Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE


CAMEL UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH

DOSEN PEMBIMBING :

ELWARDI HASIBUAN

DISUSUN OLEH :

TRI ANNISYA (0503183256)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan jalan,
kekuatan, serta petujuk-Nya sehingga makalah tentang “Analisis Laporan Keuangan Dengan
Menggunakan Metode Camel Untuk Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank Syariah“ ini
dapat diselesaikan.

Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan narasumber.
Disadari bahwa dalam  penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Allah SWT. Selalu melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya kepada kita serta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 27 Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Bank Syariah........................................................................ 3
B. Pentingnya Kesehatan Bank Syariah ...................................................................... 5
C. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Kesehatan Bank .............................. 5
D. Mekanisme Penilaian Kesehatan Bank Syariah....................................................... 6
E. Faktor-Faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL .................. 7
F. Teknik penilaian dengan metode CAMEL.............................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik
modal dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia sebagai
Pembina dan pengawas bank-bank sebagai perpanjangan tangan dari pihak pemerintah.
Bank-bank yang sehat akan mempengaruhi system perekonomian suatu Negara secara
menyeluruh, mengingat bank mengatur peredaran dana ibarat “jantung” yang mengatur
peredaran darah ke seluruh tubuh manusia.

Pesatnya perkembangan perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia sebagai


dampak dari deregulasi perbankan membuat pasar menjadi sangat kompetitif sehingga seleksi
alam berlaku yang membawa konsekuensi beberapa bank harus ditutup (Bank Beku Operasi)
atau mendapatkan bantuan pinjaman dana sementara (rekapitulasi) , semuanya ini terjadi
pada saat krisis moneter melanda Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998
sampai menjelang akhir tahun 1999.

Sebelumnya tepatnya tahun 1996 dilakukan peringkat perbankan di Indonesia oleh


Standar and Poor’s Rating Agency (S&P dari Australia dan Moody’s Investor Service Ltd.
(AS yang hasilnya kurang memuaskan. Meskipun hal tersebut tidak membuat nasabah
menarik dananya secara besar-besaran, tetapi para bankir di Indonesia merasa kegerahan
setelah membaca hasilnya dan menyatakan hasil peringkatisasi tersebut kurang fair.

Demikian buruknya perfomansi bank-bank yang ada di Indonesia, walaupun demikian


tidak ada tindakan korektif yang segera dilakukan pada saat itu, demikian juga dengan
lemahnya fungsi control yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia membuat bank-bank di
Indonesia menjadi semakin buruk kondisinya, yang akhirnya terhempas badai krisis moneter
pada pertengahan tahun 1998.

Setiap nasabah bebas menentukan pilihannya kemana harus menyimpankn dananya


dan bank mana saja yang dipercayakannya untuk melaksanakan suatu transaksi-transaksi
bisnisnya, hal ini berkaitan erat dengan resiko yang mungkin timbul dikemudian hari seperti
bangkrutnya bank tersebut. Pilihan ini berkaitan dengan image yang diberikan nasabah
terhadap suatu bank dengan criteria-kriteria tertentu yang objektif dan tidak objektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan kesehatan Bank?
2. Siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank?
3. Bagaimana mekanisme penilaian kesehatan bank Syariah dan atau BPRS?
4. Apa saja faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL?
5. Bagaimana teknik penilaian dengan metode CAMEL?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan bank
2. Untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan
bank?
3. Untuk mengetahui mekanisme penilaian kesehatan bank bank Syariah dan atau
BPRS?
4. Untuk mengetahui faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL?
5. Untuk mengetahui penilaian dengan metode CAMEL, serta contohnya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Kesehatan Bank

Triandaru & Budisantoso (2006:51) menyatakan kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan menurut Hasan (2014:177) secara sederhana
dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-
fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga
dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Adapun kegiatannya,
meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat Kemampuan untuk
memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain.
4. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.1

Berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 Pasal 29 sebagaimana telah diubah dengan UU


No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta
aspek lain yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.2

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif

1
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, Hal 51
2
Totok Budisantoso, Hal 52
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi
industri perbankan dan perekonomian nasional.3

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu
mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi
perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank
Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi
pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Penilaian tujuan kesehatan bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut
dalam keadaan sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar
tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati
penyakitnya.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat,
cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam menetapkan
tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai
dengan 100, yakni sebagai berikut :4

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat


81 – 100 Sehat
66 - <81 Cukup Sehat
51 - <66 Kurang Sehat
0 - <51 Tidak Sehat

B. Pentingnya Kesehatan Bank Syariah

3
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
4
Khaerunnisa Said, Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank
Syariah Mandiri (Periode 2001 – 2010), Skripsi, Makassar, 2012, hlm. 36.
Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang penting
dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan
kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar
prima dalam melayani nasabahnya.

Untuk menilai kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan
tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan
dihentikan kegiatan operasinya.5

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau
penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah, karena itulah
yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan tetapi bagi
bank yangterus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan pengarahan atau sanksi
dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank.

Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen, merger,


konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi keberadaannya. Bank akan dilikuidasi apabila
kondisi bank tersebut dalam kondisi yang sangat parah atau benar-benar tidak sehat

C. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dalam Kesehatan Bank

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena kegagalan
perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.

Adapun pihak internal terdiri dari:

1. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi


keuangan untuk tujuan pengendalian (controlling), pengoordinasian (coordinating)
dan perencanaan (planning) suatu perusahaan.
2. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik dapat menilai
berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan.

5
Zia Rizqi Rahman, Analisis Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus
pada PT Bank BRISyariah Tahun 2008 – 2011), Naskah Publikasi Ilmiah, Surakarta, 2013, hlm. 8.
Pihak eksternal terdiri dari:

1. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijakan


penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil
(return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan tersebut.
2. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit yang
telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangka
pendek (likuiditas) dan profitabilitas dari perusahaan.
3. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh lembaga
yang lain seperti Statistik.
4. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka
bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada perusahaan yang
bersangkutan.

Sistem pelaksanaan penilaian kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia


No. 13/1/PBI/2011 menggunakan metode CAMEL yaitu permodalan (capital), kualitas aset
(asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity) dan
sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).

D. Mekanisme dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian

Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan peraturan
Bank Indonesia ini secara triwulanan untuk posisi bulan maret, juni, september, dan
desember. Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan hasil
pemeriksaan laporan berkala yang disampaikan bank, dan/atau informasi lain yang diketahui
secara umum, seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang berwenang.
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar Bank dapat
menyampaikan rencana tindakan yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu. Bank wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan action plan tersebut selambat-lambatnya sepuluh hari
kerja setelah pelaksanaan action plan.
E. Faktor Penilaian Kesehatan Bank Syariah Metode CAMEL

Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan


dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjagafungsi
intermediasi. Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yangtidak
menerima bantuan likuiditas dari pemerintah mengalami penurunan danasimpanan
masyarakat. Menurunnya dana simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha
mempertahankan dana-dana yang mereka miliki untuk menjagalikuiditas bank dengan cara
memberikan tingkat suku bungan yang tinggi.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan


kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau
cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset
quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity
to market risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang
sebelumnya, yaitu CAMEL. CAMEL pertama kalidiperkenalkan di Indonesia sejak
dikeluarkannya Paket Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan PaketKebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988).
CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di
Amerika. CAMELS berkembang diIndonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari
krisis ekonomi dan moneter.

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerjakeuangan


bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan BankIndonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan BankUmum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem PenilaianTingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah.

Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, yang meliputi faktor-faktor :6

1. Permodalan (capital)
2. Kualitas Asset (asset quality)
3. Manajemen (management)
6
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 256.
4. Rentabilitas (earning)
5. Likuiditas (liquidity)
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensivity to market risk)

Kelima fokus penilaian ini sering di sebut dengan singkatan CAMEL


(capital,asset,management,earnings,liquidity).Tingkat kesehatan Bank ditetapkan melalui
hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
bank melalui penilaian kuantitatif terhadap faktor CAMEL tersebut diatas.

Berikut akan dikutip pasal-pasal dari Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004


Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

1. Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen berikut ini

a. Kecukupan modal
b. Komposisi modal
c. Proyeksi (trend kedepan) permodalan
d. Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
e. Kemampuan Bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal
yang berasal dari laba
f. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
g. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodolan Bank yang bersangkutan.

