Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN RISIKO BISNIS/USAHA

TUGAS MATA KULIAH


PERENCANAAN BISNIS USAHA KREATIF A4

Oleh :

I PUTU HARI BUDI UTAMA 1607521038 (01)

I PUTU ARYSANDHI YUDISTIRA 1607521062 (08)

GRACIA VEGA LOLITA A. POLING 1607521097 (23)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2019

1
BAB I

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Risiko Bisnis Secara Fungsional

2.1.1 Pengertian Manajemen Resiko Serta Dampak Kerugiannya Bagi Perusahaan

Manajemen resiko adalah suatu fungsional manajemen yang bersifat umum

bertugas mengidentifikasi, menilai dan menunjukan penyebab serta dampak yang timbul

dari ketidak pastian dan resiko pada suatu organisasi / perusahaan. Sebelum anda

membaca artikel dan pembahasan mengenai manajemen resiko, sebaiknya anda

mengenali terlebih dahulu tentang resiko itu sendiri.

Pengertian manajemen resiko bisa didefinisikan juga sebagai suatu pendekatan

terstruktur / metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan

ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan

strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan /

pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan

resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan

menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.

2.1.2 Fungsional Manajemen Resiko Pada Perusahaan Beresiko Tinggi

Seperti yang diketahui secara umum bahwa perusahaan tidak terlepas dari apa

yang dinamakan manajemen. Manajemen sendiri merupakan suatu kegiatan perusahaan

berawal dari input sumberdaya yang dimiliki, kemudian diproses menggunakan

pendekatan POAC (planning, organizing, actuating, controling) sehingga menghasilkan

output yang efektif serta efisien.

2
Pada bagian mana manajemen diperlukan sebuah perusahaan untuk beroprasi?

Jawabannya adalah pada semua fungsionalnya. Jika ditanya tentang fungsi perusahaan,

secara umum terdiri dari 4 fungsi (produksi / operasi, keuangan, SDM dan pemasaran).

Pada perusahaan tertentu dibutuhkan fungsi tambahan misal R&D (terutama pada

industri teknologi) agar perusahaan tersebut dapat bersaing dan “survive”. Lain halnya

dengan perusahaan yang memiliki resiko tinggi.

Perusahaan yang memiliki resiko tinggi seperti misalnya perusahaan perbankan

dan penerbangan biasanya memiliki fungsi / divisi / departemen yang dipimpin khusus

oleh sorang manajer untuk menangani resiko. Perbankan membutuhkan departemen

khusus untuk menangani resiko kredit macet. Perusahaan penerbangan membutuhkan

divisi resiko untuk menangani hal-hal terkait dengan resiko keselamatan penerbangan

itu sendiri.

2.1.3 Aktifitas Manajemen Resiko Pada Organisasi dan Perusahaan

Dampak kerugian akibat ketidak pastian selalu menjadi ancaman setiap

organisasi dan perusahaan, apapun bentuk perusahaannya. Terdapat 6 aktifitas

manajemen resiko yang umum dilakukan untuk menanggulangi atau setidaknya

mengurangi kemungkinan peluang terjadinya resiko kerugian.

1. Membantu organisasi / perusahaan dalam mengidentifikasi resiko.

3
2. Mengimplementasikan program-program pengendalian dan pencegahan

kerugian. Pada perusahaan umum sering anda dengar tentang program SMK3

(Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja).

3. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan penanganan resiko.

4. Menjamin pemenuhan standar-standar keamanan.

5. Mengatur kerja sama penjaminan resiko dan klain, misal dengan jamsostek dan

BPJS.

6. Merancang dan mengkoordinasikan program kesejahteraan karyawan.

Kesejahteraan karyawan disini bukan berbentuk uang, namun FRINE BENEFIT

(kesejahteraan, kesehatan, pariwisata dll).

2.1.4 Beberapa Hal Yang Menjadi Sumber Resiko

Segala sesuatu pasti ada sumbernya, begitupun dengan resiko. Berikut saya

sebutkan dengan penjelasan beberapa sumber resiko pada perusahaan.

a. Sumber Fisik => Semua fasilitas seperti gedung, instalasi listrik, peralatan dan

mesin pabrik semuanya memiliki resiko meskipun dengan tingkatan yang

berbeda.

b. Kondisi sosial => Kondisi sosial kemasyarakatan secara umum menyangkut

perilaku dan lokasinya.

c. Politik => Berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakannya mengutamakan

kepentingan pemerintah itu sendiri atas dasar kepentingan khalayak (rakyat).

d. Hukum => Hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan bernegara, termasuk

anda, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Adapun sifat dari hukum adalah

memaksa.

e. Ekonomi makro => Kondisi ekonomi secara keseluruhan (global).

4
f. Operasional => Aktifitas dan kegiatan rutin perusahaan.

g. Sumber resiko kognitif => Menyangkut manusia, perilaku manusia, kecerdasan

manusia, semuanya menyangkut manusia yang menjadi kunci dari semua

sumber resiko. Oleh karena itu diperlukan proses seleksi perekrutan karyawan

baru yang dimaksudkan salah satunya untuk mengurangi resiko kognitif.

2.1.5 Bentuk Dampak Kerugian Terkait dengan Resiko

Kerugian sendiri memiliki 4 arti. Kerugian berasal dari kata dasar rugi. Kerugian

adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama

tetapi maknanya berbeda. Kerugian memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja

sehingga kerugian dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau

pengertian dinamis lainnya dan nomina atau kata benda sehingga kerugian dapat

menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang

dibendakan.. Secara umum terdapat tiga bentuk kerugian bagi perusahaan yang terkait

dengan resiko.

 Property loss adalah Kerugian yang bersifat materil (harta benda), terdiri dari :

1) Direct loss => kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya.

Contoh : Memperbaiki kendaraan anda yang mengalami kecelakaan.

2) Indirect loss => Secara tidak langsung tidak berkaitan dengan

propertinya. Contoh : mobil derek, polisi dan yang anda tabrak.

3) Productivity loss => kesempatan produktifitas jadi hilang. Contoh : taksi

yang tabrakan tidak bisa beroprasi karena masuk bengkel.

 Liabilities adalah Kerugian karena harus menanggung kerugian orang lain

(karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.

 Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal dunia).

5
1) Direct loss => masuk rumah sakit.

2) Indirect loss => biaya ambulan, produktifitas dari orang yang

berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut menurun.

2.1.6 Faktor Resiko

Terdapat 4 faktor pada proses terjadinya resiko secara beruntun dan berurutan.

Faktor yang menjadi sumber penyebab, proses dan akibat kerugian yang

ditimbulkannya.

 Source of Risk => Sumber yang menjadi resiko. Misalnya :

1) Gedung pada sumber resiko fisik.

2) Lokasi pada sumber resiko sosial.

3) Perubahan kebijakan akibat pergantian kekuasaan pemerintahan pada

sumber resiko politik.

4) Pengaturan tata ruang misalnya pada hukum.

5) Kredit macet pada masalah ekonomi makro.

6) Pada saat pekerjaan (operasional) dilakukan.

7) Karyawan pada sumber resiko kognitif.

 Hazard => Sumber yang memiliki bahaya. Misalnya :

1) Konstruksi tidak kokoh diakibatkan kesalahan instalasi atau dimakan

usia.

2) Kondisi lokasi dan sosial rawan dari bencana atau demo pekerja.

3) Peraturan baru pemerintah yang merugikan perusahaan.

6
4) Peraturan tata ruang membatasi ruang gerap pengembangan perusahaan

atau bahkan direlokasi.

5) Krisis ekonomi global yang bersifat makro.

6) Potensi terjadinya insiden / kecelakaan pada saat beroprasi.

7) Sumber kognitif manusia (karyawan) malas dan ceroboh.

 Peril => Berpotensi menimbulkan bencana atau masalah. Misalnya :

1) Konstruksi bangunan yang tidak kokoh kemudian roboh, kesalahan

instalasi menyebabkan kebakaran.

2) Lokasi rawan bencana menyebabkan banjir, demo pekerja yang anarkis

menyebabkan kerugian produksi dan kerusakan fasilitas.

3) Di sahkan nya peraturan pemerintah yang merugikan pihak perusahaan.

4) Pembebasan lahan menyebabkan perusahaan direlokasi ke tempat yang

tidak strategis.

5) Terjadi kecelakaan kerja

6) Karyawan malas menyebabkan produktifitas rendah, kecerobohan

menyebabkan kecelakaan.

 Losses => Kerugian yang terjadi (sudah dijelaskan diatas). Kerugian umumnya

dibagi 3 menjadi :

1) Properti => Benda fisik.

2) Personel => Orang (pekrja / karyawan).

3) Rugi karena mengganti kerugian orang lain yang disebabkan oleh

perusahaan.

2.1.7 Proses Manajemen Resiko (Risk Management Process)

7
Manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta

membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang

tersedia.Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko akibat ketidak pastian,

sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya

dilakukan melalui proses-proses berikut ini :

 Langkah 1. Identifikasi Resiko

Proses ini meliputi pengidentifikasian kerugian yang mungkin terjadi dalam

suatu aktivitas usaha. Identifikasi secara akurat dan komplek sangatlah vital

dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko

adalah mendaftar kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi sebanyak mungkin.

Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:

1. Brainstorming =>  Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian

penyelesaian dari suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara

spontan dari anggota kelompok (organisasi dan perusahaan).

2. Survei => Penelitian secara komprehensif, Survei yang dilakukan dalam

melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka

(audien), apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan.

Survei biasanya dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,

sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan

pertanyaan terbuka.

3. Wawancara (interview) => Percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara

8
adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat langsung dari narasumber yang

terpercaya (berkaitan dengan resiko dan kerugian). Wawancara dilakukan

dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada

narasumber.

4. Informasi historis => Pengumpulan data dari kejadian-kejadian dimasa lalu yang

relevan dengan saat ini, sehingga dengan demikian informasi tersebut dapat

dijadikan acuan untuk mengidentifikasi resiko yang sejenis.

Teknik lainnya seperti kelompok kerja dan sebagainya bisa dilakukan untuk

mengidentifikasi resiko.

 Langkah 2. Analisa Resiko

Setelah melakukan identifikasi, maka tahap berikutnya adalah mengukur resiko

(measurement) dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity

(kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas

terjadinya suatu event lebih bersifat subjektif berdasarkan nalar dan pengalaman.

Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk

memastikan probabilitas (kemungkinan) suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.

Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik

supaya nantinya anda dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi

perencanaan manajemen resiko.

Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu

risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu.

Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset

immateriil (bukan berbentuk fisik).

 Langkah 3. Pengelolaan Resiko

9
Apapun perlu pengelolaan, termasuk resiko. Pengelolaan yang baik akan

berakibat positif terhadap pencegahan dampak (kerusakan( yang terjadi akibat ketidak

pastian. Jenis-jenis cara mengelola resiko, diantaranya :

1. Risk avoidance => Memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang

mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya,

maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang

dihasilkan oleh suatu aktivitas.

2. Risk reduction (mitigation) => Merupakan metode yang mengurangi

kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan

yang dihasilkan oleh suatu resiko.

3. Risk transfer => Memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui

suatu kontrak (asuransi) maupun hedging (lindung nilai).

4. Risk deferral => Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral

meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya

risiko tersebut kecil. Contohnya menunggu proyek pembangunan jembatan

ketika perekonomian cenderung tidak stabil.

5. Risk retention => Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara

mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap

diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

 Langkah 4. Implementasi Manajemen Resiko

Proses implementasi resiko adalah tahap dimana strategi dan semua perencanaan

yang disebutkan diatas dilaksanakan. Tentu saja anda harus memutuskan terlebih dahulu

mana yang dipilih untuk ditetapkan.

 Langkah 5. Monitoring Resiko

10
Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, dimulai dari

identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang

telah dipilih serta untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru atau bahkan

perubahan resiko. Sehingga, ketika suatu saat terjadi maka respon yang dipilih akan

sesuai juga diimplementasikan secara efektif.

2.2 Merumuskan Fungsi-Fungsi Kendali Risiko Bisnis

2.2.1 Pengendalian Risiko

Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian

risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian

risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi

tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.

Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik

risiko diperlukan.Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin

menelusuri penyebab munculnya risiko.Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu

teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga Bab 4 mengenai identifikasi dan

pengukuran risiko).

2.2.2 Teori Domino (Heinrich, 1959)

Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan tahap seperti

digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan

mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh (ingat

permainan merubuhkan deretan kartu domino

11
Gambar 2.1 Domino

Lingkugan &              Kesalahan         Tindakan yang           

Bawaan                      (fault)          ceroboh atau             Kecelakaan                    Cedera

                                                              Fisik yang rentan

                                                              (physical hazard)

Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :

1. Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang

marah)

2. Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak menpunyai

respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu

3. Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik

yang berbahaya)

4. Kecelakaan

5. Cidera.

Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang di alami seseorang. Misalkan

orang itu mempunyai temperamen tinggi karena tumbuh dewasa di lingkungan keras

( factor pertama). Kemudian orang tersebut tidak mendengarkan saran orang lain atau

12
tidak suka memperhatikan kondisi sekitarnya (factor kedua). Kemudian orang tersebut

bekerja di lingkungan mesin atau bangunan yang rentan terhadap munculnya resiko

kecelakaan kerja (factor ketiga).Tiga factor tersebut cukup potensial untuk

memmunculkan terjadinya kecelakaan. Misalkan kecelakaan terjadi,  dan orang tersebut

( dan barangkali orang lain di sekitar) mengalami cidera.

2.2.3 Rantai Risiko (Risk Chain)

Menurut Mekhofer, 1987 ,risiko yang muncul bias di pecah kedalam beberapa

komponen :

1.      Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)

2.      Lingkungan di mana hazard  tersebutberada

3.      Interaksi antara hazard  dengan lingkungan

4.      Hasil dari interaksi

5.      Konsekuensi dari hasil tersebut

Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar  (missal kertas)

terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya,

sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan menggunakan minyak tanah

meningkatkan resiko kebakaran (hazard). Interaksi antar gudang dengan kompor

didalamnya akan semakin meningkatkan resiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi

kebakaran (factor keempat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang

sangat signifikan

Dengan melihat komponen resiko tersebut, manajer resiko bias mnegatasi resiko

malalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh diatas, kompor minyak tanah bias di

ganti dengan kompor listrik.  Lingkungan bias di buat lebih tahan terhadap munculnya

resiko, misalnya dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan

13
kompor listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang mudah terbakar, interaksi

antara keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi. Konsekuensi dari hasil

( kebakaran dalam hal ini ) yang berupa kerugian bias dikurangi missal dengan

membuat tembok lebih tahan api., sehingga kebakaran pada ruang tersebut tidak akan

mudah menjalar keruang lainnya.

2.2.4 Fokus dan Timing PengendalianResiko

            a. Focus Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan

(probability), munculnya resiko dan mengurangi keseriusan (severity), konsekuensi

resiko tersebut. Sebagai contoh mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik

bisa mengurangi kemungkinan mengurangi resiko kebakaran.Memakai peralatan

pengaman selama bekerja bisa mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Sebaliknya, memasang alat pemadam kebakaran di gedung merupakan suatu

usaha untuk mengirangi keseriusan resiko.Perhatikan bahwa alat pemadam kebakaran

tidak mencegah terjadinya kebakaran, tetapi kebakaran bisa dengan cepat di padamkan,

sehingga kerugian akibat kebakaran tersebut bisa

diminimalkan.Memasang airbag (kantong udara) di mobil merupakan contoh untuk

mengurangi severity kecelakaan mobil.Perhatikan bahwa kantong udara tersebut tidak

mencegah terjadinya kecelakaan.

Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplivation) merupakan dua bentuk

umum metode untuk mengurangi keseriusan resiko. Contoh pemisahan adalah

menyebar operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakan kerja, karyawan yang

menjadi korban akan terbatas. Contoh lain ,perusahaan mempunyai aturan direktur

utama dan wakil direktur tidak boleh berada pada satu pesawat terbang. Jika terjadi

14
kecelakaan pada salah satu pesawat terbang, maka yang lain masih bisa hidup dan

menggantikan yang lainnya. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk  yang

serupa atau mirip di temapat yang terpisah. Sebagai contoh, kita barangkali akan

menyimpan fike  di bebrapa tempat, di hard-disk FC kita di kantor, di hard-disk note

book kita , dan flash disk atau CD. Jika salah satu file mengalami kerusakan atau

serangan virus, file di tempat lain masih bisa di selamatkan.

Tentunya kita bisa menggunakan metode untuk mengurangi kemungkinan

munculnya resiko dengan pengurangan severity secara bersamaan.Sebagai contoh,

dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan lebih

aman.Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas

terkena risiko digugat akibat mal-praktik, dan juga sekaligus

menurunkan severitytuntutan jika risiko gugatan terjadi.

b. Timing Pengendalian Risiko

            Dari sisitiming (waktu) , pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama,

dan sesudah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukantiming untuk

karyawanya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan

kerja.Karena aktifitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka

aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum resiko terjadi.

            Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya resik. Sebagai

contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi

kecelakaan. Pengendalian resiko bisa juga di lakukan setelah resiko terjadi.Sebagai

contoh, perusahaan bisa mengelola analisisa dari bangunan yang terbakar, atau

memperbaiki mobil.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2009. Manajemen Risiko. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Alma, Buchhari. 2014. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai