Anda di halaman 1dari 59

BAB III

Profil Kawasan
Kumuh
III.1 KONDISI FISIK KECAMATAN SIABU
III.1.1 Letak dan Administrasi Kecamatan Siabu
Survei dan Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh, Survei
Identifikasi Kawasan Kumuh di Mandailing Godang berada di Kecamatan Siabu yang
beretnis suku batak ini salah satu kecamatan dari 23 kecamatan di Mandailing Natal,
Kecamatan Siabu memiliki luasan wilayah 345,36 Km² pada Kecamatan Siabu memiliki 28
Desa sedangkan ibu kota pada Kecamatan berada di Kelurahan Siabu yang memiliki luasan
2.824,23 Ha, dengan ketinggian di atas permukaan laut 250-600 Meter.

Tabel III.1. Luas Wilayah Kelurahan/Desa di Kecamatan Siabu (Ha)


Rasio terhadap Luas
No. Kelurahan/Desa Luas (Ha)
Kecamatan
1 Pintu Padang Julu 181,92 4,00
2 Huta Baringin 50,68 0,15
3 Pintu padang Jae 345,81 0,42
4 Sinonoan 56,17 0,16
5 Aek Mual 128,95 0,37
6 Lumban Dolok 765,36 8,01
7 Tangga Bosi I 155,37 0,45
8 Huta Godang Muda 973,32 2,82
9 Muara Batang Angkola 8.575,36 1,67
10 Huraba I 929,61 5,59
11 Simaninggir 164,19 1,06
12 Siabu 2.824,23 8,18
13 Bonan Dolok 2.058,27 5,96
14 Lumban Pinasa 115,49 0,33

1
Rasio terhadap Luas
No. Kelurahan/Desa Luas (Ha)
Kecamatan
15 Simangambut 6.028,17 13,40
16 Huta Puli 2.156,58 6,24
17 Huta Raja 1.275,81 3,69
18 Sibaruang 1.858,32 5,38
19 Sihepeng 547,23 1,58
20 Tanjung Sialang 424,29 1,23
21 Tangga Bosi II 333,73 3,86
22 Tangga Bosi III 1.278,08 15,28
23 Huraba II 219,93 1,23
24 Sihepeng Sada 571,47 1,65
25 Sihepeng Dua 595,25 1,72
26 Sihepeng Tolu 601,53 1,74
27 Sihepeng Opat 589,64 1,71
28 Sihepeng Lima 733,72 2,12
Jumlah 34.536 100
Sumber : Kecamatan Siabu dalam Angka, 2021

III.1.2 Kondisi Topografi


Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari gugusan pegunungan dan perbukitan yang
dikenal dengan Bukit Barisan di beberapa kecamatan, juga daerah pesisir/daerah pantai di
Kecamatan Batahan, Natal, dan Muara Batang Gadis.

Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

(1) Dataran rendah merupakan daerah pesisir, kemiringan 00 – 20 seluas 160.500 Ha


(24,24%).
(2) Daerah/dataran landai, kemiringan 20 – 150 seluas 36.385 Ha (5,49%).
(3) Dataran Tinggi, kemiringan 150 – 400. Dataran tinggi terdiri 2 jenis, yaitu:
(a) Daerah perbukitan, kemiringan 150 – 200 seluas 112.000 Ha (16,91%).
(b) Daerah pegunungan, kemiringan 200 – 400 seluas 353.185 Ha (53,34%).

Topografi sangat mempengaruhi berfungsinya sistem drainase di kawasan


perkotaan. Kawasan perkotaan di pinggir pantai, seperti halnya Kota Natal, yang
bertopografi agak datar, kemiringan saluran yang dibuat agak landai. Hal ini mengakibatkan
kecepatan air dalam saluran menjadi berkurang, dan kecepatan air di bawah 0,6 m/detik akan
mengakibatkan timbulnya endapan-endapan lumpur yang membuat saluran menjadi dangkal.
Apabila saluran lebih dangkal akhirnya menimbulkan banjir lokal. Untuk mengatasi hal ini
adalah dengan cara mengadakan pembersihan secara berkala.

Pada kawasan perkotaan yang di pinggir pantai, kemiringan sudah sangat kecil
sekali dan elevasi saluran terkadang lebih rendah daripada air pasang tertinggi sehingga air
laut masuk ke saluran drainase. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dibuat waduk buatan di

2
pantai yang dipisahkan dari air laut. Air dialirkan pada waduk ini, dan selanjutnya
dipompakan ke laut.

3
Peta III.1. Peta Ketinggian Lahan
Kabupaten Mandailing Natal

4
III.1.3 Kondisi Hidrologi
Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk
kepentingan irigasi, air minum, sanitasi, transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya.
Sumber air yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal bagi kebutuhan tersebut di atas
berasal dari mata air dan sungai.

Pola Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologis,
topografi dan bentuk wilayah di samping bentuk atau corak DAS itu sendiri. Di wilayah
Mandailing Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu :

(1) DAS Batang Batahan : 116.685,78 Ha (17,62%)


(2) DAS Batang Natal : 79.410,89 Ha (11,99%)
(3) DAS Batang Tabuyung : 43.265,65 Ha (6,53%)
(4) DAS Batang Bintuas : 33.300,10 Ha (5,03%)
(5) DAS Batang Toru : 19.443,63 Ha (2,94%)
DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963,95 Ha atau
sekitar 55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke
Pantai Barat (Samudera Indonesia). Aliran sungai yang melintasi wilayah Kabupaten
Mandailing Natal adalah:

(1) Sungai Batang Gadis mengalir mulai dari Kecamatan Kotanopan melalui
Kecamatan Panyabungan hingga ke Kecamatan Kotanopan dan bermuara di
Kecamatan Muara Batang Gadis;
(2) Sungai Batang Batahan mengalir mulai dari Kecamatan Batang Natal dan bermuara
di Kecamatan Batahan;
(3) Sungai Batang Natal mengalir mulai dari Kecamatan Batang Natal dan bermuara di
Kecamatan Batahan;
(4) Sungai Batang Tabuyung mengalir dari Kecamatan Natal dan Kecamatan Muara
Batang Gadis dan bermuara di Kecamatan Muara Batang Gadis;
(5) Sungai Batang Bintuas mengalir dan bermuara di Kecamatan Natal;
(6) Sungai Batang Toru mengalir dan bermuara di Kecamatan Muara Batang Gadis.

Tabel III.2. Nama Sungai yang Mengaliri Wilayah Kabupaten Mandailing Natal
Panjang
No. Nama Sungai Kecamatan Lebar (M)
(Km)
1 Batang Gadis Panyabungan 137,5 60 - 75
2 Batang Natal Batang Natal - -
3 Batahan Batahan 27,91 40 - 55

5
Panjang
No. Nama Sungai Kecamatan Lebar (M)
(Km)
4 Batang Bangko Batahan - -
5 Batang Sinunukan Batahan - -
6 Kun Kun Natal 27,26 35 - 55
7 Bintuas Muara Batang Gadis - -
8 Batang Tabuyung Muara Batang Gadis - -
9 Parlampungan Muara Batang Gadis 38,72 35 - 55
10 Sulang-Suling Muara Batang Gadis 46,8 35 - 55
11 Sikapas Muara Batang Gadis - -
Sumber : Kabupaten Mandailing Natal dalam Angka, 2021

Sesuai UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, berdasarkan kewenangan
provinsi, irigasi di Kabupaten Mandailing Natal dapat dibagi atas jaringan irigasi seluas
79.713 ha dan jaringan rawa seluas 52.832 ha. Sementara, luas lahan baku sawah irigasi di
Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan data tahun 2009 adalah seluas 16.555 ha dan lahan
rawa seluas 47.163 ha. Kondisi jaringan irigasi pada lahan-lahan tersebut saat ini
membutuhkan perbaikan dan peningkatan. Lahan rawa sendiri masih belum termanfaatkah
secara optimal, akibat prioritas pembangunan yang masih difokuskan pada pengembangan
irigasi.

III.1.4 Kondisi Penggunaan Lahan


Dari hasil interpretasi foto satelit tersebut diperoleh informasi penggunaan lahan
(land-use) Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal yang meliputi peta dan tabel
penggunaan lahan menunjukkan bahwa terdapat 9 kategori pemanfaatan lahan yaitu belukar,
belukar rawa, hutan lahan kering primer dan sekunder, permukiman, pertanian laha kering
dan lahan kering campur, sawah dan tanah terbuka.

Tabel III.3. Penggunaan Lahan Kecamatan Siabu


No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Belukar 3905,69 13,86
2 Belukar Rawa 1004,54 3,57
3 Hutan Lahan Kering Primer 6561,39 23,29
4 Hutan Lahan Kering Sekunder 3827,88 13,58
5 Pemukiman 216,51 0,77
6 Pertanian Lahan Kering 3231,25 11,47
7 Pertanian Lahan Kering Campur 6083,01 21,59

6
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
8 Sawah 3219,25 11,42
9 Tanah Terbuka 128,23 0,46
Total 28.177,76 100,00
Sumber : Hasil Data Peta Dasar Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Mandailing Natal dan Hasil Lapangan
2021

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar di Kecamatan
Siabu adalah hutan lahan kering primer dengan luas 6.561,3 Ha (23,29%), diikuti oleh
pertanian lahan kering campur dengan luas 6.083,01 Ha (21,59%), belukar dengan luas
3.905,69 Ha (13,86%), hutan lahan kering sekunder dengan luas 3.827,88 Ha (13,58%),
pertanian lahan kering dengan luas 3.231,25 Ha (11,47%), dan sawah dengan luas 3.219,25
Ha (11,42%). Adapun penggunaan lahan lainnya meliputi proporsi yang rendah, seperti
belukar rawa dengan luas (3,57%), permukiman (0,77%), dan tanah terbuka (0,46%).

7
Peta III.2. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan
Siabu

8
III.2 KONDISI PERMUKIMAN
III.2.1 Karakteristik Bangunan Hunian
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Siabu merupakan
salah satu kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal yang fungsi prioritasnya diarahkan
sebagai permukiman perkotaan, setra produksi tanaman pangan dan peternakan, perdagangan
dan jasa, industri berbasis pertanian dan perkebunan, dan perikanan darat. Oleh karena itu,
kondisi hunian di beberapa kelurahan/desa tidak tertata cukup baik dan masih ada beberapa
hunian yang memiliki kondisi yang tidak layak.

Gambar III.1. Kondisi Hunian Baik Kecamatan Siabu

9
Gambar III.2. Kondisi Rumah Tidak Layak Huni Kecamatan Siabu

III.2.2 Karakteristik PSU


III.2.2.1 Karakteristik Jalan
Kondisi jalan yang ada di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal kurang
baik. Berdasarkan data Kabupaten Mandailing Natal dalam Angka 2021, tahu
2018-2021 hampir setengah persen dari panjang jalan di Kecamatan Siabu belum
memiliki perkerasan (jalan masih tanah). Adapun potensi dan permasalahan jalan
di Kecamatan Siabu yaitu:

(1) Panjang jalan di Kecamatan Siabu adalah 132,17 km terdiri dari 24,15 km
aspal hotmix, 5,4 km aspal lapen, 48,82 km kerikil diperkeras, dan 53,8 km
tanah.
(2) Berdasarkan kondisi jalannya, 64% kondisi jalan di Kecamatan Siabu dari
total panjang jalan rusak berat yaitu sekitar 84,12 km, 3% atau 4,8 km
dengan kondisi rusak, 13% atau 17,1 km dengan kondisi sedang, dan 20%
atau 26,15 km dengan kondisi baik.
(3) Kurangnya ketersediaan jalan lingkungan yang terstruktur.

10
Gambar III.3. Kondisi Jalan Kecamatan Siabu

III.2.2.2 Karakteristik Sarana Pelayanan Drainase


Drainase di Kecamatan Siabu dinilai cukup baik untuk ruas jalan utama, karena
sepanjang jalan memiliki sistem drainase dengan konstruksi beton dan kondisi
yang baik. Namun ada juga beberapa ruas jalan yang belum menggunakan drainase
khususnya di jalan lingkungan. Adapun potensi dan permasalahan drainase
Kecamatan Siabu adalah sebagai berikut:

(1) Kondisi saluran sebagian mengalami kerusakan yang bervariasi.


(2) Terjadinya penyempitan dimensi saluran sedimentasi lumpur dan sampah.
(3) Jaringan drainase yang berlum tersistem dengan baik.
(4) Belum ada perencanaan penataan drainase terpadu.

Gambar III.4. Kondisi Drainase Kecamatan Siabu

11
III.2.2.3 Karakteristik Sarana Pelayanan Persampahan
Pelayanan persampahan di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal belum
terlayani dengan baik. Moda angkut sampah yang disediakan pemerintah hanya
terjangkau di beberapa daerah pinggiran jalan utama, sedangkan untuk yang berada
jauh dari ruas jalan utama dan pusat kota hampir seluruhnya belum terlayani.
Namun berapa desa memiliki TPS dengan kondisi yang tidak layak (belum ada
bangunan TPS, hanya lahan sementara yang di jadikan tempat pengumpulaan
sampah per kawasan). Adapun potensi dan permasalahan pelayanan sampah yaitu:

(1) Beberapa kawasan per masing-masing desa belum memiliki TPS


(2) Adapun TPS di sebagian kawasan tidak memiliki fisik bangunan atau hanya
lahan kosong yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.
(3) Belum adanya sistem pemilihan sampah dengan pola 3R.
(4) Sebagian kawasan jauh dari jangkauan moda angkutan sampah.

Gambar III.5. Kondisi Persampahan Kecamatan Siabu

III.2.2.4 Karakteristik Sarana Sanitasi


Kondisi sanitasi Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal menjadi
permasalahan yang paling krusial. Hampir seluruh rumah tangga belum memiliki
sistem sanitasi yang layak. Masyarakat masih menggunakan mck umum dan sungai
sebagai sarana prasarana sanitasi yang paling umum digunakan. Adapun yang

12
memiliki septictank hanya beberapa rumah dan ada yang berupa septictank cubluk.
Untuk potensi dan permasalahan sanitasi di Kecamatan Siabu yaitu:

(1) Kurangnya pengolahan limbah domestik rumah tangga.


(2) Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa pengelolaan limbah cair belum
menjadi kebutuhan yang mendesak.
(3) Belum terlayani sistem pengolahan limbah secara komunal.
(4) Air limbah langsung di alirkan ke parit dan sungai.

Gambar III.6. Kondisi Sanitasi Kecamatan Siabu

III.2.2.5 Karakteristik Sarana Pelayanan Air Minum


Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup yang paling penting adalah
air. Pelayanan air minum Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal sudah
cukup baik, walaupun di beberapa kelurahan/desa belum memiliki jaringan
distribusi air melalui perpipaan namun kondisi air baik melalui sumur gali, sumur
bor, maupun air sungai sangat baik. Adapun potensi dan permasalahan sarana
pelayanan air minum yaitu:

(1) Banyak masyarakat yang belum terkases pipa dari PDAM Tirta Madina.
Sekitar 4.307 KK di Kecamatan Siabu sudah terlayani pipa dari PDAM Tirta
Madina.
(2) Produksi debit air dari aliran sungai mata air sekitar 60 L/det, sedangkan
untuk produksi sekitar 2,5 L/det. Diperkirakan kebutuhan air bersih tahun
2033 mencapai 128,1 L/det (data RISPAM Kabupaten Mandailing Natal
2013-2033).

13
Gambar III.7. Kondisi Pelayanan Air Minum Kecamatan Siabu

III.2.2.6 Karakteristik Sarana Potensi Kebakaran/Mitigasi Bencana


Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Untuk sarana
proteksi kebakaran yang dimiliki oleh Kecamatan Siabu adalah adanya pos
pemadan kebakaran lokasinya berada di koordinat 1° 0'47.93"LU dan
99°30'3.38"LS di Kelurahan Siabu. Dilihat dari keterjangkauan WMK dimana
batas maksimal adalah 7,5 km maka kelurahan/desa yang tidak termasuk
didalamnya adalah sebagai berikut:

(1) Sebagian wilayah Desa Huta Raja


(2) Desa Sibaruang
(3) Desa Sihepeng Sada
(4) Desa Sihepeng Dua
(5) Desa Sihepeng Tolu
(6) Desa Sihepeng Upat
(7) Desa Sihepeng

14
(8) Desa Sihepeng Lima
(9) Sebagian wilayah Desa Muara Batang Angkola

Namun dilihat dari kondisi lingkungannya, untuk sarana proteksi kebakaran pasif
dari aspek yang lain seperti jarak antar bangunan dan jarak dengan sumber air
seperti sungai maka hampir seluruh kawasan di Kecamatan Siabu sudah terlayani
dengan cukup baik.

Gambar III.8. Kondisi Sarana Proteksi Kebakaran Pasif Kecamatan Siabu

III.3 LONG-LIST KAWASAN KUMUH


III.3.1 Analisis Potensi kawasan Kumuh
Berdasarkan hasil analisis awal potensi kawasan kumuh, terdapat 19 kawasan yang
teridentifikasi kumuh dengan luas total 50,55 Ha yang tersebar di 15 desa di Kecamatan
Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.3 dan
peta berikut.

Tabel III.4. Long-List Kawasan Kumuh Kecamatan Siabu


No. Kawasan Desa/Kelurahan Kecamatan Luas (Ha)
1 Pintu Padang Jae-A Pintu Padang Jae Siabu 0,72
2 Lumban Dolok-A Lumban Dolok Siabu 5,38
3 Lumban Dolok-B Lumban Dolok Siabu 1,76
4 Muara Batang Angkola Muara Batang Angkola Siabu 2,53
5 Huraba I-A Huraba I Siabu 2,30
6 Huraba I-B Huraba I Siabu 2,84
7 Huraba I-C Huraba I Siabu 0,49
8 Siabu-A Siabu Siabu 1,98
9 Siabu-B Siabu Siabu 0,63
10 Bonan Dolok-A Bonan Dolok Siabu 0,68
11 Bonan Dolok-B Bonan Dolok Siabu 0,90
12 Simangambat Simangambat Siabu 11,10
13 Huta Puli Huta Puli Siabu 0,81
14 Huta Raja Huta Raja Siabu 1,70
15 Tangga Bosi III Tangga Bosi III Siabu 0,90
16 Sihepeng Sada-Tolu Sihepeng Sada Siabu 3,28
17 Sihepeng Dua Sihepeng Dua Siabu 1,91
18 Sihepeng Upat Sihepeng Upat Siabu 1,02
19 Sihepeng Lima Sihepeng Lima Siabu 2,10

15
No. Kawasan Desa/Kelurahan Kecamatan Luas (Ha)
Total Kawasan Kumuh 43,03
Sumber : Hasil Identifikasi Kawasan Kumuh, 2021

16
Peta III.3. Peta Sebaran Kawasan Kumuh
Kecamatan Siabu

17
III.3.2 Penilaian Kawasan Kumuh
Penilaian kawasan kumuh dilakukan dengan menggunakan tabel penilaian kriteria
dan parameter. Penilaian setiap kawasan kumuh dilakukan berdasarkan data yang didapatkan
pada saat survei baik data primer maupun data sekunder. Masing-masing kriteria memiliki
sumber data yang berbeda-beda, ada yang berupa data wawancara, kuesioner, plotting di
peta, observasi dan analissi GIS. Sedangkan khusus untuk kawasan potensi kumuh dilakukan
penilaian dengan observasi lapangan terlebih dahulu, penilaian kawasan tersebut berdasarkan
kriteria yang diatas yaitu kondisi bangunan permukiman, dan kondisi sarana prasarana
permukiman. Apabila pada kawasan potensi kumuh tersebut terlihat buruk kondisi
permukiman dan sarana dan prasaranya maka dilakukan penilaian terhadap kawasan
tersebut, sedangkan apabila kawasan potensi kumuh tersebut kondisinya bagus baik
bangunan permukimannya maupun kondisi sarana prasaranananya maka tidak perlu
dilakukan penilaian karena dianggap tidak kumuh.

Penilaian terhadap masing-masing kawasan kumuh dilakukan dengan analisis


masing-masing kondisi kawasan permukiman tersebut. Kondisi masing-masing permukiman
tersebut seperi ditunjukkan pada gambar-gambar di tabel berikut ini.

Tabel III.5. Kondisi Kawasan Kumuh


No. Kawasan Kondisi Kawasan Kumuh
1 Pintu Padang Jae-A

2 Lumban Dolok-A

3 Lumban Dolok-B

18
No. Kawasan Kondisi Kawasan Kumuh
4 Muara Batang
Angkola

5 Huraba I-A

6 Huraba I-B

7 Huraba I-C

8 Siabu-A

9 Siabu-B

19
No. Kawasan Kondisi Kawasan Kumuh
10 Bonan Dolok-A

11 Bonan Dolok-B

12 Simangambat

13 Huta Puli

14 Huta Raja

15 Tangga Bosi III

20
No. Kawasan Kondisi Kawasan Kumuh
16 Sihepeng Sada-Tolu

17 Sihepeng Dua

18 Sihepeng Upat

19 Sihepeng Lima

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2021

Dari data yang diadapatkan maka dilakukan penilaian masing-masing terhadap


kawasan kumuh di Kecamatan Siabu seperti pada Tabel … Penilaian Kawasan Permukiman
Kumuh Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan berikut ini.

21
Tabel III.6. Penilaian Kawasan Permukiman Kumuh Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan
Lokasi Permukiman Kumuh berdasarkan SK Kawasan Kumuh

Aspek Ktriteria Indikator Parameter Nilai Pintu Muara Bonan Bonan Sihepeng
Lumban Lumban Huraba Huraba Huraba Siabu- Siabu- Huta Huta Tangga Sihepeng Sihepeng Sihepeng
Padang Batang Dolok- Dolok- Simangambat Sada-
Dolok-A Dolok-B I-A I-B I-C A B Puli Raja Bosi III Dua Upat Lima
Jae-A Angkola A B Tolu

Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)                                        


Kondisi Ketidakteraturan Kesesuaian dengan 76% - 100% bangunan pada
Bangunan bagunan kebijakan Tata lokasi tidak memiliki 5                                      
Ruang keteraturan
51% - 75% bangunan pada
lokasi tidak memiliki 3                                      
keteraturan
25% - 50% bangunan pada
lokasi tidak memiliki 1               1     1 1 1         1  
keteraturan
< 25% bangunan pada lokasi
tidak memiliki keteraturan 0 0 0 0 0 0 0 0   0 0       0 0 0 0   0

Tingkat Kepadatan Kesesuaian (KDB, 76% - 100% bangunan


Bangunan KLB, dan memiliki kepadatan tidak 5                                      
kepadatan sesuai ketentuan
bangunan) 51% - 75% bangunan
memiliki kepadatan tidak 3                                      
sesuai ketentuan
25% - 50% bangunan
memiliki kepadatan tidak 1                       1         1 1  
sesuai ketentuan
< 25% bangunan memiliki
kepadatan tidak sesuai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0   0 0 0 0     0
ketentuan
Ketidaksesuaian dengan Kondisi bangunan 76% - 100% bangunan pada
Persyaratan Teknis gedung pada lokasi tidak memenuhi
Bangunan perumahan dan persyaratan teknis 5                                      
permukiman
51% - 75% bangunan pada
lokasi tidak memenuhi 3                                      
persyaratan teknis
25% - 50% bangunan pada
lokasi tidak memenuhi 1   1           1 1     1         1    
persyaratan teknis
< 25% bangunan pada lokasi
tidak memenuhi persyaratan 0 0 0 0 0 0 0     0 0   0 0 0 0   0 0
teknis
Kondisi Jalan Cakupan Pelayanan Lingkungan 76% - 100% area tidak
Lingkungan Jalan Lingkungan perumahan dan terlayani oleh jaringan jalan 5                                      
permukiman yang lingkungan
dilayani jaringan 51% - 75% area tidak
jalan lingkungan terlayani oleh jaringan jalan 3                                     3
lingkungan
25% - 50% area tidak
terlayani oleh jaringan jalan 1                     1             1  
lingkungan
< 25% area tidak terlayani
oleh jaringan jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0   0 0 0 0 0 0    
lingkungan
Kualitas Permukaan Kualitas 76% - 100% area memiliki
Jalan Lingkungan permukaan kualitas permukaan jalan 5                                      
yang buruk
51% - 75% area memiliki
kualitas permukaan jalan 3   3           3                      
yang buruk
25% - 50% area memiliki
kualitas permukaan jalan 1                 1 1 1 1 1 1          
yang buruk
< 25% area memiliki kualitas
permukaan jalan yang buruk 0 0   0 0 0 0 0               0 0 0 0 0

Kondisi Air Ketidaktersediaan Kualitas air tidak 76% - 100% populasi tidak 5                                      
22
Lokasi Permukiman Kumuh berdasarkan SK Kawasan Kumuh

Aspek Ktriteria Indikator Parameter Nilai Pintu Muara Bonan Bonan Sihepeng
Lumban Lumban Huraba Huraba Huraba Siabu- Siabu- Huta Huta Tangga Sihepeng Sihepeng Sihepeng
Padang Batang Dolok- Dolok- Simangambat Sada-
Dolok-A Dolok-B I-A I-B I-C A B Puli Raja Bosi III Dua Upat Lima
Jae-A Angkola A B Tolu

Minum Akses Aman Air berwarna, tidak dapat mengakses air minum
Minum berbau, tidak yang aman
berasa 51% - 75% populasi tidak
dapat mengakses air minum 3                                      
yang aman
25% - 50% populasi tidak
dapat mengakses air minum 1         1 1   1 1     1         1  
yang aman
< 25% populasi tidak dapat
mengakses air minum yang 0 0 0 0 0     0     0 0 0   0 0 0 0   0
aman
Drainase Ketidakmampuan Genangan yang Terjadi genangan setinggi
Lingkungan mengalirkan Limpasan terjadi 30cm selama 2 jam 5                                      
Air
Kondisi drainase Tidak 76% - 100% area memiliki
lingkungan terpeliharanya drainase lingkungan yang 5                                      
drainase kotor dan berbau
51% - 75% area memiliki
drainase lingkungan yang 3           3   3                   3 3
kotor dan berbau
25% - 50% area memiliki
drainase lingkungan yang 1                 1     1              
kotor dan berbau
< 25% area memiliki drainase
lingkungan yang kotor dan 0 0 0 0 0 0   0     0 0   0 0 0 0 0    
berbau
Ketidakterhubungan Saluran drainase 76% - 100% drainase
dengan Sistem Drainase lingkungan tidak lingkungan tidak terhubung 5                                      
Perkotaan terhubung dengan
saluran pada 51% - 75% drainase
hirarki di atasnya lingkungan tidak terhubung 3     3 3 3 3                     3 3
sehingga
menyebabkan air 25% - 50% drainase
tidak dapat lingkungan tidak terhubung 1   1           1       1 1 1 1        
mengalir dan
menimbulkan < 25% drainase lingkungan
genangan tidak terhubung 0 0 0           0 0 0         0 0    

Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi 76% - 100% area memiliki


drainase buruk, kualitas kontrsuksi drainase
karena berupa lingkungan buruk 5                                      
galian tanah tanpa
material pelapis 51% - 75% area memiliki
atau penutup kualitas kontrsuksi drainase 3                 3   3             3 3
maupun karena lingkungan buruk
telah terjadi
kerusakan 25% - 50% area memiliki
kualitas kontrsuksi drainase 1                             1        
lingkungan buruk
< 25% area memiliki kualitas
kontrsuksi drainase 0 0 0 0 0 0 0 0 0   0   0 0 0   0 0    
lingkungan buruk
Pengelolaan Air Sistem Pengelolaan Air Sistem air limbah 76% - 100% area memiliki
Limbah Limbah Tidak Sesuai tidak terhubung pengelolaan air limbah yang
Standar Teknis dengan tangki tidak terhubung Septik IPAL 5 5 5 5   5 5 5 5 5     5 5   5       5
septik IPAL

51% - 75% area memiliki


pengelolaan air limbah yang
tidak terhubung Septik IPAL 3       3           3 3     3   3 3 3  

25% - 50% area memiliki


pengelolaan air limbah yang
tidak terhubung Septik IPAL 1                                      

23
Lokasi Permukiman Kumuh berdasarkan SK Kawasan Kumuh

Aspek Ktriteria Indikator Parameter Nilai Pintu Muara Bonan Bonan Sihepeng
Lumban Lumban Huraba Huraba Huraba Siabu- Siabu- Huta Huta Tangga Sihepeng Sihepeng Sihepeng
Padang Batang Dolok- Dolok- Simangambat Sada-
Dolok-A Dolok-B I-A I-B I-C A B Puli Raja Bosi III Dua Upat Lima
Jae-A Angkola A B Tolu

    < 25% area memiliki


pengelolaan air limbah yang
tidak terhubung Septik IPAL 0                                      

Prasarana dan Sarana Prasarana dan Toilet pribadi dilengkapi


Pengelolaan Air sarana pengolahan dengan septip tank 0                                      
Limbah Tidak Sesuai air limbah di lokasi
dengan Persyaratan Toilet pribadi dengan IPAL
Teknis 1       1                              
komunal
MCK umum 3 3 3 3   3 3   3 3 3 3   3 3 3 3 3 3 3
Sarana sanitasi tidak layak
(cubluk, dll);
Tanpa sarana sanitasi 5             5         5              

Pengelolaan Sistem Persampahan Prasarana dan Tempat sampah 0                                      


Persampahan sarana
TPS atau TPS 3R 1   1   1 1 1 1       1       1   1 1  
persampahan pada
lokasi perumahan Gerobak sampah skala
atau permukiman lingkungan/diangkut 3                           3          
sesuai dengan
persyaratan teknis Dibakar;
Tidak memiliki tempat 5 5   5         5 5 5   5 5     5     5
sampah
Pemeliharaan sarpras Pemeliharaan 76% - 100% area memiliki
persampahan sarana dan sarpras persampahan yang
prasarana tidak terpelihara 5   5 5         5 5 5 5         5      
pengelolaan
persampahan pada 51% - 75% area memiliki
lokasi perumahan sarpras persampahan yang
atau permukiman tidak terpelihara 3       3 3 3 3               3   3 3 3

25% - 50% area memiliki


sarpras persampahan yang 1                       1              
tidak terpelihara
< 25% area memiliki sarpras
persampahan yang tidak 0 0                       0 0          
terpelihara
Proteksi Kondisi Proteksi Tidak tersedianya 76% - 100% area tidak
Kebakaran Kebakaran sarana prasarana memiliki prasarana proteksi 5                                      
proteksi kebakaran kebakaran
51% - 75% area tidak
memiliki prasarana proteksi 3                                      
kebakaran
25% - 50% area tidak
memiliki prasarana proteksi 1                       1 1 1 1 1 1 1 1
kebakaran
< 25% area tidak memiliki
prasarana proteksi kebakaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0                

Sub Total   13 19 18 11 16 19 17 28 25 17 18 23 18 12 15 17 13 24 29

Identifikasi Legalitas Lahan                                        


Legalitas Lahan Kejelasan Status Kejelasan terhadap Keseluruhan lokasi memiliki
Penguasaan Lahan status penguasaan kejelasan status penguasaan
lahan lahan, baik milik sendiri atau (+) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
milik pihak lain

24
Lokasi Permukiman Kumuh berdasarkan SK Kawasan Kumuh

Aspek Ktriteria Indikator Parameter Nilai Pintu Muara Bonan Bonan Sihepeng
Lumban Lumban Huraba Huraba Huraba Siabu- Siabu- Huta Huta Tangga Sihepeng Sihepeng Sihepeng
Padang Batang Dolok- Dolok- Simangambat Sada-
Dolok-A Dolok-B I-A I-B I-C A B Puli Raja Bosi III Dua Upat Lima
Jae-A Angkola A B Tolu

Sebagian atau keseluruhan


lokasi tidak memiliki
kejelasan status penguasaan
lahan, baik milik sendiri atau (-)                                      
milik pihak lain

Keseluruhan lokasi berada


pada zona peruntukan
perumahan/permukiman (+) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
sesuai RTR

Sebagian atau keseluruhan


lokasi berada bukan pada
zona peruntukan
perumahan/permuki man (-)                                      
sesuai RTR

Sub Total   2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Identifikasi Pertimbangan Lain                                        
Pertimbangan Nilai Strategis Lokasi Letak lokasi Lokasi terletak pada fungsi
Lain perumahan atau strategis Kabupaten 5               5 5 5 5                
permukiman pada Mandailing Natal
fungsi strategis Lokasi tidak terletak pada
kabupaten/kota fungsi strategis Kabupaten 1 1 1 1 1 1 1 1         1 1 1 1 1 1 1 1
Mandailing Natal
Kependudukan Kepadatan Kepadatan Penduduk pada
penduduk pada Lokasi sebesar >200 Jiwa/Ha 5                                      
lokasi perumahan
atau permukiman Kepadatan Penduduk pada
Lokasi sebesar 151 - 200 3       3       3 3 3 3 3   3     3    
Jiwa/Ha
Kepadatan Penduduk pada
Lokasi sebesar < 150 Jiwa/Ha 1 1 1 1   1 1 1           1   1 1   1 1

Kondisi Sosial, Potensi sosial, Lokasi memiliki potensi


Ekonomi, dan Budaya ekonomi, dan sosial, ekonomi dan budaya 5               5       5       5 5 5 5
budaya yang
dimiliki lokasi Lokasi tidak memiliki potensi
perumahan atau sosial, ekonomi dan budaya 1 1 1 1 1 1 1 1   1 1 1   1 1 1        
permukiman
Sub Total   3 3 3 5 3 3 3 13 9 9 9 9 3 5 3 7 9 7 7
Sumber : Hasil Analisa, 2021

25
Tabel III.7. Klasifikasi dan Skala Prioritas Kawasan Kumuh di Kecamatan Siabu
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan Skala Prioritas
Penilaian Jumlah Nilai Jumlah
Kumuh Kumuh Kumuh Tidak Tidak
Kriterian Aspek Tinggi Sedang Rendah Nilai Legal Klasifikasi
No. Kawasan Berat Sedang Ringan Kumuh Legal Klasifikasi
dan Pertimbangan Legalitas tingkat Urutan
Indikator Lain Lahan Nilai Nilai kekumuhan
(71-95) (45-70) (19-44) (0-18) (11-15) (6-10) (1-5)
Kekumuhan (-) (+)
1 Pintu Padang Jae-A 13 . . . X 3 . . X 2 . X - - -

2 Lumban Dolok-A 19 . . X 3 . . X 2 . X C5 9 6

3 Lumban Dolok-B 18 . . . X 3 . . X 2 . X - - -
Muara Batang
4 11 . . . X 5 . . X 2 . X - - -
Angkola
5 Huraba I-A 16 . . . X 3 . . X 2 . X - - -

6 Huraba I-B 19 . . X . 3 . . X 2 . X C5 9 7

7 Huraba I-C 17 . . . X 3 . . X 2 . X - - -

8 Siabu-A 28 . . X . 13 X . . 2 . X C1 3 1

9 Siabu-B 25 . . X . 9 . X . 2 . X C3 6 4

10 Bonan Dolok-A 17 . . . X 9 . X . 2 . X - - -

11 Bonan Dolok-B 18 . . . X 9 . X . 2 . X - - -

12 Simangambat 23 . . X . 9 . X . 2 . X C3 6 2

13 Huta Puli 18 . . . X 3 . . X 2 . X - - -

14 Huta Raja 12 . . . X 5 . . X 2 . X - - -

15 Tangga Bosi III 15 . . . X 3 . . X 2 . X - - -

16 Sihepeng Sada-Tolu 17 . . . X 7 . X . 2 . X - - -

17 Sihepeng Dua 13 . . . X 9 . X . 2 . X - - -

18 Sihepeng Upat 24 . . X . 7 . X . 2 . X C3 6 5

19 Sihepeng Lima 29 . . X . 7 . X . 2 . X C3 6 3
Sumber : Hasil Analisa, 2021

26
III.4 SHORTLIST KAWASAN KUMUH
Dari hasil analisa dan identifikasi kawasan kumuh di Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal maka teridentifikasi kawasan kumuh sebanyak 6 kawasan kumuh dengan
luas total 19,67 Ha yang tersebar di 5 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.7
berikut ini.

Tabel III.8. Skala Prioritas Kawasan Kumuh di Kecamatan Siabu


Lokasi Lua Tingkat Prioritas
No Keteranga
Kawasan Kecamata Desa/ s Kekumuha Penanganan
. n
n Kelurahan (Ha) n
Hasil
Lumban Kumuh
1 Siabu Lumban Dolok 5,38 6 Analisis
Dolok A Ringan
Potensi
Hasil
Kumuh
2 Huraba I B Siabu Huraba I 2,84 Ringan
7 Analisis
Potensi
Hasil
Kumuh
3 Siabu A Siabu Siabu 1,98 Ringan
1 Analisis
Potensi
Hasil
Kumuh
4 Siabu B Siabu Siabu 0,63 Ringan
4 Analisis
Potensi
Jumlah Luas Kawasan Siabu 2,61
Hasil
11,1 Kumuh
5 Simangambat Siabu Simangambat 2 Analisis
0 Ringan
Potensi
Hasil
Sihepeng Kumuh
6 Siabu Sihepeng Upat 1,02 5 Analisis
Upat Ringan
Potensi
Hasil
Sihepeng Kumuh
7 Siabu Sihepeng Lima 2,10 3 Analisis
Lima Ringan
Potensi
Total Luas Kawasan Kumuh 19,67
Sumber : Hasil Analisa, 2021

27
Peta III.4. Peta Sebaran Kawasan Kumuh
Kecamatan Siabu Terverifikasi

28
Tabel III.9. Shortlist Kawasan Kumuh di Kecamatan Siabu
Lokasi Luas Tingkat
No. Kawasan Faktor Kekumuhan Cakupan Layanan
Kecamatan Desa/Kelurahan (Ha) Kekumuhan
- Kondisi fisik bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis. - Sebanyak 32 unit atau 30%
- Sebagian besar perkerasan jalan merupakan tanah.
- Belum memiliki sistem pengolahan air limbah yang layak. - Sepanjang 771 meter atau 64%
1 Lumban Dolok A Siabu Lumban Dolok 5,38 Kumuh Ringan - Belum memiliki sistem pengolahan sampah yang sesuai
standar.
- Seluas 5,38 Ha atau 100%

- Seluas 5,38 Ha atau 100%


- Kondisi fisik bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis. - Sebanyak 16 unit atau 20%
- Sebagian besar jalan lingkungan belum memiliki drainase.
- Hampir seluruh masyarakat menggunakan mck umum dan - Sepanjang 257 meter atau 67%
belum memiliki sistem pengolahan air limbah yang layak.
2 Huraba I B Siabu Huraba I 2,84 Kumuh Ringan - Belum memiliki sistem pengolahan sampah yang sesuai
- Seluas 2,21 Ha atau 78%
standar

- Seluas 2,84 Ha atau 100%


- Kondisi fisik bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis. - Sebanyak 39 unit atau 35%
- Sebagian perkerasan jalan masih tanah.
- Belum memiliki drainase yang memenuhi persyaratan - Sepanjang 330 meter atau 59%
teknis. - Sepanjang 315 meter atau 61%
3 Siabu A Siabu Siabu 1,98 Kumuh Ringan - Belum ada sistem pengolahan air limbah yang baik.
- Belum memiliki sistem pengolahan sampah yang sesuai
- Seluas 1,78 Ha atau 90%
standar.
- Seluas 1,98 Ha atau 100%
- Sebagian besar perkerasan jalan masih tanah. - Sepanjang 77 meter atau 34%
- Kostruksi drainase belum memenuhi persyaratan teknis. - Sepanjang 16 meter atau 45%
- Belum ada sistem pengolahan air limbah yang layak.
4 Siabu B Siabu Siabu 0,63 Kumuh Ringan - Belum memiliki sistem pengolahan persampahan yang - Seluas 0,54 Ha atau 86%
baik.
- Seluas 0,63 Ha atau 100%
- Kondisi fisik bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis. - Sebanyak 197 unit atau 25%
- Sebagian perkerasan jalan rusak.
- Belum memiliki sistem pengolahan air limbah yang - Sepanjang 618 meter atau 32%
5 Simangambat Siabu Simangambat 11,10 Kumuh Ringan memenuhi persyaratan. - Seluas 8,88 Ha atau 80%
- Belum memiliki sistem pengolahan persampahan yang
baik.
- Seluas 11,10 Ha atau 100%

29
Lokasi
- Sebagian besar area belum terlayani jalan lingkungan. - Seluas 0,50 Ha atau 50%
- Seluruh kawasan belum memiliki drainase yang memenuhi
Luas Tingkat persyaratan teknis. - Seluas 1,02Cakupan
Ha atau 100%
No. Kawasan Faktor
- Belum adanya sistem Kekumuhan
pengolahan air limbah yang layak. Layanan
6 Sihepeng Upat Siabu Sihepeng Upat (Ha)
1,02 Kekumuhan
Kumuh Ringan
- Belum memiliki sistem pengolahan sampah yang layak.
- Seluas 0,61 Ha atau 60%

- Seluas 1,02 Ha atau 100%


- Sebagian besar area belum terlayani jalan lingkungan. - Seluas 1,21 Ha atau 57%
- Sebagian besar kawasan belum memiliki drainase.
- Belum ada sistem pengolahan air limbah yang sesuai - Seluas 1,15 Ha atau 55%
7 Sihepeng Lima Siabu Sihepeng Lima 2,10 Kumuh Ringan standar.
- Belum memiliki sistem pengolahan sampah yang baik.
- Seluas 1,68 Ha atau 80%

- Seluas 2,10 Ha atau 100%


Sumber : Hasil Analisa, 2021

30
31
III.5 PROFIL KAWASAN KUMUH LUMBAN DOLOK A
III.5.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Lumban Dolok A terletak di 1° 0'8.65" LU dan
99°30'32.55" BT dan berada di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Lumban Dolok A yang terletak di Desa Lumban Dolok
berbatasan dengan Desa Huraba I di sebelah utara dan Desa Aek Mual di sebelah
selatan

III.5.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Lumban Dolok A
penggunaan lahan seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Lumban Dolok A terdapat 105 unit bangunan
dengan kepadatan bangunan yaitu 20 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 105 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Lumban Dolok A hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.5.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Lumban Dolok A seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Lumban Dolok A
didominasi bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang
tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, dan kemudahan) yaitu mencapai 30% atau sekitar 32 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

32
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Lumban Dolok A sebagian
besar belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai
100% atau sekitar 105 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak
(masih menggunakan sanitasi cubluk).

III.5.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Lumban Dolok A sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Lumban
Dolok A belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 18% atau 0,95 Ha.
Sedangkan panjang jalan yang ada sekitar 1.207 meter dan sepanjang 771 meter
kondisi jalan rusak.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Lumban Dolok
A belum memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 353 meter atau sekitar 47%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Lumban Dolok A tidak
terpelihara dengan baik. Kawasan sudah memiliki TPS namun belum memiliki
kondisi yang layak (TPS belum terbangun).
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Lumban Dolok A adalah mck
umum. Luas standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar
radius 100 meter. Jika dilihat dari radiusnya, sekitar 4,30 Ha atau 80% belum
terlayani.
(6) Sarana Air Minum
Seluruh masyarakat di kawasan kumuh Lumban Dolok A sudah terfasilitasi air
minum melalui pipa dari pamsimas yang disalurkan dari sumber mata air
pegunungan dengan kondisi air yang sangat baik.

33
Peta III.5. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh
Lumban Dolok-A

34
Peta III.6. Peta Overlay Kawasan Kumuh Lumban
Dolok-A

35
III.6 PROFIL KAWASAN KUMUH HURABA I B
III.6.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Huraba I B terletak di 1° 0'29.40" LU dan
99°30'22.79" BT dan berada di Desa Huraba I Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Huraba I B yang terletak di Desa Huraba I berbatasan dengan
Desa Simaninggir di sebelah utara, Desa Lumban Dolok di sebelah selatan dan
Desa Huraba II di sebelah timur.

III.6.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Huraba I B penggunaan
lahan seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Huraba I B terdapat 79 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 28 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 79 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Huraba I B hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.6.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Huraba I B seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Huraba I B didominasi
bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan) yaitu mencapai 20% atau sekitar 16 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

36
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Huraba I B sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 78% atau
sekitar 61 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.6.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Huraba I B sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Huraba I B
belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 12% atau 0,33 Ha. Sedangkan
panjang jalan yang ada sekitar 502 meter dan sepanjang 121 meter kondisi jalan
rusak.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Huraba I B
belum memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 257 meter atau sekitar 67%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Huraba I B tidak terpelihara
dengan baik. Kawasan sudah memiliki TPS namun belum memiliki kondisi yang
layak (TPS belum terbangun).
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Huraba I B adalah mck umum.
Luas standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100
meter. Jika dilihat dari radiusnya, sekitar 1,91 Ha atau 67% belum terlayani.

(6) Sarana Air Minum


Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Huraba I B mengakses air minum
melalui sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 27 KK atau
34% belum memiliki sumber air sendiri.

37
Peta III.7. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh Huraba
I-B

38
Peta III.8. Peta Overlay Kawasan Kumuh Huraba
I-B

39
III.7 PROFIL KAWASAN KUMUH SIABU A
III.7.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Siabu A terletak di 1° 1'0.36" LU dan 99°29'44.99"
BT dan berada di Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Siabu A yang terletak di Kelurahan Siabu berbatasan dengan
Desa Bonan Dolok sebelah utara dan Desa Simaninggir sebelah selatan.

III.7.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Siabu A penggunaan lahan
seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Siabu A terdapat 112 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 57 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 112 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Siabu A hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.7.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Siabu A seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Siabu A didominasi
bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan) yaitu mencapai 35% atau sekitar 39 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

40
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Siabu A sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 90% atau
sekitar 101 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.7.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Siabu A sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Siabu A
belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 20% atau 0,39 Ha. Sedangkan
panjang jalan yang ada sekitar 561 meter dan sepanjang 330 meter kondisi jalan
rusak.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Siabu A belum
memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 315 meter atau sekitar 61%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Siabu A tidak terpelihara
dengan baik. Kebanyakan masyarakat masih membakar sampah di masing-masing
rumah dan belum memiliki TPS yang terbangun maupun tidak terbangun.
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Siabu A adalah mck umum. Luas
standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100 meter.
Jika dilihat dari radiusnya, sekitar 1,78 Ha atau 90% belum terlayani.
(6) Sarana Air Minum
Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Siabu A mengakses air minum melalui
sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 31 KK atau 28%
belum memiliki sumber air sendiri.

41
Peta III.9. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh Siabu-
A

42
Peta III.10. Peta Overlay Kawasan Kumuh Siabu-
A

43
III.8 PROFIL KAWASAN KUMUH SIABU B
III.8.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Siabu B terletak di 1° 0'55.55" LU dan 99°29'37.18"
BT dan berada di Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Siabu B yang terletak di Kelurahan Siabu berbatasan dengan Desa
Bonan Dolok sebelah utara dan Desa Simaninggir sebelah selatan.

III.8.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Siabu B penggunaan lahan
seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Siabu B terdapat 34 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 54 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 34 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Siabu B hampir seluruhnya
dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah yang
merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.8.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Siabu B seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Siabu B didominasi
bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan) yaitu mencapai 26% atau sekitar 9 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

44
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Siabu B sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 86% atau
sekitar 29 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.8.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Siabu B sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Siabu B
belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 18% atau 0,12 Ha. Sedangkan
panjang jalan yang ada sekitar 226 meter dan sepanjang 77 meter kondisi jalan
rusak.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Siabu B belum
memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 16 meter atau sekitar 45%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Siabu B tidak terpelihara
dengan baik. Kebanyakan masyarakat masih membakar sampah di masing-masing
rumah dan belum memiliki TPS yang terbangun maupun tidak terbangun.
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Siabu B adalah mck umum. Luas
standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100 meter.
Jika dilihat dari radiusnya seluruh kawasan sudah terlayani.
(6) Sarana Air Minum
Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Siabu B mengakses air minum melalui
sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 9 KK atau 26%
belum memiliki sumber air sendiri.

45
Peta III.11. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh Siabu-
B

46
Peta III.12. Peta Overlay Kawasan Kumuh Siabu-
B

47
III.9 PROFIL KAWASAN KUMUH SIMANGAMBAT
III.9.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Simangambat terletak di 1° 2'21.67" LU dan
99°28'50.47" BT dan berada di Kelurahan Simangambat Kecamatan Siabu
Kabupaten Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Simangambat yang terletak di Kelurahan Simangambat
berbatasan dengan Desa Huta Puli sebelah utara dan Desa Lumban Pinasa sebelah
selatan.

III.9.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Simangambat penggunaan
lahan seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Simangambat terdapat 787 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 71 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 787 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Simangambat hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.9.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Simangambat seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Simangambat
didominasi bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang
tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, dan kemudahan) yaitu mencapai 25% atau sekitar 197 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

48
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Simangambat sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 80% atau
sekitar 630 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.9.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Simangambat sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh
Simangambat belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 21% atau 2,29 Ha.
Sedangkan panjang jalan yang ada sekitar 1.935 meter dan sepanjang 618 meter
kondisi jalan rusak.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Simangambat
belum memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 67 meter atau sekitar 25%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Simangambat tidak
terpelihara dengan baik. Kebanyakan masyarakat masih membakar sampah di
masing-masing rumah dan belum memiliki TPS yang terbangun maupun tidak
terbangun.
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Simangambat adalah mck umum.
Luas standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100
meter. Jika dilihat dari radiusnya sekitar 43% dari luas kawasan belum terpenuhi
atau kira-kira 8,88 Ha.
(6) Sarana Air Minum
Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Simangambat mengakses air minum
melalui sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 272 KK atau
20% belum memiliki sumber air sendiri.

49
Peta III.13. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh
Simangambat

50
Peta III.14. Peta Overlay Kawasan Kumuh
Simangambat

51
III.10 PROFIL KAWASAN KUMUH SIHEPENG 4
III.10.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Sihepeng 4 terletak di 1° 5'25.17" LU dan
99°27'20.86" BT dan berada di Desa Sihepeng 4 Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Sihepeng 4 yang terletak di Desa Sihepeng 4 berbatasan dengan
Desa Sihepeng 5 sebelah utara, Desa Sihepeng sebelah barat, Sihepeng 3 sebelah
selatan dan Desa Sibaruang sebelah timur.

III.10.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Sihepeng 4 penggunaan
lahan seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Sihepeng 4 terdapat 55 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 54 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 55 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Sihepeng 4 hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.10.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Sihepeng 4 seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Sihepeng 4 didominasi
bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan) yaitu mencapai 15% atau sekitar 8 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

52
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Sihepeng 4 sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 60% atau
sekitar 33 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.10.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Sihepeng 4 sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Sihepeng 4
belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 50% atau 0,50 Ha. Sedangkan
panjang jalan yang ada sekitar 148 meter dengan kondisi baik.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Sihepeng 4
belum memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 148 meter atau sekitar 100%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Simangambat tidak
terpelihara dengan baik. Kawasan sudah memiliki TPS namun belum terbangun.
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Sihepeng 4 adalah mck umum.
Luas standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100
meter. Jika dilihat dari radiusnya, maka seluruh kawasan sudah terlayani.
(6) Sarana Air Minum
Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Sihepeng 4 mengakses air minum
melalui sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 23 KK atau
42% belum memiliki sumber air sendiri.

53
Peta III.15. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh
Sihepeng 4

54
III.11 PROFIL KAWASAN KUMUH SIHEPENG 5
III.11.1 Karakteristik Fisik Geografis
(1) Letak Geografis
Kawasan permukiman kumuh Sihepeng 5 terletak di 1° 5'42.93" LU dan
99°27'16.53" BT dan berada di Desa Sihepeng 5 Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal.
(2) Batas dan Luas Kawasan
Kawasan kumuh Sihepeng 5 yang terletak di Desa Sihepeng 5 berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Selatan sebelah utara, Desa Sibaruang sebelah tenggara, Desa
Sihepeng 4 sebelah selatan dan Desa Sihepeng sebelah barat daya.

III.11.2 Karakteristik Pemanfaatan Ruang


(1) Kesesuaian dengan RTRW
(2) Pola Pemanfaatan Ruang
Dilihat dari pola pemanfaatan ruang di kawasan kumuh Sihepeng 5 penggunaan
lahan seluruhnya adalah permukiman.
(3) Perpetakan Bangunan
Kawasan permukiman kumuh Sihepeng 5 terdapat 82 unit bangunan dengan
kepadatan bangunan yaitu 39 unit/Ha.
(4) Jumlah Bangunan Rumah dan Non Rumah
Dari 82 unit bangunan di kawasan permukiman kumuh Sihepeng 5 hampir
seluruhnya dimanfaatkan sebagai rumah hunian, dan hanya ada beberapa rumah
yang merupakan bangunan dengan pemanfaatan campuran yaitu permukiman yang
dimanfaatkan juga sebagai warung skala lingkungan.

III.11.3 Karakteristik Hunian


(1) Proporsi RT Menurut Status Tanah dan Bangunan
Jika dilihat dari status kepemilikan lahan dan bangunan di kawasan permukiman
kumuh Sihepeng 5 seluruhnya sudah milik sendiri.
(2) Proporsi RT Menurut Kondisi Bangunan
Jika dilihat dari konsisi bangunannya, permukiman kumuh Sihepeng 5 didominasi
bangunan semi permanen yang tergolong ke dalam bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan) yaitu mencapai 15% atau sekitar 12 unit bangunan.
(3) Proporsi RT Menurut Penggunaan Sanitasi

55
Jika dilihat dari penggunaan sanitasi, kawasan kumuh Sihepeng 5 sebagian besar
belum memiliki akses pengolahan air limbah yang layak yaitu mencapai 80% atau
sekitar 66 bangunan hunian belum ada pengolahan limbah yang layak.

III.11.4 Ketersediaan PSU


(1) Jaringan Listrik
Ketersediaan pelayanan jaringan listrik di seluruh hunian yang ada di kawasan
permukiman kumuh Sihepeng 5 sudah terlayani oleh jaringan PLN.
(2) Jaringan Jalan
Dilihat dari pelayanan jaringan jalan lingkungan, permukiman kumuh Sihepeng 5
belum terlayani jalan lingkungan yaitu sekitar 57% atau 1,21 Ha. Sedangkan
panjang jalan yang ada sekitar 228 meter dengan kondisi baik.
(3) Jaringan Drainase
Dilihat dari jaringan drainase, sebagian besar permukiman kumuh Sihepeng 5
belum memiliki jaringan drainase yaitu sepanjang 44 meter atau sekitar 55%.
(4) Sarana Persampahan
Sarana persampahan di kawasan permukiman kumuh Simangambat tidak
terpelihara dengan baik. Kawasan sudah memiliki TPS namun belum terbangun.
(5) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi di kawasan permukiman kumuh Sihepeng 5 adalah mck umum.
Luas standar jangkauan mck umum yang sesuai standar adalah sekitar radius 100
meter. Jika dilihat dari radiusnya ada 0,66 Ha belum terlayani mck atau sekitar
32% dari total luas kawasan kumuh.
(6) Sarana Air Minum
Mayoritas masyarakat di kawasan kumuh Sihepeng 5 mengakses air minum
melalui sumur gali, dengan kondisi air yang baik. Namun ada sekitar 10 KK atau
12% belum memiliki sumber air sendiri.

56
Peta III.17. Deliniasi Peta Kawasan Kumuh
Sihepeng 5

57
Peta III.18. Peta Overlay Kawasan Kumuh
Sihepeng 5

58

Anda mungkin juga menyukai