2. Kualitas Asset )Asset Quality)

Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :

a. Kualitas aktiva produktif


b. Konsentrasi eksprosur risiko kredit
c. Perkembangan risiko kredit bermasalah
d. Kecukupan PPAP
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur
f. Sistem kaji ulang (review) internal
g. Sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-komponen


sebagai berikut :

a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko


b. Kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia
dan/atau pihak lain.

4. Rentabilitas ( Earning)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen


berikut ini :

a. Pencapaian return on asset


b. Pencapaian return on equity
c. Pencapaian NIM (net interest margin)
d. Tingkat efisiensi
e. Perkembangan laba internasional
f. Diversifikasi pendapatan
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dari biaya,dan
h. Prospek laba oprasional.

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian komponen-komponen berikut ini :

a. Rasio aktiva/passiva yang likuid


b. Potensi maturity mismatch
c. Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
d. Proyeksi cash flow
e. Konsentrasi pendanaan
f. Stabilitas pendanaan
g. Akses kepada sumber pendanaan
h. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas7

6. Sentivitas Terhadap Resiko Pasar ( Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :

a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

F. Teknik Penilaian Dengan Metode CAMELS

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis
besardidasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision,
penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI
tengahmempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang
memperhitungkansensitivity to market risk atau risiko pasar.

Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun


banktersebut modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva
produktifnya baik) maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat
dipastikan banktersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di
Indonesiasebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush
danmengalami kesulitan likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi
tidaksehat.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua


bank,tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank.
Dengandasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan

7
Sunardi dan Linda Oktaviani, Analisis CAMEL Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus Pada
Subsektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI Periode 2011-2015), Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen, ISSN 2356-
2005
dibedakanantara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank
umum danBPR ditetapkan sebagai berikut

No Faktor CAMEL Bank Umum BPR


1 Permodalan 25% 30%
2 Kualitas aktiva produktif 30% 30%
3 Kualitas manajemen 25% 20%
4 Rentabilitas 10% 10%
5 Likuiditas 10% 10%

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukansama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yangdimaksud dengan
penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan
dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadapkondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilaifaktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas danlikuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan denganmelakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dankomponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruhterhadap kesahatan suatu
bank. Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaanketentuan-ketentuan yang
lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

CONTOH LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Peniliaiam kinerja keuangan Bank Indonesia selaku bank sentral, sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 38. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382). Untuk melihat tingkat
kesehatan bank baik Bank Syariah Mandiri ataupun Bank Mandiri yang menunjukkan kinerja
tampak pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Performance Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010 – 2014

Tahun Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri


Total Total Total Laba Total Total Total Laba
aset liabilities DPK Bersih aset Liabilities DPK Bersih
2010 32.482 5.010 28.998 419 449.774 407.704 362.212 9.369
2011 48.672 7.041 42.618 551 551.891 489.237 422.250 12.695
2012 54.229 9.169 47.409 806 635.618 559.86 502.914 16.043
2013 63.965 11.030 56.461 651 733.099 644.309 556.341 20.504
2014 66.942 8.330 59.821 72 855.039 750.155 636.382 24.061
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri, 2016

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode CAMEL,
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 38. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382).

1) Capital (Permodalan

Rasio CAR adalah kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

2) Kualitas Aset (Asset Quality)

NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.8

3) Manajemen (Management)

8
Riandi Chandra Dkk, Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Syariah dan PT Bank Mandiri Tbk
Dengan Menggunakan Metode CAMEL, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 02 Tahun 2016
Net Profit Margin dihitung dengan membagi Net Income atau laba bersih dengan
Operating Income atau laba usaha.

4) Profitabilitas (Earning)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Berikut rumus untuk menghitung ROA
menurut Dendawijaya (2009).

BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya
operasional bank.
5) . Likuiditas (Liquidity)

LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.

Hasil Peniliaian

Tabel 2.

