DOSEN PEMBIMBING :
ELWARDI HASIBUAN
DISUSUN OLEH :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan jalan,
kekuatan, serta petujuk-Nya sehingga makalah tentang “Analisis Laporan Keuangan Dengan
Menggunakan Metode Camel Untuk Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank Syariah“ ini
dapat diselesaikan.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan narasumber.
Disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Allah SWT. Selalu melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya kepada kita serta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik
modal dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia sebagai
Pembina dan pengawas bank-bank sebagai perpanjangan tangan dari pihak pemerintah.
Bank-bank yang sehat akan mempengaruhi system perekonomian suatu Negara secara
menyeluruh, mengingat bank mengatur peredaran dana ibarat “jantung” yang mengatur
peredaran darah ke seluruh tubuh manusia.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan bank
2. Untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan
bank?
3. Untuk mengetahui mekanisme penilaian kesehatan bank bank Syariah dan atau
BPRS?
4. Untuk mengetahui faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL?
5. Untuk mengetahui penilaian dengan metode CAMEL, serta contohnya?
BAB II
PEMBAHASAN
Triandaru & Budisantoso (2006:51) menyatakan kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan menurut Hasan (2014:177) secara sederhana
dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-
fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga
dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Adapun kegiatannya,
meliputi :
1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat Kemampuan untuk
memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain.
4. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.1
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif
1
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, Hal 51
2
Totok Budisantoso, Hal 52
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi
industri perbankan dan perekonomian nasional.3
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu
mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi
perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank
Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi
pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
Penilaian tujuan kesehatan bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut
dalam keadaan sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar
tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati
penyakitnya.
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat,
cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam menetapkan
tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai
dengan 100, yakni sebagai berikut :4
3
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
4
Khaerunnisa Said, Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank
Syariah Mandiri (Periode 2001 – 2010), Skripsi, Makassar, 2012, hlm. 36.
Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang penting
dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan
kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar
prima dalam melayani nasabahnya.
Untuk menilai kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan
tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan
dihentikan kegiatan operasinya.5
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau
penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah, karena itulah
yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan tetapi bagi
bank yangterus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan pengarahan atau sanksi
dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank.
Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena kegagalan
perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.
5
Zia Rizqi Rahman, Analisis Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus
pada PT Bank BRISyariah Tahun 2008 – 2011), Naskah Publikasi Ilmiah, Surakarta, 2013, hlm. 8.
Pihak eksternal terdiri dari:
Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan peraturan
Bank Indonesia ini secara triwulanan untuk posisi bulan maret, juni, september, dan
desember. Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan hasil
pemeriksaan laporan berkala yang disampaikan bank, dan/atau informasi lain yang diketahui
secara umum, seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang berwenang.
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar Bank dapat
menyampaikan rencana tindakan yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu. Bank wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan action plan tersebut selambat-lambatnya sepuluh hari
kerja setelah pelaksanaan action plan.
E. Faktor Penilaian Kesehatan Bank Syariah Metode CAMEL
Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, yang meliputi faktor-faktor :6
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas Asset (asset quality)
3. Manajemen (management)
6
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 256.
4. Rentabilitas (earning)
5. Likuiditas (liquidity)
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensivity to market risk)
1. Permodalan (Capital)
a. Kecukupan modal
b. Komposisi modal
c. Proyeksi (trend kedepan) permodalan
d. Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
e. Kemampuan Bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal
yang berasal dari laba
f. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
g. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodolan Bank yang bersangkutan.
3. Manajemen (Management)
4. Rentabilitas ( Earning)
5. Likuiditas (Liquidity)
a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis
besardidasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision,
penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI
tengahmempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang
memperhitungkansensitivity to market risk atau risiko pasar.
7
Sunardi dan Linda Oktaviani, Analisis CAMEL Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus Pada
Subsektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI Periode 2011-2015), Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen, ISSN 2356-
2005
dibedakanantara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank
umum danBPR ditetapkan sebagai berikut
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukansama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yangdimaksud dengan
penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan
dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadapkondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilaifaktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas danlikuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan denganmelakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dankomponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruhterhadap kesahatan suatu
bank. Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaanketentuan-ketentuan yang
lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
Peniliaiam kinerja keuangan Bank Indonesia selaku bank sentral, sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 38. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382). Untuk melihat tingkat
kesehatan bank baik Bank Syariah Mandiri ataupun Bank Mandiri yang menunjukkan kinerja
tampak pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Performance Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010 – 2014
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode CAMEL,
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 38. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382).
1) Capital (Permodalan
Rasio CAR adalah kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.8
3) Manajemen (Management)
8
Riandi Chandra Dkk, Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Syariah dan PT Bank Mandiri Tbk
Dengan Menggunakan Metode CAMEL, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 02 Tahun 2016
Net Profit Margin dihitung dengan membagi Net Income atau laba bersih dengan
Operating Income atau laba usaha.
4) Profitabilitas (Earning)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Berikut rumus untuk menghitung ROA
menurut Dendawijaya (2009).
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya
operasional bank.
5) . Likuiditas (Liquidity)
LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.
Hasil Peniliaian
Tabel 2.
Kesimpulan Hasil Analisis CAMEL (PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mandiri
Tbk)
Tabel 2 menunjukan bahwa kinerja keuangan kedua perusahaan yaitu Bank Syariah Mandiri
dan Bank Mandiri ada pada kategori Sehat.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) BSM pada level 14.76% pada tahun 2014, meningkat
dibandingkan CAR pada tahun 2013 sebesar 14,10%. Peningkatan ini disebabkan adanya
penambahan modal inti sebesar Rp330,61 miliar. Sedangkan rasio kecukupan modal
minimum sesuai standar dari regulator adalah sebesar minimal 8%. Hal ini bermakna bahwa
BSM masih memiliki kecukupan modal dalam menjalankan bisnis perbankan. Rasio
kecukupan modal (CAR) Bank Mandiri (Bank saja) tahun 2014 sebesar 16,60% meningkat
dari tahun 2013 sebesar 14,93%. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan nasional tahun
2014 sebesar 19,8% meningkat dari tahun 2013 sebesar 18,1%. Kinerja rasio Imbal Hasil
Ratarata Ekuitas (ROE) BSM tahun 2014 sebesar 1,49%, turun signifikan terhadap ROE
tahun 2013 sebesar 15,34%. Sedangkan Rasio Imbal Hasil Rata-rata Aset (ROA) sebesar
0,17%, menurun terhadap ROA tahun 2013 sebesar 1,53%. Penurunan tersebut terutama
disebabkan pencapaian laba bersih yang turun signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tahun 2014
mencapai 98,49%, meningkat dibandingkan rasio BO/PO tahun 2013 sebesar 86,46%.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh BSM masih melakukan ekspansi jaringan dan
penambahan pegawai di tahun 2014.
Rasio Pengembalian terhadap Aset (ROA) Bank Mandiri (Bank saja) tahun 2014
sebesar 3,57% meningkat dari tahun 2013 sebesar 3,66%. Rasio Pengembalian terhadap Aset
(ROA) perbankan nasional tahun 2014 sebesar 2,9% menurun dari tahun 2013 sebesar 3,1%.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Mandiri (Bank
saja) tahun 2014 sebesar 64,98% meningkat dari tahun 2013 sebesar 62,41%. Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan nasional tahun 2014
sebesar 76,2% meningkat dari tahun 2013 sebesar 74,1%. Rasio Pembiayaan terhadap
Pendanaan (FDR) merupakan rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga terhadap
pendanaan dalam Rupiah dan mata uang asing. FDR Bank per 31 Desember 2014 dan 2013
masing-masing sebesar 82,13% dan 89,37%. Berdasarkan Rasio FDR tersebut, masih dalam
batasan yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan peraturan GWM LDR.
Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana Nasabah (LDR) Bank Mandiri (Bank saja) tahun
2014 sebesar 82,02% turun dari tahun 2013 sebesar 82,97%. Rasio Kredit yang Diberikan
terhadap Dana Nasabah (LDR) perbankan nasional tahun 2014 sebesar 88,65% menurun dari
tahun 2013 yang sebesar 89,7%.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Triandaru & Budisantoso (2006:51) menyatakan kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku. Adapun kegiatannya, meliputi :
1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat Kemampuan untuk
memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain.
4. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 Pasal 29 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek
lain yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso,Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Rahman, Zia Rizqi. 2013. “Analisis Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode
CAMEL”. Naskah Publikasi Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Oktaviani, Linda dan Sunardi. “Analisis CAMEL Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank
(Studi Kasus Pada Subsektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI Periode 2011-2015)” Jurnal
Ilmiah Ilmu Manajemen, ISSN 2356-2005
Chandra, Riandi Dkk. 2016. “Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Syariah dan PT
Bank Mandiri Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 16 No. 02 Tahun 2016