OLEH
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Fungsi dan Peranan Lembaga
Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan
baik. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kupang, 1 September 23
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Lembaga Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan 5
2.2 Bentuk-bentuk Lembaga Keuangan 6
2.3 Peran dan fungsi Lembaga Keuangan dan Penjamin Simpanan 11
STUDI KASUS
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga Keuangan
Kegiatan
Bank Bukan bank
Penghimpun Hanya secara tidak langsung
dana Secara langsung berupa simpanan dana
dari masyarakat (terutama
masyarakat (tabungan, giro, deposito)
melalui kertas berharga, dan
Secara tidak langsung dari masyarakat bisa juga dari penyertaan,
(kertas berharga, pernyataan, pinjaman/kredit dari lembaga
pinjaman/kredit dari lembaga lainnya lain)
Secara praktis kedua lembaga keuangan ini sama-sama bertugas sebagi agent of development.
Artinya keputusan dan peran mereka bukan semata-mata untuk mengejar profit, namun lebih
dari itu yaitu sebagai pendorong pembangunan.
2.3 Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan
a. Peran Lembaga Keuangan Dalam Proses Intermediasi
Intermediasi keuangan adalah proses pembelian dana dari unit surplus (penabung) untuk
selanjutnya disalurkan kembali kepada unit defisit (peminjam), yang terdiri dari sektor
usaha, pemerintah dan individu/rumah tangga. Dengan kata lain, intermediasi keuangan
merupakan kegiatan pengalihan dana dari penabung (lenders) kepada peminjam (borrowers).
Pengalihan ini dilakukan oleh lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi. Lembaga
keuangan memiliki peran pokok dalam proses pengalihan dana dalam perekonomian. Proses
intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang
diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder
kepada penabung atau unit surplus. Sekuritas primer antara lain dapat berupa saham,
obligasi, commercial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya. Sementara sekuritas sekunder
dapat berupa simpanan dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito,
polis asuransi, reksa dana, dan sebagainya. Bagi penabung simpanan tersebut merupakan
aset finansial (financial assets), sedangkan bagi bank merupakan utang (financial liabilities).
Selanjutnya, sekuritas sekunder tersebut dapat dialihkan menjadi aset finansial, misalnya
dengan cara memberi pinjaman kepada unit defisit atau dengan membeli surat-surat berharga
di pasar uang dan pasar modal. Lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi memiliki
peran yang sangat strategis dalam proses intermediasi keuangan sebagai berikut:
1. Pengalihan aset (asset transmutation)
Lembaga keuangan depositori memiliki aset dalam bentuk “janji-janji untuk membayar”
oleh debitur. Bentuk janji-janji tersebut pada dasarnya adalah kredit yang diberikan
kepada unit defisit dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan dengan peminjam. Lembaga diatur menurut kebutuhan penabung.
Lembaga keuangan dibagi menjadi keinginan nasabah penabung dan debitur. Proses
pengalihan kewajiban finansial oleh lembaga keuangan jadi Bank menjadi aset finansial
disebut transmutasi kekayaan atau asser transmutation.
2. Realokasi pendapatan (income realocation) dan menyimpan barang, misalnya: rumah,
tanah, sekunder yang dikeluarkan lembaga keuangan, reksa dana, program pensiun, dan
sebagainya, aset dengan alternatif pertama dan risiko kerugiannya juga asuransi jiwa,
likuid dibandingkan relatif sangat kecil.
Satu tahun setelah beroperasinya OJK tepatnya pada tahun 2006, Lembaga Penjamin
Simpanan melakukan analisis terhadap beberapa Bank Perkreditan Rakyat dengan status
dalam pengawasan khusus guna menentukan tindakan atau langkah yang tepat yang akan
diambil Lembaga Penjamin Simpanan terhadap Bank Perkreditan Rakyat tersebut. Untuk
dapat menyajikan data dan informasi terkini mengenai kondisi bank dalam pengawasan
khusus, Lembaga Penjamin Simpanan melakukan kordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan
selaku lembaga pembina dan pengawas perbankan di Indonesia. Dalam melakukan analisis
penanganan bank gagal, Lembaga Penjamin Simpanan berkordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan dan melakukan due diligence ke bank yang bersangkutan untuk memperoleh
kondisi dan data/informasi terkini, melakukan analisis terhadap permasalahan bank secara
menyeluruh, membuat perhitungan cost lower test, membuat rekomendasi sebagai bahan
pertimbangan dalam memutuskan penyelamatan bank gagal. Pada tahun 2018, terdapat satu
bank umum yang mendapat izin perubahan kegiatan usaha dari Bank Umum Konvensional
menjadi Bank Umum Syariah, yaitu PT. Bank NTB. Sementara, disisi lain terdapat 6 BPR
yang mendapat izin usaha baru, 7 BPR dicabut izin usahanya, dan 28 BPR melakukan
penggabungan usaha. Guna memberitahukan pelaksanaan pembayaran klaim penjaminan
simpanan layak bayar, maka Lembaga Penjamin Simpanan menyampaikan pengumuman
yang ditempel di Tempat Tim Likuidasi BPR bekerja dengan tujuan agar informasi tersebut
dapat diketahui oleh nasabah yang bersangkutan. Materi pengumuman selain dimulainya
pembayaran, juga informasi tentang syarat pengajuan klaim, antara lain nasabah datang ke
bank pembayar membawa dan menyampaikan bukti kepemilikan simpanan, bukti identitas
diri, mengisi dan menyerahkan formulis yang dipersyaratkan dan menyampaikan keterangan
dan/pernyataan pihak bank/tim likuidasi.
STUDI KASUS II
Dilansir dari Detik.com Jakarta - Kasus Bank Century mencuat ketika Pemerintah melalui
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 6,76 triliun untuk
menyelamatkan bank tersebut. Jumlah ini menjadi begitu besar dan menarik perhatian
masyarakat karena dana penyelamatan Bank Century semula diperkirakan hanya sebesar
Rp 632 miliar. Kenaikan jumlah ini mengakibatkan berbagai tudingan kepada Bank
Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan sebagai penentu kebijakan penyelamatan Bank
Century pada 20 November 2008 melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Dari kasus
ini isu utama yang dipermasalahkan adalah mengenai tepat atau tidaknya keputusan
penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah pada November 2008. Pemerintah melalui BI
dan Departemen Keuangan berpendapat bahwa penyelamatan Bank Century melalui
suntikan dana tersebut sudah tepat dengan alasan untuk menghindari risiko sistemik yang
mungkin timbul dari ditutupnya bank tersebut sehingga dikhawatirkan terulangnya kembali
krisis keuangan seperti tahun 1998. lalu. Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa
keputusan menyelamatkan Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang negara yang
merupakan uang rakyat alasan mengenai kemungkinan terjadinya risiko sistemik kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Menurut pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan bank ini
ditutupnya Bank Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem perbankan negara kita
karena secara market share Bank Century hanya mempunyai mencakup 0,1% jumlah
nasabah perbankan di Indonesia. Selain itu aset Bank Century hanya berjumlah 0,3% dari
total aset perbankan Indonesia. Melihat potensi kerugian yang begitu besar diperlukan
langkah-langkah yang tepat guna mencegah atau meminimalisir akibat terjadinya systemic
risk. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain menyusun langkah-langkah antisipasi dalam
rangka pengelolaan risiko dan perbaikan pada sistem perbankan dan keuangan Negara ini.
Selama ini sistem keuangan dan perbankan kita masih mengacu kepada UU Bank Indonesia
dan UU Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). RUU Jaring Pengaman Sektor Keuangan
(JPSK) yang diajukan oleh Pemerintah sejak April 2008 masih mengalami jalan buntu dalam
pengesahannya. RUU JPSK ini disiapkan Pemerintah setelah krisis keuangan di Amerika
terbukti berpengaruh besar bagi perekonomian dunia. Selain mengatur hal-hal yang umum
dalam hal pengelolaan risiko peraturan ini diharapkan mampu menjadi dasar hukum yang
kuat bagi langkah-langkah yang ditempuh oleh Pemerintah. Peraturan ini juga harus memuat
berbagai kewenangan yang jelas kepada pejabat Negara yang berhak mengambil keputusan
terkait proses pengelolaan risiko sistem perbankan. Dengan demikian perangkat analisis dan
peraturan yang baik diharapkan bisa mengurangi polemik dan potensi risiko sehingga kasus
seperti Century tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lembaga keuangan merupakan badan usaha yang mengumpulkan aset dalam benuk dana dari
masyarakat dan disalurkan untuk pendanaan proyek pembangunan serta kegiata ekonomi
dengan memperoleh hasil dalam bentuk bunga sebesar presentase tertentu dan besarnya dana
yang disalurkan. Sekalipun perbankan konvensional telah menjadi bagian utama dalam
menjalankan roda ekonomi namun masih banyak kalangan ulama menyatakan bahwa bunga
yang diperoleh dari aktivitas perbankan tidak sesuai dengan ajaran islam. Lembaga keuangan
merupakan bagian utama dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani
masyarakat keuangan. Lembaga keuangan utama adalah bank dengan bantuan lembaga
keuangan dalam jumlah besar. Secara lembaga keuangan berperan sebagai lembaga karena
peran mereka telah dianggap sangat sistematis dan urgen.
3.2 Saran
Saran ini kami tujukan kepada masyarakat pada umumnya bahwa perbankan adalah rekan
yang paling tepat untuk investasi. Dalam prakteknya transaksi dengan bank akan lebih
mudah dan praktis dibandingkan dengan model investasi lain. Seperti telah dijelaskan pada
Bab pembahasan bahwa melakukan penyimpanan di bank juga mendapatkan jaminan dari
lembaga pemerintah yaitu Lembaga Penjamin Simpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Oleh Hj, Nunung Nurhayati, Meddy Nurpratama,
Agus Yudianto, Penerbit Lindan Bestari. 2020
https://lps.go.id PLPS 4 2019 lampiran.