Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

TUGAS

Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2

Dosen Penanggungjawab : Wa Ode Suwarni, SE.,M,Sc

Disusun Oleh

RISDAYANTI (19320044)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat taufik hidayahNYa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Otoritas Jasa Keuangan (OJK)” mata kuliah “AKUNTANSI
KEUANGAN LANJUUTAN 2” dengan lancar dan baik. Semoga Makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca pada umumnya.

Harapan penulis mudah–mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat


menambah pengetahuan bagi pembaca. Saya akui makalah ini mungkin masih
jauh dari sempurna, sehingga penulis mohon maaf apabila ada kesalahan baik
dalam kata-kata maupun dalam penulisan makalah ini. Untuk itu diharapkan bagi
pembaca untuk memberi masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah yang baik dan benar.

Bau–Bau, 9 November 2022

Penyusun

Risdayanti
19320044

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

2.1. Pengertian OJK (Otoritas Jasa Keuangan) .................................. 2


2.2. Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan .......................................... 2
2.3. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan ............................. 3
2.4. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan ........................... 3
2.5. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat ................................... 4
2.6. Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan ............................................... 4
2.7. Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan .............................. 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 6

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah
membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan untuk membentuk Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-
undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun Otoritas Jasa
Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU, nyatanya
sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum ada,
sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi,
menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan


disahkan oleh DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam
Lembaran Negara Republik pada tanggal 22 November 2011. Berikut merupakan
ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011.OJK berkedudukan di
ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka masalah yang di bahas adalah
sebagai berikut:

1. Jelaskan Pengertian OJK (Otoritas Jasa Keuangan)?


2. Jelaskan Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan?
3. Jelaskan Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan?
4. Jelaskan Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan?
5. Bagaimana Perlindungan Konsumen dan Masyarakat?
6. Jelaskan Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan?
7. Jelaskan Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)


jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi)
maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan
swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal sebagai wahana demokratisasi
pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan
individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public (Suad Husnan,
1994). Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta. (Tjiptono D dan Hendy M.
F–2001)

Sedangkan Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan untuk


merujuk jasa yang disediakan oleh industry keuangan. Jasa keuangan juga
digunakan untuk merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan dana.
Bank, bank investasi, perusahaan asuransi, perusahaan kartu kredit, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan sekuritas adalah contoh-contoh perusahaan dalam
industri ini yang menyediakan berbagai jasa yang terkait dengan uang dan
investasi. Jasa keuangan adalah industri dengan pendapatan terbesar di dunia;
pada tahun 2004, industri ini mewakili 20% kapitalisasi pasar.

Pengguna Jasa Keuangan adalah para nasabah atau konsumen. Konsumen


dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
memiliki pengertian: “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”, sedangkan dalam
sektor Pasar Modal, konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya
dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan atau
dengan kata lain disebut dengan pemilik modal atau pemodal

2.2. Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan

Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas


industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.

2
Misi otoritas Jasa keuangan yaitu:

a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa


keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
b. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil.
c. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2.3. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan


kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.


b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2.4. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan


pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar
Modal, dan sektor IKNB. Sedangkan untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK
mempunyai wewenang:

a. Menetapkan suatu kebijakan


1) Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan.
2) Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif.
3) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
4) Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau pihak tertentu.
5) Melakukan penunjukan pengelola statuter.
6) Menetapkan penggunaan pengelola statuter.
7) Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.

3
b. Memberikan dan/atau mencabut:
1) Izin usaha.
2) Izin orang perseorangan.
3) Efektifnya pernyataan pendaftaran.
4) Surat tanda terdaftar.
5) Persetujuan melakukan kegiatan usaha.
6) Pengesahan.
7) Persetujuan atau penetapan pembubaran.
8) Penetapan lain.

2.5. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat

Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang


melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang
meliputi:

a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas


karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya.
b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya
apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat.
c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2.6. Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan


a. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan
kepantasan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota
Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan
tugas.
b. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas
mengawasi kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK
terhadap Kode Etik.
c. Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai
dengan Nilai Strategis Organisasi OJK yakni Integritas,
Profesionalisme, Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan.

4
2.7. Struktuk Organisasai Otoritas Jasa Kuangan

Struktur Organisasi OJK terdiri atas

a. Struktur Pokok ojk yaitu:


1) Dewan Komisioner OJK
2) Pelaksana Kegiatan Operasional
b. Struktur Dewan Komisioner Terdiri atas:
1) Ketua merangkap anggota;
2) Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3) Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4) Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5) Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
merangkap anggota;
6) Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7) Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
8) Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
9) Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat Eselon I Kementerian Keuangan.
c. Pelaksana Kegiatan Operasional Terdiri Atas:
1) Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis
I;
2) Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen
Strategis II;
3) Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang
Pengawasan Sektor Perbankan;
4) Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang
Pengawasan Sektor Pasar Modal;
5) Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
memimpin bidang Pengawasan Sektor IKNB;
6) Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan
Manajemen Risiko; dan
7) Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan
Konsumen memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan
Konsumen.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke


Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang
dimiliki oleh Bapepam diserahkan kepada OJK. Bapepam tidak hanya bertindak
sebagai regulator tetapi juga mempunyai kekuasaan “kepolisian”, serta dapat
bertindak dan berwenang menggunakan kekuasaannya yang bersifat “quasi-
judicial”

Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya


pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum
sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan Bapepam
kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan sanksi
administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk mengenakan denda,
pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha serta
pembatalan persetujuan pendaftaran. Sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti layaknya Polisi dalam melakukan
pemeriksaan dan penyidikan. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagai
penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat penegak hukum lainnya, juga dapat
melalukan perintah penangkapan sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh
pendahulunya yaitu Bapepam.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://tasbul.blogdetik.com/?p=158, diakses tanggal 10 April 2015, pukul 08:22


WIB.

www.ojk.go.id, diakses tanggal 10 April 2015, pukul 09.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai