Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Bank Syariah


Dosen : Muhammad Iqbal, M.E.I.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Nama NPM
Eka Handayani 1451020040
Maulian Andita 1451020236
Syelfi Bahtiana Putri 1451020299
Yeni Apriliana 1451020138
Kelas/SMT : D/5

Jurusan Perbankan Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung
1437H/2016M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul makalah ini adalahANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah MANAJEMEN KEUANGAN
BANK SYARIAH. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk
memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk
mahasiswa pada umumnya.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Iqbal
selaku dosen mata kuliah MANAJEMEN KEUANGAN BANK SYARIAH atas
bimbingan dan pengarahan nya selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat minim dan masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempuranaan makalah ini.

Wasalammualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 24 Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Bank Syariah .............................3
B. Pentingnya Kesehatan Bank Syariah ............................4
C. Faktor Faktor Yang Menggugurkan Tingkat Kesehatan Bank .........5
D. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Kesehatan Bank ...........6
E. Penilaian Kesehatan Bank Syariah .....................................................7
F. Metode CAMEL ................................................................................10
G. Unsur-unsur Manajemen Bank yang Sehat .......................................12
H. Mekanisme dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian ................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua
pihak yang terkait, baik pemilik modal dan pengelola bank,
masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia
sebagai Pembina dan pengawas bank-bank sebagai
perpanjangan tangan dari pihak pemerintah. Bank-bank
yang sehat akan mempengaruhi system perekonomian
suatu Negara secara menyeluruh, mengingat bank
mengatur peredaran dana ibarat jantung yang mengatur
peredaran darah ke seluruh tubuh manusia.
Pesatnya perkembangan perbankan dan lembaga
keuangan di Indonesia sebagai dampak dari deregulasi
perbankan membuat pasar menjadi sangat kompetitif
sehingga seleksi alam berlaku yang membawa konsekuensi
beberapa bank harus ditutup (Bank Beku Operasi) atau
mendapatkan bantuan pinjaman dana sementara
(rekapitulasi) , semuanya ini terjadi pada saat krisis
moneter melanda Indonesia yang dimulai pada
pertengahan tahun 1998 sampai menjelang akhir tahun
1999.
Sebelumnya tepatnya tahun 1996 dilakukan peringkat
perbankan di Indonesia oleh Standar and Poors Rating
Agency (S&P dari Australia dan Moodys Investor Service
Ltd. (AS yang hasilnya kurang memuaskan. Meskipun hal
tersebut tidak membuat nasabah menarik dananya secara
besar-besaran, tetapi para bankir di Indonesia merasa
kegerahan setelah membaca hasilnya dan menyatakan
hasil peringkatisasi tersebut kurang fair.
Demikian buruknya perfomansi bank-bank yang ada di
Indonesia, walaupun demikian tidak ada tindakan korektif
yang segera dilakukan pada saat itu, demikian juga dengan

4
lemahnya fungsi control yang dilaksanakan oleh Bank
Indonesia membuat bank-bank di Indonesia menjadi
semakin buruk kondisinya, yang akhirnya terhempas badai
krisis moneter pada pertengahan tahun 1998.
Setiap nasabah bebas menentukan pilihannya kemana
harus menyimpankn dananya dan bank mana saja yang
dipercayakannya untuk melaksanakan suatu transaksi-
transaksi bisnisnya, hal ini berkaitan erat dengan resiko
yang mungkin timbul dikemudian hari seperti bangkrutnya
bank tersebut. Pilihan ini berkaitan dengan image yang
diberikan nasabah terhadap suatu bank dengan criteria-
kriteria tertentu yang objektif dan tidak objektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan Bank Syariah ?
2. Apa pentingnya kesehatan Bank Syariah ?
3. Apa saja faktor faktor yang menggugurkan tingkat kesehatan bank ?
4. Apa saja Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap kesehatan Bank ?
5. Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah ?
6. Apa saja Metode CAMEL ?
7. Bagaimana Unsur-unsur Manajemen Bank yang Sehat ?
8. Apa Mekanisme dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian kesehatan Bank Syariah
2. Untuk mengetahui Apa pentingnya kesehatan Bank
Syariah
3. Untuk mengetahui Apa saja faktor faktor yang menggugurkan
tingkat kesehatan bank
4. Untuk mengetaui siapa saja Pihak-pihak yang Berkepentingan
terhadap kesehatan Bank
5. Mengetahui Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah
6. Dapat mengetahui Apa saja Metode CAMEL
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Unsur-unsur Manajemen Bank yang Sehat
8. Untuk Mengetahuia Apa Mekanisme dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian

5
BAB II

ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH

A. Pengertian Kesehatan Bank Syariah

Menurut kristianingsih (2008) kesehatan suatu bank dapat diartikan


sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan oprasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara peraturan pemerintah yang berlaku. Adapun kegiatannya,
meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga


lain, dan modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 Pasal 29 sebagaimana telah
diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, bank wajib
memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek lain
yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan
penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi
atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian
kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement
yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-faktor
penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
perbankan dan perekonomian nasional.

6
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil
resiko, bank perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin
timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian
kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi
Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan
implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori
yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem
pemberian nilai dalam menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan
pada reward system dengan nilai kredit antara 0 sampai dengan 100,
yakni sebagai berikut :1

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat


81 100 Sehat
66 - <81 Cukup Sehat
51 - <66 Kurang Sehat
0 - <51 Tidak Sehat

B. Pentingnya Kesehatan Bank Syariah


Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal
yang penting dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan
kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan
harus selalu dinilai kesehatannya agar prima dalam melayani nasabahnya.

Untuk menilai kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi.


Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam
kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank
Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan

1Khaerunnisa Said, Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode


CAMEL pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001 2010), Skripsi, Makassar, 2012,
hlm. 36.

7
arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau
bahkan dihentikan kegiatan operasinya.2

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada


peningkatan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus
meningkat tak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan suatu
upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang
terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan pengarahan atau
sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank.

Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan


manajemen, merger, konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi
keberadaannya. Bank akan dilikuidasi apabila kondisi bank tersebut dalam
kondisi yang sangat parah atau benar-benar tidak sehat.3

C. Faktor faktor yang Menggugurkan Tingkat Kesehatan Bank


Tingkat kesehatan bank yang sehat, cukup sehat, atau kurang sehat,
akan diturunkan menjadi tidak sehat, apabila terdapat hal seperti berikut
ini:
1. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan
dalam bank yang bersangkutan.
2. Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan
(manajemen) bank, termasuk di dalamnya kerja sama yang tidak wajar
sehingga salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri.
3. Window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank yang
secara materil berpengaruh terhadap keadaan keuangan sehingga
mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank.
4. Praktik bank dalam bank atau melakukan usaha bank di luar
pembukuan.

2Zia Rizqi Rahman, Analisis Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode
CAMEL (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah Tahun 2008 2011), Naskah Publikasi
Ilmiah, Surakarta, 2013, hlm. 8.

3Khaerunnisa Said, Op.cit., hlm. 36.

8
5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring.4

D. Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap kesehatan Bank

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait


karena kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan terdiri dari
pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal terdiri dari :

1. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan


informasi keuangan untuk tujuan pengendalian,pengorganisasian, dan
perencanaan suatu perusahaan.
2. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya
pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam
memimpin perusahaan.

Pihak eksternal yaitu terdiri dari:

1. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka


penentuan kebijakan penanaman modalnya.
2. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran
kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu
mengetahui kinerja keuangan jangka pendek (likuiditas) dan
profitabilitas dari perusahaan.
3. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga
oleh lembaga yang lain seperti statistik.
4. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan
tempat mereka bekerja karna sumber penghasilan mereka bergantung
pada perusahaan yang bersangkutan.

E. Penilaian Kesehatan Bank Syariah

4Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hlm.


150.

9
Penilaian Bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai
24 Januari 2007.Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia
menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan
produk dan jasa Perbankan Syariah kedepan kian beragam dan komplek,
sehingga eksposur resiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya
eksposur resiko tersebut akan mengubah profil resiko bank syariah, yang
pada gilirannya akan memengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut.

Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan


bank secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor :5
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas Asset (asset quality)
3. Manajemen (management)
4. Rentabilitas (earning)
5. Likuiditas (liquidity)
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensivity to market risk)

Kelima fokus penilaian ini sering di sebut dengan singkatan CAMEL


(capital,asset,management,earnings,liquidity).Tingkat kesehatan Bank
ditetapkan melalui hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank melalui penilaian
kuantitatif terhadap faktor CAMEL tersebut diatas.

Berikut akan dikutip pasal-pasal dari Peraturan Bank Indonesia


No.6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum.

1. Penilaian terhadap faktor Permodalan


Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-
komponen berikut ini :
a. Kecukupan modal
b. Komposisi modal

5 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012,


hlm. 256.

10
c. Proyeksi (trend kedepan) permodalan
d. Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
e. Kemampuan Bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan
tambahan modal yang berasal dari laba
f. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha,
dan
g. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan
pemegang saham untuk meningkatkan permodolan Bank yang
bersangkutan.

2. Penilaian atas faktor kualitas asset


Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-
komponen berikut ini :
a. Kualitas aktiva produktif
b. Konsentrasi eksprosur risiko kredit
c. Perkembangan risiko kredit bermasalah
d. Kecukupan PPAP
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur
f. Sistem kaji ulang (review) internal
g. Sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif
bermasalah.

3. Penilaian terhadap faktor manajemen


Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko
b. Kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen
kepada Bank Indonesia dan/atau pihak lain.

4. Penilaian terhadap faktor rentabilitas


Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen berikut ini :
a. Pencapaian return on asset
b. Pencapaian return on equity
c. Pencapaian NIM (net interest margin)
d. Tingkat efisiensi
e. Perkembangan laba internasional
f. Diversifikasi pendapatan
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dari
biaya,dan
h. Prospek laba oprasional.

11
5. Penilaian terhadap faktor Likuiditas
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian komponen-
komponen berikut ini :
a. Rasio aktiva/passiva yang likuid
b. Potensi maturity mismatch
c. Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
d. Proyeksi cash flow
e. Konsentrasi pendanaan
f. Stabilitas pendanaan
g. Akses kepada sumber pendanaan
h. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas
6. Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan
nilai tukar
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

F. Metode CAMEL
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah di buat
oleh Bank Indonesia.Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat
laporan baik bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh
aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian ini menentukan
kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMEL, yaitu :
a. Permodalan (Capital)
Adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank.penilaian tersebut berdasarkan CAR (Capital
Adequency Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Perbandingan rasio tersebut adalah Modal Terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
b. Kualitas Asset (Asset Quality)
Adalah menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh Bank.penilaian
asset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif

12
diklasifikasikan.Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
c. Aspek Manajemen (Management)
Adalah penilaian bank yang dikelola sehari-hari dari kualitas
manajemen.Kualitas manajemen juga dilihat dari kualitas manusia
dalam bekerja.Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi pendidikan
dan pengalaman dari karyawan dalam menangani berbagai kasus-
kasus yang terjadi.
d. Aspek Rentabilitas (Earning)
Adalah merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya
apakah setiap periode atau ukuran mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.Bank yang
sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus
meningkat.
e. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Adalah penilaian atas kemampuan bank yang bersangkutan untuk
membayar semua hutang-hutang terutama simpanan tabungan giro,
dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 06/10/PBI/1997
Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April
pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank didasarkan pada
sistem Reward yang secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan sistem Reward dengan menggunakan nilai kredit
0 sampai dengan 100 untuk faktor yang dinilai.
b. Ukuran penilaian keadaan keuangan atas pelaksanaan fungsi
c. Manajemen termasuk sumber daya manajemen.
d. Penilaian manajemen didasarkan atas pelaksanaan fungsi
manajemen termasuk sumber daya manajemen.
e. Penilaian kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi keuangan dan perkembangan usaha bank.6

6Zia Rizqi Rahman,Op.cit., hlm. 8.

13
G. Unsur-unsur Manajemen Bank yang Sehat
1. Likuiditas terpelihara dengan baik, aktiva yang memungkinkan bank
dapat memenuhi dengan segera permintaan/penarikan para deposannya
(demand deposit).
2. Pengalokasian dana secara adil, sehat, dan menguntungkan.
3. Menyediakan jasa-jasa bank lainnya yang dibutuhkan akan
memberikan pendapatan dari jasa-jasa perbankan seperti kiriman uang,
Inkaso, Safe Deposit Box, Bank Garansi, Delegasi Kredit, L/C dalam
negeri maupun impor ekspor, credit card, dan lain sebagainya.
4. Pelayanan harus menyenangkan , cepat, tepat, akurat,aman dan ramah.

H. Mekanisme dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian


Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia ini secara triwulanan untuk posisi bulan
maret, juni, september, dan desember. Bank Indonesia melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan hasil pemeriksaan laporan
berkala yang disampaikan bank, dan/atau informasi lain yang diketahui
secara umum, seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang
berwenang. Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat
meminta agar Bank dapat menyampaikan rencana tindakan yang memuat
langkah-langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan dalam target waktu
penyelesaian selama periode tertentu. Bank wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan action plan tersebut selambat-lambatnya sepuluh hari kerja
setelah pelaksanaan action plan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

14
Menurut kristianingsih (2008) kesehatan suatu bank dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan oprasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara peraturan pemerintah yang berlaku. Adapun kegiatannya,
meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari


lembaga lain, dan modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 Pasal 29 sebagaimana telah
diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, bank wajib
memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek lain
yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian

15
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT


Bumi Aksara.

Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Bogor :


Ghalia Indonesia.

Harmono. 2014. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced


Scorecard. Jakarta: PT Bumi Aksara

Kasmir. 2012. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada.

Muhammad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada.

Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank.


Jakarta : PT Renika Cipta.

Said, Khaerunissa. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank


Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT. Bank Syariah
Mandiri (Periode 2001 2010). Skripsi. Makassar: Universitas
Hassanudin Makassar.

Rahman, Zia Rizqi. 2013. Analisis Kesehatan Bank Syariah


dengan Menggunakan Metode CAMEL. Naskah Publikasi Ilmiah.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai