Anda di halaman 1dari 32

BAB 3

GAMBARAN UMUM WILAYAH


KABUPATEN KONAWE SELATAN

A. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik


1. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Konawe Selatan terletak pada koordinat 3˚.58.56’ - 4˚.31.52’
Lintang Selatan, dan 121˚,58’ - 123˚,16’ Bujur Timur.
Batas daerah Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, Pondidaha dan Sampara
Kabupaten Konawe serta Baruga dan Poasia Kota Kendari.
 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dan
Lambandia serta Ladongi Kabupaten Konawe Selatan.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten
Muna dan Kabupaten Buton
 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku.

Dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan, wilayah kecamatan dengan
luas terbesar yaitu Kecamatan Kolono sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil
yaitu Kecamatan Ranomeeto Barat. Khusus untuk 6 Kecamatan yang masuk dalam wilayah
kajian, yang memiliki luas terbesar yaitu Kecamatan Tinanggea dengan luas 354,74 Km 2
sedangkan yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Ranomeeto dengan luas 95,57 Km 2.

1. Kondisi Fisik
a. Kondisi Air Permukaan



III1
Prasarana sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kepentingan, utamanya untuk air
bersih dan air irigasi. Pengembangan prasarana sumberdaya air diarahkan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan, sumber air tanah dan sumber mata air.
Kabupaten Konawe Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk
pengembangan pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti : Sungai Lapoa,
Sungai Laeya dan Sungai Roraya. Bendungan irigasi Aporo mengairi sawah ± 2.602 Ha.
Selain sungai-sungai yang telah disebutkan di atas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat
potensial untuk pengembangan usaha perikanan darat.
Tabel 1.1.1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten Konawe
Selatan, 2019

Persentase
1
Kecamatan Ibukota kecamatan Luas terhadap Luas
Kabupaten
(1) (2) (3) (4)
1 Tinanggea Tinanggea 354,74 7,86
2 Lalembu Atari Indah 204,8 4,54
3 Andoolo Andoolo 103,61 2,3
4 Buke Buke 185,61 4,11
5 Andoolo Barat Anese 75,46 1,67
6 Palangga Palangga 177,83 3,94
7 Palangga Selatan Lakara 110,21 2,44
8 Baito Baito 152,71 3,38
9 Lainea Lainea 210,11 4,65
10 Laeya Punggaluku 277,96 6,16
11 Kolono Kolono 344,59 7,63
12 Kolono Timur Tumbu-tumbu Jaya 122,8 2,72
13 Laonti Ulusawah 406,63 9,01
14 Moramo Lapuko 237,89 5,27
15 Moramo Utara Lalowaru 189,05 4,19
16 Konda Konda 132,84 2,94
17 Wolasi Aoma 160,28 3,55
18 Ranomeeto Ranomeeto 96,57 2,14
19 Ranomeeto Barat Lameuru 76,07 1,69
20 Landono Landono 125 2,77
21 Mowila Mowila 127,41 2,82
22 Sabulakoa Sabulakoa 68,5 1,52
23 Angata Motaha 329,54 7,3
24 Benua Horodopi 138,31 3,06



III2
25 Basala Basala 105,68 2,34
Konawe Selatan Andoolo 4514,20 100,00




III3
Lanjutan Tabel 1.1.1
Jarak ke Ibukota
Kecamatan Jumlah Pulau2 Tinggi Wilayah
(km)
(1) (5) (6) (7)
1 Tinanggea - ... 21
2 Lalembu - ... 33
3 Andoolo - ... 3
4 Buke - ... 10
5 Andoolo Barat - ... 14
6 Palangga - ... 8,6
7 Palangga Selatan - ... 21
8 Baito - ... 15
9 Lainea - ... 48
10 Laeya - ... 26
11 Kolono - ... 70
12 Kolono Timur - ... 70
13 Laonti 21 ... 165
14 Moramo 2 ... 91
15 Moramo Utara 2 ... 78
16 Konda - ... 55
17 Wolasi - ... 65
18 Ranomeeto - ... 47
19 Ranomeeto Barat - ... 71
20 Landono - ... 65
21 Mowila - ... 58
22 Sabulakoa - ... 70
23 Angata - ... 41
24 Benua - ... 25
25 Basala - ... 34
Konawe Selatan 25 ...
Catatan : 1Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tanggal 29
Desember 2017
2
Berdasarkan informasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Konawe Selatan
Sumber : Kementerian Dalam Negeri




III4
Tabel 1.1.2 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Jenis Tanah Luas (km2) Persentase


(1) (2) (3)
1. Organosol 212,62 4,71
2. Alluvial 216,68 4,80
3. Grumosol 1606,60 35,59
4. Mediteran 153,03 3,39
5. Podzolik 1270,75 28,15
6. Latosol 1054,52 23,36
Konawe Selatan 4514,20 100,00
Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan

b. Kondisi Iklim dan Curah Hujan


1.1 Dari sisi musim Kabupaten Konawe Selatan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah sebelumnya melewati
beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan. Sekitar bulan April,
arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-
kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan Musim Pancaroba.
Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang
berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya
curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim
Kemarau sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering tidak menentu, dan keadaan
musim juga se IKLIM

Tabel 1.2.1 Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Penyinaran
Bulan Hari Hujan Curah Hujan
Matahari (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Januari 25 257,3 48
2. Februari 19 308,7 42
3. Maret 22 216,2 39
4. April 27 239,7 28
5. Mei 27 346,9 38
6. Juni 21 388,2 27



III5
7. Juli 18 87,6 50
8. Agustus 9 18,5 73
9. September 4 8,8 80
10. Oktober 8 28,5 84
11. November 4 4,9 87
12. Desember 17 95,1 55
Konawe Selatan 201,0 2000,4 54,3
Sumber : UPT BMKG Stasiun Klimatologi Konawe Selatan
Tabel 1.2.2 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata di
Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Bulan Minimum Maximum Rata-Rata


(1) (2) (3) (4)
1. Januari 23,0 35,0 27,0
2. Februari 22,3 33,0 26,5
3. Maret 22,2 33,9 26,9
4. April 23,4 32,7 26,6
5. Mei 22,2 33,4 26,4
6. Juni 20,2 31,8 25,9
7. Juli 18,4 32,4 24,8
8. Agustus 17,4 32,4 25,0
9. September 17,7 33,2 25,5
10. Oktober 20,0 34,6 27,4
11. November 22,0 36,6 28,8
12. Desember 23,0 35,8 28,4
Konawe Selatan 17,4 36,6 26,6
Sumber : UPT BMKG Stasiun Klimatologi Konawe Selatan
Tabel 1.2.2 Kelembaban Udara Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata di
Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Bulan Minimum Maximum Rata-Rata


(1) (2) (3) (4)
1. Januari 76 94 86
2. Februari 81 93 87
3. Maret 81 94 86
4. April 84 94 89
5. Mei 80 97 89
6. Juni 77 98 87



III6
7. Juli 76 94 84
8. Agustus 70 89 79
9. September 70 88 76
10. Oktober 67 89 76
11. November 67 81 74
12. Desember 70 90 79
Konawe Selatan 67 98 83
Sumber : UPT BMKG Stasiun Klimatologi Konawe Selatan




III7
ring menyimpang dari kebiasaan.

Suhu udara Kabupaten Konawe Selatan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian dari
permukaan laut dan posisi Kabupaten Konawe Selatan yang berada di daerah khatulistiwa
sehingga terjadi perbedaaan suhu pada wilayah tertentu. Secara keseluruhan, Kabupaten
Konawe Selatan merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari
Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2008 suhu udara maksimum 32 oC dan
minimum 21oC. Tekanan udara rata-rata mencapai 1.008,9 milibar dengan kelembaban
udara rata-rata 79 persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 4
M/Sec.
Kondisi Curah Hujan dan jumlah hari hujan di Kabupaten Konawe Selatan setiap tahunnya
berbeda, hal ini dapat ditunjukkan dengan data sebagai berikut :
1. Tahun 2015, hari hujan sebanyak 200 hari dengan curah hujan mencapai 2.726,3 mm
2. Tahun 2016, hari hujan sebanyak 182 hari dengan curah hujan mencapai 2.053,3 mm
3. Tahun 2017, hari hujan sebanyak 204 hari dengan curah hujan mencapai 2.427,0 mm
4. Tahun 2018, hari hujan sebanyak 294 hari dengan curah hujan mencapai 3.649,0 mm
5. Tahun 2019, hari hujan sebanyak 183 hari dengan curah hujan mencapai 1.783,0 mm
Selanjutnya secara geologi wilayah Kabupaten Konawe Selatan dibentuk oleh jenis batuan
aluvium berwarna coklat keputih-putihan bercampur pasir halus dan berbatu serta ditutupi
dengan batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan
kwarsa. Di bagian pantai batuan pratesier tersebut ditutupi batuan terumbu gamping.
Keadaan batuan yang demikian umumnya tidak melulus air atau kedap air.
Gambar 1.5 Intensitas Curah Hujan di Kabupaten Konawe Selatan menurut Bulan, 2019




III8
Curah Hujan
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
ri i et ril ei ni li s r er r r
ua ar ar p Ju Ju stu be be be
n b r u
M A M u m tob m m
Ja Fe Ag pt
e
Ok ve se
Se No De

Sumber: UPT BMKG Stasiun Klimatologi Konawe Selatan

Gambar 1.6 Suhu Minimum, Maksimum, dan Rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan
2019




III9
40

35

30

25

20
Minimum
15 Maksimum
Rata Rata
10

05

00
ar
i
ar
i et ril ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
u u ar Ap M Ju Ju stu o
Ja
n br M
Ag
u em t
ve
m
se
m
Fe pt Ok De
Se No

Sumber: UPT BMKG Stasiun Klimatologi Konawe Selatan

c. Wilayah yang Dipengaruhi Pasang Surut (Rob)


Dari sisi musim Kabupaten Konawe Selatan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak
mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah
sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan.
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang
kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan
Musim Pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari
arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini
mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan
Oktober terjadi musim Kemarau sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering tidak
menentu, dan keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
Wilayah pasang surut terdapat pada wilayah-wilayah di pesisir pantai. Desa pesisir/tepi
laut adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah berbatasan



III10
langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau) dengan sumber kehidupan
rakyatnya sebagian besar tergantung pada potensi laut.
Kecamatan yang dipengaruhi pasang surut/rob adalah sebagai berikut :
 Kecamatan Laonti, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa Batu
Jaya, desa Namu, desa Malaringgi, desa Tue-Tue, desa Sangi-Sangi, desa Ulusawa, desa
Cempedak, desa Woru-Woru, desa Tambeanga, desa Labotaone, desa Labuan Beropa,
desa Peo Indah, desa Tambolosu, desa Wandaeha dan desa Rumbia-Rumbia.
 Kecamatan Tinanggea, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
panggosi, desa Tinanggea, desa Akuni, desa Bungin Permai, desa Torokeku, desa
Lapulu, desa Lasuai, dan desa Wadonggo.
 Kecamatan Kolono, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Puupi, desa Tiraosu, desa Matandahi, desa Mataiwoi, desa Andinete, desa Langgolawa,
desa Sawah, desa Kolono, desa Mondae Jaya, desa Awonio, desa Meletumbo, desa
Roda, desa Lamapu, desa Rambu-Rambu, desa Lambangi, desa Tumbu-Tumbu Jaya,
desa Ngapawali, desa Batu Putih, desa Rumba-Rumba, desa Ampera, desa Amolengu,
desa Langgapulu, desa Silea, desa Alosi, desa Pudongi dan desa Ulunese.
 Kecamatan Moramo Utara, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu
desa Wawatu, desa Tanjung Tiram, desa Lalowaru dan desa Puasana.
 Kecamatan Moramo, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Wawosunggu, desa Penambea Barata, desa Lapuko, desa Landipo, desa Lakomea dan
desa Mario Jaya.
 Kecamatan Palangga Selatan, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut
yaitu desa Lakara, desa Ulu Lakara, desa Lalowua, desa Koeono, desa Amondo, desa
Watumbohoti, desa Parasi dan desa Mondoe
 Kecamatan Lainea, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Lalonggobu, desa Aoreo, desa Watumeeto, desa Pamandati, desa Kaindi, desa Lainea,
desa Matabubu Jaya, desa Molinese, desa Polewali, desa Bangun Jaya, desa Kalo-Kalo
dan desa Ngapa Jaya.
 Tabel 1.1.4 Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Topografi Wilayah



III11
 di Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Kecamatan Lereng/Puncak Lembah Daratan Jumlah


(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tinanggea 0 0 24 24
2 Lalembu 0 0 18 18
3 Andoolo 0 0 10 10
4 Buke 0 0 16 16
5 Andoolo Barat 0 0 10 10
6 Palangga 0 0 15 15
7 Palangga Selatan 1 0 9 10
8 Baito 0 0 8 8
9 Lainea 0 0 12 12
10 Laeya 1 0 16 17
11 Kolono 3 0 18 21
12 Kolono Timur 0 0 10 10
13 Laonti 6 0 13 19
14 Moramo 3 0 17 20
15 Moramo Utara 0 0 10 10
16 Konda 0 0 17 17
17 Wolasi 3 0 4 7
18 Ranomeeto 0 0 12 12
19 Ranomeeto Barat 0 0 9 9
20 Landono 0 0 12 12
21 Mowila 0 0 20 20
22 Sabulakoa 0 0 9 9
23 Angata 1 0 23 24
24 Benua 0 0 12 12
25 Basala 0 0 9 9
Konawe Selatan 18 0 333 351
 Sumber : Pemutakhiran Data Perkembangan Desa 2019




III12
 Tabel 1.1.5 Luas Daratan Kabupaten Konawe Selatan Menurut Ketinggian
 di Atas Permukaan Air Laut, 2019

Tinggi di atas Permukaan


Luas (Ha) Persentase
Laut (m)
(1) (2) (3)
0-25 36 610,16 8,11
25-100 142 739,00 31,62
100-500 177 769,20 39,38
500-1000 61 663,97 13,66
>1000 32 637,67 7,23
Konawe Selatan 451 420,00 100,00
 Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan

 Tabel 1.1.6 Kemiringan Tanah yang Telah Dipetakan di
 Kabupaten Konawe Selatan, 2019

Tingkat Kemiringan Tanah


Luas (Ha) Persentase
Persen (%) Derajat
(1) (2) (3) (4)
00 - 02 0,0 – 1,8 137 773,38 30,52
03 – 15 1,8 – 13,5 147 208,06 32,61
16 – 40 13,5 – 36,0 123 373,09 27,33
41 keatas 36,0 – 90,0 43 065,47 9,54
Konawe Selatan 451 420,00 100,00
 Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan




III13
2. Administratif
Luas wilayah 5.779,47 Km2, atau 15,15 persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara
yaitu 38.140 Km2. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) adalah mencapai 9.368 Km 2, dengan
panjang garis pantai mencapai ± 200 Km. Dengan demikian luas wilayah daratan dan laut
mencapai 15.147,47 Km2. Berdasarkan luas tersebut, Kabupaten Konawe Selatan merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan sektor pertanian dan kelautan dengan luas daratan
38,15 % dan laut 61,85 %. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten Konawe Selatan dibagi dalam
22 (dua puluh dua) kecamatan, yaitu: Kecamatan Tinanggea, Kecamatan Lalembuu, Kecamatan
Andoolo, Kecamatan Buke, Kecamatan Palangga, Kecamatan Palangga Selatan, Kecamatan
Baito, Kecamatan Lainea, Kecamatan Laeya, Kecamatan Kolono, Kecamatan Laonti,
Kecamatan Moramo, Kecamatan Moramo Utara, Kecamatan Konda, Kecamatan Wolasi,
Kecamatan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kecamatan Landono, Kecamatan
Mowila, Kecamatan Angata, Kecamatan Benua, Kecamatan Basala. Dari 25 kecamatan
tersebut, Kabupaten Konawe Selatan terbagi menjadi 351 desa dan kelurahan, masing-masing
336 desa dan 15 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa/kelurahan yang paling banyak
adalah Kecamatan Kolono dengan rincian 30 desa dan 1 kelurahan, sedangkan kecamatan yang
memiliki desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Wolasi dengan rincian 7 desa
dan 0 kelurahan.
Gambar 1.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan (km2), 2019




III14
Luas Wilayah (km2)
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
ea uu lo ke at ga an ito ea ya no ur nti o ra da si to at no ila oa ta ua la
n gg mb doo Bu Bar ang elat Ba Lain Lae olo Tim Lao ram Uta on ola mee Bar do ow lak nga Ben Basa
a e . l . o K n u A
Tin Lal . An 4 oolo . Pa ga S 8 9. 10. 1. K ono 13. . M amo 6. . W ano eeto . La 1. M Sab 3. 24. 25.
. g 1 l r 1 7 R 2
1. 2 3 A nd 6 lan Ko 14 Mo 1 . om 20 2 2.
8 an 2
a . 1
5. P 12 15
.
.R
7.
19

Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan 2020

Gambar 1.2 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Kabupaten Konawe Selatan (km2),
2019




III15
1800.00

1600.00

1400.00

1200.00
Luas (km2)

1000.00

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00
Organosol Alluvial Grumosol Mediteran Podzolik Latosol
Jenis Tanah

Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan

Gambar 1.3 Persentase Luas Wilayah Kabupaten Konawe Selatan Menurut Ketinggian
di Atas Permukaan Air Laut, 2019

7% 8%

14% 0-25 m
25-100 m
32% 100-500 m
500-1000
m
> 1000 m
39%




III16
Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan

Gambar 1.4 Persentase Luas Wilayah Kabupaten Konawe Selatan Menurut Kemiringan
Tanah yang Telah Dipetakan, 2019

Kemiringan Tanah (Derajat)

10%
30%
0,0 - 1,8
27%
1,8 - 13,5
`3,5 - 36,0
36,0 - 90,0
33%

Sumber: BPN Kabupaten Konawe Selatan

Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Konawe Selatan selama lima tahun relatif
cukup baik, yaitu rata-rata setiap tahunnya mencapai angka 1,09 persen. Dalam perencanaan
wilayah laju pertumbuhan penduduk menjadi sangat penting karena berkaitan dengan
pembagian dana pembangunan serta penyiapan infrastrutur wilayah. Oleh karena itu angka
pertumbuhan penduduk selama lima tahun terus kita jaga dan pertahankan, sehingga mencapai
angka yang relatif ideal.




III17
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk menggunakan rumus geometric, perhitungan
jumlah penduduk dengan rumus ini menggunakan dasar bunga majemuk pertumbuhan
penduduk (bunga berbunga), dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Rasio Pertumbuhan Penduduk:


t
Pt
r= Po
-1

Rumus Pertambahan Penduduk:


PP = r x Pt

Rumus Proyeksi Penduduk:


Proyeksi Penduduk n+1 =Jumlah Penduduk x Pertambahan penduduk

Keterangan : r = rasio pertumbuhan; PP = Pertumbuhan Penduduk


Pt = Jumlah penduduk tahun n; n = Tahun Berjalan
Po = jumlah penduduk tahun n-1;
2. Tata Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman,
nyaman, produktif, berkelanjutan, maju, mandiri dan lestari dengan berbasis pada sektor
minapolitan dan agropolitan.
2.4.1 Rencana Kawasan Strategis
(1) Strategi dalam mewujudkan pengembangan wilayah berbasis konsep minapolitan dan
agropolitan, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan pusat pengembangan minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatan infrastruktur penunjang kawasan minapolitan dan agropolitan;
c. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan minapolitan dan agropolitan; dan
d. menetapkan sentra kawasan minapolitan dan agropolitan.
(2) Strategi dalam mewujudkan pengendalian kawasan agropolitan dan minapolitan secara
ketat, terdiri atas :
a. menetapkan kawasan pertanian potensial;



III18
b. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah;
c. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering;
d. mengembangkan lahan sawah baru pada kawasan potensial;
e. melakukan perlindungan terhadap alih fungsi lahan pertanian potensial;
f. menetapkan kawasan minapolitan;
g. mengembangkan kawasan minapolitan secara terintegrasi;
h. meningkatkan kelestarian sumberdaya laut; dan
i. mengintegrasikan kawasan unggulan agropolitan dan minapolitan.
(3) Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan kota terpadu mandiri berbasis
potensi wilayah, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri;
b. mensinergikan program pembangunan kota terpadu mandiri dengan pihak-pihak terkait
berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta berdasarkan kewenangan; dan
c. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri secara terintegrasi.
(4) Strategi dalam mewujudkan penataan kawasan pertambangan yang berbasis lingkungan,
terdiri atas :
a. melaksanakan penataan dan mengalokasikan kawasan pertambangan;
b. mengembangkan pusat industri pertambangan sebagai suatu kawasan pertambangan
dan pengolahan bahan tambang secara terpadu;
c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas
pusat kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri
pertambangan dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
e. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif
sebelum dan sesudah eksplorasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan;
f. mengembalikan rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan
budidaya seperti tanaman jarak atau tanaman yang berfungsi merehabilitasi lahan pada
area bekas penambangan;
g. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang;



III19
h. mencegah galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan;
i. pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung
atau permukiman, kegiatan penambangan yang akan dilakukan harus melakukan
kajian kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial; dan
j. mengelola lingkungan kawasan pertambangan.
(5) Strategi dalam mewujudkan penataan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sistem
perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan dan pelayanan
dasar masyarakat, terdiri atas :
a. menetapkan simpul hierarki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah; dan
c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul
wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai kawasan pendukung .
(6) Strategi dalam mewujudkan pengembangan infrastruktur wilayah yang mendukung sistem
minapolitan, agropolitan dan kota terpadu mandiri, terdiri atas :
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut dan udara;
b. mengembangkan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
c. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik;
d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumberdaya air; dan
e. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung pengembangan dan
aksesibilitas ke pusat-pusat kegiatan agropolitan, minapolitan dan kota terpadu mandiri.
(7) Strategi dalam mewujudkan pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung
lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumberdaya, terdiri atas :
a. mempertahankan luasan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan lindung bantaran sungai, ruang
evakuasi bencana alam dan kawasan perlindungan bawahan; dan



III20
c. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim
kemarau.
(8) Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan
kearifan lokal dan memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengendalikan pengelolaan kawasan hutan produksi;
b. mengembangkan usaha pertanian dalam arti luas secara terpadu;
c. mengembangkan usaha pertambangan yang berbasis lingkungan;
d. mengembangkan dan memberdayakan industri besar, industri kecil dan industri rumah
tangga;
e. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa; dan
f. mengembangkan kawasan permukiman.
(9) Strategi dalam peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara,
terdiri atas :
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar aset-aset pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar aset-aset
pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI.
(10) Strategi dalam pengendalian dan penataan kawasan lindung secara ketat dengan
memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengembalikan fungsi pada kawasan
yang mengalami kerusakan melalui penanganan secara teknis dan vegetative;
b. mempertahankan kawasan resapan air;
c. meningkatkan peran serta masyarakat
sekitar kawasan untuk ikut serta dalam pelestarian kawasan lindung;
d. melestarikan kawasan yang termasuk
sekitar daerah aliran sungai dengan pengembangan hutan atau perkebunan tanaman
keras; dan



III21
e. meningkatkan kesadaran akan
lingkungan melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan
kawasan.
(11) Strategi dalam penataan wilayah mitigasi bencana dalam mengurangi resiko bencana,
terdiri atas :
a. mewujudkan lingkungan hidup yang
lebih berkualitas bagi masyarakat;
b. membangun sarana dan prasarana
sistem peringatan dini serta berbagai fasilitas untuk perlindungan dan penyelamatan
apabila terjadi bencana alam;
c. memulihkan dan meningkatkan kegiatan
pertanian dan perikanan;
d. membangun daerah penyangga sesuai
dengan karakter pantai;
e. melakukan pembenahan wilayah rawan
bencana;
f. merehabilitasi tanah yang rawan longsor;
g. mengamankan fungsi kawasan hutan;
h. rehabilitasi sumber air;
i. membangun sistem peringatan dini
secara terintegrasi;
j. meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam mengatasi bencana; dan
k. melibatkan masyarakat dalam
pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
(12) Strategi dalam peningkatan sistem jaringan energi dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran, terdiri atas :
a. optimalisasi tingkat pelayanan energi meliputi perluasan jaringan energi,
pengembangan sumberdaya energi, pengembangan jaringan energi baru, peningkatan



III22
infrastruktur pendukung, penambahan dan perbaikan sistem jaringan energi dan
peningkatan serta optimalisasi pelayanan energi;
b. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa meliputi peningkatan jaringan listrik
pada wilayah pelosok, pengembangan sistem jaringan energi baru melalui mikro hidro;
dan
c. peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui pengembangan sumber listrik,
peningkatan kapasitas sumber listrik, peningkatan efisiensi pemakaian listrik dan
pengembangan sumber energi terbarukan.
(13) Strategi pengembangan kawasan pariwisata dalam mendukung sistem minapolitan dan,
terdiri atas :
a. mengembangkan
infrastruktur kawasan pariwisata berbasis minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatkan promosi
sektor pariwisata dengan Kabupaten Konawe Selatan menjadi tujuan pariwisata
daerah; dan
c. melibatkan masyarakat
lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata.
a. SUMBER DAYA MANUSIA

Tabel 2.2.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin,
2018 dan 2019
2018
Kecamatann
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Fungsional Tertentu 1298 1992 3290
Fungsional Umum 1090 565 1655
Struktural 646 277 923
Eselon V 0 0 0
Eselon IV 440 236 676
Eselon III 173 37 210
Eselon II 33 4 37
Eselon I 0 0 0
Jumlah 3034 2834 5868




III23
Lanjutan Tabel 2.2.1
2019
Kecamatann
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (5) (6) (7)
Fungsional Tertentu 1150 1700 2850
Fungsional Umum 1153 872 2025
Struktural 655 293 948
Eselon V 0 0 0
Eselon IV 446 252 698
Eselon III 175 35 210
Eselon II 34 4 38
Eselon I 0 0 0
Jumlah 2958 2865 5823
Sumber : Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Konawe Selatan




III24
3.1 PENDUDUK

Tabel 3.1.1 Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun, Distribusi Persentase
Penduduk,Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut
Kecamatan,2019

Laju Pertumbuhan Penduduk per


Kecamatan Penduduk (ribu)
Tahun 2018 - 2019
(1) (2) (3)
1 Tinanggea 25,394 -0.49
2 Lalembu 16,498 -1,82
3 Andoolo 10,831 1,39
4 Buke 15,061 0,64
5 Andoolo Barat 8,814 1,63
6 Palangga 15,135 1,05
7 Palangga Selatan 7,394 1,72
8 Baito 9,307 1,15
9 Lainea 10,297 1,24
10 Laeya 22,177 -0,88
11 Kolono 11,586 3,11
12 Kolono Timur 5,397 4,13
13 Laonti 10,754 -0,77
14 Moramo 15,788 0,36
15 Moramo Utara 8,85 0,97
16 Konda 21,698 5,43
17 Wolasi 4,852 -14,86
18 Ranomeeto 19,271 0,04
19 Ranomeeto Barat 8,172 1,50
20 Landono 9,143 -0,12
21 Mowila 13,806 -0,27
22 Sabulakoa 4,975 2,79
23 Angata 17,607 1,21
24 Benua 11,241 -1,81
25 Basala 8,08 -2,94
Konawe Selatan 312,128 0,37
Hasil registrasi 312,128 0.37
Hasil Proyeksi 314,785 1,77




III25
Lanjutan Tabel 3.1.1

Kecamatan Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk per km2


(1) (7) (8)
1 Tinanggea 8.14 71,58
2 Lalembu 5.29 80,56
3 Andoolo 3.47 104,54
4 Buke 4.83 81,14
5 Andoolo Barat 2.82 116,80
6 Palangga 4.85 85,11
7 Palangga Selatan 2.37 67,09
8 Baito 2.98 60,95
9 Lainea 3.30 49,01
10 Laeya 7.11 79,78
11 Kolono 3.71 33,62
12 Kolono Timur 1.73 43,95
13 Laonti 3.45 26,45
14 Moramo 5.06 66,37
15 Moramo Utara 2.84 46,81
16 Konda 6.95 163,34
17 Wolasi 1.55 30,27
18 Ranomeeto 6.17 199,55
19 Ranomeeto Barat 2.62 107,43
20 Landono 2.93 73,14
21 Mowila 4.42 108,36
22 Sabulakoa 1.59 72,63
23 Angata 5.64 53,43
24 Benua 3.60 81,27
25 Basala 2.59 76,46
Konawe Selatan 100 69,14
Hasil registrasi 100 69,14
Hasil Proyeksi 100 54,47




III26
Lanjutan Tabel 3.1.1
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin
(1) (11)
1 Tinanggea 105, 82
2 Lalembu 105, 69
3 Andoolo 105, 99
4 Buke 107, 88
5 Andoolo Barat 105, 93
6 Palangga 105, 25
7 Palangga Selatan 105,33
8 Baito 107, 84
9 Lainea 105,00
10 Laeya 104,64
11 Kolono 104,48
12 Kolono Timur 105,44
13 Laonti 109,75
14 Moramo 107,85
15 Moramo Utara 105,96
16 Konda 105, 96
17 Wolasi 105,68
18 Ranomeeto 103,75
19 Ranomeeto Barat 101,88
20 Landono 102,50
21 Mowila 107,27
22 Sabulakoa 109,12
23 Angata 106,34
24 Benua 107,63
25 Basala 108,09
Konawe Selatan 105,95
Hasil registrasi 105,95
Hasil Proyeksi 103,90
Catatan : 1 Data dari Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2015–2045 (Pertengahan tahun/Juni)
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Selatan




III27
Tabel 3.1.2 Penduduk Kabupaten Konawe Selatan menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin, 2019

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


(1) (2) (3) (4)
0-4 17 694 17 335 35 029
5-9 17 908 17 217 35 125
10-14 16 334 15 773 32 107
15-19 14 484 13 152 27 637
20-24 12 919 11 731 24 650
25-29 12 513 12 519 25 032
30-34 12 406 12 523 24 929
35-39 11 699 11 986 23 685
40-44 10 532 10 292 20 824
45-49 9 386 8 804 18 190
50-54 7 341 7 167 14 508
55-59 5 657 5 580 11 237
60-64 4 347 4 040 8 387
65-69 3 177 2 600 5 777
70-74 1 985 1 713 3 698
75+ 2 020 1 950 3 970
Konawe Selatan 160 402 154 383 314 785
Sumber : Data dari Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 (Pertengahan tahun/Juni)

2.4.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Konawe Selatan


Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Konawe Selatan terdiri atas Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan, yang tersebar
di beberapa kecamatan yaitu :
a. PKL yaitu Kecamatan Andoolo sebagai ibukota kabupaten.
b. PPK, terdiri atas :
 Tinanggea di Kecamatan Tinanggea;
 Kolono di Kecamatan Kolono;
 Atari Jaya di Kecamatan Lalembuu;



III28
 Punggaluku di Kecamatan Laeya;
 Ranomeeto di Kecamatan Ranomeeto;
 Mowila di Kecamatan Mowila;
 Moramo di Kecamatan Moramo; dan
 Konda di Kecamatan Konda.

c. PPL, terdiri atas :


 Baito di Kecamatan Baito;
 Sangi-Sangi di Kecamatan Laonti;
 Basala di Kecamatan Basala;
 Benua di Kecamatan Benua;
 Motaha di Kecamatan Angata;
 Buke di Kecamatan Buke;
 Wolasi di Kecamatan Wolasi;
 Lakara di Kecamatan Palangga Selatan;
 Palangga di Kecamatan Palangga;
 Lalowaru di Kecamatan Moramo Utara;
 Pamandati di Kecamatan Lainea;
 Lameuru di Kecamatan Ranomeeto Barat; dan
 Landono di Kecamatan Landono.

Selain pusat-pusat kegiatan terdapat sistem jaringan prasarana utama di daerah,


terdiri atas :
 sistem jaringan transportasi darat;
 sistem jaringan transportasi laut; dan
 sistem jaringan transportasi udara.

Adapun system jaringan prasarana lainnya adalah sebagi berikut :




III29
 sistem jaringan energi
 sistem jaringan telekomunikasi
 sistem jaringan sumberdaya air
 sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
Tabel 2.1.3 Pelaksanaan Program Dana Pembangunan Desa/ Kelurahan menurut
Asal Bantuan di Kabupaten Konawe Selatan, 2015-2019

Asal Bantuan
Kecamatan Pemerintah Swadaya Jumlah
Pemerintah Pusat
Daerah Masyarakat
(1) (2) (3) (4) (5)

2015 89 654 622,00 45 568 975,00 - 135 214 597,00


2016 198 184 685,00 78 265 000,00 - 276 449 685,00
2017 252 332 522,00 72 942 004,63 - 325 274 526,63
2018 225 016 754,00 68 979 751,40 - 293 996 505,40
2019 251 213 678,00 75 200 000,00 - 326 413 678,00
 Sumber : BPMD Kab. Konawe Selatan




III30



III31



III32

Anda mungkin juga menyukai