Anda di halaman 1dari 330

Laporan Akhir

Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rote Ndao merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEPMEN-KP/51/2016
tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT) di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Dasar penetapan sebagai SKPT
karena memiliki potensi perikanan budidaya dan perikanan tangkap yang cukup besar.
Program SKPT ini bertujuan meningkatkan ketersediaan sumber protein dan ketahanan
pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan pemasukan devisa bagi negara.
Diharapkan SKPT bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pinggiran dengan
lokomotif penggerak utama adalah sektor perikanan. Dalam konsep SKPT di pulau-
pulau kecil dan kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem dan pola yang
memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan serta sumberdaya
manusia sebagai basis pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT).

Masterplan yang tersedia saat ini belum menggambarkan secara komprehensif tentang
program pengembangan perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan dan
pengembangan garam. Jika dilihat dari potensi yang ada, perikanan budidaya memiliki
peluang cukup potensial untuk dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Data dan
informasi Dinas Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa potensi budidaya air tawar
dengan adanya 75 Unit Embung yang potensial untuk pengembangan ikan air tawar
namun belum dikelola secara optimal. Budidaya air payau mencapai 12.937 ha dan baru

Page | 1 - 1
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

dimanfaatkan sekitar 5 ha. Beberapa peluang kegiatan perikanan budidaya yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao yaitu Budidaya Rumput Laut, Mutiara, Teripang,
Bandeng, Lele dan Nila.

Potensi perikanan tangkap Kabupaten Rote Ndao yang termasuk di WPP 573
diperkirakan mencapai 929.330 ton per tahun, dengan Jumlah Tangkapan Yang
Diperbolehkan (JTB) sebesar 743.509 ton. Kegiatan usaha penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan 573 berdasarkan Kepmen Nomor 47 Tahun 2016 sampai dengan
saat ini dalam kondisi fully eksploited (Ikan Pelagis Kecil, Ikan Pelagis Besar, Ikan
Demersal, Lobster, Rajungan) dan over eksploited (Ikan Karang, Udang Penaeid,
Kepiting, Cumi-cumi), oleh karena itu usaha perikanan perlu dilakukan secara hati-hati.

Hasil produksi perikanan budidaya maupun perikanan tangkap pada umumnya masih
dipasarkan dalam kondisi bulk fish atau utuh, belum dilakukan value added terhadap
komoditas perikanan budidaya maupun tangkap. Terkait dengan potensi perikanan yang
ada perlu dicari upaya untuk pengembangan produk perikanan (pengolahan) agar
memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan para petani ikan maupun
nelayan.

Selain perikanan budidaya dan perikanan tangkap, peluang pengembangan dan potensi
tambak serbaguna seluas 4.961 ha dengan potensi produksi 1.029.600 ton baru
dimanfaatkan 77 ha dengan metode geo membrane 76 ha dan dan dengan metode
tradisional 1 ha, sebagai hasil sampingan dapat dikembangkan budidaya Artemia salina.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah:

a. Menyediakan Dokumen Masterplan SKPT di Rote Ndao yang komprehensif dan


terintegrasi sesuai dengan kriteria teknis dari hulu ke hilir sebagai acuan rencana
pengembangan kawasan perikanan di Kabupaten Rote Ndao;
b. Menyediakan dokumen bisnisplan SKPT di Rote Ndao; dan
c. Menghitung perencanaan kebutuhan anggaran SKPT di Rote Ndao selama 5 tahun
(2017-2021).

Page | 1 - 2
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.3. SASARAN

Sasaran yang diharapkan yaitu tersedianya Dokumen Masterplan SKPT di Rote Ndao,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai acuan untuk melaksanakan
pembangunan perikanan berkelanjutan.

1.4. LANDASAN HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;


b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER
08/MEN/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan;
c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 51/PERMEN-
KP/2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Perikanan Terpadu di
Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan;
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 70/PERMEN-
KP/2016 tentang Pedoman Umum Dalam Rangka Penyaluran Bantuan Pemerintah
di Kementerian Kelautan dan Perikanan;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 8/PERMEN-
KP/2017 tentang Penugasan Pelaksanaan SKPT di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan
Perbatasan;
f. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45/KEPMEN-KP/2014 Tentang
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 47/KEPMEN-KP/2016 Tentang
Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; dan
h. Peraturan Daerah Kabupaten Rote Ndao Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao Tahun 2013-2033.

1.5. RUANG LINGKUP

1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah lokasi pekerjaan yaitu di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page | 1 - 3
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.5.2. Ruang Lingkup Pekerjaan

Adapun garis besar ruang lingkup substansi Perencanaan Review Masterplan SKPT
Kabupaten Rote Ndao adalah sebagai berikut:

a. Persiapan
b. Pengumpulan Data dan Informasi Terkait
c. Identifikasi dan Analisis
d. Pengembangan Strategi
e. Konsultasi Publik
f. Perumusan Masterplan Pengembangan Kawasan PSKPT didasarkan pada Hasil
Konsultasi Publik
g. Pelaporan

1.6. KELUARAN

Keluaran (output) yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa dokumen
Masterplan yang memuat perbaikan dan melengkapi Masterplan 2016 yang berisikan :

1. latar belakang;
2. gambaran umum kondisi lokasi;
3. kerangka kebijakan dan strategi pembangunan perikanan (Tangkap, Budidaya,
Pengolahan dan Garam)
4. tahapan dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
5. rencana fasilitas yang akan dibangun;
6. perkiraan kebutuhan anggaran;
7. rencana koordinasi keterpaduan pembangunan antar instansi; dan
8. peta dan gambar pengembangan wilayah.

1.7. METODOLOGI

Metodologi ini dirumuskan dengan mempertimbangkan kebutuhan pekerjaan,


ketersediaan sumberdaya dan kondisi objektif data. Metodologi menguraikan langkah-
langkah pelaksanaan pekerjaan berdasarkan tahapan kegiatannya.

Page | 1 - 4
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.7.1. Alur Pendekatan Pekerjaan

START

Persiapan

Survey Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

masukan
Pembahasan
Perbaikan

Survey Pengumpulan Data dan Informasi

Data perekonomian, minabisnis perikanan tangkap,


minabisnis perikanan budidaya, minabisnis pengolahan,
minabisnis garam, data kelembagaan, lingkungan, sarana
prasarana pendukung, infrastruktur, multiplier effect,
kebutuhan peta

Identifikasi Analisis Data

Pengembangan Strategi

Laporan Kemajuan

masukan
Pembahasan

Perbaikan

Konsultasi Publik

Page | 1 - 5
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Pengembangan Masterpan Pengembangan Kawasan SKPT

Laporan Draft Akhir

masukan
Pembahasan

Perbaikan

Laporan Akhir

FINISH

Gambar 1.1 Skema Alur Pendekatan Pekerjaan

1.7.2. Konsep Location Quotion

Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju
pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan, yang dihadapi.
Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun
permintaan.

Location Quotion (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan komoditas pada
tingkat Kabupaten dalam aktivitas perikanan dengan komoditas di provinsi. Secara lebih
operasionai, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan
pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati.

Adapun formula dari LQ adalah :


LQ =(Xij/Xi)/(Xij/Xj)

Page | 1 - 6
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Keterangan:
Xij = produksi jenis komoditas ke-j pada kabupaten
Xi = produksi total perikanan kabupaten
Xij = produksi total jenis komoditas ke-j provinsi
X = produksi total perikanan provinsi

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, maka:

1). Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di tingkat
Kabupaten secara relatif dibandingkan dengan total Kabupaten di Provinsi di NTT
atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten, atau terjadi surplus produksi di
Kabupaten dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten.
2). Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten mempunyai aktivitas perikanan setara
dengan Provinsi.
3). Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan
dengan aktivitas perikanan Provinsi, atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten .

1.7.3. Uraian Kegiatan

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan, konsiltan akan melaksanakan pekerjaan yang dapat menunjang
kelancaran seluruh pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:

 Administrasi;
 Tenaga Ahli melakukan koordinasi dengan Tim Teknis;
 Mempelajari masterplan dan bisnisplan SKPT Rote Ndao tahun 2016;
 Penyusunan program kerja;
 Penyempurnaan rencana kerja review masterplan bisnisplan SKPT Rote Ndao;
 Mobilisasi personil; dan
 Penyusunan Laporan Pendahuluan.

2. Survey Pengumpulan Data dan Informasi

Tahap ini bertujuan untuk memperole gambaran potensi dan kondisi terkini serta
kebutuhan dibidang kelautan dan perikanan yang bersinergi dengan RPJM daerah.
Pada tahap ini Konsultan akan menyusun kebutuhan data dan mencari data lapangan

Page | 1 - 7
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

yang diperlukan serta data yang bersumber dari laporan pekerjaan konsultansi yang
pernah dilakukan di wilayah kajian.

Dari berbagai laporan kegiatan termasuk RTRW Kabupaten Rote Ndao menjadi
pedoman dari semua pekerjaan pembuatan RPJM, pariwisata, jalan, drainase, PAM,
Rencana Kawasan Strategis dan lainnya.

3. Identifikasi dan Analisis

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi pengembangan, prospek dan
kebutuhan pengembangan kawasan. Secara keseluruhan ada 4 kelompok analisis yang
dilakukan:

a. Identifikasi potensi daya dukung lahan dan penetapan batas sentra produksi;
b. Identifikasi pola aliran/pergerakan orang/barang/produk dari wilayah hinterland, pusat
permukiman, pusat sentra produksi ke pusat kawasan dan ke outlet pemasaran;
c. Potensi pengembangan sistem dan usaha PSKPT; dan
d. Perkiraan kebutuhan pengembangan prasarana sarana pendukung pengembangan
kawasan.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi yang ada sekarang,
kecenderungan perkembangan ke depan, dan antisipasi perkembangan yang akan
terjadi di masa depan dengan memperkuat berbagai kebutuhan pengembangan. Hasil
dari analisis ini kemudian diuji validitasnya melalui sebuah forum konsultasi publik untuk
memastikan secara faktual di lapangan apakah hasil analisis tersebut sesuai dengan
harapan dan langkah masyarakat pelaku minabisnis dan apakah rencana penyusunan
Masterplan yang akan dibuat itu sinergi dan tidak tumpang tindih dengan arahan RTRW
Provinsi/Kabupaten, RZWP-3-K Provinsi dan program lainnya.

4. Pengembangan Strategi

Tahap pengembangan strategi adalah merupakan tahap perumusan hasil analisis dan
menjelaskan langkah-langkah/strategi yang perlu dikembangkan untuk dapat mencapai
tujuan berjalannya sistem usaha perikanan di kawasan PSKPT. Pada bagian ini berisi:

a. visi dan misi pengembangan kawasan perikanan;


b. kebijakan pengembangan; dan
c. strategi pengembangan kawasan PSKPT.

Page | 1 - 8
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Perumusan ketiga hal tersebut didasarkan pada hasil analisis, potensi dan
permasalahan di lapangan, peluang dan prospek perkembangan di masa mendatang,
serta asumsi-asumsi.

5. Konsultasi Publik

Pelibatan para pemangku kepentingan (lembaga pemerintah, lembaga kemasyarakatan


dan perguruan tinggi) perlu dilakukan untuk memperoleh kesamaan visi dan misi
Pengembangan Kawasan SKPT, disamping sebagai pelaksanaan kewajiban peran
serta masyarakat dalam penyusunan masterplan Pengembangan Kawasan SKPT,
sehingga masyarakat luas dapat ikut terlibat secara aktif sejak awal tahap perencanaan.

Pelaksaan konsultasi publik dilakukan setelah survey lapangan dan dimasukkan


kedalam dokumen laporan draft akhir.

6. Perumusan Masterplan Pengembangan Kawasan PSKPT Didasarkan Pada


Hasil Konsultasi Publik

Tahap selanjutnya adalah tahap perumusan masterplan Pengembangan Kawasan


SKPT setelah beberapa tahap penting dilaksanakan. Beberapa prinsip yang perlu
dipertimbangkan dalam Perumusan Masterplan Pengembangan Kawasan SKPT:

a. Rencana pengembangan kawasan merupakan hasil konsultasi publik;


b. Memuat rencana tata ruang sebagai wadah berbagai aktivitas yang dikembangkan
yaitu sistem usaha minabisnis dan jasa pendukung, juga memuat rencana non fisik
ruang seperti rencana pengembangan komoditi, SDM, kelembagaan, dan sistem
pengaturan;
c. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
perumusan rencana disesuaikan dengan Pasal 51 yaitu memuat struktur ruang, pola
ruang, arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
d. Merinci rencana sistem prasarana sarana minabisnis secara lintas sektor.

Rumusan konsep Masterplan harus dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian


minimal skala 1 : 50.000, yang minimal meliputi :

a. Rencana struktur ruang kawasan;


b. Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan;
c. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; dan
d. Rencana sistem sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi, penyediaan
energi, irigasi, air bersih dan pengelolaan lingkungan.

Page | 1 - 9
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.8. JENIS DATA YANG DIBUTUHKAN

Mengacu pada ketentuan atau kriteria kondisi lokasi SKPT maka jenis data yang
dikumpulkan meliputi:

1.8.1. Data Primer

Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data primer dengan melakukan
wawancara semi terstruktur (panduan), dan wawancara terstruktur (kuesioner). Kedua
metode wawancara tersebut akan dilakukan dalam kegiatan studi ini.

Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam,


tidak terstruktur dan individual. Dalam hal ini, disusun daftar pertanyaan terbuka
sebagai arahan dalam operasionalisasi pada saat survey lapang. Daftar pertanyaan
yang dibuat diharapkan mempunyai fokus sasaran berkisar tentang data kebijakan dan
program pengembangan perikanan, data sosial ekonomi masyarakat pada lokasi studi,
data perikanan tangkap, data pola pemasaran perikanan, kelemahan dan kendala serta
peluang dan harapan. Data bersifat kualitatif dikumpulkan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dapat berkembang menurut
situasi percakapan.

1.8.2. Data Sekunder

Jenis data sekunder diperlukan untuk kegiatan studi ini terdiri dari :

a). Data eksternal


Data yang dikumpulkan dari pihak luar bersumber dari:

- Literatur-literatur yang relevan


- Hasil kajian/studi yang relevan
- Data iklim dan curah hujan
- Peta wilayah geografi dan sekitarnya

Data-data pendukung lainnya yang relevan seperti kajian yang sudah


dilaksanakan terdahulu dan masih terkait dengan tujuan kajian ini.

b). Data internal


Data yang dikumpulkan dari instansi-instansi pemerintah terkait. Adapun jenis data
internal yang dikumpulkan adalah:

Page | 1 - 10
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

- RTRW dan RDTR


- Rencana Strategis dan Kebijakan Pemerintah Daerah
- Kondisi Perairan dan Daratan di Lokasi Studi
- Struktur Ekonomi Wilayah Kabupaten
- Kebijakan dan Program Pengembangan Perikanan
- Data BPS di Kabupaten Rote Ndao
- Data-data lain yang relevan seperti: komoditas unggulan dibidang kelautan dan
perikanan
- Keberadaan komoditas unggulan melimpah dan dapat dibudidayakan serta
memiliki prospek yang baik
- Nilai perdagangan komoditas tinggi (pasar lokal dan internasional, volume dan
kemampuan produksi tinggi)
- Tingkat produktivitas tinggi, dapat dikembangkan dan secara ekonomi
menguntungkan
- Memiliki keunggulan komparatif (nilai lebih, SDM, iklim, biaya rendah)

c). Data fisik


Data fisik yang perlu diobservasi dan dikumpulkan meliputi :

- Kondisi fisik sarana wilayah dalam kaitannya dengan pengembangan perikanan


maupun perencanaan sarana dan prasarana meliputi akses ke lokasi termasuk
sarana angkutan dan lainnya
- Data iklim dan curah hujan
- Survei ketersediaan sumber air bersih
- Identifikasi lokasi bagi tempat pembangunan sarana dan prasarana
- Survey topografi
Survey topografi dilakukan untuk membuat peta yang menggambarkan bentuk
situasi dan kontur (tinggi rendah) tanah serta bentuk tepi pantai secara detail,
lengkap, dan terbaru sesuai dengan keadaan di lokasi pekerjaan sebenarnya.

Sebagai titik referensi horisontal (koordinat X, Y) digunakan koordinat UTM


(Universal Transverse Mercator). Sedangkan referensi vertikal (elevasi Z)
berdasarkan LWS = +0,00 yang merupakan hasil pengamatan pasang surut
selama 15 hari dengan peramalan 20 tahun.

Page | 1 - 11
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kegiatan pengukuran dalam survey topografi meliputi pengukuran kerangka


dasar horisontal, kerangka dasar vertikal, pengukuran situasi detail, dan
pengukuran profil melintang pantai. Dalam pelaksanaannya, survey topografi
meliputi proses persiapan, pengambilan data, pengolahan data lapangan,
perhitungan, penggambaran, dan penyajian data pada laporan.

d). Data sosial ekonomi wilayah


Data sosial ekonomi wilayah, meliputi :

- Kependudukan meliputi jumlah, penyebaran, pendidikan dan keterampilan dan


data lainnya yang diperlukan
- Data sosial ekonomi lainnya yang berkaitan dengan pengembangan perikanan
- Kegiatan lintas sektoral

e). Data sosial ekonomi perikanan


Data sosial ekonomi perikanan berkaitan dengan kegiatan perikanan meliputi :

- Jumlah rumah tangga perikanan


- Pendidikan dan keterampilan
- Mata pencaharian dan pendapatan
- Kondisi pemukiman
- Kelembagaan perikanan dan data lainnya yang relevan

f). Data kegiatan perikanan


Data kegiatan perikanan yang dikumpulkan meliputi :

- Kondisi sarana dan prasarana yang ada meliputi jumlah dan jenis kapal, jenis
alat tangkap dan kondisi tempat pendaratan ikan
- Lokasi dan luas tambak, jenis pengairan, kondisi sarana pendukung
- Produksi ikan meliputi jumlah, jenis dan harga
- Jumlah dan jenis usaha pengolahan perikanan
- Lokasi pemasaran, rantai pemasaran

g). Kebijakan pemerintah daerah


Kebijakan Pemerintah Daerah meliputi kebijakan dalam pembangunan,
kelembagaan perikanan di lokasi serta peraturan daerah lainnya yang relevan
dengan kajian.

Page | 1 - 12
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.9. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penyusunan penulisan laporan akhir dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Pembahasannya meliputi latar belakang; maksud, tujuan dan sasaran; dasar hukum;
ruang lingkup materi dan lokasi; metodologi; serta jenis data yang dibutuhkan.

BAB II. Gambaran Kebijakan Pengembangan Perikanan Berbasis Wilayah

Menguraikan tentang kebijakan pengembangan pusat kegiatan ekonomi, keterkaitan


dengan wilayah lain, pengembangan kawasan perikanan (budidaya, tangkap,
pengolahan dan pemasaran serta garam).

BAB III. Gambaran Umum Kabupaten Rote Ndao

Menguraikan tentang kondisi geografis dan administrasi wilayah, perekonomian daerah,


penggunaan lahan, SDM, infrastruktur, perikanan, industri dan sektor lainnya.

BAB IV. Analisis Pengembangan Wilayah Berbasis Perikanan

Mengidentifikasi potensi dan permasalahan wilayah ekonomi kabupaten Rote Ndao


secara keseluruhan. Melakukan analisis pemanfaatan ruang wilayah, kedudukan
wilayah perencanaan SKPT; kesesuaian peruntukkan ruang dan kegiatan SKPT;
analisis penetapan Kawasan yaitu untuk menetapkan kawasan yang akan menjadi
pusat / sentra kegiatan dan produksi; zona pengembangan dan zona keterkaitan.
Kebutuhan infrastruktur wilayah (jalan akses, jalan produksi, jembatan, irigasi, air
bersih, pasar dan pemasaran produk, sekolah perikanan, perbankan, koperasi dll).

BAB V. Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan

Melakukan identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan komoditas unggulan,


analisis rantai pasok dan rantai nilai komoditas unggulan, analisis sumberdaya manusia,
kelembagaan, peluang usaha, pengembangan teknologi, permodalan, kebutuhan
sarana prasarana perikanan, strategi pengembangan komoditas unggulan, strategi
pengembangan wilayah SKPT, dan rencana arahan pemanfaatan ruang, analisis resiko.

Kebutuhan infrastruktur wilayah (jalan akses, jalan produksi, jembatan, irigasi, air
bersih, pasar dan pemasaran produk, sekolah perikanan, perbankan, koperasi dll).

Page | 1 - 13
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB VI. Strategi Pengembangan Wilayah SKPT

Menguraikan perencanaan lokasi suatu kawasan seperti rencana distribusi penduduk,


rencana pusat-pusat pelayanan kawasan SKPT, rencana sistem keterkaitan antar sektor
di tingkat pusat dan rencana sistem jaringan utilitas

BAB VII. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

Menguraikan strategi pengembangan komoditas unggulan untuk perikanan budidaya,


tangkap, pengolahan dan garam

BAB VIII Bisnisplan

Menguraikan perencanaan bisnis, strategi bisnis dan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan bisnis tersebut.

BAB IX. Indikator Keberhasilan

Manguraikan parameter kuantitatif dan kualitatif dari pencapaian yang diharapkan,


terdiri dari indikator input, indikator proses, indikator output dan indikator outcome.

BAB X. Indikasi Program dan Analisis Resiko

Menguraikan indikasi program prioritas yang disertai prediksi kebutuhan pendanaan


serta resiko yang mungkin akan muncul dalam pelaksanaan implementasi.

BAB XI. Penutup

Menguraikan kesimpulan dan saran.

1.10. REVIEW MASTERPLAN

Dari hasil review masterplan 2016 diperoleh informasi komoditas dan sentra
penangkapan yang akan dikembangkan belum komrehenshif karena masih fokus untuk
rumput laut. Oleh karena itu sebelum melakukan revitalisasi Masterplan dilakukan
persiapan yang intensif agar Masterplan yang disusun dapat menjadi pemandu langkah
mewujudkan pembangunan suatu wilayah Persiapan penyusunan kembali (revitalisasi)
masterplan akan ditempuh dengan beberapa tahapan. Sasarannya adalah tersusunnya
Masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di kawasan terpilih seperti sarana dan
prasarana kawasan SKPT, tersusunnya indikasi program pembangunan sarana dan
prasarana, tersusunnya bisnisplan pembangunan sarana dan prasarana kegiatan

Page | 1 - 14
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ekonomi serta terpilihnya tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang
kompetitif, termasuk rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi. Matrik
kerangka kerja untuk revitalisasi review Masterplan 2016 disajikan pada Tabel 1.1
berikut.

Page | 1 - 15
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tabel 1.1 Review Masterplan 2016


Masterplan 2016 Review 2017 Tambahan Materi Masterplan 2017
No
Program Komoditas Materi Program Komoditas Materi Rekomendasi Output
1 Perikanan Rumput Laut Lokasi, Pengembangan Rumput Laut - Potensi Budidaya Penyusunan perencanaan Site untuk pembangunan gudang
Budidaya Laut Bisnisplan, Perikanan Rumput Laut penyiapan sarana pengeringan masyarakat
Pengolahan Budidaya Laut menurut prasarana pendukung
kecamatan Menata kembali Kawasan pariwisata Terumbu
- Lokasi, Bisnisplan, pemanfaatan kawasan Karang dan Budidaya RL
Pengolahan perairan Mulut Seribu
Studi kebun bibit dan Bibit RL yang unggul bermutu dan
Laboratorium Kultur supply yang cukup
Jaringan Rumput Laut
Membentuk kelompok KUB RL
pembudidaya Rumput
Laut dan Pembangunan
Gudang Penyimpanan
Rumput Laut
Teripang - Potensi Lahan Studi kelayakan lokasi Kelayakan lokasi dan usaha
Budidaya untuk pembudidayaan untuk mendukung SKPT
Teripang (Kec. Rote Timur sekitar
- Penyusunan Mulut Seribu),
pengembangan - Dukungan prasarana Ketersediaan prasarana jalan,
komoditas wilayah dilokasi Desa sarana transportasi, suplai energi
Teripang Oeseli 300 ha (swasta) listrik, suplai air bersih,
- Hatchery Teripang Telekomunikasi, pelabuhan
Mutiara - Potensi Lahan - Studi lokasi budidaya Ketersediaan kawasan
Budidaya Mutiara mutiara pembudidayaan Mutiara
- Penyusunan - Hatchery Mutiara
pengembangan
komoditas Mutiara
- Studi penyiapan sarana Ketersediaan prasarana jalan,
prasarana pendukung sarana transportasi, suplai energi
- Hatchery Mutiara listrik, suplai air bersih,
Telekomunikasi, pelabuhan
2 Perikanan Bandeng Potensi Pengembangan Bandeng - Potensi Budidaya Studi lokasi budidaya Ketersediaan kawasan
Budidaya Air Lahan Perikanan Bandeng menurut Bandeng pembudidayaan Bandeng
Payau Budidaya Air kecamatan
Payau - Penyusunan
pengembangan
komoditas
Bandeng

Page | 1 - 16
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Masterplan 2016 Review 2017 Tambahan Materi Masterplan 2017


No
Program Komoditas Materi Program Komoditas Materi Rekomendasi Output
Studi penyiapan sarana Ketersediaan prasarana jalan,
prasarana pendukung sarana transportasi, suplai energi
listrik, suplai air bersih,
Telekomunikasi, pelabuhan
3 Perikanan Tidak Ada Tidak Ada Pengembangan Nila, Lele - Potensi Lahan Revitalisasi BBI Ketersediaan benih unggul
Budidaya Air Perikanan Budidaya Lele dan
Tawar Budidaya Air Nila menurut Membentuk kelompok KUB Embung
Tawar kecamatan pembudidaya Embung
- Pengembangan Stocking ikan di Embung Produksi ikan untuk masyarakat
Budidaya Air (penangkapan perairan
Tawar umum berbasis budidaya)

Studi penyiapan sarana Ketersediaan prasarana jalan,


prasarana pendukung sarana transportasi, suplai energi
listrik, suplai air bersih,
Telekomunikasi
Konsep pengembangan Pengembangan Lele,
budidaya hemat air pengembangan Aquaponic

4 Perikanan Pelagis Pengemban Pengembangan Pelagis Besar - Review Siteplan Mengkaji tata letak sarana Ketersediaan sarana dan
Tangkap Besar dan gan PPI Perikanan dan Pelagis PPI Tuandale dan permasalah-an di prasarana di PPI sesuai dengan
Pelagis Kecil Tulandale Tangkap kecil - Prasarana kawasan PPI Tulandale fungsi daripada segenap fasilitas
pendukung yang dibangun di PPI Tulandale
perikanan tangkap

Tidak Ada Rancangan PPI Pelagis Besar Prasarana Konsep pembangunan Perencanaan pembangunan PPI
Siteplan Papela dan Pelagis pendukung baru PPI di 2 lokasi yaitu untuk mendukung
dan Batutua Kecil perikanan tangkap Papela dan Batutua pengembangan perikanan
tangkap di Kab. Rote Ndao,
masih perlu identifikasi dan studi
kelayakan
5 Pengolahan Rumput Laut Potensi dan Pengembangan Rumput Laut Penyusunan Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana praarana
Permasalah kualitas pengembangan penyiapan sarana pendukung sehingga diperoleh
an, Bisnis Pengeringan kualitas pengeringan prasarana pendukung Rumput Laut yang berkualitas
Pengolahan Rumput Laut Rumput Laut
Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil

Page | 1 - 17
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Masterplan 2016 Review 2017 Tambahan Materi Masterplan 2017


No
Program Komoditas Materi Program Komoditas Materi Rekomendasi Output
Pengembangan pasar Tersedianya pasar yang dapat
menjamin penjualan Rumput
Laut kering

Pengolahan Ikan Ikan Kering, Pemilihan jenis ikan Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana prasarana
Fillet dan Ikan potensial dan penyiapan sarana pendukung
Beku rencana Bisnisplan prasarana pendukung
Membentuk kelompok KUB Pengolah Ikan
pengolah ikan
Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil
Pengembang-an pasar Tersedianya pasar yang dapat
menjamin penjualan olahan ikan

Pengolahan Teripang Pemilihan jenis Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana prasarana


Teripang Teripang potensial penyiapan sarana pendukung
dan rencana prasarana pendukung
Bisnisplan
Membentuk kelompok KUB Pengolah Teripang
pengolah teripang

Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil


Pengembangan pasar Tersedianya pasar yang dapat
menjamin penjualan olahan
teripang
6 Garam Tidak Ada Tidak Ada Pengembangan Garam - Potensi Tambak Studi kelayakan lokasi Site untuk lokasi tambak
produksi garam Garam menurut serbaguna
kecamatan Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana prasarana
- Artemia penyiapan sarana pendukung
- Lokasi, Bisnisplan, prasarana pendukung
Pengolahan Membentuk kelompok KUB Tambak Garam
tambak garam
Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil

Pengembangan pasar Tersedianya pasar yang dapat


menjamin penjualan olahan
garam

Page | 1 - 18
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 2
GAMBARAN KEBIJAKAN
PERIKANAN BERBASIS
WILAYAH

1.11. STRUKTUR RUANG BERDASARKAN POTENSI SEKTOR

Kabupaten Rote Ndao terletak antara 10025’ – 11015’ Lintang Selatan dan 121049’ –
123026’ Bujur Timur. Kepulauan Rote Ndao berada diantara Benua Asia dan Benua
Australia, serta diantara Laut Sawu dan Samudera Hindia. Luas wilayah daratan
Kabupaten Rote Ndao 1.280,10 km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan 89 pulau
tidak dihuni). Kabupaten Rote Ndao merupakan kawasan perbatasan laut Wilayah Nusa
Tenggara Timur dengan Australia. Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu
Negara dalam mendukung keberhasilan pembangunan, karena kawasan perbatasan
merupakan representatif nilai kedaulatan suatu negara, bermula dari kawasan perbatasan
akan mendorong perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan kegiatan masyarakat
lainnya yang akan saling mempengaruhi antara negara, sehingga berdampak pada
strategi keamanan dan pertahanan negara.

Berdasarkan kondisi geologis tersebut, Kabupaten Rote Ndao mempunyai potensi alam
yang cukup besar, terutama untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yakni
potensi sumberdaya hayati kelautan serta memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA)
daratan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Rote
Ndao.

Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu dari kabupaten yang terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Secara umum potensi Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi
yang sangat besar di sektor Perikanan dan Kelautan, Pertanian Tanaman Pangan,

Page | 4 - 19
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perindustrian, Pariwisata dan Budaya, dimana


sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan merupakan sektor unggulan
disamping sektor-sektor lainnya, yang merupakan peluang bagi pengembangan
investasi/dunia usaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk memanfaatkan
kesempatan berinvestasi di Kabupaten Rote Ndao, mengolah potensi dan meningkatkan
produksi dalam rangka mewujudkan Kabupaten Rote Ndao sebagai Sentra Kelautan
Perikanan Terpadu sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
daerah.

2.1.1. Pengertian dan Konsep Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu adalah pusat bisnis kelautan dan perikanan
terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan SKPT adalah
membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di
pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Rote Ndao
merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra
kelautan dan perikanan terpadu berdasarkan Kepmen KP No. 51 tahun 2016 tentang
penetapan lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-
Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan karena memiliki potensi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya yang sangat besar.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 48/Permen-KP/2015


Tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di
Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan, kriteria lokasi SKPT adalah: a) merupakan
PPKT atau Kabupaten/Kota yang memiliki PPTK dan/atau daerah perbatasan atau
Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan
perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan; c) ketergantungan masyarakat akan
sumber daya kelautan dan perikanan sangat tinggi; d) adanya dukungan dan komitmen
pemerintah daerah; e) memiliki SDM di bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah
tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.

Ruang lingkup program kegiatan SKPT, antara lain:

1. Penataan kawasan SKPT melalui penyusunan rencana zonasi, penyusunan


rencana induk (masterplan), dan penyusunan rencana bisnis (business plan);

Page | 4 - 20
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Pemberian bantuan dan revitalisasi sarana dan prasarana produksi bidang kelautan
dan perikanan;
3. Pemberian bantuan permodalan usaha bidang kelautan dan perikanan;
4. Penguatan kelembagaan usaha kelautan dan perikanan melalui pengembangan
sistem bisnis kelautan dan perikanan, koordinasi lintas kementerian/lembaga,
pembinaan, pendampingan, dan kemitraan;
5. Penyediaan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk menunjang bisnis kelautan dan
perikanan;
6. Penguatan daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan pemasaran produk
hasil kelautan dan perikanan;
7. Pengembangan Technopark melalui penguatan peran ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung pengolahan hasil perikanan dan jasa kelautan;
8. Pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat kelautan dan
perikanan;
9. Pengembangan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan;
10. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan;
11. Pengelolaan kawasan konservasi perairan dalam rangka menjaga kelestarian
sumber daya ikan untuk mendukung bisnis kelautan dan perikanan serta wisata
bahari; dan
12. Peningkatan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.

A. Konsep Masterplan SKPT

Pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan harus tetap menjadi agenda prioritas
pembangunan. Prioritas pembangunan hendaknya diarahkan pada pembangunan
infrastruktur dan prasarana lainnya untuk menunjang ketahanan pangan, karena
biasanya pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan minim bahan pangan dan sarana
prasarana penunjang lainnya, seperti, listrik, air bersih, transportasi termasuk SDM.
Terlebih lagi di wilayah perbatasan harus dikembangkan agar terjamin rasa aman, tertib,
maju dan sejahtera sehingga pantas menjadi halaman depan dan sabuk pengaman yang
memiliki daya tangkal terhadap setiap bentuk ancaman dari negara lain. Pembangunan
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan hendaknya direncanakan secara terintegrasi
antar berbagai bidang secara komprehensif dalam suatu masterplan. Masterplan atau
Rencana Induk berfungsi sebagai pemandu langkah mewujudkan pembangunan suatu

Page | 4 - 21
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

wilayah, kegunaan Masterplan sebagai acuan untuk memonitor dan mengevaluasi


tahapan-tahapan pembangunan yang telah ditempuh. Dengan adanya Masterplan, kita
dapat menempuh tahapan selanjutnya dalam proses atau pengembangan sebuah
wilayah.

Rencana Induk (Masterplan) SKPT dimaksudkan sebagai acuan atau arahan seluruh
kegiatan di hulu dan hilir dalam suatu proses pembangunan kelautan dan perikanan,
dan penggambaran aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan secara terpadu dan berkelanjutan. Aksesibilitas dan konektivitas
tergambarkan dalam peningkatan pemasaran hasil perikanan dan kelautan, hingga ke
mancanegara. Selain Masterplan disusun pula business plan pengembangan kawasan
SKPT. Jaminan keberhasilan pengembangan kawasan sentra kelautan dan perikanan
memerlukan perencanaan yang harus dituangkan ke dalam sebuah business plan.
Elemen pokok business plan antara lain deskripsi bisnis, produk/barang dan jasa,
analisis daya saing, rencana pemasaran, rencana pengelolaan (management plan), dan
rencana pembiayaan (financial plan). Rencana bisnis yang disusun haruslah realistis
dan komprehensif. Rencana bisnis dalam kegiatan pembangunan SKPT, selain
perhitungan kelayakan usaha komoditas unggulan yang akan dikembangkan, lokasi dan
pelaku kegiatan ekonomi dan pembangunan saran dan prasarana kawasan SKPT,
rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif,
rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi, menyusun indikasi program
pembangunan sarana dan prasarana kawasan PPKT Mandiri, dan menyusun kajian
kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek finansial,
teknis, aspek sosial-budaya, dan lingkungan.

Diharapkan dari program ini, adanya penataan ruang dan upaya peningkatan nilai
tambah ekonomi kegiatan pengembangan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi.
Pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi (baik
perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan, hingga pemasaran (darat,
laut, udara), serta infrastruktur pendukungnya.

Sasaran kegiatan penyusunan Masterplan adalah a). Tersusunnya masterplan kawasan


prioritas pemanfaatan ruang di kawasan terpilih, yang meliputi: rencana pengembangan
sarana dan prasarana kawasan SKPT; b). tersusunnya bisnisplan pembangunan sarana
dan prasarana kawasan terpilih SKPT dan kegiatan ekonomi yang meliputi: lokasi dan
pelaku kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana dan prasarana kawasan SKPT,

Page | 4 - 22
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif,
rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi, tersusunnya kajian kelayakan
pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek finansial, teknis, aspek
sosial-budaya dan lingkungan.

Diharapkan dari konsep SKPT ini, adanya penataan ruang dan upaya peningkatan nilai
tambah ekonomi kegiatan pengembangan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi.
Pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi (baik
perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan, hingga pemasaran (darat,
laut, udara), serta infrastruktur pendukungnya.

Gambar 2.1 Ilustrasi lokasi pembangunan SKPT

B. Tahapan Penyusunan Masterplan

Tahapan dalam penyusunan Masterplan, yaitu: 1). Persiapan; 2). FGD; 3).
Pengumpulan Data Sekunder; 4). Pengumpulan Data Primer; 5). Analisis Data; dan 6).
Penyusunan Masterplan dan Business plan di Lokasi terpilih kawasan SKPT. Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 2.2.

Page | 4 - 23
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Masterplan

Page | 4 - 24
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2.1.2. Rencana Pusat Kegiatan Ekonomi

Masterplan PSKPT adalah rencana pengembangan kawasan di daerah Kabupaten yang


memuat kebijakan dan strategi pengelolaan potensi kelautan dan perikanan budidaya
yang disusun dalam konsep kebijakan pengembangan kawasan jangka menengah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan yang diimplementasikan melalui rencana
pengusahaan dan rencana tindak.

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Rote Ndao adalah pusat bisnis
kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara
berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal tersebut berarti penyusunan masterplan PSKPT Rote Ndao
didalam implementasinya harus disesuaikan dan sinergi dengan Perda No 7 Tahun 2013
Tentang RTRW Kabupaten Rote Ndao. Strategi pengembangan kawasan memiliki nilai
strategis dibidang ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup meliputi:

1. Penyelenggaraan penataan ruang Kawasan Strategis Kabupaten serta


mengakomodasikan kawasan strategis yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi;
2. Pengembangan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi
tinggi, serta daya dukung lingkungan hidup;
3. Pelestarian dan peningkatan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, dan daya dukung lingkungan hidup;
4. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan strategis;
5. Pengoptimalan pemanfaatan teknologi untuk pengembangan kawasan strategis
yang berkelanjutan.

Konsep pembangunan SKPT merupakan kawasan sentra perikanan yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan perikanan disekitarnya. Kawasan

Page | 4 - 25
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan
perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan
administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasan yang ada.

Desa yang teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan, merupakan desa yang paling
tinggi peran dan fungsinya bagi desa sekitar. Desa ini dapat saja berperan sebagai pusat
pemasaran, sebagai kawasan sentra produksi, pusat pelayanan sosial, simpul utama
transportasi dan pusat pelayanan informasi. Dengan demikian, desa ini dapat berfungsi
sebagai pendorong pengembangan desa-desa sekitarnya dan sekaligus menciptakan
kawasan pengembangan baru di wilayah kabupaten atau provinsi.

Dalam sudut pandang wilayah, hal mendasar dalam pengembangan wilayah adalah
adanya interaksi antara wilayah (spatial linkage) desa dengan desa atau wilayah tertentu
(beberapa desa) dengan wilayah lainnya, baik dalam satu wilayah kabupaten maupun
dengan kabupaten sekitarnya. Beberapa pengertian untuk pengembangan desa adalah
:

1. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa


Satu satuan kawasan perdesaan yang terdiri dari Desa Pusat dan Desa Hinterland,
yang memiliki keunggulan strategis berupa :
 Berperan sebagai kawasan pertumbuhan dan pengembangan
 Adanya Keuntungan Ekonomis
 Memiliki Fasilitas Pelayanan Sosial Ekonomi
 Tingkat Aksesbilitas yang relatif lebih baik

2. Desa Pusat Pertumbuhan adalah


 Desa Pusat Kegiatan (center activity)
 Memiliki prasarana dan sarana dasar
 Fasilitas pelayanan umum
 Jaringan jalan yang paling lengkap

3. Hinterland
Adalah desa-desa pendukung kegiatan desa pusat pertumbuhan dengan potensial
berbatasan dengan desa pusat dan berorientasi pelayanan ke Desa Pusat. Rencana
pengembangan kawasan perdesaan meliputi kegiatan agropolitan dan SKPT.

Page | 4 - 26
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Dengan adanya barrier seperti yang disebut diatas, beban kota pusat (Perkotaan Ba’a)
sedikit banyak akan dapat dikurangi dan disisi lain perkembangan wilayah Kabupaten
Rote Ndao akan lebih maju. Fungsi-fungsi kegiatan yang akan berpengaruh langsung
terhadap pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan masyarakat yang harus
ditingkatkan keberadaan dan pelayanannya.

Pusat pelayanan desa tersebut secara berjenjang memiliki hubungan dengan pusat
kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat atau berhubungan langsung dengan
PKL/PKLP/PPK.

Pusat pelayanan antar desa direncanakan berada di PPL. Sedangkan pusat pelayanan
setiap desa adalah pusat permukiman di masing – masing di setiap desa atau disebut
pusat desa. Karakter desa yang berpotensi menjadi PPL antara lain :

 Desa-desa yang dikembangkan yang mempunyai jaringan dengan perkotaan yang


baik.
 Desa-desa disepanjang jaringan jalan regional atau yang mempunyai
akses/keterhubungan dengan jaringan jalan regional.
 Memiliki intensitas kegiatan ekonomi non-pertanian cukup beragam
 Sebagai pusat pelayanan perkembangan kegiatan budidaya, baik dalam wilayahnya
maupun wilayah sekitarnya, pusat permukiman perdesaan mempunyai fungsi:

- Ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang


- Jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan keuangan/ bank,
dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang, dan/atau sebagai pusat
simpul transportasi, pemerintahan, yakni sebagai pusat jasa pelayanan
pemerintah
- Jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan pendidikan,
kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.

Perkembangan kegiatan budidaya tersebut diatas memiliki skala kegiatan yang lebih
kecil dan terbatas dibandingkan kawasan perkotaan. Dari hasil analisa, maka PPL di
Kabupaten Rote Ndao antara lain:

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Mamaluk dan Lenopetu di Kecamatan


Rote Timur,
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Meoain Kecamatan Rote Barat Daya,
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Unatali Kecamatan Rote Tengah,

Page | 4 - 27
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Namadale Kecamatan Lobalain,


 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Tebole Kecamatan Rote Selatan,
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Oelaba di Kecamatan Rote Barat Laut
(nelayan-pelabuhan rakyat),
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Tesabela Kecamatan Pantai Baru,
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Desa Nemberala Kecamatan Rote Barat

Sebagai pusat kegiatan ekonomi berbasis perikanan, kawasan SKPT memiliki


karakteristik tersendiri, antara lain:

a. Memiliki sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha


lainnya, seperti jasa pelayanan dan perdagangan.
b. Memiliki sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi.
c. Menampung dan mempekerjakan sumber daya manusia di dalam kawasan SKPT
dan daerah sekitarnya.
d. Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya

Keterangan:
a. Infrastruktur 1 : Prasarana pokok dan pendukung usaha produksi perikanan tangkap dan budidaya.
b. Infrastruktur 2 : Prasarana jalan dan terminal/stasiun/bandara menuju industri pengolahan.
c. Infrastruktur 3 : Prasarana pokok dan pendukung usaha pengolahan perikanan tangkap dan budidaya.
d. Infrastruktur 4 : Sarana transportasi, jalan, terminal/stasiun/bandara menuju pasar.
e. Infrastruktur 5 : Sarana transportasi, pasar ikan, fasilitas eksport ikan.

Gambar 2.3 Skema Pengembangan Komoditas Unggulan

Page | 4 - 28
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor unggulan yang menjadi
perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan PPI Tulandale
akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di subsektor perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Posisi PPI Tulandale yang berada di Kecamatan Lobalain sebagai penopang utama dari
aktifitas ekonomi sektor perikanan di Ba’a sebagai PKL, sedangkan 3 kecamatan
lainnya, yakni Kecamatan Rote Tengah, Rote Selatan dan Rote Barat Laut, akan
berkontribusi sebagai zona pendukung dan keterkaitan terhadap kebutuhan bahan baku
produksi perikanan di Kecamatan Lobalain, atau Zona Inti Pangkalan Pendaratan Ikan
Tulandale.

2.1.3. Keterkaitannya dengan Wilayah Lain

Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai


suatu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa–
kota (urban–rural linkages) dan menyeluruh serta hubungan yang bersifat timbal dan
dinamis. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan
ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi
oleh pemerintah.

Kabupaten Rote Ndao sendiri memiliki luas daratan lebih dari 60% dari luas total wilayah
keseluruhannya. Secara geologis, Kabupate Rote Ndao masih didominasi oleh wilayah
hutan dan perkebunan, namun sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu
sektor unggulan yang menjadi perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote
Ndao. Keberadaan PPI Tulandale akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di
subsektor perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Dilain pihak, Kabupaten Rote Ndao juga memiliki komoditi unggulan dari sektor
kehutanan dan pertanian. Kondisi ini perlu disinergikan dengan konsep SKPT dimana
sektor perikanan akan menjadi penggerak ekonomi utama di 10 kecamatan kawasan
perikanan Kabupaten Rote Ndao.

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao adalah rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi

Page | 4 - 29
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
Kabupaten Rote Ndao (20 tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao. Muatan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Rote Ndao terkait Review Masterplan SKPT, antara lain :

A. Rencana Kawasan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Kawasan Hutan lindung (HL) yang ditetapkan di Kabupaten Rote Ndao dengan luasan
kurang lebih 15.385 Ha, meliputi kawasan hutan lindung yang tersebar di setiap
kecamatan.

1. Kawasan Perlindungan Setempat


a. Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria penetapan
sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat. Pada kawasan lindung setempat sempadan pantai ini
terdapat fungsi budidaya seperti perikanan, pariwisata, permukiman dan tambak.

Gambar 2.4 Kawasan Sempadan Kawasan Pantai

Kawasan sempadan pantai seluas kurang lebih 4.251 Ha meliputi:

a. Kecamatan Lobalain seluas 282 Ha;


b. Kecamatan Pantai Baru seluas 301 Ha;
c. Kecamatan Rote Barat dan Kecamatan Ndao Nuse seluas 631 Ha;
d. Kecamatan Rote Barat Daya seluas 816 Ha;

Page | 4 - 30
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

e. Kecamatan Rote Barat Laut seluas 289,20 Ha;


f. Kecamatan Rote Selatan seluas 210,20 Ha;
g. Kecamatan Rote Tengah seluas 210,29 Ha; dan
h. Kecamatan Rote Timur dan Kecamatan Landu Leko seluas 1.509,29 Ha.

b. Sempadan Sungai
Mengingat adanya badan air sungai yang terletak dalam wilayah, maka terhadap
sungai dan sempadan sungai ditetapkan sebagai kawasan lindung setempat, yang
terletak pada tepian sungai selebar 100 m untuk sungai besar dan 50 m untuk sungai
kecil di wilayah Kabupaten Rote Ndao.

c. Kawasan Sekitar Mata Air


Kawasan di sekitar mata air dengan radius 200 (dua ratus) meter tidak boleh terdapat
bangunan di sekitar mata air itu.

d. Kawasan Sekitar Danau/ Waduk


Perlindungan kawasan sekitar waduk/danau dilakukan untuk melindungi dari kegiatan
budidaya yang dapat mengganggu kelestarian waduk/dam. Kriteria kawasan sekitar
waduk/dam adalah daratan sepanjang tepian waduk/dam yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi waduk/dam dengan jarak 50–100 m. Adapun persebaran
sempadan danau/waduk di Kabupaten Rote Ndao terdapat pada semua 100 buah
danau/waduk/situ/embung yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten
Rote Ndao.

Kawasan sekitar danau merupakan kawasan tertentu di sekeliling danau yang


mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau.
Adapun kriteria penetapan sempadan danau adalah sebagai berikut:

a) Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter
dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
b) Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk

2. Kawasan Suaka Alam


a. Kawasan Suaka Alam Laut
Kawasan suaka alam laut yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan flora
fauna dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi perkembangannya yang
berlangsung secara alami.

Page | 4 - 31
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha,
dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam laut.

b. Kawasan Suaka Pantai Berhutan Bakau


Lindung untuk perairan laut adalah melindungi keberadaan hutan bakau dan
keberadaannya harus dilibatkan dengan reboisasi serta di sekitar pantai yang
terdapat budidaya perlu adanya penanaman mangrove untuk perlindungan budidaya
air tawar dan air payau. Luas kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote
Ndao sebesar 7.157,23 Ha yang tersebar di seluruh wilayah pesisir kecamatan di
Kabupaten Rote Ndao.

Keberadaan hutan bakau pada seluruh kecamatan di Kabupaten Rote Ndao harus
tetap dipertahankan dan bila perlu tambak yang langsung menghadap ke laut harus
dilindungi oleh hutan bakau bila kondisinya fisiknya memungkinkan. Sedangkan
keberadaan hutan bakau perlu ada reboisasi dan pengawasan yang ketat agar tidak
bertambah rusak. Tanaman pantai (Baringtone dan Percarpae) dalam perkembangan
perlu untuk dilindungi dan dilestarikan dengan reboisasi tanaman pantai berkaitan
dengan upaya mencegah terjadinya abrasi pantai.

Keberadaan hutan bakau yang kondisinya sudah rusak akibat penebangan liar perlu
direboisasi sedangkan keberadaan hutan bakau yang ada perlu untuk dipertahankan
dan dilindungi secara ketat agar tidak rusak.

1) Hutan bakau yang berperan penting bagi semua kehidupan tersebut ternyata
dalam pemanfaatannya sering dilaksanakan dengan kurang bijaksana antara lain
disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.
Perubahan ekosistem hutan bakau yang tak terkendali menjadi tambak,
pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan, industri atau pelabuhan,
merupakan bukti penyebab penurunan lahan hutan bakau tersebut.
2) Fungsi ekosistem hutan bakau mencakup: fungsi fisik; menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut;

Page | 4 - 32
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis;


tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air; tempat
bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai jenis biota. Fungsi ekonomi,
sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat
pembuatan garam, bahan bangunan dll. Hasil-hasil produk dari ekosistem hutan
mangrove berupa :

a) Bahan bakar: kayu bakar, arang dan alkohol.


b) Bahan bangunan: balok perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api,
pembuatan kapal, tonggak dan atap rumah. Tikar bahkan pagar pun
menggunakan jenis yang berasal dari hutan mangrove.
c) Makanan: obat-obatan dan minuman, gula alkohol, asam cuka, obat-obatan
dan sebagainya.
d) Perikanan: tiang-tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan
ikan, bahan penyamak jaring dan lantai.
e) Pertanian, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.
f) Produksi kertas: berbagai macam kertas.

Hutan bakau merupakan sumberdaya alam daerah tropis yang mempunyai manfaat
ganda baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya peranan ekosistem
hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik
yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove atau
manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut.

Secara umum hutan bakau dan ekosistemnya cukup tahan terhadap berbagai
gangguan dan tekanan, namun demikian bakau tersebut sangat peka terhadap
sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan air, pencucian serta tumpahnya minyak.
Permasalahan utama tekanan terhadap habitat bakau adalah kegiatan manusia
dalam mengkonversi hutan bakau untuk berbagai kepentingan seperti untuk
perumahan, industri dan pertanian, kayu bakar, pembukaan tambak-tambak
budidaya, dan strategi pengelolaan hutan bakau Kabupaten Rote Ndao yang
memperlihatkan secara ringkas pengelolaan hutan bakau adalah :

• Menghindari proses-proses sedimentasi berlebihan, erosi, pengendapan yang


dapat merubah sifat kimiawi (seperti kesuburan)

Page | 4 - 33
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

• Mempertahankan pola-pola alamiah seperti aktivitas siklus pasut dari perubahan


akibat pola pengembangan termasuk pola-pola temporal dan spasial alami dari
salinitas air permukaan dan air tanah
• Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan
sedimentasi dengan cara mengevaluasinya secara berkala
• Menetapkan batas maksimum total hasil panen yang dapat diproduksi sehingga
keberlanjutan sumber dayanya dan ekosistemnya dapat dipertahankan
• Untuk daerah-daerah yang mungkin terkena tumpahan minyak ‘MONTARA’ serta
bahan beracun lainnya supaya memiliki rencana penaggulangannya
• Menghindari semua bentuk kegiatan yang mengakibatkan pengurangan areal
bakau seperti misalnya penghentian sirkulasi air permukaan.

c. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut


Taman wisata alam yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan
bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata, dan rekreasi. Rencana pengelolaan kawasan taman wisata alam.

Perlindungan Taman Wisata Alam dilakukan untuk kebutuhan berwisata yang


didukung oleh arsitektur bentang alam yang baik. Taman wisata alam ditetapkan
dengan kriteria:

• Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih
asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;
• Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
• Memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
• Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan
wisata alam.

Kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut terdapat di Pulau Ndana,
Pantai Nemberala, Pantai Bo’a, Batu Termanu, Pantai Leli, dan Pulau Do’o, Pantai
Mulut Seribu, Pemandian Oemau, Pantai Vei, Pantai Tesabela, Pantai Tongga,
Pantai Oeseli, HUS Ndeo & Danau Oendui; Rencana pengelolaan kawasan taman
wisata alam dilakukan dengan:

Page | 4 - 34
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a) Pada kawasan obyek wisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang
kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut;
b) Obyek wisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga
diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi obyek wisata alam
sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau
obyek penelitian dan pendidikan; serta
c) Penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan obyek wisata alam yang
sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan obyek wisata
alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.

3. Kawasan Rawan Bencana Alam


Kawasan rawan bencana Kabupaten Rote Ndao terdiri atas:
a. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng
yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran.

Kawasan-kawasan yang merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor, adalah:


• Kecamatan Lobalain
• Kecamatan Rote Timur

b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Kawasan Banjir


• Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Wilayah pantai dan pesisir sepanjang Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Rote
Barat Daya, Kecamatan Rote Barat dan Kecamatan Pantai Baru merupakan
kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai.
• Kawasan Rawan Banjir
Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Rote Ndao, meliputi: Kecamatan
Rote Timur, Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Tengah.

B. Rencana Kawasan Budidaya

Muatan Rencana kawasan budidaya terkait penyusunan Review Masterplan SKPT Rote
Ndao, antara lain:

1. Kawasan Peruntukan Pertanian


Lahan pertanian di Kabupaten Rote Ndao meliputi persawahan dan pertanian tanah
kering, perbedaan mendasar dari keduanya adalah persawahan sepanjang tahun dapat

Page | 4 - 35
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ditanami padi karena cukup air, baik dari irigasi teknis maupun irigasi sederhana.
Sedangkan pertanian tanaman kering saat musim hujan ditanami padi dan saat kemarau
ditanami padi gogo atau palawija, seperti: kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu.
Termasuk dalam pertanian tanaman kering adalah peruntukan tegalan, kebun campur,
dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi.

Untuk menjaga kesinambungan produksi padi, baik untuk kebutuhan lokal maupun
regional, maka lahan pertanian beririgasi teknis harus dipertahankan bahkan ditambah
luasnya. Kawasan penghasil padi ini terdapat di Kecamatan Pantai Baru dan Rote Timur.
Saluran irigasi teknis harus dipertahankan dan dilakukan peningkatan irigasi sederhana
dalam skala wilayah.

Pertanian lahan kering identik dengan komoditi tanaman pangan seperti ubi kayu/ketela
pohon, pohon lontar yang menjadi komoditi unggulan di wilayah perencanaan, tanaman
hortikultura, serta padang rumput yang dapat bersimbiosis dengan kegiatan peternakan
yang memang potensial di wilayah Kabupaten Rote Ndao, perkembangan kawasan
tersebut banyak tersebar merata disetiap wilayah kecamatan, maka pada wilayah
dengan penghasil komoditi potensial harus terus dikembangkan. Arahan pengelolaan
kawasan pertanian antara lain :

1). Pengembangan sawah irigasi teknis atau pencetakan sawah baru dilakukan dengan
memprioritaskan perubahan dari sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan
dengan perluasan jaringan irigasi dan pengembangan waduk/embung.
2). Perubahan kawasan pertanian menjadi non pertanian harus diikuti oleh
pengembangan kawasan pertanian baru dengan tetap memperhatikan luas kawasan
yang dipertahankan sebagai kawasan pertanian.
3). Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative
farming dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture
practices.
4). Pengembangan agropolitan Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Timur
merupakan zona pengembangan agropolitan yang memiliki titik-titik pertumbuhan
yang mampu mendorong wilayah sekitarnya.

Pengembangan sentra kawasan agropolitan di Kecamatan Rote Barat Daya dan


Kecamatan Rote Timur (sebagai prioritas pengembangan), dengan zona pendukung

Page | 4 - 36
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Lobalain, Kecamatan
Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, dan Kecamatan Pantai Baru merupakan zona
pengembangan agropolitan untuk pendorong pertumbuhan sekitarnya.

Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional
dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

a) Kawasan Pertanian Lahan Basah


Pertanian lahan basah adalah lahan yang sepanjang tahun dapat ditanami padi
karena cukup air yang bersumber dari air irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 3.672 Ha atau 3,11% dari luas total Kabupaten Rote Ndao.
Kawasan persawahan menyebar dari hulu hingga hilir di Kabupaten Rote Ndao
namun dominan terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote
Tengah, Pantai Baru dan Rote Timur. Lahan sawah irigasi teknis berpotensi menjadi
daerah Minapadi.

b) Kawasan Pertanian Lahan Kering


Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat
musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti kacang hijau, kedelai,
kacang tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah peruntukan
tegalan, pekarangan, ladang dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi
atau sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian berupa pertanian tanah kering di
Kabupaten Rote Ndao sebesar 2.3851 Ha atau sebesar 18.63% dari luas total
Kabupaten Rote Ndao.

c) Kawasan Peruntukan Perkebunan


Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Rote Ndao adalah 23757.75 Ha atau sekitar
18.56% dari total luas wilayah Kabupaten Rote Ndao. Komoditi perkebunan
utamanya adalah kelapa, kapuk, jambu mete dan lontar.

2. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata.
Kebijakan pemanfaatan pariwisata pada dasarnya tidak seluruhnya digunakan untuk
fasilitas akomodasi pariwisata, melainkan juga diperuntukan bagi penggunaan
pendukung seperti pemasaran produk perikanan melalui kuliner dan souvenir.

Page | 4 - 37
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Penetapan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk mengkonsentrasikan beberapa


akomodasi pariwisata dan fasilitas pendukungnya dalam suatu kawasan sesuai dengan
peruntukannya, agar lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan ruang. Kawasan
pariwisata alam yang ada di Kabupaten Rote Ndao yaitu:

 Wisata Pantai Nemberala dan Pantai Bo’a di Kecamatan Rote Barat


 Wisata Batu Termanu di Kecamatan Rote Tengah
 Wisata pulau dan alam terdiri dari Pulau Ndana, Pulau Ndao, Laut Mati, Pemandian
Oemau, Pulau Do’o, Pulau Nuse dan Danau Oendui
 Wisata alam laut terdiri dari Pantai Leli, Pulau Nuse, Pantai Mulut Seribu, Pantai
Vei, Pantai Tesabela, Pantai Tongga, dan Pantai Oeseli.

3. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan
kriteria:
 Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
 Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
 Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

Berdasarkan kriteria diatas, kebijakan kawasan permukiman di Kabupaten Rote Ndao


adalah sebagai berikut:
 Permukiman Perkotaan Ba’a
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan Ba’a ini dikembangkan sebagai
pusat utama di Kabupaten Rote Ndao dengan fungsi sebagai PKL (Pusat Kegiatan
Lokal) dan sekaligus sebagai pendukung dan ”mitra” dari Kota Kupang sebagai PKN
(Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan permukiman perkotaan Ba’a ini terletak di
Kecamatan Lobalain.
 Permukiman Pedesaan
Permukiman perdesaan yang kemudian pada beberapa tempat dapat saja bergeser
berangsur-angsur menjadi semi-perkotaan sehubungan dengan fungsinya misalnya
sebagai ibukota kecamatan. Sebaran permukiman perdesaan terdapat di semua
kecamatan, antara lain:

Page | 4 - 38
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1. Kecamatan Rote Barat Daya


2. Kecamatan Rote Tengah
3. Kecamatan Rote Selatan
4. Kecamatan Landu Leko
5. Kecamatan Rote Barat
6. Kecamatan Ndao Nuse

4. Kawasan Keterkaitan Pemukiman dan Perikanan


Perwujudan dari kawasan perikanan budidaya air tawar adalah adanya kegiatan
perikanan keterkaitan dengan kawasan pemukiman. Kegiatan perikanan perlu
berdekatan dengan pemukiman dikarenakan ada kegiatan pemantauan, pemberian
pakan dan penjagaan dari pencurian (orang/hewan). Pemukiman perkotaan dan
perdesaan dibeberapa lokasi selalu menjadi satu kesatuan dengan kegiatan perikanan.

5. Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan Peruntukan Lainnya di Kabupaten Rote Ndao yaitu berupa kawasan
peruntukkan pertahanan dan keamanan yaitu :

a. Komando Rayon Militer (Koramil) 1604-2 di Kecamatan Lobalain;


b. Komando Distrik Militer (Kodim) di Kecamatan Lobalain;
c. Pangkalan TNI-AL Pulau Rote di Desa Dolasi Kecamatan Rote Barat Daya;
d. Pos TNI-AL di Pulau Ndana Kecamatan Rote Barat Daya dan Pepela Kecamatan
Rote Timur;
e. Pulau Ndana sebagai kawasan perbatasan Indonesia dengan Negara Australia; dan
f. Rencana Pelabuhan Angkatan Laut di Desa Dolasi Kecamatan Rote Barat Daya.

1.12. PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN

Sektor Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu sektor unggulan yang menjadi
perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan PPI Tulandale
akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di subsektor perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Posisi lokasi PPI
Tulandale yang berada di Kecamatan Lobalain, sebagai penopang utama dari aktifitas
ekonomi sektor perikanan di Kecamatan Lobalain, dengan Ba’a sebagai PKL Kabupaten
Rote Ndao, sedangkan 3 kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Rote Barat Laut, Rote
Selatan dan Rote Tengah akan berkontribusi sebagai zona pendukung dan keterkaitan

Page | 4 - 39
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

terhadap kebutuhan bahan baku produksi perikanan di Kecamatan Lobalain, atau Zona
Inti PPI Tulandale.

Pengembangan sentra perikanan di SKPT Rote Ndao akan dilaksanakan sejak dari
proses pra – produksi hingga paska – produksi. Industri perikanan dilakukan hulu ke hilir
oleh seluruh pelaku bisnis yang terpusat pada sentra sentra yang telah ditetapkan.

Usaha perikanan yang dikembangkan meliputi usaha perikanan tangkap, perikanan


budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

2.2.1. Perikanan Tangkap

Produktivitas usaha perikanan tangkap sangat erat kaitannya dengan ketersediaan


sumberdaya ikan, kemampuan armada penangkapan ikan dan
kemampuan/keahlian/keterampilan nelayan penangkap ikan. Potensi sumberdaya ikan
yang besar dan masih jauh dari nilai optimal, tidak menjadi halangan bagi pelaku usaha
perikanan tangkap di Kabupaten Rote Ndao untuk meningkatkan upaya tangkapnya
menjadi lebih besar. Dukungan armada penangkapan yang lebih modern dan dengan
alat tangkap yang ramah lingkungan, serta memperhatikan kualitas produk hasil
tangkapan, menjadi modal utama bagi peningkatan produksi perikanan tangkap. Selain
itu, ketersediaan nelayan tangkap yang handal dan kompeten dalam mengendalikan alat
tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan yang bermutu tinggi.

Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi perairan yang sangat besar luas wilayah perairan
kabupaten ini adalah 2.376 km2. Perairan Rote Ndao memiliki potensi perikanan tangkap
yang juga besar. Jenis-jenis ikan yang potensial antara lain adalah tongkol, kerapu, dan
kakap.

Keberadaan PPI Tulandale di Kecamatan Lobalain sebagai sentra indutri perikanan


tangkap di Kabupaten Rote Ndao, tentunya harus menyediakan fasilitas yang baik dan
mampu menampung segala kebutuhan nelayan dalam melakukan operasional
penangkapan ikan. Terlebih akses dari Pelabuhan Perikanan ke sentra-sentra
pengolahan maupun pemasaran ikan, harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi
usahanya. Dilain pihak keberadaan pelabuhan perikanan menghadap ke wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) 573 yang potensial dengan sumberdaya perikanan akan
menjamin pasokan bahan baku industri perikanan.

Kecamatan Rote Tengah ditetapkan kawasan perikanan tangkap sebagai hinterland,


adalah zona keterkaitan sistem SKPT pelabuhan Tulandale, jadi berada diluar kawasan

Page | 4 - 40
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

pelabuhan perikanan Tulandale dilengkapi dan dikembangkan sarana-prasarana


pendukung penangkapan ikan, penyediaan umpan, pelabuhan perikanan kecil/tempat
pendaratan ikan. Keberadaan sentral nelayan dan pedagang ikan di kawasan hinterland
ikut mendukung dalam sistem minabisnis pelabuhan Tulandale. Jika terdapat kawasan
berpotensi dibangun pelabuhan perikanan sebagai hinterland maka lokasi dimaksud
dapat dibangun pelabuhan perikanan baru sebagai hinterland pelabuhan perikanan
yang sudah ada.

Hinterland
KAW. INTI

Hinterland

Gambar 2.5 Kawasan Inti dan Hinterland Perikanan Tangkap

Kebijakan pengembangan kawasan perikanan tangkap diarahkan dengan pola zonasi


yang terdiri dari zona penangkapan; zona inti (pelabuhan perikanan/sentra produksi),
zona pengembangan dan pendukung serta zona keterkaitan. Masing-masing zona
mempunyai kegiatan ekonomi dengan basisnya adalah usaha perikanan tangkap.
Penjelasan masing-masing zona dari perikanan tangkap adalah sebagai berikut:

1. Zona Penangkapan
Merupakan wilayah pesisir sebagai daerah operasional kegiatan usaha
penangkapan ikan berdasarkan Rancangan Pengelolaan Perikanan, Tata Ruang
Wilayah Laut dan Pesisir,dan Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan
Perikanan (WKOPP) di dalam suatu wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI)

2. Zona Inti
Zona inti berupa pelabuhan perikanan dan sentra nelayan perairan umum daratan
yang dilengkapi dengan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

Page | 4 - 41
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

yang memungkinkan untuk melakukan aktifitas kegiatan usaha perikanan tangkap


atau berupa sentra nelayan yang terintegrasi dengan kegiatan pengolahan dan
pemasaran. Zona Inti sudah memiliki Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan
Perikanan, sehingga tidak tumpang tindih kepentingan atau konflik dengan
kepentingan sektor lain. Untuk Kabupaten Rote Ndao yang sesuai dengan kriteria ini
dapat ditetapkan pelabuhan perikanan Tulandale, sedangkan hinterland di
Kecamatan Rote Tengah yang masih perlu peningkatan fasilitas guna mendukung
pengembangan SKPT.

3. Zona Pengembangan dan SKPT


Merupakan wilayah yang bedasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
diperuntukkan bagi pengembangan usaha berbasis usaha perikanan tangkap dalam
rangka mendukung usaha seperti adanya industri perikanan maupun
pemasarannya. Zona pengembangan dan pendukung yang menjadi bagian dari
SKPT perikanan tangkap sama yaitu di PPI Tulandale dan untuk jangka panjang di
kecamatan sekitarnya

4. Zona Keterkaitan
Merupakan wilayah diluar zona pengembangan dan pendukung yang memiliki
keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, diantaranya adalah
pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan
maupun produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional usaha
perikanan. Disamping itu di dalam zona keterkaitan terdapat lembaga
keuangan/perbank kan, pendidikan, kesehatan, akses pemasaran dan aspek-aspek
lainnya yang mendukung dalam pengembangan kawasan SKPT perikanan tangkap.
Lokasi zona keterkaitan sesuai ketentuan RTRW ini adalah di Kota Rote Ndao.

2.2.2. Perikanan Budidaya

Rencana pengembangan perikanan budidaya, kebijakan yang ditempuh selain


mengacu kepada RTRW tentang ketentuan umum peraturan zonasi juga
mempertimbangkan sektor lainya itu sistem jaringan sumberdaya air pada wilayah
sungai. Keberhasilan kinerja dan pengembangan perikanan budidaya sangat
membutuhkan dukungan sarana jaringan sumberdaya air. Kondisi ini sangat penting
karena kebijakan sistem jaringan sumberdaya air disusun dengan memperhatikan:

Page | 4 - 42
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
2. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai selaras dengan pemanfaatan ruang
pada wilayah sungai di kabupaten/kota yang berbatasan;
3. Pengelolaan yang berdasarkan satuan wilayah hidrologis, yaitu daerah aliran
sungai/wilayah sungai;
4. Pengelolaan yang direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan; dan
5. Ketentuan satu sungai, satu rencana dan satu pengelolaan terpadu.

Ada 2 kriteria didalam menetapkan arah kebijakan pengembangan perikanan budidaya,


yaitu pertama kriteria umum yang menjadi acuannya itu :

1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang


sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan hidup serta mencegah kerusakannya
2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang untuk dialih fungsikan
3. Kegiatan perikanan skala besar baik yang menggunakan lahan luas ataupun
teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian amdal sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku
4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin
tenaga kerja setempat
5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan dan RTRW

Sedangkan kedua adalah kriteria khusus dalam pengembangan perikanan budidaya


antara lain adalah:

1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah


2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi
sektorlain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan lainnya
3. Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah
pendukung.

Page | 4 - 43
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumberdaya alam sehingga dapat


dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan
ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

Kawasan untuk kegiatan perikanan budidaya ikan di Kabupaten Rote Ndao, yang dapat
dikembangkan terdiri dari:

A. Perikanan Budidaya Air Tawar

Kegiatan usaha pembudidayaan air tawar telah berjalan, terutama perikanan budidaya
ikan Nila, ikan Lele, dan lainnya. Kabupaten Rote Ndao telah memiliki balai benih ikan
yaitu Balai Benih Ikan (BBI) Mokdale yang berada di Kecamatan Lobalain. Sumber air
untuk kegiatan BBI Mokdale berasal dari mata air. Peningkatan pembangunan baru
sarana untuk suplai air tawar diupayakan dikembangkan agar dapat dihubungkan
dengan air media yang berasal dari saluran primer.

Karakteristik kegiatan budidaya air tawar cukup beragam terutama lokasi pembudidaya,
seperti budidaya di danau/waduk, sungai, kolam, kolam pekarangan, sawah (minapadi),
dan rawa pasang surut serta rawa lebak, batasan kawasannya sulit ditetapkan karena
satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda. Secara teknis kegiatan budidaya
ikan air tawar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

1. Kegiatan budidaya ikan air tawar di keramba jaring apung


Lokasi yang cocok digunakan untuk kegiatan ini berada diperairan situ, danau dan
waduk.embung
2. Kegiatan budidaya ikan di karamba
Lokasi yang cocok digunakan diperairan sungai dan saluran irigasi, embung, teluk
3. Kegiatan budidaya ikan di kolam
Lokasi yang cocok digunakan di lahan pekarangan, lahan pasang surut yang airnya
tawar.

Pada umumnya lokasi kegiatan perikanan budidaya air tawar berada berdekatan dengan
rumah tinggal karena alas an keamanan usaha, sedangkan karakteristik penamaan unit
kawasan perikanan budidaya air tawar batasannya akan didasarkan pada nama
Desa/Kampung, nama danau/situ/waduk, nama sungai.

a. Kawasan di Danau/Situ/Waduk
Penetapan perikanan budidaya air tawar di danau/situ/waduk yang harus
diidentifikasi (studi peta) untuk memasukkan perairan yang posisinya seperti:

Page | 4 - 44
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

perairan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, tempat wisata, jalan raya
dan penyeberangan. Kondisi perairan yang harus dihindari untuk masuk dalam
penetapan budidaya air tawar adalah perairan yang dilindungi, muara/hulu sungai-
sungai yang memasukkan dan mengeluarkan air ke dan dari perairan
danau/situ/waduk. Kualitas besar suplai air untuk budidaya air tawar meliputi
karakteristik perubahan kualitas dan permukaan atau kedalaman air saat musim
penghujan dan musim kemarau.

b. Kawasan di Sungai, Saluran Irigasi, Lahan Pekarangan dan Sawah


Kegiatan perikanan budidaya air tawar dilokasi ini tidak dapat ditetapkan di dalam
satu kawasan yang sama, karena lokasi kegiatan berupa spot-spot dalam luasan
kecil-kecil. Oleh karena itu untuk kegiatan perikanan budidaya air tawar seperti ini
tidak diperlukan penetapan kawasan tetapi nama dan batas kawasan digunakan
nama dan batas dari desa/kampung dimana kegiatan perikanan budidaya tersebut
berada.

B. Perikanan Budidaya Air Payau

Adalah hamparan lahan pertambakan (air payau) yang ditetapkan pemerintah


Kabupaten dengan pengaturan operasional berupa pemberian dan pembuangan air
untuk kegiatan budidaya ikan di kawasan pertambakan dalam satu kesatuan
manajemen air. Satu kesatuan manajemen air adalah kawasan memiliki satu
pengelolaan air meskipun hamparan tersebut terdiri dari beberapa sistem saluran pasok
dan buang serta dilengkapi dengan bangunan pendukung yang diperlukan. Batasan
kawasan perikanan budidaya air payau ada dua pendekatan:

a. Kawasan budidaya perikanan air payau didasarkan atas kondisi batas alam dan
batas administrasi kabupaten/kecamatan/desa yang ada dalam satu hamparan.
b. Kawasan perikanan budidaya air payau didasarkan atas satu sistem pengelolaan air
seperti ditunjukkan pada pengertian di atas.

Ada ketentuan dalam melakukan penetapan kawasan perikanan budidaya air payau
untuk mendapatkan kawasan agar tidak bermasalah dan banyak hambatan dari
berbagai pihak antara lain adalah :

a. Sepadan pantai (green-belt) adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Page | 4 - 45
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

b. Kawasan lindung sempadan pantai terdapat fungsi budidaya seperti perikanan,


pariwisata, permukiman dan tambak.
c. Sepadan sungai pemanfaatan fungsi lain diperkenankan dengan jarak 50 m untuk
sungai kecil dan 100 m untuk sungai besar.
d. Batas perubahan vegetasi mangrove (bakau dan nipah) dan bukan mangrove
yang merupakan batas potensi adanya sumberdaya air payau/salin;
e. Menghindari lahan gambut dengan cara lahan yang akan ditetapkan terlebih dulu
disandingkan (“dioverlay”) dengan peta potensi gambut; vegetasi semak-semak
rendah dan alang-alang yang berada dilahan air payau. Maksud dari overlay ini
adalah untuk mengindikasikan bahwa lahan/tanah yang dibawahnya dominan pasir
yang kurang baik untuk tambak karena sifat pasir yang tidak kedap air.

Berdasarkan ketentuan yang diatur Pemerintah dalam pendekatan kawasan


pembudidayaan baik tataguna pengairan serta ketentuan yang berlaku diatas, dilakukan
kajian di lapangan bahwa wilayah yang sesuai dengan peruntukkan budidaya air payau.
Dari gambaran wilayah survey menunjukkan bahwa untuk pemanfaatan kawasan pesisir
yang dapat dikembangkan untuk budidaya air payau (tambak) adalah di Kecamatan
Rote Timur, Rote Barat Laut, Landu Leko dan Pantai Baru.

C. Perikanan Budidaya Laut

Kriteria untuk mendapatkan kawasan budidaya laut diperlukan data teknis kondisi
perairan antara lain seperti:

a. Kedalaman laut kurang dari 20 m,


b. Tidak terdapat gelombang laut artinya perairan kawasan budidaya cukup tenang
sepanjang tahun.
c. Material dasar perairan pasir berlumpur, mengandung substrat sesuai kebutuhan
pembudidayaan.
d. Bebas dari alur pelayaran (kapal kecil sampai besar).
e. Ruang kawasan budidaya lkan diperairan laut ini ditetapkan suatu zona kawasan
budidaya
f. Lokasi kawasan ada kesesuaian dengan kondisi usaha masyarakat sekitarnya
g. Mempertimbangkan jarak dari pantai, batas administrasi Desa, Kecamatan dan
Kabupaten
h. Bukan merupakan alur pelayaran, kawasan lindung, dan kawasan terlarang.

Page | 4 - 46
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kegiatan budidaya laut yang sesuai dengan kriteria diatas diwilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur disesuaikan dengan pemetaan dari Direktorat Prasarana Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya yang merupakan hasil studi dua peta tematik yaitu peta
bathymetri dan peta arah arus permukaan air laut pada musim barat dan musim timur.

2.2.3. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran

1. Pengembangan Pengolahan Ikan

Adanya upaya untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil perikanan. Jika semula hasil
perikanan hanya diperoleh dalam bentuk produk primer, kini mampu menghasilkan
produk olahan dan produk tambahan seperti minyak ikan, omega 3, dan lain-lain. Dalam
upaya ini diperlukan penelitian, sarana-prasarana yang memadai dan tenaga kerja yang
berpengalaman. Bangunan yang dimungkinkan dapat dukungan pembangunan dari
Ditjen Cipta Karya antara lain seperti Packing house diperlukan untuk menjaga kualitas
produk dan tempat penjemuran ikan merupakan infrastruktur yang mendukung proses
pengolahan hemat energi.

Pengembangan pengolahan ikan maksudnya adalah termasuk pengembangan


kawasan yang diperuntukkan kawasan industri pengolahan, baik yang menyebar
maupun yang memusat (terletak di zona yang telah ditetapkan). Penetapan kawasan
industri ini harus sesuai dan memenuhi ketentuan yang ada pada undang-undang
lingkungan hidup, terutama untuk industri yang menimbulkan polusi, sedangkan untuk
industri kerajinan yang berupa industri rumah tangga, peletakkannya dapat berdekatan
dengan pemukiman dengan ketentuan tidak mengganggu dan menimbulkan polusi
udara, air dan suara (bising).

Ada 3 kecamatan yang mempunyai potensi untuk mengembangkan pengolahan hasil


perikanan adalah di PPI Tulandale Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Daya,
Kecamatan Rote Timur. Kecamatan Rote Timur sebelum dipersiapkan PPI Papela,
dapat memanfaatkan kawasan yang sudah siap pakai di Papela.

2. Pengembangan Pemasaran Ikan

Infrastruktur yang tersedia sangat menunjang upaya pemasaran hasil perikanan, yang
dapat memperpendek mata rantai tata niaga perdagangan, mulai dari sentra produksi
sampai ke sentra pemasaran akhir. Misalnya saja, tambatan perahu dan Tempat
Pemasaran Ikan (TPI). Disamping dukungan infrastruktur, keberhasilan pelaksanaan

Page | 4 - 47
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

pengembangan SKPT juga didukung oleh adanya kelembagaan yang berfungsi secara
baik. Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan SKPT yang bersifat koordinatif
dilevel birokrasi dan kelembagaan kelompok/pengusaha penangkap dan pembudidaya
ikan yang mampu mengawal hasil tangkapan ikan sampai pada proses pengolahan dan
pemasaran dengan harga dan keuntungan yang tinggi.

Kelembagaan SKPT di level birokrasi bertujuan mengintegrasi dan mengkomunikasikan


semua kegiatan pembangunan infrastruktur, kinerja instansi pendukung dan operasional
kegiatan minabisnis. Kelembagaan SKPT juga dibentuk di tingkat Provinsi yang memiliki
fungsi koordinasi sebagai fasilitator hubungan antara Kabupaten/Kota dan antara
daerah dengan Pusat. Karena fungsinya penghubung maka lembaga ini harus proaktif
dalam mengikuti perkembangan di beberapa kabupaten/kota SKPT dan
mengkomunikasikan kegiatan yang menghambat dan mendukung operasional mina
bisnis di kawasan SKPT. Masterplan kelembagaan perlu dirumuskan sesuai dengan
kondisi sosial-ekonomi dan sosial budaya masyarakat di kabupaten/kota SKPT agar
akselerasi operasional kegiatan pembangunan infrastruktur dan mina bisnis yang tinggi
bisa tercapai.

2.2.4. Tambak Serbaguna

Garam merupakan komoditas vital yang memainkan peranan penting untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi maupun berbagai kegiatan industri. Kabupaten Rote Ndao
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki
tambak garam rakyat.

Potensi tambak garam di Rote Ndao tersebar di Kecamatan Rote Timur, Landu Leko,
Rote Barat Laut, Rote Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan
Pantai Baru. Pengembangan industri garam mengikuti kebijakan nasional untuk
mendukung swasembada garam. Kawasan Tambak garam dapat dikembangkan secara
terpadu dengan pemeliharaan Artemia.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan didalam menentukan tingkat kesesuaian


lokasi yaitu berdasarkan aspek ekologis dan aspek tanah antara lain:

1. Aspek Ekologis meliputi :

a. Sumber daya air laut

Page | 4 - 48
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Air laut merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat garam.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kaitannya dengan sumber daya air laut
yaitu :

1) Kadar Garam
Perairan Laut Indonesia secara umum memiliki kadar garam rata-rata 3 – 3,5
Be dengan spesifik Gravity 1,0258. Untuk mengetahui kepekatan kadar garam
pada air laut dapat dilakukan dengan cara mengukur dengan alat ukur
Baumeter /Hydrometer.

2) Bersih
Untuk menjamin keberhasilan tambak perairan harus bersih, tidak terdapat
sampah, jernih dan tidak terlalu banyak mengandung suspensi zat padat.
Perairan pantai di sekitar muara sungai umumnya sangat keruh dan bersalinitas
rendah. Oleh karena itu areal pegaraman yang terletak didekat muara sangat
pasok air asin harus diabaikan. Beberapa kriteria lokasi kaitannya dengan
sumber air laut yaitu :

- Berdekatan muara sungai : Mutu air laut rendah


- Pada teluk tertutup : Mutu baik
- Pengaruh pasang surut : Beda pasang surut tinggi pengaruh kurang
baik
- Pengaruh polusi yang lain : Zat kimia atau lumpur

3) Derajat Keasaman (pH)


Agar proses pembentukan garam mineral yang terjadi di dalam tambak garam
dapat berjalan dengan cepat dan lancar, air yang digunakan sebaiknya bersifat
alkalis (basa) dan mantap (goncangan pH tidak terlalu besar). pH yang ideal
berkisar antara 7 – 8.

4) Polusi Air
Untuk menghindari pencemaran air, lahan pegaraman sebaiknya terletak cukup
jauh dari daerah industri, pelabuhan, pemukiman, pertanian maupun kota – kota
besar.

b. Pasang surut air laut

Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan

Page | 4 - 49
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut pada lokasi tambak garam jangan
melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang akan
ditampung pada bak penampungan air muda. Fenomena pasang surut diartikan
sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-
benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.

c. Iklim dan cuaca

Proses terbentuknya kristal garam adalah proses penguapan pada tambak garam
yang disebabkan oleh sinar panas matahari, sehinga untuk mendapatkan produksi
garam yang bagus sebaiknya lokasi tambak garam pada satu wilayah dipilih
dengan musim kemarau yang panjang atau lebih dari 5 bulan dalam satu
tahunnya. Bila satu wilayah tambak garam curah hujannya terlalu tinggi atau
musim penghujannya panjang akan didapat produksi garam yang rendah atau bisa
dikatakan wilayah tersebut tidak cocok untuk lokasi tambak garam.

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah
atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin,
kelembaban udara, dan curah hujan.

Penentuan awal musim pembuatan garam adalah dengan cara mengamati


perilaku iklim sebagai berikut :

1) Curah hujan tahunan mendekati atau melebihi curah hujan tahunan rata-rata
pada masing-masing lahan pegaraman.
2) Curah hujan dalam 2 (dua) dekade berturut-turut dibawah 50 mm/dekade.
3) Kecepatan angin minimal 5 mm/detik.
4) Arah angin dari arah timur.
5) Kelembaban udara dibawah 70 %.
6) Konsentrasi air laut > 2 °Be.

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi.
Panas bumi ini sangat berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan kristal garam,
sehingga pelepasan air tua diharapkan pada siang hari.

Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:

Page | 4 - 50
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

- Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi
dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar
matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut
yang datangnya tegak lurus.

- Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin


banyak panas yang diterima bumi.

- Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan
cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat
daratan.

- Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima


bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang
diterima bumi.

Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah
tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat
dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat
berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah
tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang
menekan.

d. Angin

Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang
bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah.
Di area tambak garam angin sangat berpengaruh sekali terhadap proses
terbentuknya Kristal garam disamping penyinaran panas matahari, karena angin
mampu membawa uap air baik pada siang hari maupun malam hari.

e. Kelembaban udara

Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat
adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu, sehingga bila satu
daerah tinggkat kelembabanya terlalu tinggi maka proses kristalisasi akan
terhambat atau lebih lama.

f. Curah hujan

Page | 4 - 51
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Curah hujan ini sangat berpengaruh sekali terhadap proses penguapan
air laut yang berada dtambak garam, karena bila curah hujan tinggi disuatu wilayah
berarti wilayah ini tidak cocok untuk area tambak garam.

Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:

1) Bentuk medan atau topografi;


2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.

Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke


permukaan bumi. Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi
oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan
sebagai berikut: :

1) Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih
banyak daripada pantai sebelah timur.
2) Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas
permukaan laut.
3) Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim
pancaroba.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun
masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 - 3000 mm/tahun. Begitu pula
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak
sama.

Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula
daerah yang mendapat curah hujan tinggi:

1) Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan
2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk), Madura.
2) Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun.

Page | 4 - 52
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

g. Evaporasi

Proses pembentukan garam dari air laut merupakan salah satu proses dari
evaporasi yang dibantu oleh penyinaran matahari. Penguapan atau evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan
spontan menjadi gas (contohnya uap air). Sisa penguapan pada larutan yang
mengandung mineral tertentu ini akan menjadi Kristal-kristal garam mineral.
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan
volume signifikan.

Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila
tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul
saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat,
tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu
berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul
tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" energi surya menggerakkan
penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.

2. Aspek Tanah meliputi :

a. Topografi

Topografi sebaiknya landai, memiliki pasang surut <1 m untuk mempermudah


memperoleh air laut. Topografi sebaiknya juga dipilih di tempat yang mempunyai
elevasi tertentu agar memudahkan pengolahan air sehingga tambak cukup
mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian tanpa menggunakan pompa.

b. Tekstur tanah

Tekstur tanah yang baik untuk lahan pegaraman adalah bertekstur liat berat
dengan sedikit pasir halus, hal ini penting untuk konstruksi dan menghindari
adanya kebocoran karena perembesan atau porousitas air. Bebas dari gangguan
binatang/tumbuhan liar. Bebas dari bencana alam. Sifat fisis dengan permeability
rendah dan tanah tidak mudah retak.

Page | 4 - 53
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tekstur tanah berkaitan dengan kualitas tanah. Apabila tekstur tanah semakin
kompak, lahan tersebut makin baik untuk dijadikan tambak. Untuk memudahkan
pengamatan di lapangan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu ukuran mineral
penyusun tanah tersebut yakni :

- Pasir (sand) : 0,05 – 2,00 mm


- Lumpur (silt) : 0,02 – 0,05 mm
- Liat (clay) : < dari 0,002 mm

Tanah dengan kandungan pasir lebih besar 41 % kurang baik untuk dijadikan
tambak karena selain porous juga tidak mampu menahan air dan sangat
menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak.

Strategi prioritas untuk pengembangan sentra tambak garam di Rote Ndao adalah:

- Memperkuat kelembagaan petani garam untuk mengawal pemerintah dalam


rangka penegakan regulasi
- Meningkatkan volume produksi serta mengupayakan peningkatan kualitas
garam

Page | 4 - 54
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 3
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN ROTE NDAO

1.13. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Kabupaten Rote Ndao secara geografis terletak antara 10025’ – 11015’ Lintang Selatan
dan 121049’ – 123026’ Bujur Timur. Kepulauan Rote Ndao berada diantara Benua Asia
dan Benua Australia, serta diantara Laut Sawu dan Samudera Hindia. Luas wilayah
daratan Kabupaten Rote Ndao 1.280,10 km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan
89 pulau tidak dihuni).

Aspek geografi serta kultur masyarakat merupakan faktor utama dalam menentukan
arahan pengembangan kebijakan pembangunan yang tercermin dari fungsi kawasan
lindung dan fungsi kawasan budidaya sehingga pemanfaatannya dapat
berkesinambungan dalam mengintegrasikan potensi baik kondisi fisik wilayah dan
masyarakatnya.

Batas wilayah Kabupaten Rote Ndao secara administratif posisinya berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Laut Sawu


Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Laut Sawu
Sebelah Timur : Selat Pukuafu

Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 10 kecamatan dengan luas total 1.280,10 km2. Luas
wilayah masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 3.1.

Page | 4 - 55
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kabupaten Rote Ndao per Kecamatan


No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)
1 Rote Barat Daya 114,57 8,95
2 Rote Barat Laut 172,40 13,47
3 Lobalain 145,70 11,38
4 Rote Tengah 162,50 12,69
5 Rote Selatan 73,38 5,73
6 Pantai Baru 176,18 13,76
7 Rote Timur 110,84 8,66
8 Landu Leko 194,06 15,16
9 Rote Barat 100,48 9,08
10 Ndao Nuse 14,19 1,11
Kabupaten Rote Ndao 1.280,10 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

1.14. PEREKONOMIAN DAERAH (STRUKTUR PDRB)

Pada tahun anggaran 2015, realisasi penerimaan APBD Rote Ndao sebesar 595,072
milyar rupiah. Dari total penerimaan tersebut, PAD hanya memberikan kontribusi
sebesar 4,55 persen, sedangkan selisihnya berupa pendapatan transfer sebesar
95,45 persen.

Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mempunyai pengeluaran rutin dan pembangunan


sebesar 484,165 milayar rupiah pada tahun anggaran 2014 dan pada tahun 2015
sebanyak 600,845 milyar rupiah, atau meningkat sebesar 24,10 persen.

Tabel 3.2 Realisasi Penerimaan Keuangan Rutin Menurut Jenis Penerimaan di


Kabupaten Rote Ndao Tahun Anggaran 2015
Jumlah Penerimaan
No. Jenis Penerimaan Daerah Otonom
(Rp. 000)
1 Pendapatan Asli Daerah 27.087.588
- Pajak-pajak daerah 4.516.755
- Retribusi daerah 6.672.358
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
6.252.534
dipisahkan
- Penerimaan lain-lain PAD yang sah 9.845.939
2 Pendapatan Transfer 567.114.474
a. Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 498.894.343
- Bagi hasil pajak 9.272.306
- Bagi hasil bukan pajak 1.062.995
- Dana Alokasi Umum (DAU) 384.157.631
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 104.401.410
b. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 58.156.210
- Dana penyesuaian 58.156.210

Page | 4 - 56
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Jumlah Penerimaan
No. Jenis Penerimaan Daerah Otonom
(Rp. 000)
c. Transfer Pemerintah Provinsi 10.063.921
- Bagi hasil pajak 10.063.921
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 870.000
- Pendapatan hibah -
- Bantuan keungan dari provinsi 870.000
- Pendapatan dari Jamkesmas -
- Tunjangan profesi -
Jumlah 595.072.060
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Rote Ndao

Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB menurut harga berlaku
digunakan untuk mengetahui kemampuan sumberdaya ekonomi, pergeseran dan
struktur ekonomi suatu daerah, sementara itu PDRB konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan
ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

Tabel 3.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011-2015 (Juta Rp)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

1 2 3 4 5 6 7
pertanian,kehut
A anan dan 690.426,43 737.336,13 806.085,35 904.495,12 1.039.388,35
perikanan
pertambangan
B 10.735,26 11.622,39 13.006,63 15.614,40 18.895,36
dan penggalian

industri
C 17.644,90 19.954,44 22.343,96 25.560,90 27.901,31
pengolohan

pengadaan
D 400,95 393,25 384,45 519,67 681,48
listrik dan gas
pengadaan air,
pengelolaan
E 1.551,95 1.614,87 1.749,23 1.918,71 2.100,15
sampah, limbah
dan daur ulang

F konstruksi 74.185,59 84.645,94 91.102,86 99.862,88 111.794,44

perdagangan
besar dan
G eceran;reparasi 106.836,22 113.332,82 125.199,69 140.205,99 159.109,74
mobil dan
sepeda motor

Page | 4 - 57
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

transportasi
H dan 41.836,00 47.309,75 55.411,05 62.535,49 70.050,54
perdagangan
penyedian
I akomodasi dan 2.338,74 2.710,05 3.154,44 3.606,60 4.196,61
makan minum
informasi dan
J 67.721,55 78.464,71 84.406,29 86.777,10 89.042,15
komunikasi

jasa keuangan
K 8.408,36 10.177,00 11.814,09 13.448,30 15.616,97
dan asuransi

L real estate 16.488,82 19.011,27 21.424,63 23.404,91 25.217,67

jasa
M,N 1.337,08 1.500,58 1.677,31 1.814,42 2.027,94
perusahaan
administrasi
pemerintah
O pertahanan dan 171.046,27 199.261,57 227.549,48 248.243,40 270.456,01
jaminan sosial
wajib

P jasa pendidikan 114.260,47 134.359,91 162.061,30 206.652,25 256.488,35

jasa kesehatan
Q dan kegaitan 46.688,20 50.776,48 56.015,69 61.285,75 67.709,47
sosial

R,S,T,U jasa lainnya 1.853,53 2.006,59 2.221,93 2.367,60 2.577,73

PRODUK DOMESTIK
1.373.760,32 1.514.477,75 1.685.608,38 1.898.313,49 2.163.254,27
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

Tabel 3.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2011-2015 (Juta Rp)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

1 2 3 4 5 6 7
pertanian,kehut
A anan dan 651.115,53 669.692,55 685.256,46 715.368,41 743.277,58
perikanan
pertambangan
B 10.573,49 11.040,10 11.373,07 11.764,36 12.347,13
dan penggalian

industri
C 16.846,15 18.045,17 18.755,14 19.493,60 20.228,75
pengolahan

pengadaan
D 499,66 560,21 615,18 696,96 784,05
listrik dan gas
pengadaan air,
pengelolaan
E sampah, 1.464,24 1.523,19 1.603,11 1.665,66 1743,62
limbah dan
daur ulang

Page | 4 - 58
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

F konstruksi 71.108,12 75.580,42 78.219,61 81.963,32 86.909,47

perdagangan
besar dan
eceran;
G 103.658,85 107.831,43 113.315,99 118.854,67 125.877,51
reparasi mobil
dan sepeda
motor
transportasi
H dan 39.065,97 41.005,43 43.047,84 46.044,46 49.327,76
perdagangan
penyedian
I akomodasi dan 2.189,67 2.318,54 2.465,16 2.534,04 2.603,12
makan minum
informasi dan
J 67.705,57 75.774,01 80.379,12 82.629,60 84.790,92
komunikasi

jasa keuangan
K 8.402,52 9.658,22 10.622,30 11.467,06 12.317,46
dan asuransi

L real estate 16.018,50 16.852,54 17.590,29 17.709,59 18.033,60

jasa
M,N 1.333,25 1.357,48 1.388,41 1.410,29 1.431,18
perusahaan
administrasi
pemerintah
O pertahanan 167.154,43 176.306,26 187.565,91 195.927,01 208.364,10
dan jaminan
sosial wajib
jasa
P 105,109,66 109.996,91 120.962,59 132.676,11 144.508,96
pendidikan
jasa kesehatan
Q dan kegaitan 43.059,69 45.677,08 48.006,22 50.144,65 53.510,13
sosial

R,S,T,U jasa lainnya 1.732,97 1.750,72 1.763,92 1.766,39 1.768,49

PRODUK DOMESTIK
1.201.928,61 1.364.970,26 1.422.930,32 1.492.116,18 1.567.823,83
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

2. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh
setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 3.5, rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di Kabupaten Rote
Ndao mengalami kenaikan sebesar 9,58 persen pada tahun 2015.

Page | 4 - 59
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tabel 3.5 PDRB per Kapita Penduduk di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2015
Jumlah Penduduk PDRB Kabupaten Rote
PDRM per
Tahun Pertengahan Ndao Atas Dasar Harga
Kapita (Rp)
Tahun Belaku (Juta Rp)
2014 142.106 1.898.313,48 13.358.433
2015 147.778 2,163.254,27 14.638.541
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2015)

1.15. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Jumlah Penduduk Kabupaten Rote Ndao berjumlah 147.778 orang terdiri dari 75.292
penduduk laki-laki dan 72.486 penduduk perempuan. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) merupakan ukuran nyata hasil pembangunan kapabilitas manusia dalam tiga
aspek mendasar pembangunan manusia. Aspek kesehatan yang bermakna mempunyai
umur panjang diwakili oleh indikator harapan hidup, aspek pendidikan yang
direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta
aspek perekonomian yang bermakna kehidupan yang layak digambarkan dengan
kemampuan daya beli (paritas daya beli). Ketiga aspek tersebut dianggap mampu untuk
merepresentasikan pembangunan manusia sehingga sampai saat ini penghitungan IPM
masih menjadi rujukan negara-negara di dunia dalam mengukur perkembangan
pembangunan manusia.

Sebagai indeks komposit, perkembangan IPM dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi
oleh komponen-komponen yang menyusunnya. Kemajuan ini sangat tergantung pada
komitmen penyelenggara pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar
penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup.

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015


Kepadatan
Laki-laki Perempuan Total
Kecamatan Penduduk
(Orang) (Orang) (Orang)
(km2)
Rote Barat Daya 12.324 12.001 24.325 212,32
Rote Barat Laut 14.002 13.862 27.864 161,62
Lobalain 15.843 14.707 30.550 209,68
Rote Tengah 5.089 4.842 9.931 61,11
Rote Selatan 3.240 3.135 6.375 86,88
Pantai Baru 7.816 7.462 15.278 86,72
Rote Timur 7.598 7.305 14.903 134,46
Landu Leko 2.883 2.713 5.596 28,84
Rote Barat 4.663 4.488 9.151 91,07
Ndao Nuse 1.834 1.971 3.805 268,15
Jumlah 75.292 72.486 147.778 115,44
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

Page | 4 - 60
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.16. PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di Kabupaten Rote Ndao didominasi oleh hutan, lahan sawah,
perkebunan dan tegal/kebun. Dari data lahan sawah yang ada sebenarnya masih
banyak dari lahan tersebut belum diusahakan dan merupakan potensi yang masih dapat
dikembangkan. Pada saat ini jenis sawah yang dominan adalah sawah tadah hujan,
kemudian diikuti oleh sawah dengan irigasi sederhana. Lahan sawah dengan sistem
irigasi setengah teknis banyak terdapat di Kecematan Lobalain, Rote Tengah dan Rote
Timur.

Gambar 3.1 Peta Tata Guna Lahan di Kabupaten Rote Ndao

Page | 4 - 61
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 3.2 Perkembangan Penduduk di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2011-2015


(Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao)

Penduduk berumur 15 tahun ke atas merupakan penduduk usia kerja, dimana pada usia
ini merupakan sumber tenaga kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai roda
penggerak pembangunan. Pada tahun 2015, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
yang termasuk angkatan kerja sebanyak 69.429 orang dan bukan angkatan kerja
sebanyak 28.625 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 70,81 persen
dan tingkat pengangguran 2,37 persen.

Tabel 3.7 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama
Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015
Jenis Kelamin
Jenis Kegiatan Utama Jumlah
Laki-laki Perempuan
Angkatan Kerja 40.714 28.715 69.429
- Bekerja 39.740 28.042 67.782
- Pengangguran Terbuka 974 673 1.647
Bukan Angkatan Kerja 9.559 19.066 28.625
- Sekolah 6.561 4.876 11.437
- Mengurus Rumah Tangga 1.333 12.838 14.171
- Lainnya 1.665 1.352 3.017
Jumlah 50.273 47.781 98.054
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

Page | 4 - 62
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.17. INFRASTRUKTUR

1. Jaringan Jalan
Transportasi darat di Kabupaten Rote sangat menunjang untuk menghubungkan
pelabuhan laut dan pelabuhan udara dan ibukota wilayah Kabupaten Rote yang akan
memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan di Pulau ini. Jalan arteri Ba’a –
Papela dan Ba’a – Batutua dapat dilalui dalam dua musim. Jalan ini menghubungkan
semua ibukota kecamatan dengan Ibukota Rote. Sementara itu ruas jalan kabupaten
yang ditunjang dengan IPJK mempermudah komunikasi antara ibukota kecamatan
dengan daerah lain di belakangnya. Jalur jalan arteri Ba’a – Papela menghubungkan
Kecamatan Lobalain – Rote Tengah – Pantai Baru dan Rote Timur. Jalur ini juga
menghubungkan tiga pelabuhan laut utama di Rote, yaitu Pelabuhan Ba’a, pelabuhan
ferry Pantai Baru di wilayah Rote Ndao mempunyai kedudukan potensial sebagai daerah
noda.

Sebagian besar jenis permukaan jalan di Kabupaten Rote Ndao sudah diaspal
sepanjang 319,63 km. Kondisi jalan yang baik mencapai 283,52 km, sedang 36,66 km
dan kondisi rusak sepanjang 239,29 km. Kondisi jalan yang rusak mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya sepanjang 13,81 km.

Gambar 3.3 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Rote Ndao (km)
(Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2015)

Page | 4 - 63
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Jaringan Listrik
Sebagian besar sumber penerangan di Kabupaten Rote Ndao disuplai oleh PLN.
Produksi listrik di Rote Ndao terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013 produksi
listrik 12.119.933 MWh dan pada tahun 2015 produksi listrik mencapai 16.484.348 MWh.

Tabel 3.8 Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik PT. PLN pada
Cabang/Ranting PLN di Kabupaten Rote Ndao (kwh)
Uraian 2013 2014 2015
Daya Terpasang (MW) - 6.873 3.300
Produksi Listrik (MWh) 12.119.933 15.693.313 16.484.348
Listrik Terjual (MWh) 10.899.003 14.227.083 14.434.768
Dipakai Sendiri 526.458 567.003 38.315
Susut/Hilang 694.472 899.227 692.343
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

3. Jaringan Air Bersih


Untuk pemanfaatan air bersih di Kabupaten Rote Ndao menggunakan fasilitas PDAM.
Dengan jumlah pelanggan yang selalu bertambah setiap tahunnya. Penggunaan air
bersih ini hanya di Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Timur. Untuk kecamatan-
kecamatan lainnya pemanfaatan air bersih masih menggunakan air sumur dan air
permukaan (sungai).

 Kapasitas produksi
Pengelolaan air bersih di Pulau Rote sampai sekarang masih dilakukan secara lokal.
Kapasitas produksi air bersih di Pulau Rote pada tahun 1998 adalah 127,5 liter/detik
pada musim kemarau dan 324,5 liter/detik pada musim hujan.

 Lokasi sumber air


Sumber air baku Pulau Rote yang lokasinya dalam kota, berasal dari mata air dan
sumur gali atau pompa yang dikelola secara lokal. Sistem pemompaan biasa
dilakukan karena letaknya di pinggir laut dan lebih rendah dari daerah pelayanan.

 Pemakaian air bersih


Dibedakan pada jenis dan golongan konsumen dengan sambungan yang digunakan
untuk mengukur volume.

 Sistem distribusi
Sistem distribusi air bersih di Pulau Rote saat ini dilakukan dengan cara lokal yaitu
hanya pada daerah-daerah tertentu yang melakukan sistem pipanisasi, dengan
maksud pemerataan dan memudahkan pelayanan. Sistem pendistribusian ke

Page | 4 - 64
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

konsumen dilakukan secara gravitasi dan pemompaan. Elevasi mata air tertinggi
± 214 m dan terendah ± 6 m dari permukaan laut

Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 2.098 pelanggan yang menggunakan jasa PDAM
baik dari jenis konsumen umum, khusus, rumah tangga, instansi pemerintah, niaga dan
industri.

Gambar 3.4 Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Air Minum Menurut Unit di Kabupaten
Rote Ndao Tahun 2015
(Sumber: BPS Kabupate Rote Ndao 2016)

1.18. PERIKANAN

Produksi perikanan laut Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 sebesar 3.259 ton,
sedangkan produksi perikanan darat sebesar 1,2 ton. Produksi perikanan laut terbesar
terdapat di Kecamatan Rote Timur yaitu 773 ton.

Gambar 3.5 Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2015 (ton) (Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2016)

Page | 4 - 65
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya merupakan sektor usaha yang
sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Jumlah produksi rumput
laut kering di Rote Ndao tahun 2015 mencapai 18.230 ton dan masih dijual keluar daerah
dalam bentuk bahan baku.

Tabel 3.9 Jumah Petani dan Produksi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2015
Jumlah Produksi Kering
Kecamatan Jumlah RTP (KK)
Usaha/Kelompok (ton)
Rote Barat Daya 653 65 1.050
Rote Barat Laut 1.895 237 4.250
Lobalain 341 34 10
Rote Tengah 568 57 -
Rote Selatan 421 42 -
Pantai Baru 1.418 142 579
Rote Timur 1.594 213 2.260
Landu Leko 1.278 162 4.450
Rote Barat 1.548 194 3.147
Ndao Nuse 97 10 328
Kab. Rote Ndao 9.813 1.155 16.074
Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2016

Armada perikanan tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Rote Ndao
didominasi oleh Jukung sebanyak 1.609 unit dan diikuti perahu motor tempel
sebanyak 343 unit.

Tabel 3.10 Jumah Perahu/Kapal di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 (Unit)
Perahu Tanpa Perahu Motor
Kecamatan Jukung Kapal Motor
Motor Tempel
Rote Barat Daya 177 - 66 36
Rote Barat Laut 179 37 125 26
Lobalain 79 - 41 22
Rote Tengah 38 - 6 1
Rote Selatan 39 - 2 2
Pantai Baru 267 - 22 17
Rote Timur 99 22 86 91
Landu Leko 317 - 13 7
Rote Barat 350 - 3 10
Ndao Nuse 64 - 19 34
Kab. Rote Ndao 1.609 59 383 246
Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2016

Page | 4 - 66
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.19. INDUSTRI

Kegiatan industri di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari Lapangan Usaha Industri Makanan
dan Minuman, Industri Sandang, Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Industri Logam
dan Elektronika serta Industri Kerajinan.

Tabel 3.11 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015
Lapangan Usaha Perusahaan Tenaga Kerja
Industri Makanan dan Minuman 1.357 4.979
Industri Sandang 584 879
Industri Kimia dan Bahan Bangunan 151 651
Industri Kerajinan 28 85
Jumlah 101 118
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)

Page | 4 - 67
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 4
ANALISA PENGEMBANGAN
WILAYAH BERBASIS
PERIKANAN

1.20. IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH WILAYAH EKONOMI

Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu dari kabupaten yang terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Secara umum potensi Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi
yang sangat besar di sektor Perikanan dan Kelautan, Pertanian Tanaman Pangan,
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perindustrian, Pariwisata dan Budaya, dimana
sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan merupakan sektor unggulan
disamping sektor-sektor lainnya, yang merupakan peluang bagi pengembangan
investasi/dunia usaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk memanfaatkan
kesempatan berinvestasi di Kabupaten Rote Ndao, mengolah potensi dan meningkatkan
produksi dalam rangka mewujudkan Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan
minapolitan, agropolitan, agroindustri dan agrowisata sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.

Berdasarkan telaahan yang diperoleh dari dokumen RPJMD Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2014 – 2019, potensi dan permasalahan ekonomi di Kabupaten Rote Ndao terdiri
dari :

1. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan modal dasar bangsa untuk menjadi negara yang maju
dan sejahtera dan merupakan satu investasi utama untuk menopang pembangunan
disegala bidang tanpa sumberdaya manusia tidak akan mungkin kegiatan pembangunan
dapat dilaksanakan. Beberapa aspek kajian yang memegang peranan penting dalam
mendukung kualitas sumberdaya manusia adalah :

Page | 4 - 68
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Kependudukan
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kabupaten Rote Ndao sebanyak 147.778
orang terdiri dari 75.292 penduduk laki-laki dan 72.486 penduduk perempuan. Terjadi
peningkatan jumlah penduduk di tahun 2015 dibanding tahun 2014 sebesar 3.99%.
Penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 88.403 orang dari total penduduk.
Apabila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia produktif maka ada 45.592 laki-laki,
sedangkan yang perempuan 42.811 jiwa. Penduduk yang non produktif (usia 0-14
dan 65+ tahun) sekitar 59.375 dari total penduduk, terdiri atas 50.465 jiwa merupakan
penduduk usia 0-14 tahun dan 8.910 jiwa merupakan penduduk yang usianya 65
tahun keatas. Dengan komposisi penduduk 60 persen lebih yang berusia produktif,
menunjukkan Kabupaten Rote Ndao memiliki penduduk potensial untuk ditingkatkan
kemampuannya.

b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas
manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan Angka Partisipasi Kasar (APK)
jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan Angka Melek Huruf digunakan
sebagai salah satu variabel dalam menghitung Indek Pembangunan Manusia (IPM).
Angka Partisipasi Kasar menurut jenjang pendidikan Kabupaten Rote Ndao disajikan
pada Tabel 4.1.

Pada tahun 2015, Angka Partisipasi Murni Kabupaten Rote Ndao pada jenjang SD
93,56%. Hal iniberarti pada tahun 2015 jumlah penduduk berusia 7-12 tahun yang
berseklah SD mencapai 93,56%. Angka ini semakin rendah pada jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (65,94%) dan Sekolah Menengah Atas (61,23%).
Sementara itu, Angka Partisipasi Kasar penduduk Rote Ndao pada setiap jenjang
pendidikan cenderung bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
penduduk Kabupaten Rote Ndao yang tidak bersekolah tepat waktu.

Tabel 4.1 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Rote Ndao
Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi
Jenjang Pendidikan
(APM) Kasar (APK)
SD/MI 93,56 136,05
SMP/MTs 65,94 80,25
SMA/SMK/MA 61,23 135,58
Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka (2016)

Page | 4 - 69
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Dilihat dari jumlah sekolah, maka pada tahun 2015 terdapat 145 SD/sederajat, 40
SMP/sederajat dan 15 SMA/SMK/sederajat baik yang berstatus negeri maupun
swasta. Disisi lain,capaian di bidang pendidikan tentunya terkait erat dengan
ketersediaan tenaga pengajar. Pada jenjang SD di Rote Ndao untuk tahun ajaran
2014/2015 seorang guru rata-rata mengajar 22 orang murid SD. Semakin tinggi
jenjang pedidikan maka beban seorang guru semakin sedikit, dimana untuk jenjang
pendidikan SMP dan SMA/SMK rata-rata seorang guru hanya mengajar 17 dan 15
murid.

Gambar 4.1 Jumlah Murid dan Guru di Kabupaten Rote Ndao, 2014/2015
(Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka 2015)

c. Kesehatan
Pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat
memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang–
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan UU nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan dan merupakan bagian integral dari pembangunan SDM. Oleh karena itu
dalam rangka pembangunan masyarakat secara keseluruhan, maka derajat
kesehatan rakyat perlu semakin ditingkatkan.

Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Rote Ndao tahun 2013 mencapai
68,74 tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2014 yaitu 62,86 tahun. Angka
Harapan Hidup pada tahun 2015 cenderung tetap yaitu 62,86 tahun.

Page | 4 - 70
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Fasilitas kesehatan sebagai rujukan penduduk untuk berobat di Kabupaten Rote


Ndao terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Posyandu, Polindes dan Pospelkes. Jumlah fasilitas terbanyak adalah Posyandu.
Jumlah posyandu ini mengindikasikan keseriusan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan pengendalian terhadap kualitas
gizi buruk.

Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi untuk


peningkatan kualitas SDM dan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta memiliki peran yang penting dalam penanggulangan kemiskinan. Dalam
pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari
paradigma sakit ke paradigma sehat sejalan dengan visi sehat Indonesia sehat 2010.
Untuk mencapai visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao telah melakukan
berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam upaya


meningkatkan pelayanan kesehatan antara lain:

1) Disparitas status kesehatan


Secara umum kualitas kesehatan masyarakat relatif telah meningkat akan tetapi
disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar distrik, dan antar
kampung masih cukup tinggi dimana angka kematian dan angka kesakitan relatif
masih tinggi. Keadaan ini terkait dengan sarana dan prasarana, kualitas tenaga/
pelayanan kesehatan, dan jangkauan pelayanan kesehatan yang masih sangat
terbatas termasuk persediaan obat-obatan dan penyediaan air bersih.

2) Beban Ganda Penyakit


Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah diare, infeksi
mastoid, malaria, basalioma kontraktur sendi, disentri penyebab tak diketahui,
dyptheria dll.Terjadinya beban ganda yang disertai dengan meningkatnya jumlah
penduduk, perubahan struktur Umur penduduk yang ditandai meningkatnya
penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan berpengaruh terhadap jumlah dan
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

3) Kinerja Pelayanan Kesehatan belum memadai


Faktor utama penyebab angka kematian bayi di Kabupaten Rote Ndao sebenarnya
dapat dicegah, melalui peningkatan kinerja. Kinerja pelayanan kesehatan

Page | 4 - 71
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan
penduduk. Beberapa indikator menunjukkan rendahnya kinerja pelayanan
masyarakat seperti presentasi balita masih dengan status gizi kurang, keadaan
kesehatan balita, cakupan kapus vitamin A, frekuensi mengunjungi Posyandu,
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan imunisasi lengkap.

4) Perilaku Masyarakat Pola Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting
untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat
yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevelensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak
balita.

5) Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata


Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 terdiri dari
16 orang dokter, 139 perawat, 102 non perawat, dan non medis sebanyak 117
orang. Jumlah dokter yang ada merupakan dokter PTT sehingga selesai
melaksanakan kontrak kerja langsung alih tugas atau kembali ke daerah asalnya.
Jumlah tenaga medis ini masih perlu ditingkatkan dandiratakan penyebarannya
sampai tingkat desa.

d. Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 mencapai 69.429
orang atau 70,81 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao yang berusia
15 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut, 58,64 persennya merupakan penduduk laki-
laki sedangkan sekitar 41,36 persennya penduduk perempuan. Sementara itu, tingkat
pengangguran di Kabupaten Rote Ndao mencapai 2,37 persen dari total
angkatan kerja tersebut. Angka ini turun 1,02 persen dari angka pengangguran tahun
2014.

Dilihat dari pembagian sektor usaha utama maka tenaga kerja di sektor primer
(pertanian) masih mendominasi, mecapai 69,71 persen diikuti sektor tersier dan
sekunder yang masing-masing mencapai 20,09 persen dan 10,19 persen. Peluang di
sektor pertanian yang masih besar sebenarnya dapat dimanfaatkan pemerintah untuk
dapat meningkatkan lapangan kerja sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
penduduk.

Page | 4 - 72
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Rote Ndao terhadap


kondisi tenaga kerja ini adalah:

1) Jumlah pengangguran di Kabupaten Rote Ndao sebanyak 88.446 orang. Angka


ini belum realistik karena pengangguran yang belum masuk dalam daftar pencari
kerja juga masih banyak
2) Terbatasnya lapangan kerja baru menyebabkan tidak semua pencari kerja dapat
terserap sehingga meningkatkan jumlah pengangguran, tenaga kerja dari
Kabupaten Rote Ndao tidak terpilih dan selalu kalah dalam persaingan bursa
tenaga kerja.
3) Masih rendahnya keterampilan pencari kerja karena kebanyakan pencari kerja
hanya mengandalkan ijazah pendidikan formal dalam mencari kerja dan
mengesampingkan keterampilan sehingga hanya pencari kerja yang memiliki
ijazah formal dan memiliki ketrampilan yang dapat terserap.

e. Perumahan dan Permukiman


Kondisi perumahan di Kabupaten Rote Ndao terlihat mulai membaik selama periode
2014-2015. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya jumlah rumah tangga yang
memiliki perumahan dengan kondisi lantai bukan tanah, juga rumah tangga dengan
kondisi rumah berdinding tembok, persentase rumah tangga dengan lantai rumah
bukan tanah meningkat dari 64,28 persen di tahun 2014 menjadi 71,34 persen di
tahun 2015 sedangkan rumah tangga dengan dinding permanen meningkat dari
61,30 persen di tahun 2014 menjadi 65,52 persen di tahun 2015.

Hal yang masih perlu mendapat perhatian lebih pemerintah Kabupaten Rote Ndao
adalah masih terdapat 9,70 persen rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao yang
belum dapat menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama, kemudian
kepemilikan fasilitas tempat buang air besar. Meskipun cenderung menurun di tahun
2015, tetapi persentase rumah tangga yang belum memiliki fasilitas tempat buang air
besar masih cukup tinggi yakni sebesar 35,32 persen.

Tabel 4.2 Statistik Perumahan Kabupaten Rote Ndao 2014-2015

Page | 4 - 73
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Uraian 2014 2015

Rumah Tangga menurut Kualitas Perumahan (%)


Lantai bukan tanah 64,28 71,34
Dinding tembok 61,30 65,52
Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan (%)
Listrik PLN 68,50 72,13
Listrik Non PLN 23,21 18,17
Rumah Tangga menurut Ketersediaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar (%)
Tidak ada 36,86 35,32
Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka (2016)

f. Agama
Pembangunan bidang agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadah menurut keyakinan masing-
masing sebagaimana diatur didalam Undang-undang Dasar 1945, Bab XI Pasal 29
(1) dan (2). Dimensi kerukunan beragama sangat penting dalam pembangunan di
Kabupaten Rote Ndao yang menuntut kesadaran masyarakat mengenai realitas
multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan sosial sehingga tercipta
suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi dan tenggang rasa dan
harmonis. Pembinaan kerukunan hidup beragama akan dapat menciptakan
Kabupaten Rote Ndao yang aman dan damai.

Ada 4 agama di Kabupaten Rote Ndao yang pemeluknya mayoritas yaitu Kristen
Protestan dengan jumlah pemeluk 92.5% dan jumlah sarana ibadah ada 508 buah,
Islam dengan jumlah pemeluknya 5.6% dan sarana ibadah ada 11 buah, Katolik
jumlah pemeluknya ada 1.7% dengan sarana ibadah berjumlah 15 buah serta Hindu
dengan jumlah pemeluknya 0.03% dan tidak terdapat sarana ibadah.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan ibadah dengan berbagai agama yang
dianut ini adalah :
1. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat masih
kurang memadai karena kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru
mencapai tataran simbol-simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat
substansi. Hal ini tecermin antara lain penduduk yang terkena masalah narkoba
dan psikotropika. Perilaku negatif masyarakat yang bertentangan dengan
moralitas dan etika keagamaan menggambarkan kesenjangan antara ajaran
agama dengan pemahaman yang masih kurang memadai;

Page | 4 - 74
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Kurangnya jumlah dan rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan lainnya,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta minimnya fasilitas pendukung lainnya.
Pada sisi lain, derasnya arus globalisasi terutama melalui media cetak dan
elektronik yang semakin kuat mempengaruhi perilaku anak didik yang cenderung
ke arah negatif;
3. Belum optimalnya pemanfaatan tempat peribadatan, serta belum optimalnya
pengelolaan dan sosial keagamaan sebagai cermin belum terlayaninya kehidupan
beragama di Kabupaten Rote Ndao. Pelayanan bagi penduduk yang beragama
Islam terutama pelayanan haji masih belum memadai seperti ketidakpastian
keberangkatan bagi calon jemaah haji, kondisi pemondokan yang belum memadai,
dan rendahnya profesionalisme petugas haji;
4. Kehidupan beragama di sebagian kelompok masyarakat di Kabupaten Rote Ndao
masih tampak eksklusif baik dalam hubungan intern umat beragama maupun
dalam hubungan antarumat beragama sehingga perlu mendapat perhatian semua
pihak termasuk lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan
di daerah Kabupaten/Kecamatan.

g. Kesejahteraan Sosial
Penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam hidupnya selalu mengalami serba
keterbatasan untuk dapat menikmati kemajuan pembangunan, sehingga sangat
diperlukan perhatian dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam mengurangi beban hidupnya. Kemajuan pembangunan manusia ecara
umum dapat ditunjukkan dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
mencerminkan capaian kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Selama tahun 2014-2015 angka IPM Kabupaten Rote Ndao mengalami peningkatan
0,50 poin menjadi 58,32. Angka ini menempatkan Kabupaten Rote Ndao di peringkat
5 kabupaten dengan IPM terendah di Provinsi NTT.

Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin Kabupaten Rote Ndao mencapai 38.600
orang, dengan kata lain 26,12 persen dari penduduk Kabupaten Rote Ndao masih
berada dibawah garis kemiskinan. Angka kemiskinanyang masih tinggi ini harus tetap
menjadi perhatian pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Rote Ndao.

Permasalahan yang dihadapi sehingga tujuan pemerintah Kabupaten Rote Ndao


tercapai secara optimal dikarenakan :

Page | 4 - 75
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1) Lemahnya penanganan terhadap penyandang masalah sosial, penyandang cacat,


anak terlantar, fakir miskin, usia lanjut, dan penyandang ke tuna sosialan baik itu
yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta;
2) Belum ada tempat penampungan khusus bagi para penyandang cacat, anak
terlantar, dan penyandang masalah sosial;
3) Lemahnya kepedulian pemerintah daerah dan lembaga sosial kemasyarakatan
terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial;
4) Lemahnya tingkat pelayanan sosial dasar terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial dalam hal penyediaan fasilitas pelayanan publik dan jaminan
kesejahteraan sosial; dan
5) Rendahnya kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial.

h. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan upaya untuk
mengurangi praktek diskriminasi terhadap kaum perempuan dan kekerasan serta
eksploitasi terhadap anak. Kesenjangan peran perempuan dalam kegiatan publik
yang jauh lebih luas bersumber dari ketimpangan struktur sosial-kultural masyarakat
yang diwarnai dengan penafsiran ajaran agama yang bias gender serta masih
terbatasnya akses sebagian besar perempuan dan anak terhadap layanan kesehatan
yang lebih baik, dan pendidikan yang lebih tinggi dalam mendorong terjadinya
perampasan hak-hak dasar perempuan dan anak untuk hidup secara layak.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam menangani


kasus yang terkait dengan perempun dan anak adalah :

1) Rendahnya kualitas hidup dan peran kaum perempuan, sehingga masih sering
terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak;
2) Rendahnya tingkat kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak;
3) Adanya kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki ditinjau dari
berbagai aspek;

4) Masih banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender


dan diskriminatif terhadap kaum perempuan; dan
5) Masih lemahnya kelembagaan yang menangani gender dan anak termasuk
ketersedian data dan rendahnya partisipasi masyarakat.

Page | 4 - 76
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

i. Kepemudaan
Pembangunan dan pengembangan generasi muda merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk keserasian berbagai
kebijakan pembangunan bidang kepemudaan secara utuh dan menyeluruh. Secara
faktual masih belum optimal untuk menumbuh kembangkan kepemudaan di
Kabupaten Rote Ndao.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam


mengembangkan kepemudaan ini antara lain :

1) Penataan kelembagaan kepemudaan yang secara nasional sudah ada belum


berjalan secara optimal, seperti kepramukaan disekolah dan karang-taruna di
lingkungan rumah.
2) Pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh sebagian pemuda belum optimal
sehingga belum dapat terserap pada lapangan kerja yang tersedia;
3) Terbatasnya lapangan kerja bagi pemuda yang setiap tahun terus meningkat;
4) Sarana dan prasarana pembinaan pemuda belum memadai; dan
5) Terbatasnya dana pembinaan generasi muda.

2. Infrastruktur Dasar

a. Transportasi Jalan
Transportasi darat di Kabupaten Rote sangat menunjang untuk menghubungkan
pelabuhan laut dan pelabuhan udara dan ibukota wilayah Kabupaten Rote yang akan
memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan di Pulau ini. Jalan kolektor
primer Ba’a – Pepela dan Ba’a – Batutua dapat dilalui dalam dua musim. Jalan ini
menghubungkan semua ibukota kecamatan dengan ibukota Rote. Sementara itu ruas
jalan kabupaten yang ditunjang dengan IPJK mempermudah komunikasi antara
ibukota kecamatan dengan daerah lain di belakangnya. Jalur jalan kolektor primer
Ba’a – Papela menghubungkan Kecamatan Lobalain – Rote Tengah – Pantai Baru
dan Rote Timur. Jalur ini juga menghubungkan tiga pelabuhan laut utama di Rote,
yaitu Pelabuhan Ba’a, pelabuhan ferry Pantai Baru di wilayah Rote Ndao mempunyai
kedudukan potensial sebagai daerah noda.

Sebagian besar jenis permukaan jalan di Kabupaten Rote Ndao sudah diaspal
sepanjang 319,63 km. Kondisi jalan yang baik mencapai 283,52 km, sedang 36,66

Page | 4 - 77
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

km dan kondisi rusak sepanjang 239,29 km. Kondisi jalan yang rusak mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya sepanjang 13,81 km.

Dalam upaya mendukung program SKPT perlu dimulai pembangunan jalan menuju
pusat pelayanan kawasan baru yaitu kawasan pertanian (perkebunan/ tanaman
hutan), perikanan (minapolitan) dan pertambangan (tambang rakyat) yang
merupakan komoditas sektor unggulan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih
luas kepada pemakai jasa transportasi darat.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam upaya


mengembangkan jaringan jalan antara lain :

1) Belum adanya database jaringan jalan dan jembatan


2) Masih tingginya persentase kondisi jalan rusak

b. Transportasi Laut
Transportasi laut yang menghubungkan Kabupaten Rote Ndao dengan daerah lain
cukup sibuk sepanjang tahun 2015. Tercatat terdapat 447 kunjungan ferry yang
datang dan berangkat melalui pelabuhan ferry pantai baru.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam upaya


pelayanan transportasi laut antara lain :

1) Belum terintegrasinya transportasi antarmoda


2) Kurangnya optimasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan sarana
pendukung

c. Transportasi Udara
Wilayah Kabupaten Rote Ndao yang sebagian berbukit-bukit dan prasarana angkutan
darat masih terbatas, sangat membutuhkan pengadaan bandar udara dan atau
penggunaan transportasi udara untuk melayani pergerakan eksternal dan internal.
Selain itu juga diperlukan adanya jaminan keselamatan penerbangan yang dikelola
sesuai standar keselamatan penerbangan internasional dan interkoneksi dengan
moda transportasi lainnya.

Untuk transportasi udara tercatat 257 pesawat yang datang dan berangkat melalui
Bandar Udara D.C. Saudale. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014
yang hanya sebanyak 185 pesawat yang datang dan berangkat.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam upaya

Page | 4 - 78
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

memberikan pelayan terhadap transportasi udara ini adalah :

1) Keterbatasan jumlah tenaga pengawas kelaikan udara dan jumlah fasilitas sarana
dan prasarana transportasi udara yang harus diawasi seiring dengan
meningkatnya lalu lintas angkutan udara yang meningkat tajam;
2) Frekuensi penerbangan yang terbatas yaitu hanya 1 kali dalam sehari.

d. Jalan Lingkungan
Untuk melaksanakan pembangunan jalan lingkungan diperlukan anggaran yang
berasal dari Anggaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten. Secara bertahap pelaksanaan pembagunan jalan lingkungan di kawasan
perumahan dan permukiman sudah dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Kondisi mendorong tumbuh dan berkembangnya ekonomi wilayah yang terisoler.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam melayani


pengadaan sarana jalan lingkungan adalah:

1) Belum terintegrasinya jalan lingkungan;


2) Upaya pembangunan belum optimal karena jalan lingkungan di perumahan dan
permukiman belum sepenuhnya terpenuhi. Kondisi ini menghambat pelaksanaan
pembangunan karena pembangunan jalan ini sangat penting untuk memacu
pembangunan rumah oleh masyarakat dan swasta.

e. Kelistrikan
Energi listrik merupakan kebutuhan utama dalam menjalankan segala aktivitas, baik
itu yang menyangkut kegiatan perdagangan, industri, rumah tangga, pemerintahan
dan lain sebagainya. Permasalahan energi listrik bukan saja merupakan
permasalahan bagi daerah akan tetapi juga merupakan permasalahan nasional
termasuk di Kabupaten Rote Ndao.

Produksi listrik di Rote Ndao mengalami kenaikan dari 15.693.313 MWh pada tahun
2014 menjadi 16.484.348 MWh pada tahun 2015. Sejalan dengan peningkatan dalam
produksi listrik yang didistribusikan juga meningkat.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao terhadap kinerja


listrik adalah :

1) Daya jangkauan PLN masih sangat terbatas;

Page | 4 - 79
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2) Kualitas pemanfaatan energi baru terbarukan masih rendah untuk pembangkit


listrik baik skala menengah maupun skala kecil masih rendah.

f. Pos, Telekomunikasi, dan Informatika


Pembangunan pos, telekomunasi, dan informatika berupaya untuk selalu
meningkatkan layanan melalui perluasan jangkauan dan peningkatan kecepatan
waktu tempuh dengan tarif terjangkau (prinsip accessibillity dan affordability). Dalam
era globalisasi seperti saat ini dimana informasi mempunyai nilai ekonomi,
kemampuan untuk mendapatkan, memanfaatkan, dan mengolah informasi mutlak
dimiliki untuk memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus memuwujudkan daya saing
daerah.

Disektor komunikasi, 4 kantor pos pembantu di Kabupaten Rote Ndao secara total
mengirim 5.609 surat dan menerima 28.044 surat. Untuk wesel, yang dikirim
mencapai 780 juta dan 1.560 juta rupiah yang dibayarkan. Sementara itu, pelanggan
telepon sebanyak 528 nomor dimana 380 nomor digunakan pemerintah dan 148
nomor digunakan swasta/perseorangan.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam hal pelayanan
Pos, Telekomunikasi dan Informatika antara lain:

1) Masih terdapat beberapa wilayah yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi


yang memadai;
2) Masih terdapat beberapa wilayah yang belum terjangkau fasilitas wartel/warnet
yang berkualitas.

g. Air Minum dan Air Limbah


Untuk sumber air minum, pada tahun 2015 sebagian rumah tangga di Kabupaten
Rote Ndao menggunakan sumur baik yang terlindung maupun tidak terlindung dan
sumur bor yakni sebesar 67,57 persen. Sementara itu, rumah tangga yang
mempunyai akses air minum dari mata ai sebesar 21,55 persen dan dari yang
menggunakan leding sebagai sumber air minum sebesar 9,79 persen.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya mengembangkan pelayanan air minum


dan pengelolaan air limbah ini antara lain :

1) Masih terbatasnya cakupan layanan air minum;


2) Tidak adanya truk penyedot tinja, pembuangan tinja ke sungai atau ke hutan;
3) Belum mempunyai IPAL terpusat;

Page | 4 - 80
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

4) Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah.

i. Persampahan dan Drainase


Pertumbuhan sebuah kota sangat erat dengan meningkatnya kaum urban yang
berpindah untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keberadaan pendatang baru di
sebuah kota baru akan menimbulkan dampak pada meningkatnya limbah rumah
tangga (sampah). Tentunya, penanganan terhadap limbah sampah tersebut harus
ditangani dengan baik dan tepat. Jika sejak dini luput dari penanganan yang baik,
akan menimbulkan permasalahan besar terhadap kelayakan hidup masyarakat di
dalamnya. Saluran-saluran pembuangan limbah (drainase) harus diatur dengan tepat
agar tidak menimbulkan penyalahgunaan lahan dikemudian harinya.

Permasalahan yang dihadapi untuk menghadapi potensi meningkatnya


persampahan di wilayah Kabupaten Rote Ndao antara lain :

1) Terbatasnya sarana pengangkut sampah;


2) Belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya;
3) Masih rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaa persampahan;
4) Anggaran subsektor persampahan belum menjadi prioritas oleh para pengambil
kebijakan;
5) Drainase lingkungan masih menjadi satu antara pembuangan air hujan
(pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water).

3. Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat


a. Kelautan dan Perikanan
1) Potensi Perikanan Tangkap
Produksi perikanan baik dari kegiatan penangkapan khususnya penangkapan di
laut masih merupakan kegiatan utama baik yang dilakukan oleh nelayan maupun
yang dilakukan oleh perusahaan perikanan. Sumberdaya perikanan laut di
wilayah Indonesia bagian timur ini pada umumnya berada pada WPP 573.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia N o m o r


4 7/KEPMEN-KP/2016 Tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang
Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, fishing ground nelayan di
Kabupaten Rote Ndao termasuk nelayan dari berbagai provinsi di Indonesia
bagian Timur berada sekitar Laut Sawu dan Samudera Hindia. Potensi fishing

Page | 4 - 81
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ground ini menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 47 tahun 2016
Tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, dan
Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia merupakan wilayah pengelolaan perikanan 573
(WPP 573).

Gambar 4.2 Wilayah Pengelolan Perikanan Republik Indonesia 573

Estimasi Potensi Sumber Daya Perikanan di wilayah ini hanya ada 5 jenis
komoditi perikanan dapat dipertahankan pemanfaatannya sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Estimasi Potensi Perikanan di WPPNRI 573

Wilayah
Ikan Ikan
Pengeloaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan 573 Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar*

Page | 4 - 82
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Potensi (ton) 294,092 505,942 103,501 8,778 6,854 844 465 659 8,195 929,330

JTB (ton) 235,274 404,754 82,801 7,022 5,483 675 372 527 6,556

Tingkat 0.91 0.73 0.96 1.36 1.36 0.54 1.05 0.64 1.40
pemanfaat-
an

Sumber: Kepmen KP No 47 Tahun 2016


Catatan : *Ikan pelagis besar non Tuna-Cakalang
Keterangan Tingkat pemanfaatan (E):

E < 0.5 = Moderate,upaya penangkapan dapat ditambah;


0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;
E≥1 = Over-exploited,upaya penangkapan harus dikurangi.

Dari Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa potensi sumberdaya perikanan yang
terdapat di WPP 573 sudah cukup padat penangkapan.

 Pelagis Besar (non Tuna dan Cakalang) memiliki potensi 505.942 ton dengan
JTB 404.754 ton tingkat pemanfaatannya (E) sebesar 0,73. Pengertian tingkat
pemanfaatan 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya penangkapan dipertahankan
dengan monitor ketat

 Ikan Demersal dengan potensi 103.501 ton dengan JTB 82.801 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,96 dan Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;

 Ikan Karang dengan potensi 8.778 ton dengan JTB 7.022 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 1,36. Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E ≥ 1 adalah Over-exploited,upaya
penangkapan harus dikurangi

 Rajungan dengan potensi 659 ton dengan JTB 529 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,64 adalah 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat

 Cumi-cumi dengan potensi 8.195 ton dengan JTB 6.556 ton dengan tingkat
pemanfaatannya E sebesar 1,40 adalah E ≥ 1 berarti Over-exploited,upaya
penangkapan harus dikurangi.

Page | 4 - 83
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Sedangkan potensi perikanan lainnya (Pelagis kecil, Udang penaeid, Lobster


dan Kepiting) tingkat eksploitasi sudah E ≥ 1 = Over-exploited,upaya
penangkapan harus dikurangi.

Dari gambaran potensi perikanan di WPP 573 menunjukkan bahwa dalam


perencanaan pengembangan PPI Tulandale dan Sentra Perikanan lainnya
diperlukan kehati-hatian agar usaha masyarakat perikanan dapat berkelanjutan.
Dari jenis komoditas yang masih potensial, dapat direncanakan jenis alat tangkap
dan jenis serta kapasitas industri pengolahan yang akan dikembangkan.

2) Perikanan Budidaya
Komoditas perikanan budidaya di Kabupaten Rote Ndao dapat digiring kearah
komoditas Rumput Laut Eucheuma cottonii, Lele, Nila, Bandeng, Teripang dan
Mutiara. Selain itu, melihat potensi lahan yang ada dapat pula dikembangkan
tambak garam.

Komoditas Lele dan Nila dapat dikembangkan karena didukung dengan adanya
BBI Mokdale. BBI Mokdale memiliki luas sekitar 0,4 ha. Beberapa permasalahan
BBI Mokdale yaitu:

- Belum memenuhi persyaratan dan spesifikasi teknis (perkolaman, bak


pembenihan, sistem kelistrikan dan unit pendederan benih ikan sehat);
- Kebocoran dan tingkat kehilangan ikan tinggi (meluap pada saat musim
hujan);
- Hanya berfungsi distribusi dan pembesaran belum menerapkan teknik
perbenihan, perbanyakan, teknik pelestarian sumberdaya pengendalian
hama dan penyakit;
- Sarana dan prasarana belum memadai (kolam dan bak perbenihan).

3) Potensi Pengolahan dan Pemasaran


Keterbatasan jumlah dan mutu bahan baku untuk pengolahan menjadikan
pengusaha belum dapat secara berkelanjutan menyediakan produk olahan.
Demikian pula halnya dengan produk unggulan juga masih belum dilakukan
proses peningkatan nilai tambah seperti filet, bakso,kamaboko dan jenis lain.

Berdasarkan pada potensi SDA yang dimiliki serta semakin banyaknya


permintaan akan produk perikanan seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan kesadaran akan arti pentingnya gizi ikan sebagai sumber protein

Page | 4 - 84
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

hewani sehingga sektor perikanan dan kelautan tetap dapat menjadi salah satu
roda penggerak utama perekonomian daerah. Sektor perikanan dan kelautan
Kabupaten Rote Ndao berpotensi untuk dikembangkan karena didukung dengan
potensi lahan (wilayah laut dan darat) untuk usaha penangkapan dengan
bermacam jenis hasil laut dan lahan budidaya baik perikanan laut maupun
perikanan air tawar.

Permasalahan yang dalam upaya mengembangkan potensi kelautan dan


perikanan antara lain :
a) Struktur armada penangkapan ikan yang masih didominasi oleh armada
perikanan rakyat, menjadikan produktiftas nelayan lokal hanya mampu
mengeksplorasi wilayah dibawah 4 mil pada WPP disekitar Kabupaten
Rote Ndao.
b) Rendahnya kualitas nelayan, pembudidaya ikan, serta petugas teknis
dalam pengelolaan sumber daya perikanan baik tangkap maupun
budidaya;
c) keterbatasan sarana dan prasarana dalam mendukung produksi
perikanan, pembudidaya dan pengolah hasil perikanan
d) Lemahnya akses permodalan nelayan/pembudidaya/pengolah hasil
perikanan untuk mengembangkan usahanya;
e) Belum adanya data potensi perikanan yang akurat di masing-masing distrik
baik perikanan tangkap maupun budidaya;
f) Keterbatasan dana pembinaan kepada kelompok nelayan dan
pembudidaya ikan maupun pengolah ikan

1.21. ANALISIS PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Analisis pemanfaatan ruang kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao memiliki fungsi :

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah perencanaan;

Page | 4 - 85
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan yang meliputi sentra produksi, sentra
pengolahan dan sentra pemasaran untuk memacu pertumbuhan ekonomi pada
wilayah pesisir dan sekitarnya.

4.2.1. Kedudukan Wilayah Perencanaan SKPT

 Rote Ndao merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu
berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No. KEPMEN-KP/51/2016 tentang
Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-
Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan karena memiliki potensi perikanan budidaya dan
perikanan tangkap yang sangat besar. Program ini bertujuan meningkatkan
ketersediaan sumber protein dan ketahanan pangan nasional, kesejahteraan
masyarakat, dan pemasukan devisa bagi negara. Diharapkan juga dengan ini bisa terjadi
pertumbuhan ekonomi di wilayah pinggiran dengan lokomotif penggerak utama adalah
sektor perikanan. Dalam konsep Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di
pulau-pulau kecil dan atau kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem dan
pola yang memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan serta
sumberdaya manusia sebagai basis pengembangan sentra kelautan dan perikanan
terpadu (SKPT).

 Potensi perikanan tangkap Kabupaten Rote Ndao diperkirakan mencapai 1,68


juta ton per tahun, sedangkan potensi perikanan budidaya, khususnya rumput laut,
diperkirakan mencapai 91,1 juta ton per tahun. Kegiatan usaha penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan 573 berdasarkan Kepmen Nomor 47 Tahun 2016 sampai
dengan saat ini dalam kondisi fully eksploited dan over eksploited, karena itu perlu
dikembangkan usaha perikanan lain dalam mendukung kegiatan SKPT Rote Ndao.
Masterplan yang tersedia saat ini hanya secara detail menggambarkan kegiatan
penangkapan, sedangkan untuk kegiatan budidaya dan pengolahan baru digambarkan
secara umum.

Jika dilihat dari potensi yang ada, perikanan budidaya memiliki peluang cukup potensial
untuk dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Data dan informasi Dinas Kelautan
dan Perikanan menunjukkan bahwa potensi budidaya air payau mencapai 12.937 ha
dan baru dimanfaatkan sekitar 5 ha. Beberapa peluang kegiatan perikanan budidaya
lainnya yang dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao yaitu Budidaya Rumput

Page | 4 - 86
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Laut, Budidaya Artemia, Budidaya Mutiara, Teripang, Bandeng, Lele dan Nila. Selain
budidaya komoditas perikanan, peluang dan potensi tambak garam seluas 4.961 ha
dengan potensi produksi 1.029.600 ton baru dimanfaatkan 77 ha dengan metode geo
membrane 76 ha dan 1 ha tradisional.

4.2.2. Kesesuaian Peruntukkan Ruang dan Kegiatan SKPT

Berdasarkan Perda No.7 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Rote Ndao 2013-2033
yang terkait Perencanaan Review Masterplan SKPT Rote Ndao adalah Rencana
Struktur Ruang Kabupaten, Rencana Pola Ruang Kabupaten dan Rencana Kawasan
Strategis Kabupaten.

1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Rote Ndao


Berdasarkan RTRW Kabupaten Rote Ndao Tahun 2013 -2033, dijelaskan rencana
struktur ruang terkait dengan Perencanaan Review Masterplan SKPT Rote Ndao
meliputi :

1). Sistem perkotaan kabupaten

a. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) , yaitu Perkotaan Ba’a Kecamatan Lobalain


b. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) yaitu Perkotaan Busalangga di Kecamatan
Rote Barat Laut dan Olafulihaa di Kecamatan Pantai Baru
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan),yaitu :
- Perkotaan Batutua Kecamatan Rote Barat Daya
- Perkotaan Sedeoen Kecamatan Rote Barat
- Perkotaan Londalusi Kecamatan Rote Timur
- Perkotaan Onatali Kecamatan Rote Tengah
- Perkotaan Lendeiki Kecamatan Ndao Nuse
- Perkotaan Naulaor Kecamatan Landu Leko
- Perkotaan Daleholu Kecamatan Rote Selatan

d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), yaitu :


- Desa Faifua Kecamatan Rote Timur
- Desa Nemberala Kecamatan Rote Barat

2). Rencana jaringan jalan Strategis Nasional

a. ruas jalan Papela- Pantai Baru

Page | 4 - 87
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

b. ruas jalan Pantai Baru – Ba’a


c. ruas jalan Ba’a - Batutua

3). Rencana Jalan Kolektor Primer

a. Ruas jalan Hailean-Dauerendale;


b. Ruas jalan Olak-Mamaluk;
c. Ruas jalan Sua-Sonimanu;
d. Ruas jalan Olafulihaa-Kakaek;
e. Ruas jalan Lekunik-Oele;
f. Ruas jalan Nggefak-Oenitas;
g. Ruas jalan Sanggoen-Batulai;
h. Ruas jalan Olafulihaa-Kokadale;
i. Ruas jalan Olalain-Oendule;
j. Ruas jalan Nemberala-Inggusati;
k. Ruas jalan Nggefak-Laki;
l. Ruas jalan Alukama-Lekunik;
m. Ruas jalan Eahun-Kimadale;
n. Ruas jalan Pokobatu-Batulilok;
o. Ruas jalan Batulilok-Oele;
p. Ruas jalan Su'a-Serubeba;
q. Ruas jalan Batutua-Oele;
r. Ruas jalan Peto/Baubafan-Oendule;
s. Ruas jalan Lekunik-Limbalain;
t. Ruas jalan Baudale-Mokdale;
u. Ruas jalan Ombok-Oelua;
v. Ruas jalan Sp. Tudameda-Nemberala;
w. Ruas jalan Tudameda-Nemberala;
x. Ruas jalan Oeina-Ingguinak;
y. Ruas jalan Oelua-Boni;
z. Ruas jalan Lotelutun-Busalangga;
aa. Ruas jalan Alukama-Ndudale;
bb. Ruas jalan Oebau-Kakaek;
cc. Ruas jalan Civic Centre;
dd. Ruas jalan Masuk Bandara;

Page | 4 - 88
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ee. Ruas jalan Dalam Kota Ba’a;


ff. Ruas jalan Namodale-Oelunggu;
gg. Ruas jalan Baudale-Peto;
hh. Ruas jalan Feopopi-Hutu;
ii. Ruas jalan Kola-Lelebe; dan
jj. Ruas jalan Fa'a-Oeulu.

4). Rencana sistem jarinngan angkutan sungai dan penyebrangan

a. Pengembangan pelabuhan Pantai Baru


b. Alur Pelayaran adalah Bolok – Pantai Baru

5). Rencanan Pengembangan Pelabuhan Pengumpan :

a. Pelabuhan Ba’a di Kecamatan Lobalain;


b. Pelabuhan Batutua di Kecamatan Rote Barat Daya;
c. Pelabuhan Ndao di Kecamatan Ndao Nuse
d. Pelabuhan Oelaba di Kecamatan Rote Barat Laut;dan
e. Pelabuhan Papela di Kecamatan Rote Timur.

6). Rencana pengembangan pelabuhan khusus:

a. Onatali di Kecamatan RoteTengah berfungsi sebagai pelabuhan PLTU;


b. Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya berfungsi sebagai pelabuhan Militer;
c. Ndaodi di Kecamatan Ndao Nuse dan Nemberala di Kecamatan Rote Barat
berfungsi sebagai pelabuhan Pariwisata

7). Rencana alur pelayaran pengumpan meliputi :

a. Alur pelayaran Ba’a– Kupang;


b. Alur pelayaran Pantai Baru– Kupang;
c. Alur pelayaran Ba’a – Seba;
d. Alur pelayaran Ba’a – Ndao;
e. Alur pelayaran Oeseli – Ndana;
f. Alur pelayaran Oeseli dengan pulau pulau terluar

8). Bandar Udara D.C. Saudale dengan jalur penerbangan Ba’a - Kupang

9). Sistem Jaringan pembangkit tenaga listrik meliputi :

Page | 4 - 89
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Ba’a di Kecamatan Lobalain


dengan kapasitas 2,6 MW;
b. Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Suebela Kecamatan
Rote Tengah dengan kapasitas 18 kwh;
c. Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Nemberala di Kecamatan Rote
Barat dengan kapasitas 15 Kw;
d. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Onatali di Kecamatan Rote
Tengah dengan kapasitas 6 MW;
e. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Oeledo di Kecamatan Pantai
Baru dengan kapasitas 650 Kw;
f. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Suebela di Kecamatan Rote
Tengah dengan kapasitas 15 Kw;
g. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Lidor di Kecamatan Rote Barat
Laut dengan kapasitas 15 Kw;
h. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pukuafu di Kecamatan Landu
Leko dengan kapasitas 5 Kw;
i. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ndao di Kecamatan Ndao
Nuse dengan kapasitas 650 Kw.

10). Rencana Sistem sumberdaya air:

(1) Pengamanan sistem Cekungan Air Tanah (CAT) di Kabupaten Rote Ndao,
meliputi :
a. CAT Nemberala;
b. CAT Batutua; dan
c. CAT Rote di Landu Leko

(2) Prasarana air baku untuk air minum meliputi:


a. Semua sumber air baku untuk air minum terdapat di Kabupaten Rote Ndao
b. Pengolahan air menggunakan Reverse Osmosis atau teknologi lainnya pada
kawasan yang jauh dari sumber air di Kecamatan Ndao Nuse, Rote Barat, Rote
Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Landu Leko dan Rote Timur;

(3) Daerah Irigasi (DI) terdiri dari :


a. DI kewenangan Pusat adalah DI Danau Tua seluas 3.800 Ha;
b. DI kewenangan Provinsi adalah DI Manubulu seluas 1.250 Ha; dan

Page | 4 - 90
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

c. DI kewenangan kabupaten adalah sebanyak 114 DI tersebar dengan luas


13.269 Ha

Untuk lebih jelasnya mengenai peta rencana struktur RTRW Kabupaten Rote Ndao
dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Page | 4 - 91
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Rote Ndao

Page | 4 - 92
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

A. 2. Rencana Pola Ruang Kabupaten

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi :

a) Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao
b) Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c) Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun kedepan; dan
d) Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten
Rote Ndao.

Berdasarkan hal tersebut serta didasari oleh UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26
Tahun 2008, dan Kepres Nomor 32 Tahun 1990, maka penataan ruang diarahkan untuk
Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya binaan, nilai sejarah,
dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.

Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk di
budidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya binaan,
dan sumberdaya manusia.

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao adalah rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
Kabupaten Rote Ndao (20 tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao .

Muatan Rencana Pola Ruang Wilah Kabupaten Rote Ndao terkait Review Masterplan
SKPT Rote Ndao, antara lain :

a) Kawasan Peruntukan Perikanan

 Kawasan peruntukan perikanan tangkap dilakukan di pesisir kabupaten;

Page | 4 - 93
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Kawasan peruntukan budidaya berupa budidaya mutiara, budidaya rumput laut,


budidaya teripang, budidaya keramba jaring apung, budidaya air payau dan
kolam, terdapat di seluruh kecamatan.
 Kawasan pengolahan ikan, terdapat pengembangan Pusat Pendaratan Ikan
(PPI)Tulandale Kecamatan Lobalain;
 Rencana Pengembangan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) meliputi :
- TPI Batutua di Kecamatan Rote Barat Daya; dan
- TPI Papela di Kecamatan Rote Timur.

b) Kawasan Peruntukan Pariwisata alam

 wisata Pantai Nemberala dan Pantai Bo’a di Kecamatan Rote Barat;


 wisata Batu Termanu di Kecamatan Rote Tengah
 wisata pulau dan alam terdiri dari Pulau Ndana, Pulau Ndao, Laut Mati,
Pemandian Oemau, Pulau Do’o, Pulau Nuse dan Danau Oendui.
 wisata alam laut terdiri dari Pantai Leli, Pulau Nuse, Pantai Mulut Seribu, Pantai
Vei, Pantai Tesabela, Pantai Tongga, dan Pantai Oeseli.

e) Kawasan peruntukan pesisir dan pulau pulau kecil meliputi : wilayah-wilayah yang
berada di bagian darat dan laut dari Pulau Rote yang berbatasan dengan Laut Sawu,
Laut Timor dan Samudera Hindia yang mencakup seluruh wilayah kabupaten.

Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Rote Ndao dapat
dilihat pada Gambar 4.4.

Page | 4 - 94
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Rote Ndao

Page | 4 - 95
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

B. 3. Penetapan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang


penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan
kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif.

Kawasan strategis Kabupaten Rote Ndao yang terkait dengan penyusunan Review
Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao antara lain :

a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas:


 Kawasan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Batutua di Kecamatan
Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Laut
dan Kecamatan Lobalain;
 Kawasan Agropolitan berbasis di Kecamatan Rote Barat Daya dan Kawasan
Mamaluk Kecamatan Pantai Baru;
 Kawasan Minapolitan di Kecamatan Rote Barat Daya dan Rote Timur;
 BandarUdara D.C. Saudale di Kecamatan Lobalain; dan
 Pelabuhan Laut Ba’a, di Kecamatan Lobalain.

b) Kawasan strategis dari sudut kepentingan social budaya meliputi :


 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Nemberala-Rote Ndao dan
sekitarnya;
 Rumah Raja Rote di KelurahanNamodale, Kecamatan Lobalain;
 Rumah Raja Thie di Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya;
 Komunitas Lontar di Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya,
 Wisata religi Fiulain Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya

c) Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup yaitu :

 Suaka margasatwa Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya;


 Kawasan pantai berhutan bakau di pesisir selatan dan Timur kabupaten;
 Kawasan mata air di Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah

Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Rote Ndao
dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Page | 4 - 96
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Page | 4 - 97
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.5 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Rote Ndao

Page | 4 - 98
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1.22. ANALISIS PENETAPAN KAWASAN

1. Kawasan Perikanan Tangkap dan Sarana Pendukung

Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) baik dibidang


minabisnis perikanan tangkap selain mempertimbangkan kebijakan RTRW juga
potensi sumberdaya perikanan yang tersedia di WPPNRI dalam hal ini di WPPNRI
573. Rencana pengembangan SKPT khususnya Minabisnis Perikanan Tangkap di
Kabupaten Rote Ndao tidak terlepas dari komoditas andalan yang dimiliki wilayah
kabupaten berdasarkan analisis potensi sumberdaya kelautan (potensi perairan).
Komoditas unggulan (misalnya, Ikan Tongkol, Kerapu) merupakan komoditas
andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan yang mempunyai prospek
pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan yang cukup besar.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor unggulan wilayah
Kabupaten Rote Ndao karena hampir 10 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao,
memiliki potensi usaha perikanan tangkap.

Gambar 4.6 Peta Lokasi Pendaratan Ikan

Minabisnis perikanan tangkap sangat erat kaitannya dengan ketersediaan


sumberdaya ikan, kemampuan armada penangkapan ikan dan
kemampuan/keahlian/keterampilan nelayan penangkap ikan. Potensi sumberdaya

Page | 4 - 99
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ikan yang besar dan masih jauh dari nilai optimal, tidak menjadi halangan bagi pelaku
usaha perikanan tangkap di Kabupaten Rote Ndao untuk meningkatkan upaya
tangkapnya menjadi lebih besar. Dukungan armada penangkapan yang lebih modern
dan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan, serta memperhatikan kualitas
produk hasil tangkapan, menjadi modal utama bagi peningkatan produksi perikanan
tangkap. Selain itu, ketersediaan nelayan tangkap yang handal dan kompeten dalam
mengendalikan alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan yang bermutu tinggi.

Gambar 4.7 Rantai Pasok Perikanan Tangkap

a. Analisis Pengembangan Sentra Perikanan Tangkap

Keberadaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tulandale, Sentra Pendaratan Ikan


Papela dan Sentra Pendaratan Ikan Batutua akan dijadikan pusat bisnis kegiatan
perikanan, baik di subsektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan. Posisi Pangkalan Pendaratan Ikan dan Sentra
Pendaratan Ikan yang berada di ketiga wilayah sebagai penopang utama dari aktifitas
ekonomi sektor perikanan Kabupaten Rote Ndao. Sedangkan Sentra Pendaratan
Ikan lainnya, akan berkontribusi sebagai zona pendukung dan keterkaitan terhadap
kebutuhan bahan baku produksi perikanan di PPI Tulandale, Sentra Pendaratan Ikan
Papela dan Batutua, atau sebagai Sentra Pengembangan Perikanan Tangkap.

Page | 4 - 100
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1). Analisis Kebijakan Pemerintah

Dalam rangka mendukung pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu


(SKPT) pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Rote Ndao menetapkan PPI Tulandale sebagai sentra perikanan tangkap. Penetapan
ini mengacu pula pada kebijakan RTRW kabupaten Rote Ndao yang menetapkan PPI
Rote Ndao sebagai pusat pengembangan perikanan tangkap. Disamping itu Permen
Kelautan dan Perikanan No 45 tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan
Pelabuhan Perikanan, PPI Tulandale sudah dimasukkan dan ditetapkan dalam
rencana induk pembangunan pelabuhan perikanan. Demikian pula dengan Sentra
Perikanan (SP) di Papela dan Batutua yang belum berstatus PPI dapat
dikembangkan menjadi sentra Perikanan Tangkap (Peraturan Daerah Kabupaten
Rote Ndao Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Rote Ndao tahun 2013 -2033).

Untuk membangun suatu pelabuhan perikanan (termasuk Pangkalan Pendaratan


Ikan/ PPI) kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan yang dituangkan dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan Pasal 10 menetapkan bahwa
Rencana lokasi pelabuhan perikanan nasional harus mempertimbangkan:

a) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil/ Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
b) Potensi sumberdaya ikan;
c) Daya dukung sumberdaya manusia;
d) WPP-NRI;
e) Dukungan prasarana wilayah;
f) Geografisdaerah dan kondisi perairan;dan
g) Sosial ekonomi masyarakat.

PPI Tulandale, SP Papela dan SP Batutua akan berperan sebagai pelabuhan


perikanan dan dapat diartikan sebagai pusat pelayanan umum, dan banyak macam
rumusannya. PPI/SP ini akan berperan sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan
berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi perikanan. Fungsi
tersebut meliputi berbagai macam aspek yakni sebagai pusat pengembangan
masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil

Page | 4 - 101
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

tangkapan, tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan, pusat


pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu
hasil tangkapan, serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data
(Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor
31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).

Dalam rangka upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga peranan
PPI/ SP dapat terwujud maka dalam setiap aktivitas manajemen mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi supaya melibatkan stakeholder
terutama nelayan, pengusaha perikanan, kelembagaan Daerah, instansi terkait
disamping staf pelabuhan perikanan sendiri (Elfandi SK. 2000). Konsep diatas
menurut Kotler (1997) merupakan bentuk pemasaran dengan konsep kebutuhan
pelanggan (nelayan, masyarakat perikanan, industri perikanan); sehingga pelabuhan
perikanan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
mereka.Disamping kebijakan diatas, pembangunan PPI/SP sudah ada kesesuaian
dengan kebijakan pemerintah daerah (Perda RTRW) sehingga perlu didukung
dengan berbagai prasarana pendukung wilayah lainnya yang menjadi kewenangan
instansi terkait seperti: sarana jalan menuju kawasan PPI untuk mendukung
pemasaran, suplai energy listrik untuk kepentingan operasional segenap fasilitas
yang menggunakan energi listrik, suplai air tawar bersih untuk kepentingan logistik
nelayan, pabrik es, pencucian ikan dan lainnya, suplai BBM dari PT Pertamina untuk
mendukung operasional kapal dan perahu bermotor dan lain sebagainya.

Dukungan ini sangat diperlukan mengingat segenap aktivitas PPI Tulandale sebagai
sentra perikanan tangkap di Kabupaten Rote Ndao, tentunya harus menyediakan
fasilitas yang baik dan mampu menampung segala kebutuhan nelayan dalam
melakukan operasional penangkapan ikan. Terlebih akses dari PPI ke sentra-sentra
pengolahan maupun pemasaran ikan, harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi
usahanya. Dilain pihak keberadaan pelabuhan perikanan menghadap ke wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) 573 yang potensial dengan sumberdaya perikanan
akan menjamin pasokan bahan baku industri pengolahan perikanan.

2). Analisis Potensi Fishing Ground

Page | 4 - 102
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Potensi sumberdaya perikanan di WPP 573 terdiri dari pelagis kecil 294.092
ton/tahun, pelagis besar 505.942 ton/tahun, ikan demersal 103.501 ton/tahun, ikan
karang 8.778 ton/tahun, lobster 844 ton/tahun dan kepiting 465 ton/tahun.

Tabel 4.4 Analisis Perhitungan Pemanfaatan Potensi Perikanan Laut


Kabupaten Rote Ndao
Produksi Per Kecamatan Dalam Pemanfaatan Potensi
Perikanan Kabupaten Rote Ndao
Kecamatan
2015 2016
Ton % Ton %
Rote Barat Daya 568 0,034 530 0,032
Rote Barat 88 0,005 77 0,005
Ndao Nuse 435 0,026 490 0,029
Rote Barat Laut 366 0,022 397 0,024
Lobalain 633 0,038 649 0,039
Rote Tengah 30 0,002 23 0,001
Rote Selatan 11 0,001 11 0,001
Pantai Baru 199 0,012 236 0,014
Rote Timur 773 0,046 732 0,044
Landu Leko 156 0,009 165 0,011
Jumlah 3,259 0,193 3,310 0,197
Sumber : DKP Kabupaten Rote Ndao 2017 dan Diolah Konsultan
Luas Perairan Laut : 2.376 Ha, Potensi 1.68 Juta Ton

Pemanfaatan Potensi Ikan di Kabupaten Rote Ndao:

1. Produksi Tahun 2015

Produksi ikan di kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 sebesar 3.259 ton berarti
tahun 2015 baru memanfaatkan potensi yang dimiliki 1,68 juta ton sebesar
0,193% saja. Usaha perikanan tangkap masih dapat ditingkatkan untuk
memanfaatkan sisa potensi sebesar 1.676.741 ton.

2. Produksi Tahun 2016

Pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap menghasilkan 3.310 ton, berarti
potensi yang dimanfaatkan baru 0,197% dan masih ada potensi belum
dimanfaatkan sebesar 1.676.690 ton

Page | 4 - 103
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tabel 4.5 Pemanfaatan Ikan Unggulan Terhadap Produksi Per Kecamatan Tahun 2015 (%)

Pemanfaatan per Jenis Ikan Terhadap Produksi Kabupaten Rote Ndao (Ton)
Kecamatan Produksi
Cumi
(Kab. Rote Tongkol % Kerapu % Kakap % Teripang % %
Cumi
Ndao)

01. Rote Barat Daya 568 31 5,46 14 2,47 42 7,39 0 0 1 0,18


02. Rote Barat 88 5 5,68 2 2,27 2 2,27 0 0 1 1,14
03. Ndao Nuse 435 17 3,91 17 3,91 15 3,45 0 0 93 21,38
04. Rote Barat Laut 366 25 6,83 19 5,19 26 7,10 29 7,92 8 2,19
05. Lobalain 633 37 5,85 41 6,48 32 5,06 0 0 3 0,47
06. Rote Tengah 30 3 10,00 2 6,67 7 23,33 0 0 0 0
07. Rote Selatan 11 1 9,09 1 9,09 1 9,09 0 0 0 0
08. Pantai Baru 199 28 14,07 7 3,52 9 4,52 1 0,50 1 0,50
09. Rote Timur 773 62 8,02 27 3,49 47 6,08 5 0,65 1 0,13
10. Landu Leko 156 9 5,77 11 7,05 9 5,77 0 0 1 0,64

Jumlah 3,259 218 6,69 141 4,33 190 5,83 35 1,07 109 3,34
Sumber : DKP Kabupaten Rote Ndao 2017 dan Diolah Konsultan

Page | 4 - 104
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Produksi Ikan Unggulan di Masing-masing Kecamatan 2015 :

1. Ikan Tongkol

Jumlah ikan tongkol yang didaratkan tahun 2015 sebesar 218 ton atau sekitar
6,69% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao. Jumlah ikan
Tongkol terbanyak didaratkan di Kecamatan Rote Timur sebesar 62 ton atau
sekitar 8,02% dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Timur
(773 ton). Kecamatan Lobalain urutan kedua jumlah ikan Tongkol yang didaratkan
sebanyak 37 ton atau sekitar 5,85% dari jumlah ikan yang didaratkan di
Kecamatan Lobalain.

2. Ikan Kerapu

Jumlah ikan Kerapu yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar 141 ton
atau sekitar 4,33% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao.
Jumlah ikan kerapu paling banyak didaratkan di Lobalain sebanyak 41 ton atau
sekitar 6,48% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Berikutnya
ikan kerapu yang banyak didaratkan di Rote Barat Laut sebanyak 19 ton atau
sekitar 5,19 % dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.

3. Ikan Kakap

Secara keseluruhan ikan kakap yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar
190 ton atau sekitar 5,83% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote
Ndao (3.310 ton). Jumlah produksi terbesar di Kecamatan Rote Barat Daya
sebanyak 42 ton atau sekitar 7,39 % dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di
Rote Barat Daya (568 ton). Jumlah ikan Kakap di Kecamatan Lobalain sebesar 32
ton atau sekitar 5,06% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain
(633 ton).

4. Teripang

Tahun 2016 ada 3 kecamatan (Rote Barat Laut, Pantai Baru, dan Rote Timur) yang
menghasilkan Teripang dengan produksi seluruhnya sebesar 35 ton. Produksi ini
hanya 1,07% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar
3.310 ton. Jumlah Teripang terbanyak dihasilkan di Rote Barat Laut sebesar 29
ton atau sekitar 7,92% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat
Laut.

Page | 4 - 105
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

5. Cumi-cumi

Pada tahun 2015 hanya ada 2 kecamatan (Rote Tengah dan Rote Selatan) yang
tidak menghasilkan cumi-cumi. Dari 8 kecamatan lainnya produksi cumi-cumi
sebesar 109 ton atau sekitar 3,34% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 3.310 ton. Jumlah produksi cumi-cumi paling banyak
didaratkan di Ndao Nuse sebanyak 93 ton atau sekitar 21,38 dari produksi ikan
yang didaratkan di Kecamatan Ndao Nuse.

Page | 4 - 106
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Tabel 4.6 Pemanfaatan Ikan Unggulan Terhadap Produksi Per Kecamatan Tahun 2016 (%)

Jenis Ikan Terhadap Produksi (Ton)


Kecamatan Cumi
Produksi Tongkol % Kerapu % Kakap % Teripang % %
Cumi

01. Rote Barat Daya 530 33 6,23 14 2,64 41 7,74 0 0 1 0,19


02. Rote Barat 77 4 5,21 2 2,60 1 1,30 0 0 1 1,30
03. Ndao Nuse 490 17 3,47 17 3,47 13 2,65 0 0 101 20,61
04. Rote Barat Laut 397 36 9,07 37 9,32 28 7,05 32 8,06 12 3,02
05. Lobalain 649 35 5,39 42 6,47 29 4,47 0 0 1 0,15
06. Rote Tengah 23 2 8,70 2 8,70 6 26,09 0 0 0 0
07. Rote Selatan 11 0 0 0 0 1 9,09 0 0 0 0
08. Pantai Baru 236 30 12,71 6 2,54 8 3,39 1 0,42 0 0
09. Rote Timur 732 65 8,88 29 3,96 42 5,74 7 0,96 0 0
10. Landu Leko 165 7 4,24 8 4,85 7 4,24 0 0 0 0
Jumlah 3,310 229 6,92 157 4,74 176 5,32 40 1,21 116 3,51
Sumber : DKP Kabupaten Rote Ndao 2017 dan Diolah Konsultan

Page | 4 - 107
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Produksi Ikan di Masing-masing Kecamatan Tahun 2016:

1. Ikan Tongkol

Produksi ikan terbesar didaratkan tahun 2016 di Kecamatan Rote Timur (732 ton)
dan produksi ikan Tongkol 65 ton (8,88%), produksi terbesar kedua di Kecamatan
Lobalain (649 ton) dan produksi ikan tongkol sebesar 35 ton (5,39%) dari seluruh
jenis ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Prosentase Produksi ikan
tongkol dibandingkan produksi semua jenis ikan di masing-masing kecamatan
bervariasi, terbesar di Kecamatan Pantai Baru 12,71%. Secara keseluruhan
produksi ikan tongkol terhadap produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote
Ndao pada tahun 2016 sebesar 6,92 % saja.

2. Ikan Kerapu

Secara keseluruhan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2016 jumlah produksi ikan
3.310 ton dimana 4,74% nya adalah ikan Kerapu (157 ton). Jumlah ikan Kerapu
terbesar didaratkan di Kecamatan Lobalain (42 ton) atau sekitar 6,47% dari jumlah
ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Produksi ikan yang terbanyak
didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut (37 ton) atau sekitar 9,32% dari jumlah
produksi ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.

3. Ikan Kakap

Produksi ikan Kakap di Kabupaten Rote Ndao sebesar 176 ton atau sekitar 5,32%
dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao (3.310 ton).
Jumlah ikan Kakap yang terbanyak didaratkan di Kecamatan Rote Timur sebesar
42 ton atau hampir sama dengan di Kecamatan Rote Barat Daya sekitar 41 ton.

4. Teripang

Ada 3 kecamatan yang menghasilkan Teripang (Kecamatan Rote Barat Laut, Rote
Timur dan Pantai Baru). Jumlah produksi teripang tahun 2016 terbesar di Rote
Barat Laut sebesar 32 ton atau sekitar 8,06 dari jumlah seluruh ikan yang
didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.

5. Cumi cumi

Tahun 2016 ada 5 kecamatan (Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan Rote
Barat Laut, serta Lobalain) yang menghasilkan Cumi-cumi. Jumlah produksi sekitar
116 ton atau sekitar 3,51% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote

Page | 7 - 108
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ndao. Produksi Cumi-cumi paling banyak didaratkan di Kecamatan Ndao Nuse
sebanyak 101 ton atau sekitar 20,61% dari produksi ikan yang didaratkan di
Kecamatan Ndao Nuse.

3). Pengembangan PPI dan Pembangunan Sentra Pendaratan

Sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan,
pada Bagian Keempat menetapkan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ke dalam 4
(empat) kelas, dimana PPI Tulandale termasuk Pelabuhan Perikanan kelas D, yang
selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPI Tulandale sebagai
Pangkalan Pendaratan Ikan dalam Pasal 9 diatur harus memenuhi kriteria teknis
dan operasional, yang meliputi:

(1) Kriteria teknis terdiri dari:


- Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia;
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 5GT;
- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 1 m;
- Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT; dan
- Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya1 ha.

(2) Kriteria operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran
hasil perikanan rata-rata 2 ton per hari.

Ada 3 sentra pendaratan ikan yang potensi untuk dikembangkan dan dibangun di
Kabupaten Rote Ndao dikaitkan dengan potensi Perikanan Tangkap.
Pembangunannya mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012 Tentang
Kepelabuhanan Perikanan. Ketiga sentra pendaratan dimaksud yaitu:

(a) PPI Tulandale

Page | 7 - 109
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pembangunan PPI Tulandale dibangun tahun 2012 dilengkapi dengan berbagai
bangunan sarana dan prasarana. Jenis sarana dan prasarana yang sudah
dibangun yaitu :

1) Fasilitas Dasar
Jenis fasilitas dasar yang sudah ada di PPI Tulandale yaitu :

a) Tanah kawasan PPI


b) Kolam pelabuhan perikanan
c) Penahan gelombang
d) Jetty Untuk Pendaratan Kapal/ Perahu
e) Revetment Penahan Longsor
f) Jalan kompleks (belum beraspal)

2) Fasilitas Fungsional
Jenis fasilitas fungsional yang sudah dibangun dikawasan PPI Tulandale yaitu:

a) Pabrik es
b) Cold storage
c) Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
d) Fasilitas Instalasi Listrik PLTD Ba’a Kecamatan Lobalain

3) Fasilitas Penunjang
Jenis fasilitas penunjang yang sudah dibangun berupa :

a) Kantor dan
b) Perumahan pengelola PPI

Segenap fasilitas tersebut masih belum operasional kecuali pabrik es sudah


berproduksi dan hasilnya dibeli para pedagang ikan. Aktivitas di PPI Tulandale
tidak optmimal dikarenakan ada beberapa kendala yaitu :

 Mulut kolam perairan terlalu lebar dan menghadap arah gelombang, pada saat
musim Timur gelombang masuk kolam perairan PPI sehingga mengakibatkan
kapal dan perahu tidak aman berada di kolam pelabuhan
 Saat pasang surut terendah kondisi kolam perairan masih plus (> 0 m) sehingga
kapal kandas dan kondisi ini membahayakan kapal ikan karena dapat merusak
lunas kapal

Page | 7 - 110
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Pembangunan Jetty kurang mempertimbangkan beda ketinggian air laut pada
saat pasang surut, sehingga tidak dapat digunakan untuk mendaratkan ikan
maupun sandar perahu nelayan
 Nelayan yang masuk kolam pelabuhan perikanan mendaratkan ikan disisi
pantai berpasir dan langsung mengadakan transaksi jual beli ikan. Kondisi ini
mempersulit angkutan ikan dari perahu menuju tempat penjualan ikan
 Belum ada sarana pembuatan perahu dan galangan kapal didalam pelabuhan
perikanan untuk mendukung nelayan membuat perahu. Pembuatan perahu
hanya di pantai berpasir yang ada di dalam kolam pelabuhan perikanan.
 Instalasi listrik untuk Penerangan kawasan belum terpasang sehingga nelayan
dan bakul ikan mengalami kesulitan saat mendaratkan ikan pada malam hari.

Sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu segenap kendala yang


mengakibatkan tidak beroperasinya PPI akan dikaji secara hati-hati. Berbagai
fenomena laut yang sulit diprediksi perlu dijadikan pertimbangan untuk
menyempurnakan tataletak dan desain sarana PPI terutama bangunan laut. Hal ini
dimaksudkan agar hasil kajian dapat untuk merevitalisasi kinerja PPI Tulandale.
Untuk mendukung kinerja PPI Tulandale ada beberapa fasilitas yang masih perlu
dilengkapi yaitu :

(1) SPDN Dwi Fungsi


Sarana ini sebagai pelayanan kebutuhan BBM para nelayan karena adanya
kebijakan PT Pertamina yang melarang membeli BBM dengan Jerigen.
Ketentuan ini menyulitkan nelayan karena :
 Di dermaga tidak tersedia sarana SPDN
 Kapal/ perahu tidak dapat merapat di dermaga
 Kontruksi kapal dengan mesin tempel tidak memiliki tangki khusus seperti
mobil
 Untuk mendapatkan BBM harus keluar Kawasan PPI tidak memungkinkan
nelayan membawa perahu sehingga untuk membeli BBM harus membawa
wadah (Jerigen)

Jika para nelayan tidak boleh membeli BBM menggunakan jerigen, akibatnya
nelayan membeli BBM dari para pengecer BBM dengan harga BBM solar di
pengecer antara Rp 8.000,- sampai Rp 10.000,- per liter tergantung dari musim
ikan.

Page | 7 - 111
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
(2) Sarana Pabrik Es
Untuk menangani ikan segar agar dapat tahan dari pembusukan diperlukan
sarana pendingin berupa es dan bukan pengawet berbahaya. Kebutuhan es
sangat mendesak sama halnya dengan kebutuhan BBM, sehingga kapasitas
pabrik es yang ada perlu ditingkatkan. Besarnya kapasitas pabrik es untuk TPI
dengan persyaratan minimal ikan yang didaratkan 2 ton per hari, maka pabrik
es yang dibangun minimal 20 ton per hari (kebutuhan nelayan, tranportasi/
distribusi Ikan ke pusat pemasaran dan pedagang ikan).

(3) Cold Storage


Cold Storage sudah dibangun oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
akan tetapi tidak berfungsi karena ikan langsung dipasarkan di pasar Mitina
yang berjarak 4 km dari PPI Tulandale. Untuk mendukung pemasaran ikan dan
pengolahan ikan mendatang keberadaan sarana cold storage akan diperlukan
minimal kapasitas 5 ton untuk menampung ikan milik pedagang yang tidak
langsung dijual kepasar ikan.

(b) Sentra Pendaratan Ikan Papela


Lokasi ini menjadi calon pengembangan sentra pendaratan ikan dengan
mengacu berbagai kebijakan yang sudah ditetapkan (RTRW). Kebijakan ini
sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rote Ndao Nomor 7 Tahun
2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao tahun 2013
-2033, namun status sentra pendaratan ini belum ditetapkan dalam masterplan
pembangunan pelabuhan perikanan dan masih berupa sentra pendaratan ikan.
Masyarakat nelayan setempat yang berpotensi (memiliki Armada, Alat Tangkap)
sebagai penghasil ikan belum disediakan sarana pelayanan sama sekali. Lokasi
pemukiman berdampingan dengan Pelabuhan Penyeberangan Kementerian
Perhubungan yang sudah disediakan dermaga untuk kapal penyeberangan.
Untuk menetapkan PPI Papela sebagai pusat pengembangan kelautan dan
perikanan terpadu cukup prospektif, karena dari sentra pendaratan Papela ini
merupakan pemasok ikan terbesar ke Kupang. Disamping itu dapat digunakan
sebagai pendukung sentra pengembangan budidaya laut yang beraktivitas di
perairan “Mulut Seribu”. Posisi lokasi menghadap fishing ground WPPNRI 573
Samudera Hindia sebagai tempat penangkapan nelayan di Rote Timur.

Page | 7 - 112
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Di Papela juga telah tersedia lahan sekitar 2.500 m2 yang akan digunakan untuk
membangun cold storage dan pabrik es. Lokasi perencanaan ini terletak
bersebelahan dengan Dermaga Nelayan Papela (disebelah timur) dan tambak
garam (disebelah barat). Tanggapan masyarakat nelayan di Papela
mengindikasikan memang sangat perlu adanya “cold storage”. Hal ini karena
selama ini nelayan mendapatkan es dalam bentuk balok yang harus dibeli dari
Kupang sehingga biaya transportasinya menjadi mahal. Apabila es-es dalam
skala kecil, nelayan harus membeli dari rumah-rumah penyedia es.

Salah satu kendala utama didirikannya “cold storage” di lokasi terpilih adalah
masalah ketersediaan air dan listrik.

AIR. Masyarakat selama ini memperoleh air untuk kehidupan sehari-hari cukup
sulit. Di desa ini hanya ada 2 sumur yang airnya tawar, sementara selebihnya air
payau. Oleh karena itu jalan keluar yang ada adalah mendapatkan dari PDAM.
Namun air PDAM juga tidak cukup dan sering tidak keluar. Satu bulan air
mengalir tapi kecil dan sebulan berikutnya mati, bahkan pernah beberapa kali
terjadi air PDAM tidak mengalir selama 1 tahun. Kebutuhan akan air ini rata-rata
sekitar 10 drum per-minggu/per-rumah tangga.

Alternatif lain adalah memperoleh air dengan harga Rp. 5.000,- per drum dari
Dompet Dhuafa, atau dari usaha pribadi-pribadi dengan harga Rp.10.000,- per
drum. Dua alternatif ini hanya akan datang bila dibutuhkan saja oleh masyarakat
(panggilan via tlp). Namun belakangan ini kedua alternative tersebut juga tidak
bisa melayani akan kebutuhan air lagi. Hal ini karena tidak diijinkan lagi
mengambil air dari sumber yang notabene dikelola oleh PDAM, khawatir debet
air tidak mencukupi. Sumber air yang dikelola PDAM terletak di Desa Nioen yang
jauhnya melebihi 3 desa. Jadi sampai sekarang air masih menjadi masalah
utama.

LISTRIK. Masalah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan akan
listrik. Masyarakat memperoleh listrik dari PLN tetapi dengan kuota terbatas,
sehingga pemakaian listrik benar-benar harus sehemat mungkin. Kalau tidak,
maka akan terjadi seandainya 1 rumah menyala, maka rumah2 lainnya akan mati.

Oleh karena itu maka seandainya rencana pendirian “cold storage” akan
dilanjutkan, maka yang perlu menjadi perhatian adalah : (i) lokasi terpilih, (ii)
ketersediaan air, dan (iii) ketersediaan listrik.
Page | 7 - 113
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Titik lokasi awal rencana “cold storage” Bagian Belakang

Samping Kiri Belakang : Tambak Garam Samping Kiri Depan : Hutan Mangrove

Gambar 4.8 Kondisi Lokasi Pembangunan Cold Storage dan Pabrik Es

(c) Sentra Pendaratan Ikan Batutua


Sama halnya dengan Sentra Pendaratan ikan di Papela, lokasi sentra pendaratan
Batutua sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rote Ndao Nomor
7 Tahun 2013TentangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao
tahun 2013 -2033. Status pendaratan ikan Bautua belum sebagai PPI dan belum
ditetapkan dalam masterplan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 45
tahun 2014. Potensi perikanan (armada kapal, alat penangkapan,
nelayan)berada didekat pemukiman nelayan yang melakukan aktivitas
penangkapan di Samudera Hindia di Perairan Bagian Selatan Kabupaten Rote
Ndao. Lokasi berdampingan dengan rencana dermaga perhubungan (masih
tahap kontruksi).

Fishing ground para nelayan di wilayah WPP 573 dengan potensi ikan pelagis besar
jenis ikan Tuna yang bermigrasi dari Pantai Barat Australia. Pembangunan Sentra
Pendaratan Ikan Batutua ini akan mengacu pada ketentuan yang diatur dalam

Page | 7 - 114
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan Bab III Perencanaan
pembangunan pelabuhan perikanan. Keberadaan Sentra Pendaratan Batutua
diharapkan untuk mendukung Kinerja perikanan tangkap dan sebagai sentra Kelautan
dan Perikanan serta berperan sebagai sentra pendaratan nelayan dari beberapa desa
disekitarnya.

2. Kawasan Perikanan Budidaya dan Sarana Pendukung

a. Pengembangan Budidaya Air Tawar


Budidaya kolam air tawar sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Rote Ndao, namun prosesnya saat ini, masih dalam tahap pengenalan
ikan air tawar kepada masyarakat, karena kurangnya minat masyarakat terhadap
ikan yang dihasilkan dari kolam air tawar. Kolam air tawar milik masyarakat masih
dibawah 1 ha dan menjadi satu dengan persawahan untuk memudahkan
mendapatkan sumber air tawar. Disamping itu sudah dimulai uji coba budidaya ikan
lele dengan menggunakan bahan dasar kolam dari terpal. Jumlah pembudidaya
dibawah pembinaan Dinas Kelautan dan Perikanan ada 5 kelompok terpal di Desa
Mokdale. Jenis ikan yang dibudidayakan di kolam air tawar adalah jenis ikan Nila
(Oreochromis niloticus), ikan Mas (Cyprinus carpio), sedangkan budidaya jenis ikan
Lele menggunakan terpal.

Tabel 4.7 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Rote
Ndao
Komoditas Kecamatan Potensi (Ha) Eksisting (Ha)
Lele dan Nila Rote Selatan 1,63 0,38
Lobalain 3,37 2,78
Rote Tengah 15,82 0,18
Rote Timur 7,84 -
Landu Leko 5,62 -
Pantai Baru 8,75 -
Rote Barat Laut 83,08 -
Rote Barat 3,75 -
Rote Barat Daya 6,91 -
Jumlah 136,77 3,34

Page | 7 - 115
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.9 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Rote Ndao

Pada akhir tahun 2016, tercatat sebanyak 17 pembudidaya ikan air tawar yang
tersebar di 3 Kecamatan, yaitu Lobalain, Rote Tengah dan Rote Selatan. Sejak tahun
2012, bantuan benih ikan telah diberikan kepada kelompok pembudidaya tersebut
dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Total 61.500 benih ikan telah diterima oleh
kelompok tersebut. Pada tahun 2012, diberikan bantuan sebanyak 5.000 benih
ikan. Tahun selanjutnya, bantuan bertambah menjadi 10.000 benih ikan. Pada tahun
2015, bantuan diberikan sebanyak 6.500 benih ikan. Tahun 2016, bantuan yang
diberikan mencapai 30.000 benih ikan. Upaya – upaya tersebut dilakukan untuk
memperkenalkan ikan air tawar kepada masyarakat Rote Ndao.

Pada gambar di bawah, dapat dilihat peta persebaran lokasi budidaya ikan di
Kabupaten Rote Ndao.

Page | 7 - 116
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.10 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Rote Tengah

Gambar 4.11 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Rote Selatan

Page | 7 - 117
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.12 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Lobalain

Penyedia bibit ikan adalah Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Kelautan dan Perikanan
di Baa dengan luas kawasan sekitar 0,4 ha yang terdiri dari kolam pembenihan dan
kolam pembesaran. Khusus ikan nila dan ikan mas mendatangkan benih dan Induk
dari Mandiangin Kalimantan Selatan. Sumber air berasal dari sumber mata air alami
disamping BBI yang dipompa dengan mesin yang digerakkan dengan listrik
menggunakan tenaga surya, sedangkan pakan ikan didatangkan dari agen di
Kupang.

Gambar 4.13 BBI Mokdale di Kecamatan Lobalain

Page | 7 - 118
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Budidaya air tawar yang masih dalam taraf pembinaan ini, dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:

Gambar 4.14 Mekanisme Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Air Tawar

Benih ikan yang merupakan bantuan itu sendiri, dikembangkan oleh masyarakat
pembudidaya di dalam kolam – kolam terpal. Kolam tersebut merupakan hasil
swadaya masyarakat. Hasil panen ikan air tawar itu, dipasarkan kepada rumah
makan, maupun restoran yang berada di Kabupaten Rote Ndao. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan air tawar, yang notabene masih
sangat rendah.

b. Pengembangan Budidaya Air Payau


Luas lahan potensial untuk budidaya air payau di Kabupaten Rote Ndao sebesar
12.937 ha. Lahan potensial tersebut dapat dimanfaatkan untuk Tambak Garam
sebesar 4.916 ha dan Budidaya Bandeng sebesar 7.976 ha. Budidaya tambak
bandeng masih belum berkembang walaupun memiliki potensi cukup besar untuk
dikembangkan. Kendala utama belum berkembangnya budidaya tambak bandeng
adalah banyak petani yang belum mampu melakukan pengelolaan tambak bandeng.
Dalam pengelolaan tambak adalah termasuk pengawasan langsung ke tambak untuk
keamanan saat pembesaran ikan bandeng. Pada saat ini SDM di lokasi sangat
terbatas, sehingga petani masih belum berani mengembangkan usaha budidaya
bandeng. Peluang usaha pengembangan tambak bandeng cukup prospektif di
seluruh Kecamatan Rote Ndao. Pada saat ini sedang dilakukan uji coba intensifikasi
tambak garam di Papela Kecamatan Rote Timur oleh petani. Pelaksanaan uji coba
dilakukan di kawasan tambak yang lokasinya berada dekat tempat tinggalnya.

Tabel 4.8 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Rote
Ndao

Page | 7 - 119
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Komoditas Kecamatan Potensi (Ha) Eksisting (Ha)
Bandeng Rote Timur 761,50 0,75
Pantai Baru 469,00 0,90
Landu Leko -
1.576,00
Rote Tengah 827,50 -
Lobalain -
1.940,00
Rote Barat Daya 213,00 -
Rote Barat Laut -
1.234,00
Rote Barat 955,00 -
1,65
Jumlah
7.976,00

Gambar 4.15 Sebaran Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Rote Ndao

Prasarana wilayah sebagai pendukung pengembangan tambak bandeng belum siap


seperti jaringan jalan yang beraspal dan listrik, kecuali jalan penghubung antara
Kecamatan Rote Timur ke Ibukota Kabupaten Ba’a yang sudah sangat bagus. Sesuai
arahan kebijakan yang diatur dalam Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Rote Ndao
untuk Kecamatan Rote Timur diarahkan pengembangan budidaya perikanan dan
rumput laut. Penetapan lokasi sebagai pengembangan budidaya perikanan dan
rumput laut dalam RTRW Kabupaten Rote Ndao ini dapat mendorong untuk
mempersiapkan perencanaan berupa Rencana Induk (Master Plan)

Page | 7 - 120
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan. Penetapan dalam RTRW berarti
terkait juga dengan program pengembangan prasarana wilayah (jalan, air, listrik, dll).

Menurut hasil survey, terdapat satu lokasi yang cocok sebagai area pengembangan
budidaya air payau, dalam hal ini, budidaya bandeng. Area tersebut berada di Desa
Daiama, Kecamatan Landu Leko.

Gambar 4.16 Peta Potensi Budidaya Air Payau

Menurut keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Rote Ndao, area yang
merupakan rawa tersebut, bersedia dihibahkan ke Pemda. Gambaran topografi pada
area seluas 37,5 Ha tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page | 7 - 121
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.17 Peta Topografi Pengembangan Budidaya Air Payau

c. Pengembangan Budidaya Laut


Budidaya laut yang cukup prospektif untuk dikembangkan adalah budidaya rumput
laut, teripang dan mutiara.

Tabel 4.9 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Laut di Kabupaten Rote Ndao
Komoditas Kecamatan Luas Potensial Luas Eksisting (Ha)
(Ha)
Rumput Laut Landu Leko 8.350,00 353,91
Rote Timur 4.150,00 132,33
Pantai Baru 4.300,00 231,38
Rote Selatan 2.075,00 66,79
Rote Tengah 400,00 26,67
Lobalain 1.750,00 37,23
Rote Barat Daya 3.500,00 188,08
Rote Barat Laut 4.625,00 769,63
Rote Barat 2.300,00 394,44
Ndao Nuse 550,00 13,05
Jumlah 32.000,00 2.213,51
Teripang Rote Barat Laut 850 5,44
Pantai Baru 1.100 1,19
Rote Timur 1.700 0,17
Rote Barat Daya 300 -
Jumlah 3.950 6,8
Mutiara Rote Timur 3.100 -
Rote Barat Daya 7.000 -
Jumlah 10.100 -
1). Rumput Laut

Page | 7 - 122
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Seluruh kawasan kecamatan di pesisir pantai Kabupaten Rote Ndao berpotensi untuk
dikembangkan budidaya rumput laut. Di kawasan pantai Kecamatan Rote Barat ada
tiga kelurahan yang melakukan budidaya rumput laut berbatasan dengan wisata
bahari (selancar air).

Berdasarkan gambar dibawah, produksi rumput laut kering mengalami peningkatan


yang sangat besar pada tahun 2015 yaitu mencapai 18.230 ton. Budidaya rumput laut
hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Rote Ndao. Produksi terbesar
terdapat di Kecamatan Rote Barat Laut sebesar 5.538 ton, diikuti dengan Kecamatan
Landu Leko sebesar 5.185 ton.

Gambar 4.18 Produksi Rumput Laut Kering di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012-
2016 (Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2017)

Page | 7 - 123
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.19 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut

Pengolahan rumput laut masih terbatas pada pembuatan agar – agar dan rumput laut
kering yang diusahakan secara tradisional. Harga rumput laut kering berkisar antara
Rp 8.000,- sampai Rp 10.000,- per kg dijual ke Kupang langsung ke pabrik
pengolahan rumput laut. Menurut data yang didapat, setiap 875 m2 lahan budidaya
rumput laut, akan menghasilkan sekitar 4.200 kg rumput laut basah per siklus
produksi. Jadi 1 Ha lahan budidaya akan menghasilkan sekitar 48.640 kg atau sekitar
48,6 Ton rumput laut basah.

Menurut keterangan dari pembudidaya rumput laut di Rote Ndao, 7 kg rumput laut
akan menghasilkan 1 kg rumput laut kering. Jadi 1 Ha lahan budidaya akan
menghasilkan sekitar 6.900 kg atau sekitar 6,9 Ton rumput laut kering. Perhitungan
diatas, dengan asumsi bahwa kondisi lahan budidaya rumput laut memiliki kualitas
perairan yang baik, tidak mengandung polutan, serta bibit yang digunakan merupakan
bibit rumput laut dengan kondisi yang baik.

Berikut ini merupakan gambaran persebaran desa/kelurahan yang menjadi


konsentrasi pembudidaya rumput laut di setiap kecamatan.

Page | 7 - 124
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Lobalain

Pada Kecamatan Lobalain, tercatat sebanyak 341 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput Laut. Lahan seluas 37,23 Ha telah dimanfaatkan sebagai lahan
budidaya rumput laut. Pada tahun 2016, produksi rumput laut kering di Kecamatan
Lobalain sebanyak 10 Ton.

Gambar 4.20 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Lobalain

- Pantai Baru

Pada Kecamatan Pantai Baru, tercatat sebanyak 1.418 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput laut. Lahan sekitar 231 Ha telah dimanfaatkan oleh masyarakat,
sebagai lahan budidaya rumput laut. Tercatat sebanyak 579 Ton rumput laut kering
yang diproduksi di tahun 2016.

Gambar 4.21 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Pantai Baru

Page | 7 - 125
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat Laut

Sebanyak 1.895 rumah tangga tercatat sebagai pembudidaya rumput laut di


Kecamatan Rote Barat Laut. Lahan yang termanfaatkan sebagai lahan budidaya
seluas 769 Ha. Produksi rumput laut kering pada tahun 2016 adalah sebanyak 4.250
Ton.

Gambar 4.22 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat Laut

Gambar 4.23 Kondisi Lokasi Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote


Barat Laut

Page | 7 - 126
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat Daya

Sebanyak 653 rumah tangga tercatat sebagai pembudidaya rumput laut di Kecamatan
Rote Barat Daya. Lahan yang termanfaatkan sebagai lahan budidaya seluas 188 Ha.
Produksi rumput laut kering pada tahun 2016 adalah sebanyak 1.050 Ton.

Gambar 4.24 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat Daya

- Landu Leko

Pada Kecamatan Landu Leko, tercatat sebanyak 1.278 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput laut. Lahan sekitar 353 Ha telah dimanfaatkan oleh masyarakat,
sebagai lahan budidaya rumput laut. Tercatat sebanyak 4.450 Ton rumput laut kering
yang diproduksi di tahun 2016.

Page | 7 - 127
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.25 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Landu Leko

Gambar 4.26 Gambaran Lokasi Perairan di Kecamatan Landu Leko

- Rote Timur

Pada Kecamatan Rote Timur, tercatat sebanyak 1.594 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput Laut. Lahan seluas 132 Ha telah dimanfaatkan sebagai lahan
budidaya rumput laut. Pada tahun 2016, produksi rumput laut kering di Kecamatan
Lobalain sebanyak 2.260 Ton.

Page | 7 - 128
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.27 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Timur

- Ndao Nuse

Pada Kecamatan Lobalain, tercatat sebanyak 97 rumah tangga yang menjadi


pembudidaya rumput Laut. Lahan seluas 13 Ha telah dimanfaatkan sebagai lahan
budidaya rumput laut. Pada tahun 2016, produksi rumput laut kering di Kecamatan
Lobalain sebanyak 328 Ton.

Gambar 4.28 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Ndao Nuse

Page | 7 - 129
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat

Sebanyak 1.548 rumah tangga tercatat sebagai pembudidaya rumput laut di


Kecamatan Rote Barat. Lahan yang termanfaatkan sebagai lahan budidaya seluas
394 Ha. Produksi rumput laut kering pada tahun 2016 adalah sebanyak 3.147 Ton.

Gambar 4.29 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat

Pembudidaya rumput laut di Kabupaten Rote Ndao, menjual hasil produksi rumput
laut mereka dalam keadaan kering dengan cara menjemurnya di tepian pantai,
menggunakan alas terpal maupun langsung dijemur di atas beton – beton revetment.
Kurangnya fasilitas penjemuran, maupun gudang penyimpanan mebuat kondisi
rumput laut menjadi kurang baik. Untuk itu diperlukan adanya fasilitas penjemuran,
ataupun gudang sebagai fasilitas penunjang kegiatan pasca panen.

Berikut ini, merupakan gambaran lahan yang direkomendasikan sebagai lokasi


fasilitas penunjang tersebut.

Page | 7 - 130
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.30 Hasil Panen Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii

Gambar 4.31 Peta Topografi Pengembangan Pengolahan Rumput Laut

Lahan yang direkomendasikan, merupakan lahan datar kosong di Kecamatan Rote


Barat. Terdapat lahan seluas 36,7 Ha yang direkomendasikan sebagai fasilitas
penunjang kegiatan pasca panen. Fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas
penjemuran, maupun gudang penyimpanan hasil produksi rumput laut. Yang perlu
diperhatikan adalah, menurut informasi yang didapat di lapangan, lahan tersebut

Page | 7 - 131
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
merupakan lahan milik keturunan suku Dela, dengan marga ‘Ndun’. Diharapkan agar
pihak pemerintah daerah dapat menemukan solusi pembebasan lahan tersebut.

2) Teripang

Gambar 4.32 Peta Sebaran Budidaya Teripang

Budidaya teripang cukup prospektif terutama di kawasan padang lamun di perairan


“mulut seribu” diantara Pantai Barat Pulau Timor dan Pantai Timur Pulau Rote. Jenis
teripang konsumsi paling popular dibudidaya dan dipasarkan adalah jenis teripang
putih. Petani sudah memahami metode pengembangan budidaya teripang maupun
membuat makanan buatan serta metode pengolahannya. Kendala utama budidaya
teripang di laut adalah tidak terjamin keamanan karena tidak ditunggu selama 24 jam
secara terus menerus. Oleh karenanya petani tambak berusaha mengembangkan
budidaya teripang di tambak untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan.
Budidaya teripang di tambak saat ini masih dalam uji coba dengan metode:

- Budidaya Teripang Sistem Jaring


Metode budidaya jaring ini sedang dicoba petani dengan memberi pakan buatan
sendiri dan hasil sudah siap untuk dikembangkan. Pengolahan teripang bukan
kendala karena sudah mampu membuatnya dan pasar sudah siap menerima.
Kendala utama adalah keamanan karena ada yang ikut memanen tanpa berusaha.

- Budidaya Teripang Sistem Dilepas Bebas di Tambak

Page | 7 - 132
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Metode budidaya ini lebih sederhana karena tanpa menggunakan pembatas
lingkaran jaring dan tidak perlu memberi makan tambahan. Makanan teripang
budidaya tambak diperoleh secara alami di tambak.

3) Mutiara
Kegiatan budidaya mutiara pernah dilaksanakan oleh investor asing di perairan
Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, namun saat ini tidak dilanjutkan dengan
berbagai kendala. Berbagai fasilitas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan belum
ada investor yang tertarik untuk mencoba melakukan investasi kembali. Saat ini,
pemerintah Kabupaten Rote Ndao sedang melakukan pembangunan dermaga di
Desa Oebou sebagai fasilitas penyeberangan menuju pulau sekitarnya.

Gambar 4.33 Peta Potensi Budidaya Mutiara

Page | 7 - 133
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.34 Peta Potensi Budidaya Mutiara di Kecamatan Rote Barat Daya

Gambar 4.35 Peta Potensi Budidaya Mutiara di Kecamatan Landu Leko

Selain di Desa Oebou, daerah lain yang memiliki potensi budidaya mutiara berada di
Perairan ‘Mulut Seribu’ yang terletak di Kecamatan Landu Leko, sekitar 1 jam
perjalanan menggunakan perahu. Kondisi perairan yang berada diantara gugusan

Page | 7 - 134
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pulau – pulau kecil, membuat ‘Mulut Seribu’ terlindung dari gelombang. Selain itu,
perairan tersebut membentuk teluk - teluk kecil yang dalam serta memiliki arus yang
cukup tenang sehingga sangat berpotensi untuk pembudidayaan mutiara.

2. Minabisnis Garam

Sebagai negara kepulauan, setiap daerah di Indonesia memiliki potensi untuk


mengembangkan produksi garam, namun hanya ada beberapa daerah di Indonesia
yang dikenal sebagi produsen utama garam. Hal ini dikarenakan, produksi garam
memerlukan kondisi topografi yang landai dan intensitas matahari yang tinggi. Selain
sektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap, Kabupaten Rote Ndao juga
memiliki potensi sebagai produsen garam. Garam memiliki nilai jual yang cukup tinggi,
sehingga menjadi salah satu komoditas yang patut untuk dikembangkan.

Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Rote Ndao memiliki potensi
produksi garam sebesar 1 juta ton/tahun. Kecamatan Landu Leko memiliki potensi
terbesar, yaitu 412.880 ton/tahun. Disusul oleh Kecamatan Rote Timur dengan
potensi produksi 146.720 ton/tahun.

Berikut ini adalah tabel potensi lahan garam di Kabupaten Rote Ndao menurut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.

Tabel 4.10 Potensi Tambak Garam di Kabupaten Rote Ndao


Komoditas Luas Potensial Luas Eksisting
Kecamatan
(Ha) (Ha)
Garam Landu Leko 2.064,00 -
Rote Timur 734,00 76,00
Pantai Baru 617,00 0,50
Rote Tengah 394,00 -
Lobalain 148,00 -
Rote Barat Daya 442,00 -
Rote Barat Laut 222,00 -
Rote Barat 76,00 -
Ndao Nuse 264,00 0,50
Jumlah 4.961,00 843,00

Page | 7 - 135
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.36 Peta Potensi Garam di Kabupaten Rote Ndao

Produksi garam di Rote Ndao, masih bersifat tradisional. Keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung masih menjadi batu pengganjal perkembangan komoditas ini.
Kegiatan produksi secara tradisional sangatlah mengandalkan sinar matahari, karena
air garam diuapkan dengan bantuan panas matahari. Oleh sebab itu, produksi garam
di Rote Ndao hanya berlangsung saat musim kemarau, yaitu bulan Juni sampai
dengan November. Produksi garam akan berhenti pada musim penghujan, karena
akan mengganggu proses penguapan. Walaupun produksinya masih bersifat
tradisional, kualitas garam yang dihasilkan di Rote Ndao sudah sangat baik. Dengan
sedikit memberikan fasilitas penunjang, komoditas garam di Rote Ndao dapat
bersaing dengan garam sekelas industri.

Selain garam sebagai hasil produksi utama, tambak garam juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat budidaya artemia, dimana nantinya artemia akan menjadi hasil
produksi sampingan. Artemia merupakan krustasea tingkat rendah yang memiliki
kandungan nutrisi cukup tinggi. Artemia dapat digunakan sebagai pakan hidup bagi
pembenihan udang dan ikan.

Masyarakat Rote Ndao, khususnya Rote Barat Laut, sangat mendukung kegiatan
pengembangan SKPT ini. Hal ini dapat terlihat dari keterlibatan masyarakat yang
cukup besar. Salah satunya dengan melakukan proses hibah lahan kepada

Page | 7 - 136
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pemerintah kabupaten. Terdapat lahan sekitar 27 Ha yang dihibahkan oleh
masyarakat sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan SKPT Rote Ndao.

Berikut ini adalah gambaran lahan yang dihibahkan oleh masyarakat.

Gambar 4.37 Peta Potensi Tambak Serbaguna di Kecamtan Rote Barat Laut

Lahan tersebut terletak di Desa Tualima, Kecamatan Rote Barat Laut. Desa Tualima
merupakan hasil pemekaran dari Desa Doudolu. Kondisi lahan yang berbukit,
membuat lahan ini memerlukan pengerukan lahan agar dapat dijadikan lahan tambak
garam.

Berikut ini adalah gambaran kondisi topografi di lokasi calon tambak garam di Desa
Tualima.

Page | 7 - 137
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.38 Pengukuran Topografi

Gambar 4.39 Peta Topografi Pengembangan Tambak Serbaguna di Kecamatan


Landu Leko

Page | 7 - 138
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Direkomendasikan juga beberapa lokasi lain yang dapat digunakan sebagai
pengembangan komoditas garam. Lokasi tersebut antara lain, Kelurahan Papela,
Desa Sarubeba, dan Desa Tesabela. Berikut ini, gambaran lokasi lahan tersebut.

Gambar 4.40 Peta Potensi Garam di Kecamtan Rote Barat Laut

Gambar 4.41 Peta Topografi Tambak Serbaguna Papela

Page | 7 - 139
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 4.42 Peta Topografi Pengembangan Tambak Serbaguna Sarubeba

Gambar 4.43 Peta Potensi Tambak Serbaguna Kecamatan Pantai Baru

Lahan di Kelurahan Papela, memiliki luas sebesar 23,3 Ha dimana lahan tersebut
merupakan lahan milik pengusaha garam. Ada suatu kemungkinan dimana dapat

Page | 7 - 140
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dilakukan perjanjian kerjasama antara pemerintah kabupaten dengan pengusaha
garam tersebut.

Sedangkan lahan di Desa Sarubeba, merupakan lahan dataran kosong dengan luas
sekitar 63,8 Ha. Menurut informasi yang didapatkan, lahan tersebut merupakan milik
masyarakat, namun masyarakat tersebut mengharapkan adanya biaya ganti rugi dari
pemerintah daerah, apabila lahan tersebut akan digunakan sebagai lahan
pengembangan komoditas garam.

Lahan selanjutnya berada di Desa Tesabela, Kecamatan Pantai Baru. Lahan tersebut
merupakan lahan di kawasan estuari, yang sangat cocok apabila dikembangkan
menjadi tambak serbaguna. Namun, terdapat papan yang menunjukkan bahwa lahan
tersebut milik Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Rote Ndao. Perlu adanya
upaya dari pemerintah daerah untuk memperjelas status lahan tersebut.

Gambar 4.44 Lahan Potensi Tambak Serbaguna di Kecamatan Pantai Baru

1.23. KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Page | 7 - 141
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan,
drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan
ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem, dimana
infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana
(jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah
sistem menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung
dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap
sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur
perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan.

1. Kondisi Jalan
Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Meningkatkan usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan
prasarana jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar
perdagangan antar daerah. Kondisi eksisiting panjang jalan di Rote Ndao adalah
sepanjang 538.84 km dengan panjang jalan provinsi sepanjang 79 km dengan kondisi
baik dan jalan kabupaten sepanjang 459,83 km. Dengan demikian kebutuhan jalan
di kawasan perencanaan pada dasarnya sudah mencukupi, yang perlu dilakukan
adalah peningkatan jalan khususnya untuk penggunaan industri yang akan dilewati
oleh kendaraan berat, dalam hal ini jalan kolektor primer primer.

Page | 7 - 142
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Sentra
Perikanan
Papela

Sentra
Perikanan
Batutua

Gambar 4.45 Dukungan Infrastruktur Jalan di Sentra Sentra Perikanan

Panjang jalan menuju sentra perikanan di Papela sekitar 62 km dari Ba’a dilalui jalan
strategis nasional ruas jalan Ba’a – Pantai Baru dengan kondisi 95% baik. Pada
beberapa tempat ada yang kuran bagus seperti di Oenggomeda di Rote Tengah
terdapat jembatan beton di Sungai Tola yang patah dan jalan sejauh 5 km agak
bergelombang, sedangkan jalan menuju tambak belum beraspal akan tetapi sudah
cukup halus sepanjang 3 km.

Panjang jalan menuju sentra perikanan di Batutua sekitar 25 km dari Ba’a dilalui jalan
strategis nasional ruas jalan Ba’a – Nemberala dengan kondisi 95% baik .

2. Analisis Kebutuhan Energi dan Kelistrikan


Kegiatan SKPT tidak dapat lepas dari kebutuhan akan energi dan kelistrikan, tanpa
pasokan energi dan listrik yang memadai, kegiatan SKPT akan terhambat, dan hal ini
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya SKPT dan membuat investor menarik
investasinya.

Berdasarkan Permenperind No. 35 tahun 2010, kebutuhan energi listrik untuk setiap
hektar kawasan adalah sebesar 0,15 – 0,2 MVA. Rencana luas kawasan SKPT adalah
Page | 7 - 143
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
kurang lebih 60 Ha dengan demikian energi listrik yang dibutuhkan adalah sebesar 9
- 12 MVA. Sistem pembangkit listrik yang terkoneksi dengan SKPT Rote Ndao saat
ini antara lain :

- Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Ba’a di Kecamatan Lobalain


dengan kapasitas 2,6 MW;
- Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Suebela Kecamatan
Rote Tengah dengan kapasitas 18 kwh;
- Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Nemberala di Kecamatan Rote
Barat dengan kapasitas 15 Kw;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Onatali di Kecamatan Rote
Tengah dengan kapasitas 6 MW;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Oeledo di Kecamatan Pantai
Baru dengan kapasitas 650 Kw;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Suebela di Kecamatan Rote
Tengah dengan kapasitas 15 Kw;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Lidor di Kecamatan Rote Barat
Laut dengan kapasitas 15 Kw;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pukuafu di Kecamatan Landu
Leko dengan kapasitas 5 Kw;
- Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ndao di Kecamatan Ndao Nuse
dengan kapasitas 650 Kw.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 3 Tahun 2016 Tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional terdapat program infrastruktur
prioritas yang terdapat di Provinsi NTT, khususnya di kawasan perencanaan adalah
PLTMG Rote (5 MW).

3. Sumber Daya Air Bersih


Kebutuhan air bersih dalam kawasan industri diatur dalam Permenperind No. 35 tahun
2010 sebesar 0,55 – 0,75 l/detik/ha. Dengan kaitan rencana masterplan SKPT Rote
Ndao adalah :

1. Sentra Penangkapan Ikan :


- PPI Tulandale seluas 10 Ha, maka dibutuhkan setidaknya 5,5 - 7,5 l/detik air
bersih untuk dapat memenuhi kebutuhan produksi
Page | 7 - 144
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Sentra Penangkapan Papela seluas 10 Ha, maka dibutuhkan 5,5 - 7,5 l/detik
air bersih untuk dapat memenuhi kebutuhan produksi

- Sentra Penangkapan Batutua seluas 10 Ha, maka dibutuhkan setidaknya 5,5


- 7,5 l/detik air bersih untuk dapat memenuhi kebutuhan produksi

2. Budidaya Tambak 10 Ha maka dibutuhkan 5,5 - 7,5 l/detik air bersih untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi

3. Garam 20 Ha, maka dibutuhkan setidaknya 11 - 15 l/detik air bersih untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi.

Sumber air bersih yang berada kawasan perencanaan dapat digunakan sebagai
sumber air baku dan pengolahan air menggunakan Reverse Osmosis atau teknologi
lainnya pada kawasan yang jauh dari sumber air di Kecamatan Ndao Nuse, Rote Barat,
Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Landu Leko dan Rote Timur.

4. Sistem Logistik
Sistem logistik merupakan bagian dari infrastruktur yang meliputi jalan, pelabuhan,
bandara dan pergudangan. Infrastruktur berskala tinggi yang akan dikembangkan di
SKPT Rote Ndao selain bersifat visioner dan monumental, juga bersifat fungsional
dan mampu berperan sebagai lokomotif pengembangan perekonomian daerah
khususnya bidang perikanan dan kelautan secara keseluruhan.

Sifat visioner dan monumental diperlukan sebagai daya tarik, sehingga infrastruktur
yang dikembangkan juga dapat tumbuh sebagai kawasan terpadu. Sementara sifat
dasar fungsional dari infrastruktur tetap dikembangkan sebagai core utama, sehingga
kombinasi dari berbagai karakter ini diharapkan mampu mengundang investor.
Dengan adanya investor, maka infrastruktur dapat tumbuh dan berkembang sebagai
lokomotif yang mendorong pertumbuhan daerah.

Selain infrastruktur berskala tinggi juga dikembangkan infrastruktur mikro yang


mampu membuka secara luas daerah yang masih terisolir. Infrastuktur mikro meliputi
antara lain: jalan tembus, listrik perdesaan, air bersih perdesaan, energi matahari, dan
jaringan komunikasi.

Berdasarkan kebijakan daerah yang termuat dalam RTRW Provinsi, RTRW


Kabupaten maupun dalam RPJP dan RPJMD, fasilitas logistik yang akan
dikembangkan di kawasan perencanaan yang dapat mendukung kegiatan SKPT
antara lain:
Page | 7 - 145
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1). Jaringan jalan dan terminal

Jaringan jalan yang dapat mendukung sistem logistik SKPT Rote Ndao terdiri atas:

a. Rencana jalan strategis nasional :


- Ruas jalan Papela – Pantai Baru
- Ruas jalan Pantai Baru – Ba’a
- Ruas jalan Ba’a - Batutua
b. Jalan kolektor primer :
- Ruas jalan Hailean-Dauerendale;
- Ruas jalan Olak-Mamaluk;
- Ruas jalan Sua-Sonimanu;
- Ruas jalan Olafulihaa-Kakaek;
- Ruas jalan Lekunik-Oele;
- Ruas jalan Nggefak-Oenitas;
- Ruas jalan Sanggoen-Batulai;
- Ruas jalan Olafulihaa-Kokadale;
- Ruas jalan Olalain-Oendule;
- Ruas jalan Nemberala-Inggusati;
- Ruas jalan Nggefak-Laki;
- Ruas jalan Alukama-Lekunik;
- Ruas jalan Eahun-Kimadale;
- Ruas jalan Pokobatu-Batulilok;
- Ruas jalan Batulilok-Oele;
- Ruas jalan Su'a-Serubeba;
- Ruas jalan Batutua-Oele;
- Ruas jalan Peto/Baubafan-Oendule;
- Ruas jalan Lekunik-Limbalain;
- Ruas jalan Baudale-Mokdale;
- Ruas jalan Ombok-Oelua;
- Ruas jalan Sp. Tudameda-Nemberala;
- Ruas jalan Tudameda-Nemberala;
- Ruas jalan Oeina-Ingguinak;
- Ruas jalan Oelua-Boni;
- Ruas jalan Lotelutun-Busalangga;
- Ruas jalan Alukama-Ndudale;
Page | 7 - 146
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Ruas jalan Oebau-Kakaek;
- Ruas jalan Civic Centre;
- Ruas jalan Masuk Bandara;
- Ruas jalan Dalam Kota Ba’a;
- Ruas jalan Namodale-Oelunggu;
- Ruas jalan Baudale-Peto;
- Ruas jalan Feopopi-Hutu;
- Ruas jalan Kola-Lelebe; dan
- Ruas jalan Fa'a-Oeulu.
c. Terminal tipe C
- Ba’a, Kecamatan Lobalain;
- Busalangga, Kecamatan Rote Barat Laut;
- Lalao, Kecamatan Rote Timur;
- Batutua, Kecamatan Rote Barat Daya;

2). Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan

Jaringan ASDP yang terdapat di wiayah perencanaan meliputi :

a. Alur pelayaran untuk kegiatan lintas penyeberangan yang berada di wilayah


provinsi,
b. Pengembangan Pelabuhan Pantai Baru
c. Alur Pelayaran adalah Bolok – Pantai Baru

3). Jaringan transportasi laut

a. Rencana pengembangan tol laut dengan trayek Tanjung Perak – Reo –


Maumere – Lewoleba – Rote – Sabu – Waingapu
b. Rencana pengembangan pelabuhan pengumpan, terdapat di Ba’a, Batutua,
Ndao, Oelaba dan Papela
c. Rencana pengembangan pelabuhan khusus meliputi :
- Onatali di Kecamatan RoteTengah berfungsi sebagai pelabuhan PLTU;
- Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya berfungsi sebagai pelabuhan Militer;
- Ndaodi di Kecamatan Ndao Nuse dan Nemberala di Kecamatan Rote Barat
berfungsi sebagai pelabuhan Pariwisata.

4). Sistem Sumber Daya Air

Rencana pengembangan Sumber Daya Air di wilayah perencanaan meliputi:

Page | 7 - 147
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Air Baku untuk air minum : pengolahan air menggunakan Reverse Osmosis atau
teknologi lainnya pada kawasan yang jauh dari sumber air di Kecamatan Ndao
Nuse, Rote Barat, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Landu Leko dan
Rote Timur
b. Daerah Irigasi (DI) terdiri dari :

- DI kewenangan Pusat adalah DI Danau Tua seluas 3.800 Ha;


- DI kewenangan Provinsi adalah DI Manubulu seluas 1.250 Ha; dan
- DI kewenangan Kabupaten adalah sebanyak 114 DI tersebar dengan luas
13.269 Ha
5). Jaringan transportasi udara

Jaringan transportasi udara di SKPT Rote Ndao adalah Bandar Udara pengumpan
di Ba’a dengan jalur penerbangan Ba’a – Kupang.

Page | 7 - 148
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 5
ANALISIS
PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN

1.24. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN


KOMODITAS UNGGULAN

5.1.1 Pengembangan Komoditas Perikanan Tangkap

1. Potensi Sumberdaya Perikanan


Sumber daya perikanan laut di wilayah Indonesia bagian timur ini pada umumnya berada
pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia merupakan wilayah
pengelolaan perikanan 573 (WPP 573). Potensi ikan masih sangat besar yang terdiri dari
ikan tongkol, ikan kerapu, ikan kakap, dan jenis non ikan seperti teripang dan cumi-cumi.

Besarnya potensi sumberdaya perikanan di WPP 573 menurut komisi stock assesment
berjumlah 929,330 (10³ ton/ tahun) terdiri dari pelagis besar 505.942 (10³ ton/ tahun),
pelagis kecil memiliki potensi 294,092 (10³ ton/ tahun), potensi ikan demersal 103.501
(10³ ton/ tahun), potensi ikan karang konsumsi sekitar 8,778 (10³ ton/ tahun); potensi
udang penaeid sekitar 6,854 (10³ ton/ tahun) dan lobster sekitar 844 (10³ ton/
tahun); potensi kepiting dan rajungan 1,124 (10³ ton/ tahun) serta cumi-cumi sekitar 8,195
(10³ ton/ tahun).

Khusus Kabupaten Rote Ndao menurut data laporan tahunan 5 tahun terakhir Dinas
Kabupaten Rote Ndao diperoleh informasi bahwa penyebaran jenis-jenis ikan potensial
terdapat di Kecamatan Rote Barat Laut, Lobalain, dan Rote Timur, sedangkan untuk jenis
non ikan seperti teripang dan cumi-cumi banyak tersebar di Kecamatan Rote Barat Laut
dan Ndao Nuse.

Produksi perikanan tangkap ikan dan non ikan potensial di Kabupaten Rote Ndao setiap
tahun mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah nelayan
tradisional di desa-desa pesisir dan kelompok usaha bersama yang terdiri dari beberapa
Page | 7 - 149
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
orang nelayan baik pemula maupun nelayan yang sudah berpengalaman. Dengan
jumlah produksi yang didaratkan 5 tahun terakhir ini menunjukkan Kabupaten Rote Ndao
belum terlalu memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di WPP tersebut. Potensi
yang masih berpeluang untuk dimanfaatkan masih sangat besar dan harus mampu
meningkatkan kemampuan SDM maupun teknologi sarana penangkapan.

2. Permasalahan Perikanan Tangkap


Dalam upaya pemanfaatan potensi yang ada di wilayah perairan Kabupaten Rote Ndao
berbagai upaya sudah dilaksanakan termasuk pembangunan sarana dan prasarana
dikawasan inti berupa pelabuhan perikanan di PPI Tulandale Kabupaten Rote Ndao.
Sekalipun fasilitas pendukung sudah dipersiapkan akan tetapi masih menghadapi
berbagai kendala yakni:

a. Pemanfaatan Potensi Fishing Ground


1) Kapasitas dan kemampuan sarana dan prasarana penangkapan masih belum
mampu mengeksploitasi potensi WPP 573 secara optimal
2) Kemampuan SDM Nelayan baik modal usaha maupun ketrampilan penggunaan
sarana penangkapan serta bersaing dengan nelayan pendatang dari wilayah lain
yang beroperasi di WP 573
3) Jangkauan wilayah operasi sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau lepas
pantai WPP 573
4) Sarana Angkutan ikan dari fishing ground ke PPI Tulandale belum dilengkapi
fasilitas ABF (Air Blast Freezer) dan ruang pendingin

b. Pangkalan Pendaratan Ikan Tulandale


1) Masih dibutuhkan Standard Operasional Prosedur (SOP) untuk mengoperasikan
segenap fasilitas sebagai petunjuk teknis operator pelabuhan
2) Masih diperlukan tambahan fasilitas fungsional (suplai air tawar bersih, IPAL)
3) Kajian strategi optimalisasi kinerja PPI Tulandale

c. Pedagang Ikan Segar


1) Dukungan akses jalan ke/dari PPI Tulandale ke pusat pengolahan dan pemasaran
2) Dukungan sarana transportasi antar PPI Tulandale dengan desa/wilayah
sekitarnya
3) Ketersediaan sarana pendukung (pengecer bahan-bahan packing) ikan
4) Sarana penunjang lainnya (kuliner, kawasan parkir, land scaping, MCK umum)

d. Pengolah (Investor) Hasil Perikanan


Page | 7 - 150
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1) Standard Operasional Procedure (SOP) untuk penyewaan lahan PPI Tulandale
2) Sumber Energi (Genset) minimal 500 KVA
3) Dukungan Akses Jalan ke/dari PP Tulandale ke Pusat Pemasaran
4) Suplai bahan baku berkualitas untuk produk olahan

5.1.2 Pengembangan Komoditas Perikanan Budidaya

1. Potensi Komoditas Budidaya


Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang ditetapkan sebagai kawasan SKPT berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI No. 51/KEPMENKP/2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan.
Penetapan ini ditunjang oleh adanya komoditas unggulan yakni Ikan Nila dan Lele untuk
Budidaya, Balai Benih Ikan (BBI) Mokdale, UPR, Pokdakan, Poklasar dan nelayan yang
ada dikawasan ini sebagai kawasan SKPT.

Letak geografis Kabupaten Rote Ndao sangat mendukung untuk pengembangan


budidaya baik budidaya laut, air tawar dan air payau. Pemanfaatan untuk budidaya
rumput laut yaitu jenis Eucheuma cottonii. Budidaya laut sangat berpotensi untuk
dikembangkan karena ditunjang dengan potensi jumlah penduduk pesisir dan jumlah
pulau serta kondisi selat dengan perairan terlindung dari hempasan ombak.

Kawasan yang secara teknis cocok untuk pengembangan budidaya air tawar berada di
wilayah Rote Selatan, Lobalain, Rote Tengah. Komoditi yang sudah dikembangkan
adalah Ikan Mas, Ikan Nila dan ikan Lele. Program PUMP dan Program Peningkatan
Produksi Perikanan Budidaya dengan biaya berasal dari Dana APBD, maka pada Tahun
2016 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao, terus mengembangkan
budidaya air tawar di 2 kelompok di Desa Lenguselu dan Daleholu di Kecamatan Rote
Selatan, 10 kelompok di Kecamatan Lobalain, dan sisanya di Kecamatan Rote Tengah
dengan merehabilitasi kolam – kolam air tawar yang dikelola oleh kelompok masyarakat
pembudidaya yang berada di Kabupaten Rote Ndao. Sasaran program adalah
peningkatan produksi Perikanan Budidaya Air Tawar melalui rehabilitasi.

Produksi perikanan budidaya khususnya budidaya air tawar cukup stabil


pertumbuhannya, sedangkan budidaya air payau masah dalam rintisan. Data penurunan
produksi perikanan budidaya karena adanya penurunan produksi rumput laut sekitar

Page | 7 - 151
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
100% dari total produksi di 5 tahun terakhir. Penyebab utama menurunnya produksi
adalah akibat nelayan mengalami kendala pemasaran.

Tabel 5.1 Potensi Komoditi dan Kawasan Budidaya di Kabupaten Rote Ndao

No Kawasan / Komoditi Lokasi/Kecamatan


1 Budidaya Laut
Landu Leko, Rote Timur, Pantai Baru, Rote Selatan,
- Rumput Laut Rote Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat
Laut, Rote Barat, Ndao Nuse
Rote Barat Laut, Pantai Baru, Rote Timur, Rote
- Teripang
Barat Daya
- Mutiara Rote Timur, Rote Barat Daya
2 Budidaya Air Payau
Rote Timur, Pantai Baru, Landu Leko, Rote Tengah,
- Bandeng Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote
Barat
3 Budidaya Air Tawar
Rote Selatan, Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur,
- Nila dan Lele Landu Leko, Pantai Baru, Rote Barat Laut, Rote
Barat, Rote Barat Daya
Landu Leko, Rote Timur, Pantai Baru, Rote Tengah,
4 Garam Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote
Barat, Ndao Nuse
Sumber: Dinas Kelautan dan Perkanan Kab. Rote Ndao; Analisis Konsultan

2. Permasalahan
Kendala umum yang dihadapi dalam upaya pengembangan produk unggulan
pembudidayaan pengembangan kawasan budidaya perikanan:
a. Kendala Teknologi
Teknologi penyediaan benih unggul masih belum sepenuhnya dapat mendukung
upaya peningkatan produksi. Demikian pula halnya dengan penguasaan teknologi
pembudidayaan air tawar, payau dan laut; hal ini dikarenakan rendahnya akses
teknologi, kurangnya kegiatan desiminasi teknologi tepat guna atau penyuluhan
kepada POKDAKAN. Kondisi ini terlihat di lapangan bahwa kawasan budidaya air
tawar, tambak, dan laut masih beroperasi dengan kondisi sarana/prasarana
seadanya.

Dengan demikian potensi yang dimanfaatkan terutama laut baru mencapai 0,61%
dengan kondisi sarana dan prasarana tradisional. Pengelolaan air payau (tambak)
yang seadanya juga terkait dengan kendala infrastruktur yang tidak mendukung

Page | 7 - 152
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
seperti saluran air, pintu air tambak, ketersediaan benih, permodalan untuk usaha
serta jaringan transportasi mendapatkan pakan maupun pemasaran hasil.
b. Kendala Lingkungan
Penataan lingkungan yang tidak terkendali berakibat pada pelaksanaan
pembudidaya sering mengalami kegagalan panen. Kondisi lingkungan yang
merusak yaitu kondisi pengairan, sumber air, arus dan pasang surut, topografi
pantai. Kondisi prasarana saluran pengairan yang tidak mendukung
mengakibatkan budidaya air tawar, air payau sering tergenang air saat banjir
sungai. Sebaliknya pada saat air laut pasang naik air laut juga membanjiri tambak.
Akibatnya saluran air yang seharusnya berfungsi mengatur masuk dan keluarnya air
laut maupun air sungai menjadi tidak terkendali. Kondisi teknis tanggul tambak
secara keseluruhan juga tidak baik, pengelolaan belum sepenuhnya intensif
mengakibatkan tambak kurang produktif.
c. Pakan Ikan
Belum memiliki kemampuan membuat pakan ikan yang bermutu dan relatif murah,
pakan ikan harus didatangkan dari luar daerah. Kurang optimalnya akses menuju
kawasan mengakibatkan harga pakan yang akan diperoleh menjadi mahal.
Hambatan pakan ikan dan serta pakan ikan bandeng yang dihadapi para
pembudidaya tambak ini terpaksa petani tambak untuk memelihara secara
tradisional. Oleh karenanya untuk mengembangkan produk unggulan, pembudidaya
tambak hanya melakukan dengan cara-cara pengelolaan tambak tradisional.
Rencana pengembangan tambak tidak terlepas dari upaya penyediaan pakan ikan
dan udang yang murah dan terjangkau petani budidaya air tawar dan tambak. Untuk
itu perlu dukungan pemerintah melalui subsidi atau penyediaan pakan yang
dihasilkan dari teknologi tepat guna yang harganya masih dapat terjangkau petani.

d. Kondisi Prasarana
1) Saluran tersier pembawa air sungai dan laut sudah rusak sehingga pemasukan
dan pengeluaran air dilakukan melalui saluran pembuang, pemasukan air
hanya bisa dilakukan pada saat pasang tinggi.
2) Kemampuan untuk membuat pintu air permanen yang dapat mengatur keluar
masuk air pasang membutuhkan biaya tinggi

Page | 7 - 153
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3) Pada saat pasang rendah air laut tidak dapat masuk ke petakan karena
saluran yang ada sudah terjadi pendangkalan saluran oleh endapan lumpur.
4) Pendangkalan di saluran air dan petak tambak sebagai akibat laju
pengendapan lumpur yang tinggi, sehingga air hanya bisa masuk pada saat
pasang tinggi.
5) Tingkat kebocoran tanggul dan pintu air yang tinggi
6) Air bersih belum tersedia, untuk mendapatkan air bersih terpaksa menampung
air hujan yang ditampung, jika ada sumur, debet airnya rendah
7) Akses jalan menuju ke kawasan SKPT masih menjadi kendala

Kegiatan pembenahan sarana/prasarana budidaya meliputi normalisasi saluran


tersier pada budidaya air tawar, dan caren tambak dan normalisasi saluran
irigasi tambak. Normalisasi tambak dilakukan untuk menunjang pertumbuhan
udang dan bandeng yang dipelihara sehingga dapat tumbuh dengan optimal dan
baik. Sedangkan normalisasi saluran irigasi berfungsi untuk memperlancar keluar
masuknya air dari saluran utama ke tambak atau sebaliknya. Berdasarkan kondisi
sarana dan prasarana diatas akibatnya banyak kawasan budidaya air tawar dan
tambak sekarang ini sebagian besar tidak dapat berfungsi optimal dan pada
akhirnya kembali lagi pengelolaan air tawar dan tambak terbatas pada pola
tradisional
e. Kendala Kelembagaan
Organisasi pembudidaya air tawar sudah cukup baik akan tetapi untuk tambak
belum berkembang karena keterbatasan kemampuan SDM. Lemahnya
kelembagaan ini mengakibatkan pembudidaya air tawar dan petambak harus
menyelesaikan permasalahan secara individu Kondisi ini sangat menghambat
kemajuan pembudidayaan karena untuk mengatasi permasalahan secara individu
jelas ada keterbatasan kemampuan pembudidaya. Persoalan yang dihadapi seperti
kondisi rusaknya pintu air, kurang bagusnya salusan air, kebutuhan benih dan pakan
tidak mungkin akan diselesaikan/ diatasi secara individu tetapi membutuhkan
bantuan subsidi Pemerintah Daerah.

5.1.3 Pengembangan Pengolahan

1. Potensi Kegiatan Pengolahan

Page | 7 - 154
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengembangan usaha pengolahan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah
produksi sudah dilaksanakan seperti pengasapan ikan, pengolahan ikan asin, abon
ikan, pengolahan bakso ikan serta siomay ikan.
2. Permasalahan
Permasalahan yang menyebabkan pengolahan ikan belum dapat berkembang
dikarenakan :
a. Suplai Bahan Baku
Keterbatasan jumlah dan mutu bahan baku untuk pengolahan menjadikan
pengusaha belum dapat secara berkelanjutan menyediakan produk olahan.
Demikian pula halnya dengan produk unggulan juga masih belum dilakukan
proses peningkatan nilai tambah seperti fillet, bakso, kamaboko dan jenis lain
(pembanding di PPS Jakarta ada 23 jenis produk olahan).
b. Permintaan Pasar
Permintaan pasar sebagian besar masih dalam bentuk “Fish Bulk” dan belum
dalam bentuk olahan. Hal ini dikarenakan pasar belum diperkenalkan bentuk
produk olahan ikan. Dilain pihak kendala jarak dan sarana transportasi menjadi
penyebab tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Untuk jenis ikan tertentu
(kerapu) pihak konsumen justru mengharapkan mendapatkan komoditi ikan masih
hidup.
c. Harga Hasil Olahan
Produsen ikan olahan belum berani mengembangkan produk untuk memproduksi
bentuk olahan yang harga jualnya cukup mahal. Hal ini berakibat menyulitkan
pengolah ikan sulit memasarkan lokal. Keterbatasan kemampuan mengolah ikan
menjadi produk olahan juga menjadi faktor tidak berkembangnya produk olahan.
d. Modal Usaha
Keterbatasan kemampuan modal usaha dan sarana untuk menangani produk
perikanan menjadikan industri rumah tangga perikanan ini kurang berkembang.
Membutuhkan modal cukup besar untuk mendirikan usaha pengolahan termasuk
pengadaan alat olahan dan biaya operasional (listrik) cukup besar sehingga harga
jual tidak terjangkau masyarakat luas.
e. Resiko
Produk perikanan sama halnya dengan produk pertanian lainnya merupakan
komoditi yang mudah rusak. Untuk dapat melakukan distribusi yang luas
membutuhkan perlakuan khusus, baik saran pengepakan maupun sarana

Page | 7 - 155
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
transportasi. Akibatnya produk ini mengandung resiko tinggi karena mudah busuk
sehingga harus memiliki tempat penyimpanan beku yang bersih.

1.25. ANALISIS PENETAPAN KOMODITAS UNGGULAN

Dalam penetapan komoditas unggulan dalam Pembangunan Sentra Kelautan dan


Perikanan Terpadu di Rote Ndao akan dianalisis dengan memperhatikan
regulasi/kebijakan, potensi daerah, dan isu strategis diidentifikasi berdasarkan kondisi
eksisting potensi dan permasalahan yang ada di Kabupaten Rote Ndao yang digali
melalui kegiatan survey lapangan dan FGD.

5.2.1 Kajian Kebijakan Pengembangan Wilayah

Kebijakan yang terkait dan menjadi dasar acuan analisa sektor unggulan di Kabupaten
Rote Ndao antara lain adalah Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJMN) Tahun 2005-2025, Dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2014-2019, Renstra Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2019, 2015, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2013 – 2033 dan Renstra Dinas Kelautan Perikanan
Kabupaten Rote Ndao 2014-2019.

1. Kebijakan Nasional
a. Tinjauan Kebijakan RPJPN 2005 - 2025
Tujuan pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005–2025 adalah mewujudkan
bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan
berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan
nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran
pokok sebagai berikut.
1) Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan

Page | 7 - 156
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.
b). Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri
dan kepribadian bangsa.
2) Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a). Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan per kapita pada tahun 2025 mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah,
dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5 persen dan
jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
b). Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
penduduk tumbuh seimbang.
c). Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien
sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang
berdaya saing global, motor penggerak perekonomian, serta jasa yang
perannya meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya
saing.
d). Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi
satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga
dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi.
e). Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern
guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia.
f). Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan
fungsi sumber daya air.

Page | 7 - 157
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
g). Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan
nasional.
3) Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a). Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum nasional yang
mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif.
b). Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan
jabatan seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan
pada hak-hak asasi manusia.
c). Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi.
d). Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik.
e). Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada
prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.
f). Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik
yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan hukum,
birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil, masyarakat politik dan
masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional.
4) Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat kemanusiaan,
keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari ancaman dan
gangguan pertahanan dan keamanan, baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri.
b). TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan yang
kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri pertahanan
yang andal.

Page | 7 - 158
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c). Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang keamanan,
intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya koordinasi antara
institusi pertahanan dan keamanan.
5) Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-
hal berikut:
a). Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan
dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk
berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b). Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam
kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk
tingkat rumah tangga.
c). Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
d). Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.
6) Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya
fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,seimbang, dan lestari.
b). Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan nasional.
c). Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
7) Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau
dan kepulauan Indonesia.

Page | 7 - 159
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b). Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang
didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c). Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-
hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.
d). Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
e). Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.

b. Tinjauan Kebijakan RPJMN 2015 - 2019


Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya
kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional, tercermin
dalam keputusan politik nasional, sebagaimana terimplementasi dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 tema Pengembangan
Wilayah untuk Nusa Tenggara Timur adalah “Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata
Ekologis dan Pangan Nasional dengan percepatan perekonomian berbasis maritime
(kelautan) melalui perikanan, garam, rumput laut“. Langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mewujudkan misi tersebut adalah dengan menumbuhkan wawasan
bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi
kelautan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, mengelola wilayah
laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran, dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber
kekayaan laut secara berkelanjutan.

Untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan, maka dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan
kedepan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut Nawa Cita. Adapun sembilan
agenda itu adalah:

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan


rasa aman pada seluruh warga Negara;
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan;

Page | 7 - 160
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing di pasar internasional;
6) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
7) Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
8) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Untuk mendukung program nawacita, tol laut merupakan konektivitas laut yang efektif
berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai timur
Indonesia. Tol laut mendukung Indonesia sebagai poros maritim, maka PT Pelni
November 2015. PT. Pelni sebagai operator Tol Laut, sudah membuka enam trayek
yaitu :
 Trayek Pertama, Tanjung Perak – Tual – Fakfak – Kaimana – Timika –
Kaimana – Fakfak – Tual – Tanjung Perak.
 Trayek Kedua, Tanjung Perak – Saumlaki– Dobo – Merauke– Dobo – Saumlaki
– Tanjung Perak.
 Trayek Ketiga, Tanjung Perak – Reo– Maumere – Lewoleba – Rote– Sabu–
Waingapu dan kembali ke – Sabu – Rote – Lewoleba – Maumere – Reo – Tajung
Perak.
 Trayek Keempat, Tanjung Priok – Biak– Serui – Nabire – Wasior– Manokwari
kembali ke – Wasior – Nabire – Serui – Biak – Tanjung Priok.
 Trayek Kelima, Tanjung Priok – Ternate – Tobelo – Babang kembali melalui –
Tobelo – Ternate – Tanjung Priok, dan
 Trayek keenam, Tanjung Priok – Kijang– Natuna – Kijang – Tanjung Priok.

Page | 7 - 161
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 5.1 Trayek Tol Laut

c. Renstra Kementerian Kelautan Perikanan 2015 - 2019


Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015 – 2019 visi, misi,
tujuan, dan sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun
mengeluarkan visi: “Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang
mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional.”

Sedangkan Misi KKP adalah :


1) Kedaulatan, yakni mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang
berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya kelautan dan perikanan dan mencerminkan kepribadian Indonesian sebagai
Negara kepulauan, yakni meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya
kelautan dan perikanan
2) Keberlanjutan yakni mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan yang berkelanjutan, yakni dengan meningkatkan keberlanjutan usaha
perikanan tangkap dan budidaya
3) Kesejahteraan, yakni mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang
sejahtera, maju, mandiri serta berkepribadian dalam kebudayaan yakni dengan
mengembangkann kapasitas SDM dan pemberdayaan masyarakat.

2. Kebijakan Daerah

Page | 7 - 162
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. RPJMD Kabupaten Rote Ndao 2014 -2019
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014 – 2019, Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan
pariwisata, pertanian, dan kelautan perikanan secara terpadu. Sesuai visi
pembangunan jangka menengah pemerintah Kabupaten Rote Ndao tahun 2014 –
2019 adalah sebagai yaitu:

“Terwujudnya Peningkatan Kehidupan Masyarakat Rote Ndao yang BERMARTABAT


yang Bertumpu pada Pengembangan Pariwisata yang didukung oleh Pertanian dan
Perikanan”.

Perwujudan Visi tersebut ditempuh melalui misi-misi yang mempunyai tujuan akhir
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Rote Ndao. Dijabarkan ke dalam
6 (enam) misi yang dijalankan secara kemitraan dan berkelanjutan meliputi:

1). Mewujudkan Tata Ruang Wilayah ke dalam unit-unit Operasional Yang Tepat dari
Sisi Ekonomi, Sosial Budaya dan Keamanan Negara
Perencanaan pembangunan Kabupaten Rote Ndao harus selalu mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao 2013 – 2033, sehingga
pemanfaatan ruang dapat dikendalikan sesuai kaidah-kaidah tata ruang guna
menjaga pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan
keseimbangan ekologis baik di daratan maupun di lautan.

2). Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas serta Pemerataan Pembangunan


Infrastruktur
Kebijakan nasional dalam percepatan pembangunan NTT yang telah
meningkatkan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur 25 – 30 % per tahun
sejak APBNP tahun 2011 berimbas juga pada kabupaten ini dengan makin
mantapnya jalan Provinsi, meningkatnya sarana prasarana bandar udara,
pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan. Namun sebagai Kabupaten
Kepulauan, sangat diperlukan dukungan sarana prasarana infrastruktur yang
menghubungkan antar pulau serta didukung moda transportasi darat, laut, dan
udara yang meningkat jumlah dan kualitasnya.

Salah satu faktor kunci dalam mendorong pengembangan potensi ekonomi


geografis adalah aksesibilitas wilayah yang melahirkan ekonomi mudah, murah
dan cepat. Konektivitas wilayah sebagai urat nadi pembangunan ekonomi daerah
makin meningkat apabila didukung dengan lancarnya akses masuk dan keluar ke
Page | 7 - 163
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kabupaten Rote Ndao. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat,
penyediaan rumah sehat dan layak huni, pelayanan listrik, air bersih dan sanitasi
layak serta telekomunikasi sangat dibutuhkan.

3). Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing


Untuk mewujudkan masyarakat Rote Ndao yang memiliki daya saing dalam
tantangan global dan menjadikan masyarakat yang maju dan mandiri, maka
peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik aparatur dan masyarakat harus
selalu menjadi perhatian utama. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai apabila
SDM yang ada memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola sumberdaya
yang dimiliki sehingga menghasilkan produk-produk yang kompetetif dan berdaya
saing di era globalisasi.

4). Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengembangan Pariwisata yang


Didukung Oleh Pertanian dan Perikanan
Sebagai kabupaten kepulauan yang terdiri dari 96 Pulau, 7 Pulau diantaranya
berpenghuni dan 89 pulau tidak berpenghuni, dan sekitar 50% merupakan
Desa/Kelurahan pesisir yang memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang dapat
menjadi andalan sumber ekonomi yang besar bagi daerah. Pengelolaan
sumberdaya tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek ekonomi, aspek
ekologis, dan kepentingan masyarakat.

Potensi terbesar dalam pengelolaan daerah pesisir dan laut adalah


pengembangan pariwisata antara lain wisata bahari berupa kegiatan surfing,
diving, snorkeling dan wisata budaya yang sangat cocok dan sangat digemari oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara. Pembangunan pariwisata yang
dimaksud mencakup seluruh aspek pembangunan baik tempat wisata maupun
lingkungan sumber daya manusia sarana dan prasarana penunjang serta promosi
wisata. Untuk mendukung percepatan pembangunan pariwisata daerah maka,
orientasi seluruh kebijakan pembangunan yang terkait terutama sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan direorientasikan pada pengembangan agrowisata,
ekowisata dan wanawisata.

Beberapa komoditas andalan yang dapat dikembangkan adalah budidaya tanaman


pangan, usaha perikanan, sadap dan pengolahan nira lontar, serta beternak.
Diversifikasi produk dan turunannya dari komoditi andalan tersebut diharapkan
mampu meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat sekaligus mampu

Page | 7 - 164
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
menjawab kebutuhan pasar luar. Potensi sektor ini apabila dikelola dengan baik
diharapkan mampu memberikan daya ungkit dan daya dorong dalam pertumbuhan
ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Selain itu, sebagai kabupaten terluar yang berbatasan dengan negara lain
sekaligus memiliki kedekatan geografis dengan ibukota propinsi, Kabupaten Rote
Ndao memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Besarnya potensi ekonomi
dan potensi pasar yang dimiliki oleh daerah dan negara tetangga menjadi peluang
untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam berbagai sektor
terutama perdagangan, pengembangan industri, pengembangan pariwisata dan
pembangunan perikanan dan kelautan.

5). Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Percepatan Penanggulangan


Kemiskinan.
Pembangunan kesehatan difokuskan pada penyediaan layanan publik sesuai
dengan standar pelayanan minimal yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat serta peningkatan cakupan layanan kesehatan dan penyuluhan pola
hidup sehat, sehingga melahirkan sumber daya manusia yang sehat dan unggul.
Percepatan pengentasan kemiskinan dan penanggulangan masalah pengangguran
perlu dipacu dengan penyediaan dan penciptaan lapangan kerja, kemudahan akses
permodalan, serta peningkatan keterampilan masyarakat. Dalam rangka penciptaan
lapangan kerja, penekanan pada pemberdayaan dan keberpihakan terhadap
keluarga dan kelompok marginal berdasarkan prinsip-prinsip adil dan merata
sehingga melahirkan pengusaha mikro, kecil, menengah serta pengusaha besar
yang kuat dan bermoral yang dapat berkompetisi pada level regional maupun level
nasional.

6). Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, Serta Meningkatkan
Pelayanan Publik yang Prima
Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
government) dan bersih (clean government) serta kualitas kebijakan pelayanan
publik yang unggul, mampu menjawab kebutuhan masyarakat, mampu memfasilitasi
operasional dan evaluasi di lapangan maka dibutuhkan aparatur yang profesional.
Pengembangan pelayanan publik perlu di dukung dengan sistem informasi terpadu
yang menyediakan sistem informasi manajemen yang komprehensif dan terkini

Page | 7 - 165
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
untuk kepentingan pengambilan keputusan dan kebijakan publik yang tepat dan
dapat diakses oleh masyarakat.

Pemerintahan yang baik merupakan cermin dari kualitas hubungan berbagai


stakeholders yang ada yaitu pemerintah, dunia swasta dan masyarakat sipil.
Kualitas hubungan yang baik tercermin dari adanya partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, penegakan supremasi hukum dan adanya check and balanced di
antara ketiganya dalam pembuatan kebijakan publik dan pengelolaan organisasi
publik.

Sinergi ini akan melahirkan pelayanan publik yang prima dan menempatkan
penerima pelayanan publik bukan sekedar sebagai konsumen tetapi sebagai warga
negara yang memiliki berbagai hak dan kewajiban yang telah diatur dengan
konstitusi. Fokusnya adalah pada terwujudnya anggaran publik yang berpihak pada
pengentasan kemiskinan, pengembalian peran pemerintah sebagai pelayan publik
yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan terwujudnya hukum yang berbudaya,
berkemanusiaan, adil dan tidak diskriminatif.

b. RTRW Kabupaten Rote Ndao


Strategi penataan ruang yang akan diterapkan untuk pengembangan SKPT yang
berbasis potensi perikanan tangkap (tongkol, kerapu, kakap) dan perikanan budidaya
khususnya rumput laut, pariwisata, dan agropolitan, dalam suatu sistem kawasan
yang terpadu serta pengembangan kawasan-kawasan perkotaan sebagai sentra
pelayanan pemenuhan kebutuhan barang dan jasa bagi seluruh wilayah secara
berjenjang.

Strategi dan kebijakan yang terkait dengan penyusunan perencanaan review


Masterplan SKPT Rote Ndao adalah:
1). Strategi pengembangan pusat pelayanan guna mendorong pengembangan
pertanian, kelautan, perikanan dan pariwisata yang berkelanjutan untuk
mendukung pertumbuhan wilayah disertai pemerataan secara seimbang, meliputi:
a) mendorong pertumbuhan wilayah perdesaan yang lebih mandiri;
b) meningkatkan aksesbilitas antar perdesaan dan perkotaan;
c) mengembangkan fungsi kawasan industri;
d) meningkatkan peran perkotaan sebagai pusat pertumbuhan wilayah sesuai
hierarki masing-masing;

Page | 7 - 166
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
e) mengembangkan kota mandiri sebagai pusat pelayanan sosial baru;
f) mengintegrasikan pusat pengembangan baru dan lama sebagai satu sistem
perkotaan;
g) mengembangkan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan,
minapolitan dan ekowisata; dan
h) memantapkan sistem agropolitan, minapolitan dan ekowisata berbasis wisata
bahari.
2). Strategi penyediaan prasarana wilayah untuk lebih mendorong investasi produktif
sektor pertanian, kelautan, perikanan dan pariwisata melalui pengembangan dan
penyediaaan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, dan
prasarana lingkungan, meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi secara intermoda sampai ke pusat
produksi pertanian dan pelayanan pariwisata;
b. meningkatkan jaringan energi dan pelayanan secara interkoneksi Kupang - Rote
Ndao dan pelayanan sampai pelosok untuk mendukung pertumbuhan wilayah
dan peningkatan investasi di Wilayah Kabupaten Rote Ndao;
c. mengembangkan sumber daya pengairan dengan mengoptimalisasi fungsi dan
pelayanan prasarana pengairan secara terkontrol sesuai dengan kapasitas
sumber air sebagai pengairan untuk lahan pertanian, sumber air minum dan
pemanfaatannya untuk air kemasan;
d. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi yang mendukung kegiatan
perikanan, pertanian, kelautan dan pariwisata di Kabupaten Rote Ndao yang
dapat menjangkau ke seluruh pelosok wilayah secara proporsional dan
terkendali; dan
e. mengembangkan prasarana lainnya yang mendukung kegiatan pertanian,
kelautan, perikanan dan pariwisata melalui pengembangan sistem
persampahan dan jaringan air bersih untuk menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
3). Strategi pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya,
meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek
pemanasan global yang berprinsip partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta
menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi, meliputi:

Page | 7 - 167
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian
hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
b. meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya
berupa kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
c. memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,
rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;
d. memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan
pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang
berpotensi menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan
manusia secara langsung;
f. memantapkan wilayah kawasan lindung geologi yang terdiri dari cagar alam
geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan
dan wilayah sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara
partisipatif; dan
g. memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian
alam.
4). Strategi pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem
agropolitan serta minapolitan berbasis perikanan dan ekowisata dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
a. mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas
lahan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
b. menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat dalam mendukung
penyediaan hutan oleh rakyat;
c. mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan
nasional dan mengembangkan komoditas-komoditas unggul hortikultura di
setiap wilayah;
d. mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah,
yang didukung dengan upaya pengolahan hasil perkebunan dengan teknologi
tepat guna serta peningkatan partisipasi masyarakat;

Page | 7 - 168
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
e. meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan
budidaya melalui sentra pengolah hasil ikan;
f. mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang
ramah lingkungan;
g. meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan
melibatkan peran serta masyarakat; dan
h. meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan
permukiman perdesaan.
5). Strategi Pengembangan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di
Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan perikanan, kawasan wisata dan sebagai
kawasan suaka margasatwa, meliputi:
a. menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang potensial
untuk dikembangkan;
b. melestarikan pada kawasan penunjang ekosistem pesisir baik sebagai kawasan
hutan mangrove, terumbu karang, seagrass, dan estuaria sebagai satu
kesatuan ekosistem yang terpadu di bagian darat maupun laut;
c. memantapkan kerjasama antara pemerintah daerahdan masyarakat setempat
dalam mengembangkan dan memelihara ekosistem pesisir;
d. meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan
yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan; dan
e. mengembangkan kegiatan pariwisata, penelitian dan potensi perikanan dengan
tidak mengganggu fungsi lindung.
6). Strategi pemantapan fungsi dan peran kawasan pertahanan dan keamanan di
Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Rote Timur dan
pulau–pulau terluar yakni Pulau Ndana dan Pulau Ndao, Kabupaten Rote Ndao,
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukkannya;

Page | 7 - 169
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan keamanan
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan
budidaya terbangun;
d. menetapkan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan tata guna lahan
lainnya terutama permukiman;
e. memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan
kedua belah pihak;
f. mengendalikan kawasan sekitar kawasan militer secara ketat; dan
g. menjaga dan memelihara aset – aset pertahanan /TNI

c. Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan 2015 – 2019


1. Visi dan Misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Dalam upaya memberikan arah dan cerminan pada kondisi masa depan, maka
Dinas Kelautan dan Perikanan merumuskan visi dan misi. Visi dan Misi Dinas
Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:
VISI: ”Terwujudnya peningkatan ekonomi masyarakat pesisir pantai dan nelayan
yang tangguh menuju sejahtera”.
MISI:
(1) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir pantai dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan.
(2) Meningkatkan manajemen operasional penangkapan, budidaya, pemasaran
dan modal usaha bagi petani dan nelayan.
(3) Meningkatkan kegiatan optimalisasi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.
(4) Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia aparatur, petani dan nelayan.

2. Rencana Program Kelautan dan Perikanan


Arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan akan
diimplementasikan melalui program dan kegiatan, sebagai berikut:

(1) Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Page | 7 - 170
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tujuan program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap adalah
meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan kesejahteraan nelayan
berbasis pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan, dengan sasaran
peningkatan produksi perikanan tangkap (volume dan nilai), peningkatan
pendapatan nelayan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah:
a. Pengelolaan Sumberdaya Ikan;
b. Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan,
dan Pengawakan Kapal Perikanan;
c. Pengembangan, Pembangunan, dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan;
d. Pelayanan Usaha Perikanan Tangkap yang Efisien, Tertib, dan
Berkelanjutan;
e. Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan Nelayan
Skala Kecil;

(2) Program Pengembangan Budidaya Perikanan


Tujuan program pengembangan budidaya perikanan adalah meningkatkan
produksi perikanan budidaya, dengan sasaran program peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya (volume dan nilai). Untuk
mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah:
a. Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan;
b. Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan;
c. Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan;
d. Pengembangan Sistem Usaha Pembudidayaan Ikan;
e. Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan
Ikan;
f. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis bidang
perikanan budidaya, pesisir dan pulau pulau kecil

(3) Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tujuan program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya wilayah laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran antara lain peningkatan
luas. Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara berkelanjutan,
pengembangan pengelolaan pulau-pulau kecil, dan jumlah produksi garam.
Page | 7 - 171
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk mencapai tujuan dansasaran tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah:
a. Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Laut, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
b. Pendayagunaan Pesisir dan Lautan;
c. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil;
d. Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan
e. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha;

(4) Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


Tujuan program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan adalah
meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan perikanan dengan sasaran perairan Indonesia bebas illegal
fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan
adalah :
a. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan;
b. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan;
c. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas;
d. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan;
e. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan;

(5) Program Pengelolaan Ekosistem dan Konservasi


Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan
adalah:
a. Pengadaan perahu karet untuk konservasi
b. Pengadaan peralatan pengukur kualitas air

(6) Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah:
a. Pengembangan BBI Lokal
b. Pengembangan manajemen pengelolaan Pesisir dan Laut
c. Pengembangan Mata Pencaharian Perikanan
d. Restocking Perairan Umum

Page | 7 - 172
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.2.2 Analisis Sektor Unggulan

Sektor unggulan merupakan sektor yang apabila dikembangkan akan mempunyai


dampak yang relatif lebih besar terhadap perekonomian, karena sektor ini mempunyai
keterkaitan ke depan dan ke belakang yang diatas rata-rata sektor ekonomi lainnya.
Sektor unggulan dikatakan juga sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
karena pengembangan sektor ini memberikan multiplier effect yang besar terhadap
kegiatan-kegiatan ekonomi sektor-sektor lainnya ditambah lagi kemampuan sektor
unggulan untuk mengekspor keluar wilayah yang disebabkan oleh kemampuan surplus
produksi di wilayah yang bersangkutan yang akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Analisis sektor unggulan dilakukakn
dengan data yang tersedia diidentifikasi sektor unggulan melalui analisis Location
Quotient (LQ).

Analisis Location Quotient merupakan suatu ukuran untuk menentukan sektor basis atau
non basis dalam suatu wilayah dengan membandingkan sektor perekonomian di tingkat
bawah dengan perekonomian ditingkat atasnya. Jika nilai LQ suatu sektor lebih besar
dari satu maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang dapat melayani pasar di
daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan, yang dapat diprioritaskan
sebagai sektor unggulan. Jika nilai LQ suatu sektor lebih kecil dari satu maka sektor
tersebut bukan merupakan sektor basis yang hanya dapat melayani pasar di daerah
tersebut. Penentuan sektor unggulan sangat penting bagi pemerintah karena dapat
digunakan sebagai barometer untuk menentukan sektor yang menjadi unggulan dan
yang di prioritaskan dalam pembangunan wilayah untuk periode selanjutnya.

Analisis LQ yang dilakukan dalam pembahasan penelitian ini diperlukan untuk


menentukan komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Rote Ndao. Penentuan
komoditas unggulan ini supaya Kabupaten Rote Ndao khususnya Pemerintah Daerah
untuk lebih dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Rote Ndao.
Komoditas unggulan atau komoditas yang berpotensi dalam perekonomian di Kabupaten
Rote Ndao dapat diketahui dan dapat dikembangkan karena mampu melayani pasar di
daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan yang tentunya akan
mendapatkan surplus dari perkembangan komoditas unggulan ini.

Hasil perhitungan nilai LQ berdasarkan hasil tangkapan nelayan di perairan Kabupaten


Rote Ndao yang dapat diprioritaskan menjadi komoditas unggulan pada tahun 2014-
2016 yaitu teripang, rumput laut, dan ikan kakap dari hasil perhitungan nilai LQ komoditas

Page | 7 - 173
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
tersebut lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki
kontribusi yang besar dalam perekonomian dan pembangunan wilayah di Kabupaten
Rote Ndao.

Teripang, rumput laut, dan ikan kakap adalah komoditas yang mampu menjadi komoditas
basis di Kabupaten Rote Ndao dari tahun 2014-2016. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga
komoditas tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan nilai kontribusi yang besar dalam
perekonomian Kabupaten Rote Ndao. Karena ketiga komoditas ini mampu bersaing
dengan daerah kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
mengekspor produk dari sektor basis ke luar pasar domestik

Hasil perhitungan analisis komoditas di Kabupaten Rote Ndao periode 2014-2016 dapat
dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan LQ Komoditas Potensi di Kabupaten Rote Ndao tahun
2014-2016
Jenis Ikan LQ Jenis Ikan LQ
paperek 0 cakalang 0.04
red snappers 0 tongkol 0.11
kerapu 0.20 biji nangka 0
kakap 1.07 layang 0
ekor kuning 0 tembang 0.15
kembung 0.20 tuna 0.08
pari 0 ikan lainnya 0.21
selar 0 udang 0
ikan terbang 0 udang lainnya 0.12
julung-julung 0 cumi-cumi 0.41
teri 0 teripang 4.15
tengiri 0.23 rumput laut 3.36
komoditas lainnya 0.10

1.26. ANALISA RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN) KOMODITAS UNGGULAN

5.3.1. Perikanan Tangkap

 Kondisi sentra produksi perikanan tangkap berbeda dengan pembudidaya,


untuk mengidentifikasi rantai pasok perikanan tangkap difokuskan di kawasan
PPI. Intinya, kegiatan yang harus dioptimalkan merupakan kegiatan
penangkapan ikan di laut untuk mendapatkan bahan baku berupa ikan. Beberapa
hal menjadi bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah:
Page | 7 - 174
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Pertimbangan Daerah Fishing Ground
 Sebagai salah satu lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu, letak geografi
Kabupaten Rote Ndao cukup strategis, karena menghadap fishing ground WPP-
NRI 573. Namun, hal ini perlu diperhatikan, karena WPP-NRI 573 merupakan
daerah penangkapan mulai dari pulau Jawa, Bali, hingga ke Nusa Tenggara
Timur.

2. Potensi Sumber Daya Perikanan


 Estimasi potensi sumber daya ikan di WPPNRI 573 mencapai 929.330 ton,
didominasi oleh ikan pelagis besar, berikutnya ikan pelagis kecil dan ikan
demersal, sedangkan produksi terkecil adalah lobster dan rajungan. Namun,
menurut KEPMEN KP No. 47 tahun 2016, WPP-NRI 573 sudah dalam status fully
exploited. Hal ini yang perlu diberi perhatian lebih, mengingat Rote Ndao
merupakan salah satu lokasi SKPT yang menjadikan perikanan tangkap sebagai
sektor utama dalam pengembangan.

3. Jumlah dan Kondisi Kapal Ikan


 Jumlah kapal di Kabupaten Rote Ndao semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Didominasi oleh Jukung, lalu disusul oleh Motor Tempel dan Kapal Motor. Hal ini
perlu dipertahankan, mengingat posisi Kabupaten Rote Ndao terhadap wilayah
Taman Nasional Perairan Laut Sawu, dimana Kabupaten Rote Ndao berada di
dalam Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Tradisional. Zona tersebut merupakan
zona yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan. Kegiatan
penangkapan ikan di zona ini harus menggunakan metode penangkapan, serta
alat tangkap yang ramah lingkungan.

4. Produksi Ikan
 Sumberdaya ikan yang cukup melimpah dari WPP-NRI 573, tidak sebanding
dengan tingkat produksi ikan di Kabupaten Rote Ndao. Untuk itu, jumlah produksi
perikanan di Kabupaten Rote Ndao perlu ditingkatkan, salah satunya adalah
dengan meningkatkan sarana dan prasarana perikanan, seperti penambahan
armada, pengembangan pelabuhan perikanan, sarana angkutan, suplai air
bersih, dan semacamnya.

5. Penanganan Ikan
 Kegiatan penanganan ikan belum dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao karena
terbatasnya akses dan sarana yang mendukung kegiatan ini. Produk – produk
Page | 7 - 175
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perikanan hanya didistribusikan dalam keadaan segar. Nelayan di Kabupaten
Rote Ndao belum mengenal konsep value added terhadap produk perikanan.

6. Fasilitas PPI Tulandale


 Jumlah dan jenis serta kapasitas fasilitas yang tersedia di PPI Tulandale masih
sangat minim. PPI Tulandale sangat membutuhkan adanya revitalisasi. Kolam
pelabuhan memerlukan pengerukan karena kondisinya mengalami
pendangkalan. Selain itu, PPI Tulandale memerlukan pembangunan SPDN agar
kebutuhan bahan bakar nelayan dapat terpenuhi, sebab distribusi bahan bakar di
Kabupaten Rote Ndao sangatlah terbatas.

7. Pemasaran dan Distribusi


 Pemasaran ikan yang dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao belum berjalan
dengan baik. Nelayan Rote Ndao belum menggunakan sistem rantai dingin
sepenuhnya. Perlu adanya pemberian pemahaman kepada nelayan, bahwa
sistem rantai dingin sangat diperlukan untuk menjaga kualitas ikan. Namun,
implementasi sistem rantai dingin seringkali menghadapi permasalahan
mendasar, seperti kualitas ikan yang mudah rusak (perishable), faktor lokasi
terpencil (remoteness), dan faktor musim. Hal diatas, dijumpai di Kabupaten Rote
Ndao, dimana sarana dan prasarana wilayah belum memadai dalam
pengimplementasian sistem rantai dingin. Oleh karena itu, jangkauan distribusi
menjadi terbatas dan mutu produk yang sampai konsumen menjadi kurang
bagus. Posisi tawar nelayan tampaknya masih lemah sehingga perlu didukung
kelembagaan yang berpihak kepada nelayan.

8. Prasarana Pendukung Wilayah


 Jaringan jalan di Kabupaten Rote Ndao belum memadai. Masih banyak
ditemukan akses jalan yang rusak di beberapa titik. Selain itu, belum ada
pelayanan angkutan umum di Kabupaten Rote Ndao. Distribusi aliran listrik belum
menjangkau daerah – daerah yang jauh dari pusat kota. Perlu adanya kerjasama
antar instansi pemerintah yang terkait, agar permasalahan mendasar di
Kabupaten Rote Ndao dapat terselesaikan.

9. Akses Pendukung
 PPI Tulandale akan ditunjuk sebagai pemasok komoditas perikanan juga
membutuhkan sarana yang tidak dapat diperoleh nelayan didalam kawasan. Oleh
Page | 7 - 176
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
karenanya diperlukan akses pendukung untuk mencukupi kebutuhan kegiatan
didalam kawasan pelabuhan perikanan seperti box ikan, es, dan bahan serta
peralatan maupun bangunan bengkel untuk perbaikan kapal ikan.


5.3.2. Perikanan Budidaya

 Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi budidaya yang cukup besar. Namun,
yang menjadi permasalahan adalah rendahnya tingkat konsumsi ikan air tawar
masyarakat di Kabupaten Rote Ndao. Masyarakat Rote Ndao lebih memilih
mengkonsumsi ikan laut dibandingkan dengan ikan air tawar. Upaya – upaya
pengenalan ikan air tawar kepada masyarakat telah dilakukan oleh instansi
terkait, dengan cara pemberian bantuan benih budidaya ikan. Gambaran potensi
ini menjadi peluang dan tantangan dalam upaya penyediaan benih unggul untuk
pengembangan budidaya air tawar. Ada 3 segmen yang perlu
dikembangkan di masing-masing kawasan sentra produksi benih yaitu :

1. Penyediaan Induk
 Kegiatan budidaya di Kabupaten Rote Ndao dapat dilaksanakan di seluruh
kecamatan yang ada, karena potensi yang cukup besar tersebar di seluruh
wilayah Rote Ndao. Namun, ketersediaan benih ikan masih belum memadai.
Lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Mokdale, berada di Kecamatan Lobalain, dimana
lokasi tersebut berada di tengah kabupaten. Ketersediaan Induk (kualitas unggul)
di BBI pun masih didatangkan dari luar daerah terutama dari BBAT Mandiangin
di Kalimantan Selatan.

2. Dukungan Sarana dan Prasarana


a. Ketersediaan sarana dan prasarana pembenihan
 Sarana pembenihan berupa bak penampungan baik untuk induk, pemijahan, benih
serta stock air bersih dan bebas polusi, pompa air, gedung tempat penampungan
sarana pembenihan
b. SDM trampil dan berpengalaman menangani pembenihan
 SDM yang terampil dan berpengalaman diperlukan untuk menerapkan teknologi tepat
guna dalam pembenihan. SDM dapat pula dari daerah setempat tetapi diberi
kesempatan magang ke tempat BBI yang sudah maju
c. Ketersediaan energi (listrik) dan suplai air

Page | 7 - 177
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Ketersediaan energi untuk penggerak pompa sirkulasi air pembenihan dan “aerator”
dan pencahayaan ultraviolet. Suplai energi listrik jelas diperlukan untuk segenap
aktivitas pembenihan di BBI
d. Teknologi pembuatan pakan dan ketersediaan obat-obatan
 Untuk mencukupi kebutuhan pakan dapat dilakukan dengan membuat pakan sendiri
dengan bahan baku lokal (kelapa, ubi kayu, bungkil, tepung ikan). Kebutuhan
diusahakan tidak tergantung dari pasokan luar daerah. Demikian pula ketersediaan
obat-obatan untuk mengantisipasi dan mencegah penyakit yang dapat datang
sewaktu-waktu melalui berbagai media (air, pakan, dan lain-lain)
e. Teknologi tepat guna
 Teknologi yang diterapkan mampu diakomoder oleh SDM setempat dan dapat
diaplikasikan didaerah setempat. Untuk menciptakan teknologi tersebut kebutuhan
peralatan juga harus mudah didapat di wilayahnya
f. Ketersediaan dan kondisi lokasi kawasan pembenihan
 Ketersediaan kawasan untuk pembenihan jelas akan berada didaerah sekitar antara
laut dan pembudidaya. Air yang akan digunakan harus dilakukan penanganan
(treatment) terlebih dahulu melalui bak-bak penampungan agar kemungkinan
pencemaran dan hama yang menimbulkan penyakit dapat dicegah (lokasi berdekatan
dengan kawasan pembudidaya)
g. Prasarana transporatsi
 Diperlukan prasarana transportasi yang mendukung kelancaran distribusi benih yang
dihasilkan dari tempat pembenihan ke tempat-tempat pembudidaya tambak.
h. Didukung dan dibina oleh POKJA Kecamatan/Kabupaten
 Keberadaan dan kinerja pembenhan harus didukung dan dibina oleh POKJA, karena
dukungan yang diperlukan oleh pembenihan sangat terkait dengan tugas pokok dan
fungsi anggota POKJA.

1.27. ANALISA RANTAI NILAI (VALUE CHAIN)

5.4.1 Perikanan Tangkap


Dalam menyiapkan masterplan SKPT dengan menggunakan PPI Tulandale sebagai
basis pengembangan, maka beberapa faktor yang perlu menjadi bahan kajian untuk
pengembangan mendatang adalah:

1. Kondisi Penangkapan
Page | 7 - 178
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Mendatang akan mengembangkan armada penangkapan. Pengembangan armada
penangkapan selain memperbesar ukuran kapal juga termasuk teknologi yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan komoditas perikanan tangkap yang bermutu baik
berarti peralatan penangkapan ikan maupun sarana penanganan produk hasil tangkapan
harus dipersiapkan. Sebagai konsekuensi dari pengembangan armada ini berarti ada
beberapa persiapan yang harus dipertimbangkan yaitu:

a. Pelayanan Perijinan
Persiapan pelayanan perijinan tidak berbelit-belit dan diupayakan sesederhana
mungkin agar mendorong minat pengusaha untuk mengembangkan usaha.
Ketentuan tentang zona penangkapan agar tidak terjadi konflik dengan nelayan yang
menggunakan kapal berukuran kecil
b. Sarana Pendukung Operasi
Kesiapan pelayanan sarana pendukung operasi penangkapan (suplai air, suplai,
suplai BBM, dan logistik lainnya) dikawasan PPI Tulandale. Kemudahan sarana ini
menggunakan 4 tepat (Tepat Jumlah, Harga, Kualitas, Barang) sehingga mampu
memberikan kepuasan pelanggan.
c. Akses Penangkapan
Didukung dengan data informasi dari Badan Riset tentang estimasi keberadaan ikan
melalui indra jarak jauh dan setiap kapal dilengkapi dengan alat GPS mendorong
usaha penangkapan menjadi lebih efisien karena nelayan tidak perlu lagi
menggunakan cara tradisional (“feeling”) untuk mencari lokasi keberadaan ikan.
d. Teknologi Penangkapan
Teknologi penangkapan bukan hanya alat tangkap saja tetapi juga teknologi untuk
menangani produk hasil tangkapan. Banyaknya regulasi untuk melindungi
sumberdaya berkelanjutan mendorong nelayan harus menggunakan alat tangkap
ramah lingkungan agar terpelihara Sumberdaya perikanan dan berdampak terhadap
hasil perolehan agar mendapatkan harga tinggi dipasaran. Kemudahan mendapatkan
alat tangkap yang akan digunakan termasuk kelengkapan mesin pembantu
penangkapan.

2. Pemasaran
Keberadaan PPI Tulandale yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung harus
mampu memberikan pelayanan “Prima” kepada masyarakat nelayan, karena produk
perikanan yang dilayani ini merupakan komoditi ekonomi yang mampu menggerakkan

Page | 7 - 179
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
roda perekonomian wilayah. Oleh karenanya kondisi yang ada saat ini perlu dicarikan
upaya perbaikan dimasa mendatang karena peranan PPI Tulandale sebagai Kawasan
Inti SKPT.

Hal-hal yang menjadi perhatian untuk dipersiapkan di PPI Tulandale sebagai Kawasan
Inti SKPT perikanan tangkap adalah:

a. Sarana Tambat
Merupakan sarana untuk bersandarnya kapal ikan yang akan menurunkan hasil
tangkapan. Untuk menuju lokasi sarana tambat tidak ada hambatan seperti
pendangkalan alur atau kolam pelabuhan ataupun berdesak-desak dengan kapal ikan
lainnya. Tersedia alat bongkar ikan yang bersih dan aman serta tertib agar produk
yang sudah ditangani baik dikapal ikan tetap berkualitas. Penyediaan air bersih untuk
pencucian ikan sangat diperlukan. Ditempatkan petugas pencatat data produksi dan
jenis ikan serta namadan ukuran kapal yang merapat di dermaga.
b. Tempat Pemasaran Ikan
Kondisi tempat pemasaran ikan (TPI) saat ini secara faktual masih uji coba oprasional.
Tata letak TPI dan penempatan barang masih perlu dipersiapkan secara tertib. Untuk
menyiapkan kondisi mendatang sebaiknya bersih, tertib, aman dan lancar serta
dilengkapi dengan sarana pengangkut ikan, air bersih pencuci ikan. Selokan atau
drainase pembuangan limbah lancar sehingga tidak terjadi genangan air yang
mengakibatkan bau. Disediakan tempat sampah sementara untuk menampung sisa
bahan pengepakan ikan. Bagi pengunjung yang tidak berkepentingan supaya tidak
memasuki areal tempat pemasaran. Pemasaran ikan jika menggunakan jasa lelang
agar supaya secepatnya dilaksanakan dan ikan tidak terlalu lama dibiarkan ditempat.
Pelaksanaan lelang supaya terbuka sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Ikan
yang dilelang dicatat dengan tertib baik mengenai jumlah, harga dan pemilik ikan serta
pembayarannya kontan.
c. Sistem Distribusi Ikan
Sistem distribusi ikan harus menggunakan kendaraan berinsulated dan ikan diberi
bahan pengawet agar mutu ikan tetap terjamin sampai dipusat pemasaran. Secara
faktual penanganan ikan masih terkesan seadanya dan masih belum memperhatikan
cara-cara penanganan ikan yang “clean and hygienis”. Dimasa mendatang
pembenahan kondisi ini adalah disiapkan kendaraan angkutan pemasaran. Dalam

Page | 7 - 180
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pendistribusian supaya dicatat tentang tujuan distribusi dan jenis serta jumlah ikan.
Informasi ini nantinya akan digunakan untuk memprediksi kebutuhan sarana
pendukung distribusi seperti box ikan, suplai es, besar dan jumlah kendaraan
angkutan yang diperlukan.

5.4.2 Perikanan Budidaya

Dalam rantai pasok komoditas pembudidaya, mekanisme dan pola kegiatan masih perlu
ditingkatkan di sentra produksi. Keberhasilan mengoptimalkan kinerja sentra produksi
sangat tergantung dari ketersediaan benih dan sarana pendukung lainnya seperti pakan.
Penyediaan BBI di Mokdale harus dioptimalkan kinerjanya karena lokasi sangat strategis
untuk mendukung kinerja pembudidaya untuk penyediaan benih dalam upaya
intensifikasi dan ekstensifikasi.

1. Pembesaran (Sarana Produksi Memadai)


Kondisi topografi wilayah sangat mendukung untuk pengusahaan pembudidayaan
tambak, karena kebutuhan air laut dan air sangat mendukung. Kendala sebenarnya
adalah manajemen dan teknis kontruksi. Dari segi manajemen tidak menerapkan prinsip-
prinsip manajemen pembudidayaan intensif karena keterbatasan kemampuan SDM dan
modal kerja, sedangkan dari segi teknis adalah kondisi saluran dan tanggul tambak yang
belum memadai. Akibat dari situasi tersebut pembesaran komoditas pembudidaya
tambak hanya dilakukan seadanya. Sentuhan dari pemerintah untuk mengatasi hal ini
khususnya POKJA supaya menetapkan skala prioritas seperti keberadaan kelembagaan
yang secara intensif membina kawasan dan mendorong terpenuhinya sarana
pendukung akan memberikan hasil yang positif. Pola pembudidayaan intensif dengan
menggunakan pakan buatan dan penyediaan obat-obatan. Sebagai penyedia sarana ini
dapat menggunakan lembaga koperasi dimana pembudidaya sebagai anggota.

2. Pemasaran
Terbukanya akses pemasaran dari suatu kawasan ke kawasan lainnya akan menjadikan
kegiatan semakin efisien, sehingga biaya operasional akan dapat ditekan dan produk
akan semakin kompetitif dipasaran. Lokasi pemasaran diarahkan ke kawasan terkait
seperti Kecamatan Lobalain, ibukota kecamatan, dan antar pulau. Ditinjau dari kondisi
konsumen ternyata dikota tersebut memiliki daya serap produk cukup tinggi dan

Page | 7 - 181
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
permintaan akan produk cukup prospektif. Dengan semakin lancarnya pemasaran hasil
olahan akan mendorong minat pengusaha pengolahan meningkatkan kapasitas dan
kualitas produk. Untuk dapat merealisir kegiatan pengembangan usaha dibutuhkan
tenaga kerja, sarana kerja dan sarana pendukung lainnya.

3. Industri Pengolahan
Realisasi pembangunan jalan penghubung ternyata membuat terbukanya akses
pemasaran dan kegiatan ekonomi lainnya. Kondisi ini akan mendorong kegiatan
pengembangan produk oleh wilayah pendukung dan pengembangan. Suplai bahan baku
cukup dan lancar untuk mendukung kegiatan usaha pengolahan serta akan
meningkatkan kapasitas produk dan kegiatannya. Kondisi ini akan lebih berhasil karena
akses transportasi sudah lancar, sehingga memudahkan perolehan bahan baku dan
pemasaran hasil. Jika situasi dan kondisi diatas semakin berkembang sesuai dengan
rencana berarti kawasan tersebut secara ekonomi akan tumbuh dan berkembang
berbasis perikanan, dan segenap rantai kegiatan perikanan ini akan menimbulkan
dampak ganda (multiplier effect) bagi kegiatan lainnya yang saling mendukung.

5.4.3 Pengolahan dan Pemasaran

1. Bahan Baku Pengolahan


Kendala utama dari kegiatan pengolahan untuk memberikan nilai tambah produk
perikanan adalah kondisi rendahnya mutu bahan baku ikan. Hal ini berakibat jenis olahan
yang akan dikembangkan menjadi terbatas baik jenis maupun kualitas. Dilain pihak
sarana olahan yang digunakan juga masih sangat sederhana. Pembuatan ikan asin yang
berkualitas juga mengalami kendala bahan baku dan cara pengeringan. Upaya untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan sistem kerjasama antara pengolah dengan
nelayan. Pihak pengolah menetapkan metode penanganan ikan dan akan disesuaikan
dengan harga yang akan diberlakukan terhadap ikan tersebut.

2. Produk Olahan
Jenis produk olahan yang akan dikembangkan selain terkendala dengan kualitas bahan
baku, juga teknologi yang digunakan, akibatnya cara pembuatan terkesan masih
tradisional. POKJA harus mampu memantau kondisi ini, mencari pemecahan masalah

Page | 7 - 182
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pembinaan sesuai kewenangan dari instansi terkait. Kegiatan pengolahan di sekitar PPI
Tulandale sudah ada dan untuk pengembangannya masih diperlukan pembinaan dan
pelatihan dengan mendatangkan Instruktur ke kawasan. Jenis pelatihan adalah
pengenalan jenis olahan dan cara-cara pengolahan. Pemerintah menyediakan sarana
pengolahan sebagai pilot proyek pengembangan produk perikanan. Sebagai petugas
monitoring adalah dari SKPD yang bertanggung jawab menangani hal ini.

3. Pemasaran
Sebagai pasar sasaran dari produk olahan ini dapat diarahkan ke setiap kecamatan, dan
dapat ke pasar sasaran, karena mempunyai daya serap produk cukup tinggi. Pemasaran
produk ke luar pulau (Surabaya) serta ke luar negeri (Malaysia, Singapura) biasanya
harus terjamin kebersihan dan keamanan (tidak tercampur bahan pengawet berbahaya).
Ikan merupakan makanan internasional jika mutu ikan berkualitas tinggi maka untuk
memasuki suatu pasar tidak terlalu sulit, produk dikemas sedemikian rupa sehingga
memiliki daya tarik konsumen. Pembinaan pengolah dilakukan oleh SKPD setempat dan
termasuk upaya pemasaran karena untuk promosi dapat melalui internet.

1.28. SUMBERDAYA MANUSIA (SDM)

 Dalam rangka Perencanaan PSKPT di Kabupaten Rote Ndao sumber daya


manusia (SDM) yang terlibat (stakeholder) bukan hanya pelaku usaha, akan
tetapi termasuk pembina dan pemberian pelayanan kepada masyarakat
perikanan terdiri SDM Pemerintah dan masyarakat swasta pelaku usaha
perikanan tangkap dan budidaya maupun pengolahan serta pemasaran.

5.5.1 Nelayan

 Nelayan yang ada di Kabupaten Rote Ndao sebagai pelaku usaha penangkapan
ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
 Nelayan penuh yaitu nelayan yang mata pencaharian pokok sebagai nelayan dan
melakukan kegiatan penangkapan ikan setiap hari. Kategori nelayan ini terbagi
berdasarkan wilayah penangkapan dan jenis alat penangkapan serta ikan yang
ditangkap yaitu nelayan perikanan industri dan nelayan perikanan rakyat (nelayan
tradisional dan nelayan bagan).

Page | 7 - 183
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang mata pencaharian utama sehari-
hari sebagai nelayan namun pada waktu-waktu tertentu melakukan kegiatan di
darat sebagai buruh atau bekerja lainnya.
 Nelayan tambahan yaitu nelayan yang bekerja pada saat tertentu saja, biasanya
di lakukan bila nelayan utama kekurangan tenaga kerja pada musim ikan.
 Nelayan yang melakukan penangkapan di wilayah ZEEI hasil tangkapannya akan
di pasarkan ke perusahaan-perusahaan yang beriorientasi ekspor, sedangkan
nelayan bagan dan nelayan tradisional lokasi penangkapannya di perairan
pantai.

 Gambar 5.2 Perbandingan Jumlah Nelayan Tradisional, Sambilan, dan Industri

 Sumberdaya manusia yang berprofesi sebagai nelayan tangkap di laut memiliki


keterampilan yang memadai, namun masih perlu diberi informasi tentang cara
tangkap yang ramah lingkungan, serta cara distribusi ikan dengan sistem rantai
dingin.

5.5.2 Pembudidaya

 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao telah melakukan


pemberian bantuan bibit rumput laut, serta peralatan budidaya kepada 560 orang
pada tahun 2014, dan kepada 2.384 orang yang terbagi dalam 232 kelompok
nelayan pada tahun 2015. DKP Kabupaten Rote Ndao juga telah memberikan
bantuan benih ikan kepada kelompok pembudidaya (POKDAKAN), sebanyak
61.500 benih ikan sejak tahun 2012 sampai dengan 2016. Bantuan ini diberikan
dengan harapan munculnya minat masyarakat dalam mengembangkan
Page | 7 - 184
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perikanan budidaya di Rote Ndao. Tercatat sebanyak 30.000 benih ikan yang
telah diberikan kepada 34 orang pembudidaya yang terbagi menjadi 17 kelompok
pada tahun 2016.

 Pada awal pemberian bantuan di tahun 2012, hanya tercatat sebanyak 6 orang
pembudidaya yang menerima bantuan sebanyak 5.000 benih ikan. Terlihat
pertumbuhan jumlah pembudidaya yang cukup signifikan, mengingat rendahnya
minat masyarakat terhadap ikan air tawar.

 Selain budidaya ikan air tawar, Kabupaten Rote Ndao juga memiliki pembudidaya
rumput laut. Tercatat sebanyak 10.798 rumah tangga pembudidaya rumput laut
di tahun 2014. Jumlah tersebut bertahan hingga tahun 2015. Namun pada tahun
2016, terdapat penurunan sebanyak 9% dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
9.813 rumah tangga pembudidaya rumput laut.

 Pertumbuhan jumlah pembudidaya ini dapat digunakan untuk memprediksi


rencana pengembangan budidaya rumput laut. Dari segi keterampilan,
sebenarnya sudah cukup memadai, namun muncul kendala diluar kemampuan
pembudidaya, seperti gelombang besar, kondisi kesehatan bibit yang menurun,
hama ikan yang merusak lahan budidaya rumput laut, dan sebagainya. Kendala
– kendala tersebut perlu dibahas secara bersama diantara pembudidaya dan
instansi terkait agar ditemukan solusi pemecahan masalahnya.

1.29. KELEMBAGAAN (TERMASUK POKJA)

Dari segi kelembagaan membutuhkan kesepahaman dan keterpaduan antar sektor


dalam penyelenggaraan pembangunan. Salah satu persyaratan bagi kawasan SKPT
adalah keberadaan kelembagaan yang bertanggung jawab dibidang kelautan dan
perikanan. Sebagai konsekuensinya agar lembaga berdaya guna dan berhasil guna
diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia (memiliki kualitas dan kuantitas
memadai), serta didukung dengan sarana dan parasarana kerja yang memadai pula.
Disisi lain perlu adanya produk-produk peraturan dan kebijakan yang menjadi landasan
operasional dari lembaga ini. Tidak kalah pentingnya adalah pendampingan atau
keterlibatan organisasi non pemerintah (NGO) dan/ atau dari lembaga perguruan tinggi.

Sistem kelembagaan dalam pengelolaan kawasan minapolitan sifatnya adalah ad hoc


dalam bentuk Kelompok Kerja (POKJA) yang beranggotakan unsur-unsur pemerintahan

Page | 7 - 185
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
yang terkait dengan kegiatan di kawasan minapolitan perikanan. Jika didalam kawasan
ada kegiatan usaha yang non perikanan dan usaha tersebut merupakan usaha penting
di kawasan minapolitan perikanan, maka kelembagaan ini dapat mengakomodasi
keanekaragaman kegiatan usaha dimaksud. Hasil identifikasi lokasi kendala utama
POKJA dalam mengelola kawasan minapoitan perikanan pada umumnya adalah
kurangnya komunikasi, keterpaduan kesepahaman, keterbatasan SDM, belum ada
petunjuk teknis (juknis) untuk mengelola kawasan minapolitan perikanan, keterbatasan
sarana dan prasarana kerja.

Komunikasi dimaksudkan disini bukan hanya diantara anggota POKJA, akan tetapi
komunikasi antara POKJA dengan kelompok petani dan nelayan serta dengan
masyarakat yang ada dikawasan minapolitan. Oleh karena itu untuk mengoptimalisasi
kinerja POKJA dapat ditempuh antara lain dengan:

1. Pembentukan sistem kelembagaan yang menangani masing-masing komoditas


unggulan di masing-masing kecamatan bahkan desa dibawah koordinasi POKJA
Kabupaten/ Kota
2. Disiapkan JUKNIS di kelembagaan untuk pedoman anggota POKJA
3. Mengoptimalkan komunikasi diantara lembaga di tingkat Kecamatan/desa dengan
lembaga non pemerintah yang ada (NGO, Kearifan Lokal) untuk memecahkan
kendala-kendala yang selama ini mereka hadapi

1.30. ANALISIS PERMODALAN

Rencana pengembangan usaha ini merupakan penjabaran dari pengembangan


kawasan dengan kegiatan produksi, pengolahan produk dikawasan sentra produksi dan
kawasan pengembangan serta distribusi dan pemasaran di kawasan terkait. Untuk
pengembangan usaha yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan kajian kelayakan
usaha adalah mengenai:
1. Jenis dan skala usaha yang akan dilaksanakan
2. Pasar dan daya serap pasar
3. Permodalan

Dalam analisis ini ditetapkan pengembangan komoditi unggulan adalah rumput laut,
teripang, mutiara, ikan lele, ikan nila, dan garam. Untuk implementasi usaha tentunya
diperlukan modal usaha dan ini merupakan salah satu faktor yang akan mempercepat

Page | 7 - 186
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
kelangsungan dan keberhasilan usaha. Untuk mendukung keberhasilan SKPT faktor
permodalan menjadi bagian yang penting disamping faktor-faktor yang lainnya.
Permodalan yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kawasan SKPT dapat
dibedakan menjadi :

1. Modal Swadaya
Modal swadaya adalah sumber modal berasal dari milik sendiri dan pada umumnya
kegiatan pembudidaya dan pengusaha perikanan tangkap skala kecil maupun rumah
tangga. Dalam hal mendapatkan pembiayaan para pengusaha kecil ada yang
mendapat bantuan dari koperasi khususnya bantuan pinjaman untuk pengadaan
benih, obat-obatan, pupuk dan pakan. Pengembalian pinjaman dilakukan setelah
hasil panenan atau hasil tangkapan. Selain koperasi seringkali mendapat pinjaman dari
Bank tertentu dan atau dari pemberi pinjaman non bank (swasta) yang biasanya
menetapkan bunga yang sangat tinggi. Dalam hal pengusaahaan skala besar
pembudidaya dan pengusaha tangkap akan melakukan kerjasama dengan mitra
usaha. Mekanisme kerjasama antara investor besar sebagai inti dan nelayan atau
pembudidaya sebagai plasma, dalam hal ini akan diatur mekanisme pengusahaannya
yaitu pengusaha besar yang akan menampung hasil produksi sebagai inti.

2. Pembiayaan Pemerintah
Pembiayaan dari Pemerintah, pada dasarnya merupakan stimulan untuk mendorong
kinerja yang sudah ada dan bertujuan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja dan
kemampuan pembudidaya atau nelayan. Bentuk bantuan pada umumnya berupa subsidi
atau pembiayaan untuk penguatan modal yang sudah ada. Pembangunan yang sifatnya
fasilitas dasar seperti pengembangan kawasan, pembangunan sarana dan prasarana
umum dibangun oleh pemerintah melalui anggaran APBN, APBD Tingkat I Provinsi dan
APBD Tingkat II Kabupaten/ Kota.

3. Badan Pembiayaan Resmi (Bank)


Pembiayaan berupa modal selain tersebut diatas juga diperoleh dari pihak ketiga yaitu
lembaga keuangan maupun non lembaga keuangan. Kendala yang dihadapi pada
umumnya khususnya untuk usaha perikanan tangkap adalah kepercayaan dari pihak
pemberi pinjaman modal lebih-lebih asuransi jarang bersedia untuk memberi penjaminan
untuk usaha perikanan tangkap.
Page | 7 - 187
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk pembudidaya masih memungkinkan berupa modal usaha yang biasa dipegunakan
untuk modal kerja. Bentuk pinjaman modal pada umumnya berupa :

 Kredit dari Bank atau Lembaga keuangan lainnya


 Bantuan stimulan dari Pemerintah

Permodalan untuk mendukung kawasan SKPT selain bentuk pinjaman dan pembiayaan
diatas, permodalan dapat juga diperoleh dari bantuan. Bentuk bantuan dalam hal ini
adalah :

a. Subsidi
Bantuan permodalan dalam bentuk subsidi ini pada umumnya berupa jaminan kualitas
benih dan pakan, standarisasi proses produksi, mutu produk dan pasar. Jenis sarana
yang mendapatkan subsidi antara lain: benih, pupuk, pabrik pakan mini, kredit untuk
mendorong pengembangan usaha.

b. Penguatan Modal
Bentuk bantuan lain yang dapat digunakan adalah penguatan modal yaitu :
 Mengembangkan skema pembiayaan bersama Bank dan lembaga penjamin
kredit
 Mengembangkan mekanisme penyaluran pemanfaatan pembiayaan usaha yang
murah, mudah, cepat dan aman
 Sasaran pembiayaan adalah usaha kecil, dan menengah, komoditas unggulan
revitalisasi perikanan budidaya

c. Kredit Usaha Rakyat (KUR)


Kebijakan pemerintah melalui INPRES No 8 tahun 2007 tentang percepatan
pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Implementasi dari kebijakan
tersebut adalah usaha perikanan dikatagorikan penjaminan kredit beresiko tinggi:
 Kredit/pembiayaan diberikan secra langsung dan tidak langsung
 UMKM yang dapat dijamin adalah usaha produktif yang layak namun non
bankable
 Pagu kredit pembiayaan mulai < Rp 5 juta, suku bunga ≤ 16 % dan imbal jasa
penjaminan 1,5 %

d. Kredit Ketahanan Pangan

Page | 7 - 188
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ada 2 kebijakan yang mengatur tentang kredit ketahanan pangan yaitu Permen No.
79/PMK.05/2007 dan Permen KP No. PER 02/MEN/2008. Implementasi dari
kebijakan tersebut adalah :
 Program ketahanan pangan adalah upaya peningkatan produksi dan
produktivitas usaha perikanan yang menhasilkan pangan ikan
 Kredit ketahanan pangan di bidang Kelautan dan Perikanan (KP) adalah kredit
investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung
pelaksanaan program kredit ketahanan pangan dan energi
 Kredit ketahanan pangan adalah kredit yang diberikan oleh Bank pelaksana
 Pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi suku bunga

Berdasarkan penjelasan diatas maka sebagai persyaratan peserta untuk


mendapatkan pembiayaan tersebut (saat tergantung dari kebijakan masing-masing
Bank) tetapi pada dasarnya adalah :

1. Perorangan
Ketentuan peserta kredit ketahanan pangan perorangan adalah :
 Merupakan anggota POKDAKAN
 Mengolah dan/atau memiliki lahan usaha dan sebagai bahwa yang
bersangkutan benar-benar sebagai pengolah adalah surat bukti kepemilikan
atau perjanjian sewa atau surat kuasa dari pemilik diketahui oleh kepala desa
setempat
 Plafon kredit yang dapat diterima adalah Rp 50 juta
2. POKDAKAN
Ketentuan bagi POKDAKAN ini untuk mendapatkan kredit ketahanan pangan :
 Sebagai anggota UPP
 Pembudidaya yang tergabung dalam POKDAKAN dan menjalankan usaha
dengan manajemen bersama
 Memiliki pengurus aktif (ada legalitas dari pihak berwenang)
 Plafon kredit bagi POKDAKAN adalah sebesar Rp 500 juta
 Ketentuan lain-lain seperti besarnya suku bunga Bank, subsidi bunga dan
bunga kepada peserta ditentukan lebih rendah dari bunga bank komersial.

1.31. ANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERIKANAN

Page | 7 - 189
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.8.1 Sub Sistem Perikanan Tangkap

 Sektor perikanan tangkap, khususnya di PPI Tulandale memerlukan perhatian


khusus terkait sarana dan prasarana. Fasilitas dasar, seperti lahan kawasan,
kolam pelabuhan, penahan gelombang, jetty dan revetment, sudah ada di PPI
Tulandale. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait sarana dan
prasarana di PPI Tulandale.

 Tabel 5.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana PPI Tulandale

 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi


  Fasilitas Dasar  
 Batas – batas
lahan perlu
diperjelas, agar
tidak
 1  Lahan Pelabuhan  Eksisting
menimbulkan
permasalahan di
masa yang akan
datang
 Perlu dilakukan
pengerukan
kolam
pelabuhan,
 2  Kolam Pelabuhan  Eksisting
karena kondisi
kolam
mengalami
pendangkalan
 Perlu
penambahan
penahan
gelombang di
dekat mulut
 3  Penahan Gelombang  Eksisting kolam
pelabuhan,
sebagai penahan
gelombang yang
masuk ke dalam
kolam pelabuhan
 Perlu dibangun
jetty di dekat
mulut kolam
 4  Jetty  Belum Ada pelabuhan, agar
sedimen dari laut
tidak masuk ke
kolam pelabuhan
 Perlu
ditambahkan
 5  Revetment  Eksisting revetment di sisi
kanan kolam
pelabuhan
 Jalan kompleks
pelabuhan perlu
diaspal, karena
 6  Jalan Kompleks Pelabuhan  Eksisting
kondisi jalannya
masih berupa
jalan berbatu

Page | 7 - 190
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi
 Perlu adanya
instalasi
penerangan di
dalam kompleks
pelabuhan, agar
 7  Instalasi Penerangan  Belum Ada
kegiatan
pelabuhan di
malam hari dapat
berjalan dengan
baik
 Perlu adanya
instalasi air
bersih agar
 8  Instalasi Air Bersih  Belum Ada kegiatan di
pelabuhan dapat
berjalan dengan
baik
  Pabrik es yang
 
 Fasilitas Fungsional sudah terbangun,
harap
difungsikan
dengan
maksimal, agar
kegiatan
 1  Pabrik Es  Eksisting penangkapan
dan distribusi
ikan dapat
berjalan dengan
baik
 Cold Storage
yang sudah
terbangun, harap
difungsikan
dengan
 2  Cold Storage  Eksisting maksimal, agar
kualitas produk
perikanan yang
didaratkan di PPI
Tulandale dapat
terjaga
 TPI yang sudah
terbangun, tidak
berfungsi dengan
baik, karena
kegiatan
pelabuhan tidak
berjalan dengan
 3  Tempat Pelelangan Ikan  Eksisting
baik. Lahan dan
bangunan TPI ini
akan
dialihfungsikan
sebagai balai
pertemuan
nelayan
  Fasilitas Penunjang  

Page | 7 - 191
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi
 Perlu adanya
Kantor PPI agar
proses
 1  Kantor PPI  Belum Ada administrasi
nelayan dapat
dilaksanakan
dengan baik
 Perlu dibangun
perumahan
pengelola
 2  Perumahan Pengelola  Belum Ada sebagai sarana
penunjang
kegiatan
pelabuhan
 Kantor
Pengawas
Pelabuhan perlu
 Kantor Pengawas direhabilitasi
 3  Eksisting
Pelabuhan agar kegiatan
pelabuhan dapat
berjalan dengan
baik
 Perlu adanya
ruko/kios yang
 4  Ruko/Kios  Belum Ada menjual
perbekalan
nelayan
 Perlu dibangun
toilet umum
sebagai sarana
 5  Toilet Umum  Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan
 Perlu dibangun
tempat ibadah
sebagai sarana
 6  Tempat Ibadah  Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan
 Perlu dibangun
Balai Pertemuan
sebagai tempat
 7  Balai Pertemuan  Belum Ada
berkumpul dalam
kegiatan yang
bersifat insidental
 Perlu dibangun
SPDN untuk
mempermudah
 8  SPDN  Belum Ada
kegiatan
penangkapan
ikan
 Perlu dibangun
bengkel sebagai
sarana
 9  Bengkel  Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan

Page | 7 - 192
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Gambar 5.3 Layout PPI Tulandale

 Selain PPI Tulandale, terdapat sentra perikanan tangkap lain yang


direkomendasikan, antara lain Sentra Perikanan Tangkap Papela, dan Sentra
Perikanan Tangkap Batutua. Dua sentra perikanan tangkap tersebut memerlukan
adanya pengembangan kawasan, yang notabene memerlukan adanya perluasan
lahan. Berikut ini adalah gambaran rencana pengembangan kawasan sentra
perikanan tangkap di Papela dan Batutua.

Page | 7 - 193
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Gambar 5.4 Layout Sentra Perikanan Papela

 Menurut layout, Sentra Perikanan Papela dan Batutua masing – masing


memerlukan lahan sekitar 3 Ha. Lahan di sekitar Pelabuhan Papela merupakan
lahan milik warga. Perlu adanya pembebasan lahan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah agar terlaksananya pembangunan sentra perikanan ini.

Page | 7 - 194
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Gambar 5.5 Layout Sentra Perikanan Batutua

Page | 7 - 195
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.8.2 Sub Sistem Perikanan Budidaya

 Sub Sistem Perikanan Budidaya meliputi 3 bidang kegiatan pokok menurut media
budidaya yang digunakan yaitu: (1) Budidaya Air Tawar, (2) Budidaya Air Payau,
dan (3) Budidaya Laut. Pengembangan bidang usaha perikanan budidaya
memerlukan banyak perhatian untuk dapat bersaing dalam upaya meningkatkan
produksi dan nilai komoditas. Faktor penentu utama selain kualitas SDM, maka
yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan usaha budidaya (Budidaya
Air Tawar, Budidaya Air Payau dan Budidaya Laut) adalah keberadaan prasarana
dan ketersediaan sarana budidaya yang memadai. Beberapa prasarana dan
sarana yang perlu diperhatikan dalam pembangunan SKPT antara lain terdapat
pada tabel dibawah ini.

 Tabel 5.4 Kondisi Prasarana dan Sarana Budidaya di Kabupaten Rote Ndao

 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 A  Budida  BBI Mokdale
ya Air  Lahan  Tersedia  Batas – batas
Tawar BBI lahan perlu
diperjelas,
agar tidak
menimbulkan
permasalaha
n di masa
yang akan
datang
 Kantor  Ada  Kantor
Pengelola Pengelola
BBI akan
direnovasi,
dan dibangun
berdampinga
n dengan
Indoor
Hatchery agar
proses kontrol
pembenihan
dapat
dilakukan
dengan baik

Page | 7 - 196
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Indoor  Belum  Indoor
Hatchery Ada Hatchery
akan
dibangun
berdampinga
n dengan
Kantor
Pengelola
BBI agar
proses kontrol
pembenihan
dapat
dilakukan
dengan baik
 Tandon  Belum  Perlu
Air Ada dibangun
tandon air
agar suplai air
di BBI dapat
ditampung
dengan baik
 Saluran  Ada  Saluran air
Air Masuk masuk di BBI
Mokdale perlu
direhabilitasi
agar suplai air
dapat dialiri
dengan baik
ke seluruh
kolam
budidaya
 Saluran  Ada  Saluran
Pembuan pembuangan
gan dari BBI perlu
direhabilitasi
agar limbah
air dari dalam
kolam
budidaya
tidak
mengganggu
lingkungan
sekitar BBI

Page | 7 - 197
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Instalasi  Belum  Perlu adanya
Filtrasi Ada instalasi
filtrasi di
pangkal
saluran air
masuk, agar
air yang
masuk ke
dalam kolam
budidaya
tidak
tercemar.
 Sumur  Belum  Perlu adanya
Bor Ada sumur bor,
agar suplai air
untuk
kegiatan
operasional
BBI dapat
terjamin
 Kolam  Ada  Kolam
Budidaya budidaya
yang ada di
BBI perlu
diatur
peruntukanny
a. Agar setiap
kolam dapat
digunakan
sesuai
dengan
fungsinya
 B  Budidaya Air Payau
  Komodit  Lahan  Tersedia  Lahan milik
as potensial masyarakat
Banden setempat
g dapat dibuka
dengan
sistem sewa
atau
kerjasama
operasional.
Batas – batas
lahan perlu
diperjelas,
agar tidak
menimbulkan
permasalaha
n di masa
yang akan
datang

Page | 7 - 198
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
  Petak tambak  Belum  Pencetakan
ada tambak baru
di lahan
potensial
dilengkapi
dengan
saluran pasok
dan saluran
buang
  Rumah  Belum  Pembanguna
jaga ada n rumah jaga
untuk kontrol
keamanan
kompleks
  Sarana  Belum  Pengadaan
operasional ada sarana (alat
dan mesin)
untuk
kelancaran
proses
produksi yang
efisien dan
efektif
  Kantor  Belum  Pembanguna
pengelola ada n kantor
pengelola
untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
 C  Budidaya Laut
 Komodit  Lahan  Tersedia  Lahan
as darat dan daratan
Rumput perairan pantai disewa dari
Laut yang potensial masyarakat
setempat,
sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan

Page | 7 - 199
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Ruang  Belum  Selama ini
Kultur Jaringan ada pembudidaya
mengeluhkan
bibit yang
digunakaan
bermutu
rendah.
Karena itu
perlu
dibangun
ruangan atau
bangsal untuk
tempat
produksi
stock bibit
induk dan
bibit sebar
kultur jaringan
yang unggul
berkualitas.
 Peralatan dan  Belum  Diperlukan
mesin ada pengadaan
Alat dan
Mesin sarana
pendukung
kegiatan unit
kebun bibit
dan unit
budidaya
yang efisien
dan efektif
 Kantor  Belum  Diperlukan
pengelola ada untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
 Bangsal  Belum  Pembanguna
kerja ada n Bangsal
Kerja untuk
keamanan
dan
kenyamanan
kerja bagi
pekerja
harian

Page | 7 - 200
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Gudang  Belum  Pembanguna
Rumput ada n gudang
Laut untuk tempat
Kering penanganan
pasca panen
dan
penyimpanan
stock
produksi
rumput laut
kering
 Komodi  Lahan  Tersedia  Lahan
tas darat dan daratan
Teripan perairan pantai disewa dari
g yang potensial masyarakat
setempat,
sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan
 Bangsal  Belum  Bangsal
Hatchery ada Hatchery
dibangun
sebagai
tempat
kegiatan
pemijahan,
penetasan,
pendederan
larva untuk
menghasilkan
benih
(juvenile)
kecil.
Pembanguna
n unit
Hatchery
sangat
dianjurkan
untuk
menjaga
kelestarian
alam stock
teripang

Page | 7 - 201
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Tandon  Belum  Tandon dan
dan sistem filtrasi ada sistem filter
air laut diperlukan
untuk suplai
air yang
berkualitas
sebagai
media
pembenihan.
 Bak/Tanki  Belum  Terdiri dari
Hatchery ada bak induk,
bak
spawning,
bak
penetasan
dan
pendederan
larva.
 Ruang  Belum  Unit Kultur
kultur microalgae ada Microalgae
diperlukan
untuk
memproduksi
beberapa
species
microalgae
sebagai
pakan utama
larva teripang
 Kolam air  Belum  Diperlukan
laut ada untuk
penampunga
n induk daan
penggelondo
ngan
 Alat dan Mesin  Belum  Diperlukan
ada untuk
mendukung
kelancaran
kerja
produksi,
pasca panen
dan
pengolahan
yang efisien
dan efektif

Page | 7 - 202
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Kantor  Belum  Pembanguna
pengelola ada n kantor
pengelola
untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
 Ruang  Belum  Diperlukan
processing ada untuk
pengolahan
teripang
 Komodi  Lahan  Tersedia  Lahan
tas darat dan daratan
Mutiara Perairan disewa dari
Pantai masyarakat
yang setempat,
potensial sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan
 Bangsal  Belum  Diperlukan
Hatchery ada Indoor
Hatchery dan
Ruang
operasi
penyisipan
inti mutiara.
Pembanguna
n Unit
Hatchery
Kerang
Mutiara
sangat
dianjurkan
untuk
mencegah
kepunahan
stock alam.
 Tandon  Belum  Untuk
dan ada kelancaran
sistem suplai air ke
filter air hatchery
laut
 Kantor  Belum  Diperlukan
pengelola ada untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
Page | 7 - 203
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Prasaran
 N  Budida  Keteran  Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
 Mess  Belum  Fasilitas
Karyawan ada tempat tinggal
karyawan
karena lokasi
usaha
budidaya
mutiara
terpencil.
 Gudang  Belum  Untuk
peralatan ada penyimpanan
peralatan
 Pos jaga  Belum  Untuk
ada menjaga
keamanan
kompleks
 Menara  Belum  Untuk
pengawas ada pengawasan
lingkungan
budidaya
mutiara di laut
 Dermaga  Belum  Untuk
speed boat ada kelancaran
tranportasi
laut
 Peralatan dan  Belum  Alat dan
mesin ada mesin untuk
kantor,
hatchery,
budidaya
mutiara di laut
dan operasi
inti mutiara.
 Konstruks  Belum  Sistem rakit
i sarana ada dan tali
budidaya bentang
 Speed boat  Belum  Diperlukan
ada untuk
transportasi
dan
pengawasan
areal
budidaya

Page | 7 - 204
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

A. Pintu Masuk
B. Toko
C. Rumah
D. Solar Panel
E. Gudang
F. Kolam Ikan

Gambar 5.6 Layout Eksisting BBI Mokdale

Gambar 5.7 Rencana Pengembangan BBI Mokdale


Page | 7 - 205
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.8.3 Sub Sistem Mina Garam

 Sektor minabisnis garam, juga memerlukan banyak perhatian untuk dapat


meningkatkan jumlah serta nilai produksi. Salah satu lokasi untuk pengembangan
minabisnis garam adalah di Desa Tualima. Gambar 3D Tambak Garam Tualima
disajikan pada Gambar 5.9. Berikut ini merupakan beberapa sarana dan
prasarana yang perlu diperhatikan.

 Tabel 5.5 Prasarana dan Sarana Tambak Garam Serbaguna

 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi


  Fasilitas  
 Lahan ini akan
digunakan untuk
lokasi tambak
garam, antara lain
Waduk Induk, Kolam
Biomass, Kolam
Cyste, serta Meja
 1  Lahan Tambak  Tersedia Kristal (Meja
Garam). Batas –
batas lahan perlu
diperjelas, agar tidak
menimbulkan
permasalahan di
masa yang akan
datang
 Lahan ini akan
digunakan untuk
lokasi perkantoran
dan gedung sebagai
sarana produksi dan
pra produksi garam
dan artemia, antara
 Lahan untuk Kompleks
lain Kantor
 2 Fasilitas Fisik dan  Tersedia
Pengelola, Gudang,
Bangunan
Hatchery dan lain
lain. Batas lahan
perlu diperjelas agar
tidak menimbulkan
permasalahan di
masa yang akan
datang
 Kantor Pengelola
akan dibangun
sebagai pusat
 3  Kantor Pengelola  Belum Ada kontrol kegiatan
produksi dan pra
produksi garam dan
artemia

Page | 7 - 206
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi
 Bangunan ini akan
dibangun sebagai
pusat kontrol
kegiatan produksi
dan pra produksi,
khusus komoditas
 Kantor (Komoditas
 4  Belum Ada artemia. Karena
Artemia)
komoditas ini
memerlukan
perhatian yan lebih
besar dibandingkan
dengan komoditas
lainnya
 Mess Karyawan
perlu dibangun,
karena dalam
 5  Mess Karyawan  Belum Ada
produksi nya, garam
memerlukan banyak
tenaga produksi.
 Gudang
Penyimpanan akan
digunakan sebagai
sarana
penyimpanan hasil
 Gudang Penyimpanan
 6  Belum Ada produksi, hal ini
dan Pengolahan
diperlukan karena
komoditas ini,
khususnya artemia
memiliki nilai jual
yang cukup tinggi
 Gudang Bahan Baku
akan digunakan
sebagai sarana
 7  Gudang Bahan Baku  Belum Ada penyimpanan
peralatan dan bahan
pada saat pra
produksi.
 Perlu dibangun
bengkel sebagai
 8  Bengkel  Belum Ada sarana pendukung
kegiatan di area
tambak garam
 Hatchery perlu
dibangun sebagai
 9  Hatchery (Mutiara)  Belum Ada sarana pembesaran
benih kerang
mutiara
 Hatchery perlu
dibangun sebagai
 10  Hatchery (Teripang)  Belum Ada
sarana pembesaran
benih teripang

Page | 7 - 207
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 No  Nama Fasilitas  Keterangan  Rekomendasi
 Laboratorium ini
akan digunakan
 Laboratorium Kultur
 11  Belum Ada untuk mengkultur
Jaringan Rumput Laut
bibit unggul rumput
laut
 Area parkir perlu
dibangun, karena
dalam proses
produksi dan pasca
 12  Area Parkir  Belum Ada panen komoditas
garam, memerlukan
sarana transportasi
untuk pengangkutan
hasil produksinya.
 Intake utama,
digunakan sebagai
kontrol air yang
masuk ke dalam
Waduk Induk. Pada
saat pasang
tertinggi, Pintu
Intake ini akan
 13  Pintu Intake Utama  Belum Ada
dibuka, agar air laut
masuk dan
tertampung di
Waduk Induk, untuk
selanjutnya
dilakukan penuaan
di kolam – kolam
selanjutnya.
 Pintu Air ini yang
akan mengontrol laju
air laut yang akan
 14  Pintu Air (Skot Balok)  Belum ada dilakukan penuaan
di kolam – kolam
yang ada di tambak
garam.

Page | 7 - 208
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 5.8 Rencana Tapak Tambak Serbaguna di Tualima

Page | 7 - 209
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Page | 7 - 210
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 5.9 3D Tambak Serbaguna di Tualima

Page | 7 - 211
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 6
STRATEGI
PENGEMBANGAN
WILAYAH SKPT

Konsep rencana struktur kawasan SKPT akan dirancang melalui beberapa bagian
struktur ruang. Konsep penyusunan struktur ruang mengacu kepada ketentuan umum
yang digunakan dalam RTRW yang meliputi: rencana struktur ruang permukiman,
Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan, Keterkaitan Antar Kawasan dan Rencana Sistem
Jaringan. Wilayah kajian meliputi Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut,
Lobalain, Rote Tengah, Rote Selatan, Pantai Baru, Rote Timur dan Landu Leko,
Rote Barat dan Ndao Nuse sebagai wilayah studi Masterplan Pengembangan
Kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao.

6.1. STRATEGI PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG WILAYAH SKPT ROTE


NDAO

6.1.1. Rencana Distribusi Penduduk dan Permukiman

Mengacu kepada RTRW Kabupaten Rote Ndao untuk kawasan peruntukkan


permukiman terbagi kedalam 2 wilayah yaitu:

A. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada RTRW meliputi ibukota kabupaten, kecamatan, kawasan permukiman
yang merupakan PKSN, dan wilayah hinterland perkotaan yang berkembang.
Page | 7 - 212
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
B. Kawasan Permukiman Pedesaan

Kawasan permukiman pedesaan sebagaimana dimaksud pada RTRW Kabupaten Rote


Ndao berada di luar kawasan perkotaan yang didominasi oleh kegiatan pertanian
dan/atau perikanan. Untuk merencanakan peruntukkan kawasan permukiman perlu
dipertimbangkan sebagai lingkungan hidup berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan
peruntukkan permukiman di wilayah SKPT Kecamatan Rote Tengah, Rote Barat,
Lobalain dan Rote Timur, Pantai Baru, Rote Barat Laut, Rote Barat Daya yang
ditetapkan dengan kriteria:

a. Ditetapkan di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana


b. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan
c. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung

Rencana Distribusi Penduduk dari berbagai kawasan peruntukkan permukiman di


wilayah SKPT Kabupaten Rote Ndao terpusat di Rote Barat Daya, Lobalain, Rote
Tengah, Rote Timur dan Rote Barat Laut terhadap 10 wilayah kecamatan yang ada
yaitu:

1. Kecamatan Lobalain

Berdasarkan kriteria diatas, Kecamatan Lobalain yang ditetapkan sebagai Kawasan Inti
SKPT memiliki luas wilayah sekitar 145,70 km² dihuni oleh sekitar 30.550 jiwa dengan
jumlah laki-laki 15.843 jiwa dan perempuan 14.707 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduknya sekitar 209,68 orang per km² atau sekitar 20,96 orang per 100 ha.
Kepadatan ini bukan merupakan masalah bagi pengembangan SKPT karena standar
WHO adalah 70 - 80 orang per ha.

Untuk mengantisipasi rencana distribusi penduduk maka optimalisasikan kawasan


pencadangan untuk pengembangan kawasan pemukiman di Kecamatan Lobalain
dengan luas kurang lebih 145,70 Ha. Konsistensi penggunaan kawasan ini akan
menghindari tumpang tindih dengan kepentingan lainnya.

Dibandingkan dengan kepadatan penduduk seluruh Kabupaten Rote Ndao yang hanya
115,44 jiwa per 100 ha berarti Kecamatan Lobalain masih belum cukup padat
penduduknya. Memperhatikan tingkat kepadatan penduduk di kecamatan ini tidak perlu
mengarahkan untuk mengalokasikan kepadatan penduduk ke kecamatan sekitarnya

Page | 7 - 213
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
karena masih mampu menampung perkembangan jumlah penduduknya. Dilain pihak
berpotensi untuk mempersiapkan tenaga kerja yang bergerak dibidang perikanan baik
perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan.

Memperhatikan tingkat kepadatan penduduk diatas, maka penetapan pemukiman di


Kecamatan Lobalain tidak perlu diarahkan untuk dikembangkan ke kecamatan
sekitarnya. Kawasan Kecamatan Lobalain masih mampu untuk mendukung
pengembangan pemukiman penduduknya. Ada beberapa pertimbangan untuk tidak
mengembangkan pemukiman ke kecamatan sekitarnya karena :

a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri

b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya

c. Banyaknya keragaman etnik di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan
budaya yang beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari
daerah asalnya sehingga rawan konflik

2. Kecamatan Rote Barat Laut

Sebagai kawasan pendukung program SKPT, luas wilayah Kecamatan Rote Barat Laut
172.40 km² yang dihuni oleh penduduknya sejumlah 27,864 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sekitar 14.002 jiwa dan perempuan sekitar 13.862 jiwa. Kepadatan
penduduknya berarti sekitar 161,62 jiwa per km² atau sekitar 161,62 jiwa per 100 ha.
Dibandingkan kepadatan penduduk di Kabupaten Rote Ndao 115.44 jiwa per 100 ha,
berarti kepadatan penduduk di Kecamatan Rote Barat Laut masih lebih besar. Namun
dibandingkan dengan standar WHO yang 70-80 jiwa per 1 ha, kepadatan penduduk di
Kecamatan Rote Barat Laut masih sangat jarang.

Strategi untuk rencana distribusi penduduk optimalisasikan kawasan pemukiman yang


dicadangkan di Kecamatan Rote Barat Laut dengan luas kurang lebih 530 Ha.
Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih jarang ini sama halnya dengan
Kecamatan Lobalain tidak perlu harus merencanakan alokasi perpindahan penduduk
karena :

a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri

Page | 7 - 214
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya

c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik

d. Mempersiapkan penduduknya untuk tenaga kerja dibidang perikanan dan


pendukung lainnya

3. Kecamatan Rote Barat Daya

Kecamatan Rote Barat Daya merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan
pendukung SKPT. Sebagai kawasan pendukung SKPT memiliki luas wilayah 114,57
km² dengan jumlah penduduk 24.325 jiwa dengan komposisi laki-laki berjumlah 12.324
jiwa dan perempuan berjumlah 12.001 jiwa. Dengan demikian kepadatan penduduknya
sekitar 212,32 orang per km² atau sekitar 21,23 orang per 100 ha, dan lebih padat
dibandingkan Kecamatan Lobalain. Jika dibandingkan dengan standar WHO 70 – 80
jiwa per ha berarti kepadatan penduduk di Rote Barat Daya juga sangat jarang.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Rote Ndao kawasan pengembangan di Kecamatan Rote


Barat Daya disediakan luas kurang lebih 1.043 Ha, berarti pemanfaatan ruang untuk
rencana distribusi penduduk dilakukan optimalisasi pencadangan kawasan pemukiman.

Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih jarang ini sama halnya dengan
Kecamatan Lobalain maupun Kecamatan Rote Barat Laut, maka pada Kecamatan Rote
Barat Daya juga tidak perlu harus merencanakan alokasi perpindahan penduduk karena:

a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri

b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya

c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik

d. Mempersiapkan penduduknya untuk tenaga kerja dibidang perikanan dan


pendukung lainnya

4. Kecamatan Rote Timur


Page | 7 - 215
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kecamatan Rote Timur sebagai kawasan pendukung SKPT terutama perikanan
budidaya memiliki luas wilayah 110,84 km² dengan jumlah penduduk sekitar 14,903
jiwa terdiri dari laki-laki sebesar 7.598 jiwa dan perempuan sebesar 7.305 jiwa.
Kepadatan penduduknya dengan luas wilayah tersebut adalah sebesar 134,46 orang per
km² atau sekitar 134 orang per 100 ha. Jumlah penduduk Kecamatan Rote Timur lebih
besar dibandingkan dengan beberapa kecamatan lainnya, akan tetapi masih belum
dapat dikategorikan sangat padat.

Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih jarang ini sama halnya dengan
Kecamatan Lobalain maupun Kecamatan Rote Barat Laut dan Kecamatan Rote Barat
Daya, maka pada Kecamatan Rote Barat Timur juga tidak perlu harus merencanakan
alokasi perpindahan penduduk karena :

a. Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dan masih mampu ditampung pada
wilayahnya sendiri

b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya

c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik

d. Mempersiapkan penduduknya untuk tenaga kerja dibidang perikanan dan


pendukung lainnya

5. Kecamatan Pantai Baru

Kecamatan Pantai Baru merupakan kawasan pendukung SKPT memiliki luas wilayah
sekitar 176.18 km². Jumlah penduduknya tercatat sekitar 15.278 jiwa dengan komposisi
7.816 laki-laki dan 7.462 perempuan, berarti kepadatan penduduknya sekitar 86.72 jiwa
per km² atau sekitar 0,86 per 100 ha. Dengan kepadatan penduduk sejumlah ini maka
Kecamatan Pantai Baru penduduknya sangat jarang. Untuk mendukung perikanan
tangkap berarti masih membutuhkan persiapan tenaga kerja baik nelayan maupun
pengusaha pendukung perikanan tangkap lainnya.

Untuk menampung rencana distribusi penduduk sebagai kawasan pemukiman


pencadangan kawasan di Kecamatan Pantai Baru dengan luas kurang lebih 427 Ha
supaya dioptimalisasikan. Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih sangat

Page | 7 - 216
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
jarang ini maka pada Kecamatan Pantai Baru tidak perlu merencanakan alokasi
penambahan penduduk karena :

a. Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dan masih mampu dan perlu
mendatangkan tenaga kerja dari daerah lainnya

b. Perencanaan harus hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai aspek budaya


untuk menghindari konflik areal dengan kegiatan masyarakat lainnya

c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah asalnya akan
rawan konflik

d. Mendatangkan penduduk adalah mempersiapkan penduduknya untuk tenaga kerja


dibidang perikanan dan pendukung lainnya

e. Kecamatan Pantai Baru dirancang untuk pemukiman dan sekaligus sebagai


penyiapan tenaga kerja perikanan agar kawasan tumbuh dan berkembang

Pencadangan kawasan pemukiman dengan sebarannya terdapat di kecamatan lainnya,


antara lain:

7. Kecamatan Rote Timur sebagai kawasan yang paling dekat dengan Kupang;

8. Kecamatan Rote Selatan untuk mendorong pertumbuhan kawasan di daerah


selatan Pulau Rote Ndao dan pengembangan wisata baru di Pantai Perawan;

9. Kecamatan Ndao Nuse dan Kecamatan Rote Barat sebagai daerah khusus wisata
terutama wisata pantai dan selancar

6.1.2. Rencana Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan SKPT

Rencana sistem perkotaan atau sistem pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Rote
Ndao akan terkait dengan penetapan pada RTRWN dan RTRW Propinsi Nusa Tenggara
Timur, yaitu PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan).
Sementara untuk di dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao, berdasarkan analisis
diusulkan penetapan pusat-pusat dengan fungsi atau hierarki di bawah pusat-pusat
kegiatan tersebut di atas yaitu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Namun demikian
Kabupaten Rote Ndao juga termasuk dalam KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional), untuk lebih jelasnya untuk pusat pusat pelayanan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6.1 Pusat – Pusat Pelayanan


Page | 7 - 217
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pelayanan Kecamatan
PKL Perkotaan Ba’a
PKLp Perkotaan Busalangga (Kecamatan Rote Barat Laut) Olafulihaa (Kecamatan
Pantai Baru)
PPK a. Kecamatan Rote Barat Daya
b. Kecamatan Rote Barat
c. Kecamatan Rote Timur
d. Kecamatan Rote Tengah
e. Kecamatan Ndao Nuse
f. Kecamatan Landu Leko
g. Kecamatan Rote Seatan

Sumber : RTRW Kabupaten Rote Ndao 2013-2033

Dengan penetapan fungsi dan hierarki tersebut, selanjutnya untuk masing-masing pusat
pelayanan direncanakan penetapan fungsi pelayanan, yang meliputi:

a. Pelayanan pemerintahan, yang meliputi pelayanan pemerintahan tingkat kabupaten


(ibukota kabupaten), pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan (ibukota
kecamatan), dan calon ibukota kecamatan yang akan dibentuk kemudian;

b. Pelayanan pendidikan, yaitu pelayanan pendidikan yang tertinggi pada suatu pusat,
yang meliputi: Perguruan Tinggi/Akademi, SMA, SMA & SMK, serta SMP/SMA yang
merupakan indikasi bahwa pada tahap awal dikembangkan SMP kemudian disusul
dengan SMA (khusus untuk pusat-pusat yang hingga dewasa ini belum memiliki
SMP atau baru dikembangkan SMP;

c. Pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan Rumah Sakit (RSUD), Pusat Kesehatan


Masyarakat dengan tempat perawatan (PKM DTP), Pusat Kesehatan Masyarakat
(PKM);

d. Pelayanan ekonomi, yaitu pelayanan pasar modern dan pertokoan, pelayanan pasar
tradisional beserta toko/warung, dan pelayanan pasar tradisional (termasuk pasar
mingguan atau pasar berkala); dan

e. Pelayanan transportasi, yang meliputi pelayanan jalan dan terminal, jalan, dan
pelabuhan.

Analisis kesesuaian dengan RTRW diatas, maka strategi untuk mendukung kebutuhan
sarana dan parasarana Kawasan Inti SKPT adalah lakukan pengembangan melalui
pentahapan pengembangan disesuaikan dengan jangka waktu Perencanaan
pengembangan selama 5 tahunan. Tujuan dari pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana adalah :

Page | 7 - 218
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Menunjang kegiatan produktivitas

Ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan kawasan SKPT pembudidayaan


maupun perikanan tangkap diharapkan akan efisiensi dan efektivitas usaha di kawasan
SKPT, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas. Demikian pula dengan
ketersediaan parasarana transportasi akan lebih mendukung aksesbilitas kawasan. Hal
ini berdampak terhadap kemudahan pengangkutan hasil atau mendistribusikan
produksi baik ke pusat pengolahan maupun pemasaran.

2. Menunjang pengolahan hasil

Pengembangan sarana yang mendukung upaya pemberian nilai tambah dari produk
perikanan sehingga menarik minat investor untuk mengembangkan usaha di kawasan
industri pengolahan. Dampak yang ditimbulkan adalah memberikan keuntungan
produsen maupun pengusaha pengolahan untuk mengembangkan usaha. Dampak lain
memberikan peluang berusaha dan pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja.

3. Menunjang pemasaran

Pemberian fasilitas terminal di kawasan pendukung seperti pasar / kios / los dapat
mendekatkan produk ketempat konsumen akhir yang berdampak nilai tawar produksi
menjadi tinggi dan berdaya saing. Didorong industri kecil yang mengalami kesulitan
memanfaatkan peluang pemasaran melalui bantuan promosi .

4. Pengembangan kawasan untuk kegiatan terpadu

Dengan berkembangnya kawasan SKPT dan kawasan pendukung maka kawasan


tersebut akan menjadi sentra pengembangan produk dari berbagai sektor. Dengan
demikian kawasan ini juga akan menjadi pusat kegiatan terpadu berbagai komoditas
unggulan dari berbagai sektor.

5. Peningkatan kerjasama lintas sektor

Adanya keterpaduan kegiatan berbagai sektor, maka akan menimbulkan kerjasama


antar sektor melalui pola kerjasama untuk pemenuhan kebutuhan dan pengelolaan
kawasan SKPT dengan produk unggulan berbasis perikanan. Peningkatan kerjasama
meliputi :

Page | 7 - 219
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
 Penyediaan SDM pelaku IKM (Industri Kecil Menengah) dalam pemakaian teknologi
pengolahan sehingga produk pengembangan memiliki kemampuan bersaing di
pasaran

 Mendukung IKM melalui permodalan dengan melakukan kemitraan per Bank kan

 Melakukan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat kawasan SKPT terutama


Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Barat Daya,Ndao Nuse, Rote Tengah, Rote
Selatan, Rote Timur dan Lobalain.

6.1.3. Rencana Keterkaitan Antar Wilayah SKPT

Hasil analisis kesesuaian dan arahan RTRW Kabupaten Rote Ndao strategi kebijakan
percepatan pembangunan kawasan SKPT serta kawasan pendukung yaitu:

1. Kembangkan pelayanan sarana dan prasarana di kawasan inti SKPT serta


kawasan pendukung untuk mendukung aktivitas sosial ekonomi perikanan dan
percepatan pertumbuhan kawasan;

2. Tingkatkan aksesibilitas dan mengembangkan sinergi sosial ekonomi antara


kawasan tersebut dengan pusat kegiatan dan kawasan strategis lainnya;

3. Kembangkan kawasan SKPT berbasis keunggulan sumber daya alam dan


pemberdayaan masyarakat

4. Percepat pertumbuhan kawasan pendukung dengan meningkatkan aksesibilitas


serta mengoptimalkan potensi lokal.

Dari hasil analisis kesesuaian diatas, maka untuk pengembangan kawasan SKPT akan
diarahkan agar terjadi keterkaitan antara satu wilayah Kecamatan dengan kecamatan
lain (Rote Barat, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Selatan, Rote Tengah, Lobalain
dan Rote Timur yang ada di sekitar Kawasan Inti dalam suatu sistem yang utuh
terintegrasi mulai dari :

1. Subsistem minabisnis hulu yang mencakup: penelitian, pengembangan, sarana


perikanan, permodalan dan lain-lain

2. Subsistem usaha perikanan yang mencakup usaha, pembenihan, pembesaran,


penangkapan, penyediaan sarana budidaya dan penangkapan ikan serta
penanganan hasil

Page | 7 - 220
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Subsistem minabisnis hilir yang meliputi industri pengolahan dan pemasarannya
termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor

4. Subsistem penunjang seperti perkreditan, asuransi, transportasi, pendidikan,


penyuluhan, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.

5. Keterkaitan antar kawasan SKPT baik kawasan inti, kawasan pendukung dan
pengembangan serta kawasan keterkaitan bersifat saling timbal balik serta saling
membutuhkan.

Untuk kawasan budidaya didaerah pedesaan mengembangkan usaha budidaya dan


produk olahan skala rumah tangga. Sebaliknya kawasan pendukung menyediakan
fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan
sarana perikanan antara lain modal, teknologi, informasi, peralatan perikanan dan
sebagainya. Hal ini juga untuk kegiatan usaha perikanan tangkap di pelabuhan
perikanan seperti disajikan Gambar 6.1 berikut.

Gambar 6.1 Keterkaitan Kawasan

Analisis ini mengamati pergerakan asal dan tujuan pergerakkan komoditas dengan
menggunakan transportasi air diantara beberapa wilayah; ada yang menggunakan
tansportasi darat. Dari hasil pengamatan pergerakan masyarakat dan barang
menunjukkan bahwa ada keterkaitan kuat diantara desa, kecamatan dan kota.
Komoditas ikan yang diangkut di pedesaan sekitar kecamatan untuk diolah, dan ada
yang langsung ke Ba’a di Kecamatan Lobalain, sebaliknya ada pergerakan barang dari

Page | 7 - 221
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
wilayah perairan tangkap Kabupaten Rote Ndao yang dibawa ke PPI Tulandale, PPI
Batutua dan PPI Papela.

Rencana Sistem Perdesaan supaya diarahkan pada setiap ibukota Kecamatan, adapun
arahan pengembangan sistem perdesaan lebih diarahkan Kepada Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) yang berada di masing-masing kota kecamatan yang mempunyai
beberapa fungsi, namun pada umumya mempunyai fungsi yang sama, sedangkan
Tulandale diproyeksikan untuk menjadi pusat kawasan Perikanan Tangkap. PPL juga
diarahkan ke pusat-pusat kelurahan di masing-masing kecamatan yang memiliki potensi
terkait produk perikanan dan pengangguran untuk meningkatkan pendapatannya.
Dengan pengelolaan kawasan yang terkendali, bijaksana dan pendampingan Tenaga
Ahli serta bimbingan pemerintah Desa/ Kampung maka visi dan misi pembangunan
Kabupaten Rote Ndao diyakini akan tercapai dengan tidak memperlebar kesenjangan
pembangunan dan kesejahteraan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.

Dari pergerakkan ini ada indikasi bahwa dalam pergerakkan membutuhkan sarana dan
prasarana transportasi. Angkutan transportasi ada 2 sasaran yaitu regional (angkutan
antara kecamatan dan desa-desa disekitarnya) serta transportasi lokal (antar kecamatan
dengan kota-kota kecamatan lain).

6.1.4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas Wilayah SKPT

Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya dalam lingkup
kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem nasional dan propinsi.
Ketersediaan sarana dan prasarana wilayah tersebut merupakan faktor yang dapat
menunjang pembangunan dan salah satu elemen penarik investasi di suatu wilayah.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang ada di suatu wilayah serta ditunjang oleh
adanya potensi sumberdaya alam memungkinkan kesempatan untuk berinvestasi lebih
luas. Kondisi tersebut berlaku bagi wilayah yang kurang berkembang maupun yang
terbelakang.

Berdasarkan aspek ini, maka rencana pengembangan sarana dan prasarana wilayah
kabupaten meliputi sistem jaringan transportasi (darat, laut dan udara), telekomunikasi,
energi dan kelistrikan, sumber daya air, prasarana lingkungan dan prasarana lainnya
yang terkait dan mendukung pembentukan struktur ruang wilayah. Rencana sistem
prasarana juga mengintegrasikan pusat kegiatan/kawasan perkotaan dan fungsi-fungsi

Page | 7 - 222
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
produksi kabupaten, serta memberikan layanan pada fungsi kegiatan yang ada dalam
wilayah kabupaten.

1. Rencana Jaringan Jalan

a. Rencana Jaringan Jalan Strategis Nasional


Pengembangan kawasan SKPT menyesuaikan dengan penetapan pada RTRW
Kabupaten Rote Ndao. Jaringan jalan strategis nasional terdiri atas:
1) Ruas Jalan Papela – Pantai Baru
2) Ruas Jalan Pantai Baru – Ba’a
3) Ruas Jalan Ba’a – Batu Tua
b. Jalan Kolektor Primer (K-3)
Jaringan Jalan Kolektor Primer direncanakan:
kk. Ruas jalan Hailean-Dauerendale;
ll. Ruas jalan Olak-Mamaluk;
mm. Ruas jalan Sua-Sonimanu;
nn. Ruas jalan Olafulihaa-Kakaek;
oo. Ruas jalan Lekunik-Oele;
pp. Ruas jalan Nggefak-Oenitas;
qq. Ruas jalan Sanggoen-Batulai;
rr. Ruas jalan Olafulihaa-Kokadale;
ss. Ruas jalan Olalain-Oendule;
tt. Ruas jalan Nemberala-Inggusati;
uu. Ruas jalan Nggefak-Laki;
vv. Ruas jalan Alukama-Lekunik;
ww. Ruas jalan Eahun-Kimadale;
xx. Ruas jalan Pokobatu-Batulilok;
yy. Ruas jalan Batulilok-Oele;
zz. Ruas jalan Su'a-Serubeba;
aaa. Ruas jalan Batutua-Oele;
bbb. Ruas jalan Peto/Baubafan-Oendule;
ccc. Ruas jalan Lekunik-Limbalain;
ddd. Ruas jalan Baudale-Mokdale;
eee. Ruas jalan Ombok-Oelua;
fff. Ruas jalan Sp. Tudameda-Nemberala;
ggg. Ruas jalan Tudameda-Nemberala;
Page | 7 - 223
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
hhh. Ruas jalan Oeina-Ingguinak;
iii. Ruas jalan Oelua-Boni;
jjj. Ruas jalan Lotelutun-Busalangga;
kkk. Ruas jalan Alukama-Ndudale;
lll. Ruas jalan Oebau-Kakaek;
mmm. Ruas jalan Civic Centre;
nnn. Ruas jalan Masuk Bandara;
ooo. Ruas jalan Dalam Kota Ba’a;
ppp. Ruas jalan Namodale-Oelunggu;
qqq. Ruas jalan Baudale-Peto;
rrr. Ruas jalan Feopopi-Hutu;
sss. Ruas jalan Kola-Lelebe; dan
ttt. Ruas jalan Fa'a-Oeulu.

c. Jaringan Jalan Lokal Lainnya


Kembangkan jaringan jalan lokal lainnya yaitu jaringan jalan di luar yang telah
ditetapkan di atas, jaringan jalan yang menghubungkan antara desa dengan ibukota
kecamatannya dan antar desa, serta jalan yang menghubungkan antara pusat
layanan kawasan produksi komoditas sektor unggulan dengan jalan lokal, jalan
kolektor dan jalan arteri yang ada menuju pusat pelayanan komoditas sektor
unggulan.

d. Jaringan Prasarana Transportasi


Jaringan prasarana lalu lintas Kabupaten Rote Ndao berupa Terminal penumpang
Tipe C terdapat di Ba’a, Busalangga, Lalao dan Batutua

2. Rencana Jaringan Transportasi Laut dan Penyeberangan


Rencana pengembangan jaringan transportasi laut dan penyeberangan di Kabupaten
Rote Ndao meliputi :
a. Sistem prasarana angkutan penyeberangan terdiri atas sistem prasarana angkutan
penyeberangan yang melayani antar wilayah dan angkutan penyeberangan lokal.
b. Pengembangan pelabuhan khusus :
d. Onatali di Kecamatan RoteTengah berfungsi sebagai pelabuhan PLTU;
e. Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya berfungsi sebagai pelabuhan militer;
f. Ndao di di Kecamatan Ndao Nuse dan Nemberala di Kecamatan Rote Barat
berfungsi sebagai pelabuhan Pariwisata.

Page | 7 - 224
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Sistem Jaringan Transportasi Udara
Untuk bandar udara ini sesuai dengan rencana pengembangan yang ada, akan
direncanakan pengembangan Bandar Udara Nasional. Lokasi Bandar Udara Nasional ini
perlu dikaji dan direncanakan secara lebih teknis. Lokasi bandara yang ada sudah sangat
representatif.

Alur penerbangan yang ada di Kabupaten Rote Ndao dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Alur penerbangan Nasional yang melayani Rote Ndao – Kupang, Surabaya
b. Alur penerbangan perintis yang melayani Rote Ndao – Sumba – Labuhan Bajo
c. Alur Penerbangan Rote Ndao Ende, Waingapu dan Larantuka

4. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

a. Sistem Jaringan Energi


Rencana pengembangan sistem jaringan di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari
pembangkit tenaga listrik dan jaringan prasarana energi. Rencana pengembangan
pembangkit tenaga listrik dilaksanakan sejalan dengan rencana pengembangan
Kawasan SKPT (Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu) sehingga pembangkit listrik
tersebut tidak hanya akan melayani baik kebutuhan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT), tetapi juga kebutuhan masyarakat dan kegitan diluar SKPT. Untuk
kebutuhan diluar kegiatan SKPT terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

b. Sistem Jaringan Telekomunikasi


Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi baik melalui jaringan kabel
maupun jaringan seluler/nirkabel. Dengan pengembangan jaringan telekomunikasi
tersebut direncanakan pada tahap awal dapat menjangkau sampai ke ibukota
kecamatan, dan pada tahap lanjutannya dapat menjangkau sampai ke desa-desa
utamanya pada kawasan sentra produksi komoditas sektor unggulan (pertanian,
perikanan) dan yang memungkinkan untuk itu.

c. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air


Rencana sistem jaringan sumber daya air diarahkan untuk melayani kebutuhan air
bagi permukiman masyarakat di perkotaan dan perdesaan, dan kebutuhan air untuk
irigasi yang mendukung pengembangan pertanian tanaman pangan (sawah) dan
perikanan budidaya air tawar. Kembangkan sistem prasarana air bersih untuk
melayani permukiman diprioritaskan pada ibukota kecamatan dengan tingkat
pelayanan sampai 80 % penduduk perkotaan.
Page | 7 - 225
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengembangan sistem jaringan sumber daya air untuk irigasi diprioritaskan
mendukung kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di beberapa kecamatan
dengan sistem irigasi persawahan. Pemanfaatan aliran-aliran air di sungai, saluran
irigasi, danau, waduk, dan kolam pekarangan untuk kegiatan perikanan budidaya air
tawar.

d. Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan


Sistem prasarana pengelolaan lingkungan permukiman di Kabupaten Rote Ndao
terdiri atas :
1) Sistem Jaringan Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Rote Ndao dilakukan secara individual
dan komunal. Pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan sistem 3R
(Reuse, Reduce, Recycle), sehingga dapat mengurangi sampah semaksimal
mungkin dimulai dari sumbernya. Pengeloaan sampah di Kabupaten Rote Ndao
yaitu dengan cara mengembangkan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan
sistem Sanitary Landfill yang sampai saat ini terletak di wilayah Kecamatan Rote
Selatan.
2) Sistem Jaringan Drainase
Sistem Jaringan drainase di Kabupaten Rote Ndao yang memiliki sistem jaringan
perkotaan yang baik hanya terdapat di Kawasan Perkotaan Ba’a, sedangkan di
wilayah lainnya sebagian belum mempunyai sistem jaringan drainase yang baik
dan masih bersifat alami sehingga pengaliran air hujan pada saat ini dilakukan
melalui saluran drainase yang dialirkan ke saluran sungai-sungai terdekat dan
langsung ke laut.

3) Sistem Jaringan Air Minum


Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam
melangsungkan kegiatan sehari-hari yang posisinya lebih penting dari kebutuhan
kesehatan dan pendidikan, sehingga dalam upaya pemenuhannya harus segera
dan optimum menjangkau seluruh penduduk, jadi tidak hanya sampai pada warga
ibukota kecamatan. Ketersediaan air minum sangat tergantung pada sumber air
bersih yang dapat diolah dan dimanfaatkan yaitu dari air permukaan dan air tanah.
Sistem jaringan air minum di Kabupaten Rote Ndao pada saat ini berada di

Page | 7 - 226
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat dan Rote
Timur.
4) Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan air limbah yang dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Rote
Ndao terdiri dari Jamban keluarga berupa Cubluk atau septic tank (untuk penduduk
perkotaan), MCK/MKU, saluran drainase, sungai, dan kolam. Untuk wilayah
perkotaan diarahkan untuk ditangani dengan cara penyedotan, pengelolaan pada
IPLT, dan pembuangannya pada TPA Limbah (IPAL). Untuk Kabupaten Rote Ndao
masih melakukan sistem pengolahan limbah secara sistem on site.
5) Jalur Evakuasi Bencana
Jalur evakuasi bencana di Kabupaten Rote Ndao direncanakan dibuat di daerah-
daerah yang rawan akan bencana alam yang letaknya tersebar di wilayah
Kabupaten Rote Ndao

6.2. RENCANA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

6.2.1. Strategi Pengembangan Pemanfaatan Wilayah SKPT

Kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao terkonsentrasi di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan


Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Timur. Strategi penyusunan
kegiatan pembangunan untuk pengembangan kawasan SKPT merupakan optimalisasi
dari rencana program/ kegiatan yang sudah disusun di RTRW Kabupaten Rote Ndao.
Penyusunan kegiatan pembangunan untuk mendukung terwujudnya pengembangan
kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao juga merupakan optimalisasi RPJM Kabupaten
Rote Ndao.

Sesuai arah kebijakan pengembangan kawasan SKPT dan penetapan komoditas


unggulan, maka strategi rencana pemanfaatan ruang dan indikator program serta
kegiatan rencana pembangunan kawasan SKPT disusun seperti berikut :

a. Pemanfaatan ruang untuk Pengembangan Kawasan SKPT disusun berdasarkan


struktur dan pola ruang yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Rote Ndao. Kawasan pelabuhan perikanan Tulandale untuk Kawasan Inti
SKPT, kawasan pemukiman enclave dengan budidaya air tawar. Kawasan perairan,
waduk dan alur sungai/saluran irigasi untuk kegiatan perikanan budidaya air tawar,
seluas 1% dari luas danau dan waduk.

Page | 7 - 227
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Pemanfaatan ruang perairan laut dan perairan permukaan air lainnya belum diatur
secara rinci dalam dokumen RTRW maupun RPJM Kabupaten Rote Ndao. Oleh
karena itu perlu kajian pengaturan dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil (RZWP3K) dengan pembagian zonasi disesuaikan dengan pengaturan
RTRW Kabupaten Rote Ndao.

Rencana program Pengembangan Kawasan SKPT yang disusun tetap mengacu kepada
Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Rote Ndao yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Rote Ndao maupun Rencana
Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao.

6.2.2. Strategi Perwujudan Struktur Ruang

Mengacu kepada program pemanfaatan ruang wilayah yang diatur dalam RTRW
Kabupaten Rote Ndao, maka strategi pemanfaatan ruang kawasan terkait dengan
perwujudan struktur ruang adalah sebagai berikut :

1. Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan

Meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana di pusat-pusat pelayanan seperti


Sarana Pendidikan, Rumah Sakit Daerah, Sarana Ekonomi (Pertokoan, Pasar Modern,
Pasar Ikan Segar “clean and hygienis”), Transportasi (Jalan, Terminal Utama),
Pelabuhan Laut, dan Pelabuhan Udara. Rencana lokasi yang mendukung program SKPT
(PPI Tulandale di Kecamatan Lobalain, PPI Batutua di Rote Barat Daya dan PPI Papela
di Rote Timur).

2. Perwujudan Pusat Kegiatan Perdesaan

Pembukaan akses masyarakat untuk berusaha di kawasan Inti dan hinterland SKPT
dengan rencana kegiatan perikanan tangkap meliputi kawasan inti Pelabuhan Perikanan
Tipe D di Tulandale dan kawasan hinterland di Lobalain. Sedangkan untuk rencana
perikanan budidaya meliputi kawasan inti di Kecamatan Lobalain dan kawasan Mokdale).

3. Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kabupaten Rote
Ndao merupakan sistem jaringan transportasi yang terdiri atas:

Page | 7 - 228
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pengertian jalan menurut undang undang No 38 tahun 2004 tentang jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada
pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta
permukaan diatas permukaan air, kecuali jalur kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

Hasil analisis kesesuaian dan arahan dari RTRW Kabupaten Rote Ndao
pengembangan sarana transportasi daratan adalah diarahkan pada transportasi
menuju ke lokasi rencana kawasan SKPT dapat dicapai melalui jalan darat, yaitu :

1) Pengembangan dan peningkatan Jalan Strategis Nasional dengan lokasi


pengembangannya adalah Jalan meliputi :
- ruas jalan Papela - Pantai Baru
- ruas jalan Pantai Baru – Ba’a
- ruas jalan Ba’a - Batutua

2) Pengembangan dan peningkatan Kolektor Primer; arah pengembangan adalah


Jalan Kolektor primer yang meliputi Kota Rote Ndao, Rote Barat Laut, Rote
Selatan, Rote Tengah

3) Pengembangan dan peningkatan Lokal Primer; arah pengembangan adalah


Jalan Lokal Primer yang meliputi :

- Rote Barat Daya - Rote Barat


- Rote Timur - Pantai Baru
- Pantai Baru – Rote Selatan

4) Pengembangan dan peningkatan jalan penghubung antar Kota Kecamatan


menuju kawasan sektor unggulan termasuk ke lokasi kawasan hinterland SKPT,
meliputi : Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Barat, Rote Barat Daya, Rote
Tengah, Lobalain, Pantai Baru dan Rote Timur

b. Sistem Jaringan Laut Nasional


Pengembangan pelabuhan laut nasional dalam SKPT arah pengembangan adalah
pada Pelabuhan Laut Nasional

c. Sistem Jaringan Pelabuhan Laut Lokal


Pengembangan pelabuhan laut lokal arah pengembangan adalah meliputi :
1) Tulandale (bersama penyeberangan)
Page | 7 - 229
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2) Papela (bersama penyeberangan)

d. Sarana Pendukung Hinterland SKPT


Pembangunan dermaga sederhana sebagai sarana dan prasarana pendukung
hinterland perikanan budidaya laut dan payau. Khusus untuk perikanan tangkap di
dikembangkan PPI di Tulandale, PPI Papela dan PPI Batutua.

e. Bandar Udara Internasional


Pengembangan Bandar Udara Internasional arah pengembangan adalah pada
Kabupaten Rote Ndao di Lobalain.

f. Energi Listrik dan Telekomunikasi


Pengembangan sistem jaringan energi listrik dan pengembangan sistem jaringan
telekomunikasi arah pengembangan adalah pada Kabupaten Rote Ndao. Jaringan
ini selain tergantung permintaan pelanggan juga dikembangkan untuk mendukung
pusat kegiatan ekonomi di kecamatan.

g. Jaringan Sumber Daya Air


Pengembangan sistem jaringan sumber daya air harus mampu menjangkau di
wilayah perkampungan. Saat ini pelayanan masih terbatas di wilayah perkotaan.
Arah pengembangan adalah pada Ibukota Kabupaten Rote Ndao, Rote Barat Laut,
Rote Tengah dan Pantai Baru.

6.2.3. Strategi Perwujudan Pola Ruang Wilayah SKPT

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao yang meliputi rencana
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;


Page | 7 - 230
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten;
c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
dan ketentuan peraturan perundang–undangan terkait.

Mengacu kepada program pemanfaatan ruang wilayah yang diatur dalam RTRW
Kabupaten Rote Ndao, maka strategi pemanfaatan ruang kawasan terkait dengan
perwujudan pola ruang adalah sebagai berikut :

1. Pola Ruang Kawasan Lindung

a. Delineasi Tata Batas Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan Hutan Lindung
Dalam program Pengembangan SKPT pemanfaatan ruang wilayah untuk
pengembangan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya (payau dan air
tawar), supaya memperhatikan ketentuan yang diatur dalam RTRW seperti :

1) Cagar Alam
Pemanfaatan ruang wilayah harus menghindari terjadinya tumpang tindih
kepentingan Cagar alam (CA), karena CA merupakan kawasan lindung yang
ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan
dilindungi. Kawasan Cagar Alam di Kabupaten Rote Ndao terletak di kecamatan
yang menjadi Kawasan Inti dan hinterland SKPT yaitu di Kecamatan Rote Timur,
Kecamatan Rote Barat Laut, dan Kecamatan Lobalain.

2) Taman Wisata Alam


Taman hutan raya dan taman wisata alam yaitu kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
wisata alam Kawasan Taman Wisata Alam.

3) Kawasan Hutan Lindung


Demikian pula keberadaan hutan lindung, kawasan hutan lindung adalah
kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan
kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Arah
pemanfaatan ruang kawasan terkait dengan perwujudan pola ruang menurut
RTRW luas hutan lindung yang ditetapkan di Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan
hutan lindung sangat mendukung program SKPT terutama untuk budidaya air

Page | 7 - 231
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
payau maupun air tawar yang berfungsi untuk keberlanjutan suplai air dan
melindungi bahaya banjir.

b. Delineasi Enclave Permukiman Dan Pertanian Dalam Kawasan Hutan


Enclave permukiman dan pertanian ini adalah merupakan kantong kawasan
budidaya berupa permukiman dan kegiatan pertanian yang mendukung permukiman
tersebut, yang terletak di dalam kawasan hutan (fungsi lindung dan budidaya).
Dengan luas keseluruhan kurang lebih 25 Ha. Program ini dapat di konversi juga
untuk pengembangan budidaya air tawar dengan pola delineasi budidaya air tawar
(kolam pekarangan) dikembangkan untuk mendukung pemukiman Kawasan SKPT
(Kecamatan Rote Timur, Lobalain, Pantai Baru, Rote Barat Daya).

c. Delineasi Bagian Daratan Cagar Alam Laut (CAL)


Untuk melindungi sumberdaya hayati kelautan dan perikanan akibat eksploitasi yang
berlebihan dan tidak bertanggungjawab, dikembangkan kawasan cagar alam laut.
Penetapan Kawasan Cagar Alam Laut dilakukan kajian terlebih dahulu dan akan
pengembangannya di Mulut Seribu di Kecamatan Rote Timur, Ndao Nuse dan
sepanjang kecamatan yang menghadap Laut Sawu.

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan bahwa rencana
pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan dan objek
pariwisata, kawasan dan permukiman. Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah
sebagai berikut :

a. Pengurusan dan penetapan konversi HPK menjadi APL untuk kawasan budidaya
non-hutan Kabupaten Rote Ndao. Kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan
budidaya air tawar

b. Pengembangan kawasan Permukiman Perkotaan Lobalain. Arahan untuk


pengembangan pemukiman dan distribusi penduduk sampai akhir tahun
perencanaan. Pemukiman terbagi kedalam sub kawasan pemukiman berupa tempat
tinggal, pengembangan usaha dibidang perikanan atau usaha terkait perikanan,
Page | 7 - 232
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
kawasan industri hanya untuk perumahan karyawan atau kegiatan penunjang
industri. Lokasi yang dialokasikan di Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote
Timur, Kecamatan Lobalain, dan Rote Tengah

c. Pengembangan dan penataan kawasan permukiman perdesaan tersebar di ibukota


kecamatan dan desa di Kabupaten Rote Ndao

d. Pengembangan dan penataan komplek pertanian rakyat Kecamatan Rote Timur,


Rote Barat Laut, Rote Barat, Kecamatan Lobalain, dan Pantai Baru

e. Pengembangan perkebunan besar (dengan pola Perkebunan Inti Rakyat / PIR)


kecamatan: Pantai Baru, Kecamatan Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Selatan

f. Pengembangan Kawasan Industri & Pelabuhan terpadu Kecamatan Rote Barat


Laut, Rote Barat Daya, Rote Timur sebagai kawasam Hinterland SKPT

g. Pengembangan KOARMATIM TNI AL Kecamatan Rote Barat Daya dan Rote Timur

3. Pengembangan Pendukung Lainnya

a. Objek Wisata
Arahan untuk pengembangan kawasan pariwisata berupa wisata bahari yang terbagi
kedalam sub sistem kawasan bahari dan pesisir, berlokasi di wilayah SKPT
pengelolaan yang diperbolehkan berupa :

1) Kunjungan/ pelancongan, olahraga dan rekreasi, pertunjukkan dan hiburan,


komersial, menginap/ bermalam, pengamatan, pemantauan, penjagaan,
pengawasan, pengelolaan kawasan.

2) Jenis bangunan yang diijinkan adalah gardu pemandangan, restauran dan


fasilitas penunjang lainnya, fasilitas olahraga dan rekreasi, tempat pertunjukkan,
pasar dan pertokoan, tempat parkir, fasilitas pertemuan, hotel, cottage, kantor
pengelola dan pusat informasi serta bangunan lainnya yang dapat mendukung
upaya pengembangan aktivitas kepariwisataan

Arahan pengembangan objek Wisata Alam Pantai dan Wisata lainnya yang sesuai
ketentuan diatas adalah :

1) Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Timur,


Kecamatan Rote Barat Laut, Landu Leko

Page | 7 - 233
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Pengembangan Objek Wisata Alam di Cagar Alam dan Mulut Seribu Kecamatan
Landu Leko dan Kecamatan Rote Timur
c. Perikanan
Arahan untuk pengembangan perikanan yang terbagi kedalam 2 sub sistem kawasan
SKPT yaitu Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya.

1) Zona perikanan tangkap dengan zona penangkapan (fishing ground) di WPP


573; sedangkan pengembangan kegiatan perikanan tangkap tersebar di pesisir
Kabupaten Rote Ndao, namun sebagai Zona Inti berada di PPI Tulandale
Kecamatan Lobalain

2) PPK Kawasan Budidaya Laut dapat tersebar disepanjang pantai Kabupaten


Rote Ndao, namun sebagai Kawasan Inti di Kecamatan Lobalain dengan
kawasan pendukung di Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Tengah
dan Kecamatan Pantai Baru, Rote Timur, Landu Leko, Ndao Nuse

3) PPK Kawasan Budidaya Rumput laut dapat tersebar di sepanjang pesisir


kabupaten Rote Ndao. Sebagai zona Inti ditetapkan di Kecamatan Rote Barat
Laut dimana Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat, Landu Leko sebagai
kawasan Hinterland.

4) PPK Kawasan Budidaya Air Tawar dikembangkan di kecamatan-kecamatan


yang ditetapkan sebagai Kawasan Inti dan Kawasan Pendukung (Hinterland)
SKPT (Rote Selatan, Rote Timur, Pantai Baru, Rote Tengah dan Kecamatan
Lobalain sebagai Kawasan Inti SKPT Budidaya)

d. Peternakan
Pengembangan kegiatan peternakan sebagai kegiatan pertanian campuran dan/atau
usaha khusus di komplek pertanian rakyat dan perkebunan rakyat termasuk dengan
budidaya air tawar. Terdapat saling keterkaitan yang menguntungkan adanya
keterpaduan usaha di bidang peternakan dengan pengembangan kolam budidaya air
tawar.

6.2.4. Matrik Keterkaitan Kawasan

Maksud penggunaan dari matriks keterkaitan adalah untuk proses pengambilan


keputusan atas alokasi ruang dan kondisi pemanfaatan ruang yang ada. Disamping
itu untuk mengetahui isu permasalahan yang mungkin timbul pada saat pengelolaan

Page | 7 - 234
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
wilayah SKPT dianalisis dengan metode matrik keterkaitan antar sektor. Metode ini
menyajikan hubungan antara sektor satu dengan sektor lainnya yang mempunyai
kepentingan yang sama di wilayah SKPT. Dengan demikian dalam operasionalnya
masing-masing sektor dapat dikoordinasikan dan dipadukan, mana yang menimbulkan
ancaman, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan untuk mengakomodir
kegiatan sektor dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan.

Gambar 6.2 Matrik Keterkaitan Kawasan

6.3. RENCANA PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN

Strategi pengembangan sarana dan prasarana kawasan dilaksanakan dengan


mempersiapkan Program Penyediaan Sarana dan Prasarana. Program ini bertujuan
untuk memperlancar usaha di kawasan SKPT maupun daerah-daerah hinterland
kawasan. Program ini menyesuaikan dengan program pengembangan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Rote Ndao kegiatan penyediaan sarana dan
prasarana meliputi prasarana jalan, sarana air bersih dan sarana transportasi air.

6.3.1. Rencana Pembangunan Jalan

Kegiatan prasarana jalan bertujuan untuk memperlancar sarana transportasi


masyarakat baik di pusat kawasan maupun disekitarnya. Selama ini prasarana jalan
hanya mengandalkan pada jalan tanah disekitar kawasan yang berdebu saat musim
kemarau dan becek saat musim hujan. Kondisi ini mengakibatkan kinerja pembudidaya
kurang berkembang karena berdampak terhadap harga benih dan pakan ikan menjadi
Page | 7 - 235
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
mahal, dilain pihak produk perikanan dan lainnya yang akan dipasarkan keluar kawasan
menjadi tidak mampu bersaing. Dengan ditingkatkannya status jalan menjadi aspal atau
betonisasi diharapkan mempermudah masyarakat dalam mendistribusikan benih,
sarana produksi maupun membawa hasil panen.

Prasarana jalan merupakan modal utama yang sangat berperan dalam mendukung
pembangunan serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia
maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Pembangunan transportasi jalan
sebagai prasarana publik memiliki nilai ekonomi, sosial-budaya, dan sebagai pembuka
keterisolasian wilayah pedalaman untuk menerima pembangunan lainnya.

Kondisi prasarana jalan di Kabupaten Rote Ndao sementara ini masih diprioritaskan di
Ibukota Kabupaten Rote Ndao, Lobalain dan Ibukota Kecamatan Rote Timur dan Rote
Barat. Beberapa kecamatan lainnya belum dapat dilayani angkutan transportasi jalan
yang mengakibatkan masih terbelakangnya wilayah tersebut. Oleh sebab itu, untuk
mengatasi keterbelakangan beberapa wilayah kecamatan perlu segera dibangun tidak
hanya prasarana jalan yang menghubungkan ibukota Kabupaten Rote Ndao dengan
kota-kota kecamatan dan antarkota kecamatan tetapi perlu dimulai pembangunan jalan
menuju pusat pelayanan kawasan baru yaitu kawasan perikanan terutama untuk
melayani kebutuhan moda transportasi antar PPI dan pertanian yang merupakan
komoditas sektor unggulan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih luas kepada
pemakai jasa transportasi darat.

Permasalahan yang dihadapi dan strategi mengatasi dalam mengembangkan prasarana


jalan antara lain :

1. Kualitas jaringan jalan semakin menurun sebagai akibat minimnya dana


pemeliharaan dan struktur tanah di Kabupaten Rote Ndao labil, supaya dibangun
jalan dengan kualitas tertentu serta mempertimbangkan kondisi iklim dengan waktu
musim hujan rata-rata 256 hari/ tahun yang tidak mendukung dalam pembangunan
secara tepat waktu;

2. Bangun sistem jaringan jalan lintas utama antara ibukota dengan ibukota kecamatan
yang belum semuanya terbangun, demikian juga antar kecamatan. Laksanakan
segera pembangunan jaringan jalan baru atau peningkatan kapasitas jalan yang
sudah ada agar tidak mengganggu kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi;

Page | 7 - 236
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Dana yang disediakan untuk membiayai pemeliharaan dan pembangunan prasarana
jalan sangat terbatas. Perlu dukungan dana yang memadai untuk terlaksananya
rencana pembangunan jaringan jalan yang telah disusun atau ditetapkan baik dari
Pusat maupun Provinsi.

Kerusakan jalan akibat muatan berlebih dan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan
cepat hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut. Untuk itu tingkatkan mutu
kelas jalan dengan menambah kebutuhan dana guna mempertahankan fungsi jalan.
Bantuan dana dari pusat dan provinsi agar mampu menutupi alokasi dana untuk jalan
yang lain seingga pengelolaan seluruh jaringan jalan dan pengguna jalan tidak akan
terganggu.

6.3.2. Air Bersih

Data RPIM Kabupaten Rote Ndao menunjukkan bahwa lebih dari separuh rumah
tangga di Kabupaten Rote Ndao, yaitu sebanyak 66,13 persen atau 10.669 rumah
tangga telah menggunakan fasilitas air minum sendiri. Sebanyak 2.915 rumah tangga
atau 18,07 persen tidak ada fasilitas air minum. Sedangkan rumah tangga yang
penggunaan fasilitas air minumnya secara bersama dan secara umum masing-masing
sebanyak 1.421 rumah tangga atau 8,81 persen dan 1.128 rumah tangga atau 6,99
persen.

Sumber air minum utama yang digunakan oleh rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao
pada tahun 2011 adalah dari air hujan. Sebanyak 58,10 persen atau lebih dari separuh dari
jumlah rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao menggunakan air hujan sebagai sumber air
minum utama mereka. Persentase rumah tangga yang menggunakan air sungai sebagai
sumber air minum utama mereka adalah 12,03 persen. Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumur bor/ pompa, air kemasan bermerk, air isi ulang, leding meteran, sumur
terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung dan mata air tak terlindung sebagai
sumber air minum utama mereka masing-masing tidak kurang dari 10 persen (Susenas
2011).

Untuk menyediakan air bersih di lokasi kawasan SKPT, perlu program lanjutan
pengembangan air bersih untuk wilayah pemukiman. Dalam pengembangan air bersih
perlu dilakukan kajian kebutuhan dan pengembangan air bersih. Dalam perencanaan
kebutuhan air bersih berkaitan dengan pengembangan kawasan perlu dipertimbangkan
kebutuhan air sebagai berikut:

Page | 7 - 237
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga, tiap orang adalah 120 lt/ hari
2. Kebutuhan air bersih untuk pegawai/ pekerja 30 % dari kebutuhan rumah tangga
3. Kebutuhan air untuk sosial dan komersial dialokasikan sebesar 30% dari kebutuhan
rumah tangga
4. Kebocoran diperhitungkan sebesar 20% dari kebutuhan wilayah

Cadangan untuk pemadam kebakaran adalah 10% kali kebutuhan seluruh wilayah
perencanaan.

6.3.3. Pengairan

Sarana dan prasarana pengairan masih terbatas diarahkan untuk mendukung


peningkatan produksi pertanian bagi penyediaan pangan dan peningkatan pendapatan
masyarakat di Kabupaten Rote Ndao berupa 2 (dua) buah irigasi yang berlokasi di
Kecamatan Rote Barat Laut dan Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Rote
Timur namun keberadaannya mengalami pasang surut sehingga tidak seluruh areal
sawah untuk tanaman padi dapat terairi sebagaimana yang diharapkan oleh kelompok
petani. Untuk mendukung program SKPT terutama pembudidayaan air tawar dan air
payau, maka program pengembangan pengairan guna mendukung budidaya air tawar
dan air payau sudah mulai diimplementasikan. Wilayah pengembangan budidaya
terutama di Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Timur, Pantai Baru,
Rote Barat.

6.3.4. Jembatan

Untuk melancarkan distribusi benih, sarana produksi dan hasil panen antara lokasi
SKPT dengan daerah luar, perlu dibangun sarana transportasi air berupa jembatan atau
dermaga penyeberangan. Keberadaan jembatan sangat diperlukan karena selain
mendukung kelancaran transportasi juga menekan biaya ekonomi baik untuk
pemasaran maupun pengadaan bahan baku benih, sarana dan lain sebagainya.

6.3.5. Pelabuhan Perikanan

Sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Rote Ndao wilayah kawasan strategis
ditinjau dari sudut ekonomi kawasan SKPT penangkapan di Kecamatan Lobalain dengan
hinterland Kecamatan Pantai Baru. Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat, Rote Barat
Laut, Rote Selatan dan Rote Timur. Dalam rangka pengembangan perikanan tangkap

Page | 7 - 238
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dalam konteks SKPT maka ditetapkan pengembangan tiga lokasi PPI yaitu di : PPI
Tulandale, PPI Papela dan PPI Batutua.

6.3.6. Energi Listrik

Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Rote Ndao berjumlah 10 unit dengan kapasitas
terpasang 3.800 kilowatt, kemampuan mesin 291 kilowatt, dan beban puncak
201 kilowatt. Produksi tenaga listrik mencapai 536.312 Kwh, terjual 67.707 Kwh.

6.3.7. Pos, Telekomunikasi dan Informatika

Terbatasnya ketersediaan infrastruktur pos kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan


pos belum dapat terpenuhi. Keterbatasan infrastruktur pos di Kabupaten Rote Ndao
terbatas pada ibukota Kabupaten dan Kecamatan Lobalain. Untuk meningkatkan akses
masyarakat akan layanan pos maka pemerintah melakukan intervensi langsung dengan
membiayai program PSO (public service obligation) melalui APBN akan tetapi dengan
adanya keterbatasan keuangan pemerintah, maka keberlanjutan program PSO ini
dikawatirkan menjadi tidak terjamin. Pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Rote Ndao
baru mencakup Ibu kota Ba’a dengan jumlah kapasitas otomat sebanyak 682 dan sentral
otomat 7 unit, sambungan telepon berjumlah 280 SST, dan pelanggan berjumlah 280
yang terdiri dari kegiatan 45 usaha (bisnis) dan 235 residen, dan sosial.

6.3.8. Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Dalam penyediaan prasarana pengelolaan lingkungan yang perlu diantisipasi adalah


jaringan air limbah/ sanitasi hampir seluruh kawasan SKPT yang disediakan untuk
menyalurkan limbah-limbah domestik (limbah manusia/ air kotor rumah tangga) dan
limbah non domestik (limbah cair) yaitu air kotor dari kawasan komersial (pasar,
pertokoan) serta air limbah industri, terminal. Dalam perencanaan dapat dikelompokkan
kedalam 2 sumber yaitu :

a. Limbah Domestik (Rumah Tangga)

Pengelolaan limbah yang berasal dari rumah tangga melalui sosialisasi diarahkan untuk
menggunakan:

1) Suatu proses melalui septic tank baru dibuang ke resapan dengan menggunakan
jamban keluarga
Page | 7 - 239
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2) Merubah kebiasaan membuang air kotor langsung ke saluran-saluran drainase
dan irigasi
3) Metode pembuangan melalui tempat pembuangan limbah mandiri atau sistem
pembuangan komunal yaitu setiap 10 rumah tangga memiliki 1 septic tank

b. Limbah Non Domestik

Masih ada limbah yang berasal dari industri yang dibuang secara alami, sehingga belum
diproses melalui pengolahan limbah. Terlihat limbah yang berasal dari bengkel motor
dan pabrik skala kecil maupun besar yang memanfaatkan saluran drainase atau sungai
sebagai tempat pembuangan limbah.

c. Jaringan Drainase

Sistem pembuangan air hujan di beberapa kawasan SKPT sebagian besar masih
memanfaatkan saluran irigasi. Saluran drainase terencana cukup baik terdapat pada
jalan-jalan produksi dan sebagian jalan kolektor sampai jalan lokal, baik berupa
saluran tertutup maupun terbuka. Untuk jalan-jalan lingkungan dapat dikatakan
belum banyak yang memiliki drainase. Sehingga pada saat hujan dan air laut pasang
naik, jalan tersebut tergenang air bahkan mencapai daerah-daerah pemukiman
terutama pada wilayah yang kondisi pantainya landai.

Perencanaan drainase di wilayah pantai memiliki ciri spesifik dibandingkan kawasan


perkotaan dalam perencanaan drainase. Hal ini dikarenakan di Wilayah Pantai
pembudidaya maupun perikanan tangkap harus mempertimbangkan faktor naiknya
air laut pada saat pasang naik. Dalam perencanaan sistem drainase di Wilayah Inti
SKPT pertimbangan-pertimbangan yang mendukung pengembangan jaringan drainase
adalah:

1) Air hujan

Pengaliran/ penampungan air hujan diusahakan memanfaatkan drainase, dalam arti


penampungan air hujan diupayakan mengikuti kemiringan lahan dan selanjutnya
ditampung ke kolam penampungan, atau disesuaikan dengan RTRW Kota/
Kabupaten dan kondisi topografi di Wilayah. Disamping itu dapat disosialisasikan
penampungan air hujan dengan melalui sumur-sumur penampungan yang dibuat
dihalaman rumah, pabrik atau kantor.

2) Air laut pasang naik

Page | 7 - 240
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dalam perencanaan sistem drainase di wilayah pantai untuk mencegah naiknya air
laut pada sistem drainase, pertimbangan-pertimbangan yang mendukung adalah
pembuatan dam penahan air pada muara sistem jaringan drainase.

Sedangkan untuk kawasan non drainase berupa pantai yang landai dengan cara
membangun tanggul-tanggul sepanjang pantai khususnya di kawasan pemukiman

6.4. STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN

Dalam rangka upaya pengelolaan kawasan SKPT melalui pendekatan co


management antara masyarakat dengan pemerintah maupun diantara Instansi terkait
Pemerintah dalam rangka spirit otonomi dan desentralisasi dengan cara
mengintegrasikan kegiatan seperti diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil.

6.4.1. Kerjasama Lintas Sektor

Pada kawasan SKPT, tidak hanya sektor perikanan yang berperan besar karena
sektor-sektor lainnya juga memiliki peranan besar karena saling terkait untuk dapat
menimbulkan dan memecahkan permasalahan. Secara faktual dapat terlihat bahwa
dalam perekonomian masyarakat pesisir, sektor industri dan jasa menjadi sektor yang
memiliki kontribusi besar dalam pengembangan usaha produktif masyarakat. Berkaitan
dengan kelestarian lingkungan juga tidak lepas dari peran serta dan keterlibatan
sektor industri, dimana biasanya limbah industri dibuang begitu saja ke perairan yang
berdampak negatif dan menimbulkan permasalahan ke sektor lainnya.

Dilain pihak infrastruktur pendukung juga menjadi hal penting untuk dapat
mengembangkan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu kerjasama
lintas sektor sangat perlu diperhatikan karena masing-masing sektor memiliki
kepentingannya sendiri-sendiri. Setiap sektor harus saling mendukung, dimana peran
pemerintah daerah dalam hal ini sangat besar agar setiap kegiatan sektor menjadi
bersinergi yang baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya termasuk

Page | 7 - 241
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pengembangannya sehingga tidak ada yang saling dirugikan karena kesemuanya untuk
kepentingan masyarakat.

6.4.2. Kerjasama Antar Wilayah

Pada dasarnya kawasan SKPT secara administratif sulit untuk dapat diketahui batas-
batas secara fisik terutama bagi masyarakat umum. Berkaitan dengan hal ini, maka
wilayah yang termasuk dalam suatu kawasan (adanya homogenitas baik secara
ekologis maupun ekonomis) haruslah saling bekerjasama untuk meminimalkan konflik
kepentingan. Kerjasama antar wilayah dapat digalang melalui pembentukkan forum
kerjasama atau forum komunikasi antar pemerintah daerah yang memiliki kawasan
SKPT untuk mengantisipasi sejak dini timbulnya perkembangan terburuk seperti konflik
antar nelayan. Kesepakatan dan penetapan norma-norma kolektif tentang pemanfaatan
sumberdaya lokal sesuai dengan semangat otonomi daerah harus disosialisasikan
secara luas dan benar kepada masyarakat nelayan agar mereka memiliki cara pandang
yang sama.

Kawasan kerjasama strategis dalam Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 10 ibukota
kecamatan masing-masing kawasan memiliki sektor andalan di berbagai bidang baik
pariwisata maupun potensi alamnya berupa flora dan fauna, maupun kebudayaan yang
merupakan pusat pertumbuhan. Kebijakan pengembangan kawasan ini adalah
mengarahkan peningkatan pembangunan jalur jalan regional yang menghubungkan
setiap ibukota Kecamatan. Pengembangan ini menjadikan Kabupaten Rote Ndao
menjadi salah satu pusat pelayanan distribusi yang strategis dan penting. Potensi yang
dimiliki kawasan ini akan dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya.

6.4.3. Kerjasama Antar Sektor (Stakeholders)

Upaya pengurangan kesenjangan sektoral dan daerah jelas memerlukan strategi khusus
bagi penanganan secara komperehensif dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan
adanya kebijakan dari Pemerintah Pusat untuk menjembatani persoalan kemiskinan
dan kesenjangan sektoral dari daerah tersebut. Melalui mekanisme kerjasama antar
sektor (stakeholders) yang melibatkan unsur-unsur masyarakat (kelompok nelayan),
pihak swasta/ pengusaha perikanan (private sektor), pemerintah (government). Sebagai
anak bangsa yang prihatin melihat kondisi yang menjadi potret buram dalam pengelolaan
kawasan SKPT yang belum memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya tersebut.

Page | 7 - 242
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Berkaitan dengan hal diatas, diperlukan perhatian yang serius berupa terobosan
pemikiran bagi upaya percepatan pembangunan dan pembangunan ekonomi lokal yang
melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses dan pelaksanaan pengelolaannya.
Upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sektoral dan daerah tidak lagi
digulirkan dari pusat, namun merupakan inisiatif lokal (daerah) untuk memutuskan
langkah-langkah yang terbaik dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan
kawasan dan rencana aksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang dimiliki.
Salah satu strategi untuk mengembangkan kawasan yang berbasis masyarakat
perikanan dapat melalui Co Manajemen.

Manajemen Masyarakat dan Pemerintah merupakan kerjasama berbasis atas fungsi


masyarakat dan fungsi pemerintah yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 6.3 Manajemen Masyarakat dan Pemerintah

Dalam Co Manajemen ini masyarakat sesuai dengan fungsi dapat memberikan


informasi, konsultasi, Kerjasama, dan komunikasi dalam segala bidang pembangunan
yang dukelola oleh Pemerintah termasuk pengawasan. Sebaliknya Pemerintah dalam
melaksanakan fungsi pemerintahan dapat diawasi masyarakat, melakukan kegiatan
bersama maupun sebagaipenasehat terhadap pengelolaan yang dilaksanakan oleh
masyarakat.

Page | 7 - 243
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Page | 7 - 244
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 7
STRATEGI
PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN

7.1. PENETAPAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

7.1.1. Perikanan Tangkap

1. Dasar Penetapan dan Jenis Ikan

Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) baik dibidang


minabisnis perikanan tangkap selain mempertimbangkan kebijakan RTRW juga potensi
sumberdaya perikanan yang tersedia di WPPNRI dalam hal ini di WPPNRI 573.
Rencana pengembangan SKPT khususnya Minabisnis Perikanan Tangkap di Kabupaten
Rote Ndao tidak terlepas dari komoditas andalan yang dimiliki wilayah kabupaten
berdasarkan analisis potensi sumberdaya kelautan (potensi perairan). Disamping itu
memiliki Komoditas unggulan (misalnya Ikan Tongkol, Kerapu) merupakan komoditas
andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan yang mempunyai prospek pasar
dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan nelayan dan keluarga serta mempunyai
potensi sumberdaya perairan yang cukup besar.

Ada berbagai jenis ikan yang tertangkap di berbagai sentra pendaratan ikan, namun
berdasarkan hasil penetapan komoditas unggulan produksi perikanan tangkap,
karakteristik produk memiliki nilai ekonomis tinggi, memiliki jumlah dominan, harga
paling tinggi, laku dipasaran serta mampu untuk dikembangkan menjadi produk olahan.

Berdasarkan kriteria dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan


komoditas unggulan, maka hasil analisis komoditas unggulan produksi perikanan
tangkap yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditetapkan 3 jenis produk terdiri dari ikan
Tongkol, ikan Kerapu, dan ikan Kakap. Penetapan komoditas unggulan perikanan
tangkap sesuai analisis kriteria tersebut diatas, antara lain adalah Ikan Tongkol, Ikan

Page | 7 - 245
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kerapu dan Ikan Kakap. Hampir 10 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao menjadi sentra
perikanan tangkap sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Kabupaten Rote Ndao

2. Hasil Produksi

Gambaran produksi perikanan tangkap yang dipasarkan terkait dengan jenis alat
tangkap yang dipergunakan para nelayan di Kabupaten Rote Ndao. Jenis ikan dominan
menurut data hasil penangkapan ikan diperoleh di Dinas Kelautan dan Perikanan terbagi
kedalam produksi jenis ikan unggulan dan jenis non ikan. Jenis ikan unggulan yang
tercatat terdiri dari Ikan Tongkol, Ikan Kerapu dan Ikan Kakap. Jenis non ikan terdiri dari
Teripang dan Cumi-Cumi. Produksi jenis non ikan unggulan yang dihasilkan nelayan di
Kabupaten Rote Ndao berasal dari 10 kecamatan dan produksi jenis ikan unggulan
ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut.

Tabel 7.1 Produksi Jenis Ikan Unggulan di Kabupaten Rote Ndao


Page | 7 - 246
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Produksi Per Jenis Ikan Unggulan Di kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 – 2016 (Ton)

Kecamatan
Tongkol Kerapu Kakap

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

Rote Barat 15 35 31 31 33 9 9 13 14 14 17 23 23 42 41
Daya
Rote Barat 2 2 5 5 4 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1
Ndao Nuse 13 13 13 17 17 5 8 15 17 17 9 9 9 15 13
Rote Barat 22 22 19 25 36 17 13 11 19 37 15 15 15 26 28
Laut
Lobalain 27 32 37 37 35 23 27 40 41 42 27 30 30 32 29
Rote Tengah 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 5 7 7 7 6
Rote Selatan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Pantai Baru 7 8 8 28 30 5 5 8 7 6 7 7 7 9 8
Rote Timur 35 45 52 62 65 20 33 32 27 29 33 35 35 47 42
Landu Leko 3 5 7 9 7 3 3 5 11 8 6 6 6 9 7
Jumlah 128 166 176 218 229 86 102 130 141 157 122 135 135 190 176
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao 2017

Kemudian untuk jenis non ikan terdiri dari jenis Teripang dan Cumi-cumi di Kabupaten
Rote Ndao disajikan pada Tabel 7.2 berikut.

Tabel 7.2 Produksi Jenis Non Ikan Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 - 2016
Produksi Per Jenis Non Ikan Unggulan Di kabupaten Rote Ndao Tahun
2012 – 2016 (Ton)
Kecamatan Teripang Cumi-cumi
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
Rote Barat Daya 0 0 0 0 0 2 2 1 1 1
Rote Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Ndao Nuse 0 0 0 0 0 32 15 9 93 101
Rote Barat Laut 63 32 3 29 32 4 3 3 8 12
Lobalain 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1
Rote Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rote Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pantai Baru 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0
Rote Timur 3 1 1 5 7 7 2 0 1 0
Landu Leko 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Jumlah 66 34 5 35 40 46 23 14 109 116

Page | 7 - 247
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 7.2 Sentra Produksi Perikanan Tangkap

Page | 7 - 248
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

3. Produktivitas

Tercatat 3 jenis ikan terutama yang didaratkan melalui s e n t r a p e n d a r a t a n


i k a n . Jumlah produksi perikanan laut cenderung meningkat, untuk ikan tongkol
diatas 5% per tahun, ikan kerapu diatas 8% per tahun sejak tahun 2012 dan ikan
kakap terjadi fluktuasi yang cukup tajam. Sebelumnya produksi tetap kemudian
meningkat 40 % tahun 2015, akan tetapi tahun 2016 menurun 10%. Produksi ikan
kakap tahun 2016 dibandingkan tahun 2014 ternyata masih terjadi kenaikan
sebesar 30%.

Potensi lestari perikanan laut di wilayah Kabupaten Rote Ndao masuk di WPP 573
dengan kondisi potensi sebagai berikut .

Tabel 7.3 Potensi Lestari WPP 573


Wilayah
Ikan Ikan
Pengeloaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan 573 Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar*
Potensi (ton) 294,092 505,942 103,501 8,778 6,854 844 465 659 8,195 929,330
JTB (ton) 235,274 404,754 82,801 7,022 5,483 675 372 527 6,556
Tingkat
pemanfaatan 0.91 0.73 0.96 1.36 1.36 0.54 1.05 0.64 1.40

Sumber: Kepmen KP No 47 Tahun 2016

Catatan : *Ikan pelagis besar non Tuna-Cakalang


Keterangan Tingkat pemanfaatan (E):

E < 0.5 = Moderate, upaya penangkapan dapat ditambah;


0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;
E≥1 = Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa potensi sumber daya perikanan yang
terdapat di WPP 573 sudah cukup padat penangkapan

 Pelagis Besar (non Tuna dan Cakalang) memiliki potensi 505,942 ton dengan
JTB 404,754 ton tingkat pemanfaatannya (E) sebesar 0,73. Pengertian tingkat
pemanfaatan 0,5≤ E < 1 adalah Fully-exploited dan upaya penangkapan
dipertahankan dengan monitor ketat;

 Ikan Demersal dengan potensi 103,501 ton dengan JTB 82,801 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,96 dan Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E 0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;

Page | 7 - 249
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Ikan Karang dengan potensi 8,778 ton dengan JTB 7,022 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 1,36. Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E ≥ 1 adalah Over-exploited, upaya
penangkapan harus dikurangi;

 Rajungan dengan potensi 659 ton dengan JTB 529 ton tingkat pemanfaatannya
(E) sebesar 0,64 adalah 0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya penangkapan
dipertahankan dengan monitor ketat;

 Cumi-cumi dengan potensi 8,195 ton dengan JTB 6,556 ton dengan tingkat
pemanfaatannya E sebesar 1,40 adalah E ≥ 1 berarti Over-exploited, upaya
penangkapan harus dikurangi;

 Sedangkan potensi perikanan lainnya (Pelagis kecil; Udang penaeid; Lobster


dan Kepiting) tingkat eksploitasi sudah E ≥ 1 = Over-exploited, upaya
penangkapan harus dikurangi.

Dari gambaran potensi perikanan di WPP 573 menunjukkan bahwa dalam


perencanaan pengembangan PPI Tulandale dan Sentra Perikanan lainnya
diperlukan kehati-hatian agar usaha masyarakat perikanan dapat berkelanjutan.
Dari jenis komoditas yang masih potensial, dapat direncanakan jenis alat tangkap
dan jenis serta kapasitas industri pengolahan yang akan dikembangkan. Dengan
tingkat produktivitas k om o d i t a s p e r ik a n a n di a t a s 5%, maka sebagian produk
diarahkan untuk diolah lebih lanjut menjadi produk olahan yang memiliki nilai
tambah, dan berdampak terhadap peluang usaha dan menciptakan lapangan
pekerjaan, pada gilirannya akan menyerap tenaga kerja.

Pilihan komoditas unggulan untuk perikanan tangkap didasarkan pada:

 Volume permintaan pasar terhadap komoditas tersebut cukup besar dan


pangsa pasar dalam negeri ataupun ekspor masih terbuka. Harga yang
diterima nelayan cukup memadai dalam arti masih menguntungkan.
 Saat ini sudah berkembang usaha penangkapan komoditas yang diunggulkan,
atau minimal sudah ada usaha rintisan baik secara resmi dari DKP atau atas
inisiatif masyarakat sendiri.

Page | 7 - 250
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Komoditas tersebut dapat diproduksi oleh masyarakat dengan teknologi tepat


guna yang sudah tersedia (mudah diakses, mudah dipraktekkan, dan ramah
lingkungan).
 Tersedia fishing ground potensial (belum padat tangkap) di kawasan yang
sesuai RTRW Daerah Rote Ndao.
 Sebaiknya sudah tersedia atau direncanakan fasilitas pendukung seperti PPI
yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya..
 Usaha penangkapan komoditas tersebut secara ekonomi menguntungkan
dalam arti memberikan penghasilan diatas rata-rata kemiskinan dan sangat
berpotensi untuk ditingkatkan lagi sehingga menjadi peluang usaha yang
menarik dan diminati masyarakat.
 Koordinasi antar sektor untuk semua kegiatan pembinaan kawasan sentra
pengembangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan prasarana dan fasiltas
pendukung lainnya. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab DKP lebih
dominan

7.1.2. Perikanan Budidaya

1. Dasar Penetapan dan Jenis Ikan

Analisis sektor unggulan dilakukan dengan data yang tersedia diidentifikasi sektor
unggulan melalui analisis Location Quotient (LQ). Hasil perhitungan nilai LQ
berdasarkan hasil tangkapan nelayan di perairan Kabupaten Rote Ndao yang dapat
diprioritaskan menjadi komoditas unggulan pada tahun 2014-2016 yaitu teripang,
rumput laut dari hasil perhitungan nilai LQ komoditas tersebut lebih dari satu. Hal
ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki kontribusi yang besar dalam
perekonomian dan pembangunan wilayah di Kabupaten Rote Ndao. Karakteristik
komoditas unggulan memiliki nilai ekonomis tinggi, memiliki jumlah dominan, harga
paling tinggi, laku dipasaran serta mampu untuk dikembangkan menjadi produk
olahan.

Disamping perhitungan diatas, pilihan komoditas unggulan untuk perikanan


budidaya didasarkan pada:

 Volume permintaan pasar terhadap komoditas tersebut cukup besar dan


pangsa pasar dalam negeri atau ekspor masih terbuka. Harga yang diterima
Page | 7 - 251
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

pembudidaya cukup memadai dalam arti usaha perikanan budidaya produk


unggulan tersebut mampu meraup keuntungan.
 Komoditas tersebut dapat menjadi substitusi jenis ikan laut yang selama ini
telah menjadi preferensi masyarakat Rote Ndao.
 Saat ini sudah mulai berkembang usaha budidaya komoditas unggulan
tersebut, atau minimal sudah ada usaha rintisan baik secara resmi dari DKP
atau atas inisiatif masyarakat sendiri.
 Komoditas tersebut dapat diproduksi oleh masyarakat dengan teknologi tepat
guna yang sudah tersedia (mudah diakses, mudah dipraktekkan, dan ramah
lingkungan).
 Tersedia lahan/perairan potensial di kawasan yang sesuai RTRW Kabupaten
Rote Ndao.
 Sebaiknya dilokasi yang akan ditetapkan sebagai sentra pengembangan
sudah tersedia atau sudah direncanakan pembangunan fasilitas pendukung
seperti BBI, gudang penyimpanan stock komoditas, dan lain-lain.
 Usaha budidaya komoditas tersebut secara ekonomi menguntungkan
sehingga menjadi peluang usaha yang diminati masyarakat, tidak berpotensi
menimbulkan konflik sosial dan tidak berpotensi berdampak negative terhadap
kelestarian lingkungan.

Strategi pengembangan komoditas unggulan untuk perikanan budidaya tersebut


adalah Pembinaan Terpadu Antar Sektor dengan melibatkan semua stakeholder
yang dilandasi oleh konsep “Pembangunan Berkelanjutan” Karena itu khusus
untuk pengembangan komoditas unggulan perikanan budidaya ini dipertegas
secara spesifik dengan konsep “Pengembangan perikanan Budidaya
Berkelanjutan”. Dalam pelaksanaanya akan ditempuh pembinaan yang
melembaga sehingga tidak bersifat sementara dan partial. Strategi ini didukung
dengan kegiatan terpadu sebagai berikut:

 Koordinasi antar sektor untuk semua kegiatan pembinaan kawasan sentra


pengembangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan prasarana dan fasiltas
pendukung lainnya. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab DKP lebih
dominan

Page | 7 - 252
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

 Pemberdayaan pembudidaya dilaksanakan melalui metoda penyuluhan,


pelatihan, temu usaha, penguatan Kelompok Pengawas Sumberdaya Ikan dan
studi banding ke kawasan sentra pengembangan yang lebih maju

 Penyuluhan dilaksanakan secara melembaga sehingga ada kontinyuitas


programa penyuluhan. Bakor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Rote Ndao berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
kepada kelompok pembudidaya ikan.

 Bantuan pupuk dan obat-obatan, yang merupakan sarana produksi yang


memegang peranan penting selama proses pembudidayaan mulai dari
penyediaan benih sampai dengan pembesaran terutama untuk menyuburkan
media pembudidayaan secara alami dan obat untuk mencegah penyakit yang
mungkin timbul saat perbenihan dan pembesaran benih udang dan ikan.

 Pengembangan kelompok nelayan diarahkan pada pembentukan KUB yang


kemudian meningkat menjadi KUD.

 Sentra-sentra pengembangan komoditas unggulan perikanan budidaya perlu


dilengkapi dengan:

 BBI lengkap dengan fasilitas pendukungnya (prasarana umum listrik,


transportasi, komunikasi, dan lain-lain)
 kios sarana produksi (pakan, bahan, alat dan mesin) baik yang dikelola
oleh kelompok maupun swasta
 BRI unit Desa
 Balai penyuluhan atau bangsal pertemuan kelompok pembudidaya.

Atas dasar kriteria seleksi komoditas unggulan untuk perikanan budidaya


ditetapkan komoditas unggulan sebagai berikut:

a. Rumput laut
b. Teripang
c. Mutiara
d. Lele dan Nila
e. Bandeng

Page | 7 - 253
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Data Dinas Kelautan dan Perikanan menunjukkan kemampuan produksi budidaya


(Air Tawar, Payau dan Laut) tahun 2012 -2016. Perikanan budidaya air tawar
tercatat baru ikan Lele, sedangkan komoditas lainnya masih dalam persiapan
pengembangan. Perikanan Air Payau dengan produksi ikan Bandeng baru
diproduksi tahun 2015. Demikian pula produksi budidaya laut dengan produksi
terbesar adalah Rumput Laut, Cumi cumi, Teripang dan Kerapu.

Perikanan budidaya air tawar yang sudah berkembang adalah budidaya ikan Lele,
sedangkan yang mulai dikembangkan jenis ikan Mas, Ikan Patin, Ikan Gurame
dan Ikan Nila.

Tabel 7.4 Produksi Perikanan Budidaya 2012 – 2016 Kabupaten Rote Ndao

Rumah Produksi per Tahun (Ton)


Luas Areal
Tangga
No Komoditas Pemanfaatan
Perikanan
(Ha) 2012 2013 2014 2015 2016
(RTP)
Udang - - - - - - -
1
Windu
Udang - - - - - - -
2
Vaname
Rumput 2..213,52 10.798 903 2.179 2.17 18.230 16.07
3
Laut*
4 Kerapu 0,11 1 - - - - -
5 Bandeng 1,65 3 - - - 9,44 1,44
6 Kakap - - - - - - -
7 Nila*) - - - - - - -
8 Bawal*) - - - - - - -
9 Patin*) - - - - - - -
10 Mas*) - - - - - - -
11 Gurame*) - - - - - - -
12 Lele 3,23 14 - - - 1,70 2,47
13 Ikan Hias - - - - - - -
14 Cumi-cumi - - 20,48 49.13 - 109 112
15 Teripang - - 66 34 - 35 39
16 Lainnya - - - - - - -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Rote Ndao (2017)
* Ton Kering
*) Induk Unggul di BBI Mokdale

2. Potensi Pengembangan Perikanan Budidaya

Gambaran Potensi untuk pengembangan perikanan budidaya terdiri dari 3 kegiatan


yaitu perikanan budidaya air tawar, air payau dan air laut sebagai berikut.:

Page | 7 - 254
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Perikanan Budidaya Air Tawar

Ketersediaan BBI Air Tawar di Maokdale dapat direvitalisasi untuk suplai benih
unggul, pelatihan petani dan sebagi pusat pembinaan pembudidayaan. BBI
Mokdale digunakan untuk pengembangan perikanan budidaya terutama untuk
penyiapan benih unggul mengingat potensi lahan sudah siap untuk dimanfaatkan.

Gambar 7.3 BBI Mokdale

Pengembangan akan dilaksanakan untuk perikanan budidaya terdiri dari perikanan


kolam terpal (pemanfaatan halaman), kolam dan sawah (keterpaduan
pemanfaatan pengairan), dan perikanan budidaya Embung (penebaran dan
pembesaran benih di Embung). Perikanan budidaya Lele akan dikembangkan di
kolam terpal dan sawah yang saat ini sudah ada 17 kelompok pembudidaya binaan
Dinas Kelautan dan Perikanan di Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote
Selatan. Pengembangan budidaya ikan Nila dan ikan Mas di kolam dan sawah
sudah dilaksanakan di Kecamatan Lobalain.

Disamping itu Kabupaten Rote Ndao memiliki Embung yang berpotensi untuk
dikembangkan budidaya ait tawar karena potensi air tidak pernah habis sepanjang
tahun. Data embung yang potensial terdapat di 9 kecamatan seperti yang disajikan
pada Tabel 7.5.

Page | 7 - 255
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kolam Pembesaran Mas dan Nila Bak Pembesaran Lele di Kolam Tanah
• Diameter 9 m x 8 m • Diameter 8m x 9m
• Padat penebaran 150 ekor /m² • Padat penebaran 100 ekor
• Selama 3 bulan • Selama 3 bulan

Bak Pembesaran Lele Sistem Terpal


• Diameter 1,5 m
• Padat penebaran 1000 ekor
• Selama 3 bulan

Gambar 7.4 Budidaya Ikan Lele, Nila/Mas di Baadale Kecamatan Lobalain

Tabel 7.5 Data Embung Potensial Budidaya Air Tawar


Potensi Jenis Ikan
Luas
No Kecamatan
Perairan Lele Mujaer Gabus Karper Belut
(Embung)
1 Rote Timur 78.400 m2 v v v v v
2 Landu Leko 56.200 m2 v v v v v
3 Pantai Baru 87.525 m2 v v v v v
4 Rote Tengah 158.200 m2 v v v v v
5 Rote Selatan 16.300 m2 v v v v v
6 Rote Barat Laut 830.750 m2 v v v v v
7 Rote Barat 37.500 m2 v v v v v
8 Lobalain 33.700 m2 v v v v v
9 Rote Barat Daya 69.100 m2 v v v v v
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Rote Ndao (2017)

b. Perikanan Budidaya Air Payau

Potensi budidaya air payau terutama untuk pengembangan tambak Bandeng. Hasil
survey menunjukkan perikanan budidaya Bandeng berpotensi dikembangkan

Page | 7 - 256
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

dengan membuka kawasan tambak seluas 37,5 ha di di Desa Daima Kecamatan


Landu Leko.

Gambar 7.5 Potensi Lahan Budidaya Tambak Bandeng

Tambak ikan bandeng di Kabupaten Rote Ndao ini sudah mulai berproduksi tahun
2015, sehingga arah pengembangan tambak Bandeng dapat memanfaatkan
kawasan di Kecamatan Landu Leko.

c. Perikanan Budidaya Laut

Demikian pula halnya dengan perikanan budidaya laut yang memiliki potensi untuk
dikembangkan adalah jenis Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Teripang Pasir
(Holothuria scabra) . Potensi komoditi yang sudah dibudidayakan ada di berbagai
kecamatan di Kabupaten Rote Ndao.

1) Kawasan Budidaya Rumput Laut


Kawasan yang sudah menghasilkan produksi rumpur laut kering ada di 8
kecamatan dengan jumlah RTP sebanyak 9.813 KK yang tergabung kedalam
1.155 kelompok. Jumlah produksi rumput laut kering yang dapat dihasilkan
pada tahun 2016 sekitar 16.074 ton rumput laut kering.

Page | 7 - 257
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 7.6 Sebaran Produksi Rumput Laut

Page | 7 - 258
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2) Perikanan Budidaya Mutiara


Merupakan usaha pembudidayaan yang membutuhkan modal investasi cukup besar
dibandingkan investasi budidaya laut lainnya. Ada 2 lokasi potensial untuk
pembudidayaan Mutiara di Kabupaten Rote Ndao yaitu di kecamatan Rote Barat
Daya dan di Mulut Seribu Rote Timur. Usaha pembudidayaan mutiara di Kecamatan
Rote Barat Laut tidak dapat berlanjut sebagai akibat kawasan tercemar tumpahan
minyak dari Australia, sedangkan lokasi usaha pembudidayaan di Mulut Seribu
Kecamatan Rote Timur masih membutuhkan kajian lebih lanjut untuk
pengembangannya.

Gambar 7.7 Potensi Budidaya Mutiara

3) Teripang
Budidaya teripang cukup prospektif terutama di kawasan padang lamun di perairan
“mulut seribu” diantara Pantai Barat Laut dan Pantai Timur pulau Rote. Jenis teripang
konsumsi paling popular dibudidaya dipasarkan adalah jenis teripang putih. Petani
sudah memahami metode pengembangan budidaya teripang maupun membuat
makanan buatan serta metode pengolahannya. Kendala utama budidaya teripang di
laut adalah tidak terjamin keamanan berusaha karena tidak ditunggu selama 24 jam
secara terus menerus. Untuk budidaya teripang dapat dilakukan dengan metode :

Page | 9 - 259
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1. Budidaya Teripang sistem Jaring


Metode budidaya jaring ini sedang dicoba petani dengan memberi pakan buatan
sendiri dan hasil sudah siap untuk dikembangkan. Pengolahan teripang bukan
kendala karena sudah mampu membuatnya dan pasar sudah siap menerima.
Kendala utama adalah keamanan berusaha karena ada yang ikut memanen tanpa
berusaha

2. Budidaya Teripang sistem Dilepas bebas di Padang Lamun


Metode budidaya ini lebih sederhana karena tanpa menggunakan pembatas
lingkaran jaring dan tidak perlu memberi makan tambahan. Makanan teripang
diperoleh secara alami di kawasan padang lamun.

7.1.3. Pengolahan dan Pemasaran

Atas dasar kriteria seleksi komoditas unggulan maka untuk perikanan budidaya berupa
ikan lele, nila, dan ikan mas akan ditetapkan jenis olahannya, karena harga ikan hidup
tanpa diproses lebih lanjut lebih mahal. Untuk komoditas rumput laut akan dilakukan
hanya sebatas pengeringan.Perikanan tangkap ditetapkan komoditas unggulan seperti
Ikan pelagis (tongkol) dan Ikan karang (kerapu, kakap) dengan sentra pengembangan
di PPI Tulandale, Sentra Perikanan Papela dan Batutua.

Peranan industri pengolahan adalah mampu menjadikan produk unggulan perikanan


tangkap dan budidaya untuk dikembangkan menjadi produk olahan. Bahan baku
pemasok industri pengolahan berasal dari pusat/sentra pendaratan pelabuhan
perikanan tangkap maupun bahan baku komoditi unggulan yang berasal dari perikanan
budidaya.

Untuk mengembangkan usaha pengolahan diperlukan dukungan bahan baku pemasok


industri pengolahan. Hasil produksi baik tangkap maupun pembudidaya diarahkan untuk
diproses/ diolah untuk dijadikan komoditas olahan yang mendapatkan nilai tambah.

Strategi pengolahan yang akan dilaksanakan untuk komoditas dapat disajikan sebagai
berikut.
Tabel 7.6 Strategi Pengolahan Komoditas Unggulan
No Komoditas Jenis Olahan % Total Produk
1 Ikan Lele Hidup/ Segar 100%
2 Ikan Nila Hidup/ Segar 100%
3 Ikan Mas Hidup/ Segar 100%
4 Tongkol/ Tuna Loin 10-20% Total Produk

Page | 9 - 260
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

No Komoditas Jenis Olahan % Total Produk


5 Kerapu Hidup/ Segar 100%
6 Kakap Filllet 10-20% Total Produk
7 Rumput Laut Kering 100%
8 Cumi - cumi Olahan 10-20%
9 Garam Kristal/ Murni 50%/ 50%
10 Lain-lain Asin / kering 20 %
Sumber : Hasil Analisis (2017)

Kegiatan pengolahan akan berhasil jika didukung dengan suplai bahan baku
berkelanjutan dalam jumlah yang besar ke industri pengolahan, namun kondisi ini belum
terpenuhi dan masih terdapat berbagai kendala. Potensi yang dimiliki baik potensi
sumberdaya perikanan budidaya dan tangkap.

7.1.4. Garam

1. Gambaran Umum

Perairan laut sekitar Rote Ndao masih tergolong minim pencemaran walaupun pernah
terjadi pencemaran minyak pada tahun 2009 yang lalu sehingga diperkirakan
pengaruhnya sudah sangat berkurang. Secara umum kualitas air laut wilayah Rote Ndao
cukup bagus dan potensial untuk dijadikan bahan baku garam.

Produk garam selalu dibutuhkan selain untuk konsumsi juga untuk bahan industri
dengan volume yang besar dan kontinyu. Garam laut lebih disukai untuk konsumsi
karena sifatnya lebih alamiah dibanging garam tambang. Walaupun harga jual garam
murah, namun karena permintaan pasar yang besar dan bisa diproduksi secara massal
serta dalam waktu yang lebih cepat dengan biaya produksi lebih murah dibanding
budidaya perikanan ataupun pertanian maka usaha tambak garam cukup menjanjikan.
Disamping itu kegiatan usaha tambak garam lebih ramah lingkungan karena
memanfaatkan lahan kering yang tidak subur. Dengan demikian garam dapat menjadi
pilihan produk unggulan untuk wilayah Rote Ndao.

Strategi pengembangan komoditas unggulan garam pada dasarnya sama dengan


strategi pengembangan komoditas budidaya dan penangkapan. Fasilitas pendukung
produksi garam yang diperlukan adalah gudang garam untuk pengemasan dan jalan
akses produksi ke prasarana transportasi umum.

Page | 9 - 261
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Potensi Garam
Luas lahan potensial untuk pengembangan tambak garam sekitar 4.961 ha dengan
potensi produksi diperkirakan 1.029.600 ton/ tahun. Potensi pengembangan tambak
garam ada di 9 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao.Potensi terbesar di kecamatan
Landu Leko sebesar 2.064 ha namun belum direalisir sama sekali.

Tabel 7.7 Potensi Garam di Kabupaten Rote Ndao

No Kecamatan Luas Lahan Potensi Produksi


Potensial (ha) (ton/tahun)
1 Kecamatan Rote Timur 734 146.720
2 Kecamatan Landu Leko 2.064 412.880
3 Kecamatan Rote Barat Laut 222 44.480
4 Kecamatan Rote Tengah 394 78.840
5 Kecamatan Rote Lobalain 148 29.600
6 Kecamatan Rote Barat Daya 442 88.480
7 Kecamatan Rote Barat 76 69.280
8 Kecamatan Ndao Nuse 264 52.800
9 Kecamatan Pantai baru 617 123.400
JUMLAH 4.961 1.029.600
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (2017)

Hasil survey lapangan diperoleh informasi bahwa potensi tambak garam yang ada di
Kecamatan Landu Leko sebagian berpotensi untuk dikembangkan menjadi tambak Ikan
Bandeng daripada tambak garam. Hal ini dikarenakan kadar garam perairan rendah
karena masih dipengaruhi oleh masuknya air tawar kedalam kawasan.

3. Produksi

Produksi garam selama 1 tahun (7 bulan yaitu setiap bulan Juni sampai dengan
November) rata rata 70 ton per ha. Pada bulan Desember sampai bulan Mei tidak
memproduksi garam karena musim hujan. Produksi garam di Kecamatan Pantai Baru
mampu menghasilkan 80 ton per ha per tahun selama 7 bulan di bulan Juni sampai
dengan Nopember. Jumlah total produksi tambak garam di Kecamatan Rote Timur
seluas 75 ha yang menggunakan metode Geo Membran sebesar 24,000 ton per tahun
(320 ton per ha per tahun), sedangkan tambak garam seluas 1 ha yang menggunakan
metode tradisional menghasilkan 60 ton per tahun.

Page | 9 - 262
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.2. RANTAI PASOK

7.2.1. Perikanan Tangkap

Berdasarkan hasil analisis produksi hasil perikanan tangkap sejak ikan ditangkap
didaerah penangkapan (fishing ground) sampai kepada konsumen masih belum
memberikan nilai tambah (value added) yang menguntungkan nelayan. Hal ini
disebabkan adanya permasalahan di masing-masing mata rantai mulai dari hulu sampai
hilir. Berkaitan dengan ini, strategi pengembangan komoditi unggulan adalah mengatasi
permasalahan di masing-masing mata rantai dari hulu ke hilir. Pola pergerakan komoditi
hasil perikanan tangkap dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 7.8 Rantai Pasok Perikanan Tangkap

Strategi pengembangan komoditi unggulan di masing-masing mata rantai agar mampu


ditingkatkan dan dikembangkan melalui proses pengolahan (value added), adalah
sebagai berikut:

1. Fishing Ground
Kegiatan usaha perikanan tangkap dimulai dengan penangkapan ikan di laut, dan fishing
ground nelayan dari Kabupaten Rote Ndao berada di WPP 573. Jarak perjalanan dari
sentra pendaratan ikan menuju fishing gorund dengan motor tempel paling lama 1 jam.
Jika penangkapan di lepas pantai dengan menggunakan kapal motor > 5 GT dapat
ditempuh 6 – 7 jam. Strategi untuk meningkatkan hasil tangkapan dan mendapatkan
produk bermutu pada mata rantai ini :

Page | 9 - 263
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Kembangkan GT kapal penangkap ikan


b. Kembangkan alat tangkap Gill Net, Pancing, yang ramah lingkungan
c. Gunakan echo sounder untuk efisiensi penangkapan di fishing ground

2. Penanganan Produk Diatas Kapal


Produksi ikan yang didaratkan di sentra-sentra pendaratan ikan dan dihasilkan oleh
pembudidaya ikan di Kabupaten Rote Ndao menurut hasil monitoring Dinas Kelautan
dan Perikanan menunjukkan bahwa produksi ikan di Kabupaten selama 5 tahun
cenderung meningkat rata-rata pertumbuhan 5 %. Pada tahun 2016 jenis ikan kakap
sempat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya tahun 2015.

Nilai produksi rata-rata juga sangat rendah dengan harga relatif stabil rendah. Kondisi
ini disebabkan penanganan ikan diatas kapal/ kurang bagus karena dengan ukuran
perahu digunakan tidak memungkinkan menggunakan ruangan berpendingin. Akibatnya
mutu ikan turun dan berpengaruh terhadap harga ikan menjadi murah. Dampak yang
ditimbulkan adalah produk ikan sulit/ tidak dapat dikembangkan menjadi produk olahan
yang bernilai ekonomi. Strategi penanganan ikan selama perjalanan pulang dari fishing
ground ke sentra pendaratan ikan adalah :

a. Kembangkan dan tingkatkan besar GT kapal penangkapan 30 GT


b. Lakukan pendinginan langsung dengan es atau ruang palka berpendingin untuk
menyimpan ikan selama perjalanan
c. Latih anak buah kapal untuk menangani ikan secara bersih dan sehat
d. Membawa cool box dengan es dalam jumlah cukup jika perjalanan tidak di lepas
pantai. Saat ini es yang dibawa masih relatif sedikit

3. Pelabuhan Perikanan
Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan sangat penting, karena selain melayani
kegiatan kapal perikanan sebelum berangkat menuju fishing ground, juga harus
melayani kapal perikanan yang pulang dan mendaratkan ikannya di pelabuhan
perikanan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal, maka pelabuhan
perikanan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

a. Melayani Keberangkatan Kapal Ikan


Strategi untuk dapat memberkan pelayanan kepada kapal perikanan yang akan
berangkat ke fishing ground, langkah tindak di pelabuhan perikanan:

Page | 9 - 264
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

1) Kembangkan fasilitas fungsional seperti suplai logistik kapal (suplai air, suplai
es, suplai BBM, bahan perbekalan anak buah kapal, pelayanan administrasi
(surat-surat kapal/ SLO).
2) Budayakan Pelayanan Prima kepada masyarakat perikanan
3) Penyediaan segenap fasilitas pelayanan dapat dilaksanakan oleh pihak Swasta
jika pelabuhan perikanan belum tersedia (perbekalan makan anak buah kapal).

b. Melayani Produk Didaratkan


Penanganan ikan pada saat kapal mendarat di dermaga pelabuhan perikanan
strategi Pengelola pelabuhan perikanan adalah memberikan dukungan rantai pasok
bahan baku industri pengolahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
memberikan pelayanannya menerapkan :

1) Pelayanan Prima; artinya harus cepat, sederhana, seramah mungkin dan


segera dibawa ke tempat pemasaran ikan (TPI).
2) Selama dalam proses pemasaran dan atau packing di pelabuhan perikanan
produk harus selalu dijaga kebersihan (K-5) dan dalam keadaan dingin (diberi
es) kecuali produk beku.
3) Pelabuhan perikanan harus menyediakan segenap fasilitas yang dibutuhkan
oleh nelayan untuk proses pendaratan, pemasaran, packing sampai diangkut
keluar pelabuhan perikanan.
4) Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI dengan kereta dorong yang disediakan
oleh pelabuhan perikanan.
5) Untuk Packing disiapkan air tawar bersih untuk cuci ikan dan sediakan bahan
pengawet ikan berupa es.
6) Dukung kegiatan usaha perikanan ini pelabuhan perikanan dengan melengkapi
berbagai sarana (jenis dan kapasitas) mampu melayani jumlah rata-rata produk
yang didaratkan setiap hari.

4. Pedagang Ikan
Produk ikan yang dibeli oleh pedagang ikan ini harus segera dipisahkan dengan produk
lainnya di TPI atau segera diangkut ke tempat pengepakan ikan. Pedagang harus
menyiapkan box untuk mengangkut ikan dan melakukan packing sebelum diangkat
keluar pelabuhan perikanan. Untuk bahan pengawet es, dapat diperoleh dari pabrik es
milik pelabuhan perikanan. Jika produk cukup banyak / besar dan waktunya tidak

Page | 9 - 265
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

memungkinkan untuk dibawa ke pasar atau industri pengolahan, maka dapat disimpan
dan dititipkan ke cold storage milik pelabuhan perikanan.

Kegiatan pendistribusian produk perikanan, sebagian produk ikan yang dijual langsung
ke konsumen (pribadi; restoran, hotel dan lainnya) dalam keadaan segar harus sudah
dalam keadaan bersih dan packing rapi. Kemudian produk yang dijual lagi untuk
diproses lebih lanjut ke industri pengolah dan home industri dibekukan terlebih dahulu.
Untuk mendukung proses ini diperlukan dukungan berupa sarana angkutan yang ber
insulated, suplai es, sarana pengepakan dan prasarana jalan yang menghubungkan
antara pelabuhan perikanan dengan pusat pemasaran serta di berbagai ibukota
kecamatan lainnya.

5. Pengolah Ikan
Bagi pengolah ikan yang akan mengembangkan bahan komoditi ikan menjadi produk
olahan, hal-hal perlu dilaksanakan adalah :

a. Kembangkan dan dukung dengan berbagai fasilitas untuk usaha pengolahan.


b. Siapkan dan beri bantuan fasilitas penyimpan yang hygienis supaya terjamin suplai
bahan baku yang memiliki mutu ikan bagus,
c. Bagi pengusaha pengolah sebaiknya mempunyai mini cold storage untuk stock raw
material. Disamping untuk menyimpan bahan baku olahan agar tetap bermutu
tinggi. Cold storage dapat digunakan juga untuk menyimpan produk olahan sebelum
dipasarkan ke pusat pertokoan atau konsumen.
d. Upayakan dalam penanganan produk perikanan selalu disimpan dalam keadaan
beku dan dingin agar memiliki daya awet yang lama sebelum diterima konsumen.

6. Pemasaran Produk Olahan dan Ikan

Kegiatan pemasaran merupakan mata rantai pasok terakhir jika langsung ke konsumen.
Akan tetapi tidak jarang masih ada rantai pemasaran yang cukup panjang. Panjang mata
rantai ini dapat mempengaruhi harga ikan saat sampai di tangan konsumen. Hal ini
dikarenakan di setiap mata rantai akan muncul biaya dan keuntungan, sehingga semakin
panjang mata rantai akan semakin mahal harga produk olahan. Tidak seluruh produk
unggulan jika diolah akan memberikan nlai tambah, karena harga ikan di restauran akan
lebih mahal apabila bahan baku ikan masih dalam keadaan hidup.

Page | 9 - 266
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.2.2. Perikanan Budidaya

Pola pergerakkan komoditi di perikanan budidaya berbeda dengan pergerakan komoditi


di perikanan tangkap. Berdasarkan hasil analisis mata rantai produksi hasil perikanan
budidaya dimulai dari induk unggulan. Mata rantai berikutnya suplai benih ikan kepada
para pembudidaya, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan 3 – 4 bulan baru dipanen
dipasarkan kepada konsumen. Konsumen terdiri dari usaha pengolahan dan konsumen
yang langsung dikonsumsi. Bagi beberapa pembudidaya masih belum memberikan nilai
tambah (value added) yang menguntungkan karena penjualan masih bersifat bulk fish.
Hal ini disebabkan adanya permasalahan di masing-masing mata rantai mulai dari hulu
sampai hilir Berkaitan dengan ini, strategi pengembangan komoditi unggulan adalah
mengatasi permasalahan di masing-masing mata rantai dari hulu ke hilir.

Dalam pemasaran ikan hasil budidaya air tawar, harga jual justru pada saat kondisi ikan
masih hidup. Pemberian nilai tambah olahan belum tentu memberikan harga yang lebih
menguntungkan. Hal ini disebabkan preferensi konsumen lebih mengarah kepada ikan
yang masih lebih segar dibandingkan ikan yang sudah dibekukan. Pola pergerakan
(rantai pasok) komoditi budidaya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pembudidaya
Posisi pembudidaya sangat tergantung dari rantai pasok benih unggul sedangkan
peranan pembudidaya bertanggung jawab dalam pembesaran komoditi unggulan dan
sekaligus pemasaran serta mensuplai industri pengolah. Posisi Pembudidaya ada di dua
kecamatan yaitu Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Selatan. Disamping itu
terdapat pembudidaya di 9 kecamatan dengan menggunakan Embung sebagai kawasan
pendederan.

Berkaitan dengan posisi Pembudidaya yang sangat penting ini Dinas Kelautan dan
Perikanan harus merencanakan strategi mengatasi permasalahan terutama baik
mengenai penyebaran hama penyakit maupun mengembangkan ketersediaan
komoditas unggulan. Keberhasilan kinerja ini akan mendukung program Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu (SKPT). Langkah strategi yang perlu ditempuh antara lain :
a. Kembangkan Demfarm untuk memberi percontohan kepada pembudidaya di
masing-masing kecamatan
b. Demfarm percontohan dapat berupa bantuan Pemeritah yang dibangun di kawasan
Pembudidaya

Page | 9 - 267
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

c. Budayakan konsultasi secara berkala untuk menerima masukan informasi tentang


metode Pembudidayaan
d. Kembangkan informasi tentang komoditi yang memiliki nilai tambah jika dilakukan
proses pengolahan (value added),
e. Kembangkan Pasar Konsumen untuk ikan hidup, ikan segar dan olahan di Ibukota
Kecamatan dan pasar antar kota di Kupang, Surabaya, Makassar.
f. Siapkan sarana transporatsi (insulated truk, sarana pemasaran) di masing-masing
kawasan pengembangan SKPT
g. POKJA mengevaluasi prasarana pendukung (akses jalan dan jembatan
penghubung) di pusat-pusat produksi
h. Kawasan sentra produksi dilengkapi dengan industri pengolahan, cold storage,
pabrik es

Bagi produk yang tidak diolah lebih lanjut karena faktor permintaan pasar (ikan hidup)
dan akan dipasarkan dalam keadaan beku atau segar ke Kota Kupang dan ibukota
kecamatan yang memiliki konsumen cukup besar, sediakan pasar ikan hidup kosumsi;
ikan segar dan produk olahan.

Gambar 7.9 Rantai Pasok Perikanan Budidaya

2. Ketersediaan Induk Unggul


Untuk mengembangkan komoditi unggulan perikanan budidaya faktor utama adalah
ketersediaan induk unggul. Untuk mendapatkan induk unggul dari komoditi yang sudah
ditetapkan (Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Lele) masih mendatangkan dari luar kota Ba’a.
Induk ikan Lele, Nila, dan Mas unggulan didatangkan dari Mandiangin (Kalimantan
Selatan) dan langsung dkembangkan di BBI Mokdale. Induk unggulan dikelola

Page | 9 - 268
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

seoptimal mungkin dengan berbagai sarana dan prasarana serta menggunakan metode
pemeliharaan yang serba maju (pakan, obat-obatan, pemupukan media, suplai air untuk
media pemeliharaan).

3. Dukungan Benih
Rencana kesuaian dengan Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote
Ndao untuk menjaga keberlanjutan pasokan dan penyediaan benih bagi pembudidaya
dilakukan dengan revitalisasi dan pengembangan BBI di Mokdale. Langkah-langkah
penyiapan benih unggul yang sudah diterapkan Dinas Kelautan dan Perikanan dengan
membangun dan mengoptimalisasi kinerja Balai Benih Ikan dengan segenap fasilitasnya
di Mokdale.

Program Kerja BBI Mokdale terkait dengan fungsinya yang perlu dilaksanakan adalah
sebagai berikut :

a. Melakukan reproduksi benih unggul


b. Peningkatan produksi dibidang pembudidayaan Ikan Air Tawar
c. Menyediakan benih yang berkualitas baik bagi pembudidaya yang ada di Kabupaten
Rote Ndao.

Hasil monitoring dan evaluasi tahun 2016 kinerja BBI Mokdale dalam pelaksanaan
program sudah terealisir dengan baik berupa :

a. Mendatangkan Induk Unggul dari Mandiangin (Lele, Gurame, Patin, Bawal)


b. Penyediaan Pakan, Obat-obatan, Pupuk
c. Penyediaan kolam pendederan benih yang sudah operasional
d. Suplai air dengan bangunan saluran untuk budidaya

Dalam rangka upaya mengembangkan benih unggul ke berbagai wilayah hinterland


supaya dapat berhasil guna bagi pembudidaya :

a. Bantuan kolam pendederan dengan Induk Ikan Unggul


b. Pelatihan/ Magang pembudidaya untuk melakukan kegiatan di BBI
c. Kontak secara berkala Pembudidaya dengan Petugas Dinas Kelautan dan
Perikanan untuk membahas metode pembenihan dan pembudidayaan
d. Dukungan suplai air dan bangunan saluran pengairan ke wilayah pembudidayaan
e. Dukungan pupuk, obat-obatan, dan pakan serta kualitas tanah kolam

Page | 9 - 269
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.2.3. Pengolahan Perikanan

1. Peranan Pengolahan
Peranan inndustri pengolahan adalah mampu menjadikan produk unggulan perikanan
tangkap untuk dikembangkan menjadi produk olahan. Bahan baku pemasok industri
pengolahan berasal dari pusat/sentra pendaratan pelabuhan perikanan tangkap maupun
bahan baku komoditi unggulan yang berasal dari perikanan budidaya (kawasan SKPT).

Penetapan jenis ikan sebagai produk unggulan memegang peranan penting dalam
pengembangan produk perikanan menjadi produk olahan. Produk unggulan perikanan
tangkap yang memiliki kemampuan untuk dikembangkan menjadi produk olahan dan
sebagai bahan baku pemasok industri pengolahan berasal dari pusat/ sentra
pendaratan ikan. Jenis produk unggulan yang memiliki kemampuan dikembangkan
sudah ditetapkan adalah Tongkol/Tuna dan Kakap, Cumi cumi dan Teripang yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Secara spesifik produk perikanan yang memiliki harga
jual paling mahal apabila mampu menjual ikan dalam kondisi masih hidup.

Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan menjadi produk olahan sehingga akan
memberikan nilai tambah di progam SKPT Kabupaten Rote Ndao sudah ditetapkan.
Tujuannya adalah melalui industri processing akan memberikan peluang usaha dan
peluang kerja untuk pembangunan SKPT.

Strategi pengembangan produk untuk memberikan nilai tambah hasil perikanan (surimi,
kamaboko, bakso ikan, abon ikan) termasuk produk yang perlu dikembangkan. Kondisi
saat ini ada proses pengolahan ikan berupa pindang, ikan asin dan lain-lain.
Pengolahan tradisional masih dilaksanakan karena mutu ikan sudah dalam kondisi
kurang segar. Pemasaran antar pulau juga dilaksanakan jika produksi yang didaratkan
cukup banyak, tujuan pasar selain mencukupi kebutuhan konsumsi lokal kembangkan
antar pulau (Kupang, dilanjutkan ke Surabaya, Makassar).

2. Pemasaran
Pemasaran ikan di Kabupaten R o t e N d a o belum berbasis pada pemasaran
ekspor kecuali pensuplai bahan baku (Rumput Laut, Teripang), sedangkan pemasaran
komoditi ikan masih terbatas lokal (dalam negeri antar pulau) dan pengusaha terutama
di Kupang sebagai penampung dan pengolah ikan kemudian memasarkan ke Surabaya
dan eksport ke Hongkong. Sistem pemasaran di Kabupaten Rote Ndao (lokal) belum
sepenuhnya dengan sistem rantai dingin artinya ikan dari kapal penangkapan sebagian
di simpan sementara ke Cold Stroge tanpa melalui proses (pengolahan), selanjutnya

Page | 9 - 270
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ikan dijual kembali ke pusat-pusat pemasaran. Mekanisme pemasaran lokal ikan juga
tidak di lelang terbuka tapi langsung di beli oleh para pedagang untuk di pasarkan di
restaurant dan sebagian lagi di beli oleh pengusaha – pengusaha pengolah tradisional.

Sentra Pendaratan Ikan di Papela Rote Timur merupakan terminal point para
pedagang antar pulau maupun eksportir yang melakukan pengumpulan ikan kualitas
ekspor. Kegiatan ekspor komoditi Cakalang, Tuna dan Tongkol, ini sudah
menggunakan sistem rantai dingin. Lain halnya dengan sentra pendaratan lainnya
seperti PPI Tulandale di Kecamatan Lobalain masih dalam uji belum operasional dan
dipersiapkan untuk mendukung program SKPT sebagai sentra perikanan tangkap.

3. Bahan Baku Pengolahan


Untuk mengembangkan usaha pengolahan diperlukan dukungan bahan baku pemasok
industri pengolahan. Hasil produksi baik tangkap maupun pembudidaya diarahkan untuk
diproses/ diolah untuk dijadikan komoditas olahan yang mendapatkan nilai tambah.
Kegiatan pengolahan akan berhasil jika didukung dengan suplai bahan baku
berkelanjutan dalam jumlah yang besar ke industri pengolahan, namun kondisi ini
belum terpenuhi dan masih terdapat berbagai kendala. Potensi yang dimiliki baik
potensi sumberdaya perikanan tangkap dan luasnya kawasan yang berpotensi untuk
mengembangkan usaha pembudidaya merupakan indikator bagi pembudidaya bahwa
masih ada peluang dan tantangan untuk meningkatkan produksi sebagai bahan baku
industri.

7.2.4. Garam

Khusus untuk Kecamatan Ndao Nuse sudah terealisir tambak garam seluas 150 ha dan
di Pantai Baru sudah operasi 617 ha dengan produksi 123.400 ton per tahun. Dilain
pihak di Kecamatan Landu Leko potensi tambak garam seluas 2.064 ha belum direalisir.
Rencana pengembangan budidaya Artemia terpadu dengan tambak garam mendapat
dukungan penuh dari masyarakat sekitarnya berada di Desa Duo Ndalu Kecamatan
Rote Barat. Pada saat survey dilaksanakan, bersamaan dengan masyarakat
menyerahkan lahan (hibah) kepada Dinas Kelautan dan Perikanan untuk digunakan
sebagai Pilot Project budidaya Artemia. Luas lahan yang diperoleh dan berpotensi untuk
dapat digunakan sebagai kawasan budidaya Artemia seluas 27 ha. Pada saat survey
juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan GPS langsung di lapangan agar
mendapat ketetapan koordinat lokasi lebih akurat.

Page | 9 - 271
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Rantai pasok garam di Kabupaten Rote Ndao masih sangat sederhana sejak dimulai
dari petani tambak garam sampai dengan konsumen. Petani tambak garam tidak perlu
promosi untuk memasarkan garam karena pembeli sudah menunggu (Nelayan,
Pengolah Garam, Pedagang/warung). Masing-masing pembeli garam dimanfaatkan
sesuai dengan rencana usahanya seperti nelayan digunakan untuk mengasinkan ikan;
pengolah garam dikumpulkan untuk suplai restaurant dan hotel; sedangkan pedagang/
warung dijual ke konsumen rumah tangga. Rantai pasok garam yang sedang
berlangsung di Kabupaten Rote Ndao pada umumnya dapat di skema sebagai berikut.

Gambar 7.10 Rantai Pemasaran Garam Tambak dan Garam Meja

7.3. PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI

Berisi value chain, integrasi sistem produksi dari hulu sampai ke hillir, rencana
pengembangan usaha dan investasi yang dapat dilakukan di kawasan yang berupa
integrasi kegiatan produksi dari hulu ke hilir.

7.3.1. Perikanan Tangkap

Dalam rantai nilai SKPT PPI Tulandale berperan sebagai sentra perikanan tangkap di
Kabupaten Rote Ndao harus mendukung pengembangan komoditas unggulan. Dalam
pelaksanannya supaya berkoordinasi dengan instansi terkait terutama penyediaan
prasarana pendukung (akses jalan dan listrik serta sarana transportasi serta prasarana
lainnya) yang dalam perencanaannya sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Rote Ndao.

Page | 9 - 272
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Berdasarkan gambaran rangkaian rantai nilai perikanan tangkap, berikut akan


diuraikan kegiatan yang ada di SKPT Rote Ndao mulai dari pusat produksi sampai
kawasan terkait. Kemudian pengembangan usaha dan investasi untuk meningkatkan
nilai tambah komoditas unggulan perikanan. Komoditi unggulan ini diharapkan mampu
mendukung industri pengolahan di kawasan SKPT, dan usaha pemberian nilai
tambah/ pengolahannya memiliki peluang investasi cukup besar. Peluang
pengembangan usaha dan investasi untuk komoditas unggulan bukan hanya di hulu
tetapi berpotensi mengembangkan usaha di Industri Antara sampai kegiatan industri di
Hilir. Rantai nilai komoditas unggulan dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 7.11 Rantai Nilai Perikanan Tangkap

1. Pra Produksi
Strategi pengembangan kinerja PPI Tulandale dalam peranannya mendukung SKPT
dan terkait dengan fungsi PPI sebagai Pra Produksi. Kegiatan Pra Produksi adalah
kegiatan melayani usaha perikanan tangkap sebelum melakukan kegiatan penangkapan
dilaut. Langkah tindak yang dilaksanakan adalah :

a. Kembangkan Penyiapan Sarana Kapal dan Alat (Suku cadang kapal, bengkel,
Bahan Alat Perikanan/ BAP). Realisasi dapat dilakukan oleh swasta jika bersifat
komersial kecuali akan dilaksanakan oleh BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)
b. Tingkatkan Pelayanan Perijinan, melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia

Page | 9 - 273
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

c. Kembangkan sarana Pendukung Operasi (BBM, Logistik : suplai es, suplai air tawar
bersih, makanan Anak Buah Kapal/ ABK). Pelaksanaan dapat oleh swasta atau
BUMD

2. Produksi
Peningkatan kinerja PPI Tulandale sesuai fungsi sebagai Pusat Produksi, maksudnya
pelayanan kegiatan kapal perikanan yang datang dari fishing ground menurunkan hasil
tangkapan (produksi) di PPI .

Langkah tindak yang dilaksanakan dalam perannya dalam rantai nilai adalah :

a. Kembangkan fasilitas Dermaga (Tambat, Bongkar, Pengisian Logistik), merupakan


tugas pemerintah menyiapkan fasilitas dasar
b. Kembangkan sarana bangunan untuk pelayanan pemasaran ikan yang “Clean and
Hygienis” dilengkapi dengan berbagai sarana (box ikan, suplai air pencuci ikan;
suplai es)
c. Kembangkan cold storage dan pabrik es (dapat dilakukan oleh swasta)
d. Kembangkan sarana angkutan ikan dari dermaga menuju ke TPI
e. Kembangkan manajemen pengelolaan TPI yang dilengkapi dengan standard
operasional prosedur termasuk sumberdaya manusia yang sudah dipersiapkan.

3. Pengolahan/ Processing
Fungsi PPI sebagai pusat pengolahan/ processing maksudnya kegiatan pelayanan
terhadap industri pengolahan/ langkah tindak yang dilaksanakan adalah :

a. Siapkan kawasan / lahan untuk membangun industri pengolahan di lingkungan


pelabuhan perikanan sebagai kawasan inti
b. Kembangkan cold storage dan pabrik es untuk melayani stock bahan baku industri
maupun hasil olahan sebelum dipasarkan (dilakukan oleh pihak swasta atau BUMD)
c. Untuk mendukung kinerja industri pengolahan siapkan suplai air tawar bersih
melalui “Reverse osmosis” (RO), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jika
sifatnya komersial (air) dilakukan oleh pihak swasta atau BUMD.
d. Dalam integrasi bisnis SKPT, pengembangan kawasan industri dapat disiapkan di
kawasan hinterlan (Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah). Penempatan
kawasan mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTRW Kabupaten Rote Ndao.

Page | 9 - 274
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

e. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyediaan akses transportasi (jalan


primer). Dalam perencanaan dan pelaksanaan sesuai ketentuan RTRW Kabupaten
Rote Ndao
f. Kembangkan dan persiapkan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja
pengolahan untuk mendukung kinerja industri pengolahan. Penyiapan dilaksanakan
dengan training dan mendatangkan tenaga ahli dari luardaerah dengan supervisi
Dinas Kelautan dan Perikanan.

4. Pemasaran Produk Olahan


Fungsi PPI Tulandale sebagai pendukung pemasaran dalam program pembangunan
SKPT artinya menyiapkan fasilitas terkait dengan kegiatan pemasaran. Langkah tindak
yang perlu dilaksanakan untuk kinerja ini adalah :

a. Siapkan “market center” untuk pasar ikan segar dan olahan sebagai ajang promosi
baik lokal maupun antar pulau
b. Siapkan cold storage untuk penyimpanan stock produk olahan yang siap dipasarkan
maupun show case untuk instalasi produk yang dipasarkan pada “market center”
c. Siapkan sarana transportasi yang berinsulated antar kota mulai dari kawasan inti,
kawasan hinterlan dan kawasan terkait

Kerjasama dengan intansi terkait dalam penyiapan akses jalan antar kota Ba’a di
Lobalain dan ibukota kecamatan sekitarnya (Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote
Barat Laut, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Timur) disertai dengan
penerangan jalan.

7.3.2. Perikanan Budidaya

Berdasarkan gambaran rangkaian rantai nilai perikanan budidaya, berikut akan


diuraikan kegiatan yang ada di kawasan SKPT mulai dari sentra kawasan dan kawasan
terkait. Kemudian pengembangan usaha dan investasi untuk meningkatkan nilai
tambah komoditas unggulan perikanan. Mata rantai pertama dimulai dari Rantai Nilai
usaha pembudidaya adalah potensi lahan dan kolam sebagai pemasok Induk dan Benih
Unggul.

Page | 9 - 275
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 7.12 Rantai Nilai Perikanan Budidaya

1. Potensi Kolam dan Teknologi


Untuk mengoperasionalkan kolam yang sudah ada, BBI Mokdale mengkhususkan fungsi
kolam yang ada sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya yaitu untuk
memproduksi benih unggul siap tebar, perbanyakan calon induk dan pemeliharaan
induk.

Ada 2 kecamatan yang dikembangkan untuk kolam budidaya yaitu Kecamatan Lobalain
dan Rote Selatan. Dari analisis di atas Dinas Kelautan dan Perikanan untuk lima tahun
kedepan supaya memanfaatkan segala potensi lahan budidaya yang ada secara
optimal, mengingat kondisi pembudidaya saat ini sudah mulai dikelola intensif (Pupuk
Pakan, Benih Unggul). Analisis kesesuaian dengan Renstra Dinas Kelautan dan
Perikanan Program Pengembangan Budidaya Perikanan, kegiatan pengembangan
sarana dan prasarana pembenihan, sumber dana APBD-DAK. Pekerjaan yang
dilaksanakan untuk revitalisasi adalah :

a. Revitalisasi BBI Mokdale


Untuk mendukung program intensifikasi dan ekstensi pembudidaya, peranan BBI
Mokdale sebagai pemasok benih unggul para pembudidaya perlu direvitalisasi
sebagai berikut.

Page | 9 - 276
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 7.13 Revitalisasi BBI Mokdale

b. Pembangunan Kolam Pendederan Intensif


Selain mempersiapkan sarana BBI di Mokdale serta rencana rehabilitasi beberapa
sarana yang sudah ada, upaya pembudidayaan yang intensif membangun kolam
pendederan dan sudah terealisir dibangun guna mempersiapkan benih unggul
melalui metode pemberian pakan, pupuk, obat-obatan, perbaikan tanah kolam
pembudidayaan

2. Produksi Benih
Kesesuaian dengan Masterplan SKPT Kabupaten Rote Ndao untuk mengembangkan
perikananan budidaya adalah Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya,
Sumber Dana APBN – TP dengan kegiatan :

a. Pengembangan Sistem Prasarana & Sarana Pembudidayaan Ikan berupa Kegiatan


Operasional Tim POKJA SKPT
b. Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan, kegiatan ini berupa
Rehabilitasi Kolam Demfarm sebanyak 17 unit milik 17 kelompok secara bertahap
c. Pengadaan sarana produksi Demfarm (Benih Nila dan Pakan Benih Nila) untuk
17 kelompok Pembudidaya, dan Peralatan Pelengkap kegiatan Demfarm Budidaya
(Genset dll)
d. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Page | 9 - 277
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

3. Pengembangan Usaha dan Investasi


Beberapa komoditi perikanan yang memiliki peluang pengembangan dalam upaya
pengembangan program pembangunan SKPT terdiri dari beberapa komoditi yaitu:

a. Pengembangan Budidaya Air Tawar


Budidaya kolam air tawar masih dalam tahap pengembangan karena masyarakat
kurang menyukai ikan yang dihasilkan dari kolam air tawar. Kolam air tawar milik
masyarakat masih dibawah 1 ha dan menjadi satu dengan persawahan untuk
memudahkan mendapatkan sumber air tawar. Disamping itu sudah dimulai uji coba
budidaya ikan lele dengan menggunakan bahan dasar kolam dari terpal. Jumlah
pembudidaya dibawah pembinaan Dinas KP ada 5 kelompok terpal di Desa
Mokdale Kecamatan Lobalain. Jenis ikan yang dibudidayakan di kolam air tawar
adalah jenis ikan Lele, Nila, ikan Mas (Cyprinus carpio), ikan Patin, ikan Gurame,
ikan Bawal Tawar, sedangkan budidaya jenis ikan Lele untuk pembudidaya akan
dikembangkan juga dengan metode kolam berlapis terpal.

Penyedia benih ikan adalah Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan di Mokdale Kecamatan Lobalain. Dengan luas kawasan sekitar 0,4 ha
yang terdiri dari kolam pembenihan dan kolam pembesaran. Induk unggul semua
jenis ikan termasuk ikan nila dan ikan mas mendatangkan benih dan Induk dari
Mandiangin Kalimantan Selatan. Sumber air berasal dari sumber mata air alami
disamping BBI yang dipompa dengan mesin yang digerakkan dengan listrik
menggunakan tenaga surya, sedangkan pakan ikan didatangkan dari agen di
Kupang.

Budidaya air tawar masih dalam taraf pengembangan dan pembinaan kepada
kelompok pembudidaya dengan mekanisme sebagai berikut.

Gambar 7.14 Mekanisme Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Air Tawar

Page | 9 - 278
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Komoditi yang sudah dikembangkan adalah Ikan Mas, Ikan Nila dan Ikan Lele.
Berbagai kegiatan usaha yang dapat diusahakan dan dikembangkan cukup
menantang. Investasi usaha yang cukup prospektif untuk dikembangkan adalah
usaha penyediaan benih Ikan Nila dan Ikan Lele. Jika produksi benih dinilai dengan
uang maka produksi 220.000 ekor dikalikan Rp 500,-/ ekor benih sudah dapat
menghasilkan Rp 110 juta (pengusahaan pembenihan dapat dilakukan investasi
oleh pihak swasta). Kebutuhan benih pembudidaya masih sangat tinggi . Produksi
perikanan budidaya khususnya budidaya air tawar dapat dikatakan relatif baru
produksi tahun 2015 tercatat produksi ikan Lele sebanyak 1,70 ton dan tahun 2016
meningkat menjadi 2,47 ton.

b. Perikanan Budidaya Tambak Bandeng


Menurut data hasil survey terdapat kawasan SKPT yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi tambak Bandeng seluas dan berlokasi di Kecamatan Landu
Leko. Pemanfaatan lahan untuk budidaya air payau seperti budidaya bandeng baru
mencapai 1,65 ha. Disamping komoditi bandeng ternyata terdapat Nila Saline yang
potensial dikembangkan. Produksi budidaya perikanan air payau berupa ikan
saline dapat dilakukan di tambak percontohan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Rote Ndao.

Tambak bandeng masih belum berkembang walaupun memiliki potensi cukup besar
untuk dikembangkan. Kendala utama adalah pembudidaya belum mampu
melakukan pengawasan langsung ke tambak untuk keamanan saat pembesaran
ikan bandeng sehingga pembudidaya masih belum berani mengembangkan usaha
budidaya bandeng meskipun potensi usaha pengembangan tambak bandeng cukup
luas di seluruh Kecamatan di Rote Ndao. Saat ini sedang dilakukan uji coba
pembudidaya tambak garam di Papela karena lokasi berada didekat tempat
tinggalnya.

c. Budidaya Laut

1) Rumput Laut

Letak geografis Kabupaten Rote Ndao sangat mendukung untuk pengembangan


budidaya baik budidaya laut dan jenis budidaya adalah rumput laut jenis Eucheuma
cottonii, Mutiara dan Teripang Pasir. Budidaya laut sangat strategis untuk
dikembangkan karena ditunjang dengan potensi jumlah penduduk pesisir dan
jumlah pulau serta selat sehingga perairan terlindung dari hempasan ombak.

Page | 9 - 279
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Seluruh kawasan kecamatan di pesisir pantai Kabupaten Rote Ndao berpotensi


untuk dikembangkan budidaya rumput laut.

Di kawasan pantai Kecamatan Rote Barat ada tiga kelurahan (Oeseli, Oenggoet,
Namberela) berdampingan yang melaksanakan budidaya rumput laut berbatasan
dengan wisata bahari (selancar air). Kecamatan yang memiliki tapal batas dengan
Negara Australia ini terdapat pangkalan angkatan laut dan memiliki potensi
perikanan dan pariwisata. Potensi perikanan karena pada mulanya merupakan
sentra pengembangan budidaya rumput laut dengan 600 orang petani dari berbagai
desa di sekitarnya. Akibat tumpahan minyak dari kapal milik pengusaha dari
Australia mengakibatkan dampak hancurnya budidaya rumput laut. Pohon rumput
laut hancur, kualtas turun dan tidak bisa berkembang. Saat ini yang masih bertahan
tinggal 60 orang saja khususnya dari warga Desa Oeseli.

Disamping itu pada Desa Oenggoet bersebelahan dengan desa Oeseli dan
merupakan desa yang memiliki perairan pantai sangat luas perkiraan sekitar
90.000 ha digunakan untuk budidaya rumput laut sampai sekarang. Keistimewaan
pantai Oenggoet selain untuk budidaya rumput laut dibagian sisi tengahnya untuk
pariwisata selancar air karena gelombang sangat memungkinkan untuk olah raga
ini. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah rumput laut hijau (gracilaria).
Kecamatan lainnya yang juga berpotensi untuk pengembangan rumput laut adalah
Kecamatan Rote Timur hampir semua pantai berpotensi untuk budidaya rumput
laut.

Kondisi petani rumput laut mengalami hal yang sama dengan Kecamatan Rote
Barat yaitu rusaknya budidaya rumput laut akibat terjadi tumpahan minyak dari
kilang minyak dari Australia. Pengolahan rumput laut masih terbatas pada
pembuatan agar – agar dan rumput laut kering dan diusahakan secara tradisional.
Rumput laut kering seharga Rp 8.000,-Rp 10.000,- per kg dijual ke Kupang langsung
ke pabrik pengolahan rumput laut.

2) Mutiara

Budidaya mutiara pernah dilaksanakan oleh investor asing di perairan Desa Oebau,
namun saat ini tidak dilanjutkan dengan berbagai kendala antara lain tercemarnya
perairan laut oleh tumpahan minyak dari kapal milik pengusaha dari Australia.
Berbagai fasilitas yang sudah ada tidak dimanfaatkan dan belum ada investor yang
mencoba untuk melakukan investasi kembali. Pada saat ini akan dikembangkan

Page | 9 - 280
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

pariwisata yang sudah dilengkapi dengan Jetty untuk penyebrangan turis menuju
pulau sekitarnya. Potensi budidaya mutiara yang belum dioptimalkan adalah di desa
Papela terutama perairan di sekitar “Mulut Seribu”. Keberadaan laut yang tenang
dan dalam sangat berpotensi untuk pembudidayaan mutiara. Jarak antara Desa
Papela dengan perairan “Mulut Seribu” sekitar 1 jam dengan perahu.

3) Teripang

Teripang sudah mulai dibudidayakan di tambak karena budidaya di laut merasa


tidak aman dan membutuhkan pengawasan yang berat. Jenis teripang putih sangat
laku di pasaran terutama dijual ke pengumpul di Kupang, rencana pengembangan
akan diolah sendiri dan dijual ke Surabaya bahkan akan berusaha eksport. Harga
Teripang yang sudah diolah kering laku di pedagang Perantara Rp 1 juta per kg.
Petani pembudidaya yang sudah mampu mengembangkan usaha Teripang ada di
beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Rote Barat Laut, pada tahun 2016 dapat
memproduksi Teripang kering 32 ton, Kecamatan Pantai Baru dapat memproduksi
teripang kering 1 ton dan Kecamatan Rote Timur dapat memproduksi teripang
kering 7 ton. Jenis teripang yang dikembangkan laku di pasaran Kupang, Surabaya
dan Hongkong. Pengusaha pengumpul komoditi Teripang umumnya pendatang dari
Surabaya.

4. Usaha Penyediaan Pakan dan Obat-obatan serta Pupuk

Kegiatan pembudidayaan dengan pola intensifikasi akan membutuhkan pakan dan


obat-obatan serta pupuk. Jumlah pakan yang dibutuhkan sangat besar dan saat ini
masih mendatangkan dari luar kawasan. Kebutuhan pakan tambahan berupa pelet
cukup besar karena jumlah yang diperlukan antara 3 - 5 % berat tubuh ikan. Teknologi
pembuatan pelet dapat dibuat lokal dan bahan baku pembuatannya juga mudah
diperoleh yaitu ampas kelapa, ubi kayu, bingkil dan tepung ikan (bahan baku ini agak
sulit, tetapi dapat diperoleh dari PPI setempat).

Disamping usaha pakan ikan, metode intensifikasi pembudidaya membutuhkan cukup


banyak obat-obatan. Kelangkaan pupuk, obat dan pakan ikan dapat menjadi peluang
usaha dan investasi bagi pengusaha yang mampu membaca peluang ini.
Pengembangan kolam pembudidaya, dan pembukaan petak kolam baru serta
pelaksanaan pembesaran benih ikan dibutuhkan pakan, pupuk, obat-obatan jumlah
besar.

Page | 9 - 281
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.3.3. Industri Pengolahan

Peluang usaha mengembangkan produk perikanan yang memiliki nilai tambah cukup
banyak (bakso ikan, abon, kerupuk kulit ikan, kerupuk udang/ ikan, nuget dll). Untuk
mendukung terlaksananya usaha ini ketrampilan masyarakat dapat dilatih dengan
mendatangkan instruktur pembuat produk olahan. Disamping instruktur Pemerintah
menyiapkan gedung dilengkapi peralatan pengolahan dan dibangun di PPI Tulandale
(Pilot Project P2HP).

Peralatan yang digunakan cukup dibuat didalam negeri dan pemerintah mendukung
dengan mendatangkan instruktur / teknisi dari pusat.

Gambar 7.15 Pengembangan Bahan Baku Ikan Menjadi Daging Fillet

Pengembangan usaha di zona hilir merupakan investasi berorientasi pemasaran produk


di kawasan SKPT. Kebijakan pemasaran dapat lokal maupun ekspor dan
pengembangannya dilakukan dengan promosi. Dalam hal pemasaran berbasis produk
kelautan dan perikanan harus dapat mewujudkan pemasaran yang efisien dan efektif
dan mampu memberikan keuntungan yang layak bagi pelaku usahanya serta dapat
memperlancar maupun meningkatkan akses pasar bagi para nelayan, petani ikan dan
pengolah ikan. Oleh karenanya untuk dapat menyusun rencana pemasaran yang efektif,
manajer pemasaran harus memahami hubungan utama antara berbagai jenis
pengeluaran, bauran pemasaran serta pengaruhnya terhadap pengeluaran dan laba.
Bauran pemasaran adalah kelompok pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai sasaran pemasaran.

Memperhatikan sasaran di atas, ekspor hasil perikanan yang tergantung kepada importir
tertentu dan pasar Jepang, China, T a i w a n , Uni Eropa dan Singapura. Kondisi
pasar dalam negeri yang belum tertata dengan baik dan akibat karakteristik ikan dan

Page | 9 - 282
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

olahannya yang mudah rusak dan inelastic dimana kelebihan pasokan yang relatif kecil
dapat menyebabkan penurunan harga pasar yang besar, maka perluasan pasar harus
dilakukan terus menerus melalui penetrasi pasar untuk meningkatkan pangsa pasar,
perluasan pasar ke pasar sasaran baru, pengembangan dan diversifikasi produk.
Perluasan pasar dapat dilakukan baik melalui pengembangan dan pemantapan jaringan
pasar lokal, regional, antar pulau, dan jaringan pasar internasional, maupun distribusi
antar waktu.

Era globalisasi pasar domestik menjadi bagian dari pasar internasional, persaingan yang
semakin ketat, dan unit usaha yang dapat bertahan, untung tumbuh dan berkembang
adalah unit-unit yang efisien dan dikelola secara profesional, termasuk pemasarannya
agar dapat memenuhi preferensi konsumennya yang bervariasi dan berubah menurut
lokasi, waktu dan generasi, dapat meningkatkan pelayanannya dan dapat
memanfaatkan peluang-peluang pasar yang ada, dan menciptakan peluang pasar bagi
hasil produksinya.

Pemasaran luar negeri sebaiknya dirintis melalui ajang promosi atau mengadakan
pameran produk nasional. Sebelum memasuki pasaran luar negeri ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan :

a. Penentuan jenis ikan, pengolahan dan jaminan mutu produk serta


pengemasannya dapat diterima oleh negera tujuan
b. Kontinuitas produk dalam jumlah cukup harus terjamin
c. Sarana pendukung seperti cold storage untuk menampung produk sebelum
dipasarkan ke luar negeri
d. Dukungan pemerintah berupa kemudahan perijinan dan memberi insentif biaya
ekspor agar produk mampu berkompetitif di pasaran
e. Kegiatan ekspor terjamin mendapatkan keuntungan lebih baik dibandingkan
pemasaran lokal
b. Kinerja harus efisien agar tidak mengakibatkan biaya tinggi sehingga harga
komoditas mampu bersaing di pasaran.

7.3.4. Garam

Pemasaran garam masih terbatas lokal dan jenis garam yang dipasarkan adalah produk
langsung dari tambak garam dan sebagian diolah menjadi garam meja. Harga jual garam
produk olahan Rp 5.000,- per kg yang dikemas dalam plastik dan penjualan masih

Page | 9 - 283
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

terbatas di pasar lokal terutama nelayan dan pedagang ikan asin dan paling jauh pembeli
datang dari Kupang. Sedangkan harga garam tambak yang tidak diolah Rp 50.000,- per
karung (50 kg) atau Rp 1.000,- per kg. Pembeli garam mayoritas adalah nelayan untuk
mengawetkan ikan atau membuat ikan asin serta rumah tangga di sekitar desa nelayan.

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa ada peluang untuk mengembangkan


tambak garam. Usaha investasi pengembangan tambak garam dapat diyakinkan jika
usaha pengembangan tambak garam ini menguntungkan. Salah satu strategi adalah
membuat Pilot Project pengembangan tambak garam terpadu dengan Artemia. Lokasi
yang dipilih adalah di Kecamatan Rote Barat Laut. Kawasan ini merupakan lahan milik
masyarakat yang dihibahkan kepada Pemerintah untuk diusahakan tambak garam. Luas
kawasan seluruhnya 27 ha dengan rencana pemanfaatannya adalah 20 ha
dipergunakan untuk tambak garam dan 7 ha digunakan untuk sarana dan prasarana
pengelola tambak garam terpadu dengan budidaya Artemia.

Gambar 7.16 Pilot Project Tambak Serbaguna di Kecamatan Rote Barat Laut

Page | 9 - 284
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.4. SUMBERDAYA MANUSIA (SDM)

7.4.1. Sumberdaya Manusia Perikanan

Sumberdaya manusia yang melakukan kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Rote


Ndao terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan tambak serta lainnya pengolah ikan
serta pedagang ikan. Penduduk berumur 15 tahun ke atas merupakan penduduk usia
kerja, dimana pada usia ini merupakan sumber tenaga kerja produktif yang dapat
dimanfaatkan sebagai roda penggerak pembangunan. Pada tahun 2015, jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja sebanyak 69.429 orang
dan bukan angkatan kerja sebanyak 28.625 orang dengan tingkat partisipasi angkatan
kerja sebesar 70,81 persen dan tingkat pengangguran 2,37 persen.

Di Kabupaten Rote Ndao terdapat pengangguran terbuka berjumlah 1.647 orang atau
sekitar 2,4% dari total angkatan kerja yang tersedia. Kebutuhan tenaga kerja untuk
pengembangan SKPT di kabupaten Rote Ndao cukup besar dimulai dari perikanan
budidaya (perikanan air tawar, perikanan air payau, perikanan laut), perikanan tangkap;
pengolahan dan pemasaran, garam. Ketersediaan sumberdaya manusia yang ada
dengan tingkat pengetahuan dan ketertarikan di bidang perikanan kemungkinan masih
perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.

Dilain pihak pendidikan dan tingkat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan jurusan
perikanan jelas masih membutuhkan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan. Rendahnya tingkat Pendidikan sumberdaya manusia dapat berakibat
menimbulkan kendala karena kurangnya pemahaman dalam hal:

a. Manajemen Usaha Perikanan dan peraturan perundang-undangan di bidang


perikanan
b. Penanganan ikan yang bermutu dari hasil tangkapan dan produksi perikanan
budidaya berakibat terhadap rendahnya tingkat kualitas ikan.
c. Penggunaan teknologi tepat guna mendukung usaha penangkapan maupun
pembudidayaan tambak
d. Akses pasar produk perikanan masih rendah
e. Penangkapan ikan di laut sangat tergantung pada kondisi alam

Page | 9 - 285
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

f. Kesadaran masyarakat pesisir untuk melaksanakan kegiatan konservasi baik


konservasi vegetasi pesisir, satwa langka, maupun ekosistem masih rendah

7.4.2. Strategi Peningkatan Kualitas SDM

1. Pendidikan
Dalam rangka Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas dan Mandiri,
strategi yang ditempuh melalui pendidikan. Peningkatan secara nyata persentase
penduduk yang dapat menyelesaikan Program Wajib Belajar pendidikan dasar sembilan
tahun, antara lain diukur dengan:

a. Meningkatnya APK jenjang SD/MI dan SMP/MTs/Paket B pada tahun 2017- 2021;
b. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka putus
sekolah pada jenjang SMP/MTs/Paket B pada tahun 2017 – 2021;
c. Meningkatnya angka melanjutkan lulusan SD / MI ke jenjang SMP / MTs/ Paket B.
d. Meningkatnya APK jenjang pendidikan menengah pada tahun 2017 – 2021;
e. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka putus
sekolah terutama pada jenjang pendidikan SMA / SMK pada tahun 2017 –2021

2. Revitalisasi Sekolah Perikanan


Kondisi kualitas sekolah perikanan yang ada di Kota Kupang sudah cukup maju dan
perlu ditingkatkan lagi dengan melakukan :

a. Perbaikan kurikulum sekolah dengan bekerjasama dengan Dinas Kelautan


dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao maupun swasta industri perikanan
b. Memberi peluang kemudahan bagi pelajar yang mempunyai minat masuk ke
sekolah kejuruan perikanan.
c. Memberikan kesempatan kerja bagi pelajar yang berprestasi untuk bidang
penangkapan, perbaikan mutu ikan, pembudidayaan serta processing
d. Mendorong bakat wirasaha para pelajar yang sudah menyelesaikan studinya.

3. Manajemen Pelayanan Pendidikan


Meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan pendidikan yang
ditandai dengan :

1) Meningkatkanya pelayanan pendidikan pada masyarakat terutama di daerah


terpencil dan terisolasi ditandai dengan pembangunan SUB SMP/SMA/SMK;

Page | 9 - 286
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2) Meningkatnya anggaran pendidikan yang bersumber dari APBN maupun APBD


yang diwujudkan oleh sistim pembiayaan yang adil, transparan, dan akuntabel.
3) Meningkatkan pelayanan pendidikan pada masyarakat terutama di daerah
terpencil dan terisolasi ditandai dengan pembangunan SUB SMP/SMA/SMK;
4) Meningkatnya anggaran pendidikan yang bersumber dari APBN maupun APBD
yang diwujudkan oleh sistem pembiayaan yang adil, transparan, dan akuntabel.

4. Kesehatan
Untuk mendukung peningkatan sumberdaya manusia melalui peningkatan pelayanan
kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2021 adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang antara lain tercermin dari indikator
sebagai berikut :

1) Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai disemua kecamatan;


2) Meningkatnya umur harapan hidup dari 67,7 tahun menjadi 70 tahun ;
3) Menurunnya angka kematian bayi;
4) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan ;
5) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita
6) Meningkatnya kesehatan ibu dan anak;
7) Meningkatnya gizi ibu hamil dan anak balita ;
8) Terbangunnya rumah sakit rujukan di Ibukota Kecamatan;
9) Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan ;
10) Tersedianya obat–obatan cukup dan bermutu

5. Penyiapan Tenaga Kerja


Meningkatnya jumlah penganggur dari tahun ke tahun merupakan permasalahan yang
selalu dihadapi bukan saja bagi Pemerintah Daerah akan tetapi telah menjadi
permasalahan nasional yang terjadi terus menerus dari tahun ke tahun. Permasalahan
ketenagakerjaan mengandung dua aspek penting yaitu yang berkaitan dengan
pengangguran dan lapangan kerja. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas dan
dibarengi dengan melimpahnya jumlah pencari kerja memberikan dampak terhadap
keberadaan pengangguran terbuka. Selain itu sering terjadi lowongan pekerjaan yang
ada tidak dapat dipenuhi.

Melihat keadaan pasar kerja di Kabupaten Rote Ndao, maka sebagian besar angkatan
kerja bekerja pada lapangan kerja informal (sektor informal) dan kebanyakan masih

Page | 9 - 287
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Mengacu pada berbagai
permasalahan yang dihadapi, Pemerintah Daerah menetapkan sasaran yang menjadi
prioritas untuk dicapai adalah :

1) Berkurangnya jumlah angka pengangguran .


2) Terbukanya kesempatan kerja melalui penciptaan lapangan kerja baru di sektor
informal, formal atau sektor modern;
3) Meningkatnya kualitas SDM pencari kerja melalui peningkatan

6. Pelatihan
Jenis pelatihan yang diperlukan nelayan dan petani serta pengusaha terkait
dengan penggunaan teknologi tepat guna untuk mengembangkan usahanya seperti :

1) Mendatangkan Instruktur bagi nelayan dan diberi pelatihan:


a. perbaikan mesin kapal dan
b. alat pendeteksi keberadaan ikan (echosounder) dan penggunaan GPS
c. pembuatan kapal ikan
2) Mendatangkan Instruktur bagi pembudidaya ikan dan diberi pelatihan:
a. metode pembudidayaan yang efisien dengan desain tambak yang produktif
b. metode pemberian pupuk dan pakan ikan
3) Mendatangkan instruktur untuk pengusaha pengolahan guna memberikan
pelatihan:
a. cara-cara pembenihan benih udang dan nener bandeng
b. membuat pakan buatan yang efisien bagi pembesaran udang dan bandeng
c. manajemen usaha perikanan tangkap dan pembudidayaan
d. pengolahan/pengembangan produk ikan (kerupuk, abon ikan, surimi, bakso
ikan, dan lainnya)
4) Metode pelatihan yang diberikan supaya dilakukan dengan :
a. materi pelatihan yang diberikan supaya sederhana mungkin sehingga mudah
dimengerti dengan mempertimbangkan peserta pelatihan
b. alat peraga yang digunakan dapat dibawa ke lokasi pelatihan dan peserta
langsung dapat mengoperasikan sendiri
c. cara-cara pemberian tidak membosankan dan dicari waktu yang tepat agar
peserta tidak jemu.

7. Studi Banding

Page | 9 - 288
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Untuk menambah wawasan sumberdaya manusia (nelayan dan petani ikan) yang
ada di Kabupaten Rote Ndao, Dinas Kelautan dan Perkanan melaksanakan study
banding. Pemilihan lokasi studi banding:

1) supaya dikaji sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan daerah
2) mudah menyesuaikan jika akan diterapkan kembali ke daerah asalnya
3) teknologi yang digunakan belum dikenal oleh nelayan dan pembudidaya ikan
4) diupayakan tidak membutuhkan anggaran yang terlalu besar tetapi efektif

8. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan dan studi banding untuk pengembangan SDM Perikanan terdiri dari
nelayan penangkapan; pembudidaya air payau dan pengusaha pengolahan maupun
pengusaha ikan. Peserta diambil dari masing-masing kelompok jika ada. Kegiatan
ini tidak hanya dilaksanakan bagi nelayan dan petambak serta pengusaha di kawasan
SKPT (secara bergilir pada setiap kecamatan) termasuk kecamatan yang menjadi
pusat pengembangan industri pengolahan ikan.

9. Rencana Kegiatan
Analisis kesesuaian dengan SKPT Kabupaten Rote Ndao maka program
pengembangan pembudidaya air tawar dan tambak akan disesuaikan dengan
ketersediaan sumberdaya manusia. Namun untuk kondisi mendatang perlu strategi
intensifikasi seperti jumlah pengelola pembudidaya tambak dalam satuan tetap tetapi
luas tambak yang dikelola porsinya bertambah.

Strategi pengembangan sumberdaya manusia yang dimiliki di kawasan SKPT baik


perikanan budidaya maupun perikanan tangkap dilakukan dengan cara
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan. Sebagai pelaksana adalah Dinas Kelautan
dan Perikanan, Balai Benih Ikan, Balai Mutu Hasil Perikanan, dan berkoordinasi Badan
Sosialisasi dan Penyuluhan, Pemerintah Daerah, Dinas Perindustrian. Untuk
penetapan jenis latihan menggunakan metoda Training Need Analiysis (TNA). Pelatihan
ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan teknis staf, dan untuk menghindari
ketidak efisien dari pelatihan maka staf yang mengikuti pelatihan supaya
dipersiapkan untuk menempati posisi yang diharapkan pengembangannya di lapangan.
Untuk menghemat pembiayaan metode pelatihan dengan mendatangkan instruktur.

10. SDM Pelabuhan Perikanan dan Industri Pengolahan

Page | 9 - 289
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Dalam upaya mendukung kinerja PPI Tulandale keberadaan SDM PPI dan industri
pengolahan tidak dapat dipisahkan dan keduanya masih perlu ditingkatkan baik kualitas
maupun kuantitas. Demkian pula halnya dengan SDM Pembudidaya BBI Mokdale
Kabupaten Rote Ndao. Dari segi tingkat pendidikan masih ada kesenjangan sehingga
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelabuhan perikanan dan pembudidayaan
sering mengalami hambatan.

Keberhasilan penanganan dan pengembangan produk hasil perikanan selain pelayanan


prima dari pelabuhan perikanan juga kemampuan penanganan produk sesuai kaidah
mutu hasil perikanan yang ditangani oleh SDM yang mampu dan termpil bidang
penanganan mutu hasil perikanan khususnya di kapal ikan. Pengembangan induk
unggulan dan peningkatan mutu benih ikan unggulan (Nila, Lele dan lainnya) sangat
tergantung dari kemampuan teknologi SDM di BBI Mokdale Kabupaten Rote Ndao.
Mendatangkan induk unggulan dari Mandiangin (Kalimantan Selatan) diimbangi dengan
kemampuan SDM baik di BBI maupun pembudidaya di berbagai kecamatan.

11. Kualitas dan kuantitas SDM


Tidak hanya SDM dari nelayan tangkap dan pembudidaya serta usaha pengolahan,
kualitas dan kuantitas SDM yang masih perlu ditingkatkan adalah SDM Pelabuhan
Perikanan dan Pembudidaya BBI Mokdale serta Industri Pengolahan. Untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dapat ditempuh dengan :

a. Mengusulkan penambahan SDM Aparatur sesuai dengan kebutuhan berdasarkan


kompetensi dan keahlian.
b. Mengikut sertakan pegawai pada kegiatan-kegiatan peningkatan kualitas SDM
seperti Diklat, Bimtek, Apresiasi dll.

Pembangunan dan pengembangan generasi muda merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk keserasian berbagai
kebijakan pembangunan bidang kepemudaan secara utuh dan menyeluruh. Sasaran
yang ingin dicapai dalam hal ini adalah :

a. Meningkatnya pembinaan terhadap generasi muda;


b. Meningkatnya pendidikan dan ketrampilan generasi muda;
c. Meningkatnya lapangan kerja bagi pemuda;
d. Meningkatnya sarana prasarana bagi pembinaan generasi muda;
e. Tersedianya dana bagi pembinaan generasi

Page | 9 - 290
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

12. Tindak Lanjut


Upaya - upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemecahan masalah yang
ditimbulkan dari faktor - faktor internal dan eksternal tersebut diatas, antara lain :

a. Mengupayakan peningkatan fasilitas PPI Tulandale, diantaranya :


1) Optimalisasi Operasional PPI Tulandale dan siapkan Standard Operasional
Prosedur (SOP);
2) Pembangunan dan peningkatan sarana dasar (penahan gelombang, kolam
pelabuhan, dermaga, jalan kompleks) didalam kawasan termasuk jalan
menuju kawasan Pelabuhan Perikanan
3) Bangun fasilitas pengolah air tawar bersih (RO) kapasitas 500 m³ per hari
dengan bak penampungan air bersih
4) Bangun Pasar ikan segar “clean and hygienis”
5) Siapkan Genset 300 KVA (Solar Cel) untuk pembangkit listrik
6) Siapkan tempat Gedung untuk tempat pemasaran ikan (TPI) dan sosialisasi
kepada nelayan dan pengolah hasil tangkapan ikan tentang tata cara
penanganan ikan diatas kapal, di unit pengolahan sampai dengan distribusi
produk; peningkatan mutu dan nilai tambah hasil perikanan.
7) Dan sarana lainnya sesuai fungsi pelabuhan perikanan

b. Membangun baru 2 PPI di Papela Kecamatanan Rote Timur dan Batutua di


Kecamatan Rote Barat Daya. Pembangunan didahului dengan studi kelayakan di
kedua calon PPI tersebut.
c. Melakukan koordinasi secara terus menerus bersama instansi terkait, baik instansi
yang berada dikawasan pelabuhan maupun dengan Pemerintah Daerah,
sehingga diharapkan dapat terjalin sinkronisasi dan harmonisasi dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi masing - masing secara sinergi, Kepala Pelabuhan
selaku Koordinator di Pelabuhan Perikanan.
d. Menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga dapat menarik minat investor
untuk berinvestasi di kawasan pelabuhan.
e. Melakukan sosialisasi tentang ketentuan dan peraturan perundang-undangan
terus - menerus kepada para nelayan, pengusaha, pedagang, tenaga kerja dan
pengguna jasa lainnya di kawasan pelabuhan.
f. Pengembangan SDM Pembudidaya Perikanan dilakukan melalui pelatihan
budidaya air payau dan pelatihan manajemen kelompok. Kegiatan ini tidak hanya

Page | 9 - 291
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

dilaksanakan bagi pembudidaya air tawar dan petambak di pusat kawasan


S K P T , namun juga diikuti pembudidaya dan petambak di daerah sekitarnya
dengan materi pelatihan komoditas unggulan yaitu budidaya Ikan Nila dan Ikan
Lele.
g. Pengembangan prasaran wilayah seperti akses jalan yang menghubungkan antar
kawasan, pengembangan saluran air untuk mendukung pembudidaya di masing-
masing kawasan SKPT

7.5. KELEMBAGAAN

Analisis kesesuaian dengan SKPT, strategi kegiatan penguatan kelembagaan meliputi


(a). Pembentukan Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN); (b). Peningkatan status
POKDAKAN; (c). Peningkatan Peran UPP dan (d). Pengembangan UPT BBI.

Untuk perikanan tangkap pengembangan kelembagaan adalah kelompok nelayan dan


Bakul ikan yang melakukan aktivitas di PPI Tulandale, PPI Papela, PPI Batutua.
Koperasi nelayan dilakukan revitalisasi, dan dibentuk kelompok bakul. Sedangkan untuk
pengembangan UPT BBI merupakan penunjang kawasan minapolitan, dimana BBI
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote
Ndao dalam memenuhi kebutuhan benih ikan Nila Unggulan. Kemudian dalam
mengoptimalisasi peranan dan fungsi kelembagaan yang menjadi wadah kelompok
pembudidaya maupun nelayan penangkapan diatas, sasaran pemberdayaan
kelembagaan :

7.5.1. Revitalisasi Sistem Kelembagaan

Upaya revitalisasi kelembagaan terutama kelembagaan yang sudah ada tetapi


masih belum resmi statusnya agar kinerjanya optimal. Maksud revitalisasi sistem
kelembagaan ini agar melalui kelembagaan yang sudah terdapat di kawasan SKPT
dapat membawa perkembangan sektor perikanan menjadi lebih baik dan berperan:

1. Memperkuat posisi tawar dari perikanan tangkap dan pembudidaya serta


usaha pengolahan melalui efisiensi dan keberlanjutan usaha perikanan
2. Mampu mensejahterakan anggota dengan peningkatan produksi, meningkatkan
kemampuan usaha yang efisien serta profesionalisme
3. Meningkatkan peranan POKJA dalam mengkoordinasi program dan kegiatan
4. Memperkuat kelembagaan yang mampu mendorong berlangsungnya
mekanisme pasar, mengurangi berbagai hambatan usaha

Page | 9 - 292
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

7.5.2. Pendampingan

Dilatar belakangi tingkat pengetahuan dan pendidikan yang relatif belum memadai
diperlukan pendampingan dan pembinaan efektif untuk meningkatkan kemampuan
pembudidaya dan perikanan tangkap serta pengusaha pengolahan ikan, antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan teknis terkait dengan kegiatan perikanan tangkap dan


pembudidayaan serta pengolahan ikan
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya konsep pengembangan komoditas
unggulan
3. Menjalin hubungan dengan pihak ketiga (pemodal/ Bank, Investor skala Besar)
untuk mengembangkan usahanya
4. Memfasilitasi hubungan dengan pembina teknis (UPT Dinas Budidaya dan
Tangkap) terkait dengan kendala yang dihadapi
5. Menambah wawasan dan pengetahuan teknis serta manajemen usaha yang
semakin berkembang
6. Melakukan pendampingan untuk menghadapi pihak lain yang akan melakukan
mitra kerja.

7.5.3. Pengembangan Mitra Kerja

Pengembangan mitra kerja dengan perikanan tangkap dan pembudidaya sebagai


wujud kebersamaan dalam menghadapi kendala, mengatasi kendala dan untuk
pengembangan usaha serta daya saing yang semakin berkembang. Melalui
pengembangan kemitraan ini diharapkan :

1. Menumbuhkan kepercayaan pihak Bank mendukung pengembangan usaha


2. Mendapat jaminan suplai sarana produksi; pengembangan produk dan jaminan
pasar hasil usahanya dengan harga yang wajar.
3. Memperkuat bargaining position dalam suplai produk yang selama ini selalu
mengalami ketergantungan dari pihak pembeli.

Page | 9 - 293
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Melalui upaya-upaya pengembangan dan penguatan kelembagaan diatas, maka


akan dapat mengatasi kendala yang selama ini menghambat pengembangan usahanya
seperti :

1. Lemahnya komunikasi antar anggota kelompok baik di kawasan maupun


antar kawasan SKPT
2. Kurang terkoordinasinya antar lembaga

Berkaitan dengan analisis diatas, maka langkah tindak untuk kesesuaian dengan
SKPT Kabupaten Rote Ndao adalah :

1. Melakukan pembentukan POKDAKAN baru yang membina komoditas unggulan


untuk kawasan yang masih membutuhkan
2. Meningkatkan status POKDAKAN yang sudah ada di kawasan SKPT
3. Menyempurnakan sistem kelembagaan baik tingkat kawasan, kabupaten serta
kecamatan untuk meningkatkan komunikasi dan saling memberikan informasi
tentang kebijakan pemerintah dan atau pengembangan kawasan SKPT

7.5.4. Peningkatan Peranan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Program Pemerintah Daerah yang sudah disiapkan dan masih relevan adalah peranan
usaha koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki potensi yang
sangat besar dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat banyak melalui peningkatan
pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusinya terhadap produksi hasil usaha,
khususnya perikanan, jumlah unit usaha produktif, produktivitas pengusaha, dan
penyerapan tenaga kerja. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen dan
konsumen, koperasi diharapkan mampu berperan aktif dalam meningkatkan posisi tawar
dan efisiensi ekonomi rakyat dan sekaligus turut serta dalam memperbaiki kondisi
persaingan usaha di tingkat pasar.

Kemampuan Koperasi dan UMKM untuk bersaing dengan pelaku ekonomi lain sangat
ditentukan oleh dua kondisi utama yang perlu dipenuhi. Pertama, lingkungan internal
UKM mesti kondusif, yang mencakup aspek kualitas SDM, penguasaan teknologi
dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan
modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat kewirausahaan (entrepreneurship).
Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan
pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-
kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan

Page | 9 - 294
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

ekonomi global. Selain kedua kondisi tersebut, strategi pemberdayaan UKM untuk dapat
memasuki pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan hidup
UKM.

Sasaran pembangunan koperasi dan UMKM yang ingin dicapai yaitu :

1. Berkembangnya usaha koperasi dan UMKM;


2. Meningkatnya akses koperasi dan UMKM terhadap sumber daya produktif
yang ditandai dengan meningkatnya ketersediaan modal usaha melalui
penyediaan bantuan modal usaha;
3. Meningkatnya produktivitas koperasi dan UMKM;
4. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi yang ditandai dengan
meningkatnya kuantitas dan kualitas koperasi dan UMKM;
5. Membaiknya kinerja dan citra koperasi di mata masyarakat;
6. Tersedianya jumlah tenaga pendamping terhadap koperasi dan UMKM yang diikuti
dengan meningkatnya SDM yang dimiliki

7.5.5. Pengembangan Sistem Kelembagaan

Berdasarkan konsep, strategi, dan kebutuhan sistem kelembagaan, maka rencana


pengembangan kelembagaan yang sudah ada dan ditingkatkan statusnya ditempuh
dengan beberapa rencana alternatif yaitu:

1. Dibentuk Kelompok Usaha Bersama

Rencana pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) ini adalah menggabungkan


beberapa kelompok dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok
(kepemilikan lahan, keterampilan, kondisi lingkungan).

2. Kelompok Komoditas

Rencana pembentukan kelompok sesuai dengan potensi komoditas yang dimiliki di


masing-masing wilayah. Kelompok komoditas ini untuk memudahkan pembinaan dan
menjadi ciri spesifik suatu wilayah (misal Desa Nila, Desa Lele, kombinasi Desa Mas
(Lobalain) dan Mas Lokal (Mokdale). Demikian pula untuk jenis olahan dapat
dikembangkan kelembagaan yang bercirikan komoditas (Desa Bakso, Desa Surimi,
Desa Kamboko, Desa Abon dan Kulit Ikan dll). Berdasarkan komoditas sarana

Page | 9 - 295
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

pendukung (dusun pembenihan, dusun pakan ikan, dusun pembesaran Nila Mokdale
dan Lele Baadale).

3. Kelompok Wilayah

Sistem kelompok yang berdasarkan kewilayahan baik fungsional maupun administrasi.


Kelompok dibentuk didasarkan atas hierarki desa dan kecamatan sesuai dengan
batasan fungsional dari kawasan tersebut (Desa; kecamatan yang menjadi kawasan
pendukung SKPT).

7.6. STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

Berdasarkan potensi SDA yang dimiliki serta semakin banyaknya permintaan akan
produk perikanan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
kesadaran akan arti pentingnya gizi ikan sebagai sumber protein hewani sehingga sektor
perikanan dan kelautan tetap dapat menjadi salah satu roda penggerak utama
perekonomian daerah.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao melalui BAPPEDA menetapkan bahwa


sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Rote Ndao berpotensi untuk dikembangkan
karena didukung dengan potensi lahan (wilayah laut) untuk usaha penangkapan dengan
bermacam jenis hasil laut dan lahan budi daya baik perikanan laut maupun perikanan
air tawar. Adapun komoditi perikanan tangkap antara lain ikan dasar, (ikan kakap,)
ikan karang (kerapu) ikan pelagis besar (tuna, cakalang,) ikan pelagis kecil (kembung
dan lain-lain). Komoditi lainnya seperti moluska/kerang-kerangan, rumput laut, dan
teripang, serta rumput laut maupun terumbu karang sebagai salah satu aset pariwisata
yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang.

7.6.1. Pembudidaya Perikanan

Potensi ekonomi perikanan budidaya di Kabupaten Rote Ndao sangat potensial jika
dikembangkan baik budidaya laut, tambak maupun budidaya air tawar. Menurut
Rokhmin (2015), Potensi Budidaya diibaratkan “raksasa tidur” jika di transformasi
menjadi sumber kemajuan dan kesejateraan bangsa melalui penerapan (best
aquaculture practices cara perikanan budidaya yang terbaik) pada setiap unit usaha.
Penerapan teknologi yang dimaksudkan disini adalah :

a. Penggunaan induk/bibit dan benih unggul

Page | 9 - 296
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

b. Pemberian pakan berkualitas secara benar


c. Pengendalian hama dan penyakit
d. Manajemen kualitas air dan tanah
e. Tata letak dan konstruksi kolam yang baik
f. Biosecurity, termasuk tata ruang wilayah serta pencemaran harus dikendalikan

1. Strategi Pengembangan

Strategi pegembangan komoditas unggulan sesuai dengan pendapat diatas sudah


mulai dirintis dan diaplikasikan di Kabupaten Rote Ndao. Tingkat keberhasilan
membutuhkan dukungan prasarana wilayah seperti saluran primer yang tergantung dari
berbagai sektor terkait terutama suplai air untuk budidaya yang kontinyu serta
ketersediaan pakan dan pupuk serta obat-obatan. Bagi pembudidaya air tawar dan
tambak untuk pengembangan komoditas unggulan diperlukan dukungan seperti:

a. Bantuan Induk dan Benih Unggulan


Untuk dapat mendukung upaya pengembangan produk unggulan, telah
mendatangkan induk ikan Lele, ikan Nila dan Mas dari Mandiangin (Kalimantan
Selatan) dan dikembangkan di BBI Mokdale. Demikian pula untuk menyiapkan
benih unggulan disiapkan kolam pendederan intensif termasuk pemberian pakan
dan obat-obatan maupun pupuk. Tahun 2015 perkembangan Perikanan Budidaya
menunjukkan respon yang positif dari pembudidaya-pembudidaya yang ada di
Kabupaten Rote Ndao hal ini ditunjang dengan adanya beberapa program dan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote
Ndao, seperti dijabarkan di bawah ini :

Sumber dana APBN – TP Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya,


pada program ini telah disalurkan bantuan benih Ikan Lele, Nila dan Pakan Ikan
sebagai komoditas unggulan Kabupaten Rote Ndao sebagai salah satu daerah
Kawasan SKPT , bantuan ini diberikan kepada pembudidaya ikan yang tersebar di
Kawasan SKPT yakni Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Selatan, selain
bantuan benih telah dilakukan pula bantuan kolam terpal untuk pendederan ikan
Lele untuk menunjang pelaksanaan program kawasan SKPT sehingga terdapat 17
(tujuh belas) POKDAKAN yang mendapat bantuan pada program ini. Program ini
telah dijalankan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao sejak
dua tahun ini yaitu tahun 2015 dan 2016,

Page | 9 - 297
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Sumber dana APBD – DAK, Program Pengembangan Budidaya Perikanan,


kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembenihan, program kegiatan ini
difokuskan pada pengembangan UPTD BBI Mokdale sebagai pensuplai benih bagi
pembudidaya ikan yang ada di kabupaten Rote Ndao, sehingga pengembangan dan
Peningkatan sarana dan prasarana terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
benih yang dihasilkan oleh UPTD BBI Mokdale Kabupaten Rote Ndao.

b. Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan Pengembangan komoditas unggulan ini akan lebih didorong
dengan cara:

1) Pengembangan dan revitalisasi BBI di pusat-pusat produksi pembudidaya yang


berada di Kecamatan Lobalain,
2) Siapkan peralatan Pompa air dan perlengkapan untuk mendukung selama
proses pembenihan dan pembudidayaam.
3) Revitalisasi sarana BBI agar keperluan benih unggul akan dapat dipenuhi oleh
BBI Mokdale.
4) Optimalisasi produksi benih BBI karena sangat menentukan keberhasilan
revitalisasi kawasan pembudidaya untuk pengembangan komoditas unggulan
5) Pemerintah mendorong tumbuh dan berkembangnya kembali benih ungulan
lainnya dan induk unggulan
6) Mempersiapkan SDM dan Memberikan pelatihan kepada petugas Balai Benih
Ikan yang akan dibangun

c. Bantuan Pupuk dan Obat-Obatan


Merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting selama proses
pembudidayaan mulai dari penyediaan benih sampai dengan pembesaran
terutama untuk menyuburkan media pembudidayaan secara alami dan obat untuk
mencegah penyakit yang mungkin timbul saat perbenihan dan pembesaran benih
udang dan ikan. Hal ini disebabkan selama fase pertumbuhan ini kondisi benih
sangat membutuhkan gizi alami untuk pertumbuhan dan kondisi benih rentan
terhadap penyakit. Ketersediaan Pupuk dan obat seyogyanya dibantu oleh
Pemerintah agar pembudidaya setiap saat membutuhkan tidak mengalami
kesulitan. Kendala yang sering dihadapi adalah pada saat membutuhkan pupuk
saat penyiapan lahan dan obat-obatan seringkali tidak ada, kalau ada harga
pupuk atau obat sangat mahal sehngga menjadi peluang usaha para spekulan obat.

Page | 9 - 298
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

d. Pakan Ikan
Sarana budidaya yang lain seperti pakan ikan berkualitas tinggi sekarang lebih
susah didapat, karena kolam dan tambak yang memelihara ikan menggunakan
pakan buatan masih terbatas. Kolam dan tambak tradisional masih
menggunakan pakan alami. Untuk program intensifikasi diperlukan pakan yang
bermutu dan pengadaannya diperlukan penelitian dan pengembangan pembuatan
pakan dengan bahan baku yang ada di wilayah setempat.

Teknologi pembuatan diupayakan sederhana agar pakan komoditas unggulan


dapat diproduksi lokal karena bahan baku yang diperlukan sebenarnya sudah
tersedia seperti ikan rucah; bekatul dari padi, ampas kelapa, bungkil.
Pengembangan dan peningkatan mutu pakan bandeng untuk intensifikasi
Pengembangan dan peningkatan mutu pakan bandeng untuk intensifikasi jika
akan mengembangkan komoditas unggulan.

Kendala utama pembuatan pakan ikan adalah teknologi karena mesin yang
digunakan masih lokal dan belum dipahami benar komposisi bahan baku pakan.
Untuk produksi yang sifatnya skala besar dapat diproduksi dikawasan industri.
Keterbatasan kemampuan teknologi ini yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan
pakan yang murah dan bermutu dan seringkali harganya cukup mahal.
Pengembangan teknologi tepat guna untuk dapat mendukung pencapaian target
produksi bagi seluruh pembudidaya tambak akan kebutuhan benih ikan.

e. SDM
Kualitas dan kuantitas SDM masih lemah karena tingkat pendidikan di hanya tamat
SD, SMP dan bahkan ada yang tidak tamat SD sehingga berakibat sulitnya
pemberdayaan SDM di BBI karena dalam hal:

1) Kualitas dan kuantitas yang memahami penggunaan Teknologi Pembenihan


bandeng yang efektif sangat terbatas
2) Terbatasnya Pengetahuan tentang tatacara pembenihan ikan
3) Terbatasnya kemampuan untuk menciptakan penggunaan teknologi tepat
guna mendukung usaha pembenihan pembudidayaan tambak

Berdasarkan kondisi demikian untuk mempersiapkan intensifikasi dan


ekstensifikasi pembudidaya diperlukan pelatihan dan penambahan jumlah SDM.

f. Sarana dan Prasarana Pendukung

Page | 9 - 299
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Kebutuhan sarana/prasarana pembenihan meliputi ketersediaan air tawar dan air


laut yang bersih terbebas dari sedimentasi lumpur yang dibawa oleh air sungai.
Untuk mendapatkan air tawar berasal dari sumber waduk/embung atau sungai
primer, sedangkan air laut yang bersih ini harus diperoleh dari kawasan pesisir yang
benar-benar terbebas dari polusi ini. Proses selanjutnya adalah air yang diambil
dengan pompa harus ditampung terlebih dahulu pada bak penampungan
sebelum digunakan untuk tempat induk dan proses pembenihan maupun tempat
menampung benih.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi sarana


dan prasarana banyak saluran air tawar terpadu dengan irigasi persawahan.
Akibatnya produktivitas pembenihan pembudidayaan menjadi kurang optimal dan
hasil yang diperoleh tidak sesuai target dan produksi tidak optimal. Untuk itu
program pengembangan pembudidaya baik kolam air tawar maupun air payau
dibangun saluran tersier untuk melayani pembudidaya.

2. Pembesaran Pembudidayaan

Untuk mendukung keberhasilan pengembangan komoditas unggulan di kawasan


pembudidaya air tawar di Lobalain dan Rote Selatan kawasan pembudidaya lain
seperti di Embung- Embung di wilayah Kabupaten Rote Ndao diperlukan dukungan
sarana produksi seperti :

a. Suplai Pupuk
Keterbatasan modal merupakan salah satu faktor hambatan para pembudidaya
jarang menggunakan pupuk. Faktor kesulitan mendapatkan jenis pupuk yang
diperlukan dan faktor harga mengakibatkan pupuk tidak terbeli dan digunakan.
Sebenarnya jenis pupuk adalah organik yaitu pupuk yang berasal dari hewan dan
tumbuhan (petai cina;dadap laut orok; dan lainnya); pupuk organik ini pada
umumnya lebih lengkap nutrient dibandingkan jenis pupuk an organik (urea, TSP,
NPK dan lainnya). Ketersediaan pupuk sering menjadi kendala, karena pada saat
diperlukan tidak ada barang, tetapi kalau pupuk ada harganya sangat mahal
akibatnya tidak ekonomis karena harga jual produk tidak sesuai dengan biaya
produksi.

b. Bahan Kapur
Merupakan bahan untuk membuat kondisi lingkungan air tempat pembesaran
bandeng sesuai dengan yang diperlukan untuk pertumbuhan bandeng seperti

Page | 9 - 300
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

kondisi keasaman jika lokasi pengembangan bekas rawa. Untuk mendapatkan


bahan kapur ini agak sulit karena selain sarana transportasi yang minim, juga
bahan baku kapur didatangkan dari luar daerah. Walaupun bahan kapur ini dijual
diberbagai toko bangunan akan tetapi kebutuhannya cukup banyak yaitu setiap
1.000 m² membutuhkan sekitar 25-50 kg kapur.

c. Revitalisasi & Rehabilitasi Saluran dan Pintu Air


Dilakukan perbaikan dan peningkatan tanggul suplai air tawar untuk mencukupi
kebutuhan pembudidaya air tawar. Perbaikan pintu air dan tanggul kolam untuk
membantu pembudidaya yang kurang mampu permodalannya. Perlu dibentuk
kelompok untuk bekerjasama mengatasi kendala rusaknya pintu air. Pintu air
sangat penting bagi pembudidaya karena tempat pengaturan masuk dan keluarnya
air tawar dari saluran air.

7.6.2. Perikanan Tangkap

Strategi pengembangan perikanan tangkap untuk dapat mengembangkan komoditas


unggulan dilakukan melalui :

1. Sentra Produksi
Bagi nelayan pelaku perikanan tangkap, strategi pengembangan produk unggulan
dalam hal penyediaan komodity produk unggulan berbeda dengan pembudidaya. Bagi
perikanan tangkap untuk dapat meningkatkan kemampuan pengembangan produk
unggulan strategi yang ditempuh adalah:

a. Perbaikan Teknologi Penangkapan Ikan


Penangkapan ikan memiliki ciri berbeda dengan pengusahaan budidaya karena
sulit untuk memilih komodity unggulan yang dipilih khusus tertangkap kecuali
untuk jenis ikan yang benar-benar memiliki kelompok besar tertentu seperti
ikan Tuna; Ikan Cakalang; ikan layang. Untuk fishing ground di WPP NRI 573
kondisi kelompok ikan bervariasi sehingga komoditi ikan yang tertangkap juga
banyak variasinya. Namun demikian dari monitoring hasil tangkapan selama 5 tahun
menunjukkan ada beberapa jenis ikan dominan yang dijadikan unggulan

b. Sarana Alat Tangkap dan Kapal


Untuk mengembangkan produk unggulan perikanan tangkap penggunaan alat
tangkap akan mempengaruhi hasil tangkapan. Penggunaan alat tangkap
dimaksudkan disini adalah alat tangkap yang ramah lingkungan. Ikan yang

Page | 9 - 301
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

menjadi sasaran penangkapan harus diperlakukan dengan hati-hati dan


dikelompokkan khusus atau dipisahkan dengan kelompok jenis ikan lainnya.
Sedangkan kapal motor sudah waktunya untuk ditingkatkan ukuran dan
kapasitasnya dan bukan motor tempel lagi. Untuk dapat menjangkau daerah
penangkapan yang lebih jauh di WPP 573 supaya :

1) Ukuran kapal sama diatas 30 GT


2) Dilengkapi dengan mesin pembeku ikan dan cold storage
3) Disiapkan Bengkel untuk service kapal dan perbaikan kecil
4) Dukungan suku cadang di wilayah pelabuhan perikanan
5) Dorong swasta untuk dapat investasi di pelabuhan perikanan

c. Penanganan Ikan Diatas Kapal


Bagi Pelaku Pengembangan Industri Pengolahan faktor yang sangat menentukan
didalam mengembangkan produk perikanan tangkap adalah pada saat penanganan
ikan diatas kapal ikan. Komoditiy supaya dijaga mutunya dengan cara ditempatkan
pada wadah khusus dan diberi pengawet es dalam jumlah yang cukup untuk sampai
ke PPI Tulandale kecamatan Lobalain maupun sentra perikanan Papela Kecamatan
Rote Timur dan Batutua Kecamatan Rote Barat Daya serta beberapa sentra
pendaratan ikan lainnya (perbandingan 1 kg es sama dengan 1 kg ikan). Cara
penempatan ikan jangan terjadi penumpukkan peti ikan secara langsung tetapi
harus ada penyekat papan diantara tumpukan peti ikan agar ikan yang bagian
bawah tidak rusak karena tertindih tumpukan diatasnya.

2. Pelabuhan Perikanan
Merupakan Sarana Pendukung Mutu Hasil Perikanan yang didaratkan melalui dermaga
pelabuhan perikanan.Untuk mendukung nelayan dapat melaksanakan penanganan
mutu ikan yang lebih baik, maka PPI Tulandale harus di revitalisasi dan mampu
menyediakan sarana es dalam jumlah cukup yang dibutuhkan nelayan. Disamping itu
harus tersedia cold storage di PPI Tulandale agar komoditi ini dapat disimpan dengan
aman pada suhu rendah jika kedatangannya masih membutuhkan waktu untuk dijual
atau dipasarkan. Kegunaan cold storage lainnya adalah untuk menyimpan ikan milik
para bakul ikan sebelum ikan diangkut ke luar PPI Tulandale Kecamatan Lobalain
menuju kawasan pengolahan atau pemasaran.

Untuk mendukung usaha penangkapan ikan di wilayah Rote Timur perlu dibangun PPI
baru di Papela Kecamatan Rote Timur. Perlu dilakukan studi kelayakan yang cermat

Page | 9 - 302
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

agar hasil kajian dapat digunakan dengan benar pembangunan PPI di Papela. Demikian
juga hal dengan kawasan Rote Barat Daya untuk mendukung nelayan melakukan
kegiatan penangkapan di Samudera Indonesia perlu dibangun PPI Batutua.

7.6.3. Pengolahan Produk Komoditas Perikanan Unggulan

Pada umumnya produk perikanan mempunyai spesifik didalam pemasarannya, dan


berbeda dengan produk lainnya. Harga jual di restauran lebih mahal jika komoditi ikan
masih hidup, berikutnya beku, pakai es dan tanpa perlakuan dan dipasarkan secara
langsung kepusat-pusat pemasaran dalam kondisi utuh (“bulk fish”) tanpa ada usaha
(process pengolahan) untuk memberikan nilai tambah. Akibatnya ada anggapan bahwa
banyak peluang penambahan pendapatan yang terbuang begitu saja tanpa processing.

Secara teori dengan melakukan process (pengolahan) atau dengan cara merubah
bentuk dari ikan menjadi Abon Ikan, Surimi, Bakso ikan, Kamaboko dan lain
sebagainya, maka akan terbuka peluang usaha dan kesempatan kerja yang pada
gilirannya akan memberikan keuntungan berusaha. Tapi untuk jenis ikan kerapu dan
ikan lainnya (masih hidup) harganya sangat mahal dibandingkan olahannya.

Untuk pengembangan produk unggulan (bukan ikan hidup) menjadi produk olahan
merupakan salah satu strategi untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi
komoditas tersebut. Manfaat yang diperoleh adalah selain membuka lapangan usaha
dan menyerap tenaga kerja juga memberikan keuntungan usaha. Selain produk dapat
dipasarkan lebih jauh kerugian pasca panen berupa kerusakan mutu dapat dihindari.
Posisi penawaran petani dan nelayan semakin kuat sehingga harga produk tidak
dipermainkan oleh harga pasar. Dampak yang diharapkan selain menumbuh
kembangkan usaha ikutan (bahan packing, usaha pemasaran, dan pendapatan
masyarakat serta pengembangan ekonomi wilayah). Dapat dalam negeri dan luar
negeri tergantung pengenalan produk kepada konsumen. Dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

Page | 9 - 303
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Gambar 7.17 Strategi Pengembangan Produk

7.6.4. Garam

Belum ada pengolah garam secara industri namun secara tradisional sudah
dilaksanakan oleh petani tambak garam di Desa Papela Rote Timur dengan kualitas
mampu masuk hotel dan restauran. Produk yang dihasilkan masih belum mampu
memenuhi kebutuhan konsumen karena masih menggunakan peralatan yang
sederhana dengan kapasitas yang sangat terbatas yaitu 100 kg per hari.

Pemasaran garam masih terbatas lokal dan jenis garam yang dipasarkan adalah produk
langsung dari tambak garam dan sebagian diolah menjadi garam meja. Harga jual garam
produk olahan Rp 5.000,- per kg yang dikemas dalam plastik dan penjualan masih
terbatas di pasar lokal terutama nelayan dan pedagang ikan asin dan paling jauh pembeli
datang dari Kupang, sedangkan harga garam tambak yang tidak diolah Rp 50.000,- per
karung (50 kg) atau Rp 1.000,- per kg. Pembeli garam mayoritas adalah nelayan untuk
mengawet ikan atau membuat ikan asin serta rumah tangga di sekitar desa nelayan.

Berkaitan dengan hal diatas diperlukan dukungan sarana pengolahan yang berskala
industri agar mutu garam dapat lebih ditingkatkan sehingga mampu bersaing dengan
garam import. Keberadaan garam import jelas merugikan usaha tambak garam rakyat
karena garam rakyat tidak mampu bersaing dalam harga dan kualitas.

Page | 9 - 304
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 8
INDIKATOR
KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan SKPT dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan


pengembangan SKPT di Kabupaten Rote Ndao. Penetapan menggunakan parameter
kuantitatif dan kualitatif dari pencapaian yang diharapkan serta cara mengukurnya.

8.1. INDIKATOR INPUT

Ada 3 indikator input yang digunaka untuk mengetahui pencapaian yang diharapkan
dan cara mengukur keberhasilan sehingga akan diketahui tingkat pengembangan
SKPT di Kabupaten Rote Ndao yaitu :

1. Ketersediaan kebutuhan sarana produksi perikanan

a. Seluruh potensi kawasan budidaya yang ada dikelola dengan intensif dan
produktif. Cara mengukur pencapaian indikator ini dengan menganalisis ratio
tahunan antara luas seluruh kawasan yang ada dengan luas kawasan yang
dikelola dengan intensif

b. Bagi perikanan tangkap seluruh armada penangkapan yang ada beroperasi


dengan lancar. Cara mengukur indikator dengan menganalisis ratio tahunan
antara jumlah kapal perikanan yang ada dan/ atau terdaftar dengan kapal
perikanan yang beroperasi

c. Bagi industri pengolahan adalah dengan menganalisis jumlah produksi ikan olahan
yang dihasilkan. Cara mengukur indikator dengan menganalisis ratio tahunan
antara produk olahan dengan jumlah produksi ikan yang didaratkan

2. Produktivitas setiap unit usaha

Page | 9 - 305
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Tingkat produktivitas kawasan yang meningkat. Cara mengukur dengan


membuat trend atau kecenderungan rata-rata hasil produksi per ha tahunan

b. Perikanan tangkap dengan melihat tingkat produktivitas unit penangkapan


ikan yang meningkat atau stabil. Cara mengukur dengan membuat trend
kecenderungan rata-rata hasil tangkapan per trip tahunan (catch per unit
effort/ CPUE)

c. Pengolahan dengan melihat produktivitas unit pengolahan ikan yang meningkat


atau stabil. Cara mengukur dengan membuat trend kecenderungan rata-rata
produksi olahan per kapasitas terpasang industri pengolahan

3. Ketersediaan pasokan benih atau sumberdaya ikan

a. Sumberdaya pembenihan lestari berkelanjutan. Cara mengukur pencapaian


ini dengan membuat trend atau kecenderungan rata-rata tingkat produksi
yang dihasilkan

b. Sumberdaya ikan lestari. Cara mengukur pencapaian ini dengan membuat


trend atau kecenderungan rata-rata tingkat produksi hasil tangkapan

c. Keberlanjutan pasokan bahan baku, dan cara mengkur pencapaian ini dibuat trend
kecenderungan peningkatan produksi hasil olahan

8.2. INDIKATOR PROSES

Ada 2 indikator proses yang digunakan untuk mengukur keberhasilan tingkat


pencapaian yang diharapkan untuk pengembangan Kawasan SKPT yaitu:

1. Kontinuitas jumlah produksi ikan

a. Terpenuhinya bahan baku industri pengolahan yang ada di kawasan SKPT


perikanan pembudidaya. Cara mengukur pencapaian ini dengan menganalisis
ratio rata-rata produksi dengan kapasitas unit pengolahan ikan terpasang

b. Terpenuhinya bahan baku industri pengolahan yang ada di kawasan SKPT


perikanan tangkap. Sama halnya dengan pembudidaya cara mengukur
pencapaian ini dengan menganalisis ratio rata-rata produksi dengan kapasitas
unit pengolahan ikan terpasang

2. Tingkat kecukupan fasilitas infrastruktur primer

Page | 9 - 306
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

a. Terpenuhinya kebutuhan fasilitas infrastruktur yang diperlukan unit usaha/


industri di kawasan SKPT perikanan budidaya. Cara mengukur pencapaian ini
dengan menganalisis ratio antara jumlah luasan tambak/ kolam yang dikerjakan
per satuan waktu dengan jumlah atau ketersediaan fasilitas infrastruktur yang ada

b. Terpenuhinya kebutuhan fasilitas infrastruktur yang diperlukan unit usaha/ industri


di kawasan SKPT perikanan tangkap. Cara mengukur pencapaian ini dengan
menganalisis ratio antara jumlah gross ton (GT) kapal perikanan yang dilayani
per satuan waktu dengan jumlah atau ketersediaan fasilitas infrastruktur yang ada

3. Peningkatan kinerja

a. Kelancaran proses penebaran benih dan pengambilan produk pada saat panen.
Cara mengukur tingkat pencapaian kinerja ini dengan menganalisis ratio jumlah
benih yang dapat disuplai per satuan waktu dengan luas kawasan yang dilayani
(dalam persen)

b. Kelancaran proses bongkar muat ikan dan perbekalan keatas kapal ikan. Cara
mengukur tingkat pencapaian kinerja ini dengan menganalisis ratio jumlah produk
yang didaratkan per satuan waktu dengan jumlah kapal yang dilayani (dalam
persen)

8.3. INDIKATOR OUTPUT

1. Pemasaran hasil perikanan

a. Terserapnya produksi hasil pembudidaya dengan harga yang layak, dan cara
mengukur pencapaian ini dengan:
- Mendata jumlah produksi produk perikanan pembudidaya yang terjual dan
jumlah permintaan pasar.
- Menganalisis ratio antara jumlah produksi yang terjual diatas harga terendah
yang berlaku/ ditetapkan dengan total produksinya

b. Terserapnya produksi hasil tangkapan para nelayan dengan harga yang layak,
dan cara mengukur pencapaian ini dengan:
- Mendata jumlah produksi produk perikanan tangkap yang terjual dan jumlah
permintaan pasar.
- Menganalisis ratio antara jumlah produksi yang terjual diatas harga
terendah yang berlaku/ ditetapkan dengan total produksinya

Page | 9 - 307
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

2. Nilai Produk Perikanan Yang Terjual

a. Produk perikanan pembudidaya mempunyai harga yang baik, dan cara


mengukur pencapaian ini dengan menganalisis ratio antara rata-rata harga ikan
di kawasan SKPT perikanan pembudidaya terhadap rata-rata harga ikan

b. Produk perikanan tangkap mempunyai harga yang baik dan cara mengukur
pencapaian ini dengan menganalisis ratio antara rata-rata harga ikan di kawasan
SKPT perikanan tangkap terhadap rata-rata harga ikan

3. Nilai Tambah Produk hasil Perikanan

a. Memberikan efek ganda yang tinggi terhadap aktivitas ekonomi, cara mengukur
pencapaian perikanan budidaya ini dengan menginventarisir jumlah dan jenis
industri turunan atau olahannya

b. Memberikan efek ganda yang tinggi terhadap aktivitas ekonomi, cara mengukur
pencapaian perikanan tangkap ini dengan menginventarisir jumlah dan jenis
industri turunan atau olahannya

8.4. INDIKATOR OUTCOME

1. Jumlah tenaga kerja yang terserap

a. Penyerapan jumlah tenaga kerja yang optimal, dan cara mengukur indikator
pencapaian ini dengan menganalisis ratio jumlah tenaga kerja perikanan budidaya
yang terlibat langsung terhadap total produksi panen

b. Penyerapan jumlah tenaga kerja yang optimal, dan cara mengukur indikator
pencapaian ini dengan menganalisis ratio jumlah tenaga kerja perikanan tangkap
yang terlibat langsung terhadap total produksi hasil tangkapan

2. Tingkat pendapatan pembudidaya atau nelayan di kawasan SKPT

a. Tingkat pendapatan pembudidaya diatas nilai UMR, cara mengukur pencapaian


ini dengan menganalisis rata-rata jumlah pendapatan pembudidaya pada setiap
kelompok usaha

b. Tingkat pendapatan pembudidaya diatas nilai UMR, cara mengukur pencapaian


ini dengan menganalisis rata-rata jumlah pendapatan nelayan pada setiap
kelompok usaha

Page | 9 - 308
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

3. Nilai Tukar Pembudidaya (NTP) atau Nelayan (NTN)

a. Angka NTP diatas NTP Regional, cara mengukur dengan menganalisis ratio
pendapatan pembudidaya dibanding dengan kebutuhan hidup

b. Angka NTN diatas NTN Regional, cara mengukur dengan menganalisis ratio
pendapatan pembudidaya dibanding dengan kebutuhan hidup

4. Nilai kontribusi hasil perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayahnya

a. Kontribusi perikanan pembudidaya terhadap pertumbuhan ekonomi di


wilayahnya optimal, dan cara mengukur pencapaian ini dengan menghitung nilai/
indeks pertumbuhan ekonomi (Location Quotient dan Shift Share)

b. Kontribusi perikanan tangkap terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayahnya


optimal, dan cara mengukur pencapaian ini dengan menghitung nilai/ indeks
pertumbuhan ekonomi (Location Quotient dan Shift Share)

8.5. MULTIPLIER EFFECT

Program pengembangan perikanan memberikan peluang usaha bagi masyarakat yang


berada di kawasan SKPT maupun wilayah Hinterland. Peluang usaha ini terjadi sebagai
akibat terjadinya Multiplier Effect. Dampak yang ditimbulkan cukup luas tidak hanya
sektor perikanan, tetapi non perikanan juga terpengaruh oelh pengembangan SKPT.
Hasil identifikasi dampak SKPT dapat disajikan pada tabel berikut

Tabel 8.1 Peluang Usaha Yang Diciptakan

No Peluang Jenis Usaha Manfaat Usaha


Usaha/Kegiatan
I Jasa Transportasi Jasa Angkutan (Refrigerated Truk; Pendapatan dari Jasa
Gerobak Ikan); Angkut; Pendapatan
Jasa Angkutan Masyarakat Masyarakat Non
Pelaku Usaha ke/dari PPI; Perikanan;
Bengkel Mobil Penyerapan Tenaga
Kerja
II Jasa Keuangan Jasa Modal Kerja (Bank); Modal Usaha;
Jasa Simpan Pinjam (Pegadaian) Mendukung Usaha
Perikanan dan Non
Perikanan
III Jasa Logistik Rumah Makan; Toko dan Warung Pendapatan
Kebutuhan sehari-hari; Masyarakat; Logistik
Konsumsi Nelayan
dan Pekerja PPI
IV Jasa Tenaga Kerja Angkutan Tenaga Kerja Bongkar Penyerapan Tenaga
Muat (TKBM) Kerja; Pendapatan

Page | 9 - 309
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

No Peluang Jenis Usaha Manfaat Usaha


Usaha/Kegiatan
Masyarakat Non
Nelayan
V Jasa Kesehatan PUSKESMAS; Jasa Pengobatan;
Tenaga Medis; 3. Toko Obat Suplai Obat
VI Pemukiman Pengembangan Perumahan; Pendapatan
Pemondokan Tenaga Kerja Masyarakat Non
Masyarakat Pendatang; Nelayan;
Penginapan Pengembangan
Wilayah
Sumber: Hasil Analisis (2017)

Dari tabel diatas menunjukkan dampak yang ditimbulkan dari pengembangan kawasan
SKPT adalah berbagai macam usaha dapat diciptakan. Kegiatan yang diciptakan
memberikan turunan usaha cukup produktif karena selain mampu mengembangkan
ekonomi wilayah juga sasaran utama adalah kesejahteraan masyarakat.

8.5.1. Aktifitas Ekonomi Non Perikanan

Pertumbuhan ekonomi yang terdapat disekitar SKPT selain aktifitas perikanan juga
terjadi pada kegiatan non ekonomi. Hasil identifiksi menunjukkan perkembangan
ekonomi non perikanan yang ada hubungannya langsung maupun tidak langsung
dengan pembangunan perikanan adalah :

1. Jasa transportasi

Terciptanya jenis usaha transportasi tidak lain adalah akibat kebutuhan pengangkutan
komoditas ikan dari sentra produksi ke pusat pemasaran. Sarana produksi untuk
komoditas perikanan membutuhkan perlakuan khusus mengingat komoditas mudah
rusak dan busuk. Sehingga jasa sarana transportasi yang disediakan juga dirancang
dengan desain khusus, misal truk pengangkut harus menggunakan Insulated truk.
Pembuatan sarana angkutan khusus ini akan membuka peluang lapangan kerja
termasuk bengkel untuk perawatannya. Manfaat yang dirasakan adalah selain
meningkatkan pendapatan masyarakat non perikanan juga mampu menyerap tenaga
kerja.

2. Jasa keuangan

Untuk mengembangkan usaha jasa transportasi dan jasa pelayanan lainnya untuk
usaha perikanan tidak terlepas dari kebutuhan modal usaha. Terkait dengan

Page | 9 - 310
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

perkembangan SKPT pada suatu wilayah, maka pihak penyedia jasa keuangan baik
berupa Bank maupun Pegadaian akan turut melakukan aktivitas usaha di sekitar SKPT.
Kehadiran jasa keuangan ini sangat diperlukan mengingat biaya bunga cukup realistis
untuk mendukung usaha para pengusaha. Manfaat jasa keuangan selain mendukung
modal usaha juga memberi peluang berusaha dan meningkatkan usahanya para
pengusaha non perikanan. Disamping itu bunga pinjaman yang akan digunakan cukup
realistis. Beberapa Bank yang sudah ada di Rote Ndao seperti BRI Cabang Ba’a
(termasuk mobil keliling), Bank NTT Cabang Ba’a dan Ban NTT Unit Pantai Baru.

3. Jasa logistik

Pengembangan jasa logistik non perikanan seperti: pertokoan kelontong (untuk


mendukung pengembangan ekonomi non perikanan); toko kebutuhan rumah tangga,
rumah makan padang RM Citra Minang di Ba’a, warung kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Manfaat usaha yang dirasakan adalah selain pendapatan usaha
masyarakat non perikanan juga memudahkan usaha perikanan (memudahkan nelayan
membutuhkan logistik)

4. Jasa tenaga kerja

Jasa angkutan tidak terlepas dari kebutuhan tenaga kerja yang tidak membutuhkan
tingkat pendidikan yang tinggi. Untuk melayani pengangkutan ikan dari kapal ke TPI dan
kendaraan angkutan membutuhkan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Dengan
demikian manfaat usaha ini selain memudahkan masyarakat melakukan mobilisasi juga
dapat menyerap tenaga kerja.

5. Jasa kesehatan

Segenap kegiatan yang terjadi suatu wilayah tidak terlepas dengan kebutuhan jasa
untuk kesehatan masyarakat. Untuk melayani jasa kesehatan masyarakat telah tersebar
beberapa Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Ba’a, tenaga medis dan
toko penyedia obat-obatan. Manfaat yang dirasakan adalah tingkat kenyamanan dan
kesehatan masyarakat meningkat dan pengembangan ekonomi usaha jasa perdagang
obat-obatan.

6. Jasa pemukiman

Pengembangan ekonomi pada suatu wilayah akan menarik minat pendatang untuk
tinggal dan berusaha di wilayah tersebut. Kondisi ini secara langsung para pendatang

Page | 9 - 311
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

akan membutuhkan tempat pemukiman. Pengembangan perumahan semakin terlihat


dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tempat pemukiman tidak hanya perumahan
tetapi juga berupa Pemondokan Tenaga Kerja Masyarakat Pendatang termasuk juga
adanya penginapan berupa hotel dengan berbagai tingkatan.

Manfaat yang dirasakan masyarakat selain meningkatnya Pendapatan Masyarakat Non


Nelayan, juga pengembangan wilayah serta lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan
dan lapangan usaha yang tumbuh adalah munculnya perusahaan dan toko pensuplai
bahan bangunan. Munculnya pengusaha bangunan ini juga akan bermanfaat menyerap
tenaga kerja.

8.5.2. Kegiatan Pariwisata vs Perikanan

Secara geografis Kabupaten Rote Ndaro yang merupakan kabupaten kepulauan


memiliki keunggulan kompetitif selain bidang perikanan juga dibidang pariwisata
terutama pariwisata Bahari. Berbagai macam wisata bahari di Kabupaten Rote Ndao
berpotensi untuk dikembangkan adalah selancar; diving diantara batu karang,
keindahan kondisi pasir pantai; wisata pemandangan alam bahari (sunset), Danau
Merah, Laut Mati dan sebagainya. Tumbuh kembangnya pariwisata akan berdampak
terhadap terhadap kebutuhan dukungan prasarana wilayah (jalan, suplai air, suplai listrik
dll) serta perhotelan termasuk restaurant yang bernuansa SEA FOODS.

Untuk mendukung kegiatan pariwisata selain hotel terdapat restaurant dan café, Depot
Vallery, El Shaday di Mokdale, serta Videshy di Civic Center. Keberadaan rumah makan
dan restaurant untuk melayani pendatang mendorong pihak pengusaha mendapatkan
bahan baku berkualitas tinggi termasuk kualitas ikan yang akan disajikan di restaurant.
Untuk itu akan mendorong nelayan untuk lebih menjaga mutu ikan (Kerapu, Kakap,
Cumi, Tongkol) dan dalam kondisi tetap segar.

8.5.3. Kegiatan Perikanan

Pengaruh Multiplier yang terkait dengan perikanan terdapat berbagai macam dan
rumusannya mulai dari hulu sampai hilir bahkan masih membutuhkan dukungan sektor
lain. Secara spesifik yang terdapat di sekitar SKPT saat survey dilaksanakan antara lain
sebagai berikut.

1. Perusahaan perikanan

Page | 9 - 312
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Selain dampak ganda non perikanan yang diciptakan, minabisnis perikanan tangkap
maupun budidaya ini akan memberikan dampak ganda secara langsung terhadap
kegiatan usaha perikanan. Usaha yang diciptakan adalah munculnya pengusaha
perikanan mulai skala kecil sampai skala besar. Dalam usaha perikanan tangkap terlihat
semakin meningkatnya jumlah perahu dan kapal penangkapan ikan, jumlah alat
penangkapan ikan, dan jumlah nelayan tetap. Dalam perikanan budidaya terlihat
semakin meningkatnya jumlah pembudidaya (tawar, payau, laut).

Disamping pengusaha perikanan muncul pengusaha pendukung perikanan tangkap dan


perikanan budidaya. Pengusaha yang mendukung ini seperti pengusaha kapal ikan,
pensuplai mesin dan suku cadang mesin kapal, bengkel mesin kapal, pengusaha
pengolahan ikan serta pengepakan ikan. Manfaat yang dirasakan terlihat adanya
peningkatan produksi ikan, konsumsi ikan serta memperluas jaringan distribusi ikan.

2. Kebutuhan logistik kapal

Peluang usaha yang tercita dengan berkembangnya usaha perikanan adalah usaha
dibidang sarana yang mendukung usaha perikanan seperti suplai BBM, suplai air tawar
bersih, suplai es, suplai makanan ABK untuk perbekalan selama melakukan kegiatan
penangkapan di tengah laut.

3. Pengolahan dan pemasaran ikan

Adanya upaya memberikan nilai tambah produk akan memberikan dampak terjadinya
lapangan kerja baru. Jenis usaha yang tercipta adalah suplai bahan alat perikanan;
usaha pengolahan produk dan pengepakan ikan. Jasa usaha ini bermanfaat unntuk
memperluas jaringangan distribusi ikan maupun konsumsi ikan. Untuk mendukung
kegiatan kapal perikanan, usaha dan kegiatan yang ditimbulkan adalah penyediaan
BBM melalui SPDN, suplai air tawar bersih serta suplai es. Usaha ini semua memberikan
manfaat untuk meningkatkan pendapatan dari hasil usaha penjualan BBM, suplai air,
bahan makanan dan tidak kalah pentingnya adalah menyerap tenaga kerja.

Usaha pengolahan dan pemasaran berperan penting sebagai pemberian nilai tambah
dan memperluas distribusi ikan. Kegiatan ini membutuhkan berbagai sarana dan bahan
yang diperlukan untuk menangani ikan. Dampak lainnya adalah terserapnya tenaga
kerja dan pendapatan usaha masyarakat.

Tabel 8.2 Dampak Multiplier Kegiatan Perikanan

Page | 9 - 313
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

No Peluang Jenis Usaha Manfaat Usaha


Usaha/Kegiatan
I Perusahaan Usaha Penangkapan; Produksi Ikan; Konsumsi ikan;
Perikanan Suplai Bahan Alat Perikanan; Memperluas Jaringan Distribusi
Usaha Pengolahan; Ikan
Pengepakan Ikan
II Kebutuhan Logistik SPDN dan Usaha Suplai BBM Pendapatan akibat
Kapal Pengolahan Air dan Usaha Suplai Pengembangan usaha Suplai
Air, Pabrik Es dan Usaha Suplai Es BBM; Air; Pabrik Es;
Penyerapan Tenaga Kerja
III Pengolahan dan  Usaha Pemasaran : Perantara; Pendapatan Pedagang Ikan;
Pemasaran Ikan Pengecer Ikan; Devisa (Eksport); Penyerapan
 Alat dan Bahan Pendukung Tenaga Kerja
Pemasaran (Box; Dry Ice; Es
Balok); pasar ikan
Sumber: Hasil Analisis (2017)

BAB 9
INDIKASI PROGRAM DAN
ANALISIS RESIKO

Page | 9 - 314
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

8.6. INDIKASI PROGRAM

Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan SKPT merupakan aplikasi kegiatan


pembangunan Suatu wilayah yang dilaksanakan secara bertahap dan terarah. Program
dan kegiatan ini tidak hanya memuat kegiatan pembangunan di bidang perikanan saja
yang sebagai komoditas unggulan, namun memuat seluruh bidang pembangunan
seperti pengembangan SDM, kelembagaan, komoditas unggulan dan sarana prasarana
pendukung lainnya yang sifatnya antar sektor dan antar aktor.

Matrik program pengembangan yang akan dilaksanakan di Kawasan SKPT adalah :

a. Program Pengembangan SDM


b. Program Pengembangan Kelembagaan
c. Program Pengembangan Komoditas Unggulan
d. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana

Matrik program pengembangan SDM untuk jangka pendek tidak diarahkan dalam
pendidikan akan tetapi difokuskan dalam mempersiapkan ketrampilan SDM melalui
beberapa kegiatan training dan atau pelatihan. Materi pelatihan diutamakan pada
kemampuan perikanan tangkap, pembudidayaan, dan pengolahan hasil perikanan.
Untuk memberikan wadah dari berbagai aspek pengembangannya, diperlukan
kelembagaan yang sifatnya non pemerintah. Tujuan kelembagaan ini adalah untuk
menyalurkan aspirasi terhadap pengembangan usahanya.

Berdasarkan kerangka pemikiran ini, maka matrik program yang dipersiapkan untuk
pengembangan SKPT adalah sebagai berikut.

Page | 9 - 315
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Matrik Program Pengembangan SDM

TahunAnggaran Sumber Dana Pelaksana


No Kegiatan PelatihanSDM Perikanan Volume Biaya (RpJuta)
1 2 3 4 5
Keterangan
1 Pelatihan/Training Pembenihan Ikan 1 Paket 500 Kab/ Prov
2 Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan 1 Paket 500 Kab/ Prov
3 Pelatihan Pembudidaya Ikan di Kolam 1 Paket 500 Kab/ Prov
4 PelatihanPembudidaya Ikan di 75 Embung 1 Paket 800 Kab/ Prov
5 Pelatihan Pengolahan Produk 1 Paket 500 Kab/ Prov
6 Pelatihan Permesinan Kapal 1 Paket 600 Kab/ Prov
7 Pelatihan Penanganan Mutu Produk 1 Paket 500 Kab/ Prov
8 Pelatihan Manajemen Kelompok POKDAKAN 1 Paket 500 Kab/ Prov

Page | 9 - 316
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Matrik Program Pengembangan Kelembagaan

TahunAnggaran
No Penguatan Kelembagaan Perikanan Volume Biaya(RpJuta) Sumber Dana Pelaksana
1 2 3 4 5
1 Revitalisasi 17 POKDAKAN 17 POK 200 Kab/ Prov
2 Peningkatan Status POKDAKAN di 10 Kecamatan 10 POK 300 Kab/ Prov
3 Revitalisasi POKDAKAN Di 10 Kecamatan 1 Unit 200 Kab/ Prov
4 Pengembangan Bank Perkreditan di 3 Lokasi PPI 3 Unit Swasta Swasta
5 Revitalisasi Koperasi Pembudidaya Ikan 3 Lokasi 1 Unit 100 Kab/ Prov
6 Pemberdayaan Kelompok Pengolahan 3 PPI 3 Unit 600 Kab/ Prov
7 Pemberdayaan Lembaga Pembina Pemasaran 1 Unit 200 Kab/ Prov
8 Pemberdayaan Kelompok Budidaya Per Komoditi 3 Unit 600 Kab/ Prov

Matrik Program Pengembangan Komoditas Unggulan

TahunAnggaran
No KegiatanPengembanganKomoditasUnggulan Volume Biaya (Rp Juta) Sumber Dana dan Pelaksana
1 2 3 4 5
1 Promosi Pengembangan Produk Olahan 1 Unit 400 DKP Kab/Prov
2 Pendederan Benih Unggul di 75 Embung 3 Unit 1800 DKP kab/ Prov
3 Pengembangan Bibit Unggul 1 Unit 300 DKP Kab/ Prov
4 Penyebaran Bibit Unggulan Budidaya ke Petani 1 Unit 400 DKP Kab/ Prov
5 Pengembangan Pakan dan Obat-obatan 75 Embung 75 Unit 750 DKP Kab/ Prov
6 Peningkatan Suplai Air Budidayadi Rote Selatan danLobalain 2 Unit 400 PDAM
7 Mengembangkan Induk dan Benih Unggulan 1 Unit 400 DKP Kab/ Prov

Page | 9 - 317
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Matrik Program Pengembangan Sarana dan Prasarana

Program Tahun Anggaran


No Volume Biaya (Rp Juta) Sumber Dana dan Pelaksana

REVITALISASI BBI MOKDALE 1 2 3 4 5

1 Penyusunan DED 1 Paket 600 KKP

2 Rehabilitasi untuk Indoor Hatchery 1 Unit 550 KKP


KKP
3 Membangun Tandon Air 1 Paket 200
KKP
4 Merehab Gudang 1 Paket 96
KKP
5 Merehab saluran inlet dan outlet Kolam 1 Paket 450

6 Membuat dinding kolam dengan Cor Beton 1 Paket 50 KKP

7 Pembangunan kantor pengelola BBI 1 Unit 160 KKP

8 Area parkir 1 Paket 100 KKP

9 Pembuatan Sumur Bor 1 Paket 20 KKP

10 Revitalisasi sarana BBI Mokdale 1 Paket 200 KKP

Page | 9 - 318
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Program Biaya Tahun Anggaran Sumber Dana


No Volume
(Rp Juta) dan Pelaksana
PENGEMBANGANSARANA PENDUKUNG KOMODITAS LELE DAN NILA 1 2 3 4 5
5
1 Kolam pendederan 5 Kelompok/ tahun (Kecamatan Lobalain, Rote Selatan) 20 unit 1.200 10 unit 5 unit KKP
unit
2 Pembangunan 9 bangsal /60 m2 Kelompok Embung (9 Kecamatan ) 9 Unit 1.080 9 unit KKP

3 Pengembangan kolam Lele bahan dasar Terpal 17 unit 17 unit 51 9 unit 8 unit KKP

4 Prasarana pendukung

Jalan (kecamatanLobalain, Rote Selatan) 2 paket 500 1 paket 1 paket PU

Air Tawar 2 paket 4.000 1 paket 1 paket PDAM

Program Biaya Tahun Anggaran Sumber Dana


No Volume
(Rp Juta) dan Pelaksana
PENGEMBANGAN SARANA PENDUKUNG KOMODITAS RUMPUT LAUT 1 2 3 4 5

Bangsal Kelompok Pembudidaya RL (Kecamatan Rote Timur, Landuleko dan Rote


1 3 Unit 900 1 unit 1 unit 1 unit KKP
Barat Laut)

2 Gudang Rumput Laut (Kecamatan Rote Barat Laut dan Kecamatan Landuleko) 2 unit 3.400 1 unit 1 unit KKP
3 Para-Para 200 Unit 2.000 100 unit 50 unit 50 unit KKP

4 Kebun Bibit 70 Paket 2.800.000 70 paket KKP

Page | 9 - 319
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Program Tahun Anggaran Sumber Dana


No Volume Biaya (Rp Juta)
PPI TULANDALE 1 2 3 4 5 dan Pelaksana

1 Penyusunan DED 1 Paket 850 KKP


KKP
2 Pengerukan Kolam Pelabuhan 1 Paket 7.600
KKP
3 Pembangunan Kantor PPI 1 Paket 2.250
KKP
4 Pembangunan Kantor Pengawas 1 Paket 975
KKP
5 Pembangunan Pasar Ikan 1 Paket 2.700
KKP
6 Pembangunan Kios Perbekalan 2 Unit 2.475 2 Unit
KKP
7 Pembangunan Tempat Kuliner 1 Paket 2.250
KKP
8 Pembangunan Toilet Umum 2 Unit 900 2 Unit
KKP
9 Pembangunan Tempat Pemasaran Ikan 1 Paket 2.376
KKP
10 Pembangunan Musholla 1 Paket 480
KKP
11 Rehab Cold Storage 30 ton dan IFM 2 ton 1 Paket 3.500
KKP
12 Pembangunan Balai Pertemuan Nelayan 1 Paket 1.100
KKP
13 Pembangunan Pelayanan Terpadu 1 Paket 275
PERTAMINA
14 Pembangunan SPDN 1 Paket 1.013
KKP
15 Pembangunan Docking Kapal dan Bengkel 1 Paket 5.250
KKP
16 Pembangunan Trestel (80 m2) 1 Paket 1.400
KKP
17 Pembangunan Dermaga (100 x 6 m) 1 Paket 28.000
KKP
18 Pembangunan Breakwater (180 m) 1 Paket 3.500
KKP
19 Infrastruktur dan Landscaping 1 Paket 5.155
KKP
20 Rumah Singgah 1 Paket 1.336
100 Unit KKP
21 Bantuan Cool Box 200 L 270 100 Unit

Page | 9 - 320
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Program Tahun Anggaran Sumber Dana


No Volume Biaya (Rp Juta)
PPI TULANDALE 1 2 3 4 5 dan Pelaksana

50 Unit KKP
22 Bantuan Cool Box 300 L 200 50 Unit
10 Unit KKP
23 Bantuan Fish Finder 40 10 Unit
100 Unit KKP
24 Bantuan Life Jacket 30 100 Unit

Program Biaya Tahun Pelaksanaan Sumber Dana


No Volume
PPI PAPELA (Rp Juta) 1 2 3 4 5 dan Pelaksana

1 Paket
1 Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan PPI 500 KKP
1 Paket
2 Penyusunan DED PPI 800 KKP
1 Paket
3 Penyusunan DED Cold Storage 30 ton dan IFM 2 ton 450 KKP

4 Pembangunan Cold Storage 30 ton dan IFM 2 ton 1 Paket 4.000 KKP

Program Biaya Tahun Pelaksanaan Sumber Dana


No Volume
PPI BATUTUA (Rp Juta) 1 2 3 4 5 dan Pelaksana

1 Paket
1 Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan 500 KKP
1 Paket
2 Penyusunan DED 800 KKP

Page | 9 - 321
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Program Tahun Pelaksanaan


No Volume Biaya (Rp Juta) Sumber Dana dan Pelaksana
UPT DJPB 1 2 3 4 5

1 Penyusunan DED Tambak Serbaguna Tualima 1 Paket 3.000 KKP


1 Paket KKP
2 Pembangunan Hatchery Teripang 1.575
1 Paket KKP
3 Pembangunan Hatchery Mutiara 1.575
1 Paket
4 Pembangunan Laboratorium Kultur Jaringan Rumput Laut 1.575 KKP
7 ha
5 Pematangan lahan untuk sarana prasarana perkantoran pada lahan 7 Ha 700 KKP
1 Paket
6 Pembangunan Gedung Kantor Manajemen 825 KKP
5 unit
7 Gudang Pengolahan dan Penyimpanan 1.350 KKP
1 Paket
8 Gedung Pengolahan/ Pemurnian Garam 900 KKP
1 Paket
10 Jalan produks 1.5 km 3.600 KKP
1 Paket
11 Jalan Masuk Unit Percontohan 300 m 1.080 KKP
1 Paket 10.000
11a Peningkatan jalan masuk Komplek UPT 5 km PU
1 Paket
12 Drainase komplek 3000 m 900 KKP

13 Tandon Air kapasitas 300 m3 1 Paket 200 KKP


2 2
14 Rumah Genset 200 m 200 m 200 KKP
2 2
15 Kawasan Parkir 1.000 m 1.000 m 230 KKP

16 Mess Operator 5 Unit 650 KKP


150 m2
17 Gudang Peralatan 1.100 KKP
1 Paket
18 Peralatan Laboratorium 200 KKP
1 Paket
19 Peralatan Kantor 50 KKP
1 Paket
20 Mebelair (kantor dan rumah/mes dinas) 300 KKP

Page | 9 - 322
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

9.2. ANALISIS RESIKO

Dari hasil analisis pengembangan SKPT di Kabupaten Rote Ndao, menurut Tim
masterplan ini dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman pengembangan kawasan
SKPT Kabupaten Rote Ndao. Namun demikian kemungkinan akan timbul resiko dalam
implementasi mendatang yang perlu diantisipasi yaitu:

1. Keterlambatan dalam melaksanakan setiap kegiatan proyek

Didalam mengimplementasikan program dan kegiatan pembangunan dikawasan SKPT


dimulai dari pelaksanaan studi kelayakan, pembuatan detail desain sampai dengan
kegiatan konstruksi serta penyiapan anggaran pembangunan. Jika ada keterlambatan
pembuatan study kelayakan dan detail berarti jadual di belakang ini juga akan
terganggu. Contohnya jika kebutuhan revitalisasi Balai Benih Ikan terlambat bahkan
tidak berhasil upaya pengembangan Pembudidaya untuk meningkatkan produksi akan
terhambat jika pengembangan prasarana pendukung wilayah terlambat atau tertunda,
termasuk mata rantai usaha perikanan.

Dalam hal investor akan mengembangkan usaha tetapi harus menunggu pemerintah
merealisasikan program-programnya. Jika program terlambat berdampak investor tidak
mungkin akan menunggu lebih lama lagi karena tidak ada kepastian untuk segera
merealisasikan untuk berusaha. Barkaitan dengan resiko ini maka strategi untuk
mengantisipasi adalah :

a. Dipersiapkan rencana kerja yang disetujui bersama dalam POKJA


b. Dipersiapkan jadwal pelaksanaan sesuai program yang diprioritaskan
c. Membiasakan disiplin waktu dalam setiap kegiatan
d. Setiap anggota POKJA harus kommit dalam keputusan yang sudah disepakati
e. Membiasakan tertib dalam pelaksanaan monitoring dan pengawasan dilapangan

2. Kinerja kelembagaan tidak efisien

Kurangnya komunikasi dan ketidak jelasan tugas pokok dan masing anggota didalam
kelembagaan mengakibatkan kinerja kelembagaan akan tidak efisien. Dapat dimaklumi
karena dikhawatirkan anggota yang duduk dalam kelembagaan tidak tepat SDM atau
SDM berkualitas tetapi memiliki beban tugas yang berlebihan. Akibatnya tugas-tugas
dalam kelembagaan kemungkinan tidak dilaksanakan sepenuhnya. Disadari bahwa
manajemen kelompok nelayan/ koperasi umumnya masih jauh dan sangat lemah jika
dibandingkan dengan pelaku bisnis perikanan lainnya.

Page | 9 - 323
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Berkaitan dengan hal diatas, diperlukan strategi untuk mengantisipasi situasi diatas
yaitu :

a. Anggota POKJA harus kommit dalam pengambilan keputusan


b. Perencanaan Kelembagaan untuk membina sentra kawasa SKPT, pendukung dan
terkait
c. Pemerintah daerah perlu meningkatkan pelayanannya terhadap kelompok /koperasi
nelayan serta pembudidaya ikan
d. Siapkan metode untuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, fasilitasi, pengawalan dan
dukungan sarana dan prasarana.
e. Tertib monitoring dan evaluasi
f. Pengawasan dalam pelaksanaan tugas di lapangan

3. Pergantian personil/ pejabat

Selama periode pengelolaan kawasan SKPT tidak tertutup kemungkinan akan terjadi
mutasi diantara anggota yang sudah solid melaksanakan tugas di kelembagaan.
Dampak yang timbul jika terjadi kondisi demikian akan terjadi perubahan bahkan yang
ekstrem jika terjadi perbedaan pandangan dalam melaksanakan tugas-tugas. Akibatnya
akan terjadi ketidakserasian dan sinergi diantara anggota yang pada akhirnya
manajemen tidak efisien.

Strategi untuk mengantisipasi kejadian ini diperlukan :

a. Konsistensi terhadap pelaksanaan rencana yang sudah disepakati


b. Jika terjadi pergantian Pejabat maka kepada Pejabat pengganti harus tetap
konsisten melaksanakan kecuali ada penyimpangan
c. Dalam setiap pertemuan kalau mewakilkan, diminta staf yang mewakili dapat
memutuskan hasil rapat
d. Setiap program yang menjadi tanggung jawabnya untuk mendukung program
minapolitan harus konsisten dilaksanakan

4. Tingkat keamanan wilayah (bencana alam)

Tingkat keamanan wilayah adalah kemungkinan terjadinya bencana alam (force major)
baik berupa gelombang besar sehingga menghentikan usaha penangkapan ikan. Bagi
Pembudidaya adanya bencana banjir dan tingkat sedimentasi yang tidak dapat dihindari
atau dapat dihindari tetapi membutuhkan biaya tinggi dan pemerintah tidak dapat segera
mengatasi akibat keterbatasan anggaran. Resiko pencurian akibat lemahnya keamanan

Page | 9 - 324
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

dapat terjadi saat akan panen, dimana terjadi pencurian produk saat masih ada di tempat
pembesaran.

Strategi untuk memperkecil resiko ini diperlukan :

a. Perencanaan untuk membuat zonasi wilayah rawan bencana (banjir, longsor, dan
lainnya
b. Terhadap pencurian produk supaya melibatkan petugas keamanan atau
membentuk kelompok siswasmas (sistem pengawasan masyarakat)
c. Koordinasi diantara pembudidaya untuk pengawasan terpadu
d. Penerangan jalan kawasan dan ada gardu penjagaan yang digunakan secara
bergiliran jaga
e. Pagar keliling kompleks agar tidak dimasuki binatang yang memangsa ikan

Page | 9 - 325
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

BAB 10
PENUTUP

8.7. KESIMPULAN

Kabupaten Rote Ndao salah satu dari kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
ditetapkan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Untuk mewujudkan
Kabupaten Rote Ndao sebagai Sentra Kelautan Perikanan Terpadu disusun Masterplan
yang komprehensif dan terintegrasi sesuai dengan kriteria teknis dari hulu ke hilir
termasuk bisnisplan, perencanaan kebutuhan anggaran selama 5 tahun (2017-2021)
sebagai acuan rencana pengembangan kawasan Perikanan di Kabupaten Rote Ndao.
Hasil kajian potensi perikanan diperoleh kesimpulan dokumen Masterplan SKPT
berpotensi dan dikembangkan sebagai berikut:

1. Kebijakan Pengembangan Wilayah


Masterplan PSKPT Rote Ndao sudah disesuaikan dan sinergi dengan Perda No. 7
Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Rote Ndao.
2. Perikanan Tangkap
Rencana pengembangan perikanan diutamakan :
a. Pembangunan PPI Tulandale sebagai pusat bisnis kegiatan perikanan tangkap,
juga mendukung perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan, sebagai hinterland di Kecamatan Rote Tengah, Rote Barat Laut,
Pantai Baru
b. Pengembangan PPI Batutua di Rote Barat Daya dan PPI Papela di Rote Timur
dan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mendukung industri
perikanan dan pemasaran
c. Komoditas unggulan hasil analisis L/Q ditetapkan ikan Tuna, Tongkol, Kerapu,
Kakap

Page | 9 - 326
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

d. Usaha penangkapan akan dikembangkan kapal perikanan ukuran 3 GT, 5 GT


dengan alat tangkap pancing, jaring dengan fisihing ground di perairan territorial
Laut Sawu. Kapal 10 GT dengan alat tangkap pancing dikembangkan di
Samudera Hindia.
e. Indikasi program untuk tahun I digunakan untuk detail desain rehabilitasi PPI
Tulandale, tahun II untuk untuk konstruksi PPI Tulandale dan studi kelayakan
Batutua dan Papela

3. Bidang Budidaya

Rencana Pengembangan Perikanan Budidaya berupa :

a. Budidaya Air Tawar


1) Dikembangkan sarana dan prasrana BBI Mokdale untuk pengembangan
benih unggul (Lele, Nila)
2) Kegiatan budidaya ikan air tawar memanfaatkan perairan situ, pekarangan,
danau dan waduk dengan komoditas Ikan Lele dan Nila di Kecamatan
Lobalain dan Rote Selatan. Pengembangan budidaya dengan
memanfaatkan embung
b. Budidaya Air Payau
Pendekatan kawasan pembudidayaan berupa tataguna pengairan dan ketentuan
yang berlaku budidaya air payau (tambak) dikembangkan di Kecamatan Rote
Timur, Rote Barat Laut, Landu Leko, Pantai Baru dengan jenis komoditas
Bandeng

c. Budidaya Air Laut


Budidaya air laut sesuai dengan kriteria di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
disesuaikan dengan pemetaan dari Direktorat Prasarana Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya komoditas rumput laut, mutiara, teripang.

d. Indikasi program untuk tahun pertama dikembangkan detail desain Balai Benih
Ikan di Mokdale

4. Pengolahan dan Pemasaran


a. Pengembangan pengolahan produk perikanan di kawasan PPI Tulandale
Kecamatan Lobalain (cold storage, pabrik es), Kecamatan Rote Barat Daya dan
Rote Timur (cold storage, dan pabrik es)

Page | 9 - 327
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

b. Jenis olahan yang dapat dilaksanakan dalam tahun pertama adalah pengolahan
ikan asin dan Loin Tuna, sedangkan rumput laut masih dalam tahap suplai bahan
baku sehingga dipersiapkan dalam bentuk bahan baku kering
c. Indikasi program pelaksanaan dibuat DED cold storage dan Pabrik Es di Papela
dan rehabilitasi cold storage dan pabrik es di PPI Tulandale. Untuk rumput laut
dipersiapkan gudang dan sarana pengeringan.

5. Garam
a. Dikembangkan di Kecamatan Rote Timur, Landu Leko, Rote Barat Laut, Rote
Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan Pantai Baru
Untuk mendukung swasembada garam terpadu Artemia dengan target
memanfaatkan seluruh potensi wilayah sebesar 4.961 ha.
b. Sebagai Pilot Project dibangun di kecamatan Rote Barat (Desa Tualima) dengan
total luas 27 ha terdiri dari 20 ha untuk tambak garam dan 7 ha untuk
pembangunan sarana pendukung (kantor, perumahan, gudang, dll).
c. Indikasi program pada tahun pertama dilaksanakan DED dan pengembangan
prasarana wilayah yang dilaksanakan oleh instansi terkait sesuai dengan
TUPOKSI.

6. Pengembangan Wilayah Berbasis Perikanan


a. Permasalahan wilayah
Diseluruh kecamatan atau di Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi dan
permasalahan ekonomi berupa:
1) Jumlah dan kualitas SDM seperti: jumlah penduduk produktif, tingkat
pendidikan, angkatan kerja, kesejahteraan sosial, pengembangan
kepemudaan
2) Sarana dan prasarana : sarana kesehatan, perumahan, transportasi (darat,
laut, udara), listrik, suplai air
3) Potensi perikanan menghadapi masalah selain kondisi potensi (perikanan
tangkap) sudah ada yang over exploited dan menghadapi kawasan
konservasi. Keterbatasan sarana penangkapan yang berdampak
keterbatasan jangkauan wilayah penangkapan, mutu hasil tangkapan,
rendahnya kemampuan pemanfaatan potensi perikanan yang ada.

Page | 9 - 328
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

4) Budidaya darat potensi 136,77 ha baru dimanfaatkan 3,34 ha akibat minat


masyarakat mengkonsumsi ikan budidaya darat di wilayah pengusahaan
kurang dan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung wilayah.

b. Strategi dengan RTRW, rencana pengembangan wilayah adalah :


5) Zona Penangkapan (fishing ground) di WPP 573, zona Inti berada di PPI
Tulandale Kecamatan Lobalain
6) Kawasan Budidaya Laut; Kawasan Inti di Kecamatan Lobalain, kawasan
pendukung di Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Tengah dan
Kecamatan Pantai Baru, Rote Timur, Landu Leko, Ndao Nuse
7) Kawasan Budidaya Rumput Laut; Zona Inti di Kecamatan Rote Barat Laut
pendukung Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat, Landu Leko.
8) Kawasan Budidaya Air Tawar; Kecamatan Lobalain Kawasan Inti dan
Kawasan Pendukung (Hinterland) SKPT (Rote Selatan , Rote Timur, Pantai
Baru, Rote Tengah.

7. Pengembangan Komoditas Unggulan


a. Budidaya Air Tawar dikembangkan Nila dan Lele Kecamatan Rote Selatan,
Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur, Landu Leko, Pantai Baru, Rote Barat Laut,
Rote Barat, Rote Barat Daya
b. Budidaya Air Payau komoditas Bandeng di Rote Timur, Pantai Baru, Landu Leko,
Rote Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Barat
c. Rumput Laut dikembangkan di Kecamatan Landu Leko, Rote Timur, Pantai Baru,
Rote Selatan, Rote Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote
Barat, Ndao Nuse
d. Budidaya Laut
 Teripang di Rote Barat Laut, Pantai Baru, Rote Timur, Rote Barat Daya
 Mutiara dikembangkan di Kecamatan Rote Timur, Rote Barat Daya
e. Garam dikembangkan di Kecamatan Landu Leko, Rote Timur, Pantai Baru, Rote
Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Barat, Ndao Nuse

.
8.8. SARAN

Page | 9 - 329
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao

Oleh karena program pembangunan sentra kelautan dan perikanan dilaksanakan secara
terpadu, maka didalam implementasinya supaya:

1. Setiap instansi terkait konsisten mensinergikan program dibidangnya dengan


program SKPT
2. Indikasi program dijadikan pedoman/ acuan untuk pelaksanaannya
3. Pokja yang sudah dibentuk di Kabupaten Rote Ndao supaya proaktif didalam
melaksanakan Monitoring dan Evaluasi
4. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara terus menerus secara konsisten

Page | 9 - 330

Anda mungkin juga menyukai