Kesimpulan Hasil Analisis CAMEL (PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mandiri
Tbk)

CAMEL Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri


Capital (CAR) Sehat Sehat
Asset (NPL) Sehat Sehat
Management (NPM) Sehat Sehat
Earning (ROA) Sehat Sehat
Earning (BOPO) Sehat Sehat
Liquidity (LDR) Sehat Sehat
Sumber: Pengolahan data, 2016

Tabel 2 menunjukan bahwa kinerja keuangan kedua perusahaan yaitu Bank Syariah Mandiri
dan Bank Mandiri ada pada kategori Sehat.

Rasio Kecukupan Modal (CAR) BSM pada level 14.76% pada tahun 2014, meningkat
dibandingkan CAR pada tahun 2013 sebesar 14,10%. Peningkatan ini disebabkan adanya
penambahan modal inti sebesar Rp330,61 miliar. Sedangkan rasio kecukupan modal
minimum sesuai standar dari regulator adalah sebesar minimal 8%. Hal ini bermakna bahwa
BSM masih memiliki kecukupan modal dalam menjalankan bisnis perbankan. Rasio
kecukupan modal (CAR) Bank Mandiri (Bank saja) tahun 2014 sebesar 16,60% meningkat
dari tahun 2013 sebesar 14,93%. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan nasional tahun
2014 sebesar 19,8% meningkat dari tahun 2013 sebesar 18,1%. Kinerja rasio Imbal Hasil
Ratarata Ekuitas (ROE) BSM tahun 2014 sebesar 1,49%, turun signifikan terhadap ROE
tahun 2013 sebesar 15,34%. Sedangkan Rasio Imbal Hasil Rata-rata Aset (ROA) sebesar
0,17%, menurun terhadap ROA tahun 2013 sebesar 1,53%. Penurunan tersebut terutama
disebabkan pencapaian laba bersih yang turun signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tahun 2014
mencapai 98,49%, meningkat dibandingkan rasio BO/PO tahun 2013 sebesar 86,46%.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh BSM masih melakukan ekspansi jaringan dan
penambahan pegawai di tahun 2014.

Rasio Pengembalian terhadap Aset (ROA) Bank Mandiri (Bank saja) tahun 2014
sebesar 3,57% meningkat dari tahun 2013 sebesar 3,66%. Rasio Pengembalian terhadap Aset
(ROA) perbankan nasional tahun 2014 sebesar 2,9% menurun dari tahun 2013 sebesar 3,1%.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Mandiri (Bank
saja) tahun 2014 sebesar 64,98% meningkat dari tahun 2013 sebesar 62,41%. Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan nasional tahun 2014
sebesar 76,2% meningkat dari tahun 2013 sebesar 74,1%. Rasio Pembiayaan terhadap
Pendanaan (FDR) merupakan rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga terhadap
pendanaan dalam Rupiah dan mata uang asing. FDR Bank per 31 Desember 2014 dan 2013
masing-masing sebesar 82,13% dan 89,37%. Berdasarkan Rasio FDR tersebut, masih dalam
batasan yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan peraturan GWM LDR.
Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana Nasabah (LDR) Bank Mandiri (Bank saja) tahun
2014 sebesar 82,02% turun dari tahun 2013 sebesar 82,97%. Rasio Kredit yang Diberikan
terhadap Dana Nasabah (LDR) perbankan nasional tahun 2014 sebesar 88,65% menurun dari
tahun 2013 yang sebesar 89,7%.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Triandaru & Budisantoso (2006:51) menyatakan kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku. Adapun kegiatannya, meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat Kemampuan untuk
memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain.
4. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 Pasal 29 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek
lain yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso,Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004


Said, Khaerunissa. 2012. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
Camel Pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001 – 2010)”. Skripsi. Makassar:
Universitas Hassanudin Makassar.

Rahman, Zia Rizqi. 2013. “Analisis Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode
CAMEL”. Naskah Publikasi Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kasmir. 2012. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Oktaviani, Linda dan Sunardi. “Analisis CAMEL Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank
(Studi Kasus Pada Subsektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI Periode 2011-2015)” Jurnal
Ilmiah Ilmu Manajemen, ISSN 2356-2005
Chandra, Riandi Dkk. 2016. “Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Syariah dan PT
Bank Mandiri Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 16 No. 02 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai