Anda di halaman 1dari 15

Tugas Pertama

MAKALAH

PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM


AKUNTANSI KEPRILAKUAN

TUGAS

Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan

Dosen Penanggung Jawab : Wa Ode Suwarni., SE., M.Sc

Disusun Oleh

Risdayanti (19320044)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAU-BAU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “AKUNTANSI KEPRILAKUAN” dengan
judul “Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan Dalam Akuntansi
Keprilakuan”.

Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Sekian dan Terimakasih.

Bau – Bau Oktober 2021

Penyusun

Risdayanti

19320044

~i~
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

2.1. Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan ................................ 2


2.2. Anatomi Keputusan ........................................................................ 4
2.3. Bounded Rationality ....................................................................... 5
2.4. Teori Pertimbangan dan Pembuatan Keputusan Kelompok ...... 7
2.5. Isu Metodologis dalam Riset Kelompok ........................................ 9
2.6. Masalah Riset Kelompok dan Bidang Akuntansi/Auditing ........ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

~ ii ~
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan


pendekatan yang rasional dan judgmental yang prosesnya tidak dapat
diformulasikan secara lengkap. Dalam proses ini pengambilan keputusan akan
selalu menghadapi risiko yangberpengaruh pada proses judgement itu sendiri.
Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang
kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan
menghadapi risiko dengan bijak. Praktik pengambilan keputusan selama ini
menunjukkan kompleksitas masalah dan keterbatasan kemampuan rasional
manusia, maka orang akan melakukanpengambiilan keputusan secara rasional dan
juga dalam berbagai situasi mengambil keputusan dengan proses heuristic.

Heuristik adalah proses ang dilakukan oleh individu dalam mengambil


keputusansecara cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian
informasi saja. Proses ini mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahan,
dan ketidakakuratan keputusan.

Kekeliruan konjungsi (conjuction fallacy) adalah pengambilan keputusan


tentang kemungkinan terjadinya peristiwa konjungsi yang berbeda dengan logika
teori probabilitas. Sementara itu, bias hainsait selama ini dikenal sebagai tendensi
bias karena orang (evaluator) yang telah mendapatkan informasi tentang hasil
merasa telahmengetahui suatu hasil sebelum suatukeputusan diiambil. “Biasanya
ini dipandang tidak adil bagi pengambil keputusan karena mengesampingkan
keadaan ketika keputusan ini diambil.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


beberapa masalah dalam makalah ini. Yaitu:

1. Jelaskan Pengertian Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan ?


2. Jelaskan Bagaimana Anatomi Keputusan ?
3. Jelaskan Bounded Rationality ?

~1~
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan

Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan


keputusan dari individu seperti investor, manajer, dan auditor (Bonner, 2008).
Sebagai contoh, investor mepertimbangkan untuk membeli saham, dan manajer
mempetimbangkan metode transaksi untuk transaksi tertentu. Dengan kata lain,
pertimbangan dan pengambilan keputusan menjadi isu yang penting bagi praktisi
dan peneliti akuntansi. Setiap orang pasti membuat keputusan, baik itu keputusan
bersifat krusial atau tidak. Pengambilan keputusan krusial adalah pengambilan
keputusan yang tidak mempuyai kebermaknaan dan akibat besar. Misalnya
memakai sepatu apa untuk acar tertentu atau memutuskan berolahraga dengan lari
atau naik sepeda. Keputusan krusial adalah keputusan yang mempunyai implikasi
luas dan mempunyai spektrum dengan determinasi tinggi.

Model pengembilan keputusan dikembangkan atas asumsi bahwa


keputuusan didasrkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil
keputusan sebagai manusia rasional, dimana mereka selalu konsisten dalam
membuat pilihan pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan
tertentu (Dermawan, 2003). Kedua pandangan tersebut sebetulnya tidak jauh
berbeda, dan hampir semua pendapat yang berkaitan dengan langkah-langkah
pemecahan masalah dimulai dengan pengenalan dan identfikasi masalah,
pencarian sejumlah alternatif solusi, dan pemilihan solusi terbaik. Pengambilan
keputusan berdasarkan atas asumsi-asumsi tertentu, dan masing-masing ahli
memaparkan asumsi0asumsi tersebut sedikit berbeda satu dengan lainnya.

Setiap hari dan setiap saat kita dihapkan pada pengambilan keputusan.
Misalnya, cerita berikut yang diadaptasi dari Bazerman (1994). Si Badu seorang
konsultan hukum dari 500 perusahaan telah menunda mengambil suatu
rekomendasi penting dalam pengambilan keputusannya. Perusahaan dihapakan
dengan tuntutan hukum sejumlah kelompok konsumen. Ketika perusahaan yakin
bahwa mereka tidak bersalah, maka peradilan belum tentu sama. Perusahaan
diharapkan kehilang 500 juta rupiah jika pendapat perusahaan ternyata tidak benar
di pengadilan. Si Badu menila 500 persen kesempatan akan kalah bila bersidang
di pengadilan. Perusahaan telah memilik pilihan penyelesaian diluar pengadilan
(cut of the court) dengan membayar 25 milyar rupiah untuk para pihak yang
bersengketa.

~2~
Dari cerita tesebut, maka keputusan sangat penting dibuat setiap hari.
Namun pemahaman masih sangat terbatas dikuasai oleh para manajer maupun
para profesional. Memang pengguna komputer dapat membantu dan memasukkan
data dan membuat keputusan sehari-hari, namun demikian koputer tiak dapat
membuat keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai dan preferensi terhadap
risiko. Komputer tidak mempunyai emosi atau kognisi seperti yang dipunyai
manusia. Oleh karena itu, pertimbangan aspek-aspek kemanusiaan sangat
dibutuhkan. Kita tidak dapat memberitahukan tingkatan yang harus dilakukan
oleh risiko yang diambil. Ini merupakan rana pertimbangan nilai yang hakiki yang
ada pada setiap individu manusia. Tidak ada jawaban benar atau salah. Kita paling
banyak hanya dapat menunjukkan sejumlah bias kognitif yang dapat terjadi pada
suatu keputusan. Pengetahuan mengenai bias dalam pengambilan keputusan ini
dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih objektif.

Dari cerita si Badu di atas, paling sedikit ada dua tipe bias yang mungkin
mempengaruhi rekomendasi si Badu, yaitu:

a. Sangat mungkin bahwa staf senior si Badu salah mempercayai


kebenaran perusahaan. Mereka mungkin korban yang salah untuk
kelompok pemikir, mempercayai posisi mereka kebal dari serangan
pihak jawan. Fenomena ini disebut dengan gruop think. Jika demikian,
dalam kasus ini si Badu dapat tidak percaya sepenuhnya terhadap
kemungkinan kekasalahn secara nyata kasus tersebut di pengadilan.
b. Berkaitan dengan penyimpangan memahami permasalahn atau
kerangka permasalahn yang oleh si Badu mungkin mengidentifikasi
situasinya sebagai berikut.
 Menyelesaikan di luar pengadilan dan menerima kekalahan 25
miliar rupiah.
 Mengajukan gugatan ke pengadilan dengan harapan 50% peluang
kekalahan dari 50 miliar rupiah.
 Menyelesaikan di luar peradilan dan menyimpan 25 miliar rupiah
yang dikalahkan di pengadilan.
 Mengajukan gugutan ke pengadilan berharap 50% peluang atau
menyimpah 50 miliar rupiah.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kecenderungan individu dalam


mengambil resiko berkaitan dengan yang berpeluang kalah dan kecenderungan
untuk menghindari risiko berkaitan dengan yang berpeuang menang, meskipun
kedua pilihan penyelesaian sama-sama objektif. Pengambilan keputusan secara
sistematis dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi.

~3~
Pengambilan keputusan menjadi komponen utama dalam kerja pimpinan
pada semua tingkatan dunia perusahaan dan menghasilkan sumber daya yang
kritis dalam organisasi. Banyak pimpinan mengambil keputusan sebagai bawaan
(talenta), “beberapa orang dapat melakukan dan belum tentu yang lainnya juga
bisa”. Perilaku ini tidak berlaku pada sumber daya manusia dalam organisasi.
Pelatihan dan decisiom aids (alat bantu keputusan) dapat memberikan pengaruh
yang baik untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pimpinan.

2.2. Anatomi Keputusan

Pertimbangan berkaitan dengan aspek pengetahuan pada proses


pengambilan keputusan. Untuk memahami pertimbangan, kita perlu
menegidentifikasi unsur-unsur dalam proses pengambilan keputusan yang
dibutuhkan dalam pertimbangan. Untuk memulainnya, pertimbangan situasi
keputusan sebagai berikut:

a. Seorang lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik, ketika mencari


suatu pekerjaan, memilih pekerjaan apa yang akan dilakukan.
b. Seorang pemilik perusahaan modal ventura yang sedang menghadapi
pertimbangan sejumlah proposal dengan pembiayaan yang rendah,
memikirkan proyek mana yang akan dibiayai.
c. Seorang wakil presiden den organisasi perdagangan enceran yang akan
menetukan lokasi baru untuk perusahaannya, menimbang-nimabgn apa
yang dilakukan dalam memilih tempat yang memungkinkan
berkembang.
d. Seorang staf akuisisi besar yang tertarik mengakuisisi perusahaan kecil
pada perusahan minyak, menguji rekomendasi perusahaan mana yang
akan diakuisisi.

Berikut beberapa langkah yangsecara impisit atau eksplisit diterpkan ada


proses pengambilan keputusan secara rasional dalam tiap-tap situasi, yakni
sebagai berikut:

1. Menentukan permasalahan (define the problem)


Manajer sering bertindak tanpa memahami permasalahan yang akan
diselesaikan. Bilamana hal ini terjadi, manajer akan berpotensi
menyelesaikan permasalahan yang salah. Dalam mendifinisikan
masalah, maka langkah-langkah yang harus dilakukan:
 Menetukan permasalahan dalam kaitan dengan tujuan
penyelesaian.
 Mendiagnosis permasalahn dalam kaitan memahami gejala-
gejalanya.

~4~
2. Mengidentifikasi kriteria (identify the criteria)
Banyak keputusan membuthkan adanya pembuatan keputusan untuk
memenuhi lebih dari satu permasalahan. Dalam membeli sebuah mobil,
tentunya berusaha semurah mungkin dengan mobil yang bagus dan
lengkap. Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu
mengidentifikasi semua kriteria yang berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan.
3. Mengukur kinerja (weight the criteria)
Pembuatan keputusan yang rasional akan mengetahui nilai relatif yang
diambil dari setiap kriteria yang diidentifikasi (seperti ekonominya,
kemahalannya, ataupun kenyamanannya).
4. Menciptakan alternatif (generate alternative)
Kesalahan menghitung waktu penelitian sering menghasilkan alternatif
yang tidak pasti. Suatu keberlanjutan penelitian yang optimal hanya
sampai mempertimbangkan nilai biaya penelitian dari tambahan
informasi.
5. Mengukur nilai alternatif dari setiap kriteria (rate each alternative on
each criterion)
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu menilai hati-hati
akibat potensial pemilihan terhadap tiap-tiap solusi alternatif pada
masing-masing kriteria yang diidentifikasi.
6. Menghitung keputusan yang terbaik atau optimal (compute the optimal
decision)
Idealnya setelah kelima langkah di atas dilakukan, puroses pengambilan
keputusan terbaik terdiri dari berbagai harapan yang efektif dari
berbagai pilihan waktu, kelebihan dan perimbangan dari setiap kriteria,
serta solusi alternatif. Solusi yang paling meberikan nilai harapan
tertinggi yang seharusnya dipilih.

2.3. Bounded Rationality

Model rasional didasrkan pada sekumpulan asumsi yang menguraikan


bagaimana keputusan seharusnya diambil dibandingkan dengan menguraikan
bagaimana suatu kepututusan dibuat. Simon (1957) maupun Marc dan Simon
(1958) dalam Banzerman (1994) menyarankan bahwa keputusan individu dibatasi
pada rasionalitasnya dan kita dapat memahami dengan baik suatu pembuatan
keputusan melalui penjelasan nyata dari proses keputusan secara normatif
(bagaimana seharusnya dibuat).

~5~
Pengetahuan pembuat keputusan serinf kurang informasi penting terkait
dengan definisi dari permsalahan. Kriteria yang relevan, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut pembuatan keputusan bertahan hanya pada informasi yang terbatas.
Akhirnya, keterbatasan kemampuan berfikir dan persepsi akan menghambat
kemampuan pengambilan keputusan secara tepat (akurat) memilih pilihan terbaik
atas informasi yang tersedia. Pembatasa-pembatasan ini membantu pembuatan
keputusan yang memenuhi model rasional. March dan Simon (1958) dalam
Bazerman (1994) lebih lanjut menyarankan bahwa pembuat keputusan akan
membatalkan solusi terbaik, yakni yang dapat diterima atau yang masuk akal.
Dengan demikian, pembuat keputusan meyskini tidak menguji semua
kemungkinan alternatif. Mereka secara sederhana meneliti sampai mereka
menemukan suatu solusi yakni menemukan jawaban pada tingkat kepastian yang
dapat diterima.

Ruang lingkup pembuatan keputusan pada dasarnya dapat dibedakan atas


dua bagian, yakni kajian tentang model yang menentukan dan kajian tentng
model-model penjelasan. Kajian keputusan preskriptif berkaitan dengan metode
yang digunakan untuk membuat keputusan yang optimal. Pendekatan deskriptif
digunakan ketika pendekatan preskriptif berkaitan dengan penjelasan metode yang
digunakan untuk pembuatan keputusan optimal. Semenjak pemimpin membuat
ribuan keputusan setiap hari, sistematis kebutuhan akan keputusan yang rasional
belum tersedia. Banyak keputusan penting dibuat melalui pertimbangan
dibandingkan dengan melalui model preskriptif tertentu. Hal ini menjadi bukti
atas perilaku pemimpin.

Konsep-konsep batas rasional dan keyakinan punya andil dalam


mengidentifikasi penyimpanan penilaian dari rasionaltas. Namun, mereka tidak
dapat menunjukkan bagaiman pertimbangan dapat terbiasakan. Konsep ini mebuat
pembuat keputusan mengidentifikasi hal yang dapat dilakukan dalam situasi
informasi terbatas, tetapi tidak dapat membantu mendignosis sistematika yang
khusus, penyimpangan langsung yang mempengaruhi pertimbangan yang
bersangkutan. Dalam kaitan ini, Kahneman dan Tversky (1974) menyatakan
bahwa orang-orang membutuhkan sejumlah stratergi yang dikenal dengan konsep
heuristik. Hal itu merupakan ketentuan standar yang implisit yang ada pada
petimbangan. Konsep ini meberikan mekanisme untuk memperbanyak dengan
memperhatikan keputusan sekitarnya. Pada umunya heuristik dapa membantu,
tetapi penggunaannya kadang-kadang memilik kelemahan/kesalahan.

~6~
2.4. Teori Pertimbangan dan Pembuatan Keputusan Kelompok

a. Komposisi dan Keanggotaan Kelompok

Kelompok pada umumnya melampaui individu utuk sejumlah alasan :


1) Kelompok mempunyai lebih banyak pengetahuan dan informasi, 2)
Kelompok memberikan lebih banyak pendekatan solkusi masalah yang
beragam dibandingkan dengan individu yang sering kali jatuh dalam
pemikiran sendiri, 3) Partisipasi dalam pemecahan masalah meningkatkan
penerimaan keputuhan akhir ketika anggota kelompok menerima tanggung
jawab, 4) Komunikasi yang lebih baik selama masalah. Dua alasan pertama
sangat menarik karena terdapat peningkatan pengetahuan dari si pengambil
keputusan melalui keanggotaan kelompok.

Teori manfaat kelompok mengatakan bahwa keragaman akan


menghasilkan keragaman dalam latar belakang dan solusi masalah yang
mengurangi pemikiran kelompok, misalnya ketika naggota kelompok
dengan pelatihan dan nilai yang sama berfikir secara sama. Keuntungan ini
diantisipasi melalui dialog kelompok efektif yang menyatukan berbagai
perspektif melalui dialog kelompok efektif yang meningkatkan pemahaman
masaing-masing anggota kelompok terhadap masalah atau tugas yang
dihadapi dan solusi alternatif yang tersedia.masalah yang melingkupi
keragaman anggota kelompok sepertinya mempunyai implikasi signifikan
terhadap kelompok akuntansi yang relatif rendah dalam hal ragam anggota.

b. Dinamika Kelompok

Kelompok kecil terdiri atas sekumpulan anggota yang menjadi


instrumental dalam pola keputusan dan perilaku yang diasumsikan oleh
kelompok. Sifat dasar kelompok dan bagaimana kelompok berperilaku
ditentukan oleh keanggotaan dalam kelompok sentral dalam kelompok
studi.

Arrow dan McGrath mengembangkan kerangka kerja untuk pengkajian


sistematis terhadap dampak dari perubahan keanggotaan terhadap perilaku
kelompok. Kerangka kerja ini dapat diketegorikan kedalam tiga area yang
luas:

1) Konteks lingkungan dimana perubahan keanggotaan akan


emngubah reaksi kelompok pada akhirnya kepada penyesuaian
kembali,

~7~
2) Dampak perubahan keanggotaan terhadap fungsional kelompok,
dan
3) Dua area efek utama yang meningkat kompleksitasnya sejalan
dengan perubahan dalam konteks di mana kelompok bekerja.

Dalil yang berhubungan dengan perubahan keanggotaan ini mungkin


sangat penting bagi bermacam-macam kelompok akuntansi. Dalil yang telah
diformulasikan tampaknya akan menyajikan landasan teoritis untuk
mengkaji banyak kelompok normal dimana bermacam-macam professional
akuntansi berinterakso dan berpartisipasi secara kontinu. Masalah
keanggotaan, bahkan mungkin lebih menarik diantara kelompok dinamis
yang ada dalam fungsi audit. Hal ini memungkinka kelommpok audit
tertentu melakukan penugasan lainnya ketika mereka sudah mempunyai
peranan tertentu dan kelompok yang seudah terbentuk.lagipula, hal ini
dikendalikan oleh lingkungan tim, sehingga hanya sedikit yang diketahui
tentang dampak perubahan keanggotaan terhadap kinerja audit dan
fungsional tim. Dengan cara yang sama, hanya sedikit yang diketahui
tentang bagaimana peranan yang diasumsikan oleh kelompok memengaruhi
kinerja.

c. Formasi Kelompok dan Peranan Anggota

Peranan pada umumnya didefinisikan dalam riset kelompok kecil,


sebagai posisi dalam kelompok misalnya status dengan hak dan kewajiban
terhadap satu atau lebih anggota yang lain dalam kelompok. Sebagian besar
riset akuntansi yang mengkaji aspek pernan telah berfokus kepada
kerancuan peran atau konflik peran. Meskipun demikian, konstruksi ini
telah di ukur secara terisolasi dari kelompok keja kecil. Akan tetapi, fokus
dari ukuran yang berbasis peranan ini telah terdapat dalam konteks
organisasi anggota individu dalam keanggotaan kelompok lebih luas.

McGrath mengidentifikasi empat mode aktivitas yang terlibat dalam


pengembangan kelompok. Mode 1 adalah penemuan dan penerimaan dari
sebuah proyek, misalnya pilihan tujuan. Mode 2 melibatkan solusi masalah
teknis, misalnya pilihan alat-alat. Mode 3 adalah resolusi konflik, misalnya
pilihan kebijakan. Mode 4 adalah pelaksanaan proyek, misalnya pencapaian
tujuan.

~8~
d. Rapat

Sebagian besar proses keputusan bisnis membutuhkan interaksi


kelompok. Sering kali kebutuhan teersebut akan mencakup kebutuhan untuk
rapat tatap muka atau membahas konsep, ide, dan perencanaan untuk
membuat keputusan secara individu atau kelompok. Rapat dapat dilakukan
dalam bermacam-macam cara berdasarkan pada sasaran yang diinginkan
dan tingkat struktur yang diinginkan. Kelompok yang berinterkasi
menggunakan sebuah lingkungan sangat terbuka yang mendorong input
spontan ke dalam diskusi. Rapat tersebut berdasrkan pada ujung bahwa
skala struktur dan pendekatan yang paling sering digunakan rapat bisnis
umum. Alternatif lain, satu dari beberap bentuk protes, kelompok terstruktur
pada umumnya lebih efektif ketika input spesifik diinginkan dalam
menyampaikan keputusan-keputusan hasil yang ditentukan terlebih dahulu.

2.5. Isu Metodologis dalam Riset Kelompok

Solomon meringkas kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh penelti


kelompok dengan menyampaikan bahwa kompleksitas dalam melakukan riset
kelompok dimulai dengan seluruh kesulitan yang dihasilkan dalam melakukan
riset individu dan kemudian ditambah dengan masalah berbasis kelompok diatas
kompleksitas individu. Dalam bahasan ini, masalah tersebut dikonsilidasikan ke
dalam dua area perhatian utama, yaitu: penggunaan umum kelompok ad hoc dan
masalah yang berhubungan dengan keanggotaan.

a. Kelompok Natural vs Kelompok Ad hoc

Masalah yang paling menonjol dalam riset kelompok, baik dalam


bidang akuntansi perilaku ataukah pada bidang kelompok kecil, yaitu
penggunaan kelompok ad hoc dalam ekperimen dalam membangun teori
yang berkaitan dengan kelompok natural. Dalam lingkungan kerja,
kelompok tersebut jarang ditemui. Akan tetapi, kelompok biasanya dibentuk
untuk bekerja untuk periode waktu tertentu guna memecahkan masalah
tertentu. Kelompok terakhir ini dianggapsebagai kelompok natural dimana
mereka menunjukkan seperti apa norma kelompok dan mereka memberikan
lingkungan yang berhubungan dengan dinamika kelompok.

b. Keanggotaan dan Komposisi Kelompok

Masalah keanggotaan pertama yang sering kali dihadapi adalah


mendapatkan subjek yang memadai untuk berpartisipasi dalam studi riset.
Sementara ini, hal tersebut sering kali menjadi masalah dalam riset individu.
Masalah tersebut menjadi semakin berlipat ganda karena setidaknya

~9~
didasarkan pada fakta bahwa dibutuhkan bermacam-macam subjek untuk
dapat melakukan observasi kelompok tunggal. Solomon mencatat bahwa
pada umumnya dibutuhkan minimun tiga subjek per kelompok. Arnold
mencatat bahwa dalam riset kelompok kecil kontemporer, empat subjek
dianggap sebagai ukuran minimum yang realistis.

2.6. Masalah Riset Kelompok dan Bidang Akuntansi/Auditing

Riset akuntansi perilaku yang berhubungan dengan pengambilan keputusan


kelompok dapat dikategorikan ke dalam empat area:

a. Pengkajian kinerja kelompok kerja seperti bagaiman kelompok kerja


membutuhkan perubahan dalam lingkungan kerja.
b. Penyelesaian proses tinjauan kertas kerja dalam lingkungan auditing.
c. Penggunaan pengambilan keputusan kelompok rekan sejawat dalam
lingkungan akuntansi.
d. Dampak integrasi kemunculan komputerisasi teknologi kelompok.

~ 10 ~
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi suatu sistem untuk mengahsilkan informasi keuangan yang


digunakan oleh pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang
paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langkah pada aktivitas bisnis
dan ekonomi. Namun, pemeilihan dan penetapan suatu keutusan bisnis juga
melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil keputusan. Drngan
demikian, akuntansi akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
serta kebutuhsn organisasi akan keburuhan informasi yang dapat dihasilkan oleh
akutansi.
Akuntnasi keperilakuan sebagai dasar untuk meluncurkan studi baru tentang
pengambilan keputusan kelompok. Tiga area spesifik telah dibahas (misalnya
kinerja kelompok kerja, kelompok hierakis, kelompok rekan sejawat), dengan sub
bagian keempat berfokus pada bagaimana komputerisasi sistem dukungan
kelompok dapat secara radikal mengubah cara pengambilan keputusan dibuat
dalam masing-masing bidang spesifik. Rich mengkaji proses tinjauan, dan baik
Bamber maupun hayne dan Sutton berfokus pada integrasi sistem dukungan
kelompok dalam bidang akuntansi dan auditing.

~ 11 ~
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/353835939/makalah-pertimbangan-dan-
pengambilan-keputusan-siti

https://www.coursehero.com/file/46974052/ak-keperilakudocx/

~ 12 ~

Anda mungkin juga menyukai