Anda di halaman 1dari 31

HUKUM PERBANKAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “ Hukum Bisnis dan


Regulasi”

Dosen Pengampu : Mar’atus Solikah, M.Ak.

DISUSUN OLEH :
1. Lorentsia Bili Nawasakti (2112020020)
2. Regina Okti Kusumawardhani (2112020086)
3. Rivan Dea Nova Putra (2112020091)
4. Syagita Ayu Dewanti (2112020100)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “ HUKUM PERBANKAN” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Mar’atus Solikah,
M.Ak .Pada mata kuliah Hukum Bisnis dan Regulasi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Mar’atus Solikah, M.Ak, selaku dosen pengampu Mata kuliah Hukum Bisnis
dan Regulasi yang telah memberikan tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini, dan semua pihak yang telah
membagi sebagaian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini kami tulis jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan,
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Kediri, 28 Maret 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Perumusan Makalah................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
A. Definisi Bank ...................................................................................................... 3
B. Hukum Perbankan ............................................................................................... 6
C. Asas-Asas Hukum Perbankan .............................................................................. 8
D. Fungsi dan Tujuan Perbankan ............................................................................ 10
E. Jasa-Jasa Perbankan........................................................................................... 11
F. Izin Pendirian dan Badan Hukum Bank ............................................................. 13
a) Izin Pendirian Bank ....................................................................................... 13
b) Persyaratan Pendirian Bank ........................................................................... 15
c) Bentuk Hukum Bank ..................................................................................... 17
G. Pembinaan dan Pengawasan Bank ..................................................................... 17
H. Rahasia Bank..................................................................................................... 22
1. Pengertian Rahasia Bank ............................................................................... 22
2. Teori Rahasia Bank........................................................................................ 22
3. Unsur-Unsur Rahasia Bank ............................................................................ 22
4. Pengecualian Rahasia Bank ........................................................................... 23
I. Sanksi Administratif .......................................................................................... 25
BAB III......................................................................................................................... 26
PENUTUP .................................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan khususnya


dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah
hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank. Bank adalah salah satu lembaga pembiayaan yang menghimpun
dana masyarakat dan menyalurkan kembali pada masyarakat. Sesuai
dengan Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan) menyatakan bahwa: Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau dalam bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak.

Sistem perbankan mengalami perubahan yang cukup prinsipil


terutama setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan, karena Undang-Undang perbankan yang lama
memang sudah sangat tidak memadai lagi menampung permasalahan dan
kompleksitas yang timbul dari industri perbankan sejalan dengan pesatnya
perkembangan sector perekonomian khususnya perbankan, yang
mengikuti tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa perbankan.
Disamping itu, dari sisi pelaksanaan kebijakan moneter dan perbankan,
agar dapat lebih efektif maka undang- undang perbankan dituntut untuk
selalu akomodatif. Pada saat ini lembaga perbankan sangat berperan
penting dalam pembangunan ekonomi dan mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya
menjadi semakin lengkap dengan adanya system perbankan Islam atau
perbankan syariah. Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam
adalah didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975
yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Berdirinya IDB ini kemudian
memicu berdirinya bank-bank Islam di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia.

Hukum perbankan merupakan regulasi-regulasi atau kumpulan


peraturanperaturan yang mengatur mengenai aktivitas lembaga perbankan
yang mencakup segala aspek dalam kegiatan lembaga perbankan tersebut.
perbankan merupakan sistem yang membentuk suatu kesatuan yang di
mana sifatnya sangat kompleks, bagian-bagian yang berhubungan satu
sama lain dan bagian-bagian tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan
pokok dari kesatuannya. Perbankan sebagai sektor yang sangat vital serta
memiliki peran yang sangat penting dalam roda perekonomian nasional,
lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan

1
perekonomian tersebut. dikenal dengan istilah Banking Law, Hukum-
Hukum perbankan Indonesia mengatur masalah-masalah perbankan yang
berlaku saat ini di Indonesia. Hukum yang mengatur masalah perbankan
biasa yaitu seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, yurisprudensi, doktrin dan sumber hukum lainnya yang
mengatur mengenai persoalan perbankan sebagai lembaga, dan aspek
kegiatan lembaga tersebut sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipatuhi
oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban tugas dan
tanggung jawab, para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-
lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,


makarumusanmasalah yang akan diteliti yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Perbankan ?.
2. Bagaimana hukum perbankan ?.
3. Apa asas-asas hukum perbankan ?.
4. Apa fungsi dan tujuan perbankan ?.
5. Apa saja jasa-jasa perbankan ?.
6. Bagaimana izin pendirian dan badan hukum bank ?.
7. Bagaimana pembinaan dan pengawasan bank ?.
8. Apa saja rahasia bank ?.
9. Sanksi administratif apa yang diberikan jika bank melanggar aturan
dan tidak melaksanakan kewajibannya ?.

C. Tujuan Perumusan Makalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan


makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum bisnis dan regulasi
2. Untuk mengetahui definisi dari perbankan
3. Untuk mengetahui hukum perbankan
4. Untuk mengetahui asas-asas hukum perbankan
5. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan perbankan
6. Untuk mengetahui jasa-jasa perbankan
7. Untuk mengetahui bagaimana izin pendirian dan badan hukum
bank
8. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan dan pengawasan bank
9. Untuk mengetahui rahasia-rahasia bank
10. Untuk mengetahui sanksi administratif jika bank tidak
melaksanakan kewajiban dan melanggar aturan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bank

Dalam sejarahnya Johannes Ibrahim (2004) menerangkan di


Indonesia mulai berkembang pada saat kehadiran Indische Compagnie)
yang mempengaruhi bahwa Perbankan VOC ( Vereenigde Oostberdirinya
lembaga keuangan seperti pembiayaan dan perbankan. Sebagai bank
pertama, dapat dicatat kehadiran Nederlandsche Handel Maatschappij di
tahun 1824. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda mendirikan De
Javasche Bank pada tanggal 10 Oktober 1828, dimana kehadirannya
memberikan nuansa baru, karena beberapa tugas di bidang moneter yang
selama ini ditangani oleh pemerintah, misalnya mengeluarkan dan
mengedarkan uang kertas, menyimpan dan menguasai dana devisa,
obligasi negara, dilimpahkan kepada bank tersebut. Seiring berjalannya
waktu dengan meningkatnya perdagangan dengan negara-negara Eropa
dan Amerika, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda memberikan
peluang bank-bank devisa asing untuk mendirikan kantor cabangnya di
Indonesia, yaitu The Chartered Bank of India, The Overseas Chinese
Banking Corporation, The Bank of China dengan politik pintu terbuka.
Setelah keluarnya penjajahan Belanda di Indonesia dan masuknya
kependudukan Jepang pada tahun 1942-1945, dunia perbankan di
Indonesia mengalami masa yang suram, dimana pemerintah Jepang
memaksa bank agar menyediakan biaya untuk keperluan perang. Usaha ini
dilakukan dengan menutup bankbank yang ada dengan likuidatornya
dengan Nanpo Kaihatsu Kinko, sebuah bank sirkulasi yang berkantor
pusat di Tokyo. hanya terdapat satu bank yang diperkenankan, yaitu
Aigemene Volkscrediet Bank (AVB) dan diganti namanya menjadi
Syomin Gink. Di Awal kemerdekaan Republik Indonesia, terdapat
gagasan untuk mendirikan suatu Bank Sirkulasi dalam Sidang Dewan
Menteri pada tanggal 19 September 1945. Usaha merealisasikannya
dilakukan dengan mendirikan Pusat Bank IndonesiaDalam praktiknya
lembaga keuangan dapat dibagi menjadi :
Bank
Non-Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka memanajemen
meningkatkan taraf hidup rakyat nanyak. Sehingga secara umum tahapan
dalam.melakukan manajemen meliputi proses perencanaan,
pengorganisasian atau pelaksanaan pengawasan. Dalam penelitian ini
manajemen didefinisikan sebagai proses yang dilakukan oleh suatu
organisasi (pemerintah desa dan masyarakat) dalam melaksanakan tugas-
tugas yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini manajemen

3
meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan akuntabilitas.

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah


pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan eropa. Kemudian usaha
perbankan ini berkembang ke asia barat oleh para pedagang.
Perkembangan perbankan di asia, afrika dan amerika dibawa oleh bangsa
eropa pada saat melakukan penjajahan kenegara jajahannya baik di asia,
afrika maupun benua afrika. Usaha perbankan itu sendiri baru di mulai
dari zaman Babylonia kira kira tahun 2000 SM. Kemudian di lanjutkan ke
zaman Yunani Kuno dan Romawi. Namun pada saat itu tugas utama bank
hanyalah sebagai tempat tukar menukar uang. Seiring dengan
perkembangan perdagangan semula hanya di daratan eropa akhirnya
menyebar ke asia barat, dan akhirnya ke seluruh penjuru dunia.

Aktivitas pokok Bank sebagai Financial Intermediary :


Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.
Berbagai aktivitas untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Berbagai aktivitas untuk menyalurkan dana ke berbagai pihak yang
membutuhkan.

Disamping itu perbankan juga melakukan kegiatan jasa lainnya. Jasa


perbankan lainnya antara lain meliputi:
Jasa Pemindahan Uang (Transfer)
Jasa Penagihan (Inkaso), Pemberian kuasa pada Bank oleh perusahaan
atau perorangan untuk menagihkan, meminta persetujuan pembayaran
atau menyerahkan kepada pihak yang bersangkutan ditempat lain
(dalam atau luar negeri) atau surat-surat berharga dalam Rupiah,
Valuta Asing seperti wesel, cek, kwitansi, surat aksep dan lain-lain
Jasa Kliring (Clearing)
Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas)
Jasa Safe Deposit Box
Travellers Cheque
Bank Card
Letter Of Kredit
Bank Garansi Dan Refrensi Bank
Serta Jasa Bank Lainnya

Sumber-sumber Dana Bank


a. Dana dari Modal Sendiri (Dana Pihak ke-I)
Modal yang disetor
Cadangan-cadangan
Laba yang ditahan

b. Dana Pinjaman dari Pihak Luar (Dana Pihak Ke-II)

4
Pinjaman dari Bank-bank Lain
Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan lain di luar negeri
Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank 4) Pinjaman dari
Bank Sentral (BI)

c. Dana Dari Masyarakat (dana dari Pihak ke-III)


Giro (Demand Deposits)
Simpanan Giro (Demand Deposit) Giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindah bukuan Simpanan adalah dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu.
Deposito (Time Deposits)
Yang dimaksud dengan deposit adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank
Tabungan (Saving)

Secara Umum, Bank dapat dibagi menjadi :


1) Bank Sentral adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas
menetapkan dan melaksanakan kebiujakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran system devisa serta mengatur dan mengawasi
bank.
2) Bank Umum, merupakan bank yang bertugas melayani segenap
lapisan masyarakat.
3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank khusus melayani
masyarakat kecil di kecamatan
4) Bank Syariah, merupakan bank yang melayani masyarakat dengan
tidak menggunakan sistem perbankan pada umumnya, namun dengan
menggunakan sistem syariah (khususnya menurut syariah agama
Islam)

Dilihat dari bidang usahanya, menurut jenisnya, bank dibagi menjadi dua,
ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UU No.10/1998, yaitu:
1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1
angka 3 UU NO.10/1998)
2. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. (Pasal 1 angka 4 UU No.10/1998).

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat akte pendirian dan

5
pengusahaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Berdasarkan
pembagian ini, bank dapat dibagi menjadi:
1. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan
berdasarkan undang – undang
2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan
menjalankan usahanya setelah mendapatkan izin dari pimpinan Bank
Indonesia
3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersamaan oleh satu
atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan
oleh Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukum Indonesia yang
dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau
lebih bank yang berkedudukan di luar negeri
4. Bank Milik Pemerintah Daerah, yaitu Bank Pembangunan Daerah.

Dilihat dari Status dan Kedudukannya, Status dan Kedudukan bank diukur
dari kemampuannya dalam melayani masyarakat yang terdiri dari jumlah
produk yang ditawarkan, modal, serta kualitas pelayanannya, yaitu:
1. Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing, msalnya
transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of credit, dan transaksi lainnya.
2. Bank Non Devisa, yaitu bank yang belum memiliki ijin untuk
melaksanakan transaksi ke luar negeri seperti yang dilakukan Bank
Devisa. Sehingga transaksi yang dilakukan oleh bank ini meliputi
transaksi dalam negeri.

Dilihat Dari Aspek Cara Menentukan Harga, baik harga beli maupun
harga jual dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Bank Konvensional, yaitu bank yang melaksanakan prinsip
konvensional yang menggunakan dua metode, yaitu:
Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan, deposito berjangka, maupun produk
pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan tingkat bunga
tertentu
Untuk jasa – jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau prosentase
tertentu. Sistem penetapan biaya ini disebut fee based.
2) Bank Syariah (bank bagi hasil), yaitu bank yang beroperasi dengan
prinsip – prinsip syariah islam.

B. Hukum Perbankan

Muhammad Jumhana dalam bukunya Hukum Perbankan di


Indonesia mendefinisikan Hukum Perbankan sebagai : “Sekumpulan
peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang
meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya, serta
hubungannya dengan bidang kehidupan lain” Dari rumusan tersebut

6
terdapat pengaturan dibidang perbankan mengenai :
a) Dasar-dasar perbankan, yaitu menyangkut asas-asas kegiatan
perbankan, seperti norma, efisiensi, kefektifan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga
perbankan, serta hubungan hak dan kewajibannya.
b) Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan, misalnya,
kaidahkaidah mengenai pengelolanya, seperti dewan komisaris,
direksi, karyawan, ataupun pihak yang terafiliasi, juga, mengenai
bentuk badan hukum pengelolanya serta mengenai kepemilikannya.
Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia telah diatur dalam
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang
menyatakan bahwa, “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
hatian”. Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Prinsip kehati-hatian yang
diamanatkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan tidak ada penjelasan secara resmi mengenai apa yang
dimaksud dengan prinsip kehati-hatian, tetapi dapat dilihat melalui
pelaksanaan kegiatan perbankan antara bank dan para pihak yang
terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan
menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan
wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesiona
sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat.
c) Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus memerhatikan
kepentingan umum, seperti kaidah-kaidah yang mencegah persaingan
yang tidak wajar, antitrust(antipakat), perlindungan terhadap
konsumen (nasabah), dan lain-lain.
d) Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi yang mendukung
kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti dewan moneter
dan bank sentral.
e) Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yang
berupa dasardasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya melalui penetapan sanksi, insentif, dan sebagainya.
f) Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah
hukum tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri.

Makna demokrasi Indonesia dalam ceramahnya di Gedung


Kebangkitan Nasional tanggal 16 mei 1981, ahli ekonomi Universitas
Gajah Mada Mubiyarto merumuskan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia
sebagai demokrasi ekonomi Pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
pertama, dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah sokoguru
perekonomian; kedua, Perekonomian Pancasila digerakan oleh
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan yang paling penting ialah
moral; ketiga, Perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas nasional;

7
keempat, perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,
yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi. Adapun
sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya kosmopolitanisme, sehingga
dalam mengejar keuntungan tidak mengenal batas-batas negara; kelima,
system perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbangan
antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi si
dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.

Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3


UndangUndang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat” dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara
pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan
pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of fund).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak
semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal
yang nonekonomis seperti masalah yang menyangkut stabilitas nasional
yang mencakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. Secara
lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang berbunyi : “Perbankan
Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.

C. Asas-Asas Hukum Perbankan

Asas Perbankan Asas hukum diperlukan sebagai landasan dari


kegiatan operasional lembaga perbankan. Asas – asas yang dikenal dalam
perbankan Indonesia yaitu: asas Demookrasi Ekonomi, Asas Kehati –
hatian (Prudential Principle), Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle),
Asas Kerahasiaan (Confidential Principle), dan Asas Mengenal nasabah
(Know Your Customer Principle).
a. Asas Demokrasi Ekonomi Salah satu Asas Perbankan yang diatur di
Indonesia ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 2 UU No.10/1998,
yang mengemukakan bahwa: “Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati – hatian” 16 Asas demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah
demokrasi ekonomi yang berdasarkan Undang – undang dasar 1945.
Hal ini terdapat dalam penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2
Undang – undang No.10/1998.
b. Asas Kehati – hatian (Prudential Principle) Ketentuan Pasal 2 UU
No.10/1998 juga mengatur bahwa asas demokrasi ekonomi
sebagaimana diuraikan sebelumnya dilakukan dengan menggunakan
prinsip kehati – hatian. Adapun mengenai prinsip kehati – hatian
tersebut tidak ada penjelasan secara resmi, tetapi kita dapat
mengemukakan bahwa bank dan orang – orang yang terlibat di

8
dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan
kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing
– masing secara cermat, teliti, dan profesional, sehingga memperoleh
kepercayaan masyarakat. Asas kehati – hatian menurut Zulfi Diane
Zaini Hermansyah, “Hukum Perbankan nasional Indonesia”, Kencana,
Jakarta, 2006, hal.19 17 Asas kehati – hatian (Prudential Principle)
adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan
fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati –
hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan
padanya.11 Tujuan dilakukannya prinsip kehati – hatian ini adalah
agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan
baik dan memenuhi seluruh ketentuan dan norma hukum yang berlaku
di dunia perbankan secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik.
Prinsip kehati – hatian ini tercermin dalam pasal 2 dan pasal 29 ayat
(2) Undang – undang Perbankan.
c. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle) Asas kepercayaan (Fiduciary
Principle) adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan
nasabah bank. Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan
bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank
dan nasabah. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang
disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu
terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan
masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata –
mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat
diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan
yang diperjanjikan dan disertai engan imbalan. Asas kepercayaan
(Fiduciary Principle) ini tercermin dalam pasal 29 ayat (4) UU
No.10/1998, yaitu: “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib
menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank”
d. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle) Asas Kerahasiaan
(Confidential Principle) adalah asas yang mengharuskan atau
mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan dan lain – lain dari nasabah bank menurut kelaziman
dunia perbankan (Wajib) dirahasiakan kerahasiaan tersebut adalah :
untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan
masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Asas kerahasiaan
(onfidential Principle) tercermin dalam Pasal 1 angka 28 dan Pasal 40
sampai dengan pasal 44A UU No.10/1998. Menurut Pasal 40 UU
No.10/1998, bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketenuan tersebut
kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban
merahasiakan itu dikecualikan dalam hal – hal untuk kepentingan
pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang
Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana,

9
dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka
tukar menukar informasi antar bank yang kesemuanya itu atas
permintaan, persetujuan/kuasa dari nasabah penyimpan/ahli warisnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, 41A, 42, 43, 44, dan 44 A UU
No.10/1998.
e. Asas Mengenal nasabah (Know Your Customer Principle) Asas
mengenal nasabah (Know Your Customer Principle) adalah asas yang
diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui nasabah,
memanytau kegiatan transaksi termasuk melaporkan setiap transaksi
yang mencurigakan. Asas ini tercermin dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip mengenal
Nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip
mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan
denagan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga
keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan
dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan
nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi Lembaga keuangan.

D. Fungsi dan Tujuan Perbankan

Fungsi Perbankan dapat dilihat dalam ketentuan pasal 3 UU


No.10/1998, bahwa: “Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat” Ketentuan di atas menunjukkan fungsi
pertama perbankan yaitu sebagai “Financial Intermediary” yaitu perantara
pihak – pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan
pihak – pihak yang kekurangan dana (lock of funds) serta memberikan
jasa – jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Fungsi utama ini akan
terasa dengan memperhatikan ilustrasi sebagai berikut: dalam masyarakat
pihak – pihak yang kelebihan dan tidak dapat mengelolanya, demi
mengamankan dana tersebut oleh bank akan disalurkan kepada pihak yang
kekurangan dana. Katakanlah pihak yang kekurangan dana adalah sebuah
perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, dengan demikian dana
yang disalurkan tersebut akan lebih meningkat kegunaannya yaitu kegiatan
produksi perusahaan tersebut dapat terus berjalan sehingga
menyelamatkan pula nasib para pegawai dengan memberikan gaji yang
normal.
Tujuan Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis
dan tidak semata – mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi
kepada hal – hal yang 20 non-ekonomis seperti masalah menyangkut
stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan
stabilitas sosial. Mengenai tujuan perbankan secara lengkap diatur dalam
ketentuan pasal 4 UU No.10/1998, yang mengemukakan bahwa:
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”
Seluruh pengaturan operasional perbankan dan hal – hal lain yang terkait
dengan itu, seperti asas dan fungsi perbankan, pada dasarnya dimaksudkan

10
untuk mencapai tujuan perbankan sebagaimana yang dimaksud dalam
ketentuan di atas.
Fungsi pengaturan perbankan secara umum terbagi atas :
Fungsi untuk tujuan moneter, ditujukan untuk mendorong stabilitas
moneter di Indonesia. Oleh karena masih dominannya perbankan di
Indonesia sebagai salah satu sumber pembiayaan investasi.
Fungsi untuk tujuan pengawasan terhadap kegiatan usaha perbankan.
Pengaturan ini ditujukan dalam rangka menjaga keamanan dan
kesehatan bank maupun kesehatan sistem keuangan secara
keseluruhan, sehingga diharapkan agar bank melaksanakan praktik –
praktik perbankan yang sehat serta menjaga persaingan yang sehat
diantara pelaku perbankan.
Fungsi untuk tujuan pencapaian program pembangunan indonesia.
Dengan memeperhatikan prinsip kehati – hatian, diharapkan lembaga
perbankan indonesia dalam melakukan usahanya dapat melindungi
kepentingan masyarakat penyimpan dana khususnya, serta menunjang
kegiatan ekonomi pada umumnya, terutama dalam lingkup dunia usaha
dapat menunjang perkembangan sektor riil yang lebih baik dan dapat
berperan dalam mengembangkan perekonomian nasional. Lembaga
perbankan dituntut mampu menciptakan stabilitas nasional dalam arti
yang seluas – luasnya.

E. Jasa-Jasa Perbankan

Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai usaha pokok


menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Selain usaha pokok tersebut, bank juga
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pokok
bahasan yang berkaitan dengan jasa yang diberikan bank dalam rangka
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang antara lain mencakup
pengiriman uang, inkaso, kliring, bank garansi, kotak pengamanan
simpanan, kartu kredit, kustodian, dan letter of credit dalam transaksi
perdagangan internasional dan dalam negeri.
a) Pengiriman Uang sebagai Salah satu jasa Perbankan, Pengiriman Uang
atau Transfer dikenal dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2011
Tentang Transfer Dana adalah salah satu pelayanan bank kepada
masyarakat dengan bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk
mengirimkan sejumlah uang, baik dalam rupiah maupun dalam valuta
asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga, atau
perorangan) di tempat lain baik di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan pengiriman uang atau Transfer adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh bank untuk mengirim sejumlah uang yang ditujukan
kepada pihak dan di tempat yang tertentu. Pengiriman uang tersebut
dilakukan atas permintaan nasabah atau keperluan dari bank yang
bersangkutan. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun

11
2011 Tentang Transfer Dana (Selajutnya disebut UU Transfer Dana)
menyatakan : “Transfer Dana adalah rangkaian kegiatan yang dimulai
dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan
sejumlah Dana kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah
Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima.”
b) Inkaso sebagai Salah satu jasa Perbankan. Inkaso adalah pemberian
kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk menagihkan,
atau memintakan persetujuan pembayaran (Akseptasi) atau
menyerahkan begitu saja kepada pihak yang bersangkutan (tertarik) di
tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat-surat berharga. Inkaso
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Inkaso berdokumen,
yaitu apabila surat-surat berharga yang diinkasokan itu disertai dengan
dokumen-dokumen lain yang mewakili barang dagangan, seperti
konosemen (Bill of Loading), faktur, polis asuransi, dan lain-lain. 2)
Inkaso tak berdokumen, yaitu apabila surat-surat berharga yang
diinkasokan itu tidak disertai dokumen-dokumen yang mewakili
barangObjek inkaso antara lain : Wesel, Cek, Surat undian, Money
order, Kupon dan dividen, Surat aksep, Kuitansi, Nota-nota tagihan
lainnya.
c) Kliring sebagai salah satu jasa dari perbankan. Pengertian Kliring
menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus
Perbankan Indonesia adalah sebagai berikut : “ Kliring adalah
perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat disatu
tempat dengan cara menyerahkan surat-surat berharga dan suratsurat
dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan” Kliring
diselenggarakan oleh Bank Indonesia antara bankbank disuatu wilayah
kliring yang disebut kliring lokal. Wilayah kliring adalah suatu
lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor-kantor tersebut
memperhitungkan warkatwarkatnya dalam jadwal kliring yang telah
ditentukan. Ketentuan khusus bagi bank penyelenggara kliring
menurut Drs. Thomas Suyatno,M.M. dalam buku Lembaga Perbankan,
yaitu :
1) Berkewajiban untuk melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Menyampaikan laporan-laporan tentang data-data kliring setiap
minggu bersama-sama dengan laporan likuiditas mingguan kepada
Bank Indonesia yang membawahi wilayah kliring yang
bersangkutan.
3) Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam
penyediaan uang kartal, maka ditentukan bahwa hasil kliring hari
itu bisa diperhitungkan pada rekening bank pada Bank Indonesia.
d) Bank Garansi. Bank Garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank,
dalam arti bank menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isiny
menyetujui mengikatkan diri kepada penerima jaminan dalam jangka
waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu apabila dikemudian hari
ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima
jaminan.
e) Kotak Pengaman Simpanan (Safe Deposit Box). Kotak pengaman

12
simpanan atau safe deposit box adalah salah satu sistem pelayanan
bank kepada masyarakat, dalam bentuk menyewakan boks dengan
ukuran tertentu untuk menyimpan barang-barang berharga dengan
jangka waktu tertentu dan nasabah menyimpan sendiri kunci boks
pengaman tersebut.
f) Kartu Kredit (Credit Card). Kartu Kredit adalah alat pembayaran
pengganti uang tunai atau cek. Menurut Suryohadibroto dan Prakoso,
pengertian Kartu Kredit adalah : ”Alat pembayaran sebagai pengganti
uang tunai yang sewaktu-waktu dapat di gunakan konsumen untuk
ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya pada
tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa
digunakan konsumen untuk menguangkan kepada bank penerbit atau
jaringannya (cash advance).
g) Perdagangan Valuta Asing (VALAS). Pada dasarnya, terjadinya
perdagangan valuta asing disebabkan oleh adanya permintaan dan
penawaran. Permintaan dan Penawaran tersebut terjadi sebagai akibat
adanya transaksi bisnis internasional. Kegiatan ekspor dan impor yang
dilakukan oleh para pihak yang mempunyai kewarganegaraan yang
berbeda akan menimbulkam jual-beli valuta asing.
h) Kustodian. Kustodian adalah lembaga penunjang dalam kegiatan pasar
modal. Menurut Pasal 1 butir 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal (Selanjutnya disebut Undang-Undang Pasar
Modal) dirumuskan bahwa yang dimaksud kustodian adalah : “Pihak
yang memberikan jasa penitipan efek atau harta lain yang berkaitan
dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga dan
hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabah”
i) Letter of Credit dalam Transaksi Perdagangan. Mengenai apa yang
dimaksud dengan Letter of Credit dapat dikemukakan bahwa Letter of
Credit adalah suatu kontrak, dengan mana suatu bank bertindak atas
permintaan dan perintah dari seorang nasabah (Pemohon L/C) yang
biasanya berkedudukan sebagai importir untuk melakukan pembayaran
kepada pihak pengekspor atau pihak ketiga (beneficiary) atau
membayar atau mengaksep wesel-wesel tersebut, atas dasar
penyerahan dokumen tertentu yang sebelumnya telah di tentukan,
asalkan sesuai dengan syaratsyarat yang telah ditentukan.

F. Izin Pendirian dan Badan Hukum Bank

a) Izin Pendirian Bank


Untuk mendirikan suatu perusahaan dalam bentuk apapun
haruslah mendapatkan izin dari instansi yang terkait terlebih dahulu,
begitu juga dengan bank (perbankan).
Bank sebagai suatu badan usaha yang menghimpun dana dan
menyalurkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuknya Semua

13
itu tentu membutuhkan banyak persyaratan dalam pelaksanakannya
Persyaratan ini sangat penting untuk melindungi kepentingan
masyarakat, terutama terhadap nasabah bank.
Sebelum mendirikan atau melakukan kegiatan perbankan
haruslah memperoleh izin dari Bank Indonesia dan harus memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen yang
bebas campur tangan pemerintah ataupun pihak lain, mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu
negara, mengatur dan mengawasi perbankan, dan semua masalah
tentang moneter.
Izin pendirian Bank Umum dan BPR biasanya diberikan sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Persyaratan yang wajib dipenuhi
menurut undang-undang no. 10 tahun 1998 adalah :
1. Susunan Organisasi Dan Kepengurusan
2. Permodalan
3. Kepemilikan
4. Keahlian Dibidang perbankkan
5. Kelayakan rencana kerja

Untuk mendirikan Bank Umum selanjutnya diatur dalam


Peraturan Bank Indonesia No. 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum,
yaitu :
Pasal 4
1. Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan
izin Gubernur Bank Indonesia.
2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam 2 (dua) tahap :
a) Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank; dan
b) Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan
usaha Bank setelah persiapan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a selesai dilakukan.
Pasal 5
Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling kurang
sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah)
Pasal 6
1. Bank hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh :
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia, atau
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara
kemitraan.
2. Kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling banyak sebesar
99% (sembilan puluh sembilan persen) dari modal disetor Bank.

Kemudian untuk pendirian Bank Prekreditan Rakyat (BPR)


selanjutnya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006

14
tentang Bank Prekreditan Rakyat. Sebagaimana Bank Umum, Bank
Prekreditan Rakyat memerlukan izin prinsip dan izin usaha dari
Pimpinan Bank Indonesia. Untuk izin prinsip BPR, wajib memenuhi
persyaratan tertentu seperti yang tercantum dalam Pasal 6 urat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR yang berbunyi
:
Rancangan akta pendirian badan hukum, anggaran dasar badan
hukum yang telah disahkan instansi berwenang
Data kepemilikan berupa:
1. Daftar pemegang saham berikut rincian besar
kepemilikan saham bagi bank yang berbentu PT
atau PD
2. Daftar calon anggota beserta rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib
3. Daftar hibah bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi
Daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi
Rencana dan susunan organisasi
Rencana kerja untuk tahun pertama
Bukti pelunasan modal sekurang-kurangnya 30% dalam bentuk
fotokopi bilyet deposito pada Bank Umum di Indonesia dan
atas nama Direksi Bank Indonesia salah seorang calan pemilik
BPR yang bersangkutan.
Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang
berbentuk hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau
dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum koperasi,
bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal dari pinjaman
atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank
dan/atau pihak lain di Indonesia atau tidak berasal dari kegiatan
yang melanggar hukum.

b) Persyaratan Pendirian Bank


Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 dan SK Direktur BI
Nomor2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000, menetapkan
ketentuan bagi pendirian bank umum dan BPR bahwa untuk pendirian
Bank Umum dan BPR meliputi persetujuan prinsip dan izin usaha.
1) Izin Prinsip
Izin prinsip adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan
persiapan pendirian bank, baik bank umum maupun BPR. Untuk
memperoleh persetujuan prinsip, calon pemilik mengajukan
kepada BI yang memuat:
o Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk
AD/ART, dengan memuat nama dan tempat kedudukan,
kegiatan usaha sebagai bank, permodalan, wewenang,
tanggung jawab dan masa jabatan komisaris dan direksi
o Data kepemilikan, yang memuat daftar calon pemegang
saham berikut rincian besaran

15
o kepemilikan saham (PT), daftar calon anggota berikut
simpanan pokok, wajib dan hibah (koperasi)
o Daftar calon anggota dewan komisaris dan anggota direksi
o Rencana susunan dan struktur organisasi serta personalia
o Rencana kerja tahun pertama yang memuat studi kelayakan
mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi, rencana
kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan
penyaluran dana, serta proyeksi neraca, laporan laba rugi,
dan laporan arus kas selama 12 bulan yang dimulai sejak
bank melakukan kegiatan operasional
o Rencana strategis jangka menengah dan panjang
o Pedoman manajemen risiko, rencana system pengensalian
Intern, rencana system teknologi informasi yang digunakan,
dan skala kewenangan
o Sistem dan prosedur kerja
o Bukti setoran modal minimal 30% dari modal disetor
minimum sesual Pasal 4 dalam bentuk fotokopi bilyet
deposito pada bank di Indonesia dan atas nama dewan
gubernur Indonesia
o Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank
yang berbentuk hokum perseroan terbatas/perusahaan
daerah atau koperasi, bahwa setoran modal tidak berasal
dari pinjaman dalam bentuk apa pun dari bank dan pihak
lain di Indonesia, serta tidak berasal dari pencucian uang

2) Izin Usaha
Izin usaha merupakan bentuk izin yang dikeluarkan sebagai bentuk
persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan
pendirian bank sudah terpenuhi. izin usaha diajukan kepada Bank
Indonesia dengan melampirkan:
o Akta pendirian badan hukum, termasuk AD/ART yang telah
disahkan instansi berwenang
o Data kepemilikan berupa daftar pemegang saham atau daftar
anggota
o Daftar susunan komisaris dan direksi
o Bukti pelunasan modal disetor minimum sesuai pasal 4
o Bukti kesiapan operasional yang meliputi daftar aktiva tetap
dan inventaris, bukti kepemilikan, penguasaan dan sewa kantor,
foto gedung dan tata letak ruangan, contoh formulir atau warkat
yang akan digunakan untuk operasional bank, dan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan
o Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang
berbentuk hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Dasar ata dari
anggota bagi bank yang berbentuk hukum Koperasi, bahwa
pelunasan modal disetor tidak berasal dari pinjaman atau
fasilitas pembiayaan, tidak berasal dan untuk pencucian uang
o Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan
bagi anggota komisaris

16
o Surat pernyataan tidak merangkap jabatan bagi anggota direksi
o Surat pernyataan dari anggota komisaris dan direksi bahwa
yang bersangkutan tidak memiliki hubungan kekeluargaan
o Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang
bersangkutan baik secara sendiri ataupun bersama sama tidak
memiliki saham melebihi 25% dari jumlah modal disetor pada
suatu perusahaan lain

c) Bentuk Hukum Bank


Disamping izin yang telah diajukan, maka permohonan dapat
memilih bentuk badan hukum yang diinginkan yeng telah ditentukan.
Pemilihan bentuk badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang
dipilihnya. Masing-masing bentuk badan mempunai kelebihan dan
kekurangannya ada beberapa bentuk hukum bank yang dapat dipilih
jika ingin mendirikan bank sesuai dengan undang-undang No.10
Tahun 1998. Untuk Bank Umum dikenal 3 bentuk hukum sebagaimana
ditentukan oleh pasal 21 ayat 1, yaitu :
Perusahaan Perseroan (persero) Perseroan Terbatas
Koperasi
Perusahaan Daerah

Sedangkan bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur


dalam pasal 21 ayat 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992.
Ketentuan tersebut tidak mengalami perubahan, yaitu :
Perusahaan Daerah
Koperasi
Perseroan Terbatas
Bentuk lain yang diterapkan oleh peraturan pemerintah

G. Pembinaan dan Pengawasan Bank

Pada hakikatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan


untuk meningkatkan keyakinan dari setiap orang yang mempunyai
kepentingan dengan bank, bahwa bank-bank dari segifinancial tergolong
sehat, bahwa bank dikelola dengan baik dan professional, serta di dalam
bank tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman terhadap
kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank.
Dengan perkataan lain, tujuan umum dari pengaturan dan
pengawasan bank adalah menciptakan sistema perbankan yang sehat, yang
memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara
kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti
di satu pihak memerhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari
sistem, finansial, maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 29,
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap dunia perbankan di

17
Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia. Pembinaan di sini adalah upaya-
upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang
menyangkut aspek kelembagaan, kepemilikan, kepengurusan, kegiatan
usaha, pelaporan serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan
operasional bank. Sedangkan pengawasan dimaksudkan dengan
pengawasan tidak langsung yang terutama dalam bentuk pengawasan dini
melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank, dan pengawasan
langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-
tindakan perbaikan.
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI
melaksanakan sistem pengawasannya dengan menggunakan 2 pendekatan
yakni pengawasan berdasarkan kepatuhian (compliance based supervision)
dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS).
a) Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya
menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan
ketentuan ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank.
Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan
untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara
baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian
b) Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan
pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking). Dengan
menggunakan pendekatan tersebut pengawasan pemeriksaan suatu
bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada
aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control
sistem). Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas
pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan
terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank

Dalam hal pembinaan dan pengawasan oleh bank Indonesia menetapkan


kriteria kesehatan bank yang meliputi aspek kecukupan modal, kualitas
asset, kualitas manajemen likuiditas rentabilitas dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu, muncul beberapa
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh bank bank umum yaitu
menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan oleh bank Indonesia
seperti penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian, laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.
Pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia selama ini
dilakukan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral Bank Indonesia
berdasarkan peraturan perundang-undangan melaksanakan fungsinya
sebagai Bank Sentral dan sebagai pengatur dan pengawas perbankan,
sudah dimulai dengan UU No.11 Tahun 1953 Tentang Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia, UU No.13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral, dan
yang sekarang berlaku UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
yang telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004 dan UU No.6 Tahun 2009
(UU BI).

18
Berdasarkan UU BI, tujuan BI adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan itu B1 mempunyai tugas, a
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, b. mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi bank.

Dalam rangka mengatur dan mengawasi bank, BI dalam tugas ini


menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan
dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank
dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam tugas mengatur dan mengawasi bank, Bl berwenang:
1. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip
kehati-hatian; Memberikan dan mencabut izin usaha bank
2. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan
penjelasan sesuai dengan cara yang ditetapkan oleh Bl
3. Melakukan pemeriksaan bank secara berkala maupun setiap waktu
apabiladiperlukan
4. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau
seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bl
transaksi itu patut diduga merupakan tindak pidana di bidang
perbankan
5. Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank

Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian BI


membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan atau
menjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional,
BI dapat melakukan tindakan sebagaimana yang telah diatur oleh undang-
undang yang berlaku.
Secara konsep kebijakan macropudential mengandung tiga makna
yaitu: 1) macroprudential analysis; 2) macroprudential supervision
approach; dan 3) macroprudential regulation. Macroprudential sendiri
belum memiliki definisi yang diterima secara umum. Macroprudential
memfokuskan analisisnya pada sistem keuangan secara menyeluruh yaitu
dengan memperhatikan yang terjadi di balik suatu kejadian, baik yang
diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Analisis
macroprudential belum menjadi macroprudential supervision sebelum
hasil analisis tersebut digunakan untuk mempengaruhi perilaku
perusahaan. Jika hasil analisis tersebut bersifat himbauan, maka hasil
analisis tersebut disebut dengan soft law atau soft macroprudential
supervision.
Tujuan dasar macroprudential supervision mengembangkan
pendekatan supervisi yang difokuskan pada stabilitas sistem keuangan.
Secara lebih praktis. macroprudential supervision melibatkan kegiatan
monitoring risiko sistemik dan segera merancang langkah pengawasan
yang diperlukan untuk mengurangi atau mengatasi resiko sistemik tersebut
(Zulkarnain Sitompul, 2012). Dalam menganalisis risiko yang berasal dari
dalam sistem keuangan, menurut Wimboh akan lebih jelas kalau
dibedakan melalui dua pendekatan micro dan macroprudential
Microprudential analisis lebih mengarah kepada perkembangan dalam

19
individu lembaga keuangan dengan lebih menaruh perhatian pada
menghindari problem individual lembaga untuk melindungi kepentingan
para deposan Macroprudential analisis lebih mengarah kepada sistem
keuangan secara keseluruhan dengan sasaran agar tidak terjadi
permasalahan untuk menghindari biaya yang akan dibebankan kepada
pemerintah (pembayar pajak). Untuk menghindari sistemik risk dilakukan
analisis risiko terhadap semua unsur di sistem keuangan. Khusus untuk
lembaga keuangan, analisis terhadap keterkaitan antar lembaga keuangan
yang diakibatkan oleh permasalahan likuiditas maupun solvabilitas
merupakan analisis macroprudential yang penting dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan (Wimboh Santosa, 2013). Dengan demikian
pengaturan dan pengawasan micropudential merupakan pengaturan dan
pengawasan terhadap individu lembaga keuangan untuk menghindari
problem individual lembaga, untuk melindungi kepentingan para deposan.
Pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan
pengaturan dan pengawasan terhadap sistem keuangan secara keseluruhan
dengan sasaran agar tidak terjadi permasalahan, untuk menghindari biaya
yang akan dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Untuk
menghindari sistemik risk dilakukan pengaturan dan pengawasan risiko
terhadap semua unsur di sistem keuangan Khusus untuk lembaga
keuangan, terhadap keterkaitan antar lembaga keuangan yang diakibatkan
oleh permasalahan likuiditas maupun solvabilitas dilakukan pengaturan
dan pengawasan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, yang
merupakan bagian dari pengaturan dan pengawasan macropudential.

Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Perbankan ke OJK


Adanya ketentuan dalam Pasal 34 UU Bank Indonesia sehingga
mengakibatkan timbulnya polemik dalam hal pengawasan dan pengaturan
bank. Ketentuan dalam Pasal 34 UU Bank Indonesia secara tegas
menyatakan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang dibentuk selambat-lambatnya 31
Desember 2010. Lembaga yang dimaksudkan adalah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), sehingga dalam pengaturan dan pengawasan perbankan
beralih menjadi kewenangan OJK. Namun, tidak semua pengaturan
perbankan menjadi kewenangan OJK Pembentukan OJK diharapkan dapat
meminimalisir terjadinya kasus yang melibatkan tiga otoritas jasa
keuangan, yakni antara lain sektor perbankan, pasar modal dan lembaga
keuangan dalam satu institusi. Sebagai contoh dapat kita lihat dalam hal
kasus Century karena dengan adanya penyatuan tiga otoritas jasa
keuangan dalam satu intitusi, diharapkan ada kejelasan dalam hal
kewenangan pengambilan keputusan jika suatu saat terjadi krisis keuangan
lagi. Selain itu, pemisahan fungsi pengawasan perbankan dari BI
diharapkan dapat membuat Bl lebih fokus dalam mengendalikan kondisi
moneter di Indonesia.
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan

20
Lembaga Keuangan - Kementerian Keuangan ke OJK Sejak 31 Desember
2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan,
aspek kehati hatian dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan
dan pengawasan microprudentialyang menjadi tugas dan wewenang OJK.
Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan
tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan
macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan
himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan.
Pengaturan dan pengawasan micropudential bank menjadi otoritas
OJK, dan kewenangan OJK yang disebutkan dalam Pasal 7 UU OJK yaitu:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank; b. pengaturan
dan pengawasan mengenai kesehatan bank; pengaturan dan pengawasan
mengenai aspek kehati-hatian; d. pemeriksaan bank. Dalam pengaturan
dan pengawasan microprudential, menurut UU BI dan UU OJK
kewenangan memberikan sanksi adalah pada OJK, karena pengaturan dan
pengawasan microprudential tujuannya untuk mengatur dan mengawasi
individu lembaga keuangan (bank) dan untuk melindungi kepentingan
deposan. Untuk pelanggaran pengaturan dan pengawasan microprudential
oleh bank berdampak pada stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan
(macroprudential), menurut penjelasan Pasal 7 UU OJK, BI tidak
mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi kepada bank. OJK
hanya membantu BI untuk melakukan himbauan moral (moral suasion)
kepada perbankan.

Pengawasan terhadap Bank Indonesia


Dalam rangka membantu pengawasan DPR terhadap Bl dan
memperbaiki mutu kebijakan BI sendiri, UU No. 3/2004 telah memberi
ruang untuk membentuk Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI). Tujuan
pendirian BSBI yaitu mengupayakan peningkatan akuntabilitas,
independensi, transparansi, dan kredibilitas BI. Maksud dari pengawasan
di bidang tertentu di sini adalah melaksanakan tugas: 1) telaah atas laporan
keuangan tahunan BI; 2) telaah atas prosedur operasional dan investasi; 3)
telaah atas prosedur pengambilan keputusan kegiatan operasinal di luar
kebijakan moneter dan pengelolaan asset Bl. Dalam menjalankan tugasnya
BSBI tidak melakukan penilaian terhadap kinerja dewan gubernur, tidak
ikut mengambil keputusan, serta tidak ikut memberikan penilaian terhadap
kebijakan di bidang sistem pembayaran, pengaturan dan pengawasan bank
serta bidang-bidang yang merupakan penetapan dan pelaksanaan kebijakan
moneter.

21
H. Rahasia Bank

1. Pengertian Rahasia Bank


Sebagai suatu badan usaha yang dipercaya oleh masyarakat
untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka sudah
sewajarnya memberikan jaminan perlindungan kepada nasabahnya,
yang lazim dinamakan dengan "rahasia bank" Rahasia bank ini
diperlukan untuk kepentingan bank sendiri, yang memerlukan
kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Dalam
pasal 1 angka 28 Undang-Undang Perbankan yang diubah, rahasia
bank yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Jadi, yang wajib
dirahasiakan bank itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan nasabah penyimpan dan simpanan yang ada pada bank.

2. Teori Rahasia Bank


Dua teori tentang rahasia bank yang dikemukakan oleh Drs.
Muhammad Djumhana, S.H., dalam bukunya Hukum Perbankan di
Indonesia, yaitu:
Teori Rahasia Bank Bersifat Mutlak
Menurut teori rahasia bank yang bersifat mutlak atau
absolut ini, bank mempunyai kewajiban yang mutlak untuk
menyimpan rahasia atau keteranganketerangan mengenai
nasabahnya yang diketahui oleh bank dalam keadaan apapun.
Penetapan sanksi yang tergolong berat dapat dikenakan kepada
pelanggar rahasia bank. Di negara penganut teori ini kepentingan
nasabah sangat dihormati sehingga terkadang menomorduakan
kepentingan negara dan masyarakat luas
Teori Rahasia Bank Bersifat Nisbi
Teori rahasia bank yang bersifat nisbi atau relatif ini justru
memberikan ruang bagi bank untuk membuka rahasia atau
keterangan-keterangan mengenai nasabahnya apabila memang ada
keadaan yang mendesak menuntut untuk itu, antara lain adalah
untuk kepentingan negara. Teori ini banyak dianut oleh negara-
negara di dunia dalam sistem perbankan mereka. Rahasia bank
harus tetap dilaksanakan tetapi prinsip tersebut secara hukum tidak
terlalu sulit untuk diterobos. Ada pengecualian yang harus
dipegang pula disamping adanya tuntutan pelaksanaan rahasia
bank secara konsisten dan bertanggung jawab oleh bank.
3. Unsur-Unsur Rahasia Bank
Dari pengertian yang diberikan pasal 1 angka 28 dan pasal-
pasal lainnya dapat ditarik unsur-unsur dari rahasia bank itu sendiri,
yaitu sebagai berikut :
Rahasia bank tersebut berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.
Hal tersebut wajib dirahasiakan oleh bank, kecuali termasuk

22
kedalam kategori pengecualian berdasarkan prosedur dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah pihak bank
sendiri dan pihak terafiliasi. Mengenai siapa yang dimaksudkan
sebagai pihak yang terafiliasinya ditentukan di dalam Pasal 1 ayat
(22) Undang-Undang No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 1 ayat
(22) tersebut yang dimaksudkan dengan pihak terafiliasi ialah:
a) Anggota dewan komisaris, pengawas, pengelola atau kuasanya,
pejabat, atau karyawan bank.
b) Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya,
Pejabat atau karyawan Bank, khusus bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan
yang berlaku.
c) Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank, antara lain
akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan
lainnya.
d) Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta
mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham
dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas,
keluarga direksi, keluarga pengurus.

