Anda di halaman 1dari 151

LAPORAN AKHIR

REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

BAB 2
PENGEMBANGAN WILAYAH

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1.1 Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,00o hingga
114,40o Bujur Timur dan 7,120o hingga 8,480o Lintang Selatan.

Lokasi Provinsi Jawa Timur berada di sekitar garis Khatulistiwa, maka seperti provinsi
lainnya di Indonesia, wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap
tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur antara lain:

 Utara : Kalimantan Selatan


 Timur : Bali
 Selatan : Samudera Hindia
 Barat : Jawa Tengah

Secara umum, wilayah Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa
Timur daratan dan Pulau Madura. Dimana luas wilayah Jawa Timur daratan hampir
mencakup 90 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, sedangkan luas Pulau
Madura hanya sekitar 10 persen. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencapai
47.799,75 km2 habis terbagi menjadi 38 Kabupaten/ Kota, 29 Kabupaten dan 9 Kota,
yaitu:

PENGEMBANGAN WILAYAH 1
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Pacitan - Kabupaten Magetan

- Kabupaten Ponorogo - Kabupaten Ngawi

- Kabupaten Trenggalek - Kabupaten Bojonegoro

- Kabupaten Tulungagung - Kabupaten Tuban

- Kabupaten Blitar - Kabupaten Lamongan

- Kabupaten Kediri - Kabupaten Gresik

- Kabupaten Malang - Kabupaten Bangkalan

- Kabupaten Lumajang - Kabupaten Sampang

- Kabupaten Jember - Kabupaten Pamekasan

- Kabupaten Banyuwangi - Kabupaten Sumenep

- Kabupaten Bondowoso - Kota Kediri

- Kabupaten Situbondo - Kota Blitar

- Kabupaten Probolinggo - Kota Malang

- Kabupaten Pasuruan - Kota Probolinggo

- Kabupaten Sidoarjo - Kota Pasuruan

- Kabupaten Mojokerto - Kota Mojokerto

- Kabupaten Jombang - Kota Madiun

- Kabupaten Nganjuk - Kota Surabaya

- Kabupaten Madiun - Kota Batu

PENGEMBANGAN WILAYAH 2
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-1 Peta Provinsi Jawa Timur

A. Kondisi Geografis

Provinsi Jawa Timur dapat dibedakan menjadi tiga dataran: tinggi, sedang dan
rendah. Dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata di atas 100
meter di atas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Magetan, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kota
Blitar, Kota Malang, dan Kota Batu. Dataran sedang mempunyai ketinggian antara
45 - 100 meter di atas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Tulungagung,
Kediri, Lumajang, Jember, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Ngawi, Bangkalan, Kota
Kediri dan Kota Madiun. Sedangkan kabupaten dan kota lainnya merupakan dataran
rendah, dengan ketinggian rata-rata 45 meter dari permukaan laut yang terdiri dari 15
kabupaten dan 4 kota.

Gunung dan Sungai Provinsi Jawa Timur mempunyai beberapa buah gunung berapi
yang masih aktif antara lain: Gunung Welirang, Gunung Arjuno, Gunung Semeru,
Gunung Bromo. Sementara beberapa sungai besar yang ada di Jawa Timur
diantaranya adalah Sungai Madiun, Sungai Lesti, Sungai Metro dan lainnya.

PENGEMBANGAN WILAYAH 3
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

B. Kondisi Iklim

Temperatur Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 tertinggi di bulan Oktober
(35,9°C) dan terendah di bulan Agustus (20,7°C), dengan kelembaban 28 sampai 99
persen. Tekanan udara tertinggi di bulan September sebesar 1.014,9 Milibar. Jumlah
curah hujan terbanyak terjadi di bulan Desember. Rata-rata penyinaran matahari
terlama di bulan Agustus dan terendah di bulan Januari dan Desember. Sedangkan
kecepatan angin di bulan Januari dengan Februari adalah yang tertinggi dan di bulan
September yang terendah.

Gambar 2-2 Jumlah Curah Hujan Bulanan 2017


Sumber: Stasiun Meteorologi Juanda Jawa Timur

C. Kependudukan dan KetenegaKerjaan

Data jumlah penduduk dari hasil proyeksi yaitu sebesar 39.292.972 jiwa pada tahun
2017 atau naik sebesar 0,53 % dibandingkan tahun 2016 sebesar 39.075.152 jiwa.
Tahun 2017 Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu
2.874.699 jiwa, diikuti Kabupaten Malang 2.576.596 jiwa dan Kabupaten Jember
2.430.185 jiwa. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas di Jawa Timur yang

PENGEMBANGAN WILAYAH 4
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

termasuk angkatan kerja sejumlah 20.937.716 orang. Sedangkan yang bukan


angkatan kerja sejumlah 9.505.442 orang. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke
atas yang memiliki pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Jawa Timur yang
termasuk angkatan kerja memiliki Pendidikan tertinggi paling banyak yaitu sekolah
dasar sebanyak 5.791.078 jiwa, kemudian disusul oleh sekolah menengah pertama
dan sekolah menengah atas dengan masing-masing sejumlah 3.779.858 jiwa dan
3.134.338 jiwa.

Tabel 2-1 Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun Menurut


Kabupaten/ Kota

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2055, BPS Provinsi Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 5
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

D. Sosial

Taman Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
mengalami perubahan dibanding tahun 2013. Penduduk yang bersekolah selama
periode tahun pelajaran 2013/2014-2014/2015 mengalami perubahan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya murid yang tercatat pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Timur. Rasio murid-sekolah tiap tingkatan pada tahun 2014 adalah 56 (TK), 167
(SD), 301 (SMP), 321 (SMU) dan 391 (SMK). Sedangkan rasio murid-guru masing-
masing 15 (TK), 14 (SD), 12 (SMP), 11 (SMU), dan 10 (SMK). Jumlah Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Jawa Timur pada tahun
2014/2015 berturut-turut adalah 7.100 unit, 3.437 unit dan 1.566 unit dengan jumlah
murid sebanyak 870.087 orang (Ibtidaiyah), 691.226 orang (Tsanawiyah), dan
323.190 orang (Aliyah). Sedangkan jumlah rasio murid terhadap guru masing-
masing adalah 15, 37 dan 37, sedangkan pada tahun 2013/2014 berturut-turut adalah
7.032 unit, 3.081 unit dan 1.413 unit dengan jumlah murid sebanyak 1.000.600 orang
(Ibtidaiyah), 687.023 orang (Tsanawiyah), dan 368.350 orang (Aliyah). Sedangkan
jumlah rasio murid terhadap guru masing-masing adalah 17, 37 dan 39.

Perguruan tinggi negeri (PTN) di Jawa Timur sebanyak 8 PTN yang tersebar di 3
kabupaten/kota yaitu Universitas Airlangga, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Universitas Negeri Surabaya, Universitas Islam Negeri Surabaya “Sunan Ampel”,
Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Universitas Negeri Malang, Universitas Jember dan terdapat 335 perguruan tinggi
swasta.

Data dari Kepolisian Negara Daerah Jawa Timur menerangkan bahwa jumlah
kejahatan menurut jenis tindak pidana pada tahun 2012 sebanyak 36.268 kasus, dan
pada tahun 2013 sebanyak 17.889 kasus (turun 50,67 persen). Kasus terbanyak
adalah pencurian kendaraan bermotor (1.564 kasus), diikuti percurian berat (1.468
kasus).

PENGEMBANGAN WILAYAH 6
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Banyaknya jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013 sebanyak 18.346 kasus
menurun dibandingkan tahun 2012, yaitu 25,18 persen. Penurunan ini akibat
penurunan korban luka ringan dari 31.651 kasus pada tahun 2012 menjadi 24.083
kasus pada tahun 2013. Perkara perdata dan pidana yang masuk pada tahun 2014
adalah masing-masing 3.404 kasus (turun -0,90 persen dibanding tahun 2013) dan
17.374 kasus (turun -3,60 persen) sebagaimana. Sedangkan perkara pidana
pelanggaran sebanyak 903.743 kasus (naik 16,61 persen) dan semua kasus telah
diputuskan.

Berdasarkan data Kanwil Departemen Agama Jawa Timur, penduduk Jawa Timur
mayoritas beragama Islam 94,62 persen, diikuti Kristen Protestan 3,03 persen,
Khatolik 1,17 persen, Hindu 0,82 persen, Budha 0,33 persen dan Konghucu 0,03.
Selama tahun 2014 terjadi kenaikan jumlah nikah yaitu sebesar 348.653, sedangkan
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah nikah yaitu sebesar 166,040. Jumlah nikah
terbanyak terjadi di Kabupaten Malang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Sidoarjo.

Jumlah jemaah haji yang diberangkatkan dari Surabaya naik dari 27.029 orang
(2013) menjadi 27.241 orang (2014) atau sebesar 0,78 persen. Jumlah jemaah haji
terbanyak berasal dari Kota Surabaya sebesar 2.211 orang, sedangkan terendah dari
Kota Blitar sebanyak 121 orang.

E. Pertanian

Lahan pertanian non-sawah di provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 digunakan
sebagai tegal/ kebun, ladang/ huma dan lahan sementara tidak digunakan. Dari ketiga
kelompok tersebut, lahan pertanian yang dimanfaatkan sebagai tegal/ kebun sebesar
1.115.801,0 hektar. Sementara itu, lahan pertanian non-sawah berupa lahan yang
sementara tidak diusahakan mencapai 14.014,2 hektar atau memiliki persentase
terkecil dibandingkan 2 (dua) ketegori penggunaan lahan lainnya.

Berdasarkan data dinas pertanian tanaman pangan Provinsi Jawa Timur,


produktivitas padi sawah sebesar 58,19 kw/ha dan produktivitas padi ladang sebesar
42,18 kw/ha. Sedangkan produksi padi sawah dari luas panen sebesar 12.432.793 ton

PENGEMBANGAN WILAYAH 7
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

dari luas panen sebesar 2.136.412 ha. Sementara itu, produksi padi ladang sebesar
627.671 ton dari luas panen sebesar 148.820 ha.

Dari data luas areal perkebunan yang ada di Jawa Timur pada tahun 2017, yang
mempunyai areal terluas adalah perkebunan kelapa, yaitu sebesar 286.400 hektar
dengan hasil produksi sebesar 258.142 ton. Posisi kedua ditempati oleh perkebunan
tebu dengan luas areal perkebunan 193.940 ha dan menghasilkan tebu sebesar
1.010.447 ton Sedangkan hasil produksi perkebunan lainnya adalah kopi sebesar
65.414 ton, cengkeh 11.585 ton, karet 23.218 ton dan kakao sebesar 33.654 ton.

Jumlah populasi kuda pada tahun 2017 sebanyak 10.758 ekor, sapi potong 4.511.613
ekor, sapi perah 273.881 ekor, kerbau 26.622 ekor, kambing 3.376.323 ekor , domba
1.362.062 ekor, babi 57.906 ekor, ayam 308.155.360 ekor dan itik 5.600.971 ekor.
Produksi telur selama tahun 2017 sebesar 445.810.537 kg. Telur yang dihasilkan
sebagian besar berasal dari Kabupaten Blitar sebesar 155.802.114 kg dari
keseluruhan produksi telur di Jawa Timur. Sementara itu, produksi daging ternak
besar di Jawa Timur adalah produk daging dari sejumlah 96.917.009 ekor sapi.

Jumlah rumah tangga perikanan tangkap di Jawa Timur yaitu sebesar 68.866 rumah
tangga. Sebagian besar dari rumah tangga mengusahakan perikanan laut sebanyak
65.374 rumah tangga. Jumlah produksi perikanan tangkap tahun 2017 sebesar
414.644,30 ton untuk perikanan laut dan 12.813,90 ton untuk perikanan umum.

Data Perum Perhutani Unit II Jawa Timur bahwa hutan di Jawa Timur luasnya
mencapai 1.361.146 ha, terdiri atas hutan produksi seluas 344.742 ha. Mayoritas
kayu di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh jenis kayu untuk pertukangan. Produksi
kayu jenis ini sebesar 325.004,30 m3, terdiri atas kayu jati sebanyak 137.414,26 m3
dan kayu rimba sebanyak 187.590,04 m3.

PENGEMBANGAN WILAYAH 8
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-3 Luas Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Penggunaannya Di Jawa
Timur

Gambar 2-4 Populasi Ternak Di Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 9
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-5 Nelayan Dan Petani Ikan Menurut Sub Sektor Perikanan Di Jawa
Timur

F. Perindustrian dan Energi

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur menunjukkan


bahwa pada tahun 2017 profil industri pengolahan di Jawa Timur masih didominasi
oleh industri agro sebanyak 673.011 unit. Sedangkan industri logam, mesin, tekstil
dan aneka (ILMTA) dan industri alat transportasi, elektronika dan telematika (IATT)
masingmasing sebanyak 119.469 unit dan 18.250 unit. Industri agro kimia (IAK)
menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu sebesar 2.590.612 orang, diikuti industri
logam, mesin, tekstil dan aneka (ILMTA) sebesar 583.022 orang. Sedangkan industri
alat transportasi, elektronika dan telematika (IATT) hanya mampu menyerap 73.952
orang. Dari keseluruhan industri yang ada di Jawa Timur, mampu memberikan nilai
investasi sebesar 68.272 milyar rupiah. Sedang di Jawa Timur sebanyak 6.226 unit,
dari sejumlah itu mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1.075.159 orang.

Air Minum Pelanggan air bersih di Jawa Timur sebanyak 1.301.575 pelanggan.
Sedangkan jumlah air yang disalurkan sebesar 479.748.705 m3 dengan nilai
1.340,629 milyar rupiah.

Listrik Kelompok rumahtangga merupakan jumlah pelanggan listrik dari PLN


terbesar di Jawa Timur, yaitu sebesar 10.992.843 pelanggan. Sedangkan konsumsi

PENGEMBANGAN WILAYAH 10
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

listrik terbesar adalah kelompok industri sebesar 13.227.120 MWH, diikuti


kelompok rumah tangga sebesar 11.585.259 MWH

Gambar 2-6 Jumlah Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Sub Sektor
Industri

Gambar 2-7 Jumlah daya terpasang dan listrik terjual menurut golongan tarif

PENGEMBANGAN WILAYAH 11
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

G. Perdagangan

Totalitas volume ekspor Jawa Timur pada tahun 2017 sebesar 13.000 juta kg dengan
nilai sebesar 19.60 milyar US $. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya memberikan
kontribusi ekspor terbesar dengan nilai 14.92 milyar US $. Sedangkan volume dan
nilai impor Jawa Timur masing-masing sebesar 33.667 juta ton dengan nilai 22.12
milyar US $. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya masih dominan untuk arus impor
terbesar dengan nilai 15.62 milyar US $.

Gambar 2-8 Persediaan dan Pengeluaran Beras Bulanan

Gambar 2-9 Perkembangan Nilai Ekspor Impor Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 12
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

H. Transportasi, Komunikasi dan Pariwisata

Panjang jalan raya di Jawa Timur yang tergolong jalan provinsi adalah 1.421,00 km.
Sekitar 41,15 persen dari total panjang jalan provinsi pada tahun 2017 adalah
termasuk dalam kategori baik, 47,75 persen termasuk dalam kategori sedang dan
yang rusak ringan 10,14 persen dan berat ada 0,96 persen. Gorong-gorong dan
jembatan yang berkategori baik masing-masing sebanyak 78,03 persen dan 94,37
persen. Dari 18 Jembatan Timbang di Jawa Timur tercatat 1.121.203 unit kendaraan
yang melakukan pelanggaran kelebihan muatan, yang dikategorikan sebagai
pelanggaran ringan (367.152 unit), sedang (429.876 unit) dan berat (324.175 unit)
menurut golongan kendaraan I, II, III dan IV.

Pada tahun 2017 jumlah penumpang kereta api melalui stasiun keberangkatan
wilayah DAOP 8 Surabaya lebih banyak disbanding stasiun keberangkatan wilayah
DAOP 7 Madiun dan DAOP 9 Jember, masing – masing sebanyak 8.663.509 orang,
3.668.994 orang dan 2.000.442 orang menurut tujuan internasional, jumlah pesawat
terbang yang dating dan berangkat terbanyak terjadi di bulan Agustus, 580 unit dan
577 unit. Sedangkan menurut tujuan domestik terbanyak di bulan Desember yaitu
6.259 unit dan 6.227 unit. Pada tahun 2017, jumlah penumpang datang tujuan
internasional dan domestik masing – masing sebanyak 1.003.707 orang dan
9.094.221 orang, sedangkan untuk keberangkatan tujuan internasional dan domestik
masing – masing sebanyak 983.777 orang dan 9.046.739 orang.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur tercatat 16 kabupaten/ kota
mempunyai hotel berbintang. Hotel berbintang lima di Provinsi Jawa Timur ada di
Surabaya, Batu dan Malang yaitu sebanyak 7 unit, 1 unit dan 3 unit. Hal ini
dimungkinkan karena berkaitan erat dengan prasarana pariwisata tersebut sebagai
ibukota Jawa Timur dan sebagai kota wisata.

Jumlah restoran pada tahun 2017 mengalami penambahan yaitu sebesar 14,13 persen
dari tahun 2016 dengan jumlah restoran terbanyak berada di Kota Surabaya.
Wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur pada tahun 2017 sebanyak

PENGEMBANGAN WILAYAH 13
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

239.411 orang (dengan VISA sebayak 51.175 orang dan tanpa VISA sebanyak
188.236 orang) atau naik sebesar 8,54 persen.

Gambar 2-10 Jumlah Penumpang Pesawat Bulanan Di Bandar Udara Juanda 2014

2.1.2 Kabupaten Sumenep

Wilayah Kabupaten Sumenep berada di ujung timur Pulau Madura yang terletak di antara
1130 32’54” - 1160 16’48” Bujur Timur dan 40 55’ - 70 24” Lintang Selatan, dengan batas-
batas sebagai berikut:

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura

 Sebelah utara berbatsan dengan Laut Jawa

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Laut Flores

Wilayah Kabupaten Sumenep terdiri dari daratan dan kepulauan, sebanyak 126 pulau
(sesuai dengan hasil sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep Tahun 2002) tersebar
membentuk gugusan pulau-pulau baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Pulau
paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak

PENGEMBANGAN WILAYAH 14
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

+ 151 mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala
dengan jarak +165 mil laut dari Pelabuhan Kalianget.

Gambar 2-11 Peta Administrasi Kabupaten Sumenep

A. Topografi

Kondisi topografis di kabupaten sumenep dapat dilihat dari suatu kondisi objektif
ketinggian dan kemiringan lahan. Kemiringan lahan ini merupakan salah satu factor
penting yang perlu dilihat dalam aspek topografi, karena beberapa peruntukan lahan
memerlukan persyaratan kemiringan lahan.

Kabupaten Sumenep secara umum berada pada ketinggian antara 0-500 meter diatas
permukaan laut. Sedangkan sebagian lagi berada pada ketinggian antara 500 – 1000
meter di atas permukaan laut. Kondisi ketinggian wilayah di Kabupaten Sumenep
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Wilayah dengan ketinggian 0 – 500 meter dpl seluas 208.697,40 Ha atau


mencapai luasan sekitar 99,72 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep;

b. Wilayah yang memiliki ketinggian 500-1000 meter dpl mencapai luasan 578,42
Ha atau sekitar 0,28 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep;

PENGEMBANGAN WILAYAH 15
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Selain dari ketinggian, kondisi topografi juga dapat dilihat dari kemiringan lahan.
Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.093,47 Km2, memiliki tingkat kemiringan
lahan yang bervariasi antara 0% - 30%, 30% - 60% dan di atas 60%. Wilayah yang
paling luas memiliki kemiringan 0-30%, dengan capaian luasan sekitar 1.613,29 Ha
atau 77,51%.6 Sedangkan kemiringan terluas berikutnya berada pada level 30-60%
dengan capaian luasan sekitar 437,39 Ha atau 21,02%. Kawasan ini dijumpai berupa
kawasan perbukitan. Sedangkan pada ketinggian > 60 % berupa pegunungan yang
hanya mencapai luasan sekitar 30,75 Ha atau 1,48 %.

B. Hidrologi

Kabupaten Sumenep terdapat 22 sungai dengan total panjang 111,5 km yang dapat
megariri sawah seluas 5.245 Ha. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2-2 Nama Sungai, Daerah Irigasi Dan Luas Baku Sawah yang Diairi di
Kabupaten Sumenep
Panjang Luas Baku
No Nama Sungai Daerah Irigasi
Sungai Sawah
1 Panele Banjeru 2,5 194
2 Bakul Banjar 6,0 187
3 Ambat Braji 4,5 213
4 Beringin Kali Masjid 5,5 85
5 Patrean Parsanga 7,5 554
6 Karpenang Karpenang 3,0 166
7 Anjuk Kebonagung 9,0 707
8 Bakjati Jepun 10,00 1424
Nonsaen II 2,5 78
9 Lembungduwak Nonsaen I 3,5 78
Korcah 2,5 87
10 Canggur Talambung 5,7 140
11 Ringpiring Tmbk. Pereng Bawah 2,0 109
12 Paseman Tmbk. Pereng Atas 3,0 119
13 Duko Reang 2,0 80
14 Maseon Bakeong 4,0 68
15 Sabuntar Catoh 0,8 19
Pelat 1,5 116
16 Salagading Tambakagung 5,6 399
17 Kikbau Candi 18,5 124
18 Sangka Duko 1,6 15
Sumber Nangka 0,5 10

PENGEMBANGAN WILAYAH 16
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Bilis-Bilis 2,6 125


19 Talaga Angon-Angon 1,2 30
20 Sambakati Sambakati 1,1 50
Bujutan 0,2 15
21 Sawahsumur Sawahsumur 1,7 42
22 Pandeman Pandeman Atas 0,5 3
Pandeman Bawah 2,5 8
111,5 5245
Sumber: Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2016

C. Iklim

Suhu udara maksimum setiap bulan di Kabupaten Sumenep berkisar antara 28,60C-
31,60C. Dengan kelembaban maksimum berkisar antara 77-96%. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2-3 Suhu Udara dan Kelelmbaban Rata-rata di Kabupaten Sumenep


Menurut Bulan, 2015
Suhu Udara Kelembaban
No Kecamatan
Max (0C) Udara Max (%)
1 Januari 29,2 96
2 Pebruari 29,1 91
3 Maret 29,6 93
4 April 30,2 92
5 Mei 29,6 92
6 Juni 29,3 85
7 Juli 28,7 83
8 Agustus 28,6 81
9 September 28,6 77
10 Oktober 30,0 78
11 November 31,4 79
12 Desember 31,6 90
Sumber : Kabupaten Sumenep Dalam Angka Tahun 2016

D. Penduduk dan Ketenaga Kerjaan

Penduduk di kabupaten sumenep pada tahun 2017 mencapai 1.072.113 jiwa, yang
terdiri laki-laki sebanyak 509.791 jiwa dan perempuan sebanyak 562.322 jiwa.
Dengan luas wilayah sekitar 2.093,47 km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak

PENGEMBANGAN WILAYAH 17
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

512 orang pada tahun 2017. Kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan kota
sumenep disusul kecamatan kalianget.

Tabel 2-4 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di


Kabupaten Sumenep Tahun 2017
Laki-
No Kecamatan Perempuan Jumlah Jumlah KK
Laki
1 Pragaan 31.982 33.523 65.505 20.550
2 Bluto 23.119 24.337 47.456 14.562
3 Saronggi 17.622 19.380 37.002 12.195
4 Giligenting 11.473 12.788 24.261 7.886
5 Talango 18.210 20.789 38.990 13.255
6 Kalianget 20.394 21.737 42.131 14.526
7 Kota Sumenep 37.748 39.709 77.457 24.528
8 Batuan 6.446 6.790 13.236 4.212
9 Lenteng 29.492 31.395 60.887 18.257
10 Ganding 17.780 18.789 36.569 10.439
11 Guluk-Guluk 24.584 25.811 50.395 13.638
12 Pasongsongan 25.523 25.869 51.392 14.250
13 Ambuten 19.505 21.458 40.963 13.287
14 Rubaru 19.187 20.356 39.543 10.559
15 Dasuk 14.673 15.608 30.543 9.438
16 Manding 14.314 15.330 29.644 8.729
17 Batuputih 21.109 22.815 43.924 14.043
18 Gapura 18.084 19.573 37.657 12.123
19 Batang-Batang 26.536 28.483 55.019 17.990
20 Dungkek 16.587 18.230 34.808 12.540
21 Nonggunong 6.689 7.168 13.857 5.481
22 Gayam 15.834 17.256 33.090 12.522
23 Raas 18.956 20.069 39.025 13.482
24 Sapeken 25.016 25.499 50.515 15.484
25 Arjasa 42. 018 42.682 84.700 30.345
26 Kangayan 12.121 12.603 24.724 9.047
27 Masalembu 12.600 12.965 25.565 8.270
Jumlah 547.584 581.012 1128.596 361.638
Sumber: Kabupaten Sumenep Dalam Angka Tahun 2018

PENGEMBANGAN WILAYAH 18
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-12 Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten


Sumenep Tahun 2017

Berdasarkan lapangan pekerjaan pada tahun 2017 di kabupaten sumenep dari


631.534 orang yang memiliki kesempatan kerja, paling banyak terdapat di sektor
pertanian yaitu 283.559 (44,90%) dan sektor perdagangan yaitu 107.992 orang
(17,10%).

E. Kondisi Perekonomian

1) Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi suatu wilayah/daerah ditunjukan oleh peranan atau kontribusi


masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Untuk
mengetahui struktur ekonomi adalah dengan melihat distribusi PDRB
Kabupaten Sumenep menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2015 peranan atau kontribusi
tiap sektor ekonomi tidak banyak mengalami pergeseran. Perubahan yang terjadi
hanya pada besaran persentase kontribusi masing-masing sektor ekonomi
terhadap total PDRB Kabupaten Sumenep.

PENGEMBANGAN WILAYAH 19
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-13 Struktur Ekonomi Kabupaten Sumenep Tahun 2015

Keterangan:
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian
C Industri Pengolahan
D Pengadaan Listrik dan Gas
E Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang
F Konstruksi
G Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
H Transportasi dan pergudangan
I Penyediaan akomodasi dan makan minum
J Informasi dan komunikasi
K Jasa keuangan dan asuransi
L Real Estat
M,N Jasa Perusahaan
O Administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial
wajib
P Jasa pendidikan
Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
R,S,T,U Jasa lainnya

Pada tahun 2015, struktur ekonomi Kabupaten Sumenep didominasi oleh tiga
sektor yakni sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Yang kedua sektor
pertambangan dan penggalian, dan yang ketiga adalah sektor perdagangan dan
reparasi kendaraan bermotor. Ketiga sektor tersebut secara berurutan masing-
masing mempunyai kontribusi 38,82 %, 24,17% dan 10,45%. Sementara itu
sektor yang lain masing-masing berperan di bawah 7%.

PENGEMBANGAN WILAYAH 20
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan PDRB merupakan suatu indicator ekonomi makro yang


menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Indikator ini
biasanya digunakan untuk meilai sampai seberapa jauh kebersahilan
pembangunan suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi dihitung melalui PDRB atas dasar konstan, karena
melalui penghitungan ini besaran nilai tambah sudah tidak lagi dipengaruhi oleh
factor harga. Denga kata laian pertumbuhan yang terjadi benar-benar karena
kenaikan produksi barang/ jasa.

Pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian dan


sebaliknya pertumbuhan yang bernilai negatif mengindikasikan tingkat
perekonomian yang semaikin menurun. Jika angka pertumbuhan PDRB tahun
berjalan lebih besar dari tahun sebelumnya, maka dapat dikatakan terjadi
percepatan pertumbuhan ekonomi. Namun jika angka pertumbuhan PDRB tahun
berjalan lebih kecil dari tahun sebelumnya, mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut melambat. Penyajian PDRB atas dasar
harga konstan secara berkala dapat melihat fluktuasi perekonomian secara riil.

Gambar 2-14 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2011-


2015

PDRB Kabupaten Sumenep pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,27% melambat
4,96% dibanding tahun 2014. Selama kurun waktu lima tahun terakhir antara
tahun 211 sampai dengan tahun 2015, pertumbuhan ekonomi naik setiap

PENGEMBANGAN WILAYAH 21
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

tahunnya kecuali di tahun 2014 dan 2015. Turunnya pertumbuhan ekonomi


Sumenep pada beberapa tahun tertentu disebabkan turunnya produksi migas di
Sumenep. Turunnya produksi migas disebabkan karena harga minyak dunia
yang juga turun. Sektor migas sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sumenep dikarenakan share migas sangat besar terhadap
pertumbuhan ekonimi Sumenep.

F. Sosial

Jumlah sekolah di kabupaten Sumenep 3.165 unit, terdiri dari sekolah TK Negeri,
TK Swasta, SD Negeri, SD Swasta, SMP Negeri, SMP Swasta, SMA Negeri, SMA
Swasta, SMK Negeri dan SMK Swasta. Pada tahun 2014 menampung sekitar 1.023
siswa. Jumlah universitas/ perguruan tinggi di kabupaten Sumenep sebanyak 4 unit.
Dengan 10 jumlah jurusan di Universitas Wiraraja, 6 jumlah jurusan di STKIP PGRI,
6 jumlah jurusan di IDIA Pragaan, dan 6 jumlah jurusan di STIK Annuqoyah.

Pada tahun 2015 terdapat fasilitas kesehatan berupa 3 rumah sakit, 30 puskesmas dan
71 pembantu puskesmas (Pustu). Banyak Jemaah haji yang diberangkatkan dari
Kabupaten Sumenep pada tahun 2015 terbanyak berasal dari kecamatan Kota
Sumenep. Sedangkan jumlah Jemaah haji terendah dari kecamatan kangayan.

G. Luas Lahan Sawah dan Pengairan

Luas sawah di kabupaten sumenep 25.681,69 ha. Terdiri dari irigasi teknis seluas
4.650,44 ha, irigasi setengah teknis seluas 1.837,95 ha, irigasi sederhana seluas
2.028,73 ha, irigasi desa seluas 173,00 ha dan tadah hujan seluas 16.991,84 ha.
Kabupaten sumenep memiliki tanaman perkebunan terluas berupa perkebunan
kelapa seluas 51.129,37 ha.

2.1.3 Pulau Masalembu

Pulau Masalembu secara ekologis-geografis terletak pada posisi lintang: 5° 31' sampai
dengan 5° 35' LS. Dengan posisi ini, secara geografis kedudukan Pulau Masalembu
mendekati posisi ekuatorial (garis khatulistiwa) yang berada di Provinsi Jawa Timur,

PENGEMBANGAN WILAYAH 22
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Indonesia. Masalembu merupakan kecamatan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa


Timur, Indonesia. Kecamatan Masalembu mempunyai luas total wilayah 41,78 Km (1,95
% dari luas Kabupaten Sumenep). Jumlah Desa di Kecamatan Masalembu sebanyak 4
desa antara lain Masalima, Suka jeruk, Masakambing, dan Karamian. Kecamatan
Masalembu dibatasi oleh laut Jawa pada semua sisinya. Secara administratif Kecamatan
Masalembu juga terdiri dari beberapa pulau. Jumlah pulau sebanyak 4 buah dengan
komposisi 3 pulau berpenghuni antara lain Masalembu, Masakambing dan Karamian.
Sedangkan 1 pulau lainnya tidak berpenghuni yaitu pulau Kambing. Luas pulau yang
tidak berpenghuni 0,034 Km 2 (0,09% dari luas kecamatan Masalembu). Jumlah
penduduk kecamatan Masalembu secara keseluruhan berjumlah 22.599 jiwa (Bappeda
Kab. Sumenep, 2003). Komposisi penduduk Kecamatan Masalembu terdiri dari laki-
lakisebanyak 11.071 jiwa (48,99 %) dan perempuan 11.528 jiwa (51,01 %). Rasio jenis
kelamin sebesar 96,04 % dengan kepadatan penduduk sebanyak 553,22 jiwa/Km 2.
Dalam profil pesisir dan pulau-pulau kecil yang diterbitkan Departemen Kelautan dan
Perikanan disebutkan, bahwa secara administratif pulau Masalembu termasuk dalam
wilayah Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur. Dengan posisi pulau di bagian utara
wilayah Kabupaten Sumenep dikelilingi oleh perairan (laut bebas), berjarak sekitar 112
mil dari pelabuhan Kalianget (Sumenep daratan). Kondisi ini menyebabkan pulau
Masalembu berbatasan langsung dengan perairan bebas. Di bagian utara pulau
Masalembu terdapat pulau Masakambing dan pulau Karammean.

Pulau Masakambing berjarak sekitar 10 mil dari arah utara pulau Masalembu. Dengan
luas wilayah sekitar 3,18 km2, Masalambu dihuni oleh satu desa dengan jumlah penduduk
pada tahun 2000 mencapai 1.268 jiwa penduduk. Adapun pulau Karammean berjarak
sekitar 29 mil dari arah utara pulau Masalembu, dengan luas wilayah sekitar 9,79 km2
dan dihuni oleh satu desa dengan jumlah penduduk mencapai 3.287 jiwa. Penduduk pulau
Masalembu dengan jumlah penduduk sekitar 25.000 merupakan campuran dari berbagai
etnis, yaitu; suku Madura, Bugis, Mandar dan Jawa. Ketiga suku di atas merupakan suku
asli pulau Masalembu, sedangkan etnis Jawa merupakan pendatang yang bertujuan untuk
mencari nafkah, ikut suami/ istri, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari berbagai instansi
yang dipindah tugaskan ke pulau Masalembu. Sebagian besar suku Bugis mendiami

PENGEMBANGAN WILAYAH 23
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

daerah bagian barat, suku Mandar di bagian timur dan suku Madura menyebar ke berbagai
daerah. Mereka memilih hidup berbaur dengan sukusuku yang ada tanpa membentuk
komunitas suku yang mendiami wilayah bagian tertentu.

Perekonomian di pulau Masalembu terdiri dari empat jenis mata pencaharian yaitu
bertani, melaut, berdagang dan merantau ke Malaysia. Keempat jenis mata pencaharian
masyarakat di atas sudah lebih dari cukup untuk digunakan sebagai biaya hidup di
kepulauan.

Komoditas usaha tani yang banyak diusahakan penduduk pulau Masalembu adalah
bertani jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan lain-lain. Usaha ternak yang menjadi andalan
sebagian besar petani di pulau Masalembu adalah ternak sapi. Selain itu, ada sebagian
petani yang mengusahakan ternak kambing, domba dan ayam. Sapi bagi petani
Masalembu adalah tabungan yang mempunyai nilai penting, terutama untuk kebutuhan
hajatan keluarga (perkawinan, khitanan dan sebagainya), biaya pengobatan serta
kebutuhan yang sifatnya mendesak.

Gambar 2-15 Pulau Masalembu

PENGEMBANGAN WILAYAH 24
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

A. Potensi wilayah
 Potensi Unggulan Daerah

Berdasarkan karakteristik wilayah kabupaten Sumenep dapat diidentifikasi


wilayah untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pertanian, peternakan,
perkebunan, perikanan dan kelautan, perindustrian dan perdagangan dan
pariwisata.

1. Pertanian

Komoditas pertanian yang banyak di kelola oleh masyarakat adalah Pertanian


Kelapa, Cengkeh, Jagung dan Kacang, beberapa di antaranya juga
dimanfaatkan oleh kakatua. Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh jenis
kakatua adalah jenis Widuri, Kelor, Lontar, Buah Kelapa, Buah Asam Jawa,
Bunga belimbing, Buah kedongdong, Bunga kapuk, Sukun, Buah Kelor,
Galompe dan Rumbia. Selain itu juga Buah Belimbing Wuluh, Buah Mangga,
tanaman jagung dan kacang juga sering kali di makan oleh kakatua.

Kebanyakan jenis yang dimanfaatkan sebagai makanan alami kakatua


merupakan jenis yang juga dimanfaatkan oleh warga. Pemanfaatan jenis yang
sama ini menyebabkan kakatua di anggap sebagai hama yang mengganggu
komoditas pertanian warga tersebut. Namun saat ini gangguan kakatua sudah
bukan merupakan ancaman terhadap keberlangsungan pertanian masyarakat.

2. Peternakan

Usaha ternak yang menjadi andalan sebagian besar petani di pulau Masalembu
adalah ternak sapi. Selain itu, ada sebagian petani yang mengusahakan ternak
kambing/ domba dan ayam. Sapi bagi petani Masalembu adalah “tabungan”
yang mempunyai nilai penting, terutama untuk kebutuhan hajatan keluarga
(perkawinan, sunatan anak dan sebagainya), biaya pengobatan serta kebutuhan
yang sifatnya mendesak.

PENGEMBANGAN WILAYAH 25
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3. Perkebunan

Wilayah dataran tinggi di Kepulauan Masalembu, mayoritas penduduknya


bekerja di perkebunan cengkeh dan kelapa. Hasil bumi tersebut banyak
dikirimkan ke Jawa Timur dan sekitarnya, seperti cengkeh di jual ke Surabaya
yang kemungkinan untuk industri rokok dan kelapa diproses dengan cara
dikeringkan yang kemudian menjadi kopyor/ kopra lalu dikirim ke Madura
untuk selanjutnya disebarkan kembali ke daerah lain.

4. Perindustrian dan Perdagangan

Untuk aktivitas perdagangan Kecamatan Masalembu tidak dilengkapi dengan


pasar daerah maupun pasar desa. Pasar Masalembu terletak di Kampung Raas.
Pasar tersebut merupakan satu-satunya pasar yang ada di Laut Jawa bagian
Timur Sumenep, tepatnya di perairan Masalembu. Walaupun demikian secara
geografis lebih dekat dengan Pulau Kalimantan.

Penduduk Pulau Masalembu, Pulau Masakambing, Pulau Kramean, dan


penumpang kapal serta ABK kapal jalur laut dari Kalimantan ke Surabaya,
dari Pulau Selayar ke Surabaya, banyak yang pergi ke pasar itu untuk belanja
kebutuhan sehari-hari, sedangkan para nelayan atau penumpang kapal lainnya
juga dapat membeli perlengkapan memancing, jaring atau perlengkapan mesin
kapal. Berbagai ikan laut banyak dijual oleh ibu - ibu dalam jumlah yang tidak
besar. Perlengkapan dapur dan kebutuhan rumah tangga banyak didatangkan
dari Sumenep atau Surabaya. Sayur-sayuran hijau seperti bayam, kol, sawi
juga didatangkan dari Pulau Jawa, sehingga harganya relatif lebih mahal.

5. Perikanan dan Kelautan

Dilihat dari sumber daya kelautan, jenis ikan yang banyak dihasilkan oleh
nelayan di Kepulauan Masalembu adalah jenis-jenis ikan palagis (permukaan)
seperti ikan laying dan ikan tongkol. Selain ikan palagis, perairan Masalembu
juga mempunyai potensi jenis ikan karang seperti bambangan, bawal putih,
kakap, kerapuh, cucut dan lainnya. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh
nelayan Masalembu adalah jaring paying, gillnet dan pancing tonda.

PENGEMBANGAN WILAYAH 26
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Sementara itu, armada yang banyak digunakan nelayan Masalembu adalah


perahu mesin berkapasitas 2-4 GT dengan mesin perahu berkekuatan 12-16
PK. Potensi budidaya yang dapat dikembangkan di perairan Masalembu
adalah usaha tambak dan usaha budidaya ikan kerapuh dan lobster serta
budidaya rumput laut.

Kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Masalembu telah mengalami


kerusakan dari tingkat rendah sampai sangat berat. Ekosistem terumbu karang
di perairan Masalembu yang tergolong masih cukup baik diprakirakan kurang
dari 25%. Keadaan itu terutama disebabkan oleh masih berlangsungnya
praktek pengeboman dan penggunaan racun dalam penangkapan ikan karang
serta pencemaran lingkungan perairan laut oleh sampah dan limbah oli dan
ceceran minyak dari kapal-kapal yang beroperasi di perairan Masalembu.
Wilayah penyebaran ekosistem terumbu karang yang mengalami kerusakan
cukup berat sampai berat, terutama terdapat di perairan bagian selatan dekat
kampung Raas, perairan bagian barat daya dekat kampung Baru, bagian timur
dekat kampung Labusada dan perairan bagian utara sekitar perairan eks
kompleks PT ARCO.

 Potensi Wisata

Salah satu objek wisata Masalembu yang menawarkan pesona elok adalah Pantai
Masna dan Pantai Cemara. Keduanya memiliki air yang jernih dan berwarna biru
cerah. Suasana di kawasan pantai Masna cukup teduh dan terdapat ratusan pohon
nyiur (kelapa). Disamping pohon kelapa, di sekitar pantai juga terdapat beberapa
pohon Camplong. Bahkan, ada beberapa pohon yang cukup unik. Keunikan itu
terlihat pada akarnya yang sebagian besar tidak tertanam di dalam tanah akibat
dikikis ombak. Namun pohon itu tetap kokoh.

PENGEMBANGAN WILAYAH 27
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2–16 Potensi Wisata Bahari Kepulauan Kabupaten Sumenep

Tabel 2–5 Potensi Bahari Wilayah Kepulauan Kabupaten Sumenep


LOKASI OBYEK
No
OBYEK WISATA WISATA
1 Pantai Mamburit Kecamatan Arjasa
2 Taman Laut Pulau Saobi Kecamatan Arjasa
3 Taman Laut/ Terumbu Karang Kecamatan Masalembu
4 Terumbu Karang Kecamatan Ra'as
5 Taman Laut Pulau Saor Kecamatan Sapeken
Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau
6 Kecamatan Sapeken
Saor
7 Taman Laut Gililawak Kecamatan Talanggo
8 Taman Laut Kecamatan Arjasa
9 Taman Laut Maburit Kecamatan Arjasa
10 Taman Laut P. Sepanjang Kecamatan Sapeken

B. Kondisi Fisik dan Potensi Pulau Masalembu

Pulau Masalembu secara fisik mempunyai luas ± 47,28 km2. Pulau Masalembu ini
secara administratif pemerintah masuk Kecamatan Masalembu yang terdiri dari 4
desa.

PENGEMBANGAN WILAYAH 28
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kondisi topografis Pulau Masalembu berada pada ketinggian 0 – 30 m dari


permukaan laut (dpl), serta mempunyai “Gunung Masalembu” yang mempunyai
ketinggian 175 m (dpl) dan sisanya berupa perbukitan yang tidak terlalu ekstrim.

C. Kondisi Fisik dan Potensi Pulau Masalembu

Kepulauan Masalembu sebagaimana disebutkan diatas mempunyai banyak sekali


potensi yang diharapkan mampu dikelola dengan baik agar dapat mengembangkan
wilayah pulau tersebut. Potensi yang dimaksud terdiri dari beberapa sektor, antara
lain:

 Potensi Minyak dan Gas

Disamping mempunyai potensi gas alam yang sangat besar sebagaimana uraian
diatas, Kepulauan Masalembu juga mempunyai potensi minyak bumi yang
berlimpah.

 Potensi Pertanian

Dalam sektor pertanian, Pulau Masalembu mempunyai lahan pertanian seluas ±


91,38 % dari seluruh wilayah pulau atau setara 2.180 Ha dan tidak ada
persawahan. (Masalembu Dalam Angka 2014). Pertanian ini bergerak pada
sektor kebun sebagai pengembangan potensi pertanian.

 Potensi Kehutanan

Kawasan hutan di Kabupaten Sumenep yang mempunyai fungsi lindung lebih


luas dibanding fungsi produksinya. Tabel 2–6 menunjukan keberadaan hutan
lindung sebesar 20.761,20 hektar (54,27 %), sedangkan hutan produksi memiliki
luas 16.974,46 hektar (44,37 %) dan hutan lainnya seluas 518,44 hektar (1,36 %).
Pulau Masalembu merupakan pulau yang tidak mempunyai kawasan hutan
sebagaimana Tabel 2–6 di bawah ini.

PENGEMBANGAN WILAYAH 29
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Tabel 2–6 Lokasi Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi dan Luasnya di


Kabupaten Sumenep
Fungsi Hutan dan Luas Kawasan (hektar)
Lokasi Kawasan
Hutan Jumlah
Lindung Produksi Hutan Lain Total
Pulau Kangean 16.389,50 9.151,90 137,40 25.678,80
Pulau Kaliat 713,90 3.401,20 302,10 4.417,20
Pulau sepanjang 3.657,80 4.421,36 68,94 8.148,10
Jumlah di
20.761,20 16.974,46 518,44 38.254,10
Kepulauan
Sumenep Daratan 213 3.410,2 507,80 4.131,10
JUMLAH TOTAL 20.974,20 20.384,66 1.016,24 42.375,20

Kekayaan hutan lainnya adalah hutan mangrove. Keberadaan hutan mangrove ini
memberikan nilai ekonomis yang tinggi disamping itu hutan mangrove dapat
menjaga garis pantai agar tidak terjadi abrasi, pengendali banjir dan masih
banyak lagi fungsinya. Dalam dekade terakhir ini pemanfaatan hutan mangrove
terus meningkat bukan saja dari pemanfaatan lahannya, tetapi juga dari segi
pemanfaatan secara tradisional (skala kecil) dan komersial (skala besar). Hampir
sebagian besar masyarakat pesisir lebih banyak menggunakan hutan mangrove
sebagai kayu bakar, arang, pagar alat penangkap ikan, pemungutan hasil – hasil
perikanan seperti udang, kepiting, ikan dan satwa lainnya. Terkait aktifitas warga
yang memanfaatkan mangrove untuk kegiatan tersebut perlu dipikirkan langkah
pemerintah dalam sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat mangrove
tersebut bagi kelestarian pantai.

 Potensi Perkebunan

Pulau Masalembu menyimpan potensi perkebunan yang menjanjikan. Potensi


perkebunan dari Pulau Masalembu cukup menarik dan khas. Adapun potensi
perkebunan di Pulau Maslembu adalah sebagai berikut:

 Perkebunan Kelapa

Sebagaimana kawasan pesisir, hampir seluruh wilayah di Pulau Masalembu


terdapat perkebunan kelapa, kelapa merupakan sektor perkebunan yang terbesar

PENGEMBANGAN WILAYAH 30
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

di Pulau Masalembu, walaupun jenis perkebunannya kebanyakan perorangan


atau perkebunan rakyat.

 Potensi Pariwisata

Kepulauan Masalembu mempunyai potensi wisata yang sangat menakjubkan dan


tidak kalah dengan destinasi wisata yang lain seperti Banyuwangi, Pulau Lombok
maupun Pulau Bali, namun potensi wilayah ini masih belum dapat dikembangkan
secara maksimal akibat terbatasnya sarana dan prasarana dari dan menuju ke
Pulau Masalembu.

 Trumbu Karang

Trumbu karang berpotensi baik di bagian timur dan utara pulau Masalembu
banyak wisatawan lokal maupun internasioanal melakukan penelitian trumbu
karang. Ekologi trumbu karang ini sudah banyak yang mengalami kerusakan baik
secara alami ataupun diakibatkan oleh ulah manusia. Trumbu karang menjadi
tempat hidup bagi beraneka jenis ikan dan dapat memberikan manfaat yang
banyak baik bagi tujuan pariwisata maupun penelitian. Diperlukan peran aktif
semua pihak untuk menjaga kelestarian trumbu karang ini.

2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH

2.2.1. Arahan Pengembangan Wilayah Nasional

Arahan pengembangan wilayah nasional ini dilihat dari RPJMN Tahun 2015-2019 dan
RTRWN. Uraian dari masing-masing kebijakannya adalah sebagai berikut:

A. RPJMN tahun 2015 – 2019

Tema Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai:

1) Lumbung pangan nasional;

2) Pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri


makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan
besi baja;

PENGEMBANGAN WILAYAH 31
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3) Salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan
ekonomi kreatif;

4) Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui


pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.

Tujuan pengembangan Wilayah Jawa-Bali tahun 2015-2019 adalah mendorong


percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Jawa-Bali dengan menekankan
keunggulan dan potensi daerah, melalui:

a) Pengembangan produksi sektor pertanian pangan, khususnya padi, pengembangan


industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia,
alumina dan besi baja, serta pengembangan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif;

b) Penyediaan infrastruktur wilayah,

c) Peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus.

Adapun sasaran pengembangan Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015 - 2019 adalah
sebagai berikut:

1) Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Jawa-


Bali, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan
memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah
pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus dan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya.

2) Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Pulau


Jawa-Bali, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran
sebanyak 6 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome:

a) Meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi


6,23 persen;

b) Menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 11,92


persen; dan

PENGEMBANGAN WILAYAH 32
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

c) Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal


menjadi 70,10.

3) Untuk mendukung pemerataan pembangunan kawasan perkotaan di Jawa - Bali,


maka akan dipercepat peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan
manajemen pembangunan di 5 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada
saat ini serta pembangunan 1 Kota Baru publik yang terpadu dan mandiri.

4) Pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan sasaran meningkatkan


keberdayaan masyarakat di desa-desa tertinggal serta mendorong kewirausahaan
dan perekonomian desa berbasis komoditas unggulan dengan memanfaatkan
teknologi menuju desa mandiri.

5) Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diharapkan


dapat diwujudkan 4 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

6) Sasaran bidang otonomi daerah untuk Wilayah Jawa-Bali adalah:

a) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 55%


untuk propinsi dan 20% untuk kabupaten/ kota;

b) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan
untuk Kabupaten/ Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber
pembiayaan lainnya dalam APBD;

c) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa


pengecualian (WTP) sebanyak 7 provinsi dan 90 kabupaten/ kota di wilayah
Jawa-Bali;

d) Terlaksananya e-budgeting di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal


Provinsi Jawa Barat);

e) Terlaksananya penggunaan block grant (inpres) yang efektif dengan proyek


awal Provinsi Jawa Tengah dan Bali;

f) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk


jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%;

PENGEMBANGAN WILAYAH 33
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

g) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen


pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Jawa-
Bali sebesar 100 angkatan (dengan proyek awal Provinsi DI Yogyakarta dan
Jawa Tengah);

h) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Jawa-Bali


(dengan proyek awal Provinsi Banten dan Jawa Barat);

i) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada


pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;

j) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%;

k) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan


oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 75%;

l) Terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Jawa-Bali


(dengan proyek awal Provinsi Banten);

m) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran


gubernur sebagai wakil pemerintah;

n) Terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di


wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Timur.

7) Sasaran Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Jawa-Bali adalah mengurangi


indeks risiko bencana pada 36 Kabupaten/ Kota sasaran yaitu :

a) Kota Denpasar, i) Kota Bandung u) Magelang

b) Badung, Tabanan, j) Bandung Barat v) Malang

c) Buleleng, k) Cirebon w) Gresik

d) Tangerang, l) Sukabumi x) Bangkalan

e) Cilegon, m) Tasikmalaya y) Surabaya

f) Kota Yogyakarta, n) Ciamis z) Sidoarjo

PENGEMBANGAN WILAYAH 34
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

g) Sleman, o) Pangandaran aa) Lamongan

h) DKI Jakarta, p) Kota Semarang bb) Bojonegoro

i) Kota Bogor, q) Kendal cc) Pacitan

j) Kota Depok, r) Demak dd) Banyuwangi

k) Bekasi, s) Cilacap ee) Jember

l) Cianjur, t) Kebumen

Yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN,
PKSN, PKW, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.

Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah:

1) Pengembangan Kawasan Strategis

Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali


diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala
ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor
industri dan jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah
satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan
industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia,
alumina dan besi baja.

Fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Jawa- Bali adalah


Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung yang terletak di Kabupaten
Pandeglang dan pengembangan Wilayah Suramadu sebagai penggerak ekonomi
daerah pinggiran.

2) Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

a. Pengembangan Kawasan Perkotaan

Arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Jawa-Bali


diprioritaskan pada percepatan keterkaitan dan manfaat antarkota dan desa
dengan kota, melalui Penguatan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) melalui
peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan perkotaan metropolitan yaitu:

PENGEMBANGAN WILAYAH 35
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Kawasan perkotaan Jabodetabek;

 Bandung Raya, Kedungsepur;

 Gerbangkertasusila; dan

 Sarbagita sebagai pusat kegiatan skala global dan pusat kegiatan nasional
(PKN) dan pembangunan 1 Kota Baru publik yang terpadu dan mandiri.

b. Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan

Sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, arah kebijakan pengembangan desa dan
kawasan perdesaan di Wilayah Jawa-Bali adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan
diarahkan pula untuk membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan
dan perdesaan melalui integrasi perdesaan mandiri pada 4 kawasan
pertumbuhan.

c. Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Jawa-Bali

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Jawa-Bali diarahkan dengan


memperkuat sedikitnya 4 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan Cibaliung dan
Sekitarnya (Prov. Banten), Pamekasan dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur),
Banyuwangi dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya
(Prov. Bali). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan
minapolitan, serta kawasan pariwisata.

PENGEMBANGAN WILAYAH 36
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-17 Peta Lokasi Pusat – Pusat Pertumbuhan Wilayah Jawa-Bali RPJMN 2015 - 2019

PENGEMBANGAN WILAYAH 37
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALMEBU

3) Pengembangan Daerah Tertinggal


Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Jawa-
Bali difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat
pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak. Promosi
daerah tertinggal ini juga akan mendorong masyarakat semakin mengetahui
potensi daerah tersebut dan akan aktif dalam membantu pembangunan, upaya
pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik dan
pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis industri dan jasa yang
didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur
penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan.

Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Jawa-Bali terdiri dari 7 provinsi dengan
total 128 kabupaten/ kota, dimana 7,03 persen atau 9 kabupaten masuk dalam
kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah tertinggal
di wilayah ini sebesar 67,51, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di
daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,78 persen, jauh dari target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014,
sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal Wilayah Jawa-Bali
masih sebesar 15,82 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional
di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen.

Dalam periode RPJMN 2010-2014 di wilayah Jawa-Bali telah ditetapkan 9


kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah
tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 3 kabupaten tertinggal
yang dapat terentaskan. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah
tertinggal di Jawa-Bali diperkirakan sebanyak 6 kabupaten. Pada akhir periode
RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 6 kabupaten tertinggal dapat terentaskan

PENGEMBANGAN WILAYAH 38
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-18 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Jawa-Bali

PENGEMBANGAN WILAYAH 39
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

4) Penanggulangan Bencana

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 di


dunia setelah Amerika Serikat; dan lebih dari 50 persen jumlah penduduk
Indonesia berada di Pulau Jawa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia diwakili
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga potensi kerentanan
sosial terhadap kejadian bencana sangat tinggi di Pulau Jawa, dibandingkan pulau-
pulau lainnya.

Berdasarkan data dari BNPB, bencana alam yang paling dominan berpotensi
terjadi di Wilayah Jawa-Bali adalah banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan
gunung api dan tsunami. Tingginya risiko bencana alam di wilayah Jawa-Bali
dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah penduduk terpapar
tinggi dan potensi kerugian ekonomi tinggi, mengingat karakteristik demografi
dan pertumbuhan di Jawa-Bali yang lebih tinggi dibandingkan pulau-pulau
lainnya. Disamping itu, kapasitas penanggulangan bencana yang belum merata,
baik kelembagaan, peringatan dini, mitigasi maupun kesiapsiagaan menghadapi
bencana. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815-2014
untuk berbagai kejadian bencana di Pulau Jawa-Bali telah mengakibatkan 93.482
orang meninggal dunia, 207.969 orang luka-luka, 2.841 orang hilang, 4.966.943
orang mengungsi dan 506.643 rumah hancur/ rusak.

Untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan meminimalisir dampak


bencana di masa mendatang, maka arah kebijakan penanggulangan bencana di
wilayah Jawa-Bali adalah mengurangi risiko bencana pada pusat-pusat
pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat terhadap bencana.

5) Penataan Ruang Wilayah Jawa-Bali

Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Jawa-Bali yaitu:

a) Kebijakan mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis


mitigasi dan adaptasi bencana meliputi:

 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar


(urban sprawl); dan

PENGEMBANGAN WILAYAH 40
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan


rawan bencana.

PENGEMBANGAN WILAYAH 41
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-19 Peta Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015 - 2019

PENGEMBANGAN WILAYAH 42
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-20 Peta Indeks Risiko Bencana Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015 - 2019

PENGEMBANGAN WILAYAH 43
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

b) Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat


meningkatkan daya saing melalui pengembangan dan pemantapan jaringan
transportasi yang terpadu yang meningkatkan keterkaitan antar wilayah dan
efisiensi ekonomi; dan
c) Kebijakan mewujudkan lumbung pangan nasional yang berkelanjutan,
meliputi:
 Pemertahanan dan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
sebagai upaya ketahanan pangan nasional dan menekan laju alih fungsi
lahan pertanian;
 Pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air
untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan;
 Pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman
pangan; dan
 Pengamanan lahan sawah beririgasi teknis agar tidak beralih fungsi ke
pemanfaatan lainnya.
 Pengendalian perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk
menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan.
d) Kebijakan mewujudkan peningkatan keterkaitan ekonomi antarpusat industri
yang berdaya saing dan ramah lingkungan.
e) Kebijakan mewujudkan kapasitas daya dukung dan daya tamping lingkungan
hidup yang memadai untuk pembangunan, meliputi:
 Peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30 persen
dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
 Pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk
meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
 Implementasi pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas di Pulau
Jawa-Bali;
 Perlindungan mata air di Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas di Pulau
Jawa-Bali;
 Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis
DAS;

PENGEMBANGAN WILAYAH 44
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu


(RPDAST) yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
yang bersangkutan.
f) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam rangka
menjaga momentum fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian
internasional dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan hidup.
g) Kebijakan pengembangan jaringan prasarana wilayah energi, telekomunikasi
dan informatika serta prasarana pengelolaan lingkungan.
h) Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah.

Arah kebijakan pengembangan Wilayah Jawa-Bali yakni peningkatan kapasitas


pemerintah daerah yang mendorong daya saing nasional berbasis industri,
lumbung pangan nasional, serta perdagangan dan jasa berskala internasional

Berkaitan dengan pengembangan Bandar udara, kegiatan strategis jangka


menengah khususnya di provinsi Jawa Timur adalah percepatan pembangunan
infrastruktur perhubungan udara terdiri atas:

1. Pengembangan Bandara Sumenep


2. Pengembangan Bandara Blimbingsari Banyuwangi
3. Pengembangan Bandara Noto Hadinegoro Jember
4. Pembangunan Bandara P. Bawean Gresik
5. Pengembangan terminal penumpang Bandara Djuanda

B. RTRWN
Arahan pengembangan wilayah nasional didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Adapun hal yang akan diuraikan meliputi rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang khususnya untuk Provinsi Kalimantan Tengah..
- Rencana Struktur Ruang

PENGEMBANGAN WILAYAH 45
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Rencana struktur ruang meliputi sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi,


sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi dan sistem jaringan
sumber daya air. Sistem perkotaan nasional meliputi:

a. Pusat Kegiatan Nasional yaitu Kawasan Perkotaan Gerbangkerto susila


dan Malang

b. Pusat Kegiatan Wilayah yaitu Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,


Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan, Pasuruan,
Trenggalek, Tulungagung dan Sumenep.

Sistem jaringan transportasi nasional yang dikembangkan adalah sebagai


berikut:
1. Jalan Bebas Hambatan antar kota
a. Demak –Tuban
b. Manyar-Tuban
c. Solo-Mantingan
d. Mantingan-Ngawi
e. Ngawi-Kertosono
f. Kertosono-Kediri
g. Kertosono-Mojokerto
h. Mojokerto-Surabaya
i. Surabaya-Madura
j. Gempol-Pandaan
k. Pandaan-Malang
l. Krian-Legundi-Bunder
m. Bunder-Manyar
n. Gempol-Pasuruan
o. Pasuruan-Probolinggo
p. Probolinggo-Banyuwangi
q. Kertosono-Kediri
r. Mojokerto-Gempol
s. Singosari-Batu
t. Malang-Kepanjen

PENGEMBANGAN WILAYAH 46
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2. Pelabuhan
a. Pelabuhan utama Tanjung Perak dalam satu sistem dengan Tanjung
Bumi-Tanjung Bulu Pandan dan Tanjung Pakis (LIS)
b. Pelabuhan pengumpul : Tanjung Wangi, Gersik, Bawean, Pacitan
Probolonggo/ Tanjung Tembaga
3. Bandar Udara
a. Pengumpul Primer yaitu Bandara Juanda.
b. Pengumpul Sekunder yaitu Bandara Abdulrachman Saleh.

Rencana struktur ruang di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Sumber : PP No.13 Tahun 2017

Gambar 2-21 Rencana Struktur Ruang Nasional di Provinsi Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 47
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang yang akan diuraikan meliputi kawasan lindung, kawasan
andalan dan kawasan strategis.

Kawasan lindung nasional di Provinsi Jawa Timur meliputi Suaka Margasatwa


Dataran Tinggi Iyang, Suaka Marsasatwa Pulau Bawean, Taman Wisata Alam
Gunung Baung, Taman Wisata Alam Tretes, Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Merapi Ungup-Ungup

Taman Hutan, Rava R. Soeryo, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional
Baluran, Taman Nasional Bromo Tengger-Semeru, Taman Nasional Meru
Betiri, Cagar Alam Pulau Nusa Barung, Cagar Alam Kawah Ijen Merapi
Ungup-Ungup, Cagar Alam Besowo Gadunqan, Cagar Alam Ceding, Cagar
Alam Curah Manis Sempolan, Cagar Alam Goa Nglirip, Cagar Alam Gunung
Abang, Cagar Alam Janggangan Ronggojampi I, Cagar Alam Janggangan
Ronggojampi II, Cagar Alam Manssis Gadunean, Cagar Alam Pancur Ijen I,
Cagar Alam Pancur Ijen II, Cagar Alam Pulau Noko, Cagar Alam Saobi, Cagar
Alam Pulau Sempu, Cagar Alam Watangan Puger I-VI, Cagar Alam Gununs
Picis, Cagar Alam Gunung Sigogor, Cagar Alam Pulau Bawean, Casar Alam
Pulau Nusa, Cagar Alam Sungi Kolbu Iyang Plateau.

Kawasan andalan nasional di Provinsi Jawa Timur meliputi:


a. Kawasan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan
(Gerbangkertosusila) dengan sektor unggulan pertanian, perikanan,
industri, pariwisata, panas bumi, minyak, dan gas bumi
b. Kawasan Malang dan Sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
perikanan, industri, perkebunan, pariwisata,dan panas bumi
c. Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dengan sektor unggulan
pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata, perikanan, dan
panasbumi
d. Kawasan Tuban-Bojonegoro dengan sektor unggulan pariwisata, industri,
perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, minyak dan gas bumi
e. Kawasan Kediri-Tulung Agung-Blitar dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan, industri, perikanan, dan pariwisata

PENGEMBANGAN WILAYAH 48
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

f. Kawasan Situbondo-Bondowoso-Jember dengan sektor unggulan


perkebunan, pertanian, industry, pariwisata, perikanan laut dan panas
bumi.
g. Kawasan Madiun dan Sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
industry, perikanan, perkebunan, pariwisata, dan panas bumi
h. Kawasan Banyuwangi dan Sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan,
pertanian, dan panas bumi
i. Kawasan Madura dan Kepulauan dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan, industri, pariwisata, perikanan, minyak dan gas bumi
j. Kawasan Andalan Laut Madura dan Sekitarnya perikanan dengan
sektor unggulan pertambangan, pariwisata, minyak dan gas bumi

Kawasan strategis nasional meliputi:


a. Kawasan Perkotaan Gresik Sidoarjo-Bangkalan - Mojokerto - Lamongan
(Gerbangkertosusila)
b. Kawasan Kerajaan Majapahit Trowulan

Sumber: PP No 13 Tahun 2017

Gambar 2-22 Rencana Pola Ruang Nasional di Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 49
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2.2.2. Arahan Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Timur


Arahan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031.

A. Rencana Struktur Ruang


Rencana struktur ruang wilayah provinsi terdiri atas sistem pusat pelayanan dan
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi.
1. Sistem Pusat Pelayanan
Rencana sistem pusat pelayanan terdiri atas rencana sistem perkotaan disertai
dengan penetapan fungsi WP-nya dan sistem perdesaan.
a. Rencana Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
1) PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–
Surabaya–Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
2) PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember,
Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;
3) PKWP : Pasuruan dan Batu;
4) PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung,
Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso,
Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil;
5) Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi
sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan
sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah
Daerah Provinsi.

Pengembangan kewilayahan di Jawa Timur dibagi dalam 8 Wilayah


Pengembangan (WP) yaitu:
1) WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi:
Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten
Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten
Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten
Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep,

PENGEMBANGAN WILAYAH 50
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan,


hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan,
perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata,
transportasi, dan industri;
2) WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota
Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan,
peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan,
pariwisata, dan industri;
3) WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi:
Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten
Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi:
pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan,
peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan
industri;
4) WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri, meliputi: Kota
Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung dengan fungsi: pertanian
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan,
pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan
industri;
5) WP Probolinggo–Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo
meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten
Lumajang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan,
pariwisata, pendidikan, dan kesehatan;
6) WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan
Kabupaten Blitar dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata;
7) WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember
meliputi: Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten

PENGEMBANGAN WILAYAH 51
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Situbondo dengan fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura,


perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata;
8) WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi:
Kabupaten Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan dan pariwisata.

b. Rencana sistem perdesaan


Rencana sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan
perdesaan secara berhierarki. Pusat pelayanan perdesaan secara
berhierarki memiliki hubungan dengan:
1) Pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan
terdekat;
2) Perkotaan sebagai pusat pelayanan sub-WP; dan
3) Ibukota kabupaten masing-masing.

Sistem pelayanan perdesaan dikembangkan seiring dengan pengembangan


sistem agropolitan. Keterkaitan antara sistem pelayanan perkotaan dan
system pelayanan perdesaan dapat berbentuk sistem agroindustri.
Pengembangan sistem agropolitan dan system agroindustry dapat
dilaksanakan oleh provinsi dan/ atau Kabupaten/ Kota.

2. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah


Rencana sistem jaringan prasarana wilayah meliputi:
a. Rencana sistem jaringan transportasi :
1) Sistem jaringan transportasi darat
Jaringan jalan yang terdapat di Provinsi Jawa Timur:
a. Jalan bebas hambatan yang sudah ada terdiri atas :
 Jalan bebas hambatan antarkota, yaitu Jembatan Surabaya–
Madura (Jembatan Suramadu).
 Jalan bebas hambatan dalam kota meliputi Surabaya–Gempol;
Surabaya–Gresik; dan Simpang Susun (SS) Waru–Bandara
Juanda.

PENGEMBANGAN WILAYAH 52
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

b. Rencana pengembangan jalan bebas hambatan meliputi :


 Jalan bebas hambatan antarkota terdiri atas:
1) Mantingan–Ngawi; 7) Gempol-Pasuruan
2) Ngawi–Kertosono; 8) Pasuruan-Probolinggo
3) Kertosono–Mojokerto; 9) Probolinggo-Banyuwangi
4) Mojokerto–Surabaya; 10) Gresik-Tuban
5) Gempol–Pandaan; 11) Demak-Tuban
6) Pandaan–Malang; 12) Porong-Gempol
7) Surabaya-Suramadu-Tanjung Bulupandan.
 Jalan bebas hambatan dalam kota meliputi:
1) Waru (Aloha)–Wonokromo–Tanjung Perak; dan
2) Bandara Juanda–Tanjung Perak.

c. Jalan nasional arteri primer meliputi :


 Surabaya–Malang;
 Surabaya–Mojokerto–Jombang–Kertosono–Nganjuk–
Caruban–Ngawi–Mantingan;
 Surabaya–Lamongan–Widang–Tuban–Bulu (Batas Jateng);
 Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–Probolinggo–
Situbondo–Banyuwangi; dan
 Kamal–Bangkalan–Sampang–Pamekasan–Sumenep–
Kalianget.

d. Jalan nasional kolektor premier meliputi :


 Gresik–Sadang–Tuban;
 Babat–Bojonegoro–Padangan–Ngawi;
 Ngawi–Maospati–Madiun–Caruban;
 Mojokerto–Mojosari–Gempol;
 Glonggong–Pacitan–Panggul–Durenan–Tulungagung–
Blitar–Kepanjen–Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember–
Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi– Banyuwangi;
 Tulungagung–Kediri–Kertosono;
 Malang–Kepanjen;

PENGEMBANGAN WILAYAH 53
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Wonorejo–Probolinggo;
 Srono–Muncar; dan
 Ploso–Pacitan–Hadiwarno.

e. Jalan strategis nasional rencana meliputi :


 Jalan Merr II-C (Surabaya);
 Jalan Lingkar Timur Sidoarjo (Sidoarjo);
 Jalan Airlangga (Mojosari);
 Padangan–Batas Jawa Tengah (Cepu);
 Madiun–Batas Kabupaten Ponorogo;
 batas Kabupaten Madiun–Ponorogo;
 Ponorogo–Dengok;
 Jalan Diponegoro (Ponorogo);
 Jalan Alun-Alun Barat (Ponorogo);
 Jalan Gatot Subroto (Ponorogo);
 Dengok–Batas Kabupaten Trenggalek;
 Trenggalek–Batas Kabupaten Ponorogo;
 Jalan Soekarno Hatta (Trenggalek);
 Jalan Panglima Sudirman (Trenggalek);
 Jalan Yos Sudarso (Trenggalek);
 Jalan Mayjen Sungkono (Trenggalek);
 Panggul–Manjungan–Prigi;
 Durenan (Jalan Raya Tulungagung)–Prigi;s. Prigi–Ngrejo;
 Ngrejo–Batas Kabupaten TulungagunBlitar;
 Batas Kabupaten Tulungagung/ KabupPantai Serang;
 Pantai Serang–Batas Kabupaten Malang;
 Batas Kabupaten Malang–Wonogoro;
 Wonogoro–Sendangbiru;
 Sendangbiru–Talok;
 Jarit–Batas Jember;
 Batas Jember–Puger;
 Puger–Sumberejo;

PENGEMBANGAN WILAYAH 54
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Sumberejo–Tengkinol;
 Tengkinol–Glenmore;
 Situbondo–Garduatak;
 Garduatak–Silapak;
 Silapak–Paltuding;
 Paltuding–Banyuwangi;
 Bangkalan–Pelabuhan Tanjung Bumi;
 Krian By Pass–Legundi;
 Legundi–Pertigaan Bunder;
 Ponorogo–Biting;
 Jalan Trunojoyo (Ponorogo);
 Jalan Hayam Wuruk (Ponorogo);
 Bangkalan–Tanjung
 Bulupandan–Ketapang–Sotabar–Sumenep; dan
 Kamal–Kwanyar–Modung–Sampang

f. Jalan provinsi kolektor premier meliputi :


 Nganjuk–Bojonegoro–Ponco–Jatirogo–Batas Jawa Tengah;
 Ponco–Pakah;
 Kandangan–Pulorejo–Jombang–Ploso–Babat;
 Mojokerto–Gedek–Lamongan;
 Mojokerto–Mlirip–Legundi–Driyorejo–Wonokromo;
 Gedek–Ploso;
 Padangan–Cepu;
 Turen–Malang–Pendem–Kandangan–Pare–Kediri;
 Batu–Pacet–Mojosari–Krian–Legundi–Bunder;
 Karanglo–Pendem;
 Pare–Pulorejo;
 Pandaan–Tretes;
 Purwodadi–Nongkojajar;
 Purwosari–Kejayan–Pasuruan;
 Kejayan–Tosari;

PENGEMBANGAN WILAYAH 55
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Pilang–Sukapura;
 Lumajang–Kencong–Kasihan–Balung–Ambulu–Mangli;
 Kasihan–Puger;
 Jember–Bondowoso–Situbondo;
 Gentengkulon–Wonorekso–Rogojampi;
 Dengok–Trenggalek;
 Blitar–Srengat–Kediri–Nganjuk;
 Arjosari–Nawangan;
 Pacitan–Arjosari–Dengok–Ponorogo–Madiun;
 Maospati–Magetan–Cemorosewu;
 Bangkalan–Tanjung Bumi–Ketapang–Sotobar–Sumenep –
Lumbang;
 Ponorogo–Biting;
 Ngantru–Srengat;
 Gemekan–Gondang–Pacet–Trawas;
 Talok–Druju–Sendang Biru;
 Grobogan–Pondok Dalem;
 Balung–Rambipuji;
 Situbondo–Buduan;
 Maesan–Kalisat–Sempolan;
 Genteng–Temuguruh–Wonorekso;
 Jajag–Bangorejo–Pasanggaran;
 Benculuk–Grajagan;
 Glagahagung–Tegaldlimo;
 Sampang–Ketapang;
 Sampang–Omben–Pamekasan; dan
 Pamekasan–Sotabar.

g. Rencana pengembangan jalan strategis provinsi meliputi :


 Lakarsantri–Bringkang;
 Jalan Raya Menganti (Kota Surabaya);
 Cemeng Kalang–Sukodono;

PENGEMBANGAN WILAYAH 56
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Sukodono–Dungus;
 Dungus–Kletek;
 Ploso–Batas Kabupaten Nganjuk;
 Batas Kabupaten Jombang–Kertosono;
 Blitar–Pantai Serang;
 Jalan Bali (Kota Blitar);
 Batas Kota Malang–Bandara Abdul Rachman Saleh;
 Jalan Laksda Adisucipto (Kota Malang);
 Karangploso–Giri Purwo (Batas Kota Batu);
 Batas Kabupaten Malang–Simpang Tiga Jalan Brantas (Kota
Batu);
 Sukapura–Lambang Kuning;
 Sukapura–Ngadisari;
 Tempeh–Kunir;
 Kunir–Karangrejo;
 Karangrejo–Yosowilangun;
 Asembagus–Jangkar;
 Rogung–Torjun;
 Sampang–Rogung;
 Kedungpring–Mantup; dan
 Slopeng–Lombang.

h. Terminal yang sudah ada terdiri atas :


 Terminal tipe A meliputi :
1) Terminal Pacitan di Kabupaten Pacitan;
2) Terminal Seloaji di Kabupaten Ponorogo; 3)
3) Terminal Tulungagung di Kabupaten Tulungagung;
4) Terminal Tawangalun di Kabupaten Jember;
5) Terminal Sri Tanjung di Kabupaten Banyuwangi;
6) Terminal Ngawi di Kabupaten Ngawi;
7) Terminal Kambang Putih di Kabupaten Tuban;
8) Terminal Aryawiraraja di Kabupaten Sumenep;

PENGEMBANGAN WILAYAH 57
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

9) Terminal Tamanan di Kota Kediri;


10) Terminal Patria di Kota Blitar;
11) Terminal Arjosari di Kota Malang;
12) Terminal Bayuangga di Kota Probolinggo;
13) Terminal Purbaya di Kota Madiun;
14) Terminal Purabaya di Kabupaten Sidoarjo;
15) Terminal Tambak Oso Wilangun di Kota Surabaya;
16) Terminal Pandaan di Kabupaten Pasuruan;
17) Terminal Rejakwesi di Kabupaten Bojonegoro;
18) Terminal Bangkalan di Kabupaten Bangkalan; dan
19) Terminal Ceguk di Kabupaten Pamekasan.
 Terminal tipe B meliputi :
1) Terminal Trenggalek di Kabupaten Trenggalek;
2) Terminal Purwoasri di Kabupaten Kediri;
3) Terminal Kepanjen dan Terminal Dampit di Kabupaten
Malang;
4) Terminal Minak Koncar di Kabupaten Lumajang;
5) Terminal Arjasa di Kabupaten Jember;
6) Terminal Wiroguno dan Terminal Brawijaya di
Kabupaten Banyuwangi;
7) Terminal Bondowoso di Kabupaten Bondowoso;
8) Terminal Situbondo dan Terminal Besuki di Kabupaten
Situbondo;
9) Terminal Larangan di Kabupaten Sidoarjo;
10) Terminal Kepuhsari di Kabupaten Jombang;
11) Terminal Anjuk Ladang dan Terminal Kertosono dib
Kabupaten Nganjuk;
12) Terminal Caruban di Kabupaten Madiun;
13) Terminal Magetan di Kabupaten Magetan;
14) Terminal Padangan di Kabupaten Bojonegoro;
15) Terminal Lamongan dan Terminal Babat di Kabupaten
Lamongan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 58
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

16) Terminal Bunder di Kabupaten Gresik;


17) Terminal Sampang di Kabupaten Sampang;
18) Terminal Landungsari dan Terminal Hamid Rusdi di Kota
Malang;
19) Terminal Untung Suropati di Kota Pasuruan;
20) Terminal Kertajaya di Kota Mojokerto;
21) Terminal Joyoboyo di Kota Surabaya; dan
22) Terminal Batu di Kota Batu.

i. Rencana pengembangan terminal terdiri atas :


 Terminal tipe A meliputi :
1) Terminal Situbondo di Kabupaten Situbondo;
2) Terminal Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo;
3) Terminal Kepuhsari di Kabupaten Jombang;
4) Terminal Rajegwesi di Kabupaten Bojonegoro;
5) Terminal Burneh di Kabupaten Bangkalan;
6) Terminal Minak Koncar di Kabupaten Lumajang;
7) Terminal Sumenep di Kabupaten Sumenep;
8) Terminal Pasuruan di Kabupaten Pasuruan;
9) Terminal Paciran di Kabupaten Lamongan;
10) Terminal Kertajaya di Kota Mojokerto;
11) Terminal Joyoboyo di Kota Surabaya;
12) Terminal Trenggalek di Kabupaten Trenggalek; dan
13) Terminal Batu di Kota Batu
 Terminal tipe B meliputi :
1) Terminal Kraksaan di Kabupaten Probolinggo;
2) Terminal Wlingi di Kabupaten Blitar;
3) Terminal Sendang Biru di Kabupaten Malang;
4) Terminal Prigi di Kabupaten Trenggalek;
5) Terminal Pare di Kabupaten Kediri; dan
6) Terminal Maospati di Kabupaten Magetan.

Jaringan kereta api di Provinsi Jawa Timur yaitu:


a. Jalur perkretaapian umum yang sudah ada meliputi :

PENGEMBANGAN WILAYAH 59
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi)–Lamongan–Babat–


Bojonegoro–Cepu;
 Jalur Tengah : Surabaya (Semut)–Surabaya(Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)–Jombang–Kertosono–Nganjuk–
Madiun–Solo;
 Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya(Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Pasuruan–
Probolinggo–Jember–Banyuwangi; dan
 Jalur Lingkar : Surabaya (Semut)–Surabaya(Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Lawang–Malang–
Blitar–Tulungagung–Kediri–Kertosono–Surabaya.

b. Rencana pengembangan jalur kereta api umum meliputi :


 Jalur Tulangan–Gunung Gangsir sebagai relokasi jalur kereta
api akibat luapan lumpur Sidoarjo;
 Jalur kereta api ganda meliputi:
1. Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi)–Lamongan–Babat–
Bojonegoro–Cepu;
2. Jalur Tengah : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)– Jombang–Kertosono–Nganjuk–
Madiun–Solo;
3. Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)– Sidoarjo–Bangil–Pasuruan–
Probolinggo–Jember–Banyuwangi;
4. Jalur Lingkar : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–
Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Lawang–
Malang–Blitar–Tulungagung–Kediri–Kertosono–
Surabaya;
5. Sidoarjo–Tulangan–Tarik; dan
6. Gubeng–Juanda.
 Konservasi jalur perkeretaapian mati meliputi:
1. Bojonegoro–Jatirogo;
2. Madiun–Ponorogo–Slahung;

PENGEMBANGAN WILAYAH 60
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3. Mojokerto–Mojosari–Porong;
4. Ploso–Mojokerto–Krian;
5. Malang–Turen–Dampit;
6. Malang–Pakis–Tumpang;
7. Babat–Jombang;
8. Babat–Tuban;
9. Kamal–Bangkalan–Sampang–Pamekasan–Sumenep;
10. Jati–Probolinggo–Paiton;
11. Klakah–Lumajang–Pasirian;
12. Lumajang–Gumukmas–Balung–Rambipuji;
13. Panarukan–Situbondo–Bondowoso–Kalisat–Jember;
14. Rogojampi–Benculuk; dan
15. Perak–Wonokromo (bekas jalur Trem).
 Pengembangan jalur kereta api di Pulau Madura yang
menghubungkan Bangkalan–Kamal–Sampang– Pamekasan–
Sumenep yang terintegrasi dengan jaringan perkeretaapian di
Surabaya;
 Pengembangan jalur kereta api melayang pada wilayah Kota
Surabaya dan sekitarnya;
 Revitalisasi perlintasan tidak sebidang di seluruh wilayah
Jawa Timur; dan
 Pembangunan peringatan dini di seluruh perlintasan sebidang.

c. Stasiun kereta api yang sudah ada meliputi :


a) Stasiun Nganjuk dan Stasiun Kertosono di Kabupaten
Nganjuk;
b) Stasiun Jombang di Kabupaten Jombang;
c) Stasiun Tulungagung di Kabupaten Tulungagung;
d) Stasiun Bojonegoro di Kabupaten Bojonegoro;
e) Stasiun Lamongan di Kabupaten Lamongan;
f) Stasiun Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo;
g) Stasiun Bangil di Kabupaten Pasuruan;
h) Stasiun Klakah di Kabupaten Lumajang;

PENGEMBANGAN WILAYAH 61
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

i) Stasiun Jember di Kabupaten Jember;


j) Stasiun Banyuwangi Baru di Kabupaten Banyuwangi;
k) Stasiun Lawang di Kabupaten Malang;
l) Stasiun Madiun di Kota Madiun;
m) Stasiun Kediri di Kota Kediri;
n) Stasiun Blitar di Kota Blitar;
o) Stasiun Mojokerto di Kota Mojokerto;
p) Stasiun Surabaya Pasar Turi, Stasiun Surabaya Kota, Stasiun
Sidotopo, Stasiun Kalimas, Stasiun Wonokromo, Stasiun
Surabaya Gubeng di KotaSurabaya;
q) Stasiun Probolinggo di Kota Probolinggo;
r) Stasiun Pasuruan di Kota Pasuruan; dan
s) Stasiun Kota Baru dan Kota Lama di Kota Malang.

d. Rencana pengembangan stasiun kereta api meliputi :


a) Stasiun Kamal dan Stasiun Bangkalan di Kabupaten
Bangkalan;
b) Stasiun Sampang di Kabupaten Sampang;
c) Stasiun Pamekasan di Kabupaten Pamekasan; dan
d) Stasiun Sumenep di Kabupaten Sumenep.

e. Pengembangan stasiun kereta api juga dapat dilakukan pada


lokasi yang potensial, strategis, dan yang mempunyai permintaan
pasar yang tinggi dengan tetap mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.

f. Dry port yang sudah ada yaitu Rambipuji di Kabupaten Jember.

g. Rencana pengembangan dry meliputi dry port di Kota Malang,


Kota Madiun, dan Kota Kediri.

h. Terminal barang yang sudah ada meliputi:


a) Terminal Barang Waru di Kabupaten Sidoarjo;
b) Terminal Barang Babat di Kabupaten Lamongan; dan
c) Terminal Barang Pasar Turi di Kota Surabaya.

PENGEMBANGAN WILAYAH 62
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

i. Rencana pengembangan terminal barang yaitu Kalimas di Kota


Surabaya.

j. Arahan pengembangan terminal barang selain dapat dilaksanakan


sesuai dengan kebutuhan dengan mengikuti peraturan perundang-
undangan

Jaringan sungai, danau, dan penyeberangan di Provinsi Jawa Timur


yaitu:
1) Pelabuhan penyeberangan, yang sudah ada, yaitu :
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antar provinsi,
meliputi:
1) Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi; dan
2) Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya.
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antarkabupaten/
kota dalam provinsi meliputi:
1) Pelabuhan Ujung di Kota Surabaya;
2) Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan;
3) Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo; dan
4) Pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep.
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan dalam wilayah
kabupaten/kota, meliputi:
1) Pelabuhan Kalianget, Pelabuhan Kangean dan Pelabuhan
Sapudi di Kabupaten Sumenep; dan
2) Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Bawean di Kabupaten
Gresik.
2) Rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan terdiri atas :
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antarprovinsi,
meliputi:
1) Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi; dan
2) Pelabuhan Paciran di Kabupaten Lamongan.
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antar
kabupaten/ kota dalam provinsi meliputi:
1) Pelabuhan Ujung di Kota Surabaya;

PENGEMBANGAN WILAYAH 63
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2) Pelabuhan amal di Kabupaten Bangkalan;


3) Pelabuhan Bawean di Kabupaten Gresik;
4) Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo;
5) Pelabuhan Kalianget, Pelabuhan Raas, Pelabuhan
Kangean dan Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep;
6) Pelabuhan Gili Ketapang di Kabupaten Probolinggo;
7) Pelabuhan Probolinggo di Kota Probolinggo; dan
8) Pelabuhan Paciran di Kabupaten Lamongan.
 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan dalam wilayah
kabupaten dikembangkan sesuai kebutuhan di masing-masing
kabupaten/ kota yang bersangkutan.

2) Sistem jaringan transportasi laut :


a) Pelabuhan laut yang sudah ada terdiri atas :
 Pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak di Kota
Surabaya;
 Pelabuhan pengumpul meliputi:
1. Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan;
2. Pelabuhan Bawean dan Pelabuhan Gresik di Kabupaten
Gresik;
3. Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi;
4. Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan;
5. Pelabuhan Paiton di Kabupaten Probolinggo;
6. Pelabuhan Tanjung Tembaga di Kota Probolinggo;
7. Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo; dan
8. Pelabuhan Kangean, Pelabuhan Sapudi, dan Pelabuhan
Sepeken di Kabupaten Sumenep.
 Pelabuhan pengumpan meliputi:
 Pengumpan Regional, yaitu:
a. Pelabuhan Boom Banyuwangi di Kabupaten
Banyuwangi;
b. Pelabuhan Panarukan di Kabupaten Situbondo;
c. Pelabuhan Brondong di Kabupaten Lamongan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 64
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

d. Pelabuhan Branta dan Pelabuhan Pasean di Kabupaten


Pamekasan;
e. Pelabuhan Telaga Biru di Kabupaten Bangkalan;
f. Pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep; dan
g. Pelabuhan Boom di Kabupaten Tuban.
 Pengumpan Lokal, yaitu:
a. Pelabuhan Masa Lembo, Pelabuhan Gayam,
Pelabuhan Giliraja, dan Pelabuhan Keramaian, dan
Pelabuhan Raas di Kabupaten Sumenep;
b. Pelabuhan Gilimandangin dan Pelabuhan Tanlok di
Kabupaten Sampang;
c. Pelabuhan Jangkar dan Pelabuhan Besuki di
Kabupaten Situbondo; dan
d. Pelabuhan Sepulu di Kabupaten Bangkalan.

b) Rencana pengembangan pelabuhan laut meliputi :


 Pelabuhan utama yang terdiri atas:
a. Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu
sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di
wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik,
Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk
jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung
Bulupandan di Kabupaten Bangkalan; dan
b. Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi.
 Pelabuhan pengumpul meliputi:
a. pelabuhan Gelon di Kabupaten Pacitan;
b. Pelabuhan Sampang/ Taddan di Kabupaten Sampang;
c. Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malang;
d. Pelabuhan Prigi d Kabupaten Trenggalek; dan
e. Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.
 Pelabuhan pengumpan meliputi:
a. Pelabuhan pengumpan regional berupa Pelabuhan Tuban
di Kabupaten Tuban; dan

PENGEMBANGAN WILAYAH 65
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

b. Pelabuhan pengumpan lokal berupa Pelabuhan Dungkek,


Pelabuhan Pagerungan dan Pelabuhan Nunggunung di
Kabupaten Sumenep.
c) Pengembangan pelabuhan selain yang telah disebutkan pada pasal
35 juga dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
umum dan khusus dengan memperhatikan persyaratan teknis,
ekonomi, dan lingkungan.

3) Sistem jaringan transportasi udara


Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara terdiri atas
tatanan kebandarudaraan; dan ruang udara untuk penerbangan.
Rencana pengembangan tatanan kebandarudaraan meliputi: bandar
udara umum; dan bandar udara khusus. Ruang udara untuk
penerbangan terdiri atas kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, kelas E,
kelas F, dan kelas G.
a) Bandar udara umum yang sudah ada meliputi :
 Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer,
yaitu bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo untuk
penggunaan internasional utama, regional, dan haji.
 Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier,
yaitu bandar udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten
Malang.
 Bandar udara pengumpan meliputi:
1) Bandar udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi;
2) Bandar udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep;
3) Bandar udara Noto Hadinegoro di Kabupaten Jember; dan
bandar udara Bawean di Kabupaten Gresik.
b) Rencana pengembangan Bandar udara umum meliputi :
 Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer,
yaitu:
1) bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo; dan
2) alternatif pembangunan bandar udara baru di Kabupaten
Lamongan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 66
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier,


yaitu peningkatan fungsi bandar udara Abdulrachman Saleh
di Kabupaten Malang untuk penerbangan sipil;
 Bandar udara pengumpan meliputi:
1) Pengembangan bandar udara Trunojoyo di Kabupaten
Sumenep;
2) Pengembangan bandar udara Blimbingsari di Kabupaten
Banyuwangi;
3) Pengembangan bandar udara Bawean di Kabupaten
Gresik;
4) Pengembangan bandar udara Noto Hadinegoro di
Kabupaten Jember;
5) Pengembangan bandar udara di Kabupaten Blitar; dan
6) Pengembangan bandar udara di Kabupaten Bojonegoro.
c) Bandar udara khusus yang sudah ada meliputi :
 Bandar udara khusus militer terdiri atas:
1) Lapangan Udara TNI AU Iswahyudi di Kabupaten
Magetan;
2) Lapangan Udara TNI AU Pacitan di Kabupaten Pacitan;
3) Lapangan Udara TNI AL Raci di Kabupaten Pasuruan;
dan
4) Lapangan Udara TNI AD Melik di Kabupaten Situbondo.
 Bandar udara khusus sipil, yaitu bandar udara khusus di
Pagerungan Kabupaten Sumenep.
d) Arahan pengembangan bandar udara khusus selain dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dengan mengikuti peraturan perundang-
undangan.

b. Rencana sistem jaringan energi


Rencana pengembangan energi baru dan terbarukan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
menunjang penyediaan sumber daya energi listrik meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 67
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

1) Energi air untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten


Nganjuk, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Banyuwangi,
Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik dan Kota Batu;
2) Energi angin di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi,
Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Tuban, dan
kabupaten lainnya di wilayah pesisir dan kepulauan;
3) Energi surya di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur;
4) Energi air untuk PLTA di Karangkates, Wlingi, Ledoyo, Selorejo,
Sengguruh, Tulungagung, Mendalan, Siman, Madiun, Kesamben,
dan Kalikonto;
5) Energi panas bumi di Melati dan Arjosari di Kabupaten Pacitan,
Telaga Ngebel–Wilis di Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten
Madiun, Gunung Pandan di Kabupaten Madiun, Kabupaten
Bojonegoro, dan Kabupaten Nganjuk, Gunung Arjuno Welirang di
Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Malang,
Cangar dan Songgoriti di Kota Batu dan Kabupaten Malang, Aeng
Panas Tirtosari di Kabupaten Sumenep, Argopuro di Kabupaten
Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, dan
Kabupaten Jember, Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten
Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, Belawan-Ijen di Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Banyuwangi,
serta Gunung Lawu di Kabupaten Magetan;
6) Energi gelombang laut di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang,

PENGEMBANGAN WILAYAH 68
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi,


Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep;
7) Energi biogas di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur; dan
8) Energi biomassa di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik meliputi:


1) Plant di Grindulu PS (4 x 250 MW);
2) IPP on Going di PLTU Paiton 3-4 (800 MW);
3) Percepatan di PLTU Tanjung Awar-Awar (2 x 350 MW);
4) Jatim Selatan (2 x 315 MW);
5) PLTU Paiton Baru (1 x 660 MW);
6) Penanganan Krisis di Madura (2 x 100 MW); dan
7) Panas bumi di Ngebel (3 x 55 MW), dan Belawan Ijen (2 x 55 MW).

Rencana pengembangan jaringan transmisi untuk pengembangan listrik


dilakukan dengan cara:
1) Pengembangan sistem transmisi 500 kV, melalui:
a) Program penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kV di Kediri
dan Paiton;
b) Pembangunan GITET baru berikut transmisi terkait sistem Jawa–
Bali di Surabaya Selatan, Ngimbang,KebonAgung, dan Ngoro;
c) Pembangunan transmisi 500 kV baru terkait dengan proyek
pembangkit Paiton–Grati sirkit 3;
d) Pembangunan transmisi 500 kV Paiton–Kapal, termasuk
overhead line 500 kV menyeberangi selat Bali (Jawa–Bali
Crossing) sebagai solusi jangka panjang pasokan listrik ke pulau
Bali;
2) Pengembangan sistem transmisi 150 kV melalui:
a) Pembangunan GI Baru dan program penambahan trafo distribusi
150/20 kV dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan
listrik mengenai kapasitas keseimbangan gardu induk, sedangkan

PENGEMBANGAN WILAYAH 69
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

penambahan trafo distribusi 70/20 kV merupakan program


relokasi trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur;
b) Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek
pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP, dan PLTP IPP; dan
c) Perkuatan transmisi 150 kV eksisting dilokasi tersebar di sistem
Jawa Bali dalam rangka memenuhi kriteria keandalan.
3) Pelaksanaan rencana pengembangan jaringan transmisi meliputi :
a) Pengembangan jaringan transmisi yakni :
 Pengembangan sistem transmisi 500 kv di Ngimbang-Inc.
(Sbrat-Ungar), Paiton New-Paiton Old, Surabaya Selatan-
Grati, Paiton-Grati 3rd, Grindulu PS-Kebonagung, Kapal JB
crossingpaiton, Grati-Kediri 1st, Kebonagung-Inc.
(gratikediri) 1st, Ngoro-Inc (Paiton-Kediri) 2nd, dan Tanjung
Pelang PLTU-Kediri;
 Pengembangan sistem transmisi 150 kv di babattuban,
Bambe/ Bringkang-Karangpilang Buduran II/ Sedati-Inc
(Bangil-Waru), Cerme–Inc (sgmdulmgan), Grati-
Gondangwetan, Jatim Selatan pltupacitan II Jatim Selatan
PLTU-Wonogiri, Jombang Jayakertas, Kabel Jawa Madura-
Suramadu, Kalisari-Surabaya Selatan, Ketapang-Gilimanuk,
Kraksaan-Probolinggo, New Ngimbang-Babat, New
Ngimbang-Mliwang, Paciran- Brondong–Lamongan, Pacitan
II-Ponorogo, Padangsambian-Pesanggaran Paiton New-
Paiton Old, Perak-Ujung, Sambi Kerep/ Tandes II-Inc (Waru-
Gresik), Simogunung/ Gsari (Swhan-Waru), Tanjung
Awarawar PLTU-Tuban, Tulungagung II-Kediri, Wlingi II-
Kediri, Banyuwangi-Gilimanuk, Banyuwangi-Ketapang,
Blimbing II-Inc. (pierpakis), Ponorogo II-Manisrejo,
Purwosari/Sukorejo II-Inc. (PIER-Pakis), Waru-Darmo
Granti, New Porong-Ngoro Sidoarjo/ Porong I-Bangil, Ijen
pltpbanyuwangi, New Banyuwangi-Genteng, Ponorogo II-
New Tulungagung, Madura PLTU-Inc. (spangpksan),

PENGEMBANGAN WILAYAH 70
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kalikonto PLTA-Bumi Cokro, Wilis/ Ngebel PLTP-Pacitan


II, Arjuno PLTP-Mojokerto, Iyang Argopuro PLTP-
Probolinggo, dan Turen II-Inc. (Kbagn Pakis); dan
 Pengembangan sistem transmisi 70 kv di DriyorejoMiwon.
b) Pengembangan gardu induk (GI), yakni :
 Pengembangan gardu induk 500/150 kV di Kediri, Paiton,
Surabaya Selatan, Grati, Krian, Kebonagung, dan Ngoro;
 Pengembangan gardu induk 150/70 kV di Sekarputih, dan
Bangil (GIS);
 Pengembangan gardu induk 150/20 kV di Bondowoso,
Buduran, Driyorejo, Segoromadu, Sekarputih, Sengkaling,
Situbondo, Sumenep, Tulungagung II, Wlingi II, Blimbing II,
Gondang Wetan, Ponorogo II, Purwosari/Sukorejo II,
Sidoarjo, Ujung, Kebonagung, New Porong, Buduran
I/Sedati, Petrokimia, Banyuwangi, Genteng, Kedinding,
Kraksaan, Kupang, Lawang, Manyar, Surabaya Selatan,
Tuban, Wlingi I, Cerme, Jombang, Paiton, PIER, PLTP Ijen,
Simpang, Undaan, Rungkut, Wonokromo, Bangkalan,
Bojonegoro, Jember, Perak, PLTA Kesamben, PLTA
Kalikonto, Tanggul, Babat, Lamongan, Mojoagung, Ngawi,
Balongbendo, Bangil, Kasih Jatim, Lumajang, Ngagel,
Ngoro, Pamekasan, Pemaron, Sawahan, Gunungsari/
Simogunung, Karangkates, Karangpilang, Kediri Baru,
Kertosono II, Krian, Ngimbang, Paciran/Brondong, Padang
Sambian, PLTP Iyang Argopuro, Probolinggo, Simpang,
Sukolilo, Waru, Bringkang/Bambe, Bulukandang, Gembong,
Jayakertas Gembong, Jayakertas, Kalisari, Sampang,
Sedati/Buduran II, Turen II, Babadan, Baturiti, Darmogrand,
Pacitan II, dan Wlingi; dan
 Pengembangan gardu induk 70/20 di Blimbing, Tarik,
Trenggalek, Nganjuk, Turen, Dolopo, Selorejo PLTA, Pare,
Sengguruh PLTA, Magetan, Siman, Blitar Baru, Ponorogo,

PENGEMBANGAN WILAYAH 71
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Caruban, Mranggen, Polehan, Tulungagung PLTA, dan


Sukorejo.
c) Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
meliputi :
 Beji–Gunung Gangsir–Pandaan dengan panjang 5,37 km;
 Wunut–R/S Porong dengan panjang 8,7 km;
 Wunut–Taman dengan panjang 28,8 km;
 R/S Porong–Kota Sidoarjo dengan panjang 15,3 km;
 Cerme–Legundi dengan panjang 20,67 km;
 Manyar - Panceng dengan panjang 30,13 km;
 Kota Pasuruan dengan panjang 11,08 km;
 Pandaan sepanjang 5,6 km;
 Jetis sepanjang 20,1 km;
 Mojokerto–Jombang dengan panjang 50,09 km;
 Panceng–Tuban dengan panjang 70,2 km;
 Jombang–Nganjuk dengan panjang 40,1 km;
 Kertosono–Kediri dengan panjang 40,3 km;
 Bunder–Lamongan dengan panjang 30,08 km;
 Lamongan–Babat dengan panjang 29,16 km;
 Pandaan–Purwodadi dengan panjang 35,07 km;
 Babat–Bojonegoro dengan panjang 35,16 km;
 Purwodadi–Lawang dengan panjang 15,08 km;
 Nganjuk–Madiun dengan panjang 50,07 km; dan
 Kangean - R/S Porong (Kabupaten Sidoaarjo) - Kecamatan
Bungah (Kabupaten Gresik);
 Jaringan gas ke arah utara menjangkau Kecamatan Bungah
dan Pulau Bawean di Kabupaten Gresik;
 jaringan gas ke arah selatan terbatas pada Kecamatan
Pandaan, Kabupaten Pasuruan;
 jaringan gas ke arah barat terbatas pada Kota Mojokerto;
 Jaringan gas ke arah timur menjangkau Kabupaten dan Kota
Probolinggo serta Leces; dan

PENGEMBANGAN WILAYAH 72
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Jaringan pipa minyak, gas, dan bangunan lepas pantai di


Ujungpangkah, Poleng, Ojong, dan di sekitar perairan Pulau
Kangean hingga ke provinsi Jawa Tengah dan Pulau
Kalimantan.
d) Selain rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
terdapat rencana pengembangan sumber dan prasarana minyak
dan gas bumi yang meliputi:
a. Kabupaten Bojonegoro;
b. Kabupaten Bangkalan;
c. Kabupaten Gresik;
d. Kabupaten Lamongan;
e. Kabupaten Pamekasan;
f. Kabupaten Sidoarjo;
g. Kabupaten Sampang;
h. Kabupaten Sumenep;
i. Kabupaten Tuban; dan
j. Kabupaten/kota lain berdasarkan hasil eksplorasi.

c. Rencana sistem jaringan telekomunikasi dan informatika


Rencana jaringan terrestrial meliputi:
1) Jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel yang diarahkan
untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota sampai wilayah
terpencil; dan
2) Jaringan terestrial yang menggunakan sistem nirkabel atau base
transceiver station (BTS) diarahkan untuk melayani seluruh wilayah
kabupaten/kota.

Rencana sistem jaringan satelit dapat menggunakan tower ataupun


nontower yang melayani wilayah terpencil.

d. Rencana sistem jaringan sumber daya air, dan


Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air
baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana
pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
1) Di wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi :

PENGEMBANGAN WILAYAH 73
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a) Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;


b) Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan
Bendungan Badegan di Kabupaten Ponorogo;
c) Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk
Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng,
Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di
Kabupaten Bojonegoro;
d) Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk
Sonde, Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen
di Kabupaten Ngawi;
e) Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;
f) Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;
g) Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak
di Kabupaten Lamongan; dan
h) Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;
2) Di wilayah Sungai Brantas meliputi :
a) Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan
Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben,
Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten
Malang;
b) Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;
c) Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten
Jombang;
d) Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan
Kuncir di Kabupaten Nganjuk;
e) Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan
f) Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;
3) Di wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi :
a) Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan
b) Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten
Probolinggo;
4) Di wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi :

PENGEMBANGAN WILAYAH 74
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a) Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang,


Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto,
Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di
Kabupaten Bondowoso; dan
b) Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom,
dan Embung Nogosromo di Kabupaten Situbondo;
5) Di Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri,
Waduk Kedawang, Waduk Bajulmati,Embung Bomo, dan Embung
Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi;
6) Di Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di
Kabupaten Jember;
a) Di Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:
b) Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;
c) Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;
d) Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan
e) Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.

Daerah Irigasi di Provinsi meliputi:


a. Kewenangan pusat lintas provinsi;
b. Kewenangan pusat lintas kabupaten/kota;
c. Kewenangan pusat utuh kabupaten/kota;
d. Kewenangan provinsi lintas kabupaten/kota;
e. Kewenangan provinsi utuh kabupaten/kota; dan
f. Kewenangan kabupaten/kota utuh kabupaten/kota diatur oleh
kabupaten/kota masing-masing.

Selain rencana pengembangan juga terdapat rencana pengembangan


sistem irigasi teknis yang meliputi:
a. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;
b. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Tulungagung; dan
c. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.

Rencana pengembangan jaringan air baku untuk industri meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 75
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a. Jaringan Telaga Sarangan-Magetan;


b. Sumber mata air Umbulan;
c. Wilayah Sungai (WS); dan
d. Pengambilan air tanah.

Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional


meliputi:
1) Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;
2) Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;
3) Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan
4) Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

Rencana pengendalian daya rusak air meliputi:


1) Pengaturan sungai dan sistem pompa banjir DAS Kali Madiun
tersebar di Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Ngawi dan
Kabupaten Ponorogo;
2) Pintu darurat banjir floodway Pelangwot–Sedayu Lawas di Kabupaten
Lamongan;
3) Perkuatan tanggul dan Jabung retarding basin di Kabupaten
Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan;
4) Pengaturan sungai dan sistem pengendali banjir Kali Lamong tersebar
di Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya;
5) Sistem pengendali banjir Kali Kemuning di Kabupaten Sampang;
6) Sistem pengendali banjir Kali Kedunglarangan dan sungai-sungai di
Wilayah Sungai Welang Rejoso di Kota Pasuruan dan Kabupaten
Pasuruan;
7) Kemungkinan pembangunan sistem pengendali banjir di wilayah
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan peraturan perundang-undangan;
dan
8) Pengaturan sistem drainase baik eksisting dan rencana di wilayah
provinsi.

Selain rencana pengembangan terdapat rencana pengembangan WS,


yaitu:

PENGEMBANGAN WILAYAH 76
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

1) WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;


2) WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan
3) WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:
a. WS Welang–Rejoso;
b. WS Pekalen–Sampean;
c. WS Baru–Bajulmati;
d. WS Bondoyudo–Bedadung; dan
e. WS Kepulauan Madura.

e. Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan :


Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan
berupa: kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut
sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan sistem drainase
perkotaan. Rencana pengembangan prasarana lingkungan merupakan
rencana pengelolaan prasarana yang digunakan lintas kabupaten/kota.
Rencana pengembangan sistem drainase perkotaan diselenggarakan oleh
kabupaten/kota. Rencana pengembangan prasarana yang digunakan lintas
kabupaten/kota meliputi:
1) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dilengkapi dengan instalasi
pemanfaatan limbah untuk energi yang dikelola bersama untuk
kepentingan antarwilayah;
2) Instalasi pengolahan limbah tinja; dan
3) Pengelolaan limbah B3;

Pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan dimaksudkan


untuk memenuhi kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan
permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

Rencana pengembangan TPA regional meliputi:


1) Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten
Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik;
2) Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan
Kabupaten Malang;
3) Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten
Mojokerto;

PENGEMBANGAN WILAYAH 77
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

4) Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;


5) Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;
6) Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;
7) Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan;
dan
8) Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten
Probolinggo.

Gambar 2-23 Arahan Struktur Tata Ruang Provinsi Jawa Timur

B. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah provinsi terdiri atas: rencana kawasan lindung;
rencana kawasan budi daya; dan rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
1) Rencana kawasan lindung :
Rencana kawasan lindung provinsi terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung
Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurangkurangnya
344.742 Ha meliputi:
1. Kabupaten Bangkalan;
2. Kabupaten Banyuwangi;

PENGEMBANGAN WILAYAH 78
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3. Kabupaten Blitar;
4. Kabupaten Bojonegoro;
5. Kabupaten Bondowoso;
6. Kabupaten Jember;
7. Kabupaten Jombang;
8. Kabupaten Kediri;
9. Kabupaten Lamongan;
10. Kabupaten Lumajang;
11. Kabupaten Madiun;
12. Kabupaten Magetan;
13. Kabupaten Malang;
14. Kabupaten Mojokerto;
15. Kabupaten Nganjuk;
16. Kabupaten Ngawi;
17. Kabupaten Pacitan;
18. Kabupaten Pamekasan;
19. Kabupaten Pasuruan;
20. Kabupaten Ponorogo;
21. Kabupaten Probolinggo;
22. kabupaten Situbondo;
23. Kabupaten Sumenep;
24. Kabupaten Trenggalek;
25. Kabupaten Tuban;
26. Kabupaten Tulungagung;
27. Kota Batu; dan
28. Kota Kediri.

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi:


1) Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi
dan kawasan hutan lindung;
2) Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung;
3) Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

PENGEMBANGAN WILAYAH 79
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

4) Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan


lindung;
5) Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria
kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang
dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang
dapat dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya;
6) Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/ pendakian untuk menanamkan
rasa memiliki terhadap alam; dan
7) Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian
dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

b. Kawasan perlindungan setempat


1) Kawasan sempadan pantai meliputi: wilayah pesisir kepulauan Jawa
Timur; sempadan pantai utara Jawa Timur; sempadan pantai timur
Jawa Timur; dan sempadan pantai selatan Jawa Timur. Arahan
pengelolaan kawasan sempadan pantai meliputi:
a) Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang
tertinggi dan dilarang melakukan alih fungsi lindung yang
menyebabkan kerusakan kualitas pantai;
b) Perlindungan sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang
merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang,
padang lamun, dan estuaria dari kerusakan;
c) Pengaturan reorientasi pembangunan di kawasan permukiman,
baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan dengan menjadikan
pantai dan laut sebagai bagian dari latar depan;
d) Penanaman bakau di kawasan yang potensial untuk menambah
luasan area bakau;
e) Pemanfaatan kawasan sepanjang pantai di dalam kawasan lindung
disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan pesisir;
f) Penyediaan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan
terjadinya bencana;
g) Pemantapan fungsi lindung di daratan untuk menunjang
kelestarian kawasan lindung pantai;

PENGEMBANGAN WILAYAH 80
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

h) Mengarahkan lokasi bangunan di luar sempadan pantai, kecuali


bangunan yang harus ada di sempadan pantai; dan
i) Penetapan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai
ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian.
2) Sempadan sungai terletak di sepanjang aliran sungai di Jawa Timur.
Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:
a) Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang
menyebabkan kerusakan kualitas sungai;
b) Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung
untuk bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki
kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;
c) Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai
bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan
perkotaan; dan
d) Penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata
perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing.
3) Kawasan sekitar danau atau waduk terletak di sekitar danau atau
waduk di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau
atau waduk meliputi:
a) Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang
menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan
kualitas sumber air;
b) Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
c) Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya
lainnya di sekitar lokasi danau atau waduk diizinkan membangun
selama tidak mengurangi kualitas tata air; dan
d) Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap
air.
4) Kawasan sekitar mata air terletak di seluruh kawasan sekitar mata air
di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air
meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 81
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a) Penetapan perlindungan pada sekitar mata air minimum berjari-


jari 200 meter dari sumber mata air jika di luar kawasan
permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman;
b) Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan
alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber
air;
c) Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air
minum atau irigasi;
d) Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap
air;
e) Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan
yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air; dan
f) Perlindungan sekitar mata air yang terletak pada kawasan lindung
tidak dilakukan secara khusus sebab kawasan lindung tersebut
sekaligus berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan dan
air.
5) Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi: kawasan
permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro; kawasan
permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;
kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi;
dan kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi. Arahan
pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi:
a) Pelestarian kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang
masih terdapat di berbagai wilayah kabupaten/kota;
b) Pembatasan dan pelarangan perubahan keaslian kawasan dengan
pemodernan ke bentuk lain; dan
c) Perlindungan terhadap kawasan lindung spiritual dan kearifan
lokal ditetapkan dalam peraturan yang terdapat pada rencana tata
ruang kabupaten/kota.

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

PENGEMBANGAN WILAYAH 82
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

1) Suaka margasatwa ditetapkan seluas kurang lebih 18.009 ha yang


merupakan kawasan lindung nasional meliputi:
a) Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak di Kecamatan
Krucil, Sumber Malang, Panti, dan Sukorambi, Kabupaten
Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, dan
Kabupaten Jember ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya
14.177 ha; dan
b) Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik
ditetapkan dengan luas sekurangkurangnya 3.832 ha.

Arahan pengelolaan kawasan suaka margasatwa meliputi:


a) Pelestarian ekosistem yang masih berkembang;
b) Pemerketatan patroli untuk menghindari adanya penebangan
pohon liar serta membatasi merambahnya kawasan budi daya ke
kawasan lindung; dan
c) Penerapan kerjasama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan
tersebut, terutama dalam melakukan pengawasan terhadap
ancaman berkurangnya lahan kawasan lindung.
2) Cagar alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 10.958 ha
terdiri atas:
a) Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-
kurangnya 7 ha;
b) Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso dengan luas
sekurang-kurangnya 2 ha;
c) Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten Bondowoso
dengan luas sekurang-kurangnya 19 ha;
d) Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember dengan luas
sekurang-kurangnya 2 ha;
e) Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-
kurangnya 17 ha;
f) Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-
kurangnya 50 ha;

PENGEMBANGAN WILAYAH 83
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

g) Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-


kurangnya 28 ha;
h) Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-
kurangnya 190,50 ha;
i) Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban dengan luas sekurang-
kurangnya 3 ha;
j) Kawah Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso
dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya
2.468 ha;
k) Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-
kurangnya 12 ha;
l) Nusa Barong di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-
kurangnya 6.100 ha;
m) Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso dengan luas
sekurang-kurangnya 9 ha;
n) Pulau Bawean di Kabupaten Gresik dengan luas sekurang-
kurangnya 725 ha;
o) Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik dengan luas
sekurang-kurangnya 15 ha;
p) Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep dengan
luas sekurang-kurangnya 430 ha;
q) Pulau Sempu di Kabupaten Malang dengan luas sekurang-
kurangnya 877 ha; dan
r) Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi dengan
luas sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha.

Arahan pengelolaan kawasan cagar alam meliputi:


a) Rehabilitasi tanah rusak/ kawasan kritis terutama pada kelerengan
40%;
b) Pengelolaan cagar alam;
c) Peningkatan fungsi lindung cagar alam; dan

PENGEMBANGAN WILAYAH 84
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

d) Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan


karakteristik kawasan dengan mengedepankan fungsi lindung
kawasan.
3) Kawasan pantai berhutan bakau tersebar di sepanjang pantai utara,
pantai timur, dan pantai selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir
kepulauan. Arahan pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau
meliputi:
a) Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau yang dilakukan
melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai; dan
b) Pengembangan pariwisata berwawasan edukasi tanpa mengubah
rona alam di kawasan pantai berhutan bakau.
4) Taman Nasional ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 180.202
ha yang terdiri atas:
a) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan luas sekurang-
kurangnya 50.276 ha;
b) Taman Nasional Baluran dengan luas sekurangkurangnya 25.000
ha;
c) Taman Nasional Meru Betiri dengan luas sekurangkurangnya
58.000 ha;
d) Taman Nasional Alas Purwo dengan luas sekurangkurangnya
43.420 ha; dan
e) Taman Nasional Perairan Baluran dengan luas sekurang-
kurangnya 3.506 ha.

Arahan pengelolaan Taman Nasional meliputi:


a) Pengembalian fungsi konservasi pada kawasan taman nasional;
dan
b) Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan
karakteristik kawasan dengan mengedepankan fungsi lindung
kawasan.
5) Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo ditetapkan
dengan luas sekurang-kurangnya 27.868,30 ha, terletak di Kabupaten

PENGEMBANGAN WILAYAH 85
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten


Jombang, dan Kota Batu; Arahan pengelolaan Tahura meliputi:
a) Pelestarian alam, yaitu flora, fauna, dan ekosistemnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b) Pengelolaan tahura partisipatif dengan masyarakat desa
penyangga;
c) Reboisasi dengan melakukan penanaman pohon endemik/
konservatif yang dapat digunakan sebagai perlindungan; dan
d) Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/ pendakian untuk
menanamkan rasa memiliki terhadap alam.
6) Taman Wisata Alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 298
ha yang terdiri atas:
a) Taman Wisata Alam Tretes di Kabupaten Pasuruan dengan luas
sekurang-kurangnya 10 ha;
b) Taman Wisata Gunung Baung di Kabupaten Pasuruan dengan
luas sekurang-kurangnya 195 ha; dan
c) Taman Wisata Alam Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-
kurangnya 92 ha.

Arahan pengelolaan Taman Wisata Alam meliputi:


a) Pemerketatan/ pengendalian izin mendirikan bangunan pada
lokasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi atau
sesuai kriteria kawasan lindung;
b) Pengembalian fungsi lindung pada wilayah yang telah dibuka
dengan reboisasi sesuai dengan jenis tumbuhan dengan tegakan
yang dapat memberikan fungsi lindung; dan
c) Pengembangan kegiatan pariwisata alam.
7) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdiri atas: lingkungan
nonbangunan; lingkungan bangunan non-gedung; lingkungan
bangunan gedung dan halamannya; dan kebun raya.
a) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan
non bangunan terdiri atas:

PENGEMBANGAN WILAYAH 86
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Monumen keganasan PKI di Kabupaten Madiun;


 Monumen Trisula di Kabupaten Blitar;
 Petilasan Gunung Kawi di Kabupaten Malang;
 Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kabupaten Kediri; dan
 Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi.

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan


berupa lingkungan nonbangunan meliputi:

 Pelestarian kawasan sekitar dan pemberian gambaran berupa


relief atau sejarah yang menerangkan objek/situs tersebut;
 Pembinaan masyarakat sekitar dan ikut berperan dalam
menjaga peninggalan sejarah;
 Pemanfaatan kawasan tersebut sebagai obyjek wisata sejarah;
dan
 Pelestarian budaya sekitar.
b) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan
bangunan non-gedung terdiri atas:
 Arca Totok Kerot di Kabupaten Kediri;
 Candi Cungkup, Makam Gayatri, dan Candi Dadi di
Kabupaten Tulungagung;
 Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan;
 Candi Jolotundo di Kabupaten Mojokerto;
 Candi Penataran dan Candi Simping di Kabupaten Blitar;
 Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Badut
di Kabupaten Malang;
 Kawasan Trowulan di Kabupaten Mojokerto;
 Kompleks Makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid
Hasyim, Gus Dur, dan Sayyid Sulaiman di
KabupatenJombang;
 Makam Asta Tinggi di KabupatenSumenep;
 Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;
 Makam Batu Ampar di Kabupaten Pameksan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 87
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri (Giri


Kedaton), Makam Fatimah Binti Maimun, MakamKanjeng
Sepuh, dan Kawasan Gunung Surowiti di Kabupaten Gresik;
 Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban;
 Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;
 Makam Syaikona Kholil dan Pesarean Aer Mata Ebu di
Kabupaten Bangkalan;
 Recolanang di Kabupaten Mojokerto;
 Situs Sarchopagus dan Megalith di Kabupaten Bondowoso;
dan
 Makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul di Kota Surabaya.

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan


berupa lingkungan bangunan non-gedung meliputi:
 Peningkatan pelestarian situs, candi, dan artefak lain yang
merupakan peninggalan sejarah;
 Pengembangan pencarian situs bersejarah, terutama di
kawasan Jolotundo, Trowulan di Kabupaten Mojokerto serta
di wilayah lainnya;
 Pendirian museum purbakala sebagai sarana penelitian dan
pendidikan bagi masyarakat; dan
 Pengembangan kawasan sebagai objek daya tarik wisata
sejarah.
c) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan
bangunan gedung dan halamannya terdiri atas:
 Benteng pendem van den bosch di kabupaten ngawi;
 Pelestarian bangunan pabrik gula di kabupaten sidoarjo,
kabupaten madiun, kabupaten magetan, kabupaten
bondowoso, kabupaten kediri, dan kabupaten malang;
 Makam proklamator, museum bung karno, istana gebang,
petilasan aryo blitar, dan monumen peta (soeprijadi) di kota
blitar; dan
 Bangunan bersejarah dan cagar budaya di kota surabaya.

PENGEMBANGAN WILAYAH 88
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan


berupa lingkungan bangunan gedung dan halamannya meliputi:
 Pelestarian bangunan kuno;
 Penjagaan keaslian bangunan;
 Pemfungsian bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol
dan terawat kelestariannya; dan
 Pelindungan bangunan peninggalan sejarah.
d) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa kebun raya
yaitu Kebun Raya Purwodadi di Kabupaten Pasuruan seluas
kurang lebih 85 ha.

d. Kawasan rawan bencana alam


1) Kawasan rawan tanah longsor meliputi: Kabupaten Banyuwangi;
Kabupaten Blitar; Kabupaten Bojonegoro; Kabupaten Bondowoso;
Kabupaten Jember; Kabupaten Kediri; Kabupaten Lumajang;
Kabupaten Madiun; Kabupaten Magetan; Kabupaten Malang;
Kabupaten Nganjuk; Kabupaten Ngawi; Kabupaten Pacitan;
Kabupaten Pasuruan; Kabupaten Ponorogo; Kabupaten Probolinggo;
Kabupaten Situbondo; Kabupaten Trenggalek; Kabupaten Tuban;
Kabupaten Tulungagung; dan Kota Batu.

Arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor meliputi: penataan


ruang; dan rekayasa teknologi.

2) Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan pesisir sepanjang


pantai adalah kawasan yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali,
Selat Madura, Samudera Hindia, atau dengan kawasan kepulauan.
Arahan pengelolaan kawasan rawan gelombang pasang meliputi:
reklamasi pantai; pembangunan pemecah ombak; penataan bangunan
di sekitar pantai; pengembangan kawasan hutan bakau; dan
pembangunan tembok penahan ombak.

3) Kawasan rawan banjir meliputi:


- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Ngawi;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Pacitan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 89
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pasuruan;


- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Ponorogo;
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Madiun; - Kabupaten Tulungagung;
- Kabupaten Magetan; - Kota Malang;
- Kabupaten Malang; - Kota Pasuruan; dan
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Surabaya.
- Kabupaten Nganjuk;
Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir meliputi: penataan ruang;
dan mitigasi struktural.

4) Kawasan rawan bencana kebakaran hutan di Jawa Timur meliputi:


kawasan di Gunung Arjuno; kawasan di Gunung Kawi; kawasan di
Gunung Welirang; kawasan di Gunung Kelud; dan kawasan Tahura
R. Soeryo

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana kebakaran hutan


meliputi:
a) Pelaksanaan kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian
kebakaran lahan dan hutan;
b) Peningkatan penegakan hukum;
c) Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran, khususnya untuk
penanggulangan kebakaran secara dini;
d) Pengembangan sumber air untuk pemadaman api;
e) Pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan,
pertanian, dan hutan;
f) Pencegahan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;
g) Pencegahan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas;

PENGEMBANGAN WILAYAH 90
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

h) Pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara


ketat;
i) Penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman
yang heterogen;
j) Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya;
k) Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar; dan
l) Pembentukan kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran
lahan dan hutan.

5) Kawasan rawan bencana angin kencang dan puting beliung meliputi


seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan
rawan bencana angin kencang dan puting beliung meliputi:
a) Pengembangan tanaman tahunan tegakan tinggi yang rapat di
sekitar permukiman;
b) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan
beban angin; dan
c) Pengembangan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis
untuk mampu bertahan terhadap gaya angin.

e. Kawasan lindung geologi


Kawasan lindung geologi meliputi:
1) Kawasan cagar alam geologi;
a) Kawasan keunikan bentang alam, berupa kawasan karst lindung
meliputi: Kabupaten Bangkalan; Kabupaten Blitar; Kabupaten
Lamongan; Kabupaten Malang; Kabupaten Pacitan; Kabupaten
Pamekasan; Kabupaten Ponorogo; Kabupaten Sampang;
Kabupaten Sumenep; Kabupaten Trenggalek; Kabupaten Tuban;
dan Kabupaten Tulungagung.
b) Kawasan keunikan batuan dan fosil meliputi:
 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trowulan di
Kabupaten Mojokerto;
 Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember;
 Kabuh di Kabupaten Jombang;

PENGEMBANGAN WILAYAH 91
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Perning di Kabupaten


Mojokerto;
 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Wringanom di
Kabupaten Gresik;
 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trinil di Kabupaten
Ngawi;
 Formasi kujung Kecamatan Panceng di Kabupaten Gresik;
 Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;
 Teluk Grajagan di Kabupaten Banyuwangi;
 Desa Trinil di Kabupaten Mojokerto, lokasi penemuan
pertama fosil manusia homo erectus;
 Sepanjang Bengawan Solo di sekitar Ngandong, lokasi
penemuan homo ngandongensis; dan
 Kedungbrubus di timur laut Ngawi, lokasi penemuan fosil
vertebrata.
c) Kawasan keunikan proses geologi meliputi: Mud Vulcano desa
Katol Barat kecamatan Geger di Kabupaten Bangkalan,
Gununganyar di Kota Surabaya, dan Kalanganyar di Kabupaten
Sidoarjo dan Semburan Lumpur Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo.

2) Kawasan rawan bencana alam geologi;


a) Kawasan rawan letusan gunung api meliputi: kawasan sekitar
Gunung Ijen; kawasan sekitar Gunung Semeru; kawasan sekitar
Gunung Bromo; kawasan sekitar Gunung Lamongan; kawasan
sekitar Gunung Arjuno-Welirang; kawasan sekitar Gunung
Kelud; dan kawasan sekitar Gunung Raung.
b) Kawasan rawan gempa bumi meliputi: Kabupaten Banyuwangi;
Kabupaten Blitar; Kabupaten Bondowoso; Kabupaten Jember;
Kabupaten Jombang; Kabupaten Kediri; Kabupaten Lumajang;
Kabupaten Madiun; Kabupaten Magetan; Kabupaten Malang;
Kabupaten Mojokerto; Kabupaten Nganjuk; Kabupaten Ngawi;
Kabupaten Pacitan; Kabupaten Pasuruan; Kabupaten Ponorogo;

PENGEMBANGAN WILAYAH 92
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kabupaten Probolinggo; Kabupaten Situbondo;Kabupaten


Trenggalek; dan Kabupaten Tulungagung.
c) Kawasan rawan tsunami meliputi: Kabupaten Banyuwangi;
Kabupaten Jember; Kabupaten Pacitan; Kabupaten Trenggalek;
Kabupaten Malang (bagian selatan); Kabupaten Blitar (bagian
selatan); Kabupaten Lumajang; dan Kabupaten Tulungagung.
d) Kawasan luapan lumpur meliputi area terdampak dari bahaya
luapan lumpur, polusi gas beracun, dan penurunan permukaan
tanah di wilayah Kabupaten Sidoarjo.

3) Kawasan imbuhan air tanah


Kawasan imbuhan air tanah yaitu kawasan imbuhan air tanah pada
Cekungan Air Tanah (CAT), meliputi:
a) CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Lasem, CAT Randublatung, dan
CAT Ngawi-Ponorogo.
b) CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT SurabayaLamongan,
CAT Tuban, CAT Panceng, CAT Brantas, CAT Bulukawang,
CAT Pasuruan, CAT Probolinggo, CAT Jember-Lumajang, CAT
Besuki, CAT BondowosoSitubondo, CAT Wonorejo, CAT
Ketapang, CAT Sampang-Pamekasan, dan CAT Sumenep.
c) CAT Kabupaten yaitu CAT Sumberbening, CAT Banyuwangi,
CAT Blambangan, CAT Bangkalan, dan CAT Toranggo.

f. Kawasan lindung lainnya


a) Kawasan terumbu karang meliputi: Kabupaten Banyuwangi;
Kabupaten Jember; Kabupaten Malang; Kabupaten Pacitan;.
Kabupaten Probolinggo;. Kabupaten Situbondo; dan Kabupaten
Sumenep.
b) Kawasan tanah timbul yaitu kawasan timbul (tanah oloran) di muara
Sungai Lamong perbatasan antara Kota Surabaya dengan Kabupaten
Gresik

2) Rencana kawasan budi daya


a) Kawasan peruntukan hutan produksi;

PENGEMBANGAN WILAYAH 93
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kawasan peruntukan hutan produksi berupa Hutan Produksi Tetap (HP)


ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 782.772 ha yang meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Nganjuk;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Ngawi;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pacitan;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Ponorogo;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Madiun; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Magetan; - Kabupaten Tulungagung;
- Kabupaten Malang; - Kota Batu; dan
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Kediri.

b) Kawasan hutan rakyat;


Kawasan hutan rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya
425.570,43 ha meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Nganjuk;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Ngawi;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pacitan;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Ponorogo;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Sumenep;

PENGEMBANGAN WILAYAH 94
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Madiun; - Kabupaten Trenggalek;


- Kabupaten Magetan; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Malang; - Kabupaten Tulungagung;
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Batu.

c) Kawasan peruntukan pertanian;


1) Pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi direncanakan dengan
luas sekurang-kurangnya 957.239 ha dan dengan luas sekurang-
kurangnya 802.357,9 ha ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Pacitan;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Ponorogo;
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Madiun; - Kabupaten Tulungagung;
- Kabupaten Magetan; - Kota Batu;
- Kabupaten Malang; - Kota Blitar;
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Kediri;
- Kabupaten Nganjuk; - Kota Madiun;
- Kabupaten Ngawi; - Kota Mojokerto; dan
- Kota Pasuruan; - Kota Probolinggo.
2) Pertanian lahan kering direncanakan dengan luas sekurang-
kurangnya 849.033 ha dan dengan luas sekurang-kurangnya
215,191.83 ha ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.

PENGEMBANGAN WILAYAH 95
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3) Pengembangan hortikultura direncanakan di wilayah: sentra


penghasil sayur; sentra penghasil bunga; sentra penghasil buah; dan
sentra penghasil biofarmaka.

d) Kawasan peruntukan perkebunan;


Kawasan peruntukan perkebunan direncanakan dengan luas sekurang-
kurangnya 398.036 ha yang meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Pacitan;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Ponorogo;
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Madiun; - Kabupaten Tulungagung;
- Kabupaten Magetan; - Kota Batu;
- Kabupaten Malang; - Kota Kediri;
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Madiun;
- Kabupaten Nganjuk; - Kota Malang; dan
- Kabupaten Ngawi; - Kota Probolinggo.

e) Kawasan peruntukan peternakan;


1) Sentra peternakan ternak besar dikembangkan di wilayah:
a) Kawasan sentra ternak besar meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Nganjuk
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Ngawi
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pacitan
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Pamekasan
- Kabupaten Bondowoso; - Kabupaten Pasuruan

PENGEMBANGAN WILAYAH 96
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Jember; - Kabupaten Ponorogo


- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Probolinggo
- Kabupaten Kediri; - Kabupaten Sampang
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Situbondo
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Sumenep
- Kabupaten Magetan; - Kabupaten Trenggalek
- Kabupaten Malang; - Kabupaten Tuban; dan
- Kabupaten Mojokerto; - Kabupaten Tulungagung.
b) Pengembangan sapi Madura sebagai genetik ternak asli meliputi
seluruh kabupaten di Pulau Madura.
2) Sentra peternakan ternak kecil dikembangkan di seluruhkabupaten.
3) Sentra peternakan unggas meliputi:
a) Kabupaten Blitar; e) Kabupaten Pasuruan;
b) Kabupaten Jombang; f) Kabupaten Sidoarjo; dan
c) Kabupaten Kediri; g) Kabupaten Tulungagung.
d) Kabupaten Mojokerto;

f) Kawasan peruntukan perikanan;


1) Pengembangan kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi:
a) Pengembangan komoditi utama perikanan meliputi Tamperan di
Kabupaten Pacitan, Prigi di Kabupaten Trenggalek, Sendangbiru
di Kabupaten Malang, Puger di Kabupaten Jember,
Ujungpangkah di Kabupaten Gresik, Brondong di Kabupaten
Lamongan, Pondokmimbo di Kabupaten Situbondo, Bulu di
Kabupaten Tuban, dan Pasongsongan di Kabupaten Sumenep
b) Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) meliputi
Prigi di Kabupaten Trenggalek dan Brondong di Kabupaten
Lamongan;
c) Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) meliputi
Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Puger di Kabupaten Jember,
Pondokdadap di Kabupaten Malang, Mayangan di Kota
Probolinggo, Paiton di Kabupaten Probolinggo, Lekok di

PENGEMBANGAN WILAYAH 97
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kabupaten Pasuruan, Tamperan di Kabupaten Pacitan, dan


Bawean di Kabupaten Gresik; dan
d) Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) meliputi Pancer
di Kabupaten Banyuwangi, Bulu di Kabupaten Tuban, dan
Pasongsongan di Kabupaten Sumenep.
2) Pengembangan kawasan peruntukan perikanan budi daya meliputi :
a) Pengembangan kawasan perikanan budi daya air payau yaitu :
 Komoditas perikanan air payau, meliputi:
1) Kabupaten Bangkalan; 12) Kabupaten Probolinggo;
2) Kabupaten Banyuwangi; 13) Kabupaten Sampang;
3) Kabupaten Blitar; 14) Kabupaten Sidoarjo;
4) Kabupaten Gresik; 15) Kabupaten Situbondo;
5) Kabupaten Jember; 16) Kabupaten Sumenep;
6) Kabupaten Lamongan; 17) Kabupaten Trenggalek;
7) Kabupaten Lumajang; 18) Kabupaten Tuban;
8) Kabupaten Malang; 19) Kabupaten Tulunggagung;
9) Kabupaten Pacitan; 20) Kota Pasuruan;
10) Kabupaten Pamekasan; 21) Kota probolinggo;
11) Kabupaten Pasuruan; 22) Kota Surabaya;
 Komoditas garam, meliputi:
1) Kabupaten Bangkalan; 7) Kabupaten Sampang;
2) Kabupaten Gresik; 8) Kabupaten Sumenep;
3) Kabupaten Lamongan; 9) Kabupaten Tuban;
4) Kabupaten Pamekasan; 10) Kota Pasuruan; dan
5) Kabupaten Pasuruan; 11) Kota Surabaya.
6) Kabupaten Probolinggo;
b) Pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar dibagi
berdasarkan :
 Pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar untuk
budi daya komoditas ikan konsumsi dikembangkan di seluruh
kabupaten/kota.

PENGEMBANGAN WILAYAH 98
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar untuk


budi daya komoditas ikan hias dikembangkan di wilayah:
a. Kabupaten Blitar; c. Kabupaten Tulunggagung; dan
b. Kabupaten Kediri; d. Kota Kediri.
c) Pengembangan kawasan perikanan budi daya air laut meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Situbondo;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Malang; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Pacitan; - Kabupaten Tulungagung.

g) Kawasan peruntukan pertambangan


1) Pertambangan mineral
a) Pertambangan mineral logam meliputi:
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Malang;
- Kabupaten Blitar; - Kabupaten Pacitan;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Trenggalek;
- Kabupaten Lumajang; - Kabupaten Tulungagung.
b) Pertambangan mineral bukan logam tersebar di seluruh wilayah
kabupaten.
c) Pertambangan batuan tersebar di seluruh wilayah kabupaten.
2) Pertambangan minyak dan gas bumi meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Pamekasan;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Sampang;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Sumenep;
- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Tuban; dan
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Surabaya.

PENGEMBANGAN WILAYAH 99
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Nganjuk;
3) Pertambangan panas bumi meliputi:
 Argopuro di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember,
Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo;
 Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso,
dan Kabupaten Situbondo;
 Cangar dan Songgoriti di Kabupaten Malang dan Kota Batu;
 Gunung Arjuno-Welirang di Kabupaten Malang, Kabupaten
Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan;
 Gunung Lawu di Kabupaten Magetan;
 Gunung Pandan di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Madiun,
dan Kabupaten Nganjuk;
 Melati dan Arjosari di Kabupaten Pacitan;
 Telaga Ngebel di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo;
 Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Probolinggo; dan
 Tirtosari di Kabupaten Sumenep.

h) Kawasan peruntukan bisnis


1) Kawasan industri berada di seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa
Timur dengan prioritas pengembangan meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Banyuwangi; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Sidoarjo;
- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Lamongan; - Kota Madiun; dan
- Kabupaten Malang; - Kota Surabaya.
- Kabupaten Mojokerto;
2) Kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri meliputi:
- Kabupaten Bangkalan; - Kabupaten Ngawi;
- Kabupaten Bojonegoro; - Kabupaten Pasuruan;
- Kabupaten Gresik; - Kabupaten Probolinggo;
- Kabupaten Jember; - Kabupaten Sidoarjo;

PENGEMBANGAN WILAYAH 100


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kabupaten Jombang; - Kabupaten Situbondo;


- Kabupaten Lamongan; - Kabupaten Tuban;
- Kabupaten Madiun; - Kota Kediri;
- Kabupaten Malang; - Kota Madiun; dan
- Kabupaten Mojokerto; - Kota Surabaya.
- Kabupaten Nganjuk;
3) Sentra industri direncanakan di seluruh kabupaten/kota.

i) Kawasan peruntukan pariwisata


1) Daya tarik wisata alam meliputi:
 Air Terjun Dlundung di Kabupaten Mojokerto;
 Air Terjun Sedudo dan Pemandian Sumber Karya di Kabupaten
Nganjuk;
 Air Terjun Madakaripura, Bromo-Ngadisari, dan Pantai Bentar
di Kabupaten Probolinggo;
 Air Terjun Watu Ondo di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan
Kota Batu;
 Api Abadi di Kabupaten Pamekasan;
 Arak-Arak di Kabupaten Bondowoso;
 Banyuanget, Gua Gong, Gua Tabuhan, dan Pantai Teleng Ria di
Kabupaten Pacitan;
 Bukit Bededung dan Pantai Pasir Putih di Kabupaten Situbondo;
 Coban Glotak, Pantai Balekambang, dan Pantai Ngliyep di
Kabupaten Malang;
 Danau Kastoba dan Pantai Labuhan di Pulau Bawean Kabupaten
Gresik;
 Grajagan, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade, dan Kawah Ijen di
Kabupaten Banyuwangi;
 Gua Lowo, Pantai Karanggongso, Pantai Prigi, dan Tirta Jualita
di Kabupaten Trenggalek;
 Gua Maharani dan Pantai Tanjung Kodok di Kabupaten
Lamongan;
 Gunung Kelud di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri;

PENGEMBANGAN WILAYAH 101


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Gunung Wilis di Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun,


Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten
Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung;
 Hutan Bambu, Pantai Watu Godeg, Ranu Bedali, Ranu Klakah,
dan Ranu Pane di Kabupaten Lumajang;
 Hutan Surya, Pemandian Talun, dan Waduk Pondok di Kabupaten
Ngawi;
 Kakek Bodo di Kabupaten Pasuruan; Kayangan di Kabupaten
Bojonegoro; Kawah ijen di Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Bondowoso;
 Pantai Lombang dan Pantai Slopeng di Kabupaten Sumenep;
 Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;
 Pantai Rongkang di Kabupaten Bangkalan;
 Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember;
 Pemandian Air Panas Cangar Tahura R. Soerjo di Kota Batu;
 Tahura R. Soeryo di Kabupaten Jombang, Kabupaten Malang,
Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Batu;
 Taman Nasional Bromo–Tengger–Semeru (BTS) di Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan
Kabupaten Probolinggo;
 Telaga Ngebel dan Tirto Manggolo di Kabupaten Ponorogo; dan
 Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan.
2) Daya tarik wisata budaya meliputi:
 Asta Yusuf, Asta Tinggi, Keraton, Masjid Agung, dan Museum di
Kabupaten Sumenep;
 Candi Jabung di Kabupaten Malang;
 Candi Jabung Tirto di Kabupaten Probolinggo;
 Candi Penampihan di Kabupaten Tulungagung;
 Candi Penataran di Kabupaten Blitar;
 Gereja Poh Sarang dan Petilasan Jayabaya di Kabupaten Kediri;
 Gua Akbar, Makam Bekti Harjo, Makam Ibrahim Asmorokondi,
dan Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban;

PENGEMBANGAN WILAYAH 102


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Kompleks Makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid Hasyim,


Gus Dur, dan Sayid Sulaiman di Kabupaten Jombang;
 Makam Aer Mata Ebu di Kabupaten Bangkalan;
 Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;
 Makam Proklamator Bung Karno di Kota Blitar;
 Makam Ratu Ebu di Kabupaten Sampang;
 Makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul di Kota Surabaya;
 Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;
 Makam Sunan Giri, Makam Maulana Malik Ibrahim, dan
Fatimah Binti Maemun di Kabupaten Gresik;
 Makam Troloyo di Kabupaten Mojokerto;
 Pura Mandara Giri Semeru Agung di Kabupaten Lumajang; dan
 Situs Peninggalan Budaya Majapahit di Kabupaten Mojokerto.
3) Daya tarik wisata hasil buatan manusia meliputi:
 Bendungan Widas dan Taman Umbul di Kabupaten Madiun;
 Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) di Kabupaten
Bangkalan dan Kota Surabaya;
 Kebun Binatang Surabaya di Kota Surabaya;
 Kebun Raya Purwodadi dan Pemandian Banyubiru di Kabupaten
Pasuruan;
 Kolam Renang Ubalan di Kabupaten Mojokerto;
 Pemandian Blambangan, Pemandian Kebon Agung, dan
Pemandian Petemon di Kabupaten Jember;
 Pemandian Talun dan Waduk Pondok di Kabupaten Ngawi;
 Sumber Boto dan Tirta Wisata di Kabupaten Jombang;
 Taman Kosala Tirta, Taman Manunggal, dan Tirtosari di
Kabupaten Magetan;
 Taman Safari di Kabupaten Pasuruan
 Taman Sengkaling dan Waduk Selorejo di Kabupaten Malang;
 Taman Suruh di Kabupaten Banyuwangi;
 Ubalan Kalasan di Kabupaten Kediri;

PENGEMBANGAN WILAYAH 103


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Waduk Gondang dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) di


Kabupaten Lamongan; dan
 Waduk Wonorejo di Kabupaten Tulungagung.

j) Kawasan peruntukan pemukiman


Kawasan peruntukan permukiman meliputi permukiman perdesaan dan
permukiman perkotaan. Kawasan permukiman perdesaan direncanakan
tersebar di seluruh kawasan perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan
direncanakan tersebar di seluruh kawasan perdesaan.

k) Kawasan peruntukan kawasan budi daya lainnya


Peruntukan kawasan budi daya lainnya yaitu kawasan pertahanan dan
keamanan terdiri atas:
1) TNI AD meliputi:
a) Kodam V Brawijaya beserta Badan Pelaksananya serta Satuan
Jajaran Kodam;
b) Brigif – 16 Wirayudha di Mojoroto Kediri;
c) daerah latihan militer Rindam V/BRWJ: Blitar, Lodoyo, dan
Suruh Wadang;
d) Daerah latihan militer Dodilatpur: Panarukan, Situbondo,
Bondowoso, Sumbergading, Asembagus,Tanjung Sumber Batok,
Blawan, Bajulmati, Tamanan, Gunung Raung, Sumber Jati,
Kalibaru, Gunung Merapi, P. Tabacan, Rogojampi, dan
Banyuwangi;
e) Daerah latihan militer Dodik Secaba: Jember Utara, Jember
Selatan, Sumber Jati, Tamanan, dan Durung;
f) Daerah latihan militer Dodikjur: Kepanjen, Turen, dan Tumpang;
g) Daerah latihan militer Dodik Secata: Magetan, Gunung Lawu, dan
Madiun;
h) Daerah latihan militer Yonif-500/R: Mojosari, Mojokerto,
Gunung Arjuno, Mojoagung, dan Pasuruan;
i) Daerah latihan militer Yonif-511/DY: Blitar, Wlingi, Pujon, dan
Lodoyo;

PENGEMBANGAN WILAYAH 104


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

j) Daerah latihan militer Yonif-512/QY: Kepanjen, Turen, dan


Tumpang;
k) Daerah latihan militer Yonif-516/BY: Gunung Sari, Ujung
Pangkah, Driyorejo, dan Wonorejo;
l) Daerah latihan militer Yonif-521/DY: Gunung Klotok Desa
Kasijen Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri, dan Desa
Parang Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri;
m) Daerah latihan militer Yonif-512: Semen Gresik Desa Palang
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban;
n) Daerah latihan militer Yonkav-3/Serbu: Gunung Unpuk
Kecamatan Malang, Dawar Blandong Mojokerto, Bedali Lawang,
Pandanwangi Lumajang, dan Sumber Manjing Kabupaten
Malang;
o) Daerah latihan militer Yonarmed-1/105: Bedali Lawang,
Purwasari, Godang Wetan, dan Pasuruan;
p) Daerah latihan militer Yonhamudse-8: Sidoarjo, Pandanwangi,
dan Lumajang;
q) Daerah latihan militer Yonzipur-5/ABW: Kepanjen, Gunung
Kawi, Pagat, Turen, dan Gunung Pegan;
r) Daerah militer, Konstrad Div-2: Kecamatan Kemlagi Jetis
Kabupaten Mojokerto;
s) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: Asem Bagus Situbondo,
Pandanwangi Lumajang, Seputih Jember, Klucing Bondowoso,
Kali Tengah Tanggul Jember, Kotakan Situbondo, Curanpoh
Bondowoso, Arak-Arak Besuki dan Silosanen Jember;
t) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2:Gunung Payung, Warak
Komplek, Tuntang Komplek dan Kedung Ombo Komplek;
u) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: Jabung Malang, Gunung
Buring Malang, Pandanwangi Lumajang, dan Gunung Arjuna
Malang;
v) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: Secaba Rindam V/BRW
Sukorejo, Panyangan Ambulu Jember, Pandanwangi Lumajang,

PENGEMBANGAN WILAYAH 105


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Asembagus Situbondo, Damar, Lantangan, Wuluhan dan Lap


Ambulu Jember;
w) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: Lap. Yonarmed 12 Ngawi,
Lapbak Ngantru Kodim Ngawi, Pandanwangi Lumajang, dan
Ngawi sekitarnya;
x) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: Asembagus Kabupaten
Situbondo, Grati Kabupaten Pasuruan, dan Pantai Pandanwangi
Lumajang;
y) Daerah latihan militer, Kostrad Div-2: TumpangWajak,Jabung,
Trajeng-Sidorejo, dan Busu Kabupaten Malang; dan
z) Daerah Latihan Yonif – 527 / BY di Lumajang.

2) TNI AL meliputi:
a) Instalasi militer: Koarmatim dan Ujung di Kota Surabaya;
b) Instalasi militer: Lanmar di Kota Surabaya;
c) Instalasi militer: Lanudal Juanda di Kabupaten Sidoarjo;
d) Instalasi militer: Fasharkan di Kota Surabaya;
e) Instalasi militer: Fasharkan Batu Poron di Kabupaten Bangkalan;
f) Instalasi militer: Lanal di Kabupaten Banyuwangi;
g) Instalasi militer: Posal Muncar di Kabupaten Banyuwangi;
h) Instalasi militer: Posal Pancer di Kabupaten Banyuwangi;
i) Instalasi militer: Posal Paiton di Kabupaten Probolinggo;
j) Instalasi militer: Lanal Sumenep/Batuporon di Kabupaten
Bangkalan;
k) Instalasi militer: Posal Pagerungan di Kabupaten Sumenep;
l) Instalasi militer: Lanal Malang di Kabupaten Malang;
m) Instalasi militer: Posal Sendang Biru di KabupatenMalang;
n) Daerah latihan militer: Grati di KabupatenPasuruan;
o) Daerah latihan militer: Paiton (Sukodadi) di Kabupaten
Probolinggo;
p) Daerah latihan militer (kobangdikal): Sumber Anyar di
Kabupaten Probolinggo;
q) Daerah latihan militer: Laut Jawa;

PENGEMBANGAN WILAYAH 106


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

r) Daerah latihan militer: Puslatpur Baluran di Kabupaten


Situbondo;
s) Daerah latihan militer: Purboyo di Kabupaten Malang;
t) Daerah latihan militer: Gunung Bentar di Kabupaten Probolinggo;
u) Daerah latihan militer: Selogiri di Kabupaten Banyuwangi;
v) Daerah latihan militer: Lampon di Kabupaten Banyuwangi;
w) Derah latihan militer: Wringinanom Asembagus di Kabupaten
Situbondo;
x) Daerah latihan militer: Tanjung Jangkar di Kabupaten Situbondo;
y) Daerah latihan militer: Bancar di Kabupaten Tuban; dan
z) Daerah latihan militer (uji coba senjata dan amunisi):
Pengpanjung Modung di Kabupaten Bangkalan.

3) TNI AU meliputi:
a) Lanud Iswahyudi di Magetan beserta jajarannya;
b) Lanud Abdurrahman Saleh di Malang beserta jajarannya;
c) Instalasi militer Pangkalan Kecamatan Maospati Kabupaten
Magetan;
d) Instalasi militer Pangkalan Desa Keldokan Kecamatan Bendo
Kabupaten Magetan;
e) Instalasi militer Pemancar Desa Karang Rejo Kecamatan Karang
Rejo Kabupaten Magetan;
f) Instalasi militer Gudang Ammo 60 Desa Nitikan Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan;
g) Instalasi militer Poliklinik Teratai Desa Kejoran Kecamatan
Taman Kabupaten Madiun;
h) Instalasi militer Pangkalan/ Lanud Pacitan Desa Sidoharjo
Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan;
i) Instalasi militer Demolisi Desa Poko Kecamatan Pringkuku
Kabupaten Pacitan;
j) Instalasi militer AWR Pulung Desa Suren Kecamatan Mlarak
Kabupaten Ponorogo;

PENGEMBANGAN WILAYAH 107


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

k) Instalasi militer Gudang Amunisi Desa Kaliwono Kecamatan


Kedung Gelar Kabupaten Ngawi;
l) Instalasi militer AWR Pulung Desa Kaponan Kecamatan Mlarak
Kabupaten Ponorogo;
m) Instalasi militer Gudang Amunisi Desa Nitikan Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan;
n) Instalasi militer Gudang Bom Desa Nitikan Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan;
o) Instalasi militer Desa Durenan Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan;
p) Instalasi militer Pelepasan Tekanan Air Desa Tambran
Kecamatan Tambran Kabupaten Magetan;
q) Instalasi militer Pangkalan Desa Dengkol Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang;
r) Instalasi militer Pangkalan Desa Gunung Jati Kecamatan Jabung
Kabupaten Malang;
s) Instalasi militer Lapangan Apel Desa Sapto Renggo Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang;
t) Instalasi militer Air Stip Hellyped Desa Ngrancah Senggren
Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang;
u) Instalasi militer Air Strip Desa Ponggok Pojok Kecamatan
Ponggok Kabupaten Blitar;
v) Instalasi militer Gudang Ammo Desa Gunung Jati Kecamatan
Jabung Kabupaten Malang;
w) Instalasi militer NDB Desa Kali Rejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang;
x) Instalasi militer Sumber Air Desa Kemiri Kecamatan Jabung
Pucung Kabupaten Malang;
y) Instalasi militer Sumber Air Desa Lowok Baru Kecamatan Lowok
Baru Kabupaten Malang;
z) Instalasi militer Sumber Air Desa Kedung Salam Kecamatan
Donomulyo Baru Kabupaten Malang;

PENGEMBANGAN WILAYAH 108


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

aa) Instalasi militer Satrat 252 Desa Ngliyep Kecamatan Donomulyo


Kabupaten Malang;
bb) Instalasi militer AWR Desa Pandan Wangi Kecamatan Tempeh
Kabupaten Lumajang;
cc) Instalasi militer Pelepasan Tekanan Air Desa Tawang Anom
Kecamatan Tawang Anom Kabupaten Magetan;
dd) Instalasi militer Pelepasan Tekanan Air Desa Kalang Kecamatan
Kalang Kabupaten Magetan;
ee) Instalasi militer Pelepasan Tekanan Air Desa Sidorejo Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan; dan
ff) Instalasi militer Pro Air Bersih Desa Pancalan Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.

3) Rencana Kawasan Andalan


Rencana penetapan kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan
darat dan kawasan andalan laut. Kawasan andalan meliputi:
a) Kawasan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan
Lamongan (Gerbangkertosusila) dengan sektor unggulan
pertanian, perikanan, industri, dan pariwisata;
b) Kawasan Malang dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, perikanan, industri, perkebunan, dan pariwisata;
c) Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dengan sektor
unggulan pertanian, industri, pertambangan, perkebunan,
pariwisata, dan perikanan;
d) Kawasan Tuban-Bojonegoro dengan sektor unggulan pariwisata,
industri, perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan;
e) Kawasan Kediri-Tulungagung-Blitar dengan sektor unggulan
pertanian, perkebunan, industri, perikanan, dan pariwisata;
f) Kawasan Situbondo-Bondowoso-Jember dengan sektor unggulan
perkebunan, pertanian, industri, pariwisata, dan perikanan laut;
g) Kawasan Madiun dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, industri, perikanan, perkebunan, dan pariwisata;

PENGEMBANGAN WILAYAH 109


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

h) Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya dengan sektor unggulan


perikanan dan pertanian; dan
i) Kawasan Madura dan Kepulauan dengan sektor unggulan
pertanian, perkebunan, industri, pariwisata, dan perikanan.

Kawasan andalan laut yakni Kawasan Andalan Laut Madura dan


sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan
pariwisata.

4) Rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil


Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berupa kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di seluruh wilayah Jawa Timur. Arahan
pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan:
a) Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan
perlindungan ekosistem; dan
b) Mengembangkan kegiatan budi daya yang bersinergi dengan
potensi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Gambar 2-24 Arahan Pola Ruang Provinsi Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 110


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

C. Penetapan Kawasan Strategis


Kawasan strategis di wilayah provinsi meliputi:
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
meliputi:
a. Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan
pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) sebagai KSN.
b. Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan
Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP meliputi:
1) Kawasan industri berteknologi tinggi Surabaya Industrial Estate
Rungkut (SIER) di Kota Surabaya dan Berbek di Kabupaten Sidoarjo;
2) Kawasan ekonomi unggulan terdiri atas LIS (Lamongan Integrated
Shorebase) dan sekitarnya di Kabupaten Lamongan, Pelabuhan
Tanjung Bulupandan dan sekitarnya di Kabupaten Bangkalan,
Pelabuhan Sendang Biru dan sekitarnya di Kabupaten Malang,
Pelabuhan Teluk Lamong dan sekitarnya di Kabupaten Gresik dan
Kota Surabaya, dan Industri Perhiasan Gemopolis di Kabupaten
Sidoarjo;
3) Kawasan agropolitan regional yang terdiri atas Sistem Agropolitan
Wilis (meliputi Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten
Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, dan Kota Madiun),
Sistem Agropolitan Bromo-Tengger-Semeru (meliputi Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
Probolinggo, dan Kabupaten Sidoarjo), Sistem Agropolitan Ijen
(meliputi Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso,
Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo), dan Sistem
Agropolitan Kepulauan Madura (meliputi Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep);
4) Kawasan agroindustri, yaitu Agroindustri Gelang (Gresik dan
Lamongan) Utara;

PENGEMBANGAN WILAYAH 111


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

5) Kawasan koridor metropolitan meliputi Kawasan Kaki Jembatan


Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu di Kota Surabaya, kawasan pusat bisnis Kota Surabaya,
kawasan industri berteknologi tinggi di Kota Surabaya dan Kabupaten
Sidoarjo, Kawasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan,
Kawasan Komersial Lawang di Kabupaten Malang dan perkotaan
Malang, kawasan pusat bisnis Kota Malang, dan pusat pariwisata di
Kota Batu;
6) Kawasan perbatasan antarprovinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur-Jawa
Tengah-DI Yogyakarta dilakukan melalui kerja sama regional
meliputi Ratubangnegoro (Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban,
Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Bojonegoro), Karismapawirogo
(Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, dan
Kabupaten Ponorogo), Pawonsari (Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Wonogiri, dan Kabupaten Wonosari), dan Golekpawon (Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, dan
Kabupaten Wonogiri);
7) Kawasan perbatasan antar kabupaten/kota meliputi
Gerbangkertosusila (GKS) dan segitiga emas pertumbuhan Tuban–
Lamongan-Bojonegoro; dan
8) Kawasan tertinggal berupa kabupaten/kota dengan keberadaan desa-
desa tertinggal yang di dalamnya memiliki pengaruh signifikan
terhadap pemerataan dan pertumbuhan ekonomi wilayah
kota/kabupaten dan provinsi yang penyebarannya meliputi
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten
Pamekasan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Situbondo.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan


Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan
dan keamanan yaitu rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup
pengelolaan. Pemerintah pusat sebagai ksn, berupa kawasan perbatasan
negara pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 112


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a. Pulau Barung di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember dengan luas


sekurang-kurangnya 8.008,83 Ha;
b. Pulau Panehan di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan
luas sekurang-kurangnya 15,55 Ha;
c. Pulau Sekel di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan
luas sekurang-kurangnya 14,11 Ha.

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan social dan budaya


Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan
budaya yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi
sebagai KSP meliputi:
a. Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; dan
b. Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat suku Tengger di
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan
Kabupaten Probolinggo.

4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam


dan/ atau teknologi tinggi;
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/ atau kepentingan teknologi tinggi
meliputi:
a. Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan
pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara
Watukosek di Kabupaten Pasuruan sebagai KSN;
b. Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan
Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, terdiri atas:
1) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi meliputi Bangkalan
dan sekitarnya, Bojonegoro dan sekitarnya, Gresik dan sekitarnya,
Sidoarjo dan sekitarnya, Sumenep dan sekitarnya, serta Tuban dan
sekitarnya;
2) Kawasan Pembangkit PLTG, PLTU, dan PLTD meliputi Lekok di
Kabupaten Pasuruan, Ngadirojo di Kabupaten Pacitan, Paiton di

PENGEMBANGAN WILAYAH 113


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Kabupaten Probolinggo, Singosari di Kabupaten Gresik, dan Tanjung


Awar-awar di Kabupaten Tuban; dan
3) Kawasan pengembangan potensial panas bumi, meliputi Argopuro di
Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo,
dan Kabupaten Situbondo; Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi,
Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo; Cangar di Kota
Batu; Gunung Arjuno Welirang di Kabupaten Malang, Kabupaten
Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan; Telaga Ngebel di Kabupaten
Madiun dan Kabupaten Ponorogo; dan Tiris (Gunung Lamongan) di
Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.

5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung


lingkungan.
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan meliputi rencana kawasan strategis yang berada
dalam lingkup Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, yakni WS
Bengawan Solo dan WS Brantas.

Gambar 2-25 Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi Provinsi Jawa


Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 114


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-26 Kawasan Strategis Non Ekonomi (Pertahanan Dan Keamanan,


Kepentingan Sosial Dan Budaya, Pendayagunaan Sumber Daya Alam/Teknologi
Tinggi, Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan) Provinsi Jawa Timur

2.2.3. Arahan Pengembangan RTRW Kabupaten Sumenep


Arahan Pengembangan RTRW Kabupaten Sumenep didasarkan pada Peraturan
Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumenep Tahun 2013 – 2033.
A. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten terdiri atas:
1. Sistem pusat kegiatan;
Sistem perkotaan terdiri atas:
a. PKL terletak di Perkotaan Sumenep mempunyai fungsi utama meliputi
pusat pemerintahan; pusat perdagangan dan jasa; pusat pendidikan; pusat
kesehatan; pusat pariwisata; pusat permukiman perkotaan; dan pusat
transportasi.
b. PKLp Perkotaan Arjasa mempunyai fungsi utama meliputi: pemerintahan
kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; pariwisata; pengembangan
permukiman perkotaan; pusat minapolitan; pertanian; kesehatan; dan
peruntukan industri.
c. PKLp Perkotaan Rubaru mempunyai fungsi utama meliputi: pemerintahan
kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; kesehatan; pengembangan
permukiman perkotaan; pusat agropolitan; dan peruntukan industri.

PENGEMBANGAN WILAYAH 115


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

d. PKLp Perkotaan Pasongsongan mempunyai fungsi utama meliputi:


pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; pariwisata;
kesehatan; pusat minapolitan; pertanian; peruntukan industri; dan
pengembangan permukiman perkotaan.
e. PKLp Perkotaan Batang-batang mempunyai fungsi utama meliputi:
pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; kesehatan;
pariwisata; perikanan; pertanian; dan pengembangan permukiman
perkotaan.
f. PKLp Perkotaan Kalianget mempunyai fungsi utama meliputi:
pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; kesehatan;
pariwisata; peruntukan industri garam; dan pengembangan permukiman
perkotaan.
g. PKLp Perkotaan Bluto mempunyai fungsi utama meliputi: pemerintahan
kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; kesehatan; pusat
minapolitan; pertanian; peruntukan industri; dan pengembangan
permukiman perkotaan.
h. PKLp Perkotaan Gayam mempunyai fungsi utama meliputi: pemerintahan
kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan; pariwisata; perikanan;
pertanian; peternakan sapi; dan pengembangan permukiman perkotaan.
i. PKLp Perkotaan Masalembu mempunyai fungsi utama meliputi:
pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa;. pendidikan; kesehatan;
pariwisata bahari; perikanan; dan pengembangan permukiman perkotaan.
j. PPK meliputi: Kecamatan Gapura; Kecamatan Saronggi; Kecamatan
Talango; Kecamatan Batuan; Kecamatan Lenteng; Kecamatan Ganding;
Kecamatan Guluk-Guluk; Kecamatan Ambunten; Kecamatan Dasuk;
Kecamatan Dungkek; Kecamatan Batuputih; Kecamatan Manding;
Kecamatan Giligenting; Kecamatan Pragaan; Kecamatan Sapeken;
Kecamatan Kangayan; Kecamatan Nonggunong; dan Kecamatan Ra’as.

Sistem perdesaan berupa PPL meliputi:


a. Desa Grujugan dan Desa Braji terletak di Kecamatan Gapura;
b. Desa Kebundadap terletak di Kecamatan Saronggi;
c. Desa Essang terletak di Kecamatan Talango;

PENGEMBANGAN WILAYAH 116


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

d. Desa Torbang terletak di Kecamatan Batuan;


e. Desa Lenteng Timur terletak di Kecamatan Lenteng;
f. Desa Bilapora Barat terletak di Kecamatan Ganding;
g. Desa Payudan Karangsokon terletak di Kecamatan Guluk-guluk;
h. Desa Tambak Agung Ares terletak di Kecamatan Ambunten;
i. Desa Slopeng terletak di Kecamatan Dasuk;
j. Desa Romben Barat terletak di Kecamatan Dungkek;
k. Desa Batuputih Laok terletak di Kecamatan Batuputih;
l. Desa Kasengan terletak di Kecamatan Manding;
m. Desa Jate terletak di Kecamatan Giligenting;
n. Desa Kanduluk terletak di Kecamatan Pragaan;
o. Desa Pagerungan Kecil dan Desa Pagerungan Besar terletak di Kecamatan
Sapeken;
p. Desa Jukong-jukong terletak di Kecamatan Kangayan;
q. Desa Sokaramme Paseser terletak di Kecamatan Nonggunong; dan
r. Desa Brakas terletak di Kecamatan Ra’as.

2. Sistem jaringan prasarana wilayah


a. Sistem jaringan transportasi
1) Sistem jaringan transportasi darat meliputi:
Jaringan jalan dan jembatan meliputi:
a) Jalan Nasional berupa jalan arteri primer meliputi ruas Batas
Kabupaten Pamekasan -Batas Kota Sumenep, Jalan raya
Pamekasan, Jalan Trunojoyo, Batas Kota Sumenep - Kalianget,
Jalan Jenderal Sudirman, Jalan A. Yani, Jalan Urip Sumoharjo,
Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Yos Sudarso.
b) Jalan Provinsi berupa jalan kolektor primer meliputi Ruas Batas
Kabupaten Pamekasan - Batas Kota Sumenep, Jalan Raya
Manding, Jalan Halim Perdana Kusuma, Jalan Imam Bonjol,
Jalan Raya Gapura dan Batas Kota Sumenep - Pantai Lombang:
c) Jalan Kabupaten yang ada di Kabupaten meliputi: ruas jalan antar
kecamatan; ruas jalan poros desa; ruas jalan penghubung antar
kabupaten; ruas jalan lingkar; dan ruas jalan lingkungan.

PENGEMBANGAN WILAYAH 117


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

d) Ruas jalan lingkar meliputi: jalan lingkar Timur Perkotaan


Sumenep; dan jalan lingkar Barat Perkotaan Sumenep;
e) Ruas jalan lingkungan berupa rencana peningkatan dan
pengembangan sistem jalan lingkungan di Kabupaten yang diatur
dalam rencana rinci tata ruang.
f) Rencana pengembangan jalan strategis nasional meliputi ruas
Tanjung Bumi– Ketapang – Bangkalan.
g) Terminal meliputi:
 Pengembangan terminal penumpang Tipe A terletak di Desa
Kolor Kecamatan Kota Sumenep;
 Peningkatan terminal penumpang Tipe C meliputi:
- Terminal Pragaan terletak di Kecamatan Pragaan;
- Terminal Guluk-Guluk terletak di Kecamatan Ganding;
- Terminal Kalianget terletak di Kecamatan Kalianget;
- Terminal Ambunten terletak di Kecamatan Ambunten;
- Terminal Dungkek terletak di Kecamatan Dungkek;
- Terminal Pasongsongan terletak di Kecamatan
Pasongsongan;
- Terminal Saronggi terletak di Kecamatan Saronggi;
- Terminal Batuan terletak di Kecamatan Batuan;
- Terminal Talango terletak di Kecamatan Talango;
- Terminal Bangkal terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
dan
- Terminal Pamolokan terletak di Kecamatan Kota
Sumenep.
 Pengembangan terminal barang terletak di Kecamatan Kota
Sumenep
h) Unit pengujian kendaraan bermotor meliputi: PKL Sumenep; dan
PKLp Arjasa.
i) Jaringan pelayanan LLAJ berupa pengembangan sarana dan
prasarana angkutan umum masal wilayah meliputi:
 Peningkatan trayek angkutan umum meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 118


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang melayani PKL


Sumenep dengan kota-kota luar Provinsi Jawa Timur;
 Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang melayani PKL
Sumenep dengan kota/perkotaan dalam Provinsi Jawa
Timur; dan
 Rencana pengembangan rute angkutan umum lokal.
 Pengembangan fasilitas penunjang transportasi meliputi
traffic light dan flashing, lampu jalan, marka, perambuan,
halte/ shelter, parkir dan lajur kendaraan roda dua.

Sistem jaringan perkeretaapian meliputi:


a) Pembangunan jalur kereta api ditujukan pada pengaktifan kembali
lintas non operasional di Pulau Madura menghubungkan
Bangkalan –Kamal – Sampang – Pamekasan – Sumenep;
b) Pengaktifan kembali jalur kereta api lintas non operasional
Sumenep Kalianget;
c) Pengembangan stasiun kereta api di Perkotaan Sumenep.

Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan berupa


pengembangan transportasi penyeberangan. Pengembangan
transportasi penyeberangan meliputi:
a) Optimalisasi pelabuhan penyeberangan terletak di Kecamatan
Kalianget, Kecamatan Kangean, dan pelabuhan penyeberangan di
Pulau Sapudi; dan
b) Pengembangan pelabuhan penyeberangan terletak di Kecamatan
Kalianget, Pulau Ra’as, dan Pulau Sapeken.

2) Sistem jaringan transportasi laut dilakukan dengan pengembangan


pelabuhan laut meliputi:
a) Pelabuhan pengumpul meliputi: Pelabuhan Kangean; Pelabuhan
Sapudi; dan Pelabuhan Sapeken
b) Pelabuhan pengumpan meliputi:
 Pelabuhan pengumpan regional yaitu Pelabuhan Kalianget
 Pelabuhan pengumpan lokal meliputi :

PENGEMBANGAN WILAYAH 119


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Pelabuhan Gayam; - Pelabuhan Karamian; dan


- Pelabuhan Ra’as; - Pelabuhan Masalembu;
- Pelabuhan Giliraja;
c) Rencana pengembangan pelabuhan laut pengumpan lokal
meliputi: Pelabuhan Dungkek; Pelabuhan Giligenting; Pelabuhan
Pasongsongan; Pelabuhan Gapura; dan Pelabuhan Saronggi.
d) Pengembangan pelabuhan selain yang telah disebutkan diatas
juga dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
umum dan khusus dengan memperhatikan persyaratan teknis,
ekonomis, dan lingkungan.

3) Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas: tatanan


kebandarudaraan; dan ruang udara untuk penerbangan. Tatanan
kebandarudaraan meliputi:
a) Bandar udara Trunojoyo terletak di Kecamatan Sumenep dengan
hierarki pengumpan; dan
b) Bandar udara khusus non-militer terletak di Kecamatan Sapeken
yang digunakan untuk kegiatan Industri Perminyakan.

Ruang udara meliputi:


a) Kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) Bandar
Udara Trunojoyo dan keselamatan operasi penerbangan (KKOP)
bandar udara khusus; dan
b) Jalur penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan
perundangundangan.
Bandar udara berupa Bandar Udara Khusus Non Militer terletak
di Pagerungan Kecamatan Sapeken.

b. Sistem jaringan energi


Sistem jaringan energi terdiri atas:
1) Jaringan prasarana energi bahan bakar minyak dan gas berupa
pengembangan jaringan pipaminyak dan gas transmisi bawah laut
dari Pagerungan- Gresik.
2) Jaringan prasarana transmisi tenaga listrik meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 120


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a) Meningkatkan jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi


(SUTT) dengan kapasitas 150 (seratus lima puluh) kva melalui
Kecamatan Guluk-Guluk – Kecamatan Ganding – Kecamatan
Lenteng – Kecamatan Batuan – Kecamatan Kota Sumenep –
Kecamatan Rubaru – Kecamatan Pasongsongan; dan
b) Meningkatkan jaringan listrik Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) dengan kapasitas 70 (tujuh puluh) kva
terletak di Perkotaan Sumenep dan Perkotaan Arjasa.
3) Jaringan prasarana tenaga listrik meliputi:
a) Gardu induk meliputi: Kecamatan ganding; Kecamatan batuan;
Kecamatan dungkek; Kecamatan talango; Kecamatan kota
sumenep; Kecamatan bluto; Kecamatan pragaan; dan Kecamatan
ambunten.
b) Pengembangan sistem jaringan listrik pada wilayah yang belum
terlayani.
4) Pengembangan energi alternatif meliputi:
a) Pengembangan energi panas bumi Aeng Panas Tirtosari terletak
di Kecamatan Pragaan;
b) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
terletak di Kecamatan Ra’as;
c) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terletak
di Kecamatan Ra’as;
d) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
tersebar di seluruh Wilayah kepulauan;
e) Energi biomasa; dan
f) Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi.

c. Sistem jaringan telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas: sistem jaringan terestrial; dan
sistem jaringan satelit. Pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi
yang menjangkau seluruh wilayah Kabupaten. Sistem jaringan teresterial
berupa pengembangan jaringan kabel telepon dan jaringan serat optik.
Sistem jaringan satelit ada kawasan yang tidak terjangkau sistem kabel.

PENGEMBANGAN WILAYAH 121


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Pengembangan infrastruktur telekomunikasi berupa satu tower Base


Transceiver Station (BTS) bersama.

d. Sistem jaringan sumber daya air;


Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
1. Wilayah sungai berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi:
a. Pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang dilaksanakan
dengan memperhatikan rencana pengembangan sumber daya
airpada wilayah sungai bersangkutan yang terdiri dari :
 Pembangunan bendung/check dam dan embung/long storage
 Pengendalian kawasan lindung sempadan sungai
 Reboisasi kawasan resapan air
 Pengendalian kawasan resapan air
2. Sistem irigasi meliputi :
a. Sistem irigasi terbagi menjadi sistem irigasi permukaan dan
irigasi air tanah
b. Pengelolaan dan pengembangan sistem irigasi permukaan dan
irigasi air tanah yang terdiri dari :
 Peningkatan, Rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
beserta bangunan pelengkapnya
 Konservasi sumber mata air irigasi
 Pemantapan kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) dan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(GP3A)
c. Daerah Irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah Provinsi adalah Daerah Irigasi Jepun. Daerah Irigasi
yang menjadi menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten sebanyak 68 Daerah Irigasi
3. Sistem pengendalian banjir meliputi :
a. Pembangunan dan perbaikan tanggul/ talud dan bangunan
pengendali banjir di daerah rawan bencana banjir
b. Normalisasi sungai dan saluran pembuang/ avour
c. Pembangunan embung di wilayah:

PENGEMBANGAN WILAYAH 122


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kecamatan Pragaan; - Kecamatan Gapura


- Kecamatan Ganding; - Kecamatan Pasongsongan
- Kecamatan Batang-Batang - Kecamatan Dasuk
- Kecamatan Ambunten - Kecamatan Batuputih
- Kecamatan Manding - Kecamatan Arjasa
- Kecamatan Rubaru - Kecamatan Gayam
- Kecamatan Guluk-Guluk - Kecamatan Nonggunong
4. Sistem pengaman pantai meliputi:
a. Pembangunan dan rehabilitasi tanggul/talud penahan gelombang
pasang di daerah rawan abrasi pantai dan rawan bencana
gelombang pasang
b. Pembangunan, rehabilitasi dan perbaikan bangunan pengendali
gelombang di daerah rawan abrasi pantai dan rawan bencana
gelombang pasang

e. Sistem jaringan prasarana lainnya


1. Sistem jaringan persampahan meliputi:
a) Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
sanitary landfill terletak di Desa Torbang Kecamatan Batuan;
b) Pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sesuai
standar pelayanan tersebar di setiap kecamatan;
c) Pengembangan tong sampah terletak di setiap rumah dan
bangunan lainnya;
d) Pengembangan teknologi pengelolaan sampah dengan sistem 3R
(Reuse, Reduce, Recycle); dan
e) Peningkatan jaringan pelayanan sampah terletak di seluruh
kawasan perkotaan.
2. Jaringan air baku untuk air minum meliputi:
a) Pengembangan jaringan air minum perpipaan kawasan perkotaan;
b) Pengembangan sistem air minum pada pengelolaan sumber air
yang ada, pemanfaatan sumber air baru, dan peningkatan
jaringandistribusi;

PENGEMBANGAN WILAYAH 123


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

c) Pengembangan jaringan air minum pada wilayah rawan


kekurangan air bersih meliputi:
- Kecamatan talango; - Kecamatan pragaan;
- Kecamatan ra’as; - Kecamatan pasongsongan;
- Kecamatan arjasa; - Kecamatan rubaru;
- Kecamatan lenteng; - Kecamatan batuputih;
d) Pembangunan jaringan perpipaan mandiri perdesaan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber
air tanah; dan
e) Pengelolaan air baku dari sumber mata air.
3. Sistem pengelolaan limbah meliputi:
a) Pemanfaatan sumber energi alternatif pada industri kecil dan
rumah tangga berupa pengelolaan hasil limbah biogas;
b) Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah
medis, limbah bahan berbahaya beracun (b3) secara mandiri pada
fasilitas tertentu maupun secara terpadu;
c) Pengembangan instalasi pengelolaan limbah b3 di kawasan
peruntukan industri;
d) Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing kepala
keluarga (kk) pada wilayah perkotaan dan perdesaan;
e) Pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman
padat masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum;
f) Pengoperasian kembali instalasi pengolah limbah tinja (iplt)
terletak di desa lalangon kecamatan manding; dan
g) Pengembangan instalasi pengolah limbah domestik dan limbah
tinja dengan sistem perpipaan pada kawasan perkotaan.
4. Sistem jaringan drainase meliputi:
a) Pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan sungai;
b) Normalisasi jaringan drainase yang ada;
c) Mengembangkan sumur resapan pada tiap bangunan;
d) Peningkatan sarana dan prasarana penunjang drainase;

PENGEMBANGAN WILAYAH 124


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

e) Pembangunan saluran drainase memperhatikan kontur dan


daerah tangkapan air;
f) Pembuatan saluran drainase tersendiri pada setiap kawasan
fungsional;
g) Mengoptimalkan daya serap air ke dalam tanah.
5. Jalur dan ruang evakuasi bencana meliputi:
a) Penetapan jalur evakuasi bencana dengan mengoptimalkan
jaringan jalan yang ada;
b) Jalur evakuasi bencana longsor melalui jalan meliputi: Kepulauan
Kangean; dan Kecamatan Talango.
c) Jalur evakuasi bencana gelombang pasang dan tsunami berupa
zona mitigasi meliputi: Kecamatan Batuan; Kecamatan Manding;
dan Kecamatan Rubaru.
d) Ruang evakuasi bencana alam meliputi lapangan olahraga,
sekolahan setempat, kantor desa dan kantor kecamatan; dan
6. Penyediaan lahan cadangan terletak di: Kecamatan Ganding;
Kecamatan Lenteng; dan Kecamatan Guluk-guluk.
7. Untuk mendukung perwujudan RTRW dan kinerja pembangunan
daerah dilakukan optimalisasi pemanfaatan pengelolaan aset-
asetpemerintah dan daerah, serta pencadangan lahan pada lokasi
strategis.

PENGEMBANGAN WILAYAH 125


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-27 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumenep

Gambar 2-28 Peta Pengembangan Jalur Angkutan Umum Kabupaten Sumenep

PENGEMBANGAN WILAYAH 126


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

B. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten meliputi:

1. Kawasan lindung;

Kawasan lindung meliputi:

a. Kawasan hutan lindung;

Kawasan hutan lindung dengan luas kurang lebih 11.925 (sebelas ribu
sembilan ratus dua puluhlima) hektar.

b. Kawasan perlindungan setempat;

1) Kawasan sempadan pantai meliputi:

- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Gapura;

- Kecamatan Ambunten; - Kecamatan Kalianget;

- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Saronggi;

- Kecamatan Batuputih; - Kecamatan Bluto;

- Kecamatan Batang-Batang; - Kecamatan Pragaan; dan

- Kecamatan Dungkek

Pulau-pulau kecil lainnya bagian dari wilayah Kabupaten Sumenep.

2) Kawasan sempadan sungai meliputi kecamatan yang wilayahnya dialiri


sungai

3) Kawasan sekitar dam meliputi: Kecamatan Kota Sumenep dan


Kecamatan Lenteng.

4) Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan dengan luas kurang


lebih 10.790 (sepuluh ribu tujuh ratus sembilan puluh) hektar meliputi:

- Taman Perkotaan Sumenep; - Perkotaan Kalianget;


- Alun-alun Perkotaan Sumenep; - Perkotaan Ganding;
- Makam raja-raja Asta Tinggi dan Pemakaman Asta Katandur terletak
di Perkotaan Sumenep; - Perkotaan Guluk-guluk;
- Lapangan Perkotaan Sumenep; - Perkotaan Ambunten;

PENGEMBANGAN WILAYAH 127


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Perkotaan Arjasa; - Perkotaan Rubaru;


- Perkotaan Lenteng; - Perkotaan Batang-batang;
- Perkotaan Pasongsongan; - Perkotaan Batuputih;
- Perkotaan Dungkek; - Perkotaan Manding;
- Perkotaan Dasuk; - Kecamatan Giligenting;
- Perkotaan Bluto; - Perkotaan Pragaan;
- Perkotaan Gayam; - Perkotaan Sapeken;
- Perkotaan Masalembu; - Perkotaan Kangayan;
- Perkotaan Gapura; - Perkotaan Nonggunong;
- Perkotaan Saronggi; - Perkotaan Ra’as.
- Perkotaan Talango;

c. Perkotaan Batuan; Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar


budaya;
1) Cagar alam terletak di perairan laut Pulau Saobi Kecamatan Kangean
dengan luas kurang lebih 430 (empat ratus tiga puluh) hektar.
2) Kawasan pantai berhutan bakau dengan luas kurang lebih 1.177 (seribu
seratus tujuh puluh tujuh) hektar meliputi:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Gayam;
- Kecamatan Ra’as; - Kecamatan Bluto;
- Kecamatan Gili Genting; - Kecamatan Nonggunong;
- Kecamatan Sapeken; - Kecamatan Talango;
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Dungkek; dan
- Kecamatan Pragaan; - Kecamatan Gapura.
3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi:
a) Bangunan gedung meliputi:
 Keraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
 Museum Kraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
 Masjid Agung terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
 Makam raja-raja Asta Tinggi dan Pemakaman Asta Katandur
terletak di Kecamatan Kota Sumenep; dan
 Bangunan peninggalan Belanda terletak di Kecamatan Kalianget.
b) Non gedung meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 128


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

 Asta Belingi, Asta Nyamplong, Asta Adipoday, dan Asta Simo


Wonokromo terletak di Kecamatan Gayam;
 Asta K. Abdullah terletak di Kecamatan Guluk-guluk;
 Asta Gumuk Kecamatan Kalianget;
 Asta K. Faqih/ Nyi Sitir dan Pemakaman Pekke terletak di
Kecamatan Lenteng;
 Asta Jokotole terletak di Kecamatan Manding;
 Bujuk/Asta Ponjuk terletak di Kecamatan Nonggunong;
 Pemakaman Anggo Suto terletak di Kecamatan Saronggi;
 Asta Agung Ali Akbar dan Asta/Bujuk Panaongan terletak di
Kecamatan Pasongsongan;
 Asta Sayid Yusuf terletak di Kecamatan Talango;
 Benteng VOC terletak di Kecamatan Kalianget; dan
 Asta Gunung Leket terletak di Kecamatan Ganding.

d. Kawasan rawan bencana alam;


1) Kawasan rawan bencana longsor terletak di:
- Kecamatan Talango; - Kecamatan Pragaan; dan
- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Lenteng.
2) Kawasan rawan bencana banjir terletak di:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Pragaan: dan
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Kota.
- Kecamatan Saronggi;
3) Kawasan rawan bencana angin puyuh c terletak di:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Kota; dan
- Kecamatan Bluto; - Kecamatan di wilayah kepulauan
- Kecamatan Pragaan;
4) Kawasan rawan bencana gelombang pasang meliputi:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Batang-batang
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Pasongsongan; dan
- Kecamatan Ambunten - Kecamatan di wilayah kepulauan.
- Kecamatan Dungkek

PENGEMBANGAN WILAYAH 129


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

e. Kawasan lindung geologi;


1) Kawasan cagar alam geologi berupa kawasan lindung karst, meliputi :
a) Zona karst kelas 1 meliputi:
 Daerah bukit terletak di kecamatan batuputih;
 Deretan perbukitan terletak di kecamatan ganding; dan
 Kecamatan guluk-guluk.
b) Zona karst kelas 2 meliputi:
 Desa pragaan laok terletak di kecamatan pragaan;
 Pulau poteran terletak di bagian barat kecamatan talango; dan
 Daerah pantai utara terletak di kecamatan batuputih.
c) Zona karst kelas 3 meliputi:
- Kecamatan pragaan; - Kecamatan lenteng;
- Kecamatan bluto; - Kecamatan ambunten; dan
- Kecamatan guluk-guluk; - Kecamatan dasuk.
2) Kawasan imbuhan air tanah mata air yaitu kawasan imbuhan air tanah
pada Cekungan Air Tanah (CAT) Lintas Kabupaten meliputi 226 (dua
ratus dua puluh enam) mata air di seluruh kecamatan.

f. Kawasan lindung lainnya.


Kawasan lindung lainnya meliputi:
1) Kawasan terumbu karang meliputi:
a) Wilayah perairan laut Pulau Gililawak terletak di Kecamatan
Talango;
b) Wilayah perairan laut Pulau Saor terletak di Kecamatan Sapeken;
c) Wilayah perairan laut Pulau Mamburit terletak di Kecamatan Arjasa;
d) Wilayah perairan laut Pulau Kemudi, wilayah perairan Desa
Berakas, dan wilayah perairan Pulau Tonduk terletak di Kecamatan
Ra’as.
2) Kawasan perlindungan satwa endimik:
a) Burung kakak tua jambul kuning terletak di Pulau Kambing;
b) Penyu terletak di Kecamatan Sapeken;
c) Burung gosong di Kecamatan Arjasa; dan
d) Kucing busok di Kecamatan Ra’as.

PENGEMBANGAN WILAYAH 130


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2. Kawasan budidaya;
Kawasan budidaya meliputi:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan hutan produksi berupa kawasan hutan produksi tetap
dengan luas kurang lebih 29.420 (dua puluh sembilan ribu empat ratus dua
puluh) hektar meliputi: Pulau Kangean terletak di Kecamatan Arjasa;
Kecamatan Gayam; dan Pulau Paliat dan Sepanjang terletak di Kecamatan
Sapeken.
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
Kawasan peruntukan hutan rakyat dengan luas kurang lebih 1.277 (seribu
dua ratus tujuh puluhtujuh) hektar meliputi:
- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Gapura;
- Kecamatan atuputih; - Kecamatan Saronggi;
- Kecamatan Sumenep; - Kecamatan Pragaan;
- Kecamatan Guluk-guluk; - Kecamatan Nonggunong; dan
- Kecamatan Rubaru; - Kecamatan Gayam.
c. Kawasan peruntukan pertanian;
1) Tanaman pangan berupa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B) dengan luas kurang lebih total sebesar 20.860,2 (dua puluh
ribu delapan ratus enam puluh koma dua) Hektar denga perincian
Irigasi 8.287,2 (delapan ribu dua ratus delapan puluh tujuh koma dua)
Hektar dan non Irigasi 12.573 (dua belas ribu lima ratus tujuh puluh
tiga) hektar meliputi:
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Dasuk;
- Kecamatan Ambuten; - Kecamatan Manding;
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Batuputih;
- Kecamatan Batuan; - Kecamatan Nonggunong
- Kecamatan Sumenep; - Kecamatan Arjasa;
- Kecamatan Ganding; - Kecamatan Sapeken; dan
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Kangayan.
2) Hortikultura terletak di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih
114.062 (seratus sepuluh ribu tiga ratus lima puluh sembilan) hektar.

PENGEMBANGAN WILAYAH 131


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

3) Perkebunan dengan luas kurang lebih 7.008 (tujuh ribu delapan)


hektar meliputi:
- Kecamatan Rubaru;
- Kecamatan Ganding; dan
- Kecamatan Lenteng.
4) Peternakan meliputi:
a) Ternak besar meliputi:
- Kecamatan Bluto; - Kecamatan Ambunten;
- Kecamatan Gayam; - Kecamatan Rubaru; dan
- Kecamatan Batuputih; - Kecamatan Talango.
- Kecamatan Lenteng;
b) Ternak kecil meliputi:
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Dungkek; dan
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Gayam
c) Ternak unggas meliputi:
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Guluk-guluk;
- Kecamatan Nonggunong; - Kecamatan Pasongsongan;
- Kecamatan Pragaan; - Kecamatan Dasuk.
- Kecamatan Ganding;
d. Kawasan peruntukan perikanan;
1) Kawasan peruntukan perikanan tangkap terletak di seluruh Wilayah
Pesisir dan Kepulauan.
2) Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi:
a) Perikanan budidaya air payau meliputi: budidaya bandeng dan
udang pada areal tambak dengan luas kurang lebih 1.723 (seribu
tujuh ratus dua puluh tiga) hektar; dan budidaya artemia melliputi:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Giligenting; dan
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Dungkek.
- Kecamatan Gapura;
b) Perikanan budidaya air tawar antara lain budidaya perikanan air
tawar dari embung, kolam, dan sungai meliputi:
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Guluk-guluk;

PENGEMBANGAN WILAYAH 132


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kecamatan Ambunten; - Kecamatan Pragaan; dan


- Kecamatan Manding; - Kecamatan Gapura.
3) Perikanan budidaya air laut meliputi:
a) Pengembangan budidaya mutiara di wilayah perairan meliputi:
- Kecamatan Sapeken; - Pulau Sepangkur; dan
- Kecamatan Kangean; - Pulau Saobi.
- Pulau Paliat;
b) Pengembangan budidaya rumput laut meliputi:
- Kecamatan Giligenting; - Kecamatan Dungkek;
- Kecamatan Bluto; - Kecamatan Gayam;
- Kecamatan Pragaan; - Kecamatan Nonggunong;
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Ra’as;
- Kecamatan Talango; - Kecamatan Arjasa; dan
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Sapeken.
c) Pengembangan budidaya ikan karang meliputi:
- Kecamatan Giligenting; - Kecamatan Kangean;
- Kecamatan Talango; - Kecamatan Sapeken; dan
- Kecamatan Ra’as; - Kecamatan Masalembu.
- Kecamatan Nongggunong;
d) Pengembangan budidaya ikan karang di wilayah kepulauan
meliputi:
- Ikan kerapu; - Lobster; dan
- Kakap putih; - Keramba apung
- Kakap merah;
4) Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) meliputi :
- Kecamatan Ambunten; - Kecamatan Gili Genting;
- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Ra’as;
- Kecamatan Batang-batang; - Kecamatan Arjasa;
- Kecamatan Dungkek; - Kecamatan kangayan;
- Kecamatan Talango; - Kecamatan Sapeken;
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Gayam;
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Nonggunong;

PENGEMBANGAN WILAYAH 133


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kecamatan Bluto; - Kecamatan Masalembu.


- Kecamatan Pragaan;
5) Kawasan peruntukan minapolitan meliputi:
 Kecamatan Pasongsongan;
 Kecamatan Bluto; dan
 Kecamatan Arjasa.

e. Kawasan peruntukan pertambangan:

1) Pertambangan mineral berupa pertambangan non logam dan batuan


terdiri atas:
a) Fosfat terletak di:
- Kecamatan Batuputih; - Kecamatan Guluk-guluk
- Kecamatan Ganding; - Kecamatan Gapura;
- Kecamatan Manding; - Kecamatan Bluto; dan
- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Arjasa.
b) Batu gamping terletak di:
- Kecamatan Ganding; - Kecamatan Lenteng;
- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Pragaan;
- Kecamatan Batuputih; - Kecamatan Gapura; dan
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Batang-batang.
c) Gipsum terletak di:
 Kecamatan Rubaru;
 Kecamatan Gapura; dan
 Kecamatan Batuputih.
d) Pasir kwarsa terletak di:
- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Batang-batang;
- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Batuputih.
e) Dolomit terletak di:
- Kecamatan Batu Putih; - Kecamatan Lenteng.
- Kecamatan Ambunten; dan
2) Pertambangan minyak dan gas bumi terletak di:
- Pulau Pagerungan Besar; - Blok Kangean;
- Pulau Pagerungan Kecil; - Perairan Kalianget;

PENGEMBANGAN WILAYAH 134


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Perairan di sekitar Pulau Raas; - Kecamatan Saronggi, dan


- Perairan di sekitar Pulau Sepudi; - Perairan Pulau Masalembu.
- Perairan di sekitar Pulau Giligenting;
3) Kawasan potensi panas bumi terletak di Kecamatan Pragaan.

f. Kawasan peruntukan industri


1) Industri menengah meliputi:
a) Pabrik es terletak di:
- Kecamatan Arjasa; - Kecamatan Ra’as; dan
- Kecamatan Masalembu; - Kecamatan Sapeken.
b) Pabrik tepung ikan terletak di:
- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Masalembu;
- Kecamatan Batang-batang; - Kecamatan Sapeken;
- Kecamatan Dungkek; - Kecamatan Kangayan; dan
- Kecamatan Ambuten; - Kecamatan Ra’as.
c) Pabrik tepung rumput laut terletak di:
- Kecamatan Bluto; - Kecamatan Nonggunong;
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Ra’as;
- Kecamatan Pragaan; - Kecamatan Arjasa; dan
- Kecamatan Arjasa; - Kecamatan Sapeken.
- Kecamatan Gayam;
d) Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan terletak di Kecamatan
Rubaru;
e) Industri genteng kaolin terletak di: Kecamatan Pragaan; dan
Kecamatan Gapura.
f) Industri perikanan dan pengolahan hasil laut terletak di Kecamatan
Pasongsongan;
g) Industri garam terletak di: Kecamatan Kalianget; Kecamatan
Pragaan; Kecamatan Raas; dan Kecamatan Gapura.
2) Industri kecil dan mikro meliputi:
a) Industri batik tulis terletak di Kecamatan Bluto.

PENGEMBANGAN WILAYAH 135


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

b) Ukir-ukiran kayu terletak di: Kecamatan Pragaan; Kecamatan


Dungkek; Kecamatan Manding; Kecamatan Kalianget; Kecamatan
Batuputih; Kecamatan Talango; dan Kecamatan Arjasa.
c) Pembuatan perahu, dan topeng terletak di: Kecamatan Ambunten;
Kecamatan Pasongsongan; Kecamatan Dungkek; Kecamatan
Talango; Kecamatan Kalianget; Kecamatan Dasuk; dan industri
makanan ringan meliputi:
 Keripik singkong terletak di: Kecamatan Batuputih;
Kecamatan Saronggi; Kecamatan Manding; dan Kecamatan
Lenteng.
 Jenang dodol terletak di: Kecamatan Pragaan; dan Kecamatan
Bluto.
d) Industri gula siwalan terletak di: Kecamatan Gapura; Kecamatan
Pragaan; Kecamatan Dungkek; Kecamatan Batang-batang; dan
Kecamatan Giligenting.
e) Pembuatan alat-alat dapur dan pengolahan sabut kelapa terletak di:
Kecamatan Kalianget; Kecamatan Dungkek; Kecamatan Gapura;
dan Kecamatan Lenteng.
f) Industri kerajinan keris terletak di Kecamatan Saronggi;
g) Industri anyaman daun siwalan terletak di: Kecamatan Batang-
batang; Kecamatan Pragaan; Kecamatan Lenteng; dan Kecamatan
Gapura.
h) Industri perikanan dan pengolahan hasil laut terletak di:
- Kecamatan Pasongsongan; - Kecamatan Dungkek;
- Kecamatan Ambunten; - Kecamatan Batang-batang;
- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Batuputih; dan
- Kecamatan Bluto; - Kecamatan di wilayah Kep.
- Kecamatan Pragaan;
i) Industri hiasan kerang terletak di Kecamatan Ra’as;
j) Industri kerupuk ikan terletak di: Kecamatan Kalianget;
Kecamatan Dungkek; dan Kecamatan Nonggunong.
k) Industri jaring ikan terletak di Kecamatan Saronggi.

PENGEMBANGAN WILAYAH 136


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

g. Kawasan peruntukan pariwisata :


1) Kawasan wisata budaya meliputi:
a) Keraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
b) Museum Keraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
c) Masjid Agung terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
d) Makam raja-raja Asta Tinggi dan Pemakaman Asta Katandur
terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
e) Asta Belingi, Asta Nyamplong, Asta Adipoday, dan Asta Simo
Wonokromo terletak di Kecamatan Gayam;
f) Asta Gunung Leket terletak di Kecamatan Ganding.
g) Asta K. Abdullah terletak di Kecamatan Guluk-guluk;
h) Asta Gumuk terletak di Kecamatan Kalianget;
i) Asta K. Faqih/ Nyi Sitir dan Pemakaman Pekke terletak di
Kecamatan Lenteng;
j) Asta Jokotole terletak di Kecamatan Manding;
k) Bujuk/ Asta Ponjuk terletak di Kecamatan Nonggunong;
l) Pemakaman Anggo Suto terletak di Kecamatan Saronggi;
m) Asta Agung Ali Akbar dan Asta/Bujuk Panaongan terletak di
Kecamatan Pasongsongan; dan
n) Asta Sayid Yusuf terletak di Kecamatan Talango.
2) Kawasan wisata alam meliputi :
a) Pantai Lombang, rumah berkasur pasir, dan sumber air panas
terletak di Kecamatan Batang-batang;
b) Pantai Slopeng terletak di Kecamatan Dasuk;
c) Pantai Ponjug terletak di Kecamatan Talango;
d) Pantai Badur terletak di Kecamatan Batuputih;
e) Pantai Karamian, taman laut, dan terumbu karang terletak di
Kecamatan Masalembu;
f) Sumber Air Kiermata Gua Mandalia terletak di Kecamatan
Saronggi;
g) Sumber Air Belerang terletak di Kecamatan Pragaan;

PENGEMBANGAN WILAYAH 137


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

h) Gua Kuning (Stalagtit), Gua Peteng, Gua Arca, sumber mata air
batu karang, Pantai Batu Guluk, Pantai Mamburit (Wisata Bahari),
terumbu karang, Taman Laut, Pulau Saobi terletak di Kecamatan
Kangean;
i) Gua Tampeh terletak di Kecamatan Ganding;
j) Gua terletak di Kecamatan Nonggunong;
k) Wisata kesehatan di Pulau Gili Yang, Batu Tali terletak di
l) Kecamatan Dungkek;
m) Batu Kodung terletak di Kecamatan Kalianget;
n) Pantai, Gunung Pasir Panaongan, Sungai Grujugan terletak di
Kecamatan Pasongsongan;
o) Taman Laut dan karang di Pulau Saor, Pantai Pasir Putih di Pulau
Saor, taman laut, Pulau Sepanjang terletak di Kecamatan Sapeken;
p) Taman Laut Gililawak terletak di Kecamatan Talango.
3) Kawasan wisata buatan dan minat khusus meliputi:
a) Kolam renang meliputi: Kecamatan Kota Sumenep; Kecamatan
Kalianget; dan Kecamatan Batuan.
b) Wisata bahari meliputi: Kecamatan Kalianget; Kecamatan
Talango; Kecamatan Batang-batang; dan Kecamatan Dasuk.

h. Kawasan peruntukan pemukiman:


1) Permukiman perkotaan meliputi :
a) Perkotaan Sumenep;
b) PKLp meliputi:
- Perkotaan Rubaru; - Perkotaan Bluto;
- Perkotaan Pasongsongan; - Perkotaan Arjasa;
- Perkotaan Batang-batang; - Perkotaan Gayam; dan
- Perkotaan Kalianget; - Perkotaan Masalembu.
c) PPK terletak di:
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Dungkek;
- Kecamatan Saronggi; - Kecamatan Batuputih;
- Kecamatan Talango; - Kecamatan Manding;
- Kecamatan Batuan; - Kecamatan Giligenting;

PENGEMBANGAN WILAYAH 138


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

- Kecamatan Lenteng; - Kecamatan Pragaan;


- Kecamatan Ganding; - Kecamatan Sapeken;
- Kecamatan Guluk-guluk; - KecamatanKangayan;
- Kecamatan Ambunten; - Kecamatan Nonggunong;
- Kecamatan Dasuk; - Kecamatan Ra’as.
2) Permukiman perdesaan terletak di PPL.

i. Kawasan peruntukan lainnya :


1) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:
a) Perdagangan skala PKL meliputi: pasar induk; pasar grosir; dan
mall.
b) Perdagangan skala PKLp meliputi: pertokoan; dan pasar induk.
c) Perdagangan skala PPK meliputi: pertokoan; dan pasar kawasan.
d) Perdagangan skala PPL meliputi: pertokoan; dan pasar desa.
e) Perdagangan sektor informal yang berkembang di setiap wilayah
perkotaan dan perdesaan akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
2) Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a) Area latihan militer terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
b) Kantor Komando Distrik Militer terletak di Kecamatan Kota
Sumenep;
c) Komando Rayon Militer terletak di seluruh kecamatan;
d) Kantor Polisi Resor terletak di Kecamatan Kota Sumenep; dan
e) Kantor Polisi Sektor terletak di seluruh kecamatan.
3) Kawasan peruntukan lahan cadangan meliputi:
a) Pengembangan permukiman perkotaan dan perdesaan, peruntukan
industri, pertanian, dan perdagangan dan jasa;
b) Pengembangan dampak kebijakan nasional dan regional di wilayah
Kabupaten;
c) Ruang penanggulangan bencana; dan
d) Pengembangan lokasi agrobisnis dan sektor informal.
4) Kawasan andalan meliputi:

PENGEMBANGAN WILAYAH 139


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

a) Kawasan andalan darat dengan sektor unggulan pertanian,


perkebunan, industri, pariwisata dan perikanan; dan
b) Kawasan andalan laut dengan sektor unggulan perikanan,
pertambangan dan pariwisata.

3) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil


Kawasan pesisir dan pulau-pulau berupa kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil di seluruh wilayah Kabupaten Sumenep. Arahan pengelolaan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan:
a. Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan
perlindungan ekosistem; dan
b. Mengembangkan kegiatan budidaya yang bersinergi dengan potensi
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Gambar 2-29 Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumenep

PENGEMBANGAN WILAYAH 140


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

C. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten


Kawasan strategis terdiri atas:
1) Kawasan strategis provinsi yang ada di Kabupaten;
a. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
meliputi :
1) Kawasan agropolitan regional terletak di Kecamatan Rubaru; dan
2) Kawasan tertinggal meliputi desa-desa yang tersebar di kepulauan
dan pulau-pulau kecil.
b. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan
SDA dan/atau kepentingan teknologi tinggi berupa kawasan
pertambangan minyak dan gas bumi terletak di:
- Pulau Pagerungan Besar; - Blok Kangean;
- Pulau Pagerungan Kecil; - Perairan Kalianget;
- Perairan di sekitar Pulau Raas; - Wilayah Saronggi; dan
- Perairan di sekitar Pulau Sepudi; - Perairan Pulau Masalembu.
- Perairan di sekitar Pulau Giligenting;
2) Kawasan strategis Kabupaten meliputi:
a. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
meliputi:
1) Kawasan minapolitan terletak di: Kecamatan Pasongsongan;
Kecamatan Bluto; dan Kecamatan Arjasa.
2) Kawasan pelabuhan terletak di: Kecamatan Kalianget; Kecamatan
Pasongsongan; Kecamatan Arjasa; Kecamatan Raas; dan Kecamatan
Sapeken.
3) Kawasan bandar udara terletak di Kota Sumenep;
4) Kawasan perdagangan skala PKL terletak di Perkotaan Sumenep dan
kawasan perdagangan skala PKLp terletak di Perkotaan Arjasa.

b. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya


meliputi:
1) Keraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
2) Museum Kraton Sumenep terletak di Kecamatan Kota Sumenep;
3) Masjid Agung terletak di Kecamatan Kota Sumenep;

PENGEMBANGAN WILAYAH 141


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

4) Makam raja-raja Asta Tinggi dan Pemakaman Asta Katandur terletak


di Kecamatan Kota Sumenep;
5) Gunung Leket terletak di Kecamatan Ganding;
6) Asta Belingi, Asta Nyamplong, Asta Adipoday, dan Asta Simo
Wonokromo terletak di Kecamatan Gayam;
7) Asta K. Abdullah terletak di Kecamatan Guluk-guluk;
8) Asta Gumuk terletak di Kecamatan Kalianget;
9) Asta K. Faqih/Nyi Sitir dan Pemakaman Pekke terletak di Kecamatan
Lenteng;
10) Asta Jokotole terletak di Kecamatan Manding;
11) Bujuk/ Asta Ponjuk terletak di Kecamatan Nonggunong;
12) Pemakaman Anggo Suto terletak di Kecamatan Saronggi;
13) Asta Agung Ali Akbar dan Asta/ Bujuk Panaongan terletak di
Kecamatan Pasongsongan;
14) Asta Sayid Yusuf terletak di Kecamatan Talango;
15) Upacara Adat Nyaddar dan Petik Laut terletak di Kecamatan
Saronggi;
16) Upacara Petik Laut, Upacara Labuh Laut terletak di Kecamatan Bluto;
17) Upacara Rokatan Laut terletak di Kecamatan Masalembu; dan
18) Benteng VOC terletak di di Kecamatan Kalianget.

c. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya


dukung lingkungan hidup meliputi:
1) Kawasan DAS meliputi: DAS di wilayah daratan; dan DAS di wilayah
Kepulauan Kangean.
2) Kawasan pantai, taman laut, cagar alam, dan hutan meliputi :
a) Kawasan Pantai Lombang terletak di Kecamatan Batang-batang;
b) Kawasan Pantai Slopeng terletak di Kecamatan Dasuk;
c) Kawasan Taman Laut Mamburit terletak di Kecamatan Arjasa;
d) Kawasan Taman Laut Pulau Saebus terletak di Kecamatan Sapeken;
e) Kawasan Taman Laut Gili Labak terletak di Pulau Gili Labak;
f) Kawasan Taman Laut Pulau Kemudi terletak di Kecamatan Ra’as;
g) Kawasan Taman Laut Saor terletak di Pulau Saor;

PENGEMBANGAN WILAYAH 142


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

h) Kawasan Cagar Alam terletak di Pulau Saobi; dan


i) Kawasan Hutan terletak di Pulau Gili Lawak.
3) Kawasan rawan bencana longsor terletak di: Kecamatan Talango;
Kecamatan Pasongsongan; Kecamatan Pragaan; dan Kecamatan
Lenteng.
4) Kawasan rawan bencana banjir terletak di: Kecamatan Kalianget;
Kecamatan Lenteng; Kecamatan Saronggi; Kecamatan Pragaan: dan
Kecamatan Kota.
5) Kawasan rawan bencana angin puyuh terletak di: Kecamatan Kalianget;
Kecamatan Bluto; Kecamatan Pragaan; Kecamatan Kota; dan
Kecamatan di wilayah kepulauan.
6) Kawasan rawan bencana gelombang pasang dan tsunami terletak di:
- Kecamatan Kalianget; - Kecamatan Batang-batang;
- Kecamatan Gapura; - Kecamatan Pasongsongan;
- Kecamatan Ambunten - Kecamatan di wilayah kep.
- Kecamatan Dungkek

Gambar 2-30 Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumenep

PENGEMBANGAN WILAYAH 143


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2.3. TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

2.3.1. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Nasional

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Keputusan Menteri


Perhubungan Nomer 69 Tahun 2014 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional,
menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan
telah memberikan kesempatan kepada Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, BUMD maupun Pihak Swasta yang berkedudukan hukum atau
berbadan hukum di Indonesia diperkenan untuk berperan serta dalam pembangunan
dan pengembangan bandar udara. Sebagai penterjemahan dari tatanan
kebandarudaraan nasional tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah
mengeluarkan buku “Cetak Biru Transportasi Udara 2005 – 2024” yang berisi
mengenai strategi pembangunan dan pengembangan bandar udara di Indonesia
dalam menghadapi perkembangan global dan penerbangan domestik.

Dalam buku tersebut, Pemerintah memberikan prioritas pembangunan bandar udara


yang didasarkan pada kelayakan investasi (bussiness plan) serta mekanisme pasar
dengan pola pendanaan campuran (hybrid), sehingga pembangunan tidak menjadi
beban Pemerintah Pusat secara total tetapi dilaksanakan bersama dengan pengelola
bandar udara.

Khusus mengenai bandar udara perintis, dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional


dinyatakan bahwa Angkutan Udara Perintis adalah kegiatan angkutan udara niaga
dalam negeri yang melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan
daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda
transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan sarana transportasi untuk pengembangan daerah
terpencil dan wilayah pesisir serta analisa ekonomi dan finansial yang akan dibahas
pada bab berikutnya Konsultan berpendapat bahwa pada tahun-tahun pertama
pengoperasian bandar udara pulau Masalembu, pola penerapan angkutan udara
perintis ini sangat tepat diterapkan dalam pembangunan bandar udara Pulau
Masalembu. Dengan dibangunnya bandar udara perintis di pulau Masalembu ini
selaras dengan keinginan Pemerintah khususnya untuk program pemerataan

PENGEMBANGAN WILAYAH 144


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

ekonomi dan hasil pembangunan dan meningkatkan jangakuan/ layanan


transportasi untuk daerah terpencil dan pengembangan daerah terisolir.

2.3.2. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Udara di Provinsi Jawa


Timur

Jawa Timur sebagaimana diketahui merupakan salah satu barometer perekonomian


nasional sehingga sangat membutuhkan prasarana dan sarana transportasi yang
memadai. Transportasi udara sebagai salah satu moda transportasi yang cepat dan
efisien sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, menjaga
stabilitas ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Saat ini ada empat (4) bandar
udara di Provinsi Jawa Timur yang benar-benar sudah dioperasikan secara
komersial yaitu Bandar Udara Internasional Juanda – Surabaya, Abdul Rahman
Saleh – Malang, Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi, dan Bandar Udara
Jember, sedangkan bandar udara yang sedang dalam pekerjaan atau
penyempurnaan pekerjaan konstruksi adalah Bandar Udara Bawean Pulau Bawean
Gresik dan Bandar Udara Trunojoyo Sumenep, disamping itu masih pula terdapat
bandar udara khusus di pulau Pagerungan. Melihat perkembangan diatas,
pembangunan bandar udara di pulau Masalembu dalam upaya mendukung
peningkatan kualitas transportasi, kegiatan wisata bahari, perekonomian dan
ekplorasi minyak dan gas bumi adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan
kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terlebih lagi dalam mendukung
program city link Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 :

“Peningkatan Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara Pengumpan


untuk Penerbangan Antar Kota (city link)”

Gambaran umum mengenai bandar udara dan rencana pengembangan transportasi


udara provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel dan Gambar di bawah ini

PENGEMBANGAN WILAYAH 145


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2.3.3. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Udara di Kabupaten


Sumenep

Pembangunan bandar udara di pulau Masalembu sebagaimana dijelaskan diatas


merupakan salah satu program utama Pemerintah Kabupaten Sumenep khususnya
Dinas Perhubungan Kabupaten. Tujuan program ini sejalan dengan keinginan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi yaitu memberikan akses layanan
transportasi yang lebih bermutu, lebih cepat dan lebih aman, meningkatkan
pemerataan hasil pembangunan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
lapangan pekerjaan, menghilangkan/mengurangi daerah-daerah terisolir. Program
pembangunan bandar udara pulau Masalembu ini juga telah didukung dengan
alokasi anggaran rencana kegiatan Tahun Anggaran 2018 Kabupaten Sumenep.

PENGEMBANGAN WILAYAH 146


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Tabel 2-7 Bandar Udara di Jawa Timur

No Status No Bandara kabupaten/Kota Penyelenggara Fungsi Penggunaan


1 Juanda Surabaya Angkasa Pura I Pusat Penyebaran Primer Internasional
2 Abdulrachman Malang Pemprov Jatim Bukan Pusat Penyebaran Primer Domestik
Saleh
3 Trunojoyo Sumenep Kemen Hub Bukan Pusat Penyebaran Primer Domestik
1 Umum
4 Notohadinegoro Jember Pem Kab. Bukan Pusat Penyebaran Primer Domestik
Jember
5 Blimbingsari Banyuwangi Kemen Hub Bukan Pusat Penyebaran Primer Domestik
6 Bawean Gresik Kemenhub Bukan Pusat Penyebaran Primer Domestik
2 Khusus 1 Pagerungan Sumenep Perusahaan Minyak
1 Iswahyudi Madiun AU Pangkalan Udara TNI - AU
Pangkalan 2 Juanda Surabaya AL Pangkalan Udara TNI - AL (Pemakaian bersama)
3 Udara
3 Raci Pasuruan AU Air Strip
Militer
4 Pacitan Pacitan AU Air Strip

PENGEMBANGAN WILAYAH 147


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Gambar 2-31 Peta Jaringan Bandar Udara di Provinsi Jawa Timur

PENGEMBANGAN WILAYAH 148


LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

MBANGAN WILAYAH
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 1


2.1.1 Provinsi Jawa Timur 1

2.1.2 Kabupaten Sumenep 14

2.1.3 Pulau Masalembu 22

2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH 31


2.2.1. Arahan Pengembangan Wilayah Nasional 31
2.2.2. Arahan Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Timur 50
2.2.3. Arahan Pengembangan RTRW Kabupaten Sumenep 115
2.3. TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 144
2.3.1. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Nasional 144
2.3.2. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Udara di Provinsi Jawa Timur 145
2.3.3. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Udara di Kabupaten Sumenep 146

No table of figures entries found.

Gambar 2-1 Peta Provinsi Jawa Timur ......................................................................................................... 3


Gambar 2-2 Jumlah Curah Hujan Bulanan 2014 .......................................................................................... 4
Gambar 2-3 Luas Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Penggunaannya Di Jawa Timur ....................... 9
Gambar 2-4 Populasi Ternak Di Jawa Timur ............................................................................................... 9
Gambar 2-5 Nelayan Dan Petani Ikan Menurut Sub Sektor Perikanan ...................................................... 10
Gambar 2-6 Jumlah Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Sub Sektor Industri ....................... 11
Gambar 2-7 Jumlah daya terpasang dan listrik terjual menurut golongan tarif .......................................... 11
Gambar 2-8 Persediaan dan Pengeluaran Beras Bulanan ........................................................................... 12
Gambar 2-9 Perkembangan Nilai Ekspor Impor Jawa Timur ..................................................................... 12
Gambar 2-10 Jumlah Penumpang Pesawat Bulanan Di Bandar Udara Juanda 2014 ................................. 14
Gambar 2-11 Peta Administrasi Kabupaten Sumenep ................................................................................ 15
Gambar 2-12 Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumenep Tahun 2015 .. 19
Gambar 2-13 Struktur Ekonomi Kabupaten Sumenep Tahun 2015 ........................................................... 20
Gambar 2-14 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2011-2015 ..................................... 21

Tabel 2- 1 Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kabupaten/ Kota .......................................... 5


Tabel 2- 2 Nama Sungai, Daerah Irigasi Dan Luas Baku Sawah yang Diairi di Kabupaten Sumenep ...... 16
Tabel 2- 3 Suhu Udara dan Kelelmbaban Rata-rata di Kabupaten Sumenep Menurut Bulan, 2015 .......... 17

MBANGAN WILAYAH
LAPORAN AKHIR
REVIEW DOKUMENTASI FS BANDARA MASALEMBU

Tabel 2- 4 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sumenep Tahun
2015 ............................................................................................................................................................ 18
Tabel 2- 5 Lokasi Kawasan hutan berdasarkan Fungsi dan Luasannya di Kabupaten Sumenep ........ Error!
Bookmark not defined.
Tabel 2- 6 Potensi Wisata Bahari Wilayah Kepulauan Kab. Sumenep .......Error! Bookmark not defined.
Tabel 2- 7 Bandar Udara di Jawa Timur ......................................................Error! Bookmark not defined.

MBANGAN WILAYAH

Anda mungkin juga menyukai