Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASET TIDAK LANCAR


(PSAK 13, 16, 48, 61, 64. ISAK 18, ISAK 27)

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam


Menempuh Perkuliahan Pelaporan Korporat pada Fakultas Ekonomi
Magister Akuntansi Universitas Widyatama

Dosen Pembina : Eriana Kartadjumena S.E., M.M., Ph.D., Ak., CA., CSRS.

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Edwin Gunawan (51621120020)
2. Irene Katharina (51621120063)
3. Nurman Nasrullah (51621120019)
4. Wilda Maya Susanti (51621120018)

Fakultas Ekonomi
Program Magister Akuntansi
Universitas Widyatama
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 5656/SK/BAN-PT/Akred/M/IX/2020
Tanggal 16 September 2020
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang atas kehendak-Nya dan

izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah limpahkan

kepada baginda Rasullallah Muhammad S.A.W. untuk sauri tauladan yang paling sempurna bagi

seluruh umat manusia.

Makalah ini berjudul “ASET TIDAK LANCAR”. Adapun maksud dan tujuan

penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh perkuliahan

Pelaporan Korporat pada Fakultas Ekonomi Program Magister Akuntansi Universitas Widyatama.

Selama penulis menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari dukungan moril maupun

materil serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :

1. Bapak Eriana Kartadjumena S.E., M.M., Ph.D., Ak., CA., CSRS Selaku Dosen Pembina

Mata Kuliah Pelaporan Korporat Pada Program Studi Magister Akuntansi Universitas

Widyatama.

2. Teman-teman Kelompok 3 Kelas Magister Akuntansi Wilda, Edwin, Irene dan Nurman

Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan, penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Jazakumullahu khairan katsira.

Amin

Bandung, 10 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................................ 4
1.4 Tujuan ............................................................................................................. 5
1.5 Manfaat ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PSAK 13 Properti Investasi ............................................................................6
2.1.1 Definisi ……………………………………………………………..……… 6
2.1.2 Jenis-Jenis Properti Investasi ……………………………………….......…. 7
2.1.3 Pengakuan ………………………………………………………………..... 8
2.1.4 Pengukuran Pada Saat Pengakuan Awal …………………………………... 8
2.1.5 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal ………………………………..……. 9
2.1.6 Model Nilai Wajar …………………………………………………………10
2.1.7 Ketidakmampuan Mengukur Nilai Wajar Secara Handal ……………...….11
2.1.8 Transfer ………………………………………………………………….…11
2.1.9 Pelepasan …………………………………………………………………..12
2.2 PSAK 16 Aset Tetap ……...…………………………….…………………. 13
2.2.1 Definisi ……………………………………………………………… …….13
2.2.2 Pengakuan ………………………………………………………………….14
2.2.3 Biaya Perolehan Awal ……………………………………………………..14
2.2.4 Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal ………………………………...…….15
2.2.5 Pengakuan Awal …………………………………………………………...15
2.2.6 Pengukuran Biaya Perolehan ……………………………………………….16
2.2.7 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal ……………………………………...17
2.2.8 Penyusutan …………………………………………………………………17
2.2.9 Metode Penyusutan ………………………………………………………...18
2.2.10 Penurunan Nilai ………………………………………………………….18

ii
2.3 PSAK 48 (Penurunan Nilai) ……………………………………………….19
2.3.1 Definisi …………………………………………………………………….19
2.3.2 Identifikasi Aset Yang Mungkin Mengalami Perubahan Nilai ……………. 20
2.3.3 Pengukuran Jumlah Terpulihkan ……………………………………..…… 21
2.3.4 Nilai Wajar Dikurangi Biaya Perolehan ………………………………...….22
2.3.5 Unit Penghasil Kas dan Goodwill …………………………………………..23
2.3.6 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai …………………………………………23
2.3.7 Pengungkapan …………………………………………………..………….26
2.4 PSAK 61…………………………………………………………………....26
2.4.1 Definisi …………………………….………………………………………26
2.4.2 Hibah Pemerintah ………………………………………………………….27
2.4.3 Penyajian Hibah yang Terkait Dengan Aset ……………………………….28
2.4.4 Penyajian Hibah yang Terkait Dengan Penghasilan ………………………..28
2.4.5 Bantuan Pemerintah ………………………………………………………..29
2.4.6 Pengungkapan …………………………………………………….………..29
2.5 PSAK 64 Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral ………………….30
2.5.1 Pengukuran Aset Eksplorasi dan Evaluasi …………………………………30
2.5.2 Pengakuan Aset Eksplorasi dan Evaluasi …………………………..………30
2.5.3 Komponen Biaya Perolehan Aset Eksplorasi dan Evaluasi ………...………30
2.5.4 Pengukuran Setelah Pengakuan …………………………………………….31
2.5.5 Perubahan Kebijakan Akuntansi …………………………………..……….31
2.5.6 Penyajian ……………………………………………………………..…….31
2.5.7 Pengakuan ………………………………………………………………….32
2.5.8 Pengungkapan …………………………………………………….………..32
2.6 ISAK 18 Bantuan Pemerintah ………………………………………...……32
2.6.1 Intepretasi …………………………………………………………………..33
2.7 ISAK 27 Pengalihan Aset Dari Pelanggan …………………………………33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 30
3.2 Saran .............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif
tentang posisi keuangan dan perubahanperubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode
tertentu. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan suatu
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
keputusan-keputusan ekonomi. Oleh karena itu, keandalan laporan keuangan menjadi sangat
penting karena menyangkut kepada proses pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian laporan
keuangan haruslah mengikuti standar yang berlaku agar tercipta konsistensi, relevansi, dan
keseragaman agar dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain. Di Indonesia,
terdapat empat pilar standar akuntansi yang telah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) yaitu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan (SAK-
ETAP), Standar Akuntansi Syari’ah (SAK Syariah), dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
PSAK dijadikan sebagai pilar utama dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. PSAK
wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti emiten, perusahaan publik,
perbankan, asuransi, dan BUMN.
Menurut Martani (2015) tujuan penyusunan standar akuntansi yaitu untuk keseragaman
laporan keuangan yang relevan dan reliable (representational faitfullness), memudahkan
penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun
laporan keuangan, serta memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. Seiring berjalannya
waktu, PSAK telah mengalami berbagai perubahan dalam rangka konvergensinya dengan
International Financial Reporting Standard (IFRS). Indonesia wajib menyesuaikan PSAK dengan
IFRS karena Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountants),
yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), dimana salah satu perturannya
mewajibkan negara anggota menggunakan IFRS sebagai accounting standard.
Proses konvergensi IFRS di Indonesia dimulai dari tahun 2008. Konvergensi IFRS ke
dalam standar akuntansi lokal setiap negara, termasuk Indonesia ini merupakan salah satu hasil
kesepakatan G20 yang dilaksanakan 2 April 2009 di London Summit. Konvergensi ini bertujuan

1
untuk meningkatkan transparansi dan cross-border comparability antarperusahaan antarnegara.
Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi IFRS adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan -
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) harus melakukan perubahan terhadap Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia agar sesuai dengan IFRS (Bisiranawati, 2014).

1.2 Identifikasi Masalah


Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessor) atau penyewa (lesse) melalui
sewa pembiayaan untuk menghasilkan rental atau kenaikan atau keduanya dan tidak untuk
digunakan dalam produksi atau penyedia barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dan tidak
dijual dalam kegiatan sehari-hari menurut PSAK 13. Properti Investasi merupakan bagian dari aset
yang tidak digunakan sendiri oleh pemilik (not occupied). Hal ini yang membedakan properti
investasi dengan properti yang digunakan sendiri oleh pemilik (fixed asset). Tujuan properti
investasi adalah untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi dan menyewakan properti tersebut ke
pihak penyewa (lessee) sehingga memperoleh pendapatan sewa.
Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Salah satu cara untuk
mencapai tujuan perusahaan adalah aktiva tetap harus dikelola secara efektif, tepat dalam
penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatanya. Selain steakholders ada banyak sekali pihak-
pihak yang memiliki kepentingan dalam sebuah perusahaan, misalnya kreditor, suplier, pelanggan,
dan sebagainya.
Tujuan PSAK 48 (revisi 2013) Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak melebihi jumlah
terpulihkannya. Aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkan jika jumlah tercatat asset melebihi
jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Penurunan nilai terjadi pada
saat perubahan situasi menyebabkan estimasi arus kas masa mendatang (manfaat aset di masa
datang) lebih rendah dari nilai buku aset tersebut. Secara periodik perusahaan harus menguji atau
mereview ada atau tidaknya indikasi tersebut maka perusahaan harus menaksir atau mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut. Untuk setiap aset yang mengalami penurunan nilai, perusahaan
akan mencatat kerugian selisih antara nilai buku aset dengan nilai pasar aset maka aset diturunkan
sebesar nilai wajar (fair value).

2
Hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk pemindahan sumber daya
kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di masa lalu atau masa depan sesuai dengan
kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut. Dalam bidang hibah
pemerintah dan bantuan pemerintah telah ditetapkan PSAK 61 yang mengatur tentang akuntansi
hibah pemerintah dan pengungkapan bantuan pemerintah bagi entitas yang menerima bantuan
hibah dari pemerintah. Dibeberapa negara, bantuan pemerintah kepada entitas mungkin ditujukan
untuk mendorong atau memberikan dukungan jangka panjang atas kegiatan usaha baik pada
daerah atau sektor industri tertentu. Dalam keadaan tertentu,hibah pemerintah dapat diberikan
dalam rangka dukungan keuangan segera kepada entitas daripada sebagai insentif untuk
melakukan pengeluaran tertentu.Keadaan ini dapat memberikan hak untuk mengakui hibah dalam
laba-rugi pada periode entitas memenuhi kualifikasi untuk menerima hiabh tersebut,dengan
pengungkapan yang cukup untuk memastikan bahwa dampaknya dapat dipahami secara jelas.
PSAK 64 menjelaskan bahwa pengeluaran yang terkait kegiatan eksplorasi dan evaluasi
sumber daya mineral sebelum dapat dibuktikan kelayakan teknis dan komersil atas pengembangan
sumber daya mineral dapat diakui sebagai aset. Perusahaan bersangkutan menentukan kebijakan
akuntansi yang mengatur pengeluaran yang diakui sebagai aset eksplorasi dan evaluasi dan
menerapkannya secara konsisten. PSAK 64 juga mengungkapkan bahwa aset eksplorasi dan
evaluasi diukur pada biaya perolehan. Perlakuan akuntansi setelah pengakuan awal atas aset
ekplorasi dan evaluasi yaitu perusahaan menerapkan suatu model biaya atau model revaluasi aset
eksplorasi dan evaluasi secara konsisten.
ISAK 18 menjelaskan bahwa di dalam beberapa negara, bantuan pemerintah kepada entitas
mungkin ditujukan untuk mendorong atau memberikan dukungan jangka panjang atas kegiatan
usaha baik pada daerah atau sektor industri tertentu. Syarat untuk menerima bantuan tersebut tidak
secara khusus terkait dengan aktivitas operasi entitas. Bantuan pemerintah kepada entitas
memenuhi definisi hibah pemerintah dalam PSAK 61, bahkan jika tidak ada persyaratan yang
secara spesifik terkait dengan aktivitas operasi entitas selain persyaratan untuk beroperasi pada
daerah atau sektor industri tertentu. Oleh karena itu, hibah tersebut tidak boleh dikreditkan secara
langsung kepada kepentingan pemegang saham.
ISAK 27 paragraf 22 memberikan pengaturan ketentuan transisi prospektif untuk transaksi
pengalihan aset yang diterima pada atau setelah tanggal efektif ISAK 27. Penerapan ISAK 27
secara dini atas transaksi pengalihan aset yang terjadi sebelum tanggal pengesahan tidak diatur

3
secara spesifik ketentuan transisinya di ISAK 27. Mengacu pada PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan, jika entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk
penerapan awal suatu PSAK yang tidak mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut,
maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas mengenai PSAK
13, PSAK 16, PSAK 48, PSAK 61, PSAK 64 dan ISAK 18, ISAK 27. Penulis menganggap ini
sangat menarik. Adapun tujuan dilakukannya pembatasan masalah ini agar dalam penyusunan
makalah ini tidak terjadi selang pendapat. Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana dampak penerapan PSAK 13 (Properti Investasi) terhadap penyajian laporan
keuangan ?
2. Bagaimana dampak penerapan PSAK 16 (Aset Tetap) terhadap penyajian laporan
keuangan ?
3. Bagaimana dampak penerapan PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset) terhadap penyajian
laporan keuangan ?
4. Bagaimana dampak penerapan PSAK 61 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah) terhadap penyajian laporan keuangan ?
5. Bagaimana dampak penerapan PSAK PSAK 64 (Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya
Mineral) terhadap penyajian laporan keuangan ?
6. Bagaimana dampak penerapan ISAK 18 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah) terhadap penyajian laporan keuangan ?
7. Bagaimana dampak ISAK 27 (Pengalihan Aset Dari Pelanggan) terhadap penyajian
laporan keuangan ?

4
1.4 Tujuan
1. Memahami bagaimana penerapan PSAK 13 (Properti Investasi) di Indonesia.
2. Memahami bagaimana penerapan PSAK 16 (Aset Tetap) di Indonesia.
3. Memahami bagaimana penerapan PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset) di Indonesia
4. Memahami bagaimana penerapan PSAK 61 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah) di Indonesia.
5. Memahami bagaimana penerapan PSAK 64 (Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya
Mineral) di Indonesia.
6. Memahami bagaimana penerapan ISAK 18 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah) di Indonesia.
7. Memahami bagaimana penerapan ISAK 27 (Pengalihan Aset Dari Pelanggan) di
Indonesia.

1.5 Manfaat
1. Mengetahui bagaimana penerapan PSAK 13 (Properti Investasi) di Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana penerapan PSAK 16 (Aset Tetap) di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana penerapan PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset) di Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana penerapan PSAK 61 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah) di Indonesia.
5. Mengetahui bagaimana penerapan PSAK 64 (Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya
Mineral) di Indonesia.
6. Mengetahui bagaimana penerapan ISAK 18 (Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah) di Indonesia.
7. Mengetahui bagaimana penerapan ISAK 27 (Pengalihan Aset Dari Pelanggan) di
Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PSAK 13 Properti Investasi


Dalam PSAK 13 tentang properti investasi. Bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas
di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah
pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas
aset tetap.

2.1.1 Definisi
a. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
pembangunan atau nilai yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan dalam PSAK lain, seperti PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran
Berbasis Saham.
b. Jumlah tercatat adalah jumlah dimana aset diakui dalam laporan posisi keuangan.
c. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang digunakan untuk mengukur aset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang
melibatkan pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
d. Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa
pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan
tidak untuk:
(i) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
(ii) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
e. Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa atau untuk tujuan administratif.

6
2.1.2 Jenis-Jenis Properti Invetasi
Berikut adalah contoh properti investasi:
a. tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual
jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari;
b. tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan. (Jika
entitas belum menentukan penggunaan tanah sebagai properti yang digunakan sendiri atau
akan dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, tanah tersebut diakui sebagai
tanah yang dimiliki dalam rangka kenaikan nilai);
c. bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan)
dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi;
d. bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui
satu atau lebih sewa operasi.
e. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan
sebagai properti investasi.

Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi dan dengan demikian
tidak termasuk dalam ruang lingkup Pernyataan ini:
a. properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual (lihat PSAK 14 (revisi 2008):
Persediaan), misalnya properti yang diperoleh secara eksklusif dengan maksud untuk
dijual dalam waktu dekat atau untuk pengembangan dan dijual kembali.
b. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga (lihat
PSAK 34 (revisi 2010): Kontrak Konstruksi).
c. properti yang digunakan sendiri (lihat PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap), termasuk (di
antaranya) properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang
digunakan sendiri, properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan
penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang digunakan
oleh karyawan (dengan atau tanpa karyawan tersebut membayar rental sesuai harga pasar)
dan properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual.
d. properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.

7
2.1.3 Pengakuan
Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a. besar kemungkinan manfaat ekonomik di masa depan dari aset yang tergolong properti
investasi akan mengalir ke dalam entitas; dan
b. biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.
Entitas mengevaluasi sesuai dengan prinsip pengakuan atas seluruh biaya perolehan
properti investasi pada saat terjadinya. Biaya perolehan termasuk biaya yang terjadi pada saat
memeroleh properti investasi dan biaya yang terjadi setelahnya untuk penambahan, penggantian
bagian properti atau perbaikan properti. Bagian dari suatu properti investasi dapat diperoleh
melalui penggantian. Contoh, interior dinding bangunan mungkin merupakan penggantian dinding
aslinya. Berdasarkan prinsip pengakuan, entitas mengakui jumlah tercatat properti investasi atas
biaya penggantian properti investasi pada saat terjadinya biaya, jika kriteria pengakuan terpenuhi.
Jumlah tercatat atas bagian yang digantikan dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan
penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini.

Contoh 1 :
Tanggal 1 Januari Tahun 2021 PT. XYZ Membeli gedung dan tanah kepada PT. ABC Properti
untuk di jadikan tempat futsal seluas 200M2 dengan harga Rp.2.000.000.000,00. PT XYZ
Merenovasi dan menginvestasikan tempat tersebut sampai bisa digunakan untuk bermain futsal,
biaya-biaya yang timbul seluruhnya yaitu sebesar Rp.1.000.000.000,00. Jumlah seluruh biaya
perolehan adalah Rp.3.000.000.000. Sehingga Akuntan perusahaan mencatat jurnal sebesar.
DR Properti Investasi Rp.3.000.000.000
CR Kas/Bank Rp.3.000.000.000

2.1.4 Pengukuran Pada Saat Pengakuan Awal


Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk
dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi harga
pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan
biaya transaksi lainnya.

8
Biaya perolehan properti investasi tidak bertambah dengan:
a. biaya perintisan (kecuali biaya-biaya yang diperlukan untuk membawa properti ke kondisi
yang diinginkan sehingga dapat digunakan sesuai dengan maksud manajemen);
b. kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi mencapai tingkat hunian yang
direncanakan; atau
c. pemborosan bahan baku, buruh atau sumber daya lain yang terjadi selama masa
pembangunan atau pengembangan properti.
Jika pembayaran atas properti investasi ditangguhkan, maka biaya perolehan adalah setara
harga tunai. Perbedaan antara jumlah tersebut dan pembayaran diakui sebagai beban bunga selama
periode kredit.

2.1.5 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


Pernyataan ini mensyaratkan seluruh entitas untuk menentukan nilai wajar properti
investasi, baik untuk tujuan pengukuran (jika entitas menggunakan model nilai wajar) atau
pengungkapan (jika menggunakan model biaya). Entitas dianjurkan, tetapi tidak diharuskan, untuk
menentukan nilai wajar properti investasi berdasarkan atas penilaian oleh penilai independen yang
diakui dan memiliki kualifikasi profesional yang relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di
lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai.
Suatu entitas dapat:
a. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi yang
menjadi agunan liabilitas yang menghasilkan imbalan yang terkait langsung dengan nilai
wajar dari, atau imbalan dari, aset tertentu termasuk properti investasi; dan
b. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi lain,
tanpa memerhatikan pilihan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a).

9
Contoh 2 :
Tanggal 1 Februari 2021 PT. XYZ Akuntan perusahaan menilai bahwa Gedung dan Tanah tempat
futsal terdapat kenaikan nilai sebesar Rp.200.000.000. Akuntan mencatat jurnal sebesar.
DR Properti Investasi Rp.200.000.000
CR Keuntungan atas kenaikan nilai wajar Rp.200.000.000

2.1.6 Model Nilai Wajar


Nilai wajar adalah nilai pada tanggal tertentu. Karena kondisi pasar dapat berubah, jumlah
yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar mungkin salah atau tidak tepat jika diestimasi pada waktu
yang berbeda. Definisi nilai wajar mengasumsikan pertukaran dan penyelesaian secara serempak
dari kontrak penjualan tanpa perbedaan harga juga dapat terjadi dalam suatu transaksi yang wajar
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai seandainya pertukaran
dan penyelesaian tersebut tidak dilakukan secara serempak. Nilai wajar properti investasi
merupakan harga yang mana properti dapat dipertukarkan antara pihak-pihak yang memiliki
pengetahuan memadai dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar.
Nilai wajar tidak mencakup estimasi kenaikan atau penurunan harga karena kondisi atau
keadaan khusus seperti pembiayaan yang umum, perjanjian penjualan dan penyewaan kembali,
kondisi khusus atau konsesi yang diberikan oleh pihak yang terkait dengan penjualan. Nilai wajar
properti investasi mencerminkan, antara lain, penghasilan rental dari sewa yang sedang berjalan
dan asumsi-asumsi yang layak dan rasional yang mencerminkan keyakinan pihak-pihak yang
berkeinginan bertransaksi dan memiliki pengetahuan memadai mengenai asumsi tentang
penghasilan rental dari sewa di masa depan dengan mengingat kondisi sekarang. Dengan dasar
pemikiran yang sama, nilai wajar juga mencerminkan arus kas keluar (termasuk pembayaran rental
dan arus ke luar lainnya) yang dapat diperkirakan sehubungan dengan properti tersebut. Sebagian
arus kas ke luar tersebut dicerminkan dalam liabilitas, sementara arus kas ke luar lainnya tidak
diakui dalam laporan keuangan sampai dengan tanggal tertentu (contoh pembayaran periodik
seperti rental kontinjen).
Definisi nilai wajar mengacu pada "pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai." Pada konteks ini, "memiliki pengetahuan memadai" artinya bahwa
keduanya baik pembeli maupun penjual yang saling berkeinginan, memiliki informasi yang
memadai (layak) tentang sifat dan karakteristik dari properti investasi tersebut, kegunaan aktual

10
serta potensinya, dan kondisi pasar pada tanggal pelaporan. Pembeli yang berkeinginan
termotivasi, tetapi tidak dipaksa, untuk membeli. Pembeli tersebut tidak terlampau berkeinginan
dan juga tidak ditentukan untuk membeli pada harga tertentu.

