Anda di halaman 1dari 91

Laporan Akhir

Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Lokasi study / Perencanaan Penyusunan Audit Struktur terdapat pada Lokasi-


lokasi pelabuhan penyeberangan antara lain : Pelabuhan Penyeberangan Bajo’E
di Kabupaten Bone , Pelabuhan Penyeberangan Kolaka di kabupaten Kolaka ,
Pelabuhan Penyeberangan Bitung di Kota Bitung , Pelabuhan Penyeberangan di
Pagimana di kabupaten Banggai, Pelabuhan Penyeberangan Mamuju di Kab.
Mamuju, Pelabuhan Penyeberangan Rum di Kota Tidore Kepulauan, Pelabuhan
Penyeberangan Bastiong di Kota Ternate, Pelabuhan Penyeberangan Sidangoli
di Kabupaten Halmahera Barat, Pelabuhan Penyeberangan Poka di Kota Ambon,
Pelabuhan Penyeberangan Galala di Kota Ambon, Pelabuhan Penyeberangan
Hunimua di Kabupaten Maluku Tengah, Pelabuhan Penyeberangan Waipirit di
Kabupaten Maluku Tengah, dan Pelabuhan Penyeberangan Namlea di Kabupaten
Buru
2.1. Gambaran Umum Wilayah Kab. Bone.
2.1.1. Kondisi Wilayah Kab. Bone.
2.1.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di pesisir
tmur Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak sekitar 174 km dari kota
Makassar. Luas wilayahnya sekitar 4.559 km 2 atau 9,78 persen dari luas
Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang besar in terbagi menjadi 27
kecamatan dan 372 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Bone adalah
Watampone.
Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut
ini :
- Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Soppeng
- Sebelah Timur : Teluk Bone
- Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai dan Gowa
- Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Pangkep, Barru.

Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4 0 13` - 50 6` Lintang


Selatan dan antara 1190 42` - 1200 30` Bujur TImur. Letaknya yang dekat

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 1


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Bone beriklim tropis.


Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77 – 86 persen
dengan suhu udara 24,40C – 27,60C.

2.1.1.2. Luas Wilayah.


Kabupaten Bone secara geografis memiliki luas daratan atas 27 (Dua Puluh
Tujuh) kecamatan, Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Bontocani,
yang memiliki luas sebesar 463,35 km2, atau sebesar 10,16 % dari
keseluruhan luas Kabupaten Bone.
Tabel 2.1. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Bone Menurut Kecamatan,
2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase


(%)

Bontocani 463,35 10,16

Kahu 189,50 4,16

Kajuara 124,13 2,72

Salomekko 84,91 1,86

Tonra 200,32 4,39

Patimpeng 130,47 2,86

Libureng 344,25 7,55

Mare 263,50 5,78

Sibulue 155,80 3,42

Cina 147,50 3,24

Barebbo 114,20 2,50

Ponre 293,00 6,43

Lappariaja 138,00 3,03

Lamuru 208,00 4,56

Tellu Limpoe 318,10 6,98

Bengo 164,00 3,60

Ulaweng 161,67 3,55

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 2


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Palakka 115,32 2,53

Awangpone 110,70 2,43

Tellu Siattinge 159,30 3,49

Amali 119,13 2,61

Ajangale 139,00 3,05

Dua Boccoe 144,90 3,18

Cenrana 143,60 3,15

T.Riattang Barat 53,68 1,18

Tanete Riattang 23,79 0,52

T. Riattang Timur 48,88 1,07

Kabupaten Bone 4.559,00 100,00

Sumber : BPS Kab. Bone.

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kab. Bone

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 3


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.1.1.3. Topografi
Bagian Timur Kabupaten Bone Bertopografi pesisir menjadikan Bone
mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke utara. Bagian
Barat dan Selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya
terdapat aliran sungai. Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di
Kabupaten Bone dan telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai
yang terpanjang adalah Sungai Walanae yang berhulu di Kecamatan
Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga danau Tempe di
Kabupaten Wajo, kemudian mengalir lagi masuk ke Bone hingga bermuara di
teluk Bone. Panjang Sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah
Kabupaten Bone.
2.1.1.4. Iklim
Wilayah Kabupeten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan, tipe hujan Moonson
dan tipe hujan lokal, Tipe hujan Moonson memiliki curah hujan tertinggi saat
bertiup angin Moonson Asia yaitu bulan Januari dan Februari. Tipe ini
mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian barat. Tipe kedua memiliki kriteria
pola hujan terbalik dengan pola Moonson, yaitu curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah Kabupaten
bone.
Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu
Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti
wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Jumlah curah hujan
bulanan di Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan sebesar 201,25
mm. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan
banyaknya hari hujan sebanyak 23 hari.
Tabel 2.2. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 84 25,9 208 19

Februari 83 27,1 187 9

Maret 81 26,2 148 10

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 4


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

April 82 26,2 158 15

Mei 86 25,1 594 22

Juni 86 25 638 23

Juli 85 24,6 200 17

Agustus 84 24,5 194 13

Septembe 80 24,4 0 0
r

Oktober 77 26,4 1 1

Nopember 77 27,6 33 5

Desember 79 27,4 54 8

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015


2.1.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Salah satu fenoena demografi yang tidak terelakkan adalah pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan jumlah
penduduk karena kelahiran maupun migrasi.
Pada pertengahan tahun 2014 penduduk Kabupaten Bone sebanyak 738.515
jiwa, meningkat dari tahun 2013 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,60
persen. Jumlah tersebut terdiri dari 352.081 penduduk laki-laki dan 368.434
penduduk perempuan. Dengan demikian, rasio jenis kelamin adalah 91,11
persen yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 91 hingga 92
penduduk laki-laki.
Kabupaten Bone tergolong kabupaten yang besar dan luas di Sulawesi
Selatan. Rata-rata jumlah penduduk per km 2 adalah 162 jiwa. Terkait dengan
perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan fasilitas publik lain,
maka mayoritas penduduk tinggal terpusat di ibukota Kabupaten. Kepadatan
penduduknya mencapai 1.111,78 jiwa per km2.
Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali dianggap sebagai
pemicu masalah-masalah kependudukan seperti kemiskinan dan
pengangguran. Namun, dalam tinjauan demografi, penting untuk melihat

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 5


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif yang besar dan berkualitas
dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Bontocani 15.614 33,70

Kahu 38.370 202,48

Kajuara 35.905 289,25

Salomekko 15.374 181,06

Tonra 13.413 66,96

Patimpeng 16.315 125,05

Libureng 29.693 86,25

Mare 26.270 99,70

Sibulue 33.761 216,69

Cina 26.159 177,35

Barebbo 27.238 238,51

Ponre 13.678 46,68

Lappariaja 23.642 171,32

Lamuru 24.780 119,13

Tellu Limpoe 14.003 44,02

Bengo 25.415 154,97

Ulaweng 24.664 152,56

Palakka 22.482 194,95

Awangpone 29.155 263,37

Tellu Siattinge 39.986 251,01

Amali 20.679 173,58

Ajangale 27.373 196,93

Dua Boccoe 30.134 207,96

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 6


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Cenrana 23.929 166,64

T.Riattang Barat 46.988 875,34

Tanete Riattang 51.118 214,87

T. Riattang Timur 42.377 866,96

Kabupaten Bone 738.515 161,99

Sumber : BPS Kabupaten Bone.


2.1.1.6. Pendidikan
Tahun 2014 jumlah sekolah di Kabupaten Bone sebanyak 756 Sekolah dasar
(SD) sederajat, 210 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, 99 Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat. Setiap Kecamatan telah memiliki sekolah
dengan berbagai jenjang tercatat hanya memiliki satu SMK tanpa adanya SMA
dan Madrasah Aliyah.
2.1.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembangunan selalu menjadi topik
hangat yang disoroti berbagai pihak. Demikian pula dengan naik dan turunnya
PRoduk Domestik Reginal Bruto (PDRB). PDRB sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam satu tahun. PDRB Kabupaten Bone Atas Dasar harga Berlaku
(ADHB) tahun 2014 sebesar 19.739.118,119 juta rupiah, meningkat dari tahun-
tahun sebelumnya.
Sementara itu, peningkatan atau penurunan kinerja ekonomi, dapat dilihat
melalui angka pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihasilkan
melalui penghitungan persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pada Tahun 2014, perekonomian
Kabupaten Bone tumbuh sebesar 8,92 persen. Apabila dicermati, pada tahun
2013, pertumbuhan ekonomi sempat melambat hingga 6,21 persen.
Tabel 2.4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bone Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 7.102.008,8 7.876.452,3 9.699.483,0

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 7


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 397.335,4 489.673,7 664.942,1

Industri Pengolahan 1.013.155,1 1.165.866,9 1.377.677,9

Pengadaan Listrik dan Gas 15.924,1 15.109,1 16.448,7

Pengadaan Air Pengelolaan 7.072,5 7.610,5 7.868,6


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 1.464.934,1 1.710.143,4 1.899.379,0

Perdagangan Besar dan 1.803.894,4 1.990.764,4 2.212.186,5


Eceran

Transportasi dan 341.131,6 390.562,6 485.498,0


Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi dan 82.227,4 94.699,2 108.691,4


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 276.398,4 281.332,9 297.932,0

Jasa Keuangan dan Asuransi 453.781,8 539.073,3 615.262,9

Real Estate 562.634,5 652.780,5 752.423,5

Jasa Perusahaan 10.140,7 11.714,0 12.900,7

Administrasi Pemerintahan, 769.131,8 815.928,9 886.629,1


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 360.147,9 415.794,8 466.511,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 124.752,2 143.353,8 170.728,1


Sosial

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 8


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Jasa Lainnya 48.430,9 55.306,3 64.555,4

PDRB 14.833.101,8 16.656.172,7 19.739.118,2

Sumber : BPS Kabupaten Bone, 2015.

2.1.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Bone Bajoe.


Pelabuhan Ferry Bone Bajoe melayani jalur lintasan ke Pelabuhan ferry Kolaka
dengan perkiraan jarak tempuh 85 mill laut, dengan kecepatan 10 knott maka
waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 9 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Bone Bajoe-Kolaka dilayani oleh 9 Kapal Motor
Penumpang (KMP) dari 6 perusahaan operator, diantaranya PT. Jembatan
Nusantara dengan KMP Mandala Nusantara dan KMp Permata Nusa, PT. Jemla
Ferry dengan KMP Kota Bumi dan KMP Mishima, PT. Juli Rahayu dengan KMP
Kota Muna dan KMP Raja Di Laut, PT. ASDP (Persero) dengan KMP Merak, PT.
Afta Trans Mandiri dengan KMP Fais, PT. Juli Rahayu dengan KMP Raja dil
Laut, PT. Dharma Lautan Utama dengan KMP Dharma Kartika 1.
Pada tahun 2015 tercatat 132.891 orang yang diangkut dari Dermaga Ferry Bone
Bajoe menuju Dermaga Ferry Kolaka. Kemudian untuk kendaraan tercatat pada
tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 32.554 kendaraan yang diangkut
dari pelabuhan fery Bone Bajoe ke Pelabuhan ferry Kolaka.
2.2. Gambaran Umum Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara
2.2.1. Kondisi Wilayah Kab. Kolaka
2.2.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Kolaka terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara
geografis terletak di bagian Barat Provinsi Sulawesi Tenggara, memanjang dari
Utara ke Selatan di antara 3 0 36`` - 40 35` Lintang Selatan dan membentang
dari Barat ke Timur antara 120 0 25` - 1210 52` Bujur Timur. Kabupaten Kolaka
di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Utara, Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana, sebelah Timur berbatasan
Kabupaten Konawe dan Kolaka TImur, dan selah Baratn berbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone.
2.2.1.2. Luas Wilayah.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 9


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sebagian besar wilayah Kolaka merupakan perairan (laut), sekitar + 15.000


km2. Sedangkan wilayah daratan 6.981,38 km 2.
Secara administrasi Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 terdiri atas dua belas
wilayah kecamatan, yaotu Watubangga, Tanggetada, Pomalaa, Wundulako,
Baula, Kolaka, latumbaga, Wolo, Samaturu, Toari, Polinggona dan
Iwoimendaa.
Di Kabupaten Kolaka juga terdapat Pulau-pulau yang tersebar di masing-
masing kecamatan.
Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kolaka, yaitu :
- Pulau Padamarang
- Pulau Lambasina Besar
- Pulau Lambasina Kecil
- Pulau Maniang
- Pulau Buaya
- Pulau Lemo
- Pulau Pisang.
Tabel 2.5. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Kolaka Menurut
Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Watubangga 97,12 2,96

Tanggetada 441,65 13,44

Pomalaa 373,82 11,38

Wundulako 478,07 14,55

Baula 150,47 4,58

Kolaka 217,25 6,61

Latambaga 298,23 9,08

Wolo 400,54 12,19

Samaturu 344,69 10,49

Toari 52,84 1,61

Polinggona 80,52 2,45

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 10


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Iwoimendaa 350 10,65

Kabupaten Kolaka 3.285,2 100,00

Sumber : BPS Kab. Kolaka.

Gambar 2.2. Peta Administrasi Kab. Kolaka


2.2.1.3. Topografi
Peta topografi menujukkan bahwa Kab. Kolaka Umumnya memiliki permukaan
tanah yang bergunung, bergelombang, berbukit-bukit. Diantara gunung dan
bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial
untuk pengembangan sektor pertanian, dengan tingkat kemiringan sebagai
berikut :
- Anatara 0-2 % seluas 102.493 Ha (9,94% dari luas daratan).
- Antara 2-15 % seluas 88.051 Ha (8,84 % dari luas daratan).

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 11


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

- Antara 1-40 % seluas 206.068 Ha (19,99 % dari luas wilayah daratan).


- Antara 40 % keatas seluas 634.388 Ha (61,23 % dari luas daratan).

2.2.1.4. Iklim.
Kolaka memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim
kemarau terjadi antara Bulan mei dan Oktober, dimana angin Timur yang
bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga
mengakibatkan musim kemarau, sebaliknya musim hujan terjadi antara Bulan
November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari benua Asia dan
Samudra Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjai musim hujan.
Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan
sehingga pada bulan ini dikenbal sebagai musim pancaroba.
Tabel 2.6. Indikator Klimatologi Kabupaten Kolaka 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 68 29,1 83,2 15

Februari 70 28,3 199,2 15

Maret 72 28,4 373,4 20

April 74 27,3 262,4 20

Mei 76 27,7 169,7 19

Juni 75 27,4 188,1 19

Juli 67 27,5 50,5 11

Agustus 63 27,1 41,5 8

Septembe 56 28,0 0,0 0


r

Oktober 57 28,8 20,2 4

Nopember 65 28,3 75,9 11

Desember 71 28,7 211,9 18

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 12


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.2.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.


Salah satu fenomena demografi yang tidak terelakkan adalah pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan jumlah
penduduk karena kelahiran maupun migrasi.
Data penduduk tahun 2014 Kabupaten Kolaka sebanyak 235.655 jiwa, Jumlah
tersebut terdiri dari 120.554 penduduk laki-laki dan 115.101 penduduk
perempuan. Rata-rata jumlah penduduk per km 2 adalah 74 jiwa.
Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali dianggap sebagai
pemicu masalah-masalah kependudukan seperti kemiskinan dan
pengangguran. Namun, dalam tinjauan demografi, penting untuk melihat
struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif yang besar dan berkualitas
dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kabupaten KolakaTahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Watubangga 15.990 165

Tanggetada 15.021 34

Pomalaa 10.021 191

Wundulako 7.332 91

Baula 31.824 85

Kolaka 20.977 44

Latambaga 11.427 76

Wolo 40.792 188

Samaturu 31.100 104

Toari 19.450 52

Polinggona 23.750 69

Iwoimendaa 7.920 29

Kabupaten Kolaka 235.655 74

Sumber : BPS Kabupaten Kolaka.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 13


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.2.1.6. Pendidikan
Tahun 2014 jumlah sekolah di Kabupaten Kolaka sebanyak 186 Sekolah
dasar (SD) sederajat, 51 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, 28
Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Setiap Kecamatan telah memiliki
sekolah dengan berbagai jenjang tercatat hanya memiliki satu SMK tanpa
adanya SMA dan Madrasah Aliyah.
2.2.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembangunan selalu menjadi topik
hangat yang disoroti berbagai pihak. Demikian pula dengan naik dan turunnya
Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB). PDRB sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam satu tahun. PDRB Kabupaten Kolaka Atas Dasar harga Berlaku
(ADHB) tahun 2014 sebesar 15.292.372,0 juta rupiah, meningkat dari tahun
sebelumnya.
Sementara itu, peningkatan atau penurunan kinerja ekonomi, dapat dilihat
melalui angka pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihasilkan
melalui penghitungan persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pada Tahun 2014, perekonomian
Kabupaten Kolaka tumbuh dari 13.521.675,2 juta di tahun 2013 kemudian
meningkat menjadi 13.587.195,7 juta.
Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kolaka Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-
2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 2.856.724,9 1.922.684,4 2.119.105,6


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 7.448.011,3 7.521.863,7 7.314.992,6

Industri Pengolahan 1.512.789,5 1.512.767,4 1.500.708,9

Pengadaan Listrik dan Gas 2.441,8 2.006,6 2.148,9

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 14


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pengadaan Air Pengelolaan 16.529,6 14.546,9 17.320,8


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 931.761,3 819.895,6 1.125.299,2

Perdagangan Besar dan 1.305.466,0 1.192.193,4 1.392.981,2


Eceran

Transportasi dan 320.691,9 298.272,4 335.878,1


Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan 55.381,3 49.360,1 61.031,9


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 101.960,2 93.744,5 100.624,9

Jasa Keuangan dan Asuransi 228.913,8 242.686,0 261.732,2

Real Estate 141.547,8 121.640,4 134.156,7

Jasa Perusahaan 17.052,0 14.729,1 16.674,9

Administrasi Pemerintahan, 477.586,6 366.308,6 427.868,5


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 289.259,4 224.744,8 271.033,4

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 68.354,6 54.027,6 63.265,8


Sosial

Jasa Lainnya 151.368,2 129.554,7 147.548,6

PDRB 15.925.840,2 14.581.026,0 15.292.372,0

Sumber : BPS Kabupaten Kolaka, 2015.


2.2.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Kolaka.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 15


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pelabuhan penyeberangan Kolaka berada dalam wilayah administrasi Kabupaten


Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelabuhan ini menghadap sisi timur teluk
bone pada koordinat 121° - 35’ – 6” LS dan 04° - 03’ – 00” BT. Kedalaman kolam
pelabuhan eksisting adalah -4,00 m, kedalaman perairan didepan pelabuhan
bervariasi dari 10 – 30 m. Perairan Teluk Mekongga secara umum merupakan
daerah berkarang, areal karang yang cukup luas yang ditemukan didepan
pelabuhan eksisting yaitu karang kolaka berada pada jarak 500 m kearah barat.
Pelabuhan Ferry Bone Bajoe melayani jalur lintasan ke Pelabuhan ferry Kolaka
dengan perkiraan jarak tempuh 85 mill laut, dengan kecepatan 10 knott maka
waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 9 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Kolaka-Bone Bajoe dilayani oleh 9 Kapal Motor
Penumpang (KMP) dari 6 perusahaan operator, diantaranya PT. Jembatan
Nusantara dengan KMP Mandala Nusantara dan KMp Permata Nusa, PT. Jemla
Ferry dengan KMP Kota Bumi dan KMP Mishima, PT. Juli Rahayu dengan KMP
Kota Muna dan KMP Raja Di Laut, PT. ASDP (Persero) dengan KMP Merak, PT.
Afta Trans Mandiri dengan KMP Fais, PT. Juli Rahayu dengan KMP Raja dil
Laut, PT. Dharma Lautan Utama dengan KMP Dharma Kartika 1.
Pada tahun 2015 tercatat 186.079 orang yang diangkut dari Dermaga Ferry
Kolaka menuju Dermaga Ferry Bone Bajoe. Kemudian untuk kendaraan tercatat
pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 25.171 kendaraan yang
diangkut dari pelabuhan fery Kolaka ke Pelabuhan ferry Bone Bajoe.
2.3. Kota Madya Bitung Provinsi Sulawesi Utara.
2.3.1. Kondisi Wilayah Kota Bitung.
2.3.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kota Bitung terletak pada posisi geografis 1 023`23” - 1035`39” Lintang Utara
dan 12501`43” - 125018`13” Bujur Timur. Wilayah daratan Kota Bitung
mempunyai luas 33.279,10 Ha, yang terbagi dalam delapan wilayah
kecamatan serta 69 kelurahan. Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa
Utara dan laut Maluku.
Di bagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh. Keadaan
tanahnya secara umum kasar dan ditutupi oleh tanaman kelapa, holtikultura

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 16


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

serta palawija. Pulau Lembeh memiliki pesisir pantai yang indah dan
mempunyai potansi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kec. Likupang (Kab. Minahasa Utara) dan
Laut Maluku.
- Sebelah Timur : Laut Maluku
- Sebelah Selatan : Laut Maluku
- Sebelah Barat : Kec. Kauditan (Kab. Minahasa Utara)
2.3.1.2. Luas Wilayah.
Kota Bitung mempunyai luas 33.279,10 ha, terbagi dalam delapan
wilayah Kecamatan serta 69 kelurahan, yang sebelumnya terbagi atas
lima Kecamatan, Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Ranowulu, memiliki 11 Kelurahan, Kecamatan Matuari memiliki 8
Kelurahan, Kecamatan Gririan memiliki 7 Kelurahan, Kecataman
Madidir memiliki 8 Kelurahan, Kecamatan Maesa memiliki 8 Kelurahan,
Kecamatan Aertembaga memiliki 10 Keluarahan, Kecamatan Lembeh
Utara memiliki 10 Kelurahan, dan Kecamatan Lembeh Selatan memiliki
7 Kelurahan.
Tabel 2.9. Luas Wilayah Daratan Kota Bitung Menurut Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Ha) Persentase ( % )

Madidir 20,83 6,64

Matuari 33,96 10,83

Girian 5,16 1,65

Lembeh Selatan 25,53 8,14

Lembeh Utara 27,66 8,82

Aertembaga 33,09 10,56

Maesa 9,69 3,09

Ranowulu 157,56 50,26

Kota Bitung 313,50 100,00

Sumber : BPS Kota Bitung.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 17


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Gambar 2.3. Peta Administrasi Kota Bitung.


2.3.1.3. Topografi.
Dari aspek topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit
45,06%, bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di
bagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung
Merah di bagian barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan
kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah
perkotaan, industri, perdagangan dan jasa.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 18


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit


yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman
margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang
keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa,
hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah
sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
2.3.1.4. Iklim.
Suhu udara rata-rata di Kota Bitung pada tahun 2014 adalah sekitar 27,95 0C.
sebagai daerah tropis Kota Bitung mempunyai kelembaban udara relatif tinggi
dengan rata-rata perbulan pada tahun 2014 berkisar 71 sampai dengan 81
persen. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Januari mencapai 247 mm dan
terendah terjadi di Bulan Spetember dan Oktober yang hanya 1 mm.
Tabel 2.10. Indikator Klimatologi Kota Bitung 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari Hujan


Udara (%) Udara (0C) Hujan (hari)
(mm)

Januari 71 28,3 247 22

Februari 71 28,2 89 14

Maret 75 28,2 123 12

April 75 28,4 136 16

Mei 81 27,7 237 20

Juni 79 28,0 157 16

Juli 77 27,9 46 13

Agustus 78 27,1 120 23

Septembe 75 27,3 1 3
r

Oktober 74 27,9 1 4

Nopember 78 28,1 68 19

Desember 76 28,3 58 72

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015


2.3.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 19


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Jumlah penduduk Kota Bitung mencapai 187.652 jiwa pada tahun 2010. Angka
ini terus meningkat dan pada tahun 2014 menjadi 202.204 jiwa. Tingkat
pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 setiap km 2
ditempati penduduk sebanyak 612 orang.
Komposisi penduduk Kota Bitung didominasi oleh penduduk muda/dewasa.
Penduduk Kota Bitung yang berusia muda sebesar 28,13 persen, usia
produktif 68,29 persen sedangkan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,58 persen.
Sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka ketergantungan
penduduk Kota Bitung sebesar 49,32. Artinya setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung sekitar 49-50 orang penduduk tidak produktif.
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka nilai sex ratio
dimana angka tersebut menunjukkan lebih besar dari angka 100. Pada tahun
2014, sex ratio sebesar 104,38 persen, artinya untuks etiap 10.000 penduduk
perempuan terdapat 10.438 penduduk laki-laki.
Tabel 2.11. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kota Bitung Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Madidir 34.228 1.124

Matuari 39.634 1.098

Giriam 30.104 5.834

Lembeh Selatan 9.028 384

Lembeh Utara 7.891 258

Aertembaga 26.860 1.028

Maesa 35.140 3.641

Ranowulu 19.319 113

Kota Bitung 202.204 608

Sumber : BPS Kota Bitung.


2.3.1.6. Pendidikan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 20


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Tahun 2014 Rasio Murid-Guru SD di Kota Bitung sebesar 34,04 turun


dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 34,72. Angka tersebut berarti tiap guru
SD rata-rata membimbing sekitar 34 siswa. Bertambahnya murid SD
merupakan faktor yang membuat Rasio Murid-Guru SD ini naik.
Memasuki tahun 2014 Rasio Murid- Guru pada jenjang SLTP mengalami
peningkatan yaitu 23,00, angka tersebut masih dalam kisaran angka ideal.
Artinya setiap guru rata-rata membimbing sekitar 23 siswa. Kecamatan Maesa
mempunyai rasio terbesar yakni 34,06 dibanding kecamatan lain. Rasio pada
jenjang SLTA kenaikan terjadi dimana Rasio Murid-Gurunya sebesar 18,64
dibanding tahun lalu sebesar 17,48. Berbeda dengan situasi tahun-tahun
sebelumnya, angka Rasio Murid-Guru baik pada tingkat SLTP dan SLTA
berada pada kondisi yang ideal. Jumlah guru baik pada tingkat SD, SLTP dan
SLTA meningkat, hal ini dapat mengatasi kekurangan jumlah guru. Untuk
menampung para lulusan SLTA, di Kota Bitung terdapat tiga Sekolah Tinggi
dan dua Akademi yang dapat dijadikan pilihan untuk peningkatan kualitas SDM
penduduk di Kota Bitung.
2.3.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
PDRB sebagai ukuran produktifitas mencerminkan seluruh nilai barang dan
jasa yang dihasilkan suatu wilayah dalam satu tahun. Laju pertumbuhan
ekonomi Kota Bitung tahun 2012 mengalami pertumbuhan positif, walaupun
sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi
Kota Bitung tahun 2014 sebesar 6,48 persen. Sedangkan nilai PDRB atas
harga konstan tahun 2014 sebesar 2.204 trilyun meningkat menjadi 2.375
trilyun pada tahun 2012 sementara nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada
tahun 2012 sebesar 4.232 trilyun rupiah.
Seiring dengan meningkatnya perekonomian Kota Bitung. PDRB perkapita
mengalami peningkatan secara signifikan, dimana untuk tahun 2013 sebesar
41,51 juta meningkat menjadi 43,33 juta rupiah di tahun 2014.
Sejalan dengan distribusi PDRB nasional,sektor perekonomian tertinggi di Kota
Bitung adalah pada sektor angkutan/komunikasi 23 persen, disusul sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 22 dan 19
persen.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 21


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Tabel 2.12. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bitung Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 430.507,32 457.075,33 486.071,72


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 14.173,18 15.320,68 15.973,00

Industri Pengolahan 478.809,22 517.983,55 555.998,35

Pengadaan Listrik Gas dan air 38.291,95 40.590,41 44.175,58


bersih

Konstruksi 313.720,88 335.213,99 362.398,39

Perdagangan Besar dan 172.604,25 190.693,72 208.142,57


Eceran

Pengangkutan dan 508.382,46 551.999,45 599.535,57


komunikasi

Jasa Keuangan, Real estate 108.782,27 116.342,91 129.467,84


dan jasa perusahaan

Jasa Lainnya 138.970,48 150.140,55 163.241,04

PDRB 2.204.242,01 2.375.360,59 2.565.004,06

Sumber : BPS Kota Bitung, 2015.


2.3.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Bitung
Pelabuhan Bitung adalah Pelabuhan yang berlokasi di Kota Bitung Provinsi
Sulawesi Utara, berada pada posisi : 01º 26’ 00” S/ 125º 11’ 00” E. Pelabuhan
Bitung berhadapan langsung dengan laut pasifik, sehingga memiliki akses
langsung ke negara-negara di sebelah utara. Hasil ekspor Bitung adalah
perikanan, cengkeh, pala, kelapa, kakao dan rumput laut. Terletak di wilayah
Indonesia Bagian Timur memiliki ciri transportasi laut yang sangat dominan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 22


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

akibat bentang alam serta geografisnya yang sulit untuk pengembangan


transportasi darat. Sebagai pelabuhan Internasional memegang peranan penting
dalam mobilisasi penumpang dan barang antar pelabuhan sekitarnya.
Berdasarkan kondisi di atas, maka prasarana transportasi menjadi perlu dan
penting untuk dikembangkan bagi wilayah Sulawesi Utara dan
sekitarnya, karena sebagai daerah terbuka membutuhkan mobilitas manusia dan
distribusi barang yang relatif tinggi. Adanya peningkatan kebutuhan terhadap
pelayanan transportasi laut yang memadai seiring dengan meningkatnya
intensitas pembangunan di sekitarnya meliputi Kota Bitung, Kabupaten
Minahasa Utara dan Kota Manado.
Pelabuhan Ferry Bitung melayani jalur lintasan ke beberapa pelabuhan
penyeberangan termasuk :
1. Bitung ke Siau dengan jarak tempuh 90 mill laut,
2. Bitung ke Pananaru dengan jarak lintasan 136 Mill Laut dengan
menggunakan KMP Pulau Sagori yang dikelola oleh perusahaan PT. ASDP
(Persero). Diperkirakan waktu tempuh dari pelabuhan ferry Bitung ke
Pannaru yaitu 10 jam dengan kecepatan kapal rata-rata 10,5 Knots.
3. Bitung ke Melanguane dengan jarak lintasan 181 Mile laut. Lintasan ini
dilayani oleh kapal KMP Porodisa yang dikelola oleh PT. ASDP (Persero).
Diperkirakan waktu tempuh 16 jam dengan kecepatan kapal rata-rata 11
knots.
4. Bitung ke Pulau Lembeh, dengan jarak lintasan 1,1 Mile.
5. Bitung ke Ternate dengan jarak lintasan 148 Mile laut. Lintasan ini dilayani
oleh dua buha kapal yaitu KMP Dolosi dan KMP Bawai yang dikelola oleh
PT. ASDP (Persero). Diperkirakan waktu tempuh 14 jam dengan kecepatan
rata-rata 11 knots.
2.4. Kab. Banggai Provinsi Sulawesi Tengah .
2.4.1. Kondisi Wilayah Kab. banggai
2.4.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Banggai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +
84 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 0 0 30` - 20 20` Lintang

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 23


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Selatan dan 1220 23` - 1240 20` Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten banggai
adalah berupa daratan seluas 9.672,70 km2.
Hingga akhir tahun 2013, wilayah administrasi Kabupaten Banggai
berkembang menjadi 23 kecamatan, 46 kelurahan dan 291 desa.
Wilayah Kabupaten Banggai bagian utara dibatasi oleh Teluk Tomini, bagian
timur berbatasan dengan provinsi Maluku Utara, bagian Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Banggai Kepulauan dan bagian Barat dibatasi oleh
Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali.
2.4.1.2. Luas Wilayah.
Secara administrasi Kabupaten Banggai pada tahun 2014 terdiri atas dua
puluh tiga wilayah kecamatan, yaitu Toili, Toili Barat, Moilong, Batui, Batu
Selatan, Bunta, Nuhon, Simpang Raya, Kintom, Luwuk, Luwuk Timur, Luwuk
Selatan, Nambo, Pagimana, Bualemo, Lobu, Lamala, Masama, Mantoh,
Balantak, Balantak Selatan, Balantak Utara. Dengan luas wilayah 9.672,70 km 2

Tabel 2.13. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Banggai Menurut


Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Toili 761,31 7,87

Toili Barat 993,67 10,27

Mailong 221,64 2,29

Batui 1.062,36 10,98

Batui Selatan 327,97 3,39

Bunta 579,00 5,99

Nuhon 1.107,00 11,45

Simpang Raya 243,69 2,52

Kintom 428,72 4,43

Luwuk 72,82 0,75

Luwuk Timur 216,30 2,24

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 24


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Luwuk Utara 246,08 2,54

Luwuk Selatan 119,80 1,24

Nambo 169,70 1,75

Pagimana 957,34 9,90

Bualemo 862,00 8,91

Lobu 138,44 1,43

Lamala 220,66 2,28

Masama 231,64 2,39

Mantoh 226,00 2,34

Balantak 196,46 2,03

Balantak Selatan 146,50 1,51

Balantak Utara 143,60 1,48

Kabupaten Banggai 9.672,70 100,00

Sumber : BPS Kab. Banggai.


