Melakukan PRA
pada Masyarakat Pesisir
(c) sundjaya
Disusun oleh:
Sundjaya
Iis Sabahudin
2014
Daftar Isi
Tujuan modul.................................................................................................................................................. 3
Apa itu masyarakat pesisir? ........................................................................................................................... 4
Karakteristik masyarakat di pesisir ............................................................................................................. 4
Persoalan pada masyarakat pesisir ............................................................................................................. 4
Memahami PRA .............................................................................................................................................. 6
Mengapa PRA? ............................................................................................................................................ 6
Informasi terkumpul dari PRAMP ............................................................................................................... 7
Untuk fasilitator .......................................................................................................................................... 8
Perlu diperhatikan....................................................................................................................................... 8
1
Bagian 1
www.pictstockphoto.com
2
Tujuan modul
Modul ini merupakan panduan untuk melakukan Participatory Rural Appraisal (PRA) pada Masyarakat
Pesisir (PRAMP). Modul ini ditujukan untuk para Manajer Kampanye dalam program membangun model
PAAP bersama RARE.
•Bagian 1 berisi pemahaman •Bagian 2 memberi pilihan •Modul ini hanya sebagai
mendasar tentang PRA, tentang teknik-teknik dalam panduan, bukan 'kitab suci'
masyarakat pesisir serta melakukan PRAMP, yang kaku dan baku.
persoalan terkait dengan tujuannya dan hal-hal yang Modifikasi dan pilihan teknik
TURF. perlu diperhatikan. sangat dimungkinkan sesuai
kondisi di lapangan.
•Baca, diskusikan dan pahami •Pelajari cara dan tujuannya,
prinsip-prinsipnya! lalu lakukan uji coba bersama •Lakukan penyesuaian jika
rekan anda! dianggap perlu!
3
Apa itu masyarakat pesisir?
UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau Kecil menyebutkan
bahwa wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut. Dengan demikian, masyarakat atau komunitas
yang mendiami dan menjalani kehidupan di wilayah dengan karakteristik seperti itu dapat
dikatakan sebagai masyarakat pesisir.
Hal menonjol yang sering dikaitkan dengan masyarakat pesisir adalah matapencarian mereka
sebagai nelayan, atau pengumpul sumberdaya hayati di laut dan pesisir. Cara pandang seperti ini
sesungguhnya tidak sepenuhnya benar.
Tidak selalu penduduk sebuah komunitas atau masyarakat di pesisir bekerja sebagai nelayan
yang bergantung pada ekosistem di laut. Pada beberapa tempat, misalnya di bagian utara pantai
pulau Jawa, masyarakatnya juga sangat bergantung pada aktifitas pertanian, terutama padi
sawah.
Penduduk pulau-pulau kecil di Indonesia bagian timur umumnya bekerja sebagai nelayan
tradisional yang juga memiliki ladang atau kebun yang ditanami berbagai tanaman ekonomis,
seperti pala, cengkeh, kelapa, cokelat, dan sebagainya. Tak jarang, hasil kebun memberi
kontribusi lebih besar pada ekonomi keluarga mereka dibandingkan hasil laut.
Hal lain, masyarakat pesisir juga kerap dikaitkan dengan ciri-ciri kehidupan sosial budaya dan
ekonomi masyarakat di pedesaan yang dianggap tradisional, non-industri dan sepenuhnya hidup
dari sumberdaya alam. Padahal, beberapa masyarakat pesisir juga menghuni wilayah-wilayah
perkotaan.
Kota-kota di pesisir (water-front cities) seperti Jakarta, Surabaya, Manado, atau Makasar juga
sangat dipengaruhi kondisi-kondisi perubahan di laut dan darat. Persoalan banjir, rob atau air
pasang naik, intrusi air laut, dan sebagainya. Ini banyak dipengaruhi oleh pengelolaan kota yang
mengabaikan ekosistem pesisir, meski penduduknya hidup dari sektor industri, perdagangan dan
jasa.
Mayoritas aktifitas ekonomi masyarakat pesisir di Indonesia terkait dengan sumberdaya alam
perairan laut, mangrove maupun pantai. Mereka bekerja di bidang perikanan tangkap,
4
budidaya, maupun pengumpul hasil laut lainya seperti teripang, udang, kepiting, dan jenis
kerang.
Masyarakat setempat yang kehidupan sosial ekonominya sangat bergantung pada sumberdaya
laut dan pesisir tak bisa dilepaskan dari kondisi-kondisi alamnya. Di perairan laut dan wilayah
pasang naik dan pasang surut, sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan masyarakat sangat
beragam. Pada dasarnya, sumberdaya dimaksud memiliki tiga dimensi, yaitu permukaan,
kedalaman, serta sumberdaya bergerak.
Tiga dimensi di atas turut membentuk masalah pengelolaan suatu wilayah sumberdaya laut dan
pesisir menjadi cukup kompleks. Apalagi, apabila wilayah tersebut cenderung bersifat terbuka
(open access) di mana semua orang merasa memiliki hak untuk menggunakannya.
Secara ringkas ada beberapa permasalahan dalam masyarakat yang perlu diidentifikasi sebelum
mengembangkan bentuk pengelolaan sebuah wilayah laut dan pesisir:
5
Memahami PRA
Sejak gagasan tentang ‘put the last first’ oleh Robert Chambers pada awal 80’an, di Indonesia
makin berkembang kesadaran untuk mengubah paradigma pembangunan yang bersifat dari atas
(top down) menjadi dari bawah (bottom up). Banyak proyek pembangunan saat itu dianggap
tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya dihadapi masyarakat, bahkan mengalami
penolakan. Hal ini disebabkan perencana pembangunan serta pelaku program pengembangan
masyarakat tidak melibatkan masyarakat setempat dalam proses identifikasi masalah, menyusun
solusi, serta melakukan monitoring dan evaluasi program.
Meski kajian atau penelitian dilakukan sebagai dasar penyusunan program pembangunan,
namun kebanyakan penelitian dilakukan secara eksklusif oleh para ahli atau akademisi yang
cenderung memandang masyarakat sebagai objek penelitian.
Mengapa PRA?
PRA (participatory rural appraisal) muncul sebagai respon atas dua hal, yaitu sebagai:
1. Metode mengkaji persoalan di pedesaan. PRA meyediakan teknik-teknik pengumpulan
informasi, serta bagaimana informasi dianalisis. Ini membedakannya dari metode
penelitian konvensional dan eksklusif di mana peneliti menganggap masyarakat sebagai
objek kajian.
PRA adalah teknik pengkajian yang menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
secara simultan. Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantatif ini pertama kali digunakan
1959, manakala dua orang sarjana bernama Campbell dan Fiske melakukan kajian validitas ciri
psikologis. Semenjak itu metode tersebut diikuti dan digunakan para sarjana dalam melakukan
penelitian. Metode ini kemudian dikenal dengan metode campuran (mixed method).
Penggunaan metode campuran ini dipercaya dapat meminimalisasi keterbatasan yang dimiliki
masing-masing metode, baik yang ada pada penelitian berparadigma kualitatif maupun
kuantitatif (Creswell, 2003, p. 15).
6
Ingat...
PRA bukan
Prinsip dasar PRA tidak harus
satu-satunya
PRA adalah Teknik-teknik Hasil kajian PRA di pedesaan,
cara melakukan
partisipatif. dalam PRA sangat tapi dapat
kajian di
Masyarakat tidak baku dan ditentukan oleh digunakan di
masyarakat.
dan peneliti kaku, tapi peran dan wilayah
PRA dapat
menggali, sebagai pilihan pengalaman perkotaan,
saling
menguji, serta yang dapat fasilitator dalam pada
melengkapi membangun
menganalisa dikembangkan komunitas
dengan proses bersama
informasi sesuai kondisi bisnis, bahkan
metode lain masayarakat.
secara lapangan pembuat
dalam
bersama. kebijakan.
penelitian
Sebagai sebuah kegiatan mempelajari masyarakat pada suatu wilayah, atau bisa juga dikatakan
mempelajari suatu wilayah di mana suatu masyarakat menetap, PRA mengutamakan hasil
kajian/penilaian yang menampakkan pandangan masyarakat tentang diri dan tempat di mana
mereka hidup. Oleh sebab itu peneliti/pengkaji/penilai sebisa mungkin harus dapat mendorong
masyarakat agar berpartisipasi dan menjadi pelaku kajian tersebut.
1. Data Spasial, yaitu informasi tentang pola pemanfaatan ruang, teritori, atau lokasi oleh suatu
masyarakat, misalnya: penggunaan lahan, pengelolaan sumberdaya di laut, tata pemukiman
di desa serta persoalan-persoalan terkait ruang. Contoh teknik: Peta desa, sketsa kebun, peta
sumberdaya alam dan transek desa.
2. Data Temporal, yaitu informasi terkait dengan periode, musim, rentang waktu tertentu.
Contoh teknik untuk data ini adalah: kalender musim, sejarah desa, dan trend line
3. Data Sosial ekonomi, yaitu informasi mengenai kehidupan sosial dan ekonomi penduduk
suatu desa/kampung. Contoh teknik untuk data ini misalnya: analisis matapencarian,
peringkat kesejahteraan, rantai komoditas, aktifitas di laut, dan
4. Data Institusional, yaitu informasi-informasi mengenai kelembagaan, peran stakeholders di
dalam dan di luar masyarakat. Contoh teknik untuk data ini antara lain: Diagram venn dan
analisis aktor.
7
Untuk fasilitator
Perlu diperhatikan...
Dalam melakukan PRA terdapat beberapa sikap dan tindakan yang disarankan jangan dilakukan
dan yang sebaiknya dilakukan oleh fasilitator atau pengguna teknik PRA.
Jangan
Sebaiknya
•Terkesan resmi •Perkenalkan diri – dimulai dari diri sendiri
•Datang telat •Tunjukkan rasa hormat
•Bikin janji-janji palsu •Bangun kedekatan/keakraban (rapport)
•Menertawakan tanggapan/jawaban •Cari lokasi yang baik
•Mengkritik atau menyangkal •Duduk sama tinggi – belampar, bersila
•Menyia-nyiakan waktu orang •Dengar seksama dan rekam
•Memburu-buru •Lentur/luwes/menyesuaikan diri (flexible)
•Menguliahi atau menginterupsi •Bangun/bagi peran dalam tim
•Mengabaikan/tidak mengindahkan gagasan •Memiliki tujuan jelas
seseorang •Ramah/akrab
•Keliru mengemukakan tujuan Anda •Nikmati proses
•Memaksa seseorang untuk berdiskusi •Selalu berterima kasih atas waktu dan
•Menolak keramah-tamahan seseorang perhatian/ketertarikan yang ditunjukkan
warga/partisipan
Anda
•Menjadi teman diskusi
•Menyaksikan, mendengarkan, dan mempelajari
•Menggali (probe) dan menganalisa
•Membantu mencari solusi
•Menyarankan, memperbaiki metode/cara
Warga
•Memeringkatkan (scoring)
•Membahas dan menganalisa
•Menginformasikan dan menjelaskan
•Mengidentifikasi dan mendemonstrasikan
•Mengenali masalah dan mencari solusinya
8
Sebelum melakukan PRA, sebaiknya....
permasalahan
• Lakukan 'grounding' yaitu mengidentifikasi masalah sosial ekonomi dan ekologi di lapangan
secara umum dan singkat dengan cara melakukan perjalanan keliling kampung, bertemu dengan
tokoh masyarakat, dan sebagainya,
•Pelajari karakter budaya penduduk setempat, adat istiadat, norma, atau kebiasaan mereka.
• Pelajari kesediaan sarana dan prasarana yang berpengaruh terhadap proses kajian (PRAMP).,
Pelajari suasana misalnya listrik, ruang pertemuan, sarana komunikasi, dsb. Dengan demikian anda dapat
desa melakukan persiapan lebih matang.
• Lakukan pertemuan formal dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan
tujuan anda, rencana kegiatan, sekaligus menjalin komunikasi awal.
• Ketika melakukan 'grounding', upayakan sebanyak mungkin bertemu dengan penduduk setempat.
Lakukan perkenalan, ceritakan siapa anda, maksud dan rencana kegiatan, serta berbincang santai
tentang kondisi desa dan masyarakatnya.
Jalin hubungan •Hubungan yang terjalin baik akan lebih memudahkan kegiatan PRAMP dilakukan, selain itu untuk
baik membentuk rasa optimis dan kepercayaan diri anda.
•Setelah anda memiliki informasi yang cukup, anda akan lebih mudah membuat rencana persiapan
seperti jadwal dan tempat.
•Persiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai kondisi yang ada. Misalnya: genset untuk listrik, dsb
•Siapkan konsumsi yang mungkin dapat disediakan. Usahakan berasal dari desa setempat dan dapat
disiapkan oleh kelompok PKK.
Persiapkan jadwal •Proses persiapkan sebaiknya dilakukan dengan konsultasi bersama penduduk setempat.
dan perlengkapan
9
Bagian 2
(c) Komarudin
INGAT, Tidak semua teknik dalam bagian ini harus dilakukan. Pilihlah sesuai kondisi dan kebutuhan di
lapangan. Lakukan modifikasi jika dianggap perlu....
10
Teknik #1
Pengertian Pemetaan desa/kampung (atau desa) adalah teknik memperoleh informasi mengenai lokasi
pemukiman, tempat-tempat berkegiatan, serta pola distribusi, akses dan penggunaan sumber daya
oleh suatu masyarakat.
Pemetaan desa dilakukan oleh sekelompok penduduk di satu kampung atau desa. Teknik ini dapat
dilakukan pada tahap awal proses PRA karena selain memperoleh informasi umum tentang tata ruang
dan aktivitas penduduk, fasilitator juga dapat membangun hubungan lebih dekat dengan penduduk.
Tujuan 1. Untuk memahami lingkungan, sumberdaya dan tata guna lahan oleh masyarakat suatu desa atau
kampung.
4. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Perikanan: Karakteristik umum lokasi dan tempat-tempat mencari ikan; peta infrastruktur
terkait perikanan (tempat sandar/merapat, pelabuhan, tempat pelelangan (jual beli), dan pabrik
es).
b. Kondisi sumberdaya lokasi: Peta habitat, sumberdaya, masalah-masalah, dan ancaman terhadap
pesisir.
c. Kegiatan-kegiatan pesisir: Zona-zona pemanfaatan/kegiatan di daerah pesisir oleh penduduk
dan non penduduk setempat.
Tahapan Persiapan
2. Jelaskan maksud dan tujuan dari pemetaan desa. Tunjukkanlah contoh proses dan hasil pemetaan
SDA yang pernah dilakukan di tempat lain.
3. Susunlah anggota tim, buat jadwal dan tentukan tempat kegiatan pemetaan.
4. Persiapkan:
a. Peta dasar yang menggambarkan secara umum lokasi desa dan batas-batasnya. Peta dapat
diperoleh di kantor desa, kecamatan atau kabupaten. Jika tersedia, peta dasar desa dapat
diperoleh berdasarkan peta satelit skala 1:5000. Peta dari google earth juga bisa fasilitator
gunakan sebagai dasar untuk menggambarkan situasi desa.
b. peralatan seperti: kertas HVS, kertas plano, pensil, spidol beberapa warna ukuran kecil dan
besar, crayon warna, dan penggaris.
c. Logistik untuk konsumsi, yaitu minuman dan makanan.
Pelaksanaan
1. Gabungkan 4 lembar plano (A0) menjadi satu lembaran besar untuk menggambar peta. Letakkan di
lantai, atau tempelkan pada dinding. Pembuatan peta ini dapat juga dilakukan di atas kertas kalkir.
2. Beri judul pada bagian atas lembaran, misalnya: “Peta Sumberdaya Alam desa A”. Pada pojok
lembaran tuliskan arah utara (dengan panah mengarah ke atas).
3. Jika tersedia peta dasar, salinlah bentuk desa berdasarkan peta dasar tersebut ke dalam lembar
11
plano yang disiapkan. Sepakati simbol-simbol yang akan digunakan.
4. Jika tidak ada peta dasar, tentukanlah titik bagian tengah, lalu mintalah peserta (penduduk) untuk
menentukan lokasi yang menjadi patokan awal pembuatan peta. Patokan tersebut sebaiknya
sebuah bangunan atau area spesifik, misalnya: kantor desa, lapangan sepakbola, rumah ibadah,
dsb.
5. Mulailah menggambar penanda utama (main marks) yang mudah diidentifikasi, misalnya
perbukitan, lokasi hutan, garis pantai, perairan (laut/danau/sungai), jalan desa dan areal kebun.
Jangan lupa diberi nama penanda utama tersebut. Buat perkiraan skala antara lokasi-lokasi
tersebut dengan titik awal tadi. Tak perlu akurat! Karena yang diperlukan adalah pola pemanfaatan
ruang di desa.
6. Buatlah gambar penanda yang lebih rinci, misalnya kantor desa, dermaga, koperasi, rumah ibadah,
sekolah, MCK, rumah-rumah penduduk, atau pasar.
7. Jika peta telah agak lengkap, minta peserta mendiskusikannya kembali. Biarkan mereka
memutuskan jika ada penambahan atau perbaikan. Simak dan catat informasi penting dalam
diskusi di antara peserta.
8. Minta peserta untuk memberi warna dengan crayon untuk membuat perbedaan antara penanda
satu dengan lainnya, misalnya: hutan mangrove dan hutan daratan, rumah penduduk dengan
fasilitas umum, laut dengan daratan, dsb.
Tips:
Fasilitator bisa mempercayakan kepada ibu-ibu PKK, atau kelompok ibu-ibu di desa untuk konsumsi selama
sesi PRA. Fasilitator bisa memesan konsumsi yang sifatnya berat seperti nasi lengkap atau makanan pokok
tradisional setempat, atau memesan camilan khas masyarakat setempat. Hal ini selain memberdayakan
kelompok ibu-ibu setempat juga turut melestarikan khasanah kuliner tradisional sebagai folklore makanan.
Manfaat lain tindakan ini adalah kelompok ibu-ibu atau perempuan yang biasanya enggan atau malu untuk
hadir jadi terdorong untuk hadir. Selanjutnya adalah mendorong partisipasi mereka dalam proses PRA.
12
Teknik #2
Transek
Pengertian Transek dilakukan untuk memperoleh informasi melalui pengamatan langsung di lapangan dengan
berjalan melintasi wilayah kampung mengikuti jalur yang sudah direncanakan. Hasil pengamatannya
disajikan dalam tabel atau gambar potongan bumi (transek). Transek dapat dikatakan sebagai kegiatan
survey lapangan (ground truth) untuk mengetahui isu-isu yang ada dan mengemuka pada lokasi-lokasi
yang dikunjungi.
Teknik ini meminjam metode transek pada penelitian biologi, misalnya pada transek terumbu karang
(reef check) dengan teknik manta taw, serta transek sumberdaya hutan.
Transek di desa bersama penduduk menggali informasi gabungan antara kondisi lingkungan alam
dengan aspek sosial ekonomi pemanfaatan oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada baiknya tim terdiri
dari berbagai disiplin ilmu.
Tujuan 1. Untuk memahami masalah-masalah dan potensi-potensi suatu wilayah secara lebih rinci.
3. Memperoleh informasi yang lebih dalam terkait topik-topik spesifik, seperti kondisi lahan kritis,
kondisi tutupan lahan/vegetasi, pengelolaan sumberdaya, sistem pertanian/perikanan, teknik-
teknik konservasi yang sudah diimplementasikan oleh kelompok masyarakat, nama-nama penyakit
tanaman, ikan-ikan yang hidup pada habitat tertentu, ancaman dan gangguan habitat, dsb
4. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Perikanan: Spesies-spesies ikan yang manjadi prioritas masyarakat; informasi spesies yang dapat
menjadi target PAAP yang menjadi prioritas penting bagi masyarakat , baik volume, nilai, dan
tingkat ketergantungannya); tempat mencari ikan di lokasi FF yang cukup baik dan tidak
terancam dampak kegiatan non-perikanan; tempat mencari ikan yang dekat/mudah dijangkau
sehingga dapat dimonitor; lokasi yang sesuai dan berpeluang menjadi target lokasi FF dan PAAP,
yaitu lokasi yang populasi penduduknya (atau pemanfaatnya) tidak terlalu besar, tidak ada
konflik yang hebat, dan bisa diorganisir; cadangan yang ada di lokasi FF memiliki hubungan yang
pantas dengan populasi spesies sasaran FF atau memiliki peluang untuk merubah/memperbaiki
batas-batas yang sesuai dengan kebutuhan FF dalam kerangka waktu FF; spesies yang tertinggi
volumenya, nilainya, untuk kebutuhan subsistensi di masa kini dan pada masa lalu; karakteristik
lokasi, tempat mencari ikan, pergerakan spesies, masalah-masalah (baik yang sudah ada
maupun yang berpotensi); deskripsi pergerakan spesies yang berpotensi menjadi spesies target
FF.
b. Kondisi sumberdaya di lokasi: deskripsi kegiatan-kegiatan yang merusak perikanan dan pesisir;
peta habitat, sumberdaya, pemanfaatan, masalah-masalah, ancaman terhadap pesisir; kondisi
perikanan, bakau, karang, dll, dari sangat bagus sampai sangat buruk; profil habitat dari laut
hingga tepi pantai; saran-saran penyelesaian masalah
c. Kegiatan-kegiatan pesisir:-kegiatan di zona pesisir, baik yang dilakukan oleh penduduk setempat
maupun orang lain; kegiatan-kegiatan budidaya kelautan, baik jenis dan lazimnya; upaya-upaya
penegakan hukum, tingkat penegakan hukum, dan ketaatan terhadap hukum.
Tahapan Persiapan
1. Bentuk tim fasilitator, setidaknya 2 orang dengan latar belakang ilmu dan pengalaman berbeda,
misalnya orang yang memahami lingkungan pesisir laut dan orang yang pengalaman dalam
identifikasi sosial ekonomi.
2. Tim fasilitator menyusun daftar pertanyaan atau persoalan yang akan digali. Misalnya adalah:
13
peruntukan lahan/perairan, jenis sumberdaya (vegetasi, fauna, dsb), status kepemilikan lahan/laut,
stakeholder/pengguna, masalah-masalah di lokasi, dan potensi.
3. Undanglah beberapa penuduk yang dianggap memiliki pengetahuan memadai tentang kondisi
desa. Buatlah pertemuan dengan mereka untuk mendiskusikan rencana transek.
5. Lakukan pembagian pekerjaan antara mereka yang melakukan pencatatan dan membuat
sketsa/gambar.
6. Perlengkapan. Persiapkanlah:
a. Sarana: 1-2 perahu dengan mesin, tergantung jumlah peserta dan ukuran perahu. Sebaiknya
gunakan perahu agak kecil, mis: kapasitas 6 orang/perahu dengan mesin motor 5.5 PK.
b. Peralatan: alat tulis (kertas, pensil, penghapus, spidol, dsb), note pad (papan alas menulis),
kompas, jika mungkin GPS untuk melihat ketinggian dan titik berhenti, kamera/handycam,
parang untuk membuat jalan ketika melintasi semak, beberapa kantung plastik untuk
melindungi benda tertentu dari air, topi/jas hujan atau perlengkapan pelindung lainnya.
c. Logistik: air minum dan makanan. Dapat pula disertai bekal makan siang jika disepakati.
d. Lainnya, sesuai kondisi lapangan dan kesepakatan.
Pelaksanaan
1. Berkumpul di titik awal sebagaimana ditentukan dalam gambar dasar. Di sini, sebelum memulai
perjalanan, fasilitator dan peserta lain melakukan:
a. Pengamatan di sekitar lokasi dan lakukan pencatatan tentang apa saja yang terlihat. Lakukan
diskusi atau gali informasi tentang aktivitas yang terlihat, kondisi alam, dan sebagainya.
b. Catatlah semua informasi penting dalam diskusi, dan buatlah gambar kontur dan lambang-
lambang pada gambar dasar.
c. Lalu, mulailah perjalanan sesuai arah dalam gambar dasar.
14
perhentian pada batas hutan dengan lahan kebun penduduk, titik perhentian pada batas antara
terumbu karang dengan area padang lamun dan mangrove, titik perhentian pada batas antara
kebun dengan pemukiman.
d. Pada gambar dasar, buatlah sketsa jalur berdasarkan kontur atau pola pemanfaatan serta
simbol-simbol yang disepakati.
Pembahasan Hasil
Setelah proses transek selesai, lakukan diskusi hasil antara tim peserta transek ditambah beberapa
penduduk lain, misal kelompok perempuan. Dalam diskusi:
1. Pindahkan seluruh informasi yang diperoleh saat transek ke dalam gambar baru di atas kertas
plano (uk. A0). Buatlah dalam ukuran lebih besar, misalnya 2 lembar plano. Gunakan spidol warna
untuk membuat perbedaan antara satu tema dengan tema lain. Lihat contoh hasil gambar di
bawah.
2. Tempelkan gambar hasil transek sehingga seluruh peserta dapat melihat dengan jelas. Lalu,
jelaskan hasil tersebut kepada peserta.
3. Minta peserta memberi tanggapan, perbaikan atau klarifikasi terhadap informasi yang telah
dipresentasikan.
Tips:
Buatlah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat melakukan Transek di tiap perhentian atau lokasi
sumberdaya. Biarkan diskusi mengalir. Lihat daftar pertanyaan untuk
Contoh Transek1 memastikan apakah semua pertanyaan
yang ingin diketahui telah terjawab melalui diskusi tadi.
Tips:
Bawalah alat sholat, diskusikan dan sepakati juga tempat dan waktu sholat dengan peserta yang ikut dalam
transek.
1
Sumber: PRA di desa Lembanato, Kecamatan Una Una, kepulauan Togean. Fasilitasi oleh Sundjaya (2004).
15
16
Teknik #3
Sejarah Kampung
Pengertian Teknik penelusuran sejarah kampung adalah cara untuk memahami sejarah suatu masyarakat di
lokasi tertentu dengan mengungkap peristiwa penting yang terjadi di kampung/desa pada masa lalu.
Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di kampung dapat menjadi pelajaran dan pertimbangan
untuk merancang program yang baik di masa depan.
Peristiwa dan kejadian penting yang bisa digali mencakup pembangunan infrastruktur, peristiwa
politik, bencana alam, wabah penyakit, perkembangan teknologi dan praktek pemanfaatan
sumberdaya alam (misal: penggunaan bom dan pembiusan ikan oleh nelayan), dsb.
Tujuan 1. Mengidentifikasi dan mengetahui topik-topik atau kejadian-kejadian penting yang dialami
masyarakat di masa lalu.
2. Mengetahui dan memahami kondisi saat ini melalui peristiwa penting yang terjadi di desa.
3. memperoleh pembelajaran dari kejadian-kejadian masa lalu untuk mengatasi masalah yang
dihadapi masa kini.
4. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Kegiatan-kegiatan pesisir: Kesadaran kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan perikanan
di dalam masyarakat, keterlibatan pada kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir
dan perikanan apapun baik di masa lalu maupun sekarang.
Tahapan Pelaksanaan
1. Jelaskan maksud dan tujuan penelusuran sejarah desa/kampung kepada peserta.
2. Minta salah seorang partisipan untuk menjadi pemandu dan menuliskan sejarah kampung di atas
kertas plano.
4. Sepakati bersama tentang periode waktu paling awal, misalnya: tahun 1945, tahun 50an, tahun
60an, dan seterusnya. Pertimbangkan tentang usia peserta yang tertua serta sejarah
pembentukan kampung. Misalnya: andaikan kampung baru berdiri tahun 50an, maka tidak perlu
memulai periode tahun 1945. Atau, andaikan tidak ada peserta yang tahu tentang kejadian
kampung pada periode tertentu, misalnya karena mungkin belum lahir, tanyakan pada peserta
tertua, periode mana yang paling ia ingat.
5. Minta peserta untuk menceritakan kejadian/peristiwa penting di kampung yang diingatnya dari
cerita kakek buyut atau dialaminya sendiri, misalnya sejarah asal-muasal pembukaan kampung,
wabah penyakit, musim kemarau panjang yang mempengaruhi ekonomi penduduk, dsb.
6. Isilah satu per satu informasi dalam diskusi pada kolom yang telah dibuat di lembar plano. (lihat
contoh hasil).
7. Jika, semua informasi telah terisi, minta peserta memeriksa kembali informasi yang tertulis.
Jelaskan ringkasan sejarah kampung kepada mereka. Minta mereka memberi komentar jika ada
yang ingin ditambahkan.
17
Periode Tahun Kejadian
Pra penjajahan Kampung dibuka oleh Ki Apal
Jaman belanda Belanda datang ke Tjg Baik Budi untuk mencari Uti Usman
1930an 1937 Jalan setapak (Rintis) pertama kali dibuat dari ketapang ke sukadana jarak rumah
penduduk pada waktu itu 1Km hanya terdapat 1 rumah
Makan di jamin oleh belanda dengan menggunakan Kupon
Belanda memugut pajak bagi yang tidak membayar wajib membuat jalan
1940an 1943 Kehidupan merosot karena penjajahan belanda, celana terbuat dari kepuak dan baju
terbuat dari kerung goni dan makanan pokok sagu
1945-47 wabah cacar menyebabkan banyak ya g meninggal
1950an 1950 Wabah penyakit puru (bubol)=diabet basah
1955 Masyarakat membangun SR secara Swadaya (jenjang pendidikan 3 Tahun)
1960an 1960 Pembangunan sekolah dibantu oleh pemerintah
1960 Kopra jadi andalan masyarakat sama dengan karet
1970an 1970 Kopra mulai merosot
1972 Tanggul Air asin dibangun
1977 SD inpres dibangun
1978 Puskesmas berdiri
Angin topan ribut merusak 20 rumah yang tertimpa pohon
1980an 1980 Listrik tenaga dompeng masuk ke desa
1982 Petani mendapat KUT
1983 Video mulai masuk desa yg menonton harus bayar dengan membeli es seharga Rp
100
1984 Tanggul Air asin dibangun di seluruh Desa Tanjung Baik Budi
1988 Perahu mulai menggunakan mesin sebelumnya menggunakan layar
1990an 1984-92 SMP numpang di SD
1994 LMD dibangun
1997 Kebakaran hutan menyebabkan timbulnya hama belalang
2000an 2002 Angin puting beliung 20 rumah rusak
2004-07 Gagal Panen karena tanggul jebol air asin merendam sawah warga
2006 Kelapa disarangi hama ulat
2
Contoh 1. Penelusuran sejarah kampung #1
Tips:
Tanyakan kepada tokoh masyarakat setempat tentang orang-orang tua yang dapat dimintai informasi
tentang sejarah kampung.
Sejarah kampung dapat difokuskan pada sejarah pemanfaatan suatu wilayah perikanan, terutama
terkait dengan konflik pemanfaat dengan pengguna lain.
Jangan terlalu mendetail pada satu periode waktu, selain mempertimbangkan waktu yang terbatas,
detail informasi dapat digali melalui FGD lain atau wawancara mendalam.
2
Contoh diambil dari penelusuran sejarah kampung Desa Tanjung Baik Budi, Ketapang, Kalimantan Barat, yang
pembuatannya difasilitasi Iis Sabahudin
18
Teknik #4
Pengertian Ranking kesejahteraan kadang dikenal juga sebagai analisis kerentanan, adalah teknik untuk
mengumpulkan dan melakukan analisis secara cepat stratifikasi (kesejahteraan) sosial di tingkat
masyarakat.
Aspek-aspek penilaian yang menjadikan seseorang atau rumah tangga sejahtera bisa saja seperti
kepemilikan aset produktif, hubungan unit-unit produksi dengan orang kuat (powerful) di tingkat
lokal, ketersediaan tenaga kerja, pinjaman, dan sebagainya.
Unit kelompok yang dianalisis peringkat kesejahteraannya bervariasi sesuai dengan konteks lokal
3
(cara hidup tertentu kelompok masyarakat yang dinilai).
Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat/standar kesejahteraan hidup pada suatu komunitas setempat dan
aspek-aspek yang membentuknya.
2. Mengetahui bagaimana persepsi tentang orang ‘kaya’ atau ‘sejahtera’ dan peran mereka
dalam suatu masyarakat.
Tahapan Persiapan
1. Peserta: Pilihlah dan undang 10-20 peserta dari berbagai kelompok sosial, misal: profesi,
gender, dan usia (muda dan tua).
2. Perlengkapan: Spidol (marker) berwarna, kartu (meta plan) berwarna, kertas plano A0,
lakban/selotape/stepler untuk menempelkan plano.
Pelaksanaan
1. Bagikan spidol dan kartu kepada peserta. Lalu minta peserta menuliskan nama orang terkaya
di lingkungan desa/dusun mereka pada satu kartu.
2. Kumpulkan kartu dari peserta. Kelompokkan jika ada nama yang sama.
3. Bagikan lagi kartu yang baru pada peserta. Minta peserta menuliskan nama orang ‘termiskin’
di lingkungan kampung/dusun mereka pada kartu lainnya (sebaiknya dengan warna berbeda).
4. Kumpulkan kartu dari peserta. Kelompokkan jika ada nama yang sama.
5. Tulis kelompok kategori kesejahteraan pada kertas plano (misalnya: Kaya – Sedang – Miskin).
6. Masukkan nama-nama “orang terkaya” dari kartu peserta ke dalam kolom “Kaya”. Lakukan
proses serupa pada nama “orang termiskin” pada kolom “Miskin”.
7. Minta partisipan menyebutkan atau menuliskan faktor apa saja yang menyebabkan seseorang
dianggap ‘kaya’ atau ‘miskin’. Fasilitasi diskusi mereka dengan mempertanyakan soal:
kepemilikan harta benda (property), modal usaha (asset produktif), status sosial (misal
pendidikan), dsb.
3
Diadaptasi dari FAO. 1992. Sociological Analysis in Agricultural Investment Project Design, Rome. FAO.
19
Contoh hasil pemeringkatan kesejahteraan
Tips:
Ketika anda diterima warga desa dan mereka membiarkan atau mengajak anda masuk ke dapur, maka ini
indikator sekat-sekat antara anda dan mereka sudah mulai hilang. Anda bisa mencoba bertanya
pengetahuan atau pengalaman mereka yang sensitive di dapur.
Ingat dan rekam seisi dapur mereka, baik alat masak, bahan makanan, dsb. Isi dapur berkaitan erat dengan
sumberdaya yang mereka manfaatkan sehari-hari dari alam.
20
Teknik #5
Pengertian Teknik ini adalah cara menggali informasi tentang tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
suatu jenis sumberdaya alam dengan cara membuat perbandingan terhadap sumberdaya alam
lainnya.
Teknik ini diadopsi dari metode Cultural Ecosystem Services (CES) di mana suatu jenis sumberdaya
4
alam dapat memberi nilai kultural/budaya bagi masyarakat tertentu.
Hasil dari teknik ini bisa menjadi bahan untuk FGD dengan teknik trend hasil laut atau rantai
komoditas untuk menggali data lebih mendalam.
Tujuan 1. Menggali nilai penting dari jenis-jenis sumberdaya alam bagi peserta.
2. Memahami tingkat ketergantung masyarakat terhadap satu jenis sumberdaya alam dibanding
sumberdaya alam lain.
3. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Perikanan: Spesies tertinggi berdasarkan volume, nilai, kebutuhan subsistensi saat ini dan
pada masa lalu; sumberdaya lain yang dipungut-saat ini, tidak tersedia lagi; organisme laut
dengan nilai penting khusus secara biologi/ekologi/budaya.
Tahapan Persiapan
1. Undanglah 10-15 peserta diskusi terdiri dari kelompok sosial berbeda: petani, nelayan,
pengusaha desa, perempuan.
2. Siapkan perlengkapan: kertas plano A0, kartu metaplan, spidol marker warna warni, selotipe.
Pelaksanaan
1. Jelaskan maskud dan tujuan diskusi pada peserta.
2. Peserta diminta menuliskan tempat atau sumberdaya alam apa saja yang dianggap penting bagi
kehidupan mereka. Tiap sumberdaya alam ditulis dalam 1 kartu (meta plan).
3. Fasilitator beserta peserta dapat mengelompokkan daftar jenis sumberdaya alam yang
terkumpul menjadi 5-10 kategori kategori. Misalnya: kebun, terumbu karang, hutan, mangrove,
pantai, sungai, mata air, dsb.
4. Fasilitator langsung membuat tabel atau matriks diagonal berisi daftar jenis sumberdaya alam
tersebut pada lajur (row) paling kiri dan kolom (cell) paling atas (lihat contoh).
5. Peserta diminta untuk membandingkan antara satu jenis sumberdaya alam dengan yang lainnya
secara diagonal pada matriks, misalnya: ‘terumbu karang’ dengan ‘mata air’. Minta mereka
menentukan jenis sumberdaya alam mana yang paling penting bagi hidup mereka.
6. Ketika para peserta sepakat bahwa jenis sumberdaya alam tertentu lebih penting, maka
fasilitator akan menuliskan nama pilihan tersebut pada lajur jenis SDA dimaksud.
7. Skor dihitung berdasarkan banyaknya jenis SDA yang tertulis dalam tiap lajur (cell). Pilihan yang
4
Sundjaya, Mahachakri Sirindon dan Sri Natih. 2014. Uji coba Guidance for Rapid Assesstment on Cultural Ecosystem
Services (GRACE). Laporan kegiatan. Pusat Kajian Antropologi UI dan Fauna Flora International.
21
memiliki skor terbanyak menunjukkan bahwa jenis SDA tersebut paling penting dibanding yang
lain, minimal berdasarkan hasil diskusi. Tampilan hasil perbandingan tersebut dapat dilihat di
bawah ini.
Budidaya
Nambo
Tempat dan jenis Karang Bakau Sawah Kebun rumput Sungai
(lamun)
sumberdaya laut
Karang - - - - - -
Bakau Karang - - - - -
Nambo (lamun) Karang Bakau - - - -
Sawah Karang Sawah Sawah - - -
Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun - -
rumput laut Karang Rumput Rumput Rumput Rumput -
(budidaya) laut laut laut laut
Karang Rumput sungai sawah Kebun Rumput
Sungai
laut laut
Score 5 1 0 3 5 6 1
Rumput
Komoditas Ikan Teirpang Padi Kepiting Kelapa Cokelat Jagung
laut
Ikan
Teripang Ikan
Padi Padi Padi
Kepiting Ikan Kepiting Padi
Kelapa Ikan Kelapa Padi Kelapa
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat
Jagung Ikan Teripang Padi Jagung Kelapa Cokelat
Rumput Ikan Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput
laut laut laut laut laut laut laut
Score 5 1 5 1 3 6 1 6
Tips:
Ketika terjadi kesulitan dalam menentukan ‘mana yang lebih penting’, fasilitator dapat membuat pertanyaan
kontradiksi, seperti: “mana yang lebih berpengaruh pada kehidupan anda jika salah satu sumberdaya alam
ini hilang, apakah sumberdaya A atau B”?
Kesepakatan peserta tentang nilai penting seringkali sulit dicapai. Fasilitator dapat meminta masing-masing
membuat penilaian sendiri dengan menempel stiker pada sumberdaya alam yang dianggap ‘lebih penting’.
Gunakan warna dan bentuk stiker yang berbeda untuk tiap jenis sumberdaya alam.
22
Teknik #6
Pengertian Trend line adalah gambaran kecenderungan suatu isu atau sumberdaya tertentu dalam kurun waktu
tertentu, misalnya 10 atau 20 tahun yang lalu hingga kini, atau bisa menggunakan patokan tonggak
sejarah lokal hasil penggalian informasi sejarah desa.
Tujuan 1. Menganalisis situasi dan kondisi masa lalu dan masa kini tentang suatu sumberdaya tertentu atau
komoditas atau isu tertentu.
2. Mengidentifikasi apa yang menjadi perhatian kelompok masyarakat atau arah masa depan satu
kelompok masyarakat.
3. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Perikanan: Spesies tertinggi berdasarkan volume, nilai, kebutuhan subsistensi saat ini dan di
masa lalu (dekade lalu); tren (kecenderungan) tangkapan ikan, ekonomi, kondisi habitat,
peralatan, populasi, penangkapan ikan illegal, lama waktu bekerja di laut; sumberdaya lain
yang dipungut-saat ini, tidak tersedia lagi; organism laut dan/atau habitat-habitat yang
diketahui akan rentan.
Tahapan Persiapan
1. Undanglah 10-15 peserta dari kelompok sosial berbeda, seperti: berdasarkan profesi, gender, dan
usia (dewasa).
Pelaksanaan
1. Berikan penjelasan maksud tujuan teknik ini.
2. Minta 1 – 2 orang untuk membuat daftar isu atau sumberdaya penting yang akan
dibahas/dielaborasi, misalnya tentang terumbu karang dan hasil laut.
6. Bahaslah tiap pokok bahasan yang telah disepakati di dalam daftar isu penting, diskusikan
perkembangan dan kecenderungan tiap pokok bahasan di tiap periode (tahun/tonggak sejarah)
23
lelaki keluar desa (kerja)
Trend sumberdaya alam juga dapat dilakukan dengan cara lebih sederhana terhadap beberapa jenis komoditas yang
secara ekonomi memiliki nilai penting bagi masyarakat. Teknik ini bisa dilakukan setelah teknik Perbandingan dan
Skoring Sumberdaya Alam. Misalnya, pada teknik tersebut terungkap bahwa sumberdaya penting adalah hasil laut
(ikan), maka fasilitator dapat mengambil fokus trend tangkapan ikan jenis yang dianggap penting tersebut, misalnya
kerapu.
Hasil trend sumberdaya alam tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah:
24
Teknik #7
Pengertian Identifikasi aktifitas di laut adalah pengumpulan informasi tentang kegiatan yang dilakukan
masyarakat di laut beserta cara yang digunakan serta hasil yang diperoleh.
Teknik ini dapat dilakukan baik setelah maupun sebelum teknik pemetaan serta transek untuk
mengetahui secara lebih mendetail tentang lokasi dari setiap aktifitas yang teridentifikasi.
Tujuan 1. Memperoleh informasi tentang kegiatan apa saja yang dilakukan penduduk di wilayah
perairan/laut.
2. Memperoleh pemahaman tentang pengetahuan masyarakat tentang lokasi tertentu, hasil yang
dimanfaatkan, serta cara memperolehnya.
3. Menggali persoalan-persoalan terkait aktifitas di laut.
4. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Perikanan: Jumlah perahu dan alat menangkap ikan; upaya-upaya menangkap ikan pada saat
ini – berapa banyak waktu dihabiskan di laut setiap harinya; biaya rata-rata yang dihabiskan
dalam menangkap ikan per trip setiap harinya; musim-musim sepanjang tahun termasuk
musim penggunaan alat tertentu, pola cuaca, produksi/tangkapan, pengeluaran-pengeluara,
kebutuhan tenaga kerja, nelayan musiman.
b. Kegiatan-kegiatan pesisir: kegiatan-kegiatan budidaya kelautan termasuk jenis dan kegiatan-
kegiatan yang lazim dilakukan di pesisir.
Tahapan Persiapan
1. Lakukanlah identifikasi bentuk-bentuk aktifitas di laut secara umum. Dapat dilakukan dengan
wawancara terhadap kepala desa atau tokoh masyarakat.
2. Undanglah 8-10 orang yang dianggap pelaku dari tiap aktifitas di laut, baik lelaki maupun
perempuan.
3. Siapkan kertas plano A0, spidol, perekat.
Pelaksanaan
1. Siapkan kertas plano, dapat ditempel di dinding atau diletakkan di lantai agar terlihat oleh seluruh
peserta.
2. Buatlah tabel seperti contoh di bawah ini.
3. Tanyakan peserta tentang apa saja yang dilakukan di laut, apa saja perlengkapan yang digunakan,
berapa banyak orang yang melakukan, di mana saja lokasi kegiatan tersebut, apa hasil yang
dimanfaatkan, berapa lama (jam) dalam setiap kegiatan?
4. Diskusikan dan catatlah persoalan-persoalan dari setiap aktifitas tersebut.
5. Terkait dengan lokasi kegiatan, identifikasi karakteristik lokasi secara lebih mendetail misalnya:
nama lokasi, klaim atas lokasi kegiatan, dsb.
Tips:
Daftar kegiatan di laut yang semakin rinci tentu akan semakin bagus, namun waktu yang tersedia juga perlu
dipertimbangkan. Lakukanlah identifikasi terhadap aktifitas-aktifitas yang utama dan umum dilakukan oleh
masyarakat. Jika ada waktu, lakukan penggalian informasi lebih detail
25
Jumlah Jumlah Biaya
Lokasi
Aktifitas Peralatan unit di orang (pengeluaran) Hasil Jam/operasi
operasi
desa kerja
Mengail Nilon, mata 500 1-2 Rp… Terumbu Kerapu, 5-6 jam
(bapatepe, pancing, perahu karang, sisi napoleon, (pagi atau
batonda) mangrove katamba, sore)
lolosi
Balobe Patromax, 100 2-3 Rp… Terumbu Teripang, 5 jam (sore,
perahu karang, kepiting, malam)
lamun, lobster,
mangrove kerang,
udang
Bapanah Patromax (jika 100 1-2 Rp… Terumbu Kerapu, 3-5 jam
malam), perahu, karang, sisi ikan kea, (pagi, siang,
panah mangrove katamba, sore,
suntung malam)
batu,
gurita
Bapukat Jaring/jala, 300 1-3 Rp… Terumbu Lolosi, 3-4 jam
perahu karang bubara, (pagi, siang,
katombo sore)
Bagang Perahu bagang, 30 3-4 Rp… Perairan Teri, 10 jam
jaring angkat, teluk, lajang, (malam-
sampan sekitar katombo pagi)
mangrove
Rompong Rakit bambu, 20 1-2 Rp… Perairan Lajang, 3-4 jam (dini
tambang nilon, dalam katombo, hari)
perahu sekitar deho dibantu
karang purse sein
(pukat
cincin)
Bom 5-10 botol bom - 4-7 Rp… Terumbu Lolosi, 5-7 jam
rakitan karang schooling (pagi, siang)
(kontak/lempar), fish
perahu mesin, lainnya
kompresor,
slang, regulator.
Babius Tablet sianida, - 2-3 Rp… Terumbu Semua 4-5 jam
botol air mineral, karang jenis (pagi, siang)
perahu mesin, kerapu,
kompresor, napoleon
masker,
regulator, selang.
Bakubik Perahu, linggis - 1-2 Rp… Terumbu Karang 3-4 jam
karang (terutama
karang
otak)
26
Teknik #8
Pengertian Teknik analisa mata pencaharian digunakan untuk memahami berbagai aspek mata pencaharian
masyarakat. Macam-macam mata pencaharian beserta aspek-aspeknya digambarkan di dalam
sebuah bagan.
Pengambilan keputusan dalam memilih mata pencaharian atau pergantian mata pencaharian
terjadi berdasarkan tata-nilai masyarakat. Hal itu juga dipengaruhi oleh keinginan baru yang
terbentuk dari pertambahan wawasan dan pengalaman, dan usaha untuk memperbaiki keadaan.
Mata pencaharian adalah kegiatan mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau
menghasilkan kebutuhan hidup orang lain melalui pertukaran atau jual beli. Bila suatu program
menganggap aspek mata pencaharian menjadi salah satu titik masuk untuk tujuan pengembangan
masyarakat, maka diperlukan pengetahuan mengenai pandangan masyarakat tentang
pengembangan mata pencaharian mereka.
Tujuan 1. Mengetahui macam mata pencaharian yang berkaitan dengan kemaritiman dan masalah-
masalah atau tantangan yang dihadapi pada mata pencaharian tertentu.
2. Teknik ini dapat juga memunculkan jenis kegiatan mata pencaharian yang layak dan dapat
dikembangkan di masa yang akan datang.
Tahapan Persiapan
1. Lakukan pengamatan dan menggali informasi tentang jenis-jenis mata pencarian di desa.
Informasi ini dapat diperoleh melalui data monografi desa, atau wawancara dengan kepala
desa.
2. Undanglah 10-15 orang peserta dengan latar belakang pekerjaan berbeda (sesuai jenis mata
pencarian utama), serta gender (lelaki dan perempuan).
3. Siapkan perlengkapan: Spidol marker, kertas plano A0 dan perekat.
Pelaksanaan
1. Jelaskan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan.
2. Ajak masyarakat mendiskusikan jenis-jenis pekerjaan yang ada di desa. Mintalah peserta
menuliskan semuanya di kertas besar (plano). Dapat juga dengan menuliskan setiap jenis
pekerjaan ke dalam kartu-kartu.
3. Bahaslah berbagai keadaan pekerjaan tersebut; misalnya pekerjaan masyarakat yang paling
utama dan masalah-masalah di dalamnya.
4. Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama tentang jenis-jenis pekerjaan yang akan
dicantumkan ke dalam bagan untuk didiskusikan lebih lanjut.
5. Mintalah peserta membuat bagan di atas plano beserta topik-topik dari hasil diskusi.
6. Jika bagan mata pencaharian selesai, hasilnya dibahas kembali untuk melihat kemungkinan
terjadi koreksi atau penyempurnaan. Diskusikan lebih lanjut bagan tersebut, terutama
mengenai masalah-masalah yang dihadapi serta potensi-potensi pengembangan usaha.
27
Teknik #9
Pengertian Diagram Venn adalah alat partisipatif untuk membantu para peserta memetakan organisasi, lembaga,
kelompok di dalam masyarakat atau kelompok dari luar masyarakat.
Diagram Venn digunakan untuk mengetahui tentang pandangan masyarakat terhadap organisasi yang
ada di desa. Tujuannya adalah untuk belajar dari masyarakat bagaimana mereka melihat peran dan
dampak dari organisasi-organisasi ini, dan hubungan antara organisasi dan masyarakat. Lingkaran
biasanya menunjukkan organisasi. Lingkaran dengan ukuran yang berbeda akan menunjukkan derajat
pentingnya (mengapa organisasi tersebut penting) organisasi atau kelompok tertentu bagi
masyarakat. Penempatan dekat atau jauh setiap lingkaran menunjukkan hubungan/pengaruh.
Tujuan 1. Mempelajari hubungan antara masyarakat setempat dengan lembaga-lembaga atau pihak-pihak
lain yang mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh dan kedekatan hubungan lembaga tertentu dengan
masyarakat, dan peran dari berbagai organisasi (pemerintah daerah/pusat maupun non
pemerintah) di desa, berdasarkan penilaian dan pandangan dari masyarakat itu sendiri.
4. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Stakeholder dan organisasi-organisasi: Daftar dan data dasar organisasi dan kelompok-
kelompok informal; daftar dan data dasar stakeholder yang berpengaruh dalam bidang
penangkapan ikan, wisata, transportasi, budidaya laut.
b. Kegiatan-kegiatan pesisir: kegiatan-kegiatan budidaya laut termasuk jenis dan lazimnya
(kebanyakan).
Tahapan
1. Minta partisipan untuk menulis di kertas plano atau pada kartu dan membuat daftar
lembaga/organisasi (pemerintah maupun non pemerintah) yang berada di desa, bekerja dengan
warga di desa, dan terlibat dalam pembangunan dan kegiatan-kegiatan di desa.
3. Tempatkan lingkaran organisasi tersebut di dalam atau di luar kotak sumberdaya, tergantung
pada tingkat pengaruh organisasi tersebut terhadap akses sumberdaya. Kian besar pengaruhnya,
kian di tengah letaknya. Kian tidak memiliki pengaruh terhadap akses sumberdaya kian menjauh
organisasi/lembaga/aktor tersebut terhadap kotak sumberdaya.
28
5. Fasilitator atau co-fasilitator harus mencatat apa yang dibahas atau yang menjadi rekomendasi
partisipan tersebut.
6. Kaum lelaki dan kaum perempuan dapat membuat diagram venn secara terpisah.
Dinas
pertanian
Dinas Perikanan
Masyarakat
desa lain
Masyarakat
Desa A
operator Dive
resort
Dinas
Terumbu karang Pariwisata
29
Teknik #10
Kalender musim menunjukkan kegiatan penting, masalah yang dihadapi kelompok masyarakat
dan peluang-peluang dalam sebuah siklus tahunan. Kalender ini membantu mengidentifikasi
kesulitan terbesar bagi suatu kelompok masyarakat, baik lelaki, perempuan dan anak-anak dalam
hal beban kerja atau variasi penting lainnya, yang berdampak pada kehidupan masyarakat pada
waktu-waktu tertentu. Kalender musim kelompok masyarakat ini menunjukkan pola kerja lokal,
baik perempuan, lelaki dan anak-anak. Teknik ini juga mengungkapkan tugas sehari-hari dan
tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Teknik ini dapat memberitahu waktu-waktu masyarakat
yang sangat sibuk sehingga tidak akan dapat berpartisipasi dalam program/kegiatan dari luar.
Tahapan 1. Minta partisipan untuk membuat matriks (tabel) penanda waktu, bisa berdasarkan kalender
masehi, peredaran bulan atau kalender lokal.
2. Minta partisipan untuk membuat daftar kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan kelompok
masyarakat (misalnya nelayan), baik produktif maupun pekerjaan rumah tangga
3. Minta partisipan membedakan pekerjaan yang dilakukan lelaki dan perempuan, pekerjaan
yang dilakukan bersama, serta pekerjaan yang dilakukan anak-anak
4. Plotkan pada kolom waktu (bulan) kapan pekerjaan/kegiatan-kegiatan/peristiwa tersebut
dilakukan/terjadi berikut lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut
5. Minta partisipan untuk menilai banyak-sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan atau yang terlibat dalam suatu peristiwa.
6. Identifikasi pula kondisi cuaca dan gejala alam lainnya di setiap bulan kegiatan, misalnya:
angin, arus, pasang naik-turun laut, musim buah tertentu, dsb.
30
Contoh kalender musim (tahunan)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Angin Barat Tenang Timur
MUsim hujan Kemarau Hujan
Kegiatan
Mengail ikan x x x xxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxxx xxx xxx xx xx
Berkebun xxxx xxxx xxxx xxx xxx xxx xxx xxx x x x xx
Sawah/padi xxxx xxxxx xxxxx xx xx xx xx xxxxxx xxxxx x x x
Acara budaya x x x x x xx xxx xxxx xx xx xx xx
pariwisata x x x x xx xxx xxx xxxxx xx xx x x
31
Teknik #11
Pengertian Pada beberapa masyarakat, kegiatan di laut ditentukan dengan menggunakan kalender
berdasarkan peredaran bulan. Hal ini disebabkan peredaran bulan berpengaruh terhadap kondisi
perairan serta perilaku beberapa jenis ikan dan spesies laut lainnya, seperti teripang.
Kalender kegiatan berdasarkan kalender bulan akan membantu memahami tentang aktifitas
nelayan, jenis ikan yang ditangkap, serta kondisi laut pada hari-hari bulan tertentu.
Tujuan 1. Memahami siklus kegiatan di laut yang dipengaruhi oleh peredaran bulan.
