DIREKTUR JENDERAL
CIPTA KARYA
Nomor : 03/SE/DC/2022
Tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan Tanah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT SISTEM DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru - Jakarta 12110 Telp. 021-72796581 Fax. 021-72799232
Yth,
1. Para Pimpinan Tinggi Madya; dan
2. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah.
SURAT EDARAN
Nomor: 03/SE/DC/2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN TANAH DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
A. Umum
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum menjadi
legitimasi yang kuat akan peran penting tanah dalam
keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Permasalahan
ketidaksiapan tanah dalam pelaksanaan pembangunan akan
berdampak kepada permasalahan hukum, perubahan output
dan outcome, keterlambatan pelelangan, keterlambatan
konstruksi, perubahan desain, dan lainnya. Demikian halnya
dengan pelaksanaan infrastruktur permukiman, banyak
permasalahan pengadaan dan penyediaan tanah yang
berimplikasi kepada kegagalan pembangunan bidang
infrastruktur permukiman. Meskipun sudah terbit Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, namun masih
banyak permasalahan pengadaan tanah yang terjadi.
Hadirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum menjadi legitimasi yang kuat akan peran
penting tanah dalam keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Pada tahun 2021, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum. Peraturan Pemerintah yang terdiri dari 7
bab dan 143 pasal ini meliputi penyelenggaraan dan kemudahan
pengadaan tanah untuk Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pengaturan kemudahan tanah untuk kepentingan umum
dilakukan untuk mendukung percepatan pelaksanaan
1
pembangunan infrastruktur yang selama ini banyak terkendala
oleh permasalahan pengadaan tanah. Pengadaan tanah
merupakan tahapan awal dalam pembangunan infrastruktur
yang berpengaruh terhadap keberhasilan tahapan selanjutnya.
Melalui petunjuk teknis ini, diharapkan proses pengadaan tanah
bagi pembangunan infrastruktur di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya dapat dilaksanakan secara terkoordinasi,
sesuai peraturan, dan tepat waktu. Berdasarkan kondisi diatas
maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat menyusun Surat Edaran yang
mengatur Petunjuk Teknis Pengadaan Tanah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
B. Dasar Pembentukan
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2
6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5883) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 6624);
3
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2021 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 672);
D. Ruang Lingkup
Lingkup Surat Edaran ini meliputi:
1. Klasifikasi hak-hak atas objek pengadaan tanah bagi
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
2. Bentuk perubahan atas objek pengadaan tanah bagi
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
4
3. Pelaku pengadaan tanah bagi pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya;
4. Bentuk ganti kerugian;
5. Penanganan dampak sosial dalam pengadaan tanah;
6. Tata Cara pengadaan tanah;
7. Pemantauan pengadaan tanah;
8. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) percepatan pengadaan
tanah; dan
9. Standar Operasional Prosedur (SOP) pengadaan tanah.
5
8. Pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN di lingkungan
Kementerian Perhubungan;
9. Penggunaan, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN di
lingkungan Kementerian Pertahanan/ TNI dan POLRI; dan
10. Pemanfaatan dan penggunaan BMN pada kegiatan hulu
minyak dan gas.
G. Pelaku Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Sarana Prasarana
Bidang Cipta Karya
Pelaku pengadaan tanah bagi pembangunan sarana prasarana
bidang Cipta Karya yaitu:
1. Pihak yang berhak;
2. Instansi yang memerlukan tanah, yaitu unit kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;
3. Tim penyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT);
4. Tim persiapan pengadaan tanah; dan
5. Tim pelaksana pengadaan tanah.
H. Bentuk Ganti Kerugian
Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada
pihak yang berhak, pengelola dan/atau pengguna barang dalam
proses pengadaan tanah, berupa:
1. Uang;
2. Tanah pengganti;
3. Pemukiman kembali;
4. Kepemilikan saham; atau
5. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
6
J. Tata Cara Pengadaan Tanah
1. Tata cara pengadaan tanah terdiri atas:
a) Perencanaan pengadaan tanah;
b) Persiapan pengadaan tanah;
c) Pelaksanaan pengadaan tanah; dan
d) Penyerahan hasil;
2. Tata Cara Pengadaan Tanah Skala Kecil
a) Pengadaan tanah secara langsung; atau
7
M. Pemantauan Pengadaan Tanah
Mekanisme pemantauan pengadaan tanah dilakukan melalui
tahapan:
1. Pemantauan status paket kegiatan pengadaan tanah;
2. Pemantauan tahap perencanaan;
3. Pemantauan kemajuan pengadaan tanah; dan
4. Pelaporan pemantauan pengadaan tanah.
N. Pembentukan Satuan Tugas dan Tim Percepatan Pengadaan
Tanah
1. Satuan tugas percepatan pengadaan tanah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Cipta Karya.
2. Satuan tugas percepatan pengadaan tanah paling sedikit
terdiri atas:
a. Pengarah
1) Direktur Jenderal Cipta Karya;
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya;
3) Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman;
4) Direktur Air Minum;
5) Direktur Sanitasi;
6) Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman;
7) Direktur Bina Penataan Bangunan;
8) Direktur Prasarana Strategis;
9) Direktur Kepatuhan Intern;
10) Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan.
b. Pelaksana
1) Kasubdit Koordinasi Pengadaan Tanah, Pemantauan,
dan Evaluasi;
2) Kabag Keuangan, Pengelolaan Barang Milik Negara dan
Barang Persediaan Bencana;
3) Kabag Hukum dan Komunikasi Publik;
4) Kasubdit Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air
Minum;
5) Kasubdit Perencanaan Teknis Sanitasi;
6) Kasubdit Perencanaan Teknis Pengembangan Kawasan
Permukiman;
7) Kasubdit Perencanaan Teknis Penataan Bangunan;
8) Kasubdit Perencanaan Teknis Prasarana Strategis;
9) Kasubdit Pembinaan dan Pengembangan Kepatuhan
Intern dan Manajemen Risiko;
8
10) Kasubdit Keandalan Bangunan Gedung;
11) Kepala Balai di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya.
c. Sekretariat
Pejabat Fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal
Cipta Karya.
9
P. Penutup
1. Ketentuan lebih rinci mengenai petunjuk pelaksanaan
pengadaan tanah di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
2. Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Tembusan:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
2. Para Gubenur Seluruh Indonesia;
3. Para Bupati/Wali Kota Seluruh Indonesia;
4. Pertinggal.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 03 Januari 2022
10
LAMPIRAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA
KARYA
NOMOR : 03/SE/DC/2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN TANAH DI
LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
1. PENDAHULUAN
1
Pada tahun 2021, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum. Peraturan Pemerintah yang
terdiri dari 7 bab dan 143 pasal ini meliputi penyelenggaraan
dan kemudahan pengadaan tanah untuk Proyek Strategis
Nasional (PSN). Pengaturan kemudahan tanah untuk
kepentingan umum dilakukan untuk mendukung
percepatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang
selama ini banyak terkendala oleh permasalahan pengadaan
tanah. Pengadaan tanah merupakan tahapan awal dalam
pembangunan infrastruktur yang berpengaruh terhadap
keberhasilan tahapan selanjutnya.
Permasalahan pengadaan tanah akibat ketidaksiapan tanah
dalam pelaksanaan pembangunan akan berdampak kepada
permasalahan hukum, perubahan output dan outcome,
keterlambatan pelelangan, keterlambatan konstruksi,
perubahan desain, dan lainnya. Demikian halnya dengan
pelaksanaan sarana prasarana bidang Cipta Karya, banyak
permasalahan pengadaan dan penyediaan tanah yang
berimplikasi kepada kegagalan pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya. Pengadaan tanah untuk
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya bukan
sepenuhnya menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Cipta
Karya karena bersifat tugas konkuren. Pembangunan
Sarana Prasarana Bidang Cipta Karya adalah urusan
pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar, yang bersifat konkuren yaitu adanya pembagian
peran antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah Provinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
2
Pengadaan tanah sarana prasarana bidang Cipta Karya pada
umumnya menjadi tugas pemerintah daerah dan
merupakan readiness criteria dalam penyelenggaraan
pembangunan.
Mengutip amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Pasal 12, bahwa urusan pekerjaan
umum dan penataan ruang merupakan urusan wajib
pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
Akses aman air minum dan sanitasi layak merupakan
bagian dari urusan pekerjaan umum dan penataan ruang
tersebut (lampiran C). Pada Pasal 9, sub bidang air minum
dan sanitasi termasuk dalam urusan pemerintahan
konkuren. Menyikapi karakteristik tugas konkuren ini dapat
dipahami bahwa penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM), pengembangan sistem air limbah, dan
sistem pengelolaan persampahan melibatkan dan
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik dari unsur
Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah sesuai
kewenangannya masing-masing.
Beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam
pembangunan adalah penyediaan lahan belum dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga bermasalah
di tahap selanjutnya. Hal ini berdampak kepada risiko
keterlambatan pelaksanaan konstruksi akibat lamanya
proses pengadaan tanah, lahan tidak bisa dieksekusi
padahal proses pelelangan sudah dilakukan, sementara
pemerintah daerah belum memberikan solusi lahan baru.
Ada juga permasalahan lahan yang tidak memenuhi
persyaratan, misalnya belum ada jalan akses, belum ada
jaringan listrik, dan lainnya sehingga proses konstruksi
tidak dapat dilakukan.
3
Selain itu terdapat permasalahan komitmen pemerintah
daerah yang tidak dipenuhi sehingga mengalami
keterlambatan penganggaran APBD dalam pengadaan lahan
padahal DIPA APBN telah terbit untuk pelaksanaan
konstruksi.
Selain permasalahan pengadaan tanah, pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya juga mengalami
kendala dalam hal penyediaan tanah melalui proses
perizinan untuk tanah yang dikuasai oleh instansi
pemerintah dan BUMN/BUMD. Hal ini juga berimplikasi
kepada kegagalan pembangunan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Beberapa kendala yang
dihadapi adalah lamanya proses perizinan untuk tanah yang
dikuasai instansi pemerintah dan BUMN/BUMD serta
persyaratan dan mekanisme perizinan yang sangat beragam
tidak dipersiapkan secara matang pada tahap perencanaan
tanah. Beberapa diantaranya adalah proyek-proyek yang
berada di kawasan hutan yang dikuasai oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melintasi rel kereta api/
bandar udara / pelabuhan, lahan yang dikuasai oleh
TNI/POLRI, sempadan sungai dan pantai, kawasan heritage
dan warisan budaya, dan kawasan objek vital lainnya.
Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat c.q. Direktorat Jenderal Cipta Karya perlu
merumuskan tata cara pengadaan tanah pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya dalam upaya
percepatan pencapaian target pembangunan nasional
sarana prasarana bidang Cipta Karya.
4
Upaya tersebut dilakukan melalui penyusunan petunjuk
teknis pengadaan tanah bagi pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya yang menjadi acuan bagi
stakeholder internal maupun eksternal Kementerian PUPR.
1.2 PRINSIP
Prinsip pengadaan tanah pembangunan sarana prasarana
bidang Cipta Karya adalah:
1. Keadilan;
5. Demokratis;
7. Transparan.
1.3 PENGERTIAN
1. Instansi yang Memerlukan Tanah adalah lembaga negara,
5
2. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah
6
9. Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara,
7
16. Penilai Publik adalah orang perseorangan yang
melakukan penilaian secara independen dan profesional
yang telah mendapat izin praktik penilaian dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara.
17. Zona Nilai Tanah adalah gambaran nilai tanah yang relatif
penggunaan BMN/daerah.
20. Badan Usaha adalah badan usaha berbentuk badan
8
22. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
di kabupaten/kota.
28. Tim Persiapan Pengadaan Tanah yang selanjutnya
disebut Tim Persiapan adalah tim yang dibentuk oleh
gubernur/bupati/ walikota untuk membantu
gubernur/bupati/walikota dalam melaksanakan
pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal
lokasi rencana pembangunan dan Konsultasi Publik
rencana pembangunan.
9
29. Tim Kajian Keberatan yang selanjutnya disebut Tim
10
35. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah
kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang.
36. Dampak Sosial adalah perubahan lingkungan sosial dan
Pemerintah Pusat.
2. PEMAHAMAN DASAR
11
komitmen pemerintah daerah yang tidak dipenuhi sehingga
mengalami keterlambatan penganggaran APBD dalam
pengadaan lahan padahal DIPA APBN telah terbit untuk
pelaksanaan konstruksi.
Selain permasalahan pengadaan tanah, pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya juga mengalami
kendala dalam hal penyediaan tanah melalui proses
perizinan untuk tanah yang dikuasai oleh instansi
pemerintah dan BUMN/BUMD. Hal ini juga berimplikasi
kepada permasalahan pembangunan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Beberapa kendala yang
dihadapi adalah lamanya proses perizinan untuk tanah yang
dikuasai instansi pemerintah dan BUMN/BUMD serta
persyaratan dan mekanisme perizinan yang sangat beragam
tidak dipersiapkan secara matang pada tahap perencanaan
tanah. Beberapa diantaranya adalah proyek-proyek yang
berada di kawasan hutan yang dikuasai oleh Kementerian
LHK, melintasi rel kereta api/ bandar udara/ pelabuhan,
lahan yang dikuasai oleh TNI/POLRI, sempadan sungai dan
pantai, kawasan heritage dan warisan budaya, dan kawasan
objek vital lainnya.
12
Kemudian, penyusunan Petunjuk Teknis ini juga diperlukan
sebagai acuan bagi unit kerja dan balai di lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam melaksanakan
pengadaan tanah untuk pembangunan sarana prasarana
bidang Cipta Karya serta dasar dalam pengambilan
keputusan tindakan turun tangan terhadap permasalahan-
permasalahan pengadaan tanah di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya.
PENGUATAN
AMANAT UU / PP PELAKSANAAN TEKNIS
KAPASITAS
UU Nomor 2 Tahun Acuan bagi unit kerja & Peningkatan kapasitas SDM unit kerj
2012 tentang balai di lingkungan DJCK dan balai lingkungan DJCK dalam
melakukan kordinasi pengadaan tanah.
Pengadaan Tanah bagi dalam melaksanakan
Pembangunan untuk pengadaan tanah
Penguatan tatakelola koordinasi
Kepentingan Umum. untuk pembangunan
pengadaan tanah di lingkungan DJCK.
infrastuktur permukiman.
Peraturan Pemerintah
Nomot 19 Tahun 2021 Dasar dalam Mewujudkan penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur
tentang Penyelenggaraan pengambilan keputusan
permukiman yang berkualitas
Pengadaan Tanah bagi tindakan turun tangan & akuntabel
Pembangunan Untuk terhadap permasalahan
Kepentingan Umum. - permasalahan
pengadaan tanah di
lingkungan DJCK
13
Gambar 2-2: Peran dan Fungsi Pengadaan Tanah
2.4 KLASIFIKASI HAK-HAK ATAS OBJEK PENGADAAN TANAH
Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan
bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan
dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai. Hak Atas
Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum
antara pemegang hak dengan tanah termasuk ruang di atas
tanah, dan/atau ruang di bawah tanah untuk menguasai,
memiliki, menggunakan, dan memanfaatkan, serta
memelihara tanah, ruang di atas tanah, dan/atau ruang di
bawah tanah. Klasifikasi Hak-hak atas tanah adalah:
1) hak milik;
2) hak guna-usaha;
3) hak guna-bangunan;
4) hak pakai;
5) hak sewa;
6) hak membuka tanah;
7) hak memungut-hasil hutan; dan
8) hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak
tersebut di atas serta hak-hak yang sifatnya sementara.
14
Hak-hak yang sifatnya sementara ialah:
1) hak gadai;
2) hak usaha bagi hasil;
3) hak menumpang; dan
4) hak sewa tanah pertanian.
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa
dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak
atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian
yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-
undang. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
diadakan pendaftaran tanah, meliputi:
1. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
tersebut; dan
3. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku
15
1) Bank-bank negara;
2) Perkumpulan-perkumpulan koperasi petani;
3) Badan-badan keagamaan; dan
4) Badan-badan sosial.
Sebagaimana disinggung di atas hak milik tidak
memiliki jangka waktu, namun hak milik tetap bisa
berakhir karena alasan-alasan tertentu. Hapusnya
hak milik dapat terjadi dalam hal tanah tersebut
musnah, terjadi pencabutan hak, pemiliknya
menyerahkan tanahnya secara sukarela,
penelantaran, dan beralihnya hak milik kepada orang
asing dan tidak dilepaskan. Pemilik hak milik berhak
untuk mengalihkan tanahnya dengan cara jual beli,
penukaran, hibah, waris (melalui wasiat) dan
perbuatan pengalihan hak lainnya. Selain itu, pemilik
hak milik juga bisa menjadikan tanah hak milik
sebagai jaminan atas hutang dengan pemberian Hak
Tanggungan. Pemilik hak milik dapat mengadakan
perjanjian dengan pihak lainnya sehingga pihak
lainnya ini akan mempunyai Hak Guna Bangunan
(HGB) di atas tanah hak milik.
16
Pemilik HGU dapat memohon perpanjangan untuk
waktu yang paling lama 25 tahun. HGU dapat dimiliki
oleh warga negara Indonesia dan badan-badan hukum
Indonesia yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia. Pemilik HGU berhak
untuk mengalihkan HGU kepada pihak lain. Selain itu
Pemilik HGU juga dapat menjaminkan tanah HGU
tersebut dengan Hak Tanggungan. HGU diberikan
atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar,
dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau
lebih harus memakai investasi modal yang layak dan
teknik perusahaan yang baik, sesuai dengan
perkembangan zaman.
HGU dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
HGU hapus karena:
1. Jangka waktunya berakhir;
waktunya berakhir;
4. Dicabut untuk kepentingan umum;
5. Ditelantarkan; dan
6. Tanahnya musnah.
17
jika ia tidak memenuhi syarat tersebut. Jika HGU
yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan
dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus
karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak
pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
18
Yang dapat mempunyai HGB adalah warga negara
Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
HGB dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
HGB hapus karena:
1. Jangka waktunya berakhir;
waktunya berakhir;
4. Dicabut untuk kepentingan umum;
5. Ditelantarkan; dan
6. Anahnya musnah.
19
2.4.4 HAK PAKAI
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian
dengan pemilik tanahnya. Yang dapat memiliki hak
pakai antara lain:
1) Warga Negara Indonesia;
2) Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3) Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
4) Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan
di Indonesia.
Berbeda dengan hak-hak lainnya, pemilik hak pakai
tidak dapat mengalihkan hak pakai tersebut kepada
pihak lain, kecuali dengan izin dari pejabat yang
berwenang (apabila hak pakai diperoleh dari tanah
yang dikuasai langsung oleh negara) atau izin dari
pemilik tanah (apabila hal itu dimungkinkan dalam
perjanjian dengan pemilik tanah). Pemilik hak pakai
juga tidak memiliki hak untuk menjaminkan
tanahnya sebagai jaminan atas hutang. Selain itu, hak
pakai dapat diberikan kepada orang asing atau badan
hukum asing. Beranjak dari hal tersebut, peraturan
perundang-undangan di Indonesia memberikan hak
bagi orang asing untuk dapat memiliki tempat tinggal
dengan Hak Pakai.
20
Syarat dan ketentuan bagi orang asing untuk dapat
memiliki tempat tinggal dengan Hak Pakai lebih lanjut
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 103 tahun 2015 tentang Pemilikan
Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing
yang Berkedudukan di Indonesia. Hak pakai dapat
diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling
lama 20 tahun atau diberikan untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan
untuk keperluan tertentu. Hak pakai yang diberikan
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama
dipergunakan untuk keperluan tertentu diberikan
kepada:
1. Departemen, lembaga pemerintah non departemen,
dan pemerintah daerah;
2. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan
internasional;
3. Badan keagamaan dan badan sosial.
Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat
yang mengandung unsur-unsur pemerasan.
21
1) Warga Negara Indonesia;
2) Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3) Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia. Selain hak pakai, hak sewa juga
memungkinkan untuk diberikan kepada orang atau
badan hukum asing.
22
Izin ini penting kerena pengaturan mengenai
larangannya sudah jelas di dalam Undang-Undang
yang melarang setiap orang yang menebang pohon
atau memanen atau memungut hasil hutan dalam
hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau ijin
dari pejabat yang berwenang. Jadi setiap warga negara
Indonesia memiliki hak atas pemungutan hasil hutan.
Tapi perlu di ingat, pemungutan hasil hutan ini ada
mekanismenya atau prosedurnya. Yang tujuannya
agar masyarakat memiliki rasa tanggungjawab dalam
rangka memilihara dan menjaga kelestarian hutan.
23
Pelaksanaan Hak Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat atas Tanah di wilayahnya sepanjang
pada kenyataannya masih ada, dilakukan oleh
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang
bersangkutan menurut ketentuan hukum adat
setempat. Hak Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat dianggap masih ada, apabila memenuhi kriteria
tertentu meliputi unsur adanya:
a. Masyarakat dan lembaga Hukum Adat;
b. Wilayah tempat Hak Ulayat berlangsung;
c. Hubungan, keterkaitan, dan ketergantungan
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan
wilayahnya; dan
d. Kewenangan untuk mengatur secara bersama-
sama pemanfaatan Tanah di wilayah Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan,
berdasarkan hukum adat yang masih berlaku dan
ditaati masyarakatnya.
24
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat harus memenuhi
syarat:
a. Secara nyata masih hidup baik yang bersifat
teritorial, genealogis, maupun yang bersifat
fungsional;
b. Sesuai dengan perkembangan masyarakat; dan
c. Sesuai dengan prinsip negara kesatuan republik
indonesia.
Pelaksanaan Hak Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat tidak berlaku terhadap bidang-bidang
tanah yang pada saat ditetapkannya:
a. sudah dipunyai oleh perseorangan atau badan
hukum dengan sesuatu hak atas tanah; atau
b. yang sudah diperoleh atau dibebaskan oleh
instansi pemerintah, badan hukum atau
perseorangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
25
3) izin alih fungsi lahan atas Objek Pengadaan Tanah pada
lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Pengajuan permohonan izin perubahan status, izin alih
status penggunaan/pelepasan aset atau izin alih fungsi
lahan dilakukan sebelum berakhirnya jangka waktu
pendataan awal lokasi rencana pembangunan. Proses
pemberian izin perubahan status, izin alih status
penggunaan/pelepasan aset atau izin alih fungsi lahan
harus diselesaikan sampai dengan Penetapan Lokasi. Dalam
hal izin perubahan status, izin alih status
penggunaan/pelepasan aset atau izin alih fungsi lahan tidak
dipenuhi tanpa adanya keterangan tertulis dari instansi
terkait, maka Penetapan Lokasi berfungsi sebagai izin
perubahan status, izin alih status penggunaan/pelepasan
aset atau izin alih fungsi lahan. Dalam hal izin belum
diterbitkan namun disertai keterangan tertulis dari instansi
terkait sesuai dengan kewenangannya, proses pemberian
izin tetap dilanjutkan.
Bentuk perubahan status atas objek pengadaan tanah,
yaitu:
1. Pemindahtanganan dan pemanfaatan Barang Milik
Negara/Daerah (BMN/D);
2. Pemindahtanganan dan pendayagunaan aset Badan
Usaha Milik Negara (BUMN);
3. Perizinan pemanfaatan kawasan hutan;
4. Alih fungsi lahan pertanian;
5. Perizinan pemanfaatan ruang manfaat jalan (rumaja) dan
ruang milik jalan (rumija);
26
6. Perizinan pemanfaatan sempadan sungai, danau, rawa,
dan pantai;
7. Perizinan perpotongan dan persinggungan dengan jalur
kereta api;
8. Pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN di lingkungan
Kementerian Perhubungan;
9. Penggunaan, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN
di lingkungan Kementerian Pertahanan/ TNI dan POLRI;
dan
10. Pemanfaatan dan penggunaan BMN pada kegiatan
hulu minyak dan gas.
Proses penyelesaian perubahan status atas obyek
pengadaan tanah dengan mempertimbangkan rasionalitas,
profesionalitas, efektifitas, dan efisiensi dapat mulai
dilaksanakan setelah pelaksanaan pemberitahuan rencana
pembangunan.
27
8) Bank tanah;
9) Badan usaha milik negara;
10) Badan usaha milik daerah; dan
11) Badan usaha milik desa yang memiliki atau
menguasai objek pengadaan tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
28
pemilikan atau penguasaan dapat dibuktikan
dengan pernyataan tertulis dari yang bersangkutan
dan keterangan dari orang yang dapat dipercaya
dan disaksikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang
saksi. Pernyataan tertulis berisi keterangan:
a. Tanah tersebut adalah benar miliknya yang
bersangkutan, bukan milik orang lain;
b. Penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad
baik dan secara terbuka oleh yang
bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah;
dan
c. Penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan
oleh masyarakat hukum adat atau
kelurahan/desa atau nama lain yang
bersangkutan ataupun pihak lainnya;
5) Masyarakat hukum adat, yaitu: masyarakat
hukum adat merupakan sekelompok orang yang
menguasai tanah ulayat secara turun-temurun
dalam bentuk kesatuan ikatan asal usul leluhur
dan/atau kesamaan tempat tinggal di wilayah
geografis tertentu, identitas budaya, hukum adat
yang masih ditaati, hubungan yang kuat dengan
tanah dan lingkungan hidup, serta sistem nilai
yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan hukum. Masyarakat hukum adat,
keberadaannya diperkuat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tanah ulayat
merupakan tanah yang berada di wilayah
penguasaan kesatuan masyarakat hukum adat
dan tidak dilekati dengan sesuatu Hak Atas Tanah
atau Hak Pengelolaan;
29
6) Pihak yang menguasai Tanah Negara dengan
iktikad baik, yaitu: pihak yang menguasai Tanah
Negara dengan iktikad baik berupa perseorangan,
badan hukum, badan sosial, badan keagamaan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pemerintah
desa, Bank Tanah, badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik
desa yang memiliki atau menguasai Objek
Pengadaan Tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penguasaan
Tanah Negara dibuktikan dengan alat bukti,
berupa:
7) Sertifikat Hak Atas Tanah yang telah berakhir
jangka waktu haknya sepanjang masih
dipergunakan dan dimanfaatkan oleh bekas
pemegang haknya;
a. Surat izin garapan/membuka tanah;
b. Surat penunjukan/pembelian kaveling tanah
pengganti; atau
c. Bukti lain yang dipersamakan dengan bukti
penguasaan lainnya.
Dalam hal penguasaan Tanah Negara tidak dapat
dibuktikan namun dikuasai secara fisik dan di
atasnya terdapat ladang, kebun, tanam tumbuh,
bekas tanam tumbuh, bangunan permanen/tidak
permanen, bukti penguasaannya meliputi:
30
a. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang
tanah dari yang bersangkutan, diketahui oleh
orang yang dapat dipercaya dan disaksikan
paling sedikit 2 (dua) orang saksi dari
lingkungan masyarakat setempat yang tidak
mempunyai hubungan keluarga dengan yang
bersangkutan sampai derajat kedua, baik dalam
kekerabatan vertikal maupun horizontal, yang
menyatakan: (1) yang bersangkutan benar
sebagai pemilik atau menguasai bidang tanah
tersebut; (2) bidang tanah tersebut benar-benar
dikuasai yang bersangkutan secara terus
menerus/tanpa terputus disertai riwayat
perolehan, penguasaan tanah, dan batas yang
jelas; dan (3) yang bersangkutan bertanggung
jawab penuh secara perdata maupun pidana;
dan
b. Surat keterangan dari kepala desa/lurah atau
nama lain yang menerangkan atas tanah
tersebut tidak terdapat sengketa dengan pihak
lain dan tidak menjadi jaminan utang piutang.
Bukti penguasaan dianggap sebagai izin dari
pejabat yang berwenang;
31
8) Pemegang dasar penguasaan atas tanah, yaitu:
Pemegang dasar penguasaan atas tanah
merupakan pihak yang memiliki alat bukti yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang
membuktikan adanya penguasaan yang
bersangkutan; Dasar penguasaan atas tanah
dibuktikan dengan alat bukti penguasaan, berupa:
a. Akta jual beli atas hak tanah yang sudah
bersertifikat yang belum dibalik nama;
b. Akta jual beli atas hak milik adat yang belum
diterbitkan sertifikatnya;
c. Surat izin menghuni;
d. Risalah lelang;
e. Akta ikrar wakaf, akta pengganti akta ikrar
wakaf, atau surat ikrar wakaf; atau
f. Bukti penguasaan lainnya.
9) Pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang
berkaitan dengan tanah, yaitu: pemilik bangunan,
tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan
tanah berupa perseorangan, badan hukum, badan
sosial, badan keagamaan, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, pemerintah desa, Bank Tanah,
badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha milik desa yang memiliki
bukti yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang yang membuktikan adanya penguasaan
atas bangunan, tanaman,
32
atau benda lain yang berkaitan dengan
tanah. Dasar kepemilikan bangunan, tanaman,
atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
dibuktikan dengan surat pernyataan penguasaan
fisik yang dilampiri alat bukti berupa:
1) Izin mendirikan bangunan atau persetujuan
bangunan gedung;
2) Kartu inventaris barang untuk bangunan milik
pemerintah pusat/pemerintah daerah/
pemerintah desa dan/atau bukti fisik
bangunan;
33
pemerintah kabupaten/kota, badan hukum milik
negara/badan usaha milik negara yang mendapat
penugasan khusus Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah dalam rangka penyediaan infrastruktur untuk
Kepentingan Umum.
Pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya
adalah urusan pemerintahan wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar, yang bersifat konkuren yaitu
adanya pembagian peran antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah. Pengadaan tanah sarana
prasarana bidang Cipta Karya pada umumnya
menjadi tugas pemerintah daerah. Instansi yang
memerlukan tanah pada pengadaan tanah
penyelenggaraan sarana prasarana bidang Cipta
Karya pada umumnya dilakukan oleh Balai Prasarana
Permukiman Wilayah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Dalam keadaan tertentu,
pengadaan tanah untuk pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya yang diperuntukkan
bagi instansi tertentu melalui penugasan khusus
pemerintah pusat, instansi yang memerlukan tanah
menjadi peran dan tanggungjawab instansi tersebut.
34
2.6.3 TIM PENYUSUN DPPT
Tim penyusunan DPPT terdiri atas Instansi yang
Memerlukan Tanah dengan melibatkan instansi teknis
terkait dan instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan untuk
mendukung penyediaan data.
36
Tim Persiapan Pengadaan Tanah yang selanjutnya
disebut Tim Persiapan adalah tim yang dibentuk oleh
gubernur/bupati/ walikota untuk membantu
gubernur/bupati/walikota dalam melaksanakan
pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan
awal lokasi rencana pembangunan dan Konsultasi
Publik rencana pembangunan. Untuk membantu
pelaksanaan tugas Tim Persiapan, gubernur
membentuk sekretariat Tim Persiapan Pengadaan
Tanah yang berkedudukan di sekretariat daerah
provinsi. Sekretariat Tim Persiapan Pengadaan Tanah
dipimpin oleh sekretaris tim. Susunan keanggotaan
Tim Persiapan dan sekretariat ditetapkan dengan
keputusan gubernur. Tim Persiapan, bertugas:
1) Melaksanakan pemberitahuan rencana
pembangunan;
2) Melaksanakan pendataan awal lokasi rencana
pembangunan;
3) Melaksanakan konsultasi publik rencana
pembangunan;
4) Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan;
5) Mengumumkan penetapan lokasi pembangunan
untuk kepentingan umum; dan
6) Melaksanakan tugas lain yang terkait persiapan
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum yang ditugaskan oleh
gubernur.
37
2.6.5 TIM PELAKSANA PENGADAAN TANAH
Pelaksanaan Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh
kepala Kantor Wilayah selaku ketua pelaksana
Pengadaan Tanah. Kepala Kantor Wilayah, dapat
menugaskan kepala Kantor Pertanahan di lokasi
rencana Pengadaan Tanah sebagai ketua pelaksana
Pengadaan Tanah. Dalam hal diperlukan, kepala
Kantor Wilayah dapat memobilisasi pegawai di
lingkungan unit kerjanya untuk membantu
pelaksanaan Pengadaan Tanah. Penugasan kepala
Kantor Pertanahan sebagai ketua pelaksana
Pengadaan Tanah dilakukan dengan
mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, kondisi
geografis dan/atau sumber daya manusia. Penugasan
dilaksanakan dalam waktu paling lama 2 (dua) Hari
sejak ditandatanganinya berita acara penerimaan
permohonan pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Penugasan dilakukan dengan keputusan kepala
Kantor Wilayah.
Pelaksana Pengadaan Tanah dibantu oleh sekretariat
pelaksana Pengadaan Tanah. Sekretariat pelaksana
Pengadaan Tanah keanggotaannya terdiri dari pejabat
atau staf yang ditunjuk oleh ketua pelaksana
Pengadaan Tanah paling kurang 4 (empat) orang, dan
dapat ditambah sesuai kebutuhan dengan
mempertimbangkan luasan, jumlah bidang dan letak
geografis Objek Pengadaan Tanah.
38
Sekretariat pelaksana Pengadaan Tanah bertugas
menyiapkan administrasi Pengadaan Tanah yang
meliputi keuangan, pendokumentasian, dan surat
menyurat lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya,
pelaksana Pengadaan Tanah melakukan koordinasi
dengan:
1) Instansi yang Memerlukan Tanah;
2) Instansi/lembaga terkait;
3) Penilai Pertanahan;
4) Tokoh masyarakat; dan/atau
5) Pihak lain yang dianggap perlu.
Ketua pelaksana Pengadaan Tanah melakukan
kegiatan penyiapan pelaksanaan Pengadaan Tanah
paling sedikit:
1) Membuat agenda rapat pelaksanaan;
2) Membuat rencana kerja dan jadwal kegiatan;
3) Menyiapkan pembentukan satgas yang diperlukan
dan pembagian tugas;
4) Memperkirakan kendala-kendala teknis yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan;
5) Merumuskan strategi dan solusi terhadap
hambatan dan kendala dalam pelaksanaan;
6) Menyiapkan langkah koordinasi dalam
pelaksanaan;
7) Menyiapkan administrasi yang diperlukan;
8) Mengajukan kebutuhan biaya operasional dan
biaya pendukung pengadaan tanah;
39
9) Menetapkan penilai berdasarkan usulan dari
instansi yang memerlukan tanah; dan
10) Membuat dokumen hasil rapat.
40
Gambar 2-8 Susunan Tim Pelaksana yang diketuai
Kepala Kantor Pertanahan
41
Ketua pelaksana Pengadaan Tanah membentuk
Satgas pelaksana Pengadaan Tanah paling lama 5
(lima) Hari sejak ditetapkannya pelaksana Pengadaan
Tanah. Satgas, meliputi:
1) Satgas A yang membidangi pengumpulan data fisik
Objek Pengadaan Tanah; dan
2) Satgas B yang membidangi pengumpulan data
yuridis Objek Pengadaan Tanah.
Satgas A dan Satgas B, masing-masing terdiri dari 1
(satu) orang ketua dan paling kurang 2 (dua) orang
anggota. Ketua dan anggota Satgas A terdiri dari
pegawai Kementerian yang mempunyai kompetensi di
bidang survei, pengukuran dan pemetaan. Ketua dan
anggota Satgas B terdiri dari pegawai Kementerian
yang mempunyai kompetensi di bidang pertanahan,
hukum dan/atau manajemen. Ketua dan anggota
Satgas A dan Satgas B ditetapkan dengan keputusan
ketua pelaksana Pengadaan Tanah. Ketua pelaksana
Pengadaan Tanah dapat menambah anggota Satgas A
yang berasal dari unsur lurah/kepala desa/perangkat
desa untuk menunjukkan batas bidang tanah dan
menggunakan penyurvei berlisensi untuk
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
42
Ketua pelaksana Pengadaan Tanah dapat menambah
anggota Satgas B yang berasal dari instansi teknis
terkait atau penyurvei berlisensi untuk pelaksanaan
pendataan bangunan, tanam tumbuh dan benda lain
yang dapat dinilai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ketua pelaksana Pengadaan
Tanah dapat membentuk lebih dari 1 (satu) Satgas A
atau Satgas B dengan mempertimbangkan kebutuhan
dalam pelaksanaan Pengadaan Tanah. Satgas
bertanggung jawab kepada ketua pelaksana
Pengadaan Tanah.
3. Bangunan;
4. Tanaman;
43
Bentuk Ganti Kerugian, berupa:
1. Uang;
2. Tanah pengganti;
3. Permukiman kembali;
44
Pemberian Ganti Kerugian dalam bentuk tanah pengganti
atau permukiman kembali, penyediaan tanahnya
dilaksanakan oleh Instansi yang Memerlukan Tanah
berdasarkan permintaan tertulis dari ketua pelaksana
Pengadaan Tanah. Rencana lokasi tanah pengganti atau
permukiman kembali didasarkan atas kesepakatan pada
saat musyawarah bentuk Ganti Kerugian. Nilai tanah
pengganti atau permukiman kembali, sama dengan nilai
Ganti Kerugian dalam bentuk uang. Nilai tanah pengganti
atau permukiman kembali termasuk biaya Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan. Selama proses penyediaan
tanah pengganti atau permukiman kembali, dana
penyediaan tanah pengganti atau permukiman kembali,
dititipkan pada bank oleh dan atas nama Instansi yang
Memerlukan Tanah.
Ganti Kerugian dalam bentuk permukiman kembali yang
telah disepakati, disediakan oleh Instansi yang Memerlukan
Tanah dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak
diterimanya permintaan tertulis dari ketua pelaksana
Pengadaan Tanah. Pemberian Ganti Kerugian dalam bentuk
kepemilikan saham, diberikan apabila Instansi yang
Memerlukan Tanah merupakan badan usaha milik negara
yang berbentuk perusahaan terbuka atau Badan Usaha
yang mendapatkan kuasa berdasarkan perjanjian dari
lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah,
nonkementerian, pemerintah provinsi,
45
pemerintah kabupaten/kota, badan hukum milik
negara/badan. Pemberian Ganti Kerugian dalam bentuk lain
merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih bentuk Ganti
Kerugian dan dilakukan atas dasar kesepakatan dalam
musyawarah bentuk Ganti Kerugian. Dalam hal Pihak yang
Berhak membutuhkan Ganti Kerugian dalam keadaan
khusus, pelaksana Pengadaan Tanah memprioritaskan
pemberian Ganti Kerugian. Keadaan khusus meliputi:
1. Bencana alam;
2. Biaya pendidikan;
3. Menjalankan ibadah;
4. Pengobatan;
46
Sedangkan Penyediaan Tanah yang dimaksud adalah
pengadaan tanah yang diperlukan untuk digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Penanganan dampak
sosial dilakukan untuk pelaksanaan percepatan
pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan dasar
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam
penyediaan tanah yang diperlukan untuk pembangunan
nasional, seringkali terhambat oleh keadaan dimana tanah
yang akan digunakan, telah dikuasai dan digunakan
masyarakat dengan itikad baik dalam jangka waktu yang
lama.
47
Tanah merupakan tanah negara atau tanah yang
dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan
usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah.
Masyarakat sebagaimana dimaksud memenuhi
kriteria:
1. Memiliki identitas atau keterangan kependudukan
48
1. Melakukan pendataan, verifikasi, dan validasi atas
Kemasyarakatan;
4. Menunjuk pihak independen untuk menghitung
49
d. Pejabat pada Kantor Pertanahan setempat pada
lokasi Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan;
e. Pejabat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
f. Camat dan Lurah/Kepala Desa setempat; dan
g. Pihak terkait lainnya, apabila diperlukan.
Dalam hal Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan dilaksanakan oleh Bupati/Walikota,
susunan keanggotaan Tim Terpadu paling kurang
terdiri atas:
a. Sekretaris daerah kabupaten/kota sebagai Ketua;
b. Pejabat yang membidangi urusan pengadaan tanah
di lingkungan Kantor Pertanahan;
c. Pejabat Perangkat Daerah kabupaten/kota yang
membidangi urusan pertanahan;
d. Pejabat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
e. Camat dan Lurah/Kepala Desa setempat; dan
f. Pihak terkait lainnya, apabila diperlukan.
Tim Terpadu dibantu oleh sekretariat Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan, yang
keanggotaannya terdiri dari pejabat atau pegawai yang
ditunjuk oleh ketua Tim Terpadu, paling banyak 4
(empat) orang. Anggota sekretariat Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan,
50
bertugas untuk menyiapkan administrasi Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan yang meliputi
keuangan, administrasi, dan pendokumentasian.
Gubernur atau Bupati/Walikota menetapkan
susunan keanggotaan Tim Terpadu dan sekretariat
untuk setiap kegiatan Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan.
atas tanah;
2. Mobilisasi;
dan/atau
4. Tunjangan kehilangan pendapatan dari
pemanfaatan tanah.
51
3. TATA CARA PENGADAAN TANAH
2. Tahap Persiapan;
52
khusus untuk pengadaan tanah yang tidak lebih dari 5
hektare, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 dapat
melakukan pengadaan tanah secara langsung maupun
penetapan lokasi. Sedangkan terkait dengan penilaian
tanahnya menggunakan hasil penilaian jasa penilai.
53
Dokumen Perencanaan tersebut selanjutnya diserahkan
oleh instansi yang memerlukan tanah kepada Gubernur
yang melingkupi wilayah dimana letak tanah berada.
Dokumen perencanaan ditetapkan oleh instansi yang
memerlukan tanah dan diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi paling sedikit memuat:
1. Muatan wajib.
2. Muatan tambahan.
4. Letak tanah;
54
Persiapan
Membentuk Tim penyusunan DPPT/ secara Mandiri
Pelaksanaan
Menyampaika n surat permintaan data kepada: (1) Kepala kantor
pertanahan setempat; dan (2) Pimpinan instansi teknis terkait lainnya
Penetapan
Naskah DPPT yang telah diselesaikan dan disepakati,
ditetapkan oleh pejabat Instansi yang Memerlukan Tanah
Pengajuan DPPT
Mengajukan DPPT kepada Gubernur/ Bupati/ Walikota
(berlaku 2 tahun sejak ditetapkan)
55
dan instansi terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan
tugas Tim Persiapan, Gubernur membentuk sekretariat
persiapan Pengadaan Tanah yang berkedudukan di
Sekretariat Daerah Provinsi.
3.3.1 MELAKSANAKAN PEMBERITAHUAN RENCANA
PEMBANGUNAN
Pemberitahuan rencana pembangunan
ditandatangani Ketua Tim Persiapan dan
diberitahukan kepada masyarakat pada lokasi
rencana pembangunan, paling lama 20 hari kerja
setelah Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
diterima resmi oleh Gubernur. Pemberitahuan dapat
dilakukan secara langsung melalui sosialisasi, tatap
muka, dan/atau surat pemberitahuan, atau melalui
pemberitahuan secara tidak langsung melalui media
cetak maupun media elektronik.
56
3.3.3 MELAKSANAKAN KONSULTASI PUBLIK RENCANA
PEMBANGUNAN
Konsultasi Publik rencana pembangunan dilakukan
untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana
pembangunan dari Pihak yang Berhak dan
masyarakat yang terkena dampak, dan dilaksanakan
paling lama 60 hari kerja sejak tanggal
ditandatanganinya daftar sementara lokasi rencana
pembangunan. Hasil kesepakatan atas lokasi rencana
pembangunan dituangkan dalam berita acara
kesepakatan. Konsultasi Publik rencana
pembangunan dilaksanakan dalam waktu paling lama
60 (enam puluh) hari kerja, dan apabila sampai
dengan jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja
pelaksanaan konsultasi Publik rencana pembangunan
terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana
lokasi pembangunan, dilaksanakan Konsultasi Publik
ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja.
57
Penetapan Lokasi Pembangunan berlaku untuk
jangka waktu 2 tahun dan dapat dilakukan
permohonan perpanjangan waktu 1 kali untuk waktu
paling lama 1 Tulisan Hukum – Seksi Informasi
Hukum 10 tahun kepada gubernur yang diajukan
paling lambat 2 bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu Penetapan Lokasi Pembangunan.
Verifikasi DPPT
Gubernur Membentuk Tim Verifikasi
58
1
Dalam hal materi muatan DPPT telah sesuai dan lengkap, Tim verifikasi
melaporkan kepada gubernur/ bupati/ walikota untuk ditindaklanjuti
dengan pembentukan tim persiapan
Tim verifikasi dapat mengembalikan DPPT secara tertulis oleh ketua tim
verifikasi kepada instansi yang memerlukan tanah dalam hal: (1) muatan
wajib belum dipenuhi; dan/ atau (2) jangka waktu DPPT lebih dari 2 tahun
59
2
Menyusun daftar sementara Pihak yang Berhak, dan Objek Pengadaan Tanah
yang berisi data perkiraan dan hanya digunakan sebagai bahan untuk
pelaksanaan Konsultasi Publik rencana pembangunan
Mengajukan izin alih status penggunaan/pelepasan aset atas tanah kas desa,
tanah wakaf, tanah ulayat, dan/atau tanah aset Pemerintah Pusat/
Pemda/BUMN/BUMD/BUMDes
Konsultasi Publik
Tim Persiapan menyampaikan undangan secara langsung kepada pihak yang
berhak yang di ttd oleh ketua Tim Persiapan
60
3
61
4
3.4 PELAKSANAAN
Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan
Pengadaan Tanah kepada Lembaga Pertanahan.
62
3.4.2 PENILAIAN GANTI KERUGIAN;
Lembaga Pertanahan menetapkan dan
mengumumkan Penilai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
penilaian Objek Pengadaan Tanah. Penilaian besarnya
nilai Ganti Kerugian oleh Penilai dilakukan bidang per
bidang tanah, meliputi:
a. Tanah;
b. Ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. Bangunan;
d. Tanaman;
e. Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. Kerugian lain yang dapat dinilai.
63
3.4.4 PEMBERIAN GANTI KERUGIAN
Pemberian Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan
Tanah diberikan langsung kepada Pihak yang Berhak
dan dapat diberikan dalam bentuk:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Permukiman kembali;
d. Kepemilikan saham; atau
e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
64
Berikut adalah tahapan pelaksanaan pengadaan
tanah:
Satgas A menyusun peta bidang tanah hasil pengukuran dan pemetaan yang
ditandatangani oleh ketua Satgas A sesuai format
65
1
Inventarisasi Tanah
Instan Pelaksana Pengadaan Tanah memberitahukan kepada Pihak yang
Berhak, Pengelola Barang, dan/atau Pengguna Barang, dan/atau masyarakat
yang terkena dampak atau kuasanya dengan surat pemberitahuan melalui
lurah/kepala desa atau pemberitahuan tersebut dilaksanakan secara
langsung
Satgas A menyusun peta bidang tanah hasil pengukuran dan pemetaan yang
ditandatangani oleh ketua Satgas A sesuai format
66
2
Penetapan Penilai
Instansi yang Memerlukan Tanah melakukan pengadaan jasa Penilai
Pertanahan
3
67
3
68
4
Kantor Pertanahan menerbitkan surat ukur yang didasarkan atas peta bidang
tanah hasil pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi oleh Satgas A
70
Pengadaan Tanah Skala Kecil harus memenuhi Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang. Pengadaan Tanah Skala Kecil
yang dilakukan secara langsung tidak memerlukan
Penetapan Lokasi. Instansi yang Memerlukan Tanah wajib
melaporkan pelaksanaan Pengadaan Tanah yang dilakukan
secara langsung kepada kepala Kantor Pertanahan setempat
dan wajib didaftarkan permohonan Hak Atas Tanah di
Kantor Pertanahan setempat.
Pengadaan Tanah Skala Kecil yang dilakukan melalui
penetapan lokasi dalam hal:
1. diperkirakan akan mendapat penolakan dari masyarakat;
dan
2. lokasi Pengadaan Tanah tidak memungkinkan untuk
dipindah.
Penetapan Lokasi diterbitkan oleh bupati/walikota.
Penetapan Lokasi ditetapkan berdasarkan rencana
Pengadaan Tanah yang disusun dalam bentuk DPPT dan
studi kelayakan minimal. Studi kelayakan minimal paling
sedikit memuat Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
dan kelayakan lokasi serta dituangkan dalam dokumen
studi kelayakan. DPPT paling sedikit berisi muatan wajib.
71
Pengadaan Tanah Skala Kecil secara Langsung
Menyusun Rencana Kebutuhan Tanah
Melakukan Proses Jual Beli (membuat Akta Jual Beli), Tukar Menukar, atau
cara lain yang disepakati
72
Gambar 3-8: Tata Cara Pengadaan Tanah
73
Tabel 3-1: Durasi Pelaksanaan Pengadaan Tanah
4.1 PERSIAPAN
Tim Terpadu melakukan persiapan yang dituangkan dalam
rencana kerja paling sedikit memuat:
1. Rencana waktu dan jadwal pelaksanaan;
kendala;
7. Perkiraan pemberian nilai santunan awal;
santunan;
9. Rekomendasi mekanisme dan tata cara pemberian
santunan; dan
10. Bentuk dan mekanisme monitoring.
74
Tim Terpadu membentuk satuan tugas Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan. Satuan tugas
mempunyai tugas melakukan pendataan, verifikasi dan
validasi subjek dan objek Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan.
4.2 PENDATAAN, VERIFIKASI DAN VALIDASI
Satuan tugas melakukan pengumpulan data paling sedikit:
1. Nama, pekerjaan dan alamat pihak yang
menguasai/menggarap/menyewa;
2. Nomor induk kependudukan atau identitas diri lainnya;
3. Bukti penguasaan;
75
4. Jenis, jumlah dan luas bangunan;
tanah;
2. Mobilisasi;
tanah.
76
Besarnya nilai santunan berdasarkan hasil penilaian oleh
penilai disampaikan kepada Ketua Tim Terpadu dengan
berita acara penyerahan hasil penilaian. Hasil Penilaian
dijadikan dasar untuk pengajuan rekomendasi besaran
nilai santunan dan mekanisme tata cara pemberian
santuan. Tim Terpadu menyusun rekomendasi Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan yang disampaikan kepada
Gubernur/ Bupati/Walikota paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak menerima hasil penilaian.
Berdasarkan rekomendasi Tim Terpadu, Gubernur/Bupati
/Walikota menetapkan:
1. Daftar masyarakat penerima santunan;
777
Pemberian santunan dalam bentuk relokasi dilakukan oleh
instansi yang memiliki tanah dengan berkoordinasi dengan
Tim Terpadu dan dilakukan oleh Instansi pemilik tanah
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Pemberian santunan
dalam bentuk relokasi dibuat berita acara penyerahan
santunan dalam bentuk relokasi.
78
dengan rekening atas nama Tim Terpadu. Dalam hal masa
kerja Tim Terpadu telah berakhir dan uang santunan belum
diambil oleh pihak yang berhak maka penyelesaian
penitipan uang santunan dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah. Penitipan uang santunan dibuat dalam berita acara
penitipan uang santunan.
79
1
Satuan tugas melakukan pendataan, verifikasi, dan validasi luas dan jenis
bangunan, jumlah dan jenis tanam tumbuh serta benda lain yang berdiri di
atas tanah.
Hasil verifikasi dan validasi masyarakat yang memenuhi kriteria dibuat dalam
bentuk daftar masyarakat yang berhak mendapatkan santunan dan
ditandatangi oleh Ketua Satuan Tugas
Hasil pendataan, verifikasi dan validasi data diserahkan oleh Ketua Satuan
Tugas kepada Ketua Tim Terpadu dengan berita acara penyerahan.
Apabila terdapat pihak yang keberatan atas hasil pendataan, verifikasi dan
validasi, pihak yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada
Ketua Tim Terpadu dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak hasil
pendataan, verifikasi dan validasi diumumkan. .
80
2
Penetapan Penilaian
81
3
82
4.7 PENGAMBILAN DISKRESI DALAM RANGKA
PENANGANAN DAMPAK SOSIAL YANG TIMBUL DALAM
PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL.
Dalam hal penyelesaian hambatan dan permasalahan
bersifat mendesak untuk kepentingan dan kemanfaatan
umum serta pelayanan publik, menteri/kepala lembaga,
gubernur, dan bupati/walikota mengambil diskresi sesuai
dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,
berdasarkan alasan-alasan yang objektif, tidak
menimbulkan konflik kepentingan, dan dilakukan dengan
iktikad baik serta memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan.
Dalam hal tertentu pengambilan diskresi dilakukan
berdasarkan koordinasi dan pembahasan dengan
kementerian/lembaga dan/atau Pemerintah Daerah.
Dalam hal pengambilan, terdapat permasalahan hukum
terkait dengan administrasi Pemerintahan, penyelesaiannya
dilakukan melalui ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang administrasi Pemerintahan.
83
5. TATA CARA PERUBAHAN STATUS ATAS OBJEK PENGADAAN
TANAH
dapat berupa:
a. Tanah dan/atau bangunan yang
telah diserahkan kepada
Gubernur/Bupati /Walikota;
84
b. Tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang;
dan/atau
c. Selain tanah dan/atau bangunan.
4. Tukar menukar dilaksanakan setelah
B. Para Pelaku
1. Gubernur/ Bupati/ Walikota adalah
Milik Daerah.
85
Menyampaikan Permohonan
Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Permohonan disertai data pendukung: a. rincian peruntukan; b.
jenis/spesifikasi; c. lokasi/data teknis; d. perkiraan nilai barang pengganti;
dan e. hal lain yang diperlukan
Melakukan Penelitian
Pembentukan Tim oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan
penelitian
86
1
Permohonan Persetujuan
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan tukar menukar
kepada Gubernur/Bupati/Walikota
87
2
88
C. Pemindahtanganan Aset Desa
1. Bentuk pemindahtanganan aset desa,
meliputi:
a. Tukar menukar;
b. Penjualan;
c. Penyertaan modal Pemerintah
Desa.
2. Pemindahtanganan aset desa berupa
90
6. Tukar menukar tanah milik desa
dilakukan dengan tahapan:
a. Kepala Desa menyampaikan surat
kepada Bupati/Walikota terkait
hasil Musyawarah Desa tentang
tukar menukar tanah milik Desa
dengan calon lokasi tanah
pengganti berada pada desa
setempat;
b. Kepala Desa menyampaikan
permohonan izin kepada
Bupati/Walikota, untuk
selanjutnya Bupati/Walikota
meneruskan permohonan izin
kepada Gubernur.
7. Apabila lokasi tanah pengganti tidak
91
c. Sebelum pemberian persetujuan,
Gubernur dapat melakukan
kunjungan lapangan dan verifikasi
data;
d. Setelah Gubernur memberikan
persetujuan, selanjutnya Kepala
Desa menetapkan Peraturan Desa
tentang tukar menukar tanah milik
desa.
8. Berita Acara memuat antara lain:
92
b. guna menyatukan BMN yang
lokasinya terpencar;
c. guna menyesuaikan bentuk BMN
berupa tanah agar penggunaannya
lebih optimal;
d. dalam rangka pelaksanaan
rencana strategis
pemerintah/negara;
e. terhadap BMN berupa tanah
dan/atau bangunan guna
mendapatkan/ memberikan akses
jalan; dan/atau
f. terhadap BMN selain tanah
dan/atau bangunan yang
ketinggalan teknologi.
2. Tukar menukar ditempuh apabila
pemerintah daerah tidak dapat
menyediakan tanah dan/atau
bangunan pengganti. Tukar Menukar
dilaksanakan setelah dilakukan
kajian berdasarkan aspek teknis,
aspek ekonomis, dah aspek yuridis.
3. Barang pengganti utama Tukar
Menukar BMN berupa tanah harus
berupa:
a. Tanah; atau
b. Tanah dan bangunan.
93
4. Barang pengganti utama Tukar
Menukar BMN berupa tanah dan
bangunan harus berupa:
a. Tanah; atau
b. Tanah dan bangunan.
5. Barang pengganti Tukar Menukar
BMN berupa bangunan, dapat berupa:
a. tanah;
b. tanah dan bangunan;
c. bangunan, dan/atau
d. selain tanah dan/atau bangunan.
6. Tukar Menukar dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah Daerah;
b. BUMN;
c. BUMD;
d. Badan hukum lainnya yang
dimiliki negara;
e. Swasta, baik yang berbentuk
badan hukum maupun
perorangan;
f. Pemerintah Negara lain.
94
B. Tahapan Tukar Menukar BMN
penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik tanah yang akan dijual
dengan data administratif
95
1
96
1
97
2
5.1.2 PENJUALAN
Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang
Milik Negara/Daerah kepada pihak lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk uang. Penjualan
Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan
pertimbangan:
98
7. untuk optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah
pertimbangan:
a. untuk optimalisasi BMN yang
berlebih atau tidak digunakan
untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga atau tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain;
99
b. secara ekonomis lebih
menguntungkan bagi negara
apabila dijual; dan/ atau
c. sebagai pelaksanaan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
2. Penjualan dilaksanakan oleh:
100
B. Tahapan Penjualan BMN
Melakukan Penelitian
melakukan penelitian data administratif: a) data tanah, b) data bangunan
penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik tanah dan/ atau bangunan
yang akan dijual dengan data administratif
101
1
102
1
Pelaksanaan Penjualan
Pengguna Barang melakukan permintaan Penjualan BMN dengan cara lelang
kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi pelayanan lelang untuk mekanisme penjualan secara lelang
103
5.1.2.2 Penjualan BMD
A. Ketentuan Umum
1. Penjualan BMD dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a. untuk optimalisasi BMD yang
berlebih atau tidak digunakan
untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga atau tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain;
b. secara ekonomis lebih
menguntungkan bagi negara
apabila dijual; dan/ atau
c. sebagai pelaksanaan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
2. Penjualan BMD dilaksanakan secara
104
menguntungkan bagi daerah
apabila barang milik daerah dijual,
karena biaya operasional dan
pemeliharaan barang lebih besar
dari pada manfaat yang diperoleh;
dan
c. memenuhi persyaratan yuridis,
yakni barang milik daerah tidak
terdapat permasalahan hukum.
5. Syarat teknis antara lain:
Perencanaan Penjualan
Pengelola Barang membuat perencanaan Penjualan yang meliputi a. data
barang milik daerah; b. pertimbangan penjualan; dan c. pertimbangan dari
aspek teknis, ekonomis, dan yuridis oleh Pengelola Barang.
Melakukan Penelitian
Gubernur/Bupati/Walikota melakukan penelitian atas usulan penjualan
106
1
107
5.1.3 HIBAH
Hibah Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dengan
pertimbangan untuk kepentingan sosial, budaya,
keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat
non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan
negara/ daerah.
Hibah harus memenuhi syarat:
1. Bukan merupakan barang rahasia negara;
Pengguna Barang;
Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan
dilakukan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara;
atau
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang
Milik Daerah, sesuai batas kewenangannya.
108
5.1.3.1 Hibah BMD
b. budaya;
c. keagamaan;
d. kemanusiaan;
109
3. Pihak yang dapat menerima hibah
adalah:
a. lembaga sosial, lembaga budaya,
lembaga keagamaan, lembaga
kemanusiaan, atau lembaga
pendidikan yang bersifat non
komersial;
b. pemerintah pusat;
c. pemerintah daerah lainnya;
d. pemerintah desa;
e. perorangan atau masyarakat
yang terkena bencana alam
dengan kriteria masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR)
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
f. pihak lain sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menyampaikan Permohonan
Permohonan memuat: a. data pemohon; b. alasan permohonan; c. peruntukan
hibah; d. jenis/ spesifikasi/ nama barang milik daerah yang dimohonkan untuk
dihibahkan; e. jumlah/ luas/ volume barang milik daerah yang dimohonkan
untuk dihibahkan; f. lokasi/data teknis; dan g. surat pernyataan kesediaan
menerima hibah
110
1
Melakukan Penelitian
Pembentukan Tim oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan penelitian
Tim Penelitian melakukan penelitian data fisik: Penelitian fisik dilakukan dengan
cara mencocokkan fisik barang milik daerah yang akan dihibahkan dengan data
administratif. Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara penelitian
Permohonan Persetujuan
Pelaksanaan Hibah
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan keputusan pelaksanaan hibah
paling sedikit memuat: a. penerima hibah; b. objek hibah; c. nilai perolehan
dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan penyusutan, untuk
tanah dan/atau bangunan; d. nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang
yang dapat dilakukan penyusutan, untuk selain tanah dan/atau bangunan;
dan e. peruntukan hibah
111
2
Penghapusan Barang
Pengelola Barang mengajukan usulan penghapusan barang milik daerah yang
telah dihibahkan
Melakukan Penelitian
Pembentukan Tim Internal pada SKPD oleh Pengguna Barang untuk
melakukan penelitian
112
1
Melakukan serah terima barang milik daerah kepada penerima hibah yang
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST)
113
5.1.3.2 Hibah BMN
114
3. Pihak yang dapat menerima hibah
adalah:
a. lembaga sosial, lembaga budaya,
lembaga keagamaan, lembaga
kemanusiaan, atau lembaga
pendidikan yang bersifat non
komersial;
b. masyarakat, baik perorangan
maupun kelompok, dalam
rangka menjalankan program
pembangunan nasional;
c. pemerintah negara lain dalam
kerangka hubungan
internasional;
d. masyarakat internasional yang
terkena akibat dari bencana
alam, perang, atau wabah
penyakit endemik;
e. Pemerintah Daerah;
f. BUMN berbentuk perusahaan
umum dalam rangka menjaga
stabilitas ketahanan pangan
atau BUMN lainnya dengan
pertimbangan Pengelola Barang;
atau
g. Pihak Lain yang ditetapkan oleh
Pengelola Barang.
115
4. Hibah dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengelola
Barang;
b. Pengguna Barang setelah
mendapat persetujuan Pengelola
Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
B. Tahapan Pelaksanaan Hibah
Berikut tahapan pelaksanaan hibah BMN yang berada pada
pengelola barang:
Menyampaikan Permohonan
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada
Gubernur/ Bupati/ Walikota.
Melakukan Penelitian
Pembentukan Tim oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan
penelitian
1
116
1
Permohonan Persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang meminta surat
pernyataan kesediaan menerima hibah kepada calon penerima hibah
Pelaksanaan Hibah
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan keputusan pelaksanaan hibah
paling sedikit memuat: a. penerima hibah; b. objek hibah; c. nilai perolehan
dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan penyusutan, untuk
tanah dan/atau bangunan; d. nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang
yang dapat dilakukan penyusutan, untuk selain tanah dan/atau bangunan;
dan e. peruntukan hibah
Penghapusan Barang
Pengelola Barang mengajukan usulan penghapusan barang milik daerah yang
telah dihibahkan
117
Berikut tahapan pelaksanaan hibah BMN yang berada pada
pengguna barang:
Melakukan Penelitian
Melakukan penelitian data administratif
Permohonan Persetujuan
Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Pengelola Barang yang memuat data calon penerima Hibah, alasan untuk
menghibahkan, data dan dokumen atas tanah dan/atau bangunan,
peruntukan Hibah, tahun perolehan, status dan bukti kepemilikan atau
dokumen lainnya yang setara, nilai perolehan, jenis/ spesifikasi BMN yang
dimohonkan untuk dihibahkan, dan lokasi dengan disertai surat pernyataan
dari calon penerima Hibah mengena1 kesediaan menerima Hibah
118
1
Persetujuan Hibah
Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan
5.2.1 SEWA
Pihak yang dapat menyewakan BMN:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang; dan
b. Pengguna Barang, dengan persetujuan dari
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.
Pihak yang dapat menyewa BMN:
a. Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Desa;
b. perorangan;
c. unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan/Negara; dan/ atau
d. badan usaha lainnya.
Jangka waktu Sewa paling lama 5 (lima) tahun sejak
ditandatanganinya perjanjian dan dapat diperpanjang
dengan persetujuan dari Pengelola Barang. Jangka
waktu Sewa dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk:
a. kerja sama infrastruktur;
119
b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang
memerlukan waktu Sewa lebih dari 5 (lima)
tahun; atau
c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.
Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu:
a. jangka waktu Sewa dalam rangka kerja sama
infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun
dan dapat diperpanjang;
b. jangka waktu Sewa untuk kegiatan dengan
karakteristik usaha yang memerlukan waktu
Sewa lebih dari 5 (lima) tahun paling lama 10
(sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang;
c. jangka waktu Sewa;
mengikuti ketentuan mengenai jangka waktu
yang diatur dalam Undang-Undang; atau
paling lama 10 (sepuluh) tahun dalam hal
jangka waktu tidak diatur dalam
UndangUndang, dan dapat diperpanjang.
Tahapan Pelaksanaan Sewa adalah:
1. Pembayaran Sewa
Pembayaran uang Sewa dilakukan sekaligus
secara tunai sebelum ditandatanganinya
perjanjian. Pembayaran uang Sewa dilakukan
dengan cara menyetor ke rekening Kas Umum
Negara. Dalam hal Sewa yang dilaksanakan
dengan periodesitas Sewa per hari dan per jam
untuk masing-masing penyewa, pembayaran
uang Sewa dilakukan secara sekaligus sebelum
ditandatanganinya perjanjian.
120
2. Perjanjian Sewa
Penyewaan BMN/D dituangkan dalam perjanjian
yang ditandatangani oleh penyewa dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN/D yang berada
pada Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang, untuk BMN/D yang
berada pada Pengguna Barang.
Dalam hal Sewa dalam rangka kerja sama
infrastruktur, perjanjian dituangkan dalam
bentuk akta notariil. Perjanjian Sewa
ditandatangani oleh Pengelola Barang/Pengguna
Barang dan penyewa dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya
keputusan Sewa/ persetujuan Sewa. Dalam hal
perjanjian Sewa belum ditandatangani sampai
dengan berakhirnya jangka waktu, keputusan
Sewa/persetujuan Sewa batal demi hukum.
Fotokopi perjanjian Sewa disampaikan kepada
Pengelola Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian
Sewa.
3. Pengakhiran Sewa
Sewa berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu Sewa sebagaimana
tertuang dalam perjanjian dan tidak
dilakukan perpanJ angan;
b. pengakhiran perjanjian Sewa secara sepihak
oleh Pengelola Barang dan/ atau Pengguna
Barang;
121
c. berakhirnya perjanjian Sewa; atau
d. ketentuan lain sesuai peraturan perundang-
undangan.
Pengakhiran Sewa, dapat dilakukan dalam hal
penyewa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
tertuang dalam perjanjian Sewa. Pengakhiran
Sewa dapat dilakukan oleh Pengelola Barang
dan/ atau Pengguna Barang secara tertulis tanpa
melalui pengadilan, setelah terlebih dahulu
diberikan peringatan/pemberitahuan tertulis
kepada penyewa.
122
Tahapan Pelaksanaan Pinjam Pakai adalah:
1. Perjanjian Pinjam Pakai
Pelaksanaan Pinjam Pakai dituangkan dalam
perjanjian yang bermeterai cukup serta
ditandatangani oleh peminjam pakai dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
Fotokopi perjanjian Pinjam Pakai disampaikan
kepada Pengelola Barang paling lama 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak ditandatanganinya
perjanjian Pinjam Pakai. Dalam kondisi tertentu,
dapat dilakukan serah terima sementara antara
Pengguna Barang/Pengelola Barang dengan
Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa atas BMN
yang akan dipinjampakaikan, mendahului
persetujuan/penetapan Pinjam Pakai dari
Pengelola Barang.
Kondisi tertentu meliputi penanganan atas:
a. penugasan pemerintah sebagaimana
tertuang dalam peraturan atau keputusan
yang ditetapkan oleh Presiden;
b. bencana alam;
c. bencana non alam; atau
d. bencana sosial.
123
2. Pengakhiran Pinjam Pakai
Pinjam Pakai berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu Pinjam Pakai
sebagaimana tertuang dalam perjanjian dan
tidak dilakukan perpanj angan;
b. pengakhiran perjanjian Pinjam Pakai secara
sepihak oleh Pengelola Barang dan/ atau
Pengguna Barang;
c. berakhirnya perjanjian Pinjam Pakai; atau
d. ketentuan lain sesuai peraturan
perundangundangan.
Pengakhiran Pinjam Pakai, dapat dilakukan
dalam hal peminjam pakai tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana tertuang dalam
perjanjian Pinjam Pakai. Pengakhiran Pinjam
Pakai dapat dilakukan oleh Pengelola Barang
dan/ atau Pengguna Barang secara tertulis tanpa
melalui pengadilan, setelah terlebih dahulu
diberikan peringatan/ pemberitahuan tertulis
kepada pinjam pakai.
124
Pihak yang dapat menjadi mitra KSP meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
c. Swasta, kecuali perorangan.
Jangka waktu KSP paling lama 30 (tiga puluh) tahun
sejak perJanJian KSP ditandatangani dan dapat
diperpanjang. Dalam hal KSP dilakukan dalam rangka
penyediaan infrastruktur, jangka waktu KSP paling
lama 50 (lima puluh) tahun sejak KSP ditandatangani
dan dapat diperpanjang. Permohonan perpanJangan
jangka waktu KSP harus sudah diterima Pengelola
Barang paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka
waktu KSP berakhir.
Tahapamn Pelaksanaan KSP adalah:
1. Perjanjian KSP
Pelaksanaan KSP dituangkan dalam perjanjian
berdasarkan:
a. keputusan Pengelola Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengelola Barang; atau
b. keputusan Pengguna Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengguna Barang, setelah
mendapat persetujuan Pengelola Barang.
Perjanjian pelaksanaan KSP ditandatangani oleh
mitra KSP dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengelola Barang; atau
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
125
Penandatanganan perjanjian pelaksanaan KSP
dilakukan paling lama 1 ( satu) tahun terhitung
sejak:
a. tanggal ditetapkannya keputusan
pelaksanaan KSP oleh Pengelola Barang,
untuk BMN yang berada pada Pengelola
Barang; atau
b. tanggal diterbitkannya surat persetujuan oleh
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
Perjanjian dituangkan dalam bentuk akta notariil.
Dalam hal perjanjian KSP tidak ditandatangani
sampai dengan batas waktu, keputusan
pelaksanaan KSP atau surat persetujuan
pelaksanaan KSP batal demi hukum. Fotokopi
perjanjian KSP disampaikan kepada Pengelola
Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak ditandatanganinya perjanjian KSP.
2. Pembayaran Kontribusi Tetap dan Pembagian
Keuntungan
Pembayaran kontribusi tetap pertama ke rekening
Kas Umum Negara oleh mitra KSP dilakukan
selambat lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah
perjanjian KSP ditandatangani. Pembayaran
kontribusi tetap pertama dibuktikan dengan
bukti setor dan disampaikan oleh mitra kepada
Pengelola Barang/ Pengguna Barang. Dalam hal
kewajiban pembayaran tidak dipenuhi oleh mitra,
126
maka Pengelola Barang/ Pengguna Barang
mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini. Dalam hal pembayaran
kontribusi tetap pertama tidak dilakukan sesuai
batas waktu, perjanjian KSP dinyatakan batal.
Pembayaran kontribusi tetap berikutnya ke
rekening Kas Umum Negara dilakukan setiap
tahun paling lambat sesuai tanggal dan bulan
ditandatanganinya perjanjian, yang dimulai pada
tahun berikutnya sampai dengan berakhirnya
perjanjian KSP. Pembayaran kontribusi tetap
dibuktikan dengan bukti setor. Selain kontribusi
tetap pertama, pembayaran kontribusi tetap yang
dibayar tiap tahun dapat dilakukan secara
bertahap dan harus lunas sebelum tanggal jatuh
tempo pembayaran kontribusi tetap berikutnya.
Kontribusi tetap selama jangka waktu KSP dapat
dibayarkan sekaligus di muka, yang besarannya
ditentukan oleh tim yang dibentuk oleh Pengelola
Barang dengan mempertimbangkan nilai waktu
dari uang (time value of money).
3. Pengakhiran KSP
KSP berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu KSP sebagaimana
tertuang dalam perjanjian dan tidak
dilakukan perpanjangan;
b. pengakhiran perjanjian KSP secara sepihak
oleh Pengelola Barang dan/ atau Pengguna
Barang;
127
c. berakhirnya perjanjian KSP; atau
d. ketentuan lain sesuai peraturan
perundangundangan.
Pengakhiran KSP, dapat dilakukan dalam hal
mitra KSP:
a. tidak membayar kontribusi tetap dan/ atau
pembagian keuntungan selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut sesuai perjanjian KSP;
b. tidak melaksanakan pembangunan
sebagaimana tertuang dalam perjanjian KSP
sampai dengan 2 (dua) tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian; dan/ atau
c. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
tertuang dalam perjanjian KSP.
Pengakhiran KSP dapat dilakukan oleh Pengelola
Barang dan/ atau Pengguna Barang secara
tertulis tanpa melalui pengadilan, setelah terlebih
dahulu diberikan peringatan/pemberitahuan
tertulis kepada mitra. Dalam pengakhiran
perjanjian KSP oleh Pengelola Barang dan/atau
Pengguna Barang, Pengelola Barang dan/atau
Pengguna Barang membentuk tim untuk
melakukan evaluasi terhadap investasi dan
kewajiban mitra. Evaluasi terhadap investasi dan
kewajiban mitra dilakukan setelah Pengelola
Barang/Pengguna Barang memperoleh hasil reviu
aparat pengawasan intern pemerintah. Dalam hal
terjadi pengakhiran KSP:
128
a. seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh
mitra sampai dengan dilakukannya
pengakhiran KSP sepenuhnya menjadi be ban
mitra KSP; dan/ atau
b. berdasarkan evaluasi, investasi dan
kewajiban mitra lama dapat beralih kepada
mitra baru.
129
Jangka waktu pelaksanaan BGS/BSG paling lama 30
(tiga puluh) tahun terhitung sejak perjanjian
ditandatangani. Jangka waktu BGS/BSG hanya
berlaku untuk 1 (satu) kali perjanjian dan tidak dapat
dilakukan perpanjangan. Jangka waktu
pengoperasian BGS/BSG dimulai sejak aset
BGS/BSG siap beroperasi, dengan ketentuan tidak
melampaui 2 (dua) tahun sejak perjanjian
ditandatangani.
Tahapan Pelaksanaan BGS/ BSG adalah:
1. Perjanjian BGS/ BSG
Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam
perjanjian berdasarkan:
a. keputusan Pengelola Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengelola Barang; atau
b. keputusan Pengguna Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengguna Barang, setelah
mendapat persetujuan Pengelola Barang.
Perjanjian pelaksanaan BGS/BSG
ditandatangani oleh mitra BGS/BSG dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengelola Barang; atau
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
130
a. tanggal ditetapkannya keputusan pelaksanaan
BGS/BSG oleh Pengelola Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengelola Barang; atau
b. tanggal diterbitkannya surat persetujuan oleh
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengguna Barang.
Perjanjian dituangkan dalam bentuk akta notariil.
Dalam hal perjanjian BGS/BSG tidak
ditandatangani sampai dengan batas waktu,
keputusan pelaksanaan BGS/BSG atau surat
persetujuan pelaksanaan BGS/BSG batal demi
hukum. Fotokopi perjanjian BGS/BSG
disampaikan kepada Pengelola Barang paling
lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
ditandatanganinya perjanjian BGS / BSG.
Penandatanganan perjanjian BGS/BSG
dilakukan setelah mitra BGS/BSG
menyampaikan bukti setor pembayaran
kontribusi tahunan pertama kepada Pengelola
Barang/ Pengguna Barang. Bukti setor
pembayaran kontribusi tahunan pertama
merupakan salah satu dokumen pada lampiran
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian BGS/BSG.
Perubahan kepemilikan atas mitra BGS/BSG
dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan BGS/BSG. Perubahan materi
perjanjian BGS/BSG harus mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang.
131
2. Pembayaran Kontribusi Tahunan
Mitra harus melakukan pembayaran kontribusi
awal sebesar besaran kontribusi tahunan
pertama ke rekening Kas Umum Negara sebelum
penandatanganan perjanjian BGS/BSG.
Pembayaran kontribusi awal diperhitungkan
dalam kewajiban pembayaran kontribusi
tahunan. Selama jangka waktu pengoperasian
BGS/BSG, mitra wajib membayar kontribusi
tahunan melalui penyetoran ke rekening Kas
Umum Negara sebagai penenmaan negara dari
pelaksanaan BGS / BSG. Pembayaran kontribusi
tahunan dilakukan paling lambat sesuai tanggal
dan bulan ditandatanganinya perjanjian, yang
dimulai pada tahun berikutnya sampai dengan
berakhirnya perjanjian BGS/BSG. Pembayaran
kontribusi tahunan dibuktikan dengan bukti
setor. Selain kontribusi tahunan pertama,
pembayaran kontribusi tahunan yang dibayar
tiap tahun dapat dilakukan secara bertahap dan
harus lunas sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran kontribusi tahunan berikutnya.
Kontribusi tahunan dapat dibayarkan sekaligus
di muka, yang besarannya ditentukan oleh tim
yang dibentuk oleh Pengelola Barang dengan
mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time
value of money).
132
3. Pengakhiran BGS / BSG
BGS / BSG berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu BGS/BSG
sebagaimana tertuang dalam perjanjian;
b. pengakhiran perjanjian BGS/BSG secara
sepihak oleh Pengelola Barang dan/ atau
Pengguna Barang;
c. berakhirnya perjanjian BGS/BSG; atau
d. ketentuan lain sesua1 peraturan
perundangundangan.
Pengakhiran BGS/BSG, dapat dilakukan dalam
hal mitra BGS/BSG:
a. tidak membayar kontribusi tahunan selama 3
(tiga) tahun berturut-turut sesuai perjanjian
BGS/BSG;
b. tidak melaksanakan pembangunan
sebagaimana tertuang dalam perjanjian
BGS/BSG sampai dengan 2 (dua) tahun
terhitung sejak penandatanganan perjanjian;
dan/ atau
c. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
tertuang dalam perjanjian BGS/BSG.
Pengakhiran BGS/BSG dapat dilakukan oleh
Pengelola Barang dan/ atau Pengguna Barang
pengadilan, setelah secara tertulis tanpa melalui
terlebih dahulu diberikan peringatan/
pemberitahuan tertulis kepada mitra. Dalam
pengakhiran perjanjian BGS/BSG oleh Pengelola
Barang dan/atau Pengguna Barang, Pengelola
133
Barang dan/atau Pengguna Barang membentuk
tim untuk melakukan evaluasi terhadap investasi
dan kewajiban mitra. Evaluasi terhadap investasi
dan kewajiban mitra dilakukan setelah Pengelola
Barang/Pengguna Barang memperoleh hasil reviu
aparat pengawasan intern pemerintah. Dalam hal
terjadi pengakhiran BGS/BSG:
a. seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh
mitra sampa1 dengan dilakukannya
pengakhiran BGS/BSG sepenuhnya menjadi
beban mitra BGS/BSG; dan/atau
b. berdasarkan evaluasi, investasi dan
kewajiban mitra lama dapat beralih kepada
mitra baru.
134
d. Badan Usaha Milik Daerah;
e. anak perusahaan badan usaha milik negara yang
diperlakukan sama dengan badan usaha milik
negara sesuai ketentuan peraturan pemerintah
yang mengatur mengenai tata cara penyertaan
dan penatausahaan modal negara pada badan
usaha milik negara clan perseroan terbatas; atau
f. Koperasi.
Badan hukum asing merupakan perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia sebelum ditetapkan
sebagai mitra KSPI.
Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun
sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang. Perpanjanganjangka waktu KSPI hanya
dapat dilakukan apabila terjadi government force
majeure, seperti dampak kebijakan pemerintah yang
disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi, politik,
sosial, dan keamanan. Perpanjanganjangka waktu
KSPI diajukan permohonannya paling lama 6 ( enam)
bulan setelah government force majeure nyatanyata
terjadi. (4) Perpanjanganjangka waktu ditetapkan oleh
PJPB, setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang dan dituangkan dalam perjanjian KSPI.
Hasil dari KSPI terdiri atas:
a. barang hasil KSPI berupa infrastruktur beserta
fasilitasnya yang dibangun oleh mitra KSPI; dan
b. pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback)
yang diperoleh dari yang ditentukan sesua1
perjanjian KSPI, jika ada.
135
Hasil KSPI berupa:
a. bangunan konstruksi infrastruktur beserta
sarana dan fasilitasnya;
b. pengembangan infrastruktur berupa
penambahan dan/ atau peningkatan terhadap
kapasitas, kuantitas dan/ atau kualitas
infrastruktur; dan/atau
c. hasil pembangunan/pengembangan
infrastruktur lainnya.
Tahapan Pelaksanaan KSPI adalah:
1. Perjanjian KSPI
PJPB menandatangani perjanjian KSPI dengan
mitra KSPI yang ditetapkan dari hasil pengadaan
badan usaha pelaksana. Perjanjian dituangkan
dalam bentuk akta notariil. Dalam hal Proyek
Kerja Sama merupakan gabungan dari 2 (dua)
atau lebih jenis infrastruktur yang melibatkan
lebih dari 1 ( satu) Pengguna Barang, PJPB
menandatangani perjanjian Pemanfaatan BMN
dengan mitra KSPI dengan disaksikan oleh
koordinator PJPB. Berdasarkan perjanjian KSPI,
PJPB menyerahkan BMN yang menjadi objek
KSPI kepada mitra KSPI. Penyerahan BMN yang
menjadi objek KSPI dituangkan dalam Berita
Acara. Serah Terirna yang ditandatangani oleh
PJPB dan rnitra KSPI.
Penyerahan BMN yang rnenjadi objek KSPI hanya
dalam rangka Pernanfaatan BMN dan bukan
sebagai pengalihan kepernilikan BMN. PJPB
rnelaporkan pelaksanaan penandatanganan
136
perjanjian KSPI dan penyerahan BMN kepada
mitra KSPI kepada Pengelola Barang dengan
rnelarnpirkan fotokopi perjanjian KSPI dan
fotokopi Berita Acara Serah Terirna.
2. Pengakhiran KSPI
KSPI berakhir dalarn hal:
a. berakhirnya jangka waktu KSPI;
b. pengakhiran perjanjian KSPI secara sepihak
oleh Pengelola Barang dan/ atau Pengguna
Barang;
c. berakhirnya perjanjian KSPI; atau
d. ketentuan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengakhiran secara sepihak oleh Pengelola
Barang dan/ atau Pengguna Barang dapat
dilakukan dalarn hal rnitra KSPI:
a. tidak rnernbayar pernbagian kelebihan
keuntungan (clawback) selarna 3 (tiga) tahun
berturut-turut sesuai perjanjian KSPI; dan/
atau
b. tidak rnernenuhi kewajiban selain tertuang
dalarn perjanjian KSPI.
Pengakhiran KSPI dapat dilakukan oleh Pengelola
Barang dan/ atau Pengguna Barang secara
tertulis tanpa melalui pengadilan.
137
5.2.6 KERJA SAMA TERBATAS UNTUK PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR (KETUPI)
Pihak yang dapat melaksanakan KETUPI meliputi
PJPB dan BLU. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
PJPK merupakan PJPB. BLU ditunjuk atau
ditetapkan oleh Pengelola Barang. Pihak yang dapat
menjadi mitra KETUPI meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Swasta berbentuk Perseroan Terbatas;
d. Badan hukum asing; atau
e. Koperasi.
Pemilihan dan penetapan mitra KETUPI dilakukan
oleh PJPB dengan berpedoman pada peraturan
perundangundangan yang mengatur mengenai hak
pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur. Jangka
waktu KETUPI paling lama 50 (lima puluh) tahun
sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang. Hasil KETUPI berupa:
a. pembayaran dana di muka (upfront payment); dan
b. aset.
Hasil KETUPI berupa pembayaran dana di muka
(upfront payment):
a. nilainya ditetapkan oleh PJPB;
b. dilakukan pembayarannya oleh mitra KETUPI ke
rekening BLU paling lambat 6 (enam) bulan
setelah penandatanganan perjanjian;
c. dapat diberikan perpanJangan jangka waktu
pembayarannya paling lama 6 (enam) bulan,
dalam hal terjadi kegagalan pembayaran oleh
138
mitra KETUPI, yang pengaturannya berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hak pengelolaan terbatas
atas aset infrastruktur;
d. tidak membatasi hak BLU untuk memperoleh
pembagian kelebihan keuntungan (clawback);
dan
e. peruntukannya ditetapkan oleh PJPB setelah
mendapat persetujuan dari BLU.
Tahapan Pelaksanaan KETUPI adalah:
1. Perjanjian KETUPI
Pelaksanaan KETUPI dituangkan dalam
perjanjian yang ditandatangani oleh BLU dan
mitra KETUPI. Materi yang diatur dalam
perjanjian berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
hak pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur.
Perjanjian dituangkan dalam bentuk akta notariil.
139
Dana merupakan pendapatan BLU. Dana
digunakan oleh BLU untuk pembiayaan
infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan. Dana digunakan oleh BLU:
a. untuk pembiayaan infrastruktur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. sebagai pendukung kegiatan operasional
BLU.
Pembiayaan infrastruktur dilakukan sesuai
dengan keten tuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pengakhiran KETUPI
KETUPI berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu KETUPI
sebagaimana tertuang dalam perjanjian dan
tidak dilakukan perpanjangan;
b. pengakhiran perjanjian KETUPI secara
sepihak oleh BLU;
c. berakhirnya perjanjian KETUPI; atau
d. ketentuan lain sesuai peraturan
perundangundangan.
Pengakhiran KETUPI dapat dilakukan dalam hal
mitra KETUPI:
a. tidak membayar pembayaran dana di muka
(upfront payment) sesuai perjanjian KETUPI;
dan/ atau
b. tidak memenuhi kewajiban selain
sebagaimana tertuang dalam perjanjian
KETUPI.
140
Pengakhiran KETUPI dapat dilakukan oleh BLU
secara tertulis tanpa melalui pengadilan, setelah
terlebih dahulu diberikan peringatan/
pemberitahuan tertulis kepada mitra. Dalam hal
pengakhiran perjanjian KETUPI oleh BLU, BLU
dan/atau PJPB dapat membentuk tim untuk
melakukan evaluasi terhadap investasi dan
kewajiban mitra.
Evaluasi terhadap investasi dan kewajiban mitra
dilakukan setelah BLU memperoleh hasil reviu
aparat pengawasan intern pemerintah. Dalam hal
terjadi pengakhiran KETUPI:
a. seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh
mitra sampai dengan dilakukannya
pengakhiran KETUPI sepenuhnya menjadi
beban mitra KETUPI; dan/ atau
b. berdasarkan evaluasi, investasi dan
kewajiban mitra lama dapat beralih kepada
mitra baru.
141
Pemindahtanganan dilakukan dengan cara:
1. Penjualan;
2. Tukar Menukar;
3. Ganti Rugi;
5. Cara Lain.
142
Pemindahtanganan berlaku selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak diterbitkan persetujuan dimaksud.
Dalam hal Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan
belum dapat direalisasikan dalam kurun waktu,
Direksi dapat mengajukan permohonan persetujuan
izin baru disertai penjelasan mengenai kendala
pelaksanaan Penghapusbukuan dan
Pemindahtanganan selama kurun waktu 1 (satu)
tahun tersebut serta rencana penyelesaian
pelaksanaan Penghapusbukuan dan
Pemindahtanganan.
A. Tata Cara Melalui Persetujuan Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas BUMN
143
d. rencana investasi
pengganti/pembangunan kembali atas
aktiva tetap yang akan dibongkar dimana
anggarannya telah ditetapkan dalam
RKAP yang disahkan oleh RUPS/Menteri;
e. dokumen pendukung berupa bukti
kepemilikan, berita acara (apabila
hilang/musnah) serta data lain berupa
lokasi/peta lokasi, jenis, spesifikasi, nilai
perolehan, nilai buku, tahun perolehan,
kondisi aktiva tetap dan foto kondisi
terakhir;
144
4. Apabila terjadi keadaan sebagaimana
dimaksud pada poin (3), Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas sudah harus
memberikan persetujuan atau penolakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
menerima atau memperoleh data atau
informasi lain yang dibutuhkan.
Dalam hal tatacara berbeda dengan
ketentuan anggaran dasar, maka ketentuan
anggaran dasar yang diberlakukan. Dalam
hal tatacara belum diatur dalam anggaran
dasar, maka tata cara tersebut diatas yang
diberlakukan.
145
c. penjelasan mengenai alasan
Penghapusbukuan dan/atau
Pemindahtanganan;
d. dokumen pendukung berupa bukti
kepemilikan, berita acara (apabila
hilang/musnah) serta data lain berupa
lokasi/peta lokasi, jenis, spesifikasi, nilai
perolehan, nilai buku, tahun perolehan,
kondisi aktiva tetap dan foto kondisi
terakhir;
e. cara Pemindahtanganan yang diusulkan
(khusus untuk pelaksanaan
Pemindahtanganan).
2. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
memberikan tanggapan tertulis paling lambat
30 (tiga puluh) hari yang ditujukan kepada
Direksi setelah menerima permohonan dari
Direksi;
3. Dalam hal Komisaris/Dewan Pengawas
belum dapat memberikan tanggapan tertulis
karena memerlukan data atau informasi lain,
maka hal tersebut harus disampaikan secara
tertulis kepada Direksi dalam kurun waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari;
4. Apabila terjadi keadaan, Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas sudah harus
memberikan tanggapan tertulis kepada
Direksi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak menerima atau memperoleh data atau
informasi lain yang dibutuhkan;
146
5. Dalam hal Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas tidak memberikan tanggapan
tertulis dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan, maka Direksi dapat meminta
persetujuan kepada RUPS/Menteri disertai
dengan penjelasan bahwa usulan tersebut
tanpa tanggapan Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas karena belum diperoleh dalam
kurun waktu yang ditetapkan;
6. Setelah memperoleh tanggapan tertulis
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN
atau apabila terjadi keadaan sebagaimana
dimaksud pada poin 5, Direksi mengajukan
permohonan kepada RUPS/Menteri disertai
dengan:
a. tanggapan tertulis Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas BUMN atau
penjelasan mengenai tidak adanya
tanggapan tertulis Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas;
b. kajian legal atas aktiva tetap yang
dimohonkan penghapusbukuannya;
c. kajian ekonomis (termasuk manfaat,
potensi dan nilai tambah yang akan
diperoleh BUMN);
d. penjelasan mengenai alasan Penghapus
bukuan dan Pemindahtanganan;
147
e. dokumen pendukung berupa bukti
kepemilikan, berita acara (apabila
hilang/musnah) serta data lain berupa
lokasi/peta lokasi, jenis, spesifikasi, nilai
perolehan, nilai buku, tahun perolehan,
kondisi aktiva. tetap, penetapan
mengenai RUTR/W dan foto kondisi
terakhir;
f. cara Pemindahtanganan (khusus untuk
pelaksanaan Pemindahtanganan).
148
10. Dalam hal tatacara berbeda dengan
ketentuan anggaran dasar, maka ketentuan
anggaran dasar yang diberlakukan. Dalam
hal tatacara belum diatur dalam anggaran
dasar, maka tata cara tersebut diatas yang
diberlakukan. Pelaksanaan
pemindahtanganan dengan cara Penjualan
dan Tukar Menukar sudah harus dilakukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
penetapan calon pembeli dan calon penukar,
dengan memperhatikan masa berlakunya
persetujuan;
11. Tukar-menukar dapat dilakukan apabila
merupakan alternatif yang paling
menguntungkan bagi BUMN atau untuk
Kepentingan Umum. Nilai barang milik pihak
lain yang dipertukarkan dengan Aktiva Tetap
BUMN, minimal sama dengan nilai Aktiva
Tetap milik BUMN yang dipertukarkan.
Dalam hal nilai barang milik pihak lain lebih
rendah daripada nilai Aktiva Tetap BUMN
yang dipertukarkan, maka pihak lain
tersebut wajib menambah kekurangan nilai
aktiva tersebut dengan membayar tunai.
Dalam hal nilai barang milik pihak lain lebih
tinggi daripada nilai Aktiva Tetap BUMN yang
dipertukarkan,
149
maka BUMN dapat menambah kekurangan
nilai aktiva tersebut dengan membayar tunai,
sepanjang tukar menukar tersebut dilakukan
karena kebutuhan BUMN yang
bersangkutan. Direksi wajib
mempertimbangkan potensi barang milik
pihak lain yang dipertukarkan dengan Aktiva
Tetap BUMN.
5. Sewa; atau
6. Pinjam Pakai.
150
kecuali memenuhi syarat-syarat tertentu yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini, dapat dilakukan dengan
cara Sewa jangka panjang. Pendayagunaan Aset Tetap
dengan cara selain, prosedur, tata cara,
persetujuannya tetap mengacu pada Peraturan
Menteri sesuai dengan karakteristik kerja sama
dimaksud.
151
5.4 PERIZINAN PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN
Kebijakan penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan
atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah
fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Pinjam pakai
kawasan hutan pada dasarnya hanya dapat dilakukan
apabila digunakan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis, yaitu kegiatan yang diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional.
Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH)
diajukan kepada Menteri Kehutanan oleh instansi yang
memerlukan tanah. Setelah seluruh persyaratan IPPKH
diserahkan ke Kementerian Kehutanan, Kementerian PUPR
sebagai pemohon dapat memantau perkembangan proses
perizinannya di internal Kementerian Kehutanan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kehutanan. Setelah seluruh
persyaratan IPPKH diserahkan ke Kementerian Kehutanan,
instansi yang memerlukan tanah sebagai pemohon dapat
memantau perkembangan proses perizinannya di internal
Kementerian Kehutanan. Menteri Kehutanan
memerintahkan Dirjen Planologi Kehutanan untuk:
1. melakukan penilaian persyaratan administrasi dan
teknis; dan
2. mengkoordinasikan pertimbangan teknis dari Eselon I
152
Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Dirjen
Planologi Kehutanan dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) hari kerja, menerbitkan surat pemberitahuan atas
persyaratan yang tidak lengkap berikut pengembalian
berkas permohonan. Dalam hal permohonan memenuhi
persyaratan, Dirjen Planologi Kehutanan dalam jangka
waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja menyampaikan
surat permintaan pertimbangan teknis kepada:
1. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
153
Setelah terbitnya surat persetujuan prinsip penggunaan
kawasan hutan, pihak yang memerlukan tanah perlu
memenuhi kewajiban yang tertuang dalam persetujuan
prinsip penggunaan kawasan hutan sebagaimana berikut:
1. melaksanakan tata batas kawasan hutan yang disetujui,
154
1) Penggantian nilai tegakan dan Provisi Sumber
Daya Hutan (PSDH) pada hutan tanaman dari
hasil tanaman dari IUPHHK-HT dan PSDH,
Dana Reboisasi (DR) dan penggantian nilai
tegakan dari bukan hasil tanaman IUPHHK-HT
sesuai peraturan perundang-undangan;
2) PSDH, DR dan penggantian nilai tegakan, dan
kewajiban keuangan lainnya pada hutan alam
dari IUPHHK-HA, sesuai peraturan perundang-
undangan;
3) PSDH, DR dan penggantian nilai tegakan, dan
kewajiban keuangan lainnya pada hutan alam
di luar areal IUPHHKHA/HT, sesuai peraturan
perundang-undangan.
f. membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan
melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi
daerah aliran sungai dalam hal kompensasi berupa
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran
sungai.
dalam hal kawasan hutan yang disetujui berada pada
areal yang telah dibebani izin pemanfaatan hutan,
diwajibkan untuk mengganti:
155
a. biaya investasi pengelolaan/pemanfaatan hutan
sesuai dengan luas areal pinjam pakai kawasan
hutan kepada pengelola/pemegang izin
pemanfaatan hutan, sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
b. iuran izin yang telah dibayarkan oleh pemegang izin
pemanfaatan berdasarkan luas areal yang
digunakan sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemenuhan kewajiban dalam persetujuan
prinsip kawasan hutan yang telah dilakukan, pihak
yang memerlukan tanah menyiapkan pengajuan
permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan kepada
Menteri Kehutanan. Setelah pengajuan permohonan
izin pinjam pakai kawasan hutan diserahkan melalui
loket informasi perizinan di bidang kehutanan, pihak
yang memerlukan tanah dapat memantau prosedur
yang berlangsung di Kementerian Kehutanan hingga
terbitnya IPPKH sebagai berikut:
1. Menteri Kehutanan memerintahkan secara tertulis
156
3. Dalam hal permohonan telah memenuhi seluruh
Menyiapkan Persyaratan
Administrasi:
• surat permohonan dari Menteri PU yang dilampiri dengan peta lokasi
kawasan hutan yang dimohon
• Rekomendasi yang memuat persetujuan atas penggunaan kawasan hutan
yang dimohon, berdasarkan pertimbangan teknis Kepala Dinas Provinsi atau
Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan dan Kepala Balai
Pemantapan Kawasan Hutan setempat
• Surat Pernyataan bermeterai
Teknis:
• rencana kerja penggunaan kawasan hutan dilampiri dengan peta lokasi skala
1:50.000 atau skala terbesar pada lokasi tersebut dengan informasi luas
kawasan hutan yang dimohon
• citra satelit terbaru dengan resolusi detail 15 (lima belas) meter atau resolusi
lebih detail dari 15 (lima belas) meter dan hasil penafsiran citra satelit dalam
bentuk digital dan hard copy yang ditandatangani oleh pemohon dengan
mencantumkan sumber citra satelit dan pernyataan bahwa citra satelit dan
hasil penafsiran benar;
• SK Kelayakan Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan
157
1
158
2
dalam hal kawasan hutan yang disetujui berada pada areal yang telah dibebani
izin pemanfaatan hutan, diwajibkan untuk mengganti:
• biaya investasi pengelolaan/pemanfaatan hutan
• iuran izin yang telah dibayarkan oleh pemegang izin
Permohonan IPPKH
Menyiapkan permohonan pengajuan permohonan izin pinjam pakai kawasan
hutan dari Menteri PUPR/ Instansi yang memerlukan izin kepada Menteri
Kehutanan
Menerbitkan IPPKH
Menteri Kehutanan menerima konsep Keputusan izin pinjam pakai kawasan
hutan dan peta lampiran, menerbitkan keputusan izin pinjam pakai kawasan
hutan
pertanian; dan
5. perkiraan perubahan pada sosio kultural
masyarakat (kekerabatan, pemukiman dll).
160
B. Mempunyai rencana alih fungsi lahan
161
D. Persyaratan Alih Fungsi Lahan meliputi:
Umum
a. persyaratan alih fungsi lahan diusulkan oleh
pemohon alih fungsi lahan untuk pengadaan
tanah demi kepentingan umum, dicantumkan
dalam suatu laporan rekomendasi singkat yang
memuat:
1) latar belakang;
2) maksud dan tujuan;
3) rencana pengembangan lahan dan
peruntukannya, termasuk kajian
lingkungan hidup strategis, AMDAL dan
pengelolaan dampak lingkungan;
4) rencana alih fungsi lahan meliputi: luasan,
lokasi, serta pelepasan hak atas petani
melalui ganti rugi tanah dan berbagai
komoditas serta infrastruktur di atasnya
dan menyiapkan lahan pengganti baik yang
berada di dalam satu kabupaten atau lintas
kabupaten di dalam satu provinsi, atau
lintas provinsi sesuai dengan luasan lahan
pengganti yang diminta dan telah
mendapatkan persetujuan dari pemerintah
di wilayah tersebut dan penggantiannya
disediakan oleh pemohon alih fungsi.
162
b. alih fungsi lahan dapat dilaksanakan setelah
ada jaminan lahan pengganti dan dana yang
tersedia di kabupaten/kota dari Pemerintah
atau pemerintah daerah serta rencana
pembukaan lahan baru.
Persyaratan Alih Fungsi Lahan Karena Terjadi
Bencana.
c. Alih fungsi lahan karena terjadi bencana, maka
laporan kelayakan strategis dan rencana alih
fungsi lahan tidak diperlukan, tetapi
pembebasan dan ganti rugi kepemilikan hak
atas tanah bagi pemilik tanah termasuk
komoditas serta infrastruktur lain tetap
diselesaikan dengan pemiliknya, terutama
masyarakat dan petani. Di samping itu,
pengalihfungsi juga melakukan penyediaan
lahan pengganti sesuai dengan tipologi lahan
yang akan dialihfungsikan.
d. Lahan Pengganti ini dapat berada di dalam satu
kabupaten/kota, atau dapat berada dalam satu
provinsi atau lintas provinsi dengan lahan yang
akan dialihfungsikan.
e. alih fungsi lahan dapat dilaksanakan setelah
ada jaminan lahan pengganti dan dana yang
tersedia di kabupaten/kota dari Pemerintah
atau pemerintah daerah serta rencana
pembukaan lahan baru.
Berikut tahapan pelaksanaan Alih Fungsi Lahan LP2B:
163
Penyusunan Kajian Kelayakan Strategis
Kajian kelayakan strategis ditinjau dari aspek kepentingan umum yang akan
mengalihfungsikan LP2B dapat dipisah peruntukannya untuk pembangunan
yang berskala besar, menengah dan kecil yang mengarah kepada kepentingan
umum. Pembangunan yang berskala besar dapat dikategorikan berbasis
nasional dan regional, pembangunan skala menengah berbasis provinsi dan
kabupaten, serta pembangunan skala kecil berbasis kecamatan dan desa
165
Formulir A.1.
Formulir A.1
PERMOHONAN IZIN
Kepada Yth.
Menteri Pekerjaan Umum/Gubernur....../Bupati...../Walikota.....
C.q. Kepala ……………………………….
Di -
………………………..
1. N a m a : ……………………………
2. J a b a t a n : …………………………….
3. Kelompok Masyarakat/Organisasi/Badan Usaha/
Badan Hukum/Instansi Pemerintah : ………………………………
4. A l a m a t : ………………………………
A. Persyaratan administrasi :
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon.
2. Foto copy akte pendirian Badan Usaha/Badan Hukum
3. Surat kuasa pengurusan permohonan izin pembangunan/penempatan bangunan dan
jaringan utilitas (dalam hal surat permohonan tidak ditanda tangani oleh penanggung
jawab perusahaan)
4. Surat Pernyataan Kesanggupan memenuhi dan mematuhi semua persyaratan yang
ditentukan dalam surat izin pembangunan/penempatan bangunan dan jaringan utilitas.
B. Persyaratan Teknis :
1. Lokasi : .…………………………………
2. Rencana teknis : .…………………………………
3. Jadwal waktu pelaksanaan : .…………………………………
Demikian permohonan ini diajukan dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Pemohon Izin
Tanda tangan - Cap
(..................................)
166
Formulir A.2
Formulir A.2.
SURAT PERNYATAAN
1. N a m a : .…………………………………
2. Jabatan : .…………………………………
4. A l a m a t : .…………………………………
selaku pemohon dalam pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian jalan pada ruang manfaat
jalan / ruang milik jalan di lokasi ..................... untuk :
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa kami sanggup untuk memenuhi dan mematuhi
semua persyaratan yang ditentukan dalam surat izin pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian
jalan dan peraturan terkait yang berlaku dalam pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian jalan
dimaksud, baik pada saat pelaksanaan pembangunan maupun pada saat pemanfaatannya, serta
menanggung segala akibat yang ditimbulkannya.
Pemohon,
(.............................)
167
Persyaratan teknis mencakup:
1. lokasi;
2. metode pelaksanaan;
Persetujuan Prinsip
Setelah pemohon memenuhi persyaratan, pemberi izin melakukan evaluasi
dan peninjauan lapangan. Evaluasi dan peninjauan lapangan untuk jalan
nasional dilakukan bersama dengan Kabalai Besar/BPJN
Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak dilengkapinya
seluruh persyaratan oleh pemohon, Kabalai Besar/BPJN memberikan
pertimbangan teknis
1 169
1
Penerbitan Izin
Penerbitan izin untuk jalan nasional oleh pemberi izin dilakukan setelah
persyaratan dipenuhi oleh pemohon. Pemberi izin yang dimaksud adalah:
Pemberian izin untuk pemanfaatan ruang milik Jalan nasional oleh pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri PUPR
Dalam hal jalan nasional terletak di Daerah Khusus DKI Jakarta, pemberian
izin ditetapkan oleh Gubernur setelah mendapat rekomendasi teknis dari
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
170
Sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan tertentu dan bangunan tertentu, meliputi:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. pariwisata;
c. olah raga; dan/atau
d. aktivitas budaya dan keagamaan.
171
Tabel 5-1: Penanggung Jawab Pemberian Izin
172
Kegiatan Pada Pemberi
Pemberi Izin
Ruang Sungai Rekomtek
Instansi yang
menyelenggarakan
urusan
Menteri,
Pemanfaatan sungai pemerintahan
Gubernur, Bupati,
di kawasan hutan bidang
Walikota
kehutanan/
BUMN bidang
kehutanan
Pembuangan air
Bupati/ walikota Pengelola SDA
limbah ke sungai
Pengambilan
komoditas tambang Bupati/ walikota Pengelola SDA
disungai
Pemanfaatan sungai Instansi yang
untuk perikanan menyelenggarakan
menggunakan urusan Pengelola SDA
keramba atau jaring pemerintahan
apung bidang perikanan
Mengajukan Permohonan
Permohonan Izin diajukan secara online/ manual oleh pemohon dan
disampaikan kepada Pemberi izin dengan dilengkapi: a. identitas; b. gambar
lokasi; c. kebutuhan; d. gambar spesifikasi teknis; e. Dokumen lingkungan
hidup; f. PKM; g. Bukti bayar
173
1
Penyusunan Rekomtek
Penyusunan Rekomtek melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
Melakukan Persentasi
Melakukan Tinjauan Lapangan
Melakukan Kajian Teknis
Mengeluarkan Rekomendasi Teknis (Rekomtek)
Melakukan Verifikasi
Melakukan kajian terhadap permohonan dan rekomendasi teknis dari BBWS/
BWS
174
a. Persetujuan untuk kegiatan berusaha; atau
b. Persetujuan atau Konfirmasi untuk kegiatan
nonberusaha.
Pelaksanaan KKPRL diberikan berdasarkan permohonan.
Persetujuan atau Konfirmasi tidak dapat diberikan di zona
inti pada Kawasan Konservasi di Laut. Pada Kawasan
Konservasi di Laut di luar zona inti tidak dapat diberikan
Persetujuan dan/atau Konfirmasi untuk kegiatan:
a. pertambangan terbuka;
b. dumping; dan
c. Reklamasi.
Dalam hal lokasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) secara teknis tidak memungkinkan dipindahkan dari
Kawasan Konservasi di Laut, Persetujuan atau Konfirmasi
hanya dapat diberikan pada Kawasan Konservasi di Laut di
luar zona inti dalam rangka pelaksanaan:
a. kegiatan berupa proyek strategis nasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Presiden; dan/atau
b. kepentingan pengelolaan Kawasan Konservasi di Laut.
Pemberian Persetujuan atau Konfirmasi di wilayah
pertahanan dan keamanan dilaksanakan oleh Menteri
setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertahanan. Menteri dapat berkoordinasi dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
luar negeri untuk memberikan Persetujuan atau Konfirmasi
Pemanfaatan Ruang Laut yang lokasinya:
175
a. berhadapan dan/atau berdampingan dengan batas
maritim negara lain; dan/atau
b. berada di landas kontinen dengan pinggiran luar tepi
kontinen yang melebihi jarak 200 (dua ratus) mil laut
dari garis pangkal dimana lebar laut teritorial diukur,
hingga paling jauh 350 (tiga ratus lima puluh) mil laut
atau sampai dengan jarak 100 (seratus) mil laut dari
garis kedalaman 2.500 (dua ribu lima ratus) meter.
Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan oleh
bupati/walikota dapat mengusulkan alokasi Ruang perairan
sebagai wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat ke dalam
RTR dan/atau RZ. Persetujuan atau Konfirmasi dapat
diberikan pada wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat
setelah mendapat persetujuan dari Masyarakat Hukum
Adat.
Menteri berwenang menerbitkan dan mencabut Persetujuan
atau Konfirmasi. Pemohon Persetujuan untuk kegiatan
berusaha meliputi: (a) Orang perseorangan; (b) Badan
Usaha; dan (c) Bentuk Usaha Tetap.
Pemohon Persetujuan untuk kegiatan nonberusaha
meliputi: (a) kementerian/badan/lembaga/komisi; (b)
organisasi perangkat daerah; (c) Orang perseorangan; (d)
Badan Usaha; dan (e) Bentuk Usaha Tetap.
176
Pemohon Konfirmasi meliputi:
a. kementerian/badan/lembaga/komisi; dan
b. organisasi perangkat daerah.
Kementerian/badan/lembaga/komisi atau organisasi
perangkat daerah mengajukan permohonan Persetujuan
dalam hal kegiatan yang dimohonkan merupakan kebijakan
nasional yang bersifat strategis.
Kementerian/badan/lembaga/komisi atau organisasi
perangkat daerah mengajukan permohonan Konfirmasi
dalam hal kegiatan yang dimohonkan tidak termasuk
kebijakan nasional yang bersifat strategis dan
pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
Berikut adalah tahapan perizinan pemanfaatan ruang laut:
Pendaftaran
177
1
Penerbitan KKPRL
Pemohon melakukan pembayaran penerimaan negara bukan pajak dalam
jangka waktu paling lama 21 (dua puluh satu) Hari sejak diterbitkan
perintah pembayaran dan menyampaikan bukti pembayaran melalui sistem
elektronik online single submission atau sistem elektronik yang
diselenggarakan oleh Kementerian.
178
Menteri dapat mendelegasikan kewenangan penerbitan
Persetujuan di Perairan Pesisir kepada gubernur.
Pendelegasian kewenangan diberikan kepada gubernur yang
telah menetapkan Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K
atau telah menetapkan Peraturan Daerah tentang rencana
tata ruang wilayah provinsi yang terintegrasi dengan RZWP-
3-K.
Gubernur dapat membentuk tim dan melibatkan pakar
untuk melaksanakan penilaian. Dalam melaksanakan
penilaian, tim dapat melakukan konsultasi kepada tim yang
dibentuk oleh Menteri. Konsultasi dilakukan dalam
pertemuan atau rapat dan hasilnya dituangkan ke dalam
berita acara.
179
c. fondasi bangunan ditanam minimal 1,5
meter dibawah permukaan tanah dengan
jarak minimal 10 meter; dan
d. dipasang alat pengaman;
2. Perpotongan di bawah jalur kereta api harus
memenuhi ketentuan:
a. untuk konstruksi bangunan minimal 80
centimeter dibawah kepala rel atau dihitung
sesuai dengan konstruksi jalan rel kecuali
untuk pipa dan kabel minimal 150 centimeter
dibawah permukaan tanah (subgrade);
b. untuk bangunan pipa dan kabel penanaman
dimulai minimal 10 meter dari sisi terluar jalur
rel kereta api;
c. dilengkapi dengan pengaman; dan
d. memberi tanda kepemilikan.
3. Perpotongan atau persinggungan dengan jalur kereta
180
Mengajukan Permohonan
Permohonan Izin diajukan secara tertulis oleh pemohon dan disampaikan
kepada Direktur Jenderal dengan dilengkapi: a. jenis perpotongan atau
persinggungan yang akan digunakan; b. gambar lokasi; c. gambar teknis; d.
sistem pengamanan yang digunakan; e. metode kerja yang digunakan; f.
analisis mengenai dampak lingkungan; g. rekomendasi dari pemerintah
daerah terkait dengan rencana tata ruang; h. izin prinsip dari penyelenggara
prasarana perkeretaapian; dan i. analisis mengenai dampak lalu lintas jalan
untuk perlintasan dan operasi kereta
181
3. Eselon I Atasan Kuasa Pengguna Barang
merupakan Pimpinan unit organisasi Eselon I
dimana Kuasa Pengguna Barang menjalankan
tugas dan fungsi pada organisasi dan tata kerja di
lingkungan Kementerian Perhubungan yang terdiri
atas:
a. Sekretaris Jenderal pada Sekretariat Jenderal;
b. Direktur Jenderal pada Direktorat Jenderal;
c. Inspektur Jenderal pada Inspektorat Jenderal;
dan
d. Kepala Badan pada Badan.
4. Kuasa Pengguna Barang adalah Kepala
Kantor/Satuan Kerja/Unit Pelaksana Teknis di
pusat dan di daerah dalam lingkungan kantor yang
dipimpinnya.
5. Kuasa Pengguna Barang pada Unit Kerja Eselon I,
adalah:
a. Kepala Biro Umum yang menangani Barang
Milik Negara pada Sekretariat Jenderal;
b. Sekretaris Inspektorat Jenderal;
c. Sekretaris Direktorat Jenderal; dan
d. Sekretaris Badan.
B. Bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara berupa:
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
182
C. Bentuk Pemindahtanganan Barang Milik Negara
dilakukan dengan cara:
a. Penjualan;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
Tahapan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN di
lingkungan Kementerian Perhubungan untuk
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya
mengacu kepada tahapan pemanfaatan dan
pemindahtanganan BMN pada bagian 5.1 dan 5.2.
A. Ketentuan Umum
184
B. Sewa BMN
185
1
Pemerintah Daerah;
4. Jangka waktu pinjam pakai BMN paling lama 2
186
Berikut tahapan pelaksanaan pinjam pakai BMN:
187
3. Pihak yang dapat menjadi mitra kerja sama
pemanfaatan BMN meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah; dan
c. Badan Hukum lainnya.
4. Kerja sama pemanfaatan tidak mengubah status
188
1
E. Penjualan BMN
yang berlaku;
Tanpa melalui lelang, untuk:
a. kendaraan dinas perorangan pejabat negara
yang dijual kepada pejabat negara; dan
b. BMN lainnya, ditetapkan lebih lanjut oleh
Pengelola Barang berdasarkan pertimbangan
yang diberikan oleh Pengguna Barang dan
instansi teknis terkait;
Berikut tahapan pelaksanaan penjualan BMN:
1
189
1
190
a. aspek ekonomis, antara lain:
1) tidak tersedianya anggaran untuk
pemenuhan kebutuhan fasilitas;
2) kajian terhadap nilai aset yang dilepas dan
nilai aset pengganti; dan
3) menguntungkan negara.
b. aspek yuridis, antara lain:
1) Rencana Umum Tata Ruang wilayah dan
penataan kota; dan
2) Peraturan perundang-undangan yang
terkait.
Pihak yang dapat melaksanakan tukar menukar
BMN adalah Pengguna Barang atau pejabat yang
diberi kuasa;
Mitra tukar menukar meliputi:
a. Pemerintah Daerah;
b. Badan Usaha Milik Negara;
c. Badan Usaha Milik Daerah;
d. Badan Hukum Milik Pemerintah lainnya; dan
e. Swasta, baik yang berbentuk badan hukum
maupun perorangan.
Mitra tukar menukar ditentukan melalui pemilihan
calon mitra tukar menukar yang diikuti sekurang-
kurangnya 5 (lima) peserta/peminat, kecuali
dilakukan dengan Pemerintah Daerah dan pihak-
pihak yang mendapatkan penugasan dari
Pemerintah dalam rangka pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum;
BMN yang dapat dilakukan tukar-menukar
meliputi:
191
a. tanah dan/atau bangunan yang status
penggunaannya ada pada Pengguna Barang;
dan
b. selain tanah dan/atau bangunan kecuali
Alutsista.
Ketentuan lebih terinci mengenai tata cara
pelaksanaan tukar menukar tanah dan/atau
bangunan mengikuti peraturan perundang -
undangan tentang tukar menukar.
Mengajukan Permohonan Tukar Menukar
Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan tukar-menukar tanah dan/atau bangunan
192
1
Pengguna Barang;
3. BMN yang dapat dihibahkan meliputi:
193
4. Pihak yang dapat menerima hibah adalah:
a. Dalam negeri:
1) lembaga/organisasi kemasyarakatan;
2) lembaga/organisasi kepemudaan;
3) lembaga/organisasi kependidikan;
4) lembaga/organisasi swasta; dan
5) Pemerintah Daerah.
b. Luar negeri;
1) negara asing; dan
2) lembaga internasional.
5. persyaratan BMN untuk dapat dihibahkan:
194
Mengajukan Usulan Kerja Hibah BMN
Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan hibah BMN
berupa tanah dan/atau bangunan kepada Pengguna Barang
dengan disertai penjelasan/pertimbangan dilaksanakannya
hibah dan data-data pendukung yang diperlukan
195
5.12 PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BMN PADA
KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS
A. Pemanfaatan dan Penggunaan BMN
Pemanfaatan dan penggunaan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan antara KKKS
dengan:
a. KKKS lain;
b. pihak lain; atau
c. KKKS baru yang ditunjuk untuk mengelola Wilayah
Kerja.
Pemanfaatan BMN oleh Pihak Lain dilakukan dalam
bentuk
a. pemanfaatan bersama; dan/atau
b. sewa.
Pemanfaatan BMN oleh Pihak lain dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan
berdasarkan permohonan SKK Migas melalui Menteri.
B. Pemindahtanganan BMN
Pemindahtanganan BMN dapat dilakukan melalui:
a. penjualan;
b. penetapan status penggunaan;
c. hibah;
d. pemindahan kepemilikan (transfer of title) kepada
pihak lain di luar negeri atau pihak lain di dalam
negeri; dan
196
e. beli balik (buy back) oleh pemasok/vendor/pabrikan
di luar negeri atau pemasok/vendor/pabrikan
di dalam negeri.
Tahapan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN di
lingkungan Kementerian ESDM untuk pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya mengacu kepada
tahapan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN pada
bagian 5.1 dan 5.2.
4. Tematik kegiatan;
197
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi …..
Status: DD/MM/YYYY
No. Nama Paket/ Kegiatan Lokasi Paket/ Kegiatan Unit Kerja Eselon II Tematik Kegiatan Pagu Luas Kebutuhan Lahan Jumlah Bidang
(Rp Ribu) (m2) Tanah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
SATKER …....
1 Rp -
2 Rp -
3 Rp -
Rp -
dst. Rp -
SATKER …....
1 Rp -
2 Rp -
3 Rp -
Rp -
dst. Rp -
Keterangan Pengisian:
(1) Nomor
(2) Diisi dengan Nama Paket Kegiatan sesuai dengan nama di e-Monitoring
(3) Diisi dengan lokasi paket kegiatan dengan format Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi (Contoh: Kecamatan Simboro, Kebupaten Mamuju, Sulawesi Bar
(4) Drop-down List Unit Kerja Eselon II pembina kegiatan:
a. SANITASI untuk Dit. Sanitasi;
b. AM untuk Dit Air Minum;
c. PKP untuk Dit. PKP;
d. BPB untuk Dit. BPB; atau
e. PS untuk Dit. PS.
(5) Drop-down List Tematik pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan PSN, KSPN, Direktif Presiden/Menteri, Kegiatan Reguler, atau Pengadaan Tanah untuk K
198
(6) Diisi dengan Pagu Kegiatan TA 2021 dalam Rupiah Ribu (x1.000) dengan angka tanpa simbol titik (.) ataupun (,) ataupun Rupiah (Rp)
199
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi …..
Status: DD/MM/YYYY
Status Penyusunan DPPT Status Objek Pengadaan Tanah Berdasarkan Dokumen DPPT
Pengajuan Perubahan DPPT
Persiapan Pelaksanaan Penetapan
DPPT (Jika Diperlukan)
Nama Paket/ Penanggung
No. Pengajuan Jumlah Klasifikasi Bentuk Ket.
Kegiatan Pembentukan Rapat Permintaan Data Penyampaian Pemberitahuan Revisi Pengajuan Jawab
Pengolahan Penetapan DPPT kepada Luas Lahan (m²) Bidang Hak-hak Atas Pengadaan
Persiapan Pertanahan dan Data Pertanahan Penyusunan Perubahan DPPT dari dan/atau Perubahan DPPT Pengadaan
Tim Penyusun dan Analisa Naskah Gubernur/ Tanah Tanah Tanah
dengan Data Teknis dan Data Teknis Naskah DPPT ketua pelaksana Adendum kepada Gubernur/ Lahan
DPPT Data DPPT Bupati/Wali
Anggota Tim Lainnya Lainnya Pengadaan Tanah DPPT Bupati/Wali Kota
Kota
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
SATKER …....
1 0 1.1
1.2
1.3
dst
Total - -
2 0 2.1
2.2
2.3
dst
Total - -
3 0
0
dst. 0
SATKER …....
1 0 1.1
1.2
1.3
dst
Total - -
2 0 2.1
2.2
2.3
dst
Total - -
3 0
0
dst. 0
201
6.3 PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGADAAN TANAH
Pemantauan kemajuan pengadaan tanah dilakukan secara
berkala untuk mengidentifikasi progress dan
permasalahan pengadaan tanah untuk dilakukan
pengambilan kebijakan sebagai langkah tindak lanjut
dalam menghindari/ meminimalisasi permasalahan-
permasalahan di masa depan. Kegiatan pemantauan
kemajuan pengadaan tanah dilakukan untuk
mengidentifikasi data dan informasi kemajuan
pelaksanaan pengadaan tanah, diantaranya:
1. Progres pelaksanaan pengadaan tanah saat ini;
202
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi …..
Status: DD/MM/YYYY
No. Nama Status Objek Pengadaan Tanah Progres Saat Ini Progres (%) Permasalahan dan Tindak Lanjut
Paket/ Luas Lahan (m²) Jumlah Penanggung Jawab Klasifikasi Hak- Bentuk Pengadaan Luas (m²) Bidang Luas Bidang Permasalahan Rencana
Kegiatan Bidang Tanah Pengadaan Lahan hak Atas Tanah Tanah (%) (%) Tindak Lanjut
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
SATKER …....
1 1.1 - -
1.2 - -
1.3 - -
dst - -
Total - -
2 2.1 - -
2.2 - -
2.3 - -
dst - -
Total - -
3 - -
- -
dst. - -
SATKER …....
1 1.1 - -
1.2 - -
1.3 - -
dst - -
Total - -
2 2.1 - -
2.2 - -
2.3 - -
dst - -
Total - -
3 - -
- -
dst. - -
Keterangan Pengisian:
(1) Nomor
(2) Nama Paket Kegiatan terisi otomatis dari Form A
(3) Luas lahan total yang dibutuhkan (dalam meter persegi)
(4) Jumlah bidang total yang dibutuhkan
(5) Diisi dengan penanggung jawab pengadaan lahan/perizinan
(6) Diisi dengan Klasifikasi Hak-hak Atas Tanah [Hak Milik/Hak Guna Usaha/Hak Guna Bangunan/Hak Pakai/Hak Sewa/Hak Membuka Tanah/Hak Memungut Hasil Hutan/Hak-hak Lain
(7) Diisi dengan bentuk pengadaan tanah:
(8) Diisi dengan progres luas lahan yang telah dibebaskan (dalam meter persegi)
203
(12) Diisi dengan uraian singkat permasalahan yang masih terjadi (pending matters)
(13) Diisi dengan uraian singkat rencana tindak lanjut dilengkapi dengan jadwal (tanggal) rencana penyelesaian
6.4 PELAPORAN PEMANTAUAN PENGADAAN TANAH
Pelaporan pemantauan pengadaan tanah dilakukan setiap
bulan berdasarkan progres pelaksanaan pengadaan tanah.
Pelaporan pemantauan pengadaan tanah disampaikan
dalam bentuk nota dinas dari Kepala Balai kepada Direktur
Jenderal Cipta Karya, yang memuat:
1. Progres pelaksanaan pengadaan tanah;
204
1
205
8) Direktur Prasarana Strategis;
9) Direktur Kepatuhan Intern;
10) Direktur Bina Teknik Permukiman dan
Perumahan.
7.1.3 SEKRETARIAT
Sekretarian Satuan Tugas Percepatan Pengadaan
Tanah terdiri dari Pejabat Fungsional di lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
206
7.2 TIM PERCEPATAN PENGADAAN TANAH
Tim Percepatan Pengadaan Tanah terdiri atas, antara lain:
1) Kasubag Umum dan Tata Usaha;
2) Kasi Pelaksanaan Wilayah;
3) Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Wilayah;
4) Pejabat Fungsional di lingkungan Balai;
5) Pejabat Pemerintah Daerah.
7.3 TUGAS SATGAS PERCEPATAN PENGADAAN TANAH DAN
TIM PERCEPATAN TANAH
Satuan Tugas dan Tim Percepatan Pengadaan Tanah
memiliki tugas, yaitu:
1) melaksanakan pemantauan penyelenggaraan
pengadaan tanah;
2) memastikan penyediaan lahan guna menjamin
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya
tepat waktu, tepat mutu, tepat administrasi, tepat biaya;
3) mendukung koordinasi pengadaan tanah dalam
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
4) memberi masukan kebijakan dan strategi pengadaan
tanah;
5) menyusun laporan.
Tim Pengarah, mempunyai Tugas;
1) menentukan arah kebijakan pelaksanaan percepatan
pengadaan tanah pembangunan sarana prasarana
bidang Cipta Karya;
2) memberikan dukungan dalam kaitan koordinasi lintas
instansi, antar Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupatan/ Kota,
BUMN/ BUMD, Swasta dan Masyarakat, untuk
percepatan pengadaan tanah pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya.
207
Tim Pelaksana, mempunyai tugas;
1) merencanakan program percepatan pengadaan tanah
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
2) melaksanakan pembinaan kepada Tim Percepatan
Tanah terkait pengadaan tanah pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya;
3) melaksanakan koordinasi, pemantauan, dan
pengendalian pengadaan tanah pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya;
4) melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kemampuan sumber daya manusia untuk
meningkatkan dan memperkuat kinerja pengadaan
tanah pembangunan sarana prasarana bidang Cipta
Karya; dan
5) menyampaikan laporan progres pengadaan tanah
secara berkala kepada Tim Pengarah berupa potensi
dan permasalahan serta kebutuhan tindakan turun
tangan dalam mengantisipasi permasalahan
pelaksanaan pembangunan di masa depan.
208
Sekretariat, mempunyai tugas;
1) melaksanakan tugas harian dan operasional dari
Satuan Tugas Perencanaan dan Pengendalian
2) mengumpulkan data dan informasi terkait dengan
kegiatan percepatan pengadaan tanah pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya;
3) memfasilitasi dan membina Tim Percepatan Tanah
terkait dengan kegiatan percepatan pengadaan tanah
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
4) memfasilitasi koordinasi, pemantauan, dan
pengendalian pengadaan tanah pembangunan sarana
prasarana bidang Cipta Karya;
5) memberi dukungan teknis, administrasi, dan logistik
kepada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana terkait dengan
kegiatan percepatan pengadaan tanah pembangunan
sarana prasarana bidang Cipta Karya;
6) menyusun masukan dan evaluasi hasil dari
pelaksanaan kegiatan percepatan pengadaan tanah
pembangunan sarana prasarana bidang Cipta Karya;
7) memfasilitasi pelaksanaan peningkatan kapasitas
kelembagaan dan kemampuan sumber daya manusia
untuk meningkatkan dan memperkuat kinerja
pengadaan tanah pembangunan sarana prasarana
bidang Cipta Karya;
8) menyampaikan bahan pelaporan progres pengadaan
tanah secara berkala kepada Tim Pengarah berupa
potensi dan permasalahan serta kebutuhan tindakan
turun tangan dalam mengantisipasi permasalahan
pelaksanaan pembangunan di masa depan.
209
8.
1 Mulai -
SK Tim Penyusunan
2 Membentuk Tim Penyusun DPPT
DPPT
Rencana Kerja,
Melaksanakan rapat persiapan dengan tim SK Tim Penyusunan
3 Metodologi,
penyusun DPPT
ListKebutuhan Data
Surat Permintaan
4 Menyampaikan surat permintaan data List Kebutuhan Data
Data
Surat Balasan dan
Menyampaikan surat balasan permintaan Surat Permintaan
5 Profil Data
data terkait pertanahan Data
pertanahan
Menyampaikan surat balasan permintaan Surat Balasan dan
Surat Permintaan
6 data terkait data dukung instansi terkait Profil Data dukung
Data
lainnya intansi
210
8.1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN DPPT
Pelaksana Mutu Baku
Surat
2 Membentuk Tim Verifikasi SK Tim Verifikasi
Permohonan
Hasil Peninjauan
3 Melakukan Peninjauan Lokasi SK Tim Verifikasi
Lokasi
PENGADAAN TANAH
Laporan Hasil
6 Menyetujui laporan hasil verifikasi Lembar Verifikasi
verifikasi
211
Pelaksana
Surat
Menyusun surat pemberitahuan rencana Rencana Kerja Pemberitahuan
10
pembangunan Persiapan dari Ketua Tim
Persiapan
Surat
Menyampaikan undangan Pemberitahuan
11 Undangan
pemberitahuan secara langsung dari Ketua Tim
Persiapan
Menyampaikan undangan
12 Undangan Tanda Terima
pemberitahuan kepada masyarakat
Surat
Pemberitahuan
Menyiapkan Pemberitahuan secara tidak Pemberitahuan
13 melalui media
langsung melalui media elektronik dari Ketua Tim
elektronik
Persiapan
Surat
Melaksanakan pemberitahuan rencana Berita Acara
Pemberitahuan
14 pembangunan kepada masyarakat pada Kegiatan
dari Ketua Tim
lokasi rencana pembangunan Sosialisasi
Persiapan
Melakukan pengumpulan data awal
BA Kegiatan
15 Pihak yang Berhak dan Objek Data Awal
Sosialisasi
Pengadaan Tanah
212
Pelaksana
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Gubernur/ Pengelola/ Pengguna
Tim Tim Tim Kajian Instansi
Kepala Memerlukan Bupati/ Barang/ masyarakat Kelengkapan Output
Verifikasi Persiapan Keberatan Terkait
Desa Tanah Walikota terdampak
Menyampaikan Pemberitahuan
Konsultasi Publik melalui: (1)
Surat
Pengumuman di kantor Kelurahan/ Desa
Pemberitahuan
20 atau nama lain atau kecamatan; (2) Surat Undangan
secara tidak
media cetak/ elektronik (Untuk pihak
langsung
yang terdampak tidak diketahui
keberadaannya)
Menjelasakan mengenai rencana Daftar
21 Pengadaan Tanah dalam Konsultasi Sementara, Notulensi Acara
Publik melalui proses dialogis Undangan
Hasil
Menginventarisasi masalah yang SK Gubernur Tim
25 Inventarisasi
menjadi alasan keberatan Kajian Keberatan
Permasalahan
Hasil
Melakukan pertemuan atau klarifikasi
26 Inventarisasi Hasil Klarifikasi
dengan pihak yang berkeberatan;
Permasalahan
Membuat rekomendasi diterima atau Hasil
27 Hasil Klarifikasi
ditolaknya keberatan. Rekomendasi
D E
213
Pelaksana
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Gubernur/ Pengelola/ Pengguna
Tim Tim Tim Kajian Instansi
Kepala Memerlukan Bupati/ Barang/ masyarakat Kelengkapan Output
Verifikasi Persiapan Keberatan Terkait
Desa Tanah Walikota terdampak
D E
214
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
DPPT, dokumen
Mengajukan permohonan pelaksanaan Surat
1 tahap persiapan,
tanah kepada kantor wilayah Permohonan
dll
Hasil Pemaparan/
Kajian
4 Mengkajii dokumen permohonan Penjelasan
Permohonan
Pengadaan tanah
Tidak Kajian
5 Menyampaikan hasil verifikasi Hasil Verifikasi
Permohonan
Ya
Membuat berita acara penerimaan
6 permohonan pelaksanaan pengadaan Hasil Verifikasi Berita Acara
tanah
Susunan
Kepala Kantor Wilayah membentuk
8 SK Penugasan keanggotaan Tim
pelaksana pengadaan tanah
Pelaksana
215
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
G
Rencana Jadwal,
Satgas melakukan penyiapan Rencana Kerja
13 tersedianya
inventarisasi dan identifikasi Pelaksanaan
Peralatan, dll
Rencana Jadwal,
Data Pengukuran
14 Melakukan pengukuran dan pemetaan tersedianya
dan Pemetaan
Peralatan, dll
Peta bidang
Melakukan pengumpulan data Peta bidang
16 tanah dan daftar
inventarisasi dan identifikasi tanah
nominative
216
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
H
Surat Penunjukan
Menunjuk Penilai Publik atau pejabat Hasil Pengadaan
25 Penilai Publik
yang ditunjuk oleh Menteri Gagal
atau Pejabat
217
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
I
Hasil
Melakukan perbaikan data nominatif
30 perbandingan Berita Acara
dan/atau peta bidang tanah
Data
J K
218
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
J K
Bukti penerimaan
38 Melakukan pemberian ganti kerugian Hasil Verifikasi
Ganti Kerugian
L M
219
Pelaksana Mutu Baku
Kepala Kantor
No Prosedur Lurah/ Instansi Yang Penilai/ Kepala Wakt
Pihak yang Satgas Satgas Ketua Wilayah/ Pengadilan
Kepala Memerlukan penilai Kantor Kelengkapan u Output
Berhak B A Satgas Ketua Negeri
Desa Tanah publik Pertanahan (HK)
Pelaksana
L
M
BA Penyerahan
Melakukan pencatatan hapusnya hak
Ganti Kerugian Surat Pencatatan
45 pada buku tanah dan daftar umum
Kepada Hapusnya Hak
pendaftaran tanah lainnya
Pengadilan
Hasil Surat
Mengajukan permohonan sertipikat Hak
47 Pelaksanaan Permohonan
Atas Tanah
Pengadaan Sertipikat
Penerbitan
50 Menerima sertipikat Tanda Terima
Sertipikat
220
NIP. 196707171996032002
8.4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYERAHAN HASIL
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
http://ciptakarya.pu.go.ig