Anda di halaman 1dari 19

PELAPORAN ARUS KAS DAN AKUNTANSI NILAI WAJAR

Tugas ini di susun untuk memenuhi persyaratan


Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan
Pada Program Studi Akuntansi S1

Oleh :
Nama : Edwin Gunawan
NPM : 0110U192

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG 2014
- ii -

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Tujuan Pelaporan Arus Kas 4
2.2 Ruang Lingkup 4
2.3 Manfaat Informasi Arus Kas 5
2.4 Definisi 6
2.5 Kas dan Setara Kas 6
2.6 Penyajian Laporan Arus Kas 7
2.7 Pelaporan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi 10
2.8 Pelaporan Arus Kas Dari AKtivitas Investasi dan Pendanaan 11
2.9 Permasalahan Pada Kondisi Kas Perusahaan 12
2.10 Perbandingan Antara Akuntansi Nilai Wajar Dengan Biaya Historis 12
2.11 Dampak Implementasi Nilai Wajar di Indonesia 13
2.12 Pengukuran, Pengungkapan, dan Penyajian Akuntansi Nilai Wajar 14
BAB lll SIMPULAN DAN SARAN 16
3.1 Simpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-i-

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr.Wb


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan ini dengan judul “Pelaporan Arus Kas dan Akuntansi
Nilai Wajar”.
Adapun tujuan dari penyusunan tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kuliah Strata 1 program studi
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Univesitas Widyatama. Dalam rangka
penyusunan tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan ini penulis
menyadari tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi, disebabkan masih
kurangnya pengalaman dan pengetahuan penulis baik dalam melakukan
pengikhtisaran maupun penyusunan tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan-kesulitan itu dapat
diatasi. Oleh karena itu penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-
besarnya Kepada Yang Terhormat :
1. Bapak Nunung Badruzaman, Drs., M.S.P.A., M.B.A., Ak. selaku dosen
pengajar mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.
2. Seluruh teman-temanku di Unversitas Widyatama.

Bandung, 8 September 2014

Penulis
-1-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penulis Menyajikan dua latar belakang masalah yang akan dibahas
mengenai pelaporan arus kas dan akuntansi nilai wajar di bawah ini.

1.1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan Arus Kas


Sebuah perusahaan pada awalnya hanya memikirkan keuntungan yang
besar dan cepat dengan melakukan apapun untuk mencapai target yang diinginkan
oleh perusahaan tanpa memikirkan dampak dimasa yang akan datang. Tetapi
lambat laun perusahaan juga menyadari bahwa setiap kegiatan yang dilakukan
harus memperhitungkan resiko yang dihadapi. Untuk dapat mengetahui kinerja
setiap perusahaan harus menyajikan suatu laporan keuangan pada satu periode.
Untuk itu setiap perusahaan diwajibkan menyusun laporan arus kas dan
menjadikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laba bersih yang
dihasilkan suatu perusahaan belum menjamin bahwa perusahaan tersebut
memiliki uang kas yang cukup. Untuk menjalankan operasi, melakukan investasi,
dan membayar hutang, perusahaan benar-benar harus memiliki kas bukan
memiliki laba bersih. Karena itu, bagi investor sangat penting untuk menganalisis
sampai sejauh mana efesiensi perusahaan dalam mengelola kasnya.

1.1.2 Latar Belakang Masalah Akuntansi Nilai Wajar


International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah sebuah standar
yang kerangka dan interprestasinya diadopsi oleh Accounting Standards Board
(IASB). Banyak standar membentuk bagian dari IFRS yang dikenal lebih dahulu,
yaitu International Accounting Standards (IAS) yang diterbitkan antara tahun
1973 dan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC).
Fair value ditetapkan oleh International Accounting Standard Board
(IASB) sebagai dasar untuk mengukur aset. Dengan diperkenalkannya
-2-

International Financial Reporting Standard (IFRS) di berbagai belahan dunia,


penggunaan metode fair value secara benar menjadi sangat penting. Akan tetapi,
jika kekuatan ekonomi terbesar di dunia tidak termasuk di dalamnya (Amerika
Serikat), maka tidak dapat benar-benar disebut seluruh dunia. Amerika Serikat
tidak mengadopsi IFRS, akan tetapi mereka mempunyai standar akuntansi sendiri
yang disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). FASB tidak
mengakui fair value sebagai dasar untuk mengukur aset, mereka mencatat aset
dengan dasar biaya historis (historic cost). Meskipun demikian, FASB dan IASB
bekerja sama untuk berusaha mengharmonisasikan standar akuntansi masing-
masing. Pertanyaan mengenai bagaimana aset seharusnya diakui di neraca
merupakan salah satu isu penting yang harus dicari solusinya. Untuk itu baik
IASB maupun FASB melakukan pengujian secara seksama terhadap fair value,
tentang arti dari fair value dan bagaimana seharusnya diaplikasikan.

1.2 Identifikasi Masalah


Banyak hal yang harus dianalisis dalam pelaporan arus kas bedasarkan
sumber penerimaan maupun pengeluarannya, walaupun suatu perusahaan
memperoleh laba yang tinggi pada suatu periode bukan berarti perusahaan
memiliki dana yang cukup untuk beroperasi sesuai dengan tujuan perusahaan
tersebut.
Penggunaan nilai wajar akan mengurangi komparabilitas laporan keuangan
antar entitas bisnis. Hal ini disebabkan oleh adanya subjektivitas oleh manajemen
dalam melakukan pengukuran aset dan liabilitas, terutama utama aset dan
liabilitas yang tidak memiliki nilai pasar.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam tugas ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
tentang Pelaporan Arus Kas dan Akuntansi Nilai Wajar. Penulis menganggap ini
sangat menarik. Adapun tujuan dilakukannya pembatasan masalah ini agar dalam
penyusunan tugas ini tidak terjadi selang pendapat. Dalam tugas ini penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
-3-

1. Bagaimana cara mengklasifikasi sumber penerimaan kas maupun pengeluaran


kas pada laporan arus kas ?
2. Bagaimana kondisi arus kas pada suatu perusahaan ?
3. Mengapa terdapat perdebatan antara nilai wajar dengan biaya historis ?
4. Bagaimana dampak nilai wajar pada laporan keuangan ?

1.4 Tujuan
1. Mengetahui sumber dan penggunaan kas pada setiap aktivitas di perusahaan
pada laporan keuangan.
2. Mengetahui kondisi kas pada suatu perusahaan.
3. Memahami perbedaan antara nilai wajar dengan biaya historis.
4. Dapat melakukan pengukuran, pengungkapan, dan penyajian dalam akuntansi
nilai wajar.

1.5 Manfaat
1. Mengetahui tinjauan laporan arus kas perusahaan, tujuan dari laporan arus kas
serta pengelompokan dalam laporan arus kas suatu perusahaan, dan menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan.
2. Mengetahui akuntansi nilai wajar dalam pengukuran, pengungkapan, dan
penyaijan pada laporan keuangan.
-4-

BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pelaporan Arus Kas


Informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan
kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas
tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta kepastian perolehannya.
Tujuan Pernyataan ini adalah memberikan pengaturan atas informasi
mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui
laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan selama suatu periode.

2.2 Ruang Lingkup


Entitas menyusun laporan arus kas sesuai persyaratan dalam Pernyataan
ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan entitas berkepentingan untuk mengetahui
bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Hal
tersebut bersifat umum dan tidak bergantung pada aktivitas entitas serta apakah
kas dapat dipandang sebagai produk entitas seperti yang berlaku di lembaga
keuangan. Pada dasarnya, entitas memerlukan kas dengan alasan yang sama
meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama
(revenue-producing activities). Entitas membutuhkan kas untuk melaksanakan
usaha, melunasi kewajiban, dan membagikan dividen kepada investor. Oleh
karena itu Pernyataan ini mensyaratkan semua entitas menyajikan laporan arus
kas.
-5-

2.3 Manfaat Informasi Arus Kas


Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan
peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari
arus kas masa depan dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan
daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama.
Secara umum terdapat perbedaan antara PSAK No.2 (Revisi 2009) :
Laporan Arus Kas dengan PSAK No.2 (1994) : Laporan Arus Kas. Sebagai
berikut.

Perihal PSAK 1994 PSAK 2009


Arus kas yang berasal dari Tidak ada pengaturan. Arus kas dari beberapa transaksi
beberapa transaksi serta seperti, penjualan peralatan pabrik
keuntungan atau kerugian diakui dalam arus kas masuk yang
dari transaksi tersebut. bersumber dari aktivitas investasi.
Metode tidak langsung. Penyesuaian atas laba/rugi Dihilangkan.
termasuk berasal dari hak
minoritas dalam laba/rugi
konsolidasi.
Arus kas dari pos luar biasa. Terdapat pengaturan Dihilangkan.
mengenai arus kas pos luar
biasa.
Arus kas dari pelepasan Tidak ada pengaturan. Arus kas dari transaksi tersebut
kepemilikan pada entitas diakui bersumber dari aktivitas
anak yang tidak pendanaan.
menyebabkan hilangnya
pengendalian.
-6-

2.4 Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini :
1. Kas terdiri atas saldo kas dan rekening giro.
2. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan
nilai yang tidak signifikan.
3. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.
4. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas
dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan.
5. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
6. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.

2.5 Kas dan Setara Kas


Setara Kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan
untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan sebagi setara kas,
suatu investasi harus segera dapat dirubah menjadi kas, dalam jumlah yang dapat
ditentukan dan memiliki resiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Karenanya,
suatu investasi pada umumnya memenuhi syarat sebagai setara kas, hanya jika
akan segera jatuh tempo dalam waktu, misalnya tiga bukan atau kurang sejak
tanggal perolehannya. Investasu dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas,
kecuali substansi investasi saham tersebut adalah setara kas, misalnya saham
preferen yang diperoleh dalam suatu periode singkat dari jumlah jatuh tenponya
dan tanggal penebusan telah ditentukan.
Pinjaman bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan. Namun
demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengelolaan kas entitas. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas
dan setara kas. Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut mengakibatkan
-7-

saldo bank kadang kala berfluktuatif dari saldo positif ke posisi penarikan
berlebih.
Arus kas tidak termasuk mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas
atau setara kas, karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari
pengelolaan kas entitas dan bukan sebagai bagian dari aktivitas operasi, investasi,
dan pendannaan. Pengelolaan kas termasuk investasi kelebihan kas pada setara
kas.

2.6 Penyajian Laporan Arus Kas


Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi menurut
aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai
pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah
kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi
hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.
Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus kas yang
diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Misalnya, jika pelunasan
pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka unsur bunga dapat
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

2.6.1 Aktivitas Operasi


Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas,
membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama
dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
-8-

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau
rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas opearsi adalah :
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
2. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
4. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak pengahasilan
kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi; dan
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan.
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. Arus kas yang
terkait dengan transaksi tersebut marupakan arus kas dari aktivitas investasi. Akan
tetapi, pembayran kas untuk pabrikasi atau memperoleh asset yang dimiliki untuk
dijual adalah arus kas dari aktivitas operasi. Penerimaan kas dari rental dan
penjualan asset tersebut diakui sebagai arus kas dari aktivitas operasi.
Entitas dapat memiliki efek dan pinjaman yang diberikan (securities and
loans) untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, yang dalam hal ini
dapat dipersamakan dengan persediaan yang khusus dibeli untuk dijual kembali.
Oleh karena itu, arus kas yang berasal dari pembelian dan diperdagangkan
tersebut diklasifikasikan sebgaai aktiviats operasi. Sama halnya dengan pemberian
kredit oelh lembaga keuangan, pada umumnya diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi, karena berkaitan dengan aktivitas penghasil utama pendapatan lembaga
keuangan tersebut.
-9-

2.6.2 Aktivitas Investasi


Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah penting karena mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber
daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah :
1. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain termasuk biaya pengembangan yang
dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri;
2. Penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain;
3. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran
kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang
dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
4. Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari
instrumen yang dianggap setara kas atau instrument yang dimilki untuk
diperdagangkan atau diperjualbelikan)
5. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang
muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
6. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan kepada
pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga
keuangan);
7. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan
swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjualbelikan , atau jika pembayraan tersebut
diklasifiksikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
8. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali
jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau
- 10 -

diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai


aktivitas pendanaan.
Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai posisi arus kas
terindentifkasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara
yang sama seperti arus kas dari posisi yang dilindungi nilainya.

2.6.3 Aktivitas Pendanaan


Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan
oleh para penyelia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah :
1. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain;
2. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;
3. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
4. Pelunasan pinjaman;
5. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.

2.7 Pelaporan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi


Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan
salah satu dari metode berikut :
a. Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapakan; atau
b. Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi neto
disesuaikan dengan mengoraksi pengaruh dari transaksi nonkas,
penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk
operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban
yang tekait dengan arus kas investasi atau pendanaan.
- 11 -

Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna
dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode
tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh :
1. Dari catatan akuntansi entitas.
2. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain
dalam laporan laba rugi komprehensif untuk,perubahan persediaan, piutang
usaha, dan utang usaha selama periode berjalan. Pos bukan kas lain, dan Pos
lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
Dalam metode ini tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi
ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi neto dari pengaruh:
a. Perubahan persediaan, piutang usaha, serta utang usaha selama periode
berjalan;
b. Pos nonkas, seperti penyusutan, provisi, pajak tangguhan, keuntungan dan
kerugian mata uang asing yang belum direalisasikan, serta laba entitas asosiasi
yang belum didistribusikan; dan
c. Semua pos lain yang berkiatan dengan arus kas inveastasi atau pendanaan.
Sebagai alternatif, arus kas neto dari aktivitas operasi dapat dilaporkan
berdasarkan metode tidak langsung dengan emnyajikan pendapatan dan beban
yang diungkapkan dalam laporan laba rugi komprehensig serta perubahan
dalam persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode.

2.8 Pelaporan Arus Kas Dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan


Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto
dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan,
kecuali arus kas yang dijelaskan di paragraf 21 & 23 dilaporkan atas dasar arus
kas neto.
- 12 -

2.9 Permasalahaan Yang Dibahas Pada Kondisi Kas Perusahaan


Selintas terpikirkan bahwa suatu entitas jika dapat menghasilkan laba yang
tinggi maka dapat beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya,
pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal dan
melakukan perluasan usaha (ekspansi). Akan tetapi perusahaan yang dapat
menghasilkan laba yang tinggi belum tentu dapat beroperasi secara efektif dan
efisien karena tidak memiliki dana kas yang cukup untuk beroperasi seperti,
membayar cicilan atas pinjaman, membayar gaji karyawan, membayar dividen
tunai kepada investor, dan yang lainnya. Dengan demikian suatu perusahaan dapat
beroperasi secara efektif dan efisien jika memiliki dana kas yang cukup selain itu
dapat memperoleh laba yang maksimal.
Timbul pertanyaan “Lebih baik mana, laba yang tinggi tetapi arus kas
masuk bersih-nya kecil, atau laba yang kecil tetapi arus kas masuk bersih-
nya tinggi?”. Penulis lebih yakin terhadap perusahaan yang dapat menghasilkan
arus kas masuk bersihnya tinggi walaupun memperoleh laba yang kecil, mengapa
demikian?, karena kas merupakan asset yang paling likuid sehingga dapat
digunakan untuk menjalankan seluruh aktivitas diperusahaan seperti operasi,
investasi, dan pendanaan. Oleh sebab itu di dalam laporan posisi keuangan kas
disajikan didalam asset lancer di paling atas.
Arus kas juga merupakan informasi yang berguna dalam menilai layak
atau tidak suatu usulan investasi, misalnya dengan menggunakan metoda periode
pengembalian, nilai bersih sekarang, dan tingkat pengembalian internal.
Walaupun hanya estimasi, akan tetapi informasi tersebut sangat berguna bagi
pengguna laporan keuangan.

2.10 Perbandingan Antara Akuntansi Nilai Wajar Dengan Biaya Historis


Historical Cost Principle adalah prinsip yang menghendaki digunakannya
harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang, modal, dan biaya. Yang dimaksud
dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetuiui oleh kedua belah
pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi dalam
transaksi di antara dua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi
- 13 -

pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang,
modal atau transaksi lainnya.
Sedangkan Fair Value adalah Berdasarkan FASB Concept Statement No.7
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima
dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam
transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran.
Pengukuran berdasarkan nilai wajar berlaku di banyak standar PSAK yang
mengadopsi IFRS/IAS (seperti misal PSAK 16, PSAK 50 dan 55; PSAK 48, dll).
Namun, pengukuran aset dan liabilitas keuanganlah yang menjadi sumber
kontroversi mengenai penerapan akuntansi nilai wajar. Pro-kontra yang belum
tuntas mengenai penerapan akuntansi nilai wajar ini tidak lain timbul karena
banyak kalangan menuduh bahwa penerapan akuntansi nilai wajarlah yang
menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya krisis finansial global.
Tuduhan tersebut disebabkan oleh penerapan akuntansi nilai wajar akan
menimbulkan efek procyclical dalam pasar finansial. Efek procyclical akan
memperparah suatu krisis karena akan mengakibatkan nilai aset keuangan yang
diukur dengan nilai wajar akan terus menurun karena kondisi pasar yang buruk.
Pada akhirnya nilai aset keuangan yang terus menurun ini akan menghilangkan
kepercayaan investor akibat kondisi keuangan perusahaan yang melemah dan
memperparah krisis. Satu hal yang perlu diingat disini adalah bahwa nilai pasar
yang terus menurun ini tidak bisa mencerminkan nilai wajar dari aset yang
sesungguhnya.

2.11 Dampak Implementasi Akuntansi Nilai Wajar di Indonesia


Dampak implementasi akuntansi nilai wajar di Indonesia dapat kita
pelajari dari negara-negara lain yang sudah melakukan implementasi. Awal
implementasi akuntansi nilai wajar tentunya akan membawa dampak yang cukup
buruk terutama bagi entitas di industri perbankan dan juga jasa keuangan (seperti
perusahaan investasi). Implementasi awal ini akan mengubah kondisi keuangan
entitas bisnis dimana pengubahan sebagian besar nilai aset dan liabilitasnya ke
nilai wajarnya ini akan mengakibatkan perubahan profitabilitas yang cenderung
- 14 -

menurun. Namun, hal ini tidak menandakan kinerja perusahaan yang buruk karena
kerugian tersebut bukanlah kerugian yang permanen. Hal ini dapat dicontohkan
oleh American Capital dimana pada saat awal pengimplementasian tiap
membukukan kerugian sebesar $813 juta pada kuartal pertama 2008 dan nilai aset
investasinya turun sebesar $447 juta. Kerugian dan penurunan nilai aset pada awal
implementasi ini bukanlah gambaran kondisi keuangan yang sebenarnya karena
pada kuartal pertama tahun berikutnya, American Capital berhasil mengembalikan
nilai aset investasinya sepertiga dari penuruan sebelumnya.
Signifikansi dampak dari penerapan implementasi akuntansi nilai wajar
terhadap kondisi keuangan entitas bisnis setelah implementasi awal (selain dari
performa riil entitas bisnis dan kondisi ekonomi makro) akan bergantung pada
dua hal, yaitu jenis industri entitas bisnis dan komponen aset dan liabilitas yang
dimiliki dan subjektivitas manajemen (estimasi dan asumsi yang digunakan) dan
penilaian profesional auditor dalam melakukan proses pelaporan keuangan.

2.12 Pengukuran, Pengungkapan, dan Penyajian Akuntansi Nilai Wajar


Dalam melakukan pengukuran suatu asset ataupun liabilitas, nilai wajar
merupakan estimasi yang dilakukan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar, dengan demikian nilai
wajar pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak contohnya, dalam
suatu lelang dimana suatu aset berupa lukisan ditawarkan dengan nilai tawar
sebesar Rp10.000.000. Para peserta lelang menawar aset tersebut dengan berbagai
nilai tawar sampai pada akhirnya aset tersebut terjual kepada penawar tertinggi
dengan nilai jual sebesar Rp30.000.000, maka nilai tawar tertinggi tersebutlah
yang menjadi nilai wajar atas aset tersebut. Jadi, nilai wajar suatu aset atau
liabilitas dapat diestimasikan paling baik menggunakan nilai pasar aset atau
liabilitas tersebut.
Pada dasarnya laporan keuangan diungkapkan secara kuantitatif dan
kualitatif dengan menganalisis berbagai aspek yang melekat pada asset maupun
liabilitas dalam posisi keuangan. Oleh sebab itu dalam pengunkapan nilai wajar
membutuhkan tenaga ahli yang terlebih dahulu dapat melakukan pengukuran,
- 15 -

aktuaris sangat kompeten dalam melakukan penilaian maupun estimasi terlebih


lagi jika memahami tentang standar akuntansi keuangan.
Ketika akuntansi nilai wajar diadopsi dan diimplementasikan pada suatu
laporan keuangan maka biaya historis dan nilai wajar harus dicatat pada akun
yang berbeda. Laporan keuangan yang secara nyata dipengaruhi oleh nilai wajar
pada umumnya adalah laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan, pada
akhirnya informasi pada laporan keuangan dapat memberikan suatu informasi
yang relevan terhadap asset maupun liabilitas secara relevan.
Sebagai contoh sederhana ketika perusahaan memnayarkan dividen kepada
pemegang saham berupa properti tanah, harga perolehan tanah tersebut
Rp.500.000.000 kemudian harga tanah tersebut meningkat menjadi
Rp.800.000.000. Maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Ketika mengumumkan dividen
Dr.Equity investment Rp. 300.000.000
Cr.Unrealized holding gain or loss – income Rp. 300.000.000

Dr. Retained earning Rp. 800.000.000


Cr. Property dividend payable Rp. 800.000.000

2. Ketika membayar dividen


Dr. Property dividend payable Rp, 800.000.000
Cr. Equity investment Rp, 800.000.000

Dengan demikian akun unrealized holding gain or loss – income terdapat


pada laporan laba rugi, maka dampak penerapan akuntansi nilai wajar akan terasa
ketika terdapat nilai yang mempengaruhi dari suatu asset tersebut.
- 16 -

BAB lll
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil ikhtisar tugas yang penulis lakukan pada pelaporan arus kas
dan akuntansi nilai wajar, maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai
berikut:
1. Laporan Arus Kas dapat menjadi alat cross-check yang efektif yang pada
akhirnya bisa menjawab berbagai pertanyaan sehubungan dengan aliran
kas perusahaan (baik yang masuk maupun yang keluar).
2. IFRS banyak menggunakan fair value. Hal ini terlihat dalam beberapa
pengukuran komponen aset dan liabilitas, nilai wajar digunakan baik
sebagai pilihan pengukuran maupun keharusan pengukuran. IASB telah
mengeluarkan pedoman khusus tentang nilai wajar yaitu dalam IFRS 13
Fair Value.

3.2 Saran
Penulis coba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan pelaporan arus
kas dan akuntansi nilai wajar yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan sebaiknya lebih mengutamakan arus kas
masuk bersih dibandingkan memperoleh laba yang tinggi agar perusahaan
dapat melakukan kegiatan operasi.
2. Bagi Akuntan harus mampu memahami akuntansi nilai wajar agar laporan
keuangan perusahaan dapat menyajikan informasi yang relevan dalam
pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai