Anda di halaman 1dari 17

Manajemen Resiko Hukum dan Manjemen Resiko

Kepatuhan
Mata Kuliah : Manajemen Resiko Bank Syariah
Dosen Pengampu : Sarmahandi Saragih, S.E., M.E.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dhea Tania (0504161023)
Dian Anggina Putri BatuBara (0504161048)
Novaldi Sumantri (0504163196)
Nur Halimah (0504161014)
Tiaranie Lubis (0504162104)

PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami dan tidak lupa shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Manajemen Resiko Hukum dan Manajemen Resiko Kepatuhan” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sarmahandi Saragih, S.E, M.E.I.
sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah Manajemen Resiko Bank Syariah. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan.

Medan, 13 Oktober 2018

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
1. PENGERTIAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN MANAJEMEN RESIKO
KEPATUHAN .......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen Resiko Hukum ....................................................................... 3
B. Pengertian Manajemen Resiko Kepatuhan ................................................................. 3
2. PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN MANAJEMEN RESIKO
KEPATUHAN .......................................................................................................................... 6
A. Penerapan Manajemen Resiko Hukum ....................................................................... 6
B. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan Perbankan Nasional ................................. 7
C. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ...................................................... 8
3. SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN
MANAJEMEN RESIKO KEPATUHAN. ............................................................................. 9
A. Sistem Pengendalian Manajemen Resiko Hukum ...................................................... 9
B. Sistem Pengendalian Internal Manajemen Risiko Kepatuhan .................................. 10
Kasus Manajemen Resiko Hukum. ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Resiko dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak
dikelola semestinya. Resiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial,
baik yang dapat diperkirakan (anticipatied) maupun tidak dapat diperkirakan (unancipatied)
yang berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Resiko-resiko tersebut
tidak dapat dihindari, namun dapat dikelola dan dikendalikan. Resiko ini haruslah
dimanajemen sedemikian rupa untuk dapat diminimalisir potensi terjadinya.

Setiap perbankan bukan hanya dibank konvensional tapi juga di perbankan syariah
akan selalu berhadapan dengan berbagai macam risiko baik itu eksternal maupun internal
yang melekat pada perusahaan. Seperti juga perbankan pada umumnya, maka bank syariah
juga memerlukan prosedur dan tata kelola yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usaha yang
dilakukannya, yang disebut sebagai manajemen resiko.

Proses manajemen resiko merupakan sistem yang komprehensif yang meliputi


penciptaan lingkungan manajemen resiko yang kondisif, memelihara pengukuran resiko yang
efesien, proses mitigasi dan monitoring, serta menciptakan sistem kontrol internal yang
memadai.

Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang sedemikian pesat, maka


manajemen resiko menjadi sesuatu yang penting untuk dikelola dengan baik. Resiko dan bank
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainya, tanpa adanya keberanian untuk
mengambil resiko maka tidak akan pernah ada bank, hal tersebut dapat dipahami bahwa
bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan
karena berani mengambil resiko. Namun jika resiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank
dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan.

Selanjutnyua, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang manajemen risiko
hukum dan manajemen resiko kepatuhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Resiko Hukum dan Manajemen Resiko
Kepatuhan ?
2. Bagaimana Penerapan Manajemen Resiko Hukum dan Manajemen Resiko
Kepatuhan ?
3. Bagaimana Sistem Pengendalian Manajemen Resiko Hukum dan Manajemen
Resiko Kepatuhan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Resiko Hukum dan Manajemen
Resiko Kepatuhan.
2. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Manajemen Resiko Hukum dan
Manajemen Resiko Kepatuhan.
3. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Manajemen Resiko Hukum dan
Manajemen Resiko Kepatuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN MANAJEMEN RESIKO


KEPATUHAN
A. Pengertian Manajemen Resiko Hukum
Resiko hukum adalah resiko yang timbul akibat dari instabilitas hukum yang terjadi
disuatu negara sehingga telah memberi pengaruh kepada setiap organisasi yang berorientasi
profit dan non profit. Kondisi instabilitas hukum yang tidak sesuai dengan pengharapan para
pelaku bisnis telah menyebabkan timbulnya kerugian serta mengharuskan para pelaku bisnis
menganggarkan sejumlah dana khusus dan beberapa rencana cadangan sebgai usaha serius
dalam mempertahankan oprasioal perusahaan di negara/wilayah tersebut. Termasuk antisipasi
jika timbulnya huru-hara.1
Selain definisi diatas kami juga menemukan definisi tentang resiko hukum pada buku
yang berbeda, yaitu Resiko Hukum adalah resiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/
kelemahan aspek yuridis. Resiko ini timbul, antara lain karena tiadanya peraturan perundang-
undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak terpenuhinya syarat sah
kontrak atau agunan yang tidak memadai.2
B. Pengertian Manajemen Resiko Kepatuhan.
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip
Syariah bagi bank umum syraiah.3 Risiko kepatuhan dapat bersumber antara lain dari perilaku
hukum, yaitu perilaku aktivitas bank yang menyimpang atau melanggar dari standar yang ada.
Bank Indonesia memberikan pengertian bahwa risiko kepatuhan (compliance risk)
adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksankan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Sementara, Basel Commiteeon Banking Supervision
menjelaskan bahwa fungsi kepatuhan sebuah bank dapat didefiniskan sebagai sebuah fungsi
independen untuk mengidentifikasi, mengukur, memberi saran, memonitor dan melaporkan
risiko kepatuhan bank, yaitu risiko hukum atau sanksi-sanksi regulator, kerugian keuangan,
atau kehilangan reputasi yang diderita bank sebagai akibat dari kelalaian menjalankan

1
Irham Fahmi, MANAJEMEN RISIKO Teori, Kasus,dan Solusi, (Bandung:ALFABETA, 2016),
hlm:204.
2
Ikatan Bankir Indonesia, SUPERVISI MANAJEMEN RESIKO BANK, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama, 2016), hlm:105.
3
Ibid, hlm.110.

3
kepatuhan untuk melaksanakan hukum, regulasi, code of conduct dan norma-norma dari
praktik terbaik. Dengan ungkapan lain, Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi kepatuhan
merupakan serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk
memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha
syariah, serta memastikan kepatuhan bank terhadap komitmen yang telah dibuat oleh bank
kepada bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain. Tujuan utama penerapan manajemen
risiko kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko dapat
meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari perilaku bank yang menyimpang atau
melanggar standar yang berlaku secara umum, ketentuan dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.4
Risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak melaksanakan perturan
perundang-undangan atau ketetapan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan
melakat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan.Kepatuhan
(compliance) sudah menjadi suatu keharusan bagi bisnis perbankan. Bahkan, dapat dikatakan
sudah menjadi issue global saat ini. Sebuah survei yang dilakukan oleh The Economist
Intellegence Unit (sebuah lembaga bisnis dan survei global yang independen, bermarkas di
london) terhadap tidak kurang dari 275 pejabat senior perbankan dari berbagai negara
mengenai sistemdan proses kepatuhan menyimpulkan bahwa kebutuhan melaksanakan
kepatuhan secara efektif pada poerusahaan yang bergerak dalam bisnis perbankan saat ini
sangat kuat dibandingkan dengan masa-masa yang lalu.
Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan aturan-aturan membantu memelihara
reputasi bank-bank, sehingga sesuai dengan harapan dari para nasabah, pasar dan masyarakat
secara keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan peran dan fungsi kepatuhan akan
berhadapan langsung dengan apa yang dikenal dengan compliance risk yang didefiniska oleh
Basel Commitee on Banking Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi-sanksi hukum,
kerugian keuangan/materi atau tercermarnya reputasi bank sebagai akibat dari pelanggaran
terhadap hukum, regulasi-regulasi, aturan-aturan, dihubungkan dengan norma-norma
organisasi yang menjadi aturan internal suatu bank. Sementara Bank Indonesia (BI)
mendefiniskan risiko kepatuhan sebagai risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi

4
Ikatan Bankir Indonesia, MENGUASAI FUNGSI KEPATUHAN BANK, (Jakarta:PT.Gramedia
Pustaka Utama,2015),hlm:90.

4
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku,
termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Namun demikian, yang perlu dipahami betul adalah kepatuhan yang lahir dari sebuah
tekanan yang semata-mata karena regulasi akan menghasilkan kepatuhan semu. Kepatuhan
semu adalah kepatuhan yang terjadi dan berjalan tanpa pengertian, tanpa "ruh" dan akan
sangat mudah berubah berupa pencarian celah-celah untuk rekayasa (tidak patuh) manakala
tekanan dan pengawasan mengendur. Oleh karena itu, kepatuhan harus dibangun menjadi
sebuah budaya (culture) dan menjadi sebuah mekanisme kerja individual dalam arti
terinternalisasi dan terorganisasi secara instinktif. Bank Indonesia menjelaskan bahwa budaya
kepatuhan sebagai nilai, perilaku, dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan
terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. Untuk itu, harus
dibimbing oleh sebuah perangkat aturan yang benar dan cukup. Benar dalam arti peraturan itu
dilandasi input-input yang representatip, diproses dan dilahirkan secara benar serta cukup
dalam arti telah mempertimbangkan segala segi termasuk sifat-sifat futuristiknya.
Fakta empiris membuktikan bahwa tidak ada satu bank pun di dunia ini yang mampu
survive secara sustainable dengan cara mengabaikan risiko kepatuhan ketika menjalankan
usaha. Banyak kerugian yang akan ditanggung oleh suatu bank ketika melanggar kepatuhan.
Bahkan, cepat atau lambat, bank-bank yang mengabaikan fungsi kepatuhan akan mengalami
kehancuran, tidak terkecuali yang terjadi di Indonesia. Kasus-kasus seperti Bank Duta, Bank
Global ataupun Bank Asiatic merupakan sedikit contoh dari sejumlah kejadian yang
menunjukan bahwa risiko kepatuhan bukan saja berdampak pada risiko hukum melainkan
juga pada risiko-risiko lain yang berujung pada kehancuran lembaga itu. Secara lebih luas
lagi, ketidakpatuhan perbankan, ketidak patuhan perbankan nasional berpengaruh secara
significant terhadap stabilitas perekonomian nasional. Kisruh krisis multidimensi yang
melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 beberapa tahun lampau adalah bukti nyata. 5
Pakar perbankan menjelaskan bahwa kelalaian perbankan nasional dalam menjalankan peran
dan fungsi kepatuhan yang inheren dengan sistem perbankan nasional saat itu, seperti :
1. Pengawasan Intern yang kurang memadai
2. Pelanggaran oleh pemilik/manajemen bank
3. Kurangnya ketaatan terhadap ketentuan kehati-hatian
4. Kecerobohan dalam mengelola bisnis

5
Ibid, hlm.100.

5
5. Berbagai penyimpangan yang disengaja;
Semua itu memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehancuran perekonomian
nasional secara keseluruhan yang mengoptimalkan peran dan fungsi menajemen kepatuhan
secara berkesinambungan dan Kepatuhan manajemen risiko sering disatukan sebagai satu
konsep. Namun, dalam kenyataannya, kepatuhan adalah bentuk manajemen risiko bahwa
sebuah perusahaan atau bisnis menganut dalam operasinya. Umumnya, kepatuhan manajemen
risiko terkait dengan industri keuangan dan perbankan, yang sangat diatur oleh undang-
undang dan peraturan.
Faktor-faktor yang perusahaan jasa keuangan, bank dan jenis lainnya bahkan usaha
harus mengelola risiko lain yang memerlukan manajemen. Ini termasuk resiko pergantian
karyawan, pertumbuhan perusahaan, ekonomi dan teknologi. Masing-masing faktor dapat
menempatkan perusahaan jasa keuangan, bank atau jenis lain dari bisnis dan informasi dan
produk beresiko. Kepatuhan manajemen risiko sebenarnya adalah sebuah alat yang digunakan
bisnis. Kepatuhan adalah kepatuhan terhadap aturan dan peraturan untuk bisnis atau industri
di mana bisnis beroperasi. Sebagai contoh, auditor datang ke bisnis jasa keuangan atau bank
secara teratur untuk memastikan bahwa itu beroperasi sesuai dengan aturan dan peraturan.6

2. PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN MANAJEMEN RESIKO


KEPATUHAN
A. Penerapan Manajemen Resiko Hukum
Dalam SEBI 5/21/DPNP juga diatur bahwa dalam rangka penerapan manajemen
resiko hukum setiap bank diharuskan untuk :
1. Memiliki kebijakan pengendalian resiko hukum secara tertulis yang disesuaikan
dengan strategi usaha bank. Kebijakan untuk mengendalikan resiko hukum tersebut
harus disetujui oleh Direksi dan dikomunikasikan kepada seluruh jenjang organisasi
sehingga kebijakan tersebut dapat diterapkan secara efektif.
2. Bank harus memiliki satuan kerja atau sekelompok petugas yang berfungsi sebagai
“legal watch” untuk menganalisis dan memberikan advis hukum kepada seluruh
pegawai pada setiap jenjang organisasi.7

6
Ibid, hlm:95.
7
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP),
2005),hlm:358.

6
Solusi yang dapat diterapkan dalam mengantisipasi jika timbulnya risiko hukum.
Dalam rangka mengatisipasi timbulnya dampak risiko politik yang akan
mempengaruhi aktivitas bisnis suatu perusahaan, maka ada beberapa solusi yang bersifat
umum yang dapat diterapkan oleh para manajer perusahaan, yaitu:
1. Manajer perusahaan harus selalu mengamati perkembangan politik dan keamanan
yang berlangsung disuatu negara,termasuk kondisi politik luar negri. Untuk
mendukung pemahaman politk secara lebih konprehensif ada baiknya sekali waktu
mengundang pakar politik ekonomi dari luar guna memberikan pandangan dan
masukan kepada manajemen perusahaan,sehingga pengambilan keputusan menjadi
lebih hati-hati dan sistematis.
2. Jika kondisi stabilitas politik yang terjadi disuatu negara diperkirakan cenderung akan
memanas seperti menjelang general election (pemilu) maka sebaiknya pihak manajer
perusahaan melakukan langkah antisipasi. Seperti dengan memiliki cadangan yang
mencukupi. Cadangan tersebut berbentuk finansial atau bahan baku,bahan setengah
jadi, dan bahan jadi. Ini penting dilakukan sebagai langkah antisipasi pada saat terjadi
hal-hal yang bersifat tidak diinginkan.
3. Kepemilikan cadangan dan hedging harus selalu diperhatikan. Ini dilakukan untuk
selalu membuat perusahaan berada dalam keyakinan.
4. Menghindari penambahan penjualan pada saat kondisi perpolitikan diperkirakan akan
memanas. Termasuk jika akan mengarah pada kondisi terjadinya demonstrasi besar-
besaran.
5. Pihak manajemen perusahaan yang melakukan kaji ulang yang mendalam jika
keputusan ekspansi dilakukan pada kawasan atau daerah yang memiliki tingkat
konflik yang tinggi.8

B. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan Perbankan Nasional


Dalam konteks perbankan nasional, Bank Indonesia menjelaskan bahwa secara garis
besar, fungsi kepatuhan bank meliputi beberapa tindakan, sebagai berikut:
 Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan
kegiatan usaha bank.
 Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh bank

8
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi Panduan Penerapan dan
pengembangan , (Jakarta:Penerbit PPM ,2013), hlm:222.

7
 Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha
yang dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank
umum syariah dan unit usaha Syariah
 Memastikan kepatuhan bank terhadap komitmen yang dibuat oleh bank kepada Bank
Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.9

C. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi


Secara umum, pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, meliputi beberapa hal,
sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris dan direksi harus memastikan bahwa manajemen risiko kepatuhan
dilakukan secara terintegrasi dengan manajemen risiko lainnya yang dapat berdampak
pada profil risiko kepatuhan bank.
2. Dewan Komisaris dan direksi harus memastikan bahwa setiap permasalahan
kepatuhan yang timbul dapat diselesaikan secara efektif oleh satuan kerja terkait dan
dilakukan monitoring atas tindakan perbaikan oleh satuan kerja kepatuhan.
3. Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan memiliki peranan penting dalam
manajemen risiko kepatuhan dengan tanggung jawab paling kurang, meliputi berbagai
hal, sebagai berikut:
 Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya budaya kepatuhan
 Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan
ditetapkan oleh direksi
 Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk
menyusun ketentuan dan pedoman internal bank
 Memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur, serta
kegiatan usaha yang dilakukan bank telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
 Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan fungsi kepatuhan
 Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan harus independen dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bank Indonesia sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.10

9
Ikatan Bankir Indonesia, MENGUASAI FUNGSI KEPATUHAN BANK, (Jakarta:PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2015), hlm.110.

8
3. SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN RESIKO HUKUM DAN
MANAJEMEN RESIKO KEPATUHAN.
A. Sistem Pengendalian Manajemen Resiko Hukum
Dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, selain peran aktif dari Dewan
Komisaris dan Direksi, bank juga memerlukan peran auditor internal dan eksternal.
Untuk memastikan seluruh jajaran organisasi melaksanakan kebijakan manajemen
resiko yang sudah digariskan, bank memerlukan suatu sistem pengendalian intern, yang dapat
secara efektif mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha dan operasional pada seluruh jenjang
organisasi bank. Pelaksanaan sistem pengendalian intern mampu secara tepat waktu
mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi.11
Fungsi utama dari auditor internal dan eksternal dapat berfungsi secara optimal.
Direksi harus memahami tugas mereka, dan menempatkan mereka sebagai agen penting bagi
bank. Proses yang dapat dikembangkan oleh Direksi dalam melakukan hal tersebut antara
lain:
 Memahami pentingnya proses audit dan mengkomunikasikan kepada seluruh jajaran
bank untuk mendukung proses audit tersebut.
 Menetapkan ukuran kinerja petugas audit, dengan tujuan untuk meningkatkan
independensi dan status auditor.
 Memanfaatkan temuan audit dengan efektif dan tepat waktu dengan melakukan tindak
lanjut, disertai penentuan pihak pelaksana, dengan batas waktu yang jelas untuk
perbaikan yang harus dilakukan manajemen atas permasalahan yang sudah di
identifikasi oleh auditor.
 Memastikan independensi kepala audit melalui garis pelaporan langsung kepada
Direktur Utama/Komite Audit.
 Melibatkan auditor eksternal untuk menilai efektivitas pengendalian audit internal
yang ada.
 Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen resiko pada aktivitas bank
minimal mencakup :12
o Kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat resiko
yang melekat pada kegiatan usaha bank.

10
Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2013),
hlm:50.
11
Herman Darmawi, Manajemen Resiko, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), hlm:220
12
Ibid, hlm:55.

9
o Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan
prosedur limit.
o Penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja
operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi penegndalian.
o Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank
wewenang dan tanggung jawab.
o Pelaporan masalah kondisi keuangan serta kegiatan operasional bank yang akurat
dan tepat waktu.
o Kecukupan kebijakan dan prosedur untuk memastikan kepatuhan bank terhadap
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
o Proses kaji ulang yang efektif, independen dan objektif terhadap prosedur
penilaian kegiatan operasional bank.
o Pengujian dan proses kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen.
o Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan, prosedur
operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus bank berdasarkan hasil audit.
o Vertifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan terhadap
penanganan kelemahan-kelemahan bank yang bersifat material dan tindakan
pengurus bank untuk memeperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.13

B. Sistem Pengendalian Internal Manajemen Risiko Kepatuhan


Dalam melakukan penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, maka selain
melaksanakan pengendalian intern sebagaimana dimaksud diatas, bank perlu memiliki sistem
pengendalian intern untuk risiko kepatuhan antara lain untuk memastikan tingkat responsif
bank terhadap penyimpangan standar yang berlaku secara umum, ketentuan, atau peraturan
perundang-undangan.14

13
Ikatan Bankir Indonesia, MANAJEMEN RESIKO 1 MENGIDENTIFIKASI RISIKO PASAR,
OPERASIONAL, DAN KREDIT BANK, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm:42-44.
14
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,(Jakarta:Pustaka Alfabet, 2005),hlm:60.

10
Kasus Manajemen Resiko Hukum.
15
PT Mahesa Ratu Group adalah sebuah prusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan dan energi. Dimana salah satu anak perusahaan yaitu PT Intra Jaya Energi
bergerak dalam bidang ekspolarasi migas dikawasan sumatera. Aktivitas bisnis PT Intra Jaya
Energi semakin berkembang dari waktu ke waktu,namun pada akhir tahun 2010 pihak
manajer bagian produksi mendapatkan informasi dari teknisi dilapangan bahwa perusahaan
akan mengalami kehabisan cadangan migas. Salah satu solusi yang bersifat konstruktif adalah
perusahaan harus menemukan cadangan migas yang baru.
Salah satu kawasan yang diincar oleh pihak manajemen PT Intra Jaya Energi adalah
KTI (Kawasan Timur Indonesia) yaitu Irian Jaya. Hasil survey yang dilakukan dengan
mempergunakan satelit diprediksi bahwa ada beberapa titik kawasan lepas pantai di Irian Jaya
yang memiliki migas. Namun kualitas serta kapasitas riil tidak dapat dipastikan dengan pasti
disebabkan survey hanya diakukan dalam bentuk satelit,sehingga mengharuskan pihak
perusahaan menerjunkan tim teknisi khusus untuk mensurvei kondisi di beberapa titik yang
dimaksud.
Hasil survey menunjukkan bahwa memang benar jika disana ditemukan dua buah titik
yang memiliki kandungan migas yang mencukupi untuk masa ekplorasi 25 tahun. Namun ada
kajian lain yang harus dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan yaitu kajian non
teknis atau sosial politik ,serta budaya. Masyarakat dikawasan eksplorasi minyak
menginginkan agar mereka ikut merasakan dampak positif dari penegrjaan eksporasi
tersebut,yaitu semenjak awal hingga berlangsungnya kegiatan. Artinya, meraka menginginkan
dibatalkan secara nyata sebagai pekerja dan juga karyawan ditempat tersebut. Bagi pihak
perusahaan persoalan yang paling utama adalah skill mereka masih sangat rendah sementara
bisnis migas bersifat padat modal. Artinya keahlian menjadi faktor domina untuk bisa bekerja
disana,sementara untuk buruh kebutuhannya adalah bersifat temporer yaitu selama masa
eksplorasi. Ketika masa operasional berlangsung kebutuhan buruh menjadi sedikit,dan jika
dibutuhkan hanya sedikit saja. Jika pihak perusahaan melakukan perekrutan dengan mendidik
dan memberi pelatihan secara intensif,maka semua itu akan memakan biaya dan waktu yang
lama. Sementara tenaga siap pakai dengan kualifikasi yang diinginkan dapat disediakan,yaitu
melalui proses perekrutan yang bersifat nasioanal. Salah satu rendahnya mutu tenaga ahli di
Irian Jaya karena masih jauhnya standar pendidikan seperti yang diharapkan.
Disisi lain partai politik yang berkuasa disana juga menginginkan agar pihak
manajemen PT Intra Jaya Energi mengalokasikan dana CSR (Corporate Social

15
Herman Danawi, Manajemen Risiko, (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2005), hlm 223-224.

11
Rensdponsibility) yang maksimal kepada Masyarakat sekitar. Seperti beasiswa,pembangunan
rumah sakit,jalan,jembatan,pasar,dsb. Sementara pihak manajemen perusahaan dalam
memutuskan setiap keputusan tidak bisa sepihak begitu saja,mereka adalah subsidiaries
company (anak perusahaan) dari PT Mahesa Ratu Group yang saat ini bermasalah dari segi
keuangan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang hutang terutama hutang dalam
foreign currency.

12
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Resiko Hukum adalah resiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/ kelemahan
aspek yuridis. Resiko ini timbul, antara lain karena tiadanya peraturan perundang-undangan
yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak terpenuhinya syarat sah kontrak atau
agunan yang tidak memadai. Sedangkan Resiko Kepatuhan adalah resiko yang timbul akibat
bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku, termasuk prinsip Syariah bagi bank umum syraiah
Dalam SEBI 5/21/DPNP juga diatur bahwa dalam rangka penerapan manajemen
resiko hukum setiap bank diharuskan untuk :
1. Memiliki kebijakan pengendalian resiko hukum secara tertulis yang disesuaikan
dengan strategi usaha bank. Kebijakan untuk mengendalikan resiko hukum tersebut
harus disetujui oleh Direksi dan dikomunikasikan kepada seluruh jenjang organisasi
sehingga kebijakan tersebut dapat diterapkan secara efektif.
2. Bank harus memiliki satuan kerja atau sekelompok petugas yang berfungsi sebagai
“legal watch” untuk menganalisis dan memberikan advis hukum kepada seluruh
pegawai pada setiap jenjang organisasi.
Dalam konteks perbankan nasional, Bank Indonesia menjelaskan bahwa secara garis
besar, fungsi kepatuhan bank meliputi beberapa tindakan, sebagai berikut:
 Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan
kegiatan usaha bank.
 Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh bank
 Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha
yang dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank
umum syariah dan unit usaha Syariah
Sistem pengendalian Manajemen Resiko Kepatuhan yaitu Dalam melakukan
penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, maka selain melaksanakan pengendalian
intern sebagaimana dimaksud diatas, bank perlu memiliki sistem pengendalian intern untuk
risiko kepatuhan antara lain untuk memastikan tingkat responsif bank terhadap penyimpangan
standar yang berlaku secara umum, ketentuan, atau peraturan perundang-undangan.

13
Daftar Pustaka

Arifin Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, 2005.

Darmawi Herman, Manajemen Resiko, Jakarta:Bumi Aksara, 2005.

Djohanputro Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi Panduan Penerapan dan


pengembangan , Jakarta:Penerbit PPM, 2013.

Fahmi Irham, MANAJEMEN RISIKO Teori, Kasus,dan Solusi, Bandung: ALFABETA,


2016.
Ikatan Bankir Indonesia, MENGUASAI FUNGSI KEPATUHAN BANK, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2015.

Ikatan Bankir Indonesia, MANAJEMEN RESIKO 1 MENGIDENTIFIKASI RISIKO PASAR,


OPERASIONAL, DAN KREDIT BANK, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Ikatan Bankir Indonesia, SUPERVISI MANAJEMEN RESIKO BANK, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2016.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP),
2005.
Supriyono Maryanto, Buku Pintar Perbankan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai