Anda di halaman 1dari 151

DOKUMEN TEKNIS

SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN


KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

PENDEKATAN UMUM,
B2 METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA

B.1. PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


B.1.1. Pendekatan Umum
Agar proses pekerjaan dapat memperoleh hasil yang optimal, perlu dibuat tata
laksana prosedur yang baik dan untuk merealisasikan perlu disusun
"Organisasi dan Tata cara pelaksanaan pekerjaan" yaitu antara Penyedia
Jasa sebagai pelaksana dan Proyek dalam hal ini sebagai Pengguna Jasa.

 Organisasi
Para pelaksana pekerjaan ini terdiri dari tenaga ahli dan tenaga
pendukung yang telah berpengalaman pada bidangnya masing-masing.
Organisasi Tim Penyedia Jasa sebagai pelaksana, personalia tenaga
ahli yang ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, diuraikan secara
rinci pada Bagian Organisasi dan Personil.

 Tata Cara Pelaksanaan

Mempertimbangkan sifat dan jenis pekerjaan, Tim Penyedia Jasa dalam


melaksanakan pekerjaan ini akan menerapkan "Sistem Analisis
Koordinatif" artinya dalam menentukan alternatif setiap hasil studi akan
dilakukan pembahasan secara bertingkat berdasarkan tahapan-tahapan
studi. Sehingga setiap tenaga ahli akan melakukan koordinasi, baik
yang menyangkut intern maupun ekstern dalam sistem koordinasi
pelaksanaan yang telah direncanakan.

Ketua Tim, akan selalu melakukan fungsi koordinasi tersebut baik


intern maupun ekstern, sehingga sistem koordinasi akan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, Ketua Tim
berkewajiban melakukan koordinasi dalam hal kesimpulan hasil akhir

2-1
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

studi dari beberapa tenaga ahli agar tujuan dan sasaran studi dapat
tercapai dengan baik.

B.1.2. Pendekatan Teknis


 Standard dan Peraturan Teknis
Konsultan akan mempelajari berbagai literatur-literatur yang terkait
dengan jenis pekerjaan ini. Literatur-literatur yang diacu dapat diperoleh
dari hasil studi terdahulu, peraturan perundangan, Standar SNI dan ISPM
yang berlaku dan relevan dengan kegiatan ini.

 Sistematika Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan dibagi dalam tujuh kegiatan pokok sebagai berikut :
A. Kegiatan Persiapan, meliputi kegiatan :
1. Persiapan Administrasi dan Schedule Pelaksanaan Kegiatan
2. Mobilisasi Personil dan Peralatan
3. Inventarisasi dan Pengumpulan Data Sekunder
4. Identifikasi dan Evaluasi Data Sekunder
5. Survei Pendahuluan dan Koordinasi dengan Instansi Terkait

B. Kegiatan Survei dan Inventarisasi Lapangan, meliputi kegiatan :


1. Survei Topografi dan Situasi
2. Survei Tanah Pertanian
3. Survei Hidrometri dan Kualitas Air
4. Survei Mekanika Tanah
5. Survei Sosial Ekonomi Pertanian

C. Kegiatan Analisis Data, meliputi kegiatan :


1. Analisis Data Topografi dan Situasi
2. Analisis Tanah Pertanian
3. Analisis Hidrologi dan Hidrolika
4. Analisis Kualitas Air

2-2
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

5. Analisis Mekanika Tanah


6. Analisis Sosial Ekonomi Pertanian

D. Kegiatan Perencanaan Desain dan Penggambaran, meliputi:


1. Perencanaan Desain Polder Mini Beserta Bangunan Penunjang
2. Penggambaran Desain Polder Mini Beserta Bangunan Penunjang
3. Perhitungan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4. Penyusuanan Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan
Pekerjaan
5. Penyusunan Rekomendasi Program Tindak Lanjut Pengelolaan
Daerah Irigasi Rawa
6. Penyusunan Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
7. Penyusunan Manual Operasi dan Pemeliharaan

E. Kegiatan Penyusunan Laporan, meliputi:


1. Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK)
2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Bulanan
4. Laporan Interim
5. Laporan Akhir
6. Laporan Penunjang
- Buku 1 : Hidrologi dan Hidrolika
- Buku 2 : Mekanika Tanah
- Buku 3 : Survei dan Pengukuran
- Buku 4 : Sosial Ekonomi Pertanian
- Buku 5 : Nota Desain, BOQ dan RAB
- Buku 6 : Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan
- Buku 7 : Panduan Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
- Buku 8 : Manual Operasi dan Pemeliharaan
- Album Gambar Perencanaan A1
- Album Gambar Perencanaan A3
- Album Gambar Perencanaan A4
2-3
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

- Laporan Ringkasan
7. Soft Copy (Hardisk Eksternal 1 TB)

F. Kegiatan Diskusi/Pembahasan, meliputi:


1. Diskusi Laporan Pendahuluan
2. Diskusi Laporan Interim
3. Diskusi Laporan Akhir
4. Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

2-4
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

MULAI

PERSIAPAN
 Kondisi Tim
 Kelengkapan Adminsitrasi
Penyusunan Draft
 Pengumpulan Data Awal RENCANA MUTU KONTRAK
 Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

DISKUSI Tidak Revisi/Perbaikan


SURVEI PENDAHULUAN Koreksi/Masukan RENCANA MUTU KONTRAK

Ya

Penyusunan Draft Laporan Final


LAPORAN PENDAHULUAN RENCANA MUTU KONTRAK

PRESENTASI Tidak Revisi/Perbaikan Draft


Koreksi/Masukan LAPORAN PENDAHULUAN

Ya

Final PERTEMUAN KONSULTASI


LAPORAN PENDAHULUAN MASYARAKAT (PKM) 1

Kegiatan
SURVEI LAPANGAN

SURVEI SURVEI SURVEI HIDROMTERI DAN SURVEI SURVEI SOSIAL


TOPOGRAFI DAN SITUASI TANAH PERTANIAN KUALITAS AIR MEKANIKA TANAH EKONOMI PERTANIAN

ANALISIS ANALISIS ANALISIS HIDROLOGI, ANALISIS ANALISIS SOSIAL


TOPOGRAFI DAN SITUASI TANAH PERTANIAN HIDROLIKA, KUALITAS AIR MEKANIKA TANAH EKONOMI PERTANIAN

KONSEP PERENCANAAN
POLDER MINI DI. RAWA

Penyusunan Draft
LAPORAN INTERIM

PRESENTASI Revisi/Perbaikan Draft


Koreksi/Masukan LAPORAN INTERIM
Tidak

Ya

Final
LAPORAN INTERIM

PERENCANAAN DESAIN
POLDER MINI DAN
BANGUNAN PENUNJANG

PENGGAMBARAN DESAIN
POLDER MINI DAN
BANGUNAN PENUNJANG

Penyusunan
Rekomendasi Tindak
SPESIFIKASI TEKNIS,
ANALISIS BOQ DAN RAB Lanjut Pengelolaan
METODE PELAKSANAAN ,
Daerah Irigasi Rawa
dan MANUAL OP

Penyusunan Draft PERTEMUAN KONSULTASI


LAPORAN AKHIR MASYARAKAT (PKM) 2

PRESENTASI Revisi/Perbaikan Draft


Koreksi/Masukan LAPORAN AKHIR
Tidak

Ya

Final
LAPORAN AKHIR

Penyusunan
LAPORAN PENDUKUNG

Penyusunan dan
Penyerahan
PRODUK AKHIR

SELESAI

Gambar B.1. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

2-5
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

B.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metodologi Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi SID Polder Mini DIR.


Polder Pakacangan Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai berikut :

B.2.1. Pekerjaan Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini akan dikerjakan kegiatan yang berupa


mobilisasi sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, menyusun rencana
kerja dan laporan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pekerjaan persiapan
ini akan dilaksanakan terutama oleh ketua Tim dan tenaga pendukung
lainnya. Pekerjaan persiapan ini mencakup segala kegiatan yang diperlukan
untuk mendukung dimulainya pelaksanaan pekerjaan.

1. Persiapan Administratif dan Schedule Pelaksanaan Kegiatan

Pada awal kegiatan akan dibuatkan surat untuk mobilisasi personil


maupun peralatan, surat pengantar survei, surat perintah kerja personil,
surat permohonan data yang dibutuhkan dan surat – surat lain yang
nantinya digunakan untuk keperluan pekerjaan selanjutnya terutama
kegiatan lapangan dengan membuat surat-surat perijinan/surat tugas ke
instansi terkait. Selain itu, juga disusun schedule pelaksanaan kegiatan
pekerjaan yang dilakukan.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi di sini meliputi :

a) Mobilisasi personil, yaitu mobilisasi personil yang akan melaksanakan


pekerjaan yang dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan personil
pada tahapan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

b) Mobilisasi peralatan, yaitu penyiapan kantor/ruang kerja beserta


perlengkapannya, perlengkapan komputer, peralatan survei, kendaraan
roda 4 dan roda 2.

2-6
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

c) Mobilisasi bahan, yaitu perlengkapan gambar dan peta, alat tulis kantor
(kertas, tinta, dll).

Tingkat keberhasilan suatu pekerjaan tidak hanya tergantung atas


kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor
koordinasi akan memegang peranan kunci yang akan menentukan
kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan
koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih
pelaksanaan kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga
dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil yang
optimal.

3. Inventarisasi dan Pengumpulan Data Sekunder

Penyedia jasa harus mengumpulkan sekaligus menyusun ke dalam suatu


dokumen data seperti :

a) Inventori Aset Irigasi untuk DI.tersebut.


b) Peta dasar Daerah Irigasi
c) Gambar skema jaringan irigasi dan skema bangunan yang ada.
d) Data hidrometri dan hidrologi yang diperlukan untuk perhitungan neraca
air.
e) Data pola tanam.
f) Hasil produksi per hektar, dan harga dasar satuan.

4. Identifikasi dan Evaluasi Data Sekunder

Data sekunder yang telah didapatkan selanjutnya akan dievaluasi apakah


data yang diperoleh sudah lengkap atau belum, sehingga masih ada
kemungkinan untuk mengumpulkan kembali data yang kurang tersebut

5. Survei Pendahuluan dan Koordinasi dengan Pihak Terkait

a) Survei pendahuluan harus dilakukan bersama oleh unsur Dinas PU


Bina Marga dan Sumber Daya Air Provinsi Kalimantan Selatan
selaku Direksi Pekerjaan dan Pengamat Wilayah SDA terkait.

b) Pertemuan/rapat koordinasi dengan HIPPA dan Juru SDA tentang


prioritas kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi.
2-7
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

c) Menentukan titik referensi pengukuran.

d) Penentuan kembali petak-petak tersier yang diperlukan sesuai


dengan keadaan di lapangan (dari hasil penelusuran jaringan
bersama), dan penggambaran batas-batas jaringan pada peta
topografi / Peta Dasar DI.

e) Menentukan luas daerah irigasi yang sudah jadi persawahan dan


luas sawah yang sudah alih fungsi.

f) Penataan ulang sistem irigasi sesuai dengan luas areal dan


penggambaran tata letak (lay out) jaringan irigasi serta bangunan-
bangunan (utama dan pelengkap).

g) Perbaikan skema jaringan irigasi dengan luasan petak tersier.

h) Penelusuran (tracking) dilakukan menggunakan GPS.

i) Pembuatan peta digital berformat .shp pada DIR. Polder


Pakacangan lengkap dengan informasi, gambar dan foto pada
jaringan irigasi.

j) Seluruh uraian kegiatan Penelusuran (tracking) harus disertai


dengan surat pemberitahuan dan dokumentasi kegiatan selanjutnya
diserahkan kepada direksi.

B.2.2. Kegiatan Survei dan Inventarisasi Lapangan

Dalam pekerjaan survei dan inventarisasi kegiatan yang dilakukan yaitu


sebagai berikut :

1. Survei Topografi dan Situasi


2. Survei Tanah Pertanian
3. Survei Hidrometri dan Kualitas Air
4. Survei Mekanika Tanah
5. Survei Sosial Ekonomi Pertanian
1. Survei Topografi dan Situasi

2-8
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat situasi detail terbaru, lengkap dan
sesuai dengan keadaan lapangan sebenarnya, berikut trase dan penampang
yang diperlukan, pembuatan peta jaringan irigasi dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran terestris
A. Orientasi Lapangan
Sebagai awal kegiatan survei dan pengukuran topografi ini maka
dilakukan orientasi lapangan awal. Orientasi lapangan tahap awal
pelaksanaan pengukuran di lapangan yang tujuannya untuk mengetahui
secara pasti batas areal pengukuran, serta kondisi topografi seluruh areal
pengukuran, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja secara detail
dan menyeluruh.
Kegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :
 Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal
pengukuran dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
 Meninjau areal yang akan diukur;
 Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi
lapangan;
 Bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan menentukan titik awal
pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM.
Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri semua calon
lokasi jaringan irigasi serta batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh
petugas yang berwenang dan betul-betul mengetahui titik-titik batas areal,
serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tim survey akan
membuat rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai
berikut:
 Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
 Jaringan titik-titik poligon sekunder yang dibuat mengikuti alur saluran
existing.
 Posisi BM dan patok-patok lainnya.
 Rencana jalur raai pengukuran Situasi detail.
 Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.

2-9
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

B. Kerangka Dasar Pemetaan


Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan
digunakan sebagai pengikatan titik awal atau akhir pengukuran
selanjutnya, seperti : ray situasi, trace saluran. Kerangka ini ditempatkan
pada batas areal pengukuran agar dapat ber-fungsi sebagai batas areal
pengukuran.
 Inventarisasi Pemasangan Patok Benchmark (BM) dan Control
Point (CP)
Melakukan inventarisasi BM existing dan memasang Bench Mark
yang telah ditentukan.
1. Jika BM existing kondisinya memungkinkan dapat dipergunakan
sesuai fungsinya, kalau perlu direnovasi supaya dapat dipakai.
2. BM baru dipasang pada lokasi yang diperlukan dan ditentukan
direksi sehingga merata dan memenuhi syarat pemasangannya.
3. BM dipasang pada tempat yang aman dari jalur/rencana
galian/timbunan, dan dihindari dari kelongsoran dengan
membuat jarak terhadap sungai, saluran, tanggul/jalan sesuai
dengan ketentuan.
4. BM dipasang harus stabil ( tidak goyang ) dan memasangnya
pada tanah rawa/lembek diberi cerucuk ( sesuai Gambar ).
5. BM diberi nomor/code, dibuatkan deskripsinya sesuai dengan
contoh pada standar perencanaan pengairan ( terlampir ).
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench
mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara
teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini
mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat,
baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan
ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini
diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang
dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik

2-10
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan
nilai koordinat maupun elevasinya.
Spesifikasi BM dan CP baru yang akan dipasang adalah sebagai berikut:
 Jumlah BM yang akan dipasang sepasang BM disesuaikan dengan
kondisi lapangan yang ada atau pada tempat-tempat penting
lainnya.
 Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat, panjang ± 50
cm, ditanam 40 cm dan bagianatasnya ± 10 cm diberi cat merah
dan paku payung.
 Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal irigasi yang
berfungsi sebagai kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini
terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa loop sesuai petunjuk
Direksi.
 Patok dipasang setiap jarak ±100 m untuk pengukuran sungai dan
± 50 m untuk pengukuran saluran atau sesuai kebutuhan.
 BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM
dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah
dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya, diberi nomor dan
kode sesuai petunjuk Direksi.
 Pada BM dimana dilakukan pengamatan matahari harus dipasang
azimuth mark sebagai acuan azimuth
 Patok BM dipasang pada tempat yang aman dan stabil serta
posisinya ditentukan melalui pengukuran dari titik-titik poligon atau
dipasang pada tititk-titik poligon.
 Pemasangan patok batas dilakukan dengan dasar petunjuk
petugas yang berwenang dari perusahaan dan diusahakan
petugas tersebut betul-betul mengetahui secara pasti letak masing-
masing titik batas areal.
 BM dibuat dari cor beton dengan ukuran 20 X 20 dan tinggi 100 cm,
dipasang 70 cm tertanam di dalam tanah, dan dilengkapi dengan
rangka besi (dngan konstruksi kerangka akan ditentukan lebih
lanjut)

2-11
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Semua BM yang dipasang diberikan nomor urut dan kode sesuai


dengan jenis BM yang ada, yang akan ditentukan lebih lanjut.
 Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat
persetujuan Direksi, sehingga memenuhi persyaratan :
o Pengukuran situasi setiap 500 ha
o Pada kerangka setiap 2,5 km dan pada tiap titik simpul.
o Bentuk dan konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).

Bentuk BM dan CP yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut ini;

Gambar B.2. Konstruksi BM dan CP Yang Dibuat untuk Titik Referensi.

 Penentuan Kerangka Dasar Horizontal

2-12
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan


dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup.
Pada pengukuran poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik
awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri,
dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari
pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetap-kan dari pengamatan
matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.
Ketentuan dalam pengukuran kerangka horizontal yaitu sebagai
berikut:
 Metode pengukuran adalah Polygon.
 Alat ukur adalah Theodolite T-2 atau alat lain yang sejenis.
 Alat ukur jarak yang digunakan adalah EDM atau rollmeter baja.
 Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran.
 Sudut horisontal diukur 1 (satu ) seri lengkap (B,LB).
 Perbedaan sudut horisontal hasil bacaan biasa dan luar biasa
≤5”.
 Untuk orientasi arah kontrol ukuran sudut harus dilakukan
pengamatan matahari sesuai petunjuk Direksi.
 Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak balik,
perbedaannya harus ≤ L/7500 ( L = jarak rata-rata).
 Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km, dan
setiap ujungnya ditandai dengan BM.
Poligon terdiri dan poligon utama sepanjang sungai yang diukur,
sedangkan poligon cabang untuk pengukuran detail lapangan
dengan poligon raai atau voorstraal yang terikat pada titik poligon.
Spesifikasi teknis pengukuran polygon ini adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran Poligon Utama dan Pengikatan :
 Jaringan Poligon Utama harus membentuk jaringan poligon
loop tertutup.

2-13
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Jarak antara dua titik poligon adalah berkisar antara 100


meter sampai dengan 300 meter.
 Untuk menentukan jarak poligon harus dilakukan pengukuran
jarak.
 Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 10.000
 Posisi titik-titik poligon sedemikian rupa sehingga sudut dalam
pada masing-masing titik poligon ditentukan minimal 30
derajat dan maksimal 330 derajat.
 Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat
Theodolit order I, yaitu theodolit Wild T-2 atau yang sederajat
ketelitiannya, dan pengukuran sudut dilakukan minimal
dengan “satu seri” pengukuran
 Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak
lebih dari 10n dimana n adalah jumlah titik poligon.
 Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi
saluran/sungai, sehingga pelaksanaan pengukuran situasi
sekitar sungai dapat dilakukan dengan baik.
b. Pengukuran Poligon Sekunder :
 Titik-titik poligon sekunder yang ditentukan adalah titik profil
sungai yang dipasang dengan jarak maksimum 50 meter dan
setiap belokan alur sungai.
 Pengukuran poligon sekunder harus diikatkan dengan titik-titik
poligon utama pada ujung-ujungnya.
 Jarak antara dua titik poligon atau patok profil harus diukur
dengan menggunakan midband yang terbuat dari fiberglass,
dan pembacaan pengukuran jarak dilakukan 3 kali
pembacaan pada setiap titik poligon.
 Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 2.000
 Posisi poligon dipilih sedemikian rupa sehingga sudut dalam
pada masing-masing titik poligon ditentukan minimal 30
derajat dan maksimal 330 derajat.

2-14
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat


Theodolith order II, yaitu theodolit Wild Tm-5 (5”) atau yang
sederajat ketelitiannya, dan pengukuran sudut dilakukan
minimal dengan “satu seri” pengukuran.
 Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak
lebih dari 24n dimana n adalah jumlah titik poligon.
 Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi
saluran/sungai, sehingga pelaksanaan pengukuran situasi
sekitar sungai dapat dilakukan dengan baik.
 Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah :
i) 1 Unit Theodolite T2,
ii) 1 buah pita baja 50 m,
iii) 1 set bak ukur,
iv) 1 buah kalkulator.
 Metode Pelaksanaan
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini
kerangka dasar horisontal / posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda
poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu
diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan dalam
penjelasan di bawah ini.
Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon
tersebut berjarak sekitar 50 meter.
(i) Poligon Utama
 Poligon harus meliputi daerah yang akan dipetakan dan merupakan
kring yang tertutup.
 Jika terlalu besar harus dibagi lagi dalam beberapa kring tertutup.
 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.
 Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik
triangulasi, BM yang sudah ada) sebagai kontrol ukuran titik referensi
/ awal pengukuran yang akan ditentukan kemudian oleh Pengawas
Pekerjaan.

2-15
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan


ketelitian sudut 2“.
 Salah penutup sudut maksimum 10” , dimana n adalah
banyaknya titik poligon, diusahakan sisi poligon sama panjangnya.
 Alat ukur sudut yang harus digunakan Theodolith T.2 Wild atau
sejenis dan pengukuran sudut dilakukan dengan tititk nol yang
berada (0o, 45o, 90o dan seterusnya).
 Sudut vertikal dibaca dalam 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 20”.
 Ketelitian linear poligon 1 : 7.500.
 Pengukuran jarak dilakukan dengan alat EDM, dilakukan pulang
pergi masing-masing minimal 3 (tiga) kali bacaan untuk pulang
pergi.

dimana :
D t1-t2 = jarak datar bacaan ke muka
D t2-t1 = jarak datar bacaan ke belakang
D t1-t2 = jarak yang digunakan dalam hitungan poligon.

Dalam pelaksanaannya, pengukuran jarak ini akan dilakukan


bersamaan dengan pengukuran sudut horizontal, karena alatnya
digabungkan dengan alat ukur T-2 / TM-1A. alat EDM akan dilengkapi
juga dengan alat thermometer dan barometer, hal ini diperlukan untuk
menentukan koreksi refraksi, karena pengaruh temperatur dan
tekanan.
(ii) Poligon Cabang
 Pengukuran harus dimulai dari poligon utama dan diakhiri pada
poligon utama juga.
 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.
 Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan satu seri dengan
ketelitian sudut 20”.
 Salah penutup maksimum 20” , dimana n banyaknya titik poligon.

2-16
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Diusahakan sisi poligon sama panjangnya.


 Alat ukur yang harus dilakukan dengan rantai ukur baja, dilakukan
pulang pergi masing-masing minimal 3 (tiga) kali bacaan untuk
pulang dan pergi dengan titik nol yang berbeda.
 Ketelitian linear poligon 1 : 5.000.

dimana :
fx = jumlah X, dan
fy = jumlah Y
(iii) Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita
ukur, sangat ter-gantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang
miring dilakukan dengan cara seperti yang diilustrasikan pada gambar
berikut ini

Gambar B.3. Pengukuran Jarak pada Permukaan Miring.

Pengamatan (pengukuran) jarak dilakukan 2 kali, yaitu d’ dan d”,


sehingga jarak dari patok ke patok adalah :

Untuk lokasi pengukuran yang relatif miring, jarak yang diukur adalah
jarak miring. Untuk mengetahui kemiringan medan dilakukan
pengamatan sudut miring dengan cara :

2-17
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.4. Pengukuran Sudut Bidang Miring

Teropong diarahkan pada pembacaan rambu ukur setinggi alat ukur,


sehingga sudut miring pada alat merupakan sudut miring permulaan.
Jarak yang dipakai untuk hitungan poligon adalah :

Hal ini dilakukan mengingat jarak pita ukur menurut teoritis sulit
diterapkan di lapangan, dan kalaupun bisa diterapkan hanya akan
dipakai sebagai kontrol jarak.
Untuk keperluan hitungan jarak mendatar perlu dilakukan pengamatan
sudut vertikal. Hitungan X dan Y dilakukan segera untuk mengetahui
ketelitian salah penutup X dan Y, jika √Px, √Py tidak masuk toleransi,
segera dilakukan pengukuran ulang untuk jarak sisi yang bersangkutan.
Ketelitian linier poligon kerangka utama adalah :

dimana :
√Px = salah penutup X
√Py = salah penutup Y
di = jumlah jarak.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi


dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu
ukur dengan theodolit.
(iv) Pengukuran Sudut Jurusan
2-18
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran


horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik.
Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut
mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut
jurusan diilustrasikan pada Gambar B.5.
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong
biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
 Jarak antara titik-titik poligon adalah  100 m.
 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.
 Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
 Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).
 Ketelitian jarak linier (Kl) ditentukan dengan rumus berikut :

dimana : fx = jumlah √X dan fy = jumlah √Y


 Bentuk geometris poligon adalah loop.
Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal
dilakukan dalam bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan
dapat dilakukan dengan tepat dan merata. Hasil perhitungan tersebut
diberikan dalam bentuk gambar grafik poligon pengukuran.

Gambar B.5. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

dimana :

2-19
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 = sudut mendatar
AB = bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = bacaan skala horisontal ke target patok C.

Untuk kontrol bacaan sudut akan dilakukan dengan memeriksa bacaan


arah dalam keadaan biasa dan luar biasa, serta harus berselisih 180 O.
Pengamatan azimuth matahari dilakukan pada setiap titik simpul dan
tiap 5,00 km digunakan untuk kontrol ketelitian pembacaan sudut.
Perbedaan sudut horizontal hasil bacaan biasa (’) dan luar biasa (”)
diusahakan harus < 2”. Sudut yang dipakai dalam hitungan poligon
adalah :

Maksimal untuk tiap 5,00 km dilakukan pengamatan azimuth matahari,


sehingga pengamatan sudut dapat dikontrol.

jika f < 10” , dapat disimpulkan bahwa pengamatan sudut antara


kedua pengamatan matahari, dinyatakan baik.
jika f > 10” , dapat disimpulkan bahwa pengamatan sudut antara
kedua pengamatan matahari, harus diulang.

 Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menentukan azimuth awal hitungan poligon (kecuali ada dua
titik ikat yang saling dapat terlihat) dan untuk mengontrol hasil
pengukuran sudut di setiap seksi maka pada setiap awal dan ujung
seksi pengukuran (BM) harus dilakukan pengamatan azimuth
matahari, sebagai berikut :
 Metode pengamatan yang dipakai untuk menentukan azimuth
boleh menggunakan metode tinggi matahari ataupun metode
sudut waktu
 Apabila penentuan azimuth menggunakan tinggi matahari, maka
pengukurannya dilakukan apabila tinggi matahari antara 20 o -

2-20
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

40o, hal ini dimaksudkan untuk menghindari ada-nya refreksi


yang terlampau besar dan tidak menentu
 Apabila penentuan azimuth menggunakan metode sudut waktu,
maka pengukurannya boleh dilakukan pada saat tinggi matahari
kurang dari 20o, akan tetapi waktu pengamat-annya harus jauh
lebih teliti, hal ini disebabkan karena sudut waktu (t)
menggunakan variabel h (tinggi matahari)
 Pengamatan matahari tidak diperkenankan dengan cara ditadah,
melainkan harus dengan Alat Prisma Roulloph, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih
teliti.
 Pengamatan matahari dilakukan setiap 5 km (maksimum)
sepanjang jalur poligon utama, cabang untuk pagi dan sore
dengan ketinggian < 30o, ketelitian azimuth 10“.

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah / azimuth


awal, yaitu :
i. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan
akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
ii. Untuk menentukan azimuth / arah titik-titik control / poligon yang
tidak terlihat satu dengan yang lainnya.
iii. Penentuan sumbu X dan Y untuk koordinat bidang datar pada
pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal / koordinat lokal.

Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis


pada Azimuth Target (T) adalah :
T = M + 
atau
T = M + ( T - M )

dimana:
T = azimuth ke target

2-21
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

M = azimuth pusat matahari


(T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari
dengan jurusan ke target.
Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama
terhadap patok terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu
patok yang lain.

Gambar B.6. Pengamatan Azimuth Astronomis.

Hasil pengamatan diperoleh sejumlah harga azimuth hasil hitungan.


Azimuth yang dipakai adalah hasil rata-rata dari azimuth hasil
hitungan. Untuk kontrol hasil pengamat-an azimuth, maka hitungan
salah satu penutup (standard error) dengan rumus :

dimana :
 = salah penutup
V = residu.

2-22
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.7. Posisi Bayangan Matahari pada Kertas Tadah.

 Penentuan Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran
sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan
tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang
sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi
pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb.:
 Menggunakan metode pengukuran sipat datar /waterpass.
 Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu
ukur yang dilengkapi dengan nivo.
 Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan
dengan pengukuran waterpass.
 Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan
checking garis bidik.
 Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi-
pulang.
Spesifikasi teknis pengukuran kerangka dasar vertical/leveling
seseuai dengan adalah sebagai berikut :

2-23
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

a. Levelling Poligon Utama :


 Pengukuran levelling poligon harus dilakukan dengan
menggunakan alat waterpass automatis seperti Wild NAK.2
atau Ni.2 atau yang sederajat ketelitiannya.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan sistim
pengukuran “double-stand” atau sistim “pulang-pergi”.
 Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang
teropong (benang atas, benang tengah, dan benang bawah),
dengan rambu yang dipasang tegak lurus dilengkapi dengan
nivo rambu.
 Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala
antara 0,5 meter sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3
meter.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak ke depan
sama dengan jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah
jarak ke depan sama dengan jumlah jarak ke belakang pada
seyiap seksi pengukuran.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak antara alat
dan rambu maksimal 50 m.
 Pengukuran levelling poligon utama, disamping harus
melewati semua titik poligon, tapi juga harus melewati semua
BM yang dipasang, maupun BM lainnya yang ada.
 Ketelitian pengukuran levelling ditentukan < 6D mm dimana
D adalah jumlah jarak sisi-sisi poligon dalam Km.

b. Levelling Poligon Sekunder :


 Pengukuran levelling poligon harus dilakukan dengan
menggunakan alat Waterpass semi automatis atau waterpass
biasa seperti Shokisaha B.2 Wild NAK.1 atau yang sederajat
ketelitiannya.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan sistim
pengukuran “double-stand” atau sistim “pulang-pergi”.

2-24
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga


benang teropong (benang atas, benang tengah, benang
bawah), dengan rambu yang dipasang tegak lurus dilengkapi
dengan nivo rambu.
 Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala
antara 0,5 meter sampai dengan 2,5 meter untuk rambu
panjang 3 meter.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak ke depan
sama dengan jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah
jarak ke depan sama dengan jumlah jarak ke belakang pada
setiap seksi pengukuran.
 Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak antara alat
dan rambu maksimal 50 m.
 Pengukuran levelling poligon sekunder harus melewati semua
titik poligon sekunder dan harus diikatkan kepada titik-titik
poligon utama yang ada.
 Ketelitian pengukuran levelling ditentukan < 10D dimana D
adalah jumlah jarak sisi-sisi poligon dalam Km.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang
referensi seperti diilustrasikan pada Gambar berikut

Gambar B.8. Pengukuran Waterpass.

2-25
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang
termasuk dalam orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat
dengan Wild NAK-2, misalnya Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
 Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan
pemeriksaan garis visir alat ukur.
 Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki,
akan tetapi apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir
mencapai 0,05 mm/m, maka alat tersebut akan dikalibrasi
terlebih dahulu.
 Untuk memeriksa garis visir, ada berbagai cara dalam
meletakkan kedudukan alat terhadap rambu. Berikut ini diuraikan
cara untuk mengetahui / memeriksa garis visir (dengan salah
satu cara). Agar dalam melakukan pemeriksaan garis visir
tersebut dapat dipakai sebagai data ukur, maka posisi /
kedudukan alat terhadap rambu dipilih terletak di antara kedua
rambu dengan posisi jarak 1/3 dan 2/3-nya.

Gambar B.9. Ilustrasi Kalibrasi Garis Visir

Beda tinggi b2’ m2’ seharusnya adalah (b1 – m1) = (b2 – m2), karena
ada kesalahan sebesar sudut  pada garis visir, maka harus
dikoreksi dengan kontrol C. Perhatikan sudut b 1 dan b1’ :
tg  = C = b1 b1’/db1 b1 b1’ = C . db1.
Bacaaan yang didapat karena ada salah garis visir masing-masing
b1’ : m1’ : b2’ dan m2’, seharusnya bacaan tersebut adalah b 1 : m1 : b2
dan m2
Kemudian ditransfer dari bacaan yang didapat ke bacaan
seharusnya, yaitu :

2-26
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

b1 = b1’ - b1 b1’ b1’ = b1’ - C db1’


m1’ = m1’ - C dm1’
b2 = b2’ - C db2’
m2 = m2’ - C dm2
dari hubungan b1 - m1 = b2 - m2, maka diperoleh :

Jika :
(b2’ - m2’) = h2 = beda tinggi stand II
(b1’ - m1’) = h1 = beda tinggi stand I
(dm1 - db1) = harga negatif dari selisih jarak pada stand II

Dari uraian di atas, harga C dapat dihitung, sehingga besarnya


koreksi garis visir dapat diketahui :
tg  = C = ………..mm/m
 Setiap hari pengukuran waterpass, diusahakan mulai dan berakhir
pada titik tetap. Dalam hal terpaksa, maka akhir pengukuran dibuat
pada patok yang kuat dan stabil, yang pada keesokan harinya harus
diperiksa lebih dahulu apakah patok tersebut mengalami gangguan
atau tidak, dengan cara pengukuran (beda tinggi) H terhadap dua
patok terdekat, apakah H-nya masih tetap atau tidak.
 Jika H-nya sudah berubah, maka jalur pengukuran yang tergantung
tersebut diulang mulai dari titik BM atau CP terdekat.
 Pengukuran waterpass dihentikan pada saat cuaca panas (getaran
refraksi pada bayangan benang terjadi) dan pada saat hujan.
 Jarak bidik maksimum dari alat ke rambu akan dibatasi tidak lebih
dari 75 meter dengan tinggi bacaan paling atas 2.750 mm (untuk
benang atas) dan paling rendah 250 mm (untuk benang bawah).

2-27
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Setiap bidikan / pembacaan benang akan selalu dilakukan ke rambu


belakang terlebih dahulu, kemudian baru ke rambu depan dengan
sistem bacaan lengkap (BA, BT, BB) dan selalu dilakukan kontrol
bacaan dengan persamaan berikut :

 Pengukuran tiap seksi dilakukan double stand, dan selalu dilakukan


kontrol bacaan dengan persamaan berikut :
( H1 -  HII) < 2 mm
 Jumlah slag dalam setiap seksi akan selalu dibuat berjumlah genap,
hal ini diperlukan untuk mengeliminir kesalahan yang mungkin
disebabkan oleh tidak samanya titik 0 (nol) pada setiap rambu.
Karena itu, untuk setiap seksi, rambu yang dipakai oleh suatu tim
diusahakan tidak ditukar atau diganti dengan rambu dari tim lain.
 Pada setiap slag akan diusahakan agar alat ukur selalu berada di
tengah antara kedua rambu belakang dan depan atau dengan
mengusahakan agar jumlah jarak ke muka selalu sama dengan
jumlah jarak ke belakang dalam satu seksi. Hal ini dilakukan karena
untuk mengeliminir kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan garis
bidik (garis bidik yang membuat sudut sebesar  dengan garis bidik
yang seharusnya, misalnya seperti diperhatikan pada gambar di
bawah ini.

Gambar B.10. Ilustrasi Kesalahan Garis Bidik

2-28
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Perhitungan tinggi menggunakan metoda beda tinggi (sifat datar)


yaitu dilakukan dengan menghitung beda tinggi per seksi.
Pengukuran waterpass dilakukan pergi pulang dalam setiap seksi
dan benang dibaca lengkap (BA-BT-BB). Pengukuran pergi pulang
dilakukan dalam satu hari, untuk menghindari kesalahan akibat
refleksi
Pengukuran dilakukan dalam bentuk loop (kring tertutup) yang dibagi
beberapa seksi. Dalam ukuran pergi pulang didapat :
Beda tinggi pergi = H1
Beda tinggi pulang = H2

Jadi beda tinggi pada ukuran pergi pulang didapat :

Hitungan H dari BM ke BM kemudian dilanjutkan ke hitungan salah


penutup H pada tiap loop.
 Jika fh-1, fh-2, fh-3 masuk toleransi dan fh-4 tidak masuk
toleransi, maka sisi yang pertama diukur ulang adalah sisi AD.
 Jika fh-1 tidak masuk toleransi yang diukur ulang sisi BC.

Sehingga perkiraan sisi yang mungkin salah dapat diperkirakan dari


besaran salah penutup tiap loop. Jika hitungan salah penutup tiap
loop telah memenuhi toleransi.
fH < 10
dimana :
D = panjang seksi pengukuran waterpass dalam km.
Dapat dilakukan hitungan perataan kesalahan untuk penempatan
besaran koreksi h pada tiap sisi. Perataan kesalahan dapat
dilakukan dengan : BOUWDITCH atau DELL METHOD.

2-29
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah


dengan mengguna-kan spreadsheet sebagaimana kerangka
horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data
ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap BM acuan.

C. Pengukuran Situasi Detail


Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik
objek alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan
sebagainya. Objek-objek yang diukur kemudian dihitung harga
koordinatnya (X,Y,Z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing
ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Pelaksanaan pengukuran situasi detail yaitu sebagai berikut:
 Menggunakan metode pengukuran Tachymetri.

 Alat ukur yang digunakan minimal adalah Theodolite T-0 atau yang
sejenis.
 Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.

 Kerapatan elevasi pada sawah maksimum tiap ± 100m.

 Batas-batas petak tersier di lapangan harus diukur.

 Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia


harus diukur (jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan
lain-lain).

Spesifikasi teknis pengukuran situasi detail sesuai dengan KAK adalah


sebagai berikut :
 Titik-titik detail ditentukan dengan ukuran rincikan yang diikatkan pada
kerangka dasar pemetaan atau titik kontrol geodesi.
 Pengambilan titik-titik detail dilakukan merata keseluruh daerah survey,
seperti pengambilan detail untuk bangunan alam/bangunan buatan,
sesuai dengan kebutuhan penarikan garis kontur (contour).
 Pengukuran detail dilakukan dengan alat ukur theodolit compass TO
atau yang sederajat.

2-30
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Beberapa saluran tambak, anak sungai/sungai perlu diukur poligon


sesuai rencana kerja

Pengukuran rinci / situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri


dengan cara mengukur besar sudut dari poligon (titik pengamatan situasi)
ke arah titik rinci yang diperlukan terhadap arah titik poligon terdekat
lainnya, dan juga mengukur jarak optis dari titik pengamatan situasi.
Pada metoda tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi
antara stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh
data-data sebagai berikut :
i. Azimuth magnetis
ii. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
iii. Sudut zenith atau sudut miring
iv. Tinggi alat ukur.
 Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah :
i) 2 unit Theodolite T-0,
ii) 2 buah pita baja 50 meter,
iii) 2 set bak ukur,
iv) 2 buah kalkulator.
 Metoda Pelaksanaan
Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachymetri dengan
menggunakan alat ukur Theodolite kompas (T-0). Dengan cara ini diperoleh
data-data sebagai berikut :
- Azimuth magnetis.
- Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
- Sudut zenith atau sudut miring.
- Tinggi alat ukur.
Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A yang telah diketahui koordinat
(X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut :

Untuk menghitung jarak datar adalah tachymetri dengan rumus :

2-31
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Dd = DO . cos2 
Dd = DO (Ba - Bb) cos2 
dimana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang atas
Bb = bacaan benang bawah
Bt = bacaan benang tengah
TA = tinggi alat
Do = jarak optis
 = sudut vertikal.
Mengingat banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas
terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas
akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah
orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi Boussole (C) adalah :
C = g - m
dimana :
g = azimuth geografis
m = azimuth magnetis.
Pada pelaksanaannya, kerapatan titik detail sangat tergantung pada skala
peta yang dibuat, selain itu untuk keadaan tanah yang mempunyai
perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil
dari pengukuran berupa data ray dari masing-masing ruas dalam jalur
poligon yang menyajikan ketinggian titik-titik tanah yang dipilih dan posisi
bangunan yang dianggap penting.

2-32
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap ray lalu diikatkan pada masing-
masing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi.
Secara jelas titik-titik ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki
skala rinci.

D. Pengukuran Long Section dan Cross Section


Pengukuran trase memanjang dimaksudkan untuk mendapatkan
potongan memanjang dan melintang. Spesifikasi teknis pengukuran Long
Section dan Cross Section sesuai dengan KAK adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran Penampang Memanjang (Long Section)
- Diukur setiap 100 m pada tempat yang lurus dan 25 m ditikungan.
- Titik-titiknya harus bertepatan dengan profil melintang yang akan
diukur dan lokasi perpotongan saluran-salurannya.
- Pengukuran penampang memanjang dilaksanakan dengan alat
ukur sipat datar otomatis Ni.2. atau yang sederajat.
- Pengukuran profil memanjang sesuai rencana gambar terlampir.
- Ketelitian sipat datar 10 VD, dimana D=jarak dalam km diukur
pulang pergi setiap seksi dengan pembacaan benang yang
lengkap.
b. Pengukuran Penampang Melintang (Cross Section)
- Pengukuran dilakukan tegak lurus As saluran dengan lebar
penampang adalah lebar saluran ditambah tanggul ditambah
minimal 10 m kiri kanan tanggul saluran, tanggul penahan banjir
dan jalan-jalan.
- Interval antar penampang 100 m pada tempat yang lurus pada
tikungan saluran dirapatkan sesuai kebutuhan.
- Kerapatan titik maksimum 2 m.
- Setiap detail perubahan tanah As saluran diukur.
- Pengukuran penampang dilakukan dengan alat ukur waterpass
automatic atau theodolit TO.

2-33
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

E. Buku Data Ukur


Spesifikasi teknis mengenai Buku Ukur adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Alat dan Buku Ukur
a. Seluruh alat ukur diteliti dan distel secara teratur (kalibrasi). Seluruh
data lapangan ditulis dengan ball point hitam, tidak boleh
menggunakan pensil.
b. Data-data hasil ukuran dan sket titik detail dibuat dengan jelas, rapi
serta sistematis.
c. Pada tiap buku ukur harus dicatat tanggal pengukuran, daerah
pengukuran, nama juru ukur, jenis, nomor alat ukur, dan keadaan
cuaca saat pengukuran.
d. Tanggal pengukuran, tipe alat, nomor serinya dan keadaan cuaca
dimasukkan pada buku ukur.
e. Nama patok profil, patok poligon, dan nama monumen jelas tertulis di
dalam buku ukur sehingga tiap bagian dan pengukuran dapat dicek
dengan mudah.
f. Buku ukur diberi indeks dengan benar untuk nantinya dicek silang
dengan lembaran hitungan dan lembaran abstrak.
g. Setiap buku ukur harus disyahkan dan ditandatangani oleh direksi
lapangan.
h. Data pengukuran dibuat rangkap dengan karbon langsung dilapangan.

2. Data Ukur dan Hitungan


Data lapangan ditabel dengan rapi. Hitungan pendahuluan dalam rangka
pengecekan data dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai pengamatan
lapangan.
Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran di atas kertas
milimeter. Seluruh peta tanah asli dan peta rencana diplot dengan format
digital AutoCAD pada lembar berkoordinat ukuran A1, dimana koordinat
bulat diperlihatkan pada garis grid. Sumbu vertikal adalah arah utara
sedangkan sumbu horisontal arah timur. Seluruh ketinggian patok poligon
utama dihitung sampai tiga desimal penuh. Seluruh ketinggian untuk profil

2-34
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

serta titik spot height juga diperlihatkan sampai tiga desimal di dalam peta
tanah asli, peta rencana, potongan memanjang (long section) dan
potongan melintang (cross section).
a. Hasil data ukur diasistensikan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dan apabila data hasil koreksil asistensi tersebut terdapat
kesalahan, maka Konsultan memperbaikinya atau mengulang
pengukuran.
b. Sebelum Konsultan memperbaikinya, dilarang untuk diplotkan di atas
kertas kalkir dan melanjutkan pekerjaan detail design. Setelah semua
pekerjaan tersebut diatas telah dilakukan dan disetujui oleh pihak
Direksi, maka tahap pekerjaan selanjutnya boleh dilakukan dan
dilengkapi dengan berita acara.
c. Transparan asli (kalkir) gambar profil trase pantai dan bathimetry tidak
boleh dipakai untuk detail design, tapi dibuat dua rangkap, satu
rangkap berupa peta dan gambar eksisting dan satu rangkap lagi
dipakai untuk detail design (rencana).
d. Seluruh hasil pengamatan lapangan yang asli berikut seluruh
perhitungan, telah diberi nomor indeks dan nomor cross reference
(pengecekan silang), dan diserahkan kepada Direksi.
e. Konsultan menyerahkan kepada Direksi berupa daftar Deskripsi BM &
CP lengkap berisi ketinggian dan koordinat dan seluruh BM dan CP
yang terpasang, dan dibukukan. Form diskripsi BM & CP terlampir

2. Survei Tanah Pertanian


Survei tanah pertanian merupakan kegiatan penjelajahan dan observasi
lapangan secara sistematis untuk mendapatkan data dan informasi tentang
morfologi, sifat fisik dan kimia tanah, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan
tanah berdasarkan sistem baku, serta membatasi jenis tanah satu dengan
lainnya. Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu
pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan
memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes,
2007). Kegiatan survei tanah khususnya untuk pertanian sudah banyak

2-35
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

dilakukan baik oleh institusi pemerintah (litbang dan perguruan tinggi),


maupun oleh pihak swasta untuk berbagai tipe penggunaan lahan pertanian.
Namun demikian, sampai saat ini baru beberapa wilayah yang tersedia data
dan informasi sumberdaya lahan serta umumnya masih pada skala semi
detail (Skala 1 : 50.000) atau skala pemetaan tingkat Kabupaten. Sementara
data dan informasi potensi sumberdaya lahan pada skala detail untuk
pengembangan D.I umumnya belum tersedia.

3. Survei Hidrometri dan Kualitas Air


Survei Hidrologi dilakukan untuk mengetahui potensi debit aliran sebagai
sumber air. Pengukuran tinggi muka air dilakukan dengan menggunakan bak
ukur atau peilschall jika sumber air berasal dari aliran permukaan seperti
sungai atau embung. Pengukuran debit aliran dilakukan di penampang
melintang sungai dengan perwakilan 3 titik yang mewakili bagian pinggir
sebelah kiri, tengah, dan kanan sungai.
A. Pengumpulan Data Hidrologi
Pengumpulan data hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data
hidrologi dan klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan
besaran perencanaan seperti curah hujan maksimum dengan periode
ulang tertentu, hidrograf banjir dan drainase modul serta penentuan
parameter-parameter lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik.
Pengumpulan data hidrologi meliputi:
1) Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat
selama 20 tahun dengan catatan pengamatan selama 10 tahun
berturut-turut merupakan data hujan minimum terbaru.
2) Pengumpulan data temperatur selama minimum 5 tahun berturut-
turut dari stasiun iklim yang terdekat.
3) Pengumpulan data kelembaban relatif selama minimum 5 tahun
berturut- turut dari stasiun klimatologi terdekat.
4) Pengumpulan data Lama Penyinaran Matahari minimum selama 5
tahun dari stasiun pengamat terdekat.

2-36
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

5) Pengumpulan data kecepatan angin minimum selama 5 tahun


berturut-turut dari stasiun pengamat terdekat.
6) Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas
genangan serta saat terjadinya) baik dengan pengamatan langsung
ataupun memperhatikan bekas-bekas dan tanda-tanda banjir di
pohon maupun melalui wawancara dengan penduduk setempat.

B. Pengukuran Debit
Pada prinsipnya pengukuran debit dimulai dengan mengukur kecepatan
aliran pada beberapa titik, kemudian mengukur luas tampang aliran. Bila
dari hasil pengukuran kecepatan didapatkan nilai kecepatan pada
beberapa titik berbeda secara signifikan maka sebaiknya tampang aliran
dibagi dalam beberapa pias sehingga diperoleh debit masing-masing pias.
Debit total merupakan penjumlahan dari debit masing-masing pias
tersebut. Namun bila diperoleh kecepatan pada beberapa titik tersebut
yang hampir seragam, maka kecepatan tampang merupakan nilai rata-
rata dari kecepatan tiap titik. Selanjutnya debit aliran adalah perkalian dari
kecepatan rerata tampang dengan luas total tampang aliran.

Gambar B.11. Pengukuran Debit Sungai dengan Metode Jaring-Jaring

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus ditentukan lokasi


yang tepat untuk pengukuran kecepatan. Syarat yang harus dipenuhi
adalah:
1. Aliran air relatif konstan, tidak ada turbulensi/olakan,

2-37
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

2. Situasi saluran relatif lurus,


3. Penampang aliran diusahakan segi empat atau trapesium,
4. Semua debit air dapat mengumpul tanpa ada yang masuk ke tempat
lain.
Secara lengkap penelitian debit dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Tentukan lokasi pengukuran kecepatan
2. Gambar sketsa tampang aliran
3. Tentukan titik-titik pengukuran, jika kedalaman aliran memungkinkan
diambil 6 titik pengukuran yaitu :
- Titik 1 : Kiri Atas
- Titik 2 : Kiri Bawah
- Titik 3 : As Atas
- Titik 4 : As Bawah
- Titik 5 : Kanan Atas
- Titik 6 : Kanan Bawah.
4. Siapkan Current Meter dan assesorisnya
5. Masukkan Current Meter dalam air secara perlahan sampai semua
baling-baling tenggelam
6. Lakukan pengukuran setelah putaran baling-baling konstan
7. Box Counter akan mencatat jumlah putaran
8. Hidupkan stopwatch saat Box Counter mulai dinyalakan
9. Matikan stopwatch saat Box Counter dimatikan
10. Jumlah putaran per detik (n) diperoleh dengan membagi angka
pembacaan di Box Counter dengan waktu pencatatan dari stopwatch
11. Lakukan langkah 5 sampai 10 untuk titik yang lain
12. Ukur lebar saluran dengan roll meter
13. Ukur kedalaman aliran pada beberapa titik (minimal 3 titik : kiri, as
dan kanan)
14. Semua hasil pengukuran dicatat atau ditabelkan
15. Untuk propeller No. 50/250, kecepatan aliran diperoleh dari :
n  1,74 ; V= 1,20 + 24,73n

2-38
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

n > 1,74 ; V = 0,24 + 25,68n


16. Hitung luas tampang aliran (A)
17. Debit aliran dapat di hitung, Q = V . A.
Pengukuran Debit dengan menggunakan current meter yang portable, dan
mengukur profil penampang sungai di muara tsb dengan metoda cukup
dengan bambu/tongkat yang dicolok ke dasar danau atau dengan
batimetri (jikalau memungkinkan) dimana perahu dengan peralatan GPS-
Echosounder bila memungkinkan melakukan pengukuran pada lokasi
muara ini.
Kemudian menghitung debit adalah luasan penampang basah muara
dikalikan dengan kecepatan yang diukur dengan current meter.
Pengukuran kecepatan arus dilakukan di 3 lokasi yakni pinggir sungai (2
lokasi) dan tengah sungai. Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada
selama kurang lebih 3 jam pada saat air tinggi dan 3 jam pada saat air
rendah (dengan pengambilan data tiap 1 jam-nya selama 3 jam).
Kemudian kecepatan arus ini dirata2kan.
Q=AxV;
dimana A = luasan penampang basah, V adalah kecepatan arus sungai.
Debit diukur untuk dijadikan input dalam pemodelan hidrodinamika danau
apabila memungkinkan.

Gambar B.12. Pengukuran Kecepatan Arus di sungai

Pengukuran kecepatan arus ini digunakan untuk mengukur debit yang


kemudian dijadikan kalibrasi dalam perhitungan debit andalan dengan

2-39
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

metode MOCK. Debit bulanan/andalan ini akan dijadikan input dalam


model hidrodinamika sedimen. Input debit didapat dari langkah ini dan
input konsentrasi sedimen didapat dari pengolahan data sampel sedimen
layang.

C. Pengamatan Elevasi Muka Air


Pengamatan elevasi muka air dilaksanakan bersamaan dengan
pengukuran kecepatan arus. Pengukuran dilakukan pada satu tempat
yang secara teknis memenuhi syarat. Pengamatan elevasi muka air
dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm.
Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir
pencatatan elevasi muka air sungai yang telah disediakan. Kemudian
diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat pada salah
satu patok seperti Gambar B.13, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal
dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran
topografi, dan hidrometri mempunyai datum (bidang referensi) yang sama.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
dimana :
T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = bacaan benang tengah di patok
BT.1 = bacaan benang tengah di peilschaal.

Gambar B.13 Pengikatan (Levelling) Peilschaal.

D. Pengukuran Luas Penampang Melintang


2-40
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Pengukuran luas penampang dilakukan tepat di lokasi pengukuran


kecepatan aliran. Suatu profil sungai dibagi menjadi beberapa sektor, luas
setiap sektornya dinyatakan dengan A1, A2, …An. Dengan mengambil hasil
pengukuran kecepatan aliran rata-rata pada garis vertikal yang melalui titik
berat setiap sektor yang dinyatakan dengan V 1, V2, …Vn, sehingga debit
sungai (Q) pada lokasi pengukuran tersebut dapat dinyatakan dengan
rumus berikut :

A1 A2

Gambar B.14 Ilustrasi Pengukuran Penampang Melintang Sungai

(i) Pengukuran Lebar Sungai


Pengukuran lebar sungai dilakukan dengan menggunakan alat ukur lebar.
Jenis alat ukur lebar terlebih dahulu akan disesuaikan dengan lebar
penampang basah dan sarana penunjang yang tersedia.
(ii) Pengukuran Kedalaman Sungai
Pengukuran kedalaman sungai dilaksanakan dengan menggunakan alat
ukur ke-dalaman di setiap vertikal yang telah diukur jaraknya. Jarak setiap
vertikal akan diusahakan serapat mungkin, agar debit tiap sub bagian
penampang tidak lebih 5% terhadap garis vertikal.

E. Pengukuran Kecepatan Arus

2-41
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan


yang akan berguna dalam perhitungan debit sungai. Metode
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
(i) Pengukuran arus dilakukan pada beberapa lokasi dimana arus
mempunyai pengaruh penting. Ilustrasi pengukuran arus pada
penampang sungai dapat dilihat pada Gambar B.15.

Gambar B.15 Sketsa Titik-titik Pengukuran Arus pada Penampang Sungai.

(ii) Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d,


0.8d seperti yang ditampilkan pada Gambar B.16.

2-42
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.16 Ilustrasi Pengukuran Arus dan Alat Current-Meter.

Mengingat bahwa distribusi kecepatan arah vertikal dalam aliran laminar


merupakan distribusi parabola (seperti terlihat pada gambar di bawah ini),
maka untuk memperoleh kecepatan rata-rata dilakukan dengan ketentuan
berikut :
a. Metode Satu Titik
Metode ini digunakan pada kedalaman air yang dangkal ( 75 cm) dan
untuk peng-ukuran arus yang cepat. Metoda ini memberikan hasil yang baik
pada distribusi kecepatan yang normal. Pengukuran kecepatan dilakukan
pada kedalaman 0,6 H diukur dari permukaan apabila H adalah kedalaman
air pada tempat pengukuran. Sehingga kecepatan rata-rata alirannya
adalah V = V0,6H.
b. Metode Dua Titik
Metode ini digunakan pada kedalaman air (d) > 0,75 m dan metoda ini
memberikan hasil yang baik pada distribusi kecepatan yang normal.

2-43
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Pengukuran kecepatan dilakukan dua kali pada kedalaman 0,2 H dan 0,8
H, sehingga kecepatan rata-rata alirannya adalah :

c. Metode Tiga Titik


Metode ini digunakan pada suatu penampang yang lebar. Pengukuran
kecepatan dilakukan tiga kali pada kedalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 H.
Berdasarkan teori yang ada, maka kecepatan arus rata-rata adalah :

dimana :
V0.2d = arus pada kedalaman 0.2d
d = kedalaman lokasi pengamatan arus.
Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan dengan cara merawas (wadding),
menggunakan perahu, menggunakan jembatan (bridge cranch), memakai
kereta gantung (cable-car) dan atau menggunakan winch cable, tergantung
dari kondisi di lapangan pada saat pengukuran.
d. Metode Merawas
Merawas dilaksanakan saat kondisi air dangkal (minim) dimana
memungkinkan untuk diseberangi langsung dengan merawas. Cara
Pengukuran merawas ini mempunyai keuntungan dapat memilih
penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran debit dengan
merawas, antara lain :
(1) Pengukur harus berdiri pada posisi yang tidak mempengaruhi
kecepatan air yang melalui alat ukur arus;
(2) letakan batang duga tegak mm pada jarak antara 2,5 - 7,5 cm di
hilir kabel ukur baja yang sudah dibentangkan tegak lurus dengan arah
aliran;
(3) Pengukur harus berdiri ± 45 cm dari batang penduga.
(4) Hindarilah berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan
penyempitan penampang melintang;

2-44
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

(5) apabila lebar sungai memungkinkan maka mengukur debit


dengan cara berdiri di papan atau alat lain di atas aliran akan lebih baik
daripada berdiri dalam air;
(6) apabila arah aliran tidak tegak lurus pada kabel baja maka perlu
mengukur koefisien sudutnya, dan
(7) apabila dasar sungai berubah-ubah (berpasir) hingga tekanan
kaki pengukur akan mempengaruhi kecepatan dan kedalaman maka
alat harus diletakkan di sebelah depan kaki Pengukur.
Kecepatan aliran akan dihitung / diukur dengan menggunakan beberapa
cara yaitu : cara Velocity Head Rod, Trupp’s Ripple Meter, Pitot Meter,
Current Meter dan Float.

(i) Pengapung (Float)


Cara ini hanya akan dipakai untuk menaksir kecepatan aliran dan hasilnya
agak kasar. Cara ini membutuhkan alat pencatat waktu (stop watch),
pelampung dan pengukuran jarak 2 titik yang akan ditempuh oleh pelampung,
sehingga :

Gambar B.17 Ilustrasi Penempatan Pelampung

Pengukuran dengan pelampung dilakukan pada waktu debit besar, hal inipun
dilaku-kan apabila pengukuran dengan menggunakan current meter tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan, karena kondisi di lapangan cukup
membahayakan Petugas / Pengamat.

2-45
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

(ii) Alat Ukur Arus (Current Meter)


Kecepatan air (V) didapatkan dari pengukuran dengan alat Current Meter
(Propeller atau tipe “Price”) yang dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
V = a+bxN
dimana :
N = banyaknya perputaran propeler atau kerucut kecil (baling
baling) per detik.
V = kecepatan awal yang diperlukan untuk mengatasi gesekan
mekanis.
a&b = merupakan konstanta yang didapat dari kalibrasi alat

F. Survei Kualitas Air


Penelitian lingkungan dilaksanakan khususnya terhadap kualitas air
sebagai sumber air, baik eksisting maupun rencana, data-data yang
dikumpulkan berkenaan dengan kualitas air, debit air, komponen-
komponen lingkungan lainya, serta kondisi air di jaringan yang sementara
beroperasi saat ini. Mengadakan penelitian dan analisa juga terhadap
komponen-komponen lainya yang nantinya terkena dampak.
Tujuan dari pengambilan sampel/ contoh air adalah untuk mengumpulkan
sebagian material atau bahan dalam volume yang cukup kecil yang
mewakili bahan yang diperiksa secara tepat untuk dapat dibawa dengan
mudah dan diperiksa di laboraturium.
Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat dari
semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam material yang
disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti
dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil
sampel yang dapat / mampu melakukan prosedur pengambilan dan
pengawetan sampel dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya
merupakan hasil uji yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan
kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada sampel dapat hilang secara

2-46
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan dan pengawetan


sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.
Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air
yang harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan
fisika dan kimia.

 Prinsip Pengambilan Sampel


Untuk prinsip pengambilan sampel dapat dilihat pada pola urutan kerja
sebagai berikut:
a. Menentukan lokasi pengambilan sampel
b. Menentukan titik pengambilan sampel
c. Melakukan pengambilan sampel
d. Melakukan pengawetan sampel
e. Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboraturium

 Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah sampel air yang berasal dari
sumber air. Ada dua macam ampel air yang dapat digunakan, yaitu :
a. Sampel sesaat (grab sampel)
Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu, contoh :
sampel yang dimabil dari sumber air.
b. Sampel gabungan waktu
Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama,
tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24
jam. Sampel masing – masing diambil pada kapasitas 120 ml setiap interval
waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel – sampel kemudian di campur
pada akhir periode pengambilan sampel. Jika zat pengawet diperlukan,
masukkan zat tersebut kedalam wadah yang masih kosong (setelah dicuci
dengan sampel), sehingga semua bagian atu porsi dari gabungan sampel
akan diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan.
Sampel gabungan waktu digunakan untuk menentukan komponen –
komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah / volume

2-47
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan dan


dilaboraturium tergantung pada jenis pemeriksaan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk pemeriksaan fika air diperlukan 2 liter.
2. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan 5 liter
3. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan 100 ml

 Alat Pengambilan Sampel


Alat – alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai
sumber berikut :
a. Alat pengambilan sampel
Alat pengambilan sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari
logam)
 Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
 Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah
penyimpan tanpa ada sisa bahan tersuspensi didalamnya.
 Mudah dan aman dibawa.
 Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung
pada jenis pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium
terbatas, maka yang digunakan adalah alat pengambil contoh tipe
sederhana.

Alat pengambilan contoh tersebut adalah :


 Alat pengambil contoh sederahana
Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air
permukaan secara langsung. Botol biasa yang diberi pemberat untuk
digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan kawat
kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi
mudah berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air
dengan menambah tinggi kadar besi.

2-48
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Alat pengambil contoh setempat secara mendatar


Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya
mengalir pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.
 Alat pengambil contoh setempat secara tegak.
Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau
alirannya sangat lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada
kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Ruttner.
 Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat
padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua
lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe USDH
 Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur
Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang
tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
 Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut.
Dilengkapi tutup, sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.
Contoh alat ini adalah tipe Casella.
 Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.

b. Alat lain
1. Alat ekstrasi
Alat ini terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan
mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.
2. Alat penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat
menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45 um.
3. Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada suhu 4 OC, dapat membekukan
contoh bila diperlukan dan mudah diangkut di lapangan.
4. Bahan kimia untuk pengawet
Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan
bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar
zat yang akan diperiksa.

2-49
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

c. Wadah untuk menyimpan sampel


Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan gelas atau plastik.
2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.
3. Mudah dicuci.
4. Tidak mudah pecah.
5. Wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan.
6. Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh.
7. Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh
8. Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.

Jenis alat pengambil contoh Beberapa jenis alat pengambil contoh yang dapat
digunakan meliputi :

1) Alat pengambil contoh sederhana berupa


 botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara
langsung ;
 botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu ;

Gambar B.18 Alat Pengambil Contoh Air Sederhana

2) Alat pengambil contoh setempat secara mendatar, dipergunakan untuk


mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada
kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg

2-50
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.19 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Mendatar (Wohlenberg)

3) Alat pengambil contoh setempat secara tegak atau mendatar, dipergunakan


untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya
sangat lambat seperti di danau, vvaduk, dan muara sungai pada kedalaman
tertentu, contoh tipe alat pengambil sampel dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar B.20 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Tegak (Kiri) dan Tipe Mendatar
(Kanan)

4) Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu, digunakan untuk


pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang
mewakili semua lapisan air

2-51
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.21 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Kedalaman terpadu (Integrated Depth
Sampler – USHD)

5) Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu
dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air
limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata
selama periode tertentu,salah satu contoh sebagai berikut

Gambar B.22 Alat Pengambil Contoh Air Tipe Otomatis

6) Alat pengambil untuk pemeriksaan gas terlarut yang dilengkapi tutup,


sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh ; contoh alat ini adalah
tipe Cascila

2-52
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.23 Alat Pengambil Contoh Gas Terlarut Tipe Casella (Termasuk Oksigen
Terarut)

7) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi adalah botol gelas


yang di tutup kapas/aluminium foil, tahan terhadap panas dan tekanan selama
proses sterilisasi ;
8) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan plankton berupa jaring yang berpori
173 mesh/inci, yang biasa digunakan adalah jaring plankton no.20/SI ;

 Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel kualitas air ditentukan berdasarkan pada tujuan
pemeriksaan. Lokasi pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada air
permukaan dan air tanah.

A. Air Permukaan

Lokasi pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran
sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut
1. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (DPS),
berdasarkan pada:

2-53
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

a. Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih
sedikit pencemaran ;
b. Sumber air tercernar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemar ;
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air tersebut.
2. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada:
a. Tempat masuknya sungai ke danau/waduk ;
b. Di tengah danau/waduk ;
c. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan ;
d. Tempat keluarnya air danau/waduk

Gambar B.24 Contoh Lokasi Pengambilan Sampel Air Permukaan

2-54
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.25 Titik Pengambilan Sampel Kualitas Air di Sungai

Gambar B.26 Titik Pengambilan Sampel Kualitas Air di Waduk/Danau

B. Air Tanah
2-55
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak
tertekan) dan air tanah tertekan denga penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas (tidak tertekan), misal : sumur gali, sumur pompa tangan
dangkal / dalam.
 Disebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan / pembuangan sampah kota
/ industri.
 Disebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan
pupuk kimia.
 Didaerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin.
 Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
2. Air tanah tertekan
Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,
pedesaan, pertanian dan industri.
 Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum.
 Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah.
 Di lokasi kawasan industri.
 Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan.
 Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis
(misalnya : cekungan artesis Bandung)
 Pada sumur observasi di wilayah pesisir dimana terjadi penyusupan air
asin.
 Pada sumur observasi penimbunan / pengolahan limbah industri bahan
berbahaya dan beracun (B3)
 Pada sumur lainnya yang dianggap perlu.

Penentuan titik pengambilan contoh sampel air tanah:


1. Air Tanah
Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
 Air tanah bebas

2-56
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pada sumur gali, contoh diambil pada kedalaman 20 cm dibawah


permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari.
 Pada sumur bor dengan pompa tangan / mesin, contoh diambil dari kran /
mulut pompa tempat keluarnya air setalh air dibuang selama lebih kurang
5 menit.
2. Air tanah tertekan
 Pada sumur bor eksplorasi, contoh diambil pada titik yang telah ditentukan
sesuai keperluan eksplorasi.
 Pada sumur observasi, contoh diambil pada dasar sumur setelah air
dalam sumur bor / pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali.
 Pada sumur produksi contoh diambil pada kran / mulut pompa keluarnya
air.

 Sarana dan Waktu Pengambilan Sampel


a. Sarana pengambilan contoh
Sarana yang dapat digunakan adalah :
 Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai
tempat pengambilan contoh.
 Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat
menggunakan perahu.
 Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.
b. Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan
jam yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari
maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari
pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya
pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari
selasa jam 07.00 dan seterusnya.
Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan
kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap,
tergantung pada jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut:

2-57
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

1. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun.
2. Sungai / saluran yang telah tercemar ringan sampai sedang, sebulan
sekali selama setahun.
3. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun.
4. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
5. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
6. Air meteorik sesuai dengan keperluan.
7. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan

 Prosedur Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.Tahapan
pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
 Menyiapkan wadah sampel
 Membilas wadah sampel dengan air suling
 Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air
 Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
 Mengambil sampel sesuai titik sampling dan memasukkannya ke wadah
sampel sesuai peruntukan analisis
 Mencatat kondisi lapangan, membuat peta lokasi pengambilan sampel
 Menentukan uji parameter lapangan (suhu, pH, DO, kekeruhan, DHL, TDS
yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan)
 Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan
 Memberi label pada wadah sampel
 Melakukan pengawetan sampel sesuai peruntukan uji
 Mengamankan sampel dan wadah
 Mencatat nama sumber air, tanggal dan jam pengambilan, keadaan cuaca,
bahan pengawet yang ditambahkan, dan nama petugas.

2-58
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pengawetan Sampel
1. Pengawetan cara Fisika
Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginancontoh pada
suhu 4OC atau pembekuan.
2. Pengawetan cara Kimia
Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang
diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah senagai berikut :
 Pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida
pekat atau asam sulfat ke dalam contoh sampai pH <2.
 Penabahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya
 Penambahan larutan basa (biasanya larutan Na. Hidroksida, NaOH)
kedalam contoh sampai pH 10-11.

 Pengepakan dan Pengiriman Sampel


Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label tersebut
dicantumkan keterangan mengenai identitas sebagai berikut:
1. Identitas waktu (hari, tanggal, bulan, tahun)
2. Identitas ketua tim pengambil sampel dan saksi (nama, instansi, jabatan)
3. Identitas kegiatan pengambilan sampel (lokasi, tanggal, titik pengambilan
sampel, kode sampel, perlakuan, parameter uji)
4. Dokumen perencanaan pengambilan sampel
5. Tanda tangan ketua tim pengambil sampel dan saksi

Kemudian wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak
yang telah dirancang secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama
pengangkutan ke laboratorium.

2-59
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

4. Survei Mekanika Tanah


A. Sondir
Pengeboran sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras serta sifat daya dukung maupun daya lekat setiap kedalaman, alat
yang digunakan adalah Ducth Cone Penetrometer dengan bikonus jenis
kapasitas maksimum 250 kg/cm2. Pekerjaan sondir dihentikan apabila
ditemui keadaan sebagai berikut
a) Bacaan pada manometer 3 kali berturut-turut menunjukan nilai > 150
kg/cm2
b) Alat Sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan manometer belum
menunjukan angka maksimum, maka alat sondir diberi pemberat.
Pengujian Sondir ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konnus
dari variasi kedalaman pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang
digunakan berkapasitas sedang, dan dapat membaca nilai maksimum
perlawanan konus sebesar 250 kg/cm 2.
Mata sondir yang digunakan adalah Biconus sehingga akan
diperoleh hasil nilai perlawanan konus dan nilai letaknya (local
friction). Sedangkan prosedur yang digunakan dalam penyelidikan
dengan sondir ini adalah : “Standard Prosedure of Sounding Test PB
0101-76”.

2-60
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.27 Visualisasi Pelaksanaan Sondir di Lapangan

B. Handbor
Kegiatan handbor/bortangan ini bertujuan untuk mengetahui jenis
tanah,sifat-sifat fisis dan keadaan tanah itu sendiri. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam bor auger pada ujung bagian
bawah dari serangkaian stang bor. Bagian atasnya terdiri dari stang
berbentuk T untuk memutar stang bor. Pengambilan sampel dilakukan
dengan tabung dimasukan kedalam lubang bor kemudian ditekan perlahan
lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm.
Pelaksanaan pemboran tangan dimaksudkan untuk pengambilan contoh
tanah dalam lapisan dangkal ( kurang dari 10 m ), untuk mendapatkan
keterangan mengenai jenis tanah, sifat-sifat fisis dan kondisi tanah.
Sebelum pemboran dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal antara lain :
a) Letak kritik pemboran
b) Kedalaman pemboran yang diharapkan
c) Jenis contoh yang dikehendaki
d) Macam bor yang akan digunakan
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed samples)
diperlukan tabung contoh tanah ukuran 6,8 cm panjang 40 cm. Untuk
memudahkan pemeriksaan di laboratorium, minimum 60% dari tabung
harus terisi tanah. Pelaksanaan pengeboran harus sesuai dengan standar
pelaksanaan yang lazim dan disetujui pengawas pekerjaan/direksi.

2-61
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.28 Visualisasi Kegiatan Bor Tangan di Lapangan


C. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah (soil sample), berupa disturbed dan
undisturbed sample pengambilan dapat dilaksanakan dari lubang
pengujian atau lubang bor.
Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium pengambilan contoh
tanah akan dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan
parameter tanahnya.
1) Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)
Pekerjaan ini harus dilakukan oleh Konsultan dengan mengikuti
prosedur SNI 03-4148.1-2000. Peralatan yang akan dipergunakan
harus diperiksa dan mendapat persetujuan pengawas pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai. Contoh tanah yang diperoleh harus dibawa
oleh Konsultan ke laboratorium untuk diadakan pengujian. Kedalaman
pengambilan contoh tanah ditentukan berdasarkan kondisi geologi di
lapangan serta mendapat persetujuan Pengawas pekerjaan.
Pengambilan contoh tanah tersebut dilakukan apabila harga SPT N <
10.
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan maka akan diperhatikan pada saat pengambilan,
pengangkutan dan penyimpangan contoh tanah agar:

2-62
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Struktur tanah dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga


mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.
 Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan diameter mata tabung
minimal 6,8 cm dan panjang minimal 50 cm.
 Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung
sebelah dalam diberi pelumas agar gangguan terhdap contoh tanah
dapat diperkecil terutama pada waktu mengeluarkan contoh
tanahnya.
 Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung
tabung akan ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung
diberi simbol lokasi, nomor sampel serta kedalaman contoh diambil.
 Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindar-kan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan
penyimpanan pada suhu yang cukup panas.
 Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai
dengan kondisi di lapangan.

Gambar B.29 Peralatan Pengambilan Sample: Thin Wall Tube Sampler

2) Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)


Contoh diambil setiap ada perubahan, baik perubahan lapisan tekstur
maupun warna, pengambilan contoh tanah seberat ± 30 kg, dengan

2-63
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

memakai karung. Pengambilan ini dilakukan setelah Konsultan


berdiskusi dengan Pengawas Pekerja-an.
Pengambilan contoh tanah ini diambil dengan kriteria sebagai berikut:
a. Bila masing-masing lapisan tanah cukup tebal, maka contoh harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal
b. Bila lapisan-lapisannya tipis (<0,5 m) maka pengambilan contoh
tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan
vertikal.
c. Untuk penelitian kadar air asli, maka diadakan pengambilan contoh
tanah asli dengan menggunakan tabung PVC diameter 2 inci,
panjang 20 cm yang selanjutnya ditutup dengan paraffin di kedua
ujungnya.
5. Survei Sosial Ekonomi Pertanian
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survei sosial ekonomi berupa:
 Pengamatan langsung (observasi) kondisi tanah, flora dan fauna
 Pengamatan tata guna lahan dan tutupan vegetasi
 Wawancara terhadap masyarakat setempat. Dengan menggunakan
metode quisioner
 Wawancarara dengan kepala desa, camat, pemda dan tokoh masyarakat
 Inventarisasi data sekunder dari instansi terkait.
Lingkup aspek yang ditelaah dalam kegiatan survey sosial ekonomi ini adalah:
(a) Aspek sosio-demografis dan kelembagaan,
 Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk
menurut usia dan jenis kelamin.
 Kondisi sosial masyarakat, struktur sosial, agama, pendidikan, adat-
istiadat.
 Status dan luas pemilikan lahan.
 Organisasi/lembaga sosial - ekonomi yang ada, serta aktivitas lembaga
dewasa ini.
 Prasarana dan sarana yang tersedia.
 Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek
(b) Aspek agronomis,
2-64
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Kondisi tataguna lahan yang ada.


 Jenis tanaman budidaya, pola dan jadwal penanaman.
 Tehnologi usaha tani yang diterapkan, tingkat input/masukan pertanian,
dan peluang pengembangan secara agronomis.
 Produksi pertanian.
 Kendala peningkatan produksi, khususnya menyangkut kondisi tata-air
dan kualitas lahan.
 Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala.
(c) Aspek ekonomis,
 Corak nafkah penduduk.
 Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
(d) Aspek lahan.
 Jenis tanah.
 Kesuburan tanah.
 Kesesuaian lahan.
Data yang terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan
secara kuantitatif maupun kualitatif.

B.2.3. Kegiatan Analisis Data

Dalam pekerjaan analisis data, kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Analisis Data Topografi dan Situasi


2. Analisis Tanah Pertanian
3. Analisis Hidrologi dan Hidrolika
4. Analisis Kualitas Air
5. Analisis Mekanika Tanah
6. Analisis Sosial Ekonomi Pertanian

1. Analisis Data Topografi dan Situasi

2-65
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Pengolahan dan perhitungan data lapangan hasil pengukuran topografi dan


bathimetri sehingga dapat dihasilkan suatu peta lengkap yang dapat
memberikan gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan
ketinggian serta posisi kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun
area perairan laut di lokasi studi.

Analisa data lapangan (perhitungan sementara) akan segera dilakukan


selama Tim Survei masih berada di lapangan, sehingga apabila terjadi
kesalahan dapat segera dilakukan pengukuran ulang. Setelah data hasil
perhitungan sementara memenuhi persyaratan toleransi yang ditetapkan
dalam Spesifikasi teknis selanjutnya akan dilakukan perhitungan data definitif
kerangka dasar pemetaan dengan menggunakan metode perataan bowditch.

 Analisa Data Topografi


 Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon (lihat Gambar B.30 di
bawah ini). Koordinat titik B dihitung dari koordinat A yang telah diketahui :

Gambar B.30 Pengukuran Poligon.

Hitungan koordinat :
XP = XA + dAP Sin αAP
YP = YA + dAP Cos 2αAP
dalam hal ini :
XA , YA = koordinat titik yang akan ditentukan
dAP Sin αAP = selisih absis (XAP) definitif (telah diberi koreksi)

2-66
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

dAP Cos αAP = selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = jarak datar AP definitif
αAP = azimuth AP definitif.

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan


rumus sebagai berikut :
α12 = α1A + 1
= αAP + A + 1 –1(1800)
α23 = α21 + 2 = 12 + 2 – 1800
= αAP + A + 1 + 2 – 2(1800)
α34 = α32 + 3 = α23 + 3 – 1800
= αAP + A + 1 + 2 + 3 – 3(1800)
α4B = α43 + 4 = α34 + 4 – 1800
= α43 + A + 1 + 2 + 3 + 4 – 4(1800)

 Syarat Geometri Poligon


Secara garis besar bentuk geometri poligon dibagi menjadi poligon tertutup
(loop) dan poligon terbuka, apabila dalam hitungan syarat geometri tidak
terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang harus
dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan berikut ini.

 Hitungan Koordinat
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan Metoda Bowdicth.
Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut :

- Syarat Geometrik Sudut


 Akhir -  Awal + ∑ + n . 180 = f
dimana :
 = sudut jurusan
 = sudut ukuran

2-67
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut.
- Syarat Geometrik Absis (KX)

(XAkhir – XAwal) - = 0

dimana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∑di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur.

- Koreksi Ordinat

dimana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∑di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur.

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier (SL) ditentukan berdasarkan


besarnya kesalahan linier jarak (KL).

Setelah melalui tahapan hitungan tersebut di atas, maka koordinat titik


poligon dapat ditentukan.

2-68
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus
sebagai berikut:

dimana :
M = azimuth matahari
 = deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
 = lintang miring ke matahari.

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut :

dimana :
Zd = sudut zenit definitif
md = sudut miring definitif
Zu = sudut zenit hasil ukuran
mu = sudut miring hasil ukuran
r = koreksi refraksi
½d = koreksi semi diameter
p = koreksi paralaks
I = salah indeks alat ukur.

 Perhitungan Kerangka Dasar Vertikal


 Syarat geometris :
Hakhir - Hawal = H  FH

 Hitungan beda tinggi :


H1-2 = Btb - Btm
 Hitungan tinggi titik :
2-69
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

H2 = H1 + H12 + KH
dimana :
H = tinggi titik
H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi

T = toleransi kesalahan penutup sudut


=
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer.

 Hitungan Situasi Detail


Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan,
diperoleh jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui
koordinatnya (X,Y,Z). Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang
telah diketahui koordinat (X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut :
TB = TA + H
Untuk menghitung jarak datar (Dd) :

Dd = DO . cos2 m

Dd = 100 (Ba – Bb) . cos2 m


dimana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan titik B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah

2-70
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Bt = bacaan benang diafragma tengah


TA = tinggi alat
DO = jarak optis
m = sudut miring.
Mengingat akan banyak titik-titik rinci yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka diperlukan
titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna.
Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan
arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi Utara peta sehingga
sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole
supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi Boussole (C) adalah :
C = g - m
dimana :
g = azimuth geografis
m = azimuth magnetis.

Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat bergantung pada


skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai
perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat.

Perhitungan topografi dilakukan di lapangan dan penggambaran konsep


(draft) juga dilakukan di lapangan. Koordinat yang digunakan adalah
koordinat lokal yang ada atau dipasang di lokasi.

 Penggambaran
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format digital AutoCAD pada lembar
berkoordinat ukuran A1. Format ukuran A1 berlaku bagi seluruh lembar
gambar dan peta. Untuk pengeplotan seluruh peta dan gambar pada lembar
A3 tetap menggunakan format A1. Seluruh hasil pengukuran topografi dan
bathimetry 1:2.000 direkam pada peta indeks berkoordinat penuh. Seluruh
peta mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:

2-71
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

a. Garis kontur
b. Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, pantai maupun dasar laut
(bathiymetri)
c. Skala, arah utara dan legenda
d. Grid berkoordinat pada interval 10 cm (200 m pada skala 1: 2.000)
e. Blok judul dan kotak revisi
f. Catatan kaki pada peta
g. Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dan layout
lembar disertakan untuk menunjukkan hubungan antara satu lembar
dengan lembar berikutnya (over lay)
Semua ukuran huruf dan garis dibuat mengacu pada standarisasi dalam
penggambaran peta-peta/ gambar-gambar pengairan sebagaimana dijelaskan
pada buku “Kriteria Perencanaan Irigasi (Standar Penggambaran KP 07)”
yang diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan Teknis. Direktorat Irigasi I, Ditjen
Pengairan. Karena penggambaran dibuat dengan format digitasi AutoCAD,
maka ukuran huruf dan garis dibuat seideal mungkin dengan tidak
mengabaikan faktor artistiknya.

Legenda dan Penomoran Gambar


Informasi lebih jauh tentang legenda dan simbol untuk penggambaran
bangunan dan lain-lain dapat dilihat pada buku “Kriteria Perencanaan Irigasi
(Standar Penggambaranl KP 07)” yang diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan
Teknis, Direktorat Irigasi I, Dirjen Pengairan.
Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran draft dilakukan di
atas kertas milimeter, kecuali apabila pihak Konsultan telah memiliki Software
yang mendukung untuk penggambaran langsung dengan digitasi tanpa
menggambar draft di kertas milimeter.

Overlay Lembar Gambar


a. Akan banyak sekali data-data ketinggian serta planimetnis yang
diplotkan pada peta skala 1: 5.000, dan sering terjadi bahwa gambar

2-72
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

tersebut menjadi tidak karuan, sehingga tidak mungkin membaca angka


atau mengenali detail oleh karena bertumpuknya data.
b. Maka adalah wajar jika tidak seluruh titik-titik spot heigh yang diperoleh
dan lapangan dimasukkan ke dalam gambar akhir atau juga tidak semua
data ketinggian dan hasil pengukuran jalur dimasukan kedalam gambar 1
: 5.000 tersebut.
c. Penyambungan gambar antara lembar satu dengan lainnya dibuat over
lay dengan ukuran over lay setengab grid (5 cm pada format Al skala 1
5.000) dan dibuat diagram petunjuk lembarnya.
d. Semua lembar dengan jelas diberi judul dan referensi terhadap
pasangan lembar gambar skala 1: 5.000.

Peta Indeks/Rencana
a. Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data hanya pada satu
lembar atau beberapa lembar format Al, pada skala 1: 2.000, maka peta
indeks/ ikhtisar dengan skala 1 : 25.000 tetap dibutuhkan, untuk
menunjukkan:
1. Daerah kerja (garis besar).
2. Kontur dengan interval 1 m.
3. Spot height yang dipilih
4. Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada peta indeks.
5. Nama kampung dan batas-batas administrasi.
b. Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi pada kompilasi peta
1:5.000, atau dapat diperoleh dan pengeplotan kembali hasil pengukuran.

Sedangkan hasil kegiatan penggambaran ini adalah sebagai berikut :


1. Peta Situasi skala 1 : 5000
2. Membuat peta ikhtisar skala 1: 25.000.
3. Potongan memanjang dan melintang

2. Analisis Hidrologi dan Hidrolika

2-73
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

A. Pengisian Data Hujan


Sering terjadi bahwa curah hujan yang tercatat pada suatu pos hujan tidak
lengkap, hal ini terjadi karena beberapa factor antara lain alat pencatat
hujan rusak ataupun kelelahan petugas pencatat.
Untuk mengisi kekosongan data ini akan dilakukan dengan metode
“Inversed Square Distance”

Dimana :
Px = tinggi hujan yang dinyatakan (mm)
PA = tinggi hujan pada stasiun A (mm)
PB = tinggi hujan pada stasiun B (mm)
PC = tinggi hujan pada stasiun C (mm)

B. Uji Konsistensi Data Hujan


Data hasil perbaikan tersebut tidak dapat langsung dipakai untuk
kebutuhan perencanaan. Data tersebut perlu dilakukan pengujian dalam
kelangsungan pencatatannya. Parameter yang biasa digunakan untuk
menganalisis adalah reabilitas data dan konsistensi data. Di dalam suatu
deret data pengamatan hujan bisa terdapat non homogenitas dan
ketidaksesuaian (inconsistensy) yang dapat menyebabkan penyimpangan
pada hasil perhitungan. Non homogenitas bisa disebabkan oleh berbagai
faktor seperti :
a. Perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya
pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan,
gempa bumi dan lain-lain.
b. Pemindahan alat ukur.
c. Perubahan cara pengukuran (misalnya berhubung dengan adanya alat
baru atau metode baru).
d. Dan lain-lain.

2-74
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Sebelum digunakan untuk analisis, data perlu diuji terlebih dahulu untuk
mengetahui konsistensi data dan kemungkinan adanya kesalahan
pencatatan. Metode uji konsistensi yang digunakan adalah metode kurva
massa dan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand,1982). Rangkaian data hujan yang digunakan untuk analisis
adalah hujan bulanan.
a. Uji Kurva Massa
Uji konsistensi dengan kurva massa ada dua cara, yang umum adalah
‘double mass curve’, yaitu memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji
dengan seri kumulatif yang dipercaya dari stasiun-stasiun di sekitarnya.
Cara yang lain adalah memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji
terhadap waktu. Pengujian dilakukan secara visual dengan melihat trend
arah kurvanya; bila lurus berarti data cukup konsisten, bila ada
kecenderungan membelok berarti ada perubahan trend atau tidak konsisten
yang berarti perlu dikoreksi.
Berikut ini ditampilkan contoh kurva massa ganda untuk stasiun pengukur
curah hujan yang ada. Apabila dari gambar-gambar tersebut data hujan
untuk masing-masing stasiun cukup panggah atau cukup konsisten, yang
ditandai dengan garis kurva massa yang mendekati garis lurus (koefisein
korelasi R2=0,999) dan tidak ada perubahan trend. Sehingga data curah ini
dapat dipakai untuk analisis selanjutnya

2-75
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.31 Contoh Kurva Massa Ganda

b. Uji RAPS
Pengujian konsistensi dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
Sums) menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan
komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar
komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas
lagi bisa dilihat pada rumus dibawah:
S0 0
dg k = 1,2,3,...,n

nilai statistik Q dan R


0 k  n
0kn

Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n.
Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat,
jika hasilnya lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.
Tabel Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5
Q/n0.5 R/n0.5
n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70
40 1,31 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,85
Sumber: Sri Harto, 18; 1983

C. Distribusi Curah Hujan Wilayah

2-76
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan di seluruh


daerah aliran sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di
seluruh DAS. Stasiun terpilih adalah setasiun yang berada dalam cakupan
areal DAS dan memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Beberapa
metode yang dapat dipakai untuk menentukan curah hujan rata-rata
adalah metode Thiessen, Arithmetik dan Peta Isohyet.
Dari ketiga cara di atas cara Isohyet adalah cara yang paling baik dan
teliti, namun karena keterbatasan data maka perhitungan curah hujan
rerata daerah dalam studi ini digunakan cara Poligon Thiesen, karena dari
stasiun pencatat data hujan yang ada dan tersedia memungkinkan untuk
dilakukan perhitungan dengan menggunakan cara Poligon Thiesen. Selain
itu perhitungan dengan menggunakan cara Poligon Thiesen lebih teliti jika
dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan cara Rata-rata Aljabar.
1) Cara Tinggi Rata-rata
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil harga rata-rata
hitung (arithmetic mean) dari penakaran pada penakaran hujan dalam areal
tersebut. Jadi :

dimana :

d = tinggi curah hujan


d1, d2, d3,….,dn = tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3, …., n
n = jumlah stasiun hujan.
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya, asalkan pos-pos
penakar terbagi merata di areal tersebut, dan hasil penakaran masing-
masing pos tidak menyimpang jauh dari dari harga rata-rata seluruh pos
penakaran.

2) Cara Poligon Thiesen


Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan cara ini, perlu
digambarkan terlebih dahulu Poligon Thiesen dari stasiun curah hujan.

2-77
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Langkah-langkah dalam penggambarannya adalah sebagai berikut :


1. Sediakan peta topografi lokasi pekerjaan;
2. Gambar batas DAS dari sungai yang ditinjau;
3. Plotkan posisi stasiun curah hujan pada peta topografi dan beri nama /
nomor stasiunnya;
4. Hubungkan stasiun satu dengan yang lain dengan garis putus-putus,
sedemikian rupa sehingga membentuk pola segitiga;
5. Tarik garis tegak lurus dengan garis antar stasiun tepat pada tengah-
tengah garis antar stasiun tersebut, lakukan hal yang sama pada garis
yang lain;
6. Kemudian tarik garis-garis tersebut sehingga berpotongan, garis ter-
sebut merupakan batas dari daerah pengaruh stasiun terhadap DAS
yang ditinjau;
7. Hitung luasan daerah pengaruh dari setiap stasiun tersebut, diharap-
kan luasan daerah pengaruh dari masing-masing stasiun sama atau
tidak berbeda jauh. Lihat gambar di bawah ini.

Rumus untuk menghitung tinggi curah hujan daerah berdasarkan cara


Poligon Thiesen adalah sebagai berikut (Soemarto, 1987) :

Gambar B.32 Poligon Thiesen

2-78
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Jika , dimana Pi merupakan prosentase luas maka :

………………………………………………. 2.3)

dimana :
A = luas areal DAS (Km2)
d = tinggi curah hujan
d1, d2, d3,….,dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,…., n
A1, A2, A3,…An = luas daerah pengaruh stasiun 1, 2, 3, ….. n
n = jumlah stasiun hujan
P = koefisien Thiesen.

3) Cara Isohyet
Langkah-langkah dalam penggambaran Kontur Isohyet adalah sebagai
berikut :
1. Sediakan peta topografi lokasi pekerjaan;
2. Gambar batas DAS dari sungai yang ditinjau;
3. Plotkan posisi stasiun curah hujan pada peta topografi dan beri nama /
nomor stasiunnya;
4. Hitung besarnya curah hujan rancangan dengan beberapa kala ulang di
masing-masing stasiun curah hujan, kemudian plotkan tinggi curah
hujan tersebut;
5. Tarik garis yang menyatakan ketinggian dari curah hujan tersebut
dengan interval tertentu, seperti menarik kontur topografi;
6. Untuk curah hujan dengan kala ulang yang berbeda lakukan cara yang
sama seperti di atas, dengan memasukkan nilai yang sudah terhitung
untuk kala ulang tertentu. Lihat gambar di bawah ini.

2-79
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.33 Kontur Isohyet


Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang berdekatan
diukur, dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata
timbang dari kontur, seperti berikut :

untuk :
A = luas areal DAS (Km2)
d = tinggi curah hujan (mm)
d1, d2, d3,….,dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,….,n (mm)
A1, A2, A3,….An = luas daerah penggaruh pos 1,2,3,….,n (Km2)
Pi = koeffisien Thiesen

= jumlah prosentase luas = 100%.

D. Curah Hujan Rencana


Curah hujan rencana diperlukan untuk menentukan besarnya debit banjir
rencana apabila data debit banjir dengan selang waktu pengamatan yang
cukup panjang tidak tersedia. Untuk menentukan besarnya curah hujan
rencana ini diperlukan data curah hujan harian maksimum wilayah.
Besarnya curah hujan rencana dihitung dengan analisis probalilitas
frekuensi curah hujan. Beberapa metode tersedia yang akan disesuaikan
dengan distribusi datanya antara lain :
2-80
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

1. Metode Gumbel Tipe I


Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut:
X =

K =

YT =–

untuk T 20, maka Y = ln T

Keterangan,
Sx = simpangan baku data X
X = nilai X untuk kala ulng tertentu
= nilai rata-rata hitung data X
YT = nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada
periode ulang tertentu
Yn = nilai rata-rata dari reduksi data, tergantung dari jumlah data (n)
Sn = deviasi standar dari reduksi data, tergantung dari jumlah data
(n)
CS = koefisien kemencengan
= memiliki syarat = 1,1396

= persamaan hitung = CS =

S = deviasi standar dari sampel


= rata-rata hitung dari data sampel
= data ke i
CK = koefisien kurtosis
= memiliki syarat = 5,4002

= persamaan hitung = CK =

2-81
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Tabel Hubungan Reduksi Jumlah Data (n), (Yn) Dan Deviasi Standar (Sn)
n Yn Sn n Yn Sn
10 0.4952 0.9496 56 0.5508 1.1696
11 0.4996 0.9676 57 0.5511 1.1708
12 0.5035 0.9833 58 0.5515 1.1721
13 0.5070 0.9971 59 0.5518 1.1734
14 0.5100 1.0095 60 0.5521 1.1747
15 0.5128 1.0206 61 0.5524 1.1759
16 0.5157 1.0316 62 0.5527 1.1770
17 0.5181 1.0411 63 0.5530 1.1782
18 0.5202 1.0493 64 0.5533 1.1793
19 0.5220 1.0565 65 0.5535 1.1803
20 0.5236 1.0628 66 0.5538 1.1814
21 0.5252 1.0696 67 0.5540 1.1824
22 0.5268 1.0754 68 0.5543 1.1834
23 0.5283 1.0811 69 0.5545 1.1844
24 0.5296 1.0864 70 0.5548 1.1854
25 0.5309 1.0915 71 0.5550 1.1863
26 0.5320 1.0961 72 0.5552 1.1873
27 0.5332 1.1004 73 0.5555 1.1881
28 0.5343 1.1047 74 0.5557 1.1890
29 0.5353 1.1086 75 0.5559 1.1898
30 0.5362 1.1124 76 0.5561 1.1906
31 0.5371 1.1159 77 0.5563 1.1915
32 0.5380 1.1193 78 0.5565 1.1923
33 0.5388 1.1226 79 0.5567 1.1930
34 0.5396 1.1255 80 0.5569 1.1938
35 0.5402 1.1285 81 0.5570 1.1945
36 0.5410 1.1313 82 0.5572 1.1953
37 0.5418 1.1339 83 0.5574 1.1959
38 0.5424 1.1363 84 0.5576 1.1967
39 0.5430 1.1388 85 0.5578 1.1973
40 0.5436 1.1413 86 0.5580 1.1980
41 0.5442 1.1436 87 0.5581 1.1987
42 0.5448 1.1458 88 0.5583 1.1994
43 0.5453 1.1480 89 0.5585 1.2001
44 0.5458 1.1499 90 0.5586 1.2007
45 0.5463 1.1519 91 0.5587 1.2013
46 0.5468 1.1538 92 0.5589 1.2020
47 0.5473 1.1557 93 0.5591 1.2026
48 0.5477 1.1574 94 0.5592 1.2032
49 0.5481 1.1590 95 0.5593 1.2038
50 0.5485 1.1607 96 0.5595 1.2044
51 0.5489 1.1623 97 0.5596 1.2049
52 0.5493 1.1638 98 0.5598 1.2055
53 0.5497 1.1658 99 0.5599 1.2060

2-82
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

n Yn Sn n Yn Sn
54 0.5501 1.1667 100 0.5600 1.2065

2. Metode Log Pearson Tipe III


Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari
distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai
logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis
sebagai berikut :

Log Xt =
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan

=
CV =koefisien variasi

CS = koefisien kepencengan

=
CK = koefisien kurtosis

Tabel Nilai G untuk Distribusi Log Pearson III

2-83
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Waktu Balik (Tahun)


Koefisien
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.5 5 10 20 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
Cs
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.4760 -0.396 -0.1240 0.420 1.180 2.0950 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.4770 -0.360 -0.0673 0.518 1.250 2.0933 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.4707 -0.330 -0.0287 0.574 1.284 2.0807 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.4637 -0.307 -0.0017 0.609 1.302 2.0662 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.4543 -0.282 0.0263 0.643 1.318 2.0472 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.4417 -0.254 0.0557 0.675 1.329 2.0240 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.4273 -0.225 0.0850 0.705 1.337 1.9962 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.4113 -0.195 0.1140 0.732 1.340 1.9625 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.3933 -0.164 0.1433 0.758 1.340 1.9258 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.3833 -0.148 0.1577 0.769 1.339 1.9048 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.3733 -0.132 0.1720 0.780 1.336 1.8877 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.3630 -0.116 0.1860 0.790 1.333 1.8613 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.3517 -0.099 0.2007 0.800 1.328 1.8372 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.3407 -0.083 0.2140 0.808 1.323 1.8122 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.3290 -0.066 0.2280 0.816 1.317 1.7862 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.3177 -0.050 0.2413 0.824 1.309 1.7590 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.3053 -0.033 0.2547 0.830 1.301 1.7318 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.2933 -0.017 0.2673 0.836 1.292 1.7028 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.2807 0.000 0.2807 0.842 1.282 1.6728 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.2673 0.017 0.2900 0.836 1.270 1.6417 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.2547 0.033 0.3053 0.850 1.258 1.6097 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.2413 0.050 0.3177 0.853 1.245 1.5767 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.2280 0.066 0.3290 0.855 1.231 1.5435 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.2140 0.083 0.3407 0.856 1.216 1.5085 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.2007 0.099 0.3517 0.857 1.200 1.4733 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.1860 0.116 0.3630 0.857 1.183 1.4372 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.1720 0.132 0.3733 0.856 1.166 1.4010 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.1577 0.148 0.3833 0.854 1.147 1.3637 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.1433 0.164 0.3933 0.852 1.128 1.3263 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.1140 0.195 0.4113 0.844 1.086 1.2493 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.0850 0.225 0.4273 0.832 1.041 1.1718 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.0557 0.254 0.4417 0.817 0.994 1.0957 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.0263 0.282 0.4543 0.799 0.945 1.0200 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.0047 0.307 0.4637 0.777 0.895 0.9483 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.0287 0.330 0.4707 0.752 0.844 0.8807 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.0673 0.360 0.4770 0.711 0.771 0.7893 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.1240 0.396 0.4760 0.636 0.660 0.6650 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Dikutip dari Ir. CD. Soemarto, B.I.E. Dipl. HE / Hidrologi Teknik

E. Uji Kesesuaian Distribusi


Kecocokan dalam pemilihan fungsi distribusi diuji dengan uji kecocokan
menggunakan metode pengujian dan dengan confidence interval (tingkat
interval kepercayaan) tertentu dapat menggunakan Metode Chi-Square
dan Metode Kolmogorov-Smirnov. Jenis sebaran peluang/fungsi distribusi
yang sering digunakan pada analisis frekuensi untuk hujan ekstrim di
Indonesia adalah Pearson III, Log Pearson III, Gumbel Tipe 1, Normal,
Log Normal 2, dan Log Normal 3 parameter.

 Uji Chi-Square
Metode ini menganggap pengamatan membentuk variable acak dan
dilakukan secara statistik dengan mengikuti kurva distribusi chi square
dengan derajat kebebasan k-p-1, dengan p merupakan jumlah
parameter yang diesitimasi dari data. Uji statistik ini berdasarkan pada
bobot jumlah kuadrat perbedaan antara pengamatan dan teoritisnya
yang dibagi dalam kelompok kelas. Uji kecocokan ini dapat dilihat pada
persamaan berikut:

2-84
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Keterangan:
Xh : parameter chi-square terhitung;
K : jumlah sub kelompok;
Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i;
Ei : jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i.

Urutan pemeriksaan kesesuaian distribusi adalah sebagai berikut :


1. Urutkan data pengamatan dari data kecil ke besar atau sebaliknya;
2. Kelompokkan data pengamatan menjadi beberapa “k” kelas interval (k
diambil = 5);
3. Catat frekuensi data pengamatan pada setiap kelas interval;
4. Hitung frekuensi kejadian yang diharapkan “F”;
5. Hitung nilai X2
6. Tetapkan nilai derajat kebebasan dh
7. Tetapkan besar tingkat kepercayaan (confidence level, misal 95%);
8. Cari X2 kritis dari tabel harga kritis Chi-Square.
9. Bandingkan X2 hitungan dengan X2 kritis, bila X2 hitungan < X2 kritis,
berarti metode distribusi yang diperiksa dapat diterima.

Tabel Nilai X2 Kritis Uji Chi-Square

2-85
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Uji Smirnov Kolmogorof


Untuk menghindarkan hilangnya informasi data pada uji Chi-Square
akibat pengelompokan data dalam kelas-kelas interval, ada beberapa
metode lain yang telah dikembangkan. Salah satu metode yang sering
digunakan adalah Uji Smirnov- Kolmogorov (1993). Uji kecocokan ini
adalah uji kecocokan “non parametric” karena tidak mengikuti distribusi
tertentu. Uji ini menghitung besarnya jarak maksimum secara vertikal

2-86
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

antara pengamatan dan teotitisnya dari distribusi sampelnya.


Perbedaan jarak maksimum untuk Smirnov- Kolmogorov tertera pada
Persamaan berikut.

Keterangan:
Dn = jarak vertikal maksimum antara pengamatan dan teoritisnya
P(x) = probabilitas sampel data
Po(x) = probabilitas dari teoritisnya

Distribusi dikatakan cocok jika nilai Dn< D kritisnya pada derajat


kepercayaan yang diinginkan.Urutan uji ini adalah sebagai berikut :
a. Susun data curah hujan harian rerata tiap tahun dari kecil ke besar atau
sebaliknya;
b. Hitung probabilitas untuk masing-masing data hujan dengan
persamaan Weibull sebagai berikut :

Keterangan :
P = probabilitas (%);
M = nomor urut data dari seri data yang telah disusun;
n = banyak data.

c. Cari harga mutlak perbedaan maksimum antara distribusi empiris (P


empiris) dengan distribusi teoritis (P teoritis)

d. Apabila nilai ∆ < ∆ kritis sesuai harga kritis uji Kolmogorov-Smirnov


seperti Tabel 1 maka distribusi teoritisnya dapat diterima dan bila terjadi
sebaliknya maka distribusi teoritisnya ditolak.

Tabel Nilai D Kritis Uji Smirnov-Kolmogorof

2-87
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

F. Curah Hujan PMP


Curah hujan yang mungkin terjadi di suatu daerah pengaliran sungai
dalam suatu periode tertentu akan merupakan data yang sangat vital
untuk menaksir besarnya “ Probable Maximum Precipitation" dan dihitung
dengan persamaan Hersfield yaitu :
RFPMP = RF Average + K.S
2-88
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Dimana:
RFPMP = curah hujan PMP
RFAverage = curah hujan maksimum rata-rata tahunan
K = Konstanta (Gambar B.34 sampai Gambar B.36)
S = standar deviasi curah hujan harian maksimum

2-89
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.34 Faktor Penyesuaian Rerata Hujan Tahunan Maksimum Harian dengan
Lamanya Pencatatan Harian

2-90
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.35 Faktor Penyesuaian Rerata dan Standar Deviasi Dengan Lamanya
Pencatatan Hujan

2-91
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.36 Faktor Penyesuaian Standar Deviasi Hujan Maksimum Harian Dengan
Lamanya Pencatatan Hujan

2-92
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

G. HEC-SSP
HEC-SSP didesain untuk perhitungan analisis statistik data hidrologi.
Analisis statistik yang terdapat dalam HEC-SSP ini pada dasarnya ada 3
jenis yaitu :
1) Flow frekuensi alalysis berdasarkan metode Bulletin 17B.
2) Generalized Frequency Analysis, untuk analisis frekuensi dengan
beberapa metode diantara Log Pearson Type III dan Log Normal.
Selain digunakan untuk debit puncak, dapat juga digunakan untuk data
hujan maximum tahunan.
3) Volume-Duration Frequency Analysis, yaitu untuk analisis volume-
duration frekuensi.
Untuk pekerjaan ini, dimana perlu ditentukan curah hujan rancangan,
maka akan dipakai modul ke-2 dari HEC-SSP yaitu Generalized
Frequency Analysis. Dengan menggunakan HEC-SSP ini maka akan
didapatkan data curah hujan rencana untuk berbagai kala ulang yang
diinginkan. Data yang diperlukan untuk dapat merunning software ini
adalah data hujan maksimum. Distribusi frekuensi analitik yang digunakan
adalah Log Pearson Type III. Tampilan software HEC-SSP ini adalah
sebagai berikut :

Gambar B.37 Tampilan Sofware HEC-SSP

2-93
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

H. Debit Andalan
Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus
menunjukkan seberapa besar debit yang dapat diandalkan. Analisis
ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai
sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi
debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability), sebagai berikut :

a) Jika data debit yang tersedia ≥ 10 tahun dan berurutan maka


metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI
03-6738-2002 tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai
Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang
tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum 10 %,
maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T-22-2004-A.
b) Jika data debit yang tersedia ≤ 10 tahun, untuk memperpanjang
data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakan Metode
Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model dan lain-lain.
c) Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit
andal dapat dilakukan dengan:
- Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan
menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai
karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan
tanaman penutup) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

I. Analisis Debit Irigasi


 Metode MOCK
Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air
dikembangkan oleh Dr. F.J. Mock. Metode Mock memperhitungkan
data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah
pengaliran sungai. Hasil dari permodelan ini dapat dipercaya jika ada
debit pengamatan sebagai pembanding.

2-94
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Oleh karena keterbatasan data di daerah studi maka proses


pembandingan tidak dapat dilakukan. Untuk itu diperlukan pendekatan
parameter hidrologi yang lebih cermat sehingga hasil simulasi dapat
diterima dengan tingkat akurasi sedang tetapi masih dapat digunakan
untuk analisa selanjutnya.
Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan metode Mock
adalah sebagai berikut :
1) Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian.
Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap
mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.

2) Evapotranspirasi Terbatas (Et)


Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi ktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta
frekuensi curah hujan.

Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data:


 Curah hujan setengah bulanan (P)
 Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)
 Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d) dihitung dengan
asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12
mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
 Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan
atau dengan asumsi:
 m = 0% untuk tahan dengan hutan lebat
 m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap
bulan kering untuk lahan sekunder.
 m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.
 m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai
berikut:

2-95
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Et  Ep  E

m
E  Ep     18  n 
 20 
Dengan:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan
evapotranspirasi terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface)
n = jumlah hari hujan dalam sebulan

3) Faktor Karakteristik Hidrologi


Faktor Bukaan Lahan
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10-40% untuk lahan tererosi
m = 30 - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

4) Luas Daerah Pengaliran


Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan
semakin besar pula ketersediaan debitnya.

5) Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)


Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan
tanah permukaan (surface soif) per m 2. Besarnya SMC untuk
perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi
porositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar porositas
tanah akan semakin besar pula SMC yang ada.
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan
200 mm. Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas
kelembaban tanah adalah:
SMCn   SMCn1  IS n

Ws  As  IS

2-96
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

dimana
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50 mm - 200 mm)
SMC (n) = Kelembaban tanah bulan ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n-1
IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah

6) Keseimbangan air di permukaan tanah


Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
 Air hujan
 Kandungan air tanah (soil storage)
 Kapasitas kelembaban tanah (SMC)
Air Hujan (As)
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
As  P  Et

dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi

7) Kandungan air tanah


Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif,
maka kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif
maka kelembaban tanah akan bertambah.

8) Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya.

2-97
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

9) Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien
infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien
infiltrasi yang kecil karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah.
Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 - 1.

10) Faktor Resesi Aliran Tanah (k)


Faktor Resesi adalah perbandmgan antara aliran air tanah pada bulan
ke n dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi
aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan
ketersediaan air metode FJ Mock. besarnya nilai k didapat dengan cara
coba-coba sehingga dapat dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.

11) Initial Storage (IS)


Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume
air pada awal perhitungan. IS di tokasi studi diasumsikan sebesar 100
mm.

12) Penyimpanan air tanah (Ground Water Storage)


Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi
setempat dan waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan
penyimpanan awal (initial storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah
adalah sebagai berikut:
Vn  kxn1  0,51  k 

Vn  Vn  Vn1
Dimana:
Vn = Volume air tanah bulan ke n
k = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t
qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)

2-98
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Vn-i = volume air tanah bulan ke (n-1)


Vn = perubahan volume aliran air tanah

13) Aliran Sungai


Aliran Dasar = Infiltrasi - Perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih - infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Aliran sungai  luas DAS
Debit andalan 
1 bulan dalam det ik

Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dan aliran langsung


(direct run off). aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base
flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
 Interflow = infiltrasi - volume air tanah
 Direct run off = water surplus - infiltrasi
 Baseflow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
 Run off = interflow + direct run off + base flow.

 Metode NRECA
PET
Hujan AET

TAMPUNGAN Kelebihan Aliran


KELENGASAN Kelengasan Langsung

Masuk ke dalam tanah

TAMPUNGAN Aliran
AIR TANAH Air Tanah

Total Inflow

Gambar B.38 Skema Model NRECA

Di lokasi pekerjaan ketersediaan data debit tidak ada, sehingga untuk data
debit dilakukan dengan pendekatan menggunakan metode NRECA.

2-99
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Perhitungan debit bulanan yang akan digunakan adalah dengan metode


NRECA mencakup 20 tahap yaitu :
1. Nama bulan dari Januari sampai Desember tiap-tiap tahun
pengamatan
2. Periode 10 harian dalam 1 bulan
3. Nilai hujan rerata 10 harian (Rb)
4. Nilai penguapan peluh potensial (PET atau ETo)
5. Nilai tampungan kelengasan awal (Wo). Nilai ini harus dicoba-coba
dan percobaan pertama diambil 600 (mm/bulan) di awal bulan
6. Tampungan kelengasan tanah (soil moisture storage –Wi) dan
dihitung dengan rumus :

dimana :
Nominal = 100 +0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
7. Rasio Rb/PET (kolom 3/kolom 4)
8. Rasio AET/PET
AET = Penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dari Gambar,
nilainya tergantung dari rasio Rb/PET (kolom 6) dan Wi (kolom 5)
9. AET = (AET/PET) x PET x koef Reduksi (kolom 8 x 4 x koef reduksi)
Tabel Koefisien Reduksi Penguapan Peluh
Kemiringan Koefisien
(m/Km) Reduksi
0 – 50 0,9
51 – 100 0,3
101 – 200 0,6
> 200 0,4

10. Neraca air Rb – AET (kolom 3 – kolom 9)


11. Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh
sebagai berikut :

2-100
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Bila neraca air positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari
Gambar dengan memasukan harga Wi. Bila neraca air negatif (-)
maka rasio = 0.
12. Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air
(kolom 11 x kolom 10)
13. Perubahan tampungan = neraca air – kelebihan kelengasan (kolom 10
– kolom 12)
14. Tampungan air tanah = p1 x kelebihan kelengasan (kolom 12)
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 0 – 2) yang nilainya 0,1 untuk tanah kedap air
dan 0,5 untuk tanah lulus air.
15. Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal
=2
16. Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air
tanah awal (kolom 14 + kolom 15)
17. Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 16)
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 2-10) yang nilainya 0,9 untuk tanah kedap air
dan 0,5 untuk tanah lulus air.
18. Aliran langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan – tampungan
air tanah (kolom 12 – kolom 14)
19. Aliran total = aliran langsung + aliran air tanah (kolom 18 + kolom 17)
dalam mm
20. Aliran total dalam kolom 19 dalam mm diubah ke dalam satuan
mm/det : ( kolom 19 x 10 harian x luas ) / (10 harian x 24 x 3600)
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan
kelengasan (kolom 5) untuk bulan berikutnya dan tampungan air
tanah (kolom 15) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan bulan
sebelumnya + perubahan tampungan (kolom 5 + kolom 13) bulan
sebelumnya

2-101
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Tampungan air tanah = tampungan air tanah akhir + aliran air


tanah (kolom 16 + kolom 17) bulan sebelumnya
Sebagai patokan di akhir perhitungan nilai tampungan kelengasan
awal (januari) harus mendekati tampungan kelengasan bulan
Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh (> 200 mm)
perhitungan perlu diulang mulai bulan Januari lagi dengan mengambil
nilai tampungan kelengasan awal (Januari) – tampungan kelengasan
bulan Desember.

Gambar B.39 Grafik Perbandingan Penguapan Nyata dan Potensial

2-102
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.40 Rasio Tampungan Kelengasan Tanah

J. Analisis dan Pemodelan Hidrolika


Analisa hidrolika merupakan analisa yang menyangkut sifat-sifat atau.
karakteristik aliran air pada suatu media "Pengalirannya, yang terutama
dipcngaruhi oleh kondisi topografl media yang dilalui. Analisa ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi pengaliran air pada sungai baik yang
menyangkut kapasitas pengaliran air sungai.
Setelah dilakukan analisa hidrolika akan dapat diidentirikasi
daerah-daerah yang terjadi luapan air banjir dan berapa besar volume
luapan dengan acuan data kapasitas sungai yang ada dan analisa debit
banjir dari berbagai kala ulang.
Analisa perilaku aliran sungai yang dilakukan pada pekerjaan ini akan
menggunakan bentuan perangkat lunak (software) HEC-RAS. Perangkat
lunak HEC-RAS merupakan program yang digunakan untuk perhitungan
analisis hidraulik satu dimensi. Analisis hidraulik yang dapat dilakukan
tersebut adalah perhitungan profil permukaan air pada aliran tunak

2-103
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

(steady flow). HEC-RAS didesain untuk melakukan perhitungan pada


jaringan saluran alami maupun saluran buatan.

Gambar B.41 Program HEC-RAS

Kunci utama pemodelan pada HEC-RAS adalah penggunaan representasi


data geometri dan perhitungan geometri serta perhitungan hidraulik
berulang. Dasar prosedur perhitungan yang digunakan adalah didasarkan
pada pemecahan persamaan kekekalan energi satu dimensi. Kehilangan
energi dievaluasi dengan gesekan (persamaan Manning) dan kontraksi
maupun ekspansi. Persamaan momentum digunakan pada situasi dimana
profil permukaan air berubah secara cepat. Situasi ini mengikutkan
perhitungan daerah aliran yang bercampur, perhitungan struktur hidraulik,
dan mengevaluasi profil pada sungai yang berhubungan atau bercabang

 Persamaan Dasar untuk Perhitungan Profil


Profil permukaan air dihitung dari suatu potongan melintang saluran ke
potongan selanjutnya dengan memecahkan persamaan kekekalan energi
dengan prosedur interaktif yang disebut Metode Tahapan Standar
(Standard Step Method). Persamaan kekekalan energi ditulis sebagai
berikut:

dimana:
Y1, Y2 = kedalaman air pada potongan melintang
Z1, Z2 = elevasi pada saluran utama

2-104
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

V1, V2 = kecepatan rata-rata (jumlah total debit)


1, 2 = koefisien tinggi kecepatan
he = kehilangan energi

Kehilangan energi antara dua potongan melintang diakibatkan oleh


kehilangan energi akibat gesekan dan ekspansi maupun kontraksi.
Persamaan kehilangan tinggi energi dituliskan sebagai berikut:

dimana:
L = jarak sepanjang bentang yang ditinjau
= kemiringan gesekan antara dua potongan melintang
C = koefisien ekspansi atau kontraksi

Jarak sepanjang bentang yang ditinjau, L, dihitung dengan


persamaan:

dimana:
Llob, Lch, Lrob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang
ditinjau di pinggir kiri sungai/left overbank (lob), saluran utama/main
channel (ch), dan pinggir kanan sungai/right overbank (rob).
lob , ch , rob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang
ditinjau di pinggir kiri sungai (lob), saluran utama (ch), dan pinggir kanan
sungai (rob).

 Pembagian Potongan Melintang (Cross Sections)


Penentuan penyaluran total aliran dan koefisien kecepatan untuk
potongan melintang membutuhkan pembagian aliran menjadi beberapa
satuan sehingga kecepatan didistribusikan secara merata. Pendekatan
yang digunakan pada HEC-RAS adalah membagi daerah aliran pada

2-105
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

pinggir saluran atau sungai dengan menggunakan masukan nilai n pada


potongan melintang dimana nilai n berubah sebagai dasar pembagian.
Penyaluran/aliran dihitung di dalam tiap sub bagian dari bentuk
persamaan Manning berikut ini:

dimana:
K = penyaluran untuk suatu sub bagian
n = koefisien kekasaran Manning untuk sub bagian
A = luas daerah aliran pada sub bagian
R = jari-jari hidraulik pada sub bagian

Program akan menjumlahkan tambahan penyaluran pada pinggir saluran


utuk mendapatkan penyaluran pada sebelah kiri dan kanan pinggir sungai.
Penyaluran saluran utama dihitung dengan cara biasa sebagai satu
bagian penyaluran. Jumlah total penyaluran dapat diperoleh dengan
menjumlahkan tiga sub bagian penyaluran, yaitu: sub bagian kiri pinggir
sungai, saluran utama, dan sub bagian kanan pinggir sungai.

 Perhitungan Nilai Rata-Rata Tinggi Energi Kinetik


Perangkat lunak HEC-RAS adalah program perhitungan profil permukaan
air satu dimensi, oleh karenanya hanya satu permukaan air dan satu tinggi
energi rata-rata yang dihitung pada tiap potongan melintang. Jika suatu
nilai permukaan air diketahui, rata-rata tinggi energi didapatkan dengan
menghitung tinggi energi aliran dari tiga sub bagian pada potongan
melintang (left overbank, main channel, dan right overbank).
Untuk menghitung rata-rata energi kinetik diperlukan perhitungan koefisien
tinggi kecepatan alpa (). Alpha dihitung dengan cara sebagai berikut:

2-106
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Dalam bentuk umumnya:

Koefisien kecepatan, , dihitung berdasarkan pada penyaluran di tiga


bagian aliran. Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk penyaluran
dan daerah luasannya seperti pada persamaan di bawah ini:

dimana:
At = jumlah total luas daerah aliran pada potongan melintang
Alob, Ach, Arob = luas daerah pada tiap sub bagian penampang
saluran
K = jumlah total penyaluran pada potongan melintang
Klob, Kch, Krob = penyaluran pada sub bagian penampang saluran

 Perhitungan Kehilangan Energi Akibat Gesekan


Kehilangan energi akibat gesekan yang diperhitungkan pada HEC-RAS
adalah produk dari Sf dan L (persamaan 3-2). Kemiringan gesekan Sf
pada tiap bagian potongan melintang dihitung dari persamaan Manning
sebagai berikut:

2-107
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Bentuk alternatif persamaan-persamaan kemiringan S f pada HEC-RAS


adalah:
a) Persamaan Penyaluran Rata-rata:

b) Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata:

c) Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Geometri:

d) Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Harmonik:

Persamaan tersebut diatas adalah persamaan standar yang digunakan


oleh program. Persamaan ini secara otomatis digunakan kecuali jika
persamaan yang berbeda diinginkan. Program juga menyediakan pilihan
untuk memilih persamaan secara otomatis sesuai dengan daerah aliran
dan tipe profil yang ditinjau.

 Perhitungan Kehilangan Energi Akibat Kontraksi Dan Ekspansi


Kehilangan energi akibat kontraksi dan ekspansi pada HEC-RAS dihitung
dengan persamaan berikut ini:

dimana: C = koefisien ekspansi atau kontraksi


Program akan mengasumsikan kontraksi terjadi jika tinggi kecepatan di
hilir lebih besar dari pada tinggi kecepatan di hulu. Sebaliknya, ekspansi
terjadi jika tinggi kecepatan di hulu lebih besar dari pada tinggi kecepatan
di hilir.

2-108
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Tahapan Pemodelan
Pada saat awal program HEC-RAS dibuka, maka akan muncul layar
tampilan sebagai berikut:

Gambar B.42 Tampilan Welcome HEC-RAS

Pada setiap pembukaan awal program HEC-RAS, secara otomatis akan


dijumpai sebuah dialog box . Kotak tersebut memuat menu utama antara
lain : File, Edit, Run Vew Option dan Help. Melalui menu-menu ini
pengguna dapat langsung mengakses ke bagian lain untuk menjalankan
program ini.

Gambar B.43 Tampilan Starting Software HEC-RAS

Dalam menu-menu utama terdapat beberapa sub menu sebagai berikut :


File : Menu utama ini terbangun atas menu-menu file management. Options
yang tersedia disini antara lain : New Project; Open Project; Save
Project; Save Project As; Rename Project; Delete Project; Project
Summary; Import Hec-2 Data; Import HEC-RAS data; Generate Report;
Export GIS Data; Export to HEC-DSS; Restore Data; dan Exit.

2-109
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Edit : Menu utama ini digunakan untuk entering dan editing data, yang terdiri
atas 4 macam tipe yaitu: Geometric Data; Steady Flow Data; Unsteady
Flow Data; Unsteady Flow Data dan Sediment Data, pada versi ini
sedimen data tidak aktive
Run : Menu utama ini digunakan untuk melakukan perhitungan hidroulik, sub-
sub menu termasuk disini antara lain : Steady Flow analysis; Unsteady
Flow Analysis; Sedimen Analysis; dan Hydroulic design Functions, pada
versi ini sedimen analysis tidak aktif.
View : Menu utama ini dirancang ubtuk menampilkan grafik dan tabulasi dari
model perhitungan, menu utama View ini terdapat : Cross Sections;
Water Surface; General Profile Plot; Rating Curves;X-Y-Z Perspective
Plots; Stage and Flow Hydrographs; Hydroulic Properties Plots; Detailed
Output Tables; Profile Summary Tables dan Summary err, Warn, Notes.
Options : Menu utama ini menyediakan menu merubah setup program; set Default
Parameter; Establish the Default Unit System; Convert Project Units.
Help : menu utama ini menyediakan pemakai untuk mendapatkan segala
sesuatu keterangan mengenai HEC-RAS dan on line Help.

“Berikut ini akan dipaparkan langkah-langkah dalam penggunaan


program HEC-RAS 5.0.7”

A. Pemasukan Data Geometri


Tahapan ini membutuhkan data yang terdiri dari informasi sistem sungai
(reach shcematic line), potongan melintang sungai (cross section) sungai
dan data struktur hidrolik bangunan di sepanjang lokasi kajian yang dapat
berupa jembatan (bridge), bendung (weir), tanggul (leeve) dll.

2-110
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.44 Input Data Geometri dan Cross Section

B. Pemasukan Data Aliran dan Kondisi Batas


Dalam tahapan ini akan ditentukan jenis data aliran yang akan
dimasukkan dalam hal ini adalah kondisi Steady Flow. Beberapa kondisi
batas yang tersedia dalam model HEC-RAS 5.0.7 ini diantaranya :
 Flow Hydrograph : tipe ini dapat digunakan sebagai kondisi batas
hulu sungai (upstream) maupun hilir sungai (downstream). Biasanya
digunakan untuk kondisi batas hulu sungai.
 Stage Hydrograph : dapat digunakan untuk kondisi batas di hulu atau
di hilir sungai.
 Stage and Flow Hydrograph : dapat digunakan untuk kondisi batas
hulu atau hilir sungai. Stage dan Flow Hydrograph di hulu sungai
adalah kondisi batas gabungan dimana tingkat hydrograph disisipkan
pada kondisi batas hulu sampai stage hydrograph menjalankan data.
Tipe kondisi batas ini terutama digunakan untuk model perkiraan
dimana data yang diamati menurut prediksi waktu dan data flow
adalah hydrograph terprediksi.
 Rating Curve : digunakan sebagai kondisi batas hilir. Tipe ini memiliki
nilai hubungan tunggal dan tidak mencerminkan loop dari jaringan.
 Normal Depth : hanya digunakan untuk kondisi batas hilir.
 Lateral Inflow Hydrograph : digunakan untuk kondisi batas internal.

2-111
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Uniform Lateral Inflow Hydrograph : digunakan untuk kondisi batas


internal.
 Groundwater Interflow : digunakan untuk mengidentifikasi jangkauan
sungai dari air peralihan di dalam bendungan/groundwater reservoir.
 Time series of Gate Openings : digunakan untuk membuka pintu,
untuk inline gated spillway, lateral gated spillway atau spillway
penghubung dari dua tampungan.
 Elevation Controlled Gate : digunakan untuk mengontrol pembukaan
atau penutupan pintu berdasarkan ketinggian dari permukaan air di
hulu sungai. Kondisi awal (initial conditions) yang harus dimasukkan
berupa informasi flow dan stage dari setiap penampang melintang
(cross section).
Dalam pemodelan digunakan kondisi batas (boundary conditions) pada
hulu berupa debit banjir maksimum pada semua titik kontrol untuk kala
ulang 2, 5 dan 10 tahunan, sedangkan pada hilir dipakai data ketinggian
muka air banjir (known water surface).

Gambar B.45 Input Data Debit Steady Flow

2-112
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.46 Input Boundary Conditions

C. Perhitungan Hidraulik
Setelah tahapan pemasukan data geometri, data aliran dan data kondisi
batas selesai, maka tahapan perhitungan hidraulik untuk kondisi steady
flow analysis dapat dilakukan.

Gambar B.47 Tahap Perhitungan Pemodelan Hidraulik

D. Penyusunan Keluaran (Output) Program

Setelah dilakukan running pemodelan nantinya akan didapatkan hasil


pemodelan dalam kondisi eksisting maupun rencana desain antara lain
sebagai berikut :
 Plot muka air pada setiap potongan melintang (cross section)

2-113
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Plot profile memanjang muka air (long section)


 Tabel (summary output) yang memberikan informasi debit, elevasi muka
air, kecepatan arus, kemiringan saluran dan lain-lain.
Lebaklarang Plan: Plan 01 10/22/2018
L Lebaklarang 2 Lebaklarang 1
840 e Legend
b
a
k WS Q10th
820 l
a WS Q5th
r
a WS Q2th
800 n
g Ground
LOB
3
780
ROB
Elevation (m)

760

740

720

700
LR95
LR91
LR90
LR88
LR86
LR84
LR82

LR81
LR79

LR77
LR76

LR74
LR71
LR68
LR66

LR64
LR63
LR62

LR60
LR58
LR55

LR53
LR49

LR45
LR40
LR37

LR36

LR34
LR32
LR29
LR24
LR22
LR18
LR17
LR15
LR12
L-70

L-65
L-62
L-60

L-54
L-51

L-42

L-35

L-29

L-22

L-16
L-14
L-73

L-68

L-57

L-48
L-45

L-39
L-37

L-32

L-26

L-19

L-12

LR6
LR1
L-8
L-5
L-2

680
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Main Channel Distance (m)

Lebaklarang Plan: Plan 01 10/22/2018


L-25
.03
719.0 Legend

WS Q10th
718.5
WS Q5th

718.0 WS Q2th

Ground
717.5 Bank Sta
Elevation (m)

717.0

716.5

716.0

715.5

715.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Station (m)

Gambar B.48 Hasil Keluaran Long Section, Cross Section dan Summary Output

2-114
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

3. Analisis Kualitas Air

Untuk mengetahui Kualitas Air, maka dilakukan pengujian mutu air sungai.
Untuk mengetahui kriteria mutu air (kelas penggunaan), maka analisis data
dilakukan dengan cara membandingkan hasil uji laboratorium sampel air
dengan kriteria kelas mutu air sesuai PP No. 82/2001.

Berdasarkan PP No 82 Tahun 2002 tentang PENGELOLAAN KUALITAS AIR


DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR, klasifikasi mutu air ditetapkan
menjadi 4 (empat) kelas:

a) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
b) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Analisis Mekanika Tanah

 Uji Laboratorium Mekanika Tanah

Pengujian laboratorium mekanika tanah dilakukan terhadap contoh tanah tak


terganggu dan contoh tanah terganggu, sesuai dengan mengikuti prosedur SNI.
Adapun parameter yang dilakukan dalam pengujian laboratorium adalah:

1. Index Properties, meliputi Unit weight (n), Specific gravity (Gs), Natural
Moisture Content (Wn),Grain size analysis, Atterberg Limit.

2-115
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

2. Engineering Properties, meliputi Triaxial Test, Consolidation Test,


Permeability Test, Compaction Test.
Metode yang digunakan dalam analisa laboratorium Mekanika tanah ini akan
mengikuti seperti yang tertera dalam SNI/ASTM sebagai berikut :
a. SNI 03-1964-1990, Metode pengujian berat jenis tanah
b. SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
c. SNI 03-1966-1990 metode pengujian batas plastis tanah
d. SNI 03-3423-1994 metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan
alat hidrometer
e. SNI 03-1967-1990 metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
f. SNI 03-3422-1994 metode pengujian batas susut tanah
g. SNI 03-2455-1991 metode pengujian triaxial A
h. SNI 03-2815-1992 metode pengujian triaxial B
i. SNI 03-2812-1992 metode pengujian konsolidasi tanah satu dimensi
j. SNI 03-2435-1991 metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air
untuk contoh tanah
k. SNI 03-3420-1994 metode pengujian kuat geser langsung tanah tidak
terkonsolidasi tanpa drainase
l. SNI 03-3637-1994 metode pengujian berat isi tanah berbutir halus
dengan cetakan benda uji
m. SNI 03-3638-1994 metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif
n. SNI 03-4813-1998 metode pengujian triaxial untuk tanah kohesif dalam
keadaan tanpa konsolidasi dan drainase

Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh
tanah yang terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan
laboratorium, sehingga data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat
diketahui. Jenis dan macam percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada
tabel berikut.

2-116
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Tabel Macam Pengujian Laboratorium

 Berat Isi Tanah (Unit Weight)


Berat volume dihitung dari berat basah dan kering untuk volume 33,3 cc, berat
kering dimaksud diperoleh dengan mengeringkan selama 24 jam pada suhu
105°C bagi contoh tanah basahnya.

 Kadar Air (Wn)


Penentuan kadar air tanah dilakukan dengan mengeringkan contoh tanah basah
selama 24 jam pada suhu 105°C.
Kehilangan berat tanah sehubungan dengan pengeringan merupakan berat air
yang terkandung dalam tanah tersebut, kadar air dinyatakan sebagai
perbandingan berat air terhadap kering tanahnya. Percobaan ini dilakukan sesuai
dengan ASTM D.2216.

2-117
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.49 Contoh Pengerjaan Uji Lab Kadar Air

 Batas-Batas Atterberg
Percobaan penentuan batas-batas Atterberg dapat dilakukan pada contoh tanah
yang kohesif setelah dikeringkan dan dipisah-pisahkan dari ukuran-ukuran
tertentu dan ditapis melalui saringan 425 m, contoh tanah dicampur dengan air
dalam kuantitas yang berbeda-beda.
Batas cair (wL) dan batas plastis (wp) tanah tersebut ditentukan sesuai dengan
ASTM D.423 dan D.424 berturut-turut.

Gambar B.50 Contoh Pengerjaan Uji Lab Batas-Batas Atterberg

 Compaction Test
Salah satu metode tes pemadatan telah banyak digunakan adalah metode
Proctor (1983). Dengan cara ini maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan
dilapangan dapat dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (W opt). Perkiraan

2-118
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

kepadatan di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg tanah ini akan
dikenakan percobaan Standard/Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh nilai
maksimum kepadatan cukup baik, maka minimal 4 titik lengkung pemadatan perlu
diperoleh dengan kadar air berkisar ± 3 % di daerah optimum. Prosedur dapat
dilakukan dengan menggunakan cara ASSHTO T 180 dan ASTM D.698.

Gambar B.51 Contoh Uji Kompaksi.

 Analisis Ukuran Butir-Butir


Pembagian ukuran butir -butir dapat dilaksanakan dengan analisis tapis, analisis
hidrometer, atau keduanya.
Presentasi dari berbagai ukuran butir-butir yang melebihi 74 mikron ditentukan
berdasarkan penapisan satu set tapis standard yang digerakkan secara
horizontal maupun vertikal dalam alat penggoyang tapis.
Tapis yang digunakan sesuai dengan US No. 4, 10, 20, 40, 80, 100 dan 200.
Apabila ada butir-butir yang lebih kecil dari 74 mikron dalam jumlah yang cukup
banyak, percobaan tapis ini dilengkapi dengan analisis hidrometer dimana contoh
tanah dicampur dengan air dan diaduk selama ± 15 menit.
Untuk mencegah penggumpalan butir-butir diberikan additive, kekentalan “bubur“
tanah dan air diukur pada waktu-waktu tertentu, sehingga pembagian ukuran dari
butir-butir yang mengendap dapat ditentukan.

2-119
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.52 Contoh Pengerjaan Analisis Ukuran Butir-Butir.

 Berat Jenis Butir (GS)


Penentuan berat jenis butir tanah dilakukan dengan menggunakan botol khusus
bervolume 50 cc, pertama-tama perlu diketahui berat botol yang diisi dengan air
suling sehingga berat volume air dapat ditentukan. Kemudian botol yang
sebagian diisi dengan air suling dicampur dengan 10 gr contoh tanah kering
dengan menghampakan udara dalam botol dan mengisi penuh seluruh botol
dengan air suling dan ditimbang, berat volume dan berat butir-butir tanah tersebut
dapat dihitung dengan basis suhu 20°C. Percobaan ini dilakukan sesuai dengan
ASTM D.854.

Gambar B.53 Contoh Pengerjaan Berat Jenis Butir

2-120
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Kadar Pori (e) dan Derajat Kejenuhan (S r)


Dengan menggunakan hubungan berat dan volume tanah pada keadaan kering
dan basah, e dan Sr dapat dihitung.
Kadar pori ialah perbandingan antara volume air terhadap volume pori yang
dinyatakan dalam persen.

 Pengujian Kuat Tekan Bebas


Pengujian kuat tekan bebas dilakukan pada contoh tanah dengan  1½”,
walaupun kadang-kadang juga dilakukan pada contoh 4” yang dikeluarkan dari
tabung contoh tanahnya. Percobaan ini tidak dapat dilakukan pada tanah berbutir
kasar/non kohesif atau pada tanah lempung dan lanau yang terlalu lembek untuk
berdiri di dalam mesin karena sudah longsor sebelum beban diberikan.
Adapun percobaan ini dilakukan baik pada contoh tanah asli maupun terganggu
dengan peralatan yang dapat mengontrol perubahan bentuk (strain-rate
1%/menit) untuk dapat dihitung tegangan pada saat longsornya.
Nilai kepekaan tanah (St) ialah perbandingan tegangan kekuatan geser (tekanan
longsor tanah) pada keadaan asli dan keadaan terganggu.

 Direct Shear
Pekerjaan dilakukan dengan menggunakan kotak geser dimana contoh
diletakkan dengan memberikan beban normal teretentu dicari beban horizontal T
yang diperlukan untuk menggeser contoh tanah sepanjang bidang horizontal.
Tegangan geser rata-rata baik normal (vertical maupun geser pada bidang yang
menunjukkan kelongsoran mewakili salah satu kondisi tanah, dengan
mengulanmgi percobaan tersebut pada beberapa beban normal yang berbeda
diperoleh suatu garis kekuatan tanah yang menunjukkan nilai kohesi ( c ) dan
sudut geser dalam (  ).

 Triaxial Test
Percobaan triaksial ini terdiri atas triaxial CU (consolidated undrained) dan triaxial
UU (unconsolidated undrained). Dimaksud untuk mendapatkan parameter geser
kohesi C dan sudut geser. Parameter efektif tersebut ditentukan dari hasil tes

2-121
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

triaxial CU pada sampel tanah yang mewakili material matriknya (tanah residual
dan batuan yang mengalami pelapukan) serta pada bidang lemah (kekar).
Percobaan triaxial disyaratkan dengan motode Back Pressure, hal ini adalah
untuk menjamin bahwa contoh tanah tersebut pada kondisi saturated 100%.
Metode Back Pressure adalah metode cepat agar contoh tanah tersebut nilai
saturasinya 100%, yaitu dengan cara mengalirkan / memasukkan air ke dalam
pori-pori butiran tanah. Pengaliran air ini pada umumnya melalui bagian top cap
dari contoh tanah dengan alat Constant Pressure System.

Gambar B.54 Contoh Pengerjaan Uji Triaksial.

 Pengujian Konsolidasi
Sifat-sifat konsolidasi dan pemampatan tanah dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan Oedometer yang sering disebut sebagai percobaan
pemampatan satu dimensi atau percobaan konsolidasi.
Percobaan ini dilakukan terutama dalam rangka memperoleh grafik hubungan
antara beban dan penurunannya sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh
T.W. Lambe dalam buku “Soil Testing for Engineers”.
Index-index pemampatan CC dan CS dapat diperoleh dari grafik-grafik ini untuk
setiap peningkatan beban, koefisien konsolidasi C V dapat ditentukan dari grafik
hubungan waktu dengan penurunannya. Nilai C V ditentukan sesuai dengan
metode “Square Root of Time Fitting” dari D.W. Taylor.
Grafik beban penurunan dinyatakan dalam bentuk kadar pori dengan tekanannya
yang digambarkan semi logaritmis.

2-122
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Adapun alat laboratorium yang dipakai umumnya produk Soil Test dari Amerika
Serikat dan Tanifuji dan Maruto dari Jepang.

Gambar B.55 Alat Tes Konsolidasi.

 Permeability Test
Pengujian rembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefesian rembesan
dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan cara constant
head, sedangkan pada tanah kohesif yang mempunyai nilai koefesien rembesan
cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling head. Agar waktu yang ada
pada falling head ini tidak terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat
dilakukan.

Gambar B.56 Alat Tes Permeabilitas.

2-123
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Perhitungan Daya Dukung Tanah

Dalam perencanaan pondasi pada bangunan rencana penyediaan air baku ini
akan didasarkan pada besarnya daya dukung tanah yang diinginkan serta
kemampunan lapisan tanah itu sendiri. Untuk menghitung daya dukung ini
banyak teori dan daya yang dapat digunakan, hanya saja perlu disesuaikan
dengan keadaan karakteristik lapisan tanahnya.

Secara umum ada 2 (dua) tipe jenis pondasi yaitu : pondasi dangkal dan
tiang. Dimana perhitungannya dapat dilakukan dengan 2 (dua) yaitu cara
empiris (tekanan Konus dan SPT) dan laboratorium.

Melihat karakteristik lapisan tanahnya, maka jenis pondasi yang akan


diuraikan dibawah ini adalah pondasi dangkal, yaitu sebagai berikut :

 Perhitungan Dengan Cara Empiris


Pada tanah tidak kohesif, nilai Qa (daya dukung yang diijinkan) telah
dikemukakan oleh Meyerhof (1974) dengan membatasi adanya penurunan
tanah sebesar  25 mm ( 1 inch). Biasanya dalam pendekatan ini, Meyerhof
mempergunakan data S.P.T yang dikorelasikan dengan data Sondir, sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Qa = Qc/ 30 untuk B < 1,20 m
Qa = Qc (1 + 1/B) ² 1/50 untuk B > 1,20 m
Dimana :
Qa = daya dukung yang diijinkan dalam kg/cm²
Qc = tekanan konus dalam kg/cm²
B = lebar pondasi dalam meter
D = dalam pondasi dalam meter
 Perhitungan Dengan Data Laboratorum :
Rumus yang digunakan antara lain menurut Terghazi yaitu sebagai berikut:
o Untuk pondasi menerus / jalur :
q ult = C Nc + .d.Nq + ½ .B.N
o Untuk pondasi berbentuk persegi :
q ult = 1.3 C. Nc + .d.Nq + 0.4 .B.N

2-124
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Dimana:
Nc. Nq, N = Koeffisien daya dukung tanah, tanpa satuan
C = Kohesi
 = Density (berat jenis) tanah
B = Lebar pondasi
D = Kedalaman pondasi

5. Analisis Sosial Ekonomi Pertanian

Analisa sosial ekonomi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui arah


pemanfaatan ruang di masa mendatang untuk berbagai kebutuhan, seperti
pengembangan daerah industri, perkotaan (permukiman), daerah wisata,
lokasi pertambangan dan lain-lain. Studi ini terutama didasar-kan kepada
konsep kebijakan pengembangan Pemerintah Daerah berupa RTRW dan
RUTR.

Lingkup aspek yang ditelaah dalam kegiatan survei sosial ekonomi ini adalah:

(a) Aspek sosio-demografis dan kelembagaan,


 Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk
menurut usia dan jenis kelamin.
 Kondisi sosial masyarakat, struktur sosial, agama, pendidikan, adat-
istiadat.
 Status dan luas pemilikan lahan.
 Organisasi/lembaga sosial - ekonomi yang ada, serta aktivitas lembaga
dewasa ini.
 Prasarana dan sarana yang tersedia.
 Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek
(b) Aspek agronomis,
 Kondisi tataguna lahan yang ada.
 Jenis tanaman budidaya, pola dan jadwal penanaman.
 Tehnologi usaha tani yang diterapkan, tingkat input/masukan pertanian,
dan peluang pengembangan secara agronomis.

2-125
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Produksi pertanian.
 Kendala peningkatan produksi, khususnya menyangkut kondisi tata-air
dan kualitas lahan.
 Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala.
(c) Aspek ekonomis,
 Corak nafkah penduduk.
 Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
(d) Aspek lahan.
 Jenis tanah.
 Kesuburan tanah.
 Kesesuaian lahan.
Data yang terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan
secara kuantitatif maupun kualitatif.

B.2.4. Kegiatan Perencanaan Desain dan Penggambaran

Dalam pekerjaan perencanaan desain dan penggambaran, kegiatan yang


dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan Desain Polder Mini Beserta Bangunan Penunjang


2. Penggambaran Desain Polder Mini Beserta Bangunan Penunjang
3. Perhitungan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4. Penyusuanan Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
5. Penyusunan Rekomendasi Program Tindak Lanjut Pengelolaan Daerah
Irigasi Rawa
6. Penyusunan Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
7. Penyusunan Manual Operasi dan Pemeliharaan

2-126
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

1. Desain Sistem Polder

Sistem polder yang merupakan suatu daerah yang dikelilingi tanggul atau
tanah tinggi dibangun agar air banjir atau genangan dapat dicegah dan
pengaturan air di dalamnya dapat dikuasai tanpa pengaruh keadaan di
luarnya. Suatu subsistem-subsistem pengelolaan tata air tersebut dianggap
pas dan mandiri yang dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk
masyarakat dalam pengendalian banjir kawasan permukiman. Penerapan
sistem polder selama ini dinilai sebagai salah satu jurus yang dapat
memecahkan masalah banjir perkotaan. Sistem Polder mampu
mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat
naiknya muka air laut (ROB). Selain dapat mengendalikan air, sistem polder
juga dapat digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi, lahan pertanian,
perikanan, dan lingkungan industri serta perkantoran.
 Ketentuan Umum Sistem Polder
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam penyusunan sistem
polder adalah sebagai berikut :
1) Rencana penyusunan sistem polder harus memperhatikan faktor sosial
ekonomi yang berkembang di lokasi perencanaan untuk mengetahui
perkembangan kota, rencana prasarana dan sarana kota
2) Kelayakan dalam pelaksanaan kolam retensi sistem polder harus
mencakup kelayakan teknis, kelayakan sosial ekonomi dan kelayakan
lingkungan.
3) Rencana pembangunan sistem polder harus sesuai dengan RUTRK
(Rencana Umum Tata Ruang Kota).
4) Ketersediaan lahan dan ruang sempadan untuk sistem polder.
5) Perencanaan sistem polder dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas
zona yang telah ditentukan dalam rencana induk sistem drainase
perkotaan dengan memperhatikan/sinergis dengan rencana
pengelolaan sumber daya air.
6) Perencanaan sistem polder harus melibatkan dan diterima masyarakat

2-127
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

 Kriteria Hidrologi
Kriteria perencanaan hidrologi sistem polder adalah sebagai berikut:

1) Hujan
- Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi
terhadap data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama
pengamatan paling sedikit 10 tahun yang berurutan.
- Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode
yang sesuai dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 50, dan 100 tahun
mengacu pada tata cara perhitungan debit desain saluran dan
pertimbangan tingkat risiko dan urgensi infrastruktur drainase serta
mempertimbangkan pengaruh perubahan iklim.

2) Debit banjir
- Debit banjir rencana dihitung dengan metode rasional atau metode
rasional yang telah dimodifikasi atau hidrograf satuan untuk daerah
perkotaan/unit hydrograph for urban areas.
- Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan
daerah tangkapan air.
- Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich atau US-SCS
(United States-Soil Conservation Service).
- Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan metode
Mononobe, Talbot, Sherman, Ishiguro, ARRO (sesuai ketersediaan
data).
- Volume kolam retensi dihitung dengan flood routing.

 Kriteria Hidrolika
Kriteria perencanaan hidrolika sistem polder ditentukan sebagai berikut:

a) Kecepatan air rata-rata dalam saluran dihitung dengan rumus Manning,


Strickler, atau Chezy.

2-128
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

b) Profil saluran drainase dapat berbentuk: trapesium, segiempat, segitiga,


lingkaran, setengah lingkaran atau gabungan diantara bentuk tersebut.
c) Saluran drainase khususnya saluran drainase primer dan sekunder
yang terpengaruh pengempangan/aliran balik (back water effect)
dihitung pasang surutnya dengan Standard Step atau Direct Step
Method.
d) Saluran harus direncanakan dengan konsep saluran stabil (stable
channel) yaitu tidak terjadi erosi dan tidak terdapat endapan sedimen;
dengan:
- Kecepatan air maksimum (v) ditentukan untuk saluran tanah v = 0,7
m/dt, pasangan batu kali v = 2 m/dt, dan pasangan beton v = 3
m/dt.
- Kecepatan air minimum untuk saluran drainase ditentukan antara
0,3 s/d 0,4 m/dt, kecuali untuk kolam tampungan memanjang.
- Dalam hal saluran berfungsi sebagai long storage/channel storage
kecepatan lebih kecil dari 0,3 m/det dengan konsekuensi terjadi
endapan di saluran tersebut.
e) Perencanaan dimensi saluran baru, sebaiknya menggunakan profil
ekonomis yang sesuai dengan perencanaan dan kondisi setempat.
f) Perencanaan elevasi muka air saluran harus memperhatikan elevasi
muka air muara saluran atau badan air penerima (dalam kondisi yang
maksimum).
g) Disediakan tinggi jagaan yang memadai.

 Kriteria Konstruksi
Kriteria perencanaan konstruksi sistem polder ditentukan sebagai berikut:

a) Pembebanan yang digunakan dalam perencanaan infrastruktur


drainase harus sesuai standar teknik yang berlaku.
b) Kombinasi pembebanan dan pendimensian atas konstruksi ditentukan
oleh perencana sesuai fungsi, cara dan tempat penggunaannya
berdasarkan SNI.

2-129
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

c) Stabilitas konstruksi bangunan penahan tanah dikontrol keamanannya


terhadap kekuatan penahan tanah (amblas), geser dan guling; sedang
stabilitas timbunan tanah dikontrol dengan lingkaran longsor (sliding
circle). Faktor-faktor keamanan (SF) minimum ditentukan sebagai
berikut:
- σ yang terjadi < σ yang diijinkan
- SF geser (kondisi biasa) ≥ 1,5
- SF geser (kondisi gempa) ≥ 1,2
- SF guling ≥ 1,5
d) Bahan konstruksi yang digunakan harus sesuai dengan standar teknik
yang berlaku dengan mengutamakan material lokal.
e) Tidak terletak pada daerah sesar gempa (fault)

 Tahap Perencanaan Sistem Polder


Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan
dibatasi dengan tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar
kawasan tidak dapat masuk. Di dalam polder tidak ada aliran permukaan
bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi
dengan bangunan pengendali pada pembuangannya dengan penguras
atau pompa yang berfungsi mengendalikan kelebihan air. Muka air di
dalam sistem polder tidak bergantung pada permukaan air di daerah
sekitarnya karena polder mempergunakan tanggul dalam operasionalnya
sehingga air dari luar kawasan tidak dapat masuk ke dalam sistem
polder.
A. Persiapan Perencanaan Sistem Polder
Persiapan sistem polder dengan penentuan alternatif lokasi sistem
polder dengan kriteria sebagai berikut :
a) Lokasi tanggul harus direncanakan pada tempat yang
dikhawatrikan terjadinya proses meander;
b) Di sekitar titik pertemuan kedua sungai dengan lokasi di sebelah
hilirnya;

2-130
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

c) Trase perkuatan lereng terutama pada perkuatan tanggul yang


terbenam disaat terjadi banjir besar, supaya arah trase
rencananya diusahakan searah dengan arus sungai di waktu
terjadi banjir;
d) Direncanakan pada alur sungai yang tidak stabil dan diharapkan
alur dapat diatur dan stabil oleh konstruksi tanggul;
e) Tanggul direncana pada kawasan yang akan rusak karena
serangan arus;
f) Trase perkuatan tanggul pada sistem polder agar ditempatkan
lebih ke belakang dengan memperhatikan lebar bantaran yang
memadai untuk menjaga kestabilan tanggul yang terdapat di
belakang mercu perkuatan tanggul dengan tujuan untuk
menekan biaya

B. Sistem Polder dengan Pompa dan Kolam di Samping Badan


Saluran/Sungai
Sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam yang terletak
disamping badan saluran/sungai terdiri dari bagian-bagian berupa
kolam retensi, station pompa, pintu inlet, saluran inlet, pintu pembagi,
pintu outlet, saluran outlet, tanggul keliling, saringan sampah dan
kolam penangkap sedimen. Sistem polder dengan tipe ini memiliki
beberapa ketentuan sebagai berikut :
- Sistem polder dengan pompa dan kolam di samping dapat
digunakan apabila tersedia lahan kolam retensi sehingga dapat
berfungsi optimal.
- Prosesnya tidak mengganggu sistem aliran yang ada
- Memiliki keuntungan dalam pemeliharaan yang mudah
- Pelaksanaan lebih mudah

2-131
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.57 Sistem Polder dengan pompa dan kolam di samping badan
saluran/Sungai

C. Sistem Polder dengan Pompa dan Kolam di dalam Badan


Saluran/Sungai
Sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam yang terletak
didalam badan saluran/sungai terdiri dari bagian-bagian berupa
kolam retensi, station pompa, pintu inlet, saluran inlet, pintu outlet,
saluran outlet, tanggul keliling, saringan sampah dan kolam
penangkap sedimen. Sistem polder dengan tipe ini memiliki
beberapa ketentuan sebagai berikut :
- Sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam dapat
digunakan apabila lahan terbatas pengadaan untuk kolam retensi
- Kolam retensi pada sistem ini memiliki kapasitas terbatas
- Pelaksanaan lebih sulit
- Pemeliharaan lebih mahal

2-132
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.58 Sistem Polder dengan pompa dan kolam di dalam badan
saluran/sungai

D. Sistem Polder dengan Pompa dan kolam tipe storage


memanjang
Sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam tipe storage
memanjang yang terdiri dari bagian-bagian berupa storage
memanjang, station pompa, pintu inlet, pintu outlet, tanggul keliling,
saringan sampah dan kolam penangkap sedimen. Sistem polder
dengan tipe ini memiliki beberapa ketentuan sebagai berikut :
- Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang
bekerja dengan mengoptimalkan saluran drainase yang ada
karena lahan tidak tersedia
- Memiliki kapasitas yang terbatas
- Pelaksanaan lebih sulit
- Prosesnya mengganggu aliran yang ada

2-133
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.59 Sistem Polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang

 Tahap Perencanaan Kapasitas Kolam


1) Buat unit hidrograph daerah perkotaan, kemudian jumlahkan
masingmasing ordinatnya. Sehingga diperoleh debit rencana
maksimum dengan gambar hidrographnya;

2) Hitung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi dari
hidrograph;

3) Gambarkan hasil perhitungan volume komulatif dari butir 2) di atas


dalam koordinat orthogonal dengan ordinat besarnya volume komulatif
dan absis besarnya waktu;

4) Hitung volume komulatif pompa untuk berbagai kapasitas pompa dan


terapkan pada komulatif air yang masuk kolam retensi dari butir 3) di
atas;

5) Ukur ordinat yang terletak antara garis volume komulatif pompa dengan
garis singgung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam
retensi seperti pada butir 4) di atas, menunjukkan volume air yang
tertinggal di dalam kolam retensi;

2-134
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

6) Hitung luas kolam retensi yang diperlukan dengan membagi volume


komulatif yang tertinggal di dalam kolam retensi seperti butir 5) di atas
dengan rencana dalamnya air efektif di kolam retensi;

7) Lakukan langkah butir 4), butir 5) dan butir 6) di atas berulang-ulang,


sehingga diperoleh biaya yang efisien dan efektif dalam menentukan
luas kolam retensi dan kapasitas pompa yang dibutuhkan.

8) Hitung kebutuhan head pompa dari elevasi muka air minimum di kolam
retensi ke muka air maksimum banjir di sungai atau muka air pasang
tertinggi di laut. Pilih tipe pompa sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Tipe-tipe pompa yang dimaksud adalah sebagai berikut :

 Pompa ArchemedianScrew.
Pompa archemedian screw digunakan untuk kondisi elevasi muka air
yang dipompa relatif aman, tidak sesuai untuk elevasi muka air yang
perubahannya relatifbesar.

Gambar B.60 Pompa Archemedian Screw

 Pompa Rotodynamic.

Pompa rotodynamic dipilih sesuai dengan keperluan perencanaan.


Pompa ini terdiri atas :

- Pompa Centrifugal (aliran radial) dipergunakan untuk memompa


air dengan ketingian yang besar dan aliran sedang.

2-135
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.61 Pompa Centrifugal

- Pompa Axial (baling-baling) dipergunakan untuk memompa air


dengan ketinggian yang rendah sampai aliran yang besar.

Gambar B.62 Pompa Axial

- Pompa Aliran Campuran digunakan dengan karakteristik tengah-


tengah antara Pompa Centrifugal dengan PompaAxial.

2-136
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.63 Pompa Aliran Campuran

2. Analisis BOQ dan RAB

Volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya akan dihitung berdasarkan


hasil perencanaan dan dihitung secara detail untuk masing-masing item
pekerjaan. Prosedur dalam perhitungan estimasi RAB untuk pembangunan
prasarana dan sarana air baku ini mengikuti tahapan sebagai berikut :

 Survei harga dasar (basic price) bahan, tenaga, di lokasi bangunan.


 Menghitung estimasi volume pekerjaan sesuai jenis / item pekerjaan.
 Merencanakan metode pelaksanaan yang mudah dan menguntungkan
serta menyusun jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Membuat analisa harga satuan sesuai metoda pelaksanaan sebanyak
item pekerjaan yang ada.
 Menyusun estimasi rencana anggaran biaya (Bill of Quantities) dengan
format sesuai arahan Direksi. Proses perhitungan rencana anggaran
biaya (RAB) secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.

2-137
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Gambar B.64 Proses Perhitungan BOQ dan RAB

Estimasi anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu : biaya
bahan-bahan, buruh, peralatan, overhead, dan keuntungan yang dilakukan
pada tiap-tiap jenis pekerjaan. Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut,
biaya asuransi dan pajak tenaga buruh sudah termasuk dalam harga buruh,
biaya asuransi alat berat dan asuransi operator sudah termasuk dalam sewa
alat berat, biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja.

Rencana Anggaran Biaya ini akan disusun masing-masing komponen /


fasilitas secara terpisah dan akan dikelompokkan dalam beberapa paket.
Paket pekerjaan akan didiskusikan dengan Pemberi Tugas, tetapi secara
garis besar pembagian paket yang akan dihasilkan sebagai produk dari

2-138
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

proyek ini berdasarkan scope pekerjaan yang terdapat dalam Kerangka


Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Design of Transmission Mains to the tank
2. Design of Concrete Tank Reservoir
3. Design of Distribution Main.

Garis besar perhitungan biaya ini akan dibagi dalam 4 komponen :


1. Konstruksi Bangunan Sipil
2. Jaringan Perpipaan dan Aksesoris
3. Mekanikal dan Elektrikal
4. Penataan Site.

Dokumen perhitungan biaya terdiri dari :


1. Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan
2. Daftar Analisa Satuan Pekerjaan
3. Rincian Anggaran Biaya.

3. Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Spesifikasi Teknis pekerjaan dibuat sebagai pegangan dalam pelaksanaan


harian konstruksi, untuk menjamin mutu konstruksi yang dikerjakan. Dalam
dokumen Tender meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Uraian jenis-jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan.


1) Jenis dan persyaratan bahan-bahan.
2) Jenis dan persyaratan peralatan kerja.
3) Tata cara pelaksanaan pekerjaan.
4) Tata cara pengujian bahan-bahan dan hasil pekerjaan.
5) Tata cara pengawasan dan pengendalian pekerjaan
6) NSPM yang dipakai.

Bangunan-bangunan yang sudah didesain (saluran, bangunan air dan


bangunan pelengkap lainnya) harus dilengkapi dengan spesifikasi teknis untuk
dipakai sebagai pedoman pelaksanaan konstruksi lapangan.
2-139
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Spesifikasi teknis yang dilampirkan dalam acuan kerja ini meliputi :


a) Lampiran 1 : Spesifikasi Teknis Survei Tanah Pertanian.
b) Lampiran 2 : Spesifikasi Teknis Survei Hidrologi dan Hidrometri
c) Lampiran 3 : Spesifikasi Teknis Survei Sosio-Agro-Ekonomi dan
Lingkungan.
d) Lampiran 4 : Spesifikasi Teknis Survei Inventarisasi dan Pemetaan
Topografi
e) Lampiran 5 : Spesifikasi Teknis Survei Geologi, Mekanika Tanah, dan
Material Konstruksi.
f) Lampiran 6 : Spesifikasi Teknis Perhitungan dengan Model Matematis

Laporan metode pelaksanaan merupakan laporan yang berisi mengenai


bagaimana metode-metode pelaksanaan dalam perencanaan jaringan sistem
air baku sehingga laporan tersebut perlu disiapkan agar pihak kontraktor
dapat mengacu kepada metode pelaksanaan pekerjaan tersebut.

4. Penyusunan Program Konseptual SMKK

Penyusunan Dokumen Rancangan Konseptual SMKK mengacu kepada


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi.

Rancangan Konseptual SMKK merupakan suatu dokumen yang berisi


konsepsi SMKK yang dibuat pada tahapan:

a. Pengkajian konstruksi,
b. Perencanaan konstruksi; dan
c. Perancangan konstruksi.
Dan disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi perencanaan, isi dan
muatan Rancangan Konseptual SMKK untuk kegiatan Perencanaan
Konstruksi antara alin memuat :
a. Lingkup tanggung jawab perencanaan;

2-140
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

b. Informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit meliputi lokasi,


lingkungan, sosio-ekonomi, dan/atau dampak lingkungan;
c. Rekomendasi teknis.

 Pengertian Kesehatan
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat
tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan
gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama
dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat
faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan,
pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan,rehabilitasi, dan
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi
sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan
kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status
kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja
yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

2-141
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap
penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah
kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan
pekerjaannya

 Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari
sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan
insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss”
atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan
mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses pekerjaan.

 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Sudah menjadi kebijaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
agar pekerja mendapatkan tempat yang aman dan sehat dalam

2-142
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

melaksanakan tugas sehari-hari. Pada prinsipnya semua pihak harus


berupaya serta mengambil langkah-langkah positif sehingga seluruh
dosen, mahasiswa dan karyawan terjamin dan bekerja dengan aman dan
sehat.
Secara garis besar, kebijakan ini adalah:
 Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa
kecelakaan itu dapat dicegah.
 Memberikan pengertian bahwa target utama adalah “zero accident”.
 Mengutamakan keselamatan pekerja .
 Menjamin bahwa semua pekerja telah mengetahui dan melaksanakan
pekerjaannya secara produktif yaitu dengan cara yang aman melalui
petunjuk yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, instruksi
pemakaian peralatan yang tepat, instruksi pemakaian bahan yang tepat
melalui pengawasan yang tepat.
 Menyediakan fasilitas, peralatan, perlengkapan keselamatan kerja yang
layak dan memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat.
 Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam
kebijakan K3 telah diikuti.
 Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala
aktivitas dan meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat
aktivitas tersebut. Semua dosen, mahasiswa dan karyawan harus
sudah mengetahui akan tanggung jawabnya masingmasing termasuk
peduli akan kesehatannya, keselamatannya dan lingkungan di tempat
kerja, sehubungan dengan kebijakan di atas

5. Penyusunan Manual Operasi dan Pemeliharaan

Konsultan harus menyusun manual OP agar dalam pelaksanaan perencanaan


polder daerah irigasi rawa yang telah dibangun dapat dioperasikan dengan
baik serta dapat dijaga sampai tidak mampu beroperasi lagi.

2-143
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

B.2.5. Kegiatan Pelaporan

Jumlah laporan yang harus diserahkan penyedia jasa mengacu pada


Kerangka Acuan Kerja (KAK) :

1. Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebanyak 5 (lima) buku


2. Laporan Pendahuluan sebanyak 5 (lima) buku
3. Laporan Bulanan sebanyak 5 (lima) buku setiap bulannya
4. Laporan Interim sebanyak 5 (lima) buku
5. Laporan Akhir sebanyak 5 (lima) buku
6. Laporan Penunjang, terdiri dari:
 Buku 1. Hidrologi dan Hidrolika 5 Buku
 Buku 2. Mekanika Tanah 5 Buku
 Buku 3. Survey & Pengukuran 5 Buku
 Buku 4. Sosial Ekonomi Pertanian 5 Buku
 Buku 5. Nota Desain, BOQ dan RAB 5 Buku
 Buku 6. Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan 5 Buku
 Buku 7 Panduan Program K3 5 Buku
 Buku 8 Manual OP 5 Buku
 Album Gambar Perencanaan A1
 Album Gambar Perencanaan A3
 Album Gambar Perencanaan A4
 Laporan Ringkasan 5 Buku
7. Dokumentasi Data dan Laporan dalam Harddisk 1 TB 1 Buah

B.2.6. Kegiatan Diskusi

Kegiatan diskusi yang akan dilakukan oleh Konsultan antara lain, meliputi:

 Diskusi Laporan Draft Pendahuluan


Pada diskusi ini membahas langkah-langkah serta metodologi yang akan
diterapkan dalam pelaksanaan dan rencana kerja. Pada laporan ini
konsultan juga diminta untuk membuat rencana jangka pendek dan jangka
Panjang berdasarkan prioritas dari analisis multi kriteria. Diskusi laporan ini

2-144
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

akan dilaksanakan dihadapan Direksi, Pengawas, Pejabat dari


dinas/instansi serta semua stakeholder terkait.

 Diskusi Laporan Draft Interim


Pada diskusi ini membahas hasil kemajuan pekerjaan yang berupa hasil
pekerjaan survei dan investigasi dilapangan, perencanaan dan tapahan
awal analisa pekerjaan. Diskusi laporan ini akan dilaksanakan dihadapan
Direksi, Pengawas, Pejabat dari dinas/instansi serta semua stakeholder
terkait.

 Diskusi Laporan Draft Akhir


Pada diskusi ini merupakan ekspose draft laporan akhir. Presentasi ini
mencakup seluruh aspek-aspek hasil pekerjaan yang yang telah
dilaksanakan. Diskusi laporan ini akan dilaksanakan dihadapan Direksi,
Pengawas, Pejabat dari dinas terkait

 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) dilakukan sebagai upaya untuk


memperoleh saran, pendapat dan tanggapan masyarakat di kawasan lokasi
pekerjaan terkait dengan pekerjaan yang direncanakan

B.3. PROGRAM KERJA


Rencana kerja sangat diperlukan dalam pelaksanaan “SID POLDER MINI
DIR. POLDER PAKACANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA” agar
pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu serta ekonomis.
Dalam melaksanakan pekerjaan ini juga diperlukan hubungan kerja yang baik
antara Team Leader, Tenaga Ahli, maupun Tenaga Penunjang. Oleh sebab
itu diperlukan struktur organisasi, uraian tugas dari masing-masing tenaga ahli
dan staf pendukung lainnya, rencana kerja yang didukung pula dengan
peralatan yang cukup dari masing-masing kegiatan. Dengan rencana kerja
yang baik, keterlambatan pekerjaan dapat segera diketahui dengan melihat
jadwal pelaksanaan pekerjaan dan segera membuat langkah-langkah untuk
mengatasinya.

2-145
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Konsultan juga akan bekerja sama sepenuhnya dengan Direksi Pekerjaan dan
Instansi terkait lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini dengan penuh
tanggung jawab sesuai dengan kebijakan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditentukan dalam Dokumen Kontrak. Dengan demikian, secara umum
Konsultan akan memberikan kepastian kepada Pihak Proyek selaku Pemberi
Tugas, bahwa pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam Dokumen Kontrak.

Agar kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang


diharapkan dalam KAK, maka perlu perhatian terhadap beberapa hal sebagai
berikut :

• Persiapan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara teliti dan cermat


sebelum pekerjaan dilaksanakan, seperti halnya melengkapi persyaratan
administrsi kantor, lapangan, persiapan personil, peralatan, keuangan
dan sebagainya.
• Para petugas yang akan ditugaskan ke lapangan dibekali dengan
pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing selama
melaksanakan pekerjaan di lapangan.
• Data-data yang akan digunakan untuk merumuskan suatu bahan /
konsep kajian yang terpadu dan menyeluruh bagi pengelolaan
perencanaan sumber daya air adalah data yang merupakan hasil seleksi
dan mewakili kondisi daerah pekerjaan yang sebenarnya.
Secara umum Konsultan akan menyediakan jasa untuk Proyek dengan
terlebih dahulu menyusun rencana mutu (quality plan) kegiatan pelaksanaan
sesuai dengan prosedur mutu, guna menjamin bahwa pelaksanaan pekerjaan
mengikuti Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Dokumen Kontrak.
Konsultan juga akan bekerja sama sepenuhnya dengan Pemberi Tugas dan
Instansi terkait lainnya didalam melaksanakan pekerjaan perencanaan dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan kebijakan dan ketentuan–ketentuan
yang telah ditentukan dalam Dokumen Kontrak.
Dengan demikian, secara umum Konsultan akan memberikan kepastian
kepada pihak Pemberi Tugas, bahwa pekerjaan akan dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum di dalam Dokumen Kontrak. Agar
2-146
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan


dalam Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference), maka perlu perhatian
terhadap beberapa hal berikut ini :
a) Persiapan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara teliti dan cermat
sebelum pekerjaan dilaksanakan, seperti halnya melengkapi persyaratan
administasi kantor, lapangan, persiapan personil, peralatan, keuangan
dan sebagainya.
b) Para petugas yang akan ditugaskan ke lapangan dibekali dengan
pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing selama
melaksanakan pekerjaan di lapangan.
c) Data-data yang akan digunakan untuk merumuskan suatu bahan/konsep
perencanaan yang terpadu dan menyeluruh bagi perencanan
penyediaan air baku Perkotaan Pangkalpinang adalah data yang
merupakan hasil seleksi dan mewakili kondisi daerah pekerjaan yang
sebenarnya.

Pada sub bab ini akan dijelaskan rencana dan program kerja dari konsultan
untuk pekerjaan “SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA”

B.3.1. Kontribusi Tenaga Ahli


Kebutuhan personil yang terlibat pada suatu jenis pekerjaan disesuaikan
dengan kebutuhan pekerjaan. Untuk memudahkan dalam melakukan analisa
terhadap keterlibat-an personil dan lama waktu yang diperlukan maka disusun
matrik pembagian tugas dan distribusi man month yang disesuaikan dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Perlu ditambahkan bahwa pembuatan distribusi man months tersebut
dilakukan dengan mengambil beberapa asumsi tentang kapasitas atau
kecepatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan tingkat yang wajar.
Dalam pembuatan analisa teknis ini waktu diperhitungkan 28 hari kerja per
bulan.

2-147
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

B.3.2. Rencana Kerja


Sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja, yaitu :
 Rencana jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan,

 Rencana jadwal penugasan personil, dan

 Rencana jadwal penggunaan peralatan.

Analisa teknis dilakukan terutama untuk kegiatan survei lapangan sebagai


data dasar yang digunakan untuk kegiatan perencanaan. Ketelitian dalam
menganalisa diperlu-kan secara cermat dan teliti agar waktu yang ditetapkan
dapat sesuai jadwal yang disusun sehingga kegiatan perencanaan dapat
berjalan lancar.
Uraian detail analisa teknis didasarkan kepada pengalaman konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sejenis dan menyesuaikan dengan
lingkup dan volume pekerjaan yang telah ditetapkan dalam KAK.

B.4. MANAJEMEN DAN ORGANISASI KONSULTAN


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan mengerahkan tenaga ahli
yang profesional di bidangnya masing-masing dengan pengalaman pekerjaan
sesuai dengan bidangnya masing masing. Untuk menangani pekerjaan “SID
POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI
UTARA” ini dibutuhkan organisasi pelaksana pekerjaan yang tepat, sesuai
dengan lingkup dan keluaran pekerjaan, sebaran lokasi serta jangka waktu
pelaksanaan studi.
Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan ditangani dan jumlah tenaga ahli
yang akan digunakan sebagaimana tercantum dalam KAK, maka dalam
pelaksanaan pekerjaan ini akan melibatkan tim Konsultan yang terdiri dari
banyak tenaga ahli maupun tenaga penunjang yang seluruhnya akan
merupakan suatu kesatuan kerja.
Untuk menjamin terselenggaranya kelancaran pekerjaan, diperlukan suatu
organisasi kerja dan hubungan kerja diantara semua personil yang terlibat
dengan pihak Direksi Pekerjaan atau Pemberi Tugas. Dengan penyusunan

2-148
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

struktur organisasi ini diharapkan agar pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih


mengarah dan membentuk mekanisme kerja yang solid dan terpadu antar
disiplin ilmu dari setiap tenaga ahli. Dengan demikian, wewenang dan
tanggung jawab setiap personil yang terlibat menjadi lebih jelas dan tidak
tumpang tindih, sehingga akan tercipta kondisi kerja yang efektif dan efisien.
Struktur organisasi pelaksana pekerjaan secara diagramatik diperlihatkan
dalam gambar di bawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Konsultan menugaskan Direktur Teknik & Operasional yang mana akan
senantiasa siap untuk mengarahkan, mengawasi dan mengatur koordinasi
back-up support bagi team kerja. Dengan demikian diharapkan semua
perintah yang dikeluarkan oleh Pihak Pemberi Pekerjaan, berkenaan
dengan lingkup pekerjaan sebagaimana yang tertuang di dalam kontrak
dan telah disepakati bersama, dapat lebih terjamin realisasinya oleh team
kerja Konsultan.
2) Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan juga akan melakukan
koordinasi sesuai keperluan-nya dengan berbagai pihak terkait, seperti
misalnya pihak Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan maupun
instansi terkait lainnya.
3) Konsultan akan menugaskan seorang Team Leader yang akan
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan, baik di bidang
teknis maupun administratif, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan
tepat mutu dan waktu sebagaimana yang disebutkan di dalam KAK. Team
Leader akan mengkoordinir aktivitas seluruh anggota tim kerja, dan akan
mengatur tata hubungan kerja antar mereka. Team Leader juga akan
melaporkan progress pekerjaan, baik kepada Pihak Pemberi Kerja /
Pengguna Jasa maupun kepada Direktur Teknik & Operasional, selain itu
juga akan memimpin diskusi / presentasi yang akan diadakan dan
menghadiri rapat / pertemuan lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
4) Tenaga Ahli
Tenaga ahli terdiri dari tenaga ahli untuk berbagai bidang, yang masing-
masing sangat berpengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis

2-149
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

sesuai dengan bidangnya. Dan untuk tenaga ahli di bantu oleh asisten
tenaga ahli dan tenaga pendukung, Tenaga pendukung ini yang akan
membantu tenaga ahli dalam melaksanakan tugas di lapangan maupun di
kantor sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab penuh untuk
mengkoordinasikan personil dalam pelaksanaan pekerjaan ini baik di
lapangan maupun di kantor.
5) Tenaga Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Konsultan juga
akan menugaskan tenaga pedukung, baik tenaga yanga akan membantu
di lapangan maupun di kantor. Tenaga pendukung ini terdiri dari Operator
CAD, Juru gambar, tenaga administrasi dan operator komputer dan lain-
lainnya

2-150
DOKUMEN TEKNIS
SID POLDER MINI DIR. POLDER PAKACANGAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

2-151

Anda mungkin juga menyukai