1
DAFTAR ISI
2
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/ Kebijakan
Dasar hukum kegiatan pengukuran batas kawasan hutan adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043);
b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Informasi Geospasial;
e. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
f. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang;
g. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional;
h. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh
Resolusi Tinggi;
i. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
j. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan
Status dan Fungsi Kawasan Hutan;
k. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 tentang Penataan
Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan dan Pengelolaan
Hutan dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus;
l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.25/Menhut-II/2014 tentang Panitia Tata
Batas Kawasan Hutan;
m. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
n. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor
P.3/PKTL/SETDIT/PLA.2/9/2016 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan
Hutan;
o. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1874) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 500);
p. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 694;
q. Juknis Pengukuran Batas Kawasan Hutan Nomor 005/Juknis-
300.PU.02.01/X/2019.
3
2. Gambaran Umum
Wilayah NKRI dengan 34 wilayah administrasi Provinsi serta 516 wilayah
administrasi kabupaten/kota memiliki luas daratan sekitar 191 juta hektar. Dari luas
tersebut, kurang lebih 126 juta hektar merupakan kawasan hutan yang merupakan
kewenangan pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan
sisanya merupakan lahan budidaya(areal penggunaan lain, APL)yang menjadi
kewenangan pengelolaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (Kementerian ATR/BPN) 1.
Salah satu sasaran Pembangunan bidang pertanahan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 adalah
“meningkatnya kepastian hukum hak atas tanah”. Dalam upaya meningkatkan
kepastian hukum, telah teridentifikasi bahwa permasalahan mendasar adalah sistem
pendaftaran tanah yang dianut saat ini berupa sistem publikasi negatif yang berarti
negara tidak menjamin kebenaran informasi yang ada dalam sertipikat. Dibutuhkan
upaya untuk memulai membangun sistem pendaftaran tanah publikasi positif yang
dikenal sebagai pendaftran tanah stelsel positif, yang berarti negara menjamin
kebenaran informasi yang tercantum dalam sertipikat tanah yang diterbitkan, dengan
demikian ketika terjadi gugatan maka pihak yang dirugikan akan memperoleh ganti
kerugian dari negara. Salah satu agenda dalam upaya membangun sistem
pendaftaran tanah publikasi positif dilakukan melalui “Percepatan penetapan batas
kawasan hutan pada skala kadastral”.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62 / Menhut-II / 2013
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44 / Menhut-II / 2012
Tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, pengukuhan kawasan hutan dipegang oleh
Menteri untuk memberikan kepastian hukum mengenai status, fungsi, lokasi, batas,
dan ukuran kawasan hutan. Tahapan peresmian kawasan hutan adalah penunjukan
kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan, dan penetapan kawasan hutan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan. Karena penunjukan kawasan hutan
merupakan salah satu tahapan dalam proses penetapan kawasan hutan, maka
kawasan hutan yang digunakan dalam pengukuran batas-batas kawasan hutan ini
adalah kawasan yang ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan.
Dalam rangka menjembatani integrasi peta batas situasi kawasan hutan yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan peta
pendaftaran yang ada di kantor pertanahan Kabupaten/Kota maka perlu dilakukan
pengukuran perapatan batas bersama (survei pendahuluan/ joint survey) oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan disupervisi oleh Badan Informasi
Geospasial (BIG) dan dalam koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), yang
dilaksanakan pada 7 (tujuh) provinsi antara lain:
1. Provinsi Jambi;
2. Provinsi Sumatera Selatan;
3. Provinsi Riau;
4. Provinsi Kalimantan Barat;
5. Provinsi Kalimantan Selatan;
6. Provinsi Kalimantan Tengah;
7. Provinsi Kalimantan Timur.
1
Kemendagri. (2018). Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017), diunduh dari
Kemendagri.go.id: http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah
4
Salah satu kegiatan penting dalam persiapan Pembuatan Peta Situasi Batas
Kawasan Hutan ini adalah Analisis Resiko sebagai bagian dari Kerangka Pengelolaan
Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Framework – ESMF).
Proses Analisis Resiko ini dilakukan sebagai mitigasi konflik sosial, sengketa tanah
dan upaya perlindungan lingkungan. Proses ini mengedepankan komunikasi dengan
seluruh unit kerja terkait di Kementerian ATR BPN, dan pemangku kepentingan untuk
menyelesaikan masalah. Kegiatan ini dilakukan sejak tahap awal untuk memotret
lokasi area kerja, mengambil dan merumuskan resiko yang terkait masalah sosial
budaya dan lingkungan di lokasi kerja selama kegiatan berlangsung. Tujuan utama
dari Analisis Resiko ini adalah untuk identifikasi dan mitigasi konflik sosial dan
sengketa tanah yang dapat mempengaruhi kegiatan.
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan di Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan Ruang.
4. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari hasil kegiatan adalah:
a) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, dalam rangka
pengelolaan sistem administrasi pertanahan nasional yang seamless, skala besar
dan bersifat menyeluruh serta kepastian hukum hak atas tanah, sehingga
mengurangi potensi terjadinya penerbitan sertipikat di kawasan hutan;
b) Kementerian lingkungan Hidup dan kehutanan dalam rangka inventarisasi dan
pengelolaan kawasan hutan yang lebih optimal;
c) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka kemudahan dan kejelasan
identifikasi kawasan hutan dan non hutan untuk perencanaan, peruntukan dan
pemanfaatan ruang;
d) Badan usaha dan masyarakat umum di sekitar perbatasan kawasan hutan dalam
rangka mendapatkan kepastian batas kawasan hutan dan non hutan serta
kepastian hukum dalam kepemilikan hak atas tanah.
5
Tabel 1. Ruang lingkup dan output kegiatan
Pengukuran Batas Kawasan Hutan
6
No Lingkup Pekerjaan Output
a. Laporan Pendahuluan
4. Pelaporan b. Laporan Bulanan
c. Laporan Akhir
Gambar 1. berikut menunjukkan diagram kegiatan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan yang dikerjakan oleh pihak ketiga.
7
3. Volume dan Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan akan dilaksanakan
terbagi menjadi 7 (tujuh) lot tersebar di 7 (tujuh) Provinsi dan masing-masing akan
dilaksanakan oleh Pihak ketiga sebagaimana tabel 2.
Sebagian Kawasan HP
Gunung Padang Sepango -
Gunung Selees - Sungai SK.4791/Menhut-VII/KUH/2014
Behe
1. Pelaksanaan Kegiatan
a. Rapat Koordinasi di Pusat
8
b. Safeguards Environmental and Social Management Framework (ESMF)/ Manajemen
Resiko
9
b. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Survei Pendahuluan dan Perencanaan Pengukuran Batas Kawasan Hutan
a) Menyiapkan Peta kerja:
Peta kerja adalah peta yang berisi tentang informasi jalur batas berdasarkan
SK Penetapan Kawasan Hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), yang di overlay dengan citra satelit dari BIG;
b) Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan yaitu GPS Navigasi
(Handheld), dan GNSS;
c) Membuat rencana Pengukuran Batas Kawasan Hutan batas kawasan dan jalur
untuk tracking;
d) Koordinasi dengan instansi terkait;
e) Menyiapkan patok perapatan batas sementara dengan spesifikasi: bahan
terbuat dari kayu reng dan atau sejenisnya dengan ukuran 3x4x50 cm (Lihat
Gambar Lampiran 2);
f) Membuat rencana titik ikat bantu untuk pengikatan pengukuran;
g) Metode pengikatan titik ikat bantu menggunakan metode jaring segitiga yang
diikatkan pada Jaring Kontrol Geodesi Nasional (JKGN), minimal dua titik;
h) Pembuatan titik ikat bantu yang diturunkan dari titik ikat bantu yang lain
(point f) harus menggunakan metode jaring segitiga yang diikatkan pada titik
ikat bantu (point f), minimal dua titik;
i) Pencetakan peta kerja;
j) Melakukan survei pendahuluan terhadap batas kawasan hutan yang sesuai
dengan Peta Kerja dan berkoordinasi dengan Instansi terkait yang dituangkan
dalam formulir ukur;
k) Formulir ukur untuk survey pendahuluan harus ditandatangani oleh para
pihak (Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan/ Surveyor, Pengelola
kawasan dan pihak desa);
l) Melakukan inventarisasi dan dokumentasi pal kehutanan yang ada di
lapangan (dokumentasi dari dua sisi);
m) Melakukan pemasangan patok perapatan batas kawasan hutan sementara.
Patok perapatan batas sementara tersebut ditanam sedalam 30 cm, sisa 20 cm
nampak di atas permukaan tanah;
n) Dokumentasi patok perapatan batas sementara yang dilakukan dari dua sisi;
o) Berita Acara Hasil Survei Pendahuluan tersebut harus ditandatangani oleh
para pihak (Surveyor dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)/
Pengelola Kawasan Hutan, Desa);
p) Dokumen berita acara dan formulir ukur dibuat dalam format hardcopy dan
digital.
10
2) Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan Detil Situasi
a) Pembuatan Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan
• Patok perapatan batas ditanam sedalam 100 cm, sisa 50 cm nampak di atas
permukaan tanah;
• Patok perapatan batas dipasang pada jarak kurang lebih 100 m atau
menyesuaikan kondisi lapangan;
• Pemasangan stiker dengan posisi membelakangi arah kawasan hutan;
• Dokumentasi patok perapatan batas dilakukan dengan memfoto patok
perapatan batas tersebut dari dua sisi, dari arah kawasan hutan dan dari
arah sebaliknya.
c) Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan Pengukuran Detil Situasi
11
d) Ketelitian titik perapatan batas yang dihasilkan ≤ 50 cm;
e) Peta situasi batas kawasan hutan dibuat dalam format shapefile (*.shp) dan
format geodatabase (*.gdb) yang sudah dilakukan proses Topologi dan disimpan
dalam media penyimpanan data digital flashdisk atau external hardisk.
c. Pelaporan
Mekanisme dan prosedur pelaporan dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam butir F.
d. Evaluasi
1) Supevisi
Supervisi dilaksanakan oleh petugas dari Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
Dasar Pertanahan dan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN, dan
instansi-instansi terkait. Pada masing-masing lokasi pekerjaan pengukuran dalam
rangka pemetaan batas situasi kawasan hutan dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali:
supervisi awal pekerjaan dan akhir pekerjaan. Supervisi pada awal pekerjaan
meliputi: supervisi kesiapan pihak ketiga (peralatan dan personal di lapangan).
Supervisi akhir pekerjaan sebagai kontrol kualitas pekerjaan pengukuran oleh pihak
ketiga.
2) Rapat Evaluasi
Rapat Evaluasi dilaksanakan di Pusat dengan mengundang instansi-instansi
terkait antara lain: Kantor Wilayah BPN, Kantor Pertanahan, KLHK/BPKH, Dinas
Kehutanan Provinsi, Pengelola Kawasan, dan BIG. Rapat Evaluasi ini dilaksanakan
dengan metode kontraktual oleh pihak ketiga (event organizer). Rapat evaluasi ini
bertujuan untuk memberikan informasi pelaksanaan dan evaluasi pasca kegiatan
pembuatan situasi batas kawasan hutan, penjelasan akan manfaat hasil pekerjaan
pengukuran dalam rangka pembuatan peta situasi batas kawasan hutan. Hasil dan
peta kegiatan akan disebarluaskan kepada pihak terkait dan masyarakat desa secara
langsung atau melalui Kantor Pertanahan / Kantor Wilayah BPN Provinsi.
Koleksi Data GNSS Titik Ikat dan Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan
A
Pengukuran Detil Situasi
GNSS • Dual Frequency (L1 dan L2)
• Signal tracking minimal GPS dan Glonass
• Tipe receiver Geodetic
• Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 8 mm + 1
ppm rms dan vertikal 15 mm + 1 ppm rms
Perangkat Lunak (Software) • Memiliki kemampuan mengolah data GNSS hingga
pengolah GNSS menghasilkan koordinat dengan akurasi horizontal
maksimal 8 cm dan vertikal 15 cm
12
Penyedia sanggup menyediakan peralatan sebagaimana tersebut di atas yang dinyatakan
dengan:
13
No. Tenaga Teknis Pendidikan Pengalaman Tugas
A.2 Koordinator S1 Geodesi 2 Tahun di bidang - Bertanggung jawab dan
Pengukuran dengan survei pengukuran berkoordinasi dengan instansi
Batas Sertipikat dan pemetaan terkait);
Kawasan GIS/ - Bertanggung jawab terhadap
Hutan Terestris keseluruhan pekerjaan pengukuran
atau SKB batas kawasan hutan di lapangan,
dari persiapan sampai dengan
pengukuran batas kawasan hutan;
- Bertanggung jawab terhadap
pengisian formulir ukur dan
pembuatan berita acara survei
pendahuluan dan hasil survei
pendahuluan;
- Bertanggung jawab dalam
melakukan koordinasi terhadap tim
kerja dan hasil pekerjaan
Pengukuran Batas Kawasan Hutan
mengunakan GNSS;
- Bertanggung jawab dalam
melakukan kontrol kualitas data
hasil Pengukuran Batas Kawasan
Hutan mengunakan GNSS.
A.3 Koordinator S1 Geodesi/ 2 Tahun di bidang - Bertanggung jawab dalam
Pengolah Geografi survei pengukuran melakukan pengolahan data hasil
Data dengan dan pemetaan pekerjaan Pengukuran Batas
Sertipikat Kawasan Hutan dalam Koordinat
GIS/ Geografis, UTM dan TM3, yang
Terestris terikat dalam SRGI 2013 atau
atau SKB DGN95;
- Bertanggung jawab dalam
penyimpanan hasil pengolahan Raw
data pengukuran;
- Bertanggung jawab dalam
pengerjaan Peta Situasi Batas
Kawasan Hutan dalam bentuk
digital dalam format shapefile
(*.shp);
- Bertanggung jawab dalam
melakukan kontrol kualitas data
hasil pengolahan dalam data
Koordinat yang telah ditentukan,
raw data, dan pengerjaan Peta
Situasi Batas Kawasan dalam format
shapefile (*.shp) dan format
geodatabase (*.gdb) yang sudah
dilakukan proses Topologi.
- Bertanggung jawab terhadap
penyimpanan hasil pekerjaan sesuai
ketentuan folderisasi.
14
No. Tenaga Teknis Pendidikan Pengalaman Tugas
A.4 Surveyor SMA/SMK/ 1 Tahun di bidang - Melakukan pekerjaan;
D3 survei pengukuran - Melakukan Pengukuran Batas
dan pemetaan Kawasan Hutan dengan
menggunakan GNSS;
- Download data GNSS;
- Menentukan koordinat base;
- Menandatangani Berita Acara Survei
Pendahuluan dan Berita Acara Hasil
Survei Pendahuluan, serta Formulir
Ukur.
A.5 Operator SMA/SMK/ 1 Tahun di bidang - Menyiapkan peta kerja
D3 survei pengukuran - Membuat jadwal rencana kegiatan
dan pemetaan lapangan sampai pelaporan
- Pengolahan Hasil Pengukuran
Batas Kawasan Hutan dan
Pemetaan Situasi
- Pembuatan Peta Situasi Situasi
Batas Kawasan secara digital
A.6 Administrasi SMA/ SMK/ Membuat Laporan Pelaksanaan
D3 Pekerjaan:
- Pendahuluan
-
- Bulanan
- Akhir
- Mengelola administasi proyek
A.7 Tenaga Lokal Membantu dan mendampingi surveyor
dalam upaya memperlancar dan
- -
mempercepat proses pengambilan dan
pengumpulan data lapangan
15
c. Dalam rangka pelaksanaan kendali mutu dan pengawasan kegiatan, penyedia wajib
menetapkan/menunjuk Team Leader, Koordinator Pengukuran Batas Kawasan
Hutan, dan Koordinator Pengolah Data;
d. Penyedia Jasa menyertakan jadwal penugasan personil dengan ketentuan sebagai
berikut:
• Tidak diperbolehkan menggunakan personil yang sama dalam tahapan
pekerjaan berbeda yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
• Personil yang sama dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan pekerjaan
yang berbeda dengan syarat tidak dilaksanakan pada waktu bersamaan
(paralel), sepanjang personil yang bersangkutan memiliki kompetensi yang
dibutuhkan untuk tahapan tersebut.
2. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang. Kontrol kualitas
dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan.
Kontrol kualitas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis Kontrol Kualitas yang ditetapkan. Kontrol Kualitas internal
dilakukan oleh Team Leader. Team Leader bertanggungjawab terhadap kualitas data
yang dilakukan oleh operator dan berhak untuk memerintahkan operator untuk
mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data belum memenuhi kualitas
yang ditetapkan;
b. Proses kontrol kualitas dilaksanakan secara bertahap;
c. Pelaksana pekerjaan harus berperan aktif dalam menjalankan proses Kontrol
Kualitas internal disetiap tahapan pekerjaan sebelum diserahkan kepada Tim
Pengawas Teknis dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan diakhir pekerjaan. Setiap
tahapan pekerjaan dilakukan Kontrol Kualitas dimulai dari sebelum akuisisi data
sampai dengan pengecekan akhir hasil pemrosesan data. Hasil dari Kontrol Kualitas
ini untuk memutuskan apakah pelaksana perlu mengulang pekerjaan di suatu
tahapan untuk memperbaiki kualitas data;
d. Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen Kontrol Kualitas untuk
diserahkan kepada Pemberi Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan;
e. Hasil Kontrol Kualitas yang dilakukan oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan
Pemetaan Pertanahan dan Ruang dituangkan dalam dokumen Kontrol Kualitas
berikut catatan untuk perbaikan apabila ada.
16
c. Apabila diperlukan, kegiatan monitoring dan evaluasi internal dapat melibatkan Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang.
d. Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang akan
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-
kurangnya selama satu kali dalam satu bulan.
e. Kegiatan monitoring dan evaluasi baik yang dilaksanakan secara internal oleh
Penyedia Jasa maupun oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan
Pertanahan dan Ruang dicatat dalam laporan hasil monitoring evaluasi dan
dilampirkan check list;
f. Laporan kegiatan monitoring dan evaluasi harus didokumentasikan dengan baik. Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang sewaktu-waktu
dapat meminta seluruh notulensi untuk dilakukan pemeriksaan;
g. Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang dapat
memberikan teguran apabila Penyedia Jasa lalai dalam melaksanakan monitoring
dan evaluasi terkait pelaksanaan pekerjaan.
1. Laporan Pendahuluan
Secara garis besar isi dari laporan pendahuluan sekurang-kurangnya
menguraikan mengenai:
a. Persiapan pelaksanaan Pekerjaan yang mencantumkan deskripsi wilayah kerja
(topografi, aksesibilitas, dan hal yang lain yang dianggap relevan dalam
menunjang pelaksanaan pekerjaan misalnya data/tabel tentang wilayah
administrasi mengenai jumlah, nama, dan sebagainya) dan perencanaan personil;
b. Identitas pekerjaan dan organisasi pelaksana;
c. Metode, Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan;
d. Jadwal detil pelaksanaan;
e. Kurva-S rencana kemajuan pekerjaan;
f. Survei Pendahuluan dan Perencanaan Pengukuran Batas Kawasan Hutan;
g. Deskripsi metode, prosedur dan perangkat (lunak/keras) yang akan digunakan
untuk pelaksanaan survei Pendahuluan, dan pengolahan data GNSS.
17
2. Laporan Bulanan
Penyedia harus membuat laporan bulanan mengenai kemajuan pelaksanaan
pekerjaan paling lambat hari ke lima pada setiap bulannya. Laporan tersebut dimulai
sejak tanggal penandatanganan kontrak. Untuk keadaan-keadaan tertentu, Pengawas
Teknis berhak untuk meminta laporan kemajuan diluar waktu yang telah ditetapkan
diatas.
3. Laporan Akhir
Pada akhir pekerjaan perusahaan harus membuat laporan akhir yang memuat
secara lengkap setiap tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
Pembuatan Peta Batas Kawasan Hutan, terdiri dari:
a. Laporan pelaksanaandibuat 2 (dua) rangkap, yang menguraikan:
1) Organisasi pelaksana;
2) Metode, peralatan dan prosedur pelaksanaan;
Pada prosedur pelaksaan tiap tahap kegiatan, wajib diuraikan langkah-
langkah pengerjaan yang dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi;
3) Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pekerjaan baik teknis maupun non
teknis, berikut langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan kendala
tersebut;
4) Mekanisme kontrol kualitas yang dilaksanakan dengan melampirkan:
• Hasil analisis terhadap hasil pengolahan data survei GNSS yang dihasilkan
baik segi kualitas raw data ataupun ketelitian data yang dihasilkan.
• Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (desimal dan dms) dalam format microsoft excel (*.xls);
18
b. Data digital dalam subfolder_DATA PATOK PERAPATAN BATAS SEMENTARA:
• Data hasil pengamatan setiap Patok Perapatan Batas Sementara (dalam format
*.GPX);
• Koordinat X, Y, Z dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem koordinat geografi
(Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls).
c. Data digital dalam subfolder_DATA PATOK PERAPATAN BATAS:
• Data format RINEX (Receiver Independent Exchange) atau data dalam format *.CSV
pada metode RTK untuk keseluruhan hasil perekaman receiver setiap Patok Perapatan
BatasHasil Pengukuran Batas Kawasan Hutan;
• Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (desimal dan dms) dalam format microsoft excel (*.xls);
2. Peta Digital
Peta digital hasil pekerjaan yang diserahkan harus disimpan dan disusun berurutan dalam
folder PETA DIGITAL seperti dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:
a. Sistem koordinat Geografis, UTM dan TM3 dalam sistem SRGI2013 atau DGN95 dengan
format shapefile (*.shp), geodatabase (*.gdb) dan AutoCad (*.dwg);
b. Penggunaan tools snaping dalam penggambaran Patok Perapatan Batas Kawasan (PPBK)
dengan garis trayek pengukuran supaya garis trayek tepat pada PPBK;
c. Layout 1:5.000 kartografis disesuaikan dengan template dari pemberi kerja dalam format
digital (*.pdf) (gambar terlampir);
d. Project disimpan dalam format Map Package (*.mpk).
3. Pelaporan
a. Laporan lengkap digital (*.pdf), disimpan dalam folder LAPORAN, kemudian laporan
dicetak dalam bentuk hardcopy. Adapun isi folder LAPORAN:
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Bulanan;
3) Laporan Akhir.
b. Berita Acara hasil survei pendahuluan yang ditandatangani oleh instansi terkait dalam
bentuk digital (*.pdf) disimpan dalam folder BERITA ACARA;
c. Formulir Ukur survei pendahuluan yang ditandangani oleh instansi terkait dalam
bentuk digital (*.pdf) disimpan dalam folder FORMULIR UKUR;
d. Seluruh hasil digital pekerjaan disimpan dalam bentuk harddisk external untuk
diserahkan kepada Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan
Ruang sebanyak 3 (tiga) set yang diberi label sebagai berikut:
19
1) Nama paket dan identitas pelaksana;
2) Manajemen penyimpanan file didalam harddisk external terdiri dari:
• Folder RAWDATA;
• Folder PETADIGITAL;
• Folder LAPORAN;
• Folder BERITA ACARA;
• Folder FORMULIR UKUR.
H. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan oleh Pihak Ketiga
akan dilaksanakan dengan 7 (tujuh) kontrak sesuai Lot masing-masing dengan rincian sebagai
berikut:
1. Lot 1 : Provinsi Jambi
2. Lot 2 : Provinsi Riau
3. Lot 3 : Provinsi Sumatera Selatan
4. Lot 4 : Provinsi Kalimantan Barat
5. Lot 5 : Provinsi Kalimantan Tengah
6. Lot 6 : Provinsi Kalimantan Selatan
7. Lot 7 : Provinsi Kalimantan Timur
Waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan pekerjaan pembuatan peta situasi batas
kawasan masing-masing lot terdapat pada Lampiran 6.
I. ANGGARAN PEMBIAYAAN
Pekerjaan ini akan dibiayai dengan DIPA Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan
Pertanahan dan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Tahun Anggaran 2021 yang
disahkan oleh Menteri Keuangan bersumber dari Pinjaman Bank Dunia (Loan IBRD No. 8897-ID
: Program to Accelerate Agrarian Reform (One Map Project) dengan perkiraan nilai pekerjaan
masing-masing lot sebagaimana pada tabel 6.
Tabel 6. Anggaran Pembiayaan Pembuatan Peta Batas Kawasan Tahun Anggaran 2021
Panjangan
No. Provinsi Lokasi ANGGARAN (Rp)
(Km)
HP Bukit Dengung
HP Sungai Air Mato
HP Sungai Napal Pemusiran (S.
1 Jambi 218,9 3.417.913.000
Ketalo - S. Belabo)
HPT Sungai Napal Pemusiran
Sungai Lalan
Bagan Sinembah
2 Riau 266,6 4.145.836.000
KH Batang Lipai Siabu
20
Panjangan
No. Provinsi Lokasi ANGGARAN (Rp)
(Km)
Kawasan Hutan pada Sebagian
Kelompok Hutan Sungai Tabalong
6 Kalsel Kanan 113 2.041.747.000
Kawasan Hutan Balangan
J. MASA PEMELIHARAAN
Masa pemeliharaan adalah 90 hari kalender dihitung sejak tanggal penyelesaian pekerjaan.
Jakarta, 2021
21
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan
22
1.3 Provinsi Sumatera Selatan
23
1.5 Provinsi Kalimantan Tengah
24
Lampiran 2. Ilutrasi Patok Perapatan Batas Sementara
NO. URUT
Spesifikasi :
Ukuran : 3x4x50 cm
25
Lampiran 4. Ilustrasi Cutting Stiker
26
Lampiran 5. Template Output Peta Situasi Batas Kawasan Hutan
27
Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan
28
Lampiran 7. Kebutuhan Peralatan dan Personil Setiap Lot
29
7.4 Lot – 4: Kalimantan Barat
Peralatan Personil
Koordinator
No Paket Pengukuran Koordinator
Komputer Printer Printer Kamera GNSS GNSS Team Tenaga
Batas Pengolah Surveyor Operator Administrasi
Desktop A-3 A-4 Digital Handled RTK Leader Lokal
Kawasan Data
Hutan
1 HL. G,. Teberau 15 3 3 1 15 15 1 1 1 15 15 1 30
Peralatan Personil
Koordinator
No Paket Pengukuran Koordinator
Komputer Printer Printer Kamera GNSS GNSS Team Tenaga
Batas Pengolah Surveyor Operator Administrasi
Desktop A-3 A-4 Digital Handled RTK Leader Lokal
Kawasan Data
Hutan
1 S. Kahayan 15 3 3 1 15 15 1 1 1 15 15 1 30
Peralatan Personil
Koordinator
No Paket Pengukuran Koordinator
Komputer Printer Printer Kamera GNSS GNSS Team Tenaga
Batas Pengolah Surveyor Operator Administrasi
Desktop A-3 A-4 Digital Handled RTK Leader Lokal
Kawasan Data
Hutan
KH. Sebag. Kel.
1 H.S. Tabalong 15 4 4 1 15 15 1 1 1 15 15 1 30
Kanan
30
7.7 Lot – 7 : Provinsi Kalimantan Timur
Peralatan Personil
Koordinator
No Paket Pengukuran Koordinator
Komputer Printer Printer Kamera GNSS GNSS Team Tenaga
Batas Pengolah Surveyor Operator Administrasi
Desktop A-3 A-4 Digital Handled RTK Leader Lokal
Kawasan Data
Hutan
SKH. DAS
1 30 4 4 1 30 30 1 1 1 30 30 1 60
Mahakam
31
Lampiran 8. Template Berita Acara Hasil Survei Pendahuluan
Pada hari ini ……. tanggal …… Bulan ……. Tahun ……. berikut ini adalah tim survei pendahuluan
Pengukuran Batas Kawasan Hutan di …….. yang terdiri dari:
1 Kantor Wilayah BPN Provinsi ………/ Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota ………
2 BPKH/ Pengelola Kawasan …………...
3 Team Leader/ Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan PT ……………
4 Surveyor PT………………
5 Desa/Kelurahan di Kabupaten ………
telah melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan survei pendahuluan (joint survey) Pengukuran
Batas Kawasan Hutan dengan baik, di Kawasan Hutan ………………. mulai (tanggal/ bulan/ tahun)
sampai tanggal (tanggal/ bulan/ tahun) seluas ……. Ha dengan Panjang perimeter …… Km, yang
terletak di Kabupaten ……….. dengan Nomor SK ………….
Adapun hasil dari Survei Pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi Pal existing kehutanan adalah sebanyak ……. buah dengan rincian sebagai berikut:
f. Kondisi baik : ............ buah
g. Kondisi rusak : ............ buah
h. Kondisi hilang : ............ buah
2. Tim survei pendahuluan telah melaksanakan survei dan pemasangan Patok Perapatan Batas
Kawasan Hutan Sementara di sepanjang batas kawasan hutan dengan Areal Penggunaan Lain
(APL) sebanyak …….. patok;
3. Sesuai hasil kesepakatan, terdapat …… Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan, yang tidak dapat
dipasang hal ini dikarenakan sebagai berikut:
a. ………………………………….
b. ………………………………….
c. ………………………………….
Demikian Berita Acara ini dibuat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
32
Yang bertanda tangan di bawah ini:
2………………………… 2
1. …………………… 1
2. .…………………… 2
2. …………………. 2
1. …………………… 1
2. .…………………… 2
V. Desa/ Kelurahan
1. ………… 1
2. ………… 2
33
Lampiran 9. Template Formulir Survei Pendahuluan Pal Eksisting Kehutanan
Catatan:
Nomor Patok :
Koordinat Awal Koordinat Hasil Survey
Kondisi
X Y X Y
Baik/Rusak/Hilang
SKETSA
Catatan :
34
Lampiran 10 Template Formulir Survei Pendahuluan Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan
SKETSA
Catatan:
Nomor Patok:
SKETSA
Catatan :
35
36