4. Pengecualian Rahasia Bank


Kerahasiaan bank bukanlah harga mati, dimana bank karena
alasan tertentu berdasar undang-undang, dimungkinkan untuk
memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya kepada pihak yang berkepentingan. Pengecualian
tersebut yaitu:
Kepentingan perpajakan
Pengecualian ini diatur dalam pasal 40 dimana pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang
mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-
surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu
kepada pejabat pajak. Perintah tertulis tersebut harus menyebutkan
nama pejabat pajak dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki
keterangannya, dan pihak wajib memberikan keterangan yang
diminta.
Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/ panitia Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
nasabah debitor, dan pihak bank wajib memberikan keterangan
yang diminta. Izin sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara
tertulis atas permintaan tertulis dan Kepala Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara Ketua Panitia Urusan Piutang Negara
Permintaan tertulis tersebut di atas harus menyebutkan nama dan
jabatan pejabat Badan Urusan piutang dan Lelang negara/ Panitia

23
Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitor yang bersangkutan,
dan alasan diperlukanya keterangan
Kepentingan peradilan dalam perkara pidana Pimpinan Bank
Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simoanan
tersangka atau terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib
memberikan keterangan yang diminta Izin sebagaimana dimaksud
di atas diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari kepala
kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua
Mahkamah Agung. Pemberian izin oleh Bank Indonesia harus
dilakukan selambat lambatnya 14 hari setelah dokumen permintaan
diterima secara lengkap. Permintaan tertulis tersebut harus
menyebut nama dan jabatan polis, jaksa, atau hakim, nama
tersangka atau terdakwa, serta alasan diperlukannya keterangan
dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan
keterangan yang diperlukan.
Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
Direksi bank bersangkutan dapat menginformasikan kepada
pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah bersangkutan dan
memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.
Dalam situasi ini bank dapat menginformasikan keadaan keuangan
nasabah yang dalam perkara serta keterangan yang berkaitan
dengan perkara tersebut, tanpa izin dari pimpinan Bank Indonesia
Tukar-menukar informasi antar bank Direksi bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain.
Tukar-menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk
memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain
guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan
status dari suatu bank yang lain. Dengan demikian bank dapat
menilai tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan transaksi
dengan nasabah atau dengan bank lain. Dalam ketentuan yang akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia antara lain diatur
mengenai tata cara penyimpanan dan permintaan informasi serta
bentuk dan jenis informasi tertentu yang dapat dipertukarkan,
seperti indikator secara garis besar dari kredit yang diterima
nasabah, agunan, dan masuknya debitor yang bersangkutan dalam
daftar kredit macet. Ketentuan mengenai tukar menukar informasi
tersebut diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia
Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan
yang dibuat secara tertulis
Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpaan nasabah
penyimpan pada hank yang bersangkutan kepada pihak yang
ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut atas dasar permintaan,
persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara
tertulis
Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli
waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan barhak

24
memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
tersebut.

I. Sanksi Administratif

Sanksi administratif dikenakan bila bank dan pihak-pihak yang


berafiliasi dan berhubungan dengan kegiatan bank tidak melakukan
kewajibannya dan melanggar aturan aturan yang telah ditetapkan seperti
aturan mengenai rahasia bank, kepatuhan terhadap aturan dan pelaporan
dan lain sebagainya. Pengaturan mengenai sanksi administratif diatur
dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 52
yaitu :
1. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaiman dimaksud
dalam pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50A, Bank
Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif kepada bank yang
tidak memnuhi kewajibannya sebagaimana ditentutan dalam Undang-
Undang ini, atau Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha
bank yang bersangkutan.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), antara lain
adalah:
a. Denda uang:
b. Teguran tertulis;
c. Penurunan tingkat kesehatan bank;
d. Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang
tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan;
f. pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota koperasi mengangkat pengganti yang
tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;
g. pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham
dalam daftar orang tercela di bidang perbankan;
3. Pelaksanaan lebih lanjut mengenai sanksi administratif ditetapkan oleh
Bank Indonesia
Penetapan sanksi-sanksi administratif juga diatur dalam
peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia seperti pada
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 dengan tetap
mengacu pada Undang-Undang

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbankan mempunyai peranan yang penting dalam lembaga


ekonomi. Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana dari
masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Dengan demikian, dunia perbankan dapat menjembatani antara pihak yang
kekurangan dana dengan pihak yang klebihan dana. Perbankan dapat
menjalankan fumgsinya tersebut perlu diterapkan prinsip hati-hati
terutama pada saat akan menyalurkan dana kepada masyarakat, artinya
bank mengadakan penilaian kelayakan dan seleksi yang tepat pada setiap
nasabah dan calon pengguna dana bank. Di Indonesia lembaga perbankan
dibedakan menjadi dua yaitu Bank Umum dan BPR. Bank Umum terdiri
dari bank milik sendiri Pemerintah maupun swasta, dan masih terbagi
menjadi bank Konvensional dan Bank berdasarkan Syariah (Bank
Syariah).
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi
tiga kegiatan yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank
lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana bertupa
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam benttuk simpanan giro,
tabungan, dan deposito. Biasanya dengan diberikan balas jasa yang
menarik seperti bunga atau hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.
Kegiatan menyalurkan dana berupa pemberian pinjaman bagi masyarakat.
Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan utama tersebut.
Sebelum mendirikan atau melakukan kegiatan perbankan haruslah
memperoleh izin dari Bank Indonesia dan harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang
independen yang bebas campur tangan pemerintah ataupun pihak lain,
mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah
dari suatu negara, mengatur dan mengawasi perbankan, dan semua
masalah tentang moneter. Izin pendirian Bank Umum dan BPR biasanya
diberikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Persyaratan yang wajib
dipenuhi menurut undang-undang no. 10 tahun 1998 adalah : Susunan
Organisasi Dan Kepengurusan, Permodalan, Kepemilikan, Keahlian
Dibidang perbankkan, dan Kelayakan rencana kerja.
Pada hakikatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan
untuk meningkatkan keyakinan dari setiap orang yang mempunyai
kepentingan dengan bank, bahwa bank-bank dari segifinancial tergolong
sehat, bahwa bank dikelola dengan baik dan professional, serta di dalam
bank tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman terhadap

26
kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank.

Kesemua jasa yang diberikan harus berada di bawah pembinaan


dan pengawan oleh otoritas yang lebih tinggi yaitu Bank Indonesia. Tetapi
fungsi pengawasan yang diemban oleh BI telah diambil oleh OJK yang
bertugas mengawas lembaga keuangan seperti bank, pasar modal dan
asuransi. Selain itu, kerahasian bank perlu terus dipegang teguh oleh bank
agar tingkat kepercayaan nasabah terus meningkat terhadap lembaga
keuangan ini. Selain itu ada sanksi-sanksi yang mengikat aturan rahasia
bank tersebut yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi administrative.
Sanksi administratif dikenakan bila bank dan pihak-pihak yang
berafiliasi dan berhubungan dengan kegiatan bank tidak melakukan
kewajibannya dan melanggar aturan aturan yang telah ditetapkan seperti
aturan mengenai rahasia bank, kepatuhan terhadap aturan dan pelaporan
dan lain sebagainya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Angelinasinaga. 2012. Pengawasan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral,


(Online), ( https://Angelinasinaga.wordpress.com )

Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan UU tahun


1998)buku kesatu. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

http://id.scribd.com/document/504484442/Izin-Pendirian-Bank-Dan-Bentuk-
Hukum-Bank

http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/sistem-pengawasan-
bank/Contents/Default.aspx

Israhadi, Evita Isretno. 2019. Bahan Ajar Hukum Perbankan. Jakarta: Universitas
Borobudur.

Sulistyandari. Bank Indonesia, OJK dan Basel III (Bagian 1). Februari 11, 2013.
https://gagasanhukum.wordpress.com/2013/02/11/bank-indonesia-ojk-dan-basel-
iii-bagian-i/

Susanto dkk. 2019. Pengantar Hukum Bisnis. Banten: Universitas Pamulang

Usman Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

28

Anda mungkin juga menyukai