Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan infrastruktur Pertanian dalam pembangunan pertanian semakin strategis dan
penting, hal ini sangat berkaitan dengan upaya pencapaian sasaran program khususnya
program peningkatan nilai tambah. Infrastruktur Pertanian khususnya Jalan Usaha Tani
merupakan salah satu komponen dalam subsistem hulu yang diharapkan dapat mendukung
subsistem Jalan Usaha Tani, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran hasil pertanian
(tanaman pangan, holtikultura perkebunan dan peternakan).
Pada saat ini banyak lokasi lahan pertanian belum mempunyai/ terdapat Jalan Usaha Tani
yang memadai sehingga dapat menghambat masyarakat tani dalam berusaha dilahannya.
Didalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan terdapat Klosul jalan khususnya yaitu jalan
yang pembangunan dan pembinaannya merupakan tanggung jawab departemen terkait.
Sehubungan dengan itu Jalan Usaha tani di kategorikan jalan khusus sehingga pembinaannya
menjadi tanggung jawab Departemen Pertanian.
B. TUUAN
1. Tujuan pedoman teknis/ spesifikasi teknis pengembangan jalan usaha tani adalah
memberikan pedoman secara teknis kepada kontraktor pelaksana dalam menyiapkan
pembangunan jalan usaha tani.
2. Tujuan kegiatan pengembangan jalan usaha tani adalah :
a. Mempercepat transportasi sarana usaha tani dan alat mesin pertanian dari kawasan
permukiman (dusun dan desa) kelahan usaha tani.
b. Mempercepat pengangkutan produk pertanian dari lahan usaha menuju sentra
pemukiman, pemasaran dan pengolahan hasil pertanian.
c. Mengurangi biaya/ ongkos transportasi sebagai komponen biaya usaha tani.
C. SASARAN
Pada tahun 2013 kegaiatan pengembangan jalan usaha tani dilakukan sepanjang P 40, 785
km pada kawasan tanaman pangan sepanjang. Adapun lokasi kegiatan perkabupaten/ kota
secara lebih untuk tahun ini lebih rincinnya dapat dilihat pada lampiran dokumen lelang.
D. PENGERTIAN
Dalam pelaksanaan pengembangan jalan usaha tani diperlukan pengertian-pengertian/
istilah untuk di pahami bersama dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan.
a. Jalan Usaha tani adalah merupakan prasarana transportasi pada kawasan pertanian
(tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan) yang berhubungan dengan
jalan desa. Jalan ini sangat strategis dan memberi akses untuk transportasi
pengangkutan sarana usaha tani menuju lahan pertanian dan mengangkut hasil produk
pertanian dari lahan menuju pemukiman, tempat penampungan sementara/
pengumpulan atau tempat lainnya.
b. Pengembangan jalan usaha tani adalah pembuatan peningkatan kapasitas dan
rehabilitasi.
- Pembuatan jalan usaha tani adalah membuat jalan baru sesuai kebutuhan
- Peningkatan kapasitas jalan usaha tani adalah jalan usaha tani yang sudah ada
ditingkatkan tonase/ kapasitasnya sehingga bisa dilalui oleh kendaraan yang lebih
berat/ lebih besar.

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

Rehabilitasi jalan usaha tani adalah memperbaiki jalan usaha tani yang sudah rusak
tanpa ada peningkatan kapasitas.

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Ruang lingkup kegiatan pengembangan jalan usaha tani terdiri dari :
a. Penjelasan umum
b. Pembersihan damija
c. Penyusunan lapisan tanah atas ( top soil )
d. Galian/ timbunan
e. Parit jalan dengan pengaliran air
f. Pembersihan calon lokasi jalan usaha tani yang akan dibangun/ ditingkatkan
kapasitasnya direhabilitasi.
g. Pembuatan/ peningkatan kapasitas/ rehabilitasi badan jalan
h. Pembuatan/ perbaikan saluran drainase pada kanan atau kiri bahu jalan sesuai
kebutuhan
i. Pengerasan badan jalan
j. Pembuatan gorong-gorong
k. Pembuatan/ Rehabilitasi Jembatan Semi Permanen

BAB II
PEDOMAN TEKNIS JALAN
A. Spesifikasi teknis kegiatan jalan usaha tani meliputi norma, standart teknis dan kriteria
sebagai berikut :
1. Penjelasan umum :
Pengembangan jalan usaha tani merupakan upaya pembangunan, peningkatan kapasitas
dan rehabilitas jalan terutam dikawasan sentral usaha tani pertanian ( tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan rakyat dan peternakan ) sebagai akses pengangkutan sarana
usaha tani, hasil usaha tani dan alat mesin pertanian.
2. Lingkup pekerjaan pembuatan jalan meliputi :
a. Pekerjaan penyiapan tanah dasar ( sub grade ) terdiri atas pekerjaan :
- Pembersihan daerah milik jalan
- Pegusapan lapisan tanah atas
- Galian
- Timbunan
- Parit jalan
b. Perkerasan lapis Pondasi bawah/ LPB kelas C (timbunan pilihan)
3. Tebal lapisan kelas C ( timbunan pilihan ) untuk jalan penghubung dan poros ditetapkan
minimal 20 cm padat atau sesuai dengan gambar rencana dan untuk jalan usaha tani
ditetapkan tebal lapisan kelas C (timbunan pilihan) 20 cm padat.
4. Apabila pada suatu lokasi tidak terdapat bahan material timbunan tanah pilihan ( kelas C
) dapat menggunakan material lain dengan persetujuan asisten teknik/ Direksi/
Pengawas Lapangan.
5. Kemiringan arah melintang :
- 2 % untuk bagian perkerasa jalan
- 2 % untuk bahu jalan
- (sesuai tipikal gambar rencana)
6. Panjang/Volume Jalan Dalam Gambar Teknik Tidak diikuti tetapi mengikut
panjang/volume yang ada dalam RAB.

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

7. Volume jalan usaha tani yang tercantum dalam dokumen kontrak tidak merupakan
kepastian, volume jalan yang sesungguhnya akan ditentukan berdasarkan realisasi
pelaksanaan dilapangan oleh pelaksana fisik atas persetujuan pengawas teknik.
8. Bahan/ material tanah timbunan ( borrowpit ) dan perkerasan sebelum dipergunakan
terlebih dahulu harus diketahui/ disetujui pengawas teknik
B. Pembersihan daerah milik jalan
Pembersihan daerah milik jalan ( DMJ ) untuk jalan usaha tani selebar 05 Untuk Badan Jalan
Lebar 3 M dan 06 Untuk Lebar Jalan 4 M. Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam
tumbuahan, pohon, semak-semak, sampah-sampah, pencabutan seluruh tunggul-tunggul
dan akar serta sisa konstruksi dan sisa-sisa material lainnya dengan menggunakan peralatan
Dozzer dan Chainsaw. Penggunaan Dozzer disesuaikan dengan kondisi tanah setempat, biaya
untuk pekerjaan pembersihan ini tidak dibayar tersendiri melainkan sudah termasuk
kedalam biaya Land Clearing.
C. Pengupasan lapisan tanah atas ( top soil )
Pengusapan top soil untuk pekerjaan jalan usaha tani 4 M dan jalan usaha tani 3 M pada
umumnya pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas ini mencakup hanya pekerjaan
membuang tanah humus ( top soil ). Pembuangan tanah dan akar-akar dengan ketebalan
sekitar 30 cm dari permukaan tanah asli atau sesuai petunjuk pengawas teknik. Pekerjaan
pembuangan lapisan humus dan akar-akar dilakukan baik untuk daerah galian maupun
daerah timbunan. Setelah pekerjaan tersebut selesai barulah dilakukan pemadatan sampai
mencapai tingkat pemadatan yang disyaratkan.
D. Galian
1. Membuat galian pada tempat-tempat yang kemiringan/ tanjakannya melebihi syaratsyarat maksimum yang ditentukan, sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk
pengawas teknik pada pembuatan jalan baru
2. Melakukan galian/ pemotongan tebing-tebing kanan kiri untuk mendapatkan lebar
badan jalan yang direncanakan dengan kemiringan 1 : 1 atau sesuai dengan petunjuk
pengawas teknik
3. Melakukan galian/ pemotongan pada puncak pendakian, sebelum mulai menurun harus
ada daerah jalan yang rata minimum sepanjang 30 M begitu pula pada akhir penurunan
sebelum pendakian.
4. Pemotongan tebing harus dilakukan dengan rapi dan langsung dibentuk badan jalan
sesuai dengan gambar rencana. Tanah bekas galian harus ditempatkan dan diratakan
pada derah yang ditentukan oleh pengawas teknik
5. Pekerjaan pembuatan badan jalan disertai dengan pekerjaan pemadatan badan jalan
sampai mencapai angka kepadatan yang disyaratkan dan disetujui oleh pengawas teknik.
6. Kemiringan/ Landai pemotongan melintang dan memanjang badan jalan harus benarbenar dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan
badan jalan yang segera dapat mengalirkan air hujan (tidak boleh terdapat genangan air
dipermukaan badan jalan).
7. Pemadatan badan jalan dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm untuk setiap
lapis dan harus mencapai kepadatan 95 % dari maksimum kepadatan yang diselidiki
menurut pemeriksaan kepadatan standart PB.011 (1) 76 (AASHTO-99-74,ASTM D-69870) manual pemeriksaan badan jalan No.01/MN/BM/197 (6).
8. Dinding tebing terpotong dikiri kanan jalan harus dirapikan dengan kemiringan
maksimum 45 Derajat dan pada ketinggian tebing 2 M dibuat pertangga atau sesuai
dengan gambar rencana.
9. Kemungkinan didapatkan tanah dasar galian yang tak memenuhi persyaratan dalam
pekerjaan galian, maka harus di adakan penggantian tanah dasar dengan CBR minimum
SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

4 % rendam air (soaked) setebal 20 cm dan apabila terdapat galian berbatu


pelaksanaannya harus mendapat petunjuk pengawas teknik dan pihak direksi.
E. Timbunan
1. Bagian bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang
ditentukan. Tanah timbunan harus cukup baik bebas dari sisa sisa rumput, akar-akaran
dan lain-lain dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air. Dalam hal ini
harus mengikuti petunjuk-petunjuk pengawas teknik.
2. Pada tempat-tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih
dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga
memenuhi persyaratan dengan persetujuan pengawas teknik. Dasar badan jalan yang
basah (rawa, lumpur) dapat menggunakan knoppel (gambangan/para-para/meeting)
dari kayu tahan air (kayu gelam atau sejenisnya) yang disusun sepanjang jalan yang
sangat lembek, kemudian baru ditimbun dengan tanah yang sesuai petunjuk pengawas
teknik.
3. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm padat setiap
lapisnya. Penggilasan setiap lapisannya harus dilakukan pada kadar air optimum dan
mencapai kepadatan 95% dengan pemeriksaan kepadatan standart PB.001(1)76 manual
pemeriksaan badan jalan No. 01/NM/BM/197/(6) untuk lapisan yang paling atas/ akhir
kepadatan, harus mencapai angka 100%. Pada timbunan yang tinggi, pelaksanaannya
dibuat bertangga agar tidak mudah longsor sesuai dengan petunuk pengawas teknik.
F. Parit Jalan dan Pengaliran Air
Pekerjaan ini termasuk pekerjaan badan jalan dan meliputi pelaksanaan pekerjaan berikut :
1. Parit jalan dibuat sesuai dengan gambar rencana atau kedalaman parit tidak boleh lebih
rendah dari parit pembuangan disekitarnya atau menurut pengarahan dan petunjuk
pengawas teknik.
2. Pembuangan air dari parit jalan dibuat pengaliran air (saluran pembuangan) sesuai
dengan kebutuhan keadaan lapangan sepanjang 15 M. Jarak antara pengaliran air
dibuat sependek mungkin dengan jarak minimal 50 M, tergantung kondisi lapangan dan
sesuai petunjuk pengawas teknik.
3. Pada tikungan jalan di daerah galian bagian dalam tikungan terutama yang bertebing
tinggi harus dibuat pembuangan air asal parit jalan yang cukup baik (kalau diperlukan
dapat digunakan gorong-gorong)
4. Guna lebih mengetahui tempat-tempat dimana air hujan dapat dialirkan dengan
sempurna, pelaksan fisik disertai pengawas teknik wajib mengadakan peninjauan/
pemeriksaan dijalan pada waktu hujan
G. Lapisan Perkerasan Sub Base
1. Apabila pekerjaan pembuatan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan
persetujuan pengawas teknik dibuat lapis perkeras jalan
2. Tebal lapis perkerasan ditetapkan minimal 20 30 cm, padat sesuai dengan gambar
rencana untuk jalan usaha tani dengan lebar 4 M, 3 M dan 20 30 cm untuk jalan usaha
tani lebar 3 M
3. Bahan perkerasan adalah kelas C Alam atau Timbunan Tanah Pilihan dengan ukuran
butiran terbesar 1 Inci ( 4,5 cm) dan bergradasi tertutup.
H. Penampang Jalan
Penampang jalan usaha tani diperlihatkan pada tabel berikut :
Jenis Jalan
DMJ (m)
A (m)
Jalan Usaha Tani
10,0
4,0
Jalan Usaha Tani
8,0
3,0

B (m)
1,00
1,00

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

Keterangan :
DMJ = Daerah Milik Jalan
B
= Lebar Bahu Jalan
A
= Lebar Perkerasan Jalan
I.

Pengendalian Mutu (Quality Control)


1. Pengendalian mutu pada tahap pembuatan jalan dilaksanakan untuk setiap 200 m1,
apabila dianggap perlu pengawas teknik dapat menambah jumlah pemeriksaan.
2. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesunggunya ( baik untuk tanah timbunan
maupun lapisan perkerasan ), pelaksana fisik harus mengadakan percobaan pamadatan
atas petunjuk Pengawas Teknik sebagai berikut : ( pemadatan Sub Grade dan Pemadatan
Sub Base )
a. Bahan yang akan dipadatkan terlebih dahulu dihampar setebal 20 cm atau 25 cm
lebar setengah jalur perkerasan dan paling sedikit sepanjang 45 M yang dibagi-bagi
menjadi 3 bagian. Tiap-tiap bagian dipadatkan dengan mesin gilas dengan jumlah
lintasan berfariasi.
b. Selanjutnya pada setiap bagian dilakukan pemeriksaan pemadatan digambarkan
pada 3 (tiga) titik. Hasil pemadatan pemeriksaan di gambarkan dengan grafik dengan
sumbu-x menggambarkan jumlah lintasan dan sumbu-y menggambarkan kepadatan
kering yang dicapai.
c. Dari hasil percobaan tersebut dapat ditetapkan jumlah lintas yang paling ekonomis
dan optimal yang harus dipakai sebagai pedoman.
3. Cara pemeriksaan didasarkan pada manual pemeriksaan bahan jalan
No.01/MN/BM/1976 tentang :
a. Pemeriksaan pemadatan lapangan dengan tabung pasir/sand Cone (PB.0103-76)
b. Pemeriksaan kepadatan standar (PB-0111-71)
c. Pemeriksaan CBR laboratorium (PB-0133-76) rendam air soaked
d. Untuk pelaksanaan pemeriksaan laboratorium pada butir a,b,c dapat dilakukan
dilaboratorium perguruan tinggi setempat.
4. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan ditempat tertentu harus dilakukan pemeriksaan
secara teknis oleh pengawas teknik dengan memperlihatkan syarat-syarat teknik serta
sifat-sifat material setempat.
5. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada bagian jalan perkerasan jalan sebelum
dilakukan serah terima pekerasan maupun sebelum masa pemeiharaan selesai, maka
pelaksanaan fisik harus memperbaikinya tanpa meminta biaya tambahan dari pihak
pemberi kerja.
6. Selama selang waktu pemeliharaan belum selesai, maka pelaksan fisik diharuskan
mengadakan pemeliharaan rutin, sehingga jalan tersebut tetap berfungsi. Jangka waktu
pemeliharaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung mulai proyek selesai
seluruhnya, yang dinyatakan dengan Berita Acara oleh panitia dan ditetapkan oleh
pemimpin proyek.
7. Persyaratan bahwa :
Bahwa yang digunakan untuk lapis perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan sub
base kelas C Alam (tanah Timbunan Pilihan) sebagaimana tercantum dalam gambar
rencana. Bahan lapis perkerasan jalan terdiri dari campuran batu Kapur atau kerikil alam
dengan pasir, lanau dan lempung yang persyaratan sebagai berikut :
a. Persyaratan Mutu
Kadar lempung/ sand equivalent (AASHTO T-76) maksimum 25
b. Kehilangan abrasi dengan mesin Lost Angelost (MPBJ PB.0206-76, ASSHTO-96)
minimum 40
SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

c. Kepadatan kering maksimum (ASSHTO T-180) minimum 2 gram/cm3


d. CBR maksimum 30%
e. Persyaratan gradasi (MPBJ PB.201-76)
Ukuran
% Berat
Keterangan
Saringan
Lolos
1
100
Lubang bujur sangkar diagonal 1
No.10
20-50
1 Inchi persegi 10 lubang
No.200
5-20
1 Inchi persegi 200 lubang

J.

8. Bila terjadi kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan gambar rencana dan tidak dapat
dilaksanakan, maka dapat dilakukan perubahan desain dan relokasi dengan persetujuan
Direktorat Teknik.
Pengukuran Hasil Kerja dan Pembayaran
1. Pengukuran Hasil Kerja
a. Pengukuran hasil kerja untuk keperluan pembayaran khususnya untuk pekerjaan
jalan diukur sesuai hasil pemeriksaan yang sudah selesai dikerjakan dan diterima
baik oleh pengawas Teknik. Pengukuran harus digambar pada peta monitoring
jalan yang disetujui oleh pengawas.
b. Jumlah pekerjaan jalan per-KM panjang yang ditetapakan sebagai berikut :
1. Untuk Jalan Usaha Tani dengan lebar Badan jalan 4 meter, DMJ (Daerah Milik
Jalan) 10 m, tebal 20 30 cm telah dipadatkan dan diterima baik oleh
pengawasan teknik.
2. Untuk Jalan Usaha Tani dengan lebar Badan jalan 3 meter, DMJ (Daerah Milik
Jalan) 8 m, tebal 20 25 cm telah dipadatkan dan diterima baik oleh
pengawasan teknik.
3. Untuk jalan Usaha Tani, dengan rincian lebar Badan jalan 3 meter 20 30 cm
telah dipadatkan dan diterima baik oleh pengawasan teknik.

2.

Dasar Pembayaran
Pembayaran hasil pekerjaan jalan akan dibayar sesuai dengan hasil pengukuran yang
sudah selasai dikerjakan dan peta monitoring jalan (Assbuil Drawing), menurut mata
pembiayaan sebagai berikut:
No.
Mata Pembiayaan dan Uraian
Satuan
1.

Jalan Usaha Tani Lebar badan jalan

2.

Bahu Jalan Kiri-Kanan

BAB III
PEDOMAN TEKNIK PEMBUATAN DEUKER
A. Galian Tanah
Galian tempat pemasangan saluran gorong-gorong/Deuker dibuat sesuai dengan gambar
rencana, atau sesuai petunjuk pengawas teknik. Diameter 1,00 M, Lebar 5 meter.
B. Pemasangan
a. Pembuatan pondasi batu kali dan harus sesuai dengan gambar rencana dan pengikuti
petuntuk saran pengawas teknik.
b. Lantai deuker dan plat beton bertulang dengan mutu beton minimal K-175 dan
memakai besi tulangan minimal 12 mm dengan jarak tulangan 20 cm.
c. Plat beton harus mencapai ketebalan minimal 20 cm, dengan elevasi yang tepat agar
menjamin kelancaran aliran air.
SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

d.

Kepala deuker yang dibuat dari pasangan batu gunung harus sesuai dengan ukuran
sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana.
C. Timbunan
Selesai pemasangan, deuker plat beton bertulang ditimbuni tanah setelah mendapat
persetujuan pengawas teknik. Tanah timbunan yang harus memenuhi persyaratan sesuai
petunjuk pengawas teknik. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis pada bagian samping
deuker plat dan diatas plat deuker. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati dengan alat
pemadat ang sesuai, agar konstruksi deuker plat yang terpasang tidak mengalami kerusakan.
D. Penyelesaian Akhir
Pelaksana harus memberikan daerah kerja pembuatan Deuker Plat dari sisa-sisa material
dan lain-lain.
E. Lain-lain
Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya Non-standar akan ditentukan dalam spesifikasi khusus
yang disetujui oleh Direktorat Teknik.
BAB IV
PEKERJAAN JEMBATAN SEMI PERMANEN

A. KETENTUAN UMUM
1. Yang dimaksud jembatan adalah bangunan yang melintas sungai/aliran yang ada umumnya
dibuat untuk bentang labih dari 3 M.
2. Type dan macam jembatan seperti tercantum pada gambar Teknik.
3. Semua pengukuran harus dilakukan dengan teliti/cermat menurut gambar kerja dan
petunjuk Direksi Lapangan/Pengawas Teknik dan diadakan pengecekan setiap akan maupun
setelah diadakan kegiatan.
4. Pelaksanakan pembangunan jembatan tidak b oleh menghambat lalulintas, baik lalulintas
jalan maupun lalulintas air.
5. Pelaksana harus membuat jembatan sementara atau merubah arah jalan sehingga lalulintas
tidak terhambat.
6. Bila ada perbedaan antara gambar kerja dan keadaan lapangan pelaksana fisik harus
melaporkan kepada Direksi Lapangan?Pengawas teknik untuk mendapat petunjuk lebih
lanjut.

B. MACAM KERJA
1.

Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan pembangunan jembatan semi permanen sesuai


dengan spesifikasi dan gambar kerja serta petunjuk Direksi maupun Pengawas Teknik.

2.

Pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan dan Pendahuluan
b. Pekerjaan Tanah (Galian dan Timbunan)
c. Pekerjaan Bangunan Bawah, dan
d. Pekerjaan Bangunan Atas.

C. PEKERJAAN TANAH
1.

Galian Tanah Untuk Pondasi :

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

a.
b.

Galian tanah sesuai gambar kerja, kedalamannya harus mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan/Pengawas Teknik.
Kemiringan galian harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi longsoran.

2.

Timbunan Bekas Galian Pondasi :


a. Bekas galian pondasi dapat digunakan untuk timbunan kembali, sepanjang tanah
tersebut merupakan tanah baik dan mendapat persetujuan dari pengawas
Teknik/Direksi Lapangan.
b. Timbunan dilaksanakan setelah pondasi dinyatakan kering dan setelah dipasang ijuk
dan pasir pada pangkal lubang peresapan.
c.
Timbunan dipadatkan lapis demi lapis hingga diperoleh kepadatan maximum,
(maximum 20 Cm tiap lapisnya), bila material dalam keadaan kering harus disiram
dengan air.

3.

Timbunan Opritan :
a. Opritan dibuat lurus landai dan nyaman bagi pemakai jalan (maximum 12.5%).
b. Timbunan opritan harus benar-benar padat (dipadatkan lapis demi lapis), maximum
20 Cm perlapisnya, bila material dalam keadaan kering harus disiram air.
c. Diatas timbunan tanah harus diberi lapis perkerasan (tarsitu) setebal
10 Cm
dan dipadatkan.
d. Kemiringan kearah melintang (kemiringan lereng 1 : 1, hingga tidak longsor.
e. Pelaksana tidak boleh mengambil tanah timbunan disekitar jembatan (radius 200
m).
f. Panjang, tinggi dan lebar opritan sesuai gambar kerja.
g. Tanah yang digunakan harus tanah baik dan mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/Pengawas Teknik.

4.

Kisdam/Kofferdam :
a. Fungsinya sebagai pelindung bangunan pada saat pelaksanaa agra ruang kerjanya
terlindungi dari air, sehingga kisdam harus dibuat sedemikian rupa dengan
konstruksi kedap air dan tahan terhadap air.
b. Untuk mengeringkan air di dalam kisdam menggunakan pompa dengan kapasitas
yang memadai.
c. Lebar/ruas dari kisdam dibuat sedemikian rupa agar dapat ruang bebas kerja.

D. PEKERJAAN BANGUNAN BAWAH


1.

Pondasi :
Pondasi yang digunakan untuk jembatan semi permanen menggunakan 2
type(pemilihannya harus dengan persetujuan Direksi Lapangan/Pengawas Teknik dan
Supervisi yang didasarkan atas pengamatan lapangan), type tersebut :
a.

Pondasi sumuran
SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

b.

Pondasi pancang kayu

a.1 Pondasi Sumuran :

Terbuat dari cincin beton bertulang yang dimensinya sesuai gambar kerja.
Silinder diturunkan melalui galian, bila muka air didalam silinder tinggi,
maka diadakan pemompaan.
Bagian atas dari silinder yang menghubungkan plat poor, tulangan
memanjang disisihkan 25 Cm dan bagian ujungnya dibengkokkan.
Isi bagian bawah dan atas terbuat dari beton kedap air dengan campuran
1 : 2 : 3 dengan ketebalan sesuai gambar kerja.
Isi bagian tengah silinder yaitu beton cyclop dengan campuran 1 : 5 : 7.
a.2 Pondasi Pancang Kayu :

Pekerjaan pancang terdiri dari pemancang untuk :


Pondasi tiang pancang
Pilar jembatan.
Kayu pancang 20 s/d 25 Cm dari kayu besi, kayu jati, kayu bitti, kayu
bayam dan kayu kulahi, kayu diluar jenis-jenis tersebut tidak
diperkenankan untuk digunakan sebagai tiang pancang.

Ketentuan pelaksanaan :

Penumbukan dapat dihentikan apabila dalam 10 tumbukan terakhir


dengan menggunakan besi tumbuk seberat 300 kg dengan tinggi
penumbukan (slag) 1 m, maximum masuk 2.5 cm.
Sebelum kayu tiang pancang diletakkan. Tanah harus digali sampai
kedalaman yang disyaratkan, agar diperoleh muka tanah yang siap untuk
dipancang.
Perancah tumbukan harus dibuat kuat hingga mampu menerima
getaran/goncangan pada waktu penumbukan.
Apanila lapisan tanah/dasar sungai terdiri dari batu-batu kerikil yang sulit
ditembus oleh tiang pancang, maka pelaksana fisik harus memberitahukan
kepada Pengawas Teknik/ Direksi Lapangan untuk mendapatkan petunjuk
lebih lanjut perihal type pondasi yang digunakan yaitu pondasi sumuran.
Kepala tiang yang ditumbuk harus diberi topi besi, bila kepala kayu
pecah/hancur pada waktu penumbukan belum mencapai tanah keras,
maka penumbukan harus dihentikan dan setelah kepala batu dipotong
kemudian ditumbuk lagi.
Apabila kayu satu batang setelah ditumbuk dapat habis masuk tanah,
maka dibuat tiang sambungan (disambung) untuk ditumbuk kembali
(teknis penyambungan sesuai petunjuk direksi).
Bila terdapat kelainan keadaanhingga tiang mudah masuk tanah,
pelaksana fisik harus memberitahukan kepada pengawas teknik untuk
mendapatkan petunjuk-petunjuk lebih lanjut.
Sebelum penumbukan tiang dimulai harus diberitahukan kepada
Pengawas teknik untuk mendapatkan ijin memulai penumbukan.
Bila jembatan telah selesai dan ternyata ada penurunan dalam waktu
masa pemeliharaan, maka pelaksana fisik harus memperbaiki sesuai
petunjuk Pengawas Teknik dengan biaya sepenuhnya ditanggung
kontraktor pelaksana.
SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

Bila dalam pelaksanaan pemancang pelaksana fisik mengabaikan


persyaratan teknis, maka segala akibat yang ditimbulkan menjadi beban
pelaksana fisik/kontraktor pelaksana sebelumnya.

1.

Lantai Kerja :
Lantai kerja terbuat dari campuran 1 : 4 yang dipasng rata dengan tebal10 cm panjang
dan lebar sesuai dengan gambar kerja.

1.

Plat Poor :
Plat poor terbuat dari beton bertulang dengan campuran 1 : 2 : 3 yang ukurannya
sesuai gambar kerja.

2.

Abutment :
Abutment terbuat dari pasangan batu yang didirikan diatas plat poor sesuai
gambar, batu untuk abutment dapat dari batu kali, batu gunung atau batu cadas
selektif yang bersih dari kotoran
Campuran untuk perekat menggunakan adukan campuran 1 Pc : 4 Ps.
Untuk menghindari susutnya bahan pasangan batu dibuat kolom praktis dan ring
yang terbuat dari beton bertulang dengan ukuran sesuai dengan gambar.
Abutment diplester halus dan diaci.
Didalam abutment dipasang drainage/peresapan dari paralon 2 yang dibagian
hulunya dilengkapi ijuk, pasir dan kerikil agar drainage dapat berfungsi dengan baik.
Bantalan atau tumpukan gelagar terbuat dari beton bertulang dengan ukuran sesuai
dengan gambar.
Pondasi tembok pengarah/lenning terbuat dari pasangan batu dan terdiri diatas
plat poor.
Tembok pengarah atau lenning terbuat dari pasangan batu dengan adukan
campuran 1 : 4 diplester dan diaci hingga halus, rata serta dicat tembok (warna
putih/hitam).
Bila terdapat skoor, tumpukan/perletakannya diusahakan tepat diring balok praktis.
Plat injak dari beton bertulang tebal 12 cm campuran 1 : 2 : 3 dan diletakkan
dibawah opritan 50 cm yang perletakan dan ukurannya sesuai gambar kerja.
Pada tumpukan gelagar dibuat angker (tumpukan jepit) dan stek-stek untuk
menambat/mengikat gelagar (tumpukan bebas) sesuai gambar kerja.
Peil jembatan harus tinggi, (sesuai gambar kerja dan petunjuk direksi).

a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.
k.
l.

E. PEKERJAAN PILAR
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Bila bentang jembatan lebih besar dari 8 m, maka antara abutment dibuat pilar, (kesulitan
ditentukan lain).
Pilar dibuat dari konstruksi kayu besi atau sejenisnya 20 25 cm yang tingginya
disesuaikan dengan peil lantai(jenis kayu yang digunakan seperti pasal 12 a.1 butir 2).
Tiang pilar dipancang dengan berat pemukul 300 kg dan tingginya jatuh bebas minimal 1
m.
Jumlah pilar 5 tiang penempatan disesuaikan dengan penampang melintang sungai harus
mendapat persetujuan Pengawas teknik/Direksi Lapangan.

Agar kepala tiang tidak pecah diberi plat (topi baja).


Konstruksi pilar sesuai gambar kerja.

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

F. BANGUNAN ATAS
1.
2.

3.
4.
5.

Bangunan atas terdiri dari konstruksi kayu.


Gelagar memanjang dan melintang terbuat dari kayu kelas I atau jenis-jenis kayu seperti
kayu jati, kayu besi, kayu bitti, kayu bayam, kayu kulahi dan kayu korumba, jenis kayu
lainnya tidak diperbolehkan untuk digunakan (kayu korumba hanya dapt digunakan untuk
konstruksi yang tidak berhubungan dengan tanah/air).
Balok skoor, diafragma, papan lantai, tiang sandaran dan konstruksi bangunan atas hanya
dibuat dari kayu seperti pasal 14.2.
Ikatan/hubungan konstruksi kayu dipergunakan paku, beugel dan baut yang ukuran
dimensinya sesuai gambar kerja atau petunjuk Direksi.
Balok penghambat dipasang pada jarak 3 m, khusus pada ujung lantai jembatan harus
dipasang, ukuran balok penghambat 10/10 cm dipasng melintang.

G. BANGUNAN PENGAMAN
Bila pekerjaan jembatan memerlukan bangunan pengaman, maka pengawas Teknik atau Direksi
Lapangan memberikan petunjuk pada pelaksana fisik untuk memasangnya. Bangunan pengaman
berupa bangunan pengaman opritan. Bangunan pengaman opritan terbuat dari batu kali (talud).

H. PEKERJAAN PENGECATAN
1.
2.
3.
4.

I.

Semua bangunan bawah pekerjaan kayu harus di teer sebelum dipasang.


Bagian atas yaitu tiang sandaran dicat sesuai petujuk Direksi Lapangan.
Tembok pengarah (lenning) dicat tembok hingga rata dan halus.
Tiap jembatan diberi nomor kode jembatan dibagian depan tembok pengarah.

PEKERJAAN LAIN-LAIN
1.

Bila didalam gambar kerja atau syarat-syarat teknis blum tercantum atau ada perbedaan
antara gambar kerja /RKS dengan kondisi lapangan atau masih ada yang belum jelas, maka
pelaksana fisik harus memberitahukan kepada Pengawas Teknik /Direksi Lapangan
sebelum memulai pekerjaan untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.

2.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara laina adalah pelaksana fisik memberitahukan
kepada Pengawas Teknik/Direksi Lapangan perihal :
a. Pemberhentian galian untuk abutment, pemancangan dan galian sumuran
b. Pemilihan lokasi/bentang jembatan dan posisi/arahnya.
c. Tinggi/peil jembatan/tinggi opritan.
d. Pengecoran bertulang
Untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahannya.

3. Dalam segala hal sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini kontraktor pelaksana harus
senantiasa koordinasi dan konsultasi dengan pihak Direksi atau Supervisi.

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

BAB V
PENUTUP
Apabila terdapat perbedaan ukuran dan keterangan antara RAB dan Gambar Teknik dalam
kontrak dengan spesifikasi ini, maka ang mengikat adalah RAB. Dan gambar teknik dalam
kontrak, namun perbedaan ini harus disampaikan dan mendapat persetujuan direksi
lapangan/supervise.
Hal-hal yang belum tercantum dalam spesifikasi ini, akan ditentukan oleh direksi
teknik/supervise. Demikian spesifikasi ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan jalan produksi dan jalan usaha tani serta deuker.

Raha,
2013
CV. Segitiga Raya Konsultan
Pusat Kendari

Mukkarama, S.Pd
Direktris

SPESIFIKASI JALAN USAHA TANI

Anda mungkin juga menyukai