Nama kelompok 2 :
1. Irna (220901501067)
2. Nur Syafika Rafid (220901501068)
3. Fitrianti (220901501069)
4. M. Naim Ridwan (220901501074)
5. Asma (220901502081)
6. Ananda Djafar (220901502084)
7. Zynta Fatimah Keisyalita ( 220901502138)
KELAS E
PRODI AKUNTANSI S-1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok dari Bapak Masdar Ryketeng S.pd, M.Acc pada mata kuliah Bank
dan Lembaga Keuangan, dengan judul “BI, OJK, dan Lembaga Penjamin ( Case Method) ”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak. Masdar Ryketeng S.pd,
M.Acc selaku dosen Bank dan Lembaga Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada
di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Meskipun latar belakang pendirian lembaga pengawas jasa keuangan terpadu berbeda di
setiap negara, namun untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara terintegrasi tersebut, OJK
telah siap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai lembaga pengawas jasa
keuangan secara terintegrasi. Indonesia sudah pernah mengalami krisis keuangan dahsyat pada
1997-1998, yang disebabkan guncangan di sektor perbankan. Berdasarkan studi dan
pengalaman krisis tersebut, pemerintah menilai sistem pengawasan yang tepat bagi Indonesia
adalah terintegrasi, atau unified supervisory model. Meskipun secara umum sudah melepas
pengawasan bank ke OJK, tetapi BI masih punya peran. BI harus tetap memperoleh data-data
terkait perkembangan perbankan nasional sebagai dasar untuk menentukan arah kebijakan
moneter. BI juga tetap bekerja sama dengan OJK dalam hal pengawasan bank berdampak
sistemik yang bisa mempengaruhi seluruh sistem keuangan.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian OJK dan BI?
2. Apa saja tugas BI dan OJK?
3. Apa saja fungsi BI dan OJK?
4. Apa saja wewenang BI dan OJK?
5. Apa pengertian Lembaga penjamin?
6. Apa pengertian Lembaga penjamin konvensional?
7. Apa itu Lembaga penjamin syariah?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian OJK dan BI
2. Dapat mengetahui apa saja tugas BI dan OJK
3. Dapat mengetahui apa saja fungsi BI dan OJK
4. Dapat mengetahui pengertian Lembaga penjamin
5. Dapat mengetahui pengertian Lembaga penjamin konvensional
6. Dapat mengetahui Lembaga penjamin syariah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
nilai rupiah arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin
dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya. baik
dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan suku
bunga (BI Rate). Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui peranti
moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi pasar terbuka. Penentuan
tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan.
Pendekatan pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah dilakukan sejak
1983 dengan mekanisme operasional yang disesuaikan dengan dinamika
perkembangan pasar uang di dalam negeri.
8
2.3 Fungsi BI dan OJK
Fungsi BI, antara lain :
1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang
baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indone- sia, dinyatakan berlaku pada
tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6/ 2009. Undang- undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai
suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apa pun dari pihak mana pun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih
efektif dan efisien.
2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai Badan Hukum Status Bank Indonesia
Status dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai Badan Hukum Status Bank
Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan
dengan undang-undang sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-
undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
9
• Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
pendirian
• Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito, dan tabungan
• Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman
dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-
waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan.
Mungkin Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibekukan
usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak kredit yang
bermasalah atau macet.
3. Penyalur dana, Dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta
tetap.
4. Pelayan jasa, Bank dalam mengemban tugas sebagai "pelayan lalu- lintas pembayaran
uang melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Fungsi OJK :
10
a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
b. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan dan pencadangan bank;
b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
c. Sistem informasi debitur;
d. Pengujian kredit (credit testing); dan
e. Standar akuntansi bank.
a. Manajemen risiko;
4. Pemeriksaan bank.
Pasal 8, terkait pengaturan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) yang meliputi :
11
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,
Pasal 9, terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi:
Eksekutif;
4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/ atau pihak
tertentu;
12
nasabah perbankan di Indonesia, maka LPS ini dibuat untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan terhadap masyarakat yang menitipkan simpanannya di bank. LPS menjamin
simpanan di bank sampai jumlah maksimum yang ditentukan sesuai aturan.
Fungsi LPS adalah :
• Menjamin simpanan nasabah penyimpanan
• Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannya
1. Kelayakan Usaha
13
Penjaminan pembiayaan hanya diberikan apabila kreditur dan penjamin
pembiayaan berpendapat proposal/ proyek layak dibiayai. Apabila salah satu
pihak menyatakan tdak layak, maka tdak bisa diterbitkan penjaminannya.
2. Supplementary System
Penjaminan pembiayaan ini, merupakan pelengkap dari suatu pembiayaan.
Penjaminan pembiayaan diterbitkan setelah adanya akad pembiayaan antara
kreditur dan debitur.
3. Pelengkap Agunan Penjaminan pembiayaan diberikan kepada debitur yang
belum memenuhi persyaratan teknis perbankan termasuk dalam hal kecukupan
agunan (belum bankable).
4. Pembayaran Subrogasi
Subrogasi adalah pengalihan utang sejumlah klaim yang dibayar lembaga
penjamin pembiayaan kepada kreditur atas kemacetan pembiayaan kreditur, dari
yang semula utang debitur kepada kreditur menjadi utang debitur kepada lembaga
penjaminan pembiayaan. Penarikan subrogasi ini tetap menajadi tugas kreditur.
15
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan Undang- Undang OJK Nomor 21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan
adalah lembaga negara yang dibentuk dan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan keuangan di dalam sektor jasa keuangan
baik di sektor jasa Perbankan, Pasar Modal, dan sektor jasa Industri Keuangan Non Bank atau
IKNB seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan
lainnya.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU
tentang Bank Indonesia.Sebagai lembaga yang independen, Bank Indonesia (BI) memiliki
otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya. Disamping itu, untuk lebih menjamin
independensi tersebut, maka kedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah.
16
STUDI KASUS
Lembaga Penjamin Dana Simpanan (LPS) adalah contoh nyata dari lembaga
penjamin dalam industri perbankan di Indonesia. LPS didirikan pada tahun 2004 sebagai
tanggapan terhadap krisis keuangan di Asia pada tahun 1997-1998. Fungsi utama LPS
adalah melindungi dana nasabah yang disimpan di bank-bank yang menjadi anggotanya.
Berikut adalah contoh studi kasus:
Latar Belakang
Pada tahun 2020, Bank XYZ, salah satu bank besar di Indonesia, mengalami kesulitan
keuangan yang serius karena investasi yang buruk. Bank tersebut mulai mengalami
masalah likuiditas dan diambang kebangkrutan.
Hasil:
17
LPS berhasil memberikan perlindungan kepada nasabah Bank XYZ dengan
mengganti dana mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Proses ini memberikan
keyakinan kepada masyarakat bahwa sistem perbankan Indonesia memiliki perlindungan
yang kuat terhadap risiko keuangan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bimo, W. A., & Tiyansyah, A. (2019). Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Mengawasi
Pinjaman Berbasis Teknologi Informasi (Fintech Lending). Moneter: Jurnal
Keuangan dan Perbankan, 7(1), 16-33.
Pinem, J. (2021). Kedudukan Hukum Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009. Lex Privatum, 9(12).
Prof. Dr.Thamrin abdullah, M.pd.,M.M (2018). Bank & Lembaga Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Tiar Lina. S. & Ananda Dewi . N. F ( 2022). Bank Dan Lembaga Keuangan Non Bank. Jawa
Tengah: Pustaka Rumah Cinta
Tirta Segara (2019). Otoritas Jasa Keuangan.
19