PENGGUNAAN
APLIKASI SAIBA
Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis Penggunaan
Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi dapat kami susun. Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi
Sistem Akuntansi Instansi merupakan pedoman bagi satuan kerja pengguna Aplikasi dalam
penyusunan Laporan Keuangan, yang berisi informasi dan tata cara Penggunaan Aplikasi
Sistem Akuntansi Instansi.
Dalam rangka implementasi akuntansi akrual, petunjuk teknis ini kami tujukan kepada
seluruh pengguna akuntansi pemerintahan khususnya pada Kementerian Negara/Lembaga
untuk mempermudah pemahaman dan penggunaan aplikasi dengan penyajian berbagai
transaksi dan ilustrasinya. Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan petunjuk teknis ini.
Penyusunan petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun ke arah penyempurnaan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirnya, mudah-mudahan petunjuk teknis ini dapat berguna dan membantu siapa saja
yang menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi untuk menyusun laporan keuangan
secara wajar dan andal.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. UMUM ........................................................................................................................................ 5
B. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................................................. 5
C. DASAR HUKUM ......................................................................................................................... 6
D. RUANG lINGKUP........................................................................................................................ 6
A. PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 7
B. UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN ...................................................................................... 9
C. BASIS AKUNTANSI .................................................................................................................... 9
D. DOKUMEN SUMBER UNTUK PEREKAMAN AKUNTANSI .................................................... 10
E. OUTPUT LAPORAN KEUANGAN ............................................................................................ 13
A. BELANJA/BEBAN .................................................................................................................... 37
B. REALISASI PENDAPATAN (PNBP) ........................................................................................ 59
C. TRANSAKSI PENGEMBALIAN BELANJA ............................................................................... 61
D. TRANSAKSI PENGEMBALIAN PENDAPATAN ...................................................................... 64
3
BAB 6 JURNAL PENYESUAIAN
LAMPIRAN
4
Bab
PENDAHULUAN
1 A. U M U M
Dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang (UU) Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penganggaran dan
laporan pertanggungjawaban pendapatan dan belanja negara harus
dilaksanakan menggunakan basis akrual, di mana pendapatan,
beban, aset, dan ekuitas diakui berdasarkan munculnya hak dan
kewajiban, bukan berdasarkan pada arus masuk dan keluarnya kas
semata.
B. M AK SU D D AN TU J U AN
Maksud penyusunan petunjuk teknis ini adalah dalam rangka
menunjang kelancaran pengelolan anggaran dan kualitas Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
5
3. Masing-masing Kementerian Negara/Lembaga memahami
manual dan aplikasi yang digunakan dalam proses
pencatatan transaksi, pelaksanaan anggaran dan penyajian
laporan keuangan.
4. Masing-masing Kementerian Negara/Lembaga dapat
menyusun dan menyajikan komponen laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
5. Masing-masing Kementerian Negara/Lembaga dapat
melakukan analisis laporan keuangan sebelum dilakukan
publikasi dan penyampaian laporan keuangan.
6. Masing-masing Kementerian Negara/Lembaga dapat
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
C. DA S AR H U KU M
D. RU A NG LING KU P
Petunjuk teknis ini digunakan di lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga tidak termasuk Satker Badan Layanan Umum.
Petunjuk teknis ini merupakan pedoman umum, yang didalam
pelaksanaannya setiap Kementerian Negara/Lembaga agar
memperhatikan karakteristik transaksi yang ada di masing-masing
Kementerian Negara/Lembaga serta kesesuaian dan harmonisasi
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku mengenai
penganggaran, pelaksanaan anggaran, kebijakan akuntansi, dan
pelaporan keuangan. Sebagai pedoman umum, petunjuk teknis ini
akan terus diperbarui seiring dengan perkembangan peraturan dan
kebijakan di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
6
Bab
GAMBARAN UMUM PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN
2 A. PE N D AHU LU AN
Proses bisnis akuntansi pemerintahan tidak jauh berbeda dengan
proses bisnis akuntansi pada perusahaan. Proses bisnis akuntansi
pada pemerintahan dimulai dari pencatatan dokumen anggaran,
dokumen saldo awal, dokumen penerimaan, dokumen pengeluaran
dan lain-lain, proses posting ke dalam buku besar dan penyusunan
laporan keuangan setelah dilakukan penyesuaian yang diperlukan.
Hal yang membedakan dengan proses
bisnisakuntansipadaperusahaanantara lain adalah bahwapada
akuntansi pemerintahan tidak ada Laporan Laba Rugi dan Laporan
Laba Ditahan. Laporan yang mirip dengan Laporan Laba Rugi pada
pemerintahan disebut dengan Laporan Operasional. Sedangkan
untuk memberikan informasi kepemilikan dan ekuitas
pemerintahan disusun Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca.
7
Gambar 1. Proses Bisnis Akuntansi Pemerintahan
8
1. Rekonsiliasi internal, yaitu rekonsiliasi data untuk
penyusunan laporan keuangan yang dilaksanakan antar
subsistem pada masing-masing Unit Akuntansi dan Pelaporan
dan/atau antar Unit Akuntansi dan Pelaporan yang masih
dalam satu entitas pelaporan, misalnya antara UAKPA dan
UAKPB;
2. Rekonsiliasi eksternal, yaitu rekonsiliasi data untuk
penyusunan laporan keuangan yang dilaksanakan antara Unit
Akuntansi dan Pelaporan yang satu dengan Unit Akuntansi
dan Pelaporan yang lain atau pihak lain yang terkait, tidak
dalam satu entitas pelaporan, misalnya rekonsiliasi antara
UAKPA dengan UAKBUN-Daerah.
B. U NIT A KU NT AN S I DA N P E LA PO RA N
Dalam menjalankan proses bisnis akuntansi pemerintahan, setiap
Kementerian Negara/Lembaga menyelenggarakan Sistem
Akuntansi Instansi meliputi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
dan Akuntansi dan Pelaporan BMN yang melekat pada struktur
organisasi Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. Unit
akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksud terdiri atas :
C. BA SI S A KU NT AN SI
Basis akuntansi yang digunakan dalam mencatat transaksi dan
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
adalah basis akrual. Basis akrual yang diterapkan merupakan basis
akuntansi yang mengakui adanya pengaruh transaksi dan peristiwa
9
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
D. DO KU M E N SU M B E R U NTU K PE RE K AM AN
AKU NT AN S I
Dokumen sumber yang terkait dengan kegiatan transaksi antara
lain:
10
KEMENTERIAN KEUANGAN RI SURAT SETORAN
DITJEN PERBENDAHARAAN
KPPN
BUKAN PAJAK
(SSBP) Lembar 1/2/3/4/5
I Nomor : 09/648872/2009
Tanggal : 08 April 2009
Dengan Huruf :
E. Surat Penagihan (SPN) :
Atau Surat Pemindahan
Penagihan Piutang Negara
(SP3N)
Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian formulir Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri bulan Mei 2009
SSBP pada halaman belakang lembar ini
Cap
A. 1. NPWP Bendahara :
2. Nama Bendahara :
3. Alamat :
B. 1. Kementerian/Lembaga :
2. Unit Organisasi Eselon I :
3. Satuan Kerja :
4. Fungsi/Sub Fugsi/Program :
5. Kegiatan/output :
6. Lokasi :
C. MAP dan Uraian Penerimaan :
D. Jumlah Setoran :
Dengan Huruf :
Cap
------------
NIP............ Tanda Tangan ........
Nama Terang...
11
3. Ilustrasi untuk Surat Perintah Membayar (SPM)
12
5. Ilustrasi untuk Memo Penyesuaian (MP)
E . O U TPU T L A PO R AN KE U AN G AN
Terdapat tujuh jenis komponen Laporan Keuangan (LK) dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu:
Khusus LAK dan LPSAL, kedua laporan tersebut hanya disusun dan
disampaikan oleh satuan kerja yang menjalankan fungsi Bendahara
Umum Negara (BUN). Dengan demikian, pada setiap Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) hanya disajikan 5
13
(lima) komponen Laporan Keuangan, yaitu LRA, LO, LPE, Neraca
dan CaLK.
14
terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas
bersangkutan.
15
G. Transaksi Antar Entitas - Transfer In.
Pos yang digunakan dalam mencatat transfer keluar aset (karena
tidak terpenuhinya definisi beban hibah), dari suatu entitas
pemerintah kepada entitas pemerintah lainnya, yang masih
merupakan entitas terkonsolidasi dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Pada tingkat K/L dan BUN, nilai transaksi antar entitas dapat
bervariasi, namun dalam konsolidasi secara nasional, maka nilai
transaksi antar entitas adalah nol.
4. NERACA;
ASET
16
diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk
dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria
tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
KEWAJIBAN
EKUITAS
17
5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK).
18
Berikut ini ceklis kelengkapan dokumen Laporan Keuangan dan
beberapa informasi penting lainnya dalam lampiran LKKL yang
merupakan bahan utama dalam penyusunan Laporan Keuangan.
19
Bab
PROSES AWAL TAHUN
3 A. INS TA L AS I AP LI K AS I S AIB A TI NG K AT U A KP A
VE RS I 2. 6
Langkah-langkah proses instalasi Aplikasi SAIBA :
Peringatan :
20
Jika sudah pernah melakukan proses instalasi untuk aplikasi SAIBA
2014/2015, apabila ingin memperbaharui aplikasi ini, cukup dengan
melakukan proses pemutakhiran/update. Baik itu update aplikasi
SAIBA atau update referensi SAIBA.
B. PRO SE S PE NG AM B ILA N SA L DO A WA L TA HU N
BE R JA L AN
21
3. Setelah menemukan satker yang tepat, maka lakukan proses
pengambilan Saldo Awal 2015 dari database Saldo Akhir 2015
dengan cara memberikan checklist lalu klik tombol
22
6. Kliklah kotak periode yang melambangkan periode
pengambilan saldo awal tersebut berada di Bulan Januari. Artinya,
periode awal pelaporan tahun berjalan dimulai di Bulan Januari
(Bulan 1).
23
b. Satker akan mengalami perubahan kode satker pada tahun
berjalan disebabkan oleh perubahan-perubahan pada mekanisme
pelaporan, reorganisasi entitas pelaporan atau likuidasi.
3. Kode satker baru akan terisi secara otomatis dari data satker
admin yang sedang aktif.
24
5. Setelah mengklik pilihan , maka
25
a. Memastikan nilai saldo awal pos-pos aset pada neraca
percobaan SAIBA, setelah pengambilan saldo awal, telah sama
dengan nilai yang tertera pada aplikasi SILABI, Persediaan dan
SIMAK-BMN di awal tahun.
Khusus angka Saldo Awal Neraca hasil migrasi dari CTA menjadi
akrual, maka perlu memastikan nilai saldo awal keseluruhan pos-
pos aset, kewajiban dan jumlah ekuitas pada neraca percoba SAIBA
tahun berjalan telah sama dengan nilai saldo akhir keseluruhan
pos-pos pada neraca percobaan SAIBA tahun sebelumnya dengan
pengecualian :
Catatan :
C. M E KA NI SM E JU RN AL B AL IK DI A WA L T AH U N
ANG G AR AN
Pengakuan Pendapatan Akrual dan Beban Akrual pada aplikasi
SAIBA adalah menggunakan Pendekatan Beban. Pendekatan
Beban berarti setiap pengakuan Pendapatan dan Belanja secara
langsung diakui sebagai Pendapatan dan Beban di tahun berjalan.
Namun secara nyata, tidak seluruhnya Pendapatan dan Beban di
26
tahun berjalan tersebut benar-benar diterima atau digunakan pada
tahun berjalan.
27
Contoh Ilustrasi Sederhana :
28
a. Defisit LRA (kolom 2) sejumlah Rp1.7Miliar dihasilkan dari
perhitungan pendapatan dan belanja pemerintah yang berasal
dari transaksi yang bersifat kas tanpa melihat apakah pemerintah
telah/belum memberikan manfaat atas pendapatan yang diterima
atau telah/belum menerima manfaat atas belanja yang telah
dibayarkan.
b. Defisit LO (kolom 5) sejumlah Rp1.05Miliar dihasilkan dari
perhitungan pendapatan dan beban pemerintah yang
diperhitungkan hanya bila : Pemerintah telah memberikan
manfaat untuk mengakui pendapatan dan Pemerintah telah
menerima manfaat untuk mengakui Beban.
c. Pendapatan berdasarkan Pembukuan Akrual dengan Pendekatan
Beban (kolom 3) sebesar Rp400Juta terlihat disajikan terlalu
besar jika dibandingkan Pendapatan versi LRA dan Pendapatan
versi LO. Dan Bebannya sebesar Rp1.75Miliar terlihat disajikan
terlalu besar jika dibandingkan Belanja versi LRA dan Beban versi
LO.
d. Pendapatan berdasarkan Pembukuan Akrual dengan Pendekatan
Aset (kolom 4) sebesar Rp0 terlihat disajikan terlalu kecil jika
dibandingkan Pendapatan versi LRA dan Pendapatan versi LO.
Dan Bebannya sebesar Rp0 terlihat disajikan terlalu kecil jika
dibandingkan Belanja versi LRA dan Beban versi LO.
29
pendapat dan bebannya tidak lebih/kurang pengakuan. Penyesuaian
tersebut dilakukan dengan melakukan Jurnal Penyesuaian untuk
menghasilkan angka yang tepat.
Pos-pos akun yang perlu untuk dijurnal balik pada awal tahun adalah
pos-pos akun pendapatan dan belanja yang bersifat deferal dan akrual
(S-2300/PB/2015 Tanggal 24 Maret 2015 Lampiran III).
Pos-pos yang secara umum perlu dijurnal balik pada fase laporan
keuangan berbasis akrual adalah :
30
Pencatatan di SAIBA :
Sehingga saldo awal yang ditampilkan pada Buku Besar Akrual pada
tahun berjalan :
31
1. Beban Sewa Gedung LO : Rp2,1Miliar Rp1,4Miliar =
Rp0,7Miliar
Saldo Beban Sewa Gedung LO akan ditutup dengan Jurnal
Penutup ke Laporan Operasional sehingga akan bersaldo Rp0 di
akhir tahun tahun anggaran.
2. Belanja Dibayar Dimuka : Rp1,4Miliar
Sehingga saldo awal yang ditampilkan pada Buku Besar Akrual pada
tahun berjalan :
1. Beban Sewa Gedung LO : Rp0 + Rp1,4Miliar = Rp1,4Miliar
2. Belanja Dibayar Dimuka : Rp1,4Miliar Rp1,4Miliar = Rp0
Pembukuan atas Aset Tidak Lancar (Aset Tetap dan Aset Lainnya)
dan Persediaan di SAIBA juga didukung oleh kinerja aplikasi SIMAK-
BMN dan aplikasi Persediaan. Oleh sebab itu, di akhir periode
pelaporan atau akhir periode penyesuaian yang bukan merupakan
akhir periode pelaporan terdapat beberapa efek pencatatan antar
ketiga aplikasi yang perlu untuk disesuaikan yakni terkait dengan
Aset yang Belum Diregistrasi dengan rincian berikut :
Pada fase migrasi dari basis Cash Towards Accrual menjadi berbasis
akrual, Jurnal Balik yang diperlukan untuk akun-akun akrual dapat
dilihat pada lampiran Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor S-2300/PB/2015 Tanggal 24 Maret 2015 Lampiran III.
Catatan :
32
Apabila di akhir periode penyesuaian atau akhir periode penyesuaian
yang bukan merupakan akhir periode pelaporan terdapat pos-pos
akun aset yang Belum Diregister maka dilakukan penyesuaian
dengan beberapa contoh kasus di bawah ini :
1. Terdapat persediaan yang dibeli menggunakan MAK 5218 dengan mekanisme GU namun
belum dipertanggungjawabkan, apabila dilakukan jurnal penyesuaian :
JURNAL Persediaan yang Belum Diregister XXX
PENYESUAIAN Belanja yang Masih Harus Dibayar XXX
Maka dilakukan jurnal balik :
JURNAL Belanja yang Masih Harus Dibayar XXX
PEMBALIK Persediaan yang Belum Diregister XXX
Dilakukan jurnal pembalik dikarenakan Persediaan Belum Diregister akan secara otomatis
tidak ada setelah dilakukan pertanggungjawaban pada periode berikutnya.
1. Terdapat Aset Tetap yang Belum Diregister dikarenakan permasahan non permanen
pada aplikasi, apabila dijurnal penyesuaian :
Aset Tetap (tanah/gedung/dll) Belum
XXX
JURNAL Diregister
PENYESUAIAN Aset Tetap (tanah/gedung/dll) Belum
XXX
Diregister
Maka dilakukan jurnal balik :
Aset Tetap (tanah/gedung/dll) Belum
XXX
JURNAL Diregister
PEMBALIK Aset Tetap (tanah/gedung/dll) Belum
XXX
Diregister
Dilakukan jurnal pembalik dikarenakan Aset Tetap (tanah/gedung/dll) Belum Diregister akan
secara otomatis tidak ada setelah dilakukan perbaikan atas permasalahan aplikasi non
permanen.
D. TR AN SA K SI ANG G AR AN
Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, rincian
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden
tentang rincian APBN. Selanjutnya, Menteri Keuangan
memberitahukan kepada menteri/pimpinan lembaga agar
menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-
masing kementerian negara/lembaga. Menteri/pimpinan lembaga
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya, berdasarkan alokasi anggaran
yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang rincian APBN.
33
dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA/Petikan DIPA).
Petikan DIPA merupakan dokumen anggaran yang dimiliki oleh
satuan kerja sebagai otorisasi kredit anggaran dan target
penerimaan (bila ada) yang brelaku untuk satu tahun anggaran.
Sebelum tahun anggaran dimulai biasanya DIPA sudah mulai
ditetapkan dan diterima oleh satuan kerja. Dokumen anggaran
tersebut mulai berlaku efektif sejak tahun anggaran dimulai.
34
Pencatatan DIPA dilakukan oleh Satker pada buku besar kas
sebagai berikut :
35
Sedangkan untuk memasukkan allotment belanja ke dalam aplikasi
SAIBA, Satker menggunakan menu Transaksi >Daftar DIPA >
Tambah. Berdasarkan data yang tercantum dalam DIPA, Satker
merekam setiap akun ke dalam aplikasi SAIBA.
Proses copy data dari aplikasi SAS dapat dilakukan apabila aplikasi
SAS dan SAIBA tersedia dalam satu komputer atau terintegrasi
dalam suatu jaringan. Untuk memasukkan estimasi pendapatan
yang dialokasikan ke dalam aplikasi SAIBA, Satker dapat melakukan
secara otomatis yaitu dengan menggunakan copy pendapatan dari
aplikasi SAS yang sebelumnya data pendapatan telah tersedia
dalam aplikasi SAS.
Dalam hal terjadi revisi maka dilakukan juga pencatatan revisi DIPA
dalam jurnal anggaran dengan substansi model jurnal yang sama
dengan jurnal DIPA. Bila pagu bertambah maka dilakukan
pendebetan dan bila pagu berkurang dilakukan pengkreditan
dengan akun pasangan piutang dari KUN. Pencatatan DIPA dan
revisi DIPA dilakukan berdasarkan ADK dan dilakukan secara
otomatis oleh SAIBA dengan cara mengimpor data dari Aplikasi
SPM, kecuali untuk estimasi pendapatan yang dialokasikan
dilakukan melalui perekaman secara manual. Hal yang perlu
diperhatikan juga dalam pencatatan revisi DIPA adalah tanggal dan
nomor dokumen DIPA Revisi.
36
Bab
TRANSAKSI PELAKSANAAN
ANGGARAN
A. BE L AN JA/ BE BA N
1. Belanja/Beban Pegawai
Pada tanggal 5 Januari 20x1 satker ABCD mengajukan SPM Gaji
induk bulan Februari ke KPPN sebesar Rp50.000.000,-. Atas belanja
gaji induk tersebut diterbitkan SP2D dengan tanggal 2 Februari
20X1. Berdasarkan atas dokumen sumber berupa SPM dan SP2D
tersebut, Satker ABCD melakukan pencatatan akuntansi melalui
aplikasi SAIBA.
Setelah dilakukan proses posting, jurnal yang terbentuk dalam
aplikasi SAIBA adalah sebagai berikut:
37
38
2. Belanja/Beban Barang
Pada tanggal 5 Januari 20x1 satker ABCD mengajukan SPM Gaji
induk bulan Februari ke KPPN sebesar Rp50.000.000,-. Atas belanja
gaji induk tersebut diterbitkan SP2D dengan tanggal 2 Februari
20X1. Berdasarkan atas dokumen sumber berupa SPM dan SP2D
tersebut, Satker ABCD melakukan pencatatan akuntansi melalui
aplikasi SAIBA.
Belanja/Beban Barang Yang Tidak Menghasilkan Aset Berupa
Persediaan
Kelompok akun belanja barang (52XXXX) yang tidak menghasilkan
persediaan pada Laporan Operasional akan ter-mapping menjadi
beban-beban sebagai berikut:
a. Beban Barang dan Jasa (untuk belanja barang operasional dan
non operasional yang tidak menghasilkan persediaan);
b. Beban Pemeliharaan (untuk belanja pemeliharaan yang tidak
menghasilkan persediaan dalam rangka pemeliharaan);
c. Beban Perjalanan Dinas (untuk semua belanja perjalanan
dinas)
Pada tanggal 5 Februari 20X1 satker ABCD menerbitkan SPM atas
belanja bahan keperluan kantor, belanja pemeliharaan, dan belanja
perjalanan dinas dengan nilai masing-masing sebesar
Rp200.000.000, Rp150.000.000, dan Rp50.000.000. Atas SPM ini,
KPPN menerbitkan SP2D tanggal 6 Februari 20X1. Pencatatan atas
transaksi ini yaitu sebagai berikut:
39
Transaksi belanja barang tanpa menghasilkan aset berupa
persediaan ini akan berpengaruh pada penyajian di LRA, LO, dan LPE
sedangkan Neraca tidak terpengaruh. Ilustrasi pengaruh transaksi
belanja/beban barang yang tidak menghasilkan persediaan adalah
sebagai berikut:
40
41
Belanja/Beban Barang Menghasilkan Aset Persediaan
Belanja barang yang menghasilkan aset berupa persediaan
merupakan realisasi atas akun belanja barang sebagai berikut:
a) Kelompok akun 5218XX
5218 Belanja Barang Persediaan
52181 Belanja Barang untuk Persediaan
521811 Belanja Barang Persediaan Barang
Konsumsi
521812 Belanja Barang Persediaan Amunisi
521813 Belanja Barang Persediaan Pita Cukai,
Meterai dan Leges
52182 Belanja Barang Persediaan untuk proses produksi
521821 Belanja Barang Persediaan bahan baku
521822 Belanja Barang Persediaan barang dalam
proses
52183 Belanja Barang Persediaan Bahan Lainnya
521831 Belanja Barang Persediaan untuk tujuan
strategis/berjaga-jaga
521832 Belanja Barang Persediaan Lainnya
42
c).Kelompok akun 526XXX
5261 Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
52611 Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda
526111 Belanja Tanah Untuk Diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda
526112 Belanja Peralatan dan Mesin Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
526113 Belanja Gedung dan Bangunan Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
526114 Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda
526115 Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
5262 Belanja Barang Penunjang Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
52621 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda
526211 Belanja Barang Penunjang Kegiatan
Dekonsentrasi Untuk Diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda
526212 Belanja Barang Penunjang Tugas
Pembantuan Untuk Diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda
5263 Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda
52631 Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda
526311 Belanja Barang Lainnya Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/
Pemda
43
KPPN menerbitkan SP2D tanggal 20 Februari 20X1. Pencatatan atas
transaksi ini yaitu sebagai berikut:
44
Akun Persediaan yang Belum Diregister pada Neraca akan
tereleminasi setelah dilakukan pengiriman data dari Aplikasi
Persediaan ke Aplikasi SAIBA melalui aplikasi SIMAKBMN. Jurnal
yang terjadi pada aplikasi SAIBA adalah sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
45
Jika dilihat dari akun pembentuk persediaannya maka pemakaian
atas persediaan dicatat sebagai beban sebagai berikut:
1. Pemakaian atas persediaan yang diperoleh dari kelompok akun
5218XX selanjutnya dicatat sebagai Beban Persediaan
(dalam Jutaan Rupiah)
3. Belanja Modal
Pada tanggal 5 Juni 20X1 satker ABCD membeli aset tetap peralatan
dan mesin seharga Rp600.000.000. Atas transaksi ini diajukan SPM
tanggal 6 Juni 20X1 dan diterbitkan SP2D tanggal 7 Juni 20X1. Atas
transaksi ini, maka dicatat sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
46
47
Aset Tetap berupa perlatan dan mesin tersebut dicatat dalam
aplikasi SIMAKBMN. Akun Peralatan dan Mesin yang Belum
Diregister pada Neraca akan tereleminasi setelah dilakukan
pengiriman data dari Aplikasi SIMAKBMN ke Aplikasi SAIBA. Jurnal
yang terjadi pada aplikasi SAIBA adalah sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
Akrual Dr Cr Kas Dr Cr
13XXXX Peralatan dan 600 - -
Mesin -
139XXXX Peralatan dan 600 - - -
Mesin yang
belum diregister
48
4. Belanja/Beban Bantuan Sosial
Pada tanggal 5 Juni 20X1 satker ABCD membeli aset tetap peralatan
dan mesin seharga Rp600.000.000. Atas transaksi ini diajukan SPM
tanggal 6 Juni 20X1 dan diterbitkan SP2D tanggal 7 Juni 20X1. Atas
transaksi ini, maka dicatat sebagai berikut:
Belanja/Beban Bantuan Sosial Yang Tidak Menghasilkan Aset
Berupa Persediaan
Pada tanggal 5 Juli 20X1 satker ABCD menerbitkan SPM atas
belanja bantuan sosial dengan nilai masing-masing sebesar
Rp200.000.000. Atas SPM ini, KPPN menerbitkan SP2D tanggal 6
Juli 20X1. Pencatatan atas transaksi ini yaitu sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
49
50
51
Belanja Bantuan Sosial Menghasilkan Aset Persediaan
Belanja bantuan sosial yang menghasilkan aset berupa persediaan
merupakan realisasi atas kelompok akun belanja bantuan sosial
57X112 meliputi 571112, 572112, 573112, 574112, 575112,
576112.
57 Belanja Bantuan Sosial
571112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Rehabilitasi Sosial
Dalam Bentuk Barang/Jasa
572112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial Dalam
Bentuk Barang/Jasa
573112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial
Dalam Bentuk Barang/Jasa
574112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial
Dalam Bentuk Barang/Jasa
575112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan
Kemiskinan Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa
576112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan
Bencana Dalam Bentuk Barang/Jasa
52
53
Akun Persediaan yang Belum Diregister pada Neraca akan
tereleminasi setelah dilakukan pengiriman data dari Aplikasi
Persediaan ke Aplikasi SAIBA melalui aplikasi SIMAKBMN. Jurnal
yang terjadi pada aplikasi SAIBA adalah sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
Akrual Dr Cr Kas Dr Cr
117XXX Persediaan 600 - - -
31XXXX Persediaan yang 600 - - -
belum diregister
54
Pemakaian/penggunaan persediaan bantuan sosial akan mengurangi
jumlah persediaan bantuan sosial. Pemakaian atas persediaan
bantuan sosial yang selanjutnya dicatat sebagai Beban Bantuan
Sosial.
(dalam Jutaan Rupiah)
Akrual Dr Cr Kas Dr Cr
1116XX Kas di Bendahara 90 - -
Pengeluaran -
219XXX Uang Muka dari 90 - - -
KPPN
55
1. Pertanggungjawaban Uang Persediaan (SPM/SP2D UP/TUP
Nihil) Realisasi Belanja
(dalam Jutaan Rupiah)
56
57
3. Penyetoran Sisa Uang Persediaan Setoran SSBP
(dalam Jutaan Rupiah)
58
B. RE A LI S AS I PE N D A PA TA N ( P NB P)
Pada tanggal 30 Agustus 20X1 terdapat penerimaan berupa
pendapatan sewa ruangan senilai Rp100.000.000,00 dan telah
disetorkan ke kas negara oleh Bendahara Penerimaan
menggunakan SSBP, maka SSBP sebagai bukti setornya akan
dijurnal sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
59
60
C. TR AN SA K SI PE NG E M BA LI AN BE LA NJ A
61
2. Transaksi Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu
Terdapat penerimaan berupa pengembalian belanja pegawai
tahun anggaran yang lalu senilai Rp10.000.000,00 dan telah
disetorkan ke kas negara oleh Bendahara Pengeluaran
menggunakan SSBP, maka SSBP sebagai bukti setornya akan
dijurnal sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
62
Atas transaksi pengembalian belanja pegawai tahun anggaran
yang lalu ini mempengaruhi penyajian di LRA, LO, dan LPE.
63
D. TR AN SA K SI PE NG E M BA LI AN PE N DA P AT AN
Terdapat pengembalian pendapatan senilai Rp10.000.000,00 yang
telah disetorkan ke kas negara oleh Bendahara Penerimaan.
Berdasarkan SPM/SP2D Pengembalian Pendapatan maka akan
dijurnal sebagai berikut:
(dalam Jutaan Rupiah)
64
65
Bab
Transaksi Terkait Barang Milik
Negara
66
14. Keputusan Menteri Keuangan No. 59/KM.6/2013 ttg Tabel
Masa Manfaat dalam rangka penyusutan BMN berupa Aset
Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.06/2015 ttg
Perubahan Kedua PMK No 125/PMK.06/2011 ttg Pengelolaan
BMN yang Berasal dari Dana DK/TP sebelum TA 2011
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor No 125/PMK.06/2011 ttg
Pengelolaan BMN yang Berasal dari Dana DK/TP sebelum TA
2011
17. Keputusan Menteri Keuangan No. 128/KM.6/2015 ttg Modul
Penyusutan BMN berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah
Pusat
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 ttg
Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga
67
Dalam pelaksanaan penatausahaan BMN dibuat penggolongan dan
kodefikasi untuk setiap satuan BMN. Penggolongan dan kodefikasi
BMN ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan. Sementara
itu tata cara pelaksanaan pembukuan, penggolongan dan kodefikasi
BMN diatur lebih lanjut dalam Lampiran Peraturan Menteri
Keuangan 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik
Negara Barang Milik Negara.
A. PE RSE D IA AN DA N BE B AN P E R SE DI A AN
Barang Milik Negara (BMN) sesuai dengan definisi Peraturan
Menteri Keuangan nomor 120/PMK.06/2007 tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lain yang sah. Lebih
lanjut PMK ini menjelaskan bahwa barang yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah meliputi barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh
berdasarkan ketentuan undang-undang, barang yang diperoleh
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh ketentuan
hukum tetap. Barang persediaan merupakan bagian dari BMN yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Digunakan Dijual/Diserahkan
Pemerintah
dalam kepada
memroduksi
Operasional Masyarakat dalam
sendiri
pemerintah rangka keg.
68
pemerintah
Bahan - Persediaan -
Barang siap
Persediaan - Persediaan
pakai
69
Contoh pilihan penggunaan akun belanja yang menghasilkan
barang persediaan :
70
Barang persediaan dinilai dengan pengukuran saat
perolehan/proses produksi/hibah, sesuai:
Pemerintah
Pembelian memroduksi Hibah
sendiri
Harga
Barang
- Pokok/Biaya -
jadi
Produksi
- Biaya
Barang siap Biaya
- perolehan
pakai perolehan
- Nilai Wajar
71
2. Penggunaan aplikasi Persediaan berbasis akrual menggunakan
database yang di-install pertama kali aplikasi Persediaan
digunakan, sehingga database aplikasi Persediaan perlu
dilakukan update agar dapat menghasilkan jurnal akuntansi.
3. Setelah install dan update database, kemudian dilakukan install
aplikasi persediaan dan masuk dengan user admin dan
password admin hingga ke tampilan gambar 1.
Gambar 1
72
Gambar 2
Gambar 3
73
Gambar 4
Gambar 5
74
7. Setelah memulai input data transaksi pada aplikasi persediaan
dengan pembuatan atau pemutakhiran tabel barang melalui
menu Referensi Tabel Barang, dilanjutkan dengan data
transaksi Persediaan Masuk (Saldo Awal, Pembelian, Transfer
Masuk, Hibah Masuk, Rampasan, dan Perolehan lainnya) seperti
gambar 6.
Gambar 6
75
Contoh jurnal yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SIMAK
BMN diproses:
Nama Jenis
Kode Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan Transaksi
117xxx Barang M03 100,000
Konsumsi
3xxxxx Transfer M03 100,000
Masuk
76
Rampasan: Mencatat setiap unit barang persediaan sesuai dengan
kodefikasi pada tabel barang yang diperoleh dengan cara rampasan
oleh Negara/Pemerintah Pusat selama tahun atau periode berjalan
dengan dasar pencatatan berupa dokumen keputusan atas barang
rampasan.
77
Gambar 7
78
sesama entitas pengguna barang Pemerintah Pusat selama tahun
atau periode berjalan dasar pencatatan Berita Acara Serah Terima
Barang.
79
5xxxxx Beban K04 50,000
Kerugian
persediaan
rusak
berat/usang
117xxx Barang K04 50,000
Konsumsi
80
Contoh jurnal yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SIMAK
BMN diproses:
Gambar 8
10.Saat hasil opname fisik menunjukan jumlah unit barang per item
yang berbeda dengan catatan maka gunakan menu Transaksi
Hasil Opname Fisik. Mencatat hasil opname fisik untuk setiap
unit barang persediaan sesuai dengan kodefikasi pada tabel
barang yang akan diperbaiki jumlah unit per item barang dalam
pembukuan/catatan. Elemen data yang diinput saat mencatat
hasil opname fisik sesuai dengan gambar 9
81
Gambar 9
82
Gambar 10
83
Gambar 11
BEBAN PERSEDIAAN
84
Pencatatan beban persediaan berdasarkan pengelompokannya
disesuaikan dengan penggolongan atau kodefikasi barang yang
digunakan ketika mencatat penggunaan barang persediaan
tersebut, kecuali untuk transaksi hibah keluar barang persediaan.
Sebagai contoh, (a) barang persediaan yang dikelompokkan dalam
Barang Konsumsi ketika dicatat penggunaan barang tersebut akan
menghasilkan jurnal sebagai berikut:
85
Kode Nama Jenis
Debet Kredit
Perkiraan Perkiraan Transaksi
391113 Koreksi Nilai KO 75,000
Persediaan
1171xx Persediaan KO 75,000
Bila nilai saldo akhir persediaan lebih besar dari perhitungan nilai
saldo akhir unit persediaan dikalikan harga perolehan terakhir.
Bila nilai saldo akhir persediaan lebih kecil dari perhitungan nilai
saldo akhir unit persediaan dikalikan harga perolehan terakhir.
86
Contoh:
Bila hasil stock opname akhir bulan Januari diketahui jumlah unit
kertas ukuran A4 berat 80 gram sebanyak 70 unit, maka dihitung
nilai saldo akhir persediaan berdasarkan harga perolehan terakhir
adalah:
87
Trans Saldo Harga Nilai Saldo
Tgl Unit
aksi Unit @Unit Mutasi Buku
1 2 3 4 5 6=3x5 7=7+6
1/1 Saldo - 120 24.000 0 2.880.000
Awal
B. AS E T TE T A P / A SE T L A I NN YA
Transaksi keuangan yang menghasilkan Aset Tetap dan Aset
Lainnya dicatat dengan menggunakan dua aplikasi, yakni Aplikasi
SAIBA untuk Belanja Modal/Hibah dan Aplikasi SIMAK-BMN untuk
Penerimaan/Penyerahan Barang atau Progress/Penyelesaian
Pekerjaan Fisik.
88
c. UAPPB-W membuat Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBP-W)
yaitu gabungan daftar barang dari masing-masing UPKPB yang
berada di wilayah kerjanya;
1. Golongan,
2. Bidang,
3. Kelompok,
4. Sub Kelompok,
5. Sub-sub Kelompok .
89
Teknis penulisan kode BMN adalah sebagai berikut :
BMN dalam Neraca disajikan dalam pos aset lancar, aset tetap atau
aset lainnya. Selain dalam Neraca BMN juga harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan persediaan
yang rusak atau usang, aset bersejarah, ekstrakomptabel dan
penjelasan atas BMN yang disajikan di Neraca.
90
Langkah-langkah proses penggunaan Aplikasi SIMAK BMN untuk
mencatat penatausahaan BMN:
Gambar 12
91
Gambar 13
Gambar 14
92
Gambar 15
Gambar 16
Transaksi BMN Saldo awal BMN: Menu Saldo Awal BMN (Kode
Jenis Transaksi 100) digunakan untuk merekam data-data BMN
93
yang diperoleh sebelum tahun anggaran berjalan, yang belum
dibukukan. Dokumen yang dipergunakan oleh Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) pada proses perekaman saldo
awal dapat diperoleh dari Buku Barang, Hasil Opname Fisik Barang
atau Laporan Tahunan UAKPB.
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap 100,000
391116 Koreksi Nilai Aset Tetap 100,000
Non Revaluasi
Gambar 17
94
b. Transfer Masuk (102), merupakan transaksi perolehan BMN
dengan penerimaan ADK hasil transfer keluar dari UAKPB yang
lain dalam satu UAPB atau lain UAPB.
Gambar 18
95
g. Reklasifikasi Masuk (107), merupakan transaksi BMN yang
sebelumnya telah dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain.
96
1) Pembelian (101), Hibah Masuk (103), dan Penyelesaian
Pembangunan Langsung (113) menghasilkan jurnal kiriman ke
SAIBA:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya belum
diregister*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
313221 Transfer Masuk 100,000
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
491421 Pendapatan 100,000
Sitaan/Rampasan
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap* 100,000
136111 Konstruksi Dalam 100,000
Pengerjaan
*Penggolongan Aset Tetap sesuai dengan kode barang yang
direkam transaksi BMN
97
Atau
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
16xxxx Aset Lainnya* 100,000
162311 Aset Tak Berwujud 100,000
Dalam Pengerjaan
*Penggolongan Aset Lainnya sesuai dengan kode barang yang
direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
391116 Koreksi Nilai Aset 100,000
Tetap Non Revaluasi
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
491411 Pendapatan 100,000
Pelepasan Aset
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
491429 Pendapatan Perolehan 100,000
Aset Lainnya
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
98
Transaksi BMN Perubahan BMN: Perekaman transaksi perubahan
BMN dilakukan untuk mencatat semua perubahan BMN setiap kali
terjadi perubahan. Perubahan yang terjadi dalam satu semester
harus direkam dalam semester yang bersangkutan sehingga
laporan yang akan disampaikan pada tiap semester sudah
mencakup semua perubahan pada semester tersebut. Berdasarkan
jenis transaksinya, perubahan BMN yang direkam dengan
menggunakan menu perekaman perubahan BMN adalah sebagai
berikut (gambar 19):
Gambar 19
Gambar 20
99
BMN lainnya, yang telah diserahterimakan dengan Berita Acara
Serah Terima dan dicatat ke unit BMN sesuai dengan Nomor
Urut Pendafataran BMN.
b. Pengembangan Dengan KDP (207), merupakan pengembangan
nilai BMN setelah perolehan BMN menggunakan tahapan
Konstruksi Dalam Pengerjaan, baik berupa bangunan/gedung
maupun BMN lainnya, yang telah diserahterimakan dengan
Berita Acara Serah Terima dan dicatat ke unit BMN sesuai
dengan Nomor Urut Pendafataran BMN.
c. Perubahan Kondisi (203), merupakan pencatatan perubahan
kondisi BMN.
d. Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas (204), merupakan koreksi
pencatatan atas nilai/kuantitas BMN yang telah dicatat
sebelumnya.
e. Penerimaan Aset Dari Pengembangan Aset Renovasi (206),
merupakan pencatatan aset yang nilai renovasinya sudah
diserah terimakan dari pihak lain.
Untuk mempermudah dalam memahami proses perekaman ini,
maka transaksi perubahan kita bagi menjadi dua kelompok:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya belum
diregister*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
100
a) Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas (204) menghasilkan jurnal
kiriman ke SAIBA:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
391116 Koreksi Nilai Aset 100,000
Tetap Non Revaluasi
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
313221 Transfer Masuk 100,000
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap* 100,000
136111 Konstruksi Dalam 100,000
Pengerjaan
*Penggolongan Aset Tetap sesuai dengan kode barang yang
direkam transaksi BMN
Atau
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
16xxxx Aset Lainnya* 100,000
162311 Aset Tak Berwujud 100,000
Dalam Pengerjaan
*Penggolongan Aset Lainnya sesuai dengan kode barang yang
direkam transaksi BMN
101
Transaksi BMN Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset:
Jenis transaksi Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban (205)
dilakukan untuk melakukan perekaman atas barang-barang BMN
hasil koreksi dari Tim Penertiban Barang Milik Negara (penilaian
kembali). Jurnal yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SAIBA
diproses:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
391114 Revaluasi Aset Tetap 100,000
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Gambar 21
102
b) Transfer Keluar (302), merupakan transaksi penyerahan BMN
ke UAKPB lain dalam satu UAPB.
c) Hibah Keluar (303), merupakan transaksi penyerahan BMN
kepada pihak ketiga.
d) Reklasifikasi Keluar (304), merupakan transaksi BMN ke dalam
klasifikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan
transaksi Reklasifikasi Masuk.
e) Koreksi Pencatatan (305), merupakan transaksi untuk
mengubah catatan BMN yang telah dilaporkan sebelumnya
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
596111 Beban Kerugian 100,000
Pelepasan Aset
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
313211 Transfer Keluar 100,000
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
391116 Koreksi Nilai Aset 100,000
Tetap Non Revaluasi
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
103
Transaksi BMN BPYBDS: Perekaman transaksi BMN yang jadi
BPYBDS dilakukan dengan mencatat unit BMN sesuai SK BPYBDS.
Transaksi BPYBDS yang terjadi dalam satu semester harus direkam
dalam semester yang bersangkutan sehingga laporan yang akan
disampaikan pada tiap semester sudah mencakup semua BPYBDS
pada semester tersebut. Jenis transaksi BPYBDS yang direkam
dengan menggunakan menu perekaman penghapusan BMN adalah
sebagai berikut (gambar 22):
Gambar 22
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
313121 Diterima dari Entitas 100,000
Lain
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
104
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
313111 Ditagihakan kepada 100,000
Entitas Lain
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
105
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
166112 Aset Tetap yang tidak 100,000
digunakan dalam
Operasi
Pemerintahan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
166112 Aset Tetap yang tidak 100,000
digunakan dalam
Operasi
Pemerintahan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
106
Gambar 23
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
596111 Beban Kerugian 100,000
Pelepasan Aset
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
107
Gambar 24
Jurnal yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SAIBA diproses:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
596111 Beban Kerugian 100,000
Pelepasan Aset
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya*
*Penggolongan Aset Tetap/Aset Lainnya sesuai dengan kode
barang yang direkam transaksi BMN
108
Gambar 25
Teknis perekaman Barang Bersejarah baik itu Saldo Awal BMN
Bersejarah (601), Perolehan BMN Bersejarah (602), dan
Penghapusan BMN Bersejarah (604) tidak memasukkan nilainya
dan diminta untuk mengisikan lokasi asetnya. Tidak ada jurnal
yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SAIBA.
109
Gambar 26
Gambar 27
110
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
391116 Koreksi Nilai Aset 100,000
Tetap non Revaluasi
Gambar 28
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya belum
diregister*
111
Gambar 29
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
313221 Transfer Masuk 100,000
112
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya belum
diregister*
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
13xxxx Aset Tetap/Aset 100,000
Lainnya belum
diregister*
113
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
391116 Koreksi Nilai Aset 100,000
Tetap non Revaluasi
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
313211 Transfer Keluar 100,000
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
596111 Beban Kerugian 100,000
Pelepasan Aset
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
114
Penghapusan/Penghentian KDP menggunakan Jenis Transaksi 505.
Jurnal yang dibentuk saat ADK kiriman ke Aplikasi SAIBA diproses:
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
596111 Beban Kerugian 100,000
Pelepasan Aset
136111/ Konstruksi/ Aset Tak 100,000
162311 Berwujud Dalam
Pengerjaan
Gambar 30
Penyusutan/Amortisasi
115
keuangan dan untuk periode satu semester (semesteran). Hal ini
berarti kapan pun diperolehnya suatu aset tetap, maka akan
disusutkan sebesar nilai penyusutan selama enam bulan (satu
periode).
1. Nilai penyusutan;
2. Metode penyusutan yang digunakan;
3. Masa manfaat aset tetap dan/atau tarif penyusutan yang
digunakan;
4. Perhitungan mutasi Akumulasi Penyusutan (Saldo Awal, Beban
Penyusutan TA Berjalan, penyesuaian, dan saldo akhir);
5. Penyesuaian pos Akumulasi Penyusutan karena adanya
pelepasan Aset Tetap atau Penghapusbukuan.
Penyusutan dilakukan dengan mendebet akun Beban Penyusutan
Aset Tetap dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan.
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
591xxx Beban Penyusutan 22,000
169xxx Akumulasi 22,000
Penyusutan/
Amortisasi Aset
Lainnya*
116
Amortisasi dilakukan dengan Metode garis lurus (straight line
method. Beban Amortisasi Aset Tak Berwujud dicatat atas dasar
eksistensi/kepemilikan Aset Tak Berwujud. Beban Amortisasi Aset
Tak Berwujud hanya dapat diterapkan atas ATB yang memiliki
masa manfaat terbatas (seperti paten, hak cipta, waralaba dengan
masa manfaat terbatas, dll).
1) Nilai amortisasi;
2) Metode amortisasi yang digunakan;
3) Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan. Apakah
masa manfaatnya terbatas atau tidak terbatas;
4) Alasan penentuan atau faktor-faktor penting penentuan masa
manfaat suatu Aset Tak Berwujud
5) Perhitungan mutasi Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud
(Saldo Awal, Beban Penyusutan TA Berjalan, penyesuaian, dan
saldo akhir);
6) Keberadaan Aset Tak Berwujud yang dimiliki bersama.
Amortisasi dilakukan dengan mendebet akun Beban Amortisasi
Aset tak Berwujud dan mengkredit akun Akumulasi Amortisasi Aset
Tak berwujud.
Kode
Nama Perkiraan Debet Kredit
Perkiraan
5921xx Beban Amortisasi Aset 22,000
Lainnya
169xxx Akumulasi Penyusutan/ 22,000
Amortisasi Aset Lainnya*
117
Bab
JURNAL PENYESUAIAN
A. M E NU JU R NA L PE N YE SU A IA N NE R A C A
118
Jurnal Penyesuaian Neraca hanya akan mempengaruhi saldo
akun-akun pada Laporan Neraca.
Berikut beberapa jenis transaksi yang direkam melalui menu
Jurnal Penyesuaian Neraca:
a. Reklasifikasi Piutang Jangka Panjang Pemerintah menjadi
Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang;
Ilustrasi transaksi :
Analisis :
119
5. Lakukan posting bulan Desember 2015;
6. Pastikan kebenaran pada output pada Buku Besar
Akrual, Neraca Percobaan Akrual dan Laporan Neraca.
b. Pencatatan Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran yang
merupakan Utang Kepada Pihak Ketiga yang belum
dibayarkan;
Ilustrasi transaksi :
Pada akhir bulan Desember 2015, Bendahara Pengeluaran
belum menyerahkan Uang Makan bulan Desember kepada
beberapa pegawai senilai Rp3.000.000,-
Analisis :
Uang kas yang dipegang bendahara pengeluaran perlu
dilakukan pencatatan dengan memasukkannya ke akun Kas
Lainnya di Bendahara Pengeluaran yang digolongkan ke
dalam aset lancar di neraca.
Langkah-langkah Pencatatan pada Aplikasi SAIBA :
1. Atas dasar Buku Kas Pembantu Bendahara Pengeluaran,
bendahara pengeluaran menyampaikan informasi kas
tersebut untuk dibuatkan memo penyesuaian;
2. Operator SAIBA mencatat kas tersebut atas dasar memo
penyesuaian pada menu Jurnal Penyesuaian Neraca
dengan jurnal seperti di bawah ini;
120
3. Lakukan posting bulan Desember 2015;
4. Pastikan kebenaran pada output pada Buku Besar
Akrual, Neraca Percobaan Akrual dan Laporan Neraca.
c. Pencatatan Kas Lainya di BLU yang dapat bersumber Utang
Kepada Pihak Ketiga yang belum dibayarkan dan Dana
Pihak Ketiga yang diperoleh BLU;
Ilustrasi transaksi :
Bendahara BLU mencatat bahwa per 31 Desember 2015
terdapat kas yang berada di bawah tanggung jawab
Bendahara-BLU yang merupakan Tunjangan Kinerja
Pegawai yang belum dibayarkan.
Analisis :
Kas yang masih berada di kas bendahara BLU pada saat
tanggal pelaporan harus disajikan pada laporan neraca
sebagai aset lancar per tanggal pelaporan.
B. M E NU JU R NA L PE N YE SU A IA N
121
Kategori 01 : Pendapatan Diterima Di Muka
Kategori 02 : Pendapatan yang Masih Harus Diterima
Kategori 03 : Beban Dibayar di Muka
Kategori 04 : Beban yang Masih Harus Dibayar
Kategori 05 : Penyisihan Piutang
Kategori 06 : Penghapusan Piutang
Kategori 07 : Penyusutan
Kategori 08 : Kas di Bendahara Penerimaan
Kategori 09 : Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Kategori 10 : Persediaan
Kategori 11 : Koreksi antar Beban
Kategori 12 : Pendapatan Selisih Kurs yang Belum Terealisasi
Kategori 13 : Beban Selisih Kurs yang Belum Terealisasi
Kategori 14 : Piutang Jangka Panjang
Kategori 15 : Pelepasan Aset Tetap/ Aset Lainnya
Kategori 16 : Piutang Jangka Pendek
Kategori 17 : Transfer Masuk
Kategori 18 : Transfer Keluar
Kategori 19 : Koreksi Beban-Aset
Kategori 20 : Pendapatan dari Alokasi APBN-BLU
Kategori 21 : Kas Lainnya di BLU
Kategori 22 : Uang Muka Belanja
Kategori 23 : Perolehan Aset
Kategori 24 : Koreksi Utang/ Piutang
Kategori 25 : Hibah Langsung
Ilustrasi transaksi :
122
tersebut disewakan untuk digunakan pada tanggal 10 Januari
2016.
Analisis :
123
(423141) akan bersaldo nihil, sementara akun
Pendapatan Sewa Diterima Dimuka (219211) yang
merupakan akun Kewajiban akan bersaldo kredit
sebesar Rp10.000.000
Pada Laporan Neraca Percobaan basis Kas, akan
diperoleh akun Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan (423141) akan bersaldo kredit senilai
Rp10.000.000,-
2. Laporan Realisasi Pendapatan bulan Desember
Pada Laporan Realisasi Pendapatan bulan Desember,
terdapat Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan (423141) senilai Rp10.000.000 seperti
gambar di bawah ini :
3. Laporan Operasional bulan Desember
Pada LO, Pendapatan Bukan Pajak Lainnya akan
bernilai Nihil, hal tersebut dikarenakan pendapatan
secara akrual atas Pendapatan Sewa Tanah, Gedung,
dan Bangunan (423141) yang kasnya diterima di tahun
2015 baru diakui pada tahun 2016.
4. Laporan Neraca bulan Desember
Pada Laporan Neraca akan menyajikan nilai kewajiban
(pendapatan diterima di muka) yang melekat atas
Pendapatan sewa yang diterima pemerintah namun
belum diserahkan barang/jasa nya hingga akhir tanggal
pelaporan (31 Desember 2015).
Ilustrasi transaksi :
124
terhitung dari tanggl 1 Desember 2015 selama setahun
senilai Rp 15 juta perbulan. Pembayaran akan dilakukan
pihak ketiga setiap tanggal 3 bulan berikutnya.
Analisis :
125
d. Untuk mengecek output atas pencatatan transaksi tersebut,
maka dapat dilakukan pengecekan dengan mencetak
laporan yang tersedia pada menu Laporan:
Ilustrasi transaksi :
126
Pada tanggal 12 Desember 2015, satker menyewa gedung
untuk mengadakan kegiatan sosialisasi yang akan
diselenggarakan 5 Januari 2016 dengan menerbitkan SPM
dengan menggunakan akun Belanja Sewa (522141) senilai
Rp3.000.000,-.
Analisis :
Pada transaksi di atas, uang telah dikeluarkan oleh satker pada
tahun 2015 namun manfaat baru akan diterima di tahun 2016
sehingga dikategorikan sebagai Beban Dibayar Dimuka. Oleh
sebab itu perlu dilakukan penyesuaian pada akhir periode
pelaporan atas beban yang sudah diakui ditahun 2015 akibat
pembayaran menjadi beban yang akan diakui di tahun 2016.
127
menunjukkan hak yang akan diterima oleh
pemerintah.
128
Ilustrasi transaksi :
Tagihan listrik bulan Desember 2015 sampai dengan 31
Desember 2015 tercatat sebesar Rp2.500.000,-. Tagihan dan
pembayaran akan diterima dan dibayarkan pada tanggal 5
Januari 2015.
Analisis :
Pemakaian listrik yang terjadi di bulan Desember 2015 harus
diakui sebagai Beban Langganan Listrik bulan Desember
2015 meskipun secara kas baru akan terealisasi di bulan
Januari 2015. Pencatatan kewajiban di neraca diperlukan
untuk menunjukkan sejumlah kas harus dilunasi pemerintah
pada periode yang akan datang. Kewajiban tersebut akan
tercatat sebagai Akun Utang Kepada Pihak Ketiga pada
Laporan Neraca
129
dan Beban Langganan Listirik (522111) masing-
masing senilai Rp2.500.000,-.
130
dan disajikan dalam Laporan operasional sebagai
beban negatif.
Ilustrasi transaksi :
131
kualitas piutang berdasarkan data piutang yang terdapat
pada kartu piutang;
b. Rekam Jurnal Penyesuaian Penyisihan Piutang Tak
Tertagih (kategori 5) berdasarkan perhitungan diatas
seperti gambar di bawah ini :
132
piutang dilakukan dengan mendebet Nilai penyisihan dan
menkredit saldo akun piutang.
Ilustrasi transaksi :
I. Kategori 7 : Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi sistematis atas nilai suatu aset
tetap/aset lainnya yang dapat disusutkan selama masa manfaat
133
aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-
masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset
tetap dalamneraca dan sebagai beban penyusutan dalam
laporan operasional.
Penyusutan aset tetap/aset lainnya yang meliputi perhitungan
penyusutan dan beban penyusutan dilakukan secara otomatis
oleh Aplikasi SIMAK-BMN sehingga pencatatan penyusutan
aset tetap/aset lainnya tidak diperlukan lagi di Aplikasi SAIBA.
Kategori penyusutan (kategori 7) pada menu penyesuaian
dalam Aplikasi SAIBA hanya digunakan dalam hal Aplikasi
SIMAK-BMN dan SAIBA tidak dapat mengirimkan atau
menerima jurnal aset.
Ilustrasi transaksi :
Satker memiliki kendaraan bermotor (mobil) dengan tanggal
perolehan 5 Juli 2013 senilai Rp280 juta, pada 31 Desember
2015 (semester II) akan dilaporkan nilai akumulasi
penyusutan atas aset tersebut (aset tetap telah dicatat di
Aplikasi SIMAK-BMN namun tidak dapat mengirimkan jurnal
ke aplikasi SAIBA).
Analisis :
Umur masa manfaat untuk kendaraan bermotor
= 7 tahun (14 Semester)
Metode penyusutan adalah metode garis lurus
= Rp280 juta/14 semester = Rp20juta/semester
Beban penyusutan dan penyusutan setiap semester
adalah:
Rp 20 Juta (Rp40juta/tahun)
Hingga semester I 2015 (semester II 2013-semester I
2015 = 4 Semester), Akumulasi penyusutan:
= 4 semester x Rp20 juta = Rp80juta
134
3. Posting bulan Desember 2015
Ilustrasi transaksi :
Sampai dengan 31 Desember 2015 Bendahara Penerimaan
mencatat Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan
Lainnya (423211) senilai Rp7.000.000,- yang belum disetorkan
ke Kas Negara.
Analisis :
Pendapatan yang diperoleh satker yang dicatat oleh Bendahara
Penerimaan harus segera disetorkan ke Kas Negara oleh
Bendahara Penerimaan, namun apabila sampai dengan tanggal
pelaporan, pendapatan tersebut belum disetorkan maka akan
terdapat uang kas yang berada di bawah tanggung jawab
bendahara penerimaan yang perlu dilaporkan di neraca satker.
135
2. Operator menginput Kas di Bendahara Penerimaan pada
Aplikasi SAIBA dengan menggunakan jurnal sebagai berikut
:
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 5 Januari 2015, Bendahara Penerimaan
menyetorkan penerimaan yang diperoleh pada tanggal 31
Desember 2014 yang belum dilakukan penyetoran.
Penerimaan tersebut merupakan Pendapatan Rumah Sakit dan
Instansi Kesehatan Lainnya (423211) senilai Rp1.200.000,-.
Analisis :
Pada saat pencatatan kas di bendahara penerimaan pada tahun
2014, pendapatan rumah sakit telah diakui karena jasa rumah
sakit telah diserahkan sehingga pendapatan rumah sakit
tersebut harus dikeluarkan pada Laporan Operasional,
begitupun dengan Kas di Bendahara Penerimaan harus
dikurangkan karena uang kas tersebut telah disetorkan ke kas
negara. Sehingga secara akrual pendapatan rumah sakit bukan
merupakan pendapatan di 2015 dan secara kas pendapatan
diakui di tahun 2015.
136
b. Buat Memo Penyesuaian dan Rekam ayat jurnal
penyesuaian terhadap akun Kas di Bendahara Penerimaan
dengan menggunakan menu Jurnal Penyesuaian Kategori 8
dengan ayat jurnal seperti di bawah ini:
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 31 Desember 2015 diperoleh pendapatan bunga
yang merupakan jasa giro (423221) yang belum disetorkan ke
Kas Negara oleh Bendahara Pengeluaran senilai Rp750.000.
Analisis :
Pendapatan jasa giro pada umumnya terdapat pada rekening
bendahara pengeluaran. Untuk menghindari adanya
137
perbedaaan antara pencatatan kas dan saldo kas pada rekening
bendahara pengeluaran, maka atas pendapatan bunga tersebut
harus dicatat sebagai Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran.
L. Kategori 10 : Persediaan
138
1. Pencatatan aset persediaan definitif;
2. Pencatatan beban persediaan
3. Koreksi belanja persediaan yang tidak menggunakan akun
belanja persediaan yang diperkenankan
Ilustrasi transaksi :
Selama bulan Desember 2015, penggunaan persediaan berupa
Alat Tulis Kantor (barang komsumsi) berdasarkan Dokumen
Pengeluaran Barang Persediaan adalah senilai Rp 10 juta.
(dicatat di Aplikasi Persediaan, namun tidak dapat menerima
jurnal pada Aplikasi SAIBA.
Analisis :
Penggunaan persediaan pada periode berjalan akan diakui
sebagai beban persediaan (untuk persediaan barang
komsumsi, persediaan bahan baku dan persediaan lainnya).
139
kesalahan pembebanan dalam SPM/SP2D/SP3B sehingga
beban tersebut perlu dilakukan koreksi (dalam hal ini satker
tidak memungkinkan ralat SPM/SP2D/SP3B ke KPPN).
Penggunaan kategori ini juga digunakan untuk mereklasifikasi
beban persediaan, beban pemeliharaan, dan beban penyusutan
yang dihasilkan oleh Aplikasi SIMAK-BMN menjadi beban
persediaan-BLU, beban pemeliharaan-BLU dan beban
penyusutan-BLU.
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 5 Desember 2015 telah terbit SP2D-LS atas SPM
dengan menggunakan akun 524111 (belanja perjalanan dinas
biasa) senilai Rp15.000.000,-. Pada tanggal 28 Desember 2015
diinformasikan bahwa dari total Rp15.000.000,- yang
dibelanjakan dengan menggunakan akun 524111, terdapat
belanja yang ditujukan untuk Belanja Jasa Profesi (522151)
senilai Rp.3.000.000,-.
Pada tanggal 31 Desember 2015 transaksi tersebut dijurnal
dengan menggunakan kategori Jurnal Koreksi Antar Beban
pada menu jurnal penyesuaian dalam Aplikasi SAIBA. Jurnal
dibuat dengan menkredit akun Beban yang ingin dikoreksi
yakni 524111 (beban perjalanan dinas biasa) dan
memunculkan akun beban Jasa (522151) dengan mendebetnya
seperti yang ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Analisis :
Belanja menggunakan akun 524111 akan menghasilkan Beban
Perjalanan Dinas, sementara untuk akun 522151 akan
menghasilkan Beban Barang dan Jasa pada Laporan
Operasional. Sehingga Beban Perjalanan Dinas harus dikoreksi
sebesar Rp 3 Juta dan memindahkan beban tersebut ke Beban
Barang dan Jasa.
140
4. Lakukan posting pada Aplikasi SAIBA bulan terjadinya
transaksi (bulan Desember).
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 31 Desember 2015 Satker ABCD memiliki sisa UP
yang belum disetor ke kas negara dalam mata uang USD
sebesar $1,500. Sementara saldo Kas di Bendahara
Pengeluaran dalam Neraca Satker ABCD sebelum dilakukan
penyesuaian adalah sebesar Rp. 17.500.000,-. Untuk kebutuhan
pelaporan, satker ABCD melakukan penjabaran sisa UP dalam
valas tersebut ke dalam mata uang rupiah. Kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal pelaporan (31 Desember 2015) adalah
$1 = Rp13.500,-. Berdasarkan data tersebut, satker ABCD
melakukan perhitungan selisih kurs sebagai berikut:
141
penyesuaian dalam Aplikasi SAIBA. Jurnal dibuat dengan
menkredit akun pendapatan yang ingin disesuaikan yakni
491111 (Pendapatan Selisih Kurs yang Belum Terealisasi)
dan menambah saldo Kas di Bendahara Pengeluaran
(111611) dengan mendebetnya seperti yang ditampilkan
pada gambar di bawah ini :
Analisis :
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang sebelumnya
sebesar Rp17.500.000,- akan disesuaikan dengan menambah
(debet) sebesar Rp2.750.000,- sehingga akan menjadi
Rp20.250.000. Pendapatan selisih kurs yang belum terealisasi
sebesar Rp2.750.000 akan dilaporkan dalam LO.
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 31 Desember 2015 Satker ABCD memiliki sisa UP
yang belum disetor ke kas negara dalam mata uang USD
142
sebesar $1,500. Sementara saldo Kas di Bendahara
Pengeluaran dalam Neraca Satker ABCD sebelum dilakukan
penyesuaian adalah sebesar Rp. 27.500.000,-. Untuk kebutuhan
pelaporan, satker ABCD melakukan penjabaran sisa UP dalam
valas tersebut ke dalam mata uang rupiah. Kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal pelaporan (31 Desember 2015) adalah
$1 = Rp13.500,-. Berdasarkan data tersebut, satker ABCD
melakukan perhitungan selisih kurs sebagai berikut:
Analisis :
143
3. Lakukan posting pada Aplikasi SAIBA bulan terjadinya
transaksi (bulan Desember).
144
panjang dan disisi kredit adalah pendapatan terkait piutang
jangka panjang.
Ilustrasi transaksi :
Telah diterbitkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
(SKTM) dan ditandatangani atas nama Cahyo karena
menghilangkan Kendaraan Dinas senilai Rp100 Juta yang akan
dibayarkan selama 15 tahun melalui pemotongan gaji.
Analisis :
Masa jatuh tempo lebih dari setahun sehingga harus dicatat
sebagai Piutang Jangka Panjang.
145
Aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan, dikeluarkan dari
neraca pada saat diterbitkan risalah lelang atau dokumen
penjualan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Aset
tetap yang dihibahkan, dikeluarkan dari neraca pada saat telah
diterbitkan berita acara serah terima hibah oleh entitas sebagai
tindak lanjut persetujuan hibah. Aset tetap yang
dipindahtangankan melalui mekanisme penyertaan modal
negara, dikeluarkan 1 dari neraca pada saat diterbitkan
penetapan penyertaan modal negara.
Transaksi dan pembentukan jurnal terkait pelepasan aset
tetap/aset lainnya dicatat menggunakan Aplikasi SIMAK-BMN
sehingga kategori Pelepasan Aset Tetap/Aset Lainnya pada
menu jurnal penyesuaian Aplikasi SAIBA hanya digunakan
apabila Aplikasi SIMAK-BMN tidak memungkinkan untuk
mengirim jurnal pelepasan aset tetap/aset lainnya ke Aplikasi
SAIBA.
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 10 November 2015 Sebuah mobil dengan harga
perolehan Rp200.000.000,- dengan akumulasi penyusutan Rp
40.000.000,- dijual senilai Rp 170.000.000,-. Hasil penjualan
tersebut disetor ke Kas Negara menggunakan dokumen SSBP
dengan menggunakan akun 423122 (Pendapatan dari
Penjualan Peralatan Mesin).
Analisis :
Penjualan Aset Tetap merupakan transaksi pelepasan aset
dimana beban kerugian pelepasan akan diakui sebesar nilai
buku dari aset tetap. Selisih antara pendapatan dari hasil
penjualan aset tetap dan beban kerugian pelepasan aset akan
menjadi surplus/defisit pada Laporan Operasional.
146
147
Penjurnalan atas penghapusan Akumulasi Penyusutan
di Neraca
148
2. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan
penagihan.
Ilustrasi transaksi :
Analisis :
149
dibukukan pada menu Pendapatan pada Aplikasi SAIBA
dengan menggunakan akun 423141;
d. Atas dasar pelunasan tersebut, susun Memo Penyesuaian
untuk melakukan penyesuaian Nilai piutang di neraca
kemudian input pada Aplikasi SAIBA dengan
menggunakan menu Jurnal Penyesuaian kategori 16
seperti dibawah ini :
Ilustrasi transaksi :
150
juta (diasumsikan tidak ada pengiriman jurnal dari Aplikasi
SIMAK-BMN)
Analisis :
151
T. Kategori 18 : Transfer Keluar
Transfer Keluar adalah pengiriman aset atau kewajiban dari
satu entitas ke entitas lain yang masih dalam satu entitas
pelaporan terkonsolidasi. Transfer keluar dapat terjadi pada
tingkat bawah (antar satker dalam satu kementerian/lembaga)
atau pada tingkat atas (antar satker dan antar
kementerian/lembaga).
Jenis transfer keluar dapat terdiri dari :
1. Transfer keluar berupa aset tetap
2. Transfer keluar berupa persediaan
3. Transfer keluar berupa kewajiban
4. Transfer keluar berupa aset lancar/aset non-lancar
Ilustrasi transaksi :
Analisis :
152
c. Lakukan penjurnalan Akumulasi Penyusutan menggunakan
menu dan kategori yang sama seperti di bawah ini :
Ilustrasi transaksi :
Pada tanggal 7 Desember 2015, satker menerbitkan SPM
kemudian terbit SP2D oleh KPPN dengan akun 521111
(belanja keperluan perkantoran) senilai Rp15.000.000,- yang
kemudian diketahui bahwa dari belanja tersebut, senilai
Rp10.000.000,- menghasilkan persediaan dan telah dicatat di
Aplikasi Persediaan. Maka di akhir periode dilakukan jurnal
penyesuaian seperti di bawah ini :
Analisis :
Pada saat satker menginput SPM dengan akun 521111, jurnal
yang terbentuk adalah :
153
(D) Beban Operasional Perkantoran Rp15juta
(K) Ditagihkan ke Entitas Lain Rp15juta
154
Kas lainnya di BLU merupakan akun yang digunakan untuk
mencatat pendapatan operasional Badan Layanan Umum
(BLU) yang diterima namun hingga akhir periode pelaporan
belum dilakukan pengesahan ke KPPN dengan SP3BLU.
Ilustrasi transaksi :
Rumah Sakit ABC yang merupakan Satker BLU mencatat
pendapatan dari bulan oktober sebesar Rp. 6 Milyar yang
hingga tanggal 31 Desember 2015 belum dilakukan
pengesahan ke KPPN.
Analisis :
Atas kas yang ada di bendahara BLU yang diperoleh dari
pendapatan operasional BLU, harus dilakukan pengesahan ke
KPPN untuk dicatat sebagai Kas di BLU, namun apabila hingga
akhir tanggal peiode pelaporan belum dilakukan pengesahan
ke KPPN, maka kas tersebut harus dicatat sebagai akun Kas
Lainnya di BLU pada Laporan Neraca Satker BLU.
Langkah-langkah Pencatatan pada Aplikasi SAIBA :
a. Bendahara BLU menyampaikan sisa kas yang merupakan
pendapatan yang belum dilakukan pengesahan hingga akhir
periode pelaporan untuk dibuatkan memo penyesuaian;
b. Atas dasar memo penyesuaian yang telah ditandatangani,
operator Aplikasi SAIBA mencatat jurnal tersebut
menggunakan menu Jurnal Penyesuaian dengan kategori ke
21 yaitu Kas Lainnya di BLU seperti di bawah ini :
155
Ilustrasi transaksi :
Satker ABC mengajukan SP2D Belanja 533111 (Belanja Modal
Gedung dan Bangunan) senilai Rp30 juta atas pembayaran
uang muka pembangunan gedung, sehingga terbentuk jurnal di
SAIBA (secara otomatis):
156
Y. Kategori 23 : Perolehan Aset
Kategori Perolehan Aset pada menu Jurnal Penyesuaian
ditujukan untuk mencatat perolehan aset (aset tetap/aset
lainnya/persediaan) yang berasal dari hasil sitaan/rampasan.
Jurnal penyesuaian perolehan aset tidak dilakukan di Aplikasi
SAIBA dalam hal Aplikasi SIMAK-BMN dan Aplikasi SAIBA
berhasil mengirim dan menerima jurnal perolehan aset.
pencatatan tersebut dilakukan di Aplikasi SIMAK-BMN dan
Persediaan dengan akan membentuk jurnal sebagai berikut :
Ilustrasi Transaksi :
Pada 31 Desember 2014 satker ABC mencatat Belanja Tagihan
Listrik yang Masih Harus Dibayar (akun kewajiban) untuk
bulan Desember 2014 sebesar Rp7.500.000,- , di bulan Januari
2015 diterima tagihan langganan listrik bulan Desember 2015
sebesar Rp8.000.000,- dan diterbitkan SP2D menggunakan
akun 522111 sebesar nominal tagihan.
Analisis :
Koreksi beban tagihan listrik diperlukan agar tidak ada beban
tagihan listrik bulan Desember 2014 yang diakui ditahun 2015.
Langkah-langkah Pencatatan pada Aplikasi SAIBA :
1. Lakukan jurnal balik di awal tahun menggunakan menu
Jurnal Penyesuaian kategori Beban yang Masih Harus
Dibayar( kategori 4) sebagai berikut :
157
2. Pastikan SPM/SP2D terkait pembayaran langganan listrik
tersebut telah di-input pada Aplikasi SAIBA senilai
Rp8.000.000,-;
3. Dari SP2D Input Jurnal koreksi tersebut menggunakan
jurnal sebagai berikut :
158
Ilustrasi Transaksi :
Diterima hibah langsung berupa uang dari donor sebesar Rp25
juta pada tanggal 15 Desember 2015
Analisis :
C. M E NU JU R NA L KO RE K SI
D. M E NU JU R NA L U M U M
159
keuangan, namun jurnal akuntansi yang dibutuhkan tidak
ditemui dalam ketiga menu jurnal penyesuain yang lain. Untuk
merekam jurnal pada menu jurnal penyesuaian, operator harus
benar-benar yakin pada jurnal yang dibuatnya. Hal ini
disebabkan pada menu jurnal umum, operator bebas dalam
memilih pasangan jurnal yang disediakan oleh aplikasi sehingga
dibutuhkan ketelitian dari operator untuk memilih pasangan
jurnal yang sesuai.
Ilustrasi transaksi :
Analisis :
Jurnal yang dikirim oleh Aplikasi SIMAK masih menggunakan
akun Peralatan dan Mesin (132111) sehingga untuk satker BLU
perlu dilakukan jurnal penyesuaian agar aset tersebut menjadi
akun Peralatan dan Mesin-BLU (132311).
Langkah-langkah Pencatatan pada Aplikasi SAIBA :
1. Pastikan SP3B/dan SP2B-BLU terkait belanja tersebut di atas
telah dicatat;
2. Pastikan pada Laporan Neraca Percobaan dan buku besar
tercatat penambahan Aset Peralatan dan Mesin (132111)
senilai Rp512.728.000,-;
3. Buatkan memo penyesuaian untuk melakukan jurnal
reklasifikasi aset Peralatan dan Mesin (132111) menjadi
Peralatan dan Mesin-BLU (132311) termasuk Peralatan
belum diregisternya;
4. Lakukan jurnal berikut ini pada menu jurnal umum seperti di
bawah ini:
160
Jurnal Reklas Aset BLU
161
Bab
TELAAH LAPORAN KEUANGAN
7 A. PE N D AHU LU AN
Pada Bab sebelumnya, output laporan keuangan telah dapat
dihasilkan dari aplikasi SAIBA, SIMAK, dan Persediaan.Sebelum
laporan keuangan dimaksud dicetak dan dikirim ke jenjang yang
lebih tinggi sesuai dengan peraturan mengenai tata cara
penyusunan LKKL, maka prosedur selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melakukan telaah atas laporan keuangan. Telaah
Laporan keuangan adalah suatu kegiatan memeriksa Laporan
Keuangan yang dilakukan oleh seluruh penyusun Laporan
Keuangan (mulai dari level UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1, UAPA,
hingga penyusun LKPP) yang dilakukan setiap Laporan Keuangan
akan disampaikan kepada pihak lain untuk meyakini bahwa
laporan keuangan yang dihasilkan dari aplikasi SAIBA telah andal.
Informasi dalam laporan keuangan dapat dikatakan andal apabila
bebas dari salah saji material karena:
B. TE L AA H PER KO M PO N E N L A PO R AN
KE U A NG A N
1. Neraca Percobaan
Sebelum dilakukan telaah terhadap komponen laporan
keuangan, perlu dilakukan telaah terhadap neraca percobaan
yang merupakan salah satu tools pada aplikasi SAIBA untuk
melakukan telaahan. Proses telaah dilakukan terhadap hal-hal
sebagai berikut:
162
Verifikasi ini dilakukan untuk melakukan verifikasi apakah
terdapat akun-akun yang seharusnya tidak terdapat pada
LKKLatau Bagian Anggaran tertentu seperti:
1) akun 41XXXX yang seharusnya hanya terdapat pada BA
015-Kementerian Keuangan; Apabila ada, misalnya akun
411122, kemungkinan karena salah jurnal Kas Lainnya di
bendahara pengeluaran yang merupakan potongan
pajak.
2) akun 43XXXX yang seharusnya hanya terdapat pada BA
999.02-BUN Pengelolaan Hibah;
3) akun 42326X dan 42328X yang seharusnya hanya
terdapat pada BA 060-KEPOLISIAN RI;
4) akun 424XXX, 525XXX, dan 537XXX yang seharusnya
hanya terdapat pada Satuan Kerja Badan Layanan
Umum.
5) Akun-akun 42XXXX (PNBP)yang seharusnya tidak
terdapat pada KL tersebut misalnya di Kementerian
Pertanian terdapat akun 423213 (Pendapatan Surat
Keterangan, Visa, Paspor); Apabila ada, kemungkinan
salah kode akun saat menyetor SSBP atau operator salah
input.
163
6) apakah terdapat akun 4XXXXX (Pengembalian
Pendapatan LO/LRA) yang bersaldo Kredit; Jika hal ini
terjadi perlu dicek seluruh transaksi yang
mempengaruhi akun Pengembalian Pendapatan LO/LRA
dimaksud;
7) apakah terdapat akun 5XXXXX (Pengembalian
Beban/Belanja) yang bersaldo Debit; Jika hal ini terjadi
perlu dicek seluruh transaksi yang mempengaruhi akun
Pengembalian Beban/Belanja dimaksud;
164
Verifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat
akun-akun pada pos laporan keuangan yang memiliki saldo
tidak normal. Hal ini dapat menjadi satu deteksi dini bagi
penyusun laporan keuangan untuk melihat permasalahan
yang lebih detil dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Contoh:
3. Laporan Operasional
165
laporan keuangan untuk melihat permasalahan yang lebih
detil dalam proses penyusunan laporan keuangan. Contoh:
166
mempengaruhi akun Pendapatan Penyelesaian
Kewajiban jangka Panjang dimaksud;
14. apakah terdapat akun Beban Beban Penyelesaian
Kewajiban jangka Panjang yang bersaldo negatif; Jika hal
ini terjadi perlu dicek seluruh transaksi yang
mempengaruhi akun Beban Penyelesaian Kewajiban
jangka Panjang dimaksud;
15. apakah terdapat akun Pendapatan dari Kegiatan Non
Operasional lainnya yang bersaldo negatif; Jika hal ini
terjadi perlu dicek seluruh transaksi yang
mempengaruhi akun Pendapatan dari Kegiatan Non
Operasional lainnya dimaksud;
16. apakah terdapat akun Beban dari Kegiatan Non
Operasional lainnya yang bersaldo negatif; Jika hal ini
terjadi perlu dicek seluruh transaksi yang
mempengaruhi akun Beban dari Kegiatan Non
Operasional lainnya dimaksud;
167
akun Beban Penyusutan atau Akumulasi Penyusutan,
yaitu:
a. Transaksi Transfer masuk dan Transfer keluar,
jurnalnya adalah Transfer masuk/Keluar pada
Akumulasi Penyusutan
b. Transaksi Saldo Awal, jurnalnya adalahAkumulasi
Penyusutan pada koreksi Nilai Aset tetap non
Revaluasi
5. Neraca
168
3. penjumlahan saldo Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana
Investasi, dan Ekuitas Dana Lainnya 2014 Audited sama
dengan saldo awal Ekuitas 2015.
169
CTA AKRUAL
Honor Pegawai
C. TE L AA H AN TA R L APO R AN KE U ANG A N
Telaah antar Laporan Keuangan dilakukan dengan membandingkan
saldo-saldo yang saling berkaitan antar Laporan Keuangan, antara
lain sebagai berikut:
170
1. Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas
seharusnya saldo Surplus/Defisit LO di Laporan Operasional
sama dengan saldo Surplus/Defisit LO di Laporan Perubahan
Ekuitas.
171
4. Neraca Percobaan dan LRA Face
a. apabila tidak terdapat satker BLU, maka seharusnya saldo
akun 313111 (Ditagihkan ke Entitas Lain) sama dengan
total Belanja Netto pada LRA face; Jika tidak sama
kemungkinan karena ada jurnal 313111. Selain itu perlu
dicek seluruh transaksi yang mempengaruhi akun 313111
dimaksud;
b. apabila terdapat satker BLU, seharusnya saldo akun 313111
(Ditagihkan ke Entitas Lain) sama dengan Total Belanja
Netto di LRA Face dikurangi Belanja Netto akun 525XXX dan
Belanja Netto akun 537XXX; Jika tidak sama kemungkinan
karena ada jurnal 313111. Selain itu perlu dicek seluruh
transaksi yang mempengaruhi akun 313111 dimaksud;
c. apabila tidak terdapat satker BLU, seharusnya saldo akun
313121 (Diterima dari Entitas Lain) sama dengan total
Pendapatan Netto pada LRA face; Jika tidak sama
kemungkinan karena ada jurnal 313121. Selain itu perlu
dicek seluruh transaksi yang mempengaruhi akun 313121
dimaksud;
d. apabila terdapat satker BLU, seharusnya saldo akun 313121
(Diterima Dari Entitas Lain) sama dengan Total Pendapatan
Netto di LRA Face dikurangi Pendapatan Netto akun
424XXX. Jika tidak sama kemungkinan karena ada jurnal
313121. Selain itu perlu dicek seluruh transaksi yang
mempengaruhi akun 313121 dimaksud;seharusnya saldo
Persediaan, Aset Tetap, Akumulasi Penyusutan Aset Tetap,
Aset
5. LRA dan LO
a. Telaah Kebenaran Nilai Pendapatan dan Beban:
Dapat dilakukan dengan membandingkan antara akun-
akun:
- Pendapatan LRA dengan Pendapatan LO
- Belanja LRA dengan Beban LO
Perbandingan dilakukan secara manual cetakan Neraca
Percobaan Kas dengan cetakan Neraca Percobaan
Akrual
Hasil perbandingan ditelaah pada akun-akun tertentu
dengan kharakteristiknya masing-masing
Umumnya:
Pendapatan LRA > Pendapatan LO apabila:
- Terdapat penerimaan pembayaran Piutang
(Pendapatan YMHD)
- Terdapat penambahan akun Pendapatan Diterima
Dimuka
Pendapatan LRA < Pendapatan LO apabila:
- Terdapat Piutang /Pendapatan YMHD baru
172
- Terdapat pengurangan akun Pendapatan Diterima
Dimuka
Belanja LRA > Beban LO apabila:
- Terdapat pembayaran Piutang (Belanja/Beban
YMHD)
- Terdapat penambahan akun Beban Dibayar
Dimuka
Belanja LRA < Beban LO apabila:
- Terdapat Utang (Belanja/Beban Yang Masih
Harus Dibayar) baru
- Terdapat pengurangan akun Beban Dibayar
Dimuka
Dengan demikian, telaah ini harus dilakukan oleh
personel yang levelnya ahli
173
e) seharusnya saldo Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya pada
Neraca SAIBA sama dengan Laporan BMN. Jika tidak, maka
perlu dicek kembali transaksi yang mempengaruhi akun
tersebut dan dilakukan kembali penerimaan dari aplikasi
Simak BMN.
f) Perlu dilihat hasil rekonsiliasi internal pada menu
rekonsiliasi BMN di Aplikasi SAIBA. Hal ini dilakukan untuk
memastikan angka2 terkait BMN pada Aplikasi SIMAKBMN
telah sesuai dengan angka2 terkait BMN pada Aplikasi
SAIBA. Berikut contoh hasil rekonsiliasi SPM/SP2D terkait
BMN pada menu rekonsiliasi BMN:
174
D. AN ALI S IS L A PO R A N K E U A NG A N
175
atas Laporan Keuangan sebagaimana dapat dilihat pada contoh
berikut:
2. Analisis Trend
176
Analisis Pendapatan dan Belanja Negara Periode 2006-2010
TA TA TA TA TA
2010 2009 2008 2007 2006
Pen. Negara
Belanja
Negara
177
Grafik: Trend Belanja Negara Bulanan TA 2010
3. Analisis Rasio
Analisis rasio dilakukan dengan membandingkan pos yang satu
dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-
rasio yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan
rasio yang sama di K/L yang bersangkutan untuk periode yang
berlainan atau akan dibandingkan dengan rasio pos yang sama
dari K/L lainnya.Tujuannya adalah untuk mengetahui likuiditas,
solvabilitas, efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam
memperoleh hasil untuk membiayai pengeluarannya.
178
ASET
E . KE SIM PU L AN / PE NU TU P
Kegiatan telaah Laporan Keuangan merupakan suatu kegiatan yang
harus dilakukan untuk menjaga keandalan laporan keuangan.
Sangat disarankan jika Kertas Kerja Telaah Laporan Keuangan
179
dilampirkan dalam lampiran pendukung laporan keuangan di tiap
jenjang laporan keuangan.
180
181
182
183
184
LAMPIRAN
185