Anda di halaman 1dari 15

OTORITAS JASA KEUANGAN ( OJK )

DISUSUN OLEH

TRY RAHAYU ( 2129081058 )

PUTRI NUR FATHIA ( 2229081190 )

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN (02)

MATAKULIAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN


2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmatnya dan karunia-Nya . Sehingga kami semua dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Kami semua mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irvan Muhrizal, S.E, M.Si Sebagai
dosen pengampu kami di mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan lainnya . Dan semua
pihak yang telah membagi sebagai pengetahuannya kepada kami , sehingga kami me
yelesaikan makalah ini dengan judul “ OTORITAS JASA KEUANGAN ( OJK ) ”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Bank dan Lembaga Mata Kuliah lainnya. Selain itu , makalah ini
yang bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca dan juga penulis.

Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami . Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini .

Medan, 11 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................. 1

Daftar Isi....................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 3

A. Latarbelakang ................................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah............................................................................................................. 3
C. Tujuan .............................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 4

A. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)............................................................................. 4


B. Peran dan Fungsi OJK....................................................................................................... 5
C. Struktur Organisasi OJK................................................................................................... 7
D. Regulasi dan Peraturan OJK............................................................................................. 9
E. Dampak OJK Pada Ekonomi Indonesia ........................................................................... 10
F. Isu dan Tantangan OJK..................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Sekarang ini, terdapat kecenderungan munculnya konglomerasi bisnis di sektor jasa
keuangan. Munculnya konglomerasi bisnis tersebut disebabkan karena beberapa faktor,
antara lain keinginan suatu lembaga jasa keuangan untuk meningkatkan pertumbuhan
bisnis secara anorganik dengan mengakuisisi lembaga jasa keuangan lainnya, melakukan
diversifikasi layanan produk dan jasa keuangan yang lebih komprehensif sesuai dengan
tuntutan masyarakat serta keinginan untuk melakukan ekspansi bisnis ke sektor jasa
keuangan lainnya. Beberapa lembaga keuangan besar yang ada di Indonesia saat ini
seperti Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI, dan lainnya telah mengalami transformasi
kegiatan usaha yang dulunya hanya sebagai bank saja, namun saat ini menjelma menjadi
konglomerasi keuangan yang bukan hanya menjual produk dan jasa perbankan
melainkan juga menjual produk dan jasa keuangan lainnya.
Bank-bank tersebut menjadi konglomerasi keuangan dengan memiliki anak
perusahaan di sektor perbankan syariah, perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi,
perusahaan sekuritas, manajer investasi, dan lainnya. Dengan munculnya konglomerasi
bisnis di sektor jasa keuangan tersebut, maka apabila pengaturan dan pengawasan
dilakukan oleh otoritas atau lembaga yang berbeda dikhawatirkan menimbulkan potensi
masalah, mengingat masingmasing otoritas memiliki tujuan dan kepentingan
pengawasan yang berbeda. Dengan lahirnya OJK, maka pengawasan terhadap lembaga
jasa keuangan yang berbeda-beda tersebut menjadi satu dan terintegrasi. Pengaturan dan
pengawasan konglomerasi di sektor jasa keuangan dapat dilaksanakan secara terintegrasi,
efektif, dan efisien melalui satu otoritas pengawasan yang sama yaitu OJK.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asal usul atau sejarah perkembangan OJK ?
2. Apa tujuan serta peran OJK ?
3. Bagaimana dampak OJK pada ekonomi Indonesia ?
4. Apa saja isu dan tantangan OJK ?
5. Bagaimana regulasi dan peraturan dalam OJK ?

C. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud OJK
serta apa yang melatarbelakangi adanya OJK dibentuk diIndonesia serta memberi
pemahaman kepada pembaca agar menabag wawasan tentang OJK ini .

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)


Sesuai dengan amanah pasal 34 Undang-Undang No 23 tahun 1999 sebagaimana diubah
dengan UU No 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia telah lahir Undang-Undang No. 21
tahun 2008 tentang Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). UU tersebut diberlakukan
mulai 1 Januari 2013. Lembaga Independen tersebut akan ditugaskan untuk mengatur dan
mengawasi lembaga keuangan bank dan non-bank. Lembaga keuangan non-bank seperti
Asuransi, Dana Pensiun, Bursa Effek/Pasar Modal, Modal Ventura, Perusahaan Anjak
Piutang, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Dengan mulai
beroperasinya Lembaga tersebut, maka sejak republik ini berdiri baru pertamakalinya lahir
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengawasi lembaga secara terintegrasi yaitu
lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga independen tersebut akan mengambil alih
tugas pengawasan lembaga keuangan bank dan non yang selama ini dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai pengawas Bank dan Bapepam-LK untuk lembaga keuangan non bank
sebagaimana disebutkan di atas.
Pada tahun 2004, pemerintah dan DPR hanya bisa merevisi UU BI. Di dalam UU BI
yang baru, No.3/2004, ada dua ayat soal OJK. Rinciannya:
1. Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-undang;
2. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Namun lagi-lagi amandemen UU itu meleset dari yang diharapkan. Batas waktu kembali
terlewati. Sampai tutup buku tahun 2010, UU OJK masih belum selesai. RUU OJK yang
akan disahkan dalam rapat paripurna pada 17 Desember 2010 malah menemui jalan buntu,
karena pemerintah dan DPR tak menemui kata sepakat terhadap struktur dan tata cara
pembentukan Dewan Komisioner OJK.

Tahun 2011 menjadi sejarah baru bagi Indonesia, terutama bagi sistem keuangan di
Indonesia. Pimpinan DPR, Priyo Budi Santoso, Akhirnya mengetuk palu tanda disetujuinya
pengesahan rancangan Undangundang Otoritas Jasa Keuangan (RUU OJK) Menjadi
Undang-undang dalam rapat paripurna DPR, pada Kamis 27 Oktober 2011. Dalam
keputusan tersebut disebutkan supaya panitia seleksi DK OJK harus terbentuk awal 2012.

Pada awal tahun 2012, Presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam pemilihan calon
anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang secara keseluruhan terdiri dari 9
orang. Menteri Keuangan Agus Martowardjojo terpilih menjadi ketua seleksi sekaligus
anggota, sedangkan anggota lainnya adalah Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin
Nasution, DirekturJenderal Pajak Fuad Rahmany, Wakil Menteri BUMN Mahmuddin

4
Yasin, dan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah. Kemudian Komisaris Bank Mandiri
Gunarni Soeworo mewakili lembaga keuangan/perbankan, mantan Direktur BEI Mas
Achmad Daniri mewakili pasar modal, Komisaris Wana Arthalife Ariyanti Suliyano
mewakili asuransi/lembaga jasa keuangan non bank, dan akademisi Muhammad Chatib
Basri. Pada pertengahan tahun 2012, anggota sekaligus Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya
berjumlah 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat.

Pada tahun 2013, Bapepam-LK akan melebur ke OJK dan sebagian pekerja dari lembaga
ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Selain itu, OJK akan mulai dalam penarikan
iuran dari industri keuangan non bank. Setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK
melebur ke OJK, diharapkan tahun 2014 adalah serah terimanya pengawasan perbankan
dari tangan bank sentral ke OJK.

fungsinya tidak akan tumpang tindih, sebab OJK secara organisatoris akan terdiri atas
tujuh dewan komisioner. Ketua Dewan Komisioner akan membawahkan tiga anggota
Dewan Komisioner yang masing-masing mewakili perbankan, pasar modal, dan Lembaga
Keuangan Non Bank (LKNB). Kewenangan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia
akan dikurangi, namun Bank Indonesia masih mendampingi pengawasan. Kalau selama ini
mikro dan makro prudensialnya di Bank Indonesia, nanti OJK akan fokus mengenai mikro
prudensialnya

“Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam Undang-undang.” (Pasal 2 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan). OJK berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan
dapat memiliki kantor di dalam dan di luar Negara Republik Indonesia yang dibentuk sesuai
kebutuhan. Kantor regional II dengan cakupan wilayah Provinsi Jawa Barat dan memiliki
beberapa Kantor Otoritas Jasa Keuangan (KOJK) wilayah guna menunjang kinerja.
Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang dianggap layak untuk memiliki KOJK
wilayah, dengan cakupan wilayah Tasikmalaya kota & kabupaten, Ciamis, Banjar,
Pangandaran.

B. PERAN , FUNGSI DAN TUJUAN OJK


Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi
kepentingan konsumen maupun masyarakat. Pasal ini memperjelas tujuan dibentuknya OJK
yang tidak hanya melakukan pengawasan prudential (kehati-hatian) bagi semua lembaga
jasa keuangan di Indonesia, melainkan juga melakukan pengawasan market conduct sebagai
upaya perlindungan konsumen bagi pengguna produk dan jasa keuangan.
Dengan terbentuknya OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung kepentingan
sektor jasa keuangan secara menyeluruh yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing
lembaga jasa keuangan itu sendiri dalam rangka mendukung perekonomian nasional. Selain
itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional industri jasa keuangan dalam hal

5
pengelolaan sumber daya manusia, pengoperasian, pengendalian, dan kepemilikan di sektor
jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Sementara berdasarkan pasal 6 Undang-Undang tersebut, tugas utama OJK adalah
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut: Pasal 7, khusus terkait
pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang meliputi:

1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:


a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
b. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan dan pencadangan bank;
b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
c. Sistem informasi debitur;
d. Pengujian kredit (credit testing); dan
e. Standar akuntansi bank.
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
a. Manajemen risiko;
b. Tata kelola bank;
c. Prinsip mengenal nasabah dan anti-pencucian uang; dan
d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.
4. Pemeriksaan bank.
Pasal 8, terkait pengawasan di sektor jasa keuangan (Perbankan, Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya):
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK;
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

6
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
lembaga jasa keuangan;
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,
dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Pasal 9, terkait terkait pengawasan di sektor jasa keuangan (Perbankan, Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya)
meliputi:

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;


2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/ atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/ atau pihak
tertentu;
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
8. Memberikan dan/ atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan
usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain,
sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

C. STRUKTUR ORGANISASI OJK

Struktur organisasi OJK terdiri atas :

1. Dewan Komisioner OJK

a. Ketua merangkap anggota;


b. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa
Karbon merangkap anggota;

7
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun merangkap
anggota;
f. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura,
Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap
anggota;
g. Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan
Digital, dan Aset Kripto merangkap anggota;
h. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan
Pelindungan Konsumen merangkap anggota;
i. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
j. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur
Bank Indonesia; dan
k. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat
Eselon I Kementerian Keuangan.

2. Pelaksana Kegiatan Operasional

a. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;


b. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor
Perbankan;
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa
Karbon memimpin bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan
Bursa Karbon;
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun memimpin
bidang Pengawasan Sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun;
f. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura,
Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga
Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya;
g. Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan
Digital dan Aset Kripto memimpin bidang Pengawasan Sektor Inovasi Teknologi
Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto;
h. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan
Pelindungan Konsumen memimpin bidang Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa
Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen; dan
i. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko.

8
D. REGULASI DAN PERATURAN OJK

Otoritas jasa keuangan ( OJK) mengeluarkan berbagai peraturan dan regulasi untuk
sector jasa keuangan di Indonesia . berikut adalah beberapa peraturan dan regulasi penting
yang dikeluarkan oleh OJK :

1. POJK Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang


dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan
2. POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi
3. POJK Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian.
4. POJK Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi
Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank
5. POJK Nomor 22/POJK.01/2015t entang Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa
Keuangan.
6. POJK Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan.
7. POJK Nomor 26/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minumum
Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan.
8. POJK Nomor 25/POJK.03/2015 tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing
Terkait Perpajakan kepada Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra.
9. POJK Nomor 7/POJK.05/2014 tentang Pemeriksaan Lembaga Penjaminan.
10. POJK Nomor 6/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga
Penjaminan.
11. POJK Nomor 5/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga
Penjaminan.
12. POJK Nomor 14/POJK.05/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi
Dalam Negeri
13. POJK Nomor 10/POJK.03/2015 entang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
14. POJK Nomor 8/POJK.04/2015tentang Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik.
15. POJK Nomor 6/POJK.03/2015 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank.
16. POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Perkreditan
Rakyat.
17. POJK Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan
Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat.
18. Peraturan OJK tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank
19. Peraturan OJK tentang Agen Penjual Efek Reksadana
20. Peraturan OJK tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Memberi Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu
21. Peraturan OJK tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan
Pembiayaan
22. Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
23. Peraturan OJK tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan

9
24. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.04/2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajer Investasi dirilis dalam rangka profesionalisme
serta perlindungan nasabah, Manajer Investasi perlu meningkatkan kualitas fungsi-
fungsinya.
25. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.05/2014 tentang Penilaian Tingkat
Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank disusun dalam rangka mewujudkan sektor
jasa keuangan non-bank yang sehat dan akuntabel.

E. DAMPAK OJK BAGI EKONOMI INDONESIA

Otoritas Jasa Keuangan memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengatur sector
jasa keuangan di Indonesia . Dampaknya terhadap ekonomi di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Perlindungan Konsumen
OJK bertanggung jawab untuk melindungi konsumen layanan keuangan. Hal ini
membantu menciptakan kepercayaan di pasar, yang mendukung pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam aktivitas
perbankan daninvestasi.
2. Stabilitas system keuangan
OJK berperan dalam menjaga stabilitas system keuangan dan melindungi ekonomi
dari guncangan yang dapat timbul akibat masalah sector keuangan.
3. Pengawasan industry keuangan
OJK mengawasi perusahaan asuransi perbankan , pasar modal, dan membantu
memastikan bahwa pelaku industry beroperasi sesuai dengan standart yang ditetapkan
, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan dan perkkembangan sector- sector
ini.
4. Pengembangan inovasi keuangan
OJK berperan dalam mendukung inivasi keuangan . imenciptakan peluang bagi sector
keuangan untuk mengembangkan produk dan layanan baru, yang dapat memberikan
kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak OJK tergantung pada sejauh mana mereka
menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dengan efektif. Upaya untuk memastikan tata
kelola yang baik dan trasparansi dalam menjalankan tugas –tugas ini penting untuk mencapai
dampak positif bagi ekonomi Indonesia. Beberapa uapaya yang dapat dilakukan sebagai
berikut :

1. Melaksanakan peraturan dan regulasi


2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan rutin
3. Melakukan Pelaporan dan transparansi
4. Melakukan Edukasi dan kesadaran
5. Menegakkan Hukum OJK

10
Dengan melakukan upaya-upaya diatas OJK berusaha untuk menciptakan lingkungan yang
lebih aman dan terpercaya di sector keuangan Indonesia. Hal ini diharapkan akan mendukung
pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memberikan kontibusi posisitf bagi ekonomi
Negara tersebut.

F. ISU DAN TANTANGAN OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan ada 5 tantangan yang akan dihadapi
perbankan pada 2023, di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu pada tahun depan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan

tantangan pertama, yaitu respon dari kebijakan pasca-pandemi Covid-19. "Sebagai


regulator, OJK perlu mempertimbangkan pemulihan dari scarring effect dan cliff effect akibat
pandemi," katanya dalam webinar pada Selasa (20/12/2022).

Kedua, tantangan yang akan dihadapi berupa volatility, uncertainty, complexity, dan
ambiguity (VUCA). Pada tahun depan, menurutnya perbankan dihadapkan pada volatilitas
harga hingga ketidakpastian rantai pasok global.

Ketiga, kekhawatiran adanya spill over effect atau fenomena ekonomi yang timbul akibat
kebijakan. "Inflasi yang belum stabil, kemudian suku bunga tinggi, terus terjadi perlambatan
ekonomi, serta kenaikan harga energi mesti diantisipasi perbankan," ujar Dian.

Keempat, perkembangan teknologi. Menurutnya, pesatnya perkembangan teknologi


seperti metaverse hingga kripto mesti disadari dengan kesiapan pada people process dan
lainnya.

Kelima, bisnis perbankan yang menuju keberlanjutan. Menurutnya, perubahan iklim


menuntut berbagai industri termasuk perbankan harus seiring dengan prinsip keberlanjutan.
Ini kemudian ditindaklanjuti dengan sejumlah kebijakan seperti nol emisi karbon.

Dengan berbagai tantangan pada 2023 itu, OJK pun akan fokus pada program kerja yang
sudah dirancangnya. OJK misalnya melakukan penguatan organisasi dan SDM dalam
pengawasan menggunakan teknologi atau supervisory technology (suptech). OJK juga gencar
mendorong agar bank memenuhi ketentuan batas minimum modal inti Rp3 triliun pada akhir
2022. Konsolidasi perbankan juga diperkuat. Kemudian, ada Peraturan OJK (POJK) terkait
pengembangan SDM perbankan. Integritas industri jasa keuangan juga diperkuat melalui
strategi anti-fraud. Untuk menghadapi tantangan itu, OJK juga telah melakukan perpanjangan
restrukturisasi kredit secara terbatas hingga 2024. Sebelumnya, aturan OJK menetapkan
bahwa relaksasi kredit restrukturisasi berakhir pada 31 Maret 2023. Namun, pada bulan lalu
(28/11/2022) OJK resmi memperpanjang kebijakan tersebut secara bersyarat selama 1 tahun
sampai 31 Maret 2024.

OJK mengelompokkan sektor tertentu ke dalam tiga segmen, yakni segmen UMKM
yang mencakup seluruh sektor, sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum dan
beberapa industri yang menyediakan lapangan kerja besar, industri tekstil dan produk tekstil
(TPT) serta industri alas kaki. Meski begitu, OJK tetap optimis kinerja perbankan masih

11
moncer pada 2023. Dian mengatakan bahwa mengacu pada asesmen rencana bisnis bank
yang sudah dikompilasi pada tahun ini, diproyeksikan kredit pada 2023 akan tumbuh di
semua sektor dengan mesin utama pertumbuhan adalah sektor perdagangan besar dan eceran.
Dian juga menambahkan bahwa sektor industri pengolahan juga akan menjadi motor
pertumbuhan kredit. Dari jenisnya, kredit modal kerja diperkirakan mendominasi permintaan
pada tahun depan. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga optimis sektor
keuangan, terutama perbankan mampu menghadapi gejolak ekonomi tahun depan. "Kita
harapkan semuanya tetap tumbuh dengan proses antisipasi dan kewaspadaan," ujarnya saat
ditemui setelah acara Pertemuan Tahunan BI 2022, bulan lalu (30/11/2022). Menurutnya,
masing-masing indikator perbankan memang mengalami dinamika yang berbeda-beda. "Tapi
yang penting keseluruhan, ekosistem dan kesehatan industri keuangan tetap baik dan
diharapkan mampu mendongkrak perekonomian," ungkap Mahendra.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam Undang-undang Lembaga independen tersebut akan mengambil alih tugas
pengawasan lembaga keuangan bank dan non yang selama ini dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai pengawas Bank dan Bapepam-LK untuk lembaga keuangan non bank.
Pada awal tahun 2012, Presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam pemilihan calon
anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang secara keseluruhan terdiri dari 9
orang. Pada pertengahan tahun 2012, anggota sekaligus Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya
berjumlah 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat..
Dengan terbentuknya OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung kepentingan
sektor jasa keuangan secara menyeluruh yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing
lembaga jasa keuangan itu sendiri dalam rangka mendukung perekonomian nasional. Selain
itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional industri jasa keuangan dalam hal
pengelolaan sumber daya manusia, pengoperasian, pengendalian, dan kepemilikan di sektor
jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

13
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/2808/11/BAB%20I.pdf

https://scholar.google.co.id/scholar_url?url=https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/
article/download/
716/769&hl=id&sa=X&ei=1WolZcO_Apf4yASKtq8I&scisig=AFWwaeaUL1RtYjJnCAwSj
qoTdU3q&oi=scholarr

http://repositori.unsil.ac.id/6111/7/11.%20BAB%20III.pdf

https://ojk.go.id/id/tentang-ojk/pages/struktur-organisasi.aspx

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/LiterasiPerguruanTinggi/assets/pdf/Buku%201%20-
%20OJK%20dan%20Pengawasan%20Mikroprudensial.pdf

https://ojk.go.id/id/regulasi/otoritas-jasa-keuangan/peraturan-ojk/default.aspx

https://finansial.bisnis.com/read/20221221/90/1610537/ojk-ungkap-5-tantangan-yang-
dihadapi-perbankan-pada-2023

14

Anda mungkin juga menyukai