Dosen Pengampu :
S1 AKUNTANSI
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena dengan rahmat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "PSAP 07 Aset Tetap".
Dalam hal ini, kami mencoba menjelaskan beberapa sub materi yang bersangkutan.
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari sumber yang telah
kami baca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, diharapkan kepada semua pihak untuk memberikan masukan ataupun
kritikan demi kesempurnaan makalah ini. Kami menyadari juga sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu,
diharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun para
pembaca
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3. Tujuan Masalah........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................8
ISI............................................................................................................................................8
2.1. Gambaran Umum.....................................................................................................8
2.1.1. Definisi Aset Tetap...........................................................................................8
2.1.2. Klasifikasi........................................................................................................9
2.1.3. Pengakuan......................................................................................................10
2.1.4. Pengukuran.....................................................................................................10
2.1.5. Pihak-Pihak Terkait........................................................................................14
2.1.6. Dokumen Yang Digunakan............................................................................15
2.1.7. Jurnal Standar.................................................................................................16
2.1.8. Pengeluaran Setelah Perolehan.......................................................................18
2.1.9. Pelepasan Aset Tetap......................................................................................20
2.1.10. Penyajian........................................................................................................24
2.1.11. Pengungkapan................................................................................................26
2.1.12. Perolehan Aset Secara Gabungan...................................................................27
2.1.13. Penyusutan Aset Tetap...................................................................................27
2.2. Akuntansi Tanah....................................................................................................28
2.2.1. Pengakuan Tanah...........................................................................................28
2.2.2. Pengukuran Tanah..........................................................................................29
2.2.3. Penyajian dan Pengungkapan Tanah..............................................................30
3
2.3. Akuntansi Peralatan dan Mesin..............................................................................31
2.3.1. Pengakuan Peralatan dan Mesin.....................................................................31
2.3.2. Pengukuran Peralatan dan Mesin....................................................................32
2.3.3. Penyajian dan Pengungkapan Peralatan dan Mesin........................................32
2.4. Akuntansi Gedung dan Bangunan..........................................................................34
2.4.1. Pengakuan Gedung dan Bangunan.................................................................34
2.4.2. Pengukuran Gedung dan Bangunan................................................................36
2.4.3. Penyajian dan Pengungkapan Gedung dan Bangunan....................................37
2.5. Akuntansi Jalan, Irigasi dan Jaringan.........................................................................37
2.5.1. Pengakuan Jalan, Irigasi, dan Jaringan...........................................................38
2.5.2. Pengukuran Jalan, Irigasi, dan Jaringan..........................................................38
2.5.3. Penyajian dan Pengungkapan Jalan, Irigasi, dan Jaringan..............................39
2.6. Akuntansi Aset Tetap Lainnya...............................................................................39
2.6.1. Pengakuan Aset Tetap Lainnya......................................................................39
2.6.2. Pengukuran Aset Tetap Lainnya.....................................................................40
2.6.3. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Lainnya.........................................41
2.7. Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan................................................................42
2.7.1. Pengakuan Kontruksi Dalam Pengerjaan........................................................45
2.7.2. Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan.....................................................47
2.7.3. Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan.........................51
BAB III..................................................................................................................................52
PENUTUP.............................................................................................................................52
3.1. Kesimpulan............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................54
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
pemerintah, pengakuan/pencatatan, klasifikasi, pengukuran/penilaian, dan
penyajian serta pengungkapan aset tetap menjadi fokus akuntansi, karena aset tetap
memiliki nilai yang signifikan dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) Nomor 07 (PSAP 07), dari Lampiran I PP 71 Tahun 2010.
PSAP 07 tersebut memberikan pedoman bagi pemerintah dalam melakukan
pengakuan, pengklasifikasian, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset
tetap berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan aset tetap
pertama kali, pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset tetap, perolehan aset dari
hibah/donasi, dan penyusutan.
Aset tetap dalam PSAP 07 didefinisikan sebagai aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Lebih
lanjut, dalam Paragraf 7, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan sifat
atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Aset tetap dibagi menjadi 6
klasifikasi, yaitu:
a. Tanah;
b. Peralatan dan Mesin;
c. Gedung dan Bangunan;
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
e. Aset Tetap Lainnya; dan
f. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya
makalah tentang Aset Tetap, untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan
pemahaman tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos
persediaan, baik oleh penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang
melakukan audit atas Laporan Keuangan Pemerintah.
6
1. Apa definisi dan klasifikasi dari Aset Tetap Akuntansi Pemerintah?
2. Bagaimana pengakuan aset tetap di akuntansi pemerintah?
3. Bagaimana pengukuran aset tetap di akuntansi pemerintah?
4. Siapa saja pihak – pihak terkait dalam aset tetap pemerintah?
5. Dokumen – dokumen apa saja yang digunakan?
6. Bagaimana jurnal standar aset tetap akuntansi pemerintah?
7. Bagaimana pengeluaran setelah perolehan aset tetap?
8. Bagaiamana pelepasan aset tetap di akuntansi pemerintah?
9. Bagaiamana penyajian aset tetap di akuntansi pemerintah?
10. Bagaimana pengungkapan aset tetap di akuntansi pemerintah?
11. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan tanah?
12. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan peralatan
dan mesin?
13. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan gedung dan
bangunan?
14. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan jalam,
irigasi, dan jaringan?
15. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset tetap
lainnya?
16. Bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan konstruksi
dalam pengerjaan?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa definisi dan klasifikasi dari Aset Tetap Akuntansi
Pemerintah
2. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan aset tetap di akuntansi pemerintah
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran aset tetap di akuntansi pemerintah
4. Untuk mengetahui siapa saja pihak – pihak terkait dalam aset tetap pemerintah
5. Untuk mengetahui dokumen – dokumen apa saja yang digunakan
6. Untuk mengetahui bagaimana jurnal standar aset tetap akuntansi pemerintah
7
7. Untuk mengetahui bagaimana pengeluaran setelah perolehan aset tetap
8. Untuk mengetahui bagaiamana pelepasan aset tetap di akuntansi pemerintah
9. Untuk mengetahui bagaiamana penyajian aset tetap di akuntansi pemerintah
10. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan aset tetap di akuntansi
pemerintah
11. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan tanah
12. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan peralatan dan mesin
13. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan gedung dan bangunan
14. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan jalam, irigasi, dan jaringan
15. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset tetap lainnya
16. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan,pengukuran, penyajian dan
pengungkapan konstruksi dalam pengerjaan
8
BAB II
ISI
Tidak semua aset tetap perlu disusutkan karena tidak semua jenis aset tetap
mengalami penurunan nilai. Beberapa jenis aset tetap justru dapat meningkat nilainya
seiring waktu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, disebutkan
bahwa tanah dan konstruksi dalam pengerjaan merupakan dua jenis aset tetap yang
tidak disusutkan.
9
2.1.2. Klasifikasi
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan
dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulandan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan
10
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.
2.1.3. Pengakuan
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila aset tetap
telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum
dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti
pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat
kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada
saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah,
misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama
pemilik sebelumnya.
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
1) berwujud;
2) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
3) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
5) diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
6) merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan biaya/ongkos untuk
dipelihara; dan
7) nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian
barang tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah
ditetapkan.
Pengeluaran belanja barang yang tidak memenuhi kriteria aset tetap di atas
akan diperlakukan sebagai persediaan/aset lainnya. Aset tetap yang tidak digunakan
11
untuk keperluan operasional pemerintah daerah tidak memenuhi definisi aset tetap
dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
2.1.4. Pengukuran
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan. Dalam keadaan suatu aset yang
dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya
dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan
bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi
biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk
biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai
wajar pada saat aset tersebut diperoleh. Pengukuran aset tetap harus memperhatikan
kebijakan tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai
perolehan aset tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset tetap
tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap. Aset-aset tersebut
diperlakukan sebagai persediaan/aset lainnya. Nilai satuan minimum kapitalisasi
adalah pengeluaran pengadaan baru.
a. Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya,
termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Biaya administrasi dan biaya
umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang
biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan
aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan
12
(start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak merupakan bagian biaya suatu
aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Setiap potongan pembelian dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
b. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu
periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut
digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai
dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai.
c. Perolehan Secara Gabungan
Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
d. Pertukaran Aset
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian
aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu
diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperolehya itu nilai ekuivalen atas
nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas
atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan. Suatu aset tetap
dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa yang memiliki
manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa. Suatu aset tetap
juga dapat dilepas dalam pertukaran dengan kepemilikan aset yang serupa.
Dalam keadaan tersebut tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui
dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai
tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.
e. Aset Donasi
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai
wajar pada saat perolehan. Perolehan aset tetap dari donasi diakui sebagai
pendapatan operasional.
f. Pengeluaran Setelah Perolehan
13
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang
masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di
masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan. Kriteria seperti pada paragraf diatas dan/atau suatu batasan
jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu digunakan dalam penentuan
apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.
g. Pengukuran berikutnya terhadap Pengakuan Awal
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian
kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-
masing akun aset tetap dan akun ekuitas.
h. Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional. Metode penyusutan dipergunakan adalah Metode garis
lurus (straight line method)/Metode saldo menurun ganda (double declining
balance method)/Metode unit produksi (unit of production method). Selain
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
i. Aset Bersejarah
Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit
koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan
Keuangan dengan tanpa nilai. Biaya untuk perolehan, konstruksi,
peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan operasional
sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk
14
seluruh beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut
dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
j. Penghentian dan Pelepasan
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa
yang akan datang. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas
harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
daerah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
15
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi penyusutan dan amortisasi
aset tetap/aset tidak berwujud antara lain adalah:
a. Bendahara Barang atau Pengurus Barang SKPD
Dalam sistem akuntansi penyusutan dan amortisasi, bendahara
barang/pengurus barang bertugas untuk menyiapkan dan menyampaikan
dokumen-dokumen atas penyusutan dan amortisasi aset tetap/aset tidak
berwujud.
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Dalam sistem akuntansi penyusutan dan amortisasi, pejabat penatausahaan
keuangan SKPD bertugas untuk melakukan proses akuntansi penyusutan yang
dimulai dari jurnal hingga penyajiannya laporan keuangan SKPD.
16
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan penghapusan
aset tetap.
f. Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan aset tetap
konstruksi dalam pekerjaan.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penyusutan adalah:
Bukti Memorial, yaitu dokumen sumber untuk melakukan penyusutan dan amortisasi
aset tetap/aset tidak berwujud.
17
Tanggal Nomor Kode Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
Jurnal LRA
Jurnal LRA
18
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian menggunakan
biaya perolehan tidak memungkinkan, maka digunakan nilai wajar pada saat
perolehan. Untuk aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola, biaya
perolehannya meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tetap tersebut.
Beban penyusutan dijurnal setiap akhir periode (bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan). Setiap penyusutan akan dijurnal sebagai berikut:
Jurnal LO dan Neraca
19
Suatu pengeluaran setelah perolehan atau pengeluaran pemeliharaan akan
dikapitalisasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Menambah manfaat ekonomi atas aset tetap yang dipelihara yang dapat
berupa:
1) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
2) bertambah umur ekonomis, dan/atau
3) bertambah volume, dan/atau
4) bertambah kapasitas produksi.
b. Nilai pengeluaran belanja atas pemeliharaan aset tetap tersebut harus sama
denganatau melebihi nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Nilai satuan
minimum kapitalisasi adalah penambahan nilai aset tetap dari hasil
pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi. Nilai satuan minimum
kapitalisasi ini harus dituangkan di dalam kebijakan akuntansi di masing-
masing entitas pelaporan. Sebagai contoh, SKPD ABC melakukan renovasi
aset tetapnya sehingga masa manfaat aset tetap tersebut bertambah, misalnya
umur ekonomis bertambah dari 10 tahun menjadi 15 tahun. Biaya renovasi
telah melebihi satuan minimum kapitalisasi. Atas transaksi ini, PPK-SKPD
menjurnal kapitalisasi sebagai berikut:
20
Jurnal LRA
Pelepasan aset tetap dapat terjadi karena proses penghapusan aset tetap yang
dapat diikuti dengan proses pemindahtanganan, seperti penjualan, maupun
pemusnahan aset tetap. Untuk penghapusan aset tetap dengan pemusnahan, PPK
SKPD akan membuat bukti memorial yang dibuat berdasarkan SK Kepala Daerah
tentang penghapusan aset tetap. Setelah bukti memorial tersebut diotorisasi oleh
pengguna anggaran, PPK SKPD kemudian membuat jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
21
Jurnal LO dan Neraca
22
Bukti Rekening
Pada saat aset tersebut telah dijual oleh PPKD, berdasarkan bukti transaksi
penjualan, Fungsi Akuntansi PPKD menjurnal:
23
Jurnal LRA
Atau
Jurnal LRA
24
Daerah yang Tidak
Dipisahkan
2.1.10. Penyajian
Aset tetap dilaporkan dalam neraca sesuai dengan klasifikasi aset tetap dengan
akun penyeimbang “Diinvestasikan pada aset tetap” pada ekuitas dana investasi. Nilai
asset tetap dikurangi dengan akun akuntansi penyusutan. Contoh pelaporan aset tetap
dalam neraca adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH/SATUAN KERJ A ........
NERACA
Per 31 Desember 200x
4. ASET 4. KEWAJIBAN
4.1 aset lancar 5. EKUITAS DANA
4.2. investasi jangka panjang 5.2. Ekuitas Dana Investasi
4.3. aset tetap 6.2.1 Diinvestasikan pada aset tetap
4.3.1. tanah
4.3.2. peralatan dan mesin
4.3.3. gedung dan bangunan
4.3.4. jalan-irigasi dan jaringan
4.3.5. aset tetap lainnya
4.3.6. kontruksi dalam pengerjaan
Akumulasi penyusutan
Dana tetap tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan yang
mengungkapkan penjelasan pos-pos aset tetap tersebut antara lain berupa dasar
penilaian, rekonsiliasi saldo dan mutasi aset tetap, informasi penyusutan, ekistensi
dan batasan hak milik, kebijakan akuntansi kapitalisasi, jumlah pengeluaran pos
kontruksi dalam pengerjaan, jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap, serta
informasi lain seperti aset bersejarah.
25
C.4 aset
C.4.1 aset lancar
C.4.2 investasi jangka panjang
C.4.3 aset tetap
Aset tetap sebesar Rp..... terdiri dari...... rincian dapat dilihat
pada lampiran......
Aset tetap disajikan dalam kelompok aset tetap. Masing-masing tipe aset tetap
dikelompokkan dan disajikan sesuai dengan jenisnya.
Aset tetap disajikan sebagai bagian dari aset. Berikut adalah contoh penyajian
aset tetap dalam Neraca Pemerintah Daerah.
2.1.11. Pengungkapan
26
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap
sebagai berikut:
27
akrual dan akuntansi pemerintahan di Indonesia mengatur penggunaan nilai wajar
dari masing-masing aset sebagai alokasi biaya perolehan. Entitas harus melakukan
perbandingan dari nilai wajar masing-masing aset untuk mengalokasikan biaya
perolehan.
28
Pengadaan tanah pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk
diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan
disajikan sebagai persediaan. Hak kepemilikan tanah didasarkan pada bukti
kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM),
Sertifikat Hak Pakai (SHP), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat
Hak Pengelolaan (SPL). Pada praktiknya, masih banyak tanah-tanah pemerintah yang
dikuasai atau digunakan oleh kantor-kantor pemerintah, namun belum disertifikatkan
atas nama pemerintah. Atau pada kasus lain, terdapat tanah milik pemerintah yang
dikuasai atau digunakan oleh pihak lain karena tidak terdapat bukti kepemilikan yang
sah atas tanah tersebut. Atas hal tersebut maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
29
2.2.2. Pengukuran Tanah
Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti kepemilikan tanah, misalnya dari
status tanah girik menjadi Sertifikat Hak Pengelolaan, dikapitalisasi sebagai biaya
perolehan tanah. Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah, seperti biaya
pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah. Aset
tetap tanah disajikan dalam neraca sesuai dengan biaya perolehan atau sebesar nilai
wajar pada saat tanah tersebut diperoleh. Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 58, aset
tetap tanah tidak disusutkan.
30
Tanah disajikan di neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar biaya perolehan atau
nilai wajar pada saat Tanah diperoleh. Selain itu, dalam Catatan atas Laporan
Keuangan diungkapkan pula:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount) Tanah.
b. Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi tanah, yang dalam hal tanah
tidak ada nilai satuan minimum kapitalisasi tanah.
c. Rekonsiliasi nilai tercatat Tanah pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
Suatu aset diakui sebagai Peralatan dan Mesin jika memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud pada PSAP 07 Paragraf 15. Peralatan dan Mesin yang
diperoleh dan yang dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak lain, tidak dapat
dikelompokkan dalam aset tetap Peralatan dan Mesin, tapi dikelompokkan pada aset
31
persediaan. Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti
bahwa hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan
berita acara serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan
bukti kepemilikan kendaraan.
32
Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 20, Aset Tetap dinilai dengan biaya perolehan,
apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Peralatan dan Mesin dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset
tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan
jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin
tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Penyusutan atas Peralatan dan Mesin pada suatu periode disajikan sebagai
beban penyusutan dalam Laporan Operasional. Selain itu, dalam Catatan atas
Laporan Keuangan diungkapkan pula:
c. Rekonsiliasi nilai tercatat Peralatan dan Mesin pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
33
1) Penambahan (pembelian, hibah/donasi, reklasifikasi dari Konstruksi dalam
Pengerjaan, pertukaran aset, dan lainnya);
Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh
untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah. Gedung dan
Bangunan dapat diklasifikasikan menurut jenisnya, seperti gedung perkantoran,
34
rumah dinas, bangunan tempat ibadah, menara, monumen/bangunan bersejarah,
gudang, gedung museum.
Untuk dapat diakui sebagai Gedung dan Bangunan, maka gedung dan
bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud
untuk digunakan. Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah
di mana gedung dan bangunan tersebut didirikan.
Gedung dan Bangunan diakui pada saat gedung dan bangunan telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah
serta telah siap dipakai. Hal tersebut sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 18 yang
menyatakan bahwa:
Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
35
Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih dapat diandalkan apabila
terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan
secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima. Apabila
perolehan Gedung dan Bangunan belum didukung dengan bukti secara hukum
dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti
pembelian gedung kantor yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan
bukti kepemilikannya di instansi berwenang, maka Gedung dan Bangunan tersebut
harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas Gedung dan Bangunan
tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas
bangunan.
36
bangunan sebagai beban operasional, dan oleh karena itu tidak menyajikannya pada
lembar muka neraca. Namun demikian, entitas tetap mengungkapkan perolehan
gedung dan bangunan tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
37
jalan, irigasi, dan jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air
bersih, instalasi pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan
telepon.
Jalan, irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan
dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.
Sesuai dengan kebutuhan entitas, aset tetap ini dapat diklasifikasikan lebih
lanjut menjadi misalnya jalan, jembatan, waduk, saluran irigasi, instalasi distribusi
air, instalasi pembangkit listrik, instalasi distribusi listrik, saluran transmisi gas,
instalasi distribusi gas, jaringan telepon, dan sebagainya. Klasifikasi yang tepat akan
menyederhanakan penetapan kebijakan pemeliharaan/perawatan maupun kebijakan
penyusutan aset bersangkutan.
Jalan, irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan, irigasi, dan jaringan telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap dipakai.
38
Jalan, irigasi, dan jaringan diukur/dinilai dengan biaya perolehan. Biaya
perolehan jalan, irigasi, dan jaringan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya
perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui
kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan,
biaya pengosongan, pajak, kontrak konstruksi, dan pembongkaran. Biaya perolehan
untuk jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya
langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa
peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan,
pajak dan pembongkaran. Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari sumbangan
(donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Aset Tetap Tanah, Aset Tetap Peralatan dan Mesin, Aset Tetap
Gedung dan Bangunan, Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
Aset yang termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap Lainnya adalah koleksi
39
perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga,
hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah
Aset Tetap- Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya,
dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
2.6.1. Pengakuan Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya diakui pada saat Aset Tetap Lainnya telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta
telah siap dipakai oleh entitas. Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas
aset tetap yang bukan milik dapat mengacu pada Buletin Teknis Nomor 04 tentang
Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah sebagai berikut:
40
Lainnya melalui pembelian diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya, dan
mengurangi Kas Umum Negara/Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian
dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan Aset Tetap Lainnya melalui
pembelian diakui sebagai belanja modal. Perolehan Aset Tetap Lainnya melalui
hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya pada Neraca dan
sebagai pendapatan-LO.
41
Aset Tetap. Penyusutan atas Aset Tetap Lainnya pada suatu periode disajikan
sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional.
Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:
c. Rekonsiliasi nilai tercatat Aset Tetap Lainnya pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:
Penambahan (pembelian, hibah/donasi, reklasifikasi dari Konstruksi
dalam Pengerjaan, pertukaran aset, dan lainnya);
Perolehan yang berasal dari pembelian/pembangunan direkonsiliasi
dengan total belanja modal untuk Aset Tetap Lainnya.
Pengurangan (penjualan, hibah/donasi, pertukaran aset, dan lainnya);
42
Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau
melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Perolehan aset dengan swakelola
atau dikontrakkan pada dasarnya sama. Nilai yang dicatat sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan adalah sebesar jumlah yang dibayarkan dan yang masih terhutang atas
perolehan aset. Biaya-biaya pembelian bahan dan juga upah dan gaji yang dibayarkan
dalam pelaksanaan pekerjaan secara swakelola pada dasarnya sama dengan jumlah
yang dibayarkan kepada kontraktor atas penyelesaian bagian pekerjaan tertentu.
Keduanya merupakan pengeluaran pemerintahan untuk mendapatkan aset.
Suatu KDP ada yang dibangun tidak melebihi satu tahun anggaran dan ada
juga yang dibangun secara bertahap yang penyelesaiannya melewati satu tahun
anggaran. Apabila Pemerintah mengontrakkan pekerjaan tersebut kepada pihak ketiga
dengan perjanjian akan dilakukan penyelesaian lebih dari satu tahun anggaran, maka
penyelesaikan bagian tertentu (prosentase selesai) dari pekerjaan yang disertai berita
acara penyelesaian, pemerintah akan membayar sesuai dengan tahapan pekerjaan
yang diselesaikan dan selanjutnya dibukukan sebagai KDP. Permasalahan utama
akuntansi untuk KDP adalah identifikasi jumlah biaya yang diakui sebagai aset yang
harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
43
minyak, konstruksi jaringan irigasi, atau bagian-bagian lain yang kompleks dari
pabrikan atau peralatan. Sesuai dengan PSAP 08, kontrak konstruksi dapat meliputi:
44
a. aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak
semula; atau
b. harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga
kontrak semula. Adakalanya kontraktor meliputi kontraktor utama dan
subkontraktor, misalnya kontraktor
45
a. Penyelesaian Konstruksi Dalam Pengerjaan
Sesuai dengan paragraf 16 PSAP 08, suatu KDP akan dipindahkan ke
pos aset tetap yang bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah
selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat memberikan
manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan. Dokumen sumber untuk
pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan (BAPP).
Dengan demikian, apabila atas suatu KDP telah diterbitkan BAPP,
berarti pembangunan tersebut telah selesai. Selanjutnya, aset tetap
definitif sudah dapat diakui dengan cara memindahkan KDP tersebut ke
akun aset tetap yang bersangkutan. Pencatatan suatu transaksi perlu
mengikuti sistem akuntansi yang ditetapkan dengan pohon putusan
(decision tree) sebagai berikut:
1) Atas dasar bukti transaksi yang obyektif (objective evidences)
2) Dalam hal tidak dimungkinkan adanya bukti transaksi yang
obyektif maka digunakan prinsip subtansi mengungguli bentuk
formal (substance over form).
46
c) Apabila aset telah selesai dibangun, namun Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan belum ada, walaupun aset tetap
tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset
tersebut masih dicatat sebagai KDP dan diungkapkan di dalam
CaLK.
d) Apabila sebagian dari aset tetap yang dibangun telah selesai,
dan telah digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang
digunakan/dimanfaatkan masih diakui sebagai KDP.
e) Apabila suatu aset tetap telah selesai dibangun sebagian
(konstruksi dalam pengerjaan), karena sebab tertentu (misalnya
terkena bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang
karena bencana alam/force majeur dan atas dasar pernyataan
tersebut Konstruksi Dalam Pengerjaan dapat dihapusbukukan.
f) Apabila BAST sudah ada, namun fisik pekerjaan belum
selesai, akan diakui sebagai KDP.
b. Penghentian Konstruksi Dalam Pengerjaan
Dalam beberapa kasus, suatu KDP dapat saja dihentikan
pembangunannya oleh karena ketidaktersediaan dana, kondisi politik,
ataupun kejadian-kejadian lainnya. Penghentian KDP dapat berupa
penghentian sementara dan penghentian permanen. Apabila suatu KDP
dihentikan pembangunannya untuk sementara waktu, maka KDP
tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian ini
diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Namun, apabila pembangunan KDP direncanakan untuk dihentikan
pembangunannya secara permanen, maka saldo KDP tersebut harus
dikeluarkan dari neraca, dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2.7.2. Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan
47
Berdasarkan PSAP Nomor 7 paragraf 18, KDP dicatat dengan biaya perolehan.
Pengukuran biaya perolehan dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam
proses konstruksi aset tetap tersebut, yaitu secara swakelola atau secara kontrak
konstruksi.
a. Pengukuran Konstruksi Secara Swakelola
Apabila konstruksi aset tetap tersebut dilakukan dengan swakelola,
maka biaya-biaya yang dapat diperhitungkan sebagai biaya perolehan
adalah seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan
sampai KDP tersebut siap untuk digunakan, meliputi biaya bahan baku,
upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan
pengawasan,biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran
bangunan yang ada di atas tanah yang diperuntukkan untuk keperluan
pembangunan. Biaya konstruksi secara swakelola diukur berdasarkan
jumlah uang yang telah dibayarkan dan tidak memperhitungkan jumlah
uang yang masih diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
b. Pengukuran Konstruksi Secara Kontrak Konstruksi
Bahan dan upah langsung sehubungan dengan kegiatan konstruksi
antara lain meliputi:
1) biaya pekerja lapangan termasuk penyelia
2) biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi
3) biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan
ke lokasi pelaksanaan konstruksi
4) biaya penyewaan sarana dan peralatan
5) biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan konstruksi.
48
1) asuransi, misalnya asuransi kebakaran
2) biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
berhubungan dengankonstruksi tertentu; dan
3) biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan
konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.
49
konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai
penambah nilai KDP. Klaim dapat timbul, umpamanya, dari
keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam
spesifikasi atau rancangan dan perselisihan penyimpangan dalam
pengerjaan kontrak. Klaim tersebut tentu akan mempengaruhi nilai yang
akan diakui sebagai KDP.
50
Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force majeur,
biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga
pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian, biaya bunga
tersebut tidak ditambahkan sebagai nilai aset. Suatu kontrak konstruksi
dapat mencakup beberapa jenis aset yang masing-masing dapat
diidentifikasi. Dalam hal ini termasuk juga konstruksi aset tambahan
atas permintaan.
pemerintah, yang mana aset tersebut berbeda secara signifikan dalam
rancangan, teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam
kontrak semula dan harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa
memperhatikan harga kontrak semula. Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut
diselesaikan pada titik waktu yang berlainan maka biaya pinjaman yang
dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian kontrak konstruksi
atau jenis pekerjaan yang belum selesai.
Untuk bagian pekerjaan yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan
lagi biaya pinjaman. Biaya pinjaman setelah konstruksi selesai disajikan
sebagai beban pada Laporan Operasional. Apabila entitas menerapkan
kebijakan akuntansi untuk tidak mengkapitalisasi biaya pinjaman dalam
masa konstruksi, misalnya karena kesulitan mengidentifikasikan
pinjaman pada masing-masing kontrak konstruksi, maka kebijakan
tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2.7.3. Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan
KDP disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan.
Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula informasi
mengenai:
a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya pada tanggal neraca
b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya
c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal neraca
51
d. Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal neraca
e. Jumlah Retensi.
52
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Klasifikasi Aset Tetap terdiri dari:
1) Tanah
2) Peralatan dan Mesin
3) Gedung dan Bangunan
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5) Aset Tetap Lainnya
6) Konstruksi dalam Pengerjaan
Prinsip Pengakuan dan Pengukuran aset tetap adalah sebagai berikut.
a. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.
b. Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau
beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas
masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih
terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.
c. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi
berjalan.
d. Aset tetap dicatat sebesar Biaya Perolehan.
e. Aset Tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak
memungkinkan digunakan.
f. Biaya perolehan atas pembelian Aset meliputi:
1) Harga beli aset tetap
53
2) Semua biaya yang dikeluarkan sampai Aset Tetap siap digunakan,
termasuk:
biaya perjalanan dinas
ongkos angkut
biaya uji coba
biaya konsultan, dll
g. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan
menjadi dua:
54
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/16924284/Makalah-Aset-Tetap-Akuntansi-
Pemerintahan/
55