Anda di halaman 1dari 15

Tugas Ke-3

MAKALAH

MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TUGAS

Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan

Dosen Penanggung Jawab : Wa Ode Suwarni., S.E.,M.Sc

Disusun Oleh

Risdayanti (19320044)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAU-BAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Model Deskriptif Dalam Pengambilan Keputusan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas [Dosen Wa Ode Suwarni., S.E.,M.Sc] pada mata kuliah “Akuntansi
Keprilakuan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bau – Bau Oktober 2021

Penyusun

RISDAYANTI
NPM : 19320044

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1. Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan ....................... 3


2.2. Pembiangkaian Informasi (Framing) ............................................ 6
2.3. Fungsi Nilai dan Pembobotan ........................................................ 6
2.4. Akuntansi Mental (Mental Accounting) ....................................... 8
2.5. Penelitian Teori Prospek ................................................................ 8
2.6. Bagaimana di Akuntansi? .............................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 1977, Jay Russo menerbitkan sebuah studi lapangan tentang
pengaruh skema harga satuan di supermarket (harga satuan adalah kerusakan dari
biaya per ons, per gram, atau per unit produk apa pun datang dalam). Dalam studi
ini, Russo menemukan beberapa hal menarik tentang cara orang berbelanja.
Pertama, ketika label rak termasuk informasi harga satuan, pembeli menyimpan
rata-rata 1 persen dalam biaya per unit. Cara mereka menyimpan uang ini hampir
selalu dengan membeli ukuran yang lebih besar dari produk, daripada membeli
merek yang lebih murah (1 persen mungkin tidak tampak seperti banyak uang,
namun perlu diingat bahwa miliaran dolar yang dihabiskan di supermarket).
Kedua, Russo menemukan bahwa ketika supermarket membandingkan daftar
harga satuan dari berbagai merek, pembeli menyimpan rata-rata 3 persen per unit.

Cara utama pembeli menyimpan uang dalam kasus ini adalah dengan
beralih ke toko bermerek dan produk lain yang lebih murah. Temuan terakhir ini
agak mengejutkan, karena perbandingan harga satuan tidak menambahkan
informasi baru, melainkan hanya mencantumkan harga satuan yang sudah
ditampilkan di samping masing-masing merek. Russo (1977) menemukan bahwa
penyajian daftar harga satuan memiliki efek signifikan terhadap konsumen. saat
unit harga untuk berbagai merek muncul bersama-sama pada satu lembar, pembeli
cenderung membeli merek yang lebih murah. Dengan daftar info
harga,supermarket mampu mempengaruhi pilihan konsumen.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah


makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan ?

2. Bagaimana Pembingkaian Informasi (Framing) ?

3. Bagaimana Fungsi Nilai dan Pembobotan ?

1
4. Bagaimana Akuntansi Mental (Mental Accounting) ?

5. Bagaimana Penelitian Teori Prospek ?

6. Bagaimana di Akuntansi ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan

Menurut Plous (1993) terdapat beberapa model deskriptif dalam


pengambilan keputusan, yaitu

a. Model Kepuasan (Satisficing)


Seseorang yang membuat suatu keputusan biasanya lebih
mengutamakan kepuasan dibandingkan sesuatu yang optimal. Dalam teori
utilitas harapan, pembuat keputusan diasumsikan memiliki informasi yang
lengkap mengenai peluang dan konsekuensi yang melekat pada setiap
alternatif tindakan. Untuk mendapatkan kepuasan tersebut adalah dengan
memilih satu cara yang dianggap memuaskan, sesuatu yang dibutuhkan
meskipun pilihan tersebut mungkin tidak ideal atau optimal.
Kenyataannya,informasi mengenai alternatif tidak sepenuhnya tersedia dan
mengandung ketidakpastian. Dengan demikian, walaupun utilitas harapan
tidak berguna sebagai model normatif dari pembuatan keputusan (model
mengenai seberapa rasional perilaku seseorang), utilitas harapan tidak
berguna sebagai model deskriptif (model mengenai bagaimana sebenarnya
membuat keputusan).

b. Teori Prospek
Teori ini dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1974) dan
memiliki perbedaan dengan teori ekspektasi kegunaan dalam jumlah
tanggapan penting. Teori prospek memprediksi bahwa suatu keputusan
tergantung pada bagaimana suatu masalah disusun. Jika suatu nilai referensi
didefinisikan sebagai suatu pengeluaran yang terlihat sebagai sebuah
keuntungan, maka hasil nilai fungsi akan menjadi cekung dan pembuat
keputusan akan menolak mengambil risiko. Sebaliknya, jika nilai referensi
didefinisikan sebagai pengeluaran yang terlihat sebagai kerugian, maka nilai
fungsi menjadi cembung dan pembuat keputusan akan mengambil
keputusan untuk mengambil risiko.

3
c. Dampak Kepastian (The Certainty Effect)
Ketika seseorang telah yakin, akan nilai referensi yang mereka dapatkan
dari teori prospek, maka pembuat keputusan akan berusaha untuk
menghilangkan atau menghindari risiko secara keseluruhan dibandingkan
dengan mengurangi risiko tersebut.

d. Pseudocertainty
Untuk model pengambilan keputusan ini, pengambil keputusan
membuat suatu kebijakan dimana kebijakan tersebut tidak terlihat jelas atau
tidak terlihat langsung dampaknya.

e. Theory Regret (Teori Penyesalan)


Basis dari teori penyesalan adalah bentuk counterfactual reasoning,
dimana teori ini didapat berdasarkan ketika seseorang membandingkan
kausalitas dari keputusan mereka dengan apa yang akan terjadim jika
mereka membuat pilihan yang berbeda. Teori ini berasai dari dua asumsi:
pertama, bahwa banyak pengalaman orang-orang yang merasakan sensasi
penyesalan dan kegembiraan dan kedua, bahwa dalam membuat keputusan
dibawah ketidakpastian, maka mereka mencoba untuk mengantisipasi dan
mengindahkan sensansi-sensasi diatas. Teori ini memiliki risiko prediksi,
yang sama dengan teori kemungkinan, hanya saja teori ini penyesalan
memprediksi pilihan dengan menambahkan variabel baru, penyesalan ke
fungsi kegunaan normal.

f. Pilihan Beragam Sifat


Di beberapa situasi, hasil tidak dapat diukur dengan satuan ukuran
tertentu. Sebagaian besar hasil penelitian, pilihan beragam sifat lebih fokus
pada “bagaimana” dibandingkan “seberapa baik” seseorang membuat
keputusan. Orang-orang menggunakan sejumlah strategi keputusan yang
berbeda untuk membuat pilihan beragam sifat dan strategi-strategi ini sangat
tergantung pada jenis masalah. Ketika pembuat keputusan dihadapkan pada
pilihan sederhana antara dua alternatif, mereka sering menggunakan sesuatu
yang dikenal sebagai “strategi pengganti”. Strategi lainnya adalah “model
linier”, pada strategi ini setiap dimensi ditimbang berdasarkan kepentingan
dan pertimbangan nilai disimpulkan pada bentuk indeksi keseluruhan
bentuk.

4
g. Strategi Non-Kompensasi
Ketika seseorang bertemu dengan pilihan yang rumit diantara sejumlah
alternatif, maka mereka biasa menggunakan “strategi tanpa pengganti”.
Pembuat keputusan menggunakan aturan konjungtif, yaitu mengeliminasi
berbagai alternatif yang berada di luar batas sebelum definisi. Di sisi lain,
seorang pembuat keputusan memakai aturan disjungtif dimana setiap
alternatif dievaluasi pada syarat-syarat sifat terbaik.
Strategi ketiga dari strategi tanpa pengganti adalah lexicographic.
Pembuat keputusan menggunakan strategi ini dimulai dari mengidentifikasi
dimensi yang paling penting untuk diperbandingkandan dipilih sebuah
alternatif yang paling diperlukan. Strategi keempat adalah strategi
“eliminasi oleh aspek-aspek”. Berdasarkan strategi ini, setiap aspek
perbandingan diseleksi dengan proporsi kemungkinan ke kepentingan.
Berbagai alternatif dibandingkan dengan tanggapan dari aspek yang
terseleksi, alternatif inferior lalu dieliminasi, aspek lain yang
diperbandingkan diseleksi, alternatif tambahan dieliminasi dan sampai pada
hanya satu alternatif.

h. Dimensi Paling Penting


Hipotesis dari dimensi paling penting adalah memberi pilihan di antara
dua alternatif yang sama. Orang-orang akan memilih alternatif yang
superior pada dimensi yang paling penting. Jadi konsep ini mengatakan
bahwa hal ini merupakan “hipotesis dimensi yang paling penting”.

Pembuat keputusan dapat ditelaah dari segi normative ataupun dari segi
deskriptif. Pendekatan normative menitikberatkan pada apa yang seharusnya
dilakukan oleh pembuat keputusan agar keputusannya juga dapat dikaji dari dua
sudut pandang, yaitu: keputusan yang dibuat dalam suasana tanpa risiko (riskless
choice) dan keputusan yang dibuat dalam suasana yang mengandung risiko (risky
choice).
Pada akhir-akhir ini pendekatan normative terhadap pengambilan keputusan
sering kali digugat (Hastjarjo,1991). Beberapa peneliti menemukan bahwa orang
acap bertindak melanggar prinsip-prinsip dominan dan invarian. Mereka lalu
mengajukan sebuah teori yang dinamai teori prospek (prospect theory) yang pada
dasarnya merupakan deskriptif mengenai pengambilan keputusan dalam situasi
yang mengandung risiko.

5
2.2. Pembiangkaian Informasi (Framing)

Pembingkaian informasi (framing) adalah efek pada penilaian yang kita buat
karena cara penyampaian informasi. Informasi yang sama bila disampaikan
dengan cara yang berbeda akan menimbulkan penilaian yang berbeda
(Hastjarjo,1991). Secara umum, jika informaasi yang bersifat positif yang
disampaikan pertama kali lalu disusul dengan informasi yang bersifat negatif,
maka seseorang akan member penilaian yang positif, begitupula sebaliknya.
Dalam penelitian mengenai pembuatan keputusan, biasanya subjek diberi
sejumlah masalah hipotesis. Setiap masalah, mencakup: 1) sjumlah alternatif-
alternatif (options) atau tindakan-tindakan (acts) yang harus dipilih, 2) hasil-hasil
(outcomes) dari alternatif tersebut atau konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-
tindakan tersebut, dan 3) probabilitas atau kontijensi yang menghubungkan hasil-
hasil dengan tindakan-tindakan tadi. Respons seseorang terhadap masalah-
masalah hipotesis tersebut diharapkan dapat mengungkap sikap-sikap dasar orang
tersebut terhadap nilai dan risiko.

2.3. Fungsi Nilai dan Pembobotan

Kahneman dan Tversky (1979) mencoba memberikan penjelasan atas


kecenderungan subjek dalam menghadapi masalh-masalah di atas. Penjelasa-
penjelasan tersebut merupakan ciri-ciri teori prospek.
a. Hasil hasil (outcomes) diekspresikan dalam bentuk deviasi positif
(gains) atau deviasi negatif (losses) dari satu titik referensi netral yang
dianggap bernilai nol.

b. Mengikuti jejak Bernoulli, Kahneman dan Tversky (1979)


menandaskan bahwa dalam mengevaluasi suatu prospek orang tidak
menggunakan hasil-hasil objektif prospek tersebut, akan tetapi orang
mengembangkan penilaian subjektif terhadap hasil-hasil dari prospek
tadi. Khususnya, fungsi nilai (value function) memiliki bentuk S,
bersifat cekung di atas titik referensi dan bersifat cembung dibawah
titik referensi.

6
c. Dalam teori-teori pengambilan keputusan yang normatif, misalnya
expected utility theory, maka nilai dari satu hasil dibobot (weighted)
berdasarkan probabilitasnya. Akan tetapi, dalam teori prospek, nilai
satu hasil dikalikan dengan bobot keputusan (decision weight, (p)).
Bobot keputusan merupakan satu fungsi monotonik dari probabilitas
namun ia bukan merupakan probabilitas. Fungsi pembobotan
(weighting function) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) kejadian-
kejadian yang mustahil dibuang 𝜋 (0) = 0 dan 𝜋 (1) = 1, dan (b) untuk
probabilitas-probabilitas rendah 𝜋 (p) = p, namun 𝜋 (p) + 𝜋 (1-p) < 1.
Jadi, probabilitas-probabilitas rendah cenderung dilebih tinggikan
(overweighted), sedangkan probabilitas-probabilitas sedang dan tinggi
cenderung dilebihrendahkan (underweighted).

7
2.4. Akuntansi Mental (Mental Accounting)

“Framing “ juga dapat diterapkan pada pilihan terhadap alternatif-alternatif


yang mempunyai banyak atribut. Dalam mengevaluasi satu pilihan yang
mempunyai banyak atribut, maka orang biasanya mengembangkan satu
perhitungan mental dengan cara memerinci keuntungan dan kerugian dari
alternatif tersebut jika dibandingkan dengan satu referensi.

2.5. Penelitian Teori Prospek

Pengaruh perbedaan formulasi satu masalah terhadap perbedaan tingkah


laku memilih (framing effects) yang merupakan ciri khas Teori Prospek telah
banyak diteliti. Levin, Champman, dan Johnson (1988) dalam Hastjarjo (1991),
misalnya meminta baik pasien di satu rumah sakit maupun para dokternya untuk
memilih antara terapi pembedahan dan radiasi dalam mengobati kanker paru-paru.
Kelompok pertama diberi informasi mengenai efektivitas terapi tersebut dalam
bentuk survival statistics, yang menunjukkan presentase pasien yang mampu
bertahan hidup sesudah mendapatkan terapi. Kelompok kedua diberi informasi
yang sama hanya dalam bentuk mortality statistics, yang menyajikan presentase

8
pasien-pasien yang telah meninggal. Pilihan subjek terhadap kedua masalah
tersebut sangatlah berbeda. Misalnyua, jika efektivitas terapi radiasi disajikan
dalam bentuk “survival frame”, maka hanya 18% dari subjek yang memilihnya.
Sebaliknya, jika efektivitas terapi radiasi disajikan dalam bentuk “mortality
frame”, maka 44% dari subjek memilihnya.
Levin, Chapman, dan Johnson (1988) dalam Hastjarjo (1991) melakukan
dua eksperimen yang meminta subjek untuk berjudi secara hipotesis (Eksperimen
1) dan berjudi dengan uang betulan (Eksperimen 2). Untuk kondisi perolehan,
besarnya uang yang dapat dimenangkan berkisar dari Rp100 sampai Rp200
dengan peluang berkisar dari 5% sampai dengan 20%. Sedangkan untuk kondisi
kekalahan, subjek dapat kalah sekitar Rp100 sampai Rp200 dengan peluang kalah
sebesar 80% sampai dengan 95%. Subjek mengekspresikan lebih besar kemauan
untuk bermain judi jika judi dirumuskan dalam presentase peluang untuk menang
daripada jika dirumuskan dalam presentase kalah.
Christensen (1989) dalam Hastjarjo (1991) mengadakan empat penelitian
terhadap tingkah laku memilih, yang terdiri dari satu penelitian lapangan, satu
simulasi “berbelanja”, dan dua penelitian yang menggunakan kuesioner. Berdasar
bentuk kurva fungsi nilai dalam Teori Prospek, hipotesis yang diajukan adalah
semakin tinggi rekening/pengeluaran seseorang semakin berminat orang itu untuk
membeli barang-barang ekstra, oleh karena pengeluaran-pengeluaran untuk
barang-barang tambahan tersebut hanya dinilai sebagai pengeluaran yang relative
kecil jika ditambahkan ke dalam pengeluaran yang lebih banyak (pengeluaran
pokok). Keempat macam penelitian yang dilakukan mendukung hipotesis
penelitian.

2.6. Bagaimana di Akuntansi?

Banyak penelitian akuntansi pada tahun 1960-an secara implisit


mengamsumsikan bahwa investor gagal untuk menyesuaikan secara penuh
pengaruh dari pemilihan metoda akuntansi terhadap alokasi sumber daya. Pasar
tak ubahnya sebuah “fair game” dari investor yang tidak canggih. Penelitian yang
dilakukan oleh Gonedes dan Dopuch (1974) menjadi tonggak dari perubahan
pandangan ini. Pada decade tahun 1980-an sampai 1990-an, banyak studi yang
melaporkan terjadinya inefisiensi pasar, hal ini ditandai dengan adanya fenomena
post announcement drift yaitu suatu reaksi berkepanjangan atas suatu peristiwa di
pasar, padahal esensi terpenting dari pasar efesien adalah kecepatan informasi dan
informasi akan lenyap begitu menerima informasi baru lagi. Fenomena ini dapat
dijelaskan oleh Teori Prospek, yang intinya adanya prospek (peluang masa depan)
sebagai reaksi atas peristiwa masa kini

9
Teori prospek merupakan teori yang bersifat deskriptif dibandingkan
normatif dalam pengambilan keputusan yang mengandung unsur ketidakpastian.
Investor akan sangat menyukai suatu pola laba tertentu, yang merupakan bentuk
dari fungsi nilai teori prospek yang menyebabkan manajemen akan melakukan
suatu kreasi terhadap laba yang dilaporkan.
Kecenderungan investor kea rah perilaku menjual saham lebih dini aham
winner (saham berkinerja superrior) dan menahan lebih lama saham loser (saham
yang merugi) merupakan suatu bentuk bias psikologis para investor di pasar
modal (Pangeran, 2007). Kerugian atas kekayaan para investor terjadi karena
saham winner yang mereka jual cenderung terus berkinerja baik, sementara saham
loser yang meraka tahan ternya terus berkinerja buruk. Bias psikologis ini terjadi
secara sistematis dan berulang-ulang di pasar modal. Fenomena ini dikenal
dengan disposisionerror.
Fenomena disposition error merugikan tingkat kekayaan investor. Mengapa
fenomena ini terjadi? Esensi penjelasannya dapat dilakukan dengan teori prospek.
Penjelasan teori prospek lebih memberi tekanan pada askep kognitif investor.
Lebih lanjut, menurut Pangeran (2007) penjelasan teori prospek tentang fenomena
disposition error terus mengalami tentangan dari temuan emperis. Temuan
emperis mengindikasikan fakta yang berlawanan dengan prediksi teori prospek.
Teori lain yang bias menjadi alternative adalah teori penyesalan. Teori prospek
tidak membedakan antara opsi yang dipilih dan yang tidak dipilih. Teori prospek
tidak membandingkan perbedaan antara kinerja portofolio seorang dan kinerja
portofolio pasar.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, esensi dari teori penyesalan
adalah individu akan mengalami sensasi-sensasi yang disebut penyesalan. Ia akan
merasa menyesal atas suatu hasil buruk akibat pilihan yang salah. Perasaan
menyesal itu berasal dari dua sumber, yaitu perasaan menyesal akibat bertindak
dan akibat tidak bertindak. Dalam konteks investasi, investor akan sangat
menyesal jika kerugian dikaitkan dengan keputusan yang salah (Pangeran, 2007).
Antisipasi atas perasaan menyesal sebelumnya mendorong seorang investor
bersikap pasif selama dibawah kondisi ketidakpastian.
Keputusan untuk menjual lebih dini saham winner sering disebabkan oleh
sikap yang terburu-buru, khawatir akan lepasnya keuntungan yang sudah di
tangan. Selain itu, keputusan untuk menahan lebih lama saham loser juga
disebabkan oleh adanya harapan harga naik serta keengganan untuk mengakui
kesalahan investasi yang dilakukan. Berdasarkan pada penjelasan teori
penyesalan, investor memiliki emosi penyesalan yang intens atas hasil negative
sebagai akibat bertindak dalam keputusan investasi. Investor yang takut akan
munculnya penyesalan atas hasil negatif akibat dari tindakan serupa cenderung
menahan lebih lama saham loser walaupun harga saham terus menurun.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan menurut plous (1993) ada


8 model yaitu model Kepuasan (satisficing), teori prospek, dampak kepastian (the
certainty Effect), Psedocertainty, teori regret (teori penyesalan), pilihan beragam
sifat, strategi non-kompensasi, dan dimensi paling penting. Pembuatan keputusan
dapat di telaah dari segi normative ataupun dari segi deskriptif. Pendekatan
normatif menitik beratkan apa yang seharusnya dilakukkan oleh si pembuat
keputusan agar keputusannya bersifat rasional. Sementara, pendekatan deskriptif
menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh si pengambil keputusan.
Pembuatan keputusan juga dapat dikaji dari dua sudut, yakni keputusan yang
dibuat dalam suasana tanpa resiko (riskless choice) atau pun keputusan yang
dibuat dalam suasana yang mengandung resiko (risky choice).

11
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2, Salemba Empat,


Jakarta
Suartanay I Wayan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, ANDI, Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai