SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Oleh :
Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Insan Cendikia Mandiri
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat,Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang ilmu Hukum Perbankan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalamanbagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehinggakedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
ii
Daftar Isi
JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas
pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat
ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukkan lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan lembaga pengawasan akan
dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan
landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen untuk mengawasi
sector jasa keuangan.
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan
dalam kurun waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat
menjadi pengawas perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak
fenomena-fenomena negative. Seperti Kasus Bank Century yang melakukan
penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada
lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa
menjadi penting, apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan
pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kepentingan..
Disisi yang lain, para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK ini,
bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak dibentuk guna mengantisipasi
kompleksitas sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus dibahas simultan
dengan paket RUU Keuangan lain, sperti RUU Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK), RUU Pasar Modal serta amandemen UU Bank Indonesia,
Perasuransian dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam seminar
Reformasi. Sektor Keuangan memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas
Perekonomian Nasional. Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi
kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK
merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia.
Pemerintah mempunyai komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk
melakukan reformasi di sektor keuangan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2. Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang OJK
3. Pengawasan Sistem Keuangan
4. Pengawasan Mikroprudensial OJK
5. Pengawasan Market Conduct OJK
6. Pelayanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui lebih dalam materi tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
D. Manfaat
Supaya Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah
ini dan sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 disahkan, Presiden Republik Indonesia pada
saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan Sembilan anggota
dewan komisioner OJK, termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia.
Pada 15 Agustus 2012 dibentuk Tim transisi OJK Tahap I yang bertugas untuk membantu
para Dewan Komisioner OJK dalam melaksanakan tugas. Mulai 31 Desember 2012, OJK
secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan Industri
Keuangan Non-Bank.
Setelah itu, pada 18 Maret 2013, dibentuk Tim Transisi OJK Tahap II yang bertugas
membantu Dewan Komisioner OJK yang melaksanakan pengalihan fungsi, tugas dan
wewenang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia (BI). Lalu, pada
13 Desember 2013, OJK sepenuhnya menjalani tugasnya dalam mengawasi kinerja
Perbankan. Hingga 1 Januari 2015, OJK mulai meluaskan pengawasannya ke industri
Non-Bank, yaitu Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
3
2.2 Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang OJK
Tujuan OJK
Fungsi OJK secara umum adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Bisa dibilang
bahwa pengertian OJK ini adalah sebagai tampuk dari seluruh kegiatan di sektor jasa
keuangan negara Indonesia.
Singkatnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal,
dan sektor IKNB.
Dengan tugas-tugas tersebut, OJK juga memiliki beberapa wewenang dalam pencapaian
tujuannya, yaitu bisa menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan,
membuat dan menetapkan peraturan dan kebijakan tentang pengawasan dan pelaksanaan
di lembaga jasa keuangan, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan industri jasa
keuangan. Dengan peran yang begitu penting pada sektor industri jasa keuangan ini,
tentunya OJK menanggung beban berat dalam mencapai tujuannya dalam perkembangan
sistem keuangan negara.
4
2.3 Pengawasan Sistem Keuangan
Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut:
5
2.4 Pengawasan Mikroprudensial OJK
Pengawasan macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang
diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang OJK merupakan tugas dan wewenang Bank
Indonesia. Pengawasan macro prudential yaitu mengatur stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di
sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan
ekonomi negara.
6
2.5 Pengawasan Market Conduct OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta pelaku usaha jasa keuangan terus
meningkatkan perlindungan konsumen melalui penguatan pengawasan market
conduct (perilaku pasar) sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 6/POJK.07/2022
tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan (POJK
No.6/2022).
"Dalam rangka memperkuat implementasi market conduct di sektor jasa keuangan dan
mendorong keterbukaan serta transparansi informasi kepada konsumen sektor jasa
keuangan, OJK baru saja menerbitkan ketentuan yang mengatur mengenai
implementasi market conduct yaitu Peraturan OJK No.6 Tahun 2022," kata Ketua Dewan
Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Kegiatan Tatap Muka dengan Pimpinan di
Sektor Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis.
Dalam acara yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia Airlangga Hartarto tersebut, hadir juga para pimpinan dan Asosiasi Pelaku
Industri Jasa Keuangan.
Wimboh menjelaskan, POJK No.6/2022 merupakan penyempurnaan regulasi
terkait market conduct yang mengikat para pelaku jasa keuangan, diantaranya melalui
kewajiban perancangan/pengujian produk dan layanan keuangan untuk menilai potensi
risiko kepada konsumen, serta pelaksanaan tahapan product life cycle sebelum suatu
produk dan layanan keuangan diluncurkan kepada masyarakat.
Penerapan ketentuan ini, menurutnya tidak hanya berpihak kepada konsumen namun juga
menyeimbangkan kepentingan konsumen dan pelaku usaha jasa keuangan dengan tetap
mempertimbangkan cost and benefit analysis. Hasil yang diharapkan adalah jumlah
pengaduan masyarakat atas produk dan layanan keuangan dapat berangsur-angsur
menurun seiring dengan implementasinya.
"Oleh karena itu, market conduct menjadi penting agar lembaga jasa keuangan memiliki
tanggung jawab atas instrumen keuangan atau investasi yang ditawarkan sehingga
masyarakat memiliki pemahaman yang baik mengenai risiko yang akan muncul di
kemudian hari," kata Wimboh.
7
2.6 Pelayanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Salah satu tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah agar keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat. Kepercayaan konsumen merupakan pilar utama yang
menopang perkembangan industri sektor jasa keuangan. Oleh karena itu, upaya
pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) untuk tetap menjaga kepercayaan Konsumen
adalah hal yang mutlak dilakukan. Untuk mendukung hal tersebut, pada tanggal
18 September 2018, OJK telah menerbitkan aturan baru, yaitu Peraturan OJK No.
18/POJK.07/2018 tentang Layanan Pengaduan Konsumen di Sektor Jasa
Keuangan (POJK No. 18/2018).POJK No. 18/2018 mewajibkan setiap PUJK
memiliki prosedur yang mengatur mengenai layanan pengaduan konsumen secara
tertulis. Selain itu, OJK juga mewajibkan setiap PUJK mencantumkan secara
singkat prosedur tersebut dalam perjanjian/dokumen transaksi keuangan, dan
mempublikasikannya dalam laporan tahunan, website PUJK, dan/atau media lain
yang dikelola oleh PUJK.
8
BAB III
Penutup
3.1 kesimpulan
Otoritas jasa keuangan (ojk) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang
untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar
modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan
utama pendirian ojk adalah: pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik
di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang
jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa
keuangan. Keempat, melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran
akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu
tidak terulang kembal
Agar pembentukan otoritas jasa keuangan disertai dengan kajian-kajian akademis
untuk lebih mematangkan konsep dan format lembaga itu sehingga keberadaan ojk benar-
benar bermanfaat bagi pembangunan struktur kelembagaan perekonomian nasional.
Otoritas jasa keuangan merupakan lembaga yang bertugas mengawasi dan
menjaga stabilitas keuangan yang pada masa-masa sekarang ini sangat rawan dan
beresiko tinggi.
Otoritas jasa keuangan harus di bangun dengan adanya komunikasi dan
koordinasi yang efektif antar lembaga yang terkait.
Diharapkannya dalam pembentukan otoritas jasa keuangan bisa menghindari
jalan buntu dari undang-undang tentang bank indonesia oleh DPR.
9
3.2 Daftar Pustaka
OJK Memiliki Layanan Pengaduan Konsumen, Ini Cara Lapornya! (legistra.id)
10