Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

LAPORAN OPERASIONAL

MADE GDE SATRIA BELA


A31115753

S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B. RUANG LINGKUP...................................................................................................... 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. LAPORAN OPERASIONAL........................................................................................ 3
1. Definisi Laporan Operasional.................................................................................. 3
2. Struktur dan Isi Laporan Operasional...................................................................... 3
3. Penyajian dan Pengungkapan ................................................................................ 5
B. AKUNTANSI PENDAPATAN-LO ................................................................................ 8
1. Definisi dan Klasifikasi ............................................................................................ 8
2. Pengakuan ............................................................................................................. 8
3. Pengukuran ............................................................................................................ 9
4. Sistem Akuntansi Pendapatan di SKPD................................................................ 10
5. Penyajian.............................................................................................................. 14
6. Pengungkapan...................................................................................................... 15
C. AKUNTANSI BEBAN................................................................................................ 15
1. Definisi dan Klasifikasi .......................................................................................... 15
2. Pengakuan ........................................................................................................... 16
3. Pengukuran dan Penilaian .................................................................................... 17
4. Sistem Akuntansi Beban Di SKPD ........................................................................ 17
5. Penyajian dan Pengungkapan .............................................................................. 21
D. AKUNTANSI TRANSFER......................................................................................... 22
1. Definisi dan Klasifikasi .......................................................................................... 22
2. Pengakuan Gedung dan Bangunan ...................................................................... 22
3. Pengukuran Gedung dan Bangunan..................................................................... 22
4. Penilaian............................................................................................................... 23
5. Penyajian dan Pengungkapan .............................................................................. 23
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 25
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional
keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan.
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan,
sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:
a) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
b) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
c) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan
cara menyajikan laporan secara komparatif;
d) mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Laporan Operasional khususnya mengenai akuntansi pendapatan LO dan beban,

1
untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman tentang cara
mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos pendapatan lo dan beban, baik oleh
penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah.

B. RUANG LINGKUP
Makalah Laporan Operasional ini secara khusus mempelajari akuntansi Pendapatan-
LO dan Beban dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan dalam penyajian
seluruh pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional untuk tujuan umum, serta
untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai laporan operasional khususnya akuntansi pendapatan-LO dan beban, serta agar
terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi tentang laporan operasional pada lingkungan
pemerintah dan juga sebagai pedoman dalam pengakuan, klasifikasi, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan pendapatan-LO dan beban.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. LAPORAN OPERASIONAL
1. Definisi Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan akun-
akun luar biasa. Masing- masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih.
b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.
c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
d) Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,
Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus
mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-
catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

2. Struktur dan Isi Laporan Operasional


Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit
dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar
biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar
secara komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu
tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Struktur Laporan Operasional mencakup pos-
pos sebagai berikut:

3
a. Pendapatan-LO
Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Pengembalian
yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai
pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-
LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada
periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
b. Beban
Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.Beban Transfer adalah beban
berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan
kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode
beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada
periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
c. Surplus/Defisit dari operasi
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari
Kegiatan Operasional.
d. Surplus/Defisit Kegiatan non operasional
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam
kegiatan non operasional. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional
antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban
jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya. Selisih lebih/kurang

4
antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit
kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa. Saldo
Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.
f. Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan
disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa. Pos Luar Biasa memuat kejadian
luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;
2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal
transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa
pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.

3. Penyajian dan Pengungkapan


Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan
menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

5
6
7
B. AKUNTANSI PENDAPATAN-LO
1. Definisi dan Klasifikasi
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar ada tiga kelompok
pendapatan daerah yaitu:
a) Pendapatan Asli Daerah (PAD),
b) Pendapatan Transfer,
c) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah,
Dalam Bagan Akun Standar, Pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut:

2. Pengakuan
Pendapatan LO diakui pada saat:
(a) timbulnya hak atas pendapatan, kriteria ini dikenal juga dengan earned; atau
(b) pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik sudah
diterima pembayaran secara tunai (realized).
Dengan memperhatikan sumber, sifat dan prosedur penerimaan pendapatan maka
pengakuan pendapatan dapat diklasifkasikan kedalam beberapa alternatif:
1) Pengakuan pendapatan ketika pendapatan didahului dengan adanya penetapan
terlebih dahulu, dimana dalam penetapan tersebut terdapat jumlah uang yang harus

8
diserahkan kepada pemerintah daerah. Pendapatan ini diakui pada pendapatan LO
ketika dokumen penetapan tersebut telah disahkan.
2) Pengakuan pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan
pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut. Selanjutnya,
dilakukan pemeriksaan terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai,
kurang atau lebih bayar untuk kemudian dilakukan penetapan. Pendapatan ini diakui
pada pendapatan LO ketika wajib pajak melakukan pembayaran pajak. Dan apabila
pada saat pemeriksaan ditemukan kurang bayar maka akan diterbitkan surat
ketetapan kurang bayar yang akan dijadikan dasar pengakuan pendapatan LO.
Sedangkan apabila dalam pemeriksaan ditemukan lebih bayar pajak maka akan
diterbitkan surat ketetapan lebih bayar yang akan dijadikan pengurang pendapatan
LO.
3) Pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan.
Pendapatan LO diakui ketika periode yang bersangkutan telah terlalui.
4) Pengakuan pendapatan ini terkait pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan pembayarannya diterima
di muka untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan. Selanjutnya,
dilakukan pemeriksaan terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai,
kurang atau lebih bayar, untuk selanjutnya dilakukan penetapan. Pendapatan LO
diakui setelah diterbitkan penetapan berupa Surat Ketetapan (SK) atas pendapatan
terkait.
5) Pengakuan pendapatan adalah pendapatan yang tidak perlu ada penetapan terlebih
dahulu. Untuk pendapatan ini maka pengakuan pendapatan LO pada saat
pembayaran telah diterima oleh pemerintah daerah.

3. Pengukuran
1) Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
2) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
3) Pendapatan Hibah dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada tanggal transaksi
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.

9
4. Sistem Akuntansi Pendapatan di SKPD
a. Pihak Pihak Terkait
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD antara lain
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD),Bendahara Penerimaan SKPD dan
PA/KPA.
1) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Dalam sistem akuntansi Pendapatan LO, PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi
SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO berdasarkan bukti bukti transaksi
yang sah dan valid ke Buku Jurnal LO dan Neraca;
b) melakukan posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian pendapatan LO kedalam Buku
Besar masing masing rekening (rincian objek);
c) menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Operasional (LO), Neraca
dan Catatan atas Laporan keuangan.
2) Bendahara Penerimaan SKPD
a) mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan kedalam buku kas
penerimaan;
b) membuat Rekap Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan;
c) melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
3) PA/KPA
a) menandatangani/mensahkan dokumen surat ketetapan pajak/retribusi daerah;
b) menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi
SKPD.
b. Dokumen yang Digunakan

c. Jurnal Standar
1) Pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya penetapan terlebih dahulu
(earned).

10
Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, SKPD telah berhak mengakui
pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib pajak. Oleh karena itu,
PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dengan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx
xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

Pada saat wajib pajak membayar pajak yang terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak
akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP) sebagai bukti telah membayar pajak. TBP
juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mencatat pendapatan pajak tersebut dengan jurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx
xxx Piutang Pajak xxx

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas


Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK
SKPD menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx RK PPKD xxx
xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Bila Wajib Pajak membayar langsung ke rekening Kas Daerah, maka berdasarkan Nota
Kredit dari Bank, PPK-SKPD akan menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx RK PPKD xxx
xxx Piutang Pajak xxx

2) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib
pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak
berdasarkan perhitungan tersebut.

11
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas
pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment), PPK-
SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dan pendapatan pajak LRA dengan menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx
xxx Pendapatan Pajak LO xxx

Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah. Berdasarkan


dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK SKPD menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx RK PPKD xxx
xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, apabila ditemukan


adanya kurang bayar maka akan diterbitkan Surat Keterangan Kurang Bayar. SKPD
mengakui adanya penambahan Pendapatan LO. Berdasarkan Surat Keterangan tersebut
PPK SKPD menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx
xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

Apabila ditemukan adanya lebih bayar maka akan diterbitkan Surat Keterangan Lebih
Bayar. SKPD mengakui adanya pengurangan Pendapatan LO. Berdasarkan Surat
Keterangan tersebut PPK SKPD menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Pendapatan Pajak-LO xxx
xxx Utang Kelebihan Pembayaran Pajak xxx

3) Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh wajib


pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan.
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas
pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD mengakui adanya Pendapatan
Diterima Dimuka dan Pendapatan Pajak LRA dengan menjurnal:

12
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx
xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah.


Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK-SKPD
menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx RK PPKD xxx
xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Diakhir tahun atau akhir periode akan diterbitkan bukti memorial untuk mengakui
pendapatan LO, PPK SKPD menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx
xxx Pendapatan Pajak-LO xxx

4) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib
pajak (self assessment) dan pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi
kewajiban selama beberapa periode ke depan.
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib pajak atas
pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan diterima
dimuka dan pendapatan pajak LRA dengan menjurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx
xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx

Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah.


Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), fungsi akuntansi
mencatat dengan jurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx RK PPKD xxx
xxx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

13
Pada akhir periode SKPD melakukan pemeriksaan. Apabila ditemukan adanya pajak
kurang bayar, SKPD akan mengeluarkan surat ketetapan kurang bayar. Berdasarkan surat
ketetapan tersebut, dicatat dengan jurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
Pengakuan Pendapatan LO pada saat Pemeriksaan
xxx xxx xxx Pendapatan Diterima Dimuka xxx
xxx Pendapatan Pajak LO xxx
Pengakuan Piutang Atas Pajak Kurang Bayar
xxx xxx xxx Piutang Pajak xxx
xxx Pendapatan Pajak LO xxx

Apabila ditemukan adanya pajak lebih bayar, SKPD akan mengeluarkan surat ketetapan
lebih bayar atas pajak. Berdasarkan hal tersebut dicatat pengakuan dengan jurnal:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
Pengakuan Piutang Atas Pajak Lebih Bayar
xxx xxx xxx Pendapatan Pajak LO xxx
xxx Utang Kelebihan Pembayaran Pajak xxx

5. Penyajian
Pendapatan LO disajikan pada Laporan Operasional sesuai klasifikasi dalam BAS.

14
6. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan
pendapatan adalah:
1) penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran;
2) penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun pelaporan yang bersangkutan
terjadi hal-hal yang bersifat khusus;
3) penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan pendapatan daerah;
4) informasi lainnya yang dianggap perlu.

C. AKUNTANSI BEBAN
1. Definisi dan Klasifikasi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Sedangkan beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Beban diklasifikasi menurut:
1) Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban
barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban
penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga.
2) Klasifikasi beban berdasarkan organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran.
Sedangkan, berdasarkan PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional (LO), beban
hanya diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yang pada prinsipnya mengelompokkan
berdasarkan jenis beban. Berikut adalah klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP Nomor
12 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dankewenangan atas beban tersebut:

15
2. Pengakuan
Menurut PSAP Nomor 12 tentang akuntansi beban dalam Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010, beban diakui pada saat:
1) Timbulnya kewajiban
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contohnya tagihan
rekening telepon dan rekening listrikseperti yang tertulis di atas.
2) Terjadinya konsumsi aset
Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan
operasional pemerintah.
3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan
nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Contohnya adalah penyusutan atau amortisasi.
Dalam rangka pencatatan atas pengakuan beban dapat menggunakan dua pendekatan
yaitu:
a) Metode pendekatan Beban
Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai beban jika
pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan atau konsumsi segera
mungkin.
b) Metode pendekatan Aset

16
Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai persediaan jika
pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan dalam satu periode
anggaran atau untuk sifatnya berjaga jaga.

3. Pengukuran dan Penilaian


Beban diukur dan dicatat sebesar beban yang terjadi selama periode pelaporan. Beban
dinilai sebesar akumulasi beban yang terjadi selama satu periode pelaporan dan disajikan
pada laporan operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi (line item).

4. Sistem Akuntansi Beban Di SKPD


a. Pihak Pihak Terkait
Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Pengeluaran SKPD.
1) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Dalam sistem akuntansi Beban dan Belanja, PPK-SKPD melaksanakan fungsi
akuntansi SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi
yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca.
b) melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja kedalam
Buku Besar masing masing rekening (rincian objek).
c) menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) ,
dan Catatan atas Laporan keuangan.
2) Bendahara Pengeluaran SKPD
a) mencatat dan membukukan semua pengeluaran beban dan belanja kedalam buku
kas umum SKPD.
b) membuat SPJ atas beban dan belanja.
b. Dokumen yang Digunakan
Berikut adalah klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP Nomor 12 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan kewenangan atas beban tersebut:

17
c. Jurnal Standar
1) Beban Pegawai
Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana pembayaran
tersebut langsung ditransfer ke rekening masing-masing PNSD. Berdasarkan SP2D LS Gaji
dan Tunjangan, maka jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban Gaji Pokok xxx
xxx RK PPKD xxx

Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana pembayaran


ditransfer ke Bendahara Pengeluaran kemudian oleh bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran ke masing masing PNS. Berdasarkan SP2D LS Gaji dan Tunjangan, maka jurnal
standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
xxx RK PPKD xxx
Beban Gaji Pokok
Kas di Bendahara Pengeluaran

Beban dan Belanja pegawai (misalnya pembayaran lembur) yang pembayarannya


melalui mekanisme UP/GU/TU dimana pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran melakukan
pembayaran ke masing masing PNS, maka jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban Uang Lembur PNS xxx
xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

2) Beban dan Belanja Barang dan Jasa


Pembelian barang dan jasa yang pembayarannya melalui mekanisme LS ada 2 (dua)
pendekatan yang digunakan yaitu:
a) Pendekatan Beban
Pembelian Barang dan jasa berupa ATK yang mana ATK tersebut akan langsung
digunakan segera pada kegiatan. Serta Pembelian tersebut belum dilakukan Pembayaran
dan Barang dan jasa yang dibeli telah diterima dengan surat Berita Acara Serah Terima
Barang dari Rekanan. Berdasarkan kejadian tersebut maka jurnal standar:

18
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban Persediaan ATK xxx
xxx Utang Belanja ATK xxx

Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D LS maka jurnal standar:


Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx
xxx RK PPKD xxx

Atau kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D UP/GU/TU maka


jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx
xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Pada akhir periode fungsi akuntansi akan melakukan Penghitungan fisik (Stock
Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan dan berdasarkan hasil
stock opname maka jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Persediaan ATK xxx
xxx Beban ATK xxx

b) Pendekatan Aset
Pembelian Barang dan jasa berupa ATK yang mana ATK tersebut tidak langsung akan
digunakan/dikonsumsi segera tapi sifatnya untuk digunakan dalam satu periode atau sifatnya
berjaga-jaga. Serta pembelian tersebut belum dilakukan Pembayaran dan Barang dan jasa
yang dibeli telah diterima dengan Surat Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan.
Berdasarkan kejadian tersebut maka jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Persediaan ATK xxx
xxx Utang Belanja ATK xxx

Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D. LS maka jurnal standar:

19
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx
xxx RK PPKD xxx

Atau kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D UP/GU/TU maka


jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Utang Belanja ATK xxx
xxx Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Apabila perhitungan persediaan menggunakan metode perpetual maka pada akhir


periode akuntansi tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian. Selanjutnya apabila perhitungan
persediaan menggunakan metode periodik, maka fungsi akuntansi melakukan Penghitungan
fisik (Stock Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan, dan
berdasarkan hasil stock opname tersebut jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban ATK xxx
xxx Persediaan ATK xxx

3) Hibah dan Bantuan Sosial


Beban hibah dan Bantuan Sosial dalam bentuk barang, pengakuannya pada saat
penanda tanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)/Surat Perjanjian Bantuan Sosial/
dokumen yang dipersamakan atau dapat juga pada saatpenyerahan kepada penerima
hibah/bantuan sosial.
4) Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyusutan dan amortisasi adalah alokasi yang sistematis atas nilai aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Bebanpenyusutan SKPD jurnal standar:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban Penyusutan xxx
xxx Akumulasi Penyusutan xxx
5) Beban Penyisihan Piutang

20
Beban penyisihan piutang adalah taksiran nilai piutang yang tidak dapat diterima
pembayarannya dimasa yang akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau
entitas lain. Jurnal standar beban penyisihan piutang:
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban Penyisihan Piutang xxx
xxx Penyisihan Piutang xxx
5. Penyajian dan Pengungkapan

21
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan
beban adalah:
1) rincian beban per SKPD.
2) penjelasan atas unsur-unsur beban yang disajikan dalam laporan keuangan lembar
muka.
3) informasi lainnya yang dianggap perlu.

D. AKUNTANSI TRANSFER
1. Definisi dan Klasifikasi
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer
masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana
perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Transfer
keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti
pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah
daerah serta Bantuan Keuangan. Transfer dikategorikan berdasarkan sumbernya
kejadiaannya dan diklasifikasikan antara lain:
a) Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan.
b) Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya.
c) Transfer Pemerintah Provinsi.
d) Transfer/Bagi hasil ke Desa.
e) Transfer/Bantuan Keuangan.

2. Pengakuan Gedung dan Bangunan


a. Transfer masuk diakui pada saat diterimanya PMK/Peraturan Menteri
Keuangan/Peraturan Presiden maka timbul adanya hak daerah terhadap transfer masuk.
b. Transfer keluar diakui pada saat diterbitkannya surat keputusan kepala daerah/peraturan
kepala daerah maka timbul adanya kewajiban pemerintah daerah kepada pihak lain.

3. Pengukuran Gedung dan Bangunan


a. Transfer masuk diukur dan dicatat berdasarkan jumlah uang yang diterima di Rekening
Kas Umum Daerah.
b. Transfer keluar diukur dan dicatat berdasarkan pengeluaran kas yang keluar dari
Rekening Kas Umum Daerah.

22
4. Penilaian
Transfer masuk dinilai sebagai berikut:
a. Transfer masuk dinilai berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
b. Transfer masuk dalam bentuk Hibah dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada
tanggal transaksi menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.
Transfer keluar dinilai sebesar akumulasi transfer keluar yang terjadi selama satu
periode pelaporan dan disajikan pada laporan operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi
(line item).

5. Penyajian dan Pengungkapan

Hal hal yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan
transfer masuk adalah:
a. penerimaan transfer masuk tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran;
b. transfer keluar harus dirinci;
c. penjelasan mengenai transfer masuk yang pada tahun pelaporan yang bersangkutan
terjadi hal-hal yang bersifat khusus;

23
d. penjelasan atas unsur-unsur transfer keluar yang disajikan dalam laporan keuangan
lembar muka;
e. penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan transfer masuk daerah;
f. penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi transfer keluar;
g. informasi lainnya yang dianggap perlu.
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan transfer, antara lain:
a) penerimaan dan pengeluaran transfer tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya
tahun anggaran;
b) penjelasan sebab-sebab tidak terealisasinya target transfer masuk dan transfer keluar;
c) informasi lainnya yang diangggap perlu.
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer
masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana
perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Transfer
keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti
pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah
daerah serta Bantuan Keuangan. Transfer dikategorikan berdasarkan sumbernya
kejadiaannya dan diklasifikasikan antara lain:
1) Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan.
2) Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya.
3) Transfer Pemerintah Provinsi.
4) Transfer/Bagi hasil ke Desa.
5) Transfer/Bantuan Keuangan.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Berdasarkan SAP (PP No 71 tahun 2010) prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LO
adalah:
1) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2) Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan yaitu
a) Pendapatan Pajak-LO
b) Pendapatan Bukan Pajak –LO
c) Pendapatan Hibah-LO
d) Pendapatan Lainnya
3) Pendapatan-LO diakui saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan
Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah:
 Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan
 Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya ekonomi)
Untuk mengakui Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah diterima oleh pemerintah
tanpa didahului adanya penagihan.
4) Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto.
Pengakuan Pendapatan-LO dalam kaitannya pemda sebagai entias akuntansi
keuangan. Menurut Prof Halim dan Kusufi (2012), pencatatan pendapatan LO dilakukan
menggunakan buku jurnal finansial yang meliputi kolom tanggal, kode dan nama akun, debit
dan kredit serta kolom keterangan. Semua pendapatan dengan kode 8 dan 9 dicatat
menggunakan mekanisme double entry untuk nantinya menghasilkan Laporan Operasional.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban (PP No 71 tahun 2010). Klasifikasi Beban menurut PP 71 Tahun 2010 adalah.
1) Beban Operasi
 Beban Pegawai

25
 Beban Barang
 Beban Bunga
 Beban Subsidi
 Beban Hibah
 Beban Bantuan Sosial
 Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
 Beban Penyisihan Piutang
 Beban Lain-lain
2) Beban Transfer
 Beban Bagi Hasil Pajak
 Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya
 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
 Beban Transfer Bantuan ke Desa
 Beban Transfer Bantuan Keuangan lainnya
3) Beban Non Operasional
Beban yang sifatnya tidak rutin, misalnya berasal dari:
 Defisit penjualan aset non lancar
 Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang
 Defisit dari kegiatan non operasional lainnya
4) Beban Luar Biasa
Untuk mencatan beban atas kejadian luar biasa. Yang termasuk kejadian luar biasa
adalah:
 Tidak bisa diramalkan pada awal tahun anggaran
 Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang
 Kejadiannya diluar kendali pemerintah
Beban diakui saat:
a) Timbulnya kewajiban, adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.
b) Terjadinya konsumsi aset, adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan
operasional pemerintah.
c) Terjadinya penurunan manaat ekonomi atau potensi jasa, adalah saat terjadi
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya
waktu.

26
d) Koreksi atas Beban (penerimaan kembali) yang terjadi pada periode berjalan dicatat
sebagai pengurang beban pada periode berjalan. Penerimaan kembali atas beban
tahun sebelumnya akan dicatat sebagai pendapatan lain-lain pada periode berjalan.
Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai entitas
Keuangan, pencatatanya digunakan Double entry yang akan menghasilkan Laporan
Operasional (LO) dan Neraca Pemda.

27
DAFTAR PUSTAKA

Buku II Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. 2014. Deputi
Pengawasan Bidang Penyelengkaraan Keuangan Daerah. BPKP

Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 21. Akuntansi Transfer Berbasis
Akrual. 2016. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.

Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 Pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian


Dalam Negeri.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.

28

Anda mungkin juga menyukai