2. Mendapatkan informasi untuk persiapan Fish Forever (FF) dan PAAP terkait:
a. Musim-musim sepanjang tahun seperti penggunaan alat tertentu, pola cuaca,
produksi/tangkapan, pengeluaran-pengeluaran, kebutuhan tenaga kerja, nelayan
musiman.
Tahapan Persiapan
1. Undanglah 10-15 nelayan setempat untuk mengikuti FGD. Jelaskan maksud dari kegiatan yang
akan dilakukan.
2. Siapkan kertas plano A0, spidol warna warni, serta perekat.
Pelaksanaan
1. Tempelkan kertas plano A0 (rangkai beberapa lembar agar lebih lebar).
2. Buatlah gambar sketsa sederhana beberapa bentuk bulan sebagai panduan seperti di bawah
ini.
3. Buatlah 3 kolom ke arah kanan dengan judul: Bulan ke..., kegiatan, lokasi, hasil laut, pelaku
(lelaki/perempuan).
4. Diskusikan bersama peserta untuk mengisi tiap kolom tersebut.
32
Teknik #12
Analisis Aktor
Pengertian Analisis aktor adalah proses identifikasi para pihak, baik lembaga, perorangan maupun perusahaan,
yang menggunakan, memanfaatkan kawasan di mana sumberdaya pesisir berada.
Wilayah tersebut dapat berupa perairan, pantai, mangrove, maupun padang lamun untuk berbagai
kegiatan, seperti menangkap ikan, mengumpulkan kerang, meletakkan bubu, meletakkan bagang,
lokasi menyelam, serta budidaya.
Tujuan 1. Mengetahui pelaku atau pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan sumberdaya alam di lokasi
tertentu.
2. Mengetahui hak-hak penggunaan suatu kawasan sumberdaya alam.
3. Mengetahui persoalan-persoalan terkait dengan penggunaan kawasan, terutama konflik.
4. Mengetahui persepsi masyarakat tentang masing-masih pihak dan bentuk pemanfaatan suatu
wilayah sumberdaya alam.
a. Perikanan: Mengidentifikasi tumpang tindih lokasi penangkapan ikan, desa tetangga,
perikanan lepas pantai, dsb.
b. Kondisi sumberdaya di lokasi: Adanya kegiatan-kegiatan illegal, ancaman, dan konflik.
c. Kegiatan-kegiatan pesisir: Kegiatan-kegiatan budidaya kelautan, jenis dan kegiatan yang lazim
dilakukan.
Tahapan Persiapan
1. Undanglah 10-15 penduduk dari berbagai kelompok sosial, seperti: profesi (nelayan, pemilik
bagang, penampung ikan), kelompok perempuan, dan aparat desa.
2. Perlengkapan: spidol marker, kertas plano A0, serta perekat
Pelaksanaan
1. Jelaskan maksud dari analisis aktor pada peserta, termasuk tata caranya.
2. Tempelkan kertas plano A0 (2 lembar agar ukuran lebih besar).
3. Buatlah tabel seperti contoh di bawah.
4. Mintalah peserta mengisi tiap kolom berdasarkan diskusi kelompok mereka.
5. Fasilitator memandu jalannya diskusi di tiap kolom. Galilah informasi sebanyak mungkin,
terutama yang terkait dengan persoalan pemanfaatan wilayah sumberdaya alam.
6. Mintalah peserta memeriksa kembali hasil analisis sebelum diskusi ditutup.
33
Contoh tabel aktor dan pemanfaatan sumberdaya di perairan Teluk Kilat, desa Lembanato.
Sumberdaya yang
Aktor Aktivitas Hak penggunaan Keterangan
dimanfaatkan
1. PT. CC Budidaya kerang Areal permukaan Konsesi dari Operasi pertama tahun
mutiara laut Teluk Kilat pemda, pajak 1998, konflik dengan desa
pada L karena menutup akses
pemerintah. mengail dan jalur perahu.
Masyarakat menganggap
CC telah mengambil
ulayat laut mereka.
2. Nelayan desa K Mengail, bom, bius, Lokasi-lokasi Ijin kepala desa L Cenderung bebas. Mulai
balobe (cari terumbu karang dan 2004 wajib ijin kepala
teripang) mangrove di Teluk desa L hanya untuk
Kilat mengail dan balobe. Ijin
tanpa membayar pajak ke
desa asal tidak merusak
dengan bom dan bius.
3. Nelayan desa L Jalur transportasi, Permukaan laut, Bebas, tanpa ijin Bagang berjumlah 20 unit
mengail, balobe, terumbu karang, dimiliki penduduk desa L
bagang, bakubik diletakkan di perairan
(coral mining) Teluk Kilat. Bagang untuk
menangkap ikan teri.
4. Penduduk desa L Tambatan perahu, Areal mangrove di Bebas, tanpa ijin Masyarakat desa L
mencari kerang dan teluk kilat menganggap areal
kepiting, mangrove di Teluk Kilat
adalah ulayat mereka
yang telah dikelola secara
turun temurun.
5. Dive resort B Diving Permukaan dan Bebas, tanpa ijin Tidak ada kontribusi/pajak
terumbu karang ke pemerintah.
34
Teknik #13
Teknik ini dapat dirangkaikan dengan teknik Perbandingan dan Skor sumberdaya/komoditas untuk
memperoleh informasi lebih mendetail. Teknik ini juga dapat melengkapi analisis matapencarian.
Tujuan 1. Memperoleh jenis-jenis sumberdaya laut/pesisir yang dianggap memiliki nilai ekonomi
(komoditas) bagi penduduk.
2. Memperoleh informasi tentang jaringan pemasaran komoditas tertentu, aktor yang terlibat
dalam rantai pemasaran komoditas tersebut serta permasalahan di tiap titik pemasaran.
3. Melihat kemungkinan dampak-dampak pengelolaan sebuah wilayah perikanan terhadap peran
aktor-aktor/stakeholder lain di luar masyarakat setempat.
Tahapan Persiapan
1. Undanglah 10-15 peserta dari kelompok sosial berbeda, seperti: berdasarkan profesi, gender, dan
usia (dewasa).
Pelaksanaan
Daftar komoditas
1. Berikan penjelasan maksud tujuan teknik ini. Siapkan plano A0
2. Buatlah tabel seperti contoh di bawah.
3. Bersama peserta, isilah tiap kolom dari tabel daftar komoditas sesuai tema yang tersedia. Tema
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di masyarakat.
4. Lakukan diskusi untuk setiap informasi yang disampaikan oleh peserta.
Rantai komoditas
1. Ketika daftar tabel diperoleh, bersama peserta pilihlah komoditas yang akan identifikasi dalam
pemasarannya, misalnya: ikan kerapu, teripang, lobster, atau kepiting.
2. Identifikasi titip-titik peredaran komoditas tersebut mulai dari penangkapan, ke nelayan, ke
penampung, dan seterusnya.
3. Diskusikan dengan peserta, siapa saja yang berkepentingan/terlibat di tiap titik pemasaran? Di
mana mereka? berapa banyak jumlahnya? Dan permasalahan apa saja yang terjadi di tiap titik
pemasaran tersebut, misalnya: pengangkutan, harga yang rendah, monopoli atau persaingan,
dsb.
35
Contoh hasil daftar komoditas
36
Contoh hasil rantai komoditas
kerapu
nelayan
Palu, Poso,
Gorontalo Importir di
singapura, cina
1. http://www.forestpeoples.org/id/topics/environmental-governance/participatory-resource-mapping
2. http://www.adrc.asia/publications/Cooperative_projects/Indonesia/pdf/Ap-c%20Metode-PRA.pdf
3. Training Package #3. Gender responsive community development. Module #2 Gender friendly PRA.
http://www.cngo.org.np/pdf/participatoryrural.pdf
4. Mukherjee, Neela. 1997. Participatory rural appraisal. Concept Publishing Company: New Delhi.
5. Canada Nepal Gender in Organizations Project. 2003. Training packacge #3, Gender responsive
development, Modul #2 Gender friendly PRA. Nepal: FORMAT Printing Press.
37