Anda di halaman 1dari 13

LEMBAGA KEUANGAN 

SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Oleh :

Della Eka Lestari


8412222001

Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Insan Cendikia Mandiri
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat,Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang ilmu Hukum Perbankan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalamanbagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun 
isi makalah ini sehinggakedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 21 September 2022

Della Eka Lestari

ii
Daftar Isi
JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


2.1 Sejarah Berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ......................... 3
2.2 Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang OJK ........................... 4
2.3 Pengawasan Sistem Keuangan .................................................. 5
2.4 Pengawasan Mikroprudensial OJK ........................................... 6
2.5 Pengawasan Market Conduct OJK ............................................ 7
2.6 Pelayanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan ............................ 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 9
3.2 Daftar Pustakka ......................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas
pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat
ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukkan lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan lembaga pengawasan akan
dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan
landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen untuk mengawasi
sector jasa keuangan.
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan
dalam kurun waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat
menjadi pengawas perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak
fenomena-fenomena negative. Seperti Kasus Bank Century yang melakukan
penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada
lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa
menjadi penting, apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan
pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kepentingan..
Disisi yang lain, para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK ini,
bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak dibentuk guna mengantisipasi
kompleksitas sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus dibahas simultan
dengan paket RUU Keuangan lain, sperti RUU Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK), RUU Pasar Modal serta amandemen UU Bank Indonesia,
Perasuransian dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam seminar
Reformasi. Sektor Keuangan memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas
Perekonomian Nasional. Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi
kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK
merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia.
Pemerintah mempunyai komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk
melakukan reformasi di sektor keuangan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2. Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang OJK
3. Pengawasan Sistem Keuangan
4. Pengawasan Mikroprudensial OJK
5. Pengawasan Market Conduct OJK
6. Pelayanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui lebih dalam materi tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

D. Manfaat
Supaya Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah
ini dan sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Pembentukan OJK merupakan upaya pemerintah Republik Indonesia


menghadirkan lembaga yang mampu menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan sektor keuangan, baik perbankan maupun
Lembaga Keuangan Non-Bank. Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), serta mengambil alih
tugas Bank Indonesia dalam hal pengawasan perbankan.

Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 disahkan, Presiden Republik Indonesia pada
saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan Sembilan anggota
dewan komisioner OJK, termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian
Keuangan dan Bank Indonesia.

Pada 15 Agustus 2012 dibentuk Tim transisi OJK Tahap I yang bertugas untuk membantu
para Dewan Komisioner OJK dalam melaksanakan tugas. Mulai 31 Desember 2012, OJK
secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan Industri
Keuangan Non-Bank.

Setelah itu, pada 18 Maret 2013, dibentuk Tim Transisi OJK Tahap II yang bertugas
membantu Dewan Komisioner OJK yang melaksanakan pengalihan fungsi, tugas dan
wewenang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia (BI). Lalu, pada
13 Desember 2013, OJK sepenuhnya menjalani tugasnya dalam mengawasi kinerja
Perbankan. Hingga 1 Januari 2015, OJK mulai meluaskan pengawasannya ke industri
Non-Bank, yaitu Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

3
2.2 Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang OJK

Tujuan OJK

 Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara


teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
 Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Fungsi OJK secara umum adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Bisa dibilang
bahwa pengertian OJK ini adalah sebagai tampuk dari seluruh kegiatan di sektor jasa
keuangan negara Indonesia.

Tugas dan Wewenang OJK

Tugas Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor


perbankan

2. Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor


pasar modal

3. Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor


lainnya seperti dana pensiun, asuransi maupun lembaga lembaga keuangan lainnya.

Singkatnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal,
dan sektor IKNB.

Dengan tugas-tugas tersebut, OJK juga memiliki beberapa wewenang dalam pencapaian
tujuannya, yaitu bisa menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan,
membuat dan menetapkan peraturan dan kebijakan tentang pengawasan dan pelaksanaan
di lembaga jasa keuangan, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan industri jasa
keuangan. Dengan peran yang begitu penting pada sektor industri jasa keuangan ini,
tentunya OJK menanggung beban berat dalam mencapai tujuannya dalam perkembangan
sistem keuangan negara.

4
2.3 Pengawasan Sistem Keuangan
Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut: 

 Kewenangan untuk  menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan


pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank,
pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian
persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

 Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang menyangkut


aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat
guna memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.

 Kewenangan untuk mengawasi meliputi:

1. pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari


pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau
tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank; dan
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan
hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.

 Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu


kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan
ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan
yang sehat.
 Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate), yaitu
kewenangan untuk melakukan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK), termasuk
perbankan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan OJK. Hasil
penyidikan disampaikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
 Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to protect), yaitu
kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan
kerugian Konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan konsumen, dan
pembelaan hukum.

5
2.4 Pengawasan Mikroprudensial OJK
Pengawasan macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang
diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang OJK merupakan tugas dan wewenang Bank
Indonesia. Pengawasan macro prudential yaitu mengatur stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di
sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan
ekonomi negara.

Tujuan dari macro-prudential supervision adalah untuk meminimalkan dampak krisis


keuangan pada perekonomian suatu negara, antara lain dengan cara menginformasikan
kepada otoritas publik dan industri keuangan apabila terdapat potensi ketidakseimbangan
di sejumlah institusi keuangan serta melakukan penilaian mengenai potensi dampak
kegagalan institusi keuangan terhadap stabilitas sistem keuangan suatu negara.

Macro-prudential supervision terfokus pada aktivitas lembaga-lembaga keuangan yang


memiliki pengaruh signifikan pada pasar maupun sistem keuangan. Macroprudential
surveillance menyediakan sarana untuk memonitor dan mengatasi berbagai risiko yang
akan mengancam stabilitas sistem keuangan dan ekonomi riil secara keseluruhan. Selain
itu, macro-prudential surveillance juga dapat menyajikan penjelasan mengenai risiko
sistemik dan mitigasi dampak rembetan dari guncangan yang terjadi pada institusi
keuangan yang dapat menggangu siklus bisnis. Informasi dari Macro-prudential
supervision akan membantu para pembuat kebijakan mengenai perlunya bail-out (atau
tidak) terhadap suatu institusi keuangan yang tengah mengalami kesulitan likuiditas.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam prakteknya otoritas yang melaksanakan macro-


prudential surveillance membutuhkan akses yang cepat dan mudah terhadap data-
data micro-prudential dan kewenangan resmi tanpa hambatan untuk memperoleh data-
data tambahan lainnya jika diperlukan. Krisis keuangan global yang terjadi saat ini telah
memberikan pelajaran bahwa sangat diperlukan hubungan yang erat antara pengawas
bank (micro-prudential) dan bank sentral selaku otoritas macro-prudential dalam
merumuskan kebijakan yang tepat dan cepat pada saat-saat genting. Selain itu, untuk
menjamin efektivitas pengawasan diperlukan independensi dari otoritas pengawas makro
prudensial.

6
2.5 Pengawasan Market Conduct OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta pelaku usaha jasa keuangan terus
meningkatkan perlindungan konsumen melalui penguatan pengawasan market
conduct (perilaku pasar) sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 6/POJK.07/2022
tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan (POJK
No.6/2022).
"Dalam rangka memperkuat implementasi market conduct di sektor jasa keuangan dan
mendorong keterbukaan serta transparansi informasi kepada konsumen sektor jasa
keuangan, OJK baru saja menerbitkan ketentuan yang mengatur mengenai
implementasi market conduct yaitu Peraturan OJK No.6 Tahun 2022," kata Ketua Dewan
Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Kegiatan Tatap Muka dengan Pimpinan di
Sektor Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis.
Dalam acara yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia Airlangga Hartarto tersebut, hadir juga para pimpinan dan Asosiasi Pelaku
Industri Jasa Keuangan.
Wimboh menjelaskan, POJK No.6/2022 merupakan penyempurnaan regulasi
terkait market conduct yang mengikat para pelaku jasa keuangan, diantaranya melalui
kewajiban perancangan/pengujian produk dan layanan keuangan untuk menilai potensi
risiko kepada konsumen, serta pelaksanaan tahapan product life cycle sebelum suatu
produk dan layanan keuangan diluncurkan kepada masyarakat.
Penerapan ketentuan ini, menurutnya tidak hanya berpihak kepada konsumen namun juga
menyeimbangkan kepentingan konsumen dan pelaku usaha jasa keuangan dengan tetap
mempertimbangkan cost and benefit analysis. Hasil yang diharapkan adalah jumlah
pengaduan masyarakat atas produk dan layanan keuangan dapat berangsur-angsur
menurun seiring dengan implementasinya.
"Oleh karena itu, market conduct menjadi penting agar lembaga jasa keuangan memiliki
tanggung jawab atas instrumen keuangan atau investasi yang ditawarkan sehingga
masyarakat memiliki pemahaman yang baik mengenai risiko yang akan muncul di
kemudian hari," kata Wimboh.

7
2.6 Pelayanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Salah satu tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah agar keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat. Kepercayaan konsumen merupakan pilar utama yang
menopang perkembangan industri sektor jasa keuangan. Oleh karena itu, upaya
pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) untuk tetap menjaga kepercayaan Konsumen
adalah hal yang mutlak dilakukan. Untuk mendukung hal tersebut, pada tanggal
18 September 2018, OJK telah menerbitkan aturan baru, yaitu Peraturan OJK No.
18/POJK.07/2018 tentang Layanan Pengaduan Konsumen di Sektor Jasa
Keuangan (POJK No. 18/2018).POJK No. 18/2018 mewajibkan setiap PUJK
memiliki prosedur yang mengatur mengenai layanan pengaduan konsumen secara
tertulis. Selain itu, OJK juga mewajibkan setiap PUJK mencantumkan secara
singkat prosedur tersebut dalam perjanjian/dokumen transaksi keuangan, dan
mempublikasikannya dalam laporan tahunan, website PUJK, dan/atau media lain
yang dikelola oleh PUJK.

Pada tahap pelaksanaan, PUJK juga diwajibkan oleh OJK sebagai lembaga


pengaduan konsumen untuk memberikan informasi mengenai status penanganan
pengaduan kepada konsumen dan/atau perwakilan konsumen yang meminta
penjelasan kepada PUJK mengenai pengaduan yang diajukannya.
PUJK wajib menyampaikan laporan layanan pengaduan internal tersebut secara
triwulanan kepada OJK, yang dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah triwulanan berakhir. Kewajiban penyediaan dan pengelolaan
serta pelaporan layanan pengaduan konsumen ini berlaku juga bagi
perusahaan fintech, termasuk fintech peer to peer lending.

8
BAB III
Penutup
     3.1     kesimpulan
Otoritas jasa keuangan (ojk) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang
untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar
modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan
utama pendirian ojk adalah: pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik
di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang
jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa
keuangan. Keempat, melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran
akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu
tidak terulang kembal
Agar pembentukan otoritas jasa keuangan disertai dengan kajian-kajian akademis
untuk lebih mematangkan konsep dan format lembaga itu sehingga keberadaan ojk benar-
benar bermanfaat bagi pembangunan struktur kelembagaan perekonomian nasional.
Otoritas jasa keuangan merupakan lembaga yang bertugas mengawasi dan
menjaga stabilitas keuangan yang pada masa-masa sekarang ini sangat rawan dan
beresiko tinggi.
Otoritas jasa keuangan harus di bangun dengan adanya komunikasi dan
koordinasi yang efektif antar lembaga yang terkait.
Diharapkannya dalam pembentukan otoritas jasa keuangan bisa menghindari
jalan buntu dari undang-undang tentang bank indonesia oleh DPR.

9
3.2 Daftar Pustaka
OJK Memiliki Layanan Pengaduan Konsumen, Ini Cara Lapornya! (legistra.id)

Siaran Pers: Tingkatkan Perlindungan Konsumen, OJK Perkuat Pengawasan Market


Conduct

Tujuan, Fungsi, dan Tugas OJK | Tagar

Sejarah Berdirinya OJK di Indonesia | Tagar

aynia rohmah: makalah otoritas jasa keuangan

10

Anda mungkin juga menyukai