BAB 1
PENDAHULUAN
Rote Ndao merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEPMEN-KP/51/2016
tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT) di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Dasar penetapan sebagai SKPT
karena memiliki potensi perikanan budidaya dan perikanan tangkap yang cukup besar.
Program SKPT ini bertujuan meningkatkan ketersediaan sumber protein dan ketahanan
pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan pemasukan devisa bagi negara.
Diharapkan SKPT bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pinggiran dengan
lokomotif penggerak utama adalah sektor perikanan. Dalam konsep SKPT di pulau-
pulau kecil dan kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem dan pola yang
memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan serta sumberdaya
manusia sebagai basis pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT).
Masterplan yang tersedia saat ini belum menggambarkan secara komprehensif tentang
program pengembangan perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan dan
pengembangan garam. Jika dilihat dari potensi yang ada, perikanan budidaya memiliki
peluang cukup potensial untuk dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Data dan
informasi Dinas Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa potensi budidaya air tawar
dengan adanya 75 Unit Embung yang potensial untuk pengembangan ikan air tawar
namun belum dikelola secara optimal. Budidaya air payau mencapai 12.937 ha dan baru
Page | 1 - 1
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dimanfaatkan sekitar 5 ha. Beberapa peluang kegiatan perikanan budidaya yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao yaitu Budidaya Rumput Laut, Mutiara, Teripang,
Bandeng, Lele dan Nila.
Potensi perikanan tangkap Kabupaten Rote Ndao yang termasuk di WPP 573
diperkirakan mencapai 929.330 ton per tahun, dengan Jumlah Tangkapan Yang
Diperbolehkan (JTB) sebesar 743.509 ton. Kegiatan usaha penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan 573 berdasarkan Kepmen Nomor 47 Tahun 2016 sampai dengan
saat ini dalam kondisi fully eksploited (Ikan Pelagis Kecil, Ikan Pelagis Besar, Ikan
Demersal, Lobster, Rajungan) dan over eksploited (Ikan Karang, Udang Penaeid,
Kepiting, Cumi-cumi), oleh karena itu usaha perikanan perlu dilakukan secara hati-hati.
Hasil produksi perikanan budidaya maupun perikanan tangkap pada umumnya masih
dipasarkan dalam kondisi bulk fish atau utuh, belum dilakukan value added terhadap
komoditas perikanan budidaya maupun tangkap. Terkait dengan potensi perikanan yang
ada perlu dicari upaya untuk pengembangan produk perikanan (pengolahan) agar
memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan para petani ikan maupun
nelayan.
Selain perikanan budidaya dan perikanan tangkap, peluang pengembangan dan potensi
tambak serbaguna seluas 4.961 ha dengan potensi produksi 1.029.600 ton baru
dimanfaatkan 77 ha dengan metode geo membrane 76 ha dan dan dengan metode
tradisional 1 ha, sebagai hasil sampingan dapat dikembangkan budidaya Artemia salina.
Page | 1 - 2
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1.3. SASARAN
Sasaran yang diharapkan yaitu tersedianya Dokumen Masterplan SKPT di Rote Ndao,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai acuan untuk melaksanakan
pembangunan perikanan berkelanjutan.
Wilayah lokasi pekerjaan yaitu di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Page | 1 - 3
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Adapun garis besar ruang lingkup substansi Perencanaan Review Masterplan SKPT
Kabupaten Rote Ndao adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
b. Pengumpulan Data dan Informasi Terkait
c. Identifikasi dan Analisis
d. Pengembangan Strategi
e. Konsultasi Publik
f. Perumusan Masterplan Pengembangan Kawasan PSKPT didasarkan pada Hasil
Konsultasi Publik
g. Pelaporan
1.6. KELUARAN
Keluaran (output) yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa dokumen
Masterplan yang memuat perbaikan dan melengkapi Masterplan 2016 yang berisikan :
1. latar belakang;
2. gambaran umum kondisi lokasi;
3. kerangka kebijakan dan strategi pembangunan perikanan (Tangkap, Budidaya,
Pengolahan dan Garam)
4. tahapan dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
5. rencana fasilitas yang akan dibangun;
6. perkiraan kebutuhan anggaran;
7. rencana koordinasi keterpaduan pembangunan antar instansi; dan
8. peta dan gambar pengembangan wilayah.
1.7. METODOLOGI
Page | 1 - 4
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
START
Persiapan
Survey Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
masukan
Pembahasan
Perbaikan
Pengembangan Strategi
Laporan Kemajuan
masukan
Pembahasan
Perbaikan
Konsultasi Publik
Page | 1 - 5
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
masukan
Pembahasan
Perbaikan
Laporan Akhir
FINISH
Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju
pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan, yang dihadapi.
Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun
permintaan.
Location Quotion (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan komoditas pada
tingkat Kabupaten dalam aktivitas perikanan dengan komoditas di provinsi. Secara lebih
operasionai, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan
pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati.
Page | 1 - 6
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Keterangan:
Xij = produksi jenis komoditas ke-j pada kabupaten
Xi = produksi total perikanan kabupaten
Xij = produksi total jenis komoditas ke-j provinsi
X = produksi total perikanan provinsi
1). Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di tingkat
Kabupaten secara relatif dibandingkan dengan total Kabupaten di Provinsi di NTT
atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten, atau terjadi surplus produksi di
Kabupaten dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten.
2). Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten mempunyai aktivitas perikanan setara
dengan Provinsi.
3). Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan
dengan aktivitas perikanan Provinsi, atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten .
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan, konsiltan akan melaksanakan pekerjaan yang dapat menunjang
kelancaran seluruh pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
Administrasi;
Tenaga Ahli melakukan koordinasi dengan Tim Teknis;
Mempelajari masterplan dan bisnisplan SKPT Rote Ndao tahun 2016;
Penyusunan program kerja;
Penyempurnaan rencana kerja review masterplan bisnisplan SKPT Rote Ndao;
Mobilisasi personil; dan
Penyusunan Laporan Pendahuluan.
Tahap ini bertujuan untuk memperole gambaran potensi dan kondisi terkini serta
kebutuhan dibidang kelautan dan perikanan yang bersinergi dengan RPJM daerah.
Pada tahap ini Konsultan akan menyusun kebutuhan data dan mencari data lapangan
Page | 1 - 7
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
yang diperlukan serta data yang bersumber dari laporan pekerjaan konsultansi yang
pernah dilakukan di wilayah kajian.
Dari berbagai laporan kegiatan termasuk RTRW Kabupaten Rote Ndao menjadi
pedoman dari semua pekerjaan pembuatan RPJM, pariwisata, jalan, drainase, PAM,
Rencana Kawasan Strategis dan lainnya.
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi pengembangan, prospek dan
kebutuhan pengembangan kawasan. Secara keseluruhan ada 4 kelompok analisis yang
dilakukan:
a. Identifikasi potensi daya dukung lahan dan penetapan batas sentra produksi;
b. Identifikasi pola aliran/pergerakan orang/barang/produk dari wilayah hinterland, pusat
permukiman, pusat sentra produksi ke pusat kawasan dan ke outlet pemasaran;
c. Potensi pengembangan sistem dan usaha PSKPT; dan
d. Perkiraan kebutuhan pengembangan prasarana sarana pendukung pengembangan
kawasan.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi yang ada sekarang,
kecenderungan perkembangan ke depan, dan antisipasi perkembangan yang akan
terjadi di masa depan dengan memperkuat berbagai kebutuhan pengembangan. Hasil
dari analisis ini kemudian diuji validitasnya melalui sebuah forum konsultasi publik untuk
memastikan secara faktual di lapangan apakah hasil analisis tersebut sesuai dengan
harapan dan langkah masyarakat pelaku minabisnis dan apakah rencana penyusunan
Masterplan yang akan dibuat itu sinergi dan tidak tumpang tindih dengan arahan RTRW
Provinsi/Kabupaten, RZWP-3-K Provinsi dan program lainnya.
4. Pengembangan Strategi
Tahap pengembangan strategi adalah merupakan tahap perumusan hasil analisis dan
menjelaskan langkah-langkah/strategi yang perlu dikembangkan untuk dapat mencapai
tujuan berjalannya sistem usaha perikanan di kawasan PSKPT. Pada bagian ini berisi:
Page | 1 - 8
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Perumusan ketiga hal tersebut didasarkan pada hasil analisis, potensi dan
permasalahan di lapangan, peluang dan prospek perkembangan di masa mendatang,
serta asumsi-asumsi.
5. Konsultasi Publik
Page | 1 - 9
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Mengacu pada ketentuan atau kriteria kondisi lokasi SKPT maka jenis data yang
dikumpulkan meliputi:
Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data primer dengan melakukan
wawancara semi terstruktur (panduan), dan wawancara terstruktur (kuesioner). Kedua
metode wawancara tersebut akan dilakukan dalam kegiatan studi ini.
Jenis data sekunder diperlukan untuk kegiatan studi ini terdiri dari :
Page | 1 - 10
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 1 - 11
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Kondisi sarana dan prasarana yang ada meliputi jumlah dan jenis kapal, jenis
alat tangkap dan kondisi tempat pendaratan ikan
- Lokasi dan luas tambak, jenis pengairan, kondisi sarana pendukung
- Produksi ikan meliputi jumlah, jenis dan harga
- Jumlah dan jenis usaha pengolahan perikanan
- Lokasi pemasaran, rantai pemasaran
Page | 1 - 12
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB I. Pendahuluan
Pembahasannya meliputi latar belakang; maksud, tujuan dan sasaran; dasar hukum;
ruang lingkup materi dan lokasi; metodologi; serta jenis data yang dibutuhkan.
Kebutuhan infrastruktur wilayah (jalan akses, jalan produksi, jembatan, irigasi, air
bersih, pasar dan pemasaran produk, sekolah perikanan, perbankan, koperasi dll).
Page | 1 - 13
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Menguraikan perencanaan bisnis, strategi bisnis dan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan bisnis tersebut.
Dari hasil review masterplan 2016 diperoleh informasi komoditas dan sentra
penangkapan yang akan dikembangkan belum komrehenshif karena masih fokus untuk
rumput laut. Oleh karena itu sebelum melakukan revitalisasi Masterplan dilakukan
persiapan yang intensif agar Masterplan yang disusun dapat menjadi pemandu langkah
mewujudkan pembangunan suatu wilayah Persiapan penyusunan kembali (revitalisasi)
masterplan akan ditempuh dengan beberapa tahapan. Sasarannya adalah tersusunnya
Masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di kawasan terpilih seperti sarana dan
prasarana kawasan SKPT, tersusunnya indikasi program pembangunan sarana dan
prasarana, tersusunnya bisnisplan pembangunan sarana dan prasarana kegiatan
Page | 1 - 14
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ekonomi serta terpilihnya tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang
kompetitif, termasuk rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi. Matrik
kerangka kerja untuk revitalisasi review Masterplan 2016 disajikan pada Tabel 1.1
berikut.
Page | 1 - 15
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 1 - 16
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
4 Perikanan Pelagis Pengemban Pengembangan Pelagis Besar - Review Siteplan Mengkaji tata letak sarana Ketersediaan sarana dan
Tangkap Besar dan gan PPI Perikanan dan Pelagis PPI Tuandale dan permasalah-an di prasarana di PPI sesuai dengan
Pelagis Kecil Tulandale Tangkap kecil - Prasarana kawasan PPI Tulandale fungsi daripada segenap fasilitas
pendukung yang dibangun di PPI Tulandale
perikanan tangkap
Tidak Ada Rancangan PPI Pelagis Besar Prasarana Konsep pembangunan Perencanaan pembangunan PPI
Siteplan Papela dan Pelagis pendukung baru PPI di 2 lokasi yaitu untuk mendukung
dan Batutua Kecil perikanan tangkap Papela dan Batutua pengembangan perikanan
tangkap di Kab. Rote Ndao,
masih perlu identifikasi dan studi
kelayakan
5 Pengolahan Rumput Laut Potensi dan Pengembangan Rumput Laut Penyusunan Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana praarana
Permasalah kualitas pengembangan penyiapan sarana pendukung sehingga diperoleh
an, Bisnis Pengeringan kualitas pengeringan prasarana pendukung Rumput Laut yang berkualitas
Pengolahan Rumput Laut Rumput Laut
Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil
Page | 1 - 17
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengolahan Ikan Ikan Kering, Pemilihan jenis ikan Penyusunan perencanaan Ketersediaan sarana prasarana
Fillet dan Ikan potensial dan penyiapan sarana pendukung
Beku rencana Bisnisplan prasarana pendukung
Membentuk kelompok KUB Pengolah Ikan
pengolah ikan
Pengembangan SDM SDM yang handal dan terampil
Pengembang-an pasar Tersedianya pasar yang dapat
menjamin penjualan olahan ikan
Page | 1 - 18
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 2
GAMBARAN KEBIJAKAN
PERIKANAN BERBASIS
WILAYAH
Kabupaten Rote Ndao terletak antara 10025’ – 11015’ Lintang Selatan dan 121049’ –
123026’ Bujur Timur. Kepulauan Rote Ndao berada diantara Benua Asia dan Benua
Australia, serta diantara Laut Sawu dan Samudera Hindia. Luas wilayah daratan
Kabupaten Rote Ndao 1.280,10 km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan 89 pulau
tidak dihuni). Kabupaten Rote Ndao merupakan kawasan perbatasan laut Wilayah Nusa
Tenggara Timur dengan Australia. Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu
Negara dalam mendukung keberhasilan pembangunan, karena kawasan perbatasan
merupakan representatif nilai kedaulatan suatu negara, bermula dari kawasan perbatasan
akan mendorong perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan kegiatan masyarakat
lainnya yang akan saling mempengaruhi antara negara, sehingga berdampak pada
strategi keamanan dan pertahanan negara.
Berdasarkan kondisi geologis tersebut, Kabupaten Rote Ndao mempunyai potensi alam
yang cukup besar, terutama untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yakni
potensi sumberdaya hayati kelautan serta memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA)
daratan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Rote
Ndao.
Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu dari kabupaten yang terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Secara umum potensi Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi
yang sangat besar di sektor Perikanan dan Kelautan, Pertanian Tanaman Pangan,
Page | 4 - 19
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu adalah pusat bisnis kelautan dan perikanan
terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan SKPT adalah
membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di
pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Rote Ndao
merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra
kelautan dan perikanan terpadu berdasarkan Kepmen KP No. 51 tahun 2016 tentang
penetapan lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-
Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan karena memiliki potensi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya yang sangat besar.
Page | 4 - 20
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Pemberian bantuan dan revitalisasi sarana dan prasarana produksi bidang kelautan
dan perikanan;
3. Pemberian bantuan permodalan usaha bidang kelautan dan perikanan;
4. Penguatan kelembagaan usaha kelautan dan perikanan melalui pengembangan
sistem bisnis kelautan dan perikanan, koordinasi lintas kementerian/lembaga,
pembinaan, pendampingan, dan kemitraan;
5. Penyediaan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk menunjang bisnis kelautan dan
perikanan;
6. Penguatan daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan pemasaran produk
hasil kelautan dan perikanan;
7. Pengembangan Technopark melalui penguatan peran ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung pengolahan hasil perikanan dan jasa kelautan;
8. Pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat kelautan dan
perikanan;
9. Pengembangan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan;
10. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan;
11. Pengelolaan kawasan konservasi perairan dalam rangka menjaga kelestarian
sumber daya ikan untuk mendukung bisnis kelautan dan perikanan serta wisata
bahari; dan
12. Peningkatan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
Pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan harus tetap menjadi agenda prioritas
pembangunan. Prioritas pembangunan hendaknya diarahkan pada pembangunan
infrastruktur dan prasarana lainnya untuk menunjang ketahanan pangan, karena
biasanya pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan minim bahan pangan dan sarana
prasarana penunjang lainnya, seperti, listrik, air bersih, transportasi termasuk SDM.
Terlebih lagi di wilayah perbatasan harus dikembangkan agar terjamin rasa aman, tertib,
maju dan sejahtera sehingga pantas menjadi halaman depan dan sabuk pengaman yang
memiliki daya tangkal terhadap setiap bentuk ancaman dari negara lain. Pembangunan
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan hendaknya direncanakan secara terintegrasi
antar berbagai bidang secara komprehensif dalam suatu masterplan. Masterplan atau
Rencana Induk berfungsi sebagai pemandu langkah mewujudkan pembangunan suatu
Page | 4 - 21
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Rencana Induk (Masterplan) SKPT dimaksudkan sebagai acuan atau arahan seluruh
kegiatan di hulu dan hilir dalam suatu proses pembangunan kelautan dan perikanan,
dan penggambaran aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan secara terpadu dan berkelanjutan. Aksesibilitas dan konektivitas
tergambarkan dalam peningkatan pemasaran hasil perikanan dan kelautan, hingga ke
mancanegara. Selain Masterplan disusun pula business plan pengembangan kawasan
SKPT. Jaminan keberhasilan pengembangan kawasan sentra kelautan dan perikanan
memerlukan perencanaan yang harus dituangkan ke dalam sebuah business plan.
Elemen pokok business plan antara lain deskripsi bisnis, produk/barang dan jasa,
analisis daya saing, rencana pemasaran, rencana pengelolaan (management plan), dan
rencana pembiayaan (financial plan). Rencana bisnis yang disusun haruslah realistis
dan komprehensif. Rencana bisnis dalam kegiatan pembangunan SKPT, selain
perhitungan kelayakan usaha komoditas unggulan yang akan dikembangkan, lokasi dan
pelaku kegiatan ekonomi dan pembangunan saran dan prasarana kawasan SKPT,
rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif,
rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi, menyusun indikasi program
pembangunan sarana dan prasarana kawasan PPKT Mandiri, dan menyusun kajian
kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek finansial,
teknis, aspek sosial-budaya, dan lingkungan.
Diharapkan dari program ini, adanya penataan ruang dan upaya peningkatan nilai
tambah ekonomi kegiatan pengembangan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi.
Pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi (baik
perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan, hingga pemasaran (darat,
laut, udara), serta infrastruktur pendukungnya.
Page | 4 - 22
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif,
rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi, tersusunnya kajian kelayakan
pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek finansial, teknis, aspek
sosial-budaya dan lingkungan.
Diharapkan dari konsep SKPT ini, adanya penataan ruang dan upaya peningkatan nilai
tambah ekonomi kegiatan pengembangan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi.
Pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi (baik
perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan, hingga pemasaran (darat,
laut, udara), serta infrastruktur pendukungnya.
Tahapan dalam penyusunan Masterplan, yaitu: 1). Persiapan; 2). FGD; 3).
Pengumpulan Data Sekunder; 4). Pengumpulan Data Primer; 5). Analisis Data; dan 6).
Penyusunan Masterplan dan Business plan di Lokasi terpilih kawasan SKPT. Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 2.2.
Page | 4 - 23
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 24
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Rote Ndao adalah pusat bisnis
kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara
berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut berarti penyusunan masterplan PSKPT Rote Ndao
didalam implementasinya harus disesuaikan dan sinergi dengan Perda No 7 Tahun 2013
Tentang RTRW Kabupaten Rote Ndao. Strategi pengembangan kawasan memiliki nilai
strategis dibidang ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup meliputi:
Konsep pembangunan SKPT merupakan kawasan sentra perikanan yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan perikanan disekitarnya. Kawasan
Page | 4 - 25
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan
perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan
administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasan yang ada.
Desa yang teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan, merupakan desa yang paling
tinggi peran dan fungsinya bagi desa sekitar. Desa ini dapat saja berperan sebagai pusat
pemasaran, sebagai kawasan sentra produksi, pusat pelayanan sosial, simpul utama
transportasi dan pusat pelayanan informasi. Dengan demikian, desa ini dapat berfungsi
sebagai pendorong pengembangan desa-desa sekitarnya dan sekaligus menciptakan
kawasan pengembangan baru di wilayah kabupaten atau provinsi.
Dalam sudut pandang wilayah, hal mendasar dalam pengembangan wilayah adalah
adanya interaksi antara wilayah (spatial linkage) desa dengan desa atau wilayah tertentu
(beberapa desa) dengan wilayah lainnya, baik dalam satu wilayah kabupaten maupun
dengan kabupaten sekitarnya. Beberapa pengertian untuk pengembangan desa adalah
:
3. Hinterland
Adalah desa-desa pendukung kegiatan desa pusat pertumbuhan dengan potensial
berbatasan dengan desa pusat dan berorientasi pelayanan ke Desa Pusat. Rencana
pengembangan kawasan perdesaan meliputi kegiatan agropolitan dan SKPT.
Page | 4 - 26
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dengan adanya barrier seperti yang disebut diatas, beban kota pusat (Perkotaan Ba’a)
sedikit banyak akan dapat dikurangi dan disisi lain perkembangan wilayah Kabupaten
Rote Ndao akan lebih maju. Fungsi-fungsi kegiatan yang akan berpengaruh langsung
terhadap pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan masyarakat yang harus
ditingkatkan keberadaan dan pelayanannya.
Pusat pelayanan desa tersebut secara berjenjang memiliki hubungan dengan pusat
kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat atau berhubungan langsung dengan
PKL/PKLP/PPK.
Pusat pelayanan antar desa direncanakan berada di PPL. Sedangkan pusat pelayanan
setiap desa adalah pusat permukiman di masing – masing di setiap desa atau disebut
pusat desa. Karakter desa yang berpotensi menjadi PPL antara lain :
Perkembangan kegiatan budidaya tersebut diatas memiliki skala kegiatan yang lebih
kecil dan terbatas dibandingkan kawasan perkotaan. Dari hasil analisa, maka PPL di
Kabupaten Rote Ndao antara lain:
Page | 4 - 27
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Keterangan:
a. Infrastruktur 1 : Prasarana pokok dan pendukung usaha produksi perikanan tangkap dan budidaya.
b. Infrastruktur 2 : Prasarana jalan dan terminal/stasiun/bandara menuju industri pengolahan.
c. Infrastruktur 3 : Prasarana pokok dan pendukung usaha pengolahan perikanan tangkap dan budidaya.
d. Infrastruktur 4 : Sarana transportasi, jalan, terminal/stasiun/bandara menuju pasar.
e. Infrastruktur 5 : Sarana transportasi, pasar ikan, fasilitas eksport ikan.
Page | 4 - 28
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor unggulan yang menjadi
perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan PPI Tulandale
akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di subsektor perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Posisi PPI Tulandale yang berada di Kecamatan Lobalain sebagai penopang utama dari
aktifitas ekonomi sektor perikanan di Ba’a sebagai PKL, sedangkan 3 kecamatan
lainnya, yakni Kecamatan Rote Tengah, Rote Selatan dan Rote Barat Laut, akan
berkontribusi sebagai zona pendukung dan keterkaitan terhadap kebutuhan bahan baku
produksi perikanan di Kecamatan Lobalain, atau Zona Inti Pangkalan Pendaratan Ikan
Tulandale.
Kabupaten Rote Ndao sendiri memiliki luas daratan lebih dari 60% dari luas total wilayah
keseluruhannya. Secara geologis, Kabupate Rote Ndao masih didominasi oleh wilayah
hutan dan perkebunan, namun sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu
sektor unggulan yang menjadi perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote
Ndao. Keberadaan PPI Tulandale akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di
subsektor perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Dilain pihak, Kabupaten Rote Ndao juga memiliki komoditi unggulan dari sektor
kehutanan dan pertanian. Kondisi ini perlu disinergikan dengan konsep SKPT dimana
sektor perikanan akan menjadi penggerak ekonomi utama di 10 kecamatan kawasan
perikanan Kabupaten Rote Ndao.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao adalah rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
Page | 4 - 29
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
Kabupaten Rote Ndao (20 tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao. Muatan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Rote Ndao terkait Review Masterplan SKPT, antara lain :
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Kawasan Hutan lindung (HL) yang ditetapkan di Kabupaten Rote Ndao dengan luasan
kurang lebih 15.385 Ha, meliputi kawasan hutan lindung yang tersebar di setiap
kecamatan.
Page | 4 - 30
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Sempadan Sungai
Mengingat adanya badan air sungai yang terletak dalam wilayah, maka terhadap
sungai dan sempadan sungai ditetapkan sebagai kawasan lindung setempat, yang
terletak pada tepian sungai selebar 100 m untuk sungai besar dan 50 m untuk sungai
kecil di wilayah Kabupaten Rote Ndao.
a) Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter
dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
b) Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk
Page | 4 - 31
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha,
dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam laut.
Keberadaan hutan bakau pada seluruh kecamatan di Kabupaten Rote Ndao harus
tetap dipertahankan dan bila perlu tambak yang langsung menghadap ke laut harus
dilindungi oleh hutan bakau bila kondisinya fisiknya memungkinkan. Sedangkan
keberadaan hutan bakau perlu ada reboisasi dan pengawasan yang ketat agar tidak
bertambah rusak. Tanaman pantai (Baringtone dan Percarpae) dalam perkembangan
perlu untuk dilindungi dan dilestarikan dengan reboisasi tanaman pantai berkaitan
dengan upaya mencegah terjadinya abrasi pantai.
Keberadaan hutan bakau yang kondisinya sudah rusak akibat penebangan liar perlu
direboisasi sedangkan keberadaan hutan bakau yang ada perlu untuk dipertahankan
dan dilindungi secara ketat agar tidak rusak.
1) Hutan bakau yang berperan penting bagi semua kehidupan tersebut ternyata
dalam pemanfaatannya sering dilaksanakan dengan kurang bijaksana antara lain
disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.
Perubahan ekosistem hutan bakau yang tak terkendali menjadi tambak,
pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan, industri atau pelabuhan,
merupakan bukti penyebab penurunan lahan hutan bakau tersebut.
2) Fungsi ekosistem hutan bakau mencakup: fungsi fisik; menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut;
Page | 4 - 32
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Hutan bakau merupakan sumberdaya alam daerah tropis yang mempunyai manfaat
ganda baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya peranan ekosistem
hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik
yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove atau
manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut.
Secara umum hutan bakau dan ekosistemnya cukup tahan terhadap berbagai
gangguan dan tekanan, namun demikian bakau tersebut sangat peka terhadap
sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan air, pencucian serta tumpahnya minyak.
Permasalahan utama tekanan terhadap habitat bakau adalah kegiatan manusia
dalam mengkonversi hutan bakau untuk berbagai kepentingan seperti untuk
perumahan, industri dan pertanian, kayu bakar, pembukaan tambak-tambak
budidaya, dan strategi pengelolaan hutan bakau Kabupaten Rote Ndao yang
memperlihatkan secara ringkas pengelolaan hutan bakau adalah :
Page | 4 - 33
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
• Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih
asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;
• Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
• Memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
• Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan
wisata alam.
Kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut terdapat di Pulau Ndana,
Pantai Nemberala, Pantai Bo’a, Batu Termanu, Pantai Leli, dan Pulau Do’o, Pantai
Mulut Seribu, Pemandian Oemau, Pantai Vei, Pantai Tesabela, Pantai Tongga,
Pantai Oeseli, HUS Ndeo & Danau Oendui; Rencana pengelolaan kawasan taman
wisata alam dilakukan dengan:
Page | 4 - 34
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a) Pada kawasan obyek wisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang
kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut;
b) Obyek wisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga
diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi obyek wisata alam
sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau
obyek penelitian dan pendidikan; serta
c) Penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan obyek wisata alam yang
sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan obyek wisata
alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Muatan Rencana kawasan budidaya terkait penyusunan Review Masterplan SKPT Rote
Ndao, antara lain:
Page | 4 - 35
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ditanami padi karena cukup air, baik dari irigasi teknis maupun irigasi sederhana.
Sedangkan pertanian tanaman kering saat musim hujan ditanami padi dan saat kemarau
ditanami padi gogo atau palawija, seperti: kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu.
Termasuk dalam pertanian tanaman kering adalah peruntukan tegalan, kebun campur,
dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi.
Untuk menjaga kesinambungan produksi padi, baik untuk kebutuhan lokal maupun
regional, maka lahan pertanian beririgasi teknis harus dipertahankan bahkan ditambah
luasnya. Kawasan penghasil padi ini terdapat di Kecamatan Pantai Baru dan Rote Timur.
Saluran irigasi teknis harus dipertahankan dan dilakukan peningkatan irigasi sederhana
dalam skala wilayah.
Pertanian lahan kering identik dengan komoditi tanaman pangan seperti ubi kayu/ketela
pohon, pohon lontar yang menjadi komoditi unggulan di wilayah perencanaan, tanaman
hortikultura, serta padang rumput yang dapat bersimbiosis dengan kegiatan peternakan
yang memang potensial di wilayah Kabupaten Rote Ndao, perkembangan kawasan
tersebut banyak tersebar merata disetiap wilayah kecamatan, maka pada wilayah
dengan penghasil komoditi potensial harus terus dikembangkan. Arahan pengelolaan
kawasan pertanian antara lain :
1). Pengembangan sawah irigasi teknis atau pencetakan sawah baru dilakukan dengan
memprioritaskan perubahan dari sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan
dengan perluasan jaringan irigasi dan pengembangan waduk/embung.
2). Perubahan kawasan pertanian menjadi non pertanian harus diikuti oleh
pengembangan kawasan pertanian baru dengan tetap memperhatikan luas kawasan
yang dipertahankan sebagai kawasan pertanian.
3). Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative
farming dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture
practices.
4). Pengembangan agropolitan Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Timur
merupakan zona pengembangan agropolitan yang memiliki titik-titik pertumbuhan
yang mampu mendorong wilayah sekitarnya.
Page | 4 - 36
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Lobalain, Kecamatan
Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, dan Kecamatan Pantai Baru merupakan zona
pengembangan agropolitan untuk pendorong pertumbuhan sekitarnya.
Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional
dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
2. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata.
Kebijakan pemanfaatan pariwisata pada dasarnya tidak seluruhnya digunakan untuk
fasilitas akomodasi pariwisata, melainkan juga diperuntukan bagi penggunaan
pendukung seperti pemasaran produk perikanan melalui kuliner dan souvenir.
Page | 4 - 37
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan
kriteria:
Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Page | 4 - 38
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sektor Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu sektor unggulan yang menjadi
perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan PPI Tulandale
akan menjadi pusat bisnis kegiatan perikanan, baik di subsektor perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Posisi lokasi PPI
Tulandale yang berada di Kecamatan Lobalain, sebagai penopang utama dari aktifitas
ekonomi sektor perikanan di Kecamatan Lobalain, dengan Ba’a sebagai PKL Kabupaten
Rote Ndao, sedangkan 3 kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Rote Barat Laut, Rote
Selatan dan Rote Tengah akan berkontribusi sebagai zona pendukung dan keterkaitan
Page | 4 - 39
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
terhadap kebutuhan bahan baku produksi perikanan di Kecamatan Lobalain, atau Zona
Inti PPI Tulandale.
Pengembangan sentra perikanan di SKPT Rote Ndao akan dilaksanakan sejak dari
proses pra – produksi hingga paska – produksi. Industri perikanan dilakukan hulu ke hilir
oleh seluruh pelaku bisnis yang terpusat pada sentra sentra yang telah ditetapkan.
Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi perairan yang sangat besar luas wilayah perairan
kabupaten ini adalah 2.376 km2. Perairan Rote Ndao memiliki potensi perikanan tangkap
yang juga besar. Jenis-jenis ikan yang potensial antara lain adalah tongkol, kerapu, dan
kakap.
Page | 4 - 40
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Hinterland
KAW. INTI
Hinterland
1. Zona Penangkapan
Merupakan wilayah pesisir sebagai daerah operasional kegiatan usaha
penangkapan ikan berdasarkan Rancangan Pengelolaan Perikanan, Tata Ruang
Wilayah Laut dan Pesisir,dan Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan
Perikanan (WKOPP) di dalam suatu wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI)
2. Zona Inti
Zona inti berupa pelabuhan perikanan dan sentra nelayan perairan umum daratan
yang dilengkapi dengan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
Page | 4 - 41
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
4. Zona Keterkaitan
Merupakan wilayah diluar zona pengembangan dan pendukung yang memiliki
keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, diantaranya adalah
pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan
maupun produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional usaha
perikanan. Disamping itu di dalam zona keterkaitan terdapat lembaga
keuangan/perbank kan, pendidikan, kesehatan, akses pemasaran dan aspek-aspek
lainnya yang mendukung dalam pengembangan kawasan SKPT perikanan tangkap.
Lokasi zona keterkaitan sesuai ketentuan RTRW ini adalah di Kota Rote Ndao.
Page | 4 - 42
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
2. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai selaras dengan pemanfaatan ruang
pada wilayah sungai di kabupaten/kota yang berbatasan;
3. Pengelolaan yang berdasarkan satuan wilayah hidrologis, yaitu daerah aliran
sungai/wilayah sungai;
4. Pengelolaan yang direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan; dan
5. Ketentuan satu sungai, satu rencana dan satu pengelolaan terpadu.
Page | 4 - 43
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kawasan untuk kegiatan perikanan budidaya ikan di Kabupaten Rote Ndao, yang dapat
dikembangkan terdiri dari:
Kegiatan usaha pembudidayaan air tawar telah berjalan, terutama perikanan budidaya
ikan Nila, ikan Lele, dan lainnya. Kabupaten Rote Ndao telah memiliki balai benih ikan
yaitu Balai Benih Ikan (BBI) Mokdale yang berada di Kecamatan Lobalain. Sumber air
untuk kegiatan BBI Mokdale berasal dari mata air. Peningkatan pembangunan baru
sarana untuk suplai air tawar diupayakan dikembangkan agar dapat dihubungkan
dengan air media yang berasal dari saluran primer.
Karakteristik kegiatan budidaya air tawar cukup beragam terutama lokasi pembudidaya,
seperti budidaya di danau/waduk, sungai, kolam, kolam pekarangan, sawah (minapadi),
dan rawa pasang surut serta rawa lebak, batasan kawasannya sulit ditetapkan karena
satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda. Secara teknis kegiatan budidaya
ikan air tawar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
Pada umumnya lokasi kegiatan perikanan budidaya air tawar berada berdekatan dengan
rumah tinggal karena alas an keamanan usaha, sedangkan karakteristik penamaan unit
kawasan perikanan budidaya air tawar batasannya akan didasarkan pada nama
Desa/Kampung, nama danau/situ/waduk, nama sungai.
a. Kawasan di Danau/Situ/Waduk
Penetapan perikanan budidaya air tawar di danau/situ/waduk yang harus
diidentifikasi (studi peta) untuk memasukkan perairan yang posisinya seperti:
Page | 4 - 44
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perairan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, tempat wisata, jalan raya
dan penyeberangan. Kondisi perairan yang harus dihindari untuk masuk dalam
penetapan budidaya air tawar adalah perairan yang dilindungi, muara/hulu sungai-
sungai yang memasukkan dan mengeluarkan air ke dan dari perairan
danau/situ/waduk. Kualitas besar suplai air untuk budidaya air tawar meliputi
karakteristik perubahan kualitas dan permukaan atau kedalaman air saat musim
penghujan dan musim kemarau.
a. Kawasan budidaya perikanan air payau didasarkan atas kondisi batas alam dan
batas administrasi kabupaten/kecamatan/desa yang ada dalam satu hamparan.
b. Kawasan perikanan budidaya air payau didasarkan atas satu sistem pengelolaan air
seperti ditunjukkan pada pengertian di atas.
Ada ketentuan dalam melakukan penetapan kawasan perikanan budidaya air payau
untuk mendapatkan kawasan agar tidak bermasalah dan banyak hambatan dari
berbagai pihak antara lain adalah :
a. Sepadan pantai (green-belt) adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Page | 4 - 45
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kriteria untuk mendapatkan kawasan budidaya laut diperlukan data teknis kondisi
perairan antara lain seperti:
Page | 4 - 46
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kegiatan budidaya laut yang sesuai dengan kriteria diatas diwilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur disesuaikan dengan pemetaan dari Direktorat Prasarana Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya yang merupakan hasil studi dua peta tematik yaitu peta
bathymetri dan peta arah arus permukaan air laut pada musim barat dan musim timur.
Adanya upaya untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil perikanan. Jika semula hasil
perikanan hanya diperoleh dalam bentuk produk primer, kini mampu menghasilkan
produk olahan dan produk tambahan seperti minyak ikan, omega 3, dan lain-lain. Dalam
upaya ini diperlukan penelitian, sarana-prasarana yang memadai dan tenaga kerja yang
berpengalaman. Bangunan yang dimungkinkan dapat dukungan pembangunan dari
Ditjen Cipta Karya antara lain seperti Packing house diperlukan untuk menjaga kualitas
produk dan tempat penjemuran ikan merupakan infrastruktur yang mendukung proses
pengolahan hemat energi.
Infrastruktur yang tersedia sangat menunjang upaya pemasaran hasil perikanan, yang
dapat memperpendek mata rantai tata niaga perdagangan, mulai dari sentra produksi
sampai ke sentra pemasaran akhir. Misalnya saja, tambatan perahu dan Tempat
Pemasaran Ikan (TPI). Disamping dukungan infrastruktur, keberhasilan pelaksanaan
Page | 4 - 47
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pengembangan SKPT juga didukung oleh adanya kelembagaan yang berfungsi secara
baik. Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan SKPT yang bersifat koordinatif
dilevel birokrasi dan kelembagaan kelompok/pengusaha penangkap dan pembudidaya
ikan yang mampu mengawal hasil tangkapan ikan sampai pada proses pengolahan dan
pemasaran dengan harga dan keuntungan yang tinggi.
Garam merupakan komoditas vital yang memainkan peranan penting untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi maupun berbagai kegiatan industri. Kabupaten Rote Ndao
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki
tambak garam rakyat.
Potensi tambak garam di Rote Ndao tersebar di Kecamatan Rote Timur, Landu Leko,
Rote Barat Laut, Rote Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan
Pantai Baru. Pengembangan industri garam mengikuti kebijakan nasional untuk
mendukung swasembada garam. Kawasan Tambak garam dapat dikembangkan secara
terpadu dengan pemeliharaan Artemia.
Page | 4 - 48
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Air laut merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat garam.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kaitannya dengan sumber daya air laut
yaitu :
1) Kadar Garam
Perairan Laut Indonesia secara umum memiliki kadar garam rata-rata 3 – 3,5
Be dengan spesifik Gravity 1,0258. Untuk mengetahui kepekatan kadar garam
pada air laut dapat dilakukan dengan cara mengukur dengan alat ukur
Baumeter /Hydrometer.
2) Bersih
Untuk menjamin keberhasilan tambak perairan harus bersih, tidak terdapat
sampah, jernih dan tidak terlalu banyak mengandung suspensi zat padat.
Perairan pantai di sekitar muara sungai umumnya sangat keruh dan bersalinitas
rendah. Oleh karena itu areal pegaraman yang terletak didekat muara sangat
pasok air asin harus diabaikan. Beberapa kriteria lokasi kaitannya dengan
sumber air laut yaitu :
4) Polusi Air
Untuk menghindari pencemaran air, lahan pegaraman sebaiknya terletak cukup
jauh dari daerah industri, pelabuhan, pemukiman, pertanian maupun kota – kota
besar.
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
Page | 4 - 49
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut pada lokasi tambak garam jangan
melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang akan
ditampung pada bak penampungan air muda. Fenomena pasang surut diartikan
sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-
benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Proses terbentuknya kristal garam adalah proses penguapan pada tambak garam
yang disebabkan oleh sinar panas matahari, sehinga untuk mendapatkan produksi
garam yang bagus sebaiknya lokasi tambak garam pada satu wilayah dipilih
dengan musim kemarau yang panjang atau lebih dari 5 bulan dalam satu
tahunnya. Bila satu wilayah tambak garam curah hujannya terlalu tinggi atau
musim penghujannya panjang akan didapat produksi garam yang rendah atau bisa
dikatakan wilayah tersebut tidak cocok untuk lokasi tambak garam.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah
atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin,
kelembaban udara, dan curah hujan.
1) Curah hujan tahunan mendekati atau melebihi curah hujan tahunan rata-rata
pada masing-masing lahan pegaraman.
2) Curah hujan dalam 2 (dua) dekade berturut-turut dibawah 50 mm/dekade.
3) Kecepatan angin minimal 5 mm/detik.
4) Arah angin dari arah timur.
5) Kelembaban udara dibawah 70 %.
6) Konsentrasi air laut > 2 °Be.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi.
Panas bumi ini sangat berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan kristal garam,
sehingga pelepasan air tua diharapkan pada siang hari.
Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
Page | 4 - 50
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi
dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar
matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut
yang datangnya tegak lurus.
- Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan
cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat
daratan.
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah
tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat
dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat
berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah
tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang
menekan.
d. Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang
bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah.
Di area tambak garam angin sangat berpengaruh sekali terhadap proses
terbentuknya Kristal garam disamping penyinaran panas matahari, karena angin
mampu membawa uap air baik pada siang hari maupun malam hari.
e. Kelembaban udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat
adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu, sehingga bila satu
daerah tinggkat kelembabanya terlalu tinggi maka proses kristalisasi akan
terhambat atau lebih lama.
f. Curah hujan
Page | 4 - 51
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Curah hujan ini sangat berpengaruh sekali terhadap proses penguapan
air laut yang berada dtambak garam, karena bila curah hujan tinggi disuatu wilayah
berarti wilayah ini tidak cocok untuk area tambak garam.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1) Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih
banyak daripada pantai sebelah timur.
2) Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas
permukaan laut.
3) Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim
pancaroba.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun
masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 - 3000 mm/tahun. Begitu pula
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak
sama.
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula
daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
1) Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan
2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk), Madura.
2) Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun.
Page | 4 - 52
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
g. Evaporasi
Proses pembentukan garam dari air laut merupakan salah satu proses dari
evaporasi yang dibantu oleh penyinaran matahari. Penguapan atau evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan
spontan menjadi gas (contohnya uap air). Sisa penguapan pada larutan yang
mengandung mineral tertentu ini akan menjadi Kristal-kristal garam mineral.
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan
volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila
tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul
saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat,
tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu
berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul
tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" energi surya menggerakkan
penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
a. Topografi
b. Tekstur tanah
Tekstur tanah yang baik untuk lahan pegaraman adalah bertekstur liat berat
dengan sedikit pasir halus, hal ini penting untuk konstruksi dan menghindari
adanya kebocoran karena perembesan atau porousitas air. Bebas dari gangguan
binatang/tumbuhan liar. Bebas dari bencana alam. Sifat fisis dengan permeability
rendah dan tanah tidak mudah retak.
Page | 4 - 53
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tekstur tanah berkaitan dengan kualitas tanah. Apabila tekstur tanah semakin
kompak, lahan tersebut makin baik untuk dijadikan tambak. Untuk memudahkan
pengamatan di lapangan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu ukuran mineral
penyusun tanah tersebut yakni :
Tanah dengan kandungan pasir lebih besar 41 % kurang baik untuk dijadikan
tambak karena selain porous juga tidak mampu menahan air dan sangat
menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak.
Strategi prioritas untuk pengembangan sentra tambak garam di Rote Ndao adalah:
Page | 4 - 54
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 3
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN ROTE NDAO
Kabupaten Rote Ndao secara geografis terletak antara 10025’ – 11015’ Lintang Selatan
dan 121049’ – 123026’ Bujur Timur. Kepulauan Rote Ndao berada diantara Benua Asia
dan Benua Australia, serta diantara Laut Sawu dan Samudera Hindia. Luas wilayah
daratan Kabupaten Rote Ndao 1.280,10 km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan
89 pulau tidak dihuni).
Aspek geografi serta kultur masyarakat merupakan faktor utama dalam menentukan
arahan pengembangan kebijakan pembangunan yang tercermin dari fungsi kawasan
lindung dan fungsi kawasan budidaya sehingga pemanfaatannya dapat
berkesinambungan dalam mengintegrasikan potensi baik kondisi fisik wilayah dan
masyarakatnya.
Batas wilayah Kabupaten Rote Ndao secara administratif posisinya berbatasan dengan:
Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 10 kecamatan dengan luas total 1.280,10 km2. Luas
wilayah masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 3.1.
Page | 4 - 55
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pada tahun anggaran 2015, realisasi penerimaan APBD Rote Ndao sebesar 595,072
milyar rupiah. Dari total penerimaan tersebut, PAD hanya memberikan kontribusi
sebesar 4,55 persen, sedangkan selisihnya berupa pendapatan transfer sebesar
95,45 persen.
Page | 4 - 56
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Jumlah Penerimaan
No. Jenis Penerimaan Daerah Otonom
(Rp. 000)
c. Transfer Pemerintah Provinsi 10.063.921
- Bagi hasil pajak 10.063.921
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 870.000
- Pendapatan hibah -
- Bantuan keungan dari provinsi 870.000
- Pendapatan dari Jamkesmas -
- Tunjangan profesi -
Jumlah 595.072.060
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB menurut harga berlaku
digunakan untuk mengetahui kemampuan sumberdaya ekonomi, pergeseran dan
struktur ekonomi suatu daerah, sementara itu PDRB konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan
ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
Tabel 3.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011-2015 (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7
pertanian,kehut
A anan dan 690.426,43 737.336,13 806.085,35 904.495,12 1.039.388,35
perikanan
pertambangan
B 10.735,26 11.622,39 13.006,63 15.614,40 18.895,36
dan penggalian
industri
C 17.644,90 19.954,44 22.343,96 25.560,90 27.901,31
pengolohan
pengadaan
D 400,95 393,25 384,45 519,67 681,48
listrik dan gas
pengadaan air,
pengelolaan
E 1.551,95 1.614,87 1.749,23 1.918,71 2.100,15
sampah, limbah
dan daur ulang
perdagangan
besar dan
G eceran;reparasi 106.836,22 113.332,82 125.199,69 140.205,99 159.109,74
mobil dan
sepeda motor
Page | 4 - 57
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
transportasi
H dan 41.836,00 47.309,75 55.411,05 62.535,49 70.050,54
perdagangan
penyedian
I akomodasi dan 2.338,74 2.710,05 3.154,44 3.606,60 4.196,61
makan minum
informasi dan
J 67.721,55 78.464,71 84.406,29 86.777,10 89.042,15
komunikasi
jasa keuangan
K 8.408,36 10.177,00 11.814,09 13.448,30 15.616,97
dan asuransi
jasa
M,N 1.337,08 1.500,58 1.677,31 1.814,42 2.027,94
perusahaan
administrasi
pemerintah
O pertahanan dan 171.046,27 199.261,57 227.549,48 248.243,40 270.456,01
jaminan sosial
wajib
jasa kesehatan
Q dan kegaitan 46.688,20 50.776,48 56.015,69 61.285,75 67.709,47
sosial
PRODUK DOMESTIK
1.373.760,32 1.514.477,75 1.685.608,38 1.898.313,49 2.163.254,27
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
Tabel 3.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2011-2015 (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7
pertanian,kehut
A anan dan 651.115,53 669.692,55 685.256,46 715.368,41 743.277,58
perikanan
pertambangan
B 10.573,49 11.040,10 11.373,07 11.764,36 12.347,13
dan penggalian
industri
C 16.846,15 18.045,17 18.755,14 19.493,60 20.228,75
pengolahan
pengadaan
D 499,66 560,21 615,18 696,96 784,05
listrik dan gas
pengadaan air,
pengelolaan
E sampah, 1.464,24 1.523,19 1.603,11 1.665,66 1743,62
limbah dan
daur ulang
Page | 4 - 58
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perdagangan
besar dan
eceran;
G 103.658,85 107.831,43 113.315,99 118.854,67 125.877,51
reparasi mobil
dan sepeda
motor
transportasi
H dan 39.065,97 41.005,43 43.047,84 46.044,46 49.327,76
perdagangan
penyedian
I akomodasi dan 2.189,67 2.318,54 2.465,16 2.534,04 2.603,12
makan minum
informasi dan
J 67.705,57 75.774,01 80.379,12 82.629,60 84.790,92
komunikasi
jasa keuangan
K 8.402,52 9.658,22 10.622,30 11.467,06 12.317,46
dan asuransi
jasa
M,N 1.333,25 1.357,48 1.388,41 1.410,29 1.431,18
perusahaan
administrasi
pemerintah
O pertahanan 167.154,43 176.306,26 187.565,91 195.927,01 208.364,10
dan jaminan
sosial wajib
jasa
P 105,109,66 109.996,91 120.962,59 132.676,11 144.508,96
pendidikan
jasa kesehatan
Q dan kegaitan 43.059,69 45.677,08 48.006,22 50.144,65 53.510,13
sosial
PRODUK DOMESTIK
1.201.928,61 1.364.970,26 1.422.930,32 1.492.116,18 1.567.823,83
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
PDRB per kapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh
setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 3.5, rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di Kabupaten Rote
Ndao mengalami kenaikan sebesar 9,58 persen pada tahun 2015.
Page | 4 - 59
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tabel 3.5 PDRB per Kapita Penduduk di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2015
Jumlah Penduduk PDRB Kabupaten Rote
PDRM per
Tahun Pertengahan Ndao Atas Dasar Harga
Kapita (Rp)
Tahun Belaku (Juta Rp)
2014 142.106 1.898.313,48 13.358.433
2015 147.778 2,163.254,27 14.638.541
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2015)
Jumlah Penduduk Kabupaten Rote Ndao berjumlah 147.778 orang terdiri dari 75.292
penduduk laki-laki dan 72.486 penduduk perempuan. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) merupakan ukuran nyata hasil pembangunan kapabilitas manusia dalam tiga
aspek mendasar pembangunan manusia. Aspek kesehatan yang bermakna mempunyai
umur panjang diwakili oleh indikator harapan hidup, aspek pendidikan yang
direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta
aspek perekonomian yang bermakna kehidupan yang layak digambarkan dengan
kemampuan daya beli (paritas daya beli). Ketiga aspek tersebut dianggap mampu untuk
merepresentasikan pembangunan manusia sehingga sampai saat ini penghitungan IPM
masih menjadi rujukan negara-negara di dunia dalam mengukur perkembangan
pembangunan manusia.
Sebagai indeks komposit, perkembangan IPM dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi
oleh komponen-komponen yang menyusunnya. Kemajuan ini sangat tergantung pada
komitmen penyelenggara pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar
penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup.
Page | 4 - 60
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Penggunaan lahan di Kabupaten Rote Ndao didominasi oleh hutan, lahan sawah,
perkebunan dan tegal/kebun. Dari data lahan sawah yang ada sebenarnya masih
banyak dari lahan tersebut belum diusahakan dan merupakan potensi yang masih dapat
dikembangkan. Pada saat ini jenis sawah yang dominan adalah sawah tadah hujan,
kemudian diikuti oleh sawah dengan irigasi sederhana. Lahan sawah dengan sistem
irigasi setengah teknis banyak terdapat di Kecematan Lobalain, Rote Tengah dan Rote
Timur.
Page | 4 - 61
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Penduduk berumur 15 tahun ke atas merupakan penduduk usia kerja, dimana pada usia
ini merupakan sumber tenaga kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai roda
penggerak pembangunan. Pada tahun 2015, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
yang termasuk angkatan kerja sebanyak 69.429 orang dan bukan angkatan kerja
sebanyak 28.625 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 70,81 persen
dan tingkat pengangguran 2,37 persen.
Tabel 3.7 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama
Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015
Jenis Kelamin
Jenis Kegiatan Utama Jumlah
Laki-laki Perempuan
Angkatan Kerja 40.714 28.715 69.429
- Bekerja 39.740 28.042 67.782
- Pengangguran Terbuka 974 673 1.647
Bukan Angkatan Kerja 9.559 19.066 28.625
- Sekolah 6.561 4.876 11.437
- Mengurus Rumah Tangga 1.333 12.838 14.171
- Lainnya 1.665 1.352 3.017
Jumlah 50.273 47.781 98.054
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
Page | 4 - 62
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1.17. INFRASTRUKTUR
1. Jaringan Jalan
Transportasi darat di Kabupaten Rote sangat menunjang untuk menghubungkan
pelabuhan laut dan pelabuhan udara dan ibukota wilayah Kabupaten Rote yang akan
memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan di Pulau ini. Jalan arteri Ba’a –
Papela dan Ba’a – Batutua dapat dilalui dalam dua musim. Jalan ini menghubungkan
semua ibukota kecamatan dengan Ibukota Rote. Sementara itu ruas jalan kabupaten
yang ditunjang dengan IPJK mempermudah komunikasi antara ibukota kecamatan
dengan daerah lain di belakangnya. Jalur jalan arteri Ba’a – Papela menghubungkan
Kecamatan Lobalain – Rote Tengah – Pantai Baru dan Rote Timur. Jalur ini juga
menghubungkan tiga pelabuhan laut utama di Rote, yaitu Pelabuhan Ba’a, pelabuhan
ferry Pantai Baru di wilayah Rote Ndao mempunyai kedudukan potensial sebagai daerah
noda.
Sebagian besar jenis permukaan jalan di Kabupaten Rote Ndao sudah diaspal
sepanjang 319,63 km. Kondisi jalan yang baik mencapai 283,52 km, sedang 36,66 km
dan kondisi rusak sepanjang 239,29 km. Kondisi jalan yang rusak mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya sepanjang 13,81 km.
Gambar 3.3 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Rote Ndao (km)
(Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2015)
Page | 4 - 63
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Jaringan Listrik
Sebagian besar sumber penerangan di Kabupaten Rote Ndao disuplai oleh PLN.
Produksi listrik di Rote Ndao terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013 produksi
listrik 12.119.933 MWh dan pada tahun 2015 produksi listrik mencapai 16.484.348 MWh.
Tabel 3.8 Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik PT. PLN pada
Cabang/Ranting PLN di Kabupaten Rote Ndao (kwh)
Uraian 2013 2014 2015
Daya Terpasang (MW) - 6.873 3.300
Produksi Listrik (MWh) 12.119.933 15.693.313 16.484.348
Listrik Terjual (MWh) 10.899.003 14.227.083 14.434.768
Dipakai Sendiri 526.458 567.003 38.315
Susut/Hilang 694.472 899.227 692.343
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
Kapasitas produksi
Pengelolaan air bersih di Pulau Rote sampai sekarang masih dilakukan secara lokal.
Kapasitas produksi air bersih di Pulau Rote pada tahun 1998 adalah 127,5 liter/detik
pada musim kemarau dan 324,5 liter/detik pada musim hujan.
Sistem distribusi
Sistem distribusi air bersih di Pulau Rote saat ini dilakukan dengan cara lokal yaitu
hanya pada daerah-daerah tertentu yang melakukan sistem pipanisasi, dengan
maksud pemerataan dan memudahkan pelayanan. Sistem pendistribusian ke
Page | 4 - 64
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
konsumen dilakukan secara gravitasi dan pemompaan. Elevasi mata air tertinggi
± 214 m dan terendah ± 6 m dari permukaan laut
Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 2.098 pelanggan yang menggunakan jasa PDAM
baik dari jenis konsumen umum, khusus, rumah tangga, instansi pemerintah, niaga dan
industri.
Gambar 3.4 Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Air Minum Menurut Unit di Kabupaten
Rote Ndao Tahun 2015
(Sumber: BPS Kabupate Rote Ndao 2016)
1.18. PERIKANAN
Produksi perikanan laut Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 sebesar 3.259 ton,
sedangkan produksi perikanan darat sebesar 1,2 ton. Produksi perikanan laut terbesar
terdapat di Kecamatan Rote Timur yaitu 773 ton.
Gambar 3.5 Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2015 (ton) (Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2016)
Page | 4 - 65
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya merupakan sektor usaha yang
sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Jumlah produksi rumput
laut kering di Rote Ndao tahun 2015 mencapai 18.230 ton dan masih dijual keluar daerah
dalam bentuk bahan baku.
Tabel 3.9 Jumah Petani dan Produksi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2015
Jumlah Produksi Kering
Kecamatan Jumlah RTP (KK)
Usaha/Kelompok (ton)
Rote Barat Daya 653 65 1.050
Rote Barat Laut 1.895 237 4.250
Lobalain 341 34 10
Rote Tengah 568 57 -
Rote Selatan 421 42 -
Pantai Baru 1.418 142 579
Rote Timur 1.594 213 2.260
Landu Leko 1.278 162 4.450
Rote Barat 1.548 194 3.147
Ndao Nuse 97 10 328
Kab. Rote Ndao 9.813 1.155 16.074
Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2016
Armada perikanan tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Rote Ndao
didominasi oleh Jukung sebanyak 1.609 unit dan diikuti perahu motor tempel
sebanyak 343 unit.
Tabel 3.10 Jumah Perahu/Kapal di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 (Unit)
Perahu Tanpa Perahu Motor
Kecamatan Jukung Kapal Motor
Motor Tempel
Rote Barat Daya 177 - 66 36
Rote Barat Laut 179 37 125 26
Lobalain 79 - 41 22
Rote Tengah 38 - 6 1
Rote Selatan 39 - 2 2
Pantai Baru 267 - 22 17
Rote Timur 99 22 86 91
Landu Leko 317 - 13 7
Rote Barat 350 - 3 10
Ndao Nuse 64 - 19 34
Kab. Rote Ndao 1.609 59 383 246
Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2016
Page | 4 - 66
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1.19. INDUSTRI
Kegiatan industri di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari Lapangan Usaha Industri Makanan
dan Minuman, Industri Sandang, Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Industri Logam
dan Elektronika serta Industri Kerajinan.
Tabel 3.11 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015
Lapangan Usaha Perusahaan Tenaga Kerja
Industri Makanan dan Minuman 1.357 4.979
Industri Sandang 584 879
Industri Kimia dan Bahan Bangunan 151 651
Industri Kerajinan 28 85
Jumlah 101 118
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao (2016)
Page | 4 - 67
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 4
ANALISA PENGEMBANGAN
WILAYAH BERBASIS
PERIKANAN
Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu dari kabupaten yang terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Secara umum potensi Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi
yang sangat besar di sektor Perikanan dan Kelautan, Pertanian Tanaman Pangan,
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perindustrian, Pariwisata dan Budaya, dimana
sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan merupakan sektor unggulan
disamping sektor-sektor lainnya, yang merupakan peluang bagi pengembangan
investasi/dunia usaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk memanfaatkan
kesempatan berinvestasi di Kabupaten Rote Ndao, mengolah potensi dan meningkatkan
produksi dalam rangka mewujudkan Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan
minapolitan, agropolitan, agroindustri dan agrowisata sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.
Berdasarkan telaahan yang diperoleh dari dokumen RPJMD Kabupaten Rote Ndao
Tahun 2014 – 2019, potensi dan permasalahan ekonomi di Kabupaten Rote Ndao terdiri
dari :
1. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar bangsa untuk menjadi negara yang maju
dan sejahtera dan merupakan satu investasi utama untuk menopang pembangunan
disegala bidang tanpa sumberdaya manusia tidak akan mungkin kegiatan pembangunan
dapat dilaksanakan. Beberapa aspek kajian yang memegang peranan penting dalam
mendukung kualitas sumberdaya manusia adalah :
Page | 4 - 68
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Kependudukan
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kabupaten Rote Ndao sebanyak 147.778
orang terdiri dari 75.292 penduduk laki-laki dan 72.486 penduduk perempuan. Terjadi
peningkatan jumlah penduduk di tahun 2015 dibanding tahun 2014 sebesar 3.99%.
Penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 88.403 orang dari total penduduk.
Apabila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia produktif maka ada 45.592 laki-laki,
sedangkan yang perempuan 42.811 jiwa. Penduduk yang non produktif (usia 0-14
dan 65+ tahun) sekitar 59.375 dari total penduduk, terdiri atas 50.465 jiwa merupakan
penduduk usia 0-14 tahun dan 8.910 jiwa merupakan penduduk yang usianya 65
tahun keatas. Dengan komposisi penduduk 60 persen lebih yang berusia produktif,
menunjukkan Kabupaten Rote Ndao memiliki penduduk potensial untuk ditingkatkan
kemampuannya.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas
manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan Angka Partisipasi Kasar (APK)
jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan Angka Melek Huruf digunakan
sebagai salah satu variabel dalam menghitung Indek Pembangunan Manusia (IPM).
Angka Partisipasi Kasar menurut jenjang pendidikan Kabupaten Rote Ndao disajikan
pada Tabel 4.1.
Pada tahun 2015, Angka Partisipasi Murni Kabupaten Rote Ndao pada jenjang SD
93,56%. Hal iniberarti pada tahun 2015 jumlah penduduk berusia 7-12 tahun yang
berseklah SD mencapai 93,56%. Angka ini semakin rendah pada jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (65,94%) dan Sekolah Menengah Atas (61,23%).
Sementara itu, Angka Partisipasi Kasar penduduk Rote Ndao pada setiap jenjang
pendidikan cenderung bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
penduduk Kabupaten Rote Ndao yang tidak bersekolah tepat waktu.
Tabel 4.1 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Rote Ndao
Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi
Jenjang Pendidikan
(APM) Kasar (APK)
SD/MI 93,56 136,05
SMP/MTs 65,94 80,25
SMA/SMK/MA 61,23 135,58
Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka (2016)
Page | 4 - 69
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dilihat dari jumlah sekolah, maka pada tahun 2015 terdapat 145 SD/sederajat, 40
SMP/sederajat dan 15 SMA/SMK/sederajat baik yang berstatus negeri maupun
swasta. Disisi lain,capaian di bidang pendidikan tentunya terkait erat dengan
ketersediaan tenaga pengajar. Pada jenjang SD di Rote Ndao untuk tahun ajaran
2014/2015 seorang guru rata-rata mengajar 22 orang murid SD. Semakin tinggi
jenjang pedidikan maka beban seorang guru semakin sedikit, dimana untuk jenjang
pendidikan SMP dan SMA/SMK rata-rata seorang guru hanya mengajar 17 dan 15
murid.
Gambar 4.1 Jumlah Murid dan Guru di Kabupaten Rote Ndao, 2014/2015
(Sumber: Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka 2015)
c. Kesehatan
Pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat
memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang–
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan UU nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan dan merupakan bagian integral dari pembangunan SDM. Oleh karena itu
dalam rangka pembangunan masyarakat secara keseluruhan, maka derajat
kesehatan rakyat perlu semakin ditingkatkan.
Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Rote Ndao tahun 2013 mencapai
68,74 tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2014 yaitu 62,86 tahun. Angka
Harapan Hidup pada tahun 2015 cenderung tetap yaitu 62,86 tahun.
Page | 4 - 70
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 71
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan
penduduk. Beberapa indikator menunjukkan rendahnya kinerja pelayanan
masyarakat seperti presentasi balita masih dengan status gizi kurang, keadaan
kesehatan balita, cakupan kapus vitamin A, frekuensi mengunjungi Posyandu,
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan imunisasi lengkap.
d. Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 mencapai 69.429
orang atau 70,81 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao yang berusia
15 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut, 58,64 persennya merupakan penduduk laki-
laki sedangkan sekitar 41,36 persennya penduduk perempuan. Sementara itu, tingkat
pengangguran di Kabupaten Rote Ndao mencapai 2,37 persen dari total
angkatan kerja tersebut. Angka ini turun 1,02 persen dari angka pengangguran tahun
2014.
Dilihat dari pembagian sektor usaha utama maka tenaga kerja di sektor primer
(pertanian) masih mendominasi, mecapai 69,71 persen diikuti sektor tersier dan
sekunder yang masing-masing mencapai 20,09 persen dan 10,19 persen. Peluang di
sektor pertanian yang masih besar sebenarnya dapat dimanfaatkan pemerintah untuk
dapat meningkatkan lapangan kerja sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
penduduk.
Page | 4 - 72
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Hal yang masih perlu mendapat perhatian lebih pemerintah Kabupaten Rote Ndao
adalah masih terdapat 9,70 persen rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao yang
belum dapat menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama, kemudian
kepemilikan fasilitas tempat buang air besar. Meskipun cenderung menurun di tahun
2015, tetapi persentase rumah tangga yang belum memiliki fasilitas tempat buang air
besar masih cukup tinggi yakni sebesar 35,32 persen.
Page | 4 - 73
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
f. Agama
Pembangunan bidang agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadah menurut keyakinan masing-
masing sebagaimana diatur didalam Undang-undang Dasar 1945, Bab XI Pasal 29
(1) dan (2). Dimensi kerukunan beragama sangat penting dalam pembangunan di
Kabupaten Rote Ndao yang menuntut kesadaran masyarakat mengenai realitas
multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan sosial sehingga tercipta
suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi dan tenggang rasa dan
harmonis. Pembinaan kerukunan hidup beragama akan dapat menciptakan
Kabupaten Rote Ndao yang aman dan damai.
Ada 4 agama di Kabupaten Rote Ndao yang pemeluknya mayoritas yaitu Kristen
Protestan dengan jumlah pemeluk 92.5% dan jumlah sarana ibadah ada 508 buah,
Islam dengan jumlah pemeluknya 5.6% dan sarana ibadah ada 11 buah, Katolik
jumlah pemeluknya ada 1.7% dengan sarana ibadah berjumlah 15 buah serta Hindu
dengan jumlah pemeluknya 0.03% dan tidak terdapat sarana ibadah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan ibadah dengan berbagai agama yang
dianut ini adalah :
1. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat masih
kurang memadai karena kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru
mencapai tataran simbol-simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat
substansi. Hal ini tecermin antara lain penduduk yang terkena masalah narkoba
dan psikotropika. Perilaku negatif masyarakat yang bertentangan dengan
moralitas dan etika keagamaan menggambarkan kesenjangan antara ajaran
agama dengan pemahaman yang masih kurang memadai;
Page | 4 - 74
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Kurangnya jumlah dan rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan lainnya,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta minimnya fasilitas pendukung lainnya.
Pada sisi lain, derasnya arus globalisasi terutama melalui media cetak dan
elektronik yang semakin kuat mempengaruhi perilaku anak didik yang cenderung
ke arah negatif;
3. Belum optimalnya pemanfaatan tempat peribadatan, serta belum optimalnya
pengelolaan dan sosial keagamaan sebagai cermin belum terlayaninya kehidupan
beragama di Kabupaten Rote Ndao. Pelayanan bagi penduduk yang beragama
Islam terutama pelayanan haji masih belum memadai seperti ketidakpastian
keberangkatan bagi calon jemaah haji, kondisi pemondokan yang belum memadai,
dan rendahnya profesionalisme petugas haji;
4. Kehidupan beragama di sebagian kelompok masyarakat di Kabupaten Rote Ndao
masih tampak eksklusif baik dalam hubungan intern umat beragama maupun
dalam hubungan antarumat beragama sehingga perlu mendapat perhatian semua
pihak termasuk lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan
di daerah Kabupaten/Kecamatan.
g. Kesejahteraan Sosial
Penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam hidupnya selalu mengalami serba
keterbatasan untuk dapat menikmati kemajuan pembangunan, sehingga sangat
diperlukan perhatian dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam mengurangi beban hidupnya. Kemajuan pembangunan manusia ecara
umum dapat ditunjukkan dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
mencerminkan capaian kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Selama tahun 2014-2015 angka IPM Kabupaten Rote Ndao mengalami peningkatan
0,50 poin menjadi 58,32. Angka ini menempatkan Kabupaten Rote Ndao di peringkat
5 kabupaten dengan IPM terendah di Provinsi NTT.
Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin Kabupaten Rote Ndao mencapai 38.600
orang, dengan kata lain 26,12 persen dari penduduk Kabupaten Rote Ndao masih
berada dibawah garis kemiskinan. Angka kemiskinanyang masih tinggi ini harus tetap
menjadi perhatian pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Rote Ndao.
Page | 4 - 75
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1) Rendahnya kualitas hidup dan peran kaum perempuan, sehingga masih sering
terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak;
2) Rendahnya tingkat kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak;
3) Adanya kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki ditinjau dari
berbagai aspek;
Page | 4 - 76
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
i. Kepemudaan
Pembangunan dan pengembangan generasi muda merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk keserasian berbagai
kebijakan pembangunan bidang kepemudaan secara utuh dan menyeluruh. Secara
faktual masih belum optimal untuk menumbuh kembangkan kepemudaan di
Kabupaten Rote Ndao.
2. Infrastruktur Dasar
a. Transportasi Jalan
Transportasi darat di Kabupaten Rote sangat menunjang untuk menghubungkan
pelabuhan laut dan pelabuhan udara dan ibukota wilayah Kabupaten Rote yang akan
memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan di Pulau ini. Jalan kolektor
primer Ba’a – Pepela dan Ba’a – Batutua dapat dilalui dalam dua musim. Jalan ini
menghubungkan semua ibukota kecamatan dengan ibukota Rote. Sementara itu ruas
jalan kabupaten yang ditunjang dengan IPJK mempermudah komunikasi antara
ibukota kecamatan dengan daerah lain di belakangnya. Jalur jalan kolektor primer
Ba’a – Papela menghubungkan Kecamatan Lobalain – Rote Tengah – Pantai Baru
dan Rote Timur. Jalur ini juga menghubungkan tiga pelabuhan laut utama di Rote,
yaitu Pelabuhan Ba’a, pelabuhan ferry Pantai Baru di wilayah Rote Ndao mempunyai
kedudukan potensial sebagai daerah noda.
Sebagian besar jenis permukaan jalan di Kabupaten Rote Ndao sudah diaspal
sepanjang 319,63 km. Kondisi jalan yang baik mencapai 283,52 km, sedang 36,66
Page | 4 - 77
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
km dan kondisi rusak sepanjang 239,29 km. Kondisi jalan yang rusak mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya sepanjang 13,81 km.
Dalam upaya mendukung program SKPT perlu dimulai pembangunan jalan menuju
pusat pelayanan kawasan baru yaitu kawasan pertanian (perkebunan/ tanaman
hutan), perikanan (minapolitan) dan pertambangan (tambang rakyat) yang
merupakan komoditas sektor unggulan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih
luas kepada pemakai jasa transportasi darat.
b. Transportasi Laut
Transportasi laut yang menghubungkan Kabupaten Rote Ndao dengan daerah lain
cukup sibuk sepanjang tahun 2015. Tercatat terdapat 447 kunjungan ferry yang
datang dan berangkat melalui pelabuhan ferry pantai baru.
c. Transportasi Udara
Wilayah Kabupaten Rote Ndao yang sebagian berbukit-bukit dan prasarana angkutan
darat masih terbatas, sangat membutuhkan pengadaan bandar udara dan atau
penggunaan transportasi udara untuk melayani pergerakan eksternal dan internal.
Selain itu juga diperlukan adanya jaminan keselamatan penerbangan yang dikelola
sesuai standar keselamatan penerbangan internasional dan interkoneksi dengan
moda transportasi lainnya.
Untuk transportasi udara tercatat 257 pesawat yang datang dan berangkat melalui
Bandar Udara D.C. Saudale. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014
yang hanya sebanyak 185 pesawat yang datang dan berangkat.
Page | 4 - 78
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1) Keterbatasan jumlah tenaga pengawas kelaikan udara dan jumlah fasilitas sarana
dan prasarana transportasi udara yang harus diawasi seiring dengan
meningkatnya lalu lintas angkutan udara yang meningkat tajam;
2) Frekuensi penerbangan yang terbatas yaitu hanya 1 kali dalam sehari.
d. Jalan Lingkungan
Untuk melaksanakan pembangunan jalan lingkungan diperlukan anggaran yang
berasal dari Anggaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten. Secara bertahap pelaksanaan pembagunan jalan lingkungan di kawasan
perumahan dan permukiman sudah dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Kondisi mendorong tumbuh dan berkembangnya ekonomi wilayah yang terisoler.
e. Kelistrikan
Energi listrik merupakan kebutuhan utama dalam menjalankan segala aktivitas, baik
itu yang menyangkut kegiatan perdagangan, industri, rumah tangga, pemerintahan
dan lain sebagainya. Permasalahan energi listrik bukan saja merupakan
permasalahan bagi daerah akan tetapi juga merupakan permasalahan nasional
termasuk di Kabupaten Rote Ndao.
Produksi listrik di Rote Ndao mengalami kenaikan dari 15.693.313 MWh pada tahun
2014 menjadi 16.484.348 MWh pada tahun 2015. Sejalan dengan peningkatan dalam
produksi listrik yang didistribusikan juga meningkat.
Page | 4 - 79
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Disektor komunikasi, 4 kantor pos pembantu di Kabupaten Rote Ndao secara total
mengirim 5.609 surat dan menerima 28.044 surat. Untuk wesel, yang dikirim
mencapai 780 juta dan 1.560 juta rupiah yang dibayarkan. Sementara itu, pelanggan
telepon sebanyak 528 nomor dimana 380 nomor digunakan pemerintah dan 148
nomor digunakan swasta/perseorangan.
Permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam hal pelayanan
Pos, Telekomunikasi dan Informatika antara lain:
Page | 4 - 80
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 81
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ground ini menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 47 tahun 2016
Tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, dan
Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia merupakan wilayah pengelolaan perikanan 573
(WPP 573).
Estimasi Potensi Sumber Daya Perikanan di wilayah ini hanya ada 5 jenis
komoditi perikanan dapat dipertahankan pemanfaatannya sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Wilayah
Ikan Ikan
Pengeloaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan 573 Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar*
Page | 4 - 82
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Potensi (ton) 294,092 505,942 103,501 8,778 6,854 844 465 659 8,195 929,330
JTB (ton) 235,274 404,754 82,801 7,022 5,483 675 372 527 6,556
Tingkat 0.91 0.73 0.96 1.36 1.36 0.54 1.05 0.64 1.40
pemanfaat-
an
Dari Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa potensi sumberdaya perikanan yang
terdapat di WPP 573 sudah cukup padat penangkapan.
Pelagis Besar (non Tuna dan Cakalang) memiliki potensi 505.942 ton dengan
JTB 404.754 ton tingkat pemanfaatannya (E) sebesar 0,73. Pengertian tingkat
pemanfaatan 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya penangkapan dipertahankan
dengan monitor ketat
Ikan Demersal dengan potensi 103.501 ton dengan JTB 82.801 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,96 dan Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;
Ikan Karang dengan potensi 8.778 ton dengan JTB 7.022 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 1,36. Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E ≥ 1 adalah Over-exploited,upaya
penangkapan harus dikurangi
Rajungan dengan potensi 659 ton dengan JTB 529 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,64 adalah 0.5 ≤ E < 1= Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat
Cumi-cumi dengan potensi 8.195 ton dengan JTB 6.556 ton dengan tingkat
pemanfaatannya E sebesar 1,40 adalah E ≥ 1 berarti Over-exploited,upaya
penangkapan harus dikurangi.
Page | 4 - 83
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2) Perikanan Budidaya
Komoditas perikanan budidaya di Kabupaten Rote Ndao dapat digiring kearah
komoditas Rumput Laut Eucheuma cottonii, Lele, Nila, Bandeng, Teripang dan
Mutiara. Selain itu, melihat potensi lahan yang ada dapat pula dikembangkan
tambak garam.
Komoditas Lele dan Nila dapat dikembangkan karena didukung dengan adanya
BBI Mokdale. BBI Mokdale memiliki luas sekitar 0,4 ha. Beberapa permasalahan
BBI Mokdale yaitu:
Page | 4 - 84
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
hewani sehingga sektor perikanan dan kelautan tetap dapat menjadi salah satu
roda penggerak utama perekonomian daerah. Sektor perikanan dan kelautan
Kabupaten Rote Ndao berpotensi untuk dikembangkan karena didukung dengan
potensi lahan (wilayah laut dan darat) untuk usaha penangkapan dengan
bermacam jenis hasil laut dan lahan budidaya baik perikanan laut maupun
perikanan air tawar.
Analisis pemanfaatan ruang kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao memiliki fungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah perencanaan;
Page | 4 - 85
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan yang meliputi sentra produksi, sentra
pengolahan dan sentra pemasaran untuk memacu pertumbuhan ekonomi pada
wilayah pesisir dan sekitarnya.
Rote Ndao merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu
berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No. KEPMEN-KP/51/2016 tentang
Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-
Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan karena memiliki potensi perikanan budidaya dan
perikanan tangkap yang sangat besar. Program ini bertujuan meningkatkan
ketersediaan sumber protein dan ketahanan pangan nasional, kesejahteraan
masyarakat, dan pemasukan devisa bagi negara. Diharapkan juga dengan ini bisa terjadi
pertumbuhan ekonomi di wilayah pinggiran dengan lokomotif penggerak utama adalah
sektor perikanan. Dalam konsep Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di
pulau-pulau kecil dan atau kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem dan
pola yang memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan serta
sumberdaya manusia sebagai basis pengembangan sentra kelautan dan perikanan
terpadu (SKPT).
Jika dilihat dari potensi yang ada, perikanan budidaya memiliki peluang cukup potensial
untuk dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao. Data dan informasi Dinas Kelautan
dan Perikanan menunjukkan bahwa potensi budidaya air payau mencapai 12.937 ha
dan baru dimanfaatkan sekitar 5 ha. Beberapa peluang kegiatan perikanan budidaya
lainnya yang dapat dikembangkan di Kabupaten Rote Ndao yaitu Budidaya Rumput
Page | 4 - 86
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Laut, Budidaya Artemia, Budidaya Mutiara, Teripang, Bandeng, Lele dan Nila. Selain
budidaya komoditas perikanan, peluang dan potensi tambak garam seluas 4.961 ha
dengan potensi produksi 1.029.600 ton baru dimanfaatkan 77 ha dengan metode geo
membrane 76 ha dan 1 ha tradisional.
Berdasarkan Perda No.7 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Rote Ndao 2013-2033
yang terkait Perencanaan Review Masterplan SKPT Rote Ndao adalah Rencana
Struktur Ruang Kabupaten, Rencana Pola Ruang Kabupaten dan Rencana Kawasan
Strategis Kabupaten.
Page | 4 - 87
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 88
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
8). Bandar Udara D.C. Saudale dengan jalur penerbangan Ba’a - Kupang
Page | 4 - 89
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
(1) Pengamanan sistem Cekungan Air Tanah (CAT) di Kabupaten Rote Ndao,
meliputi :
a. CAT Nemberala;
b. CAT Batutua; dan
c. CAT Rote di Landu Leko
Page | 4 - 90
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk lebih jelasnya mengenai peta rencana struktur RTRW Kabupaten Rote Ndao
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Page | 4 - 91
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 92
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
a) Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao
b) Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c) Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun kedepan; dan
d) Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten
Rote Ndao.
Berdasarkan hal tersebut serta didasari oleh UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26
Tahun 2008, dan Kepres Nomor 32 Tahun 1990, maka penataan ruang diarahkan untuk
Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya binaan, nilai sejarah,
dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk di
budidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya binaan,
dan sumberdaya manusia.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao adalah rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
Kabupaten Rote Ndao (20 tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao .
Muatan Rencana Pola Ruang Wilah Kabupaten Rote Ndao terkait Review Masterplan
SKPT Rote Ndao, antara lain :
Page | 4 - 93
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
e) Kawasan peruntukan pesisir dan pulau pulau kecil meliputi : wilayah-wilayah yang
berada di bagian darat dan laut dari Pulau Rote yang berbatasan dengan Laut Sawu,
Laut Timor dan Samudera Hindia yang mencakup seluruh wilayah kabupaten.
Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Rote Ndao dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
Page | 4 - 94
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 95
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kawasan strategis Kabupaten Rote Ndao yang terkait dengan penyusunan Review
Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao antara lain :
c) Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup yaitu :
Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Rote Ndao
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Page | 4 - 96
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 97
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 4 - 98
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor unggulan wilayah
Kabupaten Rote Ndao karena hampir 10 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao,
memiliki potensi usaha perikanan tangkap.
Page | 4 - 99
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ikan yang besar dan masih jauh dari nilai optimal, tidak menjadi halangan bagi pelaku
usaha perikanan tangkap di Kabupaten Rote Ndao untuk meningkatkan upaya
tangkapnya menjadi lebih besar. Dukungan armada penangkapan yang lebih modern
dan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan, serta memperhatikan kualitas
produk hasil tangkapan, menjadi modal utama bagi peningkatan produksi perikanan
tangkap. Selain itu, ketersediaan nelayan tangkap yang handal dan kompeten dalam
mengendalikan alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan yang bermutu tinggi.
Page | 4 - 100
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil/ Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
b) Potensi sumberdaya ikan;
c) Daya dukung sumberdaya manusia;
d) WPP-NRI;
e) Dukungan prasarana wilayah;
f) Geografisdaerah dan kondisi perairan;dan
g) Sosial ekonomi masyarakat.
Page | 4 - 101
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dalam rangka upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga peranan
PPI/ SP dapat terwujud maka dalam setiap aktivitas manajemen mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi supaya melibatkan stakeholder
terutama nelayan, pengusaha perikanan, kelembagaan Daerah, instansi terkait
disamping staf pelabuhan perikanan sendiri (Elfandi SK. 2000). Konsep diatas
menurut Kotler (1997) merupakan bentuk pemasaran dengan konsep kebutuhan
pelanggan (nelayan, masyarakat perikanan, industri perikanan); sehingga pelabuhan
perikanan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
mereka.Disamping kebijakan diatas, pembangunan PPI/SP sudah ada kesesuaian
dengan kebijakan pemerintah daerah (Perda RTRW) sehingga perlu didukung
dengan berbagai prasarana pendukung wilayah lainnya yang menjadi kewenangan
instansi terkait seperti: sarana jalan menuju kawasan PPI untuk mendukung
pemasaran, suplai energy listrik untuk kepentingan operasional segenap fasilitas
yang menggunakan energi listrik, suplai air tawar bersih untuk kepentingan logistik
nelayan, pabrik es, pencucian ikan dan lainnya, suplai BBM dari PT Pertamina untuk
mendukung operasional kapal dan perahu bermotor dan lain sebagainya.
Dukungan ini sangat diperlukan mengingat segenap aktivitas PPI Tulandale sebagai
sentra perikanan tangkap di Kabupaten Rote Ndao, tentunya harus menyediakan
fasilitas yang baik dan mampu menampung segala kebutuhan nelayan dalam
melakukan operasional penangkapan ikan. Terlebih akses dari PPI ke sentra-sentra
pengolahan maupun pemasaran ikan, harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi
usahanya. Dilain pihak keberadaan pelabuhan perikanan menghadap ke wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) 573 yang potensial dengan sumberdaya perikanan
akan menjamin pasokan bahan baku industri pengolahan perikanan.
Page | 4 - 102
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Potensi sumberdaya perikanan di WPP 573 terdiri dari pelagis kecil 294.092
ton/tahun, pelagis besar 505.942 ton/tahun, ikan demersal 103.501 ton/tahun, ikan
karang 8.778 ton/tahun, lobster 844 ton/tahun dan kepiting 465 ton/tahun.
Produksi ikan di kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 sebesar 3.259 ton berarti
tahun 2015 baru memanfaatkan potensi yang dimiliki 1,68 juta ton sebesar
0,193% saja. Usaha perikanan tangkap masih dapat ditingkatkan untuk
memanfaatkan sisa potensi sebesar 1.676.741 ton.
Pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap menghasilkan 3.310 ton, berarti
potensi yang dimanfaatkan baru 0,197% dan masih ada potensi belum
dimanfaatkan sebesar 1.676.690 ton
Page | 4 - 103
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tabel 4.5 Pemanfaatan Ikan Unggulan Terhadap Produksi Per Kecamatan Tahun 2015 (%)
Pemanfaatan per Jenis Ikan Terhadap Produksi Kabupaten Rote Ndao (Ton)
Kecamatan Produksi
Cumi
(Kab. Rote Tongkol % Kerapu % Kakap % Teripang % %
Cumi
Ndao)
Jumlah 3,259 218 6,69 141 4,33 190 5,83 35 1,07 109 3,34
Sumber : DKP Kabupaten Rote Ndao 2017 dan Diolah Konsultan
Page | 4 - 104
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Ikan Tongkol
Jumlah ikan tongkol yang didaratkan tahun 2015 sebesar 218 ton atau sekitar
6,69% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao. Jumlah ikan
Tongkol terbanyak didaratkan di Kecamatan Rote Timur sebesar 62 ton atau
sekitar 8,02% dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Timur
(773 ton). Kecamatan Lobalain urutan kedua jumlah ikan Tongkol yang didaratkan
sebanyak 37 ton atau sekitar 5,85% dari jumlah ikan yang didaratkan di
Kecamatan Lobalain.
2. Ikan Kerapu
Jumlah ikan Kerapu yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar 141 ton
atau sekitar 4,33% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao.
Jumlah ikan kerapu paling banyak didaratkan di Lobalain sebanyak 41 ton atau
sekitar 6,48% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Berikutnya
ikan kerapu yang banyak didaratkan di Rote Barat Laut sebanyak 19 ton atau
sekitar 5,19 % dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.
3. Ikan Kakap
Secara keseluruhan ikan kakap yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar
190 ton atau sekitar 5,83% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote
Ndao (3.310 ton). Jumlah produksi terbesar di Kecamatan Rote Barat Daya
sebanyak 42 ton atau sekitar 7,39 % dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di
Rote Barat Daya (568 ton). Jumlah ikan Kakap di Kecamatan Lobalain sebesar 32
ton atau sekitar 5,06% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain
(633 ton).
4. Teripang
Tahun 2016 ada 3 kecamatan (Rote Barat Laut, Pantai Baru, dan Rote Timur) yang
menghasilkan Teripang dengan produksi seluruhnya sebesar 35 ton. Produksi ini
hanya 1,07% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao sebesar
3.310 ton. Jumlah Teripang terbanyak dihasilkan di Rote Barat Laut sebesar 29
ton atau sekitar 7,92% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat
Laut.
Page | 4 - 105
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5. Cumi-cumi
Pada tahun 2015 hanya ada 2 kecamatan (Rote Tengah dan Rote Selatan) yang
tidak menghasilkan cumi-cumi. Dari 8 kecamatan lainnya produksi cumi-cumi
sebesar 109 ton atau sekitar 3,34% dari jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 3.310 ton. Jumlah produksi cumi-cumi paling banyak
didaratkan di Ndao Nuse sebanyak 93 ton atau sekitar 21,38 dari produksi ikan
yang didaratkan di Kecamatan Ndao Nuse.
Page | 4 - 106
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tabel 4.6 Pemanfaatan Ikan Unggulan Terhadap Produksi Per Kecamatan Tahun 2016 (%)
Page | 4 - 107
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Produksi Ikan di Masing-masing Kecamatan Tahun 2016:
1. Ikan Tongkol
Produksi ikan terbesar didaratkan tahun 2016 di Kecamatan Rote Timur (732 ton)
dan produksi ikan Tongkol 65 ton (8,88%), produksi terbesar kedua di Kecamatan
Lobalain (649 ton) dan produksi ikan tongkol sebesar 35 ton (5,39%) dari seluruh
jenis ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Prosentase Produksi ikan
tongkol dibandingkan produksi semua jenis ikan di masing-masing kecamatan
bervariasi, terbesar di Kecamatan Pantai Baru 12,71%. Secara keseluruhan
produksi ikan tongkol terhadap produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote
Ndao pada tahun 2016 sebesar 6,92 % saja.
2. Ikan Kerapu
Secara keseluruhan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2016 jumlah produksi ikan
3.310 ton dimana 4,74% nya adalah ikan Kerapu (157 ton). Jumlah ikan Kerapu
terbesar didaratkan di Kecamatan Lobalain (42 ton) atau sekitar 6,47% dari jumlah
ikan yang didaratkan di Kecamatan Lobalain. Produksi ikan yang terbanyak
didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut (37 ton) atau sekitar 9,32% dari jumlah
produksi ikan yang didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.
3. Ikan Kakap
Produksi ikan Kakap di Kabupaten Rote Ndao sebesar 176 ton atau sekitar 5,32%
dari jumlah produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote Ndao (3.310 ton).
Jumlah ikan Kakap yang terbanyak didaratkan di Kecamatan Rote Timur sebesar
42 ton atau hampir sama dengan di Kecamatan Rote Barat Daya sekitar 41 ton.
4. Teripang
Ada 3 kecamatan yang menghasilkan Teripang (Kecamatan Rote Barat Laut, Rote
Timur dan Pantai Baru). Jumlah produksi teripang tahun 2016 terbesar di Rote
Barat Laut sebesar 32 ton atau sekitar 8,06 dari jumlah seluruh ikan yang
didaratkan di Kecamatan Rote Barat Laut.
5. Cumi cumi
Tahun 2016 ada 5 kecamatan (Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan Rote
Barat Laut, serta Lobalain) yang menghasilkan Cumi-cumi. Jumlah produksi sekitar
116 ton atau sekitar 3,51% dari produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Rote
Page | 7 - 108
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ndao. Produksi Cumi-cumi paling banyak didaratkan di Kecamatan Ndao Nuse
sebanyak 101 ton atau sekitar 20,61% dari produksi ikan yang didaratkan di
Kecamatan Ndao Nuse.
Sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan,
pada Bagian Keempat menetapkan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ke dalam 4
(empat) kelas, dimana PPI Tulandale termasuk Pelabuhan Perikanan kelas D, yang
selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPI Tulandale sebagai
Pangkalan Pendaratan Ikan dalam Pasal 9 diatur harus memenuhi kriteria teknis
dan operasional, yang meliputi:
(2) Kriteria operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran
hasil perikanan rata-rata 2 ton per hari.
Ada 3 sentra pendaratan ikan yang potensi untuk dikembangkan dan dibangun di
Kabupaten Rote Ndao dikaitkan dengan potensi Perikanan Tangkap.
Pembangunannya mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012 Tentang
Kepelabuhanan Perikanan. Ketiga sentra pendaratan dimaksud yaitu:
Page | 7 - 109
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pembangunan PPI Tulandale dibangun tahun 2012 dilengkapi dengan berbagai
bangunan sarana dan prasarana. Jenis sarana dan prasarana yang sudah
dibangun yaitu :
1) Fasilitas Dasar
Jenis fasilitas dasar yang sudah ada di PPI Tulandale yaitu :
2) Fasilitas Fungsional
Jenis fasilitas fungsional yang sudah dibangun dikawasan PPI Tulandale yaitu:
a) Pabrik es
b) Cold storage
c) Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
d) Fasilitas Instalasi Listrik PLTD Ba’a Kecamatan Lobalain
3) Fasilitas Penunjang
Jenis fasilitas penunjang yang sudah dibangun berupa :
a) Kantor dan
b) Perumahan pengelola PPI
Mulut kolam perairan terlalu lebar dan menghadap arah gelombang, pada saat
musim Timur gelombang masuk kolam perairan PPI sehingga mengakibatkan
kapal dan perahu tidak aman berada di kolam pelabuhan
Saat pasang surut terendah kondisi kolam perairan masih plus (> 0 m) sehingga
kapal kandas dan kondisi ini membahayakan kapal ikan karena dapat merusak
lunas kapal
Page | 7 - 110
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pembangunan Jetty kurang mempertimbangkan beda ketinggian air laut pada
saat pasang surut, sehingga tidak dapat digunakan untuk mendaratkan ikan
maupun sandar perahu nelayan
Nelayan yang masuk kolam pelabuhan perikanan mendaratkan ikan disisi
pantai berpasir dan langsung mengadakan transaksi jual beli ikan. Kondisi ini
mempersulit angkutan ikan dari perahu menuju tempat penjualan ikan
Belum ada sarana pembuatan perahu dan galangan kapal didalam pelabuhan
perikanan untuk mendukung nelayan membuat perahu. Pembuatan perahu
hanya di pantai berpasir yang ada di dalam kolam pelabuhan perikanan.
Instalasi listrik untuk Penerangan kawasan belum terpasang sehingga nelayan
dan bakul ikan mengalami kesulitan saat mendaratkan ikan pada malam hari.
Jika para nelayan tidak boleh membeli BBM menggunakan jerigen, akibatnya
nelayan membeli BBM dari para pengecer BBM dengan harga BBM solar di
pengecer antara Rp 8.000,- sampai Rp 10.000,- per liter tergantung dari musim
ikan.
Page | 7 - 111
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
(2) Sarana Pabrik Es
Untuk menangani ikan segar agar dapat tahan dari pembusukan diperlukan
sarana pendingin berupa es dan bukan pengawet berbahaya. Kebutuhan es
sangat mendesak sama halnya dengan kebutuhan BBM, sehingga kapasitas
pabrik es yang ada perlu ditingkatkan. Besarnya kapasitas pabrik es untuk TPI
dengan persyaratan minimal ikan yang didaratkan 2 ton per hari, maka pabrik
es yang dibangun minimal 20 ton per hari (kebutuhan nelayan, tranportasi/
distribusi Ikan ke pusat pemasaran dan pedagang ikan).
Page | 7 - 112
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Di Papela juga telah tersedia lahan sekitar 2.500 m2 yang akan digunakan untuk
membangun cold storage dan pabrik es. Lokasi perencanaan ini terletak
bersebelahan dengan Dermaga Nelayan Papela (disebelah timur) dan tambak
garam (disebelah barat). Tanggapan masyarakat nelayan di Papela
mengindikasikan memang sangat perlu adanya “cold storage”. Hal ini karena
selama ini nelayan mendapatkan es dalam bentuk balok yang harus dibeli dari
Kupang sehingga biaya transportasinya menjadi mahal. Apabila es-es dalam
skala kecil, nelayan harus membeli dari rumah-rumah penyedia es.
Salah satu kendala utama didirikannya “cold storage” di lokasi terpilih adalah
masalah ketersediaan air dan listrik.
AIR. Masyarakat selama ini memperoleh air untuk kehidupan sehari-hari cukup
sulit. Di desa ini hanya ada 2 sumur yang airnya tawar, sementara selebihnya air
payau. Oleh karena itu jalan keluar yang ada adalah mendapatkan dari PDAM.
Namun air PDAM juga tidak cukup dan sering tidak keluar. Satu bulan air
mengalir tapi kecil dan sebulan berikutnya mati, bahkan pernah beberapa kali
terjadi air PDAM tidak mengalir selama 1 tahun. Kebutuhan akan air ini rata-rata
sekitar 10 drum per-minggu/per-rumah tangga.
Alternatif lain adalah memperoleh air dengan harga Rp. 5.000,- per drum dari
Dompet Dhuafa, atau dari usaha pribadi-pribadi dengan harga Rp.10.000,- per
drum. Dua alternatif ini hanya akan datang bila dibutuhkan saja oleh masyarakat
(panggilan via tlp). Namun belakangan ini kedua alternative tersebut juga tidak
bisa melayani akan kebutuhan air lagi. Hal ini karena tidak diijinkan lagi
mengambil air dari sumber yang notabene dikelola oleh PDAM, khawatir debet
air tidak mencukupi. Sumber air yang dikelola PDAM terletak di Desa Nioen yang
jauhnya melebihi 3 desa. Jadi sampai sekarang air masih menjadi masalah
utama.
LISTRIK. Masalah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan akan
listrik. Masyarakat memperoleh listrik dari PLN tetapi dengan kuota terbatas,
sehingga pemakaian listrik benar-benar harus sehemat mungkin. Kalau tidak,
maka akan terjadi seandainya 1 rumah menyala, maka rumah2 lainnya akan mati.
Oleh karena itu maka seandainya rencana pendirian “cold storage” akan
dilanjutkan, maka yang perlu menjadi perhatian adalah : (i) lokasi terpilih, (ii)
ketersediaan air, dan (iii) ketersediaan listrik.
Page | 7 - 113
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Samping Kiri Belakang : Tambak Garam Samping Kiri Depan : Hutan Mangrove
Fishing ground para nelayan di wilayah WPP 573 dengan potensi ikan pelagis besar
jenis ikan Tuna yang bermigrasi dari Pantai Barat Australia. Pembangunan Sentra
Pendaratan Ikan Batutua ini akan mengacu pada ketentuan yang diatur dalam
Page | 7 - 114
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/2012 Tentang Kepelabuhanan Perikanan Bab III Perencanaan
pembangunan pelabuhan perikanan. Keberadaan Sentra Pendaratan Batutua
diharapkan untuk mendukung Kinerja perikanan tangkap dan sebagai sentra Kelautan
dan Perikanan serta berperan sebagai sentra pendaratan nelayan dari beberapa desa
disekitarnya.
Tabel 4.7 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Rote
Ndao
Komoditas Kecamatan Potensi (Ha) Eksisting (Ha)
Lele dan Nila Rote Selatan 1,63 0,38
Lobalain 3,37 2,78
Rote Tengah 15,82 0,18
Rote Timur 7,84 -
Landu Leko 5,62 -
Pantai Baru 8,75 -
Rote Barat Laut 83,08 -
Rote Barat 3,75 -
Rote Barat Daya 6,91 -
Jumlah 136,77 3,34
Page | 7 - 115
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Gambar 4.9 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Rote Ndao
Pada akhir tahun 2016, tercatat sebanyak 17 pembudidaya ikan air tawar yang
tersebar di 3 Kecamatan, yaitu Lobalain, Rote Tengah dan Rote Selatan. Sejak tahun
2012, bantuan benih ikan telah diberikan kepada kelompok pembudidaya tersebut
dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Total 61.500 benih ikan telah diterima oleh
kelompok tersebut. Pada tahun 2012, diberikan bantuan sebanyak 5.000 benih
ikan. Tahun selanjutnya, bantuan bertambah menjadi 10.000 benih ikan. Pada tahun
2015, bantuan diberikan sebanyak 6.500 benih ikan. Tahun 2016, bantuan yang
diberikan mencapai 30.000 benih ikan. Upaya – upaya tersebut dilakukan untuk
memperkenalkan ikan air tawar kepada masyarakat Rote Ndao.
Pada gambar di bawah, dapat dilihat peta persebaran lokasi budidaya ikan di
Kabupaten Rote Ndao.
Page | 7 - 116
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Gambar 4.10 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Rote Tengah
Gambar 4.11 Sebaran Budidaya Ikan Air Tawar di Kecamatan Rote Selatan
Page | 7 - 117
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Penyedia bibit ikan adalah Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Kelautan dan Perikanan
di Baa dengan luas kawasan sekitar 0,4 ha yang terdiri dari kolam pembenihan dan
kolam pembesaran. Khusus ikan nila dan ikan mas mendatangkan benih dan Induk
dari Mandiangin Kalimantan Selatan. Sumber air berasal dari sumber mata air alami
disamping BBI yang dipompa dengan mesin yang digerakkan dengan listrik
menggunakan tenaga surya, sedangkan pakan ikan didatangkan dari agen di
Kupang.
Page | 7 - 118
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Budidaya air tawar yang masih dalam taraf pembinaan ini, dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
Benih ikan yang merupakan bantuan itu sendiri, dikembangkan oleh masyarakat
pembudidaya di dalam kolam – kolam terpal. Kolam tersebut merupakan hasil
swadaya masyarakat. Hasil panen ikan air tawar itu, dipasarkan kepada rumah
makan, maupun restoran yang berada di Kabupaten Rote Ndao. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan air tawar, yang notabene masih
sangat rendah.
Tabel 4.8 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Rote
Ndao
Page | 7 - 119
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Komoditas Kecamatan Potensi (Ha) Eksisting (Ha)
Bandeng Rote Timur 761,50 0,75
Pantai Baru 469,00 0,90
Landu Leko -
1.576,00
Rote Tengah 827,50 -
Lobalain -
1.940,00
Rote Barat Daya 213,00 -
Rote Barat Laut -
1.234,00
Rote Barat 955,00 -
1,65
Jumlah
7.976,00
Gambar 4.15 Sebaran Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Rote Ndao
Page | 7 - 120
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan. Penetapan dalam RTRW berarti
terkait juga dengan program pengembangan prasarana wilayah (jalan, air, listrik, dll).
Menurut hasil survey, terdapat satu lokasi yang cocok sebagai area pengembangan
budidaya air payau, dalam hal ini, budidaya bandeng. Area tersebut berada di Desa
Daiama, Kecamatan Landu Leko.
Menurut keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Rote Ndao, area yang
merupakan rawa tersebut, bersedia dihibahkan ke Pemda. Gambaran topografi pada
area seluas 37,5 Ha tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Page | 7 - 121
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tabel 4.9 Potensi Komoditas Perikanan Budidaya Laut di Kabupaten Rote Ndao
Komoditas Kecamatan Luas Potensial Luas Eksisting (Ha)
(Ha)
Rumput Laut Landu Leko 8.350,00 353,91
Rote Timur 4.150,00 132,33
Pantai Baru 4.300,00 231,38
Rote Selatan 2.075,00 66,79
Rote Tengah 400,00 26,67
Lobalain 1.750,00 37,23
Rote Barat Daya 3.500,00 188,08
Rote Barat Laut 4.625,00 769,63
Rote Barat 2.300,00 394,44
Ndao Nuse 550,00 13,05
Jumlah 32.000,00 2.213,51
Teripang Rote Barat Laut 850 5,44
Pantai Baru 1.100 1,19
Rote Timur 1.700 0,17
Rote Barat Daya 300 -
Jumlah 3.950 6,8
Mutiara Rote Timur 3.100 -
Rote Barat Daya 7.000 -
Jumlah 10.100 -
1). Rumput Laut
Page | 7 - 122
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Seluruh kawasan kecamatan di pesisir pantai Kabupaten Rote Ndao berpotensi untuk
dikembangkan budidaya rumput laut. Di kawasan pantai Kecamatan Rote Barat ada
tiga kelurahan yang melakukan budidaya rumput laut berbatasan dengan wisata
bahari (selancar air).
Gambar 4.18 Produksi Rumput Laut Kering di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012-
2016 (Sumber: DKP Kabupaten Rote Ndao 2017)
Page | 7 - 123
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengolahan rumput laut masih terbatas pada pembuatan agar – agar dan rumput laut
kering yang diusahakan secara tradisional. Harga rumput laut kering berkisar antara
Rp 8.000,- sampai Rp 10.000,- per kg dijual ke Kupang langsung ke pabrik
pengolahan rumput laut. Menurut data yang didapat, setiap 875 m2 lahan budidaya
rumput laut, akan menghasilkan sekitar 4.200 kg rumput laut basah per siklus
produksi. Jadi 1 Ha lahan budidaya akan menghasilkan sekitar 48.640 kg atau sekitar
48,6 Ton rumput laut basah.
Menurut keterangan dari pembudidaya rumput laut di Rote Ndao, 7 kg rumput laut
akan menghasilkan 1 kg rumput laut kering. Jadi 1 Ha lahan budidaya akan
menghasilkan sekitar 6.900 kg atau sekitar 6,9 Ton rumput laut kering. Perhitungan
diatas, dengan asumsi bahwa kondisi lahan budidaya rumput laut memiliki kualitas
perairan yang baik, tidak mengandung polutan, serta bibit yang digunakan merupakan
bibit rumput laut dengan kondisi yang baik.
Page | 7 - 124
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Lobalain
Pada Kecamatan Lobalain, tercatat sebanyak 341 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput Laut. Lahan seluas 37,23 Ha telah dimanfaatkan sebagai lahan
budidaya rumput laut. Pada tahun 2016, produksi rumput laut kering di Kecamatan
Lobalain sebanyak 10 Ton.
- Pantai Baru
Pada Kecamatan Pantai Baru, tercatat sebanyak 1.418 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput laut. Lahan sekitar 231 Ha telah dimanfaatkan oleh masyarakat,
sebagai lahan budidaya rumput laut. Tercatat sebanyak 579 Ton rumput laut kering
yang diproduksi di tahun 2016.
Gambar 4.21 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Pantai Baru
Page | 7 - 125
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat Laut
Gambar 4.22 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat Laut
Page | 7 - 126
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat Daya
Sebanyak 653 rumah tangga tercatat sebagai pembudidaya rumput laut di Kecamatan
Rote Barat Daya. Lahan yang termanfaatkan sebagai lahan budidaya seluas 188 Ha.
Produksi rumput laut kering pada tahun 2016 adalah sebanyak 1.050 Ton.
Gambar 4.24 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat Daya
- Landu Leko
Pada Kecamatan Landu Leko, tercatat sebanyak 1.278 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput laut. Lahan sekitar 353 Ha telah dimanfaatkan oleh masyarakat,
sebagai lahan budidaya rumput laut. Tercatat sebanyak 4.450 Ton rumput laut kering
yang diproduksi di tahun 2016.
Page | 7 - 127
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Gambar 4.25 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Landu Leko
- Rote Timur
Pada Kecamatan Rote Timur, tercatat sebanyak 1.594 rumah tangga yang menjadi
pembudidaya rumput Laut. Lahan seluas 132 Ha telah dimanfaatkan sebagai lahan
budidaya rumput laut. Pada tahun 2016, produksi rumput laut kering di Kecamatan
Lobalain sebanyak 2.260 Ton.
Page | 7 - 128
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Gambar 4.27 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Timur
- Ndao Nuse
Gambar 4.28 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Ndao Nuse
Page | 7 - 129
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
- Rote Barat
Gambar 4.29 Peta Sebaran Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Rote Barat
Pembudidaya rumput laut di Kabupaten Rote Ndao, menjual hasil produksi rumput
laut mereka dalam keadaan kering dengan cara menjemurnya di tepian pantai,
menggunakan alas terpal maupun langsung dijemur di atas beton – beton revetment.
Kurangnya fasilitas penjemuran, maupun gudang penyimpanan mebuat kondisi
rumput laut menjadi kurang baik. Untuk itu diperlukan adanya fasilitas penjemuran,
ataupun gudang sebagai fasilitas penunjang kegiatan pasca panen.
Page | 7 - 130
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 131
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
merupakan lahan milik keturunan suku Dela, dengan marga ‘Ndun’. Diharapkan agar
pihak pemerintah daerah dapat menemukan solusi pembebasan lahan tersebut.
2) Teripang
Page | 7 - 132
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Metode budidaya ini lebih sederhana karena tanpa menggunakan pembatas
lingkaran jaring dan tidak perlu memberi makan tambahan. Makanan teripang
budidaya tambak diperoleh secara alami di tambak.
3) Mutiara
Kegiatan budidaya mutiara pernah dilaksanakan oleh investor asing di perairan
Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, namun saat ini tidak dilanjutkan dengan
berbagai kendala. Berbagai fasilitas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan belum
ada investor yang tertarik untuk mencoba melakukan investasi kembali. Saat ini,
pemerintah Kabupaten Rote Ndao sedang melakukan pembangunan dermaga di
Desa Oebou sebagai fasilitas penyeberangan menuju pulau sekitarnya.
Page | 7 - 133
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Gambar 4.34 Peta Potensi Budidaya Mutiara di Kecamatan Rote Barat Daya
Selain di Desa Oebou, daerah lain yang memiliki potensi budidaya mutiara berada di
Perairan ‘Mulut Seribu’ yang terletak di Kecamatan Landu Leko, sekitar 1 jam
perjalanan menggunakan perahu. Kondisi perairan yang berada diantara gugusan
Page | 7 - 134
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pulau – pulau kecil, membuat ‘Mulut Seribu’ terlindung dari gelombang. Selain itu,
perairan tersebut membentuk teluk - teluk kecil yang dalam serta memiliki arus yang
cukup tenang sehingga sangat berpotensi untuk pembudidayaan mutiara.
2. Minabisnis Garam
Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Rote Ndao memiliki potensi
produksi garam sebesar 1 juta ton/tahun. Kecamatan Landu Leko memiliki potensi
terbesar, yaitu 412.880 ton/tahun. Disusul oleh Kecamatan Rote Timur dengan
potensi produksi 146.720 ton/tahun.
Berikut ini adalah tabel potensi lahan garam di Kabupaten Rote Ndao menurut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
Page | 7 - 135
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Produksi garam di Rote Ndao, masih bersifat tradisional. Keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung masih menjadi batu pengganjal perkembangan komoditas ini.
Kegiatan produksi secara tradisional sangatlah mengandalkan sinar matahari, karena
air garam diuapkan dengan bantuan panas matahari. Oleh sebab itu, produksi garam
di Rote Ndao hanya berlangsung saat musim kemarau, yaitu bulan Juni sampai
dengan November. Produksi garam akan berhenti pada musim penghujan, karena
akan mengganggu proses penguapan. Walaupun produksinya masih bersifat
tradisional, kualitas garam yang dihasilkan di Rote Ndao sudah sangat baik. Dengan
sedikit memberikan fasilitas penunjang, komoditas garam di Rote Ndao dapat
bersaing dengan garam sekelas industri.
Selain garam sebagai hasil produksi utama, tambak garam juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat budidaya artemia, dimana nantinya artemia akan menjadi hasil
produksi sampingan. Artemia merupakan krustasea tingkat rendah yang memiliki
kandungan nutrisi cukup tinggi. Artemia dapat digunakan sebagai pakan hidup bagi
pembenihan udang dan ikan.
Masyarakat Rote Ndao, khususnya Rote Barat Laut, sangat mendukung kegiatan
pengembangan SKPT ini. Hal ini dapat terlihat dari keterlibatan masyarakat yang
cukup besar. Salah satunya dengan melakukan proses hibah lahan kepada
Page | 7 - 136
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pemerintah kabupaten. Terdapat lahan sekitar 27 Ha yang dihibahkan oleh
masyarakat sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan SKPT Rote Ndao.
Gambar 4.37 Peta Potensi Tambak Serbaguna di Kecamtan Rote Barat Laut
Lahan tersebut terletak di Desa Tualima, Kecamatan Rote Barat Laut. Desa Tualima
merupakan hasil pemekaran dari Desa Doudolu. Kondisi lahan yang berbukit,
membuat lahan ini memerlukan pengerukan lahan agar dapat dijadikan lahan tambak
garam.
Berikut ini adalah gambaran kondisi topografi di lokasi calon tambak garam di Desa
Tualima.
Page | 7 - 137
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 138
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Direkomendasikan juga beberapa lokasi lain yang dapat digunakan sebagai
pengembangan komoditas garam. Lokasi tersebut antara lain, Kelurahan Papela,
Desa Sarubeba, dan Desa Tesabela. Berikut ini, gambaran lokasi lahan tersebut.
Page | 7 - 139
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Lahan di Kelurahan Papela, memiliki luas sebesar 23,3 Ha dimana lahan tersebut
merupakan lahan milik pengusaha garam. Ada suatu kemungkinan dimana dapat
Page | 7 - 140
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dilakukan perjanjian kerjasama antara pemerintah kabupaten dengan pengusaha
garam tersebut.
Sedangkan lahan di Desa Sarubeba, merupakan lahan dataran kosong dengan luas
sekitar 63,8 Ha. Menurut informasi yang didapatkan, lahan tersebut merupakan milik
masyarakat, namun masyarakat tersebut mengharapkan adanya biaya ganti rugi dari
pemerintah daerah, apabila lahan tersebut akan digunakan sebagai lahan
pengembangan komoditas garam.
Lahan selanjutnya berada di Desa Tesabela, Kecamatan Pantai Baru. Lahan tersebut
merupakan lahan di kawasan estuari, yang sangat cocok apabila dikembangkan
menjadi tambak serbaguna. Namun, terdapat papan yang menunjukkan bahwa lahan
tersebut milik Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Rote Ndao. Perlu adanya
upaya dari pemerintah daerah untuk memperjelas status lahan tersebut.
Page | 7 - 141
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan,
drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan
ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem, dimana
infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana
(jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah
sistem menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung
dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap
sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur
perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan.
1. Kondisi Jalan
Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Meningkatkan usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan
prasarana jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar
perdagangan antar daerah. Kondisi eksisiting panjang jalan di Rote Ndao adalah
sepanjang 538.84 km dengan panjang jalan provinsi sepanjang 79 km dengan kondisi
baik dan jalan kabupaten sepanjang 459,83 km. Dengan demikian kebutuhan jalan
di kawasan perencanaan pada dasarnya sudah mencukupi, yang perlu dilakukan
adalah peningkatan jalan khususnya untuk penggunaan industri yang akan dilewati
oleh kendaraan berat, dalam hal ini jalan kolektor primer primer.
Page | 7 - 142
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Sentra
Perikanan
Papela
Sentra
Perikanan
Batutua
Panjang jalan menuju sentra perikanan di Papela sekitar 62 km dari Ba’a dilalui jalan
strategis nasional ruas jalan Ba’a – Pantai Baru dengan kondisi 95% baik. Pada
beberapa tempat ada yang kuran bagus seperti di Oenggomeda di Rote Tengah
terdapat jembatan beton di Sungai Tola yang patah dan jalan sejauh 5 km agak
bergelombang, sedangkan jalan menuju tambak belum beraspal akan tetapi sudah
cukup halus sepanjang 3 km.
Panjang jalan menuju sentra perikanan di Batutua sekitar 25 km dari Ba’a dilalui jalan
strategis nasional ruas jalan Ba’a – Nemberala dengan kondisi 95% baik .
Berdasarkan Permenperind No. 35 tahun 2010, kebutuhan energi listrik untuk setiap
hektar kawasan adalah sebesar 0,15 – 0,2 MVA. Rencana luas kawasan SKPT adalah
Page | 7 - 143
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
kurang lebih 60 Ha dengan demikian energi listrik yang dibutuhkan adalah sebesar 9
- 12 MVA. Sistem pembangkit listrik yang terkoneksi dengan SKPT Rote Ndao saat
ini antara lain :
2. Budidaya Tambak 10 Ha maka dibutuhkan 5,5 - 7,5 l/detik air bersih untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi
3. Garam 20 Ha, maka dibutuhkan setidaknya 11 - 15 l/detik air bersih untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi.
Sumber air bersih yang berada kawasan perencanaan dapat digunakan sebagai
sumber air baku dan pengolahan air menggunakan Reverse Osmosis atau teknologi
lainnya pada kawasan yang jauh dari sumber air di Kecamatan Ndao Nuse, Rote Barat,
Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Landu Leko dan Rote Timur.
4. Sistem Logistik
Sistem logistik merupakan bagian dari infrastruktur yang meliputi jalan, pelabuhan,
bandara dan pergudangan. Infrastruktur berskala tinggi yang akan dikembangkan di
SKPT Rote Ndao selain bersifat visioner dan monumental, juga bersifat fungsional
dan mampu berperan sebagai lokomotif pengembangan perekonomian daerah
khususnya bidang perikanan dan kelautan secara keseluruhan.
Sifat visioner dan monumental diperlukan sebagai daya tarik, sehingga infrastruktur
yang dikembangkan juga dapat tumbuh sebagai kawasan terpadu. Sementara sifat
dasar fungsional dari infrastruktur tetap dikembangkan sebagai core utama, sehingga
kombinasi dari berbagai karakter ini diharapkan mampu mengundang investor.
Dengan adanya investor, maka infrastruktur dapat tumbuh dan berkembang sebagai
lokomotif yang mendorong pertumbuhan daerah.
Jaringan jalan yang dapat mendukung sistem logistik SKPT Rote Ndao terdiri atas:
Page | 7 - 147
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Air Baku untuk air minum : pengolahan air menggunakan Reverse Osmosis atau
teknologi lainnya pada kawasan yang jauh dari sumber air di Kecamatan Ndao
Nuse, Rote Barat, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Landu Leko dan
Rote Timur
b. Daerah Irigasi (DI) terdiri dari :
Jaringan transportasi udara di SKPT Rote Ndao adalah Bandar Udara pengumpan
di Ba’a dengan jalur penerbangan Ba’a – Kupang.
Page | 7 - 148
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 5
ANALISIS
PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN
Besarnya potensi sumberdaya perikanan di WPP 573 menurut komisi stock assesment
berjumlah 929,330 (10³ ton/ tahun) terdiri dari pelagis besar 505.942 (10³ ton/ tahun),
pelagis kecil memiliki potensi 294,092 (10³ ton/ tahun), potensi ikan demersal 103.501
(10³ ton/ tahun), potensi ikan karang konsumsi sekitar 8,778 (10³ ton/ tahun); potensi
udang penaeid sekitar 6,854 (10³ ton/ tahun) dan lobster sekitar 844 (10³ ton/
tahun); potensi kepiting dan rajungan 1,124 (10³ ton/ tahun) serta cumi-cumi sekitar 8,195
(10³ ton/ tahun).
Khusus Kabupaten Rote Ndao menurut data laporan tahunan 5 tahun terakhir Dinas
Kabupaten Rote Ndao diperoleh informasi bahwa penyebaran jenis-jenis ikan potensial
terdapat di Kecamatan Rote Barat Laut, Lobalain, dan Rote Timur, sedangkan untuk jenis
non ikan seperti teripang dan cumi-cumi banyak tersebar di Kecamatan Rote Barat Laut
dan Ndao Nuse.
Produksi perikanan tangkap ikan dan non ikan potensial di Kabupaten Rote Ndao setiap
tahun mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah nelayan
tradisional di desa-desa pesisir dan kelompok usaha bersama yang terdiri dari beberapa
Page | 7 - 149
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
orang nelayan baik pemula maupun nelayan yang sudah berpengalaman. Dengan
jumlah produksi yang didaratkan 5 tahun terakhir ini menunjukkan Kabupaten Rote Ndao
belum terlalu memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di WPP tersebut. Potensi
yang masih berpeluang untuk dimanfaatkan masih sangat besar dan harus mampu
meningkatkan kemampuan SDM maupun teknologi sarana penangkapan.
Kawasan yang secara teknis cocok untuk pengembangan budidaya air tawar berada di
wilayah Rote Selatan, Lobalain, Rote Tengah. Komoditi yang sudah dikembangkan
adalah Ikan Mas, Ikan Nila dan ikan Lele. Program PUMP dan Program Peningkatan
Produksi Perikanan Budidaya dengan biaya berasal dari Dana APBD, maka pada Tahun
2016 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao, terus mengembangkan
budidaya air tawar di 2 kelompok di Desa Lenguselu dan Daleholu di Kecamatan Rote
Selatan, 10 kelompok di Kecamatan Lobalain, dan sisanya di Kecamatan Rote Tengah
dengan merehabilitasi kolam – kolam air tawar yang dikelola oleh kelompok masyarakat
pembudidaya yang berada di Kabupaten Rote Ndao. Sasaran program adalah
peningkatan produksi Perikanan Budidaya Air Tawar melalui rehabilitasi.
Page | 7 - 151
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
100% dari total produksi di 5 tahun terakhir. Penyebab utama menurunnya produksi
adalah akibat nelayan mengalami kendala pemasaran.
Tabel 5.1 Potensi Komoditi dan Kawasan Budidaya di Kabupaten Rote Ndao
2. Permasalahan
Kendala umum yang dihadapi dalam upaya pengembangan produk unggulan
pembudidayaan pengembangan kawasan budidaya perikanan:
a. Kendala Teknologi
Teknologi penyediaan benih unggul masih belum sepenuhnya dapat mendukung
upaya peningkatan produksi. Demikian pula halnya dengan penguasaan teknologi
pembudidayaan air tawar, payau dan laut; hal ini dikarenakan rendahnya akses
teknologi, kurangnya kegiatan desiminasi teknologi tepat guna atau penyuluhan
kepada POKDAKAN. Kondisi ini terlihat di lapangan bahwa kawasan budidaya air
tawar, tambak, dan laut masih beroperasi dengan kondisi sarana/prasarana
seadanya.
Dengan demikian potensi yang dimanfaatkan terutama laut baru mencapai 0,61%
dengan kondisi sarana dan prasarana tradisional. Pengelolaan air payau (tambak)
yang seadanya juga terkait dengan kendala infrastruktur yang tidak mendukung
Page | 7 - 152
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
seperti saluran air, pintu air tambak, ketersediaan benih, permodalan untuk usaha
serta jaringan transportasi mendapatkan pakan maupun pemasaran hasil.
b. Kendala Lingkungan
Penataan lingkungan yang tidak terkendali berakibat pada pelaksanaan
pembudidaya sering mengalami kegagalan panen. Kondisi lingkungan yang
merusak yaitu kondisi pengairan, sumber air, arus dan pasang surut, topografi
pantai. Kondisi prasarana saluran pengairan yang tidak mendukung
mengakibatkan budidaya air tawar, air payau sering tergenang air saat banjir
sungai. Sebaliknya pada saat air laut pasang naik air laut juga membanjiri tambak.
Akibatnya saluran air yang seharusnya berfungsi mengatur masuk dan keluarnya air
laut maupun air sungai menjadi tidak terkendali. Kondisi teknis tanggul tambak
secara keseluruhan juga tidak baik, pengelolaan belum sepenuhnya intensif
mengakibatkan tambak kurang produktif.
c. Pakan Ikan
Belum memiliki kemampuan membuat pakan ikan yang bermutu dan relatif murah,
pakan ikan harus didatangkan dari luar daerah. Kurang optimalnya akses menuju
kawasan mengakibatkan harga pakan yang akan diperoleh menjadi mahal.
Hambatan pakan ikan dan serta pakan ikan bandeng yang dihadapi para
pembudidaya tambak ini terpaksa petani tambak untuk memelihara secara
tradisional. Oleh karenanya untuk mengembangkan produk unggulan, pembudidaya
tambak hanya melakukan dengan cara-cara pengelolaan tambak tradisional.
Rencana pengembangan tambak tidak terlepas dari upaya penyediaan pakan ikan
dan udang yang murah dan terjangkau petani budidaya air tawar dan tambak. Untuk
itu perlu dukungan pemerintah melalui subsidi atau penyediaan pakan yang
dihasilkan dari teknologi tepat guna yang harganya masih dapat terjangkau petani.
d. Kondisi Prasarana
1) Saluran tersier pembawa air sungai dan laut sudah rusak sehingga pemasukan
dan pengeluaran air dilakukan melalui saluran pembuang, pemasukan air
hanya bisa dilakukan pada saat pasang tinggi.
2) Kemampuan untuk membuat pintu air permanen yang dapat mengatur keluar
masuk air pasang membutuhkan biaya tinggi
Page | 7 - 153
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3) Pada saat pasang rendah air laut tidak dapat masuk ke petakan karena
saluran yang ada sudah terjadi pendangkalan saluran oleh endapan lumpur.
4) Pendangkalan di saluran air dan petak tambak sebagai akibat laju
pengendapan lumpur yang tinggi, sehingga air hanya bisa masuk pada saat
pasang tinggi.
5) Tingkat kebocoran tanggul dan pintu air yang tinggi
6) Air bersih belum tersedia, untuk mendapatkan air bersih terpaksa menampung
air hujan yang ditampung, jika ada sumur, debet airnya rendah
7) Akses jalan menuju ke kawasan SKPT masih menjadi kendala
Page | 7 - 154
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Pengembangan usaha pengolahan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah
produksi sudah dilaksanakan seperti pengasapan ikan, pengolahan ikan asin, abon
ikan, pengolahan bakso ikan serta siomay ikan.
2. Permasalahan
Permasalahan yang menyebabkan pengolahan ikan belum dapat berkembang
dikarenakan :
a. Suplai Bahan Baku
Keterbatasan jumlah dan mutu bahan baku untuk pengolahan menjadikan
pengusaha belum dapat secara berkelanjutan menyediakan produk olahan.
Demikian pula halnya dengan produk unggulan juga masih belum dilakukan
proses peningkatan nilai tambah seperti fillet, bakso, kamaboko dan jenis lain
(pembanding di PPS Jakarta ada 23 jenis produk olahan).
b. Permintaan Pasar
Permintaan pasar sebagian besar masih dalam bentuk “Fish Bulk” dan belum
dalam bentuk olahan. Hal ini dikarenakan pasar belum diperkenalkan bentuk
produk olahan ikan. Dilain pihak kendala jarak dan sarana transportasi menjadi
penyebab tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Untuk jenis ikan tertentu
(kerapu) pihak konsumen justru mengharapkan mendapatkan komoditi ikan masih
hidup.
c. Harga Hasil Olahan
Produsen ikan olahan belum berani mengembangkan produk untuk memproduksi
bentuk olahan yang harga jualnya cukup mahal. Hal ini berakibat menyulitkan
pengolah ikan sulit memasarkan lokal. Keterbatasan kemampuan mengolah ikan
menjadi produk olahan juga menjadi faktor tidak berkembangnya produk olahan.
d. Modal Usaha
Keterbatasan kemampuan modal usaha dan sarana untuk menangani produk
perikanan menjadikan industri rumah tangga perikanan ini kurang berkembang.
Membutuhkan modal cukup besar untuk mendirikan usaha pengolahan termasuk
pengadaan alat olahan dan biaya operasional (listrik) cukup besar sehingga harga
jual tidak terjangkau masyarakat luas.
e. Resiko
Produk perikanan sama halnya dengan produk pertanian lainnya merupakan
komoditi yang mudah rusak. Untuk dapat melakukan distribusi yang luas
membutuhkan perlakuan khusus, baik saran pengepakan maupun sarana
Page | 7 - 155
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
transportasi. Akibatnya produk ini mengandung resiko tinggi karena mudah busuk
sehingga harus memiliki tempat penyimpanan beku yang bersih.
Kebijakan yang terkait dan menjadi dasar acuan analisa sektor unggulan di Kabupaten
Rote Ndao antara lain adalah Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJMN) Tahun 2005-2025, Dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2014-2019, Renstra Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2019, 2015, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2013 – 2033 dan Renstra Dinas Kelautan Perikanan
Kabupaten Rote Ndao 2014-2019.
1. Kebijakan Nasional
a. Tinjauan Kebijakan RPJPN 2005 - 2025
Tujuan pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005–2025 adalah mewujudkan
bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan
berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan
nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran
pokok sebagai berikut.
1) Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan
Page | 7 - 156
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.
b). Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri
dan kepribadian bangsa.
2) Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a). Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan per kapita pada tahun 2025 mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah,
dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5 persen dan
jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
b). Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
penduduk tumbuh seimbang.
c). Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien
sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang
berdaya saing global, motor penggerak perekonomian, serta jasa yang
perannya meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya
saing.
d). Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi
satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga
dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi.
e). Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern
guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia.
f). Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan
fungsi sumber daya air.
Page | 7 - 157
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
g). Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan
nasional.
3) Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a). Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum nasional yang
mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif.
b). Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan
jabatan seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan
pada hak-hak asasi manusia.
c). Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi.
d). Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik.
e). Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada
prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.
f). Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik
yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan hukum,
birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil, masyarakat politik dan
masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional.
4) Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat kemanusiaan,
keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari ancaman dan
gangguan pertahanan dan keamanan, baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri.
b). TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan yang
kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri pertahanan
yang andal.
Page | 7 - 158
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c). Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang keamanan,
intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya koordinasi antara
institusi pertahanan dan keamanan.
5) Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-
hal berikut:
a). Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan
dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk
berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b). Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam
kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk
tingkat rumah tangga.
c). Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
d). Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.
6) Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya
fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,seimbang, dan lestari.
b). Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan nasional.
c). Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
7) Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional ditandai oleh hal-hal berikut:
a). Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau
dan kepulauan Indonesia.
Page | 7 - 159
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b). Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang
didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c). Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-
hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.
d). Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
e). Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
Untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan, maka dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan
kedepan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut Nawa Cita. Adapun sembilan
agenda itu adalah:
Page | 7 - 160
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing di pasar internasional;
6) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
7) Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
8) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Untuk mendukung program nawacita, tol laut merupakan konektivitas laut yang efektif
berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai timur
Indonesia. Tol laut mendukung Indonesia sebagai poros maritim, maka PT Pelni
November 2015. PT. Pelni sebagai operator Tol Laut, sudah membuka enam trayek
yaitu :
Trayek Pertama, Tanjung Perak – Tual – Fakfak – Kaimana – Timika –
Kaimana – Fakfak – Tual – Tanjung Perak.
Trayek Kedua, Tanjung Perak – Saumlaki– Dobo – Merauke– Dobo – Saumlaki
– Tanjung Perak.
Trayek Ketiga, Tanjung Perak – Reo– Maumere – Lewoleba – Rote– Sabu–
Waingapu dan kembali ke – Sabu – Rote – Lewoleba – Maumere – Reo – Tajung
Perak.
Trayek Keempat, Tanjung Priok – Biak– Serui – Nabire – Wasior– Manokwari
kembali ke – Wasior – Nabire – Serui – Biak – Tanjung Priok.
Trayek Kelima, Tanjung Priok – Ternate – Tobelo – Babang kembali melalui –
Tobelo – Ternate – Tanjung Priok, dan
Trayek keenam, Tanjung Priok – Kijang– Natuna – Kijang – Tanjung Priok.
Page | 7 - 161
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Kebijakan Daerah
Page | 7 - 162
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. RPJMD Kabupaten Rote Ndao 2014 -2019
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014 – 2019, Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan
pariwisata, pertanian, dan kelautan perikanan secara terpadu. Sesuai visi
pembangunan jangka menengah pemerintah Kabupaten Rote Ndao tahun 2014 –
2019 adalah sebagai yaitu:
Perwujudan Visi tersebut ditempuh melalui misi-misi yang mempunyai tujuan akhir
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Rote Ndao. Dijabarkan ke dalam
6 (enam) misi yang dijalankan secara kemitraan dan berkelanjutan meliputi:
1). Mewujudkan Tata Ruang Wilayah ke dalam unit-unit Operasional Yang Tepat dari
Sisi Ekonomi, Sosial Budaya dan Keamanan Negara
Perencanaan pembangunan Kabupaten Rote Ndao harus selalu mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rote Ndao 2013 – 2033, sehingga
pemanfaatan ruang dapat dikendalikan sesuai kaidah-kaidah tata ruang guna
menjaga pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan
keseimbangan ekologis baik di daratan maupun di lautan.
Page | 7 - 164
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
menjawab kebutuhan pasar luar. Potensi sektor ini apabila dikelola dengan baik
diharapkan mampu memberikan daya ungkit dan daya dorong dalam pertumbuhan
ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Selain itu, sebagai kabupaten terluar yang berbatasan dengan negara lain
sekaligus memiliki kedekatan geografis dengan ibukota propinsi, Kabupaten Rote
Ndao memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Besarnya potensi ekonomi
dan potensi pasar yang dimiliki oleh daerah dan negara tetangga menjadi peluang
untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam berbagai sektor
terutama perdagangan, pengembangan industri, pengembangan pariwisata dan
pembangunan perikanan dan kelautan.
6). Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, Serta Meningkatkan
Pelayanan Publik yang Prima
Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
government) dan bersih (clean government) serta kualitas kebijakan pelayanan
publik yang unggul, mampu menjawab kebutuhan masyarakat, mampu memfasilitasi
operasional dan evaluasi di lapangan maka dibutuhkan aparatur yang profesional.
Pengembangan pelayanan publik perlu di dukung dengan sistem informasi terpadu
yang menyediakan sistem informasi manajemen yang komprehensif dan terkini
Page | 7 - 165
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
untuk kepentingan pengambilan keputusan dan kebijakan publik yang tepat dan
dapat diakses oleh masyarakat.
Sinergi ini akan melahirkan pelayanan publik yang prima dan menempatkan
penerima pelayanan publik bukan sekedar sebagai konsumen tetapi sebagai warga
negara yang memiliki berbagai hak dan kewajiban yang telah diatur dengan
konstitusi. Fokusnya adalah pada terwujudnya anggaran publik yang berpihak pada
pengentasan kemiskinan, pengembalian peran pemerintah sebagai pelayan publik
yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan terwujudnya hukum yang berbudaya,
berkemanusiaan, adil dan tidak diskriminatif.
Page | 7 - 166
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
e) mengembangkan kota mandiri sebagai pusat pelayanan sosial baru;
f) mengintegrasikan pusat pengembangan baru dan lama sebagai satu sistem
perkotaan;
g) mengembangkan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan,
minapolitan dan ekowisata; dan
h) memantapkan sistem agropolitan, minapolitan dan ekowisata berbasis wisata
bahari.
2). Strategi penyediaan prasarana wilayah untuk lebih mendorong investasi produktif
sektor pertanian, kelautan, perikanan dan pariwisata melalui pengembangan dan
penyediaaan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, dan
prasarana lingkungan, meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi secara intermoda sampai ke pusat
produksi pertanian dan pelayanan pariwisata;
b. meningkatkan jaringan energi dan pelayanan secara interkoneksi Kupang - Rote
Ndao dan pelayanan sampai pelosok untuk mendukung pertumbuhan wilayah
dan peningkatan investasi di Wilayah Kabupaten Rote Ndao;
c. mengembangkan sumber daya pengairan dengan mengoptimalisasi fungsi dan
pelayanan prasarana pengairan secara terkontrol sesuai dengan kapasitas
sumber air sebagai pengairan untuk lahan pertanian, sumber air minum dan
pemanfaatannya untuk air kemasan;
d. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi yang mendukung kegiatan
perikanan, pertanian, kelautan dan pariwisata di Kabupaten Rote Ndao yang
dapat menjangkau ke seluruh pelosok wilayah secara proporsional dan
terkendali; dan
e. mengembangkan prasarana lainnya yang mendukung kegiatan pertanian,
kelautan, perikanan dan pariwisata melalui pengembangan sistem
persampahan dan jaringan air bersih untuk menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
3). Strategi pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya,
meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek
pemanasan global yang berprinsip partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta
menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi, meliputi:
Page | 7 - 167
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian
hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
b. meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya
berupa kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
c. memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,
rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;
d. memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan
pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang
berpotensi menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan
manusia secara langsung;
f. memantapkan wilayah kawasan lindung geologi yang terdiri dari cagar alam
geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan
dan wilayah sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara
partisipatif; dan
g. memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian
alam.
4). Strategi pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem
agropolitan serta minapolitan berbasis perikanan dan ekowisata dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
a. mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas
lahan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
b. menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat dalam mendukung
penyediaan hutan oleh rakyat;
c. mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan
nasional dan mengembangkan komoditas-komoditas unggul hortikultura di
setiap wilayah;
d. mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah,
yang didukung dengan upaya pengolahan hasil perkebunan dengan teknologi
tepat guna serta peningkatan partisipasi masyarakat;
Page | 7 - 168
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
e. meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan
budidaya melalui sentra pengolah hasil ikan;
f. mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang
ramah lingkungan;
g. meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan
melibatkan peran serta masyarakat; dan
h. meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan
permukiman perdesaan.
5). Strategi Pengembangan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di
Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan perikanan, kawasan wisata dan sebagai
kawasan suaka margasatwa, meliputi:
a. menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang potensial
untuk dikembangkan;
b. melestarikan pada kawasan penunjang ekosistem pesisir baik sebagai kawasan
hutan mangrove, terumbu karang, seagrass, dan estuaria sebagai satu
kesatuan ekosistem yang terpadu di bagian darat maupun laut;
c. memantapkan kerjasama antara pemerintah daerahdan masyarakat setempat
dalam mengembangkan dan memelihara ekosistem pesisir;
d. meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan
yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan; dan
e. mengembangkan kegiatan pariwisata, penelitian dan potensi perikanan dengan
tidak mengganggu fungsi lindung.
6). Strategi pemantapan fungsi dan peran kawasan pertahanan dan keamanan di
Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Rote Timur dan
pulau–pulau terluar yakni Pulau Ndana dan Pulau Ndao, Kabupaten Rote Ndao,
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukkannya;
Page | 7 - 169
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan keamanan
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan
budidaya terbangun;
d. menetapkan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan tata guna lahan
lainnya terutama permukiman;
e. memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan
kedua belah pihak;
f. mengendalikan kawasan sekitar kawasan militer secara ketat; dan
g. menjaga dan memelihara aset – aset pertahanan /TNI
Page | 7 - 170
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tujuan program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap adalah
meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan kesejahteraan nelayan
berbasis pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan, dengan sasaran
peningkatan produksi perikanan tangkap (volume dan nilai), peningkatan
pendapatan nelayan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah:
a. Pengelolaan Sumberdaya Ikan;
b. Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan,
dan Pengawakan Kapal Perikanan;
c. Pengembangan, Pembangunan, dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan;
d. Pelayanan Usaha Perikanan Tangkap yang Efisien, Tertib, dan
Berkelanjutan;
e. Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan Nelayan
Skala Kecil;
(3) Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tujuan program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya wilayah laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran antara lain peningkatan
luas. Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara berkelanjutan,
pengembangan pengelolaan pulau-pulau kecil, dan jumlah produksi garam.
Page | 7 - 171
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk mencapai tujuan dansasaran tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah:
a. Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Laut, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
b. Pendayagunaan Pesisir dan Lautan;
c. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil;
d. Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan
e. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha;
(6) Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah:
a. Pengembangan BBI Lokal
b. Pengembangan manajemen pengelolaan Pesisir dan Laut
c. Pengembangan Mata Pencaharian Perikanan
d. Restocking Perairan Umum
Page | 7 - 172
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.2.2 Analisis Sektor Unggulan
Analisis Location Quotient merupakan suatu ukuran untuk menentukan sektor basis atau
non basis dalam suatu wilayah dengan membandingkan sektor perekonomian di tingkat
bawah dengan perekonomian ditingkat atasnya. Jika nilai LQ suatu sektor lebih besar
dari satu maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang dapat melayani pasar di
daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan, yang dapat diprioritaskan
sebagai sektor unggulan. Jika nilai LQ suatu sektor lebih kecil dari satu maka sektor
tersebut bukan merupakan sektor basis yang hanya dapat melayani pasar di daerah
tersebut. Penentuan sektor unggulan sangat penting bagi pemerintah karena dapat
digunakan sebagai barometer untuk menentukan sektor yang menjadi unggulan dan
yang di prioritaskan dalam pembangunan wilayah untuk periode selanjutnya.
Page | 7 - 173
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
tersebut lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki
kontribusi yang besar dalam perekonomian dan pembangunan wilayah di Kabupaten
Rote Ndao.
Teripang, rumput laut, dan ikan kakap adalah komoditas yang mampu menjadi komoditas
basis di Kabupaten Rote Ndao dari tahun 2014-2016. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga
komoditas tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan nilai kontribusi yang besar dalam
perekonomian Kabupaten Rote Ndao. Karena ketiga komoditas ini mampu bersaing
dengan daerah kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
mengekspor produk dari sektor basis ke luar pasar domestik
Hasil perhitungan analisis komoditas di Kabupaten Rote Ndao periode 2014-2016 dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan LQ Komoditas Potensi di Kabupaten Rote Ndao tahun
2014-2016
Jenis Ikan LQ Jenis Ikan LQ
paperek 0 cakalang 0.04
red snappers 0 tongkol 0.11
kerapu 0.20 biji nangka 0
kakap 1.07 layang 0
ekor kuning 0 tembang 0.15
kembung 0.20 tuna 0.08
pari 0 ikan lainnya 0.21
selar 0 udang 0
ikan terbang 0 udang lainnya 0.12
julung-julung 0 cumi-cumi 0.41
teri 0 teripang 4.15
tengiri 0.23 rumput laut 3.36
komoditas lainnya 0.10
4. Produksi Ikan
Sumberdaya ikan yang cukup melimpah dari WPP-NRI 573, tidak sebanding
dengan tingkat produksi ikan di Kabupaten Rote Ndao. Untuk itu, jumlah produksi
perikanan di Kabupaten Rote Ndao perlu ditingkatkan, salah satunya adalah
dengan meningkatkan sarana dan prasarana perikanan, seperti penambahan
armada, pengembangan pelabuhan perikanan, sarana angkutan, suplai air
bersih, dan semacamnya.
5. Penanganan Ikan
Kegiatan penanganan ikan belum dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao karena
terbatasnya akses dan sarana yang mendukung kegiatan ini. Produk – produk
Page | 7 - 175
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perikanan hanya didistribusikan dalam keadaan segar. Nelayan di Kabupaten
Rote Ndao belum mengenal konsep value added terhadap produk perikanan.
9. Akses Pendukung
PPI Tulandale akan ditunjuk sebagai pemasok komoditas perikanan juga
membutuhkan sarana yang tidak dapat diperoleh nelayan didalam kawasan. Oleh
Page | 7 - 176
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
karenanya diperlukan akses pendukung untuk mencukupi kebutuhan kegiatan
didalam kawasan pelabuhan perikanan seperti box ikan, es, dan bahan serta
peralatan maupun bangunan bengkel untuk perbaikan kapal ikan.
5.3.2. Perikanan Budidaya
Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi budidaya yang cukup besar. Namun,
yang menjadi permasalahan adalah rendahnya tingkat konsumsi ikan air tawar
masyarakat di Kabupaten Rote Ndao. Masyarakat Rote Ndao lebih memilih
mengkonsumsi ikan laut dibandingkan dengan ikan air tawar. Upaya – upaya
pengenalan ikan air tawar kepada masyarakat telah dilakukan oleh instansi
terkait, dengan cara pemberian bantuan benih budidaya ikan. Gambaran potensi
ini menjadi peluang dan tantangan dalam upaya penyediaan benih unggul untuk
pengembangan budidaya air tawar. Ada 3 segmen yang perlu
dikembangkan di masing-masing kawasan sentra produksi benih yaitu :
1. Penyediaan Induk
Kegiatan budidaya di Kabupaten Rote Ndao dapat dilaksanakan di seluruh
kecamatan yang ada, karena potensi yang cukup besar tersebar di seluruh
wilayah Rote Ndao. Namun, ketersediaan benih ikan masih belum memadai.
Lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Mokdale, berada di Kecamatan Lobalain, dimana
lokasi tersebut berada di tengah kabupaten. Ketersediaan Induk (kualitas unggul)
di BBI pun masih didatangkan dari luar daerah terutama dari BBAT Mandiangin
di Kalimantan Selatan.
Page | 7 - 177
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ketersediaan energi untuk penggerak pompa sirkulasi air pembenihan dan “aerator”
dan pencahayaan ultraviolet. Suplai energi listrik jelas diperlukan untuk segenap
aktivitas pembenihan di BBI
d. Teknologi pembuatan pakan dan ketersediaan obat-obatan
Untuk mencukupi kebutuhan pakan dapat dilakukan dengan membuat pakan sendiri
dengan bahan baku lokal (kelapa, ubi kayu, bungkil, tepung ikan). Kebutuhan
diusahakan tidak tergantung dari pasokan luar daerah. Demikian pula ketersediaan
obat-obatan untuk mengantisipasi dan mencegah penyakit yang dapat datang
sewaktu-waktu melalui berbagai media (air, pakan, dan lain-lain)
e. Teknologi tepat guna
Teknologi yang diterapkan mampu diakomoder oleh SDM setempat dan dapat
diaplikasikan didaerah setempat. Untuk menciptakan teknologi tersebut kebutuhan
peralatan juga harus mudah didapat di wilayahnya
f. Ketersediaan dan kondisi lokasi kawasan pembenihan
Ketersediaan kawasan untuk pembenihan jelas akan berada didaerah sekitar antara
laut dan pembudidaya. Air yang akan digunakan harus dilakukan penanganan
(treatment) terlebih dahulu melalui bak-bak penampungan agar kemungkinan
pencemaran dan hama yang menimbulkan penyakit dapat dicegah (lokasi berdekatan
dengan kawasan pembudidaya)
g. Prasarana transporatsi
Diperlukan prasarana transportasi yang mendukung kelancaran distribusi benih yang
dihasilkan dari tempat pembenihan ke tempat-tempat pembudidaya tambak.
h. Didukung dan dibina oleh POKJA Kecamatan/Kabupaten
Keberadaan dan kinerja pembenhan harus didukung dan dibina oleh POKJA, karena
dukungan yang diperlukan oleh pembenihan sangat terkait dengan tugas pokok dan
fungsi anggota POKJA.
1. Kondisi Penangkapan
Page | 7 - 178
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Mendatang akan mengembangkan armada penangkapan. Pengembangan armada
penangkapan selain memperbesar ukuran kapal juga termasuk teknologi yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan komoditas perikanan tangkap yang bermutu baik
berarti peralatan penangkapan ikan maupun sarana penanganan produk hasil tangkapan
harus dipersiapkan. Sebagai konsekuensi dari pengembangan armada ini berarti ada
beberapa persiapan yang harus dipertimbangkan yaitu:
a. Pelayanan Perijinan
Persiapan pelayanan perijinan tidak berbelit-belit dan diupayakan sesederhana
mungkin agar mendorong minat pengusaha untuk mengembangkan usaha.
Ketentuan tentang zona penangkapan agar tidak terjadi konflik dengan nelayan yang
menggunakan kapal berukuran kecil
b. Sarana Pendukung Operasi
Kesiapan pelayanan sarana pendukung operasi penangkapan (suplai air, suplai,
suplai BBM, dan logistik lainnya) dikawasan PPI Tulandale. Kemudahan sarana ini
menggunakan 4 tepat (Tepat Jumlah, Harga, Kualitas, Barang) sehingga mampu
memberikan kepuasan pelanggan.
c. Akses Penangkapan
Didukung dengan data informasi dari Badan Riset tentang estimasi keberadaan ikan
melalui indra jarak jauh dan setiap kapal dilengkapi dengan alat GPS mendorong
usaha penangkapan menjadi lebih efisien karena nelayan tidak perlu lagi
menggunakan cara tradisional (“feeling”) untuk mencari lokasi keberadaan ikan.
d. Teknologi Penangkapan
Teknologi penangkapan bukan hanya alat tangkap saja tetapi juga teknologi untuk
menangani produk hasil tangkapan. Banyaknya regulasi untuk melindungi
sumberdaya berkelanjutan mendorong nelayan harus menggunakan alat tangkap
ramah lingkungan agar terpelihara Sumberdaya perikanan dan berdampak terhadap
hasil perolehan agar mendapatkan harga tinggi dipasaran. Kemudahan mendapatkan
alat tangkap yang akan digunakan termasuk kelengkapan mesin pembantu
penangkapan.
2. Pemasaran
Keberadaan PPI Tulandale yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung harus
mampu memberikan pelayanan “Prima” kepada masyarakat nelayan, karena produk
perikanan yang dilayani ini merupakan komoditi ekonomi yang mampu menggerakkan
Page | 7 - 179
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
roda perekonomian wilayah. Oleh karenanya kondisi yang ada saat ini perlu dicarikan
upaya perbaikan dimasa mendatang karena peranan PPI Tulandale sebagai Kawasan
Inti SKPT.
Hal-hal yang menjadi perhatian untuk dipersiapkan di PPI Tulandale sebagai Kawasan
Inti SKPT perikanan tangkap adalah:
a. Sarana Tambat
Merupakan sarana untuk bersandarnya kapal ikan yang akan menurunkan hasil
tangkapan. Untuk menuju lokasi sarana tambat tidak ada hambatan seperti
pendangkalan alur atau kolam pelabuhan ataupun berdesak-desak dengan kapal ikan
lainnya. Tersedia alat bongkar ikan yang bersih dan aman serta tertib agar produk
yang sudah ditangani baik dikapal ikan tetap berkualitas. Penyediaan air bersih untuk
pencucian ikan sangat diperlukan. Ditempatkan petugas pencatat data produksi dan
jenis ikan serta namadan ukuran kapal yang merapat di dermaga.
b. Tempat Pemasaran Ikan
Kondisi tempat pemasaran ikan (TPI) saat ini secara faktual masih uji coba oprasional.
Tata letak TPI dan penempatan barang masih perlu dipersiapkan secara tertib. Untuk
menyiapkan kondisi mendatang sebaiknya bersih, tertib, aman dan lancar serta
dilengkapi dengan sarana pengangkut ikan, air bersih pencuci ikan. Selokan atau
drainase pembuangan limbah lancar sehingga tidak terjadi genangan air yang
mengakibatkan bau. Disediakan tempat sampah sementara untuk menampung sisa
bahan pengepakan ikan. Bagi pengunjung yang tidak berkepentingan supaya tidak
memasuki areal tempat pemasaran. Pemasaran ikan jika menggunakan jasa lelang
agar supaya secepatnya dilaksanakan dan ikan tidak terlalu lama dibiarkan ditempat.
Pelaksanaan lelang supaya terbuka sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Ikan
yang dilelang dicatat dengan tertib baik mengenai jumlah, harga dan pemilik ikan serta
pembayarannya kontan.
c. Sistem Distribusi Ikan
Sistem distribusi ikan harus menggunakan kendaraan berinsulated dan ikan diberi
bahan pengawet agar mutu ikan tetap terjamin sampai dipusat pemasaran. Secara
faktual penanganan ikan masih terkesan seadanya dan masih belum memperhatikan
cara-cara penanganan ikan yang “clean and hygienis”. Dimasa mendatang
pembenahan kondisi ini adalah disiapkan kendaraan angkutan pemasaran. Dalam
Page | 7 - 180
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pendistribusian supaya dicatat tentang tujuan distribusi dan jenis serta jumlah ikan.
Informasi ini nantinya akan digunakan untuk memprediksi kebutuhan sarana
pendukung distribusi seperti box ikan, suplai es, besar dan jumlah kendaraan
angkutan yang diperlukan.
Dalam rantai pasok komoditas pembudidaya, mekanisme dan pola kegiatan masih perlu
ditingkatkan di sentra produksi. Keberhasilan mengoptimalkan kinerja sentra produksi
sangat tergantung dari ketersediaan benih dan sarana pendukung lainnya seperti pakan.
Penyediaan BBI di Mokdale harus dioptimalkan kinerjanya karena lokasi sangat strategis
untuk mendukung kinerja pembudidaya untuk penyediaan benih dalam upaya
intensifikasi dan ekstensifikasi.
2. Pemasaran
Terbukanya akses pemasaran dari suatu kawasan ke kawasan lainnya akan menjadikan
kegiatan semakin efisien, sehingga biaya operasional akan dapat ditekan dan produk
akan semakin kompetitif dipasaran. Lokasi pemasaran diarahkan ke kawasan terkait
seperti Kecamatan Lobalain, ibukota kecamatan, dan antar pulau. Ditinjau dari kondisi
konsumen ternyata dikota tersebut memiliki daya serap produk cukup tinggi dan
Page | 7 - 181
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
permintaan akan produk cukup prospektif. Dengan semakin lancarnya pemasaran hasil
olahan akan mendorong minat pengusaha pengolahan meningkatkan kapasitas dan
kualitas produk. Untuk dapat merealisir kegiatan pengembangan usaha dibutuhkan
tenaga kerja, sarana kerja dan sarana pendukung lainnya.
3. Industri Pengolahan
Realisasi pembangunan jalan penghubung ternyata membuat terbukanya akses
pemasaran dan kegiatan ekonomi lainnya. Kondisi ini akan mendorong kegiatan
pengembangan produk oleh wilayah pendukung dan pengembangan. Suplai bahan baku
cukup dan lancar untuk mendukung kegiatan usaha pengolahan serta akan
meningkatkan kapasitas produk dan kegiatannya. Kondisi ini akan lebih berhasil karena
akses transportasi sudah lancar, sehingga memudahkan perolehan bahan baku dan
pemasaran hasil. Jika situasi dan kondisi diatas semakin berkembang sesuai dengan
rencana berarti kawasan tersebut secara ekonomi akan tumbuh dan berkembang
berbasis perikanan, dan segenap rantai kegiatan perikanan ini akan menimbulkan
dampak ganda (multiplier effect) bagi kegiatan lainnya yang saling mendukung.
2. Produk Olahan
Jenis produk olahan yang akan dikembangkan selain terkendala dengan kualitas bahan
baku, juga teknologi yang digunakan, akibatnya cara pembuatan terkesan masih
tradisional. POKJA harus mampu memantau kondisi ini, mencari pemecahan masalah
Page | 7 - 182
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pembinaan sesuai kewenangan dari instansi terkait. Kegiatan pengolahan di sekitar PPI
Tulandale sudah ada dan untuk pengembangannya masih diperlukan pembinaan dan
pelatihan dengan mendatangkan Instruktur ke kawasan. Jenis pelatihan adalah
pengenalan jenis olahan dan cara-cara pengolahan. Pemerintah menyediakan sarana
pengolahan sebagai pilot proyek pengembangan produk perikanan. Sebagai petugas
monitoring adalah dari SKPD yang bertanggung jawab menangani hal ini.
3. Pemasaran
Sebagai pasar sasaran dari produk olahan ini dapat diarahkan ke setiap kecamatan, dan
dapat ke pasar sasaran, karena mempunyai daya serap produk cukup tinggi. Pemasaran
produk ke luar pulau (Surabaya) serta ke luar negeri (Malaysia, Singapura) biasanya
harus terjamin kebersihan dan keamanan (tidak tercampur bahan pengawet berbahaya).
Ikan merupakan makanan internasional jika mutu ikan berkualitas tinggi maka untuk
memasuki suatu pasar tidak terlalu sulit, produk dikemas sedemikian rupa sehingga
memiliki daya tarik konsumen. Pembinaan pengolah dilakukan oleh SKPD setempat dan
termasuk upaya pemasaran karena untuk promosi dapat melalui internet.
5.5.1 Nelayan
Nelayan yang ada di Kabupaten Rote Ndao sebagai pelaku usaha penangkapan
ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
Nelayan penuh yaitu nelayan yang mata pencaharian pokok sebagai nelayan dan
melakukan kegiatan penangkapan ikan setiap hari. Kategori nelayan ini terbagi
berdasarkan wilayah penangkapan dan jenis alat penangkapan serta ikan yang
ditangkap yaitu nelayan perikanan industri dan nelayan perikanan rakyat (nelayan
tradisional dan nelayan bagan).
Page | 7 - 183
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang mata pencaharian utama sehari-
hari sebagai nelayan namun pada waktu-waktu tertentu melakukan kegiatan di
darat sebagai buruh atau bekerja lainnya.
Nelayan tambahan yaitu nelayan yang bekerja pada saat tertentu saja, biasanya
di lakukan bila nelayan utama kekurangan tenaga kerja pada musim ikan.
Nelayan yang melakukan penangkapan di wilayah ZEEI hasil tangkapannya akan
di pasarkan ke perusahaan-perusahaan yang beriorientasi ekspor, sedangkan
nelayan bagan dan nelayan tradisional lokasi penangkapannya di perairan
pantai.
Pada awal pemberian bantuan di tahun 2012, hanya tercatat sebanyak 6 orang
pembudidaya yang menerima bantuan sebanyak 5.000 benih ikan. Terlihat
pertumbuhan jumlah pembudidaya yang cukup signifikan, mengingat rendahnya
minat masyarakat terhadap ikan air tawar.
Selain budidaya ikan air tawar, Kabupaten Rote Ndao juga memiliki pembudidaya
rumput laut. Tercatat sebanyak 10.798 rumah tangga pembudidaya rumput laut
di tahun 2014. Jumlah tersebut bertahan hingga tahun 2015. Namun pada tahun
2016, terdapat penurunan sebanyak 9% dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
9.813 rumah tangga pembudidaya rumput laut.
Page | 7 - 185
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
yang terkait dengan kegiatan di kawasan minapolitan perikanan. Jika didalam kawasan
ada kegiatan usaha yang non perikanan dan usaha tersebut merupakan usaha penting
di kawasan minapolitan perikanan, maka kelembagaan ini dapat mengakomodasi
keanekaragaman kegiatan usaha dimaksud. Hasil identifikasi lokasi kendala utama
POKJA dalam mengelola kawasan minapoitan perikanan pada umumnya adalah
kurangnya komunikasi, keterpaduan kesepahaman, keterbatasan SDM, belum ada
petunjuk teknis (juknis) untuk mengelola kawasan minapolitan perikanan, keterbatasan
sarana dan prasarana kerja.
Komunikasi dimaksudkan disini bukan hanya diantara anggota POKJA, akan tetapi
komunikasi antara POKJA dengan kelompok petani dan nelayan serta dengan
masyarakat yang ada dikawasan minapolitan. Oleh karena itu untuk mengoptimalisasi
kinerja POKJA dapat ditempuh antara lain dengan:
Dalam analisis ini ditetapkan pengembangan komoditi unggulan adalah rumput laut,
teripang, mutiara, ikan lele, ikan nila, dan garam. Untuk implementasi usaha tentunya
diperlukan modal usaha dan ini merupakan salah satu faktor yang akan mempercepat
Page | 7 - 186
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
kelangsungan dan keberhasilan usaha. Untuk mendukung keberhasilan SKPT faktor
permodalan menjadi bagian yang penting disamping faktor-faktor yang lainnya.
Permodalan yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kawasan SKPT dapat
dibedakan menjadi :
1. Modal Swadaya
Modal swadaya adalah sumber modal berasal dari milik sendiri dan pada umumnya
kegiatan pembudidaya dan pengusaha perikanan tangkap skala kecil maupun rumah
tangga. Dalam hal mendapatkan pembiayaan para pengusaha kecil ada yang
mendapat bantuan dari koperasi khususnya bantuan pinjaman untuk pengadaan
benih, obat-obatan, pupuk dan pakan. Pengembalian pinjaman dilakukan setelah
hasil panenan atau hasil tangkapan. Selain koperasi seringkali mendapat pinjaman dari
Bank tertentu dan atau dari pemberi pinjaman non bank (swasta) yang biasanya
menetapkan bunga yang sangat tinggi. Dalam hal pengusaahaan skala besar
pembudidaya dan pengusaha tangkap akan melakukan kerjasama dengan mitra
usaha. Mekanisme kerjasama antara investor besar sebagai inti dan nelayan atau
pembudidaya sebagai plasma, dalam hal ini akan diatur mekanisme pengusahaannya
yaitu pengusaha besar yang akan menampung hasil produksi sebagai inti.
2. Pembiayaan Pemerintah
Pembiayaan dari Pemerintah, pada dasarnya merupakan stimulan untuk mendorong
kinerja yang sudah ada dan bertujuan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja dan
kemampuan pembudidaya atau nelayan. Bentuk bantuan pada umumnya berupa subsidi
atau pembiayaan untuk penguatan modal yang sudah ada. Pembangunan yang sifatnya
fasilitas dasar seperti pengembangan kawasan, pembangunan sarana dan prasarana
umum dibangun oleh pemerintah melalui anggaran APBN, APBD Tingkat I Provinsi dan
APBD Tingkat II Kabupaten/ Kota.
Permodalan untuk mendukung kawasan SKPT selain bentuk pinjaman dan pembiayaan
diatas, permodalan dapat juga diperoleh dari bantuan. Bentuk bantuan dalam hal ini
adalah :
a. Subsidi
Bantuan permodalan dalam bentuk subsidi ini pada umumnya berupa jaminan kualitas
benih dan pakan, standarisasi proses produksi, mutu produk dan pasar. Jenis sarana
yang mendapatkan subsidi antara lain: benih, pupuk, pabrik pakan mini, kredit untuk
mendorong pengembangan usaha.
b. Penguatan Modal
Bentuk bantuan lain yang dapat digunakan adalah penguatan modal yaitu :
Mengembangkan skema pembiayaan bersama Bank dan lembaga penjamin
kredit
Mengembangkan mekanisme penyaluran pemanfaatan pembiayaan usaha yang
murah, mudah, cepat dan aman
Sasaran pembiayaan adalah usaha kecil, dan menengah, komoditas unggulan
revitalisasi perikanan budidaya
Page | 7 - 188
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ada 2 kebijakan yang mengatur tentang kredit ketahanan pangan yaitu Permen No.
79/PMK.05/2007 dan Permen KP No. PER 02/MEN/2008. Implementasi dari
kebijakan tersebut adalah :
Program ketahanan pangan adalah upaya peningkatan produksi dan
produktivitas usaha perikanan yang menhasilkan pangan ikan
Kredit ketahanan pangan di bidang Kelautan dan Perikanan (KP) adalah kredit
investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung
pelaksanaan program kredit ketahanan pangan dan energi
Kredit ketahanan pangan adalah kredit yang diberikan oleh Bank pelaksana
Pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi suku bunga
1. Perorangan
Ketentuan peserta kredit ketahanan pangan perorangan adalah :
Merupakan anggota POKDAKAN
Mengolah dan/atau memiliki lahan usaha dan sebagai bahwa yang
bersangkutan benar-benar sebagai pengolah adalah surat bukti kepemilikan
atau perjanjian sewa atau surat kuasa dari pemilik diketahui oleh kepala desa
setempat
Plafon kredit yang dapat diterima adalah Rp 50 juta
2. POKDAKAN
Ketentuan bagi POKDAKAN ini untuk mendapatkan kredit ketahanan pangan :
Sebagai anggota UPP
Pembudidaya yang tergabung dalam POKDAKAN dan menjalankan usaha
dengan manajemen bersama
Memiliki pengurus aktif (ada legalitas dari pihak berwenang)
Plafon kredit bagi POKDAKAN adalah sebesar Rp 500 juta
Ketentuan lain-lain seperti besarnya suku bunga Bank, subsidi bunga dan
bunga kepada peserta ditentukan lebih rendah dari bunga bank komersial.
Page | 7 - 189
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.8.1 Sub Sistem Perikanan Tangkap
Page | 7 - 190
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
No Nama Fasilitas Keterangan Rekomendasi
Perlu adanya
instalasi
penerangan di
dalam kompleks
pelabuhan, agar
7 Instalasi Penerangan Belum Ada
kegiatan
pelabuhan di
malam hari dapat
berjalan dengan
baik
Perlu adanya
instalasi air
bersih agar
8 Instalasi Air Bersih Belum Ada kegiatan di
pelabuhan dapat
berjalan dengan
baik
Pabrik es yang
Fasilitas Fungsional sudah terbangun,
harap
difungsikan
dengan
maksimal, agar
kegiatan
1 Pabrik Es Eksisting penangkapan
dan distribusi
ikan dapat
berjalan dengan
baik
Cold Storage
yang sudah
terbangun, harap
difungsikan
dengan
2 Cold Storage Eksisting maksimal, agar
kualitas produk
perikanan yang
didaratkan di PPI
Tulandale dapat
terjaga
TPI yang sudah
terbangun, tidak
berfungsi dengan
baik, karena
kegiatan
pelabuhan tidak
berjalan dengan
3 Tempat Pelelangan Ikan Eksisting
baik. Lahan dan
bangunan TPI ini
akan
dialihfungsikan
sebagai balai
pertemuan
nelayan
Fasilitas Penunjang
Page | 7 - 191
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
No Nama Fasilitas Keterangan Rekomendasi
Perlu adanya
Kantor PPI agar
proses
1 Kantor PPI Belum Ada administrasi
nelayan dapat
dilaksanakan
dengan baik
Perlu dibangun
perumahan
pengelola
2 Perumahan Pengelola Belum Ada sebagai sarana
penunjang
kegiatan
pelabuhan
Kantor
Pengawas
Pelabuhan perlu
Kantor Pengawas direhabilitasi
3 Eksisting
Pelabuhan agar kegiatan
pelabuhan dapat
berjalan dengan
baik
Perlu adanya
ruko/kios yang
4 Ruko/Kios Belum Ada menjual
perbekalan
nelayan
Perlu dibangun
toilet umum
sebagai sarana
5 Toilet Umum Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan
Perlu dibangun
tempat ibadah
sebagai sarana
6 Tempat Ibadah Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan
Perlu dibangun
Balai Pertemuan
sebagai tempat
7 Balai Pertemuan Belum Ada
berkumpul dalam
kegiatan yang
bersifat insidental
Perlu dibangun
SPDN untuk
mempermudah
8 SPDN Belum Ada
kegiatan
penangkapan
ikan
Perlu dibangun
bengkel sebagai
sarana
9 Bengkel Belum Ada
pendukung
kegiatan
pelabuhan
Page | 7 - 192
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 193
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 194
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 195
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
5.8.2 Sub Sistem Perikanan Budidaya
Sub Sistem Perikanan Budidaya meliputi 3 bidang kegiatan pokok menurut media
budidaya yang digunakan yaitu: (1) Budidaya Air Tawar, (2) Budidaya Air Payau,
dan (3) Budidaya Laut. Pengembangan bidang usaha perikanan budidaya
memerlukan banyak perhatian untuk dapat bersaing dalam upaya meningkatkan
produksi dan nilai komoditas. Faktor penentu utama selain kualitas SDM, maka
yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan usaha budidaya (Budidaya
Air Tawar, Budidaya Air Payau dan Budidaya Laut) adalah keberadaan prasarana
dan ketersediaan sarana budidaya yang memadai. Beberapa prasarana dan
sarana yang perlu diperhatikan dalam pembangunan SKPT antara lain terdapat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Kondisi Prasarana dan Sarana Budidaya di Kabupaten Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
A Budida BBI Mokdale
ya Air Lahan Tersedia Batas – batas
Tawar BBI lahan perlu
diperjelas,
agar tidak
menimbulkan
permasalaha
n di masa
yang akan
datang
Kantor Ada Kantor
Pengelola Pengelola
BBI akan
direnovasi,
dan dibangun
berdampinga
n dengan
Indoor
Hatchery agar
proses kontrol
pembenihan
dapat
dilakukan
dengan baik
Page | 7 - 196
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Indoor Belum Indoor
Hatchery Ada Hatchery
akan
dibangun
berdampinga
n dengan
Kantor
Pengelola
BBI agar
proses kontrol
pembenihan
dapat
dilakukan
dengan baik
Tandon Belum Perlu
Air Ada dibangun
tandon air
agar suplai air
di BBI dapat
ditampung
dengan baik
Saluran Ada Saluran air
Air Masuk masuk di BBI
Mokdale perlu
direhabilitasi
agar suplai air
dapat dialiri
dengan baik
ke seluruh
kolam
budidaya
Saluran Ada Saluran
Pembuan pembuangan
gan dari BBI perlu
direhabilitasi
agar limbah
air dari dalam
kolam
budidaya
tidak
mengganggu
lingkungan
sekitar BBI
Page | 7 - 197
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Instalasi Belum Perlu adanya
Filtrasi Ada instalasi
filtrasi di
pangkal
saluran air
masuk, agar
air yang
masuk ke
dalam kolam
budidaya
tidak
tercemar.
Sumur Belum Perlu adanya
Bor Ada sumur bor,
agar suplai air
untuk
kegiatan
operasional
BBI dapat
terjamin
Kolam Ada Kolam
Budidaya budidaya
yang ada di
BBI perlu
diatur
peruntukanny
a. Agar setiap
kolam dapat
digunakan
sesuai
dengan
fungsinya
B Budidaya Air Payau
Komodit Lahan Tersedia Lahan milik
as potensial masyarakat
Banden setempat
g dapat dibuka
dengan
sistem sewa
atau
kerjasama
operasional.
Batas – batas
lahan perlu
diperjelas,
agar tidak
menimbulkan
permasalaha
n di masa
yang akan
datang
Page | 7 - 198
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Petak tambak Belum Pencetakan
ada tambak baru
di lahan
potensial
dilengkapi
dengan
saluran pasok
dan saluran
buang
Rumah Belum Pembanguna
jaga ada n rumah jaga
untuk kontrol
keamanan
kompleks
Sarana Belum Pengadaan
operasional ada sarana (alat
dan mesin)
untuk
kelancaran
proses
produksi yang
efisien dan
efektif
Kantor Belum Pembanguna
pengelola ada n kantor
pengelola
untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
C Budidaya Laut
Komodit Lahan Tersedia Lahan
as darat dan daratan
Rumput perairan pantai disewa dari
Laut yang potensial masyarakat
setempat,
sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan
Page | 7 - 199
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Ruang Belum Selama ini
Kultur Jaringan ada pembudidaya
mengeluhkan
bibit yang
digunakaan
bermutu
rendah.
Karena itu
perlu
dibangun
ruangan atau
bangsal untuk
tempat
produksi
stock bibit
induk dan
bibit sebar
kultur jaringan
yang unggul
berkualitas.
Peralatan dan Belum Diperlukan
mesin ada pengadaan
Alat dan
Mesin sarana
pendukung
kegiatan unit
kebun bibit
dan unit
budidaya
yang efisien
dan efektif
Kantor Belum Diperlukan
pengelola ada untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
Bangsal Belum Pembanguna
kerja ada n Bangsal
Kerja untuk
keamanan
dan
kenyamanan
kerja bagi
pekerja
harian
Page | 7 - 200
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Gudang Belum Pembanguna
Rumput ada n gudang
Laut untuk tempat
Kering penanganan
pasca panen
dan
penyimpanan
stock
produksi
rumput laut
kering
Komodi Lahan Tersedia Lahan
tas darat dan daratan
Teripan perairan pantai disewa dari
g yang potensial masyarakat
setempat,
sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan
Bangsal Belum Bangsal
Hatchery ada Hatchery
dibangun
sebagai
tempat
kegiatan
pemijahan,
penetasan,
pendederan
larva untuk
menghasilkan
benih
(juvenile)
kecil.
Pembanguna
n unit
Hatchery
sangat
dianjurkan
untuk
menjaga
kelestarian
alam stock
teripang
Page | 7 - 201
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Tandon Belum Tandon dan
dan sistem filtrasi ada sistem filter
air laut diperlukan
untuk suplai
air yang
berkualitas
sebagai
media
pembenihan.
Bak/Tanki Belum Terdiri dari
Hatchery ada bak induk,
bak
spawning,
bak
penetasan
dan
pendederan
larva.
Ruang Belum Unit Kultur
kultur microalgae ada Microalgae
diperlukan
untuk
memproduksi
beberapa
species
microalgae
sebagai
pakan utama
larva teripang
Kolam air Belum Diperlukan
laut ada untuk
penampunga
n induk daan
penggelondo
ngan
Alat dan Mesin Belum Diperlukan
ada untuk
mendukung
kelancaran
kerja
produksi,
pasca panen
dan
pengolahan
yang efisien
dan efektif
Page | 7 - 202
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Kantor Belum Pembanguna
pengelola ada n kantor
pengelola
untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
Ruang Belum Diperlukan
processing ada untuk
pengolahan
teripang
Komodi Lahan Tersedia Lahan
tas darat dan daratan
Mutiara Perairan disewa dari
Pantai masyarakat
yang setempat,
potensial sedangkan
perairan
pantai perlu
izin Pemda
dan wajib
bayar PBB
perairan
Bangsal Belum Diperlukan
Hatchery ada Indoor
Hatchery dan
Ruang
operasi
penyisipan
inti mutiara.
Pembanguna
n Unit
Hatchery
Kerang
Mutiara
sangat
dianjurkan
untuk
mencegah
kepunahan
stock alam.
Tandon Belum Untuk
dan ada kelancaran
sistem suplai air ke
filter air hatchery
laut
Kantor Belum Diperlukan
pengelola ada untuk pusat
pengendalian
proses
produksi dan
pasca panen
Page | 7 - 203
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Prasaran
N Budida Keteran Rekomendas
a dan
o ya gan i
Sarana
Mess Belum Fasilitas
Karyawan ada tempat tinggal
karyawan
karena lokasi
usaha
budidaya
mutiara
terpencil.
Gudang Belum Untuk
peralatan ada penyimpanan
peralatan
Pos jaga Belum Untuk
ada menjaga
keamanan
kompleks
Menara Belum Untuk
pengawas ada pengawasan
lingkungan
budidaya
mutiara di laut
Dermaga Belum Untuk
speed boat ada kelancaran
tranportasi
laut
Peralatan dan Belum Alat dan
mesin ada mesin untuk
kantor,
hatchery,
budidaya
mutiara di laut
dan operasi
inti mutiara.
Konstruks Belum Sistem rakit
i sarana ada dan tali
budidaya bentang
Speed boat Belum Diperlukan
ada untuk
transportasi
dan
pengawasan
areal
budidaya
Page | 7 - 204
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
A. Pintu Masuk
B. Toko
C. Rumah
D. Solar Panel
E. Gudang
F. Kolam Ikan
Page | 7 - 206
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
No Nama Fasilitas Keterangan Rekomendasi
Bangunan ini akan
dibangun sebagai
pusat kontrol
kegiatan produksi
dan pra produksi,
khusus komoditas
Kantor (Komoditas
4 Belum Ada artemia. Karena
Artemia)
komoditas ini
memerlukan
perhatian yan lebih
besar dibandingkan
dengan komoditas
lainnya
Mess Karyawan
perlu dibangun,
karena dalam
5 Mess Karyawan Belum Ada
produksi nya, garam
memerlukan banyak
tenaga produksi.
Gudang
Penyimpanan akan
digunakan sebagai
sarana
penyimpanan hasil
Gudang Penyimpanan
6 Belum Ada produksi, hal ini
dan Pengolahan
diperlukan karena
komoditas ini,
khususnya artemia
memiliki nilai jual
yang cukup tinggi
Gudang Bahan Baku
akan digunakan
sebagai sarana
7 Gudang Bahan Baku Belum Ada penyimpanan
peralatan dan bahan
pada saat pra
produksi.
Perlu dibangun
bengkel sebagai
8 Bengkel Belum Ada sarana pendukung
kegiatan di area
tambak garam
Hatchery perlu
dibangun sebagai
9 Hatchery (Mutiara) Belum Ada sarana pembesaran
benih kerang
mutiara
Hatchery perlu
dibangun sebagai
10 Hatchery (Teripang) Belum Ada
sarana pembesaran
benih teripang
Page | 7 - 207
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
No Nama Fasilitas Keterangan Rekomendasi
Laboratorium ini
akan digunakan
Laboratorium Kultur
11 Belum Ada untuk mengkultur
Jaringan Rumput Laut
bibit unggul rumput
laut
Area parkir perlu
dibangun, karena
dalam proses
produksi dan pasca
12 Area Parkir Belum Ada panen komoditas
garam, memerlukan
sarana transportasi
untuk pengangkutan
hasil produksinya.
Intake utama,
digunakan sebagai
kontrol air yang
masuk ke dalam
Waduk Induk. Pada
saat pasang
tertinggi, Pintu
Intake ini akan
13 Pintu Intake Utama Belum Ada
dibuka, agar air laut
masuk dan
tertampung di
Waduk Induk, untuk
selanjutnya
dilakukan penuaan
di kolam – kolam
selanjutnya.
Pintu Air ini yang
akan mengontrol laju
air laut yang akan
14 Pintu Air (Skot Balok) Belum ada dilakukan penuaan
di kolam – kolam
yang ada di tambak
garam.
Page | 7 - 208
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 209
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 210
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 211
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 6
STRATEGI
PENGEMBANGAN
WILAYAH SKPT
Konsep rencana struktur kawasan SKPT akan dirancang melalui beberapa bagian
struktur ruang. Konsep penyusunan struktur ruang mengacu kepada ketentuan umum
yang digunakan dalam RTRW yang meliputi: rencana struktur ruang permukiman,
Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan, Keterkaitan Antar Kawasan dan Rencana Sistem
Jaringan. Wilayah kajian meliputi Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut,
Lobalain, Rote Tengah, Rote Selatan, Pantai Baru, Rote Timur dan Landu Leko,
Rote Barat dan Ndao Nuse sebagai wilayah studi Masterplan Pengembangan
Kawasan SKPT Kabupaten Rote Ndao.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada RTRW meliputi ibukota kabupaten, kecamatan, kawasan permukiman
yang merupakan PKSN, dan wilayah hinterland perkotaan yang berkembang.
Page | 7 - 212
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
B. Kawasan Permukiman Pedesaan
1. Kecamatan Lobalain
Berdasarkan kriteria diatas, Kecamatan Lobalain yang ditetapkan sebagai Kawasan Inti
SKPT memiliki luas wilayah sekitar 145,70 km² dihuni oleh sekitar 30.550 jiwa dengan
jumlah laki-laki 15.843 jiwa dan perempuan 14.707 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduknya sekitar 209,68 orang per km² atau sekitar 20,96 orang per 100 ha.
Kepadatan ini bukan merupakan masalah bagi pengembangan SKPT karena standar
WHO adalah 70 - 80 orang per ha.
Dibandingkan dengan kepadatan penduduk seluruh Kabupaten Rote Ndao yang hanya
115,44 jiwa per 100 ha berarti Kecamatan Lobalain masih belum cukup padat
penduduknya. Memperhatikan tingkat kepadatan penduduk di kecamatan ini tidak perlu
mengarahkan untuk mengalokasikan kepadatan penduduk ke kecamatan sekitarnya
Page | 7 - 213
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
karena masih mampu menampung perkembangan jumlah penduduknya. Dilain pihak
berpotensi untuk mempersiapkan tenaga kerja yang bergerak dibidang perikanan baik
perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan.
a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri
b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya
c. Banyaknya keragaman etnik di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan
budaya yang beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari
daerah asalnya sehingga rawan konflik
Sebagai kawasan pendukung program SKPT, luas wilayah Kecamatan Rote Barat Laut
172.40 km² yang dihuni oleh penduduknya sejumlah 27,864 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sekitar 14.002 jiwa dan perempuan sekitar 13.862 jiwa. Kepadatan
penduduknya berarti sekitar 161,62 jiwa per km² atau sekitar 161,62 jiwa per 100 ha.
Dibandingkan kepadatan penduduk di Kabupaten Rote Ndao 115.44 jiwa per 100 ha,
berarti kepadatan penduduk di Kecamatan Rote Barat Laut masih lebih besar. Namun
dibandingkan dengan standar WHO yang 70-80 jiwa per 1 ha, kepadatan penduduk di
Kecamatan Rote Barat Laut masih sangat jarang.
a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri
Page | 7 - 214
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya
c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik
Kecamatan Rote Barat Daya merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan
pendukung SKPT. Sebagai kawasan pendukung SKPT memiliki luas wilayah 114,57
km² dengan jumlah penduduk 24.325 jiwa dengan komposisi laki-laki berjumlah 12.324
jiwa dan perempuan berjumlah 12.001 jiwa. Dengan demikian kepadatan penduduknya
sekitar 212,32 orang per km² atau sekitar 21,23 orang per 100 ha, dan lebih padat
dibandingkan Kecamatan Lobalain. Jika dibandingkan dengan standar WHO 70 – 80
jiwa per ha berarti kepadatan penduduk di Rote Barat Daya juga sangat jarang.
Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih jarang ini sama halnya dengan
Kecamatan Lobalain maupun Kecamatan Rote Barat Laut, maka pada Kecamatan Rote
Barat Daya juga tidak perlu harus merencanakan alokasi perpindahan penduduk karena:
a. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat rendah dan masih mampu ditampung
pada wilayahnya sendiri
b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya
c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik
Memperhatikan kepadatan penduduk yang masih jarang ini sama halnya dengan
Kecamatan Lobalain maupun Kecamatan Rote Barat Laut dan Kecamatan Rote Barat
Daya, maka pada Kecamatan Rote Barat Timur juga tidak perlu harus merencanakan
alokasi perpindahan penduduk karena :
a. Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dan masih mampu ditampung pada
wilayahnya sendiri
b. Menghindari konflik areal atau alih fungsi pemanfaatan ruang antara budidaya kolam
air tawar dengan kegiatan lainnya
c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, belum adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah
asalnya sehingga rawan konflik
Kecamatan Pantai Baru merupakan kawasan pendukung SKPT memiliki luas wilayah
sekitar 176.18 km². Jumlah penduduknya tercatat sekitar 15.278 jiwa dengan komposisi
7.816 laki-laki dan 7.462 perempuan, berarti kepadatan penduduknya sekitar 86.72 jiwa
per km² atau sekitar 0,86 per 100 ha. Dengan kepadatan penduduk sejumlah ini maka
Kecamatan Pantai Baru penduduknya sangat jarang. Untuk mendukung perikanan
tangkap berarti masih membutuhkan persiapan tenaga kerja baik nelayan maupun
pengusaha pendukung perikanan tangkap lainnya.
Page | 7 - 216
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
jarang ini maka pada Kecamatan Pantai Baru tidak perlu merencanakan alokasi
penambahan penduduk karena :
a. Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dan masih mampu dan perlu
mendatangkan tenaga kerja dari daerah lainnya
c. Banyaknya suku di Kabupaten Rote Ndao (6 suku) dengan bahasa dan budaya yang
beragam, adanya suku pendatang yang membawa budaya dari daerah asalnya akan
rawan konflik
7. Kecamatan Rote Timur sebagai kawasan yang paling dekat dengan Kupang;
9. Kecamatan Ndao Nuse dan Kecamatan Rote Barat sebagai daerah khusus wisata
terutama wisata pantai dan selancar
Rencana sistem perkotaan atau sistem pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Rote
Ndao akan terkait dengan penetapan pada RTRWN dan RTRW Propinsi Nusa Tenggara
Timur, yaitu PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan).
Sementara untuk di dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao, berdasarkan analisis
diusulkan penetapan pusat-pusat dengan fungsi atau hierarki di bawah pusat-pusat
kegiatan tersebut di atas yaitu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Namun demikian
Kabupaten Rote Ndao juga termasuk dalam KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional), untuk lebih jelasnya untuk pusat pusat pelayanan disajikan pada tabel berikut.
Dengan penetapan fungsi dan hierarki tersebut, selanjutnya untuk masing-masing pusat
pelayanan direncanakan penetapan fungsi pelayanan, yang meliputi:
b. Pelayanan pendidikan, yaitu pelayanan pendidikan yang tertinggi pada suatu pusat,
yang meliputi: Perguruan Tinggi/Akademi, SMA, SMA & SMK, serta SMP/SMA yang
merupakan indikasi bahwa pada tahap awal dikembangkan SMP kemudian disusul
dengan SMA (khusus untuk pusat-pusat yang hingga dewasa ini belum memiliki
SMP atau baru dikembangkan SMP;
d. Pelayanan ekonomi, yaitu pelayanan pasar modern dan pertokoan, pelayanan pasar
tradisional beserta toko/warung, dan pelayanan pasar tradisional (termasuk pasar
mingguan atau pasar berkala); dan
e. Pelayanan transportasi, yang meliputi pelayanan jalan dan terminal, jalan, dan
pelabuhan.
Analisis kesesuaian dengan RTRW diatas, maka strategi untuk mendukung kebutuhan
sarana dan parasarana Kawasan Inti SKPT adalah lakukan pengembangan melalui
pentahapan pengembangan disesuaikan dengan jangka waktu Perencanaan
pengembangan selama 5 tahunan. Tujuan dari pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana adalah :
Page | 7 - 218
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Menunjang kegiatan produktivitas
Pengembangan sarana yang mendukung upaya pemberian nilai tambah dari produk
perikanan sehingga menarik minat investor untuk mengembangkan usaha di kawasan
industri pengolahan. Dampak yang ditimbulkan adalah memberikan keuntungan
produsen maupun pengusaha pengolahan untuk mengembangkan usaha. Dampak lain
memberikan peluang berusaha dan pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja.
3. Menunjang pemasaran
Pemberian fasilitas terminal di kawasan pendukung seperti pasar / kios / los dapat
mendekatkan produk ketempat konsumen akhir yang berdampak nilai tawar produksi
menjadi tinggi dan berdaya saing. Didorong industri kecil yang mengalami kesulitan
memanfaatkan peluang pemasaran melalui bantuan promosi .
Page | 7 - 219
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Penyediaan SDM pelaku IKM (Industri Kecil Menengah) dalam pemakaian teknologi
pengolahan sehingga produk pengembangan memiliki kemampuan bersaing di
pasaran
Mendukung IKM melalui permodalan dengan melakukan kemitraan per Bank kan
Hasil analisis kesesuaian dan arahan RTRW Kabupaten Rote Ndao strategi kebijakan
percepatan pembangunan kawasan SKPT serta kawasan pendukung yaitu:
Dari hasil analisis kesesuaian diatas, maka untuk pengembangan kawasan SKPT akan
diarahkan agar terjadi keterkaitan antara satu wilayah Kecamatan dengan kecamatan
lain (Rote Barat, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Selatan, Rote Tengah, Lobalain
dan Rote Timur yang ada di sekitar Kawasan Inti dalam suatu sistem yang utuh
terintegrasi mulai dari :
Page | 7 - 220
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Subsistem minabisnis hilir yang meliputi industri pengolahan dan pemasarannya
termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor
5. Keterkaitan antar kawasan SKPT baik kawasan inti, kawasan pendukung dan
pengembangan serta kawasan keterkaitan bersifat saling timbal balik serta saling
membutuhkan.
Analisis ini mengamati pergerakan asal dan tujuan pergerakkan komoditas dengan
menggunakan transportasi air diantara beberapa wilayah; ada yang menggunakan
tansportasi darat. Dari hasil pengamatan pergerakan masyarakat dan barang
menunjukkan bahwa ada keterkaitan kuat diantara desa, kecamatan dan kota.
Komoditas ikan yang diangkut di pedesaan sekitar kecamatan untuk diolah, dan ada
yang langsung ke Ba’a di Kecamatan Lobalain, sebaliknya ada pergerakan barang dari
Page | 7 - 221
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
wilayah perairan tangkap Kabupaten Rote Ndao yang dibawa ke PPI Tulandale, PPI
Batutua dan PPI Papela.
Rencana Sistem Perdesaan supaya diarahkan pada setiap ibukota Kecamatan, adapun
arahan pengembangan sistem perdesaan lebih diarahkan Kepada Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) yang berada di masing-masing kota kecamatan yang mempunyai
beberapa fungsi, namun pada umumya mempunyai fungsi yang sama, sedangkan
Tulandale diproyeksikan untuk menjadi pusat kawasan Perikanan Tangkap. PPL juga
diarahkan ke pusat-pusat kelurahan di masing-masing kecamatan yang memiliki potensi
terkait produk perikanan dan pengangguran untuk meningkatkan pendapatannya.
Dengan pengelolaan kawasan yang terkendali, bijaksana dan pendampingan Tenaga
Ahli serta bimbingan pemerintah Desa/ Kampung maka visi dan misi pembangunan
Kabupaten Rote Ndao diyakini akan tercapai dengan tidak memperlebar kesenjangan
pembangunan dan kesejahteraan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Dari pergerakkan ini ada indikasi bahwa dalam pergerakkan membutuhkan sarana dan
prasarana transportasi. Angkutan transportasi ada 2 sasaran yaitu regional (angkutan
antara kecamatan dan desa-desa disekitarnya) serta transportasi lokal (antar kecamatan
dengan kota-kota kecamatan lain).
Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya dalam lingkup
kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem nasional dan propinsi.
Ketersediaan sarana dan prasarana wilayah tersebut merupakan faktor yang dapat
menunjang pembangunan dan salah satu elemen penarik investasi di suatu wilayah.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang ada di suatu wilayah serta ditunjang oleh
adanya potensi sumberdaya alam memungkinkan kesempatan untuk berinvestasi lebih
luas. Kondisi tersebut berlaku bagi wilayah yang kurang berkembang maupun yang
terbelakang.
Berdasarkan aspek ini, maka rencana pengembangan sarana dan prasarana wilayah
kabupaten meliputi sistem jaringan transportasi (darat, laut dan udara), telekomunikasi,
energi dan kelistrikan, sumber daya air, prasarana lingkungan dan prasarana lainnya
yang terkait dan mendukung pembentukan struktur ruang wilayah. Rencana sistem
prasarana juga mengintegrasikan pusat kegiatan/kawasan perkotaan dan fungsi-fungsi
Page | 7 - 222
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
produksi kabupaten, serta memberikan layanan pada fungsi kegiatan yang ada dalam
wilayah kabupaten.
Page | 7 - 224
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Sistem Jaringan Transportasi Udara
Untuk bandar udara ini sesuai dengan rencana pengembangan yang ada, akan
direncanakan pengembangan Bandar Udara Nasional. Lokasi Bandar Udara Nasional ini
perlu dikaji dan direncanakan secara lebih teknis. Lokasi bandara yang ada sudah sangat
representatif.
Alur penerbangan yang ada di Kabupaten Rote Ndao dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Alur penerbangan Nasional yang melayani Rote Ndao – Kupang, Surabaya
b. Alur penerbangan perintis yang melayani Rote Ndao – Sumba – Labuhan Bajo
c. Alur Penerbangan Rote Ndao Ende, Waingapu dan Larantuka
Page | 7 - 226
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat dan Rote
Timur.
4) Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan air limbah yang dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Rote
Ndao terdiri dari Jamban keluarga berupa Cubluk atau septic tank (untuk penduduk
perkotaan), MCK/MKU, saluran drainase, sungai, dan kolam. Untuk wilayah
perkotaan diarahkan untuk ditangani dengan cara penyedotan, pengelolaan pada
IPLT, dan pembuangannya pada TPA Limbah (IPAL). Untuk Kabupaten Rote Ndao
masih melakukan sistem pengolahan limbah secara sistem on site.
5) Jalur Evakuasi Bencana
Jalur evakuasi bencana di Kabupaten Rote Ndao direncanakan dibuat di daerah-
daerah yang rawan akan bencana alam yang letaknya tersebar di wilayah
Kabupaten Rote Ndao
Page | 7 - 227
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Pemanfaatan ruang perairan laut dan perairan permukaan air lainnya belum diatur
secara rinci dalam dokumen RTRW maupun RPJM Kabupaten Rote Ndao. Oleh
karena itu perlu kajian pengaturan dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil (RZWP3K) dengan pembagian zonasi disesuaikan dengan pengaturan
RTRW Kabupaten Rote Ndao.
Rencana program Pengembangan Kawasan SKPT yang disusun tetap mengacu kepada
Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Rote Ndao yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Rote Ndao maupun Rencana
Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao.
Mengacu kepada program pemanfaatan ruang wilayah yang diatur dalam RTRW
Kabupaten Rote Ndao, maka strategi pemanfaatan ruang kawasan terkait dengan
perwujudan struktur ruang adalah sebagai berikut :
Pembukaan akses masyarakat untuk berusaha di kawasan Inti dan hinterland SKPT
dengan rencana kegiatan perikanan tangkap meliputi kawasan inti Pelabuhan Perikanan
Tipe D di Tulandale dan kawasan hinterland di Lobalain. Sedangkan untuk rencana
perikanan budidaya meliputi kawasan inti di Kecamatan Lobalain dan kawasan Mokdale).
Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kabupaten Rote
Ndao merupakan sistem jaringan transportasi yang terdiri atas:
Page | 7 - 228
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pengertian jalan menurut undang undang No 38 tahun 2004 tentang jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada
pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta
permukaan diatas permukaan air, kecuali jalur kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Hasil analisis kesesuaian dan arahan dari RTRW Kabupaten Rote Ndao
pengembangan sarana transportasi daratan adalah diarahkan pada transportasi
menuju ke lokasi rencana kawasan SKPT dapat dicapai melalui jalan darat, yaitu :
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao yang meliputi rencana
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Mengacu kepada program pemanfaatan ruang wilayah yang diatur dalam RTRW
Kabupaten Rote Ndao, maka strategi pemanfaatan ruang kawasan terkait dengan
perwujudan pola ruang adalah sebagai berikut :
a. Delineasi Tata Batas Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan Hutan Lindung
Dalam program Pengembangan SKPT pemanfaatan ruang wilayah untuk
pengembangan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya (payau dan air
tawar), supaya memperhatikan ketentuan yang diatur dalam RTRW seperti :
1) Cagar Alam
Pemanfaatan ruang wilayah harus menghindari terjadinya tumpang tindih
kepentingan Cagar alam (CA), karena CA merupakan kawasan lindung yang
ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan
dilindungi. Kawasan Cagar Alam di Kabupaten Rote Ndao terletak di kecamatan
yang menjadi Kawasan Inti dan hinterland SKPT yaitu di Kecamatan Rote Timur,
Kecamatan Rote Barat Laut, dan Kecamatan Lobalain.
Page | 7 - 231
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
payau maupun air tawar yang berfungsi untuk keberlanjutan suplai air dan
melindungi bahaya banjir.
Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan bahwa rencana
pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan dan objek
pariwisata, kawasan dan permukiman. Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah
sebagai berikut :
a. Pengurusan dan penetapan konversi HPK menjadi APL untuk kawasan budidaya
non-hutan Kabupaten Rote Ndao. Kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan
budidaya air tawar
g. Pengembangan KOARMATIM TNI AL Kecamatan Rote Barat Daya dan Rote Timur
a. Objek Wisata
Arahan untuk pengembangan kawasan pariwisata berupa wisata bahari yang terbagi
kedalam sub sistem kawasan bahari dan pesisir, berlokasi di wilayah SKPT
pengelolaan yang diperbolehkan berupa :
Arahan pengembangan objek Wisata Alam Pantai dan Wisata lainnya yang sesuai
ketentuan diatas adalah :
Page | 7 - 233
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Pengembangan Objek Wisata Alam di Cagar Alam dan Mulut Seribu Kecamatan
Landu Leko dan Kecamatan Rote Timur
c. Perikanan
Arahan untuk pengembangan perikanan yang terbagi kedalam 2 sub sistem kawasan
SKPT yaitu Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya.
d. Peternakan
Pengembangan kegiatan peternakan sebagai kegiatan pertanian campuran dan/atau
usaha khusus di komplek pertanian rakyat dan perkebunan rakyat termasuk dengan
budidaya air tawar. Terdapat saling keterkaitan yang menguntungkan adanya
keterpaduan usaha di bidang peternakan dengan pengembangan kolam budidaya air
tawar.
Page | 7 - 234
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
wilayah SKPT dianalisis dengan metode matrik keterkaitan antar sektor. Metode ini
menyajikan hubungan antara sektor satu dengan sektor lainnya yang mempunyai
kepentingan yang sama di wilayah SKPT. Dengan demikian dalam operasionalnya
masing-masing sektor dapat dikoordinasikan dan dipadukan, mana yang menimbulkan
ancaman, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan untuk mengakomodir
kegiatan sektor dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan.
Prasarana jalan merupakan modal utama yang sangat berperan dalam mendukung
pembangunan serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia
maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Pembangunan transportasi jalan
sebagai prasarana publik memiliki nilai ekonomi, sosial-budaya, dan sebagai pembuka
keterisolasian wilayah pedalaman untuk menerima pembangunan lainnya.
Kondisi prasarana jalan di Kabupaten Rote Ndao sementara ini masih diprioritaskan di
Ibukota Kabupaten Rote Ndao, Lobalain dan Ibukota Kecamatan Rote Timur dan Rote
Barat. Beberapa kecamatan lainnya belum dapat dilayani angkutan transportasi jalan
yang mengakibatkan masih terbelakangnya wilayah tersebut. Oleh sebab itu, untuk
mengatasi keterbelakangan beberapa wilayah kecamatan perlu segera dibangun tidak
hanya prasarana jalan yang menghubungkan ibukota Kabupaten Rote Ndao dengan
kota-kota kecamatan dan antarkota kecamatan tetapi perlu dimulai pembangunan jalan
menuju pusat pelayanan kawasan baru yaitu kawasan perikanan terutama untuk
melayani kebutuhan moda transportasi antar PPI dan pertanian yang merupakan
komoditas sektor unggulan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih luas kepada
pemakai jasa transportasi darat.
2. Bangun sistem jaringan jalan lintas utama antara ibukota dengan ibukota kecamatan
yang belum semuanya terbangun, demikian juga antar kecamatan. Laksanakan
segera pembangunan jaringan jalan baru atau peningkatan kapasitas jalan yang
sudah ada agar tidak mengganggu kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi;
Page | 7 - 236
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Dana yang disediakan untuk membiayai pemeliharaan dan pembangunan prasarana
jalan sangat terbatas. Perlu dukungan dana yang memadai untuk terlaksananya
rencana pembangunan jaringan jalan yang telah disusun atau ditetapkan baik dari
Pusat maupun Provinsi.
Kerusakan jalan akibat muatan berlebih dan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan
cepat hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut. Untuk itu tingkatkan mutu
kelas jalan dengan menambah kebutuhan dana guna mempertahankan fungsi jalan.
Bantuan dana dari pusat dan provinsi agar mampu menutupi alokasi dana untuk jalan
yang lain seingga pengelolaan seluruh jaringan jalan dan pengguna jalan tidak akan
terganggu.
Data RPIM Kabupaten Rote Ndao menunjukkan bahwa lebih dari separuh rumah
tangga di Kabupaten Rote Ndao, yaitu sebanyak 66,13 persen atau 10.669 rumah
tangga telah menggunakan fasilitas air minum sendiri. Sebanyak 2.915 rumah tangga
atau 18,07 persen tidak ada fasilitas air minum. Sedangkan rumah tangga yang
penggunaan fasilitas air minumnya secara bersama dan secara umum masing-masing
sebanyak 1.421 rumah tangga atau 8,81 persen dan 1.128 rumah tangga atau 6,99
persen.
Sumber air minum utama yang digunakan oleh rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao
pada tahun 2011 adalah dari air hujan. Sebanyak 58,10 persen atau lebih dari separuh dari
jumlah rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao menggunakan air hujan sebagai sumber air
minum utama mereka. Persentase rumah tangga yang menggunakan air sungai sebagai
sumber air minum utama mereka adalah 12,03 persen. Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumur bor/ pompa, air kemasan bermerk, air isi ulang, leding meteran, sumur
terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung dan mata air tak terlindung sebagai
sumber air minum utama mereka masing-masing tidak kurang dari 10 persen (Susenas
2011).
Untuk menyediakan air bersih di lokasi kawasan SKPT, perlu program lanjutan
pengembangan air bersih untuk wilayah pemukiman. Dalam pengembangan air bersih
perlu dilakukan kajian kebutuhan dan pengembangan air bersih. Dalam perencanaan
kebutuhan air bersih berkaitan dengan pengembangan kawasan perlu dipertimbangkan
kebutuhan air sebagai berikut:
Page | 7 - 237
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga, tiap orang adalah 120 lt/ hari
2. Kebutuhan air bersih untuk pegawai/ pekerja 30 % dari kebutuhan rumah tangga
3. Kebutuhan air untuk sosial dan komersial dialokasikan sebesar 30% dari kebutuhan
rumah tangga
4. Kebocoran diperhitungkan sebesar 20% dari kebutuhan wilayah
Cadangan untuk pemadam kebakaran adalah 10% kali kebutuhan seluruh wilayah
perencanaan.
6.3.3. Pengairan
6.3.4. Jembatan
Untuk melancarkan distribusi benih, sarana produksi dan hasil panen antara lokasi
SKPT dengan daerah luar, perlu dibangun sarana transportasi air berupa jembatan atau
dermaga penyeberangan. Keberadaan jembatan sangat diperlukan karena selain
mendukung kelancaran transportasi juga menekan biaya ekonomi baik untuk
pemasaran maupun pengadaan bahan baku benih, sarana dan lain sebagainya.
Sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Rote Ndao wilayah kawasan strategis
ditinjau dari sudut ekonomi kawasan SKPT penangkapan di Kecamatan Lobalain dengan
hinterland Kecamatan Pantai Baru. Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat, Rote Barat
Laut, Rote Selatan dan Rote Timur. Dalam rangka pengembangan perikanan tangkap
Page | 7 - 238
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dalam konteks SKPT maka ditetapkan pengembangan tiga lokasi PPI yaitu di : PPI
Tulandale, PPI Papela dan PPI Batutua.
Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Rote Ndao berjumlah 10 unit dengan kapasitas
terpasang 3.800 kilowatt, kemampuan mesin 291 kilowatt, dan beban puncak
201 kilowatt. Produksi tenaga listrik mencapai 536.312 Kwh, terjual 67.707 Kwh.
Pengelolaan limbah yang berasal dari rumah tangga melalui sosialisasi diarahkan untuk
menggunakan:
1) Suatu proses melalui septic tank baru dibuang ke resapan dengan menggunakan
jamban keluarga
Page | 7 - 239
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2) Merubah kebiasaan membuang air kotor langsung ke saluran-saluran drainase
dan irigasi
3) Metode pembuangan melalui tempat pembuangan limbah mandiri atau sistem
pembuangan komunal yaitu setiap 10 rumah tangga memiliki 1 septic tank
Masih ada limbah yang berasal dari industri yang dibuang secara alami, sehingga belum
diproses melalui pengolahan limbah. Terlihat limbah yang berasal dari bengkel motor
dan pabrik skala kecil maupun besar yang memanfaatkan saluran drainase atau sungai
sebagai tempat pembuangan limbah.
c. Jaringan Drainase
Sistem pembuangan air hujan di beberapa kawasan SKPT sebagian besar masih
memanfaatkan saluran irigasi. Saluran drainase terencana cukup baik terdapat pada
jalan-jalan produksi dan sebagian jalan kolektor sampai jalan lokal, baik berupa
saluran tertutup maupun terbuka. Untuk jalan-jalan lingkungan dapat dikatakan
belum banyak yang memiliki drainase. Sehingga pada saat hujan dan air laut pasang
naik, jalan tersebut tergenang air bahkan mencapai daerah-daerah pemukiman
terutama pada wilayah yang kondisi pantainya landai.
1) Air hujan
Page | 7 - 240
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dalam perencanaan sistem drainase di wilayah pantai untuk mencegah naiknya air
laut pada sistem drainase, pertimbangan-pertimbangan yang mendukung adalah
pembuatan dam penahan air pada muara sistem jaringan drainase.
Sedangkan untuk kawasan non drainase berupa pantai yang landai dengan cara
membangun tanggul-tanggul sepanjang pantai khususnya di kawasan pemukiman
Pada kawasan SKPT, tidak hanya sektor perikanan yang berperan besar karena
sektor-sektor lainnya juga memiliki peranan besar karena saling terkait untuk dapat
menimbulkan dan memecahkan permasalahan. Secara faktual dapat terlihat bahwa
dalam perekonomian masyarakat pesisir, sektor industri dan jasa menjadi sektor yang
memiliki kontribusi besar dalam pengembangan usaha produktif masyarakat. Berkaitan
dengan kelestarian lingkungan juga tidak lepas dari peran serta dan keterlibatan
sektor industri, dimana biasanya limbah industri dibuang begitu saja ke perairan yang
berdampak negatif dan menimbulkan permasalahan ke sektor lainnya.
Dilain pihak infrastruktur pendukung juga menjadi hal penting untuk dapat
mengembangkan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu kerjasama
lintas sektor sangat perlu diperhatikan karena masing-masing sektor memiliki
kepentingannya sendiri-sendiri. Setiap sektor harus saling mendukung, dimana peran
pemerintah daerah dalam hal ini sangat besar agar setiap kegiatan sektor menjadi
bersinergi yang baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya termasuk
Page | 7 - 241
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pengembangannya sehingga tidak ada yang saling dirugikan karena kesemuanya untuk
kepentingan masyarakat.
Pada dasarnya kawasan SKPT secara administratif sulit untuk dapat diketahui batas-
batas secara fisik terutama bagi masyarakat umum. Berkaitan dengan hal ini, maka
wilayah yang termasuk dalam suatu kawasan (adanya homogenitas baik secara
ekologis maupun ekonomis) haruslah saling bekerjasama untuk meminimalkan konflik
kepentingan. Kerjasama antar wilayah dapat digalang melalui pembentukkan forum
kerjasama atau forum komunikasi antar pemerintah daerah yang memiliki kawasan
SKPT untuk mengantisipasi sejak dini timbulnya perkembangan terburuk seperti konflik
antar nelayan. Kesepakatan dan penetapan norma-norma kolektif tentang pemanfaatan
sumberdaya lokal sesuai dengan semangat otonomi daerah harus disosialisasikan
secara luas dan benar kepada masyarakat nelayan agar mereka memiliki cara pandang
yang sama.
Kawasan kerjasama strategis dalam Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 10 ibukota
kecamatan masing-masing kawasan memiliki sektor andalan di berbagai bidang baik
pariwisata maupun potensi alamnya berupa flora dan fauna, maupun kebudayaan yang
merupakan pusat pertumbuhan. Kebijakan pengembangan kawasan ini adalah
mengarahkan peningkatan pembangunan jalur jalan regional yang menghubungkan
setiap ibukota Kecamatan. Pengembangan ini menjadikan Kabupaten Rote Ndao
menjadi salah satu pusat pelayanan distribusi yang strategis dan penting. Potensi yang
dimiliki kawasan ini akan dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya.
Upaya pengurangan kesenjangan sektoral dan daerah jelas memerlukan strategi khusus
bagi penanganan secara komperehensif dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan
adanya kebijakan dari Pemerintah Pusat untuk menjembatani persoalan kemiskinan
dan kesenjangan sektoral dari daerah tersebut. Melalui mekanisme kerjasama antar
sektor (stakeholders) yang melibatkan unsur-unsur masyarakat (kelompok nelayan),
pihak swasta/ pengusaha perikanan (private sektor), pemerintah (government). Sebagai
anak bangsa yang prihatin melihat kondisi yang menjadi potret buram dalam pengelolaan
kawasan SKPT yang belum memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya tersebut.
Page | 7 - 242
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Berkaitan dengan hal diatas, diperlukan perhatian yang serius berupa terobosan
pemikiran bagi upaya percepatan pembangunan dan pembangunan ekonomi lokal yang
melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses dan pelaksanaan pengelolaannya.
Upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sektoral dan daerah tidak lagi
digulirkan dari pusat, namun merupakan inisiatif lokal (daerah) untuk memutuskan
langkah-langkah yang terbaik dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan
kawasan dan rencana aksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang dimiliki.
Salah satu strategi untuk mengembangkan kawasan yang berbasis masyarakat
perikanan dapat melalui Co Manajemen.
Page | 7 - 243
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 244
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 7
STRATEGI
PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN
Ada berbagai jenis ikan yang tertangkap di berbagai sentra pendaratan ikan, namun
berdasarkan hasil penetapan komoditas unggulan produksi perikanan tangkap,
karakteristik produk memiliki nilai ekonomis tinggi, memiliki jumlah dominan, harga
paling tinggi, laku dipasaran serta mampu untuk dikembangkan menjadi produk olahan.
Page | 7 - 245
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kerapu dan Ikan Kakap. Hampir 10 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao menjadi sentra
perikanan tangkap sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.1.
2. Hasil Produksi
Gambaran produksi perikanan tangkap yang dipasarkan terkait dengan jenis alat
tangkap yang dipergunakan para nelayan di Kabupaten Rote Ndao. Jenis ikan dominan
menurut data hasil penangkapan ikan diperoleh di Dinas Kelautan dan Perikanan terbagi
kedalam produksi jenis ikan unggulan dan jenis non ikan. Jenis ikan unggulan yang
tercatat terdiri dari Ikan Tongkol, Ikan Kerapu dan Ikan Kakap. Jenis non ikan terdiri dari
Teripang dan Cumi-Cumi. Produksi jenis non ikan unggulan yang dihasilkan nelayan di
Kabupaten Rote Ndao berasal dari 10 kecamatan dan produksi jenis ikan unggulan
ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut.
Produksi Per Jenis Ikan Unggulan Di kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 – 2016 (Ton)
Kecamatan
Tongkol Kerapu Kakap
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
Rote Barat 15 35 31 31 33 9 9 13 14 14 17 23 23 42 41
Daya
Rote Barat 2 2 5 5 4 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1
Ndao Nuse 13 13 13 17 17 5 8 15 17 17 9 9 9 15 13
Rote Barat 22 22 19 25 36 17 13 11 19 37 15 15 15 26 28
Laut
Lobalain 27 32 37 37 35 23 27 40 41 42 27 30 30 32 29
Rote Tengah 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 5 7 7 7 6
Rote Selatan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Pantai Baru 7 8 8 28 30 5 5 8 7 6 7 7 7 9 8
Rote Timur 35 45 52 62 65 20 33 32 27 29 33 35 35 47 42
Landu Leko 3 5 7 9 7 3 3 5 11 8 6 6 6 9 7
Jumlah 128 166 176 218 229 86 102 130 141 157 122 135 135 190 176
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao 2017
Kemudian untuk jenis non ikan terdiri dari jenis Teripang dan Cumi-cumi di Kabupaten
Rote Ndao disajikan pada Tabel 7.2 berikut.
Tabel 7.2 Produksi Jenis Non Ikan Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 - 2016
Produksi Per Jenis Non Ikan Unggulan Di kabupaten Rote Ndao Tahun
2012 – 2016 (Ton)
Kecamatan Teripang Cumi-cumi
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
Rote Barat Daya 0 0 0 0 0 2 2 1 1 1
Rote Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Ndao Nuse 0 0 0 0 0 32 15 9 93 101
Rote Barat Laut 63 32 3 29 32 4 3 3 8 12
Lobalain 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1
Rote Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rote Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pantai Baru 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0
Rote Timur 3 1 1 5 7 7 2 0 1 0
Landu Leko 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Jumlah 66 34 5 35 40 46 23 14 109 116
Page | 7 - 247
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 248
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Produktivitas
Potensi lestari perikanan laut di wilayah Kabupaten Rote Ndao masuk di WPP 573
dengan kondisi potensi sebagai berikut .
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa potensi sumber daya perikanan yang
terdapat di WPP 573 sudah cukup padat penangkapan
Pelagis Besar (non Tuna dan Cakalang) memiliki potensi 505,942 ton dengan
JTB 404,754 ton tingkat pemanfaatannya (E) sebesar 0,73. Pengertian tingkat
pemanfaatan 0,5≤ E < 1 adalah Fully-exploited dan upaya penangkapan
dipertahankan dengan monitor ketat;
Ikan Demersal dengan potensi 103,501 ton dengan JTB 82,801 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 0,96 dan Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E 0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya
penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat;
Page | 7 - 249
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ikan Karang dengan potensi 8,778 ton dengan JTB 7,022 ton tingkat
pemanfaatannya (E) sebesar 1,36. Kondisi potensi sumber daya dengan
tingkat pemanfaatan sebesar E ≥ 1 adalah Over-exploited, upaya
penangkapan harus dikurangi;
Rajungan dengan potensi 659 ton dengan JTB 529 ton tingkat pemanfaatannya
(E) sebesar 0,64 adalah 0.5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya penangkapan
dipertahankan dengan monitor ketat;
Cumi-cumi dengan potensi 8,195 ton dengan JTB 6,556 ton dengan tingkat
pemanfaatannya E sebesar 1,40 adalah E ≥ 1 berarti Over-exploited, upaya
penangkapan harus dikurangi;
Page | 7 - 250
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Analisis sektor unggulan dilakukan dengan data yang tersedia diidentifikasi sektor
unggulan melalui analisis Location Quotient (LQ). Hasil perhitungan nilai LQ
berdasarkan hasil tangkapan nelayan di perairan Kabupaten Rote Ndao yang dapat
diprioritaskan menjadi komoditas unggulan pada tahun 2014-2016 yaitu teripang,
rumput laut dari hasil perhitungan nilai LQ komoditas tersebut lebih dari satu. Hal
ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki kontribusi yang besar dalam
perekonomian dan pembangunan wilayah di Kabupaten Rote Ndao. Karakteristik
komoditas unggulan memiliki nilai ekonomis tinggi, memiliki jumlah dominan, harga
paling tinggi, laku dipasaran serta mampu untuk dikembangkan menjadi produk
olahan.
Page | 7 - 252
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Rumput laut
b. Teripang
c. Mutiara
d. Lele dan Nila
e. Bandeng
Page | 7 - 253
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Perikanan budidaya air tawar yang sudah berkembang adalah budidaya ikan Lele,
sedangkan yang mulai dikembangkan jenis ikan Mas, Ikan Patin, Ikan Gurame
dan Ikan Nila.
Tabel 7.4 Produksi Perikanan Budidaya 2012 – 2016 Kabupaten Rote Ndao
Page | 7 - 254
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ketersediaan BBI Air Tawar di Maokdale dapat direvitalisasi untuk suplai benih
unggul, pelatihan petani dan sebagi pusat pembinaan pembudidayaan. BBI
Mokdale digunakan untuk pengembangan perikanan budidaya terutama untuk
penyiapan benih unggul mengingat potensi lahan sudah siap untuk dimanfaatkan.
Disamping itu Kabupaten Rote Ndao memiliki Embung yang berpotensi untuk
dikembangkan budidaya ait tawar karena potensi air tidak pernah habis sepanjang
tahun. Data embung yang potensial terdapat di 9 kecamatan seperti yang disajikan
pada Tabel 7.5.
Page | 7 - 255
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kolam Pembesaran Mas dan Nila Bak Pembesaran Lele di Kolam Tanah
• Diameter 9 m x 8 m • Diameter 8m x 9m
• Padat penebaran 150 ekor /m² • Padat penebaran 100 ekor
• Selama 3 bulan • Selama 3 bulan
Potensi budidaya air payau terutama untuk pengembangan tambak Bandeng. Hasil
survey menunjukkan perikanan budidaya Bandeng berpotensi dikembangkan
Page | 7 - 256
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Tambak ikan bandeng di Kabupaten Rote Ndao ini sudah mulai berproduksi tahun
2015, sehingga arah pengembangan tambak Bandeng dapat memanfaatkan
kawasan di Kecamatan Landu Leko.
Demikian pula halnya dengan perikanan budidaya laut yang memiliki potensi untuk
dikembangkan adalah jenis Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Teripang Pasir
(Holothuria scabra) . Potensi komoditi yang sudah dibudidayakan ada di berbagai
kecamatan di Kabupaten Rote Ndao.
Page | 7 - 257
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 7 - 258
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3) Teripang
Budidaya teripang cukup prospektif terutama di kawasan padang lamun di perairan
“mulut seribu” diantara Pantai Barat Laut dan Pantai Timur pulau Rote. Jenis teripang
konsumsi paling popular dibudidaya dipasarkan adalah jenis teripang putih. Petani
sudah memahami metode pengembangan budidaya teripang maupun membuat
makanan buatan serta metode pengolahannya. Kendala utama budidaya teripang di
laut adalah tidak terjamin keamanan berusaha karena tidak ditunggu selama 24 jam
secara terus menerus. Untuk budidaya teripang dapat dilakukan dengan metode :
Page | 9 - 259
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Atas dasar kriteria seleksi komoditas unggulan maka untuk perikanan budidaya berupa
ikan lele, nila, dan ikan mas akan ditetapkan jenis olahannya, karena harga ikan hidup
tanpa diproses lebih lanjut lebih mahal. Untuk komoditas rumput laut akan dilakukan
hanya sebatas pengeringan.Perikanan tangkap ditetapkan komoditas unggulan seperti
Ikan pelagis (tongkol) dan Ikan karang (kerapu, kakap) dengan sentra pengembangan
di PPI Tulandale, Sentra Perikanan Papela dan Batutua.
Strategi pengolahan yang akan dilaksanakan untuk komoditas dapat disajikan sebagai
berikut.
Tabel 7.6 Strategi Pengolahan Komoditas Unggulan
No Komoditas Jenis Olahan % Total Produk
1 Ikan Lele Hidup/ Segar 100%
2 Ikan Nila Hidup/ Segar 100%
3 Ikan Mas Hidup/ Segar 100%
4 Tongkol/ Tuna Loin 10-20% Total Produk
Page | 9 - 260
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Kegiatan pengolahan akan berhasil jika didukung dengan suplai bahan baku
berkelanjutan dalam jumlah yang besar ke industri pengolahan, namun kondisi ini belum
terpenuhi dan masih terdapat berbagai kendala. Potensi yang dimiliki baik potensi
sumberdaya perikanan budidaya dan tangkap.
7.1.4. Garam
1. Gambaran Umum
Perairan laut sekitar Rote Ndao masih tergolong minim pencemaran walaupun pernah
terjadi pencemaran minyak pada tahun 2009 yang lalu sehingga diperkirakan
pengaruhnya sudah sangat berkurang. Secara umum kualitas air laut wilayah Rote Ndao
cukup bagus dan potensial untuk dijadikan bahan baku garam.
Produk garam selalu dibutuhkan selain untuk konsumsi juga untuk bahan industri
dengan volume yang besar dan kontinyu. Garam laut lebih disukai untuk konsumsi
karena sifatnya lebih alamiah dibanging garam tambang. Walaupun harga jual garam
murah, namun karena permintaan pasar yang besar dan bisa diproduksi secara massal
serta dalam waktu yang lebih cepat dengan biaya produksi lebih murah dibanding
budidaya perikanan ataupun pertanian maka usaha tambak garam cukup menjanjikan.
Disamping itu kegiatan usaha tambak garam lebih ramah lingkungan karena
memanfaatkan lahan kering yang tidak subur. Dengan demikian garam dapat menjadi
pilihan produk unggulan untuk wilayah Rote Ndao.
Page | 9 - 261
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Potensi Garam
Luas lahan potensial untuk pengembangan tambak garam sekitar 4.961 ha dengan
potensi produksi diperkirakan 1.029.600 ton/ tahun. Potensi pengembangan tambak
garam ada di 9 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao.Potensi terbesar di kecamatan
Landu Leko sebesar 2.064 ha namun belum direalisir sama sekali.
Hasil survey lapangan diperoleh informasi bahwa potensi tambak garam yang ada di
Kecamatan Landu Leko sebagian berpotensi untuk dikembangkan menjadi tambak Ikan
Bandeng daripada tambak garam. Hal ini dikarenakan kadar garam perairan rendah
karena masih dipengaruhi oleh masuknya air tawar kedalam kawasan.
3. Produksi
Produksi garam selama 1 tahun (7 bulan yaitu setiap bulan Juni sampai dengan
November) rata rata 70 ton per ha. Pada bulan Desember sampai bulan Mei tidak
memproduksi garam karena musim hujan. Produksi garam di Kecamatan Pantai Baru
mampu menghasilkan 80 ton per ha per tahun selama 7 bulan di bulan Juni sampai
dengan Nopember. Jumlah total produksi tambak garam di Kecamatan Rote Timur
seluas 75 ha yang menggunakan metode Geo Membran sebesar 24,000 ton per tahun
(320 ton per ha per tahun), sedangkan tambak garam seluas 1 ha yang menggunakan
metode tradisional menghasilkan 60 ton per tahun.
Page | 9 - 262
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Berdasarkan hasil analisis produksi hasil perikanan tangkap sejak ikan ditangkap
didaerah penangkapan (fishing ground) sampai kepada konsumen masih belum
memberikan nilai tambah (value added) yang menguntungkan nelayan. Hal ini
disebabkan adanya permasalahan di masing-masing mata rantai mulai dari hulu sampai
hilir. Berkaitan dengan ini, strategi pengembangan komoditi unggulan adalah mengatasi
permasalahan di masing-masing mata rantai dari hulu ke hilir. Pola pergerakan komoditi
hasil perikanan tangkap dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Fishing Ground
Kegiatan usaha perikanan tangkap dimulai dengan penangkapan ikan di laut, dan fishing
ground nelayan dari Kabupaten Rote Ndao berada di WPP 573. Jarak perjalanan dari
sentra pendaratan ikan menuju fishing gorund dengan motor tempel paling lama 1 jam.
Jika penangkapan di lepas pantai dengan menggunakan kapal motor > 5 GT dapat
ditempuh 6 – 7 jam. Strategi untuk meningkatkan hasil tangkapan dan mendapatkan
produk bermutu pada mata rantai ini :
Page | 9 - 263
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Nilai produksi rata-rata juga sangat rendah dengan harga relatif stabil rendah. Kondisi
ini disebabkan penanganan ikan diatas kapal/ kurang bagus karena dengan ukuran
perahu digunakan tidak memungkinkan menggunakan ruangan berpendingin. Akibatnya
mutu ikan turun dan berpengaruh terhadap harga ikan menjadi murah. Dampak yang
ditimbulkan adalah produk ikan sulit/ tidak dapat dikembangkan menjadi produk olahan
yang bernilai ekonomi. Strategi penanganan ikan selama perjalanan pulang dari fishing
ground ke sentra pendaratan ikan adalah :
3. Pelabuhan Perikanan
Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan sangat penting, karena selain melayani
kegiatan kapal perikanan sebelum berangkat menuju fishing ground, juga harus
melayani kapal perikanan yang pulang dan mendaratkan ikannya di pelabuhan
perikanan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal, maka pelabuhan
perikanan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
Page | 9 - 264
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1) Kembangkan fasilitas fungsional seperti suplai logistik kapal (suplai air, suplai
es, suplai BBM, bahan perbekalan anak buah kapal, pelayanan administrasi
(surat-surat kapal/ SLO).
2) Budayakan Pelayanan Prima kepada masyarakat perikanan
3) Penyediaan segenap fasilitas pelayanan dapat dilaksanakan oleh pihak Swasta
jika pelabuhan perikanan belum tersedia (perbekalan makan anak buah kapal).
4. Pedagang Ikan
Produk ikan yang dibeli oleh pedagang ikan ini harus segera dipisahkan dengan produk
lainnya di TPI atau segera diangkut ke tempat pengepakan ikan. Pedagang harus
menyiapkan box untuk mengangkut ikan dan melakukan packing sebelum diangkat
keluar pelabuhan perikanan. Untuk bahan pengawet es, dapat diperoleh dari pabrik es
milik pelabuhan perikanan. Jika produk cukup banyak / besar dan waktunya tidak
Page | 9 - 265
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
memungkinkan untuk dibawa ke pasar atau industri pengolahan, maka dapat disimpan
dan dititipkan ke cold storage milik pelabuhan perikanan.
Kegiatan pendistribusian produk perikanan, sebagian produk ikan yang dijual langsung
ke konsumen (pribadi; restoran, hotel dan lainnya) dalam keadaan segar harus sudah
dalam keadaan bersih dan packing rapi. Kemudian produk yang dijual lagi untuk
diproses lebih lanjut ke industri pengolah dan home industri dibekukan terlebih dahulu.
Untuk mendukung proses ini diperlukan dukungan berupa sarana angkutan yang ber
insulated, suplai es, sarana pengepakan dan prasarana jalan yang menghubungkan
antara pelabuhan perikanan dengan pusat pemasaran serta di berbagai ibukota
kecamatan lainnya.
5. Pengolah Ikan
Bagi pengolah ikan yang akan mengembangkan bahan komoditi ikan menjadi produk
olahan, hal-hal perlu dilaksanakan adalah :
Kegiatan pemasaran merupakan mata rantai pasok terakhir jika langsung ke konsumen.
Akan tetapi tidak jarang masih ada rantai pemasaran yang cukup panjang. Panjang mata
rantai ini dapat mempengaruhi harga ikan saat sampai di tangan konsumen. Hal ini
dikarenakan di setiap mata rantai akan muncul biaya dan keuntungan, sehingga semakin
panjang mata rantai akan semakin mahal harga produk olahan. Tidak seluruh produk
unggulan jika diolah akan memberikan nlai tambah, karena harga ikan di restauran akan
lebih mahal apabila bahan baku ikan masih dalam keadaan hidup.
Page | 9 - 266
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dalam pemasaran ikan hasil budidaya air tawar, harga jual justru pada saat kondisi ikan
masih hidup. Pemberian nilai tambah olahan belum tentu memberikan harga yang lebih
menguntungkan. Hal ini disebabkan preferensi konsumen lebih mengarah kepada ikan
yang masih lebih segar dibandingkan ikan yang sudah dibekukan. Pola pergerakan
(rantai pasok) komoditi budidaya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pembudidaya
Posisi pembudidaya sangat tergantung dari rantai pasok benih unggul sedangkan
peranan pembudidaya bertanggung jawab dalam pembesaran komoditi unggulan dan
sekaligus pemasaran serta mensuplai industri pengolah. Posisi Pembudidaya ada di dua
kecamatan yaitu Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Selatan. Disamping itu
terdapat pembudidaya di 9 kecamatan dengan menggunakan Embung sebagai kawasan
pendederan.
Berkaitan dengan posisi Pembudidaya yang sangat penting ini Dinas Kelautan dan
Perikanan harus merencanakan strategi mengatasi permasalahan terutama baik
mengenai penyebaran hama penyakit maupun mengembangkan ketersediaan
komoditas unggulan. Keberhasilan kinerja ini akan mendukung program Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu (SKPT). Langkah strategi yang perlu ditempuh antara lain :
a. Kembangkan Demfarm untuk memberi percontohan kepada pembudidaya di
masing-masing kecamatan
b. Demfarm percontohan dapat berupa bantuan Pemeritah yang dibangun di kawasan
Pembudidaya
Page | 9 - 267
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Bagi produk yang tidak diolah lebih lanjut karena faktor permintaan pasar (ikan hidup)
dan akan dipasarkan dalam keadaan beku atau segar ke Kota Kupang dan ibukota
kecamatan yang memiliki konsumen cukup besar, sediakan pasar ikan hidup kosumsi;
ikan segar dan produk olahan.
Page | 9 - 268
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
seoptimal mungkin dengan berbagai sarana dan prasarana serta menggunakan metode
pemeliharaan yang serba maju (pakan, obat-obatan, pemupukan media, suplai air untuk
media pemeliharaan).
3. Dukungan Benih
Rencana kesuaian dengan Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote
Ndao untuk menjaga keberlanjutan pasokan dan penyediaan benih bagi pembudidaya
dilakukan dengan revitalisasi dan pengembangan BBI di Mokdale. Langkah-langkah
penyiapan benih unggul yang sudah diterapkan Dinas Kelautan dan Perikanan dengan
membangun dan mengoptimalisasi kinerja Balai Benih Ikan dengan segenap fasilitasnya
di Mokdale.
Program Kerja BBI Mokdale terkait dengan fungsinya yang perlu dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Hasil monitoring dan evaluasi tahun 2016 kinerja BBI Mokdale dalam pelaksanaan
program sudah terealisir dengan baik berupa :
Page | 9 - 269
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Peranan Pengolahan
Peranan inndustri pengolahan adalah mampu menjadikan produk unggulan perikanan
tangkap untuk dikembangkan menjadi produk olahan. Bahan baku pemasok industri
pengolahan berasal dari pusat/sentra pendaratan pelabuhan perikanan tangkap maupun
bahan baku komoditi unggulan yang berasal dari perikanan budidaya (kawasan SKPT).
Penetapan jenis ikan sebagai produk unggulan memegang peranan penting dalam
pengembangan produk perikanan menjadi produk olahan. Produk unggulan perikanan
tangkap yang memiliki kemampuan untuk dikembangkan menjadi produk olahan dan
sebagai bahan baku pemasok industri pengolahan berasal dari pusat/ sentra
pendaratan ikan. Jenis produk unggulan yang memiliki kemampuan dikembangkan
sudah ditetapkan adalah Tongkol/Tuna dan Kakap, Cumi cumi dan Teripang yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Secara spesifik produk perikanan yang memiliki harga
jual paling mahal apabila mampu menjual ikan dalam kondisi masih hidup.
Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan menjadi produk olahan sehingga akan
memberikan nilai tambah di progam SKPT Kabupaten Rote Ndao sudah ditetapkan.
Tujuannya adalah melalui industri processing akan memberikan peluang usaha dan
peluang kerja untuk pembangunan SKPT.
Strategi pengembangan produk untuk memberikan nilai tambah hasil perikanan (surimi,
kamaboko, bakso ikan, abon ikan) termasuk produk yang perlu dikembangkan. Kondisi
saat ini ada proses pengolahan ikan berupa pindang, ikan asin dan lain-lain.
Pengolahan tradisional masih dilaksanakan karena mutu ikan sudah dalam kondisi
kurang segar. Pemasaran antar pulau juga dilaksanakan jika produksi yang didaratkan
cukup banyak, tujuan pasar selain mencukupi kebutuhan konsumsi lokal kembangkan
antar pulau (Kupang, dilanjutkan ke Surabaya, Makassar).
2. Pemasaran
Pemasaran ikan di Kabupaten R o t e N d a o belum berbasis pada pemasaran
ekspor kecuali pensuplai bahan baku (Rumput Laut, Teripang), sedangkan pemasaran
komoditi ikan masih terbatas lokal (dalam negeri antar pulau) dan pengusaha terutama
di Kupang sebagai penampung dan pengolah ikan kemudian memasarkan ke Surabaya
dan eksport ke Hongkong. Sistem pemasaran di Kabupaten Rote Ndao (lokal) belum
sepenuhnya dengan sistem rantai dingin artinya ikan dari kapal penangkapan sebagian
di simpan sementara ke Cold Stroge tanpa melalui proses (pengolahan), selanjutnya
Page | 9 - 270
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ikan dijual kembali ke pusat-pusat pemasaran. Mekanisme pemasaran lokal ikan juga
tidak di lelang terbuka tapi langsung di beli oleh para pedagang untuk di pasarkan di
restaurant dan sebagian lagi di beli oleh pengusaha – pengusaha pengolah tradisional.
Sentra Pendaratan Ikan di Papela Rote Timur merupakan terminal point para
pedagang antar pulau maupun eksportir yang melakukan pengumpulan ikan kualitas
ekspor. Kegiatan ekspor komoditi Cakalang, Tuna dan Tongkol, ini sudah
menggunakan sistem rantai dingin. Lain halnya dengan sentra pendaratan lainnya
seperti PPI Tulandale di Kecamatan Lobalain masih dalam uji belum operasional dan
dipersiapkan untuk mendukung program SKPT sebagai sentra perikanan tangkap.
7.2.4. Garam
Khusus untuk Kecamatan Ndao Nuse sudah terealisir tambak garam seluas 150 ha dan
di Pantai Baru sudah operasi 617 ha dengan produksi 123.400 ton per tahun. Dilain
pihak di Kecamatan Landu Leko potensi tambak garam seluas 2.064 ha belum direalisir.
Rencana pengembangan budidaya Artemia terpadu dengan tambak garam mendapat
dukungan penuh dari masyarakat sekitarnya berada di Desa Duo Ndalu Kecamatan
Rote Barat. Pada saat survey dilaksanakan, bersamaan dengan masyarakat
menyerahkan lahan (hibah) kepada Dinas Kelautan dan Perikanan untuk digunakan
sebagai Pilot Project budidaya Artemia. Luas lahan yang diperoleh dan berpotensi untuk
dapat digunakan sebagai kawasan budidaya Artemia seluas 27 ha. Pada saat survey
juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan GPS langsung di lapangan agar
mendapat ketetapan koordinat lokasi lebih akurat.
Page | 9 - 271
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Rantai pasok garam di Kabupaten Rote Ndao masih sangat sederhana sejak dimulai
dari petani tambak garam sampai dengan konsumen. Petani tambak garam tidak perlu
promosi untuk memasarkan garam karena pembeli sudah menunggu (Nelayan,
Pengolah Garam, Pedagang/warung). Masing-masing pembeli garam dimanfaatkan
sesuai dengan rencana usahanya seperti nelayan digunakan untuk mengasinkan ikan;
pengolah garam dikumpulkan untuk suplai restaurant dan hotel; sedangkan pedagang/
warung dijual ke konsumen rumah tangga. Rantai pasok garam yang sedang
berlangsung di Kabupaten Rote Ndao pada umumnya dapat di skema sebagai berikut.
Berisi value chain, integrasi sistem produksi dari hulu sampai ke hillir, rencana
pengembangan usaha dan investasi yang dapat dilakukan di kawasan yang berupa
integrasi kegiatan produksi dari hulu ke hilir.
Dalam rantai nilai SKPT PPI Tulandale berperan sebagai sentra perikanan tangkap di
Kabupaten Rote Ndao harus mendukung pengembangan komoditas unggulan. Dalam
pelaksanannya supaya berkoordinasi dengan instansi terkait terutama penyediaan
prasarana pendukung (akses jalan dan listrik serta sarana transportasi serta prasarana
lainnya) yang dalam perencanaannya sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Rote Ndao.
Page | 9 - 272
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Pra Produksi
Strategi pengembangan kinerja PPI Tulandale dalam peranannya mendukung SKPT
dan terkait dengan fungsi PPI sebagai Pra Produksi. Kegiatan Pra Produksi adalah
kegiatan melayani usaha perikanan tangkap sebelum melakukan kegiatan penangkapan
dilaut. Langkah tindak yang dilaksanakan adalah :
a. Kembangkan Penyiapan Sarana Kapal dan Alat (Suku cadang kapal, bengkel,
Bahan Alat Perikanan/ BAP). Realisasi dapat dilakukan oleh swasta jika bersifat
komersial kecuali akan dilaksanakan oleh BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)
b. Tingkatkan Pelayanan Perijinan, melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia
Page | 9 - 273
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c. Kembangkan sarana Pendukung Operasi (BBM, Logistik : suplai es, suplai air tawar
bersih, makanan Anak Buah Kapal/ ABK). Pelaksanaan dapat oleh swasta atau
BUMD
2. Produksi
Peningkatan kinerja PPI Tulandale sesuai fungsi sebagai Pusat Produksi, maksudnya
pelayanan kegiatan kapal perikanan yang datang dari fishing ground menurunkan hasil
tangkapan (produksi) di PPI .
Langkah tindak yang dilaksanakan dalam perannya dalam rantai nilai adalah :
3. Pengolahan/ Processing
Fungsi PPI sebagai pusat pengolahan/ processing maksudnya kegiatan pelayanan
terhadap industri pengolahan/ langkah tindak yang dilaksanakan adalah :
Page | 9 - 274
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Siapkan “market center” untuk pasar ikan segar dan olahan sebagai ajang promosi
baik lokal maupun antar pulau
b. Siapkan cold storage untuk penyimpanan stock produk olahan yang siap dipasarkan
maupun show case untuk instalasi produk yang dipasarkan pada “market center”
c. Siapkan sarana transportasi yang berinsulated antar kota mulai dari kawasan inti,
kawasan hinterlan dan kawasan terkait
Kerjasama dengan intansi terkait dalam penyiapan akses jalan antar kota Ba’a di
Lobalain dan ibukota kecamatan sekitarnya (Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote
Barat Laut, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Timur) disertai dengan
penerangan jalan.
Page | 9 - 275
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Ada 2 kecamatan yang dikembangkan untuk kolam budidaya yaitu Kecamatan Lobalain
dan Rote Selatan. Dari analisis di atas Dinas Kelautan dan Perikanan untuk lima tahun
kedepan supaya memanfaatkan segala potensi lahan budidaya yang ada secara
optimal, mengingat kondisi pembudidaya saat ini sudah mulai dikelola intensif (Pupuk
Pakan, Benih Unggul). Analisis kesesuaian dengan Renstra Dinas Kelautan dan
Perikanan Program Pengembangan Budidaya Perikanan, kegiatan pengembangan
sarana dan prasarana pembenihan, sumber dana APBD-DAK. Pekerjaan yang
dilaksanakan untuk revitalisasi adalah :
Page | 9 - 276
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Produksi Benih
Kesesuaian dengan Masterplan SKPT Kabupaten Rote Ndao untuk mengembangkan
perikananan budidaya adalah Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya,
Sumber Dana APBN – TP dengan kegiatan :
Page | 9 - 277
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Penyedia benih ikan adalah Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan di Mokdale Kecamatan Lobalain. Dengan luas kawasan sekitar 0,4 ha
yang terdiri dari kolam pembenihan dan kolam pembesaran. Induk unggul semua
jenis ikan termasuk ikan nila dan ikan mas mendatangkan benih dan Induk dari
Mandiangin Kalimantan Selatan. Sumber air berasal dari sumber mata air alami
disamping BBI yang dipompa dengan mesin yang digerakkan dengan listrik
menggunakan tenaga surya, sedangkan pakan ikan didatangkan dari agen di
Kupang.
Budidaya air tawar masih dalam taraf pengembangan dan pembinaan kepada
kelompok pembudidaya dengan mekanisme sebagai berikut.
Page | 9 - 278
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Komoditi yang sudah dikembangkan adalah Ikan Mas, Ikan Nila dan Ikan Lele.
Berbagai kegiatan usaha yang dapat diusahakan dan dikembangkan cukup
menantang. Investasi usaha yang cukup prospektif untuk dikembangkan adalah
usaha penyediaan benih Ikan Nila dan Ikan Lele. Jika produksi benih dinilai dengan
uang maka produksi 220.000 ekor dikalikan Rp 500,-/ ekor benih sudah dapat
menghasilkan Rp 110 juta (pengusahaan pembenihan dapat dilakukan investasi
oleh pihak swasta). Kebutuhan benih pembudidaya masih sangat tinggi . Produksi
perikanan budidaya khususnya budidaya air tawar dapat dikatakan relatif baru
produksi tahun 2015 tercatat produksi ikan Lele sebanyak 1,70 ton dan tahun 2016
meningkat menjadi 2,47 ton.
Tambak bandeng masih belum berkembang walaupun memiliki potensi cukup besar
untuk dikembangkan. Kendala utama adalah pembudidaya belum mampu
melakukan pengawasan langsung ke tambak untuk keamanan saat pembesaran
ikan bandeng sehingga pembudidaya masih belum berani mengembangkan usaha
budidaya bandeng meskipun potensi usaha pengembangan tambak bandeng cukup
luas di seluruh Kecamatan di Rote Ndao. Saat ini sedang dilakukan uji coba
pembudidaya tambak garam di Papela karena lokasi berada didekat tempat
tinggalnya.
c. Budidaya Laut
1) Rumput Laut
Page | 9 - 279
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Di kawasan pantai Kecamatan Rote Barat ada tiga kelurahan (Oeseli, Oenggoet,
Namberela) berdampingan yang melaksanakan budidaya rumput laut berbatasan
dengan wisata bahari (selancar air). Kecamatan yang memiliki tapal batas dengan
Negara Australia ini terdapat pangkalan angkatan laut dan memiliki potensi
perikanan dan pariwisata. Potensi perikanan karena pada mulanya merupakan
sentra pengembangan budidaya rumput laut dengan 600 orang petani dari berbagai
desa di sekitarnya. Akibat tumpahan minyak dari kapal milik pengusaha dari
Australia mengakibatkan dampak hancurnya budidaya rumput laut. Pohon rumput
laut hancur, kualtas turun dan tidak bisa berkembang. Saat ini yang masih bertahan
tinggal 60 orang saja khususnya dari warga Desa Oeseli.
Disamping itu pada Desa Oenggoet bersebelahan dengan desa Oeseli dan
merupakan desa yang memiliki perairan pantai sangat luas perkiraan sekitar
90.000 ha digunakan untuk budidaya rumput laut sampai sekarang. Keistimewaan
pantai Oenggoet selain untuk budidaya rumput laut dibagian sisi tengahnya untuk
pariwisata selancar air karena gelombang sangat memungkinkan untuk olah raga
ini. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah rumput laut hijau (gracilaria).
Kecamatan lainnya yang juga berpotensi untuk pengembangan rumput laut adalah
Kecamatan Rote Timur hampir semua pantai berpotensi untuk budidaya rumput
laut.
Kondisi petani rumput laut mengalami hal yang sama dengan Kecamatan Rote
Barat yaitu rusaknya budidaya rumput laut akibat terjadi tumpahan minyak dari
kilang minyak dari Australia. Pengolahan rumput laut masih terbatas pada
pembuatan agar – agar dan rumput laut kering dan diusahakan secara tradisional.
Rumput laut kering seharga Rp 8.000,-Rp 10.000,- per kg dijual ke Kupang langsung
ke pabrik pengolahan rumput laut.
2) Mutiara
Budidaya mutiara pernah dilaksanakan oleh investor asing di perairan Desa Oebau,
namun saat ini tidak dilanjutkan dengan berbagai kendala antara lain tercemarnya
perairan laut oleh tumpahan minyak dari kapal milik pengusaha dari Australia.
Berbagai fasilitas yang sudah ada tidak dimanfaatkan dan belum ada investor yang
mencoba untuk melakukan investasi kembali. Pada saat ini akan dikembangkan
Page | 9 - 280
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pariwisata yang sudah dilengkapi dengan Jetty untuk penyebrangan turis menuju
pulau sekitarnya. Potensi budidaya mutiara yang belum dioptimalkan adalah di desa
Papela terutama perairan di sekitar “Mulut Seribu”. Keberadaan laut yang tenang
dan dalam sangat berpotensi untuk pembudidayaan mutiara. Jarak antara Desa
Papela dengan perairan “Mulut Seribu” sekitar 1 jam dengan perahu.
3) Teripang
Page | 9 - 281
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Peluang usaha mengembangkan produk perikanan yang memiliki nilai tambah cukup
banyak (bakso ikan, abon, kerupuk kulit ikan, kerupuk udang/ ikan, nuget dll). Untuk
mendukung terlaksananya usaha ini ketrampilan masyarakat dapat dilatih dengan
mendatangkan instruktur pembuat produk olahan. Disamping instruktur Pemerintah
menyiapkan gedung dilengkapi peralatan pengolahan dan dibangun di PPI Tulandale
(Pilot Project P2HP).
Peralatan yang digunakan cukup dibuat didalam negeri dan pemerintah mendukung
dengan mendatangkan instruktur / teknisi dari pusat.
Memperhatikan sasaran di atas, ekspor hasil perikanan yang tergantung kepada importir
tertentu dan pasar Jepang, China, T a i w a n , Uni Eropa dan Singapura. Kondisi
pasar dalam negeri yang belum tertata dengan baik dan akibat karakteristik ikan dan
Page | 9 - 282
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
olahannya yang mudah rusak dan inelastic dimana kelebihan pasokan yang relatif kecil
dapat menyebabkan penurunan harga pasar yang besar, maka perluasan pasar harus
dilakukan terus menerus melalui penetrasi pasar untuk meningkatkan pangsa pasar,
perluasan pasar ke pasar sasaran baru, pengembangan dan diversifikasi produk.
Perluasan pasar dapat dilakukan baik melalui pengembangan dan pemantapan jaringan
pasar lokal, regional, antar pulau, dan jaringan pasar internasional, maupun distribusi
antar waktu.
Era globalisasi pasar domestik menjadi bagian dari pasar internasional, persaingan yang
semakin ketat, dan unit usaha yang dapat bertahan, untung tumbuh dan berkembang
adalah unit-unit yang efisien dan dikelola secara profesional, termasuk pemasarannya
agar dapat memenuhi preferensi konsumennya yang bervariasi dan berubah menurut
lokasi, waktu dan generasi, dapat meningkatkan pelayanannya dan dapat
memanfaatkan peluang-peluang pasar yang ada, dan menciptakan peluang pasar bagi
hasil produksinya.
Pemasaran luar negeri sebaiknya dirintis melalui ajang promosi atau mengadakan
pameran produk nasional. Sebelum memasuki pasaran luar negeri ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan :
7.3.4. Garam
Pemasaran garam masih terbatas lokal dan jenis garam yang dipasarkan adalah produk
langsung dari tambak garam dan sebagian diolah menjadi garam meja. Harga jual garam
produk olahan Rp 5.000,- per kg yang dikemas dalam plastik dan penjualan masih
Page | 9 - 283
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
terbatas di pasar lokal terutama nelayan dan pedagang ikan asin dan paling jauh pembeli
datang dari Kupang. Sedangkan harga garam tambak yang tidak diolah Rp 50.000,- per
karung (50 kg) atau Rp 1.000,- per kg. Pembeli garam mayoritas adalah nelayan untuk
mengawetkan ikan atau membuat ikan asin serta rumah tangga di sekitar desa nelayan.
Gambar 7.16 Pilot Project Tambak Serbaguna di Kecamatan Rote Barat Laut
Page | 9 - 284
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Di Kabupaten Rote Ndao terdapat pengangguran terbuka berjumlah 1.647 orang atau
sekitar 2,4% dari total angkatan kerja yang tersedia. Kebutuhan tenaga kerja untuk
pengembangan SKPT di kabupaten Rote Ndao cukup besar dimulai dari perikanan
budidaya (perikanan air tawar, perikanan air payau, perikanan laut), perikanan tangkap;
pengolahan dan pemasaran, garam. Ketersediaan sumberdaya manusia yang ada
dengan tingkat pengetahuan dan ketertarikan di bidang perikanan kemungkinan masih
perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.
Dilain pihak pendidikan dan tingkat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan jurusan
perikanan jelas masih membutuhkan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan. Rendahnya tingkat Pendidikan sumberdaya manusia dapat berakibat
menimbulkan kendala karena kurangnya pemahaman dalam hal:
Page | 9 - 285
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Pendidikan
Dalam rangka Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas dan Mandiri,
strategi yang ditempuh melalui pendidikan. Peningkatan secara nyata persentase
penduduk yang dapat menyelesaikan Program Wajib Belajar pendidikan dasar sembilan
tahun, antara lain diukur dengan:
a. Meningkatnya APK jenjang SD/MI dan SMP/MTs/Paket B pada tahun 2017- 2021;
b. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka putus
sekolah pada jenjang SMP/MTs/Paket B pada tahun 2017 – 2021;
c. Meningkatnya angka melanjutkan lulusan SD / MI ke jenjang SMP / MTs/ Paket B.
d. Meningkatnya APK jenjang pendidikan menengah pada tahun 2017 – 2021;
e. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka putus
sekolah terutama pada jenjang pendidikan SMA / SMK pada tahun 2017 –2021
Page | 9 - 286
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
4. Kesehatan
Untuk mendukung peningkatan sumberdaya manusia melalui peningkatan pelayanan
kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2021 adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang antara lain tercermin dari indikator
sebagai berikut :
Melihat keadaan pasar kerja di Kabupaten Rote Ndao, maka sebagian besar angkatan
kerja bekerja pada lapangan kerja informal (sektor informal) dan kebanyakan masih
Page | 9 - 287
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Mengacu pada berbagai
permasalahan yang dihadapi, Pemerintah Daerah menetapkan sasaran yang menjadi
prioritas untuk dicapai adalah :
6. Pelatihan
Jenis pelatihan yang diperlukan nelayan dan petani serta pengusaha terkait
dengan penggunaan teknologi tepat guna untuk mengembangkan usahanya seperti :
7. Studi Banding
Page | 9 - 288
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk menambah wawasan sumberdaya manusia (nelayan dan petani ikan) yang
ada di Kabupaten Rote Ndao, Dinas Kelautan dan Perkanan melaksanakan study
banding. Pemilihan lokasi studi banding:
1) supaya dikaji sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan daerah
2) mudah menyesuaikan jika akan diterapkan kembali ke daerah asalnya
3) teknologi yang digunakan belum dikenal oleh nelayan dan pembudidaya ikan
4) diupayakan tidak membutuhkan anggaran yang terlalu besar tetapi efektif
8. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan dan studi banding untuk pengembangan SDM Perikanan terdiri dari
nelayan penangkapan; pembudidaya air payau dan pengusaha pengolahan maupun
pengusaha ikan. Peserta diambil dari masing-masing kelompok jika ada. Kegiatan
ini tidak hanya dilaksanakan bagi nelayan dan petambak serta pengusaha di kawasan
SKPT (secara bergilir pada setiap kecamatan) termasuk kecamatan yang menjadi
pusat pengembangan industri pengolahan ikan.
9. Rencana Kegiatan
Analisis kesesuaian dengan SKPT Kabupaten Rote Ndao maka program
pengembangan pembudidaya air tawar dan tambak akan disesuaikan dengan
ketersediaan sumberdaya manusia. Namun untuk kondisi mendatang perlu strategi
intensifikasi seperti jumlah pengelola pembudidaya tambak dalam satuan tetap tetapi
luas tambak yang dikelola porsinya bertambah.
Page | 9 - 289
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dalam upaya mendukung kinerja PPI Tulandale keberadaan SDM PPI dan industri
pengolahan tidak dapat dipisahkan dan keduanya masih perlu ditingkatkan baik kualitas
maupun kuantitas. Demkian pula halnya dengan SDM Pembudidaya BBI Mokdale
Kabupaten Rote Ndao. Dari segi tingkat pendidikan masih ada kesenjangan sehingga
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelabuhan perikanan dan pembudidayaan
sering mengalami hambatan.
Page | 9 - 290
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 9 - 291
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
7.5. KELEMBAGAAN
Page | 9 - 292
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
7.5.2. Pendampingan
Dilatar belakangi tingkat pengetahuan dan pendidikan yang relatif belum memadai
diperlukan pendampingan dan pembinaan efektif untuk meningkatkan kemampuan
pembudidaya dan perikanan tangkap serta pengusaha pengolahan ikan, antara lain:
Page | 9 - 293
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Berkaitan dengan analisis diatas, maka langkah tindak untuk kesesuaian dengan
SKPT Kabupaten Rote Ndao adalah :
Program Pemerintah Daerah yang sudah disiapkan dan masih relevan adalah peranan
usaha koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki potensi yang
sangat besar dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat banyak melalui peningkatan
pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusinya terhadap produksi hasil usaha,
khususnya perikanan, jumlah unit usaha produktif, produktivitas pengusaha, dan
penyerapan tenaga kerja. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen dan
konsumen, koperasi diharapkan mampu berperan aktif dalam meningkatkan posisi tawar
dan efisiensi ekonomi rakyat dan sekaligus turut serta dalam memperbaiki kondisi
persaingan usaha di tingkat pasar.
Kemampuan Koperasi dan UMKM untuk bersaing dengan pelaku ekonomi lain sangat
ditentukan oleh dua kondisi utama yang perlu dipenuhi. Pertama, lingkungan internal
UKM mesti kondusif, yang mencakup aspek kualitas SDM, penguasaan teknologi
dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan
modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat kewirausahaan (entrepreneurship).
Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan
pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-
kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan
Page | 9 - 294
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
ekonomi global. Selain kedua kondisi tersebut, strategi pemberdayaan UKM untuk dapat
memasuki pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan hidup
UKM.
2. Kelompok Komoditas
Page | 9 - 295
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
pendukung (dusun pembenihan, dusun pakan ikan, dusun pembesaran Nila Mokdale
dan Lele Baadale).
3. Kelompok Wilayah
Berdasarkan potensi SDA yang dimiliki serta semakin banyaknya permintaan akan
produk perikanan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
kesadaran akan arti pentingnya gizi ikan sebagai sumber protein hewani sehingga sektor
perikanan dan kelautan tetap dapat menjadi salah satu roda penggerak utama
perekonomian daerah.
Potensi ekonomi perikanan budidaya di Kabupaten Rote Ndao sangat potensial jika
dikembangkan baik budidaya laut, tambak maupun budidaya air tawar. Menurut
Rokhmin (2015), Potensi Budidaya diibaratkan “raksasa tidur” jika di transformasi
menjadi sumber kemajuan dan kesejateraan bangsa melalui penerapan (best
aquaculture practices cara perikanan budidaya yang terbaik) pada setiap unit usaha.
Penerapan teknologi yang dimaksudkan disini adalah :
Page | 9 - 296
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Strategi Pengembangan
Page | 9 - 297
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan Pengembangan komoditas unggulan ini akan lebih didorong
dengan cara:
Page | 9 - 298
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
d. Pakan Ikan
Sarana budidaya yang lain seperti pakan ikan berkualitas tinggi sekarang lebih
susah didapat, karena kolam dan tambak yang memelihara ikan menggunakan
pakan buatan masih terbatas. Kolam dan tambak tradisional masih
menggunakan pakan alami. Untuk program intensifikasi diperlukan pakan yang
bermutu dan pengadaannya diperlukan penelitian dan pengembangan pembuatan
pakan dengan bahan baku yang ada di wilayah setempat.
Kendala utama pembuatan pakan ikan adalah teknologi karena mesin yang
digunakan masih lokal dan belum dipahami benar komposisi bahan baku pakan.
Untuk produksi yang sifatnya skala besar dapat diproduksi dikawasan industri.
Keterbatasan kemampuan teknologi ini yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan
pakan yang murah dan bermutu dan seringkali harganya cukup mahal.
Pengembangan teknologi tepat guna untuk dapat mendukung pencapaian target
produksi bagi seluruh pembudidaya tambak akan kebutuhan benih ikan.
e. SDM
Kualitas dan kuantitas SDM masih lemah karena tingkat pendidikan di hanya tamat
SD, SMP dan bahkan ada yang tidak tamat SD sehingga berakibat sulitnya
pemberdayaan SDM di BBI karena dalam hal:
Page | 9 - 299
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Pembesaran Pembudidayaan
a. Suplai Pupuk
Keterbatasan modal merupakan salah satu faktor hambatan para pembudidaya
jarang menggunakan pupuk. Faktor kesulitan mendapatkan jenis pupuk yang
diperlukan dan faktor harga mengakibatkan pupuk tidak terbeli dan digunakan.
Sebenarnya jenis pupuk adalah organik yaitu pupuk yang berasal dari hewan dan
tumbuhan (petai cina;dadap laut orok; dan lainnya); pupuk organik ini pada
umumnya lebih lengkap nutrient dibandingkan jenis pupuk an organik (urea, TSP,
NPK dan lainnya). Ketersediaan pupuk sering menjadi kendala, karena pada saat
diperlukan tidak ada barang, tetapi kalau pupuk ada harganya sangat mahal
akibatnya tidak ekonomis karena harga jual produk tidak sesuai dengan biaya
produksi.
b. Bahan Kapur
Merupakan bahan untuk membuat kondisi lingkungan air tempat pembesaran
bandeng sesuai dengan yang diperlukan untuk pertumbuhan bandeng seperti
Page | 9 - 300
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
1. Sentra Produksi
Bagi nelayan pelaku perikanan tangkap, strategi pengembangan produk unggulan
dalam hal penyediaan komodity produk unggulan berbeda dengan pembudidaya. Bagi
perikanan tangkap untuk dapat meningkatkan kemampuan pengembangan produk
unggulan strategi yang ditempuh adalah:
Page | 9 - 301
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
2. Pelabuhan Perikanan
Merupakan Sarana Pendukung Mutu Hasil Perikanan yang didaratkan melalui dermaga
pelabuhan perikanan.Untuk mendukung nelayan dapat melaksanakan penanganan
mutu ikan yang lebih baik, maka PPI Tulandale harus di revitalisasi dan mampu
menyediakan sarana es dalam jumlah cukup yang dibutuhkan nelayan. Disamping itu
harus tersedia cold storage di PPI Tulandale agar komoditi ini dapat disimpan dengan
aman pada suhu rendah jika kedatangannya masih membutuhkan waktu untuk dijual
atau dipasarkan. Kegunaan cold storage lainnya adalah untuk menyimpan ikan milik
para bakul ikan sebelum ikan diangkut ke luar PPI Tulandale Kecamatan Lobalain
menuju kawasan pengolahan atau pemasaran.
Untuk mendukung usaha penangkapan ikan di wilayah Rote Timur perlu dibangun PPI
baru di Papela Kecamatan Rote Timur. Perlu dilakukan studi kelayakan yang cermat
Page | 9 - 302
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
agar hasil kajian dapat digunakan dengan benar pembangunan PPI di Papela. Demikian
juga hal dengan kawasan Rote Barat Daya untuk mendukung nelayan melakukan
kegiatan penangkapan di Samudera Indonesia perlu dibangun PPI Batutua.
Secara teori dengan melakukan process (pengolahan) atau dengan cara merubah
bentuk dari ikan menjadi Abon Ikan, Surimi, Bakso ikan, Kamaboko dan lain
sebagainya, maka akan terbuka peluang usaha dan kesempatan kerja yang pada
gilirannya akan memberikan keuntungan berusaha. Tapi untuk jenis ikan kerapu dan
ikan lainnya (masih hidup) harganya sangat mahal dibandingkan olahannya.
Untuk pengembangan produk unggulan (bukan ikan hidup) menjadi produk olahan
merupakan salah satu strategi untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi
komoditas tersebut. Manfaat yang diperoleh adalah selain membuka lapangan usaha
dan menyerap tenaga kerja juga memberikan keuntungan usaha. Selain produk dapat
dipasarkan lebih jauh kerugian pasca panen berupa kerusakan mutu dapat dihindari.
Posisi penawaran petani dan nelayan semakin kuat sehingga harga produk tidak
dipermainkan oleh harga pasar. Dampak yang diharapkan selain menumbuh
kembangkan usaha ikutan (bahan packing, usaha pemasaran, dan pendapatan
masyarakat serta pengembangan ekonomi wilayah). Dapat dalam negeri dan luar
negeri tergantung pengenalan produk kepada konsumen. Dapat diilustrasikan sebagai
berikut.
Page | 9 - 303
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
7.6.4. Garam
Belum ada pengolah garam secara industri namun secara tradisional sudah
dilaksanakan oleh petani tambak garam di Desa Papela Rote Timur dengan kualitas
mampu masuk hotel dan restauran. Produk yang dihasilkan masih belum mampu
memenuhi kebutuhan konsumen karena masih menggunakan peralatan yang
sederhana dengan kapasitas yang sangat terbatas yaitu 100 kg per hari.
Pemasaran garam masih terbatas lokal dan jenis garam yang dipasarkan adalah produk
langsung dari tambak garam dan sebagian diolah menjadi garam meja. Harga jual garam
produk olahan Rp 5.000,- per kg yang dikemas dalam plastik dan penjualan masih
terbatas di pasar lokal terutama nelayan dan pedagang ikan asin dan paling jauh pembeli
datang dari Kupang, sedangkan harga garam tambak yang tidak diolah Rp 50.000,- per
karung (50 kg) atau Rp 1.000,- per kg. Pembeli garam mayoritas adalah nelayan untuk
mengawet ikan atau membuat ikan asin serta rumah tangga di sekitar desa nelayan.
Berkaitan dengan hal diatas diperlukan dukungan sarana pengolahan yang berskala
industri agar mutu garam dapat lebih ditingkatkan sehingga mampu bersaing dengan
garam import. Keberadaan garam import jelas merugikan usaha tambak garam rakyat
karena garam rakyat tidak mampu bersaing dalam harga dan kualitas.
Page | 9 - 304
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 8
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Ada 3 indikator input yang digunaka untuk mengetahui pencapaian yang diharapkan
dan cara mengukur keberhasilan sehingga akan diketahui tingkat pengembangan
SKPT di Kabupaten Rote Ndao yaitu :
a. Seluruh potensi kawasan budidaya yang ada dikelola dengan intensif dan
produktif. Cara mengukur pencapaian indikator ini dengan menganalisis ratio
tahunan antara luas seluruh kawasan yang ada dengan luas kawasan yang
dikelola dengan intensif
c. Bagi industri pengolahan adalah dengan menganalisis jumlah produksi ikan olahan
yang dihasilkan. Cara mengukur indikator dengan menganalisis ratio tahunan
antara produk olahan dengan jumlah produksi ikan yang didaratkan
Page | 9 - 305
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
c. Keberlanjutan pasokan bahan baku, dan cara mengkur pencapaian ini dibuat trend
kecenderungan peningkatan produksi hasil olahan
Page | 9 - 306
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Peningkatan kinerja
a. Kelancaran proses penebaran benih dan pengambilan produk pada saat panen.
Cara mengukur tingkat pencapaian kinerja ini dengan menganalisis ratio jumlah
benih yang dapat disuplai per satuan waktu dengan luas kawasan yang dilayani
(dalam persen)
b. Kelancaran proses bongkar muat ikan dan perbekalan keatas kapal ikan. Cara
mengukur tingkat pencapaian kinerja ini dengan menganalisis ratio jumlah produk
yang didaratkan per satuan waktu dengan jumlah kapal yang dilayani (dalam
persen)
a. Terserapnya produksi hasil pembudidaya dengan harga yang layak, dan cara
mengukur pencapaian ini dengan:
- Mendata jumlah produksi produk perikanan pembudidaya yang terjual dan
jumlah permintaan pasar.
- Menganalisis ratio antara jumlah produksi yang terjual diatas harga terendah
yang berlaku/ ditetapkan dengan total produksinya
b. Terserapnya produksi hasil tangkapan para nelayan dengan harga yang layak,
dan cara mengukur pencapaian ini dengan:
- Mendata jumlah produksi produk perikanan tangkap yang terjual dan jumlah
permintaan pasar.
- Menganalisis ratio antara jumlah produksi yang terjual diatas harga
terendah yang berlaku/ ditetapkan dengan total produksinya
Page | 9 - 307
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Produk perikanan tangkap mempunyai harga yang baik dan cara mengukur
pencapaian ini dengan menganalisis ratio antara rata-rata harga ikan di kawasan
SKPT perikanan tangkap terhadap rata-rata harga ikan
a. Memberikan efek ganda yang tinggi terhadap aktivitas ekonomi, cara mengukur
pencapaian perikanan budidaya ini dengan menginventarisir jumlah dan jenis
industri turunan atau olahannya
b. Memberikan efek ganda yang tinggi terhadap aktivitas ekonomi, cara mengukur
pencapaian perikanan tangkap ini dengan menginventarisir jumlah dan jenis
industri turunan atau olahannya
a. Penyerapan jumlah tenaga kerja yang optimal, dan cara mengukur indikator
pencapaian ini dengan menganalisis ratio jumlah tenaga kerja perikanan budidaya
yang terlibat langsung terhadap total produksi panen
b. Penyerapan jumlah tenaga kerja yang optimal, dan cara mengukur indikator
pencapaian ini dengan menganalisis ratio jumlah tenaga kerja perikanan tangkap
yang terlibat langsung terhadap total produksi hasil tangkapan
Page | 9 - 308
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
a. Angka NTP diatas NTP Regional, cara mengukur dengan menganalisis ratio
pendapatan pembudidaya dibanding dengan kebutuhan hidup
b. Angka NTN diatas NTN Regional, cara mengukur dengan menganalisis ratio
pendapatan pembudidaya dibanding dengan kebutuhan hidup
Page | 9 - 309
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dari tabel diatas menunjukkan dampak yang ditimbulkan dari pengembangan kawasan
SKPT adalah berbagai macam usaha dapat diciptakan. Kegiatan yang diciptakan
memberikan turunan usaha cukup produktif karena selain mampu mengembangkan
ekonomi wilayah juga sasaran utama adalah kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang terdapat disekitar SKPT selain aktifitas perikanan juga
terjadi pada kegiatan non ekonomi. Hasil identifiksi menunjukkan perkembangan
ekonomi non perikanan yang ada hubungannya langsung maupun tidak langsung
dengan pembangunan perikanan adalah :
1. Jasa transportasi
Terciptanya jenis usaha transportasi tidak lain adalah akibat kebutuhan pengangkutan
komoditas ikan dari sentra produksi ke pusat pemasaran. Sarana produksi untuk
komoditas perikanan membutuhkan perlakuan khusus mengingat komoditas mudah
rusak dan busuk. Sehingga jasa sarana transportasi yang disediakan juga dirancang
dengan desain khusus, misal truk pengangkut harus menggunakan Insulated truk.
Pembuatan sarana angkutan khusus ini akan membuka peluang lapangan kerja
termasuk bengkel untuk perawatannya. Manfaat yang dirasakan adalah selain
meningkatkan pendapatan masyarakat non perikanan juga mampu menyerap tenaga
kerja.
2. Jasa keuangan
Untuk mengembangkan usaha jasa transportasi dan jasa pelayanan lainnya untuk
usaha perikanan tidak terlepas dari kebutuhan modal usaha. Terkait dengan
Page | 9 - 310
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
perkembangan SKPT pada suatu wilayah, maka pihak penyedia jasa keuangan baik
berupa Bank maupun Pegadaian akan turut melakukan aktivitas usaha di sekitar SKPT.
Kehadiran jasa keuangan ini sangat diperlukan mengingat biaya bunga cukup realistis
untuk mendukung usaha para pengusaha. Manfaat jasa keuangan selain mendukung
modal usaha juga memberi peluang berusaha dan meningkatkan usahanya para
pengusaha non perikanan. Disamping itu bunga pinjaman yang akan digunakan cukup
realistis. Beberapa Bank yang sudah ada di Rote Ndao seperti BRI Cabang Ba’a
(termasuk mobil keliling), Bank NTT Cabang Ba’a dan Ban NTT Unit Pantai Baru.
3. Jasa logistik
Jasa angkutan tidak terlepas dari kebutuhan tenaga kerja yang tidak membutuhkan
tingkat pendidikan yang tinggi. Untuk melayani pengangkutan ikan dari kapal ke TPI dan
kendaraan angkutan membutuhkan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Dengan
demikian manfaat usaha ini selain memudahkan masyarakat melakukan mobilisasi juga
dapat menyerap tenaga kerja.
5. Jasa kesehatan
Segenap kegiatan yang terjadi suatu wilayah tidak terlepas dengan kebutuhan jasa
untuk kesehatan masyarakat. Untuk melayani jasa kesehatan masyarakat telah tersebar
beberapa Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Ba’a, tenaga medis dan
toko penyedia obat-obatan. Manfaat yang dirasakan adalah tingkat kenyamanan dan
kesehatan masyarakat meningkat dan pengembangan ekonomi usaha jasa perdagang
obat-obatan.
6. Jasa pemukiman
Pengembangan ekonomi pada suatu wilayah akan menarik minat pendatang untuk
tinggal dan berusaha di wilayah tersebut. Kondisi ini secara langsung para pendatang
Page | 9 - 311
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Untuk mendukung kegiatan pariwisata selain hotel terdapat restaurant dan café, Depot
Vallery, El Shaday di Mokdale, serta Videshy di Civic Center. Keberadaan rumah makan
dan restaurant untuk melayani pendatang mendorong pihak pengusaha mendapatkan
bahan baku berkualitas tinggi termasuk kualitas ikan yang akan disajikan di restaurant.
Untuk itu akan mendorong nelayan untuk lebih menjaga mutu ikan (Kerapu, Kakap,
Cumi, Tongkol) dan dalam kondisi tetap segar.
Pengaruh Multiplier yang terkait dengan perikanan terdapat berbagai macam dan
rumusannya mulai dari hulu sampai hilir bahkan masih membutuhkan dukungan sektor
lain. Secara spesifik yang terdapat di sekitar SKPT saat survey dilaksanakan antara lain
sebagai berikut.
1. Perusahaan perikanan
Page | 9 - 312
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Selain dampak ganda non perikanan yang diciptakan, minabisnis perikanan tangkap
maupun budidaya ini akan memberikan dampak ganda secara langsung terhadap
kegiatan usaha perikanan. Usaha yang diciptakan adalah munculnya pengusaha
perikanan mulai skala kecil sampai skala besar. Dalam usaha perikanan tangkap terlihat
semakin meningkatnya jumlah perahu dan kapal penangkapan ikan, jumlah alat
penangkapan ikan, dan jumlah nelayan tetap. Dalam perikanan budidaya terlihat
semakin meningkatnya jumlah pembudidaya (tawar, payau, laut).
Peluang usaha yang tercita dengan berkembangnya usaha perikanan adalah usaha
dibidang sarana yang mendukung usaha perikanan seperti suplai BBM, suplai air tawar
bersih, suplai es, suplai makanan ABK untuk perbekalan selama melakukan kegiatan
penangkapan di tengah laut.
Adanya upaya memberikan nilai tambah produk akan memberikan dampak terjadinya
lapangan kerja baru. Jenis usaha yang tercipta adalah suplai bahan alat perikanan;
usaha pengolahan produk dan pengepakan ikan. Jasa usaha ini bermanfaat unntuk
memperluas jaringangan distribusi ikan maupun konsumsi ikan. Untuk mendukung
kegiatan kapal perikanan, usaha dan kegiatan yang ditimbulkan adalah penyediaan
BBM melalui SPDN, suplai air tawar bersih serta suplai es. Usaha ini semua memberikan
manfaat untuk meningkatkan pendapatan dari hasil usaha penjualan BBM, suplai air,
bahan makanan dan tidak kalah pentingnya adalah menyerap tenaga kerja.
Usaha pengolahan dan pemasaran berperan penting sebagai pemberian nilai tambah
dan memperluas distribusi ikan. Kegiatan ini membutuhkan berbagai sarana dan bahan
yang diperlukan untuk menangani ikan. Dampak lainnya adalah terserapnya tenaga
kerja dan pendapatan usaha masyarakat.
Page | 9 - 313
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 9
INDIKASI PROGRAM DAN
ANALISIS RESIKO
Page | 9 - 314
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Matrik program pengembangan SDM untuk jangka pendek tidak diarahkan dalam
pendidikan akan tetapi difokuskan dalam mempersiapkan ketrampilan SDM melalui
beberapa kegiatan training dan atau pelatihan. Materi pelatihan diutamakan pada
kemampuan perikanan tangkap, pembudidayaan, dan pengolahan hasil perikanan.
Untuk memberikan wadah dari berbagai aspek pengembangannya, diperlukan
kelembagaan yang sifatnya non pemerintah. Tujuan kelembagaan ini adalah untuk
menyalurkan aspirasi terhadap pengembangan usahanya.
Berdasarkan kerangka pemikiran ini, maka matrik program yang dipersiapkan untuk
pengembangan SKPT adalah sebagai berikut.
Page | 9 - 315
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 9 - 316
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
TahunAnggaran
No Penguatan Kelembagaan Perikanan Volume Biaya(RpJuta) Sumber Dana Pelaksana
1 2 3 4 5
1 Revitalisasi 17 POKDAKAN 17 POK 200 Kab/ Prov
2 Peningkatan Status POKDAKAN di 10 Kecamatan 10 POK 300 Kab/ Prov
3 Revitalisasi POKDAKAN Di 10 Kecamatan 1 Unit 200 Kab/ Prov
4 Pengembangan Bank Perkreditan di 3 Lokasi PPI 3 Unit Swasta Swasta
5 Revitalisasi Koperasi Pembudidaya Ikan 3 Lokasi 1 Unit 100 Kab/ Prov
6 Pemberdayaan Kelompok Pengolahan 3 PPI 3 Unit 600 Kab/ Prov
7 Pemberdayaan Lembaga Pembina Pemasaran 1 Unit 200 Kab/ Prov
8 Pemberdayaan Kelompok Budidaya Per Komoditi 3 Unit 600 Kab/ Prov
TahunAnggaran
No KegiatanPengembanganKomoditasUnggulan Volume Biaya (Rp Juta) Sumber Dana dan Pelaksana
1 2 3 4 5
1 Promosi Pengembangan Produk Olahan 1 Unit 400 DKP Kab/Prov
2 Pendederan Benih Unggul di 75 Embung 3 Unit 1800 DKP kab/ Prov
3 Pengembangan Bibit Unggul 1 Unit 300 DKP Kab/ Prov
4 Penyebaran Bibit Unggulan Budidaya ke Petani 1 Unit 400 DKP Kab/ Prov
5 Pengembangan Pakan dan Obat-obatan 75 Embung 75 Unit 750 DKP Kab/ Prov
6 Peningkatan Suplai Air Budidayadi Rote Selatan danLobalain 2 Unit 400 PDAM
7 Mengembangkan Induk dan Benih Unggulan 1 Unit 400 DKP Kab/ Prov
Page | 9 - 317
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 9 - 318
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3 Pengembangan kolam Lele bahan dasar Terpal 17 unit 17 unit 51 9 unit 8 unit KKP
4 Prasarana pendukung
2 Gudang Rumput Laut (Kecamatan Rote Barat Laut dan Kecamatan Landuleko) 2 unit 3.400 1 unit 1 unit KKP
3 Para-Para 200 Unit 2.000 100 unit 50 unit 50 unit KKP
Page | 9 - 319
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 9 - 320
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
50 Unit KKP
22 Bantuan Cool Box 300 L 200 50 Unit
10 Unit KKP
23 Bantuan Fish Finder 40 10 Unit
100 Unit KKP
24 Bantuan Life Jacket 30 100 Unit
1 Paket
1 Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan PPI 500 KKP
1 Paket
2 Penyusunan DED PPI 800 KKP
1 Paket
3 Penyusunan DED Cold Storage 30 ton dan IFM 2 ton 450 KKP
4 Pembangunan Cold Storage 30 ton dan IFM 2 ton 1 Paket 4.000 KKP
1 Paket
1 Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan 500 KKP
1 Paket
2 Penyusunan DED 800 KKP
Page | 9 - 321
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Page | 9 - 322
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Dari hasil analisis pengembangan SKPT di Kabupaten Rote Ndao, menurut Tim
masterplan ini dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman pengembangan kawasan
SKPT Kabupaten Rote Ndao. Namun demikian kemungkinan akan timbul resiko dalam
implementasi mendatang yang perlu diantisipasi yaitu:
Dalam hal investor akan mengembangkan usaha tetapi harus menunggu pemerintah
merealisasikan program-programnya. Jika program terlambat berdampak investor tidak
mungkin akan menunggu lebih lama lagi karena tidak ada kepastian untuk segera
merealisasikan untuk berusaha. Barkaitan dengan resiko ini maka strategi untuk
mengantisipasi adalah :
Kurangnya komunikasi dan ketidak jelasan tugas pokok dan masing anggota didalam
kelembagaan mengakibatkan kinerja kelembagaan akan tidak efisien. Dapat dimaklumi
karena dikhawatirkan anggota yang duduk dalam kelembagaan tidak tepat SDM atau
SDM berkualitas tetapi memiliki beban tugas yang berlebihan. Akibatnya tugas-tugas
dalam kelembagaan kemungkinan tidak dilaksanakan sepenuhnya. Disadari bahwa
manajemen kelompok nelayan/ koperasi umumnya masih jauh dan sangat lemah jika
dibandingkan dengan pelaku bisnis perikanan lainnya.
Page | 9 - 323
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Berkaitan dengan hal diatas, diperlukan strategi untuk mengantisipasi situasi diatas
yaitu :
Selama periode pengelolaan kawasan SKPT tidak tertutup kemungkinan akan terjadi
mutasi diantara anggota yang sudah solid melaksanakan tugas di kelembagaan.
Dampak yang timbul jika terjadi kondisi demikian akan terjadi perubahan bahkan yang
ekstrem jika terjadi perbedaan pandangan dalam melaksanakan tugas-tugas. Akibatnya
akan terjadi ketidakserasian dan sinergi diantara anggota yang pada akhirnya
manajemen tidak efisien.
Tingkat keamanan wilayah adalah kemungkinan terjadinya bencana alam (force major)
baik berupa gelombang besar sehingga menghentikan usaha penangkapan ikan. Bagi
Pembudidaya adanya bencana banjir dan tingkat sedimentasi yang tidak dapat dihindari
atau dapat dihindari tetapi membutuhkan biaya tinggi dan pemerintah tidak dapat segera
mengatasi akibat keterbatasan anggaran. Resiko pencurian akibat lemahnya keamanan
Page | 9 - 324
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
dapat terjadi saat akan panen, dimana terjadi pencurian produk saat masih ada di tempat
pembesaran.
a. Perencanaan untuk membuat zonasi wilayah rawan bencana (banjir, longsor, dan
lainnya
b. Terhadap pencurian produk supaya melibatkan petugas keamanan atau
membentuk kelompok siswasmas (sistem pengawasan masyarakat)
c. Koordinasi diantara pembudidaya untuk pengawasan terpadu
d. Penerangan jalan kawasan dan ada gardu penjagaan yang digunakan secara
bergiliran jaga
e. Pagar keliling kompleks agar tidak dimasuki binatang yang memangsa ikan
Page | 9 - 325
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
BAB 10
PENUTUP
8.7. KESIMPULAN
Kabupaten Rote Ndao salah satu dari kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
ditetapkan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Untuk mewujudkan
Kabupaten Rote Ndao sebagai Sentra Kelautan Perikanan Terpadu disusun Masterplan
yang komprehensif dan terintegrasi sesuai dengan kriteria teknis dari hulu ke hilir
termasuk bisnisplan, perencanaan kebutuhan anggaran selama 5 tahun (2017-2021)
sebagai acuan rencana pengembangan kawasan Perikanan di Kabupaten Rote Ndao.
Hasil kajian potensi perikanan diperoleh kesimpulan dokumen Masterplan SKPT
berpotensi dan dikembangkan sebagai berikut:
Page | 9 - 326
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
3. Bidang Budidaya
d. Indikasi program untuk tahun pertama dikembangkan detail desain Balai Benih
Ikan di Mokdale
Page | 9 - 327
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
b. Jenis olahan yang dapat dilaksanakan dalam tahun pertama adalah pengolahan
ikan asin dan Loin Tuna, sedangkan rumput laut masih dalam tahap suplai bahan
baku sehingga dipersiapkan dalam bentuk bahan baku kering
c. Indikasi program pelaksanaan dibuat DED cold storage dan Pabrik Es di Papela
dan rehabilitasi cold storage dan pabrik es di PPI Tulandale. Untuk rumput laut
dipersiapkan gudang dan sarana pengeringan.
5. Garam
a. Dikembangkan di Kecamatan Rote Timur, Landu Leko, Rote Barat Laut, Rote
Tengah, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat, Ndao Nuse dan Pantai Baru
Untuk mendukung swasembada garam terpadu Artemia dengan target
memanfaatkan seluruh potensi wilayah sebesar 4.961 ha.
b. Sebagai Pilot Project dibangun di kecamatan Rote Barat (Desa Tualima) dengan
total luas 27 ha terdiri dari 20 ha untuk tambak garam dan 7 ha untuk
pembangunan sarana pendukung (kantor, perumahan, gudang, dll).
c. Indikasi program pada tahun pertama dilaksanakan DED dan pengembangan
prasarana wilayah yang dilaksanakan oleh instansi terkait sesuai dengan
TUPOKSI.
Page | 9 - 328
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
.
8.8. SARAN
Page | 9 - 329
Laporan Akhir
Review Masterplan dan Perencanaan PSKPT Rote Ndao
Oleh karena program pembangunan sentra kelautan dan perikanan dilaksanakan secara
terpadu, maka didalam implementasinya supaya:
Page | 9 - 330