Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2

LIKUIDASI DAN REORGANISASI KORPORASI

OLEH :

NAMA : SYUKRIA HASDILLAH

NPM : 17 320 048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunianya serta kemudahan yang diberikannya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “LIKUIDASI
DAN REORGANISASI KORPORASI”.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing, anggota


keluarga, dan teman-teman serta pihak lain yang tak dapat disebutkan satu persatu
yang memberikan pengarahan, motivasi, serta semangat baik langsung ataupun
tidak dalam rangka penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan oleh


karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga
makalah dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Baubau, 14 Juni 2020

Syukria Hasdillah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Likuidasi
a. Sebab – sebab Terjadinya Likuidasi
b. Tujuan Likuidasi
c. Tahap – tahap Likuidasi
B. Reorganisasi
a. Pembedaan Reorganisasi Perusahaan
b. Pengolongan Reorganisasi
c. Ciri-Ciri Proses Reorganisasi
d. Standar Dalam Reorganisasi
e. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Dalam Reorganisasi Finansial
f. Konsolidasi Dalam Reorganisasi

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebangkrutan biasa diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam


menjalankan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga
sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau
insolvabilitas. Sistem likuidasi merupakan proses atau cara akibat terjadinya
pembubaran atau perubahan terhadap perusahaan yang mengalami kerugian
yang sangat besar jumlahnya dan tidak mampu untuk membayar segala
kerugian tersebut. Sehingga perusahaan tersebut dengan terpaksa
memberhentikan untuk sementara waktu kegiatan dan kinerja perusahaannya
agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang mungkin saja dapat terjadi, Risiko
merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan
merupakan faktor penting dalam dunia bisnis. Risiko merupakan
kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan, yaitu
ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak diinginkan.
Dari pernyataan diatas maka untuk mengatasi kegagalan perusahaan perlu
dilakukan kembali penyusunan struktur modal atau melakukan Reorganisasi.
Reorganisasi adalah suatu recapitalization mengenai suatu perseroan yang
jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang
obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain akan menyerahkan
kepentingan-kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, dan membentuk suatu
perseroan yang baru untuk menyelesaikan hutang-hutang perseroan yang
lama dan melanjutkan usaha-usahanya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa dyang di maksud dengan likuidasi ?


2. Apa penyebab terjadinya likuidasi ?
3. Apa yang di maksud dengan reorganisasi ?
4. Bagaimana ciri-ciri dari proses reorganisasi ?
5. Bagaimana standar dalam reorganisasi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu likuidasi


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya likuidasi
3. Untuk mengetahui apa itu reorganisasi
4. Untuk mengetahui ciri-ciri dari proses reorganisas
5. Untuk mengetahui standar dalam reorganisasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. LIKUIDASI

Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan


karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk
melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan
operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan. Pengertian
likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan
stock. Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika
total kewajiban lebih besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai
hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya Rp 500 juta, maka
persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan
pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock,
perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun mungkin masih
menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik
di masa mendatang.
Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek
perusahaan tidak lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas mungkin akan memakan
waktu yang lama dan aktiva mungkin akan terpaksa dijual dengan harga
murah (distress price). Disamping itu, perusahaan harus melunasi
kewajiban tertentu lebih dahulu, yaitu kewajiban terhadap para karyawan
(gaji yang belum dibayar) dan pemerintah (pajak yang belum dibayar).
Dengan demikian dapat terjadi bahwa akhirnya kreditur aka menerima
jumlah yang relatif sangat kecil dari hasil penjualan aktiva perusahaan.
a. Sebab – sebab Terjadinya Likuidasi

Likuidasi terjadi ketika sebuah perusahaan atau organisasi menutup


bawah, asetnya dijual, dan hasil dari penjualan yang didistribusikan
kepada kreditor dan individu lain atau badan dengan klaim terhadap
perusahaan.
Sebab-sebab dilakukannya likuidasi karena:
1. Sewaktu-waktu karena kehendak atau Rapat Umum Pemegang Saham
(dengan kuorum dan voting supermajority)
2. Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak di
perpanjang.
3. Berdasarkan penetapan pengadilan, yakni dalam hal – hal sebagai
berikut:
a. Permohonan dari pihak kejaksaan.
b. Permohonan paling sedikit 10% pemegang saham
c. Pemohonan kreditur (setelah pailit atau setelah pailit di cabut)
d. Permohonan pihak perseroan dengan alasan karena adanya cacat
hukum dalam akta pendirian.
4. Sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan yang
memerlukan likuidasi.

b. Tujuan Likuidasi
1. Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian
minimum dari realisasi aktiva.
2. Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
3. Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain yang tidak
dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah
untuk menyajikan informasi yang memadai agar aktiva dapat
dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
terjadi pergeseran dari pengukuran rugi laba periodik menjadi
penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Melalui penyerahan (proses likuidasi yang tidak melalui
pengadilan). Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal
untuk melikuidir hutang, bagi kreditur cara ini lebih
menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka
menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva
kepada pihak ketiga yang disebut assignee atau trustee. Assignee
diinstruksikan untuk menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau
melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur
secara pro-rata.
b. Melalui kepailitan formal (berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan
khusus). Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong
perusahaan menggunakan jalur formal, yaitu permasalahan
Common Pool, dan Hold Out.
1. Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai
hutang nominal sebesar total Rp 20 milyar, yang berasal dari
10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp
2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah
Rp 15milyar. Jika dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual
menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan kondisi
perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah
satu hutangnya, maka kreditor tersebut bisa menuntut agar
perusahaan dibangkrutkan.
2. Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil
meyakinkan kreditor agar dilakukan restrukturisasi. Hutang
yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor),
diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah,
missal Rp 1,4 milyar untuk setiap kreditor. Jika kreditor
menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp
14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp
15 milyar, maka pemegang saham memperoleh sisa sebesar
Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu
dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara
keseluruhan juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut),
karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan dengan
Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.

c. Tahap – tahap Likuidasi


Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum
dalam pasal 142 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT
menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-alasan
yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib diikuti dengan
likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau curator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan
Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari, Likuidator wajib
memberitahukan kepada semua kreditor mengenai pembubaran
Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran
Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa
Perseroan dalam likuidasi. (Pasal 147 ayat (1) UUPT).
Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada
kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
sebagaimana yang dimaksud diatas, pemberitahuan harus memuat
pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan alamat
likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan
tagihan. Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran
Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada Menteri tentang
pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada
kreditor dalam surat kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).
Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,
pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator
lalai melakukan pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung
renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan (2) UUPT).

2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan


Menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator
dalam melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses
likuidasi harus meliputi pelaksanaan:
a. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
b. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.
c. Pembayaran kepada para kreditor.
d. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang
saham.
e. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang


Perseroan lebih besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib
mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang
diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan
di luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor


Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian
kekayaan hasil likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam)
puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran
Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak oleh
likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)). Kemudian
kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu
tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan
gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60
(enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan, sebaliknya kreditor
yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui
pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)).
Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal
terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi
pemegang saham.
Dengan demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa
kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan jumlah yang
diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5)
UUPT). Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan
kewajibannya seperti yang diatur, atas permohonan pihak yang
berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan ketua pengadilan
negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan
likuidator lama.
Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah yang
bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat
(1) dan (2) UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator


Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan
yang mengangkatnya atas likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan
kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi
Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).
5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi
Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri
dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar
setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban
likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi
kurator yang pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim
pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT).
Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan
dan menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah
ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4)
dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan
hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan
(Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT). Selanjutnya, pemberitahuan dan
pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152  ayat (3) dan (4)
UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau
kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim pengawas (Pasal
152 ayat (7) UUPT).
B. REORGANISASI

Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap


hidup dengan mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang struktur
modal).Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak menggembirakan
perusahaan sering terpaksa harus bertahan dengan apa yang telah ada.
Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil beban
finansial yang tetap sifatnya.
Menurut Drs. A. Abdurrachman, reorganisasi, pada umumnya, adalah
pengaturan atau perbaikan mengenai susunan kapital suatu perseroan,
biasanya yang meliputi penarikan kembali semua efek yang belum
diselesaikan, dan penggantiannya dengan efek yang baru. Pada khususnya,
adalah suatu recapitalization mengenai suatu perseroan yang jatuh bangkrut,
yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang obligasi, dan
para kreditur menyetujui satu sama lain akan menyerahkan kepentingan-
kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, dan membentuk suatu perseroan
yang baru untuk menyelesaikan hutang-hutang perseroan yang lama dan
melanjutkan usaha-usahanya.
Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
reorganisasi adalah adalah situasi dimana aktiva dari perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan dinyatakan dalam nilai pasar dan
penyusunan kembali struktur permodalan perusahaan untuk mencerminkan
tiap perubahan pada sisi aktiva. Dalam reorganisasi, perusahaan berjalan
terus sedangkan pada kepailitan perusahaan dilikuidasi dan sirna.

a. Pembedaan Reorganisasi Perusahaan


Pengertian Reorganisasi menurut hukum kepailitan Indonesia
adalah PKPU yang disebut sejalan dengan pendirian Reorganization yang
diatur oleh UU Kepailitan Amerika Serikat (Bankruptcy Code). PKPU
diatur dalam Bab II, Pasal 212 – Pasal 279 UU Kepailitan Indonesia,
sedangkan Reorganization diatur dalam Chapter 11 U.S. Bankruptcy
Code.
Kamus Istilah Keuangan dan Investasi mendefinisikan bahwa
Reorganisasi Perusahaan adalah menstrukturkan kembali keuangan
perusahaan dalam kebangkrutan. Reorganisasi perusahaan berarti juga
menyusun kembali organisasi yang dapat dibedakan:
1. Reorganisasi Yuridis, terjadi apabila ada perubahan bentuk
perusahaan. Misalnya, perusahaan perseorangan diubah penjadi
Perseroan Terbatas (PT).
2. Reorganisasi Struktural, yaitu penyusunan kembali struktur
organisasi. Misalnya struktur organisasi fungsional diubah menjadi
struktur organisasi garis.
3. Reorganisasi finansial, merupakan Capital Restucturing yang
menyangkut perubahan menyeluruh dari struktur modal karena
perusahaan telah atau sangat cenderung untuk insolvable. Tujuan
organisasi finansial adalah untuk menyehatkan kembali permodalan
perusahaan. Struktur modal disusun kembali karena perusahaan
mengalami kesulitan permodalan, sehingga dirasa struktur modal
yang baru. cukup layak untuk operasi perusahaan di masa yang akan
datang.

b. Pengolongan Reorganisasi
1. Reorganisasi Yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari
suatu perusahaan atau badan usaha.
2. Reorganisasi Intern, yaitu perubahan mengenai bentuk atau struktur
organisasi (organisasi intern) dari suatu perusahaan atau badan
usaha.
3. Reorganisasi Finansial, ialah perubahan menyeluruh dari
keseluruhan struktur modal dalam perusahaan. Hal ini umumnya
ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya tetap )
yang ada pada struktur biaya perusahaan.
Reorganisasi dalam aspek finansial dilakukan untuk memperkecil
beban finansial yang tetap sifatnya, dengan asumsi bahwa
perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik.
4. Reorganisasi operasional adalah reorganisasi yang dilakukan dalam
rangka untuk mengganti mesin-mesin maupun peralatan-peralatan
yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga kerja dan
melakukan pemangkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu
terjadi.

c. Ciri-Ciri Proses Reorganisasi


Tanpa mengaitkan dengan prosedur hukum yang dianut,proses-
proses reorganisasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1. Perusahaan dinyatakan dalam keadaan insolvensi jika ia tidak bisa
melunasi kewajiban kasnya pada tanggal jatuh tempo atau jika jumlah
seluruh kewajiban melebihi jumlah aktiva perusahaan.
2. Dana baru harus diadakan untuk modal kerja dan rehabilitasi harta
perusahaan
3. Semua sumber dan sebab kesulitan manajerial serta operasional harus
diidentifikasikan dan mencari cara untuk menanggulanginya.

d. Standar Dalam Reorganisasi


1. Standar Kewajaran (Adil)
Patokan dasar kewajaran adalah, semua klaim harus dilaksanakan
sesuai urutan priopritas kontrakndan hukum yang ada. Mereka yang
digolongkan yunior, seperti pemegang saham biasa, hanya diizinkan
berpartisipasi jika mereka dapat menambah kas perusahaan pada
waktu reorganisasi diadakan.
Suatu pendekatan untuk menerapkan standar kelayakan mencakup
langkah-langkah berikut:
a. Merumuskan perubahan dalam pengendalian dan kewajiban
perseroan
b. Mengestimasikan penjualan masa depan
c. Menganalisis kondisi bersaing dan operasi sehingga tingkat laba
masa depan atas penjualan dapat diestimasikan
d. Menentukan tingkatv kapitalisasi yang akan doiiterapkan pada
laba masa depan
e. Menerapkan tingkat kapitalisasi pada laba masa depan yang
diestimasikan untuk suatu nilai perusahaan yang ditunjukan
f. Menentukan jumlah yang akan dibagikan kepada penuntut.

2. Standar Kelayakan.
Pengujian utama dari kelayakan adalah apakah beban tetap untuk
memperoleh pendapatan setelah reorganisasi dapat ditutup oleh
labanya atau, jika perusahaan terpaksa harus dijual, apakahb
kemampuan perusahaan memperoleh laba bisa tercermin dalam
niolai jualnya. Untuk dapat mneutup beban dari suatu perusahaan
yang ingin terus peroperasi memerlukan peningkatan laba,
penguragan beban tetap atau kedua-duanya. Bebrapa tindakan yang
diperlukan untuk meningkatkan daya penghasilan laba perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Memperpanjang jatuh tempo kewajiban hutang dan mengurangi
atau mengubah bebrapa klaim menjadi saham biasa.
b. Membawa bakat dan kemampuan baru kedalam perusahaan
dimana manajemnnya tidak efisien dan tidak memadai untuk
penyelesaian itu
c. Melepaskan persediaan yang usang dan melancarkan operasi
perusahaan
d. Memodernisasi pabrik dan peralatan perusahaan untuk
beroperasi dan bersaing secara berhasil atas dasar biaya
e. Meningkatkan produksi pemasaran, iklan dan fungsi-fungsi lain
melalui reorganisasi guna memungkinkan perusahaan bersaing
seecara berhasil
f. Mengembangkan produk baru seehingga perusahaan dapat
beralih dari bidang-bidang di mana kecendrungan ekonominya
tidak diinginkan kebidang di mana potensi pertumbuhan dan
stabilitas lebih besar
g. Menggabungkan perusahan ke perusahaan lain sebagai suatu
cara yang mungkin untuk mencapai langkah-langkah
sebelumnya.

e. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Dalam Reorganisasi Finansial

1. Menentukan nilai perusahaan


Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana,
adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.
 Menghitung nilai perusahaan : Misalkan pihak pengadilan dan
kurator mengestimasi penjualan di masa mendatang bias
mencapai Rp 75 juta pertahun. Profit margin yang bias dicapai
diperkirakan sekitar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang
diperkirakan diperoleh perusahaan tersebut adalah Rp 7,5 juta
pertahun.
 Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple dan nilai
perusahaan : Misalkan saja tingkat kapitalisasi perusahaan yang
sejenis adalah sekitar 12%. Maka, Nilai = 7,5 juta / 0,12 = Rp
62.500.000. Teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan.
Misalkan saja rasio PER (Price Earning Ratio) untuk perusahaan
lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai menganggap rasio tersebut
cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan menggunakan
teknik tersebut nilai perusahaan adalah :
Nilai perusahaan = Rp 7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Tentu saja teknik
atau cara yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda.
Misalkan saja pihak kurator menentukan nilai perusahaan adalah
Rp 60 juta.

2. Menentukan struktur modal yang baru


Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap
(bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel.
Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan
dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa operasi perusahaan
akan berhasil, maka likuidasi merupakan alternatif satu-satunya yang
mungkin dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan contoh diatas
karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total
klaim (total pasiva), maka struktur modal yang baru perlu
ditentukan. Struktur modal yang baru diharapkan lebih meringankan
beban tetap perusahaan.

f. Konsolidasi Dalam Reorganisasi


Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
1. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak
perlu, ditunda atau dibatalkan.
2. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
3. Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau
digabung.
4. Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah
menguntungkan.
5. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau dapat
dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan), dan
menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali
profitabilitas dikorbankan (profitabilitas terpaksa negatif).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan


karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk
melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan
operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan. Likuidasi
ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak
lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
likuidasi adalah likuidas mungkin akan memakan waktu yang lama dan
aktiva mungkin akan terpaksa dijual dengan harga murah (distress price).
Disamping itu, reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan
tetap hidup dengan mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang
struktur modal). . Ketika sudah memasuki tahap solvabel ini terdapat dua
penyelesaian untuk mengatasinya yaitu liquidasi atau reorganisasi.
Liquidasi dipilih jika nilai liquidasi lebih besar dibanding dengan nilai
perusahaan bila diteruskan. Reorganisasi dipilih jika perusahaan masih
menunjukan prospek yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiri, Slamet. "Akuntansi Keuangan Lanjutan II." (2015): 1-39.

Ginting, Elvira Dewi. "Analisis Hukum mengenai Reorganisasi perusahaan dalam


hukum kepailitan." (2010).

Anda mungkin juga menyukai