Anda di halaman 1dari 15

ER

MAKALAH
“Laporan Keuangan Berbasis Akrual”
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik”
Dosen Pengampu : Agus Kurniawan, S.E., M.S.Ak,

Kelompok 8
Disusun Oleh :
1. Dahlia (2051030215)
2. Ragil Septiyanti (2051030131)
3. Samsul Maarif (2051030305)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tanpa rahmat-Nya kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya kelak.

Makalah “Laporan Keuangan Berbasis Akrual” dapat kami selesaikan tepat waktu. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ruang Lingkup Akuntansi Sektor
Publik dengan dosen pengampu ibu AGUS KURNIAWAN, S.E., M.S.Ak. Kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu karena telah memberikan masukan dan arahan kepada kami
dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat selesai dengan waktu yang sudah ditentukan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu kami selaku penulis sangat mengharapkan pembaca dapat
memberikan masukan, berupa kritik dan saran sehingga makalah ini dapat lebih baik. Apabila
terdapat kesalahan dari makalah ini baik dari penulisan konten pembahasan kami selaku penulis
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami selaku penulis dan para pembaca.

Bandar Lampung, 18 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5

C. Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

A. Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual ........................................................................... 6

B. Isu-Isu Terkait Penerapan Basis Akuntansi Akrual ............................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual .................................................................... 12

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Basis akrual yang menurut PSAP 01
Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi
dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima sudah
dibayar.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan pengaruh
transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima
atau dibayarkan. Dengan kata lain, basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana.
Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice dalam
pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan prinsip New Public Management yang
mengedepankan transparansi dana akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Pemakaian basis akrual memiliki tujuan untuk menumbuhkan informasi yang lebih terbuka
memuat biaya (cost) organisasi serta meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan
di dalam organisasi dengan menggunakan informasi yang lebih luas, dimana dalam hal ini
adalah salah satu ciri dari praktik sektor publik / manajemen keuangan modern pada
penggunaan basis akrual. Perlakuan pencatatan yang didasari oleh teknik akrual harus
dilakukan secara konsisten terhadap akun-akun perkiraan yang terdapat dalam laporan posisi
keuangan. Pencatatan merupakan langkah awal dalam transparansi instansi dalam
pengelolaan keuangan yang dimiliki. Kesehatan keuangan dapat diciptakan dari bersihnya
pencatatan setiap aset, liabilitas, dan ekuitas pada setiap pos rinci akun tersebut. Salah satu
akun perkiraan yang harus diperhatikan lebih lanjut yakni aset tetap yang dimiliki oleh
instansi (perusahaan). Hal ini dikarenakan aset tetap mampu menyokong berjalannya
operasional yang menjadi jalan mewujudkan visi misi instansi (Ferianto, 2020). Sejak
kewajiban penyusunan neraca diberlakukan, aset tetap telah menjadi bagian dari laporan

4
keuangan pemerintah karena nilainya yang signifikan, dengan pengakuan/pencatatan,
klasifikasi, pengukuran/penilaian, penyajian dan pengungkapan aset tetap sebagai fokus
akuntansi dan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual ?
2. Bagaimana Isu-Isu Terkait Penerapan Basis Akuntansi Akrual ?
3. Apa Saja Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual ?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Bagaimana Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual.
2. Untuk Memahami Bagaimana Isu-Isu Terkait Penerapan Basis Akuntansi Akrual.
3. Untuk Memahami Apa Saja Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual


Perubahan basis akuntansi dari CTA menjadi akrual membawa dampak terhadap
perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring
dengan penerapan basis akrual untuk pelaporan keuangan, penyusunan anggaran tetap
dilakukan dengan menggunakan basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran
akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang tetap mengunakan basis kas,
sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan menggunakan basis akrual.
Dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual sebagaimana diamanatkan di dalam UU
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, beberapa langkah yang telah dan akan
dilakukan dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Tahun 2010
➢ Mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan akuntansi berbasis
akrual, Menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis akrual,
➢ Menyiapkan Rencana Implementasi SAP berbasis akrual.
b. Tahun 2011
➢ Menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk penerapan akuntansi berbasis akrual,
Menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi untuk penerapan akuntansi berbasis
akrual Tahun 2012
➢ Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedoman yang akan digunakan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual,
➢ Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi SAP berbasis
akrual kepada seluruh stakeholders yang terlibat, Mengembangkan teknologi
informasi termasuk sistem aplikasi yang akan digunakan.
c. Tahun 2013
➢ Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK, penyempurnaan sistem dan
capacity building, Penyusunan peraturan yang berkaitan.
d. Tahun 2014

