Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENGKAJI DAN MENJELASKAN PEMBANGUNAN EKONOMI


DAERAH

Tugas

Mata kuliah : Perekonomian Indonesia

Dosen : MASHARNY,SE,M.E

Oleh Kelompok 5 :

Ketua : Raras Septiani Dwi Rais 19 320 052


Anggota : Sindi anggrayni walibu 19 320 041
Risdayanti 19 320 044
Ratna megawangi 19 320 046
Karmila 19 320 056
Kaliana tantri 19 320 060
Nur intan permatasari 19 320 064

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “PEREKONOMIAN INDONESIA”
dengan judul “Mengkaji Dan Menjelaskan Pembangunan Ekonomi Daerah”

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Baubau, Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1. Latar Belakang Otonomi Daerah....................................................3


2.2. Pengertian Otonomi Daerah............................................................6
2.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah.......................................7
2.4. Kasus Pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT)...................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................11

3.1. Kesimpulan........................................................................................12
3.2. Saran .................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu ekonomi pembangunan mengacu pada masalah-masalah


perkembangan ekonomi di daerah-daerah otonomi. Dengan berlakunya undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 dan telah di ubah menjadi Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka terjadi pula pergeseran dalam
pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis, mengarah pada
desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya. 

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan harus seimbang jangan
sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya perhatian
pemerintah ke tiap daerah-daerah yang dimilikinya, karena hal tersebut dapat
memunculkan potensi disintegrasi bangsa dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Yesi Hendriani Supartoyo (2013) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kondisi tenaga kerja di
wilayah tersebut. Otonomi daerah dicanangkan oleh pemerintah pada tanggal 1
Januari 2001. Tujuan diadakannya otonomi daerah adalah terciptanya
pertumbuhan ekonomi, stabilisasi nasional dan pemerataan pendapatan. Kebijakan
otonomi daerah dicanangkan agar mendorong Pemerintah daerah untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan antar wilayah
sesuai dengan keadaan wilayahnya masing-masing (Ratri, 2013:15).

Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi daerah menghadapi berbagai


tantangan baik internal maupun eksternal seperti masalah kesenjangan dan iklim
globalisasi. Situasi yang dihadapi menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di
dalam dan di luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada daerah
untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus
melalui kawasan dan produk andalannya. Percepatan pembangunan ini bertujuan
agar daerah tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas, supaya tetap
memperhatikan pengurangan kesenjangan. Karena itu seluruh pelaku memiliki
peran mengisi pembangunan ekonomi daerah dan harus mampu bekerjasama

ii
melalui bentuk pengelolaan keterkaitan antar sektor, antar program, antar pelaku
dan daerah.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Jelaskan Latar Belakang Otonomi Daerah?

2. Jelaskan Pengertian Otonomi Daerah?

3. Bgaimana Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah?

4. Jelaskan Kasus Pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT)?

ii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat


agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur
tangan dari pemerintah pusat. Otonomi daerah diberlakukan sejak
dikeluarkannya UU. No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan
Pemerintah Daerah. Dengan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan
semakin mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, baik
dalam hal pembiayaan pembangunan maupun dalam hal pengelolaan keuangan
daerah. Pasal 4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 106 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, menegaskan bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memerhatikan asas keadilan dan kepatutan.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan dituangkan


dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang langsung
maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah 2 daerah dalam
membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, pembangunan, pelayanan sosial
masyarakat (Halim, 2007:230). Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah berujung pada kebutuhan pengukuran
kinerja pemerintah daerah.

Pengukuran kinerja pemerintah daerah mempunyai banyak tujuan. Tujuan


tersebut untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah
daerah. Untuk itu pemerintah daerah dituntut untuk mampu membangun ukuran
kinerja yang baik. Penggunaan indikator kinerja ini sangat penting untuk
mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efesien
dan efektif serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat kinerja,
baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan
selesai dan berfungsi. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi (Bastian, 2001:329). Sedangkan kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

ii
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar (Fahmi,2012:2).

Pemerintah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda


pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk 3 dinilai apakah
pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah
satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap
APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya.

Menurut Halim (2007:231), Analisis keuangan adalah usaha


mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan yang tersedia. Analisis
rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui
bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan
cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki pemerintah daerah
tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi
daerahnya relatif sama untuk melihat bagaimana posisi rasio keuangan
pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainny.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional


tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan
suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi nasional yang lebih berdaya
tumbuh tinggi dengan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
di daerah. Asas yang menjadi prinsip dasar otonomi adalah otonomi luas, nyata
dan bertanggungjawab. Prinsip ini memperhatikan aspek demokrasi, partisipasi,
adil dan merata dengan tetap memperhatikan potensi dan keragaman daerah.
Berdasarkan asas tersebut, diharapkan otonomi daerah mampu mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat daerah. Kesejahteraan masyarakat
memang menjadi tujuan utama dari kebijakan otonomi sebagaimana tuntutan
pada saat reformasi digulirkan. Tujuan tersebut hanya dapat terwujud dengan
adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

Otonomi daerah yang sudah berjalan sejak tahun 2001 telah mengalami
berbagai upaya perbaikan yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan dasar
hukum yang melandasinya, mulai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 , Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diperbarui
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan kemudian diperbarui

ii
lagi melalui ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah. Dengan perubahan-perubahan tersebut telah
membuktikan bahwa pembenahan sistem pemerintahan daerah terus berjalan
dinamis seiring dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.

Diberlakukannya kedua perundang-undangan di atas telah menempatkan


Pemerintah Daerah sebagai pelaku utama dalam implementasi kebijakan dan
pembangunan ekonomi. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah tersebut
akan dapat terlaksana secara optimal bila dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup
kepada daerah, dengan mengacu pada Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang mana besarnya
disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah
dan daerah.

Semua sumber keuangan yang melekat pada urusan pemerintah yang


diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan
hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa: kepastian
tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang
diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi
daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional
yang berada di daerah dandana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola
kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
serta sumber-sumber pembiayaan. Dengan pengaturan tersebut pada dasarnya
pemerintah menerapkan prinsip money follow function/uang mengikuti fungsi.

Halim (2001) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu
melaksanakan otonomi, yaitu:

a. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki


kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup
memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya,

b. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin,


agar pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber
keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih
besar. Pengukuran kinerja keuangan penting dilakukan untuk dapat
menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan
daerah dan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan yang bertujuan
untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, serta kinerja keuangan pemerintah daerah yang berguna

ii
dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
pelaporan atas sumber daya yang dikelola pemerintah. Bentuk dari
penilaian kinerja tersebut berupa analisis rasio keuangan yang berasal
dari unsur Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa
perhitungan APBD.

Selanjutnya hasil rasio keuangan yang telah dianalisis tersebut digunakan


sebagai media pengukuran dalam menilai kemandirian keuangan daerah
pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah,
mengukur efektivitas dalam merealisasikan pendapatan daerahnya, mengukur
sejauh mana kemampuan aktivitas Pemerintah Daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya, melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

2.2. Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian otonomi daerah perlu untuk diketahui oleh masyarakat luas,


sebab setiap daerah mempunyai hak, kewenangan, dan kewajiban untuk
mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai UU yang berlaku.
Secara harfiah, istilah otonomi bisa dikatakan sebagai daerah. Dalam bahasa
Yunani, otonomi berasal dari kata autos artinya diri mereka sendiri dan nomos
artinya hukum atau aturan. Pemerintah pusat mempunyai wewenang
menyerahkan sebagian kekuasaannya ke daerah berdasarkan hak otonomi.
Penyerahan sebagian kekuasaan itu karena Indonesia adalah negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi. Namun, pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi
tetap di tangan pemerintah pusat.

Dengan begitu, pengertian otonomi daerah adalah hak penduduk yang


tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan
mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan
yang berlaku.

ii
2.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Secara umum tujuan strategi pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk yang ada sekarang.


Tujuan perencanaan pembangunan ekonomi dan pengerjaan adalah
lebih untuk memberikan kesempatan kerja untuk penduduk yang ada
sekarang ketimbang menarik para pekerja baru.
b. Mencapai stabilitas ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi akan
sukses jika mampu memenuhi kebutuhan dunia uasaha (misalnya:
lahan, sumber keuangan, infrastruktur, dan sebagainya yang beragam.
Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan fluktuasi
ekonomi sektoral, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesempatan
kerja masyarakat.

Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi 4


kelompok besar yaitu:

1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas

Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas


daerah yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri
pembangunan industri dan perdagangan, pemerintah daerah akan
berpengaruh positif bagi pembangunan dunia usaha daerah. Secara khusus,
tujuan strategi pembangunan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan
identitas daerah/ kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau
kualitas hidup masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat kota (civic
center) dalam upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah.
Alat untuk mencapai tujuan pembangunan fisik/lokalitas daerah ini
mencakup antara lain:
a) Pembuatan bank tanah (land banking). Hal ini bertujuan agar kita
mempunyai data tentang tanah yang penggunaannya kurang
optimal, belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan
sebagainya. Pembuatan katalog mengenai luas dan lokasi tanah
yang terus diperbaharui akan sangat bermanfat untuk proses
pengambilan kebijakan daerah.
b) Pengendalian perencanaan dan pembangunan. Jika hal ini
dilakukan dengan benar akan memperbaiki iklim investasi di
daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.

ii
c) Penataan kota (town scaping). Kemajuan di pusat-pusat
perdagangan dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan sarana
jalan raya (misalnya penanaman pohon-pohon yang rindang dan
indah) dan perbaikan-perbaikan sarana pusat pertokoan (misalnya
perbaikan tampilan maka pertokoan atau penetapan standar fisik
bagi suatu bangunan pertokoan).
d) Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik akan merangsang
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Peruntukan lahan
harus jelas dan tepat, misalnya penetapan kawasan pemukiman,
kawasan industri, kawasan perdagangan, dan kawasan hijau.
e) Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan
berpengaruh positif bagi dunia usaha. Selain itu, kegiatan di sektor
ini juga akan menciptakan kesempatan kerja.
f) Penyediaan infrastruktur seperti: sarana air bersih, listrik, taman-
taman, sarana parkir, dan sebagainya menjadi daya tarik utama juga
bagi calon investor dan dunia usaha.

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam


perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi, atau
daya tahan kegiatan dunia usaha merupakan cara terbaik untuk menciptakan
perekonomian daerah yang sehat.
Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha ini yakni:
a) Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui
pengaturan dan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia
usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas
lingkungan.
b) Pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan
masyarakat dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat
pemerintah daerah untuk segala macam kepentingan, terutama
mengetahui masalah perijinan, rencana pembangunan ekonomi
daerah, pemerintah daerah, ketersedian lahan, ijin mendirikan
bangunan, dan sebagainya.
c) Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil. Selain
peranannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan
sebagai sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil sering kali
mengalami kegagalan atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Faktor penyebab utamanya adalah jeleknya manajemen usaha kecil.
Oleh karena itu, perlu didirikannya suatu pusat konsultasi dan

ii
pengembangan usaha kecil yang siap untuk membantu para
pengusaha kecil tersebut sehingga kinerjanya meningkat.
d) Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala
yang tidak ekonomis dalam produksi, meningkatkan daya saing
terhadap produk-produk impor, dan meningkatkan sikap kooperatif
antar sesama pelaku bisnis.
e) Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang).
Peningkatan persaingan di dunia yang berbasiskan ilmu
pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah
daerah untuk secara terus menerus melakukan kajian tentang
pengembangan produk baru, pengembangan teknologi baru, dan
pencarian pasar-pasar baru.

3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam


proses pembangunan ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan
ketrampilan sumberdaya manusia adalah suatu keniscayaan. Pengembangan
kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a) Pelatihan dengan sistem customized training. Sistem pelatihan
seperti ini adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja.
b) Pembuatan bank keahlian (skill banks). Informasi yang ada pada
bank keahlian berisi data tentang keahlian dan latar belakang orang
yang menganggur di suatu daerah. Informasi ini bermanfaat bagi
pengembangan jenis pekerjaan yang sesuai dengn kemampuan dan
ketrampilan para penganggur tersebut. Selain itu, informasi ini juga
merupakan informasi cadangan keahlian yang pada akhirnya dapat
juga digunakan untuk mengisi lowongan-lowongan kerja yang
muncul di daerah tersebut. Pada akhirnya, bank keahlian ini dapat
juga digunakan untuk pembentukan koperasi.
c) Penciptaan iklim yang mendukung bagi berkembangnya lembaga-
lembaga pendidikan dan ketrampilan (LPK) di daerah.
Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan di
suatu daerah secara tidak langsung bermanfaat bagi peningkatan
kualitas sumberdaya manusia di daerah tersebut. Misalnya:
lembaga kursus bahasa, lembaga kursus komputer, lembaga kursus
perbengkelan, dan lembaga kursus perhotelan, dan sebagainya.
d) Pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat. Hal ini
penting bagi si penyandang cacat itu sendiri untuk meningkatkan

ii
rasa harga diri dan percaya dirinya. Selain itu, untuk jenisjenis
pekerjaan tertentu kadang-kadang penyandang cacat mempunyai
beberapa kelebihan.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang


ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di
suatu daerah. Dalam bahasa populer sekarang ini sering juga dikenal dengan
istilah kegiatan pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Kegiatan-
kegiatan seperti ini berkembang marak di indonesia belakangan ini karena
ternyata kebijakan umum ekonomi yang ada tidak mampu memberikan
manfaat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk menciptakan manfaat sosial, misalnya melalui penciptaan
proyek-proyek padat karya untuk memenuhi keuntungan dari usahanya.

2.4. Kasus Pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT)

Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru


menunjukkan bahwa walaupun secara nasional (pada tingkat makro) laju
pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi, namun pada tingkat
meso atau regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu
ketidakseimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat
(IBB) dan indonesia bagian timur (IBT). Dalam berbagai aspek pembangunan
ekonomi dan sosial, IBT jauh tertinggal dibanding IBB.
Tahun 2001 merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah yang
akan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah indonesia. Pelaksanaan
otonomi daerah tersebut diharapkan dapat menjadi suatu langkah awal yang dapat
mendorong proses pembangunan ekonomi di IBT yang jauh lebih baik dibanding
pada masa orde baru. Hanya saja, seperti di kawasan lainnya di indonesia,
keberhasilan pembangunan ekonomi di IBT sangat ditentukan oleh kondisi
internal yang ada, yakni berupa sejumlah keunggulan atau kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.

ii
a. Keunggulan Wilayah Indonesia Bagian Timur

Keunggulan atau kekuatan yang dimiliki IBT terutama adalah sebagai


berikut.
1) Kekayaan sumber daya alam (SDA).
2) Posisi geografis yang strategis.
3) Potensi lahan pertanian yang cukup luar
4) Potensi sumber daya manusia (SDM).

Sebenarnya dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki IBT tersebut


di atas, kawasan ini sudah lama harus menjadi suatu wilayah di indonesia di
mana masyarakatnya makmur dan memiliki sektor pertanian, sektor
pertambangan, dan sektor industri manufaktur yang angat kuat. Namun,
selama ini kekayaan tersebut di satu pihak tidak digunakan secara optimal
dan di pihak lain kekayaan tersebut di exploited oleh “pihak luar” yang
tidak memberi keuntungan ekonomi yang berarti bagi IBT itu sendiri.

b. Kelemahan Wilayah Indonesia Bagian Timur

Disamping memiliki berbagai keunggulan di atas, IBT juga memiliki


berbagai kelemahan yang membutuhkan sejumlah tindakan pembenahan
dan perbaikan. Kalau tidak, kelemahan-kelemahan tersebut akan
menciptakan ancaman bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di
kawasan tersebut. Berbagai kelemahan dan kekurangan yang masih dimiliki
IBT diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah.
2) Keterbatasan sarana infrastruktur.
3) Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah.
4) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah.

c. Tantangan dan Peluang

Di samping pengaruh kondisi internal, pembangunan ekonomi di IBT


juga mengahadapi berbagai macam tantangan, yang kalau dapat
dihadapi/diantisipasi dengan persiapan yang baik bisa berubah menjadi
sejumlah peluang besar. Salah satu peluang besar yang akan muncul di masa
mendatang adalah akibat liberalisasi ini akan membuka peluang bagi IBT,
seperti juga IBB, untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan
perdagangan yang ada di daerahnya masing-masing.

ii
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat


agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur
tangan dari pemerintah pusat. Otonomi daerah diberlakukan sejak dikeluarkannya
UU. No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah
Daerah. Dengan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri,
mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, baik dalam hal
pembiayaan pembangunan maupun dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Pasal
4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, menegaskan bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memerhatikan asas keadilan dan kepatutan.
Otonomi Daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah
untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya
sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku.
Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok besar yaitu:
1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas
2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha
3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru


menunjukkan bahwa walaupun secara nasional (pada tingkat makro) laju
pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi, namun pada tingkat
meso atau regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu
ketidakseimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat
(IBB) dan indonesia bagian timur (IBT). Dalam berbagai aspek pembangunan
ekonomi dan sosial, IBT jauh tertinggal dibanding IBB.
Tahun 2001 merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah yang
akan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah indonesia. Pelaksanaan
otonomi daerah tersebut diharapkan dapat menjadi suatu langkah awal yang dapat
mendorong proses pembangunan ekonomi di IBT yang jauh lebih baik dibanding

ii
pada masa orde baru. Hanya saja, seperti di kawasan lainnya di indonesia,
keberhasilan pembangunan ekonomi di IBT sangat ditentukan oleh kondisi
internal yang ada, yakni berupa sejumlah keunggulan atau kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.

3.2. Saran

Pembangunan daerah disertai dengan otonomi atau disebut juga otonomi


daerah, sangat relevan dengan pembangunan secara menyeluruh karena beberapa
alasan.
 Bahwa pembangunan daerah sangat tepat diimplementasikan dalam
mana perekonomian mengandalkan kepada pengelolaan sumber-sumber
daya publik (Common and public resources) antara lain sektor
kehutanan, perikanan, atau pengelolaan wilayah perkotaan.
 Pembangunan daerah meyakini mampu memenuhi  harapan keadilan ek
onomi bagi sebagian banyak orang. Dengan otonomi daerah diharapkan
dapat memenuhi prinsip bahwa yang menghasilkan adalah yang
menikmati, dan  yang menikmati haruslah yang menghasilkan.
 Pembangunan daerah dapat menurunnya biaya-biaya transaksi
( transaction cost). Biaya transaksi merupakan biaya total pembangunan
yang dapat dipisahkan ke dalam biaya informasi , biaya yang melekat
dengan harga komoditi, dan biaya pengamanan.
 Pembangunan daerah dapat meningkatnya domesticpurchasing power

Empat alasan yang dikemukakan di atas memiliki makna strategis dalam


rangka mengembangkan perekonomian di daerah utamanya di perdesaan. Hal
tersebut bukan saja disebabkan sumber permasalahan lebih banyak bertempat
diperdesakan secara fisik, tetappi sesungguhnya perdesaaan juga menyimpan
nilai-nilai lokal yang perli diberi peluang untuk berkembang memanfaatkan
sumber-sumberdaya alam melalui otonomi daerah.

Itulah sebabnya menjadi penting bahwa pembangunan daerah memerlukan


perencanaan dan koordinasi yang terpadu, secara vertikal maupun horizontal,
untuk mengantisipasi aliran externality secara spasial maupun akumulatif. Dengan
demikian, kebijakan dan program pembangunan daerah yang disusun tidak hanya
dapat memberi panduan yang terarah dan efisien bagi pemecahan permasalahan
tetapi lebiih jauh memberi jaminan akan keberlanjutan sistem produksi dalam
wilayah.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Hanly Fendy Djohar Siwu


https://media.neliti.com/media/publications/116498-ID-strategi-pertumbuhan-
danpembangunan-eko.pdf halaman 9-15

“Dua Provinsi Baru di Aceh Dideklarasikan.” . 7 Desember 2005. Gunawan,


Jamil. Ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta:
LP3ES, 2005.

http://ajengmadyatri.blogspot.com/2013/04/kasus-pembangunan-indonesia-
bagian-timur.html

http://eprints.ums.ac.id/42710/3/BAB%20I%20.pdf

http://anaarisanti.blogspot.com/2010/06/strategi-pembangunan-ekonomi-
daerah.html

http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab2-
perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_ekonomi_indonesia.pdf

ii

Anda mungkin juga menyukai