Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2

“ Pelaporan Segmen dan Interim “

Dosen pengampuh : Wa Ode Suwarni,S.E.,M.Sc

Disusun Oleh : Risdayanti

NIM : 19320044

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Baubau

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya penjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan saya kekuatan, kesehatan, serta kesempatan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas yang di


berikan oleh dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 yaitu
makalah yang berjudul “ Pelaporan Segmen dan Interim”

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat di perlukan.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya


untuk kita yang masih duduk di bangku perkuliahan.

Baubau, Oktober 2022

Risdayanti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1. Pelaporan Untuk Segmen 3

2.2. Isu Akuntansi Pelaporan Segmen 3

2.3. Informasi Tentang Segmen Operasi 5

2.3.1. Definisi Segmen Dilaporkan 5

2.3.2. Uji Pengungkapan Komprehensif 7

2.3.3. Melaporkan Informasi Segmen 9

2.4. Identifikasi Laporan Segmen 10

2.5. Informasi Segmen Sekunder 12

2.6. Pelaporan Keuangan Interim 13

2.7. Format Laporan Keuangan Interim 14

2.8. Permasalahan Akuntansi 15

2.8.1. Pandangan Diskrit versus Pandangan Integral dalam Pelaporan


Interim 15

2.8.2. Peraturan Akuntansi untuk Pelaporan Interim 16

3
2.9. Standar Pelaporan Untuk Laporan Laba Rugi Interim 17

2.9.1. Pendapatan 17

2.9.2. Harga Pokok Penjualan dan Persediaan 18

2.9.3. Biaya dan Beban yang Lain 19

2.9.4. Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim 21

2.10. Perubahan Akuntansi Di Periode Interim 24

2.10.1. Perubahan Prinsip Akuntansi (Penerapan Retrospektif) 24

2.10.2. Perubahan Estimasi Akuntansi (Penerapan Saat Ini dan


Prospektif) 25

2.10.3. Kesalahan Mendasar 26

BAB 3 PENUTUP 27

3.1. Kesimpulan 27

DAFTAR PUSTAKA 28

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengungkapan segmen mengenai komponen operasi tertentu dari
suatu entitas danwilayah luar negeri di mana entitas beroperasi memberikan
informasi mengenai risikoberbeda dan profitabilitas dari masing-masing
komponen yang membentuk entitas.Pengungkapan tambahan tersebut
berguna dalam menilai kinerja masa lalu dan prospekkinerja masa depan.
Banyak perusahaan yang harus menerbitkan laporan keuangan yangmeliputi
periode waktu yang lebih singkat selama tahun tersebut, yang sebagian besar
atasdasar kuartalan. Jadi, dari hal tersebut dibutuhkan pedoman pelaporan
untuk laporan interimsemacam ini. Tujuan informasi menurut segmen adalah
menyediakan informasi bagi parapemakai laporan keuangan mengenai skala
relative, kontribusi laba, dan trend pertumbuhandari berbagai industry dan
wilayah geografis perusahaan yang didiversifikasi untukmemungkinkan para
pemakai laporan keuangan membuat pertimbangan yang lebih baikterhadap
perusahaan secara keseluruhan

1.2. Rumusan Masalah


- Bagaimana pelaporan untuk segmen?

- Bagaimana isu akuntasi tentang pelaporan segmen?

- Apa saja informasi tentang segmen operasi?

- Bagaimana mengidentifikasilaporan segmen?

- Bagaimana pelaporan keuangan interim dan format laporannya?

- Apa saja permasalahan akuntansi mengenai keuangan interim?

- Bagaimana standar pelaporan untuk laba rugi interim?

- Bagaimana perubahan akuntansi di periode interim?


5
1.3. Tujuan
- Agar dapat mengetahui Bagaimana pelaporan untuk segmen

- Agar dapat mengetahui Bagaimana isu akuntasi tentang pelaporan


segmen

- Agar dapat mengetahui Apa saja informasi tentang segmen operasi

- Agar dapat mengetahui Bagaimana mengidentifikasilaporan segmen

- Agar dapat mengetahui Bagaimana pelaporan keuangan interim dan


format laporannya

- Agar dapat mengetahui Apa saja permasalahan akuntansi mengenai


keuangan interim

- Agar dapat mengetahui Bagaimana standar pelaporan untuk laba rugi


interim

- Agar dapat mengetahui Bagaimana perubahan akuntansi di periode


interim

6
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pelaporan Untuk Segmen


Diversifikasi ke produk baru dan pasar multinasional selama tahun
1990 an menciptakan kebutuhan untuk informasi yang terdisagregasi
(terpisah-pisah) dari masing-masing segmen atau komponen perusahaan.

Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dipandang sebagai


sebuah portofolio aset yang beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan.
yang sering kali memiliki cakupan multinasional. Berbagai komponen
perusahaan besar dapat mempunyai tingkat keuntungan yang berbeda,
tingkatan dan jenis risiko yang berbeda, dan kesempatan pertumbuhan yang
berbeda. Permasalahan utama untuk akuntan adalah bagaimana
mengembangkan dan mengungkapkan informasi yang diperlukan untuk
mencerminkan perbedaan-perbedaan mendasar tersebut. Pembahasan
berikut menyajikan standar akuntansi untuk pelaporan komponen operasi,
operasi luar negeri, dan pelanggan utama dari suatu entitas.

2.2. Isu Akuntansi Pelaporan Segmen


Pada tahun 1994, DSAK menerbitkan PSAK No. 5 tentang "Pelaporan
Informasi Keuangan Segmen", yang merekomendasikan pengungkapan
informasi segmen. Pada tahun 2000, DSAK mengadopsi IAS 14 (revisi 1997)
dan kemudian merevisi PSAK 5 serta mengubah namanya menjadi
"Pelaporan Segmen". Peraturan ini mewajibkan pengungkapan informasi
berdasarkan segmen usaha dan geografis suatu entitas.

PSAK 5 menjelaskan definisi beberapa istilah sebagai berikut.

1. Segmen usaha adalah sebuah komponen perusahaan yang dapat


dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa. Komponen itu
memiliki risiko dan imbal hasil yang berbeda dengan risiko dan imbal
hasil segmen lain. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan atau tidaknya produk dan jasa, meliput

- Karakteristik produk atau jasa,

- Karakteristik proses produksi


7
- jenis atas golongan pelanggan produk atau jasa,

- Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa. dan

- Karakteristik iklim regulasi seperti perbankan, asuransi atau


industri fasilitas umum

2. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat


dibedakan menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah)
ekonmi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang
berbeda dengan risiko dan imbalan komponen yang beroperasi pada
lingkungan (wilayah) ekonomi lain. Faktor-faktor dipertimbangkan
dalam mengidentifikasi segmen geografis meliputi:

- Kesamaan kondisi ekonomi dan politik

- Hubungan antar operasi dalam wilayah geografis berbeda.

- Kedekatan peografis operasi.

- Risiko khasus yang terdapat dalam operasi wilayah tertentu.

- Regulasi pengendalian mata uang.

- Risiko mata uang

Secara umum, kantor pusat perusahaan bukanlah segmen operasi


terpisah. Selain itu, perusahaan dapu memilih und mengagregasikan segmen
operasi individual terpisah yang mempunyai karakteral ekonomi yang mirip
(misalnya produk dan jasa, proses produksi, jenis atau kelas konsumen,
metode yang digunakan untuk mendistribusikan produk atau penyediaan
jasa). Manajemen juga dapat meyakini baha agregasi akan memberikan
informasi yang lebih berarti untuk pengguna laporan keuangan.

Setiap kali muncul isu pendefinisian pendapatan dari segmen suatu


perusahaan, maka salah satu masalahnya adalah alokasi biaya untuk masing-
masing segmen. Sebagai contoh, apakah pendapatan segmen termasuk
biaya yang langsung dapat ditelusuri saja, atau apakah termas alokani biaya
umum, seperti ildan untuk seluruh perusahaan atau departemen pembelian
pusat Salah seorang peneliti akuntansi telah menyatakan bahwa semua
alokasi adalah arbitrer, yaitu tidak dapat diverifikasi sepenuhnya dengan bukti
8
empiris. Oleh karenanya laba bersih setelah dikurang dengan biaya yang
dialokasikan sifatnya arbitrer. Dalam PSAK 5, DSAK menyatakan bahwa
alokas dari pendapatan dan beban akan dimasukkan untuk segmen yang
dilaporkan hanya jika pendapatan dan beban tersebut dimasukkan ke dalam
laba atau ragi segmen yang digunakan oleh pengambi keputusan keuangan
utama perusahaan. Selain itu, hanya aset yang dimasukkan dalam pengukura
anet segmen yang digunakan oleh pengambil keputusan keuangan utama
perusahaan yang dilaporkan untuk segmen tersebut. Oleh karena itu, DSAK
sekali lagi berusaha menyelaraskan pengungkap keuangan eksternal dari
segmen dengan pelaporan internal yang digunakan oleh manajemen until
membuat alokasi sumber daya dan keputusan lain terkait dengan segmen
operasi.

2.3. Informasi Tentang Segmen Operasi


Banyak entitas yang terdiversifikasi melalui beberapa lini bisnis. Setiap
lini dapat mempunyai faktor kompetitif yang berbeda dan dapat bereaksi
berbeda terhadap perubahan dalam lingkung ekonomis. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan besar seperti Johnson & Johnson beroperasi dalam
beberapa lini utama: konsumsi, farmasi, dan profesi. Produk produknya
termaksut lensa kontak sekali pakai, produk bayi, peralatan bedah, terapi
antibodyi, serta obat demam dan flu. Sebuah konglomerasi dapat beroperasi
di beberapa pasar konsumen, yang setiap pasarnya memiliki karakteristik
berbeda. Selain itu perusahaan terkena eksposur atas resiko yag berbeda
dalam setiappasar sumber factor – factor produksinya. Laporan keuangan
konsolidas menyajikan semua faktor heterogen tersebut dalam konteks
entitas tunggal. Tujuan dan pelaporan segmen adalah untuk memungkinkan
pengguna laporan keuangan melihat di balik angka total konsolidasi ke
komponen individu yang membentuk entitas tersebut.

2.3.1. Definisi Segmen Dilaporkan

Proses penentuan segmen operasi dilaporkan (reportable operating


segment) secara terpisah, yaitu, segmen-segmen di mana pengungkapan
tambahan yang terpisah harus dibuat berdasarkan spesifikasi manajemen
atas segmen operasi yang digunakan secara internal untuk mengevaluasi
posisi keuangan dan kinerja operasi perusahaan.

9
a. Ambang Batas Kuantitatif Sepuluh Persen

DSAK menetapkan tiga aturan signifikansi 10 persen (10 percent


significance rules) untuk menentukan segmen operasi mana yang harus
mempunyai informasi terlapor yang terpisah. Pengungkapan terpisah
tersebut diharuskan untuk segmen yang memenuhi paling tidak satu dari
pengujian berikut.

1. Pendapatan segmen yang dilaporkan, termasuk penjualan eksternal


atau penjualan/transfer antarsegmen, lebih besar atau sama dengan
10 persen dari pendapatan keseluruhan dari penjualan eksternal
ditambah transaksi antarsegmen dari keseluruhan segmen operasi.

2. Nilai absolut dari laba atau kerugian adalah lebih besar atau sama
dengan 10 persen. Nilai absolut mencakup (a) laba gabungan dari
seluruh segmen operasi yang tidak dilaporkan rugi atau (b) rugi
gabungan dari seluruh segmen operasi yang dilaporkan rugi.

3. Aset segmen sama dengan atau lebih besar dari 10 persen aset
gabungan seluruh segmen operasi.

Perhatikan bahwa uji pendapatan memasukkan penjualan atau


transfer antarsegmen. DSAK menyatakan bahwa pengaruh keseluruhan dari
segmen tertentu terhadap seluruh perusahaan harus diukur. DSAK meyakini
juga bahwa definisi segmen operasi harus memasukkan komponen dari
perusahaan yang menjual secara umum atau secara eksklusif ke komponen
perusahaan yang! lain. Informasi mengenai operasi yang "terintegrasi secara
vertikal" tersebut memberikan pandangan mengenai produksi dan operasi
dari perusahaan.

PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus


memasukkan pengukuran laba atau rugi dari segmen yang dilaporkan. Oleh
karena itu, laporan tersebut akan sama dengan yang digunakan untuk tujuan
pengambilan keputusan internal. Beberapa perusahaan mengalokasikan
beban operasi yang timbul dari fasilitas yang dipergunakan bersama seperti
gudang bersama. Perusahaan lain dapat ekuitas ke segmen tertentu. Apa pun
yang digunakan dalam tujuan pengambilan keputusan untuk mengalokasikan
biaya-biaya seperti biaya bunga, pajak penghasilan, atau pendapatan dari
investasi mengukur laba atau rugi segmen operasi harus dilaporkan dalam
10
pengungkapan eksternal.

Walaupun perusahaan diharuskan untuk melaporkan aset dari segmen


yang dilaporkan secara terpisah, PSAK 5 juga memperbolehkan perusahaan
untuk melaporkan kewajiban segmennya jika perusahaan meyakini bahwa
pengungkapan yang lebih lengkap akan lebih berguna. Aset yang akan
dilaporkan adalah aset yang digunakan oleh pengambil keputusan operasi
utama dalam pengambilan keputusan mengenai segmen dan dapat
memasukkan aset tak berwud seperti goodwill atau asset tak berwujud
lainnya. Jika aset yang digunakan bersama dialokasikan ke dalam segment,
maka aset tersebut harus dimasukkan dalam angka yang dilaporkan Aset
tersebut juga dapat mencakup aset pendanaan seperti investasi pada efek
ekuitas atau pinjaman antarsegmen Poin kuncimya adalah bahwa
pendapatan, laba atau rugi, dan aset harus dilaporkan dalam basis yang sama
dengan yang digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan internal.

Jika total pendapatan eksternal dari segmen operasi yang dilaporkan


secara terpisah kurang dari 75 persen total pendapatan konsolidasi, maka
manajemen harus memilih dan mengungkapkan informasi tentang segmen
operasi sampai paling tidak 75 persen dari pendapatan konsolidasi
dimasukkan dalam segmen yang dilaporkan. Pemilihan segmen operasi
mana yang akan dilaporkan diserahkan kepada manajemen.

Informasi mengenai segmen operasi yang tidak dilaporkan secara


terpisah adalah digabungkan dan diungkapkan dalam kategori "Seluruh
Segmen Lainnya" (All Other). Sumber pendapatan dalam kategori "Seluruh
Segmen Lainnya harus dijelaskan, tetapi tingkat pengungkapan untuk
kategori ini secara signifikan lebih sedikit dibandingkan segmen operasi yang
dilaporkan terpisah. Sekali tagi ingat bahwa kantor pusat perusahaan (atau
administrasi pusat) umumnya tidak dimasukkan sebaga segmen operasi dari
perusahaan.

2.3.2. Uji Pengungkapan Komprehensif

Setelah menentukan segmen mana yang dilaporkan berdasarkan salah


satu dari tiga uji 10 persen. kemudian perusahaan harus menerapkan uji
komprehensif. Uji komprehensif adalah uji pendapatan konsolidasi 75 persen

11
(75 percent consolidated revenue test).

a. Uji Pendapatan Konsolidasi Tujuh Puluh Lima Persen

Total pendapatan dari sumber eksternal dari keseluruhan segmen


operasi dilaporkan secara terpisah harus paling tidak sama dengan 75 persen
total pendapatan konsolidasi. Perusahaan pelaporan harus mengidentifikasi
segmen operasi tambahan sebagai segmen yang dilaporkan sampai uji ini
terpenuhi. PT Induk dan PT Anak dengan tiga segmen dilaporkan, menghitung
pengujian 75 persen sebagai berikut.

Oleh karena persentase tersebut sama dengan atau lebih besar dari 75
persen, maka tidak ada lagi segmen operasi yang harus dilaporkan terpisah.
Jika persentase tersebut kurang dari 75 persen maka diperlukan segmen
operasi tambahan untuk diperlakukan sebagai segmen dilaporkan sampai uji
75 persen tersebut terpenuhi.

b. Pertimbangan Lainnya

Batasan praktis sebanyak 10 segmen digunakan sebagai batas


terbanyak dari jumlah segmen yang dilaporkan, karena jika lebih, maka
informasi tambahan dapat menjadi terlalu terpering dan berlebihan, Sebuah
perusahaan yang mempunyai lebih dari 10 segmen dilaporkan harus
mempertimbangkan untuk mengagregasikan segmen-segmen yang berkaitan.
PT Induk dan PT Anak hanya mempunyai tiga segmen dilaporkan.

Selain itu, perusahaan harus menerapkan pertimbangan untuk


memutuskan apakah masing - masing segmen harus dilaporkan. Sebagai
12
contoh, suatu segmen dapat memenuhi atau tidak memenuhi suatu uji
tertentu karena beberapa situasi tidak umum, seperti laba atau rugi tinggi
yang abnormal atas kontrak satu waktu. Konsep perbandingan antarperiode
harus diikuti dalam menentukan apakah suatu segmen perlu diungkapkan
atau tidak untuk periode sekarang. Perusahaan harus melaporkan terpisal
segmen yang dilaporkan di tahun-tahun sebelumnya tetapi tidak memenuhi
uji signifikansidi periode berjalan karena adanya kejadian abnormal. Begitu
pula, perusahaan tidak perlu melaporkan terpisah suatu segmen yang
memenuhi uji 10 persen dalam satu waktu hanya karena adanya kondisi
abnormal. Akan tetapi, perusahaan diharuskan untuk mengindikasikan
mengapa suatu segmen dilaporkan tidak diungkapkan.

Terakhir, jika suatu segmen menjadi dilaporkan dalam periode berjalan


tetapi tidak dilaporkan terpisah di periode-periode sebelumnya, maka
pengungkapan komparatif segmen tahun-tahun sebelumnya yang
dimasukkan dalam tahun berjalan harus dinyatakan kembali untuk
menghasilkan data keuangan yang dapat diperbandingkan.

2.3.3. Melaporkan Informasi Segmen

Pengungkapan khusus yang diharuskan untuk tiap segmen dilaporkan


dijelaskan dalam PSAKS Dalam pelaporan segmen, hal-hal berikut harus
diungkapkan untuk setiap segmen yang ditentukan akan dilaporkan terpisah,
yaitu:

1. Informasi umum. Informasi harus mengungkapkan tentang: (a)


bagaimana perusahaan mengidentifikasikan setiap segmen yang
dilaporkan secara terpisah, termasuk informasi tentang struktur
organisasi perusahaan (misalnya, jika perusahaan diorganisasika
berdasarkan lini produk, wilayah geografis, atau faktor-faktor
pengorganisasian lain), dan (b) jenis produk atau jasa darimana tiap
segmen dilaporkan memperoleh pendapatannya.

2. Jumlah untuk setiap segmen yang dilaporkan secara terpisah.


Pengungkapan segmen harus memasukkan jumlah, sebagai berikut, (a)
setiap laba atau rugi dan prosedur pengukuran yang digunakan untuk
menentukan laha atau rugs, termasuk bagaimana akun perusahaan

13
untuk transaksi antarsegmen, dan (b) setiap aset dan kewajiban
segmen

3. Ukuran laba atau rugi segmen. Hal-hal berikut harus diungkapkan jika
digunakan untuk mengukur laba atau rugi segmen yang ditinjau oleh
pimpinan pembuat keputusan perusahaan, yaitu: (a) pendapatan dari
penjualan eksternal, (b) pendapatan dari transaksi dengan segmen
operasi lain dari perusahaan, (c) pendapatan bunga, (d) beban bunga
(e) beban depresiasi dan amortisasi, (f) ekuitas dalam pendapatan
investee yang telah dihitung melalui metode ekuitas, (g) beban dan
keuntungan pajak penghasilan, (h) pos luar biasa. dan (i) pos-pos
nonkas signifikan lainnya.

4. Aset dan kewajiban segmen. Informasi hal-hal berikut pada setiap


laporan terpisah aset segmen harus diungkapkan jika pos-pos berikut
dimasukkan dalam menentukan aset segmen yang ditinjau oleh
pimpinan pembuat keputusan perusahaan, yaitu: (a) jumlah investasi
pada investee metode ekuitas, dan (b) jumlah kewajiban.

5. Rekonsiliasi total konsolidasi. Akhirnya, pengungkapan segmen harus


memasukkan rekonsialiasi antara pendapatan total segmen yang
dilaporkan, laba atau rugi total, aset total, kewajiban total, dan total
konsolidasi yang berhubungan dengan pos-pos tersebut.

Perusahaan diperbolehkan untuk menyajikan pengungkapan tersebut


dalam skedul terpisah atau dalam catatan kaki. Sebagian besar perusahaan
menyajikan pengungkapan catatan kaki dengan skedul penyerta. Contoh dari
format pengungkapan yang paling banyak digunakan, disajikan pada Figur 13-
4 untuk PT Induk dan PT Anak. Figur tersebut menyajikan informasi segmen
operasi yang digunakan sebagai contoh dan hanya data tahun berjalan. Akan
tetapi, dalam praktiknya, perusahaan menyajikan data komparatif paling tidak
untuk dua periode fiskal sebelumnya bersama dengan informasi periode
berjalan.

PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen juga harus dibuat


untuk melengkapi laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK. Oleh karena
itu, pengungkapan segmen harus juga dibuat dalam laporan keuangan interim.
Laporan interim harus mengungkapkan hal-hal berikut tentang setiap segmen
yang dilaporkan, yaitu: (1) pendapatan dari pelanggan eksternal, (2)
14
pendapatan antarsegmen. (3) pengukuran laba atau rugi segmen, (4) aset
total untuk hal-hal yang terdapat perubahan material dari laporan tahunan
terakhir, (5) setiap perbedaan dari laporan tahunan terakhir dalam definisi
operasi segmen atau dalam bagaimana penghitungan laba atau rugi segmen,
dan (6) rekonsiliasi total laba atau rugi segmen dengan total konsolidasi
entitas.

2.4. Identifikasi Laporan Segmen


Fokus dalam PSAK 5 adalah untuk memberikan informasi kepada
pengguna laporan keuangan untuk menentukan risiko dan potensi imbal hasil
dari suatu entitas, menggunakan dasar informasi agregasi yang sama dengan
yang digunakan oleh manajemen perusahaan. Tentu saja, risiko menjalankan
usaha di suatu negara dapat berbeda dengan di negara lain. Saat ini entitas
multinasional berskala besar mempunyai operasi di banyak negara dan pasar
luar negeri. PSAK 5 menyatakan bahwa ada dua jenis atau bentuk penyajian
laporan segmen yang utama, yaitu: segmen usaha dan segmen geografis
Jenis maupun bentuk laporan segmen yang utama biasanya ditentukan oleh
karakteristik dan sumber utama risiko dan imbal hasil perusahaan. Jika risiko
dan imbal hasil perusahaan utamanya dipengaruhi oleh diferensiasi produk
atau jasanya, maka perusahaan akan melaporkan segmen usaha terlebih
dahulu, dan informasi keduanya melaporkan berdasarkan kondisi geografis.
Jika risiko dan imbal hasil perusahaan utamanya dipengaruhi oleh perbedaan
kondisi operasional di berbagai nega dan wilayah grografis, maka perusahaan
akan melaporkan segmen geografis terlebih dahulu dan infomasi keduanya
adalah segmen usaha.

15
Struktur organisasi perusahaan dan struktur manajemen seperti juga sistem
pelapor keuangan internal kepada pihak yang berwenang dapat digunakan
untuk menentukan sumber utama dan karakteristik dari risiko dan imbal hasil
perusahaan. Sekaligus juga dapat digunakan untuk menentukan jenis
16
pelaporan segmen primer dan sekunder, kecuali dalam kondisi sebagai
berikut:

a. Jika risiko dan imbal hasil perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua
elemen berikut ini:

1. perbedaan dalam produk atau jasa yang dihasilkan dan

2. perbedaan operasional wilayah perusahaan, yang diindikasikan


dengan "pendekatan matriks" pada sistem pelaporan internal
kepada pihak yang berwenang, maka perusahaan harus
menggunakan segmen usaha sebagai segmen primer dan segmen
geografis sebagai segmen sekunder.

b. Jika struktur organisasi perusahaan dan struktur manajemen seperti


juga sistem pelaporan keuangan internal kepada pihak yang
berwenang tidak didesain berdasarkan produk atau jasa secara
individu atau secara kelompok dan juga tidak didasarkan atas wilayah
tertentu, maka manajemen perusahaan harus menentukan risiko dan
imbal hasil perusahaan yang mana yang berhubungan erat dengan
produk atau jasa yang dihasilkan atau juga secara wilayah Sesudah itu
perusahaan akan lebih mudah untuk memilih baik segmen usaha atau
wilayah yang akan dijadikan sebagai segmen primer dan yang lainnya
sebagai segmen sekunder.

2.5. Informasi Segmen Sekunder


PSAK 5 menyatakan jika perusahaan menggunakan segmen usaha
sebagai pelaporan segmen primer, maka perusahaan harus melaporkan
informasi sebagai berikut.

1. Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal dan dihubungkan


dengan lokasi pelanggan berdasarkan wilayah.

2. Nilai yang menyertai aset segmen yang dihubungkan dengan lokasi


aset berdasarkan wilayah.

3. Jumlah pengeluaran pada periode tertentu untuk memperoleh aset


segmen yang diperkirakan akan digunakan lebih dari 1 periode yang
dihubungkan dengan aset secara wilayah.

17
Jika perusahaan menggunakan segmen wilayah sebagai pelaporan
segmen primer, maks perusahaan harus melaporkan informasi sebagai
berikut.

1. Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal.

2. Nilai yang menyertai aset segmen

3. Jumlah pengeluaran pada periode tertentu untuk memperoleh aset


segmen yang diperkirakan akan digunakan lebih dari 1 periode.

2.6. Pelaporan Keuangan Interim

Laporan interim (interim reports), laporan yang mencakup periode


waktu kurang dari satu tahun, menyiapkan informasi tentang kemajuan
kegiatan operasi entitas pada periode tertentu sepanjang tahun. Banyak
perusahaan menyiapkan laporan keuangan bulanan untuk internal
perusahaan. Perusahaan yang dimiliki publik diharuskan untuk menyiapkan
laporan keuangan kuartal dan cepatnya reaksi publik pada sesaat setelah
laporan keuangan diterbitkan merupakan indikasi bahwa investor dan
pengguna laporan keuangan lainnya sangat memberikan perhatian pada
laporan tersebut. Laporan interim, dalam banyak hal, merupakan versi lebih
kecil dari laporan tahunan. Di dalam laporan interim terdapat laporan laba rugi,
neraca, laporan arus kas yang ringkas, dan catatan kaki terpilih dan
pengungkapan lainnya untuk periode interim yang dilaporkan, juga data
komparatif untuk periode interim sebelumnya. Tujuan pelaporan interim
adalah untuk menyediakan laporan terkini dari kemajuan operasi entitas
kepada investor dan pihak lain yang berkepentingan.

Bapepam LK mengharuskan perusahaan publik untuk menyerahkan


laporan keuang regular baik tahunan maupun tengah tahunan. Sedangkan
Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan seluruh perusahaan yang terdaftar di
busa efek untuk menyerahkan laporan keuangan kuartal.

Lebih lanjut lagi pada sat penawaran saham perusahaan pablik juga
diwajibkan untuk menyerahkan laporan keuangan interim akan pada saat
pendaftaran tersebut secara efektif dilakukan setelah lebih dari 180 hari dari
tanggal penerbitan laporan keuangan tahunan yang terakhir. Sehingga pada

18
waktu efekti antara pendaftaran dan laporan keuangan interim tidak akan
lebih dari 180 hari.

Bapepam LK meminta agar laporan keuangan interim yang diserahkan


pada saat akan melakukan penawaran kepada publik telah diaudit. Laporan
interim yang disajikan tidak harus disajikan secara komparatif.

Terkait dengan laporan keuangan tengah tahun, Bapepam-LK


mengharuskan sebagaimana disebutkan pada aturan no. X.K.2 yang terkait
dengan kewajiban untuk mengeluarkan laporan keuangan interim tengah
tahun, dan kewajiban tersebut harus memenuhi hal-hal sebagai berikut

1. Tidak lebih dari hari terakhir bulan pertama setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan, jika tidak diaudit

2. Tidak lebih dari hari terakhir bulan kedua setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan jika direview secara terbatas oleh auditor

3. Tidak lebih dari hari terakhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan jika diaudit.

Peraturan untuk menyerahkan laporan keuangan interim kuartal BEI


juga sama dengan Bapepam-LK, yaitu dengan memberikan tiga alternatif cara
perusahaan publik untuk menyerahkan laporan keuangannya.

Ketentuan pengungkapan tersebut menandakan bahwa auditor harus


menelaah laporan intern yang dibuat selama periode fiskal dan mencatat
setiap kesalahan atau penyajian kembali. Oleh karena penggunaan laporan
interim yang luas dan pentingnya laporan tersebut dalam pengambilan
keputus ekonomis, akuntan harus mengetahui metode dan prosedur yang
digunakan untuk membuatnya.

2.7. Format Laporan Keuangan Interim


Laporan keuangan interim secara umum terdiri dari pos-pos berikut.

1. Laporan laba rugi untuk periode waktu kumulatif sampai dan untuk
periode yang sama tahun fiskal sebelumnya.

2. Neraca pada akhir tengah tahun berjalan dan neraca untuk periode
yang sama pada akhir tahun fiskal sebelumnya. Akan tetapi, sangat

19
diperlukan pemahaman fluktuasi musiman dari kondisi keuangan
perusahaan.

3. Laporan arus kas pada akhir periode waktu kumulatif berjalan dan
untuk periode ya sama untuk tahan sebelumnya.

4. Catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan saldo yang disajikan


dalam lappran keuangan. Catatan atas laporan keuangan interim ini
mengikhtisarkan setiap perubaha dalam pengukuran atau kejadian
ekonomi utama yang terjadi sejak akhir tahun fiskal sebelumnya.

2.8. Permasalahan Akuntansi


Pelaporan interim menimbulkan beberapa persoalan pengukuran
teknis dan konseptual untuk seorang akuntan. Sebagian besar persoalan
tersebut berpusat pada konsep akuntansi periodisasi dan pembagian periode
tahunan ke dalam periode interim. Sebagai catatan, laporan kenangan interim
memasukkan laporan keuangan untuk beberapa periode yang kurang dari
setahun, bisa berbentuk laporan bulanan, kuartal, atau bagian lain dari periode
satu tahun.

Penggunaan laporan kuartal atau tengah tahun untuk menyediakan


informasi yang tepat waktu adalah perkembangan yang relatif baru. Banyak
perusahaan yang memulai memublikasikan laporan kuartal setelah Bapepam-
LK mewajibkan perusahaan yang dimiliki publik menyerahkan laporan interim
tengah tahunan pada 1996. BEI mengharuskan penyerahan laporan keuangan
interim kuartal kepada seluruh perusahaan publik pada tahun 2004.

DSAK sendiri telah menerbitkan PSAK 3 tentang "Laporan Keuangan


Interim" pada tahun 1994. Standar ini memecahkan sebagian permasalahan
akuntansi yang terkait dengan laporan interim. Laporan tiga kuartal pertama
dari beberapa perusahaan mengesankan laba yang signifikan untuk tahun
berjalan, kemudian penyesuaian arbitrer dan hal-hal yang diragukan pada
kuartal keempat merekonsiliasi kerugian aktual untuk tahun tersebut.
Kurangnya pedoman dan arahan menimbulkan percobaan dengan berbagai
metode alokasi biaya antarperiode, menghasilkan pola yang tak realistis
dalam laba rugi per kuartal.

2.8.1. Pandangan Diskrit versus Pandangan Integral dalam

20
Pelaporan Interim
Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai pelaporan interim
sebelum dikeluarkannya PSAK 3. Teori diskrit pelaporan interim (discrete
theory of interim reporting) memandang tiap periode interim sebagai dasar
periode akuntansi untuk dievaluasi seakan-akan periode tersebut merupakan
periode akuntansi tahunan. Setiap penyesuaian akhir tahun dan penangguhan
akan ditentukan menggunakan dasar prinsip akuntansi yang sama dengan
yang digunakan dalam laporan tahunan.

Teori integral pelaporan interim (integral theory of interim reporting)


memandang periode interim sebagai bagian dari periode tahunan.
Berdasarkan pandangan ini, pengakuan dan penyesuaian dari pos
pendapatan atau beban tertentu dapat dipengaruhi oleh pertimbangan
mengenai hasil yang diharapkan dari operasi selama setahun. Sebagai
contoh, beban yang umumnya akan dibebankan ke operasi dalam suatu
periode untuk tujuan pelaporan akuntansi tahunan dapat ditangguhkan dan
dibebankan di beberapa periode interim berdasarkan alokasi menggunakan
volume penjualan. tingkat penjualan, atau dasar yang lain.

Untuk mengetahui perbedaan antara dua teori tersebut, asumsikan


bahwa PT Induk mengeluarkan biaya sebesar Rp20.000.000 pada awal
kuartal kedua dari tahun fiskal untuk kampanye iklan yang bertujuan
menaikkan pendapatan penjualan selama tahun berjalan. Berdasarkan
pandangan diskrit, keseluruhan Rp20.000.000 harus dibebankan terhadap
laba rugi kuartal kedua. Akan tetapi, berdasarkan pandangan integral, biaya
iklan awalnya dapat dicatat sebagai biaya ditangguhkan dan dibebankan
selama periode interim kedua, ketiga, dan keempat. Alokasi terhadap masing-
masing periode dapat dilakukan berdasarkan volume penjualan yang
dihasilkan atau dasar yang lain. Menurut pandangan integral, satu periode
interim tidak akan menanggung seluruh beban yang memberikan keuntungan
lebih dari satu periode interim.

Pandangan integral telah dipilih sebagai teori utama untuk laporan


interim seperti yang diwajibkan oleh PSAK 3, walaupun terdapat beberapa
modifikasi terhadap teori tersebut sehingga laporan akan semakin sesuai
dengan hasil operasi selama setahun.

21
2.8.2. Peraturan Akuntansi untuk Pelaporan Interim
PSAK 3 menstandardisasi penyusunan dan pelaporan laporan laba
rugsi interim. Standar tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan
pengukuran biaya berdasarkan sebuah basis interim. Standar tersebut juga
memberikan panduan untuk tindakan akuntansi atas divestasi, pos luar biasa,
transaksi yang tidak biasa terjadi ataupun tidak sering terjadi, serta kewajiban
bersyarat pada laporan keuangan interim. Bahkan termasuk penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan interim.

Perubahan dalam kebijakan akuntansi juga didiskusikan pada standar


ini. Secara khusus perubahan dalam prinsip akuntansi untuk laporan
keuangan interim diberlakukan sama dengan perubahan prinsip dan metode
akuntansi sebagaimana yang diatur melalui PSAK 25 tentang “laba Rugi untuk
Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan dalam Kebijakan
Akuntansi”

Mengacu pada PSAK 25, perubahan dalam kebijakan akuntansi


semestinya diaplikasikan dengan melaporkan setiap penyesuaian pada
periode sebelumnya sebagai sebuah penyesuaian untuk memulai saldo laba,
kecuali jika jumlahnya tidak bisa ditentukan secara wajar.

Perusahan harus mengungkapkan perubahan tersebut dalam catatan


laporan keuangan jika akan ada perubahan dalam kebijakan akuntansi pada
periode interim berikutnya.

PSAK 3 juga mengangkat permasalahan sulit yang berhubungan


dengan pengukuran ketetapa pajak untuk laporan keuangan interim jika
beban pajak aktual didasarkan atas laba rugi tahunan. Pada akhir periode
interim, perusahaan harus membuat ketetapan pajak penghasilan. Akuntansi
untuk pajak penghasilan dalam laporan keuangan interim harus sejalan
dengan kebijakan akuntasi untuk pajak penghasilan tahunan.

2.9. Standar Pelaporan Untuk Laporan Laba Rugi Interim


Bentuk laporan keuangan interim sama dengan bentuk laporan laba
rugi tahunan. Terdapat beberap perbedaan dalam pengukuran komponen
laba tertentu karena periode waktu yang lebih pendek. Secara umum, standar
akuntansi yang digunakan untuk laporan interim sama dengan yang
digunakan untuk laporan tahunan, walaupun PSAK 3 memberikan bantuan

22
teknis yang memadai untuk mengukur dan melaporkan atas basis interim.
Figur 13-5 menyajikan tinjauan atas prinsip akuntansi utama yang digunakan
untuk laporan keuangan interim. Tuntutan teknis yang relevan untuk
pelaporan interin akan dibahas dalam bagian berikut.

2.9.1. Pendapatan
Salah satu elemen paling signifikan dari laporan laba rugi interim
adalah pendapatan dari penjualan Investor ingin menilai kemampuan entitas
dalam menghasilkan pendapatan, sehingga mereka membandingkan
pendapatan dari periode interim berjalan dengan pendapatan dari periode
interim yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan dari penjualan produk
atau penyediaan jasa harus diakui telah diperoleh selama periode interim
menggunakan dasar yang sama dengan periode setahun penuh. Jadi,
pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak
dapat ditangguhkan ke periode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang
lebih stabil. Pendapatan dari usaha musiman, seperti dalam pertanian, produk
makanan, grosir atau ritel, dan hiburan tidak dapat dimanipulasi untuk
menghilangkan tren musiman.

PSAK menganggap permasalahan musiman menjadi masalah yang


sangat penting. Untuk memberikan manfaat yang lebih besar pada pengguna
laporan keuangan maka laporan interim harus disajikan secara komparatif
dengan periode sebelumnya dengan kondisi sebagai berikut.

1. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan


interim periode sebelumnya untuk mengetahui kecenderungan posisi
keuangan

2. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan


interim yang sama dalam periode akutansi yang lalu, untuk
mengetahui kecenderungan berulang musiman dari kegiatan usaha.

3. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan kumulatif dari


awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim
untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang
dilaporkan pada periode berjalan.

4. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan


tahun buku yang lalu untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja
23
interim tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
periode akuntansi yang lalu.

2.9.2. Harga Pokok Penjualan dan Persediaan


Harga pokok penjualan umumnya merupakan satu beban paling besar
dalam laporan laba rugi interim. Aturan umumnya adalah harga pokok
penjualan interim harus dihitung dengan biaya dan beban teralokasi yang
terkait langsung seperti pada penghitungan harga pokok penjualan tahunan.
Bagaimanapun, PSAK 3 memperbolehkan modifikasi praktis berikut atas
aturan umum tersebut, yaitu:

1. Menggunakan estimasi persentase laba kotor. Estimasi persentase


laba kotor dapat digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan
interim. Sehingga inventaris fisik tak perlu dicantumkan dalam setiap
laporan periode interim.

2. Penilaian harga pokok atau harga pasar terendah. Kerugian persediaan


yang disebabkan penurunan harga pasar diakui pada periode
penurunan dengan menggunakan metode penilaian yang terendah
antara harga pokok atau harga pasar. Pengembalian harga pasar di
periode interim berikutnya pada tahun fiskal yang sama harus diakui
sebagai keuntungan di periode interim berikutnya. Penurunan harga
pasar temporer yang diharapkan akan berbalik pada akhir tahun fisikal
tidak perlu diakui dalam periode interim karena tidak ada kerugian
yang diharapkan untuk takun fisiskal

24
3. Sistem biaya standar Perusahaan yang menggunakan system biaya
standar untuk produk harus menggunakan prosedur yang sama atas
perhitungan dan pelaporan varian dalam periode interim dengan yang
digunaka untuk tahun fiscal. Akan tetap varian harga laba atau volume
atau varian kapasitas yang di harapkan akan di serap pada akhir tahun
fiscal harus ditangguhkan pada periode interim dan tidak dimasukkan
sebagai laba interim

2.9.3. Biaya dan Beban yang Lain


Pandangan integral yang diadopsi oleh PSAK 3 terlihat lebih jelas jika
terkait dengan biaya periode. Prinsip umumnya adalah bahwa biaya dan
beban itu harus dibebankan pada laba rugi interim dalam periode interim
dimana keduanya terjadi. Biaya dan beban lain, selain biaya produk, harus
dibebankan dengan dasar yang sama seperti pada periode tahunan. Sejumlah
biaya dan beban, bagaimanapun, dialokasikan di antara periode interim
berdasarkan pada estimasi berlalunya waktu, manfaat yang diterima, atau
tingkat aktivitas yang terkait dengan periode-periode tersebut, sebagai bagian
dan estimasi jumlah untuk setahun fiskal penuh.

25
Pilihan antara pengakuan langsung dari pengeluaran dalam laporan
laba rugi interim dan penangguhan serta alokasi dalam beberapa laporan laba
rugi interim berdasarkan evaluasi subjektif dari periode yang mendapatkan
manfaat dari pengeluaran tersebut. Walaupun sebagian besar pengeluaran
dibebankan di periode interim pada saat terjadinya. Contoh berikut
mengilustrasikan kapan pengeluaran dapat ditangguhkan dan dialokasikan ke
beberapa periode.

1. Beberapa perusahaan memfokuskan perbaikan peralatan yang besar


dalam satu waktu pada satu periode interim. Untuk pelaporan interim,
biaya perbaikan itu dapat ditangguhkan (aset dibayar di muka) atau
akru (kewajiban perkiraan) dan dialokasikan untuk beban perbaikan ke
setiap periode-periode interim yang mendapatkan manfaat dari
pengeluaran tersebut.

2. Pajak bangunan dapat ditangguhkan atau diakru pada setiap periode


interim, daripada mengakui secara penuh sebagai sebuah beban
periode interim saat pajak itu dibayar.

3. Biaya iklan yang besar dapat dialokasikan pada periode-periode interim


yang menerima manfaatnya daripada mengakuinya semata-mata
dalam periode interim saat biaya dikeluarkan. Sebuah prosedur alokasi
khusus adalah untuk perkiraan volume penjualan pada tiap periode
interim yang mendapat manfaat dari iklan tersebut. Secara umum
biaya total pengiklanan dibebankan untuk menentukan laba rugi
tahunan dan tak ada penangguhan yang dilakukan di luar akhir tahun
fiscal

Ingat bahwa perusahaan dapat mengakru biaya yang mungkin dan


dapat diestimasi di periode interim yang lebih awal dari periode di mana biaya
tersebut dibayarkan. Sebagai contoh, PT Induk mempunyai kebijakan
manajemen untuk menutup pabrik produksi utamanya setiap bulan Agustus
selama periode dua minggu untuk pengecatan dan perbaikan. Pada tanggal 1
Januari perusahaan mengestimasi bahwa total biaya sebesar Rp60.000.000
akan dikeluarkan untuk rehabilitasi pabrik tersebut dan perbaikan tersebut
akan memberikan manfaat selama empat kuartal dalam tahun itu.
Perusahaan akan mengalokasikan biaya ini ke dalam tiap kuartal, termasuk
dua kuartal sebelum pabrik tersebut diberhentikan sementara. Dalam kasus

26
ini, akrual untuk beban perbaikan akan dilakukan di kuartal pertama dan
kedua. Pada saat biaya aktual dikeluarkan di kuartal ketiga, kewajiban akrual
akan dieliminasi, tetapi beban perbaikan akan tetap muncul pada setiap
kuartal. Sisa beban perbaikan untuk tahun tersebut kemudian akan
dialokasikan untuk kuartal ketiga dan keempat. Poin utama adalah bahwa
beban perbaikan dapat dialokasikan untuk tiap kuartal yang menerima
manfaat. walaupun arus kas untuk pos tersebut belum terjadi sampai kuartal
akhir dalam tahun fiskal. Akrual (kewajiban perkiraaan) dan penangguhan
(aset dibayar di muka) menggunakan aplikasi-aplikasi ini.

Ilustrasi Penangguhan dan Alokasi Biaya Iklan

Pada tanggal 1 April, awal kuartal kedua dari tahun fiskal konsolidasi
PT Induk dan anak perusahaan, timbul biaya sebesar Rp20.000.000 untuk
kampanye iklan yang diperkirakan akan memberikan manfaat untuk tiga
kuartal terakhir dari tahun berjalan. Total penjualan konsolidasi untuk kuartal
kedua, ketiga, dan keempat diperkirakan sebesar Rp400.000.000. Dalam
kasus ini, PT Induk menentukan bahwa kampanye iklan tidak memberikan
manfaat untuk kuartal pertama; karena itu, tidak ada beban iklan yang diakru
di kuartal pertama yang berakhir tanggal 31 Maret, dan satu satunya beban
iklan yang terjadi pada tahun berjalan adalah Rp20.000.000 yang timbul pada
tanggal 1 April.

Biaya sebesar Rp20.000.000 tersebut dicatat sebagai aset dibayar di


muka pada saat terjadinya dan dibebankan ke Beban Iklan pada tiap periode
interim yang menerima manfaatnya, sebagaimana ditunjukkan di Figur 13-8.
Dasar alokasi yang dipilih adalah penjualan kuartalan pada periode yang
menerima manfaat sebesar persentase estimasi total penjualan untuk
periode yang menerima manfaat.

Pada awal kuartal ketiga (1 Juli), sisa biaya iklan sebesar


Rp15.000.000 masih terdapat dalam Iklan Dibayar di Muka. Jika penjualan
aktual berbeda dengan jumlah estimasi, maka prosedur alokasi direvisi untuk
perubahan dalam estimasi tersebut. Sebagai contoh, jika pada tanggal 30
September, manajemen memutuskan bahwa penjualan konsolidasi untuk
kuartal ketiga, yang berakhir 30 September, sebesar Rp120.000.000 dan
mengestimasi penjualan kuartal keempat akan sebesar Rp180.000.000, maka
saldo sisa sebesar Rp151,000.000 dalam Iklan Dibayar di Muka akan

27
dialokasikan ke kuartal ketiga sebagai berikut.

Rp6.000.000 = Rp120.000.000/Rp300.000.000 x Rp15.000.000

Kuartal keempat akan dibebankan sebesar sisa saldo dalam akun Iklan
Dibayar di Muka.

2.9.4. Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim


Penghitungan pajak penghasilan interim (interim income tax)
menimbulkan suatu permasalahan khusus bagi akuntan karena beban pajak
aktual dihitung berdasarkan penghasilan untuk seluruh tahun fiskal. Selain itu,
perbedaan temporer antara akuntansi fiskal dan akuntasi GAAP
mengharuskan pengakuan pajak tangguhan..

Perbedaan antara Akuntansi dan Pajak Penghasilan, Perbedaan antara jumlah


perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak adalah merupakan hal yang
normal. Kedua hal tersebut telah dijelaskan pada PSAK 46 tentang "Akuntansi
untuk Pajak Penghasilan”.

Kategori pertama sering disebut sebagai perbedaan "permanen atau


perbedaan nontemporer. Perbedaan permanen merupakan hal-hal yang tidak
dapat dimasukkan sebagai penghasilan ke pajak untuk suatu periode fiskal.
Contoh dari perbedaan permanen adalah sebagai berikut.

1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan (bukan beban yang
dapat mengurang penghasilan kena pajak).

28
2. Dana yang diterima dari perusahaan asuransi.

3. Jenis tertentu denda yang dianggap bukan beban yang dapat


mengurangi pajak.

4. Pendapatan lain yang telah dikenakan, contohnya pendapatan dividen

Hal-hal yang disebutkan diatas termasuk laporan keuangan laba rugi


dalam akuntansi, tetapi tidak termasuk dalam penentuan pajak penghasilan.
Sehingga harus ada penyesuaian dari laporaran akuntansi agar sesuai
dengan peraturan perpajakan

Kategori kedua biasa disebut sebagai perbedaan "temporer". Beda


temporer terjadi karena adanya perbedaan cara mengakui beban dan
pendapatan menurut akuntansi maupun menurut peraturan perpajakan, yang
menyebabkan adanya pajak tangguhan. Sebagai contoh, suatu pendapatan
menurut pajak dapat diakui sebelum atau sesudah periode dari menurut
akuntansi. Atau, pengakuan beha berbeda periode waktunya menurut pajak
atau menurut akuntansi. Berikut ini adalah contoh dan perbedaan temporer.

1. Sewa diterima dimuka (menurut pajak dilaporkan sebagai pendapatan


dan bukan sebagi pendapatan menurut akuntansi).

2. Beban dan rugi yang diestimasikan (dilaporkan sebagai beban menurut


akuntansi dan bukan beban menurut pajak).

3. Depresiasi yang dipercepat berdasarkan metode penurunan ganda


menurut pajak dan berdasarkan garis lurus pada laporan keuangan
(beda beban depresiasi akuntansi versus pajak)

4. Penilaian persediaan menurut biaya terendah antara harga perolehan


dan pasar pada laporan keuangan (penurunan diakui sebagai kerugian
pada periode dihapus bukukan menurut akuntansi dan pada periode
dijual menurut pajak).

Aset pajak tangguhan atau kewajiban pajak tangguhan disebabkan


oleh perbedaan temporer yang dilaporkan pada tanggal neraca. Beban pajak
penghasilan yang dilaporkan pada laporan laba rugi merupakan penjumlahan
atas utang pajak yang telah dibayar pada periode berjalan ditambah atau
dikurangi jumlah pajak tangguhan untuk periode berjalan.

29
a. Rugi dan Kerugian Operasi Carrybacks dan Carryforwards

Akuntan menghadapi permasalahan menarik pada saat perusahaan


mengalami rugi pada akhir suatu periode interim. Umumnya, rugi operasi
menghasilkan manfaat paiak (vaitu mengurangi utang pajak) karena rugi
tersebut dapat ditarik mundur (carried back) terhadap laba operasi dari tahun
tahun sebelumnya dan perusahaan dapat mengajukan klaim untuk
pengembalian pajak yang dibayarnya di periode-periode sebelumnya. Setelah
bagian yang ditarik mundur dari rugi operasi sudah digunakan, sisa rugi
operasi ditarik maju (carried forward) terhadap laba operasi masa depan.
Akan tetapi, penyisihan tarik mundur dan tarik maju tersebut diterapkan
hanya untuk laba tahunan, bukan untuk laba interim.

2.9.5. Pelepasan Segmen atau Pos Luar Biasa, Tidak Biasa, Jarang
Terjadi, dan Bersyarat

PSAK 3 mengharuskan pengukuran dan pelaporan pos nonoperasi


utama menggunakan dasar yang sama seperti saat mempersiapkan laporan
tahunan. Selain itu, pos tidak biasa, operasi yang dihentikan dan transaksi
yang jarang terjadi harus dilaporkan pada periode interim di mana hal
tersebut terjadi dan tidak dialokasikan pada periode lain pada tahun tersebut.
Tes material untuk pos luar biasa harus didasarkan pada estimasi atas
pendapatan untuk seluruh periode tersebut. Tes material untul kegiatan yang
dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus didasarkan atas
pendapatan operasi untuk periode laporan interim dimana kegiatan tersebut
dihentikan untuk pertama kali dilakukan.

Kemungkinan atau ketidakpastian utama lain yang dapat


memengaruhi perusahaan juga harus diungkapkan dengan dasar yang sama
dengan yang digunakan dalam laporan tahunan. Pengungkap ini diperlukan
untuk memberikan informasi atas pos-pos yang dapat memengaruhi
kewajaran laporan interim. Pengungkapan seperti ini harus dilaporkan secara
berulang pada laporan interim periode berikutnya dan dalam laporan
keuangan tahunan hingga kewajiban kemungkinan telah ditetapkan.

2.10. Perubahan Akuntansi Di Periode Interim


PSAK 25 tentang "Keuntungan dan Kerugian Periode Berjalan,
Kesalahan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi", secara terperinci membagi

30
perubahan akuntansi dalam tiga bentuk, yaitu: (a) perubahan prinsip
akuntansi, (b) perubahan estimasi, dan (c) kesalahan mendasar.

2.10.1. Perubahan Prinsip Akuntansi (Penerapan Retrospektif)


Perubahan dalam prinsip akuntansi dilakukan oleh sebuah entitas
biasanya hanya jika karena ada standar akuntansi baru yang diterapkan, atau
perusahaan melihat adanya suatu prinsip akuntansi baru yang lebih baik
untuk diterapkan dibandingkan prinsip akuntansi yang digunakan selama ini
Perubahan dari suatu metode akuntansi yang diperbolehkan ke metode lain
yang juga diperbolehkan membutuhkan proses penerapan rektrospektif.
Pendekatan ini akan diterapkan pada seluruh laporan keuangan sebelumnya
termasuk laporan keuangan interim. Jika perubahan jenis pengaruh kumulatif
dilakukan selama periode interim setelah periode interim pertama, maka
laporan interim sebelumnya dari tahun fiskal berjalan harus dinyatakan
kembali seakan-akan perubahan telah efektif sejak awal tahun fiskal. Seluruh
dampak langsung dari perubahan ini termasuk masalah pajaknya akan
diterapkan pada pendekatan retrospektif. Akan tetapi, perubahan akuntansi
yang terkait dengan depresiasi sepera biaya depresiasi, biaya deplesi, dan
biaya amortisasi seperti metode menurun ganda dan garis lurus dipandang
sebagai metode perubahan estimasi dan bukan perubahan prinsip akuntansi.

a. Penerapan Retrospektif

Perubahan prinsip akuntansi akan langsung berpengaruh pada aset


atau utang. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah pada kas atau
aset lancar pada masa yang akan datang akibat dari perubahan prinsip
akuntansi. Pengaruh tidak langsung dilaporkan pada periode di mana
perubahan terjadi. Neraca yang telah disesuaikan akibat penerapan prinsip
akuntansi yang baru harus disajikan pada periode yang paling cepat setelah
penerapan prinsip baru. Seluruh laporan keuangan baik interim maupun
tahunan akan ikut disesuaikan akibat perubahan prinsip tersebut. Sebagai
contoh, perusahaan mengubah metode akuntansi dari rata-rata tertimbang
menjadi FIFO pada suatu periode tertentu. Maka perusahaan harus
menerapkan perubahan retrospektif dengan menerapkan FIFO untuk seluruh
laporan keuangan yang telah diterbitkan. Begitu juga untuk seluruh nilai
persediaan akhir tahun, yang berdampak pada persediaan awal tahun, saldo
laba, dan seluruh bagian lain pada laporan keuangan yang terkena dampak
akibat perubahan tersebut.
31
Jika pengaruh kumulatif perubahan tersebut dapat ditentukan, tetapi
tidak dapat diterapkan penilaian pengaruhnya dari tahun ke tahun, maka
perusahaan harus melaporkan pengaruh efek kumulatif perubahan tersebut
pada periode paling awal. Kemudian merevisi penyajian laporan keuangan
setelah periode tersebut. Akan tetapi jika perusahan melakukan perubahan
tersebut pada periode interim dan entitas tidak dapat menentukan pengaruh
perubahan itu pada periode interim tersebut, maka entitas harus menunggu
penerapannya hingga awal periode fiskal berikutnya untuk perubahan prinsip
akuntansi tersebut.

2.10.2. Perubahan Estimasi Akuntansi (Penerapan Saat Ini dan


Prospektif)
Perubahan estimasi akuntansi merupakan informasi baru yang harus
disiapkan oleh entitas. Perubahan ini akan disajikan pada periode berjalan
dan prospektif saja, sehingga efek perubahan hanya akan terlihat pada
periode dimana perubahan tersebut terjadi dan periode setelah dilakukan
perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi akuntansi dalam
menghitung penyisihan piutang tak tertagih karena berdasarkan informasi
yang tersedia perhitungan saat ini tidak mencukupi lagi.

a. Perubahan pada Depresiasi, Amortisasi, dan Deplesi

PSAK 25 mewajibkan perubahan dalam metode depresiasi, amortisasi,


atau deplesi atas aset jangka panjang dan aset non keuangan yang
disebabkan informasi baru. Seperti pola penggunaan saat ini yang berbeda
dengan yang diperkirakan akan dianggap sebagai perubahan dalam estimasi.
Penerapan atas periode berjalan dan periode yang akan datang perlu
dilakukan tetapi laporan keuangan yang telah dikeluarkan tersebut tidak perlu
disajikan kembali.

2.10.3. Kesalahan Mendasar


Standar yang berlaku menyatakan bahwa koreksi atas kesalahan yang
terjadi pada periode sebelumnya bukanlah perubahan prinsip dan entitas itu
harus menyajikan kembali laporan keuangan yang telah disajikan untuk
menunjukkan koreksi atas kesalahan tersebut.

Kesalahan biasanya merujuk pada angka/nilai tertentu pada periode


yang telah dilaporkan. PSAK 25 mewajibkan kesalahan yang telah dikoreksi
32
pada periode yang lalu dinyatakan pada periode di mana terjadi kesalahan.
Jika tidak dapat langsung menentukan pengaruhnya pada periode di mana
terjadi kesalahan, maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode
yang paling cepat dimana paling mungkin untuk menyajikan koreksi tersebut.

33
BAB 3

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Pengungkapan segmenmengenai komponen operasi tertentu dari suu
entitas dan wilayah luar negeri dimana entitas beroperasi memberikan
informasi mengenai resiko berbeda dan profitabilias dari masing – masing
komponen yang membentuk entitas. Pengungkapan tambahan tersebut
berguna dalam menilai kinerja masa lalu dan prospek kerja masa depan.
Permasalahan penting adalah penentuan segmen DSAK – IAI memberikan
fleksibilitas yang di perlukan kepada manajemen untuk mendisagregasi
opersinya, tetapi mengharuskan beberapa uji signifikan untuk menentukan
segmen mana yang harus dilaporan secara terpisah.

Laporan interim harus di terbitkan oleh perusahaan public sehingga


pengguna dapat melihat kinerja perusahaan dan membuat prediksi mengenai
hasil untuk periode fiscal tahunan. Permasalahan utama adalah pengukuran
dan pengungkapan dari pemecahan periode pelaporan tahunan ke dalam
periode – periode yang lebih pendek. DSAK – IAI telah memilih teori integral
dari pelaporan interim, yang memandang periode interim sebagai bagaian
integral dari periode tahunan. Banyak masalah teknis yang timbul terkait
dengan harga pokok penjulan dan pajak penghasilan. Estimasi berdasarkan
ekspetasi hasil akhir tahunan diperbolehkan pada saat menentukan kedua
jenis biaya tersebut. Bahkan dengan masalah estimasi dan pengukuran,
laporan interim adalah alat pengungkapan utama yang dengan cepatdan hati
– hati dievaluasi oleh investor dan pengusaha lain dari laporan keuangan.

34
DAFTAR PUSTAKA

35

Anda mungkin juga menyukai