Gambar 2.4.

Peta Administrasi Kab. Banggai.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 25


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.4.1.3. Topografi
Wilayah Kabupaten Banggai sebagian besar merupakan pegunungan dan
perbukitan serta dataran rendah yang umumnya terdapat di kaki pegunungan
dan pesisir.
Kondisi topografi Kabupaten Banggai didominasi oleh kawasan perbukitan
dengan kategori kemiringan lereng curam (25-40%) hingga sangat curam
(>40%) sebesar ±395.094,96 Ha atau sekitar ±40.83 % dari luas wilayah.
Sedangkan untuk kemiringan lereng yang termasuk kategori landai – agak
curam – curam (15-25%) sebesar ±213,856.75 Ha atau sekitar 22,10% dari
luas wilayah. Kemiringan lereng yang termasuk kategori datar – landai (8-15%)
seluas ±167,901.22 Ha atau sekitar 17,35 % dari luas wilayah. Terakhir, yang
termasuk kategori sangat datar (0-8%) seluas ±190,874.07 Ha atau sekitar
19,72 % dari luas wilayah. Berdasarkan kondisi topografi tersebut, dapat
diketahui bahwa lahan datar di Kabupaten Banggai terbatas sehingga lahan
yang dapat dijadikan kawasan budidaya juga menjadi terbatas.

2.4.1.4. Iklim.
Kabupaten Banggai agak berbeda dengan daerah lain pada umumnya, selama
tahun 2014 mengalami musim hujan dan musim kemarau, Musim hujan ini
dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan frekuensi curah hujan, yaitu
tinggi,s edang, dan rendah. Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Juni sekitar
233,0 mm sedangkan pada bulan April sekitar 129,2 mm dan rendah pada
bulan September 2,2 mm.
Sepanjang tahun 2014, suhu udara terendah yaitu 21,2 0C terjadi pada bulan
februari dan tertinggi sebesar 35,00C pada bulan februari.
Arah angin terbanyak selama tahun 2014 yaitu dari posisi barat dengan
kecepatan terjadi pada bulan April, Mei dan Nopember sedangkan terendah
terjadi bulan Desember.
Selama tahun 2014 kelembaban udara di Kabupaten banggai tertinggi terjadi
pada bulan Juli sebesar 81 % dan terendah 74 % pada bulan januari dan
Nopember.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 26


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sementara penyinaran matahari terbanyak pada bulan Oktober yaitu 70 % dan


terendah Juli sebesar 33 %.
Tabel 2.14. Indikator Klimatologi Kabupaten Banggai 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 77 28,1 64,8 14

Februari 73 28,8 69,4 7

Maret 77 28,6 100,3 18

April 78 28,4 129,2 24

Mei 77 28,2 50,9 15

Juni 81 27,1 233,0 23

Juli 77 26,5 111,2 22

Agustus 77 25,9 200,8 22

Septembe 73 27,1 2,2 5


r

Oktober 66 28,2 7,8 7

Nopember 72 29,1 44,6 7

Desember 75 29,1 59,7 12

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015


2.4.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Jumlah dan data penduduk tahun 2014 adalah angka hasil proyeksi penduduk.
Jumlah penduduk pada tahun 2014 sebesar 349.498 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk mengalami penurunan, yaitu 2,62 persen pertahun periode 1980-
1990 menjadi 1,76 persen pertahun selama periode 2000-2010. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Bangai yaitu 36 penduduk per km 2 di tahun 2014.
Tabel 2.15. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Toili 33.071 43

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 27


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Toili Barat 22.296 22

Mailong 19.486 88

Batui 15.856 15

Batui Selatan 13.835 42

Bunta 19.681 34

Nuhon 19.261 17

Simpang Raya 14.632 60

Kintom 10.184 24

Luwuk 36.470 501

Luwuk Timur 11.369 53

Luwuk Utara 16.579 67

Luwuk Selatan 22.171 185

Nambo 8.205 48

Pagimana 23.929 25

Bualemo 18.271 21

Lobu 3.580 26

Lamala 6.482 29

Masama 11.326 49

Mantoh 6.993 31

Balantak 5.729 29

Balantak Selatan 4.799 33

Balantak Utara 4.293 30

Kabupaten Banggai 348.498 36

Sumber : BPS Kabupaten Banggai.


2.4.1.6. Pendidikan
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan
Prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidik (guru) yang

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 28


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

memadai. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga


Kabupaten Banggai dan Departemen Agama Kabupaten Banggai dan
Departemen Agama Kabupaten Bangai diketahui ada 374 Sekolah Dasar
(SD/MI) dengan 2.486 guru dan 47.936 murid, untuk tingkat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SMP/MTs) ada 133 Sekolah dengan 1.470 guru dan 19.506
murid sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU/SMK/MA)
ada 71 sekolah dengan 1.573 guru dan 14.570 murid.
2.4.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Perkembangan ekonomi Kabupaten banggai secara umum cukup membaik
dimana pertumbuhannya meningkat dengan cukup meyakinkan pada lima
tahun terakhir ini. PDRB tahun 2013 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.
8.080.946 juta sedangkan berdasarkan harga konstan (2000) mencapai
Rp. 3.155.670 juta.rdasarkan peranan masing-masing menunjukkan sektor
pertanian merupakans ektor dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Banggai dengan peranan sebesar 42,71 persen, sedangkan sektor bangunan
berada diurutan kedua dengan perana sebesar 15,93 persen, untuk sektor
jasa-jasa berada diurutan ketiga dengan peranan sebesar 10,91 persen.
Sektor lainnya yang cukup dominan seperti sektor perdagangan, hotel dan
restoran, angkutan dan komunikasi, industri dan keuangan masing-masing
mempunyai peranan 8,52 persen, 7,39 persen, 6,04 persen dan 6,05 persen
terhadap total PDRB Kabupaten Banggai. Sektor lainnya memberikan peranan
dibawah lima persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai tahun 2013 mencapai 16,90
persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Sektor yang
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan tahun sebelumnya
adalahs ektor bangunan yang mencapai pertumbuhan 49,88 persen dan sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai pertumbuhan 27,69 persen.
Tingginya pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian
disebabkan tingginya NTB pertambangan khususnya pertambangan non-
migas sehingga nilai tambah bruto pada sektor pertambangan dan penggalian
meningkat.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 29


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Adapun sektor lainnya seperti sektor pertanian mencapai pertumbuhan 9,16


persen. Sektor industri pengolahan mencapai pertumbuhan 7,36 persen,
sedangkan sektor listrik dan air bersih 16,62 persen. Sektor perdagangan hotel
dan restoran mencapai pertumbuhan 12,97 persen. Sektor angkutan dan
komunikasi mencapai pertumbuhan 27,13 persen. Sektor keuangan 20,34
persen dan sektor jasa-jasa pertumbuhannya meningkat sebesar 13,17
persen.
Perkembangan PDRB perkapita tahun 2013 atas dasar harga berlaku
mencapai 23.580.301 rupiah,sedangkan berdasarkan harga konstan (2000)
mencapai 9.208.284 rupiah.
DIlihat dari sisi penggunaan PDRB atas dasar harga berlaku,s ebagian besar
PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2013
pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai 5.086.884 juta rupiah atau
menyerap sekitar 62,95 persen dari total PDRB Kabupaten Banggai. Selain itu,
kegiatan Pembentukan Modal Tetap bruto (PMTB) juga mempunyai konstribusi
cukup besar yaitu senilai 1.427.357 juta rupiah atau sekitar 17,66 persen.

Tabel 2.16. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banggai Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-
2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 3.482.807 3.946.639 4.458.041


Perikanan

Pertambangan dan 682.636 874.767 739.979


Penggalian

Industri Pengolahan 966.668 1.072.172 1.210.633

Pengadaan Listrik dan 2.077 2.132 2.267


Gas

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 30


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pengadaan Air 7.429 7.801 8.704


Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi 911.000 1.115.023 1.381.209

Perdagangan Besar dan 617.162 694.927 804.921


Eceran

Transportasi dan 346.336 408.795 481.654


Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi 41.406 49.038 57.080


dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 253.116 292.644 350.028

Jasa Keuangan dan 220.490 265.543 305.690


Asuransi

Real Estate 204.170 232.360 276.560

Jasa Perusahaan 9.458 11.067 13.034

Administrasi 373.785 439.391 513.419


Pemerintahan,
Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 312.142 371.594 446.740

Jasa Kesehatan dan 75.795 88.702 102.256


Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya 60.650 67.536 78.260

PDRB 8.567.127 9.940.131 11.230.475

Sumber : BPS Kabupaten Banggai, 2015.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 31


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.4.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Pagimana


Pelabuhan penyeberangan Pagimana berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Pelabuhan ini menghadap sisi
Barat teluk Palu pada koordinat 0°47'46.83"LS dan 122°39'32.21"BT.
Pelabuhan Ferry Pagimana melayani jalur lintasan ke Pelabuhan ferry
pagimana dengan perkiraan jarak tempuh 95 mill laut, dengan kecepatan 11
knott maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 14 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Pagimana dilayani oleh 2 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan KMP Dolosi
dan KMP Bawai.
Pada tahun 2015 tercatat 39.045 orang yang yang melakukan perjalanan dari
Dermaga Ferry Pagimana menuju Dermaga Ferry Gorontalo. Kemudian untuk
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 4.667
kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Pagimana ke Pelabuhan ferry
Gorontalo.
2.5. Kab. Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
2.5.1. Kondisi Wilayah Kab. Mamuju
2.5.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Mamuju adalah salah satu dari enam Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat. Posisinya berada antara Provinsi Sulawesi Selatan,
Kabupaten Mamuju Tengah, Mamasa dan Majene. Kabupaten Mamuju
terbentuk dari beberapa pulau, yakni pulau Sulawesi sebagai pulau induk
dimana wilayah terbesar Kabupaten Mamuju berada, pulau Karampuang dan
Kepulauan Balabalakang, selain itu banyak juga puau yang belum
berpenghuni.
Secara astronomis posisinya ada di 1 o38`110” – 2o54`552” LS dan 11o54`47” –
13o5`35” BT. Pada peta pulau Sulawesi, Kabupaten Mamuju ada pada teluk di
sisi kanan pulau yang dikenal dengan nama teluk Mamuju. Adapun batas-
batas wilayah Kabupaten Mamuju adalah sebagai berikut :
- Batas Utara dengan Kabupaten Mamuju Tengah.
- Batas TImur dengan Provinsi Sulawesi Selatan.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 32


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

- Batas Selatan dengan Kabupaten Majene, Mamasa dan Provinsi


Sulawesi Selatan.
- Barat dengan Selat Makassar.
2.5.1.2. Luas Wilayah.
Luas Wilayah Kabupaten Mamuju sekitar 5.056,19 Km 2, dengan luas tersebut,
secara administrasi, pemerintahan terbagi menjadi 11 Kecamatan, 88 Desa
dan 11 Kelurahan. Kecamatan terluas adallah Kalumpang yakni sekitar
1.731,99 km2 atau 34,20 % dari luas Kabupaten Mamuju dan terkecil adallah
Kecamatan Balabalakang dengan luas wilayah sekitar 21,86 km 2 atau 0,43
persen yang terbagi menjadi beberapa pulau kecil.
Tabel 2.17. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Mamuju Menurut
Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Tapalang 283,31 5,59

Tapalang Barat 131,72 2,60

Mamuju 206,64 4,08

Simboro 111,94 2,21

Balabalakang 21,86 0,43

Kalukku 470,26 9,29

Papalang 197,60 3,90

Sampaga 119,40 2,36

Tommo 827,35 16,34

Kalumpang 1.731,99 34,20

Bonehau 962,12 19,00

Kab. Mamuju 5.056,19 100,00

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 33


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sumber : BPS Kab. Mamuju.

Gambar 2.5. Peta Administrasi Kab. Mamuju.


2.5.1.3. Topografi
Relief dan topografi Kebupaten Mamuju berupa wilayah perbukitan dan
kawasan pantai. Hampir semua Kecamatan di Kabupaten Mamuju dilintasi
oleh sungai. Kabupaten Mamuju juga dilintasi oleh sungai terpanjang di
Provinsi Sulawesi Barat yakni Sungai Karama.
2.5.1.4. Iklim.
Tabel 2.18. Indikator Klimatologi Kabupaten Mamuju 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 77 28,5 1.693 11

Februari 75 28 793 6

Maret 78 28 1.689 8

April 79 27 1.835 11

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 34


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Mei 82 28,4 2.853 17

Juni 76 27,6 1.173 9

Juli 73 26 1.128 7

Agustus 74 25 1.654 9

Septembe 73 28 250 5
r

Oktober 68 27 638 5

Nopember 72 26 1.937 11

Desember 73 28 3.383 16

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.5.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Penduduk merupakan salah modal dalam pembangunan, sumber daya
manusia yang baik bisa menjdai faktor produksi yang baik untuk mendukung
berbagai program pengembangan perekonomian. Kabupaten Mamuju sebagai
ibukota provinsi yang relatif baru terus memiliki potensi peningkatan jumlah
penduduk yang lebih cepat dibandingkan Kabupaten lainnya sebagai dampak
dari proses urbanisasi.
Berdasarkan data hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Mamuju pada
tahun 2014, berjumlah 258.984 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk
pertahun (2009-2014) sebesar 2,66 persen.
Dari jumlah tersebut jumlah penduduk laki-laki sebanyak 132.095 dan
perempuan sebanyak 126.889. Dari data tersebut rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Mamuju adalahs ebesar 1,04 persen yang artinya
diantara 100 penduduk perempuan terdapat 104 laki-laki.
Dengan luas wilayah sekitar 5.064,19 Km 2, maka kepadatan penduduk,
Kabupaten Mamuju pada tahun yang sama sekitar 5 jiwa per km 2, artinya
terdapat sekitar 51 jiwa setiap 1 km 2. Rasio jenis kelamin tertinggi ada di
Kecamatan Balabalakang dan terendah di Kecamatan Tapalang Barat.
Tabel 2.19. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 35


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Tapalang 19.570 15

Tapalang Barat 9.842 16

Mamuju 63.791 65

Simboro 26.554 51

Balabalakang 2.567 21

Kalukku 55.359 25

Papalang 23.192 27

Sampaga 15.199 33

Tommo 21.955 7

Kalumpang 11.582 2

Bonehau 9.373 2

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju.


2.5.1.6. Pendidikan
Pendidikan tinggi dan kemampuan untuk bekerja keras merupakan dasar bagi
majunya pembangunan kemampuan. Kemampuan baca tulis adalah yang
paling utama.
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan
Prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidik (guru) yang
memadai. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan nasional diketahui ada 304
Sekolah Dasar (SD/MI) dengan 2.888 guru dan 39.273 murid, untuk tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) ada 49 Sekolah dengan 876
guru dan 10.978 murid sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SMU/SMK/MA) ada 16 sekolah dengan 384 guru dan 5.269 murid.
2.5.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan sesuatu yang digunakan
untuk melihat perkembangan ekonomi suatu daerah, dan salah satu gambaran
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan
oleh suatu daerah. PDRB didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah
barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 36


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Secara umum sejak tahun 2010 perekonomian Kabupaten Mamuju selalu


mengalami peningkatan. Empat tahun terakhir tercatat kabupaten Mamuju
selalu mengalami pertumbuhan positif, angkanya berkisar antara, 8 sampai
dengan 11 persen. Pada tahun 2014 tumbuh sebesar 8,82 persen atau
meningkat sekitar 0,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
PDRB Kabupaten Mamuju atas harga berlaku tahun 2014 sebesar 7.294,40
Milyar rupiah dengan kontribusi terbesar dari kategori pertanian yaitu 36,09 %
sedangkan kategori dengan kontribusi terkecil adalah kategori Listrik, Gas
sebesar 0,05 %.
Tabel 2.20. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-
2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 2.011,61 2.275,61 2.632,76


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 177,16 194,85 229,42

Industri Pengolahan 199,37 213,32 249,33

Pengadaan Listrik dan Gas 3,16 3,20 3,54

Pengadaan Air Pengelolaan 20,07 23,80 25,62


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 545,84 605,57 725,04

Perdagangan Besar dan 604,39 682,64 799,01


Eceran

Transportasi dan 117,79 125,62 147,37


Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi dan 15,44 17,72 19,75

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 37


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 369,92 411,87 488,01

Jasa Keuangan dan Asuransi 168,65 188,34 205,10

Real Estate 139,00 148,84 165,53

Jasa Perusahaan 5,78 6,23 6,89

Administrasi Pemerintahan, 660,60 775,34 879,85


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 300,51 344,46 370,81

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 116,18 135,41 148,34


Sosial

Jasa Lainnya 151,76 168,97 198,01

PDRB 5.607,58 6.321,79 7.294,40

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju, 2015.


2.5.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Mamuju
Pelabuhan penyeberangan Mamuju letaknya di Simboro kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat . Posisi pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya
berada pada posisi:0o52’110’’ – 2o 54’552’’ Lintang selatan ;1 o154’47’’ – 13o
5’35’’ Lintang timur.
Pelabuhan Ferry Mamuju melayani jalur lintasan ke Pelabuhan ferry
Balikpapan dengan perkiraan jarak tempuh 184 mile laut, dengan kecepatan
16 knott maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 12 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Pagimana dilayani oleh 2 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. Jembatan Nusantara dengan
menggunakan KMP Satria Pratama dan KMP Citra Mandala Abadi.
Pada tahun 2015 tercatat 25.358 orang yang yang melakukan perjalanan dari
Dermaga Ferry Mamuju menuju Dermaga Ferry Balikpapan. Kemudian untuk

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 38


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 3.095
kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Mamuju ke Pelabuhan ferry
Balikpapan.
2.6. Kota Tidore Provinsi Maluku utara.
2.6.1. Kondisi Wilayah Kota Tidore
2.6.1.1. Letak dan Batas Wilayah.

Secara administrasi kota Tidore Kepulauan memiliki luas wilayah 13.862,86


km2, dengan luas daratan 9.116, 36 km2 dan luas lautan 4.746 kota tidore
kepulauan memiliki 8 kecamatan. Hal ini sesuai dengan peraturan daerah
(PERDA) No.13.14.15 dan 16 tahun 2007 serta peraturan daerah No..01 tahun
2008 tentang pemekaran kecamatan. Dengan luas masing-masing kecamatan
adalah ; Tidore dengan ibu kota Gamtufkange 212,13 km2, Tidore Selatan
dengan ibukota Gurabati 249,32 km2, Tidore Utara dengan ibukota Rum
221,33 km2, Tidore Timur dengan ibukota Tosa dan luas daerah 199,92 Km2.
Kecamatan Oba dengan ibukota Payahe dengan luas wilayah 2.373,63 km2,
Oba Selatan dengan ibu kota Lifofa luas daerah 2.210,92 Km2 , Oba Utara
dengan ibukota Sofifi dengan luas wilayah 1.155,91 km2 dan Oba Tengah
dengan ibukota Akelamo 2.493,17 km2. Dan dari 8 kacamatan terdapat 72
kelurahan dan desa.:

Secara geografis, letak wilayah Kota Tidore Kepulauan berada pada batas
astronomis 0⁰-20⁰ Lintang Utara dan pada posisi 127⁰- 127,45⁰ Bagian Timur.
dan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota


Ternate dan Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera barat.
- sebelah timur Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan,
Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan Weda Kabupaten
Halmahera Tengah.
- Sebelah selatanBerbatasan dengan Gane Barat Kabupaten Halmahera
Selatan dan Kecamatan pulau Moti Kota ternate.
- Sebelah barat Berbatasan dengan Laut Maluku.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 39


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.6.1.2. Luas Wilayah.


Kepulauan Tidore sebelumnya merupakan Ibukota Halmahera Tengah, seiring
dengan reformasi sistem pemerintahan di Indonesia maka, pada tahun 2003
Tidore Kepulauan dimekarkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2003, yang diresmikan pada tanggal 31 Mei
2003.dengan luas wilayah 13.862,86 km2, dengan luas laut 4.746 dan luas
daratan 9.116, 36 km2,
Tabel 2.21. Luas Wilayah Daratan Kota Tidore Menurut Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Tidore Selatan 42,40 2,73

Tidore Utara 37,64 2,43

Tidore 36,08 2,33

Tidore Timur 34,00 2,19

Oba 403,67 26,04

Oba Selatan 196,58 12,68

Oba Utara 376,00 24,25

Oba Tengah 424,00 27,35

Tidore Kepualauan 1.550,37 100,00

Sumber : BPS Kota


Tidore.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 40


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Gambar 2.6. Peta Administrasi Kota Tidore


2.6.1.3. Topografi

Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi manjadi 2


bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. Pulau
Tidore memiliki satuan bentukan asal gunungapi. Satuan ini memiliki
kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih dari 40%, hal ini sesuai
dengan jenis bentukan asal Satuan vulkanik. Sedangkan untuk Bagian ke dua
wilayah Kota Tidore yang berada pada dartan Pulau Halmahera memiliki
karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore. Satuan geomorfologi ini
antara lain adalah dataran alluvial, perbukitan denudasional, perbukitan
denudasional ultramafik, Plato dan Monoklin.

Dilihat dari topografi tiap pulau, maka hanya pulau Tidore yang memiliki
topografi yang tajam dibandingkan dengan tiga gugusan pulau terdekatnya
yaitu berkisar antara 15 – 40 % dan bahkan sebagian > 40 %. Daerah-daerah
yang mempunyai topografi datar sampai landai di pulau Tidore dapat ditemui
di Kelurahan Dowora, sebagian Kelurahan Indonesiana, Rum, Ome,dan
beberapa kelurahan yang mempunyai topografi datar. Kondisi topografi yang
demikian juga dapat ditemui di Pulau Maitara dan Pulau Mare, dimana seluruh

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 41


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

kawasan yang mempunyai topografi datar sampai landai sudah dimanfaatkan


untuk permukiman. Sementara kawasankawasan dengan kemiringan lereng
antara 25-40% diperuntukkan untuk lahan perkebunan dan pertanian (kebun,
tegalan, ladang).

Topografi / kemiringan tanah di Kota Tidore bervariasi antara 0- 2%, 2- 15%,


15 - 40%, banyak tersebar di pinggiran pantai pulau Kondisi tekstur tanah di
Kota Tidore Kepulauan sebagian besar memiliki cirri Halus sampai Sedang
sedikit berpasir memberikan kemampuan drainase yang cukup baik dilihat dari
sifat porositas tanah yang menyerap air.

2.6.1.4. Iklim.
Iklim yang terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan ini seperti umumnya
daerah kepulauan beriklim tropis, dimana iklimnya sangat dipengaruhi oleh
angin laut, curah hujan rata-rata kurang dari 2000 mm. Musim kemarau terjadi
pada bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim hujan pada bulan Mei
sampai dengan Oktober yang disebabkan oleh angin musim tenggara. Musim
pancaroba terjadi pada bulan April dan Desember.
Tabel 2.22. Indikator Klimatologi Kota Tidore 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 82 23 270 12

Februari 83 24 131 8

Maret 81 22 55 3

April 85 23 112 10

Mei 82 24 210 12

Juni 84 23 183 9

Juli 70 22 62 4

Agustus 82 26 201 15

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 42


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Septembe 76 23 88 7
r

Oktober 73 26 38 5

Nopember 81 21 147 14

Desember 83 22 189 12

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.6.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Sumber daya masnusia merupakan salah satu variabel penentu proses
pembangunan, jumlah penduduk yang besar merupakan modal suatu wilayah
dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Jumlah penduduk Kota Tidore
Kepulauan di tahun 2014 adalah 95.813 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,4 persen.
Penduduk usia produktif 1564 tahun sebesar 64,4 persen atau sebanyak dua
kali lipat dari penduduk usia non produktif, artinya komposisi penduduk dimana
usia produktif yang besar menggambarkan angka ketergantungan penduduk
yang kecil. Tingkat kepadatan penduduk Kota Tidore Kepulauan adalah 62 jiwa
perkilometer persegi. Rasio jenis kelamin menunjukkan jumlah penduduk laki-
laki masih lebih banyak daripada penduduk perempuan di Kota Tidore
Kepulauan. Menurut status perkawinan di kelompok usia 25-29 tahun
persentase penduduk perempuan berstatus kawin lebih besar daripada laki-
laki.
Tabel 2.23. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kota Tidore Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Tidore Selatan 13.226 312

Tidore Utara 14.684 390

Tidore 18.660 517

Tidore Timur 8.104 238

Oba 11.100 27

Oba Selatan 5.220 27

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 43


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Oba Utara 15.718 42

Oba Tengah 9.101 21

Tidore Kepulauan 95.813 62

Sumber : BPS Kota Tidore


2.6.1.6. Pendidikan
Berdasarkan data survei Sosial Ekonomi Nasional 2014 Kota Tidore
Kepulauan menunjukkan 30,51 persen penduduk pendidikan terakhir yang
ditamatkan adalah sekolah menengah atas atau yang setaranya. Akan tetapi
disisi lain masih terdapat 7,16 persen penduduk yang tidak bersekolah atau
tidak menamatkan pendidikan dasar. Untuk jumlah lulusan perguruan tinggi
terdapat 1,07 persen lulusan Diploma I/II/III dan 10,44 persen lulusan Diploma
IV/S1/S2/S3.
Pendidikan tinggi dan kemampuan untuk bekerja keras merupakan dasar bagi
majunya pembangunan kemampuan. Kemampuan baca tulis adalah yang
paling utama.
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan
Prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidik (guru) yang
memadai. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan nasional diketahui ada 102
Sekolah Dasar (SD/MI) dengan 836 guru dan 12.178 murid, untuk tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) ada 37 Sekolah dengan 447
guru dan 4.406 murid sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SMU/SMK/MA) ada 20 sekolah dengan 417 guru dan 2.853 murid.
2.6.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja
perekonomian suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Salah satu pendekatan dalam penghitungan PDRB adalah pendekatan
lapangan usaha dimana pendekatan ini menekankan pada unit-unit produksi
yang menghasilkan nilai tambah atas barang dan jasa di suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu. Kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib merupakan kategori penyumbang terbesar pada
perekonomian Kota Tidore Kepulauan di tahun 2014. Di urutan kedua
pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi terbesar kedua

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 44


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

sebesar 25,4 persen. Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
tahun 2014 pendapatan per kapita penduduk Tidore Kepulauan sebesar 19,51
juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2010
(ADHK) 15,86 juta rupiah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,89 persen.
Tabel 2.24. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kota Tidore
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 400.605,6 431.155,6 464.069,6


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 891,5 952,4 1.043,2

Industri Pengolahan 63.674,1 69.690,2 79.220,7

Pengadaan Listrik dan Gas 1.141,1 978,5 1.497,0

Pengadaan Air Pengelolaan 1.995,9 2.213,4 2.545,9


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 98.270,8 104.810,5 117.252,3

Perdagangan Besar dan 140.754,0 160.751,0 184.335,8


Eceran

Transportasi dan 48.164,8 55.884,1 66.704,7


Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi dan 2.487,2 2.721,6 3.086,6


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 48.081,0 53.032,5 60.157,1

Jasa Keuangan dan Asuransi 33.988,5 38.400,1 41.996,2

Real Estate 1.231,7 1.363,0 1.511,5

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 45


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Jasa Perusahaan 5.945,6 6.557,4 7.174,3

Administrasi Pemerintahan, 540.175,8 604.036,5 712.762,2


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 59.302,9 64.675,3 71.098,8

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 27.617,6 30.528,0 35.788,2


Sosial

Jasa Lainnya 8.231,8 8.624,7 9.433,9

PDRB 1.482.559,9 1.636.045,0 1.869.689,1

Sumber : BPS Kota Tidore. 2015.


2.6.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Rum.
Pelabuhan penyeberangan Rum letaknya di Kota Tidore . Posisi pelabuhan
terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi: 0°44'12.88" Lintang
Utara ; 127°23'8.74" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Rum melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry Bastiong
dengan perkiraan jarak tempuh 16 mile laut, dengan kecepatan 10 knott
maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 2 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Rum dilayani oleh 4 Kapal Motor Penumpang (KMP)
dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan menggunakan KMP
Bandeng, KMP Kerapu 2, KMP Maming, KMP Bobara. Kemudian ada 2 Kapal
dari perusahaan swasta yaitu KMP Terusi dan KMP Dolosi.
Pada tahun 2015 tercatat 71.381 orang yang yang melakukan perjalanan dari
Dermaga Ferry Rum menuju Dermaga Ferry Bastiong. Kemudian untuk
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 36.965
kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Rum ke Pelabuhan ferry
Bastiong.

2.7. Kota Ternate Provinsi Maluku utara.


2.7.1. Kondisi Wilayah Kota Ternate.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 46


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.7.1.1. Letak dan Batas Wilayah.


Kota Ternate terletak antara 0° sampai 2° Lintang Utara dan 126° sampai 128°
Bujur timur dengan Luas Wilayah 162,03 km2. Wilayah Kota Ternate terdiri
dari 8 pulau, 5 pulau yang dihuni yaitu Pulau Ternate, Pulau Moti, Pulau
Mayau, Pulau Tifure dan Pulau Hiri. Sedangkan 3 pulau lainnya yaitu Pulau
Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau kecil yang tidak dihuni.
Dari kedelapan pulau tersebut, yang terluas adalah Pulau Ternate sehingga
dijadikan pusat pemerintahan dengan 4 kecamatan di dalamnya, 3 kecamatan
lainnya terletak di pulau-pulau lain yang berpenghuni.
Pulau Ternate merupakan wilayah kepulauan yang terletak di pesisir Barat
Pulau Halmahera dan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara.
Luas wilayah Pulau Ternate adalah 5.681,30 km 2, dengan wilayah perairan
lautnya sekitar 5.457,55 km2, dari keseluruhan wilayah yang ada, luas
daratannya 133, 74 km2. Wilayah pulau-pulau kecil di Kepulauan Ternate pada
koordinat 126020” -128005” Bujur Barat serta 0050” - 2010” Lintang Utara
berbatasan dengan ;
- Sebelah Utara dengan Samudra Pasifik
- Sebelah Selatan dengan Laut Maluku
- Sebelah Timur dengan Laut Halmahera
- Sebelah Barat dengan Laut Maluku.
2.7.1.2. Luas Wilayah.
Secara yuridis, status Pulau Ternate ditingkatkan dari kota Adminsitratif
menjadi Kotamadya atau Kota Ternate berdasarkan UU no.11 tahun 1999.
Wilayah administrasi Kota Ternate pada tahun 2014 terdiri dari 7 kecamatan
dan 77 kelurahan, dan tersebar di 5 pulau yang dihuni. Wilayah ini didominasi
oleh kelurahan pantai (wilayahnya berbatasan dengan pantai) sebanyak 56
kelurahan, sedangkan sisanya yaitu 21 kelurahan bukan pantai.
Wilayah kepulauan ini banyak memiliki desa/kelurahan yang memiliki pantai,
sebanyak 70 % nya merupakan desa/kelurahan yang memiliki pantai. Pulau
ternate mempunyai 60 kelurahan terdiri dari 4 kecamatan.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 47


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pulau-pulau kecil di wilayah Kepulauan Ternate terletak dalam lingkup yang


bergerak melalui kepulauan Filipina, Sangihe Talaut dan Minahasa yang
dilingkupi lengkung Sulawesi dan Pulau Sangihe yang berwatak Vulkanis.
Tabel 2.25. Luas Wilayah Daratan Kota Ternate Menurut Kecamatan,
2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Pulau Ternate 37,23 22,98

Moti 24,80 15,31

Pulau Batang Dua 29,04 17,92

Pulau Hiri 6,70 4,14

Ternate Selatan 16,98 10,48

Ternate Tengah 10,85 6,70

Ternate Utara 14,38 8,87

Hutan Lindung 22,05 13,61

Kota Ternate 162,03 100,00

Sumber : BPS Kota Ternate.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 48


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Gambar 2.7. Peta Administrasi Kota Ternate.


2.7.1.3. Topografi
Tingkat ketinggian lahan dai permukaan laut di wilayah Pulau Ternate cukup
bervariasi yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori. Kategori rendah (0-
500 m) yang diperuntukkan untuk pemukiman, pertanian, perikanan,
perdagangan dan pusat pemerintahan, kategori sedang (500-700 m)
diperuntukkan untuk hutan konservasi dan usaha kehutanan, kategori tinggi 9
>700 m) diperuntukkan untuk hutan lindung.
Pulau Ternate sebagian besar daerahnya bergunung dan berbukit terdiri dari
pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah regosol dan
rensina. Jenis tanah regosol yaitu tanah yang khas berada daerah vulkanis. Di
Pulau Ternate terdapat dua gunung vulkanis yaitu gunung Gamalama tinggi
1.715 m dan gunung Tuanene tinggi 950 m yang berada di Pulau Moti.
2.7.1.4. Iklim.
Pulau Ternate adalah daerah kepulauan dengan ciri iklim tropis. Curah hujan
bulanan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 263, 4 mm dan terendah pada
bulan Agustus 77,8 mm. Nilai rata-rata curah hujan bulanan adalah 188,68 mm
dan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2.322,79 mm. Jumlah hari hujan
rata-rata 202 hari dan nilai rata-rata hujan tertinggi pada bulan Januari dan
November yaitu 20 hari hujan dan terendah bulan Agustus sebanyak 12 hari
hujan.
Berdasarkan hasil pengukuran angin di wilayah Pulau Ternate berkisar antara
2,9 - 5,2 knots dengan kecepatan terbesar bulanan berkisar antara 16-28
knots. Arah angina terbanyak dari Barat laut yang terjadi pada bulan Januari,
Februari< Maret dan April. Sedangkan pada bulan Mei dan juni angina
terbanyak bertiup dari arah Tenggara (Pancaroba.
Tabel 2.26. Indikator Klimatologi Kota Ternate 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 83 24 378 24

Februari 84 24 136 14

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 49


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Maret 82 25 60 11

April 83 24 110 16

Mei 86 25 250 21

Juni 83 25 150 20

Juli 77 25 37 9

Agustus 83 24 218 18

Septembe 78 24 93 8
r

Oktober 77 25 15 5

Nopember 83 25 197 21

Desember 85 25 167 21

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.7.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Jumlah penduduk Kecamatan Pulau Ternate Tahun 2014 sebanyak 16.209
jiwa yang tersebar di 13 kelurahan dan berada di daratan Pulau Ternate.
Terdapat 3.389 Rumah Tangga dengan rata-rata jiwa per Rumah Tangga
sebanyak 5 jiwa, dan Kelurahan Jambula merupakan Kelurahan yang memiliki
kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Pulau Ternate dengan Jumlah
Penduduk 2.644 jiwa dan Kepadatan Penduduk 2.754 perkilometer.
Tabel 2.27. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Pulau Ternate 16.209 435,37

Moti 4.814 194,11

Pulau Batang Dua 2.712 93,38

Pulau Hiri 3.003 448,20

Ternate Selatan 71.476 4.209,23

Ternate Tengah 58.698 5.409,95

Ternate Utara 50.877 3.538,03

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 50


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Kota Ternate 207.789 9.423,53

Sumber : BPS Kota Ternate.


2.7.1.6. Pendidikan
Sarana Pendidikan yang tersedia di Wilayah Kecamatan Pulau Ternate antara
lain adalah SD sebanyak 15 buah dengan jumlah guru 211 orang, sementara
peserta didiknya 2.042 orang. Dalam periode yang sama terdapat 5 buah
SLTP dengan jumlah guru 88 orang serta murid sebanyak 484 orang. Untuk
jenjang pendidikan SLTA sebanyak 2 buah dengan jumlah guru 59 orang serta
murid sejumlah 191 orang. Sedangkan jumlah Sekolah SMK sebanyak 1 buah,
jumlah gurunya sebanyak 44 orang dan jumlah muridnya sebanyak 108 orang.
2.7.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bturo (PDRB) sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun. PDRB atas dasar harga berlaku
Ternate pada tahun 2014 tercatat 6,23 triliun rupiah atau meningkat
dibandingkan tahun 2013 yang tercatat 5,42 triliun rupiah. PDRB atas dasar
harga konstan (ADHK) Ternate juga mengalami peningkatan dari 4,55 triliun
rupiah pada tahun 2013 menjadi 4,96 triliun rupiah pada tahun 2014.
Kategori perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor
adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian Ternate dengan kontribusi
sebesar 24,94 persen, diikuti oleh kategori administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 17,91 persen dan kategori
transportasi dan pergudangan sebesar 16,21 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota Ternate pada tahun 2014 mengalami
pertumbuhan sebesar 8,87 persen, tercatat meningkat jika dibandingkan
dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang sebesar 7,65 persen.
Tabel 2.28. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kota Ternate
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)
2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 4,75 4,69 4,44

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 51


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,06

Industri Pengolahan 3,66 3,54 3,52

Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,08 0,08

Pengadaan Air Pengelolaan 0,08 0,08 0,08


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 7,18 6,74 6,74

Perdagangan Besar dan 24,30 24,72 24,94


Eceran

Transportasi dan 15,35 15,93 16,21


Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi dan 1,14 1,12 1,12


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 7,59 7,54 7,74

Jasa Keuangan dan Asuransi 6,74 6,71 6,42

Real Estate 0,24 0,23 0,22

Jasa Perusahaan 0,79 0,78 0,76

Administrasi Pemerintahan, 17,88 17,99 17,91


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 4,93 4,73 4,67

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 3,24 3,19 3,28


Sosial

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 52


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Jasa Lainnya 1,96 1,86 1,80

PDRB 100 100 100

Sumber : BPS Kota Ternate. 2015.

2.7.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Bastiong


Pelabuhan penyeberangan Bastiong letaknya di Kota Ternate . Posisi
pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi: 0°45'50.58"
Lintang Utara ; 127°22'32.07" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Bastiong melayani beberapa jalur lintasan ke Pelabuhan
Ferry di sekitarnya, diantaranya :
1. Bastiong ke Batang Dua.
Basting ke Batang Dua dengan perkiraan jarak tempuh 80 mile laut. Saat
ini dilayani oleh KMP Bobara dengan operator perusahaan PT. ASDP
(Persero).
2. Bastiong Ke Sidangoli dengan perkiraan jarak tempuh 12 Mile laut, dengan
waktu tempuh 1 jam dengan kecepatan 11 knots. Saat ini dilayani KMP
Bandeng, KMP Bobara, dan KMP Kerapu 2 dengan operator perusahaan
PT. ASDP (Persero). Kemudian KMP Terusi dan KMP Dolosi yang dikelola
oleh Pihak Swasta.
Pada tahun 2015 tercatat 30.540 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Bastiong menuju Dermaga Ferry Sidangoli. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut
sebesar 10.808 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Bastiong ke
Pelabuhan ferry Sidangoli.
3. Bastiong Ke Sofifi dengan perkiraan jarak tempuh 14 Mile laut. Saat ini
dilayani KMP Maming dan KMP Bobara, dengan operator perusahaan PT.
ASDP (Persero). Kemudian KMP Terusi, KMP Kerapu dan KMP Dolosi
yang dikelola oleh Pihak Swasta.
Pada tahun 2015 tercatat 222.075 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Bastiong menuju Dermaga Ferry Sofifi. Kemudian

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 53


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut


sebesar 57.217 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Bastiong ke
Pelabuhan ferry Sofifi.
4. Bastiong Ke Babang dengan perkiraan jarak tempuh 120 Mile laut. Saat ini
dilayani KMP Bobara, dengan operator perusahaan PT. ASDP (Persero).
5. Bastiong Ke Rum dengan perkiraan jarak tempuh 16 Mile laut. Saat ini
dilayani KMP Bandeng, KMP Bobara, KMP Kerapu 2, KMP Maming dan
KMP Bobara dengan operator perusahaan PT. ASDP (Persero). Kemudian
KMP Terusi, KMP Kerapu dan KMP Dolosi yang dikelola oleh Pihak
Swasta.
Pada tahun 2015 tercatat 90.697 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Bastiong menuju Dermaga Ferry Rum. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut
sebesar 41.895 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Bastiong ke
Pelabuhan ferry Rum.
6. Bastiong Ke Bitung dengan perkiraan jarak tempuh 148 Mile laut. Saat ini
dilayani KMP Bawal, KMP Dolosi, KMP Porodisa, dan KMP Terusi.
Pada tahun 2015 tercatat 3.486 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Bastiong menuju Dermaga Ferry Biitung. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut
sebesar 1.657 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Bastiong ke
Pelabuhan ferry Bitung.
2.8. Kab. Halmahera Provinsi Maluku utara.
2.8.1. Kondisi Wilayah Kab. Halmahera Barat
2.8.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Halmahera Barat adalah Kabupaten Maluku Utara yang berubah
nama setelah terjadi pemekaran berdasar UU No.1 Tahun 2003. Ibu Kota
Kabupaten Halmahera Barat adalah Jailolo. Luas Kabupaten Halmahera Barat
tercatat 14.823,16 km2 dengan luas daratan 2.361.56 km2 dan laut seluas
12.461,60 km2. Secara geografis Halmahera Barat terletak antara 00 48’
lintang utara sampai 10 48’ lintang utara dan antara 1270 16’ 00” bujur timur

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 54


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

sampai 1270 16’ 01” bujur timur. Batas-batas geografis wilayah Kabupaten
Halmahera Barat adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kabupaten Halmahera Utara
- Sebelah Timur : Kabupaten Halmahera Utar
- Sebelah Selatan : Kota Tidore Kepulauan
- Sebelah Barat : Laut Maluku
Terdapat empat gunung api aktif yang membentang sepanjang daratan
Halmahera Barat, yaitu Gunung Jailolo, Gunung Onu, Gunung Gamkonora dan
Gunung Ibu. Selain itu, terdapat sebelas sungai yang melalui beberapa
kecamatan dan juga empat danau. Salah satu yang cukup terkenal sebagai
daerah wisata adalah Danau Rano atau lebih dikenal dengan sebutan Talaga
Rano yang berada di Kecamatan Sahu. Topografi wilayah Halmahera Barat
didominasi oleh tanah curam, yaitu mencapai 61,98 persen.
2.8.1.2. Luas Wilayah.
Luas Wilayah Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari 11.623,42 Km 2 wilayah
laut dan 22.346 Km2 wilayah darat, jumlah pulau-pulau kecil di Halmahera
Barat sebanyak 123 pulau dengan rincian 2 pulau dihuni dan 121 pulau tanpa
penghuni.
Penggunaan lahan di Halmahera Barat didominasi oleh lahan hutan 182.355
Ha, usaha pertanian 4.684 Ha, Usaha Perkebunan 16.302 Ha, serta
perumahan dan pemukiman 20.125 Ha.
Tabel 2.29. Luas Wilayah Daratan Kab. Halmahera Barat Menurut
Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Jailolo 226,00 9,56

Jailolo Selatan 147,55 6,24

Jailolo Timur 281,35 11,91

Sahu 122,86 5,20

Sahu Timur 271,00 11,47

Ibu 109,82 4,65

Ibu Selatan 368,33 15,59

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 55


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Tabaru 220,64 9,34

Loloda 614,01 26,00

Halmahera Barat 2.361,56 100,00

Sumber : BPS Kab. Halmahera Barat.

Gambar 2.8. Peta Administrasi Kab. Halmahera Barat


2.8.1.3. Topografi
Kabupaten Halmahera Barat sendiri merupakan bagian dari Pulau Halmahera, 
tepatnya di sebelah barat Pulau Halmahera yang sebagian besar terdiri dari
bukit dan pegunungan, dimana luas daerah berbukit/bergunung adalah
sebesar 138.449 Ha atau 61,98% dari luas wilayah daratan. Topografi
Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari 4 kategori, yaitu :
1. Tanah datar dengan kelas lereng <  3% seluas 3.193 Ha (1,4%);

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 56


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2. Tanah landai dengan kelas lereng 3-15% seluas 23.201,5 Ha (10,38%);


3. Tanah  agak  curam  dengan  kelas lereng  15 - 40%  seluas 58.517 Ha  
(26,25%); dan
4. Tanah curam dengan kelas lereng > 40 % seluas 138.499,5 Ha (61.98%).

2.8.1.4. Iklim.
Halmahera Barat dipengaruhi oleh iklim laut tropis dengan curah hujan antara
1500-3500 mm/ tahun. Klasifikasi wilayah berdasarkan curah hujan adalah
sebagai-berikut :

 Wilayah Kecamatan Jailolo dan Jailolo Selatan memiliki curah hujan rata-
rata sebesar 1500-2000 mm;

 Wilayah Kecamatan Sahu, Sahu Timur pada dataran rendah mulai dari
pesisir pantai memiliki curah hujan rata-rata 2501–3000 mm, sedangkan
bagian timur wilayah kecamatan curah hujan rata-rata sebesar 1501 – 2000
mm;

 Wilayah Kecamatan Ibu Utara, Ibu, Ibu Selatan memiliki curah hujan rata-
rata 2501–3000 mm; dan

 Wilayah Kecamatan Loloda bagian Selatan memiliki curah hujan 2501–


3000 mm, sedangkan bagian utara memiliki curah hujan 3001–3500 mm.

Selama Tahun 2014, Stasiun Meteorologi dan Geofisika Babullah Ternate


mencatat suhu udara maksimum terjadi pada Bulan Maret, yakni 33 0C dan
minimum pada Bulan Januari, yaitu 24 0C. Kelembaban udara rata-rata
selama 2014 adalah sebesar 84,0 persen. Selama 2014 tercatat hari hujan
sebanyak 188 hari dengan intensitas 15 mm sampai dengan 378 mm. Curah
hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari. Penyinaran matahari terbesar
tercatat 93 persen dan terjadi pada Oktober. Kecepatan angin maksimum
sebesar 24 knot yang terjadi pada Desember dan minimum sebesar 11 knot
pada Juni.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 57


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Tabel 2.30. Indikator Klimatologi Kab. Halmahera Barat 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 83 27 378 24

Februari 84 27 136 14

Maret 82 27 60 11

April 83 28 110 16

Mei 86 27 250 21

Juni 83 27 150 20

Juli 77 28 37 9

Agustus 83 27 218 18

Septembe 78 27 93 8
r

Oktober 77 27 15 5

Nopember 83 27 197 21

Desember 83 27 167 21

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.8.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Penduduk Kabupaten Halmahera Barat pada Tahun 2014 adalah sebanyak
108.769 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk laki-laki berjumlah 55.568 jiwa
dan penduduk perempuan sejumlah 53.201 jiwa. Jumlah penduduk terbesar
ada di Kecamatan Jailolo, yakni sebanyak 32.788 jiwa atau 30,14 persen dari
total jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Barat.
Pada tahun 2014, rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Halmahera Barat

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 58


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

adalah 104. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa terdapat 104 orang penduduk
laki-laki per 100 orang penduduk perempuan di Kabupaten Halmahera Barat.
Rasio jenis kelamin per kecamatan keseluruhannya diatas 100, yang berarti di
setiap kecamatan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah
penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Halmahera Barat pada Tahun 2014 adalah
46 jiwa/km2. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat 46 jiwa setiap 1
km2 luas wilayah. Kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Jailolo
yakni 145 jiwa/km2 dan Kecamatan Jailolo Selatan dengan 92 jiwa/km2.
Tabel 2.31. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kab. Halmahera Barat Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Jailolo 32.788 145

Jailolo Selatan 13.566 92

Jailolo Timur 3.136 11

Sahu 9.866 80

Sahu Timur 9.002 33

Ibu 9.866 90

Ibu Selatan 11.089 30

Tabaru 8.494 38

Loloda 10.962 18

Halmahera Barat 108.769 46

Sumber : BPS Kab. Halmahera Barat.


2.8.1.6. Pendidikan
Pada tahun ajaran 2013/2014 tercatat jumlah murid SD/MI/sederajat di
Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 17.712 siswa. Sedangkan untuk
tingkatan SMP/MTs/sederajat dan SMA/SMK/MA/sederajat masing-masing
berjumlah 6.938 orang dan 4.550 siswa.
Jumlah guru berstatus PNS pada sekolah di bawah lingkup Dinas Pendidikan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 59


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Kabupaten Halmahera Barat ada sebanyak 1.743 orang guru. Terbanyak


adalah guru SD, yaitu 1.123 orang guru. Sementara guru berstatus PNS pada
sekolah di bawah lingkup Kanwil Kementerian Agama Kabupaten Halmahera
Barat berjumlah 291 orang. Terbanyak adalah guru MTs, yaitu 140 orang guru.
Rasio murid-guru menunjukkan jumlah murid yang menjadi beban untuk
seorang guru. Nilai rasio murid-guru di Kabupaten Halmahera Barat terbesar
pada tingkat pendidikan SD/MI/sederajat, yaitu 11 yang berarti dari 1 orang
guru harus mengajar 9 orang murid. Sedangkan untuk tingkat
SMP/MTs/sederajat dan SMA/SMK/MA/sederajat masing-masing adalah 9
dan 10
2.8.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diartikan sebagai keseluruhan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi dalam kurun waktu
satu tahun di suatu wilayah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa PDRB
Tahun 2014 Kabupaten Halmahera Barat merupakan nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan selama Tahun 2014 di Kabupaten Halmahera Barat.
PDRB Kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2014
tercatat sebesar 1.463.987,78 juta rupiah, dengan kontribusi terbesar diberikan
oleh sektor pertanian, yakni sebesar 576.494,23 juta rupiah atau mencapai
39,38 persen. Kontribusi terendah diberikan oleh sektor pengadaan listrik dan
gas, yaitu sebesar 584,6 juta rupiah atau hanya sebesar 0,04 persen.
PDRB Kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga konstan (2010) pada
Tahun 2014 tercatat sebesar 1.179.568,58 juta rupiah atau meningkat sebesar
5,40 persen dibandingkan tahun 2013
Tabel 2.32. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Halmahera Barat
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 469.918,68 520.431,50 576.494,23


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 1.149,61 1.251,27 1.371,37

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 60


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Industri Pengolahan 78.770,04 85.895,44 95.506,72

Pengadaan Listrik dan Gas 586 481,2 584,6

Pengadaan Air Pengelolaan 2.153,77 2.352,73 2.639,43


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 55.790,05 60.693,01 70.208,33

Perdagangan Besar dan 154.823,48 172.727,80 197.894,30


Eceran

Transportasi dan 23.247,47 26.326,92 30.923,28


Pergudangan

Penyediaan Akomodosi dan 2.838,92 3.142,73 3.528,84


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 37.491,85 38.806,72 40.207,55

Jasa Keuangan dan Asuransi 33.139,75 37.125,17 39.888,63

Real Estate 896,98 1.000,29 1.089,85

Jasa Perusahaan 1.989,72 2.205,19 2.429,53

Administrasi Pemerintahan, 254.663,84 284.682,25 318.305,53


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 36.620,94 39.792,22 43.786,90

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 26.996,57 29.424,28 33.647,55


Sosial

Jasa Lainnya 4.393,36 4.916,40 5.481,12

PDRB 1.185.471,03 1.311.255,11 1.463.987,78

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 61


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sumber : BPS Kab. Halmahera Barat. 2015.


2.8.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Sidangoli
Pelabuhan penyeberangan Sidangoli letaknya di Kab. Halmahera Barat .
Posisi pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi:
0°53'11.45" Lintang Utara ; 127°30'1.05" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Sidangoli melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry
Bastiong dengan perkiraan jarak tempuh 12 mile laut, dengan kecepatan 11
knott maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 1 jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Sidangoli dilayani oleh 4 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan menggunakan
KMP Bandeng, KMP Bobara 2 dan KMP Kerapu 2. Kemudian ada 2 Kapal dari
perusahaan swasta yaitu KMP Terusi dan KMP Dolosi.
Pada tahun 2015 tercatat 23.839 orang yang yang melakukan perjalanan dari
Dermaga Ferry Sidangoli menuju Dermaga Ferry Bastiong. Kemudian untuk
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 6.747
kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Sidangoli ke Pelabuhan ferry
Bastiong.
2.9. Kota Ambon Provinsi Maluku.
2.9.1. Kondisi Wilayah Kota Ambon
2.9.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon, yang
secara geografis berada pada posisi: 3º - 4º Lintang Selatan dan 128º - 129º
Bujur Timur, di mana secara umum Kota Ambon meliputi wilayah di sepanjang
pesisir dalam Teluk Ambon dan pesisir luar Jazirah Leihitu dengan total
panjang garis pantai 102,7 Km.

Secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku


Tengah dengan batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah utara : Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah
 Sebelah selatan :  Laut Banda
 Sebelah timur : Desa Suli, Kec. Salahutu, Kab. Maluku Tengah
 Sebelah barat : Desa Hatu, Kec. Leihitu Barat, Kab. Maluku Tengah 
2.9.1.2. Luas Wilayah.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 62


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Wilayah administrasi Kota Ambon ini berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA)


Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006 dimekarkan menjadi 5 kecamatan dari
sebelumnya 3 kecamatan, yang membawahi 20 kelurahan dan 30 desa/
negeri.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 luas wilayah Kota Ambon
seluruhnya seluas 377 km2 dan berdasarkan hasil survey tata guna tanah
tahun 1980 luas wilayah daratan Kota Ambon tercatat seluas 359,45 Km 2.

Tabel 2.33. Luas Wilayah Daratan Kota Ambon Menurut Kecamatan,


2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Nusaniwe 8.834,30 24,57

Sirimau 8.681,32 24,15

Teluk Ambon 9.368,00 26,06

T.A. Baguala 4.011,00 11,15

Leitimur Selatan 5.050,00 14,04

Kota Ambon 35.944,62 100

Sumber : BPS Kab. Kota Ambon.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 63


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Gambar 2.9.

Peta Administrasi Kota Ambon.


2.9.1.3. Topografi

Pulau Ambon di mana terletak Kota Ambon berada adalah bagian dari
kepulauan Maluku yang merupakan pulau-pulau busur vulkanis, sehingga secara
umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah
berbukit dan berlereng terjal. Sebesar 73% dari luas wilayahnya dapat
dikategorikan berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% dari
wilayah daratannya yang dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan
kemiringan kurang dari 20%.
Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
 Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10%
terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari
garis pantai.
 Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan
10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter
kearah daratan).
 Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan
kemiringan 20-30% terdapat pada kawasan perbukitan.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 64


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

 Topografi terjal dengan ketinggian > 100 meter dan kemiringan > 30% terdapat
pada kawasan pegunungan.
Dengan melihat kondisi topografi tersebut, dapat dikatakan bahwa
daerah yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya
dengan dominasi fungsi perkotaan adalah 17 % dari luas wilayah Kota Ambon
yang berada pada daerah datar di sepanjang pantai yang luasnya pada setiap
kawasan berbeda. Kondisi topografi ini mempengaruhi pola perkembangan dan
pembangunan kota sehingga cenderung bergerak secara linier mengikuti
sepanjang pesisir pantai Teluk Ambon.
2.9.1.4. Iklim.

Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau
Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh
lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau
Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh
musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim
Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret,
sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke Musim Timur yang
berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.
Tabel 2.34. Indikator Klimatologi Kota Ambon 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 82 27,2 307 22

Februari 80 27,1 170 15

Maret 80 27,5 62 12

April 84 27,2 155 19

Mei 85 26,9 418 24

Juni 89 26,0 386 29

Juli 85 25,7 225 21

Agustus 86 25,1 448 30

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 65


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Septembe 84 25,5 117 12


r

Oktober 81 26,3 128 13

Nopember 83 27,5 32 10

Desember 83 27,4 137 21

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.9.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Jumlah penduduk Kota Ambon pada pertengahan tahun 2014 berjumlah 395
423 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013
meningkat sebesar 4,16 persen.
Penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Sirimau dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 1 926,01 jiwa per Km2. Sementara itu
Kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Leitimur
Selatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang hanya sebesar 222,22 jiwa
per Km2.

Tabel 2.35. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2


Menurut Kecamatan di Kab. Halmahera Barat Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Nusaniwe 107.275 1.214,20

Sirimau 167.197 1.926,01

Teluk Ambon 45.898 489,94

T.A. Baguala 63.831 1.591,40

Leitimur Selatan 11.222 222,22

Kota Ambon 395.423 1.100,08

Sumber : BPS Kota Ambon.


2.9.1.6. Pendidikan
Keberhasilan pendidikan tentunya diiringi dengan peningkatan sarana dan
prasarana yang bisa menunjang baik dari pemerintah maupun swasta.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 66


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pada tahun 2014, di Kota Ambon terdapat 83 TK dengan 3.787 murid dan 352
guru; SD/MI sebanyak 210 sekolah dengan 43.942 murid dan 3 301 guru;
SLTP/MTs sebanyak 57 sekolah dengan jumlah murid 21.074 orang dan guru
1.757 orang; SMU/MA berjumlah 39 sekolah dengan 16.963 siswa dan 1.317
guru sedangkan SMK berjumlah 17 sekolah dengan 5.446 siswa dan 746 guru.
Kecamatan Sirimau adalah kecamatan dengan persebaran fasilitas pendidikan
yang paling banyak.
Di Kota Ambon juga terdapat beberapa perguruan tinggi diantaranya Akademi
Keperawatan, Politeknik Kesehatan, Politeknik Negeri, Universitas Pattimura,
Universitas Kristen Indonesia Maluku, Institut Agama Islam Negeri Ambon,
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Trinitas dan Sekolah TinggiAgama Kristen
Protestan.
Total mahasiswa aktif semua perguruan tinggi di Kota Ambon selama tahun
2013 berjumlah 30.076 orang, dengan jumlah lulusan sebanyak 3.723 orang.
2.9.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Ambon atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan secara bertahap mengalami peningkatan.
Pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013 PDRB atas dasar
harga berlaku Kota Ambon meningkat sebesar 12,76 persen dan sebesar 5,96
persen untuk PDRB atas dasar harga konstan.
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku untuk Kota Ambon tahun 2014 sebesar
9,9 trilyun rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar
7,77 trilyun rupiah dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2014
adalah sebesar 5,96 persen.
Jika dilihat berdasarkan harga berlaku, maka kontribusi terbesar diberikan oleh
sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
sebesar 25,18 persen, diikuti sektor Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi
Mobil dan Sepeda Motor sebesar 19,54 persen dan sektor Transportasi dan
Pergudangan sebesar 11,49 persen. Keadaan yang sama jika diamati
berdasarkan harga konstan, dimana sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan pemberi kontribusi terbesar
yaitu 21,85 persen, diikuti sektor Perdagangan Besar dan Eceran, reaparasi

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 67


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Mobil dan Sepeda Motor 21,54 persen dan sektor Transportasi dan
Pergudangan sebesar 10,90 persen.
Dari dua puluh satu sektor ekonomi yang ada, seluruhnya menghasilkan
pertumbuhan positif bagi PDRB Kota Ambon tahun 2014. Untuk PDRB atas
dasar harga berlaku, pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor Pengadaan
Listrik dan Gas yaitu sebesar 34,20 persen, sementara yang terkecil yaitu
sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yaitu sebesar 6,61 persen. Begitu
pula PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh
sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 30,54 persen dan yang terendah
adalah sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 2,12 persen.
Tabel 2.36. Produk Domestik Regional Bruto Kota Ambon Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 472.521,79 519.389,76 566.907,18


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 20.559,61 23.732,25 29.287,78

Industri Pengolahan 308.037,88 344.335,99 282.849,44

Pengadaan Listrik dan Gas 9.278,58 9.054,60 12.151,65

Pengadaan Air Pengelolaan 74.983,12 79.332,54 87.633,32


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 372.119,08 430.813,19 502.906,13

Perdagangan Besar dan 1.562.568,21 1.782.890,53 1.944.073,65


Eceran

Transportasi dan 965.766,72 965.766,72 1.143.184,22


Pergudangan

Penyediaan Akomodosi dan 255.322,15 297.426,94 326.300,69

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 68


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 574.855,08 604.728,08 668.658,86

Jasa Keuangan dan Asuransi 519.253,75 598.910,13 666.398,13

Real Estate 27.208,26 29.640,15 33.376,32

Jasa Perusahaan 159.843,38 182.478,68 206.992,71

Administrasi Pemerintahan, 1.981.328,97 2.212.014,47 2.505.003,12


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 416.450,50 454.620,65 545.243,31

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 96.577,71 105.829,73 112.828,27


Sosial

Jasa Lainnya 163.227,57 182.051,84 201.128,97

PDRB 7.839.707,29 8.823.016,26 9.934.923,75

Sumber : BPS Kota Ambon. 2015.

2.9.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Poka dan Pelabuhan Ferry


Galala.
a. Pelabuhan Ferry Poka.
Pelabuhan penyeberangan Poka letaknya di Kota Ambon. Posisi
pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi:
3°39'23.13" Lintang Selatan ; 128°11'58.11" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Poka melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry Galala
dengan perkiraan jarak tempuh 0.5 mile laut, dengan kecepatan 7 knott
maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 15 Menit perjalanan.
Saat ini pelabuhan ferry Poka dilayani oleh 2 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 69


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

menggunakan KMP Gabus dan KMP Kerapu 2. Kemudian ada 1 Kapal


yang dikelola oleh perusahaan swasta yaitu KMP Pulau Ambon.
Pada tahun 2015 tercatat 314.034 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Poka menuju Dermaga Ferry Galala. Kemudian untuk
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar
499.938 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Poka ke Pelabuhan
ferry Galala.
b. Pelabuhan Ferry Galala.
Pelabuhan penyeberangan Galala letaknya di Kota Ambon. Posisi
pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi:
3°39'43.34" Lintang Selatan ; 128°12'18.06" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Galala melayani beberapa jalur lintasan ke Pelabuhan
Ferry di sekitarnya, diantaranya :
1. Galala Ke Poka dengan perkiraan jarak tempuh 0,5 Mile laut, dengan
waktu tempuh 15 menit dengan kecepatan 7 knots. Saat ini dilayani
KMP Gabus dan KMP Kerapu 2 dengan operator perusahaan PT.
ASDP (Persero). Kemudian KMP Pulau Ambon yang dikelola oleh
Pihak Swasta.
Pada tahun 2015 tercatat 375.680 orang yang yang melakukan
perjalanan dari Dermaga Ferry Galala menuju Dermaga Ferry Poka.
Kemudian untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang
diangkut sebesar 523.880 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan
fery Galala ke Pelabuhan ferry Poka.
2. Galala Ke Ambalau dengan perkiraan jarak tempuh 70 Mile laut. Saat
ini dilayani KMP Kerapu 2, dengan operator perusahaan PT. ASDP
(Persero).
3. Galala Ke Namlea dengan perkiraan jarak tempuh 85 Mile laut, dengan
waktu tempuh 8 jam perjalanan dengan kecepatan 11 knots. Saat ini
dilayani KMP Temi, dengan operator perusahaan PT. ASDP (Persero).
Pada tahun 2015 tercatat 47.101 orang yang yang melakukan
perjalanan dari Dermaga Ferry Galala menuju Dermaga Ferry Namlea.
Kemudian untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 70


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

diangkut sebesar 10.741 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery


Galala ke Pelabuhan ferry Namlea.
2.10. Kab. Seram Provinsi Maluku.
2.10.1. Kondisi Wilayah Kab.Seram Bagian Barat.
2.10.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Seram Bagian Barat sebagian besar terletak di wilayah Pulau
Seram. Kabupaten yang berdiri sejak tahun 2003 ini, pemekaran dari
Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis terletak antara : 1 0 19` - 70 16`
Lintang Selatan dan 1270 20` - 1290 1` Bujur Timur. Kabupaten Seram Bagian
Barat dibatasi oleh Laut Seram di sebelah utara, laut Banda di sebelah selatan,
Laut Buru di sebelah barat, dan Kabupaten Maluku Tengah di sebelah timur.
Tabel 2.37. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.

Kabupaten Letak Posisi Batas Wilayah

Seram Bagian Barat 10 19` - 70 16` Lintang - Sebelah Utara,


Selatan dan 1270 20` - dengan Laut Seram.
1290 1` Bujur Timur - Sebelah Selatan,
dengan Laut Banda
- Sebelah Timu,
dengan Kabupaten
Maluku Tengah.
- Sebelah Barat,
dengan Laut Buru.
Sumber : Bagian Pemerintahan Kantor Bupati Seram Bagian Barat
BPS Kab. Seram Bagian Barat
2.10.1.2. Luas Wilayah.
Kabupaten Seram Bagian Barat secara geografis memiliki luas daratan atas 11
(sebelas) kecamatan, Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Taniwel,
yang memiliki luas sebesar 1.181,32 km 2, atau sebesar 17 % dari keseluruhan
luas Kabupaten Seram Bagian Barat.
Tabel 2.38. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Seram Bagian Barat
Menurut Kecamatan, 2014

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 71


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Huamual Belakang 409,65 5,90

Kep. Manipa 159,71 2,30

Seram Barat 503,33 7,24

Huamual 1.162,99 16,74

Kairatu 329,65 4,74

Kairatu Barat 132,25 1,90

Inamosol 504,61 7,26

Amalatu 665,35 9,58

Elpaputih 1.165,74 16,78

Taniwel 1.181,32 17,00

Taniwel Timur 6.948,40 10,56

Seram Bagian Barat 6.948,40 100,00

Sumber : Bagian Pemerintahan Kantor Bupati Seram Bagian Barat


BPS Kab. Seram Bagian Barat

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 72


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Gambar 2.10. Peta Administrasi Kab. Seram Bagian Barat


2.10.1.3. Topografi
Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan kabupaten bahari dengan luas laut
mencapai 79.005 km2. Wilayah daratan terdiri dari dataran Kawa, Eti dan
Kairatu yang berada di Pulau Seram dan Pulau-Pulau terpisah sebanyak 67
pulau, dimana pulau yang dihuni sebanyak 11 buah pulau dan pulau tidak
dihuni sebanyak 56 pulau.
Wilayah Seram Bagian Barat mempunyai 48 aliran sungai yang tersebar di
seluruh Kabupaten Seram Bagian Barat.
2.10.1.4. Iklim.
Iklim di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah iklim laut tropis dan iklim
musim, karena letak wilayah Seram Bagian Barat di dekat daerah khatulistiwa
dan dikelilingi oleh laut luas. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi
oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim
Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu
diselingi oleh musim Pancaroba. Musim Pancaroba meruakan transisi dari
kedua musim tersebut.
Musim Barat umumnya berlangsung pada bulan Desember sampai dengan
bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa trannsisi ke musim
Timur. Musim Timur berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan
oktober disusul oleh masa Pancaroba pada bulan November yang merupakan
transisi ke musim Barat.
Menurut laporan dari Badan Metereologi dan Geofisika Kabupaten Seram
Bagian Barat, pda tahun 2011 mengalami hari hujan sebanyak 227 hari,
dengan rata-rata curah hujan 245,9 mm perbulan.
Tabel 2.39. Indikator Klimatologi Kab. Seram Bagian Barat 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 85 26,8 125,7 20

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 73


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Februari 85 26,7 124,8 14

Maret 87 26,5 266,4 17

April 87 27,0 76,5 17

Mei 91 25,9 670,3 25

Juni 89 25,3 487,2 23

Juli 88 25,2 276,5 23

Agustus 86 25,1 126,9 21

Septembe 89 25,6 282,5 19


r

Oktober 86 26,4 234,2 16

Nopember 84 27,4 126,6 14

Desember 80 26,7 153,4 18

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.10.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.

Penduduk seperti dua sisi mata uang, disatu sisi merupakan potensi SDM yang
menjadi modal utama pembangunan sedangkan disisi lain merupakan target
sasaran pencapaian pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk pada tahun 2012
sebesar 180.398 jiwa dan menurun menjadi 179.781 jiwa pada tahun 2013 dan
terakhir di tahun 2014 mencapai 180.256 jiwa pertumbuhan penduduk tahun 2014
mengalami pergerakan melambat,dari 0,5 pada tahun 2013 menjadi 0,01 pada
tahun 2014.
Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan
pemerataan penyebaran penduduk. Data tahun 2014 menunjukkan sekitar 13,42
persen penduduk tinggal di Kecamatan Kairatu. Sementara luas Kecamatan
Kairatu secara keseluruhan hanya sekitar 4,74 persen dari seluruh wilayah
daratan Seram Bagian Barat. Sementara itu Kecamatan Elpaputih yang memiliki
luas ekitar 16,78 persen dari luas total Seram bagian Barat, hanya dihuni sekitar
2,83 persen penduduk. Gambaran tersebut selain menunjukkan tidak meratanya
penyebaran penduduk juga mmenunjukkan daya dukung lingkungan yang kurang
seimbang diantara kecamatan-kecamatan di Seram baguan Barat.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 74


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sejak tahun 2007 sampai 2014, rasion jenis kelamin penduduk Seram Bagian
Barat selal diatas 100.
Tabel 2.40. Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut Kecamatan di
kabupaten Seram Bagian barat, 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan


(Jiwa) Penduduk
(Jiwa/km2)

Huamual Belakang 26.732 65

Kep. Manipa 6.046 37

Seram Barat 28.420 56

Huamual 40.909 35

Kairatu 24.190 73

Kairatu Barat 13.680 103

Inamosol 5.527 11

Amalatu 11.425 17

Elpaputih 5.108 4

Taniwel 12.626 11

Taniwel Timur 5.593 8

Seram Bagian Barat 180.256 26

Sumber : BPS Kabupaten Seram Bagian Barat.


2.10.1.6. Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah
tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, Pemerintah
melalui jalur pendidikan , secara konsisten berupaya meningkatkan SDM
penduduk Indonesia. Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Badan Pusat
Statistik (BPS) secara kontinyu setiap tahunnya mengumpulkan data
pendidikan melalui survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Beberapa
informasi pendidikan yang dikumpulkan dalam Susenas antara lain mengenai
penduduk buta huruf, penduduk usia sekolah dan status sekolah.
2.10.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 75


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Laju pertumbuhan ekonomi Seram Bagian barat pada tahun 2014 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga
konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Seram Bagian Barat tahun 2014
sekitar 6,16 persen, sedangkan pada tahun 2013 sekitar 5,13 persen. Nilai
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah 1.783 trilyun rupiah
dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 2.024 trilyun rupiah.
Seluruh sector ekonomi yang ada pada PDRB, pada tahun 2014 mencatat
pertumbuhan yang posisitf. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sector
dari yang tertinggi dihasilkan oleh sector pengadaan listrik dan gas sekitar
31,85 persen.
Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Seram Bagian
Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah) 2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 597.485,78 674.185,46 754.461,31


Perikanan

Pertambangan dan 21.444,86 23.975,34 29.105,50


Penggalian

Industri Pengolahan 84.803,46 95.092,89 108.397,93

Pengadaan Listrik dan Gas 705,28 658,92 914,27


Pengadaan Air

Pengelolaan Sampah, Limbah 1.543,90 1.619,96 1.696,00


dan Daur Ulang

Konstruksi Perdagangan 157.214,10 184.576,59 214.938,00


Besar dan Eceran

Reparasi Mobil dan Sepeda 141.378,18 159.545,69 174.913,46


Motor

Transportasi dan 54.705,01 63.638,23 73.820,57

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 76


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pergudangan

Penyediaan Akomodo\asi dan 13.167,65 15.120,08 16.772,55


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 19.058,49 21.021,26 24.384,28

Jasa Keuangan dan Asuransi 38.663,50 44.971,68 52.000,33

Real Estate 7.613,38 8.266,12 9.218,80

Jasa Perusahaan 4.635,96 5.221,86 6.007,66


Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan 307.452,44 344.936,58 399.419,37


dan jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 40.411,56 45.309,95 54.208,20

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 54.005,51 58.632,50 63.759,90


Sosial

Jasa Lainnya 31.954,40 36.295,62 40.136,73

PDRB 1.576.243,47 1.783.068,71 2.024.154,73

2.10.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Waipirit.


Pelabuhan penyeberangan Waipirit letaknya di Kab. Seram Bagian Barat.
Posisi pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi:
3°20'6.71" Lintang Selatan ; 128°20'29.90" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Waipirit melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry Hunimua
dengan perkiraan jarak tempuh 13 Mile laut, dengan kecepatan 10 knott
maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 1 Jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan Ferry Waipirit dilayani oleh 2 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan menggunakan
KMP Kerapu 2, KMP Inelika dan KMP terubuk 1.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 77


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Pada tahun 2015 tercatat 256.909 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Waipirit menuju Dermaga Ferry Hunimua. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar
637.814 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Waipirit ke Pelabuhan
ferry Hunimua.
2.11. Kab. Buru Provinsi Maluku.
2.11.1. Kondisi Wilayah Kab. Buru
2.11.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Buru terletak antara 2°25' Lintang Selatan dan 3°83' Lintang
Selatan dan antara 126°08' Bujur Timur dan 127°20' Bujur Timur. Kabupaten
Buru dibatasi
oleh Laut Seram di sebelah utara, kabupaten Buru Selatan di sebelah selatan,
kabupaten Buru Selatan dan Laut Seram di sebelah barat dan Selat Manipa di
sebelah Timur Keberadaannya di antara tiga kota penting di Indonesia Timur
(Makasar,Manado/Bitung, dan Ambon) dan dilalui Sea Line III, telah
menempatkan kabupaten Buru pada posisi yang strategis.
2.11.1.2. Luas Wilayah.
Luas wilayah Kabupaten Buru sekitar 7.595,58 km2. Seluruh wilayahnya
berada pada Pulau Buru (69,42 persen dari luas Pulau Buru).
Bila ditinjau dari luas menurut kecamatan, maka terbesar adalah kecamatan
Fena Leisela (2.831,65 km2 atau 37,3 persen dari luas kabupaten), kemudian
diikuti oleh kecamatan Air Buaya (1.702,35 km2 atau 22,4 persen). Kecamatan
dengan luas wilayah terkecil adalah kecamatan Batabual (108,60 km2 atau
1,04 persen) Pada Pulau Buru terdapat dua buah dataran dengan luas secara
keseluruhan sekitar 15.00,00 Ha.

Tabel 2.42. Luas Wilayah Daratan Kab. Halmahera Barat Menurut


Kecamatan, 2014

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Namlea 951,15 12,52

Waeasopo 102,50 1,34

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 78


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Waplau 585,23 7,70

Bata Bual 108,60 1,42

Teluk Kaiely 141,08 1,85

Waelata 234,50 3,08

Lolong Guba 457,02 6,06

Lilialy 481,50 6,33

Airbuaya 1.702,35 22,41

Fena Leisela 2.831,65 37,28

Kab. Buru 7.595,58 100

Sumber : BPS Kab. Kab. Buru.

Gambar 2.11. Peta Administrasi Kab. Buru


2.11.1.3. Topografi
Pulau Buru mempunyai 28 sungai yang merupakan anak sungai dari empat
sungai besar di Pulau Buru (Waetina, Waemala, Waenibe dan Waeapo1). Air
keempat sungai ini seluruhnya berasal dari Danau Rana yang berada di
kecamatan Air Buaya. Kabupaten Buru mempunyai dua buah danau dan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 79


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

beberapa telaga yang terletak di Pulau Buru. Diantara danau-danau tersebut,


Danau Rana direncanakan sebagai pusat pembangunan obyek wisata oleh
pemerintah daerah Kabupaten Buru mempunyai dua buah gunung dengan
ketinggian yang rendah serta non aktif. Gunung tertinggi adalah Gunung Rana
(kecamatan Air Buaya) dengan ketinggian mencapai 2.000 meter, kemudian
Gunung Batabual (kecamatan Batabual) dengan ketinggian mencapai 1.731
meter.
2.11.1.4. Iklim.
Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, desa-desa
di kabupaten Buru merupakan desa pesisir sehingga memiliki suhu udara yang
relatif tinggi. Pada tahun 2014, suhu udara berkisar antara 18,60°C sampai
33,30°C. Suhu udara maksimum terdapat pada bulan Januari 2014 (33,60°C),
sedangkan suhu udara minimum terdapat pada bulan September (18,60°C).
Tabel 2.43. Indikator Klimatologi Kab. Buru 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 88 26,7 157 18

Februari 87 26,4 244 18

Maret 87 26,6 128 16

April 88 26,7 225 15

Mei 85 27,3 117 13

Juni 87 26,5 232 15

Juli 82 25,8 53 2

Agustus 80 25,8 65 8

Septembe 84 25,9 2 2
r

Oktober 78 27,0 1 2

Nopember 81 27,8 27 3

Desember 86 26,9 129 19

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 80


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.11.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Jumlah penduduk Kabupaten Buru pada tahun 2014, terhitung sebesar
124.022 jiwa, dimana 63.583 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 60.439 jiwa
perempuan. Penyebaran penduduk kabupaten Buru cukup merata. Hal ini
terlihat dari angka kepadatan penduduk yang tidak terlalu berbeda secara
signifikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Daerah yang paling
padat penduduknya adalah kecamatan Waeapo.
Tabel 2.44. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kab. Halmahera Barat Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Namlea 32.303 0,03

Waeasopo 11.982 0,01

Waplau 11.138 0,05

Bata Bual 8.414 0,01

Teluk Kaiely 3.532 0,04

Waelata 13.497 0,02

Lolong Guba 10.992 0,04

Lilialy 10.253 0,05

Airbuaya 10.303 0,17

Fena Leisela 11.608 0,24

Kab. Buru 124.022 0,66

Sumber : BPS Kab. Buru.

2.11.1.6. Pendidikan
Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan di suatu daerah
adalah adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui jalur
pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 81


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada


penduduk untuk mengecap pendidikan yang seluas-luasnya, terutama
penduduk pada kelompok umur 7–24 tahun yaitu kelompok usia sekolah.
Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun mengumpulkan data mengenai
pendidikan, salah satunya melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Beberapa informasi tentang pendidikan yang dikumpulkan dalam Susenas
antara lain mengenai penduduk usia sekolah (7–24 tahun), kemampuan baca-
tulis, dan status sekolah.
Keberhasilan pendidikan tentunya diiringi dengan peningkatan sarana dan
prasarana yang bisa menunjang baik dari pemerintah maupun swasta.
Pada tahun 2014, di Kab. Buru terdapat 46 TK dengan 2.221 murid dan 202
guru; SD/MI sebanyak 133 sekolah dengan 18.402 murid dan 1.314 guru;
SLTP/MTs sebanyak 46 sekolah dengan jumlah murid 7.283 orang dan guru
363 orang; SMU/MA berjumlah 12 sekolah dengan 4.707 siswa dan 236 guru
sedangkan SMK berjumlah 7 sekolah dengan 1.179 siswa dan 45 guru.
2.11.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah
tersebut.
PDRB Kabupaten Buru atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 sebesar
1.584.873,68 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor
pertanian yakni sebesar 556.804,23 juta rupiah sedangkan sektor dengan
kontribusi terkecil adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas yakni sebesar
1.004,19 juta rupiah.
PDRB Kabupaten Buru atas dasar harga konstan Tahun 2010 pada tahun
2014 adalah sebesar 1.177.518,67 juta rupiah. Dengan laju pertumbuhan
terbesar adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas yaitu 33,96 persen
sedangkan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial merupakan sektor
dengan laju pertumbuhan terendah yaitu 2,06 persen.
Tabel 2.45. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Buru Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 82


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 455.987,98 503.111,50 556.804,23


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 12.075,32 11.202,42 13.902,06

Industri Pengolahan 165.657,92 192.629,03 223.168,85

Pengadaan Listrik dan Gas 759,27 709,73 1.004,19

Pengadaan Air Pengelolaan 5.220,73 5.520,08 6.051,13


Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

Konstruksi 86.552,52 102.741,27 118.806,22

Perdagangan Besar dan 85.201,61 93.537,79 105.059,48


Eceran

Transportasi dan 33.772,02 39.215,72 46.199,22


Pergudangan

Penyediaan Akomodosi dan 15.779,23 18.598,79 21.139,09


Makan Minum

Informasi dan Komunikasi 14.530,49 15.855,76 17.678,99

Jasa Keuangan dan Asuransi 21.291,96 24.621,55 28.290,58

Real Estate 5.582,39 6.055,96 6.741,78

Jasa Perusahaan 1.508,38 1.667,79 1.849,91

Administrasi Pemerintahan, 225.243,40 251.444,17 283.237,00


Pertahanan dan jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 53.503,98 61.137,08 69.285,20

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 83


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 50.237,30 55.193,47 59.417,27


Sosial

Jasa Lainnya 21.499,98 24.074,66 26.238,49

PDRB 1.253.404,47 1.407.316,76 1.584.873,68

Sumber : BPS Kab. Buru. 2015.


2.11.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Namlea.
Pelabuhan penyeberangan Namlea letaknya di Kab. Buru. Posisi pelabuhan
terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi: 3°16'6.94" Lintang
Selatan ; 127° 5'13.05" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Namlea melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry Galala
dengan perkiraan jarak tempuh 85 Mile laut, dengan kecepatan 11 knott
maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 8 Jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan Ferry Namlea dilayani oleh 1 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan menggunakan
KMP Temi.
Pada tahun 2015 tercatat 51.830 orang yang yang melakukan perjalanan dari
Dermaga Ferry Namlea menuju Dermaga Ferry Galala. Kemudian untuk
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar
114.550 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan ferry Namlea ke Pelabuhan
ferry Galala.
2.12. Kab. Maluku Tengah Provinsi Maluku.
2.12.1. Kondisi Wilayah Kab. Maluku Tengah
2.12.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Sesuai UU RI No. 40 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Seram
Bagian Timur (SBT), Seram Bagian Barat (SBB), dan Kepulauan Aru maka
wilayah Kabupaten Maluku Tengah yang tersisa memiliki perbatasan sebagai
berikut :
- Sebelah Utara : Laut Seram
- Sebelah Selatan : Laut Banda
- Sebelah Barat : Kab. Seram Bagian Barat
- Sebelah Timur : Kab. Seram Bagian Timur

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 84


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

2.12.1.2. Luas Wilayah.


Dengan Luas Wilayah seluruhnya kurang lebih 275 907 Km2 yang terdiri dari
luas laut 264 311,43 Km2 dan luas daratan 11 595,57 Km2 (lihat Tabel 1.1.2.).
Itu artinya wilayah Kabupaten Maluku Tengah adalah wilayah dengan luas
lautan sebesar 95,8 % dari luas keseluruhannya. Sesuai hasil survei
persemakmuran Tahun 1954 didapati luas masing-masing pulau yang terdapat
di wilayah Kabupaten Maluku Tengah sebagai berikut :
- Pulau Ambon = 384 Km2
- Pulau Haruku = 150 Km2
- Pulau Saprua & Nusalaut = 209 Km2
- Kepualauan Banda = 172 Km2
- Pulau Seram & P.P. Kecil = 10 680,57 Km2
Dari deretan pulau-pulau yang tersebar di daerah Maluku Tengah yang
jumlahnya 49 buah, dimana yang dihuni sebanyak 14 buah sedangkan yang
tidak sebanyak 35 buah. Tercatat sebanyak 2 dataran, 3 gunung, 2 danau dan
144 buah sungai berada di wilayah Kabupaten Maluku Tengah.
Tabel 2.46. Luas Wilayah Daratan Kab. Halmahera Barat Menurut
Kecamatan, 2014.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 85


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Kecamatan Luas (Km2) Persentase ( % )

Banda 172,00 1,48

Tehoru 405,72 3,49

Teluti 128,50 1,10

Amahai 1.619,07 13,96

Kota Masohi 37,30 0,32

Teluk Elputih 120,00 1,03

Teon Nila Serua 24,28 0,20

Saparua 79,90 0,68

Saparua Timur 96,60 0,83

Nusalaut 32,50 0,28

Pulau Haruku 150,00 1,29

Salahutu 151,82 1,30

Leihitu 147,63 1,27

Leihitu Barat 84,47 0,72

Seram Utara 7.173,46 61,86

Seram Utara Barat 705,48 6,08

Seram Utara Timur 280,65 2,42


Kobi

Seram Utara Timur 186,19 1,60


Seti

Kab. Maluku Tengah 11.595,57 100,00


Dalam

Sumber : BPS Kab. Kab. Maluku Tengah Dalam


2.12.1.3. Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, wilayah Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari
dataran rendah dan dataran tinggi yang didominasi oleh tanah podsolik

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 86


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

merah. Rata-rata wilayah memiliki ketinggian dari permukaan laut mencapai


50 m – 300 m
2.12.1.4. Iklim.
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah mengalami iklim laut tropis dan iklim
musim. Keadaan ini disebabkan oleh karena Kabupaten Maluku Tengah
dikelilingi laut yang luas, sehingga iklim laut tropis di daerah ini berlangsung
seirama dengan iklim musim yang ada.
Rata-rata temperatur pada tahun 2014 di Kecamatan Banda 27,40C dimana
temperatur maksimum rata-rata 32,30C dan minimum rata-rata 21,40C.
Ketinggian curah hujan terbesar terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 622 mm,
sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Mei juga yaitu
sebanyak 29 hari.
Penyinaran matahari dalam tahun 2014 rata-rata 52,8 % dengan tekanan
udara rata-rata 1011,5 Milibar dan kelembaban nisbi yang terjadi rata-rata
86,9 %.
Tercatat Rata-rata temperatur pada tahun 2013 di Kecamatan Amahai 26,50C
dimana temperatur maksimum rata-rata 29,80C dan minimum rata-rata
23,90C. Jumlah curah hujan pada tahun 2013 rata-rata sebesar 302,5 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 18 hari.
Penyinaran matahari pada tahun 2013 rata-rata sebesar 56,0 % dengan
tekanan udara rata-rata 1010,5 Milibar dan kelembaban nisbi yang terjadi rata-
rata sebesar 85,6 %.
Tabel 2.47. Indikator Klimatologi Kab. Maluku Tengah Dalam 2014

Bulan Kelembaban Suhu Curah Hari


Udara (%) Udara Hujan Hujan
(0C) (mm) (hari)

Januari 83 19,6 472,5 23

Februari 87 19,8 147,3 15

Maret 87 20,0 100,0 19

April 90 23,6 409,7 23

Mei 90 23,8 622,0 29

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 87


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Juni 88 22,2 357,4 27

Juli 84 23,2 55,9 21

Agustus 84 22,4 40,3 21

Septembe 85 19,8 168,7 8


r

Oktober 86 19,2 9,8 9

Nopember 89 22,2 37,4 12

Desember 90 21,0 540,9 23

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatolgi dan Geofisika, 2015.


2.12.1.5. Letak dan batas wilayah kependudukan.
Hasil proyeksi penduduk Kabupaten Maluku Tengah tahun 2014 sebanyak
368.290 jiwa, meningkat dari tahun 2013 sebesar 1.113 jiwa, dengan kata lain
mengalami pertumbuhan sebesar 0,3 persen. Jumlah penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Leihitu sebesar 47.833 jiwa (12,98 % dari jumlah
penduduk Kabupaten Maluku Tengah).
Dengan luas wilayah 11.595,57 km2 maka pada tahun 2014 tingkat kepadatan
penduduk di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 32 jiwa untuk setiap km2.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Kota Masohi
sebesar 859 jiwa/ km2 diikuti Kecamatan TNS sebesar 539 jiwa/ km2.
Tabel 2.48. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kab. Halmahera Barat Tahun 2014.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

Banda 18.882 110

Tehoru 18.590 46

Teluti 10.115 79

Amahai 39.643 24

Kota Masohi 32.055 859

Teluk Elputih 11.020 92

Teon Nila Serua 13.091 539

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 88


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Saparua 16.406 205

Saparua Timur 16.661 172

Nusalaut 5.419 167

Pulau Haruku 24.649 164

Salahutu 47.555 313

Leihitu 47.833 324

Leihitu Barat 16.982 210

Seram Utara 16.305 2

Seram Utara Barat 9.428 13

Seram Utara Timur 10.265 37


Kobi

Seram Utara Timur 13.394 72


Seti

Kab. Maluku Tengah 368.290 32


Dalam

Sumber : BPS Kab. Maluku Tengah Dalam.

2.12.1.6. Pendidikan
Jumlah sekolah dasar Tahun 2013 sebanyak 381 buah dengan jumlah murid
dan guru masing-masing 55.525 dan 4.535 dengan rasio murid terhadap guru
sebesar 14.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah
130 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 22.587 dan 1.339 guru dengan
rasio murid terhadap guru adalah 17.
Sekolah Menegah Atas di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah 55 buah
sekolah dengan jumlah murid sebanyak 14.745 dan guru sebanyak 845
dengan rasio 17. Sedangkan untuk SMK terdapat 13 buah sekolah.
2.12.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tengah Tahun
2013 sesuai hasil penghitungan atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp.
1.909.831,32 (juta) sedangkan atas dasar harga konstan Tahun 2000 Rp.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 89


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

749.987,91 (juta). Dengan demikian PDRB Tahun 2013 mengalami kenaikan


13,78 % sedangkan dilihat dari harga konstan tahun 2000 PDRB Tahun 2013
mengalami kenaikan 5,25 %.
Dengan demikian pada Tahun 2013 Kabupaten Maluku Tengah mengalami
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,25 % yang merupakan keterkaitan antara
sektor ekonomi yang ada di Kab. Maluku Tengah dimana pertumbuhan
tertinggi dialami adalah sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 8,04
%, sektor bangunan dan konstruksi sebesar 7,15 %, kemudian sektor
angkutan dan komunikasi sebesar 5,68 %.
Tabel 2.49. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Maluku Tengah Dalam
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010-2014.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

Pertanian Kehutanan, dan 183.107,49 190.368,97 199.271,78


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 3.385,80 3.725,06 3.918,14

Industri Pengolahan 73.109,16 80.237,30 84.078,14

Pengadaan Listrik dan Gas 3.356,41 3.598,55 3.759,23

Konstruksi 21.156,05 22.562,93 24.175,54

Perdagangan Besar dan 195.634,12 214.956,63 232.244,49


Eceran

Transportasi dan 36.882,57 39.175,27 41.399,13


Pergudangan

Jasa Keuangan, Asuransi dan 29.654,54 30.840,56 32.006,87


Jasa Perusahaan

Jasa Lainnya 116.138,54 127.106,43 129.074,59

PDRB 662.424,69 712.571,70 749.987,91

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 90


Laporan Akhir
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana

Sumber : BPS Kab. Maluku Tengah Dalam. 2015.


2.12.2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Ferry Hunimua.
Pelabuhan penyeberangan Hunimua letaknya di Kab. Maluku Tengah Dalam.
Posisi pelabuhan terletak pada Letak Geografisnya berada pada posisi:
3°30'36.56" Lintang Selatan ; 128°20'43.95" Bujur Timur.
Pelabuhan Ferry Hunimua melayani jalur lintasan ke Pelabuhan Ferry Waipirit
dengan perkiraan jarak tempuh 13 Mile laut, dengan kecepatan 10 knott
maka waktu tempuh yang dibutuhkan ialah 1 Jam perjalanan.
Saat ini pelabuhan Ferry Hunimua dilayani oleh 3 Kapal Motor Penumpang
(KMP) dari perusahaan operator PT. ASDP (Persero) dengan menggunakan
KMP Kerapu 2, KMP Inelika dan KMP Terubuk 1.
Pada tahun 2015 tercatat 261.383 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Hunimua menuju Dermaga Ferry Waipirit. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar
137.836 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan ferry Hunimua ke
Pelabuhan ferry Waipirit.

Bab II : Gambaran Umum Wilayah Study - 91

Anda mungkin juga menyukai