PENDEKATAN UMUM,
B2 METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
Organisasi
Para pelaksana pekerjaan ini terdiri dari tenaga ahli dan tenaga
pendukung yang telah berpengalaman pada bidangnya masing-masing.
Organisasi Tim Penyedia Jasa sebagai pelaksana, personalia tenaga
ahli yang ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, diuraikan secara
rinci pada Bagian Organisasi dan Personil.
2-1
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
studi dari beberapa tenaga ahli agar tujuan dan sasaran studi dapat
tercapai dengan baik.
2-2
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
- Laporan Ringkasan
7. Soft Copy (Hardisk Eksternal 1 TB)
2-4
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
MULAI
PERSIAPAN
Kondisi Tim
Kelengkapan Adminsitrasi
Penyusunan Draft
Pengumpulan Data Awal RENCANA MUTU KONTRAK
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
Ya
Ya
Kegiatan
SURVEI LAPANGAN
KONSEP PERENCANAAN
POLDER MINI DI. RAWA
Penyusunan Draft
LAPORAN INTERIM
Ya
Final
LAPORAN INTERIM
PERENCANAAN DESAIN
POLDER MINI DAN
BANGUNAN PENUNJANG
PENGGAMBARAN DESAIN
POLDER MINI DAN
BANGUNAN PENUNJANG
Penyusunan
Rekomendasi Tindak
SPESIFIKASI TEKNIS,
ANALISIS BOQ DAN RAB Lanjut Pengelolaan
METODE PELAKSANAAN ,
Daerah Irigasi Rawa
dan MANUAL OP
Ya
Final
LAPORAN AKHIR
Penyusunan
LAPORAN PENDUKUNG
Penyusunan dan
Penyerahan
PRODUK AKHIR
SELESAI
2-5
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-6
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
c) Mobilisasi bahan, yaitu perlengkapan gambar dan peta, alat tulis kantor
(kertas, tinta, dll).
2-8
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat situasi detail terbaru, lengkap dan
sesuai dengan keadaan lapangan sebenarnya, berikut trase dan penampang
yang diperlukan, pembuatan peta jaringan irigasi dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran terestris
A. Orientasi Lapangan
Sebagai awal kegiatan survei dan pengukuran topografi ini maka
dilakukan orientasi lapangan awal. Orientasi lapangan tahap awal
pelaksanaan pengukuran di lapangan yang tujuannya untuk mengetahui
secara pasti batas areal pengukuran, serta kondisi topografi seluruh areal
pengukuran, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja secara detail
dan menyeluruh.
Kegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :
Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal
pengukuran dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
Meninjau areal yang akan diukur;
Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi
lapangan;
Bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan menentukan titik awal
pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM.
Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri semua calon
lokasi jaringan irigasi serta batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh
petugas yang berwenang dan betul-betul mengetahui titik-titik batas areal,
serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tim survey akan
membuat rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai
berikut:
Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
Jaringan titik-titik poligon sekunder yang dibuat mengikuti alur saluran
existing.
Posisi BM dan patok-patok lainnya.
Rencana jalur raai pengukuran Situasi detail.
Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.
2-9
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-10
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan
nilai koordinat maupun elevasinya.
Spesifikasi BM dan CP baru yang akan dipasang adalah sebagai berikut:
Jumlah BM yang akan dipasang sepasang BM disesuaikan dengan
kondisi lapangan yang ada atau pada tempat-tempat penting
lainnya.
Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat, panjang ± 50
cm, ditanam 40 cm dan bagianatasnya ± 10 cm diberi cat merah
dan paku payung.
Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal irigasi yang
berfungsi sebagai kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini
terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa loop sesuai petunjuk
Direksi.
Patok dipasang setiap jarak ±100 m untuk pengukuran sungai dan
± 50 m untuk pengukuran saluran atau sesuai kebutuhan.
BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM
dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah
dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya, diberi nomor dan
kode sesuai petunjuk Direksi.
Pada BM dimana dilakukan pengamatan matahari harus dipasang
azimuth mark sebagai acuan azimuth
Patok BM dipasang pada tempat yang aman dan stabil serta
posisinya ditentukan melalui pengukuran dari titik-titik poligon atau
dipasang pada tititk-titik poligon.
Pemasangan patok batas dilakukan dengan dasar petunjuk
petugas yang berwenang dari perusahaan dan diusahakan
petugas tersebut betul-betul mengetahui secara pasti letak masing-
masing titik batas areal.
BM dibuat dari cor beton dengan ukuran 20 X 20 dan tinggi 100 cm,
dipasang 70 cm tertanam di dalam tanah, dan dilengkapi dengan
rangka besi (dngan konstruksi kerangka akan ditentukan lebih
lanjut)
2-11
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Bentuk BM dan CP yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut ini;
2-12
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-13
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-14
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-15
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
D t1-t2 = jarak datar bacaan ke muka
D t2-t1 = jarak datar bacaan ke belakang
D t1-t2 = jarak yang digunakan dalam hitungan poligon.
2-16
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
fx = jumlah X, dan
fy = jumlah Y
(iii) Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita
ukur, sangat ter-gantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang
miring dilakukan dengan cara seperti yang diilustrasikan pada gambar
berikut ini
Untuk lokasi pengukuran yang relatif miring, jarak yang diukur adalah
jarak miring. Untuk mengetahui kemiringan medan dilakukan
pengamatan sudut miring dengan cara :
2-17
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Hal ini dilakukan mengingat jarak pita ukur menurut teoritis sulit
diterapkan di lapangan, dan kalaupun bisa diterapkan hanya akan
dipakai sebagai kontrol jarak.
Untuk keperluan hitungan jarak mendatar perlu dilakukan pengamatan
sudut vertikal. Hitungan X dan Y dilakukan segera untuk mengetahui
ketelitian salah penutup X dan Y, jika √Px, √Py tidak masuk toleransi,
segera dilakukan pengukuran ulang untuk jarak sisi yang bersangkutan.
Ketelitian linier poligon kerangka utama adalah :
dimana :
√Px = salah penutup X
√Py = salah penutup Y
di = jumlah jarak.
dimana :
2-19
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
= sudut mendatar
AB = bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = bacaan skala horisontal ke target patok C.
2-20
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana:
T = azimuth ke target
2-21
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
= salah penutup
V = residu.
2-22
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-23
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-24
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-25
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang
termasuk dalam orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat
dengan Wild NAK-2, misalnya Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan
pemeriksaan garis visir alat ukur.
Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki,
akan tetapi apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir
mencapai 0,05 mm/m, maka alat tersebut akan dikalibrasi
terlebih dahulu.
Untuk memeriksa garis visir, ada berbagai cara dalam
meletakkan kedudukan alat terhadap rambu. Berikut ini diuraikan
cara untuk mengetahui / memeriksa garis visir (dengan salah
satu cara). Agar dalam melakukan pemeriksaan garis visir
tersebut dapat dipakai sebagai data ukur, maka posisi /
kedudukan alat terhadap rambu dipilih terletak di antara kedua
rambu dengan posisi jarak 1/3 dan 2/3-nya.
Beda tinggi b2’ m2’ seharusnya adalah (b1 – m1) = (b2 – m2), karena
ada kesalahan sebesar sudut pada garis visir, maka harus
dikoreksi dengan kontrol C. Perhatikan sudut b 1 dan b1’ :
tg = C = b1 b1’/db1 b1 b1’ = C . db1.
Bacaaan yang didapat karena ada salah garis visir masing-masing
b1’ : m1’ : b2’ dan m2’, seharusnya bacaan tersebut adalah b 1 : m1 : b2
dan m2
Kemudian ditransfer dari bacaan yang didapat ke bacaan
seharusnya, yaitu :
2-26
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Jika :
(b2’ - m2’) = h2 = beda tinggi stand II
(b1’ - m1’) = h1 = beda tinggi stand I
(dm1 - db1) = harga negatif dari selisih jarak pada stand II
2-27
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-28
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-29
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Alat ukur yang digunakan minimal adalah Theodolite T-0 atau yang
sejenis.
Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.
2-30
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-31
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dd = DO . cos2
Dd = DO (Ba - Bb) cos2
dimana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang atas
Bb = bacaan benang bawah
Bt = bacaan benang tengah
TA = tinggi alat
Do = jarak optis
= sudut vertikal.
Mengingat banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas
terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas
akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah
orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi Boussole (C) adalah :
C = g - m
dimana :
g = azimuth geografis
m = azimuth magnetis.
Pada pelaksanaannya, kerapatan titik detail sangat tergantung pada skala
peta yang dibuat, selain itu untuk keadaan tanah yang mempunyai
perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil
dari pengukuran berupa data ray dari masing-masing ruas dalam jalur
poligon yang menyajikan ketinggian titik-titik tanah yang dipilih dan posisi
bangunan yang dianggap penting.
2-32
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap ray lalu diikatkan pada masing-
masing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi.
Secara jelas titik-titik ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki
skala rinci.
2-33
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-34
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
serta titik spot height juga diperlihatkan sampai tiga desimal di dalam peta
tanah asli, peta rencana, potongan memanjang (long section) dan
potongan melintang (cross section).
a. Hasil data ukur diasistensikan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dan apabila data hasil koreksil asistensi tersebut terdapat
kesalahan, maka Konsultan memperbaikinya atau mengulang
pengukuran.
b. Sebelum Konsultan memperbaikinya, dilarang untuk diplotkan di atas
kertas kalkir dan melanjutkan pekerjaan detail design. Setelah semua
pekerjaan tersebut diatas telah dilakukan dan disetujui oleh pihak
Direksi, maka tahap pekerjaan selanjutnya boleh dilakukan dan
dilengkapi dengan berita acara.
c. Transparan asli (kalkir) gambar profil trase pantai dan bathimetry tidak
boleh dipakai untuk detail design, tapi dibuat dua rangkap, satu
rangkap berupa peta dan gambar eksisting dan satu rangkap lagi
dipakai untuk detail design (rencana).
d. Seluruh hasil pengamatan lapangan yang asli berikut seluruh
perhitungan, telah diberi nomor indeks dan nomor cross reference
(pengecekan silang), dan diserahkan kepada Direksi.
e. Konsultan menyerahkan kepada Direksi berupa daftar Deskripsi BM &
CP lengkap berisi ketinggian dan koordinat dan seluruh BM dan CP
yang terpasang, dan dibukukan. Form diskripsi BM & CP terlampir
2-35
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-36
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
B. Pengukuran Debit
Pada prinsipnya pengukuran debit dimulai dengan mengukur kecepatan
aliran pada beberapa titik, kemudian mengukur luas tampang aliran. Bila
dari hasil pengukuran kecepatan didapatkan nilai kecepatan pada
beberapa titik berbeda secara signifikan maka sebaiknya tampang aliran
dibagi dalam beberapa pias sehingga diperoleh debit masing-masing pias.
Debit total merupakan penjumlahan dari debit masing-masing pias
tersebut. Namun bila diperoleh kecepatan pada beberapa titik tersebut
yang hampir seragam, maka kecepatan tampang merupakan nilai rata-
rata dari kecepatan tiap titik. Selanjutnya debit aliran adalah perkalian dari
kecepatan rerata tampang dengan luas total tampang aliran.
2-37
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-38
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-39
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
A1 A2
2-41
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-42
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-43
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pengukuran kecepatan dilakukan dua kali pada kedalaman 0,2 H dan 0,8
H, sehingga kecepatan rata-rata alirannya adalah :
dimana :
V0.2d = arus pada kedalaman 0.2d
d = kedalaman lokasi pengamatan arus.
Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan dengan cara merawas (wadding),
menggunakan perahu, menggunakan jembatan (bridge cranch), memakai
kereta gantung (cable-car) dan atau menggunakan winch cable, tergantung
dari kondisi di lapangan pada saat pengukuran.
d. Metode Merawas
Merawas dilaksanakan saat kondisi air dangkal (minim) dimana
memungkinkan untuk diseberangi langsung dengan merawas. Cara
Pengukuran merawas ini mempunyai keuntungan dapat memilih
penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran debit dengan
merawas, antara lain :
(1) Pengukur harus berdiri pada posisi yang tidak mempengaruhi
kecepatan air yang melalui alat ukur arus;
(2) letakan batang duga tegak mm pada jarak antara 2,5 - 7,5 cm di
hilir kabel ukur baja yang sudah dibentangkan tegak lurus dengan arah
aliran;
(3) Pengukur harus berdiri ± 45 cm dari batang penduga.
(4) Hindarilah berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan
penyempitan penampang melintang;
2-44
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pengukuran dengan pelampung dilakukan pada waktu debit besar, hal inipun
dilaku-kan apabila pengukuran dengan menggunakan current meter tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan, karena kondisi di lapangan cukup
membahayakan Petugas / Pengamat.
2-45
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-46
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah sampel air yang berasal dari
sumber air. Ada dua macam ampel air yang dapat digunakan, yaitu :
a. Sampel sesaat (grab sampel)
Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu, contoh :
sampel yang dimabil dari sumber air.
b. Sampel gabungan waktu
Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama,
tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24
jam. Sampel masing – masing diambil pada kapasitas 120 ml setiap interval
waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel – sampel kemudian di campur
pada akhir periode pengambilan sampel. Jika zat pengawet diperlukan,
masukkan zat tersebut kedalam wadah yang masih kosong (setelah dicuci
dengan sampel), sehingga semua bagian atu porsi dari gabungan sampel
akan diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan.
Sampel gabungan waktu digunakan untuk menentukan komponen –
komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah / volume
2-47
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-48
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
b. Alat lain
1. Alat ekstrasi
Alat ini terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan
mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.
2. Alat penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat
menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45 um.
3. Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada suhu 4 OC, dapat membekukan
contoh bila diperlukan dan mudah diangkut di lapangan.
4. Bahan kimia untuk pengawet
Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan
bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar
zat yang akan diperiksa.
2-49
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Jenis alat pengambil contoh Beberapa jenis alat pengambil contoh yang dapat
digunakan meliputi :
2-50
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.20 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Tegak (Kiri) dan Tipe Mendatar
(Kanan)
2-51
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.21 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Kedalaman terpadu (Integrated Depth
Sampler – USHD)
5) Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu
dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air
limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata
selama periode tertentu,salah satu contoh sebagai berikut
2-52
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.23 Alat Pengambil Contoh Gas Terlarut Tipe Casella (Termasuk Oksigen
Terarut)
A. Air Permukaan
Lokasi pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran
sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut
1. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (DPS),
berdasarkan pada:
2-53
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
a. Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih
sedikit pencemaran ;
b. Sumber air tercernar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemar ;
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air tersebut.
2. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada:
a. Tempat masuknya sungai ke danau/waduk ;
b. Di tengah danau/waduk ;
c. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan ;
d. Tempat keluarnya air danau/waduk
2-54
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
B. Air Tanah
2-55
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak
tertekan) dan air tanah tertekan denga penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas (tidak tertekan), misal : sumur gali, sumur pompa tangan
dangkal / dalam.
Disebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan / pembuangan sampah kota
/ industri.
Disebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan
pupuk kimia.
Didaerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin.
Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
2. Air tanah tertekan
Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,
pedesaan, pertanian dan industri.
Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum.
Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah.
Di lokasi kawasan industri.
Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan.
Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis
(misalnya : cekungan artesis Bandung)
Pada sumur observasi di wilayah pesisir dimana terjadi penyusupan air
asin.
Pada sumur observasi penimbunan / pengolahan limbah industri bahan
berbahaya dan beracun (B3)
Pada sumur lainnya yang dianggap perlu.
2-56
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-57
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
1. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun.
2. Sungai / saluran yang telah tercemar ringan sampai sedang, sebulan
sekali selama setahun.
3. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun.
4. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
5. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
6. Air meteorik sesuai dengan keperluan.
7. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan
2-58
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pengawetan Sampel
1. Pengawetan cara Fisika
Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginancontoh pada
suhu 4OC atau pembekuan.
2. Pengawetan cara Kimia
Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang
diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah senagai berikut :
Pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida
pekat atau asam sulfat ke dalam contoh sampai pH <2.
Penabahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya
Penambahan larutan basa (biasanya larutan Na. Hidroksida, NaOH)
kedalam contoh sampai pH 10-11.
Kemudian wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak
yang telah dirancang secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama
pengangkutan ke laboratorium.
2-59
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-60
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
B. Handbor
Kegiatan handbor/bortangan ini bertujuan untuk mengetahui jenis
tanah,sifat-sifat fisis dan keadaan tanah itu sendiri. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam bor auger pada ujung bagian
bawah dari serangkaian stang bor. Bagian atasnya terdiri dari stang
berbentuk T untuk memutar stang bor. Pengambilan sampel dilakukan
dengan tabung dimasukan kedalam lubang bor kemudian ditekan perlahan
lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm.
Pelaksanaan pemboran tangan dimaksudkan untuk pengambilan contoh
tanah dalam lapisan dangkal ( kurang dari 10 m ), untuk mendapatkan
keterangan mengenai jenis tanah, sifat-sifat fisis dan kondisi tanah.
Sebelum pemboran dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal antara lain :
a) Letak kritik pemboran
b) Kedalaman pemboran yang diharapkan
c) Jenis contoh yang dikehendaki
d) Macam bor yang akan digunakan
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed samples)
diperlukan tabung contoh tanah ukuran 6,8 cm panjang 40 cm. Untuk
memudahkan pemeriksaan di laboratorium, minimum 60% dari tabung
harus terisi tanah. Pelaksanaan pengeboran harus sesuai dengan standar
pelaksanaan yang lazim dan disetujui pengawas pekerjaan/direksi.
2-61
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-62
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-63
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dalam pekerjaan analisis data, kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
2-65
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Hitungan koordinat :
XP = XA + dAP Sin αAP
YP = YA + dAP Cos 2αAP
dalam hal ini :
XA , YA = koordinat titik yang akan ditentukan
dAP Sin αAP = selisih absis (XAP) definitif (telah diberi koreksi)
2-66
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dAP Cos αAP = selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = jarak datar AP definitif
αAP = azimuth AP definitif.
Hitungan Koordinat
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan Metoda Bowdicth.
Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut :
2-67
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut.
- Syarat Geometrik Absis (KX)
(XAkhir – XAwal) - = 0
dimana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∑di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur.
- Koreksi Ordinat
dimana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∑di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur.
2-68
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
M = azimuth matahari
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
= lintang miring ke matahari.
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut :
dimana :
Zd = sudut zenit definitif
md = sudut miring definitif
Zu = sudut zenit hasil ukuran
mu = sudut miring hasil ukuran
r = koreksi refraksi
½d = koreksi semi diameter
p = koreksi paralaks
I = salah indeks alat ukur.
H2 = H1 + H12 + KH
dimana :
H = tinggi titik
H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
Dd = DO . cos2 m
2-70
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Penggambaran
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format digital AutoCAD pada lembar
berkoordinat ukuran A1. Format ukuran A1 berlaku bagi seluruh lembar
gambar dan peta. Untuk pengeplotan seluruh peta dan gambar pada lembar
A3 tetap menggunakan format A1. Seluruh hasil pengukuran topografi dan
bathimetry 1:2.000 direkam pada peta indeks berkoordinat penuh. Seluruh
peta mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
2-71
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
a. Garis kontur
b. Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, pantai maupun dasar laut
(bathiymetri)
c. Skala, arah utara dan legenda
d. Grid berkoordinat pada interval 10 cm (200 m pada skala 1: 2.000)
e. Blok judul dan kotak revisi
f. Catatan kaki pada peta
g. Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dan layout
lembar disertakan untuk menunjukkan hubungan antara satu lembar
dengan lembar berikutnya (over lay)
Semua ukuran huruf dan garis dibuat mengacu pada standarisasi dalam
penggambaran peta-peta/ gambar-gambar pengairan sebagaimana dijelaskan
pada buku “Kriteria Perencanaan Irigasi (Standar Penggambaran KP 07)”
yang diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan Teknis. Direktorat Irigasi I, Ditjen
Pengairan. Karena penggambaran dibuat dengan format digitasi AutoCAD,
maka ukuran huruf dan garis dibuat seideal mungkin dengan tidak
mengabaikan faktor artistiknya.
2-72
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Peta Indeks/Rencana
a. Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data hanya pada satu
lembar atau beberapa lembar format Al, pada skala 1: 2.000, maka peta
indeks/ ikhtisar dengan skala 1 : 25.000 tetap dibutuhkan, untuk
menunjukkan:
1. Daerah kerja (garis besar).
2. Kontur dengan interval 1 m.
3. Spot height yang dipilih
4. Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada peta indeks.
5. Nama kampung dan batas-batas administrasi.
b. Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi pada kompilasi peta
1:5.000, atau dapat diperoleh dan pengeplotan kembali hasil pengukuran.
2-73
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dimana :
Px = tinggi hujan yang dinyatakan (mm)
PA = tinggi hujan pada stasiun A (mm)
PB = tinggi hujan pada stasiun B (mm)
PC = tinggi hujan pada stasiun C (mm)
2-74
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Sebelum digunakan untuk analisis, data perlu diuji terlebih dahulu untuk
mengetahui konsistensi data dan kemungkinan adanya kesalahan
pencatatan. Metode uji konsistensi yang digunakan adalah metode kurva
massa dan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand,1982). Rangkaian data hujan yang digunakan untuk analisis
adalah hujan bulanan.
a. Uji Kurva Massa
Uji konsistensi dengan kurva massa ada dua cara, yang umum adalah
‘double mass curve’, yaitu memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji
dengan seri kumulatif yang dipercaya dari stasiun-stasiun di sekitarnya.
Cara yang lain adalah memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji
terhadap waktu. Pengujian dilakukan secara visual dengan melihat trend
arah kurvanya; bila lurus berarti data cukup konsisten, bila ada
kecenderungan membelok berarti ada perubahan trend atau tidak konsisten
yang berarti perlu dikoreksi.
Berikut ini ditampilkan contoh kurva massa ganda untuk stasiun pengukur
curah hujan yang ada. Apabila dari gambar-gambar tersebut data hujan
untuk masing-masing stasiun cukup panggah atau cukup konsisten, yang
ditandai dengan garis kurva massa yang mendekati garis lurus (koefisein
korelasi R2=0,999) dan tidak ada perubahan trend. Sehingga data curah ini
dapat dipakai untuk analisis selanjutnya
2-75
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
b. Uji RAPS
Pengujian konsistensi dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
Sums) menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan
komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar
komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas
lagi bisa dilihat pada rumus dibawah:
S0 0
dg k = 1,2,3,...,n
Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n.
Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat,
jika hasilnya lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.
Tabel Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5
Q/n0.5 R/n0.5
n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70
40 1,31 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,85
Sumber: Sri Harto, 18; 1983
2-76
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
2-77
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-78
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
………………………………………………. 2.3)
dimana :
A = luas areal DAS (Km2)
d = tinggi curah hujan
d1, d2, d3,….,dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,…., n
A1, A2, A3,…An = luas daerah pengaruh stasiun 1, 2, 3, ….. n
n = jumlah stasiun hujan
P = koefisien Thiesen.
3) Cara Isohyet
Langkah-langkah dalam penggambaran Kontur Isohyet adalah sebagai
berikut :
1. Sediakan peta topografi lokasi pekerjaan;
2. Gambar batas DAS dari sungai yang ditinjau;
3. Plotkan posisi stasiun curah hujan pada peta topografi dan beri nama /
nomor stasiunnya;
4. Hitung besarnya curah hujan rancangan dengan beberapa kala ulang di
masing-masing stasiun curah hujan, kemudian plotkan tinggi curah
hujan tersebut;
5. Tarik garis yang menyatakan ketinggian dari curah hujan tersebut
dengan interval tertentu, seperti menarik kontur topografi;
6. Untuk curah hujan dengan kala ulang yang berbeda lakukan cara yang
sama seperti di atas, dengan memasukkan nilai yang sudah terhitung
untuk kala ulang tertentu. Lihat gambar di bawah ini.
2-79
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
untuk :
A = luas areal DAS (Km2)
d = tinggi curah hujan (mm)
d1, d2, d3,….,dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,….,n (mm)
A1, A2, A3,….An = luas daerah penggaruh pos 1,2,3,….,n (Km2)
Pi = koeffisien Thiesen
K =
YT =–
Keterangan,
Sx = simpangan baku data X
X = nilai X untuk kala ulng tertentu
= nilai rata-rata hitung data X
YT = nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada
periode ulang tertentu
Yn = nilai rata-rata dari reduksi data, tergantung dari jumlah data (n)
Sn = deviasi standar dari reduksi data, tergantung dari jumlah data
(n)
CS = koefisien kemencengan
= memiliki syarat = 1,1396
= persamaan hitung = CS =
= persamaan hitung = CK =
2-81
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Tabel Hubungan Reduksi Jumlah Data (n), (Yn) Dan Deviasi Standar (Sn)
n Yn Sn n Yn Sn
10 0.4952 0.9496 56 0.5508 1.1696
11 0.4996 0.9676 57 0.5511 1.1708
12 0.5035 0.9833 58 0.5515 1.1721
13 0.5070 0.9971 59 0.5518 1.1734
14 0.5100 1.0095 60 0.5521 1.1747
15 0.5128 1.0206 61 0.5524 1.1759
16 0.5157 1.0316 62 0.5527 1.1770
17 0.5181 1.0411 63 0.5530 1.1782
18 0.5202 1.0493 64 0.5533 1.1793
19 0.5220 1.0565 65 0.5535 1.1803
20 0.5236 1.0628 66 0.5538 1.1814
21 0.5252 1.0696 67 0.5540 1.1824
22 0.5268 1.0754 68 0.5543 1.1834
23 0.5283 1.0811 69 0.5545 1.1844
24 0.5296 1.0864 70 0.5548 1.1854
25 0.5309 1.0915 71 0.5550 1.1863
26 0.5320 1.0961 72 0.5552 1.1873
27 0.5332 1.1004 73 0.5555 1.1881
28 0.5343 1.1047 74 0.5557 1.1890
29 0.5353 1.1086 75 0.5559 1.1898
30 0.5362 1.1124 76 0.5561 1.1906
31 0.5371 1.1159 77 0.5563 1.1915
32 0.5380 1.1193 78 0.5565 1.1923
33 0.5388 1.1226 79 0.5567 1.1930
34 0.5396 1.1255 80 0.5569 1.1938
35 0.5402 1.1285 81 0.5570 1.1945
36 0.5410 1.1313 82 0.5572 1.1953
37 0.5418 1.1339 83 0.5574 1.1959
38 0.5424 1.1363 84 0.5576 1.1967
39 0.5430 1.1388 85 0.5578 1.1973
40 0.5436 1.1413 86 0.5580 1.1980
41 0.5442 1.1436 87 0.5581 1.1987
42 0.5448 1.1458 88 0.5583 1.1994
43 0.5453 1.1480 89 0.5585 1.2001
44 0.5458 1.1499 90 0.5586 1.2007
45 0.5463 1.1519 91 0.5587 1.2013
46 0.5468 1.1538 92 0.5589 1.2020
47 0.5473 1.1557 93 0.5591 1.2026
48 0.5477 1.1574 94 0.5592 1.2032
49 0.5481 1.1590 95 0.5593 1.2038
50 0.5485 1.1607 96 0.5595 1.2044
51 0.5489 1.1623 97 0.5596 1.2049
52 0.5493 1.1638 98 0.5598 1.2055
53 0.5497 1.1658 99 0.5599 1.2060
2-82
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
n Yn Sn n Yn Sn
54 0.5501 1.1667 100 0.5600 1.2065
Log Xt =
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
=
CV =koefisien variasi
CS = koefisien kepencengan
=
CK = koefisien kurtosis
2-83
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Uji Chi-Square
Metode ini menganggap pengamatan membentuk variable acak dan
dilakukan secara statistik dengan mengikuti kurva distribusi chi square
dengan derajat kebebasan k-p-1, dengan p merupakan jumlah
parameter yang diesitimasi dari data. Uji statistik ini berdasarkan pada
bobot jumlah kuadrat perbedaan antara pengamatan dan teoritisnya
yang dibagi dalam kelompok kelas. Uji kecocokan ini dapat dilihat pada
persamaan berikut:
2-84
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Keterangan:
Xh : parameter chi-square terhitung;
K : jumlah sub kelompok;
Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i;
Ei : jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i.
2-85
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-86
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Keterangan:
Dn = jarak vertikal maksimum antara pengamatan dan teoritisnya
P(x) = probabilitas sampel data
Po(x) = probabilitas dari teoritisnya
Keterangan :
P = probabilitas (%);
M = nomor urut data dari seri data yang telah disusun;
n = banyak data.
2-87
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dimana:
RFPMP = curah hujan PMP
RFAverage = curah hujan maksimum rata-rata tahunan
K = Konstanta (Gambar B.34 sampai Gambar B.36)
S = standar deviasi curah hujan harian maksimum
2-89
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.34 Faktor Penyesuaian Rerata Hujan Tahunan Maksimum Harian dengan
Lamanya Pencatatan Harian
2-90
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.35 Faktor Penyesuaian Rerata dan Standar Deviasi Dengan Lamanya
Pencatatan Hujan
2-91
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.36 Faktor Penyesuaian Standar Deviasi Hujan Maksimum Harian Dengan
Lamanya Pencatatan Hujan
2-92
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
G. HEC-SSP
HEC-SSP didesain untuk perhitungan analisis statistik data hidrologi.
Analisis statistik yang terdapat dalam HEC-SSP ini pada dasarnya ada 3
jenis yaitu :
1) Flow frekuensi alalysis berdasarkan metode Bulletin 17B.
2) Generalized Frequency Analysis, untuk analisis frekuensi dengan
beberapa metode diantara Log Pearson Type III dan Log Normal.
Selain digunakan untuk debit puncak, dapat juga digunakan untuk data
hujan maximum tahunan.
3) Volume-Duration Frequency Analysis, yaitu untuk analisis volume-
duration frekuensi.
Untuk pekerjaan ini, dimana perlu ditentukan curah hujan rancangan,
maka akan dipakai modul ke-2 dari HEC-SSP yaitu Generalized
Frequency Analysis. Dengan menggunakan HEC-SSP ini maka akan
didapatkan data curah hujan rencana untuk berbagai kala ulang yang
diinginkan. Data yang diperlukan untuk dapat merunning software ini
adalah data hujan maksimum. Distribusi frekuensi analitik yang digunakan
adalah Log Pearson Type III. Tampilan software HEC-SSP ini adalah
sebagai berikut :
2-93
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
H. Debit Andalan
Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus
menunjukkan seberapa besar debit yang dapat diandalkan. Analisis
ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai
sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi
debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability), sebagai berikut :
2-94
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-95
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Et Ep E
m
E Ep 18 n
20
Dengan:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan
evapotranspirasi terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface)
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
Ws As IS
2-96
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50 mm - 200 mm)
SMC (n) = Kelembaban tanah bulan ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n-1
IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah
dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
8) Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya.
2-97
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
9) Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien
infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien
infiltrasi yang kecil karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah.
Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 - 1.
Vn Vn Vn1
Dimana:
Vn = Volume air tanah bulan ke n
k = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t
qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)
2-98
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Metode NRECA
PET
Hujan AET
TAMPUNGAN Aliran
AIR TANAH Air Tanah
Total Inflow
Di lokasi pekerjaan ketersediaan data debit tidak ada, sehingga untuk data
debit dilakukan dengan pendekatan menggunakan metode NRECA.
2-99
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana :
Nominal = 100 +0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
7. Rasio Rb/PET (kolom 3/kolom 4)
8. Rasio AET/PET
AET = Penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dari Gambar,
nilainya tergantung dari rasio Rb/PET (kolom 6) dan Wi (kolom 5)
9. AET = (AET/PET) x PET x koef Reduksi (kolom 8 x 4 x koef reduksi)
Tabel Koefisien Reduksi Penguapan Peluh
Kemiringan Koefisien
(m/Km) Reduksi
0 – 50 0,9
51 – 100 0,3
101 – 200 0,6
> 200 0,4
2-100
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Bila neraca air positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari
Gambar dengan memasukan harga Wi. Bila neraca air negatif (-)
maka rasio = 0.
12. Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air
(kolom 11 x kolom 10)
13. Perubahan tampungan = neraca air – kelebihan kelengasan (kolom 10
– kolom 12)
14. Tampungan air tanah = p1 x kelebihan kelengasan (kolom 12)
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 0 – 2) yang nilainya 0,1 untuk tanah kedap air
dan 0,5 untuk tanah lulus air.
15. Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal
=2
16. Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air
tanah awal (kolom 14 + kolom 15)
17. Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 16)
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 2-10) yang nilainya 0,9 untuk tanah kedap air
dan 0,5 untuk tanah lulus air.
18. Aliran langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan – tampungan
air tanah (kolom 12 – kolom 14)
19. Aliran total = aliran langsung + aliran air tanah (kolom 18 + kolom 17)
dalam mm
20. Aliran total dalam kolom 19 dalam mm diubah ke dalam satuan
mm/det : ( kolom 19 x 10 harian x luas ) / (10 harian x 24 x 3600)
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan
kelengasan (kolom 5) untuk bulan berikutnya dan tampungan air
tanah (kolom 15) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan bulan
sebelumnya + perubahan tampungan (kolom 5 + kolom 13) bulan
sebelumnya
2-101
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-102
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-103
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana:
Y1, Y2 = kedalaman air pada potongan melintang
Z1, Z2 = elevasi pada saluran utama
2-104
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana:
L = jarak sepanjang bentang yang ditinjau
= kemiringan gesekan antara dua potongan melintang
C = koefisien ekspansi atau kontraksi
dimana:
Llob, Lch, Lrob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang
ditinjau di pinggir kiri sungai/left overbank (lob), saluran utama/main
channel (ch), dan pinggir kanan sungai/right overbank (rob).
lob , ch , rob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang
ditinjau di pinggir kiri sungai (lob), saluran utama (ch), dan pinggir kanan
sungai (rob).
2-105
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana:
K = penyaluran untuk suatu sub bagian
n = koefisien kekasaran Manning untuk sub bagian
A = luas daerah aliran pada sub bagian
R = jari-jari hidraulik pada sub bagian
2-106
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
dimana:
At = jumlah total luas daerah aliran pada potongan melintang
Alob, Ach, Arob = luas daerah pada tiap sub bagian penampang
saluran
K = jumlah total penyaluran pada potongan melintang
Klob, Kch, Krob = penyaluran pada sub bagian penampang saluran
2-107
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-108
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Tahapan Pemodelan
Pada saat awal program HEC-RAS dibuka, maka akan muncul layar
tampilan sebagai berikut:
2-109
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Edit : Menu utama ini digunakan untuk entering dan editing data, yang terdiri
atas 4 macam tipe yaitu: Geometric Data; Steady Flow Data; Unsteady
Flow Data; Unsteady Flow Data dan Sediment Data, pada versi ini
sedimen data tidak aktive
Run : Menu utama ini digunakan untuk melakukan perhitungan hidroulik, sub-
sub menu termasuk disini antara lain : Steady Flow analysis; Unsteady
Flow Analysis; Sedimen Analysis; dan Hydroulic design Functions, pada
versi ini sedimen analysis tidak aktif.
View : Menu utama ini dirancang ubtuk menampilkan grafik dan tabulasi dari
model perhitungan, menu utama View ini terdapat : Cross Sections;
Water Surface; General Profile Plot; Rating Curves;X-Y-Z Perspective
Plots; Stage and Flow Hydrographs; Hydroulic Properties Plots; Detailed
Output Tables; Profile Summary Tables dan Summary err, Warn, Notes.
Options : Menu utama ini menyediakan menu merubah setup program; set Default
Parameter; Establish the Default Unit System; Convert Project Units.
Help : menu utama ini menyediakan pemakai untuk mendapatkan segala
sesuatu keterangan mengenai HEC-RAS dan on line Help.
2-110
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-111
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-112
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
C. Perhitungan Hidraulik
Setelah tahapan pemasukan data geometri, data aliran dan data kondisi
batas selesai, maka tahapan perhitungan hidraulik untuk kondisi steady
flow analysis dapat dilakukan.
2-113
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
760
740
720
700
LR95
LR91
LR90
LR88
LR86
LR84
LR82
LR81
LR79
LR77
LR76
LR74
LR71
LR68
LR66
LR64
LR63
LR62
LR60
LR58
LR55
LR53
LR49
LR45
LR40
LR37
LR36
LR34
LR32
LR29
LR24
LR22
LR18
LR17
LR15
LR12
L-70
L-65
L-62
L-60
L-54
L-51
L-42
L-35
L-29
L-22
L-16
L-14
L-73
L-68
L-57
L-48
L-45
L-39
L-37
L-32
L-26
L-19
L-12
LR6
LR1
L-8
L-5
L-2
680
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Main Channel Distance (m)
WS Q10th
718.5
WS Q5th
718.0 WS Q2th
Ground
717.5 Bank Sta
Elevation (m)
717.0
716.5
716.0
715.5
715.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Station (m)
Gambar B.48 Hasil Keluaran Long Section, Cross Section dan Summary Output
2-114
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Untuk mengetahui Kualitas Air, maka dilakukan pengujian mutu air sungai.
Untuk mengetahui kriteria mutu air (kelas penggunaan), maka analisis data
dilakukan dengan cara membandingkan hasil uji laboratorium sampel air
dengan kriteria kelas mutu air sesuai PP No. 82/2001.
a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
1. Index Properties, meliputi Unit weight (n), Specific gravity (Gs), Natural
Moisture Content (Wn),Grain size analysis, Atterberg Limit.
2-115
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh
tanah yang terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan
laboratorium, sehingga data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat
diketahui. Jenis dan macam percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada
tabel berikut.
2-116
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-117
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Batas-Batas Atterberg
Percobaan penentuan batas-batas Atterberg dapat dilakukan pada contoh tanah
yang kohesif setelah dikeringkan dan dipisah-pisahkan dari ukuran-ukuran
tertentu dan ditapis melalui saringan 425 m, contoh tanah dicampur dengan air
dalam kuantitas yang berbeda-beda.
Batas cair (wL) dan batas plastis (wp) tanah tersebut ditentukan sesuai dengan
ASTM D.423 dan D.424 berturut-turut.
Compaction Test
Salah satu metode tes pemadatan telah banyak digunakan adalah metode
Proctor (1983). Dengan cara ini maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan
dilapangan dapat dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (W opt). Perkiraan
2-118
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
kepadatan di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg tanah ini akan
dikenakan percobaan Standard/Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh nilai
maksimum kepadatan cukup baik, maka minimal 4 titik lengkung pemadatan perlu
diperoleh dengan kadar air berkisar ± 3 % di daerah optimum. Prosedur dapat
dilakukan dengan menggunakan cara ASSHTO T 180 dan ASTM D.698.
2-119
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-120
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Direct Shear
Pekerjaan dilakukan dengan menggunakan kotak geser dimana contoh
diletakkan dengan memberikan beban normal teretentu dicari beban horizontal T
yang diperlukan untuk menggeser contoh tanah sepanjang bidang horizontal.
Tegangan geser rata-rata baik normal (vertical maupun geser pada bidang yang
menunjukkan kelongsoran mewakili salah satu kondisi tanah, dengan
mengulanmgi percobaan tersebut pada beberapa beban normal yang berbeda
diperoleh suatu garis kekuatan tanah yang menunjukkan nilai kohesi ( c ) dan
sudut geser dalam ( ).
Triaxial Test
Percobaan triaksial ini terdiri atas triaxial CU (consolidated undrained) dan triaxial
UU (unconsolidated undrained). Dimaksud untuk mendapatkan parameter geser
kohesi C dan sudut geser. Parameter efektif tersebut ditentukan dari hasil tes
2-121
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
triaxial CU pada sampel tanah yang mewakili material matriknya (tanah residual
dan batuan yang mengalami pelapukan) serta pada bidang lemah (kekar).
Percobaan triaxial disyaratkan dengan motode Back Pressure, hal ini adalah
untuk menjamin bahwa contoh tanah tersebut pada kondisi saturated 100%.
Metode Back Pressure adalah metode cepat agar contoh tanah tersebut nilai
saturasinya 100%, yaitu dengan cara mengalirkan / memasukkan air ke dalam
pori-pori butiran tanah. Pengaliran air ini pada umumnya melalui bagian top cap
dari contoh tanah dengan alat Constant Pressure System.
Pengujian Konsolidasi
Sifat-sifat konsolidasi dan pemampatan tanah dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan Oedometer yang sering disebut sebagai percobaan
pemampatan satu dimensi atau percobaan konsolidasi.
Percobaan ini dilakukan terutama dalam rangka memperoleh grafik hubungan
antara beban dan penurunannya sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh
T.W. Lambe dalam buku “Soil Testing for Engineers”.
Index-index pemampatan CC dan CS dapat diperoleh dari grafik-grafik ini untuk
setiap peningkatan beban, koefisien konsolidasi C V dapat ditentukan dari grafik
hubungan waktu dengan penurunannya. Nilai C V ditentukan sesuai dengan
metode “Square Root of Time Fitting” dari D.W. Taylor.
Grafik beban penurunan dinyatakan dalam bentuk kadar pori dengan tekanannya
yang digambarkan semi logaritmis.
2-122
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Adapun alat laboratorium yang dipakai umumnya produk Soil Test dari Amerika
Serikat dan Tanifuji dan Maruto dari Jepang.
Permeability Test
Pengujian rembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefesian rembesan
dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan cara constant
head, sedangkan pada tanah kohesif yang mempunyai nilai koefesien rembesan
cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling head. Agar waktu yang ada
pada falling head ini tidak terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat
dilakukan.
2-123
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dalam perencanaan pondasi pada bangunan rencana penyediaan air baku ini
akan didasarkan pada besarnya daya dukung tanah yang diinginkan serta
kemampunan lapisan tanah itu sendiri. Untuk menghitung daya dukung ini
banyak teori dan daya yang dapat digunakan, hanya saja perlu disesuaikan
dengan keadaan karakteristik lapisan tanahnya.
Secara umum ada 2 (dua) tipe jenis pondasi yaitu : pondasi dangkal dan
tiang. Dimana perhitungannya dapat dilakukan dengan 2 (dua) yaitu cara
empiris (tekanan Konus dan SPT) dan laboratorium.
2-124
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Dimana:
Nc. Nq, N = Koeffisien daya dukung tanah, tanpa satuan
C = Kohesi
= Density (berat jenis) tanah
B = Lebar pondasi
D = Kedalaman pondasi
Lingkup aspek yang ditelaah dalam kegiatan survei sosial ekonomi ini adalah:
2-125
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Produksi pertanian.
Kendala peningkatan produksi, khususnya menyangkut kondisi tata-air
dan kualitas lahan.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala.
(c) Aspek ekonomis,
Corak nafkah penduduk.
Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
(d) Aspek lahan.
Jenis tanah.
Kesuburan tanah.
Kesesuaian lahan.
Data yang terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan
secara kuantitatif maupun kualitatif.
2-126
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Sistem polder yang merupakan suatu daerah yang dikelilingi tanggul atau
tanah tinggi dibangun agar air banjir atau genangan dapat dicegah dan
pengaturan air di dalamnya dapat dikuasai tanpa pengaruh keadaan di
luarnya. Suatu subsistem-subsistem pengelolaan tata air tersebut dianggap
pas dan mandiri yang dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk
masyarakat dalam pengendalian banjir kawasan permukiman. Penerapan
sistem polder selama ini dinilai sebagai salah satu jurus yang dapat
memecahkan masalah banjir perkotaan. Sistem Polder mampu
mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat
naiknya muka air laut (ROB). Selain dapat mengendalikan air, sistem polder
juga dapat digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi, lahan pertanian,
perikanan, dan lingkungan industri serta perkantoran.
Ketentuan Umum Sistem Polder
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam penyusunan sistem
polder adalah sebagai berikut :
1) Rencana penyusunan sistem polder harus memperhatikan faktor sosial
ekonomi yang berkembang di lokasi perencanaan untuk mengetahui
perkembangan kota, rencana prasarana dan sarana kota
2) Kelayakan dalam pelaksanaan kolam retensi sistem polder harus
mencakup kelayakan teknis, kelayakan sosial ekonomi dan kelayakan
lingkungan.
3) Rencana pembangunan sistem polder harus sesuai dengan RUTRK
(Rencana Umum Tata Ruang Kota).
4) Ketersediaan lahan dan ruang sempadan untuk sistem polder.
5) Perencanaan sistem polder dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas
zona yang telah ditentukan dalam rencana induk sistem drainase
perkotaan dengan memperhatikan/sinergis dengan rencana
pengelolaan sumber daya air.
6) Perencanaan sistem polder harus melibatkan dan diterima masyarakat
2-127
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Kriteria Hidrologi
Kriteria perencanaan hidrologi sistem polder adalah sebagai berikut:
1) Hujan
- Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi
terhadap data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama
pengamatan paling sedikit 10 tahun yang berurutan.
- Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode
yang sesuai dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 50, dan 100 tahun
mengacu pada tata cara perhitungan debit desain saluran dan
pertimbangan tingkat risiko dan urgensi infrastruktur drainase serta
mempertimbangkan pengaruh perubahan iklim.
2) Debit banjir
- Debit banjir rencana dihitung dengan metode rasional atau metode
rasional yang telah dimodifikasi atau hidrograf satuan untuk daerah
perkotaan/unit hydrograph for urban areas.
- Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan
daerah tangkapan air.
- Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich atau US-SCS
(United States-Soil Conservation Service).
- Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan metode
Mononobe, Talbot, Sherman, Ishiguro, ARRO (sesuai ketersediaan
data).
- Volume kolam retensi dihitung dengan flood routing.
Kriteria Hidrolika
Kriteria perencanaan hidrolika sistem polder ditentukan sebagai berikut:
2-128
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Kriteria Konstruksi
Kriteria perencanaan konstruksi sistem polder ditentukan sebagai berikut:
2-129
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-130
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-131
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.57 Sistem Polder dengan pompa dan kolam di samping badan
saluran/Sungai
2-132
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.58 Sistem Polder dengan pompa dan kolam di dalam badan
saluran/sungai
2-133
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Gambar B.59 Sistem Polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang
2) Hitung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi dari
hidrograph;
5) Ukur ordinat yang terletak antara garis volume komulatif pompa dengan
garis singgung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam
retensi seperti pada butir 4) di atas, menunjukkan volume air yang
tertinggal di dalam kolam retensi;
2-134
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
8) Hitung kebutuhan head pompa dari elevasi muka air minimum di kolam
retensi ke muka air maksimum banjir di sungai atau muka air pasang
tertinggi di laut. Pilih tipe pompa sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Tipe-tipe pompa yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pompa ArchemedianScrew.
Pompa archemedian screw digunakan untuk kondisi elevasi muka air
yang dipompa relatif aman, tidak sesuai untuk elevasi muka air yang
perubahannya relatifbesar.
Pompa Rotodynamic.
2-135
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-136
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-137
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Estimasi anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu : biaya
bahan-bahan, buruh, peralatan, overhead, dan keuntungan yang dilakukan
pada tiap-tiap jenis pekerjaan. Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut,
biaya asuransi dan pajak tenaga buruh sudah termasuk dalam harga buruh,
biaya asuransi alat berat dan asuransi operator sudah termasuk dalam sewa
alat berat, biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja.
2-138
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
a. Pengkajian konstruksi,
b. Perencanaan konstruksi; dan
c. Perancangan konstruksi.
Dan disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi perencanaan, isi dan
muatan Rancangan Konseptual SMKK untuk kegiatan Perencanaan
Konstruksi antara alin memuat :
a. Lingkup tanggung jawab perencanaan;
2-140
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pengertian Kesehatan
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat
tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan
gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama
dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat
faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan,
pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan,rehabilitasi, dan
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi
sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan
kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status
kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja
yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.
2-141
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-142
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-143
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Kegiatan diskusi yang akan dilakukan oleh Konsultan antara lain, meliputi:
2-144
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-145
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Konsultan juga akan bekerja sama sepenuhnya dengan Direksi Pekerjaan dan
Instansi terkait lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini dengan penuh
tanggung jawab sesuai dengan kebijakan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditentukan dalam Dokumen Kontrak. Dengan demikian, secara umum
Konsultan akan memberikan kepastian kepada Pihak Proyek selaku Pemberi
Tugas, bahwa pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam Dokumen Kontrak.
Pada sub bab ini akan dijelaskan rencana dan program kerja dari konsultan
untuk pekerjaan “SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA”
2-147
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-148
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-149
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
sesuai dengan bidangnya. Dan untuk tenaga ahli di bantu oleh asisten
tenaga ahli dan tenaga pendukung, Tenaga pendukung ini yang akan
membantu tenaga ahli dalam melaksanakan tugas di lapangan maupun di
kantor sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab penuh untuk
mengkoordinasikan personil dalam pelaksanaan pekerjaan ini baik di
lapangan maupun di kantor.
5) Tenaga Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Konsultan juga
akan menugaskan tenaga pedukung, baik tenaga yanga akan membantu
di lapangan maupun di kantor. Tenaga pendukung ini terdiri dari Operator
CAD, Juru gambar, tenaga administrasi dan operator komputer dan lain-
lainnya
2-150
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
2-151