JARINGAN
LAPORAN SPAM
PENDAHULUAN LAYANAN
BINTANG
BANO
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
KATA PENGANTAR
Laporan Pendahuluan i
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... I-2
1.2.1. Maksud ................................................................................................ I-2
1.2.2. Tujuan .................................................................................................. I-2
1.3. Target/ Sasaran ............................................................................................. I-2
1.4. Lingkup Kegiatan / Lokasi Pekerjaan........................................................ I-3
Laporan Pendahuluan ii
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
Laporan Pendahuluan iv
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
DAFTAR TABEL
Laporan Pendahuluan v
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
DAFTAR GAMBAR
Laporan Pendahuluan vi
DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan
hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi, balk pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat. Ketersediaan air minum merupakan
salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana
diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas
masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan prasarana dan sarana air minum
menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya progam
pengembangan sarana dan prasarana air minum dimasa lampau,
memberikan suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
secara sistemik. Disisi lain kondisi geografis, topologic dan geologis dan jugs
aspek sumber daya manusia yang berbeda disetiap wilayah Indonesia,
menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang
berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaran SPAM yang berbeda
untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar
yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai
dengan tipologi dan kondisi daerah tersebut.
Rencana teknis pengembangan sistem penyediaan air minum
merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah.
Diharapkan dengan adanya rencana teknis air minum dapat menjadi dasar
tersusunnya suatu program pengembangan sistem air minum wilayah yang
berkelanjutan dan terarah. Selain itu dengan adanya rencana teknis yang
memenuhi syarat peraturan yang berlaku (PERMEN PU No. 18 /2007) maka
pengembangan SPAM disuatu kawasan akan mendukung keberfungsian
dan keberlanjutan yang sistematis.
1.2.2. Tujuan
Tujuan Pekerjaan DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano adalah :
− Menyediakan perencanaan teknis serta spesifikasi teknis dengan
mengikuti kriteria, standar dan peraturan yang ada.
− Menentukan alternatif penanganan yang terbaik sehingga anggaran
lebih tepat sasaran, ekonomis dan efisien
2 Jumlah Desa
No Kecamatan Ibu Kota Luas (Km ) Proporsi Luas
/ Kelurahan
1 Sekongkang Sekongkang Bawah 273,65 15,71% 8
2 Jereweh Beru 527,63 30,28% 4
3 Maluk Benete 38,83 2,23% 5
4 Taliwang Kuang 153,71 8,82% 15
5 Brang Ene Manemeng 252,62 14,50% 6
6 Brang Rea Tepas 258,23 14,82% 9
7 Seteluk Seteluk Tengah 107,37 6,16% 10
8 Poto Tano Semayan 130,23 7,47% 8
Jumlah 1742,27 100,00% 65
2.1.2. Topografi
Keadaan Topografi wilayah Kabupaten Sumbawa Barat cukup beragam,
mulai dari datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian
berkisar antara 0 hingga 1.730 mdpl, meliputi datar seluas 21.822 hektar (11,80%),
bergelombang seluas 16.369 hektar (8,83%), curam seluas 53,609 hektar (28,999%),
dan sangat curam seluas 93.102 hektar (50,35%) ketinggian untuk kota-kota
kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat berkisar antara 10 sampai 650 mdpl.
Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu
wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak
mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi
topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi
bangunan. Topografi semakin datar sebagian besar digunakan untuk kegiatan
pertanian dan lokasi permukiman, sedang topografi semakin curam merupakan
kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih
rendah. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti persawahan, ladang
dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan di bawah 15 %
sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40 % akan sangat sesuai untuk
penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan. Tingginya
persentase luas tanah yang termasuk dalam klasifikasi curam di Kabupaten
Sumbawa Barat menyebabkan persentase wilayah yang dapat digunakan sebagai
Alas mempunyai arti penting karena peranannya dalam proses Arus Lintas
Indonesia (ARLINDO), sehingga merupakan wilaya perairan dengan potensi
perikanan yang cukup besar.
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah yang beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan
berlangsung dari bulan November sampai Maret (5 bulan), sedang musim kemarau
dari bulan April sampai Oktober (7 bulan).
Tangkapan Sungai (DPS) yang kecil dan mongering pada musim kemarau, untuk
mengatasi kekurangan air dan ketergantungan pertanian terhadap musim
penghujan telah dibangun sejumlah bendungan atas partisipasi perusahaan
swasta yang beroperasi disekitar daerah tersebut.
2.1.4. Geologi
a. Fisiografi Kabupaten Sumbawa Barat
Morfologi wilayah Sumbawa bagian barat (Kabupaten Sumbawa Barat)
terdiri atas beberapa satuan morfologi), yaitu pedataran yang meliputi 20% - 30%
kabupaten Sumbawa Barat.Wilayah yang termasuk pada satuan morfologi
pedataran ini diantaranya beberapa wilayah di pesisir pantai dan sekitar sungai
besar dengan batuan – batuan.
Penyusunannya adalah batuan kuarter sebagai hasil sedimentasi dari sungai
dan pantai (aluvium), sedangkan satuan morfologi perbukitan bergelombang terjal
mendominasi morfologi wilayah ini. Morfologi perbukitan ini tersusun oleh batuan-
batuan gunungan api/produk vulkanik seperti lava, breksi, tuff, dan batuan lain
adalah batu gamping terumbu hasil pengendapan laut.
Pembagian morfologi Kabupaten Sumbawa Barat didasarkan atas perbedaan
morfografi, morfogenesis dan morfokronologi, dipisahkan menjadi : Morfologi
Vulkanik Tua, terdapat disekitar G.Tambora dan G. Labumbum, dicirikan dengan
tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk berupa lava dan endapan aliran
piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut; morfologi Perbukitan
Sedimen, terdapat disebelah utara G.Tambora, dicirikan dengan pola aliran sungai
relatif paralel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup berupa batu
gamping, Morfologi Tambora, menempati bagian tengah, memperlihatkan bentuk
kerucut terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera berdiameter 6x7 km
dengan tinggi kaldera sekitar 900-906 m.
Dasar kaldera merupakan daerah datar yang terkadang digenangi air dan
dibagian selatan tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi. Di Morfologi
Kerucut Luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling
tubuh G. Tambora, pada umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah dibagian
puncaknya dengan tingkat erosi rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava,
endapan jatuhan piroklastik (preatik dan preatomagmatik).
Kawah Kadinding Nae, Nangamire, Satonda, Gubu Panda, Doro Peti, Doro Mboha,
Doro Nanga, Doro Mbente dan Doro Tabeh/Doro Kembar.
Evolusi Gunung api G. Tambora dan sekitar dimulai dengan pembetukan
vulkanik Tua Labumbum di bagian tenggara, lalu diikuti dengan pembentukan G.
Kawindana Toi di bagian timur laut (menghasilkan kaldera Kawinda Toi yang
terbuka kearah timur laut). Setelah aktivitas dibagian timur laut berakhir, baru
terbentuk G. Tambora di bagian tengah (menghasilkan kaldera Tambora
berdiameter 6x7 km).Pembentukan Kaldera Tambora terjadi 2 kali merupakan
produk letusan katastropik sebelum tahun 1815 dan produk letusan katastropik
tahun 1815.pembentukan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan
endapan lahar dan kolovial, merupakan endapan yang masih terus berlangsung
hingga kini. Pembentukan kolovium, terutama terjadi di bagian dasar dinding
kaldera Tambora. Aktivitas terakhir yang masih terus berlangsung hingga kini,
yakni berupa hembusan solfatara dan fumarola berintensitas sedang di bagian
dasar dinding kaldera dan di sekitar Doro Api Toi yang berada di bagian tengah
dasar Kaldera Tambora.
Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat – sifat fisika yang kurang baik
sampai sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu
produktivitasnya rendah sampai tinggi. Wilayah penyebarannya terdapat di
berbagai keadaan iklim dengan ketinggian yang beranekaragam, tetapi
umumnya di dataran rendah dengan Fisiografi dataran dengan bentuk wilayah
datar dan sering tergenang.
2. Alluvial Coklat Sampai Coklat Kelabu
Tanah ini disebut juga sebagai tubuh tanah endapan atau recent deposits, yang
belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kelabu-
kekelabuan sampai kecoklat – coklatan. Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir
dengan kandungan pasir kurang dari 50%. Strukturnya pejal atau tanpa
struktur, sedangkan konsistensinya keras waktu kering dan teguh waktu
lembab.
Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung kepada bahan
induknya.Bahan induknya berasal dari bahan alluvial dan koluvial dengan
kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan reaksi kemasamannya
bervariasi dari masam, netral sampai biasa.Permeabilitasnya lambat atau
drainasenya rata-rata sedang sampai cukup peka terhadap gejala erosi. Proses
pembentukan tanah adalah alterasi lemak atau tanpa pembentukan.
Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat – sifat fisik yang kurang baik
sampai sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu
produktivitasnya rendah sampai tinggi.Wilayah penyebarannya terdapat di
berbagai keadaan iklim dengan ketinggian yang beraneka ragam, tetapi
umumnya di dataran rendah dengan fisiografi dataran dengan bentuk wilayah
datar.
3. Komplek Litosol dan Mediteran Coklat
Tanah ini memiliki solum tanah yang sangat tipis sampai tidak ada.Oleh sebab
itu, langsung merupakan lapisan bahan induk dengan pecahan – pecahan
batuan yang telah mengalami pelapukan, sedang di bagian bawahnya terdapat
batuan induk pejal.Keadaan ini menyebabkan kandungan bahan organik yang
rendah sampai tidak ada, sedangkan warna tanah dan konsistensinya
bervariasi.Tekstur umumnya kasar, yaitu berpasir atau berkerikil, sedangkan
teksturnya tidak ada atau butir lepas.Kandungan unsur hara, pH dan
2.2. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat berdasarkan proyeksi
penduduk tahun 2019 sebanyak 148.606 jiwa yang terdiri atas 75.372 jiwa penduduk
laki-laki dan 73.234 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi
jumlah penduduk tahun 2018, penduduk Sumbawa Barat mengalami pertumbuhan
sebesar 2,69 persen.
Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tersebar di delapan Kecamatan
dimana penduduk terbanyak ada di Kecamatan Taliwang dengan persentase 38,39
Persen. Sementara itu Kecamatan Brang Ene memiliki penduduk dengan jumlah
paling sedikit yaitu 4,50 Persen.
Kapasitas Produksi
Kapasitas
Kapasitas
Terpasang/ Tidak Kapasitas Volume
No Instalasasi Terpasang/ Menganggur
Desain dimanfaatka Rill (m3) Produksi (m3)
desain (m3) (m3)
(liter/detik) n
- 1PA Sekongkang
b. Perpompaan pada 2 IPA
- IPA Brang Ene untuk instalasi Kokarlian I, II, III, dan Tambaksari;
- IPA Jereweh untuk instalasi Jereweh dan Banjar.
Untuk mendistribusikan air yang telah diolah sampai dengan tahun 2018
PDAM memiliki panjang pipa distribusi sepanjang 156.209 m Sampai dengan
tahun 2018 jumlah reservoir sebanyak 11 unit dengan kapasitas 3.547 m2 dan
tersebar pada 8 lokasi. PDAM belum melakukan analisis secara memadai
terhadap sistem distribusi atau reservoir dan pipa distribusi yang dibutuhkan.
Tidak terdapat pompa dan pipa distribusi yang tidak dapat digunakan.
Tabel 2. 6 Data SPAM IKK dan Sumur Bor PDAM Kab. Sumbawa Barat
Kapasitas Lt/dt
Potensi (air Tahun
No Nama SPAM Letak Lokasi Jenis IPA Keterangan
Terpasang Termanfaat Reservoir Baku ) Pembuatan
1 IKK Brang Rea I Bangkat Munte Baja 50 30 900 m³ 100 2008 Air permukaan Tiu Bulu
2 IKK Brang Rea II Bangkat Munte Beton 50 16 500 m³ 100 2015 Air permukaan Tiu Poso
10 semur Bor Kapung Bali Kokarlian - 3,5 2 250 m³ 2010 sumur bor
1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yang telah dibangun belum semuanya dapat dimanfaatkan,
demikian juga terhadap kapasitas produksi riil juga belum dapat dipergunakan
sepenuhnya, yaitu sebagai berikut:
Sistem distribusi yang digunakan PDAM sampai dengan tahun 2017 adalah
gravitasi pada 4 IPA dan perpompaan pada 1 IPA. Untuk mendistribusikan air
yang telah diolah, sampai dengan tahun 2017 PDAM memiliki panjang pipa
distribusi sepanjang 139.844 meter. Reservior yang ada sebanyak 12 unit
dengan kapasitas 3.819 M3 dan tersebar pada 7 lokasi. PDAM belum
melakukan analisis terhadap sistem distribusi/reservior dan panjang pipa
distribusi yang dibutuhkan. Tidak terdapat pompa dan pipa distribusi yang
tidak dapat digunakan/rusak berat pada PDAM kabupaten sumbawa barat
pada tahun 2017. Reservior yang tidak dapat digunakan sebanyak 3 unit
dengan kapasitas 347 M3. PDAM telah menganggarkan penggantian dan
perbaikan reservior menggunakan dana APBD sebesar Rp 350.000.000,00 pada
tahun 2018.
Tahun
No Jenis Lokasi Deskripsi Program
Pembuatan
DAK
14 Jar. Perpipaan Desa Banjar Banjar Pembangunan Reguler 2018
Jar. Perpipaan SPAM IKK DAK
15 Bangkat Monteh Brang Rea Pembangunan Reguler 2018
DAK
16 SPAM Desa Kalimantong Brang Ene Pembangunan Reguler 2018
Seteluk DAK
17 SPAM Simpang Kelanir Tengah Pembangunan Afirmasi 2018
DAK
18 SPAM IKK Brang Rea Brang Rea Pembangunan Penugasan 2018
DAK
19 SPAM Rarak Ronges Brang Rea Pembangunan Penugasan 2018
DAK
20 SPAM IKK Brang Ene Brang Ene Pembangunan Penugasan 2018
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman
3.1. Pendekatan
3.1.1. Umum
Dalam kurun waktu tertentu, suatu kawasan yang memiliki potensi
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara lambat
(evolutif) ataupun cepat (revolutif). Pertumbuhan dan perkembangan itu
dapat muncul dengan sendirinya sesuai dengan kebutuhan yang ada, namun
dapat juga direncanakan sesuai dengan keinginan yang dikehendaki oleh
pemerintah, swasta/investor, atau masyarakat. Pertumbuhan dan
perkembangan suatu kawasan ditandai dengan meluasnya kawasan-
kawasan terbangun yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan air
bersih. Pemerintah berkeinginan untuk mengembangkan pelayanan kepada
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih domestik sehingga
diperlukan peningkatan program pembangunan air minum di Kabupaten.
Peningkatan pelayanan air minum tersebut diharapkan dapat mencapai 80%
dari jumlah penduduk yang terlayani air bersih, sesuai dengan kebijakan
pemerintah yang tertuang dalam PP. No. 16/2005 yang mengatur tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dalam hal mendorong
pencapaian percepatan MDGs (Millenium Development Goals).
Untuk pemenuhan pelayanan terhadap masyarakat berupa
kebutuhan air domestik agar sesuai sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka diperlukan suatu tahapan perencanaan berupa Perencanaan Teknis.
Tahapan penyusunan Perencanaan Teknis ini disesuaikan dengan
Analisis Potensi
pengembangan
Kriteria/standar analisis
Dari segi kuantitas, kapasitas sumber harus lebih besar dari kapasitas
kebutuhan air di wilayah perencanaan pada hari maksimum.
Untuk metode ini analisa, data dilakukan dengan regresi non linear yang
rumusnya sebagai berikut :
y = abx
ln y = ln a+ ln b
Y = A+Bx
A = Y - Bx
𝑌 − 𝑥𝑌 − 𝑛𝑥𝑌
𝐵=
𝑌 − 𝑥 𝑧 − 𝑛𝑥 𝑧
• Metode Aritmatik
Pn = Po (1 + r n)
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun awal
Keterangan :
Y = Variabel Kriterium
X = Variabel Prediktor
a = Variabel Konstan
b = Koefisien arah regresi linear
Dimana :
Keterangan :
X = Variabel Independen
Y = Variabel Dependen
n = Jumlah sampel
demngan nilai r adalah diantara rentang -1 sampai dengan 1
dimana :
No Nilai r Keterangan
1 r=0 Tidak ada korelasi
2 0 < r ≤ 0,2 Korelasi sangat lemah
3 0,2 < r ≤ 0,4 Korelasi lemah
4 0,4 < r ≤ 0,7 Korelasi sedang
5 0,7 < r ≤ 0,9 Korelasi cukup kuat
6 0,9 < r ≤ 1 Korelasi sangat kuat
7 r=1 Korelasi sempurna
• Koagulan; Alum
Unit desinfeksi :
• Cara pembubuhan injeksi dengan pompa dosing tipe plunger
• Desinfektan CaOC12
• Dosis pembubuhan optimum.
dimana :
H = Kehilangan tekanan (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit air (liter/detik)
D = Diarneter dalam pipa (mm)
C = Koefisien kekasaran pipa.
Koefisien kekasaran pipa, bergantung kepada jenis dan kondisi
umur pipa.
c. Kecepatan aliran
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan daiam menentukan
dimensi pipa adalah kecepatan aliran. Dalam perencanaan
ditentukan sebagai berikut :
• Kecepatan maksimum = 2 m/dt.
• Kecepatan minimum = 0,3 m/ dt
d. Tekanan Kerja.
Tekanan kerja maksimum yang terjadi pada perpipaan transmisi ditentukan
berdasarkan tekanan kerja maksimum yang diizinkan untuk bahan pipa
tersebut.
3.1.3.5.4. Reservoir
Reservoir distribusi diperlukan untuk menyimpan air akibat adanya variasi
pemakaian yang terjadi selama 24 jam. Kapasitas reservoir distribusi ini
direncanakan sebesar 15% - 20% dari kebutuhan maksimum harian.
Reservoir distribusi ditempatkan di lokasi yang relatif paling tinggi didaerah
perencanaan itu dan sedapat mungkin terletak di pusat/yang paling dekat
dengan daerah pelayanan.
b) Tekanan kerja
Tekanan kerja minimum yang terjadi pada perpipaan distribusi
direncanakan sebesar 1,5 bar (dihitung terhadap permukaan tanah).
c) Koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran.
Harga-harga koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran air dalam
sistim perpipaan distribusi pada dasarnya sama dengan ketentuan-
ketentuan seperti yang telah disebutkan untuk perpipaan transmisi.
3.2.2. Persiapan
Tahapan persiapan ini merupakan tahapan yang cukup penting, dimana
acuan dan segala sesuatu yang akan dilakukan pada kegiatan selanjutnya
direncanakan pada tahap ini. Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang
perlu dilakukan, yaitu:
a. Pernbentukan Tim
diketahul apakah masih relevan atau tidak dengan kondisi saat ini. Data
nantinya juga digunakan sebagai bahan pemikiran, pertimbangan, dan
kajian di dalam menuangkan ide di dalarn menyusun Perencanaan DED
SPAM Bintang Bano. Data sekunder yang diperlukan adalah dan instansi
terkait di Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan sernakin Iengkapnya data
akan mempermudah pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Untuk itu perlu
kerjasama yang baik antara Konsultan dengan PDAM Kabupaten Sumbawa
Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.
Survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data
sekunder. Survei yang dilakukan meliputi:
A. Survei pendahuluan yang tujuan pokoknya adalah untuk mencari data-data
sekunder selengkap mungkin baik data teknis maupun data non teknis di
instansi-instansi terkait, mengetahui permasalahan teknis maupun non
teknis yang ada, lebih mengenal dengan baik kondisi lapangan yang akan di
studi, mengecek data-data yang ada sudah didapatkan dan mengatur
pelaksanaan survei detail untuk tujuan efisiensi biaya dan waktu.
Data - data yang diambil pada saat survei pendahuluan antara lain:
1. Data Kondisi Fisik Wilayah Studi
geografi & administrasi
topografi
• hidrologi & geohidrologi
Peta - peta penunjang
tata guna lahan
2. Data Kependudukan
• Data jumlah penduduk tahun terakhir (tahun 2016, 2017, 2018, 2019 dan
2020)
Data kepadatan penduduk
• Data pertumbuhan penduduk
3. Data Kondisi Fisk Air Baku
• geografi
• topografi
• debit yang dapat dimanfaatkan
• peta peta penunjang
4. Data Kondisi Eksisting Air Bersih
• sumber air baku
• kebutuhan air bersih liter/orang/hari
• sistem pelayanan
• peta lokasi area pelayanan
5. Peta-peta
• Peta jaringan jalan desa, jalan kecamatan, jalan kabupaten dan rencana
jaringan jalan
• Peta jaringan air minum dan rencana
• Peta rencana tata guna lahan Kabupaten Sumbawa Barat
• dll
3. Laporan-laporan tentang Studi Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat (RTRW) dan Studi-studi terdahulu yang
terkait dengan pekerjaan Perencanaan Teknis SPAM Wilayah
perencanaan Kabupaten Sumbawa Barat.
Kajian terhadap studi-studi yang terdahulu penting untuk ditelaah guna
mengetahui rencana pengembangan pada wilayah studi. Rencana
pengembangan di wilayah studi akan menjadi salah satu dasar pemikiran
untuk perencanaan pengembangan penyediaan air minum di wilayah studi,
sehingga studi ini tidak akan menyimpang dari arahan pengembangan
wilayah dan kebijakan pemerintah setempat. Dengan demikian perlu
dilakukan inventarisasi studi-studi terdahulu yang berhubungan dengan
penyediaan air minum dan kajian tentang kondisi lingkungan wilayah studi,
yang nantinya dapat digunakan untuk analisis oleh Konsultan.
B. Survei detail dilakukan untuk cross check data pada survei pendahuluan
serta untuk metengkapi kekurangan pada survei sebelumnya. Hasil Survei
detail meliputi :
• Lokasi sumber air baku dan lokasi/area pelayanan.
• Kapasitas produksi sumber air yang mungkin dapat dimanfaatkan
• Karakteristik pompa yang digunakan
• Visualisasi sebaran penduduk dan sosial ekonomi masyarakat
• Pelayanan air minum yang digunakan
• Sumber alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air minum
Sebagai bukti telah dilakukannya survei lapangan dan supaya pihak lain
yang tidak mengikuti kegiatan ini dapat mengetahui dan mendapat
gambaran kondisi di lapangan, konsultan akan menyertakan foto - foto
lapangan sebagai lampiran dalam laporan.
Data-data hasil survei pendahuluan dan survei detail kemudian
diinventarisasi untuk memudahkan dalam menganalisis.
C. Melakukan Survey Pengukuran yang meliputi :
1) Pengukuran profil memanjang dan melintang Dilakukan untuk
mengetahui kontur permukaan darat khususnya untuk kebutuhan
sistem penyaluran transmisi dan distribusi air minum di wilayah
perencanaan
2) Pengukuran topografi merupakan kegiatan memetakan kondisi
rencana jaringan SPAM. Kegiatan pengukuran dan pemetaan ini
meliputi pengukuran situasi (bangunan di sekitar,jalan
akses,persawahan dll) dan pengukuran potongan melintang (cross
section) dan potongan memanjang (long section). Berikut ini adalah
bagan alir pelaksanaan pengukuran topografi:
Nama : Prisma
Fungsi :
3
- Berfungsi sebagai reflector
dari total station
Nama : Tripod
Fungsi :
- Sebagai dudukan total station
4
kedepan.
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air
di suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah
air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Pada perencanaan hidrologi, perhitungan neraca air dapat membantu
menerangkan aliran air yang masuk dan keluar pada suatu sistem. Pada
perhitungan neraca air, sebenarnya terdapat parameter-parameter yang
sulit diukur di lapangan terutama yang berhubungan dengan parameter
pada air tanah, tetapi dalam perumusannya sering dilakukan
penyederhanaan sesuai dengan kondisi lapangan setempat. Perhitungan
neraca air sering dilakukan untuk tujuan:
a. Menghitung persediaan air pada permukaan tanah dan sub-
permukaan tanah.
b. Menaksir pola penggunaan air yang tersedia.
c. Membantu untuk menseimbangkan jumlah air yang lebih dan
kekurangan air
d. Sebagai dasar pada perhitungan perencanaan optimasi pada
manajemen sumberdaya air.
Dimana:
R : Hujan
Qi,Qo : Debit aliran masuk dan keluar
ET0 : Evapotranspirasi
Gi,Go : Aliran air tanah
ΔS : Perubahan volume tampungan
5. Analisis Hidrolika
Mekanisme pengaliran dalam sistem jaringan air
a. Sistem gravitasi
Sistem pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan yang cukup besar dengan elevasi daerah
pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.
Sistem ini dianggap cukup ekonomis karena hanya memanfaatkan
perbedaan tinggi/elevasi sumber dan daerah layanan.
b. Sistem pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan
pada suatu titik agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas.
Jika pompa digunakan untuk menaikkan air dari suatu tandon A ke
dengan :
HB = tekanan di titik B
c. Sistem gabungan
Pada sistem gabungan, reservoir digunakan untuk
mempertahankan tekanan yang diperlukan selama
periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat
misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya
energi. Selama pemakaian rendah, sisa air dipompakan
dan disimpan dalam reservoir.
a. Proyeksi Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas yang ada sangat diperlukan
untuk kepentingan perencanaan dan perancangan serta evaluasi
penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih semakin lama
semakin meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dimasa yang akan dating. Untuk suatu perencanaan
diperlukan suatu proyeksi penduduk (termasuk juga fasilitas-fasilitas
umum). Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya
dan ketelitiannnya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa
pertimbangan dan metode.
Macam-macam metode proyeksi penduduk :
- Metode rata-rata aritmatik
- Metode Geometri
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan
penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan
penduduk. Metode ini tidak memperhatikan adanya suatu saat
terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap,
disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum.
Rumus yang digunakan:
Pn = Po (1+ r) ⁿ
Dimana:
Po = jumlah penduduk mula-mula
Pn = penduduk tahun n
ⁿ = kurun waktu
r = rata-rata prosentase pertambahan penduduk
pertahun
b. Proyeksi Fasilitas
Jumlah dan jenis fasilitas yang ada pada area pelayanan menentukan
besarnya kebutuhan air non domestik. Untuk memperkirakan
besarnya kebutuhan air non domestik pada waktu mendatang
diperlukan proyeksi fasilitas. Pendekatan yang digunakan dapat
dilihat pada rumus berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 − 𝑛 𝐹𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 − 𝑛
=
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝐹𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
Industri :
Peternakan 10-35 l/ekor/hr
Industri Umum 40-400 l/org/hr
Komersial :
Bioskop 10-15 l/kursi/hr
Hotel 80-120 l/org/hr
Pasar/Pertokoan 5 l/m2/hr
b. Sisa Tekanan
Nilai sisa tekanan minimum pada setiap titik jaringan pipa induk
yang direncanakan adalah sebesar 10 m kolom air. Hal ini
dimaksudkan agar air dapat sampai di konsumen dengan tekanan
yang cukup. Untuk mendapatkan tekanan minimun ini dapat
dengan cara antara lain dengan menaikkan elevated reservoir,
mengatur nilai kecepatan aliran dalam pipa serta headloss total.
c. Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan air dalam pipa (Hr) terjadi akibat adanya friction
antara fluida dengan fluida dan antara fluida dengan permukaan
dalam pipa yang dilaluinya. Kehilangan tekanan maksimal 10 m/km
panjang pipa.
Kehilangan ada dua tingkat, yaitu :
- Mayor Losses
Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus, dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan Hazen-William :
1, 85
Q
Hf = ×L
0,2785 × C × D
2 , 63
dimana :
Hf = kehilangan tekanan air sepanjang pipa lurus (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran (m³ / det)
D = diameter pipa (m)
C = koefisien Hazen-William (tergantung jenis pipa)
- Minor Losses
Yaitu kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat-tempat yang
memungkinkan adanya perubahan karakteristik aliran, misalnya
pada belokan, valve, dan aksesoris lainnya. Persamaan yang
digunakan :
Hfm=(k.V²)/2 g
dimana :
Hfm = kehilangan tekanan air pada belokan pipa, valve, dan
accecoris (m)
K = konstanta kontraksi (sudah tertentu) untuk setiap jeis
peralatan
pipa berdasarkan diameternya
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan
didistribusikan kepada konsumen secara terus-menerus selama 24
jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap waktu
kuantitas air baku dapat mensuplai seluruh kebutuhan konsumen
di daerah tersebut.
Keuntungan :
• Konsumen akan mendapatkan air minum setiap saat
• Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam
jaringan pipa distribusi selalu didapatkan dalam keadaan segar.
Kerugian :
• Pemakaian air akan cenderung lebih boros
• Bila ada sedikit kebocoran saja, jumlah air yang terbuang besar
- Intermitten sistem
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan
didistribusikan kepada konsumen hanya selama beberapa jam
dalam satu harinya, biasanya 2 sampai 4 jam pada pagi hari dan 2
sampai 4 jam pada sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan bila
kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia dalam sistem.
Keuntungan :
• Pemakaian air cenderung lebih hemat
• Bila ada kebocoran maka air yang terbuang relatif kecil
Kerugian :
• Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk
pemadam kebakaran tidak tersedia.
• Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang
cukup agar kebutuhan air dalam sehari dapat disimpan.
• Dimensi pipa yang dipakai akan lebih besar karena kebutuhan
air yang akan disuplai dan didistribusikan dalam sehari hanya
ditempuh dalam jangka waktu pendek.
f. Sistem Jaringan Distribusi Induk
pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end) dan air akan
mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem
ini diterapkan pada :
a. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
b. Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah
c. Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan :
• Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan
kotoran dan pengendapan lumpur dapat dihindari (air dapat
disirkulasi dengan bebas)
• Bila terjadi kerusakan, perbaikan atau pengambilan air untuk
pemadam kebakaran pada bagian tertentu, maka suplai air pada
bagian sistem lainnnya tidak terganggu
Kerugian :
• Sistem perpipaan rumit
• Perlengkapan pipa yang dipergunakan sangat banyak
g. Jenis pipa dan Bahannya
Beberapa jenis pipa yang umumnya digunakan dalam pekerjaan
sistem distribusi air minum adalah :
- Cast Iron Pipe (CIP)
Karakteristik CIP adalah mempunyai kekuatan tinggi dan sangat
cocok dipasang di daerah yang sulit, serta dapat disambung
dengan berbagai cara.
- Ductile Iron Pipe (DIP)
Merupakan kombinasi antara daya tahan korosi CIP dan sifat
mekanik dari pipa baja.
- Galvanized Pipe Iron (GIP)
- Asbes Cement Pipe (ACP)
Karakteristik ACP adalah sangat ringan sehingga mudah dalam
pemotongan dan penyambungan.
3.2.8. Perencanaan Teknis Sistem Pipa Air Bersih Bawah Laut dan SPAM
Perencanaan Teknis Sistem Pipa Air Bersih Bintang Bano Kabupaten
Sumbawa Barat meliputi :
a. Menentukan cakupan wilayah perencanaan
b. Menghitung kebutuhan air bersih untuk daerah perencanaan dan
proyeksi sampai akhir tahun perencanaan.
c. Menyiapkan data teknis jalur pipa yang meliputi :
Rencana koordinat rute pipeline
Material properties dan dimensi pipa
Desain tekanan air pada saat kondisi installasi, operasional dan
test
Detail rencana material coating (bila ada)
d. Menganalisa perhitungan stabilitas pipa, yang meliputi :
Penentuan standards/ codes yang diacu
Penentuan kombinasi beban
Penentuan berat pipa
Perhitungan tahanan pipa
Perhitungan stabilitas vertical pipa di dalam tanah
Perhitungan stabilitas pipa di dalam atau di atas tanah
Analisa dinamis terhadap stabilitas lateral
Analisa statis terhadap stabilitas lateral
e. Mengusulkan sistem stabilisasi yang diperlukan untuk rencana pipa
yang melintasi jalur jalan nasional apabila ada
f. Melakukan analisis, yang meliputi analisis secara teknis jaringan pipa
3.2.10. Analisis OP
Pengoperasian unit air baku meliputi kegiatan pengaturan jumlah
debit air baku yang akan diambil serta pemantauan kualitas air baku yang
diambil dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengoperasian unit air baku air minum, meliputi pengoperasian
bangunan dan perlengkapan penyadapan air baku, untuk mengalirkan
air baku dari sumber ke unit produksi atau langsung ke unit distribusi
jika kualitas air minum sudah memenuhi persyaratan.
2. Jumlah air baku yang disadap tidak boleh melebihi izin pengambilan air
baku dan sesuai jumlah yang direncanakan sesuai tahapan perencanaan.
3. Apabila kapasitas sumber berkurang dari kapasitas yang dibutuhkan,
maka air yang disadap harus dikurangi sedemikian rupa sehingga masih
ada sisa untuk pemeliharaan lingkungan di hilir sumber.
INSTANSI TEAM
TERKAIT LEADER
(TIM TEKNIS)
Tenaga Ahli :
• Ahli Air Minum
• Ahli Sipil Struktur
• Ahli Geologi
• Ahli Sosial
Tenaga Pendukung :
• Surveyor
• Drafter
• Administrasi Kantor
• Pembantu Surveyor
4.5. Laporan
Hasil produk dari kegiatan dituangkan dalam laporan yang harus
diserahkan secara berurutan sesuai dengan tahapan dan jadwal pelaksanaan.
Laporan DED Jaringan Layanan SPAM Bintang Bano yang harus diserahkan
meliputi :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan diserahkkan 30 (tiga puluh) hari setelah
diterbitkan SPMK. Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak 5 (Lima)
Eksemplar. Garis besar Laporan Pendahuluan berisi :