Anda di halaman 1dari 10

RESIKO PEMBIAYAAN

Dosen Pengampu : Muhammad Latief Ilhamy, M.E.I

Nama Kelompok :

 Angelly Pratiwi
 Endo Masika Sinuhaji
 Isna Fauziah
 Lutfia Tri Ariyanti
 Vivi Novika

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Manajemen Pembiayaan Bank Syariah
tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Resiko Pembiayaan” dapat diselesaikan karena bantuan banyak
pihak. Kami berharap makalah tentang Resiko Pembiayaan dapat menjadi referensi. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa Indonesia ini
dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan,

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan, karena segala
aktivitas pasti mengandung risiko. Bahkan ada anggapan yang mengatakan tidak ada hidup
tanpa risiko sebagaimana tidak ada hidup tanpa kematian. Risiko merupakan kemungkinan
terjadinya suatu kerugian yang tidak diduga atau tidak diinginkan.1

Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. 2
Risiko muncul ketika terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil (outcome), dan hasil yang
paling akhir ini tidak dapat diketahui. Risiko dapat didefinisikan sebagai perubahan atau
perbedaan hasil yang tidak diharapkan.

Sama halnya dalam dunia usaha perbankan, risiko tidak bisa lepas dalam setiap
kegiatan operasionalnya, sehingga diperlukanlah sebuah manajemen risiko dalam sebuah
lembaga keuangan perbankan. Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan
prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.

Sebagai sebuah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi antara pihak
surplus dana (kelebihan dana) dengan pihak defisit dana (kekurangan dana), kegiatan
operasional bank selalu penuh dengan risiko. Bank menarik dana dari masyarakat yang
kelebihan dana (surplus dana) dengan menawarkan berbagai produk simpanan seperti giro,
tabungan, dan deposito yang hampir semua berjangka waktu pendek (kurang dari setahun).
Sementara disisi lain bank menyalurkan dana kepada masyarakat yang kekurangan dana
(defisit dana) dalam bentuk pembiayaan yang mayoritas berjangka waktu panjang (lebih dari
satu tahun) dan tidak dapat dilikuidasi dalam waktu singkat. Ketidakcocokan jangka waktu
itulah yang dapat menjadi salah satu contoh sumber risiko dalam dunia perbankan, karena
bank sebesar dan semapan apapun akan jatuh dalam waktu singkat jika mayoritas nasabah
(pihak surplus dana) menarik dananya dalam waktu yang bersamaan (bank rush), sementara
berbagai pembiayaan yang disalurkan kepada debitur (pihak defisit dana) tidak dapat segera
dicairkan. Oleh karena itu, posisi manajemen risiko dalam menjaga keberlangsungan kegiatan
bank menjadi sangat penting.3

1
Soesino Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Cet. Ke-1(Jakarta: Salemba empat,
1999), hlm. 2.
2
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 23 /PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Pasal 1 ayat 4.
3
Imam Wahyudi et.al, Manajemen Risiko Bank Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 32.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Resiko Pembiayaan

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah, yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.


2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’.
4. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh.
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan atau bagi hasil.4

Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadianya suatu peristiwa ( events )
yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil
yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta
tidak dikelola sebagaimana mestinya.Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu
kejadian potensial baik yang dapat perkirakan ( anticipated ) maupun yang tidak dapat
diperkirakan ( unanticipated ) yang berdampak negatif pada pendapatan maupun
permodalan bank.5

B. Karakter Manajemen Resiko Bank Islam

Manajemen risiko dalam bank islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat pada bank-
bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank
islam dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur,
melainkan pada apa yang dinilai.6

Adapun karakter manajemen risiko pada bank islam adalah :

1) Identifikasi risiko

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank islam tidak hanya mencakup berbagai
risiko yang ada pada bank pada umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang khas
hanya ada pada bank – bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal
ini keunikan bank islam terletak pada enam hal yaitu :
 Proses transaksi pembiayaan.
 Proses manajemen
 Sumber daya manusia ( insani)
 Teknologi

4
Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Cet. Ke-1 (Medan: FEBI
UINSU-Press, 2018), hlm. 88.
5
Andrianto, Muhammad Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, Cet. Ke-1 (Surabaya: CV. Penerbit
Qiara Media, 2019) hlm. 238.
6
Ibid, hlm. 240.
 Lingkungan Eksternal
 Kerusakan

2) Penilaian resiko

Dalam penilaian resiko keunikan bank islam terlihat pada hubungan antara
probability dan impact, atau biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.

3) Antisipasi Resiko

Antisipasi resiko dalam bank islam bertujuan untuk :

 Preventive, Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Disamping itu,
bank islam juga memerlukan opini bahwa fatwa DSN bila Bank Indonesia
memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar wewenang.

 Detective. Pengawasan dalam bank islam meliputi dua aspek yaitu aspek
perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.

 Recovery. Koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan Bank Indonesia


untuk aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS. 7

C. Jenis-Jenis Resiko Pembiayaan Bank Syariah

Bisnis perbankan baik itu bank konvensional ataupun bank syariah akan berhadapan
dengan berbagai jenis resiko. Resiko perbankan syariah diantaranya adalah sebagai
berikut :

a) Resiko Modal (capital risk)

Unsur lain dari resiko yang berhubungan dengan perbankan adalah resiko
modal (capital risk) yang merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank.
Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian
yang terjadi pada bank.

Resiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan


sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang beresiko perlu memiliki modal
penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak baik. 8

b) Resiko Likuiditas

Resiko antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang
telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan
liabilitas.9

c) Resiko Pembiayaan

Adalah risiko dimana nasabah / debitur atau counterpart tidak mampu


memenuhi kewajiban keuangannya sesuai kontrak /kesepakatan yang telah
dilakukan. Definisi ini dapat diperluas yaitu bahwa risiko pembiayaan adalah
7
Ibid, hlm. 241.
8
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), 2005), hlm 358.
9
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005), hlm 60.
risiko yang timbul dikarenakan kualitas pembiayaan semakin menurun. Memang
penurunan kualitas pembiayaan dimaksud belum tentu berimplikasi pada
terjadinya default, namun paling tidak kemungkinan terjadinya default akan
semakin besar.

d) Resiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivative, akibat perubahan harga pasar. Perubahan harga pasar
terjadi karena adanya pergerakan faktor pasar, dan berpotensi merugikan portofolio
bank. Yang dimaksud dengan faktor pasar adalah tingkat suku bunga, nilai tukar,
harga saham, dan harga komoditas. Faktor pasar berubah di luar kontrol bank.Bank
hanya dapat bereaksi sesuai apabila faktor pasar berubah,agar dampak kerugian dapat
ditekan sampai level minimal.

e) Resiko Oprasional

Risiko operasional dihadapi oleh semua bank karena dalam menjalankan


bisnis bank tidak dapat dipisahkan dari faktor yang melekat pada diri manusia,
prosedur pelayanan,proses administrasi dan sebagainya. Secara umum,menurut
definisi basel, penyebab risiko operasional adalah faktor manusia,prosedur
internal,kegagalan sistem dan faktor eksternal.

Dalam mengendalikan risiko operasional,bank harus menentukan prioritas


apakah perlu melakukan mitigasi risiko tersebut. Bank harus mempertimbangkan
antara biaya yang harus dikeluarkan dalam mengelola risiko dan potensi jumlah
kerugian yang dapat ditimbulkan. Sebagai contoh,kejadian terkait risiko operasional
dengan frekuensi yang rendah dan kalau terjadi menimbulkan kerugian yang tidak
material,kemungkinan tidak akan menjadi prioritas bank dalam pengelolaan risiko
operasional.

f) Resiko Kepatuhan

Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan / atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Contoh : Petugas sebuah
bank terlambat dalam menyampaikan laporan Sistem Informasi Debitur ( SID )
kepada Bank Indonesia. Atas keterlambatan laporan ini, bank tersebut akan
dikenakan denda oleh Bank Indonesia. Petugas tersebut telah membawa banknya
sendiri menghadapi risiko kepatuhan.

g) Resiko Hukum

Adalah risiko yang dihadapi oleh bak akibat tuntutan hukum dan /atau
kelemahan aspek yuridis. Contoh: Bank H tidak melakukan legal meeting dengan
baik ketika memberikan pembiayaan modal kerja kepada PT. A, terutama verifikasi
atas pengesahan Kementrian Hukum dan HAM atas Perubahan Anggaran Dasar PT.
A.Di kemudian hari, ternyata pengurus PT. A telah memalsukan pengesahan
anggaran dasar PT. A.Perbuatan pengurus PT. A ini telah menyebabkan Bank H
berpotensi mengalami risiko hukum.
h) Resiko Stratejik

Adalah resiko bank akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau


pelaksanaan suatu keputusan stratejik,serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis, Contoh : Pada rencana bisnis bank H tercantum dalam
launching layanan internet banking dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
nasabahnya.Layanan ini tidak diikuti dengan peningkatan core banking system
sehingga sering terjadi kegagalan transaksi pada internet banking. Atas ketidaksiapan
infrastruktur Bank H ini maka Bank H rentan terhadap risiko Stratejik.

i) Resiko Reputasi

Adalah resiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang


bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Contoh : Mesin ATM Bank H sering
mengalami “offline” sehingga membuat kecewa nasabahnya setiap kali melakukan
transaksi. Nasabah melampiaskan rasa kecewanya melalui kontak pemmbaca di
Harian Nasional.Atas pemberitaan ini, nasabah tersebut telah mengakibatkan Bank H
berpotensi menghadapi risiko reputasi.10

D. Dampak Dari Resiko Pada Perbankan Syariah

Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat risiko
(risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan ( stakeholders )
bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, serta berdampak juga kepada
perekonomian secara umum.11

Pengaruh risk loss pada pemegang sahaman karyawan adalah langsung, sementara
pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut akan diuraikan
dampak potensial terhadap stakeholders dan ekonomi.

a. Dampak terhadap Pemegang Saham


Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:
Penurunan nilai investasi, yang akn memberikan pengaruh terhadap penurunan
harga dan/atau penurunan keuntungan,turunnya harga saham menurunkan nilai
perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan pemegang saham.

b. Dampak terhadap Karyawan


Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event)
yang menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh
tersebut dapat berupa:
1. Dikenakan sanksi indisipliner karena kelalaian yang menimbulkan kerugian;
2. Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji;
3. Pemutusan hubungan kerja.

c. Dampak terhadap Nasabah


10
Andrianto, Muhammad Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, Cet. Ke-1 (Surabaya: CV. Penerbit
Qiara Media, 2019), hlm 283.
11
Ibid, hlm 284.
Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah.
Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tiak langsung dan tidak
seketika dapat diidentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara
berkelanjutan, pada gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap
kelangsungan usaha bank itu sendiri. Konsekuensi risk loss yang berdampak
terhadap nasabah bank, adalah:
1. Merosotnya tingkat pelayanan;
2. Berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan;
3. Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana;
4. Perubahan peraturan.

d. Dampak terhadap Perekonomian


Sebagai institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank
memiliki risiko yang melekat (inherent) secara sistematis. Risk loss yang terjadi
pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang
bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap nasabah dan perekonomian
secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan tersebut dinamakan risiko
sistemik (systemic risk).

Anda mungkin juga menyukai