Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat rumusan masalah,
yaitu :
1. Apa saja lingkup aspek hukum perbankan di Indonesia ?
2. Apa saja sumber hukum dalam perbankan di Indonesia ?
3. Bagaimana konsep lembaga perbankan di Indonesia ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lingkup aspek hukum perbankan di Indoesia.
2. Untuk mengetahui sumber hukum perbankan di Indoesia.
3. Untuk mengetahui konsep lembaga perbankan di Indoesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.
10.
2
a. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektivan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan,
hubungan, hak dan kewajiban bank;
b. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan,
maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukumpengelola, seperti PT
Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan terbatas. Mengenai bentuk
kepemilikan, seperti pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank asing.
c. Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur
perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti pencegahan
persaingan yang tidak sehat, anti-trust, perlindungan nasabah, dan lain-lain.
d. Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang berhubungan dengan bidang
perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral, dan lain-lain.
3
diketahui asal-usul hukum, sedangkan sumber hukum formil adalah tempat ditemukannya
ketentuan hukum dan perundang-undangan baik tertulis maupun tidak tertulis3.
Sebagaimana diketahui bahwa didalam Ilmu Hukum dikenal beberapa sumber hukum
sebagai berikut 4:
1. Undang-Undang (dalam arti formil dan materiel)
2. Kebiasaan (Hukum tidak tertulis)
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
Adapun sumber hukum perbankan di Indonesia diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan sebagai berikut5.
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun1992 tentang Perbankan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992 yang diubah dengan Undang-
UndangNomor 10 Tahun 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182
Tahun 2008 selanjutnya disebut UUP.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kemudian di ubah
dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, yang selanjutnya
mengalami perubahan kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia menjadi Undang-Undang yakni menjadi UndangUndang Nomor 6 Tahun
2009.
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, yang
kemudian mengalami perubahan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 24
Tahun 2004 yang kemudian di sahkan menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2009.
4. Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank.
6. Peraturan Bank Indonesia Nomor B/26PBI/2006 tanggal 8 November 2006 tentang
Bank Perkreditan Rakyat.
3
Rachmadi Usaman, Aspek Aspek Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001),
hlm. 4.
4
H. Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2015), hlm. 21.
5
Ibid.
4
7. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009 tentang
Bank Umum.
Sifat hukum perbankan kita bersifat hukum imperatif atau hukum memaksa
artinya bank dalam menjalankan usahanya harus tunduk dan patuh terhadap rambu –
rambu yang telah diterapkan dalam undang-undang, apabila rambu perbankan dilarang,
Bank Indonesia berwenang menindak bank yang bersangkutan dengan menjatuhkan
sanksi administrasi seperti mencabut izin usahanya. Walaupun demikian dalam rangka
pengawasan internal, bank diperkenankan membuat aturan internal (self regulation)
dengan berpedoman kepada kebijakan umum Bank Indonesia.Ketentuan internal ini
dimaksudkan sebagai standar yang jelas dan tegas dalam pengawasan internal bank,
sehingga diharapkan dapat melaksanakan kebijakannya sendiri dengan baik dan penuh
tanggung jawab.
5
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mecakup tentang kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lembaga perbankan semakin mendapat kepercayaan masyarakat Indonesia hal ini
terbukti dengan semakin tumbuh dan berkembangannya bank mulai dari jenis hingga
bermacam-macam kegiatan operasional perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat.
Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco dalam
bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan
fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda bemarga, seperti peti emas. peti uang dan
sebagainya. Bank merupakan sektor perekonomian yang sangat penting disetiap Negara.
Secara umum tentulah dalam suatu negara terdapat berjenis-jenis bank yang selalu
melayani kepentingan nasabahnya.
Terhadap jenis-jenis bank tersebut, dan dilihat dari fungsinya serta kinerjanya,
dapatlah di berikan pembagiannya dari masing-masing bank tersebut. Pembagian jenis
bank ini sangat penting karena terdapatnya perbedaan jenis kegiatan yang boleh
dilakukan oleh bank-bank yang berbeda tersebut. Dalam hal ini kegiatan ini dapatlah
disebutkan pembagiannya berdasarkan jenis karena telah diatur oleh Bank Indonesia
tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank-bank tersebut.
1. Dilihat Dari Bidang Usahanya
Kegiatan usaha bank tidak sama antara bank yang satu dengan bank yang lainnya.
Dengan Undang-Undang yang telah diubah, kembali kelembagaan bank ditata dalam
struktur yang lebih sederhana, menjadi dua jenis bank saja, yaitu : Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat. Pembedaan bank menurut jenisnya ini ditegaskan dalam
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Perbankan.
a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Sifat jasa yang diberikan adalah
umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum
sering disebut Bank Komersil. Dengan sendirinya Bank Umum adalah bank
pencipta uang giral. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentu. Dalam Pasal 6 Undang-Undang Perbankan disebutkan Usaha Bank
Umum meliputi :
6
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, 25 tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu ;
b) Memberikan kredit;
c) Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya : 1). Suratsurat wesel termasuk
wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama
daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 2). Surat-
surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3). Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; 4).
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 5). Obligasi; 6). Surat dagang berjangka
waktu sampai dengan 1 tahun; 7). Instrumen surat berharga lain yang
berjangka waktu sampai dengan 1 tahun;
e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f) Memindahkan dana pada, menjamin dana dari, atau meminjamkan dana
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjul, cek atau sarana lainnya;
g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga;
h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat dibursa efek;
k) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
l) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
7
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan UU ini dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
8
Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan
Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara
Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.”
9
5. Dari Segi Penciptaan Uang Giral
Dari segi Penciptaan Uang Giral, dikenal 2 jenis bank, antara lain:
a. Bank Primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral, yang dapat
bertindak sebagai bank primer adalah bank umum.
b. Bank Sekunder, yaitu bank-bank yang tidak dapat menciptakan uang melalui
simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai
perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada
bank sekunder adalah bank tabungan dan bank pembangunan.
Bank disini bertindak sebagai penghubung antara pengguna jasa bank dan
sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga keuangan yang
menunjang sistem pembayaran. Dengan demikian diperlukan penyempurnaan
terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup gaya penyehatan
bank secara individual, melainkan juga penyehatan perbankan secara menyeluruh.
Upaya penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, bank-bank itu sendiri, dan masyarakat pengguna jasa bank.
9
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia: Simpanan, Jasa dan
Kredit, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 7.
10
perekonomian nasional mengingat perannya dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional tidak berlebihan apabila perbankan ditempatkan begitu
strategis, sehingga tidak berlebihan apabila terhadap lembaga perbankan tersebut
pemerintah mengadakan pembinaan dan pengawasan yang ketat. Semua itu didasari
oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi
secara efisien, sehat, wajar serta mampu melindungi, baik terhadap dana yang
dititipkan masyarakat kepadanya serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut
ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perbankan merupakan regulasi-regulasi atau kumpulan peraturanperaturan
yang mengatur mengenai aktivitas lembaga perbankan yang mencakup segala aspek
dalam kegiatan lembaga perbankan tersebut. Hukum perbankan merupakan sistem yang
membentuk suatu kesatuan yang di mana sifatnya sangat kompleks, bagian-bagian yang
berhubungan satu sama lain dan bagian-bagian tersebut bekerja sama untuk mencapai
tujuan pokok dari kesatuannya.
Perbankan sebagai sektor yang sangat vital serta memiliki peran yang sangat
penting dalam roda perekonomian nasional, lancarnya aliran uang sangat diperlukan
untuk mendukung kegiatan perekonomian tersebut.Sumber hukum perbankan dapat
dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti materil.
Merujuk pada definisi hukum perbankan, maka ruang lingkup hukum perbankan
mencakup lima aspek yaitu :
1. Asas – asas dan kaidah – kaidah hukum perbankan;
2. Tata Kelola perbankan sebagai sebuah Lembaga keuangan;
3. Hubungan hukum antara bank dan nasabah perorangan dan korporasi;
4. Hubungan hukum antara bank dengan Lembaga terkait lainnya. Contoh :
Pemerintah, BI, OJK, Bank lain, dan, Lembaga keuangan lainnya;
5. Pengawasan perbankan dan sanksi yang dijatahkan atas pelanggaran aturan –
aturan perbankan.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penulisan di atas penulis berharap makalah ini dapat
dijadikan bahan referensi untuk memperkaya kajian yang digunakan sebagai tambahan
pengetahuan dalam menyelesaikan tugas maupun penulisan yang akan datanng.
12
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, H. Zainal . 2015. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. (Jakarta, Rajawali Pers).
Widiyono, Try. 2006. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia:
Simpanan, Jasa dan Kredit. (Bogor : Ghalia Indonesia).
13