Anda di halaman 1dari 20

Bab 7

PENGENDALIAN RISIKO

Kelompok 6:
Annisa Farah Nabila (1813290019)
Celly Afrilaningtyas (1813290024)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
2020

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh...
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT., karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“PENGENDALIAN RISIKO”. Dan tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah aspek hukum.

Dalam penulisan makalah ini, kami semaksimal mungkin berusaha untuk


memberikan yang terbaik agar para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini.
Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan banyak materi yang belum lengkap. Oleh karena itu, kami
membuka diri bagi semua pihak yang akan mengajukan komentar, kritik dan saran
demi memperbaiki penulisan makalah ini.

WassalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh...

Jakarta,06 APRIL 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii

BAB 7 PENGENDALIAN RISIKO...............................................131


A.  Konsep Dasar Pengendalian Risiko............................................131
B.  Lingkungan Pengendalian Risiko................................................134
C.  Prinsip-Pinsip dan Pendekatan Risiko.........................................135
D. Pembiayaan Risiko.......................................................................145

3
A. Konsep Dasar Pengendalian Risiko
1. Pengertian Pengendalian risiko

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan keseluruhan


manajemen risiko.Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus
dikelola dengan tepat, eektif, dan sesuai dengan kemampuan perusahaan.

2. Pentingnya Pengendalian Risiko

Untuk risiko yang tidak dapat dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian
risiko dengan menggunakan dua dimensi, yaitu probabilitas dan severity.Pengendalian
risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat
keseriusan (severity), atau keduanya.

Fokus dan Tinning Pengendalian Risiko

a. Fokus Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dapat difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan


(probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko
tersebut.

Perusahaan (separation) dan duplikasi (duplication) merupakan dua bentuk umum


metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisah adalah menyebar operasi
perusahaan sehingga terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi korban akan
terbtas. Tentu kita dapat menggunakan metode mengurangi kemungkinan munculnya
risiko dengan pengurangan severity secara bersamaan.

b. Tinning Pengendalian Risiko

Dari sisi tinning (waktu), pengendalian risiko dapat dilakukan sebelum, selama, dan
sesudah toko terjadi.Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan training untuk
karyawannya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan
kerja.Karena dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, aktivitas tersebut
merupakan aktivitas sebelum risiko terjadi.Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada
saat terjadinya risiko. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan
mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian risiko bisa juga dilakukan setelah
risiko terjadi.

Pengendalian risiko berkaitan dengan pengendalian internal yang terdiri atas


komponen : (1) lingkungan kendala, (2) penilaian risiko, (3) aktivitas pengendalian, (4)
informasi dan komunikasi, (5) pegawai.

4
Lingkungan kendali adalah paying untuk keempat komponen lainnya.Tanpa suatu
lingkungan kendala yang efektif, keempat komponen lainnya tidak mungkin
menghasilkan pengendalian internal yang efektif, dengan mengabaikan mutu mereka.

Dalam pengendalian manajemen dikenal pula pengendalian internal. Pengendalian


internal (internal control) adalah proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas,
manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang
beralasan berkaitan dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas
dan efisiensi operasi; kendala pelapor keuangan; ketaatan terhadap hokum dan
peraturan yang berlaku.

Dengan adanya definisi pengendalian internal yang lebih luas dari COSO itu, secara
fundamental terdapat titik temu antara pengendalian intern yang selama ini berkembang
dalam sektor swasta, dengan pengendalian manajemen yang terutama berkembang
dalam sektor public. Menurut GAO, apabila pengendalian intern itu merupakan bagian
integral dari system yang digunakan oleh manajemen yang tidak terbatas pada aspek
keuangan saja, pengendalian intern itu memiliki pengertian yang sama dengan
pengendalian manajemen.

3. Sistem Pengendalian Risiko

pengendalian risiko berkaitan dengan system pengendalian manajemen, yang


merupakan alat untuk memonitor atau mengamati pelaksanaan manajemen
perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efisien dan lancer.

Pengendalian risiko dan pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan


seluruh metode koordinasi dan ukuran yang diadopsi dalam suatu usaha atau bisnis
untuk melindungi asset-asetnya, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi kegiatan dan kepatuhan pada kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan.

Definisi tersebut mengungkapkan bahwa pengendalian intern tidak hanya


didefinisikan sebagai pengecekan internal, tetapi juga mengandung lingkup yang lebih
luas, yang mencakup perencanaan suatu organisasi.

Intinya “suatu system pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan
mencapai tujuan dan sasarannya.

5
4. Komponen Sistem Pengendalian Manajemen

Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam


statement on Auditing Standards (SAS) No. 78 yang terdapat dalam Standar Profesi
Akuntan Publik, komponen pengendalian internal terdiri atas lingkungan pengendalian
(control environtment).Pengendalian risiko manajemen (management risk
assessment), system komunikasi dan informasi (information and communication
system), aktivitas pengendalian (control activities) dan monitoring.

B. Lingkungan Pengendalian Risiko


1. Makna Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah hal yang mendasar dalam komponen


pengendalian.Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, prosedur yang
mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan dewan komisaris,
dan pemilik suatu satuan usaha tersebut.

Dari pengertian lingkungan pengendalian tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas


pengendalian dalam suatu organisasi terletak pada sikap manajemen.

Untuk itu, manajemen dan staf harus menciptakan dan memelihara lingkungan
dalam organisasi yang menetapkan perilaku positif dan dukungan terhadap
pengendalian manajemen dan kesadaran manajemen.Lingkungan pengendalian yang
positif merupakan landasan bagi seluruh standar pengendalian manajemen.Lingkungan
pengendalian memberikan suatu bidang pengetahuan, struktur, dan suasana yang
memengaruhi mutu pengendalian manajemen.

2. Penetapan Risiko Pengendalian

Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas


rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan
keuangan.

Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan
hal-hal berikut

a. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk


mendapatkan pemahaman. Auditor melaksanakan prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas kebijakan dan prosedur Sistem Pengendalian Intern (SPI),
untuk aserasi-aserasi laporan keuangan yang signifikan. Auditor

6
mendokumentasikan pemahamannya dalam bentuk daftar pertanyaan
pengendalian intern, bagan alir, dan/ atau memorandum naratif.
b. Mengidentifikasi salah saji material.
c. Identifikasi pengendalian diperlukan.
d. Melakukan pengujian pengendalian

Pengeluaran-pengeluaran kas bisa dilakukan untuk tujuan tertentu tanpa


diotoritasi, antara lain:

a. Voucher pembayaran yang telah disetujui harus dibandingkan dengan dokumen


penduduk;
b. Cek hanya boleh ditandatangani oleh yang ditunjuk perusahaan;
c. Pemisahan tugas antara pemberi persetujuan pembayaran voucher dan tanda
tangan penanda tangan cek;
d. Pilih suatu sampel transaksi pengeluaran kas dan tentukanlah apakah voucher
pembayaran telah mendapat persetujuan dan cocokkan dengan dokumen
pendukung untuk setiap pengeluaran kas;
e. Orang; observasi orang-orang yang bertugas menandatangani cek, contoh tanda
tangannya;
f. Observasi pemisahan tugas;
g. Pengevaluasi bukti dan menetapkan risiko. Penetapan akhir risiko pengendalian
untuk aersi-aersi laporan keuangan didasarkan pada evaluasi atas bukti yang
diperoleh.

C. Prinsip-prinsip dan Pendekatan Pengendalian Risiko


1. Penanggulangan Risiko

Ada dua pendekatan/cara yang digunakan oleh manajer risiko dalam


menanggulangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu penanganan risiko (risk
control) dan pembiayaan risiko (risk financing).

Pada kedua pendekatan tersebut ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk
menanggulangi risiko yang dihadapi. Manajer risiko dalam menggunakan alat-alat
tersebut mengadakan kombinasi dari dua cara atau lebih agar upaya penanggulangan
risiko dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

a. Penanganan Risiko (risk control)

Dalam pendekatan dalam penanganan risiko (risk control) ada beberapa alat/ metode
yang dapat digunakan, antara lain:

1) Menghindarinya,

7
2) Mengendalikan;
3) Memisahkan;
4) Melakukan kombinasi atau pooling;
5) Memindahkan;

b. Pembiayaan Risiko (risk financing)

Penanggulangan risiko dengan membiayai risiko (risk financing) dapat dilakukan


dengan cara pemindahan risiko melalui asuransi dan melakukan retensi.

2. Menghindari Risiko
a. Cara Mengendalikan Risiko

Salah satu cara mengendalikan risiko murni adalah menghindari harta, orang, atau
kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan cara berikut;

1) Menolak memiliki, menerima, atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya


untuk sementara;
2) Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan begitu mengetahui mengandung risiko. Dengan demikian, menghindari
risiko berarti menghilangkan risiko.

b. Karakteristik Dasar Penghindaran Risiko

Beberapa karakteristik penghindaran risiko yang perlu diperhatikan adalah sebagai


berikut.

1) Tidak ada kemungkinan menghindari risiko. Semakin luas risiko yang dihadapi,
semakin besar ketidakmungkinan untuk menghindarinya. Misalnya, jika ingin
menghindari semua risiko tanggung jawab, semua kegiatan perlu dihentikan.
2) Faedah atau laba potensial yang akan diterima dari sebab pemilikan suatu harta,
mempekerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suatu kegiatan,
akan hilang jika melaksanakan pengendalian risiko.
3) Semakin sempit risiko yang dihadapi, semakin besar kemungkinan akan tercipta
risiko yang baru. Misalnya, menghindari risiko pengangkutan dengan kapal dan
menukarnya dengan pengangkutan darat, akan timbul risiko yang berhubungan
dengan pengangkutan darat.

c. Implementasi dan Evaluasi Hasilnya


8
Dalam mengimpelemtasikan keputusan penghindaran risiko, diperlukan penetapan
semua harta, personel, atau kegiatan yang menghadapi risiko yang ingin dihindarkan
tersebut.Dengan dukungan pihak manajemen puncak, manajer risiko menganjurkan
policy dan prosedur tertentu yang harus diikuti oleh semua bagian perusahaan dan
pegawai. Misalnya, jika objektif adalah untuk menghindarkan risiko sehubungan dengan
angkutan kapal, semua departemen diintruksikan untuk menggunakan angkutan lain,
seperti angkutan kereta api dan truk.

3. Mengendalikan kerugian (loss control)


a. Prinsip-prinsip Pengendalian Kerugian (loss control)

Pengendalian kerugian dijalankan dengan:

1) Meredahkan kans (chane) untuk terjadinya kerugian;


2) Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi. Kedua tindakan itu
dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara;
a. Pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian;
b. Sebab kejadian yang akan dikontrol.
3) Lokasi kondisi-kondisi yang akan dikontrol.
4) Menurut tinning-nya.

B. Pengendalian Kerugian Menurut Sebab-Sebab Terjadinya

Secara tradisional teknik pengendalian kerugian diklasifikasikan menurut


pendekatan: pendekatan engineering dan pendekatan hubungan kemanusiaan (human
relations).

Dalam beberapa keadaan, kedua pendekatan dilaksanakan secara


simultan.Pendekatan engineering mengenakan sebab-sebab yang bersifat fisikal dan
mekanikal, misalnya memperbaiki kabel listrik yang tidak memenuhi syarat,
pembuangan limbah yang tidak memenuhi ketentuan, konstruksi bangunan dan bahan
dengan kualitas buruk, dan sebagainya.

Adapun pendekatan human relation menekankan sebab-sebab kecelakaan yang


berasal dari factor manusia, seperti kelengahan, suka menghadang bahaya, sengaja
tidak memakai alat pengaman yang diharuskan, dan lain-lain factor psikologis.Kedua
pendekatan tersebut dalam praktiknya dijalankan secara simultan.

William Haddon menganjurkan cara yang lebih komprehensif dalam


mengklasifikasikan sebab-sebab terjadinya kerugian. Ia mengemukakan sepuluh
setrategi, yaitu sebagai berikut:

9
a. Mencegah lahirnya hazard pada kesempatan pertama.
b. Mengurangi jumlah atau besarnya hazard. Contoh: mengurangi kecepatan mobil
untuk menghindari kecelakaan.
c. Mencegah keluarnya hazard jika hazard terbentuk atau jika hazard sudah ada
sebelumnya. Contoh: mensterilkan susu sebelum diminum untuk mencegah
infeksi melalui susu.
d. Mengubah kecepatan atau kekuatan keluarnya hazard dari sumbernya. Contoh:
membagi aliran sungai menjadi beberapa sungai untuk mengurangi derasnya
aliran sungai, untuk mencegah terjadinya pengikisan tepian sungai.
e. Memisahkan objek dari sumber yang dapat menghancurkannya. Pemisahan
dalam arti pemisahan tempat ataupun waktu. Contoh: membuat tanggul sungai
untuk menghindari banjir.
f. Memisahkan hazard dari objek yang harus dilindungi dengan suatu sekat
pemisah. Contoh: karyawan harus memakai sarung tangan karet untuk
mencegah tertular dengan bibit penyakit; makanan dibungkus, ke dimasukkan
kedalam kaleng untuk menghindari pencemaran.
g. Mengubah kualitas dasar yang releven dari hazard. Contoh: jalan diberi jalur
pemisah antara jalur yang berlawanan arah untuk mengurangi bahaya tabrakan.
h. Menjadikan objek lebih tahan terhadap hazard yang akan merusaknya. Contoh:
imunisasi untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
i. Melakukan tindakan kontra untuk menahan bertambah parahnya kerusakan.
Contoh: memasang tanggul menahan gelombang untuk mencegah kerusakan
pantai dari abrasi.
j. Menstabilkan, mereparasi, dan merehabilitasi objek yang terkena peril. Contoh:
memperbaiki mesin yang terkena peril untuk mencegah kerusakan produk yang
dihasilkan.

c. Pengendalian Kerugian Menurut Lokasi

Tindakan pengenalan risiko dapat pula diklasifikasikan menurut lokasi kondisi yang
direncanakan untuk dikendalikan. Haddon menegaskan bahwa kemungkinan dan
keparahan kerugian dari kecelakaan lalu lintas bergantung pada kondisi-kondisi dalam:

a. Orang yang mempergunakan jalan.


b. Kendaraan.
c. Lingkungan umum jalan raya yang melingkupi factor-faktor, seperti desain,
pemeliharaan, keadaan lalu lintas, dan peraturan.

Konsep Haddon ini dapat diperluas pemakaiannya untuk bentuk kerugian lain.

10
Table 7.1

Pemakaiannya untuk bentuk kerugian

Kerugian Lokasi
Kerusakan kebakaran terhadap Orang yang menggunakan bangunan itu
bangunan dan masyarakat disekitarnya.
Tanggung-gugat produk Pemakai produk, pembuat produk-
produk itu, dan lingkungan hokum.

d. Pengendalian Menurut Tinning

Pendekatan ini mempertanyakan apakah metode itu digunakan sebelum


kecelakaan, selama kecelakaan terjadi, atau sesudah kecelakaan.

Klasifikasi ini juga dipergunakan sebagai kriteria untuk membedakan antara


minimization dan salvage. Tindakan pencegahan kerugian (berdasarkan definisi)
semuanya dilaksanakan sebelum kejadian.

Klasifikasi kedua berdasarkan tining juga mengenal:

1) fase perencanaan
2) fase pengamanan-perawatan
3) fase darurat

semua perubahan yang mendasar dari operasi, seperti pembelian mesin baru,
penambahan bangunan, dan sebagainya harus didahului dengan perencanaan
pengendalian kerugian. Fase perencanaan dilakukan segala pertimbangan untuk
mengadakan perubahan yang dianggap perlu berdasarkan sudut pencegahan kerugian
atau pengurangi kerugian.

Fase pengaman-perawatan meliputi program untuk memeriksa pelaksanaan dan


mengusulkan perubahan jika perlu, misalnya kualitas jasa penjagaan dan system alat
apakah sudah memadai, dan sebagainya.

Fase darurat meliputi program-program yang menjadi efektif dalam keadaan darurat,
misalnya pengadaan fasilitas pemadam kebakaran.

a. Tujuan Pengendalian Kerugian

Pengendalian kerugian bertujuan untuk:

11
1) Memperkecil kans/kemungkinan/kesempatan terjadinya kerugian
2) Mengurangi keparahan jika suatu risiko kerugian memang terjadi.

b. Cara Pencapaian Tujuan Pengendalian Kerugian

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan tindakan pencegahan dan


pengurangan kerugian.

Program pencegahan kerugian adalah berusaha untuk mengurangi atau


menghilangkan kans/ kesempatan terjadinya kerugian. Adapun program pengurangan
kerugian bertujuan mengurangi keparahan potensi dari suatu kerugian.

Contoh: kans kerugian karna kebakaran dapat dikurangi dengan konstruksi yang
memakai bahan-bahan tahan api; kans kerugian memperketat pengawasan mutu,
memonitor pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh salesman/bagian iklan,
memilih penyalur dengan hati-hati; kans kecelakaan kerja dapat dikurangi dengan
mengadakan pertemuan-pertemnuan untuk membahas keselamatan kerja,
mengharuskan karyawan memakai perlengkapan keselamatan kerja.

c. Analisis Kerugian dan Analisis Hazard

Langkah awal dalam pengendalian risiko adalah melakukan identifikasi dan analisis
terhadap kerugian-kerugian yang telah terjadi dan hazard yang menyebabkan suatu
kerugian atau yang mungkin menyebabkan pada masa mendatang. Agar langkah
tersebut dapat berhasil dengan baik, diperlukan system pelaporan yang komprehensif
dan inspeksi secara berkala.

1) Analisis kerugian

Untuk mendapatkan informasi yang memadai atas kerugian, manajer risiko dapat
membangun jaringan pemberi informasi dan formulir untuk melaporkan kerugian.

Pemberi informasi yang utama adalah para supervisor lini yang bertanggung jawab
terhadap operasi tempat peril itu terjadi. Karena merekalah yang dapat menyediakan
informasi terperinci mengenai peril yang telah terjadi dan dengan mengisi formulir
pelaporan dengan sempurna, mereka akan lebih waspada terhadap apa yang
menyebabkan terjadinya peril dan tentang pentingnya mengendalikan sebab-sebab
tersebut.

Informasi dari laporan supervisor lini mempunyai manfaat, antara lain:

12
a) Menilai performance pada manajer lini;
b) Mengevaluasi operasi perusahaan sehingga dapat menetapkan operasi yang
perlu diperbaiki;
c) Mengidentifikasi hazard yang bersangkut paut dengan peril;
d) Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memotivasi manajer dan
karyawan agar menaruh perhatian besar terhadap pengendalian kerugian;

Informasi dapat pula diperoleh dari data-data statistic, yang dari data mana dapat
diperoleh:

a) Perbandingan antara pengalaman perusahaan sendiri dengan perusahaan lain


atau perusahaan secara umum;
b) Pengetahuan tentang karakteristik setiap peril, sifat peril, sifat dan luasnya
kerugian, bulan – hari – jam terjadinya peril, karyawan/supervisor yang
tersangkut, hazard atau peristiwa yang melatar belakangi peril.

Catatan-catatan mengenai peril seharusnya dapat mengikhtisarkan karakteristik-


karakteristik tersebut, terutama untuk selama periode yang paling akhir dan dapat
menggambarkan perubahan karakteristik itu berubah sepanjang waktu. Perhatian
terutama harus ditunjukan pada karakteristik yang kemunculannya melebihi frekuensi
yang normal.

2) Analisis hazard

Analisis hazard tidak harus dibatasi hanya pada hazard yang telah mengakibatkan
terjadinya peril diperusahaannya, tetapi menyelidiki pula hazard yang mungkin akan
muncul, hazard dari pengalaman perusahaan lain atau pengalaman dari perusahaan
asuransi.

Alat-alat yang dapat digunakan dalam menemukan hazard melalui inspeksi, antara
lain checklist dan fault tree analysis.

d. Menentukan Kelayakan Ekonomis

Upaya pencegahan terhadap segala risiko harus selalu ditinjau dari sudut manfaat
dan biayanya, artinya upaya yang digunakan harus “economical feasible”.Oleh karna
itu, perlu pula dilakukan analisis terhadap hal-hal berikut:

1. Kerugian Yang Timbul Karena Peril

Kerugian yang timbul karena peril yang sering diperhitungkan/ dialokasikan lebih
rendah dari jumlah yang mungkin terjadi. Hal ini karena adanya kerugian lain yang

13
tersembunyi, yang tidak terlihat secara langsung pada saat terjadinya peril (umumnya
dikategorikan “kerugian tidak langsung”). Kerugian-kerugian tersebut sebagai berikut:

a) Kerugian karena hilangnya waktu kerja dari karyawan yang cedera karena
terjadinya peril.
b) Kerugian karena hilangnya waktu kerja bagi karyawan lain, yang menolong
karyawan yang terkena peril.
c) Kerugian dari waktu yang terpakai supervisor untuk menyiapkan laporan peril
dan melatih karyawan lain untuk mengganti karyawan yang terkena peril.
d) Kerugian yang berkenaan dengan rusaknya mesin, peralatan harta yang lain,
yang tidak langsung diakibatkan oleh peril. Contohnya mesin rusak karena gardu
listrik terkena peril.
e) Kerugian berkenaan dengan pembayaran penuh upah/ gaji karyawan yang telah
pulih dari cederanya, tetapi kemampuannya menurun.
f) Kerugian karna hilangnya waktu produksi, terutama selama rehabilitasi terhadap
mesin/peralatan yang terkena peril.

2. Biaya pengendalian Risiko


a. Biaya pengadaan, pemasangan dan perawatan peralatan pengendalian risiko
pada pokoknya dapat dibagi dalam tiga kategori;
1. Pengeluaran modal/ investasi dan depresiasi untuk alat pencegah peril,
seperti masker, pemadam kebakaran, dan sebagainya;
2. Biaya yang harus dikeluarkan untuk regu pemadam kebakaran, konsultan,
dan sebagainya;
3. Biaya untuk menjalankan program pencegahan,seperti upaya karyawan
pelaksana pencegahan, inspeksi, perawatan preventif, dan sebagainya.
b. Besarnya kemungkinan kerugian dan biaya pengendalian itu yang biasanya
digunakan untuk membandingkan manfaat dari pengendalian risiko dengan
biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendalian tersebut. Pekerjaan ini
menghadapi dua persoalan, yaitu:
1. Karena manfaatnya biasanya tidak pasti, manfaat tersebut harus dikalikan
dengan probabilitas diraihnya manfaat;
2. Manfaat dan biaya dapat disebarkan pada biaya untuk beberapa tahun maka
dalam perhitungan harus dilakukan perbandingan antara present value dan
expected cost.
c. Usaha pengendalian risiko apakah bermanfaat atau tidak dapat dievaluasi
dengan menetapkan:
1. Apakah kerugian akibat terjadinya peril dapat dikurangi dengan adanya
upaya pengendalian?
2. Apakah kebijaksanaan keselamatan (safetypolicy) dan prosedur yang
dianjurkan oleh manajer risiko dijalankan?

14
3. Mengukur perubahan-perubahan dalam kerugian dan biaya untuk
pencegahan, misalnya premi asuransi, biaya-biaya karena peril, frekuensi
peril, keparahan kerugian, yang harus dianalisis secara aggregate
berdasarkan departemen dan berdasarkan exposure.

4. Pemisahan

Pemisahan berarti memisahkan penempatan dari harta yang menghadapi risiko


yang sama. Jadi, dengan cara menambah banyaknya independent exposure unit
sehingga probabilitas kerugiannya dapat diperkecil. Tujuan pemisahan adalah
mengurangi jumlah kerugian akibat suatu peril.

Pemisah di sini adalah menyebabkan harta yang menghadapi risiko yang sama,
menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Misalnya, jika mempunyai banyak truk,
tindakan pemisahan dilakukan dengan menempatkan barang persediaannya dalam
beberapa pool yang berlainan, menempatkan barang persediaan tidak dalam satu
gudang saja, tetapi dipisahkan dalam dua atau lebih.Maksud pemisahan ini adalah
mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa.

Dengan menambah banyaknya independent exposure unit, probabilitas


kerugian-kerugian diperkecil. Dengan demikian, memperbaiki kemampuan perusahaan
untuk meramalkan kerugian yang akan dialami.

Contoh: perusahaan yang mempunyai banyak truk, untuk memperkecil kerugian


karena kebakaran, truknya disimpan dalam beberapa pool .

5. Kombinasi atau pooling

Kombinasi atau pooling adalah menambah banyaknya esposure unit dalam


batas kendali perusahaan yang bersangkutan sehingga kerugian yang akan dialami
lebih dapat diramalkan dan risikonya menjadi lebih kecil.

Salah satu yang ditempuh adalah dengan mengadakan pengembangan internal.

Contoh :
- perusahaan transportasi memperbanyak armada truknya agar probabilitas terjadinya
kecelakaan diperkecil.
-Perusahaan asuransi mengombinasikan risiko murni dari banyak tertanggung,

15
D. PEMBIAYAAN RESIKO

Cara cara pengadaan dana untuk menanggulangi kerugian dengan cara:


1. Risk Financing Transfers
Artinya transferor/penanggung harus mencari dana eksternal untuk
membayar kerugian yang diderita oleh tertanggung.pemindahan ini dapat
dilakukan dengan cara:
 Transfer risiko pada perusahaan asuransi
 Trasnfer risiko pada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi

2. Noninsurance Transfer

Pemindahan resiko kepada pihak noninsurance dilakukan melalui kontrak bisnis


biasa atau melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko.
isi kontak berkenaan dengan pemindahan tanggung jawab atas
kerugian terhadap:
• Harta kekayaan
• Net income
• Personel
• Tanggung jawab kepada pihak ketiga

Beberapa “keterbatasan” dari noninsurance transfer


Antara lain sebagai berikut:
a. Kontrak mungkin hanya memindahkan sebagian dari risiko yang menurut
pendapat manager risiko harus dipindahkan kepada pihak lain oleh sebab
itu,manajer risiko harus mempelajari dengan cermat isi risiko
b. Bahasa yang digunakan dalam kontrak adalah “bahasa hukum”sehingga
kadang-kadang sukar dipahami oleh orang awam dan bisa menimbulkan salah
pengertian
c. Kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan jika isinya bertentangan dengan
undang-undang,perarturan pemerintah atau dianggap tidak wajar bagi
tertanggung.

Contoh:

A. melalu perjanjian leasing,pihak lessor dapat memindahkan tanggung jawab


keuangan kepada penyewa untuk kerusakan harta,tanggung jawab kepada pihak ketiga

B. Melalu leasing ,leassee (penyewa) juga dapat memindah kerugian potensialnya


kepada lessor

C. melalui kontrak kontrak pengiriman barang,penyimpanan barang,pembuatan


bangunan yang di dalamnya dicantumkan adanya pembayaran premi risiko

16
D.Bonding,dimana penjamin memberikan jaminan kepada obligee(yang diberi jaminan)
atas pemenuhan kewajiban dari prinsipal(yang dijamin)

3. Meretensi (Risk Retention)

Artinya,perusahaan,menanggung sendiri risiko finansial dari suatu peril.Ini adalah


bentuk penanggulangan risiko yang paling banyak.Sumber dana nya diusahakan
sendiri oleh perusahaan yag bersangkutan.penanggulangan semacam ini dapat bersifat
atau tidak direncanakan (unplanned retention)dapat pula bersifat “aktif” atau
direncanakan (Planned Retention)

Retensi bersifat aktif apabila manajer resiko telah mempertimbangkan metode metode
lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak
memindahkan kerugian potensial tersebut ,sehingga jika terjadi peril kerugian nya akan
diperhitungkan sebagai “biaya yang tidak terduga”

a. alasan melakukan refensi

beberapa alsan perusahaan melakukan retensi dalam menanggulangi risiko

1) Merupakan keharusan, Karena tidak ada alternatif lain.Contohnya: Kerugian karena


tindakan kriminal,Bencana alam.dan sebagainya yang perusahaan asuransi tidak akan
mau menanggungnya

2)Berdasarkan pertimbangan biaya,Bahwa memindahkan risiko biayanya lebih


mahal,dibandingkan dengan kemungkinan besarnya kerugian

3) jika perkiraan expected loss dari manajer risiko lebih rendah daripada perkiraan
perusahaan asuransi

4) Berdasarkan prinsip opportunity cost,Manajer risiko berpendapat bahwa penggunaan


dana untuk kepentingan investasi lenih menguntungkan daripada untuk membayar
premi

5) Kualitas servis dari penanggung dianggap kurang memuaskan dibandingkan dengan


jika risiko tersebut ditangani sendiri.

B. Hal-hal yang mendorong penggunaan Retensi

17
1) jika biayanya lebih rendah dibandingkan dengan yang akan dibebankan oleh
perusahaan asuransi

2) jika expected loss-nya lebih rendah daipada yang diperkirakan perusahaan asuransi

3) jika unit yang menhadapi risiko yang sama banyak jumlahnya sehigga risikonya lebih
rendah dan probabilitaas dapat diperhitungkan dengan lebih akurat

4 Tujuan manajemen risiko menerima variasi yang besar dalam kerugian tahunan

5. Jika pembiayaan untuk memindahkan kerugian membengkak selama jangka waktu


yang cukup panjang sehingga menghasilkan oppurtunity cost yang lebih besar

6, Adanya peluang yang kuat untuk melakukan investasi sehingga memperbesar


opportunity cost.

7. Keuntungan pelayanan internal (noninsurer servicing)

C.Kelemahan Penggunaan Retensi

Beberapa hal yang menyebabkan penggunaan retensi kurang menarik untuk menagani
risik adalah sebagai berikut.

1) Biaya yang dikeluarkan dengan meretensi lebih besar daripada biaya yang
dibebankan oleh pihak asuransi

2) Expected losses-nya lebih besar daripada yang diperkirakan oleh perusahaan


asuransi

3) Exposure unit-nya sedikit ,yang berarti bahwa risiko nya tinggi sehingga perusahaan
yang bersangkutan tidak sanggup meramalkan besarnya kerugian secara memuaskan

4) Ketidakmampuan keuangan perusahaan untuk menopang maximum possible losses


atau maximum probable losses dalam jangka pendek (short run)

5) Tujuan manajemen risiko ditekankan pada”ketenangan pikiran” dan “varisi laba


tahungan yang kecil”(relatif stabil)

6) Jumlah kerugian dan biaya membengkakselama jangka waktu pendek sehinggan


mengurangi opportunity cost

7. Peluang investasi yang terbatas dengan tingkat pengembalian (return)yang rendah

18
8. Perarturan perpajakan yang lebih menguntungkan jika di asuransikan (biaya
pemindahan termasuk biaya)

4.Penyediaan Dana untuk Retensi

Beberapa cara yang ditempuh dalam menyediakan dana untuk melaksanakan


program retensi adalah sebagai berikut

A.Tidak Perlu Penyediaan Dana Sebelum nya

Dalam hal ini perusahaan tidak menyediakan dana khusus untuk meretensi
risiko. Jika terjadi peril,kerugiannya diperhitungkan sebagai biaya,jadi,langsung
mengurangi keuntungan

B.Dengan membentuk dana cadangan

Membentuk dana cadangan dari bagian laba yang disisihkan sehingga apabila
terjadi peril akan mengurangi besarnya dana cadangan. Cara ii mengandung
kelemahan berikut :

1. Pembentukan dana cadangan adalah pemindah bukuan secara


akunting.jadi,tidak berupa uang tunai sehingga jika terjadi peril yang harus dibiayai
secara tunai perusahaan akan mengalami kesulitan.

2. Penaksiran besarnya expected loss jarang yang tepat.

3. Apakah pembentukan dana semacam ini dapat diizinkan oleh pemerintah ditinjau
dari segi perpajakan.

c. Dengan Asuransi Sendiri

perusahaan membentuk organisasi asuransi sendiri yang bertugas mengelola


dana cadangan untuk membiayai pengelolaan risiko.Badan ini merupakan badan
otonom yang berhak menginvestasikan dana cadangan yang tidak digunakkan,tetapi
badan itu bukan perusahaan asuransi.

D. Dengan Captive Insurer

19
Perusahaan membentuk perusahaan asuransi, Yang seluruh nasabah nya atau
sebagian besar berasal dari perusahaan pendiri itu sendiri. Keuntungan cara ini adalah
Captive Insurer dapat melakukan re-asuransi.

20

Anda mungkin juga menyukai