tapi
ditinjau dari hakikat kegiatan bisnis itu sendiri, secara operasional tidak ada perbedaan.
Semuanya harus mampu survive, mendapatkan laba (profitable), berkembang (growth),
dan memberi manfaat bagi semua stockholder. Bagaimana agar semuanya bisa dicapai?
Menurut ahli manajemen operasi (Heizer and Render, 2000), tujuan perusahaan akan
tercapai apabila perusahaan memiliki visi (vision) dan misi (company mission). Apa visi
dan misi itu?
Misi bisa diartikan sebagai tugas pokok (mission) perusahaan. Pernyataannya
mencerminkan kiprahnya dalam melayani masyarakat, produk yang sedang dan akan
dihasilkan, masyarakat yang dilayani, dan teknologi yang digunakan. Misi akan
mencerminkan nilai-nilai dan strategi para pemibuat keputusan dalam perusahaan itu.
Misi mencerminkan what will it be contributed to society. Dengan misi ini semua
stockholder akan sadar tentang :
1. Produk apa yang akan dihasilkan oleh perusahaan dan manfaatnya bagi
masyarakat.
2. Siapa yang menjadi customernya dan bagaimana cara memuaskannya
3. Siapa saja supplier yang menjadi penuyokongnya (domain) dan bagaimana
bekerjasama dengan mereka
4. Bagaimana teknologi untuk membuat produknya dan dengan kualitas yang
bagaimana
5. Siapa yang menjadi kompetitornya
6. Bagaimana memelihara sumberdaya yang mensupply kebutuhannya.
Sebuah lembaga keuangan seperti bank bagaimanapun akan memiliki misi
sebagai mediator yang menampung dana dari masyarakat (giran) dan menyalurkan dana
tersebut ke perusahaan (debitur) yang memerlukannya kemudian menarik kembali dana
40

dari debitur tersebut dan mengembalikannya ke giran saat jatuh tempo. Sebagai mediator,
lembaga keuangan harus menyadari betul apa yang menjadi fungsinya dan bagaimana
fungsi itu dilaksanakan dengan baik iseh memuaskan kedua belah pihak yang
ditengahinya. Demikian juga dengan sebuah perusahaan otomotif yang memiliki misi
untuk menghasilkan peralatan transportasi. Ia bukan saja harus mendesain produk dengan
baik, tapi juga harus memperhatikan kegii penambangan biji besi, penyedotan minyak
bumi dari dalam tanah udan perkebunan karet dalam rangka menyediakan alat
transportasi yang menyenangkan bagi masyarakat.
Misi memberikan rambu-rambu kepada perusahaan untuk menyadari batasan-
batasan kegiatan operasionalnya agar tidak melewati koridor-koridor yang telah
dibuatnya untuk tetap konsisten beroperasi dalam bidangnya. Namun untuk mencapai
tujuannya perusahaan harus menciptakan image yang baik dalam masyarakat. Untuk itu
diperlukan tahapan-tahapan kegiatan untuk menjangkau harapan-harapan perusahaan di
masa mendatang. Harapan itu harus ada dalam jangkauan waktu yang lebih rasional,
misalnya harapan perusahaan untuk 5 (lima) tahun mendatang. Harapan-harapan itu
berupa gambaran tentang eksistensi perusahaan itu sendiri untuk mendapatkan jati dirinya
hdi tengah-tengah persaingan dengan perusahaan lainnya dalam industri tersebut. Dengan
demikian misi perusahaan :
a. Harus realistik (sesuai dengan keadaan)
b. Harus spesifik (dalam bidang tertentu)
c. Harus cocok dengan lingkungan operasi, dan
d. Harus membangkitkan motivasi bagi seluruh karyawan
Visi memberikan bayangan atau gambaran (vision) tentang wujud apa yang akan dicapai
oleh perusahaan misalnya dalam 5 (lima) tahun mendatang. Misi sebuah perusahaan
otomotif adalah membuat peralatan transportasi untuk masyarakat, baik yang bersifat
umum atau pribadi. Ia kemudian menetapkan visinya untuk menjadikan perusahaan yang
terkemuka di kelasnya dalam 5 (lima) tahun mendatang. Dengan cara seperti itu
perusahaan otomotif akan berusaha menetapkan langkah-langkah strategisnya untuk
mewujudkan visinya dalam 5 (lima) tahun mendatang. Perusahaan lain mungkin
menetapkan visinya untuk menguasai 40% pasar regional dalam jangka waktu tertentu.
Merk misalnya, menyatakan misi perusahaannya untuk menyediakan barang dan jasa
yang super kepada masyarakat. Kemudian ia menetapkan visinya untuk menciptakan
kualitas unggulan yang memuaskan masyarakat. Pernyataan visi dan misi yang paling
menarik adalah ketika Presiden John F. Kennedy 1962 merancang pendapatan manusia di
bulan : achieving th goal, before this decade is out, of landing a man on the moon and
returning him safely to earth.
41

6. STRATEGI KORPORASI
Secara garis besar dalam perusahaan dikenal 2 (dua) strategi yaitu (1) strategi korporasi
(corporate strategy), dan (2) strategi operasi (operations strategy). Pada saat visi dan misi
ditetapkan, strategi pun mulai disusun untuk mencapainya. Strategi ini disebut juga
sebagai manajemen strategi (strategic management) atau perencanaan strategi (strategic
planning) yaitu rencana organisasi yang disusun untuk mencapai visi dan misi
perusahaan (Heizer, 2000). Ia merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang
dirancang untuk meuncapai sasarn jangka panjang kata Pearce and Robinson (1989).
Istilah strategi diambil dari istilah dalam kemiliteran, yang diartikan sebagai seni
dalam merancang perang dan seni dalam melaki peperangan untuki menguasai wilayah
teritorial tertentu (Collins English Dictionary). Istilah ini kemudian digunakan dalam
kegiatan bisnis karena bisnis pada hakikatnya adalah bentuk lain dari peperangan.
Corporate strategi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang menyeluruh,
dan karena dalam organisasi terdapat tingkatan-tingkatan (hierarchy) maka strategi
diuraikan lagi menjadi strategi yang sesuai dengan tingkatannya. Pada organisasi yang
sederhana hanya ada dua level strategi yaitu strategi bisnis (business strategy) dan strategi
berdasarkan fungsi (functional strategy). Tapi dalam jorg multinasional MNC
(multinational corporation) tingkatan paling atas disebut corporate strategy kemudian
disusul oleh unit bisnis strategi (business unit strategy functional strategy). Dan terakhir
strategi berdasarkan fungsi (lihat Gambar 2.1). Dengan demikian, dari sisi tingkatnnya,
strategi dibagi menjadi 3 jenis :
1. Corporate strategy
2. Business unit strategy, dan
3. Functional strategy
Corporate strategy terdiri dari anggota-anggota board of director atau chief of executive
officers CEO. Mereka biasanya para pemegang sahamj yang menentukan dan para
pimpinan puncak yang bertanggungjawab tentang perusahaan secara keseluruhan. Selain
untuk menetapkan tujuan perusahaan secara keseluruhan, mereka juga berusaha untuk
menucapai sasaran perusahaan yang bersifat non-financial. Misalnya berusaha untuk
menciptakan corporate image dalam masyarakat dengan cara memberi pendidikan
kepada anak yatim, memelihara lingkungan, memberi sumbangan kepada yang terkena
musibah atau kegiatan sosial lainnya, sebagai tanggung jawab sosialnya (social
responsibility). Karena tugas tersebut, pekerjaan mereka lebih bersifat keluar daripada ke
dalam. Mereka menghadiri seminar-seminar, upacara-upacara, menjalin hubungan
dengan tokoh masyarakat, lembaga keuangan, pejabat pemerintah, perusahaan rekanan,
bahkan dengan para politikus. Tugas mereka memang menjalin hubungan dan membina
jaringan dengan masyarakat luas.
42

Gambar 3.2
Model Strategi Korporasi

CORPORATE STRATAEGY

Business 1 Business 2 Business 3

Finance Production Marketing

Business unit strategi terdiri dari para manager unit bisnis yang menerjemahkan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh corporate strategi menjadi bentuk yang kongkrit
(concrete). Kegii para manajer ini hampir sama dengan para pimpinan puncak tapi dalam
scope atau wilayah yang lebih terbatas sesuai dengan produk yang ditanganinya. Mereka
menetapkan dasar-dasar pada produk-produk apa saja perusahaan harus berkompetisi
danh pada pasar yang mana yang harus dilayani.
Functional strategi terdirri dari para manager yang menangani produk tertentu
atau wilayah tertentu. Mereka bertanggungjawab dalam mengembangkan produk dan
penelitian (R&D), menciptakan produk yang berkualitas, pemasaran produk dan human
relation. Singkatnya, corporate dan unit bisnis berkenaan dengan doing the right things
sedangkan functional level menekankan pada doing things right
Gambar 3.3
Tingkatan Strategi MNC
HOLIDAY INN INC

HOTEL GROUP TRANSPORTATION GROUP RESTAURANT GROUP CASINO GROUP

PRODUKSI ACCOUNTING MARKETING PERSONNEL


43

7. STRATEGI OPERASI
Strategi yang berdasarkan fungsi (functional strategy) membantu organisasi (perusahaan)
dalam mencapai keseluruhan misinya. Masing-masing fungsi seperti keuangan
(financial), pemasaran (marketing), iproduksi (production), dan personalia (personnel)
memiliki misi dan strategi yang berbeda satu sama lain. Tapi pencapaian masing-masing
misi oleh masing-masing ifungsi tersebut akan menentukan pencapaian misi perusahaan
secara keseluruhan (corporate mission). Menurut Michael E. Porter (1980), pada
umumnya ada 3 (tiga) konsep yang dikembangkan perusahaan untuk mencapai misinya,
yaitu :
(1) differentiation,
(2) cost leadership,
(3) quick response
Masing-masing fungsi dalam perusahaan harus berfikir bersama bagaimana
mentransformasikan ketiga konsep di atas yang sifatnya intangible menjadi tugas-tugas
yang bersifat tangible. Bagaimana produk yang disajikan tamkpil beda dalam arena,
murah dalam harga, dan cepat dalam merespon setiap pendapat konsumen. Diferensiasi
mencerminkan keunikan produk yang disajikan sehingga menimbulkan image tertentu hdi
pikiran customer. Kita bisa mengambil contoh pada perusahaan-perusahaan otomotif
seperti Toyoga, Honda, Mitsubishi, Mercy, Ford, Chevrolet, yang sama menghasilkan
alat transportasi tapi satu sama jlain tampil dalam ketidaksamaan. Masing-masing tampil
beda dalam bentuk (feature), dalam interior, dalam cara pemeliharaan atau lainnya.
Masing-masing perusahaan berusaha keras menyiasati kegiatan operasi produksinya agar
menciptakan produk dengan biaya yang rendah. Upaya ini sangat kelihatan dalam usaha
retailer seperti Wal-Mart, Hiper-Mart, atau jasa lainnya dalam bidang jasa telekomunikasi
seperti Telkomsel, Esia, Fren, dan sebagainya. Respon meliputi keseluruhan nilai-nilai
dari waktu penuyediaan produk dan pengiriman (delivery), juga dalam ketepatan jadwal
yang telah ditetapkan sehingga konsumen memiliki image tersendiri terhadap perusahaan.
Untuk membentuk ketiga konsep itu masing-masing fungsi harus mengkaji segala
sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Kajian ini lebih dikejnal dengan analisis SWOT
(strength, wekanesses, opportunities, dan threats). Bagaimana masing-masing fungsi
memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan luar, memaksimalkan kekuatan yang
dimilikinya, menetralisir ancaman dari luar, dan menghilangkan kelemahan dalam
perusahaan (lihat gambar 3.4)
44

Gambar 3.4. Analisis SWOT

Peluang
(Opportunities)

Kekuatan Weakness
(Strength) (Kelemahan)

Ancaman
(Threat)

Dengan analisis SWOT ini masing-masing fungsi (pemasaran, keuangan,


produksi, sumberdaya manusia, dan organisasi) akan dikaji tentang kekuatan dan
kelemahannya,I juga tentang peluang dan ancamannya. Analisis ini untuk melihat
bagaimana kondisi perusahaan dalam menciptakan differentiation, low cost, dan quick
respond. Dengan demikian, secara keseluruhan akan terlihat di kuadran mana posisi
perusahaan itu berada, apakah ada di kuadran I atau di kuadran IV (posisi kuadran
berlawanan dengan arah jarum jam). Kuadran I memperlihatkan posisi terbaik karena
peluang-peluang yang muncul dalam jling luar disambut olehh kekuatanu yang dimiliki
perusahaan. Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan mampu menangkap peluang-
peluang itu. Kuadran ke III menunjukkan kondisi yang sangat tidak baik karena
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan. Setiap kuadran akan mendorong
perusahaan untuk membuat strategi yang akan menempatkan atau menggeser perusahaan
agar berada pada posisi kuadran I.

8. STRATEGI DALAM OPERASI GLOBAL


Heizer (2001) menekankan bahwa setiap kebijakan operasi akan mampu menciptakan
differentiation, low cost, dan response, apabila menggunakan pendekatan 10 (sepuluh)
strategi operasi, yaitu :
(1) Rancangan produk (product design)
(2) Pengendalian kualitas (quality management)
45

(3) Rancangan proses dan kapasitas (process and capacity planning)


(4) Pemilihan lokasi (location determination)
(5) Rancangan lay-out (lay-out design)
(6) Rancangan sumberdaya manusia dengan rancangan kerjanya
(7) Pengolahan rantai supply (supply chain management)
(8) Pengelolaan persediaan (inventory management)
(9) Penjadwalan (scheduling)
(10) Pemeliharaan (maintenance)
Rancangan produk dengan kualitasnya merupakan awal dari kegiatan operasi.
Rancangan produk yang baik tidak terhenti hanya pada bentuk prototype produk dan
spesifikasinya saja tapi juga harus pula memperhatikan bagaimana produk itu dihasilkan.
Artinya teknologi apa yang akan digunakan untuk mengolahnya, apakah lebih bersifat
capital investment atau labor investment atau perpaduan antara keduanya. Kalau
berbicara pengolahan (process) tentunya hakan berbicara tentang tahapan-tahapan
pengolahan dan kapasitasnya, lokasi dengan lay-outnya. Kaian ini akan terus berlanjut
pada penen orang-orang yang akan melaksanakannya, bahan-abhan yang akan digunakan
dengan suppliernya hingga kepada pemeliharaan seluruh asset tersebut.
Dari seluruh strategi operasi itu yang harus diperhatikan adalah manusia, bahan-
bahan dan teknologinya karena ketiga faktor itu datang dari luar perusahaan yang sifatnya
uncontrollable dan sangat menentukan daya saing perusahaan. Seorang ibu misalnya,
akan membuat kue bolu untuk pertemuan arisan. Ia akan menyimpan bahan-bahannya
seperti terigu, gula pasir, telor dan bahan lainnya yang semuanya 10 (sepuluh) jenis pada
sebuah toples dan disimpan dalam sebuah lemari. Tidak perlu memperhatikan darimana
asal sumber bahan-bahan itu karena hanya sedikit, bisa dibeli di pasar, dan tidak setiap
saat membikin kue. Tapi bayangkan kalau si ibu itu membuat kue untuk dijual dengan
kapasitas 100 kg per hari. Bahan bakunya tidak imungkin disimkpan dalam sebuah toples
tapi pada sebuah gudang yang telah diatur. Alat-alatnya tidak mungkin hanya
menggunakan hoven biasa, tapi merupakan mesin-mesin yang harus disusun rapi sesuai
dengan tahapan-tahapan hpengolahannya. Demikian juga dengan tenaga kerjanya yang
tidak mungkin hanya dua orang, jtapi bisa mencapai puluhan dan harus dikoordinir
dengan rapi. Untuk menjamin pasokan bahannya, si ibu harus mencari supplier yang bisa
mengirim bahan-bahan tersebut sesuai dengan kebutuhannya dan tepat waktu. Untuk
memasarkan produknya tidak mungkin hanya menunggu seperti warung yang menunggu
pembeli, tapi harus aktif mencari peluang-peluang pasar agar produknya habis terserap.
Sekarang bayangkan sebuah perusahaan otomotif yang komponennya terdiri dari
10.000 item dan setiap 20 menit menghasilkan sebuah mobil yang siap pakai. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya,k perusahaan itu harus bersaing dengan
perusahaan yang sejenis baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Karena itu ia pun
harus mencari peluang di pasar dunia karena pasar domestik sudah tidak memungkinkan.
46

Saat itu pula ia berpikir untuk melakukan kegiatan operasi dalam perdagangan
internasional. Dalam jkegi ini perusahaan bisa melakukan kegiatan operasi yang ekstensif
seperti membeli berbagai sumberdaya, menciptakan barang-barang dan jasa-jasa di luar
negeri, dan menjual berbagai produk ke berbagai negeri. Kalau sudah begitu, jadilah ia
sebuah perusahaan multinasional MNC (Multinational Corporation) yang akan memiliki
dan mengendalikan berbagai sumberdaya di berbagai negeri.
Menurut Heizer dan Render ada 4 (empat) strategi dalam memasuki bisnis
internasional, yaitu :
(1) Strategi internasional (International Strategy)
Strategi internasional menggunakan export dan lisensi untuk memasuki area
pasar global, misalnya Harley Davidson yang merakit produknya di negeri
yang menjadi target pasarnya. Strategi ini dianggap kurang menguntungkan
karena dianggap kurang responsif terhadap selera konsumen lokal. Selain itu
dari segi biaya juga kurang menguntungkan karena menggunakan cara-cara
proses produksi yang telah ada dengan cara-cara yang dilakukan di host
country. Hal ini memang cara yang termudah untuk memasuki pasar global.
(2) Strategi Multidomestik (Multidomestic Strategy)
Strategi ini mendesentralisasikan wewenang untuk menentukan
kebijaksanaan perusahaan terhadap anak-anak cabang perusahaan yang ada di
negara lain. Misalnya joint venture atau franchise. Keuntungan dari strategi
ini adalah memaksimalkan suatu kompetitif respon untuki pasar lokal
(responsiveness). Banyak para produser makanan seperti Heins, Mc Donnal,
atau Hoka-Hoka Bento yang yang membuat produknya disesuaikan dengan
selera pasar lokal. Di India misalnya, Mc Donnal menyajikan hamburger
tanpa daging sapi untuk merespon selera konsumen.
(3) Strategi global (Global Strategy)
Strategi ini lebih bersifat sentralisasi dimana kantor pusat (host country)
mengendalikan cabang-cabang perusahaannya dengan produk yang
dihasilkannya bersifat standar. Tujuannya adalah untuk mencapai jtitik
economic of scale dari kegiatan operasi perusahaan. Strategi ini cocok bila
perusahaan yang menekankan pada penurunan biaya, dan tidak peduli
terhadap respon konsumen lokal misalnya produsen peralatan berat seperti
Caterpilar dan Texas Instrument.
(4) Strategi transnasional (Transnational Strategy)
Strategi ini mengkombinasikan berbagai keuntungan dari ketiga strategi di
atas, yaitu untuk mencapai economic of scale (low cost) dan sekaligus
merespon selera pasar lokal. Ide-ide, orang-orang, ibahan-bahan saling
dipertukarkan untuk memperoleh manfaat yang lebih tinggi sehingga
perusahaan mampu menciptakan differentiation, low-cost, dan response.
47

Misalnya IBM yang mengimport komponen elektroniknya dari 50 negara,


dan mengeksport komputer ke lebih dari 130 negara, dan memiliki pabrik di
lebih dari 45 negara.

9. KESIMPULAN
Tujuan perusahaan (yaitu survive, profit, dan growth) merupakan alasan utama mengapa
perusahaan beroperasi dalam jling global. Manakala pasar di dalam negeri dirasakan
sudah menyempit karena persaingan yang ketat, perusahaan yang ingin tetap eksis akan
berusaha sekuat kemampuannya untuk mencari jalan keluarnya. Selain untuk survive,
perusahaan juga ingin berkembang menjadi perusahaan yang sejajar dengan perusahaan
multinasional lainnya. Untuk itulah ia bertandang dengan perusahaan lainnya hdi pasar
global dengan menyajikan produk-produknya dengan berbagai atributnya. Keberhasilan
perusahaan dalam bertandang di pasar global akan tercermin dari harga sahamnya yang
akan terus meningkat. Harga saham ini mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri yang
akan memberikan kepuasan kepada semua stockholdernya.
Untuk mendapatkan nilai yang diharrapkan perusahaan harus bekerja keras,
menentukan visi dan misinya, dan berusaha untuk mencapai visi tersebut dengan
menyusun strateginya. Ada dua ekstrim strategi yang berkaitan dengan pencapaian visi
misi tersebut, yaitu strategi corporasi dan strategi operasi, sedangkan diantara keduanya
hadl taktik. Strategi corporasi ditentukan oleh manajemen puncak atau chief of executive
office (CEO), yang menganalisis lingkungan luar perusahaan untuk melihat peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) yang menghadang perusahaan. Selain itu CEO juga
melakukan analisis ke dalam untuk melihat kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weakness) yang dimilikinya. Strategi operasi menentukan tahapan-tahapan kegiatan yang
harus dilakukan untuk melaksanakan strategi korporasi. Strategi ini menentukan jumlah
bahan yang diperlukan, peralatan yang akan digunakan, dan orang-orang yang akan
melaksanakannya. Strategi ini bersifat lebih pasti karena jangkauannya yang bersifat
jangka pendek.
Dalam operasi global strategi operasi menjadi sangat penting karena mesin dan
alat-alat, serta orang-orang harus dikirim untuk melaksanakan operasi di luar negeri.
Kesalahan dalam perencanaannya akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
perusahaan. Alasan utama bagi perusahaan untuk beroperasi di luar negeri adalah
efisiensi dalam menghadapi persaingan global. Perusahaan ingin memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki negara itu dan yang tidak diperoleh hdi dalam negeri sendiri
untuk meningkatkan efisiensi. Dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki negara
itu, perusahaan berharap akan mampu memiliki daya saing dalam bentuk diferensiasi,
low-cost, dan quick response.
48

10.BAHAN DISKUSI
1. Mengapa laba maksimal (maximization profit) dalam kenyataannya sangat sulit
dicapai? Mengapa dalam menentukan tujuan perusahaan harus rasional?
2. Siapa sebenarnya yang berkepentingan dengan tujuan perusahaan itu? Apakah
hanya pemiliki saja?
3. Bagaimana nilai-nilai perusahaan dapat dicapai? Untuk siapa sebenarnya nilai-
nilai perusahaan itu?
4. Apa yang dimaksud visi dan misi? Apakah setiap perusahaan harus memiliki visi
dan misi? Bagaimana dengan perusahaan kecil? Manakah yang lebih dulu, visi
atau misi?
5. Apa kaitan misi dengan strategi?
6. Bagaimana langkah-langkah dalam menyusun strategi? Apa perbedaan strategi
korporasi dengan strategi operasi?
7. Mengapa perusahaan beroperasi di luar negeri? Samakah dengan perusahaan
yang beroperasi di negeri sendiri?
8. Apa tantangan efisiensi dengan beroperasinya perusahaan luar negeri?
9. Apakah efisiensi itu merupakan persyaratan mutlak untuk berkembangnyah
perusahaan?

BACAAN LEBIH LANJUT


Flaherty, M. Therese, 1996, Global Operations Management, McGraw-Hill Company.
Griffin, Ricky W., Ronald J. Ebert, 2004, Business Pearson Prentice-Hall.
Heizer and Rrender, 2004, Operation Management Twelvth Edition, Pearson
International Edition.
Keat, Paul G., 2003, Managerial Economics Fourth Edition, Prentice Hall.
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operation Management. Copenhagen Business
School.
Pearce, John A; Robinson, Richard B, 1988, Strategic Management: Strategi
Formulation and Implementation, Third Edition, Irwin.
49

BAB INOVASI
4 DAN DESAIN PRODUK

1. PENDAHULUAN
Kegiatan operasi perusahaan di luar negeri bisa dilakukan dalam bentuk
penciptaan jasa seperti kegiatan perdagangan, atau dalam bentuki pembuatan barang
seperti kegiatan manufaktur. Baik jasa atau barang, sudah tentu pembuatannya harus
memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasar. Pasar harus menjadi fokus perhatian
dalam setiap kegiatan operasi apapun. Namun pasar selalu memiliki ketidaksamaan baiki
dalam jkebu maupun dalam keinginannya. Karena itu tidak mungkin membuat produk
yang sama untuk seluruh pasar yang ada di berbagai negeri, karena masing-masing negeri
memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Keunikan pasar bisa terbentuk karena banyak hal, seperti :
budaya,
agama,
nilai-nilai,
pendapatan,
lingkungan, atau
pendidikan
Keunikan pasar ini mendorong perusahaan untuk melakukan perencanaan dalam
pembuatan produknya jelasnya desain produk. Pada gilirannya desain produk akan
merembet pada desain prosesnya. Kegiatan ini harus dilakukan, karena perusahaan harus
menghasilkan produk yang bisa dijual dan bukan menghasilkan produk yang bisa dibuat.
Ini berarti pula bahwa konsumen dikelompokkan sesuai dengan selera dan
pendapatannya, karena sebuah produk tidak akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan
dan keinginan pasar.

2. PEMBAGIAN PASAR GLOBAL


Dalam ilmu ekonomi, pasar didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang yang memiliki
kebutuhan dan keinginan serta kemampuan untuk membeli. Keinginan untuk membeli ini
akan terwujud dalam bentuk nyata apabila ada kemampuannya untuk membeli,
singkatnya memiliki daya beli. Daya beli ini berbeda antara masyarakat yang satu dengan
50

masyarakat lainnya. Secara keseluruhan pendapatan masyarakat ini akan menunjukkan


perekonomian suatu negara. Ada negara yang memiliki pendapatan tinggi, ada juga yang
berpendapatan rendah, bahkan sangat kecil. Karena pasar global ditentukan oleh
kemajuan ekonomi suatu bangsa. World Bank (Agen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa)
membagi negara-negara di dunia menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Negara-negara yang berpendapatan tinggi (high-income countries)
2. Negara-negara yang berpendapatan menengah (middle-income countries)
3. negara-negara yang berpendapatan rendah (low-income countries)
Negara-negara yang berpendapatan tinggi ini sering disebut sebagai negara-negara maju
(developed countries) dengan pendapatan perkapita lebih besar dari $9,386 (Griffin,
2004). Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Amerika Serikat, Kanada, negara-
negara Eropa Barat, Australia, New Zealand, Jepang, Korea Selatan, Kuwait, Emirat
Arab, Israel, Singapore, dan Taiwan.
Negara-negara yang berpendapatan menengah, sering disebut sebagai negara-negara
sedang berkembang (developing countries) dengan pendapatan perkapita kurang dari
$9,386 tetapi lebih besar dari $765. Yang termasuk ke dalam negara-negara ini adalah
negara-negara Eropa Timur dan blok Sovyet Rusia, negara-negara Amerika Selatan
seperti Meksiko, Argentina, Uruguay. Sebagian negara-negara Asia seperti Turki,
Malaysia, Thailand, Afrika Selatan.
Negara-negara yang berpendapatan rendah bahkan bisa dikatakan miskin. Ini
sering disebut sebagai negara yang terbelakang (under developed countries) dengan
pendapatan perkapita (per capita income) kurang dari $765. Yang tergolong ke dalam
negara ini adalah sebagian besar negara-negara Afrika dan Asia seperti Somalia, Gana,
China, India, Bangladesh, dan Indonesia. Indonesia berada dalam posisi antara negara
miskin dan menengah karena pendapatannya sedikit lebih dari $765.
Dilihat dari pendapatan dan penduduknya, Amerika Serikat dan Canada jelas
merupakan pasar yang sangat potensial untuk berbagai jenis produk. Sedangkan negara-
negara miskin bukan merupakan pasar yang baik bagi semua produk karena daya belinya
yang rendah, akan tetapi masih berupa pasar yang potensial karena jumlah penduduknya
yang besar. Negara-negara tersebut miskin karena ketidakstabilan politik dan
infrastruktur yang buruk, serta sering terjadi peperangan diantara suku. Infrastruktur yang
buruk dan ketidakamanan merupakan faktor iutama kenjapa perekonomian sulit
berkembang. Dalam negara miskin permasalahan ekonomi masih berkisar sekitar
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tapi dalam negara maju
anggota masyarakatnya sudah berpikir untuk memenuhi kenginannya, misalnya untuk
memiliki sebuah mobil mewah. Dalam masyarakat miskin hal itu biasanya tidak
terpikirkan, boro-boro untuk mobil mewah untuk makan besok saja masih bingung.
51

3. STRATEGI MEMASUKI PASAR GLOBAL


Karena pasar global tersegmentasi menjadi negara kaya, menengah, dan miskin, barang
dan jasa yang akan ditawarkan harus mempertimbangkan kondisi negara tersebut.
Menurut Schroeder (2000), ada tiga strategi dasar untuk mengembangkan produk baru,
yaitu :
(1) Dorongan pasar (market driven)
(2) Dorongan proses (technology driven)
(3) Kerjasama antar fungsi (interfunctional) dalam perusahaan
Dorongan pasar menekankan bahwa rancangan produk harus didasarkan pada you
should make what you can sell. Rancangan produk harus didasarkan pada pertimbangan
pasar dalam menyerap produk tersebut kemudian disesuaikan dengan kemampuan proses
dan teknologi yang dimilikinya. Kebutuhan konsumen merupakan basis dalam setiap
rancangan produk. Ini bisa dilakukan dengan terlebih dulu melakukan riset pasar yang
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan produknya.
Dorongan proses menekankan bahwa rancangan produk harus didasarkan pada
you can sell what you can make. Produk harus dirancang berdasarkan pada kemampuan
teknologinya, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Penjualan hpdu merupakan
tugas bagian pemasaran, bagaimana agar pasar bisa menyerap produk yang dihasilkan.
Rancangan produk adalah merupakan tugas dari bagian research and development (R&I).
banyak produk seperti elektronika, serat sintetis, atau produk lainnya tercipta karena
sebagai hasil research and development (R&D).
Kerjasama antar fungsi menekankan bahwa penciptaan produk akan melibatkan
semua fungsi di dalam jpe (interfunctional). Kerjasama ini mulai dari rancangannya,
proses pengolahannya, hingga kegiatan memperkenalkannya kepada konsumen.
Pengembangan jpdu bukan ditentukan oleh dorongan pasar atau dorongan teknologi
tetapi dihasilkan oleh usaha-usaha yang terkoordinir dari berbagai fungsi. Misalnya
bagian pemasaran, produksi, engineering, dan fungsi lainnya dalam perusahaan. Produk
harus dirancang bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pasar tetapi dalam waktu yang
bersm harus sesuai dengan kemampuan teknologi yang dimiliki. Ini akan menghasilkan
rancangan produk yang terbaik, karena tidak akan menimbulkan friksi atau gesekan
dalam operasionalnya.
Dalam memasuki negara miskin desain produk sebaiknya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, misalnya sandang dan pangan. Selain itu teknologi yang
digunakan sebaiknya labor intensive, jkrn selain murah juga membantu negara tersebut
membuka lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja. Indofood sebagai contoh,
perusahaan itu memfokuskan diri pada pembuatan produk untuk memenuhi kebutuhan
pangan di Indonesia. Demikian juga dengan perusahaan tekstil yang diarahkan untuk
membuat produk yang memenuhi kebutuhan akan sandang. Dua-duanya menyerap
banyak tenaga kerja.
52

Dalam negara maju dan berkembang, masyarakatnya telah berpikir untuk


memiliki barang-barang mewah, karena itu kegiatan produksi harus diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan sekunder. Akan tetapi tentunya tidak setegas itu, karena selalu ada
celah untuk memasarkan barang-barang mewah di negara miskin sekalipun. Hanya saja
porsi pasarnya lebih kecil dibanding dengan konsumen barang mewah di negara kaya.
Perusahaan harus jeli melihat kesempatan yang tersedia pada setiap negara. Bisa saja
perusahaan beroperasi di negara miskin untuk membuat barang mewah tetapi sebenarnya
diperuntukkan bagi pasar negara kaya. Ini bisa terjadi karena perusahaan ingin
memanfaatkan tenaga kerja yang murah untuk menghasilkan biaya produk yang murah.

4. SIKLUS KEHIDUPAN PRODUK


Produk diciptakan, kemudian dimanfaatkan, setelah itu usang dan dibuang, digantikan
dengan yang baru. Produk, sama halnya dengan makhluk lain yang diciptakan, akan
berakhir dengan kematian. Sebelum produk lama matii biasanya didahului munculnya
produk generasi baru. Hingga jangka waktu tertentu (stelah dimanfaatkan) produk
generasi baru pun akan menjadi usang dan akan digantikan olehh produk generasi
berikutnya. Begitulah seterusnya, sambung menyambung menjalin keabadian. Kehidupan
suatuu produk memiliki siklus, sama seperti kehidupan lainnya.
Ada dua jenis umur produk, yaitu :
1. Umur teknis, dan
2. Umur ekonomis
Umur teknis adalah umur suatu produk yang berkaitan dengan daya tahan fisiknya selama
digunakan. Sebuah mesin dikatakan 10 tahun apabila selama itu ia bisa digunakan tanpa
mengalami kerusakan yang fatal dan masih bisa diperbaiki. Umur sebuah lampu pijar
adalah 1000 jam apabila selama itu pula ia masih bisa bercahaya sehingga masih bisa
digunakan.
Umur ekonomis adalah kemampuan suatu produk yang selama digunakan
memberikan manfaat (nilai) yang lebih besar dibanding dengan biaya untuk
memeliharranya. Sebuah produk bisa saja digunakan 10 tahun, karena memang masih
bisa dipakai, tetapi secara ekonomis ia sudah mati karena menimbulkan biaya
pemeliharaan yang besar atau produktifitasnya menurun. Sebuah mesin produksi yang
berumur 20 tahun secara teknis masih bisa digunakan untuk menghasilkan suatu produk,
tapi secara ekonomis sudah tidak bisa dipakai karena produktifitasnya rendah sehingga
biaya produksinya mahal. Umur ekonomis seringkali lebih pendek daripada umiur teknis.
Sejak produk diperkenalkan, kemudian digunakan, hingga dirasakan tidak
memiliki manfaat lagi oleh konsumen disebut tahapan-tahapan kehidupan produk
(product life cycle). Secara garis besar product life cycle ini dibagi menjadi empat
tahapan, yaitu :
53

1. Tahapan perkenalan (Introduction)


2. Tahapan pertumbuhan (Growth)
3. Tahapan kejenuhan (Maturity)
4. Tahapan penurunan (Decline)
Tauhap pengenalan adalah tahap awal dari kehidupan produk. Pada tahap ini
produk belum dikenal oleh masyarakat sehingga perusahaan harus memperkejnalkannya
secara intensif melalui iklan serta promosi lainnya. Pisau cukur merk Goal dan alat tulis
bulpoint merk Bic misalnya, memperrkenalkan produknya secara besar-besaran dan
intensif pada tahun 1970-an padahal produknya belum ada di pasaran karena masih dalam
proses produksi. Dalam fase ini biaya yang dikeluarkan sangat besar, bukan saja untuk
memperkejnalkan dan promosi tapi juga untuk biaya lainnya seperti penelitian,
pengembangan produk, dan kegiatan lainnya. Karena penjualan masih sedikit karena
belum dikenal oleh masyarakat, pengeluaran biaya menjadi lebih besar dibanding dengan
penerimaan perusahaan. Pada tahap ini perusahaan masih dalam kondisi merugi.

Gambar 4.1. Siklus Kehidupan Produk

Dalam tahap pertumbuhan, produk sudah dikejnal dan manfaatnya sudah


dirasakan oleh masyarakat. Ini merupakan hasil kerja keras dari bagian pemasaran dalam
mempromosikan produk perusahaan dan kerja keras dari bagian produksi dalam
mendesain produk dan mengolahnya sehingga manfaatnya dirasakan oleh masyarakat.
Penjualan meningkat dengan pesat sehingga terjadi over demand. Perusahaan terus
meningkatkan kapasitasnya menjadi maksimum (maximum capacity) untuk memenuhi
54

permintaan. Posisi penerimaan perusahaan melamapaui biaya-biaya operasional yang


hdikeluarkannya. Kondisi ini menarik perhatian para pesaing dan memancing pemain
baru untuk memasuki pasar, karena itu harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
masuknya pendatang baru. Kalau ini terjadi, pertumbuhan akan terhenti.
Dalam tahap kejenuhan, permintaan masyarakat atas produk mencapai titik
puncaknya. Kejenuhan ini timbul karena masuknya para pesaing atau hpendatang baru ke
pasar sehingga supply sama dengan demand. Selain itu produk baru yang memilikii
fungsi sama tetapi memiliki kualitas lebih unggul mulai diperkenalkan. Masyarakat sudah
bosan dengan produk lama, dan mencoba merasakan manfaat produk baru. Misalnya
handphone, mobil, komputer dan produk lain yang terdesak olehh produk yang sama
yang memiliki model baru. Pada konsisi ini penjualan cendrung menurun. Upaya yang
bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi agar biaya operasional rendah.
Selain itu perusahaan harus mempersiapkan produk baru untuk meningkatkan penjualan
dan menggantikan produk lama.
Dalam tahap penurunan, permintaan masyarakat atas produk terus menurun
karena perhatian pasar telah berpindah kepada produk lain. Dengan kata lain, demand
sudah sangat menurun sehingga menjadi lebih kecil daripada supply. Produk yang lama
dirasakan tidak menguntungkan lagi bagi konsumen dilihat dari sisi kualitas dan
biayanya. Misalnya televisi hitam putih diganti oleh televisi warna, komputer SMX
ditanti oleh hPentium yang memiliki kapasitas dan penampilan yang lebih menarik, mobil
lama yang diganti oleh mobil yang penampilannya menarik dan memiliki kelebihan
lainnya. Namun tidak semua produk memiliki tahapan decline ini, misalnya kertas,
cotton, beras, gunting dan sebagainya belum ada produk pengganti yang lebih baik
sehingga masyarakat terus menggunakannya.
55

Gambar 4-2. Pertumbuhan Perusahaan

tahap penurunan ini merupakan petunjuk bahwa perusahaan sudah harus


memperkenalkan desain produknya yang baru untuk merespon keinginan konsumen.
Kegiatan ini harus terus dilakukan setiap produk memasuki tahap penurunan agar
perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya (lihat gambar 4-2).
Perusahaan yang mampu memperbaharui produknya setiap kali memasuki itahap decline
terbukti mampu survive bahkan berkembang. Perusahaan otomotif seperti Honda, Toyota,
Ford, Nokia, General Motor, Wal-Mart, atau perusahaan lainnya mampu berkembang
karena mampu merancang produknya yang baru saat memasuki tauhap decline.
Siklus kehidupan suatu produk tidak selalu sama dalam setiap negara, tergantung
kepada lingkungannya. Sebuah produk mungkin dianggap sudah usang untuk satu negara
(terutama negara maju) tapi mungkin masih berada pada tahap (phase) maturity di negeri
lain, bahkan baru memasuki phase introduction di negara-negara yang masih
berkembang. Kondisi ini bisa digunakan untuk memperpanjang siklus produk sehingga
kurvanya menjadi mendatar. Pada saat produk memasuki phase decline di suatu tempat,
bagian pemasaran mencari daerah pemasaran baru di negeri lain.

5. MENGEMBANGKAN GAGASAN
Menurut tokoh-tokoh pemasaran seperti Kotler, Bowen, dan Makens (1999), produk
dibuat karena dibutuhkan. Jia dibutuhkan untuk dipakai, untuk dimiliki, untuk
diperhatikan, atau untuk dikonsumsi sendiri. Yang membutuhkannya bisa perseorangan,
rumah tangga, lembaga, organisasi, pemerintah atau mungkin lingkungan yang lebih luas
lagi. karena membuat produk juga banyak, lebih dari satu produsen, bisa terjadi sebuah
pasar menawarkan produk yang sama oleh banyak produsen, maka terjadilah persaingan.
Konsumen hanya akan membeli produk yang memuaskan atau yang berkualitas, jkrn itu
56

memenuhi kebutuhan saja tidak cukup, produk yang diciptakan harus juga memenuhi
keinginan konsumen.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebutuhan pasar, diantaranya pengamatan
secara makro tentang perubahan demografi dan sosial (Sociological and demographic
change) suatu masyarakat. Sebagai contoh hpene terhadap penduduk Indonesia yang
berjumlah 230 juta jiwa, misalnya menghasilkan kelompok umur sebagai berikut :
< 15 tahun = 20%
16 30 tahun = 20%
31 45 tahun = 20%
46 60 tahun = 20%
> 60 tahun = 20%
kelompok umur ini bisa memberikan inspirasi terhadap seorang inovator untuk
membuat produk apa yang dibutuhkan oleh htingkatan umur seperti itu. Misalnya untuk
kelompok umur yang lebih dari 45 tahunh pada umumnya akan membutuhkan alat bantu
membaca yaitu kacamata. Tentunuya rasional sekali kalau digagas untuk membuat pabrik
kacamata alat bantu baca karena ada kebutuhan pasar sebesar 92 juta jiwa (40% dari 230
juta). Jumlah itu cukup menggelitik bagi seorang entrepreneur untuk memasuki usaha
pembuatan kacamata.
Kajian yang menadlam tentunya diperlukan apabila gagasan usaha akan
dilanjutkan. Gagasan membuat kacamata misalnya, umur teknis sepasang kacamata
adalah 2 tahun. Setelah itu harus ganti karena rusak, maka dengan demikian pemakaian
per orang adalah sepasang kacamata per 2 (dua) tahun. Untuk penduduk Indonesia berarti
dibutuhkan kacamata sebanyak 92 juta x pasang atau 46 juta pasang per tahun. Suatu
permintaan pasar yang cukup besar untuk produk kacamata. Kajiannya tentunya tidak
hanya sampai di situ, tetapi harus dilanjutkan kepada pendapatan masyarakat. Berapa
persen jumlah penduduk yang berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.
Bagi yang berpenghasilan tinggi kebutuhan atas suatu barang sudah disertai
dengan keinginan untuk memenuhi gengsinya. Produk kacamata tidak hanya untuk
sebagai alat bantu baca saja tetapi juga untuk menunjukkan bahwa ia seorang kaya. Ia
menginginkan suatu frame kacamata yang mahal agar percaya hdiri saat bergaul dengan
sesama kelasnya. Maka pembuatan kacamata tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
saja, tapi juga untuk memuaskan keinginan konsumen.
Kelompok umur yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda pula.
Kebutuhan masyarakat anak-anak (< 15 tahun) tentunya berbeda dengan kebutuhan
masyarakat kakek-nenek (>60 tahun). Demikian juga masyarakat kaya memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat miskin. Bagi orang kaya, sebuah parfum atau
minyak wangi yang mahal sudah merupakan kebutuhan dan bersedia untuk membelinya.
Bagi orang miskin barang tersebut masih merupakan kemewahan dan keinginan yang
57

belum tercapai. Seyogiyanya perbedaan kebutuhan dan keinginan tersebut menjadi


pertimbangan dalam merancang suatu produk.

6. MENGUNGKAP KEBUTUHAN PASAR


Banyak sekali gagasan yang bisa muncul dari pengamatan perubahan lingkungan untuk
dikembangkan menjadi produk yang akan dihasilkan. Misalnya untuk memelihara rambut
saja bisa diciptakan berbagai jenis updu seperti minyak rambut, sisir, shampoo, pewarna,
atau produk lainnya. Demikian juga untuk memelihara anggota badan lainnya seperti
mata, hidung, gigi, hingga memelihara kaki, diperlukan ribuan jenis produk. Berbagai
produk yang sama pun seperti pakaian, makanan, atau produk lainnya harus diciptakan
untuk memenuhi keinginan pembeli yang berbeda satu sama jlain. Puluhan jenis
kacamata harus diciptakan untuk mencocokkan dengan bentuk muka setiap pembeli.
Puluhan salon dibuka untuk melayani orang-orang yang ingin mempercantik dirinya.
Ratusan restoran dengan berbagai citarasa hidangannya ditawarkan untuk memenuhi
selera pembeli.
Gambar 4.3. Siklus Kebutuhan Pasar

Need and want


Product Design Survey Pasar

Spesifikasi Persepsi
Prototype konsumen

Produksi Pasar
Distribusi produk

Saat produk didesain, prototype produk dan spesifikasinya akan disajikan. Ini
akan menentukan kualitas produk yang akan dihasilkan karena akan menentukan harga
dari produk itu sendiri. Spesifikasi akan menentukan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk membuat produk itu. Penggunaan bahan-bahan ini seringkali akan menentukan
tahapan pengolahannya dan tenaga kerja yang akan mengolahnya. Pada akhirnya
semuanya akan menentukan besarnya biaya pengolahan itu sendiri. Setelah dibuat,
produk akan dikirim ke bagian pemasaran untuk didistribusikan. Di pasar inilah produk
akan ditest oleh konsumen apakah memenuhi seleranya atau tidak. Apabila produk itu
memenuhi selera konsumen, permintaan akan meningkat, tapi apabila tidak memenuhi
seleranya, konsumen akan meninggalkannya. Pada saat itu perusahaan harus berusaha
mengungkap keinginan tersebut untuk mendesain produknya yang baru.
58

Siklus kegiatan mendesain produk akan berkisar sekitar pengungkapan kebutuhan


dan keinginan konsumen, kemudian menterjemahkan keinginan dan kebutuhan tersebut
menjadi prototype produk. Setelah menyesuaikan dengan kemampuan teknologi yang
dimiliki desain produk itu diwujudkan dalam produk nyata dengan cara mengolah bahan-
bahan yang diperlukannya. Setelah itu, produk yang tercipta diserahkan kepada
konsumen untuk dirasakan manfaatnya. Apabila pasar menolaknya, perusahaan harus
kembali mengungkap apa yang dibutuhkan konsumen dan mendesain kembali produk
baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

7. TAHAP PENGEMBANGAN PRODUK


Dari manapun asalnya, apakah suatu gagasan untuk mengembangkan produk datang dari
kebutuhan pasar atau dari dalam perusahaan (R&D), kedua-duanya harus dianalisis lebih
lanjut.
Langkah-langkah itu adalah :
Pemilihan produk
Rancangan awal
Konstruksi prototype
Testing
Final design
Ada beberapa alasan mengapa pemiilhan produk harus dilakukan. Pertama,
alasan pertimbangan pemasaran, kedua alasan keuangan, dan ketiga alasan teknis. Ini
dilakukan untuk mendapatkan produk yang paling menguntungkan ditinjau dari ketiga
pertimbangan tersebut.
Berdasarkan ketiga pertimbangan itu, pemilihan produk harus menjawab
pertanyaan sebagai berikut :
a. Harga jual produk, Apakah konsumen mau menerimanya?
b. Kualitas produk. Apakah perusahaan mampu membuatnya?
c. Volume penjualan. Apakah di atas break even?
d. Kemampuan teknik. Apakah teknologi yang dimiliki mampu mengolahnya?
e. Daya saing. Bagaimana kondisi daya saing produk perusahaan dibanding
produk pesaing?
f. Strategi korporasi. Apakah produk sesuai dengan strategi korporasi?
Pemasaran harus menjadi pertimbangan utama karena kemampuan produk yang akan
dibuat pada akhirnya akan diuji di pasar. Di lain sisi, pasar merupakan kumpulan
konsumen yang memiliki berbagai keinginan yang tidak mungkin seluruhnya dipenuhi
oleh perusahaan. Perusahaan harus memfokuskan diri pada pembuatan produk yang bisa
59

memuaskan keinginan konsumen pada segmen tertentu. Segmen itu bisa berdasarkan
geografi (wilayah), demografi (budaya, kedudukan, umur, family, pendidikan, income),
psikografi (kelas sosial, life style), atau berdasarkan perilaku seperti tanggapannya
terhadap merk tertentu. Pertimbangan keuangan harus didasarkan pada biaya-biaya yang
bakal timbul dan revenue yang diharapkan. Ada tiga jenis biaya yang bakal timbul dalam
membuat suatu produk, yaitu biaya bahan langsung (direct material), biaya tenaga kerja
langsung (direct labor), dan biaya-biaya tidak langsung (overhead). Total biaya
manufaktur (manufacturing cost) ini akan menentukan harga jual per unit (price per unit).
Apakah volume penjualan, kualitas produk, dan harga jual mampu menutupi biaya
produksinya atau tidak? Kalau tidak, berarti harga jual harus diturunkan. Ini berarti pula
bahwa kandungan produk yang meliputi bahan-bahan dan aksesoriesnya harus dikaji
ulang.
Kemampuan teknis berarti keterampilan karyawan (manager dan tenaga kerja)
dan teknologi dalam membuat produk. Suatu idea mungkin memiliki prospek pemasaran
yang bagus, tapi prospek itu memerlukan persyaratan kualitas produk tertentu. Kualitas
ini merupakan hasil kemampuan teknis. Apabila peralatan yang dimiliki tidak memadai,
ada dua kemungkinan harus ditempuh yaitu mengganti peralatan atau membatalkan idea.
Bila peralatan diganti harus diikuti oleh pelatihan tenaga kerjanya.
Bila pilihan produk telah ditetapkan, ranangan telah ditentukan, prototype telah
dipilih, maka spesifikasi produk disusun untuk menentukan jumlah dan jenis bahan yang
dibutuhkan. Selanjutnya testing harus dilakukan untuk sampai pada desain akhir. Testing
ini diperlukan karena pasar pada hakikatnya mengharapkan agar produk tidak memiliki
caat. Selain itu testing dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang terlewatkan
dalam perencanaannya.
60

Gambar 4-3. Pengembangan Produk

PENELITIAN GAGASAN PENGEMBANGAN


PASAR PRODUK PRODUK

KAJIAN ANALISIS KAJIAN


TEKNIK BIAYA PASAR

MUNGKIN ?
TIDAK? STOP

YA,

RANCANGAN
PRODUK

KAJIAN RANCANGAN KAJIAN


PEMASOK PROSES PASAR

ANALISIS PROSES
DAN KAPASITAS

8. INOVASI DAN TEKNOLOGI


Permintaan suatu produk selalu berubah seirama dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan. Perubahan permintaan ini bisa terjadi karena perubahan selera ataupun
pendapatan yang secara keseluruhan disebabkan oleh :
1. Perubahan ekonomi (economic change)
2. Perubahan jumlah penduduk dan kondisi sosial (sociological and demographic
change).
3. Perubahan teknologi (technological change)
4. Perubahan politik (political change)
Dari keempat penentu perubahan itu teknologi merupakan dimensi yang sangat
menentukan. Karena perubahan teknologi, produk yang dihasilkan juga menjadi berubah.
Pada gilirannya perubahan produk ini merubah selera konsumen dan minat untuk
61

membeli. Munculnya produk baru akan menyisihkan produk lama, terjadilah persaingan
untuk menciptakan produk baru. Setiap perusahaan akan berusaha untuk menghasilkan
produknya yang lebih menarik bagi konsumen untuk mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya. Dalam menciptakan produk baru, inovasi merupakan fundament yang
menentukan keberhasilan perusahaan. Istilah ini menjadi isu yang menarik di lingkungan
bisnis menjelang akhir tahun 2006 (Brutou, Margaret, 2006). Inovasi bisa menjadi the
agent of change dalam perubahan, baik di lingkungan dalam (internal environment)
maupun lingkungan luar (external environment).
Untuk mendapatkan definisi yang tepat tentang inovasi memang sulit walaupun
istilahnya sudah begitu familiar dalam telinga kita. Ada yang mengemukakan bahwa
inovasi adalah invention plus exploitation (Robert, 1988). Namun pendapat yang lain
mengemukakan bahwa inovasi tidak hanya kegiatan mencipta (act of creation), tetapi
juga sebagai inventor atau seseorang yang secara nyata membuat suatu produk untuk
kepuasan konsumen. Inovasi sebagai suatu cara dimana produk, bahan-bahan, tahapan-
tauhapan pengolahan (proses), metode, teknologi diperbaharui dan diperbaiki, dan
pelayanan dikembangkan untuk menambah nilai (add value) sesuai dengan keinginan
lingkungan.
Usaha-usaha inovasi secara jelas akan terlihat di dalam kegiatan dan
pengembangan (research and development) baik yang bersifat basic research mataupun
applied research. Usaha-usaha ini akan ditemukan pula dalam pengembangan produk atau
pengembangan pasar. Basic research akan berdampak pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan mungkin merupakan pengetahuan yang sama sekali belum diketahui
oleh perusahaan. Hasil dari basic research ini selanjutnya akan dikembangkan ke dalam
applied research untuk menciptakan produk baru. Ketika penemuan produk baru ini akan
dikembangkan secara besar-besaran menjadi sebuah industri, maka semua kegiatan dalam
industri tersebut harus berubah.
Sebagai contoh adalah penelitian Du Pont pada minyak bumi yang menghasilkan
sejenis plastik yang bisa dikembangkan menjadi serat sintetis (synthetic fiber). Serat
sintetis ini kemudian dikembangkan untuk membuat benang yang menjadi campuran
serat alam (cotton) yang selanjutnya dianyam untuk membuat berbagai kain untuk
pakaian atau keperluan industri lainnya. Banyak sekali gagasan pembuatan produk yang
dikembangkan dari hasil penelitian. Kita bisa melihatnya dalam jbidang pengobatan,
kedokteran, kemiliteran, elektronika, dan sebagainya. Inovasi juga bisa timbul karena
penelitian pasar menemukan sesuatu untuk dikembangkan menjadi produk yang mampu
memenuhi keinginan konsumen. Misalnya kesulitan orang-orang jompo dalam memasuki
kendaraan umum seperti bus, mendorong diciptakannya kereta dorong dan desain
kendaraan bus yang memudahkan bagi orang-orang jompo tersebut.
Inovasi dalam jpengem produk atau pengembangan pasar dilakukan dalam
kaitannya untuk meningkatkan daya saing. Karena itu fokus perhatiannya adalah pada
62

perilaku pesaing sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian inovasi bisa
dikelompokkan ke dalam :
1. Inovasi dalam penemuan produk baru (basic research)
2. Inovasi dalam pengembangan produk baru (applied research)
3. Inovasi dalam perbaikan produk (product improvement)
4. Inovasi dalam proses produksi (re-engineering)
5. Inovasi dalam organisasi (organization restructuring)
6. Inovasi dalam pengembangan pasar (market expansion)
Pada saat perusahaan menetapkan untuk melakukan perubahan pada produk, seluruh
komponen organisasi akan dipaksa untuk melakukan perubahan. Karena itu inovasi
merupakan usaha penjabaran ide ke dalam aktivitas bisnis baik secara radikal ataupun
secara bertahap (Roberts, 1999). Secara radikal berarti menciptakan produk yang betul-
betul baru seperti yang dilakukan oleh Du Pont dengan serat sintetisnya. Secara
incremental yaitu melakukan perbaikan secara bertahap pada produk atau pada proses.
Pertama-tama yang terlihat dalam perubahan adalah proses pengolahan dengan pergantian
mesin dan peralatan baik sebagian atau secara keseluruhan. Perubahan ini diikuti dengan
perubahan pada karyawan atau staf lainnya. Namun dimanapun inovasi dilakukan,
sasaran utamanya bagi konsumennya.

9. DESAIN PELAYANAN (JASA)


Jasa (service) kita artikan sebagai pelayanan, karena kegiatan operasionalnya
berhubungan langsung dengan konsumen. Dalam tahun 60-an, istilah ini tidak populer (di
Indonesia) dan dianggap rendahan karena pelayanan berarti dikerjakan oleh pelayan.
Menjadi pelayan berarti menjadi budak karena itu pekerjaannya dianggap rendah waktu
itu. Sekarang pelayanan dan pelayan menjadi sangat penting dalamj kegiatan jbisnis,
bahkan dianggap sebagai falsafah kehidupan karena setiap pekerjaan pada hakikatnya
merupakan kegiatan pelayanan. Seorang sopir taksi mengantarkan penumpangnya dari
Jakarta ke Bandung merupakan kegiatan pelayanan dalam bidang transportasi. Demikian
juga dalamj kegiatan perbankan, konsultan, asuransi, transportasi, perdagangan,
telekomunikasi dan sebagainya. Pelayanan memiilki keunikan yang seringkali
perbedaannya sangat jauh antara jasa yang satu dengan yang lainnya,. Misalnya antara
jasa konsultan dengan perbengkelan.
Jasa merupakan serangkaian aktivitas yang terikat dan terbentuk oleh hpdn,
konsumen, dan fasilitasnya. Jasa transij tidak mungkin terbentuk kalau tidak ada produsen
(sopir), konsumen (penyewa0 dan fasilitasnya (taksi). Jasa telekomunikasi tidak akan
terwujud akalu tidak ada produsen (perusahaan telekomunikasi), konsumen (pengguna
telephone) dan fasilitasnya (telephone, kabel, dan peralatan lainnya). Demikian juga, jasa
entertainment tidak akan terwujud bila tidak ada produsen (pengusaha restoran),
63

konsumen (pembeli), dan fasilitasnya (menu makanan, bahan-bahan, peralatan untuk


memasak, dan ruangan yang menyenangkan).
Perbedaan sifat jasa mempengaruhi perancangannya karena masing-masing
memiliki keunikan. Satu hal yang menandai kegiatan jasa adalah rancangannya yang
seringkali melibatkan konsumen. Keterlibatan konsumen ini bukan hanya dalam
rancangannya saja tapi juga dalam prosesnya, bahkan juga dalam pengiriman (delivery).
Dalam hal kecantikan misalnya, konsumen akan diajak berdiskusi tentang produk yang
cocok dengan keinginan dan bentuk mukanya. Demikian juga dengan jasa kedokteran,
arsitektur, atau consultant akan melibatkan konsumen dalam merancang rangkaian
produk jasa.
Kunci dalam merancang jasa adalah memahami atau mendefinisikan fasilitas-
fasilitas apa saja yang harus terlibat di dalam rangkaian jasa itu (Schoeder, 2000).
Fasilitas tersebut harus menimbulkan atau memberikan kepuasan dilihat dari segi
kenyamanan, kesenangan, kemudahan, atau hal lain yang sifatnya mempengaruhi
psikologis konsumen. Caranya bisa dilakukan dengan customizing, modularize, atau
automatization (Heizer, 2002). Customizing adalah merancang produk yang diperlukan
konsumen misalnya dalam restoran dimana konsumen memesan masakan yang
diinginkannya. Modular adalah mempersiapkan bagian-bagian produk yang telah dibuat
standar dalam jumlah yang kecil untuk digabungkan dengan produk lainnya sehingga
memenuhi keinginan konsumen, misalnya dalam masakan salad dimana konsumen
menentukan racikan makanannya sesuai kesukaannya. Sedangkan automatisasi dirancang
untuk melayani konsumen agar memberikan kemudahan misalnya automatic teller
machine (ATM).

10.KESIMPULAN
Kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada kemampuannya dalam
menciptakan produk yang bisa diterima oleh konsumen. Konsumen dalam pasar dunia ini
terbagi menjadi tiga bagian, yang berpendapatan tinggi, menengah dan berpendapatan
rendah. Operasi internasional harus memperlihatkan pasar tersebut untuk menetapkan
produk apa yang akan ditawarkan di negara-negara tersebut. Selain bersifat unik pasar
juga selalu berubah karena pengaruh teknologi dan pendapatan masyarakat. Perubahan ini
harus mendorong perusahaan untuk melakukan pembaharuan dalam pembuatan
produknya. Baik dalam desainnya maupun dalam prosesnya.
Suatu produk memiliki umur hidup yang terbatas yang disebut sebagai product
life cycle. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kemampuannya
memperabharui product life cycle tersebut, karena itu pengembangan produk menjadi
sangat penting saat produk memasuki tahap kejenuhan (maturity). Ada tiga strategi dasar
untuk mengemji produk baru, yaitu dorongan pasar (market driven), dorongan proses
(technology driven), dan kerjasama antar fungsi (interfunctional) dalam perusahaan.
64

Siklus kegiatan mendesain produk akan berkisar sekitar pengungkapan kebutuhan


dan keinginan konsumen, kemudian menerjemahkan keinginan dan kebutuhan tersebut
menjadi produk nyata. Kemudian menyerahkannya kembali kepada konsumen untuk
dirasakan manfaatnya, dan mendesain kembali manakala konsumen sudah tidak mau
menggunakannya.
Dalam menciptakan produk baru, inovasi merupakan dasar yang menentukan
keberhasilan perusahaan. Inovasi bisa menjadi the agent of change dalam perubahan, baik
di lingkungan dalam maupun lingkungan luar untuk meningkatkan daya saing
perusahaan. Ada macam-macam inovasi, mulai dari penelitian produk baru, perbaikan
produk, perubahan proses produksi, organisasi, atau dalam pengembangan pasar. Injo
merupakan usaha penjabaran ide ke dalam aktivitas bisnis baik secara radikal ataupun
secara bertahap.

11.BAHAN DISKUSI
1. Mengapa siklus kehidupan produk begitu penting dikaitkan dengan kelangsungan
hidup perusahaan?
2. Mengapa rancangan produk harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan
konsumen?
3. Inovasi sangat menentukan perancangan produk. Apa sebenarnya inovasi itu?
Adakah kaitannya dengan pendidikan dan budaya atau bahkan agama?

BACAAN LEBIH LANJUT


Bruton, Garry D; White, Margaret A., 2006, The Management of Technology and
Innovation: A Strategic Approach, Thomson.
Igel, Barbara; Dionh Thai Hoang, 2006, The Impact of Total Quality Management on
Innovation, International Journal of Quality & Rreliability Management.
Joe Tidd; Bessant, John, 2001, Managing Innovation: Integrating Technological, Market
and Organizational Change, Second Edition, John Willey and Sons.
Kodama, M. 2001, Innovation Through Creation of Strategic Communities in
Traditional Big Business : a case study of digital telecommunication services in
Japan, European Journal of Innovation Management.
Vila, Natalia; Kuster, Ines; Manzano, Jackuin Aldas, 2005, Market Orientation and
Innovation: An Inter-relationship Analysis, European Journal of Innovation
Management.
65

BAB PENGEMBANGAN PRODUK DAN


5 PENGENDALIAN KUALITAS

1. PENDAHULUAN
Produk yang bagaimanakah yang bisa memuaskanj konsumen? Jawabnya apabila produk
itu mampu memenuhi harapan-harapan konsumen baik fungsinya maupun fisiknya
(bentuk, warna, dan sebagainya). Produk bukan hanya disajikan dengan keandalan dalam
fungsi (kegunaan) tapi juga dalam penampilan, pelayanan, dan pemeliharaannya.
Harapan-harapan itu terikat dalam jsuatu kesatuan yang disebut kualitas. Banyak definisi
yang diberikan terhadap kualitas suatu produk, diantaranya fitness for use (Schroeder,
2000), atau Kemampuan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan customer (Heizer,
2001). Namun menurut the American Society for Quality, kualitas adalah the totality of
features and characteristics jof a product that bear on ability to satisfy stated or implied
needs. Tokoh-tokoh utama yang menganjurkan kualitas adalah Juran, Philip Crosby.
Menurut Schroeder, fitness for use harus dihubungkan dengan manfaat produk itu sendiri
dan kepuasan konsumen saat pemakaiannya. Di lain sisi, kepuasan konsumen merupakan
suatu konsep relatif yang berbeda satu sama lainnya dan selalu berubah tergantung dari
kondisi si konsumen itu sendiri. Konsumen saat ini mungkin senang menggunakan mobil
Ford karena keuangannya hanya cukup untuk membeli mobil tersebut. Tapi ketika ia
memiliki uang yang lebih banyak, ia akan membeli Jaguar atau Mercedes karena ia tidak
akan puas kalau membeli Ford. Jadi tiap konsumen akan mendefinisikan kualitas
sehubungan dengan kondisinya, baik pengetahuannya ataupun kondisi lainnya sesuai
dengan kebutuhannya dan cara memuaskannya. Karena itu, pengertian dari sisi konsumen
memiliki deviasi yang besar dan sulit diukur karena sifatnya yang subjektif.
Dari sisi produsen, kualitas adalah kesesuaian produk yang dihasilkan dengan
standar yang dirancang. Rancangan produk ini meliputi spesifikasi yang berupa wujud,
warna, panjang, lebar, berat, kandungan bahan dan jenisnya, serta ukuran-ukuran lainnya.
Ukuran ini menjadi patokan dalam pengolahannya yang disebut standar. Apabila
produsen mampu membuat barang sesuai dengan ukuran rancangan tersebut, maka ia
menganggap telah membuat produk yang berkualitas baik karena sesuai dengan rencana.
Apakah nanti produk tersebut akan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
maka konsumenlah yang menentukan.
Fitness for use menuntun produsen untuk sadar bahwa konsumen memiliki
kepuasan yang berbeda-beda. Ini menjadi pendorong untuk membuat produk yang
berbeda yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang berbeda pula. Dalam membuat
alat transportasi misalnya, berbagai jenis mobil harus diciptakan seperti bus, mikrobus,
66

van, mikromini, truk, dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
berbeda-beda tersebut. Memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut harus
diupayakan terus menerus baik dalam desain produk, dalam mewujudkannya, maupun
dalam pelayanan setelah hpenyerahan produknya kepada konsumen. Karena itu disebut
continuous improvement (Schroeder, 2000), suatu upaya yang tidak pernah berakhir.

2. DIMENSI KUALITAS
Karena kualitas harus dikembangkan oleh tiga bagian kegiatan yaitu kegiatan
perencanaan (designing), kegiatan pengolahan (processing), dan kegiatan pelayanan
(services). Schroeder membaginya menjadi empat diimensi, yaitu :
(1) Quality of design,
(2) Quality of conformance,
(3) Abilities, and
(4) Field service
Qualityof Design (Rancangan Kualitas) ditentukan saat produk dirancang. Pekerjaan ini
merupakan tanggung jawab darii product designer yang terdiri dari bagian engineering,
marketing, produksi, dan keuangan. Dasarnya adalah hasil penelitian pasar (market
research) untuk mengungkap kebutuhan pelanggan (customers need). Atas dasar
customers need ini dikembangkan konsep rancangan (design concept) untuk merespon
berbagai macam kebutuhan calon pasar yang bermacam-macam tersebut. Misalnya dalam
merancang alat transportasi yang murah dan irit bahan bakar, designer merancang
macam-macam otomobil dengan berbagai ukuran. Kegiatan selanjutnya adalah
menentukan spesifikasi dari masing-masing model otomobil tersebut seperti blueprint,
bill of material, itahapan pembuatannya.
Qualityh of conformance berarti menghasilkan produk yang sesuai dengan
spesifikasinya. Kegiatan ini dilakukan oleh bagian produksi untuk mewujudkan produk
yang telah didesain menjadi kenyataan. Iapabila produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi yang dirancangnya seperti ukuran, warna, kekuatan, kandungan bahan, dan
sebagainya, maka bagian produksi telah mampu membuat sesuai dengan kualitas yang
diinginkan. Bila ada sepuluh jenis rancangan produk dengan jumlah yang berbeda-beda,
maka sebanyak itu pula bagian produksi iharus membuatnya. Bersama dengan bagian
engineering, bagian produksi merancang tahapan-tahapan pengolahan dengan teknologi
yang akan dipakainya, sumber bahan baku, melatih tenaga kerja, cara-cara melakukan
pengetesan dan sebagainya.
67

Gambar 5.1 Dimensi Kualitas

DIBUTUHKAN

KUALITAS KECOCOKAN
DESAIN
SPESIFIKASI

TEKNOLOGI

KUALITAS TENAGA KERJA


PRODUKSI
MANAJEMEN
KEPUASAN
KONSUMEN
MUDAH RAWAT

KEANDALAN PERSEDIAAN

TAHAN LAMA

KECEPATAN

PELAYANAN TERAMPIL

INTEGRITAS

Availability diartikan sebagai kemampuan suatu produk selama digunakan oleh


konsumen. Ada tiga hal yang terkandung di dalam availability ini, yaitu keandalan
(reliability), mudah rawat (maintainability), dan ketersediaan (logistic support).
Konsumen mengharapkan agar produk yang digunakan mampu bertahan lama atau tidak
rusak saat digunakan. Namun tahan lama ini bersifat relatif, karena itu keandalan ini
harus pula didukung oleh kemudahan perabikan pada saat produk itu rusak dan
ketersediaan spare-part pada saat ada bagian produk yang harus diganti. Akan menjadi
percuma jkalau produk yang tahan lama itu hanya bisa digunakan sekali pakai saja dan
untuk seterusnya sii konsumen harus mencari produk lain yang bisa menggantikannya,
karena pada akhirnya akan merepotkan konsumen.
Field service adalah pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen
yang sering hdisebut sebagai customer service atau sales service. Ini meliputi keramahan,
kecekatan dan kesopanan dalam melayani konsumen, keterampilan dalam memperbaiki
kerusakan, dan sebagainya. Kalau konsumen membeli suatu produk, yang dibeli
68

konsumen itu sebenarnya bukanu produknya saja tapi juga senyum pelayannya. Jadi
percuma menyediakan produk yang baik tetapi tidak disertai dengan keramahan dalam
pelayanannya, karena akhirnya konsumen akan menjauh.

3. MENGENDALIKAN KUALITAS
Ada 2 (dua) hal penting dalam mengendalikan dan meningkatkan kualitas, yaitu (1) cara
melakukan pemeriksaan produk, dan (2) teknik yang digunakan dalam pemeriksaan. Jkrn
produk tercipta dari bahan-bahan dan tahapan pengolahan, maka pemeriksaan
(inspection) harus dilakukan terhadap bahan yang akan digunakan (incoming raw
material), saat bahan sedang diolah (processing), dan pemeriksaan produk akhir sebelum
dikirim ke konsumen (outgoing finished product). Pemeriksaan ini sangat penting untuk
menjamin kualitas bahan yang diterima dari supplier atau juga yang akan dikirim ke
konsumen. Selain untuk menjamin jkua, pemeriksaan ini akan menentukan tingkat Resiko
yang akan ditanggung baik oleh supplier, maupun oleh konsumen (akan kita bahas
kemudian).
Untuk pemeriksaan di sisi ijnput (ijncoming raw material) dan output (outgoing
finished produt) Monks (1982) menyebutnya metode acceptance sampling, sedangkan
pemeriksaan di dalam proses disebut metode control chart. Obyek yang dijadikan
pemeriksaan dalam acceptance sampling umumnya adalah atribut (attributes
characteristic), produk, yaitu untuk memisahkan yang jelek (poor) dari yang baik (good),
yang ditolak (rejected), atau diterima (accepted), yang lolos (pass) atau gagal (fail).
Sedangkan obyek pemeriksaan dalam jpengolahan (proses) umumnya variabel-variabel
(variable characteristics) produk. Variabel-variabel itu meliputi ukuran seperti panjang,
lebar, kekuatan, berat, kadar, volume dan sebagainya, karena itu kegiatannya meliputi
pengukuran (measurement), pengujian (testing), penimbangan (weighing), atau mungkin
memecahkan produk untuk melihat kandungannya. Yang menjadi permasalahan adalah
kapan dan dimana inspeksi harus dilakukan?
Gambar 5-2. Kegiatan Pemeriksaan Kualitas

CONVERTION
INPUT OUTPUT
PROCESS

Control Chart

Acceptance Sampling
69

Ini tergantung kepada tipe proses dan penciptaan nilai tambahh pada masing-
masing tahapan pengolahan. Bila nilai tambahnya dan juga kegunaannya besar sekali,
inspeksi harus ketat dilakukan bahkan harus dilakukan secara menyeluruh. Misalnya pada
pembuatan kendaraan luar angkasa atau untuk menyelam ke dasar laut, keselamatan
penumpang menjadi faktor yang utama, karena itu pemeriksaan secara menyeluruh harus
dilakukan. Pada umumnya kegiatan penciptaan nilai tambah ini terjadi pada bagian-
bagian tertentu seperti :
1. Di sisi supplier, saat sedang mengolah produk yang sedang dipesan
2. Pada saat produk diterima dari supplier
3. Pada saat produk akan digunakan
4. Pada tahapan-tahapan proses pengolahan
5. Pada akhir tahapan pengolahan
6. Sebelum produk diserahkan ke konsumen
7. Pada saat penyerahan kepada konsumen
Tempat-tempat tersebut sangat penting untuk dilakukan inspeksi karena akan menentukan
berhasil tidaknya proses selanjutnya. Dalam inspeksi, keselamatan pemakai seringkali
merupakan fokus utama sehingga 100% pemeriksaan harus dilakukan. Misalnya dalam
pembuatan peralatan untuk menyelam di laut dalam, atau kendaraan untuk menuju ruang
hampa udara, dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam hal-hal tertentu pemeriksaan 100%
tidak mungkin dilakukan terutama jkalau pemeriksaan itu harus dilakukan dengan cara
merusak. Misalnya dalam pemeriksaan kekerasan batu-bata yang hanya bisa dibuktikan
dengan cara menghancurkannya, tidak mungkin semua batu bata harus dihancurkan.
Batas koreksi.
Pemeriksaan terbaik adalah kalau tidak ada pemeriksaan, karena itu harus
dipikirkan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Ada suatu pendapat bahwa sumber
kekeliruan adalah manusia, karena itu inspeksi yang paling baik adalah pada sumbernya,
sebelum barang digunakan, dan melibatkan karyawan. Karena sumber produk adalah
supplier, maka sebelum jdigu updu harus diperikasa secara ketat saat kedatngannya dari
supplier. Di lain pihak, produk diolah oleh tenaga kerja, maka karyawan harus diberi
training agar mereka mampu memeriksa pekerjaannya sebelum produknya dikirim ke
tahap berikutnya. Cara ini di Jepang disebut sebagai Poka-yoke.

4. TEKNIK PEMERIKSAAN
Pada umumnya, teknik untuk mengendalikan kualitas adalah dengan cara tradisional dan
menggunakan metode statistik. Cara tradisional dilakukan dengan merasakan,
mendengarkan, dan melihat secara langsung obyek yang sedang diperiksa. Misalnya
mandor di pabrik teh atau tembakau mencicipi langsung produknya untuk mengetahui
kualitasnya sebelum dipasarkan. Seorang koki (tukang masak) mencicipi enak
70

tidaknyapdu yang dihasilkannya saat ia sedang memasaknya (sebelum dihidangkan).


Demikian juga seorang ahli mesin (mechanic) akan melihat perubahan temperaturnya
atau suara mesin untuki mengetahui ada tidaknya kerusakan pada mesin tersebut. Hal
yang sama dilakukan oleh seorang dokter kepada pasien saat memeriksa kondisinya.
Teknik statistic termasuk cara yang modern yang digunakan dalam pemeriksaan
kualitas. Teknik ini disebut Statistical Process Control (SPC). Ada 4 (empat) jenis
diagram yang digunakan yaitu :
(1) c-chart
(2) p-chart
(3) x-chart, dan
(4) R-chart
Untuk acceptance samkpling teknik yang digunakan C-chart, dan P-chart,
sedangkan untuk pengendalian proses digunakan X-chart, R-chart. Keempat diagram ini
menyajikan suatu grafik yang menggambarkan kondisi kualitas suatu hpdu yang
dihasilkan dari waktu ke waktu.
Gambar 5.3
Bagan Pengendalian Kualitas

UCL = Batas Atas Pengendalian


LCL = Batas Bawah Pengendalian

Grafik di atas berasal dari titik-titik yang merupakan data kualitas hasil pengujian
atau pemeriksaan, baik variabelnya atau atributnya. Sedangkan turun naiknya grafik
menunjukkan turun naiknya kualitas produk yang diperiksa. Karena produk yang
diperiksa merupakan sampel yang mewakili keseluruhan produk, maka turun naiknya
71

grafik ini menggambarkan jangka waktu secara keseluruhan. Apakah ia masih berada
dalam batas-batas kendali atau tidak. Kalau sudah melewati batas kendali (LCL atau
UCL) mengindikasikan bahwa penyimpangan kualitas dari standar yang telah ditetapkan
dan telah melewati batas toleransi. Untuk itu manajer operasi harus segera mencari
penyebabnya dan harus mengambil tinadkan perbaikan (koreksi) agar kualitas kembali
menjadi standar.

5. KESEMPURNAAN KUALITAS
Kesempurnaan produk menjadi dambaan bagi semua pihak, bagi produsen dan terutama
sekali bagi konsumen. Kesempurnaan ini digambarkan dengan kualitas produk yang
memiliki cacat nol atau yang lebih dikenal dengan zero defect. Kualitas yang
bagaimanakah yang memiliki cacat nol itu? Dalam gambar 5-3 di atas terlihat suatu grafik
yang naik turun. Titik-titiknya ada yang di dalam batas-batas kendali atas (UCL) atau
batas kendali bawah (LCL), tapi ada juga yang berada di luar batas-batas kendali. Turun
naik grafik itu menunjukkan turun naiknya kualitas produk yang diperiksa yang bisa
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian.
1. Titik-titik yang berada di luar batas (out of control).
2. Titik-titik yang berada di dalam batas-batas kontrol (in control).
3. Titik-titik yang berada dalam garis standar.
Lebih jauh dari garis standar, lebih besar deviasi kualitas produk itu, dan lebih bervariasi
kualitas produk tersebut. Variasi ini menunjukkan bahwa kualitas produk tersebut tidak
sempurna atau memiliki cacat. Lebih besar variasi kualitasnya lebih besar cacat yang
dimilikinya. Pada umumnya deviasi ini masih akan diterima apabila tidak lebih dari 3
(tiga) deviasi standar. Ini berarti 99,73% dari kualitas produk berada hpada luas daerah
kurva normal yang bisa diterima. Apabila lebih dari 3 deviasi standar kualitas produk
akan ditolak karena sudah sangat parah alias tidak bisa digunakan. Sebaliknya lebih kecil
deviasi standarnya, kualitas akan lebih baik karena produk sedikit sekali memiliki cacat.
Kalau titik-titik kualitas itu berada tepat pada garis standar maka kualitas produk tidak
memiliki deviasi atau deviasi standarnya adalah nol. Ini berarti produk sangat sempurna
karena tidak memiliki cacat atau disebut juga sebagai cacat nol atau zero defect.
Pengertian kesempurnaan produk (zero defect) untuk atribut berbeda dengan
pengertian zero defect dalam variabel. Dalam variabel, zero defect akan ditemui apabila
titik-titik kualitas produk tidak memiliki deviasi standar alias tepat menempel pada garis
standar. Sedangkan pada atribut tidak demikian, kesempurnaan kualitas pada atribut akan
terwujud apabila titik-titik kualitas itu menempel pada batas bawah (LCL). Kenapa
demikian, karena variabel itu merupakan suatu nilai yang selalu berubah. Untuk melihat
perubahannya itu variabel harus diuku, contohnya panjang, berat, kandungan (kadar) dan
sebagainya. Atribut merupakan suatu nilai yang tidak bisa diukur tapi harus dihitung,
72

contohnya bentuknya yang jelek, noda, dan sebagainya. Kalau noda produk itu tidak ada,
maka kualitas produk adalah sempurna atau zero defect.
Dalam kaitannya dengan kesempurnaan kualitas, ada beberapa perusahaan yang
secara sederhana mengukurnya tapi rasional. Bahwa bila ada konsumen yang mengeluh
tentang produk yang dihasilkannya (barang atau jasa) maka dikatakan bahwa produk
tersebut adalah cacat tanpa susah-susah mengukurnya dengan statistik. Itu berarti bahwa
kualitas adalah mutlak kepuasan konsumen.

6. RESIKO PRODUSEN DAN KONSUMEN


Dalam perdagangan internasional dimana supplier dan produsen dipisahkan oleh batas-
batas negara, sehingga masalah jaminan kualitas atas barang-barang yang dikirim menjadi
permasalahan hukum. Pernah terjadi perusahaan Jepang yang ada di Indonesia
mengklaim perusahaan di Amerika untuk mengganti 50% dari jumlah produk yang
dikirimnya. Masalahnya hpdu dari Amerika tersebut kecipratan air laut yang dianggapnya
merusak kualitas, jumlahnya mencapai puluhan ton. Karena pihak Amerika tidak mau
merusak hubungan dagangnya yang kalau tidak diganti akan pindah ke pesaingnya,
perusahaan Amerika itu mengganti keseluruhan yang diminta pihak Jepang. Klaim-
mengklaim seperti ini biasa terjadi dalam kegiatan perdagangan, baik dalam ukuran besar
seperti dalam pembelian bulk (curah) yang dilakukan produsen atau dalam pembelian
satuan seperti dlam jual beli kendaraan.
Dalam pemeriksaan 100 percent atau disebut juga dengan pemeriksaan populasi
kesalahan pemeriksaan mungkin bisa diminimalkan tapi tidak bisa dihindari. Dalam
pemeriksaan yang berdasarkan sampling (secara acak) bisa terjadi sampel yang terampil
kebetulan yang bagusnya saja, sehingga ketika diperiksa kualitasnya memang bagus,
padahal yang lainnya jelek. Bisa juga terjadi sebaliknya, sampel yang terambil kebetulan
produk yang jeleknya, sehingga ketika ditest hasilnya ya jelek, padahal yang lainnya
bagus. Hal seperti itu tentu hakan mempengaruhi anggapan atauu persepsi pada
keseluruhan produk. Penilaian seperti ini sering terjadi dalam jkehi bisnis sehari-hari
dimana produk yang dikirimkan dalam jumlah banyak. Kemungkinan produk yang
dikirimkan bagus atau jelek bisa menimbulkan resiko, baik bagi produsen ataupun bagi
konsumen. Karena itu ada dua jenis resiko :
1. Resiko produsen (producers risk) dan
2. Resiko konsumen (consumers risk)
Dalam pemeriksaan berdasarkan sampling, bisa terjadi produsen menerima klaim
dari konsumen karena uji kualitas oleh konsumen hasilnya jelek. Produsen harus
mengganti sebagian atau bahkan keseluruhan produk yang dikirim kepada konsumen, ini
disebut producers risk. Karena itu produsen akan berusaha agar resiko yang akan terjadi
dalam tingkat rendah yaitu antara 1 5 persen. Dalam statistik disebut Resiko alpha ()
73

atau error tipe I, yaitu besarnya probabilitypdu bagus akan ditolak karena pemeriksaan
sampel menunjukkan produk yang jelek lebih besar.
Sebaliknya konsumen harus menerima produk karena berdasarkan pengujian
kualitas hasilnya bagus padahal produk yang lainnya jelek, ini disebut consumers risk.
Konsumen pun akan berusaha agar resiko yang dihadapinya tetap rendah yaitu tidak lebih
besar dari 10 persen. Ia berusaha agar kualitas produk keseluruhan minimal sama dengan
kualitas produk dalam sampel. Dalam statistik kondisi ini disebut resiko beta () atau
error tipe Ii yaitu besarnyau probability produk jelek yang akan diterimaj konsumen
karena pemeriksaan sampel menunjukkan produk yang jelek lebih kecil dari populasi
(lihat Gambar 5.4).
Gambar 5.4. Curve Penerimaan dan Penolakan Kualitas Produk

Untuk tidak menimbulkan konflik antara produsen dan konsumen dalam


penarikan sampel, produsen dan konsumen harus menjelaskan tidak hanya tingkat resiko
dan saja tetapi juga tingkat kualitas lot yang sesuai dengan risikonya. Karena itu
kedua pihak (konsumen dan produsen) harus mendefinisikan istilah good lot dan bad
lot sebelum transaksi dilakukan.
Good lot adalah tingkat kualitas yang dapat diterima AQL (the Acceptable
Quality Level) oleh produsen, sedangkan bad lot adalah tingkat defect yang bisa diterima
oleh konsumen. Tingkat defect ini disebut persen defect dari lot yang bisa ditolerir LTPD
(the lot tolerance percent defect). Hubungan antara , , AQL dan LTPD dapat dilihat
pada gambar 5-4 di atas. Resiko pada tingkat AQL dan resiko pada tingkat LTPD
membangun dua titik dimana ukuran sampel, n, dan jumlah yang diterima, acceptance
number c, ditentukan. Berdasarkan dua titik tersebut karakteristik curve penerimaan dan
penolakan bisa dijelaskan untuk dijadikan patokan oleh produsen dan konsumen.
74

7. MANAJEMEN KUALITAS TERPADU


Menurut Kume (1989), produk tercipta karena 4 (empat) faktor yaitu (1) bahan-bahan; (2)
manusia; (3) peralatan; dan (4) metode. Kalau kualitas produk mau dipelihara atau
ditingkatkan, maka kualitas ke 4 faktor itu harus diperhatikan. Bahan-bahan harus
diperhatikan bukan hanya pada penyimpanannya saja, tapi juga pada saat masih berada di
supplier. Manusia dalam hal ini tenaga kerja harus dilibatkan untuk memikirkan masalah
kualitas untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Peralatan (teknologi) dan metodenya
harus diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi. Dengan demikian, untuk meningkatkan
kualitas semua faktor yang terkait dalam perusahaan harus dikoordinir untuk mencapai
sinergi mulai dari supplier hingga ke konsumen. Pengelolaan ini disebut manajemen
kualitas secara menyeluruh TQM (Total Quality Management). Tokoh-tokohnya adalah
W.Edward Deming, J.M. Juran,I Philip B. Crosby. Untuk mengefektifkan konsep Deming
itu, heizer (2000) membagi upaya peningkatan kualitas itu menjadi 6 cara dalam TQM.
Keenam program itu adalah :
1. Perbaikan yang terus menerus (continuous improvement)
2. Berdayakan karyawan (employee empowerment)
3. Meniru dan memodifikasi (benchmarking)
4. Terapkan konsep just-in-time.
5. Terapkan konsep Taguchi,
6. Terapkan dan kaji 7 alat-alat TQM

8. PERBAIKAN TERUS MENERUS


Perbaikan terus menerus atau disebut juga continuous improvement merupakan salah satu
kegiatan untuk meningkatkan kualitas produk. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa
segala aspek kehidupan ini dapat diperbaiki. Sasaran dari upaya ini adalah kesempurnaan,
yang harus menjadi dambaan setiap orang. Upaya untuk mencapai kesempurnaan hasil ini
menurut Walter Shewhart harus dilakukan melalui konsep PDCA (plan, do, check,
action).
Konsep ini kemudian oleh Deming diterapkan di Jepang setelah perang Dunia ke
II dan telah berhasil dengan baik dalam memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan
oleh masyarakat Jepang. Jepang kemudian mengadopsinya dan merubahnya menjadi
istilah Kaizen untuk mempopulerkan pada masyarakatnya yang waktu iitu banyak yang
tidak mengerti bahasa Inggris. Istilah lain adalah cacat nol atau zero defect dalam setiap
oengolahan, yaitu suatu sasaran yang harus dicapai dalam kegiatan continuous
improvement. Sasaran ini merupakan konsep relatif yang upayanya merupakan kegiatan
tanpa akhir untuk menggambarkan continuous improvement.
75

Gambar 5.5
Siklus Perbaikan Kualitas Produk

P D

A C

Dalam perkembangan selanjutnya, perusahaan-perusahaan Amerika seperti


Motorolla, Honeywell, dan General Electric memperkenalkan six sigma untuk program
TQM dengan sasaran 99,99% akurat pada setiap kegiatan pengolahan. Misalnya jika
20.000.000 baggage penumpang menggunakan bandara Heatrow (London) dengan six
sigma program, hanya ada 72 keaslahan dalam penempatan luggagenya. Namun
apakahPDCA, Kaizen, Zero Defect, atau six sigma yang akan menentukan pencapaian
sasaran continuous improvement, pada akhirnya tergantung pada manager operasi dalam
membangun budaya kerja dalam perusahaan itu.

9. PEMBERDAYAAN KARYAWAN
Employee empowerment berarti memberdayakan karyawan dalam setiap tahapan
kegiatan produksi. Ada suatu penudapat bahwa 85% dari masalah kualitas berhubungan
dengan proses pengolahan dan bahan-abhan yang digunakan, dan bukan dengan kinerja
karyawan (Heizer, 2000), karena itu, adalah merupakan tugas dari bagian perencanaan
untuk mendesain peralatan dan langkah-langkah pengolahan yang cocok untuk
menghasilkan kualitas produk yang diinginkan. Keterlibatan orang-orang yang
memahami cara-cara pengolahan produk (baik jasa maupun barang) sangat diperlukan.
Sebuah kajian menunjukkan bahwa uprog TQM akan lebih berhasil apabila karyawan
bawah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas produk, karena
karyawan secara langsung terlibat dalam proses pembuatan produk.
Ada beberapa teknik untuk mengembangkan keterlibatan karyawan, antara lain :
1. Bangun jaringan komunukasi yang melibatkan karyawan,
2. kembangkan keterbukaan dan sportifitas dalam bekerja,
3. Berikan tanggung jawab kepada karyawan dalam pekerjaannya,
4. Kembangkan moral organisasi,
76

5. Ciptakan kelompok kerja untuk mendiskusikan kegiatan kerjanya.


Kelompok kerja yang terbentuk akan melakukan pertemuan-pertemuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kerjanya. Kelompok ini disebut
Quality control cyrcle atau terkenal dengan gugus kendali mutu. Masing-masing
anggota akan saling berkomunikasi untuk berbagai pengetahuan dalam kelompoknya
masing-masing. Baik dalam memecahkan masalah kerjanya maupun dalam menambah
keterampilan lainnya seperti menggunakan metode statistik. Pertemuannya biasanya
seminggu sekali, setelah kerja ataupun pada saat jam kerja. Walaupun mereka tidak
mendapatkan bayaran untuk kegiatan tersebut, tapi mendapatkan kepuasan karena merasa
dihargai dan dilibatkan perbaikan kerja.

10.MENIRU DAN MEMODIFIKASI


Meniru dan memodifikasi (benchmarking) adalah cara lain dalam meningkatkan kualitas.
Cara ini dilakukan dengan memilih produk (barang atau jasa) atau cara kerja terbaik
untuk ditiru untuk kemudian dimodifikasi untuk dijadikan standar dalam lingkungan kerja
sendiri. Di Indonesia kegiatan ini disebut dengan istilah ATM yang berarti Amati, Tiru
(Jiplak) dan Modifikasi. Langkah-langkah untuk mengembangkan benchmarking adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan apa yang akan di benchmark
2. Bentuk suatu team untuk melakukan pengamatan
3. Identifikasi siapa-siapa yang akan menjadi partner benchmarking
4. Kumpulkan dan analisa informasi
5. Ambil tindakan untuk menghasilkan benchmark
Situasi yang ideal adalah mendapatkan satu atau lebih horg pada bidang yang
sama dan terkemuka untuk dijadikan kajian. Obyek tersebut kemudian dibandingkan
dengan milik sendiri. Cara ini sangat baik untuk mengevaluasi kinerja sendiri untuk
dibandingkan dengan cara kerja perusahaan lain dalam industri.

11.KONSEP TAGUCHI
Konsep Taguchi menyatakan bahwa masalah kualitas paling banyak timbul karena
rancangan produk (product design) dan rancangan proses (process design) yang buruk.
Untuk memperbaikinya harus dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :
1. Quality robustness
2. Quality loss function
3. Target oriented quality
77

Quality robust adalah bahwa produk-produk yang dihasilkan bukan saja harus
dibuat dalam kualitas yang handal tetapi konsisten dan seragam walaupun dalam kondisi
lingkungan pengolahan yang tidak menyenangkan. Menurunnya menghilangkan
pengaruh seringkali lebih murah daripada menghilangkan sebab dan ini akan lebih efektif
dalam menghasilkan produk yang sangat andal.
Quality loss function (fungsi kerugian kualitas) mengidentifikasi biaya-biaya
yang diakibatkan oleh kualitas produk yang buruk dan memperlihatkan bagaimana biaya-
biaya ini terus meningkat karena kualitas produk menjauh dari harapan-harapan
konsumen. Biaya ini meliputi tidak hanya biaya external saja seperti kehilangan
konsumen tapi juga biaya internal seperti :
1. Biaya pemeriksaan (inspection cost)
2. Biaya hpengerjaan ulang (rework)
3. Biaya perbaikan mesin dan peralatan (repair cost)
4. Biaya kerusakan (scrap cost) dan
5. Biaya sosial (social cost)
Semua biaya itu timbul karena hasil kegiatan yang buruk dan ini termasuk di dalam
fungsi kerugian kualitas. Target-oriented quality (kualitas yang berorientasi pada target)
merupakan falsafah dalam perbaikan yang terus menerus untuk mengarahkan pencapaian
target nilai yang akan ditetapkan. Target nilai ini harus memiliki batas-batas yang bisa
diukur dalam spesifikasi yang diinginkan.

12.TUJUAH ALAT TQM


Untuk melaksanakan TQM dan upaya perbaikan kualitas yang berkesinambungan, setiap
anggota organisasi harus dilatih terus menerus. Pelatihan itu dimaksudkan untuk
membiasakan diri dalam kegiatan perbaikan dan untuk membiasakan diri dalam
menggunakan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan tersebut. Membiasakan diri ini
sangat penting, karena perbaikan berkesinambungan harus timbul dari jdalam jdiri sendiri
sehingga menjadi perilaku yang baik yang selanjutnya diharapkan jadi budaya organisasi.
Ada 7 alat yang biasa digunakan untuk melaksanakan TQM, ketujuh alat tersebut adalah :
1. Check Sheet, untuk mencatat dan mengumpulkan data dari obyek yang sedang
diteliti.
2. Scatter Diagrams, cara untuk melihat sebaran data dan kecenderungan
hubungannya antara variabel satu dengan variabel lainnya. Kecenderungan
hubungannya bisa positif, negatif, atau tidak memiliki hubungan.
3. Cause and Effect Diagram. Disebut juga metode sirip ikan (fishbone method)
yaitu suatu alat untuk melihat sebab-sebab yang mungkin terjadi yang
mengakibatkan timbulnya masalah.
78

4. Pareto Chart. Suatu grafik yang memperlihatkan urutan seringnya (frequency)


masalah, dari yang paling sering muncul hingga paling jarang muncul.
5. Flow Process Chart. Suatu diagram yang memperlihatkan tahapan-tahuapan
pengolahan dalam proses produksi.
6. Histogram. Suatu distribusi atau penyebaran terjadinya kemunculan suatu
variabel yang membentuk normal atau tidak normal.
7. Statistical Process Control Chart. Suatu teknik statistic yang menggambarkan
turun naiknya kualitas suatu produk, atau besarnya penyimkpangan terhadap
standar.
Ketujuh alat TQM tersebut harus dipahami betul oleh seluruh karyawan dan harus
dibiasakan dalam menggunakannya. Kebiasaan dalam menggunakannya, secara tidak
sadar akan membentuk budaya organisasi yang sadar terhadap kualitas.

13.STANDAR INTERNASIONAL
ISO 9000 adalah pendekatan yang dilakukan perusahaan untuk memasuki pasar luar
negeri dan merupakan langkah awal untuk menuju kepada standar tunggal yang
dikehendaki oleh konsumen seluruh dunia. Standar kualitas tunggal ini diawasi oleh
International Standar Organization (ISO) yang beranggotakan 90 negara di dunia.
Istilah ISO bisa juga diartikan sama, berasal dari bahasa Yunani yang berarti seragam.
Standar Internasional ini tidak lepas dari upaya tokoh-tokoh kualitas seperti W. Edward
Deming, Joseph Juran, dan Phillip Crosby.
Deming menekankan adanya peran pihak manajemen dalam upaya meningkatkan
kualitas produk. Ia menekankan dua hal, kestabilan sistem dan upaya yang terus menerus
untuk mencapai kepuasan konsumen. Menurut pendapatnya, timbulnya masalah kualitas
disebabkan oleh sistem yang buruk, dan bukan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu semua
manajer mulai dari manajemen puncak hingga manajemen bawah harus memiliki
tanggung jawab untuk perbaikan kualitas.
Juran seorang pionir dalam mengajar orang Jepang dalam meningkatkan kualitas.
Menurutnya, komitmen manajemen puncak, dukungan, dan keterlibatannya sangat
mendukung upaya peningkatan kualitas. Ia mendefinisikan kualitas sebagai fitness for use
dan juga percaya bahwa teamwork yang baik akan mampu menapai kualitas yang
memuaskan konsumen.
Phillip Crosby terkenal dengan ide zero defectnya. Menurutnya, setiap organisasi
harus berupaya untuk menghasilkan produk yang memiliki kecacatan nol (zero defect)
atau to make it right the first time dalam kaitannya untuk memuaskan konsumen. Untuk
itu seluruh manajemen harus memiliki komitmen, pelatihan harus diberikan, karyawan
harus dilibatkan, kualitas produk harus terus diawasi dengan pengukuran yang jelas, dan
79

usaha pencegahan kecacatan atau kesalahan produk di seluruh bagian organisasi harus
dilakukan.
ISO 9000 adalah suatu cara perusahaan untuk :
1. Mendapatkan pengakuan internasional bahwa kuau pdunuya telah sesuai dengan
ketentuan internasional.
2. Menaytakan bahwa perusahaan telah memiliki suatu system quality assurance
seperti prosedur-prosedur pengawasan kualitas, cara pengetesan dan inspeksi,
kebijaksanaan, dan pelatihan-pelatihan, jflowchart, instruksi kerja, job
description, struktur organisasi dan sebagainya.
3. Untuk meyakinkan bahwa perusahaan telah diaudit dan telah dinyatakan sebagai
yang memiliki sistem kualitas yang telah terdokumentasi dengan baik. Kualitas
produk itu sendiri tidak diberikan sertifikat sebagai yang memiliki kualitas yang
tinggi, tetapi yang diberikan sertifikat hanya proses pembuatannya. Karena itu,
sertifikat ini secara periodik akan diperbaharui lagi dengan cara mengauditnya
kembali.
4. Mendapatkan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memasuki pasar
global. Misalnyape Indonesia akan kesulitan menjual produknya di pasar
Amerika, atau Eropa, atau negara maju lainnya apabila tidak memiliki sertifikat
ISO 9000.

14.MANAJEMEN LINGKUNGAN
ISO 9000 ini sekarang telah hdiperluas dengan ISO 14000 yang mengaitkan produk yang
dihasilkan perusahaan dengan lingkungan. ISO 14000 merupakan standar manajemen
lingkungan yang berisi 5 elemen inti. Elemen-elemen tersebut adalah :
(1) Manajemen lingkungan,
(2) Auditing,
(3) Performance evaluation,
(4) Labeling, dan
(5) Life cycle assessement.
ISO 14000 ini memiliki manfaat yang positif bagi perusahaan untuk menciptakan image
yang baik di masyarakat karena tidak merusak lingkungan, bahkan mampu
memeliharanya. Ini dalam jangka panjang akan berpengaruh kepada kelangsungan
hidupnya. Walaupun ISO adalah standard yang hampir dapat diterima di seluruh dunia,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa standart internasional yang dibuat
oleh negara lainnya seperti Jepang dengan Industrial Standart Z8101-1981, Amerika
80

mengembangkan spesifikasi yang sesuai dengan standart Masyarakat Eropa yaitu Q90,
Q91, Q92, Q93, dan Q94.

15.REACK
Reach adalah peraturan untuk registrasi, evaluasi, otorisasi, dan pembatasan (restriction)
dari produk-produk kimia. Pemerintah Uni Eropa menerapkan standar REACH
(Registration, Evaluation and Authorization of Chemical) sejak Juni 2008 lalu. Aturan ini
dibuat pada tanggal 1 Juni 2007 untuk meningkatkan pengawasan pada produk-produk
kimia di Uni Eropa. Reach menekankan tanggung jawab yang lebih besar pada
perusahaan untuk mengelola resiiko-resiko zat kimia yang bisa merusak kesehatan dan
lingkungan.
Sasaran dari REACH adalah untuk meningkatkan perlindungan kesehatan
manusia dan lingkungan dari resiko yang terjadi akibat zat kimia. Meningkatkan daya
saing industri kimia Uni Eropa, suatu sektor kunci untuk ekonomi Uni Eropa.
Meningkatkan metode alternatif untuk menilai zat-zat berbahaya. Meyakinkan sirkulasi
zat-zat bebas pada pasar internal dari Uni Eropa. Apabila pre-registrasi tidak dilakukan,
maka eksportir yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan ekspor produknya ke Uni
Eropa.
Aturan tersebut sudah dijnotifikasi di organisasi perdagangan dunia (WTO)
sehingga sudah bisa diterapkan. Jika ada eksportir yang mengekspor produk yang
mengandung bahan kimia, sebaiknya langkahu pre registrasi dilakukan. Dan jika tidak
ada data mengenai zat kimia, maka tidak diperbolehkan melakukan ekspor ke kawasan
itu.

16.KESIMPULAN
Keberadaan perusahaan sangat tergantung pada kemampuannya dalam menciptakan
produk yang bisa diterima oleh konsumen. Tetapi karena keinginan dan kebutuhan
seringkali berubah, maka penciptaan produk harus selalu mengikuti perubahan selera
konsumen. Dan karena selera dan kebutuhan itu pula, suatu produk memiliki umur hidup
yang terbatas yang disebut sebagai product life cycle. Kelangsungan hidup perusahaan
tergantung pada kemampuannya memperbaharui product life cycle tersebut, karena itu
pengembangan produk menjadi sangat penting saat produk memasuki tahap kejenuhan
(maturity).
Inovasi sangat diperlukan dalam merancang produk maupun merancang
prosesnya. Dalam kaitannya dengan proses ini, zero defect harus menjadi tujuan setiap
perusahaan karena akan menentukan kepuasan konsumen sekaligus menentukan efisiensi.
Karena itu kualitas terus diperbaiki dan cara-cara untuk meningkatkannya terus dicari.
Para ilmuwan telah mengembangkan cara-cara untuk memperbaiki kualitas ini yaitu
81

dengan penerapan total quality management. Metode ini memperingatkan bahwa


perbaikan kualitas is never ending process karena itu tidak bisa dicapai dalam waktu yang
singkat. Upaya perbaikannya harus dilakukan terus menerus dan melibatkan keseluruhan
stockholder, mulai dari karyawan, supplier dan bahkan konsumen.
Untuk memasuki perdagangan internasional, upaya-upaya peningkatan kualitas
ini harus diakui oleh lembaga internasional yang disebut organisasi standar internasional
(ISO). Ada dua jenis ISO yaitu ISO 9000 dan ISO 14000. Yang pertama menyangkut
proses, sedangkan yang kedua menyangkut manajemen lingkungan. Penilaian ISO bukan
hanyah pada fisiknya saja tetapi keseluruhan cara-cara yang dilakukan perusahaan mulai
dari dokumentasi hingga pelatihan karyawan, dan cara-cara penanganan waste atau
limbah. Apabila dalam penilaian ini perusahaan dianggap mampu mendapatkan ISO
maka perusahaan memiliki jaminan untuk memasuki pasar di seluruh dunia tanpa adanya
hambatan.

17.BAHAN DISKUSI
1. Kenapa siklus kehii produk begitu penting dikaitkan dengan kelangsungan hidup
perusahaan?
2. Kenapa rancangan produk harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan
konsumen?
3. Inovasi sangat menentukan perancangan produk. Apa sebenarnya inovasi itu?
Adakah kaitannya dengan pendidikan dan budaya atau bahkan agama?
4. Apa kualitas itu sebenarnya? Bisakah produsen dan konsumen memiliki persepsi
yang sama tentang kualitas?
5. Apa asja dan dimana saja kualitas suatu produk itu harus diperiksa?
6. Apa bedanya variabel dan atribut? Bagaimana cara memeriksa dan
mengendalikannya?
7. Apa zero defect itu sebenarnya? Bagaimana untuk mencapainya baik dalam
variabel maupun dalam jatribut?
8. Kalau produsen di Indonesia mengimport bahan baku dari Amerika bisa terjadi
dua kemungkinan, barang yang dikirim dalam kondisi baik atau dalam kondisi
jelek. Bagaimana caranya untuk menghindari kerugian tersebut baik dari sisi
produsen atau dari sisi konsumen?
9. Apa bedanya ISO 9000 dengan ISO 14000? Bagaimana cara untuk mendapatkan
ISO tersebut?
10. Kenapa dalam konsep TQM harus melibatkan kegiatan supplier hingga
konsumen dalam memperbaiki kualitas produk?
82

11. Apa bedanya six sigma dan zero defect?


12. Bisakah continuous imkprovement dipadukan dengan employee empowement?
13. Apa bedanya benchmarking dengan konsep Taguchi?
14. Apa yang dimaksud dengan value added dan non value added dalam konsep just
in time?
15. Apakah 7 (tujuh) alat TQM harus selalu digunakan dalam setiap upaya perbaikan
kualitas produk?

BACAAN LEBIH LANJUT


Heizer and Render, 2004, Operation Management Sevent Edition, Prentice Hall.
Keat, Paul G., 2003, Managerial Economics Fourth Edition, Prentice Hall.
Monk, Joseph G., 2001, Operation Management: Theory and Problem Third Edition,
Mc Graw-Hill Book Company.
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operation Management Copenhagen Business
School.
Schroeder, 2002, Principle of Operation Management,
Gerhard J., 2002, International Operation Management, Copenhagen Business.
83

BAB MANAJEMEN RANTAI SUPPLAY


6 DAN PERSEDIAAN BAHAN

1. PENDAHULUAN
Bahan untuk membuat produk bisa lebih dari satu jenis, bisa puluhan bahkan bisa
mencapai ribuan jenis. Untuk membuat kue misalnya ada sekitar 10 jenis bahan yang
diperlukan. Mulai dari tepung terigu, gulai pasir, telor ayam, mentega, air, dan bahan-
bahan lainnya. Abyangkan kalau produk yang akan dibuat berupa calculator, rado, mobil
atau bahkan sebuah pesawat. Untuk membuat mobil misalnya, diperlukan sejumlah
bahan-bahan yang jenisnya tidak kurang dari 10.000 item (Schroeder, 2002). Bukan
hanya manufaktur saja, bidang jasa pun memerlukan bahan-bahan agar bisa beroperasi.
Supermarket misalnya, membutuhkan 4000 item barang untuk melayani konsumennya,
atau apotiki yang memperdagangkan 9000 jenis obat-obatan.
Proporsi penggunaan bahan-abhan itu tidak sama, ada yang jumlahnya besar, ada
juga yang sedikit. Dalam pembuatan kue misalnya, penggunaan tepung terigu
proporsinya lebih besar dibanding dengan penggunaan gula pasir. Akan tetapi meskipun
proporsi penggunaannya berbeda, bukan berarti tepung terigu yang proporsi
penggunaannya lebih besar lebih penting dari gula pasir. Semuanya sama penting karena
memiliki fungsi yang berbeda dalam mewujudkan produk yang dihasilkan. Kalau gula
pasir tidak ada, atau bahan lain yang lebih kecil lagi tidak tersedia, maka pembuatan kue
tidak akan terwujud.
Bahan-bahan tersebut harus didatangkan dari sumbernya. Ada yang dari dalam
negeri atau harus didatangkan dari luar negeri. Sumber bahan dari dalam negeri biasanya
tidak mencukupi sehingga harus didatangkan dari luar negeri. Sebuah pabrik makanan
ternak di Indonesia contohnya, membutuhkan bahan baku berupa jagung sebanyak 100
ton per hari. Jagung ini harus didatangkan dari Amerika Latin dan negara lainnya karena
jagung yang dihasilkan di Indonesia jumlahnya tidak cukup dan kualitasnya tidak
memenuhi syarat. Dengan demikian suka atau tidak suka hubungan operasional dengan
luar negeri tidak bisa dihindarkan.

2. PENGELOMPOKKAN BAHAN
Untuk kebutuhan analisis biaya dan pengawasan bahan-bahan yang diolah dibagi ke
adlam 4 (empat) kelompok, yaitu :
84

(1) Kelompok bahan baku (raw material), yaitu bahan-bahan yang belum diolah.
Bahan ini berhubungan langsung dengan produk akhir yang akan dihasilkan dan
penggunaannya bisa diukur. Misalnya kulit adalah bahan baku untuk membuat
sepatu. Banyaknya kulit yang digunakan untuk membuat sebuah sepatu bisa diukur.
Demikian juga dengan kain sebagai bahan baku untuk membuat pakaian, besarnya
bisa diukur, misalnya bahan untuk membuat celana panjang laki-laki adalah 125 cm
panjang dan 90 cm lebar.
(2) Bahan setengah jadi (work iin process), yaitu bahan-bahan yang telah melalui
tauhapan pengolahan tapi masih memerlukan pengolahan lanjutan untuk menjadi
produk akhir.
(3) Supplies, yaitu bahan-bahan yang tidak berhubungan langsung dengan produk yang
dihasilkan, tetapi memperlancar proses produksi. Misalnya bahan bakar minyak,I
pelumas, alat-alat tulis, ataupun spare-part mesin. Bahan-bahan ini tidak berhubungan
langsung dengan pduu yang dihasilkan tapi memperlancar proses produksi, karena
kalau tidak ada bahan bakar, mesin tidak akan jalan. Demikian juga kalau tidak ada
kertas tulis untuk memuat laporan, produksi tidak akan jalan walaupun bahan lain
tersedia.
(4) Bahan jadi (finished goods), yaitu bahan-bahan yang telah melalui tahapan akhir dari
pengolahan. Bahan ini disebut juga sebagai produk jadi atau produk yang dihasilkan.
Produk ini siap dikirim ke konsumen untuk dipakai langsung atau diolah lagi menjadi
bentuk lain.
Pengelompokkan bahan ini menjadi sangat penting saat penentuan besarnya biaya per
unit produk. Karena produk terbentuk dari tahapan pengolahan yang melibatkan tenaga
kerja dan peralatan lainnya, maka bukan hanya biaya bahan saja yang harus
diperhitungkan tapi juga biaya tenaga kerja dan peralatannya. Untuk keperluan analisis
biaya dan terutama untuk menentukan besarnya biaya produksi (production cost) per unit
produk, bahan baku dikelompokkan menjadi biaya variabel, sedangkan supplies yang
sulit diukur dimasukkan ke dalam biaya di luar kepala (overhead cost). Biaya ini disebut
biaya umum dan sifatnya tetap karena itu disebut biaya tetap (fixed cost).
85

Gambar 6.1
Model Persediaan

INPUT PROSES OUTPUT

RM WIP FG

RM = Raw material
WIP = Work in process
FG = Finished goods

3. PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Penelitian menunjukkan bahwa nilai persediaan dalam banyak perusahaan
mencapai 50% darii seluruh modal yang diinvestasikan (Heizer, 2002; Monk, 2001).
Karena nilainya begitu besar, beralasan sekali kalau persediaan harus dikendalikan secara
cermat. Selain karena nilainya, alasanj lain mengapa persediaan harus dikendalikan
adalah :
(1) Untuk mempertahankan kelancaran proses produksi. Bila pengiriman bahan
dari supplier sering tidak tepat waktu, perusahaan harus mempersiapkan
persediaan cadangan.
(2) Untuk mengantisipasi permintaan konsumen (customer demand) yang
berfluktuasi. Biasanya permintaan barang bersifat musiman, misalnya pada
saat musim panen atau hari-hari besar keanekaragaman permintaan barang
meningkat,I untuk itu persediaan harus diperhitungkan jauh-jauh hari.
(3) Untuk memanfaatkan potongan harga karena pembelian dalam jumlah
besar. Dalam waktu-waktu tertentu supplier sering menawarkan potongan
harga kalau bersedia membeli dalam jumlah tertentu.
(4) Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kenaikan harga. Dalam kondisi
ketidakstabilan, seringkali harga berfluktuasi. Tapi seringkali lebih banyak
kenaikan harga bahan daripada penurunan harganya. Persediaan bahan
dalam jumlah banyak sangat diperlukan untuk mengantisipasi kondisi
seperti itu.
86

Dengan demikian persediaan diperlukan untuk melepaskan ketergantungan (uncouple)


dari berbagai fase opsi (Schroeder, 2002) seperti :
a. Raw-material dipisahkan dari supplier atau vendors,
b. Work in process dipisahkan dari berbagai tahapan produksi,
c. Fiinished produk memisahkan produsen dari customernya
Yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar jumlah bahan yang harus
dipertahankan dan kapan harus dilakukan pemesanan? Jumlah bahan terlalu besar
menimbulkan biaya yang besar, antara lain sewa gudang, asuransi, kedaluarsa, atau biaya
lainnya. Persediaan yang kecil juga menimbulkan resiko, misalnya proses produksi
terhenti karena bahan habis. Kondisi ini akan menimbulkan kekecewaan konsumen
karena kemungkinan barang kosong di gudang menjadi lebih besar, sehingga pemintaan
konsumen tidak segera dipenuhi. Dalam kaitannya dengan pengendalian persediaan,
beberapa kegiatan kritis harus diperhatikan, antara lain pada :
(1) Saat proses pembelian bahan (purchasing process)
(2) Saat pesanan tiba dari supplier (incoming transportation)
(3) Saat penyimpanan dalam IPS produksi (storage)
(4) Saat pemindahan dalam tahapan pengolahan (material handling)
(5) Saat pencatatan dan perhitungan (inventory record and accounting)
(6) Saat penggudangan dan pendistribusian (warehuousing and distribution)
(7) Saat pengiriman ke pelanggan (outgoing transportation)

4. PEMBELIAN BAHAN (PURCHASING)


Pembelian merupakan faktor yang kritis dalam kegiatan operasi dimana barang dan jasa
diperoleh dengan cara menukarkannya dengan uang. Barang yang dibeli bisa bermacam-
macam mulai dari bahan baku, supplies, bahkan mesin dan peralatan. Secara ekstrim ada
dua jenis barang yang dibeli, yaitu :
1. Barang yang bernilai tinggi (high value items)
2. Barang yang bernilai rendah (low value items)
Barang yang bernilai tinggi misalnya turbin listrik. Pembelian barang seperti ini harus
menggunakan konsultan teknik (engineering consultant) karena permasalahannya bukan
hanya saat pembelian barangnya saja seperti kondisi mesinnya, tapi juga terutama setelah
pembelian. Misalnya pemasangannya, jaminan spare-partnya, cara pemeliharaannya dan
sebagainya. Yang kedua, barang yang bernilai rendah misalnya stationary yang biasa
dilakukan oleh bagian pembelian (purchasing department).
87

Dalam pembelian barang-barang ini bagian pembelian harus mengetahui secara


lebih baik (professional buyer) para suppliernya karena bukan hanya kualitasnya yang
harus terjamin tapi juga kuantitas dan waktu kedatangannya juga harus tepat untuk
kelancaran operasional. Ia harus memiliki pengetahuan khusus tentang jalur produk yang
akan dibelinya, spesifikasi teknisnya, hal-hal yang berkaitan dengan kontrak kerja,
peraturan pengiriman, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pembelian. Secara garis
besar tanggung jawab bagian pembelian adalah :
(1) Mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber pasokan
(2) Memilih supplier dan melakukan negosiasi
(3) Memelihara hubungan dengan pedagang
(4) Mengevaluasi supply-demand secara makro
(5) Memelihara database yang berkaitan dengan pembelian bahan-bahan
Dalam pembelian bahan-bahan yang beraneka ragam, perusahaan tidak cukup
mengandalkan hanya beberapa supplier, tapi bisa mencapai ratusan bahkan ribuan.
General Motor misalnya memiliki 3.500 supplier untuk mendukung operasionalnya,
demikian juga dengan Toyoga yang memiliki 250 supplier (Monk, 2000). Dalam
perkembangan selanjutnya sedikit supplier lebih diminati karena dianggap memudahkan
koordinasi dan komunukasi, dan lebih konsisten dalam jumlah, kualitas dan waktu
sehingga menekan jumlah barang yang di-reject, dan menekan jumlah persediaan. Secara
keselurruhan variabel-variabel yang dianggap penting dalam mempertimbangkan rekanan
(supplier) adalah :
(1) Harga bahan
(2) Ketepatan waktu penyerahan
(3) Ketepatan jumlah yang dipesan
(4) Ketepatan kualitas dengan standar yang diminta
(5) Pelayanan
(6) Pemeliharaan setelah barang diterima
(7) Dukungan teknisi, Dukungan financial
(8) Persyaratan jual-beli

5. PENGELOMPOKKAN KATEGORI ABC


Pengawasan persediaan ditandai oleh dua karakteristik :
(1) Jenis bahan yang bermacam-macam
(2) Harga masing-masing jenis bahan yang berbeda-beda
88

Kedua karakteristik ini akan menentukan kerumitan atau sederhananya pengawasan.


Bayangkan kalau bahan-bahan itu ribuan jenis dengan nilai yang berbeda-beda akan
menimbulkan masalah dalam pengawasannya. Permasalahan ini menimbulkan idea untuk
digunakannya model Pareto dengan membagi persediaan menjadi kelompok ABC.
Tabel 6.1
Nilai Persediaan
Pemakaian
Item Biaya ($)/unit Total Biaya % Biaya
Unit/tahun
1 5.000 $ 1.50 $ 7.500 2.9
2 1.500 8.50 12.000 4.7
3 10.000 10.50 105.000 41.2
4 6.000 2.00 12.000 4.7
5 7.500 0.50 3.750 1.5
6 6.000 13.50 81.600 32.0
7 5.000 0.75 3.750 1.5
8 4.500 1.25 5.625 2.2
9 7.000 2.50 17.000 6.9
10 3.000 2.00 6.00 2.4
Dalam tahun 1906, Vilfredo Pareto mengamati bahwa pendapatan masyarakat dalam
suatu kota terbagi menjadi tiga bagian. Sebagian kecil anggota masyarakat memperoleh
pendapatan sangat besar dan sebagian besar anggota masyarakat memiliki pendapatan
Pas.-pasan, sedang yang lainnya lagi berada diantaranya. Dalam manajemen persediaan
hukum Pareto ini digunakan untuk membagi bahan menjadi 3 (tiga) kelompok. Kelompok
A terdiri dari 20% jenis bahan yang mengandung 80% nilai persediaan. Kelompok C
terdiri dari 50% jenis bahan yang mengandung 5% nilai persediaan, sedangkan sisanya
dimasukkan dalam kelompok B. Pengelompokkan ini ditentukan untuk memberikan
pengawasan yang ketat terhadap kelompok A.
Tabel 6.2
Pengelompokkan Model ABC
Kelompok Jumlah Item Persentasi total item Prosentase nilai uang
dalam persediaan
A 3,6 20 73.2
B 2,4,9 30 16.3
C 1,5,7,8,10 50 10.5
Dari tabel terlihat 20% dari total item meliputi 73,2% nilai seluruh persediaan. Manajer
sebaiknya mengawasi secara ketat persediaan ini karena selain nilainya besar juga
biasanya item ini sulit didapat, sehingga apabila terjadi kehabisan persediaan akan
89

menimbulkan masalah besar bagi perusahaan. Dalam perusahaan-perusahaan yang besar


seperti Wilmart, Carefour, Matsushita, General Motor atau perusahaan besar lainnya yang
memiliki item persediaan yang banyak pengelompokkan ini dilakukan dengan
komputerisasi. Dengan komputer pengelompokkan jke dalam kategori ABC bisa
dilakukan secara otomatis.

6. PENANGANAN BAHAN (MATERIAL HANDLING)


Penanganan bahan (material handling) adalah kegiatan penerimaan, penyimpanan,
pemindahan, dan pengiriman bahan-bahan dari sejak kedatangannya dari supplier,
kemudian diolah dalam proses produksi, hingga pengiriman ke konsumen. Alat-alat yang
digunakannya meliputii:
Tenaga kerja dibantu dengan, Gerobak dorong, Truck, Fork lift, Crane, Hoist,
Conveyor, Saluran pipa, Robot, Kendaraan yang dikendalikan komputer dan peralatan
lainnya.
Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa penanganan bahan tidak
menciptakan nilai tambah (add value) terhadap produk yang diolah, justru bisa
menimbulkan keruaskan kalau ara-caranya tidak sesuai dengan sifat barang yang
ditanganinya. Penggunaan material handling hanya akan menambah biaya produksi (fixed
cost) saja namun tidak bisa dihindarkan, karena itu perencanaan yang hati-hati akan
mampu meminimalkan biaya material handling. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
meminimalkan biaya material handling adalah sebagai berikut :
1. Rencanakan sistem pengendalian sesempurna mungkin
2. Minimalkan volume dan frekuensi penanganan
3. Optimalkan ukuran beban pada peralatan handling
4. Minimalkan waktu menganggur (idle time) pada peralatan handling

7. PEMESANAN EKONOMIS
Ada 2 (dua) jenis biaya yang timbul dalam mempertahankan sejumlah persediaan, yaitu :
(1) Biaya pemesanan (ordering cost) termasuk di dalamnya biaya penyetelan (set up
cost) apabila bahan-bahan yang diperlukan dibuat di dalam perusahaan, yang
meliputi biaya-biaya yang timbul akibat dilakukannya kegiatan pemesanan.
Misalnya biaya-biaya :
a. Perundingan (negosiation)
b. Penjamuan (entertainment),
c. Pengambilan sampel (sampling)
d. Pemeriksaan (inspection)
90

e. Pengiriman (shipping)
f. Asuransi (insurance) dan sebagainya
(2) Biaya penyimpanan (carrying/holding cost) biaya penyimpanan meliputi :
a. Sewa gudang (rent)
b. Asuransi (insurance)
c. Pajak (tax)
d. Keamanan (security)
e. Penanganan bahan (material handling)
f. Kedaluarsa (absolescence)
Selain biaya-biaya hdi atas, harga barang atau bahanyang dibeli pun termasuk ke dalam
biaya persediaan sehingga secara keseluruhan biaya-biaya itu (total cost) mencerminkan
jumlah uang yang terkandung dalam persediaan itu sendiri.
Gambar 6.2
Biaya Persediaan

Total biayapersed meliputi penjumlahan dari biaya pemesanan ditambah biaya


penyimpanan, ditambah harga dari bahan itu sendiri. Biaya pemesanan tergantung kepada
faktor-faktor :
(1) Frekuensi pesanan (order) dilakukan dalam setahun
(2) Biaya per satu kali pesan (Co)
(3) Besarnya kebutuhan per tahun (D)
(4) Besarnya jumlah yang dipesan (Q)
Dengan demikian biaya pemesanan (ordering cost) = Co (D/Q)
Total biaya penyimpanan tergantung kepada :
(1) Rata-rata jumlah bahan yang disimpan di gudang
91

(2) Besarnya biaya penyimpanan per unit (Cc)


Rata-rata jumlah bahan yang tersimpan di gudang bisa dicari dengan menjumlahkan
persediaan awal (beginning inventory) ditambah persediaan akhir (ending inventory)
dibagi dua. Kalau persediaan awal sebesar = Q sama dengan besarnya jumlah yang
dipesan. Persediaan akhir sebesar = 0 karena habis digunakan. Maka :
Rata-rata persediaan di gudang = (Q + 0) / 2
Dengan demikian biaya penyimpanan = Cc (Q/2)
Biaya total (TC) persediaan (togal inventory cost) selanjutnya harus memperhitungkan
harga bahan itu sendiri (P = price) dikalikan dengan besarnya kebutuhan per tahun (D).
dengan demikian biaya persediaan menjadi :
TC = Co (D/Q) + Cc (Q/2) + PD
Yang menjadi permasalahan adalah berapa jumlah yang sebaiknya harus dipesan agar
tercipta biaya persediaan total (TC) terendah? Para ilmuwan dalam manajemen operasi,
terutama operation research, telah melakukan berbagai penelitian untuk itu. Hasilnya
berupa Formula yang bisa digunakan untuk melakukan jumlah pesanan yang ekonomis,
disebut economic order quanitity (EOQ).

2DCo
EOQ =
Cc
Dimana : D = Kebutuhan per tahun
Co = Biaya pemesanan
Cc = Biaya penyimpanan

Rumus ini akan baik digunakan apabila kondisinya pasti, tidak ada perubahan. Misalnya :
(1) Harga tidak berubah
(2) Besarnya pemakaian tidak berubah
(3) Masa tenggang (lead time) tidak berubah
Kalau ada perubahan dalam ketiga faktor di atas, maka rumus ini menjadi tidak sesuai
lagi. untuk itu disarankan agar rumus ini hanya sebagai patokan untuk menentukan
kebijakan dalam pemesanan. Pada pembelian dalam jumlah tertentu biasanya supplier
bersedia untuk melakukan potongan harga, untuk itu produsen sebaiknya tetap
menghitung secara EOQ kemudian bandingkan total costnya antara EOQ dengan total
cost setelah discount.
92

8. PERSEDIAAN BESI (IRON STOCK)


Persediaan besi (iron stock) atau persediaan penyangga atau juga disebut sebagaii
persediaan pengaman (safety stock = SS) adalah persediaan yang dipertahankan untuk
menghadapi kondisi yang tidak diharapkan yang timbul secara tidak terduga. Kondisi
yang tidak terduga itu antara lain :
(1) Kiriman dari supplier telat (tidak sesuai lead time) padahal persediaan sudah habis.
(2) Kiriman dari supplier tepat pada waktunya (on time) tetapi jumlahnya (quantity)
tidak memadai.
(3) Kiriman dari supplier tepat pada waktunya dan jumlahnya sesuai dengan pemintaan,
tapi kualitasnya (quality) tidak sesuai dengan standar.
(4) Kiriman dari supplier sesuai dengan waktu, kualitas dan kuantitas (the right time,
the right quantity, the hright quality), tapi tiba-tiba penggunaan bahan meningkat
karena meningkatkannya pemintaan customer.
(5) Terjadi kerusakan salah satu mesin produksi padahal produksi harus sesuai dengan
jadual (production scheduling).
(6) Terjadi pemintaan yang mendadak dari konsumen padahal proses produksinya tidak
bisa dilakukan saat itu.
Jadi persediaan besi (SS) merupakan persediaan cadangan yang dipertahankan untuk
mengantisipasi perubahan yang mendadak baik di sisi injput, di dalam proses, maupun di
sisi output. Kalau ini terjadi, iron stock digunakan untuk mempertahankan proses
uproduksi agar tetap lancar. Dengan demikian iron stock dipertahankan untuk melayani
konsumen agar tidak kecewa. Yang menjadi masalah adalah berapa jumlah SS yang harus
dipertahankan agar tidak menyerap banyak biaya tetapi perusahaan terbebas dari resiko
kehabisan persediaan (stock out). Masalah ini sebenyar merupakan trade-off antara biaya
SS dan tingkat pelayanan (level of service) yang diinginkan perusahaan. Ada dua cara
dalam menentukan besarnya jumlah SS, yaitu dengan berdasarkan pengalaman dan
berdasarkan pada perhitungan probabilitas.
Penentuan SS yang berdasarkan pengalaman merupakan cara tradisional,I hanya
dilakukan dalam perusahaan menengah dan kecil karena tidak memerlukan perhitungan
yang rumit. Misalnya pemakaian bahan per hari adalah 10 unit, pemesanan barang tiba
dari supplier adalah 15 hari. Dari pengalamannya menunjukkan bahwa kiriman itu sering
terlambat paling lama 5 hari pemakaian yaitu 5 x 10 = 50 unit.
Dalam model probability besarnya (SS) ditetapkan berdasarkan tingkati
pelayanan (level of service) yang diharapkan perusahaan untuk melayani konsumen.
Besaran ini diharapkan mampu mengatasi resiko kehabisanu persediaan dan resiko
ketidakpuasan konsumen karena tidak terlayani (Tabel 6-3).
93

Tabel 6.3
Tingkat Pelayanan
Service level %tage Std deviation
without stockout
50.00 0.00
75.00 0.67
80.00 0.84
84.13 1.00
85.00 1.04
89.44 1.25
90.00 1.28
93.32 1.50
94.00 1.56
94.52 1.60
95.00 1.65
96.00 1.75
97.00 1.88
97.72 2.00
98.00 2.05
98.61 2.20
99.00 2.33
99.18 2.40
99.38 2.50
99.50 2.57
99.60 2.65
99.70 2.75
99.80 2.88
99.86 3.00
99.90 3.09
99.93 3.20
99.99 4.00
Dikutip dari G.W. Plossl and O.W. Wight, Production and Inventory Control:
Principle and Technique, 1967 Prentice Hall, Inc.

Dalam kondisi normal, ipermin bahan pada hakikatnya berpusat pada rata-rata
() perbedaannya juga terdistribusi secara normal dengan standar deviasi nul ( = 0).
94

Luas kurva normal yang 100% mencerminkan tingkati pelayanan yang dimiliki
perusahaan. Kalau perusahaan tidak memiilki persediaan pengaman (safety stock) imaka
tingkat pelayanan (level of service) iyang dimiliki perusahaan hanya 50% (1/2 darii luas
kurva normal). Namun seringkali terjadi kejutan dalam pemintaan sehingga deviasi
standarnya tidak sama dengan nul ( samtid 0) sehingga terjadi kekurangan persediaan.
Dengan demikian SS yang dipertahankan merupakan besaran luas kurva normal yang
tersisa (nilai Z) dikalikan dengan besarnya deviasi standar (lihat gambar 6-4).
Gambar 6.3
Model Persediaan Besi

Dimana : ROL = Reorder level


ROP = Reorder point

Apabila dipertahankan level of service sebesar 100% (seluruh luas kurva normal),
perusahaan tidak akan mengalami stock-out, tapi biayanya sangat mahal. Karena itu
perusahaan akan mempertahankan tingkat yang aman pada tingkat probability terjadinya
stock-out (Gambar 6-4).
Gambar 6-4
Probability Kehabisan Persediaan
95

Persediaan besi SS = x
Karena luas kurva normal

X
Z=

Maka SS = Z

Dimana = Rata-rata pemakaian


= Deviasi standar
Z = luas kurva normal
Apabila rata-rata penggunaan () selama lead time = 350 unit, kemudian deviasi
standar () selama itu adalah 10 unit, service level yang diinginkan adalah 95% (stock out
hanya 5%). Maka nilai Z adalah 1,65 (lihat tabel 6-3). Dengan demikian besasrnya
persediaan besi yang dipertahankan perusahaan adalah :
SS = 1,65 (10) = 16,5 unit.
Karena penggunaan selama masa pemesanan (lead time) adalah 350 unit, maka
titik pemesanan kembali (re-order point) adalah besarnya SS ditambah penggunaan
selama masa pemesanan tersebut:
ROP = SS +
= 16,5 + 350
= 366,5 unit

9. MERENCANAKAN KEBUTUHAN BAHAN (MRP)


Dalam persediaan dikenal dua karakteristik pemintaan, yaitu :
1. Pemintaan yang sifatnya bergantung (dependent demand)
2. pemintaan yang bebas (independent demand)
Apa yang diuraikan dalam model EOQ adalah pemintaan yang sifatnya bebas karena
kebutuhan bahan tidak bergantung atau tidak terkait dengan kebutuhan bahan lainnya.
Misalnya pemintaan atas TV tidak bergantung atas pemintaan radio. Karena tidak ada
kaitan proses produksi antara produk TV dan radio. Independent demand meliputi produk
akhir (finished product), komponen-komponen jasa (service parts) atau produk lainnya
yang pemintaannya langsung dari lingkungan pasar.
Dalam pemintaan yang bergantung (dependent demand), kebutuhan bahan terkait
dengan produk akhir yang akan dihasilkan. Misalnya pemintaan akan jumlah ban dan
sebuah pabrik mobil akan bergantung kepada berapa jumlah mobil yang akan diproduksi,
demikian pemintaan atas kaki kursi pada sebuah pabrik meubel akan bergantung kepada
96

jumlah kursi yang akan diproduksinya. Suatu pemintaan dikatakan bergantung apabila
kaitan satu item dengan item lainnya bisa ditentukan dengan jelas.
Teknik untuk menentukan pemintaan bergantung ini disebut perencanaan
keperluan bahan atau MRP (material requirement planning). Teknik MRP ini akan
efektif digunakan apabila dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Susun jadwal produksi utama (master production schedule) yang akan dibuat untuk
mengetahui apa (what) yang akan dibuat, berapa banyak (how many) dan kapan
(when).
(2) Susun bagian-bagian produk (bill of material) yang diperlukan untuk membuat satu
unit produk.
(3) Tentukan berapa lama masing-masing ibahan tersebut diperoleh dan berapa lama
waktu yang diperlukan untuk menggabungkannya dengan produk akhir (lead time).
(4) Periksa berapa jumlah bahan yang tersedia di gudang
(5) Tentukan jumlah pesanan yang harus dilakukan
Misalnya sebuah meja makan akan tersusun dari 1 (satu) daun meja, 4 (empat) kaki, dan 2
(dua) batang penguat kaki. Apabila jumlah meja yang akan dihasilkan sebanyak 100
buah, maka kebutuhan akan kaki meja adalah sebanyak 400 buah. Apabila meja itu tidak
diproduksi, daun atau batang tidak perlu dipesan walaupun persediaan di gudang dalam
kondisi kosong.
Gambar 6.5
Struktur Produk

Kalau yang dibuat itu adalah sebuah mobil maka komponen-komponen yang
diperlukannya akan berjumlah ribuan jenis. Seorang manajer bukan hanya harus
mengetahui seluk beluk di dalam pengolahan saja (production process) tapi juga harus
97

mengetahui seluk beluk pengadaannya. Manfaat MRP menuntun setiap manajer dalam
perusahaan apapun untuk :
(1) Melakukan perencanaan yang teliti dan terus menerus dalam setiap kegiatan
pembuatan produk dengan penjualan yang ketat.
(2) Mendorong keterlibatan manajemen secara keseluruhan
(3) Memaksimalkan pemanfaatan peralatan yang dimiliki
(4) Memanfaatkan teknologi yang memadai seperti komputer
(5) Menggunakan data-data yang akurat
(6) Merespon secara cepat perubahan pasar
(7) Menekan tingkat persediaan yang dipertahankan

10.PERENCANAAN SUMBER DAYA (ERP)


Perencanaan sumberdaya perusahaan ERP (Enterprise Resources Planning) merupakan
jpengem dari MRP yang menekankan masalah pertukaran informasi antara supplier,
perusahaan, dan customer. Kalau dalam MRP menekankan aliran barang-barang (flow of
capital goods), maka dalam ERP menekankan aliran informasi (information flow).
Sasarannya adalah mengkoordinasi sumber-sumber di berbagai kegiatan bisnis yang
terlibat dalam operasi perusahaan. Caranya menyediakan informasi yang diperlukan oleh
masing-masing fungsional mulai dari informasi tentang rantai pasokan (supply chain)
hingga informasi tentang hubungan dengan customer (customer relationship). Aliran
informasi di dalam ERP meliputi :
(a) Customer relationship management (CRM)
Sales order,
Invoicing
Shipping
(b) Financial management
Account receivable
General ledger
Account payable
Payrol
(c) Material requirement planning (MRP)
Master production schedule,
Inventory manajemen
Bill of material
Work order
Lead time
98

(d) Supply chain management (SCM)


Schedule
Shipping
Lead time
(e) Human Resource
Work schedule
Job clasification
Labor specialization
Wage standar
Karena komunukasi menjadi faktor yang menentukan dalam pertukaran informasi, maka
system ERP memiliki manfaat sebagai berikut :
(1) Mempersiapkan keterpaduan supplay chain, produksi, dan proses administrasi
(2) Menciptakan kebersamaan dalam database
(3) Dapat meningkatkan perbaikan kinerja perusahaan dengan cara yang terbaik
(4) Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi diantara unit-unit usaha.

11.KONSEP JUST IN TIME (JIT)


Just-in-time (JIT) pada hakekatnya lebih merupakan suatu filosofi daripada sebagai suatu
metode. Diterapkan di Jepang awal tahun 1960-an dalam industri perkapalan, kemudian
dikembangkan dan populer di perusahaan Toyota pada tahun 1970an. Pemikiran di
belakang konsep ini adalah bahwa dalam setiap penciptaan produk selalu terdapat dua
jenis kegiatan yang berlawanan, yaitu :
(1) Kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value added activity)
(2) Kegiatan yang tidak menciptakan nilai tambah (nonvalue added activity)
Atkison dan Kaplan (1989) menandai kegiatan jnon value added itu meliputi :
a. Pemeriksaan (inspection)
b. Pemindahan (conveyance), dan
c. Menunggu pelayanan (waiting)
Apabila kegiatan yang non-value added itu dihilangkan maka waktu yang diperlukan
untuk menciptakan produk (throughuput time) hanya waktu yang diperlukan untuk
menciptakan nilai tambah (nilai added time) ipada setiap pengolahan (processing time).
99

Gambar 6.6
Lama Proses Penciptaan Produk

Throughput time = Processing time + Inspection time + Conveyance time + Waiting time
+ rework.

Produk tercipta karena serangkaian kegiatan sejak dari penerimaan bahan baku
(dari pemasok) hingga ke penyerahan barang ke cusstomer. Kegiatan itu meliputi :
(1) Pemeriksaan dan pengetesan kualitas bahan saat diterima dari supplier
(inspection).
(2) Penyimpanan di gudang untuk menunggu penugolahan (waiting),
(3) Pemeriksaan kualitas saat akan diolah diproses pertama (inspection)
(4) Pemeriksaan kualitas dalam tahapan-tahapan pengolahan (inspection)
(5) Pemindahan bahan darii pengolahan pertama ke pengolahan lanjutan
(conveyance).
(6) Penyimpanan bahan yang telah diolah (work in process) untuk menunggu
olahan selanjutnya (waiting)
(7) Pemindahan ke gudang setelah upengolahan akhir (conveying).
(8) Pemeriksaan barang sebelum dikirim ke konsumen (inspection)
(9) Pengiriman ke konsumen (conveyance)
Kegiatan tersebut menimbulkan biaya yang besar akibat digunakannya peralatan dan
tenaga kerja, dan timbulnya kerusakan bahan karena benturan saat pemindahan,
kecerobohan dalam menyimpan, atau hal-hal lainnya. Menurut konsep JIT, apabila semua
kegiatan yang negatif itu dihilangkan, maka perusahaan akan mencapai tingkat efisiensi
yang tinggi karena tidak ada pemborosan waktu dan biaya. Untuk itu harus diketahui
penuyebab dari non-added value. Penyebab itu antara lain :
(1) Kegiatan inspeksi (inspection) timbul karena :
a. Tidak adanya jaminan kualitas (dari supplier) dan
100

b. Tidak adanya jaminan kualitas dari setiap tahapan proses


(2) Kegiatan penungguan (waiting) timbul karena :
a. Adanya tenggang waktu (lead time) saat penyerahan dari pemasok
b. Adanya kualitas yang tidak standar (dari pemasok)
c. Adanya kuantitas tidak ssuai dengan yang dijanjikan (dari pemasok)
d. Adanya waktu set-up dan kerusakan mesin (dalam proses)
e. Adanya kualitas produk yang tidak standar yang dihasilkan dari kegiatan
sebelumnya
f. Adanya yang perubahan jadwal produksi,
g. Layout yang buruk sehingga menimbulkan waktu pemindahan (movement)
barang yang lama
h. Di sisi output persediaan timbul karena banyaknya produk yang cacat,
i. Tingginya variasi pemintaan
(3) Pemindahanj (conveyance) timbul karena :
a. Adanya proses produksi yang panjang
b. Penggunaan teknologi yang tidak memadai
c. Lay-out yang buruk
(4) Pengerjaan ulang (rework) timbul karena :
a. Penggunaan bahan-bahan yang tidak standar
b. Penggunaan teknologi yang tidak memadai
c. Pemeliharaan yang tidak terencana dengan baik
d. Tenaga kerja yang tidak terampil
e. Penyimpanan yang tidak baik
f. Peminadhan yang tidak hati-hati.
Untuk menghilangkan penyebab itu sasaran kegiatan operasi harus diarahkan untuk
mencapai the right time, the right quality, dan the right quantity). Apabila ia tercapai
maka semua faktor non added value akan menjadi jnol (zero). Dengan upaya-upaya
seperti itu kualitas akan meningkat dan biayanya akan menjadi kecil karena produk cacat,
pengerjaan ulang produk rusak, investasi dalam persediaan menjadi kecil. Dengan
demikian JIT memberikan upaya dan manfaat untuk :
(1) Menekan persediaan yang tidak diperlukan (zero inventory)
(2) Menekan waktu tenggang (zero lead time)
101

(3) Meningkatkan kualitas produk menjadi prima (zero defect)


(4) Menekan kerusakan mesin menjadi njol (zero repair) dengan meningkatkan
pemeliharaan
(5) Menekanu pengerjaan ulang (zero rework) dengan menjaga kualitas yang standar
(6) Menekan waktu penundaan (zero delay)
(7) Meningkatkan efisiensi dengan menekan biaya produksi akibat konsep zero
defect.
(8) Memberdayakan kemampuan karyawan dalam kegiatan produksi
(9) Meningkatkan hubungan dengan supplier

12.PENGENDALIAN RANTAI SUPPLY


Supply chain management (SCM) merupakan cara lain dalam menekan biaya (Keat;
Young, 2003). Didefinisikan sebagai u8paya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan
secara terintegrasi untuk meningkatkan efisiensinya melalui mata rantai supplier yang
terkait, mulai dari supplier awal (raw material supplier) hingga pelanggan akhir (end
customer). Upaya-upaya ini dilakukan dengan meningkatkan komunukasi dan kerjasama
yang lebih baik dalam setiap kaitan mata rantai perusahaan, yang terlibat dalam
penciptaan produk.
Tujuan utama SCM adalah memuaskan konsumen secara terpadu melalui :
(1) Kualitas yang tinggi (the right quality)
(2) Biaya yang rendah (the low cost)
(3) Kecepatan pelayanan (the quick response)
Fokus utama dari pengolahan rantaii pasokan adalah bagaimana mengintegrasikan para
supplier dan bagaimana mengelola waktu pemindahan. Ketika perusahaan memasukii
pasar global misalnya pasar Eropa, China, Amerika Selatan atau Negara lainnya,
manajemen rantai supply menjadi persoalan penting dan sangat strategic. Kualitas produk
harus sudah menjadi bukan persoalan karena merupakan hal yang mutlak dalam
memasuki pasar global. Masalah yang dihadapi masih berkisar dari tarif, quota, politik,
dan ketidakstabilan dalam mata uang. Untuk mengatasinya diperlukan inovasi dalam
perencanaan produk, proses, ataupun dalam merespon keinginan passr. Dalam kaitannya
dengan rantai supply, perusahaan harus :
(1) Fleksibel dalam bereaksi atas lingkungan yang cepat berubah dengan cara :
a. Ketersediaan barang yang memadai
b. Membentuki channel (saluran) distribusi yang sesuai untuk masing-masing
negara
102

c. Pengiriman yang tepat waktu


d. Kewajiban-kewajiban import dengan mata uangnya
(2) Membuat jadwal yang ketat untuk pengiriman produk dan spare-partnya.
(3) Merekrut staff lokal untuk menangani berbagai urusan sepertii perdagangan, pajak
dan cukai, isu-isu politik dan sebagainya.

Gambar 6.7
Model Rantai Supply

Kunci keberhasilan dalam mengembangkan supply chain adalah


komunukasi dengan para supplier. Ada beberapa strategi yang biasa
digunakan antara lain :
(1) Mengembangkan komunukasi dengan banyak supplier (many
supplier).
Strategi ini dipilih untuk merespon konsumen yang meminta harga
yang rendah untuk produk-produk tertentu.
(2) Mengembangkan komunukasi dengan sedikit supplier. Strategi ini
dipilih untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan supplier
sehingga tercipta saling-ketergantungan antara produsen dan
supplier di sisi input dan output.
(3) Mengintegrasikan supplier ke dalam perusahaan (vertical
integration). Strategi ini dipilih untuk menghilangkan
ketidakpastian sepanjang jalur produknya baik ke arah belakang
(backward integration) ataupun ke arah depan (forward
integration). Strategi ini dilakukan dengan membeli perusahaan
supplier atau perusahaan customernya.
(4) Mengembangkan kombinasi sedikit supplier dengan vertikal
integration disebut sebagai Keiretsu network. Perusahaan selain
membeli supplier inti, juga mengembangkan hubungan dengan
103

supplier lainnya untuk mendapatkan kepastiannya dalam pasokan


bahan penunjangnya.
(5) Mengembangkan komunukasi bayangan dengan supplier-supplier
yang dibutuhkan (Virtual companies). Strategi ini dipilih untuk
mengembangkan hubungan dengan berbagai supplier yang memiliki
berbagai spesialisasi dengan tujuan mengantisipasii pemintaan
customer yang berbeda pula.

13.KESIMPULAN
Manajemen rantai supply membahas tentang bagaimana bahan-bahan yang diperlukan
untuk membuat produk dikelola dengan baik. Tujuannya agar kegiatan pengolahan (core
technology) ditunjang oleh kepastian penyediaan bahan. Bahan-bahan ini ada yang
langsung berhubungan dengan produk yang dibuat, ada juga yang tidak langsung, tetapi
memperlancar pembuatannya. Semuanya didatangkan dari luar (supplier) yang
sumbernya bisa dalam atau di luar negeri sehingga berpotensi menimbulkan
ketidakpastian penyediannya.
Selain ketidakpastian dalam pasokan, persediaan ini menimbulkan biaya yang
besar, apabila disimkpan dalam jumlah yang melebihi keperluan ataupun apabila terlalu
sedikit. Untuk mengatasi masalah ini perusahaan melakukan berbagai upaya dengan
penentuan EOQ, dengan persediaan besi, dengan melakukan perencanaan yang teliti dan
menyeluruh (MRP). Permasalahan itu terutama berkisar bagaimana agar bahan yang
diperlukan tersedia dalam :
(1) Kualitas yang tepat (the right quality)
(2) Kuantitas yang tepat (the right quantity)
(3) Waktu yang tepat (the right time)
Karena ketiga faktor di atas sangat ditentukan oleh pihak supplier, pendekatan ke arah
supplier menjadi fokus utama. Supplier diajak bekerja sama untuk mengatasi
permasalahan perusahaan yang juga merupakan permasalahannya. Apabila konsumen
tidak puas terhadap produk yang diterimanyapada akhirnya akan merembet kepada
supplier yang akan ditolak pengiriman bahan bakunya. Pemikiran ini mendorong
perusahaan untuk mengkoordinir keseluruhan supplier sejak dari sumber munculnya
bahan baku. Upaya ini tidak hanya ke arah belakang (backward) tapi juga ke arah depan
(forward) ke arah konsumen. Perusahaan bukan hanya memberikan informasi kepada
supplier, tapi juga menggali informasi dari konsumen. Masalah apa yang timbul pada
konsumen berkaitan dengan produk yang dibuat oleh perusahaan, sehingga koordinasi
bukan hanya pada rantai supplier saja tetapi juga sekaligus pada rantai konsumen (supply
chain).
104

Persoalan di sisi input dan di sisi output mendorong perusahaan untuk beroperasi
di luar negeri. Selain memang tuntutan kelangsungan usaha, globalisasi menuntut
perusahaan untuk melakukan efisiensi di berbagai bidang. Adlam globalisasi itu setiap
produk akan bersaing dengan produk lainnya untuk menarik perhatian konsumen dalam
kualitas (quality), dalam harga (price), dan dalam merespon kemauan konsumen (quick
response).

14.BAHAN DISKUSI
1. mengapa bahan-bahan harus dikelompokkan menjadi bahan baku (raw material),
bahan setengah jadi (work in process), bahan tidak langsung (supplier), dan
bahan jadi?
2. Mengapa dalam pengendalian persediaan, bahan-bahan itu harus dikelompokkan
ke dalam kategori ABC?
3. Samakah kegiatan Pembelian Bahan (Purchasing) dengan kegiatan logistik?
4. Mengapa penimbunan bahan-bahan bisa merugikan perusahaan?
5. Penanganan bahan (material handling) yang bagaimanakah yang sebaiknyah
dipilih agar tidak menimbulkan in-efisiensi?
6. Mana yang lebih menguntungkan, pembelian bahan dengan menggunakan
metode economic order quantity (EOQ) atau dengan berdasarkan potongan harga
(discount).
7. Mengapa persediaan besi (iron stock) diperlukan dalam kegiatan operasional
bukankah penimbunan bahan menimbulkan kerugian? Bagaimana kalau tidak ada
persediaan besi?
8. Apa perbedaannya pemintaan bebas dan pemintaan bergantung?
9. Bisakah model EOQ digunakan dalam MRP?
10. Apakah sebenarnya Just in Time itu? Mengapa pemeriksaan, penyimpanan,
pemindahan, disebut sebagai kegiatan yang tidak produktif.
11. Apa bedanya JIT dengan SCM (pengendalian rantai supply)?

BACAAN LEBIH LANJUT


Heizer and Render, 2004, Operation Management Seventh Edition, Prentice-Hall.
Keat, Paul G., 2003, Managerial Economics Fourth Edition, Prentice Hall.
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operation Management Cop9enhagen Business
School.
105

Gummings, Thomas G., Systems Theory for Organization Development, John Willey
& Sons Ltd., 1980.
Monk, Joeph G., (1995), Operation Management: Theory and Problem, McGraw-Hill.
Schroeder, Roger G. 2000, Operation Management: Contemporary Concepth and
Cases, Mc Graw-Hill.
106

BAB SUMBER DAYA MANUSIA


7 DAN BUDAYA

1. PENDAHULUAN
Manusia merupakan faktor produksi yang sangat penting kata Ishikawa (1982),
karena untuk memenangkan persaingan, semuanya tergantung kepada manusianya.
Persaingan kata Drucker (1973), sama dengan peperangan, dan untuk memenangkan
peperangan, kata orang Amerika itu, tidak hanya tergantung pada mesin perangnya, tapi
lebih kepada the man behind the gun. Teknologi yang canggih, bahan yang berkualitas
baik, menjadi tidak berarti kalau orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak memiliki
kualitas.
Sumber daya alam apa yang dimiliki orang Jepang, atau Orang Korea Selatan,
atau orang Taiwan? Jawabnya, hampir tidak ada, kalaupun ada sumbernya alamnya
minim jsekali. Tapi kenapa mereka bisa membuat produk yang kualitasnya diakui
dunia? Jawabnya, karena manusianya. Mereka mampu mengolah bahan untuk menjadi
produk yang bisa bersaing. Pernah suatu ketika, tahun 80an, penulis berbincang dengan
seorang Jepang. Saya bilang, sekarang bangsa dari negara-negara berkembang sedang
giat belajar, mereka memiliki banyak sumber daya alam. Suatu ketika mereka menjadi
bangsa yang pandai dan mampu mengolah sendiri sumber daya alamnya. Bagaimana
dengan bangsamu yang tidak memiliki sumber daya alam seperti itu? Jawaban orang
Jepang itu di luar dugaan dan begitu entengnya. ya, katanya. Kami mengerti, dan kami
sudah mempersiapkannya, katanya sambil tersenyum.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat kompleks, dan bukan hanya
sebagai faktor produksi saja, tapi juga sebagai makhluk sosial yang memiliki emosi, kata
ahli psikologi Maslow. Ia tidak bisa dengan gampang dijadikan sebuah skrup dalam
sebuah horg (perusahaan) untuki menciptakan suatu produk, kata Spielberg (1992). Sebab
manusia adalah subyek dan bukan obyek organisasi, kata Drucker (1973). Karena itu
perencanaan sumber daya manusia harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya, selain
pula memperhatikan kebutuhan organisasi. Perusahaan bisa berkembang karena
manusianya, mereka harus dipersatukan untuk menciptakan sinergi dalam mencapai
tujuan perusahaan.
Bagaimana mempersatukannya? There is njo magic formula kata CEO
Southwest Airline (Heizer, 2001). But it should be established from thousands of pieces
becoming a giant mosaic katanya. Salah satu cara untuk membangun sumberdaya
manusia adalah they should be treated like customers and do what is right for the
107

customer katanya lagi. perancangan sumberdaya manusia ditujukan untuk mengelola


tenaga kerja dan untuk mendesain kerja sehingga horang-orang yang terlibat bisa
bersinergi untuk meningkatkan produktifitasnya. Masalah ini menjadi sangat penting
dalam organisasi internasional dimana berbagai suku bangsa akan bergabung dan menjadi
bagian organisasi perusahaan.

2. MASALAH PRODUKTIFITAS
Ada kaitan erat antara produktifitas dengan efisiensi. Produktifitas (productivity) berarti
kemampuan berproduksi. Kemamj ini bisa ditujukan kepada perorangan, kelompok orang
atau bahkan suatu bangsa. Kemampuan berproduksi berarti pula kemampuan untuk
mengolah input (faktor-faktor produksi) menjadi output (produk) agar memiliki manfaat
yang lebih tinggi (added value). Manakala value added itu disertai dengan penggunaan
sumber jdaya yang minimal, maka produktifitas sama dengan efisiensi.

output
Produktifitas = x 100%
output
atau

output
Efisiensi = x 100%
output
Karena input terdiri dari berabgai faktor produksi seperti bahan baku, tenaga
kerja, teknologi, dan sebagainya, imaka

output
Produktifitas = x 100%
bahan, manusia, tekno log i, dsb

Kaitan antara produktifitas dengan efisiensi berangkat dari konsep teknis dan
ekonomis dalam memandang output dan input. Dalam konsep teknis, input dan output
ditinjau dari unit fisik yang diolah, karena itu output yang dihasilkan selalu dibandingkan
dengan jumlah input yang gagal diolah. Bila suatu kelompok kerja mengolah bahan
sebanyak 50 unit, hasilnya adalah 40 unit, maka efisiensi yang dicapai oleh kelompok
kerja itu adalah 40/50 x 100% = 80%. Dalam konsep ekonomi, ijnput dan output akan
dinilai dari sisi pasar karena itu satuannya adalah uang (currency). Bila harga input yang
diolah adalah $100 per ton dan output yang dihasilkan adalah $150 per ton maka
produktifitas kelompok kerja itu ($150 x 40) / ($150 x 50) = 120%. Dalam bahasan ini,
produktifitas ini akan kita lihat apabila dikaitkan dengan :
Produktifitas dan waktu
Produktifitas dan teknologi
Produktifitas dan kepemimpinan
108

Produktifitas dan Waktu


Dalam persaingan yang tajam seperti faktor waktu menjadi sangat menentukan.
Efisiensi dan produktifitas selalu dikaitkan dengan waktu. Akan percuma pembuatan
barang dengan kualitas yang bagus tapi dihasilkan dalam waktu yang sangat lama,
toh akhirnya tidak bisa bersaing dengan produk lain karena akan dianggap
kedaluwarsa. Ingat bahwa competitive advantage akan ditentukan pula oleh respon
perusahaan terhadap tanggapan konsumen. Karena kemampuan menghasilkan
dikaitkan dengan waktu yang dikorbankan maka produktifitas tenaga kerja akan
ditentukan pula oleh jam kerjanya.

output
Produktifitas tenaga kerja = x 100%
jam ker rja

Bila suatu kelompok kerja mengolah bahan seabnyak 50 unit, hasilnya adalah 40 unit.
Output tersebut dihasilkan oleh 20 orang selama 8 jam, maka produktifitas kelompok
kerja itu adalah :

40
Produktifitas = = 0,25 unit output perawat jam jkerja
(20x8 jam)
Yang jadii permasalahan adalah bagaimana meningkatkan produktifitas tenaga kerja
ini menjadi lebih dari 25 kg per jam. Peningkatan produktifitas ini menjadi sumber
dari peningkatan standar hidup kita, kata Musseiman (1981), sebab akan menentukan
pendapatan nasional secara nyata. Creative and innovation are bhallmarks of
Americas success kata presiden Xerox Corporation. It is in part the responsibility
of business to provide the environment and the stimulus to keep this process vital.
Without of living katanya hlagi. Penelitian Heizer tentang kontribusi produktifitas
tenaga kerja terhadap produktifitas total adalah 10%. Peningkatan ini bisa
ditingkatkan apabila tenaga kerja itu diberikan pelatihan, memberikan mkoti, dan
membangun kesatuan teamwork.

Produktifitas dan Teknologi


Apapun produk yang akan dibuat, peralatan diperlukan untuk mewujudkannya. Ini
berarti peralatan (teknologi) memberikan kontribusi yang berarti terhadap nilaii
produktifitas. Monks, Heizer, dan expert lainnya dalam ekonomi menyebut faktor
produksi ini sebagai barang-barang mkodal (capital goods). Kembali kepada contoh
di atas, dimana sekelompok kerja menghasilkan output sebesar 4 ton oleh 20 orang
selama 8 jam, produktifitasnya adalah 0,25 unit per jam jkerja. Kalau misalnya
perusahaan itu mengganti peralatannya yang sudah usang dengan teknologi baru,
maka produk yang dihasikannya naik menjadi 60 unit. Maka produktifitas kelompok
kerja itu akan naik menjadi :
109

60
Produktifitas = = 0,375 unit output per jamj kerja
(20 x 8 jam)

Selain peningkatan produktifitas, penggunaan teknologi ternyata mampu


meningkatkan kualitas dan mempercepat waktu. Karena peningkatan inilah menurut
hasil penelitian di USA, teknologi mampu memberikan kontribusi sebesar 38% total
produktifitas (Heizer, 2001). Namun penggunaan teknologi mengharuskan investasi
yang besar dan seringkali berhadapan dengan kebijaksanaan politik suatu negara.
Dalam negara yang sedang berkembang, kebijakan industri dikeluarkan untuk
menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja (labor intensive) untuk mengurangi
pengangguran. Tapi akibatnya produktifitas rendah dan dalam jangka panjang (in the
long run) upah buruhnya juga rendah. Ini akan berakibat terhadap daya beli yang
rendah sehingga pertumbuhan ekonomi nasional akan tersendat. Di lain sisi,
penggunaan teknologi yang canggih (capital intensive) memaksa penggunaan tenaga
kerja yang sedikit. Ini bertentangan dengan kebijakan politik negara berkembang
untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja. Untuk mengatasi problem ini,
negara-negara berkembang dan juga para intrepreneur menggunakan trade-off dalam
menentukan teknologi yang akan digunakannya.

Produktifitas dan Kepemimpinan


Manajemen akhir-akhir ini dipandang sebagai kunci penentu tingkat produktifitas. Ia
bukan hanya sebagai faktor produksi tapi juga merupakan salah satu sumberdaya
ekonomi. Manajemen bertanggungjawab dalam mengkoordinir tenaga kerja dan perrl
(teknologi) agar dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan produktifitas.
Kemampuan mengkoordinir ini bisa menyumbang 52% dari total produktifitas
(Heizer, 2002). Pendidikan dan training untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada
tenaga kerja, merupakan kemampuan management untuk meningkatkan produktifitas.
Dalam kaitannya dengan produktifitas, kemampuan masyarakat dalam mengolah
sumber daya dibagi ke dalam tiga tahapan :
1) Masyarakat industri (industrial society)
2) Masyarakat postindustri (postindustrial society)
3) Masyarakat ilmuan (knowledge society)
Postindustrial society adalah masyarakat teknologi yang memerlukan pelatihan,
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan knowledge society adalah masyarakat
dimana angkatan kerja beremigrasi dari cara kerja manual ke penggunaan teknologi
dan pengolahan informasi. Seorang manager operasi yang efektif harus membangun
organisasi dan angkatan kerja dan menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan
pendidikan. Manager merr catalist (unsur yang mempercepat proses) dalam
meningkatkan produktifitas.
110

Sebuah negara yang tidak memiliki masyarakat knowledge tidak akan menjadi
competitor kelas dunia, karena masyarakat yang seperti itu akan menjadi input kelas
dua. High productivity and high quality outputs requires ihigh quality ijnputs kata
Heizer. Alasan kegiatan operasi internasional salah satunya karena terdorong oleh
kebutuhan akan manajer-manajer yang memang dirasakan sulit untuk diperoleh
hpada satu negara. Manajer-manajer ini akan mewakili perusahaan untuk
mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan di luar neger. Mereka harus bisa dipilih
dari daerah lokal dimana perusahaan akan beroperasi atau dari negeri lain.

3. BUDAYA ETOS KERJA


Budaya merupakan sekumpulan nilai-nilai yang terbentuk dari : pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, aturan-aturan dan hukum-hukum, kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi, dan elemen-elemen lainnya yang membentuk nilai-nilai dari suatu masyarakat
(Plenert, 2002).
Nilai-nilai tersebut untuk bertahan (survive) untuk bergabung (stay together)
yang diturunkan dari generasi ke generasi (Schneider, 2002). Setiap masyarakat memiliki
nilai-nilai yang berbeda dari masyarakat lainnya yang menandai budaya masyarakat itu
sendiri dan yang membedakan dari masyarakat lainnya. Masyarakat Jawa, berbeda
dengan masyarakat Sunda, atau Padang, atau masyarakat lainnya karena ada perbedaan
nilai-nilai. Demikian juga Amerika berbeda dengan Meksiko, atau Jepang, atau Inggris
karena nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai ini selanjutnya membentuk perilaku, cara
kerja, dan cara berkomunikasi, yang selanjutnya menentukan etos kerja dan produktifitas
(Paramita, 1987).
Nilai-nilai atau cara kerja suatu masyarakat selain terbentuk oleh kebiasaan-
kebiasaan yang spesifik dari masyarakat itu sendiri, tapi juga terbentuk oleh ajaran-ajaran
agama. Sehingga tidak heran kalau dalam masyarakat yang berbeda terdapat pula
persamaan nilai-nilai yang dianutnya. Agama bahkan memegang peranan yang sangat
penting dalam membentuk budaya bangsa (Koencaraningrat, 1974). Agama menuntun
masyarakat bahkan bangsa untuk berdisiplin tinggi, tidak boros, serta mengajarkan
ketaatan dan pengorbanan diri untuk mencapai mutu tertinggi. Ajaran Budha misalnya
mengajarkan penganutnya untuk bekerja mencapai kesempurnaan. Ajaran ini
dipraktekkan oleh bangsa Jepang dalam kehidupannya sehari-hari sejak jaman Meiji.
Kebiasaan bekerja keras itu terus diturunkan hingga kini sehingga orang-orang Jepang
terkejnal dengan etos kerjanya yang tinggi.
Agama lain pun memberikan ajaran baik, Islam misalnya, mengajarkan
penganutnya bahwa hidup adalah pengabdian kepada Sang Pencipta. Setiap kegiatan
untuk menghasilkan kesempurnaan kerja merupakan pengabdian kepada Allah karena itu
setiap kegiatan harus dipandang sebagai ibadah. Tidak semata-mata Kuciptakan jin dan
manusia kecuali untuk mengabdi kepadaKU (Al Quran). Demikian juga agama jlainnya
111

seperti Hindu, kristen atau Kepercayaan lainnya, mengajarkan penganutnya untuk


melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Belajar, kerja keras, menghargai sesama
manusia adalah nilai-nilai kebaikan, sedangkan kemalasan, kebodohan, pengrusakan
adalah keburukan karena itu harus dihindari.
Namun antar budaya itu ada juga nilai-nilai yang berbeda yang seringkali
menimbulkan cara pandang yang juga berbeda. nilai-nilai seperti ini seringkali
menghambat produktifitas, karena itu persinggungan nilai-nilai yang berbeda ini harus
dihindari oleh perusahaan. Misalnya dalam masyarakat hIslam tidak boleh ada minuman
keras, atau dalam masyarakat Hindu tidak boleh menganiaya sapi. Kalau nilai-nilai itu
tidak diperhatikan, perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan
produktifitas tenaga kerjanya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk
berkembang, perusahaan harus memperhatikan budaya masyarakat. Perusahaan harus
memanfaatkan nilai-nilai budaya ini untuk mengarahkan parra penganutnya pada cara
kerja yang bisa meningkatkan kualitas produknya. Namun selain itu, perusahaan juga
harus menjauhi kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai budayanya.

4. MEMBENTUK BUDAYA KERJA


Sebagaimana produktifitas, kualitas pun akan ditentukan oleh tenaga kerja dan cara
kerjanya (budayanya). Tanpa keterlibatan tenaga kerja, perusahaan akan menghadapi
kesulitan dalam meningkatkan kualitas produknya. Penelitian dan kajian tentang perasaan
tanggung jawab dalam diri pekerja (Heizer, 2004) menunjukkan bahwa kontribusi tenaga
kerja terhadap uprodf mencapai 62%. Artinya bahwa nilai produktifitas (tinggi
rendahnya), 62% ditentukan oleh kemampuan dan keterlibatan tenaga kerja. Karena itu,
pemberdayaan tenaga kerja (employee empowerment) dalam setiap tahapan proses
produksi menjadi hal yang mutlak kalau perusahaan menghendaki produktifitas atau
kualitas updunya memuaskan konsumen.
Sebagaimana diuraikan dalam bab 5, ada beberapa cara (teknik) untuk membangun
perasaan terlibat pada diri tenaga kerja dalam perusahaan, antara lain :
(1) Kembangkan komunukasi diantara para pekerja, dan antara pekerja dengan
manajemen.
(2) Kembangkan keterbukaan dari pihak manajemen untuk menerima kritik dari para
pekerja.
(3) Memberikan tanggung jawab kepada pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
(4) Membangun moral organisasi dengan menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan.
(5) Membentuk organisasi formal berupa team dalam kelompok kerja untuk
membahas permasalahan yang mereka hadapi.
112

Team bisa dibentuk dalam berbagai kepentingan, tetapii utamanya untuk difokuskan
kepada perbaikan kualitas dan pemecahan masalahnya. Organisasi yang berbentuk team
tersebut di Jepang disebut Quality Circle (gugus mutu). Disebut demikian, karena
organisasi ini merupakan kelompok pekerja yang melakukan pertemuan secara rutin
untuk memecahkan persoalan-persoalan yang timbul di dalam pekerjaannya. Anggota-
anggotanya dilatih untuk membuat rencana kerja, memecahkan masalah dengan
menggunakan teknik-teknik statistik, belajar mengemukakan pendapat baik di hadapan
anggota kelompoknya maupun di hadapan kelompok lainnya bahkan di hadapan
manajemen. Suasana kerja tidak kaku tapi menyenangkan seperti mengemukakan
pemecahan masalah yang dikemukakan dengan cara humor tapi tetap serius dalam
pemikiran.
Mereka melakukan pertemuan biasanya setelah jam kerja, tetapi ada juga dalam
jam kerja dan tidak dibayar. Awalnya manajemen menghadapi kesulitan, tapi dengan
menunjuk seorang fasilitator yang mampu melakukan pertemuan secara rutin dan secara
halus (smooth) para anggota team akhirnya menghadiri pertemuan. Mereka menyadari
bahwa ada sesuatu yang mereka dapatkan dalam pertemuan itu selain uang, misalnya
ilmu pengetahuan dan tentang seluk beluk perusahaan.
Negara yang paling berhasil dalam melaksanakan metode ini adalah Jepang,
karena dukungan yang besar diberikan oleh pemerintahnya. Dukungan ini diberikan
dalam bentuk nyata dengan didirikannya AOTS (Association of Overseas Training
Student), yaitu untuk melatih para pekerja asing dari perusahaan Jepang. Perusahaan-
perusahaan Jepang yang mendirikan pabriknya di luar negeri seperti di Asia, Afrika atau
di Amerika Latin mengirimkan tenaganya untuk dilatih di AOTS. Setelah selesai mereka
dijadikan trainer untuk memberikan pelatihan pada bawahannya. Di Indonesia kegiatan
ini lebih terkenal dengan TQC (Total Quality Control) dan QCC (Quality Control Cyrcle)
yang dibahasa Indonesia dengan gugus kendali mutu.

5. PEMELIHARAAN KARYAWAN
Pemeliharaan bukan hanya harus dilakukan terhadap mesin-mesin atau bangunan saja
(maintnance activity) tetapi juga terhadap para pekerjanya. Mengapa? Karena pekerja
merupakan asset perusahaan yang sangat menentukan. Pengabaikan tenaga kerja akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian itu timbul karena produktifitas
perusahaan yang ditentukan oleh tenaga kerjanya akan menjadi sangat rendah. Rendahnya
produktifitas ini tidak hanya bisa dilihat dari produk yang dihasilkannya saja, tetapi juga
dari sisi lain misalnya pekerja tidak betah di perusahaan sehingga terjadi pengunduran
diri. Pekerja yang keluar tentu harus diganti dengan yang baru. Bila pekerja baru ini
setelah beberapa saat kemudian keluar lagi maka akan terjadi frekuensi keluar masuk
pekerja yang tinggi. Ini akan menimbulkan biaya yang besar, karena perusahaan harus
disibukkan dengan kegiatan untuk merekrut dan melatih pekerjanya yang baru.
113

Pemeliharaan tenaga kerja pada umumnya menunjuk kepada berbagai aktivitas


yang diperlukan untuk meningkatkan moral pekerja. Moral merupakan kombinasi yang
sangat kompleks dari sikap seseorang. Ini meliputi perasaan, nilai-nilai yang dianut,
lingkungan budaya, tingkat keamanan, kesehatan fisik, emosional, harapan-harapan, dan
komunukasi antara manajemen dan pekerja. Namun pada umumnya moral akan
dipengaruhi oleh :
(1) Gaji yang diberikan
(2) Perlakuan manajemen terhadap tenaga kerja. Banyak yang berpendapat
bahwa gaji merupakan satu-satunya untuk memelihara tenaga kerja agar
betah bekerja dalam perusahaan. Tapi banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa gaji bukan satu-satunya yang menentukan karyawan betah bekerja,
banyak faktor lain, diantaranya adalah perlakuan terhadap tenaga kerja itu
sendiri.
(3) Penyediaan program kesehatan yang meliputi P3K, gigi, mata, general check
up, bahkan konsultasi kejiwaan.
(4) Menciptakan rasa aman. Program ini dilakukan untuk imencegah timbulnya
kecelakaan kerja. Sering terjadi kecelakaan kerja dalam perusahaan, bukan
hanya menimbulkan biaya yang besar tapi juga akan menimbulkan rasa tidak
aman bagi pekerja. Kalau ini terjadi moral para pekerja akan menurun,
karena itu pencegahannya meliputi :
a. Penyusunan aturan-aturan kerja (factory regulation)
b. Keharusan penggunaan alat-alat tertentu dalam melakukan tugas
yang spesifik, misalnya dalam pengelasan.
c. Pemeriksaan keamanan secara berkala atas lingkungan kerja,
d. Pemeliharaan peralatan agar selalu siap pakai,
e. Pendidikan agar pekerja sadar akan keamanan kerjanya
(5) Menurunkan tingkat kemangkiran. Kemangkiran adalah kegagalan dari
seorang tenaga kerja untuk hadir dalam pekerjaannya sesuai jadwal. Ini
menunjukkan tingkat mkoralitas tenaga kerja yang rendah (hasil studi di
USA, Musselman, 1987), karena itu harus diteliti apa yang menjadi
penyebabnya.
(6) Menekan keluar masuknya pekerja. Sama dengan masalah kemangkiran,
keluar masuknya tenaga kerja merupakan indikator dari rendahnya kepuasan
kerja atau moral. Orang yang meninggalkan pekerjaannya manakala
pekerjaan itu tidak memuaskan. Sedikit yang meninggalkan pekerjaan secara
akal dapat diterima, tetapi apabila yang keluar itu dalam jumlah yang besar
harus menjadi tanda tanya bagi perusahaan tersebut.
114

Pemeliharaan tenaga kerja seringkali memerlukan biaya yang besar, dan apabila biayanya
terlalu besar tidak menguntungkan juga bagi perusahaan. Karena itu harus biayanya
terlalu besar tidak menguntungkan juga bagi perusahaan. Karena itu harus dicarikan cara-
cara yang bisa menekan biaya yang berkaitan dengan pemenuhan kesejahteraan misalnya
dengan mengasuransikan kesehatan atau jaminan hari tuanya.

6. PENGATURAN WAKTU KERJA


Pengaturan waktu termasuk dalam perencanaan tenaga kerja yang berkenaan dengan :
(1) Jadwal kerja, dan
(2) Jumlah tenaga kerja yang akan dipertahankan
Dalam menentukan jadwal kerja, perusahaan terikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang
dikeluarkan ILO (International Labour Organizational) yang menetapkan perusahaan
mempekerjakan pegawainya selama 40 jam per minggu. Bank atau perkantoran lainnya,
waktu kerjanya hsiang hari selama 8 jam dengan istirahat satu jam (pukul 8-6 sore).
Kalau lebih dari 40 jam, maka kelebihan itu harus dimasukkan sebagai lembur (overtime)
dan hari Sabtu hanya setengah hari. Di negara maju seperti Amerika Serikat telah
dikembangkan system jflextime, yaitu pekerja yang menentukan sendiri jadwal kerjanya.
Misalnya seharian bekerja di kajntor 10 jam tapi dalam per minggu tetap 40 jam,
sehingga memungkinkan karyawan bisa libur pada hari Sabtu. Dalam manufaktur seperti
pabrik kimia, tekstil, atau elektronik, kegiatan produksinya seringkali dilakukan selama
24 jam. Namun supermarket sudah ada yang buka sampai 24 jam karena banyak joarng
yang berbelanja pada malam hari.
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan tergantung kepada keperluan, ada yang
mengikuti pemintaan pasar atau memelihara tenaga kerja yang konstan. Dua-duanya
menimbulkan konsekuensi terhadap biaya tenaga kerja (labor cost). Untuk tenaga kerja
yang didasarkan pada pemintaan produk akan cenderung menjadi biaya tenaga kerja yang
bersifat variabel (variable cost), sedangkan kebijaksanaan untuk tenaga kerja yang
konstan cenderung menjadi biaya tetap (fixed cost).
Bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya lebih dari 8 jam per hari
akan menimbulkan biaya tambahan, karena :
(1) Kelebihan kerja dari 8 jam dimasukkan sebagai overtime yang dihitung per
jam. Jam pertama 1.5 kali jam kerja biasa,I jamj kedua dan seterusnya
dihitung 2 kali jam kerja biasa.
(2) Memungkinkan timbulnya kecelakaan akibat kelelahan. Kecelakaan kerja ini
harus ditanggung sepenuhnya olehh perusahaan.
(3) Memungkinkan pekerja jatuh sakit karena kecapaian sehingga harus
digantikan oleh pekerja lain selama sakit.
115

(4) Sering terjadinya kecelakaan atau sakit akan berakibat buruknya


produktifitas, karena jadwal yang berubah, penurunan kualitas, dan produk
yang cacat.
Dalam perusahaan manufaktur yang berproduksi secara terus menerus selama 24 jam,
pengaturan jam kerja akan disesuaikan dengan peraturan yaitu 40 jam per minggu.
Karena itu akan disusun sebagai berikut : (tabel 7-1)
Tabel 7.1
Jadwal kerja Giliran
Agustus 2004
Group
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 . 29 30 31

A S S M M L L P P S S M M L

B M M L L P P S S M M S S M

C L L P P S S M M L L . M M L

D P P S S M M L L P P L L P

Penjelasan waktu kerja : P = Pagi, S = Sore, M = Malam, L = Libur

Dengan pengaturan seperti di atas, jadwal kerja dibagi menjadi 3 shift yaitu :
a. Shift pagi dari jam 08 16
b. Shift sore dari jam 16 24
c. Shift malam dari jam 24 08
Karena harus ada yang libur, pelaksanaan 3 (tiga) shift ini dikerjakan oleh 4 (empat) regu
A, B, C, dan D. Pada shift A masuk sore (dadri jam 16-24), shift B masuk malam, shift C
giliran libur, sedang yang pagi adalah shift D. masing-masing shift kebagian 2 hari pagi, 2
hari sore, 2 hai malam, dan 2 hari libur. Dengan demikian dalam satu minggu masing-
masing kebagian 6 hari kerja, atau 42 jam kerja dalam seminggu (6 hari x 7 jam
kerja/hari). Ini tidak bertentangan dengan peraturan kerja pemerintah yang 40 jam per
minggu, sedangkan selebihnya 2 jam dimasukkan sebagai overtime atau kerja lembur
bagi setiap shift.

7. PENGEMBANGAN KARYAWAN
Dalam organisasi bisnis yang menengah dan besar, perekrutan, penempatan,
pemeliharaan, pengembangan karyawan dan kompensasinya merupakan masalah
tersendiri yang harus ditangani oleh bagian personalia. Namun adlam hal ini bagian
personalia tidak memiliki otoritas sendiri, ia berfungsi sebagai staf bagi seluruh
departemen yang ada dalam jpe. Misalnya bila bagian produksi atau keuangan
116

membutuhkan tenaga kerja, maka bagian personalia dengan kualifikasi yang diberikan
oleh bagian tersebut merekrutnya dari berbagai sumber. Demikian juga dalam pelatihan,
penilaian, ataupun kompensasinya. Secara keseluruhan kegiatan sumberdaya manusia ada
jenis yang meliputi :
Analisis Jabatan (job analysis)
Job analysis meliputi tiga komponen, yaitu :
(1) Uraian kerja (job description)
(2) Spesifikasia jabatan (job specification)
(3) Penilaian kerja (job evaluation)
Job description merupakan uraian tertulis tentang kerja apa yang harus dilakukan
oleh pekerja dalam tugas yang diberikan kepadanya. Job specification merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh si pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan
meliputi kesehatan, pendidikan, sikap dan sebagainya. Job evaluation merupakan
penilaian karyawan untuk memberikan rasa keadilan dalam pekerjaannya.

Pelatihan dan pengembangan


Pelatihan dan pengembangan diberikan kepada karyawan untuk memenuhi
persyaratan kerja yang tidak dimiliki oleh karyawan. Pelatihan ini diberikan baik
dalam bentuk keterampilan teknis maupun keterampilan manajerial. Tempatnya bisa
di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan. Untuk karyawan tingkat pimpinan
biasanyah lebih sering dilakukan. Untuk karyawan tingkat pimpinan biasanya lebih
sering dilakukan di luar perusahaan sedangkan untuk tingkat karyawan bawahan
biasanya lebih sering dilakukan di dalam perusahaan. Ini adalah kaitannya dengan
ketersediaan instruktur dari dalam dan biayanya. Untuk karyawan, pimpinan
biasanya instruktur dari dalam tidak tersedia sedangkan kalau mendatangkan dari
luar biayanya menjadi mahal, karena itu akan lebih hemat kalau dilakukan di luar
perusahaan.

Kompensasi
Menurut Musselman (1991) ada dua jenis kompensasi yang diberikan kepada
karyawan yaitu dalam bentuk uang dan dalam bentuk bukan uang. Kompensasi
dalam bentuk uang biasanya diberikan dalam bentuk gaji, asuransi kesehatan,
bonus, dan tunjangan masa tua. Sedangkan yang bukan uang meliputi kondisi kerja
yang lebih baik, rekreasi bersama, dan fasilitas lainnya seperti sarana olah-raga dan
kesenian, tempat tinggal dan lain sebagainya. Kondisi ideal seperti ini memang sulit
dipenuhi oleh perusahaan yang kecil dan menengah, namun bagaimanapun
pemikiran ke arah sana sebaiknya ada karena akan mampu meningkatkan
117

produktifitas dan moral kerja. Mengenai sistem penggajian akan diuraikan secara
tersendiri.

8. SISTEM PENGUPAHAN
Sistem pengupahan disusun dan dirancang untuk menggambarkan secara
konsisten berat ringannya tanggung jawab tiap-tiap pekerjaan atau jabatan. Seorang
pekerja yang berprestasi harus mendapatkan imbalan yang sepadan dibanding dengan
pekerja yang prestasinya biasa-biasa saja. Demikian juga seorang pekerja yang
melakukan tugasnya di tempat yang berbahaya harus berbeda dengan yang bekerja di
tempat biasa. Dengan demikian sistem upah yang disusun harus mempertimbangkan
bahwa upah yang dibayarkan selalu memperhatikan berbagai hal termasuk upah yang
lazim diberikan dalam masyarakat setempat. Peraturan tentang upah biasanya telah diatur
oleh masing-masing negara. Di negara maju seperti Inggris ditetapkan upah pekerja 4
pound sterling atau Rp. 60.000 per jam, di Amerika Serikat dan Jepang $5 per jam. Di
Indonesia upah pekerja akan dirinci menjadi berbagai komponen.
8.1 Gaji Pokok yang terdiri dari :
Gaji pokok umur
Gaji pokok pendidikan
8.2 Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap diperinci menjadi :
Tunjangan uang makan
Tunjangan keluarga
Tunjangan perumahan
8.3 Tunjangan Tidak Tetap
Tunjangan tidak tetap diperinci menjadi :
Tunjangan kehadiran
Tunjangan transportasi
Tunjangan shift
Tunjangan extra shift malam
Uang premi / extra
Tunjangan-tunjangan lain
8.4 Upah Lembur
Bagi pekerja yang melakukan kerja lembur diberikan upah lembur dan
dibayarkan bersamaan dengan penerimaan upah. Besarnya upah lembur ini
biasanya ada peraturannya yang telah hditentukan oleh pemerintah. Namun
118

secara umum ditentukan bahwa 2 jam pertama dibayar 2 kali, sedangkan


untuk 3 jamj selanjutnya hdibayar hanya 1,5 kali upah jamj kerja biasa.
Penanganan tenaga kerja yang meliputi upah dan kesejahteraannya pada
akhirnya tergantung pada ketentuan masing-masing negara. Satu sama lain
berbeda tergantung tingkat kemakmuran negara tersebut. Dalam negara
pun,I masing-masing perusahaan memiliki kebijaksanaannya sendiri-sendiri
tergantung pada jenis perusahaannya. Ketentuan ILO dan peraturan negara
ada yang harus dilaksanakan secara ketat tetapi ada juga sebagai normative.
Manajemen operasi internasional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
ini, sebab setiap kegiatan operasi dalam satu negara akan selalu berhadapan
dengan tenaga kerja dari negara yang bersangkutan dimana perusahaan
beroperasi.

9. STANDAR KERJA
Pengukuran standar tenaga kerja awalnya diperkenalkan oleh Frederick Taylor dan suami
jistri Frank and Lilian Gilbert pada awal abad ke 20. Pada saat itu kegiatan kerja lebih
banyak dilakukan secara manual sehingga kandungan biaya tenaga kerja dalam setiap
produk sangat tinggi. Pada dasarnya standar tenaga kerja disusun dalam 4 (empat) cara
yaitu :
(1) Berdasarkan pengalaman (historical experience)
Dengan cara ini standar kerja ditentukan berdasarkan pengalaman dimana jam
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas ditentukan oleh
pengalaman seseorang di masa lalu. Cara ini sangat mudah dan tidak mahal.
(2) Berdasarkan kajian waktu (time studies).
Cara ini dikembangkan Frederick W. Taylor dengan menggunakan stop watch
yang disebut sebagai time study. Sebelum waktu standar ditetapkan, rata-rata
waktu siklus ditetapkan lebih dulu. Dengan menentukan faktor rating maka waktu
normal bisa dihitung. Waktu standar dihitung dengan cara membagi waktu
normal dengan satu dikurangi faktor allowance.
(3) Penentuan waktu standar (predetermined time standar)
Penentuan awal waktu standar adalah membagi cara kerja manual menjadi
elemen-elemen dasar yang kecil yang telah memiliki waktu yang establish.
Kemudian faktor waktu ditambahkan ke dalam jelemen-elemen dasar tersebut.
(4) Pengambilan sampel kerja (work sampling).
Cara ini untuk mengestimasi prosentase dari waktu yang dipergunakan oleh
seorang pekerja untuk melaksanakan berbagaii tugas.
119

10.KESIMPULAN
Produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu alasan yang mendorong perusahaan
beroperasi di luar negeri. Produktifitas tenaga kerja ini erat kaitannya hdg efisiensi yang
akan menentukan daya saing (competitive advantage) perusahaan dalam kualitas produk
(quality), dalam harga (low prices) dan kecepatan tanggap dalam memahami keinginan
konsumen (quick response). Karena beroperasi di tempat yang baru konsekuensinya
perusahaan harus mempelajari budaya lokal dalam memelihara tenaga kerja.
Budaya merupakan sekumpulan nilai-nilai suatu masyarakat. Misalnya
pengetahuan, kepercayaan, seni, mkoral, aturan-aturan dan hukum-hukum, kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi, dan elemen-elemen lainnya yang membentuk nilai-nilai dari suatu
masyarakat (Plenert, 2002). Nilai-nilai tersebut akan selalu dipelihara untuk bertahan
(survive) dan untuk bergabung (stay together) yang diturunkan dari generasi ke generasi
(Schneider, 2002). Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang berbeda dari masyarakat
lainnya yang menandai budaya masyarakat itu sendiri dan yang membedakan dari
masyarakat lainnya.
Perusahaan yang beroperasi di luar negeri tidak ihanya karena alasan
produktifitas dan murahnya tenaga kerja saja, itapi bisa juga alasan lain. Misalnya
sumberdaya alam yang melimpah, potensi pasar yang besar, adanya stabilitas politik yang
mendukung, atau kebijakan pemerintah dalam hal kemudahan beroperasi. Namun apapun
alasannya, perusahaan harus mempelajari seluk beluk ketenagakerjaan dan
memaksimalkan potensi tenaga untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu cara untuk
memelihara dan mengembangkan jtek adalah dengan memberikan gaji dan kesejahteraan
yang memadai sehingga karyawan akan merasa aman dan tenang bekerja di perusahaan.

11.BAHAN DISKUSI
1. Apa yang pertama kali yang harus dilakukan dalam merancang jumlah tenaga kerja?
2. Mengapa struktur organisasi perusahaan sangat penting dalam menyusun jumlah
tenaga kerja?
3. Apakah sama cara penyusunan tenaga kerja pada perusahaan yang menghasilkan
barang dan yang menghasilkan jasa?
4. Mengapa budaya menjadi sangat penting dalam perusahaan?
5. Apakah ada kaitan antara budaya dengan produktifitas tenaga kerja?
6. Mengapa pemberdayaan tenaga kerja sangat penting dalam meningkatkan daya saing
perusahaan?
7. Mengapa karyawan harus dikembangkan dan dipelihara keberadaannya?
120

8. Perlukah analisis standar kerja pada perusahaan yang menggunakan peralatan serba
otomatis?
9. Apakah dalam penyusunan gaji karyawan harus memperhitungkan berbagai aspek,
misalnya aspek kelaurga?
10. Dalam menciptakan tenaga kerja yang loyal terhadap perusahaan, kesejahteraan
karyawan harus diperhatikan. Kenapa?

BACAAN LEBIH LANJUT


Gummings, Tuhomas G., Systems Theory for Organization Development, Jiohn Willey
& USOns Ltd., 1980.
Heizer, Jay; Render, Barry (2001), Operations Management, International Edition.
Prentice Hall.
Monk, Jioseph G., (1995), Operations Management: Theory and Problems, Mc Graw
Hill.
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia.
Jakarta.
Steinberg, Rafael, 1975, Man and the Organization (Manusia dan Organisasi) oleh P.
Sondak, 1987, Tira Pustaka Time Life.
Stoner, J.A.F. and Wankel, C. (1986) Management, 3rd edn. New York: PrenticeHall,
Inc.
Schroeder, Roger G. (2000), Operation Management: Contemporary Concept and
Cases, Mc Graw-Hill.
Schneider, Susan C.; Barsoux, Jean-Louis, 2002, Managing Across Cultures, 2nd edn.
Prentice-Hall, Inc.
Walker, james. W. (1992) Human Resource Strategy Management and Organization
Series, Mac Graw-Hill International Edition.
121

BAB PEMILIHAN LOKASI


8

1. PENDAHULUAN
Lokasi perusahaan merupakan salah satu strategi operasi yang krusial dalam merespon
keinginan pasar dan perubahan lingkungan. Perusahaan seringkali merelokasi pabriknya
karena lokasi yang sekarang sudah tidak menguntungkan, atau mencari lokasi baru untuk
mengembangkan usahanya. Banyak perusahaan yang merasa puas dan mendapatkan
manfaat yang besar darii penetapan lokasi perusahaannya. Namun banyak juga yang
kecewa karena kegiatan operasionalnya terus mengalami kerugian akibat lokasinya yang
tidak icocok. Ini dirasakan bukan hanya oleh perusahaan baru saja, tapi juga oleh
perusahaan besar dan telah berpengalaman. Misalnya Sogo, Union Carbide, Kuraray,
Nissan, BASF, atau perusahaan besar lainnya harus menutup salah satu pabriknya di
Indonesia dan mencari lokasi baru di tempat lain.
Sayangnya, tidak ada suatu formula yang canggih untuk menentukan lokasi yang
jcocok kata Monk (2001). Karena itu pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi
lebih bersifat seni daripada ilmu. Senii dalam arti penggunaan ilmu, pengalaman,
pendapat dan insting bercampur dalam memutuskan lokasi perusahaan. Namun demikian,
pemilihan lokasi tetap harus didasarkan pada logika yang wajar, harus didasarkanu pada
pertimbangan ratio. Baik pendekatan pengalaman atau pendekatan ilmu, penelusuran
sebab akibatnya harus dilakukan agar memiliki alasan yang kuat kenapa lokasi itu dipilih.
Pada akhirnya semua penilaian itu harus dikonversikan ke dalam terminology ekonomi
yaitu biaya-biaya yang harus dikorbankan, karena sasaran dari penentuan lokasi adalah
to maximize the benefit kata Heizer (2001).

2. FAKTOR-FAKTOR PENENTU LOKASI


Penentuan lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain oleh hfakki yang langsung
berhubungan dengan output yang dihasilkan, proses produksi, dan atau input yang
dibutuhkan perusahaan. Faktor lain dalam penentuan jlokasi adalah lingkungan yang
tidak langsung seperti aspek infrastruktur, sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah
(politik). Output berkaitan dengan produk yang dihasilkan apakah berupa barang atau
berupa jasa. Proses produksi berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
cara-cara ipenciptaan produk antara lain :
122

a. Produktifitas tenaga kerja


b. Teknologi yang akan digunakan, apakah bersifat capital intensive atau labor
intensive.
c. Energi yang diperlukan untuk menciptakan produk
d. Persyaratan kondisi tanah yang diperlukan untuk pengolahan
Komponen input menyangkut jumlah dan jenis bahan baku yang digunakan serta sumber-
sumbernya yang tersedia. Sedangkan aspek sosial, aspek politik dan aspek ekonomi
berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Kemudahan transportasi baik di sisi output, di
dalam proses, maupun di sisi input harus juga diperhatikan karena menyangkut
infrastruktur yang menentukan lancarnya kegiatan perusahaan. Faktor-faktor ini tidak
seluruhnya harus dipertimbangkan secara merata, tergantung kepada di sisi mana
operasional perusahaan menjadi sangat kritis.

3. LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN LOKASI


Ada beberapa langkah yang bisa dijadikan patokan dalam menentukan lokasi perusahaan,
antara lain :
Tentukan pertimbangan utama yang akan dijadikan dasar dalam pemilihan lokasi.
Apakah pertimbangannya lebih ditekankan pada sisi input, misalnya untuk mendapatkan
kemudahan dalam mendapatkan bahan baku. Apakah pada hps, untuk mendapatkan
kemuadhan dalam mengolah produk, atau pertimbangannya lebih pada sisi output untuk
mendapatkan kemudahan udalam mengakses pasar.
Tentukan kriteria keputusan, apakah pertimbangannya lebih ditekankan pada faktor
ekonomi atau non-ekonomi. Prioritas utama tentunya pertimbangan ekonomi seperti pada
biaya tenaga kerja dan bahan baku. Faktor lain yang bersifat non-ekonomi seperti
lingkungan dan komunitas harus termasuk dalam kriteria tersebut.
Tentukan model-model yang akan digunakan untuki pendekatan dalam memilih
lokasi. Penggunaan model-model akan sangat membantu untuk mempertimbangkan
lokasi yang diharapkan. Misalnya analisis break-even dan linear programming bisa
digunakan untuk mengevaluasi variabel ekonomi, sedangkan yang intangible bisa
dianalisis dengan menggunakan kualitatif faktor analisis.
Kumpulkan data yang dibutuhkan untuk menggunakan model-model dan untuk
mengevaluasi lokasi alternatif. Data tersebut bisa diambil dari data statistik pemerintah
pusat atau daerah, atau juga dari lembaga lain yang menjadi pusat informasi.
Pilih lokasi (site) yang cocok secara hati-hati. Keputusan yang hati-hati dalam
memilih lokasi akan menghindari kegagalan yang fatal. Ini timbul karena lokasi akan
menjadi pusat asset perusahaan yang sangat besar. Salah dalam memilih lokasi akan
menimbulkan kerugian dalam jangka panjang yang seringkali berakhir dengan hanya
dengan menutupnya.
123

4. PERTIMBANGAN OUTPUT
Output yang dihasilkan perusahaan ada yang berupa barang atau berupa jasa. Barang
bersifat tangible, bisa disimpan atau diserahkan ke konsumen di kemudian hari, atau
bahkan dijual kembali. Jasa bersifat intangible, tidak bisa disimkpan, ia ada sebagai hasil
interaksi antara produsen dengan konsumen. Kegiatan di sisi output pada umumnya lebih
bersifat jasa, karena apapun yang dihasilkan akan diserahkan kepada konsumen.
Konsumen harus diberikan kemudahan dalam mengakses produk yang dihasilkan
perusahaan. Karena itu ada beberapa pertimbangan dalam menentukan lokasi perusahaan
:
Kemudahan melayanii konsumen. Karena produsen selalu berhubungan dengan
konsumen dalam menjual produknya, kemudahan dalam menyampaikan informasi
menjadi penting. Pertimbangan lokasi adalah pada daerah yang dekat konsumen atau
berada di lingkungan konsumen. Bank, telekomunikasi, ritel (supermarket), dealer mobil,
dan perdagangan lainnya harus berada dekat konsumen.
Kemudahan taransi untuk mengakses perusahaan. Lokasi yang berada di lingkungan
konsumen belum tentu memberi kemudahan kepada konsumen kalau ada hambatan
dalam masalah transportasi. Karena itu transportasi merupakan faktor penting untuk
dipertimbangkan. Supermarket, pendidikan, rumahsakit, harus mempertimbangkan
transportasi sebagai pertimbangan utama.
Penyerapan informasi. Penyerapan output oleh konsumen sangat rentan terhu
perubahan lingkungan. Perubahan tentang perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan
budaya akan sangat mempengaruhi pasar yang tentunya akan menentukan pemintaan atas
produk yang dihasilkan perusahaan. Karena itu lokasi perusahaan harus mampu menyerap
sebanyak mungkin informasi tentang lingkungan untuk pengambilan kebijakan.

5. PERTIMBANGAN PROSES
Pengolahan atau proses produksi adalah tempat dimana bahan-bahan diolah untuk
menghasilkan produk baru yang memiliki nilai tambah (value added). Namun nilai
tambah saja tanpa dibarengi biaya yang rendah (efisiensi) menjadi tidak jberti. Biaya itu
timbul karena dalam proses produksi digunakan tenaga kerja dan mesin serta peralatan.
Jadi ada ;beberapa faktor yang harus dipertimbangkan apabila pemilihan lokasi
didasarkan pada proses produksi, faktor-faktor tersebut adalah :
5.1 Produktifitas Tenaga Kerja
Salah satu faktor yang paling menarik dalam penentuan lokasi adalah tingkat upah
yang rendah. Namun tingkat upah yang rendah hini belum jadi jaminan kalau tidak
disertai produktifitas yang tinggi. Faktor ini sangat mempengaruhi pertimbangan
perusahaan manakala penekanannya pada pengolahan. Alasan kejnapa pengolahan,
124

karena efisiensi biaya sangat ditentukan oleh proses produksi. Tenaga kerja, bahan-
bahan, dan peralatan, serta metode akan menentukan biaya produksi. Apabila
produktifitas tenaga kerja rendah, maka efisiensi akan rendah, daya saing
perusahaan juga akan rendah karena harga per unit produk menjadi mahal.
Biaya tenaga kerja per hari
= biaya per unit
Produktifitas (unit per hari)

Penelitian di USA menunjukkan bahwa di Connecticut, perusahaan Quality Coils


harus membaya $70 per hari untuk 60 unit, sedangkan di Meksiko harus membayar
$25 per hari untuk 20 unit. Kelihatannya Meksiko me tempat yang baik untuk lokasi
pabrik, tapi jangan terburu-buru mengambil keputusan, perhitungan untuk
membandingkan produktifitas harus dilakukan.
Connecticut :

$70 per hari


= $1.17 per unit
60 unit per hari

Meksiko :

$25 per hari


= $1,25 per unit
20 unit per hari

Dengan demikian, walaupun tenaga kerja di Meksiko lebih murah namun


produktifitasnya rendah, biaya per-unit untuk membuat produk menjadi lebih
mahal. Bagi perusahaan Coils lebih menguntungkan membuka pabriknya di
Connecticut daripada di Meksiko. Dalam banyak kasus, berdasarkan perhitungan
di atas, membuka lokasi di negeri asing lebih murah bagi perusahaan Amerika.
Misalnya Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, China untuki membuat pabrik
tekstil dan garmen. Kita juga bisa melihat banyak perusahaan-perusahaan asing
yang memilih lokasi di negara-negara berkembang seperti di ijndo, Thailand,
China, Vietnam atau negara berkembang lainnya karena pertimi produktifitas
tenaga kerja.

5.2 Faktor Teknologi


Teknologi adalah serangkaian tahapan-tahapan proses, alat-alat yang digunakan,
metode-metode, prosedur-prosedur, dan peralatan untuk menghasilkan barang atau
jasa (Schroeder, 2000). Dengan demikian teknologi produksi bisa bermacam-
macami mulai dari teknologi tradisional yang lebih banyak menggunakan tangan,
125

hingga mengguu peralatan yang berupa robot. Secara keseluruhan teknologi


produksi dikelompokkan menjadi :
(1) handmade technology
(2) Machine technology
(3) Automatic Identification System (AIS)
(4) Process Control
(5) Vision System
(6) Robot
(7) Automated Storage and Retrieval Systems
(8) Automated Guided Vehicle
(9) Flexible Manufacturing
Teknologi ini digunakan bukanu hanya untuk mengolahh bahan saja tapi juga
digunakan untuk memindahkan dan menyimpan bahan (material handling) serta
mendesain produk. Penggunaan peralatan ini akan menentukan apakah bersifat
capital intensive atau labor intensive.

5.3 Faktor Energi


Energi bisa berupa energi listrik atau energi air. Energi seperti ini seringkali
dibutuhkan dalam mengolah output yang bakal dihasilkan. Misalnya dalamj
kegiatan extractive, atau dalam pembangkit listrik tenaga air (PLTA), atau juga
dalami pembuatan serat.

5.4 Persyaratan Kondisi


Seringkali tanah menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam proses
pengolahan.

6. PERTIMBANGAN INPUT
Lokasi yang condong ke arah input pertimbangannya ditekankan untuk mendapatkan
kemudahan dalam mendapatkan semua komponen input yang dibutuhkan, misalnya :
Bahan baku (material oriented). Bila bahan baku yang menjadi pertimbangan utama,
maka lokasi perusahaan akan ditempatkan dekat dengan sumber pasokan (supply). Pabrik
kertas, pabrik baja, pengolahan hasil peratnian, perikanan, peternakan, atau kehutanan,
merupakan perusahaan yang material oriented.
126

Sumber air. Bila air menjadi pertimbangan utama maka lokasi pabrik akan didekatkan
pada sumber air, misalnya PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang mutlaki harus
dekat dengan sumber air.
Tenaga kerja terdidik. Sumber tenaga kerja juga seringkali mempengaruhi lokasi
perusahaan terutama pada proses produksi yang bersifat labor intensif misalnya
pengolahan pertanian. Biaya transportasi. Ada kalanya biaya pengiriman bahan baku dan
pengiriman bahan jadi diperbandingkan. Bila biaya pengiriman bahan baku lebih murah
dibanding biaya pengiriman barang jadi, maka cenderung pabrik akan didirikan dekat
dengan bahan baku. pemilihan lokasi pada akhirnya ditentukan oleh prioritas utamanya,
dilihat dari ketersediaan bahan baku mungkin tidak memadai, tapi dilihat dari tenaga
kerja, lokasi itu memungkinkan untuk dibangun perusahaan.

7. FAKTOR LINGKUNGAN
Kelancaran proses bukan hanya ditentukan oleh hfakk tenaga kerja saja, lingkungan juga
menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Lingkungan tersebut meliputi berbagai aspek
seperti :
7.1 Aspek Sosial
Aspek ini sangat penting bila lokasi perusahaan akan dibangun di luar negeri.
Perbedaan bahasa dan adat istiadat akan menjadi problem dalam operasional,
pengendalian, bahkan dalam pengambilan keputusan. Setiap pelaksanaan rencana
harus diterjemahkan ke dalam bahasa lokal agar bisa dimengerti, setiap perintah
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menyinggung tata cara dan adat-
istiadatnya.

7.2 Aspek Politik


Stabilitas politik dan keamanan, serta sikap para pimpinan politik terhadap investor
asing akan mempengaruhi penentuan lokasi perusahaan. Beberapa negara Eropa dan
Asia. Tapi beberapa negara menekan investor dengan memaksakan pajak cukup
tinggi dan proporsi kandungan lokal atas produk yang dihasilkan. Negara yang lain
membatasi penggunaan tenaga kerja asing, atau menekankan keharusan transfer
teknologi.

7.3 Aspek Teknologi


Upah tenaga kerja yang murah bukan alasan yang kuat untuk mendirikan pabrik di
luar negeri. Banyak perusahaan yang mendirikan pabriknya di negara ketiga (under
developed countries) merasa kecewa karena produktifitasnya juga rendah, iseh
bukan keuntungan yang diperoleh. Rendahnya produktifitas ini bukan karena
127

mereka tidak bekerja keras tetapi karena teknologi yang digunakannya tidak
memadai. Ketika otomatisasi mau diterapkan pemerintah negara itu melarangnya
karena besarnya pengangguran, dan perusahaan hanya dibolehkan untuk
menggunakan teknologi madya yang bersifat labor intensive. Pertimbangan lokasi
di negara asing akan berkenaan dengan bagaimana menghasilkan produk yang
memiliki daya saing dengan teknologi yang sesuai dengan kondisi negara tersebut.

7.4 Aspek Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor
untuk menanamkan modalnyah di negara tersebut. Pertumbuhan ini ditandai dengan
meningkatnya GDP (gross domestic product) atau GNP (gross national product).
GDP menunjukkan total nilai produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu
Negara hdalam periode tertentu dengan menggunakan faktor produksi domestik.
GNP menunjukkan total nilai produk yang dihasilkan oleh suatu negara dalam
periode tertentu hdg menggunakan faktor produksi domestik maupun di luar negeri.
GNP atau GDP ini pada akhirnya akan menentukan daya beli masyarakat
(purchasing power). GDP per kapita negeri Angola misalnya $1000,- walaupun
negeri itu sangat miskin, tapi masyarakat negeri itu menganggap minuman coke
murah sehingga mendorong perusahaan Amerika itu membuka pabriknya disana.

8. TEKNIK-TEKNIK PENENTUAN LOKASI


Faktor-fakki yang menentukan dalam pemilihan lokasi kemudian dikelompokkan menjadi
yang bersifat kumulatif, dan yang bersifat kuantitatif. Faktor kuantitas meliputi biaya-
biaya yang bakal timbul, namun tidak semua faktor bisa dikonversikan ke dalam biaya.
Karena itu penilaiannya harus secara rating dan dikelompokkan secara kuantitatif.
8.1 Metode Rating Faktor
Metode ini dikenal sebagai metode pembobotan karena memberikan bobot kepada
setiap faktor yang dianggap menentukan lokasi. Bobot ini berupa persentase yang
besarnya tergantung pada pentingnya faktor tersebut dan relevansinya dengan
kegiatan operasi. Bobot kemudian diurut dari yang paling besar hingga yang paling
kecil, yang secara keseluruhan jumlahnya 100% (Tabel 8.1).
128

Tabel 8.1
Faktor-Faktor Penentu Lokasi
Score Bobot Score
Faktor-faktor Bobot
Thailand Vietnam Thailand Vietnam
Upah buruh 0.25 80 70 20.00 17.50
Harga tanah 0.15 65 60 9.75 9.00
Tenaga akhli 0.10 70 70 7.00 7.00
Energi 0.15 65 50 9.75 7.50
Air 0.15 50 50 7.50 7.50
Pajak 0.10 50 60 5.00 6.00
Infrastruktur 0.10 50 60 5.00 6.00
1.00 64.00 48.50

Selanjutnya setiap negara yang dipilih menjadi alternatif lokasi diberikan penilaian
(score) atas faktor-faktor tersebut kemudian dikalikan dengan bobotnya. Total bobot
score akan menentukan nilai dari masing-masing negara alternatif. Berdasarkan
perhitungan di atas, Thailand memiliki score bobot tertinggii dibanding Vietnam,
karena itu lokasi perusahaan sebaiknya dipilih Thailand.

8.2 Metode Break-Even


Di dalam metode ini analisis ditentukan kepada biaya-biaya yang akan timbul di
negara yang akan dijadikan lokasi alternatif. Dengan demikian, semua faktor-faktor
yang dianalisis akan dirubah menjadi biaya tetap FC (fixed cost) dan biaya variabel
VC (variable cost). Biaya masing-masing lokasi alternatif diplot pada kuadran yang
sama untuk melihat masing-masing total biayanya dan membandingkannya dengan
biaya-biaya pada lokasi yang lain.
Langkah-langkah untuk menganalisis dengan menggunakan metode break-even
adalah sebagai berikut :
1. Tentukan faktor-faktor yang akan diamati pad masing-masing lokasi alternatif,
2. Tentukan biaya-biaya tahunan yang akan timbul pada setiap faktor di masing-
masing lokasi alternatif tersebut.
3. Kelompokan biaya-biaya tersebut menjadi biaya tetap (FC) dan biaya variabel
(VC), kemudian hitung total biyu pada masing-masing lokasi tersebut.
4. Plot biaya masing-masing lokasi alternatif tersebut dalam satu peta yang
menggambarkan biaya tahunan dan volume yang akan dihasilkan.
129

5. Pilih lokasi yang memiliki total biaya yang paling minimal diantara alternatif
lokasi tersebut.
Sebuah perusahaan misalnya akan membangun pabriknya pada suatu negara. Ada tiga
negara yang jadi alternatif yaitu Cina, Korea Selatan, dan Malaysia. Setelah diteliti biaya
operasi pada masing-masing negara adalah sebagai berikut : (Tabel 8.2). Perusahaan
merancang pabriknya untuk kapasitas 1.850 uniti per tahun. Produk yang dihasilkannya
akan dijual seharga $90 per unit. Di negara mana perusahaan tersebut sebaiknya
mendirikan lokasi pabriknya?
Tabel 8.2
Biaya Lokasi Beberapa Negara
Negara Fixed Cost/tahun Variable Cost/unit
Cina $ 20.000 $ 50
Korea Selatan 40.000 30
Malaysia 80.000 10
Data di atas bisa diselesaikan dengan cara sebagai berikut :
TC = FC + VC . Q
Untuk TC Cina = $ 20.000 + $ 50 (1850) = $ 112.500
Untuk TC Korea Selatan = $ 40.000 + $ 30 (1850) = $ 95.500
Untuk TC Malaysia = $ 80.000 + $ 10 (1850) = $ 98.500

Gambar 8.1
Analisis Pulang Pokok

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa lokasi yang paling menguntungkan


untuk kapasitas pabrik sebesar 1850 unit adalah di Korea Selatan. Dengan
keuntungan yang diharapkan sebesar :
130

Profit = TR TC
= (P.Q) (FC + VC.Q)
= ($90 x 1850) {$40.000 + ($30 x 1850)}
= $ 166.500 - $ 95.500
= $ 71.000

8.3 Metode Gaya Tarik Memusat


Metode Gaya Tarik Memusat (Center of Gravity Method) adalah metode lain dalam
penentuan lokasi perusahaan. Dalam metode ini teknik matematik digunakan untuk
mendapatkan lokasi pusat distribusi yang akan meminimalkan biaya distribusi.
Pertimbangannya ditekankan pada pelayanan pemintaan pasar dengan segera (quick
response) dan dengan biaya pengiriman yang minimal. Metode ini lebih ditekankan
pada kegiatan logistik yang harus menempatkan gudangnya sebagai pusat
pengiriman ke negara-negara di sekitarnya.
Gambar 8-2 menempatkan semua lokasi customer pada satu peta system koordinat.
Garis Y adalah sebagai ordinat, sedangkan X sebagai absis. Lokasi customer
terhadap garis ordinat dan absis ditentukan oleh skala dengan ukurannya
sekehendak kita, akan tetapi harus konsisten. Dalam gambar terlihat bahwa lokasi
customer A berada pada posisi 30 skala X, dan posisi 120 skala Y. Demikian juga
lokasi customer lainnya ditetapkan sesuai dengan lokasi pemetaan.
Pusat gaya tarik koordinat bisa ditentukan dengan :

Dix.Qi
X=
Qi
Sedangkan pusat gaya tarik koordinat :

Diy.Qi
Y=
Qi
Dimana :
X = Garis Datar
Y = Garis tegak
Diy = Koordinat Y dari lokasi
Dix = Koordinat X dari lokasi i
Qi = Jumlah barang atau jasa yang dikirim/diterima dari lokasi i
131

Gambar 8.2
Gaya Tarik Memusat

9. BIAYA TRANSPORTASI
Seringkali sebuah perusahaan yang memiliki beberapa pabrik di beberapa Negara yang
memiliki kapasitas yang berbeda. perusahaan itu harus melayani pemintaan dari beberapa
negara yang kapasitas pemintaannya juga berbeda. yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana perusahaan tersebut mengatur pengiriman produknya agar biaya pengiriman
yang minimal. Masalah ini merupakan masalah biaya transportasi. Untuk memecahkan
masalah distribusi tersebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Dalam operation research persoalan ini bisa dipecahkan dengan metode :
(1) Northwest Corner Method,
(2) Stepping Stone Method, dan
(3) Vogel Approximation Method

Sehubungan perusahaan memiliki 3 buah pabrik yang berlokasi di 3 negara A, B, C.


Kapasitas pabrik di Negara A = 100 ton, di negara B = 300 ton, dan di negara C = 250
(Tabel 8-3). Perusahaan itu harus melayani pemintaan dari empat negara X = 150 ton, Y
= 250ton, Z = 150 ton, W = 100 ton. Ongkos angkut dari negara A ke negara X = $6, dari
A ke Y = $8, dari A ke Z = $7 dan seterusnya lihat tabel. Bagaimanakah pengiriman itu
harus dilakukan agar ongkosnya minimal.
132

Tabel 8.3
Metode Transportasi

9.1 Metode Northwest Corner Rule


Dengan menggunakan metode sudut barat-utara (Northwest Corner Rule) pengisian
dimulai dari pojok utara-barat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Isi sell utara-barat untuk pertama kali sebesar jumlah pemintaan (demand) atau
sebesar kapasitas pabrik (supply).
b. Penuhi sisanya dari kapasitas yang belum terserap atau pemintaan yang belum
terpenuhi. Lihat tabel 8-4, pemintaan dari negara X dipenuhi sebagian dari negara B
sebesar 50 unit karena kapasitas dari negara A hanya 100 unit (tidak bisa memenuhi
pemintaan dari negara B).
c. Lanjutkan cara b untuk sell berikutnya hingga semua kapasitas terserap dan semua
pemintaan terpenuhi.
d. Bila ada kelebihan supply atas demand maka dibikin demand-demand. Demikian juga
sebaliknya bila demand > supply dibikin deman supply sehingga persyaratan
keseimbangan terpenuhi (supply = demand).
133

Tabel 8.4
Metode Transportasi

e. Hitung ongkos transportasinya, yaitu sebagai berikut :


A = 100 x $6 = $ 600
B = 50 x 11 + 250 x 5 = 1.800
C = 50 x 6 + 150 x 4 + 100 x 2 = 2.100
Total biaya pengiriman = $ 4.500

9.2 Metode Stepping Stone


Metode ini merupakan kelanjutan dari metode northwest corner rule. Yang jadi
pertanyaan adalah apakah biaya transportasi sebesar $4.500 itu merupakan biaya
minimal? Kemudian bisakah biaya itu diperkecil?
Untuk itu, sell yang kosong dievaluasi dengan cara :
(1) Bandingkan ongkos angkut cell yang kosong (AY) dengan ongkos angkut cell
yang isi (AX, BX, BY). Perbandingan tersebut dengan menandai ongkos positif
untuk cell yang dievaluasi (AY), kemudian negative ke arah horizontal (AX),
kemudian positif vertikal (BX), dan negatif horizontal (BY). Sebagai berikut :
Untuk cell AY = +8 6 + 11 5 = +8
AX (-) --- AY (+)
I I
I I
BX (+) --- BY (-)
Lihat cell AY berpasangan dengan cell AX (isi), cell BX (isi), dan cell BY (isi).
Cell AZ = +7 6 + 11 5 + 6 4 = +9
134

Untuk cell AZ, setelah cell BX tidak bisa langsung ke cell BZ, karena kosong,
tapi harus ke cell BY, kemudian belok ke cell CY (isi), terakhir ke cell CZ karena
berpasangan vertikal dengan cell AZ.
AX(-) ------------------------- (AZ) (+)
I I
I I
BX (+) --- BY (-) I
I I
I I
CY (+) ----------- CZ (-)
Cell AW = +9 6 + 11 5 + 6 12 = +3
Cell BZ = +10 5 + 6 4 = +7
Cell BW = +6 5 + 6 12 = -5
Cell CX = +8 6 + 5 11 = -13

(2) Penuhi cell yang memiliki nilai evaluasi negatif. Apabila mengisi cell iyang
bernilai evaluasi positif mengakibatkan ongkos transportasi akan bertambah (+)
Tabel 8.5
Metode Transportasi

Dengan demikian ongkos transportasi adalah :


A = 50 x 8 + 50 x 7 = $ 750
B = 200 x 5 + 100 x 6 = 1.600
C = 100 x 4 = 400
Total ongkos = $ 2.750
135

Ada pengurangan ongkos transportasi apabila dibandingkan dengan metode


Northwest Corner Rule sebesar $1.250 yaitu dari ($4.500 - $2.750)

9.3 Metode Pendekatan Vogel


Dalam metode ini, penyelesaian soal ongkos transportasi dla dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
(1) Hitung perbedaan antara ongkos terkecil dari masing-masing baris dan kolom,
kemudian tulis hasilnya pada sisi luar dari baris atau kolom.
(2) Pilih perbedaan nilai yang terbesar antara baris atau kolom untuk mengisi cell,
kemudian penuhi cell yang memiliki ongkos terkecil sebanyak pemintaannya
(3) Hapus baris atau kolom dari cell yang telah terpenuhi dari pertimbangan
selanjutnya dan kembali ke langkah pertama dan selanjutnya hingga seluruh
pemintaan terpenuhi.
Penyelesaiannya sebagai berikut :
Tabel 8.6
Metode Transportasi

Ada dua nilai yang memiliki perbedaan terbesar yaitu 3 untuk kolom Z dan W. Pilih salah
satu. Kalau memilih kolom Z maka cell CZ yang diisi penuh karena memiliki ongkos
terkecil (4). Kapasitas pabrik di negara C = 250 unit, tapi karena pemintaan dari Z hanya
150, maka CZ diisi 150 untuk memenuhi pemintaan dari Z. Dengan demikian Z bersisa
100 unit. Selanjutnya hapus kolom Z dari pertimbangan karena pemintaannya telah
terpenuhi.
136

Buat tabel baru dimana hanya pemintaan X, Y, dan W yang jadi pertimbangan,
sedangkan kapasitas negara C hanya 100 karena sudah terserap oleh Z sebesar 150 unit.
Kembali ke langkah awal.

Tabel 8.7. Metode Transportasi

Hapus negara W dari pertimbangan karena telah terpenuhi dari negara B.

Tabel 8.8
Metode Transportasi

Karena yang dipilih untuk diisi adalah cell BY 200, maka untuk memenuhi pemintaan Y
bisa langsung ditambah dari Negara C 50, sedangkan pemintaan negara X dipenuhi dari
negara Y 100 dan dari negara C 50. Secara keseluruhan, pengisian tabel sebagai berikut :
137

Tabel 8.9
Metode Transportasi

Dengan ongkos transportasi sebesar :


Negara A = 100 x $6 =$ 600
Negara B = 200 x 5 + 100 x 6 = 1.600
Negara C = 50 x 8 + 50 x 6 + 150 x 4 = 1.300
Total Ongkos = $ 3.500

10.KESIMPULAN
Lokasi sangat menentukan keberhasilan usaha karena mampu memberikan kontribusi
terhadap tingkat efisiensi perusahaan. Tingkat efisiensi ini akan diperoleh perusahaan
manakala lokasi mampu memudahkan konsumen, supplier, atau faktor produksi lainnya
untuk berinteraksi dengan perusahaan. Konsumen tidak kesulitan untuk mendapatkan
pelayanan dari perusahaan, demikian juga perusahaan tidak kesulitan untuk mendapatkan
bahan-bahan dari supplier, dan informasi yang diperlukan dari pihaki lainnya. Semuanya
akan tercermin dalam ongkos produksi yang relatif minimal sehingga menciptakan harga
produk yang murah.
Namun tidak ada suatu formula yang bisa menentukan bagaimana mendapatkan
lokasi yang tepat/Pas. Untuk setiap kegiatan usaha. Akan tetapi patokan-patokan untuk
dasar pengambilan keputusan harus ditekankan pada aliran informasi antara sisi injput,
dan sisi output. Sisi input untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses faktor
produksi, dalam proses untuk memudahkan pengolahan, dan di sisi output untuk
memudahkan pelayanan terhadap konsumen.
Dalam kaitannya dengan proses produksi, produktifitas tenaga kerja menjadi
pertimbangan utama, karena secanggih apa pun peralatan yang dimiliki pada akhirnya
akan ditentukan oleh manusianya. Keberadaan tenaga kerja ini tidak lepas dari
lingkungan budayanya dan aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah daerah setempat
138

tentang lingkungan kerja. Lingkungan ini berkaitan dengan aspek sosial dan politik,
ekologi, dan infrastruktur lainnya yang memudahkan perusahaan untuk beroperasi.
Transportasi merupakan faktor lain yang sangat penting karena menentukan kemudahan
dalam mengakses berbagai faktor yang diperlukan. Tarnsi inilah yang sangat dominan
dalam menentukan ongkos produksi.
Penentuan efisiensi dalam lokasi selanjutnya ditentukan oleh berbagai
pendekatan. Antara lain dengan metode rating faktor, metode break even, dan metode
gaya tarik memusat (centre of gravity method). Sedangkan biaya transportasi akan
ditentukan oleh pendekatan metode north corner rule, stepping stone, dan Vogels
approximation method.

11.BAHAN DISKUSI
1. Apa yang menyebabkan lokasi memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan perusahaan?
2. Mengapa dalam menentukan lokasi, kelancaran produk yang dihasilkan (barang atau
jasa) harus menjadi pertimbangan utama?
3. Mengapa dalam pertimbangan proses produksi, produktifitas tenaga kerja menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan lokasi?
4. Apa untung ruginya apabila losii perusahaan jauh dari sumber bahan baku?
5. Mungkinkah kemajuan usaha salon kecantikan apabila lokasinya ditempatkan jauh
dari keramaian tapi mudah mendapatkan alat transportasi?
6. Setiap perusahaan mendambakan kemajuan usahanya. Apa yang sangat dominan
dalam menentukan lokasi perusahaan?
7. Mengapa faktor budaya dan lingkungan sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi perusahaan?
8. Sebuah perusahaan memiliki 3 buah pabrik yang berlokasi di 3 negara A, B, C.
Kapasitas pabrik di negara A = 300 ton, di negara B = 250 ton, dan di negara C = 200
ton (Tabel 8-3). Perusahaan itu harus melayani pemintaan dari empat negara X = 220
ton, Y = 150 ton, Z = 170 ton, W = 200 ton. Ongkos angkut dari negara A ke negara
X = $7, dari A ke Y = %6, dari A ke Z = $5, dari B ke X = $9, dari B ke Y = $6, dari
B ke Z = $5, C ke negara X = $12, dari B ke Y = $18, dari B ke Z = $14.
Bagaimanakah pengiriman itu harus dilakukan agar ongkosnya minimal dengan
metode stepping stone, dan Vogel?
9. Sebuah perusahaan akan membangun pabriknyah pada suatu negara. Ada tiga negara
yang jadi alternatif yaitu Thailand, Korea Selatan, dan Taiwan. Setelah hditeliti,
biayah tetap per tahun di Thailand $25.000. Di Korea Selatan $50.000, dan di Taiwan
$40.000. Biaya variabel per unit di Thailand $20, di Korea Selatan $30 dan di Taiwan
139

$40. apa yang harus menjadi pertimbangan perusahaan apabila berminat untuk
membangun pabriknya di 3 (tiga) negara tersebut?
10. Sebuah perusahaan akan membuka usaha di luar negeri untuk menembus hambatan
pemasaran. Ada dua negara alternatif yang memungkinkan untuk menjadi lokasi
perusahaan yaitu di Cina atau di Meksiko. Karena proses produksi dianggap sebagai
faktor kritis yang menentukan keberhasilan perusahaan, maka penentuan lokasi
ditekankan pada pembobotan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor itu adalah
produktifitas, pasar, pendidikan, budaya, energi, lingkungan, pajak, dan jasa
penunjang seperti informasi. Bagaimana sebaiknya perusahaan memberikan bobot
masing-masing faktor tersebut?

BACAAN LEBIH LANJUT


Kotler, Philip; Bowen, John; Makens, James, Marketing for Hospitality and Tourism,
Second Edition, Prentice-Hall.
Stoner, J.A.F. and Wankel, C. (1986) Management, 3rd edn. New York: Prentice-Hall,
Inc.
Heizer, Jay; Render, Barry (2001), Operation Management, International Edition.
Prentice Hall.
Monk, Joseph G., (1995), Operation Management: Theory and Problem, Mc Graw Hill.
Schroeder, Roger G. (2000), Operation Management: Contemporary Concept and Cases,
Mc Graw-Hill.
140

BAB KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN


9 DAN RESIKO BISNIS

1. PENDAHULUAN
Dalam lingkup yang sederhana, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekeliling kita. Elemen-elemennya bisa meliputi tetangga, sekolah, kantor pos, pasar, toko
buku, bank, supermarket, perusahaan, kantor pemerintahan, rumah sakit dan sebagainya.
Elemen-elemen itu sangat berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan kita. Kita bermain
catur dengan tetangga. Membeli kebutuhan hidup ke pasar atau supermarket. Memeriksa
kesehatan ke dokter atau Rumah Sakit. Membayar listrik melalui bank. Menyekolahkan
anak ke Universitas, atau mencari penghidupan di sebuah perusahaan sebagai pekerja.
Kalau tetangga jatuh sakit maka kita tidak bisa bermain catur atau tidak bisa main
badminton karena tidak ada pasangan. Kalau supermarket tutup kita kesulitan berbelanja.
Kalau bank tempat kita menyimpan uang tutup, kita kesulitan mengambil atau mengirim
uang. Kalau perusahaan tempat kerja kita bangkrut, kita terkena pemutusan hubungan
kerja sehingga kesulitan untuk mencari nafkah. Pokoknya segala sesuatu yang terjadi
pada lingkungan dimana kita berada akan mempengaruhi kehidupan kita, baik yang
bersifat negatif maupun yang bersifat positif.

2. LINGKUNGAN BISNIS DAN KETIDAKPASTIAN


Bukan hanya orang per orang, perusahaan pun demikian. Perusahaan bahkan berada
dalam suatu lingkungan yang lebih luas, yang maju-mundurnya atau perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Perusahaan mendapatkan input dari lingkungan
berupa bahan baku, tenaga kerja, modal, dan sebagainya. semua komponen input itu
kemudian diolah menjadi produk yang berupa barang ataupun jasa yang selanjutnya
diserahkan kembali kepada lingkungan melalui pasar. Kalau lingkungan tidak mau
menyerap produk yang dihasilkan perusahaan, akan terjadi penumpukan di gudang. Bila
penumpukan itu terus berlangsung maka produksi harus dihentikan, mesin tidak
beroperasi, dan karyawan harus dirumahkan. Demikian juga kalau lingkungan tidak bisa
menyediakan faktor-faktor produksi yang diperlukan seperti bahan baku misalnya,
perusahaan akan menghadapi kesulitan.
Adakah jaminan bahwa input yang diperlukan akan tersedia terus? Atau adakah
jaminan bahu produk perusahaan akan diterima terus oleh lingkungan? Jawabnya tidak
ada, artinya perusahaan menghadapi berbagai kemungkinan. Kemungkinan perusahaan
141

bisa untung dan berkembang, bisa rugi, atau bahkan bangkrut. Berapa besar kepastiannya
untuk rugi atau untuk memperoleh keuntungan? Tidak ada yang tahu. Artinya perusahaan
menghadapi ketidakpastian. Adakalanya perusahaan, suatu ketika, menerima customer
order dengan jumlah yang pasti. Tapi suatu ketika perusahaan hanya bisa memperkirakan
jumlah yang akan diminta oleh customer berdasarkan pengalaman musiman. Bahkan
dalam keadaan tertentu perusahaan sama sekali tidak memiliki informasi apapun tentang
lingkungannya sehingga sulit untuk melakukan antisipasi.

3. LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL


Lingkungan perusahaan bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan internal, dan
lingkungan eksternal. Lingkungan internal unsur-unsurnya terdiri dari :
a. Pemilik
b. Manajemen
c. Tenaga kerja biasa
Lingkungan ini lebih bersifat controllable karena secara relatif bisa dikendalikan oleh
perusahaan. Pengendaliannya bisa diatur misalnya dengan menyusun struktur organisasi,
mengatur penjadwalan, kapan harus masuk kerja, kapan mengirim pesanan ke konsumen,
dan sebagainya. lingkungan luar dibagi menjadi lingkungan yang langsung, dan
lingkungan yang tidak langsung.
Disebut lingkungan langsung karena elemen-elemennya atau unsur-unsurnya
secara langsung berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. Unsur-unsur apa
saja yang akan berpengaruh terhadap perusahaan. Unsur-unsur itu menurut Forter (1995)
meliputi :
(1) Pelanggan
(2) Pemasok
(3) Serikat buruh
(4) Pesaing
Elemen-elemen / unsur-unsur yang tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan operasi
perusahaan disebut lingkungan eksternal, meliputi :
(1) Kegiatan politik
(2) Ekonomi
(3) Teknologi
(4) Budaya, dan sebagainya
Kegiatan politik misalnya, gejolaknya akan berpengaruh terhadap perusahaan melalui
kegiatan yang ada di sisi input atau di sisi output. Misalnya gejolak politik mempengaruhi
142

dulu supplier yang tidak bisa mengirim bahan baku, atau mempengaruhi pelanggan yang
tidak membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Perubahan yang terjadi pada kegiatan
ekonomi akibatnya tidak secara langsung berhubungan dengan perusahaan. Tetapi apabila
buruh mogok perusahaan akan langsung berhenti beroperasi. Demikian juga kalau
pemasok (unsur lingkungan luar) terlambat mengirimkan bahan baku atau pemasok itu
mengirimkan bahan tidak sesuai dengan kualitasnya, perusahaan akan menghadapi
masalah kekurangan bahan atau ditolaknya produk oleh konsumen. Dengan demikian,
baik langsung atau tidak, perubahan apapun yang terjadi dalam lingkungan, akan ada
pengaruhnya terhadap perusahaan.

4. PERUBAHAN LINGKUNGAN
Besar kecilnyah pengaruh dari perubahan lingkungan pada kegiatan operasional
perusahaan, tergantung pada sifat perubahan itu sendiri. Ada (3) tiga jenis lingkungan
yang bisa diidentifikasi apabila dikaitkan dengan sifat perubahan, yaitu :
1. Lingkungan yang relatif stabil
2. Lingkungan yang memiliki perubahan berpola sama dari waktu ke waktu
dan
3. Lingkungan yang bergejolak

Pada lingkungan yang relatif stabil dimana perubahan jarang terjadi atau hanya sekali-
sekali dalam interval waktu yang relatif lama, kegiatan operasi secara relatif tidak
terganggu. Kondisi dimana tingkat inflasi stabil, tidak ada gejolak politik, idak ada
pemogokan dan demonstrasi, tidak ada peperangan, maka lingkungan dianggap stabil.
Dalam kondisi ini perusahaan akan beroperasi secara normal, setiap perencanaan bisa
dilaksanakan dengan baik, dan sasaran yang ditentukan dapat dicapai karena semua faktor
produksi yang diperlukan bisa dipersiapkan dengan baik. Produk yang dihasilkan bisa
terserap seluruhnya oleh pasar. Dalam kondisi seperti ini perekonomian secara
keseluruhan akan berkembang dengan baik karena secara keseluruhan lingkungan stabil.
Dalam lingkungan yang tidak stabil, tetapi memiliki pola perubahan yang sama
dari waktu ke uwaktu perusahaan masih bisa melakukan perencanaan tapi didasarkan
pada perkiraan atau ramalan. Dalam pola pemintaan musiman misalnya perusahaan
beroperasi secara full capacitypada hari raya atau musim panen dan menurunkan
kegiatannya pada musim paceklik. Naik turunnya kegiatan ini dirancang berdasarkan
demand forecast (prakiraan pemintaan). Prakiraannya bisa dilakukan berdasarkan data-
data yang dimiliki perusahaan dari waktu ke waktu dan tekniknya bisa menggunakan
teknik-teknik statistik ataupun berdasarkan pada pengalaman bagian pemasaran.
Dalam lingkungan yang bergejolak dimana perubahan sering terjadi dan
munculnya tidak bisa diprakirakan atau tiba-tiba, perusahaan tidak bisa berbuat apa-apa.
143

Perusahaan akan tunduk pada perubahan itu sendiri walaupun akibatnya merugikan,
karena rencana apapun yang dilakukan perusahaan tidak akan bisa dilaksanakan. Dalam
lingkungan yang politiknya terus bergolak kekacauan akan terjadi dimana-mana,
keamanan tidak terjamin, pemintaan turun naik tanpa bisa diramalkan, tingkat inflasi
meningkat tanpa terkendali, pasokan bahan baku kadang-kadang ada kadang tidak,
pengiriman barang tidak lancar. Maka dalam kondisi seperti ini perusahaan akan
beroperasi dengan tidak menentu.

5. KEGIATAN OPERASI DAN KEPASTIAN


Kegiatan operasional perusahaan ditandadi dengan :
1. Jumlah dan jenis produk yang akan dihasilkan
2. Penetapan waktuu produksi
3. Orang-orang yang akan melaksanakan
4. Alat-alat yang akan hdigu
5. Bahan-bahan yang akan diolah
6. Tempat untuk melaksanakan
Semuanya harus dalam kondisi pasti agar bisa dilaksanakan, bila terjadi perubahan maka
produksi akan terhenti sejenak untuk penyesuaian. Bila sering terjadi perubahan akan
timbul keragu-raguan pada pelaksanaannya bahkan bisa saja tidak terjadi penciptaan
produk karena setiap akan kerja, rencana berubah lagi.
Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan, kegiatan operasi dibagi menjadi
rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana jangka pendek (short-run)
adalah rencana yang tidak melebihi satu tahun. Dengan rencana ini diharapkan kondisi
lingkungan diharapkan tidak berubah, atau kalau ada perubahan tidak begitu berpengaruh
sehingga memiliki kepastian dalam kegiatan operasionalnya. Sebuah perusahaan yang
melakukan pinjaman sebesar $100.000 untuk waktu 30 hari dengan tingkat bunga 12
persen merupakan contoh keputusan yang bersifat jangka pendek. Perusahaan
memutuskan untuk meminjam karena memiliki kepastian bahwa 30 hari kemudian akan
mampu membayar utang beserta bunganya sekaligus, ibahkan perusahaan dapat untung.
Tapi apabila tidak ada kepastian tentang apa yang akan dicapai, siapa yang mengerjakan
dan lain sebagainya, kegiatan operasional tidak akan jalan.
Rencana jangka panjang (long run) akan menjadi rencana operasional kalau
memang akan dilaksanakan. Dalam melakukan expansi baik di dalam maupun di luar
negeri perusahaan harus memilih lokasi, imemasang mesin-mesin, memiliki sumber
bahan bakuu yang akan digunakan, merekrut tenaga kerja, dan sebagainya. semuanya
merupakan keputusan investasi jangka panjang karena pengembaliannya juga bersifat
jangka panjang. Akan tetapi kemampuan pencapaian hasil jangka panjang itu akan
ditentukan oleh keberhasilan operasional dalam jangka pendek yang memerlukan
144

kepastian. Perusahaan harus merubah kondisi ketidakpastian lingkungan yang


dihadapinya menjadi kondisi kepastian agar bisa dilaksanakan. Karena itu sebelum
diputuskan untuk dilaksanakan segala sesuatunya harus dianalisis secara cermat untuk
menghilangkan ketidakpastian.

6. KETIDAKPASTIAN DAN RESIKO BISNIS


Hambatan yang dihadapi dalam kegiatan operasi adalah ketidakpastian dalam
pelaksanaan. Ketidakpastian ini selanjutnya akan menentukan berhasil tidaknya kegiatan
operasi tersebut. Dalam teori ekonomi hambatan ini dikenal dalam dua istilah, yaitu :
1. Resiko bisnis
2. Ketidakpastian
Keduanya merupakan istilahu yang berbeda meskipun seringkali dipertukarkan. Bila
seorang manajer penjualan mengestimasi bahwa penjualan tahun depan memiliki
kemungkinan 25% buruk, 50% normal dan 25% baik, maka perusahaan berhadapan
dengan resiko. Resiko tersebut timbul karena keputusan yang diambilnya, misalnya
memutuskan untuk memiliki kondisi baik (25%) padahal yang terjadi kondisi buruk
(25%).
Bila dalam kegiatan operasional tidak ada suatu cara untuk mengidentifikasi
kemungkinan, misalnya kita tidak tahu apakah kondisinya buruk, jnormal, atau baik,
maka kita berhadapan dengan kondisi ketidakpastian. Meskipun kejadian-kejadian di
masa yang akan datang tidak diketahui secara pasti namun beberapa kejadian bisa
ditandai kemunculannya dengan berbagai kemungkinan. Kalau ada beberapa
kemungkinan yang bakal terjadi maka kita berhadapan dengan resiko saat keputusan
ditetapkan untuk imemilih satu diantara kemungkinan tersebut.
Keputusan seorang manager operasi bisa dibuat dalam :
1. Kondisi pasti (certainty)
2. Kondisi beresiko (risk)
3. Kondisi ketidakpastian (uncertainty)
Kondisi pasti (certainty). Menunjukkan kepada suatu keaadaan dimana hanya ada satu
kemungh yang bakal terjadi dan hasilnya hdiket secara tepat. Misalnya memutuskan
untuk berinvestasi dalam obligasi dengan bunga sebesar 10%. Obligasi itu dapat dianggap
sebagai investasi, dan bunga sebesar 10% itu upasti akan diperoleh pada waktunya.
Bunga itu tidak berobah menjadi 8% atau 12%.
Kondisi beresiko (risk). Menunjuk kepada keadaan dimana terdapat lebih dari satu
kejadian yang bisa muncul dan kemungkinan dari masing-masing kejadian itu diketahui
atau dapat diperkirakan, contohnya kemungkinan kondisi ekonomi yang booming,
normal, atau buruk. Seorang pengusaha memutuskan untuk mempersiapkan produksi
145

dalam kondisi booming sesuai dengan perkiraannya, tetapi ternyata malah buruk sehingga
hpengusaha itu merugi. Ini merupakan resiko karena dia memutuskan kondisi booming.
Kondisi ketidakpastian (uncertainty). Menunjuk kepada suatu keadaan dimana terdapat
lebih dari satu kejadian yang bakal muncul dan seberapa besar kemungkinan masing-
masing kejadian itu tidak dapat diketahui. Ini bisa terjadi karena informasi atau data yang
sama sekali tidak dimiliki, atau bisa juga terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak
stabil, misalnya hdalam pengeboran minyak atau gas, yang muncul malah Lumpur Panas
(kasus PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur).
Bagaimana kemungkinan itu diperoleh? Menurut ahli ekonomi (Frank Knight,
1921) probability dapat digolongkan sebagai suatu a priori atau kejadian statistik. Jika
sebuah koin dilemkpar terus menerus hingga tak berhingga, maka kemunculan sisi
gambar atau sisi huruf dari koin tersebut adalah 50%. Jika dua dadu dilempar, maka akan
terdapat 36 kombinasi angka yang mungkin muncul, dan apabila terus menerus dilempar
dalam hitungan tak terhingga maka kemunculan angka-angka itu bisa digambarkan dalam
bentuk frekuensi berdasarkan hitungan matematik.
Dalam kegiatan bisnis berbagai kemungkinan hasil (outcome) bisa diperoleh
secara empiris dari kejadian-kejadian (events) yang muncul pada waktu lampau. Jadi jika
suatu kejadian (tertentu) di masa lalu terjadi (muncul) sekali dalam setiap 10 kali
kejadian, maka kemungkinan akan muncul lagi di masa yang akan datang adalah 1/10
atau 10%.
Dalam kondisi ekonomi secara umum, perusahaan menghadapi phase turun
naiknya siklus bisnis. Beberapa sukses usaha dapat diperoleh dengan memprakirakan
fluktuasi ekonomi tersebut tetapi saat terjadinya perubahan dari phase turun ke phase naik
atau sebaliknya tidak pernah diketahui secara pasti. Lagi pula, pengaruh perubahan
ekonomi terhadap perusahaan tertentu atau produk tertentu tidak pernah diketahui
sehingga perusahaan tidak mampu melakukan persiapan yang sempurna untuk setiap
perubahan yang terjadi.
Selanjutnya, tindakan setiap perusahaan dalam berkompetisi tidak dapat diketahui
secara pasti, misalnya dalam penggunaan teknologi baru yang menghasilkan produk yang
lebih baik atauu pelayanan yang lebih baik terhadap konsumen. Dengan
diperkenalkannya DVD misalnya, ternyata mampu menghanurkan pemintaan videotapes.
Demikian juga dengan penggunaan internet dalam industri perhotelan dan penerbangan
mampu menghancurkan usaha travel agent dan menggoyahkan perusahaan telephone.
Ketidakpastian tidak hanyau pada sisi penerimaan (revenue) saja, tapi juga dalam
hal lain seperti biaya (cost) dan pengeluaran (expense). Pada saat perusahaan
memutuskan pengeluaran untuk masa yang akan datang, perusahaan tidak memiliki
kepastian tentang harga yang bakal terjadi pada faktor-faktor produksi di masa datang.
Misalnya harga bahan baku, upah tenaga kerja, biaya energi listrik, dan biaya jasa
lainnya. Semuanya tunduk pada perubahan yang muncul dalam lingkungan dan
menimbulkan ketidakpastian. Karena itu adalah merupakan pekerjaan dari para manager
146

untuk mengelola revenue, biaya untuki periode tertentu, dan product life cycle dengan
baik agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin.

7. MENGUKUR RESIKO BISNIS


Jika tidak ihanya satu hasil (outcome) yang bakal muncul, atau bahwa akan ada beberapa
kejadian yang bakal muncul, maka masing-masing potensi outcome tersebut akan
memiliki kemungkinan. Berapa besar kemungkinan munculnya masing-masing kejadian
itu, sangat penting diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Seorang manager operasi
harus memperhatikan distribusi probabilitas dari kemungkinan yang bakal terjadi.
Distribusi probabilitas adalah suatu gambaran (dalam prosentase) kesempatan dari semua
kejadian yang mungkin. Jika semua probabilitas dari kejadian yang mungkin itu
dijumlahkan maka hasilnya harus 1 (satu).
Jika tingkat penjualan atau penerimaan yang hbakal terjadii pada tahun depan
adalah $3.000, $ 4.000, $5.000, $6.000 dan $7.000, tergantung pada kondisi ekonomi,
kondisi industri dan kondisi persaingan (pasar). Jika isemua faktor yang berpengaruh
adalah baik maka penerimaan akan mencapai $7.000, sedangkan apabila buruk akan jatuh
hpada $3.000, dan apabila normal-normal saja akan jatuh pada $5.000. Dengan demikian
apabila disusun distribusi probabilitasnya adalah sebagai berikut :
Tabel 9.1
Kemungkinan Resiko Bisnis
Penerimaan (revenue) Probability
30.000 0.1
40.000 0.2
50.000 0.4
60.000 0.2
70.000 0.1

Dengan telah ditetapkannya distribusi probability seperti itu, kita bisa


menghitung dua ukuran yang akan digunakan untuk membuat keputusan di bawah
kondisi beresiko yaitu dengan menghitung nilai harrapannya dan deviasi standarnya.
Berdasarkan tabel di atas, nilai harapan EV (expected value) dari masing-masing outcome
mungkin dapat dihitung.
EV = Pi (Xi)
Dimana : EV = Nilai harapan
Pi = Probability munculnya kejadian (event) ke i
Xi = Kejadian atau event ke i
147

Kemudian dihitung standar deviasinya dengan mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut :
Kurangi nilai masing-masing nilai kejadian (Xi) dengan nilai harapan (EV) untuk
mendapatkan besarnya deviasi (di) dari nilai harapan tersebut.
Di = Xi EV
Kuadratkan masing-masing deviasi tersebut, kemudian kuadratkan untuk mengetahui
besarnya nilai variance dari distribusinya.
Variance = 2 = (Xi EV)2 . Pi
Akarkan variance tersebut untuk mendapatkan deviasi standarnya.

= (Xi EV )Pi
Dengan rumus itu nilai EV yang diperoleh adalah $5.000 dengan standar deviasi sebesar
= 1,095. Besaran-besaran tersebut diperoleh dari :
EV = 3.000 (0.1) + 4.000 (0.2) + 5.000 (0.4) + 6.000(0.2) + 7.000(0.1)
= 5.000
Sedangkan deviasi standarnya diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
Tabel 9.2
Standar Deviasi
Xi Pi Xi EV (Xi EV)2 (Xi EV)2 Pi
3.000 0.1 -2.000 4.000.000 400.000
4.000 0.2 -1.000 1.000.000 200.000
5.000 0.4 0 0 0
6.000 0.2 1.000 1.000.000 200.000
7.000 0.1 2.000 4.000.000 400.000
1.200.000

= 120.000 = 1.095

Apa arti 1.095 ini? Dalam bayangan kita, dan juga dalam jbanyak experience, distribusi
probability umumnya mengikuti distribusi normal yang simetris (berbentuk lonceng).
Dalam bentuk seperti ini, 50 persen dari outcome akan lebih besar dari nilai yang
diharapkan (EV) dan 50 persen lagi akan kurang dari nilai yang dihuarapkan.
Kemungkinan selanjutnya adalah seberapa besar deviasi standar yang akan digunakan
untuk memberikan ruang gerak kepada rata-rata yang bakal terjadi = 0. Berdasarkan
teori statistik 34,13 persen (atau 68,26 dari sisi kiri dan kanan rata-rata) dari semua
kejadian yang mungkin berada dalam 1 (satu) deviasi standar ( = 1) dari luas kurva
148

normal 47,72 berada dalam 2 (dua) deviasi standar atau = 2, dan 49,9 persen berada
dalam 3 (tiga) deviasi standar = 3. Jadi dengan nilai harapan sebesar $5.000 dengan
deviasi standar sebesar $1,095 ;berarti bahwa 34.13 persen kemungkinan dari tingkati
penerimaan perusahaan akan jatuh pada $5000 dan $5000 - $1.095 atau $3.905.

8. PROSES KEPUTUSAN DALAM KEGIATAN OPERASI


Apa yang membedakan keputusan baik dari keputusan yang buruk? Persoalan ini selalu
dikemukakan oleh setiap decision maker adlam setiap keputusan akan diambilnya.
Pertanyaan ini dikemukakan karena pengambil keputusan menyadari akan akibat
keputusan yang bakal diambilnya. Setiap pengambil keputusan menginginkan agar
keputusan yang diambilnya tidak bersifat fatal yang akan merugikan perusahaan.
Suatu keputusan akan dianggap baik apabila didasarkan pada analisis yang
mendalam dengan pertimbangan yang masuk jakal (Heizer, 2006). Jauh sebelumnya,
kajian tentang proses keputusan ini telahh dilakukan oleh para ahli, misalnya John Deway
pada tahun 1910 (Radford, 1981). Menurutnya, pengambilan keputusan merupakan
proses pemecahan masalah yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
(1) Apa masalahnya?
(2) Bagaimana masing-masing alternatif pemecahannya? Dan
(3) Alternatif mana yang paling unggul?
Proses pengambilan keputusan ini terus ditelaah olehh para ahli untuk
mendapatkan cara yang terbaik dengan hasil yang memuaskan. Menurut Heuizer, ada
enam langkah proses keputusan agar hasilnya bisa mendekati harapan, yaitu :
1. Definisikan masalah secara jelas dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya
2. Tentukan sasaran secara jelas dan terukur
3. Kembangkan model yang memperlihatkan sasaran dan variabel-variabelnya
4. Evaluasi masing-masing pemecahan alternatif
5. Pilih alternatif terbaik
6. Laksanakan keputusan dan susun time table untuk penyempurnaan
Terdapat banyak model matematik yang bisa digunakan sebagai alat untuki pengambilan
keputusan. Namun apapun alat yang hdigu, setiap keputusan yang diambil seharusnya
dilakukan secara hati-hati agar hasilnya tidak menjadi sia-sia. Penggoda yang sangat
memikat bagi para pengambil keputusan adalah angka-angka itu sendiri. Seorang
manager sering terpukau oleh kehadiran angka-angka, seolah-olah angka-angka itu
merupakan sesuatu pemberian dari dewa yang diberikan dan tidak boleh diperdebatkan.
149

Keputusan yang rasional adalah yang selalu kritis terhadap angka-angka yang
disajikan. Misalnya hdalam analisis keputusan muncul angka $7000 itu, atau $3000 itu,
angka-angka itu harus dipertanyakan bagaimana kemunculannya? Apakah angka-angka
itu cukup rasional untuk disajikan sehingga bisa dipertanggung jawabkan, atau malah
akan menjebak. Kita ingin agar keputusan yang diambil akan menghasilkan suatu
kenyataan yang tidak jauh berbeda dengan yang diperkirakan.
Di dalam kegiatan operasi, ada dua model pengambilanj keputusan yang biasa
digunakan, yaitu table keputusan (decision table) dan pohon keputusan (decision tree).
Kedua model ini diharapkan bahwa upenyajian proses keputusan bisa disajikan dengan
cara yang mudah dipahami sehingga tidak menyulitkan para pemula yang mau
mendalaminya. Model ini digunakan secara luas dalam berbagai kondisi operasi misalnya
dalam pengembangan produk baru, pemilihan teknologi, perencanaan lokasi, pembuatan
jadwal, ataupun dalam penentuan cara-cara pemeliharaan.

9. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM


KETIDAKPASTIAN
Para manajer selalu dihadapkan pada suatu kondisi ketidakpastian yang semipurna
mengenai sesuatu yang bakal terjadi dimana state of nature tidak terkendali. State of
nature adalah suatu kondisi di masa yang akan datang yang memiliki pengaruh atas
keberhasilan atau kegagalan suatu strategi. Kondisi ini selalu berubah dan seringkali tidak
terkontrol oleh para pengambil keputusan karena minimnya informasi yang diperlukan.
Untuk menghadapi kondisi yang seperti ini keputusan sebaiknya didasarkan pada 3 (tiga)
cara yaitu maximax, maximin, equally likely.
1. Maximax adalah kriteria untuk menetapkan suatu alternatif yang maksimum dari
hasil yang maksimum dari setiap alternatif. Pertama-tama kita tetapkan hasil yang
maksimum dari setiap alternatif pemecahan yang mungkin (tersedia) kemudian
kita tetapkan untuk mengambil alternatif dengan hasil yang maksimum diantara
alternatif-alternatif tersebut. Metode ini sering juga disebut pengambilan
keputusan yang optimis karena memilih alternatif yang memiliki kemungkinan
hasil yang paling tinggi.
2. Maximin adalah kriteria untuk menetapkan suatu alternatif maksimum dari hasil
yang minimum setiap alternatif. Pertama-tama kita tetapkan hasil yang minimum
dari setiap alternatif pemecahan yang mungkin (tersedia) kemudian kita tetapkan
untuk mengambil alternatif dengan hasil yang maksimum diantara alternatif-
alternatif terjelek tersebut. Singkatnya mengambil yang terbaik dari yang terjelek
untuk mendapatkan kerugian yang paling minimal. Metode ini sering juga disebut
pengambilan keputusan yang pesimis.
3. Equally likely adalah suatu cara untuk memilih alternatif terbaik berdasarkan
hasil rata-rata tertinggi. Pertama-tama kita tetapkan hasil rata-rata dari setiap
150

alternatif pemecahan yang mungkin (tersedia) dengan cara menjumlahkan semua


hasilnya kemudian membaginya dengan banyaknya kemungkinan hasil dari
setiap alternatif. Setelah itu kita ambil hasil yang maksimum dari hasil rata-rata
setiap alternatif. Metode ini disebut juga sebagai pengambilan keputusan yang
moderat.
Misalnya sebuah perusahaan akan membangun pabriknya di suatu negara dan
dihadapkan kepada kondisi (state of nature) pasar yang mungkin baik dan juga
buruk. Ada tiga kemungkinan yang bisa diputuskan yaitu membangun pabrik
yang besar, membangun pabrik yang kecil, atau membatalkan pembangunan
pabrik tersebut. Kalau kondisi pasar bagus, hasl yang bakal diperoleh adalah
untuk $200.000 atau rugi $-180.000 untuk pabrik yang besar dan untuk $100.000
atau rugi $-20.000 untuk pabrik yang kecil. Mana yang sebaiknya dipilih apabila
menggunakan cirteria pengambilan keputusan di atas?

Tabel 9.3
Alternatif Keputusan
Alternatif Pasar baik Pasar buruk Mak. Baris Min. baris Rata-rata
Pabrik besar $200.000 $-180.000 200.000 -180.000 10.000
Pabrik kecil 100.000 -20.000 100.000 -20.000 40.000
Batal 0 0 0 0 0

Dari hasil perhitungan di atas, bagi yang optimis akan memilih membangun pabriknya
yang besar karena akan mendapat keuntungan sebesar $200.000. Bagi yang pesimis akan
memilih tidak imembangun untuk menghindari kerugian yang minimal, sedangkan bagi
yang moderat akan memilih untuk membangun pabriknya yang kecil karena rata-rata
keuntungannya lebih besar yaitu $40.000.
Bila kondisi pasar itu probabilitinya bisa diketahui secara pasti maka perusahaan
berhadapan dengan pengambilan keputusan yang beresiko. Misalnya bahwa probabilityu
pasar buruk adalah 0.5 itu berarti probability pasar bagus juga adalah 0.5. Dengan
demikian expected value untuk masing-masing kondisi pasar adalah :
EV(good) = 0.5($200.000) + 0.5($-180.000) = $10.000
EV(bad) = 0.5($100.000) + 0.5($-20.000) = 40.000
EV(null) = 0%($0) + 0.5($0) =0
151

10.ANALISIS SENSITIVITAS
Para manajer operasi seringkali tidak hanya tertarik pada pemecahan yang optimal tapi
juga ingin mengetahui pengaruh perubahan yang terjadi pada setiap keputusan. Suatu
keputusan akan mencapai sasaran secara tepat apabila semua persyaratan yang ditetapkan
pada saat pengambilan keputusan tidak berubah. Namun kenyataannya lingkungan selalu
berubah dan seberapa besar kepekaan (sensitivity) dari setiap keputusan yang diambil
dipengaruhi oleh perubahan yang bakal terjadi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
setiap manajer. Misalnya, apa yang terjadi jika semua koefisien input atau nilai-nilai
konstraints dalam waktu yang relatif pendek berubah? Ini penting untuk dipertanyakan
karena setiap keputusan yang hdiambil selalu didasarkan pada asumsi bahwa semua input
adalah konstan, tidak akan ada perubahan.
Analisis kepekaan (sensitivity analysis) atau juga disebut postoptimality analysis.
Analisis ini adalah kajian tentang seberapa jauh kepekaan suatu pemecahan (solutions)
terhadap perubahan parameter setiap input. Ada 2 (dua) pendekatan yang bisa digunakan
untuk menentukan kepekaan ini, yaitu :
1. Menggunakan pendekatan trial and error
2. Menggunakan metode analytic ipost optimality
Pendekatan pertama merupakan pendekatan yang sederhana dimana keseluruhan masalah
yang terlibat diuraikan kembali atau dipecahkan kembali (biasanya menggunakan
seperangkat komputer). Setiap waktu input data dirubah parameternya untuk melihat
perubahan hasilnya. Cara ini hanya bisa dilakukan pada persamaan yang sederhana
dimana variabelnya hanya dua, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk persoalan
yang rumit dengan variabel yang banyak. Cara yang kedua umumnya lebihh disenangi
karena seluruhnya dilakukan dengan komputer. Dalam perusahaan-perusahaan besar ini
dilakukan dengan program Excel Solver atau sering disebut Production and Operation
Management (POM) for Windows. Program ini diciptakan untuk membantu para manajer
(decision maker) untuk mengetahui apakah suatu pemecahan secara relatif peka terhadap
perubahan yang masuk akal dalam satu atau lebih parameter input.

11.RESIKO NILAI TUKAR


Ketika sebuah korporasi beroperasi melewati batas-batas negara, pertimbangan keputusan
harus lebih diarahkan untuk kegiatan yang bersifat jangka panjang. Dalam hal kegiatan
operasi hanya sebatas perwakilan dagang atau subsidiary. Resiko kerugian tidak begitu
besar. Tapi apabila kegiatan operasi meliputi penciptaan produk yang berupa barang atau
manufaktur, resiko kerugian akan sangat besar karena perusahaan harus menanamkan
dananya dalam jumlah yang besar. Misalnya dalam pembuatan pabrik dimana mesin-
mesin dan peralatan ilainnya yang harganya mahal, apabila terjadi perubahan yang
merugikan maka kerugiannya menjadi sangat besar. Ada dua hal yang harus
152

dipertimbangkan secara matang yaitu Resiko nilai tukar dan resiko politik. Dalam hal
Resiko nilai tukar, perusahaan dihadapkan kepada tiga ciri yaitu :
1. Resiko nilai tukar ekonomi
2. Resiko nilai tukar saat bertransaksi
3. Resiko nilaii tukar saat kegiatan accounting
Yang peratma mengukur perubahan nilai sekarang (net present value) dari cash flow yang
dihasilkan karena terjadinya perubahan mendadak (tak diduga). Terjadinya kenaikan nilai
tukar own currency atas foreign currency akan menyulitkan perusahaan dalam pemasaran
apabila produk yang dihasilkannya dipasarkan di luar negeri. Demikian juga penurunan
nilai tukar akan menyulitkan perusahaan kalau bahan bakunya hdidatangkan dari luar
negeri (diimport). Perusahaan akan dipaksa untuki menyesuaikan harga produk yang
dihasilkannya di sisi input atau di sisi output, keduanya akan menyulitkan perusahaan.
Dalam kaitannya dengan capital budgeting. Resiko nilai tukar yang diakibatkan
oleh perubahan ekonomi menjadi sangat penting. Ini biasanya terjadi karena perubahan
yang tidak terduga sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk
mengantisipasinya (kita telah membahasnya secara mendalam di atas. Contohnya adalah
pada krisis ekonomi di Indonesia 1997 dimana nilai tukar rupiah yang asalnya $1 = Rp.
2500 melonjak menjadi $1 = Rp. 15.000. Akibat perubahan yang mendadak ini banyaki
perusahaan yang hancur karena tidak mampu mengantisipasinya.

12.RESIKO POLITIK
Resiko politik dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah asing yang bisa menghancurkan (detriment) kegiatan operasional perusahaan.
Penghancuran ini bisa terjadi melalui 4 (empat) hal, yaitu :
1. Peraturan (regulation) yang meliputi :
a. Perpajakan
b. Undang-Undang Perburuhan
c. Gaji dasar minimum bagi pekerja
d. Pengendalian harga
2. Diskriminasi (discrimination) yang meliputi :
a. Pembatasan pada pengembalian dividend ke Negara asal
b. Persyaratan tenaga kerja spesialis (experts)
c. Hambatan tarif dan non tarif
d. Aturan-aturan administrasi yang menimbulkan biaya tinggi
153

3. Perampasan (expropriation) yang meliputi :


Pengambilalihan perusahaan oleh pemerintah asing dimana perusahaan
beroperasi. Dari sisi negara yang mengambil alih disebut sebagai
nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Di Indonesia, nasionalisasii
perusahaan asing terjadi menjelang tahun 1960an. Perampasan atau
nasionalisasi ini bisa terjadi melalui :
a. Dengan kompensasi (compensation) yang memadai atau disebut juga
sebagai fair compensation.
b. Dengan kompensasi yang tidak memadai
c. Tanpa kompensasi
4. Terjadinya kekacauan dalam negeri atau peperangan antar negara yang
menghancurkan perusahaan.
Meskipun sulit diprediksi, perusahaan harus berusaha untuk memperoleh informasi yang
lengkap dan memperkirakanj kondisi yang bakal terjadi di negara dimana ia beroperasi.
Informasi masalah-masalah investasi di negeri asing misalnya The Political Risk
Services Group (PSG) di Amerika Serikat. Lembaga ini (PRSG) menyusun peringkat
Resiko Politik dari negara-negara di seluruh dunia. Dari 140 negara di dunia (November
2002), Somalia, Iraq, udan, Nigeria, dan Indonesia dimasukkan dalamj kategori negara-
negara yang memiliki Resiko politik yang sangat tinggi (the five most politically risky
countries). Sedangkan netherlands, Luxembourg, Finland, Denmark, and Switzerland
merupakan lima negara yang dikategorikan memiliki resiko politik yang sangat rendah
(Keat, 2003).

13.KESIMPULAN
Bisnis muncul dan berada dalam lingkungan, karena itu kelangsungan hidupnuya
(survival) dan pertumbuhannya (growth) tergantung kepada kemampuannya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bisnis memperoleh faktor produksi yang
diperlukannya seperti bahan baku, energi, informasi, dan tenaga kerja dari lingkungan.
Bisnis juga menyerahkan produk yang dihasilkannya, baik barang maupun jasa, kepada
lingkungan. Apabila lingkungan (pasar) tidak mau menerimanya, maka produknya akan
menumpuk dan proses produksi terpaksa harus distop. Demikian juga bila lingkungan
(supplier) tidak mau mengirimkan bahan baku atau faktor produksi lainnya, proses
produksi tidak bisa melakukan kegiatannya.
Lingkungan bisnis terdiri dari berbagai unsur. Ia bisa berupa budaya, politik,
ekonomi, customer, supplier atau unsur lainnya. Semuanya akan mempengaruhi kegiatan
bisnis. Apa yang terjadi pada salah satu unsur lingkungan itu akan berpengaruh terhadap
kegiatan bisnis. Kegiatan operasi bisnis sangat peka terhadap ketidakstabilan oleh karena
itu kestabilan lingkungan merupakan prasyarat dari berkembangnya bisnis. Bisnis akan
154

berjalan lancar manakala bahan tersedia secara memadai dan pasar mampu menyerap
semua produk yang dihasilkannya.
Akan tetapi ternyata tidak ada lingkungan yang tidak berubah, dan perubahan itu
mungkin berasal dari kegiatan bisnis itu sendiri. Misalnya perubahan dalam teknologi
yang diikuti oleh perubahan dalam kegiatan bisnis lainnya sehingga mampu merubah
lingkungan sekitarnya. Dan karena perubahan itu sendiri maka bisnis bisa bertahan dan
berkembang. Namun perubahan yang terjadi diharapkan tidak mendadak dan dalam
jwaktu ucepat karena perubahan seperti itu akan menimbl ketidakpastian dalam
beroperasi. Ketidakpastian akan menyulitkan pengambilan keputusan dan menimbl resiko
yang memungkinkan bisnis menghadapi kehancuran.
Selain dihadapkan kepada ketidakpastian lingkungan pasar dan teknologi,
kegiatan operasi ;di negeri asing akan dihadapkan pula kepada resiko ekonomi secara
umum jdan resiko politik. Resiko ini berkaitan dengan peraturan pemerintah setempat,
hambatan tarif dan non tarif, perampasan perusahaan oleh pemerintah setempat
(nasionalisasi), dan terjadinya kekacauan dalam negeri atau peperangan antar negara yang
menghancurkan perusahaan.

14. BAHAN DISKUSI


1. Miengapa lingkungan begitu penting bagi perusahaan ?
2. Apakah ada kaitan lingkungan dengan efisiensi dan pertumbuhan perusahaan?
3. Mengapa perusahaan sangat mendambakan beroperasi dalam lingkungan yang
tidak berubah-ubah?
4. Mengapa dalam jling yang cepat berubah memungkinkan perusahaan menjadi
bangkrut?
5. Bagaimana kaitan perubahan lingkungan dengan ketidakpastian dan resiko?
6. Bagaimana tahapan pengambilan keputusan itu sebaiknya dilakukan?
7. Mengapa teknologi merupakan salah satu agen dalam perubahan lingkungan
perusahaan?
8. Bagaimana cara mengukur resiko?
9. Mengapa dalam pengambilan keputusan diperlukan analisis sensitivitas?
10. Samakah dampak perubahan politik dengan perubahan ekonomi terhadap
perkembangan perusahaan?

BACAAN LEBIH LANJUT


Griffin, Ricky W., Ebert, Ronald J., 2004, Business Seventh Edition, Prentice Hall.
155

Radford, K.J., 1981, Modern Managerial Decision Making, terjemahan erlangga,


Analisis Keputusan Manajemen, 1984.
Salvatore, Dominick, 2001, Managerial Economics in a Global Economy Fourth
Edition, Harcourt College Publishers.
156

BAB SISTEM INFORMASI


10 MANAJEMEN

1. PENDAHULUAN
Memasuki bisnis seperti memasuki hutan belantara. Dari kejauhan penuh dengan
pemandangan indah, pohon-pohon yang menghijau subur, air yang mengalir jernih, dan
udara yang bersih. Semuanya memberikan harapan yang menggembirakan kepada setiap
yang memandangnya dan berhayal untuk mendapatkan buah yang lezat dan gampang
dipetik. Begitu memasukinya, pemandangan indah itu berubah. Hutan belantara itu
ternyata mengerikan, banyak jurang-jurang yang mengaga, dan duri-duri yang tajam.
Kalau malam hari banyak suara-suara yang menakutkan, semuanya tidak jelas dan penuh
ketidakpastian. Setiap jalan menurun atau menanjak, harus dilalui dengan langkah hati-
hati, tangan harus berpegangan kuat terhadap ranting yang ada, mata harus tajam melihat
kedepan, pendengaran harus dipasang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Banyak bisnis yang hancur karena tidak mampu memahami bayang-bayang
tersebut sehingga keliru dalam mengambil keputusan saat beroperasinya. Hutan belantara
itu sesuatu yang nyata dalam kegiatan operasi apapun apalagi operasi internasional kalau
orang yang memasukinya sama sekali belum mengenal medan. Apakah dalam hutan itu
banyak binatang yang jinak dan lezat dagingnya seperti menjangan, atau malah penuh
dengan binatang-binatang buas yang siap menerkam. Seseorang atau sekelompok orang
atau bahkan sebuah organisasi yang ingin survive di tengah hutan belantara itu
memerlukan informasi yang banyak sebelum memasuki kegiatan operasi internasional.
Informasi merupakan salah satu sumberdaya (McLeod, 1986) yang diperlukan
olehu perusahaan disamping sumberdaya lainnya seperti manusia, dana, peralatan, waktu,
bahan baku dan sebagainya. seorang manajer operasi bertanggungjawab untuk
mengumpulkan data tentang mesin, bahan mentah, tenaga kerja atau sumberdaya lainnya.
Informasi yang diperlukan harus lengkap, mulai dari A sampai dengan Z, tidak setengah-
setengah. Informasi dari berbagai sumber itu bagi perusahaan akan berubah menjadi data
untuk kemudian diolah menjadi informasi yang bermanfaat untuk mengambil keputusan.
Kekurangan informasi dalam jpengambilan keputusan akan menimbulkan ketidakpastian
yang tinggi. Setiap orang yang ada dalam jorg seyogiyanya menerima informasi yang
layak agar informasi itu bisa digunakan.
Informasi juga harus disamipaikan tepat waktu, manakala informasi tersebut
tidak diterima oleh yang memerlukannya pada waktu yang tepat, maka ia akan menjadi
usang dan tidak terpakai. Manager harus mampu menyeleksi data yang sudah usang, dan
157

meng up-date nya dengan yang baru agar bisa terpakai oleh yang memerlukannya, baik
itu untuk keperluan internal atau untuk keperluan eksternal. Karena informasi bisang
usang, harus diseleksi, dibuang, dan harus di update, maka jelas bahwa informasi harus
dikelola dengan baik dalam sebuah sistem, Sistem Informasi manajemen (Management
Information System).
Gambar 10.1
MIS dan Fungsi Organisasi

2. INFORMASI DAN LINGKUNGAN BISNIS


Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kegiatan
bisnis itu sendiri dan yang mempengaruhi kegiatan operasinya. Menurut
Michael Porter, unsur-unsur lingkungan bisnis yang utama akan terdiri
dari pelanggan (customer), pemasok, pendatang baru, produk substitusi.
Intinya, lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang bisa mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan, baik yang ada di sisi input maupun yang
ada di sisi output. Termasuk ke dalamnya politik, ekonomi dan sosial ,
teknologi, serikat pekerja, agama dan budaya. Semuanya mempengaruhi
bisnis hanya saja ada yang langsung seperti yang digambarkan Porter, ada
juga yang tidak langsung seperti ekonomi, politik, dan agama.
158

Gambar 10.2
Lingkungan Bisnis

Pelanggan akan mempengaruhi perusahaan dalam hal pemintaan


atas produk yang dihasilkannya. Bila pemintaan pelanggan naik, maka
kegiatan operasi perusahaan akan meningkat, sebaliknya bila pemintaan
menurun, kegiatan operasi diturunkan. Bahkan bila tidak ada pemintaan
dari pelanggan, produksi terpaksa berhenti. Bila pemintaan terus tidak ada,
perusahaan akan bangkrut.
Pemasok juga sama, bila pemintaan naik disertai dengan
kesanggupan pemasok dalam menyediakan bahan bakunya, maka kegiatan
operasi perusahaan akan meningkat. Bila pemasok tidak ada yang bersedia
untuk meningkatkan pengiriman bahan bakunya, bagaimanapun kegiatan
operasi perusahaan tidak akan meningkat. Bila pemasoki sama sekali tidak
mau mengirim bahan baku yang diperlukan, kegiatan operasi perusahaan
harus berhenti karena tidak ada bahan yang bisa diolah, walaupun
pemintaan meningkat.
Bukan hanya customer dan pemasok saja yang mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan, tapi keseluruhan elemen lingkungan
seperti politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Hanya saja pengaruhnya
ada yang langsung dirasakan perusahaan, ada juga yang secara tidak
langsung. Pemasok, pelanggan, pesaing, pemilik, manajer, dan karyawan
adalah unsur-unsur lingkungan yang memiliki pengaruh langsung terhadap
kegiatan operasi perusahaan. Karena itu disebut lingkungan langsung
159

perusahaan. Perekonomian, politik, teknologi, dan organisasi lainnya


disebut lingkungan perusahaan yang tidak langsung, karena tidak langsung
berpengaruh. Kebijakan pemerintah dalam hal kenaikan upah buruh
misalnya, tidak langsung berpengaruh terhadap operasi perusahaan.
Demikian juga dengan penemuan teknologi baru tidak langsung
berpengaruh terhadap operasi perusahaan karena salurannya tidak
langsung.
Karena lingkungan berpengaruh terhadap kegiatan operasi
perusahaan. Manajer harus memiliki banyak informasi tentang apa-apa
yang terjadi di lingkungannya. Baik internal maupun eksternal. Dalam
kaitannya dengan operasi di luar negeri, informasi harus lebih banyak
dikumpulkan bukan saja sumber pasokan dan pemasaran, tapi ter lebih
menyangkut dengan sosial kemasyarakatan. Orang-orang yang akan jadi
partner perusahaan harus diketahui sifatnya, budayanya, bahkan
agamanya. Sekitar tahun 70-an, ada pengusaha Jepang yang akan
melakukan usaha patungan (joint venture) dengan pribumi Indonesia untuk
membuat perusahaan tekstil. Usaha patungan tersebut batal karena orang
Jepang memperolehh informasi bahwa orang yang akan dijadikan partner
itu memiliki dua orang istri. Batalnya kerjasama tersebut karena menurut
orang Jepang bahwa orang yang memiliki dua orang istri akan disibukkan
dengan permasalahan keluarganya.

3. DATA DAN INFORMASI


Banyak orang menggunakan istilah data dan informasi dalam konteks yang
sama, jterutama jdalam percakapan umum dan tidak formal. Data adalah
sesuatu yang digunakan untuk melakukan perhitungan, pengukuran,
diskusi atau terutama dalam pengambilan keputusan. Jumlah jam kerja dan
tingkat upah per jam merupakan data yang digunakan untuk perhitungan
jumlah upah yang harus dibayarkan kepada buruh. Hasil perhitungan
tersebut berupa informasi yang harus dikirim kepada bagian keuangan
untuk menentukan berapa uang harus disediakan untuk membayar buruh
tersebut. Apabila personalia mengirimkan macam-macam upah buruh, dari
mulai manajer sampai dengan cleaning service, informasi tersebut berubah
menjadi data yang akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung
keseluruhan upah buruh. Berdasarkan informasi ini, bagian keuangan
memutuskan berapa harus mengambil uang di bank.
160

Di pihak perbankan, jumlah uang yang akan diambil oleh sebuahu


perusahaan merupakan data yang harus diolah bersamaan dengan data -data
dari perusahaan lainnya. Berdasarkan data-data ini bank akhirnya akan
memperkirakan berapa besarnya dana yang tersedia setiap hari atau setiap
bulan untuk melayani nasabahnya. Dengan demikian informasi yang
dikirimkan oleh perusahaan akan berubah menjadi data bagi pihak bank
untuk dijadikan dasar perhitungan dalam pengambilan keputusannya.
Sistem untuk mengolah data disebut sistem pengolahan data ( data
processing system). Pengolahan data ini bisa secara manual atau
menggunakan alat lain seperti kalkulator saku, mesin ketik, atau dengan
sebuah komputer. Cara mengolahnya bervariasi, namun secara keseluruhan
bisa meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pencatatan data transaksi yang berupa arsip (file)
2. Pensortiran dan pengurutan data menjadi arsip tunggal
3. Penggabungan dan penyusunan ke dalam beberapa file
4. Penghitungan jumlah
5. Pengakumulasian
6. Penyimpanan data
7. Penarikan data apabila diperlukan
8. Penduplikasian bila diperlukan
9. Penyajian informasi
Karena kegiatan dia tas, maka komputer berkembang kegunaannya bukan
hanya sekedar alat untuki pengolahan data saja sebagaimana awalnya tapi
berkembang menjadi penyajian informasi. Pengolahan data menjadi
informasi seperti ini diperlukan oleh setiap oran g yang memerlukannya.
Para manajer memerlukannya untuk membuat keputusan maka
komputerpun berkembang menjadi sistemi pendukung dalam membuat
keputusan (decision support sistem).

4. PERUBAHAN YANG ABADI


Pengaruh perubahan lingkungan terhadap kegiatan iusaha , bisa langsung
bisa juga tidak langsung. Perubahan dalam lingkungan internal seperti
pemogokan buruh,I perubahan kebijakan pimpinan perusahaan, atau
kerusakan alat-alat produksi akan berpengaruh terhadap perusahaan.
Demikian juga dengan perubahan dari supplier, atau selera konsumen akan
161

secara langsung berpengaruh terhadap produksi. Namun perubahan politik


dan ekonomi, demikian juga teknologi pengaruhnya bisa tidak langsung
karena salurannya juga tidak langsung sehingga memerlukan waktu yang
relatif lama. Apapun perubahan yang terjadi, di lingkungan luar atau
lingkungan dalam, pengaruhnya pada operasi perusahaan akan tetap pada
sisi input, dalam proses, dan pada sisi output.
Dalam hal perubahan, ada tiga sifat perubahan, yaitu :
1. Perubahan yang bisa direncanakan
2. Perubahan yang bisa diprediksi
3. Perubahan yang terjadi secara mendadak
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang terjadi dalam
lingkungan internal misalnya dalam struktur organisasi karena adanya
perluasan operasi perusahaan. Suatu keputusan yang diambil oleh
pimpinan perusahaan atau oleh pemilik untuk melakukan perubahan atas
kegiatan operasional perusahaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi
karena diputuskan oleh pimpinan atauu pemilik perusahaan. Misalnya
keputusan untuk menambah atau untuk mengurangi kapasitas produksi.
Keputusan ini akan berpengaruh terhadap bahan yang akan diolah,
peralatan yang akan digunakan, dan tenaga kerja yang akan
mengerjakannya.
Perubahan yang bisa diprediksi adalah perubahan yang sifatnya
musiman. Perubahan seperti ini memiliki pola tertentu dan hampir sama
dari tahun ke tahun. Misalnya pemintaan jumlah produk pada musim
panen, atau lebaran, atau musim pernikahan. Pemintaan buku pada tahun
ajaran baru, dan sebagainya. walaupun jumlah pemintaannya tidak selalu
sama, tetapi memiilki pola yang sama sehingga bisa diperkirakan.
Misalnya pemintaan kain tekstil untuk lebaran yang akan datang
diperkirakan 20 ton, atau hasil panen tahun ini diperkirakan 100 ton dan
sebagainya. Pasti terjadi? Belum pasti. Karena itu disebut sebagai
perkiraan.
Perubahan yang mendadak adalah perubahan yang bisa terjadi
sewaktu-waktu dan datangnya tidak pasti. Perubahan yang seperti ini
sangat sulit dideteksi sehingga orang tidak tahu apa yang bakal terjadi.
Ketidaktahuan ini karena tidak adanya informasi sama sekali. Ketiadaan
informasi ini pula, maka orang atau organisasi tidak mampu
mengantisipasi tentang apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi
162

kejadian itu. Dalam kebakaran rumah atau tabrakan sebuah mobil


misalnya, orang tidak tahu kapan terjadinya, sehingga pada saat kebakaran
memang betul-betul terjadi, orang yang mengalaminya hanya terbengong-
bengong tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Kalau perubahan itu terus terjadi setiap saat kondisi menjadi tidak
pasti. Bayangkan kalau pimpinan perusahaan terus melakukan perubahan.
Saat ini bahan baku diganti, besok mesin dirobah, besoknya lagi karyawan
dipindahkan ke bagian lain, besoknya lagi gantii lagi bahan bakunya,
maka karyawan akan bingung. Karena itu kegiatan operasional apapun
sangat alergi dengan perubahan. Setiap pimpinan perusahaan sadar akan
pentingnya kestabilan, karena itu selalu dilakukan perencanaan untuk
memastikan apa yang akan dikerjakan esok hari, minggu depan, bulan
depan, bahkan tahun depan. Namun karena perusahaan juga merupakan
bagian dari lingkungan yang lebih luas, maka perusahaan tidak bisa
menghindari diri dari perubahan. Misalnya hdalam hal memasarkan
produknya, dalam mendapatkan bahan baku, atau dalam menentukan
teknologi yang akan digunakannya.

5. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Di Amerika Serikat, Sistem Informasi Manajemen (SIM) mulai
diperkenalkan sejak tahun 60-an, namun di Indonesia istilah ini mulai
populer tahun 80-an. Para ahli kesulitan dalam mendefinisikan SIM ini
karena luasnya cakuipan yang bisa dilakukan oleh kegiatannya. SIM tidak
hanya menyangkut pengolahan data untuk menghasilkan informasi bagi
kepentingan manajer saja, tapi keseluruhan informasi yang diperlukan
adlam organisasi ataupun luar organisasi. Menurut Raimond McLeod,
(1986) SIM adalah sistem formal maupun informal yang menyediakan
informasi yang lampau, sekarang, ataupun yang akan datang, dalam bentuk
tertulis ataupun oral untuk operasi internal perusahaan dan atau untuk
lingkungannya, dengan tujuan mendukungh para manajer dan karyawan,
dan elemen-elemen lingkungan kunci dalam waktu yang tepat untuk
membantu pembuatan keputusan.
Dari definisi di atas ada beberapa hal yang perlu dicatat, antara lain :
1. Informasi yang disediakan meliputi semua sistem baik formal
(misalnya terjadwal) dan informal (tidak terjadwal).
2. Informasi, baik yang telah lalu, sekarang maupun yang akan datang.
163

3. Tertulis maupun tidak tertulis (oral). Informasi tertulis biasanya


meliputi angka-angka, kalimat, atau dalam bentuk gambar, dan
grafik, tapi bisa juga dalam bentuk suara (audio response).
4. Internal ataupun eksternal. Informasi yang disediakan menyangkut
keadaan atau kejadian-kejadian yang dialami perusahaan baik di
dalam maupun di luar perusahaan.
5. Untuk para manajer ataupun karyawan. Informasi yang disediakan
bukan hanya untuk para manajer saja, tapi juga untuk keseluruhan
karyawan untuk memperlancar kerja mereka.
6. Elemen-elemen lingkungan kunci. Perusahaan punya kewajiban
untuk melaporkan maju mundurnya perusahaan kepada para
pemegang saham dan juga kepada pemerintah. Informasi ini bahkan
sangat diperlukan untuk disampaikan kepada customernya.
7. Waktu yang tepat. Informasi ini harus tersedia setiap saat, sewaktu -
waktu diperlukan, terutama untuk kegiatan-kegiatan kritis seperti
dalam menghadapi trouble operasi, kerusakan mesin, claim yang
mendadak dari konsumen dan sebagainya.
8. Pembuatan keputusan. Pada akhirnya SIM dirancang untuk
membantu para manajer untuk pembuatan keputusan. Bukan untuk
membuat keputusan bagi manajer, tapi membantu menyediakan
informasi untuk mendukung manajer dalam membuat keputusan
(decision support sistem).
Gambar 10.3
Aliran Informasi
164

6. PERTUKARAN INFORMASI
Dalam kegiatan operasi ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu
aliran barang-barang dan aliran informasi. Aliran barang-barang biasanya
sudah tertentu jalurnya dan horizontal. Aliran bahan baku misalnya mulai
dari supplier, diterima di gudang bahan baku, kemudian dikirim ke bagian
produksi. Di bagian produksi bahan-bahan ini diolah pada serangkaian
tahapan pengolahan untuk menjadi produk jadi. Setelah itu dikirim ke
gudang barang jadi kemudian dikirim ke bagian pemasaran yang
selanjutnya dikirim kepada pemesan. Aliran barang ini horisontal dan
tertentu jalurnya dan kelihatan wujudnya.
Aliran informasi tidak terlihat wujudnya tapi merambah bukan saja
horizontal tetapi juga vertikal, ke atas dan ke bawah, tertulis atau juga
tidak tertulis. Informasi tentang penerimaan bahan baku dari supplier oleh
bagian gudang, tidak hanya dikirim ke bagian produksi saja, tapi juga
dikirim ke bagian keuangan, ke bagian administrasi gudang. Informasi ini
dikirim juga ke kepala bagian, ke manajer, bahkan ke pimpinan puncak.
Informasi yang dikirimnya tidak hanya jumlahnya saja, tapi juga harganya,
kualitasnya, jenisnya, waktu diterimanya dan sebagainya yang dianggap
penting untuk disampaikan. Informasi yang mengalir tidak hanya satu arah
saja tapi bolak balik. Tidak hanya di dalam perusahaan saja tapi juga
keluar perusahaan, misalnya ke pihak supplier, ke pihak bank, ke pihak
customer, atau ke pihak pemerintahan.
Gambar 10.4
Pertukaran Informasi antar Bagian
165

Dalam kaitannya dengan kelancaran operasi perusahaan, pertukaran


informasi sangat penting. Pertukaraan ini terjadi baik di dalam perusahaan
atau dengan pihak luar perusahaan. Di dalam perusahaan, pertukaranj
informasi terjadi antar bagian produksi dengan bagian pemasaran atau
antar bagian produksi dengan bagian engineering menyangkut kecacatan
produk karena mesin yang digunakan rusak. Demikian juga antar manajer
produksi dengan supplier yang mengirimkan bahan informasi tersebut
diperlukan karena semua bagian memerlukan penjelasan, baik yang
menyangkut jumlah maupun yang menyangkut kualitas atau harganya.
Pertukaran informasi bisa dilakukan secara rutin ataupun secara
tidak rutin. Secara rutin dilakukan melalui pertemuan-pertemuan rutin
seperti harian, mingguan atau bulanan. Pada level bawah, di tingkat
operasional pertukaran informasi dilakukan setiap hari sebelum
melaksanakan pekerjaan. Informasinya meliputi kegiatan produksi yang
telah dilakukan kemarin, masalah-masalah apa yang timbul dan bagaimana
cara mengatasinya, siapa yang harus bertanggungjawab. Pada tingkat
kepala bagian pertukaran informasi dilakukan seminggu sekali untuk
mengevaluasi hasil kerja minggu yang lalu dan untuk menentukan renca na
kerja minggu yang akan datang. Sedangkan pada tingkat manajer biasanya
pertukaran informasi sebulan sekali dengan pihak-pihak luar. Pihak-pihak
luar itu antara lain dengan parra pelanggan, para supplier bahan baku, atau
instansi lainnya seperti bank atau instansi pemerintah.
Pertukaran informasi dilakukan juga secara tidak rutin atau
sewaktu-waktu manakala ada kejadian yang timbul secara mendadak.
Misalnya tiba-tiba terjadi kerusakan mesin, atau terdapat hasil produksi
yang cacat padahal tidak diketahui sebelumnya. Kalau adanya kelainan
dalam produksi ini akibat dari pihak-pihak luar seperti dari supplier,
kepala bagian cepat melaporkan kepada manajer. Setelah mendapat
laporan manajer cepat mengontak supplier yang mengirimkan bahan
tersebut agar segera diatasi. Dengan demikian pertukaran informasi
dilakukan bukan saja untuk menjelaskan rencana-renacna yang akan
datang, tapi juga untuk mengatasi masalah yang timbul secara mendadak,
bahkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.
166

7. KOMUNIKASI
Dasar dari komunikasi apapun pada hakikatnya memiliki lima elemen
dasar dan dapat ditunjukkan seperti gambar di bawah. Elemen itu adalah :
1. Sender
2. Code
3. Channel
4. Decoder, dan
5. Receiver
Sender adalah orang yang ingin berkomunikasi dengan cara mengirimkan
pesan. Pesan ini kemudian dirubah menjadi code (disebut encode, coding,
atau coded). Sonder bisa menggunakan beberapa tipe encoder untuk
menyimpan informasi sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti dan
dikomunikasikan.
Code adalah symbol-symbol dengan apa informasi
dikomunikasikan, baik secara rahasia ataupun secara terbuka. Simbol
tersebut bisa berupa kata, suara, gerakan tangan, gambar-gambar dan
sebagainya.
Channel adalah saluran yang digunakan untuk menyamipaikan
informasi ke tujuan yang diinginkan si sender. Saluran itu bisa berubah
kertas seperti sebuah surat, telephone, kantor post, atau internet.
Decoder adalah alat yang digunakan untuk merupakan code -code
menjadi bahasa biasa yang bisa dimengerti oleh si penerima (receiver).
Receiver adalah si penerima pesan yang disampaikan oleh si sender,
ia akan mendengarkan atau membaca pesan yang dikirim oleh si sender.
Gambar 10.5
Model Dasar Komunukasi

SENDER CODER CHANNEL DECODER RECEIVER

Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi media untuk


komunukasi dua arah diciptakan dengan menggunakan jaringan komputer.
Pesan diubah menjadi data atau informasi yang dialirkan dari terminal
melalui jaringan yang sebelumnya dirubah oleh modem. Melalui saluran
dan modem tersebut, terminal mengirim data ke CPU (Computer
167

Processing Unit) dan sebaliknya CPU dapat mengirim data ke terminal.


Kemajuan teknologi informasi memungkinkan komunikasi dapat dilakukan
tanpa menggunakan cable tetapi menggunakan sratelit. Dengan
telekomunikasi atau data communication (datacom) dunia seolah -olah
menjadi kecil karena seseorang dapat dengan mudah berkomunikasi pada
saat itu juga dengan orang lain yang jauh berada di belahan dunia lainnya.
Penggunaan satelit ini bukan hanya untuk berkomunikasi saja tapi juga
untuk mencari data lain yang tersembunyi di dalam jlaut yang paling
dalam.
Dalam perusahaan besar seperti MNC (perusahaan multinasional)
atau perusahaan yang beroperasi dalam pasar internasional memerlukan
data-data untuk merancang dan memutuskan bahkan mengendalikan
operasinya. Data komunukasi yang berdasarkan MIS membantu
perusahaan dalam dua hal. Pertama, dengan operasi perusahaan yang
mendunia, data komunukasi dapat mempermudah manajemen untuk
mengontrol perusahaan dengan baik. Kedua, dapat meng up-date data base
setiap transaksi dii seluruh perusahaan yang tersebar di seluruh d unia,
sehingga keakuratan data akan terus disesuaikan dengan kondisi fisiknya.

8. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


Dalam pengambilan keputusan ada dua kategori keputusan, yaitu
keputusan terprogram dan keputusan yang tidak terprogram (Simon,
1977). Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang sifatnya rutin,
terstruktur, dan berulang, sedangkan keputusan yang tidak terprogram
adalah keputusan yang pengambilannya sewaktu-waktu. Klasifikasi
keputusan ini terikat dengan kedudukan manajer dalam organisasi, yaitu
top level management, middle management, dan lower level manajemen.
Dalam top level manajemen, permasalahan yang dihadapi adalah
hampir selalu permasalahan yang baru, sedangkan pada manajemen bawah
(low management) yang dihadapi selalu permasalahan yang rutin. Bisa
dimengerti karena pada low level management, yang dikerjakan berkaitan
dengan kegiatan transaksi jual beli, penyampaian informasi, atau operasi
produksi. Permasalahan yang dihadapi tentunya berkaitan dengan
ketepatan waktu penyamipaian produk kepada pelanggan, ketidaktepatan
jadwal produksi, kualitas yang tidak standar, atau perubahan pemintaan
konsumen dari musim ke musim. Semua persoalan hampir pasti sama
168

karena merupakan perulangan (repetitive) sehingga pemecahannya juga


hampir selalu sama. Karena persoalannya sama, maka tahapan-tahapan
pemecahannya sama, karena sama maka kepastiannya tinggi sehingga bisa
diprogram atau bisa dibuat formula. Contohnya dalam hal penyediaan
bahan bisa digunakan formula EOQ (economic order quanity), atau MRP
(material requirement planning), dan sebagainya.
Pada manajemen tingkat atas seperti direktur misalnya, ia harus
selalu berhubungan dengan pihak luar seperti calon pelanggan, pihak
bank, instansi pemerintah dan sebagainnya. Mereka berkomunikasi
kadang-kadang sering, kadang-kadang jarang, tempatnya juga seringkali
berpindah. Kadang pertemuan di lapangan golf, kadang di sebuah hotel,
atau kadang di sebuah restoran, atau kadang-kadang pertemuan dibatalkan
karena ada yang berhalangan. Makanya keputusannya juga disebu t
keputusan yang tidak terprogram. Dalam perencanaan pun demikian, untuk
tingkat top management disebut perencanaan strategis (strategic
planning), untuk tingkat menengah disebut pengendalian manajemen
(management control), sedangkan untuki manajemen paling bawah disebut
pengendalian operasi (operational control).
Tabel 10.1
Sistem Informasi Manajemen dalam Keputusan Terstruktur
Pengendalian Pengendalian Perencanaan
Operasi (Lower Manajemen (Middle Strategis (Top
Management) Management) Management)
Terstruktur Account receivable Penganggaran Pergudangan
pesanan peramalan J. Pendek
Semi Pengendalian Persiapan Merger & Aquisisi
struktur persediaan penganggaran Pengemb. Produk
penjadwalan
Tidak Manajemen cash Produksi dan Penelitian dan
terstruktur penjualan pengembangan

Kegiatan yang berkaitan dengan keputusan yang terstruktur bisa


dilakukan dengan langkah-langkahu yang distandarisir dan prosedur yang
jelas. Informasi yang diperlukannya disusun dalam sistem keputusan yang
terstruktur SDS (structured decision system). Dalam keputusan yang
terstruktur, prosedur atau langkah-langkah yang dipolakan tidak ada.
Sistem informasi yang diperlukannya hanya berupa dukungan untuk
169

membantu manajer dalam pengambilan keputusan, karena itu disebut


sebagai sistem pendukung keputusan DSS (decision support system).

9. STRUKTUR ORGANISASI DAN MIS


Pada awalnya setiap organisasi (pencari laba atau nirlaba) disusun
berdasarkan organisasi garis atau berdasarkan fungsi. Pada tipe organisasi
seperti ini ada empat tiang penyanggah utama agar organisasi tetap bisa
survive dan berkembang. Keempat tiang itu adalah pemasaran, produksi,
keuangan, dan personalia (Gambar 6). Pemasaran berfungsi untuk
mendistribusikan dan mengkomunikasikan hasil produksi kepada
masyarakat. Produksi berfungsi untuk mengolah bahan-bahan untuk
menciptakan produk baru yang bernilai tambah. Keuangan berfungsi untuk
merancang dan mengendalikan pembiayaan serta penerimaan perusahaan.
Sedangkan personalia berfungsi untuk mengatur penerimaan dan
penempatan tugas-tugas bagi karyawan.
170

Gambar 10.6
Organisasi Fungsional Perusahaan

PRESIDEN
DIREKTUR

Direktur Direktur Direktur Direktur


Keuangan Produksi Pemasaran Direktur SIM

Controller Manager Pabrik Manager Manager Manager


Penjualan Adm. Pers. SIM Keuangan

Manager Manager Manager Manager Manager


Accounting PPC Promosi Pelatihan SIM Produksi

Manajer Manager Manager Manager Manager


Keuangan Teknik Pen. Pasar Rekrutmen SIM Pemasaran

Manager Manager Manager


QC Distribusi Penempatan

Manager
Persediaan

Manager
Pembelian

Dalam perkembangan selanjutnya struktur organisasi berkembang


sesuai dengan perkembangan perusahaan. Strukturpun berubah sesuai
dengan kebutuhan organisasi misalnya dengan penambahan staf atau
berubah total menjadi organisasi matrik. Akan tetapi keempat tiang
penyanggah utama itu akan tetap ada karena semuanya merupakan fungsi
utama yang tidak bisa dihilangkan. Walau masing-masing fungsi memilikii
tugas dan tujuan yang berbeda akan tetapi secara bersama-sama
membentuk sistem perusahaan karena itu disebut juga sebagai subsistem.
Misalnya sub sistem pemasaran, subsistem produksi, subsistem keuangan,
dan subsistem personalia. Sistem informasi dibutuhkan oleh masing -
masing fungsi untuk membantu para manajer dalam pengambilan
171

keputusannya. Selain itu informasi dibutuhkan untuk menjelaskan aliran


produk uapa yang terjadi pada masing-masing fungsi. Misalnya hdalam
bagian keuangan aliran yang terlihat adalah berupa uang dan informasi
tentang aliran uang, di bagian produksi menjelaskan aliran barang dan
informasi tentang barang-barang tersebut.

10. SISTEM INFORMASI PEMASARAN


Gambar 10.7
Sistem Informasi Manajemen Pemasaran

Menurut Philip Kotler, ada tiga hal yang dibutuhkan berkaitan


dengan informasi pemasaran, yaitu :
(1) Intelijen pemasaran (marketing inteligence) yaitu bagaimana
mendapatkan pengetahuan tentang kondisii pasar dan sepak terjang
para pesaing.
(2) Komunikasi pemasaran (marketing communication) yaitu bagaimana
mengkomunikasikan output perusahaan terhadap masyarakat.
(3) Informasi pemasaran internal (internal marketing information), yaitu
bagaimana mendapatkan informasi dalam perusahaan.
172

Salah satu tanggung jawab bagian pemasaran adalah bagaimana


mendapatkan informasi tentang pelanggan dan tentang pesaing. Informasi
tentang pelanggan meliputi tentang perilakunya mengapa pelanggan mau
membeli suatu barang dan mengapa yang lain tidak? Seberapa tinggi daya
beli masyarakat? Bagaimana pertumbuhan ekonomi nasional? Informa si
tentang pesaing meliputi perilaku pesaing dalam menentukan harga,
melayani konsumen, produk yang diluncurkan dan sebagainya. untuk itu
bagian pemasaran harus pasang mata dan telinga untuk mendapatkan
informasi seperti itu, sehingga kegiatan ini sering disebut sebagai
inteligence marketing atau industrial inteligence (McLeod, 1986).
Bukan hanya informasi di lingkungan luar saja, tetapi iinf di
lingkungan dalam perusahaan tentang produk-produk yang dihasilkan dan
biaya-biayanya. Bagaimana dengan persediaan yang harus dipertahankan
untuk melayani konsumen. Dimana posisi produk itu dalam tahapan
produk life cyclenya apakah dalam pertumbuhan, sudah hdalam tahuap
decline, atau masih dalam tingkat kematangan. Lalu bagaimana produk itu
dikomunikasikan dan didistribusikannya (promotion), dan dengan harga
berapa. Semua informasi itu akan menjadi masukan bagi manajemen
pemasaran untuk menentukan keputusan apa yang bakal diambilnya.

11. SISTEM INFORMASI PRODUKSI


Sistem informasi produksi berkenaan dengan aliran bahan dari supplier,
saat penciptaan nilai tambah (proses), dan aliran produk yang dihasilkan
kepada bagian pemasaran. Akan tetapi bukan hanya informasi aliran bahan
saja, bagian produksi juga harus menyerap informasi dari luar yang
berkenaan dengan perkembangan teknologi karena bagian produksi
bertanggungjawab terhadap kualitas produk.
173

Gambar 10.8
Sistem Informasi Manajemen Produksi

Dalam hal kualitas, bagian produksi harus mampu mendesain produk dan
kualitas yang bisa memenuhi harapan konsumen. Untuk itu informasi dari
bagian pemasaran yang melakukan penelitian pasar untuk mengungkap
kebutuhan dan keinginan pasar harus menjadi perhatian utama agar
mampu mendesain produknya tentang perkembangan teknologi terutama
yang digunakan oleh pesaing hal yang sangat penting. Tidak heran kalau
teknologi ini menjadi hal yang sangat rahasia bagi setiap perusahaan
karena sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Tahun 1982 pernah
terjadi persentase antara perusahaan Jepang, Hitachi dan Mitsubhishi
Electric dituduh telah mencuri teknologi IBM.
Input yang diperlukan dalam sistem informasi produksi meliputi
penjgolahan data (data pricessing), teknologi industri (industrial
engineering), dan intelijen produksi (manufacturing inteligence).
Pengolahan data mengumpulkan data internal keseluruhan pengolahan
produksi tentang biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya -biaya
overhead. Demikian juga dengan data-data persediaan, penanganannya
(material handling) serta jumlah supplier yang mensupplaynya. Informasi
tentang biaya dan jumlah persediaan tersebut akan digunakan oleh manajer
pabrik untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi. Output
subsistem menggambarkan aliran produk dan aliran informasi tentang
174

produk yang dihasilkan dalam proses produksi sehingga akan dike tahui
secara pasti berapa besarnya biaya pengolahan produk per unit.

12. SISTEM INFORMASI KEUANGAN


Jantung dari sistem informasi keuangan adalah pengolahan data (data
processing), menyediakan data-data yang rinci berkenaan dengan seagla
sesuatu yang menyangkut karakteristik keuangan seluruh perusahaan.
Intelijen keuangan memonitor perubahan-perubahan atau naik turunnya
keuangan yang terjadi dalam lingkungan luar perusahaan untuk
kepentingan operasional jangka panjang.
Manajemen keuangan tidak hanya bertanggungjawab atas pencarian
sumber-sumber dana untuk kebutuhan perusahaan tapi juga
bertanggungjawab atas penggunaan dan pengembalian data tersebut. Dana
yang diinvestasikan dalam bentuk bangunan, atau dalam mesin dan
peralatan yang dipasang hanya bisa dikembalikan dalam waktu jangka
panjang. Namun karena perubahan yang terjadi dalam lingkungan
seringkali pengembalian itu penuh dengan resiko kegagalan. Karena suatu
pantauan jangka panjang harus dilakukan oleh manajer keuangan.
Gambar 10.9
Sistem Informasi Manajemen Keuangan
175

ada tiga subsistem input yang diperlukan dalam sistem informasi


keuangan, yaitu subsistem pengolah data, subsistem intelijen, dan
subsistem audit internal. Pengolah data mengumpulkan data -data baik dari
lingkungan luar seperti harga-harga bahan baku, maupun dari lingkungan
dalam perusahaan seperti dokumen-dokumen pengeluaran biaya. Intelijen
keuangan mengumpulkan data dari luar seperti dari pihak bank, pihak
pemerintah, pasar modal, dan sebagainya. Sedangkan internal audit
memiliki tugas yang sama seperti marketing research dan industrial
engineering.
Data-data yang diolah dari subsistem input menghasilkan output
berupa forecasting, informasi aliran dana, bagaimana pengawasan dana di
dalam perusahaan dilakukan. Informasi tentang prakiraan pemintaan akan
menjadi input yang berguna bagi pimkpinan perusahaan untuk
memutuskanj kegiatan yang bagaimana yang akan dilakukan untuk
beberapa tahun yang akan datang. Demikian juga informasi tentang aliran
dana keluar (cash flow) atau masuk (cash flow) akan merupakan masukan
yang berguna untuk pengambilan keputusan.

13. KESIMPULAN
Memasuki bisnis terutama bagi yang baru sebenarnya seperti memasuki
hutan belantara. Resiko kegagalannya sangat besar kalau tidak disertai
dengan pengetahuan seluk beluk tentang bisnis. Daya tarik memasuki
bisnis memang sangat besar karena menjanjikan keuntungan yang besar
dan kehidupan yang mewah sebagaimana yang selalu diperhatikan oleh
orang-orang yang berhasil dalam bisnis. Selain itu, memasuki bisnis juga
merupakan pelarian bagi orang yang mencoba keberuntungan bagi mereka
yang belum berhasil dalam mencari kerja.
Resiko kegagalan sebenarnya bisa dikurangi bahkan bisa dihindari
kalau seseorang yang akan memasuki bisnis memiliki informasi yang
lengkap tentang bisnis yang akan dimasukinya. Seseorang yang memiliki
informasi yang lengkap akan melakukan berbagai antisipasi atau bahkan
akan memutuskan untuk tidak memasuki bisnis manakala ia tahu bahwa
bisnisnya akan gagal. Pengetahuannya itu datang dari informasi.
Ada kepercayaan memang, bahwa keberhasilan adalah nasib. Akan
tektapi kita tidak itahu tentang nasib seseorang. Selain itu Tuhan
memberikan nasib baik kepada seseorang tidak langsung tapi melalui
176

saluran, dan saluran itu adalah usaha. Dengan usaha itu kita ingin
mengetahui nasib kita, baik atau buruk. Nasib baik dan buruk itu
tergantung salah satunya kepada iinf yang kita miliki tepat waktu atau
tidak. Memiliki informasi yang baik tapi tidak tepat waktu akan menjadi
usang dan tidak terpakai.

BACAAN LEBIH LANJUT


Mc Leod, Raymond, 1986, Management Information System, Third
Edition, Texas A&M University.
Harry, Mike, 1994, Information Systems in Business, Pitmann
Publishing, London
Herbert A Simon, 1977, The New Science of Management Decision,
Englewood Cliffs, Prentice-Hall.
177

BAB ETIKA DALAM KEGIATAN


11 OPERASI INTERNASIONAL

1. PENDAHULUAN
Ada suatu pendapat bahwa moral sangat menentukan keberhasilan suatu usaha
baik dalam skala kecil, nasional bahkan skala Internasional (Satianugraha, 2003).
Pembahasan tentang moral bermula timbul dari suatu pertanyaan tentang :
1. Mengapa ada masyarakat yang selalu kacau?
2. Mengapa ada masyarakat yang punah dan hanya meninggalkan bekasnya saja?
3. Mengapa ada masyarakat yang mampu memperathankan keberadaannya?
Kajian mendalam tentang pertanyaan itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang
setiap anggota masyarakat mau menerimanya dan mematuhinya. Penerimaan dan
kepatuhan masyarakat tentang sesuatu itu mengakibatkan tidak terjadinya pertentangan
diantara mereka sehingga mereka bisa bertahan dan berkembang. Sebaliknya
ketidaktahuan anggota masyarakat terhadap sesuatu mengakibatkan timbulnya persentase
bahkan peperangan yang satu sama lain saling meniadakan.
Apa sesuatu itu? Sesuatu itu adalah berupa nilai-nilai atau norma-norma. Norma
atau nilai-nilai ini memberikan pedoman kepada orang-orang atau anggota masyarakat,
bagaimana harus hidup dalam masyarakat itu sendiri untuk mempertahankan
keberadaannya. Tanpa ada norma-norma yang dipertahankan dan yang diterima oleh
semua anggota masyarakat, maka keberadaan masyarakat itu akan terancam. Hal ini bisa
terjadi karena tanpa norma-norma, setiap anggota masyarakat akan bertingkah laku
seenaknya yang bisa merugikan anggota masyarakat lainnya. Kalau setiap anggota
masyarakat bertingkah laku seperti itu maka akan timbul kekacauan. Satu sama lain
saling menghilangkan dan hanya berpikir untuk dirinya sendiri, yang pada akhirnya akan
mengakhiri keberadaan masyarakat itu sendiri.
Norma-norma ini berkaitan dengan perilaku anggota masyarakat karena itu
disebut norma moral (Keraf, 1998). Norma ini menuntun anggota masyarakat untuk
berbuat kebajikan bagi dirinya dan bagi orang lain. Norma bahkan seringkali menuntun
untuk bertindak mendahulukan kepentingan umum sebab pada hakikatnya kepentingan
umum tersebut adalah untuk kepentingan pribadinya juga.
178

2. ETIKA DALAM BERBISNIS


Dari sekian norma-norma moral yang ada, salah satu diantaranya adalah etika. Etika
merupakan nilai-nilai moral yang membahas tentang:
1. Apa-apa yang akan menjadi baik bagi kehidupan masyarakat
2. Apa-apa yang akan menjadi buruk bagi kehidupan masyarakat
3. Apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban seseorang sebagai anggota masyarakat.
Etika merupakan bagian dari filsafat yang berkenaan dengan nilai-nilai perilaku
manusia. Ia menunjuk kepada prinsip-prinsip dasar atau aturan-aturan yang menuntun
perilaku manusia udalam berhubungan dengan yang lainnya. Apa yang pantas dilakukan
dan apa yang tidak pantas dilakukan. Apa yang sebaiknya harus dilakukan dan apa yang
sebaiknya tidak boleh dilakukan atau harus dihindari. Etika berhubungan dengan atuarn-
aturan sosial yang mempengaruhi manusia untuk menjadi jujur dengan yang lainnya.
Aturan-aturan etika berbeda dengan aturan legal (hukum). Aturan hukum bersifat
memaksa, misalnya aturan tentang pencemaran lingkungan. Apabila aturan itu dilanggar,
baik oleh perusahaan ataupun perorangan, penguasa publik (pemerintah) akan memberi
sangsi hukum kepada pelanggar tersebut. Aturan-aturan etika tidak dipaksa oleh
kekuasaan publik, ia hanya menuntun anggota masyarakat untuk menilai mana
tindakannya yang baik dan mana tindakannya yang buruk. Misalnya pamali untuk
menyakiti anak yatim, pamali menebang pohon di hutan larangan, dan sebagainya.
aturan-aturan etika ini diharapkan masyarakat untuk dilaksanakan pula oleh pengusaha,
dan para pengusaha diharapkan bertindak secara etik dalam kegiatan bisnisnya.
Termasuk ke dalam etika adalah persamaan (equity) yang berarti keadilan
(justice) yang menurut the Emperor Justinian (483) bertii hidup secara jujur, tidak
menyakiti orang lain, dan membantu atau melayani setiap orang adalah kewajiban.
Etika sama artinya dengan moral karena itu disebut sebagai moralitas, seseorang
yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada suatu kegiatan tertentu untuk kebajikan
masyarakat disebut sebagai orang bermoral tinggi. Untuk menegakkan moral yang tinggi
ini masing-masing kegiatan memiliki norma-norma tertentu yang berbeda satu sama lain
yang disebut sebagai kode etik.

3. ETIKA DALAM KEGIATAN OPERASI


Ada anggapan bahwa bisnis adalah kegiatan yang tidak bermoral. Bahwa seorang
pebisnis akan melakukan berbagai cara (tanpa mengenal halal haram) agar ia menjadi
orang sukses dalam materi. Anggapan ini timbul sejak zaman dahulu kala, dari zaman
Yunani Kuno hingga para orang tua di Jawa, yang mengganggap bahwa pekkj bisnis
adalah pekerjaan yang tidak terhormat atau hina. Bisnis dianggap tidak terhormat karena
kegiatannya selalu dibarengi dengan tindakan yang tidak terpuji serperti tipu menipu,
179

sogok menyogok, berbuat curang atau perbuatan yang tidak terpuji lainnya yang bisa
merugikan orang lain. Kondisi seperti ini memang banyak terjadi dalam bisnis yang tidak
bermoral (immoral) dan yang selalu bertentangan dengan etika masyarakat, terutama
dalam ekonomi kapitalis yang diterapkan secara murni.
Sekedar untuk mereview kembali sistem ekonomi kapitalis murni memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Pemerintah sama sekali tidak ikut campur
2. Kegiatan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada anggota masyarakat
3. Masing-masing individu bebas menentukan produk apa yang akan dibuat dan dalam
harga berapa produk itu akan dijual
4. Setiap individu bebas untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin
5. Setiap anggota masyarakat secara indikator, bebas menguasa sumberdaya alam dan
kekayaan sebanyak mungkin hasil jerih payahnya.
Kondisi seperti di atas akan mengakibatkan :
1. Persaingan yang keras antar anggota masyarakat
2. Masing-masing individu akan berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai
tujuannya.
3. Tenaga kerja akan ditekan dengan upah yang kecil untuk mencapai efisiensi yang
tinggi.
4. Pengusaha menerapkan peraturan yang keras terhadap tenaga kerja.
5. Munculnya perbudakan dan eksploitasi terhadap tenaga kerja sehingga menimbulkan
kepedihan.
6. Timbulnya penguasaan sumberdaya alam, monopoli dan sebagainya yang merugikan
orang lain.
Akibatnya adalah terjadinya perpecahan pada anggota masyarakat. Anggota masyarakat
terbagi menjadi kelas-kelas. Kelas penguasa modal (kapitalis) dan kelas buruh yang
tertindas. Karena itu, menurut Marx, kepemilikan pribadi harus dibatasi untuk
menghilangkan kelas-kelas tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, terutama di negara maju, ekonomi kapitalis
dengan perilaku bisnis yang seperti itu telah berubah. Monopoli usaha oleh individu
dibatasi karena memang bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi dengan monopoli
kualitas hidup tidak menjadi lebih baik. Semuanya diikat oleh suatu aturan dan
pemerintah pun ikut campur dalam menentukan kebijakan ekonomi. Misalnya Sherman
Antitrust Act(1890), Clayton Act (1914), Robinson-Patman Act (1936), Celler-kefauver
Act (1950) dan banyak lagi peraturan lainnya (di USA). Industri-industri yang penting
untuk kebutuhan orang banyak seperti listrik, air, transportasi dikuasai oleh negara. Upah
180

buruh diperbaiki dengan meningkatkan produktifitasnya. Buruh pun dianggap sebagai


partner usaha karena buruh dengan keahliannya dapat meningkatkan produktifitas dan
selanjutnya dapat mengembangkan perusahaan.
Namun, dalam negara yang masih berkembang perilaku bisnis yang kotor masih
tetap berlangsung. Suap menyuap, tipu menipu, penindasan terhadap buruh, dan
penguasaan terhadap sektor tertentu oleh sekelompok individu masih terjadi. Bayangkan
di Indonesia Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU baru dibentuk tahun 2000,
padahal di Amerika Serikat yang pusatnya kapitalis, Undang-Undang anti mkonopoli
telah diciptakan sejak 1890. Semua aturan-aturan itu diciptakan untuk membatasii
perilaku rakus dan tidak terpuji dari para pebisnis sehingga mereka memiliki etika, etika
bisnis.
Konsep yang melandasi etika dalam bisnis adalah kenyataan bahwa bisnis
merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bagian dari
kehidupan manusia yang tercermin dalam kegiatan masyarakat. Kegiatan bisnis bisa
diarahkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat itu sendiri. Karena itu kegiatan
dalam bisnis harus bermoral, harus memiliki etika baik dalam level individu, makro,
nasional maupun internasional. Bisnis idealnya tidak ditujukan untuk mencari keuntungan
semata walaupun keuntungan memang merupakan alasan utama dalam melakukan bisnis.
Keuntungan yang seharusnya diperoleh secara wajar-wajar saja dan manfaatnya harus
dirasakan oleh masyarakat. Diharapkan demikian karena kegiatan bisnis akan ada karena
adanya berbagai pihak yang terlibat untuk bekerjasama dalam memenuhi kepentingannya
masing-masing. Wajar kalau semua yang terlibat memperoleh keuntungan dari kegiatan
bisnis tersebut. Semua itu harus ditetapkan dengan pertimbangan keadilan, standar,
bahkan aturan-aturan yang tertulis.

4. AGAMA, BUDAYA DAN PERILAKU BERETIKA


Budaya berasal dari kata budi (Koencaraningrat, 1974) yang terdiri dari pikiran, rasa, dan
kemauan, atau dengan kata lain terdiri dari cipta, rasa dan karsa (Ki Hajar Dewantara,
1950). Buah budi manusia itu disebut kebudayaan, atau dengan kata lain kebudayaan
adalah hasil dari cipta, rasa, karsa, dan ditambah dengan karya. Budaya merupakan ikatan
keseluruhan termasuk di dalamnya :
1. Ilmu pengetahuan
2. Nilai-nilai yang dianut
3. Sistem kepercayaan
4. Seni
5. Moral dan hukum
6. Kebiasaan dan tradisi
181

Dalam pengalaman sejarahnya ada pandangan yang berbeda dalam cipta, rasa,
karsa dan juga karya antar suku yang satu dengan suku lain atau bukan antar negara yang
satu dengan negara lain. Karena perbedaan itu maka timbullah apa yang disebut dengan
budaya Amerika, budaya Meksiko, budaya Jepang, atau budaya Eropa.
Lain halnya dengan Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam menentukan
budayanya karena terbentuk dari berbagai etnis. Masing-masing etnis ini yang berasal
dari berbagai daerah memiliki tata-cara dan nilai-nilai yang berbeda pula yang disebut
sebagai budaya daerah. Untuk mempersatukannya para founding father
mengumpulkannya dalam suatu wadah kebhinekaan yang disebut Bhineka Tunggal Ika.
Kebudayaan merupakan wujud dari budaya itu sendiri, yaitu hasil karya cipta manusia
dengan kekuatan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, dan fakultas-
fakultas rohaniah lainnya) dan raganya, yang menyatakan diri dalam pelbagai kehidupan
manusia (Anshari, 1982).
Secara garis besar kebudayaan dapat dibedakan dari :
1. Kebudayaan immaterial dan
2. Kebudayaan material
Kebudayaan immaterial meliputi :
a) Filsafat,
b) Ilmu pengetahuan,
c) Kesenian,
d) Bahasa,
e) Kaidah-kaidah budaya,
f) Ekonomi dan pencaharian hidup,
g) Politik,
h) Pendidikan, dan lain sebagainya.
Kebudayaan material meliputi :
a) Alat-alat penguasaan alam,
b) Benda-benda kebutuhan hidup, dan
c) Seluruh hasil karya
d) Hasil karya tersebut (termasuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya) akan
terus dipelihara karena menjadi simbol identitas bangsa itu sebagai alat
pendorong dan pemersatu.
Nilai-nilai yang oleh sebagian besar umat manusia dijadikan patokan dasar
adalah nilai-nilai agama karena dipercayai berhubungan dengan kekuasaan Yang Maha
Tinggi. Sebagaimana dalam budaya, agama pun memiliki nilai-nilai atau norma-norma
yang berbeda. dalam agama Kristen konservatif (right-wing Christianity) hak-hak
individual menjadi lebih penting daripada hak-hak masyarakat (Plenert, 2002).
182

Keberhasilan individu diukur oleh keberhasilan dalam pencapaian usahanya bukan


keberhasilan melalui kelompok. Masyarakat bahkan family dipandang sebagai
penghalang dalam mencapai tujuan individu. Masing-masing individu dipandang sebagai
yang bersifat unik namun sama-sama dipandang sebagai anak Tuhan. Namun dalam
kenaytaan kehidupan masyarakat Barat bnyak juga yang menekankan keberhasilan usaha
kelompok. Ini tercermin dalam kegiatannya dalam olah raga yang menilai kemenangan
dalam pertan sebagai usaha kelompok (team) dan bukan usaha pribadi, demikian juga
misalnya dalam keberhasilan bisnis yang menekankan adanya usaha kelompok.
Dalam agama Islam, masyarakat secara keseluruhan dipandang lebih penting
daripada individu. Nilai-nilai tertinggi individu hanya bisa dicapai melalui usaha
kelompok atau organisasi. Sholat dalam ritual agamanya dipandang sebagai kegiatan
usaha untuk mencapai nilai-nilai ritual keagamaan. Nilai tertingginya adalah 27 harkat
yang hanya akan bisa dicapai oleh umat manusia bila dilakukan secara berjamaah.
Hubungannya individu dalam masyarakat dipandang ;sebagai kegiatan sholat juga dimana
nilai tertinggi hanya akan dicapai melalui bekerjasama atau berorganisasi. Individu
dilahirkan sebagai abdi Tuhan yang tugasnya untuk melindungi dan menyayangi semua
makhluk dan alam-lingkungannya. Setiap individu harus memberikan kontribusi yang
maksimal kepada kelompok melalui ilmunya, amal perbuatannya yang ikhlas, dan
kemampuan mendidik generasi yang lebih baik (anak yang shaleh). Tindakannya uharus
dikaitkan dengan tanggung jawabnya kepada Tuhan (tanggung jawab secara vertikal) dan
tanggung jawabnya kepada masyarakat (tanggung jawab secara horizontal). Sukses
individu merupakan resultan dari besarnya nilai vektor vertikal (pengabdian kepada
Tuhan) dan besarnya nilai vector horizontal (kontribusinya kepada perbaikan kehidupan
masyarakat).
Walau berbeda, nilai-nilai yang menuntun umat manusia untuk berbuat kebajikan
selalu ada dalam setiap agama. Pengaruh agama pada moral atau sistem etika sangat
besar, dadn bahkan segalanya. Nilai-nilai atau norma-norma yang diajakan oleh agama
akan menentukan etika atau moral para penganutnya. Bagaimana seseorang harus berbuat
kebajikan dan bagaimana ia harus menghindari larangan-larangan yang diajarkan agama.
Norma-norma agama bukan saja mengajarkan kewajiban tapi juga pertanggungjawaban.
Bagi orang yang beragama pertanggungjawaban itu adalah kepada Tuhan, sedangkan bagi
orang yang tidak beragama pertanggungjawabannya adalah kepada masyarakat.
Dalam suatu sistem pertanggungjawaban baik yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis setiap anggota masyarakat memiliki patokan untuk bertindak walaupun
adakalanya bertentangan. Misalnya perkawinan antar agama (Islam dengan Kristen)
dianggap sangat tidak bermoral oleh kaum muslimin tetapi menurut pertimbangan
Kristen, kawin campur seperti itu tidak ada hubungannya dengan etika atau moralitas.
Contoh lain, bila seseorang diundang makan malam di Meksiko pada jam 7.00 malam,
kemudian orang yang diundang itu datang tepat jam 7.00 dianggap tidak etik karena yang
mengundang baru melakukan persiapan untuk makan malam tersebut (Plenert, 2002).
Jadi sebaiknya ia datang setelah satu atau satu setengah jam kemudian. Nilai-nilai seperti
183

itu jelas akan mempengaruhi kegiatan bisnis, karena itu sudah seyogianya menjadi
pertimbangan dalam kegiatan bisnis.

5. ETIKA DALAM OPERASI INTERNASIONAL


Konsep ekonomi pasar ternyata menimbulkan kegiatan usaha yang tidak bisa dibendung.
Kegii usaha ini tidak terbatas hanya pada daerah tertentu saja tapi merambah ke seluruh
dunia sehingga muncul istilah globalisasi. Dalam perkembangan selanjutnya globalisasi
ternyata membawa berbagai konsekuensi ;bagi negara, bagi kehidupan masyarakat satu
negara, bahkan bagi kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Konsekuensi ini,
menunjukkan bahwa kegiatan operasi internasional tidak tunduk pada aturan lokal tapi
tunduk pada aturan-aturan pasar bebas. Kegiatan operasi baik yang berkaitan dengan jasa
seperti perdagangan, ataupun pembuatan barang seperti manufakturing tidak lagi
terhalang oleh batas-batas teritorial suatu negara.
Kegiatan operasi yang mendunia ini awalnya merupakan gagasan yang muncul dalam
pertemuan rutin negara-negara maju berkaitan dengan persetujuan umum tentang
perdagangan dan tarif (General Agreement on tarifs and trade, GATT). Didirikan di
Jenewa (Geneva) 1947. Istilah kegiatan operasi yang mendunia ini selanjutnya disebut
globalisasi. Ciri utamanya adalah munculnya perusahaan-perusahaan multinasional yaitu
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di berbagai negara. Cabang-cabang perusahaan
yang beroperasi di negara lain biasanya disebut anak perusahaan (subsidiaries),
sedangkan perusahaan yang berada di negara asalnya (host country) disebut induk
perusahaan (parent company). Kegiatan anak perusahaan tersebut bisa dalam bentuk
kegiatan berproduksi atau melakukan penjualan produknya, atau kedua-duanya.
Konsekuensinya bisa bersifat positif maupun yang negatif. Di satu sisi globalisasi
meningkatkan kerjasama diantara negara-negara di dunia, terutama dalam bidang
ekonomi. Kerjasama ini positif karena bisa saling menutupi kelemahan masing-masing.
Kelemahan itu antara lain :
1. Negara maju memiliki tenaga kerja terampil yang tidak dimiliki oleh negara
berkembang.
2. Negara maju memiliki teknologi yang canggih yang tidak dimiliki oleh negara
berkembang.
3. Negara berkembang memiliki sumberdaya alam yang tidak dimiliki oleh negara
maju.
4. Negara berkembang memiliki banyak tenaga kerja kasar dan murah yang tidak
dimiliki negara maju.
5. Negara berkembang bisa membina teknologi dari negara maju untuk mengolah
sumberdayanya.
Namun di lain sisi memungkinkan timbulnya persentase antara negara-negara maju yang
sudah siap dan negara-negara berkembang yang masih belum siap. Negara-negara
berkembang yang minim dalam kemampuan teknologi dan infrastrukturnya tidak mampu
184

bersaing dengan negara maju padahal negara-negara berkembang memiliki sumberdaya


alam yang melimpah. Negara-negara maju dengan teknologinya mampu menciptakan
produk yang lebih bagus dengan produktifitas yang lebih tinggi sehingga menjadi lebih
efisien. Negara-negara berkembang dengan kemampuan teknologinya yang dimiliki
menjadi sangat tidak efisiensi sehingga menciptakan harga produk yang mahal. Ujung-
ujungnya adalah negara-negara berkembang akan disebu oleh updu-produk negara maju
yang lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus, sedangkan produk negara
berkembang tidak laku di negara maju karena kalah bersaing. Perbedaan kemampuan ini
memungkinkan munculnya jurang perbedaan dalam kesejahteraan yang makin lama
makin lebar sehingga dirasakan tidak adil oleh negara-negara berkembang.
Perbedaan kemampuan antara negara maju dan negara berkembang ini
menimbulkan masalah moralitas dalam bisnis, karena perilaku bisnis sering
menghalalkan berbagai cara (immoral). Misalnya perusahaan multinasional membayar
upah tidak adil antara pekerja lokal dan pekerja asalnya walaupun posisinya sama atau
bahkan dalam posisi lebih rendah dengan pekerja lokal. Perlakuan ini dianggap
melakukan eksploitasi terhadap tenaga kerja. Perusahaan multinasional menggunakan
teknologi yang lebih canggih dibanding dengan perusahaan lokal sehingga biaya tenaga
kerja per unit produk di perusahaan multinasional menjadi lebih kecil daripada upah
tenaga kerja di perusahaan lokal. Produk yang dihasilkannya pun menjadi lebih baik
daripada hasil produksi perusahaan lokal sehingga mampu mengambil pasar yang
dimiliki perusahaan lokal. Demikian juga dengan anggapan eksploitaasi sumberdaya
alam, perusahaan multinasional membeli hak penambangan (darat, laut, dan dalam tanah)
dengan harga yang sangat murah dan menjualnya dengan harga yang tinggi di luar negeri.
Karena fakta-fakta tersebut maka globalisasi dengan perusahaan multinasionalnya
dianggap sebagai penyebab dari kemiskinan dan kerusuhan di negara-negara
berkembang.
Kelemahan infrastruktur di negara-negara berkembang juga merupakan penyebab
timbulnya kegiatan bisnis yang immoral. Misalnya dalam hal penentuan upah minimal,I
perusahaan multinasional memberikan upah yang sama dengan perusahaan lokal. Hal ini
mengakibatkan tingkat upah per unit produk yang dihasilkan perusahaan multinasional
menjadi lebih kecil dibanding perusahaan lokal karena penggunaan teknologi yang
berbeda. demikian juga halnya dengan infrastruktur yang mengatur masalah-masalah
lingkungan yang memungkinkan perusahaan multinasional melakukan bisnis yang rakus.
Akan tetapi tentu saja bukan merupakan alasan bagi pelaku bisnis untuk bertindak
immoral karena lemahnya infrastruktur seperti itu. Norma-norma moral yang bersifat
universal seperti mencuri, menipu, memiperkosa, bisa diterapkan di negara manapun di
dunia ini. Namun norma moral yang bersifat relatif seperti norma sopan santun, norma
agama yang dianut oleh suatu masyarakat di negara lain harus juga diperhatikan. Setiap
bisnis seyogyanya memadukan norma-norma universal dan norma-norma relatif untuk
kelangsungan hidupnya bahkan untuki pengembangannya.
185

6. KELANGSUNGAN HIDUP USAHA DAN LINGKUNGAN


Orang melakukan usaha (bisnis) tidak hanya untuk satu atau dua hari saja atau satu atau
dua tahun saja tapi (kalau bisa) untuk selamanya. Demikian juga, setiap bisnis tidak
hanya ingin mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya saja (survive) tapi juga
ingin mendapatkan keuntungan (profitability) dan berkembang (growth). Keinginan ini
bukan hanya ada pada pemilik saja (stockholder) tapi seluruh stockuholder yang terlibat
seperti karyawan, konsumen, pemasok, dan masyarakat di lingkungannya.
Pemilik ingin perusahaannya survive (mampu mempertahankan kelangsungan
hidupnya) agar ia tidak kehilangan modal yang diinvestasikannya. Para karyawan
(manajer dan buruh) intin perusahaan survive agar perusahaan mampu menyediakan
kebutuhan hidupnya dan menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi untuk
menyerap banyak tenaga kerja. Demikian juga dalam hal keuntungan (profit) dan
pengembangan (growth) yang tidak ihanya diharapkan oleh upemilik isaja tapi juga oleh
para stockholder. Karyawan ingin mendapat bagian dari keunj yang diperoleh perusahaan
sebagai imbalan kontribusi yang diberikannya. Keberadaan perusahaan dengan demikian
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh stockholder, bukan hanya bagi
pemiliki saja.
Kelangsungan hidup perusahaan bisa diperathankan (survive) kalau perusahaan
terus beroperasi. Untuk itu bahan-bahan harus tersedia terus sesuai dengan persyaratan
kualitas, kuantitas, dan sesuai dengan waktunya. Karyawan dan peralatan yang dimiliki
harus terus bekerja tidak ada yang menganggur. Produk yang dihasilkan harus bisa
diserap oleh konsumen dan tidak terjadi penumpukan di gudang. Semua barang dan
informasi harus mengalir dari supplier, IPS produksi, hingga ke konsumen tanpa adanya
hambatan. Hubungan dengan para suppliernya, dengan para customernya, dengan serikat
buruh, dengan lembaga pemerintah atau lembaga lainnya yang terkait, singkatnya dengan
para stockholdernya, harus terjalin dengan baik. Mereka semuanya harus merasa
dipuaskan.
Customer dipuaskan bukan hanya dengan kualitas produk yang dihasilkannya
tapi juga informasi tentang produk itu sendiri. Tentang manfaat dan mudharatnya produk
yang digunakan konsumen, atau tentang cara-cara mengatasi permasalahan yang timbul
pada produk yang digunakannya. Karyawan dipuaskan bukan hanya dengan bonus atas
keuntungan yang diperoleh perusahaan saja, tapi juga kesejahteraannya. Ini meliputi
pengobatan saat sakit, pemberian cutii dengan biaya rekreasinya, jaminan pendidikan
bagi anak-anaknya, serta jaminan masa tuanya setelah ia pensiun.
Masyarakat dipuaskan dengan keterlibatan perusahaan dalam memelihara
lingkungan sekitarnya agar tidak tercemar, memberikan pendidikan kepada yang tidak
mampu, membangun sarana peribadatan dan sebagainya. dengan keterlibatan perusahaan
dalam kegiatan sosial, citra perusahaan di masyarakat menjadi lebih baik yang
selanjutnya akan menguntungkan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian kelangsungan
hidup perusahaan pada hakikatnya bukan karena peran dari pemilik saja tapi lebih-lebih
186

karena dukungan para stockuholder tersebut yang telah memberikan kontribusinya dalam
bentuk gagasan, tenaga, pikiran, pembelian produk, dan penyediaan bahan baku. dengan
demikian semua stockholder ikut terlibat dalam setiap keputusannya yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam prakteknya ternyata tidak demikian. Pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan seringkali berperilaku sebagai speculator yang berpikir hanya jangka pendek.
Mereka seringkali hanya berpikir pada pengembalian investasi untuk kepentingan
pribadinya dan tidak berpikir untuk kemaslahatan masyarakat. Bila harga harga saham
turun dan psopek perusahaan dianggapnya tidak baik, maka mereka akan segera menjual
sahamnya dan memidahkan investasinya ke perusahaan lain, baik di dalam atau di luar
negeri. Karyawan dipaksanya agar loyal dan bekerja keras untuk perusahaan tapi tidak
berpikir tentang nasibnya dan tentang masa depan keluarganya. Bagii para pemilik yang
penting mereka selamat dan diuntungkan dalam kondisii apapun.
Dii lain pihak, para pemilik saham beralasan bahwa karyawan seringkali hanya
berpikir tentang kesejahteraannya saja dan tidak berpikir bagaimana kesulitan yang
dihadapi perusahaan. Karyawan seringkali tidak memberikan kontribusi yang baik untuk
kelangsungan hidup perusahaan, misalnya dengan bekerja berleha-leha, datang terlambat,
sering absent, gaji ingin terus naik dan mendapatkan bonus. Para karyawan seringkali
tidak berpikir bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan kepada pihak-pihak lain
terutama kepada customer melalui hasil kerjanya yang baik. Mereka hanya menuntut dan
hanya bekerja dengan baik kalau terus diawasi. Alasan lain adalah bahwa masyarakatpun
seringkali tidak mengindahkan akan keberlangsungan hidup perusahaan. Perusahaan
seringkali dipusingkan dengan gangguan keamanan dalam menjalankan operasionalnya.
Perusahaan bahkan digoda untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermkoral
seperti meminta uang sogokan agar operasionalnya lancar.
Selain kurangnya dukungan dari para stockholder, perusahaan juga harus
dihadapkan dengan para pesaingnya yang juga seringkali berbuat tidak jujur. Misalnya
dalam mengeksploitasi sumberdaya alam, dalam mengeksploitasi sumberdaya alam,
dalam mengeksploitasi tenaga kerja, dalam penentuan harga, dalam melakukan promosi
penjualan produknya. Para pesaing seringkali juga melakukan sogokan untuk kelancaran
usahanya atau cara-cara lain yang membuat perusahaan lain hancur. Kondisi-kondisi
seperti di atas memang menyulitkan bagii perusahaan untuk bertindak secara jujur karena
godaan untuk bertindak tidak jujur datang bukan saja dari dalam perusahaan tapi juga
terutama dari lingkungan luar perusahaan. Dari masyarakat itu sendiri dimana perusahaan
beroperasi.

7. KEBIJAKAN SHORT-TERM vs LONG-TERM


Kelangsungan hidup, keuntungan, pertumbuhan, persaingan, dan efisiensi merupakan
alasan utama dan dapat dimengerti kejnapa kegiatan bisnis beroperasi ke negara-negara
187

asing. Manakala suatu perusahaan merasa terancam kelangsungan hidupnya ia akan


berusaha untuk melepaskan diri dari ancamannya dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah mencari tempat beroperasi di negeri asing. Cara lain adalah dengan melakukan
efisiensi karena ini merupakan satu-satunya cara yang bisa diandalkan untuk
menangkalnya. Namun efisiensi seringkali diartikan secara sempit yaitu suatu cara untuk
mencapai keuntungan yang maksimal dengan pengorbanan yang minimal dan dalam
waktu yang singkat. Pemahaman seperti itu mendorong perilaku bisnis untuk berfikir
jangka pendek.
Keuntungan bisnis ditunjukkan dengan adanya keelbihan antara penerimaan
perusahaan dengan ongkos-ongkos produksi yang dikeluarkannya. Hasil atau penerimaan
penjualan ini merupakan kombinasi dari harga (price) dan jumlah produk yang terjual
(quantity). Dalam meningkatkan penjualan inilah yang seringkali dilakukan secara tidak
jujur olehh para pelaku bisnis. Misalnya dengan melakukan sogokan-sogokan kepada
customernya agar produknya dibeli. Sogokan itu bisa berupa hadiah-hadiah atau mark up
harga yang dicantumkan dalam nota pembelian customer tapi tidak termasuk dalam
pembukuan perusahaan. Kemampuan untuk melakukan penjualan yang tidak jujur ini
menimbulkan persaingan yang tidak sehat yang akan menyeret pebisnis lainnya
melakukan hal yang sama. Kemampuan pelaku bisnis dalam menggoda aparat untuk
menerima suap akan menjurus timbulnya praktek monopoli yang pada akhirnya akan
merugikan pelaku bisnis itu sendiri karena akan merusak sistem pasar bebas.
Ongkos produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel ini
terdiri dari biaya bahan-bahan dan biaya tenaga kerja. Untuk alasan efisiensi para pelaku
bisnis tidak segan-segan melakukan eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan
kelestarian dan lingkungannya. Pelaku bisnis seringkali tidak mengindahkan kelanjutan
sumberdaya alam tersebut, karena harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan dan
pelestariannya. Demikian juga dengan tenaga kerja, pelaku bisnis akan melakukan
berbagai cara untuk menekan jbiaya tenaga kerja, misalnya dengan memberikan upah
minimal atau upah di bawah minimal, mempekerjakan anak-anak, atau mempekerjakan
wanita dengan peraturan yang sangat ketat. Dengan alasan efisiensi pula pelaku bisnis
tidak mengindahkan kesejahteraan sosial karyawannya, atau lingkungan masyarakat
dimana perusahaan itu beroperasi.
Efisiensi seharusnya diartikan dalamj konteks jangka panjang. Dalam jangkai
panjang efisiensi dianalogikan sebagai suatu keadaan dimana :
1. Bahan-bahan yang diperlukan tersedia terus sesuai dengan kualitas, jumlah
dan waktu yang dibutuhkannya (the right time, the right quantity, the right
quality).
2. Semua produk yang dihasilkan bisa diserap oleh konsumen (pasar) sehingga
tidak ada mesin dan tenaga kerja yang menganggur.
Agar bahan-bahan tersedia terus dan konsumen mau menerima produk yang
dihasilkan perusahaan terus menerus maka sumber bahan baku dan konsumen harus
188

dipelihara. Pemeliharaan sumber bahan baku bisa dilakukan dengan eksploitasi yang
terencana dan melibatkan partisipasi masyarakat agar lingkungannya tidak rusak.
Misalnya mendidik masyarakat bagaimana mengolah sumberdaya alam dan
memeliharanya untuk kemudian hasilnya ditamkpung olehh perusahaan sebagai bagian
untuk menghasilkan produk perusahaan. Dengan cara demikian, ada keterkaitan antara
kehidupan anggota masyarakat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Masyarakat akan
berpartisipasi untuk memelihara perusahaan dan sumber bahan bakunya. Cara seperti ini
akan lebih efisien dibanding dengan eksploitasi yang asal-asalan.
Efisiensi dalam biaya produksi bisa dicapai dengan mengembangkan partisipasi
karyawan. Karyawan yang tidak diperlakukan secara tidak manusiawi akan menganggap
perusahaan sebagai lawan dan sewaktu-waktu bisa dikhianati. Pengkhianatan itu
dilakukan misalnya dengan bekerja tidak sungguh-sungguh, sering mangkir, pura-pura
sakit, atau bahkan melakukan sesuatu yang menimbulkan biaya yang besar seperti
merusakan mesin atau peralatan lainnya. Karyawan yang diperlakukan dengan baik akan
menganggap perusahaan sebagaii sumber kehidupannya. Perlakuan itu misalnya bukan
memberikan gaji yang sangat besar tapi penghargaan lainnya seperti memperhatikan
kesehatan dan pendidikan keluarganya, mengajak rekreas setiap tahun sekali, tunjangan
hari tua dan sebagaiinya. Dengan cara seperti itu pekerjia/karyawan merasa sebagai
bagian dari perusahaan dadn akan memelihara seluruh asset perusahaan karena
kelangsungan hidupnya terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Cara
yang seperti ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang keras terhadap
karyawan.
Hal yang sama berlaku juga dalam memelihara konsumen, misalnya dengan
memberikan informasi yang lengkap tentang produk yang akan digunakannya. Konsumen
tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis manfaat dan mudharatnya dari pengguu
produk perusahaan karena keterbatasan pengetahuan dan alat yang dimilikinya. Dengan
memberikan informasi yang lengkap tentang produk yang akan digunakannya konsumen
akan merasa terpuaskan dalam menentukan pilihannya. Kerelaan perusahaan dalam
memberikan informasi akan dibalas konsumen dengan kerelaan konsumen untuk membeli
produk perusahaan terus menerus karena konsumen merasa kelangsungan hidupnuya
ditunjang oleh produk perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan terbukti bukan
ditentukan semata-mata oleh pemilik perusahaan saja (stockholder).
Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti menetapkan kebijakan
jangka panjang (long-therm policy). Namun dalam menentukan kebijakan ini perusahaan
seringkali dihadapkan kepada pilihan-pilihan untung rugi (trade off) antara kebijakan
jangka panjang dan jangka pendek. Terlalu menekankan kebijakan jangka panjang
perusahaan akan kehilangan peluang yang muncul dalam waktu dekat, sedangkan apabila
menekankan kebijakan jangka pendek akan berarti kelangsungan hidup perusahaan akan
terancam. Banyak yang berpendapat bahwa setiap keputusan selalu abu-abu, bukan hitam
putih, bukan salah atau benar (black or white). Bahwa selalu terdapat sisi baik dan sisi
buruk dari setiap keputusan tergantung pada perspektif masing-masing.
189

8. KESIMPULAN
Etika atau disebut juga moralitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan operasi
perusahaan, baik dalam skala kecil, nasional maupun skala internasional. Etika
merupakan nilai-nilai moral yang membahas tentang apa yang baik dan apa yang buruk
bagi kehidupan masyarakat. Apa yang menjadi hak dan apa yang menjadi kewajiban
seseorang sebagai anggota masyarakat, baik perorangan atau kelompok. Sebagaii
kumpulan orang-orang dan bagian dari masyarakat, perusahaan menerima input dari
masyarakat, memelihara input-input tersebut dengan tujuan untuk kelangsungan hidup
perusahaan itu sendiri. Demikian juga output yang dihasilkan diserahkan kepada
masyarakat untuk dikonsumsi, sehingga memberikan produk-produk yang tidak
menimbulkan kerusakan agar masyarakat mau menerimanya. Ini bukan hanya untuk
kebaikan masyarakat itu sendiri, tetapi juga untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Karena kenyataan bahwa kegii usaha merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Kegiatan usaha (bisnis) bisa diarahkan untuk memperbaiki
kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ada anggapan bahwa kegiatan usaha adalah kegiatan yang tidak bermoral.
Seseorang akan melakukan berbagai cara (tanpa mengenal halal haram) agar ia menjadi
orang sukses dalam materi. Kegiatan usahanya dibarengi dengan tindakan yang tidak
terpuji seperti tipu menipu, suap menyuap, berbuat curang atau perbuatan yang tidak
terpuji lainnya yang bisa merugikan orang lain. Kondisi seperti ini bisa muncul pada
masyarakat ekonomi kapitalis murni yang menimbulkan praktek monopoli yang
selanjutnya akan merembet ke tindakan lainnya yang merusak.
Di negara maju, ekonomi kapitalis murni telah berubah. Monopoli usaha holeh
individu dibatasi karena memang bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi kualitas
hidup tidak menjadi lebih baik. Semuanya diikat oleh uatu aturan pemerintah. Industri-
industri yang penting untuk kebutuhan orang banyak seperti listrik, air, transportasi
dikuasai oleh negara. Upah buruh diperbaiki dengan meningkatkan produktifitasnya.
Buruh pun dianggap sebagai partner usaha karena buruh dengan keahliannya dapat
meningkatkan produktifitas dan selanjutnya dapat mengembangkan perusahaan. Namun,
dalam negara yang masih berkembang perilaku bisnis yang kotor masih tetap
berlangsung.
Nilai-nilai moral (etika) sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, dan budaya
ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama karena dipercayai memiliki hubungan
dengan kekuasaan Yang Maha Tinggi. Walaupun agama berbeda-beda, nilai-nilainya
menuntun umat manusia untuk berbuat kebajikan. Bagaimana ia harus menjauhi laangan-
larangan yang diajarkan agama dan bagaimana ia harus menjauhi larangan-larangan yang
diajarkan agama dan bagaimana ia harus menghindari kegiatan yang merusak kehidupan.
Norma-norma agama bukan saja mengajarkan kewajiban tetapi juga pertanggungjawaban
190

kepada Tuhan atas kegiatan yang dilakukannya. Ini berbeda dengan orang yang tidak
beragama yang pertanggungjawabannya hanya kepada masyarakat.
Kelangsungan hidup perusahaan, baik di dalam ataupun di luar negeri, hanya bisa
dipertahankan apabila perusahaan berfikir jangka panjang. Perusahaan harus bersabar
beberapa waktu untuk tidak meraup keuntungan jangka pendek hanya untuk memelihara
faktor produksi dan lingkungannya. Perusahaan juga harus bersabar untuk
mengembangkan produk-produk yang tidak merusak lingkungan dan membahayakan
konsumen. Semua itu hanya bisa dicapai dengan upaya-upaya jangka panjang dan terus
menerus, sehingga masyarakat merasakan pentingnya keberadaan perusahaan dalam
kehidupannya.

9. BAHAN DISKUSI
1. Apa sebenarnya etika itu?
2. Apakah etika sama dengan moral?
3. Apakah etika sama dengan kode etik?
4. Apa bedanya antara norma moral dengan norma hukum?
5. Mengapa etika diperlukan dalam kehidupan suatu bangsa?
6. Mengapa kelangsungan hidup perusahaan dikaitkan dengan moralitas?
7. Mengapa kelangsungan hidup perusahaan harus dikaitkan dengan lingkungan?
8. Bisakah kehidupan perusahaan dikembangkan tanpa mengkaitkannya dengan
etika?
9. Bagaimana hubungan antara agama, budaya dan perilaku etika?
10. Perlukah etika diterapkan dalam operasi internasional?

BACAAN LEBIH LANJUT


Griffin, Ricky W; Ebert, Ronald J., 2004, Business Seventh Edition, Pearson Education
Internasional.
Koencaraningrat, 1974,
Plenert, Gerhard J., 2002, International Operations Management, Copenhagen Business
School Press.
Saifuddin Anshari, Endang, 1982, Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam
dan Ummatnya, Perpustakaan Salman ITB, Bandung.
Satyanugraha, Heru, 2003, Etika Bisnis: Prinsip dan Aplikasi, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi (LPFE) Universitas Trisakti.

Anda mungkin juga menyukai