Anda di halaman 1dari 5

1.

Biaya Hutang
Biaya hutang (Kd) ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost).
Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (After-tax
cost of debt). Biaya utang setelah pajak (after-tax cost of debt), k d(1 - T) digunakan
untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal, dan merupakan tingkat suku
bunga utang. k, dikurangi pengurangan pajak yang terjadi, karena bunga adalah
pengurang pajak. Cara ini sama dengan k d dikalikan (1 - T), di mana T adalah tarif
pajak marginal perusahaan.
Biaya hutang setelah pajak = kd (1-T)
dimana :
kd = Biaya utang sebelum pajak
T = Tingkat bunga
Alasan kita menggunakan biaya utang setelah pajak dalam menghitung rata-
rata tertimbang biaya modal adalah sebagai berikut : Nilai dari saham perusahaan,
yang ingin kita maksimalkan, akan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena
bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan
pajak yang mengurangi biaya utang bersih. Kita berkepentingan dengan arus kas
setelah pajak, dan karena arus kas dan tingkat pengembalian seharusnya
ditempatkan pada basis yang dapat diperbandingkan, kita akan menyesuaikan
tingkat suku bunga ke bawah untuk memperhitungkan perlakuan istimewa dari
pajak atas utang.
Contoh :
Perusahaan Allied memperoleh pinjaman dengan tingkat suku bunga 10 % dan
memiliki tarif pajak marginal federal plus negara bagian sebesar 40 %, maka biaya
hutang setelah pajaknya adalah 6%
kd (1-T) = 10%(1,0 – 0,4%)
= 10% (0,6)
= 6,0%

2. Biaya Saham Preferen


Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pembeli saham atau kp.
Dp
kp =
Pp
dimana :
kp = Biaya saham preferen
Dp = Dividen saham preferen tahunan
Pp = Harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit (setelah
dikurangi biaya peluncuran saham atau flotation cost)
Contoh :
Perusahaan menjual saham preferen yang memberikan dividen 10 per tahun. Harga
saham adalah 100,- dengan flotation cost 2,5,- per lembar saham.
Dp
kp =
Pp
10
=
97,5
= 10,26%
Tidak ada penyesuaian pajak ketika menghitung k, karena dividen saham preferen,
tidak seperti bunga atas utang, bukanlah suatu pengurang pajak. Oleh karenanya,
tidak ada pengurangan pajak yang terkait dengan penggunaan saham preferen.

3. Biaya Laba Ditahan


Suatu perusahaan dapat memperoleh modal sendiri melalui 2 cara: (1)
menahan sebagian laba dan (2) menerbitkan saham biasa baru. Biaya laba ditahan
adalah sama dengan Ks atau tingkat keuntungan yang di syaratkan investor pada
saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Mengapa? Dasar- nya adalah prinsip
"opportunity cost". Jika laba tidak ditahan, laba tersebut akan dibagikan dalam
bentuk dividen. Investor yang menerima dividen dapat mengguna- kannya untuk
membeli obligasi, saham perusahaan lain, di tabung di bank atau di investasikan
pada proyek-proyek. Jika laba tersebut ditahan berarti pemegang saham
menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya ke perusahaan (plow back
fund). Oleh sebab itu pemegang saham mensyaratkan bahwa perusahaan harus
dapat memberikan keuntungan paling tidak sebesar keuntungan yang dapat diper-
oleh oleh pemegang saham pada alternatif investasi yang memiliki risiko vang sama
dengan risiko perusahaan. Ada 3 cara untuk menaksir Ks, yaitu: (1) CAPM, (2)
Discounted Cash Flow (DCF) model dan (3) pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk
Premium.
1) Pendekatan CAPM
Ks = krf + (kM – krf)bi
dimana :
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i
Krf =bunga bebas resiko
kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portfolio pasar / indeks
pasar
bi = beta saham perusahaan i
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pendekatan CAPM, kita asumsikan sebuah
saham memiliki nilai krf = 8%, km = 13%, dan bi = 0,7. Ks saham tersebut
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Ks = 8% + (13% – 8%)(0,7)
= 8% + (5%)(0,7)
= 8% + 3,5%
= 11,5%
2) Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF)
Modal penilaian saham dengan menggunakan DCF model adalah
D1 D2 D∞
^
Po = 1 + 2 + ….. +
(1+ K s) (1+ K s) (1+ K s)∞

Jika dividen bertumbuh secara konstan, kita gunakan Gordon Model :


D1
^
Po =
K s−g
Maka :
D1
^
Ks = +g
Po
dimana :
D1 = Dividen akhir periode
Po = Harga saham pada awal periode
g = tingkat pertumbuhan dividen
Contoh :
Untuk mengilustrikan pendekatan DCF dimisalkan saham perusahaan
Allied dijual dengan harga $ 23, dividen berikutnya yang diharapkan
adalah $ 1,24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8 %.
Tingkat pengembalian Allied yang diharapkan dan diminta, atau biaya
saldo laba ditahannya , akan menjadi 13,4 %.
D1
^
K s = ks = +g
Po
$ 1,24
= + 8,0%
$ 23
= 5,4 % + 8,0%
= 13,4 %
3) Pendekatan Imbal Hasil Obligasi Plus Premi Risiko
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi resiko
Contoh :
Yield To Maturity obligasi suatu perusahaan adalah 12% sedangkan
premi resiko untuk saham perusahaan tersebut adalah 5% Maka
Ks = 12 % + 5 % = 17%
4. Biaya Saham Biasa Baru
Biaya saham biasa baru atau external equity capital (K) lebih tinggi dari
biaya laba ditahan (K) karena penjualan saham baru memerlukan biaya
peluncuran/emisi saham atau flotation cost. Flotation cost akan mengurangi
penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Gordon Model dengan memperhitungkan flotation cost:
D1
Po(1-F) =
K e −g
Maka :
D1
^
Ke = +g
P o (1−F)
Dimana :
Ke = Biaya saham biasa baru
Po = Harga jual saham
F = Flotation cost
D1 = Dividen saham pada t = 1
G = Dividend growth
Contoh :
Saham baru perusahaan terjual dengan harga Rp 32. Flotation cost adalah 15% dari
harga jual. Dividen mendatang (D) diperkirakan sebesar 2,4 dan dividen diharapkan
ber- tumbuh secara konstan dengan tỉngkat pertumbuhan 6,5%.
D1
^
Ke = +g
P o (1−F)
2,4
= + 6,5%
32(1−0,15)
=15,3%

Jika menggunakan laba ditahan, biaya laba ditahan adalah:


D1
^
Ks = +g
Po
2,4
= + 6,5%
32
= 14%
Dengan demikian jika kita tidak menahan laba dan membiayai kebutuhan
modal sen-diri dengan menjual saham baru, kita dikenai biaya modal yang 1,3%
lebih tinggi 1,3% ini disebut flotation cost adjustment.
Flotation cost adjustment = DCF Ke – DCF Ks
5. Rata – Rata Tertimbang Biaya Modal ( WACC)
Setelah membahas komporen modal secara individu, kita tiba pada
pertanyaan: bagaimana menghitung biaya modal secara keseluruhan? Jawabnya
adalah meng- hitung Weighted Average Cost of Capital atau WACC dengan rumus:
WACC = Ka = wd.kd (1-T) + wp.kp + wc . (ks atau ke)
Dimana :
WACC = Biaya modal rata – rata tertimbang
wd = Presentase hutang dari modal
wp = Persentase saham preferen dari modal
ws = Persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal
kd = Biaya hutang
kp = Biaya saham preferen
ks = Biaya laba ditahan
ke = Biaya saham biasa baru
T = Pajak (dalam persentase)
Wd, Wp, Ws didasarkan pada sasaran struktur modal (capital structure)
perusahaan yang dihitung dengan nilai pasar (Market value)-nya. Setiap perusahaan
harus me- miliki suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal
sehingga dapat memaksimumkan harga saham.
Contoh :
Target struktur modal perusahaan adalah 30% hutang, 10% saham preferen
dan 60% modal sendiri (yang seluruhnya berasal dari laba ditahan). Biaya hutang
adalah 12%, biaya saham preferen 12,6% dan biaya laba ditahan 16,5% pajak
diketahui sebesar 40%.
WACC = wd.kd (1-T) + wp.kp + wc . (ks atau ke)
= 0,3 (12%) (1-40%) + 0,1 (12,6%) +0,6 (16,5%)
= 13,32%

Anda mungkin juga menyukai