2.1.7 Ketidakmampuan Mengukur Nilai Wajar Secara Andal


Ada anggapan yang sulit dibantah bahwa entitas dapat menentukan nilai wajar properti
investasi secara andal atas dasar berkelanjutan. Namun demikian dalam beberapa kasus yang
jarang terjadi, terdapat bukti yang jelas ketika suatu entitas pertama kali memperoleh properti
investasi (atau ketika properti yang ada pertama kali menjadi properti investasi karena perubahan
penggunaan) bahwa nilai wajar properti investasi tidak dapat ditentukan secara andal atas dasar
berkelanjutan. Hal ini timbul jika, dan hanya jika, transaksi pasar serupa jarang terjadi dan
alternatif estimasi andal nilai wajar (misalnya, berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan) tidak
tersedia. jika entitas menentukan bahwa nilai wajar properti investasi dalam proses pembangunan
tidak dapat ditentukan secara andal tetapi mengharapkan nilai wajar properti tersebut dapat
ditentukan secara andal saat pembangunan selesai, maka properti tersebut diukur dengan cara
properti investasi dalam proses pembangunan diukur berdasarkan biaya perolehan sampai nilai
wajarnya dapat ditentukan secara andal atau sampai pembangunannya selesai (mana yang lebih
dahulu).

2.1.8 Transfer
a. Pengalihan ke atau dari, properti investasi dilakukan jika terdapat perubahan penggunaan
yang dibuktikan dengan
1. Dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi menjadi properti
yang digunakan sendiri
2. Dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari propertI investasi menjadi
persediaan
3. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari propertI yang digunakan sendiri
menjadi propertI investasi
4. Dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan menjadi properti
investasi

11
b. Untuk pengalihan dari persediaan ke propertI investasi yang akan dicatat nilai wajar,
perbedaan antara nilai wajar property pada tanggal tersebut dan jumlah tercatatnya diakui
dalam laba rugi

2.1.9 Pelepasaan
Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari laporan posisi keuangan)
pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen
dan tidak memiliki manfaat ekonomik di masa depan yang dapat diharapkan pada saat
pelepasannya.
Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara
sewa pembiayaan. Untuk menentukan tanggal pelepasan properti investasi, entitas menggunakan
kriteria yang diatur dalam PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan pada pengakuan pendapatan dari
penjualan barang dan jasa dan mempertimbangkan pedoman terkait sesuai lampiran PSAK 23
(revisi 2010). PSAK 30 (revisi 2011): Sewa berlaku untuk pelepasan yang dilakukan dengan cara
sewa pembiayaan dan dengan cara jual dan sewa-balik.

Contoh 3:
PT. XYZ menjual seluruh tanah dan gedung yang di sewakan untuk bermain futsal sebesar
Rp.3.500.000.000 kepada Tn. X. Dengan demikian Akuntan perusahaan mencatat.
DR Properti Investasi Rp.3.500.000.000
CR Penjualan atas properti investasi Rp.3.500.000.000

2.2 PSAK 16 Aset Tetap


Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna
laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan
perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset,
penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.

12
2.2.1 Definisi
a. Aset tetap adalah aset berwujud yang:
(a). dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
(b). diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
b. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama
kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya PSAK 53 (revisi
2010): Pembayaran Berbasis Saham.
c. Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai.
d. Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual dan nilai pakainya.
e. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
f. Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari
penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur
manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.
g. Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur
dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
h. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-
pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
i. Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya.
j. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat
suatu aset atas jumlah terpulihkannya.

13
k. Umur manfaat adalah:
(a) periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau
(b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh
entitas.

2.2.2 Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
(a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut; dan
(b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai
persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama
dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan
menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan
peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga
dicatat sebagai aset tetap.

2.2.3 Biaya Perolehan Awal


Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap
semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari
suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik
masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas
memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan
dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh. Sebagai
contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan proses penanganan kimiawi yang baru dalam rangka
memenuhi ketentuan lingkungan yang berlaku untuk produksi dan penyimpanan zat kimiawi
berbahaya; perbaikan pabrik yang terkait diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut
entitas tidak dapat memproduksi dan menjual zat-zat kimiawi.

14
Contoh 4:
PT. QWERTY membeli sebuah Gudang untuk menyimpan barang dagangan senilai
Rp.1.500.000.000 kepada PT. ABC Properti dibayar secara tunai. Akuntan perusahaan mencatat
dengan jurnal.
DR Aset Tetap-Gudang Rp.1.500.000.000
CR Kas Rp.1.500.000.000

2.2.4 Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal


Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, entitas tidak boleh mengakui biaya
perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui
dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja
dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-
pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap. Agar
aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah
ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam
jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa
jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya),
dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi terdahulu teridentifikasi
dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap tersebut.

2.2.5 Pengakuan Awal


Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan.

Komponen Biaya Perolehan


Biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan
setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;

15
(c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan
persediaan.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:


(a) biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja)
yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
(b) biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
(c) biaya handling dan penyerahan awal;
(d) biaya perakitan dan instalasi;
(e) biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya,
contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan
(f) komisi profesional.

2.2.6 Pengukuran Biaya Perolehan


Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya.
Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal,
perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode
kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman.
Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau
kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset
nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua pertukaran
yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai
wajar kecuali:
(a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
(b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat
dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat

16
diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang
diserahkan.

2.2.7 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


(a) Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
(b) Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh
penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik
dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.

2.2.8 Penyusutan
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah
pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap
bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat
dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa
pembiayaan. Sama halnya, jika entitas memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi,
maka entitas sebagai lessor mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah
yang terefleksikan dalam biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan langsung kepada
ketentuan sewa, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara relatif terhadap
kondisi pasar.

17
Contoh 5:
PT. QWERTY menghitung penyusutan Gudang dengan masa manfaat 5 tahun nilai sisa
Rp.500.000.000 dengan metode garis lurus.Rp.1500.000.000-Rp.500.000.000 =
Rp.1.000.000.000/5 Tahun = Rp.200.000.000 Akuntan perusahaan mencatat dengan jurnal.
DR Beban Penyusutan Rp.200.000.000
CR Akumulasi Penyusutan Gudang Rp.200.000.000

2.2.9 Metode Penyusutan


Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomik masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset di-
review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan
diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan diperlakukan
sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang
disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain
metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method),
dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan
yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun
menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit
menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu
aset. Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik
masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada
perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.

2.2.10 Penurunan Nilai


Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas
menerapkan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan
bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan
dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.

18
2.3 PSAK 48 Penurunan Nilai Aset
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas
agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah
terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui
penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, asset mengalami penurunan nilai dan
Pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. Pernyataan ini juga
menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang
diperlukan.

2.3.1 Definisi
a. Pasar aktif adalah pasar yang memenuhi semua kondisikondisi berikut:
(a) aset yang diperdagangkan di pasar bersifat homogen;
(b) pembeli dan penjual yang berkeinginan untuk bertransaksi biasanya dapat ditemui
setiap saat; dan
(c) harga tersedia untuk publik.
b. Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu asset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.
c. Unit penghasil kas adalah kelompok terkecil asset teridentifi kasikan yang menghasilkan
arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari asset atau
kelompok aset lain.
d. Aset korporat adalah aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa depan
baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kas lain.
e. Biaya pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan pelepasan.
aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban pajak penghasilan.
f. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlahlain yang merupakan
pengganti biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai residunya.
g. Penyusutan (Amortisasi) adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset selama
masa manfaatnya.
h. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan
suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan
berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset.

19
i. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu
aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.
j. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya.
k. Masa manfaat adalah:
(a) jangka waktu suatu aset diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau
(b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu aset
oleh entitas. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan
akan diterima atau unit penghasil kas.
l. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima
atau unit penghasil kas.

2.3.2 Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Perubahan Nilai


Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan.
Paragraf 12-14 menjelaskan beberapa indikasi bahwa rugi penurunan nilai mungkin telah terjadi.
Jika terdapat indikasi-indikasi tersebut, entitas diharuskan membuat estimasi formal jumlah
terpulihkan. Kecuali seperti yang dijelaskan pada paragraph 10, Pernyataan ini tidak mensyaratkan
entitas untuk membuat estimasi formal jumlah terpulihkan jika tidak terdapat indikasi rugi
penurunan nilai. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat
indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Ketidakpastian mengenai kemampuan aset tidak
berwujud dalam menghasilkan manfaat ekonomi masa depan yang cukup untuk memulihkan
jumlah tercatatnya biasanya lebih besar pada saat aset tersebut belum dapat digunakan daripada
setelah aset tersebut dapat digunakan. Oleh karena itu, Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk
menguji penurunan nilai, minimal sekali setahun, untuk jumlah tercatat aset tidak berwujud yang
belum dapat digunakan.

20
2.3.3 Pengukuran Jumlah Terpulihkan
Pernyataan ini mendefi nisikan jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara
nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Paragraf
19-57 menjelaskan persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Persyaratan ini menggunakan
istilah "suatu aset" tetapi berlaku sama untuk aset individual atau unit penghasil kas. Nilai wajar
dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dari suatu aset tidak selalu perlu ditentukan dua-duanya.
Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka asset tersebut tidak mengalami
penurunan nilai dan estimasi jumlah lainnya tidak perlu dilakukan. Penentuan nilai wajar dikurangi
biaya penjualan suatu aset mungkin dapat dilakukan meskipun jika aset tersebut tidak
diperdagangkan dalam pasar aktif. Namun, kadang tidak mungkin untuk menentukan nilai wajar
dikurangi biaya penjualan karena tidak terdapat dasar untuk membuat suatu estimasi yang dapat
dipercaya atas jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antara pihak-pihak
yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan. Dalam kasus ini, entitas dapat menggunakan
nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan.

Contoh 6 :
Perusahaan ABC Melakukan review penurunan nilai asset pada tahun 2020. Sebidang tanah dicatat
pada nilai wajar dengan surplus revaluasi senilai Rp.50.000.000, asset-aset lainnya dicatat pada
nilai historis dikurangi akumulasi depresiasi dan amortisasi.Ke
Hasil dari review adalah sebagai berikut :

NO. Keterangan Nilai Wajar Nilai Nilai


Dikurangi Biaya Pakai Tercatat
Menjual
1. Tanah 212 220 300
2. Aset Tak Berwujud, Pada Biaya 8,2 6,5 9
Terarmortisasi
3. Mesin Setelah Didepresiasikan 21 18 30

21
NO. Keterangan Jumlah Terpulihkan Nilai Rugi
Tercatat Penurunan
Nilai
1. Tanah 220 300 800
2. Aset Tak Berwujud, Pada Biaya 8,2 9 -
Terarmortisasi
3. Mesin Setelah Didepresiasikan 21 30 9

Kerugian penurunan nilai dikurangkan dahulu ke surplus revaluasi


DR Surplus Revaluasi Rp.50.000.000
DR Rugi Penurunan Nilai Rp.30.000.000
CR Tanah Rp.80.000.000

DR Kerugian Penurunan Nilai Rp.9.000.000


CR Mesin Rp.9.000.000

2.3.4 Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan


Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan adalah harga dalam suatu
perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang
independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung dengan
pelepasan aset. Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset
diperdagangkan di pasar aktif, nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah harga pasar aset
dikurangi biaya pelepasan aset tersebut. Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran
kini. Jika harga penawaran kini tidak tersedia, harga dari transaksi terakhir dapat menjadi dasar
untuk mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya penjualan, sepanjang tidak terdapat perubahan
yang signifi kan dalam kondisi ekonomi antara tanggal transaksi tersebut dengan tanggal ketika
estimasi tersebut dibuat. Biaya pelepasan aset, selain dari yang sudah diakui sebagai kewajiban,
dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Contoh biaya-biaya ini
adalah biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya
tambahan langsung untuk menjadikan asset dalam kondisi siap dijual.

22
2.3.5 Unit Penghasil Kas dan Goodwill
Unit Penghasil Kas (UPK) adalah kelompok aset terkecil yang mencakup aset tersebut dan
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau
kelompok aset lain. Goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi
dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok unit penghasil kas
yang diperkirakan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut, terlepas apakah
aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditempatkan dalam unit atau kelompok unit
tersebut. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai secara
tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai, dengan
membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit
penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Jumlah tercatat dari UPK:
1. mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau
dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus
kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
2. tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah
terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan
liabilitas tersebut.

2.3.6 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai


Setiap akhir periode, sebuah entitas akan menilai kembali apakah rugi penurunan nilai yang
telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin telah
menurun atau bahkan tidak ada lagi. Adanya penurunan terhadap rugi penurunan nilai yang
telah diakui ini menyebabkan pembalikan rugi penurunan nilai. Dalam menilai apakah
terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode
sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun,
entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: (PSAK 48 paragraf 106)
1. Informasi dari sumber eksternal
a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nlai aset telah meningkat secara
signifikan selama periode

23
b. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi
selama periode atau dalam waktu dekat.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain telah menurun selama periode
tersebut dan penurunan tersebut akan mempengaruhi tingkat diskonto yang
digunakan dalam menghitung nilai pakai aset.
2. Informasi dari sumber internal
a. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi
selama periode atau diharapkan dapat terjadi dalam waktu dekat. Perubahan ini
termsuk biaya yang timbul selama periode untuk memperbaiki atau meningkatkan
kinerja aset
Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih
baik.

Contoh 7 :
Pada 1 Januari 2016 sebuah perusahaan mie instan membeli sebuah mesin seharga Rp420 juta.
Manajemen perusahaan memutuskan bahwa mesin ini memiliki umur manfaat 10 tahun tanpa nilai
sisa. Pada akhir tahun 2016 terdapat indikasi penurunan nilai atas mesin tersebut. Manajemen
menentukan bahwa nilai wajar atas aset tersebut sebesar Rp370 juta dengan biaya pelepasan Rp10
juta. Nilai pakai mesin tersebut diestimasikan sebesar Rp350 juta.

Pada akhir tahun 2017, manajemen mengidentifikasi adanya indikasi pemulihan atas rugi
penurunan nilai yang terjadi di akhir tahun sebelumnya serta menentukan bahwa jumlah
terpulihkan atas mesin tersebut sebesar Rp340 juta. Manajemen pun memutuskan untuk
melakukan pembalikan rugi atas penurunan nilai tahun sebelumnya.
Penjelasan:
Bandingkan antara nilai tercatat aset dengan recoverable amount.
Nilai tercatat : Rp 420 juta – Rp 42* juta = Rp 378 juta
Nilai pakai : Rp 350 juta = Rp 350 juta
Nilai wajar : Rp 370 miliar – Rp 10 miliar = Rp 360 juta

24
Recoverable amount mesin tersebut adalah sebesar nilai wajarnya Rp360 juta (Nilai Wajar > Nilai
Pakai). Dan dari perbandingan antara nilai tercatat dengan recoverable amount didapatkan
penurunan nilai sebesar Rp18 juta.
31 Desember 2014

Jurnal Penyusutan
Dr. Beban penyusutan 42 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 42* juta

Jurnal penurunan nilai


Dr. Rugi Penurunan Nilai 18 juta
Cr. Akumulasi RPN - Mesin 18 juta

31 Desember 2015
Jurnal Penyusutan
Dr. Beban penyusutan 40 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 40 juta
(360 juta / 9 tahun)

Nilai terpulihkan : Rp 340 juta = Rp 340 juta


Nilai tercatat : Rp 360 juta – Rp 40 juta = Rp 320 juta
Nilai tercatat seharusnya* : Rp 336 juta = Rp 336 juta
* apabila tidak ada rugi penurunan nilai sebelumnya (8/10 x 420)

Jurnal Pemulihan RPN


Dr. Akumulasi RPN - Mesin 16 juta
Cr. Pemulihan RPN 16* juta
*(336 juta – 320 juta)

Jurnal Penyesuaian Penyusutan Setelah Pemulihan RPN


Dr. Beban penyusutan 2 juta

25
Cr. Akumulasi penyusutan 2* juta
*(42 juta – 40 juta)
2.3.7 Pengungkapan
Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:
(a) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode
tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.
(b) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama
periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup
rugi penurunan nilai yang dibalik
(c) jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif lainnya selama periode itu.
(d) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas asset revaluasian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode tersebut.

2.4 PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah


PSAK 61 tentang Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 18 November 2010 dan
Penyesuaian Tahunan atas PSAK 61 pada tanggal 27 Agustus 2014.

2.4.1 Definisi
a. Bantuan pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah yang dirancang untuk memberikan
manfaat ekonomi spesifik kepada satu entitas atau beberapa entitas yang memenuhi syarat
atas kriteria tertentu. Bantuan pemerintah untuk tujuan Pernyataan ini tidak mencakup
manfaat yang diberikan secara tidak langsung melalui tindakan yang mempengaruhi
kondisi perdagangan umum, seperti penyediaan/atau pembangunan infrastruktur di daerah
yang sedang berkembang atau pemberlakuan batasan perdagangan terhadap pesaing.
b. Hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk pengalihan sumber daya
kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di masa lalu atau masa depan sesuai
dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan aktivitas operasi entitas tersebut. Hibah
pemerintah tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai yang

26
memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak dapat dibedakan dari
transaksi perdagangan normal entitas.
c. Hibah terkait dengan aset adalah hibah pemerintah yang kondisi utamanya adalah bahwa
entitas yang memenuhi syarat harus melakukan pembelian, membangun atau memperoleh
aset jangka panjang lainnya. Kondisi tambahan mungkin juga ditetapkan dengan
membatasi jenis atau lokasi atau periode aset tersebut diperoleh atau dimiliki.
d. Hibah terkait dengan penghasilan adalah hibah pemerintah selain hibah terkait dengan aset.
e. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran.
f. Pemerintah mengacu pada pemerintah, instansi pemerintah, dan badan serupa, baik lokal,
nasional, maupun internasional.
g. Pinjaman dapat dimaafkan (forgivable loans) adalah pinjaman yang mana pemberi
pinjaman menyanggupi untuk membebaskan pembayaran kembali bergantung pada
kondisi yang ditentukan sebelumnya.

2.4.2 Hibah Pemerintah


Hibah pemerintah, termasuk hibah nonmoneter pada nilai wajar, tidak boleh diakui sampai
terdapat keyakinan yang memadai bahwa:
1. Entitas akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut dan
2. Hibah akan diterima.
Hibah pemerintah tidak diakui sampai terdapat keyakinan yang memadai bahwa entitas
akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut, dan hibah akan diterima. Penerimaan
atas hibah tidak dengan sendirinya memberikan bukti yang meyakinkan bahwa kondisi yang
melekat pada hibah telah atau akan dipenuhi. Cara penerimaan hibah tidak berdampak terhadap
metode akuntansi yang digunakan dalam kaitannya dengan hibah. Dengan demikian hibah dicatat
dengan cara yang sama baik diterima dalam bentuk kas atau sebagai pengurang liabilitas kepada
pemerintah. Pinjaman dari pemerintah yang dapat dimaafkan diperlakukan sebagai hibah
pemerintah jika terdapat keyakinan yang memadai bahwa entitas akan memenuhi persyaratan
untuk mendapatkan pembebasan pinjaman. Hibah pemerintah yang menjadi piutang entitas
sebagai kompensasi atas beban atau kerugian yang telah terjadi atau dalam rangka dukungan

27
keuangan segera kepada entitas tanpa beban terkait di masa yang akan datang, diakui dalam laba
rugi pada periode hibah tersebut menjadi piutang.

2.4.3 Penyajian Hibah yang Terkait Dengan Aset


Hibah pemerintah yang terkait dengan aset, termasuk hibah nonmoneter pada nilai wajar,
disajikan dalam laporan posisi keuangan, baik disajikan sebagai penghasilan ditangguhkan atau
hibah tersebut dicatat sebagai pengurang nilai tercatat aset. Dua metode penyajian dalam laporan
keuangan hibah (atau bagian yang sesuai sebagai hibah) yang terkait dengan aset dianggap sebagai
alternatif yang dapat diterima. Satu metode mengakui hibah sebagai penghasilan tangguhan yang
diakui dalam laba rugi dengan dasar sistematis selama umur manfaat aset. Metode lain mengakui
hibah sebagai pengurang dalam menghitung nilai tercatat aset. Hibah diakui dalam laba rugi
selama umur manfaat aset yang dapat disusutkan sebagai pengurang beban penyusutan.

2.4.4 Penyajian Hibah Terkait dengan Penghasilan


Hibah terkait dengan penghasilan disajikan sebagai bagian dari laba rugi, baik secara
terpisah atau dalam pos umum seperti “penghasilan lain”; atau alternatif lain, sebagai pengurang
dalam beban terkait
Pendukung metode pertama menyatakan bahwa tidak tepat menggabungkan pos
penghasilan dan beban secara neto. Selain itu, pemisahan hibah dari beban akan membantu
perbandingan dengan beban lain yang tidak dipengaruhi oleh hibah. Pcndukung metode kedua
menyatakan bahwa beban mungkin tidak akan ditanggung oleh entitas jika hibah tidak tersedia
dan penyajian beban tanpa saling hapus dengan hibah akan menyesatkan.

Contoh 8:
Tanggal 1 Januari 2021 PT. Laku mendapatkan bantuan hibah dari pemerintah kota bandung
berupa kendaraan roda 2 (motor) sebanyak 5 unit senilai Rp.100.000.000 (Rp.20.000.000/Unit).
Akuntan PT. Laku mencatat jurnal senilai.

DR Kendaraan roda 2 Rp.100.000.000


CR Pendapatan hibah-roda 2 Rp.100.000.000

28
Dengan demikian kendaraan roda 2 (motor) tersebut dapat disajikan pada laporan posisi keuangan
dan laporan laba-(rugi). Selain itu di ungkapkan pada catatan atas laporan keuangan pada aset tetap
diperoleh dari pemerintah.

2.4.5 Bantuan Pemerintah


Bantuan pemerintah yang dikecualikan dari definisi hibah pemerintah merupakan beberapa
bentuk bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai yang memadai bagi entitas dan transaksi
dengan pemerintah yang tidak dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal entitas.
Contoh bantuan yang tidak memiliki nilai yang memadai adalah saran teknis atau saran
pemasaran yang diberikan secara cuma-cuma dan ketentuan penjaminan.
Contoh bantuan yang tidak dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal entitas
adalah kebijakan pengadaan pemerintah yang menghasilkan sebagian penjualan entitas.
Keberadaan atas manfaat tersebut mungkin tidak digunakan lagi, tetapi setiap usaha untuk
memisahkan dengan baik aktivitas perdagangan dari bantuan pemerintah akan menjadi arbiter.

2.4.6 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) kebijakan akuntansi yang digunakan untuk hibah pemerintah, termasuk metode penyajian
yang digunakan dalam laporan keuangan;
(b) sifat dan luas hibah pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan dan indikasi bentuk
lain dari bantuan pemerintah yang mana entitas memperoleh manfaat langsung atas
bantuan tersebut; dan
(c) kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat atas bantuan pemerintah
yang telah diakui.

29
2.5 PSAK 64 Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan pelaporan keuangan atas eksplorasi dan
evaluasi sumber daya mineral.
Secara khusus Pernyataan ini mensyaratkan:
(a) pengembangan terbatas atas praktik akuntansi yang ada untuk pengeluaran eksplorasi dan
evaluasi;
(b) entitas yang mengakui aset eksplorasi dan evaluasi untuk menilai apakah aset tersebut
mengalami penurunan nilai sesuai dengan Pernyataan ini dan mengukur setiap penurunan
nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
(c) pengungkapan yang mengidentifikasikan dan menjelaskan atas jumlah yang timbul dari
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral dalam laporan keuangan dan membantu
pengguna laporan keuangan untuk memahami jumlah, waktu, dan kepastian atas arus kas
masa depan dari setiap aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui.

2.5.1 Pengakuan Aset Eksplorasi dan Evaluasi


Ketika mengembangkan kebijakan akuntansinya,entitas mengakui aset eksplorasi dan
evaluasi menggunakan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan paragraf 10.

2.5.2 Pengukuran Aset Eksplorasi dan Evaluasi


Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan.

2.5.3 Komponen Biaya Perolehan Aset Eksplorasi dan Evaluasi


Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi yangspesifik yang mana pengeluaran diakui
sebagai aset eksplorasi dan evaluasi dan menerapkannya secara konsisten. Dalam menentukan
kebijakan akuntansi ini, entitas mempertimbangkantingkat pengeluaran yang dapat dikaitkan
dengan penemuansumber daya mineral spesifik. Berikut contoh pengeluaran yang dapat termasuk
dalam pengukuran awal aset eksplorasi dan evaluasi (tidak terbatas hanya pada daftar berikut):
(a) perolehan untuk eksplorasi;
(b) kajian topografi, geologi, geokimia, dan geofisika;
(c) pengeboran eksplorasi;

30
(d) parit;
(e) pengambilan contoh; dan
(f) aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan kelangsungan usaha komersial
atas penambangan sumber daya mineral.

2.5.4 Pengukuran Setelah Pengakuan


Setelah pengakuan awal, entitas menerapkan salah satu model biaya atau model revaluasi
atas aset eksplorasi dan evaluasi. Jika entitas menerapkan model revaluasi (model dalam PSAK 16
atau dalam PSAK 19), maka entitas menerapkan secara konsisten dengan klasifikasi atas aset
tersebut.

2.5.5 Perubahan Kebijakan Akuntansi


Entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya atas pengeluaran eksploraso dan evaluasi
jika perubahan kebijakan tersebut dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih relevan bagi
kebutuhan pengguna laporan keuangan. Entitas mempertimbanhkan unsur relevansi dan keandalan
dengan menggunakn kriteria dalam PSAK 25. Sebagai dasar justifikasi perubahan kebijakan
akuntansi atas pengeluaran evaluasi dan eksplorasi, entitas menunjukan bahwa perubahan tersebut
akan membawa laporan keuangan semakin mendekati kriteria dalam PSAK 25, namun perubahan
dibutuhkan tidak untuk mencapai kepatuhan total atas kriteria tersebut.

2.5.6 Penyajian
Entitas mengklasifikasi aset eksplorasi dan evaluasi sebagai aset berwujud atau aset
takberwujud sesuai dengan sifat aset yang diperoleh dan menerapkan klasifikasi tersebut secara
konsisten. Beberapa aset eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai aset takberwujud (misalnya
hak pengeboran), sedangkan yang lain sebagai aset berwujud (misalnya sarana dan drilling rigs).
Sepanjang aset berwujud yang digunakan dalam mengembangkan aset takberwujud, jumlah yang
mencerminkan penggunaan tersebut sebagai bagian dari biaya perolehan aset takberwujud. Namun
demikian, penggunaan aset berwujud untuk mengembangkan suatu aset takberwujud tidak
mengubah aset berwujud menjadi aset takberwujud.

31
2.5.7 Pengakuan
Aset eksplorasi dan evaluasi diuji penurunan nilainya ketika fakta dan kondisi menyatakan
bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah terpulihkan. Ketika fakta dan
kondisi menyatakan bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah
terpulihkan, entitas mengukur, menyajikan dan mengungkapkan setiap rugi penurunan nilai sesuai
dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, kecuali seperti yang disajikan dalam
paragraf 20. 18. Hanya untuk tujuan aset eksplorasi dan evaluasi, paragraf 19 diterapkan, bukan
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset paragraf 8 – 17, ketika mengidentifikasi apakah aset
eksplorasi dan evaluasi mengalami penurunan nilai. Paragraf 19 menggunakan terminologi “aset”
namun diterapkan sama untuk memisahkan aset eksplorasi dan evaluasi atau unit penghasil kas.

2.5.8 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan jumlah yang
telah diakui dalam laporan keuangan yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral.

2.6 ISAK 16 Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Rellasi Spesifik Dengan Aktivitas Opreasi
Di beberapa negara, bantuan pemerintah kepada entitas mungkin ditujukan untuk
mendorong atau memberikan dukungan jangka panjang atas kegiatan usaha baik pada daerah atau
sektor industri tertentu. Syarat untuk menerima bantuan tersebut tidak secara khusus terkait dengan
aktivitas operasi entitas. Contoh dari bantuan tersebut adalah pengalihan sumber daya oleh
pemerintah kepada entitas yang:
(a) beroperasi pada industri tertentu;
(b) melanjutkan operasi pada industri yang baru saja diprivatisasi; atau
(c) memulai atau melanjutkan usahanya pada daerah yang belum berkembang.
Permasalahannya apakah bantuan pemerintah tersebut merupakan “hibah pemerintah”
dalam ruang lingkup PSAK 61 dan, oleh karenanya, dicatat sesuai dengan PSAK 61.

32
2.6.1 Interpretasi
Bantuan pemerintah kepada entitas memenuhi definisi hibah pemerintah dalam PSAK 61,
bahkan jika tidak ada persyaratan yang secara spesifik terkait dengan aktivitas operasi entitas
selain persyaratan untuk beroperasi pada daerah atau sektor industri tertentu. Oleh karena itu, hibah
tersebut tidak boleh dikreditkan secara langsung kepada kepentingan pemegang saham.

2.7 ISAK 27 Pengalihan Aset Dari Pelanggan


Penerapan dini dalam ketentuan transisi ISAK 27 berpotensi menimbulkan pemahaman
yang berbeda mengenai apakah ISAK 27 dapat diterapkan atas pengalihan aset dari pelanggan
yang diterima sebelum tanggal pengesahan ISAK 27, apabila entitas memenuhi persyaratan yang
diatur dalam ISAK 27 paragraf 22. Buletin Teknis ini membahas permasalahan tersebut.

33
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang telah
disajikan sebagai berikut :
1. PSAK 13 Properti Investasi merupakan bagian dari aset yang tidak
digunakan sendiri oleh pemilik (not occupied). Hal ini yang membedakan
properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri oleh pemilik
(fixed asset). Tujuan properti investasi adalah untuk dijual dengan harga
yang lebih tinggi dan menyewakan properti tersebut ke pihak penyewa
(lessee) sehingga memperoleh pendapatan sewa.
2. Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan perusahaan adalah aktiva tetap harus dikelola
secara efektif, tepat dalam penggunaan, pemeliharaan maupun
pencatatanya. Selain steakholders ada banyak sekali pihak- pihak yang
memiliki kepentingan dalam sebuah perusahaan, misalnya kreditor,
suplier, pelanggan, dan sebagainya.
3. Tujuan PSAK 48 (revisi 2013) Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak
melebihi jumlah terpulihkannya. Aset dikatakan melebihi jumlah
terpulihkan jika jumlah tercatat asset melebihi jumlah yang akan
dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Penurunan nilai terjadi
pada saat perubahan situasi menyebabkan estimasi arus kas masa
mendatang (manfaat aset di masa datang) lebih rendah dari nilai buku aset
tersebut. Secara periodik perusahaan harus menguji atau mereview ada
atau tidaknya indikasi tersebut maka perusahaan harus menaksir atau
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Untuk setiap aset yang
mengalami penurunan nilai, perusahaan akan mencatat kerugian selisih

34
antara nilai buku aset dengan nilai pasar aset maka aset diturunkan sebesar
nilai wajar (fair value).
4. Hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk
pemindahan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan
entitas di masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut. Dalam bidang hibah
pemerintah dan bantuan pemerintah telah ditetapkan PSAK 61 yang
mengatur tentang akuntansi hibah pemerintah dan pengungkapan bantuan
pemerintah bagi entitas yang menerima bantuan hibah dari pemerintah.
Dibeberapa negara, bantuan pemerintah kepada entitas mungkin ditujukan
untuk mendorong atau memberikan dukungan jangka panjang atas
kegiatan usaha baik pada daerah atau sektor industri tertentu.
5. PSAK 64 menjelaskan bahwa pengeluaran yang terkait kegiatan
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral sebelum dapat dibuktikan
kelayakan teknis dan komersil atas pengembangan sumber daya mineral
dapat diakui sebagai aset. Perusahaan bersangkutan menentukan kebijakan
akuntansi yang mengatur pengeluaran yang diakui sebagai aset eksplorasi
dan evaluasi dan menerapkannya secara konsisten.
6. ISAK 18 menjelaskan bahwa di dalam beberapa negara, bantuan
pemerintah kepada entitas mungkin ditujukan untuk mendorong atau
memberikan dukungan jangka panjang atas kegiatan usaha baik pada
daerah atau sektor industri tertentu. Syarat untuk menerima bantuan
tersebut tidak secara khusus terkait dengan aktivitas operasi entitas.
7. ISAK 27 paragraf 22 memberikan pengaturan ketentuan transisi prospektif
untuk transaksi pengalihan aset yang diterima pada atau setelah tanggal
efektif ISAK 27. Penerapan ISAK 27 secara dini atas transaksi pengalihan
aset yang terjadi sebelum tanggal pengesahan tidak diatur secara spesifik
ketentuan transisinya di ISAK 27.

35
3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan pembahasan
ini, yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan agar dapat menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang berlaku umum di Indonesia. Sehingga menghasilkan informasi
akuntansi yang relevan, handal, dapat dibandingkan, dapat dipahami dan
memiliki tingkat materialitas.
2. Bagi akademisi diharapkan agar dapat memahami Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku umum di Indonesia. Sehingga
dapat memperbaharui pengetahuan terkait dengan akuntansi keuangan dan
meningkatkan sumber daya manusia yang handal. Serta berguna bagi
civitas akademik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Properti Investasi (PSAK 13). Eksposur Draft
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Aset Tetap (PSAK 16). Eksposur Draft
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah (PSAK 48). Eksposur Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah (PSAK 61). Eksposur Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Eksplorasi Dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
(PSAK 64). Eksposur Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Relasi Spesifik
Dengan Aktivitas Operasi (ISAK 18). Eksposur Draft Intepretasi Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Penerapan Ketentuan Transisi ISAK 27:
Pengalihan Aset Dari Pelanggan (Buletin Teknis 10). Buletin Teknis.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai