MAKALAH
TUGAS
Disusun Oleh
Risdayanti (19320044)
FAKULTAS EKONOMI
BAU-BAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Model Deskriptif Dalam Pengambilan Keputusan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas [Dosen Wa Ode Suwarni., S.E.,M.Sc] pada mata kuliah “Akuntansi
Keprilakuan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
RISDAYANTI
NPM : 19320044
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1977, Jay Russo menerbitkan sebuah studi lapangan tentang
pengaruh skema harga satuan di supermarket (harga satuan adalah kerusakan dari
biaya per ons, per gram, atau per unit produk apa pun datang dalam). Dalam studi
ini, Russo menemukan beberapa hal menarik tentang cara orang berbelanja.
Pertama, ketika label rak termasuk informasi harga satuan, pembeli menyimpan
rata-rata 1 persen dalam biaya per unit. Cara mereka menyimpan uang ini hampir
selalu dengan membeli ukuran yang lebih besar dari produk, daripada membeli
merek yang lebih murah (1 persen mungkin tidak tampak seperti banyak uang,
namun perlu diingat bahwa miliaran dolar yang dihabiskan di supermarket).
Kedua, Russo menemukan bahwa ketika supermarket membandingkan daftar
harga satuan dari berbagai merek, pembeli menyimpan rata-rata 3 persen per unit.
Cara utama pembeli menyimpan uang dalam kasus ini adalah dengan
beralih ke toko bermerek dan produk lain yang lebih murah. Temuan terakhir ini
agak mengejutkan, karena perbandingan harga satuan tidak menambahkan
informasi baru, melainkan hanya mencantumkan harga satuan yang sudah
ditampilkan di samping masing-masing merek. Russo (1977) menemukan bahwa
penyajian daftar harga satuan memiliki efek signifikan terhadap konsumen. saat
unit harga untuk berbagai merek muncul bersama-sama pada satu lembar, pembeli
cenderung membeli merek yang lebih murah. Dengan daftar info
harga,supermarket mampu mempengaruhi pilihan konsumen.
1
4. Bagaimana Akuntansi Mental (Mental Accounting) ?
6. Bagaimana di Akuntansi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Teori Prospek
Teori ini dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1974) dan
memiliki perbedaan dengan teori ekspektasi kegunaan dalam jumlah
tanggapan penting. Teori prospek memprediksi bahwa suatu keputusan
tergantung pada bagaimana suatu masalah disusun. Jika suatu nilai referensi
didefinisikan sebagai suatu pengeluaran yang terlihat sebagai sebuah
keuntungan, maka hasil nilai fungsi akan menjadi cekung dan pembuat
keputusan akan menolak mengambil risiko. Sebaliknya, jika nilai referensi
didefinisikan sebagai pengeluaran yang terlihat sebagai kerugian, maka nilai
fungsi menjadi cembung dan pembuat keputusan akan mengambil
keputusan untuk mengambil risiko.
3
c. Dampak Kepastian (The Certainty Effect)
Ketika seseorang telah yakin, akan nilai referensi yang mereka dapatkan
dari teori prospek, maka pembuat keputusan akan berusaha untuk
menghilangkan atau menghindari risiko secara keseluruhan dibandingkan
dengan mengurangi risiko tersebut.
d. Pseudocertainty
Untuk model pengambilan keputusan ini, pengambil keputusan
membuat suatu kebijakan dimana kebijakan tersebut tidak terlihat jelas atau
tidak terlihat langsung dampaknya.
4
g. Strategi Non-Kompensasi
Ketika seseorang bertemu dengan pilihan yang rumit diantara sejumlah
alternatif, maka mereka biasa menggunakan “strategi tanpa pengganti”.
Pembuat keputusan menggunakan aturan konjungtif, yaitu mengeliminasi
berbagai alternatif yang berada di luar batas sebelum definisi. Di sisi lain,
seorang pembuat keputusan memakai aturan disjungtif dimana setiap
alternatif dievaluasi pada syarat-syarat sifat terbaik.
Strategi ketiga dari strategi tanpa pengganti adalah lexicographic.
Pembuat keputusan menggunakan strategi ini dimulai dari mengidentifikasi
dimensi yang paling penting untuk diperbandingkandan dipilih sebuah
alternatif yang paling diperlukan. Strategi keempat adalah strategi
“eliminasi oleh aspek-aspek”. Berdasarkan strategi ini, setiap aspek
perbandingan diseleksi dengan proporsi kemungkinan ke kepentingan.
Berbagai alternatif dibandingkan dengan tanggapan dari aspek yang
terseleksi, alternatif inferior lalu dieliminasi, aspek lain yang
diperbandingkan diseleksi, alternatif tambahan dieliminasi dan sampai pada
hanya satu alternatif.
Pembuat keputusan dapat ditelaah dari segi normative ataupun dari segi
deskriptif. Pendekatan normative menitikberatkan pada apa yang seharusnya
dilakukan oleh pembuat keputusan agar keputusannya juga dapat dikaji dari dua
sudut pandang, yaitu: keputusan yang dibuat dalam suasana tanpa risiko (riskless
choice) dan keputusan yang dibuat dalam suasana yang mengandung risiko (risky
choice).
Pada akhir-akhir ini pendekatan normative terhadap pengambilan keputusan
sering kali digugat (Hastjarjo,1991). Beberapa peneliti menemukan bahwa orang
acap bertindak melanggar prinsip-prinsip dominan dan invarian. Mereka lalu
mengajukan sebuah teori yang dinamai teori prospek (prospect theory) yang pada
dasarnya merupakan deskriptif mengenai pengambilan keputusan dalam situasi
yang mengandung risiko.
5
2.2. Pembiangkaian Informasi (Framing)
Pembingkaian informasi (framing) adalah efek pada penilaian yang kita buat
karena cara penyampaian informasi. Informasi yang sama bila disampaikan
dengan cara yang berbeda akan menimbulkan penilaian yang berbeda
(Hastjarjo,1991). Secara umum, jika informaasi yang bersifat positif yang
disampaikan pertama kali lalu disusul dengan informasi yang bersifat negatif,
maka seseorang akan member penilaian yang positif, begitupula sebaliknya.
Dalam penelitian mengenai pembuatan keputusan, biasanya subjek diberi
sejumlah masalah hipotesis. Setiap masalah, mencakup: 1) sjumlah alternatif-
alternatif (options) atau tindakan-tindakan (acts) yang harus dipilih, 2) hasil-hasil
(outcomes) dari alternatif tersebut atau konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-
tindakan tersebut, dan 3) probabilitas atau kontijensi yang menghubungkan hasil-
hasil dengan tindakan-tindakan tadi. Respons seseorang terhadap masalah-
masalah hipotesis tersebut diharapkan dapat mengungkap sikap-sikap dasar orang
tersebut terhadap nilai dan risiko.
6
c. Dalam teori-teori pengambilan keputusan yang normatif, misalnya
expected utility theory, maka nilai dari satu hasil dibobot (weighted)
berdasarkan probabilitasnya. Akan tetapi, dalam teori prospek, nilai
satu hasil dikalikan dengan bobot keputusan (decision weight, (p)).
Bobot keputusan merupakan satu fungsi monotonik dari probabilitas
namun ia bukan merupakan probabilitas. Fungsi pembobotan
(weighting function) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) kejadian-
kejadian yang mustahil dibuang 𝜋 (0) = 0 dan 𝜋 (1) = 1, dan (b) untuk
probabilitas-probabilitas rendah 𝜋 (p) = p, namun 𝜋 (p) + 𝜋 (1-p) < 1.
Jadi, probabilitas-probabilitas rendah cenderung dilebih tinggikan
(overweighted), sedangkan probabilitas-probabilitas sedang dan tinggi
cenderung dilebihrendahkan (underweighted).
7
2.4. Akuntansi Mental (Mental Accounting)
8
pasien-pasien yang telah meninggal. Pilihan subjek terhadap kedua masalah
tersebut sangatlah berbeda. Misalnyua, jika efektivitas terapi radiasi disajikan
dalam bentuk “survival frame”, maka hanya 18% dari subjek yang memilihnya.
Sebaliknya, jika efektivitas terapi radiasi disajikan dalam bentuk “mortality
frame”, maka 44% dari subjek memilihnya.
Levin, Chapman, dan Johnson (1988) dalam Hastjarjo (1991) melakukan
dua eksperimen yang meminta subjek untuk berjudi secara hipotesis (Eksperimen
1) dan berjudi dengan uang betulan (Eksperimen 2). Untuk kondisi perolehan,
besarnya uang yang dapat dimenangkan berkisar dari Rp100 sampai Rp200
dengan peluang berkisar dari 5% sampai dengan 20%. Sedangkan untuk kondisi
kekalahan, subjek dapat kalah sekitar Rp100 sampai Rp200 dengan peluang kalah
sebesar 80% sampai dengan 95%. Subjek mengekspresikan lebih besar kemauan
untuk bermain judi jika judi dirumuskan dalam presentase peluang untuk menang
daripada jika dirumuskan dalam presentase kalah.
Christensen (1989) dalam Hastjarjo (1991) mengadakan empat penelitian
terhadap tingkah laku memilih, yang terdiri dari satu penelitian lapangan, satu
simulasi “berbelanja”, dan dua penelitian yang menggunakan kuesioner. Berdasar
bentuk kurva fungsi nilai dalam Teori Prospek, hipotesis yang diajukan adalah
semakin tinggi rekening/pengeluaran seseorang semakin berminat orang itu untuk
membeli barang-barang ekstra, oleh karena pengeluaran-pengeluaran untuk
barang-barang tambahan tersebut hanya dinilai sebagai pengeluaran yang relative
kecil jika ditambahkan ke dalam pengeluaran yang lebih banyak (pengeluaran
pokok). Keempat macam penelitian yang dilakukan mendukung hipotesis
penelitian.
9
Teori prospek merupakan teori yang bersifat deskriptif dibandingkan
normatif dalam pengambilan keputusan yang mengandung unsur ketidakpastian.
Investor akan sangat menyukai suatu pola laba tertentu, yang merupakan bentuk
dari fungsi nilai teori prospek yang menyebabkan manajemen akan melakukan
suatu kreasi terhadap laba yang dilaporkan.
Kecenderungan investor kea rah perilaku menjual saham lebih dini aham
winner (saham berkinerja superrior) dan menahan lebih lama saham loser (saham
yang merugi) merupakan suatu bentuk bias psikologis para investor di pasar
modal (Pangeran, 2007). Kerugian atas kekayaan para investor terjadi karena
saham winner yang mereka jual cenderung terus berkinerja baik, sementara saham
loser yang meraka tahan ternya terus berkinerja buruk. Bias psikologis ini terjadi
secara sistematis dan berulang-ulang di pasar modal. Fenomena ini dikenal
dengan disposisionerror.
Fenomena disposition error merugikan tingkat kekayaan investor. Mengapa
fenomena ini terjadi? Esensi penjelasannya dapat dilakukan dengan teori prospek.
Penjelasan teori prospek lebih memberi tekanan pada askep kognitif investor.
Lebih lanjut, menurut Pangeran (2007) penjelasan teori prospek tentang fenomena
disposition error terus mengalami tentangan dari temuan emperis. Temuan
emperis mengindikasikan fakta yang berlawanan dengan prediksi teori prospek.
Teori lain yang bias menjadi alternative adalah teori penyesalan. Teori prospek
tidak membedakan antara opsi yang dipilih dan yang tidak dipilih. Teori prospek
tidak membandingkan perbedaan antara kinerja portofolio seorang dan kinerja
portofolio pasar.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, esensi dari teori penyesalan
adalah individu akan mengalami sensasi-sensasi yang disebut penyesalan. Ia akan
merasa menyesal atas suatu hasil buruk akibat pilihan yang salah. Perasaan
menyesal itu berasal dari dua sumber, yaitu perasaan menyesal akibat bertindak
dan akibat tidak bertindak. Dalam konteks investasi, investor akan sangat
menyesal jika kerugian dikaitkan dengan keputusan yang salah (Pangeran, 2007).
Antisipasi atas perasaan menyesal sebelumnya mendorong seorang investor
bersikap pasif selama dibawah kondisi ketidakpastian.
Keputusan untuk menjual lebih dini saham winner sering disebabkan oleh
sikap yang terburu-buru, khawatir akan lepasnya keuntungan yang sudah di
tangan. Selain itu, keputusan untuk menahan lebih lama saham loser juga
disebabkan oleh adanya harapan harga naik serta keengganan untuk mengakui
kesalahan investasi yang dilakukan. Berdasarkan pada penjelasan teori
penyesalan, investor memiliki emosi penyesalan yang intens atas hasil negative
sebagai akibat bertindak dalam keputusan investasi. Investor yang takut akan
munculnya penyesalan atas hasil negatif akibat dari tindakan serupa cenderung
menahan lebih lama saham loser walaupun harga saham terus menurun.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12