Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA

REVIEW MASTERPLAN AGROPOLITAN KABUPATEN LAMONGAN


TAHUN 2016

1. Latar Belakang
Penetapan agropolitan Kabupaten Lamongan kawasan selatan yang menjadi sentra bisnis di Jawa
Timur, dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Lamongan Nomor 188/284 KEP/413.013/2008
dan surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 520/1181/202.2/2009 tanggal 12 Mei 2009.
Ditetapkannya Kabupaten Lamongan sebagai kawasan Agropolitan tersebut sesuai dengan
sektor unggulan Kabupaten Lamongan, dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor
unggulan kabupaten ini (RTRWP Jawa Timur Tahun 2011 - 2031). Hal tersebut juga diperkuat
bahwa Kabupaten Lamongan merupakan penghasil padi kedua terbesar di Jawa Timur setelah
kabupaten Jember, dengan produksi padi pada tahun 2014 sebesar 970.556 ton, sedangkan
Kabupaten Lamongan dengan produksi padi sebesar 917.225 ton (sesuai data BPS Jawa Timur
Dalam Angka Tahun 2014).
Didalam Keputusan Bupati Lamongan tentang Agropolitan tersebut, disebutkan bahwa untuk
kawasan pengembangan agropolitan terletak di Kecamatan Ngimbang, dan 5 Kecamatan
disekitarnya, yaitu Kecamatan Sambeng, Sukorame, Bluluk, Modo, dan Kedungpring.
Mengingat pengembangan kawasan Agropolitan harus dilaksanakan dalam kerangka
pembangungan berkelanjutan, maka pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten
Lamongan tersebut harus mempertimbangkan tiga pilar dasar dalam pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan secara seimbang yang dituangkan
didalam suatu rencana jangka panjang yaitu Masterplan. Terkait dengan dokumen Masterplan
Agropolitan di Kabupaten Lamongan sudah pernah disusun, yaitu pada tahun 2009.
Dengan semakin berkembangnya pembangunan Kabupaten Lamongan khususnya kawasan
Lamongan Selatan , maka keberadaan dokumen Masterplan Agropolitan Kabupaten Lamongan
Tahun 2009, sudah waktunya untuk dilakukan review. Hal ini diperlukan agar dokumen tersebut
dapat mengakomodir kondisi dan perkembangan Kabupaten Lamongan pada saat ini. Diharapkan
dalam dokumen Review Masterplan Agropolitan Kabupaten Lamongan tersebut, nantinya dapat
tertuang roadmap atau cetak biru pengembangan sektor pertanian Kabupaten Lamongan selama
10 tahun ke depan. Dalam dokumen tersebut, nantinya dapat mengakomodir kebutuhan
pengembangan sektor pertanian termasuk untuk penyediaan lahan bagi pusat pengembangan
bibit, dan kios pasar sarana produksi termasuk pengembangan Pasar Agrobis Semando Babat
yang ada di Kecamatan Babat.

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


a. Maksud
Maksud dari kegiatan review adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat dan petani melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan
keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak
lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan
Masyarakat) di kawasan Agropolitan.
b. Tujuan
Teridentifikasinya potensi kawasan pada masing-masing wilayah yang termasuk ke
dalam wilayah studi dan kawasan Agropolitan di Kabupaten Lamongan.
Teridentifikasinya komoditas unggulan di masing-masing wilayah yang termasuk dalam
wilayah studi Kawasan Agropolitan Kabupaten Lamongan.
Mengidentifikasi sebaran pusat-pusat kegiatan yang meliputi pusat produksi, pusat
perdagangan, dan pusat pelayanan.
Mengidentifikasikan kebutuhan prasarana sistem jaringan infrastruktur wilayah yang
meliputi sistem transportasi, listrik, air bersih, drainase, dan telekomunikasi
Mengidentifikasi sarana dan prasarana sosial ekonomi yang meliputi pusat kegiatan
masyarakat (civic centre) seperti fasilitas perdagangan, keuangan, koperasi dan
lembaga lainnya.
Mengidentifikasikan kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan ekonomi dan sosial.
Menetapkan lokasi prioritas pengembangan pada tiap unit kawasan Agropolitan
berdasarkan potensi, masalah dan arahan pengembangannya.
Menyusun indikasi program dalam perwujudan kawasan Agropolitan Kabupaten
Lamongan dengan skala program pembangunan jangka menengah yang dijabarkan
dalam kegiatan tahunan selama 10 (sepuluh) tahun.

c. Sasaran
Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang
dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan
menguntungkan serta berwawasan lingkungan.
Penguatan kelembagaan petani (Gapoktan)
Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran, dan penyediaan jasa).
Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu.
Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.
Peningkatan sarana-prasarana meliputi: jaringan jalan, pasar, air bersih, pemanfaatan
air limbah, dan sampah.

3. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Wilayah
Pengembangan kawasan Agropolitan tidak terikat oleh batasan wilayah administratif,
melainkan lebih ditekankan pada skala ekonomi dan struktur kawasannya.

b. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan penyusunan Review Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten
Lamongan meliputi:
Identifikasi potensi sumberdaya lahan dan air serta tingkat pemanfataannya.
Identifikasi komoditas unggulan dan kinerja usahanya.
Identifikasi sarana prasarana irigasi, jalan dan fasilitas pendukung lainnya serta tingkat
kinerjanya.
Kajian tentang kelembagaan dan tingkat kinerjanya
Kajian tentang peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan kawasan
Agropolitan.
Kajian tentang pengembangan sistem dan usaha pertanian dalam suatu kesisteman,
meliputi : (a) pengembangan sub-sistem budidaya, (b) subsistem abribisnis hulu, (c)
sub-sistem hilir, dan (d) pengembangan jasa-jasa penunjang.

4. Sistematika Pelaporan
Sistematika pelaporan ini meliputi 8 (Delapan) bab yaitu sebagai berikut :
a. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisi hal-hal yang mendasari penyusunan Review Masterplan Kawasan
Agropolitan, meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, metodologi pendekatan, lingkup
kegiatan, dan sistematika laporan.
b. Bab 2 Tinjauan Kebijakan Regional dan Kondisi Wilayah
Pada tinjuan kebijakan regional menjelaskan tentang kebijakan pembangunan wilayah.
Selain itu juga berisi tentang kondisi wilayah perencanaan yang terdiri dari kondisi fisik
dasar, kondisi sumberdaya manusia, kondisi perekonomian, dan kondisi sarana dan
prasarana lingkungan.
c. Bab 3 Analisis Ketersediaan dan Pemanfaatan Lahan
Bab analisis ketersediaan dan pemanfaatan lahan membahas tentang identifikasi
ketersediaan lahan, dan tingkat pemanfaatan pada berbagai komoditas pertanian.
d. Bab 4 Analisis Sentra Produksi Komoditas dan Produk Pertanian
Bab ini membahas mengenai sentra produksi komoditas pertanian, sentra produk-produk
pertanian, dan penetapan komoditas dan produk unggulan pertanian.
e. Bab 5 Sintesa Pengembangan Kawasan Agropolitan
Bab ini berisikan mengenai sintesis potensi dan permasalahan pengembangan kawasan
Agropolitan yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, produksi, tata niaga dan lain
sebagainya.
f. Bab 6 Penentuan Zonasi Kawasan Agropolitan
Dalam bab ini menggambarkan tentang kriteria pembagian zonasi kawasan Agropolitan,
pembagian zonasi kawasan, prioritas pengembangan zona-zona kawasan Agropolitan,
penetapan zona pengembangan kawasan Agropolitan serta karakteristik tiap zonasi
kawasan Agropolitan.
g. Bab 7 Strategi dan Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan
Dalam bab ini diantaranya dibahas mengenai dasar pertimbangan yang mendasari
penentuan aktifitas yang dilakukan di kawasan Agropolitan, rencana pengembangan
pusat-pusat pelayanan agropolis, rencana pemanfaatan ruang dalam konteks
pengembangan komoditas pertanian, rencana pengembangan sarana dan prasarana
dasar penunjang sektor pertanian dan permukiman. Selain itu pada bab ini juga
menjelaskan tentang rencana pengembangan lembaga pembiayaan dan pengelola
kawasan.
h. Bab 8 Indikasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Bab ini menjelaskan tentang pengembangan kawasan Agropolitan yang meliputi program
peningkatan produktivitas pertanian, sistem tata niaga, pengembangan produk olahan,
pengembangan infrastruktur, kelembagaan pengelolaan kawasan Agropolitan dan lain
sebagainya. Selain itu dibahas pula mengenai mekanisme pembiayaan dan pola
kerjasama pengembangan kawasan pertanian antar stake holder (masyarakat,
pemerintah dan pihak swasta).

Anda mungkin juga menyukai