VI (INTERIM REPORT)
KATA PENGANTAR
LAPORAN SISIPAN
(INTERIM REPORT)
Laporan Sisipan (Interim Report) ini memuat tentang kegiatan layanan Konsultan
sampai pertengahan proyek yang menguraikan tentang Latar Belakang Pekerjaan,
Maksud Dan Tujuan Pekerjaan, Ruang Lingkup Pekerjaan, Survey dan Analisa Hidrologi,
Survey dan Analisa Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah, Survey dan Analisa
Topografi, Survey dan Analisa Sosial Ekonomi serta Lay Out Jaringan dan Kriteria Desain
serta Perencanaan dalam rangka Pekerjaan “SID Pembangunan Air Baku Kota Kendari”.
Demikian laporan ini disusun, semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tujuan. Atas
kepercayaan yang telah diberikan, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik Curah Hujan Bulanan di Stasiun Curah Hujan Wanggu.........
II - 6
BAB I
BAB I : PENDAHULUAN
Selain itu, ada beberapa hal yang termasuk dalam PP No. 16 tahun 2005 yang bisa
menjadi acuan dalam program penyediaan air baku ini, antara lain :
1. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diselenggarakan
berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan
dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian serta transparansi dan
akuntabilitas.
2. Pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bertujuan
untuk :
a. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau.
Sesuai dengan kebijakan penyediaan air bersih di atas dan mencermati kondisi saat
ini di Kota Kendari dan Kab. Konawe Selatan yang masih mengalami kendala dalam
penyediaan air baku untuk air minum dimana kondisi sumber air yang ada cukup
tersedia, tapi karena terbatasnya perencanaan/detail desain prasarana air baku
yang dilaksanakan menyebabkan pelaksanaan konstruksi sulit dilaksanakan. Atas
pertimbangan tersebut, maka Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Provinsi Sulawesi
Tenggara akan melaksanakan kegiatan Survey Investigasi dan Desain
Pembangunan Air Baku di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Kegiatan
tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan air baku
untuk air bersih di masa mendatang.
KEGIATAN B
Kegiatan B adalah Kegiatan Survey Lapangan, meliputi :
Survey dan Pengukuran Topografi, yang mencakup kegiatan survey dan
pengukuran :
Situasi Lokasi Pembangunan Air Baku
Situasi Areal Jaringan Air Baku
Situasi daerah rencana genangan/bangunan Intake (sesuai kebutuhan).
Situasi Trase Jaringan Air baku (Potongan Memanjang dan melintang)
Survey Hidrologi dan Hidrometri, antara lain :
Pengumpulan Data Curah HUjan
Pengumpulan Data Klimatologi
Pengumpulan Data Debit Sungai
Penyelidikan Geologi/Mekanika Tanah, antara lain :
Penyelidikan geologi rencana pondasi bangunan pengambilan/intake
Penyelidikan bahan/material untuk pembangunan
Survey Sosial Ekonomi
Pengumpulan Data Kependudukan di daerah studi
Pengumpulan Data Sosial dan Ekonomi di wilayah studi
KEGIATAN C
Kegiatan C adalah Kegiatan Analisa Data, meliputi :
Analisa Topografi
Analisa Hidrologi dan Hidrolika
Analisa Geologi Teknik dan Mekanika Tanah
Analisa Sosial Ekonomi
Penyusunan Kriteria Desain dan Parameter Desain
KEGIATAN D
Kegiatan D adalah Kegiatan Desain dan Penggambaran, meliputi :
Detail Desain Rinci Intake dan Bangunan Pelengkapnya
Detail Desain Rinci Jaringan Air Baku
Penggambaran Hasil Desain
Perhitungan Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Penyusunan Spesifikasi Teknik dan Dokumen Tender
KEGIATAN E
Kegiatan E adalah Kegiatan Pelaporan, meliputi :
Rencana Mutu Kontrak (Quality Assurance)
Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Bulanan (Monthly Report)
Laporan Sisipan / Pertengahan (Interim Report)
Laporan Akhir (Final Report)
Laporan Ringkasan (Executive Summary)
Laporan Penunjang (Supporting Report), meliputi :
Buku Ukur
Laporan Analisa Hidrologi
Penyelidikan Geoteknik
Laporan System Planning
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM/CP
Laporan Nota Desain
Dokumentasi
Gambar-gambar Rencana, terdiri dari :
Cetak Biru Gambar Perencanaan Ukuran A1
Gambar Perencanaan Ukuran A3
Gambar Desain Kalkir A1 80/85 gram
Spesifikasi Teknik / Dokumen Tender
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Analisa Harga Satuan
Daftar Volume Pekerjaan
Eksternal Hardisk yang berisi seluruh gambar dan laporan
KEGIATAN F
Kegiatan F adalah Kegiatan Diskusi, meliputi :
Diskusi I (Laporan Pendahuluan / Inception Report)
Diskusi II (Laporan Sisipan / Interim Report)
Diskusi III (Laporan Akhir Sementara / Draft Final Report)
BAB II
BAB II : GAMBARAN UMUM
DAERAH STUDI
Luas Wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan 451.421 Ha atau 11,83 % dari
luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan
(laut) adalah 9.368 km2. Selain jazirah tenggara Pulau Sulawesi, terdapat juga pulau
kecil yaitu Pulau Cempedak. Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 22 (Dua Puluh
Dua) Kecamatan, antara lain : Kecamatan Tinanggea, Kecamatan Lalembuu,
Kecamatan Andoolo, Kecamatan Buke, Kecamatan Palangga, Kecamatan Palangga
Selatan, Kecamatan Baito, Kecamatan Lainea, Kecamatan Laeya, Kecamatan
Kolono, Kecamatan Laonti, Kecamatan Moramo, Kecamatan Moramo Utara,
Kecamatan Konda, Kecamatan Wolasi, Kecamatan Ranomeeto, Kecamatan
Ranomeeto Barat, Kecamatan Landono, Kecamatan Mowila, Kecamatan Angata,
Kecamatan Benua dan Kecamatan Basala.
Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit oleh dataran
rendah yang sangat potensial untuk pengembangan di sektor pertanian.
Berdasarkan garis ketinggian menurut hasil penelitian, wilayah Kabupaten Konawe
Selatan dapat dibedakan atas 5 (lima) kelas. Selain menurut ketinggian, dilakukan
juga pemetaan terhadap klasifikasi kemiringan dan jenis tanah sebagaimana
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1. Luas Dataran Kabupaten Konawe Selatan Menurut Ketinggian di Atas
Permukaan Air Laut
Tinggi Di Atas Permukaan Laut Luas Dataran Persen
No.
(m) (Ha) (%)
1. 0 – 25 126.157 8,11
2. 25 – 100 492.022 31,62
3. 100 – 500 312.861 39,38
4. 500 – 1000 212.620 13,66
5. 1000 Ke Atas 112.500 7,23
Jumlah 1.556.160 100,00
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka 2009
A. Fisiografi Daerah
Secara umum, Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan secara Fisiografi
dibagi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu : satuan morfologi pegunungan, satuan
morfologi perbukitan bergelombang dan satuan morfologi dataran rendah yang
dipublikasi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung yang
disusun oleh E. Rusmana dan kawan-kawan pada tahun 1993. Penjelasan ketiga
satuan morfologi tersebut adalah sebagai berikut.
B. Statigrafi Daerah
Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan, secara umum (regional) terbagi
menjadi beberapa satuan formasi yaitu :
Satuan Formasi Aluvium (øa). Terdiri dari kerikil, kerakal, pasir halus dan
kasar, lanau dan lempung. Umur satuan ini adalah holosen.
Satuan Formasi Pandua (Tmpp). Berupa konglomerat, batu pasir dan batu
lemoung, berumur pliosen.
Satuan Formasi Meluhu (Trjm). Terdiri dari batu pasir, kuarsit, filit, serpih
hitam, serpih merah, batu sabak, batu gamping, batu lanau, umur satuan ini
trias.
Satuan Formasi Tokala (Trjt). Terdiri kalsitufit, batu gamping, batu pasir,
serpih, napal dan batu sabak. Satuan ini berumur trias.
Satuan Batuan Opiolit (Ku). Terdiri dari peridotit, harzburgit, durit, gabro dan
serpentinit, yang berumur kapur.
Tabel 2.3. Rekap Data Curah Hujan Bulanan di Stasiun Curah Hujan Wanggu
Gambar 2.1. Grafik Curah Hujan Bulanan di Stasiun Curah Hujan Wanggu
Secara geografis, lokasi stasiun ini terletak di 04º 21’ 48” LS - 122º 07’ 27” BT. Data
curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Curah Hujan ini sebanyak 10 tahun
pengamatan, yaitu dari tahun 2000 s/d 2009. Rekap hasil pengamatan dari stasiun
curah hujan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 2.4. Rekap Data Curah Hujan Bulanan di Stasiun Curah Hujan Atari Lama
Gambar 2.2. Grafik Curah Hujan Bulanan di Stasiun Curah Hujan Atari Lama
persen. Kecepatan angin rata-rata berkisar 4.08 knots dengan arah angin umumnya
dari arah utara dan timur. Data klimatologi diperoleh dari Stasiun Klimatologi Mowila
yang terletak di Kecamatan Landono. Ada beberapa jenis data klimatologi yang
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Mowila ini dari pengamatan tahun 1989 s/d tahun
2006, antara lain : temperatur (t), Kecepatan Angin (u), Lamanya Penyinaran
Matahari (n/N) dan data Kelembaban udara (RH).
1. Temperatur / Suhu
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari
permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat
dalam suatu wilayah. Secara garis besar, kondisi iklim di lokasi pekerjaan dapat
dikatakan normal. Suhu rata-rata di daerah ini ± 31,30 ºC. Suhu tertinggi rata-
rata dicapai pada bulan Desember sebesar 32.41 ºC, sedangkan suhu terendah
rata-rata di capai pada bulan Juli sebesar 29.68 ºC. Data selengkapnya dapat
dilihat di bawah ini.
2. Kecepatan Angin
Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal. Kecepatan Angin Rerata yang
terjadi pada daerah ini adalah 1,10 km/jam. Kecepatan angin rata-rata terbesar
terjadi pada bulan Desember sebesar 1,94 km/jam sedangkan kecepatan angin
rata-rata terkecil terjadi pada bulan Mei sebesar 0,75 km/jam.
3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan salah satu parameter iklim yang mudah
terpengaruh dan mempengaruhi kegiatan, khususnya terhadap material
bangunan yang akan digunakan. Kelembaban rata-rata di lokasi studi adalah
sekitar 88,25 % yang berarti bahwa daerah studi ini sebagian besar merupakan
daerah basah yang disebabkan oleh tingginya vegetasi penutup. Kelembaban
rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 92,45 %, sedangkan
kelembaban rata-rata terendah terjadi pada bulan November sebesar 82,36 %.
Tabel 2.8. Data Lamanya Penyinaran Matahari – n/N (%) Bulanan di Stasiun
Klimatologi Mowila
Untuk itu, kegiatan pembangunan air minum dewasa ini diarahkan pada perluasan
jaringan air minum sampai ke pelosok pedesaan secara merata. Kondisi penyediaan
air minum di Kota Kendari masih kurang baik. Siklus pengaliran air ke masyarakat
memakan waktu 3 – 4 hari sekali dengan waktu pengaliran hanya 3 – 4 jam per
hari. Saat ini, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kendari sedang
melaksanaan pembuatan jaringan pipa air minum serta berusaha mencari sumber-
sumber air yang baru dan akan digunakan sebagai debit tambahan untuk
menambah jumlah layanan bagi masyarakat Kota Kendari. Untuk rencana
pengembangan wilayah pelayanan, PDAM Kota Kendari telah melakukan
inventarisasi penambahan alat dan alternatif untuk sumber air baku yang saat ini
masih dalam tahap pengajuan. Berikut ini adalah rincian banyaknya pelanggan air
minum di Kota Kendari.
Tabel 2.9. Banyaknya Pelanggan Air Minum Menurut Kategori Pelanggan di Kota
Kendari
Banyaknya Pelanggan Air Minum
No. Kategori Pelanggan
2006 2007 2008
1. Rumah Tempat Tinggal 15.402 15.755 15.706
2. Badan-badan Sosial dan Rumah Sakit 111 112 109
3. Umum - - -
4. Toko, Perusahaan dan Industri 687 727 962
5. Instansi Pemerintah 289 302 441
6. Lain-lain - - 6
Jumlah 16.896 16.896 17.224
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Kota Kendari Dalam Angka 2009
Hingga saat ini PDAM Kota Kendari telah melayani pelanggan sebanyak 21.496
Sambungan, yang terdiri dari : sambungan rumah, sambungan umum, sambungan
hidran, instalasi pemerintah, niaga dan industri. Daerah layanan meliputi : wilayah
sebagian besar wilayah Kota Kendari dan sekitarnya. Bila diasumsikan per
sambungan rumah melayani 6 jiwa, maka total penduduk Kota Kendari dan
sekitarnya yang terlayani adalah 128.976 jiwa. Jumlah tersebut adalah sama
dengan ± 48,69 % dari total penduduk kota Kendari yang berjumlah 264.884 jiwa.
Sistem layanan air bersih PDAM Kota Kendari dibagi menjadi 4 (empat) Zona atau
wilayah layanan, antara lain :
1. Zona I. Cakupan wilayah pelayanannya, meliputi : Kelurahan Mandonga,
Kelurahan Kemaraya, Kelurahan Tipulu, Kelurahan Watu-watu, Kelurahan
Punggolaka dan Kelurahan Lahundape.
2. Zona II. Cakupan wilayah pelayanannya, meliputi : Kelurahan Dapu-Dapura,
Kelurahan Kandai dan Kelurahan Benu-Benua.
3. Zona III. Cakupan wilayah pelayanannya, meliputi : Kelurahan Puuwatu,
Kelurahan Watulondo, Kelurahan Punggolaka, Kelurahan Korumba, Kelurahan
Pendambea, Kelurahan Bende dan Kelurahan Kadia.
4. Zona IV. Cakupan wilayah pelayanannya, meliputi : Kelurahan Wawowanggu,
Kelurahan Anaiwoi, Kelurahan Bonggoeya, Kelurahan Watubangga dan
Kelurahan Wua-wua.
Berikut ini disajikan Peta Eksisting Layanan PDAM Kota Kendari dan Rencana
Pengembangannya.
Tabel 2.10.Jenis dan Kapasitas Sumber Air Baku PDAM Kota Kendari
Kapasitas Kapasitas
No. Jenis Sumber Air Lokasi Terpasang Produksi Keterangan
(liter/dtk) (liter/dtk)
1 Air Permukaan Sungai Pohara 400,00 212,00 Menggunakan IPA
2 Mata Air Anggoeya 40,00 35,00 Tanpa IPA
3 Mata Air + Air Permukaan Andonouhu 5,00 3,00 Tanpa IPA
4 Mata Air Gunung Jati 5,00 2,00 Tanpa IPA
5 Air Sumur Dalam Lepo-lepo Indah 1,00 0,30 Tanpa IPA
6 Air Permukaan Sungai Wanggu 20,00 20,00 Menggunakan IPA
Total 471,00 272,30
Sumber: Bagian Perencanaan PDAM Kota Kendari 2010
Data-data PDAM Kota Kendari sampai dengan tahun 2010, antara lain :
Jumlah penduduk : 264.884 jiwa (r = 4,74%)
Jumlah pelanggan : 21.496 SR
Kebutuhan Rata-rata per Jiwa : 130 liter/hari
Cakupan pelayanan : 46%
Sumber Air Yang Tersedia : 90.000 liter/detik (sungai saja)
Sumber Air Yang Dimanfaatkan : 270 liter/detik
Pipa Transmisi Air Baku : 17 km (DCIP 600 mm)
Pipa Distribusi Air Minum : 375 km
Jumlah Air Terdistribusi : 6.720.000 m3/tahun
Jumlah Air Terjual : 4.320.000 m3/tahun
Tingkat Kehilangan Air : 36 %
Tarif Dasar : Rp 2.866/m3
Tarif Rata-rata : Rp 3.750/m3
Berbeda dengan sistem penyediaan air baku di Kota Kendari yang ditangani oleh
PDAM Kota Kendari, sebagian besar atau hampir seluruhnya untuk wilayah
Kabupaten Konawe Selatan masih mengalami kesulitan dalam penyediaan air baku
pedesaan. Pada lokasi Kecamatan dan Perdesaan yang belum mendapatkan
pelayanan air baku dari PDAM, masyarakat mendapatkan air baku dengan
berbagai cara sebagai berikut :
1. Menggunakan sumur gali untuk wilayah yang aquifer air tanahnya tidak terlalu
dalam, dimana penggalian sumur masih bisa dilakukan.
2. Menggunakan sumur pantek pada kedalaman tertentu dimana mesin pompa
masih bisa beroperasi normal dan efisien.
Secara umum dapat diuraikan kondisi existing prasarana air baku di Perdesaan
antara lain beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam satu wilayah desa belum ada satu sistem distribusi air baku yang
pelayanannya mencakup seluruh wilayah desa.
2. Kelompok maupun perorangan dalam lingkup kampung atau dusun
mengadakan/mempunyai sistem sarana air baku sendiri.
3. Terdapat lebih dari satu sumber mata air dalam wilayah satu desa. Atau
memanfaatkan sumber mata air dari wilayah desa lain.
4. Lokasi mata air umumnya di kaki bukit, lereng gunung pada rapen/bagian
cekungan lereng kaki bukit, jarak sumber air dengan kampung terdekat
bervariasi mulai dari 0 km (di dalam kampung) sampai dengan 5 km di lereng
gunung.
5. Kondisi lahan dilokasi sumber air berupa kawasan hutan, kawasan perkebunan
baik perkebunan teh, sayuran dan juga di lahan persawahan.
6. Pemanfaatan sumber mata air saat ini untuk air baku dan persawahan
7. Status lahan lokasi sumber mata air merupakan milik adat, milik desa, milik
Dinas kehutanan, milik perkebunan teh atau milik pribadi.
Potensi sumber air di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan cukup besar
meliputi : sumber mata air dan air permukaan (sungai). Sumber mata air hampir
tersebar di seluruh wilayah Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Pada
tabel di bawah ini disajikan beberapa potensi sumber air yang layak dikembangkan
untuk pemenuhan kebutuhan air baku bagi masyarakat di Kota Kendari dan
Kabupaten Konawe Selatan.
BAB III
BAB III : ANALISA HIDROLOGI
DAN HIDROMETRI
3.1. UMUM
Analisa curah hujan yang di perlukan adalah analisa curah hujan harian maksimum
tahunan yang digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rancangan. Data
yang di kumpulkan ini di ambil dari buku curah hujan dan klimatologi yang di
peroleh dari Kantor Bagian Hidrologi, Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV
Propinsi Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan pekerjaan ini, dilakukan di dua lokasi yang
terdapat di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Untuk Kota Kendari, lokasi
pekerjaan di Mata Air Mata Bondu yang merupakan air bawah tanah (artesis)
sedangkan untuk Kabupaten Konawe Selatan berada di Sungai Roraya yang
merupakan air permukaan. Pengukuran debit sesaat di lokasi Mata Air Mata Bondu
sudah dilaksanakan oleh Pihak Proyek dan diperoleh besarnya debit andalan sebesar
200 - 300 m3/s. Seperti yang disebutkan di atas, sumber air baku untuk Kabupaten
Konawe Selatan berasal dari air permukaan yaitu Sungai Roraya. Berikut ini analisa
hidrologi untuk sungai Roraya.
dari pengamatan tahun 1989 s/d tahun 2006, antara lain : Temperatur, Kecepatan
Angin, Lamanya Penyinaran Matahari dan data Kelembaban udara.
Perhitungan curah hujan rancangan akan dilakukan terhadap data curah hujan
harian maksimum tahunan dan akan dihitung dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50
dan 100 tahun serta PMF. Analisa Curah Hujan Rancangan untuk sungai Roraya
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu
T x 1
= Ln Ln r
Tr x
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data
(n) dan dapat dilihat pada tabel.di bawah ini
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data
(n) dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
S = Simpangan baku
=
n
Xi X
i 1
2
n 1
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan = 1,1396
CK = koefisien kurtosis = 5,4002
1
X b Y
T a T
Koefisien Skewness :
n n 3
(Xi - X )
(n - 1) (n - 2) i=l
Cs =
3
Sn
dimana :
Cs = koefisien skewness
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
Koefisien Kurtosis :
n
n 2 (Xi - X ) 4
i=l
C =
k
n - 1 n - 2 n - 3 S n 4
dimana :
Ck = Koefisien kurtosis
X = Nilai rata-rata
Xi = Nilai varian ke - i
n = Jumlah data
T YT Sd Yn Sn K X (mm)
=
n
Log X t Log X
2
t 1
n 1
K = faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien variasi (cv)
dengan periode ulang t. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang
merupakan fungsi peluang kumulatif dan periode ulang, lihat
Tabel. 2.3
CS = koefisien kepencengan = 3 CV + CV3
CK = koefisien kurtosis
= CV8 + 6CV6 + 15CV4 + 16CV2 + 3
CV = koefisien variasi
σ
= μ
T P k Log X X (mm)
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi
Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Persamaan
distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :
Log Xt = Log X GS
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
=
n
Log X t Log X
2
t 1
n 1
CS = koefisien kepencengan
=
n. log X log X 3
n 1 . n 2 . S log X 3
CK = koefisien kurtosis
=
n 2 log X log X 4
n 1 n 2 n 3 S log X 4
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa perhitungan curah hujan
rancangan dengan menggunakan beberapa metode di atas, memperlihatkan
hasil yang tidak jauh berbeda (hampir sama) antara metode distribusi satu
dengan distribusi yang lainnya. Berdasarkankan Uji Chi-Square dan Uji Smirnov-
Kolmogorof, maka untuk perhitungan selanjutnya dipakai hasil dari perhitungan
Distribusi Gumbel Tipe I.
Perhitungan :
keterangan :
2 hitung = Parameter chi-kuadrat terhitung
Dimana :
Sn (x) = probabilitas (%)
n = nomer urut data dari seri yang telah diurutkan
N = jumlah total data
3. Tarik garis dengan bantuan titik curah hujan rancangan yang mempunyai
periode ulang tertentu pada kertas semi-log probabilitas vs curah hujan
4. Hitung harga frekuensi teoritis dari kertas semi-log
5. Hitung nilai 2 hitung dengan persamaan diatas
6. Hitung harga 2 cr dengan menentukan tarap signifikan = 5 % dan
dengan derajat kebebasan yang dihitung dengan persamaan :
υ n ( m 1)
Dimana :
= derajat kebebasan
n = jumlah data
m = jumlah parameter untuk 2 hitung
7. Dengan nilai dan nilai tingkat kepercayaan/significant level maka
didapatkan nilai 2 cr yang akan dibandingkan dengan nilai 2 hitung. Data akan
Perhitungan uji Chi – Kuadrat untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
2 hitung = 3,000
K (jumlah kelas) = 5
P (parameter yang terikat dalam agihan frekuensi) = 2
Untuk : DK = 2 dan = 5% ----> 2 cr = 5.991
Ternyata 2 hitung < 2 cr Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
Keterangan :
2 hitung = 4,000
K (jumlah kelas) = 5
P (parameter yang terikat dalam agihan frekuensi) = 2
Untuk : DK = 2 dan = 5% ----> 2 cr = 5.991
Ternyata 2 hitung < 2 cr Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
Keterangan :
2 hitung = 4,000
K (jumlah kelas) = 5
P (parameter yang terikat dalam agihan frekuensi) = 2
Untuk : DK = 2 dan = 5% ----> 2 cr = 5.991
Ternyata 2 hitung < 2 cr Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
Dari hasil pengujian Chi – Square di atas didapatkan bahwa semua metode
yang digunakan dapat diterima.
Uji kesesuaian ini digunakan untuk menguji simpangan secara horisontal. Uji ini
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan harian maksimum dari nilai terkecil ke terbesar
2. Memplot harga curah hujan harian maksimum Xt dengan harga probabilitas,
Sn(x) seperti pada persamaan diatas
3. Pengujian terhadap kesesuaian data dengan menggunakan tabel yang tersedia
dengan parameter banyaknya data (n), tingkat kepercayaan/significant level
(), dan cr.
4. Hitung nilai selisih maksimum antara distribusi teoritis dan distribusi empiris
dengan persamaan :
maks = Px x - S n x
dengan :
maks = Selisih antara probabilitas empiris dan teoritis
Sx (x) = Peluang empiris
Px (x) = Peluang teoritis
5. Membandingkan nilai cr dan maks dengan ketentuan apabila :
cr > maks : maka distribusi tidak diterima
cr < maks : maka distribusi diterima
Perhitungan uji Smirnov Kolmogorof untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
No. Thn X m Sn (X) YT Tr Pr Px (X) PX(X)-
Sn(X)
9 2006 89.0000 9 0.8182 1.5265 5.1201 0.1953 0.8047 0.0135
10 2000 91.0000 10 0.9091 1.6398 5.6704 0.1764 0.8236 0.0854
Maks. 0,1432
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan :
Rerata : 70,8000
Standar Deviasi (S) : 16,7584
Maks : 0,1432
(Derajat Kepercayaan) : 5%
Kritis : 0.4090
Maks < Kritis : 0,1432 < 0.4090
Karena Maks < Kritis, maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima.
Keterangan :
Rerata : 1,8377
Standar Deviasi (S) : 0,1132
Maks : 0,3387
Keterangan :
Rerata : 1,8377
Standar Deviasi (S) : 0,1132
Maks : 0,1183
n (Jumlah Data) : 10,000
(Derajat Kepercayaan) : 5%
Kritis : 0.4090
Maks < Kritis : 0,1183 < 0.4090
Karena Maks < Kritis, maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima
1 0.012 A 0.7
α =
1 0.075 A 0.7
1
t 3.7 10 0.4.t
A 0.75
β
= 1+
t 2 15
12
dimana :
α = koefisien limpasan
β = koefisien reduksi
q = hujan maksimum (m3/km2/det)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Q = debit maksimum (m3/det)
L = panjang sungai (km)
I = gradien sungai
t = durasi (jam)
T = periode ulang
R = rerata hujan maksimum (mm)
RT = hujan maksimum (mm)
s = standar deviasi
u = standar variable u/return periode (T)
r = hujan selamat (mm)
n = periode pengamatan
Perlu dicatat bahwa waktu t pada metoda Der Weduwen merupakan waktu hujan
kritis yang mengacu kepada terjadinya debit puncak. Curah hujan sehari-hari
rencana Rn harus diisi untuk memperoleh curah hujan qn. Perlu diingat bahwa
rumus Der Weduwen dibuat untuk curah hujan sehari sebesar 240 mm. Hasil
perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan metode Der Weduwen
dapat dilihat di bawah ini :
Tr R t qn A Qn
(Thn) (mm) (jam) (jam) ( km2 ) ( m3/det )
2 68.5289 24.1370 0.7549 0.9025 0.4662 81.2976 25.8252
5 88.5315 23.1796 1.0132 0.8996 0.4818 81.2976 35.6992
10 101.7750 22.6657 1.1896 0.8980 0.4918 81.2976 42.7123
20 114.4784 22.2360 1.3623 0.8966 0.5013 81.2976 49.7791
25 118.5081 22.1104 1.4178 0.8961 0.5043 81.2976 52.0882
50 130.9217 21.7503 1.5906 0.8949 0.5133 81.2976 59.3998
100 143.2436 21.4276 1.7649 0.8938 0.5220 81.2976 66.9456
PMF 419.9761 17.8071 6.1474 0.8795 0.6695 81.2976 294.2787
Sumber : Hasil Perhitungan
T 0.186. L . Q -0.2 . I -0.4 ; F .a.b
4
dimana :
Q0 = Debit banjir dalam periode ulang T tahun (m 3/dt)
= Koefisien limpasan air
qn = Koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan daerah aliran sungai.
q = Gradient Melchior
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
L = Panjang sungai (km)
I = Kemiringan sungai
Tr R24 R1 Q V t R A Qn
C
(Thn) (mm) (mm) (m /s)
3
(m/s) (jam) (mm) (km ) 2
(m3/s)
20 114.478 0.832 62.379 0.541 25.538 0.832 0.650 81.298 43.944
25 118.508 0.868 65.137 0.546 25.318 0.868 0.650 81.298 45.886
50 130.922 0.983 73.777 0.560 24.695 0.983 0.650 81.298 51.971
100 143.244 1.101 82.614 0.573 24.143 1.101 0.650 81.298 58.164
PMF 419.976 4.222 316.734 0.749 18.453 4.222 0.650 81.298 223.117
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan :
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
Tp = tg + 0,8 tr
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf) = 0,5 sampai 1 tg
T0,3 = .tg
0,25
0,47 A L
=
tg
untuk :
1. Daerah pengaliran biasa = 2
2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
= 1,5
3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
=3
Keterangan :
t Tp 0 , 5T0 , 3
Qd2 = Q 0,3 1, 5T0 , 3
p
Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik
(HSS) Nakayasu dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 3.20. Rekapan Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Satuan Sintetik
(HSS) Nakayasu Pada Sungai Roraya
Dari keempat metode perhitungan debit banjir rancangan untuk sungai Roraya
tersebut di atas maka yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah hasil
perhitungan dengan menggunakan metode HSS Nakayasu dikarenakan hasil
perhitungan metode ini dianggap telah mewakili keadaan di lapangan berdasarkan
hasil pengamatan dan informasi dari penduduk sekitar mengenai debit dan tinggi
banjir terbesar yang pernah terjadi di daerah tersebut.
3.7. EVAPOTRANSPIRASI
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari
tanaman disebut transpirasi. Apabila sedang berlangsung secara bersama-sama
disebut evapotranspirasi. Analisa mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan
besarnya evapotranspirasi tanaman yang akan dipakai dalam menghitung
kebutuhan air irigasi Perhitungan ETo dibuat secara bulanan dengan menggunakan
metode Penmann modifikasi. Harga-harga ET 0 dari rumus Penman mengacu kepada
tanaman albedo sebesar 0,25 (untuk rerumputan pendek). Harga-harga koefisien
tanaman yang dipakai untuk ETo ini hendaknya didasarkan pada ET o dengan albedo
(rerumputan Pendek). Harga–harga koefesien tanaman yang di pakai untuk ET o ini
hendaknya di dasarkan pada ET o dengan tanaman albedo yakni untuk mendapatkan
hasil yang baik bagi nilai (evaporasi potensial) di gunakan metode Penman
Modifikasi.
Metode ini lebih dapat dipercaya karena dalam perhitungannya selain membutuhkan
data-data iklim yang benar-benar terjadi disuatu tempat (disebut sebagai data
terukur), juga memasukkan faktor-faktor energi. Berikut data-data terukur untuk
perhitungan evaporasi potensial metode Penman modifikasi, yaitu :
1. t, temperatur/suhu bulanan rerata (°C)
2. RH, kelembaban relatif bulanan rerata (%)
3. n/N, kecerahan matahari bulanan rerata (%)
4. U, kecepatan angin bulanan rerata (m/det)
5. LL, letak lintang daerah yang ditinjau
6. C, angka koreksi Penmann
2. Berdasar nilai (t) cari nilai (ea), (w), (1–w) dan f(t) dengan tabel
3. Cari data kelembaban relatif (RH)
4. Berdasar nilai (ea) dan RH cari (ed)
5. Berdasar nilai (ed) cari nilai f(ed)
6. Cari letak lintang daerah yang ditinjau
7. Berdasar letak lintang cari nilai (Ra)
8. Cari data kecerahan matahari (n/N)
9. Berdasar nilai (Ra) dan (n/N) cari besaran (Rs)
10.Berdasar nilai (n/N) cari nilai f(n/N)
11.Cari data kecepatan angin rerata bulanan (u)
12.Berdasar nilai (u) cari besaran f(u)
13.Hitung besar Rn1 = f(t) . f(ed) . f(n/N)
14.Cari besarnya angka koreksi (c)
15.Hitung Eto*
16.Hitung Eto
Modulus drainasi rencana adalah modulus drainasi untuk curah hujan 3 harian
dengan periode ulang 5 tahun. Tiga (3) harian diambil sebagai patokan karena
menurut hasil penelitian, jika genangan yang terjadi di sawah berturut-turut selama
lebih dari 3 hari melebihi genangan ijinnya maka produktivitas padi akan menurun.
Tabel 3.23. Data Curah Hujan 3 Harian Maksimum Tahunan (1998 - 2007)
No. Tahun Curah Hujan 3 Harian Maksimum Tahunan
1 2000 147.00
2 2001 86.00
3 2002 162.00
4 2003 84.00
5 2004 89.00
6 2005 110.00
7 2006 93.00
8 2007 86.00
9 2008 132.00
10 2009 74.00
11 2000 147.00
12 2001 86.00
13 2002 162.00
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 3.24. Curah Hujan 3 Harian Maksimum Rencana Metoda Gumbel Tipe I
T YT Sd Yn Sn K X (mm)
Metode FJ. Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air
berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini adalah
besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk
memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran
sungai. Metode FJ. Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur
hidrologi. Metode FJ. Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metode yang
menjelaskan hubungan rainfall-runoff.
Metode FJ. Mock dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Data-
data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit dengan Metode FJ. Mock ini adalah
data klimatologi, luas, dan penggunaan lahan dari catchment area. Pada prinsipnya,
Metode FJ. Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar, dan yang
disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan. Air yang
keluar adalah infiltrasi, perkolasi, dan yang dominan adalah akibat evapotranspirasi.
Secara ringkas procedure perhitungan debit aliran dengan Metode FJ. Mock adalah
sebagai berikut :
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan bulanan. Stasiun curah
hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di
daerah tersebut.
2. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah
hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data :
Curah hujan bulanan (P)
Jumlah hari hujan bulanan (n)
Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d) dihitung dengan asumsi
bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu
menguap sebesar 4 mm.
Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau
dengan asumsi:
m = 0 % untuk tahan dengan hutan lebat
Ws As IS
dimana
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50 mm - 200 mm)
SMC(n) = Kelembaban tanah bulan ke n
Air hujan (As) yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
As P Et
dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
7. Kandungan air tanah
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif, maka
kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka
kelembaban tanah akan bertambah.
8. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off Dan Ground Water Storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan Daerah Pengaliran Sungai. Lahan Daerah Pengaliran Sungai yang
porous memiliki koefisien infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan yang terjadi
memiliki koefisien infiltrasi yang kecil karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam
tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 - 1.
10. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)
Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke n
dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode
FJ Mock. besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat
dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
11. Initial Storage (IS)
Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada
awal perhitungan. IS di tokasi studi diasumsikan sebesar 100 mm.
12. Penyimpanan air tanah (Ground Water Storage)
Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpanan awal
(initial storage) terlebih dahulu. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan
penyimpanan air tanah adalah sebagai berikut:
Vn kxn1 0,51 k
Vn Vn Vn 1
dimana :
Vn = Volume air tanah bulan ke n
K = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t
qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)
Vn-I = volume air tanah bulan ke (n-1)
Vn = perubahan volume aliran air tanah
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dan aliran langsung ( direct run
off), aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow). Besarnya
masing-masing aliran tersebut adalah:
Interflow = infiltrasi - volume air tanah
Direct run off = water surplus - infiltrasi
Dari hasil perhitungan dengan Metode FJ. Mock ini didapatkan hasil seperti pada
tabel dan grafik berikut ini.
Untuk sungai Roraya ini pengukuran debit dilakukan dengan cara mengetahui
lamanya pelampung menempuh jarak yang sudah di tentukan dengan demikian
maka kecepatan dapat di hitung. Dengan demikian debit sumber air dapat
dihitung.
Berikut rekapitulasi besar debit sumber yang di ukur pada musim transisi (musim
hujan ke musim kemarau pada Bulan September 2010) dengan asumsi tinggi
muka air = 0,20 m (Informasi dari masyarakat, air di sungai Roraya tidak pernah
kering dengan ketinggian air minimal 30 cm = 0,30 m).
Berdasarkan analisa neraca air di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk tahun
2010, PDAM Kota Kendari sudah mengalami defisit kebutuhan air. Untuk
mengantisipasi kebutuhan air baku di masa yang akan datang, sumber air baku
dari Mata Bondo sudah cukup untuk mengatasi hal tersebut sampai dengan tahun
2015. Proyeksi untuk kebutuhan air baku beberapa tahun kedepan juga dapat
diatasi dengan cara memaksimalkan debit yang ada di Mata Air Mata Bondu.
Tabel 3.29. Rekapitulasi Kesetimbangan air (Neraca Air) Debit Andalan Sungai
Roraya dan Debit Kebutuhan Air di Kabupaten Konawe Selatan.
Berdasarkan analisa neraca air di atas, dapat disimpulkan bahwa sampai tahun
2015, Kebutuhan masyarakat akan air baku (air bersih) dapat terpenuhi. Untuk
mengantisipasi kebutuhan air baku di masa yang akan datang harus dicari sumber
air baku yang lainnya.
- Pada titik-titik pengukuran rencana jalur pipa, harus diberi tanda dengan
menggunakan cat atau patok sehingga secara jelas dapat dibuat pedoman di
dalam pelaksanaan fisik pekerjaan
Penampang melintang
- Lebar potongan melintang diukur 15 m ke kiri dan ke kanan dari tepi
- Alat ukur yang digunakan adalah theodolit T.0
- Jarak pengamatan disesuaikan dengan sifat kemiringan tanah dengan
kerapatan titik maksimum 2 m.
- Interval penampang 100 m pada tempat yang lurus dan pada tikungan
dirapatkan sesuai kondisi tikungan.
- Pengukuran posisi titik penampang akan menggunakan cara pengukuran
poligon sedang ketinggian dengan cara tachymetri.
4.6. PERHITUNGAN
Perhitungan pada pekerjaan pengukuran ini meliputi :
Semua pekerjaan dihitung sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau
ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu juga.
Stasiun pengamatan matahari harus tercantum dalam sketsa.
Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan metode
yang ditentukan oleh Direksi.
Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan, antara
lain : jumlah kesalahan penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, jumlah
kesalahan linear poligon beserta harga toleransinya serta jumlah jarak.
Perhitungan dilakukan dalam proyeksi Polyeder.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat komputer
a. Perhitungan Poligon
Bentuk poligon yang diukur merupakan poligon tertutup dan melalui titik-titik tetap
yang telah ada, sehingga rumus-rumus yang dipakai dalam perhitungan adalah
sebagai berikut :
Sudut :
f(a) = (n2) x 180 = sudut A
Azimuth :
B = arc tg. (Xb – Xn)/(Yb – Yn)
f(x) = D x sin B
f(y) = D x cos B
dimana :
[f(x)2 + f(y) 2] : D batasan yang diijinkan
Jarak :
D(x)n = [f(x)/d] x dn
d(y)n = [f(y)/d] x dn
dimana :
n = Jumlah titik poligon
A = Sudut poligon
+ = Sudut luar yang diukur
- = Sudut luar yang diukur
B = Azimuth garis
f(x) = Salah penutup pada arah sumbu X
f(y) = Salah penutup pada arah sumbu Y
d(x)n = Koreksi jarak pada arah sumbu X titik poligon n
d(y)n = Koreksi jarak pada arah sumbu Y titik poligon n
b. Perhitungan Waterpass
Beda tinggi antara 2 titik :
BT blk – BT mk = h(n)
Beda tinggi pergi pulang :
Ket = 8L
Rata-rata beda tinggi :
{h(n) + h’(n)} / 2 = h(rt)
Elevasi titik :
H(n) = h(rt) + E(cor) + H(n-1)
dimana :
BT (mk) = bacaan rambu muka
BT (blk) = bacaan rambu belakang
h(n) = beda tinggi ke n pulang
h’(n) = beda tinggi ke n pergi
L = jarak dalam kilometer
E(cor) = koreksi
H(n) = levasi pada titik ke - n
c. Perhitungan Tachimetry
Perhitungan ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran titik-titik tinggi situasi
(situasi skala 1:500) dan tampang melintang dengan rumus sebagai berikut :
Hdet = Hel + Tin + V
V = ½ sin 2h . D”
D” = (BA – BB) 100
Ddat = ” Cos2 h
dimana :
Hel = Elevasi yang diketahui ketinggiannya
Tin = Tinggi alat ukur
H = Sudut miring (helling)
D” = Jarak miring
Ddat = Jarak datar
V = Beda tinggi antara 2 titik
d. Pengecekan hitungan
Pengecekan hitungan dilaksanakan dengan maksud untuk menghindari
kesalahan yang disebabkan oleh juru hitung sendiri. Langkah-langkah yang
diambil dalam pengecekan ini adalah sebagai berikut :
Perhitungan Poligon :
Checking data lapangan poligon
Pemasukan data ke formulir hitungan poligon
Koordinat titik ikat yang dipakai sebagai referensi planimetris
Perhitungan Waterpass :
Checking data lapangan waterpass
Pemasukan data waterpass ke formulir hitungan waterpass
Koordinat titik ikat yang dipakai sebagai referensi tinggi
Perhitungan Tachimetry :
Pemasukan angka tiap-tiap titik stasiun dari perhitungan waterpass ke
perhitungan ke data lapangan tachimetry
Checking perhitungan ketinggian detail-detail dengan sistim acak
4.7. PENGGAMBARAN
Penggambaran dijelaskan di bawah ini :
Garis silang untuk grid dibuat setiap 50 cm.
Semua BM dan titik triangulasi (titik pengikat) yang ada di lapangan harus
digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi
dan koordinat.
Pada tiap interval 5 garis kontur dibuat tebal dan ditulis angka elevasinya.
Pencantuman legenda harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Penarikan kontur lembah/alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.
Detail penggambaran sungai harus lengkap terutama di sekitar lokasi rencana
bangunan.
Garis sambungan peta sebesar 5 cm atau menggunakan patokan grid.
Titik referensi peta harus tercantum pada peta dan ditulis di bawah legenda.
Gambar kampung dan sungai harus diberi nama yang jelas.
Gambar kampung, sawah, jalan harus diberi batas.
Interval kontur cukup tiap 0,5 m untuk daerah datar dan 1 m untuk daerah
berbukit serta 5 m untuk daerah terjal.
Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur.
Format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan memulai penggambaran harus asistensi dahulu kepada
Direksi (Bagian Pengukuran)
Draft gambar tampang melintang, memanjang dan situasi dilakukan dengan alat
komputer.
Nama Bench
No. Dokumentasi Lapangan Keterangan
Mark (BM)
Y = + 4.294,523
(BM. 01)
Z=+ 100,000
X = + 8.022,783
Bench Mark 02
2. Y = + 2.548,503
(BM. 02)
Z=+ 102,368
X = + 8.822,626
Bench Mark 03
3. Y = + 4.400,834
(BM. 03)
Z=+ 116,132
X = + 9.412,078
Bench Mark 04
4. Y = + 5.462,564
(BM. 04)
Z=+ 120,564
X = + 6.740,680
Bench Mark 05
5. Y = + 1.834,875
(BM. 05)
Z=+ 123,516
Nama Bench
No. Dokumentasi Lapangan Keterangan
Mark (BM)
Z=+ 113,075
Sumber : Hasil Pengukuran Tim Konsultan PT. Inakko Internasional Konsulindo, 2010
BAB V
BAB V : PENYELIDIKAN
GEOLOGI TEKNIK DAN
MEKANIKA TANAH
Adapun lingkup pekerjaan penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah yang
dilaksanakan yaitu sebagai berikut :
a) Kegiatan Lapangan, meliputi :
1. Pengujian Bor Tangan = 10 titik
2. Pengujian Test Pit = 5 titik
b) Kegiatan Laboratorium, meliputi :
1. Sampel Bor Tangan
2. Sampel Test Pit
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka
perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpanan contoh-contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai
berikut : Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan. Kadar air asli
masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan. Sebelum
pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi
pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil,
terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini. Pada saat
pengambilan contoh tanah ni diusahakan dengan memberikan tekanan
sentris. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample supaya
dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup panas.
Compaction Test
10. Bor Tangan 10 (BT – 10), interval kedalaman 3,0 – 4,0 meter
Kadar Air Tanah (Water Content - w) = 14,5400 %
Berat Isi Tanah Basah (Wet Unit Weight - w) = 2,0200 gr/cm3
Berat Isi Tanah Kering (Dry Unit Weight - d) = 1,7700 gr/cm3
Batas Cair Tanah (Liquid Limit – LL) = 22,4000 %
Batas Plastis Tanah (Plastic Limit – PL) = 19,7000 %
Sudut Geser Tanah () = 35° 16’ 26,43”
Kohesi (c) = 0,0585 kg/cm²
Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity - Gs) = 2,6400 gr/cm3
Kekuatan Tekan Bebas (Qu) = 0,1759 kg/cm2
Gradasi = Terlampir
Berat Isi Tanah Basah (Wet Unit Weight - w) = 2,1400 gr/cm3
Berat Isi Tanah Kering (Dry Unit Weight - d) = 1,8400 gr/cm3
Batas Cair Tanah (Liquid Limit – LL) = 21,6000 %
Batas Plastis Tanah (Plastic Limit – PL) = 18,7000 %
Sudut Geser Tanah () = 34° 29’ 20.63”
Kohesi (c) = 0,0570 kg/cm²
Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity - Gs) = 2,6400 gr/cm3
Gradasi = Terlampir
Berat Isi Kering Maksimum Pemadatan = 2,0200 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 6,4000 %
1. Kota Kendari
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kota Kendari pada tahun 2006 sebesar 244.586 jiwa dan pada
tahun 2007 sebesar 251.477 jiwa, sedangkan pada tahun 2008
berdasarkan hasil pencatatan terakhir, melalui Proyeksi Survei Penduduk
Antar Sensus (Suspas) 2008, penduduk Kota Kendari telah mencapai
254.236 jiwa. Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa laju
pertumbuhan penduduk Kota Kendari selama kurun waktu tahun 2006 –
2008 sebesar 1,97 persen per tahun. Mengenai rincian jumlah penduduk
di Kota Kendari dapat dilihat di bawah ini.
b. Tenaga Produktif
Untuk mengetahui keadaan/gambaran mengenai tenaga produktif di
daerah studi dan sekitarnya, digunakan uji “Fourty Percent Test” yaitu :
Banyaknya Penduduk Anak - anak
40 % Test = Jumlah Penduduk
100 %
Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Kota Kendari Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2008
Laki-laki Perempuan Jumlah
No. Kelompok Umur
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
1. 0–4 15.010 15.075 30.085
2. 5–9 15.170 13.068 28.238
3. 10 – 14 11.229 12.073 23.302
4. 15 – 19 12.979 13.161 26.140
81.625
= 100 % = 32,11 % 32 %
254.236
Gambaran umum variasi dari nilai 40 % Test pada Kota Kendari adalah
tergolong relatif tidak terlalu menyolok. Nilai 40 % Test, secara langsung
akan mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja pada waktu yang akan
datang. Hal ini dapat ditunjukkan apabila nilai 40 % test tersebut lebih
dari 40 % maka penduduk di daerah tersebut diasumsikan memiliki
struktur usia muda. Dan apabila nilainya lebih kecil dari 40 %, maka
penduduk di daerah tersebut memiliki struktur usia kerja. Di daerah studi
(Kota Kendari), gambaran mengenai test ini menunjukkan angka yang
lebih kecil dari 40 %. Dengan demikian, struktur penduduk di daerah
studi khususnya di Kota Kendari pada umumnya memiliki struktur usia
kerja.
c. Dependency Ratio
Model “Dependency Ratio” memperlihatkan gambaran mengenai berapa
jumlah penduduk usia kerja harus menanggung beban penduduk bukan
usia kerja.
Dependency Ratio =
158.990
= 100 % = 62,54 % 63 %
254.236
b. Tenaga Produktif
Untuk mengetahui keadaan/gambaran mengenai tenaga produktif di
daerah studi dan sekitarnya, digunakan uji “Fourty Percent Test” yaitu :
Banyaknya Penduduk Anak - anak
40 % Test = Jumlah Penduduk
100 %
84.588
= 100 % = 35,24 % 35 %
240.053
c. Dependency Ratio
Model “Dependency Ratio” memperlihatkan gambaran mengenai berapa
jumlah penduduk usia kerja harus menanggung beban penduduk bukan
usia kerja.
Dependency Ratio =
134.176
= 100 % = 66,23 % 66 %
240.053
1. Kota Kendari
Pelaksanaan pendidikan di Kota Kendari selama ini mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Sebagai indikatornya, seperti : jumlah sekolah, guru
dan murid. Pada tahun ajaran 2007/2008, jumlah TK sebanyak 74 unit dan
pada tahun ajaran 2008/2009 menjadi 80 unit atau meningkat sebesar 8,11
%, kemudian guru meningkat sebesar 39,85 % yaitu dari 271 guru pada
tahun 2007/2008 menjadi 379 guru pada tahun 2008/2009, begitu pula jika
ditinjau dari segi jumlah murid yang mengalami peningkatan. Banyaknya
sekolah, guru dan murid secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.6. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid di Kota Kendari Menurut
Tingkat Pendidikan
Rata-rata
Tingkat Sekolah Guru Murid
No. Guru / Murid / Murid /
Pendidikan (Unit) (Orang) (Orang)
Sekolah Sekolah Guru
1. TK
2006/2007 68 268 2.088 3,94 30,71 7,79
2007/2008 74 271 2.797 3,66 37,80 10,32
2008/2009 80 379 3.316 4,74 41,45 8,74
2. SD
2006/2007 118 1.600 32.368 13,56 74,31 20,23
2007/2008 122 1.346 33.714 10,85 71,89 25,05
2008/2009 122 1.713 35.019 14,04 87,04 17,18
3. SMP
2006/2007 38 939 11.244 24,71 95,89 11,97
2007/2008 38 1.062 13.396 27,94 52,53 12,61
2008/2009 39 1.081 14.188 27,72 63,79 13,12
4. SMU
2006/2007 35 1.214 13.621 34,69 89,17 11,22
2007/2008 36 1.346 15.099 37,38 19,42 11,22
2008/2009 39 1.510 16.520 38,72 23,59 10,94
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Kota Kendari Dalam Angka 2009
Tahun
No. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
2004 2005 2006 2007 2008
Rumah Sakit 8 8 11 11 11
Puskesmas 9 7 7 11 8
Puskesmas Pembantu 18 18 20 20 20
Puskesmas Plus 2 3 4 4 4
2. Tenaga Kesehatan (Orang) 439 403 570 530 610
a. Dokter Gigi 13 14 14 12 9
b. Dokter 22 30 42 31 24
c. Apoteker 5 5 4 4 7
d. S1 Kesehatan Lainnya 15 16 35 42 68
e. Bidan 61 81 100 96 116
f. Perawat 111 122 201 199 201
g. Tenaga Kesehatan Lainnya 159 83 120 111 126
h. Pekarya Kesehatan 11 15 10 10 10
i. Non Kesehatan 42 37 44 44 49
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Kota Kendari Dalam Angka 2009
baik maka penduduk akan mengalami kesulitan dalam kegiatan ekonomi maupun
aktifitas lainnya. Secara rinci panjang jalan negara, propinsi dan kabupaten dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.10. Panjang Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten Menurut Jenis
Permukaan di Kota Kendari
Panjang Jalan (km)
Negara Propinsi Kabupaten
No. Tahun Tidak Tidak Tidak
Diaspal Diaspal Diaspal
Diaspal Diaspal Diaspal
1. 2004 46,72 - 52,48 - 227,03 146,04
2. 2005 82,65 - 52,48 - 245,00 128,07
3. 2006 82,65 - 52,48 - 264,31 108,76
4. 2007 82,65 - 52,48 - 252,08 122,77
5. 2008 82,65 - 52,48 - 251,93 126,32
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Kota Kendari Dalam Angka 2009
Tabel 6.11. Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kabupaten Konawe Selatan
Panjang Jalan (km)
No. Keadaan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten
2007 2008 2007 2008 2007 2008
I. Jenis Permukaan 111,60 - 262,40 - 689,14 775,25
a. Diaspal 111,60 - 215,60 - 95,63 105,94
b. Kerikil - - 46,80 - 495,31 616,42
c. Tanah - - - - 57,20 52,89
d. Tidak Dirinci - - - - - -
II. Kondisi Jalan 111,60 - 262,40 - 648,14 775,25
a. Baik 111,60 - 16,30 - 88,81 251,83
b. Sedang - - 103,60 - 280,19 168,91
c. Rusak Ringan - - 142,50 - 200,64 218,41
d. Rusak Berat - - - - 78,45 136,10
III. Kelas Jalan 111,60 - 262,40 - 648,14 775,25
a. Kelas I 111,60 - - - - -
b. Kelas II - - - - - -
c. Kelas III - - - - - -
d. Kelas III A - - - - 648,14 775,25
e. Kelas III B - - - - - -
f. Kelas III C - - - - - -
g. Tidak Dirinci - - 262,40 - - -
Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
Perhitungan dengan metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Punmia 1987 :
184) :
Pn = Po . (1 + r)n
dengan :
Pn = Jumlah penduduk yang diperkirakan
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
r = Jumlah pertumbuhan penduduk tiap tahun.
Data jumlah penduduk untuk perhitungan diambil jumlah penduduk pada akhir
tahun 2008 dengan laju pertumbuhan penduduk (r) tertentu pertahun, dan dengan
pendekatan matematika didapatkan jumlah penduduk pada tahun proyeksi. Proyeksi
pertumbuhan penduduk dilakukan terhadap kecamatan-kecamatan di Kota Kendari
dan Kabupaten Konawe Selatan.
Untuk merencanakan sistem penyediaan air baku suatu daerah yang memenuhi
syarat, yaitu : air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup serta
keamanan kualitas. Untuk itu diperlukan suatu kriterian perencanaan agar sistem
berikut komponen-komponennya dengan dimensi diperhitungkan dengan baik.
Secara Umum kriteria yang dugunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air
baku meliputi hal-hal sebagai berikut:
Penetuan daerah layanan disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan
kepadatan penduduk.
Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk di daerah perencanaan yang
dilayani.
Tingkat pelayanan atau cara penyampaian air ke konsumen.
Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian perhari, tergantung jenis sambungan
seperti : sambungan rumah atau hidran umum dari kalangan kota, seperti : kota
kecil, sedang dan metropolitan. Untuk kota sedang pemakaian air untuk
sambungan rumah adalah 100 - 150 liter/org/hari sedangkan hidran umum 30
liter/org/hari.
Pelayanan fasilitas non domestik, pelayanan air bersih untuk fasilitas-fasilitas
non domestik diperhitungkan besarnya (10 – 30) % dari kebutuhan domestik.
Kebocoran/kehilangan air, kebocoran ini diasumsikan sebesar 25 % dari
kebutuhan harian rata-rata fluktuasi pemakaian air.
Pemakaian air pada jam maksimum = (1,10 - 1,15 ) X Q tot
Pemakaian pada jam maksimum = (1,50 - 2,00 ) X Qtot
Pipa distribusi, pengaliran air kepada konsumen dilakukan dengan menggunakan
jaringan pipa yang direncanakan dapat mengalirkan debit dengan waktu
pengaliran 24 jam/hari.
Tekanan dan kecepatan aliran di dalam pipa, meliputi :
- Tekanan statis maksimum sebesar = 70 mka
- Kecepatan pengaliran = 0,5 – 2,0 m/detik
Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang
dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU – Cipta Karya tahun 1992 adalah sebagai
berikut :
Tabel 6.15. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kota Kendari Sampai Tahun 2030
Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa Total Kebutuhan Air Bersih Untuk
Penduduk di Kota Kendari sampai tahun 2030 sebesar = 573.14 liter/detik.
Tabel 6.16. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Konawe Selatan Sampai
Tahun 2030
Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa Total Kebutuhan Air Bersih Untuk
Penduduk di Kabupaten Konawe Selatan sampai tahun 2030 sebesar = 617,94
liter/detik.
Reservoir diletakkan berdekatan. Sedangkan untuk Mata Air Mata Bondu, Bangunan
Pengambilan berupa : Bangunan broncaptering.
BAB
VIII
BAB VIII : PERENCANAAN
PRASARANA SUMBER AIR
Secara umum, macam-macam bangunan yang diperlukan pada sistem jaringan air baku
dengan sumber air dari air permukaan (sungai), adalah sebagai berikut :
1. Bangunan Utama, antara lain : Bangunan Pengambilan, Bak Sedimentasi Awal,
Instalasi Pengolahan Air dan Reservoar.
2. Sistem Jaringan Distribusi / Saluran Transmisi
serta isu-isu ekonomi lainnya. Bangunan pengambilan air baku harus dirancang
atas dasar pertimbangan-pertimbangan teknis berikut :
a. Jaminan atas perolehan air baku dengan kualitas yang memenuhi syarat air
baku dan kemungkinan terjadinya pencemaran maupun perubahan kualitas
di kemudian hari.
b. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan kapasitas sumber air baku,
dan perubahan arus aliran (sungai) di masa mendatang.
c. Sejauh mungkin menghindari gangguan-gangguan akibat musim banjir dan
materi sampah.
d. Pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar (limbah padat dan cair)
yang berpotensi menimbulkan pencemaran.
e. Akses yang mudah ke lokasi bangunan pengambilan air baku guna
melakukan inspeksi, operasi, dan pemeliharaan.
f. Memungkinkan manuver kendaraan secara leluasa bilamana sewaktu-waktu
diperlukan untuk penggantian dan reparasi peralatan.
g. Memberikan kelonggaran bagi pengembangan selanjutnya.
h. Jaminan terhadap kebutuhan yang diperlukan ketika terjadi kondisi kapasitas
sumber air baku mencapai batas terendah.
i. Seminimal mungkin mengganggu kehidupan akuatik yang ada dalam
lingkungan sumber air baku.
j. Mempertimbangkan kondisi geologi yang paling menjamin kestabilan
bangunan pengambilan air baku.
k. Untuk bangunan pengambilan air baku dari sungai, posisi pada belokan
sungai bagian luar akan lebih baik daripada posisi bagian dalam mengingat
terakumulasinya pasir, sampah, dan kedalaman air yang lebih rendah pada
posisi tersebut.
Berdasarkan kondisi daerah studi, ada beberapa tipe bangunan pengambilan air
baku, antara lain :
1. Sumber Air Baku Mata Air
Secara umum bangunan pengambilan mata air dibedakan menjadi bangunan
penangkap dan bangunan pengumpul sumuran
a. Bangunan penangkap. Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap
adalah karena pemunculan mata air cenderung arah horisontal atau mata
air yang muncul dari arah perbukitan, apabila keluaran mata air melebar
maka bangunan pengambilan perlu dilengkapi dengan konstruksi sayap
yang membentang di outlet mata air. Adapun perlengkapan bangunan
penangkap adalah : Outlet untuk konsumen air bersih, Outlet untuk
konsumen lain (perikanan, irigasi, dll), Overflow (peluap), Penguras,
Bangunan pengukur debit, Konstruksi penahan erosi, Manhole, Saluran
drainase keliling dan Pipa ventilasi.
Saringan pasir cepat memiliki keunggulan dapat mengolah air dengan kapasitas
lebih besar dibanding saringan pasir lambat. Namun pengoperasiannya saringan
pasir lambat lebih sederhana dibandingkan saringan pasir cepat. Untuk
penggunaan kota besar seperti kota Palu yang diperlukan sistem pengolah
dengan kapasitas besar, maka type yang tepat digunakan adalah saringan pasir
cepat.
Komponen yang ada di dalam instalasi pengolah pasir cepat adalah sebagai
berikut :
a. Unit Pengaduk Lambat (flokulation). Fungsi dari bak ini adalah untuk
membentuk partikel padat yang lebih besar supaya bisa diendapkan dari
hasil reaksi partikel (koloidal) dengan bahan kimia yang dibubuhkan.
Flokulasi bertujuan mengkonsentrasikan partikel-partikel koloid melakukan
ikatan kimia sehingga membentuk partikel-partikel yang lebih besar dan
berat sehingga dapat mengenda. Untuk itu proses flokulasi perlu dibantu
dengan pengadukan yang berkesinambungan sedemikian rupa sehingga
ikatan antar partikel-partikel koloid cepat tercapai.
b. Unit Pengendapan (Sedimentasi). Proses sedimentasi adalah pemisahan
partikel padat atau flokulan yang terdapat pada air dengan cara mengendap,
proses pengendapan terjadi akibat gaya berat flok yang terbentuk pada unit
bak pengaduk lambat. Ada beberapa cara dalam proses sedimentasi, antara
lain: sedimentasi dengan aliran horizontal dan aliran vertikal, aliran melalui
plat miring atau tabung pengendap.
c. Saringan Filter Cepat (Filtrasi). Unit ini berfungsi untuk menyaring partikel-
partikel tersuspensi/ kotoran-kotoran yang masih terbawa aliran dari bak
pengendap, dimana proses pemisahan partikel dalam air yang tidak
terendapkan pada proses sedimentasi, melalui mekanisme yang ada pada
proses filtrasi akan memungkinkan dapat memisahkan partikel-partikel
tersuspensi tersebut dapat terpisahkan.
d. Unit Pembubuh Bahan Kimia. Unit pembubuh bahan kimia ini adalah untuk
membubuhkan bahan kimia yang akan menyempurnakan atau membantu
proses pengolahan air dari aspek Fisis, kimiawi dan bakteriologis yang
terkandung dalam air, sehingga diperoleh kualitas air yang memenuhi
syarat. Macam-macam unit tambahan pada umumnya antara lain :
pembubuh bahan koagulan (alum), pembubuh bahan desinfektan (kaporit)
dan pembubuh bahan netralisasi (kapur).
e. Sarana Elektrikal dan Mekanikal. Pompa dosing digunakan untuk
menyuntikan koagulan dan disinfektan ke dalam sistem IPA.
f. Bangunan Pelengkap. Bangunan pelengkap dalam instalasi pengolahan air
bersih meliputi : ruang dosing serta rumah jaga atau kantor.
8.1.4. Reservoar
Terdapat dua macam reservoir yang dikenal di dalam sistem penyediaan air
bersih, yaitu reservoir pelayanan dan reservoir penyeimbang. Untuk kebutuhan
pembangunan reservoir pada pekerjaan ini adalah reservoir pelayanan. Volume
reservoir pelayanan (service reservoir) ditentukan berdasarkan beberapa hal,
antara lain :
a. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian
air minimum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat
pengaliran jam puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah
pelayanan dan periode pengisian reservoir.
b. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk daerah setempat Dinas Kebakaran.
Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan
agar debit aliran yang dapat dicapai masih sesuai dengan yang diharapkan. Dalam
pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal
untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan
energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa
maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih.
Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katup, pompa, tandon dan
tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. Jika salah satu dari
elemen tersebut tidak berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan
terhentinya kinerja dan efisiensi dari sistem tersebut.
8.2.1. Pipa
A. Jenis Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen
yang utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari
sumber air ke tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut
memiliki bentuk penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa
bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih
murah dibanding menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa
bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang
umumnya dipakai untuk sistem jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan
seperti di bawah ini :
1. Besi tuang (cast iron)
Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini
biasanya dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap
karat. Panjang biasa dari suatu bagian pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan
maksimum pipa sebesar 25 kg/cm 2 dan umur pipa dapat mencapai 100
tahun. Keuntungan dari pipa ini adalah pipa cukup murah, pipa mudah
disambung dan pipa tahan karat. Sedangkan kerugian dari pipa ini adalah
pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal.
B. Sarana Penunjang
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1. Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan
pada pipa antara lain : mangkok (bell) dan lurus (spingot), sambungan
mekanik, sambungan dorong (push on joint) dan sambungan flens.
jenis ini juga dapat memberikan tambahan tekanan pada aliran yang
berbalik arah (karena tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu)
sehingga tekanan di hilir lebih rendah dari tekanan di hulu
- Throttle Control Valve (TCV). Katup jenis ini digunakan untuk
mengontrol minor losses yang berubah setiap waktu
Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada berbagai
jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang harus ditambahkan,
maka semakin kecil debit yang diproduksi dan demikian pula sebaliknya.
Operasional pompa dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih juga
menggunakan pronsip tersebut dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan
debit yang dibutuhkan sehingga operasional pompa mampu mencapai tingkat
efisiensi yang tinggi.
Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada pemasangan secara
paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa yang ujung-ujungnya disatukan.
Debit yang dihasilkan pada pompa paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi
tekannya sama dengan satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri,
pompa yang satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti
ini, debit yang dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun tinggi
tekannya menjadi dua kali lipat.
8.2.3. Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih yang
memiliki fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk digunakan pada
kondisi tertentu. Pengisian tampungan tandon dilakukan apabila kebutuhan air
bersih tidak mencapai puncak atau dibagi antara keduanya apabila kapasitas
debitnya mencukupi. Sumber air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
penyediaan air bersih adalah mata air, air tanah dalam dan air permukaan danau
atau waduk serta air permukaan sungai.
dengan :
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
hf tot hf1 hf 2 hf 3
i 1 hf
n
dengan :
hftot = total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)
hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)
2 2
v1 p1 v p
Z1 Z 2 2 2 hf tot
2g γ 2g γ
Sedangkan,
n
Q tot Q1 Q 2 Q3 i 1
Q
dengan :
Qtot = total debit pada pipa terpasang paralel (m 3/det)
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)
Dalam merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih, aliran dalam pipa
harus berada pada kondisi aliran turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran
dalam pipa turbulen atau tidak, dapat dihitung dengan identifikasi bilangan
Reynold menggunakan persamaan berikut :
vD
Re
dengan :
Re = Bilangan Reynold
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/det)
D = Diameter pipa (m)
=Kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m 2/det)
Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa dapat
diketahui dengan kriteria sebagai berikut :
Re < 2000 aliran bersifat laminer
Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
Re > 4000 aliran bersifat turbulen
0.85 = konstanta
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
A = Luas penampang aliran (m2)
A 1 4 D2 D
R = Jari-jari hidrolis (m) = =
P πD 4
h
S = kemiringan garis energi (m/m) = f
L
V
Untuk Q = , didapat persamaan kehilangan tinggi tekan mayor menurut
A
Hazen-Williams sebesar (Webber, 1971 : 121) :
hf = k.Q1.85
dimana :
10.7 L
k= 1.85
C hw D 4.87
dengan :
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
D = Diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
katup dan berbagai jenis sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin
besar bila terjadi perlambatan kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan
peningkatan kecepatan akibat terjadi pusaran arus yang ditimbulkan oleh
pemisahan aliran dari bidang batas pipa. Untuk jaringan pipa sederhana,
kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh diabaikan karena nilainya cukup
berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D >> 1000,
kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan.
dengan :
hLm = Kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = Koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
Perubahan tekanan secara tiba-tiba akibat penutupan katup pada suatu kolum
air yang mempunyai massa N dan perubahan Kecepatan dV/dt sesuai dengan
Hukum Newton II tentang gerak partikel yang ditulis dalam persamaan berikut :
dV
F m
dt
Jika kecepatan yang melalui kolum air dapat diredusir menjadi nol, persamaan di
atas menjadi
m V0 O m V0
F
O O
Persamaan ini menunjukkan bahwa gaya (dalam hal ini adalah tekanan) tidak
dapat ditentukan, Hal yang perlu diingat bahwa operasi penutupan katup pada
suatu sistim perpipaan mempunyai keragaman operasi tergantung dari suatu
kondisi yang diperlukan. Berdasarkan hal ini, maka dapat dipahami bahwa
elastisitas dinding pipa dan perubahan kolum air merupakan hal yang sangat
penting dalam meninnjau fenomena pukulan air. Dengan memandang panjang
pipa adalah L dengan diameter bagian dalam adalah D, ketebalan dinding pipa t
dan modulus elastisitas Ep, kenaikkan tekanan akibat penutupan katup
merupakan transformasi tekanan ke energi ketinggian. Kecepatan perambatan
tekanan gelombang dalam pipa tergantung pada modulus elastisitas air Eb, dan
modulus elastisitas material dinding pipa Ep, yang hubungannya dinyatakan
dengan persamaan berikut
Ec
C=
dengan :
ρ = rapat massa air
Ec = campuran antara Ep dan Eb, yang dapat dihitung dengan persamaan :
1 1 Dk
Ec Ep Ept
dalam hal ini D adalah diameter pipa dan t adalah ketebalan dinding pipa.
Setelah semua jaringan tergambar dan semua komponen teratur sesuai dengan
yang diinginkan, maka untuk mengetahui baik-tidaknya jaringan tersebut
dilakukanlah running (GO). Ada tiga tanda hasil, yaitu : hijau, kuning, dan
merah. Warna hijau berarti bahwa sistem jaringan pipa benar-benar baik tanpa
ada masalah. Warna kuning berarti sistem jaringan dapat bekerja, namun ada
bagian yang bermasalah. Sedangkan warna merah berarti jaringan tidak dapat
dijalankan karena terdapat kesalahan dalam perencanaan maupun
penggambarannya. (Haestad,1998:36).
LAMPIRAN