6
➢ Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual dalam Laporan
Keuangan, tetapi Laporan Keuangan yang diberi opini oleh BPK adalah yang
berbasis CTA. Konsolidasi Laporan K/L dan BUN dengan basis akrual, Evaluasi
dan finalisasi sistem yang akan digunakan
e. Tahun 2015
➢ Penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual di Indonesia. Laporan
Keuangan yang diberi opini adalah yang berbasis akrual.

Perbedaan utama antara Basis Kas Menuju Akrual dengan Basis Akrual adalah pada basis
pengakuan pendapatan dan biaya. Sebagaimana dijelaskan pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan biaya pada basis kas dilakukan berdasarkan masuk dan keluarnya kas,
sementara basis akrual berdasarkan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.

Sedangkan unsur laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

• Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan SAL
• Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk
melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO,
Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
• Catatan Atas Laporan Keuangan

Jenis-Jenis Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan


berdasarkan;

a. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan
keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.

7
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan
hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasi.

B. Isu-isu Terkait Penerapan Basis Akuntansi Akrual


IMF dalam makalah yang berjudul “Transition to Accrual Accounting” menyimpulkan
beberapa isu terkait dengan penerapan basis akrual. Diantara isu tersebut adalah:
a. Perumusan kebijakan akutansinya. Basis kas yang hanya mencatat transaksi
penerimaan dan pembayaran kas secara relatif akan mudah dioperasikan. Pengakuan
dan pengukuran/penilaian atas transaksi yang semakin kompleks menyebabkan
persyaratan kemampuan teknis dan judgement yang lebih tinggi karena mengandung
risiko kesalahan dan salah saji yang tinggi. Kebijakan akuntansi suatu negara, dengan
demikian, haruslah disinkronisasikan dengan kebijakan internasional untuk
mengurangi risiko seperti itu. Isu utamanya adalah bahwa pemerintah perlu
memfokuskan pada materi pilihan kebijakan akuntansi mana yang paling tepat yang
konsisten dengan standar akuntansinya.
b. Ada gap dengan standar internasional. Standar akuntansi pemerintah internasional
yang diterbitkan oleh The Intemational Public Sector Accounting Standards Board
(IPSASB) dirancang untuk memfasilitasi penerapan umum pelaporan keuangan
pemerintah dengan kualitas yang tinggi yang dapat diperbandingkan secara
intemasional. Namun demikian, masih terdapat jarak atau gap antara standar
internasional dengan standar yang dikembangkan suatu negara. Pemerintah suatu
negara perlu memformulasikan standarnya sendiri atau pedoman atas aspek tertentu
yang standar internasionalnya belum final.
c. Informasi kas dalam kerangka kerja akrual. Penerapan basis akuntansi menuju basis
akrual bukan berarti menghilangkan basis kas, tetapi pengelolaan kas merupakan
bagian yang integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. Basis
akrual yang modern mempunyai fungsi-fungsi untuk mendukung basis akuntansi dan
pelaporan secara kas.

8
d. Sinkronisasi antara akuntansi akrual dengan anggaran Sering diargumentasikan
bahwa konsep akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat basis yang
jelas dan transparan dalam pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah
dan hasil keuangan yang aktual. Namun demikian, pertanyaannya adalah apa
perbedaan antara basis akuntansi akrual dan basis akrual dalam anggaran? Akuntansi
berkaitan dengan pelaporan transaksi ex post, sementara anggaran merupakan
perencanaan ex ante dalam basis akrual. Secara teknik, pemerintah dapat saja
menerapkan basis akuntansi akrual tanpa membuat perubahan kerangka
penganggaran yang berbasis kas, dan, dengan demikian, dalam pelaporan akuntansi
berbasis akrual, pertanggungjawaban anggaran berbasis kas akan tetap disusun.
Sebagai contoh, negara seperti Amerika Serikat dan Perancis menerapkan pelaporan
berbasis akrual tanpa mengadopsi anggaran berbasis akrual, sementara Selandia Baru
menerapkan basis akrual secara simultan pada akuntansi dan penganggarannya.
e. Klasifikasi anggaran dan akun standar. Apabila pemerintah menerapkan basis akrual
pada akuntansi dan anggarannya secara simultan, akun standar dan klasifikasi
anggaran sebaiknya disamakan, akan tetapi jika pemerintah menerapkan basis akrual
hanya pada akuntansi dengan masih menerpkan basis kas pada anggarannya, akan ada
perbedaan antara akun standar dan klasifikasi anggaran. Namun demikian, akun
standar tetap akan mencakup laporanlaporan yang berbasis akrual maupun kas.
f. Neraca awal. Neraca awal dari penerapan basis akrual harus didukung dengan
informasi dan penjelasan yang cukup untuk kepentingan audit. Pada titik ini, kegiatan
tersebut akan merupakan proses yang memakan waktu dan sangat riskan. Konsep
materialitas mungkin dapat digunakan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan
tentang aset dan kewajiban mana yang harus dijadikan perhatian utama selama
penerapan basis akrual.
g. Proses keuangan yang tersentralisasi atau terdesentralisasi Pertimbangan proses
keuangan Yang lebih detail tentang sentralisasi atau desentralisasi menyangkut
apakah tingkat kementerian atau agency (satuan kerja) dipersyaratkan melaporkan
secara harian operasinya atau tidak. Jika ya, pemerintah perlu melakukan penilaian
skala dan kompleksitas transaksi yang tercakup dalam identifikasi dan pengukuran
atas transaksi dan saldo-saldo rekening basis akrual. Untuk negara sedang

9
berkembang, kendala kapasitas seperti itu tidak mungkin dicapai dalam jangka
pendek.
h. Konsolidasi. Apapun sentralisasi atau desentralisasi yang akan diterapkan oleh
Pemerintah, konsolidasi laporan untuk pemerintah secara keseluruhan tetap
merupakan titik Penting sehingga identifikasi akun entitas untuk kepentingan
eliminasi dapat dilakukan. Serta Sistem dan prosedur harus dirancang agar tercapai
efisiensi.

Permasalahan lain adalah jenis-jenis laporan keuangan yang harus disusun oleh sebuah
entitas akuntansi dan entitas laporan. Secara peraturan perundangan – Undang Undang
Keuangan Negara dan Undang Perbendaharaan, memang hanya mensyaratkan adanya
empat laporan keuangan yakni Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Cukupkah? Itulah yang harus dijawab oleh
penyusun standar akuntansi pemerintah – Komite Standar Akuntansi Pemerintahan – dan
pihak yang mengimplementasikan standar – Departemen Keuangan untuk pemerintah
pusat dan Pengelola Keuangan Daerah untuk pemerintah daerah.

Di satu pihak, KSAP saat ini telah mengantisipasi jenis laporan tambahan selain yang
dipersyaratkan oleh peraturan perundangan dengan menambahkan tiga jenis laporan baru
yakni Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional dan Laporan
Perubahan Ekuitas, seperti tercantum dalam Konsep Publikasi Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual. Di lain pihak, penyusun laporan – baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sepertinya masih menunggu hasil KSAP, meskipun sudah
terlihat aktif dalam berbagai forum seperti limited hearing dan diskusi-diskusi basis
akrual. Secara nyata, pihak inilah yang nantinya akan mengalami kerepotan luar biasa,
mengingat kondisi sekarang saja, mereka masih menghadapi opini disclaimer dari
auditor. Perubahan-perubahan semacam inilah yang dirasa sangat memberatkan para
penyusun laporan keuangan pemerintah.

Apakah tidak ada kemungkinan penyederhanaan dalam pelaporan keuangan pemerintah


dan apakah dengan tambahan tersebut memang akan menambah nilai keputusan ekonomi
yang diambil entitas akuntansi ataukah biayanya akan jauh lebih besar jika dibanding

10
manfaatnya? Sungguh pertanyaan yang sangat sulit mencari jawabannya, kecuali hanya
peningkatan transparansi dan keakuratan data, terutama dalam biaya pelayanan yang
harus dikelola oleh entitas pelaporan. Namun demikian, jika melihat jenis pelaporan
keuangan yang secara kuantitas seperti terlihat banyak tersebut, kalau diteliti lebih lanjut
sebenarnya hanya pengembangan dari yang sudah ada. Seperti misalnya, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan pengembangan dari Laporan Realisasi
Anggaran yang telah dapat disusun oleh sistem yang telah ada, Laporan Operasional
merupakan pengembangan dari Laporan Realisasi Anggaran yang kebetulan anggarannya
tidak dipersyaratkan berbasis akrual menurut perundangan – sehingga, dengan demikian
cakupan tambahan dari Laporan Operasional adalah materi pendapatan dan belanja yang
non kas.

Kemudian Laporan Perubahan Ekuitas dapat dikatakan pengembangan Laporan Neraca


yang dipecah menjadi Neraca dan Laporan Perubahan Ekuitas. Kedua laporan tambahan
yang diusulkan oleh KSAP-yakni LO dan Laporan Perubahan Ekuitas – tersebut nantinya
justru akan menunjukkan artikulasi yang semakin jelas antar laporan keuangan, yakni
Neraca. Jadi, tidak ada alasan jenis laporan akan menambah rumitnya pekerjaan
penyusunan laporan keuangan jika saja siklus akuntansi yang diolah oleh sistem
akuntansi keuangan pemerintah dipaparkan secara jelas.

Christiaens dan Rommel (2008) berpendapat bahwa basis akrual hanya tepat digunakan
dalam instansi pemerintahan yang memiliki sifat usaha komersil. Menurut mereka basis
akrual tidak akan sukses diterapkan pada instansi pemerintahan yang mumi menjalankan
fungsi pelayanan publik. Penerapan kerangka akuntansi berbasis akrual yang berlaku di
entitas komersil kepada entitas pemerintahan. Penyusunan anggaran berbasis akrual juga
merupakan masalah tersendiri, selain dimensi politik yang kental dalam aktifitas instansi
pemerintahan. Studi sebelumnya oleh Plummer, Hutchison, dan Patton (2007), dengan
menggunakan sampel sebanayak 530 distrik sekolah di Texas, menemukan bukti bahwa
informasi berbasis akrual tidak lebih informatif dibandingkan informasi yang disajikan
dengan menggunakan basis akrual modifikasian. Studi lain oleh Vinnari dan Nas (2008)
menunjukan adanya potensi manajemen laba pada instansi pemerintahan ketika
pelaporannya menggunakan basis akrual.

11
C. Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual
Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk
mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat dan dapat
digunakan oleh para pengguna informasi. Heather Thompson, Project Manager dari
Transition from Cash to Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management,
pemerintah BARBADOS, menyampaikan beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran,
akuntansi dan Pelaporan) dalam sektor publik.
b. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor public.
c. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan
jasaPemerintah.
d. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan
keputusan.
e. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).
f. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan
oleh Pemerintah.

Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk
memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih
transparan.
International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government
Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara
debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan
keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai dengan saat
terjadinya arus sumber daya sehingga basis akrual ini menyediakan estimasi yang lebih
tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain
itu basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus
sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi
lainnya.

12
Manfaat-manfaat penerapan basis akrual, menurut H Thompson, akan mencakup hal-hal
Dibawah ini:
a. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah.
b. Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana pemerintah
memenuhi kebutuhan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban
pemerintah.
d. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.
e. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif dalam
penyajian Informasinya.
f. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi pelaporan.
g. Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan
perencanaan dan pengambilan keputusan ekonomi.
h. Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran, khususnya
melalui pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.
i. Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional berbasis
akrual.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Akuntansi basis akrual adalah metode dalam akuntansi yang lebih memberikan gambaran
yang tepat mengenai kondisi keuangan perusahaan. Basis akrual biasanya digunakan
untuk pengukuran aset, hutang, modal dan laba ditahan yang diperlukan oleh pemegang
saham untuk pengembangan invetasi perusahaaan di masa depan.
b. Basis akrual sejak 2015 juga digunakan sebagai standar akuntansi pemerintahan yang
dinilai lebih akuntabel dan transparan. Sedangkan akuntansi basis kas posisi tergantingan
dengan adanya metode akuntansi basis akrual. Seperti itulah penjelasan mengenai
pengertian akuntansi basis akrual dan basis kas serta perbedaanya sehingga dengan
begitu tetap dapat memperbaiki kinerja dan tetap bisa menghasilkan profit atau
keuntungan perusahaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/328959089/Makalah-sistem-akuntansi-pemerintahan-berbasis-
akrual

15

Anda mungkin juga menyukai